peranan organisasi siswa intra sekolah …lib.unnes.ac.id/20438/1/3301411148-s.pdf · osis, untuk...
TRANSCRIPT
i
PERANAN ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH DALAM
PENGEMBANGAN SIKAP KEMANDIRIAN SISWA DI SMP NEGERI 2
PEKUNCEN KABUPATEN BANYUMAS
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Oleh
Kiki Fitriana Asih
3301411148
POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “PERANAN ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH
DALAM PENGEMBANGAN SIKAP KEMANDIRIAN SISWA DI SMP
NEGERI 2 PEKUNCEN KABUPATEN BANYUMAS” ini telah disetujui oleh
pembimbing untuk diajukan ke Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Senin
Tanggal : 06 Juli 2015
Menyetujui,
Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2
Prof. Dr. Maman Rachman, M.Sc Drs. Suprayogi, M.Pd
NIP. 19480609197603001 NIP. 195809051985031003
Mengetahui,
Ketua Jurusan Politik dan Kewarganegaraan
Drs. Slamet Sumarto, M.Pd
NIP. 196101271986011001
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 02 September 2015
Mengetahui,
Penguji I
Dr. Eko Handoyo, M.Si
NIP. 196406081988031001
Penguji II
Prof. Dr. Maman Rachman, M.Sc
NIP. 19480609197603001
Penguji III
Drs. Suprayogi, M.Pd
NIP. 195809051985031003
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar karya saya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Juli 2015
Kiki Fitriana Asih
NIM. 3301411148
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi
bangkit kembali setiap kali kita jatuh (penulis)
Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan selama ada komitmen
yang kuat untuk menyelesaikannya (penulis)
PERSEMBAHAN
Atas rahmat, hidayah serta inayah dari Allah SWT,
skripsi ini saya persembahkan kepada :
Keluarga besar saya, Ibunda tercinta Yulirah dan
Ayahanda Edi Kuntarko, papa tercinta Muhammad
Ayub, serta kakak saya Ruri Setiadi.
Nenek saya Saripah dan kakek saya Ikhsan, tente saya
Novia Setya, serta semua keluarga besar KH
Abdussalam yang telah mendukung dan mendo’akan
yang terbaik untuk saya sehingga saya bisa
menyelesaikan studi di Universitas Negeri Semarang.
Sahabat saya Ella Canila, Shellika Parasdini, Tresna
Belia, Amalina Dyah, Mei Sulistiyani, Anggi Yulpika,
dan Isma Mufaidah yang selalu ada dalam kondisi
apapun.
Teman-teman Prodi PPKn angkatan 2011.
Dosen Jurusan Politik dan Kewarganegaraan.
vi
PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peranan Organisasi Siswa
Intra Sekolah dalam Pengembangan Sikap Kemandirian Siswa di SMP Negeri 2
Pekuncen Kabupaten Banyumas”
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh bimbingan, bantuan
dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan
hati, penulis ucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan ijin untuk menempuh studi di UNNES.
2. Dr. Subagyo, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
3. Slamet Sumarto, M.Pd, Ketua Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang
4. Prof. Dr. Maman Rachman, M.Sc, Dosen Pembimbing 1 atas segala
bimbingannya dalam arahan penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Suprayogi, M.Pd, Dosen Pembimbing 2 atas segala bimbingannya dalam
arahan penyusunan skripsi ini.
6. Trisnatun, M. Pd, Kepala SMP Negeri 2 Pekuncen yang telah memberikan
izin dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung.
vii
7. Mutingah, S.Pd, koordinator pembina OSIS yang telah berkenan memberikan
informasi dalam penyusunan skripsi ini.
8. Abdul Rofik, S.Pd, staf pembina OSIS 1 yang telah berkenan memberikan
informasi dalam penyusunan skripsi ini.
9. Teguh Hidayat, S.Pd, staf pembina OSIS 2 yang telah berkenan memberikan
informasi dalam penyusunan skripsi ini.
10. Para siswa di SMP Negeri 2 Pekuncen yang telah memberikan informasi data
yang diperlukan oleh penulis.
11. Segenap karyawan dan staff tata usaha SMP Negeri 2 Pekuncen atas bantuan
dan kerjasamnya selama penelitian.
12. Kedua orang tua dan saudaraku yang selalu memberikan dukungan moral
maupun materi dalam penyusunan skripsi ini.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dari hati yang paling dalam
dan berdo’a semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan
imbalan dari Allah SWT. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat serta
menambah pengetahuan bagi semua pihak yang berkepentingan dan khasanah
ilmu pengetahuan.
Semarang, Juli 2015
Penulis
viii
SARI
Asih, Kiki Fitriana. 2015. Peranan Organisasi Siswa Intra Sekolah dalam
Pengembangan Sikap Kemandirian Siswa di SMP Negeri 2 Pekuncen Kabupaten
Banyumas. Skripsi. Jurusan Politik dan Kewarganegaraan. Fakultas Ilmu Sosial.
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing 1 Prof. Dr. Maman Rachman, M.Sc.
Pembimbing 2 Drs. Suprayogi, M.Pd.
Kata kunci : Peranan, Organisasi Siswa Intra Sekolah, Kemandirian Siswa.
Sikap menjadi hal yang mendasar dalam perbuatan manusia sehari-hari.
Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat hidup
sendiri tanpa bantuan orang lain dalam berinteraksi dengan sesama serta dengan
lingkungan. Dalam melaksanakan aktivitas kehidupannya, seseorang dituntut
untuk mempunyai sikap mandiri karena banyak tugas dan tanggung jawab yang
harus diselesaikan sendiri tanpa bantuan orang lain. Kemandirian merupakan
kemampuan untuk mengatur diri sendiri secara bertanggung jawab, meskipun
tidak ada pengawasan dari pihak manapun. Pengaruh kompleksitas kehidupan
terhadap peserta didik di SMP Negeri 2 Pekuncen terlihat dari berbagai fenomena
yang sangat membutuhkan perhatian dari dunia pendidikan, seperti
ketergantungan disiplin kepada kontrol luar, segala sesuatu cenderung instan dan
enggan untuk berusaha sendiri, yang akan mengakibatkan siswa memiliki
ketidakpedulian terhadap lingkungan sekitar. Oleh karena itu, mengembangkan
sikap kemandirian sangat penting bagi siswa sebagai generasi muda dan generasi
penerus bangsa agar dapat berguna di masyarakat, bangsa dan negara di kemudian
hari. Kegiatan organisasi di sekolah merupakan salah satu sarana yang dapat
mengembangkan sikap kemandirian siswa.
Berdasarkan pernyataan tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui peranan OSIS dalam pengembangan sikap kemandirian siswa, untuk
mengetahui faktor pendorong pengembangan sikap kemandirian siswa melalui
OSIS, untuk mengetahui kendala apa saja dalam pengembangan sikap
kemandirian siswa melalui OSIS, dan untuk mengetahui upaya dalam mengatasi
kendala-kendala tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian kualitatif. Lokasi penelitian di SMP Negeri 2 Pekuncen Kabupaten
Banyumas. Sumber data penelitian meliputi data primer dan sekunder. Data
primer didapatkan dari wawancara dan observasi dengan informan. Data sekunder
adalah data yang didapatkan dari hasil-hasil dokumentasi dari peneliti dalam
mendukung analisis data. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi. Validitas data
yaitu dengan menggunakan teknik triangulasi. Analisis data dilakukan dengan
beberapa tahap yaitu tahap pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan
penarikan simpulan atau verifikasi.
Hasil penelitian ini menujukkan bahwa: (1) Peranan OSIS dalam
pengembangan sikap kemandirian siswa dapat dilihat dari beberapa peran yaitu
sebagai wadah, penggerak/motivator, dan pembinaan kesiswaan. Sikap
kemandirian pada siswa dikembangkan melalui program kerja yang telah disusun,
ix
pelaksanaan program kerja, dan kegiatan Class Meeting. (2) Faktor yang
mendukung secara internal yaitu program kerja, SDM yang berkualitas,
koordinasi, senior atau kakak kelas, dan perencanaan kegiatan pembinaan.
Sedangkan faktor pendukung secara eksternal yaitu guru, tenaga administrasi, dan
orang tua siswa. (3) Kendala interna yang dihadapi OSIS dalam pengembangan
sikap kemandirian siswa antara lain pendanaan, waktu, tempat, dan rasa lelah
siswa. Kendala eksternal yang dihadapi adalah teman sebaya yang tidak menjadi
pengurus OSIS. (4) Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala internal
antara lain dengan cara membuat skala prioritas, melihat kalender pendidikan, dan
melakukan pendekatan kepada siswa. Upaya dalam mengatasi kendala eksternal
adalah dengan cara melakukan pembinaan terhadap siswa-siswa yang tidak ikut
serta menjadi pengurus OSIS.
Berdasarkan kesimpulan, penelitian ini disarankan sebagai berikut: (1)
Bagi pihak sekolah, meningkatkan pengawasan yang intensif dari Kepala Sekolah
dan guru terhadap peningkatan sikap kemandirian siswa di sekolah. (2) Bagi
Guru, lebih meningkatkan dukungan dan keikutsertaan dalam kegiatan OSIS.
Bagi pembina OSIS, diharapkan melakukan monitoring ketika rapat atau
koordinasi perencanaan kegiatan selanjutnya selama pelaksanaan evaluasi
bersama panitia dan pengurus OSIS agar pelaksanaan kegiatan OSIS lebih
akuntabel. (3) Bagi Siswa, siswa pengurus OSIS merupakan kader pemimpin
hendaknya meningkatkan kedisiplinan dan komitmen dengan mengaplikasikannya
pada setiap pelaksanaan kegiatan. Untuk anggota OSIS yaitu seluruh siswa-siswi
SMP Negeri 2 Pekuncen, berpikir positif dan terlibat secara aktif, serta memiliki
keseriusan dan keulatan dalam kegiatan OSIS untuk mensukseskan program kerja
OSIS.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................ii
PENGESAHAN KELULUSAN .........................................................................iii
PERNYATAAN ..................................................................................................iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................v
KATA PENGANTAR .......................................................................................vi
SARI ...................................................................................................................viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................7
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................8
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................9
E. Batasan Istilah .........................................................................................10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Peranan Organisasi Siswa Intra Sekolah .................................................15
1. Peranan ..............................................................................................15
a. Pengertian Peranan ......................................................................15
b. Unsur-unsur Peranan ...................................................................15
2. Organisasi Siswa Intra Sekolah .........................................................16
a. Pengertian Organisasi Siswa Intra Sekolah ...............................16
b. Landasan Hukum Organisasi Siswa Intra Sekolah ....................18
c. Tujuan Organisasi Siswa Intra Sekolah .....................................18
d. Sifat Organisasi Siswa Intra Sekolah .........................................19
e. Perangkat Organisasi Siswa Intra Sekolah .................................19
f. Aktivitas siswa dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah .............20
3. Peranan Organisasi Siswa Intra Sekolah ..........................................21
a. Organisasi Siswa Intra Sekolah sebagai Wadah Organisasi ......21
b. Organisasi Siswa Intra Sekolah sebagai Penggerak/Motivator .22
c. Organisasi Siswa Intra Sekolah sebagai Pembinaan Siswa .......22
B. Pengembangan Sikap ..............................................................................23
1. Pengertian Pengembangan ................................................................23
2. Sikap ..................................................................................................24
a. Pengertian Sikap..........................................................................24
b. Komponen Sikap .........................................................................27
c. Tingkatan Sikap ..........................................................................27
d. Macam-macam Sikap ..................................................................28
e. Proses Terbentuknya Sikap .........................................................29
f. Pengembangan Sikap ..................................................................29
C. Kemandirian Siswa .................................................................................29
1. Kemandirian ......................................................................................29
xi
a. Pengertian Kemandirian .............................................................29
b. Ciri-ciri Individu Mandiri ..........................................................31
c. Peranan Kemandirian .................................................................31
d. Manfaat Mandiri .........................................................................32
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian ......................33
f. Sikap Kemandirian .....................................................................36
1) Pengertian Sikap Kemandirian .............................................36
2) Terbentuknya Sikap Kemandirian ........................................36
3) Pembinaan Sikap Kemandirian ............................................37
2. Siswa ................................................................................................40
a. Pengertian Siswa ........................................................................40
b. Siswa sebagai Subjek Pendidikan ..............................................41
c. Hak dan Kewajiban Siswa .........................................................42
3. Pembinaan Kemandirian Siswa melalui OSIS ..................................43
D. Kerangka Berpikir ...................................................................................44
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ........................................................................................46
B. Lokasi Penelitian .....................................................................................47
C. Fokus Penelitian ......................................................................................47
D. Sumber Data Penelitian ...........................................................................49
E. Metode Pengumpulan Data .....................................................................50
1. Observasi ...........................................................................................50
2. Wawancara ........................................................................................50
3. Dokumentasi .....................................................................................51
F. Keabsahan Data .......................................................................................52
G. Metode Analisis Data ..............................................................................53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .......................................................................................56
1. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................56
a. Gambaran Umum SMP Negeri 2 Pekuncen ..............................56
b. Gambaran Umum OSIS SMP Negeri 2 Pekuncen ....................57
c. Visi dan Misi SMP Negeri 2 Pekuncen .....................................59
2. Peranan Organisasi Siswa Intra Sekolah dalam Pengembangan
Sikap Kemandirian ...........................................................................60
a. Program Kerja OSIS SMP Negeri 2 Pekuncen .........................60
b. Pelaksanaan Program Kerja OSIS .............................................62
c. Kegiatan Class Meeting ............................................................92
3. Faktor Pendukung OSIS dalam Pengembangan Sikap
Kemandirian
Siswa ...............................................................................................98
4. Kendala yang dihadapi OSIS dalam Pengembangan Sikap
Kemandirian Siswa .........................................................................103
5. Upaya dalam Mengatasi Kendala-Kendala ......................................107
xii
B. Pembahasan .............................................................................................110
1. Peranan Organisasi Siswa dalam Pengembangan Sikap
Kemandirian .....................................................................................110
2. Posisi OSIS sebagai Komponen Pengembangan Sikap Kemandiran
Siswa ................................................................................................114
3. Pemahaman Siswa SMP Negeri 2 Pekuncen terhadap Sikap
Kemandirian dalam OSIS ................................................................115
4. Pentingnya Pengembangan Sikap Kemandirian Siswa melalui
OSIS .................................................................................................117
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................................119
B. Saran ........................................................................................................121
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................123
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................126
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ............................................................ 45
2. Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model)
(Miles dan Huberman, 1992: 20) ......................................................... 55
3. Gambar 4.1 Ruang OSIS SMP Negeri 2 Pekuncen ............................. 57
4. Gambar 4.2 Lapangan tengah SMP Negeri 2 Pekuncen ..................... 58
5. Gambar 4.3 Pengurus OSIS memimpin kegiatan keagaamaan di
kelas ..................................................................................................... 65
6. Gambar 4.4 Pengurus OSIS melakukan kegiatan penggalangan
dana ..................................................................................................... 70
7. Gambar 4.5 Pengurus OSIS melakukan kegiatan latihan upacara ....... 77
8. Gambar 4.6 Kegiatan LDK saat pemberian materi ............................. 83
9. Gambar 4.7 Kegiatan Class Meeting .................................................. 93
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1. Daftar Informan
Lampiran 2. Surat Keputusan
Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 4. Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 5. Surat Keputusan
Lampiran 6. Susunan Pembina OSIS
Lampiran 7. Susunan Pengurus OSIS
Lampiran 8. Program Kerja OSIS
Lampiran 9. Instrumen Penelitian
Lampiran 10. Pedoman Observasi
Lampiran 11. Pedoman Wawancara
Lampiran 12. Pedoman Dokumentasi
Lampiran 13. Hasil Wawancara
Lampiran 14. Foto-foto Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, pendidikan di Indonesia semakin dituntut perannya untuk
dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya
manusia yang mampu mengembangkan potensi dirinya dalam usaha
menyesuaikan dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang berkembang pesat. Pendidikan merupakan faktor penting untuk
menentukan kehidupan manusia yang lebih baik, namun keberhasilan sebuah
pendidikan tidak hanya diukur dengan materi dan kecanggihan teknologi,
tetapi juga keluhuran moral dan kematangan sikap.
Sikap menjadi hal yang mendasar dalam perbuatan manusia sehari-
hari. Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupan sehari-hari tidak
dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain dalam berinteraksi dengan
sesama serta dengan lingkungan. Sikap merupakan sesuatu yang dipelajari,
dan sikap yang menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi
serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan (Slameto, 2010:
188). Dalam melaksanakan aktivitas kehidupannya, seseorang dituntut untuk
mempunyai sikap mandiri karena banyak tugas dan tanggung jawab yang
harus diselesaikan sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Untuk menjadi
mandiri, seseorang harus dilatih sejak dini agar dapat berguna di masyarakat,
bangsa dan negara di kemudian hari.
2
Kemandirian menurut Bahara yang dikutip oleh Fatimah (2006: 140)
berarti hal atau keadaan seseorang yang dapat berdiri sendiri tanpa
bergantung pada orang lain. Seseorang yang memiliki sikap kemandirian
adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk mengatur diri sendiri
secara bertanggung jawab, meskipun tidak ada pengawasan orang tua atau
guru. Kondisi demikian menyebabkan seseorang memiliki peran baru,
sehingga menuntut suatu kesiapan individu baik secara fisik maupun
emosional untuk mengatur, mengurus, dan melakukan aktivitas atas tanggung
jawabnya sendiri tanpa bergantung pada orang lain.
Sikap dibentuk secara bertahap melalui proses belajar, yaitu proses
dimana individu memperoleh informasi dan tingkah laku dari orang lain.
Dalam membentuk sikap, terdapat tiga komponen yang meliputi kognitif
(konseptual), afektif (emosional), dan konatif (perilaku). Ketiga komponen
tersebut dapat dapat diperoleh pada lembaga pendidikan, khususnya sekolah.
Sekolah merupakan lembaga yang dirancang untuk melaksanakan
pendidikan. Sekolah memiliki peranan penting dalam mempersiapkan
generasi muda sebelum masuk ke dalam proses pembangunan masyarakat.
Selain itu, sekolah memberikan bimbingan dan memberdayakan siswa agar
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dengan potensi yang
dimilikinya. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijelaskan
dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 3 mengamanatkan bahwa:
3
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan sesungguhnya tidak hanya didapat melalui proses
pembelajaran yang formal dalam ruang kelas, akan tetapi tujuan pendidikan
itu didapat pula melalui keterlibatan siswa dalam sebuah organisasi. Kegiatan
organisasi merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk
membantu pengembangan siswa sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan
minat mereka melalui kegiatan yang diselenggarakan di sekolah.
