kajian polemik kpk v.s. polri “dinamika yang terjadi ... · “dinamika yang terjadi antara...

31
KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK DALAM PENEGAKKAN HUKUM DI INDONESIA” Kajian dilakukan oleh Kementerian Kajian Strategis Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Padjadjaran Kabinet Inspirasi Sebagai Koordinator Isu Korupsi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia bekerjasama dengan Himpunan Mahasiswa Pidana Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran

Upload: others

Post on 13-Nov-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI

“DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN

KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK DALAM PENEGAKKAN HUKUM DI

INDONESIA”

Kajian dilakukan oleh

Kementerian Kajian Strategis Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Padjadjaran Kabinet Inspirasi

Sebagai Koordinator Isu Korupsi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia

bekerjasama dengan

Himpunan Mahasiswa Pidana Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran

Page 2: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................................................1

DINAMIKA KISRUH KPK DAN POLRI: KONFLIK ELIT RUGIKAN RAKYAT (LAGI) ....1

Oleh: Kementerian Kajian Strategis Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Padjadjaran Kabinet Inspirasi .................................................................................................................1

ANALISA HUKUM TERHADAP KEWENANGAN KPK DAN OBJEK PRAPERADILAN DALAM PUTUSAN PRAPERADILAN NOMOR.04/PID.PRAP/2015/PN.JAK SEL ................16

Oleh : Himpunan Mahasiswa Pidana Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran..................................16

Page 3: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

1

DINAMIKA KISRUH KPK DAN POLRI: KONFLIK ELIT RUGIKAN RAKYAT (LAGI)

Oleh:Kementerian Kajian Strategis Badan Eksekutif Mahasiswa

Keluarga Mahasiswa Universitas Padjadjaran Kabinet Inspirasi1

Dinamika yang terjadi antara Cicak versus Buaya Jilid 3 (tiga) (KPK dan

Polri) berawal dari penetapan Komjen Pol Budi Gunawan menjadi tersangka oleh KPK

pada saat menjelang pencalonan Komjen Pol Budi Gunawan menjadi Kapolri pada

tanggal 13 Januari 2015. KPK menetapkan Komjen Pol Budi Gunawan sebagai

tersangka dalam kasus “Rekening Gendut” dan gratifikasi.

Tidak lama kemudian, pada tanggal 23 Januari 2015, Badan Reserse Kriminal

Mabes Polri menangkap Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto dengan tudingan

menjadi orang dibalik pemberian kesaksian palsu dalam sengketa pilkada

Kotawaringin, Kalimantan Tengah pada tahun 2010. Selanjutnya, pada tanggal 24

Januari 2015, pimpinan KPK yakni Adnan Pandu Praja (Wakil Ketua KPK) diadukan

ke Badan Reserse Kriminal Mabes Polri atas dugaan pemalsuan surat notaris dan

penghilangan saham PT Desy Timber.

Kemudian pada tanggal 25 Januari 2015, Presiden Joko Widodo membentuk

Tim Independen untuk menangani kericuhan KPK dan POLRI kemudian memberikan

rekomendasi kepada Presiden untuk menentukan suatu sikap. Tim Independen yang

beranggotakan salah satunya yakni Oegroseno (Mantan Wakapolri), Jimly Assidiqie,

Ahmad Syafii Maarif (Mantan Ketua Umum Muhammadiyah), Hikmaanto Juwana

1 Kajian ini dibuat oleh Kementerian Kajian Strategis Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Padjadjaran yang diketuai oleh Aa Habib Baihaqi sebagai Presiden dan Mochamad Indra Safwatulloh sebagai Menteri Kajian Stategis.

Page 4: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

2

(Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia), dan Erry Riyana

Harjapamekas (mantan Wakil Ketua KPK).

Pada tanggal 26 Januari 2015, kembali lagi pimpinan KPK, Zulkarnaen (Wakil

Ketua KPK) diadukan ke kepolisian terkait dengan penghentian penyidikan kasus

korupsi dana hibah Program Penanganan Sosial Ekonomi Masyarakat (P2SEM) Jawa

Timur pada 2008 yang diduga melibatkan Gubernur Jawa Timur. Hal serupa juga

menimpai Ketua KPK, Abraham Samad yang dianggap telah melanggar kode etik KPK

karena melakukan pertemuan dengan fungsionaris PDIP terkait pencalonan cawapres

dari Joko Widodo saat jelang pemilihan presiden 2014. Namun patut disayangkan hal

ini seperti terdapat nuansa politis didalamnya. Disisi lain masyarakat menuntut

ketegasan Presiden Joko Widodo dalam menyelesaikan kisruh antara KPK dan Polri

untuk dapat diselesaikan secepatnya.

Pada tanggal 16 Februari 2015, pengajuan pra peradilan Komjen Pol Budi

Gunawan diterima sebagian oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan pada saat hari

yang sama Abraham Samad juga ditetapkan tersangka oleh Pengadilan Negeri

Makassar.

KPK dan POLRI: Penegakkan Hukum di Indonesia

Konsep Negara Hukum atau Rechtsstaat dirumuskan dengan tegas dalam

Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan, “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”. Dalam

konsep Negara Hukum maka yang diharapkan menjadi panglima dalam dinamika

kehidupan kenegaraan adalah hukum, bukan politik ataupun ekonomi. Prof. Jimly

Asshidiqie mengatakan bahwa prinsip Negara Hukum adalah the rule of law, not of

Page 5: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

3

man.2 Berarti, memandang bahwa tindakan pemerintahan pada pokoknya adalah hukum

sebagai sistem, bukan orang perorang yang hanya bertindak sebagai ‘wayang’ dari

skenario sistem yang mengaturnya.

Menurut Julius Stahl, konsep Negara Hukum yang disebutnya dengan istilah

rechtstaat itu mencakup empat elemen penting, yaitu:3

1. Perlindungan hak asasi manusia;2. Pembagian kekuasaan;3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang;4. Peradilan Tata Usaha Negara.

Sedangkan A.V. Dicey menguraikan adanya tiga ciri penting dalam setiap

Negara Hukum yang disebutnya dengan istilah The Rule of Law, yaitu:4

1. Supremacy of Law;2. Equality before the law;3. Due Process of Law.

Keempat prinsip rechtstaat yang dikembangkan oleh Julius Stahl tersebut di

atas pada pokoknya dapat digabungkan dengan ketiga prinsip Rule of Law yang

dikembangkan oleh A.V. Dicey untuk menandai ciri-ciri Negara Hukum modern di

zaman sekarang.Prinsip-prinsip yang dianggap ciri penting Negara Hukummenurut The

International Commission of Jurist itu adalah:5

1. Negara harus tunduk pada hukum;2. Pemerintah menghormati hak-hak individu;3. Peradilan yang bebas dan tidak memihak.

Keempat prinsip rechtstaat yang dikembangkan oleh Julius Stahl tersebut di

atas pada pokoknya dapat digabungkan dengan ketiga prinsip Rule of Law yang

dikembangkan oleh A.V. Dicey untuk menandai ciri-ciri Negara Hukum modern di

2 Jimly Asshidiqe, Artikel “Gagasan Negara Hukum” dilihat dari http://jimly.com/makalah/namafile/57/Konsep_Negara_Hukum_Indonesia.pdf.3Ibid.4Ibid.5Ibid.

