peranan zinc dalam penatalaksanaan diare akut pada anak
DESCRIPTION
PediatriTRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
Diare merupakan masalah kesehatan global dengan tingkat mortalitas dan
morbiditas anak yang tinggi di negara berkembang, termasuk Indonesia.1,2
Kejadian diare pada anak di dunia lebih dari 1,5 miliar per tahun dan
menyebabkan 16% mortalitas (terbanyak kedua) pada anak di bawah umur 5
tahun akibat diare akut2,3,4 Berdasarkan data WHO (World Health Organization),
mortalitas akibat diare mencapai 18% dari total kematian anak di bawah umur 5
tahun di Indonesia pada tahun 2000-2003.5
Diare didefinisikan sebagai perubahan konsistensi feses menjadi lebih
lembek atau encer dari biasa, dengan frekuensi lebih dari atau sama dengan tiga
kali dalam 24 jam.1,4,6 WHO dan UNICEF (United Nations Children’s Fund)
mulai tahun 1978 menggunakan oral rehydration salt (ORS) sebagai terapi utama
diare sehingga mortalitas anak di bawah 5 tahun akibat diare akut menurun dari
4,5 juta menjadi 1,8 juta jiwa.7 Namun, ORS WHO tidak signifikan menurunkan
jumlah feses yang keluar dan durasi diare2 sehingga morbiditas diare akut di
negara-negara berkembang termasuk Indonesia masih cukup tinggi. Pendekatan
baru yang digunakan untuk menutupi kelemahan ORS adalah dengan
menambahkan zinc dalam penatalaksaan diare akut.
Zinc merupakan mikronutrien esensial yang sangat dibutuhkan tubuh.2
Zinc berperan penting sebagai kunci enzim sel, metabolisme DNA dan RNA, dan
sintesis protein sehingga memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan
fungsi sistem imun.1,8 Dari beberapa penelitian dibuktikan zinc dapat mengurangi
durasi dan keparahan diare akut serta mampu mengurangi jumlah feses yang
dikeluarkan saat diare, sehingga WHO merekomendasikan zinc dalam
penatalaksanaan diare akut.7,9 Manfaat dan kelebihan zinc tersebut diharapkan
dapat menutupi kelemahan ORS WHO sehingga mampu menurunkan morbiditas
dan mortalitas akibat diare akut.
Pada pembahasan akan dikaji lebih dalam mengenai peranan zinc dalam
penatalaksanaan diare akut pada anak. Diharapkan tulisan ini dapat memberikan
informasi kepada para pembaca mengenai peranan zinc dalam penatalaksanaan
diare akut pada anak sehingga dapat diterapkan dengan tepat, yang akhirnya akan
mengurangi mortalitas dan morbiditas diare akut pada anak.
1
II. DEFINISI DIARE AKUT
Diare didefinisikan sebagai perubahan konsistensi feses menjadi lebih lembek
atau encer dari biasa, dengan frekuensi lebih dari atau sama dengan tiga kali
dalam 24 jam.1,4,6 Kebanyakan dehidrasi akibat diare pada anak-anak bersifat
sedang, dimana pada kasus akut dapat menyebabkan kehilangan cairan yang
signifikan yang dapat berakhir dengan kematian atau komplikasi lain yang parah
bila tidak dilakukan penggantian cairan pada saat tanda-tanda awal diare.4 Diare
akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.6,10
III. ETOLOGI DIARE
3.a. Infeksi
Diare merupakan gejala umum infeksi gastrointestinal oleh patogen dengan
spektrum luas, termasuk bakteri, virus dan protozoa. Namun, hanya beberapa
organisme yang menyebabkan sebagian besar kasus diare akut pada anak-anak.4
Rotavirus merupakan jenis virus yang sering menyebabkan diare akut dan 40%
rujukan rumah sakit berkaitan dengan diare pada anak di lima belahan dunia.4
Rotavirus menyebabkan 15-25% episode diare pada anak-anak usia 6-24 bulan,
dengan penyebaran orofekal dengan insiden tertinggi saat musim dingin atau
kemarau.1 Bakteri patogen utama, antara lain E. coli, Shigella, C. jejuni, V.