Kegiatan organisasi di sekolah merupakan salah satu sarana yang
dapat mengembangkan kompetensi kewarganegaraan siswa. Salah satu
kompetensi yang dikembangkan dalam kegiatan ini yaitu keterampilan
mandiri (autonomous skills). Kegiatan ini memberikan peluang kepada siswa
untuk menganalisis suatu masalah dan memecahkan masalah. Selain itu,
pengembangan kemandirian siswa dapat menjadi sarana untuk melatih diri
dalam bertanggung jawab, pengambilan keputusan, berpikir kritis, dan
memecahkan masalah tanpa bergantung kepada orang lain, sehingga menjadi
bekal untuk kehidupan masyarakat pada masa yang datang.
Ditetapkannya Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), merupakan
suatu bentuk perhatian dan usaha pemerintah dalam membina siswa sebagai
salah satu jalur pembinaan siswa secara nasional. Sebagaimana disebutkan
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39
4
Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan, bahwa “organisasi kesiswaan di
sekolah berbentuk organisasi siswa intra sekolah dan merupakan organisasi
resmi di sekolah”. Tujuan didirikannya OSIS adalah untuk melatih siswa
dalam berorganisasi dengan baik dan menjalankan kegiatan sekolah yang
berhubungan dengan siswa. Semua kegiatan OSIS dilakukan sesuai dengan
Anggaran Dasar dan Rumah Tangga OSIS yang telah disahkan dan tidak
bertentangan dengan tata tertib sekolah.
Guna mengemban misinya, yaitu berperan dalam mewujudkan tatanan
kehidupan sekolah, maka diperlukan partisipasi aktif dari pihak-pihak yang
terlibat, khususnya pengurus OSIS. Pengurus OSIS dituntut untuk memiliki
pengetahuan (knowledge) dan keaktifan yang ikhlas dalam menjalankan tugas
serta memiliki sikap moral yang dapat menjadi contoh dan teladan bagi para
anggota OSIS.
Berpartisipasi aktif yang dimaksud adalah berperan dalam organisasi,
bersikap dan bertingkah proaktif serta memiliki pemahaman yang benar
dalam berorganisasi. Dalam Buku Petunjuk Pengelolaan OSIS telah
disebutkan perangkat organisasi sekaligus tugas-tugas pokoknya, sehingga
diperlukan partisipasi pengurus OSIS untuk menjabarkan tugas-tugas tersebut
yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan sekolah yang
bersangkutan dengan tetap berpedoman pada Buku Petunjuk Pengelolaan
OSIS.
Setiap pengurus OSIS diharapkan mengerti dan memahami tugas dan
kewajiban yang diembannya, sehingga dalam proses perencanaan program
5
pengurus dapat menyumbangkan ide atau gagasan yang dapat menunjang
telaksananya program kerja OSIS, yang selanjutnya dituangkan dalam Pokok-
Pokok Kegiatan Seksi Bidang, terdiri atas:
a. Pembinaan Keimanan dan Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
b. Pembinaan Budi Pekerti Luhur atau Akhlak Mulia
c. Pembinaan Kepribadian Unggul, Wawasan Kebangsaan, dan bela Negara
d. Pembinaan Prestasi Akademik, Seni, dan/atau Olahraga sesuai Bakat dan
Minat
e. Pembinaan Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Pendidikan Politik,
Lingkungan Hidup, Kepekaan dan Toleransi Sosial dalam Konteks
Masyarakat Plural
f. Pembinaan Kreativitas, Keterampilan, dan Kewirausahaan
g. Pembinaan Kualitas Jasmani, Kesehatan dan Gizi berbasis sumber gizi
yang terdiverivikasi
h. Pembinaan Sastra dan Budaya
i. Pembinaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
j. Pembinaan Komunikasi dalam Bahasa Inggris
(Permendiknas Nomor 39 Tahun 2008).
Dalam melaksanakan program kerja yang telah disusun, pengurus
OSIS melakukan koordinasi ke dalam, yaitu kerjasama antar Seksi Bidang
dan antar pengurus OSIS yang lain. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi tarik-
menarik kepentingan, dan melakukan koordinasi ke luar yaitu; kerjasama
dengan jalur pembinaan kesiswaan yang lain misalnya Latihan
6
Kepemimpinan Siswa, Kegiatan Ekstrakurikuler (Pramuka, PMR, Kelompok
Seni dan Olahraga), maupun kerjasama dengan lembaga sekolah yang ada,
misalnya : Dewan Guru, Staf TU , Humas dan sebagainya. Pengelolaan OSIS
dapat dikatakan baik apabila proses kegiatan dilaksanakan secara efektif,
berkesinambungan dan terkoordinasi mulai dari proses perencanaan,
pengorganisaasian dan pengembangannya sesuai dengan tujuan organisasi
serta berpedoman pada Buku Petunjuk Pengelolaan Organisasi Siswa Intra
Sekolah yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan
Kesiswaan.
Pentingnya kemandirian bagi siswa di SMP Negeri 2 Pekuncen dapat
dilihat dari situasi kompleksitas kehidupan dewasa ini, yang secara langsung
atau tidak langsung mempengaruhi kehidupan siswa. Pengaruh kompleksitas
kehidupan terhadap peserta didik terlihat dari berbagai fenomena yang sangat
membutuhkan perhatian dari dunia pendidikan, seperti ketergantungan
disiplin kepada kontrol luar, segala sesuatu cenderung instan dan enggan
untuk berusaha sendiri, yang akan mengakibatkan siswa memiliki
ketidakpedulian terhadap lingkungan sekitar. Dari fenomena-fenomena
tersebut, dunia pendidikan menjadi salah satu lembaga yang memiliki
peranan penting bagi pengembangan sikap kemandirian siswa yang akan
terjun di kehidupan sosial masyarakat, oleh sebab itu pengembangan sikap
kemandirian siswa menuju ke arah sempurna menjadi sangat penting untuk
dilakukan secara serius.
7
Pembentukan sikap kemandirian perlu diaktualisasikan dalam
kehidupan, termasuk di SMP Negeri 2 Pekuncen. Sebagai generasi penerus
bangsa, siswa perlu dibentuk dan dibina sebagai manusia yang mandiri,
berawal dari sekolah. Dalam pembentukan sikap kemandirian siswa,
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di SMP Negeri 2 Pekuncen
mempunyai peranan yang sangat penting. Sesuai dengan tujuannya, yaitu
memperdalam sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, dan kerja
sama secara mandiri, berpikir logis dan demokratis, maka melalui kegiatan
OSIS, diharapkan siswa dapat hidup mandiri dalam kehidupan masyarakat,
bangsa, dan negara.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan mengambil judul “Peranan Organisasi Siswa Intra
Sekolah (OSIS) dalam Pengembangan Sikap Kemandirian Siswa di SMP
Negeri 2 Pekuncen Kabupaten Banyumas”.
B. Rumusan Permasalahan
Dengan peranan dan kedudukan disertai tugas-tugas OSIS yang tidak
ringan, maka pengurus OSIS harus mampu mengelola dan melaksanakan
program kerja OSIS. Pengurus OSIS dituntut harus berpikir kritis dan kreatif
sehingga program kerja OSIS terlaksana dengan baik. Di sisi lain, siswa
merupakan subjek didik yang tidak boleh melalaikan tugas utamanya yaitu
mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru sehingga seorang pengurus
OSIS harus mampu mengatur waktu agar waktu kegiatan OSIS dan waktu
belajar bisa seimbang.
8
Sesuai dengan penulisan skripsi yang berjudul “PERANAN
ORGANISASI INTRA SEKOLAH (OSIS) DALAM PENGEMBANGAN
SIKAP KEMANDIRIAN SISWA DI SMP NEGERI 2 PEKUNCEN
KABUPATEN BANYUMAS”, maka dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah peranan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dalam
mengembangkan sikap kemandirian siswa di SMP Negeri 2 Pekuncen
Kabupaten Banyumas?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang mendorong pengembangan sikap
kemandirian siswa melalui kegiatan OSIS di SMP Negeri 2 Pekuncen
Kabupaten Banyumas?
3. Kendala-kendala apa sajakah dalam pengembangan sikap kemandirian
siswa melalui kegiatan OSIS di SMP Negeri 2 Pekuncen Kabupaten
Banyumas?
4. Upaya-upaya apa yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala
dalam pengembangan sikap kemandirian siswa melalui kegiatan OSIS di
SMP Negeri 2 Pekuncen Kabupaten Banyumas?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan Oganisasi
Siswa Intra Sekolah (OSIS) dalam pengembangan sikap kemandirian siswa
SMP Negeri 2 Pekuncen Kabupaten Banyumas. Selain itu, penelitian ini juga
mempunyai tujuan sebagai berikut.
9
1. Untuk mengetahui bagaimana peranan Organisasi Siswa Intra Sekolah
(OSIS) dalam pengembangan sikap kemandirian siswa di SMP Negeri 2
Pekuncen Kabupaten Banyumas.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendorong pengembangan
sikap kemandirian siswa melalui kegiatan OSIS di SMP Negeri 2
Pekuncen Kabupaten Banyumas.
3. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja dalam pengembangan sikap
kemandirian siswa melalui kegiatan OSIS di SMP Negeri 2 Pekuncen
Kabupaten Banyumas.
4. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi
kendala-kendala dalam pengembangan sikap kemandirian siswa melalui
kegiatan OSIS di SMP Negeri 2 Pekuncen Kabupaten Banyumas.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dan
mengembangkan pengetahuan dalam dunia pendidikan khususnya
kekreatifitasan guru dalam merangsang minat siswa dalam
berorganisasi melalui OSIS.
b. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan
atau bahan pustaka bagi pengembangan ilmu, khususnya dalam
bidang Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa
10
Khususnya bagi siswa yang aktif dan siswa yang menjadi pengurus
OSIS dapat secara mandiri menggunakan dan memanfaatkan waktu
dalam rangka mengembangkan diri guna memperoleh pengalaman,
keterampilan, dan pengetahuan dalam berorganisasi tanpa
melupakan tugasnya sebagai peserta didik yaitu belajar. Sehingga
menjadi generasi yang berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara.
b. Manfaat bagi pembina OSIS
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai umpan balik untuk
mengevaluasi diri bagi pembina OSIS dalam melakukan pembinaan,
sehingga tujuan OSIS tercapai tanpa mengorbankan prestasi belajar
siswa.
c. Manfaat bagi sekolah
Bagi sekolah sebagai bahan dalam memutuskan kebijakan sekolah
dalam rangka perbaikan dan pengembangan OSIS, sehingga tercipta
sebuah organisasi dan kegiatan belajar mengajar yang efektif.
E. Batasan Istilah
Untuk mempermudah memahami arti dan menghindari adanya
interpretasi yang keliru, maka penulis memberikan penegasan istilah-istilah
agar mendapatkan kesatuan pengertian dari kata-kata yang ada pada skripsi
sebagai berikut:
1. Peranan
11
Peranan berasal dari kata peran. Peran memiliki makna yaitu
seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh yang berkedudukan di
masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 845).
Peranan (role) merupakan proses dinamis kedudukan (status).
Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara
kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada
yang lain dan sebaliknya. (Soekanto, 2009: 212-213)
Dalam penelitian ini, peranan Organisasi Siswa Intra Sekolah
(OSIS) dalam mengembangkan sikap kemandirian siswa di SMP Negeri
2 Pekuncen yang dikaji peneliti yaitu mengenai peranan OSIS sebagai
wadah organisasi, peranan OSIS sebagai motivator/penggerak, dan
peranan OSIS sebagai pembinaan siswa.
3. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
OSIS adalah satu-satunya wadah organisasi siswa di sekolah,
setiap sekolah wajib membentuk organisasi siswa intra sekolah (OSIS).
Organisasi ini menampung kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler guna
menyalurkan kreativitas siswa serta bertujuan meningkatkan peran serta
inisiatif siswa. OSIS bersifat intra sekolah artinya tidak ada hubungan
organisatoris dengan OSIS di sekolah lain.
Di dalam surat Keputusan Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan No.
12
201/C/Kep/0/86, disebutkan bahwa OSIS merupakan satu-satunya wadah
bagi siswa yang sah dan mewakili siswa dari sekolah yang bersangkutan.
OSIS merupakan bagian dari kebijaksanaan pendidikan berskala nasional
dalam sektor kesiswaan, sehingga operasionalnya perlu dilaksanakan
oleh setiap pengelola dan pelaksana pendidikan mulai dari tingkat pudat
dampai tingkat daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka SLTP dan
SLTA yang berada di lingkungan pendidikan diwajibkan membentuk
OSIS.
4. Pengembangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengembangan adalah
proses, cara, perbuatan mengembangkan (1989: 414). Dan lebih
dijelaskan lagi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karya WJS
Poerwadarminta, bahwa pengembangan adalah perbuatan menjadikan
bertambah, berubah sempurna (pikiran, pengetahuan dan sebagainya)
(2002:473). Kegiatan pengembangan meliputi tahapan: perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi yang diikuti dengan kegiatan penyempurnaan
sehingga diperoleh bentuk yang dianggap memadai.
Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan
kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral seseorang sesuai
dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan latihan.
Sedangkan Andrew F. Sikula mendefinisikan pengembangan sebagai
berikut: “Pengembangan mengacu pada masalah personel adalah suatu
proses pendidikan jangka panjang menggunakan suatu prosedur yang
13
sistematis dan terorganisasi dengan nama manajer belajar pengetahuan
konseptual dan teoritis untuk tujuan umum”. (1981: 205)
5. Sikap
Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan
untuk bertindak terhadap objek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan
kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa objek. Sikap diarahkan
kepada benda-benda, orang, peristiwa, pandangan, lembaga, norma dan
lain-lain (Soetarno, 1994: 34). Sikap adalah keadaan manusia untuk
bertindak dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam
menanggapi suatu objek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya.
Selain itu, sikap juga memberikan kesiapan respon yang sifatnya positif
maupun negatif terhadap suatu objek atau situasi.
6. Kemandirian
Kemandirian berarti kondisi dimana seseorang dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri dan bebas dari ketergantungan orang lain.
Kemandirian merupakan kemampuan seseorang untuk menguasai dan
mengendalikan tindakannya, serta adanya usaha untuk mencoba sendiri
sehingga bertanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalannya sendiri.
Menurut Jacob Utomo yang dikutip dari http: // www.smadwiwarna.net /
website / data / artikel / kemandirian.htm, “Kemandirian merupakan
suatu kecenderungan menggunakan diri sendiri untuk menyelesaikan
suatu masalah secara bebas, progresif, dan penuh dengan inisiatif”.
14
Pendapat ini diartikan bahwa seseorang yang mempunyai kemandirian
akan bertanggung jawab dan tidak bergantung kepada orang lain.
7. Siswa-siswi pengurus OSIS SMP Negeri 2 Pekuncen
Pengurus OSIS adalah sekelompok siswa yang terpilih untuk
menjalankan atau mengemban tugas-tugas kesiswaan. Siswa-siswa
pengurus OSIS SMP Negeri 2 Pekuncen merupakan subyek yang diteliti
oleh penulis dimana melakukan penelitian. Pengurus OSIS, terdiri dari:
1) Ketua;
2) Wakil Ketua I;
3) Wakil Ketua II;
4) Sekretaris;
5) Sekretaris I;
6) Sekretaris II;
7) Bendahara;
8) Wakil Bendahara;
9) Seksi Bidang, yang meliputi 10 (sepuluh) bidang.
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Peranan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
1. Peranan
a. Pengertian Peranan
Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya
sesuai dengan kedudukannya, maka hal ini berarti ia menjalankan
suatu peranan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan dan saling
bertentangan satu sama lain. Setiap orang mempunyai macam-
macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal
tersebut sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang
diperbuatnya bagi masyarakat kepadanya. Peranan lebih banyak
menekankan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses
(Soerjono Soekanto, 2002: 268-269).
b. Unsur-Unsur Peranan
Menurut Soerjono Soekanto (2002: 441), unsur-unsur peranan atau
role adalah sebagai berikut:
1) Aspek dinamis dari kedudukan
2) Perangkat hak-hak dan kewajiban
3) Perilaku sosial dari pemegang kedudukan
4) Bagian dari aktivitas yang dimainkan seseorang
16
2. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
a. Pengertian Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
1) Secara Semantis
Di dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah Nomor 226/C/Kep/0/1992 disebutkan bahwa
organisasi kesiswaan di sekolah adalah OSIS, OSIS adalah
Organisasi Siswa Intra Sekolah. Masing-masing kata
mempunyai pengertian:
a) Organisasi
Secara umum adalah kelompok kerjasama antar pribadi
yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi
dalam hal ini dimaksudkan sebagai satuan atau kelompok
kerjasama para siswa yang dibentuk dalam usaha mencapai
tujuan bersama, yaitu mendukung terwujudnya pembinaan
kesiswaan.
b) Siswa
Siswa adalah peserta didik pada satuan pendidikan dasar
dan menengah.
c) Intra
Berarti terletak di dalam dan di antara, sehingga suatu
organisasi siswa yang ada di dalam dan di lingkungan
sekolah yang bersangkutan.
17
d) Sekolah
Sekolah adalah satuan pendidikan tempat
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, yang dalam
hal ini terdiri dari Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah
atau Sekolah/Madrasah yang sederajat.
2) Secara Organis
OSIS adalah satu-satunya wadah organisasi siswa yang sah di
sekolah. Oleh karena itu, setiap sekolah wajib membentuk
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) yang tidak mempunyai
hubungan organisatoris dengan OSIS di sekolah lain dan tidak
menjadi bagian dari organisasi lain yang ada di luar sekolah.
3) Secara Fungsional
Dalam rangka pelaksanaan kebijakan pendidikan, khususnya di
bidang pembinaan kesiswaan, arti yang terkandung lebih jauh
dalam pengertian OSIS adalah sebagai salah satu dari empat
jalur pembinaan kesiswaan, di samping ketiga jalur yang lain
yaitu latihan kepemimpinan, ekstrakurikuler, dan wawasan
Wiyatamandala.
