peraturan daerah kabupaten bandung barat · 23. peraturan daerah kabupaten bandung barat nomor 13...

158
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2007-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT Menimbang : a. bahwa Kabupaten Bandung Barat memerlukan perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai landasan, arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh, yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan, untuk mewujudkan mandat masyarakat Kabupaten Bandung Barat yang Cerdas, Maju, Makmur, Agamis, dengan Visi Kabupaten Agroindustri dan Wisata Ramah Lingkungan; b. bahwa Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 mengamanatkan penetapan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dengan Peraturan Daerah; c. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah sebagaimana dimaksud pada huruf b, merupakan dokumen perencanaan pembangunan untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2007 sampai dengan 2025, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b dan c, perlu menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2007 2025 dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

Upload: nguyentruc

Post on 13-May-2019

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT

NOMOR : 3 TAHUN 2009 TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2007-2025

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT

Menimbang : a. bahwa Kabupaten Bandung Barat memerlukan perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai landasan, arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh, yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan, untuk mewujudkan mandat masyarakat Kabupaten Bandung Barat yang Cerdas, Maju, Makmur, Agamis, dengan Visi Kabupaten Agroindustri dan Wisata Ramah Lingkungan;

b. bahwa Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 mengamanatkan penetapan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dengan Peraturan Daerah;

c. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah sebagaimana dimaksud pada huruf b, merupakan dokumen perencanaan pembangunan untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2007 sampai dengan 2025, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b dan c, perlu menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 20072025 dengan Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

Page 2: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Nomor 4389);

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Bandung Barat di Provinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4688);

8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725);

9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4700);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 Tentang Rencana

Page 3: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4405);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4663);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4664);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4817);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4833);

16. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Pembangunan Jangka Menengah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 11);

17. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2005 tentang Pembentukan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2005 Nomor 13 Seri Tambahan Lembaran Daerah Nomor 15);

18. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 8 Seri E);

19. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 54 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013 (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 54 Seri E);

Page 4: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

20. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 3 Tahun

2008 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah (Lembaran Daerah Nomor 3 Tahun 2008).

21. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Organisasi Dinas Daerah (Lembaran Daerah Nomor 9 Tahun 2008);

22. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah (Lembaran Daerah Nomor 10 Tahun 2008);

23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Kecamatan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat (Lembaran Daerah Nomor 13 Tahun 2008);

24. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 1 Tahun 2009 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah Nomor 1 Tahun 2009);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT

DAN BUPATI BANDUNG BARAT

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2007-2025

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Bandung Barat;

Page 5: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

pernerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945;

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah;

4. Bupati adalah Bupati Bandung Barat; 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut

DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bandung Barat;

6. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2007-2025 yang selanjutnya disebut RPJP Daerah, adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Bandung Barat untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2025, yang memuat visi, misi dan arah pembangunan jangka panjang kabupaten;

7. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2008-2013 yang selanjutnya disingkat RPJMD, adalah dokumen perencanaan pembangunan Kabupaten Bandung Barat untuk periode 5 (lima) tahunan yang merupakan visi, misi dan program Bupati Bandung Barat dengan berpedoman pada RPJP Daerah serta memperhatikan RPJM Provinsi Jawa Barat;

8. Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung Barat yang selanjutnya disebut RKPD adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Bandung Barat untuk periode 1 (satu) tahunan yang digunakan sebagai pedoman untuk menyusun Kabijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bandung Barat;

9. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bandung Barat;

Page 6: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

10. Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat

Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD), adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu) tahun;

BAB II PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

Pasal 2

Program Pembangunan Daerah Periode Tahun 2007-2025 dilaksanakan sesuai dengan RPJP Daerah dan merupakan satu kesatuan dengan sistem perencanaan Provinsi Jawa Barat dan Nasional.

Pasal 3

(1) RPJP Daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 berpedoman pada RPJP Daerah Provinsi Jawa Barat dan RPJP Nasional, yang memuat Visi, Misi, dan Arah Pembangunan Daerah.

(2) RPJP Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam penyusunan : a. RJPM Daerah yang memuat Visi, Misi dan Program

Bupati Bandung Barat; b. RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya.

Pasal 4

(1) Dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan dan untuk menghindarkan kekosongan rencana pembangunan daerah, Bupati yang sedang menjabat pada tahun terakhir jabatannya, diwajibkan menyusun RKPD untuk tahun pertama periode jabatan Bupati berikutnya.

(2) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai pedoman untuk menyusun APBD tahun pertama periode jabatan Bupati berikutnya.

Page 7: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Pasal 5

(1) RPJP Daerah Kabupaten Bandung Barat menjadi pedoman dalam penyusunan RPJM Daerah Kabupaten Bandung Barat yang memuat Visi, Misi, dan Program Bupati Bandung Barat.

(2) Periodisasi pembangunan jangka panjang daerah Kabupaten Bandung Barat dibagi dalam tahapan pembangunan jangka menengah dengan tahun perencanaan yang disesuaikan dengan masa jabatan Bupati.

BAB III TATA URUT RPJP DAERAH

Pasal 6

Tata urut RPJP Daerah adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, pengertian, maksud dan tujuan, landasan penyusunan, ruang lingkup, sistematika penulisan dan proses penyusunan.

BAB II : KONDISI UMUM DAERAH Berisi tentang kondisi saat ini, tantangan dan modal dasar.

BAB III : VISI DAN MISI Berisi tentang Visi Pembangunan Daerah dan Misi Pembangunan.

BAB IV : ARAH, TAHAPAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2007-2025 Berisi tentang tahapan dan prioritas pembangunan.

BAB V : PENUTUP

Pasal 7

Isi beserta uraian RPJP Daerah Kabupaten Bandung Barat tercantum dalam Lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Page 8: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

BAB IV

PENGENDALIAN DAN EVALUASI Pasal 8

(1) Pemerinntah Daerah melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan RPJP Daerah.

(2) Tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJP Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Bupati.

BAB V

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 9

Rencana Strategis Daerah Kabupaten Bandung Barat yang telah ditetapkan, sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini, masih tetap berlaku dan wajib disesuaikan dengan RPJP Daerah ini paling lambat 6 (enam) bulan.

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 10

Tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJP Daerah harus sudah ditetapkan paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.

Pasal 11

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Barat.

Page 9: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Ditetapkan di : Bandung Barat pada tanggal : 1 Mei 2009

BUPATI BANDUNG BARAT,

H. ABUBAKAR

Diundangkan di Bandung Barat Pada tanggal 1 Mei 2009

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT

H. MAS ABDUL KOHAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN 2009 NOMOR 3

Page 10: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

PENJELASAN

ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT

NOMOR : 3 TAHUN 2009 TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2007-2025

I. UMUM

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2007-2025 merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk kurun waktu 20 (dua puluh) tahun, yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) daerah untuk setiap jangka waktu 5 (lima) tahun. Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah memuat mandat, visi, misi dan arah pembangunan daerah yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Dengan demikian, dokumen ini lebih bersifat visioner dan hanya memuat hal-hal yang mendasar sehingga memberi keleluasaan yang cukup bagi penyusunan rencana jangka menengah dan tahunan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, telah ditetapkan visi pembangunan nasional tahun 2005-2025, yaitu "Indonesia Yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur". Visi pembangunan nasional tersebut mengarah pada pencapaian tujuan nasional, seperti tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Rangkaian upaya pembangunan tersebut memuat kesejahteraan masyarakat dari generasi ke generasi. Pelaksanaan upaya tersebut dilakukan dalam konteks memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya.

Kurun waktu RPJP Daerah adalah 20 (dua puluh) tahun. Pelaksanaan RPJP Daerah Tahun 2007-2025 terbagi dalam tahapan perencanaan pembangunan pada periodisasi perencanaan pembangunan jangka menengah daerah 5 (lima) tahunan, yang dituangkan dalam:

a. RPJM Daerah I Tahun 2007-2008 b. RPJM Daerah II Tahun 2008-2013 c. RPJM Daerah III Tahun 2013-2018 d. RPJM Daerah IV Tahun 2018-2023

Page 11: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

e. RPJM Daerah V Tahun 2023-2025 f. RPJM Daearah VI Tahun 2025-2028 sebagai RPJM Daerah Transisi

RPJP Daerah tersebut digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan RPJM Daerah. Pentahapan rencana pembangunan daerah disusun dalam masing--masing periode RPJM Daerah sesuai dengan visi, misi dan program Bupati yang terpilih secara langsung oleh rakyat. RPJM Daerah memuat strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dan rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

RPJM Daerah dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan rencana pembangunan tahunan daerah, yang memuat prioritas pembangunan daerah, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program, dan kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

RPJP Daerah ini mempunyai kedudukan sebagai kerangka dasar pengelolaan pembangunan daerah dalam kurun waktu 20 tahun, yang merupakan penjabaran kehendak masyarakat Kabupaten Bandung Barat dengan tetap memperhatikan arahan rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat dan rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional dan merupakan pedoman dalam penyusunan RPJM Daerah, RTRW Kabupaten, dan dokumen perencanaan pembangunan lainnya di Kabupaten Bandung Barat.

Kesesuaian RPJP Daerah ini dengan dokumen perencanaan lainnya di Kabupaten Bandung Barat dan Provinsi Jawa Barat mutlak diperlukan untuk keterpaduan kesinambungan, harmonisasi, dan menjamin kepastian hukum bagi seluruh masyarakat Kabupaten Bandung Barat dalam mewujudkan visi, misi Kabupaten Bandung Barat.

Dalam menjaga kontinuitas pembangunan dan menghindarkan kekosongan rencana pembangunan daerah, Bupati yang sedang memerintah pada tahun terakhir pemerintahannya diwajibkan menyusun RKPD dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) pada tahun pertama periode pemerintahan Bupati berikutnya, yaitu pada tahun 2009, 2014, 2018 dan 2022. Namun demikian, Bupati terpilih pada periode berikutnya tetap mempunyai ruang gerak yang luas untuk menyempurnakan APBD melalui mekanisme Perubahan APBD (APBD-P) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Dengan adanya kewenangan untuk menyusun RKPD dan

Page 12: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

RAPBD sebagaimana dimaksud di atas, maka jangka waktu keseluruhan RPJP Daerah adalah 2007-2025.

Tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat tentang RPJP Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2007-2025 adalah untuk:

1. Menetapkan mandat, visi, misi, dan arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Bandung Barat;

2. Menjamin terwujudnya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten;

4. Mendukung koordinasi antar pemangku kepentingan dalam pencapaian tujuan daerah dan nasional;

5. Mewujudkan keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan;

6. Mewujudkan tercapainya penggunaan sumberdaya secara efektif, efisien, berkeadilan dan berkelanjutan;

7. Mengoptimaikan partisipasi masyarakat.

RPJP Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2005-2025 yang dituangkan dalam bentuk mandat, visi, misi dan arah pembangunan daerah adalah produk dari semua elemen masyarakat, pemerintah, organisasi kemasyarakatan dan organisasi politik di Kabupaten Bandung Barat.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 Istilah-istilah dalam pasal ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya salah tafsir dan salah pengertian dalam memahami dan melaksanakan pasal-pasal dalam Peraturan Daerah ini.

Pasal 2 Cukup Jelas.

Pasal 3 Cukup Jelas.

Pasal 4 Cukup Jelas.

Pasal 5 Cukup Jelas.

Page 13: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Pasal 6

Cukup Jelas. Pasal 7

Cukup Jelas. Pasal 8

Ayat (1) Pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJP Daerah dilakukan oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah, sesuai dengan bidang tugasnya.

Ayat (2) Cukup Jelas.

Pasal 9 Cukup Jelas

Pasal 10 Cukup Jelas

Pasal 11 Cukup Jelas

Page 14: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Draft Akhir

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BARAT 2008

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Kabupaten Bandung Barat (2005-2025)

Page 15: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas selesainya Naskah Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2005-2025 . Naskah RPJPD

Kabupaten Bandung Barat ini memuat pendahuluan, gambaran umum daerah, visi dan misi

pembangunan, serta arah, tahapan, dan prioritas pembangunan daerah di Kabupaten Bandung

Barat selama periode 2005-2025.

Naskah RPJPD Kabupaten Bandung Barat Tahun 2005-2025 ini merupakan naskah

yang telah disempurnakan berdasarkan hasil diskusi dengan stakeholders yakni: Pemerintah

Kabupaten Bandung Barat, pelaku usaha, dan lembaga swadaya masyarakat dalam Pra-

Musrenbang dan Musrenbang Kabupaten Bandung Barat. Selain itu, naskah ini juga

didiskusikan bersama dengan publik melalui diskusi publik yang difasilitasi oleh Pusat

Penelitian Kebijakan Publik dan Pengembangan Wilayah Lembaga Penelitian Universitas

Padjadjaran dengan Harian Umum Galamedia.

Harapan kami, mudah-mudahan Naskah RPJPD Kabupaten Bandung Barat Tahun

2005-2025 ini dapat memberikan gambaran, prospek, dan proyeksi Kabupaten Bandung

Barat 20 (dua puluh) tahun ke depan, serta dapat dijadikan sebagai salah satu bahan masukan

di dalam pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2005-2025

oleh DPRD Kabupaten Bandung Barat.

Atas perhatian dan kerjasama seluruh stakeholders di dalam penyiapan, penyelesaian,

pembahasan, dan penyempurnaan Naskah RPJPD Kabupaten Bandung Barat Tahun 2005-

2025 ini kami ucapkan terima kasih.

BUPATI BANDUNG BARAT

H. ABUBAKAR

Page 16: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i Daftar Isi ii Daftar Tabel iv Daftar Gambar vi

BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Pengertian 2 1.3 Maksud dan Tujuan 3 1.4 Landasan Hukum 3 1.5 Hubungan RPJPD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya 4 1.6 Alur Pikir 7 1.7 Sistematika Penulisan 8 1.8 Proses Penyusunan 9

BAB II KONDISI UMUM 13 2.1 Kondisi Saat Ini 13

2.1.1 Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama 13 2.1.2 Ekonomi 28 2.1.3 Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 37 2.1.4 Politik dan Aparatur Pemerintahan 54 2.1.5 Hukum dan Hak Asasi Manusia 65 2.1.6 Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat 67 2.1.7 Tata Ruang dan Infrastruktur 67

2.2 Tantangan 77 2.2.1 Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama 77 2.2.2 Ekonomi 79 2.2.3 Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 82 2.2.4 Politik dan Aparatur Pemerintahan 83 2.2.5 Hukum dan Hak Asasi Manusia 87 2.2.6 Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat 87 2.2.7 Tata Ruang dan Infrastruktur Masyarakat 88

2.3 Modal Dasar 92

BAB III VISI DAN MISI 94 3.1 Visi Pembangunan Daerah 94 3.2 Misi Pembangunan Daerah 95 3.3 Perwujudan Visi dan Misi 96

Page 17: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

iii

BAB IV ARAH, TAHAPAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JANGKA 97 PANJANG DAERAH TAHUN 2005 - 2025 4.1 Arah Pembangunan 97

4.1.1 Meningkatnya kualitas Sumberdaya Manusia yang sehat, 97 Cerdas dan kreatif

4.1.2 Terwujudnya Tatakelola yang Baik 97 4.1.3 Meningkatnya Perekonomian Masyarakat Yang Produktif, 98

Berkeadilan dan Berdayasaing 4.1.4 Terpeliharanya Kondisi Sumberdaya Alam dan Lingkungan 98

Hidup 4.1.5 Mengintegrasikan Nilai-nilai Agama dan Budaya Dalam 99

Pembangunan 4.2 Tahapan dan Prioritas Pembangunan 99

RPJM Daerah Pertama (2005-2008) 99 RPJM Daerah Kedua (2008-2013) 100 RPJM Daerah Ketiga (2013-2018) 107 RPJM Daerah Keempat (2018-2023) 115 RPJM Daerah Kelima (2023-2025) 122 RPJM Daerah Kelima (2025-2028) sebagai RPJMD Transisi 129

BAB V PENUTUP 137

Page 18: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1

Tabel 2.2

Tabel 2.3 Tabel 2.4

Tabel 2.5

Tabel 2.6

Tabel 2.7

Tabel 2.8

Tabel 2.9

Tabel 2.10 Tabel 2.11 Tabel 2.12 Tabel 2.13

Tabel 2.14

Tabel 2.15

Tabel 2.16

Tabel 2.17

Tabel 2.18

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bandung Barat Tahun 2007 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Kecamatan dan Lapangan Usaha di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2007 Sektor Penyerap Tenaga Kerja di Kabupaten Bandung Barat Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Kecamatan dan Partisipasi Bersekolah di Kabupaten Bandung Barat Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Kecamatan dan Ijasah Tertinggi yang Dimiliki Persentase Penduduk Laki-laki dan Perempuan Usia 10 Tahun ke atas menurut Pendidikan yang Ditamatkan di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2007 Jumlah Sarana dan Prasarana Sekolah TK, SD, SLTP, SMA dan yang Sederajat di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2007 Jumlah Sarana dan Prasarana Kesehatan di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2007 Kondisi Keluarga Dalam Kategori Pra-KS dan KS-1 Kabupaten Bandung Barat Tahun 2007 Jumlah Sarana Peribadatan di Kabupaten Bandung Barat Jumlah Organisasi Kemasyarakatan Jumlah Sarana Olah Raga di Kabupaten Bandung Barat Capaian IPM per Kecamatan di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2003-2007 Capaian Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bandung Barat Tahun 2007 Perkembangan Capaian Indikator Agregat IPM per Kecamatan (2003-2007) PDRB atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Tahun 2004-2008 PDRB atas dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha Tahun 2004-2008 Kontribusi Sektoral PDRB menurut Lapangan Usaha Tahun 2004-2007

14

16

17

17

18

19

19

20

21

22

23

23

25

26

27

28

28

29

Page 19: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

v

Tabel 2.19

Tabel 2.20

Tabel 2.21

Tabel 2.22

Tabel 2.23

Tabel 2.24 Tabel 2.25 Tabel 2.26 Tabel 2.27

Tabel 2.28

Tabel 2.29

Tabel 2.30

Tabel 2.31 Tabel 2.32 Tabel 2.33

Tabel 2.34 Tabel 2.35

Tabel 2.36 Tabel 2.37 Tabel 2.38 Tabel 2.39 Tabel 2.40

Tabel 2.41

Tabel 2.42

Tabel 2.43

Laju Pertumbuhan Ekonomi atas dasar Harga Konstan menurut Lapangan Usaha Tahun 2004-2007 Lokasi Industri di Kabupaten Bandung Barat berdasarkan Skala dan Jenis Produk yang Dihasilkan, 2006 Lokasi Perdagangan dan Jasa berdasarkan Jenis Kegiatan di Kabupaten Bandung Barat tahun 2006 Lokasi Jasa Keuangan berdasarkan Bentuk Usaha di Kabupaten Bandung Barat tahun 2006 Laju Inflasi Kabupaten Bandung Barat menurut Lapangan Usaha Tahun 2004-2007 Purchasing Power Parity Kabupaten Bandung Barat Tekanan Penduduk Beberapa Kota di Jawa Barat Potensi Gerakan Tanah di Kabupaten Bandung Barat Komposisi Komisi-komisi di DPRD Kabupaten Bandung Barat (2007-2009) Komposisi Panitia-panitia Tetap di DPRD Kabupaten Bandung Barat (2007-2009) Komposisi Keanggotaan Badan Kehormatan DPRD Kabupaten Bandung Barat (2007-2009) Komposisi Keanggotan Badan Urusan Rumah Tangga DPRD Kabupaten Bandung Barat (2007-2009) Rentang Kendali dari sisi Orbitrasi Pusat Pemerintahan Rentang Kendali ditinjau dari Jumlah Desa per Kecamatan Penilaian Kesesuaian Hirarki Pusat Pelayanan Rencana dengan Hasil Analisis Desa Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Bandung Barat Tingkat Aksesibilitas Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bandung Barat Neraca Air Kabupaten Bandung Barat berdasarkan Data 2005 Sebaran Sumber Mata Air Kabupaten Bandung Barat Jaringan Irigasi di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2004 Tingkat Pemenuhan Sarana Pendidikan di Kabupaten Bandung Barat Tingkat Pemenuhan Sarana Kesehatan di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2005 Tingkat Pemenuhan Sarana Perdagangan di Kabupaten Bandung Barat Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Kabupaten Bandung Barat Arahan Fungsi Kawasan Pusat-pusat Pertumbuhan di KBB

30

31

32

33

34

35

45

50

57

58

58

58

63

64

68

69

72

73

74

75

76

76

77

88

90

Page 20: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1

Gambar 1.2

Gambar 2.1

Gambar 2.2

Gambar 2.3

Gambar 2.4

Gambar 2.5

Gambar 2.6

Gambar 2.7

Gambar 2.8

Gambar 2.9

Gambar 2.10

Gambar 2.11

Gambar 2.12

Gambar 2.13

Gambar 2.14

Gambar 2.15

Gambar 2.16

Gambar 2.17

Alur Pikir Penyusunan RPJPD Kabupaten Bandung Barat

Proses Perencanaan Pembangunan

Piramida Penduduk Kabupaten Bandung Barat menurut

Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun2007

Tingkat Pengangguran per Kecamatan di Kabupaten Bandung

Barat Tahun 2007

Capaian IPM di Kabupaten Bandung Barat (2003-2007)

Angka Daya Beli Kabupaten Bandung Barat

Wilayah Administratif Kabupaten Bandung Barat

Kawasan Kabupaten Bandung Barat di Cekungan Bandung

Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Bandung Barat

Peta Curah Hujan Kabupaten Bandung Barat

Peta Jenis Tanah Kabupaten Bandung Barat

Peta Kawasan Lindung Kabupaten Bandung Barat

Peta Sebaran Permukiman di Kabupaten Bandung Barat

Peta Kawasan Lindung di Kabupaten Bandung Barat yang berada

dalam Kondisi Baik berdasarkan Citra Satelit Aster

Peta Konflik Penggunaan Lahan di Kabupaten Bandung Barat

Peta Tingkat Bahaya Erosi di Kabupaten Bandung Barat

Peta Potensi Rawan Banjir di Kabupaten Bandung Barat

Pencemaran Air Sungai Citarum

Komposisi Keanggotaan DPRD Kabupaten Bandung Barat

(2007-2009)

8

9

14

15

24

36

38

39

40

41

42

43

46

47

48

51

52

54

56

Page 21: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

vii

Page 22: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab I 1

LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT

NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA

PANJANG DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN 2005-2025

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembaharuan tata kelola pemerintahan, termasuk yang berlangsung di daerah telah

membawa perubahan dalam berbagai dimensi, baik struktural maupun kultural. Dalam hal

penyelenggaraan pembangunan di daerah, telah dikeluarkan peraturan perundang-undangan

baru dengan orientasi memperluas partisipasi publik. Undang-undang tersebut adalah

Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Selain undang-undang tersebut, telah diterbitkan terlebih dahulu Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Selanjutnya diterbitkan pula peraturan lain yang

terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan lainnya, seperti Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2004

tentang Rencana Kerja Pemerintah, Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang

Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga.

Sistem perencanaan pembangunan nasional yang baru mewajibkan Pemerintah

menyusun dokumen perencanaan yang meliputi perencanaan jangka panjang (periode 20

tahun); perencanaan jangka menengah (periode 5 tahun); dan perencanaan jangka pendek

(periode 1 tahun). Ketiganya merupakan dokumen perencanaan yang menjadi acuan bagi

setiap Satuan Kerja Perangkat Pemerintah (SKPD), baik di Pusat maupun di Daerah dalam

menyusun rencana kerja instansi pemerintah.

Secara khusus, setiap dokumen perencanaan memiliki materi atau substansi yang

berbeda ruang lingkupnya. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah memuat visi, misi,

dan arah pembangunan Daerah yang mengacu pada RPJP Nasional. Materi RPJP kemudian

Page 23: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab I 2

dijabarkan ke dalam sejumlah dokumen perencanaan yang lebih operasional, seperti RPJM,

Renstra-SKPD, Rencana Kerja Pemerintah Daerah, dan Rencana Kerja SKPD.

Berdasarkan muatan yang terkandung dalam dokumen perencanaan tersebut, RPJP

Daerah pada dasarnya merupakan dokumen yang memiliki nilai strategis karena memuat

rencana pembangunan daerah untuk merealisasikan visi dan misi daerah. Materi RPJP ini

menjadi dokumen publik yang dapat digunakan untuk menguji kinerja Pemerintah Daerah

dalam menjabarkan visi dan misi tersebut, sekaligus menjadi indikator untuk menguji

konsistensi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan komitmen seluruh pemangku

kepentingan (stakeholders). Sebagai dokumen strategis daerah, maka seyogyanya RPJP

Daerah memuat gambaran kondisi umum daerah secara obyektif yang berisi data geografis,

demografis, sosial, budaya, ekonomi, dan tata ruang daerah sebagai basis data dalam analisis

kebutuhan daerah.

Kabupaten Bandung Barat adalah daerah administrasi baru hasil pemekaran dari

Kabupaten Bandung, yang dibentuk sebagai respon atas adanya tuntutan sebagian masyarakat

untuk memperoleh pelayanan publik dan kesejahteraan yang yang lebih baik kualitasnya.

Upaya pemenuhan hal inilah yang menjadi landasan dalam penyusunan RPJP Daerah

Kabupaten Bandung Barat. Selain itu, kondisi geografis Kabupaten Bandung Barat yang

strategis, berada di antara pusat-pusat pertumbuhan seperti Kota Bandung dan Kota Cimahi,

yang menjadikan Kabupaten Bandung Barat sangat menarik bagi investasi. Namun, potensi

yang dimiliki tersebut belum dimanfaatkan dengan perencanaan yang matang. Hal ini

menjadi landasan lainnya bagi penyusunan RPJPD Kabupaten Bandung Barat. Sehubungan

dengan hal dimaksud, RPJP Daerah Kabupaten Bandung Barat periode 2005-2025

merupakan dokumen perencanaan strategis yang memberikan landasan hukum bagi

optimalisasi pengelolaan sumber-sumberdaya yang dimiliki Kabupaten Bandung Barat untuk

mewujudkan kesejahteraan yang berkelanjutan bagi seluruh masyarakat di Kabupaten

Bandung Barat.

1.2 Pengertian

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bandung Barat

adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah yang merupakan penjabaran dari

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025 yang ditetapkan melalui

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 dan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9

Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat

Page 24: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab I 3

2005-2025, yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan jangka panjang daerah untuk

periode 20 (duapuluh) tahun terhitung sejak Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2025.

1.3 Maksud dan Tujuan

Penyusunan RPJPD Kabupaten Bandung Barat 2005-2025 dimaksudkan untuk

menyediakan acuan resmi bagi Pemerintah Daerah dan DPRD serta masyarakat dalam

menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) secara partisipatif,

melalui rangkaian konsultasi publik, forum SKPD, dan Musyawarah Perencanaan

Pembangunan Daerah.

Tujuan dari penyusunan RPJPD Kabupaten Bandung Barat 2005-2025 adalah sebagai

berikut:

1) Menyediakan dokumen perencanaan jangka panjang sebagai acuan resmi bagi seluruh

jajaran Pemerintah Daerah, DPRD, dan masyarakat dalam menentukan prioritas

program lima tahunan yang akan dituangkan ke dalam RPJMD.

2) Menciptakan sinergitas pelaksanaan pembangunan daerah antarwilayah dan

antarsektor pembangunan berdasarkan kondisi riil dan proyeksi ke depan.

1.4 Landasan Hukum

Landasan hukum penyusunan RPJPD Kabupaten Bandung Barat adalah:

a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pasal 18, pasal 18 B,

pasal 20, pasal 20 A, pasal 21, pasal 23, pasal 23 C, pasal 33, pasal 34;

b. Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

c. Undang-undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

d. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Perundangundangan;

e. Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

f. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

g. Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Daerah;

h. Undang-undang No. 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Bandung Barat di

Jawa Barat;

i. Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional Tahun 2005-2025;

j. Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;

k. Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

Page 25: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab I 4

l. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah;

m. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan

Anggaran Kementerian Negara/Lembaga;

n. Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan;

o. Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana

Pembangunan Nasional;

p. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah

Kabupaten/Kota;

q. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

r. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2025.

s. Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 54 Tahun 2008 tentang RPJMD Provinsi

Jawa Barat Tahun 2008-2013.

1.5. Hubungan RPJPD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

RPJPD Kabupaten Bandung Barat secara substantif tidak berdiri sendiri. Dokumen

RPJPD ini terkait dengan keberadaan dokumen perencanaan lainnya, baik perencanaan

pembangunan nonspasial (nonkeruangan), maupun yang bersifat spasial (keruangan). Oleh

karena itu, penyusunan RPJP Kabupaten Bandung Barat selain memperhatikan RPJP

Nasional dan RPJPD Provinsi Jawa Barat juga perlu memperhatikan dokumen perencanaan

lainnya, seperti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional, RTRW Provinsi, dan

RTRW Kabupaten Bandung Barat sendiri.

Kabupaten Bandung Barat, awalnya merupakan bagian dari Kabupaten Bandung,

sehingga harus pula memperhatikan RTRW Kabupaten/Kota lain di sekitarnya, yaitu RTRW

Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, Kota Bandung, Kabupaten Cianjur, Kabupaten

Purwakarta, dan Kabupaten Subang, untuk pengoptimalan dan sinergi penataan ruang,

penatagunaan lahan, lingkungan hidup dan pemanfaatan sumberdaya alam. Sesuai dengan

Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, RTRW menjadi pedoman

untuk penyusunan RPJPD dan RPJMD (Pasal 26). Hal ini juga ditegaskan kembali dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan serta Musyawarah

Page 26: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab I 5

Perencanaan Pembangunan Daerah pada pasal 2 ayat 3, pasal 25 ayat 1, pasal 31 serta pasal

32 ayat 1 dan 2.

RPJPD secara khusus nantinya harus dijadikan acuan sepenuhnya untuk penyusunan

RPJMD setiap 5 tahun sekali dalam rangka mencapai visi, misi, dan arah pembangunan

jangka panjangnya.

1.5.1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025

Berdasarkan permasalahan, tantangan, serta keterbatasan yang dihadapi bangsa dan

negara Indonesia, ditetapkan visi pembangunan nasional Tahun 2005 2025 adalah:

Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur

Visi pembangunan nasional tahun 2005 2025 itu mengarah pada pencapaian tujuan

nasional, seperti tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945. Visi pembangunan nasional tersebut harus dapat diukur untuk dapat

mengetahui tingkat kemandirian, kemajuan, keadilan dan kemakmuran yang ingin dicapai.

Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut ditempuh melalui 8

(delapan) misi pembangunan nasional sebagai berikut:

1) Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab

berdasarkan falsafah Pancasila.

2) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

3) Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum.

4) Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu.

5) Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan.

6) Mewujudkan Indonesia asri dan lestari.

7) Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan

berbasiskan kepentingan nasional.

8) Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional.

Dalam kaitannya dengan visi dan misi nasional tersebut, RPJPD Kabupaten Bandung

Barat berusaha menjabarkannya dan berperan serta berkontribusi dalam pencapaiannya ke

dalam skala yang lebih kecil untuk lingkup Kabupaten Bandung Barat sendiri, terutama

dalam hal mencapai masyarakat yang berakhlak mulia, berdaya saing, berkeadilan, dan

produktif.

Page 27: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab I 6

1.5.2. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) telah ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tanggal 10 Maret 2008. Penataan ruang wilayah nasional

ini bertujuan untuk mewujudkan:

1) ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.

2) keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan.

3) keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.

4) keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di

dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5) keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/

kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap

lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

6) pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan

masyarakat.

7) keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah.

8) keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan pertahanan dan keamanan negara

yang dinamis serta integrasi nasional.

9) Dalam RTRWN, Pemerintah menentukan struktur dan pola ruang secara nasional,

kawasan strategis nasional (KSN), dan kawasan andalan. Struktur ruang secara nasional

menetapkan fungsi kota (Pusat Kegiatan Nasional/PKN, Pusat Kegiatan Wilayah/PKW,

Pusat Kegiatan Strategis Nasional/PKSN dan metropolitan), bandara (pusat penyebaran

primer, sekunder dan tersier), pelabuhan laut (internasional dan nasional), jaringan

transportasi (jaringan jalan arteri primer, kolektor primer, jalan tol, dan jalan strategis

nasional; jalur KA lintas utama dan lintas cabang; lintasan penyeberangan; alur laut

kepulauan Indonesia /ALKI); dan prasarana nasional (prasarana listrik dan

telekomunikasi). Dalam pola ruang secara nasional, RTRWN ini juga metetapkan

kawasan lindung nasional, kawasan andalan (darat dan laut), dan kawasan strategis

nasional.

Dalam RTRWN, Kota Bandung ditetapkan sebagai salah satu Pusat Kegiatan

Nasional (PKN) dan Kabupaten Bandung sebagai salah satu Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

Karena pada awalnya merupakan bagian dari Kabupaten Bandung, maka Kabupaten Bandung

Barat juga merupakan salah satu dari Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang dilalui jaringan

lintas nasional di bagian tengah-selatan Pulau Jawa dengan fungsi jalan arteri primer.

Kabupaten Bandung Barat termasuk dalam Kawasan Andalan Bandung Raya.

Page 28: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab I 7

1.5.3. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Bandung Tahun

2005-2025

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2025, telah

ditetapkan visi pembangunan Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2025, adalah:

Dengan Iman dan Takwa, Provinsi Jawa Barat Termaju di Indonesia Pernyataan Visi Pembangunan Provinsi Jawa Barat di atas, memiliki makna :

1) Iman dan takwa merupakan landasan dalam melaksanakan aktivitas guna pencapaian visi

dan misi yang ditetapkan melalui pengamalan ajaran agama. Pengamalan ajaran agama

secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat akan mewujudkan situasi yang kondusif

untuk melaksanakan pembangunan daerah.

2) Provinsi Jawa Barat Termaju di Indonesia dimaksudkan sebagai provinsi yang memiliki

berbagai keunggulan dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. Keunggulan

tersebut ditunjukkan dalam semua aspek kehidupan terutama aspek sumberdaya manusia,

ekonomi, pemerintahan, sosial, budaya, dan lingkungan hidup.

Upaya perwujudan visi pembangunan jangka panjang Provinsi Jawa Barat tersebut

akan dicapai melalui 5 (lima) misi pembangunan jangka panjang Jawa Barat 2005-2025

sebagai berikut:

Misi Satu :

Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang sehat,

cerdas dan kreatif

Misi Dua :

Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (Good

Governance)

Misi Tiga :

Meningkatkan perekonomian masyarakat dan pengembangan

industri yang berdaya saing serta berkeadilan.

Misi Empat :

Memelihara kondisi sumberdaya alam dan lingkungan hidup

Misi Lima :

Mengintegrasikan kearifan nilai-nilai agama dan budaya

dalam pembangunan

1.6 Alur Pikir

Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten

Bandung, secara konseptual dilakukan dengan memperhatikan berbagai hal/pokok persoalan

yang terdapat di wilayah Kabupaten Bandung Barat, meliputi kondisi sosial budaya dan

ekonomi, sumberdaya manusia, serta sumberdaya alam dan lingkungan. Berbagai kondisi

tersebut dianalisis untuk mengetahui potensi, kendala, dan tantangan di masa depan sebagai

Page 29: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab I 8

modal dasar bagi pembangunan Kabupaten Bandung Barat. Berdasarkan modal dasar ini,

dirumuskan visi dan misi pembangunan Kabupaten Bandung Barat yang dilandasi oleh nilai-

nilai/semangat, konsep, dan prinsip-prinsip yang terkandung dalam gagasan pembangunan

berkelanjutan yang didefinisikan sebagai pembangunan yang dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk

memenuhi kebutuhan mereka (WCED, the Brundland Report, 1987). Dalam asas

pembangunan berkelanjutan ini terkandung upaya melakukan pembangunan yang

keberhasilannya akan ditopang oleh tiga pilar utama, yaitu: ekonomi, ekologi, dan sosial.

Dalam hal ini kegiatan-kegiatan pembangunan ekonomi akan disertai dengan upaya

melestarikan lingkungan dan ditujukan untuk mencapai pemerataan (keadilan) sosial.

Pembangunan ekonomi yang tidak memperhatikan keseimbangan/kelestarian lingkungan dan

keadilan sosial tidak akan mampu memberikan kesejahteraan kepada masyarakat secara

berkelanjutan.

Gambar 1.1

Alur Pikir Penyusunan RPJPD Kabupaten Bandung Barat

1.7 Sistematika Penulisan

Naskah RPJPD Kabupaten Bandung Barat disusun berdasarkan sistematika sebagai

berikut:

BAB I : Pendahuluan yang memuat latar belakang, pengertian, maksud dan tujuan,

landasan hukum, hubungan RPJPD dengan dokumen perencanaan lainnya,

sistematika penulisan, alur pikir, serta proses penyusunan.

Page 30: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab I 9

Ag

enda

Kebutuhan

M

asyarakat

yg bersifat Barang Publik

Masyarakat (Pemilih)

Kegagalan

Pasar

Dialami

oleh

Diamati

oleh

Pengamat

Profesional

Proses

Politik

Proses Teknokratik

Visi Jangka

Panjang

dalam

RPJP Nasional

Pejabat Pol

Terpilih

Perspektif

Jangka

Menengah

Diserasikan, dan

Diterjemahkan ke

Program

-

kegiatan

Pembangunan

Arah, Tahapan &

Prioritas dalam RPJPD

BAB II : Kondisi umum daerah yang memuat uraian mengenai kondisi sampai dengan titik

awal penyusunan RPJP Daerah dalam setiap sektor pembangunan serta tantangan

yang akan dihadapi selama 20 tahun ke depan dan modal dasar.

BAB III : Visi dan Misi Pembangunan Daerah 2005-2025 yang memuat visi pembangunan

daerah Kabupaten Bandung Barat dan misi pembangunan yang akan dilaksanakan

untuk mewujudkan visi tersebut.

BAB IV : Arah, tahapan, dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-

2025 yang memuat upaya-upaya pencapaian visi dan misi Kabupaten Bandung

Barat, serta tahapan dan prioritas pembangunan.

BAB V : Penutup

1.8 Proses Penyusunan

Penyusunan RPJPD Kabupaten Bandung Barat 2005-2025 disusun dengan

menggunakan pendekatan perencanaan yang bersifat partisipatif, teknokratik, atas-bawah (top

down), bawah-atas (bottom up), dan politik, dengan mengedepankan proses prediksi dan

analisis terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh langsung maupun

tidak langsung terhadap pembangunan daerah.

Gambar 1.2 Proses Perencanaan Pembangunan

Sumber: Bappenas, 2005

Barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat terbagi dalam dua kelompok: (1)

barang-barang privat; dan (2) barang publik. Barang privat dapat diperoleh / dipertukarkan di

pasar, tetapi barang publik tidak. Hal ini karena barang publik didefinisikan sebagai barang

yang bersifat nonexcludable dan nonrivalry , sehingga tidak memberikan insentif bagi

kalangan swasta untuk menyediakan dan mempertukarkannya di pasar. Artinya, pasar tidak

mampu menyediakan barang publik untuk dipertukarkan. Fenomena ini yang dinamakan

dengan kegagalan pasar atau market failure .

Page 31: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab I 10

Ketiadaan barang publik akibat kegagalan pasar dialami langsung oleh masyarakat,

sehingga kalau ada pihak yang menawarkannya, akan terjadi semacam transaksi. Inilah yang

terjadi dalam pemilihan umum baik di tingkat nasional maupun lokal, sehingga pemilu

dipandang sebagai market of plan . Pemilih akan menimang-nimang program-program yang

ditawarkan masing-masing calon presiden/kepala daerah, dan bila ada yang sesuai dia akan

memilih calon presiden/kepala daerah yang menawarkannya. Dengan demikian, visi, misi,

dan program pasangan Presiden/Wapres atau Kepala Daerah/Wakilnya terpilih menjadi

sebuah dokumen rencana yang diakui oleh Undang-undang atau Perda (bila di daerah). Inilah

yang dinamakan proses politik dalam perencanaan.

Sementara itu, para profesional juga dapat menjadi sumber pengidentifikasian

kebutuhan masyarakat. Walau tidak mengalami sendiri, berbekal pengetahuan dan

pengalaman yang dimiliki, para profesional dapat dengan baik mengidentifikasi

permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat, termasuk permasalahan yang tidak disadari

oleh masyarakat itu sendiri. Hasil pengamatannya inilah yang menjadi titik tolak

perencanaannya. Penyusunan rencana yang demikian dinamakan proses teknokratik.

Rencana-rencana yang dihasilkan proses ini sering diberi label perspektif , dan kalau itu

untuk jangka menengah, maka dinamakan perspektif jangka menengah.

Baik proses politik maupun proses teknokratik dipandu oleh visi jangka panjang.

Inilah yang menjamin adanya konsistensi antar rencana limatahunan dalam periode jangka

panjang. Karena rencana yang dihaslkan proses politik dan proses teknokratik dapat berbeda,

maka untuk dapat keduanya harus diserasikan dan diterjemahkan ke dalam bahasa yang dapat

dijalankan oleh para birokrat. Hasil penyerasian inilah yang akan menjadi agenda yang

tertuang dalam RPJM yang termuat pula arah dan prioritasnya dalam dokumen RPJP untuk

menjamin kesinambungan dari rencana jangka panjang tersebut.

Untuk menjabarkan komitmen politik kepala daerah dan seluruh stakeholders ke

dalam rancangan program prioritas, maka diperlukan strategi perencanaan pembangunan

daerah yang tepat. Strategi perencanaan pembangunan daerah diartikan sebagai suatu cara

yang digunakan dalam proses perumusan atau penyusunan rencana-rencana pembangunan di

suatu daerah, mulai dari penetapan visi, misi, tujuan, sasaran, sebagai bagian atau tahapan

dari keseluruhan proses pembangunan yang menghasilkan dokumen perencanaan

pembangunan daerah yang bersifat makro.