cholerae, dan Salmonella.1,4 Beberapa protozoa yang menyebabkan diare, antara
lain Giardia, E. histolytica, Cryptosporidium.1,4
3.b. Non Infeksi
Penyebab diare non infeksi antara lain malabsorpsi, defek anatomi, neoplasma,
endokrinopati, dan lain-lain.11
IV. PATOFISIOLOGI DIARE
Fungsi usus secara keseluruhan meliputi interaksi yang terkoordinasi dari transpor
ion dan aktivitas motorik yang berhubungan secara fungsional melalui sistem
saraf enterik. Sel-sel epitel di usus halus yang berasal dari kripte memiliki ruang
distribusi sepanjang sumbu vili-kripte, dan kemudian bermigrasi ke ujung vili,
sehingga muncul ke dalam lumen. Proses sekretorik umumnya terjadi di sel
kripte, sedangkan proses penyerapan pada sel vili. Sel enteroendokrin jarang
ditemui, tetapi ada di sel kripte. Hampir semua gangguan diare terkait dengan
2
sekresi cairan berlebih. Sekresi ini paling sering terjadi sekunder akibat stimulasi
sekresi klorida aktif dan penghambatan penyerapan aktif natrium dan klorida
(oleh cAMP) yang melibatkan coupling pertukaran natrium-hidrogen dan klorida-
bikarbonat. Proses penyerapan dan sekretorik diatur oleh sistem saraf enterik dan
hormon enterik. Hormon enterik mungkin mempengaruhi transpor ion melalui
mekanisme parakrin, secara langsung (mengatur proses absorpsi, sekretorik, atau
keduanya pada sel epitel usus halus) maupun secara tidak langsung melalui sistem
saraf enterik (meregulasi beberapa peptida dan neurotransmiter (Gambar 1).10
Gambar 1.10 Regulasi Proses Absorptif dan Sekretorik dalam Usus
Patogenesis diare dapat terjadi secara osmosis atau sekretorik. Diare
osmotik dihasilkan dari kerusakan epitel yang diinduksi oleh efek sitotoksik
mikrorganisme patogenik sehingga mengurangi area penyerapan dan kehilangan
fungsi pencernaan dan penyerapan.12 Adanya zat terlarut yang tidak terserap
(misalnya pada maldigestion, intoleran laktosa) dalam lumen usus menyebabkan
dorongan osmotik air ke lumen usus sehingga terjadi diare osmotik.11,12 Selain itu,
fermentasi zat yang tidak terserap oleh bakteri kolon membentuk gas dan asam
organik yang mengakibatkan diare osmotik.13
3
Diare sekretorik terjadi ketika ada sekresi air berlebih ke dalam lumen
usus yang diatur oleh efek second messenger, seperti cyclic adenosine
monophosphate (cAMP), cyclic guanosine monophosphate (cGMP), kalsium
(Ca2+), dan nitrit oksida (NO).12 Aktivasi mediator intraseluler tersebut
menstimulasi sekresi Cl- aktif dari sel kripte dan hambatan absorpsi coupled
natrium klorida netral.11 Beberapa bakteri menghasilkan enterotoksin seperti
kolera atau enterotoksin E. coli yang stabil terhadap panas, menstimulasi cAMP
atau cGMP sehingga mengakibatkan sekresi air yang sangat banyak yang
kemudian menyebabkan dehidrasi.12
Rotavirus merupakan virus yang paling sering menyebabkan diare akut
pada anak-anak.1,4,12 Rotavirus bereplikasi pada sel enterosit dewasa yang tidak
membelah dekat ujung vili, merangsang inflamasi, membentuk lesi seperti
vakuolisasi atau hilangnya enterosit, atau perubahan yang lebih besar, seperti
pemendekkan vili dan hiperplasia kripte. Infeksi rotavirus mengubah fungsi usus
halus sehingga menyebabkan diare (Gambar 2).14
Gambar 2.14 Mekanisme Infeksi Virus Menginduksi Diare.