Page 6: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

4

zaman sekarang. Prinsip-prinsip yang dianggap ciri penting Negara Hukum menurut

The International Commission of Jurist itu adalah:6

1. Negara harus tunduk pada hukum;2. Pemerintah menghormati hak-hak individu;3. Peradilan yang bebas dan tidak memihak.

Menurut Schletema dalam Arief Sidharta merumuskan pandangannya tentang

unsur-unsur dan asas-asas Negara Hukum itu secara baru, yaitu meliputi 5 (lima) hal

sebagai berikut:7

1. Pengakuan, penghormatan, dan perlindungan Hak Asasi Manusia yang berakar dalam penghormatan atas martabat manusia (human dignity).

2. Berlakunya asas kepastian hukum. Tujuan negara hukum adalah untukmenjamin kepastian hukum dalam masyarakat. Hukum bertujuan untuk mewujudkan kepastian hukum dan prediktabilitas yang tinggi, sehingga dinamika kehidupan bersama dalam masyarakat bersifat ‘predictable’. Asas-asas yang terkandung dalam atau terkait dengan asas kepastian hukum itu adalah:

a. Asas legalitas, konstitusionalitas, dan supremasi hukum;b. Asas undang-undang menetapkan berbagai perangkat peraturan tentang

cara pemerintah dan para pejabatnya melakukan tindakan pemerintahan;c. Asas non-retroaktif perundang-undangan, sebelum mengikat undang-

undang harus lebih dulu diundangkan dan diumumkan secara layak;d. Asas peradilan bebas, independen, imparial, dan objektif, rasional, adil

dan manusiawi;e. Asas non-liquet, hakim tidak boleh menolak perkara karena alasan

undang-undangnya tidak ada atau tidak jelas;f. Hak asasi manusia harus dirumuskan dan dijamin perlindungannya

dalam undang-undang atau UUD;3. Berlakunya Persamaan (Similia Similius atau Equality before the Law) 4. Asas demokrasi dimana setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang

sama untuk turut serta dalam pemerintahan atau untuk mempengaruhi tindakan-tindakan pemerintahan

5. Pemerintah dan Pejabat mengemban amanat sebagai pelayan masyarakat dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan bernegara yang bersangkutan.

Jika kita kaitkan dengan peristiwa yang terjadi antara KPK dan Polri. Kita harus

memisahkan antara penegakkan hukum (berkaitan dengan penetapan Komjen Pol

Budi Gunawan (Calon Kapolri), Abraham Samad (Ketua KPK), dan Bambang

6Ibid.7 B. Arief Sidharta, “Kajian Kefilsafatan tentang Negara Hukum”, dalam Jentera (Jurnal Hukum), “Rule of Law”, PusatStudi Hukum dan Kebijakan (PSHK), Jakarta, edisi 3 Tahun II, November 2004, hlm.124-125.

Page 7: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

5

Widjojanto (Wakil Ketua KPK) sebagai tersangka) serta laporan atas pelanggaran

hukum yang dilakukan oleh Zulkanaen (Wakil Ketua KPK), dan Adnan Pandu Praja

(Wakil Ketua KPK) dan proses politik (berkaitan dengan pengisian jabatan Kapolri).

Jangan sampai politik itu sendiri mencampuri penegakkan hukum sehingga proses

hukum yang dilakukan tidak akan berjalan dengan murni.

Hal ini juga berkaitan dengan Teori Hukum Murni yang dikemukakan oleh

Hans Kelsen dalam bukunya yang terkenal adalah Reine Rechslehre (ajaran hukum

murni). Teori hukum murni lazim dikaitkan dengan Mazhab Wina. Mazhab Wina

mengetengahkan dalam teori hukum pencarian pengetahuan yang murni, dalam arti

yang paling tidak mengenal kompromi, yaitu pengetahuan yang bebas dari naluri,

kekerasan, keinginan-keinginan dan sebagainya. Lebih lanjut Hans Kelsen

mengatakan bahwa “Hukum harus dibersihkan dari anasir-anasir non yuridis seperti

unsur sosiologis, politis, historis, bahkan nilai-nilai etis”.8 Teori hukum murni juga

tidak boleh dicemari oleh ilmu-ilmu politik, sosiologi, sejarah dan pembicaraan

tentang etika.

Teorinya yang “murni” (the pure theory of law) bebas dari elemen-elemen asing

pada kedua jenis teori tradisional, teori tersebut tidak tergantung pada pertimbangan-

pertimbangan moralitas dan fakta-fakta aktual. Jangan sampai filosofi hukum yang

ada dikontaminasi oleh ideologi politik dan moralitas serta mengalami reduksi karena

ilmu pengetahuan. Sedangkan hukum itu sendiri harus murni dari elemen-elemen

asing yang tidak yuridis. Inilah prinsip metodologis dasarnya dari konsep Hans kelsen

tentang konsep hukum murninya.

8 Prof. Darji Darmodiharjo, S.H. dan DR. Shidarta, S.H., M.Hum., Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008, hal 115.

Page 8: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

6

Kita harus menghargai setiap tindakan dalam penegakkan hukum yang ada di

Indonesia baik itu KPK maupun Polri karena mereka merupakan institusi penegak

hukum sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh undang-undang. Tindakan

Presiden Joko Widodo tidak boleh ikut campur dalam penegakkan hukum.

Adapun perihal jika pimpinan KPK ditetapkan sebagai tersangka, maka

tindakan pilihan yang dilakukan bagi Presiden Joko Widodo yakni:

1. Menonaktifkan sementara ketika dalam proses penyidikan hingga di pengadilan.

2. Menentukan PLT sementara untuk menjalankan kewenangan KPK hingga batas

waktu pemilihan pimpinan KPK yang baru jika memang pimpinan KPK

ditetapkan sebagai tersangka.

3. Mengeluarkan Perpu mengenai pergantian Pimpinan KPK jika dalam keadaan

memaksa dan genting.

4. Melaksanakan pemilihan pimpinan KPK secepatnya agar tidak menghambat

penegakkan pemberantasan korupsi.

