perancangan film dokumenter “ motif batik...

18
2 1. Pendahuluan Batik adalah karya budaya yang merupakan warisan nenek moyang dan memiliki nilai seni yang tinggi dengan corak, serta tata warna yang khas milik suatu daerah yang menunjukan identitas bangsa indonesia.[1] Salah satunya adalah motif batik mbakau yang merupakan batik asli dan khas dari kota Temanggung. Berbagai macam motif yang digunakan, terinpirasi dari potensi sumber daya alam yang ada di Temanggung, khususnya Tembakau yang menggambarkan ciri khas dan potensi sumber daya alam terbesar di Temanggung. Namun, berdasarkan hasil wawancara dengan UMKM batik mbakau, pengrajin motif batik mbakau, dan dinas UMKM kabupaten Temanggung, dapat disimpulkan bahwa masalah yang sedang dihadapi motif batik mbakau adalah kurangnya media sebagai sarana informasi dan sosialiasi kepada masyarakat yang mengakibatkan kurang dikenalnya motif batik ini oleh masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Temanggung, karena selama ini dalam menginformasikan dan mengenalkan motif batik mbakau kepada masyarakat hanya melalui brosur dan website. Untuk itu, dibutuhkan sebuah media sebagai sarana untuk menginformasikan dan mengenalkan tentang awal mula motif batik mbakau, berbagai macam motif yang dibuat, bahan yang digunakan dalam proses pewarnaan motif batik mbakau, lama pembuatan motif batik mbakau, tahap dalam proses pembuatan batik motif mbakau, serta berbagai jenis hasil olahan yang menggunakan motif tembakau sebagai motif utamanya. Salah satu bentuk media komunikasi visual yang dapat digunakan untuk menginformasikan dan mengenalkan motif batik mbakau Temanggung adalah dengan menggunakan media video atau film. Salah satu jenis medianya adalah film dokumenter karena film merupakan alat komunikasi yang efektif dalam menyampaikan informasi dan pesan kepada masyarakat secara lebih cepat dan lebih mudah untuk dipahami karena didukung oleh unsur audio dan visual yang terdapat di dalam film. Berdasarkan masalah yang ada, maka dirancang sebuah media berupa film dokumenter yang dapat digunakan untuk menginformasikan dan mengenalkan motif batik mbakau kepada masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Temanggung. 2. Tinjauan Pustaka Jauharshari Wardhani dalam penelitiannya yang berjudul “ Upaya Peningkatan Apresiasi Batik Surakarta Melalui Pembelajaran Menggunakan Audio Visual, Gabungan Slide, dan Film Dokumenter Pada Siswa Kelas X SMA 1 NEGERI SURAKARTA “ menyatakan bahwa dengan menggunakan media audio visual, pembelajaran menjadi lebih menarik dan tidak membosankan. Melalui media audio visual juga dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi pelajaran dan perhatian siswa selama proses pembelajaran juga mengalami peningkatan karena siswa lebih mudah memahami materi mengenai batik Surakarta . [3] Penelitian lain berjudul “ Perancangan Film Dokumenter Proses Pembuatan Batik Tulis “ yang dilakukan oleh Pama Felosia Adanta. Perancangan film

Upload: truongtuyen

Post on 08-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perancangan Film dokumenter “ Motif Batik Mbakaurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8836/3/T1_692009054_Full... · seperti motif bunga matahari, motif biji kopi, dan motif daun

2

1. Pendahuluan

Batik adalah karya budaya yang merupakan warisan nenek moyang dan

memiliki nilai seni yang tinggi dengan corak, serta tata warna yang khas milik

suatu daerah yang menunjukan identitas bangsa indonesia.[1] Salah satunya

adalah motif batik mbakau yang merupakan batik asli dan khas dari kota

Temanggung. Berbagai macam motif yang digunakan, terinpirasi dari potensi

sumber daya alam yang ada di Temanggung, khususnya Tembakau yang

menggambarkan ciri khas dan potensi sumber daya alam terbesar di Temanggung.

Namun, berdasarkan hasil wawancara dengan UMKM batik mbakau,

pengrajin motif batik mbakau, dan dinas UMKM kabupaten Temanggung, dapat

disimpulkan bahwa masalah yang sedang dihadapi motif batik mbakau adalah

kurangnya media sebagai sarana informasi dan sosialiasi kepada masyarakat yang

mengakibatkan kurang dikenalnya motif batik ini oleh masyarakat Indonesia,

khususnya masyarakat Temanggung, karena selama ini dalam menginformasikan

dan mengenalkan motif batik mbakau kepada masyarakat hanya melalui brosur

dan website. Untuk itu, dibutuhkan sebuah media sebagai sarana untuk

menginformasikan dan mengenalkan tentang awal mula motif batik mbakau,

berbagai macam motif yang dibuat, bahan yang digunakan dalam proses

pewarnaan motif batik mbakau, lama pembuatan motif batik mbakau, tahap dalam

proses pembuatan batik motif mbakau, serta berbagai jenis hasil olahan yang

menggunakan motif tembakau sebagai motif utamanya.

Salah satu bentuk media komunikasi visual yang dapat digunakan untuk

menginformasikan dan mengenalkan motif batik mbakau Temanggung adalah

dengan menggunakan media video atau film. Salah satu jenis medianya adalah

film dokumenter karena film merupakan alat komunikasi yang efektif dalam

menyampaikan informasi dan pesan kepada masyarakat secara lebih cepat dan

lebih mudah untuk dipahami karena didukung oleh unsur audio dan visual yang

terdapat di dalam film.

Berdasarkan masalah yang ada, maka dirancang sebuah media berupa film

dokumenter yang dapat digunakan untuk menginformasikan dan mengenalkan

motif batik mbakau kepada masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat

Temanggung.

2. Tinjauan Pustaka

Jauharshari Wardhani dalam penelitiannya yang berjudul “ Upaya

Peningkatan Apresiasi Batik Surakarta Melalui Pembelajaran Menggunakan

Audio Visual, Gabungan Slide, dan Film Dokumenter Pada Siswa Kelas X SMA

1 NEGERI SURAKARTA “ menyatakan bahwa dengan menggunakan media

audio visual, pembelajaran menjadi lebih menarik dan tidak membosankan.

