perancangan dan implementasi rekonstruksi digital candi … · 2017. 7. 20. · perancangan dan...
TRANSCRIPT
Perancangan dan Implementasi Rekonstruksi Digital
Candi Gedongsongo dengan 3D Motion Graphic
Artikel Ilmiah
Diajukan Kepada Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas
Teknologi Informasi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mencapai gelar Sarjana Desain
Peneliti :
Nanang Setiawan (692010054)
Anthony Y.M. Tumimomor, S.Kom., M.Cs.
PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
i
ii
iii
iv
v
vi
Perancangan dan Implementasi Rekonstruksi Digital
Candi Gedongsongo dengan 3D Motion Graphic
1)Nanang Setiawan, 2) Anthony Y.M. Tumimomor, S.Kom., M.Cs.
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Email : 1) [email protected], 2)[email protected]
Abstract Tourism has important role toward economic development in Indonesia. One of
example is Gedongsongo Temple which is one of tourism object that has potential to be
visited by tourists, especially foreign tourists. One of causes that makes Gedongsongo
Temple unfamiliar is lack of promotion. Previously, the official already had a video in
documentary form, but it has the weakness where cinematography that presented is too
monotonous and the duration is too long, it makes the video looks so boring. Therefore, it
needs a different promotion video that displays the history of temple by integrating video
and 3D, in this case the digital reconstruction of temple that had already broken. To solve
that problem, it needs to Design and Implementation of 3D Motion Graphic in
Promotional Video of Gedongsongo Temple by using research strategy linear strategy. In
which the results of this design can be used as promotion medium of Gedongsongo
Temple.
Keywords: 3D Motion Graphic, Promotion Video, Gedongsongo Temple
Abstrak Pariwisata mempunyai peranan penting dalam pengembangan perekonomian di
Indonesia. Salah satunya adalah Candi Gedongsongo yang merupakan salah satu obyek
wisata yang memiliki potensi untuk dikunjungi wisatawan khususnya wisatawan
mancanegara. Kurangnya promosi merupakan salah satu penyebab kurang dikenalnya
Candi Gedongsongo. Sebelumnya Dinas telah memiliki sebuah video dalam bentuk
dokumenter, tapi memiliki kelemahan yaitu cinematography yang disajikan terlalu
monoton dan durasi yang terlalu lama sehingga video berkesan membosankan. Oleh
karena itu dibutuhkan video promosi yang berbeda yang dapat memberi visualisasi
sejarah dengan menggabungkan video dan 3D dalam hal ini proses rekonstruksi digital
candi yang telah hancur. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dilakukan
Perancangan dan Implementasi 3D Motion Graphic pada Video Promosi Candi
Gedongsongo, dengan menggunakan strategy penelitian linear strategy. Dimana hasil
perancangan ini dapat digunakan sebagai media promosi Candi Gedongsongo.
Kata Kunci: 3D Motion Graphic, Video Promosi, Candi Gedongsongo
1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana 2 Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
1
1. Pendahuluan
Perkembangan teknologi multimedia pada era modern ini sangatlah pesat.
Banyak teknologi baru (software dan hardware) yang dapat memudahkan dan
mempercepat proses produksi. Sekarang ini dunia perfilman, periklanan,
maupun video promosi saat ini banyak yang mengandalkan efek visual dalam
proses editing. Dalam perspektif iklan cenderung menekankan aspek
penyampaian pesan yang kreatif dan persuasif yang disampaikan melalui
media khusus[1].
Dalam dunia pariwisata, kurangnya video promosi akan berdampak
negatif, seperti halnya obyek wisata Candi Gedongsongo yang terletak di
Bandungan yang kurang diminati turis mancanegara maupun domestik sebagai
tujuan wisata. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian awal di dinas pariwisata
dengan melihat rekapitulasi jumlah pengunjung di Candi Gedongsongo. Maka
dibutuhkan video promosi yang mampu membuat Candi Gedongsongo lebih
dikenal yang nantinya akan berdampak positif bagi pemasukan khas daerah.
Multimedia merupakan kombinasi teks, seni, suara, animasi, dan video.
