perancangan stasiun kereta api bandara radin inten ii ...digilib.unila.ac.id/57203/9/skripsi tanpa...
TRANSCRIPT
PERANCANGAN STASIUN KERETA API BANDARA
RADIN INTEN II - LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh:
DWI AGUS SAPUTRA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2019
ABSTRAK
PERANCANGAN STASIUN KERETA API BANDARA
RADIN INTEN II - LAMPUNG
Oleh
DWI AGUS SAPUTRA
NPM. 1415012040
(Fakultas Teknik, Program Studi Arsitektur)
Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dengan cara bergerak dan
berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk memenuhi kebutuhannya, seperti
dalam hal bekerja, bisnis, pendidikan, wisata dll. Dalam memenuhi aktivitas
tersebut manusia membutuhan alat pergerakan berupa transportasi yang bertujuan
untuk mempermudah dan mempercepat pencapaian. Transportasi di Indonesia
memegang peranan yang sangat penting dalam sendi kehidupan masyarakat,
seiring dengan perkembangan jaman, proses transportasi sebagai alat angkut
mengalami perkembangan kemajuan, semua ini berlangsung sejak reformasi
pembangunan digulirkan dan kebutuhan akan moda transportasi massal dan
murah. Selama perkembangan sejarah tersebut, kereta api merupakan transportasi
yang dipilih sebagai alat angkut yang mampu mengangkut hasil bumi dan
penumpang dalam jumlah banyak, bebas hambatan dan memliki tingkat keamanan
yang tinggi.
Perancangan Stasiun Kereta Api Bandara Radin Inten II terletak di Jl. Raya Branti
atau Jalan Lintas Sumatra Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Lokasi
berada tepat diseberang Bandara Internasional Radin Inten II - Lampung. Provinsi
Lampung merupakan provinsi yang terletak di pintu masuk pulau Sumatera,
menjadi provinsi yang penting dalam hal transit dan menyerap banyak pendatang
dengan berbagai jenis keperluan seperti bisnis, jasa, perdagangan, industri,
pendidikan, dan wisata. Dan Bandara Internasional Radin Inten II merupakan
pintu gerbang wisatawan dan pendatang masuk ke Provinsi Lampung, dengan
padatnya aktivitas dan jumlah penumpang pesawat dirasa perlu bangunan yang
dapat menunjang transportasi menuju bandara maupun sebaliknya dengan aman,
ekonomis, efektif dan efisien, Dengan melihat hal tersebut diatas dan semakin
meningkatnya sumber daya manusia (SDM) yang ada dan yang datang ke Provisi
Lampung, maka sangat mendukung dibangunnya sebuah Stasiun Kereta Api
Bandara Radin Inten II yang menghubungkan stasiun yang ada di kota Bandar
Lampung sampai dengan stasiun Kota Bumi. Stasiun kereta api Bandara Radin
Inten II dirancang dengan pendekatan Kontekstual dalam hal lokalitas dan
keberlanjutan, bentuk stasiun mengadopsi rumah tradisional adat Lampung,
memakai material lokaslitas dan keberlajutan dalam tolok ukur GBCI (Green
Building Council Indonesia), ditujukan agar bangunan transportasi ini menjadi
citra baru bagi Provinsi Lampung dan menjadi bangunan yang mendapat Green
dari GREENSHIP dengan tujuan mencapai peringkat Platinum.
Kata Kunci : Transportasi, Stasiun Kereta Bandara, Kontekstual, Lampung
PERANCANGAN STASIUN KERETA API BANDARA
RADEN INTEN II - LAMPUNG
(Skripsi)
Diajukan Sebagai Pelengkap dan Syarat
Guna Mencapai Gelar Sarjana Arsitektur
Universitas Lampung
Disusun Oleh:
DWI AGUS SAPUTRA
NPM. 1415012040
JURUSAN S1 ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Kota Bandar Lampung pada tanggal 11 Agustus 1993.
Merupakan anak ke-dua dari tiga bersaudara, yang terlahir dari pasangan suami-
istri, Bapak M. Kusaeri dan Ibu Wahyu Ningsih.
Pendidikan yang telah ditempuh penulis antara lain sebagai berikut :
1. Pendidikan Sekolah Dasar Negeri 1 Garuntang, Bandar Lampung
diselesaikan pada tahun 2005.
2. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama, SMP Utama 3, Bandar Lampung
diselesaikan pada tahun 2008.
3. Pendidikan Sekolah Madrasah Aliyah Negeri 2, Bandar Lampung
diselesaikan pada tahun 2011.
4. Pendidikan Diploma III, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Universitas Lampung, diselesaikan pada tahun 2016.
Selanjutnya pada tahun 2017 Penulis terdaftar sebagai mahasiswa konversi
pada Program Studi S1 Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Lampung.
Kemudian tahun 2019 penulis mengerjakan skripsi untuk memenuhi persyaratan
Tugas Akhir dan mendapat gelar Sarjana Arsitektur.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT,
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan karya ilmiah Skripsi dengan judul “Perancangan Stasiun Kereta Api
Bandara Radin Inten II - Lampung“.
Pada penyusunan Skripsi ini penulis mendapatkan banyak dukungan,
bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik,
Universitas Lampung.
2. Bapak Gatot Eko Susilo, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Teknik
Sipil, Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Nandang, M.T. selaku Ketua Program Studi S1 Arsitektur
Universitas Lampung.
4. Bapak Panji Kurniawan, S.T., M.Sc. selaku dosen Pembimbing I atas
bimbingan dan pengarahannya selama penulis menyelesaikan karya
ilmiah.
5. Bapak Kelik Hendro Basuki, S.T., M.T. selaku dosen Pembimbing II atas
bimbingan dan pengarahannya selama penulis menyelesaikan karya
ilmiah.
6. Bapak Agung Cahyo Nugroho, S.T., M.T. selaku dosen penguji atas
pengarahannya dan saran yang membangun.
7. Seluruh dosen Program Studi S1 Arsitektur, Fakultas Teknik Teknik
Universitas Lampung.
8. Keluarga besar tercinta yang telah memberikan dorongan material dan
spiritual dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
9. Ghaluh Ajeng Retno Pramesty selaku wanita terdekat yang telah
memberi dukungan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
10. Teman-teman mahasiswa arsitektur Universitas Lampung, khususnya
mahasiswa konversi : Siti Mutmainah, Edi Triyanto, Hans Gustaf Seno
Aziz, Dyna Ramadhani, Asrida Saskia Novarida, Restu Rinjani.
11. Teman-teman konsultan Cv.Sarana Intan Prima : Intan Nira Sudarwati,
Okta Astrio, Antok Novendrianto.
Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan
rahmat dan karunia-Nya serta kebaikan dan kemudahan kepada kita dalam
menapaki kehidupan di jalan yang diridhoi-Nya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan penulisan karya ilmiah di masa yang akan datang
penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat
bagi kita.
Bandar Lampung, 22 Mei 2019
DWI AGUS SAPUTRA
NPM. 1415012040
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I. PENDAHULUAN
I.1 Pengertian Judul ......................................................................... 1
I.2 Latar Belakang ............................................................................ 2
I.3 Identifikasi Masalah ..................................................................... 6
I.4 Rumusan Masalah ....................................................................... 6
I.5 Tujuan Perancangan .................................................................... 7
I.6 Manfaat Penelitian dan Perancangan .......................................... 7
I.7 Lingkup Perancangan ................................................................. 8
I.7.1. Lingkup Kegiatan .............................................................. 8
I.7.2. Lingkup Wilayah ............................................................... 8
I.7.3. Lingkup Materi / Batasan Konsep ..................................... 10
I.7.4. Batasan Perancangan ......................................................... 10
I.8 Metodologi Penulisan ................................................................. 11
1.8.1. Metode Pengumpulan Data .............................................. 11
1.8.2. Sumber Data ..................................................................... 12
I.9 Sistematis Pembahasan ............................................................... 12
I.10 Kerangka Pikir ............................................................................ 15
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Tinjauan Transportasi ................................................................. 16
II.1.1. Pengertian Transportasi .................................................. 16
II.1.2. Faktor Pendukung ........................................................... 16
II.2 Tinjauan Moda Transportasi ...................................................... 17
II.2.1. Pengertian Moda Transportasi ........................................ 17
II.3 Tinjauan Kereta Api .................................................................. 18
II.3.1. Pengertian Kereta Api .................................................... 18
II.3.2. Keunggulan Angkutan Kereta Api .................................. 19
II.3.3. Kekurangan Angkutan Kereta Api ................................. 21
II.3.4. Perbandingan Transportasi Kereta dengan Moda Lain . 22
II.3.5. Jenis kereta api ................................................................ 25
II.4 Tinjauan Stasiun Kereta Api ...................................................... 29
II.4.1. Pengertian Stasiun Kereta Api ......................................... 29
II.4.2. Fungsi Stasiun ................................................................. 30
II.4.3. Fasilitas Penunjang Stasiun Kereta Api .......................... 30
II.4.4. Jenis Stasiun .................................................................... 31
II.4.5. Stasiun Kereta Bandara ................................................... 32
II.4.6. Pelayanan Stasiun ............................................................ 33
II.4.7. Pengaturan Zona Pelayanan dan Sirkulasi Penumpang ... 43
II.4.8. Studi Banding Stasiun Kereta Bandara ............................ 46
II.4.8.1 Stasiun Kereta Bandara Soekarno Hatta ............. 46
II.4.8.2 Stasiun Kereta Bandara Kualanamu, Medan ....... 55
II.5 Tinjauan Arsitektur Kontekstual ................................................. 57
II.6 Tinjauan Rumah Adat Lampung ................................................. 59
II.7 Tinjauan Arsitektur Hijau ............................................................ 60
II.7.1. Pengertian ........................................................................ 60
II.7.2. Prinsip-prinsip Arsitektur Hijau ...................................... 61
II.7.3. Kriteria Penilaian Arsitektur Hijau/ Green Building ........ 66
II.7.4. Strategi Penerapan Arsitektur Hijau Pada Bangunan ...... 67
II.7.5. Studi Preseden Bangunan Arsitektur Hijau ..................... 76
BAB III. PENDEKATAN PERANCANGAN
III.1 Ide Perancangan ........................................................................ 81
III.2 Pendekatan Kontekstual ............................................................ 82
III.2.1. Konteks Iklim ................................................................ 82
III.2.2. Konteks Keberlanjutan ................................................... 85
III.3 Identifikasi Masalah ................................................................... 89
III.3.1. Permasalahan Umum ..................................................... 89
III.3.2. Permasalahan Arsitektur ................................................. 89
III.4 Titik Berat Perancangan ............................................................. 89
III.5 Analisis Perancangan ................................................................ 90
III.6 Konsep / Sintesa ........................................................................ 92
III.7 Kerangka Perancangan .............................................................. 93
BAB IV. ANALISI PERANCANGAN
IV.1 Analisis Makro ......................................................................... 94
IV.2 Data Eksisting Tapak ................................................................ 96
IV.2.1. Gambaran Umum Lokasi Tapak ................................... 96
IV.2.2. Analisa S.W.O.T. .......................................................... 98
IV.2.2.1 Strengh (Potensi/Kekuatan) ............................ 99
IV.2.2.2 Weakness (Kelemahan/Kekurangan) ..............100
IV.2.2.3 Oportunity (Keuntungan dan Peluang) ...........100
IV.2.2.4 Treathment (Ancaman) ...................................101
IV.2.2.5 Ide Dasar ........................................................ 101
IV.3 Analisis Tapak .......................................................................... 104
IV.3.1. Analisis Tanggapan Terhadap Matahari .......................104
IV.3.2. Analisis Tanggapan Terhadap Angin ............................106
IV.3.3. Analisis Aksesbilitas (Sirkulasi) ..................................109
IV.3.4. Analisis Kebisingan ......................................................111
IV.3.5. Analisis Vegetasi ..........................................................112
IV.3.6. Analisis Tanggapan pada View ....................................113
IV.3.7. Infrastruktur dan Utilitas ..............................................114
IV.4 Analisis Ruang ..........................................................................115
IV.4.1. Analisis Fungsi .............................................................116
IV.4.2. Analisis Aktivitas .........................................................117
IV.4.2.1 Analisis Aktivitas Pelaku ...............................117
IV.4.2.2 Analisis Aktivitas Berdasarkan Fungsi ..........120
IV.4.3. Analisa Pengguna .........................................................124
IV.4.4. Analisis Besaran Ruang ................................................ 127
IV.4.5. Diagram Matrix dan Bubble ......................................... 129
BAB V. KONSEP PERANCANGAN
V.1 Konsep Dasar .............................................................................132
V.2 Konsep Massa Bangunan ...........................................................134
V.2.1. Bentuk Massa .................................................................134
V.2.2. Konsep Tata Massa Bangunan .......................................134
V.2.3. Fasade Bangunan ...........................................................136
V.3 Konsep Interior / Tata Ruang Dalam .........................................139
V.4 Konsep Tapak dan Tata Ruang Luar ..........................................141
V.5 Konsep Struktur dan Utilitas ......................................................142
V.5.1. Konsep Struktur .............................................................142
V.5.2. Konsep Utilitas ...............................................................144
V.6 Konsep Keberlanjutan (Sustainable Development) ....................145
BAB VI. PENUTUP
VI.1 Kesimpulan ................................................................................173
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................175
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar I.1 Perkembangan Keberangkatan Penumpang ......................... 3
Gambar I.2 Peta Provinsi Sumatera ........................................................ 9
Gambar I.3 Peta Lokasi Bandara Radin Inten II ..................................... 9
Gambar I.4 Denah Bandara Radin Inten II .............................................. 9
Gambar I.5 Bagan Kerangka Pikir ........................................................ 15
Gambar II.1 Kegiatan yang menggunakan BBM ................................... 21
Gambar II.2 Perbandingan Pemakaian BBM Angkutan Massal ............. 21
Gambar II.3 Jumlah Kendaraan Bermotor di Provinsi Lampung .......... 22
Gambar II.4 Titik Kemacetan dari Tanjung Karang ............................... 23
Gambar II.5 Titik Kemacetan dari Labuhan Ratu .................................. 23
Gambar II.6 Titik Kepadatan dari Gedung Ratu .................................... 24
Gambar II.7 Titik Kepadatan dari Rejosari ............................................ 24
Gambar II.8 Kereta Api Uap .................................................................. 25
Gambar II.9 Lokomotif Diesel .............................................................. 26
Gambar II.10 Kereta Listrik ..................................................................... 26
Gambar II.11 Kereta Maglev .................................................................... 27
Gambar II.12 Kereta Monorel .................................................................. 28
Gambar II.13 Kereta MTR ....................................................................... 28
Gambar II.14 Kereta LTR ........................................................................ 29
Gambar II.15 Alur Serkulasi Zona Stasiun ............................................. 45
Gambar II.16 Façade Bangunan Stasiun Kereta Bandara Soetta ............. 47
Gambar II.17 Denah Lantai 1 Stasiun Kereta Bandara Soetta ................. 47
Gambar II.18 Denah Lantai 2 Stasiun Kereta Bandara Soetta ................. 48
Gambar II.19 Tata Ruang Luar Stasiun Kereta Bandara Soetta ............... 50
Gambar II.20 Tata Ruang Dalam Stasiun Kereta Bandara Soetta ............ 51
Gambar II.21 Sistem Struktur Stasiun Kereta Bandara Soetta ................. 52
Gambar II.22 Ekstetika Luar Stasiun Kereta Bandara Soetta .................. 54
Gambar II.23 Ekstetika Dalam Stasiun Kereta Bandara Soetta .............. 55
Gambar II.24 Façade Bangunan Stasiun KA Bandara Kualanamu .......... 56
Gambar II.25 Porte Vecchio, Italia ........................................................... 58
Gambar II.26 Museum Louvre di Paris, Perancis .................................... 58
Gambar II.27 Rumah Adat Lampung ....................................................... 59
Gambar II.28 Penerapan Dauble Envelopes ............................................ 69
Gambar II.29 Cross Ventilation ................................................................ 72
Gambar II.30 Earth Cooling Tubes .......................................................... 73
Gambar II.31 Sheltering ........................................................................... 73
Gambar II.32 Penempatan Sel Photovoltaics ........................................... 74
Gambar II.33 Fasad Bandara Blimbingsari, Banyuwangi ....................... 77
Gambar II.34 Atap Hijau Bandara Blimbingsari ...................................... 77
Gambar II.35 Gedung Utama Kementerian PUPR ................................... 79
Gambar II.36 Orientasi Gedung Utama Kementerian PUPR, Jakarta ....... 79
Gambar III.1 Suhu, Kelembaban dan Curah Hujan ................................. 83
Gambar III.2 Suhu, Kelembaban dan Curah Hujan ................................. 83
Gambar III.3 Beton Bertulang ................................................................. 87
Gambar III.4 Genteng Tanah Liat ............................................................ 88
Gambar III.5 Bambu pada Langit-langit Bandara Barajas Madrid .......... 88
Gambar III.6 Kursi Berbahan Bambu ...................................................... 89
Gambar III.7 Bagan Kerangka Perancangan ............................................ 93
Gambar IV.1 Peta Provinsi Lampung .......................................................95
Gambar IV.2 Lokasi Bandara Radin Intan II – Lampung Selatan ........... 95
Gambar IV.3 Peta Lokasi Tapak .............................................................. 97
Gambar IV.4 Eksisting Tapak .................................................................. 97
Gambar IV.5 Kondisi Lingkungan Tapak .................................................98
Gambar IV.6 Kondisi Lingkungan Tapak .................................................99
Gambar IV.7 Kondisi Jalan pada Tapak .................................................100
Gambar IV.8 Ide Dasar I ........................................................................ 103
Gambar IV.9 Ide Dasar II ........................................................................103
Gambar IV.10 Analisis Matahari ............................................................. 106
Gambar IV.11 Analisis Angin .................................................................. 108
Gambar IV.12 Akses Existing ...................................................................109
Gambar IV.13 Analisis Aksesbilitas (Sirkulasi) ...................................... 110
Gambar IV.14 Analisis Kebisingan ......................................................... 112
Gambar IV.15 Analisis Vegetasi .............................................................. 113
Gambar IV.16 Analisis Tanggapan pada View .........................................114
Gambar IV.17 Infrastruktur dan Utiliitas (Existing) .................................115
Gambar IV.18 Analisis Kegiatan Pengelola .............................................116
Gambar IV.19 Analisis Kegiatan Penumpang dari Stasiun Bandara ....... 118
Gambar IV.20 Analisi Kegiatan Penumpang dari Stasiun Lain ...............118
Gambar IV.21 Analisis Kegiatan Pengunjung Khusus ............................ 119
Gambar IV.22 Analisis Kegiatan Pengunjung Umum ............................. 119
Gambar IV.23 Zoning Site ....................................................................... 130
Gambar IV.24 Diagram Bubble ............................................................... 131
Gambar V.1 Skema Konsep .................................................................. 132
Gambar V.2 Bentuk Massa Bangunan Tradisional Lampung .............. 134
Gambar V.3 Denah Bangunan Tradisional Lampung ........................... 134
Gambar V.4 Proporsi Bangunan ............................................................135
Gambar V.5 Rumah Kerabat ................................................................. 136
Gambar V.6 Balai Musyawarah ............................................................ 136
Gambar V.7 Bentuk Atap ..................................................................... 137
Gambar V.8 Bentuk Panggang ............................................................. 137
Gambar V.9 Konsep Bentuk Fasade ..................................................... 138
Gambar V.10 Konsep Sirkulasi Ruang ................................................... 139
Gambar V.11 Konsep Tapak dan Tata Ruang Luar ................................ 141
Gambar V.12 Jenis Struktur Pondasi Strauss Pile ...................................142
Gambar V.13 Jenis Struktur Rangka Rigid Frame ................................. 143
Gambar V.14 Rencana Bentuk Atap Stasiun .......................................... 143
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel II.01 Penerapan Jenis Media Informasi pada Kelas Stasiun ........... 34
Tabel II.02 Jumlah Parkir Sesuai dengan Jenis Stasiun ............................ 41
Tabel II.03 Kriteria Greenship Berdasarkan Katagori Bangunan ............ 67
Tabel II.04 Daftar Insulasi Termal Berbagai Material Insulasi ................ 68
Tabel IV.01 Fungsi Primer, Sekunder dan Penunjang ............................. 116
Tabel IV.02 Penjabaran Aktivitas Primer ................................................ 120
Tabel IV.03 Penjabaran Aktivitas Sekunder ............................................ 121
Tabel IV.04 Penjabaran Aktivitas Penunjang .......................................... 121
Tabel IV.05 Aktivitas Pelaku Kegiatan Secara Umum ............................ 123
Tabel IV.06 Penjabaran Pengguna Primer ............................................... 124
Tabel IV.07 Penjabaran Pengguna Sekunder ........................................... 125
Tabel IV.08 Penjabaran Pengguna Penunjang ......................................... 125
Tabel IV.09 Kebutuhan dan Besaran Ruang ............................................ 127
Tabel IV.10 Analisis Diagram Matrix ...................................................... 129
Tabel V.01 Aspek Analisis Tipologi Bangunan Lampung ..................... 133
Tabel V.02 Alternatif Material Façade ................................................... 138
Tabel V.03 Alternatif Material Interior ................................................... 140
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Pengertian Judul
Adapun judul yang saya ajukan dalam Skripsi / Tugas Akhir ini adalah :
PERANCANGAN STASIUN KERETA API BANDARA RADIN
INTEN II – LAMPUNG
Untuk dapat mengetahui pengertian judul diatas, maka diuraikan
lebih dahulu pengertian atau devinisi dari masing – masing komponen kata
yang digunakan dalam menyusun judul tersebut :
1. Perancangan
Proses, cara, penggambaran dan perbuatan merancang atau
mengatur segala sesuatu.