Melalui media audio visual juga dapat mempermudah guru dalam menyampaikan

materi pelajaran dan perhatian siswa selama proses pembelajaran juga mengalami

peningkatan karena siswa lebih mudah memahami materi mengenai batik

Surakarta . [3]

Penelitian lain berjudul “ Perancangan Film Dokumenter Proses Pembuatan

Batik Tulis “ yang dilakukan oleh Pama Felosia Adanta. Perancangan film

Page 2: Perancangan Film dokumenter “ Motif Batik Mbakaurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8836/3/T1_692009054_Full... · seperti motif bunga matahari, motif biji kopi, dan motif daun

3

dokumenter ini bertujuan sebagai media penunjang pelestarian budaya

bangsa Indonesia dan sebagai media informasi yang menceritakan tahap - tahap

dalam proses produksi pembuatan batik tulis karena banyaknya turis asing

maupun lokal yang ingin mengetahui cara dalam proses pembuatan batik tulis.[4]

Hal yang membedakan dengan penelitian yang telah dilakukan adalah film

dokumenter yang dihasilkan sebelumnya, hanya berupa film yang mengangkat

mengenai sejarah batik, jenis batik berdasarkan proses pembuatannya, dan proses

pembuatan batik. Sedangkan dalam penelitian kali ini dengan judul “ Perancangan

Film Dokumenter Motif Batik Mbakau ” mengulas awal mula dari motif batik

mbakau, berbagai jenis motif yang dibuat, bahan yang digunakan dalam proses

pewarnaan motif batik mbakau, lama pembuatan motif batik mbakau, tahapan

dalam proses pembuatan batik motif mbakau, serta berbagai jenis hasil olahan

dengan memanfaatkan tembakau sebagai gambar motifnya. Komunikasi visual adalah ilmu yang mempelajari konsep komunikasi serta

ungkapan kreatif melalui berbagai pesan dan gagasan secara visual dengan

mengelola elemen - elemen grafis yang berupa garis, bidang, komposisi warna

serta layout. Dalam perkembangannya, komunikasi visual juga mencakup elemen

non visual seperti bunyi, tulisan, dan bahasa verbal.[5]

Media informasi adalah alat - alat grafis, fotografis atau elektronis untuk

menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual. Media

informasi dapat disimpulkan sebagai alat untuk menyusun dan mengumpulkan

suatu data hingga menjadi suatu informasi yang bermanfaat bagi penerima

informasi tersebut. Penyampaian informasi secara visual mampu lebih cepat

dicerna oleh masyarakat karena persepsi ingatan yang berupa audio visual itu

mampu diingat lebih lama.[6]

Multimedia dapat dikatakan bentuk baru dalam pembuatan program

komputer dengan penggabungan lebih dari satu media. Multimedia dapat diartikan

sebagai alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif karena

mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio, gambar dan video, sehingga

pengguna dapat bernavigasi, berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi.[7]

Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan salah satu media

komunikasi masa audio visual yang dibuat berdasarkan asas sinematografi yang

direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video dan bahan hasil penemuan

teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi,

proses elektronik, atau proses lainnya dengan atau tanpa suara yang dapat

ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik dan sistem lainnya. Film

berfungsi sebagai media pengantar informasi kepada masyarakat, sebagai

dokumen sosial, karena film merupakan alat komunikasi yang efektif dalam

menyampaikan informasi dan pesan kepada masyarakat secara lebih cepat dan

lebih mudah untuk dipahami karena didukung oleh unsur audio dan visual yang

terdapat di dalam film. Melalui film masyarakat juga dapat melihat secara nyata

apa yang terjadi di tengah - tengah masyarakat, sebagai media edutainment,

dimana selain mendidik film juga harus menghibur.[8]

Film dokumenter merupakan salah satu genre film, Pertama kali disematkan

pada film karya Lumiere bersaudara yang bercerita tentang kisah perjalanan

mereka. Terminologi dokumenter, kembali digunakan oleh kritikus dan pembuat

Page 3: Perancangan Film dokumenter “ Motif Batik Mbakaurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8836/3/T1_692009054_Full... · seperti motif bunga matahari, motif biji kopi, dan motif daun

5

film asal Inggris, John Grierson untuk film Moana. Grierson berpendapat,

dokumenter adalah cara kreatif untuk mempresentasikan realitas. Melalui

dokumenter, realitas yang terjadi di dunia nyata dapat dituangkan melalui proses

representasi ke dalam bentuk film.[9]

Beberapa hal yang membedakan film dokumenter dengan film fiksi, yaitu

subyek, dimana film dokumenter memfokuskan lebih sekedar kondisi manusia.

Perbedaan yang kedua dilihat dari segi tujuan, sudut pandang, dan pendekatannya.

Dalam film dokumenter, pembuat film adalah subyek dari film yang berusaha

merekam fenomena sosial dan budaya, untuk memberikan informasi kepada

publik tentang apa yang sebenarnya terjadi. Perbedaan ketiga adalah dari bentuk,

dimana dalam film dokumenter yang ditampilkan bisa saja sesuatu yang

sebelumnya tidak direncanakan atau sesuatu yang muncul secara spontan.

Ke empat, teknik dan metode produksi film dokumenter yang tidak menggunakan

aktor, tetapi menggunakan real people atau playthemselves dari orang yang

ditampilkan dalam film dokumenter.[9]

Beberapa jenis pendekatan dan cara penyajian dalam film dokumenter yang

berkaitan erat dengan gaya penceritaan, antara lain :

A. Narasi

Sesuai namanya, cara penyajian ini dilakukan secara naratif, dengan

melalui penceritaan tentang apa yang diangkat dalam film dokumenter. .

B. Recreations

Cara penyajian ini dilakukan dengan melakukan reka ulang atas

peristiwa yang diangkat dalam film dokumenter. Cara penyajian ini

membutuhkan naskah yang detil yang didasarkan pada riset yang

komprehensif sehingga apa yang direka ulang tidak berbeda dengan apa

yang sebenarnya terjadi.