Sedangkan animasi 3D adalah memberi kehidupan atau memberi sifat-sifat
pada benda agar terkesan hidup. Dengan menggabungkan multimedia dan
animasi 3D, sebuah video promosi akan menjadi menarik. Di Candi
Gedongsongo sendiri banyak candi yang telah rusak dan belum ada visualisasi
candi dulu seperti apa. Maka dibutuhkan media baru yang mampu
memvisualisasikan bangunan candi yang telah rusak. Untuk itu akan dilakukan
perancangan 3D Motion Graphic pada video promosi Candi Gedongsongo,
dimana nantinya perancangan ini dapat digunakan sebagai media promosi.
2. Tinjauan Pustaka Penelitian terdahulu yang pertama berjudul “Video Advertorial Candi
Gedongsongo sebagai Media Promosi Pariwisata” oleh Krisna Yudhitama.
Dalam video advertorial ini berisi informasi dan gambaran lengkap Candi
Gedongsongo dari segi letak, bentuk, masyarakat sekitar, dan sejarahnya[2].
Dan terdapat penelitian kedua yaitu “Perancangan Video Promosi Animasi 3D
Menggunakan Teknik Modeling Low Poly (Studi Kasus: SMA Kristen 1
Salatiga)” oleh Johanes Anggit Permandi. Video ini mempromosikan SMA
Kristen 1 Salatiga menggunakan animasi 3D[3]. Dari penelitian tersebut, yang
membedakan dengan penelitian yang dilakukan adalah video yang dibuat
sebelumnya hanya berisi tentang sejarah dan informasi apa yang ada di obyek
wisata Candi Gedongsongo. Dan penelitian yang kedua mempromosikan
sekolah dengan menampilkan informasi dan bangunan sekolah yang masih
utuh lewat animasi 3D, sedangkan dalam perancangan ini akan
mengimplementasikan 3D Motion Graphic dalam video promosi Candi
Gedongsongo yang pada penelitian sebelumnya belum ada dengan membuat
visualisasi rekonstruksi candi yang telah hancur secara digital.
Multimedia merupakan pemanfaatan komputer untuk membuat dan
menggabungkan teks, grafik, audio, gambar bergerak (video dan animasi)
dengan menggabungkan alat bantu (tool) dan koneksi (link) sehingga pemakai
dapat bernavigasi, berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi[4].
2
Animasi berasal dari bahasa Yunani “anima” yang berarti memberi
kehidupan, sedangkan digital bisa diartikan computer atau alat elektronik yang
canggih. Jadi animasi digital bisa diartikan “memberikan sifat-sifat pada benda
agar terkesan hidup dengan menggunakan computer. Tugas seorang animator
adalah memberikan “ilusi” bahwa benda-benda yang dianimasikannya adalah
benda yang hidup. Cara “menghidupkan” benda-benda yang semula “mati”
atau tidak bergerak tersebut adalah dengan cara menggerakannya satu per satu
frame[5].
Motion Graphic Animation adalah tipe animasi yang menampilkan tulisan
dan grafik. Misalnya penggunaan running text dalam iklan atau logo corporate
di station ID atau company profile. Jenis animasi ini juga digunakan dalam
opening film atau acara di televisi. Motion graphics animation di Indonesia
lebih dikenal sebagai “Bumper” dan keberadaannya dipopulerkan dengan
munculnya MTV di Indonesia. Perkembangan Motion Graphics Animation di
Indonesia ini tampak dari menjamurnya stasiun televisi di Indonesia, bahkan
sampai ke daerah-daerah dengan banyaknya stasiun televisi lokal[5].
Motion Tracking mampu melacak pergerakan obyek dan kemudian
menerapkan pelacakan gerakan ke objek lain, seperti lapisan lain atau kontrol
efek point untuk membuat komposisi di mana gambar dan efek mengikuti
gerakan lain. Motion tracking juga dapat menstabilkan gerakan, dalam hal ini
data pelacakan yang digunakan untuk menganimasikan lapisan dilacak untuk
mengimbangi pergerakan obyek dalam lapisan itu. Dan juga dapat
menghubungkan sifat data pelacakan menggunakan ekspresi, yang membuka
berbagai macam kegunaan. Software melacak gerakan dengan cara
mencocokkan data gambar dari area yang dipilih dalam bingkai data gambar
dalam setiap frame berikutnya. Motion tracking dapat menerapkan data
pelacakan yang sama untuk layer atau efek yang berbeda. Dan juga dapat
melacak beberapa objek pada lapisan yang sama[6].
