peraturan daerah kabupaten sumba tengah nomor 1 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah...

49
PERATU PERATU PERATU PERATU DEN DEN DEN DEN Menimbang: URAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAH URAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAH URAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAH URAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAH NOMOR NOMOR NOMOR NOMOR 1 1 1 1 TAHUN 2011 TAHUN 2011 TAHUN 2011 TAHUN 2011 TENTANG TENTANG TENTANG TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUMBA TENGAH KABUPATEN SUMBA TENGAH KABUPATEN SUMBA TENGAH KABUPATEN SUMBA TENGAH TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN 2009 2009 2009 2009 - - - 2029 2029 2029 2029 NGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA NGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA NGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA NGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBA TENGAH, BUPATI SUMBA TENGAH, BUPATI SUMBA TENGAH, BUPATI SUMBA TENGAH, a. bahwa untuk mengarahkan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Sumba Tengah secara berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan pertahanan keamanan, perlu disusun rencana tata ruang wilayah; b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antar sektor, daerah dan masyarakat, maka rencana tata ruang wilayah merupakan arahan lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan Pemerintah Daerah, masyarakat, dan/atau dunia usaha; c. bahwa dengan ditetapkannya peraturan pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional, dan Peraturan Daerah Propinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 9 Tahun 2005 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi 1

Upload: pustaka-virtual-tata-ruang-dan-pertanahan-pusvir-trp

Post on 01-Jan-2016

77 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Tanpa Keterangan

TRANSCRIPT

Page 1: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAHPERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAHPERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAHPERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESADENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESADENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESADENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menimbang:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAHPERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAHPERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAHPERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAH

NOMOR NOMOR NOMOR NOMOR 1 1 1 1 TAHUN 2011TAHUN 2011TAHUN 2011TAHUN 2011

TENTANGTENTANGTENTANGTENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH

KABUPATEN SUMBA TENGAHKABUPATEN SUMBA TENGAHKABUPATEN SUMBA TENGAHKABUPATEN SUMBA TENGAH

TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN 2009 2009 2009 2009 ---- 2029202920292029

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESADENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESADENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESADENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUMBA TENGAH,BUPATI SUMBA TENGAH,BUPATI SUMBA TENGAH,BUPATI SUMBA TENGAH,

a. bahwa untuk mengarahkan pemanfaatan ruang di

wilayah Kabupaten Sumba Tengah secara berdaya

guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang dan

berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan

masyarakat, dan pertahanan keamanan, perlu

disusun rencana tata ruang wilayah;

b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan

pembangunan antar sektor, daerah dan

masyarakat, maka rencana tata ruang wilayah

merupakan arahan lokasi investasi pembangunan

yang dilaksanakan Pemerintah Daerah,

masyarakat, dan/atau dunia usaha;

c. bahwa dengan ditetapkannya peraturan

pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

RTRW Nasional, dan Peraturan Daerah Propinsi

Nusa Tenggara Timur Nomor 9 Tahun 2005

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi

1

Page 2: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

Nusa Tenggara Timur Tahun 2006 – 2020, maka

strategi dan arah kebijakan pemanfaatan ruang

wilayah nasional dan propinsi perlu dijabarkan ke

dalam Rencana Tata Ruang Wilayah;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a,huruf b dan huruf c,

perlu membentuk Peraturan Daerah tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba

Tengah Tahun 2009 - 2029;

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas

dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor

75, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3851);

2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang

Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4169);

3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang

Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4377);

4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4389);

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4400);

2

Page 3: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

Pasal 90

Cukup jelas.

Pasal 91

Cukup jelas.

Pasal 92

Cukup jelas .

Pasal 93

Cukup jelas.

TAMBAHAN TAMBAHAN TAMBAHAN TAMBAHAN LEMBARANLEMBARANLEMBARANLEMBARAN DAERAH DAERAH DAERAH DAERAH KABUPATEN KABUPATEN KABUPATEN KABUPATEN SUMBA SUMBA SUMBA SUMBA

TENGAH TENGAH TENGAH TENGAH NOMORNOMORNOMORNOMOR 42424242

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4421);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

9. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pembentukan

Kabupaten Sumba Tengah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 5, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4679);

10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725;

3 94

Page 4: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

11. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak

dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat

Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3660);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian

Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3934);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan

Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45,

Tambahan Lembara Negara republic Indonesia Nomor 4385);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman

Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi

dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4737);

Pasal 83

Cukup jelas.

Pasal 84 : Penataan ruang di kabupaten menjadi tugas dan tanggung

jawab Bupati. Bupati dalam melaksanaan koordinasi

penataan ruang dapat membentuk BKPRD Kabupaten.

Susunan keanggotaan BKPRD Kabupaten/Kota

sebagaimana dimaksud pada, terdiri atas:

a. Penanggung jawab : Bupati dan Wakil Bupati;

b. Ketua : Sekretaris Daerah

Kabupaten;

c. Sekretaris : Kepala Bappeda

Kabupaten;

d. Anggota : SKPD terkait penataan

ruang yang disesuaikan

dengan kebutuhan dan

kemampuan daerah.

BKPRD Kabupaten dalam melaksanakan tugas

sebagaiamana dimaksud dapat :

a. menggunakan tenaga ahli yang diperlukan;

b. membentuk Tim Teknis untuk menangani

penyelesaian masalah-

masalah yang bersifat khusus; dan

c. meminta bahan yang diperlukan dari SKPD Kabupaten.

BKPRD Kabupaten dalam melaksanakan tugas daat

dibantu:

a. Sekretariat BKPRD Kabupaten; dan

b. Kelompok Kerja.

Pasal 88

Cukup jelas.

Pasal 89

Cukup jelas.

93 4

Page 5: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

Pasal 65

Cukup jelas.

Pasal 66

Cukup jelas.

Pasal 67

Cukup jelas.

Pasal 68

Cukup jelas.

Pasal 69

Cukup jelas.

Pasal 70

Cukup jelas.

Pasal 71

Cukup jelas.

Pasal 72

Cukup jelas.

Pasal 73

Cukup jelas.

Pasal 74

Cukup jelas.

Pasal 75

Cukup jelas.

Pasal 76

Cukup jelas.

Pasal 77

Cukup jelas.

Pasal 78

Cukup jelas.

Pasal 79

Cukup jelas.

Pasal 80

Cukup jelas.

Pasal 81

Cukup jelas.

Pasal 82

Cukup jelas.

17. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang

Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4738);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi

Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4741);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4833);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4858);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pedoman

Pengelolaan Kawasan Perkotaan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5004);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070);

23. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan

Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010

Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5103);

5 92

Page 6: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata

Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang

Daerah ;

25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang

Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;

26. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;

27. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 9 Tahun 2005

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur

Tahun 2006-2020 (Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur

Tahun 2005 Nomor 099, Seri E Nomor 058);

28. Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 3 Tahun 2008

tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Kabupaten

Sumba Tengah (Lembaran Daerah Kabupaten Sumba Tengah Tahun

2008 Nomor 3);

Pasal 47

Cukup jelas.

Pasal 48

Cukup jelas.

Pasal 49

Cukup jelas.

Pasal 50

Cukup jelas.

Pasal 51

Cukup jelas.

Pasal 52

Cukup jelas.

Pasal 53

Cukup jelas.

Pasal 54

Cukup jelas.

Pasal 55

Cukup jelas.

Pasal 56

Cukup jelas.

Pasal 57

Cukup jelas.

Pasal 58

Cukup jelas.

Pasal 59

Cukup jelas.

Pasal 60

Cukup jelas.

Pasal 61

Cukup jelas.

Pasal 62

Cukup jelas.

Pasal 63

Cukup jelas.

Pasal 64

Cukup jelas.

91 6

Page 7: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

• Teras dibuat untuk individu

tanaman (pohon) sebagai tempat

pembuatan lubang tanaman.

• Ukuran teras individu disesuaikan

dengan kebutuhan masing-masing

jenis tanaman yang

dibudidayakan.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup jelas.

Pasal 37

Cukup jelas.

Pasal 38

Cukup jelas.

Pasal 39

Cukup jelas.

Pasal 40

Cukup jelas.

Pasal 41

Cukup jelas.

Pasal 42

Cukup jelas.

Pasal 43

Cukup jelas.

Pasal 44

Cukup jelas.

Pasal 45

Cukup jelas.

Pasal 46

Cukup jelas.

Dengan Persetujuan BersamaDengan Persetujuan BersamaDengan Persetujuan BersamaDengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN SUMBA TENGAHKABUPATEN SUMBA TENGAHKABUPATEN SUMBA TENGAHKABUPATEN SUMBA TENGAH

dandandandan

BUPATI SUMBA TENGAHBUPATI SUMBA TENGAHBUPATI SUMBA TENGAHBUPATI SUMBA TENGAH

MEMUTUSKAN :MEMUTUSKAN :MEMUTUSKAN :MEMUTUSKAN :

Menetapkan Menetapkan Menetapkan Menetapkan :::: PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANAPERATURAN DAERAH TENTANG RENCANAPERATURAN DAERAH TENTANG RENCANAPERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA

TATA RUANG TATA RUANG TATA RUANG TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUMBA WILAYAH KABUPATEN SUMBA WILAYAH KABUPATEN SUMBA WILAYAH KABUPATEN SUMBA

TENGAH TAHUN 20TENGAH TAHUN 20TENGAH TAHUN 20TENGAH TAHUN 2009090909 –––– 2020202029.29.29.29.

BAB IBAB IBAB IBAB I

KETENTUAN UMUMKETENTUAN UMUMKETENTUAN UMUMKETENTUAN UMUM

Pasal 1Pasal 1Pasal 1Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Sumba Tengah.

2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD

adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumba Tengah.

3. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.

4. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

5. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Sumba Tengah.

6. Bupati adalah Bupati Sumba Tengah.

7. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta

segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan

berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.

7 90

Page 8: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

8. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang

udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,

tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan

memelihara kelangsungan hidupnya.

9. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

10. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem

jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung

kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarki memiliki

hubungan fungsional.

11. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah

yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan

ruang untuk fungsi budi daya.

12. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

13. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur

ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan

rencana tata ruang.

14. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang

dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan

dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.

15. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan

tertib tata ruang.

16. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

17. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai

jangkauan pelayanan pada tingkat wilayah.

18. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang selanjutnya disingkat

RTRW Kabupaten adalah rencana tata ruang wilayah Kabupaten

Sumba Tengah.

19. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi

daya.

20. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya

alam dan sumber daya buatan.

21. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi

utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber

daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

• Jarak antar dua guludan rata-rata

10 meter.

• Selokan air pada teras gulud

berfungsi sebagai saluran diversi

untuk mengurangi aliran

permukaan kearah lereng di

bawahnya.

• Pemilihan yang tepat untuk

penanaman tanaman penguat

pada teras guludan.

Syarat teras kredit adalah sebagai

berikut :

• Teras kredit sesuai dengan tanah

landai sampai bergelombang

dengan derajat kemiringan 3-

10%.

• Jarak antar larikan teras 5-120%

• Tanaman pada larikan teras

berfungsi untuk menahan butir-

butir tanah akibat erosi dari

sebelah atas larikan.

• Teras kredit diharapkan menjadi

teras bangku secara berangsur-

angsur.

Syarat teras kredit adalah sebagai

berikut :

• Teras individu dibuat pada

lahan dengan derajat

kemiringan antara 30%-

50%, yang tidak direncanakan

untuk penanaman tanaman

perkebunan di daerah yang

curah hujannya rendah dan

penutup tanahnya cukup baik.

89 8

Page 9: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

dikembangkan untuk menanggulangi

tingginya biaya pembangunan teras bangku.

3. Konservasi Konstruktif, dimana pada

kawasan yang harus dipertahankan tetap

terbuka (sebagai area peternakan), maka

pengurangan limpasan permukaan

dilakukan dengan pembuatan Chek Dam di

anak-anak sungainya. Dengan tanah yang

mayoritas terdiri batuan kapur, maka air

yang teresapkan akan menjadi cadangan air

tanah di kawasan hilirnya, sehingga debit

sungai akan semakin stabil mulai musim

penghujan hingga musim kemarau.

Syarat teras bangku adalah sebagai

berikut :

• Teras bangku sebaiknya dibuat pada

lahan dengan derajat kemiringan 10% -

30%.

• Bidang olah teras bangku hampir datar,

sedikit miring kearah bagian dalam atau

keluar ( + 1%) seperti bangku.

• Antara dua bidang olah teras dibatasi

oleh tampingan/ talud/riser.

• Dibawah tampingan teras dibuat

selokan teras yang miring kearah SPA.

Syarat teras gulud adalah sebagai

berikut :

• Teras guludan dapat dibuat pada tanah

dengan derajat kemiringan

(10% - 50%).

22. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama

pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan

fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa

pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

23. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama

bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat

permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa

pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

24. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih

pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi

pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang

ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hirarkhi keruangan

satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.

25. Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya

diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam

lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau

lingkungan.

26. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan

perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten

atau beberapa kecamatan.

27. Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan untuk di kemudian hari

ditetapkan sebagai PKL yang selanjutnya disebut PKLp adalah

ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten.

28. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah

kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala

kecamatan atau beberapa desa.

29. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat

permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.

30. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau

mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat

tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang

sengaja ditanam.

9 88

Page 10: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

31. Jalan Kolektor Sekunder yang selanjutnya disebut KS adalah jalan

kolektor yang berada di dalam kota yang menghubungkan kawasan

sekunder dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder

kedua dengan kawasan sekunder ketiga.

32. Jalan Lokal Primer yang selanjutnya disebut LP adalah jalan lokal yang

menghubungkan antar pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan

lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan,

antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat

kegiatan lingkungan, serta antarpusat kegiatan lingkungan.

33. Energi baru dan terbarukan adalah bentuk energi yang dihasilkan oleh

teknologi baru.

34. Energi terbarukan adalah bentuk energi yang dihasilkan dari

sumberdaya energi yang secara alamiah tidak akan habis dan dapat

berkelanjutan jika dikelola dengan baik.

35. Ekosistem adalah sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal

balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.

36. Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi

kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan

generasi mendatang.

37. Daya dukung lingkungan adalah kemampuan ekosistem untuk

mendukung kehidupan organisme secara sehat sekaligus

mempertahankan produktifitas, kemampuan adaptasi dan kemampuan

memperbaruhi diri.

38. Ramah lingkungan adalah suatu kegiatan industri, jasa dan

perdagangan yang dalam proses produksi atau keluarannya

mengutamakan metoda atau teknologi yang tidak mencemari

lingkungan dan tidak berbahaya bagi makhluk hidup.

39. Mitigasi bencana adalah upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik

secara struktur atau fisik melalui pembangunan fisik alami dan/atau

buatan maupun nonstruktur atau nonfisik melalui peningkatan

kemampuan menghadapi ancaman bencana.

40. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk

masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan

nonpemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.

kesesuaian lahan, dan diutamakan yang

berdampak hidrologis, dan produktifitasnya

tinggi sehingga bernilai ekonomis tinggi.

2. Konservasi tanah mekanik adalah semua

perlakuan fisik mekanis yang diberikan

terhadap tanah, dan pembuatan bangunan

yang ditujukan untuk mengurangi aliran

permukaan dan erosi serta meningkatkan

kelas kemampuan tanah. Penerapan teknik

konservasi mekanis akan lebih efektif dan

efisien bila dikombinasikan dengan teknik

konservasi vegetatif seperti penggunaan

rumput sebagai tanaman penguat teras,

penggunaan mulsa ataupun pengaturan

pola tata tanam. Mengingat kondisi wilayah

Kabupaten Sumba Tengah rentan terhadap

bahaya erosi, maka diperlukan perlakuan

fisik mekanis dalam hal ini adalah

pembuatan teras-teras. Teras merupakan

metode konservasi yang ditujukan untuk

mengurangi kecepatanaliran permukaan,

memperbesar peresapan air ke dalam tanah,

menampung serta mengendalikan arah dan

kecepatan air aliran pemukaan.

Ada beberapa jenis teras antara lain : teras

bangku, teras gulud, teras kebun, teras

kredit dan teras individu. Metode

konservasi lain adalah saluran drainase.

Tipe teras yang relatif banyak

dikembangkan pada lahan pertanian di

Indonesia adalah teras bangku atau teras

tangga (bench terrace) dan teras gulud

(ridge terrace). Teras kredit dapat

87 10

Page 11: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

Pasal 28

Cukup jelas.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32 :

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3) :

Pendekatan penanganan sungai rawan banjir dan

daerah rawan banjir dilakukan dengan tiga jalan,

yaitu vegetatif, mekanis dan konstruktif, yaitu:

3. Konservasi Vegetatif, yaitu penanaman

vegetasi berkayu keras dan bertajuk lebat

pada daerah yang berlereng curam

diharapkan mengurangi limpasan permukaan

dan meningkatkan kandungan air tanah.

Pengolahan lahan yang memperhatikan

kaidah-kaidah konservasi lahan akan

meningkatkan efektivitasnya. Pada kawasan

yang bertopografi datar, penanaman vegetasi

di area pemukiman akan memperbaiki iklim

mikro. Pada daerah-daerah yang mempunyai

lapisan pasir dan kerikil di bawah permukaan,

penanaman vegetasi dapat mengkondisikan

munculnya mata air baru. Pemilihan jenis

tanaman, dilakukan dengan criteria tingkat

41. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam proses

perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian

pemanfaatan ruang.

42. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut

BKPRD adalah badan bersifat adhoc yang dibentuk untuk mendukung

pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan

Ruang di Kabupaten Sumba Tengah dan mempunyai fungsi membantu

pelaksanaan tugas Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah.

43. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah yang ditetapkan secara

nasional yang digunakan unuk kepentingan pertahanan.