Ketegasan Presiden Joko Widodo

Sebenarnya, pada tanggal 25 Januari 2015, Presiden Joko Widodo membentuk

Tim Independen untuk menangani kericuhan KPK dan POLRI yang beranggotakan

salah satunya yaitu Oegroseno (Mantan Wakapolri), Jimly Asshidiqie, Ahmad Syafii

Maarif (Mantan Ketua Umum Muhammadiyah), Hikmaanto Juwana (Guru Besar

Hukum Internasional Universitas Indonesia), dan Erry Riyana Harjapamekas (mantan

Wakil Ketua KPK). Namun hasil dari Tim Independen untuk menangani kericuhan

KPK dan Polri belum juga selesai.

Ketua Tim Independen bentukan Presiden Joko Widodo untuk penyelesaian

permasalahan antara KPK dan Polri, Syafil Maarif mengaku menunggu pernyataan

Page 9: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

7

dari Joko Widodo yang belum menyatakan sikap kisruh KPK dan Polri. Syafril

menuntut Presiden Joko Widodo untuk segera menyelesaikan kisruh antara KPK dan

Polri. Namun hingga saat ini, belum ada sikap dari Presiden Joko Widodo untuk

menyelesaikan KPK dan Polri secepatnya.

Masyarakat telah bosan dengan polemik yang terjadi antara KPK dan Polri.

Masyarakat menuntut adanya tindakan yang cepat agar tidak terlambat dalam

menyelamatkan penegakan pemberantasan korupsi di Indonesia. Jika terlambat maka

agenda pemberantasan korupsi juga akan terhambat. Presiden Joko Widodo dalam

janji kampanyenya telah berjanji akan menciptakan pemerintahan yang bersih dan

professional. Maka, seharusnya Presiden Joko Widodo menepati janjinya dalam

menciptakan pemerintahan yang bersih dan professional, khususnya berkaitan dengan

pengisian jabatan lembaga pemerintahan dan penegakkan hukum yang sesuai dengan

kewenangannnya serta professional dalam penyelesaian permasalahan antara KPK

dan Polri. Berdasarkan Pasal 11 UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia yang berbunyi:

Pasal 11

(1) Kapolri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

(2) Usul pengangkatan dan pemberhentian Kapolri diajukan oleh Presiden kepada Dewan Perwakilan Rakyat disertai dengan alasannya.

(3) Persetujuan atau penolakan Dewan Perwakilan Rakyat terhadap usul Presiden sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus diberikan dalam jangka waktu paling lambat 20 (dua puluh) hari terhitung sejak tanggal surat Presiden diterima oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

(4) Dalam hal Dewan Perwakilan Rakyat tidak memberikan jawaban dalam waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), calon yang diajukan oleh Presiden dianggap disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

(5) Dalam keadaan mendesak, Presiden dapat memberhentikan sementara Kapolri dan mengangkat pelaksana tugas Kapolri dan selanjutnya dimintakan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

(6) Calon Kapolri adalah Perwira Tinggi Kepolisian Negara Republik Indonesia yang masih aktif dengan memperhatikan jenjang kepangkatan dan karier.

Page 10: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

8

(7) Tata cara pengusulan atas pengangkatan dan pemberhentian Kapolri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), dan (6) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.

(8) Ketentuan mengenai pengangkatan dan pemberhentian dalam jabatan selain yang dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kapolri.

Berdasarkan aturan diatas maka Presiden diberikan kewenangan untuk

mengangkat dan memberhentikan Kapolri dengan persetujuan Dewan Perwakilan

Rakyat. Adapun dalam keadaan mendesak, Presiden dapat memberhentikan sementara

Kapolri dan mengangkat pelaksana tugas Kapolri dan selanjutnya dimintakan

persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. Pada saat Presiden menunjuk pelaksana tugas

Kapolri yakni Badrudin Haiti, menurut Pasal 11 ayat (5) UU No. 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia maka tindakan Presiden Joko Widodo tidak

benar karena tidak adanya keadaan yang mendesak untuk mengangkat pelaksana tugas

dan pada saat itu tidak ada Kapolri yang sedang menjabat.

Pasca dari putusan Pra Peradilan

Pasca putusan pengabulan sebagian dari Pra Peradilan yang diajukan oleh

Komjen Pol Budi Gunawan kepada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menuai

kontroversi. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, pada tanggal 16 Februari 2015,

tepat pada pukul 10.25 WIB, Hakim Sarpin memutuskan, “Menyatakan penyidikan

penetapan tersangka adalah tidak sah dan tidak berdasarkan hukum serta tidak

mempunyai kekuataan hukum mengikat”.9 Berikut ini merupakan rekam jejak dari

perjalanan Komjen Pol Budi Gunawan:10

9 http://news.detik.com/read/2015/02/16/124506/2834194/10/akhir-perjalanan-praperadilan-komjen-budi-gunawan.10 Ibid.

Page 11: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

9

Sumber : http://news.detik.com/read/2015/02/16/124506/2834194/10/akhir-perjalanan-praperadilan-komjen-budi-gunawan.

Putusan pra peradilan tidak menjadi justifikasi bahwa Komjen Pol Budi Gunawan

bersih dari tuduhan korupsi dan dapat dilantik oleh Presiden menjadi Kapolri. Presiden Joko

Widodo untuk mengangkat Kapolri seharusnya tidak menunggu putusan pra peradilan

Komjen Pol Budi Gunawan karena sebenarnya proses politik tidak berpengaruh dan proses

hukum. Pada hakikatnya, putusan pra peradilan berkaitan dengan Komjen Pol Budi Gunawan

sebenarnya tidak berpengaruh apa-apa terhadap pelantikan atau tidaknya Komjen Pol Budi

Gunawan menjadi Kapolri. Tujuan dari hukum disini bukanlah menjadi alat untuk legitimasi

Page 12: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

10

bahwa Komjen Pol Budi Gunawan pantas menjadi Kapolri. Akan tetapi, perihal pantas atau

tidaknya Komjen Pol Budi Gunawan menjadi Kapolri adalah terkait dengan mekanisme

pengisian jabatan Kapolri, yakni dari tahap memenuhi persyaratan menjadi Kapolri,

kemudian seleksi yang dilakukan oleh panitia seleksi, hingga kepada diajukan oleh Presiden

kepada DPR untuk dilakukannya uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test). Disinilah

peran masing-masing dari proses politik dan proses hukum berjalan berdampingan agar

penegakkan hukum tidak dipengaruhi oleh politik yang menyebabkan politisasi hukum

sehingga penegakkan hukum harus ditegakkan secara murni.