C. Wawancara

Cara penyajian ini sesuai dengan namanya, dilakukan dengan

wawancara terhadap subyek yang dipilih oleh filmmaker sesuai dengan

tujuan produksi film dokumenter.

D. Arsip Foto

Film dokumenter ini menampilkan gabungan dari berbagai arsip foto

yang kemudian membangun jalinan cerita. Jadi tidak semata - mata slide

show saja, namun juga harus diperhatikan unsur kontiniti sehingga

rangkaian foto tersebut bisa berbicara pada penonton.

Kata sinematografi berasal dari kata kinema yang berarti gerakan dan

graphoo yang berarti menulis. Jadi sinematografi dapat diartikan sebagai bidang

ilmu terapan yang membahas tentang teknik menangkap dan menggabungkan

gambar – gambar sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan

sebuah cerita atau menyampaikan informasi serta mengkomunikasikan suatu ide

tertentu.[9]

Beberapa hal yang penting dalam sinematografi dalam proses produksi film

dokumenter, antara lain :

Shot

Shot bisa diartikan sebagai bagian dari adegan.

Page 4: Perancangan Film dokumenter “ Motif Batik Mbakaurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8836/3/T1_692009054_Full... · seperti motif bunga matahari, motif biji kopi, dan motif daun

Scene

Scene adalah hasil dari shots yang digabungkan atau dirangkai satu

dengan yang lain.

Sequence

Sequence merupakan sebuah kesatuan scene yang ditata sehingga

peristiwa yang terjadi dapat dipahami secara utuh.

Camera angle adalah sudut pandang dari penonton, mata penonton akan

diwakili oleh mata kamera. Penempatan sudut pandang kamera akan

mempengaruhi sudut pandang penonton.[9] Secara teknis ada beberapa camera

angle dan gerakan yang lazim digunakan dalam proses produksi film, antara lain :

Penempatan kamera dari sudut pandang obyek.

- Objective camera angle menggunakan prinsip kamera seolah

tersembunyi. Kamera ditempatkan disatu titik dengan seolah - olah

tidak mewakili siapapun dan penonton tidak dilibatkan dalam adegan

shot.

- Subjective camera angle mengasosiasikan penonton menjadi bagian

yang terlibat dalam gambar yang ditampilkan.

Penempatan kamera dari sudut pandang penonton.

- Eye level adalah penempatan posisi kamera yang sejajar dengan mata

subyek.

- Low angle adalah penempatan posisi kamera yang lebih rendah

daripada subyek.

- High angle adalah penempatan posisi kamera yang lebih tinggi dari

subyek.

Berbagai jenis Shot size atau ukuran pengambilan gambar digunakan pada

proses produksi film, yang bertujuan untuk merepresentasikan gambar kepada

penonton secara berbeda. Berbagai jenis shot size yang digunakan dalam proses

produksi film, antara lain :

Long Shot ( LS ) – Pandangan sangat jauh dengan pengambilan gambar

yang cenderung luas.

Medium Long Shot ( MLS ) – Menekankan tempat dan lingkungannya.

Subjek mulai terlihat, namun tidak jelas.

Full Shot ( FS ) – Subjek menempati satu bingkai penuh, dari ujung kaki

hingga kepala.

Mediun Shot ( MS ) - Ukuran subyek dari pusar hingga kepala.

Medium Close Up ( MCU ) - Ukuran subyek dalam frame dari dada

hingga kepala.

Close Up ( CU ) - Ukuran subyek dari leher hingga batas atas kepala.

Extreme Close Up ( ECU ) – Menunjukan detail pada satu anggota

bagian tubuh.

Gerakan kamera selama proses produksi film dokumenter terdiri dari

Panning, Tilting, Dolly / Track, Crane, Zoom.[9]

Page 5: Perancangan Film dokumenter “ Motif Batik Mbakaurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8836/3/T1_692009054_Full... · seperti motif bunga matahari, motif biji kopi, dan motif daun

Motif Batik Mbakau merupakan motif batik asli dan khas kota Temanggung

yang tercetus pada tahun 2009. Berawal dari keinginan Bapak Iman Nugroho

untuk membuat kekhasan lokal berupa motif batik mbakau yang dibantu oleh 8

orang pengrajin batik yang terdiri dari 5 kaum perempuan dan 3 kaum laki - laki. Berbagai macam motif yang dibuat, 80% menggunakan motif tembakau seperti

motif batang tembakau, motif daun tembakau, dan motif bunga tembakau yang

menjadi ciri khas motif batiknya. Selain motif tembakau, 20% menggunakan

motif potensi lokal Temanggung yang menggambarkan hasil produk unggulan,

seperti motif bunga matahari, motif biji kopi, dan motif daun cengkeh. Keunikan

lain dari motif baik mbakau ini adalah menggunakan zat pewarna alam yang

diperoleh dari ekstrak tanaman tembakau kering ataupun basah, serta berbagai

macam ekstrak daun lainnya seperti daun mangga, putri malu, dan alang - alang.

Dalam pewarnaannya, juga digunakan pewarna kimia yaitu remazol.

Selama ini, dalam menginformasikan dan mengenalkan motif batik mbakau

kepada masyarakat Indonesia, khususnya masarakat Temanggung menggunakan

media berupa brosur dan website. Upaya lain yang dilakukan untuk mengenalkan

dan menginformasikan motif batik mbakau kepada masyarakat, juga dengan

mengikuti berbagi macam kegitan seperti event kebudayaan, workshop, seminar,

serta mendapatkan bantuan dari dinas UMKM kabupaten Temanggung

( Desperindagkop ) dengan membawa sampel dari motif batik mbakau

Temanggung untuk disosialisasikan diluar Temanggung seperti Semarang, DIY,

Solo, NTB, Makasar, Lombok, dan Batam.

