peranan guru kelas dalam mengatasi perilaku …
TRANSCRIPT
PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU BULLYING
PADA MURID KELAS V DI SD NEGERI 004 KALOTOK KECAMATAN
SABBANG SELATAN KABUPATEN LUWU UTARA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
Sulhijar
NIM 10540 9148 14
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2021
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132
\
ii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132
\
iii
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132
\
iv
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : SULHIJAR
NIM : 10540 9148 14
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Judul Skripsi : Peranan Guru Kelas Dalam Mengatasi Perilaku
Bullying Pada Murid Kelas V SDN 004 Kalotok
Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten Luwu Utara
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan Tim
Penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau
dibuatkan oleh siapapun .
Demikianlah pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi
apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, 2021
Yang Membuat Pernyataan
SULHIJAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132
\
v
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : SULHIJAR
NIM : 10540 9148 14
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya
akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakkan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, 2021
Yang Membuat Perjanjian
SULHIJAR
vi
MOTTO
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum
yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari
mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan
(mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang
diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah
kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
(fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim”
(QS. Al-Hujurat: 11)
“Damailah orang-orang yang tak risau tentang memiliki lebih atau kurang.
Tak terikat oleh harta dan kemasyhuran, ia bebas dari kesedihan dunia
Dan utamanya dari dirinya sendiri”.
(Jalaluddin Rumi)
“Bagi saya, guru bukan sekedar profesi untuk bertahan hidup.
Namun, profesi guru ialah tentang bagaimana kehidupan bisa terus
dipertahankan”.
(Sulhijar)
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya saya berikan kepada semua
pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan penulisan dan penyusunan
skripsi ini. Teruntuk Ayah dan ibu, yang telah memberikan dorongan dan
kesempatan kepada saya untuk bisa terus melanjutkan pendidikan sampai
sekarang walaupun dengan segala perjuangan, materi, tenaga, usia serta doa yang
terus dipanjatkan.
Kepada semua guru yang darinya saya belajar tentang pengetahuan
sehingga memberikan saya dorongan untuk terus belajar sepanjang hayat,
terkhusus kepada dosen pembimbing saya (Dra. Hj. Muliati Samad, M.Si & Ade
Irma Suriani, S.Pd., M.Pd) yang telah membantu selama penyusunan skripsi ini.
Juga kepada semua sahabat yang menjadi penghibur dikala sedih dan
menjadi pengingat dikala terlampau gembira. Dan kepada semua pihak yang
berkontribusi sehingga skripsi ini dapat saya selesaikan, sekali lagi terimakasih.
Kepada Almamaterku Universitas Muhammadiyah Makassar, karya ini ku
persembahkan.dan hanya Allah pemberi petunjuk terbaik.
viii
ABSTRAK
Sulhijar, 2021. “Peranan Guru Kelas Dalam Mengatasi Perilaku Bullying Pada
Murid Kelas V SD Negeri 004 Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten
Luwu Utara”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar.
Pembimbing I Muliati Samad Pembimbing II Ade Irma Suriani.
Fokus masalah dalam penelitian ini tentang bentuk bullying, proses
terjadinya dan bagaimana peran guru kelas dalam mengatasi perilaku Bullying
pada murid kelas V di SD Negeri 004 Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan
Kabupaten Luwu Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk
Bullying, proses terjadinya, serta bagaimana peran guru kelas dalam mengatasi
perilaku Bullying pada murid kelas V di SD Negeri 004 Kalotok Kecamatan
Sabbang Selatan Kabupaten Luwu Utara.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif.
Sampel sumber data dalam penelitian ini adalah guru kelas V, murid kelas V, dan
kepala sekolah di SDN 004 Kalotok. Untuk memperoleh data digunakan
instrumen penelitian berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, serta
dokumentasi. Hasil penelitian ini di uji keabsahan datanya dengan menggunakan
triangulasi teknik dan triangulasi sumber.