Dalam kaitannya dengan kebijakan desentralisasi, strategi perencanaan pembangunan

juga perlu menerapkan strategi partisipasi yang mengadopsi prinsip pemerintahan yang baik

seperti pembuatan keputusan yang demokratis, partisipasi, transparansi dan sistem

Page 32: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab I 11

pertanggungjawaban. Masyarakat terlibat dalam proses mengidentifikasi, membahas,

menyampaikan persepsi, menyampaikan kebutuhan dan tujuan-tujuan pembangunan. Proses

yang partisipatif untuk menentukan tujuan pembangunan daerah jangka menengah perlu

memperhatikan kelompok-kelompok masyarakat sebagai kelompok identitas menurut profesi,

umur, gender, dan kelompok-kelompok pemangku kepentingan yang perlu dicerminkan

dalam kebijakan daerah. Tentunya perencanaan pembangunan ini juga berpijak pada

bagaimana proses perencanaan pembangunan daerah sejalan dengan standar-standar serta

persyaratan teknis perencanaan.

Kegiatan perencanaan tingkat daerah harus diarahkan berdasarkan isu yang dianggap

relevan bagi pembangunan. Kegiatan ini dimulai dengan perumusan visi dan tujuan umum

pembangunan jangka panjang berdasarkan masukan dari kelompok stakeholders terkait,

sehingga visi dan misi menjadi milik bersama dan acuan untuk semua pelaku pembangunan

di daerah. Untuk beragam partisipasi masyarakat diterapkan alat dan metode yang

memberikan kesempatan luas kepada semua unsur masyarakat/stakeholders untuk

menyalurkan persepsi dan aspirasinya yang selanjutnya dimasukkan ke dalam pembuatan

tujuan kebijakan dan program pembangunan daerah. Forum-forum stakeholders, seperti

LSM, organisasi perempuan, pemuda dan dunia usaha difasilitasi untuk meningkatkan

partisipasi di antara masyarakat setempat dan kelompok kepentingan sebagai elemen yang

mendukung untuk menentukan prioritas pembangunan daerah. Forum stakeholders berperan

sebagai salah satu proses untuk menyuarakan kepentingan masyarakat terhadap tujuan

pembangunan secara spesifik.

Dalam proses perumusan visi pembangunan daerah sebagai dasar untuk perencanaan

jangka menengah penting untuk menampung aspirasi masyarakat melalui berbagai forum

stakeholders yang ada di level daerah. Perencanaan dilihat sebagai proses terstruktur yang

bertahap dan bertingkat. Perencanaan pembangunan daerah oleh lembaga teknis didasarkan

pada analisis potensi dan kebutuhan daerah, integrasi rencana spasial dan rencana

pembangunan dari tingkat provinsi maupun nasional. Aspek tersebut dipadukan dengan alur

perencanaan partisipatif untuk menggali aspirasi dan kebutuhan masyarakat setempat. Hasil

pemaduan dua perspektif, yakni dari masyarakat sipil dan lembaga pemerintahan, selanjutnya

menjadi dasar bagi para perencana dalam menyusun dokumen perencanaan yang diterima

semua pihak yang sekaligus sesuai dengan norma dan standar nasional.

Penyusunan RPJPD Kabupaten Bandung Barat 2005-2025 melalui berbagai tahap

dialog sektoral maupun dialog lintas sektor yang melibatkan berbagai kepentingan baik dari

pihak pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, pemerintah desa, dunia usaha,

Page 33: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab I 12

perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, serta masyarakat. Penyusunan dokumen

RPJP daerah Kabupaten Bandung Barat 2005-2025 juga melibatkan masyarakat luas melalui

dialog-dialog publik. Pengumpulan data sekunder Kabupaten Bandung Barat yang dilakukan

meliputi: (1) Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten Bandung (sebagai

kabupaten induk), dan data penggunaan lahan di kecamatan-kecamatan yang menjadi wilayah

Kabupaten Bandung Barat sebagaimana termuat dalam RTRW Provinsi dan Kabupaten

Bandung; (2) Kabupaten Bandung Dalam Angka; (3) Statistik Sosial Ekonomi Kabupaten-

Kota Jawa Barat (SUSEDA); (4) Statistik Keuangan Daerah Kabupaten Bandung.

Page 34: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 13

BAB II

KONDISI UMUM DAERAH

2.1. Kondisi Saat Ini

2.1.1 Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama

2.1.1.1 Kependudukan

Berdasarkan data BPS, luas wilayah Kabupaten Bandung Barat adalah 1.305,7738

km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2008 sebanyak 1.534.869 jiwa, terdiri dari 774.644

laki-laki dan 760.225 perempuan, sehingga diketahui rata-rata kepadatan penduduk di

Kabupaten Bandung Barat adalah 1.175 jiwa per km2. Jumlah penduduk yang besar

seringkali menjadi beban dalam proses pembangunan apabila berkualitas rendah. Oleh karena

itu, untuk menunjang keberhasilan pembangunan, Pemerintah Kabupaten Bandung Barat

perlu secara terus-menerus melakukan peningkatan kualitas sumberdaya manusianya baik

melalui peningkatan pendidikan maupun kesehatan dan upaya pengendalian jumlah

penduduk.

Dilihat dari penyebarannya, jumlah penduduk Kecamatan Lembang memiliki

penduduk terbanyak (170.439 jiwa), sedangkan kecamatan yang paling sedikit penduduknya

adalah Kecamatan Rongga (59.042 jiwa). Kecamatan yang kepadatan penduduknya tertinggi

adalah Kecamatan Ngamprah (3.894 jiwa), dan kecamatan yang kepadatannya terkecil adalah

Kecamatan Gunung Halu (475 jiwa). Secara rinci, penyebaran dan kepadatan penduduk tiap-

tiap kecamatan di Kabupaten Bandung Barat dapat dilihat dalam Tabel 2.1.

Komposisi penduduk Kabupaten Bandung Barat berdasarkan data BPS (Suseda,

2008), tergolong penduduk muda menuju "transisi". Golongan penduduk muda diperlihatkan

dengan panjang batang piramida kelompok umur 5-9, 10-14 tahun lebih panjang dari

kelompok umur lainnya. Artinya, ada kecenderungan komposisi penduduk Kabupaten

Bandung Barat di masa depan akan semakin didominasi oleh penduduk usia produktif. Agar

lebih jelas, komposisi penduduk Kabupaten Bandung Barat dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Page 35: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 14

Tabel 2.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bandung Barat Tahun 2007

Kecamatan

Luas

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Persentase

Penduduk

(%)

Kepadatan

(jiwa/Km2)

Km2

%

2007

2008

Kec. Cililin

81,55

6,24

86.360

88.478

5,76

1.085

Kec. Sindangkerta

120,35

9,22

64.507

66.281

4,32

551

Kec. Gununghalu

160,80

12,31

74.292

76.394

4,98

475

Kec. Batujajar

83,68

6,41

109.451

112.401

7,32

1.343

Kec. Lembang

97,01

7,43

165.786

170.439

11,10

1.757

Kec. Cisarua

55,36

4,24

63.706

65.499

4,27

1.183

Kec. Padalarang

51,58

3,95

151.736

155.802

10,15

3.021

Kec. Cipatat

125,50

9,61

120.282

123.605

8,05

985

Kec. Cipeundeuy

101,25

7,75

82.044

85.789

5,59

847

Kec. Cikalong Wetan

112,09

8,58

111.450

114.489

7,46

1.021

Kec. Cipongkor

76,15

5,83

84.229

86.610

5,64

1.137

Kec. Ngamprah

36,08

2,76

136.656

140.515

9,15

3.894

Kec. Parongpong

44,65

3,42

86.909

89.381

5,82

2.002

Kec. Rongga

113,12

8,66

57.471

59.042

3,85

522

Kec. Cihampelas

46,63

3,57

98.415

100.144

6,52

2.148

Kabupaten Bandung Barat

1.305,78

100,00

1.493.294

1.534.869

100,00

1.175

Sumber: BPS Kabupaten Bandung, 2008.

Gambar 2.1

Piramida Penduduk Kabupaten Bandung Barat menurut Golongan Umur

dan Jenis Kelamin Tahun 2008

0

100.000

100.000

50.000

50.000

00 - 04

05 - 09

10 - 14

15 - 19

20 - 24

25 - 29

30 - 34

35 - 39

40 - 44

45 - 49

50 - 54

55 - 59

60 - 64

>65

L P

Page 36: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 15

2.1.1.2 Ketenagakerjaan

Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat diperlihatkan dari tingkat penyerapan tenaga

kerjanya. Semakin tinggi tingkat kesejahteraan suatu masyarakat semakin rendah tingkat

pengangguran yang ada di daerah itu. Tingkat pengangguran yang dimaksud adalah rata-rata

pengangguran yang ada di tiap kecamatan berdasarkan umur 10 tahun ke atas yang mencari

kerja. Tingkat pengangguran di Kabupaten Bandung Barat selama tahun 2007 mencapai

18,24%. Angka ini menunjukkan tingkat pengangguran yang mengkhawatirkan. Artinya

terdapat hampir 20% dari angkatan kerja tidak produktif dan terjadi tingkat ketergantungan

tenaga kerja produktif yang tinggi dan mengakibatkan akselerasi perekonomian menjadi

lambat. Tingkat pengangguran per kecamatan di Kabupaten Bandung Barat dapat dilihat pada

Gambar 2.2 dengan data independen dari kecamatan lainnya.

Gambar 2.2 Tingkat Pengangguran per Kecamatan di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2007

-

5

10

15

20

25

30

35

40

Ciham

pelas

Cililin

Sindangkerta

GunungH

alu

Rongga

Batujajar

Padalarang

Ngam

prah

Cipatat

Cipongkor

CikalongW

etan

Cipeundeuy

Cisarua

Parongpong

Lembang

Persen

Sumber : Suseda 2007

Berdasarkan data pada Gambar 2.2 Kecamatan Cipongkor menunjukkan tingkat

pengangguran yang terendah, diikuti oleh Kecamatan Padalarang dan Kecamatan

Parongpong. Oleh karena itu, ketiga kecamatan tersebut memiliki tingkat aktivitas

perekonomian yang tinggi dan memiliki potensi penarik untuk para pencari kerja dari

kecamatan lainnya yang memiliki tingkat pengangguran yang tinggi.

Sebaliknya untuk tingkat pengangguran yang tertinggi ada pada Kecamatan

Cipeundeuy dan Kecamatan Cikalong Wetan yang memiliki tingkat pengangguran lebih dari

30%. Tingkat pengangguran yang tinggi ini dikhawatirkan akan menjadi sebab terjadi migrasi

Page 37: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 16

penduduk ke luar kecamatan menuju daerah-daerah yang tingkat penganggurannya rendah

atau malah akan ikut memadati kota-kota yang ada di sekitar Jawa Barat.

Sektor penyerap tenaga kerja di Kabupaten Bandung Barat bisa menunjukkan sektor

yang berkembang di wilayah Kabupaten Bandung Barat. Tabel 2.2 berikut ini

menggambarkan tingkat penyerapan tenaga dari tiap sektor di setiap kecamatan di Kabupaten

Bandung Barat.

Tabel 2.2 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Kecamatan

dan Lapangan Usaha di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2007

No

Kecamatan

Pertanian

Industri

Perdagangan

Jasa

lainnya

Jumlah

1

Cihampelas

22,15

26,14

21,69

11,92

18,09

100,00

2

Cililin

44,84

12,89

16,44

15,61

10,22

100,00

3

Sindangkerta

57,14

4,54

12,34

12,34

13,63

100,00

4

GunungHalu

38,77

9,40

14,45

16,32

21,06

100,00

5

Rongga

71,05

2,11

9,22

12,99

4,62

100,00

6

Batujajar

19,71

29,34

16,52

23,70

10,74

100,00

7

Padalarang

14,69

26,82

23,27

16,57

18,65

100,00

8

Ngamprah

17,33

39,26

14,41

16,14

12,86

100,00

9

Cipatat

39,09

13,59

14,41

20,03

12,88

100,00

10

Cipongkor

47,86

5,31

18,68

15,02

13,13

100,00

11

CikalongWetan

33,26

11,46

14,70

30,55

10,03

100,00

12

Cipeundeuy

45,51

1,12

13,05

31,84

8,48

100,00

13

Cisarua

69,27

1,49

18,13

9,36

1,75

100,00

14

Parongpong

26,93

4,55

21,22

30,02

17,28

100,00

15

Lembang

27,85

5,52

16,51

19,84

30,27

100,00

Sumber : Suseda 2007

Tabel 2.2 menunjukkan kecamatan yang paling banyak menyerap tenaga kerja di

sektor pertanian berdasarkan persentasinya ada di Kecamatan Rongga yang mencapai 71%

diikuti Kecamatan Cisarua dan Sindangkerta dan yang terendah ada di Kecamatan Padalarang

14,69%. Penyerapan tenaga kerja terbesar di sektor industri adalah Kecamatan Ngamprah,

Batujajar, Padalarang dan Kecamatan Cihampelas. Penyerap tenaga kerja terbesar di sektor

perdagangan adalah Kecamatan Batujajar, Cihampelas dan Parongpong. Sedangkan penyerap

tenaga kerja terbesar sektor jasa Kecamatan Cipeundeuy, Cikalong Wetan dan Kecamatan

Parongpong.

Apabila dilihat secara makro, penyerap tenaga kerja terbesar di Kabupaten Bandung

Barat adalah sektor pertanian (29,68%) diikuti sektor lainnya 28,17%, perdagangan 16,73%,

industri 15,57% dan sektor jasa 9,43%. Data penyerapan tenaga kerja tersebut menunjukkan

bentuk struktur ekonomi di kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bandung Barat. Berdasarkan

data tersebut diketahui bahwa sektor pertanian merupakan ciri dari struktur ekonomi di

Kabupaten Bandung Barat, walaupun sektor lainnya juga memberikan kontribusi yang cukup

Page 38: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 17

merata dalam perekonomian di Kabupaten Bandung Barat. Secara rinci penyerap tenaga kerja

di Kabupaten Bandung Barat dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Sektor Penyerap Tenaga Kerja di Kabupaten Bandung Barat

No Sektor Persentase

2007 2008 1 Pertanian 34,16 29,68 2 Industri 14,99 15,57 3 Perdagangan 16,73 17,15 4 Jasa 19,03 9,43 5 Lainnya 15,09 28,17

Jumlah 100,00 100,00 Sumber : Suseda 2007-2008

2.1.1.3 Pendidikan

Pendidikan adalah elemen penting pembangunan dan perkembangan sosial-ekonomi

masyarakat. Tidak itu saja, pendidikan berperan penting dalam meningkatkan kualitas hidup

individu, masyarakat dan bangsa. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, semakin

baik kualitas sumberdayanya. Tingkat pendidikan masyarakat Kabupaten Bandung Barat

dapat dilihat dari tingkat partisipasi sekolah, ijasah tertinggi yang dimiliki dan angka melek

huruf, secara rinci dapat dilihat dalam Tabel 2.4 berikut.

Tabel 2.4 Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Kecamatan dan Partisipasi Bersekolah

di Kabupaten Bandung Barat

No

Kecamatan

Partisipasi sekolah

Tidak/belum sekolah

Masih

sekolah

Tidak

bersekolah lagi

Jumlah

Jiwa

%

Jiwa

%

Jiwa

%

Jiwa

%

1

Cililin

792

4.33

12.105

5.81

58.611

5.93

71.508

5,88

2

Cihampelas

1.121

6.13

15.099

7.24

62.660

6.34

78.880

6,49

3

Sindangkerta

723

3.96

10.351

4.97

40.705

4.12

51.778

4,26

4

Gununghalu

1.188

6.50

8.912

4.28

53.943

5.46

64.043

5,27

5

Rongga

1.434

7.85

7.445

3.57

36.535

3.69

45.413

3,74

6

Cipongkor

1.907

10.44

12.927

6.20

51.398

5.20

66.232

5,45

7

Batujajar

1.325

7.25

15.445

7.41

73.062

7.39

89.832

7,39

8

Lembang

1.761

9.64

22.266

10.68

110.115

11.14

134.142

11,04

9

Parongpong

886

4.85

8.735

4.19

58.436

5.91

68.056

5,60

10

Cisarua

295

1.61

8.738

4.19

43.862

4.44

52.894

4,35

11

Ngamprah

643

3.52

21.453

10.29

89.834

9.08

111.931

9,21

12

Padalarang

850

4.65

18.275

8.77

104.249

10.54

123.373

10,15

13

Cipatat

3.920

21.45

18.960

9.10

75.617

7.65

98.497

8,10

14

Cipeundeuy

766

4.19

15.317

7.35

53.657

5.43

69.741

5,74

15

Cikalongwetan

662

3.63

12.397

5.95

76.152

7.70

89.211

7,34

16

Cihampelas

-

-

-

-

-

-

-

-

Kab. Bandung Barat

18.271

1,15

208.426

17,14

988.834

81.34

1.215.531

100,00

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Daerah, 2007

Page 39: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 18

Tabel 2.4 menunjukkan bahwa anak usia 10 tahun ke atas yang tidak sekolah lagi

jumlahnya 988.834 orang (81,34%). Di dalam angka tersebut terkandung angka dropout

karena yang dihitung adalah usia sekolah 10 tahun ke atas yang tidak lagi sekolah. Angka

tersebut cukup besar dan perlu diwaspadai.

Ijasah yang dimiliki oleh penduduk di Kabupaten Bandung Barat umur 10 tahun ke

atas, menunjukkan bahwa mereka yang belum memiliki ijasah jumlahnya sekitar 18,50%,

memiliki Ijasah SD dan yang setara jumlahnya 47,79%; lulusan SMP atau setara 18,52%,

lulusan SMA 12,86% dan yang telah memiliki ijasah perguruan tinggi (D-2, D-3, S-1, dan

seterusnya) jumlahnya 2,33%. Secara Rinci penduduk umur 10 tahun ke atas yang telah

memiliki ijasah dapat dilihat pada Tabel 2.5 berikut ini.

Tabel 2.5 Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Kecamatan dan Ijasah Tertinggi yang Dimiliki

No

Kecamatan

Ijasah

tertinggi yang dimiliki

Jumlah

Tdk/blm punya Ijasah

SD / setara SD

SLTP / setara SLTP

SLTA / setara SLTA

Perguruan tinggi

1

Cililin

14,008

40,847

10,016

6,190

446

71,508

2

Cihampelas

13,074

35,896

18,576

10,011

1,324

78,880

3

Sindangkerta

7,366

28,380

12,530

2,767

736

51,778

4

Gununghalu

11,073

35,214

11,392

5,871

493

64,043

5

Rongga

15,735

21,496

5,322

2,566

294

45,413

6

Cipongkor

9,171

43,072

8,387

4,716

887

66,232

7

Batujajar

12,806

43,998

21,376

10,641

1,011

89,832

8

Lembang

26,290

57,500

21,418

21,311

7,622

134,142

9

Parongpong

14,922

34,176

10,680

5,809

2,470

68,056

10

Cisarua

17,978

26,320

6,415

1,872

309

52,894

11

Ngamprah

15,429

31,590

29,618

31,371

3,924

111,931

12

Padalarang

7,286

51,310

22,882

36,083

5,813

123,373

13

Cipatat

23,104

48,968

19,218

5,700

1,506

98,497

14

Cipeundeuy

17,574

33,266

14,788

3,891

221

69,741

15

Cikalongwetan

19,080

48,889

12,513

7,504

1,226

89,211

Kab. Bandung Barat

224,896

580,922

225,131

156,302

28,280

1,215,531

%

18.50

47.79

18.52

12.86

2.33

100.00

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Daerah 2007

Berdasarkan data BPS Kabupaten Bandung tahun 2007, rata-rata lama sekolah (RLS)

penduduk kabupaten Bandung Barat adalah 8,2 tahun setara dengan kelas dua (2) SMP.

Apabila dibandingkan antara penduduk perempuan dan laki-laki yang melanjutkan

pendidikan, terlihat bahwa jumlah penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas yang

melanjutkan pendidikan SLTP ke atas sekitar 74.625 orang lebih kecil dari penduduk laki-

laki usia 10 tahun ke atas yang melanjutkan pendidikan SLTP ke atas, yakni sebanyak

109.956 orang. Kondisi ini mengindikasikan adanya permasalahan dalam pemerataan akses

Page 40: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 19

pendidikan. Persentase antara penduduk perempuan dan laki-laki usia 10 tahun ke atas

menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 2.6 berikut.

Tabel 2.6 Persentase Penduduk Laki-laki dan Perempuan Usia 10 Tahun ke atas menurut Pendidikan yang Ditamatkan di Kabupaten Bandung Barat

Tahun 2007

No

Pendidikan yang

Ditamatkan

Jenis Kelamin

Jumlah

Laki-Laki

Perempuan

1

Tidak/Belum Tidak tamat SD

18,16

21,22

19,71

2

SD

48,33

50,27

49,24

3

SLTP

18,37

17,85

18,08

4

SLTA

13,17

8,78

11,03

5

Perguruan Tinggi

1,97

1,89

1,93

Jumlah

100,00

100,00

100,00

Sumber : BPS Suseda, 2007

Berdasarkan data BPS tahun 2007, di Kabupaten Bandung Barat masih terdapat warga

masyarakat yang tidak bisa baca tulis. Penduduk yang sudah mampu baca tulis huruf latin

sebanyak 712.848 orang (58,65%), yang memiliki kemampuan huruf lainnya sekitar 12,797

(1,05%), yang memiliki kemampuan huruf latin dan lainnya sekitar 455.281 orang (37,46%)

dan yang belum dapat baca tulis huruf latin masih berjumlah sekitar 34.604 (2,85%).

Tabel 2.7 Jumlah Sarana dan Prasarana Sekolah TK, SD, SLTP, SMA dan yang Sederajat

di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2007

No

Kecamatan

Kategori Sekolah

TK

SD

SLTP

SMA

RA

MI

MTs

MA

1

Cililin

2

40

11

6

14

15

7

5

2

Cihampelas

1

45

5

2

18

16

7

3

3

Sindangkerta

3

42

6

3

10

11

4

2

4

Gununghalu

1

36

3

1

12

21

4

3

5

Rongga

1

35

2

0

3

6

1

0

6

Cipongkor

2

49

4

3

7

23

5

2

7

Batujajar

7

53

5

2

21

12

13

4

8

Lembang

18

66

8

5

18

3

4

0

9

Parongpong

4

36

4

1

11

3

1

1

10

Cisarua

2

28

2

2

6

4

3

3

11

Ngamprah

28

45

6

1

14

2

2

0

12

Padalarang

12

65

8

2

18

12

4

4

13

Cipatat

3

59

4

1

15

9

5

2

14

Cipeundeuy

3

44

5

3

3

12

4

2

15

Cikalongwetan

5

60

7

2

6

7

8

4

Jumlah

92

703

80

34

176

156

72

35

Sumber; Kabupaten Bandung Dalam Angka 2006

Semua kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung Barat sudah memiliki sarana dan

prasarana pendidikan berupa sekolah, mulai Taman Kanak-Kanak sampai dengan tingkat

Page 41: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 20

Sekolah Menengah Atas (SMA) atau yang setara. Kecuali Kecamatan Rongga yang belum

memiliki Sekolah Menengah Atas. Sekolah Dasar dan yang setara merupakan jenis sekolah

yang paling banyak di daerah ini. Secara rinci penyebaran sarana dan prasarana pendidikan di

Kabupaten Bandung Barat dapat dilihat pada Tabel 2.7.

2.1.1.4 Kesehatan

Kabupaten Bandung Barat sampai saat ini belum memiliki Rumah Sakit Umum yang

berstatus milik pemerintah daerah, fasilitas kesehatan yang ada baru terbatas pada

Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Praktek dokter, praktek bidan, Rumah Sakit Bersalin, dan

Apotek. Terdapat 1 (satu) milik swasta yang berlokasi di Kota Baru Parahyangan.

Keberadaan Rumah Sakit Bersalin di Kecamatan Lembang, Parompong dan Kecamatan

Padalarang. Di Kecamatan Cililin, Cihampelas; dan Gununghalu tidak terdapat Poliklinik,

terdapat Apotek di Kecamatan Cililin, Batujajar, Lembang, Parompong, Ngamprah, cipatat,

Cipendeuy dan Kecamatan Cikalong Wetan. Kondisi sarana dan prasarana kesehatan yang

ada di Kabupoaten Bandung Barat dapat dilihat pada tabel 2.8 berikut.

Tabel 2.8 Jumlah Sarana dan Prasarana Kesehatan di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2007

No

Kecamatan

Sarana dan Prasarana Kesehatan

RS Bersalin

Poliklinik

Puskesmas

Puskesmas Pembantu

Praktek Dokter

Praktek Bidan

Apotek

1

Cililin

0

0

1

3

6

15

5

2

Cihampelas

0

0

0

4

7

13

0

3

Sindangkerta

0

6

2

5

1

14

0

4

Gununghalu

0

0

1

5

1

5

0

5

Rongga

0

7

1

2

1

4

0

6

Cipongkor

0

0

2

0

2

11

0

7

Batujajar

2

6

1

4

10

15

2

8

Lembang

3

4

4

2

29

32

4

9

Parongpong

2

4

2

3

15

10

2

10

Cisarua

0

3

1

6

8

11

0

11

Ngamprah

0

1

2

2

12

25

5

12

Padalarang

5

14

4

3

17

20

2

13

Cipatat

0

5

4

4

6

10

1

14

Cipeundeuy

0

5

2

7

4

9

1

15

Cikalongwetan

0

5

2

3

4

6

4

Jumlah

12

60

29

53

123

200

26

Sumber: Kabupaten Bandung Dalam Angka, 2007

Data Tabel 2.8 menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan di Kecamatan Cipongkor,

Rongga, Gununghalu dan Kecamatan Sindangkerta masih sangat terbatas. Oleh karena itu

beralasan apabila Capaian IPM di kecamatan tersebut juga rendah.

Page 42: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 21

Di Kabupaten Bandung Barat masih banyak keluarga yang termasuk kedalam kategori

miskin (pra-KS dan KS-1), sehingga mereka sulit dalam mengakses sarana kesehatan maupun

pendidikan. Tingginya presentase jumlah penduduk yang termasuk dalam kategori Pra-KS

dan KS-1 ini menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduknya juga masih rendah. Tingkat

kemiskinan yang masih tinggi inilah yang menyebabkan daya beli masyarakat juga rendah.

Kondisi penduduk dalam kategori Pra-KS dan KS-1 setiap kecamatan di Kabupaten Bandung

Barat dapat dilihat pada Tabel 2.9.

Tabel 2.9 Kondisi Keluarga Dalam Kategori Pra-KS dan KS-1

Kabupaten Bandung Barat Tahun 2007

No

Kecamatan

Keluarga Pra-KS dan KS-1

(%)

1

Cihampelas

53,96

2

Cililin

51,19

3

Sindangkerta

50,81

4

GunungHalu

21,57

5

Rongga

36,99

6

Cipongkor

56,29

7

Batujajar

30,27

8

Lembang

25,74

9

Parongpong

11,90

10

Cisarua

31,32

11

Ngamprah

22,53

12

Padalarang

14,01

13

Cipatat

29,40

14

Cipendeuy

46,07

15

Cikalong Wetan

64,76

Sumber : Potensi Desa BPS Pusat, 2007

2.1.1.5 Keagamaan

Masyarakat Kabupaten Bandung Barat adalah masyarakat yang agamis, dan sebagian

besar penduduknya beragama Islam. Secara umum, kehidupan antarumat beragama berjalan

harmonis yang ditandai dengan tidak terjadinya konflik antarumat beragama. Untuk

mendukung ibadat, telah dibangun tempat-tempat peribadatan dan sebagian besar dibangun

secara swadaya masyarakat.Jumlah tempat ibadah umat Islam yaitu masjid jumlahnya tidak

kurang dari 2.137 buah. Tabel 2.10 dapat dilihat kondisi tempat ibadah yang ada di Kabupaten

Bandung Barat.

Page 43: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 22

Tabel 2.10

Jumlah Sarana Peribadatan di Kabupaten Bandung Barat

No

Kecamatan

Pondok Pesantren

Mesjid

Gereja

1

Cililin

6

247

0

2

Sindangkerta

46

147

0

3

Gununghalu

1

214

0

4

Rongga

4

124

0

5

Cipongkor

3

179

0

6

Batujajar

3

140

3

7

Lembang

6

148

5

8

Parongpong

3

149

3

9

Cisarua

7

106

1

10

Ngamprah

2

115

0

11

Padalarang

6

179

3

12

Cipatat

15

152

0

13

Cipeundeuy

7

122

0

14

Cikalong Wetan

4

115

0

15

Cihampelas

44

152

0

Kabupaten Bandung Barat

113

2137

15

Sumber; BPS Kabupaten Bandung 2006

2.1.1.6 Organisasi Kemasyarakatan dan Sarana Olah Raga

Organisasi kemasyarakatan yang ada di Kabupaten Bandung Barat meliputi organisasi

masyarakat (ormas), partai politik, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Organisasi

Pemuda Masjid. Organisasi kemasyarakat ini merupakan sarana bagi masyarakat untuk

menyalurkan berbagai aktivitas sosial mereka. Melalui organisasi inilah akan tumbuh

berbagai kegiatan yang diharapkan menjadi sarana partisipasi politik dan sarana pembentukan

kepemimpinan masyarakat. Di Kabupaten Bandung Barat jumlah organisasi masyarakat, baik

berupa organisasi politik, organisasi masyarakat maupun organisasi masjid, cukup merata di

Kabupaten Bandung Barat. Kondisi tersebut merupakan modal yang cukup berharga bagi

pengembangan wilayah. Tabel 2.10 berikut dapat diketahui jumlah Organisasi

Kemasyarakatan tahun 2004 yang dapat menjadi gambaran umum dan menjadi estimasi di

masa yang akan datang.

Sarana olahraga yang berfungsi sebagai media dalam membina prestasi serta

menciptakan masyarakat yang sehat di Kabupaten Bandung Barat sudah tersedia secara

cukup. Berbagai sarana olah raga yang ada di Kabupaten Bandung Barat antarta lain lapangan

sepakbola, bola voli, basket, tenis, kolam renang dan lain-lain. Sarana olahraga tersebut juga

merupakan salah satu dari pelayanan yang diselenggarakan oleh pemerintah Kabupaten

Bandung Barat untuk digunakan oleh masyarakat. Berikut ini adalah data mengenai

ketersediaan sarana olahraga di Kabupaten Bandung Barat.

Page 44: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 23

Tabel 2.11

Jumlah Organisasi Kemasyarakatan

No

Kecamatan

Jenis dan Jumlah Anggota

Organisasi Kemasyarakatan

Ormas

Parpol

LSM

Remaja Masjid

1

Padalarang

36

78

7

100

2

Cililin

57

91

28

164

3

Gununghalu

35

54

1

71

4

Rongga

34

57

0

130

5

Sindangkerta

15

45

23

2120

6

Cipongkor

33

89

7

176

7

Batujajar

95

45

1

165

8

Cihampelas

11

15

0

10

9

Cipatat

68

87

14

366

10

Cikalong Wetan

78

80

37

140

11

Cipeundeuy

44

86

5

93

12

Cisarua

30

39

3

131

13

Parongpong

22

40

3

54

14

Ngamprah

21

90

12

72

15

Lembang

68

87

14

182

Jumlah

636

968

158

3964

Sumber: BPS, 2007

Tabel 2.12

Jumlah Sarana Olah Raga di Kabupaten Bandung Barat

NO

KECAMATAN

SB

BV

BT

TM

BSKT

TL

1

Padalarang

15

83

28

36

2

4

2

Cililin

25

117

96

92

10

3

3

Gununghalu

17

40

11

46

0

1

4

Rongga

28

64

4

51

0

0

5

Sindangkerta

7

51

28

22

1

0

6

Cipongkor

17

93

27

52

0

0

7

Batujajar

32

72

50

24

1

1

8

Cihampelas

4

23

9

25

1

0

9

Cipatat

21

126

46

32

0

19

10

Cikalong Wetan

24

125

63

83

1

3

11

Cipeundeuy

10

78

21

54

2

9

12

Cisarua

29

80

93

27

3

0

13

Parongpong

8

64

44

25

2

4

14

Ngamprah

5

60

56

90

0

2

15

Lembang

21

152

69

90

9

8

Jumlah

259

1205

636

724

31

54

Sumber; BPS Kabupaten Bandung 2007

Keterangan: SB = Sepak Bola BV = Bola Voli Bskt = Basket BT = Bulu Tangkis TM = Tenis Meja TL = Tenis Lapangan

Data pada tabel 2.12 menunjukkan bahwa sarana olahraga yang tersedia di

Kabupaten Bandung Barat banyak didominasi oleh sarana olahraga yang terbuka seperti

lapangan sepakbola, bola voli, dan bulu tangkis. Hal tersebut dapat dimengerti karena jenis

Page 45: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 24

olahraga tersebut disukai oleh banyak orang dan dilakukan secara masal. Sementara itu,

olahraga yang memerlukan sarana yang mahal seperti Tenis Lapangan dan Bola Basket

jumlahnya relatif terbatas.

2.1.1.7 Indek Pembangunan Manusia (IPM)

Salah satu indikator dari hasil kinerja pembangunan dapat dilihat dari perolehan

angka Indek Pembangunan manusia (IPM). Capaian IPM Kabupaten Bandung Barat yang

terdiri atas tiga komponen yaitu komponen pendidikan, kesehatan, dan komponen daya beli

dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Angka IPM ini sekaligus dapat digunakan

sebagai dasar pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan pembangunan di daerah,

karena dari tiga komponen IPM tersebut dapat dilihat komponen apa saja yang harus

ditingkatkan. Capaian IPM Kabupaten Bandung Barat dari tahun 2004 sampai dengan tahun

2008 dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut ini.

Gambar 2.3 Capaian IPM di Kabupaten Bandung Barat (2004-2008)

Sumber: Data diolah, 2008

Pada periode tahun 2003 sampai dengan 2006 Kabupaten Bandung Barat masih

termasuk dalam wilayah Kabupaten Bandung dan baru pada tahun 2007-2008 Kabupaten

Bandung Barat terpisah dari Kabupaten Bandung. Oleh karena itu, capaian IPM selama

rentang waktu 2003 sampai dengan 2008 sebesar 5,89% merupakan bagian dari capaian

Kabupaten Bandung. Namun, data tersebut menunjukkan bahwa kecamatan-kecamatan di

wilayah Kabupaten Bandung Barat memiliki potensi yang cukup besar untuk menjadi

66,0666,86

70,11 70,01

71,09

63

64

65

66

67

68

69

70

71

72

2004 2005 2006 2007 2008

Page 46: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 25

sejahtera dan maju. Capaian IPM per kecamatan selama rentang waktu 2004 sampai dengan

2008 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.13 Capaian IPM per Kecamatan di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2003-2008

No.

Kecamatan

IPM

2004

2005

2006

2007

2008

1

Cililin

67,20

68,97

69,65

70,45

71,33

2

Cihampelas

67,29

68,64

69,43

70,27

71,13

3

Sindangkerta

65,24

66,55

67,00

67,55

68,61

4

Gununghalu

64,16

65,57

66,30

67,15

68,35

5

Rongga

60,80

61,30

62,16

63,36

64,34

6

Cipongkor

61,39

62,12

62,54

64,43

65,68

7

Batujajar

65,71

67,23

68,01

68,87

70,76

8

Lembang

69,11

70,85

71,37

72,67

73,86

9

Parongpong

68,25

69,15

70,01

71,22

72,33

10

Cisarua

65,17

65,76

66,60

67,20

68,61

11

Ngamprah

65,88

67,42

68,10

69,72

71,12

12

Padalarang

67,52

68,32

68,91

70,83

72,01

13

Cipatat

65,65

66,88

67,74

68,51

69,81

14

Cipeundeuy

66,08

66,63

66,81

67,61

68,89

15

Cikalong Wetan

66,88

67,50

68,05

68,73

69,59

Sumber: BPS, 2003-2007

Tabel 2.13 menunjukkan capaian IPM Kecamatan di wilayah Bandung Barat

cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Data capaian IPM perkecamatan tersebut

menunjukkan masih ada kecamatan yang capaian IPM-nya masih agak tertinggal dari

kecamatan-kecamatan lainnya. Kecamatan yang termasuk tertinggi capaian IPM-nya adalah

Lembang, Parongpong, Cililin dan Cihampelas sedangkan kecamatan yang termasuk rendah

capaian IPM-nya rendah di Kabupaten Bandung Barat adalah Rongga, Cipongkor,

Gununghalu, Cisarua dan Sindangkerta. Secara rinci, capaian IPM di Kabupaten Bandung

Barat dilihat dari aspek kesehatan, pendidikan, dan aspek daya beli dapat dilihat pada tabel.

2.14.

Page 47: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 26

Tabel 2.14 Capaian Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bandung Barat Tahun 2007

No.

Kecamatan

IPM

Kom.

Kesehatan

Kom.

Pendidikan

Kom.

Daya Beli

IPM

Rangking IPM

AHH

Indeks

AMH

RLS

Indeks

PPP

Indeks

1

Cililin

67,04

70,07

99,60

9,04

86,50

548,51

57,43

71,33

4

2

Cihampelas

66,67

69,45

99,89

9,01

86,62

548,00

57,31

71,13

5

3

Sindangkerta

65,25

67,08

98,95

7,81

83,33

539,81

55,42

68,61

11

4

Gununghalu

63,70

64,50

97,12

7,44

81,28

556,44

59,26

68,35

13

5

Rongga

61,30

60,50

94,50

6,12

76,61

542,00

55,93

64,34

15

6

Cipongkor

59,27

57,12

99,54

6,49

80,78

555,90

59,14

65,68

14

7

Batujajar

65,85

68,08

98,52

9,09

85,87

552,38

58,32

70,76

7

8

Lembang

68,15

71,92

99,88

8,80

86,15

574,81

63,51

73,86

1

9

Parongpong

69,60

74,33

98,56

8,44

84,45

551,86

58,20

72,33

2

10

Cisarua

65,50

67,50

96,01

8,23

82,29

542,45

56,03

68,61

12

11

Ngamprah

63,75

64,58

99,23

9,9

87,91

563,42

60,87

71,12

6

12

Padalarang

65,10

66,83

99,95

8,67

85,89

573,95

63,31

72,01

3

13

Cipatat

65,10

66,83

97,30

7,57

81,69

563,59

60,92

69,81

8

14

Cipeundeuy

65,43

67,38

98,09

7,87

82,69

544,01

56,39

68,89

10

15

Cikalong Wetan

66,57

69,28

97,49

7,03

80,61

554,83

58,89

69,59

9

Kab. Bandung Barat

67,00

70,00

98,29

8,26

83,89

557,01

59,39

71,09

Sumber: BPS, 2003-2007

Ditinjau dari masing-masing indikator agregat bidang pendidikan, kesehatan, dan

daya beli, kondisi capaian IPM di Kabupaten Bandung Barat dari tahun 2003 sampai dengan

tahun 2007 adalah sebagai berikut:

Page 48: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 27

Tabel 2.15

Perkembangan Capaian Indikator Agregat IPM per Kecamatan (2003-2007)

No.

Kecamatan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Merek Huruf (AMH)

Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

Purchasing Power Parity

(PPP)

2004

2005

2006

2007

2008

2004

2005

2006

2007

2008

2004

2005

2006

2007

2008

2004

2005

2006

2007

2008

1

Cililin

66,67

68,08

69,07

69,67

67,04

99,5

99,59

99,59

99,60

99,60

7,93

8,87

8,96

9,02

9,04

52,14

52,82

53,59

55,25

57,43

2

Cihampelas

66,51

67,10

68,25

68,82

66,67

99,7

99,89

99,89

99,89

99,89

8,03

8,84

8,93

8,99

9,01

52,13

52,79

53,59

55,41

57,31

3

Sindangkerta

65,17

65,82

65,60

66,17

65,25

98,8

98,92

98,92

98,94

98,95

7,17

7,46

7,65

7,76

7,81

50,78

51,34

52,43

53,29

55,42

4

Gununghalu

60,92

61,45

62,62

63,13

63,70

96,8

96,85

97,05

97,08

97,12

6,88

6,72

7,21

7,38

7,44

54,10

55,02

55,56

57,18

59,26

5

Rongga

58,76

59,08

59,53

60,00

61,30

91,7

92,21

94,31

94,37

94,50

5,66

5,76

5,76

5,96

6,12

50,29

50,83

51,28

53,92

55,93

6

Cipongkor

52,67

53,27

53,72

55,12

59,27

99,3

99,52

99,52

99,54

99,54

5,90

6,18

6,28

6,35

6,49

52,28

52,98

53,59

57,69

59,14

7

Batujajar

64,26

64,82

64,87

65,50

65,85

97,0

97,65

98,47

98,50

98,52

8,99

8,66

8,97

9,05

9,09

51,59

52,22

53,59

55,33

58,32

8

Lembang

68,09

69,04

69,73

70,37

68,15

99,6

99,87

99,87

99,88

99,88

8,77

8,64

8,59

8,76

8,80

56,99

58,15

58,68

61,57

63,51

9

Parongpong

70,59

71,33

72,28

72,85

69,60

98,0

98,44

98,52

98,54

98,56

8,19

8,40

8,32

8,38

8,44

51,57

52,18

53,59

56,48

58,20

10

Cisarua

64,51

64,89

65,33

65,88

65,50

93,3

94,01

95,91

95,94

96,01

7,32

7,44

8,14

8,16

8,23

51,09

51,66

52,43

53,62

56,03

11

Ngamprah

60,76

61,08

62,05

62,73

63,75

99,0

99,20

99,22

99,23

99,23

9,33

9,36

9,60

9,76

9,9

53,12

53,93

54,75

58,59

60,87

12

Padalarang

62,34

63,08

64,02

65,53

65,10

99,8

99,95

99,95

99,95

99,95

8,43

8,51

8,50

8,60

8,67

55,59

56,67

57,18

61,20

63,31

13

Cipatat

63,26

64,06

64,72

65,28

65,10

95,8

96,13

97,25

97,27

97,30

7,38

7,47

7,47

7,50

7,57

55,23

56,25

57,06

58,72

60,92

14

Cipeundeuy

65,09

65,62

65,37

65,73

65,43

97,3

97,89

98,06

98,07

98,09

7,08

7,11

7,72

7,84

7,87

51,36

51,95

52,55

54,28

56,39

15

Cikalong Wetan

67,92

68,24

68,00

68,50

66,57

96,4

96,53

97,43

97,45

97,49

6,33

6,56

6,88

6,92

7,03

53,99

54,89

55,91

57,36

58,89

Sumber: BPS, 2003-2007

Page 49: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 28

2.1.2 Ekonomi

Struktur ekonomi dari Kabupaten Bandung Barat masih sama dengan struktur kabupaten

induknya yaitu Kabupaten Bandung. Tingkat penghidupan mayoritas penduduk adalah berasal

dari sektor pertanian dan industri pengolahan. Tabel-tabel berikut menunjukkan dinamika

perkembangan ekonomi Kabupaten Bandung Barat selama periode 2004 s.d. 2008 di Tabel 2.16

dan 2.17 dapat menggambarkan kondisi kemampuan potensi wilayah Kabupaten Bandung Barat

dalam 9 (sembilan) sektor perekonomian.