Presiden Joko Widodo dapat melantik Komjen Pol Budi Gunawan disisi lain juga

proses penyidikan tetap berjalan. Komjen Pol Budi Gunawan dapat diperiksa oleh KPK

ketika dilantik kemudian diberhentikan sementara yang disertai alasan dalam keadaan

mendesak jikalau memang perlu diberhentikan untuk dilakukan penyidikan oleh KPK.11

Keadaan mendesak yang dimaksud berdasarkan pada Penjelasan Pasal 11 ayat (5) UU

Kepolisian Negara Republik Indonesia, berbunyi “Yang dimaksud dengan "dalam keadaan

mendesak" ialah suatu keadaan yang secara yuridis mengharuskan Presiden menghentikan

sementara Kapolri karena melanggar sumpah jabatan dan membahayakan keselamatan

negara”. Melanggar sumpah jabatan disini berdasarkan, yakni:12

Pasal 23

Lafal sumpah atau janji sebagaimana diatur dalam Pasal 22 adalah sebagai berikut :"Demi Allah, saya bersumpah/berjanji : bahwa saya, untuk diangkat menjadi anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, akan setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Tri Brata, Catur Prasatya, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah yang sah;

bahwa saya, akan menaati segala peraturan perundang-undangan yang berlakudan melaksanakan kedinasan di Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dipercayakan kepada saya dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;

11 Pasal 11 ayat (5) UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.12 Pasal 23 UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Page 13: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

11

bahwa saya, akan senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, serta akan senantiasa mengutamakan kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara daripada kepentingan saya sendiri, seseorang atau golongan;

bahwa saya, akan memegang rahasia sesuatu yang menurut sifatnya atau menurut perintah harus saya rahasiakan; bahwa saya, akan bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tidak akan menerima pemberian berupa hadiah dan/atau janji-janji baik langsung maupun tidak langsung yang ada kaitannya dengan pekerjaan saya".

Jika memang terbukti melanggar sumpah jabatan yang salah satunya menaati

peraturan perundang-undangan yang berlaku, menjunjung tinggi kehormatan negara,

Pemerintah, dan martabat anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia serta

mengutamakan kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara daripada kepentingan diri

sendiri, seseorang atau golongan. maka Presiden dapat memberhentikan Kapolri karena

Kapolri diduga melanggar hukum terkait dengan dugaan tindak pidana korupsi. Sesuai

dengan Pasal 11 ayat (5) UU Kepolisian Negara Republik Indonesia, maka Presiden dapat

menunjuk pelaksana tugas Kapolri untuk melakukan penyelenggaraan tugas kepolisian.

Selain itu, Presiden juga dapat mengambil langkah preventif dan permasalahan tidak

berlarut-larut maka Presiden dapat tidak melantik Komjen Pol Budi Gunawan kemudian

Presiden dapat mengajukan calon Kapolri yang baru berdasarkan hasil panitia seleksi

sehingga permasalahan diantara KPK dan Polri serta masyarakat dapat terselesaikan.

Pasca putusan pra peradilan dari Pengadilan Negeri Jakarta Selatan terkait dengan

penyidikan penetapan Komjen Pol Budi Gunawan adalah tidak sah dan tidak berdasarkan

hukum serta tidak mempunyai kekuataan hukum mengikat. Jika memang benar KPK

mempunyai bukti yang kuat untuk membuktikan bahwa Komjen Pol Budi Gunawan bersalah

maka KPK dapat mengajukan upaya hukum luar biasa ke Mahkamah Agung terkait dengan

keputusan pra peradilan Komjen Pol Budi Gunawan yang dikeluarkan Pengadilan Negeri

Jakarta Selatan.

Page 14: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

12

Masyarakat Menjadi Korban

Konflik Polri dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang kemarn memanas

tersebut menimbulkan konflik horizontal di masyarakat. Perseteruan tersebut diduga kuat

digalang sejumlah oknum petinggi di Mabes Polri dan KPK dengan memanfaatkan lembaga

hukum milik Negara. Kegaduhan tersebut disinyalir adanya peran elit politik yang menambah

polemik diantara KPK dan Polri. Urutan kronologis sejak Budi Gunawan di tetapkan menjadi

Kapolri yang kemudian disusul penetapan tersangka oleh KPK, dan berlanjut dengan

penetapan tersangka Komisioner KPK Bambang Widjojanto, dirasa agak janggal dan

mengganggu rasionalitas.13

Polemik antara KPK dan Polri yang bisa dikatakan jilid 3 (tiga) menimbulkan

keresahan di masyarakat. Keresahan itu menimbulkan reaksi masyarakat salah satunya

muncul 2 (dua) golongan yakni golongan pendukung KPK dan golongan pendukung Polri.

Hal ini menimbulkan konflik horizontal yang memanas antara kedua pendukung tersebut.

Disisi lain penegakkan pemberantasan korupsi harus ditegakkan dan disisi lain penegakkan

hukum juga harus ditegakkan. Jika dibiarkan akan menjadi rakyat tidak akan percaya kepada

Pemerintah karena Pemerintah tidak menyelesaikan permasalahan ini dan tidak berlarut-larut.

Keputusan Presiden Joko Widodo perihal penggantian calon Kapolri

Keputusan Presiden Joko Widodo perihal penunjukkan Badrodin Haiti gantikan

Budi Gunawan sebagai calon Kapolri merupakan sikap yang patut diapresiasi dari Joko

Widodo. Menurut Presiden Joko Widodo yang menyatakan bahwa “pencalonan Komisaris

Jenderal Polisi Budi Gunawan SH MSi sebagai kapolri telah menimbulkan pebedaan

pendapat di masyarakat, maka untuk menciptakan ketenangan serta memperhatikan

kebutuhan Kepolisian negara Republik Indonesia, untuk segera dipimpin oleh seorang kapolri

13 http://news.okezone.com/read/2015/01/27/337/1097556/kegaduhan-konflik-kpk-polri-diduga-didalangi-segelintir-oknum.

Page 15: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

13

yang definitif maka hari ini kami mengusulkan calon baru yaitu Komisaris Jenderal Polisi

Drs. Badrodin Haiti untuk mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat sebagai

Kapolri”.14 Selain masalah calon kapolri, Jokowi juga memutuskan untuk menerbitkan

keppres pemberhentian sementara pimpinan KPK (Abraham Samad dan Bambang

Wijoyanto) yang menghadapi masalah hukum maka sesuai dengan UU yang berlaku maka

akan mengeluarkan keppres untuk memberhentikan sementara dua pimpinan KPK”.15 Hal ini

sesuai dengan Pasal 32 ayat (2) UU No 32 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan

Korupsi yang berbunyi, “Dalam hal Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi menjadi

tersangka tindak pidana kejahatan, diberhentikan sementara dari jabatannya”.