Sel epitel enterosit diinfeksi oleh virus dari lumen usus. Kemudian virus
masuk ke dalam sel dan melepaskan kapsid terluar diikuti pembentukan
viroplasma yang menghasilkan virus-virus baru dan protein virus. Nonstructural
Protein 4 (NSP4) (segitiga merah) mungkin dikeluarkan untuk merangsang
keluarnya Ca2+ dari tempat penyimpanan internal terutama retikulum endoplasma
(biru muda) sehingga meningkatkan [Ca2+]i. Sel lain kemudian diinfeksi oleh virus
4
yang dihasilkan dari infeksi awal. NSP4 yang dihasilkan dari proses infeksi
merusak tight junctions menyebabkan keluarnya air dan elektrolit ke dalam lumen
melalui ruang paraselular (panah hijau). Hal tersebut memicu lisis sel. NSP4
berikatan dengan reseptor spesifik pada sel dan memicu rangkaian sinyal melalui
PLC (phospholipase C) dan IP3 (phospholipase C-inositol 1,3,5-triphosphate)
menyebabkan keluarnya Ca2+ dan meningkatkan [Ca2+]i. Peningkatan [Ca2+]i
merusak sitoskeleton mikrovili. Sel kripte (pada gambar sel berwarna coklat)
dapat dirangsang langsung oleh NSP4 atau tidak langsung dengan NSP4
menstimulasi ENS yang memberikan sinyal untuk meningkatkan [Ca2+]i
kemudian memicu sekresi Cl- (Gambar 2).14
Diare akibat rotavirus menyebabkan malabsorpsi yang terjadi sekunder
terhadap kerusakan enterosit. Infeksi menyebabkan penurunan ekspresi enzim
pencernaan pada permukaan apikal enterosit yang terinfeksi sehingga bolus
monosakarida dan disakarida, karbohidrat, lemak, dan protein yang tidak tercerna
transit di kolon. Bolus tersebut bersifat osmotik aktif dan kolon tidak bisa
menyerap air sehingga menyebabkan diare osmotik.14
Gangguan sekretorik terjadi sekunder terhadap perubahan fungsional yang
diinduksi oleh virus pada epitel vili. NSP4 dan sistem saraf enterik (ENS)
memiliki peran utama dalam respon sekretorik terhadap infeksi. NSP4
menginduksi peningkatan Ca2+ sel kripte, mengaktivasi sekresi Cl- dan
menyebabkan keluarnya air.12,14 NSP4 mengaktifkan ENS secara tidak langsung,
sehingga ENS menstimulasi sel kripte mengeluarkan elektrolit dan air lebih
banyak lagi.14 Infeksi juga menyebabkan peningkatan Na2+ dan penurunan K+
sehingga kehilangan cairan.14 Infeksi RV juga menyebabkan iskemik vili dan
peningkatan motilitas usus sehingga waktu transit usus menurun.14
V. DIAGNOSIS DIARE
5.a. Anamnesis
Tanyakan kepada ibu atau pengasuh mengenai : adanya darah dalam feses, durasi
diare, banyaknya feses yang encer per hari, banyaknya episode muntah, adanya
demam, batuk, atau masalah penting lainnya (misalnya kejang, campak),
kebiasaan dalam pemberian makanan sebelum anak sakit, tipe dan jumlah cairan
(termasuk ASI) dan makanan yang diberikan selama sakit, obat yang diberikan,
5
riwayat imunisasi, adanya demam, penurunan berat badan, riwayat bepergian,
faktor yang memperburuk atau meringankan diare, haus dan kemampuan anak
untuk minum selama diare.1,13
5.b. Pemeriksaan Fisik
Periksa adanya tanda dan gejala dehidrasi.1
Kondisi umum: apakah anak dalam kondisi terjaga (alert), gelisah dan merasa
terganggu (restless and irritable), lemah atau tidak sadar?
Apakah mata anak normal atau cowong?
Ketika diberikan minum air atau cairan ORS, apakah dapat diterima secara
normal atau penolakan, sangat ingin minum, atau apakah anak tidak bisa
minum karena lemah atau koma?
Periksa turgor kulit. Ketika kulit perut anak dicubit dan dilepas, apakah
cubitan kembali dengan cepat, pelan, atau sangat pelan (lebih dari 2 detik)?
Catat berat badan anak, dan catat bila ada penurunan berat badan.
Catat kecepatan denyut nadi dan nafas.
Periksa adanya tanda dari masalah penting yang lainnya.1
Apakah pada feses anak terdapat darah?