2. Stasiun Kereta Api Bandara
Stasiun kereta yang terintegrasi dengan Bandar Udara. Sehingga
dapat memudahkan masyarakat untuk berganti moda transportasi
dari transportasi darat menjadi transportasi udara.
3. Bandara Radin Inten II
Merupakan Bandar Udara Internasional yang berada di Kabupaten
Lampung Selatan, Provinsi Lampung, dengan panjang Runway
3.000 Meter dan merupakan bandara tersibuk ke tiga di pulau
Sumatera.
2
I.2. Latar Belakang
Di dalam kehidupan ini, manusia hidup dengan memenuhi
kebutuhannya. Dengan naluri alamiahnya, manusia bergerak dari satu
tempat ke tempat lainnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut, untuk
aktivitas tersebut manusia memerlukan sarana dan prasarana
pergerakan. Transportasi didefinisikan sebagai usaha memindahkan,
menggerakkan, mengangkut atau mengalihkan suatu objek dari suatu
tempat ke tempat lain dimana di tempat lain ini objek tersebut lebih
bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu
(Miro 2005).
Dengan semakin berkembangnya jumlah penduduk di wilayah
Lampung maka berkembang pula mobilisasi perjalanan dari satu tempat ke
tempat yang lain, seperti halnya bangunan Bandara Radin Inten II yang telah
bertaraf Internasional, merupakan tempat bagi moda transportasi udara yang
saat ini lebih efektif dalam menempuh perjalanan jauh, dengan
berkembangnya Bandara Radin Inten II ini maka tingkat aktifitas akan lebih
tinggi dan harus di imbangi dengan kemudahan perjalanan dari atau menuju
bandara, untuk itu sangat dibutuhkannya fasilitas penunjang yang bukan
hanya mempermudah perjalanan namun yang paling penting adalah
ketepatan waktu dalam pencapaian.
Secara nasional transportasi massal yang di yakini sangat efektif
yaitu kereta api, selain bebas dari hambatan, kereta juga trasportasi yang
ekonomis dan minim akan kecelakaan. Badan Pusat Statistik Provinsi
Lampung mengungkapkan bahwa jumlah penumpang kereta api yang
3
Gambar 1.1 Perkembangan Keberangkatan Penumpang dari Stasiun Kereta Api
Tanjung Karang
Sumber : BPS Provinsi Lampung
berangkat dari Stasiun Kereta Api Tanjung Karang Lampung pada
November 2018 sebanyak 78.447 orang, naik sebesar 1,69% dibanding
Oktober 2018 yaitu sebanyak 77.145 orang. Selanjutnya jika dibandingkan
dengan Bulan November 2017, sebanyak 69.992 orang, juga mengalami
kenaikan sebesar 12,08%.
Dari grafik tersebut dapat diseimpulkan bahwa pengguna
transportasi kereta dari Stasiun Tanjung Karang menuju stasiun-stasiun
lainnya sangat diminati dan akan terus bertambah seiring dengan kepadatan
jalan raya yang terus terjadi akibat penggunaan kendaraan pribadi. Badan
Pusat Statistik Provinsi Lampung juga merilis data peningkatan jumlah
kendaraan bermotor yang ada di Provinsi Lampung yaitu kendaraan pribadi
naik 8-10% setiap tahun.
Permasalahan ini yang mendasari diperlukannya Stasiun Kereta di
Bandara Radin Inten II dengan harapan agar masyarakat tidak lagi atau
mengurangi penggunaan kendaraan pribadi sebagai transportasi menuju
Bandara Radin Inten II, dan menjadikan alternatif transportasi massal yang
4
efektif dan efisien dalam segi kemudahan, kenyamanan, serta ketepatan
waktu. Kereta bandara ini juga nantinya akan berbasis TOD (Transit
Oriented Development) yang akan melayani penumpang yang transit di
titik-titik terpenting dari mulai Stasiun Tanjung Karang sampai dengan
Stasiun Kota Bumi.
Bangunan Stasiun Kereta Bandara dari segi interior memiliki
karakter yang dominan ke arah modern dan futuristik yang di tunjukan dari
penggunaan material-material kekinian dan dengan struktur baja yang
terekspos mulai dari struktur utama sampai sampai dengan struktur atap.
Sirkulasi manusia dalam ruangan menjadi fakor penting pada bangunan ini,
yang diterapkan adalah sirkulasi linier memberi kenyamanan dan
kemudahan bagi pengunjung untuk dapat mencapai ruang dan fasilitas yang
ada di bangunan ini.
Aspek tampak bangunan sebagai salah satu perwujudan tentang
fasilitas di dalam banguanan dan menjadi ciri karakter suatu bangunan. Pada
bangunan sejenis yang ada di Indonesia umumnya tampak dan interior
bangunan kurang dapat memberi dampak positif pada lingkungan karena
dominan penggunaan material baja dan metal, hal ini tentunya menyumbang
dampak buruk bagi lingkungan. Dibutuhkan penerapan konsep sustainable
development yang ramah terhadap lingkungan, dan yang menjadi citra baik
bagi Provinsi Lampung.
Dengan mendesain muka bangunan sesuai fungsi tidak hanya akan
menarik minat pengunjung untuk datang dan menggunakan transportasi
massal namum juga menjadi nilai tambah terhadap bangunan tersebut. Salah
5
satu usaha untuk menarik perhatian pengunjung adalah memunculkan suatu
yang bersifat baru (inovatif) atau tergolong unik dan jarang dilihat dalam
sebuah tampilan bangunan (Magdanela, 2007)
Dalam penerapan visualisasi yang dimaksudkan dapat diartikan
sebagai pemilihan tema arsitektur pada bangunan. Disaat bangunan sejenis
memperlihatkan bentuk yang sangat modern dan banyak dijumpai, tema
arsitektur tropis modern yang memperhatikan iklim, dan memanfaatkan
alam, serta disisipkan bentuk bangunan mengarah pada bangunan adat
Lampung yang di modifikasi sebagai cara untuk menjaga keberlanjutan adat
dan budaya, hal dapat menjadi pilihan untuk diterapkan pada bangunan
sebagai citra yang berbeda dan menjadi ciri khas yang ada di Provinsi
Lampung. Berdasarkan penjelaskan tersebut dapat dirangkum beberapa
kesimpulan bahwa latar belakang perlunya Stasiun Kereta Api Bandara
Radin Inten II :
a. Sebagai salah satu usaha mempermudah perjalanan masyarakat
dalam hal berpindah moda transportasi darat ke transportasi
udara maupun sebaliknya dengan efektif dan efisien.
b. Beradarkan Peraturan Daerah Nomer 21 Tahun 2014,
Bangunan Stasiun Kereta Bandara ini dinilai strategis,
sehingga dalam rancangannya memanfaatkan unsur dan atau
ragam hias ornamen tradisional. Bangunan ini menerapkan
bangunan adat Lampung sebagai cara keberlanjutan budaya
dan menjadi ciri khas sebagai citra baru di Provinsi Lampung.
6
c. Dapat menjadi sarana edukasi dan rekreasi yang diterapkan
pada penambahan mini galeri kereta api dan taman sebagai
fungsi penunjang bangunan.
d. Isu pemanasan global menjadi dasar penerapan bangunan yang
ramah lingkungan, menciptakan bangunan yang memberi
kontak sedekat mungkin antara pengunjung dengan alam.
I.3. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah ditulis, penulis memberikan
identifikasi masalah yang akan dijadikan bahan penelitian sebagai berikut:
Belum tersedianya wadah transportasi massal menuju Bandara Radin
Inten II yang efektif dan efisien dan menghubungkan pusat kota yang
ada di Provinsi Lampung.
Penerapan bangunan stasiun kereta bandara secara kontekstual
cenderung tidak memikirkan dampak bagi lingkungan.
I.4. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mewujudkan Stasiun Kereta Bandara Radin Inten II
sebagai alternatif transportasi massal dari atau menuju Bandara, agar
dapat mempercepat dan mempermudah perjalanan ?
2. Bagaimana mewujudkan bangunan yang memberi kontak sedeket
mungkin antara pengunjung dan alam, serta menerpakan tema tropis
yang ramah terhadap lingkungan ?
7
I.5. Tujuan Perancangan
1. Mewujudkan Stasiun Kereta Bandara sebagai upaya peningkatan
aksesibilitas dari dan ke bandara dalam rangka mendukung Bandara
Internasional serta mengurangi polusi yang disebabkan penggunan
kendaraan pribadi.
2. Memahami prinsip bangunan tropis yang berkelanjutan dari sisi
energi maupun budaya setempat.
3. Meningkatkan layanan transportasi melalui pengembangan jaringan
intermoda yang efektif dan efisien.
I.6. Manfaat Penelitian dan Perancangan :
I. Bagi masyarakat
1. Stasiun Kereta Bandara dapat memberi manfaat dalam kenyamanan,
ketepatan waktu dan efisiensi menuju ke Bandara.
2. Pendekatan Arsitektur berkonteks Tropis pada Stasiun Kereta
Bandara dapat memberi dampak positif dalam hal kenyamanan dan
kesehatan.
II. Bagi pemerintah
1. Dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam hal
mempermudah transportasi masal.
2. Sebagai salah satu contoh Stasiun dengan penerapan tema
keberlanjutan dan konteks iklim tropis.
3. Adanya Stasiun Kereta Bandara dapat mengurangi beban dan laju
kerusakan jalan raya.
8
4. Dengan adanya Stasiun Kereta Bandara dapat meningkatnya laju
aksesibilitas pengunjung dari kota maupun luar kota.
III. Bagi akademisi
1. Memberi wawasan tentang perkereta apian
2. Memberi wawasan referensi tentang Stasiun Kereta Bandara.
3. Memberi pengetahuan tentang penerapan tema keberlanjutan yang
berkonteks iklim tropis sebagai salah satu konsep kenyamanan dan
penghematan energi pada bangunan.
I.7. Lingkup Perancangan
I.7.1 Lingkup Kegiatan
Secara umum lingkup pekerjaan perancangan ini adalah survey,
analisis, konseptual dan pelaporan untuk kemudian dilanjutkan dengan
proses Tugas Akhir.
I.7.2 Lingkup Wilayah
Lokasi yang akan dijadikan site perancangan stasiun kereta bandara
ini harus benar–benar mempertimbangkan hubungan antara fungsi pada
masing–masing bangunan, untuk itu lokasi yang penulis ajukan adalah di
Provinsi Lampung yang pada saat ini belum ada bangunan stasiun kereta
bandara yang dapat menunjang transportasi dan memiliki potensi yang
sangat baik, karena Bandara Radin Inten II berhadapan dengan jalur kereta
api yang sangat baik jika di koneksikan.
9
Gambar 1.3 Peta Lokasi Bandara Radin Intan II
Sumber : https://goo.gl/images/7T4QGb
Gambar 1.2 Peta Provinsi Sumatera
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Sumatra_Locator_Topography.png
Gambar 1.4 Denah Bandara Radin Inten II
Sumber : https://goo.gl/images/nY3fnG
(Radin Inten II)
10
I.7.3 Lingkup Materi / Batasan Konsep
Proses pembahasan maupun perancangan yang dilakukan dalam
Perancangan Stasiun Kereta Bandara Radin Inten II dibatasi pada disiplin
ilmu arsitektur, terutama yang berkaitan dengan perancangan arsitektur
sebagai sarana terwujudnya kosep arsitektur hijau yang bersinergi dengan
iklim dan lingkungan yang ada pada lokasi site.
Penerapan tema tropis modern dan pendekatan kontekstual pada
perancangan stasiun kereta bandara Radin Inten II, lebih tentang
bagaimana menerapkan lokalitas setempat, serta bangunan ini dapat
berkelanjutan dari energi maupun budaya.
Adapun pembahasan mengenai ulasan maupun teori sebagai
pendukung dalam proses perancangan di luar disiplin ilmu arsitektur dan
yang dianggap mendasari dan ikut menentukan dalam faktor perancangan
akan dibahas secara asumsi dalam koridor konsep desain.
I.7.4 Batasan Perancangan
1. Menghasilkan pra-desain dari sebuah Bangunan Stasiun Kereta Bandara
Internasional Radin Inten II.
2. Memberikan informasi terkait pendekatan kontekstual pada bangunan
yang terletak di iklim tropis dan berkhas Lampung.
3. Memberikan hasil analisis kegiatan pengguna, pemilihan site, analisis
site, kebutuhan ruang, dan studi bentukan massa bangunan.
4. Penyajian skematik desain berupa bentuk grafis visual yang dituangkan
melalui software Sketchup, Corel draw, Autocad dan Ecotect Analysis.
11
I.8. Metodologi Penulisan
Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis menggunakan beberapa
metodelogi yang dipakai, diantaranya sebagai berikut :
I.8.1 Metode Pengumpulan Data
Data yang akan dikumpulkan dalam studi perancangan ini adalah
data primer dan data sekunder. Kegiatan pengumpulan data dalam
perancangan ini menggunakan metode sebagai berikut :
a. Observasi Langsung
Pengamatan langsung terhadap kondisi area perancangan yang
penulis ajukan yaitu Kawasan Provinsi Lampung yang nantinya
akan digunakan sebagai deta primer meliputi :
1) Kondisi yang ada pada usulan lokasi perencanaan yang
nantinya dapat berpengaruh dalam kegiatan perancangan
baik secara langsung maupun tudak langsung.