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk film dokumenter tentang Batik

Mbakau adalah metode linear strategy. Metode linear strategy atau garis lurus

merupakan sebuah metode yang menetapkan urutan pada tahapan perancangan

yang sederhana dan mudah dipahami komponennya.[10] Tahap – tahap yang ada

pada metode linear strategy dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1 Linear strategy[10]

Tahap 1 merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan secara

kuaitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data secara kualitatif dilakukan dengan

melakukan wawancara kepada Ibu Azizah yang merupakan salah satu pengrajin

motif batik mbakau Temanggung yang menceritakan mengenai awal mula motif

batik mbakau Temanggung, motif yang dibuat, zat pewarna yang digunakan, lama

proses pembuatan motif batik mbakau, proses pembuatan motif batik mbakau, dan

berbagai macam hasil olahan dengan memanfaatkan tembakau sebagai gambar

motif utamanya. Wawancara juga dilakukan kepada Ibu Ekowari Setyowati selaku

Kabid UMKM Kabupaten yang memberikan tanggapan mengenai motif batik

mbakau, upaya yang telah dilakukan untuk menginformasikan dan mengenalkan

motif batik mbakau kepada masyarakat, serta harapan kedepan untuk motif batik

mbakau Temanggung.

Page 6: Perancangan Film dokumenter “ Motif Batik Mbakaurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8836/3/T1_692009054_Full... · seperti motif bunga matahari, motif biji kopi, dan motif daun

Observasi juga dilakukan untuk memperoleh data visual mengenai motif

batik mbakau. Data visual didapatkan dengan cara melakukan pengambilan foto

secara langsung pada tempat lokasi UMKM Batik Mbakau Temanggung. Data

visual yang diperoleh, berupa berbagai macam motif batik khas temanggung dan

media yang selama ini digunakan untuk menginformasikan serta mengenalkan

motif batik mbakau kepada masyarakat. Berbagai macam motif baik khas

Temanggung dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Berbagai macam motif batik khas Temanggung

Media informasi yang selama ini digunakan untuk menginformasikan serta

mengenalkan motif batik mbakau kepada masyarakat adalah melalui brosur dan

website. Media informasi motif batik mbakau data dilihat pada Gambar 3.

A. Brosur B. Website

Gambar 3 Media informasi motif batik mbakau

Pengumpulan data juga dilakukan secara kuantitatif, dengan menyebarkan

kuisioner kepada 30 responden yang merupakan masyarakat Temanggung,

bertujuan untuk mengetahui sejauh mana responden mengetahui tentang motif

batik mbakau dengan pertanyaan apakah anda menyukai batik, apakah anda

mengetahui batik khas dari Temanggung, apakah anda mengetahui motif batik

mbakau Temanggung, apakah anda mengetahui awal mula penggunaan motif

batik mbakau khas Temanggung, apakah anda mengetahui hasil olahan atau

kerajian yang memanfaatkan tembakau sebagai motif utamanya. Kemudian hasil

dari kuesioner tersebut dilakukan perhitungan, dan disimpulkan bahwa sebanyak

81.20 % dari 30 responden menyatakan tidak mengetahui tentang motif batik

mbakau Temanggung. sedangkan sebanyak 18.8 % responden sudah mengetahui

tentang motif batik mbakau khas Temanggung.

Tahap 2 merupakan tahap analisa data yang dilakukan untuk menganalisa

data apa saja yang nantinya akan digunakan dalam perancangan film dokumenter

sebagai media informasi motif batik mbakau khas Temanggung kepada

masyarakat. Dari analisa data ini, informasi yang nantinya akan ditampilkan

dalam film dokumenter berupa informasi mengenai awal mula motif batik

Page 7: Perancangan Film dokumenter “ Motif Batik Mbakaurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8836/3/T1_692009054_Full... · seperti motif bunga matahari, motif biji kopi, dan motif daun

1

mbakau, motif yang dibuat, tahap dalam proses pembuatan motif batik

mbakau, pemanfaatan motif batik mbakau, dan testimoni dari Dinas UMKM

Kabupaten Temanggung mengenai motif batik mbakau, upya yang telah

dilakukan untuk menginformasikan dan mengenalkan motif batik mbakau kepada

masyarakat, serta harapan kedepan untuk motif batik mbakau khas Temanggung.

Segmentasi dari target masyarakat dalam perancangan film dokumenter ini,

ditujukan kepada masyarakat umum, khususnya masyarakat Temanggung yang

berusia antara 23 tahun hingga 40 tahun ( usia produktif ). Orang dewasa lebih

menyukai motif batik ini, karena melaui batik ini dapat menonjolkan keunikan

dan kelebihan dari daerah asalnya pembuatannya. Selain itu, dapat juga digunakan

pada saat acara resmi atau non resmi. Peminat dari motif batik ini baru mencakup

kalangan pegawai pemerintahan kabupaten Temanggung, beberapa masyarakat

sekitar UMKM Batik Mbakau, dan mulai merambah ke luar Temanggung

Tahap 3 adalah tahap perancangan film dokumenter yang meliputi proses

pra produksi, produksi, pasca produksi. Tahan perancangan film dokumenter

“ Motif Batik Mbakau “ dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Bagan metode perancangan film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “

Gambar 4 merupakan bagan metode perancangan film dokumenter “ Motif Batik

Mbakau “, dapat diberikan penjelasan sebagai berikut :

Pra Produksi merupakan tahapan persiapan atau perencanaan dalam

pembuatan sebuah film. Didalam proses pra - produksi, langkah pertama adalah

pembuatan ide dan konsep film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “.Ide

perancangan film dokumenter ini, berawal dari perlunya sebuah media sebagai

sarana untuk menginformasikan dan mengenalkan serta menceritakan tentang

awal mula motif batik mbakau, berbagai jenis motif yang dibuat, bahan yang

digunakan dalam proses pewarnaan motif batik mbakau, lama pembuatan motif

batik mbakau, tahapan dalam proses pembuatan batik motif mbakau, serta

berbagai jenis hasil olahan dengan memanfaatkan tembakau sebagai gambar

motifnya.