Apakah anak dalam kondisi malnutrisi? Periksa adanya muscle wasting,
edema kaki. Bila memungkinkan, nilai berat badan anak terhadap usia, berat
badan anak terhadap tinggi badan, atau lingkar lengan atas.
Apakah anak batuk?
Catat suhu tubuh anak.
Tentukan derajat dehidrasi (Tabel 1).1
Tabel 1.1 Penilaian Dehidrasi pada Pasien Diare
TANPA DEHIDRASI
DEHIDRASI SEDANG
DEHIDRASI BERAT
Kondisi Umum Baik, terjaga Gelisah, merasa terganggu
Lemas atau tidak sadar
Mata Normal Cowong CowongHaus Minum normal,
tidak kehausanHaus, sangat ingin minum
Sedikit minum, atau tidak mampu minum
Cubitan Kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat
6
5.c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan antara lain kultur feses dan
pemeriksaan laboratorium.11,15 Kultur feses dilakukan bila bakteri dicurigai
sebagai penyebab. Kultur feses bertujuan untuk mengidentifikasi adanya mukus,
darah, dan leukosit.11 Indikasi kultur feses yaitu adanya diare berat, diare
berlangsung lebih dari 1 minggu, demam, disentri, dan kasus multipel yang
menunjukkan suatu wabah.15 Pemeriksaan laboratorium dilakukan ketika satu
organisme dicurigai sebagai etiologi penyebab. Misalnya, serotipe dan toxin assay
dilakukan untuk menelusuri karakterisitik E. coli.11
VI. PENATALAKSANAAN DIARE AKUT PADA ANAK
Tujuan terapi pada diare akut antara lain: mencegah dehidrasi (bila tidak terdapat
tanda dehidrasi), mengobati dehidrasi (ketika timbul dehidrasi), mencegah
gangguan nutrisi (dengan memberikan makanan selama dan setelah diare), dan
mengurangi durasi dan parahnya diare dan kejadian diare berulang (dengan
memberikan suplemen zinc).1 Tujuan terapi tersebut dapat dicapai melalui
perencanaan terapi terpilih yang telah direkomendasi oleh WHO dan UNICEF
yang diformulasi pada tahun 2003.4,7,16 Rekomendasi tersebut oleh Depkes RI
dibentuk menjadi program LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare).17
Program tersebut terdiri dari :
