peranan polri dalam pemberantasan penyalahgunaan …

21
PERANAN POLRI DALAM PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (STUDI KASUS POLSEKTA PANCURBATU) JURNAL ILMIAH OLEH : T BASTANTA TARIGAN NIM : 080200139 Departemen Hukum Pidana FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

Upload: others

Post on 31-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERANAN POLRI DALAM PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN …

PERANAN POLRI DALAM PEMBERANTASAN

PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (STUDI KASUS

POLSEKTA PANCURBATU)

JURNAL ILMIAH

OLEH :

T BASTANTA TARIGAN

NIM : 080200139

Departemen Hukum Pidana

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

Page 2: PERANAN POLRI DALAM PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN …

PERANAN POLRI DALAM PEMBERANTASAN

PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (STUDI KASUS

POLSEKTA PANCURBATU)

JURNAL ILMIAH

OLEH :

T BASTANTA TARIGAN

080200139

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

Mengetahui :

Ketua Departemen Hukum Pidana

Dr. M. Hamdan, SH.,M.H.

NIP. 195703261986011001

Dosen Editorial

DR. Mahmud Mulyadi, SH.,M.Hum

NIP. 1974040120021001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

Page 3: PERANAN POLRI DALAM PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN …

ABSTRAKSI

Muhammad Nuh S.H.,M.Hum

Alwan S.H.,M.Hum

T Bastanta Tarigan***

Narkotika merupakan zat atau obat yang sangat bermanfaat dan diperlukan

untuk pengobatan penyakit tertentu. Namun, jika disalahgunakan atau digunakan

tidak sesuai dengan standar pengobatan dapat menimbulkan akibat yang sangat

merugikan bagi perseorangan atau masyarakat khususnya generasi muda. Hal ini

akan lebih merugikan jika disertai dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap

Narkotika yang dapat mengakibatkan bahaya yang lebih besar bagi kehidupan dan

nilai-nilai budaya bangsa yang pada akhirnya akan dapat melemahkan ketahanan

nasional. Peredaran narkotika di Indonesia, dilihat dari aspek yuridis adalah sah

keberadaanya. Peraturan ini hanya melarang terhadap penggunaan narkotika tanpa

izin oleh undang-undang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan

penyalahgunaan narkotika dan pengaturan hukumnya di Indonesia serta upaya dan

kendala dalam pemberantasan penyalahgunaan narkotika.

Perkembangan penyalahgunaan narkoba sudah sangat memperihatinkan.

Kalau dulu, peredaran dan pecandu narkoba hanya berkisar di wilayah perkotaan,

kini tidak ada satupun kecamatan, atau bahkan desa di republik ini yang bebas

dari penyalahgunaan dan peredaran gelap obat terlarang itu. Dalam

perkembangannya pengaturan tentang narkotika di Indonesia telah melalui

beberapa tahap yaitu, Undang-Undang No. 9 Tahun 1976 Tentang Narkotika

diganti dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika diganti

dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.

Upaya pemberantasan penyalahgunaan narkotika ini dilakukan dengan

upaya preemtif (pembinaan) kepada masyarakat tentang dampak buruk

penyalahgunaan narkotika , preventif (pencegahan) yang dilakukan dengan

melakukan razia ketempat yang dicurigai sebagai penampungan, penyimpanan,

dan peredaran narkotika, dan Represif (Penindakan) terhadap orang yang diduga

menyalahgunakan narkotika. Dalam upaya tersebut terdapat kendala-kendala

yakni saranan prasarana penegak hukum, masyarakat, penegak hukum.