Tabel 2.16 PDRB atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Tahun 2004-2008

(dalam Juta Rupiah)

No

Sektor

2004

2005

2006

2007

2008

1

Pertanian

871.454,18

1.040.290,87

1.176.470,08

1.299.815,28

1.491.236,74

2

Pertambangan dan Penggalian

38.458,65

45.148,08

50.372,04

55.816,82

58.121,25

3

Industri Pengolahan

3.720.997,18

4.435.844,35

5.110.400,64

5.761.640,36

6.577.889,60

4

Listrik, Gas dan Air Bersih

550.702,55

657.321,76

750.971,05

842.017,50

919.640,86

5

Bangunan

180.505,56

215.651,63

148.035,52

279.999,26

323.265,85

6

Perdagangan, Hotel dan Restoran

1.453.838,05

1.723.952,17

1.956.591,51

2.267.290,04

2.634.504,96

7

Pengangkutan dan Komunikasi

474.597,50

549.712,45

706.213,57

809.614,85

939.445,25

8

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

215.420,87

253.994,06

285.361,53

324.895,06

369.958,65

9

Jasa-jasa

401.041,84

481.075,34

555.600,37

642.692,59

720.563,96

Produk Domestik Regional Bruto

7.907.016,38

9.402.990,71

10.740.016,31

12.283.781,76

14.034.627,13Sumber: BPS, 2004-2007

Tabel 2.17 PDRB atas dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha Tahun 2004-2008

(dalam Juta Rupiah)

No

Sektor

2004

2005

2006

2007

2008

1

Pertanian

668.467,41

704.610,56

708.207,37

722.700,91

746.596,61

2

Pertambangan dan Penggalian

30.111,57

31.759,16

33.797,27

35.665,74

37.626,79

3

Industri Pengolahan

2.709.653,55

2.848.886,35

3.004.815,85

3.160.393,70

3.313.355,90

4

Listrik, Gas dan Air Bersih

413.971,35

435.805,61

457.785,64

481.574,28

505.209,46

5

Bangunan

139.487,75

144.771,83

153.501,58

160.681,26

167.300,28

6

Perdagangan, Hotel dan Restoran

1.074.262,60

1.125.609,76

1.197.600,96

1.281.607,69

1.367.910,40

7

Pengangkutan dan Komunikasi

330.727,79

341.390,88

363.080,60

385.678,62

405.694,95

8

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

164.231,72

172.532,49

181.161,87

193.490,27

203.295,97

9

Jasa-jasa

282.245,70

294.647,56

313.470,54

335.214,43

354.244,06

Produk Domestik Regional Bruto

5.813.159,44

6.100.014,20

6.413.421,68

6.757.006,90

7.101.234,43Sumber: BPS, 2004-2007

Page 50: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 29

Dengan jelas dua tabel di atas memperlihatkan dominasi sektor pertanian dan industri

pengolahan dalam perekonomian Kabupaten Bandung Barat dari tahun 2004 s.d. 2008. Sektor

industri pengolahan selama 5 (lima) tahun tersebut rata-rata menjadi penyumbang perekonomian

terbesar yaitu 47% terhadap PDRB total, disusul oleh sektor pertanian dengan kontribusi sebesar

rata-rata 11% serta sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar rata-rata

18% per tahunnya.

Tabel 2.18 Kontribusi Sektoral PDRB menurut Lapangan Usaha Tahun 2004-2007

No

Sektor

2004

2005

2006

2007

2008

1

Pertanian

11%

12%

11%

11%

11%

2

Pertambangan dan Penggalian

1%

1%

1%

1%

1%

3

Industri Pengolahan

47%

47%

47%

47%

47%

4

Listrik,

Gas dan Air Bersih

7%

7%

7%

7%

7%

5

Bangunan

2%

2%

2%

2%

2%

6

Perdagangan, Hotel dan Restoran

18%

18%

19%

19%

19%

7

Pengangkutan dan Komunikasi

6%

6%

6%

6%

6%

8

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

3%

3%

3%

3%

3%

9

Jasa-jasa

5%

5%

5%

5%

5%

Produk Domestik Regional Bruto

100%

100%

100%

100%

100%

Sumber: BPS, 2004-2007

Namun dominasi kontribusi sektor pertanian di Kabupaten Bandung Barat dari tahun ke

tahun makin menurun ditinjau dari sudut laju pertumbuhan sektoral (6,63% pada tahun 2004

menjadi hanya 2,05% pada tahun 2007) berdasarkan PDRB dengan dasar harga konstan 2000.

Sementara itu, sektor industri pengolahan (dari 4,84% pada tahun 2004 menjadi 5,18% pada

tahun 2007) dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dari 5,33% (tahun 2004) menjadi 7,01%

(tahun 2007) justru menunjukkan kecenderungan stabil bahkan laju pertumbuhan sektoralnya

meningkat.

Tabel 2.19 Laju Pertumbuhan Ekonomi atas dasar Harga Konstan menurut Lapangan Usaha

Tahun 2004-2007 (dalam persen)

No

Sektor

2004

2005

2006

2007

2008

1

Pertanian

6.63

5.41

0.51

2.05

3,31

2

Pertambangan dan Penggalian

9.92

5.47

6.42

5.53

5,50

3

Industri Pengolahan

4.84

5.14

5.47

5.18

4,84

4

Listrik, Gas dan Air Bersih

5.47

5.27

5.04

5.2

4,91

5

Bangunan

7.68

3.79

6.03

4.68

4,12

Page 51: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 30

6

Perdagangan, Hotel dan Restoran

5.33

4.78

6.4

7.01

6,73

7

Pengangkutan dan Komunikasi

6.02

3.22

6.35

6.22

5,19

8

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

11.16

5.05

5

6.81

5,07

9

Jasa-jasa

7.13

6.1

4.68

5.28

5,68

Laju Pertumbuhan Ekonomi

5.48

4.93

5.14

5.36

5,09

Sumber: BPS, 2004-2007

2.1.2.1 Struktur Ekonomi Sektoral KBB

Struktur perekonomian di sebuah wilayah ditandai dengan adanya perubahan kontribusi

dan laju pertumbuhan sektoral, baik kinerja ataupun potensinya dari sektor-sektor primer seperti

pertanian dan pertambangan/penggalian; sektor-sektor sekunder seperti perdagangan, hotel dan

restoran; serta sektor-sektor sekunder seperti jasa perusahaan atau jasa keuangan.

2.1.2.1.1 Pertanian

Kabupaten Bandung Barat memiliki daerah geografis yang berbukit dan terdiri dari

daerah pertanian. Beberapa kecamatan memiliki sumberdaya alam berbasis pertambangan dan

penggalian seperti marmer dan kapur. Jenis sumberdaya alam lainnya juga tersedia hanya

tingkat kandungannya relatif kecil seperti bijih besi. Perkebunan dan kehutanan di wilayah

Kapubaten Bandung Barat juga cukup banyak tersebar dibeberapa kecamatan seperti Cikalong

Wetan, Cipeundeuy, Lembang, Gunung Halu dan Rongga Kepemilikan perkebunan tersebut

dimiliki oleh pemerintah dan juga oleh perorangan.

Tanaman pangan meliputi tanaman bahan makanan, sayur-sayuran, dan buah-buahan.

Tanaman bahan makanan terdiri dari jenis padi-padian, jagung, umbi-umbian, dan kacang-

kacangan. Pada tahun 2006, luas panen padi mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun

2005. Demikian pula dengan hasil produksinya. Padi sawah luas panen dan produksinya

mengalami penurunan masing-masing 6,5% dan 0,06%. Sementara itu, padi ladang luas panen

dan produksinya mengalami penurunan masing-masing sebesar 11,12% dan 0,08%. Pada tahun

2006, rata-rata terjadi juga penurunan pada tanaman sayur-sayuran, terutama pada bawang

merah, kubis, tomat, kentang, dan kacang panjang.

Dari sisi potensi peternakan, jenis ternak yang diusahakan di wilayah Kabupaten

Bandung Barat adalah ternak besar dan kecil, produksi daging, susu, dan telur. Tahun 2006,

jumlah ternak sapi perah sebanyak 53.203 ekor, sapi potong 8.586 ekor, kerbau 5.680 ekor, kuda

7.423 ekor, domba 842.858 ekor, dan kambing 60.145 ekor. Sementara itu, untuk ternak kecil

atau unggas adalah ayam buras 4.177.909 ekor, ayam petelur 569.829 ekor, ayam pedaging

Page 52: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 31

4.574.250 ekor, dan itik 576.967 ekor. Produksi daging, susu, dan telur pada tahun 2006 adalah

berturut-turut sebagai berikut: 42.389.822 kg, 112.626.373 kg, dan 11.670.964 kg. Prospek

perikanan memperlihatkan angka yang cukup menjanjikan. Pada tahun 2006, luas kolam air

tenang adalah 1.314 ha dengan total produksi sebesar 4.341 ton, sedangkan luas mina padi 6.728

ha dengan produksi 3.037 ton, dan luas kolam air deras seluas 7.030 ha dengan produksi 237 ton.

2.1.2.1.2 Industri Pengolahan

Hanya beberapa kecamatan yang menjadi lokasi berdomisilinya beberapa usaha industri.

Kawasan industri dan sentra industri hanya terpusat di Kecamatan Padalarang, demikian juga

LIK/PIK. Secara umum, industri berskala besar dan menengah berlokasi di kecamatan

Padalarang, sementara industri kecil menyebar hampir di seluruh kecamatan di Wilayah

Kabupaten Bandung Barat. Indsutri kecil yang tercatat paling banyak terdapat di Kabupaten

Bandung Barat adalah industri anyaman dan makanan. Tabel berikut menampilkan penyebaran

dan pemusatan industri di kabupaten Bandung Barat.

Tabel 2.20 Lokasi Industri di Kabupaten Bandung Barat berdasarkan Skala dan Jenis Produk

yang Dihasilkan, 2006

2.1.2.1.3 Perdagangan, Jasa Umum dan Keuangan

Sebuah wilayah dapat dilihat dan ditentukan struktur ekonominya berdasarkan kegiatan

sektor tersier yang beroperasi di wilayah tersebut. Karenanya untuk 20 tahun ke depan potensi

Sumber: Potensi Desa, BPS Pusat, 2006

Page 53: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 32

Kabupaten Bandung Barat dalam sektor tersier ini dapat digambarkan dengan perkembangan

awal dari jumlah unit kegiatan-kegiatan ekonomi yang dikategorikan sebagai sektor tersier ini

seperti perdagangan, jasa dan jasa keuangan. Toko kelontong berdasarkan data BPS merupakan

unit terbanyak di Kabupaten Bandung Barat di mana konsentrasi terbanyak berada di daerah

Kecamatan Lembang. Demikian juga dengan jasa-jasa wisata terkait seperti hotel dan restoran,

kecamatan Lembang merupakan pusat kegiatan perekonomian di sektor tersier ini.

Untuk sektor jasa keuangan, unit terbanyak di KBB sampai dengan tahun 2006 adalah

koperasi sebanyak 157 buah, sementara bank umum dan BPR merata terdapat di hampir seluruh

kecamatan kecuali Kecamatan Cihampelas, Sindangkerta, Rongga dan Batujajar.

Tabel 2.21 Lokasi Perdagangan dan Jasa berdasarkan Jenis Kegiatan

di Kabupaten Bandung Barat tahun 2006

Sumber: Potensi Desa, BPS Pusat, 2006

Page 54: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 33

Tabel 2.22 Lokasi Jasa Keuangan berdasarkan Bentuk Usaha

di Kabupaten Bandung Barat tahun 2006 Sumber: Potensi Desa, BPS Pusat, 2006

2.1.2.2 Laju Inflasi

Berdasarkan stabilitas harga, angka laju inflasi yang dicatat dari tahun 2004 s.d. 7.47%).

Namun, data menunjukkan pula bahwa 3 sektor perekonomian yaitu sektor pertanian, industri

pengolahan, dan keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan justru secara parsial menunjukkan

adanya peningkatan laju inflasi. Hal ini dapat dikategorikan sebagai 2 hal yang berbeda ditinjau

dari pengaruhnya. Peningkatan laju inflasi untuk 3 sektor ini dapat dikatakan positif sebagai

indikator adanya peningkatan produktivitas atau tumbuhnya kegiatan riil perekonomian di tiga

sektor tersebut. Namun, dapat juga kenaikan laju inflasi ini dikateogrikan berpengaruh negatif

bila diduga bahwa naiknya harga di ketiga sektor ini dikarenakan adanya petumbuhan konsumsi

masyarakat yang tidak dibarengi dengan kemampuan wilayah dalam penyediaannya maupun

distribusinya.

Tabel 2.23 Laju Inflasi Kabupaten Bandung Barat menurut Lapangan Usahan

Tahun 2004-2007 (dalam persen)

No

Sektor

2004

2005

2006

2007

1

Pertanian

5.65

13.25

12.52

8.07

2

Pertambangan dan Penggalian

10.15

11.3

4.84

5

3

Industri Pengolahan

4.72

13.38

9.23

7.19

4

Listrik, Gas dan Air Bersih

7.26

13.38

8.76

6.59

5

Bangunan

9.54

15.11

8.48

7.84

6

Perdagangan, Hotel dan Restoran

8.34

13.13

7.2

7.79

7

Pengangkutan dan Komunikasi

11.86

12.21

20.8

7.92

8

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

4.89

12.23

7

6.6

9

Jasa-jasa

9.04

14.91

8.56

8.17

Page 55: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 34

Laju Inflasi

13.32

9.75

9.75

7.47

Sumber: BPS, 2004-2007

2.1.2.3 Daya Beli

Tingkat kesejahteraan penduduk Kabupaten Bandung Barat bisa dicerminkan dengan

tingkat Purchasing Power Parity (PPP) yang menunjukkan tingkat kekuatan daya beli dari

pendapatan yang diterimanya relatif terhadap daerah lain. Peningkatan PPP bisa dijadikan acuan

sebagai peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat karena bisa menunjukkan kondisi daya

beli atau kemampuan konsumsi dari masyarakatnya.

Indek Daya Beli ini diukur dengan memperhitungkan konsumsi riil perkapita yang

menunjukkan tingkat kemampuan ekonomi masyarakat dalam melakukan konsumsi pada suatu

perekonomian. Tingkat konsumsi ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat

dengan memperhitungkan tingkat daya beli (Purchasing Power Parity = PPP/unit).

Tabel 2.24 Purchasing Power Parity Kabupaten Bandung Barat

No

Kecamatan

2006

2007

2008

1

Cililin

531,90

539,07

548,51

2

Cihampelas

531,90

539,78

548,00

3

Sindangkerta

526,89

530,61

539,81

4

Gununghalu

540,41

547,45

556,44

5

Rongga

521,89

533,30

542,00

6

Cipongkor

531,90

549,65

555,90

7

Batujajar

531,91

539,43

552,38

8

Lembang

553,94

566,43

574,81

Page 56: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 35

9

Parongpong

531,91

544,40

551,86

10

Ciarua

526,89

532,01

542,45

11

Ngamprah

536,92

553,53

563,42

12

Padalarang

547,43

564,85

573,95

13

Cipatat

546,92

554,09

563,59

14

Cipeundeuy

527,40

534,90

544,01

15

Cikalongwetan

541,92

548,19

554,83

Sumber: Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bandung 2007

Angka daya beli Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2007 masih ada di sekitar Rp

545.000 per bulan. Angka ini masih jauh dari angka ideal Rp 732.700 dari UNDP. Oleh karena

itu, tingkat kesejahteraan di Kabupaten Bandung Barat masih belum termasuk kategori sejahtera

bila berdasarkan standar UNDP. Gambar berikut memperlihatkan perkembangan daya beli di

Kabupaten Bandung Barat dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2007. Semenjak tahun 2006

angka daya beli ada pada kisaran 535 ribu rupiah. Walaupun ada kenaikan sepanjang kurun

waktu tersebut, daya beli di Kabupaten Bandung Barat masih terasa sulit untuk mencapai tingkat

daya beli minimum yang diberikan oleh UNDP. Hal tersebut tercermin dari tren sepanjang tahun

2006 sampai dengan tahun 2007

Faktor eksternal dari kebijakan pemerintah menjadi sangat kuat pengaruhnya terhadap

daya beli di Kabupaten Bandung Barat. Peran daerah industri di beberapa kecamatan masih

belum mampu mendorong perkonomian masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, kebijakan

pemerintah untuk menaikkan daya beli akan diperlihatkan dari peran pemerintah dalam

mendukung dunia usaha yang kondusif, artinya masyarakat mempunyai akses yang sama akan

semua infrastruktur dan suprastruktur ekonomi.

Gambar 2.4 Angka Daya Beli Kabupaten Bandung Barat (ribuan rupiah)

Page 57: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 36

Sumber: Data diolah, 2008

Gambar 2.4 menggambarkan perkembangan ekonomi yang ada di Kabupaten Bandung

Barat. Kecamatan Cipongkor dan Kecamatan Padalarang merupakan kecamatan yang mengalami

peningkatan daya beli tertinggi di antara semua kecamatan di Kabupaten Bandung Barat.

Peningkatan yang tinggi tersebut tidak lepas dari aktivitas yang lebih tinggi ekonomi di kedua

kecamatan daripada kecamatan lainnya.

2.1.2.4 Penerimaan Fiskal Daerah

Kecamatan yang memiliki jumlah PDRB Kecamatan dengan prospek kapasitas fiskal

yang terbesar yaitu Kecamatan Cililin, Lembang, Padalarang, Ngamprah, dan Cikalong Wetan.

Bila dilihat dari total luas wilayah dan jumlah penduduk, wilayah Barat memiliki 43 % luas

wilayah dari Kabupaten Bandung Barat sedangkan jumlah penduduk sebesar 36% ekuivalensi

dengan jumlah Produk Domestik Regional Bruto yang mendekati 36%. Dilihat dari Pajak Daerah

wilayah yang memiliki kontribusi yang besar terhadap Kabupaten Bandung Barat yaitu

Kecamatan Cililin, Lembang, dan Padalarang, sedangkan untuk potensi retribusi adalah

Kecamatan Cililin, Lembang, dan Padalarang.

Hal ini agak sedikit janggal jika dibandingkan dengan potensi yang dimiliki oleh

Kecamatan Padalarang dan Batujajar berdasarkan hasil penelitian Potensi Wilayah Kabupaten

Bandung. Pada wilayah tersebut sangat besar untuk industri klasifikasi besar seperti tekstil,

kertas, dan industri menengah lainnya yang cukup berpotensi dalam menyerap tenaga kerja di

wilayah Bandung Barat khususnya dan Kabupaten Bandung umumnya. Bila melihat pada hal

tersebut tampaknya aktivitas perekonomian yang ada di wilayah Bandung Barat tidak

memberikan spillover effect terhadap wilayah sekitarnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa

kemampuan pemerintah dalam menyerap usaha fiskal di wilayah Bandung Barat sebesar 76%

sedangkan sisanya sebesar 24% masih belum tergali. Bila dibandingkan dengan usaha fiskal

Kabupaten Bandung wilayah Bandung Barat sebesar 96% memiliki usaha fiskal sebesar 96%

dari kemampuan usaha fiskal Kabupaten Bandung.

2.1.3 Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

2.1.3.1 Kewilayahan Kabupaten Bandung Barat

Page 58: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 37

Kabupaten Bandung Barat merupakan wilayah pemerintahan yang berada di bagian barat

Cekungan Bandung, dengan luas sekitar 130.567 hektar (Gambar 2.5). Wilayah seluas itu terbagi

ke dalam 15 Kecamatan dan terbagi lagi dalam 165 Desa, yaitu: Ngamprah (11 Desa, luas 3.608

hektar), Padalarang (10 Desa, luas 5.158 hektar), Batujajar (13 Desa, luas 8.368 hektar),

Cihampelas (10 Desa, 4.660 hektar), Cililin (11 Desa, luas 8.150 hektar), Sindangkerta (11 Desa,

luas 12.034 hektar), Gununghalu (9 Desa, luas 16.079 hektar), Rongga (8 Desa, luas 11.312

hektar), Cipongkor (14 Desa, luas 7.615 hektar, Cipatat (12 Desa, luas 12.549 hektar),

Cipeundeuy (12 Desa, 10.125 hektar), Cikalong Wetan (13 Desa, luas 11.208), Cisarua (8 Desa,

luas 5.536 hektar), Parongpong (7 Desa, luas 4.339 hektar), Lembang (16 Desa, luas 9.826

hektar).

Gambar 2.5

Page 59: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 38

Wilayah Administratif Kabupaten Bandung Barat

2.1.3.2 Bentukan Alam Kabupaten Bandung Barat

Kabupaten Bandung Barat, dengan luas sekitar 130. 567 hektar, merupakan bagian barat

dari bentukan alam Cekungan Bandung yang memiliki luas sekitar 343.087 hektar (Gambar 2.6).

Di sebelah utara dibatasi oleh bentang alam bergelombang sampai curam dengan puncak

tertinggi Gunung Burangrang (+2064 m) dan Gunung Tangkuban Parahu (+2076 m). Di sebelah

timur dibatasi oleh dataran rendah Sungai Citarum dan deretan gunung-gunung kecil yang

merupakan pematang gunung, antara lain Gunung Mariuk (+865 m), Gunung Malang (+794 m),

Gunung Lagadar (+897 m). Di sebelah timur dibatasi oleh bentang alam bergelombang sampai

curam dengan puncak tertinggi antara lain Gunung Masigit (+2078), Gunung Rametuk (+1523

m), dan Gunung Kendeng (+1901 m). Di sebelah barat dibatasi oleh bentang alam

bergelombang dengan puncak-puncaknya antara lain Gunung Palasari (+992 m), Pasir

Pateungteung (+1008 m), Pasir Sanggar (+1106 m), Pasir Gambir (+1083 m), Pasir Pogor (+935

m). Di sebelah utara yang merupakan bagian dari kaki Gunung Tangkuban Parahu terdapat

Sumber: Bappeda Jabar, 2008/Puslit KP2W Lemlit Unpad

Page 60: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 39

bentukan alam berupa gawir memanjang dengan arah barat-timur. Bentukan alam khas ini terjadi

karena adanya sesar Lembang yang panjangnya kurang lebih 22 Km.

Gambar 2.6 Kawasan Kabupaten Bandung Barat di Cekungan Bandung

Sungai-sungai yang terdapat di Kabupaten Bandung Barat masuk ke dalam Sub Daerah

Aliran Sungai (DAS) Cihaur dan sub DAS Cikapundung dengan sungai-sungainya yang

mengalir ke selatan, dan masuk ke Sub DAS Ciminyak yang sungai-sungainya mengalir ke utara.

Semua sungai-sungai tersebut bermuara di Sungai Citarum dan Waduk Saguling.

2.1.3.3 Kawasan Lindung Ideal Kabupaten Bandung Barat

Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang

dimaksud dengan kawasan lindung adalah adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya

buatan. Menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2006 tentang

Pengelolaan Kawasan Lindung, yang dimaksud dengan kawasan lindung adalah sama dengan

Page 61: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 40

definisi dalam Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 2006 sebagai dasar hukumnya, yaitu

kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang

mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa, guna

kepentingan pembangunan berkelanjutan.

Penentuan kawasan lindung yang ideal didasarkan pada overlay peta-peta kemiringan

lereng (Gambar 2.7), curah hujan (Gambar 2.8), dan jenis tanah (Gambar 2.9) yang terdapat di

Kabupaten Bandung Barat.

Gambar 2.7 Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Bandung Barat

Daerah dengan kemiringan <8% (datar) terdapat di bagian timur (hulu) Waduk Saguling.

Daerah dengan kemiringan 8%-15% (agak landai) terdapat di sekitar Waduk Saguling dan

beberapa tempat di barat laut dan timur laut. Daerah dengan kemiringan 15%-25% (agak curam)

terdapat mendominasi di hampir seluruh wilayah, terutama di utara, barat laut, dan selatan.

Daerah dengan kemiringan 25%-45% (curam) terdapat di timur laut, barat, dan selatan. Daerah

dengan kemiringan >45% terdapat di utara, barat laut, selatan, dan timur.

Curah hujan rata-rata tahunan di Kabupaten Bandung Barat berkisar antara 1.500

mm/tahun hingga 4.500 mm/tahun. Curah hujan rata-rata 1.500-2.000 mm/th terdapat di timur

Page 62: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 41

Waduk Saguling. Curah hujan rata-rata 2.000-2.500 mm/th terdapat di sekitar Waduk Saguling

sebelah utara, barat, dan selatan. Curah hujan rata-rata 2.500-3.000 mm/tahun terdapat agak

meluas di sebelah barat dan sedikit memanjang di sebelah utara. Curah hujan rata-rata 3.000-

3.500 mm/tahun terdapat sebelah utara. Curah hujan rata-rata 3.500-4.000 mm/tahun terdapat

sedikit disebelah utara. Curah hujan rata-rata 4.000-4.500 mm/tahun juga terdapat sedikit di

sebelah utara.

Gambar 2.8 Peta Curah Hujan Kabupaten Bandung Barat

Jenis tanah yang tersebar menutupi wilayah Kabupaten Bandung Barat terdiri dari tanah

alluvial yang tidak peka terhadap erosi, latosol yang bersifat agak peka terhadap erosi, andosol

dan podsol merah kuning yang peka terhadap erosi, dan regosol yang sangat peka terhadap

erosi. Penyebaran tanah jenis alluvial (tidak peka terhadap erosi) terdapat di sekitar waduk

Saguling sebelah utara dan timur. Penyebaran tanah jenis latosol (agak peka terhadap erosi)

terdapat dominan di hampir seluruh wilayah di utara, barat, dan selatan. Penyebaran jenis tanah

andosol (peka terhadap erosi) terdapat di sebelah utara dan sedikit di selatan. Penyebaran jenis

tanah podsol merah kuning (peka terhadap erosi) terdapat di sebelah barat, barat laut Waduk

Page 63: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 42

Saguling, dan di sebelah Selatan. Penyebaran jenis tanah regosol (sangat peka terhadap erosi)

terdapat sedikit di bagian utara.

Gambar 2.9 Peta Jenis Tanah Kabupaten Bandung Barat

Berdasarkan overlay kemiringan lereng, curah hujan, dan jenis tanah yang terdapat di

Kabupaten Bandung Barat, diperoleh luasan kawasan lindung yang ideal untuk Kabupaten

Bandung Barat sekitar 78.340 hektar atau sekitar 60% dari total wilayah Kabupaten Bandung

Barat seluas 130.567 hektar (Gambar 2.10). Dari sekitar 78.340 hektar kawasan lindung tersebut,

sekitar 19.585 hektar (15% dari total wilayah Kabupaten Bandung Barat) merupakan kawasan

lindung di dalam kawasan hutan, dan sekitar 58.755 hektar (45% dari total wilayah Kabupaten

Bandung Barat) merupakan kawasan lindung di luar kawasan hutan atau di kawasan milik

masyarakat.

Page 64: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 43

Gambar 2.10 Peta Kawasan Lindung Kabupaten Bandung Barat

Sumber : BAPPEDA 2003 / SOBIRIN 2008

2.1.3.4 Tekanan Penduduk dan Kerusakan Lingkungan

Dalam masyarakat agraris, tekanan penduduk dapat didefinisikan sebagi suatu kekuatan

yang mendorong petani untuk memperluas lahan garapannya, biasanya dengan merambah hutan

dipinggir desa; atau keluar dari desanya ke tempat lain yang memberi harapan, biasanya ke kota

untuk mengadu nasib memenuhi kebutuhan hidupnya.

Perluasan lahan garapan potensial terjadi karena ketrampilan dan teknologi yang rendah,

yang pada gilirannya dapat menimbulkan masalah lingkungan berupa rusaknya hutan, naiknya

resiko erosi dan banjir dalam musim hujan, dan kekurangan air dalam musim kemarau.

Page 65: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 44

Tekanan penduduk dapat dinyatakan secara matematis dengan rumus:

zfPo (1+r)t TPt = --------------

L

dengan penjelasan: TPt : tekanan penduduk pada tahun t z : luas lahan yang diperlukan untuk mendukung kehidupan seorang petani pada tingkat

hidup yang layak (ha/orang) f : prosentase petani dalam populasi r : laju pertumbuhan penduduk Po : besarnya penduduk populasi pada tahun dasar T : interval waktu perhitungan L : luas lahan petani (ha)

Pada tekanan penduduk TP=1 tidak terdapat dorongan pada petani untuk memperluas

lahan garapannya. Oleh sebab itu, dari sisi lingkungan, harus selalu diupayakan angka TP=1 atau

<1, untuk menghindari terjadinya kerusakan lingkungan. Jadi dengan konsep ini, jumlah

penduduk seberapa pun tidak masalah, asalkan nilai TP=1 atau < 1.

Besarnya dorongan perluasan lahan dan besarnya koefisien z bergantung pada beberapa

faktor, antara lain adalah besarnya standar hidup layak/ batas kemiskinan, pemanfaatan lahan,

tingkat kesuburan lahan, teknologi, intensitas penanaman, nilai ekonomi, dan pasar. Pada

komunitas penduduk miskin, koefisien z akan rendah, sebaliknya pada komunitas penduduk

kaya, koefisien z akan tinggi.

Perhitungan tekanan penduduk tidak hanya diperuntukkan bagi kepentingan

pengembangan wilayah pertanian, tetapi juga dapat dilakukan bagi pengembangan kawasan

industri dan perkotaan. Namun, caranya telah dimodifikasi sehingga rumusnya juga berbeda.

Untuk mengetahui tekanan penduduk di suatu kawasan industri dan perkotaan, diperlukan

perhitungan-perhitungan yang harus didukung oleh berbagai jenis data terutama kependudukan,

kemampuan/ketrampilan, kesesuaian pemanfaatan lahan, dan tingkat sosial ekonomi penduduk.

Data kependudukan mencakup jumlah dan pertumbuhannya, komposisi penduduk,

lapangan kerja, dan tendensi perubahan lapangan pekerjaan khususnya jumlah petani dan non

petani. Data kemampuan/ketrampilan dan kesesuaian pemanfaatan lahan digunakan untuk

mengetahui produksi optimum yang dapat dihasilkan untuk jenis pemanfaatan lahan tertentu,

Page 66: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 45

data tingkat sosial ekonomi untuk menentukan besarnya batas kebutuhan yang harus dipenuhi

agar penduduk yang bersangkutan dapat hidup dengan layak.

Berdasarkan hasil perhitungan, berikut adalah tabel tekanan penduduk beberapa kota di

Jawa Barat yang dikutip dari Jurnal Kependudukan Pajajaran Vol. 2, No,2, Juli 2000 dan dari

BPLHD Provinsi Jawa Barat tahun 2004, sebagai berikut:

Tabel 2.25 Tekanan Penduduk Beberapa Kota di Jawa Barat

No

Kabupaten/Kota

TP 1980

TP 2000

1

Bogor

3,93

9,51

2

Sukabumi

2,73

4,48

3

Cianjur

3,35

5,63

4

Bandung

3,75

7,19

5

Garut

3,56

5,66

6

Tasikmalaya

3,72

5,69

7

Ciamis

3,15

4,01

8

Kuningan

4,39

6,48

9

Cirebon

2,04

3,50

10

Majalengka

3,32

4,94

11

Sumedang

3,44

4,54

12

Indramayu

1,37

2,26

13

Subang

1,94

2,82

14

Purwakarta

3,10

4,90

15

Karawang

1,34

2,12

16

Bekasi

2,00

4,03

17

Kota Bogor

1,89

3,16

18

Kota Bandung

16,35

25,27

19

Kota Cirebon

1,39

2,28

20

Kota Sukabumi

-

-

Jawa Barat

3,34

5,42

Sumber: Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bandung 2007

Tabel di atas menunjukkan bahwa Tekanan Penduduk Jawa Barat pada tahun 2000

menunjukkan angka 5,42, artinya berada di atas angka ideal TP=1. Ini berarti bahwa dorongan

penduduk untuk mengeksploitasi lingkungan cukup tinggi, sehingga kerusakan lingkungan

semakin tak terelakkan. Tekanan penduduk tertinggi di Jawa Barat adalah Bandung, yaitu

mencapai 25,27 pada tahun 2000. Tekanan penduduk di Kabupaten Bandung (DAS Citarum

Page 67: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 46

Hulu) mencapai angka 7,19 pada tahun 2000. Dapat dipastikan pada tahun 2008 angka TP

Kabupaten Bandung (dan Bandung Barat) telah meningkat lagi.

Banyak faktor yang mempengaruhi tingginya tekanan penduduk Jawa Barat, antara lain

kehidupan yang semakin konsumtif dan tidak diimbangi dengan ketrampilan/ teknologi yang

memadai sehingga nilai produktivitas tidak seimbang dengan kerusakan lahan yang terjadi.

Beberapa contoh sukes ideal misalnya di negara maju seperti Singapura, Negeri Belanda, dan

negara maju lainnya, dengan nilai produktivitas mereka yang tinggi dan efisiensi pemanfaatan

lahan sedemikian rupa, mereka dapat membangun lingkungan hidup yang amat baik. Prasyarat

utama yaitu karena tingkat kemampuan/ketrampilan, kemajuan teknologi dan kesadaran

lingkungan mereka yang sangat tinggi, sehingga TP mendekati angka 1.

Gambar 2.11 Peta Sebaran Permukiman di Kabupaten Bandung Barat

Page 68: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 47

2.1.3.5 Konflik Pemanfaatan Lahan

Tekanan penduduk yang besar telah menyebabkan terjadinya intervensi kegiatan manusia

mengalih fungsi kawasan lindung menjadi kawasan budidaya. Akibatnya kawasan lindung yang

masih sehat yang masih tersisa tidak lebih dari 20% dari total wilayah Kabupaten Bandung Barat

(26.113 ha). Seluruh kawasan lindung di luar kawasan hutan atau kawasan milik masyarakat

dapat dikatakan semuanya tidak lagi berfungsi lindung, karena telah beralih fungsi menjadi

permukiman dan pertanian yang tidak berasas konservasi.

Gambar 2.12 Peta Kawasan Lindung di Kabupaten Bandung Barat

yang berada dalam Kondisi baik berdasarkan Citra Satelit Aster

Fungsi kawasan lindung di Kabupaten Bandung Barat bagian utara umumnya telah

berubah menjadi permukiman dan lahan pertanian yang tidak berwawasan lingkungan/ berasas

konservasi, sedangkan di bagian selatan umumnya telah berubah menjadi lahan pertanian yang

tidak berwawasan lingkungan/ berasas konservasi (Gambar 2.13).

Page 69: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 48

Gambar 2.13 Peta Konflik Penggunaan Lahan di Kabupaten Bandung Barat

2.1.3.6 Potensi Kebencanaan di Kabupaten Bandung Barat

Berdasarkan sejarah kebencanaan di seluruh Cekungan Bandung pada umumnya dan

Kabupaten Bandung Barat pada khususnya, dapat diidentifikasi potensi kebencanaan yang

kemungkinan besar berisiko bagi kehidupan di Kabupaten Barat. Pemahaman untuk mengurangi

risiko bahaya (hazard risk), mengurangi kerentanan (vulnerability), dan meningkatkan kapasitas

masyarakat (capacity building) harus merupakan program prioritas untuk menjamin keselamatan

dan keberlanjutan Kabupaten Bandung Barat.

Potensi kebencanaan yang dapat diidentifikasi di Kabupaten Bandung Barat dapat

dikelompokkan ke dalam beberapa jenis, yaitu:

2.1.3.6.1 Bencana Geologi

2.1.3.6.1.1 Letusan Gunung Api Tangkuban Perahu

Gunung Api Tangkuban Parahu yang terletak di ujung utara Kabupaten Bandung Barat,

memiliki tipe strato dengan kawah ganda dan diklasifikasikan masih aktif. Sewaktu-waktu

gunung ini berpotensi meletus dan dapat membahayakan kehidupan penduduk. Sejarah letusan

Gunung Tangkuban Perahu tercatat sebagai jenis peningkatan kegiatan antara lain terjadinya

letusan abu, letusan freatik, gempa gunung api, pembentukan fumarol baru, kolom awan abu,

Page 70: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 49

telah tercatat pada tahun-tahun 1829, 1846, 1896, 1900, 1910, 1926, 1935, 1952, 1957, 1961,

1965, 1967, 1969, 1971, 1983,1992, 1994, 2005.

Bahaya primer yang berasal dari Gunung Tangkuban Perahu ini seperti awan panas,

lontaran material (pijar)/bom vulkanik, hujan abu lebat, aliran lava, dan gas racun. Gunung

Tangkuban Perahu termasuk ke dalam beberapa gunung di Indonesia yang memiliki karakteristik

letusan gas beracun. Walaupun sementara ini letusan yang terjadi umumnya hanya berupa

letusan freatik atau letusan uap air saja, dan hanya terbatas di sekitar areal kawah, namun tetap

harus diwaspadai. Dalam klasifikasi tingkat ancaman bahaya dimasukkan sebagai potensi agak

rawan.

2.1.3.6.1.2 Gempa Bumi Darat

Wilayah Kabupaten Bandung Barat termasuk wilayah yang dilewati sesar aktif Cimandiri

dan Lembang. Sesar Cimandiri terdapat mulai dari Palabuhan Ratu-Sukabumi-Cianjur hingga

Padalarang. Sejarah gempa bumi di sesar ini tercatat cukup banyak, misalnya Palabuhan Ratu

(1900), Cibadak (1973), Gandasoli (1982), Padalarang (1910), Tanjungsari (1972), Conggeang

(1948), dan Sukabumi (2001). Mengenai kegempaan, potensi gempa merusak telah diprediksi

oleh para ahli geologi dari adanya sesar aktif Lembang yang terletak di Kabupaten Bandung

Barat bagian utara. Sesar Lembang memiliki panjang 22 km yang membentang dari timur ke

barat. Tingginya gawir sesar yang mencerminkan besaran pergeseran sesar yang pernah terjadi

berdimensi sekitar 450 meter di ujung timur (Maribaya dan Gunung Palasari) hingga 40 meter di

sebelah barat atau Cisarua dan menghilang di ujung barat di sekitar utara Padalarang. Bila sesar

ini kembali aktif, maka para ahli memprediksi magnitude gempa yang terjadi bisa mencapai 6,9

skala Richter.

Selama ini memang tidak tercatat sejarah kegempaan oleh adanya sesar Lembang ini.

Namun, menurut para ahli, perlu adanya kewaspadaan yang tinggi, karena sesar ini melewati

permukiman dan kawasan budidaya yang cukup padat penduduk. Dalam klasifikasi tingkat

ancaman bahaya dimasukkan sebagai potensi agak rawan.

Page 71: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 50

2.1.3.6.1.3 Pergerakan Tanah

Risiko bencana pergerakan tanah dapat berupa: longsoran, rayapan dan longsoran yang

disertai banjir bandang. Tercatat 13 dari 15 kecamatan di Kabupaten Bandung Barat memiliki

potensi gerakan tanah menengah s.d tinggi. Kecamatan yang memiliki potensi gerakan tanah

menengah-tinggi adalah Gununghalu dan Rongga. Kedua kecamatan ini terletak di bagian

selatan Kabupaten Bandung Barat. Berikut data wilayah potensi gerakan tanah di Kabupaten

Bandung Barat per-Desember 2008:

Tabel 2.26 Potensi Gerakan Tanah di Kabupaten Bandung Barat

Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2008.

Keterangan: Menengah : Daerah yang mempunyai potensi Menengah untuk terjadi Gerakan Tanah. Pada Zona ini dapat

terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.

Tinggi : Daerah yang mempunyai potensi Tinggi untuk terjadi Gerakan Tanah. Pada Zona ini dapat terjadi Gerakan Tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.

Tingkat bahaya erosi di Kabupaten Bandung Barat juga sangat perlu diwaspadai.

Penyebaran jenis tanah yang sangat rentan terhadap erosi, dan alih fungsi kawasan lindung

menjadi kawasan budidaya berpotensi menyebabkan erosi di hulu DAS sangat berlebihan, serta

sedimentasi di hilir, di sungai, dan di waduk juga sangat berlebihan.

Daerah yang perlu diwaspadai terhadap ancaman bahaya erosi ini antara lain di bagian

utara, bagian timur, dan bagian selatan (Gambar 2.14). Pemanfaatan lahan dengan sistem

konservasi yang baik sangat disarankan, misalnya dengan sistem agroforest (wanatani).