Rekonstruksi Digital Proses pendirian ulang suatu bangunan situs
bersejarah melalui media animasi digital berbentuk infografis ataupun objek
3D. Hal ini dilakukan jika terjadi sesuatu terhadap bangunan bersejarah dan
hendak dilakukan pemugaran, maka data digital ini akan menjadi rujukan
utama sehingga rekonstruksi bisa dilakukan dengan tepat dan cepat[7].
Video Promosi adalah video yang digunakan untuk mempromosikan
sesuatu. Ciri dari video promosi adalah mempromosikan sesuatu secara lebih
detail dengan durasi yang lebih panjang dari video iklan karena proses
pengambilan gambar untuk video promosi harus dilakukan secara berkala dari
objek yang ingin dipromosikan agar hasil dari video promosi tersebut lebih
terperinci dan mencakup semua hal yang berhubungan dengan objek
tersebut[8].
Candi Gedongsongo yang terletak di Gunung Ungaran dengan ketinggian
1200 – 1800 meter diatas permukaan laut ini memang sangat unik. Pada
awalnya disebut Gedong Pitoe karena pertama kali ditemukan oleh Rafless
hanya terdiri dari tujuh bangunan candi. Namun kemudian ditemukan dua
candi lagi walaupun dalam keadaan tidak utuh. Candi - candi yang terbuat dari
batu andesit tersebut telah dipugar oleh Dinas Purbakala, yaitu candi I dan II
3
dipugar tahun 1928 – 1929, sedangkan candi III, IV, V dipugar tahun 1977 –
1983. Dan untuk di ketahui, kenapa tidak bisa menemukan candi - candi lain
sampai ke sembilan, karena candi - candi yang lain sudah tidak utuh hanya
berupa batu - batuan yang terlihat semacam situs[9].
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mixed
Method yaitu metode penelitian gabungan antara metode penelitian kualitatif
dan kuantitatif[10]. Metode ini dipakai untuk mendapatkan data-data berupa
nama, bentuk, dan informasi candi yang telah hancur yang nantinya akan
digunakan dalam perancangan atau pemodelan. Strategy yang digunakan
adalah Linear Strategy atau strategi garis lurus. Strategy ini dipilih karena
dalam metode ini menetapkan urutan logis pada tahapan perancangan yang
sederhana dan relatif sudah dipahami komponennya[10].
Terdapat tahapan-tahapan dari metode Linear Strategy agar perancangan
ini menjadi video promosi dengan 3D Motion Graphic. Adapun tahapnya dapat
dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Bagan Linear Strategy
Tahap pertama adalah identifikasi masalah. Pada tahap ini dilakukan
survey ke Candi Gedongsongo yang bertujuan untuk mengumpulkan data yang
nantinya digunakan dalam perancangan 3D Motion Graphic dengan wawancara
kepada Bapak Wahyu Kristanto dari pihak BPCB Jateng selaku Kapokja
Publikasi & Pemanfaatan. Hasil wawancara didapat nama, bentuk, dan
informasi candi lainnya.
Tahap kedua adalah perancangan. Pada tahap ini diawali dengan pencarian
ide. Selanjutnya dilakukan pembuatan storyline, sketsa, dan storyboard untuk
mempermudah dalam proses produksi. Lalu dilanjutkan dengan tahap produksi,
tahap dimana didalamnya dilakukan proses pemodelan dan juga proses animasi
sampai menjadi video promosi dengan 3D Motion Graphic.
Tahap ketiga adalah evaluasi hasil. Setelah perancangan selesai, maka
video tersebut akan diujikan kepada BPCB Jateng, pakar, dan mahasiswa DKV
UKSW untuk mengetahui apakah video tersebut layak sebagai media promosi
obyek wisata Candi Gedongsongo.
4
Tahapan dalam metode perancangan 3D Motion Graphic ini dapat dilihat
pada Gambar 2.