1. Berikan Oral Rehydration Salt (ORS) dengan Oralit Osmolaritas Rendah
Tindakan rehidrasi ini dilakukan segera pada anak dengan diare untuk mencegah
dan mengatasi dehidrasi, dan dapat mengurangi mual dan muntah.17
2. Suplemen Zinc Setiap Hari Selama 10 sampai 14 Hari
Zink dapat diberikan dalam bentuk sirup atau tablet. Diberikan secepat mungkin
saat mulai diare, sehingga dapat mengurangi durasi dan keparahan diare dan
resiko dehidrasi. Selain itu zinc juga dapat meningkatkan imunitas sehingga
mencegah diare untuk 2 atau 3 bulan ke depan.1,17
3. ASI dan Makanan Tetap Diberikan.
Disesuaikan dengan usia anak dengan menu yang sama saat sehat untuk mencegah
penurunan berat badan dan malnutrisi.1,17
4. Antibiotik jangan diberikan
7
Diberikan bila ada indikasi seperti diare berdarah atau shigellosis, serta tidak
memberikan antidiare. 1,17
5. Nasihat pada ibu atau pengasuh
Kembali segera jika anak demam, feses berdarah, muntah berulang, makan atau
minum sedikit, sangat haus, diare semakin sering, atau kondisi belum membaik
dalam 3 hari. 1,17
VII. PERANAN ZINC DALAM PENATALAKSANAAN DIARE AKUT
PADA ANAK
7.a. Metabolisme dan Fungsi Zinc Bagi Tubuh
Zinc merupakan mikronutrien esensial yang melindungi membran sel dari
kerusakan oksidatif.2 Zinc tidak disimpan dalam tubuh, oleh karena itu konsentrasi
dalam tubuh ditentukan oleh keseimbangan asupan makanan, absorpsi, dan
pengeluaran.2 Zinc diabsorpsi di usus halus dengan berikatan dengan ligan atau
zink binding ligan (ZBL) dari pankreas. Zinc diedarkan dalam darah berikatan
dengan albumin. Zinc banyak diekskresi melalui usus.8 Penyerapan zinc dapat
dihambat oleh tingginya phytate pada sayuran.8
Zinc memiliki aktivitas metabolik yang luas sebagai kunci enzim sel dan
memiliki pengaruh besar terhadap pertumbuhan.8 Zinc terlibat dalam metabolisme
DNA dan RNA dan sintesis protein.8 Zinc memegang peranan penting dalam
enzim-metalo, poliribosom, membran sel, dan fungsi seluler dalam proses
pertumbuhan dan fungsi sistem imun.1 Oleh karena itu, zinc merupakan mineral
yang vital dan dibutuhkan dalam masa pertumbuhan, seperti saat hamil dan
menyusui, bayi dan anak-anak, dan remaja.8
Kekurangan zinc pada anak-anak diidentifikasi oleh WHO sebagai resiko
utama bagi kesehatan anak dan dihubungkan dengan morbiditas diare yang
mengakibatkan 0,8 juta kematian anak per tahun.9 Anak-anak di negara
berkembang seperti Asia, Afrika, dan Amerika Latin mengkonsumsi lebih sedikit
protein hewani sehingga berakibat stunting dan defisiensi zinc.7,9 Tingginya
tingkat stunting dan malnutrisi merupakan indikasi kekurangan zinc pada anak-
anak di bawah 5 tahun.9 Penelitian oleh Checkley W. et al. (2008) menemukan
bahwa beban diare yang lebih tinggi pada anak-anak sebelum usia 24 bulan
dihubungkan dengan meningkatnya prevalensi stunting pada usia 24 bulan.18
8
Diare menyebabkan malnutrisi dan meningkatkan hilangnya zinc sehingga dapat
memperburuk kondisi defisiensi, begitu juga malnutrisi (defisiensi zinc) menjadi
predisposisi terjadinya diare, sehingga terdapat hubungan dua arah antara diare
dan malnutrisi (Gambar 3).19
Gambar 3.19 Hubungan antara Malnutrisi dan Diare (dengan penyesuaian)
7.b. Manfaat dan Efektivitas Zinc dalam Penatalaksanaan Diare Akut pada
Anak
Zinc memiliki peranan penting dalam proses pertumbuhan dan fungsi sistem imun
sehingga zinc juga dipergunakan dalam penatalaksanaan diare.1 Selama diare
berlangsung zinc juga ikut hilang dan hal ini dapat memperburuk kondisi
defisiensi zinc.7 Penambahan zinc dalam terapi diare akut dapat mengganti
hilangnya zinc selama diare dan menurunkan resiko anak menderita diare lagi
dalam dua atau tiga bulan berikutnya.1 Peneltitian oleh Bhandari N. et al. (2008)
menemukan bahwa diare lebih efetif diterapi oleh pelayan kesehatan yang
memberikan suplementasi zinc dan ORS dibandingan dengan ORS saja di tingkat
pelayanan kesehatan primer.20 Oleh karena itu, zinc dapat menutupi kekurangan
ORS dalam menurunkan keparahan dan durasi diare.
Pemberian zinc diperkirakan dapat memperbaiki fungsi imun, struktur atau
fungsi mukosa usus, dan proses penyembuhan epitel selama diare.7 Penelitian oleh
Guarina A. et al. (2009) membuktikan zinc berpengaruh langsung terhadap infeksi
virus penyebab diare. Hasilnya diperoleh bahwa zinc meningkatkan absorpsi ion
pada kondisi basal, mengurangi sekresi Cl- (Klorin) pada fese awal infeksi, dan
mengurangi kerusakan sel serta viral load pada fase akhir infeksi (Gambar 4).12
Zinc menghambat kerja sekresi Cl- yang diinduksi cAMP melalui hambatan
9
saluran kalium pada bagian basolateral.12 Zinc juga dapat menghambat sintesis
nitrit oksida (NO) sehingga mengurangi aktivasi cGMP yang pada akhirnya dapat
mencegah diare sekretorik.