2) Pengambilan data gambar dari area perencanaan.
b. Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data sekunder yang
dikumpulkan melalui penelusuran pustaka dari berbagai instansi
pemerintahan, instansi lainnya yang berhubungan dengan proses
perancangan, artikel atau makalah serta sumber-sumber lain
yang berhubungan dengan perancangan ini.
c. Wawancara
Penulis menanyakan pendapat respoden atau informasi tentang
banyak hal yang bermanfaat bagi perancangan lebih jauh dan
12
dapat dilakukan berkali-kali sesuai dengan keperluan peneliti
tentang kejelasan masalah.
Semua data yang telah dikumpulkan baik melalui kunjungan
lapangan/observasi maupun penelusuran pustaka atau literatur diatas akan
dianalisis dan akan disajikan dalam bentuk tabulasi maupun secara
deskriptif.
I.8.2 Sumber Data
a. Data Primer
Adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap
kondisi kawasan atau lingkungan di Lampung terutama pada usulan
lokasi Perancangan Stasiun Kereta Bandara.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang dikumpulkan melalui penelusuran pustaka dari
berbagai instansi terkait seperti pemerintahan dan instansi lainnya yang
berhungungan dengan proses perancangan.
c. Data yang diperoleh secara langsung maupun tidak langsung dari
informasi, sebagai sumber yang dijadikan masukan informasi terkait
perancangan.
I.9. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam laporan Pra Tugas Akhir S1
Arsitektur ini adalah :
13
BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan tentang latar belakang pengambilan judul, latar
belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, lingkup perancangan,
metodologi penelitian, sistematika pembahasan, dan
kerangka pikir.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menguraikan pembahasan tentang transportasi, Stasiun
Kereta Bandara dengan pendekatan Kontekstual, dan
Mendeskripsikan data-data studi banding.
BAB III PENDEKATAN PERANCANGAN
Menguraikan tentang ide dasar perancangan, pendekatan
yang diambil dalam proses desain, identifikasi masalah
dalam perancangan, pendekatan objek, pendekatan analisis
perancangan dan skema berfikir.
BAB IV ANALISIS PERANCANGAN
Merupakan kajian untuk memberikan ilustrasi kondisi dan
data awal baik dari data yang sudah ada maupun hasil survey
lapangan yang selanjutnya digunakan sebagai acuan untuk
konsep perancangan.
BAB V KONSEP PERANCANGAN
Menguraikan tentang strategi perancangan dari sebuah
bangunan Stasiun Kereta Bandara Internasional Radin Inten
14
II dengan pendekatan Kontekstual sebagai moda transportasi
massal yang lebih efektif, efisien serta mempunyai tema
Arsitektur Tropis Modern pada bangunannya sebagai upaya
keberlanjutan dari segi energi dan budaya Lampung,
memberi kenyamaan dan efisiensi energi pada bangunan,
yang diantaranya adalah pengertian, karakteristik, aktivitas,
kebutuhan ruang, serta konsep lainnya yang mendukung
bangunan tersebut.
BAB VI PENUTUP
Menguraikan rangkuman tentang kesimpulan sebagai
jawaban dari keseluruahan perancangan yang diambil dari
pembahasan dan saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA
15
I.10. Kerangka Pikir
Meningkatnya pertumbuhan kota Bandar Lampung.
Meningkatnya pertumbuhan manusia dan kendaraan pribadi
Bandara Radin Intan II pada bulan Maret 2019 resmi bertaraf Internasional.
Untuk menuju Bandara Radin Inten II dari pusat kota memakan waktu kurang
lebih 60 menit dengan menggunakan kendaraan pribadi
Data BPS menunjukan meningkatnya jumlah penumpang kereta api.
Membutuhkan moda transportasi massal yang lebih efektif dan efisien.
Kereta Api
Dipengaruhi oleh berkembangnya
Arsitektur modern, bangunan
yang sejenis tidak memperhatikan
kondisi lokal lingkungan.
Isu pemanasan global
Minim tercapainya bangunan
berkelanjutan dari sisi energi
maupun budaya setempat.
Stasiun Kereta Bandara Radin Inten II – Lampung
Dengan Pendekatan
Kontekstual
Jadwal tersusun
Bebas hambatan
Ketepatan waktu
Ekonomis
Lokasi Bandara
berdekatan dengan jalur
kereta api
Dapat menampung
penumpang dalam
jumlah besar
Stasiun Kereta Bandara
Iklim Lokalitas
Setempat
Gambar 1.5 Bagan Kerangka Pikir
Sumber : Pemikiran Pribadi, 2018
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Tinjauan Transportasi
II.1.1. Pengertian
Transportasi adalah suatu kegiatan yang digunakan untuk
mengangkut atau memindahkan baik berupa orang, hewan maupun
barang, dari suatu tempat ke tempat yang lain. Pemindahan barang dari
suatu tempat ke tempat yang lain dapat menggunakan alat-alat seperti
kendaraan yang dioperasikan oleh manusia. Tanpa memperdulikan jarak
dan waktu yang ditempuh dalam melakukan perjalanan pemindahan suatu
barang. Atau bisa dikatakan transportasi adalah berupa sistem yang
mengatur perjalanan atau perpindahan barang dari tempat asal menuju ke
tempat tujuan yang terpisahkan oleh geografis yang berbeda.
II.1.2. Faktor Pendukung
Secara umum, trasnportasi yang ada saat ini dibedakan menjadi 3,
yaitu darat, udara dan air. Beberapa faktor pendukung dalam sistem
transportasi adalah :
a. Pelayanan
b. Keselamatan dalam perjalanan
c. Kenyamanan
d. Ekonomis
17
e. Mampu menempuh jarak yang sangat jauh
f. Cepat
g. Fleksibel
II.2. Moda Transportasi
II.2.1. Pengertian
Moda transportasi merupakan istilah yang digunakan untuk
menyatakan alat angkut yang digunakan untuk berpindah tempat dari satu
tempat ke tempat lain. Moda yang biasanya digunakan dalam transportasi
dapat dikelompokkan atas moda yang berjalan di darat, berlayar di
perairan laut dan pedalaman, serta moda yang terbang di udara. Moda
yang di darat juga masih bisa dikelompokkan atas moda jalan, moda
kereta api dan moda pipa.
Indonesia sebagai negara kepulauan yang tersebar dengan 17
ribuan pulau hanya bisa terhubungkan dengan baik dengan sistem
transportasi multi moda, tidak ada satu modapun yang bisa berdiri sendiri,
melainkan saling mengisi. Masing-masing moda mempunyai keunggulan
dibidangnya masing-masing. Pemerintah berfungsi untuk
mengembangkan keseluruh moda tersebut dalam rangka menciptakan
sistem transportasi yang efisien, efektif dan dapat digunakan secara aman
dapat menempuh perjalanan dengan cepat dan lancar.
Jaringan transportasi dapat dibentuk oleh moda transportasi yang
terlibat yang saling berhubungan yang rangkai dalam Sistem Transportasi
Nasional (Sistranas). Masing-masing moda transportasi memiliki
18
karakteristik teknis yang berbeda dan pemanfaatannya disesuaikan
dengan kondisi geografis daerah layanan.
Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) adalah tatanan
transportasi yang terorganisasi secara kesisteman terdiri dari transportasi
jalan, transportasi kereta api, transportasi sungai, danau, dan
penyeberangan, transportasi laut serta transportasi pipa, yang masing-
masing terdiri dari sarana dan prasarana, kecuali pipa, yang saling
berinteraksi dengan dukungan perangkat lunak dan perangkat pikir
membentuk suatu sistem pelayanan jasa transportasi yang efektif dan
efisien, berfungsi melayani perpindahan orang dan atau barang, yang terus
berkembang secara dinamis.
II.3. Tinjauan Kereta Api
II.3.1. Pengertian
Kereta api didefinisikan sebagai sarana transportasi darat yang
menggunakan penggerak mesin yang disebut lokomotif yang menarik
gerbong-gerbong. Baik berupa gerbong penumpang maupun gerbong
barang. Kereta api hanya dapat berjalan pada lintasan khusus yang hanya
diperuntukan kereta api saja. Lintasan tersebut bernama rel kereta api.
Kerata api biasanya digunakan untuk mengangkut orang dalam
jumlah banyak. Disediakan gerbong khusus orang yang kemudian
ditarik oleh lokomotif menuju tempat yang dituju. Namun adapula
kereta api khusus barang. Kereta api tersebut menarik gerbong-gerbong
19
yang berisikan barang atau peti kemas untuk di kirim menuju tempat yang
dituju.
Kereta api dinilai sangat efisien, baik dari segi harga maupun segi
waktu. Harga tiket kereta api yang tidak terlalu mahal, namun dapat
mengantarkan penumpangnya hingga kota yang jauh sekalipun, ditambah
kenyamanan dan keramahan petugas kereta api membuat banyak
masyarakat yang menjadikan kereta api adalah transportasi wajib mereka
jika ingin bepergian luar kota. Menggunakan kereta api dinilai juga lebih
cepat daripada menggunakan kendaraan pribadi. Karena jika
menggunakan kendaraan pribadi sering terjadi kemacetan di jalan raya,
sedangkan jika menggunakan kereta api, maka penumpang akan
terbebas dari kemacetan.
(“Moda Transportasi/Moda Transportasi Kereta Api – Wikibuku bahasa
Indonesia” n.d.).
II.3.2. Keunggulan Angkutan Kereta api
a. Kereta api memiliki harga tiket yang cukup murah sehingga semua
orang dapat dengan mudah membeli tiket kereta api.
b. Lebih efeisien waktu karena waktu yang ditempuh bagi kereta api lebih
cepat daripada harus menggunakan kendaraan pribadi.
c. Lebih aman karena kereta api memiliki jalur sendiri dan dikemudikan
oleh masinis yang handal dan terlatih.
d. Lebih nyaman karena saat perjalanan menggunakan kereta api,
penumpang dapat beristirahat, makan, minum, ke kamar kecil, ibadah,
dll.
20
e. Pemakaian energi untuk transportasi menduduki peringkat tertinggi
(40,58%) dibandingkan industri lainnya (Gambar 2.1). Ini
menempatkan tingkat penggunaan BBM untuk industri jasa sangat
signifikan. Penghematan energi/BBM di bidang industri jasa akan
memberikan dampak perekonomian yang cukup tinggi terhadap
pemakaian energi nasional di Indonesia. Angkutan kereta api memiliki
potensi penggunaan energi/BBM yang relatif kecil, dihitung dalam
pemindahan satu ton barang dengan perhitungan tenaga kuda. Terlihat
bahwa kereta api memiliki kebutuhan energi yang relatif kecil, bahkan
dengan dikembangkan tenaga penggerak baterai dari sumber listrik
memungkinkan penggunaan yang hemat energi, terutama mengurangi
penggunaan BBM. Efek dari penggunaan energi yang relatif kecil bila
dibandingkan dengan besar kapasitas angkutnya yang dapat terlayani
akan dapat memberikan kemungkinan biaya produksi aktivitas manusia
semakin kecil. Gambar 2.2 menjelaskan perbandingan pemakaian BBM
angkutan kereta api dan moda lainnya dengan parameter orang/liter
BBM.
f. Perkeretaapian merupakan angkutan yang ramah lingkungan, dengan
emisi gas buang kecil dan pengembangan teknologi kereta berbasis
energi listrik, memungkinkan sebagai moda angkutan yang mampu
menjawab masalah lingkungan hidup manusia di masa datang.
21
Gambar 2.1 Kegiatan yang menggunakan BBM
Sumber : http://jharwinata.keunggulan-dan-kelemahan-angkutan.
Gambar 2.2 Perbandingan Pemakaian BBM Angkutan Kereta Moda Lainnya
Sumber : http://jharwinata.keunggulan-dan-kelemahan-angkutan.
angkutan.html
II.3.3. Kekurangan Angkutan Kereta api
a. Memerlukan fasilitas infrastruktur khusus yang tidak bisa digunakan
oleh moda angkuran lain, sebagagi konsekuensinya perlu penyediaan
alat angkut yang khusus (lokomotif dan gerbong).
b. Bila ada hambatan (kecelakaan) di jalur tersebut, maka tidak dapat
segera dialihkan ke jalur lainnya.
c. Pelayanan tidak fleksibel karena jalurnya tidak mudah dialihkan.
Kalau akan mengubah jalur harus melalui stasiun.
22
Gambar 2.3 Data Jumlah Kendaraan Bemotor di Provinsi Lampung
Sumber : https://lampung.bps.go.idangkutan.html
II.3.4. Perbandingan Transportasi Kereta dengan Alternatif Lain
Berdasarkan data keunggulan dan kekurang kereta api yang telah
dipaparkan diatas, untuk itu harus ada pembanding antara moda
transportasi kereta dengan moda transportasi darat lainnya, untuk menuju
Bandara Radin Inten II, seperti sepeda motor, mobil pribadi, bus dan
lainnya.
Berikut dibawah ini merupakan tabel data jumlah kendaraan
bermotor di Provinsi Lampung, 1997 – 2014, yang dikeluarkan oleh Badan
Pusat Statistik Provinsi Lampung.
Berdasarkan data BPS diatas dapat disimpulkan bahwa semua
kendaraan bermotor yang ada di Provinsi Lampung mengalami kenaikan
rata-rata 10% setiap tahun. Hal ini berdampak pada semakin padat dan
macetnya kendaraan yang melewati jalan raya. Sehingga hal ini dapat
23
Titik kemacetan dari arah
Stasiun Tanjung Karang
Menuju Bandara berada di Jl.
ZA. Pagar alam, titik/area
tersebut terjadi kemacetan
yang sangat signifikan, pada
pukul : 07.00 s/d 18.00 WIB
Titik kemacetan dari arah
Stasiun Labuhan Ratu
Menuju Bandara berada di Jl.
ZA. Pagar alam dan Jl.Lintas
Sumatra.
Titik/area tersebut terjadi
kemacetan pada pukul : 07.00
s/d 18.00 WIB
Gambar 2.4 Titik Kemacetan dari Tanjung Karang
Sumber : Analisa Penulis
Gambar 2.5 Titik Kemacetan dari Labuhan Ratu
Sumber : Analisa Penulis
dikatakan moda transportasi lain menuju Bandara Radin Inten II kurang
efektif dalam segi waktu dan beban pemakaian BBM jauh lebih tinggi
dibanding dengan moda transportasi kereta. Titik kemacetan menuju
Bandara Radin Inten II dan stasiun-stasiun dengan rute Tanjung Karang –
Kotabumi sebagai berikut:
24
Titik kepadatan dari arah
Stasiun Gedung Ratu Menuju
Bandara Radin Inten II
berada di Jl.Lintas Sumatra.
Titik/area tersebut terjadi
kepadatan rata-rata pada
pukul : 07.00 dan 17.00 WIB
Titik kepadatan dari arah
Stasiun Rejosari Menuju
Bandara Radin Inten II
berada di Jl.Lintas Sumatra.
Titik/area tersebut terjadi
kepadatan rata-rata pada
pukul : 07.00, 13.00 dan
17.00 WIB
1. Stasiun Labuhan Ratu
2. Stasiun Gedung Ratu
3. Stasiun Rejosari
4. Stasiun Tegineneng
5. Stasiun Bekri
6. Stasiun Haji Pemanggilan
7. Stasiun Blambangan Pagar
8. Stasiun Kalibalangan
9. Stasiun Candimas
Gambar 2.6 Titik Kepadatan dari Gedung Ratu
Sumber : Analisa Penulis
Gambar 2.7 Titik Kepadatan dari Rejosari
Sumber : Analisa Penulis
Berikut stasiun-stasiun dengan rute Tanjung Karang – Kotabumi:
25
II.3.5. Jenis Kereta Api
a. Kereta api uap
Kereta api uap adalah kereta api yang lokomotifnya
menggunakan tenaga uap agar dapat menarik gerbong-gerbong yang
dibawanya. Uap dapat dihasilkan dari pembakaran kayu maupun batu
bara. Kayu atau batu bara tersebut dibakar sehingga menghasilkan
uap dan uap tersebut digunakan untuk menggerakan mesin kereta api.
Dari situ lah awal sejarah mengapa disebut kereta api, walaupun
kereta api sekarang menggunakan mesin diesel dan adapula yang
menggunakan listrik sebagai tenaga penggeraknya, namun tetap
saja disebut kereta api. (“Moda Transportasi/Moda Transportasi
Kereta Api – Wikibuku bahasa Indonesia” n.d.).
Gambar 2.8 Kereta Api Uap
Sumber : Kereta-api.info
b. Kereta api diesel
Kereta api diesel adalah kereta api yang sehari-hari berlalu
lalang di lintasan kereta api. Kereta api diesel juga diterapkan pada
railbus bathara kresna yang ada di kota surakarta. Menggunakan
mesin diesel memang lebih berisik, tapi tenaga yang dihasilkan
26
melebihi kereta uap, sehingga dapat mencapai tempat tujuan lebih
cepat. (“Moda Transportasi/Moda Transportasi Kereta Api –
Wikibuku bahasa Indonesia” n.d.).
Gambar 2.9 Lokomotif Diesel
Sumber : Kereta-api.info
c. Kereta rel listrik
Kereta listik atau lebih dikenal dengan KRL, yaitu kereta
api yang menggunakan listrik sebagai bahan bakarnya. Listrik
dialirkan pada kabel diatas kereta dan menggerakan mesin kereta
untuk berjalan. Taris menggunakan KRL ini cukup ekonomis
karena KRL hanya melayani jarak dekat saja. Saat ini KRL sudah
diterapkan pada kota Jakarta.