Setelah menentukan ide dan konsep dalam film dokumenter dirancanglah

sebuah storyline yang merupakan gambaran dari isi filim dokumenter “ Motif

Batik Mbakau “. Storyline dari film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “ adalah

sebagai berikut :

Page 8: Perancangan Film dokumenter “ Motif Batik Mbakaurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8836/3/T1_692009054_Full... · seperti motif bunga matahari, motif biji kopi, dan motif daun

“ Film dokumenter ini diawali dengan menampilkan ikon dari

kota Temanggung berupa gapura selamat datang, tugu jam, suasana

kota dan tembakau. Dari tumbuhan tembakau ini, muncul sebuah

motif batik yang ternyata dapat menjadi ciri khas batik dari

temanggung. Disetiap bagian tumbuhan tembakau dapat dijadkan

motif batik khas Temanggung, seperti motif batang mbakau, motif

daun mbakau, motif bunga mbakau, serta motif potensi sumber

daya alam lainnya yang ada di temanggung seperti motif biji kopi,

daun cengkeh, dan bunga matahari. Tumbuhan tembakaupun dapat

digunakan sebagai bahan pewarna yang berasal dari ekstrak daun

tembakau kering ataupun basah. Juga digunakan pewarna alam

lainnya yang berasal dari dari ekstrak daun mangga, putri malu, dan

alang - alang.

Proses pembuatan batik berawal dari pemberian malam atau

lilin, pewarnaan, perebusan, pencucian dan penjemuran kain.

Setelah dilakukan penjemuran kain hingga kering, kain batik

dengan motif tembakau ini siap untuk dijual atau dipasarkan. Selain

digunakannya sebagai motif utama kain batik khas Temanggung,

motif tembakau ini juga dapat diolah menjadi berbagai jenis hasil

kerajinan seperti asbak, topeng, tempat tissue, dan tas.“

Setelah merancang storyline, langkah selanjutnya adalah merancang

treatment yang merupakan kerangka dari sebuah skenario yang menjadi acuan

untuk pembuatan storyboard. Treatment dari film dokumenter “ Motif Batik

Mbakau “ dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Treatment film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “

NO SCENE INT /

EKS

JENIS SHOT

ANGLE KETERANGAN

1. Intro film Int FS – MS

Eye level

High angle

Menampilkan ikon kota

Temanggung, berupa gapura

selamat datang, tugu jam, dan

tembakau yang dapat digunakan

sebagai bahan baku pembuatan

batik khas Temanggung.

2. Wawancara Int MCU Wawancara narasumber

3. Pembuatan

pola batik

Eks MS – MCU –CU

Eye level

High angle

Menampilkan proses pembuatan

pola batik pada kain.

4. Pewarnaan

kain batik

Eks MS – CU

Eye level

High angle

Menampilkan proses pewarnaan

dasar dan akhir pada kain batik.

Page 9: Perancangan Film dokumenter “ Motif Batik Mbakaurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8836/3/T1_692009054_Full... · seperti motif bunga matahari, motif biji kopi, dan motif daun

5. Perebusan

kain

Eks FS – MCU – ECU

Eye level

Low angle

High angle

Menampilkan proses akhir dalam

pembuatan kain batik

6. Motif batik

mbakau

Int FS – MS – CU

Eye level

High angle

Menampilkan berbagai macam

jenis baju, motif kain batik, dan

berbagai macam souvenir yang

menggunakan tembakau sebagai

gambar motifnya

7. Wawancara Int MCU

Eye level

Testimoni dari Dinas UMKM

Kabupaten Temanggung mengenai

motif batik mbakau Temanggung.

8. Ending Eks FS – MS – CU

Eye level

Menampilkan para pengrajin batik

dan tagline.

Tahap berikutnya adalah pembuatan storyboard yang merupakan sebuah

gambaran berbentuk sketsa dari treatment yang sudah dirancang sedemikian rupa

untuk mempermudah tim produksi film dalam proses perekaman adegan.

Storyboard film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “ dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Storyboard film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “

SCENE STORYBOARD

SHOT ANGLE

MOVING CAMERA

DURATION KETERANGAN

1

FS

MS

Zoom In

Eye level

High

angle

00 : 00 : 18 s

Menampilkan ikon kota

Temanggung berupa gapura

selamat datang, tugu jam, dan

tembakau yang dapat

digunakan sebagai bahan

pembuatan batik.

Backsound : Gending –Track1

2

MCU

Eye level

00 : 01 : 36 s

Wawancara narasumber

Backsound : Gending -Track1

Page 10: Perancangan Film dokumenter “ Motif Batik Mbakaurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8836/3/T1_692009054_Full... · seperti motif bunga matahari, motif biji kopi, dan motif daun

3

MS

MCU

CU

Zoom In

Eye level

High

angle

00 : 00 : 31 s

Menampilkan proses dalam

pembuatan pola batik.

Backsound : Gending -Track1

4

MS

CU

Zoom In

Eye level

High angle

00 : 00 : 31 s

Menampilkan pewarnaan

dasar dan akhir pada kain

dengan teknik olesdan celup.

Backsound : Gending -Track1

5

FS

MCU

ECU

Zoom In

Eye level

Low angle

High angle

00 : 00 : 39 s

Menampilkan tahap terakhir

dalam proses pembuatan kain

batik.

Backsound : Gending -

Track1

6

FS

MS

CU

Panning

Zoom Out

Zoom In

Eye level

High angle

00 : 00 : 16 s

Menampilkan berbagai

macam jenis baju, motif kain

batik, dan berbagai macam

souvenir yang menggunakan

tembakau sebagai gambar

motifnya.

Backsound : Gending -Track1

Page 11: Perancangan Film dokumenter “ Motif Batik Mbakaurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8836/3/T1_692009054_Full... · seperti motif bunga matahari, motif biji kopi, dan motif daun

7

MCU

Eye level

00 : 01 : 11 s Testimoni dari dinas UMKM

Temanggung Mengenai motif

batik mbakau.

Backsound : Gending -Track5

8

FS

MS

CU

Eye level

00 : 00 : 17 s Menampilkan pengrajin batik

dan tagline.

