ekosistem peraiaran dan pengelolaannya
DESCRIPTION
uuuyuuTRANSCRIPT
KARAKTERISTIK EKOSISTEM PERAIARAN DAN
PENGELOLAANNYA (SUNGAI, DANAU, ESTUARIA, LAUT)
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi
yang dibina oleh Bapak Dr. Ibrohim, M.Si dan Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Si
Oleh :
Kelompok 14 / Offering G
Alifia yulianita (130342603487)
Ipraditya langgeng p. (130342615328)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
April 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pengertian ekologi
Istilah ekologi pertama kali digunakan oleh Erneast Haeckel pada
pertengahan tahun 1860-an. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, oikos yang
berarti rumah dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah, ekologi adalah ilmu
yang mempelajari mahkluk hidup dalam rumahnya. Atau dapat diartikan ilmu yang
mempelajari rumah makhluk hidup. Ekologi merupakan pendekatan holistic
terhadap pemahaman akan organism hidup dalam konteks relasinya baik dengan
lingkungan fisik (abiotik) maupun dengan satu sama lain (biotic). Interaksi-
interaksi organism hiduplah yang merupakan bahan mentah bagi pengkajian-
pengkajian ekologis.
Unit ekologis adalah ekosistem, yang merupakan sebuah kelompok yang
terdiri atas beragam populasi yang berinteraksi dalam suatu daerah tertentu. Daerah
(habitat) tersebut bisa jadi sebesar kolam local. Beberapa pengertian yang biasanya
tercakup dalam wilayah kerja ekologi.
1) Individu Individu adalah suatu satuan struktur yang membangun satu
kehidupan dalam bentuk makhluk.
2) Populasi Populasi adalah kumpulan individu dari jenis yang sama dan berada
di suatu tempat dan waktu tertentu.
3) Komunitas Komunitas adalah kumpulan populasi yang berinteraksi satu sama
lain, yang hidup bersama dalam suatu tempat.
4) Ekosistem Ekosistem adalah tingkat organisasi yang lebih tinggi dari
komunitas. Pada ekosistem terdapat hubungan timbale balik antara makhluk hidup
dan lingkungan abiotiknya, yang membentuk suatu system yang dapat diketahui
aliran energy dan siklus materinya. Dilihat dari unsure penyusunnya, ekosistem
dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
a) Bahan tak hidup atau abiotiik, yang berupa komponen fisik dan kimia.
b) Produsen yaitu organism autotrofik
c) Konsumen, yaitu organism heterotrofik
d) Pengurai, perombak atau decomposer
5) Biosfer, Biosfer adalah organisasi biologi terbesar yang mencakup semua
kehidupan di bumi dan adanya interaksi antara lingkungan fisik secara
keseluruhan.Permukaan planet kita sebagian besar terdiri atas air. Sekitar 70 persen
permukaan planet merupakan ligkungan laut. Baik lingkungan perairan tawar
maupun laut memiliki rangkaian yang kaya akan kehidupan komunitas dan
mempengaruhi secara siginifikan aspek-aspek masyarakat manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Ekosistem Perairan?
2. Bagaimana ciri-ciri ekosistem air tawar dan pembagiannya?
3. Bagaimana ciri-ciri ekosistem air laut dan pembagiannya?
4. Bagaimana Pengelolahan Ekosistem perairan?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian ekosistem air (aquatik).
2. Untuk mengetahui ciri-ciri ekosistem air tawar dan pembagiannya.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri ekosistem air laut dan pembagiannya.