No

Wilayah/Kecamatan

Potensi Terjadi Gerakan Tanah

1

Gununghalu

Menengah-Tinggi

2

Cililin

Menengah

3

Rongga

Menengah-Tinggi

4

Sindangkerta (bagian tengah)

Menengah

5

Parongpong

Menengah

6

Cikalong Wetan (bagian utara)

Menengah

7

Lembang

Menengah

8

Ngamprah

Menengah

9

Cisarua

Menengah

10

Cipeundeuy

Menengah

11

Cipatat (bagian barat)

Menengah

12

Batujajar (bagian barat)

Menengah

13

Batujajar (bagian timur)

Menengah

Page 72: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 51

Gambar 2.14 Peta Tingkat Bahaya Erosi di Kabupaten Bandung Barat

2.1.3.6.1.4 Penurunan Lahan

Eksploitasi air tanah secara berlebihan, khususnya untuk industri, dapat menyebabkan

penurunan muka air tanah yang memicu terjadinya amblesan (land subsidence) akibat

terperasnya air pori di dalam sedimen lunak seperti lempung dan lumpur. Wilayah KBB yang

masuk zonasi tingkat kerawanan pengambilan air tanah rawan dan kritis adalah kecamatan

Batujajar, Ngamprah, Padalarang (Distamben, 2000).

2.1.3.6.2 Bencana Hidrometeorologis

2.1.3.6.2.1 Banjir

Potensi banjir di Kabupaten Bandung Barat diperkirakan tidak sebesar potensi banjir

seperti yang terjadi di Kabupaten Bandung (Majalaya, Baleendah, Dayeuhkolot), namun karena

Kabupaten Bandung Barat juga memiliki daerah-daerah yang datar dan rendah, maka ancaman

banjir ini perlu sekali diwaspadai. Daerah-daerah yang dapat terancam banjir yaitu daerah

dataran di sekitar Waduk Saguling.

Page 73: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 52

Gambar 2.15 Peta Potensi Rawan Banjir di Kabupaten Bandung Barat

2.1.3.6.2.2 Kekeringan

Semakin berkurangnya hutan yang potensial mempengaruhi iklim mikro sangat

berdampak pada kekeringan. Masalah ketersediaan dan kebutuhan air baku di Kabupaten

Bandung Barat akan menjadi masalah besar di kemudian hari bila tidak diantisipasi mulai

sekarang. Bahkan bila sumberdaya air di Kabupaten Bandung Barat ini tidak dikelola dengan

baik, maka akan menjadi bencana besar. Di musim hujan air berlebih menjadi bencana banjir,

dan di musim kemarau menjadi bencana kekeringan yang sangat kerontang.

Berdasarkan analisis ketersediaan dan kebutuhan air baku, diperoleh beberapa hal sebagai

berikut:

1) Tahun 2010, penduduk 1.582.832 jiwa, kebutuhan air baku 11,692 m3/detik, ketersediaan

5,113 m3/detik.

2) Tahun 2015, penduduk 1.741.115 jiwa, kebutuhan air baku 12,001 m3/detik, ketersediaan

5,113 m3/detik.

3) Tahun 2020, penduduk 1.915.226 jiwa, kebutuhan air baku 12,836 m3/detik, ketersediaan

5,113 m3/detik.

Page 74: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 53

4) Tahun 2025, penduduk 2.106.748 jiwa, kebutuhan air baku 13,596 m3/detik, ketersediaan

5,113 m3/detik.

Ketersediaan air baku dari tahun ke tahun diprediksi tetap, karena sumbernya pun

terbatas. Di samping itu, dari tahun ke tahun kualitas airnya pun semakin buruk. Padahal

kebutuhan akan air baku dari tahun ke tahun semakin besar. Oleh sebab itu, perlu adanya

kebijakan yang khusus dalam hal pengelolaan sumberdaya air, antara lain:

1) perlu pemulihan kawasan lindung yang serius

2) perlu pembangunan embung-embung/waduk-waduk kecil, perbaikan situ-situ,

pemeliharaan mata air.

3) perlu dipikirkan Waduk Saguling sebagai sumber air baku (tentunya harus bersifat

komprehensif, multi sektor, dan antar wilayah, sebab sekarang Waduk Saguling

merupakan pembuangan limbah dan sampah dari wilayah lain).

2.1.3.6.3 Bencana Lingkungan

Potensi terjadinya bencana lingkungan dapat terdiri atas berbagai pencemaran antara lain

pencemaran air dan udara, sampah yang tidak terkelola (sangat rawan), penjarahan hutan

(rawan), alih fungsi lahan (sangat rawan), pertanian tidak konservatif (sangat rawan), wabah

penyakit (rawan), gagal panen (rawan), dan kebakaran (agak rawan).

Penurunan kualitas air Waduk Saguling merupakan masalah besar, sebab selain

mengganggu pasokan air baku, juga berpotensi merusak infrastruktur pembangkit listrik.

Penurunan ini disebabkan oleh pencemaran organik terutama senyawa nitrogen dan fosfat yang

berasal dari air limbah industri, penduduk, pertanian, dan aktivitas perikanan Jaring Apung.

Tingkat pencemaran waduk yang diakibatkan senyawa nitrogen, fosfat, dan zat organik dapat

dibagi 3 kategori yaitu: pencemaran amat sangat berat (hypertrophic = penyuburan amat sangat

berat), pencemaran berat (eutrophic = penyuburan berat), dan pencemaran sedang (oligotrophic

= penyuburan sedang), dan mesotrophic (belum tercemar). Waduk Saguling termasuk dalam

tingkat eutrophic yaitu pencemaran kelas berat.

Page 75: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 54

Gambar 2.16

Pencemaran Air Sungai Citarum

2.1.4 Politik dan Aparatur Pemerintahan

Kabupaten Bandung Barat merupakan daerah otonom pertama di Jawa Barat yang

dibentuk melalui proses pemekaran atau pembentukan daerah otonom baru. Hal ini berbeda

dengan daerah-daerah otonom lain di Jawa Barat yang berawal dari peningkatan status dari kota

administratif menjadi kota otonom, seperti Kota Tasikmalaya, Kota Cimahi, Kota Depok, dan

Kota Banjar. Sebagai daerah otonom baru yang terbentuk melalui proses pemekaran,

pembentukan Kabupaten Bandung Barat memerlukan proses panjang yang berlangsung sekira 2

(dua) tahun sejak dimunculkannya wacana pemekaran pada tahun 2004. Wacana ini berawal dari

tuntutan masyarakat yang disampaikan melalui Badan Perwakilan Desa (BPD) dari 15 desa di

wilayah barat Kabupaten Bandung. Tuntutan tersebut pada intinya menghendaki agar ada

perbaikan kualitas pelayanan publik bagi masyarakat di wilayah barat Kabupaten Bandung.

Rentang kendali yang sangat luas dan kondisi geografis wilayah Kabupaten Bandung ketika itu

menyebabkan hasil pembangunan kurang dinikmati secara merata di seluruh wilayah Kabupaten

Bandung, terutama di wilayah barat.

Selama 2 (dua) tahun, berbagai kekuatan politik di wilayah barat Kabupaten Bandung

memperjuangkan terbentuknya Kabupaten Bandung Barat. Dalam proses ini, tampak bahwa

kekuatan infrastruktur politik di wilayah yang sekarang menjadi Kabupaten Bandung Barat

Page 76: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 55

bergerak cukup dinamis. Beberapa lembaga swadaya masyarakat yang saat itu bergerak

memperjuangkan Kabupaten Bandung Barat adalah Komite Pembentukan Kabupaten Bandung

Barat (KPKBB), Forum Ulama Bandung Barat (FUBB), Forum Peduli Bandung Barat (FPBB),

dan Generasi Muda Bandung Barat (GMBB). Keberadaan lembaga-lembaga ini menjadi

cerminan dari kekuatan infrastruktur politik di wilayah Kabupaten Bandung Barat, meskipun

setelah Kabupaten Bandung Barat terbentuk, hanya sebagian dari lembaga-lembaga ini yang

masih bertahan memantau kinerja pemerintahan yang baru terbentuk.

Akan tetapi, hal tersebut tidak berarti bahwa partisipasi politik masyarakat setelah

Kabupaten Bandung Barat terbentuk mengalami penurunan. Setelah terbentuk melalui UU No.

12 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Bandung Barat, dinamika partisipasi politik

masyarakat di Kabupaten Bandung Barat masih menunjukkan kecenderungan yang menarik.

Dalam berbagai peristiwa politik nasional maupun lokal, tampak bahwa tingkat partisipasi politik

di Kabupaten Bandung Barat relatif cukup dinamis. Dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat

Tahun 2008 lalu misalnya, yang merupakan event politik pertama bagi Kabupaten Bandung

Barat setelah resmi dibentuk, tingkat partisipasi politik mencapai 70% dari 1.008.874 pemilih

yang terdaftar dan berhak memilih (KPUD Provinsi Jawa Barat, 2008). Tingkat partisipasi ini

tidak jauh berbeda pada event pemilihan bupati dan wakil bupati secara langsung di Kabupaten

Bandung Barat yang diselenggarakan pada tahun 2008. Hasil perhitungan suara menunjukkan

tingkat partisipasi politik sebesar 67% (KPUD Kabupaten Bandung Barat, 2008). Besaran angka

ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi politik masyarakat Kabupaten Bandung Barat cukup

tinggi dalam event politik formal.

Ditinjau dari sisi konfigurasi partai politik di Kabupaten Bandung Barat, tampak bahwa

partai-partai politik besar masih menduduki posisi kuat. Hal ini tergambar dari hasil Pemilu

Legislatif Tahun 2004. Kendati masih menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Bandung, namun

hasil pemilu pada masa tersebut dapat menggambarkan konstelasi partai politik di Kabupaten

Bandung Barat, khususnya dilihat dari daerah pemilihan yang mencakup kecamatan-kecamatan

di Kabupaten Bandung Barat sekarang. Berdasarkan data yang diperoleh dari KPUD Kabupaten

Bandung, pada Pemilu Legislatif 2004 distribusi perolehan suara partai-partai politik peserta

Pemilu adalah sebagai berikut, Partai Golkar meraih 765.713 suara (33,91%), disusul PDI

Perjuangan 411.180 suara (18,20%), PKS 234.336 suara (10,38%), PPP 177.604 suara (7,86%),

Partai Demokrat 143.123 suara (6,34%), PAN 115.208 suara (5,10%), PBB 103.872 suara

Page 77: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 56

38%

22%

11%

9%

7%

5%4% 4%

Golkar

PDIP

PPP

PKS

Demokrat

PBB

PKB

PAN

(4,60%), dan PKB 85.822 suara (3,8%). Dengan demikian kursi DPRD Kabupaten Bandung

Barat masih dikuasai partai-partai besar, seperti Partai Golkar, PDI Perjuangan, PKS, dan PPP.

Jumlah kursi yang diperoleh partai besar tersebut diperkirakan hampir sama dengan komposisi

DPRD Kabupaten Bandung.

Dalam UU No. 12 tahun 2007 pasal (10) ayat (1) dinyatakan bahwa pengisian DPRD

Kabupaten Bandung Barat didasarkan pada hasil Pemilu Legislatif 2004. Berdasarkan hasil

tersebut, maka komposisi keanggotaan DPRD Kabupaten Bandung Barat adalah sebagai berikut:

Gambar 2.17

Komposisi Keanggotaan DPRD Kabupaten Bandung Barat (2007-2009)

Sumber: Kabupaten Bandung Barat, 2008

Berdasarkan komposisi tersebut, tampak bahwa kecenderungan memilih di kalangan

masyarakat Kabupaten Bandung Barat masih terfokus pada partai-partai politik besar, tapi

menarik untuk diperhatikan bahwa tingkat variasi pilihan partai politik cukup tinggi. Hal ini

diindikasikan dari keberadaan 8 (delapan) partai politik yang berhasil memperoleh kursi di

DPRD Kabupaten Bandung Barat. Meski persentase perolehan suaranya tidak terlampau jauh

berbeda, tapi PBB, PKB, dan PAN masih berhasil meraih simpati masyarakat di Bandung Barat.

Preferensi terhadap partai-partai politik dengan asas atau pencitraan Islam tampaknya masih

Page 78: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 57

mewarnai konfigurasi politik di Bandung Barat. Hal ini diindikasikan dari 4 (empat) partai

politik bernuansa Islam yang berhasil meraih kursi di DPRD, yakni PPP, PKS, PBB, dan PKB.

Perbandingan komposisi keanggotaan DPRD Kabupaten Bandung Barat berdasarkan

jenis kelamin masih didominasi laki-laki sebanyak 41 orang, dan jumlah anggota DPRD berjenis

kelamin perempuan hanya sebesar 4 orang. Jumlah ini masih jauh dari kuota 30% yang

diamanatkan UU Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPRD, dan DPD. Hanya 3 (tiga) fraksi

yang memiliki anggota perempuan, yakni Golkar (2 orang), PDIP (1 orang), dan PKS (1 orang).

Sementara itu, fraksi-fraksi lain di DPRD tidak memiliki anggota perempuan.

Sebagai mitra kerja Pemerintah Kabupaten, DPRD Kabupaten Bandung Barat dilengkapi

dengan komisi, panitia, dan badan. Komisi di DPRD Kabupaten Bandung Barat berjumlah 4

(empat) buah, dengan komposisi sebagai berikut:

Tabel 2.27

Komposisi Komisi-komisi di DPRD Kabupaten Bandung Barat (2007-2009)

Komisi A Komisi B Komisi C Komisi D Ketua Golkar PPP PDIP PDIP Wakil Ketua PDIP Amanah

Demokrasi PKS Golkar

Sekretaris PKS Golkar Golkar Bintang Kebangkitan

Anggota 3 orang Golkar 1 orang PDIP 1 orang PPP 1 orang Bintang Kebangkitan 1 orang Amanah Demokrasi

3 orang Golkar 2 orang PDIP 1 orang Amanah Demokrasi 1 orang PKS 1 orang Bintang Kebangkitan

3 orang Golkar 1 orang PDIP 1 orang Amanah Demokrasi 1 orang PPP 1 orang Bintang Kebangkitan

3 orang Golkar 2 orang PDIP 1 orang PKS 1 orang PPP 1 orang Amanah Demokrasi

Sumber: www.bandungbaratkab.go.id

DPRD Kabupaten Bandung Barat juga memiliki 3 (tiga) panitia tetap, yakni Panitia

Anggaran, Panitia Legislasi, dan Panitia Musyawarah dengan komposisi sebagai berikut:

Page 79: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 58

Tabel 2.28 Komposisi Panitia-panitia Tetap di DPRD Kabupaten Bandung Barat (2007-2009)

Panitia Anggaran Panitia Legislasi Panitia Musyawarah Ketua Harian Golkar PKS Golkar Wakil Ketua PDIP PPP PDIP

PPP Sekretaris - Golkar Bukan Anggota Anggota 6 orang Golkar

4 orang PDIP 2 orang PPP 2 orang PKS 2 orang Amanah Demokrasi 2 orang Bintang Kebangkitan

1 orang Golkar 1 orang PDIP 1 orang Amanah Demokrasi 1 orang Bintang Kebangkitan

3 orang Golkar 3 orang PDIP 2 orang PPP 2 orang PKS 2 orang Amanah Demokrasi 1 orang Bintang Kebangkitan

Sumber: www.bandungbaratkab.go.id

Untuk mengawasi kinerja DPRD agar sesuai dengan kode etik yang berlaku, maka

dibentuk Badan Kehormatan dengan komposisi sebagai berikut:

Tabel 2.29 Komposisi Keanggotaan Badan Kehormatan DPRD Kabupaten Bandung Barat

(2007-2009)

Jabatan Fraksi Ketua Amanah Demokrasi Wakil Ketua

Golkar Anggota 1 orang PKS

1 orang PPP 1 orang PDIP 1 orang Bintang Kebangkitan

Sumber: www.bandungbaratkab.go.id

Selain Badan Kehormatan, juga dibentuk Badan Urusan Rumah Tangga untuk menangani urusan kerumahtanggaan DPRD, dengan komposisi sebagai berikut:

Tabel 2.30 Komposisi Keanggotan Badan Urusan Rumah Tangga DPRD

Kabupaten Bandung Barat (2007-2009)

Jabatan Fraksi Ketua PKS Wakil Ketua

Bintang Kebangkitan Anggota 1 orang PDIP

2 orang Golkar 1 orang PPP 1 orang Amanah Demokrasi

Sumber: www.bandungbaratkab.go.id

Page 80: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 59

Berdasarkan komposisi kelembagaan DPRD tersebut, tampak bahwa distribusi kekuasaan

tersebar dengan relatif merata bagi semua fraksi di DPRD Kabupaten Bandung Barat. Kendati

meraih jumlah kursi terbanyak, namun Partai Golkar tidak mendominasi jabatan ketua dalam

komisi, panitia, ataupun badan di DPRD.

Perimbangan kekuasaan juga tampak dari hubungan antara Pemerintah Kabupaten

dengan DPRD. Selama 1 (satu) tahun sejak pengesahan UU No. 12 Tahun 2007, Kabupaten

Bandung Barat dipimpin oleh Pejabat Bupati yang pengangkatannya ditunjuk oleh Gubernur

Provinsi Jawa Barat. Pejabat Bupati ini bertugas melaksanakan urusan pemerintahan transisi

sebagaimana diatur dalam UU No. 12 Tahun 2007, yang meliputi:

1) Menyelenggarakan pemilihan bupati dan wakil bupati definitif (pasal 11).

2) Membentuk perangkat daerah untuk melaksanakan urusan pemerintahan sehari-hari

(pasal 13).

3) Menginventarisasi, mengatur, dan melaksanakan pemindahan personel, penyerahan aset,

serta dokumen kepada Pemerintah Kabupaten Bandung Barat (pasal 14 ayat 1).

4) Melakukan penatausahaan keuangan daerah (pasal 17).

Selain tugas-tugas yang ditetapkan secara eksplisit dalam UU No. 12 Tahun 2007,

pemerintahan transisi di bawah pimpinan Penjabat Bupati Bandung Barat juga bertanggung

jawab untuk melaksanakan fungsi pemerintahan sehari-hari, terutama dalam hal penyediaan

pelayanan publik.

Pada tahun 2008, diselenggarakan pemilihan kepala daerah secara langsung yang pertama

kali di Kabupaten Bandung Barat untuk memilih pasangan bupati dan wakil bupati definitif yang

akan memerintah Kabupaten Bandung Barat selama periode 2008-2013. Menjelang pemilihan

bupati dan wakil bupati, sejumlah nama mulai mengajukan diri untuk bersaing dalam kompetisi

pemilihan bupati dan wakil bupati. Akan tetapi, dari nama-nama tersebut, akhirnya mengerucut

pada 2 (dua) pasangan calon, yakni Abubakar-Ernawan dan Agus Yasmin-Haris Yuliana.

Pasangan Abubakar-Ernawan didukung oleh 7 (tujuh) partai politik, yakni Partai Demokrasi

Indonesia Perjuangan, Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Persatuan

Pembangunan, Partai Bulan Bintang, Partai Bintang Reformasi, dan Partai Karya Peduli Bangsa,

sedangkan pasangan Agus Yasmin-Haris Yuliana didukung koalisi Partai Golkar, PKS dan Partai

Demokrat.

Page 81: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 60

Dengan raihan suara sebanyak 53,56%, pasangan Abubakar-Ernawan berhasil

mengungguli pasangan Agus Yasmin-Haris Yuliana dan terpilih sebagai pasangan bupati dan

wakil bupati definitif pertama di Kabupaten Bandung Barat. Hasil pemilihan bupati ini berbeda

dengan konstelasi kekuatan partai politik di DPRD Kabupaten Bandung Barat. Berbeda dengan

DPRD yang didominasi Partai Golkar, pasangan bupati dan wakil bupati justru didukung oleh

PDIP dan partai-partai lainnya. Kondisi ini tentunya menghendaki adanya pengelolaan yang

tepat dalam hubungan eksekutif dan legislatif agar tetap dapat berlangsung kondusif dalam

penyelenggaraan pemerintahan.

Pada awal pemerintahannya, pasangan bupati dan wakil bupati terpilih telah menyusun

organisasi perangkat daerah Kabupaten Bandung Barat berdasarkan Peraturan Bupati Bandung

Barat Nomor 3 Tahun 2007 tentang Dinas Daerah Kabupaten Bandung Barat dan Peraturan

Bupati Kabupaten Bandung Barat Nomor: 4 tahun 2007 tentang Lembaga Teknis Daerah

Kabupaten Bandung Barat. Susunan organisasi perangkat daerah tersebut terdiri dari:

1) Sekretariat Daerah, terdiri dari:

a. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Sosial;

b. Asisten Administrasi dan Ekonomi Pembangunan;

2) Dinas, terdiri dari:

a. Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Penanaman Modal;

b. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan;

c. Dinas Kesehatan dan Sosial;

d. Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Perikanan;

e. Dinas Pekerjaan Umum;

f. Dinas Perhubungan, Pariwisata, dan Informasi;

g. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil;

3) Lembaga Teknis, terdiri dari:

1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah;

2. Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa;

3. Kantor Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat;

4. Kantor Lingkungan Hidup;

5. Kantor Perpustakaan, Arsip, dan Data Elektronik;

Page 82: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 61

4) Kecamatan, berjumlah 15 kecamatan, terdiri dari:

a. Padalarang;

b. Cikalongwetan;

c. Cililin;

d. Parongpong;

e. Cipatat;

f. Cisarua;

g. Batujajar;

h. Ngamprah;

i. Gunung Halu;

j. Cipongkor;

k. Cipeundeuy;

l. Lembang;

m. Sindangkerta;

n. Cihampelas;

o. Rongga.

Dengan postur organisasi perangkat daerah tersebut, dapat dikatakan susunan organisasi

perangkat daerah Kabupaten Bandung Barat bersifat ramping tetapi kaya fungsi, mengingat

berdasarkan Peraturan Pemerintah No.41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,

jumlah dinas dapat mencapai 16 buah.

Organisasi perangkat daerah Pemerintah Kabupaten Bandung Barat yang disusun tersebut

juga belum diisi secara optimal oleh aparatur yang ada saat ini. Hingga kini Pegawai Negeri

Sipil (PNS) yang bertugas di Pemerintah Kabupaten Bandung Barat berjumlah sekitar 9.800

orang. Jumlah tersebut dinilai masih kurang terutama untuk mengantisipasi perubahan organisasi

perangkat daerah yang mungkin akan dilakukan. Perubahan organisasi perangkat daerah

Pemerintah Kabupaten Bandung Barat sangat terbuka, mengingat organisasi perangkat daerah

yang digunakan sekarang merupakan ukuran yang paling minimalis.

Salah satu upaya untuk menutupi kekurangan pegawai, Pemerintah Kabupaten Bandung

Barat harus melakukan rekrutmen Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang baru. Selain melalui

rekrutmen CPNS, langkah lain untuk memenuhi kekurangan PNS tersebut adalah dengan

mengangkat tenaga kerja kontrak (TKK) menjadi PNS. Pada tahun 2008 Pemerintah Kabupaten

Page 83: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 62

Bandung Barat telah mengangkat 370 orang TKK menjadi CPNS. Pengangkatan TKK menjadi

CPNS ini sudah menjadi keputusan pemerintah pusat yang mengharuskan semua TKK di daerah

harus diangkat menjadi CPNS paling lambat tahun 2009. Namun, pengangkatan TKK menjadi

CPNS juga terkendala beberapa hal, di antaranya adalah faktor usia. Aturan pengangkatan TKK

salah satunya adalah mensyaratkan batas maksimal usia TKK yang akan diangkat menjadi CPNS

adalah 46 tahun.

Persoalan lain yang terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan adalah belum

tersedianya sarana perkantoran yang memadai. Meskipun dalam UU No. 12 tahun 2007

disebutkan lokasi ibukota pemerintahan Kabupaten Bandung Barat berlokasi di Kecamatan

Ngamprah, tetapi hingga saat ini lokasi yang pasti tentang letak kompleks perkantoran

pemerintahan belum juga ditetapkan. Dalam menyelenggarakan tugas sehari-hari, Sekretariat

Daerah menggunakan bangunan yang dahulunya digunakan sebagai Kantor Kecamatan

Padalarang, sedangkan kantor-kantor organisasi perangkat daerah lainnya menggunakan

bangunan yang disewa dari masyarakat yang berlokasi di sekitar Sekretariat Daerah di

Padalarang. Sarana perkantoran yang belum memadai tentu mengurangi optimalisasi pelayanan

kepada publik. Oleh karena itu, pembangunan sarana perkantoran menjadi kebutuhan yang

mendesak. Selain sarana gedung perkantoran, sarana penunjang birokrasi lainnya seperti

teknologi dan sistem informasi masih sangat minim. Hal tersebut tentu menjadi penghambat

optimalisasi pelayanan kepada masyarakat.

Kabupaten Bandung Barat memiliki tantangan yang cukup berat terkait dengan rentang

kendali dalam penyediaan pelayanan publik. Kapasitas rentang kendali ini dapat dianalisis dari

jarak antara pusat pemerintahan provinsi dan kabupaten dengan tiap kecamatan serta dari jumlah

desa pada setiap kecamatan. Berdasarkan data Kabupaten Bandung dalam Angka Tahun 2007,

jarak orbitrasi untuk tiap kecamatan di Kabupaten Bandung Barat adalah sebagai berikut:

Berdasarkan Tabel 2.31, tampak bahwa jangkauan rentang kendali di wilayah Kabupaten

Bandung Barat sangat bervariasi dan menunjukkan kecenderungan rentang kendali yang minim

dari pusat pemerintahan kabupaten (Ngamprah) karena masih banyak kecamatan yang berjarak

lebih dari 20 km (sekira 1 jam waktu tempuh dengan kendaraan mobil). Beberapa kecamatan

yang orbitrasinya relatif jauh dari Ngamprah adalah Cililin (21 km), Cihampelas (22 km),

Sindangkerta (31 km), Gununghalu (49 km), Rongga (51 km), Cipongkor (37 km), Cipeundeuy

(31 km), dan Cikalongwetan (21 km). Artinya, sebagian besar wilayah Kabupaten Bandung

Page 84: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 63

Barat memiliki rentang kendali yang minim ditinjau dari sisi orbitrasi dari pusat pemerintahan.

Kondisi ini perlu segera diatasi agar penyelenggaraan pemerintahan menjadi efektif dan efisien,

misalnya dengan mendorong lahirnya kluster pusat pelayanan di wilayah Bandung Barat. Untuk

sekitar Cililin, Cihampelas, Sindangkerta, Gununghalu, Rongga, dan Cipongkor, pusat pelayanan

bisa dibentuk di Cililin. Padalarang, misalnya, dapat menjadi pusat pelayanan untuk kluster

Padalarang, Batujajar, Ngamprah, dan Cipatat. Sedangkan di wilayah utara, Lembang menjadi

pusat pelayanan untuk kluster yang mencakup wilayah Lembang, Parongpong, Cisarua, Cikalong

Wetan, dan Cipeundeuy. Dengan demikian, terjadi penyebaran infrastruktur, sarana, dan

prasarana pelayanan, baik untuk pelayanan administrasi pemerintahan, pelayanan dasar, maupun

pelayanan publik lainnya.

Tabel 2.31

Rentang Kendali dari sisi Orbitrasi Pusat Pemerintahan

Sumber: Kabupaten Bandung dalam Angka Tahun 2007, diolah

Kapasitas rentang kendali juga bisa dianalisis dari jumlah desa yang dimiliki tiap

kecamatan. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kapasitas manajemen pemerintahan dalam

mengkoordinasikan pelaksanaan pembangunan perwilayah dan sektoral. Dari 15 kecamatan yang

menjadi wilayah Kabupaten Bandung Barat, terdapat 165 desa, dengan rincian sebaran seperti

dijelaskan dalam Tabel 2.32.

Page 85: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 64

Tabel 2.32 Rentang Kendali ditinjau dari Jumlah Desa per Kecamatan

No.

Kecamatan

Jumlah Desa

1

Cililin

11

2

Cihampelas

10

3

Sindangkerta

11

4

Gununghalu

9

5

Rongga

8

6

Cipongkor

14

7

Batujajar

13

8

Lembang

16

9

Parongpong

7

10

Cisarua

8

11

Ngamprah

11

12

Padalarang

10

13

Cipatat

12

14

Cipeundeuy

12

15

Cikalong Wetan

13

JUMLAH

165

Sumber: Kabupaten Bandung dalam Angka, 2007

Berdasarkan data di atas, jumlah desa perkecamatan sudah relatif memadai ditinjau dari

rentang kendali. Artinya, jumlah desa ini tidak terlampau menyulitkan untuk melakukan

pengendalian dan koordinasi penyelenggaraan pemerintahan. Jumlah desa sebanyak 16 di

Kecamatan Lembang merupakan jumlah terbanyak, tapi bila dikaitkan dengan kecenderungan

perkembangan kewilayahan, tampaknya dalam 20 tahun mendatang, Lembang akan berkembang

pesat sebagai kota satelit yang menopang Kota Bandung. Karena itu, jumlah desa di Kecamatan

Lembang akan banyak berubah status menjadi kelurahan, demikian juga di Kecamatan Batujajar

dan Padalarang, akan tumbuh menjadi kecamatan yang bercorak kota (urban).

Kecenderungan perubahan ini perlu diantisipasi melalui pengembangan kapasitas desa-

desa di Kabupaten Bandung Barat, terutama agar pemerintah desa mampu meningkatkan

kemampuannya dalam memberikan pelayanan publik yang lebih baik. Demikian pula,

pemberdayaan masyarakat desa harus ditingkatkan agar mampu memanfaatkan dampak positif

dari pengaruh pergeseran corak perdesaan ke perkotaan, sehingga masyarakat memiliki daya

saing yang memadai.

Pemerintah Kabupaten Bandung Barat berupaya mengimbangi kekurangan dalam hal

sarana perkantoran dengan tetap memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat.

Namun, sebagai sebuah daerah otonom baru, kekurangan sarana dan prasarana menjadi kendala

Page 86: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 65

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dari sisi aparatur, walaupun pada masa awal

proses pembentukan daerah otonom baru pemenuhan kebutuhan aparatur diperoleh dari daerah

induk (Kabupaten Bandung) dan dari luar daerah induk melalui mekanisme fit and proper test,

tetapi dalam praktiknya, kompetensi aparatur yang diharapkan masih belum tercapai.

Pembenahan birokrasi Pemerintah Kabupaten Bandung Barat selain dilakukan melalui

pembenahan unsur aparatur, juga dilakukan melalui pembenahan sistem kepemerintahan, antara

lain melalui penyususnan Tugas Pokok, Fungsi, Tata Kerja dan Uraian Tugas untuk tiap bidang

pada struktur organisasi pemerintah daerah. Namun, belum semua istansi memiliki Standar

Pelayanan Minimal maupun Standar Operasional Prosedur.

Dalam hal kerjasama dan koordinasi, yang bersifat vertikal dengan Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Provinsi, terutama dalam melaksanakan program dari Pusat dan Provinsi masih perlu

ditingkatkan. Hal itu perlu dilakukan mengingat Kabupaten Bandung Barat, sebagai daerah

otonom baru dituntut untuk memiliki akselerasi tinggi dalam pelaksanaan pembangunan.

Demikian pula, koordinasi horizontal dengan DPRD, Kejaksaan, Kepolisian, TNI, Pengadilan,

dan dengan instansi-instansi vertikal yang ada di Kabupaten Bandung Barat juga masih perlu

ditingkatkan karena masih ada elemen vertikal tersebut yang masih menginduk kepada daerah

lain seperti Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung (induk).

2.1.5. Hukum dan Hak Asasi Manusia

Perubahan mendasar dalam kehidupan politik dan ketatanegaraan membawa dampak

terhadap perkembangan sistem hukum. Perubahan itu ditandai dengan pelaksanaan paradigma

baru yang mengubah sistem otoriter ke sistem demokrasi dan sistem sentralistik ke sistem

otonomi. Dampak perubahan itu adalah perlunya dilakukan pembangunan hukum yang dianut

selama ini selaras dengan tuntutan demokrasi dan otonomi daerah. Keberpihakan produk-produk

hukum pada kepentingan penguasa ketimbang rakyat dan dominasi kepentingan pemerintah

pusat ketimbang pemerintah daerah harus berubah.

Dalam perjalanannya pembangunan hukum secara empiris menunjukkan beberapa

masalah yang sangat mempengaruhi pembangunan hukum ke depan. Saat ini masih terdapat

kesenjangan antara substansi dan struktur hukum dengan budaya hukum. Dari sisi substansi

hukum seperti produk materi hukum menunjukkan peningkatan kuantitas. Begitu pun dari sisi

struktur hukum seperti penyediaan dan pembinaan aparatur serta peningkatan sarana dan

Page 87: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 66

prasarana hukum. Namun, kesemuanya tidak diimbangi dengan budaya hukum seperti

peningkatan profesionalisme dan integrasi moral aparat hukum, kesadaran hukum masyarakat

serta mutu produk materi hukum.

Pemberantasan korupsi, kejahatan ekonomi, dan penyalahgunaan kekuasaan belum

diikuti langkah-langkah nyata dan integritas moral pemerintah serta aparat penegak hukum

dalam penegakan hukum. Terjadinya praktik-praktik campur tangan dalam proses peradilan,

tumpang tindih dan kerancuan baik substansi maupun struktur hukum mengakibatkan terjadinya

krisis hukum dan krisis kepercayaan terhadap hukum. Kondisi hukum yang demikian

menyebabkan perlindungan dan penghormatan hak asasi manusia (HAM) belum optimal.

Berbagai pelanggaran hak asasi, diskriminasi, dan kesewenang-wenangan masih kerap terjadi.

Dalam pembangunan hukum, masyarakat tidak menginginkan peraturan hukum yang

sekedar ada. Sisi kepastian hukum (rechtzekerheid) tetap harus mempertimbangkan keadilan

(justice). Oleh karenanya produk hukum yang transparan dan partisipatif adalah sebuah

keniscayaan. Di samping itu, penegakan hukum (law enforcement) di semua lini kehidupan, baik

di antara sesama aparat birokrasi dan juga dalam hubungan antara aparat birokrasi penegakan

hukum dalam rangka pelayanan bagi masyarakat (public service) sangat diperlukan.

Pembangunan hukum di daerah hendaknya diarahkan sesuai dengan semangat otonomi

daerah. Di mana otonomi hukum perlu ditumbuhkan agar hukum sebagai suatu sistem tersendiri

mempunyai kebebasan untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan kebutuhan masyarakat

lokal berupa keadilan. Untuk selanjutnya, hukum otonom dikembangkan menjadi hukum yang

bersifat responsif, yakni hukum yang menjadi fasilitator dari berbagai respon terhadap kebutuhan

dan aspirasi sosial. Produk hukum yang berkarakter responsif proses pembuatannya bersifat

partisipasif, yakni mengundang sebanyak-banyaknya partisipasi semua elemen masyarakat, baik

dari segi individu, maupun kelompok masyarakat; dan juga harus bersifat aspiratif yang

bersumber dari keinginan atau kehendak masyarakat (demokratis). Artinya, produk hukum

tersebut bukan kehendak dari penguasa untuk melegitimasikan kekuasaannya

Pembentukan hukum yang demokratis dalam konteks pelaksanaan otonomi daerah pada

gilirannya akan memberikan pengaruh terhadap efektivitas hukum yang optimal dalam

penegakannya. Sekaligus memberikan jaminan pengoptimalan pelaksanaan hak asasi manusia

(HAM).

Page 88: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 67

2.1.6. Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat

Ketentraman dan ketertiban wilayah mutlak diperlukan dalam mewujudkan pembangunan

berkelanjutan karena pada gilirannya ketentraman dan ketertiban wilayah akan membawa

peningkatan kualitas kehidupan (quality of life) masyarakat sebagai salah satu pilar

pembangunan berkelanjutan. Dalam prakteknya, ketentraman dan ketertiban sebuah wilayah

sering menimbulkan problematika tersendiri. Hal ini dipicu oleh terjadinya masalah sosial

seperti peningkatan jumlah penduduk dan arus urbanisasi, peningkatan kejahatan, tingginya

pengangguran, kemiskinan, kenakalan remaja, pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat,

kerusakan lingkungan, dan birokrasi yang kerapkali disfungsional.

Problematika ketentraman dan ketertiban memang harus diatasi. Namun masalahnya

ketentraman dan ketertiban masih dipahami secara sempit, belum dipandang sebagai sebuah

entitas utuh dari pranata sosial. Akibatnya, terjadi orientasi ketertiban dalam mewujudkan

ketentraman. Hal ini hanya akan membawa sikap represif dan kecenderungan penyalahgunaan

kekuasaan (abuse of power). Akibatnya, terjadi sikap tidak simpati masyarakat pada penegakan

ketertiban. Hal itu membuat semakin menguatnya sikap tidak acuh masyarakat terhadap

ketentraman dan ketertiban.

2.1.7 Tata Ruang dan Infrastruktur

Pengembangan wilayah dalam struktur tata ruang Kabupaten Bandung Barat sampai saat

ini masih timpang. Pada beberapa kecamatan seperti Kecamatan Ngamprah dan Padalarang,

terjadi pemusatan pertumbuhan perkotaan, sementara wilayah kecamatan lainnya kurang

mendapat sentuhan pembangunan. Kedua kecamatan tersebut menurut analisis hirarki kota

berada pada tingkat PKL-1, sementara kecamatan lainnya di bawah tingkat tersebut dengan

menggunakan terminologi dalam RTRW Kabupaten Bandung: PKL-1, PKL-2, DPP-1 dan

DPP-2.

Pusat permukiman orde-1 dalam lingkup wilayah Kabupaten Bandung Barat (yang

didefinisikan dalam RTRW Kabupaten Bandung sebagai PKL-1, yaitu Lembang dan

Padalarang). Sedangkan berdasarkan hasil analisis sistem kota-kota dengan menggunakan

analisis pembobotan terhadap ketersediaan fasilitas dan kegiatan utama pusat permukiman,

menunjukkan bahwa kota-kota yang termasuk dalam hirarki-1 adalah kota-kota di sekitar Kota

Bandung, yaitu Ngamprah dan Padalarang.

Page 89: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 68

Berdasarkan perbandingan hasil kajian struktur yang berkembang saat ini terhadap

kesesuaiannya dengan RTRW Kab. Bandung 2001, beberapa kesimpulan yang dapat diambil

mengenai Kabupaten Bandung Barat adalah:

1. Hasil analisis sistem kota-kota eksisting menunjukkan sistem kota-kota yang kurang

hirarkis. Hal tersebut menunjukkan perlunya peningkatan integrasi fungsional spasial dan

keterkaitan (linkages) antar pusat-pusat permukiman.

2. Hasil penilaian kesesuaian sistem kota-kota antara rencana dengan hasil analisis

menunjukkan terdapat beberapa kota/ pusat permukiman yang perlu peningkatan hirarki

(terutama untuk PKL-1 dan PKL-2) dengan pengembangan sarana dan prasarana kota

serta aksesibilitas kota terhadap wilayah luarnya

PKL-1 (Pusat Kegiatan Lingkungan Pertama)

Merupakan pusat kegiatan yang mempunyai fungsi sebagai pusat kegiatan bagi bagian wilayah

kabupaten, dengan kegiatan spesifik yang jangkauan pelayanannya luas, serta memberikan

kontribusi yang cukup besar pada pembentukan struktur kegiatan di Kabupaten/Kota.

PKL-2 (Pusat Kegiatan Lingkungan Kedua)

Merupakan pusat kegiatan yang mempunyai fungsi melayani lokal wilayah/

antarkecamatan/ perkotaan, khususnya kecamatan yang berdekatan.

DPP-1 (Desa Pusat Pertumbuhan 1)

Merupakan desa yang melayani kawasan perdesaan (agropolitan) dan berpotensi

meningkatkan kegiatan produksi dan sektor ekonomi lainnya di desa tersebut maupun desa

sekitarnya.

DPP-2 (Desa Pusat Pertumbuhan 2)

Merupakan desa yang melayani kawasan perdesaan dan berpotensi untuk meningkatkan

kegiatan produksi dan sektor ekonomi lainnya di desa tersebut maupun desa sekitarnya.

Tabel 2.33

Desa Pusat Pertumbuhan di Kabupaten Bandung Barat No

Kecamatan

Cakupan Wilayah (desa)

Luas (Ha)

Fungsi yang Dikembangkan

Fasilitas Penunjang

1.

Ngamprah

DPP-1

151

Pusat pemerintahan, permukiman, perdagangan dan jasa, pertanian lahan basah dan lahan kering

Pendidikan, pasar desa, sub terminal, puskesmas

Desa Bojongkoneng

463

Desa Margajaya

120

Desa Gadobangkong

150

Desa Mekarsari

199

Desa Cilame

673

Page 90: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 69

No

Kecamatan

Cakupan Wilayah (desa)

Luas (Ha)

Fungsi yang

Dikembangkan

Fasilitas

Penunjang

Desa Cimanggu

610

Desa

Sukatani

467

2.

Batujajar

DPP-1

Permukiman, perdagangan dan jasa, pariwisata

Pendidikan, pasar desa, sub terminal, puskesmas

Desa Bojonghaleuang

333

Desa Cikande

694

Desa Batujajar Timur

299

Desa Batujajar Barat

202

Desa Selacau

569

Desa Giriasih

436

3.

Cisarua

DPP-1

Permukiman, perdagangan dan jasa, pertanian hortikultura, peternakan sapi dan pariwisata

Pendidikan, pasar desa, sub terminal, puskesmas

Desa Jambudipa

146

Desa Padaasih

762

Desa Pasirhalang

293

4.

Cililin

DPP-1

Permukiman, perdagangan, perikanan dan pariwisata

Pendidikan, pasar desa, sub terminal, puskesmas

Cililin

Karangtanjung

5.

Parongpong

DPP-1

Permukiman, perdagangan dan jasa, pertanian, pariwisata

Pendidikan, pasar desa, sub terminal, puskesmas

Desa Karyawangi

1992

Desa Cihanjuang

383

6.

Cikalongwetan

DPP-1

313

Permukiman, perdagangan dan jasa, perkebunan, konservasi

Pendidikan, pasar desa, sub terminal, puskesmas

Desa Cipatgumanti

Desa Cikalongwetan

844

Desa Mandalasari

1064

Desa Mandamukti

1065

7.

