cerita misteri di balik candi sumur dan candi pari yang merana

13
Cerita Misteri di Balik Candi Sumur yang Merana Candi Sumur tinggal separuh Kekunoan demi kunoan coba kami telusuri. Anda atau traveler lainnya yang berkesempatan mengunjungi kota “udang” Sidoarjo. Ketika berwisata di Danau Lapindo coba sempatkan mampir ke Desa Candi Pari Wetan. Di desa itu terdapat sebuah bangunan candi kuno yang diduga kuat mempunyai hubungan dekat dengan kerajaan besar Majapahit di Trowulan, Mojokerto. Dari Kota Surabaya setelah berjalan melewati Danau Lapindo- Porong, kira-kira sejauh satu kilometer dari danau Anda akan menemukan pertigaan Kota Porong. Kalau berjalan terus menuju Kota Malang. Pilih jalan yang menuju ke arah Krembung-Sidoarjo. Desa Candi Pari Wetan dari pertigaan tadi kira-kira berjarak dua kilometer. Ada banyak angkutan umum menuju Desa Candi Pari Wetan dari pertigaan Kota Porong.

Upload: muakhol19

Post on 22-Nov-2015

59 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Cerita Misteri di Balik Candi Sumur yang Merana

Candi Sumur tinggal separuhKekunoan demi kunoan coba kami telusuri. Anda atau traveler lainnya yang berkesempatan mengunjungi kota udang Sidoarjo. Ketika berwisata di Danau Lapindo coba sempatkan mampir ke Desa Candi Pari Wetan.Di desa itu terdapat sebuah bangunan candi kuno yang diduga kuat mempunyai hubungan dekat dengan kerajaan besar Majapahit di Trowulan, Mojokerto.Dari Kota Surabaya setelah berjalan melewati Danau Lapindo-Porong, kira-kira sejauh satu kilometer dari danau Anda akan menemukan pertigaan Kota Porong. Kalau berjalan terus menuju Kota Malang.Pilih jalan yang menuju ke arah Krembung-Sidoarjo. Desa Candi Pari Wetan dari pertigaan tadi kira-kira berjarak dua kilometer. Ada banyak angkutan umum menuju Desa Candi Pari Wetan dari pertigaan Kota Porong.

Jalan dan panorama menuju Desa Candi Pari WetanMemasuki kawasan Desa Candi Pari Wetan, kita akan menyaksikan pepohonan besar di kiri-kanan jalan. Mata kita akan dimanjakan dengan panorama persawahan warga yang luas nan menguning. Di pertigaan jalan menuju Desa Candi Pari dan Desa Pamotan ada warung kecil penjual bakso dan es kelapa muda.Kami beristirahat sejenak di warung itu. Es kelapa muda menemani istirahat kami siang itu. Setelah rasa capek hilang kami menelusuri kembali lokasi Candi Pari dan Candi Sumur. Kedua candi ini letaknya berdekatan. Candi Sumur berada kira-kira 100 meter arah barat Candi Pari.Ketika memasuki halaman Candi Sumur, seorang lelaki setengah baya menghampiri kami. Lelaki itu ternyata juru pelihara Candi Sumur. Memperhatikan kondisi badannya yang memprihatinkan itu kami menjadi iba. Menurut keterangan orang-orang yang ada di warung dekat lokasi candi, Bapak juru pelihara Candi Sumur dulunya terserang penyakit stroke. Sehingga sebagian badannya lumpuh dan tidak bisa bicara. Bapak ini semasa sehatnya dulu berjasa sekali dalam proses renovasi Candi Sumur.

Candi Sumur punya kisah yang unikMenurut catatan sejarah Candi Pari dan Candi Sumur dibangun pada saat yang bersamaan. Saat ini Candi Sumur dalam keadaan rusak, sisa-sisa bangunan yang ada hanya berupa dinding yang terletak di sisi timur dan selatan, juga bangunan di sepanjang lantai dan pondasi bangunan saja.

Kerangka balok cor yang menopang dinding candi dari reruntuhanSaat proses renovasi telah diupayakan membuatkan balok cor untuk menahan runtuhnya dinding candi. Seperti terlihat saat kami berkunjung ke sana.Berbeda dengan Candi Pari yang memiliki ukuran jauh lebih besar dan telah berhasil direnovasi ulang seutuhnya. Tidak demikian dengan Candi Sumur.

Pengunjung melihat sumur kuno dalam candiCandi ini memiliki ukuran jauh lebih kecil, kira-kira setengah dari Candi Pari dan baru berhasil direnovasi separuh dari bangunan candi. Kedua candi terbuat dari batu bata merah. Khusus untuk bagian ambang atas Candi Pari terbuat dari batu andesit. Agar kuat menahan beban berat bagian atas Candi Pari.