Gambar 2.10 Kereta Listrik
Sumber : Kereta-api.info
27
d. Kereta api daya magnet
Kereta api ini merupakan perkembangan kereta api
terbaru, yaitu menggunakan medan magnet sebagia
penggeraknya. Medan maknet yang saling berlawanan kutub
memberikan dorongan untuk kereta ini bergerak maju. Kereta ini
juga biasa disebut dengan maglev, yang artinya magnetically
levitated trains. Kereta ini adalah kereta yang sangat cepat dan
tercatat mampu menempuh kecepatan hingga 600km/jam jauh
lebih cepat dari kereta biasa. Kereta ini telah diterapkan di
beberapa negara seperti China, Amerika, Jepang, Prancis, dan
Jerman. Dikarenakan mahalnya pembuatan rel magnetik, di dunia
pada tahun 2015 hanya ada dua jalur Maglev yang dibuka untuk
transportasi umum, yaitu Shanghai Transrapid di Tiongkok dan
Linimo di Jepang. (id.m.wikipedia.org)
Gambar 2.11 Kereta Maglev
Sumber : Pinterest
e. Kereta api monorel
Kereta api monorel adalah sebuah kereta api dengan jalur
yang berbeda dengan kereta api pada umumnya. Kereta monorel
28
hanya memiliki rel tunggal yang berada di tengah, serta roda pada
kedua sisinya menjepit rel tunggal tersebut. monorel
menggunakan jalur khusus, dan jalur monorel melayang diatas
jalan raya.
Gambar 2.12 Kereta Monorel
Sumber : Seattlemonorail.com
f. MRT (Mass Rapid Transit)
MRT merupakan transportasi kereta yang digerakan oleh
energi listrik, MRT ini umumnya memiliki 6 gerbong yang dapat
menampung 1.950 penumpang atau 173.400 orang per hari. Jalur
kereta MRT ini sama saja dengan jalur kereta pada umumnya yaitu
dengan rel ganda, namun jalur MRT banyak berada di bawah tanah
dan sedikit pada jalur layang.
Gambar 2.13 Kereta MRT
Sumber : Kereta-api.info
29
g. LRT (Light Rail Transit)
LRT merupakan transportasi kereta yang digerakan oleh
energi listrik, MRT ini umumnya memiliki 2-4 gerbong yang dapat
menampung 600 penumpang atau 360.000 orang per hari. Jalur
kereta LRT ini sama saja dengan jalur kereta pada umumnya yaitu
dengan rel ganda, namun jalur LRT hanya menggunakan jalur
layang saja.
Gambar 2.14 Kereta LRT
Sumber : Kereta-api.info
II.4. Tinjauan Stasiun Kereta Api
II.4.1. Pengertian
Menurut KBBI stasiun/sta·si·un/ n tempat menunggu bagi calon
penumpang kereta api dan sebagainya; tempat perhentian kereta api dan
sebagainya. (Arti kata stasiun - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Online,’ n.d.)
Jadi stasiun kereta api adalah sebuah tempat yang digunakan oleh
penumpang untuk naik kereta api ataupun turun dari kereta api. Stasiun
kereta api, wajib dimiliki oleh kota-kota yang dilalui oleh jalur lintasan
rel kereta api.
30
II.4.2. Fungsi Stasiun
Stasiun berfungsi sebagai pendukung kelancaran dalam suatu
moda transportasi kereta api. Tanpa adanya stasiun, kereta api tidak dapat
berhenti untuk menaikan dan menurunkan penumpang. Saat ini setiap
kota yang dilalui lintasan kereta api wajib memiliki stasiun kereta api,
bertujuan agar masyarakat di kota-kota kecilpun dapat menggunakan
moda transportasi kereta api untuk bepergian luar kota. Atau dapat juga
digunakan sebagia langsir antar kereta api agar tidak terjadi persilangan
pada lintasan kereta api.
II.4.3. Fasilitas Penunjang Stasiun Kereta Api
Stasiun kereta api memiliki fasilitas utama dan fasilitas
penunjang. Tanpa adanya fasilitas-fasilitas tersebut maka stasiun tidak
akan berfungsi sebagaimana mestinya. Fasilitas-fasiliatas tersebut dibagi
menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. Fasilitas Penunjang Bagi Kereta Api
1) Menara Pengawas
Sebuah bangunan yang bertujuan untuk mengawasi kereta api
yang akan datang ke stasiun dan mengabarkannya kepada pihak
stasiun.
2) Jembatan Pemutar (Turntable) Lokomotif Jembatan yang berguna
untuk memutar lokomotif kereta api 180 derajat, sehingga
memudahkan lokomotif berpindah ke jalur lain yang sudah
disediakan.
31
3) Fasilitas Angkutan Barang
Sebuah tempat yang digunakan untuk menyimpan barang yang
biasanya berupa petikemas yang kemudian diangkut oleh kereta
api untuk dikirimkan ke kota-kota lain
b. Fasilitas Penunjang Bagi Penumpang
1) Ruang Tunggu yang modern, bersih dan nyaman
2) Telepon umum
3) Kantin
4) Tempat ibadah, tempat penitipan
5) Toilet
6) ATM Center
7) Mini Market
8) Toko Oleh-Oleh
9) Papan rute dan jadwal perjalanan kereta api
10) Handrail di kiri kanan rel kereta sebagai batas tunggu penumpang
11) Jalur pemandu akses disabilitas
12) Loket pembelian tiket kereta api secara manual
13) Mesin pencetak tiket kereta dan pesawat otomatis
II.4.4. Jenis Stasiun
a. Fungsi stasiun terhadap pemakainya
1) Stasiun penumpang, berfungsi untuk menaikan penumpang
ataupun menurunkan penumpang dari kereta api.
2) Stasiun barang, berfungsi khusus untuk menaikan barang atau
menurunkan barang dari kereta api khusus barang. Biasanya
stasiun barang ini terpisah dari stasiun penumpang.
32
3) Stasiun langsiran, berfungsi hanya sebagai langsiran kereta api.
Atau bisa juga digunakan sebagai tempat menyimban gerbong-
gerbong kereta api yang sudah tidak digunakan lagi.
b. Ukuran stasiun
Stasiun kereta api dibagi menjadi 3 jenis, yaitu stasiun kecil
sedang dan besar. Berikut adalah keteranganya:
1) Stasiun kecil, biasanya berada di kota kecil atau daerah terpencil
yang masih dilalui oleh jalur lintasan kereta api. Stasiun kecil
mampu menampung hingga ±3.000 penumpang/hari.
2) Stasiun sedang biasanya ada yang berada pada kota kecil, namun
ada juga yang berada pada kota besar. Stasiun sedang ini mampu
menampung hingga ± 8.000 penumpang/hari.
3) Stasiun besar adalah stasiun kereta api yang biasanya hanya
terdapat di kota besar sajat. Stasiun besar merupakan stasiun
utama pada suatu kota. Karena stasiun besar biasanya padat oleh
lalu lalang kereta api serta ramai pengunjung yang datang.
Stasiun besar dapat menampung hingga ± 20.000
penumpang/hari.
II.4.5. Stasiun Kereta Bandara
Stasiun Kereta bandara adalah stasiun kereta yang terintegrasi
dengan bandar udara. Sehingga dapat memudahkan masyarakat untuk
berganti moda trasnportasi dari transportasi darat menjadi transportasi
udara, yaitu pesawat terbang. Tidak ada perbedaan antara jenis stasiun
kereta bandara dengan stasiun kereta pada umumnya. Berdasarkan studi
33
banding dengan stasiun-stasiun bandara yang ada di Indonesia, umumnya
stasiun kereta bandara harus memiliki akses tersendiri bagi penumpang
untuk sirkulasi dari stasiun menuju ke bandara, begitu pula sebaliknya.
Adapula persyaratan dalam desain sebuah stasiun kereta api beserta
ukuran minimum yang sudah ditentukan, diatur dalam pedoman
standardisasi stasiun tahun 2012 dan peraturan mentri perhubungan
nomor 29 tahun 2011.
II.4.6. Pelayanan Stasiun
1. Definisi
Pelayanan Informasi adalah pelayanan stasiun yang fungsinya
memberikan informasi kepada calon penumpang, penumpang dan
atau pengantar yang berkaitan dengan operasional/perjalanan kereta
api dan fasilitas yang ada di stasiun.
a. Berdasarkan jenisnya media informasi di stasiun dibagi menjadi 3,
yaitu:
1) Visual
Merupakan jenis media informasi yang disampaikan dengan
gambar/visual saja tanpa suara berupa:
- Display
- Monitor
- Papan informasi Neon Box & Biasa
- Running Text
2) Audio
Merupakan jenis media informasi yang disampaikan dengan
suara melalui pengeras suara/speaker.
34
3) Audio Visual
Merupakan jenis media informasi yang disampaikan dengan
gambar/visual dan suara berupa:
- Monitor LCD + Speaker
- LCD TV
Untuk penerapan Jenis media informasi sesuai dengan kelas
stasiun dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 2.01
Penerapan jenis media informasi pada kelas stasiun
No. Jenis Media Kelas Stasiun
Besar Sedang Kecil
1. Visual
- LED Ada - -
- Monitor Ada Ada -
- Neon Box Ada Ada Ada
- Papan Informasi Ada Ada Ada
2. Audio Ada Ada Ada
3. Audio Visual
- Monitor LCD +
Speaker
Ada Ada -
- LCD TV Ada Ada
-
b. Berdasarkan tujuannya media pelayanan informasi di stasiun dibagi
menjadi 5 macam yaitu:
1) Media Pelayanan Informasi Penunjuk Lokasi
Media pelayanan yang berisi informasi mengenai tempat,
ruangan dan fasilitas yang ada didalamnya. Penunjuk lokasi
35
ini meliputi nama ruangan yang ada di stasiun yang digunakan
sebagai pemberi informasi.
2) Media Pelayanan Informasi Penunjuk Arah
Media pelayanan informasi yang berisi informasi arah
menuju ruang atau fasilitas yang ada di stasiun yang didesain
sedemikian rupa sehingga penumpang dengan mudah
mengetahui arah menuju fasilitas atau ruang atau rangkaian
KA yang di inginkan.
3) Media Pelayanan Informasi Penunjuk Waktu
Media pelayanan yang dimaksud adalah informasi mengenai
waktu atau jam yang ada pada saat penumpang di stasiun,
sehingga berguna bagi penumpang untuk bisa merencanakan
perjalanannya ke tempat tujuan sesuai waktu yang
diinginkan. Penunjuk waktu tersebut merupakan waktu yang
dipakai untuk jadwal keberangkatan dan kedatangan kereta
api yang telah sesuai dengan waktu setempat.
4) Media Pelayanan Informasi Pelayanan Kereta Api
Media pelayanan yang ada di stasiun berfungsi untuk
memudahkan penumpang mendapatkan pelayanan yang
diinginkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya,
yang meliputi:
- Jadwal keberangkatan kereta api dan kedatangan kereta api
- Informasi nama dan nomor kereta api
36
- Informasi tarif tiket kereta api
- Informasi stasiun permberhentian
- Informasi letak/lokasi rangkaian kereta api
- Kelas pelayanan
- Peta jaringan jalur kereta api
- Informasi gangguan perjalanan kereta api
5). Informasi Peringatan dan Larangan
Media pelayanan informasi dan larangan merupakan
informasi yang ada di stasiun yang berkaitan dengan
keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kebersihan di
stasiun. Informasi peringatan dan larangan yang ada di stasiun
meliputi:
- Peringatan hati-hati saat melintasi jalur kereta api
- Peringatan hati-hati saat naik kereta api (tunggu sampai
kereta benar-benar berhenti)
- Peringatan untuk mendahulukan penumpang yang turun
terlebih dahulu.
- Peringatan untuk membuang sampah pada tempatnya.
- Larangan merokok
- Larangan masuk ke ruangan khusus petugas.
- Larangan membawa senjata tajam, senjata api dan bahan
peledak.
37
Untuk Stasiun besar, sedang dan stasiun komuter
harus menyediakan tempat atau ruangan khusus pelayanan
informasi (Information Centre) yang dapat dimanfaatkan
oleh penumpang, yang terdiri dari minimal 2 petugas
informasi yang beroperasi tiap hari yang sesuai dengan
jadwal operasional kereta api di stasiun, dengan
kelengkapan meliputi minimal 1 set komputer dan brosur
jadwal operasional kereta api.
2. Pelayanan Ticketing
Pelayanan ticketing adalah pelayanan yang melayani
calon penumpang dan memberikan informasi mengenai:
a. Mesin Tiket / Penjualan tiket
b. Pemesanan tiket
c. Pembatalan dan penukaran tiket
d. Informasi harga tiket
e. Informasi ketersediaan tempat duduk
f. Layanan elektronic payment
Pelayanan ticketing dapat dilayani di ruang/loket ticketing di
dalam stasiun atau di drive thru ticketing yang telah disediakan
untuk kemudahan penumpang dalam memperoleh tiket kereta api.
Selain itu bisa ditempatkan Railbox untuk keperluan reservasi tiket
secara mandiri oleh penumpang dengan menggunakan kartu (Rail
Card). Ketersediaan drive thru dan Railbox meyesuaikan dengan
kebutuhan yang ada di stasiun.
38
3. Pelayanan Keselamatan
Pelayanan Keselamatan adalah pelayanan wajib yang ada
distasiun yang berupa peringatan yang disampaikan kepada
penumpang agar keselamatan terjamin, berupa peringatan melalui
speaker yang tersedia di stasiun, dilakukan petugas saat adanya
kereta api yang melintas di stasiun.
Pelayanan gambar atau media visual jalur evakuasi saat terjadi
bencana/kebakaran wajib ada di semua stasiun yang penempatannya
di tempat yang mudah dibaca oleh penumpang yang disesuaikan
dengan penempatan informasi penunjuk lokasi dan penunjuk arah di
stasiun dengan jumlah untuk stasiun besar minimal 2 buah, untuk
stasiun sedang dan kecil minimal 1 buah.
Di stasiun harus ada penempatan assembly point yaitu papan
informasi agar jika terjadi bencana, penumpang dapat langsung
menuju tempat berkumpul darurat yaitu di assembly point.
Penempatan assembly point menyesuaikan kondisi stasiun dimana
dalam penempatannya harus memperhatikan:
a. Jauh dari bangunan.
b. Jalur menuju lokasi dari dalam stasiun mudah dengan
dilengkapi informasi penunjuk arah.
c. Dari assembly point harus ditempatkan papan informasi penunjuk
arah untuk keluar wilayah stasiun/tempat aman.
39
4. Pelayanan Keamanan
Pelayanan keamanan adalah pelayanan keamanan dari petugas
keamanan yang ada di stasiun disamping kamera CCTV yang
beroperasi selama 24 jam, sehingga mencegah adanya tindak
kriminal di stasiun. Untuk sterilisasi dari kemungkinan bahaya
ancaman senjata tajam, senjata api dan bahan peledak, maka untuk
stasiun kelas besar harus dilengkapi metal detector, walktrough
detector dan inspection mirror.
5. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang diberikan oleh
petugas kesehatan untuk penumpang dan pegawai operasional
kereta api yang menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya
darurat. Pelayanan ini dapat dimanfaatkan selama 24 jam dengan
ruangan khusus untuk pelayanan kesehatan di stasiun. Pelayanan
kesehatan di stasiun minimal 2 orang dan minimal menyediakan alat-
alat standar P3K dan obat-obatan.
6. Pelayanan Umum
a. Layanan Toilet dan Mushola
Pelayanan toilet merupakan pelayanan umum yang
harus ada di stasiun tanpa dipungut biaya/jasa atas penggunaan
pelayanan tersebut yang dapat dipakai untuk buang air kecil dan
air besar dimana terpisah antara toilet pria dan wanita.
Pelayanan mushola yaitu pelayanan tempat untuk
beribadah bagi yang beragama islam dengan ketentuan minimal
40
harus tersedia tempat wudlu untuk pria dan wanita. Mushola
minimal harus dilengkapi pengeras suara, kipas angin/pendingin
udara dan perangkat alat sholat.
b. Layanan Ruang Tunggu
Pelayanan ruang tunggu merupakan pelayanan umum
yang dipakai penumpang untuk menunggu kedatangan kereta
api. Pelayanan ini dibagi menjadi 3 macam yaitu :
- Pelayanan Ruang Tunggu Umum
Pelayanan ini diperuntukkan bagi semua kelas penumpang
kereta api.
- Pelayanan Ruang Tunggu Eksekutif
Pelayanan ini diperuntukkan untuk penumpang kereta api
kelas eksekutif.
- Pelayanan Ruang Tunggu VIP
Pelayanan ini diperuntukkan untuk pejabat kereta api,
dinas dari lembaga pemerintahan dan tamu khusus.
c. Layanan Parkir Kendaraan
Pelayanan parkir merupakan pelayanan ketersediaan
tempat parkir kendaraan yang dapat dimanfaatkan oleh
penumpang untuk memarkirkan kendaraanya baik mobil, motor
maupun sepeda roda dua yang ada di area stasiun. Area
parkir mempunyai ketersediaan lahan untuk bisa menampung
kendaraan pribadi dan umum.
41
Tabel 2.02
Jumlah parkir sesuai dengan jenis stasiun
No.
Jenis Kendaraan
Jenis Stasiun
Besar Sedang Kecil
1. Mobil Pribadi 200 10
0
20
2. Taksi si
un
20
10 5
3. Motor 150 150 100
Sumber : https://kip.kereta-api.co.id
d. Pertokoan, ATM, Money Changer, TITAM
- Pertokoan
adalah pelayanan yang menyediakan makanan dan minuman
atau kebutuhan yang lain (misal: bacaan, obat-obatan,
souvenir dan lain lain) bagi penumpang tanpa disediakan
tempat (meja dan kursi). Dengan jam operasionalnya dapat
menyesuaikan jam operasional kereta api.