Gununghalu

DPP-2

Desa Gununghalu

4661

Permukiman, perdagangan dan jasa, pertanian, perikanan

Pendidikan, pasar desa, sub terminal, puskesmas

8.

Cihampelas

DPP-1

Permukiman, perdagangan dan jasa, perikanan dan pariwisata

Pendidikan, pasar desa, sub terminal, puskesmas

Desa Cihampelas

Desa Cipatik

Desa Citapen

Desa Mekarmukti

Desa Singajaya

9.

Cipatat

DPP-1

Permukiman, perdagangan dan jasa, industri ekstraktif, perikanan

Pendidikan, pasar desa, sub terminal, puskesmas

Desa Mandalasari

419

Desa Rajamandala

1691

Desa Cipatat

702

Desa Ciptaharja

1423

Desa Mandalawangi

479

10.

Sindangkerta

DPP-1

Permukiman, perdagangan dan jasa, pertanian dan perikanan

Pendidikan, pasar desa, sub terminal, puskesmas

Desa Pasirpogor

343

Desa Puncaksari

570

Desa Cikadu

335

Desa Ciptakarya

403

Desa Cicangkanggirang

751

Desa Sindangkerta

312

11.

Cipeundey

DPP-1

Permukimman, perdagangan dan jasa, pertanian, perikanan, dan industri

Pendidikan, pasar desa,

sub terminal, puskesmas

Desa Nyenang

431

Desa Cipeundeuy

204

Desa Sukahaji

236

Desa Bojongmekar

2429

12.

Cipongkor

DPP-1

Permukiman, perdagangan dan jasa, konservasi, pertanian

Pendidikan, pasar desa, sub terminal, puskesmas

Desa Cijenuk

449

Desa Cibenda

605

13.

Rongga

DPP-2

Permukiman, Pendidikan,

Page 91: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 70

No

Kecamatan

Cakupan Wilayah (desa)

Luas (Ha)

Fungsi yang

Dikembangkan

Fasilitas

Penunjang

Desa Bojong

1089

perdagangan dan jasa, pertanian lahan basah, perkebunan dan perikanan.

pasar desa, sub terminal, puskesmas

Sumber : Hasil Analisis Bappeda dan RTRW Kabupaten Bandung Barat, 2006

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Jawa Barat mengamanatkan proporsi

kawasan lindung sebesar 45% dan kawasan budidaya 55%. Namun pengendalian pemanfaatan

ruang menjadi kendala dalam mewujudkan proporsi tersebut. Sebagian Kawasan Bandung Utara

(KBU) termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Bandung Barat. Wilayah tersebut hanya diijinkan

untuk dibangun sebesar 20 % dari luas wilayah, sedangkan saat ini pembangunan di KBU

semakin sulit untuk dikendalikan. Jika KBU yang merupakan kawasan resapan air semakin rusak

maka akibatnya akan terjadi bencana banjir di Kawasan Cekungan Bandung.

Kabupaten Bandung Barat memiliki kawasan yang cukup strategis, yaitu Kawasan

Penelitian Bosscha. Kawasan tersebut dalam RTRWN tidak termasuk kawasan strategis.

Observatorium Bosscha merupakan salah satu tempat peneropongan bintang tertua di Indonesia.

Saat ini, kondisi di sekitar Observatorium Bosscha dianggap tidak layak untuk mengadakan

pengamatan. Hal tersebut diakibatkan oleh perkembangan pemukiman di daerah Lembang dan

Kawasan Bandung Utara yang tumbuh pesat. Banyak daerah atau kawasan yang dahulunya

rimbun atau berupa hutan-hutan kecil dan area pepohonan tertutup, saat ini menjadi area

pemukiman, vila atau daerah pertanian yang bersifat komersial besar-besaran. Akibatnya,

intensitas cahaya dari kawasan permukiman menyebabkan terganggunya penelitian atau kegiatan

peneropongan yang seharusnya membutuhkan intensitas cahaya lingkungan yang minimal.

Permasalahan tata ruang Kabupaten Bandung Barat sebagai wilayah perencanaan, antara

lain sebagai berikut :

1) Terjadi pergeseran guna lahan dari pertanian menjadi perumahan tanpa adanya rencana

penataan ruang yang jelas

2) Pengembangan kawasan perkotaan masih bersifat linier, mengakibatkan kegiatan di satu

ruas jalan terlalu bertumpuk sehingga dapat menyebabkan tundaan serta kemacetan.

Sarana dan prasarana wilayah merupakan faktor yang sangat berperan bagi peningkatan

perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat. Salah satu faktor penyebab pemekaran

Kabupaten Bandung menjadi Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat adalah adanya

Page 92: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 71

ketimpangan jumlah dan pelayanan sarana dan prasarana wilayah di kecamatan-kecamatan yang

saat ini termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Bandung Barat.

Prasarana transportasi, khususnya jalan raya di Kabupaten Bandung Barat hanya meliputi

fungsi jalan kolektor primer. Jalan yang berfungsi sebagai jalan kolektor primer adalah jalan

yang menghubungkan Kecamatan Cimareme dan Kecamatan Soreang melalui Cipatik. Secara

umum, jalan-jalan yang ada di Kabupaten Bandung Barat memiliki nilai VCR lebih kecil dari 0,8

(seperti yang disyaratkan dalam MKJI 1997) artinya tidak dibutuhkan penanganan berupa

pelebaran jalan untuk menambah kapasitas.

Aksesibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kemudahan pencapaian

suatu daerah dari segi transportasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi aksesibilitas adalah suatu

jarak tempuh, waktu tempuh,dan biaya tempuh. Berdasarkan kriteria penentuan tersebut

dilakukan suatu pembobotan untuk menetapkan tingkat aksesibilitas dari tiap-tiap kecamatan

yang terdapat di Kabupaten Bandung Barat. Hasil dari pembobotan tersebut dapat dilihat pada

tabel berikut

Tabel 2.34 Tingkat Aksesibilitas Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Bandung Barat

No.

Aksesibilitas

Tinggi

Sedang

Rendah

1

Cililin

Rongga

2

Cihampelas

Cipongkor

3

Sindangkerta

Cisarua

4

Gununghalu

Ngamprah

5

Batujajar

Cipatat

6

Lembang

7

Parongpong

8

Padalarang

9

Cipeundeuy

10

Cikalong Wetan

Sumber : RTRW Kabupaten Bandung, 2006

Sebagai ibukota kabupaten, Kecamatan Ngamprah merupakan kecamatan dengan tingkat

aksesibilitas tinggi. Keberadaan tol Cipularang yang melewati Kecamatan Padalarang merupakan

hal yang positif karena mempermudah akses Kabupaten Bandung Barat dengan kota-kota lain

seperti Jakarta dan Bekasi. Kecamatan Rongga merupakan kecamatan yang memiliki jarak

terjauh dari ibukota kabupaten (57 km). Beberapa desa di Kecamatan Gununghalu relatif masih

sulit dikunjungi karena kurang baiknya prasarana jalan yang ada. Pembangunan jalan baru dan

perbaikan prasarana jalan lama diharapkan akan dapat mengatasi permasalahan tersebut. Selain

Page 93: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 72

itu, permasalahan aksesibilitas ini dapat diatasi dengan membangun konsep kluster dengan

membuat beberapa pusat kegiatan wilayah.

Berdasarkan data Kabupaten Bandung yang belum dimekarkan, terdapat beberapa

permasalahan menyangkut sistem penyediaan air bersih untuk kabupaten Bandung. PDAM

Kabupaten Bandung pada tahun 2002 hanya dapat melayani 4,64% penduduk administrasi

daerah pelayanan dengan tingkat kehilangan air (unaccounted for water) sebesar 41,9%.

Berdasarkan Neraca Air Kecamatan di Bandung Barat tahun 2005, 8 dari 15 kecamatan

memiliki nilai neraca air minus. Artinya, kecamatan-kecamatan tersebut tidak memiliki sumber

air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal yang positif adalah kondisi mata air

yang ada di wilayah Kabupaten Bandung Barat berjumlah cukup banyak dan memiliki debit

yang cukup besar, sehingga dapat langsung digunakan sebagai sumber air bersih. Dari 15

kecamatan yang ada, 11 kecamatan memiliki sumber mata air yang masih dapat

dimanfaatkan,yang pada umumnya, dengan mayoritas dari kecamatan-kecamatan tersebut

memiliki lebih dari 1 mata air.

Tabel 2.35

Neraca Air Kabupaten Bandung Barat berdasarkan Data 2005

No

Kecamatan

Kebutuhan air 2005

Potensi Sumber (m3/thn)

Potensi

Total

(m3/thn)

Neraca Air

(m3/thn)

m3/hr

m3/thn

Air Permukaan

Mata Air

1

Cililin

5.109

1.839.182

0

4852224

4852224

3.013.042

2

Cihampelas

5.925

2.132.920

0

0

0

(2.132.920)

3

Sindangkerta

3.743

1.347.391

0

1368576

1368576

21.185

4

Gununghalu

4.272

1.538.050

0

2395008

2395008

856.958

5

Rongga

3.357

1.208.482

0

0

0

(1.208.482)

6

Cipongkor

4.849

1.745.817

0

93312

93312

(1.652.505)

7

Batujajar

6.409

2.307.317

0

62208

62208

(2.245.109)

8

Lembang

9.660

3.477.628

0

27558144

27558144

24.080.516

9

Parongpong

5.146

1.852.532

0

8211456

8211456

6.358.924

10

Cisarua

3.658

1.316.874

0

16391808

16391808

15.074.934

11

Ngamprah

8.059

2.901.077

0

0

0

(2.901.077)

12

Padalarang

8.960

3.225.670

0

933120

933120

(2.292.550)

13

Cipatat

7.022

2.527.897

151787,52

1399680

1551467,52

(976.429)

14

Cipeundeuy

4.623

1.664.125

0

0

0

(1.664.125)

15

Cikalong Wetan

6.501

2.340.406

7464,96

114307200

114314665

111.974.259

Sumber : RTRW Kabupaten Bandung, 2006 - Keterangan: (cetak tebal = defisit air)

Hampir seluruh sumber air di Kabupaten Bandung Barat berasal dari mata air, kecuali

Kecamatan Cipatat dan Cikalong Wetan yang mampu menambah kebutuhan air bakunya dari air

permukaan.

Page 94: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 73

Terdapat 8 (delapan) kecamatan yang neraca airnya dalam kondisi defisit karena tidak

memiliki sumber air yang memadai, yaitu Kecamatan Cihampelas, Rongga, Cipongkor,

Batujajar, Ngamprah, Padalarang, Cipatat, dan Cipeundeuy.

Di tahun-tahun mendatang kebutuhan sumberdaya air ini akan menjadi masalah yang

memerlukan perhatian besar, karena jumlah penduduk yang semakin meningkat sedangkan

ketersediaan air boleh dikatakan tidak bertambah, bahkan mutunya semakin buruk. Berkaitan

dengan hal ini, Kabupaten Bandung Barat perlu membuat terobosan-terobosan untuk memenuhi

kebutuhan air baku ini, misalnya pemulihan kawasan lindung pembangunan embung-embung/

waduk-waduk kecil, perbaikan situ-situ, pemeliharaan mata air, dan dipikirkan Waduk Saguling

sebagai sumber air baku.

Tabel 2.36

Sebaran Sumber Mata Air Kabupaten Bandung Barat

No Kecamatan Jumlah Kapasitas

(liter/detik)

1 Cikalong Wetan3)

52 3675

2 Parongpong3)

20 264

3 Ngamprah3)

17 290

4 Padalarang3)

1 30

5 Cipatat3)

7 45

6 Cisarua3)

49 527

7 Batujajar3)

1 2

8 Cililin3)

11 156

9 Gunung Halu3)

3 77

10 Sindang Kerta3)

8 44

11 Cipongkor3)

1 3

Sumber: Laporan Potensi Sumberdaya Air, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, 2001

Keberadaan mata air tidak terlepas dari kondisi kawasan lindung di bagian hulu DAS.

Semakin kawasan lindung terdegradasi, maka potensi mata air akan menyusut. Degradasi

kawasan lindung yang mengancam Kabupaten Bandung Barat terutama oleh sebab alih fungsi

lahan, sehingga mengakibatkan kawasan lindung ini tidak lagi mampu mengendalikan run off

yang meresap ke dalam tanah menjadi sumber mata air. Perhatian terhadap pemulihan kawasan

lindung di Kabupaten Bandung Barat perlu menjadi program prioritas.

Page 95: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 74

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor perekonomian di Kabupaten Bandung

Barat. Oleh karena itu, di sektor pertanian perlu ada pencetakan sawah baru dengan didukung

sistem pengairan yang efektif dan efisien.yang sangat berperan dalam perkembangan

perekonomian. Faktor penunjang peningkatan produksi di lahan basah tersebut (padi) adalah

adanya prasarana pengairan.

Tabel 2.38

Jaringan Irigasi di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2004

No. DAERAH IRIGASI Sumber air /

Nama sungai Kecamatan

Luas (ha) Tingkat

Jaringan Baku Potensial Fungsional

1 2 3 4 5 6 7 8

1

Pasir Kuntul K. Cimeta Ngamprah 76 76 76 Teknis

Padalarang 101 100 100 Teknis

2 Cijanggel K. Cimahi Ngamprah 325 231 231 Teknis

3 Cukangkawung K. Cukangkawung Padalarang 39 33 33 Semi Teknis

Ngamprah 95 80 80 Semi Teknis

Batujajar 259 45 45 Semi Teknis

4 Cidadap K. Cidadap Gununghalu 774 504 504 Teknis

5 Leuwikuya K. Ciwidey Cililin 1.587 1.477 1.477 Teknis

6

Cijanggel K. Ciwidey Cisarua 388 231 231 Teknis

Parongpong 145 140 140 Teknis

7 Cibodas K. Cikapundung Lembang 404 236 236 Teknis

Sumber : Kabupaten Bandung Dalam Angka Tahun 2001

2004

Sungai-sungai yang mengalir ke bagian wilayah Bandung Barat sebagian besar

dimanfaatkan sebagai air irigasi (di bawah 50%). Berarti sumber air yang ada belum dapat

dimanfaatkan secara optimal. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti kurangnya

jaringan irigasi atau lokasi irigasi tidak dapat dijangkau oleh sumber air. Untuk beberapa,

Page 96: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 75

kecamatan masih perlu dikembangkan sistem penyediaan air bersih regional (Lembang, Cisarua,

Ngamprah, Padalarang).

Kendala yang terjadi adalah keadaan sungai-sungai yang terancam semakin sakit , yaitu

menunjukkan perbedaan debit di musim penghujan dengan debit di musim kemarau semakin

besar. Pemulihan kawasan lindung merupakan program yang sangat prioritas agar debit sungai-

sungai tersebut sehat kembali dan mampu memenuhi kebutuhan irigasi yang rata-rata sebesar 1

liter/detik/hektar.

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang akan membantu meningkatkan

kualitas sumberdaya manusia dan mempengaruhi kemajuan pembangunan daerah. Karena itu

fasilitas yang berkaitan dengan pendidikan khususnya pendidikan formal harus memadai baik

dari segi jumlah maupun kualitasnya. Berdasarkan data tahun 2004, Kecamatan Parongpong dan

Rongga tidak memiliki SLTA. Jika dihitung berdasarkan standar kebutuhan sarana pendidikan,

hampir seluruh kecamatan berada dalam tingkat pelayanan tidak mencukupi.

Tabel 2.39

Tingkat Pemenuhan Sarana Pendidikan di Kabupaten Bandung Barat

No. Tingkat Pemenuhan Kecamatan TK SD SLTP SLTA

1 <1 Tidak Mencukupi

Seluruh Kecamatan

Cililin, Cihampelas, Gununghalu, Batujajar, Lembang, Cisarua, Parongpong, Ngamprah, Padalarang, Cipatat, Cipeundeuy, Cikalongwetan

Seluruh Kecamatan

Seluruh Kecamatan

2 = 1 Mencukupi

- - - -

3 >1 Lebih dari Mencukupi

- Sindangkerta, Cipongkor - -

Kondisi serupa juga terdapat pada pelayanan sarana kesehatan. Bandung Barat saat ini

tidak memiliki rumah sakit. Fasilitas kesehatan yang ada hanya puskesmas di tiap kecamatan.

Akibatnya, warga yang membutuhkan perawatan harus dirujuk ke rumah sakit di Cimahi atau di

Kota Bandung.

Tabel 2.40 Tingkat Pemenuhan Sarana Kesehatan di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2005

No. Tingkat Kecamatan

Page 97: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 76

Pemenuhan Rumah Sakit RS Bersalin Puskesmas Apotik 1 - (sesuai

belum

membutuhkan) Cililin, Cihampelas, Sindangkerta, Gununghalu, Rongga, Cipongkor, Batujajar, Parongpong, Cisarua, Cipatat, Cipeundeuy, Cikalongwetan

Tidak ada Tidak ada

2 <1 Tidak Mencukupi

Lembang, Ngamprah Tidak ada Hampir Seluruh Kecamatan kecuali 7 kecamatan di bawah (dengan nilai = 1)

Tidak ada

3 = 1 Mencukupi

Tidak ada Sindangkerta, Cisarua

Tidak ada

4 >1 Lebih dari Mencukupi

- Tidak ada - Tidak ada

Sumber : Hasil Analisis, 2008

Untuk sarana perdagangan, beberapa kecamatan telah memenuhi standar pelayanan.

Kabupaten Bandung Barat telah memiliki pusat perbelanjaan dan pasar yang merupakan salah

satu prasyarat fasilitas kawasan perkotaan.

Tabel 2.41 Tingkat Pemenuhan Sarana Perdagangan di Kabupaten Bandung Barat

No Tingkat Pemenuhan

Kecamatan Pusat

Perbelanjaan Pasar Toko Warung

1 <1 Tidak Mencukupi

- Seluruh kecamatan kecuali Sindangkerta dan yang memiliki nilai >1

- Seluruh kecamatan kecuali Batujajar dan yang memiliki nilai >1

2 = 1 Mencukupi

- Sindangkerta - Batujajar

3 >1 Lebih dari Mencukupi

Seluruh Kecamatan kecuali dengan nilai < 1 dan belum membutuhkan

Cililin, Cihampelas, Gununghalu, Rongga, Cipongkor,

- -

4 Belum membutuhkan

Cipeundeuy

Permasalahan sampah saat ini menjadi permasalahan serius di Bandung Barat. TPA di

Cipatat yang digunakan bersama oleh Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Kabupaten

Bandung, dan Kota Cimahi sangat terbatas daya tampungnya karena menggunakan sistem open

Page 98: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 77

dumping dan sanitary land fill. Penggunaan kembali TPA Leuwigajah dengan sistem

pengolahan sampah ramah lingkungan menjadi solusi terbaik.

2.2. Tantangan

2.2.1. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama

Berdasarkan kondisi sosial budaya Kabupaten Bandung Barat saat ini, tantangan 20 tahun

ke depan adalah sebagai berikut:

1) Dalam dua puluh tahun mendatang, Kabupaten Bandung Barat akan menghadapi tekanan

jumlah penduduk yang semakin tinggi. Pada tahun 2025 laju pertumbuhan penduduk di

Kabupaten Bandung Barat akan mencapai 18,47%, sehingga diperkirakan pada tahun 2025

jumlah penduduk Kabupaten Bandung Barat akan mencapai sekira 2.086.423 orang.

Pengendalian jumlah penduduk dan laju pertumbuhannya perlu diperhatikan untuk

terwujudnya penduduk yang tumbuh dengan seimbang guna peningkatan kualitas, daya saing

dan kesejahteraannya. Selain itu, persebaran dan mobilitas penduduk perlu mendapatkan

perhatian, sehingga ketimpangan persebaran dan kepadatan penduduk antar kecamatan dapat

dikurangi. Untuk mendorong akselerasi persebaran mobilitas penduduk perlu dibangun

sarana dan prasarana (jalan) yang dapat mempermudah aksesibilitas mobilitas antar wilayah.

2) Di bidang pendidikan, masih terdapat penduduk umur 10 tahun ke atas yang tidak

melanjutkan sekolah, jumlahnya mencapai 988.834 orang, meskipun di dalam angka tersebut

terkandung angka drop out karena yang dihitung adalah usia sekolah 10 tahun ke atas yang

tidak lagi bersekolah. Rata-Rata Lama Sekolah penduduk Kabupaten Bandung Barat baru

mencapai 8,2 tahun (setara kelas 2 SMP). Oleh karena itu, berdasarkan ijasah yang dimiliki

oleh penduduk, sebagian besar besar penduduk hanya memiliki Ijasah SD (47,79%), dan 18

sebanyak 18,50% belum memiliki ijasah. Selain itu, berdasarkan data tahun 2007, di

Bandung Barat masih ada sekitar 34.604 (2,85%) yang belum dapat baca tulis huruf latin.

Semuanya merupakan kelemahan kondisi sosial budaya masyarakat Bandung Barat.

3) Rendahnya tingkat pendidikan di Kabupaten Bandung Barat menunjukkan bahwa perhatian

terhadap masa depan sangat rendah. Mereka tidak mampu bersaing untuk berkiprah dalam

peran sosialnya sendiri. Sementara itu Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bandung

Barat hanya senilai Rp 17 miliar pertahun, nilai tersebut bersumber dari retribusi penerangan

jalan umum yang merupakan penyumbang terbesar yaitu mencapai Rp 10 miliar, sedangkan

Page 99: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 78

sisanya dari retribusi hotel dan restoran di wilayah Lembang serta pendapatan lainnya. Nilai

PAD Kabupaten Bandung Barat tersebut tergolong rendah bila dibandingkan dengan daerah

lainnya. Sebagai perbandingan, PAD Kabupaten Bandung pada tahun 2007 (sebelum

dimekarkan) mencapai Rp 151 miliar per tahun. Kebijakan pemerintah dalam meningkatkan

anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN dan kebijakan daerah yang mendukung sektor

pendidikan memberi angin segar untuk tumbuh dan berkembangnya pendidikan di

Kabupaten Bandung Barat. Untuk memacu peningkatan mutu pendidikan, yang ditunggu

adalah kemampuan pengelolaan dinas pendidikan, peningkatan kualifikasi dan kompetensi

guru, penyebaran guru secara merata, serta pengembangan pendidikan non-formal. Dengan

cara ini diharapkan tingkat pendidikan meningkat dan angka buta huruf dapat dikurangi.

4) Di bidang kesehatan, Kabupaten Bandung Barat belum memiliki rumah sakit umum daerah

yang dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sarana dan prasarana kesehatan yang

ada baru sebatas Puskesmas dan Puskesmas Pembantu. Selain itu, masih terdapat beberapa

kecamatan yang memiliki fasilitas kesehatan yang sangat terbatas. Di samping itu tingkat

kemiskinan (keluarga Pra-KS dan KS-1) di Kabupaten Bandung Barat masih tinggi, sehingga

mereka tidak mampu mengakses pelayanan kesehatan maupun pendidikan. Semua itu

merupakan masalah yang menjadi kendala bagi pengembangan sumberdaya manusia di

Kabupaten Bandung Barat. Oleh karena itu tantangan 20 tahun ke depan dalam rangka

meningkatkan sumberdaya manusia, Kabupaten Bandung Barat perlu meningkatkan

pelayanan kesehatan yang dapat menjangkau orang-orang miskin.

5) Dari aspek keagamaan, karena semakin heterogennya masalah keagamaan di Kabupaten

Bandung Barat, pemerintah perlu menjadi fasilitator dalam rangka meningkatkan

keharmonisan kehidupan beragama melalui penggalian nilai-nilai keagamaan yang dapat

diterima oleh masyarakat.

6) Dari sisi budaya, nilai-nilai budaya masyarakat (khususnya masyarakat Sunda sebagai etnis

mayoritas) seiring dengan perkembangan masyarakat yang semakin maju menyebabkan

nilai-nilai budaya masyarakat semakin hari semakin pudar dalam memelihara (ngaruat)

budayanya. Karena itu dibutuhkan upaya pemerintah untuk menggali nilai-nilai keagaman

dan nilai-nilai luhur budaya masyarakat (budaya Sunda), untuk digunakan dalam

membangun jatidiri masyarakat Bandung Barat dalam pembangunan.

Page 100: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 79

7) Memperhatikan permasalahan sosial budaya dan kecenderungan pencapaian IPM dan

komponen-komponennya yang belum maksimal, tantangan peningkatan IPM pada 20 tahun

ke depan harus difokuskan pada peningkatan Indeks Daya Beli. Namun demikian, pelayanan

pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat harus senantiasa ditingkatkan untuk menjamin

peningkatan Indeks Pendidikan dan Indeks Kesehatan. Untuk mendorong pencapaian IPM

diperlukan percepatan pembangunan sarana prasarana infrastruktur yang dapat mendorong

perkembangan aksesibilitas antarwilayah di Kabupaten Bandung Barat.

2.2.2. Ekonomi

Pembangunan ekonomi Kabupaten Bandung Barat dua puluh tahun mendatang

dihadapkan pada sejumlah tantangan, yakni sebagai berikut :

1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara berkelanjutan dan berkualitas

untuk mewujudkan secara nyata peningkatan kesejahteraan sekaligus mengurangi

kemiskinan dan kesenjangan ekonomi serta mengurangi tingkat pengangguran melalui

perluasan dan penyediaan lapangan kerja. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten

Bandung Barat tahun 2005 2025 diperkirakan akan berada pada kisaran 6% sampai 10% per

tahun. Tingkat kemiskinan minimal sesuai dengan standar internasional yaitu Bank Dunia.

Tingkat pengangguran berada pada kisaran angka dibawah tingkat pengangguran propinsi

Jawa Barat atau nasional. Struktur ekonomi Kabupaten Bandung Barat ke depan akan

didominasi oleh empat sektor utama yaitu sektor pertanian (primer), industri (sekunder),

perdagangan, dan jasa-jasa (tersier) sebagai sektor-sektor yang menjadi sektor utama

penyerap tenaga kerja, sekaligus pemberi kontribusi yang cukup besar pada total PDRB yang

diharapkan pada kurun waktu 2005-2005 kontribusi sektoral dapat berimbang pada angka

masing-masing sektor sebesar 30%-an.

Seiring dengan era perdagangan bebas yang akan terus mewarnai perkembangan ekonomi

dunia di masa mendatang, peningkatan daya saing ekonomi daerah menjadi faktor penentu

bagi keberlanjutan pembangunan ekonomi daerah dimana harus tumbuh banyak sektor dan

subsektor ekonomi yang selain meningkat baik kontribusi maupun laju pertumbuhan di

tingkat lokal dan nasional tapi juga kuat dalam peranan ekspornya terutama ekspor ke luar

negeri. Penguatan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah akan menjadi penggerak

pertumbuhan ekonomi daerah, yang didukung oleh reorientasi ekonomi kepada prinsip

Page 101: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 80

berkeadilan dengan berbasiskan data, penelitian, pengembangan teknologi serta mekanisme

pasar yang efisien.

2) Tantangan peningkatan investasi di daerah 20 tahun di masa yang akan datang tidak lepas

dari stabilitas keamanan dan ketertiban yang diiringi oleh kepastian hukum, ketersediaan

infrastruktur wilayah, ketersediaan dan kepastian lahan, perburuhan dan masalah lainnya

termasuk proses perizinan pembangunan. Pemecahan masalah tersebut sangat menentukan

keberhasilan untuk menarik investor agar dapat menanamkan modalnya di Bandung Barat.

Upaya promosi investasi juga menjadi faktor penentu untuk menarik investasi baru.

3) Upaya untuk mendukung pencapaian pertumbuhan sektor industri jangka panjang, diarahkan

pada penguatan potensi pertanian dan industri penunjang produktivitas pertanian secara

berkelanjutan. Pembangunan industri yang berkelanjutan didasarkan pada industri yang

berbasis pada sumberdaya alam lokal dan penguasaan teknologi dengan didukung oleh

sumberdaya manusia yang kompeten. Dengan demikian, diharapkan sektor industri dapat

menjadi penggerak utama perekonomian daerah yang memiliki struktur keterkaitan dan

kedalaman yang kuat serta memiliki daya saing yang berkelanjutan dan tangguh di pasar

domestik dan internasional.

4) Tantangan ke depan untuk pengembangan perdagangan di Bandung Barat adalah

peningkatan sarana distribusi barang, penguatan pasar domestik, menggalakkan

pemberdayaan produk dalam negeri serta peningkatan perlindungan konsumen dan menjaga

keseimbangan antara pertumbuhan usaha perdagangan bermodal besar dan usaha

perdagangan tradisional.

5) Tantangan utama dalam pengembangan pertanian di Bandung Barat adalah adanya konversi

lahan usaha tani ke nonpertanian menyebabkan terjadi konsentrasi kapital di nonpertanian

yang semakin menekan posisi tawar sektor pertanian, rendahnya sumberdaya manusia di

sektor pertanian akibat berkurangnya minat dan ketersediaan sekolah kejuruan serta

pendidikan dan latihan (diklat) di bidang pertanian, rendahnya skala usaha tani, dan

rendahnya penghargaan terhadap petani serta lemahnya akses petani terhadap teknologi baru,

permodalan, informasi, dan pasar. Peluang pengembangan potensi pertanian masih terbuka

lebar. Lahan yang subur kandungan tanah volkanik dan curah hujan yang tinggi merupakan

faktor utama dalam pengembangan pertanian. Ada sejumlah upaya yang dapat dilakukan agar

Page 102: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 81

tergalinya potensi pertanian yaitu jaminan tersedianya sumberdaya air dan perubahan

orientasi petanian dari penggunaan pupuk kimia dan atau pestisida pemberantasan hama.

6) Pada sisi lain, pengembangan sarana dan prasarana yang ada relatif belum dapat

memperbaiki kinerja perekonomian terutama pada sektor pertanian, upaya peningkatan

kesempatan kerja maupun pengurangan tingkat kemiskinan. Untuk itu, perlu dilakukan upaya

meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi antar subsistem dalam sistem pertanian, serta

menumbuhkembangkan kepedulian pemerintah terhadap pendidikan dan budaya terutama

aspek pertanian. Tingkat kebutuhan konsumsi pangan di masa yang akan datang untuk

beberapa komoditas relatif akan meningkat secara perlahan. Peningkatan ini berhubungan

erat dengan tingkat pertumbuhan penduduk serta proyeksi tingkat konsumsi per kapita per

tahun.

7) Tantangan pengembangan pariwisata dua puluh tahun mendatang adalah terwujudnya

Bandung Barat sebagai daerah kunjungan wisata berbasis potensi lokal, seperti geowisata dan

agrowisata. Potensi wisata Bandung Barat cukup banyak dengan objek dan atraksi wisata

yang variatif dan menarik. Guna mendukung pertumbuhan wisatawan ke Bandung Barat,

maka pengembangan pariwisata difokuskan pada pengembangan daya tarik wisata yang

berakar pada alam Bandung Barat, yang didukung oleh kompetensi sumberdaya manusia,

pengelola daya tarik wisata, dan fasilitas penunjang wisata. Alam yang menarik dengan

aneka objek geowisata bernuansa lembah, sungai, air terjun, telaga/danau dan gunung sangat

berpotensi uantuk dikembangkan. Kuncinya adalah koordinasi untuk memadukan atau

menyinergikan objek wisata hayati (agrowisata) dengan potensi wisata lainnya misalnya

wisata budaya, pendidikan, kuliner dan pusat belanja. Besarnya potensi wisata mendorong

pertumbuhan dan pengembangan wilayah Kabupaten Bandung Barat.

8) Masalah kemiskinan akan sangat berkaitan dengan ketidakmampuan individu untuk

memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak. Kebutuhan akan sandang, pangan,

papan serta pendidikan dan kesehatan merupakan tantangan yang harus mendapatkan

perhatian dalam rangka penanggulangan kemiskinan. Oleh sebab itu, upaya penanggulangan

kemiskinan merupakan prioritas utama dalam pembangunan jangka panjang sehingga

diharapkan pada tahun 2025 jumlah penduduk miskin akan berada pada tingkat yang masih

bisa dianggap layak dan aman.

Page 103: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 82

2.2.3. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

Pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Bandung Barat untuk 20 tahun mendatang

dihadapkan pada sejumlah tantangan yang berkaitan dengan jumlah penduduk yang semakin

banyak, keterbatasan sumberdaya alam, dan lingkungan hidup yang semakin terdegradasi. Untuk

itu, tantangan yang perlu mendapat perhatian yaitu:

1. Jumlah penduduk Kabupaten Barat yang terus meningkat dari tahun ke tahun menjadi

1.582.832 jiwa (2010), 1.741.115 jiwa (2015), 1.915.226 jiwa (2020), 2.106.748 jiwa (2025)

diupayakan menjadi modal pembangunan, bukan sebagai beban pembangunan. Jumlah

penduduk boleh banyak, namun tekanan penduduk TP tidak boleh melebihi angka 1. TP=1

artinya tidak terdapat dorongan pada penduduk untuk merusak sumberdaya alam dan

lingkungan hidupnya. Upaya-upaya mengubah paradigma perilaku penduduk menjadi

berwawasan lingkungan adalah tantangan prioritas dari Kabupaten Bandung Barat.

2. Kawasan lindung Kabupaten Bandung Barat yang ideal adalah sekitar 78.340 hektar atau

sekitar 60% dari total wilayah Kabupaten Bandung Barat seluas 130.567 hektar. Saat ini

kawasan lindung yang sehat hanya tersisa 26.113 ha atau 20% dari total wilayah.

Pemulihan kawasan lindung tahap demi tahap merupakan tantangan Kabupaten Bandung

Barat dalam 20 tahun mendatang. Membangun kawasan lindung terutama di luar kawasan

hutan merupakan tantangan yang memerlukan sinergi dengan masyarakat. Pembangunan

wanatani (agroforest) merupakan salah satu alternatif.

3. Kebutuhan air untuk RKI (Rumah Tangga, Kota, Industri) dan pertanian terus meningkat dari

tahun ke tahun. Tahun 2010 (penduduk 1.582.832 jiwa, kebutuhan air baku 11,692

m3/detik), tahun 2015 (penduduk 1.741.115 jiwa, kebutuhan air baku 12,001 m3/detik),

tahun 2020 (penduduk 1.915.226 jiwa, kebutuhan air baku 12,836 m3/detik), tahun 2025

(penduduk 2.106.748 jiwa, kebutuhan air baku 13,596 m3/detik). Dari tahun ke tahun

ketersediaannya tetap terbatas, yaitu kurang lebih hanya 5,113 m3/detik dengan kualitas yang

semakin buruk. Beberapa alternatif tantatangan lainnya adalah: perlu pemulihan kawasan

lindung yang serius, perlu pembangunan embung-embung/ waduk-waduk kecil, perbaikan

situ-situ, pemeliharaan mata air, perlu dipikirkan Waduk Saguling sebagai sumber air baku.

2.2.4. Politik dan Aparatur Pemerintahan

Page 104: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 83

Pemerataan pembangunan harus ditopang oleh keterlibatan berbagai level pemerintah,

tidak hanya di tingkat kecamatan tapi juga kabupaten dan provinsi. Provinsi dapat berperan

dalam memberikan subsidi atau program-program yang dapat mempercepat pertumbuhan

ekonomi di daerah-daerah yang selama ini relatif tertinggal dengan cara membuka akses

transportasi dan komunikasi. Pemerintah Kabupaten Bandung Barat harus mulai mengantisipasi

kewenangan yang diperoleh dengan mempersiapkan kelembagaan dan sumberdaya aparatur yang

semakin berkualitas dengan kuantitas memadai sehingga mampu memperluas jangkauan

pelayanan publik. Berkaitan dengan perencanaan jangka panjang di bidang politik dan aparatur

pemerintahan, terdapat sejumlah tantangan yang perlu diantisipasi. Tantangan-tantangan tersebut

adalah:

1) Penataan Birokrasi

Penataan birokrasi pemerintah daerah Kabupaten Bandung Barat perlu dilakukan dengan

berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas dalam pelayanan publik sehingga jumlah

aparat birokrasi yang diperlukan tidak terlampau banyak, tetapi memiliki kualifikasi dan

kompetensi yang memadai. Kepastian mengenai jumlah PNS yang akan diserahkan kepada

Kabupaten Bandung Barat merupakan langkah awal yang positif, tetapi perlu terus dikawal

agar proses ini tidak menyimpang dari rencana semula. Perlu dirumuskan analisis kebutuhan

birokrasi menyangkut perkiraan jumlah minimal aparat birokrasi yang diperlukan untuk

menggerakkan roda pemerintahan, termasuk pula pembiayaan bagi kegiatan birokrasi (gaji,

tunjangan, dan sebagainya). Analisis ini dapat berguna untuk menyusun struktur organisasi

dengan biaya dan jumlah pegawai yang efisien. Kebijakan penataan organisasi perangkat

daerah harus memperhitungkan dan memperhatikan potensi dan kemampuan daerah yang

membawa pengaruh kepada aspek pembiayaan, personil dan perlengkapan secara utuh dan

menyeluruh menyangkut perangkat daerah.

Untuk menunjang kinerja pemerintahan, khususnya di bidang pelayanan publik, tantangan

yang dihadapi Bandung Barat dalam dua puluh tahun mendatang adalah untuk melakukan

reformasi birokrasi agar tercipta struktur birokrasi pemerintah yang ramping namun optimal

dalam melaksanakan fungsi-fungsinya. Reformasi birokrasi juga perlu dilakukan dalam hal

penyederhaan ketatalaksanaan agar prosedur pelayanan publik menjadi lebih sederhana,

efisien, dan efektif. Hal ini perlu dilakukan tidak hanya untuk meningkatkan kualitas

Page 105: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 84

pelayanan publik, tapi juga untuk mendorong minat investasi yang selanjutnya akan

menumbuhkan dinamika perekonomian di Bandung Barat.

2) Optimalisasi KinerjaKecamatan dan Pemerintah Desa dalam Pelayanan Publik

Pembangunan berkelanjutan akan berdampak efektif bila ditindaklanjuti dengan program dan

kegiatan yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan kecamatan-kecamatan dan

pemerintah desa di Kabupaten Bandung Barat, antara lain dengan melakukan desentralisasi

atau pelimpahan kewenangan pada kecamatan dan pemerintah desa sebagai unit pelayanan

publik terdepan. Pelimpahan kewenangan ini diorientasikan untuk mencapai pemerataan

pembangunan di seluruh wilayah sehingga tidak terjadi kesenjangan dan di sisi lain, dapat

memacu lahirnya pusat-pusat perekonomian baru di kabupaten yang baru terbentuk itu

melalui pelimpahan sebagian kewenangan pemerintahan dari Bupati kepada Camat, baik di

bidang pemerintahan, ekonomi dan pembangunan, pendidikan dan kesehatan, sosial dan

kesejahteraan rakyat, dan pertanahan serta penyerahan kewenangan dan pembiayaan kepada

pemerintah desa. Untuk itu, perlu dilakukan pengembangan kapasitas kecamatan dan

pemerintah desa agar mampu melaksanakan kewenangan yang dilimpahkan tersebut secara

efektif, efisien, dan akuntabel.

3) Pengembangan Kapasitas Manajemen Pemerintahan

Tantangan ini harus menjadi bagian dari reformasi birokrasi jangka panjang agar penataan

kelembagaan (organisasi) birokrasi berjalan seiring dengan pembenahan ketatalaksanaan dan

peningkatan kualitas sumberdaya manusia aparat birokrasi di lingkungan Pemerintah

Kabupaten Bandung Barat. Di masa mendatang, Kabupaten Bandung Barat akan menghadapi

tantangan berat berupa arus mobilitas penduduk yang sangat cepat, tuntutan akan pelayanan

publik yang makin meningkat, dan kemungkinan kerawanan-kerawanan yang muncul akibat

penurunan kualitas lingkungan hidup. Untuk mengantisipasi perubahan-perubahan ini, maka

kapasitas manajemen pemerintahan harus ditingkatkan, antara lain dilakukan melalui

pembenahan mekanisme rekrutmen aparat birokrasi pemerintah daerah, pembentukan

assessment centre sebagai media untuk menjamin penempatan pegawai berdasarkan sistem

merit dan kompetensi, perbaikan metode pendidikan dan pelatihan bagi aparat birokrasi

untuk meningkatkan kompetensinya, serta pengembangan budaya kerja yang profesional

yang berorientasi pada output dan outcome dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

birokrasi.

Page 106: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 85

4) Pemberdayaan Masyarakat

Terbentuknya Kabupaten Bandung Barat tidak dapat dilepaskan dari peran serta kelompok-

kelompok masyarakat yang secara aktif menyampaikan aspirasinya. Ini adalah modal sosial

yang perlu terus diberdayakan sebagai kekuatan pendukung bagi terwujudnya good

governance di Kabupaten Bandung Barat. Pemberdayaan masyarakat yang dimaksud tidak

hanya terkait dengan pembinaan organisasi-organisasi kemasyarakatan atau parpol yang ada

di Kabupaten Bandung Barat, tapi juga civil society pada umumnya, seperti yang berupa

forum-forum warga sebagai wadah diskusi dan komunikasi antar warga dan antara warga

dengan pemerintah. Kabupaten Bandung sebagai kabupaten induk pernah memiliki Perda

Transparansi. Ini mungkin bisa dicontoh dan diterapkan pula di Kabupaten Bandung Barat,

tentunya diimbangi dengan pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan kewargaan

(pendidikan politik), sehingga partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat meningkat,

yang selanjutnya dapat membangun mutual trust (kepercayaan) dan gathering system (sistem

kebersamaan) dalam masyarakat lokal.