Candi Pari di Desa Candi Pari WetanTangga naik ke arah bilik atau bangunan utama candi terbuat dari batu bata merah berukuran tebal dan besar. Keadaan ini umum dijumpai pada candi-candi Jawa Timuran.Tetapi Candi Pari terlihat lebih tambun yang menjadi ciri candi di Jawa Tengah. Tidak seperti candi-candi di Jawa Timur yang umumnya lebih kecil dan ramping.

Candi Pari Porong-SidoarjoBaik Candi Sumur atau Pari telah ditemukan pada kira-kira tahun 1906 oleh sarjana Belanda bernama NJ Kroom. Pada ambang atas Candi Pari terdapat pahatan dengan angka tahun 1293 Saka atau 1371 Masehi. Candi Pari dan Candi Sumur adalah candi peninggalan Majapahit pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk di tahun 1350-1389. Menurut para arkeolog, gaya arsitektur Candi Pari dipengaruhi oleh budaya Campa (Vietnam) mirip dengan candi-candi di kawasan Mison Vietnam.

Taman bunga menambah pesona candi iniPengaruh ini terlihat pada bangunan dan ornamennya, namun Candi Pari masih menunjukkan karakter Indonesia. Menurut dongeng yang beredar di masyarakat candi ini dibangun untuk menghormati hilangnya (moksa) Joko Pandelegan.

Keadaan dalam bilik Candi Pari, ada arca tanpa kepalaAda kisah unik yang menjadi cerita rakyat setempat tentang kedua candi ini. Cerita rakyat berawal ketika sang raja Majapahit ( Prabu Brawijaya) mengutus sang patih untuk memanggil Joko Pandelegan beserta istrinya agar tinggal di istana Majapahit dengan maksud akan dinaikkan pangkat dan derajatnya .

Cungkup dalam Candi PariDan apabila mereka tidak bersedia supaya dipaksa tanpa menimbukan cidera pada badannya bahkan jangan sampai menyebabkan kerusakkan pada pakaiannnya. Sebelum perintah itu di sampaikan kepada mereka, ternyata Joko Pandelegan punya firasat akan mendapatkan panggilan dari istana Majapahit akan tetapi panggilan tersebut tidak dihiraukannya. Hal itu sudah dipertimbangkan bersama istrinya, Nyai Loro Walang Angin.

Sisi lain Candi PariKetika patih Majapahit datang menyampaikan panggilan ia tetap saja menolak, sekalipun dipaksa Joko Pandelegan tetap saja membangkang.Ia pun selanjutnya menyembunyikan diri pada sebuah lumbung padi (sekarang Candi Pari). Dan sewaktu sang patih berusaha untuk menangkap dan mengepung tempat itu, maka Joko Pandelegan menghilang tanpa bekas (moksa).

Sumur kuno dalam Candi Sumur tempat Nyai Loro Walang Angin moksaSetelah menghilangnya sang suami, Nyai Loro Walang Angin yang membawa kendi berpapasan dengan patih di suatu tempat, ketika akan di tangkap berkatalah ia biarkan saya terlebih dahulu mengisi kendi ini di sebelah barat daya lumbung padi itu dan saat tiba di sebelah timur sumur (sekarang Candi Sumur), maka hilanglah istri Joko Pandelegan itu.Setelah suami istri itu menghilang tanpa bekas (moksa), sang patih pulang kembali dengan tangan hampa dan melaporkan kejadian ini kepada sang prabu.

Pendopo tempat wisatawan berteduh. Ada warung makanan di sanaMendengar kejadian itu baginda sangat kagum atas kecekatan dan prinsip Joko Pandelegan dan istrinya. Yang akhirnya Sang Prabu Brawijaya mengeluarkan perintah untuk mendirikan dua buah candi guna mengenang peristiwa hilangnya suami istri itu.Candi untuk mengenang hilangnya Joko Pandelegan dinamakan Candi Pari. Sedangkan candi yang didirikan di tempat Nyai Loro Walang Angin menghilang diberi nama Candi Sumur.

Taman di halaman Candi PariAda sesuatu yang membingungkan kami. Menurut para arkeolog, Candi Pari dan Candi Sumur dibangun pada masa Prabu Hayam Wuruk pada tahun 1371 Masehi. Sementara itu menurut cerita rakyat tentang legenda Joko Pandelegan, kedua candi ini merupakan persembahan Prabu Brawijaya untuk mengenang moksanya Joko Pandelegan dan Nyai Loro Walang Angin.Menurut silsilah raja-raja Majapahit, Prabu Hayam Wuruk lebih dulu memerintah Majapahit. Sedangkan Prabu Brawijaya I dan seterusnya memerintah Majapahit setelah masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk.http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/05/26/cerita-misteri-di-balik-candi-sumur-yang-merana-559335.html