Perihal pengisian kekosongan kursi pimpinan KPK, Jokowi mengatakan akan

mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti UU (Perppu) untuk mengangkat tiga anggota

sementara pimpinan KPK yaitu mantan Ketua KPK Taufikurahman Ruki, Pakar hukum Prof

dr. Indriyanto Senoadji, dan Johan Budi yang saat ini menjabat Deputi Penindakan KPK.16

Keputusan Presiden Joko Widodo untuk mengakhiri konflik antara dua lembaga

mengintsruksikan kepada kepolisian dan meminta kepada KPK untuk mentaati rambu-rambu

aturan hukum dan kode etik yang berlaku. Keputusan Jokowi senada dengan rekomendasi

Tim 9 yang telah disampaikan kepada Presiden Joko Widodo pada Selasa, 17 Februari 2015,

yakni:17

1. Tim Konsultatif Independen tetap pada rekomendasi awal agar presiden tidak melantik Komjen Pol Budi Gunawan sebagai Kapolri meski beliau telah dihapuskan status tersangka dalam Putusan Pra Peradilan mengingat putusan Pra Peradilan tidak terkait dengan substansi sangkaan. Tim mengharapkan presiden berupaya agar Budi bersedia mundur dalam pencalonan Kapolri demi kepentingan bangsa dan negara.

2. Presiden segera memulai proses pemilihan calon Kapolri agar institusi Polri terjaga soliditas dan independensinya serta Kapolri terpilih dapat memastikan sinergi dengan lembaga penegak hukum lain.

3. Presiden segera turun tangan melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan keberadaan KPK yang sejumlah pimpinannya ditetapkan tersangka dan sejumlah

14 http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2015/02/150218_jokowi_ganti_kapolri.15 Ibid.16 Ibid.17 http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2015/02/150218_rekomendasi_tim9_bg.

Page 16: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

14

penyidik serta pegawainya ditersangkakan atau terancam ditersangkakan. Tim merasa perlu memberikan masukan kepada Presiden atas adanya kekhawatiran tumbuhnya persepsi negatif publik terhadap Polri dengan penetapan tersangka kepada pimpinan, penyidik dan pegawai KPK yang didasarkan kasus-kasus lama dan terkesan tidak substansial. Tim merasa khawatir dengan merosotnya kewibawaan presiden dengan adanya proses kriminalisasi yang terus berlangsung padahal Presiden sudah memerintahkan untuk menghentikannya pada 25 Januari 2015.

4. Presiden perlu memastikan KPK menjalankan fungsi dan tugasnya secara efektif sebagaimana diatur dalam UU KPK sehingga tidak terjadi pelemahan KPK sebagaimana ditegaskan dalam Nawa Cita.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Presiden sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan maka disini harus dapat

menentukan sikap dengan cepat dan tepat dengan pertimbangan yang matang dalam

menyelesaikan segala macam permasalahan. Keputusan Jokowi jangan diambil tergesa-gesa

tanpa pertimbangan yang matang karena akan merugikan rakyat dan rakyat akan menjadi

korban dari kasus yang terjadi. Kita harus mengingat bahwa sebenarnya tujuan dibentuknya

negara sesuai dengan pembukaan UUD 1945 adalah salah satunya untuk menyejahterakan

rakyat. Perihal dinamika antara KPK dan Polri, Presiden jangan membiarkan kembali konflik

antara KPK dan Polri. Sebelum itu, terjadi sebaiknya Presiden melakukan tindakan-tindakan

preventif untuk mencegah timbulnya kasus KPK dan Polri muncul hingga ke permukaan

kembali.

Page 17: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

15

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Undang-Undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.

B. Arief Sidharta, “Kajian Kefilsafatan tentang Negara Hukum”, dalam Jentera (Jurnal Hukum), “Rule of Law”, PusatStudi Hukum dan Kebijakan (PSHK), Jakarta, edisi 3 Tahun II, November 2004.

Prof. Darji Darmodiharjo, S.H. dan DR. Shidarta, S.H., M.Hum., Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Jimly Asshidiqe, Artikel “Gagasan Negara Hukum” dilihat dari http://jimly.com/makalah/namafile/57/Konsep_Negara_Hukum_Indonesia.pdf.

Jimly Asshiddiqie, Artikel “Peradilan Etika” dilihat dari http://www.jimly.com/makalah/namafile/158/Peradilan_Etika_03.pdf.

http://theglobejournal.com/politik/jokowi-pastikan-minggu-depan-kisruh-polri-kpk-selesai/index.php

http://www.dw.de/kronologi-cicak-versus-buaya-jilid-tiga/a-18211420

http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2015/02/150218_rekomendasi_tim9_bg.

http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2015/02/150218_jokowi_ganti_kapolri.

Diskusi dengan Bilal Dewansyah, SH, MH sebagai Dosen Hukum Tata Negara Fakultas

Hukum Universitas Padjadjaran berkenaan pandangan mengenai “Dinamika antara

KPK dan POLRI”.

Page 18: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

16

ANALISA HUKUM TERHADAP KEWENANGAN KPK DAN OBJEK PRAPERADILAN

DALAM PUTUSAN PRAPERADILAN NOMOR.04/PID.PRAP/2015/PN.JAK SEL

Oleh :Himpunan Mahasiswa Pidana Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran18

I. KASUS POSISI

1. Pada tanggal 13 Januari 2015, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah

menetapkan status Komjen Pol Budi Gunawan menjadi tersangka.19

2. Komjen Pol Budi Gunawan diduga melakukan tindak pidana korupsi, yakni

diduga menerima hadiah atau janji pada saat menjabat sebagai Kepala Biro

Pembinaan Karir Deputi SDM Mabes Polri periode tahun 2003-2006 dan jabatan

lainnya di Kepolisian RI.

3. Komjen Pol Budi Gunawan diduga telah melanggar Pasal 5 ayat 2, Pasal 11, dan

Pasal 12 huruf a atau huruf b Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi juncto pasal 55 ayat 1 kesatu KUHPidana.

4. Pada tanggal 19 Januari 2015, Komjen Pol Budi Gunawan melalui kuasa

hukumnya mengajukan permohonan praperadilan ke Pengadilan Negeri Jakarta

Selatan karena penetapan dirinya sebagai tersangka oleh KPK.

5. Pada tanggal 02 Februari 2015, Sidang perdana perkara praperadilan Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan atas nama pemohon Komjen Pol Budi Gunawan dimulai

dan dipimpin oleh hakim tunggal Sarpin Rizaldi. Perkara tersebut terdaftar

18 Kajian ini dibuat oleh Solihin Niar Ramadhan, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran,

angkatan 2011, aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan salah satunya Himpunan Mahasiswa Pidana (HIMAPI) FH UNPAD sebagai Ketua Himpunan Mahasiswa Pidana (HIMAPI) FH UNPAD.

19 “Kronologi Kasus Budi Gunawan dan Ketegangan KPK-POLRI”, dalam <http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2015/02/150216_kronologi_bg_kpk>, [17/02/2015].