BAB IIBAB IIBAB IIBAB II

TUJUANTUJUANTUJUANTUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANGRUANGRUANGRUANG

Bagian Bagian Bagian Bagian KesatuKesatuKesatuKesatu

TujuanTujuanTujuanTujuan

Pasal 2Pasal 2Pasal 2Pasal 2

Tujuan penataan ruang daerah adalah untuk mewujudkan ruang wilayah

bagi pengembangan kegiatan bidang pertanian, peternakan, perkebunan,

perikanan, kehutanan, industri, pertambangan dan kelautan, serta pariwisata

melalui penyediaan sarana dan prasarana yang memadai guna mendukung

peningkatan kemampuan sumberdaya manusia dan perkembangan ekonomi

dengan memperhatikan daya dukung lingkungan.

11 86

Page 12: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

Bagian KeduaBagian KeduaBagian KeduaBagian Kedua

Kebijakan dan Strategi Penataan RuangKebijakan dan Strategi Penataan RuangKebijakan dan Strategi Penataan RuangKebijakan dan Strategi Penataan Ruang

Pasal 3Pasal 3Pasal 3Pasal 3

Untuk mewujudkan tujuan penatan ruang sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 2 ditetapkan kebijakan dan strategi penatan ruang wilayah kabupaten,

terdiri atas :

a. kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang ;

b. kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang ;

c. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis; dan

d. kebijakan dan strategi pengembangan fungsi kawasan pesisir dan pulau-

pulau kecil.

Paragraf 1Paragraf 1Paragraf 1Paragraf 1

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Kabupaten Sumba Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Kabupaten Sumba Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Kabupaten Sumba Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Kabupaten Sumba

TengahTengahTengahTengah

Pasal 4Pasal 4Pasal 4Pasal 4

Kebijakan pengembangan struktur ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal

3 huruf a, terdiri atas :

a. kebijakan pengembangan sistem perkotaan, terdiri atas :

1. pengembangan sistem perkotaan dan perdesaan secara berjenjang

dan bertahap sesuai skala pengembangan perkotaan;

2. peningkatan pelayanan sosial ekonomi berdasarkan fungsi dan peran

kawasan perkotaan sesuai skala perkotaannya; dan

3. peningkatan interaksi antar kawasan perkotaan dan kawasan

perdesaan.

b. kebijakan pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah, terdiri atas :

1. pengembangan sistem jaringan prasarana utama terdiri atas :

a) pengembangan sistem jaringan transportasi jalan raya dan

transportasi laut dalam mendukung pertumbuhan wilayah; dan

b) pengembangan infrastruktur pendukung pertumbuhan wilayah

berupa terminal dan pelabuhan;

5. Mempunyai jalan akses masuk atau jalan

keluar ke dan dari terminal sekurang-

kurangnya 30 meter untuk wilayah luar

Pulau Jawa.

Ayat (5) huruf b :

Adapun persyaratan lokasi terminal tipe C

adalah sebagai berikut :

1. Terletak di wilayah kabupaten dan dalam

jaringan trayek angkutan perdesaan.

2. Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan

kelas jalan paling tinggi IIIA.

3. Tersedia lahan yang sesuai dengan

permintaan angkutan.

4. Mempunyai jalan akses masuk atau jalan

keluar ke dan dari terminal sesuai

kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas di

sekitar terminal.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

85 12

Page 13: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

7. KS 4 (Watugeigal – Dameka – Malinjak –

Prewatana);

8. KS 5 (Loku ujung – Lolukala);

9. KS 6 (Mambitul – Watumetung);

10. LP 29 (Lawonda – Maradesa);

11. LP 33 (Maradesa –Alanga – Soru);

12. LP 35 (Lendiwacu – Tanambanas);

13. LP 36 (Pahomba – Prailanggina);

14. LP 37 (Parewatana – Paradeta);

15. LP 38 (Waihibur – Patembu);

16. LP 39 (Wairasa – Karagirowa);

17. LP 40 (Pasunga - Sp. Pondok);

18. LP 46 (Katamawai – Waikawu);

19. LP 47 (Waikawu - Konda);

20. LP 53 (SP.Karagirowa – Loku ujung);

21. LP 55 (Lolukalay - Tanapari); dan

22. LP 56 (Kabonduk - Wailawa).

Ayat (4) dst

Cukup jelas.

Ayat (5) huruf a :

Adapun persyaratan lokasi terminal tipe B

adalah sebagai berikut :

1. Terletak di perkotaan atau Kabupaten dan

dalam jaringan trayek angkutan kota dalam

propinsi.

2. Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan

kelas jalan sekurang-kurangnya IIIB.

3. Jarak antara dua terminal penumpang tipe

B atau dengan terminal tipe A, sekurang-

kurangnya 30 km untuk wilayah luar Pulau

Jawa.

4. Tersedia luas lahan sekurang-kurangnya 2

Ha untuk luar Pulau Jawa.

2. pengembangan sistem jaringan prasarana lainnya terdiri atas :

a) peningkatan jumlah dan mutu prasarana telematika di tiap

wilayah pengembangan, jangkauan pelayanan serta kemudahan

mendapatkan prasarana telematika;

b) peningkatan sistem jaringan dan pengoptimalan fungsi dan

pelayanan prasarana irigasi/sumber daya air;

c) pengoptimalan tingkat pelayanan prasarana energi/ listrik dan

perluasan jangkauan jaringan listrik sampai ke pelosok desa;

d) peningkatan kapasitas dan pelayanan melalui sistem koneksi

antar wilayah kabupaten;

e) pengoptimalan tingkat penanganan sampah perkotaan dan

reduksi sumber timbunan sampah; dan

f) pengembangan lingkungan permukiman yang sehat dan bersih.

Pasal 5Pasal 5Pasal 5Pasal 5

Strategi pengembangan struktur ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

huruf a, terdiri atas :

a. strategi pengembangan sistem perkotaan dan perdesaan secara

berjenjang dan bertahap sesuai skala pengembangan perkotaan, terdiri

atas:

1. mengembangkan sistem perkotaan yang memiliki keterkaitan secara

fungsional;

2. meningkatkan interaksi kota pusat kabupaten dengan kota pusat

sistem perwilayahan melalui pengembangan transportasi angkutan

umum, maupun peningkatan jaringan jalan;

3. mengembangkan prasarana sosial ekonomi sesuai fungsi dan peran

perkotaan yang harus diemban dalam skala yang lebih luas;

4. mengembangkan pusat produksi dan pemasaran di perdesaan; dan

5. mengembangkan aksesbilitas kawasan perkotaan ibukota kecamatan

dengan kawasan perdesaan.

b. strategi peningkatan pelayanan sosial ekonomi berdasarkan fungsi dan

peran kawasan perkotaan sesuai skala perkotaannya, terdiri atas :

1. mengembangkan perkotaan sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi

bagi kawasan yang lebih luas;

13 84

Page 14: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

2. mengembangkan fasilitas sosial ekonomi dalam rangka meningkatkan

kemampuan pelayanan terhadap wilayah perkotaan; dan

3. mengembangkan fasilitas sosial ekonomi berdasarkan skala

kebutuhan dan pelayanan hinterland yang lebih luas.

c. strategi peningkatan interaksi antar kawasan perkotaan dan kawasan

perdesaan terdiri atas :

a. mengembangkan Perkotaan Waibakul sebagai pusat pelayanan

umum skala regional; dan

b. meningkatkan interaksi kota pusat Kabupaten dengan kota pusat

sistem perwilayahan melalui pengembangan transportasi angkutan

umum, maupun peningkatan jaringan jalan.

Pasal 6Pasal 6Pasal 6Pasal 6

Strategi pengembangan sistem jaringan prasarana wilayah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, terdiri atas :

a. strategi pengembangan sistem jaringan prasarana utama terdiri atas:

1. mengembangkan sistem jaringan transportasi jalan raya dan

transportasi laut dalam mendukung pertumbuhan wilayah, terdiri

atas :

a) mengembangkan jaringan jalan untuk peningkatan kemudahan

aksesibilitas kawasan agropolitan, yaitu antara sentra produksi,

sentra pengolahan dan sentra pemasaran;

b) mengembangkan kawasan perkotaan yang berfungsi atau

berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala

propinsi atau beberapa kabupaten;

c) mengembangkan pelabuhan pengumpan yang menghubungkan

antar pulau dan untuk mendukung kawasan perindustrian;

d) mengembangkan jalan penghubung utama antar sentral

pengembangan industri ke pelabuhan;

e) menyiapkan lahan dan infrastruktur penunjang

pelabuhan; dan

f) menyiapkan lembaga pengelola kawasan pelabuhan.

Ayat (3) huruf b :

yang dimaksud pengembangan ruas jalan baru

untuk mendukung pengembangan kawasan

agropolitan dengan fungsi lokal primer (LP):

1. LP 14 (Praikalla – Sangumata);

2. LP15 (Ngguara – Sangumata);

3. LP18 (Wawarongu – Kaliya);

4. LP 19 (Cendana – Ole Ate);

5. LP 20 (Kaniki – Kapalas);

6. LP 25 (Lailuri – Galumadamu); dan

7. LP 27 (Waisumar – Galumadamu).

Ayat (3) huruf c :

yang dimaksud pengembangan ruas guna

menunjang pengembangan kawasan agropolitan

dengan fungsi lokal primer (LP),:

1. LP 11 (Watuasa - Praikalalla);

2. LP 16 (Praikamaru - Tanganang);

3. LP 17 (Kaniki - Wawarongu);

4. LP 21 (Ole Ate – Pondok);

5. LP 22 (SP. Pondok - Tamaau);

6. LP 23 (Katura - Pondok);

7. LP 26 (Katikuloku – Galumadamu);

8. LP 30 (Lowa - Praikalalla);

9. LP 41 (Waisumar – SP. Manurara);

10. LP 42 (Dameka - Waimanu); dan

11. LP 43 (Waimanu - Manurara).

Ayat (3) huruf d :

yang dimaksud rencana hierarki jalan lainnya:

1. K 1 (Lokumaragangidu – Lokulalang) yang

termasuk di dalam ruas Batas Kota

Waikabubak -Batas Kab. Sumba Timur;

2. K 2 (Tombo – Kaliasin);

3. KP 1 (Karendi – Batas Sumba Timur);

4. KP 2 (Jalan Lintas Selatan);

5. KS 1 (Waibakul – Maderi – Mamboro);

6. KS 2 (Pasunga – Malinjak);

83 14

Page 15: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3) huruf a :

yang dimaksud pengembangan ruas jalan baru

dengan fungsi (KS) dan lokal primer (LP):

1. KS 3 (Malinjak – Tamakatul);

2. KS 7 (Waimarapu –Liang udongu);

3. KS 8 (Liangudongu – Umapaohi);

4. LP 1 (Utapambapang – Wende);

5. LP 2 (Malinjak – Pamulariti);

6. LP3 (Alanga – SP. Jambamoni Golutosi);

7. LP4 (Pahar 1 – Golutosi);

8. LP5 (Golutosi – Jambamoni);

9. LP6 (Jambamoni – Pahar 1);

10. LP 7 (SP. Lenag – Jambamoni);

11. LP8 (Lenang – Ngadubolu);

12. LP 9 (Ngadubolu – Katumbu);

13. LP 10 (Kapulit – Praiwunga);

14. LP12 (Watuasa – Pasir Besi);

15. LP 13 (Pasir Besi – Sangumata);

16. LP24 (Pasir Besi – Binanatu);

17. LP 28 (Maderi – Patuku Uma);

18. LP 31 (Bolubokat – Ngadubolu);

19. LP32 (Maradesa – Lenang);

20. LP 34 (Lendiwacu – Alanga);

21. LP44 (Waimanu – Matayangu)

22. LP45 (SP.Waimanu – Tangairi);

23. LP 48 (Waikawu – Maloba);

24. LP 49 (SP.Waikawu – Aili)

25. LP 50 (Kalebuni Gallu – Golurusa);

26. LP 51 (Golurusa – Praikanigu);

27. LP 52 (Patembu – Bolubokat);

28. LP 54 (Tamawitu – Waimaringu);

29. LP 57 (Tanabara – Karipi); dan

30. LP 58 (SP. Soru – Ngara).

2. mengembangkan infrastruktur pendukung pertumbuhan wilayah

berupa terminal, terdiri atas:

a) mengembangkan terminal Tipe C di wilayah pusat

pengembangan wilayah;

b) mengembangkan terminal barang secara terpadu di jalur

pantura; dan

c) mengembangkan terminal di tingkat kecamatan sesuai

kebutuhan.

b. Strategi pengembangan sisitem jaringan prasarana lainnya terdiri atas :

1. meningkatan jumlah dan mutu prasarana telematika di tiap

wilayah pengembangan, jangkauan pelayanan serta kemudahan

mendapatkan prasarana telematika, terdiri atas :

a) mengembangkan jaringan telematika dan informasi yang

menghubungkan setiap wilayah pertumbuhan;

b) mengembangkan jumlah tower BTS (Base Transciever Station) yang dapat digunakan secara bersama antar provider yang bisa

menjangkau ke seluruh wilayah Kabupaten;

c) mengembangkan teknologi telematika berbasis teknologi

modern;

d) membangun teknologi telematika pada wilayah-wilayah pusat

pertumbuhan;

e) membentuk jaringan telematika dan informasi yang

menghubungkan setiap wilayah pertumbuhan; dan

f) menerapkan teknologi telematika berbasis teknologi modern.

2. meningkatkan sistem jaringan dan pengoptimalan fungsi dan

pelayanan prasarana irigasi/sumber daya air, terdiri atas :

a) meningkatkan pembangunan jaringan irigasi sederhana dan

irigasi setengah teknis;

b) meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana pendukung;

c) melakukan perlindungan terhadap sumber-sumber mata air,

daerah resapan air dan bendungan/embung;

d) mencegah terjadinya pendangkalan terhadap saluran irigasi dan

bendungan/embung; dan

e) membangun dan memperbaiki sarana irigasi/sumber

daya air.

15

82

Page 16: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

3. mengoptimalkan tingkat pelayanan prasarana energi/ listrik dan

perluasan jangkauan jaringan listrik sampai ke pelosok desa, terdiri

atas :

a) mengembangkan jaringan baru untuk wilayah-wilayah hunian

yang belum terlayani fasilitas listrik;

b) menyempurnakan jaringan lama untuk meningkatkan

keandalan jaringan;

c) meningkatkan infrastruktur pendukung termasuk komputerisasi

sistem administrasi pelayanan pelanggan;

d) memperbaiki sistem pencatatan metering pelanggan /

digitalisasi dan komputerisasi sistem metering pelanggan;

e) optimalisasi pengoperasian dan penggunaan infrastruktur untuk

meningkatkan tingkat pelayanan kepada pelanggan, baik dari

segi kontinyuitas suplai tenaga listrik, kecukupan jumlah tenaga

listrik yang memadai serta kualitas tenaga listrik yang

memenuhi standard;

f) meningkatkan kapasitas Penerangan Jalan Umum (PJU)

khususnya pada waktu malam hari sebagai upaya

meningkatkan aktifitas perekonomian wilayah kabupaten;

g) meningkatkan jaringan listrik pada wilayah pelosok;

h) melakukan kajian dan mengembangkan sistem interkoneksi

jaringan tegangan menengah; dan

i) melakukan kajian dan mengembangkan pembangkit listrik

hybrid untuk wilayah-wilayah yang secara tekno-ekonomis

tidak layak untuk diinterkoneksikan dengan jaringan

listrik PLN.

4. meningkatkan kapasitas dan pelayanan melalui sistem koneksi

antar wilayah kabupaten, terdiri atas :

a) mengembangkan sistem interkoneksi tegangan menengah;

b) melakukan kajian dan mengembangkan Saluran Transmisi

Tegangan Tinggi (STTT) interkoneksi antar kabupaten di Pulau

Sumba;

c) mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

(PLTMH) dengan memanfaatkan potensi energi air;

Pasal 13 :

Ayat (1) huruf a : Yang dimaksud, PKL ditetapkan

dengan kreteria :

1. kawasan perkotaan yang berfungsi

atau berpotensi sebagai pusat

kegiatan industri dan jasa yang

melayani skala kabupaten atau

beberapa kecamatan; dan/atau

2. kawasan perkotaan yang berfungsi

atau berpotensi sebagai simpul

transportasi yang melayani skala

kabupaten atau beberapa

kecamatan.

Ayat (1) huruf b dst

Cukup jelas.

Ayat (2) dst

Cukup jelas.

Ayat (3) dst

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19 :

Ayat (1)

Cukup jelas.

81 16

Page 17: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

lingkungan hidup serta keanekaragaman hayati guna mewujudkan

pembangunan yang berkelanjutan.

II. II. II. II. PASAL DEMI PASALPASAL DEMI PASALPASAL DEMI PASALPASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10 : Yang dimaksud dengan “rencana struktur ruang” adalah

gambaran struktur ruang yang dikehendaki untuk

dicapai pada akhir tahun rencana, yang mencakup

struktur ruang yang ada dan yang akan dikembangkan.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas.

d) mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Disel (PLTD)

dengan memanfaatkan potensi diesel ; dan

e) menjalin kerjasama dengan kabupaten sekitar untuk menunjang

pembangunan sistem interkoneksi tegangan tinggi Pulau

Sumba.

5. mengoptimalkan tingkat penanganan sampah perkotaan dan

reduksi sumber timbunan sampah, terdiri atas :

a) meningkatkan prasarana pengolahan sampah;

b) melakukan pengelolaan sampah berkelanjutan;

c) mengembangkan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang ramah

lingkungan;

d) meminimasi penggunaan sumber sampah yang sukar didaur

ulang secara alamiah; dan

e) memanfaatkan daur ulang sampah yang memiliki nilai

ekonomi.

6. mengembangkan lingkungan permukiman yang sehat dan bersih,

terdiri atas :

a) melakukan penanganan limbah rumah tangga dengan fasilitas

sanitasi per Kepala Keluarga (KK) juga sanitasi umum pada

wilayah perdesaan; dan

b) meningkatkan sanitasi lingkungan untuk permukiman,

produksi, jasa, dan kegiatan sosial ekonomi lainnya.