5. Untuk mengetahui Pengelolahan Ekosistem perairan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.1.1 Ekosistem Perairan
Ekosistem adalah tingkat organisasi yang lebih tinggi dari komunitas. Pada
ekosistem terdapat hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungan
abiotiknya, yang membentuk suatu sistem yang dapat diketahui aliran energi dan
siklus materinya. Dilihat dari unsur penyusunnya, ekosistem dapat dibedakan
menjadi empat macam, yaitu:
a. Bahan tak hidup atau abiotik, yang berupa komponen fisika dan kimia.
b. Produsen yaitu organisme autotrofik
c. Konsumen, yaitu organisme heterotrofik
d. Pengurai, perombak atau decomposer
Permukaan planet kita sebagian besar terdiri atas air. Sekitar 70 % permukaan
planet merupakan ligkungan laut. Baik lingkungan perairan tawar maupun laut
memiliki rangkaian yang kaya akan kehidupan komunitas dan mempengaruhi
secara siginifikan aspek-aspek masyarakat manusia. Ekosistem Perairan adalah
ekosistem yang faktor lingkungan eksternalnya didominasi oleh air sebagai habitat
dari berbagai organisme air.
2.1.2 Faktor-faktor yang Menentukan Habitat Perairan
1. Faktor Fisika Perairan
a.Suhu
Lapisan-lapisan suhu yang berbeda terdapat dalam habitat perairan, permukaan air
cenderung menjadi lebih cepat panas dibanding air di bawahnya. Diantara kedua
lapisan ini terdapat wilayah peralihan yang tipis yang dinamakan Termoklim. Air
di atas termoklin dinamakan epilimnion, sedangkan yang lebih dingin yaitu yang
berada di bawahnya disebut Hipolimnion.
b. Kecepatan Arus
Arus merupakan faktor ekologis yang penting terutama pada perairan yang arusnya
cukup tinggi. Arus dapat mempengaruhi distribusi gas terlarut, garam dan makanan
serta organisme dalam air. Kecepatan arus tergantung kemiringan dasar, lebar,
kedalaman sungai dan debit air. Arus yang cukup tinggi akan memaksa organisme
yang hidup didalam nya melakukan adaptasi untuk dapat bertahan sehingga pada
perairan yang berarus cepat mempunyai karakteristik tertentu dengan bentuk yang
dikenal steamline guna memudahkan bergerak dalam air disbanding bentuk
organisme yang biasa berada di air tergenang.
c. Cahaya dan Kekeruhan
Banyaknya cahaya yang menembus perairan danau atau waduk dan perubahan
intensitas dengan bertambahnya kedalaman memegang peran penting dalam
menentukan produktivitas primer. Kedalaman cahaya yang menembus perairan
biasanya diukur dengan menggunakan secchi-disk, sedang intensitas cahaya diukur
dengan lux meter. Kekeruhan akan menyebabkan munculnya batas-batas
fotosintesis. Turbiditas atau kekeruhan dapat diukur dengan turbidimeter portable
atau dengan mengukur TSS (Total Suspended Solid).
d. Kedalaman
Kedalaman perairan menggenang sangat penting artinya bagi kehidupan
organisme. Kedalaman akan memberikan implikasi langsung dan tidak langsung
terhadap keberadaan dan sistem organisasi organisme.
2. Faktor-faktor Kimiawi
a. pH
pH di definisikan sebagai logaritma dari resprokal aktivitas ion hidrogen
dansecara matematis dinyatakan sebagai H+ adalah banyaknya ion hidrogen dalam
mol per liter larutan. Dalam air murni, 1/10 juta molekul terionkan. Jumlah ini
dituliskan sebagai 10-7 dan pH air dikatakan sebesar 7. Dalam air murni, jumlah
ion hidrogen dan hidroksil sama, dengan demikian tidak ada keasaman maupun
kebasaan (netral) bilamana konsentrasi ion hidrogen bertambah seratus kalinya,
konsentrasi menjadi 10-5 atau pH 5 dan seterusnya.
b. Oksigen Terlarut
Sumber utama oksigen terlarut berasal dari atmosfer dan proses fotosintesis
tumbuhan hijau. Oksigen dari udara diserap melalui difusi langsung atau agitasi
permukaan air oleh angin dan arus. Jumlah oksigen yang terkandung dalam air
tergantung pada struktur komunitas, suhu, konsentrasi garam terlarut, dan intensitas
cahaya matahari. Dalam air tanpa gangguan vegetasi yang tebal, aktivitas
fotosintesis tumbuhan menghasilkan pertambahan jumlah oksigen terlarut, yang
mencapai maximum pada sore hari dan mencapai titik minimum pada pagi hari
(titik kritis bagi organisme aguatik).