4) Secara Sistemik
Apabila OSIS dipandang sebagai suatu sistem, berarti OSIS
sebagai tempat kehidupan berkelompok siswa yang bekerja
sama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam hal ini OSIS
dipandang sebagai suatu sistem, dimana sekumpulan para siswa
18
mengadakan koordinasi dalam upaya menciptakan organisasi
yang mampu mencapai tujuan. Oleh karena itu, OSIS dipandang
sebagai suatu sistem ditandai beberapa ciri pokok, yaitu:
a) Berorientasi pada tujuan
b) Memiliki susunan kehidupan berkelompok
c) Memiliki sejumlah peranan
d) Terkoordinasi
e) Berkelanjutan dalam waktu tertentu
b. Landasan Hukum Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
1) Pancasila
2) UUD 1945
3) UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
4) Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
5) Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan
6) Permendiknas Nomor 39 tahun 2008 tentang Pembinaan
Kesiswaan
7) Buku Panduan OSIS terbitan Kemdiknas tahun 2011
c. Tujuan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
Setiap organisasi selalu memiliki tujuan yang ingin dapat dicapai,
begitu pula dengan OSIS ada beberapa tujuan yang hendak dicapai,
antara lain:
19
1) Meningkatkan generasi penerus yang beriman dan bertaqwa
2) Memahami, menghargai lingkungan hidup dan nilai-nilai moral
dalam mengambil keputusan yang tepat
3) Membangun landasan kepribadian yang kuat dan menghargai
HAM dalam kontek kemajuan budaya bangsa
4) Membangun, mengembangkan wawasan kebangsaan dan rasa
cinta tanah air dalam era globalisasi
5) Memperdalam sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab,
dan kerja sama secara mandiri, berpikir logis dan demokratis
6) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta menghargai
karya artistik, budaya dan intelektual
7) Meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani
d. Sifat Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
Organisasi ini bersifat intra sekolah dan merupakan satu-satunya
organisasi yang sah di sekolah sebagai wadah siswa berorganisasi
dan menampung seluruh kegiatan siswa, dan tidak ada hubungan
organisatoris dengan OSIS di sekolah lain, serta tidak menjadi
bagian organisasi lain di luar sekolah.
e. Perangkat Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
1) Pembina OSIS
a) Kepala Sekolah, sebagai Ketua
b) Wakil Kepala Sekolah, sebagai Wakil Ketua
20
c) Guru, sebagai anggota sedikitnya lima orang dan bergantian
setiap pergantian tahun ajaran
2) Perwakilan Kelas
Terdiri dari 2 (dua) orang dari masing-masing kelas untuk
mewakili kelasnya dalam rapat perwakilan kelas dan
mengajukan usul kegiatan untuk dijadikan program kerja OSIS.
3) Pengurus OSIS
a) Ketua;
b) Wakil Ketua I;
c) Wakil Ketua II;
d) Sekretaris;
e) Sekretaris I;
f) Sekretaris II;
g) Bendahara;
h) Wakil Bendahara;
i) Sekretaris Bidang, yang meliputi 10 (sepuluh) bidang.
f. Aktivitas Siswa dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
Untuk dapat mengetahui aktivitas pengurus OSIS, dapat dilihat
dari keikutsertaannya dalam mengikuti berbagai kegiatan yang
dilaksanakan oleh OSIS, dari mulai keterlibatannya secara langsung
sebagai pengurus OSIS maupun keterlibatannya dalam mengikuti
berbagi kegiatan yang dilaksanakan oleh OSIS.
21
Kegiatan yang dilaksanakan oleh OSIS adalah kegiatan yang
bersifat kurikuler dan ektrakurikuler. Kegiatan yang besifat kurikuler
dilaksanakan di luar jam pelajaran yang bertujuan untuk
memperdalam kegiatan intra kurikuler. Adapun kegiatan yang
bersifat kurikuler antara lain membaca buku-buku, mengadakan
penelitian, membuat karya ilmiah, dan lain-lain.
Sedangkan kegiatan yang bersifat ekstrakurikuler dilaksanakan
juga di luar jam pelajaran yang bertujuan untuk memperluas dan
menambah pengetahuan siswa, menyalurkan bakat dan minat siswa.
Adapun kegiatan yang bersifat ekstrakurikuler antara lain basket,
sepak bola, bola voli, tenis meja, palang merah remaja, pramuka,
seni tari, drumband, drama, tata boga, dan lain sebagainya.
Dari keterangan tersebut, bahwa siswa sebagai pengurus OSIS
dikatakan aktif dalam pengurus OSIS apabila siswa terlihat langsung
dengan berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh OSIS.
g. Peranan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
Salah satu ciri pokok suatu organisasi adalah memiliki berbagai
macam fungsi dan peranan, demikian dengan OSIS sebagai suatu
organisasi memiliki beberapa peranan atau fungsi dalam mencapai
tujuan. Peranan OSIS yaitu:
1). Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) sebagai Wadah
Organisasi Siswa Intra Sekolah merupakan satu-satunya
wadah kegiatan para siswa di sekolah bersama dengan jalur
22
pembinaan yang lain untuk mendukung tercapainya pembinaan
kesiswaan. OSIS sebagai wadah organisasi artinya tempat
dimana para siswa melakukan kegiatan bersama, bertukar ilmu,
bertukar pikiran , mengeluarkan pendapat untuk mencapai
tujuan dan cita-cita bersama.
2). Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) sebagai Penggerak /
Motivator
OSIS sebagai motivator artinya mempengaruhi semangat
para siswa untuk berbuat dan melakukan kegiatan bersama-sama
dalam mencapai tujuan. Motivasi adalah suatu perangsang dan
dorongan bagi seseorang agar dapat melakukan sesuatu yang
lebih baik dan produktif. Sedangkan motivator adalah yang
melakukan suatu dorongan tersebut.
Motif diartikan sebagai daya penggerak yang yang telah
menjadi aktif, sedangkan motivasi adalah keadaan dalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan untuk
mencapai tujuan (Sadirman, 2001:71). Adapun bentuk motivasi
yang sering dilakukan di sekolah terhadap siswa adalah
memberi angka, hadiah, pujian, memberi tugas, memberi
ulangan, dan hukuman (Djamarah dan Zain, 2002: 168).
3). Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) sebagai Pembinaan Siswa
OSIS sebagai pembinaan kesiswaan merupakan jalur
pembinaan yang berusaha memberi bekal pengetahuan dan
23
pengalaman kepada siswa untuk memimpin dirinya, orang lain,
dan lingkungannya dalam mengikuti kegiatan sekolah dan
kehidupan sosial sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
untuk mencapai keberhasilan pendidikan siswa di sekolah.
Mulyasa (2007: 43) menjelaskan pembinaan kesiswaan
adalah segala kegiatan yang meliputi perencanaan, pengawasan,
penilaian, dan pemberian bantuan kepada siswa sebagai insan
pribadi, insan pendidikan, insan pembangunan agar siswa
tumbuh dan berkembang sebagai manusia seutuhnya dengan
tujuan pendidikan nasional berdasarkan pancasila.
B. Pengembangan Sikap
1. Pengembangan
a. Pengertian Pengembangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengembangan
adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan (1989: 414). Dan
lebih dijelaskan lagi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karya
WJS Poerwadarminta, bahwa pengembangan adalah perbuatan
menjadikan bertambah, berubah sempurna (pikiran, pengetahuan dan
sebagainya) (2002:473). Kegiatan pengembangan meliputi tahapan:
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang diikuti dengan kegiatan
penyempurnaan sehingga diperoleh bentuk yang dianggap
memadahi.
24
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2002, Pengemabangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu
pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan
fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
telah ada, atau menghasilkan teknologi baru. Pengembangan secara
umum berarti pola pertumbuhan, perubahan secara perlahan, dan
perubahan secara bertahap.
2. Sikap
a. Pengertian Sikap
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi/reaksi terhadap suatu
objek, memihak/tidak memihak yang merupakan keteraturan tertentu
dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi
tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan
sekitarnya (Saifudin A, 2005: 45).
Pendapat lain tentang sikap yaitu :
1) Menurut W. I. Thomas dan F. Znaniecki (dalam Natawidjaja,
1979: 64)
Sikap adalah proses mental yang berlaku individual, yang
menentukan respons-respons, baik yang nyata ataupun yang
potensial, dari pada setiap orang yang berada dalam kehidupan
sosial. Oleh karena itu, sikap selalu diarahkan kepada suatu
objek, maka sikap itu dapat pula diuraikan diartikan sebagai
25
“keadaan jiwa seseorang individu terhadap suatu nilai atau
value”. Nilai-nilai itu biasanya bersifat sosial, dalam arti bahwa
nilai-nilai itu merupakan sesuatu yang dianut secara umum oleh
manusia-manusia yang telah mengalami proses sosialisasi.
2) Menurut Faris (dalam Natawidjaja, 1979: 65)
Faris memperhalus pengertian yang diungkapkan oleh
Thomas dan Znaniecki dengan membedakan antara sikap yang
sadar dengan sikap yang tidak sadar, antara sikap mental dengan
sikap mentoris, antara sikap individu dan sikap kelompok,
antara sikap yang dinyatakan dengan sikap yang laten.
3) Menurut Droba (dalam Natawidjaja, 1979: 65)
Sikap adalah daya mental manusia untuk bertindak karena
atau bertindak karena atau menentang suatu obyek tertentu.
4) Menurut Park (dalam Natawidjaja, 1979: 65) mengemukakan
empat kriteria untuk merumuskan makna sikap ialah:
a) Sikap harus terarah kepada obyek atau nilai tertentu sebagai
arah orientasi, dalam hal ini membedakannya reflek, baik
yang asli ataupun bersyarat.
b) Sikap bukanlah jenis tingkah laku otomatis yang routine,
akan tetapi harus selalu siap dalam keadaan latent.
c) Sikap selalu mempunyai intensitas yang berbeda-beda,
kadang-kadang, berkuasa dalam segala tingkah laku
kadang-kadang tampak tidak efektif.
26
d) Sikap berakar pada pengalaman-pengalaman, dan oleh
karena itu bukanlah merupakan insting sosial.
Jadi, menurut beberapa pendapat tentang sikap di atas,
dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kesediaan mental
individu yang mempengaruhi dan menentukan kegiatan individu
yang bersangkutan dalam memberikan respons terhadap obyek
atau situasi yang mempunyai arti baginya.
Dalam bahasa Inggris, sikap dinyatakan dengan “attitude”,
dan ini diperoleh dari asal kata latin “aptus”, yang berarti kira-
kira, keadaan siap secara mental yang bersifat subyektif untuk
melakukan kegiatan. Dalam bidang seni, istilah ini mempunyai
arti khusus ialah keadaan yang menunjukkan posisi tubuh tubuh
patung atau lukisan.
Sikap adalah kebiasaan pribadi untuk berbuat atau bereaksi
dengan tingkah laku tertentu apabila kepadanya dihadapkan
suatu masalah yang berhubungan dengan moral. Jadi, sikap itu
tetap tersimpan pada pribadi seseorang dan tidak akan aktif
sampai seseorang itu dihadapkan pada suatu masalah.
Pernyataan sikap ini dapat dituangkan dalam bentuk kata-kata,
perbuatan atau tulisan.
Nilai dan sikap adalah hasil belajar berupa kemampuan
mengenai sesuatu yang baik / berguna di dalam setiap situasi
27
kehidupan. Nilai dan sikap merupakan integrasi dari bermacam-
macam bentuk belajar akhirnya berkaitan dengan perasaan
senang atau tidak senang, baik atau tidak baik, bagus atau tidak
bagus, benar atau tidak benar. Orang yang telah dewasa dalam
hal nilai dan sikap akan menampakkan sikap yang matang,
dewasa, mengenal ukuran kebenaran, secara umum dimanapun
ia berada.
b. Komponen Sikap
Menurut Azwar (2005), komponen-komponen sikap adalah sebagai
berikut:
1) Kognitif
Kognitif terbentuk dari pengetahuan dan informasi yang
diterima yang selanjutnya diproses menghasilkan suatu
keputusan untuk bertindak.
2) Afektif
Menyangkut masalah emosional subyektif sosial terhadap suatu
objek, secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan
yang dimiliki terhadap suatu objek.
3) Konatif
Menunjukan bagaimana perilaku atau kecenderungan
berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan
objek yang dihadapinya.
c. Tingkatan Sikap
28
Menurut Newcomb (dalam Notoatmodjo, 2007: 144) sikap terdiri
dari berbagai tingkatan, antara lain:
1) Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2) Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan sesuatu dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah indikasi dari sikap.
3) Menghargai (Valuting)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan/mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi dari sikap.
4) Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling
tinggi.
d. Macam-macam Sikap
Menurut Heri Purwanto (1998), macam-macam sikap sebagai
berikut:
1) Sikap Positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati,
menyenangi, dan mengharapkan objek tertentu.
2) Sikap Negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi,
menghindari, membenci, dan tidak menyukai objek tertentu.
e. Proses Terbentuknya Sikap
29
Menurut Allport (dalam Notoatmodjo, 2007: 143) menjelaskan
bahwa sikap mempunyai 3 (tiga) komponen pokok, antara lain:
1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap
yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini,
pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan
penting.
f. Pengertian Pengembangan Sikap
Pengembangan sikap adalah adalah perbuatan menjadikan
evaluasi/reaksi terhadap suatu objek, memihak/tidak memihak yang
merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi),
pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang
terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.
C. Kemandirian Siswa
1. Kemandirian
a. Pengertian Kemandirian
Kata kemandirian berasal dari kata dasar mandiri yang
memiliki arti suatu keadaan dimana seseorang dapat melakukan
sesuatu tanpa bantuan orang lain (Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi III, 2001). Menurut Parker yang dikutip oleh Ali (2005: 5),
kemandirian juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi seseorang
30
yang tidak bergantung kepada orang otoritas dan tidak membutuhkan
arahan secara penuh.
Kemandirian adalah sikap mandiri yang inisiatifnya sendiri
mendesak jauh ke belakang setiap pengendalian asing yang
membangkitkan swakarsa tanpa perantara dan spontanitas yakni ada
kebebasan keputusan, pendapat, pertanggung jawaban tanpa
menggantungkan orang lain. (Holstein, 1986:23)
Kemandirian (kematangan pribadi) dapat didefinisikan sebagai
keadaan kesempurnaan dan keutuhan kedua unsur (budi dan akal)
dalam kesatuan pribadi. Dengan perkataan lain, manusia mandiri
adalah pribadi dewasa yang sempurna. Orang yang mempunyai
kemandirian rendah biasanya memiliki ciri khusus antara lain
mencari bantuan, mencari perhatian, mencari pengarahan, dan
mencari dukungan pada orang lain. (Ali, 2005: 7)
Menurut Brawer yang dikutip oleh M Chabib Thoha (1996:
121) mengartikan kemandirian adalah suatu perasaan otonom. Sikap
kemandirian menunjukkan adanya konsistensi organisasi tingkah
laku pada seseorang, sehingga tidak goyah, memiliki self reliance
atau kepercayaan diri sendiri. Seseorang yang mempunyai harus
dapat mengaktualisasikan secara optimal dan tidak menggantungkan
diri kepada orang lain.
Dari pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa kemandirian adalah kemampuan melepaskan diri dari
31
ketergantungan pada orang lain terutama orang tua, mampu
mengambil keputusan dan berkomitmen pada keputusan yang
diambil, serta mampu bertingkah laku sesuai nilai yang diyakini dan
berlaku di lingkungan.
b. Ciri-ciri Individu Mandiri
Ciri-ciri sikap mandiri meliputi:
1) Selalu berorientasi pada kualitas dan prestasi
2) Mewujudkan aktualisasi dirinya dengan kerja keras dan
memfokuskan diri
3) Memberikan sikap dan tindakan terbaik terhadap apa yang
sedang dilakukan
4) Bersinergi untuk berkontribusi dalam mencapai tujuan
5) Berorientasi pada tujuan akhir dengan memperhatikan proses
(Fatimah, 2003: 145)
Berdasarkan ciri sikap mandiri di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa seseorang yang mandiri adalah orang yang
percaya pada kemampuannya dan memiliki prinsip dalam hidupnya,
sehingga ia cukup mampu melakukan aktivitas apapun dalam
hidupnya tanpa harus bergantung pada orang lain.
c. Peranan Kemandirian
Dari uraian di atas pada intinya peranan kemandirian adalah:
32
1) Menciptakan suatu kondisi dimana seseorang dalam bertingkah
laku mempunyai kebebasan membuat keputusan dan
bertanggung jawab tanpa menggantungkan kepada orang lain;
2) Menciptakan pribadi yang kuat dan tidak mudah menyerah
3) Meningkatkan kepercayaan pada kemampuan dirinya sendiri
d. Manfaat Mandiri
Manfaat melatih mandiri banyak keuntungannya, berikut ini
beberapa manfaatnya :
1) Belajar menganalisis
Jika anak terbiasa untuk mandiri, maka dia akan memiliki
kemampuan untuk menganalisa suatu kejadian. Dia akan
memahami sesuatu dari akibat, sebab-akibat, aksi reasksi, dan
sebagainya. Meskipun di dalam pemikiran yang sederhana.
2) Bertanggung jawab
Mandiri dapat menumbuhkan sikap tanggung jawab dalam diri
seseorang, tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban
maupun masalahnya. Tanpa menuntut orang lain atau orang di
sekitarnya untuk menyelesaikan masalahnya.
3) Mengembangkan daya tahan mental
Daya tahan mental akan muncul ketika seseorang senang
bereksplorasi, yaitu melakukan sesuatu atau mencari sesuatu.
33
Meningkatnya daya tahan mental sangat penting karena percaya
diri meningkat pula.
4) Mengembangkan pikiran kitis
Berpikir kritis merupakan proses pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah, seseorang yang mandiri akan mampu
mengelola permasalahannya sendiri sehingga tumbuh pikiran
kritis dalam dirinya.
e. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemandirian
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kemandirian, antara
lain sebagai berikut:
1) Faktor Internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu itu
sendiri. Musdalifah (2007: 10) mengemukakan beberapa faktor
internal, yang meliputi:
a) Intelegensi
Individu dapat dikatakan mempunyai kecerdasan
(intelegensi) yang baik jika ia mampu menyelesaikan
masalahnya sendiri. Secara umum, intelegensi memegang
peranan yang penting dalam kehidupan seseorang. Individu
yang memiliki intelegensi yang rata-rata normal tentunya
akan mudah melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain,
bila dibandingkan individu dengan tingkat intelegensi yang
rendah atau pada anak autis misalnya karena intelegensi
mempengaruhi cara berpikir logis seseorang.
34
b) Usia
Kemandirian dapat dilihat sejak individu masih kecil dan
akan terus berkembang, sehingga akhirnya akan menjadi
sifat-sifat yang relatif menetap pada masa remaja.