5) Pengembangan jejaring kemitraan antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat

Salah satu prinsip penting good governance adalah membangun jejaring kemitraan

(networking) yang sinergis antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat. Terbentuknya

Kabupaten Bandung Barat sebagai daerah otonom baru sebenarnya merupakan peluang untuk

mulai membina kapasitas daerah dalam membangun jejaring kemitraan yang sinergis. Di

masa mendatang, peran pemerintah (government/state) dalam pembangunan harus mulai

dikurangi. Pemerintah berperan sebatas pada dimensi regulasi, fasilitasi, dan mediasi,

sedangkan peran-peran lain sebaiknya lebih banyak dimainkan oleh pelaku usaha (pasar,

privat sector) dan masyarakat (civil society). Pelayanan publik, di dalam praktik

penyelenggaraannya seyogianya dilakukan oleh pemerintah, pelaku usaha (pasar, privat

sector) dan masyarakat (civil society) itu sendiri. Dalam konteks inilah, regulasi dalam arti

pembuatan aturan main (rule of the game) baik berupa Peraturan Daerah (Perda) maupun

Peraturan Bupati (Perbub) yang bersifat pro publik, pro gender, pro orang miskin, pro

lingkungan, dan partisipatif perlu diwujudkan di Kabupaten Bandung Barat. Hindari regulasi

yang sifatnya bias elit dan bias birokrasi pemerintahan. Untuk hal itu, perlu dibuka seluas-

Page 107: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 86

luasnya ruang publik (public sphere) untuk membicarakan berbagai rencana regulasi yang

menyangkut kepentingan publik. Oleh karena itu, perlu kesinergian (working together, atas

dasar kecintaan sepenuh hati dan pemahaman yang sama dan tepat terhadap visi yang ingin

diwujudkan) antara elit dan massa.

Mengingat potensi Kabupaten Bandung Barat yang sangat besar, perkembangan ekonomi,

sosial, dan budaya akan berlangsung sangat cepat, sehingga Pemerintah Daerah Kabupaten

Bandung Barat perlu segera mengantisipasi dengan membangun jejaring kemitraan dalam

berbagai dimensi kehidupan, antara lain dalam penyediaan pelayanan publik dan pengelolaan

sumberdaya, khususnya sumberdaya alam. Lokasi geografis Kabupaten Bandung Barat yang

berdekatan dengan wilayah daerah lain juga mendorong Pemerintah Daerah Kabupaten

Bandung Barat untuk mulai merumuskan model kerjasama antardaerah untuk pelayanan

tertentu, misalnya pelayanan kesehatan, pendidikan, pengelolaan sampah, penyediaan air

bersih, sarana transportasi, dll. Kemitraan dan kerjasama antardaerah diharapkan dapat

mendorong efisiensi dalam pengelolaan keuangan daerah, sehingga pemerintah tidak mesti

menanggung seluruh biaya penyelenggaraan pemerintahan.

2.2.5 Hukum dan Hak Asasi Manusia

Kebijakan pembangunan hukum memiliki 3 (tiga) dimensi yang integral dan saling

berpengaruh satu dengan lainnya. Pertama, dimensi subtansi yang mencakup perihal materi

hukum. Kedua, dimensi struktur yang tercakup di dalamnya aparatur, serta sarana dan prasarana

hukum. Ketiga, budaya hukum, yaitu sikap dan perilaku anggota masyarakat termasuk perilaku

aparat penyelenggara negara, kesadaran hukum, dan penegakan hukum.

Pembangunan dan pengembangan budaya hukum adalah hal yang sangat strategis untuk

dilakukan dalam jangka panjang. Budaya hukum yang kuat dan baik akan mempengaruhi

terciptanya produk materi hukum bermutu yang transparan dan partisipatif, penegakan hukum

yang cermat, cepat dan tepat, kesadaran hukum yang baik, meningkatnya profesionalisme dan

integritas moral aparat hukum serta tersedianya sarana dan prasarana hukum yang efektif dan

efisien. Dengan demikian, diharapkan efektivitas hukum akan terwujud yang ditunjukkan

dengan ketaatan serta kepatuhan hukum masyarakat dan meningkatnya penghormatan terhadap

hak asasi manusia (HAM).

Page 108: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 87

2.2.6 Ketenteraman dan Ketertiban Masyarakat

Akar masalah (root cause) yang menjadikan tekanan dinamis (dynamic pressures) yang

menyebabkan masalah sosial perlu dieksplorasi lebih lanjut untuk kemudian dilakukan

penanganan serius. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap pembangunan ketentraman dan

ketertiban wilayah dan masyarakat.

Mengatasi ketidaksimpatian penegakan ketentraman dan ketertiban serta sikap tidak acuh

memerlukan perubahan paradigma yang berorientasi ketertiban untuk ketentraman. Sebagai

sebuah entitas pranata sosial, ketentraman dan ketertiban tidak dapat dipandang hanya sebagai

norma, penegakan dan sanksi saja, melainkan juga sebagai proses pembentukan yang

melingkupinya.

Internalisasi norma yang menjadi pedoman ketentraman dan ketertiban bagi anggota

masyarakat perlu diprioritaskan. Dengan demikian, ketentraman dan ketertiban dapat menjadi

pranata sosial yang sungguh-sungguh berlaku bukan hanya sebagai peraturan saja. Di samping

itu, dibutuhkan sistem pengendalian sosial (social control) yang berorientasi menjaga keutuhan

masyarakat dengan mengedepankan langkah-langkah preventif melalui sosialisasi serta

pendidikan formal dan informal mengenai ketentraman dan ketertiban.

2.2.7 Tata Ruang dan Infrastruktur Masyarakat

Tantangan dalam bidang tata ruang adalah terciptanya suatu tatanan di bidang

pemanfaatan ruang yang terkendali dan mempertimbangkan keseimbangan antara pemanfaatan

dan tuntutan kelestarian lingkungan hidup. Dilihat dari konteks tata ruang dan infrastruktur,

Bandung Barat menghadapi tantangan untuk merumuskan penataan ruang yang sesuai dengan

kondisi alam yang relatif berat, yakni bentang alam yang tidak merata dan beberapa wilayah

yang merupakan wilayah dengan ketinggian tertentu yang tidak memungkinkan pengembangan

lebih lanjut. Penataan ruang selama ini belum optimal terutama dilihat dari keseimbangan

pengembangan ruang, maupun ketidaktegasan pemanfaatan ruang sehingga masih terjadi

pengembangan yang tidak sesuai dengan peraturan maupun kebutuhan lingkungan.

Dalam hal struktur tata ruang yag ada di Kabupaten Bandug Barat, terbagi kedalam 4

(empat) Wilayah Pengembangan, yaitu:

Pusat inti WP berpusat di Ngamprah dengan fungsi melayani semua kecamatan di KBB.

Page 109: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 88

WP Padalarang dengan pusat Kota Padalarang. Kota Padalarang berfungsi sebagai sub pusat

kota yang melayani kecamatan sekitarnya yaitu : Kecamatan Cipatat (SWP), Batujajar

(SWP), dan Kecamatan Cihampelas (SWP),

WP Lembang, pusat Kota Lembang, melayani Cisarua dan Parongpong

WP Cikalongwetan, melayani Cipeundey

WP Cililin, melayani Cipongkor, Sindangkerta, Gununghalu, Rongga

Tabel 2.42

Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Kabupaten Bandung Barat

No.

Hirarki Kota Cakupan Wilayah

Pelayanan Fungsi yang Dikembangkan Fasilitas Penunjang

1 PKW Ngamprah

Semua kecamatan

Pusat pemerintahan kabupaten, permukiman, perdagangan dan jasa, pertanian lahan basah dan lahan kering

1. Pemerintahan skala kabupaten

2. Pendidikan: SD, SLTP, SMU, PT

3. Kesehatan:RSU Type B 4. Terminal Type B 5. Peribadatan 6. Ekonomi: Pasar,

perdagangan grosir 7. Fasilitas Olahraga dan

Rekreasi 8. Akomodasi:Hotel

Berbintang

2 PKL-1 Padalarang

Kecamatan Batujajar, Cipatat dan Cihampelas

Perumahan, industri, perdagangan dan jasa, pariwisata dan Ruang Terbuka Hijau (RTH)

1. Pendidikan: SD, SLTP, SMU, PT

2. Kesehatan:RSU Type C 3. Terminal Type C 4. Peribadatan 5. Ekonomi: Pasar,

perdagangan grosir 6. Fasilitas Olahraga dan

Rekreasi 7. Akomodasi:Hotel Melati

Page 110: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 89

3 PKL-1 Lembang

Kecamatan Parongpong dan Cisarua

Wisata, agribisnis, permukiman perkotaan

1. Pendidikan: SD, SLTP, SMU, PT

2. Kesehatan:RSU Type C 3. Terminal Type C 4. Peribadatan 5. Ekonomi: Pasar,

perdagangan grosir 6. Fasilitas Olahraga dan

Rekreasi 7. Akomodasi:Hotel Melati

4 PKL-1 Cikalongwetan

Kecamatan Cipeundeuy

Permukiman, perdagangan dan jasa, perkebunaan dan konservasi

1. Pendidikan: SD, SLTP, SMU, PT

2. Kesehatan:RSU Type C 3. Terminal Type C 4. Peribadatan 5. Ekonomi: Pasar,

perdagangan grosir 6. Fasilitas Olahraga dan

Rekreasi 7. Akomodasi:Hotel Melati

5 PKL-1 Cililin Desa bawahannya

Permukiman, perdagangan, perikanan dan pariwisata

1. Pendidikan: SD, SLTP, SMU, PT

2. Kesehatan:RSU Type C 3. Terminal Type B 4. Peribadatan 5. Ekonomi: Pasar,

perdagangan grosir 6. Fasilitas Olahraga dan

Rekreasi 7. Akomodasi:Hotel Melati

6 PKL-2 Batujajar

Desa bawahannya

Permukiman, perdagangan dan jasa, pariwisata

Puskesmas dengan tempat perawatan, pendidikan, pasar, terminal tipe C.

7 PKL-2 Cipatat Desa bawahannya

Permukiman, perdagangan dan jasa, industri ekstraktif, perikanan

Puskesmas dengan tempat perawatan, pendidikan, pasar, terminal tipe C.

8 PKL-2 Cihampelas

Desa bawahannya

Permukiman, perdagangan dan jasa, perikanan dan pariwisata

Puskesmas dengan tempat perawatan, pendidikan, pasar, terminal tipe C.

9 PKL-2 Parongpong

Desa bawahannya

Permukiman, perdagangan dan jasa, pertanian dan pariwisata

Puskesmas dengan tempat perawatan, pendidikan, pasar, terminal tipe C.

10 PKL-2 Cisarua

Desa bawahannya

Permukiman, perdagangan dan jasa, perikanan holtikultura,peternakan sapi dan pariwisata

Puskesmas dengan tempat perawatan, pendidikan, pasar, terminal tipe C.

11 PKL-2 Desa Permukiman, perdagangan dan jasa, pertanian, perikanan

Puskesmas dengan tempat perawatan, pendidikan, pasar,

Page 111: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 90

Cipeundeuy bawahannya dan industri terminal tipe C.

12 PKL-2 Sindangkerta

Desa bawahannya

Permukiman, perdagangan dan jasa, pertanian dan perikanan

Puskesmas dengan tempat perawatan, pendidikan, pasar, terminal tipe C.

13 PKL-2 Cipongkor

Desa bawahannya

Permukiman, perdagangan dan jasa, konservasi dan pertanian

Puskesmas dengan tempat perawatan, pendidikan, pasar, terminal tipe C.

14 PKL-3 Gununghalu

Desa bawahannya

Permukiman, perdagangan dan jasa, konservasi dan pertanian

Puskesmas, sub terminal, pendidikan, pasar

15 PKL-3 Rongga

Desa bawahannya

Permukiman, perdagangan dan jasa, konservasi dan pertanian

Puskesmas, sub terminal, pendidikan, pasar

Tabel 2.43 Arahan Fungsi Kawasan Pusat-pusat Pertumbuhan di KBB

Pusat WP

Wilayah Pengembangan

Pusat Pertumbuhan

Wilayah Pelayanan

Fungsi yang Dikembangkan

Ngamprah

WP Padalarang Padalarang Batujajar Cipatat Cihampelas

Pusat pemerintahan kabupaten Konservasi Pertanian Pariwisata Permukiman Industri Perdagangan

WP Lembang Lembang Parongpong Cisarua

Perumahan Konservasi Pertanian Pariwisata

WP Cikalongwetan

Cikalongwetan

Cipeundeuy Permukiman Pertanian Pariwisata Perkebunan Konservasi Industri

WP Cililin Cililin Cipongkor Rongga Gununghalu Sindangkerta

Pertanian Permukiman Lindung Perkebunan Pariwisata

Page 112: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 91

Peluang Kabupaten Bandung Barat untuk mengembangkan suatu ruang dan infrastruktur

antara lain ruang masih mungkin untuk diatur dan ditata bagi kepentingan masyarakat luas,

otoritas yang lebih besar dengan menjadi wilayah pemekaran untuk mengatur ruang tanpa

melupakan kerjasama dengan wilayah sekitar, pemanfaatan sumberdaya alam untuk tujuan

ekonomi baik sebagai wilayah pertanian, pariwisata dan industri sebagai sektor yang diharapakan

dapat menciptakan nilai tambah. Sudah adanya rintisan pengaturan ruang selama bergabung

dengan Kabupaten Bandung sebelumnya dapat dimanfaatkan sebagai dasar dalam perumusan

kebijakan tata ruang dengan dukungan komitmen yang kuat dari semua pihak untuk lebih baik

dalam pengembangan Kabupaten Bandung Barat.

Dalam bidang Tata Ruang tantangan persoalan aspek pola tata ruang adalah sebagai

berikut:

1) Penyediaan kebutuhan lahan untuk kawasan permukiman terutama di kawasan perkotaan

dalam kondisi luasan lahan yang ada sangat terbatas karena adanya kawasan lindung yang

tidak boleh berubah fungsi dan adanya lahan sawah yang juga harus dipertahankan

keberadaannya.

2) Aspek pengendalian tata ruang menjadi prioritas terkait dengan tidak terkendalinya

pembangunan di beberapa kawasan terutama di Kawasan Bandung Utara.

3) Pemerataan pengembangan wilayah ke kecamatan-kecamatan yang berada dalam kondisi

tertinggal

4) Menetapkan Kawasan Observatorium Bosscha sebagan Kawasan Strategis Nasional dan

mengoptimalkan penggunaannya dengan mengendalikan pembangunan di Lembang dan

Kawasan Bandung Utara

5) Memberikan fungsi khusus bagi setiap kecamatan sesuai dengan potensi masing-masing

6) Mengembangkan wilayah dengan sistem yang non-linear dan mengembangkan beberapa

pusat kegiatan wilayah

7) Peningkatan integritas fungsional spasial dan keterkaitan (lingkages) antar pusat-pusat

permukiman

8) Meningkatkan hirarki kecamatan-kecamatan dengan melakukan pengembangan sarana dan

prasarana kota serta aksesibilitas kota terhadap wilayah luarnya

Tantangan yang dihadapi dalam aspek sarana prasarana di Kabupaten Bandung Barat

adalah sebagai berikut:

Page 113: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab II 92

1) Pembukaan akses ke daerah-daerah yang terisolir;

2) Perbaikan kualitas jalan yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan utama dalam skala

regional dan lokal.

3) Mengembangkan infrastruktur penampung air baku untuk memenuhi kebutuhan air terutama

pada saat musim kemarau.

4) Memperbaiki layanan jaringan irigasi teknis untuk menjamin keberlanjutan sistem irigasi

serta meningkatkan intensitas tanam padi sawah.

5) Mengembangkan sarana dan prasarana dasar pemukiman, berupa pengembangan rumah

susun, meningkatkan cakupan pelayanan air bersih, dan sanitasi lingkungan.

6) Mengembangkan pengelolaan sampah yang berskala lokal dan regional dengan sistem

pengolahan ramah lingkungan.

7) Memenuhi standar jumlah dan tingkat pelayanan dari sarana pendidikan, peribadatan,

perdagangan, dan kesehatan

2.3. Modal Dasar

Modal dasar pembangunan merupakan salah satu kekuatan dan peluang yang dapat

dimanfaatkan sebagai dasar pembangunan daerah, antara lain sebagai berikut :

1) Kedudukan Kabupaten Bandung Barat yang strategis, berada dekat dengan ibukota Provinsi

Jawa Barat dan menjadi jalur perlintasan menuju daerah lain di Jawa Barat maupun menuju

ibukota DKI Jakarta, merupakan dasar dalam penetapan kebijakan pembangunan daerah di

berbagai aspek;

2) Sumberdaya alam dan sumber energi yang tersedia menjadi potensi yang memberikan nilai

tambah untuk dikelola secara bertanggung jawab untuk kesejahteraan masyarakat;

3) Sumberdaya pariwisata yang cukup memadai sebagai modal untuk memberdayakan

masyarakat;

4) Karakteristik masyarakat yang religius, harmonis, bersikap terbuka dan memiliki

kemampuan untuk mengakses informasi dengan mudah, menjadi modal untuk mendukung

pelaksanaan pembangunan daerah.

Page 114: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab III 94

BAB III

VISI DAN MISI

3.1 Visi Pembangunan Daerah

Visi pembangunan daerah mengarah pada pencapaian tujuan daerah, seperti tertuang dalam

Undang-undang No. 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Bandung Barat di Jawa

Barat, yang merupakan momentum untuk memperbaiki kualitas pelayanan kepada masyarakat,

sehingga membuka ruang dan potensi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah

Bandung Barat dan mempunyai korelasi yang signifikan dalam menunjang akselerasi

peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Barat khususnya, Provinsi Jawa Barat dan

nasional pada umumnya.

Visi pembangunan daerah merupakan penjabaran dari tugas yang dimandatkan oleh rakyat

kepada pemerintahan daerah, yaitu dalam rangka mewujudkan Kabupaten Bandung Barat yang :

Cerdas, Maju, makmur dan Agamis

Pengertian dari mandat tersebut adalah sebagai berikut:

Cerdas : seluruh komponen sumberdaya manusia di Kabupaten Bandung Barat, baik

sumberdaya aparatur maupun masyarakat harus berpendidikan, berakhlak mulia dan memiliki

integritas dan berdaya saing.

Maju : seiring dengan bertambahnya waktu, maka Kabupaten Bandung Barat harus terus maju

ke depan, mengalami peningkatan dan bertambah baik di semua aspek kehidupan.

Makmur : terpenuhinya berbagai kebutuhan dalam kehidupan bermasyarakat, penyelenggaraan

pemerintahan maupun hasil pembangunan secara adil dan merata.

Agamis : keyakinan beragama menjadi landasan pengikat kebersamaan dalam seluruh aspek

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

Berdasarkan potensi, kondisi perekonomian, dan peluang yang dimiliki Kabupaten Bandung

Barat, dengan memperhatikan nilai-nilai dan aspirasi yang berkembang, maka visi pembangunan

daerah tahun 2005-2025 adalah:

KABUPATEN AGROINDUSTRI DAN WISATA RAMAH LINGKUNGAN

Pada hakikatnya, makna dari visi tersebut adalah:

Agroindustri: Mengandung pengertian terwujudnya peningkatan nilai ekonomis hasil produksi

pertanian di Kabupaten Bandung Barat melalui diversivikasi pengolahan hasil-hasil pertanian.

Page 115: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab III 95

Wisata Ramah Lingkungan: Mengandung pengertian terwujudnya pengembangan kawasan

wisata alam berrdasarkan potensi dan kearifan lokal dalam pelestarian lingkungan.

3.2 Misi Pembangunan Daerah

Untuk mewujudkan mandat dan visi tersebut, dirumuskan 5 (lima) misi sebagai berikut:

Misi Satu : Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang sehat, cerdas dan kreatif,

adalah terwujudnya peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang ditandai oleh meningkatnya

semangat kewirausahaan, kreativitas, kompetensi, dan kemandirian yang tinggi di kalangan

seluruh komponen sumberdaya manusia Kabupaten Bandung Barat.

Misi Dua : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance), adalah

tercapainya tata kelola pemerintahan yang profesional dengan menjalankan prinsip-prinsip

kepemerintahan yang baik yaitu partisipatif, transparan, akuntabel, dan berkelanjutan

(sustainable). Tata kelola pemerintahan yang baik bermakna pula tercapainya peningkatan

kualitas layanan publik yang didukung oleh peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintahan

daerah dan pemerintahan desa serta pemberdayaan masyarakat.

Misi Tiga: Meningkatkan perekonomian masyarakat dan pengembangan industri yang

berdaya saing serta berkeadilan, adalah terwujudnya kesejahteraan sosial dan ekonomi

masyarakat, yang ditandai oleh sistem perekonomian yang berkeadilan dan berdaya saing global,

disertai dengan terwujudnya sarana dan prasarana ekonomi yang memadai, tercapainya

penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi untuk

mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

Misi Empat: Memelihara kondisi sumberdaya alam dan lingkungan hidup, adalah

terpeliharanya kondisi sumberdaya alam dan lingkungan hidup secara berkelanjutan, yang

ditandai oleh meningkatnya kapasitas pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup,

terkendalinya pencemaran dan kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan hidup,

meningkatnya upaya pengendalian resiko bencana, serta meningkatnya kesadaran masyarakat

akan kelestarian lingkungan hidup.

Misi Lima: Mengintegrasikan kearifan nilai-nilai agama dan budaya dalam pembangunan,

adalah memelihara, menumbuhkembangkan dan membangkitkan kembali nilai-nilai agama dan

budaya sebagai acuan dalam pembangunan; baik dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku

dalam hubungan antar manusia dan hubungan antara manusia dengan alam sekitarnya.

Page 116: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab III 96

3.3 Perwujudan Visi dan Misi

Untuk mewujudkan visi dan misi Kabupaten Bandung Barat 2005-2025 tersebut dibutuhkan:

1. Komitmen politik pimpinan daerah dan seluruh masyarakat untuk mengembangkan potensi

daerah serta meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, dan kemampuan ekonomi daerah

dalam rangka mendukung prioritas pembangunan dengan berdasarkan prinsip-prinsip

pembangunan berkelanjutan (sustainable development), yakni: tata kelola pemerintahan

yang baik (good governance) dan pelaksanaan pembangunan yang berpihak pada

pertumbuhan ekonomi (pro growth), perluasan kesempatan kerja (pro job), kesetaraan

gender (pro gender), berbasis budaya lokal (pro local culture), dan peka terhadap daya

dukungl ingkungan (pro environment).

2. Mengembangkan program-program pendidikan masyarakat melalui sinergi dengan sumber-

sumber pendanaan/bantuan teknis baik dari pemerintah, dunia usaha maupun lembaga luar

negeri.

3. Mengembangkan program-program kesehatan masyarakat melalui sinergi dengan sumber-

sumber pendanaan/bantuan teknis baik dari pemerintah, dunia usaha maupun lembaga luar

negeri.

4. Meningkatkan kapasitas ekonomi daerah melalui pemberdayaan ekonomi kerakyatan

dengan menjalin kemitraan antara pengusaha besar dengan industri kecil dan menengah;

peningkatan kapasitas investasi di daerah; dan menjalin kerjasama antardaerah.

5. Mengoptimalkan pelayanan prima dan kelengkapan sarana dan prasarana/infrastruktur

komunikasi dan transportasi dalam kerangka pengembangan wilayah.

6. Pengembangan wilayah disesuaikan dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing

wilayah.

7. Pengembangan kawasan perkotaan diwilayah utara diarahkan sebagai penyangga kota

Bandung, sedangkan di wilayah selatan dikembangkan sebagai kota pendidikan dan

pemukiman.

Page 117: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 97

BAB IV ARAH, TAHAPAN, DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN

JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025

4.1 Arah Pembangunan

4.1.1 Meningkatnya Kualitas Sumberdaya Manusia yang Sehat, Cerdas dan Kreatif

Sumberdaya manusia merupakan faktor penting yang akan menentukan keberhasilan

pelaksanaan pembangunan. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang

ditandai oleh meningkatnya semangat kewirausahaan, kreativitas, kompetensi, dan kemandirian

yang tinggi di kalangan seluruh komponen sumberdaya manusia Kabupaten Bandung Barat,

diarahkan pada kondisi-kondisi berikut:

a. terwujudnya keseimbangan antara pertumbuhan penduduk dengan daya dukung dan daya

tampung wilayah.;

b. terwujudnya pemerataan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh seluruh masyarakat;

c. terwujudnya pelayanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan untuk seluruh

masyarakat di jalur formal, informal, dan nonformal dengan memperhatikan kondisi

wilayah;.

d. terwujudnya peningkatan kualitas pendidikan melalui pembinaan tenaga pendidik dan

kependidikan;

e. terwujudnya Wajib Belajar 9 tahun menjadi Wajib Belajar Menengah 12 tahun yang

berkualitas;dan

f. terwujudnya pemberdayaan perempuan dan pemuda yang kreatif dan inovatif.

4.1.2. Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

Tata kelola pemerintahan yang baik merupakan tuntutan yang harus dipenuhi pemerintah

dalam era demokratisasi dewasa ini. Perubahan sosial yang cepat, yang ditandai dengan

peningkatan taraf pendidikan menyebabkan masyarakat makin kritis dalam menilai kinerja

pemerintahan. Karena itu, dalam upaya mewujudkan tata kepemerintahan yang baik, maka

pembangunan daerah di Kabupaten Bandung Barat diarahkan pada tujuan sebagai berikut:

a. meningkatnya kualitas kinerja birokrasi yang dihasilkan oleh postur kelembagaan

(organisasi) birokrasi yang efektif dan efisien dengan kualitas sumberdaya manusia

aparat birokrasi yang kompeten;

Page 118: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 98

b. meningkatnya kinerja kecamatan dan pemerintahan desa dalam memberikan pelayanan

publik yang berkualitas;

c. meningkatnya kapasitas manajemen pemerintahan yang profesional, efektif , efisien, dan

akuntabel serta bermuara kepada peningkatan pelayanan publik berbasis teknologi

informasi;

d. meningkatnya kapasitas masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam

penyelenggaraan pembangunan dan pengawasan pemerintahan; dan

e. terwujudnya jejaring kemitraan antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat yang

sinergis dalam pelaksanaan fungsi pelayanan publik dan pemberdayaan masyarakat.

4.1.3 Meningkatnya Perekonomian Masyarakat yang Produktif, Berkeadilan dan

Berdaya saing

Merupakan upaya tersistem guna meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi

masyarakat, yang ditandai oleh tercapainya sumberdaya manusia yang berkualitas, sistem

perekonomian yang berkeadilan dan berdaya saing global berbasis pada potensi daerah. Dengan

demikian misi ini diarahkan pada kondisi sebagai berikut :

a. berkembangnya industri pertanian berupa tanaman pangan ,holtikultura, perkebunan,

kehutanan ,peternakan dan perikanan;

b. berkembangnya wisata yang ramah lingkungan;

c. terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi investasi di bidang industri pengolahan;

d. tercapainya penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta

teknologi untuk mendukung pembangum yang berkelanjutan;

e. meningkatnya daya beli masyarakat;

f. meningkatkan daya saing usaha mikro, kecil dan menengah;dan

g. terkendalinya harga serta ketersediaan bahan pokok.

4.1.4 Terpeliharanya Kondisi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

Memelihara kondisi sumberdaya alam dan lingkungan hidup, yaitu terpeliharanya

kondisi sumberdaya alam dan lingkungan hidup secara berkelanjutan, yang ditandai oleh:

a. meningkatnya kapasitas pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup;

b. terkendalinya pencemaran dan kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan hidup;dan

c. meningkatnya upaya pengendalian risiko bencana, serta meningkatnya kesadaran

masyarakat akan kelestarian lingkungan hidup.

Page 119: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 99

Guna mewujudkan pemeliharaan kondisi sumberdaya alam dan lingkungan hidup, maka

pembangunan daerah diarahkan kepada:

a. meningkatnya pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur air baku;

b. meningkatnya upaya pencegahan dan pengurangan resiko bencana;

c. meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan;

d. terpeliharanya kawasan lindung;dan

e. terwujudnya pembangunan yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang

4.1.5 Mengintegrasikan Kearifan Nilai-Nilai Agama dan Budaya dalam Pembangunan

Penyelenggaraan pembangunan daerah jangka panjang merupakan proses yang tidak

dapat dipisahkan dari nilai- nilai agama dan budaya, bahkan senantiasa harus dilandasi oleh

nilai-nilai agama dan budaya sebagai acuan dalam berpikir, bertindak, dan berperilaku, baik

dalam hubungan manusia dengan Tuhan-Nya, hubungan antarmanusia, dan hubungan antara

manusia dengan lingkungan alamnya. Pengembangan dan pelestarian nilai-nilai budaya lokal

mengarah pada penciptaan nilai-nilai yang konstruktif terhadap terwujudnya masyartakat yang

sejalan dengan prinsip-prinsip Bhineka Tunggal Ika. Oleh karena itu, upaya mengintegrasikan

kearifan nilai-nilai agama dan budaya dalam pembangunan diarahkan pada:

a. terwujudnya masyarakat agamis yang menjujung tinggi kerukunan inter dan antar umat

beragama serta berahklak mulia;

b. pengembangan nilai-nilai luhur budaya daerah dan kearifan lokal masyarakat;

c. terwujudnya perluasan jalinan komunikasi antar kelompok masyarakat perdesaan dan

perkotaan.;

d. terwujudnya kerjasama antara pemerintah, pelaku budaya, dan masyarakat;

e. terwujudnya penguatan identitas dan jati diri masyarakat melalui penumbuhan budaya

inovatif berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi.

4.2 Tahapan dan Prioritas Pembangunan

RPJM Daerah Pertama (2005-2008)

Tahapan Pertama RPJPD terbagi dalam 2 (dua) periode, periode tahun 2005-2007

merupakan periode perintisan terbentuknya Kabupaten Bandung Barat dan periode 2007-2008

merupakan periode pembangunan pondasi berupa penataan birokrasi, pembentukan regulasi dan

inventarisasi asset daerah.

Page 120: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 100

RPJM Daerah Kedua (2008-2013)

Misi Satu: Meningkatnya Kualitas Sumberdaya Manusia yang Sehat, Cerdas dan Kreatif.

1. Terwujudnya pengendalian pertumbuhan penduduk dengan memperhatikan daya dukung dan

daya tampung wilayah.

Strategi: Peningkatan pelayanan keluarga berencana, peningkatan pelayanan kesehatan

reproduksi, membatasi urbanisasi dan imigrasi. Membangun sistem administrasi

kependudukan.

Indikator capaian : tersedianya data dasar kependudukan, menurunnya angka fertilitas

total < 2,3, menurunnya pertumbuhan alami penduduk mencapai = 1,8 %, dan laju

pertumbuhan penduduk mencapai < 2,4 %/tahun, terwujudnya keluarga kecil yang

berkualitas.

2. Terwujudnya pelayanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan untuk seluruh masyarakat

mencakup semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan dengan memperhatikan kondisi

wilayah,

Strategi: Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, meningkatkan kualitas pelayanan

pendidikan, meningkatkan anggaran pendidikan.

Indikator capaian : tersedianya sarana dan prasarana pendidikan, Kualitas Pelayanan

Pendidikan > 50%, anggaran pendidikan minimal 20 % dari APBD dan lembaga pendidikan

diharapkan telah menerapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

3. Terwujudnya kualitas pendidikan melalui pembinaan tenaga pendidik dan kependidikan.

Strategi: meningkatkan kualitas tenaga pendidik dengan melakukan sertifikasi guru,

memberikan kesempatan melanjutkan pendidikan bagi tenaga pendidik yang belum berijazah

S1, rekruitmen tenaga kependidikan berdasarkan kualitas calon.

Indikator capaian: Kualitas Tenaga Pendidik melalui sertifikasi guru > 50% dan < 55%

Guru Berijazah S-1.

4. Meningkatnya Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun dan rintisan Wajib Belajar

Menengah 12 tahun yang berkualitas

Startegi : membebaskan biaya pendidikan bagi sekolah dasar dan menengah, menyediakan

sarana dan prasarana pendidikan secara merata untuk seluruh wilayah.

Indikator capaian : Rata-rata Lama Sekolah (RLS) > 9 Tahun,

5. Terwujudnya pemerataan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi seluruh masyarakat.

Strategi : meningkatkan upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, melanjutkan pendirian

rumah sakit daerah, puskesmas dan puskesmas pembantu, penyediaan tenaga medis dan

Page 121: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 101

paramedis yang berkualitas.penyediaan obat dan perbekalan kesehatan yang cukup dan

terjangkau.

Indikator capaian : meningkatnya kualitas penyelenggaraan pelayanan kesehatan 25%,

penyusunan sistem jaminan/asuransi kesehatan bagi masyarakat, > 75% fasilitas kesehatan

memenuhi SPM kesehatan, Umur Harapan Hidup mencapai >

67,56 dan menurunnya Angka

Kematian Bayi < 28/1000, Kelahiran Hidup serta menurunnya Angka Kematian Ibu =

4/10.000 kelahiran hidup.

6. Pemberdayaan perempuan dan pemuda menuju perempuan dan pemuda yang lebih kreatif

dan inovatif.

Strategi : peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan dalam pembangunan, penurunan

kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi perempuan, penguatan kelembagaan dan jaringan

pengarusutamaan gender, penyediaan data dan statistik gender. Peningkatan pemberdayaan

pemuda melalui pembangunan karakter kebangsaan, meningkatkan motivasi agar pemuda

siap berpartisipasi dalam berbagai bidang pembangunan terutama dalam bidang ekonomi,

sosial budaya, iptek, politik dan olah raga

Indikator capaian: meningkatnya Indeks Pembangunan Gender (IPG), meningkatnya

kesejahteraan perempuan dan peran serta perempuan dalam proses pembangunan diharapkan

25% perempuan berpartisipasi di bidang politik; meningkatnya peran pemuda dalam

pembangunan terutama di bidang sosial budaya, iptek , politik dan olahraga.

Misi Dua: Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

1. Meningkatnya kualitas kinerja birokrasi yang dihasilkan oleh postur kelembagaan(organisasi)

birokrasi yang efektif dan efesien dan kualitas sumberdaya manusia aparat birokrasi yang

kompeten.

Strategi untuk mencapai tujuan : penyiapan kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia

aparatur dengan komposisi usia, tingkat pendidikan, serta kompetensi struktural dan

fungsional yang diperlukan; pengembangan data based kepegawaian yang terintegrasi dan

tekomputerisasi, sehingga tersedia data sumberdaya manusia aparat birokrasi yang aktual dan

valid; tersedianya assesment centre dalam penempatan pejabat ; melakukan rekrutmen

aparat berbasis kompetensi; mengembangkan mekanisme reward and punishment untuk

memperkenalkan budaya organisasi baru dalam tubuh birokrasi, sistem peningkatan

kesejahteraan pegawai yang sesuai dengan ketentuan perudangan-udangan.

Indikator capaian: tersedianya kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia aparatur dengan

komposisi usia, tingkat pendidikan, serta kompetensi struktural dan fungsional yang

Page 122: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 102

diperlukan; tersedianya data based kepegawaian yang terintegrasi dan terkomputerisasi,

sehingga tersedia data sumberdaya manusia aparat birokrasi yang aktual dan valid; pengisian

jabatan sesuai pelaksanaan rekruitmen aparat berbasis kompetensi; tersedianya mekanisme

reward and punishment.

2. Meningkatnya kinerja kecamatan dan pemerintah desa dalam memberikan pelayanan publik

yang berkualitas.

Strategi untuk mencapai tujuan: Pembenahan kelembagaan kecamatan dan desa,

pelimpahan kewenangan dalam pelaksanaan pelayanan publik kepada kecamatan dan

pemerintah desa; merumuskan regulasi untuk mengatur hubungan kewenangan dan keuangan

antara desa dengan level pemerintahan di atasnya; penyusunan program pendidikan dan

pelatihan bagi aparat kecamatan dan pemerintah desa; mengembangkan kapasitas kecamatan

dan desa dalam hal rentang kendali melalui pengkajian pembentukan kecamatan baru, desa

baru, dan/atau perubahan status desa menjadi kelurahan bagi desa-desa yang mulai bercorak

urban.

Indikator capaian: terlaksanakannya pelimpahan kewenangan dalam pelaksanaan pelayanan

publik kepada kecamatan dan pemerintah desa; tersedianya regulasi untuk mengatur

hubungan kewenangan dan keuangan antara desa dengan level pemerintahan di atasnya;

tersusunnya program pendidikan dan pelatihan bagi aparat kecamatan dan pemerintah desa;

meningkatnya kapasitas kecamatan dan desa dalam hal rentang kendali melalui pengkajian

pembentukan kecamatan baru, desa baru, dan/atau perubahan status desa menjadi kelurahan

bagi desa-desa yang mulai bercorak urban.

3. Meningkatnya kapasitas manajemen pemerintahan yang profesional, efisien, efektif, dan

akuntabel serta bermuara kepada peningkatan pelayanan publik berbasis teknologi informasi.

Strategi untuk mencapai tujuan: Menyusun sistem perencanaan pembangunan; menyusun

sistem pengawasan pembangunan; menyusun sistem evaluasi kinerja pemerintahan;

menginventarisasi aset daerah; menyusun mekanisme pengelolaan dan pengendalian aset

daerah; menyusun sistem pengelolaan keuangan daerah; menyusun sistem akuntabilitas

kinerja pemerintahan; pengoperasian Kantor Pelayanan Terpadu atau One Stop Service

(OSS), mengembangkan kerjasama antardaerah.

Indikator capaian: Tersusunnya sistem perencanaan pembangunan; tersusunnya sistem

pengawasan pembangunan; tersusunnya sistem evaluasi kinerja pemerintahan; tersedianya

data aset daerah yang akurat; tersusunnya mekanisme pengelolaan dan pengendalian aset

daerah; tersedianya sistem pengelolaan keuangan daerah; tersusunnya sistem akuntabilitas

Page 123: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 103

kinerja pemerintahan; terlaksanakannya Kantor Pelayanan Terpadu atau One Stop Service

(OSS), meningkatnya kerjasama antardaerah.

4. Meningkatnya kapasitas masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam penyelenggaraan

pembangunan dan pengawasan pemerintahan.

Strategi untuk mencapai tujuan: merumuskan peraturan daerah tentang transparansi dan

partisipasi publik untuk menjamin pelibatan masyarakat secara legal; menyerap aspirasi

masyarakat dalam pembangunan melalui pelaksanaan musrenbang, mengembangkan

mekanisme komunikasi politik secara dialogis antara pemerintah dengan masyarakat;

mengembangkan kemampuan berorganisasi di kalangan komunitas warga (RT/RW);

mengembangkan kapasitas organisasi di kalangan kelompok marjinal (perempuan,

masyarakat adat, dll); mengembangkan kapasitas institusi-institusi keagamaan untuk

membantu menangani masalah sosial; mengembangkan kemampuan berorganisasi di

kalangan partai politik.

Indikator capaian: tersedianya peraturan daerah tentang transparansi dan partisipasi publik

untuk menjamin pelibatan masyarakat secara legal; terlaksananya musrenbang mulai dari

tingkat desa sampai tingkat kabupaten, tersedianya mekanisme komunikasi politik secara

dialogis antara pemerintah dengan masyarakat; meningkatnya kemampuan berorganisasi di

kalangan komunitas warga (RT/RW); meningkatnya kapasitas organisasi di kalangan

kelompok marjinal (perempuan, masyarakat adat, dll); meningkatnya kapasitas institusi-

institusi keagamaan untuk membantu menangani masalah sosial; meningkatnya kemampuan

berorganisasi di kalangan partai politik.

5. Terwujudnya jejaring kemitraan antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat yang

sinergis dalam pelaksanaan fungsi pelayanan publik dan pemberdayaan masyarakat.

Strategi untuk mencapai tujuan: merumuskan peraturan daerah tentang kemitraan daerah;

membentuk lembaga kemitraan yang diperlukan, mengoptimalkan kapasitas lembaga

kemitraan yang sudah ada; merumuskan mekanisme resolusi konflik bagi sengketa akibat

kemitraan; merumuskan sistem evaluasi dan pengawasan kemitraan pemerintah dan

nonpemerintah.

Indikator capaian: tersedianya peraturan daerah tentang kemitraan daerah; meningkatnya

kapasitas lembaga kemitraan; tersedianya mekanisme resolusi konflik bagi sengketa akibat

kemitraan; tersedianya sistem evaluasi dan pengawasan kemitraan pemerintah dan non

pemerintah.

Page 124: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 104

Misi Tiga: Meningkatnya Perekonomian Masyarakat yang Produktif , Berkeadilan dan

Berdaya Saing.

1. Meningkatnya industri pertanian ( tanaman pangan, hortilkultura, perkebunan, kehutanan,

peternakan dan perikanan ).

Strategi : meningkatkan sarana dan prasarana pendukung; menciptakan lingkungan usaha

yang kondusif;

Indikator capaian : tersedianya infrastruktur transportasi yang berkualitas menuju berbagai

sentra usaha pertanian, tujuan wisata dan kawasan industri, tersedianya berbagai balai

penelitian dan promosi. LPE 7%, pertumbuhan ekspor rata-rata 12,8% per tahun, PDRB

riil/kapita Rp 5 juta per tahun, PDRB sektor Pertanian 12%, PDRB sektor PHR 20%, PDRB

sektor Industri Pengolahan minimal 50%, jumlah wisatawan meningkat 40%, meningkatnya

PAD dari pajak hotel dan pajak restoran

2. Tercapainya penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi

untuk mendukung pembangunan perekonomian yang berkelanjutan.

Strategi : Rekruitmen tenaga-tenaga ahli pertanian dan pariwisata, meningkatkan pendidikan

dan pelatihan, meningkatkan kegiatan riset dan uji coba di bidang teknologi,

Indikator pencapaian : tersedianya ahli pertanian dan pariwisata yang berkualitas,adanya

penemuan dan pemanfaatan iptek dalam sektor produksi, meningkatnya anggaran riset dan

diklat, berkembangnya sinergi kebijakan iptek lintas sektor, berkembangnya pemanfaatan

teknologi informasi dan komunikasi,

3. Berkembangnya wisata ramah lingkungan.

Strategi : kepariwisataan dikembangkan agar mampu mendorong kegiatan ekonomi dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat serta memperluas kesempatan lapangan

kerja, pengembangan wisata memanfaatkan berbagai pesona alam, wisata air dan wisata

budaya.malakukan kerjasama dengan instansi terkait.

