perancangan film dokumenter “ motif batik mbakau · film adalah karya cipta seni dan budaya yang...

18
2 1. Pendahuluan Batik adalah karya budaya yang merupakan warisan nenek moyang dan memiliki nilai seni yang tinggi dengan corak, serta tata warna yang khas milik suatu daerah yang menunjukan identitas bangsa indonesia.[1] Salah satunya adalah motif batik mbakau yang merupakan batik asli dan khas dari kota Temanggung. Berbagai macam motif yang digunakan, terinpirasi dari potensi sumber daya alam yang ada di Temanggung, khususnya Tembakau yang menggambarkan ciri khas dan potensi sumber daya alam terbesar di Temanggung. Namun, berdasarkan hasil wawancara dengan UMKM batik mbakau, pengrajin motif batik mbakau, dan dinas UMKM kabupaten Temanggung, dapat disimpulkan bahwa masalah yang sedang dihadapi motif batik mbakau adalah kurangnya media sebagai sarana informasi dan sosialiasi kepada masyarakat yang mengakibatkan kurang dikenalnya motif batik ini oleh masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Temanggung, karena selama ini dalam menginformasikan dan mengenalkan motif batik mbakau kepada masyarakat hanya melalui brosur dan website. Untuk itu, dibutuhkan sebuah media sebagai sarana untuk menginformasikan dan mengenalkan tentang awal mula motif batik mbakau, berbagai macam motif yang dibuat, bahan yang digunakan dalam proses pewarnaan motif batik mbakau, lama pembuatan motif batik mbakau, tahap dalam proses pembuatan batik motif mbakau, serta berbagai jenis hasil olahan yang menggunakan motif tembakau sebagai motif utamanya. Salah satu bentuk media komunikasi visual yang dapat digunakan untuk menginformasikan dan mengenalkan motif batik mbakau Temanggung adalah dengan menggunakan media video atau film. Salah satu jenis medianya adalah film dokumenter karena film merupakan alat komunikasi yang efektif dalam menyampaikan informasi dan pesan kepada masyarakat secara lebih cepat dan lebih mudah untuk dipahami karena didukung oleh unsur audio dan visual yang terdapat di dalam film. Berdasarkan masalah yang ada, maka dirancang sebuah media berupa film dokumenter yang dapat digunakan untuk menginformasikan dan mengenalkan motif batik mbakau kepada masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Temanggung. 2. Tinjauan Pustaka Jauharshari Wardhani dalam penelitiannya yang berjudul “ Upaya Peningkatan Apresiasi Batik Surakarta Melalui Pembelajaran Menggunakan Audio Visual, Gabungan Slide, dan Film Dokumenter Pada Siswa Kelas X SMA 1 NEGERI SURAKARTA “ menyatakan bahwa dengan menggunakan media audio visual, pembelajaran menjadi lebih menarik dan tidak membosankan. Melalui media audio visual juga dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi pelajaran dan perhatian siswa selama proses pembelajaran juga mengalami peningkatan karena siswa lebih mudah memahami materi mengenai batik Surakarta . [3] Penelitian lain berjudul “ Perancangan Film Dokumenter Proses Pembuatan Batik Tulis “ yang dilakukan oleh Pama Felosia Adanta. Perancangan film

Upload: others

Post on 03-Feb-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 2

    1. Pendahuluan Batik adalah karya budaya yang merupakan warisan nenek moyang dan

    memiliki nilai seni yang tinggi dengan corak, serta tata warna yang khas milik

    suatu daerah yang menunjukan identitas bangsa indonesia.[1] Salah satunya

    adalah motif batik mbakau yang merupakan batik asli dan khas dari kota

    Temanggung. Berbagai macam motif yang digunakan, terinpirasi dari potensi

    sumber daya alam yang ada di Temanggung, khususnya Tembakau yang

    menggambarkan ciri khas dan potensi sumber daya alam terbesar di Temanggung.

    Namun, berdasarkan hasil wawancara dengan UMKM batik mbakau,

    pengrajin motif batik mbakau, dan dinas UMKM kabupaten Temanggung, dapat

    disimpulkan bahwa masalah yang sedang dihadapi motif batik mbakau adalah

    kurangnya media sebagai sarana informasi dan sosialiasi kepada masyarakat yang

    mengakibatkan kurang dikenalnya motif batik ini oleh masyarakat Indonesia,

    khususnya masyarakat Temanggung, karena selama ini dalam menginformasikan

    dan mengenalkan motif batik mbakau kepada masyarakat hanya melalui brosur

    dan website. Untuk itu, dibutuhkan sebuah media sebagai sarana untuk

    menginformasikan dan mengenalkan tentang awal mula motif batik mbakau,

    berbagai macam motif yang dibuat, bahan yang digunakan dalam proses

    pewarnaan motif batik mbakau, lama pembuatan motif batik mbakau, tahap dalam

    proses pembuatan batik motif mbakau, serta berbagai jenis hasil olahan yang

    menggunakan motif tembakau sebagai motif utamanya.

    Salah satu bentuk media komunikasi visual yang dapat digunakan untuk

    menginformasikan dan mengenalkan motif batik mbakau Temanggung adalah

    dengan menggunakan media video atau film. Salah satu jenis medianya adalah

    film dokumenter karena film merupakan alat komunikasi yang efektif dalam

    menyampaikan informasi dan pesan kepada masyarakat secara lebih cepat dan

    lebih mudah untuk dipahami karena didukung oleh unsur audio dan visual yang

    terdapat di dalam film.

    Berdasarkan masalah yang ada, maka dirancang sebuah media berupa film

    dokumenter yang dapat digunakan untuk menginformasikan dan mengenalkan

    motif batik mbakau kepada masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat

    Temanggung.