c. Karbondioksida Bebas
Karbondioksida terlarut dalam air berasal dari air tanah, dekomposisi zat
organic, respirasi organsme air, senyawa kimia dalam air Ca(HCO3)2),
Mg(HCO3)2), dan sedikit sekali udara. Sedangkan reduksi kandungan
karbondioksida dalam air dapat disebabkan oleh fotosintesis tanaman air, agitasi
air, penguapan, hilang bersama gelembung gas dan dalam air dan pakai organisme
air membentuk rumah (Mollusca). Karbon dioksida sangat mudah larut dalam air,
namun hanya sedikit yang berada dalam larutan biasa karena jumlahnya dalam
udara atmosfer sangat sedikit. Selain itu dekomposisi bahan organik dan pernafasan
tumbuhan dan hewan memberi sumbangan pada karbondioksida yang sudah ada.
Pergerakan air melalui vegetasi dan tanah mengambil karbondioksida yang lepas
dari udara-tanah.
2.2 Jenis-Jenis Ekosistem Perairan
2.2.1 Ekosistem Air Tawar
Hanya 3% air di permukaan bumi ini adalah air tawar. Sebagian besar dapat
membeku dalam glasier dan es atau terbenam dalam akuifer. Sisanya terdapat
dalam danau, kolam, sungai, dan aliran. Perairan tawar kebanyakan berupa perairan
pedalaman.Susunan dan kadar garam terlarutnya relative rendah atau dapat
diabaikan. Ekosistem perairan tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu air tawar
mengalir (lotik) dan ait tawar diam (lentik). Air tawar mengalir terdiri dari air
bergerak yang mengalir terus-menerus kea rah tertentu, termasuk semua sungai dan
aliran dengan segala ukuran. Sedangkan periaran tawar lentik terdediri dari air
tergenang, seperti danau, kolam, dan rawa.
2.2.1 Penggolongan Ekosistem Air Tawar Berdasarkan Gerak Airnya
Berdasarkan gerak airnya, ekosistem air tawar dapat dibedakan menjadi
ekosistem lentik dan lotik.
Ekosistem Lentik adalah ekosistem yang airnya tenang atau diam, misalnya
danau, telaga dan rawa.
Perairan menggenang (lentik) adalah suatu bentuk ekosistem perairan yang di
dalamnya aliran atau arus air tidak memegang peranan penting. Hal ini karena aliran
air tidak begitu besar atau tidak mempengaruhi kehidupan organisme yang ada di
dalamnya. Pada perairan ini faktor yang amat penting diperhatikan adalah
pembagian wilayah air secara vertikal yang memiliki perbedaan sifat untuk tiap
lapisannya. Perairan menggenang di bagi dalam tiga lapisan utama yang didasari
oleh ada tidaknya penetrasi cahaya matahari dan tumbuhan air, yaitu: Littoral,
limnetik dan profundal, sedangkan atas dasar perbedaan temperatur perairannya,
perairan menggenang dibagi menjadi 3 kelompok yaitu: metalimnion, epilimnion,
dan hipolimnion. Kelompok organisme di perairan menggenang berdasarkan niche
utama dalam kedudukan rantai makanan meliputi produser (autotrof), makro
konsumer (heterotrof) dan mikrokonsumer (dekomposer). Kelompok organisme
yang ada di perairan menggenang berdasarkan cara hidupnya meliputi: benthos,
plankton, perifiton, nekton dan neuston.
Perairan Lotik
Ekosistem Lotik adalah ekosistem yang airnya bergerak mengalir, misalnya
selokan, parit, atau sungai. Ciri-ciri ekosistem lotik adalah airnya mengalir,
merupakan ekosistem terbuka dari kadar oksigen terlarut relatif tinggi. Perairan
mengalir mempunyai corak tertentu yang secara jelas membedakannya dengan
perairan tergenang. Sejumlah tumbuhan terdapat terbatas pada air yang mengalir.