Berdasarkan hasil dan temuan dalam penelitian, Bullying di kelas adalah
suatu perbuatan/perilaku yang dilakukan murid dengan tujuan menyakiti baik
secara fisik maupun mental dengan berbagai cara seperti fisik, verbal, maupun
pengucilan teman sebaya. Adapun jenis perilaku Bullying murid kelas v SDN 004
Kalotok adalah Bullying fisik seperti menendang dan memukul, Bullying verbal
seperti memplesetkan nama, Bullying relasional seperti pengucilan bahkan
pengabaian teman dalam lingkar pertemanan sebaya. Pola terbentuknya Bullying
murid kelas v SDN 004 Kalotok yaitu pertama, status sosial dan ekonomi
orangtua murid dalam masyarakat. Kedua, karakter yang berbeda antar murid
yang juga mempunyai hubungan dengan status sosial dan ekonomi orangtua yang
memberikan sumbangan dalam pembentukan karakter pada setiap. Ketiga, ukuran
badan dan perbedaan kekuatan antar murid. Keempat, pembentukan lingkar
pertemanan antar murid berdasarkan kedekatan rumah dengan murid.
Kata kunci: Peranan guru kelas, Bullying di kelas.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya serta
salam dan shalawat selalu tercurah kepada Rasul Allah Muhammad
Shallalllahu’Alaihi Wa Sallam. Penulisan Tugas Akhir Skripsi ini dalam rangka
untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan dengan judul “Peranan Guru Kelas dalam Mengatasi Perilaku Bullying
pada Murid Kelas V SDN 004 Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten
Luwu Utara” dan dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama
dengan pihak lain.
Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada Ayah dan ibu yang selalu memberikan semangat. Dra. Hj. Muliati
Samad, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I dan Ade Irma Suriani S.Pd., M.Pd.
yang telah banyak memberikan saran/masukan, bimbingan dan motivasi dengan
sabar selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini. Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd.
selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar beserta dosen dan staf
yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra
proposal sampai dengan selesainya Tugas Akhir Skripsi ini. Erwin Akib, S.Pd.,
M,Pd., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan
persetujuan pelaksanaan Tugas Ahir Skripsi.
Ucapan Terima kasih juga saya sampaikan kepada Kepala Sekolah dan
Guru Kelas V SDN 004 Kalotok yang telah memberikan ijin dan bantuan dalam
x
pelaksanaan penelitian untuk menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi. Juga kepada
Organisasi Mahasiswa PEMILAR yang telah memberikan tempat untuk tumbuh,
berkembang, dan selalu menyediakan tempat untuk pulang dan teman-teman
PGSD GENERATIF 14 dan Kelas D PGSD 14 yang membantu dalam banyak
hal, terimakasih sudah menjadi bagian dari rezeki Allah tentang orang-orang yang
baik. Termasuk dalam membantu, memberi semangat dan motivasi dalam
menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi dan semua pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan di sini atas bantuan dan
perhatiannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.
Semoga amal kebaikan yang telah diberikan dibalas oleh Allah SWT
dengan balasan yang setimpal. Demikianlah skripsi ini semoga menjadikan
manfaat bagi orang lain.