Indikator pencapaian : tersedianya tempat tujuan wisata yang menarik bagi wisatawan lokal

maupun asing, meningkatnya PAD dari pajak hotel, pajak restoran dan retribusi tempat

wisata.

4. Terciptanya iklim usaha yang kondusif untuk investasi di bidang industri pengolahan.

Strategi : menetapkan kawasan industri, mempermudah perijinan, memberikan insentif bagi

investor di bidang industri pengolahan.

Indikator pencapaian : meningkatnya jumlah investasi, menurunnya pengangguran,

meningkatnya pendapatan daerah dari bagi hasil pajak.

5. Meningkatnya daya beli masyarakat perdesaan.

Page 125: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 105

Strategi untuk mencapai tujuan : meningkatkan proyek yang bersifat padat karya terutama

pada desa tertinggal, menjaga kelangsungan dan kelancaran penyaluran BLT, mendorong

tumbuhnya home industri di perdesaan.

Indikator capaian : meningkatnya pendapatan per kapita rakyat di perdesaan, lancar dan

utuhnya penyaluran BLT di perdesaan, munculnya usaha-usaha home industri di perdesaan.

6. Meningkatnya daya saing UMKM dan Koperasi.

Strategi : peningkatan kompetensi perkuatan kewirausahaan, peningkatan produktivitas,

pemanfaatan hasil inovasi dan penerapan teknologi dalam sistem usaha yang sehat,

pengembangan UMKM dilakukan secara terintegrasi dengan pengembangan agroindustri dan

pariwisata, penyediaan dana penjamin eksport, menjalin kemitraan dengan pengusaha besar

maupun dengan sesama UMKM, menghimpun kelompok usaha UMKM sejenis dalam badan

hukum koperasi, mendorong dan memfasilitasi perkembangan Koperasi.

Indikator capaian : tumbuhnya UMKM yang berdaya saing dan berbasis keunggulan

daerah, tumbuh dan berkembangnya koperasi.

7. Terkendalinya harga serta ketersediaan bahan pokok.

Strategi : menjaga stabilitas harga dan memperbaiki sistem distribusi barang kebutuhan

pokok.

Indikator capaian : tingkat inflasi umum satu digit, ketergantungan suplai kebutuhan pokok

dari daerah lain 60 %.

Misi Empat : Memelihara Kondisi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

1. Perbaikan, pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur air baku.

Strategi untuk mencapai tujuan : pencegahan dan pengendalian pencemaran air,

pengembangan sumberdaya air untuk memenuhi kebutuhan Rumah tangga, kota dan industri

(RKI), dan pemeliharaan sumber mata air.

Indikator Pencapaian : kualitas air baku yang melebihi Baku Mutu (BM) berkurang

sebanyak 20 %; tidak ada konversi ruang terbuka hijau (hutan dan perkebunan rakyat) untuk

peruntukan lain; pembangunan embung-embung/ waduk-waduk kecil; peningkatan

ketersediaan kebutuhan air baku sebanyak 11,692 m3/detik.

2. Melakukan upaya-upaya pengurangan resiko bencana

Strategi untuk mencapai tujuan : Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan

untuk membangun kesadaran keselamatan diri dan ketahanan terhadap bencana pada semua

tingkatan masyarakat. Memasukan regulasi pengurangan resiko bencana ke dalam Perda

KBB tentang RTRW KBB.

Page 126: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 106

Indikator Pencapaian : terwujudnya manajemen informasi dan pertukaran informasi

kebencanaan, implementasi pengkajian resiko dan program-program kesiapsiagaan bencana

di sekolah dan institusi pendidikan tinggi, masuknya unsur pengetahuan pengurangan resiko

bencana yang relevan pada kurikulum lokal, peningkatan keterlibatan masyarakat dan media

dalam kesiapsiagaan bencana. Terwujudnya Perda KBB tentang RTRW KBB yang

memasukan pengurangan resiko bencana sebagai bagian dari RTRW.

3. Mengubah paradigma perilaku penduduk menjadi berwawasan lingkungan

Strategi untuk mencapai tujuan: melakukan pelaksanaan sosialisasi dan edukasi kepada

penduduk mengenai pentingnya menjaga dan memelihara lingkungan hidup secara lestari.

Membentuk peraturan daerah dan peraturan bupati yang mendorong perubahan perilaku

penduduk menjadi berwawasan lingkungan.

Indikator Pencapaian: penduduk mempraktekan pemeliharaan lingkungan hidup secara

lestari baik pada skala rumah tangga, komunitas, maupun kabupaten. Terbentuknya

peraturan daerah dan peraturan bupati yang mendorong perubahan perilaku penduduk

menjadi berwawasan lingkungan.

4. Memulihkan kawasan lindung yang sudah mengalami degradasi dan membangun kawasan

lindung baik di kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan.

Strategi untuk mencapai tujuan: mengidentifikasi kawasan lindung yang terdegradasi,

menyusun program dan kegiatan pemulihan kawasan lindung yang terdegradasi,

merencanakan dan melaksanakan pembangunan kawasan lindung di kawasan hutan dan di

luar kawasan hutan bersama-sama stakeholder, memasukan target ideal total kawasan

lindung di KBB sebesar 60% ke dalam Peraturan Daerah KBB tentang RTRW KBB.

Indikator Pencapaian: pulihnya kawasan lindung sebesar 5% dari total 20% areal kawasan

lindung yang terdegradasi, terbangunnya kawasan lindung baru di dalam kawasan hutan dan

di luar kawasan hutan sebesar 10% dari total 40% kawasan lindung baru, target ideal total

kawasan lindung di KBB sebesar 60%.

5. Pengembangan infrastruktur yang sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah.

Strategi untuk mencapai tujuan: melanjutkan pembangunan infrastruktur wilayah strategis

yang telah direncanakan pada tahap sebelumnya, serta melanjutkan dan meningkatkan kerja

sama antara pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pengelolaan infrastruktur wilayah.

Indikator Pencapaian: adanya peningkatan aksesibilitas di wilayah-wilayah yang tertinggal

atau terisolasi.

Page 127: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 107

Misi Lima : Mengintegrasikan Kearifan Nilai-Nilai Agama dan Budaya dalam

Pembangunan.

1. Terwujudnya masyarakat agamis yang menjunjung tinggi kerukunan inter dan antar umat

beragama.

Strategi : meningkatkan komunikasi antar pemimpin umat beragama, meningkatkan

pemahaman tentang cara pengamalan agama dengan baik dan benar.

Indikator capaian: meningkatnya pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama sesuai

agama dan kepercayaan.

2. Berkembangnya nilai-nilai luhur budaya daerah dan kearifan lokal masyarakat.

Strategi mencapai tujuan : pengembangan dan pelestarian budaya masyarakat yang berakar

pada adat istiadat setempat;

3. Terwujudnya sistem kerja sama antara forum warga dan pemerintah.

Strategi : meningkatkan keterlibatan warga dalam pembangunan.

Indikator capaian: meningkatnya pelibatan forum warga dalam pelaksanaan, pengawasan,

dan evaluasi pembangunan, dan adanya pertemuan rutin antar aparat pemerintah dengan

forum warga.

4. Terwujudnya penguatan identitas dan jatidiri masyarakat melalui penumbuhan budaya

inovatif berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi.

Strategi: meningkatkan budaya membaca dan menulis, mengembangkan masyarakat

pembelajar, mengarahkan masyarakat dari budaya konsumtif ke budaya produktif,

meningkatkan kemampuan pengungkapan kreativitas melalui kesenian.

Indikator capaian: meningkatnya pengunjung dan anggota perpustakaan daerah,

meningkatnya karya tulis baik kualitas maupun kuantitas, meningkatnya pemanfaatan

teknologi tepat guna khususnya di perdesaan.

RPJM Daerah Ketiga (2013-2018)

Misi Satu: Meningkatnya kualitas Sumberdaya Manusia yang Sehat, Cerdas dan Kreatif.

1. Terwujudnya pengendalian pertumbuhan penduduk dengan memperhatikan daya dukung dan

daya tampung wilayah.

Strategi: mempertahankan kualitas pelayanan keluarga berencana dan pelayanan kesehatan

reproduksi, membatasi urbanisasi dan imigrasi, mendorong transmigrasi lokal dari daerah

perkotaan ke perdesaan, menyempurnakan sistem administrasi kependudukan.

Page 128: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 108

Indikator capaian : tersedianya data dasar kependudukan, menurunnya angka fertilitas total

< 2,1 menurunnya pertumbuhan alami penduduk mencapai 1,7 %, dan laju pertumbuhan

penduduk mencapai < 2,3 %/tahun, terwujudnya keluarga kecil yang berkualitas.

2. Terwujudnya pelayanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan untuk seluruh masyarakat

mencakup semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan dengan memperhatikan kondisi

wilayah.

Strategi: Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendidikan, meningkatkan kualitas

pelayanan pendidikan, meningkatkan anggaran pendidikan, mendirikan SMK bidang

pertanian dan pariwisata.

Indikator Capaian : tersedianya sarana dan prasarana pendidikan, Kualitas Pelayanan

Pendidikan > 75%, anggaran pendidikan minimal 20 % dari APBD dan lembaga pendidikan

diharapkan telah menerapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM), tersedianya lulusan SMK

Pertanian dan Pariwisata.

3. Terwujudnya kualitas pendidikan melalui pembinaan tenaga pendidik dan kependidikan.

Strategi: melanjutkan peningkatan kualitas tenaga pendidik dengan melakukan sertifikasi

guru, meningkatkan tenaga pendidik yang berijazah S1.

Indikator capaian : kualitas Tenaga Pendidik melalui sertifikasi guru > 75% dan Guru

Berijazah S-1 < 65%.

4. Meningkatnya Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun dan rintisan Wajib Belajar

Menengah 12 tahun yang berkualitas

Startegi : membebaskan biaya pendidikan bagi sekolah dasar dan menengah, menyediakan

sarana dan prasarana pendidikan secara merata untuk seluruh wilayah.

Indikator capaian : Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 10 Tahun,

5. Terwujudnya pemerataan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi seluruh masyarakat,

Strategi : meningkatkan upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, meningkatkan kelas rumah

sakit daerah, menambah puskesmas dan puskesmas pembantu, meningkatkan kualitas tenaga

medis dan paramedis, menambah jenis persediaan obat dan perbekalan kesehatan.

Indikator capaian : meningkatnya kualitas penyelenggaraan pelayanan kesehatan, 50%

penyusunan sistem jaminan/asuransi kesehatan bagi masyarakat, > 90% fasilitas kesehatan

memenuhi SPM kesehatan, Umur Harapan Hidup mencapai >

68,56 dan menurunnya Angka

Kematian Bayi = 26/1000, Kelahiran Hidup serta menurunnya Angka Kematian Ibu =

4/10.000 kelahiran hidup.

6. Pemberdayaan perempuan dan pemuda menuju perempuan dan pemuda yang lebih kreatif

dan inovatif.

Page 129: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 109

Strategi : menjaga dan terus meningkatkan kualitas hidup dan peran perempuan dalam

pembangunan, penurunan kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi perempuan, penguatan

kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender, penyediaan data dan statistik gender.

Peningkatan pemberdayaan pemuda melalui pembangunan karakter kebangsaan,

meningkatkan motivasi agar pemuda siap berpartisipasi dalam berbagai bidang

pembangunan terutama dalam bidang ekonomi, sosial budaya, iptek, politik dan olah raga.

Indikator capaian: meningkatnya Indeks Pembangunan Gender (IPG), meningkatnya

kesejahteraan perempuan dan peran serta perempuan dalam proses pembangunan diharapkan

> 27% perempuan berpartisipasi di bidang politik, banyaknya pemuda yang berperan dalam

pembangunan terutama di bidang sosial budaya, iptek , politik dan olahraga.

Misi Dua : Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

1. Meningkatnya kualitas kinerja birokrasi yang dihasilkan oleh postur kelembagaan(organisasi)

birokrasi yang efisien dan efektif dan kualitas sumberdaya manusia aparat birokrasi yang

kompeten.

Strategi : mengembangkan insentif dan disinsentif untuk meningkatkan motivasi kerja

pegawai dalam jabatan fungsional; mengembangkan sistem karir yang menunjang kreativitas

dan inovasi sumberdaya manusia birokrasi; menerapkan sistem uji kelayakan (fit and proper

test) sebagai syarat utama bagi penempatan para calon pejabat publik, yang dilakukan oleh

tim independen dan bertanggung jawab serta bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme;

menerapkan kebijakan dan mekanisme outsourcing untuk mendorong kompetensi dan

peningkatan kinerja di kalangan aparat birokrasi; mengembangkan sistem remunerasi yang

sesuai dengan beban kerja dan prestasi sumberdaya manusia birokrasi.

Indikator capaian: tersedianya insentif dan disinsentif untuk meningkatkan motivasi kerja

pegawai dalam jabatan fungsional, tersedianya sistem karir yang menunjang kreativitas dan

inovasi sumberdaya manusia birokrasi, terlaksanakannya sistem uji kelayakan (fit and proper

test) sebagai syarat utama bagi penempatan para calon pejabat publik, yang dilakukan oleh

tim independen dan bertanggung jawab serta bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme,

terlaksanakannya kebijakan dan mekanisme outsourcing untuk mendorong kompetensi dan

peningkatan kinerja di kalangan aparat birokrasi; tersedianya sistem remunerasi yang sesuai

dengan beban kerja dan prestasi sumberdaya manusia birokrasi.

2. Meningkatnya kinerja kecamatan dan pemerintah desa dalam memberikan pelayanan publik

yang berkualitas.

Page 130: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 110

Strategi : melakukan pembenahan kelembagaan kecamatan dan desa sebagai unit pelayanan

terdepan dengan menyediakan sarana dan prasarana yang memadai, melakukan modernisasi

desa melalui pengembangan infrastruktur untuk membuka akses desa, melaksanakan

pendidikan dan pelatihan bagi aparat kecamatan dan pemerintah desa sesuai dengan

karakteristik kecamatan dan desa.

Indikator capaian: terbenahinya kelembagaan kecamatan dan desa sebagai unit pelayanan

terdepan dengan menyediakan sarana dan prasarana yang memadai, modernisasi desa melalui

pengembangan infrastruktur untuk membuka akses desa, terlaksananya pendidikan dan

pelatihan bagi aparat kecamatan dan pemerintah desa sesuai dengan karakteristik kecamatan

dan desa.

3. Meningkatnya kapasitas manajemen pemerintahan yang profesional, efisien, efektif, dan

akuntabel serta bermuara kepada peningkatan pelayanan publik berbasis teknologi informasi.

Strategi : melaksanakan sistem manajemen pemerintahan yang telah disusun pada periode

sebelumnya, menyusun standar pelayanan minimal untuk urusan wajib dan urusan pilihan

yang menjadi unggulan Kabupaten Bandung Barat, menyusun standar operasional prosedur

untuk tiap mekanisme pelayanan, pembentukan dan pemanfaatan teknologi informasi dan

komunikasi untuk menunjang pelayanan publik berdasarkan on line system, pelatihan

teknologi informasi bagi aparat birokrasi pemerintah daerah.

Indikator capaian: terlaksanakannya sistem manajemen pemerintahan yang telah disusun

pada periode sebelumnya, tersusunnya standar pelayanan minimal untuk urusan wajib dan

urusan pilihan yang menjadi unggulan Kabupaten Bandung Barat, tersusunnya standar

operasional prosedur untuk tiap mekanisme pelayanan, terbentuknya dan termanfaatkannya

teknologi informasi dan komunikasi untuk menunjang pelayanan publik berdasarkan on line

system, tersedianya pelatihan teknologi informasi bagi aparat birokrasi pemerintah daerah.

4. Meningkatnya kapasitas masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam penyelenggaraan

pembangunan dan memantau pemerintahan.

Strategi : mengembangkan kapasitas kerjasama di antara organisasi-organisasi

kemasyarakatan dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat, mengembangkan mekanisme

dialog lintas suku, agama, ras, dan kelompok untuk memperkuat kohesi sosial,

memberdayakan partai politik sebagai alat kontrol terhadap kinerja pemerintah, memperluas

akses bagi masyarakat untuk mengikuti program-program pendidikan politik yang

diselenggarakan pemerintah.

Indikator capaian: meningkatnya kapasitas kerjasama di antara organisasi-organisasi

kemasyarakatan dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat, tersedianya mekanisme dialog

Page 131: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 111

lintas suku, agama, ras, dan kelompok untuk memperkuat kohesi sosial, meningkatnya

kapasitas partai politik sebagai alat kontrol terhadap kinerja pemerintah, meluasnya akses

bagi masyarakat untuk mengikuti program-program pendidikan politik yang diselenggarakan

pemerintah.

5. Terwujudnya jejaring kemitraan antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat yang

sinergis dalam pelaksanaan fungsi pelayanan publik dan pemberdayaan masyarakat.

Strategi : melaksanakan regulasi kemitraan yang telah disusun pada periode sebelumnya,

merumuskan mekanisme insentif dan disinsentif untuk meningkatkan kemitraan pemerintah

dan non pemerintah, menyusun indikator keberhasilan kemitraan.

Indikator capaian: terlaksanakannya regulasi kemitraan yang telah disusun pada periode

sebelumnya, tersedianya mekanisme insentif dan disinsentif untuk meningkatkan kemitraan

pemerintah dan non pemerintah, tersusunnya indikator keberhasilan kemitraan.

Misi Tiga: Meningkatnya Perekonomian Masyarakat yang Produktif, Berkeadilan dan

Berdaya Saing.

1. Meningkatnya industri pertanian ( tanaman pangan, hortilkultura, perkebunan, kehutanan,

peternakan dan perikanan ).

Strategi : meningkatkan sarana dan prasarana pendukung, menciptakan lingkungan usaha

yang kondusif.

Indikator capaian : tersedianya infrastruktur transportasi yang berkualitas menuju berbagai

sentra usaha pertanian, tujuan wisata dan kawasan industri, tersedianya berbagai balai

penelitian dan promosi, LPE 7%, Pertumbuhan Ekspor rata-rata 12,8% per tahun, PDRB

riil/kapita Rp 5 juta per tahun, PDRB sector Pertanian 12%, PDRB sektor PHR 20%, PDRB

sektor industri pengolahan minimal 50%, Jumlah wisatawan meningkat 40%. Meningkatnya

PAD dari pajak hotel dan pajak restoran.

2. Tercapainya penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi

untuk mendukung pembangunan perekonomian yang berkelanjutan.

Strategi : Rekruitmen tenaga-tenaga ahli pertanian dan pariwisata, meningkatkan pendidikan

dan pelatihan,meningkatkan kegiatan riset dan uji coba di bidang teknologi,

Indikator pencapaian : Tersedianya ahli pertanian dan pariwisata yang berkualitas,adanya

penemuan dan pemanfaatan iptek dalam sektor produksi,meningkatnya anggaran riset dan

diklat, berkembangnya sinergi kebijakan iptek lintas sektor, berkembangnya pemanfaatan

teknologi informasi dan komunikasi.

Page 132: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 112

3. Berkembangnya wisata ramah lingkungan.

Strategi : kepariwisataan dikembangkan agar mampu mendorong kegiatan ekonomi dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Serta memperluas kesempatan lapangan

kerja.pengembangan wisata memanfaatkan berbagai pesona alam , wisata air dan wisata

budaya, melakukan kerjasama dengan instansi terkait.

Indikator pencapaian : tersedianya tempat tujuan wisata yang menarik bagi wisatawan lokal

maupun asing, meningkatnya PAD dari pajak hotel, pajak restoran dan retribusi tempat

wisata.

4. Terciptanya iklim usaha yang kondusif untuk investasi di bidang industri pengolahan;

Strategi : menetapkan kawasan industri, mempermudah perijinan, memberikan insentif bagi

investor di bidang industri pengolahan.

Indikator pencapaian : meningkatnya jumlah investasi, menurunnya pengangguran,

meningkatnya pendapatan daerah dari bagi hasil pajak.

5. Meningkatnya daya beli masyarakat perdesaan.

Strategi : meningkatkan proyek yang bersifat padat karya terutama pada desa tertinggal,

menjaga kelangsungan dan kelancaran penyaluran BLT, mendorong tumbuhnya home

industri di perdesaan,

Indikator capaian : meningkatnya pendapatan per kapita rakyat di perdesaan, lancar dan

utuhnya penyaluran BLT di perdesaan, munculnya usaha-usaha home industri di perdesaan.

6. Meningkatnya daya saing UMKM dan Koperasi.

Strategi : peningkatan kompetensi perkuatan kewirausahaan, peningkatan produktivitas,

pemanfaatan hasil inovasi dan penerapan teknologi dalam sistem usaha yang sehat,

pengembangan UMKM dilakukan secara terintegrasi dengan pengembangan agroindustri

dan pariwisata, penyediaan dana penjamin eksport, menjalin kemitraan dengan pengusaha

besar maupun dengan sesama UMKM, menghimpun kelompok usaha UMKM sejenis dalam

badan hukum koperasi, mendorong dan memfasilitasi perkembangan koperasi.

Indikator capaian : tumbuhnya UMKM yang berdaya saing dan berbasis keunggulan

daerah, tumbuh dan berkembangnya koperasi.

7. Terkendalinya harga serta ketersediaan bahan pokok.

Strategi : menjaga stabilitas harga dan memperbaiki sistem distribusi barang kebutuhan

pokok.

Indikator capaian : tingkat inflasi umum satu digit, ketergantungan suplai kebutuhan pokok

dari daerah lain 60 %.

Page 133: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 113

Misi Empat : Memelihara Kondisi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup.

1. Perbaikan, pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur air baku.

Strategi : pencegahan dan pengendalian pencemaran air, pengembangan sumberdaya air

untuk memenuhi kebutuhan Rumah tangga, kota dan industri (RKI).

Indikator capaian : kualitas air baku yang melebihi Baku Mutu (BM) berkurang sebanyak

50 %, tidak ada konversi ruang terbuka hijau (hutan dan perkebunan rakyat) untuk

peruntukan lain, perbaikan situ-situ, peningkatan ketersediaan kebutuhan air baku sebanyak

12,001 m3/detik detik.

2. Melakukan upaya-upaya pengurangan resiko bencana.

Strategi : mengurangi faktor-faktor penyebab resiko bencana.

Indikator capaian : tersedianya manajemen sumberdaya alam dan lingkungan yang

berorientasi mengurangi resiko bencana. Implementasi RTRW yang berorientasi

pengurangan resiko bencana dan disertai pengaturan teknis lainnya.

3. Mengubah paradigma perilaku penduduk menjadi berwawasan lingkungan.

Strategi : melanjutkan upaya sosialisasi dan edukasi kepada penduduk mengenai

pentingnya menjaga dan memelihara lingkungan hidup secara lestari, memonitor dan

mengevaluasi efektivitas peraturan daerah dan peraturan bupati yang mendorong perubahan

perilaku penduduk menjadi berwawasan lingkungan.

Indikator capaian : penduduk mempraktekan pemeliharaan lingkungan hidup secara lestari

baik pada skala rumah tangga, komunitas, maupun kabupaten, pemantapan pelaksanaan

peraturan daerah dan peraturan bupati yang mendorong perubahan perilaku penduduk

menjadi berwawasan lingkungan.

4. Memulihkan kawasan lindung yang sudah mengalami degradasi dan membangun kawasan

lindung baik di kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan.

Strategi : melanjutkan upaya pemulihan kawasan lindung yang terdegradasi, mereview

program dan kegiatan pemulihan kawasan lindung yang terdegradasi, melanjutkkan

pembangunan kawasan lindung di kawasan hutan dan di luar kawasan hutan bersama-sama

stakeholders, memasukan target ideal total kawasan lindung di KBB sebesar 60% ke dalam

review Peraturan Daerah KBB tentang RTRW KBB.

Indikator capaian : pulihnya kawasan lindung sebesar 5% dari total 20% areal kawasan

lindung yang terdegradasi, terbangunnya kawasan lindung baru di dalam kawasan hutan dan

di luar kawasan hutan sebesar 10% dari total 40% kawasan lindung baru, target ideal total

kawasan lindung di KBB sebesar 60%.

Page 134: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 114

5. Pengembangan infrastruktur yang sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah.

Strategi : Ketersediaan infrastruktur wilayah diupayakan terdistribusi pada seluruh wilayah,

dalam mendukung terwujudnya kemandirian sosial dan ekonomi Bandung Barat.

Indikator capaian : Berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi, meningkatnya

ketersediaan air baku untuk berbagai keperluan, optimalnya pengendalian banjir dan

kekeringan, optimalnya ketersediaan jaringan irigasi, meningkatnya ketersediaan air bersih

dan sanitasi, meningkatnya ketersediaan fasilitas pendidikan dan kesehatan, serta

meningkatnya penyediaan rumah bagi masyarakat.

Misi Lima : Mengintegrasikan Kearifan Nilai-nilai Agama dan Budaya Dalam

Pembangunan.

1. Terwujudnya kerukunan inter dan antar umat beragama.

Strategi : Meningkatkan komunikasi antar pemimpin umat beragama, meningkatkan

pemahaman tentang cara pengamalan agama dengan baik dan benar.

Indikator capaian : meningkatnya pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama sesuai

agama dan kepercayaan.

2. Terwujudnya sistem kerja sama antara forum warga dan pemerintah.

Strategi : meningkatkan keterlibatan warga dalam pembangunan.

Indikator capaian : meningkatnya pelibatan forum warga dalam pelaksanaan, pengawasan,

dan evaluasi pembangunan, dan adanya pertemuan rutin antar aparat pemerintah dengan

forum warga.

3. Terwujudnya penguatan identitas dan jatidiri masyarakat melalui penumbuhan budaya

inovatif berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi,

Strategi : meningkatkan budaya membaca dan menulis, mengembangkan masyarakat

pembelajar, mengarahkan masyarakat dari budaya konsumtif ke budaya produktif,

meningkatkan kemampuan pengungkapan kreativitas melalui kesenian.

Indikator capaian : meningkatnya pengunjung dan anggota perpustakaan daerah,

meningkatnya karya tulis baik kualitas maupun kuantitas, meningkatnya pemanfaatan

teknologi tepat guna khususnya di perdesaan.

Page 135: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 115

RPJM Daerah Keempat (2018-2023)

Misi Satu: Meningkatnya Kualitas Sumberdaya Manusia yang Sehat, Cerdas dan Kreatif.

1. Terwujudnya pengendalian pertumbuhan penduduk dengan memperhatikan daya dukung dan

daya tampung wilayah.

Strategi : peningkatan pelayanan keluarga berencana, peningkatan pelayanan kesehatan

reproduksi, membatasi urbanisasi dan imigrasi. Membangun sistem administrasi

kependudukan.

Indikator capaian : tersedianya data dasar kependudukan, menurunnya angka fertilitas

total < 2, menurunnya pertumbuhan alami penduduk mencapai = 1,6 %, dan laju

pertumbuhan penduduk mencapai < 2,2 %/tahun, terwujudnya keluarga kecil yang

berkualitas.

2. Terwujudnya pelayanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan untuk seluruh masyarakat

mencakup semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan dengan memperhatikan kondisi

wilayah,

Strategi : Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, meningkatkan kualitas pelayanan

pendidikan, meningkatkan anggaran pendidikan.

Indikator capaian : tersedianya sarana dan prasarana pendidikan, semakin tingginya

Kualitas Pelayanan Pendidikan > 95% lembaga pendidikan telah menerapkan SPM;

anggaran pendidikan minimal 20 % dari APBD.

3. Terwujudnya kualitas pendidikan melalui pembinaan tenaga pendidik dan kependidikan.

Strategi : meningkatkan kualitas tenaga pendidik dengan melakukan sertifikasi guru,

memberikan kesempatan melanjutkan pendidikan bagi tenaga pendidik

yang belum berijazah S1, rekruitmen tenaga kependidikan berdasarkan kualitas calon.

Indikator capaian : Kualitas Tenaga Pendidik melalui sertifikasi guru = 95% dan Guru

Berijazah S-1 < 75%.

4. Meningkatnya Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun dan rintisan Wajib Belajar

Menengah 12 tahun yang berkualitas.

Startegi : membebaskan biaya pendidikan bagi sekolah dasar dan menengah, menyediakan

sarana dan prasarana pendidikan secara merata untuk seluruh wilayah.

Indikator capaian : Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 11 Tahun,

5. Terwujudnya pemerataan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi seluruh masyarakat.

Strategi : meningkatkan upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, melanjutkan pendirian

rumah sakit daerah, puskesmas dan puskesmas pembantu, penyediaan tenaga medis dan

Page 136: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 116

paramedis yang berkualitas, penyediaan obat dan perbekalan kesehatan yang cukup dan

terjangkau.

Indikator capaian : meningkatnya kualitas penyelenggaraan pelayanan kesehatan,

penyusunan sistem jaminan/asuransi kesehatan bagi masyarakat < 75%, 100% fasilitas

kesehatan memenuhi SPM kesehatan, Umur Harapan Hidup mencapai >

69,56 dan

menurunnya Angka Kematian Bayi = 24/1000, Kelahiran Hidup serta menurunnya Angka

Kematian Ibu < 4/10.000 kelahiran hidup.

6. Pemberdayaan perempuan dan pemuda menuju perempuan dan pemuda yang lebih kreatif

dan inovatif.

Strategi : Peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan dalam pembangunan, penurunan

kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi perempuan, penguatan kelembagaan dan jaringan

pengarusutamaan gender, penyediaan data dan statistik gender, peningkatan pemberdayaan

pemuda melalui pembangunan karakter kebangsaan, meningkatkan motivasi agar pemuda

siap berpartisipasi dalam berbagai bidang pembangunan terutama dalam bidang ekonomi,

sosial budaya, iptek, politik dan olah raga.

Indikator capaian : meningkatnya Indeks Pembangunan Gender ( IPG), meningkatnya

kesejahteraan perempuan dan peran serta perempuan dalam proses pembangunan diharapkan

> 27,5% perempuan berpartisipasi di bidang politik, meningkatnya peran pemuda dalam

pembangunan terutama di bidang sosial budaya, iptek , politik dan olahraga.

Misi Dua : Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

1. Meningkatnya kualitas kinerja birokrasi yang dihasilkan oleh postur

kelembagaan(organisasi) birokrasi yang efisien dan efektif dan kualitas sumberdaya manusia

aparat birokrasi yang kompeten.

Strategi : mengembangkan insentif dan disinsentif untuk meningkatkan motivasi kerja

pegawai dalam jabatan fungsional, mengembangkan sistem karir yang menunjang kreativitas

dan inovasi sumberdaya manusia birokrasi, menerapkan sistem uji kelayakan (fit and proper

test) sebagai syarat utama bagi penempatan para calon pejabat publik, yang dilakukan oleh

tim independen dan bertanggung jawab serta bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme,

menerapkan kebijakan dan mekanisme outsourcing untuk mendorong kompetensi dan

peningkatan kinerja di kalangan aparat birokrasi; mengembangkan sistem remunerasi yang

sesuai dengan beban kerja dan prestasi sumberdaya manusia birokrasi.

Page 137: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 117

Indikator capaian : tersedianya insentif dan disinsentif untuk meningkatkan motivasi kerja

pegawai dalam jabatan fungsional, tersedianya sistem karir yang menunjang kreativitas dan

inovasi sumberdaya manusia birokrasi, terlaksanakannya sistem uji kelayakan (fit and proper

test) sebagai syarat utama bagi penempatan para calon pejabat publik, yang dilakukan oleh

tim independen dan bertanggung jawab serta bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme;

terlaksanakannya kebijakan dan mekanisme outsourcing untuk mendorong kompetensi dan

peningkatan kinerja di kalangan aparat birokrasi, tersedianya sistem remunerasi yang sesuai

dengan beban kerja dan prestasi sumberdaya manusia birokrasi.

2. Meningkatnya kinerja kecamatan dan pemerintah desa dalam memberikan pelayanan publik

yang berkualitas.

Strategi : melakukan pembenahan kelembagaan kecamatan dan desa sebagai unit pelayanan

terdepan dengan menyediakan sarana dan prasarana yang memadai; melakukan modernisasi

desa melalui pengembangan infrastruktur untuk membuka akses desa; melaksanakan

pendidikan dan pelatihan bagi aparat kecamatan dan pemerintah desa sesuai dengan

karakteristik kecamatan dan desa.

Indikator capaian : terbenahinya kelembagaan kecamatan dan desa sebagai unit pelayanan

terdepan dengan menyediakan sarana dan prasarana yang memadai, modernisasi desa

melalui pengembangan infrastruktur untuk membuka akses desa, terlaksanakannya

pendidikan dan pelatihan bagi aparat kecamatan dan pemerintah desa sesuai dengan

karakteristik kecamatan dan desa.

3. Meningkatnya kapasitas manajemen pemerintahan yang profesional, efisien, efektif, dan

akuntabel serta bermuara kepada peningkatan pelayanan publik berbasis teknologi informasi.

Strategi : melaksanakan sistem manajemen pemerintahan yang telah disusun pada periode

sebelumnya; menyusun standar pelayanan minimal untuk urusan wajib dan urusan pilihan

yang menjadi unggulan Kabupaten Bandung Barat, menyusun standar operasional prosedur

untuk tiap mekanisme pelayanan, pembentukan dan pemanfaatan teknologi informasi dan

komunikasi untuk menunjang pelayanan publik berdasarkan on line system, pelatihan

teknologi informasi bagi aparat birokrasi pemerintah daerah.

Indikator capaian : terlaksanakannya sistem manajemen pemerintahan yang telah disusun

pada periode sebelumnya, tersusunnya standar pelayanan minimal untuk urusan wajib dan

urusan pilihan yang menjadi unggulan Kabupaten Bandung Barat, tersusunnya standar

operasional prosedur untuk tiap mekanisme pelayanan; terbentuknya dan termanfaatkannya

teknologi informasi dan komunikasi untuk menunjang pelayanan publik berdasarkan on line

system, tersedianya pelatihan teknologi informasi bagi aparat birokrasi pemerintah daerah.

Page 138: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 118

4. Meningkatnya kapasitas masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam penyelenggaraan

pembangunan dan memantau pemerintahan.

Strategi : mengembangkan kapasitas kerjasama di antara organisasi-organisasi

kemasyarakatan dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat, mengembangkan mekanisme

dialog lintas suku, agama, ras, dan kelompok untuk memperkuat kohesi sosial;

memberdayakan partai politik sebagai alat kontrol terhadap kinerja pemerintah, memperluas

akses bagi masyarakat untuk mengikuti program-program pendidikan politik yang

diselenggarakan pemerintah.

Indikator capaian : meningkatnya kapasitas kerjasama di antara organisasi-organisasi

kemasyarakatan dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat, tersedianya mekanisme dialog

lintas suku, agama, ras, dan kelompok untuk memperkuat kohesi sosial, meningkatnya

kapasitas partai politik sebagai alat kontrol terhadap kinerja pemerintah, meluasnya akses

bagi masyarakat untuk mengikuti program-program pendidikan politik yang diselenggarakan

pemerintah.

5. Terwujudnya jejaring kemitraan antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat yang

sinergis dalam pelaksanaan fungsi pelayanan publik dan pemberdayaan masyarakat.

Strategi : melaksanakan regulasi kemitraan yang telah disusun pada periode sebelumnya;

merumuskan mekanisme insentif dan disinsentif untuk meningkatkan kemitraan pemerintah

dan non pemerintah; menyusun indikator keberhasilan kemitraan.

Indikator capaian : terlaksanakannya regulasi kemitraan yang telah disusun pada periode

sebelumnya; tersedianya mekanisme insentif dan disinsentif untuk meningkatkan kemitraan

pemerintah dan non pemerintah; tersusunnya indikator keberhasilan kemitraan.

Misi Tiga: Meningkatnya Perekonomian Masyarakat yang Produktif , Berkeadilan dan

Berdaya Saing.

1. Meningkatnya industri pertanian ( tanaman pangan, hortilkultura, perkebunan, kehutanan,

peternakan dan perikanan ).

Strategi : meningkatkan sarana dan prasarana pendukung, menciptakan lingkungan usaha

yang kondusif.

Indikator capaian : tersedianya infrastruktur transportasi yang berkualitas menuju berbagai

sentra usaha pertanian, tujuan wisata dan kawasan industri, tersedianya berbagai balai

penelitian dan promosi. LPE 7%, pertumbuhan ekspor rata-rata 12,8% per tahun, PDRB

riil/kapita Rp 5 juta per tahun, PDRB sector Pertanian 12%, PDRB sektor PHR 20%, PDRB

Page 139: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 119

sektor Industri Pengolahan minimal 50%, jumlah wisatawan meningkat 40%, meningkatnya

PAD dari pajak hotel dan pajak restoran

2. Tercapainya penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi

untuk mendukung pembangunan perekonomian yang berkelanjutan;

Strategi : Rekruitmen tenaga-tenaga ahli pertanian dan pariwisata, meningkatkan pendidikan

dan pelatihan,meningkatkan kegiatan riset dan uji coba di bidang teknologi,

Indikator capaian : Tersedianya ahli pertanian dan pariwisata yang berkualitas,adanya

penemuan dan pemanfaatan iptek dalam sektor produksi,meningkatnya anggaran riset dan

diklat, berkembangnya sinergi kebijakan iptek lintas sektor, berkembangnya pemanfaatan

teknologi informasi dan komunikasi,

3. Berkembangnya wisata ramah lingkungan

Strategi : kepariwisataan dikembangkan agar mampu mendorong kegiatan ekonomi dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat serta memperluas kesempatan lapangan

kerja, pengembangan wisata memanfaatkan berbagai pesona alam, wisata air dan wisata

budaya, melakukan kerjasama dengan instansi terkait.

Indikator capaian : tersedianya tempat tujuan wisata yang menarik bagi wisatawan lokal

maupun asing, meningkatnya PAD dari pajak hotel, pajak restoran dan retribusi tempat

wisata.

4. Terciptanya iklim usaha yang kondusif untuk investasi di bidang industri pengolahan;

Strategi : menetapkan kawasan industri, mempermudah perijinan, memberikan insentif bagi

investor di bidang industri pengolahan.

Indikator capaian : meningkatnya jumlah investasi, menurunnya pengangguran,

meningkatnya pendapatan daerah dari bagi hasil pajak.

5. Meningkatnya daya beli masyarakat perdesaan.

Strategi : meningkatkan proyek yang bersifat padat karya terutama pada desa tertinggal,

menjaga kelangsungan dan kelancaran penyaluran BLT, mendorong tumbuhnya home

industri di perdesaan,

Indikator capaian : meningkatnya pendapatan per kapita rakyat di perdesaan, lancar dan

utuhnya penyaluran BLT di perdesaan, munculnya usaha-usaha home industri di perdesaan.

6. Meningkatnya daya saing UMKM dan Koperasi.

Strategi : peningkatan kompetensi perkuatan kewirausahaan, peningkatan produktivitas,

pemanfaatan hasil inovasi dan penerapan teknologi dalam sistem usaha yang sehat,

pengembangan UMKM dilakukan secara terintegrasi dengan pengembangan agroindustri dan

pariwisata, penyediaan dana penjamin eksport, menjalin kemitraan dengan pengusaha besar

Page 140: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 120

maupun dengan sesama UMKM, menghimpun kelompok usaha UMKM sejenis dalam badan

hukum koperasi, mendorong dan memfasilitasi perkembangan Koperasi.

Indikator capaian : tumbuhnya UMKM yang berdaya saing dan berbasis keunggulan

daerah, tumbuh dan berkembangnya koperasi.

7. Terkendalinya harga serta ketersediaan bahan pokok.

Strategi : menjaga stabilitas harga dan memperbaiki sistem distribusi barang kebutuhan

pokok.

Indikator capaian : Tingkat inflasi umum satu digit, ketergantungan suplai kebutuhan pokok

dari daerah lain 60 %.

Misi Empat: Memelihara Kondisi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup.

1. Perbaikan, pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur air baku.

Strategi : pencegahan dan pengendalian pencemaran air, pengembangan sumberdaya air

untuk memenuhi kebutuhan Rumah tangga, kota dan industri (RKI).

Indikator capaian : kualitas air baku yang melebihi Baku Mutu (BM) berkurang sebanyak

50 %, tidak ada konversi ruang terbuka hijau (hutan dan perkebunan rakyat) untuk

peruntukan lain; perbaikan situ-situ, peningkatan ketersediaan kebutuhan air baku sebanyak

12,001 m3/detik.

2. Melakukan upaya-upaya pengurangan resiko bencana.

Strategi : mengurangi faktor-faktor penyebab resiko bencana.

Indikator capaian : tersedianya manajemen sumberdaya alam dan lingkungan yang

berorientasi mengurangi resiko bencana, implementasi RTRW yang berorientasi

pengurangan resiko bencana dan disertai pengaturan teknis lainnya.

3. Mengubah paradigma perilaku penduduk menjadi berwawasan lingkungan.

Strategi : melanjutkan upaya sosialisasi dan edukasi kepada penduduk mengenai pentingnya

menjaga dan memelihara lingkungan hidup secara lestari. Memonitor dan mengevaluasi

efektivitas peraturan daerah dan peraturan bupati yang mendorong perubahan perilaku

penduduk menjadi berwawasan lingkungan.

Indikator capaian : penduduk mempraktekan pemeliharaan lingkungan hidup secara lestari

baik pada skala rumah tangga, komunitas, maupun kabupaten. Pemantapan pelaksanaan

peraturan daerah dan peraturan bupati yang mendorong perubahan perilaku penduduk

menjadi berwawasan lingkungan.

Page 141: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 121

4. Memulihkan kawasan lindung yang sudah mengalami degradasi dan membangun kawasan

lindung baik di kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan.

Strategi : melanjutkan upaya pemulihan kawasan lindung yang terdegradasi, mereview

program dan kegiatan pemulihan kawasan lindung yang terdegradasi, melanjutkkan

pembangunan kawasan lindung di kawasan hutan dan di luar kawasan hutan bersama-sama

stakeholders. Memasukan target ideal total kawasan lindung di KBB sebesar 60% ke dalam

review Peraturan Daerah KBB tentang RTRW KBB.