Backsound : Gending -Track5

Produksi merupakan sebuah tahapan eksekusi dari perencanaan yang telah

dibuat pada tahapan pra produksi. Pada proses produksi dilakukakan shooting

( video, foto ) dan dubbing ( audio ). Shooting adalah proses pengambilan gambar

dalam bentuk video yang akan disesuaikan dengan shotlist yang telah dibuat pada

proses pra produksi. Setelah proses shooting selesai, tahap selanjutnya adalah

dubbing. Dubbing merupakan perekaman suara sebagai narasi yang digunakan

pada penjelasan motif batik mbakau, saat wawancara dan proses pembuatan motif

batik mbakau.

Pasca produksi merupakan tahap yang dilakukan setelah proses produksi,

diantaranya seleksi scene yaitu pemilihan scene yang sesuai dengan treatment,

shootlist, dan storyboard yang dibuat. Editing merupakan proses memilih,

mengatur, dan menyusun stok scene yang telah dibuat sehingga menjadi sebuah

film dokumenter yang dapat digunakan sebagai media untuk mengenalkan dan

menginformasikan motif batik mbakau Temanggung. Setelah proses editing video

selesai, dilakukan penambahan backsound berupa musik instrument gending jawa.

Proses editing dapat dilihat pada Gambar 3

Gambar 5 Proses editing

Setelah proses editing video selesai, tahap selanjutnya adalah proses sound

editing yang meliputi noise reduction dan boost. Noise reduction berfungsi untuk

mengurangi noise atau gangguan - gangguan yang ada pada rekaman suara

narator, sehingga suara dari narator terdengar lebih jelas dan jernih. Sedangkan

boost berfungsi untuk penambahan atau pengurangan frekuensi dari suara narator,

sehingga suara yang dihasilkan tidak terlalu keras maupun pelan.

Page 12: Perancangan Film dokumenter “ Motif Batik Mbakaurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8836/3/T1_692009054_Full... · seperti motif bunga matahari, motif biji kopi, dan motif daun

4. Hasil Pembahasan Film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “, dapat digunakan sebagai media

informasi batik khas Temanggung. Berikut ini merupakan potongan adegan dari

setiap scene yang ada didalam film dokumenter Motif Batik Mbakau yang telah

dirancang sesuai dengan perencanaan.

Scene 1

A. Tugu jam B. Tembakau

Gambar 6 Scene 1

Pada scene 1 terlihat pada Gambar 6 merupakan opening film dokumenter

“ Motif Batik Mbakau “ yang menampilkan ikon kota Temanggung berupa gapura

selamat datang, tugu jam, dan tembakau yang ternyata dapat digunakan sebagai

bahan baku utama pembuatan batik. Pengambilan video ini menggunakan angle

kamera eye level, high angle, serta menggunakan beberapa jenis shot, antara lain

FS ( full shot ), MS ( medium shot ), sehingga penonton dapat mengetahui

gambaran sekilas tentang ikon kota Temanggung.

Scene 2

Gambar 7 Scene 2

Pada Scene 2 terlihat pada Gambar 7, menampilkan wawancara narasumber

yang menjelaskan tentang awal mula motif batik mbakau khas Temanggung, zat

pewarna yang digunakan, sampai lama proses pembuatan motif batik mbakau.

Pengambilan video ini menggunakan angle kamera eye level dan jenis shot MCU

( medium close up ), karena sering digunakan dalam kegiatan wawancara karena

lebih bisa menampilkan profil atau sosok seorang yang direkam.

Scene 3

A. Pembuatan motif batik Tulis B. pembuatan motif batik cap

Gambar 8 Scene 3

Page 13: Perancangan Film dokumenter “ Motif Batik Mbakaurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8836/3/T1_692009054_Full... · seperti motif bunga matahari, motif biji kopi, dan motif daun

Pada Scene 3 terlihat pada Gambar 8, menampilkan proses pembuatan pola

batik motif mbakau dengan cara tulis ataupun celup. Pengambilan video ini

menggunakan angle kamera eye level, high angle, serta menggunakan beberapa

jenis shot antara lain MS ( Medium Shot ), MCU ( Medium Close Up ), CU (

Close Up ), agar tidak selalu menampilkan gambar proses pembuatan secara utuh

namun juga butuh gambar yang diambil secara detil ( close up ) pada bagian

tertentu agar penonton dapat melihat detil gambar yang disajikan.

Scene 4

A. Pewarnaan oles B. Pewarnaan celup

Gambar 9 Scene 4

Pada Scene 4 terlihat pada Gambar 9, menampilkan proses pewarnaan pada

kain batik dengan teknik oles ataupun celup. Pengambilan video ini menggunakan

angle kamera eye level, high angle, serta menggunakan beberapa jenis shot, antara

lain MS ( Medium Shot ), CU ( Close Up ), agar tidak selalu menampilkan

gambar proses pembuatan secara utuh namun juga butuh gambar yang diambil

secara detil ( Close Up ) pada bagian tertentu agar penonton lebih merasa tertarik

akan detil gambar yang disajikan.

Scene 5

A. Perbusan kain B. Pencucian kain

Gambar 10 Scene 5

Pada Scene 5 terlihat pada Gambar 10, menampilkan proses perebusan dan

pencucian kain batik motif tembakau. Pengambilan video ini menggunakan angle

kamera eye level, low angle, high angle, serta menggunakan beberapa jenis shots,

antara lain FS ( Full Shot ), ECU ( Extreme Close Up ), MCU ( Medium Close

Up ) agar tidak selalu menampilkan gambar proses pembuatan secara utuh namun

juga butuh gambar yang diambil secara detil ( close up ) pada bagian tertentu agar

penonton melihat akan detil gambar yang disajikan.