Dosen Pembimbing I, staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Dosen Pembimbing II, staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

***

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Page 4: PERANAN POLRI DALAM PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN …

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya yang adil, makmur,

sejahtera, tertib dan damai berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945. Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera tersebut perlu

peningkatan secara terus menerus usaha-usaha dibidang pengobatan dan

pelayanan kesehatan termasuk ketersedian narkotika sebagai obat, disamping

untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Narkotika merupakan zat atau obat yang sangat bermanfaat dan diperlukan

untuk pengobatan penyakit tertentu. Namun, jika disalahgunakan atau digunakan

tidak sesuai dengan standar pengobatan dapat menimbulkan akibat yang sangat

merugikan bagi perseorangan atau masyarakat khususnya generasi muda. Hal ini

akan lebih merugikan jika disertai dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap

Narkotika yang dapat mengakibatkan bahaya yang lebih besar bagi kehidupan dan

nilai-nilai budaya bangsa yang pada akhirnya akan dapat melemahkan ketahanan

nasional.1

Akhir-akhir ini kejahatan narkotika telah bersifat transnasional yang

dilakukan dengan modus operandi dan teknologi yang canggih. Aparat penegak

hukum diharapkan mampu mencegah dan menanggulangi kejahatan tersebut guna

1 Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika

Page 5: PERANAN POLRI DALAM PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN …

meningkatkan moralitas dan kualitas sumber daya manusia di Indonesia

khususnya bagi generasi penerus bangsa.2

Dampak dari penyalahgunaan narkotika adalah dapat berakibat pada

pengguna itu sendiri dan pada masyarakat pada umumnya. Bagi individu akan

membawa dampak yang merugikan bagi kesehatan baik kesehatan rohani maupun

jasmani. Sedangkan bagi masyarakat akan berdampak kemerosotan moral dan

meningkatnya kriminalitas.3

Peredaran narkotika di Indonesia, dilihat dari aspek yuridis adalah sah

keberadaanya. Peraturan ini hanya melarang terhadap penggunaan narkotika tanpa

izin oleh undang-undang. Keadaan inilah yang sering disalahgunakan dan tidak

untuk kepentingan kesehatan tapi lebih dari itu, yakni dijadikan sebagai objek

bisnis (ekonomi).

Penegakan hukum terhadap penyalahgunaan narkotika telah banyak

dilakukan oleh aparat penegak hukum dan telah banyak mendapatkan putusan

disidang pengadilan. Penegakan hukum ini diharapkan mampu sebagai faktor

penangkal terhadap merebaknya peredaran perdagangan narkotika. Dengan

semakin merebaknya penyalahgunaan narkotika yang berdampak negatif pada

kehidupan masyarakat. Sehingga, untuk mengendalikan dan mengembalikan

kondisi kehidupan masyarakat yang ideal (tertib, aman, dan tentram) diperlukan

peran Polri. Sebagaimana diatur dalam Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2 A. Hamzah. RM. Surachman, Kejahatan Narkotika dan Psikotrokia, Sinar Grafika ,

Jakarta, 1994, halaman 6 3 Soedjono Dirdjosisworo, Hukum Narkotika Indonesia, Alumni, Bandung, 1987,

halaman 25

Page 6: PERANAN POLRI DALAM PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN …

2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia menegaskan bahwa tugas

pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah :

a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat

b. Menegakkan hukum; dan

c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat

Upaya pemberantasan oleh Polri dalam hal ini berada dalam kawasan

Polsekta Pancur Batu memerlukan langkah-langkah lebih lanjut dalam proses

penegakan hukum terhadap pelaku penyalahgunaan narkotika tersebut. Dalam hal

pemberantasan penyalahgunaan narkotika juga diperlukan adanya kerjasama dari

berbagai pihak antara lain adalah peran serta masyarakat. Bentuk peran serta

masyarakat disini dapat berupa memberikan informasi mengenai tindak pidana

penyalahgunaan narkotika kepada penyidik Polri. Disamping itu, dapat juga

berupa lewat lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan organisasi-organisasi

masyarakat yang memfokuskan diri dalam pemberantasan narkotika secara

menyeluruh.