Makassar, 2021
Peneliti,
Sulhijar
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................................. iii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................ iv
SURAT PERJANJIAN ............................................................................... v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ................................................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ......................................................................... 5
C. Rumusan Masalah ...................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................... 8
A. Hasil Penelitian Yang Relevan ................................................... 8
B. Guru Kelas ................................................................................. 9
1. Pengertian Guru Kelas .......................................................... 9
2. Peran Guru Kelas .................................................................. 11
C. Murid .......................................................................................... 14
1. Tahap Perkembangan Murid ................................................ 14
2. Perkembangan Sosial Emosional Murid Sekolah Dasar ...... 18
D. Perilaku Bullying ........................................................................ 21
1. Pengertian Bullying ............................................................... 21
2. Jenis-Jenis Bullying ............................................................... 23
3. Ciri-Ciri dan Faktor Penyebab Terjadinya Bullying ............. 25
4. Dampak Korban Bullying ...................................................... 29
E. Kerangka Pikir ............................................................................ 30
xii
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 32
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 32
B. Variabe dan Definisi Operasional .............................................. 33
C. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 35
D. Instrumen Penelitian ................................................................... 35
1. Instrumen Wawancara ........................................................... 36 34
2. Instrumen Observasi.............................................................. 36
3. Instrumen Dokumentasi ........................................................ 37
E. Sampel Sumber Data ................................................................... 37
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 38
1. Wawancara ............................................................................ 38
2. Observasi ............................................................................... 39
3. Dokumentasi ......................................................................... 40
G. Teknik Analisis Data .................................................................. 40
1. Reduksi Data (Data Reduction) ............................................ 41
2. Penyajian Data (Data Display) ............................................. 41
3. Penarikan Kesimpulan (Data Drawing/verification) ............ 41
H. Keabsahan Data .......................................................................... 42
1. Triangulasi Teknik ................................................................ 42
2. Triangulasi Sumber ............................................................... 43
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN .......................... 44
A. Deskripsi Data Penelitian ........................................................... 44
1. Sampel Sumber Data ............................................................ 44
2. Analisis Data Penelitian ....................................................... 44
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan................................................ 44
1. Penyajian data penelitian ...................................................... 44
C. Hambatan Dalam Penelitian ....................................................... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 60
A. Kesimpulan ................................................................................ 60
B. Saran ........................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar
2.1 Alur Kerangka Pikir ................................................................................. 31
4.1 Alur reduksi data ....................................................................................... 41
4.2 Penjabaran perilaku murid kelas V .......................................................... 48
4.3 Perilaku Bullying murid kelas V SDN 004 Kalotok ................................ 50
4.4 Peranan dalam Bullying murid kelas V SDN 004 Kalotok ...................... 53
4.5 Pola terbentuknya Bullying pada murid kelas V SDN 004 Kalotok ........ 56
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran
1. Jadwal penelitian ...................................................................................... 66
2. Profil SDN 004 Kalotok ............................................................................ 67
3. Metode penelitian ..................................................................................... 71
4. Catatan lapangan ..................................................................................... 72
5. Instrumen wawancara kepala sekolah ...................................................... 77
6. Instrumen wawancara guru kelas ............................................................. 80
7. Instrumen wawancara murid kelas V ....................................................... 88
8. Reduksi, display, dan kesimpulan hasil wawancara ................................ 95
9. Dokumentasi ............................................................................................ 116
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai seorang guru seharusnya memahami bahwa murid merupakan
harapan penerus bangsa, sehingga diperlukan suasana belajar yang mendukung
peserta didik mengembangkan bakat dan prestasinya di sekolah. Namun
perkembangan murid tidak selalu berjalan maksimal dan banyak masalah yang
terjadi dalam pendidikan murid sehingga dibutuhkan konseling dan bimbingan
dari pihak guru dan sekolah. Masalah yang sering dihadapi dalam dunia
pendidikan adalah “school bullying”. Fenomena bullying di sekolah bukanlah hal
yang baru. Namun hingga kini belum benar-benar mendapat perhatian khusus dan
ditangani secara serius. Padahal, bullying adalah embrio kekerasan (Lutfi Arya,
2018).
Kekerasan (violence) adalah tindakan yang menggunakan kekuatan fisik,
ancaman atau tindakan untuk menyerang orang lain atau kelompok tertentu
dengan niat untuk menyakiti yang mengakibatkan (atau mendekati) cedera,
kematian, gangguan psikis, dan kerugian. Dari uraian tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa bullying adalah keinginan individu untuk menyakiti. Dalam
dunia pendidikan juga terjadi perilaku bullying antar sesama murid mulai dari
tindakan memukul, mengejek, mengucilkan dan dilakukan secara berulang-ulang.
Dampak dari kekerasan dapat menimbulkan rasa takut dan rasa tidak aman kepada
2
anak. Dalam Kondisi yang lebih ekstrem perilaku tersebut dapat menurunkan
prestasi akademik korban bahkan sampai membuat korban keluar dari sekolah.