Page 14: Perancangan Film dokumenter “ Motif Batik Mbakaurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8836/3/T1_692009054_Full... · seperti motif bunga matahari, motif biji kopi, dan motif daun

Scene 6

A. Baju batik motif tembakau B. Souvenir motif tembakau

Gambar 11 Scene 6

Pada scene 6 terlihat pada gambar 11, menampilkan berbagai jenis baju,

kain batik khas Temanggung, serta berbagai macam souvenir yang menggunakan

motif tembakau sebagai gambar motifnya. Pengambilan video ini menggunakan

angle kamera eye level, high angle serta menggunakan beberapa jenis shot, antara

lain, CU ( Close Up ), MS ( Medium Shot ), dan FS ( Full Shot ).

Scene 7

Gambar 12 Scene 7

Pada scene 7 terlihat pada Gambar 12, menampilkan testimoni dari Kabid

UMKM Kabupaten Temanggung mengenai motif batik mbakau, dan harapan

kedepan untuk motif batik mbakau agar lebih dikenal masyarakat. Pengambilan

video ini menggunakan angle kamera eye level, dan jenis shot MCU ( Medium

Close Up ), karena sering digunakan dalam kegiatan wawancara maupun pembaca

berita karena lebih bisa menampilkan profil atau sosok seorang yang direkam.

Scene 8

A. Berbagai jenis motif batik mbakau B. Tagline

Gambar 13 scene 8

Pada scene 8 terlihat pada gambar 13A, menampilkan pengrajin batik motif

mbakau dan beraneka ragam kain motif batik mbakau kesimpulan dan Gambar

13B menampilkan tagline sebagai pesan kepada penonton. Pengambilan video ini

menggunakan angle kamera eye level serta beberapa jenis shot, antara lain FS

( Full Shot ), MS ( Medium Shot ), dan CU ( Close Up ) yang bertujuan agar

penonton dapat melihat akan detil gambar yang disajikan.

Page 15: Perancangan Film dokumenter “ Motif Batik Mbakaurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8836/3/T1_692009054_Full... · seperti motif bunga matahari, motif biji kopi, dan motif daun

Perancangan media

Film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “ yang digunakan sebagai media

informasi batik khas Temanggung akan diserahkan kepada instansi pemerintahan

kabupaten Temanggung, UKM Center dan Dinas UMKM ( desperindagkop )

kabupaten Temanggung yang akan ditayangkan pada saat digelarnya event

kebudayaan, pameran, dan workshop.

Evaluasi Setelah tahap perancangan selaesai, tahap selanjutnya adalah proses

evaluasi yang dilakukan dengan memperlihatkan film dokumenter “ Motif Batik

Mbakau “ kepada Dinas UMKM Kabupaten Temanggung, untuk mengetahui

kelayakan dari hasil perancangan film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “ yang

akan digunakan sebagai media informasi batik khas Temanggung. Berdasarkan

evaluasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa film dokumenter yang

telah dirancang layak digunakan sebagai media informasi motif batik khas

Temanggung, karena dapat memberikan gambaran dan informasi kepada

masyarakat tentang awal mula motif batik mbakau, berbagai macam motif yang

dibuat, tahap dalam proses pembuatan motif batik mbakau, dan berbagai macam

jenis hasil olahan berupa baju ataupun souvenir dengan memanfaatkan tembakau

sebagai motif gambar utamanya.

Pengujian

Setelah proses evaluasi selesai, dilakukan pengujian film dokumenter “

Motif Batik Mbakau “ secara kualitatif dan kuantitatif.

Pengujian kualitatif pertama dilakukan kepada Ibu Ekowari Setyowati

selaku Kabid UMKM Kabupaten Temanggung dan didapatkan hasil bahwa film

dokumenter yang telah dirancang dapat memberikan informasi kepada penonton

dengan jelas mengenai awal mula motif batik mbakau khas Temanggung,

berbagai macam motif yang dibuat, tahap dalam proses pembuatan motif batik

mbakau, dan berbagai macam jenis hasil olahan berupa baju, potongan kain motif

batik mbakau, serta berbagai jenis souvenir dengan memanfaatkan tembakau

sebagai motif gambar utamnya, sehingga film dokumenter ini dapat digunakan

sebagai media informasi motif batik khas Temanggung. Pengujian kualitatif kedua dilakukan kepada pengrajin motif batik mbakau

khas Temanggung dan didapatkan hasil bahwa film dokumenter yang telah

dirancang dapat memberikan informasi dengan jelas karena didukung visualisasi

gambar yang ditampilkan menarik serta narasi yang terdengar dengan jelas,

sehingga mempermudah masyarakat untuk mendapatkan informasi - informasi

tentang motif batik mbakau khas Temanggung.

Pengujian kedua yaitu secara kuantitatif, yang dilakukan dengan cara

menyebarkan kuesioner kepada 30 responden yang merupakan masyarakat

Temanggung.

Hasil dari kuisioner tersebut, kemudian dihitung menggunakan skala likert.

Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam

kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa

survei. Pernyataan dalam skala likert, menentukan tingkat persetujuan terhadap

suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia.[11].

Page 16: Perancangan Film dokumenter “ Motif Batik Mbakaurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8836/3/T1_692009054_Full... · seperti motif bunga matahari, motif biji kopi, dan motif daun

Untuk menghitung jumlah skor dari tiap item pilihan jawaban yang dipilih,

digunakan rumus sebagai berikut.

Skor ( S ) = T x Pn

Keterangan

T = Jumlah Responden yang memilih

Pn = pilihan skor likert

Untuk menghitung persentase skor dari tiap jawaban dapat digunakan rumus

sebagai berikut.

Jawaban ( % ) = S / ∑s x 100

Keterangan :

S = Skor jawaban setiap item

∑s = Total jumlah skor item jawaban

Pengujian Kuisioner

Kuisioner diberikan kepada 30 responden yang merupakan masyarakat

Temanggung bertujuan untuk mengetahui tanggapan responden tentang informasi

yang disampaikan setelah responden melihat film dokumenter “ Motif Batik

Mbakau “. Hasil dari kuesioner dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil kuisioner setelah melihat film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “

No Pertanyaan Pilihan Jawaban

A B C D E Σ

1 Setelah melihat Video, Apakah Anda lebih

mengetahui batik khas dari Kota Temanggung 2 23 5 0 0 30

2 Setelah melihat Video, Apakah Anda lebih

mengetahui motif batik mbakau Temanggung? 1 24 5 0 0 30

3 Setelah melihat Video, apakah anda mengetahui awal

mula penggunaan motif batik mbakau khas

Temanggung?