Berdasarkan data statistik di Polsekta Pancur Batu terjadi penurunan kasus

penyalahgunaan narkotika dari tahun 2009 (22 kasus), 2010 (14 kasus), 2011 (9

kasus), dan yang kini sedang ditangani oleh Polsekta Pancur Batu 2012 (6 kasus).

Dari berbagai uraian di atas, menurut penulis diperlukan suatu kajian yang

mendalam tentang narkotika khususnya tentang upaya Polri dalam memberantas

penyalahgunaan narkotika di wilayah hukum Polsekta Pancur Batu serta kendala-

kendala yang dihadapi Polri dalam memberantas penyalahgunaan narkotika.

Page 7: PERANAN POLRI DALAM PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN …

Untuk itu penulis tertarik membuat penulisan skripsi yang berjudul “PERANAN

POLRI DALAM PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN

NARKOTIKA (STUDI KASUS POLSEKTA PANCUR BATU)”.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan diatas maka

perlu dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan penyalahgunaan narkotika dan pengaturan

hukumnya di Indonesia ?

2. Bagaimana peranan Polri dalam pemberantasan penyalahgunaan

narkotika?

II. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian skripsi ini menggunakan penelitian yuridis empiris dan yuridis

normatif. Penelitian yuridis empiris dimaksudkan untuk melakukan penelitian

terhadap peranan yang dilakukan atas pemberantasan penyalahgunaan narkotika.

Penelitian yuridis normatif, yaitu dengan penelitian terhadap asas-asas hukum

dengan cara meneliti peraturan, norma-norma hukum yang berkaitan dengan

permasalahan.

B. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data

sekunder. Data sekunder ini berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder,

dan bahan hukum primer, yaitu:

a. Bahan Hukum Primer

Page 8: PERANAN POLRI DALAM PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN …

Yaitu data-data berupa dokumen peraturan yang bersifat mengikat, asli

dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Data hukum primer penulisan

skripsi ini diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

Tentang Kepolisian Negara Replubik Indonesia, Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, dan lain sebagainya.

b. Bahan Hukum Sekunder

Yaitu semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian

mengenai masalah penyalahgunaan narkotika seperti makalah, jurnal,

karya ilmiah, koran, karya tulis dan sumber dari internet yang berkaitan

dengan persoalan diatas.

c. Bahan Hukum Tertier

Yaitu semua dokumen yang berisikan konsep-konsep dan keterangan-

keterangan otentik yang bersifat mendukung data primer dan data

sekunder, seperti kamus dan lain-lain.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ini, metode pengumpulan yang digunakan

adalah Studi Lapangan (field research) dan Penelitian Kepustakaan (Library

Reseacrh). Studi Lapangan (field research) yaitu suatu cara memperoleh data

dengan langsung ke lapangan yang menjadi objek penelitian, yaitu di Polsekta

Pancur Batu. Studi lapangan ini dilakukan untuk memperoleh data yang bersifat

primer, dimana data tersebut diperoleh dengan cara wawancara. Penelitian

Kepustakaan (Library Reseacrh) adalah dengan melakukan penelitian terhadap

Page 9: PERANAN POLRI DALAM PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN …

berbagai sumber bacaan, yakni buku, pendapat sarjana, artikel, internet dan media

massa yang berhubungan dengan masalah diatas.

D. Analisis Data

Untuk menarik kesimpulan dari data yang dikumpulkan, maka penulis

menggunakan Teknik analisis data adalah kualitatif, yaitu dengan cara

menggambarkan keadaan-keadaan dari objek yang diteliti dilapangan. Kemudian

terhadap permasalahan yang timbul akan ditinjau dan dianalisis secara mendalam

dengan didasarkan pada teori-teori kepustakaan dan Peraturan Perundangan

sehingga diperoleh suatu kesimpulan akhir yang ditarik secara komprehensif.