Gambar 4.12 Efek Zinc Terhadap Infeksi Virus pada Sel Enterosit
WHO menyatakan bahwa suplementasi zinc dalam penatalaksanan diare
akut memiliki beberapa manfaat yang signifikan berdasarkan berbagai
penelitian.7,9 Penggunaan zinc dihubungkan dengan berkurangnya durasi epidode
diare hingga 25%.7,9 Selain itu, berkurangnya proporsi episode diare yang
berlangsung hingga lebih dari tujuh hari pada anak-anak yang menerima zinc
hingga sekitar 25%.7,9 Zinc juga berefek pada volume feses dan frekuensi
pengeluaran feses. Penggunaan zinc dihubungkan dengan berkurangnya
pengeluaran feses yang signifikan sebanyak 30%.7,9 Oleh karena itu, zinc memiliki
dampak klinis yang signifikan pada diare akut dalam mengurangi tingkat
keparahan dan durasinya.7,9
Beberapa penelitian membuktikan zinc dapat mengurangi durasi2,21,22 dan
keparahan diare akut serta mampu mengurangi jumlah feses yang dikeluarkan saat
diare21 sehingga dapat menutupi kekurangan ORS WHO. Penelitian yang
mendukung adalah sebagai berikut:
Penelitian oleh Lukacik M. et al. (2007) dengan metode meta-analisis yang
melibatkan 22 penelitian (16 diare akut dan 6 diare persisten) randomized
10
control trial untuk membandingkan efisiensi dan keamanan suplemen oral
zinc dengan placebo pada anak dengan diare akut dan persisten, didapatkan
hasil suplemen oral zinc menurunkan frekuensi diare (18.8% dan 12.5%),
memperpendek durasi diare (15.0% dan 15.5%), dan menurunkan rekurensi
diare (17.9% dan 18.0%).2
Penelitian double-blind randomized control trial yang dilakukan di dua rumah
sakit di New Delhi oleh Bhatnagar S. et al. (2004) melibatkan 287 anak laki-
laki umur 3-36 bulan yang mengalami dehidrasi karena diare (durasi ≤ 72
jam). Sampel mendapatkan suplemen zinc 15 mg (umur ≤ 12 bulan) atau 30
mg (umur > 12 bulan) per hari dibagi menjadi 3 dosis selama 14 hari.
Didapatkan hasil dengan terapi zinc dapat mengurangi total pengeluaran feses,
mengurangi frekuensi pengeluaran feses per hari selama diare, mengurangi
resiko berlanjutnya diare, serta menurunkan proporsi terjadinya diare ≥ 5 hari
atau ≥ 7 hari pada kelompok intervensi.21
Penelitian komunitas oleh Baqui A. H. et al. (2002) dengan metode cluster
randomized comparison yang melibatkan 8070 anak umur 3-59 bulan di
Bangladesh dengan tujuan mengevaluasi efek suplemen zinc (20 mg per hari
selama 14 hari dievaluasi selama 2 bulan) terhadap morbiditas dan mortalitas
diare pada anak. Penelitian ini melaporkan terapi zinc mengurangi durasi
diare, menurunkan insiden diare, mengurangi insiden masuk rumah sakit
karena diare, dan menurunkan mortalitas.22
7.c. Dosis dan Cara Pemberian Zinc dalam Penatalaksanaan Diare Akut
pada Anak
Untuk memperoleh efek zinc yang efektif dan efisien harus ditentukan dosis terapi
yang tepat. Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian terkait dosis terapi zinc,
WHO dan UNICEF merekomendasikan dosis terapi zinc 10 mg untuk anak usia
dibawah 6 bulan dan 20 mg untuk anak usia di atas atau sama dengan 6 bulan per
hari dengan dosis tunggal selama 10 sampai 14 hari.1,16 Zinc diberikan pada anak
secepat mungkin sejak saat mulai diare untuk mengurangi durasi dan keparahan.1
Dengan melanjutkan pemberian zinc sampai 10 hari, kehilangan zinc selama diare
dapat tergantikan dan mengurangi episode diare pada 2 atau 3 bulan berikutnya.1
Bentuk larutan zinc, seperti zinc sulfat, zinc asetat, atau zinc glukonat dapat
11
digunakan.1 Sediaan zinc yang dapat digunakan antara lain berupa sirup atau
tablet dispersible (dilarutkan dalam 1 sendok air atau ASI) sesuai dengan yang
tersedia dan yang bisa diberikan.1,7
7.d. Efek Samping Zinc
Sebelum mengetahui efek samping zinc, penting diketahui asupan zinc yang
dianjurkan. International Zinc Consulative Group (IZiNCG) merevisi
Recommended Daily Allowance (RDA) tahun 2004 (Tabel 2).9 Rekomendasi ini
memperhitungkan perbedaan dalam diet dan referensi standar berat badan.