    2. Tinjauan Pustaka Jauharshari Wardhani dalam penelitiannya yang berjudul “ Upaya

    Peningkatan Apresiasi Batik Surakarta Melalui Pembelajaran Menggunakan

    Audio Visual, Gabungan Slide, dan Film Dokumenter Pada Siswa Kelas X SMA

    1 NEGERI SURAKARTA “ menyatakan bahwa dengan menggunakan media

    audio visual, pembelajaran menjadi lebih menarik dan tidak membosankan.

    Melalui media audio visual juga dapat mempermudah guru dalam menyampaikan

    materi pelajaran dan perhatian siswa selama proses pembelajaran juga mengalami

    peningkatan karena siswa lebih mudah memahami materi mengenai batik

    Surakarta . [3]

    Penelitian lain berjudul “ Perancangan Film Dokumenter Proses Pembuatan

    Batik Tulis “ yang dilakukan oleh Pama Felosia Adanta. Perancangan film

  • 3

    dokumenter ini bertujuan sebagai media penunjang pelestarian budaya

    bangsa Indonesia dan sebagai media informasi yang menceritakan tahap - tahap

    dalam proses produksi pembuatan batik tulis karena banyaknya turis asing

    maupun lokal yang ingin mengetahui cara dalam proses pembuatan batik tulis.[4]

    Hal yang membedakan dengan penelitian yang telah dilakukan adalah film

    dokumenter yang dihasilkan sebelumnya, hanya berupa film yang mengangkat

    mengenai sejarah batik, jenis batik berdasarkan proses pembuatannya, dan proses

    pembuatan batik. Sedangkan dalam penelitian kali ini dengan judul “ Perancangan

    Film Dokumenter Motif Batik Mbakau ” mengulas awal mula dari motif batik

    mbakau, berbagai jenis motif yang dibuat, bahan yang digunakan dalam proses

    pewarnaan motif batik mbakau, lama pembuatan motif batik mbakau, tahapan

    dalam proses pembuatan batik motif mbakau, serta berbagai jenis hasil olahan

    dengan memanfaatkan tembakau sebagai gambar motifnya. Komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi serta

    ungkapan kreatif melalui berbagai pesan dan gagasan secara visual dengan

    mengelola elemen - elemen grafis yang berupa garis, bidang, komposisi warna

    serta layout. Dalam perkembangannya, komunikasi visual juga mencakup elemen

    non visual seperti bunyi, tulisan, dan bahasa verbal.[5]

    Media informasi adalah alat - alat grafis, fotografis atau elektronis untuk

    menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual. Media

    informasi dapat disimpulkan sebagai alat untuk menyusun dan mengumpulkan

    suatu data hingga menjadi suatu informasi yang bermanfaat bagi penerima

    informasi tersebut. Penyampaian informasi secara visual mampu lebih cepat

    dicerna oleh masyarakat karena persepsi ingatan yang berupa audio visual itu

    mampu diingat lebih lama.[6]

    Multimedia dapat dikatakan bentuk baru dalam pembuatan program

    komputer dengan penggabungan lebih dari satu media. Multimedia dapat diartikan

    sebagai alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif karena

    mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio, gambar dan video, sehingga

    pengguna dapat bernavigasi, berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi.[7]

    Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan salah satu media

    komunikasi masa audio visual yang dibuat berdasarkan asas sinematografi yang

    direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video dan bahan hasil penemuan

    teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi,

    proses elektronik, atau proses lainnya dengan atau tanpa suara yang dapat

    ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik dan sistem lainnya. Film

    berfungsi sebagai media pengantar informasi kepada masyarakat, sebagai

    dokumen sosial, karena film merupakan alat komunikasi yang efektif dalam

    menyampaikan informasi dan pesan kepada masyarakat secara lebih cepat dan

    lebih mudah untuk dipahami karena didukung oleh unsur audio dan visual yang

    terdapat di dalam film. Melalui film masyarakat juga dapat melihat secara nyata

    apa yang terjadi di tengah - tengah masyarakat, sebagai media edutainment,

    dimana selain mendidik film juga harus menghibur.[8]

    Film dokumenter merupakan salah satu genre film, Pertama kali disematkan

    pada film karya Lumiere bersaudara yang bercerita tentang kisah perjalanan

    mereka. Terminologi dokumenter, kembali digunakan oleh kritikus dan pembuat

  • 5

    film asal Inggris, John Grierson untuk film Moana. Grierson berpendapat,

    dokumenter adalah cara kreatif untuk mempresentasikan realitas. Melalui

    dokumenter, realitas yang terjadi di dunia nyata dapat dituangkan melalui proses

    representasi ke dalam bentuk film.[9]

    Beberapa hal yang membedakan film dokumenter dengan film fiksi, yaitu

    subyek, dimana film dokumenter memfokuskan lebih sekedar kondisi manusia.

    Perbedaan yang kedua dilihat dari segi tujuan, sudut pandang, dan pendekatannya.

    Dalam film dokumenter, pembuat film adalah subyek dari film yang berusaha

    merekam fenomena sosial dan budaya, untuk memberikan informasi kepada

    publik tentang apa yang sebenarnya terjadi. Perbedaan ketiga adalah dari bentuk,

    dimana dalam film dokumenter yang ditampilkan bisa saja sesuatu yang

    sebelumnya tidak direncanakan atau sesuatu yang muncul secara spontan.

    Ke empat, teknik dan metode produksi film dokumenter yang tidak menggunakan

    aktor, tetapi menggunakan real people atau playthemselves dari orang yang

    ditampilkan dalam film dokumenter.[9]

    Beberapa jenis pendekatan dan cara penyajian dalam film dokumenter yang

    berkaitan erat dengan gaya penceritaan, antara lain :

    A. Narasi Sesuai namanya, cara penyajian ini dilakukan secara naratif, dengan

    melalui penceritaan tentang apa yang diangkat dalam film dokumenter. .

    B. Recreations Cara penyajian ini dilakukan dengan melakukan reka ulang atas

    peristiwa yang diangkat dalam film dokumenter. Cara penyajian ini

    membutuhkan naskah yang detil yang didasarkan pada riset yang

    komprehensif sehingga apa yang direka ulang tidak berbeda dengan apa

    yang sebenarnya terjadi.