III. HASIL PENELITIAN

A. PERKEMBANGAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DAN

PENGATURAN HUKUMNYA DI INDONESIA

1. Perkembangan Penyalahgunaan Narkotika

Pada zaman prasejarah di negeri Mesopotamia (sekitar Irak sekarang ),

dikenal suatu barang yang namanya “Gil” artinya “bahan yang menggembirakan”.

Gil ini lazimnya digunakan sebagai obat sakit perut, kemampuan Gil sangat

terkenal pada saat itu, dan Gil menyebar di dunia Barat sampai Asia dan

Amerika.4

Sejalan dengan perkembangan kolonisasi maka perdagangan candu

semakin tumbuh subur dan pemakaian candu secara besar-besaran dilakukan

4 Redaksi Badan Penerbit Alda Jakarta, Menanggulangi Bahaya Narkotika, Jakarta,

1985, halaman 31

Page 10: PERANAN POLRI DALAM PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN …

dikalangan ethnis cina, terutama di negara-negara jajahan ketika itu, termasuk

Indonesia yang berada di bawah kekuasaan pemerintah kolonial Belanda.5

Perkembangan penyalahgunaan narkoba sudah sangat memperihatinkan.

Kalau dulu, peredaran dan pecandu narkoba hanya berkisar di wilayah perkotaan,

kini tidak ada satupun kecamatan, atau bahkan desa di republik ini yang bebas

dari penyalahgunaan dan peredaran gelap obat terlarang itu. Kalau dulu peredaran

dan pecandu narkoba hanya berkisar pada remaja dan keluarga mapan, kini

penyebarannya telah merambah kesegala penjuru strata sosial ekonomi maupun

kelompok masyarakat dari keluarga melarat hingga konglomerat, dari pedesaan

hingga perkotaan, dari anak muda hingga yang tua – tua.6

2. Pengaturan Hukum Narkotika di Indonesia

Dalam sejarah, perundang-undangan yang mengatur tentang narkotika

dapat dibagi menjadi beberapa tahap yaitu :

a. Berlakunya Undang-Undang No. 9 Tahun 1976 Tentang Narkotika.

Latar belakang digantinya Verdovende Midellen Ordonantie Stbl 1927 No.

278 jo No. 536 dengan Undang Undang Nomor 9 Tahun 1976 ini dapat dilihat

pada penjelasan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976, diantaranya adalah hal-

hal yang menjadi pertimbangan sehubungan dengan perkembangan sarana

perhubungan modern baik darat, laut maupun udara yang berdampak pada

cepatnya penyebaran perdagangan gelap narkotika di Indonesia. Ditambah lagi

5 Sumarmo Ma’some, Penanggulangan Bahaya Narkotika dan Ketergantungan Obat,

CV. Haji Masagung, 1987, halaman 5 6 F. Agsya, Undang-Undang Narkotika dan Undang-Undang Psikotropika, Asa Mandiri,

Jakarta, 2010, halaman 6

Page 11: PERANAN POLRI DALAM PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN …

dengan kemajuan dibidang pembuatan obat-obatan, ternyata tidak cukup memadai

bila tetap memakai undang-undang tersebut.

b. Berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 Tentang

Narkotika.

Undang-Undang ini berlaku pada tanggal 1 September 1997 dan dimuat

dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 67. Adapun

yang menjadi latar belakang diundangkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1997 ini yaitu peningkatan pengendalian dan pengawasan sebagai upaya

mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.

Tindak pidana narkotika pada umumnya tidak dilakukan secara perorangan dan

berdiri sendiri melainkan dilakukan secara bersama-sama bahkan dilakukan oleh

sindikat yang terorganisir secara mantap, rapi dan rahasia.

c. Berlakunya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang disahkan

pada 12 Oktober 2009 merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun

1997 Tentang Narkotika. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 Tentang

Narkotika mengatur upaya pemberantasan terhadap tindak pidana Narkotika

melalui ancaman pidana denda, pidana penjara, pidana seumur hidup, dan pidana

mati. Di samping itu, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 juga mengatur

mengenai pemanfaatan Narkotika untuk kepentingan pengobatan dan kesehatan

serta mengatur tentang rehabilitasi medis dan sosial.