Bertambahnya usia seseorang, maka secara otomatis terjadi
perubahan fisik yang lebih kuat pada individu, sehingga
akan memudahkan seseorang melakukan sesuatu tanpa
bantuan dari orang lain.
c) Jenis Kelamin
Sesungguhnya pada anak perempuan terdapat dorongan
untuk melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua,
tetapi dengan statusnya sebagai gadis mereka dituntut untuk
bersikap pasif, berbeda dengan anak laki-laki yang
ekspansif. Akibatnya, anak perempuan berada lebih lama
dalam ketergantungan daripada anak laki-laki. Oleh karena
itu, tidak mengherankan apabila banyak siswa putri yang
terkesan kurang mandiri.
2) Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar individu itu
sendiri, menurut Basri dalam yang dikutip oleh Yusuf (2005:
18) faktor tersebut meliputi:
a) Kebudayaan
Kebudayaan yang berbeda akan menyebabkan perbedaan
norma dan nilai-nilai yang berlaku di dalam lingkungan
35
masyarakat, sehingga sikap dan kebiasaan masyarakat
tertentu akan berbeda dengan masyarakat lainnya. Siswa
dengan kebudayaan metropolitan yang biasanya hidup
dengan kehidupan serba instan dan canggih tentunya akan
memiliki kemandirian yang berbeda dengan latar belakang
kebudayaan di desa.
b) Pola Asuh Orang Tua
Pola pengasuhan keluarga seperti sikap orang tua, kebiasaan
keluarga, dan pandangan keluarga akan mempengaruhi
pembentukan kemandirian anak. Keluarga yang
membiasakan anak-anaknya diberi kesempatan untuk
mandiri sejak dini, akan menumbuhkan kemandirian
kemandirian pada anak-anaknya dengan cara tidak bersikap
terlalu protektif.
c) Jumlah Anak dalam Keluarga
Keluarga yang memperlakukan anak secara demokratis
adalah keluarga kecil, namun tidak menutup kemungkinan
jumlah anak yang banyak dalam keluarga juga menuntut
tingkat kemandirian anak tinggi, karena perhatian orang tua
lebih fokus pada anaknya yang masih kecil.
d) Tingkat Pendidikan dan Status Sosial Ekonomi
Orang tua yang berasal dari tingkat pendidikan rendah dan
sosial ekonomi yang rendah pula, akan mengajarkan nilai
36
kemandirian yang lebih tinggi pada anak-anaknya akibat
keterbatasan yang mereka miliki, sedangkan orang tua yang
memiliki status sosial ekonomi yang tinggi mereka lebih
menekankan gengsi, oleh karena itu anak-anaknya
cenderung manja dan bergantung pada orang tua.
f. Sikap Kemandirian
1) Pengertian Sikap Kemandirian
Sikap Kemandirian merupakan kesediaan mental individu
yang mempengaruhi serta menentukan aktivitasnya, dimana
aktivitas tersebut diarahkan pada diri sendiri dan tidak
mengharapkan pengarahan dari orang lain, serta berusaha
memecahkan masalah sendiri tanpa meminta bantuan dari orang
lain.
2) Terbentuknya Sikap Mandiri
Mandiri tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan
harus ditumbuhkan, dikembangkan, dan diterapkan pada semua
aspek. Orang tua memandirikan anak agar anak itu kelak
menjadi manusia dan warga negara yang bertanggung jawab,
sehingga dapat menyelesaikan tugas dan masalah tanpa
bergantung pada orang lain.
Masa perkembangan anak terutama yang mulai memasuki
remaja yang di dalamnya menduduki sekolah menengah pertama
37
(SMP), itu dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran dan
persoalan, bukan hanya bagi si remaja sendiri, melainkan juga
bagi para orang tua, guru, dan lingkungan sekitarnya (Muhibbin,
2014: 74). Oleh karena itu, dalam membentuk mandiri ada pihak
yang memiliki kekuasaan yang lebih besar, sehingga mampu
mempengaruhi tingkah laku pihak lain ke arah tingkah laku
yang diinginkannya. Sebaliknya, pihak yang lain memiliki
ketergantungan pada pihak pertama, sehingga apa yang
diajarkan bisa diterima dengan baik, misalnya orang tua dan
guru.
Menurut A.M. Lilik Agung (2014: 5-6), seseorang layak
disebut mandiri dan profesional melalui beberapa sikap antara
lain:
a) Penguasaan yang mendalam atas apa yang menjadi
tanggung jawab pekerjaannya. Penguasaan terhadap suatu
hal ini disebut kompetensi.
b) Kesungguhan hati dalam bekerja. Orang yang mandiri
selalu bertanggung jawab terhadap pilihannya, ketika ia
bertanggung jawab dapat dipastikan ia memiliki
kesungguhan hati untuk terlibat di dalamnya.
c) Ketangguhan untuk menuntaskan apa yang menjadi
tanggung jawabnya. Pribadi yang tangguh artinya tuntas
apabila diberi tugas, ia menunjukkan kinerja yang optimal.
38
Menyerah menjadi kosakata yang dibuang jauh-jauh dari
dirinya.
3) Pembinaan Kemandirian
Mangun Hardjana (1986: 11) memberikan definisi
pembinaan adalah suatu proses belajar yang melepaskan hal-hal
yang belum dimiliki dengan tujuan membantu orang yang
menjalaninya untuk membetulkan dan mengembangkan
pengetahuan dan kecakapan yang baru untuk mencapai tujuan
hidup dan kerja yang sedang dijalani secara lebih efektif.
Pembinaan menurut kamus besar bahasa Indonesia
mempunyai arti:
a) Proses cara pembuatan
b) Pembaharuan dan penyempurnaan
c) Usaha tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berhasil
guna dan berdaya guna untuk memperoleh hasil yang lebih
baik.
Pembinaan kemandirian bukanlah hal yang mudah, karena
memandirikan seseorang berarti menanamkan kesadaran
seseorang dalam menyelesaikan tanggung jawabnya tanpa
bergantung kepada orang lain. Mandiri tidak dapat ditanamkan
dalam waktu singkat, karena itu pembinaannya harus dimulai
masa kanak-kanak, sejak dini, sebagai usaha pembinaan
generasi yang dimulai dari lingkungan keluarga, karena masa
39
kanak-kanak adalah masa yang peka bagi pembentukan watak
manusia. Berdasarkan itu, maka pembinaan kemandirian melalui
pemanfaatan lembaga pendidikan baik formal maupun non
formal sangatlah penting.
Objek utama dari pembinaan kemandirian melalui jalur
pendidikan adalah anak-anak dan remaja. Tujuan pendidikan
pada hakikatnya adalah menciptakan lingkungan dan
memberikan pengalaman kepada mereka agar proses
pertumbuhan fisik intelektual, emosional dan sosial berlangsung
tanpa hambatan. Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat
bahwa tahap pendidikan dasar sangat berpengaruh terhadap
proses pendewasaan seseorang di masa depan. Karena itu
pendidikan dasar perlu mendapat perhatian yang utama, karena
atas dasar itulah semuanya dibangun. Dengan pendidikan dasar
yang baik, maka pendidikan menengah dan pendidikan tinggi
pun akan lebih terarah, termasuk pembinaan kemandirian yang
merupakan bagian dari pembinaan watak.
Kualitas dan status sosial guru pendidikan dasar perlu
ditingkatkan karena guru yang kualitasnya makin memadai
dapat diharapkan memiliki kemampuan mendidik yang
meningkat pula. Sedangkan dengan meningkatkan status
sosialnya dapat diharapkan dedikasi mereka akan meningkat
pula. Dengan meningkatnya persyaratan pendidikan formal para
40
guru pendidikan dasar, atribut-atribut lainnya yang dituntut dari
para guru akan meningkat pula. Hasil akhirnya anak didik yang
memiliki potensi yang lebih besar berkembang lebih lanjut.
Sama halnya dengan kualitas guru pendidikan dasar dalam
jalur pendidikan formal, maka kualitas para orang tua khususnya
ibu, perlu ditingkatkan kepedulian dan partsipasi aktifnya dalam
mendidik anak melalui berbagai upaya penyuluhan demi
berhasilnya proses pengasuhan di lingkungan keluarga. Karena
itu demi terlaksananya pendidikan awal yang benar dan terpadu,
maka langkah lain yang perlu diambil adalah meningkatkan
pengetahuan dan keikutsertaan para orang tua dalam mendidik
anak (Lemhannas, 1997: 36).
2. Siswa
a. Pengertian Siswa
Dalam pasal 1 ayat 4 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional:
Siswa atau peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan dirinya melalui proses
pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 601),
siswa adalah orang/anak yang sedang berguru (belajar, bersekolah).
Siswa atau peserta didik adalah mereka yang secara khusus
diserahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran
41
yang diselenggarakan di sekolah, dengan tujuan untuk menjadi
manusia yang berilmu pengetahuan, berketerampilan,
berpengalaman, berkepribadian, dan mandiri.
Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan,
yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga
menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional.
b. Siswa sebagai Subjek Pendidikan
Siswa adalah salah satu komponen yang menempati posisi
sentral dalam proses pembelajaran baik di kelas maupun di luar
kelas. Di dalam proses pembelajaran siswa sebagai pihak yang ingin
meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya
secara optimal. Dalam hal ini, selama proses pembelajaran siswa
ditempatkan sebagai subjek pendidikan, bukan sebagai objek.
Pandangan yang menganggap siswa sebagai objek pendidikan adalah
sebuah kekeliruan, karena dengan penempatan ini berarti
mengajarkan siswa untuk pasif. Sedangkan pengertian siswa sebagai
subjek pendidikan mengarahkan agar siswa lebih aktif selama proses
pembelajaran. Hal ini selaras dengan sistem pengajaran modern yang
menempatkan siswa sebagai pihak yang aktif dalam membentuk
pengetahuannya sendiri (Ibrahim dan Suparni, 2008).
42
Menurut teori metakognisi bahwa siswa yang belajar mestinya
memiliki kemampuan tertentu untuk mengatur dan mengontrol apa
yang dipelajarinya (Uno, 2008). Secara rinci Woolfolk dalam Uno
(2008) mengatakan bahwa kemampuan itu meliputi empat jenis,
yakni kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kritis,
kemampuan pengambilan keputusan, kemampuan berpikir kreatif.
Apabila keempat kemampuan tersebut dapat dikembangkan oleh
siswa melalui proses pembelajaran, dapat diperkirakan bahwa
kualitas hasil belajar siswa paling tidak akan memenuhi tuntutan
masyarakat dewasa ini. Jika ini dapat diwujudkan, maka siswa akan
menjadi output pendidikan yang memiliki karakter kemandirian
dalam berpikir, berani mengambil keputusan, jujur, serta memiliki
kreativitas yang tinggi.
c. Hak dan Kewajiban Siswa
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Bab 1 telah
dijelaskan bahwa peserta didik merupakan anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran
ysng tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Definisi tersebut kemudian dijelaskan kembali pada bab V pasal 12
bahwa:
1) Setiap siswa pada setiap satuan pendidikan berhak:
a) Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan yang
dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.
43
b) Mendapatkanpelayanan pendidikan sesuai bakat, minat, dan
kemampuannya.
c) Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang
tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.
d) Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang
tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.
e) Pindah ke program pendidikan pada jalur pendidikan dan
satuan pendidikan lain yang setara.
f) Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan
kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang
dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.
2) Setiap siswa berkewajiban:
a) Menjamin norma-norma pendidikan untuk menjamin
keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan.
b) Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan
kecuali bagi pendidikan yang dibebaskan dari kewajiban
tersebut sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
3. Pembinaan Sikap Kemandirian Siswa melalui OSIS
Pembinaan kemandirian melalui pemanfaatan lembaga pendidikan
baik formal maupun non formal sangatlah penting. Objek utama dari
pembinaan kemandirian melalui jalur pendidikan adalah anak-anak dan
remaja. Pembinaan kemandirian melalui kegiatan non-KBM akan lebih
mudah, salah satunya adalah pembinaan kemandirian siswa melalui OSIS.
44
Melalui OSIS ini, siswa dapat belajar dan berlatih untuk berorganisasi
dengan baik sehingga dapat mengembangkan sikap kemandiriannya, rasa
percaya diri, berkomunikasi dengan baik, berani memimpin rapat, dan
memecahkan suatu masalah yang ada dalam organisasi. Jadi, melalui
kegiatan OSIS ini siswa dapat meningkatkan kompetensi
kewarganegaraannya, termasuk kompetensi mandiri siswa (autonomous
skill).
D. KERANGKA BERPIKIR
Uma Sekaran (dalam Sugiyono 2009 : 9) mengemukakan bahwa
kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diindetifikasi sebagai
masalah yang penting. Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara
teoritis peran antara variabel yang akan diteliti. Adapun kerangka berfikir
dalam skripsi yang berjudul “Peranan Organisasi Siswa Intra Sekolah dalam
Pengembangan Sikap Kemandirian Siswa di SMP Negeri 2 Pekuncen
Kabupaten Banyumas” sebagai berikut : ada beberapa siswa yang belum bisa
proaktif dan tidak percaya dengan kemampuannya sendiri, sehingga dalam
aktivitasnya masih bergantung pada orang lain. Dari masalah tersebut, OSIS
memiliki beberapa peran penting bagi siswa, antara lain sebagai wadah
organisasi, sebagai penggerak/motivator, dan pembinaan kesiswaan yang
45
tentunya dapat mempengaruhi perubahan siswa ke arah yang lebih baik, salah
satunya yaitu memandirikan siswa.
Melalui OSIS, siswa dapat mengembangkan kemandiriannya dengan
beraktivitas dalam kegiatan OSIS dan melaksanakan program kerja yang telah
direncanakan. Pengurus OSIS melakukan aktivitas-aktivitas sesuai dengan
tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Jika terjadi perubahan
kemandirian siswa yang meningkat, maka kinerja OSIS SMP Negeri 2
Pekuncen dikatakan berhasil dan sangat berperan penting.
Peranan OSIS
Wadah Penggerak Pembinaan siswa
Faktor
Penghambat
Membentuk Sikap
Kemandirian Siswa Faktor
Pendukung
Siswa :
a. Pasif
b. Bergantung pada
pengurus OSIS lain
46
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Aktivitas Siswa dalam
OSIS
Siswa yang memiliki
Sikap Kemandirian
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang oleh Bogdan dan
Taylor (Moloeng, 2007: 4) dikatakan penelitian ini menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati, jadi pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu
tersebut secara holistik (utuh).
Sejalan dengan definisi tersebut Kirk dan Miller (Moloeng, 2007: 2)
mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan
pada manusia baik kawasannya maupun dalam peristilahannya. Penelitian
menggunakan metode kualitatif yang pengamatan wawancara atau
penelaahan dokumen, metode kualitatif ini digunakan karena beberapa
pertimbangan. Pertama, menyelesaikan metode kulitatif lebih mudah apabila
berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara
langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini
lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman
pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
Alasan peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif jenis metode
studi kasus karena peneliti tidak melakukan pengujian, melainkan melalui
metode ini peneliti ingin mencari tahu secara mendalam, memahami, dan
menjelaskan gejala dan kaitan hubungan antara segala yang diteliti, yaitu
47
Peranan Organisasi Siswa Intra Sekolah dalam Pengembangan Sikap
Kemandirian Siswa di SMP Negeri 2 Pekuncen Kabupaten Banyumas.
B. Lokasi Penelitian
Penulis mengadakan penelitian dengan lokasi di SMP Negeri 2
Pekuncen yang terletak di Jalan Raya Cikawung-Pekuncen No. 6 Kecamatan
Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Kode Pos (53164), Telpon (0281) 572188.
C. Fokus Penelitian
Fokus berarti penentuan keliasan permasalahan dan batas penelitian.
Dalam pemikiran, fokus penelitian didalamnya meliputi perumusan masalah.
Yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah:
1. Peranan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dalam pengembangan
sikap kemandirian siswa, yang meliputi peranan OSIS sebagai wadah
organisasi, peranan OSIS sebagai motivator/penggerak, dan peranan
OSIS sebagai pembinaan siswa. Dari ketiga peranan OSIS tersebut,
peneliti memfokuskan pada:
a. Program Kerja OSIS SMP Negeri 2 Pekuncen
b. Pelaksanaan Program Kerja OSIS SMP Negeri 2 Pekuncen
c. Kegiatan Class Meeting
2. Faktor-faktor apa saja yang mendorong pengembangan sikap
kemandirian siswa melalui kegiatan OSIS, yang meliputi:
a. Faktor Internal
1) Faktor yang terkait peranan OSIS sebagai wadah organisasi
terhadap pengembangan sikap kemandirian
48
2) Faktor yang terkait peranan OSIS sebagai penggerak terhadap
pengembangan sikap kemandirian
3) Faktor yang terkait peranan OSIS sebagai pembinaan terhadap
pengembangan sikap kemandirian
b. Faktor Eksternal
1) Guru
2) Tenaga Administrasi
3) Orang tua siswa
3. Kendala-kendala apa saja dalam pengembangan sikap kemandirian siswa
melalui kegiatan OSIS, yang meliputi:
a. Kendala Internal
1) Kendala yang terkait peranan OSIS sebagai wadah organisasi
terhadap pengembangan sikap kemandirian
2) Kendala yang terkait peranan OSIS sebagai penggerak terhadap
pengembangan sikap kemandirian
3) Kendala yang terkait peranan OSIS sebagai pembinaan terhadap
pengembangan sikap kemandirian
b. Kendala Eksternal
1) Lingkungan Sekitar (keadaan lingkungan, suasana sekitar)
4. Upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala dalam
pengembangan sikap kemandirian siswa melalui kegiatan OSIS, yang
meliputi:
a. Upaya dalam mengatasi kendala-kendala internal
49
b. Upaya dalam mengatasi kendala-kendala eksternal
D. Sumber Data Penelitian
Data merupakan keterangan-keterangan suatu hal yang dapat berupa
sesuatu yang diketahui atau sesuatu yang dapat digambarkan melalui angka,
simbol, kode, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penelitian. Data
perlu dikelompokkan terlebih dahulu sebelum dipakai dalam proses analisis.
Pengelompokan data disesuaikan dengan karakteristik yang menyertainya.
Sumber data penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sumber Data Primer
Sumber data yang utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-
kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai.
Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan
berperan serta merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat,
mendengar, dan bertanya (Moleong, 2009: 157). Sumber data primer
dalam penelitian ini adalah pembina OSIS dan siswa-siswi SMP Negeri 2
Pekuncen yang menjadi pengurus OSIS.
2. Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau yang dikumpulkan
oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah
ada. Data ini biasanya diperoleh di perpustakaan atau dari laporan
penelitian terdahulu, data sekunder disebut juga data tersedia. Data
sekunder dalam penelitian ini berupa dokumen yang telah ada, arsip
sekolah, dan sumber buku.
50
E. Metode Pengumpulan Data
1. Metode Pengamatan (Observasi)
Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dari gejala yang
tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang
dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa
sebagai observer berada bersama objeknya diselidiki (Rachman, 1999:
77).
Observasi penelitian ini dilakukan dengan cara melihat secara
langsung keaktifan siswa dalam melaksanakan tugas dan program kerja
OSIS serta tanggung jawab siswa dalam mengikuti kegiatan OSIS.
2. Wawancara
Wawancara adalah alat pengumpul informasi dengan cara
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan
pula (Rachman, 2011: 104). Wawancara juga merupakan pertemuan dua
orang untuk bertukan informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga
dapat dikonstruksikan makna suatu topik tertentu (Rachman, 2011: 163).
Bentuk wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
wawancara tak berstruktur. Pemilihan jenis ini bukan tanpa alasan,
karena wawancara ini bersifat lebih informal. Pertanyaan-pertanyaan
tentang pandangan, sikap, keyakinan subjek, atau tentang keterangan
lainnya dapat diajukan secara bebas kepada subjek. Wawancara seperti
ini bersifat luwes dan biasanya direncanakan agar sesuai dengan subjek
dan suasana pada saat wawancara dilaksanakan.
51
Wawancara dilakukan kepada informan untuk mendapatkan data
yang relevan berkaitan dengan permasalahan penelitian. Permasalahan
dalam penelitian ini yaitu peranan OSIS dalam pengembangan sikap
kemandirian siswa, faktor pendukung OSIS dalam pengembangan sikap
kemandirian siswa, kendala yang dihadapi OSIS dalam pengembangan
sikap kemandirian siswa, dan upaya yang dilakukan dalam mengatasi
kendala-kendala pengembangan sikap kemandirian siswa melalui OSIS.
Wawancara dilakukan terhadap pembina OSIS, dewan guru dan siswa-
siswi SMP Negeri 2 Pekuncen yang menjadi pengurus OSIS di SMP
Negeri 2 Pekuncen.
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data yang
berupa catatan tertulis dan dapat dipertanggungjawabkan serta menjadi
alat bukti resmi, Arikunto (2006: 231) menyatakan bahwa dokumentasi
adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan
sebagainya. Dalam penelitian ini dokumen yang dimaksud seperti jurnal
kegiatan OSIS SMP Negeri 2 Pekuncen tahun ajaran 2014/2015,
kemudian gambaran mengenai pelaksanaan kegiatan kemandirian siswa
melalui OSIS yang didokumentasikan dalam bentuk foto. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode wawancara dan observasi
(Sugiyono, 2008: 240).
52
F. Keabsahan dan Validitas Data
Dalam penelitin kualitatif keabsahan data adalah bagian yang sangat
penting karena untuk mengetahui derajat kepercayaan dari hasil penelitian
yang telah dilakukan. Jika keabsahan data dilakukan dengan cara yang tepat
maka akan memperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan dari
berbagai segi.
Untuk memperoleh validitas data, penulis menggunakan teknik
triangulasi sebagai teknik pemeriksaan data. Triangulasi merupakan teknik
pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moloeng,
1995: 43).
Teknik triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik
pemeriksaan dengan membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda. Dalam triangulasi ini akan dicapai dengan jalan:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara,
2. Membandingkan hasil wawancara yang sama dengan waktu yang
berbeda.
Patton juga menyatakan bahwa dalam hal ini jangan mengharapkan
hasil perbandingan tersebut merupakan kesamaan pendapat, pandangan
maupun pikiran, tetapi yang penting adalah bisa mengetahui alasan-alasan
terjadinya perbedaan (Moloeng, 1995: 43).
53
G. Metode Analisis Data
Moloeng (2007: 248) mendefinisikan analisis data sebagai suatu proses
mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori, dan
satuan uraian dasar.
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan data kualitatif model
interaktif, yang meliputi tahap reduksi data, sajian data, penarikan
kesimpulan, dan verifikasi penelitian. Keempat komponen analisis tersebut
(reduksi, sajian, penarikan simpulan/verifikasi data) dilakukan secara
simultan sejak proses pengumpulan data dilakukan.
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data, dapat diperoleh saat penelitian berlansung di
lapangan, dokumen atau data-data, buku-buku petunjuk, dokumentasi,
dan lain-lain. Setelah terkumpul semua data dan dokumen yang
dibutuhkan maka, diperiksa kembali, diatur dan kemudian diurutkan.
2. Reduksi Data
Reduksi data dalam penelitian ini akan dilakukan terus menerus selama
penelitian berlangsung. Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan
ini adalah menajamkan analisis, menggolongkan atau pengorganisasian,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan pengorganisasian data
sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
Hasil penelitian di lapangan sebagai bahan mentah dirangkai direduksi
kemudian disusun supaya lebih sistematis, yang difokuskan pada pokok-
54
pokok dari hasil-hasil penelitian untuk mempermudah penelitian di
dalam mencari kembali daya yang diperoleh apabila diperlukan kembali.
Dari data-data tersebut peneliti membuat catatan atau rangkaian yang
disususn secara sistematis.
3. Penyajian Data
Penyajian data merupakan analisis merancang deretan dan kolom sebuah
matriks untuk data kualitatif dan menentukan jenis serta bentuk data yang
dimasukkan kedalam kotak-kotak matriks. Dalam data kualitatif,
penyajian data yang digunakan adalah dalam bentuk teks naratif agar
mengurangi terjadinya peneliti untuk bertindak ceroboh dan secara
gegabah di dalam mengambil kesimpulan yang tak berdasar. Sajian data
ini membantu peneliti untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian-
bagian tertentu dari hasil penelitian.
4. Kesimpulan Penarikan atau Verifikasi Data
Miles dan Huberman (2000: 20) menguatkan kesimpulan adalah tinjauan
ulang pada catatan di lapangan atau kesimpulan dapat ditinjau sebagai
makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya,
kekokohannya, dan kecocokannya, yaitu yang merupakan validitasnya.
Yang diperoleh dari data-data hasil wawancara, observasi, dokumentasi,
kemudian peneliti mencarai makna dari hasil penelitian atau dari hasil
terkumpul. Peneliti berusaha untuk mencari pola hubungan serta hal yang
sering timbul. Dari hasil peneliti membuat kesimpulan-kesimpulan
55
kemudian diverifikasi. Alur di atas, bila digambarkan dengan skema
adalah sebagai berikut:
Gambar 3.2 Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaksi
(Miles dan Huberman, 1992: 20)
Pengumpulan Data Penyajian Data
Reduksi Data
Kesimpulan-kesimpulan
Penarikan verifikasi
119
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka
disimpulkan bahwa :
1. Peranan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dalam pengembangan
sikap kemandirian siswa antara lain Organisasi Siswa Intra Sekolah
(OSIS) sebagai wadah organisasi, Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
sebagai penggerak/motivator, dan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
sebagai pembinaan kesiswaan. Peranan tersebut ditunjukkan dari
berbagai kegiatan melalui program-program OSIS yang telah disusun.
Organisasi Siswa Intra Sekolah di SMP Negeri 2 Pekuncen
pelaksanaannya sudah cukup baik, sesuai jadwal, dan program yang telah
dibuat terlaksana dengan lancar, dan yang terpenting adalah semua
aktivitas dan kegiatan OSIS sangat berperan terhadap pengembangan
kemandirian siswa.
2. Faktor-faktor yang mendukung pengembangan sikap kemandirian siswa
melalui kegiatan OSIS di SMP Negeri 2 Pekuncen dibagi menjadi dua,
yaitu faktor pendukung internal dan faktor pendukung eksternal. Faktor
pendukung internal meliputi program kerja yang baik, sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas dalam mengelola organisai, dan
pertemuan dalam ranngka koordinasi agar kegiatan sejalan dengan
120
tujuan. Sedangkan faktor pendukung eksternal meliputi dukungan dari
guru, tenaga administrasi sekolah, dan orang tua siswa itu sendiri.
121
3. Kendala yang dihadapi Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dalam
pengembangan sikap kemandirian dibagi menjadi dua, yaitu kendala
internal dan kendala eksternal. Kendala internal meliputi pendanaan,
tempat atau ruangan OSIS yang kecil, sehingga setiap minggunya dalam
melakukan koordinasi harus menunggu ruang kelas kosong yaitu setelah
bel pulang sekolah berbunyi, hal tersebut menimbulkan kendala yang
ketiga yaitu waktu yang kurang efektif. Kendala eksternalnya adalah
berasal dari siswa-siswi diluar pengurus OSIS yang bersikap kurang baik
terhadap siswa-siswi pengurus OSIS.
4. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi dalam mengatasi kendala yang
pertama pendanaan dengan cara membuat skala prioritas agar dana yang
keluar juga tidak terlalu banyak, dalam mengatasi kendala yang kedua
tentang waktu dan tempat adalah dengan melihat kalender pendidikan
SMP Negeri 2 Pekuncen agar menemukan waktu dan tempat yang efisien
dan hal tersebut juga bertujuan agar tidak menimbulkan
ketidakseimbangan antara kegiatan belajar dan kegiatan OSIS. Upaya
dalam mengatasi kendala yang terakhir mengenai siswa di luar pengurus
OSIS adalah dengan cara pengurus OSIS tetap berprestasi dalam bidang
akademik dan nonakademik, dan memberi peluang kepada teman-
temannya untuk menyalurkan minat dan bakatnya agar tidak berpikir
negatif terhadap kegiatan OSIS.
122
B. Saran
1. Bagi Sekolah
g. Dalam mengembangkan potensi siswa khususnya sikap kemandirian,
adanya pengawasan yang intensif dari kepala sekolah dan guru dengan
cara melaksanakan pembinaan, pemantauan, dan penilaian.
h. Dalam mengatasi kendala pendanaan, sekolah hendaknya
merencanakan anggaran program yang akan datang dimulai dari tahun
sebelumnya secara cermat dan terperinci, agar kegiatan yang
direncanakan tersebut ketika dijalankan tidak kekurangan dana.
2. Bagi Guru
a. Dewan guru, dukungan dan keikutsertaan guru dalam kegiatan
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) diharapkan lebih ditingkatkan,
karena bukan hanya guru pembina saja yang senantiasa mendampingi
siswa dalam menjalankan OSIS, akan tetapi guru-guru di sekolah pun
sangat dibutuhkan dalam mensuseskan program kerja dan kegiatan
OSIS, sehingga pengembangan sikap kemandirian tidak hanya
dirasakan oleh pengurus OSIS saja, akan tetapi seluruh siswa SMP
Negeri 2 Pekuncen.
b. Pembina OSIS
1) Diharapkan melakukan monitoring ketika rapat atau koordinasi
perencanaan kegiatan, selanjutnya selama pelaksanaan melakukan
evaluasi bersama panitia dan pengurus OSIS agar pelaksanaan
kegiatan OSIS akuntabel.
123
3. Bagi Siswa
a. Pengurus OSIS
1) Pengurus OSIS merupakan kader pemimpin, diharapkan
meningkatkan kedisiplinan dan komitmen dengan
mengaplikasikannya pada setiap pelaksanaan kegiatan OSIS.
2) Pengurus OSIS merupakan teladan bagi siswa lain, memberi citra
yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
3) Perwakilan Kelas, meningkatkan kerja sama dengan OSIS dalam
merealisasikan aspirasi siswa serta melakukan monitoring secara
berkala agar kegiatan OSIS dapat terlaksana secara transparan.
b. Anggota OSIS
1) Anggota OSIS yang merupakan seluruh siswa-siswi SMP Negeri 2
Pekuncen itu sendiri, terlibat secara aktif untuk mensukseskan
OSIS dan memiliki keseriusan dan keuletan dalam mengikuti
kegiatan OSIS.
2) Anggota OSIS, memiliki sikap yang positif terhadap pengurus
OSIS dan kinerjanya dengan tidak memberi pengaruh negatif
dalam bentuk apapun, kerena kegiatan OSIS semata-mata untuk
memajukan SMP Negeri 2 Pekuncen.
123
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Lilik. 2014. Managing People. Jakarta: PT Gramedia
Ali, M. 2005. Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik). Jakarta: Rineka
Cipta
Ali, M. dkk. 2004. Kiat Mengembangkan Sikap Mandiri. Jakarta: Rineka Cipta
A.M. Sardiman, 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian dan Pendekatan Praktek. Jakarta:
PT Rineka Cipta
Chandra. Robby. 2005. Menuju Manusia Mandiri. Jakarta: Rineka Cipta
Djumarah. Zein. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Fatimah, E. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: CV Pustaka Setia
Holstein, Herman. 1986. Murid Belajar Mandiri. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Bandung
Hurlock, E, B. 2000. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Ibrahim dan Suparni. 2008. Strategi Pembelajaran. Universitas Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta
Lemhannas. 1997. Disiplin Nasional. Jakarta: PT Balai Pustaka
Lexy, Moelong. 2006. Metode Penelitian Kualitatif ( edisi revisi ). Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya Bandung
Mangun, Hardjana. 1986. Pembinaan Arti dan Metodenya. Yogyakarta: Kanisius
Musdalifah. 2007. Perkembangan Remaja dalam Kemandirian (Hambatan
Psikologis dependensi terhadap orang tua). Jurnal Pendidikan dan
Psikologi Perkembangan. Vol 4
Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Natawidjaja. 1979. Psikologi Umum dan Sosial. Jakarta: PT Abadi
124
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta
Purwadarminto. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Purwanto, Heri. 1998. Pengantar Perilaku Manusia. Jakarta: EGC
Rachman, Maman. 1999. Strategi dan Langkah-langkah Penelitian. Semarang:
IKIP Semarang Press.
Rachman, Maman. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Moral. Semarang:
UNNES Press
Saifudin, Azwar. 2005. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Santrock. J.W. 2003. Perkembangan Remaja (Edisi ke enam, Penerjemah: Shinto
B. Adelar dan Sherly Saragih). Jakarta: Erlangga
Sarwono, dkk. 1998. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta
Senge, Peter M. 1990. The Fifth Discipline: The Art and Practice of The Learning
Organization. New York: Doubleday
Sikula, Andrew F. 1981. Personal Administration and Human Resources
Management. [Online] Tersedia: http://kampus-online.blogspot.com
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta
Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers
Jakarta
Sumahamijaya, Suparman. 2003. Pendidikan Karakter Mandiri dan
Kewiraswastaan. Jakarta: PT Angkasa
Syah, Muhibbin. 2014. Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Uno, B. H. 2008. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Yusuf. 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja
Rosda
125
LAMPIRAN
126
Lampiran 1
Daftar Informan
Di SMP Negeri 2 Pekuncen
No. Nama Informan Jabatan
1. Mutingah, S.Pd Guru IPA (Pembina OSIS)
2. Abdul Rofik, S.Pd Guru Olahraga (Pembina OSIS)
3. Teguh Hidayat, S.Pd Guru Matematika (Pembina OSIS)
4. Indriyati Wahyu U, S.Pd Guru PKn
5. Drs. Ilyas Guru Bahasa Indonesia
6. Bambang Rudiyanto, S.Pd Guru IPS
7. Andriyono, S.Pd Guru BK
8. Tedy Sobahul AR Siswa
9. Lutfi Afiatunisa PS Siswa
10. Fatin Aulia Ur-Rohman Siswa
127
Lampiran 2
128
Lampiran 3
129
Lampiran 4
130
Lampiran 5
131
Lampiran 6
132
Lampiran 7
133
134
Lampiran 8
135
Lampiran 9
INSTRUMEN PENELITIAN
PERANAN ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS) DALAM PENGEMBANGAN SIKAP KEMANDIRIAN
SISWA DI SMP NEGERI 2 PEKUNCEN KABUPATEN BANYUMAS
Rumusan Masalah Fokus Penelitian Indikator Pertanyaan Subjek
Penelitian
Teknik
Pengumpulan Data
Bagaimanakah
peranan Organisasi
Siswa Intra Sekolah
(OSIS) dalam
mengembangkan
sikap kemandirian
siswa di SMP
Negeri 2 Pekuncen
Kabupaten
Banyumas?
1. Peranan
Organisasi
Siswa Intra
Sekolah (OSIS)
dalam
pengembangan
sikap
kemandirian
siswa
a. Program Kerja
OSIS SMP
Negeri 2
Pekuncen
b. Pelaksanaan
Program Kerja
OSIS SMP
Negeri 2
Pekuncen
c. Latihan Dasar
Kepemimpinan
(LDK) OSIS
1. Bagaimana
pelaksanaan program
kerja OSIS?
2. Apakah semua
program kerja yang
direncanakan berjalan
dengan baik?
3. Apa sajakah bentuk
program kerja OSIS
yang dapat
mengembangkan
sikap kemandirian?
- Pembina
OSIS
- Siswa
Pengurus
OSIS
- Observasi
- Wawancara
- Dokumentasi
136
SMP Negeri 2
Pekuncen
4. Bagaimana minat
pengurus OSIS dalam
keikutsertaan program
kerja?
5. Dalam OSIS, ada
kegiatan yang disebut
Latihan Dasar
Kepemimpinan
(LDK) OSIS. Apakah
yang dimaksud
dengan LDK OSIS?
6. Apakah kegiatan LDK
OSIS memberi
pengaruh terhadap
pengembangan sikap
kemandirian siswa?
7. Apa saja contoh
kegiatan dalam LDK
OSIS yang dapat
137
mengembangkan
kemandirian siswa?
Faktor-faktor apa
sajakah yang
mendorong
pengembangan
sikap kemandirian
siswa melalui
kegiatan OSIS di
SMP Negeri 2
Pekuncen
Kabupaten
Banyumas?
2. Faktor-faktor
yang mendorong
pengembangan
sikap
kemandirian
siswa melalui
kegiatan OSIS
a. Faktor Internal
1) Faktor yang
terkait peranan
OSIS sebagai
wadah
organisasi
terhadap sikap
kemandirian
2) Faktor yang
terkait peranan
OSIS sebagai
penggerak
terhadap sikap
kemandirian
3) Faktor yang
terkait peranan
OSIS sebagai
1. Faktor apa saja yang
mendorong
pengembangan sikap
kemandirian OSIS
dalam peranannya
sebagai wadah
organisasi?
2. Upaya apa saja yang
dilakukan OSIS untuk
menumbuhkan
semangat para siswa
melakukan aktivitas
dan kegiatan OSIS?