Page 19: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

17

dengan Nomor.04/Pid.Prap/2015/PN.Jak Sel., namun sidang tersebut ditunda

selama sepekan setelah kuasa hukum KPK tidak hadir pada persidangan.

6. Dalam sidang kedua, tanggal 09 Februari 2015, kedua pihak hadir. Pihak Budi

Gunawan diminta terlebih dulu menyampaikan dalil permohonan. Pada intinya,

kuasa hukum Budi menilai penetapan tersangka kliennya tidak sah. Sedangkan,

KPK menilai praperadilan yang diajukan Budi Gunawan bersifat prematur karena

dalam Pasal 77 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang mengatur

mengenai praperadilan, tak ada aturan mengenai penetapan tersangka.

7. Pada persidangan tanggal 10 Februari 2015, tim kuasa hukum Budi Gunawan

menghadirkan empat saksi fakta terdiri dari tiga pejabat Polri, yakni dua mantan

penyidik KPK AKBP Irsan dan AKBP Hendi Kurniawan, Direktur Tindak Pidana

Ekonomi Bareskrim Budi Wibowo, dan Plt Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.

Selain itu, pihak Budi juga menyerahkan 73 alat bukti berupa surat, print out

berita dari media online, hingga video.

8. Pada persidangan tanggal 11 Februari 2015, sidang praperadilan kembali

dilanjutkan dengan menghadirkan saksi ahli dari pihak Budi Gunawan. Saksi

yang hadir yakni Guru Besar Hukum Unpad Romli Atmasasmita, Guru Besar

Hukum Unpad I Gede Pantja Astawa, Guru Besar Hukum Universitas

Muhammadiyah Jakarta Chairul Huda dan Guru Besar Hukum Universitas

Khairun Margarito Kamis.

9. Pada persidangan tanggal 12 Februari 2015, KPK hanya menghadirkan satu saksi

fakta di persidangan, yakni penyelidik KPK, Iguh Sipurba. Menurutnya, KPK

cukup mempunyai dua alat bukti sebagaimana diatur dalam Pasal 44 Undang-

Undang KPK. KPK sudah mempunyai dua alat bukti yang cukup seperti

Page 20: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

18

dokumen, keterangan saksi, hingga Laporan Hasil Analisa dari Pusat Pelaporan

Analisis dan Transaksi Keuangan (PPATK).

10. Pada persidangan tanggal 13 Februari 2015, KPK langsung menghadirkan tujuh

saksi, terdiri dari empat saksi ahli dan tiga saksi fakta. Empat saksi ahli yakni

pakar hukum tata negara Zainal Arifin Mochtar, pakar filsafat hukum Arief

Sidharta, Dosen Hukum Acara Pidana Universitas Indonesia Junaedi, dan

pensiunan Jaksa Adnan Pasliadja. Adapun saksi fakta yang dihadirkan yakni

mantan Kepala Satgas Koordinasi dan Supervisi KPK Anhar Darwis, pegawai

administrasi divisi penyidikan KPK Dimas Adiputra, dan pegawai administrasi

divisi penyelidikan KPK Wahyu Dwi Raharjo.

11. 2 Pegawai bidang administrasi Komisi Pemberantasan Korupsi, Wahyu Budi

Raharjo sebagai pegawai administrasi di Divisi Penyelidikan, dan Dimas

Adiputra sebagai pegawai administrasi di Divisi Penyidikan menjadi saksi fakta

membenarkan adanya surat perintah penyelidikan (sprinlidik) yang terbit pada

tanggal 2 Juni 2014 dan surat perintah penyidikan (sprindik) yang keluar pada

tanggal 12 Januari 2015 atas kasus yang menjerat Komjen Pol Budi Gunawan.20

12. Kemudian pada hari Senin, persidangan tanggal 16 Februari 2015, tepat pukul

10.25 WIB Hakim Sarpin Rizaldi mengabulkan permohonan praperadilan yang

diajukan oleh kuasa hukum Komjen Pol Budi Gunawan atas status tersangka

yang ditetapkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.

13. Berikut ini isi putusan praperadilan Komjen Pol Budi Gunawan:

a. Mengabulkan permohonan pemohon praperadilan sebagian;

20 Nafiysul Qodar, “Saksi Membenarkan Ada Sprinlidik dan Sprindik Kasus Budi Gunawan”, dalam

<http://news.liputan6.com/read/2175743/saksi-benarkan-ada-sprinlidik-dan-sprindik-kasus-budi-gunawan>, [17/02/2015].

Page 21: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

19

b. Memerintahkan sprindik yang menetapkan pemohon sebagai tersangka oleh

termohon adalah tidak sah dan tidak berdasarkan hukum;

c. Menyatakan penyidikan yang dilakukan oleh termohon terkait peristiwa

pidana sebagaimana dimaksud dalam penetapan tersangka terhadap diri

pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a atau b, Pasal 5 ayat 2,

Pasal 11 atau 12 b Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun

1999 juncto Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP adalah tidak sah dan tidak berdasar

atas hukum dan oleh karenanya penyidikan a quo tidak mempunyai kekuatan

hukum mengikat;

d. Menyatakan penetapan tersangka atas diri pemohon yang dilakukan oleh

termohon adalah tidak sah;

e. Menyatakan tidak sah segala keputusan atau penetapan yang dikeluarkan lebih

lanjut oleh termohon yang berkaitan dengan penetapan tersangka terhadap diri

pemohon oleh termohon;

f. Membebankan biaya perkara kepada negara sebesar nihil;

g. Menolak permohonan pemohon praperadilan selain dan selebihnya.

II. MASALAH HUKUM DAN TINJAUAN TEORITIK

A. Masalah Hukum

1. Apakah KPK memiliki kewenangan dalam Melakukan Penyelidikan,

Penyidikan, dan Penuntutan Tindak Pidana Korupsi Terhadap Komjen Pol

Budi Gunawan?

Page 22: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

20

2. Apakah penetapan tersangka dapat dijadikan sebagai objek pemeriksaan dalam

permohonan praperadilan dihubungkan dengan Pasal 77 KUHAP ?

B. Tinjauan Teoritik

Lembaga praperadilan memiliki fungsi untuk menjaga ketertiban pemeriksaan

pendahuluan dan untuk melindungi tersangka dan terdakwa terhadap tindakan-tindakan

penyidik (kepolisian) dan/atau penuntut umum (kejaksaan) yang melanggar hukum dan

merugikan tersangka.21 Diadakannya suatu lembaga yang dinamakan praperadilan,

diatur dalam Pasal 1 angka 10 Undang-Undang No.8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana (selanjutnya disebut KUHAP), kemudian dijelaskan lebih lanjut dalam

Pasal 77 sampai dengan Pasal 83 KUHAP.