Gambar 2 Bagan Alur Perancangan
Ide dari perancangan ini berawal pada saat melihat video promosi yang
telah dibuat pada penelitian sebelumnya dan setelah itu melakukan riset ke
Candi Gedongsongo dan kantor BPCB yang berada di Klaten, Jateng. Dari situ
ditemukan permasalahan belum adanya video promosi yang secara khusus
mempromosikan Candi Gedongsongo dan video yang telah dibuat sebelumnya
terkesan monoton jika dilihat dari cinematography dan kurangnya efek-efek
visual yang ada dalam video. Selain sebagai media promosi, akan lebih baik
jika video promosi tersebut mampu menyampaikan sekilas tentang sejarah dari
obyek wisata Candi Gedongsongo dengan memvisualisasikan atau
merekonstruksi candi yang telah hancur. Untuk melakukan itu dapat dilakukan
dengan 3D Motion Graphic..
Langkah kedua yang dilakukan adalah Survey. Ini dilakukan untuk
mendapatkan data visual dan data verbal yang dibutuhkan dalam proses
penelitian. Data visual didapatkan melalui survey lokasi sepanjang daerah
obyek wisata Candi Gedongsongo dan beberapa video yang didalamnya
menggunakan teknik 3D Motion Graphic. Tahap ini penting dilakukan untuk
mempermudah dalam pembuatan storyboard. Untuk data verbal dapat
diperoleh dari hasil wawancara terhadap pihak Candi Gedongsongo dan BPCB
Jateng. Hasil wawancara yang didapatkan berupa informasi-informasi
mengenai candi seperti antefix, meru, relung, garbagrha, bhurloka, bhuvarloka,
dan svarloka. Selain itu didapat informasi mengenai candi yang dijadikan
sebagai referensi modelling yang dapat dilihat pada Gambar 3, dimulai dari
gambar pertama yang merupakan candi induk dan gambar selanjutnya
merupakan candi perwara.
5
Gambar 3 Candi Induk dan 3 Candi Perwara
Setelah data-data terkumpul, dilanjutkan dengan langkah selanjutnya yaitu
pembuatan storyline. Storyline adalah gambaran dari sebuah cerita. Berikut
adalah storyline dari perancangan 3D Motion Graphic pada video promosi
Candi Gedongsongo.
Storyline: Diawal video dibuka dengan animasi opening bumper. Lalu
menceritakan mengenai pemandangan yang ada di sekitar Candi Gedongsongo.
Kemudian menampilkan candi-candi yang ada disana. Lalu menampilkan hasil
kerajinan masyarakat sekitar. Dan beberapa scene pada video ini akan
memvisualisasikan rekonstruksi ulang candi-candi yang telah hancur dengan
menggunakan animasi 3D. Data bentuk candi diperoleh dari dinas terkait dan
pengelola. Candi 3D akan divisualisasikan ke dalam video, seperti apa
seharusnya candi yang hancur jika di rekonstruksi. Lalu di akhir video
menampilkan closing bumper.
Selanjutnya masuk dalam tahap perancangan Sketsa. Dalam beberapa
scene yang terdapat pada video promosi terdapat beberapa proses rekonstruksi
ulang dari beberapa candi yang telah hancur. Proses ini dimulai dengan
perancangan sketsa. Sketsa ini merupakan gambaran bentuk candi yang
nantinya akan di animasikan ke dalam bentuk 3D. Sketsa yang digunakan
adalah sketsa tangan atau sketsa manual. Sketsa ini dilakukan dengan
menggambar dengan tangan diatas kertas. Berikut merupakan hasil sketsa dari
beberapa candi yang telah hancur.
Gambar 4 Sketsa Candi Induk
6
Gambar 5 Sketsa Candi Perwara 1
Gambar 6 Sketsa Candi Perwara 2
Gambar 7 Sketsa Candi Perwara 3
Selanjutnya adalah pembuatan Storyboard. Storyboard adalah sketsa
gambar yang disusun berurutan sesuai dengan naskah atau cerita. Dibawah ini
merupakan storyboard dalam perancangan 3D Motion Graphic.
7
Tabel 1 Storyboard No Gambar Jenis Shoot Durasi Penjelasan
1.
Still 00:07 Merupakan scene
opening bumper
dimana muncul
logo stilasi candi
3D dan 3D text.