Indikator capaian : pulihnya kawasan lindung sebesar 5% dari total 20% areal kawasan

lindung yang terdegradasi. Terbangunnya kawasan lindung baru di dalam kawasan hutan dan

di luar kawasan hutan sebesar 10% dari total 40% kawasan lindung baru. Target ideal total

kawasan lindung di KBB sebesar 60%.

5. Pengembangan infrastruktur yang sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah.

Strategi : ketersediaan infrastruktur wilayah diupayakan terdistribusi pada seluruh wilayah,

dalam mendukung terwujudnya kemandirian sosial dan ekonomi Bandung Barat.

Indikator capaian : berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi, meningkatnya

ketersediaan air baku untuk berbagai keperluan, optimalnya pengendalian banjir dan

kekeringan, optimalnya ketersediaan jaringan irigasi, meningkatnya ketersediaan air bersih

dan sanitasi, meningkatnya ketersediaan fasilitas pendidikan dan kesehatan, serta

meningkatnya penyediaan rumah bagi masyarakat.

Misi Lima : Mengintegrasikan Kearifan Nilai-nilai Agama dan Budaya Dalam

Pembangunan.

1. Terwujudnya kerukunan inter dan antar umat beragama.

Strategi : meningkatkan komunikasi antar pemimpin umat beragama, meningkatkan

pemahaman tentang cara pengamalan agama dengan baik dan benar.

Indikator capaian: meningkatnya pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama sesuai

agama dan kepercayaan

2. Terwujudnya sistem kerja sama antara forum warga dan pemerintah.

Strategi : meningkatkan keterlibatan warga dalam pembangunan.

Indikator capaian : meningkatnya pelibatan forum warga dalam pelaksanaan, pengawasan,

dan evaluasi pembangunan, dan adanya pertemuan rutin antar aparat pemerintah dengan

forum warga.

3. Terwujudnya penguatan identitas dan jatidiri masyarakat melalui penumbuhan budaya

inovatif berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi,

Page 142: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 122

Strategi : meningkatkan budaya membaca dan menulis, mengembangkan masyarakat

pembelajar, mengarahkan masyarakat dari budaya konsumtif ke budaya produktif,

meningkatkan kemampuan pengungkapan kreativitas melalui kesenian.

Indikator capaian: meningkatnya pengunjung dan anggota perpustakaan daerah,

meningkatnya karya tulis baik kualitas maupun kuantitas, meningkatnya pemanfaatan

teknologi tepat guna khususnya di perdesaan.

RPJM Daerah Kelima (2023-2025)

Misi Satu: Meningkatnya kualitas Sumberdaya Manusia yang Sehat, Cerdas dan Kreatif.

1. Terwujudnya pengendalian pertumbuhan penduduk dengan memperhatikan daya dukung dan

daya tampung wilayah.

Strategi: peningkatan pelayanan keluarga berencana, peningkatan pelayanan kesehatan

reproduksi, membatasi urbanisasi dan imigrasi. Membangun sistem administrasi

kependudukan.

Indikator capaian : tersedianya data dasar kependudukan, menurunnya angka fertilitas total

= < 1,8, menurunnya pertumbuhan alami penduduk mencapai < 1,5 %, dan laju

pertumbuhan penduduk mencapai < 2,0 %/tahun, terwujudnya keluarga kecil yang

berkualitas.

2. Terwujudnya pelayanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan untuk seluruh masyarakat

mencakup semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan dengan memperhatikan kondisi

wilayah.

Strategi: penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, meningkatkan kualitas pelayanan

pendidikan, meningkatkan anggaran pendidikan.

Indikator capaian : tersedianya sarana dan prasarana pendidikan, Kualitas Pelayanan

Pendidikan 100%, anggaran pendidikan minimal 20 % dari APBD dan lembaga pendidikan

diharapkan telah menerapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

3. Terwujudnya kualitas pendidikan melalui pembinaan tenaga pendidik dan kependidikan.

Strategi: meningkatkan kualitas tenaga pendidik dengan melakukan sertifikasi guru,

memberikan kesempatan melanjutkan pendidikan bagi tenaga pendidik yang belum berijazah

S1, rekruitmen tenaga kependidikan berdasarkan kualitas calon.

Indikator capaian: Kualitas Tenaga Pendidik melalui sertifikasi guru 100% dan Guru

Berijazah S-1 > 90%.

4. Meningkatnya Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun dan Wajib Belajar Menengah 12

tahun yang berkualitas.

Page 143: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 123

Startegi : membebaskan biaya pendidikan bagi sekolah dasar dan menengah, menyediakan

sarana dan prasarana pendidikan secara merata untuk seluruh wilayah.

Indikator capaian : Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 12 Tahun,

5. Terwujudnya pemerataan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi seluruh masyarakat.

Strategi : meningkatkan upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, melanjutkan pendirian

rumah sakit daerah, puskesmas dan puskesmas pembantu, penyediaan tenaga medis dan

paramedis yang berkualitas.penyediaan obat dan perbekalan kesehatan yang cukup dan

terjangkau.

Indikator capaian : meningkatnya kualitas penyelenggaraan pelayanan kesehatan, 100%

penyusunan sistem jaminan/asuransi kesehatan bagi masyarakat, 100% fasilitas kesehatan

memenuhi SPM kesehatan, Umur Harapan Hidup mencapai >

70 dan menurunnya Angka

Kematian Bayi < 22/1000, Kelahiran Hidup serta menurunnya Angka Kematian Ibu <

4/10.000 kelahiran hidup.

6. Pemberdayaan perempuan dan pemuda menuju perempuan dan pemuda yang lebih kreatif

dan inovatif.

Strategi : Peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan dalam pembangunan, penurunan

kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi perempuan, penguatan kelembagaan dan jaringan

pengarusutamaan gender, penyediaan data dan statistik gender. Peningkatan pemberdayaan

pemuda melalui pembangunan karakter kebangsaan, meningkatkan motivasi agar pemuda

siap berpartisipasi dalam berbagai bidang pembangunan terutama dalam bidang ekonomi,

sosial budaya, iptek, politik dan olah raga.

Indikator capaian: meningkatnya Indeks Pembangunan Gender ( IPG), meningkatnya

kesejahteraan perempuan dan peran serta perempuan dalam proses pembangunan diharapkan

30% perempuan berpartisipasi di bidang politik; meningkatnya peran pemuda dalam

pembangunan terutama di bidang sosial budaya, iptek , politik dan olahraga.

Misi Dua : Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik.

1. Meningkatnya kualitas kinerja birokrasi yang dihasilkan oleh postur kelembagaan(organisasi)

birokrasi yang efisien dan efektif dan kualitas sumberdaya manusia aparat birokrasi yang

kompeten.

Strategi : mengembangkan insentif dan disinsentif untuk meningkatkan motivasi kerja

pegawai dalam jabatan fungsional; mengembangkan sistem karir yang menunjang kreativitas

dan inovasi sumberdaya manusia birokrasi; menerapkan sistem uji kelayakan (fit and proper

test) sebagai syarat utama bagi penempatan para calon pejabat publik, yang dilakukan oleh

Page 144: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 124

tim independen dan bertanggung jawab serta bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme;

menerapkan kebijakan dan mekanisme outsourcing untuk mendorong kompetensi dan

peningkatan kinerja di kalangan aparat birokrasi; mengembangkan sistem remunerasi yang

sesuai dengan beban kerja dan prestasi sumberdaya manusia birokrasi.

Indikator capaian: tersedianya insentif dan disinsentif untuk meningkatkan motivasi kerja

pegawai dalam jabatan fungsional; tersedianya sistem karir yang menunjang kreativitas dan

inovasi sumberdaya manusia birokrasi; terlaksanakannya sistem uji kelayakan (fit and proper

test) sebagai syarat utama bagi penempatan para calon pejabat publik, yang dilakukan oleh

tim independen dan bertanggung jawab serta bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme;

terlaksanakannya kebijakan dan mekanisme outsourcing untuk mendorong kompetensi dan

peningkatan kinerja di kalangan aparat birokrasi; tersedianya sistem remunerasi yang sesuai

dengan beban kerja dan prestasi sumberdaya manusia birokrasi.

2. Meningkatnya kinerja kecamatan dan pemerintah desa dalam memberikan pelayanan publik

yang berkualitas.

Strategi : melakukan pembenahan kelembagaan kecamatan dan desa sebagai unit pelayanan

terdepan dengan menyediakan sarana dan prasarana yang memadai; melakukan modernisasi

desa melalui pengembangan infrastruktur untuk membuka akses desa; melaksanakan

pendidikan dan pelatihan bagi aparat kecamatan dan pemerintah desa sesuai dengan

karakteristik kecamatan dan desa.

Indikator capaian: terbenahinya kelembagaan kecamatan dan desa sebagai unit pelayanan

terdepan dengan menyediakan sarana dan prasarana yang memadai; modernisasi desa melalui

pengembangan infrastruktur untuk membuka akses desa; terlaksanakannya pendidikan dan

pelatihan bagi aparat kecamatan dan pemerintah desa sesuai dengan karakteristik kecamatan

dan desa.

3. Meningkatnya kapasitas manajemen pemerintahan yang profesional, efisien, efektif, dan

akuntabel serta bermuara kepada peningkatan pelayanan publik berbasis teknologi informasi.

Strategi : melaksanakan sistem manajemen pemerintahan yang telah disusun pada periode

sebelumnya; menyusun standar pelayanan minimal untuk urusan wajib dan urusan pilihan

yang menjadi unggulan Kabupaten Bandung Barat; menyusun standar operasional prosedur

untuk tiap mekanisme pelayanan; pembentukan dan pemanfaatan teknologi informasi dan

komunikasi untuk menunjang pelayanan publik berdasarkan on line system; pelatihan

teknologi informasi bagi aparat birokrasi pemerintah daerah.

Page 145: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 125

Indikator capaian: terlaksanakannya sistem manajemen pemerintahan yang telah disusun

pada periode sebelumnya; tersusunnya standar pelayanan minimal untuk urusan wajib dan

urusan pilihan yang menjadi unggulan Kabupaten Bandung Barat; tersusunnya standar

operasional prosedur untuk tiap mekanisme pelayanan; terbentuknya dan termanfaatkannya

teknologi informasi dan komunikasi untuk menunjang pelayanan publik berdasarkan on line

system; tersedianya pelatihan teknologi informasi bagi aparat birokrasi pemerintah daerah.

4. Meningkatnya kapasitas masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam penyelenggaraan

pembangunan dan memantau pemerintahan.

Strategi : mengembangkan kapasitas kerjasama di antara organisasi-organisasi

kemasyarakatan dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat; mengembangkan mekanisme

dialog lintas suku, agama, ras, dan kelompok untuk memperkuat kohesi sosial;

memberdayakan partai politik sebagai alat kontrol terhadap kinerja pemerintah; memperluas

akses bagi masyarakat untuk mengikuti program-program pendidikan politik yang

diselenggarakan pemerintah.

Indikator capaian: meningkatnya kapasitas kerjasama di antara organisasi-organisasi

kemasyarakatan dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat; tersedianya mekanisme dialog

lintas suku, agama, ras, dan kelompok untuk memperkuat kohesi sosial; meningkatnya

kapasitas partai politik sebagai alat kontrol terhadap kinerja pemerintah; meluasnya akses

bagi masyarakat untuk mengikuti program-program pendidikan politik yang diselenggarakan

pemerintah.

5. Terwujudnya jejaring kemitraan antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat yang

sinergis dalam pelaksanaan fungsi pelayanan publik dan pemberdayaan masyarakat.

Strategi : melaksanakan regulasi kemitraan yang telah disusun pada periode sebelumnya;

merumuskan mekanisme insentif dan disinsentif untuk meningkatkan kemitraan pemerintah

dan non pemerintah; menyusun indikator keberhasilan kemitraan.

Indikator capaian: terlaksanakannya regulasi kemitraan yang telah disusun pada periode

sebelumnya; tersedianya mekanisme insentif dan disinsentif untuk meningkatkan kemitraan

pemerintah dan non pemerintah; tersusunnya indikator keberhasilan kemitraan.

Misi Tiga: Meningkatnya Perekonomian Masyarakat yang Produktif, Berkeadilan dan

Berdaya Saing.

1. Meningkatnya industri pertanian ( tanaman pangan, hortilkultura, perkebunan, kehutanan,

peternakan dan perikanan ).

Page 146: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 126

Strategi : meningkatkan sarana dan prasarana pendukung; menciptakan lingkungan usaha

yang kondusif.

Indikator capaian : tersedianya infrastruktur transportasi yang berkualitas menuju berbagai

sentra usaha pertanian, tujuan wisata dan kawasan industri, tersedianya berbagai balai

penelitian dan promosi. LPE 7%, pertumbuhan eksport rata-rata 12,8% per tahun, PDRB

Riil/kapita Rp 5 juta per tahun, PDRB sektor Pertanian 12%, PDRB sektor PHR 20%,

PDRB sektor industri pengolahan minimal 50%, jumlah wisatawan meningkat 40%,

meningkatnya PAD dari pajak hotel dan pajak restoran

2. Tercapainya penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi

untuk mendukung pembangunan perekonomian yang berkelanjutan;

Strategi : rekruitmen tenaga-tenaga ahli pertanian dan pariwisata, meningkatkan pendidikan

dan pelatihan,meningkatkan kegiatan riset dan uji coba di bidang teknologi,

Indikator pencapaian : tersedianya ahli pertanian dan pariwisata yang berkualitas, adanya

penemuan dan pemanfaatan iptek dalam sektor produksi, meningkatnya anggaran riset dan

diklat, berkembangnya sinergi kebijakan iptek lintas sektor, berkembangnya pemanfaatan

teknologi informasi dan komunikasi.

3. Berkembangnya wisata ramah lingkungan.

Strategi : kepariwisataan dikembangkan agar mampu mendorong kegiatan ekonomi dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat serta memperluas kesempatan lapangan

kerja, pengembangan wisata memanfaatkan berbagai pesona alam, wisata air dan wisata

budaya, melakukan kerjasama dengan instansi terkait.

Indikator pencapaian: tersedianya tempat tujuan wisata yang menarik bagi wisatawan lokal

maupun asing,meningkatnya PAD dari pajak hotel,pajak restoran dan retribusi tempat wisata.

4. terciptanya iklim usaha yang kondusif untuk investasi di bidang industri pengolahan;

Strategi : menetapkan kawasan industri, mempermudah perijinan, memberikan insentif bagi

investor di bidang industri pengolahan.

Indikator capaian : meningkatnya jumlah investasi, menurunnya pengangguran,

meningkatnya pendapatan daerah dari bagi hasil pajak.

5. Meningkatnya daya beli masyarakat perdesaan.

Strategi untuk mencapai tujuan : meningkatkan proyek yang bersifat padat karya terutama

pada desa tertinggal, menjaga kelangsungan dan kelancaran penyaluran BLT, mendorong

tumbuhnya home industri di perdesaan.

Indikator capaian : meningkatnya pendapatan per kapita rakyat di perdesaan, lancar dan

utuhnya penyaluran BLT di perdesaan, munculnya usaha-usaha home industri di perdesaan.

Page 147: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 127

6. Meningkatnya daya saing UMKM dan Koperasi.

Strategi : peningkatan kompetensi perkuatan kewirausahaan, peningkatan produktivitas,

pemanfaatan hasil inovasi dan penerapan teknologi dalam sistem usaha yang sehat,

pengembangan UMKM dilakukan secara terintegrasi dengan pengembangan agroindustri dan

pariwisata, penyediaan dana penjamin eksport, menjalin kemitraan dengan pengusaha besar

maupun dengan sesama UMKM, menghimpun kelompok usaha UMKM sejenis dalam badan

hukum koperasi, mendorong dan memfasilitasi perkembangan Koperasi.

Indikator capaian : tumbuhnya UMKM yang berdaya saing dan berbasis keunggulan

daerah, tumbuh dan berkembangnya koperasi.

7. Terkendalinya harga serta ketersediaan bahan pokok.

Strategi : menjaga stabilitas harga dan memperbaiki sistem distribusi barang kebutuhan

pokok.

Indikator capaian : tingkat inflasi umum satu digit, ketergantungan supply kebutuhan pokok

dari daerah lain 60 %.

Misi Empat: Memelihara Kondisi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

1. Perbaikan, pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur air baku.

Strategi : pencegahan dan pengendalian pencemaran air, pengembangan sumberdaya air

untuk memenuhi kebutuhan Rumah tangga, kota dan industri (RKI).

Indikator capaian : kualitas air baku yang melebihi Baku Mutu (BM) berkurang sebanyak

50 %; tidak ada konversi ruang terbuka hijau (hutan dan perkebunan rakyat) untuk

peruntukan lain; perbaikan situ-situ; peningkatan ketersediaan kebutuhan air baku sebanyak

12,001 m3/detik detik.

2. Melakukan upaya-upaya pengurangan resiko bencana.

Strategi : Mengurangi faktor-faktor penyebab resiko bencana.

Indikator capaian : tersedianya manajemen sumberdaya alam dan lingkungan yang

berorientasi mengurangi resiko bencana, implementasi RTRW yang berorientasi

pengurangan resiko bencana dan disertai pengaturan teknis lainnya.

3. Mengubah paradigma perilaku penduduk menjadi berwawasan lingkungan.

Strategi : melanjutkan upaya sosialisasi dan edukasi kepada penduduk mengenai pentingnya

menjaga dan memelihara lingkungan hidup secara lestari. Memonitor dan mengevaluasi

efektivitas peraturan daerah dan peraturan bupati yang mendorong perubahan perilaku

penduduk menjadi berwawasan lingkungan.

Page 148: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 128

Indikator capaian: penduduk mempraktekan pemeliharaan lingkungan hidup secara lestari

baik pada skala rumah tangga, komunitas, maupun kabupaten. Pemantapan pelaksanaan

peraturan daerah dan peraturan bupati yang mendorong perubahan perilaku penduduk

menjadi berwawasan lingkungan.

4. Memulihkan kawasan lindung yang sudah mengalami degradasi dan membangun kawasan

lindung baik di kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan.

Strategi tujuan: melanjutkan upaya pemulihan kawasan lindung yang terdegradasi,

mereview program dan kegiatan pemulihan kawasan lindung yang terdegradasi,

melanjutkkan pembangunan kawasan lindung di kawasan hutan dan di luar kawasan hutan

bersama-sama stakeholders. Memasukan target ideal total kawasan lindung di KBB sebesar

60% ke dalam review Peraturan Daerah KBB tentang RTRW KBB.

Indikator capaian: pulihnya kawasan lindung sebesar 5% dari total 20% areal kawasan

lindung yang terdegradasi. Terbangunnya kawasan lindung baru di dalam kawasan hutan dan

di luar kawasan hutan sebesar 10% dari total 40% kawasan lindung baru. Target ideal total

kawasan lindung di KBB sebesar 60%.

5. Pengembangan infrastruktur yang sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah.

Strategi : ketersediaan infrastruktur wilayah diupayakan terdistribusi pada seluruh wilayah,

dalam mendukung terwujudnya kemandirian sosial dan ekonomi Bandung Barat.

Indikator capaian: berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi, meningkatnya

ketersediaan air baku untuk berbagai keperluan, optimalnya pengendalian banjir dan

kekeringan, optimalnya ketersediaan jaringan irigasi, , meningkatnya ketersediaan air bersih

dan sanitasi, meningkatnya ketersediaan fasilitas pendidikan dan kesehatan, serta

meningkatnya penyediaan rumah bagi masyarakat.

Misi Lima: Mengintegrasikan kearifan nilai-nilai agama dan budaya dalam pembangunan

1. Terwujudnya kerukunan inter dan antar umat beragama.

Strategi : meningkatkan komunikasi antar pemimpin umat beragama, meningkatkan

pemahaman tentang cara pengamalan agama dengan baik dan benar.

Indikator capaian: meningkatnya pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama sesuai

agama dan kepercayaan

2. Terwujudnya sistem kerja sama antara forum warga dan pemerintah.

Strategi : meningkatkan keterlibatan warga dalam pembangunan.

Page 149: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 129

Indikator capaian: meningkatnya pelibatan forum warga dalam pelaksanaan, pengawasan,

dan evaluasi pembangunan, dan adanya pertemuan rutin antar aparat pemerintah dengan

forum warga.

3. Terwujudnya penguatan identitas dan jatidiri masyarakat melalui penumbuhan budaya

inovatif berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi,

Strategi: meningkatkan budaya membaca dan menulis, mengembangkan masyarakat

pembelajar, mengarahkan masyarakat dari budaya konsumtif ke budaya produktif,

meningkatkan kemampuan pengungkapan kreativitas melalui kesenian.

Indikator capaian: meningkatnya pengunjung dan anggota perpustakaan daerah;

meningkatnya karya tulis baik kualitas maupun kuantitas, meningkatnya pemanfaatan

teknologi tepat guna khususnya di perdesaan.

RPJM Daerah Keenam (2025-2028) sebagai RPJMD Transisi

Misi Satu: Meningkatnya kualitas Sumberdaya Manusia yang Sehat, Cerdas dan Kreatif.

1. Terwujudnya pengendalian pertumbuhan penduduk dengan memperhatikan daya dukung dan

daya tampung wilayah.

Strategi: peningkatan pelayanan keluarga berencana, peningkatan pelayanan kesehatan

reproduksi, membatasi urbanisasi dan imigrasi. Membangun sistem administrasi

kependudukan.

Indikator capaian : tersedianya data dasar kependudukan, menurunnya angka fertilitas

total = 2,4, menurunnya pertumbuhan alami penduduk mencapai 1,9 %, dan laju

pertumbuhan penduduk mencapai 2,5 %/tahun, terwujudnya keluarga kecil yang berkualitas.

2. Terwujudnya pelayanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan untuk seluruh masyarakat

mencakup semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan dengan memperhatikan kondisi

wilayah.

Strategi: penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, meningkatkan kualitas pelayanan

pendidikan, meningkatkan anggaran pendidikan.

Indikator capaian : tersedianya sarana dan prasarana pendidikan, Kualitas Pelayanan

Pendidikan > 25%, anggaran pendidikan minimal 20 % dari APBD dan lembaga pendidikan

diharapkan telah menerapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

3. Terwujudnya kualitas pendidikan melalui pembinaan tenaga pendidik dan kependidikan.

Strategi: meningkatkan kualitas tenaga pendidik dengan melakukan sertifikasi guru,

memberikan kesempatan melanjutkan pendidikan bagi tenaga pendidik yang belum berijazah

S1, rekruitmen tenaga kependidikan berdasarkan kualitas calon.

Page 150: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 130

Indikator capaian: kualitas Tenaga Pendidik melalui sertifikasi guru > 25% dan Guru

Berijazah S-1 > 30%.

4. Meningkatnya Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun dan rintisan Wajib Belajar

Menengah 12 tahun yang berkualitas.

Startegi : membebaskan biaya pendidikan bagi sekolah dasar dan menengah, menyediakan

sarana dan prasarana pendidikan secara merata untuk seluruh wilayah.

Indikator capaian : Rata-rata Lama Sekolah (RLS) 12 tahun.

5. Terwujudnya pemerataan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi seluruh masyarakat.

Strategi : meningkatkan upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, melanjutkan pendirian

rumah sakit daerah, puskesmas dan puskesmas pembantu, penyediaan tenaga medis dan

paramedis yang berkualitas, penyediaan obat dan perbekalan kesehatan yang cukup dan

terjangkau.

Indikator capaian : meningkatnya kualitas penyelenggaraan pelayanan kesehatan,

penyusunan sistem jaminan/asuransi kesehatan bagi masyarakat, 60% fasilitas kesehatan

memenuhi SPM kesehatan, Umur Harapan Hidup mencapai > 66,56 dan menurunnya Angka

Kematian Bayi < 30/1000, Kelahiran Hidup serta menurunnya Angka Kematian Ibu =

4/10.000 kelahiran hidup.

6. Pemberdayaan perempuan dan pemuda menuju perempuan dan pemuda yang lebih kreatif

dan inovatif.

Strategi : Peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan dalam pembangunan, penurunan

kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi perempuan, penguatan kelembagaan dan jaringan

pengarusutamaan gender, penyediaan data dan statistik gender. Peningkatan pemberdayaan

pemuda melalui pembangunan karakter kebangsaan, meningkatkan motivasi agar pemuda

siap berpartisipasi dalam berbagai bidang pembangunan terutama dalam bidang ekonomi,

sosial budaya, iptek, politik dan olah raga.

Indikator capaian: meningkatnya Indeks Pembangunan Gender ( IPG), meningkatnya

kesejahteraan perempuan dan peran serta perempuan dalam proses pembangunan diharapkan

20% perempuan berpartisipasi di bidang politik; meningkatnya peran pemuda dalam

pembangunan terutama di bidang sosial budaya, iptek , politik dan olahraga.

Misi Dua : Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

1. Meningkatnya kualitas kinerja birokrasi yang dihasilkan oleh postur

kelembagaan(organisasi) birokrasi yang efisien dan efektif dan kualitas sumberdaya manusia

aparat birokrasi yang kompeten.

Page 151: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 131

Strategi : mengembangkan insentif dan disinsentif untuk meningkatkan motivasi kerja

pegawai dalam jabatan fungsional; mengembangkan sistem karir yang menunjang kreativitas

dan inovasi sumberdaya manusia birokrasi; menerapkan sistem uji kelayakan (fit and proper

test) sebagai syarat utama bagi penempatan para calon pejabat publik, yang dilakukan oleh

tim independen dan bertanggung jawab serta bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme;

menerapkan kebijakan dan mekanisme outsourcing untuk mendorong kompetensi dan

peningkatan kinerja di kalangan aparat birokrasi; mengembangkan sistem remunerasi yang

sesuai dengan beban kerja dan prestasi sumberdaya manusia birokrasi.

Indikator capaian: tersedianya insentif dan disinsentif untuk meningkatkan motivasi kerja

pegawai dalam jabatan fungsional; tersedianya sistem karir yang menunjang kreativitas dan

inovasi sumberdaya manusia birokrasi; terlaksanakannya sistem uji kelayakan (fit and proper

test) sebagai syarat utama bagi penempatan para calon pejabat publik, yang dilakukan oleh

tim independen dan bertanggung jawab serta bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme;

terlaksanakannya kebijakan dan mekanisme outsourcing untuk mendorong kompetensi dan

peningkatan kinerja di kalangan aparat birokrasi; tersedianya sistem remunerasi yang sesuai

dengan beban kerja dan prestasi sumberdaya manusia birokrasi.

2. Meningkatnya kinerja kecamatan dan pemerintah desa dalam memberikan pelayanan publik

yang berkualitas.

Strategi: melakukan pembenahan kelembagaan kecamatan dan desa sebagai unit pelayanan

terdepan dengan menyediakan sarana dan prasarana yang memadai; melakukan modernisasi

desa melalui pengembangan infrastruktur untuk membuka akses desa; melaksanakan

pendidikan dan pelatihan bagi aparat kecamatan dan pemerintah desa sesuai dengan

karakteristik kecamatan dan desa.

Indikator capaian: terbenahinya kelembagaan kecamatan dan desa sebagai unit pelayanan

terdepan dengan menyediakan sarana dan prasarana yang memadai; modernisasi desa

melalui pengembangan infrastruktur untuk membuka akses desa; terlaksanakannya

pendidikan dan pelatihan bagi aparat kecamatan dan pemerintah desa sesuai dengan

karakteristik kecamatan dan desa.

3. Meningkatnya kapasitas manajemen pemerintahan yang profesional, efisien, efektif, dan

akuntabel serta bermuara kepada peningkatan pelayanan publik berbasis teknologi informasi.

Strategi: melaksanakan sistem manajemen pemerintahan yang telah disusun pada periode

sebelumnya; menyusun standar pelayanan minimal untuk urusan wajib dan urusan pilihan

yang menjadi unggulan Kabupaten Bandung Barat; menyusun standar operasional prosedur

untuk tiap mekanisme pelayanan; pembentukan dan pemanfaatan teknologi informasi dan

Page 152: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 132

komunikasi untuk menunjang pelayanan publik berdasarkan on line system; pelatihan

teknologi informasi bagi aparat birokrasi pemerintah daerah.

Indikator capaian : terlaksanakannya sistem manajemen pemerintahan yang telah disusun

pada periode sebelumnya; tersusunnya standar pelayanan minimal untuk urusan wajib dan

urusan pilihan yang menjadi unggulan Kabupaten Bandung Barat; tersusunnya standar

operasional prosedur untuk tiap mekanisme pelayanan; terbentuknya dan termanfaatkannya

teknologi informasi dan komunikasi untuk menunjang pelayanan publik berdasarkan on line

system; tersedianya pelatihan teknologi informasi bagi aparat birokrasi pemerintah daerah.

4. Meningkatnya kapasitas masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam penyelenggaraan

pembangunan dan memantau pemerintahan.

Strategi : mengembangkan kapasitas kerjasama di antara organisasiorganisasi

kemasyarakatan dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat; mengembangkan mekanisme

dialog lintas suku, agama, ras, dan kelompok untuk memperkuat kohesi sosial;

memberdayakan partai politik sebagai alat kontrol terhadap kinerja pemerintah; memperluas

akses bagi masyarakat untuk mengikuti program-program pendidikan politik

yangdiselenggarakan pemerintah.

Indikator capaian : meningkatnya kapasitas kerjasama di antara organisasi-organisasi

kemasyarakatan dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat; tersedianya mekanisme dialog

lintas suku, agama, ras, dan kelompok untuk memperkuat kohesi sosial; meningkatnya

kapasitas partai politik sebagai alat kontrol terhadap kinerja pemerintah; meluasnya akses

bagi masyarakat untuk mengikuti program-program pendidikan politik yang diselenggarakan

pemerintah.

5. Terwujudnya jejaring kemitraan antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat yang

sinergis dalam pelaksanaan fungsi pelayanan publik dan pemberdayaan masyarakat.

Strategi : melaksanakan regulasi kemitraan yang telah disusun pada periode sebelumnya;

merumuskan mekanisme insentif dan disinsentif untuk meningkatkan kemitraan pemerintah

dan non pemerintah; menyusun indikator keberhasilan kemitraan.

Indikator capaian : terlaksanakannya regulasi kemitraan yang telah disusun pada periode

sebelumnya; tersedianya mekanisme insentif dan disinsentif untuk meningkatkan kemitraan

pemerintah dan non pemerintah; tersusunnya indikator keberhasilan kemitraan.

Page 153: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 133

Misi Tiga: Meningkatnya Perekonomian Masyarakat yang Produktif, Berkeadilan dan

Berdaya Saing

1. Meningkatnya industri pertanian ( tanaman pangan, hortilkultura, perkebunan, kehutanan,

peternakan dan perikanan ).

Strategi : meningkatkan sarana dan prasarana pendukung; menciptakan lingkungan usaha

yang kondusif;

Indikator capaian : tersedianya infrastruktur transportasi yang berkualitas menuju berbagai

sentra usaha pertanian, tujuan wisata dan kawasan industri, tersedianya berbagai balai

penelitian dan promosi. LPE 7%, pertumbuhan Ekspor rata-rata 12,8% per tahun, PDRB

Riil/kapita Rp 5 juta per tahun, PDRB sektor pertanian 12%, PDRB sektor PHR 20%,

PDRB sektor industri pengolahan minimal 50%, jumlah wisatawan meningkat 40%,

meningkatnya PAD dari pajak hotel dan pajak restoran

2. Tercapainya penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan ilmu pengetahuan serta teknologi

untuk mendukung pembangunan perekonomian yang berkelanjutan;

Strategi : Rekruitmen tenaga-tenaga ahli pertanian dan pariwisata, meningkatkan pendidikan

dan pelatihan, meningkatkan kegiatan riset dan uji coba di bidang teknologi,

Indikator capaian : tersedianya ahli pertanian dan pariwisata yang berkualitas, adanya

penemuan dan pemanfaatan iptek dalam sektor produksi, meningkatnya anggaran riset dan

diklat, berkembangnya sinergi kebijakan iptek lintas sektor, berkembangnya pemanfaatan

teknologi informasi dan komunikasi,

3. Berkembangnya wisata ramah lingkungan

Strategi : kepariwisataan dikembangkan agar mampu mendorong kegiatan ekonomi dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat serta memperluas kesempatan lapangan

kerja, pengembangan wisata memanfaatkan berbagai pesona alam, wisata air dan wisata

budaya, melakukan kerjasama dengan instansi terkait.

Indikator capaian : tersedianya tempat tujuan wisata yang menarik bagi wisatawan lokal

maupun asing, meningkatnya PAD dari pajak hotel, pajak restoran dan retribusi tempat

wisata.

4. Terciptanya iklim usaha yang kondusif untuk investasi di bidang industri pengolahan;

Strategi : menetapkan kawasan industri, mempermudah perijinan, memberikan insentif bagi

investor di bidang industri pengolahan.

Indikator capaian : meningkatnya jumlah investasi, menurunnya pengangguran,

meningkatnya pendapatan daerah dari bagi hasil pajak.

Page 154: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 134

5. Meningkatnya daya beli masyarakat perdesaan.

Strategi : meningkatkan proyek yang bersifat padat karya terutama pada desa tertinggal,

menjaga kelangsungan dan kelancaran penyaluran BLT, mendorong tumbuhnya home

industri di perdesaan,

Indikator capaian : meningkatnya pendapatan per kapita rakyat di perdesaan, lancar dan

utuhnya penyaluran BLT di perdesaan, munculnya usaha-usaha home industri di perdesaan.

6. Meningkatnya daya saing UMKM dan Koperasi.

Strategi : peningkatan kompetensi perkuatan kewirausahaan, peningkatan produktivitas,

pemanfaatan hasil inovasi dan penerapan teknologi dalam sistem usaha yang sehat,

pengembangan UMKM dilakukan secara terintegrasi dengan pengembangan agroindustri

dan pariwisata, penyediaan dana penjamin eksport, menjalin kemitraan dengan pengusaha

besar maupun dengan sesama UMKM, menghimpun kelompok usaha UMKM sejenis dalam

badan hukum koperasi, mendorong dan memfasilitasi perkembangan Koperasi.

Indikator capaian : tumbuhnya UMKM yang berdaya saing dan berbasis keunggulan

daerah, tumbuh dan berkembangnya koperasi.

7. Terkendalinya harga serta ketersediaan bahan pokok.

Strategi : menjaga stabilitas harga dan memperbaiki sistem distribusi barang kebutuhan

pokok.

Indikator capaian : tingkat inflasi umum satu digit, ketergantungan suplai kebutuhan pokok

dari daerah lain 60 %.

Misi Empat : Memelihara Kondisi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup

1. Perbaikan, pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur air baku.

Strategi : pencegahan dan pengendalian pencemaran air, pengembangan sumberdaya air

untuk memenuhi kebutuhan Rumah tangga, kota dan industri (RKI).

Indikator capaian : kualitas air baku yang melebihi Baku Mutu (BM) berkurang sebanyak

50 %; tidak ada konversi ruang terbuka hijau (hutan dan perkebunan rakyat) untuk

peruntukan lain; perbaikan situ-situ; peningkatan ketersediaan kebutuhan air baku sebanyak

12,001 m3/detik detik.

2. Melakukan upaya-upaya pengurangan resiko bencana.

Strategi : mengurangi faktor-faktor penyebab resiko bencana.

Page 155: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 135

Indikator capaian : tersedianya manajemen sumberdaya alam dan lingkungan yang

berorientasi mengurangi resiko bencana. Implementasi RTRW yang berorientasi

pengurangan resiko bencana dan disertai pengaturan teknis lainnya.

3. Mengubah paradigma perilaku penduduk menjadi berwawasan lingkungan.

Strategi : melanjutkan upaya sosialisasi dan edukasi kepada penduduk mengenai pentingnya

menjaga dan memelihara lingkungan hidup secara lestari. Memonitor dan mengevaluasi

efektivitas peraturan daerah dan peraturan bupati yang mendorong perubahan perilaku

penduduk menjadi berwawasan lingkungan.

Indikator capaian: penduduk mempraktekan pemeliharaan lingkungan hidup secara lestari

baik pada skala rumah tangga, komunitas, maupun kabupaten. Pemantapan pelaksanaan

peraturan daerah dan peraturan bupati yang mendorong perubahan perilaku penduduk

menjadi berwawasan lingkungan.

4. Memulihkan kawasan lindung yang sudah mengalami degradasi dan membangun kawasan

lindung baik di kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan.

Strategi : melanjutkan upaya pemulihan kawasan lindung yang terdegradasi, mereview

program dan kegiatan pemulihan kawasan lindung yang terdegradasi, melanjutkkan

pembangunan kawasan lindung di kawasan hutan dan di luar kawasan hutan bersama-sama

stakeholders. Memasukan target ideal total kawasan lindung di KBB sebesar 60% ke dalam

review Peraturan Daerah KBB tentang RTRW KBB.

Indikator capaian : pulihnya kawasan lindung sebesar 5% dari total 20% areal kawasan

lindung yang terdegradasi. Terbangunnya kawasan lindung baru di dalam kawasan hutan dan

di luar kawasan hutan sebesar 10% dari total 40% kawasan lindung baru. Target ideal total

kawasan lindung di KBB sebesar 60%.

5. Pengembangan infrastruktur yang sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah.

Strategi : ketersediaan infrastruktur wilayah diupayakan terdistribusi pada seluruh wilayah,

dalam mendukung terwujudnya kemandirian sosial dan ekonomi Bandung Barat.

Indikator capaian : berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi, meningkatnya

ketersediaan air baku untuk berbagai keperluan, optimalnya pengendalian banjir dan

kekeringan, optimalnya ketersediaan jaringan irigasi, meningkatnya ketersediaan air bersih

dan sanitasi, meningkatnya ketersediaan fasilitas pendidikan dan kesehatan, serta

meningkatnya penyediaan rumah bagi masyarakat.

Page 156: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab IV 136

Misi Lima : Mengintegrasikan Kearifan Nilai-nilai Agama dan Budaya Dalam Pembangunan

1. Terwujudnya kerukunan inter dan antar umat beragama.

Strategi : Meningkatkan komunikasi antar pemimpin umat beragama, meningkatkan

pemahaman tentang cara pengamalan agama dengan baik dan benar.

Indikator capaian: meningkatnya pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama sesuai

agama dan kepercayaan

2. Terwujudnya sistem kerja sama antara forum warga dan pemerintah.

Strategi : meningkatkan keterlibatan warga dalam pembangunan.

Indikator capaian : meningkatnya pelibatan forum warga dalam pelaksanaan, pengawasan,

dan evaluasi pembangunan, dan adanya pertemuan rutin antar aparat pemerintah dengan

forum warga.

3. Terwujudnya penguatan identitas dan jatidiri masyarakat melalui penumbuhan budaya

inovatif berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi,

Strategi : meningkatkan budaya membaca dan menulis, mengembangkan masyarakat

pembelajar, mengarahkan masyarakat dari budaya konsumtif ke budaya produktif,

meningkatkan kemampuan pengungkapan kreativitas melalui kesenian.

Indikator capaian : meningkatnya pengunjung dan anggota perpustakaan daerah;

meningkatnya karya tulis baik kualitas maupun kuantitas, meningkatnya pemanfaatan

teknologi tepat guna khususnya di perdesaan.

Page 157: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab V 137

BAB V

PENUTUP

Kabupaten Bandung Barat memiliki banyak potensi sumberdaya, yang terdiri dari

sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumber daya buatan, dan sumber daya energi.

Potensi tersebut dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kualitas sumberdaya manusia yang masih menunjukkan kesenjangan dalam hal pendidikan,

kesehatan, dan akses terhadap pelayanan publik menjadi tantangan tersendiri bagi Kabupaten

Bandung Barat. Ancaman kemiskinan dan pengangguran serta terbatasnya lapangan kerja

yang tersedia, sehingga masih banyak penduduk Kabupaten Bandung Barat yang harus

bekerja ke luar daerah bahkan ke luar negeri menjadi indikasi bahwa pertumbuhan ekonomi

di Kabupaten Bandung Barat masih belum tersebar secara merata.

Kondisi geografis Kabupaten Bandung Barat yang relatif sulit dengan resiko bencana

yang cukup besar juga menuntut perhatian dan penanganan khusus agar pembangunan di

Kabupaten Bandung Barat tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup.

Keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial, dan kelestarian

lingkungan hidup, serta pengurangan resiko-resiko bencana, baik bencana alam maupun

bencana sosial, menjadi faktor kunci yang harus melandasi pembangunan jangka panjang,

jangka menengah, dan tahunan di Kabupaten Bandung Barat.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka untuk jangka waktu 20 (duapuluh) tahun

mendatang, Kabupaten Bandung Barat harus memfokuskan kebijakan dan program

pembangunan daerahnya ke arah pengelolaan potensi lokal yang dimiliki, yakni potensi

pertanian, industri kecil dan menengah, sektor perdagangan, dan jasa, terutama jasa

pariwisata yang keseluruhannya saling berkaitan untuk menopang agroindustri sebagai core

business Kabupaten Bandung Barat.

Pendekatan budaya juga perlu diterapkan dalam pembangunan daerah, khususnya

menyangkut peningkatan kapasitas modal sosial (social capital) yang dapat menunjang

keberhasilan pelaksanaan pembangunan daerah. Modal sosial ini antara lain menyangkut

berbagai faktor budaya lokal yang masih berperan penting di masyarakat, seperti nilai-nilai

keagamaan dan homogenitas adat istiadat sebagai faktor pengikat dan penghubung antara

Page 158: PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT · 23. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 13 Tahun ... RTRW Kabupaten Bandung Barat; dan c. Dokumen perencanaan pembangunan lainnya

Bab V 138

berbagai kelompok masyarakat. Peran serta tokoh masyarakat dan tokoh agama dapat lebih

dilibatkan dalam penentuan kebijakan pembangunan serta pelaksanaannya

BUPATI BANDUNG BARAT

H. ABUBAKAR

.