Praperadilan itu tidak merupakan badan tersendiri, tetapi merupakan suatu

wewenang saja dari Pengadilan. Berdasarkan Pasal 1 angka 10 Undang-Undang No.8

Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, Praperadilan adalah wewenang pengadilan

negeri untuk memeriksa dan memutus menurut cara yang diatur dalam undang-undang

ini:

a. Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan

tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka;

b. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas

permintaan demi tegaknya hukum dan pengadilan;

c. Permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya

atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke

pengadilan.

21 Selain itu, fungsi lembaga praperadilan adalah sebagai alat kontrol atau pengawasan secara

horizontal dari penyidik. S. Tanusubroto, Peranan Pra-Peradilan dalam Hukum Acara Pidana, Bandung, Alumni, 1983, hlm.73.

Page 23: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

21

Berdasarkan Pasal 1 angka 10 dan Pasal 77 KUHAP, dapat disimpulkan bahwa

terdapat 6 objek praperadilan, yaitu :

a. Sah atau tidaknya suatu penangkapan;22

b. Sah atau tidaknya suatu penahanan;23

c. Sah atau tidaknya suatu penghentian penyidikan; 24

d. Sah atau tidaknya suatu penghentian penuntutan;25

e. Permintaan ganti kerugian;26 dan

f. Permintaan rehabilitasi.27

Dalam sidang praperadilan ini, terdapat dua belah pihak. Pihak pertama disebut

sebagai “Pemohon” dan pihak kedua disebut sebagai “Termohon”. Pemohon diberi

beban pembuktian lebih dahulu untuk membuktikan adanya peristiwa28 tersebut, dan

selanjutnya pihak Termohon diberi kesempatan pula untuk menyerahkan bukti-bukti

guna memperkuat sangkalannya atau bantahannya.

22 Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasan

tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam KUHAP. Pasal 1 angka 20 KUHAP.

23 Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam KUHAP. Pasal 1 angka 21 KUHAP.

24 Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam KUHAP untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Pasal 1 angka 2 KUHAP.

25 Penuntutan adalah tindakan penuntut untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam KUHAP dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan. Yang dimaksud dengan “penghentian penuntutan” tidak termasuk penyampingan perkara untuk kepentingan umum yang menjadi wewenang Jaksa Agung. Pasal 1 angka 7 KUHAP.

26 Ganti kerugian adalah hak seorang untuk mendapat pemenuhan atas tuntutannya yang berupa imbalan sejumlah uang karena ditangkap, ditahan, dituntut, atau diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan menurut cara yang diatur dalam KUHAP. Pasal 1 angka 22 KUHAP.

27 Rehabilitasi adalah hak seorang untuk mendapatkan pemulihan haknya dalam kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya yang diberikan pada tingkat penyidikan, penuntutan, atau peradilan karena ditangkap, ditahan, dituntut maupun diadili tanpa alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan menurut cara yang diatur dalam KUHAP. Pasal 1 angka 23 KUHAP.

28 Yang dimaksud dengan “peristiwa” disini adalah peristiwa hukum yang menjadi objek praperadilan, antara lain : penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan, penghentian penuntutan, permintaan ganti kerugian dan rehabilitasi.

Page 24: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

22

Setelah dipersidangkan, baik Pemohon maupun Termohon mengajukan surat-

surat bukti bahwa kalau perlu dengan saksi-saksi, dan atas surat-surat bukti dan saksi-

saksi tersebut, baik Pemohon maupun Termohon tidak berkeberatan, maka Hakim

memberikan kesempatan bagi Pemohon maupun Termohon untuk menanggapi surat-

surat bukti yang telah diajukannya.29

Pemeriksaan praperadilan dilakukan secara cepat dan selambat-lambatnya 7

(tujuh) hari, hakim harus sudah menjatuhkan putusannya.30 Putusan hakim dalam acara

pemeriksaan praperadilan harus memuat dengan jelas dasar dan alasannya untuk

mengabulkan atau menolak permintaan pemeriksaan itu. Amar atau isi putusannya

harus memuat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 ayat (3) huruf e KUHAP yang

memuat hal sebagai berikut:

a. Dalam hal putusan menetapkan bahwa sesuatu penangkapan atau

penahanan tidak sah, maka penyidik atau jaksa penuntut umum pada tingkat

pemeriksaan masing-masing harus segera membebaskan tersangka;

b. Dalam hal putusan menetapkan bahwa sesuatu penghentian penyidikan atau

penuntutan tidak sah, penyidikan atau penuntutan terhadap tersangka wajib

dilanjutkan;

c. Dalam hal putusan menetapkan bahwa suatu penangkapan atau penahanan

tidak sah, maka dalam hal putusan dicantumkan jumlah besarnya ganti

kerugian dan rehabilitasi yang diberikan, sedangkan dalam hal suatu

penghentian penyidikan atau penuntutan adalah sah, dan tersangkanya tidak

ditahan, maka dalam putusan dicantumkan rehabilitasinya;

d. Dalam hal putusan menetapkan bahwa benda yang disita ada yang tidak

termasuk alat pembuktian, maka dalam putusan dicantumkan bahwa benda

29 S. Tanusubroto, Op.Cit., hlm.84.30 Lihat Pasal 82 ayat (1) huruf c KUHAP.

Page 25: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

23

tersebut harus segera dikembalikan kepada tersangka atau dari siapa benda

itu disita.

III. ANALISIS HUKUM

A. Kewenangan KPK dalam Melakukan Penyelidikan, Penyidikan, dan

Penuntutan Tindak Pidana Korupsi Terhadap Komjen Pol Budi Gunawan.

Berdasarkan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Korupsi, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang melakukan

penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi yang melibatkan aparat

penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang ada kaitannya dengan

tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara

negara;

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang

Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme,

bahwa yang dimaksud dengan penyelenggara negara adalah Pejabat Negara yang

menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, atau yudikatif dan pejabat lain yang fungsi dan

tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kemudian, dalam Pasal 2 menyebutkan

bahwa Penyelenggara Negara meliputi :

1. Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara;

2. Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara;

3. Menteri;

4. Gubernur;

5. Hakim;

Page 26: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

24

6. Pejabat negara yang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku; dan

7. Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan

penyelenggara negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.31

Komjen Pol Budi Gunawan, pada saat menjabat sebagai Kepala Biro Pembinaan

Karir Deputi SDM Mabes Polri periode tahun 2003-2006 memiliki kedudukan sebagai

pejabat Eselon II. Apabila ditafsirkan menggunakan penafsiran gramatikal pada Pasal 2

angka 7 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 di atas, maka Komjen Pol Budi

Gunawan tidak termasuk dalam kategori “Penyelenggara Negara”. Apabila

menggunakan kategori penyelenggara negara berdasarkan pasal ini, jelas bahwa KPK

tidak memiliki kewenangan melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan

terhadap Komjen Pol Budi Gunawan. Sehingga, pertimbangan hakim Sarpin Rizaldi

mengenai Komjen Pol Budi Gunawan bukanlah merupakan “Penyelenggara Negara”

dapat dibenarkan.