Paragraf 2Paragraf 2Paragraf 2Paragraf 2

Kebijakan dan Strategi Kebijakan dan Strategi Kebijakan dan Strategi Kebijakan dan Strategi PengembanganPengembanganPengembanganPengembangan Pola Ruang Wilayah Pola Ruang Wilayah Pola Ruang Wilayah Pola Ruang Wilayah

Pasal 7Pasal 7Pasal 7Pasal 7

(1) Kebijakan pengembangan pola ruang sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 huruf b, terdiri atas :

b. pemantapan perlindungan kawasan lindung untuk menjaga

kelestarian lingkungan sumberdaya alam dan buatan; dan

c. pengembangan kawasan budidaya yang mendorong

pengembangan industri, pertanian; dan perikanan, pertambangan

dan pariwisata dengan tetap menjaga sistem berkelanjutan dalam

jangka panjang.

17 80

Page 18: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

(2) Strategi pemantapan perlindungan kawasan lindung untuk menjaga

kelestarian lingkungan sumberdaya alam dan buatan, terdiri atas :

a. mengoptimalkan perlindungan kawasan hutan lindung yang terjadi

alih fungsi untuk budidaya;

b. memantapkan luasan kawasan lindung;

c. menetapkan zonasi kawasan lindung;

d. membatasi dan mengendalikan perkembangan permukiman dan

kegiatan budidaya di sekitar kawasan lindung;

e. mengamankan kawasan sekitar sungai, irigasi, sempadan pantai,

embung dan mata air;

f. menjaga kelestarian kawasan hulu sebagai kawasan resapan air dan

cadangan air bagi wilayah Kabupaten dan sekitarnya;

g. meningkatan nilai dan fungsi kawasan taman nasional dengan

menjadikan kawasan sebagai tempat wisata, obyek penelitian, dan

kegiatan pecinta alam;

h. menghindari kawasan yang rawan terhadap bencana alam seperti

banjir, tanah longsor dan bencana alam lainnya;

i. mengembangkan peringatan dini dari kemungkinan adanya

bencana alam;

j. mengembangkan hutan mangrove dan bangunan yang dapat

meminimalisasi bencana abrasi;

k. mengurangi debit limpasan permukaan dan peningkatan resapan air

ke dalam tanah; dan

l. mengembalikan fungsi kawasan yang mengalami kerusakan, melalui

penanganan secara teknis dan vegetatif.

(3) Strategi pengembangan kawasan budidaya yang mendorong

pengembangan industri, pertanian, perikanan, pertambangan dan

pariwisata dengan tetap menjaga sistem keberlanjutan dalam jangka

panjang, terdiri atas :

a. strategi untuk mengembangkan hutan produksi terdiri atas :

1. memanfaatkan hutan produksi terbatas dengan

mengutamakan hasil hutan bukan kayu;

2. memanfaatkan hutan produksi dengan tetap memperhatikan

fungsi kawasan perlindungan dengan melakukan penanaman

dan penebangan secara bergilir; dan

PENJELASANPENJELASANPENJELASANPENJELASAN

ATASATASATASATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAHPERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAHPERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAHPERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAH

NOMOR NOMOR NOMOR NOMOR 1 1 1 1 TAHUN 2011TAHUN 2011TAHUN 2011TAHUN 2011

TENTANGTENTANGTENTANGTENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH

KABUPATEN SUMBA TENGAHKABUPATEN SUMBA TENGAHKABUPATEN SUMBA TENGAHKABUPATEN SUMBA TENGAH

TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN 2009 2009 2009 2009 ---- 2029202920292029

I. I. I. I. PENJELASAN PENJELASAN PENJELASAN PENJELASAN UMUMUMUMUMUMUMUM

RTRW Kabupaten disusun dengan memperhatikan dinamika

pembangunan yang berkembang, antara lain, tantangan globalisasi,

otonomi dan aspirasi daerah, keseimbangan perkembangan antar

kawasan, kondisi fisik wilayah, pengembangan potensi kelautan dan

pesisir, pemanfaatan ruang kota, kawasan pantai dan pulau-pulau

kecil, serta peran teknologi dalam memanfaatkan ruang.

Untuk mengantisipasi dinamika pembangunan tersebut,

upaya pembangunan juga harus ditingkatkan melalui perencanaan,

pelaksanaan, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang lebih baik

agar seluruh pikiran dan sumber daya dapat diarahkan secara

berhasil guna dan berdaya guna.

Dalam penggunaan sumber daya alam dilakukan secara terencana,

rasional, optimal, bertanggung jawab, dan sesuai dengan kemampuan

daya dukungnya, dengan mengutamakan sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat, memperkuat struktur ekonomi wilayah yang

memberikan efek ganda yang maksimum terhadap pengembangan

industri pengolahan dan jasa dengan tetap memperhatikan kelestarian

fungsi dan keseimbangan

79 18

Page 19: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

Pasal 93Pasal 93Pasal 93Pasal 93

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap

orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini

dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah.

Ditetapkan di Waibakul

pada tanggal

BUPATI SUMBA TENGAHBUPATI SUMBA TENGAHBUPATI SUMBA TENGAHBUPATI SUMBA TENGAH

UMBU S. PATEDUKUMBU S. PATEDUKUMBU S. PATEDUKUMBU S. PATEDUK

Diundangkan di Waibakul

pada tanggal 20 Agustus 2011

SEKRETARIS DAERAHSEKRETARIS DAERAHSEKRETARIS DAERAHSEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN SUMBA TENGAHKABUPATEN SUMBA TENGAHKABUPATEN SUMBA TENGAHKABUPATEN SUMBA TENGAH,,,,

UMBU PUDAUMBU PUDAUMBU PUDAUMBU PUDA, SH., M.Si, SH., M.Si, SH., M.Si, SH., M.Si Pembina Utama Muda

NIP. 19530315 198603 1 009

LEMBARANLEMBARANLEMBARANLEMBARAN DAERAH DAERAH DAERAH DAERAH KABUPATEN KABUPATEN KABUPATEN KABUPATEN SUMBA SUMBA SUMBA SUMBA TENGAHTENGAHTENGAHTENGAH

TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN 2012012012011 1 1 1 NOMOR NOMOR NOMOR NOMOR 1111

78

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap

orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini

Ditetapkan di Waibakul

pada tanggal 20 Agustus 2011

BUPATI SUMBA TENGAHBUPATI SUMBA TENGAHBUPATI SUMBA TENGAHBUPATI SUMBA TENGAH,,,,

ttd

UMBU S. PATEDUKUMBU S. PATEDUKUMBU S. PATEDUKUMBU S. PATEDUK

TENGAHTENGAHTENGAHTENGAH

3. mengganti lahan untuk pengembangan hutan pada kawasan

hutan produksi yang dikonversi melalui penanaman tanaman

tegakan tinggi tahunan yang berfungsi

perkebunan kelapa, kopi, kemiri dan komoditi lainnya.

b. strategi untuk

1. mempertahankan luasan pertanian lahan basah secara

keseluruhan dengan tidak memutus jaringan irigasi atau

menyatukan d

penggunaan bangunan sepanjang

2. mengembangkan potensi pertanian melalui pengembangan

kawasan agropolitan untuk mendorong pertumbuhan

kawasan perdesaan;

3. mendorong terwujudnya keterpaduan program dalam

mengembangkan agropolitan melalui lintas sektor dan lintas

wilayah;

4. memanfaatkan pertanian lahan kering secara optimal untuk

kegiatan produktifitas penunjang perdesaan;

5. mengembangkan hortikultura dengan pengolahan hasil;

6. mengendalikan secara ketat kawasan

sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan;

7. memberikan insentif pada lahan yang telah ditetapkan sebagai

lahan pertanian pangan berkelanjutan;

8. mengembangkan dan meningkatkan sarana dan prasarana

pertanian untuk meningkatkan nilai

9. meningkatkan produktivitas dan pemasaran perkebunan;

10. mengembangkan pasar perkebunan pada sentra produksi;

11. mengembangkan sentra ternak besar disertai upaya

pengembangan bersama masyarakat; dan

12. mengembangkan sentra ternak kecil dan u

dengan pengembangan

c. strategi untuk

1. meningkatkan

dengan pengembangan secara intensifikasi;

mengganti lahan untuk pengembangan hutan pada kawasan

hutan produksi yang dikonversi melalui penanaman tanaman

tegakan tinggi tahunan yang berfungsi seperti hutan, yaitu

perkebunan kelapa, kopi, kemiri dan komoditi lainnya.

strategi untuk mengembangkan kawasan pertanian, terdiri atas :

mempertahankan luasan pertanian lahan basah secara

keseluruhan dengan tidak memutus jaringan irigasi atau

menyatukan dengan jaringan drainase, dan menghindari

penggunaan bangunan sepanjang saluran irigasi;

mengembangkan potensi pertanian melalui pengembangan

kawasan agropolitan untuk mendorong pertumbuhan

kawasan perdesaan;

mendorong terwujudnya keterpaduan program dalam

mengembangkan agropolitan melalui lintas sektor dan lintas

wilayah;

memanfaatkan pertanian lahan kering secara optimal untuk

kegiatan produktifitas penunjang perdesaan;

mengembangkan hortikultura dengan pengolahan hasil;

mengendalikan secara ketat kawasan yang telah ditetapkan

sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan;

memberikan insentif pada lahan yang telah ditetapkan sebagai

lahan pertanian pangan berkelanjutan;

mengembangkan dan meningkatkan sarana dan prasarana

pertanian untuk meningkatkan nilai produktivitas pertanian;

meningkatkan produktivitas dan pemasaran perkebunan;

mengembangkan pasar perkebunan pada sentra produksi;

mengembangkan sentra ternak besar disertai upaya

pengembangan bersama masyarakat; dan

mengembangkan sentra ternak kecil dan unggas dilakukan

dengan pengembangan kandang ternak.

strategi untuk mengembangkan kawasan perikanan, terdiri atas :

meningkatkan pemeliharaan budidaya melalui perikanan darat

dengan pengembangan secara intensifikasi;

19

mengganti lahan untuk pengembangan hutan pada kawasan

hutan produksi yang dikonversi melalui penanaman tanaman

seperti hutan, yaitu

mempertahankan luasan pertanian lahan basah secara

keseluruhan dengan tidak memutus jaringan irigasi atau

engan jaringan drainase, dan menghindari

mengembangkan potensi pertanian melalui pengembangan

kawasan agropolitan untuk mendorong pertumbuhan

mengembangkan agropolitan melalui lintas sektor dan lintas

memanfaatkan pertanian lahan kering secara optimal untuk

yang telah ditetapkan

memberikan insentif pada lahan yang telah ditetapkan sebagai

mengembangkan dan meningkatkan sarana dan prasarana

mengembangkan sentra ternak besar disertai upaya

nggas dilakukan

pemeliharaan budidaya melalui perikanan darat

Page 20: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

2. meningkatkan peralatan dan berbagai prasarananya untuk

meningkatkan produksi perikanan dan pengolahan serta

pemasaran produk perikanan tangkap; dan

3. meningkatkan usaha budidaya rumput laut dengan cara

tradisional tanpa merusak ekosistem pantai.

d. strategi untuk mengembangkan kawasan pertambangan,

terdiri atas :

1. melakukan penambangan bahan tambang batuan dan mineral

logam yang ramah lingkungan dan mengembalikan rona alam

pasca penambangan; dan

2. menegakan pengelolaan lingkungan kawasan pertambangan.

e. strategi untuk mengembangkan kawasan industri, terdiri atas :

1. mengembangkan kawasan industri menengah yang non

polusi/ ramah lingkungan;

2. mengembangkan pusat promosi dan pemasaran hasil industri;

3. mengembangkan kawasan penyangga di sekitar kegiatan

industri atau berbagai kegiatan lain yang menyebabkan

pencemaran udara; dan

4. memberikan insentif dan disinsentif pada setiap peruntukkan

lahan yang sesuai/tidak sesuai dengan fungsinya.

f. strategi untuk mengembangkan kawasan pariwisata, terdiri atas :

1. mengembangkan obyek wisata budaya dan alam yang

berpotensi skala nasional dan internasional, dengan membentuk

zona wisata dengan disertai pengembangan paket wisata;

2. meningkatkan kesadaran akan lingkungan melalui pendidikan,

pariwisata, penelitian dan kerjasama pengelolaan kawasan; dan

3. melindungi kawasan di sekitar bangunan dan kawasan yang

mempunyai nilai sejarah, situs purbakala dan budaya.

2. yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, dipercepat untuk

mendapatkan izin yang diperlukan.

B A B XIVB A B XIVB A B XIVB A B XIV

PENINJAUAN KEMBALI DAN PENYEMPURNAANPENINJAUAN KEMBALI DAN PENYEMPURNAANPENINJAUAN KEMBALI DAN PENYEMPURNAANPENINJAUAN KEMBALI DAN PENYEMPURNAAN

Pasal 91Pasal 91Pasal 91Pasal 91

(1) RTRW Daerah berlaku untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dan

dapat ditinjau kembali 5 (lima) tahun sekali.

(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan

bencana alam skala besar dan/atau perubahan batas teritorial wilayah

provinsi yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan, RTRW

Daerah dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima)

tahun.

(3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan

apabila terjadi perubahan kebijakan nasional dan strategi yang

mempengaruhi pemanfaatan ruang kabupaetn dan/atau dinamika

internal kabupaten.

B A B XVB A B XVB A B XVB A B XV

KETENTUAN PENUTUPKETENTUAN PENUTUPKETENTUAN PENUTUPKETENTUAN PENUTUP

Pasal 9Pasal 9Pasal 9Pasal 92222

Dokumen Rencana dan Album Peta dengan tingkat ketelitian minimal 1 :

50.000 Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah

Tahun 2009-2029, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Peraturan Daerah ini.

77 20

Page 21: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

BAB XIIIBAB XIIIBAB XIIIBAB XIII

KETENTUAN PERALIHANKETENTUAN PERALIHANKETENTUAN PERALIHANKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 90Pasal 90Pasal 90Pasal 90

(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua peraturan

pelaksanaan yang berkaitan dengan penataan ruang Daerah yang telah

ada dinyatakan berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan dan belum

diganti berdasarkan Peraturan Daerah ini.

(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:

a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai

dengan ketentuan Peraturan Daerah ini ini tetap berlaku sesuai

dengan masa berlakunya;

b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai

dengan ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan:

1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin

tersebut disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan

Peraturan Daerah ini;

2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya,

pemanfaatan ruang dilakukan sampai izin terkait habis masa

berlakunya dan dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan

berdasarkan Peraturan Daerah ini; dan

3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak

memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi

kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin yang telah

diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian yang

timbul sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat diberikan

penggantian yang layak;

c. pemanfaatan ruang yang izinnya sudah habis dan tidak sesuai

dengan Peraturan Daerah ini dilakukan penyesuaian berdasarkan

Peraturan Daerah ini;

d. pemanfaatan ruang di Daerah yang diselenggarakan tanpa izin

ditentukan sebagai berikut:

1. yang bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini,

pemanfaatan ruang yang bersangkutan ditertibkan dan

disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini; dan

g. strategi untuk mengembangkan kawasan permukiman perdesaan

dan perkotaan, terdiri atas :

1. mengembangkan permukiman perdesaan disesuaikan dengan

karakter fisik, sosial-budaya dan ekonomi masyarakat perdesaan;

2. menyediakan sarana dan prasarana permukiman perdesaan;

3. meningkatkan kualitas permukiman perkotaan;

4. menyediakan sarana dan prasarana permukiman

perkotaan; dan

5. mengendalikan intensitas bangunan pada kawasan yang

diperlukan keselamatan udara.

Paragraf 3Paragraf 3Paragraf 3Paragraf 3

Kebijakan dan StrateKebijakan dan StrateKebijakan dan StrateKebijakan dan Strategi gi gi gi Pengembangan Pengembangan Pengembangan Pengembangan Kawasan StrategisKawasan StrategisKawasan StrategisKawasan Strategis

Pasal 8Pasal 8Pasal 8Pasal 8

(1) Kebijakan pengembangan kawasan strategis sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 huruf c, terdiri atas :

a. pengendalian perkembangan ruang pada kawasan strategis;

b. pemantapan fungsi lindung pada kawasan cagar budaya; dan

c. pemantapan kawasan perlindungan ekosistem dan lingkungan

hidup.

(2) Strategi pengendalian perkembangan ruang pada kawasan strategis,

terdiri atas :

a. menetapkan batas kawasan dan batas pengaruh kawasan strategis

Kabupaten; dan

b. menetapkan pola ruang, sesuai dengan fungsi dan peran masing-

masing kawasan.

(3) Strategi pemantapan fungsi lindung pada kawasan cagar budaya,

terdiri atas :

a. mengendalikan perkembangan kawasan sekitar cagar budaya;

b. memanfaatkan rumah dan kampung adat sebagai aset

wisata; dan

c. meningkatkan pemanfaatan rumah dan kampung adat untuk

penelitian dan pendidikan.

21 76

Page 22: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

(4) Strategi pemantapan kawasan perlindungan ekosistem dan lingkungan

hidup, terdiri atas :

a. melarang alih fungsi pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai

kawasan lindung;

b. memanfaatkan kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan

lindung untuk pendidikan dan penelitian;

c. mengembalikan kegiatan yang mendorong pengembangan fungsi

lindung; dan

d. meningkatkan keanekaragaman hayati di kawasan lindung.

Paragraf 4Paragraf 4Paragraf 4Paragraf 4

Kebijakan dan StraKebijakan dan StraKebijakan dan StraKebijakan dan Strategi Pentegi Pentegi Pentegi Pengembangangembangangembangangembangan Fungsi Kawasan Pesisir dan PulauFungsi Kawasan Pesisir dan PulauFungsi Kawasan Pesisir dan PulauFungsi Kawasan Pesisir dan Pulau----

Pulau Kecil Pulau Kecil Pulau Kecil Pulau Kecil

Pasal 9Pasal 9Pasal 9Pasal 9

(1) Kebijakan pengembangan fungsi kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d, terdiri atas :

a. pengembangan konservasi kawasan pulau-pulau kecil sesuai

fungsinya; dan

b. pengoptimalisasian fungsi kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.