Tumbuhan tersebut mencakup spesies ganggang merah dan paku air. Ada juga
tumbuhan bunga yang khas pada air mengalir, yang secara tertaur berkembang biak
dengan biji. Hewan air mengalir mencakup siput air tawar, hydroid, lintah, dan
larva lalat hitam. Beberapa corak pentingpada habitat air mengalir atau tepian air,
dapat dijelaskan dalam suatu perbandingan dengan keadaan air tergenang.
1. Pada air mengalir, alirannya sering bergolak-galik, tetapi dalam air tergenag
alirannya, kalau ada, sangat lamban.
2. Dalam air mengalir pelapisan sangat jarang terjadi.
3. Hubungan antara kepekatan air dan suhu tak bersangkut paut karena arus yang
bergolak.
4. Pada air mengalir jarang terjadi deoksigenasi. Tetapi pada air tergenang adalah
laziim terjadi.
5. Penumpukan gas seperti karbondioksida dan hidrogensulfida pada air mengalir
sangat kecil atau minimum.
6. Tumbuhan mengakar tak banyak ditemukan di dalam air mengalir karena
terganggu oleh penghanyutan.
7. Plankton tak dapat berkembang subur dalam air mengalir. Plankton yang lazim
ditemukan adalah diatom dan rotifer. Perairan lentik Tubuh air tawar tergenag
yang besar tidak terpengaruh oleh perubahan besar dalam suhu. Air tawar
tergenang terdiri dari tiga jenis berdasarkan keadaan haranya, yaitu oligotrofik,
yang miskin hara dan humus. Distrofik, yang miskin hara tetapi kaya humus;
dan eutrofik, yang airnya kaya hara dan humus.
sumber pangan protein hewani (Irwan 1997).
Air ekosistem lotik tidak tetap, melainkan berubah tergantung pada musim.
Di Pulau Jawa, pada umumnya air sungai keruh dan banjir di musim hujan
sedangkan di musim kemarau airnya kecil dan bahkan mengering. Keadaan ini
merupakan suatu indikator adanya kerusakan ekosistem darat di daerah hulu sungai.
Sebagai suatu Ekosistem terbuka. Ekosistem lotik memperoleh kiriman
bahan organik yang terbawa aliran air dari daerah hulu atau daratan misalnya,
berupa bangkai, sampah atau daun-daun yang gugur ke sungai. Meskipun dari
ekosistem lotik itu sendiri hewan-hewan dapat memperoleh makanan, beberapa
hewan sungai ada yang memakan bahan organik yang terbawa aliran air. Jadi,
ekosistem lotik mendapat pengaruh yang besar dari ekosistem daratan.
2.2.2 Penggolongan Ekosistem Air Tawar Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan bentuknya ekosistem air tawar dapa digolongkan menjadi:
a. Kolam
Kolam merupakan ekosistem buatan dan sebuah perairan yang cukup
dangkal sehingga cahaya dapat menembus sampai ke dasarnya. Tumbuhan
yang hidup di habitat kolam antara lain teratai dan enceng gondok. Organisme
lain yang berada di dalam kolam adalah berbagai jenis plankton, crustacea
kecil, molusca, beberapa jenis ikan , serta insecta.
b. Danau
Danau adalah perairan darat yang ukurannya lebih besar daripada kolam.
Akan tetapi batas – batas ukuran danau tidak jelas. Para ahli menyebutkan
danau adalah perairan darat yang mempunyai kedalaman air sedemikian rupa ,
sehingga dasar perairannya selalu gelap karena tidak dapat tercapai oleh cahaya
matahari.
c. Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin
dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan
gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi
sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.
d. Rawa
Ekosistem air tawar berupa rawa memiliki habitat dengan ciri-cirinya
adalah variasi temperatur atau suhu rendah, kadar garam rendah, penetrasi
cahaya yang kurang, dipengaruhi iklim dan cuaca di sekitar, dan memiliki
tumbuhan-tumbuhan tingkat tinggi (dikotil dan monokotil), tumbuhan tingkat
rendah (alga, jamur, gulma, ganggang hijau) yang berfungsi sebagai produsen,
serta memiliki ikan air tawar yang dapat dijadikan sebagai
2.3 Ekosistem Air laut
Ekosistem air laut merupakan sumber daya hayati dan non hayati, lebih
kurang 70% dari permukaan bumi tertutup oleh laut. Wilayah indonesia yang
terdiri atas lebih dari 13000 pulau, dikelilingi oleh laut. Ilmu yang mempelajari
ekosistem air laut disebut oceanologi.