Fenomena bullying dalam dunia pendidikan menurut Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI) dalam berita yang dilansir JPNN.Com seperti berikut:
Bullying merupakan kasus yang sering diadukan oleh masyarakat atau
sekitar 25% dari total pengaduan kasus dalam bidang pendidikan. Perilaku
Bullying punya kecenderungan untuk meningkat secara nasional di
sekolah-sekolah. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat
menerima pengaduan kasus kekerasan fisik dan psikis terhadap anak di
pendidikan. Sebanyak 153 kasus kekerasan terjadi di 2019 yang terdiri dari
anak korban kebijakan, anak korban kekerasan fisik dan bullying.
Dapat disimpulkan bahwa kekerasan antar murid di lingkungan sekolah
sangat marak terjadi namun belum mendapat perhatian yang serius dari guru dan
masyarakat sekitar.
Kekerasan atau bullying dapat terjadi karena beberapa hal. Pertama, faktor
ekonomi yaitu terkait dengan status sosial yang berbeda antar murid. Kedua,
faktor keluarga terkait dengan kurangnya bimbingan orang tua kepada anak.
Ketiga, faktor sekolah terkait dengan relasi antar murid yang tidak harmonis serta
manajemen kelas yang buruk. Keempat, sosial dan politik seperti pengaruh
lingkungan dan penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol. Kelima, individu itu
sendiri yaitu terkait dengan masalah kepribadian, perilaku agresif, kurangnya
kemampuan berkomunikasi.
Beberapa kalangan masyarakat menganggap hal tersebut adalah suatu hal
yang wajar dan terjadi dalam fase kehidupan sehingga mengakar dalam kehidupan
sosial. Padahal hal tersebut akan menjadi sangat buruk dampaknya bagi korban
terutama untuk murid di masa depan. Guru pasti pernah melihat kejadian bullying
3
terjadi seperti aksi mendorong teman, mengejek, dan mengancam antar sesama
murid. Hal tersebut secara tegas dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan nomor 82 tahun 2015 (Permendikbud, 2015) tentang
“…pencegahan dan penanggulangan tindak kekerasan dalam satuan pendidikan
dan menjadi kewajiban pihak sekolah dan guru kelas untuk menciptakan sekolah
yang bebas dari tindak kekerasan”
Peristiwa bullying yang dijelaskan di atas juga terjadi di Sekolah Dasar
Negeri 004 Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten Luwu Utara ketika
peneliti mengikuti program magang di sekolah tersebut yang pada saat itu penulis
melihat salah seorang murid kelas V mengejek temannya dengan sebutan “kopi
lotong” (kopi hitam) dikarenakan warna kulit salah seorang teman kelasnya
tersebut hitam dan sempat terjadi perkelahian antar kedua murid tersebut. Hal itu
juga menyebabkan korban dari perilaku bullying tersebut menjadi malas untuk
berangkat ke sekolah karena malu di ejek oleh teman kelasnya.
Perlu dipahami mengapa penulis mengambil objek penelitian pada murid
kelas V karena pada masa ini murid berada pada umur 10-11 tahun yang
merupakan periode masa akhir anak-anak. Menurut Yudrik Jahja (2011) pada
usia ini merupakan periode meningginya emosi pada anak-anak yang disebabkan
karena keadaan fisik atau lingkungan yang menyebabkan terjadinya
pengelompokan sosial dan perilaku sosial masa akhir kanak-kanak yang ditandai
dengan pembentukan geng baik laki-laki maupun perempuan sehingga
permusuhan antara anak laki-laki dan perempuan semakin meluas.dan dalam
banyak hal merupakan akibat yang paling merusak, ialah cara anak
4
memperlakukan anak-anak yang bukan anggota geng. Sekali anak-anak telah
membentuk geng, mereka sering kali bersikap kejam kepada anak-anak yang tidak
dianggap sebagai anggota geng.