    C. Wawancara Cara penyajian ini sesuai dengan namanya, dilakukan dengan

    wawancara terhadap subyek yang dipilih oleh filmmaker sesuai dengan

    tujuan produksi film dokumenter.

    D. Arsip Foto Film dokumenter ini menampilkan gabungan dari berbagai arsip foto

    yang kemudian membangun jalinan cerita. Jadi tidak semata - mata slide

    show saja, namun juga harus diperhatikan unsur kontiniti sehingga

    rangkaian foto tersebut bisa berbicara pada penonton.

    Kata sinematografi berasal dari kata kinema yang berarti gerakan dan

    graphoo yang berarti menulis. Jadi sinematografi dapat diartikan sebagai bidang

    ilmu terapan yang membahas tentang teknik menangkap dan menggabungkan

    gambar – gambar sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan

    sebuah cerita atau menyampaikan informasi serta mengkomunikasikan suatu ide

    tertentu.[9]

    Beberapa hal yang penting dalam sinematografi dalam proses produksi film

    dokumenter, antara lain :

    Shot Shot bisa diartikan sebagai bagian dari adegan.

  • Scene Scene adalah hasil dari shots yang digabungkan atau dirangkai satu

    dengan yang lain.

    Sequence Sequence merupakan sebuah kesatuan scene yang ditata sehingga

    peristiwa yang terjadi dapat dipahami secara utuh.

    Camera angle adalah sudut pandang dari penonton, mata penonton akan

    diwakili oleh mata kamera. Penempatan sudut pandang kamera akan

    mempengaruhi sudut pandang penonton.[9] Secara teknis ada beberapa camera

    angle dan gerakan yang lazim digunakan dalam proses produksi film, antara lain :

    Penempatan kamera dari sudut pandang obyek. - Objective camera angle menggunakan prinsip kamera seolah

    tersembunyi. Kamera ditempatkan disatu titik dengan seolah - olah

    tidak mewakili siapapun dan penonton tidak dilibatkan dalam adegan

    shot.

    - Subjective camera angle mengasosiasikan penonton menjadi bagian yang terlibat dalam gambar yang ditampilkan.

    Penempatan kamera dari sudut pandang penonton. - Eye level adalah penempatan posisi kamera yang sejajar dengan mata

    subyek.

    - Low angle adalah penempatan posisi kamera yang lebih rendah daripada subyek.

    - High angle adalah penempatan posisi kamera yang lebih tinggi dari subyek.

    Berbagai jenis Shot size atau ukuran pengambilan gambar digunakan pada

    proses produksi film, yang bertujuan untuk merepresentasikan gambar kepada

    penonton secara berbeda. Berbagai jenis shot size yang digunakan dalam proses

    produksi film, antara lain :

    Long Shot ( LS ) – Pandangan sangat jauh dengan pengambilan gambar

    yang cenderung luas.

    Medium Long Shot ( MLS ) – Menekankan tempat dan lingkungannya.

    Subjek mulai terlihat, namun tidak jelas.

    Full Shot ( FS ) – Subjek menempati satu bingkai penuh, dari ujung kaki

    hingga kepala.

    Mediun Shot ( MS ) - Ukuran subyek dari pusar hingga kepala.

    Medium Close Up ( MCU ) - Ukuran subyek dalam frame dari dada

    hingga kepala.

    Close Up ( CU ) - Ukuran subyek dari leher hingga batas atas kepala.

    Extreme Close Up ( ECU ) – Menunjukan detail pada satu anggota

    bagian tubuh.

    Gerakan kamera selama proses produksi film dokumenter terdiri dari

    Panning, Tilting, Dolly / Track, Crane, Zoom.[9]

  • Motif Batik Mbakau merupakan motif batik asli dan khas kota Temanggung

    yang tercetus pada tahun 2009. Berawal dari keinginan Bapak Iman Nugroho

    untuk membuat kekhasan lokal berupa motif batik mbakau yang dibantu oleh 8

    orang pengrajin batik yang terdiri dari 5 kaum perempuan dan 3 kaum laki - laki. Berbagai macam motif yang dibuat, 80% menggunakan motif tembakau seperti

    motif batang tembakau, motif daun tembakau, dan motif bunga tembakau yang

    menjadi ciri khas motif batiknya. Selain motif tembakau, 20% menggunakan

    motif potensi lokal Temanggung yang menggambarkan hasil produk unggulan,

    seperti motif bunga matahari, motif biji kopi, dan motif daun cengkeh. Keunikan

    lain dari motif baik mbakau ini adalah menggunakan zat pewarna alam yang

    diperoleh dari ekstrak tanaman tembakau kering ataupun basah, serta berbagai

    macam ekstrak daun lainnya seperti daun mangga, putri malu, dan alang - alang.

    Dalam pewarnaannya, juga digunakan pewarna kimia yaitu remazol.

    Selama ini, dalam menginformasikan dan mengenalkan motif batik mbakau

    kepada masyarakat Indonesia, khususnya masarakat Temanggung menggunakan

    media berupa brosur dan website. Upaya lain yang dilakukan untuk mengenalkan

    dan menginformasikan motif batik mbakau kepada masyarakat, juga dengan

    mengikuti berbagi macam kegitan seperti event kebudayaan, workshop, seminar,

    serta mendapatkan bantuan dari dinas UMKM kabupaten Temanggung

    ( Desperindagkop ) dengan membawa sampel dari motif batik mbakau

    Temanggung untuk disosialisasikan diluar Temanggung seperti Semarang, DIY,

    Solo, NTB, Makasar, Lombok, dan Batam.