2.3.1 Ciri-Ciri Ekosistem Air Laut
Adapun ciri-ciri dari ekosistem air laut adalah:
1. Salinitas tinggi terutama di daerah tropis , sedangkan di daerah dingin
salinitasnya rendah.
2. Mineral air laut 75% berupa NaCl (garam dapur)
3. Pada kedalaman 200 m , suhu air laut dari kutub sampai khatulistiwa berkisar
0 ͦ - 22 ͦ C.
4. Pada bagian yang lebih dalam, hampir tidak ada perbedaan suhu.
5. Jumlah energi cahaya yang diterima air laut dipergunakan untuk fotosintesis
organisme autotrofik.
6. Aliran air laut menyebarkan senyawa kimia yang diperlukan organisme yang
hidup di laut , serta mempengaruhi suhu dan kadar garam.
7. Aliran air laut di pengaruhi oleh pola angin dan putaran bumi.
2.3.2 Penggolongan Ekosistem Air Laut Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan bentuknya ekosistem air laut dapat di bedakan menjadi
lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang.
a. Lautan
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang
tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena
suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C.
Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang
panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah
termoklin.Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur,
maka daerah permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan.
Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah
dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang
berlangsung baik.
Ekosistem air laut dapat dibagi-bagi dalam kelompok menurut
berbagai cara, salah satu cara adalah dengan membedakan ekosistem air laut
menjadi 3 daerah lautan.
1. Lautan terbuka , mempunyai ciri khas sebagai berikut :
Produsen utama adalah Diatomae (alga mikroskopik dan Dinoflagellatae).
Seluruh kehidupan ekosistem tergantung pada phytoplankton.
2. Kedalaman laut (laut dalam) , mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :
Tekanan airnya kuat.
Tekanan di dalam tubuh sama dengan tekanan di luar tubuh organisme.
Tidak terdapat produsen.
Umumnya , hewan berwarna hitam atau merah tua , dan mempunyai indera
penglihat yang sangat peka.
Hewan-hewan tersebut kadang mempunyai kemampuan bioluminessens yang
berguna untuk pemikat mangsa dan menghindar dari serangan lawan , serta
sebagai tanda pengenal.
Biota yang di temui binatang karang , ikan , udang dan cumi- cumi.
3. Lautan lepas pantai , dengan ciri sebagai berikut :
Relatif dangkal , sebagian dari daratan menjulur ke bawah air yang
menggenanginya.
Daerah yang tergenang di sebut papan kontinen.
Lebar rata-rata papan kontinen ± 50 m.
Cahaya matahari dapat menembus sampai ke dasar.
Jarang bahkan tidak terdapat lumut dan paku- pakuan.
Banyak terdapat crustaceae , molusca dan cacing annelida.
b. Pantai
Pantai adalah wilayah yang menjadi batas antara daratan dan lautan.
Bentuk-bentuk pantai berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan proses
yang ada di wilayah tersebut seperti pengikisan, pengangkutan dan
pengendapan yang disebabkan karena adanya gelombang, arus dan angin yang
berlangsung secara terus menerus sehingga membentuk daerah pantai.
c. Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari
sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa
garam.Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut.
Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya.
Nutrien dari sungai memperkaya estuari.
Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam,
ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing,
kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut
yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju
habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi
vertebrata semi air, yaitu unggas air.
d. Terumbu karang
Terumbu karang merupakan Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun
terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3) khususnya jenis-jenis karang
batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar
lainnya seperti jenis-jenis moluska, crustasea, echinodermata, polikhaeta,
porifera, dan tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan
sekitarnya, termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis nekton.