Page 12: PERANAN POLRI DALAM PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN …

3. Pihak-pihak Terkait Dalam Pemberantasan Penyalahgunaan

Narkotika

Adapun pihak-pihak yang terkait dalam pemberantasan penyalahgunaan

narkotika adalah sebagai berikut :

a. Badan Narkotika Nasional (BNN)

Dalam pemberantasan penyalahgunaan narkotika ini BNN mempunyai

tugas dan wewenang yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

Tentang Narkotika yang dimuat dalam Pasal 70, adapun tugas BNN adalah :

1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan

dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan

prekursor narkotika;

2. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika dan prekursor narkotika;

3. Berkoordinasi dengan kepala kepolisian republik negara indonesia dalam

pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkotika dan prekursor narkotika;

4. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi

sosial pecandu narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah

maupun masyarakat;

5. Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika;

Page 13: PERANAN POLRI DALAM PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN …

6. Memantau, mengarahkan, dan meningkatkan kegiatan masyarakat dalam

pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor

narkotika;

7. Melakukan kerja sama bilateral dan multilateral, baik regional maupun

internasional, guna mencegah dan memberantas peredaran gelap narkotika

dan prekursor narkotika;

8. Mengembangkan laboratorium narkotika dan prekursor narkotika.

9. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan tehadap perkara

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika;

10. Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang.

b. Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)

Apabila memperhatikan pada perundang-undangan nasional, ada beberapa

perundang-undangan yang dapat dijadikan sebagai dasar hukum diberikannya

wewenang kepada PPNS untuk melakukan penyidikan di antaranya:

a. Pasal 6 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana;

Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia, pejabat pegawai

negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang.

b. Pasal 1 angka 11 dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kepolisian Negara Republik

Indonesia;

Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu

yang berdasarkan peraturan perundang-undangan ditunjuk selaku penyidik

dan mempunyai wewenang untuk melakukan penyidikan tindak pidana

Page 14: PERANAN POLRI DALAM PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN …

dalam lingkup undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-

masing.

Penyidik pegawai negeri sipil tertentu yang lingkup tugas dan tanggung

jawabnya di bidang narkotika dan prekursor narkotika adalah Kementerian

Kesehatan, Kementerian Keuangan dalam hal ini Direktorat Jenderal Bea dan

Cukai, dan Badan Pengawas Obat dan Makanan.7

B. Peranan Polri Dalam Pemberantasan Penyalahgunaan Narkotika

1. Peranan Polri Dalam Upaya Pemberantasan Penyalahgunaan

Narkotika

Dalam pemberantasan penyalahgunaan narkotika polisi melakukan upaya-

upaya dengan langkah-langkah sebagai berikut 8:

a. Non Penal

Upaya pemberantasan penyalahgunaan narkotika ini akan diawali dengan

upaya preemtif (pembinaan) dan preventif (pencegahan) sebelum tindak pidana

tersebut terjadi.

1. Preemtif (Pembinaan)

Pembinaan merupakan salah satu upaya yang dilakukan Polri untuk

menanggulangi dan memberantas penyalahgunaan narkotika. Tindakan antisipasi

cegah dini yang dilakukan melalui kegiatan-kegiatan edukatif dengan tujuan

menghilangkan faktor peluang dan pendorong terkontaminasinya seseorang

menjadi pengguna. Sasaran kegiatan ini adalah untuk memberikan informasi

kepada masyarakat tentang bahaya dan dampak yang ditimbulkan dari

7 Penjelasan Umum Pasal 82 Undang Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

8 Wawancara dengan Aipda Ucok Malay (Penyidik Pembantu) Polsekta Pancur Batu, 3

Oktober 2012 Pukul 14.00 Wib

Page 15: PERANAN POLRI DALAM PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN …

penyalahgunaan narkotika. Dalam penanggulangan penyalahgunaan narkotika,

tugas yang dilakukan oleh Polsekta Pancur Batu yaitu memberikan penerangan

dan penyuluhan kepada masyarakat umum akan bahaya yang ditimbulkan.