Backsound:
Morning
Explosion soft
Bassy swoosh
2
Crab right 00:04 Pada Candi
Gedong 2 akan
menampilkan
visualisasi
rekonstruksi candi
perwara 3 (1
candi).
Backsound:
U137 Watching
The Storm
3
Still/
Timelapse
00:06 Pada Candi
Kelompok 3 akan
menampilkan
visualisasi
rekonstruksi candi
perwara 1 (2
candi).
Backsound:
U137 Watching
The Storm
4
Crab right
Level Up
00:04 Pada Candi
Kelompok 4 akan
menampilkan
visualisasi
rekonstruksi candi
perwara 1 (8
candi).
Backsound:
U137 Watching
The Storm
8
5
Panning
left &
right
00:06 Pada Candi
Kelompok 4 akan
menampilkan
visualisasi
rekonstruksi candi
perwara 2 (1
candi).
Backsound:
U137 Watching
The Storm
6
Crab right
& Crab
left
00:07 Pada Candi
Kelompok 5 akan
menampilkan
visualisasi
rekonstruksi candi
perwara 1 (1
candi).
Backsound:
U137 Watching
The Storm
7
Still
Timelapse
Panning
Tilt
00:03
00:03
00:04
00:04
Scene ini
menampilkan 3D
text dimana isi dari
text merupakan
keunggulan Candi
Gedongsongo.
8
Still 00:05 Scene closing
bumper, muncul
logo Visit Jateng
dan tagline
Backsound:
U137 Watching
The Storm
Proses berikutnya adalah tahap Produksi. Tahap ini dibagi menjadi 4
tahap yaitu modelling, texturing, compositing, dan animation.
Tahap pertama adalah Modelling. Modelling merupakan tahap atau proses
pembuatan objek atau model 3D yang pada nantinya akan dibuat menjadi
animasi. Bentuk dari model 3D sendiri menyesuaikan berdasarkan data-data
yang diperoleh. Dalam modelling ini ada 4 macam candi yang dibuat yaitu 1
candi induk dan 3 candi perwara yang masing-masing candi mempunyai bentuk
9
yang berbeda. Pada Gambar 8 merupakan contoh modelling untuk candi
perwara dari kelompok Candi Gedong 4 atau biasa disebut candi cantik.
Gambar 8 Tahap Modelling
Tahap selanjutnya adalah Texturing seperti pada Gambar 9. Texturing
merupakan tahap pengaplikasian material (tekstur) pada objek 3D yang telah
dibuat. Pemberian tekstur bertujuan untuk membuat objek 3D lebih hidup,
lebih nyata, dan lebih berdimensi. Dalam tahap texturing ini material yang
dipakai adalah tekstur batu bertumpuk seperti halnya candi yang asli.
Gambar 9 Tahap Texturing
Lalu mengatur posisi letak objek candi 3D seperti pada Gambar 10.
Setelah itu dilakukan proses pengaturan lokasi yaitu mengatur posisi letak
objek candi 3D yang dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Tahap Compositing
10
Tahap berikutnya adalah tahap Animasi. Tahap animasi merupakan tahap
proses penganimasian objek candi 3D dengan gerakan frame per frame. Selain
itu pada tahap ini juga dilakukan proses pencahayaan objek 3D. Ini dilakukan
agar objek candi lebih memiliki dimensi dengan menambahkan shadow,
menyesuaikan objek (nyata) lain yang ada dalam video. Pada proses ini akan
dilakukan visualisasi rekonstruksi candi yang telah hancur menggunakan
konsep holographic yang bertujuan untuk membedakan mana candi asli dengan
candi yang palsu serta memperjelas bahwa itu adalah sebuah rekonstruksi
digital. Tahap ini disesuaikan dengan storyboard yang telah dirancang
sebelumnya yang dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Tahap Animasi
Tahap akhir adalah Pasca Produksi. Pada tahap ini awalnya dilakukan
pembuatan stilasi candi untuk selanjutnya digunakan sebagai animasi 3D
opening bumper atau intro video. Bentuk dari stilasi candi dibuat berdasarkan
dari bentuk khas Candi Gedongsongo. Gambar 12 merupakan proses stilasi
candi yang selanjutnya akan dianimasikan ke dalam 3D.
Gambar 12 Stilasi Candi
Selanjutnya adalah penganimasian stilasi candi ke dalam animasi 3D.