(2) Strategi pengembangan konservasi kawasan pulau-pulau kecil sesuai

fungsinya, terdiri atas :

a. mempertahankan dan menjaga kelestariannya; dan

b. membatasi kegiatan yang mengakibatkan terganggunya ekosistem.

(3) Strategi pengoptimalisasian fungsi kawasan pesisir dan pulau-pulau

kecil, terdiri atas :

a. melindungi ekosistem pesisir yang rentan perubahan fungsi

kawasan; dan

b. meningkatkan kegiatan kepariwisataan dan penelitian.

B A B XIIB A B XIIB A B XIIB A B XII

KETENTUAN LAINKETENTUAN LAINKETENTUAN LAINKETENTUAN LAIN----LAINLAINLAINLAIN

Pasal 87Pasal 87Pasal 87Pasal 87

(2) Rencana struktur ruang sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (1)

digambarkan dalam peta sebagaimana tercantum dalam Lampiran I,

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(3) Rencana pola ruang sebagaimana dimaksud pada pasal 26 digambarkan

dalam peta sebagaimana tercantum dalam Lampiran II, yang merupakan

bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(4) Kawasan strategis sebagaimana dimaksud pada Pasal 41 ayat (2)

digambarkan dalam peta sebagaimana tercantum dalam Lampiran III,

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 88Pasal 88Pasal 88Pasal 88

Rencana tata ruang wilayah Kabupaten menjadi dasar untuk penerbitan

perizinan lokasi pembangunan dan administrasi pertanahan.

PasalPasalPasalPasal 89898989

Rencana tata ruang wilayah Kabupaten menjadi pedoman untuk:

a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;

b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;

c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah

kabupaten;

d. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antar sektor;

e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan

f. penataan ruang kawasan strategis kabupaten.

75 22

Page 23: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan

atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa

identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud

pada huruf e;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang

penataan ruang;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai

tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan; dan

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak

pidana di bidang penataan ruang menurut hukum yang dapat

dipertanggungjawabkan.

(1) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan

dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada

penuntut umum sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang

berlaku.

B A B XIB A B XIB A B XIB A B XI

KETENTUAN PIDANAKETENTUAN PIDANAKETENTUAN PIDANAKETENTUAN PIDANA

Pasal 8Pasal 8Pasal 8Pasal 86666

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan dalam Pasal 75 dan Pasal 76

diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau

denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000.000,00 (lima puluh

juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

(3) Selain tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakanan

sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

B A B IB A B IB A B IB A B IIIIIIIII

RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATENRENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATENRENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATENRENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN

Bagian Bagian Bagian Bagian KesatuKesatuKesatuKesatu

UmumUmumUmumUmum

Pasal 10Pasal 10Pasal 10Pasal 10

(1) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten meliputi:

a. sistem pusat kegiatan;

b. sistem jaringan transportasi;

c. sistem jaringan energi;

d. sistem jaringan telekomunikasi;

e. sistem jaringan sumber daya air; dan

f. sistem prasarana pengelolaan lingkungan.

(2) Struktur ruang wilayah diwujudkan berdasarkan arahan pengembangan

sistem pusat permukiman wilayah.

Bagian KeduaBagian KeduaBagian KeduaBagian Kedua

Rencana Pengembangan Sistem Pusat KegiatanRencana Pengembangan Sistem Pusat KegiatanRencana Pengembangan Sistem Pusat KegiatanRencana Pengembangan Sistem Pusat Kegiatan

Paragraf 1Paragraf 1Paragraf 1Paragraf 1

Rencana Pengembangan Sistem PerkotaanRencana Pengembangan Sistem PerkotaanRencana Pengembangan Sistem PerkotaanRencana Pengembangan Sistem Perkotaan

Pasal 11Pasal 11Pasal 11Pasal 11

(1) Rencana pengembangan sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a dilakukan melalui pengembangan sistem

perkotaan dan perdesaan yang sesuai dengan daya dukung sumber daya

alam dan daya tampung lingkungan hidup serta kegiatan dominannya.

(2) Sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas :

a. sistem perkotaan;

b. sistem perwilayahan;

c. fungsi sistem perwilayahan; dan

d. sistem perdesaan.

23 74

Page 24: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan pusat kegiatan

perkotaan dan pusat kegiatan perdesaan secara teknis diatur dengan

Peraturan Bupati.

Pasal 12 Pasal 12 Pasal 12 Pasal 12

Rencana pengembangan sistem pusat kegiatan, terdiri atas : sistem pusat

kegiatan perkotaan dan pusat kegiatan perdesaan dalam kesatuan hirarki

agar berfungsi sebagai pusat-pusat pertumbuhan, maka rencana

pengembangan sistem pusat kegiatan adalah sebagai berikut:

a. memantapkan fungsi dan peran Perkotaan Waibakul sebagai ibu kota

kabupaten sebagai pusat kegiatan lokal (PKL) dalam upaya

pengembangan menjadi PKWp;

b. meningkatkan, mengembangkan dan memantapkan peran perkotaan

agar mengurangi kesenjangan perkembangan antar perkotaan ;

c. mengembangkan keterkaitan antar perkotaan secara fungsional melalui

peningkatkan peran dan fungsi; dan

d. mengembangkan desa-desa melalui penetapan desa pusat pertumbuhan

sebagai pusat lokasi distribusi bagi kegiatan ekonomi.

Pasal 13Pasal 13Pasal 13Pasal 13

(1) Sistem perkotaan di Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11

ayat (2) huruf a terdiri atas:

a. PKL yaitu Perkotaan Waibakul;

b. PKLp terdiri atas Perkotaan Mamboro, Umbu Ratu Nggay, dan

Umbu Ratu Nggay Barat; dan

c. PPK yaitu Perkotaan Katiku Tana Selatan.

(2) Sistem Perwilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2)

huruf b, terbagi dalam 3 (tiga) wilayah pengembangan, yaitu :

a. Sistem Perwilayahan Katiku Tana, meliputi Kecamatan Katiku Tana,

Kecamatan Katiku Tana Selatan dan Kecamatan Umbu Ratu Nggay

Barat, dengan pusat pengembangan di Kecamatan Katiku Tana;

b. Sistem Perwilayahan Mamboro meliputi wilayah Kecamatan

Mamboro, dengan pusat pengembangan di Kecamatan

Mamboro; dan

(3) BKPRD Kabupaten menyelenggarakan pertemuan paling sedikit 1 (satu)

kali dalam 3 (tiga) bulan untuk menghasilkan rekomendasi alternatif

kebijakan penataan ruang.

(4) BKPRD Kabupaten dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) dan ayat (3) menyampaikan laporan pelaksanaan tugas

BKPRD Kabupaten dan rekomendasi secara berkala kepada Bupati.

B A B XB A B XB A B XB A B X

KETENTUAN PENYIDIKANKETENTUAN PENYIDIKANKETENTUAN PENYIDIKANKETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 8Pasal 8Pasal 8Pasal 85555

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah

diberikan wewenang untuk melaksanakan penyidikan terhadap

pelanggaran ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau

laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang penataan ruang

agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang

pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan

sehubungan di bidang penataan ruang.

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari pribadi atau badan

sehubungan dengan tindak pidana di bidang penataan ruang;

d. memeriksa buku-buku catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain

berkenaan tindak pidana di bidang penataan ruang;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti

pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta

melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas

penyidikan tindak pidana di bidang penataan ruang;

73 24

Page 25: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

6. mengoordinasikan pelaksanaan evaluasi rencana tata ruang

kabupaten ke provinsi;

7. mengoordinasikan proses penetapan rencana tata ruang

kabupaten; dan

8. mengoptimalkan peran masyarakat dalam perencanaan tata

ruang.

b. pemanfaatan ruang meliputi:

1. mengoordinasikan penanganan dan penyelesaian permasalahan

dalam pemanfaatan ruang baik di kabupaten, dan memberikan

pengarahan serta saran pemecahannya;

2. memberikan rekomendasi guna memecahkan permasalahan

dalam pemanfaatan ruang kabupaten;

3. memberikan informasi dan akses kepada pengguna ruang terkait

rencana tata ruang kabupaten;

4. menjaga akuntabilitas publik sebagai bentuk layanan pada jajaran

pemerintah, swasta, dan masyarakat;

5. melakukan fasilitasi pelaksanaan kerjasama penataan ruang antar

kabupaten; dan

6. mengoptimalkan peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang.

c. pengendalian pemanfaatan ruang meliputi:

1. mengoordinasikan penetapan peraturan zonasi sistem kabupaten;

2. memberikan rekomendasi perizinan pemanfaatan ruang

kabupaten;

3. melakukan identifikasi dalam pelaksanaan insentif dan disinsentif

dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang kabupaten dengan

provinsi dan dengan kabupaten terkait;

4. melakukan fasilitasi pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan

pelaporan penyelenggaraan penataan ruang;

5. melakukan fasilitasi pelaksanaan pengendalian pemanfaatan

ruang untuk menjaga konsistensi pemanfaatan ruang dengan

rencana tata ruang; dan

6. mengoptimalkan peran masyarakat dalam pengendalian

pemanfaatan ruang.

c. Sistem Perwilayahan Umbu Ratu Nggay, meliputi Kecamatan Umbu

Ratu Nggay, dengan pusat pengembangan di Kecamatan Umbu Ratu

Nggay.

(3) Setiap Sistem Perwilayahan diarahkan mempunyai fungsi wilayah sesuai

dengan potensi wilayah masing-masing.

a. Sistem Perwilayahan Katiku Tana sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) huruf a diarahkan pada kegiatan utama sebagai berikut :

1. pusat pemerintahan skala regional;

2. pusat perdagangan dan jasa skala regional;

3. pusat pendidikan skala regional;

4. pusat kesehatan skala Rumah Sakit Umum Daerah;

5. pusat pengembangan pariwisata;

6. pengembangan permukiman; dan

7. kawasan konservasi atau hutan lindung.

b. Sistem Perwilayahan Mamboro sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf b diarahkan pada kegiatan utama sebagai berikut :

1. pusat industri skala regional;

2. pusat pertambangan;

3. pusat pendidikan skala SLTA/SMK;

4. pusat kesehatan skala Puskesmas Tipe A (Puskesmas Rawat Inap);

5. pusat perikanan;

6. pusat peternakan; dan

7. pusat pariwisata.

c. Sistem Perwilayahan Umbu Ratu Nggay sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf c diarahkan pada kegiatan utama sebagai berikut :

1. fungsi konservasi/hutan lindung;

2. pusat pariwisata;

3. pusat pertanian;

4. pusat perkebunan;

5. pusat peternakan;

6. pusat pendidikan Skala SLTA/SMK;

7. pusat kesehatan skala Puskesmas Tipe A (Puskesmas Rawat

Inap); dan

8. pengembangan pelabuhan.

25 72

Page 26: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

Paragraf 2Paragraf 2Paragraf 2Paragraf 2

Rencana Pengembangan Sistem PerdesaanRencana Pengembangan Sistem PerdesaanRencana Pengembangan Sistem PerdesaanRencana Pengembangan Sistem Perdesaan

Pasal Pasal Pasal Pasal 14141414

Rencana pengembangan sistem perdesaan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 11 ayat (2) huruf d, terdiri atas :

a. rencana pengembangan kawasan agropolitan sebagai alternatif

pembangunan perdesaan melalui keterkaitan kawasan perkotaan-

perdesaan untuk meningkatkan perkembangan kawasan

perdesaan; dan

b. rencana pengembangan wilayah perdesaan, dilakukan melalui

pembentukan PPL.

Pasal 15Pasal 15Pasal 15Pasal 15

(1) Rencana pengembangan kawasan agropolitan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 14 huruf a, terdiri atas :

a. kawasan agropolitas berbasis sub sektor pertanian (tanaman pangan

dan perkebunan) ; dan

b. kawasan agropolitan berbasis sub sektor pertanian (peternakan).

(2) Rencana pengembangan kawasan agropolitan berbasis sub sektor

pertanian (tanaman pangan dan perkebunan) sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a, terdapat di :

a. Kecamatan Mamboro : Desa Watu Asa, Desa Wendewa Selatan,

Desa Wendewa Timur, Desa Cendana, Desa Weeluri dan Desa Ole

Ate, dengan arahan pengembangan komoditas kemiri, jambu mente,

kopi dan kacang hijau;

b. Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat : Desa Anajiaka, Desa Pondok

dan Desa Sambali Loku, dengan arahan pengembangan komoditas

kelapa, coklat ,sirih, jagung, ubi jalar, kacang tanah, dan kacang

kedelai;

c. Kecamatan Katiku Tana Selatan : Desa Wailawa, Desa Dameka, Desa

Waimanu dan Desa Malinjak, dengan arahan pengembangan

komoditas kelapa, vanili, cengkeh, pinang, jagung, kacang tanah dan

kacang hijau; dan

Pasal 8Pasal 8Pasal 8Pasal 83333

Pelaksanaan tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan Perundang-Undangan yang berlaku.

B A B IXB A B IXB A B IXB A B IX

KELEMBAGAAN PENATAAN RUANGKELEMBAGAAN PENATAAN RUANGKELEMBAGAAN PENATAAN RUANGKELEMBAGAAN PENATAAN RUANG

Pasal 84Pasal 84Pasal 84Pasal 84

(1) Bupati dalam melaksanaan koordinasi penataan ruang, membentuk

BKPRD Kabupaten.

(2) BKPRD Kabupaten dalam melaksanakan koordinasi penataan ruang

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), mempunyai tugas:

a. perencanaan tata ruang meliputi:

1. mengoordinasikan dan merumuskan penyusunan rencana tata

ruang kabupaten;

2. memaduserasikan rencana pembangunan jangka panjang dan

menengah dengan rencana tata ruang kabupaten serta

mempertimbangkan pengarusutamaan pembangunan

berkelanjutan melalui instrumen Kajian Lingkungan Hidup

Strategis (KLHS);

3. mengintegrasikan, memaduserasikan, dan mengharmonisasikan

rencana tata ruang kabupaten dengan rencana tata ruang

wilayah nasional, rencana tata ruang pulau/kepulauan, rencana

tata ruang kawasan strategis nasional, rencana tata ruang wilayah

provinsi, rencana tata ruang kawasan strategis provinsi, dan

rencana tata ruang wilayah kabupaten yang berbatasan;

4. mensinergikan penyusunan rencana tata ruang kabupaten dengan

provinsi dan antar kabupaten yang berbatasan;

5. mengoordinasikan pelaksanaan konsultasi rancangan peraturan

daerah tentang rencana tata ruang kabupaten kepada BKPRD

Provinsi dan BKPRN;

71 26

Page 27: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

Pasal 80Pasal 80Pasal 80Pasal 80

Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang dapat

berupa :

a. memberikan masukan mengenai arahan zonasi, perizinan, pemberian

insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi;

b. turut serta memantau dan mengawasi pelaksanaan kegiatan

pemanfaatan ruang, rencana tata ruang yang telah ditetapkan, dan

pemenuhan standar pelayanan minimal di bidang penataan ruang;

c. melaporkan kepada instansi/pejabat yang berwenang dalam hal

menemukan kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata

ruang yang telah ditetapkan dan adanya indikasi kerusakan dan/atau

pencemaran lingkungan, tidak memenuhi standar pelayanan minimal

dan/atau masalah yang terjadi di masyarakat dalam penyelenggaraan

penataan ruang;

d. mengajukan keberatan terhadap keputusan pejabat publik yang

dipandang tidak sesuai dengan rencana tata ruang; dan

e. mengajukan gugatan pembatalan izin dan/atau penghentian

pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada

instansi/pejabat yang berwenang.

Pasal 81Pasal 81Pasal 81Pasal 81

(1) Peran masyarakat di bidang penataan ruang dapat disampaikan secara

langsung dan/atau tertulis.

(2) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat

disampaikan kepada Bupati.

(3) Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga dapat

disampaikan melalui unit kerja terkait yang ditunjuk oleh Bupati

Pasal 8Pasal 8Pasal 8Pasal 82222

Dalam rangka meningkatkan peran masyarakat, pemerintah daerah

membangun sistem informasi dan dokumentasi penataan ruang yang dapat

diakses dengan mudah oleh masyarakat.

d. Kecamatan Katiku Tana : Desa Umbu Riri, Desa Kabelawuntu, Desa

Makatakeri, Desa Matawoga dan Desa Anakalang, dengan arahan

pengembangan komoditas kelapa, vanili, cengkeh, pinang, jagung,

kacang tanah dan kacang hijau.

(3) Rencana pengembangan kawasan agropolitan berbasis sub sektor

pertanian (peternakan) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,

terdapat di :

a. Kecamatan Umbu Ratu Nggay di Desa Lenang, Desa Soru dan Desa

Padira Tana, dengan arahan pengembangan komoditas berbasis sapi,

kerbau, kuda, babi, kambing, ayam kampung dan itik manila; dan

b. Kecamatan Mamboro yaitu Desa Watu Asa, Desa Manuwolu, Desa

Wendewa Barat, dengan arahan pengembangan komoditas berbasis

kerbau, babi, kambing, dan itik manila.

Pasal 16Pasal 16Pasal 16Pasal 16

(1) Pengembangan wilayah perdesaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

14 huruf b meliputi desa Wee Luri, Wendewa Barat, Ole Ate,

Cendana, Wendewa Selatan, Wendewa Timur, Watu Asa, Umbu Riri,

Pondok, Sambali Loku, Wangga Wainyeku, Umbu Kawolu, Umbu

Pabal, Umbu Langgang, Soru, Weluk Prai Memang, Maradesa, Bolu

Bokat, Bolu Bokat Utara, Lenang, Ngadu Bolu, Tana Mbanas, dan

Manu Rara.

(2) PPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b direncanakan di

Desa Tana Mbanas, Maradesa dan Ole Ate.