Panduan ini untuk anak yang sehat dan tidak memperhitungkan kelebihan zinc
yang hilang selama diare atau zinc ekstra untuk pertumbuhan dan perkembangan
yang cepat.9
Tabel 2.9 RDA Zinc
Kelompok Usia RDA zinc
Bayi 4-5 mg
Anak usia 1-3 tahun 3 mg
Anak usia 4-8 tahun 4-5 mg
Wanita yang tidak hamil 8-9 mg
Wanita hamil dan menyusui 9-13 mg
Pria 13-19 mg
Beberapa penelitian yang dievaluasi WHO menunjukan bahwa zinc bukan
karsinogenik, mutagenik atau teratogenik.9 Keracunan zinc dapat terjadi bila
asupan zinc tinggi (> 150 mg/hari atau 10 kali lebih banyak dari RDA) dalam
waktu lama atau mengkonsumsi >1gr zinc (60 kali lebih banyak dari RDA) akibat
overdosis, suplementasi atau transfusi.9 Penelitian yang telah dievaluasi oleh
WHO menunjukkan terapi zinc dalam penatalaksanaan diare akut tidak
menimbulkan efek samping yang fatal serta pemberian terapi zinc jangka pendek
tidak mempengaruhi status tembaga (copper) dalam tubuh secara bermakna,
namun dalam jangka panjang dapat mengurangi penyerapan tembaga.7,8 Efek
samping terapi zinc yang pernah dilaporkan adalah muntah.7,9,23 Pada saat
pemberian terapi zinc sebaiknya tidak diberikan suplemen besi (iron) secara
12
bersamaan karena dicurigai ada reaksi antara zinc dan besi yang menurunkan
efektivitas terapi zinc akibat persaingan dalam proses penyerapan.9,23
SIMPULAN
13
Diare merupakan masalah kesehatan global dan menjadi penyebab kedua
mortalitas tertinggi pada anak dibawah 5 tahun. WHO merekomendasikan ORS
untuk menurunkan angka mortalitas diare pada anak. Walaupun ORS WHO
berhasil menurunkan mortalitas anak dibawah 5 tahun karena diare akut, namun
morbiditasnya masih cukup tinggi di negara-negara berkembang. Hal itu terjadi
karena ORS WHO tidak signifikan menurunkan jumlah feses yang keluar dan
durasi diare. Pendekatan baru yang digunakan untuk menutupi kelemahan ORS
adalah dengan menambahkan zinc dalam penatalaksaan diare akut. Terapi zinc
untuk penatalaksanaan diare akut terbukti mengurangi durasi dan keparahan diare
akut serta mampu mengurangi jumlah feses yang dikeluarkan saat diare. Dosis
terapi zinc yang direkomendasikan WHO dan UNICEF 2003 adalah 10 mg (anak
<6 bulan) dan 20 mg (anak ≥ 6 bulan) per hari dengan dosis tunggal selama 10
hari dalam bentuk sirup atau tablet dispersible. Keracunan zinc dapat terjadi bila
dikonsumsi dalam jumlah tertentu yang melebihi RDA. Pemberian suplemen zinc
dan besi sebaiknya tidak diberikan secara bersamaan. Terapi zinc relatif aman
diberikan, namun efek samping yang sering ditemukan adalah muntah.
Pemberian zinc jangka pendek juga tidak mempengaruhi jumlah tembaga (copper)
dalam tubuh, namun dalam jangka panjang dapat mengurangi penyerapan
tembaga.
DAFTAR PUSTAKA
14
1. World Health Organization (WHO). The Treatment of Diare. WHO Press. 2005: 3-43.
2. Lukacik M, Thomas RL, Aranda JV. A Meta-analysis of the Effects of Oral Zinc in the Treatment of Acute and Persistent Diarrhea. Pediatrics. 2008; 121: 326-36.