- Pelayanan ATM
adalah pelayanan untuk dapat bertransaksi tunai atau non
tunai yang ada distasiun selama 24 jam. Untuk stasiun besar
dan sedang minimal harus ada 1 ATM Center dimana
minimal harus ada 3 merchant bank, dengan jenis banknya
disesuaikan dengan kebutuhan di stasiun. Untuk stasiun
kecil pelayanan ATM disesuaikan dengan occupancy
penumpang.
42
- Money Changer
adalah tempat penukaran uang asing dimana layanan ini
harus disesuaikan dengan kebutuhan stasiun sehingga
pelayanan terhadap penumpang bisa optimal.
- TITAM
adalah layanan Tiket terpadu antar moda dimana
penumpang dapat menikmati layanan tiket tunggal yang
dapat dipakai dua hingga tiga jenis transportasi sekaligus
sehingga penumpang kereta api yang akan melanjutkan
perjalanan dengan bus atau kapal tidak perlu membeli tiket
berkali-kali.
7. Pelayanan Khusus
a. Pelayanan untuk Penyandang Cacat dan Lansia
Pelayanan untuk penyandang cacat dan lansia yaitu
pelayanan yang dikhususkan untuk para penyandang cacat
(difabel) dan orang usia lanjut untuk kemudahan atau
aksesibilitasnya didalam stasiun yang tentunya sampai orang
penyandang cacat atau dan lansia tersebut mendapatkan
pelayanan yang diperlukan di dalam stasiun atau sampai masuk
ke dalam kereta.
Pelayanan ini dapat berupa kursi roda, dan prioritas untuk
menggunakan lift pada stasiun. Ramp harus tersedia di semua
43
kelas stasiun yang didesain sesuai dengan kebutuhan untuk
membantu memudahkan penyandang cacat dan lansia naik
peson sehingga dengan mudah masuk ke dalam kereta.
b. Pelayanan untuk Ibu Menyusui
Pelayanan yang disediakan di stasiun untuk ibu menyusui
adalah ruangan khusus yang bisa disatukan dengan ruangan
eksekutif dengan ukuran minimal untuk 5 orang dengan
dinding pembatas sehingga ibu yang menyusui merasa
nyaman.
c. Pelayanan Smoking Area
Pelayanan smoking area adalah pelayanan tempat atau
ruangan khusus di stasiun yang disediakan bagi
penumpang yang merokok, sehingga tidak mengganggu
penumpang yang lain yang tidak merokok.
II.4.7. Pengaturan Zona Pelayanan dan Sirkulasi Penumpang
a. Pengaturan Zona Pelayanan Stasiun
Pembagian zona pelayanan stasiun ini dimaksudkan agar
pengaturan orang di stasiun lebih mudah dan lebih teratur karena
akan berdampak langsung terhadap kenyamanan penumpang.
Zona pelayanan stasiun dibagi menjadi 3 yaitu:
- Zona Penumpang Bertiket atau Zona I
Zona I merupakan tempat steril yang khusus disediakan
bagi penumpang bertiket yang telah siap memasuki kereta.
44
Tempat ini adalah area peron dan jenis peron tinggi
merupakan rekomendasi untuk standardisasi stasiun.
- Zona Calon Penumpang Bertiket atau Zona II
Zona II merupakan tempat yang disediakan bagi calon
penumpang bertiket yang menunggu datangnya kereta yaitu:
Ruang tunggu (umum, eksekutif, vip)
Semua ruang dalam yang ada di stasiun setelah calon
penumpang pemeriksaan tiket/portir.
- Zona Umum atau Zona III
Zona III merupakan tempat dimana calon penumpang,
pengantar dan orang umum mendapatkan pelayanan sebelum
masuk ke dalam zona II. Zona III dimaksud adalah zona calon
penumpang dan umum sebelum diperiksa tiketnya atau
sebelum masuk peron, yang termasuk zona I adalah:
➢ Hall
➢ Tempat parkir
➢ Halaman stasiun; dan semua ruang yang yang
dibatasi oleh tempat pemeriksaan tiket/portir.
b. Pengaturan sirkulasi Penumpang di Stasiun
- Pengaturan Arah Sirkulasi Penumpang
Pengaturan sirkulasi penumpang di stasiun harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
➢ Tidak terjadi persilangan akses antara penumpang
yang akan naik kedalam kereta api dengan
penumpang yang akan turun dari kereta api.
45
➢ Pintu masuk dipisahkan dengan pintu keluar stasiun.
➢ Kapasitas/Ukuran pintu masuk dan keluar
Penumpang sesuai dengan Volume penumpang yang
ada.
Berikut skema alur sirkulasi dan pembagian zona di stasiun:
Gambar 2.15 Alur Serkulasi Zona Stasiun
Sumber : https://elib.unikom.ac.id
- Pengaturan Arah Sirkulasi Kendaraan Maupun Pejalan Kaki di
Area Parkir atau depan Stasiun
Area parkir maupun depan stasiun harus diatur arah
sirkulasi kendaraan maupun pejalan kaki sedemikian rupa
sehingga:
➢ Tidak Terjadi pertabrakan akses antara penumpang
yang ingin masuk kedalam kawasan stasiun
dengan penumpang yang ingin keluar dari
kawasan stasiun.
➢ Memisahkan arus sirkulasi bagi pengendara dengan
pejalan kaki.
46
➢ Memberikan droping zone pada bagian depan stasiun.
➢ Pengaturan Sirkulasi Kendaraan di Depan Stasiun
untuk mendukung Intermoda.
II.4.8. Studi Banding Stasiun Kereta Bandara
II.4.8.I Stasiun Kereta Bandara Soekarno Hatta.
Merupakan stasiun kereta bandara (airport raillink station) kelas I
yang berada di Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta yang terletak
di Pajang, Benda, Kota Tangerang, Banten, termasuk daerah operasi I
Jakarta dan Stasiun Kereta Bandara ini adalah Stasiun ke dua yang ada di
Indonesia dan beroperasi setelah Stasiun Kereta Bandara Kualanamu,
Medan, Sumatera Utara.
Bangunan stasiun yang berlantai dua ini dikelola oleh PT. Railink
dan bekerja sama dengan Angkasa Pura II sebagai pengelola bandara,
stasiun ini melayani penumpang bandara yang akan menuju ke Stasiun
Batuceper, Stasiun Duri, Stasiun Sudirman, hingga Stasiun Manggerai,
maupun sebaliknya. Stasiun kereta bandara Soekarno Hatta ini mulai
melayani penumpang pada 26 Desember 2017 dan diresmikan pada 2
Januari 2018. Stasiun kereta ini terhubung dengan bangunan integrasi yang
melayani moda pengangkut penumpang milik bandara yaitu Kalayang
(kereta layang), moda transportasi ini menghubungkan Stasiun dengan tiga
terminal bandara yang ada di Bandara Internasional Soekarno Hatta.
(wikipedia).
47
Gambar 2.16 Facade bangunan stasiun kereta bandara Soetta
Sumber : Data Pribadi (Survey Lokasi)
Desain yang dinamis dapat dilihat dari bentuk atap, stasiun bandara
ini menitik beratkan pada kenyamanan pengunjung atau pengguna jasa
kereta dalam hal aksesibilitas dan fasilitas, yang dapat dilihat dari pintu
masuk utama dan lobby yang luas dengan adanya void serta adanya
fasilitas ruang tunggu yang super nyaman dengan dilengkapi dengan layar
TV, Free Wifi dan Charging Station.
Gambar 2.17 Denah lantai 1 stasiun kereta bandara Soetta
Sumber : Data Pribadi (Survey Lokasi)
48
Gambar 2.18 Denah lantai 2 stasiun kereta bandara Soetta
Sumber : Data Pribadi (Survey Lokasi)
Pola sirkulasi pada Stasiun ini adalah Linier yang memudakan para
pengguna memahami alur kegiaran, alur kegiatan pada Stasiun Kereta
Bandara Soetta sebagai berikut :
a. Menuju Bandara
b. Dari Bandara
Stasiun kereta Bandara Soetta memiliki ruang dan fasilitas sebagai berikut:
a. Ruang dengan Fungsi Publik
Hall / Lobby
Tenant / Retail
Ruang Informasi
Ruang Tunggu
49
Vending Machine (Mesin pembelian tiket kereta)
ATM Center
Smoking Area
Peron
b. Ruang dengan Fungsi Private
Office
Ruang Manager
Ruang Asisten Manager
Ruang Staff
Ruang Rapat
Pantry
Ruang Ibu Menyusui
Ruang Security
c. Ruang dengan Fungsi Service
Lavatory
Toilet difabel
Musholla
Money Changer
Medical Service
Tangga Emergency
Ruang Panel
Ruang Genset
Ruang MHPV & AHU
Ruang CCTV
Gudang
Lift Umum dan Lift Barang
50
Gambar 2.19 Tata Ruang Luar Stasiun Kereta Bandara Soetta
Sumber : Data Pribadi (Survey Lokasi)
HASIL ANALISIS BANGUNAN
a. Tata Ruang Luar Stasiun Kereta Bandara Soetta
Site pada bangunan ini mempunya dua jalan yang
bersampingan dengan site, sehingga area ruang luar dan
fasad bangunan di desain dengan dua muka yang simetris.
Fasad bangunan didominasi oleh material kaca dan bata
ekspos.
Area luar yang di gambarkan warna hijau adalah area yang
di tanami oleh rumput dan pohon ketapang kencana, area
hijau yang ada diluar bangunan tidak cukup luas, hanya
sebatas GSB saja.
Pintu masuk utama (Entrance) di gambarkan dengan
warna biru, berada pada sisi timur bangunan, kanopi yang
besar dan luas menyambut para penumpang yang datang.
Area entrace menggunakan material batu alam dan
keramik.
Entr
ance
51
Gambar 2.20 Tata Ruang Dalam Stasiun Kereta Bandara Soetta
Sumber : Data Pribadi (Survey Lokasi)
b. Tata Ruang Dalam Stasiun Kereta Bandara Soetta
Pengunjung dan penumpang disambut oleh pintu masuk
utama yang cukup luas dengan menggunakan pintu kaca
automatis menuju ke area lobby.
Sirkulasi yang digunakan pada bangunan ini adalah linier
sesuai dengan fungsinya, sirkulasi yang jelas memberi
kemudahan dan kenyaman bagi pengguna bangunan.
Area lobby yang luas terdapat atrium dan area informasi
di tenganya, pemberian void pada lobby memberi kesan
yang megah dan sangat luas.
Sekeliling lobby terdapat area servis, komersial dan ruang
tunggu beserta fasilitas-fasilitas lainnya, sehingga
terjangkau oleh mata.
Warna di dominasi oleh warna putih dari material ACP
maupun cat. Dan sedikit ornamen kayu yang digunakan
pada interior bangunan.
52
Gambar 2.21 Sistem Struktur Stasiun Kereta Bandara Soetta
Sumber : Data Pribadi (Survey Lokasi)
Terdapat dua jalur peron dengan lebar masing-masing 2
meter dan dilengkapi dengan material menunjuk
penyandang disabelitas.
c. Sistem Struktur Stasiun Kereta Bandara Soetta
Pola Struktur utama bangunan ini adalah Grid dengan
bentang rata-rata 8 meter.
Struktur utama yang digunakan adalah pipa baja dengan
diameter 80cm pada bagian kolom utama dan 40cm pada
kolom diagonal.
Struktur atap pun menggunakan pipa baja diameter 40cm
yang di ekspos, sehingga mayoritas struktur pada
bangunan ini adalah baja.
53
d. Sistem Utilitas Stasiun Kereta Bandara Soetta
Sistem Utilitas Mekanikal, Elektrikal dan Plumbing
Terdapat ruang Genset, Travo, dll yang ditetakan pada
area servis lantai 1, dan terdapat ruang AHU serta panel
di lantai 2.
Alat transportasi vertikal yang digunakan adalah
terdapat 4 eskalator dan 2 elevator.
Sistem pencahayaan menggunakan lampu LED dan
pada siang hari pencahayaan di bantu oleh skylight
yang ada pada sisi atap.
Sitem tata udara menggunakan HVAC atau AC
Sentral.
Sistem pemadam kebakaran menggunakan Splinkler,
Smoke Detector, APAR dan Box Hydrant.
Sistem keamanan CCTV yang diletakan pada area
tertentu dan menjangkau seluruh area publik.
Terdapat juga sistem tata suara yang diletakan pada
plafon.
Sistem plumbing pada bagunan ini menggunakan
sumber air dari sumur bor.
System pembungan air kotor terhubung dengan
septicktank dan sumur resapan yang ada di sisi selatan
bangunan
54
Gambar 2.22 Ekstetika Luar Stasiun Kereta Bandara Soetta
Sumber : Data Pribadi (Survey Lokasi)
e. Tampilan / Estetika Stasiun Kereta Bandara Soetta
Ekstetika luar bangunan
Secara visual bangun ini berbentuk persegi sesuai
dengan sirkulasi yang linier dengan atap yang seperti
payung besar seakan akan melindungi bangunan dari
panas dan juga hujan.
Bentuk fasad yang simetris memberi keseimbangan
terhadap tampilan, dan kesesuaian terhadap site.
Bangunan ini memberi keterbukaan pada siapa saja
yang melihat maupun yang megunjungi, dengan
adanya kanopi entrance yang luas dan material kaca
yang mayoritas mentupi kulit bagunan.
Material bata ekspos juga digunakan pada fasad
bangunan untuk area dinding masif, memberi tekstur
alami dan seimbang dengan bangunan bandara soetta
55
Gambar 2.23 Ekstetika dalam Stasiun Kereta Bandara Soetta
Sumber : Data Pribadi (Survey Lokasi)
Ekstetika dalam bangunan
Tampilan dalam bangunan sangat modern, kesan luas
di tunjukan pada area lobby yang terdapat void dan
penggunaan warna cerah (putih).
Kesan nyaman ditujukan pada material furnitur yang
modern dan fasilitas-fasiltas yang di suguhkan.
Konstruksi kolom struktur baja yang di ekspos pada
bagian lantai 2 dengan bentuk diagonal dan bagian atap
memberi estetika permainan struktur yang kuat dan
indah.
II.4.8.2 Stasiun Kereta Api Bandara Kualanamu, Medan
Adalah stasiun kereta api yang berada di Bandar Udara
Internasional Kualanamu dan termasuk ke dalam Divisi Regional
Sumatera Utara dan aceh. Stasiun ini terletak satu kompleks dengan
bandara tersebut, stasiun ini saat melayani perjalanan KA Bandara dari
dan ke Stasiun Medan.
56
Gambar 2.24 Facade Bangunan Stasiun KA Bandara Kualanamu
Sumber : Instagram @Kabandara
Stasiun kereta bandara kualamu hanya memiliki 2 jalur, namun
stasiun ini berstastus stasiun kelas besar, dengan pimpinan Kepala
Stasiun Besar (KSB), Wakil KSB, dan dibantu PPKA (Pengatur
Perjalanan Kereta Api). Stasiun ini mempunyai 3 peron, peron 1 dan 3
digunakan untuk penumpang yang baru datang dari Stasiun Medan,
sedangkan peron 2 digunakan untuk penumpang yang akan berangkat
menuju Stasiun Medan. stasiun ini berada di bawah operasional PT
Railink, merupakan stasiun kereta bandara kedua di indonesia setelah
Stasiun Maguwo. (Wikipedia)
Denah bangunan ini berbentuk persegi panjang sesuai dengan
sistem sirkulasi linier, bentuk bangunan dengan fasad oval banyak
mengunakan material metal, atap bangunan melengkung sampai
menutupi tampak samping kanan kiri seperti bentuk cangkang. Fasad
bangunan 40% menggunakan kaca dan 60% bentuk lengkung berbahan
metal menyatu dengan atap, sebagai akses konekttifitas terdapat sky
bridge atau jembatan yang langsung terhubung dengan terminal bandara.
57
II.5. Tinjauan Arsitektur Kontekstual
Menurut Bill Roun, kontekstual menekankan bahwa sebuah
bangunan harus mempunyai kaitan dengan lingkungan (bangunan yang
berada di sekitarnya). Keterkaitan tersebut dapat dibentuk melalui proses
menghidupkan kembali nafas spesifik yang ada dalam lingkungan
(bangunan lama) ke dalam bangunan yang baru sesudahnya. Maka,
arsitektur kontekstual menurut pemahaman saya adalah sebuah metode
perancangan yang mengkaitkan dan menyelaraskan bangunan baru dengan
karakteristik lingkungan sekitar.
Gerakan pengusung paham arsitektur kontekstual sendiri muncul
dari penolakan dan perlawanan terhadap arsitektur modern sebagai ikon
gaya internasional yang antihistoris, monoton, bersifat industrialisasi, dan
kurang memerhatikan kondisi bangunan lama di sekitarnya. Sehingga,
kontekstualisme selalu dihubungkan dengan kegiatan konservasi dan
preservasi karena berusaha mempertahankan bangunan lama khususnya
yang bernilai historis dan membuat koneksi dengan bangunan baru atau
menciptakan hubungan yang simpatik, yang akan menghasilkan sebuah
kontinuitas visual.
Untuk mewujudkan dan mencapai arsitektur kontekstual dicapai
melalui :
a. Fisik : Kontekstual pada aspek fisik, dicapai dengan motif-motif desain
setempat seperti bentuk massa, pola atau irama dan ornamen desain
menggunakan bentuk-bentuk dasar sama, tetapi mengaturnya kembali
sehingga tampak berbeda.