    3. Metode Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan untuk film dokumenter tentang Batik

    Mbakau adalah metode linear strategy. Metode linear strategy atau garis lurus

    merupakan sebuah metode yang menetapkan urutan pada tahapan perancangan

    yang sederhana dan mudah dipahami komponennya.[10] Tahap – tahap yang ada

    pada metode linear strategy dapat dilihat pada gambar 1.

    Gambar 1 Linear strategy[10]

    Tahap 1 merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan secara

    kuaitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data secara kualitatif dilakukan dengan

    melakukan wawancara kepada Ibu Azizah yang merupakan salah satu pengrajin

    motif batik mbakau Temanggung yang menceritakan mengenai awal mula motif

    batik mbakau Temanggung, motif yang dibuat, zat pewarna yang digunakan, lama

    proses pembuatan motif batik mbakau, proses pembuatan motif batik mbakau, dan

    berbagai macam hasil olahan dengan memanfaatkan tembakau sebagai gambar

    motif utamanya. Wawancara juga dilakukan kepada Ibu Ekowari Setyowati selaku

    Kabid UMKM Kabupaten yang memberikan tanggapan mengenai motif batik

    mbakau, upaya yang telah dilakukan untuk menginformasikan dan mengenalkan

    motif batik mbakau kepada masyarakat, serta harapan kedepan untuk motif batik

    mbakau Temanggung.

  • Observasi juga dilakukan untuk memperoleh data visual mengenai motif

    batik mbakau. Data visual didapatkan dengan cara melakukan pengambilan foto

    secara langsung pada tempat lokasi UMKM Batik Mbakau Temanggung. Data

    visual yang diperoleh, berupa berbagai macam motif batik khas temanggung dan

    media yang selama ini digunakan untuk menginformasikan serta mengenalkan

    motif batik mbakau kepada masyarakat. Berbagai macam motif baik khas

    Temanggung dapat dilihat pada Gambar 2.

    Gambar 2 Berbagai macam motif batik khas Temanggung

    Media informasi yang selama ini digunakan untuk menginformasikan serta

    mengenalkan motif batik mbakau kepada masyarakat adalah melalui brosur dan

    website. Media informasi motif batik mbakau data dilihat pada Gambar 3.

    A. Brosur B. Website

    Gambar 3 Media informasi motif batik mbakau

    Pengumpulan data juga dilakukan secara kuantitatif, dengan menyebarkan

    kuisioner kepada 30 responden yang merupakan masyarakat Temanggung,

    bertujuan untuk mengetahui sejauh mana responden mengetahui tentang motif

    batik mbakau dengan pertanyaan apakah anda menyukai batik, apakah anda

    mengetahui batik khas dari Temanggung, apakah anda mengetahui motif batik

    mbakau Temanggung, apakah anda mengetahui awal mula penggunaan motif

    batik mbakau khas Temanggung, apakah anda mengetahui hasil olahan atau

    kerajian yang memanfaatkan tembakau sebagai motif utamanya. Kemudian hasil

    dari kuesioner tersebut dilakukan perhitungan, dan disimpulkan bahwa sebanyak

    81.20 % dari 30 responden menyatakan tidak mengetahui tentang motif batik

    mbakau Temanggung. sedangkan sebanyak 18.8 % responden sudah mengetahui

    tentang motif batik mbakau khas Temanggung.

    Tahap 2 merupakan tahap analisa data yang dilakukan untuk menganalisa

    data apa saja yang nantinya akan digunakan dalam perancangan film dokumenter

    sebagai media informasi motif batik mbakau khas Temanggung kepada

    masyarakat. Dari analisa data ini, informasi yang nantinya akan ditampilkan

    dalam film dokumenter berupa informasi mengenai awal mula motif batik

  • 1

    mbakau, motif yang dibuat, tahap dalam proses pembuatan motif batik

    mbakau, pemanfaatan motif batik mbakau, dan testimoni dari Dinas UMKM

    Kabupaten Temanggung mengenai motif batik mbakau, upya yang telah

    dilakukan untuk menginformasikan dan mengenalkan motif batik mbakau kepada

    masyarakat, serta harapan kedepan untuk motif batik mbakau khas Temanggung.

    Segmentasi dari target masyarakat dalam perancangan film dokumenter ini,

    ditujukan kepada masyarakat umum, khususnya masyarakat Temanggung yang

    berusia antara 23 tahun hingga 40 tahun ( usia produktif ). Orang dewasa lebih

    menyukai motif batik ini, karena melaui batik ini dapat menonjolkan keunikan

    dan kelebihan dari daerah asalnya pembuatannya. Selain itu, dapat juga digunakan

    pada saat acara resmi atau non resmi. Peminat dari motif batik ini baru mencakup

    kalangan pegawai pemerintahan kabupaten Temanggung, beberapa masyarakat

    sekitar UMKM Batik Mbakau, dan mulai merambah ke luar Temanggung

    Tahap 3 adalah tahap perancangan film dokumenter yang meliputi proses

    pra produksi, produksi, pasca produksi. Tahan perancangan film dokumenter

    “ Motif Batik Mbakau “ dapat dilihat pada Gambar 4.

    Gambar 4 Bagan metode perancangan film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “

    Gambar 4 merupakan bagan metode perancangan film dokumenter “ Motif Batik

    Mbakau “, dapat diberikan penjelasan sebagai berikut :

    Pra Produksi merupakan tahapan persiapan atau perencanaan dalam

    pembuatan sebuah film. Didalam proses pra - produksi, langkah pertama adalah

    pembuatan ide dan konsep film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “.Ide

    perancangan film dokumenter ini, berawal dari perlunya sebuah media sebagai

    sarana untuk menginformasikan dan mengenalkan serta menceritakan tentang

    awal mula motif batik mbakau, berbagai jenis motif yang dibuat, bahan yang

    digunakan dalam proses pewarnaan motif batik mbakau, lama pembuatan motif

    batik mbakau, tahapan dalam proses pembuatan batik motif mbakau, serta

    berbagai jenis hasil olahan dengan memanfaatkan tembakau sebagai gambar

    motifnya.