3. Apa saja bentuk
dorongan dari OSIS
dalam membina siswa
- Pembina
OSIS
- Guru
- Siswa
Pengurus
OSIS
138
pembinaan
kesiswaan
terhadap sikap
kemandirian
b. Faktor Eksternal
1) Guru
2) Tenaga
Administrasi
3) Orang tua
siswa
untuk
mengembangkan
sikap kemandirian?
4. Bagaimana pendapat
Bapak Ibu Guru
mengenai siswa yang
menjadi pengurus
OSIS?
5. Apakah siswa dapat
mengatur waktu
antara kepentingan
organisasi dengan
kepentingan pribadi
yaitu belajar?
6. Bagaimana nilai mata
pelajaran siswa yang
menjadi pengurus
OSIS?
7. Apakah Bapak Ibu
139
Guru dapat dengan
mudah memberi ijin
kepada siswa
pengurus OSIS yang
sedang mengikuti
KBM tiba-tiba
dipanggil untuk
mengikuti kegiatan
OSIS?
8. Menurut Bapak Ibu
Guru, apakah kegiatan
OSIS dapat
mengembangkan
sikap kemandirian
siswa?
9. Apa saja bentuk
dorongan / dukungan
Bapak Ibu Tenaga
Administrasi dalam
140
kegiatan OSIS?
10. Bagaimana bentuk
dukungan orang tua
dari siswa yang
menjadi pengurus
OSIS?
11. Apakah kegiatan
OSIS dapat
mengembangkan
sikap kemandirian
siswa di rumah?
12. Contoh sikap
kemandirian apa saja
yang sering
dilakukan di rumah?
Kendala-kendala
apa sajakah dalam
pengembangan
sikap kemandirian
3. Kendala-kendala
dalam
pengembangan
sikap
a. Kendala Internal
1) Kendala yang
terkait peranan
OSIS sebagai
1. Apa saja kendala
yang dihadapi OSIS
dalam menjalankan
peranannya sebagai
- Pembina
OSIS
- Guru
- Siswa
141
siswa melalui
kegiatan OSIS di
SMP Negeri 2
Pekuncen
Kabupaten
Banyumas?
kemandirian
siswa melalui
kegiatan OSIS
wadah
organisasi
terhadap
pengembangan
sikap
kemandirian
2) Kendala yang
terkait peranan
OSIS sebagai
penggerak /
motivator
terhadap
pengembangan
sikap
kemandirian
3) Kendala yang
terkait peranan
OSIS sebagai
pembinaan
wadah untuk
menyalurkan
kegiatan siswa?
2. Apakah kendala
tersebut
mempengaruhi
pengembangan sikap
kemandirian siswa?
3. Apa saja kendala
OSIS dalam
menggerakan
semangat siswa
untuk beraktivitas
dan berkreasi di
dalam OSIS?
4. Kendala apa saja
yang dihadapi OSIS
terkait peranannya
sebagai pembinaan
Pengurus
OSIS
142
kesiswaan
terhadap
pengembangan
sikap
kemandirian
b. Kendala Eksternal
1) Lingkungan
Sekitar
(keadaan
lingkungan,
suasana
sekitar)
kesiswaan dalam
pengembangan
kemandirian?
5. Kendala apa saja
dari lingkungan
sekitar yang
menghambat kinerja
OSIS?
6. Kendala apa saja
dari lingkungan
sekitar yang dapat
menghambat siswa
pengurus OSIS
dalam beraktivitas
dan
mengembangkan
sikap kemandirian
melalui kegiatan
OSIS?
143
Upaya-upaya apa
yang dilakukan
dalam mengatasi
kendala-kendala
dalam
pengembangan
sikap kemandirian
siswa melalui
kegiatan OSIS di
SMP Negeri 2
Pekuncen
Kabupaten
Banyumas?
4. Upaya-upaya
yang dilakukan
dalam mengatasi
kendala-kendala
dalam
pengembangan
sikap
kemandirian
siswa melalaui
kegiatan OSIS
a. Upaya dalam
mengatasi
kendala-kendala
internal
b. Upaya dalam
mengatasi
kendala-kendala
eksternal
1. Upaya apa sajakah
yang dilakukan dalam
mengatasi kendala-
kendala internal?
2. Upaya apa sajakah
yang dilakukan dalam
mengatasi kendala-
kendala eksternal?
- Pembina
OSIS
- Siswa
Pengurus
OSIS
144
Lampiran 10
INSTRUMEN PENELITIAN
PERANAN ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS) DALAM
PENGEMBANGAN SIKAP KEMANDIRIAN SISWA DI SMP NEGERI 2
PEKUNCEN KABUPATEN BANYUMAS
PEDOMAN OBSERVASI
No. Aspek yang diamati Keterangan
1. Letak Sekolah
2. Tata Tertib Sekolah
3. Data Pembina OSIS dan
Pengurus OSIS SMP Negeri 2
Pekuncen
4. Program kerja OSIS SMP Negeri
2 Pekuncen
5. Kegiatan OSIS SMP Negeri 2
Pekuncen
6. Keaktifan dan kemandirian
pengurus OSIS dalam
melaksanakan tanggung
jawabnya
7. Hubungan antar pengurus OSIS
dalam forum OSIS
145
Lampiran 11
PEDOMAN WAWANCARA
(PEMBINA OSIS)
Waktu :
Tempat :
Informan :
1. Bagaimana pelaksanaan program kerja OSIS?
2. Apakah semua program kerja yang direncanakan berjalan dengan baik?
3. Apa sajakah bentuk program kerja OSIS yang dapat mengembangkan sikap
kemandirian?
4. Bagaimana minat pengurus OSIS dalam keikutsertaan program kerja?
5. Dalam OSIS, ada kegiatan yang disebut Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK)
OSIS. Apakah yang dimaksud dengan LDK OSIS?
6. Apakah kegiatan LDK OSIS memberi pengaruh terhadap pengembangan
sikap kemandirian siswa?
7. Apa saja contoh kegiatan dalam LDK OSIS yang dapat mengembangkan
kemandirian siswa?
8. Bagaimana bentuk dorongan yang dilakukan OSIS dalam pengembangan
sikap kemandirian siswa dalam peranannya sebagai wadah organisasi?
146
9. Bagaimana bentuk dorongan yang dilakukan OSIS untuk menumbuhkan
semangat para siswa melakukan aktivitas dan kegiatan OSIS?
10. Bagaimana bentuk dorongan dari OSIS dalam membina siswa untuk
mengembangkan sikap kemandirian?
11. Apa saja kendala internal yang dihadapi OSIS dalam menjalankan
peranannya dalam pengembangan kemandirian siswa?
12. Apa saja kendala eksternal yang dihadapi OSIS dalam menjalankan
peranannya dalam pengembangan kemandirian siswa?
13. Upaya apa sajakah yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala
tersebut?
147
Lampiran 12
PEDOMAN WAWANCARA
(SISWA PENGURUS OSIS)
Waktu :
Tempat :
Informan :
1. Apa alasan Anda memilih menjadi pengurus OSIS?
2. Apa saja syarat menjadi pengurus OSIS?
3. Sikap apa saja yang harus dimiliki oleh pengurus OSIS?
4. Bagaimana pelaksanaan program kerja OSIS? Apakah semua program kerja
yang direncanakan berjalan dengan baik?
5. Apa sajakah bentuk program kerja OSIS yang dapat mengembangkan sikap
kemandirian?
6. Bagaimana minat pengurus OSIS dalam keikutsertaan program kerja?
7. Dalam OSIS, ada kegiatan yang disebut Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK)
OSIS. Apakah yang kamu ketahui tentang LDK OSIS?
148
8. Apakah kegiatan LDK OSIS memberi pengaruh terhadap pengembangan
sikap kemandirian siswa?
9. Apa saja contoh kegiatan dalam LDK OSIS yang dapat mengembangkan
kemandirian siswa?
10. Apa saja yang Anda lakukan dalam kegiatan OSIS?
11. Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab Anda, apakah Anda
menjalankan sendiri atau memilih menunggu ada teman pendamping?
12. Apakah Anda sering menyampaikan ide dan pendapat tentang program kerja
OSIS demi kemajuan OSIS di SMP Negeri 2 Pekuncen?
13. Upaya apa saja Anda lakukan untuk menumbuhkan semangat melakukan
aktivitas dan kegiatan OSIS?
14. Apakah Anda dapat dengan mudah mendapat ijin dari guru mata pelajaran
apabila ada kepentingan mendadak dalam OSIS?
15. Bagaimana cara Anda mengatur waktu untuk kepentingan organisasi dan
kepentingan pribadi yaitu belajar?
16. Bagaimana nilai rata-rata mata pelajaran Anda setelah menjadi pengurus
OSIS?
17. Bagaimana dukungan dari orang tua Anda mengenai posisi dan kedudukan
Anda yang aktif dalam organisasi, di sisi lain Anda harus fokus belajar?
18. Apa manfaat kegiatan OSIS setelah Anda di rumah?
19. Kendala apa saja dari lingkungan sekitar yang dapat menghambat Anda
dalam beraktivitas dan mengembangkan sikap kemandirian melalui kegiatan
OSIS?
149
20. Upaya apa sajakah yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala
tersebut?
Lampiran 13
PEDOMAN WAWANCARA
(GURU)
Waktu :
Tempat :
Informan :
1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu Guru mengenai siswa yang menjadi pengurus
OSIS?
2. Apakah siswa dapat mengatur waktu antara kepentingan organisasi dengan
kepentingan pribadi yaitu belajar?
3. Bagaimana nilai mata pelajaran siswa yang menjadi pengurus OSIS?
4. Apakah Bapak/Ibu Guru dapat dengan mudah memberi ijin kepada siswa
pengurus OSIS yang sedang mengikuti KBM tiba-tiba dipanggil untuk
mengikuti kegiatan OSIS?
150
5. Menurut Bapak/Ibu Guru, apakah kegiatan OSIS dapat mengembangkan
sikap kemandirian siswa?
6. Apa saja hambatan yang Bapak/Ibu Guru hadapi dalam mengahadapi siswa
yang menjadi pengurus OSIS?
7. Apa upaya Bapak/Ibu Guru dalam mengatasi kendala tersebut?
Lampiran 14
INSTRUMEN PENELITIAN
PERANAN ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS) DALAM
PENGEMBANGAN SIKAP KEMANDIRIAN SISWA DI SMP NEGERI 2
PEKUNCEN KABUPATEN BANYUMAS
PEDOMAN DOKUMENTASI
Sumber yang diambil dari dokumentasi adalah data tentang :
1. Profil SMP Negeri 2 Pekuncen
2. Visi dan Misi SMP Negeri 2 Pekuncen
3. Gambar kondisi fisik sekolah
4. Data-data tentang kepengurusan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
5. Gambar kegiatan OSIS SMP Negeri 2 Pekuncen
6. Data kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) OSIS
151
7. Kegiatan saat melakukan wawancara dengan Informan di SMP Negeri 2
Pekuncen
Lampiran 15
HASIL OBSERVASI
No. Aspek yang diamati Keterangan
1. Letak Sekolah Jalan Raya Cikawung-Pekuncen No.6
Kecamatan Pekuncen, Kabupaten
Banyumas, Kode Pos (53164).
2. Tata Tertib Sekolah Tata tertib terbagi menjadi dua, yang
pertama tata tertib bagi guru dan
karyawan, yang kedua tata tertib bagi
siswa.
3. Data Pembina OSIS dan
Pengurus OSIS SMP Negeri 2
Pekuncen
Pembina OSIS ada tiga, yaitu: Ibu
Mutingah, S.Pd sebagai koordinator
pembina OSIS, Bapak Abdul Rofik
sebagai staff pembina OSIS 1, dan
Bapak Teguh Hidayat sebagai staff
pembina OSIS 2.
4. Program kerja OSIS SMP Negeri
2 Pekuncen
Program kerja disusun sesuai dengan
sepuluh seksi bidang.
5. Kegiatan OSIS SMP Negeri 2
Pekuncen
Terdiri dari kegiatan rutin dan
kegiatan yang sifatnya insidental.
152
Kegiatan rutin seperti upacara
sekolah dan apel pagi, kegiatan
insidental seperti peringatan hari
kebangsaan.
6. Keaktifan dan kemandirian
pengurus OSIS dalam
melaksanakan tanggung
jawabnya
Siswa pengurus OSIS secara
keseluruhan aktif dan inisiatif sendiri,
karena memang siswa pilihan.
Namun, untuk kelas VII masih ada
rasa malu.
7. Hubungan antar pengurus OSIS
dalam forum OSIS
Interaksi seluruh personel OSIS
sudah terjalin dengan harmonis,
antara pembina OSIS dengan
pengurus OSIS, maupun sesama
pengurus OSIS. Hal tersebut tampak
pada kegiatan-kegiatan OSIS, mereka
bekerja sama dengan baik.
153
Lampiran 16
HASIL WAWANCARA
(PEMBINA OSIS)
Waktu : Kamis, 23 April 2015
Tempat : Ruang OSIS SMP Negeri 2 Pekuncen
Informan : Mutingah, S.Pd.
1. Bagaimana pelaksanaan program kerja OSIS?
Jawab: Pelaksanaan sesuai jadwal yang kami buat. Ada kegiatan rutin harian,
mingguan. Misalnya kegiatan rutin harian seperti kegiatan keagamaan
dilaksanakan pukul 07.00 sampai 07.15.
2. Apakah semua program kerja yang direncanakan berjalan dengan baik?
Jawab: Insya Alloh semua program kerja berjalan dengan baik, dari kegiatan
harian, mingguan, semesteran, maupun tahunan. Karena setiap selesai
pelaksanaan program kerja selalu ada laporan. Hanya masih ada satu program
kerja yang belum maksimal, yaitu program komunikasi dalam bahasa Inggris
154
yang pelaksanaannya masih satu arah. Jadi, program tersebut masih dilakukan
ketika lomba antar kelas pada class meeting berupa pidato dan rata-rata siswa
yang ikut adalah siswa yang suka bahasa Inggris, belum bisa menyeluruh.
3. Apa sajakah bentuk program kerja OSIS yang dapat mengembangkan sikap
kemandirian?
Jawab : Kegiatan keagamaan, setiap pagi pengurus OSIS sudah bisa
memimpin teman-temannya sendiri. Tapi semua program kerja OSIS
sebenarnya dibuat untuk memandirikan siswa.
4. Bagaimana minat pengurus OSIS dalam keikutsertaan program kerja?
Jawab: Mayoritas antusias dan inisiatif sendiri, cuma kadang anak kelas VII
(tujuh) yang masih malu.
5. Dalam OSIS, ada kegiatan yang disebut Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK)
OSIS. Apakah yang dimaksud dengan LDK OSIS?
Jawab: Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) yaitu kegiatan berlatih untuk
memimpin dan berlatih berorganisasi.
6. Apakah kegiatan LDK OSIS memberi pengaruh terhadap pengembangan
sikap kemandirian siswa?
Jawab: Sangat mempengaruhi, hal tersebut dapat dilihat dari kegiatan harian.
Mereka sudah terlihat perubahannya, terutama perubahan percaya diri yang
menjadi modal mereka untuk bisa mandiri.
7. Apa saja contoh kegiatan dalam LDK OSIS yang dapat mengembangkan
kemandirian siswa?
155
Jawab: Outbound, keagamaan yaitu renungan malam, latihan keorganisasian
dan kepemimpinan, latihan berwirausaha, dan penekanan kepribadian siswa
dalam tata tertib.
8. Bagaimana bentuk dorongan yang dilakukan OSIS dalam pengembangan
sikap kemandirian siswa dalam peranannya sebagai wadah organisasi?
Jawab: Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) ini wadah atau tempat untuk
berlatih berorganisasi, latihan merencanakan, melaksanakan, dan melaporkan
hasil organisasi, selain itu juga tempat untuk berlatih berani mengeluarkan
pendapat, serta menyalurkan aspirasi teman. Jadi, itu bentuk dorongannya
sudah dijelaskan secara tidak langsung bahwa seluruh siswa dapat secara
bebas menyalurkan kegiatn positif melalui OSIS.
9. Bagaimana bentuk dorongan yang dilakukan OSIS untuk menumbuhkan
semangat para siswa melakukan aktivitas dan kegiatan OSIS?
Jawab: Kami hanya memberi motivasi secara lisan mba. Siswa-siswi yang
menjadi pengurus OSIS harus bisa menjadi teladan untuk teman-temannya
terutama dalam hal tata tertib. Selain itu, harus bisa mendorong teman-
temannya untuk ikut serta dalam kegiatan OSIS dan tetap berprestasi di
bidang akademik.
10. Bagaimana bentuk dorongan dari OSIS dalam membina siswa untuk
mengembangkan sikap kemandirian?
Jawab: Kami selalu memantau siswa-siswi di sekolah, jika diketahui ada anak
yang nakal atau melanggar tata tertib sekolah, maka langsung kami panggil
dan dilakukan pembinaan siswa. Untuk satu atau dua siswa, pembinaan
156
dilakukan dengan face to face di ruang OSIS sekaligus ruang kesiswaan, di
luar itu kami juga melakukan pembinaan di dalam kelas setiap satu minggu
sekali. Dan ada juga pembinaan yang dilakukan secara tidak langsung oleh
kami pembina OSIS, yaitu melalui pengurus OSIS. Mereka kami amanahkan
untuk ikut memantau dan menasehati teman-temannya.
11. Apa saja kendala internal yang dihadapi OSIS dalam menjalankan
peranannya dalam pengembangan kemandirian siswa?
Jawab: Kendalanya waktu, dua hari dalam satu minggu kami gunakan untuk
koordinasi dan latihan upacara, jadi membuat mereka pulang sore. Pernah ada
satu dari orang tua pengurus OSIS yang komplain tentang kegiatan OSIS
yang sampai sore.
12. Apa saja kendala eksternal yang dihadapi OSIS dalam menjalankan
peranannya dalam pengembangan kemandirian siswa?
Jawab: Kalo kendala eksternal Insya Alloh ga ada sih yah mba, tidak ada
yang mengganggu kegiatan OSIS dan sampai sekarang lancar-lancar saja.
13. Upaya apa sajakah yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala
tersebut?
Jawab: Sampai saat ini kami selalu mencari waktu yang efektif untuk siswa,
tapi terkadang selalu berbenturan dengan tempat. Waktunya kosong,
tempatnya ga ada. Tempatnya ada, waktunya yang susah. Upaya yang kami
lakukan yaitu membuat batas waktu di dua hari itu, yaitu kami batasi hanya
sampai pukul 13.45 tapi kegiatan harus tetap maksimal.