58
b. Non Fisik : Aspek non fisik dihadirkan melalui fungsi, filosofi maupun
teknologi.
Salah satu contoh pendekatan ini adalah rumah-rumah di Rumah-
rumah tersebut merupakan bangunan baru yang mengadaptasi gaya
Renaisans yang ingin menggantikan bangunan lama yang hancur saat
Perang Dunia II. Kontinuitas visual terlihat dari bentuk massa dan irama
bukaan atau jendela.
Kontras pada bangunan sekarang dan yang telah ada dapat menciptakan
lingkungan urban yang baik dan menarik, namun jika terlalu banyak akan
menimbulkan kekacauan. Sebagai contoh museum Louvre di Paris,
Perancis.
Gambar 2.25 Porte Vecchio, Italia
Sumber : https://joheuniyagi.wordpress.com/walkin-in-the-world-with/iu/
Gambar 2.26 Museum Louvre di Paris, Perancis
Sumber : http://repository.unika.ac.id/15431/6/13.11.0005
59
II.6. Tinjauan Rumah Adat Lampung
Rumah adat Lampung bernama Nuwou Sesat, berasal dari 2 kata
“Nuwou” berarti rumah dan Sesat berarti adat. Fungsi utama dari rumah
adat Nuwou Sesat ini adalah untuk balai atau tempat berkumpulnya seluruh
warga. Berbentuk rumah panggung, rumah adat berguna juga untuk
menghindari binatang buas. Bangunannya pun dibuat kokoh dan tahan
gempa, karena sejak dahulu masyarakat Lampung sudah mengenal apa itu
gempa bumi, dengan itu mereka membuat rumah mereka tahan akan gempa
bumi.
Dengan berbentuk rumah panggung, rumah adat Lampung memiliki
tangga untuk akses keluar-masuk masyarakat pemilik rumah adat Lampung.
Dilengkapi dengan emper kecil bernama anjungan yang selalu terlihat dibagian
depan atau teras setiap rumah. Anjungan tersebut berfungsi sebagai tempat
bersenda gurau para masyarakat Lampung ketika sedang tidak ada kegiatan. Hanya
berkumpul bersama tetangga dekat rumah.
Gambar 2.27 Rumah Adat Lampung
Sumber : https://infolpg.com/rumah-adat-lampung/
60
II.7. Tinjauan Arsitektur Hijau
II.7.1. Pengertian
Green Architecture atau sering disebut sebagai Arsitektur Hijau
adalah arsitektur yang minim mengonsumsi sumber daya alam, termasuk
energi, air, dan material, serta minim menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan.
Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan perencanaan bangunan
yang berusaha untuk meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan
pada kesehatan manusia dan lingkungan.
Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya
di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan
di mana mereka tinggal. Istilah keberlanjutan menjadi sangat populer ketika
mantan Perdana Menteri Norwegia GH Bruntland memformulasikan
pengertian Pembangunan Berkelanjutan (sustaineble development) tahun
1987 sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia masa
kini tanpa mengorbankan potensi generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhan mereka sendiri. (http://gospoth.blogspot.com)
Misalnya, dalam perhitungan kasar, jika luas rumah adalah 100
meter persegi, dengan pemakaian lahan untuk bangunan adalah 60 meter
persegi, maka sisa 40 meter persegi lahan hijau, Jadi komposisinya adalah
60:40. Selain itu membuat atap dan dinding menjadi konsep roof garden dan
green wall. Dinding bukan sekadar beton atau batu alam, melainkan dapat
ditumbuhi tanaman merambat. Selain itu, tujuan pokok arsitektur hijau
61
adalah menciptakan eco desain, arsitektur ramah lingkungan, arsitektur
alami, dan pembangunan berkelanjutan.
Selain itu, arsitektur hijau diterapkan dengan meningkatkan efisiensi
pemakaian energi, air dan pemakaian bahan-bahan yang mereduksi dampak
bangunan terhadap kesehatan. Arsitektur hijau juga dapat direncanakan
melalui tata letak, konstruksi, operasi dan pemeliharaan bangunan.
II.7.2. Prinsip-prinsip arsitektur hijau
Penjabaran prinsi-prinsip green architecture beserta langkah-
langkah mendesain green building menurut: Brenda dan Robert Vale, 1991,
Green Architecture Design fo Sustainable Future:
1. Conserving Energy (Hemat Energi)
Sungguh sangat ideal apabila menjalankan secara operasional suatu
bangunan dengan sedikit mungkin menggunakan sumber energi yang
langka atau membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkannya
kembali. Solusi yang dapat mengatasinya adalah desain bangunan harus
mampu memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan lingkungan
bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan
memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Cara
mendesain bangunan agar hemat energi, antara lain:
1. Banguanan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan
pencahayaan dan menghemat energi listrik.
2. Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi
thermal sebagai sumber listrik dengan menggunakan alat
62
Photovoltaic yang diletakkan di atas atap. Sedangkan atap dibuat
miring dari atas ke bawah menuju dinding timur-barat atau sejalur
dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan sinar matahari
yang maksimal.
3. Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya
rendah. Selain itu juga menggunakan alat kontrol
penguranganintensitas lampu otomatis sehingga lampu hanya
memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat
terang tertentu.
4. Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat
mengatur intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk
ke dalam ruangan.
5. Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak
menyilaukan, yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya.
6. Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas
dihasilkan oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui
lubang ventilasi.
7. Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan
lift.
2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi
alami)
Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi
dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi
63
alam, iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta
pengoperasian bangunan, misalnya dengan cara:
1. Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.
2. Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk
mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan.
3. Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya
dengan membuat kolam air di sekitar bangunan.
4. Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan
ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai
kebutuhan.
3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)
Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan
tapaknya. Hal ini dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi
konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan
sekitar, dengan cara sebagai berikut.
1. Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang
mengikuti bentuk tapak yang ada.
2. Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan
mendesain bangunan secara vertikal.
3. Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak
lingkungan.
4. Menggunakan material kayu yang bersertifikat.
64
4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)
Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan
yang sangat erat. Kebutuhan akan green architecture harus
memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam perencanaan
dan pengoperasiannya.
5.Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)
Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material
yang ada dengan meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada
akhir umur bangunan dapat digunakan kembali unutk membentuk
tatanan arsitektur lainnya.
6. Holistic
Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5
poin di atas menjadi satu dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip
green architecture pada dasarnya tidak dapat dipisahkan, karena saling
berhubungan satu sama lain. Tentu secar parsial akan lebih mudah
menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu, sebanyak mungkin
dapat mengaplikasikan green architecture yang ada secara keseluruhan
sesuai potensi yang ada di dalam site.
7. High Performance Building
Bangunan yang disebut green arsitektur juga harus memiliki sifat
ini, artinya memanfaatkan tenaga alam dengan dukungan teknologi
tinggi.
Contohnya :
65
1. Menggukan material atau alat yang dapat memberi energy
terbarukan.
2. Penggunan panel surya (Solar Cell) untuk memanfaatkan energi
panas matahari sebagai sumber pembangkit tenaga listrik bangunn.
3. Penggunaan material-material yang dapat di daur ulang.
Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan perencanaan bangunan
yang berusaha untuk meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan
pada kesehatan manusia dan lingkungan. Sebagai pemahaman dasar dari
arsitektur hijau yang berkelanjutan, elemen-elemen yang terdapat
didalamnya adalah lansekap, interior, yang menjadi satu kesatuan dalam
segi arsitekturnya. Dalam contoh kecil, arsitektur hijau bisa juga
diterapkan di sekitar lingkungan kita. Yang paling ideal adalah
menerapkan komposisi 60 : 40 antara bangunan rumah dan lahan hijau,
membuat atap dan dinding dengan konsep roof garden dan green wall.
Dinding bukan sekadar beton atau batu alam, melainkan dapat ditumbuhi
tanaman merambat. Tujuan utama dari green architecture adalah
menciptakan eco desain, arsitektur ramah lingkungan, arsitektur alami,
dan pembangunan berkelanjutan. Arsitektur hijau juga dapat diterapkan
dengan meningkatkan efisiensi pemakaian energi, air dan pemakaian
bahan-bahan yang mereduksi dampak bangunan terhadap kesehatan.
Perancangan Arsitektur hijau meliputi tata letak, konstruksi, operasi dan
pemeliharaan bangunan. Konsep ini sekarang mulai dikembangkan oleh
berbagai pihak menjadi Bangunan Hijau (green building).
66
II.7.3. Kriteria Penilaian Arsitektur Hijau / Green Building
Green Building Council Indonesia (GBCI) tercatat sebagai
anggota dari World Green Building Council yang berpusat di Kanada,
terbentuk pad tahun 2009, GBCI melalukan berbagai kegiatan pendidikan
masyarakat secara luas serta menyelenggarakan sertifikasi bangunan hijau
di Indonesia berdasarkan perangkat penilaian khas Indonesia, yang diberi
nama GREENSHIP. Penyusunan sistem rating oleh GBCI dilakukan untuk
lima katagori utama yaitu :
Bangunan Baru (New Building)
Bangunan Eksisteng (Existing Building)
Interior Space
Home / Rumah
Neighborhood
Greenship sebagai sebuah sistem rating untuk bangunan iklim tropis khas
Indonesia terbagi atas enam aspek yang terdiri dari :
Tepat Guna Lahan
Efisiensi dan Konservasi Energi
Konservasi Air
Sumber & Siklus Material
Kesehatan dan Kenyamanan Ruang
Manajemen Lingkungan Bangunan
67
Berikut ini nilai maksimum dalam penilaian 6 kriteria utama GBCI :
Tabel 2.03
Kriteria Greenship Berdasarkan Katagori Bangunan
Sumber : http://gbcindonesia.org/
II.7.4. Strategi Desain Penerapan Arsitektur Hijau Pada Bangunan
(Sumber : Alison G.Kwok, AIA dan Walter T. Grondzik, PE
dalam buku “The Green Studio Handbook, Environmental strategies for
schematic design” )
Ada 6 strategi utama yang bisa diterapkan dalam desain green architecture
yaitu :
1. Envelope : berkaitan dengan pelingkup ruang
2. Lighting : berkaitan dengan pencahayaan
3. Heating : berkaitan dengan pemanasan
4. Cooling : berkaitan dengan pendinginan
5. Energy production : berkaitan dengan produksi energi
6. Water and waste : berkaitan dengan air dan sampah
68
1. Envelope
Aplikasi yang bisa dilakukan yang berkaitan dengan envelope
(pelingkup) adalah :
Insulation Material
Adalah material tambahan yang berfungsi menghambat transfer
energi panas melalui pelingkup ruang. Berikut ini beberapa
material yang digunakan sebagai material insulasi:
Tabel 2.04
Daftar insulasi termal berbagai material insulasi
Sumber : https://dokumen.tips/documents/strategi-desain-arsitektur-
hijau.html
Double envelopes
Adalah penggunaan pelingkup ganda. Biasanya digunakan pada
pelingkup transparan. Terdiri dari 3 bagian
1. Outer façade : berfungsi sebagai pelindung dari
cuaca dan isolasi akustik awal
69
2. Intermediate space : berfungsi sebagai buffer thermal
3. Inner façade : berfungsi sebagai optimum thermal barrier
Dengan pengunaan double envelope ini, transfer energi panas
dapat dihambat
Gambar 2.28 penerapan double envelopes
Sumber : Alispn G Kwok, laporan tugas akhir Asrial D
Green Roof
Adalah penggunaan atap bertanaman. Atap hijau berguna sebagai
insulasi alami yang dapat mendinginkan permukaan bangunan
sekitar 10-25 %. Sementara itu, suhu di dalam bangunan pun turun
kurang lebih 3-4 derajat di bandingkan suhu luar bangunan.
Berikut ini kedalaman tanah minimum untuk berbagai jenis
tanaman pada aplikasi green roof
70
2. Lighting
Aplikasi yang bisa dilakukan yang berkaitan dengan lighting
(pencahayaan) adalah :
Daylight Factor (DF)
Adalah perbandingan intensitas di dalam ruangan dengan di luar
ruangan. Faktor yang mempengaruhi DF antara lain :
• Ukuran lubang pemasuk cahaya (seperti jendela, skylight dan
lain-lain)
• Lokasi lubang pemasuk cahaya (seperti sidelighting,
toplighting dan lain-lain)
• Akses untuk cahaya matahari (seperti pertimbangan site,
bangunan, furniture dan lain-lain)
• Geometri ruang ( seperti tinggi, lebar dan kedalaman)
• Lokasi daerah yang menarik dari lubang pemasuk cahaya.
• Pantulan permukaan ruang dan isinya.
• Pantulan benda-benda diluar ruang yang mempengaruhi
pada cahaya matahari yang masuk melalui lubang pemasuk
cahaya.
• Dan lain-lain
71
Daylight zoning
Adalah pengelompokan ruangan dengan kebutuhan penerangan
yang sama. Efeknya adalah pada penempatan posisi ruang
terhadap sumber cahaya.
Toplighting
Adalah strategi pencahayaan alami dengan lubang masuk cahaya
berada di atas / atap
Perkiraan ukuran lubang masuk cahaya untuk mendapatkan DF
tertentu dapat dihitung dengan persamaan :
A = required area of aperture, ft2
[m2]
DFavg = target daylight factor
Afloor = illuminated floor area, ft2
[m2]
AE = aperture effectiveness factor (see Table 4.5)
Internal reflectances
Adalah permukaan yang digunakan untuk memantulkan cahaya
yang ada / masuk dalam ruang permukaan ini akan
mempengaruhai kualitas pencahayaan dalam ruang.
Shading devices
Adalah permukaan yang digunakan untuk menghalangi cahaya
matahari ada 2 macam :
1. Shading devices tetap
72
2. Shading devices bergerak
Efek penggunaan :
Mengurangi bebean pendingin
Solar access whwn desired
Mengurangi silau
3. Cooling
Aplikasi yang bias dilakukan yang berkaitan dengan cooling
(pendingin) adalah :
Cross ventilation
Adalah aliran udara dingin dari luar ruangan ke dalam ruang dan
membawa udara panas keluar ruangan
Gambar 2.29 Cross ventilation
Sumber : https://dokumen.tips/documents/strategi-desain-arsitektur-
hijau.html
Stack ventilation
Adalah sistem ventilasi yang bekerja berdasarkan sifat udara
terhadap temperature. Prinsip dasar :
Udara panas puna kerapatan rendah bersifat singan dan
bergerak ke atas.
73
Udara lain yang lebih ringan akan mengisi ruang kosong
yang ditinggalkan udara panas yang bergerak ke atas.
Earth cooling tubes
Adalah pendingin ruangan mengunakan udara yang dilewatkan
dibawah tanah selama perjalanan dibawah tanah udara
didinginkan sesuai suhu tanah.
Gambar 2.30 earth cooling tubes
Sumber : https://dokumen.tips/documents/strategi-desain-arsitektur-
hijau.html
Earth sheltering
Adalah pendingin rungan menggunakan suhu tanah karena
sebagian pelingkup runag langsung berbatasan dengan tanah.
Gambar 2.31 sheltering
Sumber : https://dokumen.tips/documents/strategi-desain-arsitektur-
hijau.html
74
4. Energy Production
Aplikasi yang bias dilakukan berkaitan dengan energy production
(produksi energi) adalah :
Photovoltaics
Adalah sel untuk mengkonversi energi sinar matahar menjasi
energi listrik
Pemanasan sel surya bias dilakukan pada atap, fasade sebagai sun
shading dan ruang terbuka
Gambar 2.32 penempatan sel photovoltaics
Sumber : https://dokumen.tips/documents/strategi-desain-arsitektur-
hijau.html
Wind turbine
Adalah alat untuk mengkonversi energi angin menjadi energi
listrik.
Microhydro turbine
Adalah alat untuk mengkonversi energi aliran menjadi energi
listrik.
5. Water And Waste
Aplikasi yang bias dilakukan yang berkaitan dengan water and waste
(air dan sampah/limbah) adalah :
75
Water reuse / recycling
Adalah penggunaan kembali air setelah pengolahan. Biasanya air
yang diolah berasal dari grey water dan bukan black water.
Water reuse : penggunaan kembali air untuk aplikasi yang lain
Water recycling : penggunaan air untuk aplikasi yang sama.
Living machines
Adalah system pengolahan limbah dengan melalui serangkaian
tangka anaerobic dan aerobic sebagai rumah bakteri yang
menkonsumsi pathogen karbon dan nutrisi lainnya dalam air
limbah. Type living machines yang sering digunakan adalah
system hidroponik yang menggunakan bakteri dan tanaman.
Rainwater harvesting
Adalah mengumpulkan air hujan untuk berbagai keperluan
Ada 2 skala penggunaan :
Sistem kecil : mengumpulkan air hujan pada atap untuk
enggunaan domestic.
Sistem besar : menggunakan penyaring besar untuk
keperluan pengairan tanaman.
Pervious surfaces
Adalah penutup perrmukaan tanah yang memungkinkan air
masuk dan mengalir ke lapisan yang lebih bawah
76
Bioswales
Adalah penanaman tumbuhan pada aliran air dangkal terbuka
yang berguna sebagai penyaring dan memperlambat aliran air
permukaan
Retention ponds
Adalah kolam yang digunakan untuk mengontrol dan
menghilangkan polutan dari dalam site. Funsi umum adalah
menangkap, menyaring, membersihkan, memperlambat aliran air
dan memungkinkan meresap ke dalam tanah.