(3) Pusat pelayanan perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) secara

berhierarki memiliki hubungan dengan pusat kecamatan sebagai

kawasan perkotaan terdekat, dengan perkotaan sebagai pusat wilayah

pengembangan dan dengan ibukota Kabupaten.

27 70

Page 28: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

Bagian KetigaBagian KetigaBagian KetigaBagian Ketiga

Rencana Sistem Jaringan Rencana Sistem Jaringan Rencana Sistem Jaringan Rencana Sistem Jaringan PrasaranaPrasaranaPrasaranaPrasarana

Paragraf 1Paragraf 1Paragraf 1Paragraf 1

Rencana Pengembangan Sistem Jaringan TransportasiRencana Pengembangan Sistem Jaringan TransportasiRencana Pengembangan Sistem Jaringan TransportasiRencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi

Pasal 17Pasal 17Pasal 17Pasal 17

(1) Sistem jaringan transportasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat

(1) huruf b, meliputi :

a. sistem jaringan transportasi darat; dan

b. sistem jaringan transportasi laut.

(2) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a meliputi jaringan jalan, rute angkutan umum, dan rencana

terminal.

(3) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b meliputi pelabuhan laut dan alur pelayaran.

Pasal 18Pasal 18Pasal 18Pasal 18

Rencana pengembangan jalan berdasarkan fungsi meliputi:

1. Jaringan Kolektor Primer K1 meliputi ruas Loku Maragangidu -

Lokulalang; dan

2. Jaringan Kolektor Primer K2 meliputi ruas Tombo - Kali asin.

Pasal 19Pasal 19Pasal 19Pasal 19

(1) Rencana pengembangan jalan nasional yaitu pada ruas jalan yang

menghubungkan wilayah Sumba Timur - Waikabubak.

(2) Rencana pengembangan jalan propinsi yaitu dari Kabupaten Sumba

Tengah ke Kabupaten Sumba Timur dan Kabupaten Sumba Barat atau

Kabupaten Sumba Barat Daya.

(3) Jaringan jalan kabupaten lokal primer kabupaten adalah terdiri atas:

i. pengembangan ruas jalan baru, terdiri atas ruas :

1. Malinjak – Tamakatul;

2. Waimarapu –Liang udongu;

3. Liangudongu – Umapaohi;

4. Utapambapang – Wende;

5. Malinjak – Pamulariti;

6. Alanga – Simpang Jambamoni Golutosi;

7. Pahar 1 – Golutosi;

Pasal 78Pasal 78Pasal 78Pasal 78

Bentuk peran masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 pada tahap

perencanaan tata ruang dapat berupa:

a. memberikan masukan mengenai:

1. penentuan arah pengembangan wilayah;

2. potensi dan masalah pembangunan;

3. perumusan rencana tata ruang; dan

4. penyusunan rencana struktur dan pola ruang.

b. menyampaikan keberatan terhadap rancangan rencana tata

ruang; dan

c. melakukan kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau

sesama unsur masyarakat.

Pasal 79Pasal 79Pasal 79Pasal 79

Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang dapat berupa :

a. melakukan kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan kearifan

lokal dan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

b. menyampaikan masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;

c. memberikan dukungan bantuan teknik, keahlian, dan/atau dana dalam

pengelolaan pemanfaatan ruang;

d. meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan

ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan

memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

e. melakukan kerjasama pengelolaan ruang dengan Pemerintah,

pemerintah daerah, dan/atau dan pihak lainnya secara bertanggung

jawab untuk pencapaian tujuan penataan ruang;

f. menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan

dan SDA;

g. melakukan usaha investasi dan/atau jasa keahlian; dan

h. mengajukan gugatan ganti rugi kepada pemerintah atau pihak lain

apabila kegiatan pembangunan yang dilaksanakan merugikan.

69 28

Page 29: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

Bagian KeduaBagian KeduaBagian KeduaBagian Kedua

Kewajiban MasyarakatKewajiban MasyarakatKewajiban MasyarakatKewajiban Masyarakat

Pasal 75Pasal 75Pasal 75Pasal 75

Kewajiban masyarakat dalam penataan ruang meliputi :

a. mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang diberikan;

c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyarakatan izin

pemanfaatan ruang; dan

d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan

perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.

Pasal 76Pasal 76Pasal 76Pasal 76

(1) Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 75 dilaksanakan dengan mematuhi dan

menerapkan kriteria, kaidah, baku mutu, dan aturan-aturan penataan

ruang yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

(2) Kaidah dan aturan pemanfaatan ruang yang dipraktekkan masyarakat

secara turun temurun dapat diterapkan sepanjang memperhatikan

faktor-faktor daya dukung lingkungan, estetika lingkungan, lokasi dan

struktur pemanfaatan ruang serta dapat menjamin pemanfaatan ruang

yang serasi, selaras, dan seimbang.

Bagian KetigaBagian KetigaBagian KetigaBagian Ketiga

Peran MasyarakatPeran MasyarakatPeran MasyarakatPeran Masyarakat

Pasal 77Pasal 77Pasal 77Pasal 77

Peran masyarakat dalam penataan ruang di Daerah dilakukan antara lain

melalui :

a. partisipasi dalam penyusunan rencana tata ruang;

b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan

c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.

8. Golutosi – Jambamoni;

9. Jambamoni – Pahar 1;

10. Simpang Lenag – Jambamoni;

11. Lenang – Ngadubolu;

12. Ngadubolu – Katumbu;

13. Kapulit – Praiwunga;

14. Watuasa – Pasir Besi;

15. Pasir Besi – Sangumata;

16. Pasir Besi – Binanatu;

17. Maderi – Patuku Uma;

18. Bolubokat – Ngadubolu;

19. Maradesa – Lenang;

20. Lendiwacu – Alanga;

21. Waimanu – Matayangu;

22. Simpang Waimanu – Tangairi;

23. Waikawu – Maloba;

24. Simpang Waikawu – Aili;

25. Kalebuni Gallu – Golurusa;

26. Golurusa – Praikanigu;

27. Patembu – Bolubokat;

28. Tamawitu – Waimaringu;

29. Tanabara – Karipi; dan

30. Simpang Soru – Ngara.

b. pengembangan ruas jalan baru untuk mendukung pengembangan

kawasan agropolitan dengan fungsi lokal primer, terdiri atas ruas :

1. Praikalla – Sangumata;

2. Ngguara – Sangumata;

3. Wawarongu – Kaliya;

4. Cendana – Ole Ate;

5. Kaniki – Kapalas;

6. Lailuri – Galumadamu; dan

7. Waisumar – Galumadamu.

29 68

Page 30: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

c. pengembangan ruas guna menunjang pengembangan kawasan

agropolitan dengan fungsi lokal primer, terdiri atas ruas :

1. Watuasa - Praikalalla;

2. Praikamaru - Tanganang;

3. Kaniki - Wawarongu;

4. Ole Ate – Pondok;

5. SP. Pondok - Tamaau;

6. Katura - Pondok;

7. Katikuloku – Galumadamu;

8. Lowa - Praikalalla;

9. Waisumar – Simpang Manurara;

10. Dameka - Waimanu; dan

11. Waimanu - Manurara.

d. rencana hierarki jalan lainnya, terdiri atas :

1. Lokumaragangidu – Lokulalang yang termasuk di dalam ruas

Batas Kota Waikabubak-Batas Kabupaten Sumba Barat;

2. Tombo – Kaliasin;

3. Karendi – Batas Sumba Timur;

4. Jalan Lintas Selatan;

5. Waibakul – Maderi – Mamboro;

6. Pasunga – Malinjak;

7. Watugeigal – Dameka – Malinjak – Prewatana;

8. Loku ujung – Lolukalai;

9. Mambitul – Watumetung;

10. Lawonda – Maradesa;

11. Maradesa –Alanga – Soru;

12. Lendiwacu – Tanambanas;

13. Pahomba – Prailanggina;

14. Parewatana – Paradeta;

15. Waihibur – Patembu;

16. Wairasa – Karagirowa;

17. Pasunga - Simpang Pondok;

18. Katamawai – Waikawu);

19. Waikawu - Konda;

b. penghentian sementara kegiatan;

c. penghentian sementara pelayanan umum;

d. penutupan lokasi;

e. pembongkaran bangunan;

f. pemulihan fungsi ruang; dan/atau

g. denda administratif

Pasal 73Pasal 73Pasal 73Pasal 73

Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif diatur lebih lanjut

dengan Peraturan Bupati.

B A B B A B B A B B A B VIIIVIIIVIIIVIII

HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT

DALAM PENATAAN RUANGDALAM PENATAAN RUANGDALAM PENATAAN RUANGDALAM PENATAAN RUANG

Bagian KesatuBagian KesatuBagian KesatuBagian Kesatu

Hak MasyarakatHak MasyarakatHak MasyarakatHak Masyarakat

Pasal 74Pasal 74Pasal 74Pasal 74

Dalam kegiatan mewujudkan pemanfaatan ruang wilayah, masyarakat

berhak :

b. berperan dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan

pengendalian pemanfaatan ruang;

c. mengetahui secara terbuka rencana tata ruang wilayah;

d. menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai

akibat dari penataan ruang;

e. memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya

sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan

rencana tata ruang;

f. mendapat perlindungan dari kegiatan-kegiatan yang merugikan; dan

g. mengawasi pihak-pihak yang melakukan penyelenggaraan tata ruang.

67 30

Page 31: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

Bagian KelimaBagian KelimaBagian KelimaBagian Kelima

Arahan SanksiArahan SanksiArahan SanksiArahan Sanksi

Pasal 71Pasal 71Pasal 71Pasal 71

Pengenaan sanksi administrasi merupakan pengenaan sanksi terhadap :

a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan

pola ruang wilayah kabupaten;

b. pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi sistem kabupaten;

c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan

berdasarkan RTRW Kabupaten;

d. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang

diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten;

e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin

pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten;

f. pemanfaatang ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang

oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik

umum; dan

g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang

tidak benar.

Pasal 72Pasal 72Pasal 72Pasal 72

(1) Terhadap pelanggaran sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 71 huruf

a, huruf b, huruf d, huruf e, huruf f dan huruf g dikenakan sanksi

administratif berupa:

a. peringatan tertulis;

b. penghentian sementara kegiatan;

c. penghentian sementara pelayanan umum;

d. penutupan lokasi;

e. pencabutan izin;

f. pembatanlan izin;

g. pembongkaran bangunan;

h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau

i. denda administratif.

(2) Terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf c

dikenakan sanksi administratif berupa:

a. peringatan tertulis;

20. Simpang.Karagirowa – Loku ujung;

21. Lolukalay - Tanapari; dan

22. Kabonduk - Wailawa.

(4) Rencana jaringan angkutan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal

17 ayat (2), terdiri atas:

a. rencana trayek angkutan umum perdesaan, terdiri atas :

1. Waibakul – Waiwiruk;

2. Waibakul - Kali Kering;

3. Waibakul – Praimahala;

4. Waibakul – Praikanigu;

5. Waibakul – Parailangina;

6. Waibakul – Lendiwacu;

7. Waibakul – Langaliru;

8. Waibakul – Lawonda;

9. Waibakul – Lowa;

10. Waibakul – Matandawona;

11. Waibakul - Bolu Bokat;

12. Waibakul – Wailanggi;

13. Waibakul – Alanga;

14. Waibakul – Maderi;

15. Waibakul - Pondok – Kapalas;

16. Waibakul – Mamboro;

17. Waibakul – Ngadu Bolu;

18. Waibakul – Lenang;

19. Waibakul – Lendi Wacu – Tanambanas; dan

20. Waibakul – Konda Maloba.

b. rencana trayek angkutan umum antar kota, terdiri atas :

1. Waibakul – Waikabubak;

2. Waibakul – Lewa;

3. Waibakul – Waingapu; dan

4. Waibakul – Weeluri – Mamboro.

31 66

Page 32: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

(5) Rencana terminal angkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat

(2), terdiri atas :

a. rencana pengembangan Terminal tipe B di Perkotaan Waibakul

sebagai terminal antar kabupaten di Pulau Sumba; dan

b. rencana pengembangan terminal Tipe C di Kecamatan Mamboro,

Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat, Kecamatan Umbu Ratu Nggay

dan Kecamatan Katiku Tana Selatan.

Pasal 20Pasal 20Pasal 20Pasal 20

Rencana pengembangan pelabuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17

ayat (3) terdiri atas :

a. rencana pengembangan pelabuhan laut mendukung rencana sistem

pengembangan kepulauan di Propinsi Nusa Tenggara Timur; dan

b. pembangunan pelabuhan pengumpan mendukung pengembangan

ekonomi masyarakat dan memacu perkembangan wilayah

hinterlandnya.

Pasal 21Pasal 21Pasal 21Pasal 21

Rencana pengembangan alur pelayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal

17 ayat (3) terdiri atas :

a. rencana lokasi pembangunan pelabuhan penumpang adalah di Pantai

Utara Kecamatan mamboro; dan

b. rencana alur layanan pergerakan orang dan barang adalah ke Wilayah

Pulau Flores dan Pulau Timor.

Paragraf 2Paragraf 2Paragraf 2Paragraf 2

Rencana Pengembangan Sistem Jaringan EnergiRencana Pengembangan Sistem Jaringan EnergiRencana Pengembangan Sistem Jaringan EnergiRencana Pengembangan Sistem Jaringan Energi

Pasal 22Pasal 22Pasal 22Pasal 22

(1) Rencana pengembangan sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 10 ayat (1) huruf c dimaksudkan untuk menunjang

penyediaan jaringan energi listrik dan pemenuhan energi lainnya.

(2) Rencana pengembangan sumberdaya energi akan memberikan

penyediaan energi listrik di wilayah Kabupaten.

Bagian KeempatBagian KeempatBagian KeempatBagian Keempat

Ketentuan Insentif dan DisinsentifKetentuan Insentif dan DisinsentifKetentuan Insentif dan DisinsentifKetentuan Insentif dan Disinsentif

Pasal 70Pasal 70Pasal 70Pasal 70

(1) Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang agar pemanfaatan ruang sesuai

dengan rencana tata ruang wilayah dapat diberikan insentif dan/atau

disinsentif oleh Pemerintah dan pemerintah daerah.

(2) Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perangkat atau

upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang

sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:

a. keringanan pajak,

b. pemberian kompensasi,

c. subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan urun saham;

d. pembangunan serta pengadaan infrastruktur;

e. kemudahan prosedur perizinan; dan

f. pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau

pemerintah daerah.

(3) Disinsentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perangkat

untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan

yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:

a. pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya

biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan

akibat pemanfaatan ruang; dan

b. pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan

penalti.

(4) Insentif dan disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak

masyarakat.

(5) Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh:

a. pemerintah kepada pemerintah daerah;

b. pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya; dan

c. pemerintah kepada masyarakat.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian insentif dan

disinsentif ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

65 32

Page 33: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

Pasal Pasal Pasal Pasal 68686868

(1) Pemanfaatan kawasan untuk peruntukan lain selain sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 66 dan Pasal 67 dapat dilaksanakan apabila

tidak mengganggu fungsi kawasan yang bersangkutn dan tidak

melanggar Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Pola Ruang

sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini.

(2) Pemanfaatan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dilaksanakan setelah adanya kajian komprehensif dan setelah

mendapat rekomendasi dari badan atau pejabat yang tugasnya

mengkoordinasikan penataan ruang di Kabupaten Sumba Tengah.

Bagian KetigaBagian KetigaBagian KetigaBagian Ketiga

Ketentuan PerizinanKetentuan PerizinanKetentuan PerizinanKetentuan Perizinan

Pasal 69Pasal 69Pasal 69Pasal 69

(1) Setiap kegiatan pemanfaatan ruang harus memperoleh izin dari

Pemerintah Kabupaten.

(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya disebut dengan izin

pemanfaatan ruang.

(3) Jenis-jenis izin pemanfaatan ruang yang diberikan oleh Pemerintah

Kabupaten, terdiri atas:

a. izin prinsip;

b. izin lokasi;

c. izin penggunaan pemanfaatan tanah;

d. izin mendirikan bangunan; dan

e. izin lain berdasarkan peraturan perundang-undangan.

(4) Izin pemanfaatan ruang diberikan untuk:

a. menjamin pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang,

peraturan zonasi, dan standar pelayanan minimal bidang penataan

ruang;

b. mencegah dampak negatif pemanfaatan ruang; dan

c. melindungi kepentingan umum dan masyarakat luas.

(5) Izin pemanfaatan ruang diberikan kepada calon pengguna ruang yang

akan melakukan kegiatan pemanfaatan ruang pada suatu kawasan atau

zona berdasarkan rencana tata ruang.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai perijinan diatur dalam Peraturan

Bupati.

(3) Rencana pengembangan energi baru dan terbarukan oleh Pemerintah

Kabupaten terdiri atas :

a. pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di

Kecamatan Katiku Tana Selatan dan Mamboro; dan

b. pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di

Kecamatan Mamboro.

(4) Rencana pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik, terdiri atas :

a. peningkatan pemenuhan kebutuhan energi listrik untuk Penerangan

Jalan Umum (PJU) pada jaringan-jaringan jalan yang sudah ada

maupun jalan baru;

b. pengembangan jaringan baru diprioritaskan pada daerah-daerah

yang secara ekonomis masih layak untuk dibangun jaringan tenaga

listrik; dan

c. pengembangan kapasitas listrik dengan sistem pembangkit tenaga

listrik hybrid.

Paragraf 3Paragraf 3Paragraf 3Paragraf 3

Rencana Pengembangan Sistem Jaringan TelekomunikasiRencana Pengembangan Sistem Jaringan TelekomunikasiRencana Pengembangan Sistem Jaringan TelekomunikasiRencana Pengembangan Sistem Jaringan Telekomunikasi

Pasal 23Pasal 23Pasal 23Pasal 23

(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10

ayat (1) huruf d, terdiri atas :

a. jaringan kabel telepon;

b. telepon nirkabel; dan

c. telekomunikasi satelit.

(2) Rencana pengembangan jaringan kabel telepon sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a, dikembangkan mengikuti rencana pengembangan

prasarana telekomunikasi regional di Pulau Sumba.