    Setelah menentukan ide dan konsep dalam film dokumenter dirancanglah

    sebuah storyline yang merupakan gambaran dari isi filim dokumenter “ Motif

    Batik Mbakau “. Storyline dari film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “ adalah

    sebagai berikut :

  • “ Film dokumenter ini diawali dengan menampilkan ikon dari

    kota Temanggung berupa gapura selamat datang, tugu jam, suasana

    kota dan tembakau. Dari tumbuhan tembakau ini, muncul sebuah

    motif batik yang ternyata dapat menjadi ciri khas batik dari

    temanggung. Disetiap bagian tumbuhan tembakau dapat dijadkan

    motif batik khas Temanggung, seperti motif batang mbakau, motif

    daun mbakau, motif bunga mbakau, serta motif potensi sumber

    daya alam lainnya yang ada di temanggung seperti motif biji kopi,

    daun cengkeh, dan bunga matahari. Tumbuhan tembakaupun dapat

    digunakan sebagai bahan pewarna yang berasal dari ekstrak daun

    tembakau kering ataupun basah. Juga digunakan pewarna alam

    lainnya yang berasal dari dari ekstrak daun mangga, putri malu, dan

    alang - alang.

    Proses pembuatan batik berawal dari pemberian malam atau

    lilin, pewarnaan, perebusan, pencucian dan penjemuran kain.

    Setelah dilakukan penjemuran kain hingga kering, kain batik

    dengan motif tembakau ini siap untuk dijual atau dipasarkan. Selain

    digunakannya sebagai motif utama kain batik khas Temanggung,

    motif tembakau ini juga dapat diolah menjadi berbagai jenis hasil

    kerajinan seperti asbak, topeng, tempat tissue, dan tas.“

    Setelah merancang storyline, langkah selanjutnya adalah merancang

    treatment yang merupakan kerangka dari sebuah skenario yang menjadi acuan

    untuk pembuatan storyboard. Treatment dari film dokumenter “ Motif Batik

    Mbakau “ dapat dilihat pada tabel 1.

    Tabel 1 Treatment film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “

    NO SCENE INT /

    EKS

    JENIS SHOT

    ANGLE KETERANGAN

    1. Intro film Int FS – MS

    Eye level

    High angle

    Menampilkan ikon kota

    Temanggung, berupa gapura

    selamat datang, tugu jam, dan

    tembakau yang dapat digunakan

    sebagai bahan baku pembuatan

    batik khas Temanggung.

    2. Wawancara Int MCU Wawancara narasumber

    3. Pembuatan pola batik

    Eks MS – MCU –CU

    Eye level

    High angle

    Menampilkan proses pembuatan

    pola batik pada kain.

    4. Pewarnaan kain batik

    Eks MS – CU

    Eye level

    High angle

    Menampilkan proses pewarnaan

    dasar dan akhir pada kain batik.

  • 5. Perebusan kain

    Eks FS – MCU – ECU

    Eye level

    Low angle

    High angle

    Menampilkan proses akhir dalam

    pembuatan kain batik

    6. Motif batik mbakau

    Int FS – MS – CU

    Eye level

    High angle

    Menampilkan berbagai macam

    jenis baju, motif kain batik, dan

    berbagai macam souvenir yang

    menggunakan tembakau sebagai

    gambar motifnya

    7. Wawancara Int MCU

    Eye level

    Testimoni dari Dinas UMKM

    Kabupaten Temanggung mengenai

    motif batik mbakau Temanggung.

    8. Ending Eks FS – MS – CU

    Eye level

    Menampilkan para pengrajin batik

    dan tagline.

    Tahap berikutnya adalah pembuatan storyboard yang merupakan sebuah

    gambaran berbentuk sketsa dari treatment yang sudah dirancang sedemikian rupa

    untuk mempermudah tim produksi film dalam proses perekaman adegan.

    Storyboard film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “ dapat dilihat pada Tabel 2.

    Tabel 2 Storyboard film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “

    SCENE STORYBOARD

    SHOT ANGLE

    MOVING CAMERA

    DURATION KETERANGAN

    1

    FS

    MS

    Zoom In

    Eye level

    High

    angle

    00 : 00 : 18 s

    Menampilkan ikon kota

    Temanggung berupa gapura

    selamat datang, tugu jam, dan

    tembakau yang dapat

    digunakan sebagai bahan

    pembuatan batik.

    Backsound : Gending –Track1

    2

    MCU

    Eye level

    00 : 01 : 36 s

    Wawancara narasumber

    Backsound : Gending -Track1

  • 3

    MS

    MCU

    CU

    Zoom In

    Eye level

    High

    angle

    00 : 00 : 31 s

    Menampilkan proses dalam

    pembuatan pola batik.

    Backsound : Gending -Track1

    4

    MS

    CU

    Zoom In

    Eye level

    High angle

    00 : 00 : 31 s

    Menampilkan pewarnaan dasar dan akhir pada kain

    dengan teknik olesdan celup.

    Backsound : Gending -Track1

    5

    FS

    MCU

    ECU

    Zoom In

    Eye level

    Low angle

    High angle

    00 : 00 : 39 s

    Menampilkan tahap terakhir

    dalam proses pembuatan kain

    batik.

    Backsound : Gending -

    Track1

    6

    FS

    MS

    CU

    Panning

    Zoom Out

    Zoom In

    Eye level

    High angle

    00 : 00 : 16 s

    Menampilkan berbagai

    macam jenis baju, motif kain

    batik, dan berbagai macam

    souvenir yang menggunakan

    tembakau sebagai gambar

    motifnya.

    Backsound : Gending -Track1

  • 7

    MCU

    Eye level

    00 : 01 : 11 s Testimoni dari dinas UMKM

    Temanggung Mengenai motif

    batik mbakau.

    Backsound : Gending -Track5

    8

    FS

    MS

    CU

    Eye level

    00 : 00 : 17 s Menampilkan pengrajin batik

    dan tagline.