2. Preventif (Pencegahan)

Anggota-anggota Kepolisian diterjunkan langsung ke wilayah-wilayah

yang mencurigakan dijadikan tempat penampungan, penyimpanan, dan peredaran

narkotika. Polisi juga mengadakan razia untuk keperluan penyelidikan dan

penyidikan bahkan penangkapan terhadap orang-orang yang diduga

menyalahgunakan narkotika. Razia ini bisanya dilakukan ditempat hiburan malam

dan juga tempat-tempat yang informasinya didapatkan dari masyarakat.

b. Penal

1. Represif (Penindakan)

Represif merupakan upaya terakhir dalam memberantas penyalahgunaan

narkotika yaitu dengan cara melakukan penindakan terhadap orang yang diduga

menggunakan, meyimpan, menjual narkotika. Langkah represif inilah yang

dilakukan Polisi untuk menjauhkan masyarakat dari ancaman faktual yang telah

terjadi dengan memberikan tindakan tegas dan konsisten sehingga dapat membuat

jera para pelaku penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.

Peranan Polri dalam pemberantasan penyalahgunaan narkotika tersebut

dapat dilihat dari upaya represif (penindakan) sebagai berikut :

Nomor Laporan : LP/ 636/ XI/ RESTA/ BATU. TGL 30 Desember

2011

Perkara : Tindak Pidana Narkotika sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 114 Sub 112 sub pasal 127 Undang-

undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

Tempat Kejadian : Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli

Page 16: PERANAN POLRI DALAM PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN …

Serdang

Waktu Kejadian : 30 November 2011

Nama : Budiman Als AHAU

Umur : 31 Tahun

Suku / Bangsa : Tionghua / Indonesia

Agama : Budha

Pekerjaan : Mocok-mocok

Alamat : Jalan Sutomo Ujung Gang B No 24 Kampung

Durian, Kecamatan Medan Timur, Kota Madya

Medan.

Budiman Als Ahau ditangkap oleh Bripka Yusuf Surbakti pada tanggal 30

November 2011 sekitar pukul 16.00 Wib di Bungalow gemilang Desa Bandar

Baru, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang karena tersangka

tertangkap tangan sedang membuang narkotika jenis sabu-sabu yang dikemas

dalam bungkus plastik seberat 0,76 gram.

Berdasarkan hasil pemeriksaan tersangka bahwa tersangka belum pernah

dihukum. Tersangka memperoleh narkotika tersebut dengan membelinya dari

RAN sebanyak 2 (dua) paket kecil pada hari selasa tanggal 29 November 2011

pukul 21.00 Wib di Marelan, Kecamatan Medan Labuhan dengan cara

menjumpainya lalu membelinya dengan harga Rp. 350.000 yang masing-masing

harga perpaketnya Rp. 175.000. Narkotika jenis sabu tersebut nantinya akan dijual

kepada orang lain yang ingin membelinya kepada tersangka dengan harga Rp.

200.000 perpaketnya. Berdasarkan keterangan terdakwa bahwa terdakwa baru

pertama kali itu membeli narkotika jenis sabu-sabu dari RAN. Selain RAN,

sebelumnya terdakwa juga pernah membeli narkotika jenis sabu-sabu dari

DATUK Als ACIK sebanyak 2 (dua) kali yakni pada hari Sabtu tanggal 12

November 2011 di jalan Gatot Subroto dan yang kedua ia beli pada hari Minggu

tanggal 20 November 2011 di Jalan Djamin Ginting Desa Bandar Baru. Narkotika

Page 17: PERANAN POLRI DALAM PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN …

jenis sabu-sabu yang telah terdakwa beli dari DATUK Als ACIK telah habis ia

jual kepada orang lain dan ia pakai sendiri.