4 21 5 0 0 30

4 Apakah anda lebih mengetahui tentang

berbagaimacam hasil olahan ataupun kerajinan yang

memanfaatkan tembakau sebagai motif utamnyanya?

6 20 4 0 0 30

5 Menurut Anda, bagaimana kualitas pencahayaan dari

film dokumenter tersebut? 4 22 4 0 0 30

6 Menurut Anda, bagaimana visualisasi gambar dalam

film dokumenter ini? 7 20 3 0 0 30

7 Menurut Anda, apakah backsound dari film

dokumenter tersebut telah sesuai tema? 10 20 0 0 0 30

8 Apakah suara narasi yang terdapat pada film

dokumenter terdengar dengan jelas? 9 17 4 0 0 30

9 Menurut Anda, apakah dalam film dokumenter

tersebut sudah informatif ? 5 23 2 0 0 30

Page 17: Perancangan Film dokumenter “ Motif Batik Mbakaurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8836/3/T1_692009054_Full... · seperti motif bunga matahari, motif biji kopi, dan motif daun

10 Menurut Anda, apakah pesan dari film dokumenter

tersebut telah tersampaikan dengan baik ? 2 25 3 0 0 30

11 Menurut Anda, apakah film dokumenter ini dapat

digunakan media informasi motif batik mbakau?

11 19 0 0 0 30

TOTAL 61 234 35 0 0 330

Presentase jawaban A = 61 x 5 /1346 x100% = 22.70% (Sangat Menarik)

Presentase jawaban B = 234 x 4/1346 x100% = 69.50% (Menarik)

Presentase jawaban C = 35 x 3/1346 x100% = 7.80% (Cukup Menarik)

Presentase jawaban D = 0 x 4/1346 x100% = 0.0% (Tidak Menarik)

Presentase jawaban E = 0 x 5/1346 x100% = 0.0% (Sangat Tidak Menarik)

Gambar 14 Diagram hasil kuisioner setelah melihat film dokumenter “ Motif batik Mbakau “

Dari hasil pengujian kuisioner setelah melihat film dokumenter “ Motif

Batik Mbakau “, menunjukan persentase jawaban A = 22.70 % dan B = 69.50 %,

maka dapat disimpulkan bahwa film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “ telah

sesuai untuk kebutuhan dalam penyampaian informasi dan pesan kepada

masyarakat dengan visualisasi, sinematografi, narasi, dan backsound yang

mendukung film dokumenter tersebut, sehingga perancangan film dokumenter ini

dapat digunakan oleh Dinas UMKM Kabupaten Temanggung dan UMKM Batik

Mbakau sebagai media informasi motif batik mbakau khas Temanggung.

Sedangkan 7.80 % responden menilai bahwa film dokumenter motif batik mbakau

cukup sesuai untuk kebutuhan dalam penyampaian informasi dan pesan kepada

masyarakat dari segi visualisasi, sinematografi, narasi, dan backsound yang

mendukung film dokumenter tersebut.

5. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, perancangan, evaluasi serta pengujian film

yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa film dokumenter “ Motif Batik

Mbakau “ dapat memberikan informasi secara lengkap dan menarik. Perancangan

film dokumenter “ Motif Batik Mbakau “ dapat digunakan sebagai media

informasi sehingga mempermudah dalam menginformasikan dan mengenalkan

motif batik mbakau kepada masyarakat Temanggung ataupun masyarakat

Indonesia.

Film dokumenter ini masih dapat dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya.

Oleh sebab itu, didapatkan saran untuk menambah informasi - informasi yang ada

22.70%

69.50%

7.80%0.00%0%

Hasil Kuisioner

Jawaban A

Jawaban B

Jawaban C

Jawaban D

Jawaban E

Page 18: Perancangan Film dokumenter “ Motif Batik Mbakaurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8836/3/T1_692009054_Full... · seperti motif bunga matahari, motif biji kopi, dan motif daun

seiring dengan perkembangan motif batik mbakau khas Temanggung dan

memperbanyak variasi angle pada saat shooting.

6. Daftar pustaka

[1] Widodo. 1983. Batik Seni Tradisional. Jakarta: Penebar Swadaya

[2] Harian Kompas, 2012, keindahan Batik Tembakau,

(http://kompas.com/read/2012/09/01/22292146/Keindahan.Batik.Tembakau.)

diakses tanggal 13 April 2014

[3] Wardhani, Jauharsari, 2010, Upaya Peningkatan Apresiasi Batik Surakarta

Melalui Pembelajaran Menggunakan Audio Visual ( Gabungan Slide, dan

Film Dokumenter ) Pada Siswa Kelas X SMA 1 NEGERI SURAKARTA,

Surakarta: Universitas Sebelas Maret

[4] Adanta, Pama Felosia 2011, Perancangan Film Dokumenter Proses

Pembuatan Batik Tulis, Yogyakarta : Sekolah Tinggi Manajemen Informatika

dan Komputer AMIKOM

[5] Tinarbuko, Sumbo, 2012, Semiotika komunikasi visual. Yogyakarta: Jala

sutra.

[6] Sobur, Alex, 2006, Semiotika Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya

[7] Suyanto, 2004, Analisis dan Desain aplikasi multimedia untuk pemasaran,

Yogyakarta: Andi

[8] Effendi, Heru, 2002, Mari Membuat Film, Jakarta : Erlangga

[9] Junaedi, Fajar. 2011. Membuat Film Dokumenter, Yogyakarta : Lingkar

Media.

[10] Sarwono, Jonathan, 2007, Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual,

Yogyakarta : Andi

[11] Alfiana Hafidian, 2013, Skala likert sebagai Teknik evaluasi,

(http://edukasi.kompasiana.com/2013/06/12/skala-likert-568158.html)

diakses 5 juni 2014 12:00 WIB