(3) Rencana pengembangan prasarana telepon nirkabel sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b, terus ditingkatkan perkembangannya

melalui Base Transciever System (BTS) yang dimanfaatkan secara

terpadu/bersama di Kecamatan Katiku Tana, Kecamatan Mamboro dan

di kawasan lainnya yang memenuhi persyaratan teknis.

(4) Rencana pengembangan prasarana telekomunikasi satelit sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c, dilakukan untuk meningkatkan

pelayanan di wilayah terpencil atau yang tidak bisa dilayani oleh kedua

sistem lainnya.

33 64

Page 34: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

Paragraf 4Paragraf 4Paragraf 4Paragraf 4

Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Sumber Daya AirRencana Pengembangan Sistem Jaringan Sumber Daya AirRencana Pengembangan Sistem Jaringan Sumber Daya AirRencana Pengembangan Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Pasal 24Pasal 24Pasal 24Pasal 24

(1) Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10

ayat (1) huruf e, terdiri atas:

a. wilayah sungai lintas kabupaten (WS P.Sumba);

b. prasarana air baku; dan

c. daerah irigasi.

(2) WS Pulau Sumba meliputi 4 kabupaten yaitu Sumba Barat Daya, Sumba

Barat, Sumba Tengah dan Sumba Timur terdiri atas :

a. DAS Baliledo;

b. DAS Asin;

c. DAS Bewi; d. DAS Laramanipa;

e. DAS Kapulita;

f. DAS Katombu;

g. DAS Bapaya;

h. DAS Ngada Bolu;

i. DAS Marapu Wainiwangga;

j. DAS Palamedo;

k. DAS Pahar;

l. DAS Wainde;

m. DAS Waiurang;

n. DAS Papucu;

o. DAS Larawali;

p. DAS Kadahang;

q. DAS Watumbelar;

r. DAS Praihau;

s. DAS Praigaga;

t. DAS Lisi;

u. DAS Tangairi;

v. DAS Lailang;

w. DAS Baliloku; dan

x. DAS Labariri.

g. pemanfaatan ruang untuk pergudangan antara lain berupa gudang

untuk industri, perdagangan, stasiun pengisian bahan bakar dan

kegiatan sejenis diijinkan pemanfaatannya dalam kawasan

permukiman dengan pembatasan pada luasan lahan, dan dampak

yang ditimbulkan sesuai peraturan yang berlaku.

(7) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan

pariwisata disusun dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya

dukung dan daya tampung lingkungan;

b. perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa

lampau;

c. pembatasan pendirian bangunan (kecuali permukiman penduduk)

pada koridor jalur wisata utama maupun kawasan/obyek wisata

hanya untuk kegiatan/peruntukan lahan yang menunjang kegiatan

pariwisata; dan

d. ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud

pada huruf c.

(8) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan

permukiman disusun dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk peruntukkan home industri dengan

kepadatan rendah dan batasan khusus sesuai ketentuan yang

berlaku;

b. penetapan fasilitas pendukung kegiatan permukiman dan aktivitas

masyarakat yang dibutuhkan secara proporsional sesuai peraturan

yang berlaku, antara lain berupa fasilitas pendidikan, kesehatan,

peribadatan, rekreasi, olah raga dan lain-lain sesuai kebutuhan

masyarakat setempat;

c. penetapan amplop bangunan;

d. penetapan tema arsitektur bangunan;

e. penetapan kelengkapan bangunan dan lingkungan; dan

f. penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan yang diizinkan.

63 34

Page 35: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

b. ketentuan pemanfaatan pertambangan pada kawasan yang telah

diarahkan sebagai rencana pengembangan penambangan, dengan

memperhatikan keseimbangan antara biaya dan manfaat serta

keseimbangan antara risiko dan manfaat, termasuk pengaturan

bangunan lain disekitar instalasi dan peralatan kegiatan

pertambangan yang berpotensi menimbulkan bahaya dengan

memperhatikan kepentingan, berdasarkan analisa teknis dari

instansi Teknis yang Terkait.

(6) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan industri

dan pergudangan disusun dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan kawasan industri, kawasan

peruntukan industri, dan home industri, b. pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri baik yang sesuai

dengan kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumber daya

alam dan sumber daya manusia di wilayah sekitarnya;

c. pembatasan pembangunan rumah tinggal di dalam lokasi kawasan

peruntukan industri untuk mengurangi dampak negatif pengaruh

dari keberadaan industri terhadap permukiman yang ada;

d. ketentuan pelarangan peruntukkan lain selain industri maupun

fasilitas pendukungnya dalam Kawasan yang ditetapkan sebagai

kawasan industri sesuai ketentuan/peraturan yang berlaku, kecuali

kawasan peruntukan industri, home industri serta kawasan industri

e. pemanfaatan ruang kawasan industri, diarahkan untuk

pemanfaatan rumah tinggal, kegiatan produksi, tempat proses

produksi, fasilitas pendukung/penunjang permukiman maupun

industri akan diatur tersendiri secara khusus berdasarkan peraturan

yang berlaku;

f. pemanfaatan ruang untuk home industri, diijinkan

pemanfaatannya dalam kawasan permukiman dengan pembatasan

pada luasan lahan, dan dampak yang ditimbulkan (berdasarkan

batasan kapasitas produksi, tenaga kerja, transportasi yang

dihasilkan, dan limbah yang dihasilkan berdasarkan analisa daya

dukung dan daya tampung lokasi) sesuai peraturan yang berlaku;

dan

(3) Pemanfaatan sumber daya air yang dapat digunakan untuk memenuhi

kebutuhan lintas wilayah antar Kabupaten Sumba Tengah dan Sumba

Timur, dikoordinasikan oleh Pemerintah Provinsi yaitu Sungai Kadahang.

(4) Prasarana air baku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

terdiri atas :

a. Embung Lokujangi di Kecamatan Katiku Tana Selatan dan dari

Waduk Loko Ujung di Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat;

b. mata air yang tersebar di Kecamatan Katiku Tana, Kecamatan Katiku

Tana Selatan, dan Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat; dan

c. prasarana air baku untuk air bersih yang tersebar di Kecamatan

Mamboro, Kecamatan Katiku Tana, Kecamatan Umbu Ratu Nggay

Barat, Kecamatan Umbu Rau Nggay dan Kecamatan Katiku Tana

Selatan.

(5) Daerah irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas :

a. daerah irigasi semi teknis meliputi Embung Loku Jangi, Bewi,

Waimaki, Waipidi, Pondok, Waibakul, Lailori, Waipadedi,

Waimarapu, Papongnggu, Waikabeti, Karagi Rowa, Maradesa, dan

Wawa Rongu; dan

b. daerah irigasi sederhana meliputi Pahomba, Langgaliru, Lendi Wacu,

Lenang, Kahanga Hua, Wangga, Soru, Wai Redi, Loku Rata,

Bolubokat, Ngaba Liangu, Pamalar, Patembu, Waicugal, Waidingi,

Sotu, Karendi, Kerendawa, dan Waikasuruk.

Paragraf 5Paragraf 5Paragraf 5Paragraf 5

Rencana Sistem Prasarana Rencana Sistem Prasarana Rencana Sistem Prasarana Rencana Sistem Prasarana Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan LingkunganLingkunganLingkunganLingkungan

Pasal 25Pasal 25Pasal 25Pasal 25

(1) Sistem prasarana pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 10 ayat (1) huruf f terdiri atas sistem pengelolaan air limbah

domestik dan sistem pengelolaan sampah.

(2) Rencana pengembangan sistem pengelolaan air limbah domestik

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunkan

teknik komponen sistem pengumpulan (riollering/sewarage).

35 62

Page 36: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

(3) Rencana pengembangan sistem pengelolaan sampah sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui pembangunan Tempat

Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem sanitary landfill di Desa

Tanambanas, Kecamatan Umbu Ratu Nggay.

(4) TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan bentuk kerjasama

antar wilayah dalam hal pengelolaan dan penanggulangan masalah

sampah terutama di wilayah perkotaan dalam pengalokasian tempat

pemrosesan akhir sesuai dengan persyaratan teknis, dan dilaksanakan

dengan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan kaidah teknis.

BAB BAB BAB BAB IIIIVVVV

RENCANA POLA RUANG WILAYAH RENCANA POLA RUANG WILAYAH RENCANA POLA RUANG WILAYAH RENCANA POLA RUANG WILAYAH

Bagian PertamaBagian PertamaBagian PertamaBagian Pertama

UmumUmumUmumUmum

Pasal 26Pasal 26Pasal 26Pasal 26

Rencana pola ruang menggambarkan rencana sebaran kawasan lindung dan

kawasan budidaya.

Bagian KeduaBagian KeduaBagian KeduaBagian Kedua

Rencana Pengembangan Kawasan Lindung Rencana Pengembangan Kawasan Lindung Rencana Pengembangan Kawasan Lindung Rencana Pengembangan Kawasan Lindung

Pasal 27Pasal 27Pasal 27Pasal 27

Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, terdiri atas :

a. kawasan hutan lindung;

b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan

bawahannya;

c. kawasan perlindungan setempat;

d. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; dan

e. kawasan rawan bencana.

d. ketentuan alih fungsi lahan pertanian sawah mengikuti ketentuan

yang berlaku.

e. pemanfaatan ruang untuk rencana pengembangan kawasan

pertanian sawah tadah hujan, tegalan, ladang, kebun campur,

perkebunan, hortikultura, peternakan, serta perikanan darat, sesuai

kebijakan dan strategi pengembangan dari masing-masing

jenis kawasan;

f. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan budidaya non

pertanian (terbangun) kecuali terbatas untuk pembangunan sistem

jaringan prasarana utama, dan fasilitas pendukung pertanian yang

sangat mempengaruhi pada upaya peningkatan produktivitas dan

pengolahan hasil panen sesuai Ketentuan/Peraturan yang

berlaku; serta

g. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan budidaya non

pertanian (terbangun) sebagaimana diuraikan pada huruf a dan b

diatas, yang termasuk sebagai Kawasan Sentra Sentra budidaya

pertanian khusus sesuai Ketentuan/Peraturan yang berlaku.

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan

perikanan (pantai dan laut) disusun dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dan/atau nelayan

dengan kepadatan rendah;

b. pemanfaatan ruang untuk kawasan penghijauan dan/atau

c. kawasan sabuk hijau; dan

d. pemanfaatan sumber daya perikanan agar tidak melebihi

potensi lestari.

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan

pertambangan disusun dengan memperhatikan:

a. ketentuan pelarangan pemanfaatan pertambangan pada kawasan

dengan fungsi lindung, kawasan pertanian lahan basah (sawah),

serta kawasan budidaya terbangun (permukiman, industri,

pariwisata, dan sejenisnya termasuk sistem jaringan prasarana

utama); dan

61 36

Page 37: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

(10) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan mata air

disusun dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; dan

b. pelarangan kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran

terhadap mata air.

Pasal 67Pasal 67Pasal 67Pasal 67

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya diarahkan

pada kawasan-kawasan budidaya yang ditetapkan sebagai fungsi

budidaya dan berdasarkan kewenangan perencanaan sampai

pengelolaannya.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan hutan produksi

disusun dengan memperhatikan:

a. pembatasan pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga kestabilan

neraca sumber daya kehutanan;

b. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan

pemanfaatan hasil hutan; dan

c. ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud

pada huruf b.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan

pertanian disusun dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk permukiman pedesaan dengan

kepadatan rendah;

b. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan budidaya

non pertanian (terbangun) kecuali terbatas untuk pembangunan

sistem jaringan prasarana utama, dan fasilitas pendukung pertanian

yang sangat mempengaruhi pada upaya peningkatan produktivitas

dan pengolahan hasil panen sesuai Ketentuan/Peraturan

yang berlaku;

c. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan budidaya

non pertanian (terbangun) sebagaimana diuraikan pada angka 1

dan 2 diatas, yang termasuk sebagai lahan pertanian pangan

berkelanjutan atau yang ditetapkan oleh sebagai sentra lahan

pertanian basah (sawah);

Pasal 28Pasal 28Pasal 28Pasal 28

Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf a yaitu

Kawasan Hutan Kali Asin dengan luas kurang lebih 4.620 Ha yang terdapat

di Kecamatan Mamboro.

Pasal 29Pasal 29Pasal 29Pasal 29

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf b memiliki luas kurang lebih

5.188 Ha yang tersebar di 4 (empat) kecamatan yaitu Kecamatan Mamboro,

Kecamatan Umbu Ratu Nggay, Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat dan

Kecamatan Katiku Tana Selatan.

PasalPasalPasalPasal 30303030

(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27

huruf c, terdiri atas :

a. kawasan sekitar danau/waduk;

b. kawasan sekitar mata air;

c. kawasan sempadan sungai; dan

d. kawasan sempadan pantai.

(2) Kawasan sekitar danau/waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a direncanakan sebesar kurang lebih 132 Ha yang tersebar di

Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat; Kecamatan Katiku Tana Selatan;

dan Kecamatan Katiku Tana dengan sempadan danau mencakup daratan

sepanjang tepian danau/waduk yang lebarnya proporsional dengan

bentuk dan kondisi fisik danau/waduk antara 50 - 100 meter dari titik

pasang tertinggi ke arah darat.

(3) Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

direncanakan sebesar kurang lebih 442 Ha dan tersebar di Kecamatan

Katiku Tana, Kecamatan Katiku Tana Selatan dan Kecamatan Umbu Ratu

Nggay Barat dengan sempadan kawasan sekitar mata air sekurang-

kurangnya dengan jarijari 200 meter di sekitar mata air.

37 60

Page 38: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

(4) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

direncanakan sebesar kurang lebih 8.800 Ha dengan sempadan sungai

sekurang-kurangnya 100 meter dari kiri kanan sungai besar dan 50 meter

di kiri kanan anak sungai yang berada diluar pemukiman, dan sungai di

kawasan pemukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup

untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 - 15 meter.

(5) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d

direncanakan sebesar kurang lebih 1.013 Ha dengan sempadan pantai

mencakup daratan tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk

dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke

arah darat.

Pasal 31Pasal 31Pasal 31Pasal 31

(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 27 huruf d, terdiri atas kawasan taman nasional

dan kawasan cagar budaya.

(2) Kawasan taman nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu

Kawasan Taman Nasional Manupeu Tana Daru dengan luas parsial

kurang lebih 35.435 Ha, yang tersebar di Kecamatan Katiku Tana

Selatan, Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat dan Kecamatan Umbu Ratu

Nggay.

(3) Kawasan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu

kawasan cagar budaya Laitarung yang merupakan kawasan makam raja

bersejarah di Kampung Adat Laitarung, Desa Makata Keri, Kecamatan

Katiku Tana.

Pasal 32Pasal 32Pasal 32Pasal 32

(1) Kawasan rawan bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf e,

yaitu berupa kawasan rawan banjir.

(2) Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tersebar hampir di seluruh wilayah Kabupaten dengan luasan kurang

lebih 51.073 Ha.

(3) Metode pendekatan penanganan daerah rawan banjir di Kabupaten

menggunakan metode konservasi vegetatif, mekanis dan konstrutif.

b. RTH diperuntukan kepentingan publik maupun privat, dimana

RTH publik antara lain taman kota, taman pemakaman umum dan

jalur hijau sepanjang jalan, sungai dan pantai; sedangkan RTH

privat antara lain kebun atau halaman rumah/gedung milik

masyarakat atau swasta yang ditanami tumbuhan;

c. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk bangunan penunjang

kegiatan rekreasi dan fasilitas umum lainnya, sehingga fungsi dasar

RTH tidak berkurang; dan

d. ketentuan pelarangan pendirian bangunan permanen selain yang

dimaksud pada huruf b;

(7) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk taman nasional, disusun

dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk penelitian, pendidikan, dan

wisata alam;

b. ketentuan pelarangan kegiatan selain yang dimaksud pada

huruf a;

c. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan

sebagaimana dimaksud pada huruf a;

d. ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud

pada huruf c; dan

e. ketentuan pelarangan terhadap penanaman flora dan pelepasan

satwa yang bukan merupakan flora dan satwa endemik kawasan.

(8) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya dan

ilmu pengetahuan disusun dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan, dan pariwisata; dan

b. ketentuan pelarangan kegiatan dan pendirian bangunan yang tidak

sesuai dengan fungsi kawasan.

(9) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan banjir

disusun dengan memperhatikan:

a. penetapan batas dataran banjir;

b. pemanfaatan dataran banjir bagi ruang terbuka hijau dan

pembangunan fasilitas umum dengan kepadatan rendah; dan

c. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan

permukiman dan fasilitas umum penting lainnya.

59 38

Page 39: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

b. penyediaan sumur resapan pada lahan terbangun dan kawasan

permukiman; dan

c. penyediaan embung pada kawasan yang mempunyai lahan luas;

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sempadan pantai disusun

dengan memperhatikan:

a. prioritas pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau dan fungsi

konservasi lainnya;

b. pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk

mencegah abrasi;

c. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan

pelabuhan, perikanan dan rekreasi pantai;

d. ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud

pada huruf c kecuali bangunan penunjang pelabuhan dan

perikanan; dan

e. ketentuan pelarangan semua jenis kegiatan yang dapat

menurunkan luas, nilai ekologis, dan estetika kawasan.

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sempadan sungai dan

kawasan sekitar danau/waduk disusun dengan memperhatikan:

b. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;

c. penetapan lebar sempadan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

d. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman

rekreasi maupun fasilitas pendukungnya, dengan memperhatikan

dan mempertimbangkan kualitas dan daya dukung-daya tampung

sungai dan atau bendungan yang ada serta keamanan dari

masyarakat secara umum yang memanfaatkan ruang tersebut; dan

e. ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan

yang dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau

pemanfaatan air.