3. World Health Organization (WHO). Measuring Child Mortality. Available at : http://www.who.int/child_adolescent_health/data/child/en/print.html. (accessed : January 20, 2010)
4. United Nations Children’s Fund (UNICEF), World Health Organization (WHO). Diarrhoea : Why Children are Still Dying and What Can be Done. WHO Press. 2009: 1-58.
5. World Health Organization (WHO). Mortality Country Fact Sheet 2006: Indonesia. 2006.
6. World Health Organization (WHO). Guidelines for Management of Common Diseases in Young Children in Emergencies. WHO Press. 1-17.
7. United Nations Children’s Fund (UNICEF), World Health Organization (WHO). Implementing the New Recommendations on the Clinical Management of Diarrhoea. WHO Press. 2006: 1-33.
8. William SR dan Schlenker ED. Essentials of Nutrition & Diet Therapy. St. Louis: Mosby; 2003. p. 204-205.
9. Fontaine O. Evidence for The Safety and Efficacy of Zinc Supplementation in The Management of Diarrhea. Dept. of Child and Adolescent Health and Development, WHO. 2008.
10. Binder HJ. Cause of Chronic Diarrhea. N Engl J Med. 2006; 355: 236-239.
11. Pickering LK dan Snyder JD. Gastroentritis. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB (eds). Textbook of Pediatrics 17th Edition. Philadelphia : Elsevier Saunders; 2004. p. 1271-1281.
12. Guarino A, Buccigrossi V, Armellino C. Colon in Acute Intestinal Infection. Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition. 2009; 48: S58-S62.
13. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, dan Marcdante KJ. Nelson Essentials of Pediatrics 5th Edition. Philadelphia : Elsevier Saunders; 2006. p. 587-589.
14. Ramig RF. Pathogenesis of Intestinal and Systemic Rotavirus Infection. Journal of Virology. Oct. 2004: 10213-10220.
15. DuPont HL. Bacterial Diarrhea. N Engl J Med. 2009; 361: 1560-1569.
16. United Nations Children’s Fund (UNICEF), World Health Organization (WHO). Joint Statement : Clinical Management of Acute Diarrhoea. WHO/FCH/CAH/04,7. 2004: 2-7.
15
17. Departemen Kesehatan, Ikatan Dokter Anak Indonesia. New Management of Diarrhea Treatment. In: 14th KONIKA (Indonesian Pediatricians Congress). Surabaya: KONIKA Committee (IDAI-East Java Team).2008.
18. Checkley W, Buckley G, Gilman RH, Assis AM, Guerrant RL, Morris SS, Mølbak K, Branth PV, Lanata CF, Black RE. Multi-Country Analysis of The Effects of Diarrhoea in Children Stunting. International Journal of Epidemiology. 2008; 37: 816–830.
19. Brown HK. Diarrhea and Malnutrition. American Society for Nutritional Sciences. 2003; 328S-331S.
20. Bhandari N, Mazumder S, Taneja S, Dube B, Agarwal RC, Mahalanabis D, Fontaine O, Black RE, Bhan MK. Effectiveness of Zinc Supplementation Plus Oral Rehydration Salts Compared With Oral Rehydration Salts Alone as a Treatment for Acute Diarrhea in a Primary Care Setting: A Cluster Randomized Trial. Pediatrics. 2008;121;e1279-e1285.
21. Bhatnagar S, Bahl R, sharma PK, Kumar GT, Saxena SK, Bhan MK. Zinc With Oral Rehydration Therapy Reduces Stool Output and Duration of Diarrhea in Hospitalized Children: A Randomized Controlled Trial. Journal of Pediatrics Gastroenterology and Nutrition. 2004; 38: 34-40.
22. Baqui AH, Black RE, Arifeen SE, Yunus M, Chakraborty J, Ahmed S, et al. Effect of Zinc Supplementation Started during Diarrhoea on Morbidity and Mortality in Bangladesh Children: Community Randomized Trial. BMJ. 2002; 325: 1059.
23. Lind T, Lönnerdal B, Stenlund H, Ismail D, Seswandhana R, Ekström EC, et al. A Community-based Randomized in Indonesian Infants: Interactions between Iron and Zinc. Am J Clin Nutr. 2003; 77; 883-70.
16
17