157
Lampiran 17
HASIL WAWANCARA
(PEMBINA OSIS)
Waktu : Rabu, 22 April 2015
Tempat : Ruang OSIS SMP Negeri 2 Pekuncen
Informan : Teguh Hidayat, S.Pd.
1. Bagaimana pelaksanaan program kerja OSIS?
Jawab: Pelaksanaan program yang direncanakan berjalan sesuai tujuan yang
kami harapkan.
2. Apakah semua program kerja yang direncanakan berjalan dengan baik?
Jawab: Semua program kerja berjalan dengan baik, dilaksanakan dan
dinikmati oleh seluruh warga SMP Negeri 2 Pekuncen. Cuma masih ada satu
program yang beluk maksimal pelaksanaannya yaitu komunikasi dalam
bahasa Inggris dilaksanakan masih dalam bentuk pidato pada perlombaan
class meeting, belum dialog.
158
3. Apa sajakah bentuk program kerja OSIS yang dapat mengembangkan sikap
kemandirian?
Jawab: Program kerja yang kami susun rata-rata memang untuk
memandirikan siswa, akan tetapi ada beberapa program yang dengan jelas
memberi manfaat pada siswa untuk mandiri, yaitu kegiatan keagamaan,
latihan upacara, dan class meeting.
4. Bagaimana minat pengurus OSIS dalam keikutsertaan program kerja?
Jawab: Yang saya amati sampai saat ini, 90% aktif dan semangat. Sisanya
masih pasif.
5. Dalam OSIS, ada kegiatan yang disebut Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK)
OSIS. Apakah yang dimaksud dengan LDK OSIS?
Jawab: Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) adalah latihan untuk membekali
siswa supaya lebih percaya diri dan bisa melaksanakan tugas, disiplin dan
tanggung jawab.
6. Apakah kegiatan LDK OSIS memberi pengaruh terhadap pengembangan
sikap kemandirian siswa?
Jawab: Berpengaruh sekali, untuk mendidik siswa menjalakan tugas atau bisa
dikatakan memberi jalan kepada siswa untuk menjalankan tugas, pas kegiatan
LDK itu kan digembleng yah jadi mereka benar-benar yang mau ga mau
harus mandiri tanpa dibantu lagi oleh orang tua.
7. Apa saja contoh kegiatan dalam LDK OSIS yang dapat mengembangkan
kemandirian siswa?
159
Jawab: Materi, outbound, PBB, bakti sosial, renungan malam untuk melatih
mental.
8. Bagaimana bentuk dorongan yang dilakukan OSIS dalam pengembangan
sikap kemandirian siswa dalam peranannya sebagai wadah organisasi?
Jawab: Bentuk dorongannya dengan mengumumkan program kegiatan yang
sudah disepakati, dan mereka dapat secara bebas menyalurkan aspirasi
mereka karena OSIS sebagai tempatnya.
9. Bagaimana bentuk dorongan yang dilakukan OSIS untuk menumbuhkan
semangat para siswa melakukan aktivitas dan kegiatan OSIS?
Jawab: Ya disini kami memberi bentuk motivasinya ada dua, yaitu pemberian
hadiah dan pemberian hukuman. Untuk siswa yang aktif mengikuti kegiatan
OSIS, kami beri sertifikat di akhir kepengurusan. Namun, apabila mereka
melanggar tata tertib sekolah, kami akan melipat gandakan poinnya. Karena
OSIS kan harus menjadi OSIS untuk teman-temannya.
10. Bagaimana bentuk dorongan dari OSIS dalam membina siswa untuk
mengembangkan sikap kemandirian?
Jawab: Pembinaan kesiswaan yang saya lakukan adalah mengatasi anak-anak
yang melanggar tata tertib, seperti misalnya di pagi hari ada yang terlambat
masuk langsung kami tarik ke ruang OSIS dan suruh menghafalkan Asmaul
Husna, hukumannya bermanfaat tapi tetap diberi poin pelanggaran.
11. Apa saja kendala internal yang dihadapi OSIS dalam menjalankan
peranannya dalam pengembangan kemandirian siswa?
160
Jawab: Kendalanya ada di siswa pengurus OSIS itu sendiri, kelas VII rata-
rata masih malu dan masih harus diingatkan, inisiatifnya belum ada.
12. Apa saja kendala eksternal yang dihadapi OSIS dalam menjalankan
peranannya dalam pengembangan kemandirian siswa?
Jawab: Kendala eksternalnya berasal dari teman mereka yang bukan pengurus
OSIS, kadang diganggu dan disindir tentang keikutsertaan menjadi pengurus
OSIS.
13. Upaya apa sajakah yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala
tersebut?
Jawab: Terus berusaha melatih mereka untuk lebih percaya diri dengan
meniru kakak kelasnya yang sudah lebih berpengalaman, kalo upaya untuk
mengatasi kendala eksternalnya ya dengan tetap menunjukkan kelebihan
OSIS dan tetap berprestasi.
161
Lampiran 18
HASIL WAWANCARA
(PEMBINA OSIS)
Waktu : Rabu, 22 April 2015
Tempat : Ruang OSIS SMP Negeri 2 Pekuncen
Informan : Abdul Rofik, S.Pd.
1. Bagaimana pelaksanaan program kerja OSIS?
Jawab: Pelaksanaan program kerjanya masih terbimbing, karena usia anak
SMP masih apa-apa yang harus diingatkan.
2. Apakah semua program kerja yang direncanakan berjalan dengan baik?
Jawab: Ada yang belum, kegiatan yang berhubungan dengan dana yang
banyak masih belum bisa terlaksana.
162
3. Apa sajakah bentuk program kerja OSIS yang dapat mengembangkan sikap
kemandirian?
Jawab: Salah satu proram yang benar-benar terasa dilihat bahwa pengurus
OSIS bisa mandiri adalah Class meeting, persiapannya dari pagi, siswa
kumpul untuk briefing, lalu langsung bekerja sesuai dengan tugas dan
tanggung jawabnya sendiri-sendiri.
4. Bagaimana minat pengurus OSIS dalam keikutsertaan program kerja?
Jawab: Tahun ini aktif, tapi kadang masih ada beberapa yang tingkat
inisiatifnya kurang.
5. Dalam OSIS, ada kegiatan yang disebut Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK)
OSIS. Apakah yang dimaksud dengan LDK OSIS?
Jawab: Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) adalah melatih berorganisasi,
disiplin dan tanggung jawab. Jadi sebelum masuk OSIS, anak-anak dilatih
dulu melalui LDK.
6. Apakah kegiatan LDK OSIS memberi pengaruh terhadap pengembangan
sikap kemandirian siswa?
Jawab: Berpengaruh dan ada hasilnya, anak-anak sangat bersemangat
mengikuti kegiatan LDK.
7. Apa saja contoh kegiatan dalam LDK OSIS yang dapat mengembangkan
kemandirian siswa?
Jawab: Outbound, mereka bekerja dan berpikir sendiri. Dan PBB, mereka
latihan upacara dan memberi aba-aba.
163
8. Bagaimana bentuk dorongan yang dilakukan OSIS dalam pengembangan
sikap kemandirian siswa dalam peranannya sebagai wadah organisasi?
Jawab: Kami sebagai pembina OSIS ibaratnya menyediakan wadah atau
tempat, lalu mereka yang menggunakannya silahkan siapa saja bebas
menyalurkan aspirasinya melalui OSIS.
9. Bagaimana bentuk dorongan yang dilakukan OSIS untuk menumbuhkan
semangat para siswa melakukan aktivitas dan kegiatan OSIS?
Jawab: Memberi mereka motivasi di sela-sela latihan upacara, ketika
koordinasi pada hari kamis, dan sebelum masuk kegiatan keagamaan
pengurus OSIS kan kumpul dulu, disitu juga kami beri arahan.
10. Bagaimana bentuk dorongan dari OSIS dalam membina siswa untuk
mengembangkan sikap kemandirian?
Jawab: Bentuk dorongan dalam membina siswa yang saya lakukan adalah
dengan keliling kelas, kalo diketahui ada anak yang tidak ikut pelajaran
malah ke kantin langsung saya panggil, serta jika ada kelas yang kosong lalu
saya isi dengan melakukan pembinaan.
11. Apa saja kendala internal yang dihadapi OSIS dalam menjalankan
peranannya dalam pengembangan kemandirian siswa?
Jawab: Dalam melaksanakan koordinasi atau pertemuan, kami tempatnya
masih belum bisa di ruang OSIS, karena ukuran ruangan sekecil ini belum
muat untuk ditempati siswa sebanyak 41 dan pembina sebanyak tiga orang.
Oleh karena itu, pinjam salah satu kelas setelah pulang sekolah. Ruangan
yang biasa dipakai adalah ruang kelas VII A.
164
12. Apa saja kendala eksternal yang dihadapi OSIS dalam menjalankan
peranannya dalam pengembangan kemandirian siswa?
Jawab: Kendala eksternalnya berasal dari teman sebaya mereka, kadang
mereka dikira pembantunya sekolah yang kerjaannya hanya disuruh-suruh.
13. Upaya apa sajakah yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala
tersebut?
Jawab: Melakukan pembinaan di setiap kelas secara bergantian, memberi
motivasi pada anak-anak yang bukan pengurus OSIS bahwa OSIS itu
menyenangkan dan memiliki banyak manfaat.
Lampiran 19
HASIL WAWANCARA
(SISWA PENGURUS OSIS)
Waktu : Kamis, 23 April 2015
Tempat : Ruang kelas IX A SMP Negeri 2 Pekuncen
Informan : Teddy Sobakhul AR
1. Apa alasan Anda memilih menjadi pengurus OSIS?
Jawab: Karena kegiatannya asyik dan ingin mencari pengalaman.
165
2. Apa saja syarat menjadi pengurus OSIS?
Jawab: Ikut seleksi , wawancara sama praktek.
3. Sikap apa saja yang harus dimiliki oleh pengurus OSIS?
Jawab: Mandiri, tanggung jawab, disiplin.
4. Bagaimana pelaksanaan program kerja OSIS? Apakah semua program kerja
yang direncanakan berjalan dengan baik?
Jawab: Sejauh ini program kerja yang telah dibuat, dilaksanakan dengan baik
dan lancar.
5. Apa sajakah bentuk program kerja OSIS yang dapat mengembangkan sikap
kemandirian?
Jawab: Baksos, LDK, class meeting, MOS, Penyelanggaraan mading, idul
Qurban.
6. Bagaimana minat pengurus OSIS dalam keikutsertaan program kerja?
Jawab: Antusias dan semangat, apalagi saya ketua OSIS harus bisa menjadi
pemimpin yang baik agar menjadi contoh bagi anggota.
7. Dalam OSIS, ada kegiatan yang disebut Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK)
OSIS. Apakah yang kamu ketahui tentang LDK OSIS?
Jawab: LDK adalah kegiatan untuk melatih menjadi seorang pemimpin.
8. Apakah kegiatan LDK OSIS memberi pengaruh terhadap pengembangan
sikap kemandirian siswa?
Jawab: Berpengaruh sekali, dari persiapannya saja seperti persyaratan yang
harus dibawa sudah menjadi jalan aku untuk berlatih mandiri.
166
9. Apa saja contoh kegiatan dalam LDK OSIS yang dapat mengembangkan
kemandirian siswa?
Jawab: Outbound dan persyaratan buat LDK bikin sendiri.
10. Apa saja yang Anda lakukan dalam kegiatan OSIS?
Jawab: Memimpin rapat, memimpin organisasi dengan baik, mengkoordinasi
semua rapat pengurus, mengambil keputusan berdasarkan musyawarah dan
mufakat.
11. Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab Anda, apakah Anda
menjalankan sendiri atau memilih menunggu ada teman pendamping?
Jawab: Udah sendiri, karena tugas dan porsinya sudah dibagi-bagi masing-
masing.
12. Apakah Anda sering menyampaikan ide dan pendapat tentang program kerja
OSIS demi kemajuan OSIS di SMP Negeri 2 Pekuncen?
Jawab: Sering, saya selaku ketua OSIS justru harus selalu mempersiapkan
ide-ide baru tapi saya tetap memberi kesempatan pada teman-teman agar
dapat bertukar pendapat.
13. Upaya apa saja Anda lakukan untuk menumbuhkan semangat melakukan
aktivitas dan kegiatan OSIS?
Jawab: Berkumpul dan melawak dengan teman-teman agar tidak kaku.
14. Apakah Anda dapat dengan mudah mendapat ijin dari guru mata pelajaran
apabila ada kepentingan mendadak dalam OSIS?
Jawab: Iya, asalkan minta ijin dengan sopan dan jelas.
167
15. Bagaimana cara Anda mengatur waktu untuk kepentingan organisasi dan
kepentingan pribadi yaitu belajar?
Jawab: Kegiatan OSIS kan siang dan dilaksanakan di sekolah, belajarnya
malam di rumah.
16. Bagaimana nilai rata-rata mata pelajaran Anda setelah menjadi pengurus
OSIS?
Jawab: Meningkat walaupun sedikit dan yang jelas kegiatan OSIS tidak
mengganggu belajar saya.
17. Bagaimana dukungan dari orang tua Anda mengenai posisi dan kedudukan
Anda yang aktif dalam organisasi, di sisi lain Anda harus fokus belajar?
Jawab: Orang tuaku mendukung dan setuju kalo aku mengikuti kegiatan
OSIS, dan ngga keberatan kalo aku pulangnya sore soalnya sudah tau jadwal
pulang sorenya yaitu kamis dan sabtu.
18. Apa manfaat kegiatan OSIS setelah Anda di rumah?
Jawab: Menjadi lebih mandiri, tanggung jawab, lebih taat beribadah,
membantu orang tua.
19. Kendala apa saja dari lingkungan sekitar yang dapat menghambat Anda
dalam beraktivitas dan mengembangkan sikap kemandirian melalui kegiatan
OSIS?
Jawab: Cuaca, kadang kita sudah beniat mengadakan kegiatannya di outdoor,
tapi tiba-tiba hujan. Itu kendala yang memang mendadak dan mau ga mau
harus cari tempat lain.
168
20. Upaya apa sajakah yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala
tersebut?
Jawab: Pindah ke aula, kalo ngga ya kegiatannya ditunda.
Lampiran 20
HASIL WAWANCARA
(SISWA PENGURUS OSIS)
Waktu : Kamis, 23 April 2015
169
Tempat : Ruang kelas IX A SMP Negeri 2 Pekuncen
Informan : Lutfi Afiatunisa
1. Apa alasan Anda memilih menjadi pengurus OSIS?
Jawab: Ingin memajukan SMP Negeri 2 Pekuncen, belajar mandiri, dan
berlatih bertanggung jawab.
2. Apa saja syarat menjadi pengurus OSIS?
Jawab: Ikut seleksi.
3. Sikap apa saja yang harus dimiliki oleh pengurus OSIS?
Jawab: Kerja keras, tanggung jawab, jujur, disiplin.
4. Bagaimana pelaksanaan program kerja OSIS? Apakah semua program kerja
yang direncanakan berjalan dengan baik?
Jawab: Berjalan dengan baik.
5. Apa sajakah bentuk program kerja OSIS yang dapat mengembangkan sikap
kemandirian?
Jawab: Kegiatan keagamaan dan class meeting.
6. Bagaimana minat pengurus OSIS dalam keikutsertaan program kerja?
Jawab: Saya selalu semangat dan antusias dalam kegiatan OSIS, karena sudah
menjadi tugas saya.
7. Dalam OSIS, ada kegiatan yang disebut Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK)
OSIS. Apakah yang kamu ketahui tentang LDK OSIS?
Jawab: Kegiatan untuk melatih kemandirian, disiplin, dan tanggung jawab.
8. Apakah kegiatan LDK OSIS memberi pengaruh terhadap pengembangan
sikap kemandirian siswa?
170
Jawab: Iya sangat berpengaruh. Kegiatan LDK bikin aku tambah mandiri,
soalnya dari persiapan seperti alat-alat dan syarat-syarat untuk LDK aku
membuat sendiri, selain itu materi yang diberikan dan kegiatannya juga
membuat aku lebih mandiri.
9. Apa saja contoh kegiatan dalam LDK OSIS yang dapat mengembangkan
kemandirian siswa?
Jawab: Wide game, outbound, dan bikin persyaratan untuk LDK yang harus
dibawa itu saya membuat sendiri.
10. Apa saja yang Anda lakukan dalam kegiatan OSIS?
Jawab: Banyak, antar lain menyiapkan, mendistribusikan, dan menyimpan
surat serta arsip yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan, bertindak
sebagai notulis dalam rapat.
11. Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab Anda, apakah Anda
menjalankan sendiri atau memilih menunggu ada teman pendamping?
Jawab: Saya memilih sendiri, tapi sekretaris kan tugasnya juga banyak jadi
kami bagi tugas antara saya dan sekretaris satunya.
12. Apakah Anda sering menyampaikan ide dan pendapat tentang program kerja
OSIS demi kemajuan OSIS di SMP Negeri 2 Pekuncen?
Jawab: Sering, agar kami bisa saling tukar pikiran.
13. Upaya apa saja Anda lakukan untuk menumbuhkan semangat melakukan
aktivitas dan kegiatan OSIS?
Jawab: Menumbuhkan motivasi dari dalam diri saya sendiri.
171
14. Apakah Anda dapat dengan mudah mendapat ijin dari guru mata pelajaran
apabila ada kepentingan mendadak dalam OSIS?
Jawab: Mudah, yang penting ijin dan berbicara dengan sopan.
15. Bagaimana cara Anda mengatur waktu untuk kepentingan organisasi dan
kepentingan pribadi yaitu belajar?
Jawab: Mengurangi bermain, tidak membuang-buang waktu.
16. Bagaimana nilai rata-rata mata pelajaran Anda setelah menjadi pengurus
OSIS?
Jawab: Alhamdulillah meningkat dan peringkat sepuluh besar paralel.
17. Bagaimana dukungan dari orang tua Anda mengenai posisi dan kedudukan
Anda yang aktif dalam organisasi, di sisi lain Anda harus fokus belajar?
Jawab: Orang tua saya setuju dan mendukung saya dalam kegiatan OSIS.
18. Apa manfaat kegiatan OSIS setelah Anda di rumah?
Jawab: Membantu orang tua, bisa lebih mengatur waktu, meningkatkan
semangat belajar, dan lebih mandiri.
19. Kendala apa saja dari lingkungan sekitar yang dapat menghambat Anda
dalam beraktivitas dan mengembangkan sikap kemandirian melalui kegiatan
OSIS?