Selain itu juga akan muncul 3D Text yang bertuliskan “GEDONGSONGO
TEMPLE CENTRAL JAVA INDONESIA”. Tahap ini merupakan proses akhir
dari pembuatan opening bumper yang dapat dilihat seperti pada Gambar 13.
11
Gambar 13 Opening Bumper
Tahap berikutnya adalah penganimasian closing bumper. Proses ini adalah
proses penganimasian untuk perancangan closing bumper. Closing bumper
berfungsi sebagai closing dalam sebuah video. Pada animasi closing bumper ini
akan dimunculkan sebuah tagline “Visit Gedongsongo” dan “amazing culture
and lovely nature” yang merupakan tagline yang dibuat khusus untuk obyek
wisata Candi Gedongsongo yang dapat dilihat seperti pada Gambar 14.
Gambar 14 Closing Bumper
Dilanjutkan dengan tahap Compositing. Tahap compositing merupakan
tahap dimana menggabungkan atau mengimplementasikan objek 3D yang telah
dibuat ke dalam video. Dalam proses compositing dilakukan menggunakan
software pengolah 3D dengan software animasi 3D secara bersamaan. Pada
proses ini dilakukan proses tracking yaitu tracking pada video yang dapat
dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15 Proses Tracking
12
Tahap selanjutnya adalah pembuatan 3D text tracking. 3D text tracking
adalah menggabungkan antara text dengan video asli yang mengikuti
pergerakan kamera dari videonya. Text ini bertuliskan tentang keunggulan
Candi Gedongsongo. Gambar 16 merupakan proses pembuatan 3D text
tracking.
Gambar 16 3D Text Tracking
Dan tahap akhir adalah Rendering. Rendering merupakan proses akhir dari
keseluruhan proses pemodelan atau animasi menjadi sebuah output (video atau
gambar). Pada tiap animasi yang telah dibuat akan di render menjadi format
video H264 untuk di implementasikan ke dalam “Video Promosi Candi
Gedongsongo”.
4. Hasil Pembahasan Dari hasil perancangan yang telah dilakukan, dimulai dari proses ide,
storyline, sketsa, storyboard, dan proses produksi maka dihasilkan
perancangan seperti pada gambar berikut:
Gambar 17 3D Modelling
Gambar 17 merupakan hasil awal dari perancangan ini yang berupa 4
model candi 3D yang digunakan sebagai objek perancangan rekonstruksi candi.
Dalam scene ini menampilkan 4 objek candi 3D dari berbagai sisi yang disertai
dengan keterangan nama bagian-bagian candi. Scene ini berfungsi untuk
mempermudah membedakan bentuk dan mengenali cirri-ciri dari ke-4 candi.
13
Gambar 18 Opening Bumper
Gambar 18 merupakan potongan scene opening bumper yang
menampilkan stilasi candi 3D yang bergerak dari belakang kamera ke depan
kamera dengan diikuti 3D Text yang bertuliskan “Gedongsongo Temple
Central Java Indonesia”. Konsep desain logo yang digunakan yaitu
menggabungkan gaya desain Hindhu dengan desain futuristik. Gaya desain
Hindhu yang didapat dari referensi bentuk candi pada umumnya di
Gedongsongo dan desain futuristik yang lebih mengedepankan kesan elegan
dan minimalis dengan warna kontras, kuat, cahaya kemilau dan menggunakan
material logam.
Gambar 19 Rekonstruksi Candi
Gambar 19 merupakan potongan scene rekonstruksi Candi Gedong 2.
Dalam scene ini menampilkan animasi rekonstruksi candi yang telah hancur
dari kaki candi sampai atap candi dalam bentuk animasi holographic, karena
sesuai dengan fungsinya holographic memungkinkan untuk merekonstruksi
atau membuat tiruan visual suatu benda atau objek 3D. Candi yang telah
hancur yang ada pada Candi Gedong 2 dilakukan proses rekonstruksi dan candi
yang telah hancur tersebut merupakan Candi Perwara 3.