Komjen Pol Budi Gunawan, sebagai anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia tunduk kepada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia. Dalam Pasal 2 undang-undang tersebut menyebutkan

bahwa fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum (cetak tebal

oleh penulis), perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Perlu

dicermati bahwa dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang

Komisi Pemberantasan Korupsi, kewenangan KPK dalam melakukan penyelidikan,

31 Dalam penjelasan Pasal 7 UU No.28 Tahun 1999, bahwa yang dimaksud dengan "pejabat lain yang

memiliki fungsi stategis" adalah pejabat yang tugas dan wewenangnya di dalam melakukan penyelenggaraan negara rawan terhadap praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme, yang salah satunya Pejabat Eselon I dan pejabat lain yang disamakan di lingkungan sipil, militer, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Page 27: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

25

penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi tidak hanya melibatkan

penyelenggara negara saja, melainkan juga aparat penegak hukum (cetak tebal oleh

penulis). Sehingga, apabila kita melakukan penafsiran sistematis terhadap Pasal 11

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, dan

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang untuk melakukan penyelidikan,

penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi terhadap Komjen Pol Budi

Gunawan.

Penentuan kewenangan KPK dan penafsiran terhadap “penyelenggara negara”

dan “aparat penegak hukum” apabila dikaitkan dengan proses praperadilan, bahwa hal

tersebut bukan merupakan kewenangan praperadilan.

B. Objek Praperadilan dalam Perkara Nomor 04/Pid.Prap/2015/PN.Jak.Sel

Dihubungkan dengan Pasal 77 KUHAP

Penetapan status seseorang menjadi tersangka merupakan salah satu bagian dalam

tahap penyidikan. Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau

keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.32

Dalam pasal 46 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Korupsi menyatakan bahwa:

“Dalam hal seseorang ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, terhitung sejak tanggal penetapan tersebut prosedur khusus yang berlaku dalam rangka pemeriksaan tersangka yang diatur dalam peraturan perundang-undangan lain, tidak berlaku berdasarkan Undang-Undang ini.”33

Berdasarkan pasal tersebut, saat seseorang telah ditetapkan sebagai tersangka oleh

KPK, maka prosedur khusus yang berlaku adalah prosedur yang terdapat dalam

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi. Pasal

32 Pasal 1 angka 14 KUHAP.33 Yang dimaksud dengan “prosedur khusus” adalah kewajiban memperoleh izin bagi tersangka

pejabat negara tertentu untuk dapat dilakukan pemeriksaan.

Page 28: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

26

ini tidak menghapuskan segala prosedur yang terdapat dalam KUHAP, karena

berdasarkan Pasal 62 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi

Pemberantasan Korupsi menyebutkan bahwa:

“Pemeriksaan di sidang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi dilakukan berdasarkan hukum acara pidana yang berlaku34 dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.”

Berdasarkan Pasal 1 angka 10 KUHAP, Praperadilan adalah wewenang

pengadilan negeri untuk memeriksa dan memutus menurut cara yang diatur dalam

undang-undang ini:

a. Sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan

tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka;

b. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas

permintaan demi tegaknya hukum dan pengadilan;

c. Permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya

atau pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan

Kemudian sudah dijelaskan bahwa terdapat 6 objek praperadilan, yaitu :

a. Sah atau tidaknya suatu penangkapan;

b. Sah atau tidaknya suatu penahanan;

c. Sah atau tidaknya suatu penghentian penyidikan;

d. Sah atau tidaknya suatu penghentian penuntutan;

e. Permintaan ganti kerugian; dan

f. Permintaan rehabilitasi

Penetapan tersangka, walaupun merupakan bagian dari tahap penyidikan, bukan

merupakan objek dari praperadilan. Hal tersebut didukung secara tegas dalam Pasal 77

34 Yang dimaksud dengan “hukum acara pidana yang berlaku” adalah sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Page 29: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

27

KUHAP sebagai hukum positif Indonesia. Penetapan tersangka jelas berbeda dengan

proses penangkapan. Sehingga dalam kasus ini, penetapan tersangka yang terdapat

dalam amar putusan nomor 04/Pid.Prap/2015/PN.Jak.Sel bukan merupakan objek

praperadilan. Konsekuensinya, bahwa hakim praperadilan telah memutus melampaui

kewenangannya.

IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang untuk melakukan penyelidikan,

penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi terhadap Komjen Pol

Budi Gunawan. Namun, penentuan kewenangan KPK dan penafsiran

terhadap “penyelenggara negara” dan “aparat penegak hukum” apabila

dikaitkan dengan proses praperadilan, bahwa hal tersebut bukan merupakan

kewenangan praperadilan.

2. Penetapan seseorang menjadi tersangka tidak dapat dijadikan sebagai objek

dari praperadilan. Pasal 77 KUHAP secara tegas membagi objek

praperadilan menjadi 6 jenis, antara lain: penangkapan, penahanan,

penghentian penyidikan, penghentian penuntutan, permintaan ganti

kerugian, dan permintaan rehabilitasi. Hakim dalam putusannya nomor

04/Pid.Prap/2015/PN.Jak.Sel memperluas objek praperadilan, sehingga

hakim praperadilan telah memutus melampaui kewenangannya.

B. Rekomendasi

Mahkamah Agung adalah Pengadilan Negara Tertinggi dari semua Lingkungan

Peradilan, yang dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari pengaruh pemerintah dan

Page 30: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

28

pengaruh-pengaruh lain.35 Sebagai lembaga peradilan yang memiliki kewenangan

pengawasan, Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap

penyelenggaraan peradilan pada semua badan peradilan yang berada di bawahnya

dalam menyelenggarakan kekuasaan kehakiman.36 Oleh karena itu, dalam fungsi

pengawasan, sebaiknya Mahkamah Agung mempelajari dan meninjau kembali putusan

praperadilan nomor 04/Pid.Prap/2015/PN.Jak.Sel.

35 Pasal 2 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.36 Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.

Page 31: KAJIAN POLEMIK KPK v.s. POLRI “DINAMIKA YANG TERJADI ... · “DINAMIKA YANG TERJADI ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) DAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA (POLRI): DILEMATIK

29

DAFTAR PUSTAKA

S. Tanusubroto, Peranan Pra-Peradilan dalam Hukum Acara Pidana, Bandung: Alumni,

1983.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Undang-Undang Nomor 3 tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan

Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.