Jawab: Teman di kelas kadang-kadang masih ada yang mengejek kalau
kegiatan OSIS buang-buang waktu, belajarnya jadi keganggu, dan terkadang
ada beberapa yang ga mendukung sama kegiatan-kegiatan OSIS dengan cara
ikut serta di dalamnya. Dan banyak yang bilang juga kalau pengurus OSIS
dijuluki dengan pembantunya sekolah.
172
20. Upaya apa sajakah yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala
tersebut?
Jawab: Menunjukkan bahwa OSIS tidak seburuk yang mereka pikirkan dan
itu menjadi motivasi saya untuk menjalankan tugas saya menjadi lebih baik
lagi.
Lampiran 21
HASIL WAWANCARA
173
(SISWA PENGURUS OSIS)
Waktu : Kamis, 23 April 2015
Tempat : Ruang kelas IX A SMP Negeri 2 Pekuncen
Informan : Fathin Aulia Ur-Rohman
1. Apa alasan Anda memilih menjadi pengurus OSIS?
Jawab: Karena pengin menjadi orang yang aktif, menambah wawasan, dan
menambah pengalaman.
2. Apa saja syarat menjadi pengurus OSIS?
Jawab: Ikut seleksi.
3. Sikap apa saja yang harus dimiliki oleh pengurus OSIS?
Jawab: Tanggung jawab, disiplin, berani, mandiri.
4. Bagaimana pelaksanaan program kerja OSIS? Apakah semua program kerja
yang direncanakan berjalan dengan baik?
Jawab: Sampai saat ini terlaksana dengan baik dan lancar.
5. Apa sajakah bentuk program kerja OSIS yang dapat mengembangkan sikap
kemandirian?
Jawab: Class meeting, MOS, dan LDK.
6. Bagaimana minat pengurus OSIS dalam keikutsertaan program kerja?
Jawab: Kadang masih males mba, tapi seringnya ya semangat soalnya udah
jadi tanggung jawabku.
7. Dalam OSIS, ada kegiatan yang disebut Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK)
OSIS. Apakah yang kamu ketahui tentang LDK OSIS?
174
Jawab: LDK adalah kegiatan belajar untuk memimpin dan melatih tanggung
jawab.
8. Apakah kegiatan LDK OSIS memberi pengaruh terhadap pengembangan
sikap kemandirian siswa?
Jawab: Berpengaruh, di LDK kami berpikir sendiri dan belajar tidak
mengandalkan orang lain selam masih bisa sendiri.
9. Apa saja contoh kegiatan dalam LDK OSIS yang dapat mengembangkan
kemandirian siswa?
Jawab: Outbound, wide game dan materi.
10. Apa saja yang Anda lakukan dalam kegiatan OSIS?
Jawab: Melaksanakan kegiatan yang telah diprogramkan, menyiapkan
laporan pertanggungjawaban pada akhir kegiatan.
11. Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab Anda, apakah Anda
menjalankan sendiri atau memilih menunggu ada teman pendamping?
Jawab: Kadang sendiri, kadang nunggu temen.
12. Apakah Anda sering menyampaikan ide dan pendapat tentang program kerja
OSIS demi kemajuan OSIS di SMP Negeri 2 Pekuncen?
Jawab: Ngga sering, tapi ya pernah, karena OSIS itu kan anggotanya banyak
jadi saling berbagi pendapat.
13. Upaya apa saja Anda lakukan untuk menumbuhkan semangat melakukan
aktivitas dan kegiatan OSIS?
Jawab: Saya memotivasi diri saya sendiri dan melihat teman-teman semangat
saya juga ikut semangat.
175
14. Apakah Anda dapat dengan mudah mendapat ijin dari guru mata pelajaran
apabila ada kepentingan mendadak dalam OSIS?
Jawab: Dimudahkan.
15. Bagaimana cara Anda mengatur waktu untuk kepentingan organisasi dan
kepentingan pribadi yaitu belajar?
Jawab: Menggunakan waktu kosong untuk kepentingan belajar.
16. Bagaimana nilai rata-rata mata pelajaran Anda setelah menjadi pengurus
OSIS?
Jawab: Meningkat dan yang penting tidak turun.
17. Bagaimana dukungan dari orang tua Anda mengenai posisi dan kedudukan
Anda yang aktif dalam organisasi, di sisi lain Anda harus fokus belajar?
Jawab: Orang tuaku mendukung dan orangtuaku tipenya kalo anak seneng ya
mendukung saja.
18. Apa manfaat kegiatan OSIS setelah Anda di rumah?
Jawab: Lebih mandiri, disiplin, dan membantu orang tua..
19. Kendala apa saja dari lingkungan sekitar yang dapat menghambat Anda
dalam beraktivitas dan mengembangkan sikap kemandirian melalui kegiatan
OSIS?
Jawab: Temen masih suka mencela tentang keikutsertaan menjadi pengurus
OSIS, dikira ikut OSIS biar eksis dan terkenal, dibilang kalo kegiatan OSIS
buang-buang waktu, dan ngga sedikit yang bilang kalo pengurus OSIS itu
kaya pembantunya sekolah..
176
20. Upaya apa sajakah yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala
tersebut?
Jawab: Menunjukkan dengan cara menjadi lebih baik lagi, mengingatkan
teman dan saya ajak kerja sama.
Lampiran 22
177
HASIL WAWANCARA
(GURU)
Waktu : Kamis, 23 April 2015
Tempat : Ruang Guru
Informan : Drs. Ilyas (Guru Bahasa Indonesia)
1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu Guru mengenai siswa yang menjadi pengurus
OSIS?
Jawab : Karena sudah menjadi kebijakan sekolah bahwa masing-masing
sekolah mendirikan OSIS, ya saya mendukung saja. Setiap sekolah berbeda
dalam mengadakan seleksi, disini menjadi tugas wali kelas yang mengirim
perwakilan kelasnya sekitar empat orang yang sekiranya mempunyai
kelebihan baik dalam prestasi belajar maupun di luar itu, selebihnya jika ada
yang mau mengajukan sendiri dibuka pendaftaran.
2. Apakah siswa dapat mengatur waktu antara kepentingan organisasi dengan
kepentingan pribadi yaitu belajar?
Jawab : ketika proses seleksi, siswa diwawancarai dulu satu persatu. Ditanya
mengenai kesiapan mereka menjadi pengurus OSIS terutama kesiapan dalam
mengatur waktu. Ketika mereka menjawab dengan lantang siap, kami
mencoba merekrut mereka. Akan tetapi, jika jawaban mereka masih setengah-
setengah ya kami tidak berani memutuskan mereka untuk menjadi pengurus
178
OSIS. Jadi yang menjadi pengurus OSIS adalah siswa siswi terpilih yang
sudah mengikuti proses seleksi.
3. Bagaimana nilai mata pelajaran siswa yang menjadi pengurus OSIS?
Jawab : Pada umumnya, ada yang tetap dan meningkat. Tapi sebagian besar
meningkat, tidak bisa dipungkiri dengan jumlah pengurus OSIS yang tidak
sedikit ya masih ada lah satu dua siswa yang nilainya menurun karena ikut
kegiatan OSIS.
4. Apakah Bapak/Ibu Guru dapat dengan mudah memberi ijin kepada siswa
pengurus OSIS yang sedang mengikuti KBM tiba-tiba dipanggil untuk
mengikuti kegiatan OSIS?
Jawab : Dari awal memang kegiatan OSIS kami buat dengan tidak memotong
jam pelajaran siswa, dilaksanakan di luar KBM yaitu setelah pulang sekolah.
Namun, jika ada kepentingan yang benar-benar mendesak dan harus ada
koordinasi ketika KBM, saya mengijinkan mereka tidak mengikuti pelajaran
dengan tidak mengesampingkan tugas dan PR yang harus mereka kerjakan
dan kumpulkan sama halnya dengan teman-teman yang lain.
5. Menurut Bapak/Ibu Guru, apakah kegiatan OSIS dapat mengembangkan
sikap kemandirian siswa?
Jawab : Sangat mempengaruhi. Kelihatan sekali anak-anak yang menjadi
pengurus OSIS lebih mandiri, lebih bertanggung jawab, dan memiliki
kemampuan berkomunikasi yang baik, yang tadinya malu berbicara di depan
temannya sekarang sudah lebih percaya diri.
179
6. Apa saja hambatan yang Bapak/Ibu Guru hadapi dalam mengahadapi siswa
yang menjadi pengurus OSIS?
Jawab : Untuk siswanya sendiri tidak ada, tapi untuk kegiatan OSIS saya
melihat kendala yang dihadapi adalah waktu, kami sedang mencari waktu
yang benar-benar ideal untuk siswa, yang rumahnya jauh kasihan. Yang
kedua, ketika kegiatan OSIS terlalu banyak, maka kendalanya adalah biaya.
Selain kegiatan OSIS, sekolah juga mempunyai banyak kegiatan dan
membutuhkan biaya. Maka dari itu, pendanaan terbatas dan harus dibagi-bagi
agar seimbang.
7. Apa upaya Bapak/Ibu Guru dalam mengatasi kendala tersebut?
Jawab : Upaya yang kami lakukan untuk mengatasi masalah dana untuk
kegiatan siswa adalah dengan membuat skala prioritas. Misalnya kegiatan
sedang banyak-banyaknya, akan tetapi anggaran yang kami punya tidak
mencukupi, maka kami memilih kegiatan mana saja yang sangat penting dan
bermanfaat bagi kami semua, selanjutnya menunda kegiatan yang lain atas
persetujuan bersama. Upaya yang kami lakukan untuk mengatasi kendala
yang kedua sampai saat ini, kami masih mencari waktu yang benar-benar
efektif untuk siswa agar mereka tidak sampai pulang sore. Kami berupaya
mengikuti kalender pendidikan, agar terjadi keseimbangan antara kegiatan
akademik dan non akademik. Karena kami tidak mau diantara keduanya ada
yang lebih dominan.
180
Lampiran 23
HASIL WAWANCARA
(GURU)
Waktu : Jumat, 24 April 2015
Tempat : Ruang Guru
Informan : Indriyati Wahyu Utami, S.Pd (Guru PPKn)
1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu Guru mengenai siswa yang menjadi pengurus
OSIS?
Jawab: Saya mendukung, dilihat dari pemilihan ketua OSISnya kan juga
siswa dapat belajar mengenai demokrasi. Dan siswa yang menjadi pengurus
OSIS adalah siswa-siswi pilihan, mereka yang memiliki prestasi lebih dari
siswa lain.
2. Apakah siswa dapat mengatur waktu antara kepentingan organisasi dengan
kepentingan pribadi yaitu belajar?
Jawab: Karena masih anak-anak, usia SMP juga masih segitu ya waktunya
tersita untuk organisasi karena asyik berkumpul dengan teman-temannya, jadi
belum terlalu bisa mengatur waktu dengan baik.
3. Bagaimana nilai mata pelajaran siswa yang menjadi pengurus OSIS?
Jawab: Nilainya PPKnnya tetap baik sampai saat ini, tidak ada yang
menunjukkan penurunan prestasi.
181
4. Apakah Bapak/Ibu Guru dapat dengan mudah memberi ijin kepada siswa
pengurus OSIS yang sedang mengikuti KBM tiba-tiba dipanggil untuk
mengikuti kegiatan OSIS?
Jawab: Iya saya mengijinkan jika kepentingannya sangat mendesak, tapi
apabila kondisinya sedang ulangan ya saya tetap mendahulukan ulangan.
5. Menurut Bapak/Ibu Guru, apakah kegiatan OSIS dapat mengembangkan
sikap kemandirian siswa?
Jawab: Sangat mempengaruhi, melalui LDK mereka sudah bisa belajar
mengembangkan sikap kemandirian.
6. Apa saja hambatan yang Bapak/Ibu Guru hadapi dalam mengahadapi siswa
yang menjadi pengurus OSIS?
Jawab: Kendala ya itu tadi terkadang mereka belum bisa membagi waktu.
7. Apa upaya Bapak/Ibu Guru dalam mengatasi kendala tersebut?
Jawab: Melatih dan mengajarkan mereka tentang memenej waktu antara
elajar dan kepentingan organisasi, agar keduanya seimbang.
182
Lampiran 24
HASIL WAWANCARA
(GURU)
Waktu : Jumat, 24 April 2015
Tempat : Ruang Guru
Informan : Bambang Rudiyanto, S.Pd (Guru IPS)
1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu Guru mengenai siswa yang menjadi pengurus
OSIS?
Jawab: Saya selaku guru, mendukung siswa-siswi yang terlibat dalam
kegiatan OSIS. Karena siswa sudah mengikuti seleksi secara tertulis,
wawancara, maupun presentasi, jadi anak-anak sudah siap. Anak-anak pilihan
tersebut tersebut biasanya yang memiliki prestasi akademik.
2. Apakah siswa dapat mengatur waktu antara kepentingan organisasi dengan
kepentingan pribadi yaitu belajar?
Jawab: Secara umum, mereka dapat mengatur waktu.
3. Bagaimana nilai mata pelajaran siswa yang menjadi pengurus OSIS?
Jawab: Di atas rata-rata, malah ada pengurus OSIS yang peringkat 1 (satu)
paralel kelas XII (delapan), karena memang dari awal yang dipilih adalah
siswa yang memiliki prestasi akademik. Hanya seperti yang tadi saya bilang
bahwa ya masih ada satu atau dua anak yang nilainya belum bisa maksimal.
183
4. Apakah Bapak/Ibu Guru dapat dengan mudah memberi ijin kepada siswa
pengurus OSIS yang sedang mengikuti KBM tiba-tiba dipanggil untuk
mengikuti kegiatan OSIS?
Jawab: Tergantung kondisinya, apabila sedang KBM biasa saya persilahkan.
Namun jika kondisinya sedang ulangan, yang diberatkan adalah ulangannya.
Dan hal-hal mengenai materi dan tugas-tugas yang tertinggal dengan teman
yang lain bisa ditanyakan kepada temannya.
5. Menurut Bapak/Ibu Guru, apakah kegiatan OSIS dapat mengembangkan
sikap kemandirian siswa?
Jawab: Jelas mempengaruhi. Apa lagi untuk kegiatan keagamaan yang
dilaksanakan setiap hari, sangat berperan penting untuk kemandirian siswa-
siswi pengurus OSIS, karena mereka berani memimpin teman kelas lain di
masing-masing kelas.
6. Apa saja hambatan yang Bapak/Ibu Guru hadapi dalam mengahadapi siswa
yang menjadi pengurus OSIS?
Jawab: Tidak ada. Akan tetapi anak-anak terkadang harus membantu sekolah
sampai sore kasihan, tentu saja harus ada makanan untuk anak sebanyak 43,
kendalanya berarti di biaya. Dan dari Biaya Operasional Sekolah (BOS)
untuk kegiatan siswa di dalam OSIS juga ada, namun terbatas dan masih
harus menyisihkan sedikit untuk memberi makan siswa.
7. Apa upaya Bapak/Ibu Guru dalam mengatasi kendala tersebut?
184
Jawab: Dana dari BOS untuk kegiatan siswa sudah dianggarkan, upaya yang
harus dilakukan adalah menyisihkan dana tersebut untuk konsumsi anak-
anak.
Lampiran 25
HASIL WAWANCARA
(GURU)
Waktu : Jumat, 24 April 2015
Tempat : Ruang BK
Informan : Andriyono, S.Pd (Guru BK)
1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu Guru mengenai siswa yang menjadi pengurus
OSIS?
Jawab: Saya sangat mendukung yah kepada anak-anak yang berani
berkegiatan selain belajar. Dari proses, ada pemilihan melalui seleksi jadi
anak-anaknya sudah memiliki loyalitas.
2. Apakah siswa dapat mengatur waktu antara kepentingan organisasi dengan
kepentingan pribadi yaitu belajar?
Jawab: Kadangkala manajemen waktu ada yang bagus ada yang tidak.
Karakteristik anak berbeda-beda, ada yang terlalu asik di organisasinya, ada
yang biasa saja. Tetapi mayoritas mereka sudah bisa mengatur waktu.
3. Bagaimana nilai mata pelajaran siswa yang menjadi pengurus OSIS?
185
Jawab: Dalam sebuah organisasi, terdapat banyak orang yang mengelolanya.
Seperti yang tadi saya katakan bahwa tidak semuanya, ada yang termotivasi
ada yang tidak, tetapi mayoritas nilainya bagus dan ada beberapa yang
peringkat sepuluh besar paralel.
4. Apakah Bapak/Ibu Guru dapat dengan mudah memberi ijin kepada siswa
pengurus OSIS yang sedang mengikuti KBM tiba-tiba dipanggil untuk
mengikuti kegiatan OSIS?
Jawab: Tetap mengijinkan. Sangat esensial, saya sebagai warga sekolah harus
selalu mendukung.
5. Menurut Bapak/Ibu Guru, apakah kegiatan OSIS dapat mengembangkan
sikap kemandirian siswa?
Jawab: Karena mengelola organisasi ada latihannya, maka menurut saya
kegiatan OSIS tersebut dapat mengembangkan sikap kemandirian siswa.
Namun tidak semua program tujuan spesifiknya untuk memandirikan, ada
tujuan-tujuan lain yang pada intinya untuk kebaikan siswa.
6. Apa saja hambatan yang Bapak/Ibu Guru hadapi dalam mengahadapi siswa
yang menjadi pengurus OSIS?
Jawab: Kendalanya adalah ketika saya menenmukan ada pengurus yang
melanggar peraturan sekolah, padahal kan dirinya harus memberikan contoh
yang baik untuk teman-temannya.
7. Apa upaya Bapak/Ibu Guru dalam mengatasi kendala tersebut?
186
Jawab: Upaya yang saya lakukan sebagai guru BK adalah berkomunikasi
dengan pembina OSIS, setelah itu pembina OSIS akan melakukan pembinaan
kepada siswa tersebut.
Lampiran 26
FOTO-FOTO PENELITIAN
SMP Negeri 2 Pekuncen tampak dari depan
187
Kondisi Ruang OSIS SMP Negeri 2 Pekuncen
Wawancara dengan Bapak Teguh Hidayat
Wawancara dengan Bapak Abdul Rofik
188
Wawancara dengan Ibu Mutingah
Wawancara dengan Bapak Ilyas
189
Wawancara dengan Ibu Indriyati Wahyu Utami
Wawancara dengan Bapak Bambang Rudiyanto
Wawancara dengan Bapak Andriyono
Wawancara dengan siswa-siswi pengurus OSIS