14
Gambar 20 3D Text Tracking
Gambar 20 merupakan potongan scene dari Candi Gedong 4. Dalam scene
ini menampilkan rekonstruksi Candi Perwara 2. Selain itu juga menampilkan
3D Text Tracking “Outstanding Ancient Architecture”. Text 3D berfungsi
sebagai pengganti text 2D yang bertujuan menyampaikan kelebihan atau
informasi mengenai Candi Gedongsongo. 3D Text dibuat dengan font
berkarakter tegas yang bertujuan agar pesan yang disampaikan dalam text
tersebut dapat tersampaikan dan text mudah dibaca mengingat durasi scene
yang singkat.
Gambar 21 Closing Bumper
Gambar 21 merupakan potongan scene dari closing bumper. Closing
bumper berfungsi sebagai penutup sebuah video. Pada scene ini menampilkan
animasi closing “Visit Gedongsongo” beserta tagline nya. Untuk logo diambil
dari sebuah gambar, yang kemudian dianimasikan seperti pada Gambar 21.
Gambar 22 Rencana Implementasi
15
Rencana implementasi dari hasil perancangan rekonstruksi digital Candi
Gedongsongo sebagai video promosi akan dipakai sebagai media promosi oleh
pihak BPCB lewat media web, youtube, dan hotel. Rencana implementasi pada
web pariwisata Jateng yang dapat dilihat seperti pada Gambar 22.
5. Pengujian Tahap pengujian kualitatif diawali dengan mengujikan kepada pakar, yang
nantinya akan mendapatkan masukan dan revisi. Dan setelah revisi masih
terdapat kekurangan maka video direvisi dan diujikan kembali kepada pakar.
Dan apabila video telah layak maka lanjut ke dalam tahap selanjutnya.
Narasumber pertama dari pengujian kualitatif ini adalah Bapak Wahyu
Kristanto dari pihak BPCB Jateng selaku Kapokja Publikasi & Pemanfaatan
untuk mendapatkan apakah proses rekonstruksi sudah sesuai dengan data yang
ada. Dari hasil wawancara keseluruhan dapat disimpulkan animasi rekonstruksi
candi sangat menarik dan data-data candi telah sesuai dan dapat
diimplementasikan dalam video promosi. Narasumber selanjutnya adalah
Bapak Benedictus Ridho Junaldi, sebagai dosen pengampu kuliah movie
special effect dan 3D untuk mendapatkan masukan apakah animasi
rekonstruksi candi sudah menarik. Berikut adalah rangkuman dari hasil
pengujian kualitatif, secara keseluruhan penganimasian sudah baik, namun
masih mempunyai kelemahan dari pembuatan shadow dari 3D text dan belum
adanya penambahan sound effect. Untuk visualisasi candi perlu ditambahkan
variasi angle dan juga durasi. Setelah dilakukan revisi, maka setelah itu video
siap untuk di implementasikan ke dalam video promosi Candi Gedongsongo.
Selanjutnya pengujian menggunakan metode kuantitatif dengan
menyebar angket yang diisi oleh 30 mahasiswa Desain Komunikasi Visual
UKSW setelah melihat 3D Motion Graphic Pada Video Promosi Candi
Gedongsongo.
Tabel 2 Kuesioner
No Pernyataan Jawaban
Total A B C D E
1 Modelling, texturing,
compositing & animation dari
rekonstruksi candi sudah baik.
3 16 11 - - 30
2 Perlu adanya visualisasi candi
yang hancur. 5 20 5 - - 30
3 Candi yang telah hancur telah
dapat di ilustrasikan secara
sekilas dalam animasi ini.
4 21 5 - - 30
4 Animasi rekonstruksi secara
digital candi menarik. 11 17 3 - - 30
5 Penambahan 3D Text perlu
dan itu menarik.
4 16 7 1 - 30
6 3D Text sudah dapat dibaca
dengan jelas.
6 16 9 - - 30
16
7 Opening & closing bumper
sudah baik. 6 16 8 - - 30
8 Implementasi 3D Motion
Graphic pada video promosi
semakin menarik untuk ditonton.