Perkembangan psikologis murid yang sering dibullying pada usia tersebut
bisa mengakibatkan bahaya sosial; Pertama, anak yang ditolak atau diabaikan
oleh kelompok teman akan kurang mempunyai kesempatan untuk belajar bersifat
sosial. Kedua, anak yang terkucil yang tidak memiliki persamaan dengan
kelompok teman-teman akan menganggap dirinya “berbeda” dan merasa tidak
mempunyai kesempatan untuk diterima oleh teman-temannya. Ketiga, anak yang
mobilitas sosialnya tinggi mengalami kesulitan untuk diterima oleh anggota
kelompok yang telah terbentuk. Keempat, anak yang berasal dari kelompok ras
atau kelompok agama yang terkena prasangka. Kelima, para pengikut yang
menjadi pemimpin kemudian menjadi anak yang penuh dengki dan tidak puas.
Dari beberapa bahaya sosial tersebut akan membekas pada pribadi murid
yang mungkin berdampak pada perkembangan psikologisnya di masa yang akan
datang. Peran guru kelas di sekolah dasar adalah membantu murid untuk
mencapai kesiapan dalam segi akademik, pribadi dan sosial untuk membantu
murid menjalani masa-masa sekolah, berinteraksi dengan teman sebaya
maupun belajar dengan baik dan benar. Dalam konteks seperti ini sebenarnya
guru kelas dan pihak sekolah mempunyai peranan penting untuk menangani
perilaku bullying seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan nomor 82 tahun 2015 yang menjelaskan tentang pencegahan tindak
kekerasan di lingkungan sekolah.
5
Sehingga hal ini menjadi alasan utama peneliti memilih Sekolah Dasar
Negeri 004 Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten Luwu Utara sebagai
tempat penelitian dan objek penelitiannya murid kelas V adalah untuk mengetahui
peranan guru kelas V dalam menangani perilaku bullying di Sekolah Dasar Negeri
004 Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten Luwu Utara. Oleh karena
itu, berdasarkan uraian tersebut peneliti bermaksud untuk mengkaji lebih
mendalam tentang perilaku bullying dan hubungannya dengan “Peranan Guru
Kelas Dalam Mengatasi Perilaku Bullying Pada Murid Kelas V Di SDN 004
Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten Luwu Utara”.
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada permasalahan bullying pada murid kelas V
serta peran guru kelas dalam menangani perilaku bullying di SDN 004 Kalotok
Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten Luwu Utara.
C. Fokus Masalah
Dari pemaparan latar belakang dan fokus penelitian maka peneliti
mengambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa bentuk-bentuk bullying pada murid kelas V di SDN 004 Kalotok
Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten Luwu Utara?
2. Mengapa perilaku bullying dapat terjadi pada murid kelas V di SDN 004
Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten Luwu Utara?
6
3. Bagaimana peran guru kelas dalam mengatasi perilaku bullying pada murid
kelas V di SDN 004 Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten Luwu
Utara?
D. Tujuan Penelitian
Terkait dengan rumusan masalah yang diuraikan peneliti maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku bullying yang terjadi pada murid
kelas V di SDN 004 Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten Luwu Utara.
2. Untuk mengetahui proses terjadinya bullying pada murid V atas di SDN 004
Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten Luwu Utara.
3. Untuk mengetahui peran guru dalam menangani perilaku bullying dan
dampaknya pada murid kelas V di SDN 004 Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan
Kabupaten Luwu Utara.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis maupun praktis.
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat:
1. Dijadikan sebagai bahan kajian, pertimbangan, dan tindak lanjut dalam
menentukan kebijakan tentang bullying di SDN 004 Kalotok Kecamatan Sabbang
Selatan Kabupaten Luwu Utara.
2. Dapat menjadi referensi bagi pihak sekolah dan guru kelas dalam menangani
kasus bullying di sekolah.
7
3. Memberi wawasan dalam bidang pendidikan khususnya terkait peristiwa
bullying pada murid kelas V di SDN 004 Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan
Kabupaten Luwu Utara.
4. Menambah kepustakaan dalam dunia pendidikan, khususnya di fakultas
keguruan dan ilmu pendidikan universitas muhammadiyah makassar.
Adapun secara praktis, penelitian ini di harapkan memberi bermanfaat dan
berguna untuk:
1. Bagi lembaga dan kalangan akademisi Universitas Muhammadiyah Makassar,
Hasil penelitian diharapkan berguna sebagai referensi, menambah wawasan dan
bacaan ilmiah.