II.7.5. Studi Preseden Bangunan Arsitektur Hijau
1. Bandara Blimbingsari, Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia
Bandara Blimbingsari yang berada di Banyuwangi Provinsi
Jawa Timur, disebut sebagai green Airport atau bandara berkonsep Hijau
pertama di Indonesia. Green Airport menekankan pada optimalisasi lahan
pertanian yang ada di area bandara, serta keberpihakan pada masyarakat
sekitar bandara. Konsep ini juga menggunakan desain interior dari
produksi masyarakat setempat sehingga sangat menghargai material dan
produk lokalitas. Bandara dengan konsep Green Airport ini di desain oleh
Arsitek ternama Indonesia yaitu Andra Martin, Bandara ini memiliki
panjang landasan pacu 2.250 meter dan mampu menampung 250 ribu
penumpang.
77
Gambar 2.33 Fasad Bandara Blimbingsari, Banyuwangi
Sumber : https://www.banyuwangikab.go.id/
konsep green airport tanah yang digunakan tidak dihabiskan
untuk bandara tetapi untuk pembentukan Landscape pertanian. Tak hanya
itu, dalam konsep green airport ini, bandara sangat meminimalkan
penggunaan air conditioner (AC). Terminal baru ini akan memanfaatkan
sirkulasi udara yang diatur dengan kisi-kisi sebagai pendingin udara yang
dibantu aliran air untuk menyejukkan udara disekeliling terminal. Adapun
atap terminal akan terhampar luas rerumputan hijau dan energi alami
dimanfaatkan mengatur pencahayaan matahari sebagai penerang ruangan
di siang hari. Desain yang dibuat mengadopsi kearifan lokal dengan gaya
arsitektur khas suku Osing yakni masyarakat asli Banyuwangi.
Gambar 2.34 Atap Hijau Bandara Blimbingsari
Sumber : Sumber : https://www.banyuwangikab.go.id/
78
Atap terminal mengadopsi penutup kepala khas masyarakat suku Osing,
Udeng. Terminal baru Bandara Blimbigsari ini juga banyak
menggunakan ornamen, Konsep green airport ini hadir pada terminal
baru Bandara Blimbingsari yang mulai beroperasi April 2017 lalu.
Direktur Bandar Udara Direktorat Perhubungan Udara, Kementerian
Perhubungan, Yudisari mengatakan, green airport Blimbingsari akan
menjadi perwakilan desain bandara Indonesian Style.
2. Gedung Utama Kementerian PUPR, Jakarta
Gedung utama Kementeria PUPR terletak di Jl. Pattimura 20,
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan – 12110. Gedung Kementerian PU
merupakan sebuah pilot Project Green Building di kota Jakarta. Gedung
ini masuk kategori Platinum atau peringat tertinggi dalam penilaian
Greenship dengan nomor sertifikat : 002/PP/NB/III-2013. Berbagai
penghargaan telah diraih atas komitmen penerapan Green Building
tersebut, di antaranya Kementerian PUPR meraih Penghargaan Efisiensi
Energi Nasional Ke-4 Tahun 2015 (PEEN Ke-4 Tahun 2015) sebagai
Juara I Sub Kategori Gedung Hijau. Sebelumnya, Gedung Kementerian
PUPR juga telah mendapatkan sertifikasi Greenship Gold, bersama-sama
dengan German Center di Serpong BSD dan Kampus ITSB di Bekasi.
Greenship merupakan perangkat tolok ukur bangunan hijau di Indonesia
yang disusun oleh Green Building Council Indonesia (GBCI).
79
Gambar 2.35 Gedung Utama Kementerian PUPR, Jakarta
Sumber : http://iabhi.or.id/
Konsep eco-building dianggap sebagai salah satu solusi untuk
mengurangi kerusakan lingkungan, meminimalkan emisi karbon sebagai
penyebab utama global warming, dan mengatasi krisis energi yang
muncul sebagai dampak dari pesatnya industrialisasi pada berbagai
bidang, terlebih pada sektor konstruksi.
Gambar 2.36 Orientasi Gedung Utama Kementerian PUPR, Jakarta
Sumber : http://iabhi.or.id/
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) mengembangkan serta melaksanakan green building dan green
site di Kampus Kementerian PUPR. Pengembangan kampus PUPR
diarahkan ke ruang terbuka hijau (RTH) yang lebih besar. Gedung
80
Kementerian PU saat ini telah menerapkan Green Building yakni dapat
hemat beban pendingin, konsumsi energi per-tahun dapat ditekan hingga
61 persen. Gedung Utama Kementerian PUPR dibangun dengan konsep
green building dengan estimasi penghematan listrik sekitar 44% dan
penghematan sekitar 81% dalam penggunaan air. Desain keseluruhan
gedung lebih mengandalkan penerangan alami dari sinar matahari pada
siang hari dan juga menerapkan sensor penerangan otomatis yang akan
memadamkan lampu ketika tidak ada orang di setiap ruangannya.
BAB III
PENDEKATAN PERANCANGAN
III.1. Ide Perancangan
Ide dan gagasan perancangan Stasiun Kereta Bandara Radin Inten II
adalah menjadikan bangunan transportasi massal yang dapat
memudahkan masyarakat untuk berpindah dari transportasi darat ke
transportasi udara yang lebih efektif dan efisien, sehingga masyarakat
dapat beralih dari kendaraan pribadi. Bangunan ini akan memberi
fasilitas-fasilitas yang dapat memberi kenyaman dan kemudahan bagi
penumpang dan pengunjung baik dalam hal transportasi maupun
edukasi.
Bangunan ini akan terintegrasi dan terkoneksi dengan Bandara Radin
Inten II serta menerapakan pendekatan kontekstual yang
bersinambungan dengan lingkungan dan iklim tropis. Gagasan ini
muncul karena bangunan sejenis dipegaruhi oleh dampak yang timbul
akibat dari revolusi industri, sehingga kurang memikirkan dampak
negatif bagi lingkungan serta semakin meningkatnya jumlah
kendaraan pribadi yang menimbulkan emisi berlebih dan
meningkatmya isu tentang pemanasan global yang sebagian besar
adalah dari industri dan konstruksi.
82
III.2. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan arsitektur kontekstual pada perancangan Stasiun Kereta
Bandara Radin Inten II menghasilkan tema yaitu “Arsitektur Tropis
Modern”, yang bersinambungan dengan iklim dan menghasilkan
bangunan berkelanjutan dalam hal energi dan kondisi lokal lingkungan.
Beberapa hal yang menjadi pendekatan kontekstual ini antara lain :
III.2.1. Konteks Iklim
Bangunan sebagai hasil perancangan arsitektur dimaksudkan untuk
memberikan kenyamanan dan mendukung aktifitas manusia yang berada
di dalam bangunan. Kondisi ruang yang baik dapat membuat manusia
sebagai pemakai bangunan beraktifitas dengan baik seseuai dengan
kehendaknya. Oleh karena itu dalam perancangan arsitektur harus
memperhatikan faktor iklim sehingga sapat tercipta lingkungan dan
bangunan yang memberikan kenyamanan dan kesehatan terhadap
pemakainya.
Provinsi Lampung merupakan daerah beriklim tropis, dengan ciri-
ciri cukup panas dan banyak turun hujan. Musim kemarau berlangsung
antara Mei -September dan musim hujan antara Nopember – Mei. Angka
hujan rata-rata tahunan mencapai 2.000 – 3.000 mm, bahkan di bagian
barat mencapai 3.000 – 4.000 mm/tahun sedang di bagian timur Lampung
Selatan 1.000 – 2.000 mm/tahun. Pada daerah ketinggian 30 – 60 m suhu
rata-rata berkisar antara 26º C – 28º C. Suhu maksimum 33º C dan suhu
minimum 22º C. Rata-rata kelembaban udara antara 80% – 88% dan pada
daerah yang lebih tinggi kelembaban juga akan lebih tinggi.
83
Gambar 3.1 Suhu, Kelembaban dan Curah hujan
Sumber : http://en.climate-data.org/
Gambar 3.2 Suhu, Kelembaban dan Curah hujan
Sumber : http://en.climate-data.org/
Letak tapak yang termasuk wilayah Lampung Selatan mempunyai
kelembaban udara berkisar 60-95%, suhu udara tertinggi 32°C, suhu udara
terendah 21.8°C dengan suhu rata-rata berkisar antara 26°C - 27°C
Kecepatan angin pada rata-rata tapak berkisar 5 – 11 Km/Jam dengan arah
dominan dari Utara.
84
Penerapan Tema Arsitektur Tropis Modern pada Stasiun Kereta Bandara
Radin Inten II – Lampung :
Adanya overstek atau tertitisan pada bangunan untuk mencegah
tampias dan silau,
Jendela yang tidak terlalu lebar, dilindungi oleh tirai atau lapisan
Insulation,
Memberi bukaan atau ventilasi udara untuk penghawaan alami,
Atap Miring >30 derajat (pelana atau limasan) untuk mencegah panas
radiasi matahari dan air hujan yang jatuh dapat cepat mengalir,
Memperkecil luas permukaan yang menghadap ke timur dan barat
atau memblok area yang terpapar panas matahari,
Orientasi bukaan jendela lebih ke arah utara/selatan,
Melindungi permukaan bangunan dengan lapisan material wheather
shield, agar mudah dibersihkan dan dapat memberi perlindungan
terhadap paparan sinar matahari dan hujan,
Bangunan menggunakan warna terang untuk mencegah penyerapan
panas,
Material untuk eksterior lebih baik menggunakan material low, yang
tidak menimbulkan bising, zat beracun dan tahan tehap panas,
Menggunakan material alam lokal agar sebagai korelasi antara
manusia dengan alam, dan material lain yang di produksi tidak jauh
dari wilayah site,
Memaksimalkan vegetasi pada area site maupun bangunan digunakan
sebagai unsur peneduh di siang hari.
85
III.2.2. Konteks Keberlanjutan
1. Arsitektur Lampung
Dalam hubungan arsitektur dan budaya, rumah atau bangunan
tradisional di Indonesia dipandang sebagai bentuk keberlanjutan
budaya dan menjadi strategi adaptasi terhadap alam (gempa) melalui
rekayasa struktur konstruksi dengan eksplorasi material lokal (batu,
kayu dan bambu).
Provinsi Lampung merupakan pintu utama pulau sumatera, dan
pelabuhan serta bandara merupakan gerbang bagi para wisatawan
datang ke Provinsi Lampung, sehingga tampilan bentuk stasiun bandara
ini merujuk pada rumah adat Lampung dan menjadi salah satu ciri khas
Lampung. Rumah adat Lampung memiliki ragam hias pada elemen-
elemen seperti ornamenasi dan tata ruang adat yang memiliki arti
penting dalam kehidupan masyarakat Lampung.
2. Sustainable Development (Keberlanjutan)
Keberlanjutan merupakan penerapan dari arsitektur hijau, salah
satunya adalah dalam hal energi. Kenapa menghemat energi penting
untuk dilakukan? Seperti kita ketahui bahwa isu Global Warming
berdampak buruk bagi bumi dan energi bumi akan terus terkuras,
karena tidak semua sumber energi bisa di perbaharui. Seperti Minyak
bumi, gas, dan batubara yang digunakan untuk pembangkit listrik,
bahan bakar, dan lain-lain. Bila semua itu habis, maka tidak bisa kita
manfaatkan lagi di kemudian hari. Karena energi sangat terbatas, tidak
ada salahnya untuk mulai melakukan penghematan terhadap energi
86
yang ada dari sekarang bersama-sama. Agar generasi yang akan datang
dapat merasakan manfaat dari energi tersebut. Selain itu, perlu kita
ketahui bahwa masih banyak milyaran manusia di luar sana yang
kesulitan untuk memperoleh akses sumber energi, untuk itu kita harus
mempergunakannya dengan bijak dan selalu berinovasi dalam
penerapan energi terbarukan. Untuk hal keberlanjutan ini tidak hanya
energi yang diterapkan namun juga pada 6 kriteria yang diterapkan pada
penilaian GBCI, sehingga keberlanjutan bangunan Stasiun ini
berpedoman pada GBCI (Green Building Council Indonesia).
3. Material
Material bangunan merupakan bahan pokok yang digunakan
untuk tujuan konstruksi selain material alami juga banyak materil yang
di produksi pabrik, menentukan pemilihan material sangat penting
salah satunya pengaruh terhadap lingkungan. Material pokok yang akan
di gunakan pada bangunan Stasiun Kereta Bandara ini antara lain :
1. Material Struktur utama beton bertulang
Beton sebagai salah satu bahan bangunan sangat banyak dipakai di
dunia konstruksi. Hal ini dikarenakan sifat beton yang banyak
menguntungkan, seperti harga yang relatif murah jika debandingkan
dengan baja, dapat menahan gaya tekan yang besar, bahan
penyusunnya mudah didapat, serta dapat dibentuk sesuai dengan
kebutuhan konstruksi. Selain itu material beton ini juga pada area
site sangat mudah di dapat sehingga tidak membutuhkan waktu lama
dan tidak banyak mengkonsumsi bahan bakar.
87
Gambar 3.3 Beton Bertulang
Sumber : http://civilkitau.blogspot.com/2015
2. Material Genteng Tanah liat
Meterial penutup atap ini berbahan utama tanah liat yang diakhiri
dengan proses pembakaran, genteng ini diproduksi secara manual
oleh masyarakat desa pada umumnya. Di Provinsi Lampung cukup
banyak daerah-daerah yang memproduksi genteng tanah liat ini
contohnya Kabupaten Pringsewu sehingga cukup mudah untuk
mendapatkan material ini.
Kelebihan dan keunggulan genteng tanah liat antara lain adalah tidak
memunculkan hawa yang panas pada ruang meski matahari bersinar
dengan panas dan terik, hal ini sangat berbeda sekali dengan penutup
atap yang terbuat dari asbes, seng atau metal. Selain material ini juga
tidak menimbulkan bising. Dan beberapa hasil penelitian telah
membuat kesimpulan yang sama jika genteng dari tanah liat tidak
pernah menimbulkan efek negatif pada kesehatan.
88
Gambar 3.4 Genteng Tanah liat
Sumber : https://indonesian.alibaba.com
Gambar 3.5 Nuansa Bambu pada Langit-langit Bandara Barajas Madrid
Sumber : http://destinasian.co.id/8-bandara-tercantik-di-dunia/
3. Bambu
Bambu adalah material ringan yang berongga. Banyak orang
mengira bahwa rongga tengah bambu merupakan kelemahan bagi
bambu, padahal hal ini tidak benar. Bambu memang berongga, dan
rongga tengah pada bambu sebenarnya merupakan ciri khas
kekuatan bambu dan berfungsi sebagai bracer.Bracer dapat
memperkuat bambu dan membuat elemen yang biasa digunakan
sebagai struktur menjadi lebih ringan dan tidak kaku. Bambu juga
memiliki karakter elastis dan tidak mudah pecah sehingga struktur
bambu menjadi lebih dapat diandalkan.
89
Gambar 3.6 Kursi berbahan bambu
Sumber : https://id.carousell.com/p/kursi-bambu
III.3. Identifikasi Masalah
III.3.1. Permasalahan Umum
Bangunan stasiun pada umumnya cenderung belum bersinambungan
dengan lingkungan dan belum menerapkan bangunan berkelanjutan.
Konsep modern suatu bangunan yang tidak sesuai dengan
lingkungannya, sehingga terjadinya ketidak harmonisan hubungan
antar bangunan dengan lingkungan sekitar.
III.3.2. Permasalahan Arsitektural
Penggunaan beberapa material teknologi yang menerapkan bangunan
hijau masih sulit didapatkan di area tapak dengan kata lain perlu perjalanan
yang relatif jauh, sehingga belum bisa secara maksimal mengurangi emisi
dalam proses kontruksi.
III.4. Titik Berat Perancangan
Merancang bangunan stasiun kereta bandara dengan memberikan
kemudahan bertransaksi dan bertransportasi yang didasari oleh
90
keefektifan dan efisiensi agar dapat lebih bermanfaat bagi masyarakat
Lampung.
Merancang bangunan stasiun bandara dengan menerapkan kaidah-
kaidah bangunan hijau yang tidak hanya memberi kenyamanan
pengguna namun juga dapat memberi dampak positif pada
lingkungkan sekitar.
Merancang bangunan stasiun kereta bandara dengan pendekatan
berkontekstual terhadap iklim dan lingkungan, diharapkan secara
khusus dapat menjadi citra baru bagi Provinsi Lampung dan secara
umum menjadi bangunan transpotasi hijau kedua di Indonesia.
Penerapan pendekatan kontekstual dan bertema arsitektur tropis
modern ini tidak hanya diterapkan pada bangunanya saja namun juga
pada proses kontruksinya yang ramah lingkungan, seperti efesiensi
material, daur ulang material, tidak menggunakan material berbahaya
dll.
III.5. Analisis Perancangan
Analisis adalah proses dalam tahap mendesain, analisis terbagi
menjadi analisis kawasan dan tapak, dan analisis objek. Adapun analisis
yang dilakukan adalah:
1. Analisis Fungsi
Analisis ini mengetahui apa saja fungsi-fungsi dan memilihnya
menjadi fungsi primer, sekunder, maupun penunjang.
2. Analisis Pengguna
91
Analisis ini untuk memberikan fasilitas dan kenyamanan yang
sesuai dengan pengguna stasiun kereta bandara Radin Inten II.
3. Analisis Aktifitas
Aktifitas yang dianalisis sesuai dengan kebutuhan dari
pengguna, sehingga mempunyai wadah untuk setiap aktifitas
yang diperlukan.