    Backsound : Gending -Track5

    Produksi merupakan sebuah tahapan eksekusi dari perencanaan yang telah

    dibuat pada tahapan pra produksi. Pada proses produksi dilakukakan shooting

    ( video, foto ) dan dubbing ( audio ). Shooting adalah proses pengambilan gambar

    dalam bentuk video yang akan disesuaikan dengan shotlist yang telah dibuat pada

    proses pra produksi. Setelah proses shooting selesai, tahap selanjutnya adalah

    dubbing. Dubbing merupakan perekaman suara sebagai narasi yang digunakan

    pada penjelasan motif batik mbakau, saat wawancara dan proses pembuatan motif

    batik mbakau.

    Pasca produksi merupakan tahap yang dilakukan setelah proses produksi,

    diantaranya seleksi scene yaitu pemilihan scene yang sesuai dengan treatment,

    shootlist, dan storyboard yang dibuat. Editing merupakan proses memilih,

    mengatur, dan menyusun stok scene yang telah dibuat sehingga menjadi sebuah

    film dokumenter yang dapat digunakan sebagai media untuk mengenalkan dan

    menginformasikan motif batik mbakau Temanggung. Setelah proses editing video

    selesai, dilakukan penambahan backsound berupa musik instrument gending jawa.

    Proses editing dapat dilihat pada Gambar 3

    Gambar 5 Proses editing

    Setelah proses editing video selesai, tahap selanjutnya adalah proses sound

    editing yang meliputi noise reduction dan boost. Noise reduction berfungsi untuk

    mengurangi noise atau gangguan - gangguan yang ada pada rekaman suara

    narator, sehingga suara dari narator terdengar lebih jelas dan jernih. Sedangkan

    boost berfungsi untuk penambahan atau pengurangan frekuensi dari suara narator,

    sehingga suara yang dihasilkan tidak terlalu keras maupun pelan.

  • 4. Hasil Pembahasan Film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “, dapat digunakan sebagai media

    informasi batik khas Temanggung. Berikut ini merupakan potongan adegan dari

    setiap scene yang ada didalam film dokumenter Motif Batik Mbakau yang telah

    dirancang sesuai dengan perencanaan.

    Scene 1

    A. Tugu jam B. Tembakau

    Gambar 6 Scene 1

    Pada scene 1 terlihat pada Gambar 6 merupakan opening film dokumenter

    “ Motif Batik Mbakau “ yang menampilkan ikon kota Temanggung berupa gapura

    selamat datang, tugu jam, dan tembakau yang ternyata dapat digunakan sebagai

    bahan baku utama pembuatan batik. Pengambilan video ini menggunakan angle

    kamera eye level, high angle, serta menggunakan beberapa jenis shot, antara lain

    FS ( full shot ), MS ( medium shot ), sehingga penonton dapat mengetahui

    gambaran sekilas tentang ikon kota Temanggung.

    Scene 2

    Gambar 7 Scene 2

    Pada Scene 2 terlihat pada Gambar 7, menampilkan wawancara narasumber

    yang menjelaskan tentang awal mula motif batik mbakau khas Temanggung, zat

    pewarna yang digunakan, sampai lama proses pembuatan motif batik mbakau.

    Pengambilan video ini menggunakan angle kamera eye level dan jenis shot MCU

    ( medium close up ), karena sering digunakan dalam kegiatan wawancara karena

    lebih bisa menampilkan profil atau sosok seorang yang direkam.

    Scene 3

    A. Pembuatan motif batik Tulis B. pembuatan motif batik cap

    Gambar 8 Scene 3

  • Pada Scene 3 terlihat pada Gambar 8, menampilkan proses pembuatan pola

    batik motif mbakau dengan cara tulis ataupun celup. Pengambilan video ini

    menggunakan angle kamera eye level, high angle, serta menggunakan beberapa

    jenis shot antara lain MS ( Medium Shot ), MCU ( Medium Close Up ), CU (

    Close Up ), agar tidak selalu menampilkan gambar proses pembuatan secara utuh

    namun juga butuh gambar yang diambil secara detil ( close up ) pada bagian

    tertentu agar penonton dapat melihat detil gambar yang disajikan.

    Scene 4

    A. Pewarnaan oles B. Pewarnaan celup

    Gambar 9 Scene 4

    Pada Scene 4 terlihat pada Gambar 9, menampilkan proses pewarnaan pada

    kain batik dengan teknik oles ataupun celup. Pengambilan video ini menggunakan

    angle kamera eye level, high angle, serta menggunakan beberapa jenis shot, antara

    lain MS ( Medium Shot ), CU ( Close Up ), agar tidak selalu menampilkan

    gambar proses pembuatan secara utuh namun juga butuh gambar yang diambil

    secara detil ( Close Up ) pada bagian tertentu agar penonton lebih merasa tertarik

    akan detil gambar yang disajikan.

    Scene 5

    A. Perbusan kain B. Pencucian kain

    Gambar 10 Scene 5

    Pada Scene 5 terlihat pada Gambar 10, menampilkan proses perebusan dan

    pencucian kain batik motif tembakau. Pengambilan video ini menggunakan angle

    kamera eye level, low angle, high angle, serta menggunakan beberapa jenis shots,

    antara lain FS ( Full Shot ), ECU ( Extreme Close Up ), MCU ( Medium Close

    Up ) agar tidak selalu menampilkan gambar proses pembuatan secara utuh namun

    juga butuh gambar yang diambil secara detil ( close up ) pada bagian tertentu agar

    penonton melihat akan detil gambar yang disajikan.

  • Scene 6

    A. Baju batik motif tembakau B. Souvenir motif tembakau

    Gambar 11 Scene 6 Pada scene 6 terlihat pada gambar 11, menampilkan berbagai jenis baju,

    kain batik khas Temanggung, serta berbagai macam souvenir yang menggunakan

    motif tembakau sebagai gambar motifnya. Pengambilan video ini menggunakan

    angle kamera eye level, high angle serta menggunakan beberapa jenis shot, antara

    lain, CU ( Close Up ), MS ( Medium Shot ), dan FS ( Full Shot ).