(6) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk ruang terbuka hijau disusun

dengan memperhatikan:

a. RTH dimanfaatkan sebagai ruang untuk kegiatan rekreasi,

perlindungan kawasan, makam, pendidikan dan penelitian serta

kegiatan sejenis;

Bagian KetigaBagian KetigaBagian KetigaBagian Ketiga

Rencana Pengembangan Kawasan BudidayaRencana Pengembangan Kawasan BudidayaRencana Pengembangan Kawasan BudidayaRencana Pengembangan Kawasan Budidaya

Pasal 33Pasal 33Pasal 33Pasal 33

Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, terdiri atas :

d. kawasan peruntukan hutan produksi;

e. kawasan peruntukan pertanian;

f. kawasan peruntukan perikanan;

g. kawasan peruntukan pertambangan.

h. kawasan peruntukan industri;

i. kawasan peruntukan pariwisata; dan

j. kawasan peruntukan permukiman.

Pasal 34Pasal 34Pasal 34Pasal 34

(1) Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal

33 huruf a, terdiri atas kawasan peruntukan hutan produksi terbatas, dan

kawasan peruntukan hutan produksi tetap.

(2) Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) tersebar di Kecamatan Umbu Ratu Nggay, Kecamatan

Umbu Ratu Nggay Barat, dan Kecamatan Katiku Tana dengan luas

kurang lebih 15.120 Ha.

(3) Kawasan peruntukan hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) tersebar di Kecamatan Mamboro dan Kecamatan Umbu Ratu

Nggay Barat dengan luas kurang lebih 1.196 Ha.

Pasal 35Pasal 35Pasal 35Pasal 35

(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam pada 33

huruf b, terdiri atas :

a. kawasan peruntukkan tanaman pangan;

b. kawasan peruntukkan holtikultura;

c. kawasan peruntukkan perkebunan; dan

d. kawasan peruntukkan peternakan.

(2) Kawasan peruntukan tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a tersebar di seluruh Daerah dengan luas kurang lebih

35.171 Ha, untuk lahan pertanian pangan berkelanjutan di rencanakan

seluas 5.100 Ha.

39 58

Page 40: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

(3) Arahan kawasan peruntukkan tanaman pangan sebagaimna dimaksud

pada ayat (2), terdiri atas :

a. padi terdapat di Kecamatan Mamboro, Umbu Ratu Nggay dan

Umbu Ratu Nggay Barat, Kecamatan Katiku Tana Selatan,

Kecamatan Katiku Tana;

b. ubi jalar terdapat di Kecamatan Umbu Ratu Nggay dan Umbu Ratu

Nggay Barat;

c. kacang tanah terdapat di Kecamatan Mamboro,Umbu Ratu Nggay

dan Umbu Ratu Nggay Barat; dan

d. kacang kedelai terdapat di Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat,

Kecamatan Umbu Ratu Nggay, Kecamatan Mamboro.

(4) Kawasan peruntukkan pertanian tanaman holtikultura dimaksud dalam

ayat (1) huruf b tersebar di seluruh kecamatan di Daerah dengan luas

kurang lebih 1.501 Ha.

(5) Kawasan peruntukkan perkebunan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) huruf c tersebar di seluruh kecamatan di Daerah dengan luas kurang

lebih 7.549 Ha.

(6) Arahan kawasan peruntukkan perkebunan sebagaimana dimaksud pada

ayat (5) terdiri atas :

a. jambu mente terdapat di Kecamatan Umbu Ratu Nggay;

b. kelapa terdapat di Kecamatan Katiku Tana, Katiku Tana Selatan

dan Umbu Ratu Nggay Barat;

c. vanili terdapat di Kecamatan Katiku Tana dan Katiku Tana Selatan;

d. cengkeh terdapat di Katiku Tana dan Katiku Tana Selatan;

e. kopi terdapat di Kecamatan Katiku Tana, Mamboro dan Katiku

Tana Selatan; dan

f. kemiri terdapat di Kecamatan Mamboro, Umbu Ratu Nggay dan

Umbu Ratu Nggay Barat.

(7) Kawasan peruntukan peternakan dimaksud dalam ayat (1) huruf d

tersebar di Kecamatan Mamboro; Kecamatan Katiku Tana;

Kecamatan Umbu Ratu Nggay; Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat,

dan Kecamatan Katiku Tana Selatan mempunyai luas kurang

lebih 1.768 Ha.

Pasal 65Pasal 65Pasal 65Pasal 65

Ketentuan umum peraturan zonasi untuk pola ruang disusun dengan

memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan pendidikan dan penelitian tanpa

mengubah bentang alam;

b. pembatasan pemanfaatan ruang di sekitar kawasan yang telah

ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana alam;

c. pembatasan pemanfaatan ruang yang menurunkan kualitas fungsi

lingkungan; dan

d. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang yang membahayakan

keselamatan umum.

Pasal 66Pasal 66Pasal 66Pasal 66

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung diarahkan pada

kawasan-kawasan lindung yang ditetapkan sebagai fungsi lindung dan

berdasarkan kewenangan perencanaan sampai pengelolaannya.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan hutan lindung disusun

dengan memperhatikan:

a. arahan peraturan zonasi kawasan hutan lindung dilakukan pada

kawasan yang ditetapkan fungsi sebagai hutan lindung yang

menjadi kewenangan daerah.

b. pemanfaatan ruang wilayah kabupaten untuk wisata alam tanpa

merubah bentang alam;

c. pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya

diizinkan bagi permukiman penduduk asli dengan luasan

tetap/terbatas, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di

bawah pengawasan ketat secara teknis oleh instansi terkait yang

berwenang; serta

d. ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi

mengurangi luas kawasan hutan dan tutupan vegetasi.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan resapan air disusun

dengan memperhatikan:

a. pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budidaya tidak

terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan

limpasan air hujan;

57 40

Page 41: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

B A B VIIB A B VIIB A B VIIB A B VII

KETENTUAN PENGENDALIAN KETENTUAN PENGENDALIAN KETENTUAN PENGENDALIAN KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANGPEMANFAATAN RUANGPEMANFAATAN RUANGPEMANFAATAN RUANG

Bagian PertamaBagian PertamaBagian PertamaBagian Pertama

UmumUmumUmumUmum

Pasal 63Pasal 63Pasal 63Pasal 63

(1) Pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan untuk menjamin

terwujudnya tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang.

(2) Pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan melalui:

a. pengaturan zonasi;

b. perizinan;

c. pemberian insentif dan disinsentif; dan

d. pengenaan sanksi.

(3) Ketentuan tentang perizinan, bentuk dan besaran insentif dan

disinsentif, serta sanksi administratif ditetapkan lebih lanjut dengan

Peraturan Bupati.

Bagian KeduaBagian KeduaBagian KeduaBagian Kedua

Ketentuan Umum Ketentuan Umum Ketentuan Umum Ketentuan Umum Peraturan Peraturan Peraturan Peraturan Zonasi Wilayah KabupatenZonasi Wilayah KabupatenZonasi Wilayah KabupatenZonasi Wilayah Kabupaten

Pasal 64Pasal 64Pasal 64Pasal 64

(1) Peraturan zonasi kabupaten merupakan penjabaran dari ketentuan

umum peraturan zonasi yang ditetapkan dalam rencana tata ruang

wilayah Kabupaten.

(2) Peraturan zonasi merupakan dasar dalam pemberian izin di tingkat

kabupaten.

(3) Peraturan zonasi pada setiap butir sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) memuat tentang apa yang harus ada, apa yang boleh dan apa

yang tidak boleh.

(8) Arahan kawasan peruntukkan peternakan sebagaimana dimaksud pada

ayat (7) terdiri atas :

a. sapi terdapat di Kecamatan Mamboro, Kecamatan Katiku Tana dan

Katiku Tana Selatan, Kecamatan Umbu Ratu Nggay, Umbu Ratu

Nggay Barat;

b. kerbau terdapat di Kecamatan Katiku Tana dan Katiku Tana

Selatan, Kecamatan Umbu Ratu Nggay, Umbu Ratu Nggay Barat,

Kecamatan Mamboro;

c. kuda terdapat di Kecamatan Mamboro, Kecamatan Katiku Tana

dan Katiku Tana Selatan, Kecamatan Umbu Ratu Nggay,

Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat;

d. kambing terdapat di Kecamatan Mamboro dan Umbu Ratu Nggay

Barat; dan

e. ayam kampung terdapat di Kecamatan Umbu Ratu Nggay,

Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat, Kecamatan Katiku Tana dan

Katiku Tana Selatan.

(9) Kawasan pertanian tanaman pangan yang merupakan kawasan

pertanian berkelanjutan tersebar di seluruh kecamatan yaitu Kecamatan

Mamboro, Kecamatan Katiku Tana, Kecamatan Katiku Tanan Selatan,

Kecamatan Umbu Ratu Nggay dan Kecamatan Umbu Ratu Nggay

Barat, mempunyai luas ± 5.100 Ha.

Pasal 3Pasal 3Pasal 3Pasal 36666

(1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33

huruf c, terdiri atas :

a. kawasan budidaya perikanan;

b. kawasan perikanan tangkap; dan

c. pengolahan ikan.

(2) Kawasan peruntukan budidaya perikanan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. kawasan budidaya perikanan darat yang terdapat di Desa Pandira

Tana, Mbilur Pangadu, Desa Soru, dan Desa Praikaroku Jangga

Kecamatan Umbu Ratu Nggay; Desa Umbu Pabal, Desa Umbu

Langgang, Desa Umbu Mamijuk, Desa Umbu Kawolu, Desa

Wairasa dan Desa Wangga Waiyengu Kecamatan Umbu Ratu

Nggay Barat; Desa Anakalang, Kecamatan Katiku Tana;Desa

Dameka, Desa Waimanu dan Desa Manurara, Kecamatan Katiku

41

56

Page 42: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

Tana Selatan; dan Desa Manuwolu dan Desa Wendewa Timur

Kecamatan Mamboro; dan

b. kawasan budidaya rumput laut terdapat di 3 (tiga) kecamatan

yaitu Desa Kondamaloba, Kecamatan Katiku Tana Selatan; Desa

Lenang dan Desa Ngadu Bolu, Kecamatan Umbu Ratu Nggay; dan

Desa Watu Asa, Kecamatan Mamboro.

(3) Kawasan peruntukan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b tersebar di kawasan pesisir Utara dan Selatan

Kabupaten Sumba Tengah yang mempunyai wilayah pantai atau

berbatasan dengan laut, dengan potensi perikanan laut berupa ikan

merah, ikan tenggiri, ikan tuna/cakalang.

(4) Kawasan peruntukan pengolahan ikan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf c berupa ikan asin dan ikan asap direncanakan di

Kecamatan Mamboro, Kecamatan Umbu Ratu Nggay dan Kecamatan

Katiku Tana Selatan.

Pasal 3Pasal 3Pasal 3Pasal 37777

(2) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

33 huruf d, terdiri atas kawasan pertambangan batuan dan

mineral logam.

(3) Kawasan peruntukan pertambangan batuan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), terdiri atas :

a. galian batu koral atau batu potong terdapat di Desa Wai Manu, Desa

Dameka, Desa Tana Modu dan Desa Wailawa Kecamatan Katiku

Tana Selatan, Desa Cendana di Kecamatan Mamboro, Desa

Anakalang dan Desa Makata Keri di Kecamatan Katiku Tana dan

Desa Umbu Maminjuk Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat;

b. galian pasir terdapat di Desa Anakalang Kecamatan Katiku Tana,

Desa Umbu Mamijuk dan Desa Praimadeta Kecamatan Umbu Ratu

Nggay Barat, Desa Manuwolu Kecamatan Mamboro dan Desa Tana

Mbanas Kecamatan Umbu Ratu Nggay;

c. galian kapur terdapat di Desa Anakalang Kecamatan Katiku Tana dan

Desa Umbu Mamijuk serta Desa Maderi Kecamatan Umbu Ratu

Nggay Barat;

d. galian tanah liat terdapat di Desa Umbu Mamijuk Kecamatan Umbu

Ratu Nggay Barat; dan

c. arahan penanganan kawasan budidaya; serta

d. pengaturan kelembagaan pengelolaan kawasan lindung dan budidaya.

Paragraf 3Paragraf 3Paragraf 3Paragraf 3

Arahan Pemanfaatan Ruang untuk Kawasan StrategisArahan Pemanfaatan Ruang untuk Kawasan StrategisArahan Pemanfaatan Ruang untuk Kawasan StrategisArahan Pemanfaatan Ruang untuk Kawasan Strategis

Pasal 60Pasal 60Pasal 60Pasal 60

(1) Arahan pemanfaatan ruang untuk kawasan strategis yaitu berupa

program perwujudan kawasan-kawasan strategis Kabupaten.

(2) Arahan pemanfaatan ruang untuk kawasan strategis sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), terdiri atas :

a. pengendalian perkembangan ruang sekitar kawasan strategis

kabupaten;

b. pemantapan fungsi lindung pada kawasan sosio-kultural; dan

c. pemantapan kawasan perlindungan ekosistem dan lingkungan

hidup.

Pasal 61Pasal 61Pasal 61Pasal 61

Arahan pemanfaatan ruang untuk penataan kawasan pesisir dan kepulauan

adalah mempertahankan dan memperbaiki ekosistem pesisir.

Pasal 62Pasal 62Pasal 62Pasal 62

Arahan pemanfaatan ruang untuk penatagunaan tanah, penatagunaan air,

penatagunaan udara, dan penatagunaan sumberdaya alam lainnya,

terdiri atas :

a. peningkatan keserasian antar fungsi dalam penatagunaan tanah;

b. pemantapan fungsi kawasan dalam mendukung penatagunaan hutan;

c. pemantapan fungsi dalam penatagunaan air;

d. pengaturan keselamatan dan kenyamanan pada penatagunaan udara;

dan

e. penatagunaan sumberdaya lainnya.

55 42

Page 43: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

Paragraf 2Paragraf 2Paragraf 2Paragraf 2

Arahan Pemanfaatan Ruang untuk Arahan Pemanfaatan Ruang untuk Arahan Pemanfaatan Ruang untuk Arahan Pemanfaatan Ruang untuk PerwujudanPerwujudanPerwujudanPerwujudan Pola Ruang WilayahPola Ruang WilayahPola Ruang WilayahPola Ruang Wilayah

Pasal 56Pasal 56Pasal 56Pasal 56

Arahan pemanfaatan ruang untuk perwujudan pola ruang wilayah , terdiri

atas :

a. program perwujudan kawasan lindung; dan

b. program perwujudan kawasan budidaya.

Pasal 57Pasal 57Pasal 57Pasal 57

Program perwujudan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam pasal

56 huruf a, terdiri atas :

a. kawasan hutan lindung;

b. kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya;

c. kawasan perlindungan setempat;

d. kawasan suaka alam dan pelestarian alam; dan

e. kawasan rawan bencana alam.

Pasal 58Pasal 58Pasal 58Pasal 58

Program perwujudan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam pasal

56 huruf b, terdiri atas :

a. kawasan peruntukan hutan produksi;

b. kawasan peruntukan pertanian;

c. kawasan peruntukan perikanan;

d. kawasan peruntukan pertambangan;

e. kawasan peruntukan industri;

f. kawasan peruntukan pariwisata; dan

g. kawasan peruntukan permukiman .

Pasal 59Pasal 59Pasal 59Pasal 59

Arahan pemanfaatan ruang untuk pengelolaan kawasan lindung dan

budidaya, terdiri atas :

a. mengoptimalkan dan mengendalikan pemanfaatan ruang pada

kawasan lindung dan budidaya;

b. memantapkan kawasan lindung sesuai fungsi perlindungan masing-

masing;

e. galian lainnya terdapat di Desa Wailawa Kecamatan Katiku Tana

Selatan dan Desa Anajiaka Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat.

(3) Kawasan peruntukan pertambangan mineral logam sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), yaitu pertambangan pasir besi di kawasan

Pantai Pasir Besi di Kecamatan Mamboro.

(4) Rencana pengembangan kawasan peruntukan pertambangan memiliki

luas total kurang lebih 783 Ha.

Pasal 38Pasal 38Pasal 38Pasal 38

(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33

huruf e, terdiri atas industri sedang dan industri rumah tangga.

(2) Kawasan peruntukan industri sedang sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) memiliki luas kurang lebih 1.405 Ha, terdiri atas :

a. kawasan peruntukan industri non polutif, terdapat di wilayah Pantai

Utara meliputi Desa Wendewa Utara, Kecamatan Mamboro; Desa

Ngadu Bolu, Desa Lenang Kecamatan Umbu Ratu Nggay; dan

b. kawasan peruntukan industri pengolah hasil pertanian, peternakan,

perikanan dan perkebunan terdapat di Desa Umbu Riri, Kecamatan

Katiku Tana; dan Desa Dameka, Desa Wailawa, Kecamatan Katiku

Tana Selatan

(3) Kawasan peruntukan industri rumah tangga sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) yaitu berupa industri anyaman daun lontar, ikan asin, dan

tenun, diarahkan pada skala permukiman.

Pasal 39Pasal 39Pasal 39Pasal 39

(1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33

huruf f, terdiri atas :

a. kawasan peruntukan pariwisata budaya; dan

b. kawasan peruntukan pariwisata alam.

(2) Kawasan peruntukan pariwisata yaitu terdapat di Kecamatan Katiku

Tana, Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat dan Kecamatan Umbu Ratu

Nggay.

43 54

Page 44: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

(3) Kawasan peruntukan pariwisata budaya sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a, yaitu berupa kawasan sejarah perkotaan yang terdapat

di Desa Makata Keri dan Desa Anakalang di Kecamatan Katiku Tana dan

Desa Anajiaka di Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat.

(4) Kawasan peruntukan pariwisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf b, terdiri atas :

a. wisata pantai, terdiri atas Pantai Waiurang dan Pantai Pahar di

Kecamatan Umbu Ratu Nggay; Pantai Karendi, Pantai Tarapa dan

Pantai Kapulit di Kecamatan Mamboro; Pantai Maloba di Kecamatan

Katiku Tana Selatan;

b. wisata air terjun, terdiri atas Air Terjun Praikalala di Kecamatan

Mamboro; Air Terjun Wakapori di Kecamatan Umbu Ratu Nggay;

Air Terjun Matayangu dan Air Terjun Ta Urang di Kecamatan Katiku

Tana Selatan; dan

c. goa alam terdiri atas Goa Alam Liangu Marapu dan Goa Alam

Tanarara di Kecamatan Umbu Ratu Nggay; Goa Alam Liangu Paniki

dan Goa Alam Rati Maka Dewa di Kecamatan Katiku Tana Selatan.