2.4 Pengelolahan Ekosistem Air
Pengelolaan Perairan Terpadu (P2T) adalah proses yang dinamis yang berjalan
secara terus menerus, dalam membuat keputusan-keputusan tentang pemanfaatan,
pembangunan dan perlindungan wilayah dan sumberdaya perairan dan pesisir.
Bagian penting dalam pengelolaan terpadu adalah perancangan proses
kelembagaan untuk mencapai harmonisasi dalam cara yang dapat diterima secara
politis.
Suatu kegiatan dikatakan keberlanjutan, apabila kegiatan pembangunan secara
ekonomis, ekologis dan sosial politik bersifat berkelanjutan. Berkelanjutan secara
ekonomi berarti bahwa suatu kegiatan pembangunan harus dapat membuahkan
pertumbuhan ekonomi, pemeliharaan capital (capital maintenance), dan
penggunaan sumberdaya serta investasi secara efisien. Berkelanjutan secara
ekologis mengandung arti, bahwa kegiatan dimaksud harus dapat mempertahankan
integritas ekosistem, memelihara daya dukung lingkungan, dan konservasi sumber
daya alam termasuk keanekaragaman hayati (biodiversity), sehingga diharapkan
pemanfaatan sumberdaya dapat berkelanjutan. Sementara itu, berkelanjutan secara
sosial politik mensyaratkan bahwa suatu kegiatan pembangunan hendaknya dapat
menciptakan pemerataan hasil pembangunan, mobilitas sosial, kohesi sosial,
partisipasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat (dekratisasi), identitas sosial,
dan pengembangan kelembagaan (Wiyana, 2004). Darah perairan di Indonesia
sebenarnya telah mendapat persetujuan dalam mengatur, mengelola, atau
memberdayakan daerahnya masing masing, seperti dibahas pada Undang-Undang
No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah memberikan kewenangan yang luas
kepada Daerah Kabupaten dan Kota untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakatnya sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 menyatakan kewenangan daerah di wilayah perairan adalah :
Eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut sebatas
wilayah laut tersebut
Pengaturan kepentingan administratif
Pengaturan ruang
Penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh Daerah atau
yang dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah
Bantuan penegakan keamanandan kedaulatan Negara.
2.5 Upaya Pelestarian Ekosistem Air
Banyak elemen masyarakat yang sekarang masih kurang peka akan kelestarian
dan keberlanjutan sumberdaya ekosistem perairan, hal ini apabila tidak di tanggapi
secara serius akan menimbulkan dampak yang cukup berbahaya ke depannya. Kita
tidak mungkin juga hanya bisa menikmati keindahan suatu tempat tanpa
memikirkan dampak jangka panjangnya bagi generasi penerus. Berikut merupakan
tahapan yang dapat digunakan untuk perlindungan maupun pelestarian ekosistem
perairan, diantaranya adalah :
Restorasi, dimaksudkan sebagai upaya untuk menata kembali kawasan
perairan sekaligus melakukan aktivitas penghijuan. Untuk melakukan
restorasi perlu memperhatikan pemahaman pola hidrologi, perubahan arus
laut, tipe tanah.
Reorientasi, dimaksudkan sebagai sebuah perencanaan pembangunan yang
berparadigma berkelanjutan sekaligus berwawasan lingkungan. Sehingga
motif ekonomi yang cenderung merusak akan mampu diminimalisasi
Responsivitas, dimaksudkan sebagai sebuah upaya dari pemerintah yang
peka dan tanggap terhadap problematika kerusakan ekosistem perairan. Hal
ini dapat ditempuh melalui gerakan kesadaran pendidikan dini, maupun
advokasi dan riset dengan berbagai lintas disiplin keilmuan
Rehabilitasi, gerakan rehabilitasi dimaksudkan sebagai upaya untuk
mengembalikan peran ekosistem pesisir sebagai penyangga kehidupan biota
laut. Salah satu wujud kongkrit pelaksanaan rehabilitasi yaitu dengan
menjadikan kawasan perairan sebagai area konservasi yang berbasis pada
pendidikan (riset) dan ekowisata
Responsibility, dimaksudkan sebagai upaya untuk menggalang kesadaran
bersama sekaligus meningkatkan partisipasi masyarakat.