10 17 3 - - 30
49 139 51 1 0 240
Tabel tersebut di presentasikan dalam sebuah diagram menggunakan
rumus persentase sebagai berikut
Gambar 23 Diagram Hasil Persentase Kuesioner
Rumus :
Keterangan :
Tj : Total setiap jawaban
Tr : Total reponden
Ts :Total soal
Perhitungan persentase didapatkan sebagai berikut :
• Jawaban A didapatkan dari perhitungan :
• Jawaban B didapatkan dari perhitungan :
• Jawaban C didapatkan dari perhitungan :
• Jawaban D didapatkan dari perhitungan :
• Jawaban E didapatkan dari perhitungan :
Pada jawaban A (sangat setuju) dengan perolehan presentase sebesar
20,41% dapat disimpulkan bahwa responden mahasiswa DKV menilai dilihat
dari proses modelling, texturing, dan animation sudah sangat baik yang berarti
animasi rekonstruksi candi dan Motion Graphic pendukung lainnya sangat
menarik untuk ditonton.
17
Responden yang memilih jawaban B (setuju) dengan presentase 57.91%
yang merupakan presentase tertinggi diantara pilihan jawaban lainnya.
Responden menilai bahwa rekonstruksi candi yang kini telah hancur itu perlu
sebagai visualisasi audience yang dapat berguna sebagai pengetahuan sejarah
dan disamping itu dapat membuat video promosi semakin menarik untuk
ditonton.
Responden dengan presentase 21.25% memilih jawaban C (netral),
responden menganggap animasi rekonstruksi cukup baik karena dinilai
kurangnya durasi dan beranggapan kurang sesuainya modelling dan texturing.
Pada jawaban D (tidak setuju) memperoleh presentase 1.8%. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa responden bertanggapan 3D Text kurang menarik dan
kurang sesuai dengan letak yang seharusnya.
Adapun jawaban E (sangat tidak setuju) memperoleh presentase 0%, yang
dapat disimpulkan responden menilai bahwa animasi sudah menarik dan dapat
diimplementasikan ke dalam video promosi.
6. Kesimpulan Dari hasil pengujian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
Perancangan dan Implementasi Rekonstruksi Digital Candi Gedongsongo
dengan 3D Motion Graphic dapat membuat video promosi semakin menarik
dengan adanya animasi visualisasi rekonstruksi candi yang telah hancur.
Saran untuk pengembangan yang lebih lanjut terhadap perancangan yang
serupa dengan penelitian ini adalah agar membuat perancangan yang secara
khusus membahas candi yang telah hancur dengan menambahkan arti dan
maksud dari setiap arca ataupun ornamen yang ada pada batu candi. Dan agar
melakukan rekonstruksi digital pada obyek wisata atau tempat lainnya.
7. Daftar Pustaka [1] Widyatama, Rendra. 2007. Pengantar Periklanan. Yogyakarta: Pustaka
Book Publisher.
[2] Yudhitama, Krisna. 2014. Video Advertorial Candi Gedongsongo sebagai
Media Promosi Pariwisata. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana
(UKSW).
[3] Anggit Permandi, Johanes. 2014. Perancangan Video Promosi Animasi 3D
Menggunakan Teknik Modeling Low Poly (Studi Kasus: SMA Kristen 1
Salatiga). Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW).
[4] Suyanto, M. 2003. Multimedia: Alat Untuk Meningkatkan Keunggulan
Bersaing. Yogyakarta: Andi Offset.
[5] Sadewa, Aktor & Donald Kartika Setiawan. (2006). Aplikasi Animasi
Digital. Madiun: C.V Andi Offset.
[6] Forde, Steve. (2011). www.helpx.adobe.com/after-effects/using/tracking-
stabilizing-motion-cs5.html, Diakses tanggal 2 Januari 2014
[7] Andi, Made. (2014). www.madeandi.com/2014/07/18/geodesi-dan-
geomatika-merekam-keistimewan-peradaban/, Diakses tanggal 14 Januari
2015
18
[8] Sidik Permana, Yasa. 2012. Perancangan Dan Pembuatan Video Promosi
Wisata Alam Dan Edukasi Lingkungan Dolandeso Boro Daerah Banjar
Asri Kabupaten Kulon Progo. Yogyakarta: AMIKOM.
[9] Prihanto, Sunu. 2011. www.belantaraindonesia.org/2011/01/candi-gedong-
songo.html, Diakses tanggal 14 Januari 2015
[10] Sarwono, Jonathan. 2007. Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual.
Yogyakarta: Andi.