Pasal 40Pasal 40Pasal 40Pasal 40

(1) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal

33 huruf g, terdiri atas kawasan permukiman perdesaan dan kawasan

permukiman perkotaan.

(2) Kawasan permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan kawasan permukiman yang pada lokasi sekitarnya masih

didominasi oleh lahan pertanian, tegalan, perkebunan dan pemanfaatan

lahan lainnya.

(3) Kawasan permukiman perdesaan prosentasenya lebih tinggi dibanding

dengan kawasan permukiman perkotaan.

(4) Kawasan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan kawasan yang digunakan untuk kegiatan permukiman

dengan kegiatan utama non pertanian, seperti perdagangan, jasa dan

industri.

(5) Kawasan permukiman perkotaan diarahkan pada kawasan perkotaan di

Kecamatan Katiku Tana, kawasan pusat pengembangan sistem

perwilayahan dan ibukota kecamatan lainnya.

b. perwujudan sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud

dalam pasal 51 huruf b angka 1, terdiri atas :

1. pengembangan akses eksternal kawasan dalam lingkup yang

lebih luas;

2. pengembangan akses internal kawasan yang menghubungkan

simpul-simpul kegiatan;

3. optimalisasi pelayanan pelabuhan dari segi ketersediaan sarana

pendukung;

4. optimalisasi pelayanan pelabuhan dari segi ketersediaan prasarana

pendukung;

5. optimalisasi pelayanan pelabuhan dari segi sosial ekonomi; dan

6. penyiapan kelembagaan operasional pengelola kawasan pelabuhan

pengumpan primer di Kecamatan Umbu Ratu Nggay.

c. perwujudan sistem jaringan sumber daya energi sebagaimana dimaksud

dalam pasal 51 huruf b angka 2, terdiri atas :

1. optimalisasi tingkat pelayanan; dan

2. perluasan jangkauan listrik sampai ke pelosok desa.

d. perwujudan sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud

dalam pasal 51 huruf b angka 3, terdiri atas :

1. peningkatan jangkauan pelayanan dan kemudahan

mendapatkannya; dan

2. peningkatan jumlah dan mutu telokumunikasi tiap wilayah.

e. perwujudan sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud

dalam pasal 51 huruf b angka 4, terdiri atas :

1. peningkatan sistem jaringan sumber daya air; dan

2. optimalisasi fungsi dan pelayanan prasarana sumber daya air.

f. perwujudan sistem prasarana pengelolaan lingkungan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 51 huruf b angka 5, terdiri atas :

1. pengurangan (reduksi) sumber timbunan sampah sejak awal;

2. optimalisasi tingkat penanganan sampah perkotaan;

3. optimalisasi tingkat penanganan sampah perdesaan; dan

4. menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih.

53 44

Page 45: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

Pasal 53Pasal 53Pasal 53Pasal 53

Arahan pemanfaatan ruang untuk sistem perdesaan, sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 51 huruf a angka 2, terdiri atas :

a. pengembangan kawasan perdesaan sesuai potensi masing-masing

kawasan yang dihubungkan dengan pusat kegiatan pada setiap kawasan

perdesaan; dan

b. pengembangan kawasan agropolitan sebagai prioritas untuk mendorong

pertumbuhan kawasan perdesaan di sekitarnya dan di pusat

pelayanannya.

Pasal 54Pasal 54Pasal 54Pasal 54

Arahan pemanfaatan ruang untuk penetapan fungsi kawasan perdesaan dan

kawasan perkotaan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 huruf a angka 3,

terdiri atas :

a. penetapan fungsi kawasan perdesaan, terdiri atas :

1. tempat permukiman perdesaan;

2. pelayanan jasa pemerintahan; dan

3. pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

b. penetapan fungsi kawasan perkotaan, terdiri atas :

1. pusat kegiatan ekonomi wilayah, pusat perdagangan dan jasa,

perindustrian dan pergudangan, pertanian, peternakan,

perkebunan, perikanan, pertambangan, pariwisata;

2. pusat transportasi, pelayanan fasilitas terminal, distribusi barang

dan orang; dan

3. pusat pelayanan, pusat prasarana dan sarana sosial ekonomi.

Pasal 55Pasal 55Pasal 55Pasal 55

Arahan pemanfaatan ruang untuk perwujudan sistem jaringan prasarana

wilayah, terdiri atas :

a. perwujudan sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud

dalam pasal 51 huruf b angka 1, terdiri atas :

1. pengembangan jalan dalam mendukung pertumbuhan dan

pemerataan wilayah; dan

2. pengembangan infrastruktur pendukung pertumbuhan wilayah

berupa terminal.

(6) Rencana pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Sumba

Tengah memiliki luas total kurang lebih 8.050 Ha.

(7) Dalam kawasan permukiman perkotaan, Kabupaten harus menyediakan

peruntukan lahan perumahan untuk seluruh golongan masyarakat,

berdasarkan kebutuhan dan atau sesuai ketentuan dalam pembangunan

perumahan dan permukiman dengan lingkungan yang berimbang.

BAB VBAB VBAB VBAB V

PENETAPAN KAWASAN STRATEGISPENETAPAN KAWASAN STRATEGISPENETAPAN KAWASAN STRATEGISPENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

Bagian PertamaBagian PertamaBagian PertamaBagian Pertama

UmumUmumUmumUmum

Pasal 41Pasal 41Pasal 41Pasal 41

(1) Rencana pengembangan kawasan strategis merupakan kawasan yang

dianggap perlu diprioritaskan pengembangannya atau penanganannya

serta memerlukan dukungan penataan ruang segera dalam kurun waktu

rencana.

(2) Kawasan strategis kabupaten yang dimaksud pada ayat (1), terdiri atas :

a. kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi;

b. kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya;

c. kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan

sumberdaya alam dan teknologi tinggi; dan

d. kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung

lingkungan hidup.

45 52

Page 46: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

Bagian KeduaBagian KeduaBagian KeduaBagian Kedua

Rencana Pengembangan Kawasan Strategis KabupatenRencana Pengembangan Kawasan Strategis KabupatenRencana Pengembangan Kawasan Strategis KabupatenRencana Pengembangan Kawasan Strategis Kabupaten

Paragraf 1Paragraf 1Paragraf 1Paragraf 1

Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan EkonomiKawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan EkonomiKawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan EkonomiKawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi

Pasal 42Pasal 42Pasal 42Pasal 42

(1) Rencana pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan

pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2)

huruf a, terdiri atas :

a kawasan yang berpotensi mendorong perkembangan kawasan

sekitar dan atau berpengaruh terhadap perkembangan wilayah

secara umum;

b kawasan yang mempunyai prospek ekonomi yang tinggi sehingga

membutuhkan penanganan yang mendesak;

c pengembangan sektor di wilayah tersebut membutukan ruang

kegiatan dalam skala luas; dan

d pengembangan sektor yang akan dikembangkan di atasnya

mempunyai prioritas tinggi dalam lingkup regional maupun nasional

dan mendorong perkembangan potensi wilayah yang belum

berkembang.

(2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi

sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1), terdiri atas :

a. kawasan andalan nasional, terdiri atas :

1. Kawasan Andalan Sumba dengan sektor unggulan pertanian,

pariwisata dan perkebunan; dan

2. Kawasan Andalan Laut Sumba dan sekitarnya dengan sektor

unggulan perikanan dan pariwisata.

b. kawasan prioritas Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu KWS

Wanokaka - Anakalang dengan Sub Kawasan : KWS Wanokaka-

Anakalang; yang berada di Kecamatan Katiku Tana; dan

c. kawasan strategis Kabupaten meliputi kawasan agropolitan terdiri

atas agropolitan berbasis sub sektor pertanian dan agropolitan

berbasis sub sektor peternakan.

(2) Arahan pemanfaatan ruang berbentuk indikasi prioritas program lima

tahunan dituangkan dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian KetigaBagian KetigaBagian KetigaBagian Ketiga

Arahan Pemanfaatan Ruang untuk Perwujudan Struktur Ruang dan Pola Arahan Pemanfaatan Ruang untuk Perwujudan Struktur Ruang dan Pola Arahan Pemanfaatan Ruang untuk Perwujudan Struktur Ruang dan Pola Arahan Pemanfaatan Ruang untuk Perwujudan Struktur Ruang dan Pola

RuaRuaRuaRuang Wilayah ng Wilayah ng Wilayah ng Wilayah

Paragraf 1Paragraf 1Paragraf 1Paragraf 1

Arahan Pemanfaatan Ruang untuk Perwujudan Struktur Ruang WilayahArahan Pemanfaatan Ruang untuk Perwujudan Struktur Ruang WilayahArahan Pemanfaatan Ruang untuk Perwujudan Struktur Ruang WilayahArahan Pemanfaatan Ruang untuk Perwujudan Struktur Ruang Wilayah

Pasal 51Pasal 51Pasal 51Pasal 51

Arahan pemanfaatan ruang untuk perwujudan struktur ruang wilayah,

terdiri atas :

a. program perwujudan pusat kegiatan dalam wilayah kabupaten,

terdiri atas :

1. program perwujudan sistem perkotaan;

2. program perwujudan sistem perdesaan; dan

3. penetapan fungsi kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan.

b. program perwujudan sistem jaringan prasarana Kabupaten, terdiri atas :

1. program perwujudan sistem jaringan transportasi;

2. program perwujudan sistem jaringan energi;

3. program perwujudan sistem jaringan telekomunikasi

4. program perwujudan sistem jaringan sumber daya air; dan

5. program perwujudan sistem prasarana pengelolaan lingkungan.

Pasal 52Pasal 52Pasal 52Pasal 52

Arahan pemanfaatan ruang untuk sistem perkotaan, sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 51 huruf a angka 1, terdiri atas :

a. membentuk pusat kegiatan yang terintegrasi dan berhirarki di seluruh

wilayah Daerah; dan

b. pengembangan orde perkotaan secara berjenjang dan bertahap sesuai

pengembangan perkotaan secara keseluruhan.

51 46

Page 47: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

Paragraf 2Paragraf 2Paragraf 2Paragraf 2

Prioritas dan Tahapan PembangunanPrioritas dan Tahapan PembangunanPrioritas dan Tahapan PembangunanPrioritas dan Tahapan Pembangunan

Pasal 48Pasal 48Pasal 48Pasal 48

(1) Prioritas pelaksanaan pembangunan disusun berdasar pada kemampuan

pembiayaan dan kegiatan yang mempunyai efek mengganda sesuai

arahan umum pembangunan daerah.

(2) Pelaksanaan pembangunan berdasarkan tata ruang dilaksanakan selama

20 tahun, dibagi menjadi 4 (empat) tahap.

(3) Arahan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten, terdiri atas :

a. perwujudan rencana struktur ruang wilayah;

b. perwujudan rencana pola ruang wilayah; dan

c. perwujudan kawasan strategis.

Pasal 49Pasal 49Pasal 49Pasal 49

(1) Pemanfaatan ruang di daerah bertujuan untuk meningkatkan kegiatan

pembangunan, kesejahteraan masyarakat, investasi dan memelihara

serta mencegah terjadinya kerusakan lingkungan hidup.

(2) RTRW Kabupaten melakukan sinkronisasi dan keterpaduan dengan

penyusunan RTRW diatasnya.

(3) Untuk mewujudkan pola pemanfaatan ruang kabupaten, disusun

prioritas dan tahapan pembangunan.

(4) Prioritas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi prioritas

program.

(5) Tahapan pembangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi

tahapan 5 (lima) tahunan.

Pasal 50Pasal 50Pasal 50Pasal 50

(1) Prioritas program 5 (lima) tahun pertama sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 49 ayat (4) yaitu :

a. melanjutkan pelaksanaan pembangunan yang telah direncanakan

sebelumnya; dan

b. menyelesaiakan pembangunan yang sudah berjalan sampai pada

tahap yang telah direncanakan sebelumnya.

(3) Kawasan agropolitan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c,

terdiri atas :

a. kawasan agropolitan berbasis pertanian (tanaman pangan dan

perkebunan) yang direncanakan pada Desa Watu Asa, Desa

Wendewa Selatan, Desa Wendewa Timur, Desa Cendana, dan Desa

Oli Ate, Kecamatan Mamboro; Desa Anajiaka, Desa Pondok dan

Desa Sambali Loki di Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat; Desa

Wailawa, Desa Dameka, Desa Waimanu dan Desa Malinjak di

Kecamatan Katiku Tana Selatan; Desa Umbu Riri, Desa Kambela

Wuntu, Desa Makata Keri, Desa Mata Woga, Desa Anakalang di

Kecamatan Katiku Tana; dan

b. kawasan agropolitan berbasis pertanian (peternakan) tersebar di

Desa Lenang, Desa Soru dan Desa Pandira Tana, Kecamatan Umbu

Ratu Nggay dan Desa Watu Asa, Desa Manu Wolu, Desa Wendewa

Utara, Desa Wendewa Selatan, Desa Ole Ate dan Desa Cendana,

Kecamatan Mamboro.

Paragraf 2Paragraf 2Paragraf 2Paragraf 2

Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Sosial BudayaKawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Sosial BudayaKawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Sosial BudayaKawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Sosial Budaya

Pasal 43Pasal 43Pasal 43Pasal 43

(1) Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf b, terdiri atas :

a. kawasan kampung adat; dan

b. kawasan cagar budaya Laitarung

(2) Kawasan kampung adat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,

terdiri atas :

a. Desa Makata Keri di Kecamatan Katiku Tana yaitu kawasan

Kampung Adat Kabonduk;

b. Desa Anakalang di Kecamatan Katiku Tana terdapat Kampung Adat

Pasunga;

c. Desa Umbu Pabal di Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat terdapat

Kampung Adat Kaba Jawa;

d. Desa Anajiaka di Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat terdapat

Kampung Adat Dewa Kaworung;

e. Desa Mara Desa di Kecamatan Umbu Ratu Nggay terdapat Kampung

Adat Bolu Bokat dan Kampung Adat Marada Deta;

47 50

Page 48: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029

f. Makam pertama Bupati I Pulau Sumba (Umbu Tipuk Marisi) di Desa

Anajiaka Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat;

g. Desa Malinjak di Kecamatan Katiku Tana Selatan terdapat Kampung

Adat Kabela Wuntu, Galubakul, Matolang Radak, Anabura dan

Waikawolu; dan

h. Kampung adat Manua Kalada di Desa Wendewa Selatan, Kecamatan

Mamboro.

(3) Kawasan cagar budaya Laitarung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b yaitu berupa kawasan makam raja yang mempunyai nilai sejarah

terdapat di Kampung Adat Laitarung, Desa Makata Keri, Kecamatan

Katiku Tana.

Paragraf 3Paragraf 3Paragraf 3Paragraf 3

Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pendayagunaan Sumberdaya Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pendayagunaan Sumberdaya Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pendayagunaan Sumberdaya Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pendayagunaan Sumberdaya

Alam Alam Alam Alam

dan Teknologi Tinggidan Teknologi Tinggidan Teknologi Tinggidan Teknologi Tinggi

Pasal 44Pasal 44Pasal 44Pasal 44

(1) Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya

alam dan teknologi tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2)

huruf c, yaitu berupa kawasan pertambangan mineral logam.

(2) Kawasan strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat di

kawasan sekitar Pantai Pasir Besi di Kecamatan Mamboro.

Paragraf 4Paragraf 4Paragraf 4Paragraf 4

Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Fungsi dan Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Fungsi dan Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Fungsi dan Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Fungsi dan

Daya Dukung Lingkungan HidupDaya Dukung Lingkungan HidupDaya Dukung Lingkungan HidupDaya Dukung Lingkungan Hidup

Pasal 45Pasal 45Pasal 45Pasal 45

(1) Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung

lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf

d, yaitu berupa kawasan perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup

termasuk kawasan yang diakui sebagai warisan dunia.

(2) Kawasan strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu Kawasan

Taman Nasional Manupeu Tana Daru yang terdapat di Kecamatan

Katiku Tana Selatan, Kecamatan Umbu Ratu Nggay dan Kecamatan

Umbu Ratu Nggay Barat.

BAB VIBAB VIBAB VIBAB VI

ARAHAN PEMANFAARAHAN PEMANFAARAHAN PEMANFAARAHAN PEMANFAAAAATAN RUANG WILAYAH KABUPATENTAN RUANG WILAYAH KABUPATENTAN RUANG WILAYAH KABUPATENTAN RUANG WILAYAH KABUPATEN

Bagian PertamaBagian PertamaBagian PertamaBagian Pertama

UmumUmumUmumUmum

Pasal 46Pasal 46Pasal 46Pasal 46

(1) Pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan program

pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya.

(2) Pemanfaatan ruang mengacu pada fungsi ruang yang ditetapkan dalam

rencana tata ruang, dilaksanakan dengan mengembangkan

penatagunaan tanah, penatagunaan air, penatagunaan udara dan

penatagunaan sumberdaya alam lain.

Bagian KeduaBagian KeduaBagian KeduaBagian Kedua

Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah

PPPParagraf 1aragraf 1aragraf 1aragraf 1

Perumusan Kebijakan Strategis OperasionalisasiPerumusan Kebijakan Strategis OperasionalisasiPerumusan Kebijakan Strategis OperasionalisasiPerumusan Kebijakan Strategis Operasionalisasi

Pasal 47Pasal 47Pasal 47Pasal 47

(1) Penataan ruang sesuai dengan RTRW Daerah dilaksanakan secara

sinergis dengan Peraturan Daerah lain yang ada di Daerah.

(2) Penataan ruang dilaksanakan secara menerus dan sinergis antara

perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian

pemanfaatan ruang.

49 48

Page 49: Peraturan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumba Tengah Tahun 2009 - 2029