2. Kendala Polri Dalam Pemberantasan Penyalahgunaan Narkotika

Ada beberapa kendala yang mempengaruhi tugas dan fungsi Polisi dalam

upaya memberantas penyalahgunaan narkotika, yaitu 9 :

a. Sarana dan Fasilitas Dalam Penegakan Hukum

Perkembangan teknologi yang pesat juga dimanfaatkan oleh sindikat

penyalahgunaan narkotika melalui fasilitas komunikasi seperti hand phone. Para

pengedar dan pembeli narkotika sebelum melakukan transaksinya berkomunikasi

dengan menggunakan handphone untuk menentukan tentang waktu dan tempat

terjadinya transaksi tersebut. Peredaran gelap narkotika yang menggunakan

teknologi yang canggih sayangnya tidak didukung dengan sarana dan prasarana

yang canggih dalam membongkar kegiatan pelaku tersebut. Sarana dan prasarana

tersebut salah satunya adalah detektor atau alat sadap telepon.

b. Masyarakat

Partisipasi dan kontrol masyarakat di beberapa wilayah yang masih sangat

rendah karena rasa tidak peduli terhadap lingkungannya sendiri walaupun jelas

terlihat secara langsung adanya tindakan penyalahgunaan narkotika. Hal tersebut

disebabkan karena adanya anggapan bahwa pihak Kepolisian akan lepas tangan

dan tidak memberikan perlindungan keamanan bagi si pelapor. Selain itu

timbulnya rasa takut apabila saksi dijadikan ancaman sindikat pengedaran

narkotika di kemudian hari.

9 Wawancara dengan Aiptu Dedi Darmawan (Penyidik Pembantu) Polsekta Pancur Batu,

3 Oktober 2012 Pukul 15.00 Wib

Page 18: PERANAN POLRI DALAM PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN …

c. Penegak Hukum

Masih rendahnya mutu beberapa anggota Polisi yang bertugas di Polsekta

Pancur Batu untuk melakukan operasi khusus kepada pelaku penyalahgunaan

narkotika merupakan salah satu kendala dalam pemberantasan penyalahgunaan

narkotika. Operasi yang dimadsud adalah tes urine terhadap orang yang diduga

menggunakan narkotika pada saat diadakannya razia narkotika.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian penulisan skripsi ini, dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Penyalahgunaan narkotika di Indonesia telah terjadi sejak zaman

kolonisasi. Kalau dulu, peredaran narkotika hanya berkisar di wilayah

perkotaan. Sekarang penyebarannya telah merambah kesegala penjuru dari

keluarga melarat hingga konglomerat, dari pedesaan hingga perkotaan,

dari anak muda hingga yang tua. Dalam perkembangannya peraturan

tentang narkotika dapat dibagi menjadi beberapa tahap : a. Berlakunya

Undang-Undang No. 9 Tahun 1976 Tentang Narkotika, latar belakang

diundangkannya undang-undang ini adalah sehubungan dengan

perkembangan sarana perhubungan modern baik darat, laut maupun udara

yang berdampak pada cepatnya penyebaran perdagangan gelap narkotika

di Indonesia; b. Berlakunya Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1997

Tentang Narkotika, latar belakang diundangkannya undang-undang ini

yaitu peningkatan pengendalian dan pengawasan sebagai upaya mencegah

Page 19: PERANAN POLRI DALAM PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN …

dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. Tindak

pidana narkotika pada umumnya tidak dilakukan secara perorangan dan

berdiri sendiri melainkan dilakukan secara bersama-sama bahkan

dilakukan oleh sindikat yang terorganisir secara mantap, rapi dan rahasia;

c. Berlakunya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika,

latar belakang diundangkannya undang-undang ini adalah untuk

melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan Narkotika dan

mencegah serta memberantas peredaran gelap Narkotika.