Regulasi, dalam hal ini setiap daerah pasti mempunyai Perda yang telah
diatur secara jelas dan gambling. Maka dari itu, perlu kesadaran dan
kewajiban untuk memenuhi perda yang telah ada dan telah dibuat. Ini bisa
dijadikan sebuah punishment apabila tidak dijalankan secara
serius. Punishment harus dijalankan guna membentuk sikap yang sadar akan
Perda yang telah diatur demi keberlangsungan ekosistem pesisir di masa
depan.
Kesimpulan
Ekosistem Perairan adalah ekosistem yang faktor lingkungan eksternalnya
didominasi oleh air sebagai habitat dari berbagai organisme air.
Hanya 3% air di permukaan bumi ini adalah air tawar. Sebagian besar dapat
membeku dalam glasier dan es atau terbenam dalam akuifer. Sisanya terdapat
dalam danau, kolam, sungai, dan aliran
Ekosistem perairan tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu air tawar mengalir
(lotik) dan ait tawar diam (lentik).
Air tawar mengalir terdiri dari air bergerak yang mengalir terus-menerus kea rah
tertentu, termasuk semua sungai dan aliran dengan segala ukuran.
Sedangkan periaran tawar lentik terdediri dari air tergenang, seperti danau, kolam,
dan rawa.
Ekosistem air laut merupakan sumber daya hayati dan non hayati, lebih kurang
70% dari permukaan bumi tertutup oleh laut. Wilayah indonesia yang terdiri atas
lebih dari 13000 pulau, dikelilingi oleh laut. Ilmu yang mempelajari ekosistem air
laut disebut oceanologi.
Pengelolaan Perairan Terpadu (P2T) adalah proses yang dinamis yang berjalan
secara terus menerus, dalam membuat keputusan-keputusan tentang pemanfaatan,
pembangunan dan perlindungan wilayah dan sumberdaya perairan dan pesisir.
Suatu kegiatan dikatakan keberlanjutan, apabila kegiatan pembangunan secara
ekonomis, ekologis dan sosial politik bersifat berkelanjutan.
Baftar Pustaka
Akil, Sjarifuddin. 2002. Kebijakan Kimpraswil Dalam Rangka Percepatan
Pembangunan Kelautan dan Perikanan. Makalah Rapat Koordinasi Nasional
Departemen Kelautan dan perikanan Tahun 2002. Jakarta.Nurmalasari, Y. Analisis
Pengelolaan Wilayah Pesisr Berbasis Masyarakat. www. Stmik-
im.ac.id/userfiles/jurnal%20yessi.pdf.
Biliana Cincin-Sain dan Robert W. Knecht. 1998. Integrated Coastal and Ocean
Management Concepts dan Practices. Island Press. Washington, DC.
Coztanza, R. 1991. Ecological economics: The Science and Management of
Sustainability. Columbia University Press. New York.
Depatemen Kelautan dan Perikanan. Pokok-Pokok Pikiran Rancangan Undang-
Undang (RUU) Pengelolaan Wilayah Pesisir (PWP).
Deshmukh, Ian. 1992. Ekologi dan Biologi Tropika. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
DKP. 2008. Urgensi RUU Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Atrikel on-line Dinas Kelautan dan Perikanan.
Ewusie, J.Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung: Penerbit ITB.
Kay, R. dan Alder, J. 1999. Coastal Management and Planning. E & FN SPON.
New York.
Kimball, Jhon W. 1991. Biologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia.
Romimohtarto, Kasijan. 2007. Biologi laut: Ilmu pengetahuan tentang Biota Laut.
Jakarta: Djambatan.
Yudha, Indra Gumay. 2008. Ekosistem Perairan Tawar.