4. Anlisis Kebutuhan Ruang
Analisis ruang dilakukan untuk mengetahui ruang-ruang yang
dibutuhkan dengan mempertimbangkan fungsi, pengguna dan
aktifitas, serta berguna untuk menentukan besaran dan
organisasi ruang.
5. Analisis Tapak
Yaitu analisis lokasi yang bertujuan untuk mengetahui hal-hal
yang penting pada lokasi. Selain itu analisis tapak berfungsi
untuk mengetahui kelebihan atau potensi pada tapak, sehingga
dapat menjadi data penunjang dalam perancangan.
6. Analisis Bentuk dan Tampilan
Analisis bentuk lebih terarah pada tema Arsitektur Hijau, yaitu
menampikan bentuk bangunan tropis modern yang sebagian
besar menggunakan material lokal dan banyak memberi bukaan
unruk pencahayaan maupun sirkulasi udara alami.
7. Analisa view
Merupakan analisa yang berhubungan dengan arah bangunan,
berfungsi sebagai arah pandangan dari luar maupun bangunan.
92
Analisa view berkaitan penting dengan arah matahari, besar
kecilnya bukaan sangat berpengaruh terhadap panas matahari.
8. Analisa material
Analisa material berhubungan dengan penggunaan material pada
Perancangan Stasiun Kereta Bandara ini. Kaitan dengan
pemilihan material yang tidak banyak memberikan dampak
terhadap lingkungan.
9. Analisis Struktur
Analisis struktur dihubungkan dengan bentuk dan tampilan, juga
tidak lepas dari tema Arsitektur Tropis Modern yang menjadi
landasan tema perancangan.
10. Analisis Utilitas
Analisis utilitas ini mengenai Mekanikal, Elektrikan dan
Plumbing. Hal yang harus diperhatikan adalah skema dan sistem
yang baik agar dapat menerapakan bangunan hijau yang hemat
energi serta mempu memberi dampak yang baik pada
lingkungan.
III.6. Konsep / Sintesa
Tahapan selanjutnya adalah konsep, terdapat konsep dasar, konsep
tapak, konsep bentuk, konsep ruang, konsep struktur, dan konsep utilitas
yang diharapkan mampu menghasilkan rancangan yang baik dan
berkualitas.
93
Gambar 3.7 Bagan Kerangka Perancangan
Sumber : Dokumen Pribadi, 2019
III.7. Kerangka Perancangan
Ide Perancangan
menjadikan bangunan transportasi masal yang
dapat memudahkan masyarakat untuk berpindah
dari transportasi darat ke transportasi udara yang
pastinya akan lebih efektif dan efisien.
semakin meningkatnya jumlah kendaraan pribadi
yang menimbulkan emisi berlebih dan banyaknya
isu tentang Global Warming yang sebagian besar
adalah dari bidang konstruksi.
Identifikasi Masalah
Bangunan stasiun pada umumnya cenderung
belum bersinambungan dengan lingkungan dan
belum menerapkan bangunan berkelanjutan.
Penerapan stasiun kereta bandara secara
kontekstual cenderung tidak memikirkan
dampak bagi lingkungan.
Titik Berat Perancangan
Merancang bangunan stasiun kereta bandara dengan
memberikan kemudahan bertransaksi dan bertransportasi
yang didasari oleh keefektifan dan efisiensi agar dapat lebih
bermanfaat bagi masyarakat Lampung.
Merancang bangunan stasiun bandara dengan menerapkan
kaidah-kaidah bangunan hijau yang tidak hanya memberi
kenyamanan pengguna namun juga dapat memberi dampak
positif pada lingkungkan sekitar.
Merancang bangunan stasiun kereta bandara dengan
pendekatan arsitektur hijau yang berkontekstual diharapkan
secara khusus dapat menjadi citra baru bagi Provinsi
Lampung dan secara umum menjadi bangunan transpotasi
hijau kedua di Indonesia.
Penerapan arsitektur hijau ini tidak hanya diterapkan pada
bangunanya saja namun juga pada proses kontruksinya,
seperti efesiensi material, daur ulang material, tidak
menggunakan material berbahaya dll.
Tujuan Perancangan
Menghasilkan rancangan Stasiun
Kereta Bandara yang dapat memberi
kemudahan bertransportasi dan
memberi dampak baik pada
lingkungkan.
Menerapkan pendekatan kontekstual
pada bangunan di harapkan dapat
menjadi bangunan yang
berkelanjutan dan menjadi icon atau
citra baru bagi provinsi Lampung.
Pengumpulan data
Data Primer : Observasi, Dokumentasi
Data Sekunder : Studi Pustaka, Studi
Komparasi, Jurnal dan Buku.
Analisis Perancangan
Analisis Tapak
Analisis Site
Analisis Fungsi
Analisis Pengguna
Analisis Kegiatan
Analisis Kebutuhan Ruang
Analisis Fasad Bangunan
Analisis Struktur
Analisis Penghawaan & Pencahayaan
Analisis Sistem Utilitas
Konsep Perancangan
Konsep Gubahan Massa
Konsep Facad Bangunan
Konsep Struktur
Konsep Sistem Utilitas
BAB VI
PENUTUP
VI.1. Kesimpulan
Tugas Akhir dengan judul “Perancangan Stasiun Kereta Api
Bandara Radin Inten II – Lampung” yang berlokasi di Jalan Raya Branti,
Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Bandara Radin Inten II
merupakan Bandara Domestik yang ada di Provinsi Lampung, dan pada
bulan Maret 2019 Bandara Radin Inten II resmi bertaraf Internasional,
dengan meningkatnya status Internasional Bandara ini akan terus
mengembangkan fasilitas pelayanan maupun infrastrukturnya.
Bandara Radin Inten II menjadi salah satu pintu gerbang datangnya
para wisatawan dengan lokasi strategis yang dilalui Jalan Lintas Sumatera,
sehingga sangat mudah dalam pencapaian. Adanya Perancangan Stasiun
Kereta Api Bandara diharapkan dapat menjadi fasilitas penunjang bagi
Bandara Radin Inten II dalam memberi pelayanan, kemudahan dalam
pencapaian menuju Bandara. Bukan hanya itu saja nemun Stasiun Kereta
Bandara ini juga dilengkapi dengan sarana edukasi dan wisata berupa Mini
Galeri Kereta Api, ruang terbuka hijau, play kids serta area komersil seperti
toko oleh-oleh, minimarket dan Café.
Perancangan Stasiun Kereta Bandara menggunakan pendekatan
Kontekstual yang terdiri dari penerapan Arsitektur Lampung, tanggap
174
terhadap iklim dan konsep keberlanjutan yang diterapkan melalui tolok ukur
GBCI (Green Building Council Indonesia). Penerapan pendekaran
Kontekstual ini dianggap penting karena untuk menghargai serta menjaga
budaya, adat dan lokalitas lokasi setenpat, serta dapat memperlihatkan
Arsitektur Lampung kepada wisatawan yang datang.
Bangunan yang dirancang lebih memfokuskan pada kondisi site
setempat berupa arsitektur rumah adat Lampung, dan konsep keberlanjutan
bertujuan untuk menjaga lingkungan dan bumi dari dampak Global
Warming, meminimalkan energi buatan serta memaksimalkan pemanfaatan
energi alami dapat menjadi pola keberlanjutan dalam penghematan energi
yang dihasilkan dari fosil dsb. Material yang digunakan memaksimalkan
material lokal yang mudah didapat dan ramah terhadap lingkungan.
Dengan Perancangan Stasiun Kereta Api Bandara Radin Inten II
diharapkan akan menjadi moda transporasi yang lebih nyaman, lebih
memudahkan perjalanan secara efektif dan efisien, selain itu dapat
meningkatkan perekonomian daerah dan menjadi citra baru yang ada di
Provinsi Lampung.
175
DAFTAR PUSTAKA
1. Abubakar, Iskandar. 2016. Moda Transportasi.
https://id.wikibooks.org/wiki/Moda_Transportasi diakses pada Oktober 2018
2. Agenda 21 Sektoral. 2001. Perencanaan Pembangunan berkelanjutan,
Jakarta. Kantor Menteri Lingkungan Hidup.
3. Alison G.Kwok, AIA dan Walter T. Grondzik, PE dalam buku “The
Green Studio Handbook, Environmental strategies for schematic design.
4. Arsana, Tuba. 2016. Perancangan Musium Budaya Walisongo di Kabupaten
Gresik. Malang. Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim.
5. Data Arsitek. 2002. Ernst Neufert Edisi 33 jilid 2. Jakarta. Erlangga.
6. Divisi Rating dan Teknologi. 2013. Greenship untuk Bangunan Baru Versi
1.2. Jakarta. Kantor GBCI.
7. D. K. Ching, Francis dan Adams, Cassandra. 2008. Ilustrasi Konstruksi
Bangunan/Edisi Ketiga. Jakarta. Erlangga.
8. Dwiatmoko, Hermanto. 2016. Perencanaan Pembangunan Transportasi
Kereta Api. Jakarta. Kencana (Prenadamedia Group)
9. Edward K, Morlok. 1985. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi.
Jakarta. Erlangga.
10. Green Building Council Indonesia. 2013. Greenship New Building
http://gbcindonesia.org/. Di akses Oktober 2018
11. Hindarto.P.2008. Konsep Green arschitecture/Arsitektur Hijau oleh Budi
Pradono. http://www.astudioarchitect.com/2008/11/konsep-green-
architecture-arsitektur_10html diakses pada Oktober 2018. di akses
November 2018.
176
12. Menteri Pekerhubungan Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri
Perhubungan Nomer : PM. 29 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Teknis
Bangunan Stasiun Kereta Api. Jakarta. Kementerian Perhubungan.
13. Nazori, Azizi, Dwi Herianto, Rahayu Sulistyorini. 2015. Perancangan Moda
Transportasi Umum Rute Stasiun Tanjung Karang – Bandara Radin Inten II
Lampung selatan. Lampung. JRSDD Vol 3 No 3.
14. Nugraha, Rian Mas. 2017. Konsep Perencanaan dan Perancangan
Pengembangan Stasiun Kereta Api Pada Bandar Udara Ahmad Yani Di Kota
Semarang. Surakarta. Universitas Sebelas Maret.
15. Nugroho, Agung Cahyo. 2018. Bangunan Gedung Hijau, Menuju Bangunan
dan Lingkungan yang Berkelanjutan. Materi Pelengkap Seminar Bangunan
Hijau, Lampung.
16. Nurcahyadi, Harry. 2015. Pembangunan Kereta Bandara Soekarno Hatta.
Bekasi. Sekolah Tinggi Transportasi Darat.
17. Pradono. B. 2008. Green design dalam Perspektif Arsitek Muda. Good
Business With Green Design. Malang. Universitas Brawinjaya
18. PT. Kereta Api Indonesia. 2012. Pedoman Standarisasi Stasiun Kereta Api
Indonesia.. Bandung. Direksi PT.KAI.
19. Stasiun Bandara Soekarno Hatta. 2018. Wikipedia .
https://id.wikipedia.org/wiki/Stasiun_Bandara_Soekarno-Hatta. November
2018
20. Syafiq, Muhammad, Ima Defiana. 2015. Desain Stasiun Kereta Api Gubeng
dengan Konsep Simbiosis Surabaya. Jurnal Sains dan Seni ITS Vol . 4, No. 1.
LAMPIRAN
Dokumentasi Stasiun Kereta Bandara Soekarno Hatta
Vending Machine & Mesin Cetak Tiket Pesawat
Sumber : Data Pribadi (Survey Lokasi)
Retail Komersil
Sumber : Data Pribadi (Survey Lokasi)
Lobby dan Ruang Tunggu
Sumber : Data Pribadi (Survey Lokasi)
ATM Center & Money Changer
Sumber : Data Pribadi (Survey Lokasi)
Lavatory, Ruang Menyusui & Bak Pemisah Sampah
Sumber : Data Pribadi (Survey Lokasi)
Informasi Jadwal & Papan Informasi Arah
Sumber : Data Pribadi (Survey Lokasi)
Mesin Barcode Tiket, Peron danInterior Kereta Bandara
Sumber : Data Pribadi (Survey Lokasi)
Dokumentasi Stasiun Kereta Bandara Kualanamu
Pintu masuk stasiun kereta Kualanamu
Sumber : Instagram @Kabandara
Interior Stasiun KA Kualanamu
Sumber : Instagram @Kabandara
Tampak Stasiun, Peron dan Bandara Kualanamu
Sumber : Instagram @Kabandara
Tabel
Reflektansi beberapa material bangunan
Sumber : https://dokumen.tips/documents/strategi-desain-arsitektur-
hijau.html
Tabel
Reflektansi beberapa warna cat
Sumber : https://dokumen.tips/documents/strategi-desain-arsitektur-
hijau.html
Tabel Material Intenal Reflectances
Dokumentasi Stasiun Kereta Bandara Kualanamu
Tabel
Klasifikasi Tepat Guna Lahan
Sumber : http://gbcindonesia.org/
Tabel
Klasifikasi Efisien dan Konservasi Energi
Sumber : http://gbcindonesia.org/
Tabel
Klasifikasi Konservasi Air
Sumber : http://gbcindonesia.org/
Tabel
Klasifikasi Sumber dan siklus Material
Sumber : http://gbcindonesia.org/
Tabel
Klasifikasi Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang
Sumber : http://gbcindonesia.org/Tabel
Tabel
Klasifikasi Manajemen Lingkungan Bangunan
Sumber : http://gbcindonesia.org/
Dokumentasi dan Konsep Bandara Blimbingasari
Eksterior Bandara Blimbingsari
Sumber : https://www.banyuwangikab.go.id/
Interior Bandara Blimbingsari
Sumber : https://www.banyuwangikab.go.id/
Konsep Terminal Bandara Blimbingsari, Banyuwangi
Sumber : https://www.banyuwangikab.go.id/
Konsep Terminal Bandara Blimbingsari, Banyuwangi
Sumber : https://www.banyuwangikab.go.id/
Konsep Green Terminal Bandara Blimbingsari, Banyuwangi
Sumber : https://www.banyuwangikab.go.id/
INTERIOR BANGUNAN SIMULASI DAYLIGHTING AREA
Horizontal
roof
Vertical
South
Vertical
East &
West
Vertical
North
Building form & orientation
Analisis dan Konsep Gedung Utama Kementerian PUPR
Analisis Orientasi Terhadap sinar matahari
Sumber : http://iabhi.or.id/
Bentukan Masa dan Insulasi Termal
Sumber : http://iabhi.or.id/
Interior Bangunan terkait Pencahayaan Alami
Sumber : http://iabhi.or.id/
EFISIENSI DAN KONSERVASI ENERGI
Pemantauan/pencatatan pemakaian listrik
a) Pemasangan KWH meter
b) Monitoring pemakaian listrik per bulan
Penghematan konsumsi energi
c) Pemanfataan sinar matahari untuk penerangan (optimalisasi desain
jendela dan tata ruang)
d) Melakukan pengukuran instensitas cahaya ( 25 lux / sesuai ketentuan)
e) Penggunaan water reservoir untuk penyimpanan air bersih
f) Penggunaan LHE untuk kantor dan lapangan
g) Tata tertib penggunaan peralatan elektronik kantor
h) Mengatur temperatur AC (25 1 C)
i) Penggunaan sensor cahaya untuk lampu penerangan di lokasi proyek
Mengendalikan penggunaan sumber energi yang memberikan dampak
terhadap lingkungan
j) Melakukan pengukuran getaran
k) Melakukan pengukuran kebisingan
l) Penyediaan absorban untuk penyimpanan material B3
m)Kendaraan dan alat berat proyek telah lulus pengecekan emisi gas
buang
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j k l m
GREEN CONSTRUCTION
KESEHATAN DAN KENYAMANAN DI DALAM PROYEK
Mengurangi dampak asap rokok
a) Memasang tanda dilarang merokok di setiap ruangan di
kontraktor keet
b) Memasang tanda dilarang merokok di lokasi kerja
c) Menyediakan fasilitas area merokok di luar kontraktor keet dan
area kerja ( 5 m)
Mengurangi polusi zat kimia berbahaya bagi kesehatan
d) Tidak menggunakan material asbes
e) Tidak menggunakan lampu mercury
f) Tidak menggunakan styloform untuk insulasi panas
Menjaga kebersihan dan kenyamanan
g) Penggunaan safety net (untuk mengurangi debu)
h) Melakukan penyiraman lapangan (untuk mengurangi debu)
i) Pengadaan washing bay
a
b
c
g h
i
GREEN CONSTRUCTION
Konsep Green Construction Gedung Kementerian PUPR
Efisiensi dan Konservasi Energi Konstruksi
Sumber : http://iabhi.or.id/
Keselamatan dan Kenyamanan di dalam Proyek
Sumber : http://iabhi.or.id/
Pemanfaatan Waste Material Besi Untuk Penunjang
Pelaksanaan Proyek dan Pekerjaan Non-Struktural
Pemanfaatan Waste Material Besi
Untuk Penunjang Pelaksanaan
Proyek
PEMANFAATAN WASTE MATERIAL
Precast Cansteen dan Car Stopper dibuat dari beton sisa hasil pengecoran Pemanfaatan waste material
Green Implementation
Mutu beton tergantung pengecoran pada saat produksi
Kualitas hasil produk lebih terjaga
Mempermudah pelaksanaan lapangan
1
1
2
2 3
1 Proses Produksi
2 Stocking material
sebelum dilakukan
pemasangan
3 Pemasangan pada
posisi yang telah
ditentukan
PEMANFAATAN BESON SISA
Pemanfaatan Sisa Material
Sumber : http://iabhi.or.id/
Pemanfaatan Sisa Material Baton
Sumber : http://iabhi.or.id/