    Scene 7

    Gambar 12 Scene 7

    Pada scene 7 terlihat pada Gambar 12, menampilkan testimoni dari Kabid

    UMKM Kabupaten Temanggung mengenai motif batik mbakau, dan harapan

    kedepan untuk motif batik mbakau agar lebih dikenal masyarakat. Pengambilan

    video ini menggunakan angle kamera eye level, dan jenis shot MCU ( Medium

    Close Up ), karena sering digunakan dalam kegiatan wawancara maupun pembaca

    berita karena lebih bisa menampilkan profil atau sosok seorang yang direkam.

    Scene 8

    A. Berbagai jenis motif batik mbakau B. Tagline

    Gambar 13 scene 8

    Pada scene 8 terlihat pada gambar 13A, menampilkan pengrajin batik motif

    mbakau dan beraneka ragam kain motif batik mbakau kesimpulan dan Gambar

    13B menampilkan tagline sebagai pesan kepada penonton. Pengambilan video ini

    menggunakan angle kamera eye level serta beberapa jenis shot, antara lain FS

    ( Full Shot ), MS ( Medium Shot ), dan CU ( Close Up ) yang bertujuan agar

    penonton dapat melihat akan detil gambar yang disajikan.

  • Perancangan media

    Film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “ yang digunakan sebagai media

    informasi batik khas Temanggung akan diserahkan kepada instansi pemerintahan

    kabupaten Temanggung, UKM Center dan Dinas UMKM ( desperindagkop )

    kabupaten Temanggung yang akan ditayangkan pada saat digelarnya event

    kebudayaan, pameran, dan workshop.

    Evaluasi Setelah tahap perancangan selaesai, tahap selanjutnya adalah proses

    evaluasi yang dilakukan dengan memperlihatkan film dokumenter “ Motif Batik

    Mbakau “ kepada Dinas UMKM Kabupaten Temanggung, untuk mengetahui

    kelayakan dari hasil perancangan film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “ yang

    akan digunakan sebagai media informasi batik khas Temanggung. Berdasarkan

    evaluasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa film dokumenter yang

    telah dirancang layak digunakan sebagai media informasi motif batik khas

    Temanggung, karena dapat memberikan gambaran dan informasi kepada

    masyarakat tentang awal mula motif batik mbakau, berbagai macam motif yang

    dibuat, tahap dalam proses pembuatan motif batik mbakau, dan berbagai macam

    jenis hasil olahan berupa baju ataupun souvenir dengan memanfaatkan tembakau

    sebagai motif gambar utamanya.

    Pengujian

    Setelah proses evaluasi selesai, dilakukan pengujian film dokumenter “

    Motif Batik Mbakau “ secara kualitatif dan kuantitatif.

    Pengujian kualitatif pertama dilakukan kepada Ibu Ekowari Setyowati

    selaku Kabid UMKM Kabupaten Temanggung dan didapatkan hasil bahwa film

    dokumenter yang telah dirancang dapat memberikan informasi kepada penonton

    dengan jelas mengenai awal mula motif batik mbakau khas Temanggung,

    berbagai macam motif yang dibuat, tahap dalam proses pembuatan motif batik

    mbakau, dan berbagai macam jenis hasil olahan berupa baju, potongan kain motif

    batik mbakau, serta berbagai jenis souvenir dengan memanfaatkan tembakau

    sebagai motif gambar utamnya, sehingga film dokumenter ini dapat digunakan

    sebagai media informasi motif batik khas Temanggung. Pengujian kualitatif kedua dilakukan kepada pengrajin motif batik mbakau

    khas Temanggung dan didapatkan hasil bahwa film dokumenter yang telah

    dirancang dapat memberikan informasi dengan jelas karena didukung visualisasi

    gambar yang ditampilkan menarik serta narasi yang terdengar dengan jelas,

    sehingga mempermudah masyarakat untuk mendapatkan informasi - informasi

    tentang motif batik mbakau khas Temanggung.

    Pengujian kedua yaitu secara kuantitatif, yang dilakukan dengan cara

    menyebarkan kuesioner kepada 30 responden yang merupakan masyarakat

    Temanggung.

    Hasil dari kuisioner tersebut, kemudian dihitung menggunakan skala likert.

    Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam

    kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa

    survei. Pernyataan dalam skala likert, menentukan tingkat persetujuan terhadap

    suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia.[11].

  • Untuk menghitung jumlah skor dari tiap item pilihan jawaban yang dipilih,

    digunakan rumus sebagai berikut.

    Skor ( S ) = T x Pn

    Keterangan

    T = Jumlah Responden yang memilih

    Pn = pilihan skor likert

    Untuk menghitung persentase skor dari tiap jawaban dapat digunakan rumus

    sebagai berikut.

    Jawaban ( % ) = S / ∑s x 100

    Keterangan :

    S = Skor jawaban setiap item

    ∑s = Total jumlah skor item jawaban

    Pengujian Kuisioner

    Kuisioner diberikan kepada 30 responden yang merupakan masyarakat

    Temanggung bertujuan untuk mengetahui tanggapan responden tentang informasi

    yang disampaikan setelah responden melihat film dokumenter “ Motif Batik

    Mbakau “. Hasil dari kuesioner dapat dilihat pada Tabel 5.

    Tabel 5. Hasil kuisioner setelah melihat film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “

    No Pertanyaan Pilihan Jawaban

    A B C D E Σ

    1 Setelah melihat Video, Apakah Anda lebih

    mengetahui batik khas dari Kota Temanggung 2 23 5 0 0 30

    2 Setelah melihat Video, Apakah Anda lebih

    mengetahui motif batik mbakau Temanggung? 1 24 5 0 0 30

    3 Setelah melihat Video, apakah anda mengetahui awal

    mula penggunaan motif batik mbakau khas

    Temanggung?