2. Upaya yang dilakukan polisi Polsekta Pancur Batu dalam rangka

pemberantasan penyalahgunaan narkotika dengan langkah-langkah

kebijakan non penal dan kebijakan penal. Kebijakan non penal dilakukan

melalui upaya-upaya yang bersifat preemtif dan preventif. Adapun bentuk

upaya preemtif adalah melalui penyuluhan, pemasangan poster dan

spanduk. Bentuk upaya preventif yang dilakukan adalah dengan

melakukan razia di tempat yang diduga dijadikan tempat penampungan,

penyimpanan, dan peredaran narkotika. Upaya terakhir yang dilakukan

dalam pemberantasan penyalahgunaan narkotika ini adalah dengan

kebijakan penal yang dilakukan dengan cara represif atau penindakan.

Terhadap orang yang diduga menggunakan, meyimpan, menjual narkotika

dilakukan penangkapan. Dalam melakukan upaya terhadap pemberantasan

penyalahgunaan narkotika polisi Polsekta Pancur Batu mendapatkan

kendala-kendala. Pertama, sarana dan fasilitas, peredaran gelap narkotika

sering memanfaatkan perkembangan perkembangan teknologi dengan

Page 20: PERANAN POLRI DALAM PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN …

menggunakan handphone. Sehingga sangat sulit untuk melacaknya.

Kedua, masyarakat tidak peduli terhadap lingkungannya sendiri walaupun

jelas terlihat secara langsung adanya tindakan penyalahgunaan narkotika.

Ketiga, Masih rendahnya mutu beberapa anggota Polisi yang bertugas di

Polsekta Pancur Batu untuk melakukan operasi khusus. Operasi yang

dimadsud adalah tes urine terhadap orang yang diduga menggunakan

narkotika pada saat diadakannya razia narkotika

B. Saran

1. Kapolri selaku pimpinan tertinggi dalam institusi Polri hendaknya

menyediakan anggaran dalam pelaksaan penanggulangan dan

pemberantasan penyalahgunaan narkotika agar upaya yang dilakukan tidak

terhambat dan dapat berjalan dengan semaksimal mungkin. Di samping

penyediaan anggaran untuk itu perlu adanya suatu pelatihan khusus kepada

penyidik-penyidik Polri untuk mengungkap kejahatan-kejahatan yang

berkaitan dengan narkotika.

2. Penyalahgunaan narkotika merupakan suatu kejahatan yang membawa

dampak yang buruk bagi sipelaku dan masyarakat. Masyarakat haruslah

berperan aktif dalam upaya-upaya yang dilakukan dalam pemberantasan

penyalahgunaan narkotika dan tidak diam disaat ia mengetahui ada

kejahatan yang berkaitan dengan narkotika.

Page 21: PERANAN POLRI DALAM PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN …

DAFTAR PUSTAKA

Agsya,F, Undang-Undang Narkotika dan Undang-Undang Psikotropika,

Asa Mandiri, Jakarta, 2010

Dirdjosisworo, Soedjono, Hukum Narkotika Indonesia, Alumni, Bandung, 1987.

Hamzah. A dan RM. Surachman, Kejahatan Narkotika dan Psikotrokia,

Sinar Grafika, Jakarta, 1994.

Redaksi Badan Penerbit Alda Jakarta. “Menanggulangi Bahaya

Narkotika”, Jakarta, 1985.

Sumarmo, Penanggulangan Bahaya Narkotika dan Ketergantungan Obat,

CV. Haji Masagung, 1987.

Wawancara

Wawancara dengan Aipda Ucok Malay (Penyidik Pembantu) Polsekta Pancur Batu, 3

Oktober 2012 Pukul 14.00 Wib.

Wawancara dengan Aiptu Dedi Darmawan (Penyidik Pembantu) Polsekta Pancur Batu, 3

Oktober 2012 Pukul 15.00 Wib.