    4 21 5 0 0 30

    4 Apakah anda lebih mengetahui tentang

    berbagaimacam hasil olahan ataupun kerajinan yang

    memanfaatkan tembakau sebagai motif utamnyanya?

    6 20 4 0 0 30

    5 Menurut Anda, bagaimana kualitas pencahayaan dari

    film dokumenter tersebut? 4 22 4 0 0 30

    6 Menurut Anda, bagaimana visualisasi gambar dalam

    film dokumenter ini? 7 20 3 0 0 30

    7 Menurut Anda, apakah backsound dari film

    dokumenter tersebut telah sesuai tema? 10 20 0 0 0 30

    8 Apakah suara narasi yang terdapat pada film

    dokumenter terdengar dengan jelas? 9 17 4 0 0 30

    9 Menurut Anda, apakah dalam film dokumenter

    tersebut sudah informatif ? 5 23 2 0 0 30

  • 10 Menurut Anda, apakah pesan dari film dokumenter

    tersebut telah tersampaikan dengan baik ? 2 25 3 0 0 30

    11 Menurut Anda, apakah film dokumenter ini dapat

    digunakan media informasi motif batik mbakau? 11 19 0 0 0

    30

    TOTAL 61 234 35 0 0 330

    Presentase jawaban A = 61 x 5 /1346 x100% = 22.70% (Sangat Menarik)

    Presentase jawaban B = 234 x 4/1346 x100% = 69.50% (Menarik)

    Presentase jawaban C = 35 x 3/1346 x100% = 7.80% (Cukup Menarik)

    Presentase jawaban D = 0 x 4/1346 x100% = 0.0% (Tidak Menarik)

    Presentase jawaban E = 0 x 5/1346 x100% = 0.0% (Sangat Tidak Menarik)

    Gambar 14 Diagram hasil kuisioner setelah melihat film dokumenter “ Motif batik Mbakau “

    Dari hasil pengujian kuisioner setelah melihat film dokumenter “ Motif

    Batik Mbakau “, menunjukan persentase jawaban A = 22.70 % dan B = 69.50 %,

    maka dapat disimpulkan bahwa film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “ telah

    sesuai untuk kebutuhan dalam penyampaian informasi dan pesan kepada

    masyarakat dengan visualisasi, sinematografi, narasi, dan backsound yang

    mendukung film dokumenter tersebut, sehingga perancangan film dokumenter ini

    dapat digunakan oleh Dinas UMKM Kabupaten Temanggung dan UMKM Batik

    Mbakau sebagai media informasi motif batik mbakau khas Temanggung.

    Sedangkan 7.80 % responden menilai bahwa film dokumenter motif batik mbakau

    cukup sesuai untuk kebutuhan dalam penyampaian informasi dan pesan kepada

    masyarakat dari segi visualisasi, sinematografi, narasi, dan backsound yang

    mendukung film dokumenter tersebut.

    5. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, perancangan, evaluasi serta pengujian film

    yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa film dokumenter “ Motif Batik

    Mbakau “ dapat memberikan informasi secara lengkap dan menarik. Perancangan

    film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “ dapat digunakan sebagai media

    informasi sehingga mempermudah dalam menginformasikan dan mengenalkan

    motif batik mbakau kepada masyarakat Temanggung ataupun masyarakat

    Indonesia.

    Film dokumenter ini masih dapat dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya.

    Oleh sebab itu, didapatkan saran untuk menambah informasi - informasi yang ada

    22.70%

    69.50%

    7.80%0.00%0%

    Hasil Kuisioner

    Jawaban A

    Jawaban B

    Jawaban C

    Jawaban D

    Jawaban E

  • seiring dengan perkembangan motif batik mbakau khas Temanggung dan

    memperbanyak variasi angle pada saat shooting.

    6. Daftar pustaka

    [1] Widodo. 1983. Batik Seni Tradisional. Jakarta: Penebar Swadaya

    [2] Harian Kompas, 2012, keindahan Batik Tembakau,

    (http://kompas.com/read/2012/09/01/22292146/Keindahan.Batik.Tembakau.)

    diakses tanggal 13 April 2014

    [3] Wardhani, Jauharsari, 2010, Upaya Peningkatan Apresiasi Batik Surakarta

    Melalui Pembelajaran Menggunakan Audio Visual ( Gabungan Slide, dan

    Film Dokumenter ) Pada Siswa Kelas X SMA 1 NEGERI SURAKARTA,

    Surakarta: Universitas Sebelas Maret

    [4] Adanta, Pama Felosia 2011, Perancangan Film Dokumenter Proses

    Pembuatan Batik Tulis, Yogyakarta : Sekolah Tinggi Manajemen Informatika

    dan Komputer AMIKOM

    [5] Tinarbuko, Sumbo, 2012, Semiotika komunikasi visual. Yogyakarta: Jala

    sutra.

    [6] Sobur, Alex, 2006, Semiotika Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya

    [7] Suyanto, 2004, Analisis dan Desain aplikasi multimedia untuk pemasaran,

    Yogyakarta: Andi

    [8] Effendi, Heru, 2002, Mari Membuat Film, Jakarta : Erlangga

    [9] Junaedi, Fajar. 2011. Membuat Film Dokumenter, Yogyakarta : Lingkar

    Media.

    [10] Sarwono, Jonathan, 2007, Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual,

    Yogyakarta : Andi

    [11] Alfiana Hafidian, 2013, Skala likert sebagai Teknik evaluasi,

    (http://edukasi.kompasiana.com/2013/06/12/skala-likert-568158.html)

    diakses 5 juni 2014 12:00 WIB

    http://kompas.com/read/2012/09/01/22292146/Keindahan.Batik.Tembakauhttp://edukasi.kompasiana.com/2013/06/12/skala-likert-568158.html