2. Bagi guru, diharapkan dapat memberikan pengetahuan terkait permasalahan
bullying dan cara mengatasinya.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan judul yang dikaji peneliti terkait
peranan guru kelas dalam menangani perilaku bullying pada murid adalah sebagai
berikut:
Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Fajarina Harjianti, Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2017 dengan judul “Peran Guru Kelas
dalam Menangani Perilaku bullying pada Murid Kelas IA di SDIT Luqman Al
Hakim Internasional”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa guru kelas di
SDIT LHI dapat menangani perilaku bullying murid dengan perannya dalam
membimbing murid, menasehati murid, dan memediasi serta memfasilitasi murid
sehingga walaupun terdapat hambatan tetapi hasil dari penanganan guru kelas
tersebut dapat terlihat.
Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh Bibit Darmalina dari Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta yang berjudul
“Perilaku School Bullying di SDN Grindang, Hargomulyo, Kokap, Kulon Progo,
Yogyakarta” pada Tahun 2014. Hasil dari penelitian ini adalah kurangnya
pengetahuan guru mengenai school bullying, pendapat guru yang mengatakan
kenakalan di sekolahnya masih wajar, reaksi yang ditunjukkan korban adalah
diam, takut atau menangis; pelaku menunjukkan perilaku acuh dan senang;
9
sedangkan penonton menunjukkan reaksi, melawan pelaku, membela pelaku atau
diam, bentuk school bullying yang diamati peneliti adalah bentuk fisik dan
nonfisik (verbal: mengancam, memaksa, menyoraki, meledek; non verbal
langsung: membentak, memarahi, memerintah, menunjuk-nunjuk dengan jari, non
verbal tidak langsung: pengucilan).
Dalam penelitian terkait kasus bullying yang terjadi di sekolah masih
jarang dilakukan khususnya pada tingkat sekolah dasar, adapun perbedaan yang
diteliti penulis dengan penelitian yang terdahulu terdapat pada objek penelitian
dengan latar dan tempat yang berbeda sehingga memungkinkan perbedaan dalam
hasil penelitian.
B. Guru Kelas
1. Pengertian Guru Kelas
Guru adalah faktor utama dalam pendidikan yang menjadi penentu
majunya peradaban suatu bangsa. Selain sebagai suatu profesi, guru juga
merupakan panggilan bagi orang tua ketiga murid disekolah sehingga tanggung
jawabnya tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada peserta didik tetapi
juga mendidik murid agar mempunyai tingkah laku baik, entah itu di lingkungan
sekolah maupun bermasyarakat. Selain itu demi menjawab tuntutan zaman dan
kemajuannya yang pesat, guru harus memiliki kemampuan untuk memahami
peserta didik dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam
menghadapi kesulitan belajar. Sejalan dengan hal itu, pengertian guru sendiri
menurut E. Mulyasa (2013: 37) adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan,
dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya.
10
Guru atau pengajar dalam jenjang dan bidang apapun juga seringkali
disebut dengan kata pendidik. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, mengenai ketentuan
umum butir 6, pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai
guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,
dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan. Atau dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa
guru adalah pendidik yang diharuskan untuk memenuhi kualifikasi tertentu.
Kualifikasi guru didapatkan dari menempuh pendidikan kepengajaran dan
mengikuti uji kompetensi guru. Pengertian dari Undang-Undang Sisdiknas ini
memiliki definisi yang hampir sama dengan E. Mulyasa dimana guru memerlukan
kualitas khusus untuk mampu mengajar di sebuah sekolah yang mana
kemampuan tersebut harus didapatkan lewat pendidikan keguruan.
Secara spesifik, guru di sekolah dasar sering disebut juga dengan guru
kelas. Guru kelas dapat mengajar beberapa mata pelajaran sekaligus menjadi wali
kelas. Satu kelas pada sebuah sekolah dasar biasanya berisi 25-40 anak dengan
berbagai watak dan guru sebagai wali kelas diharapkan untuk mengetahui
kesulitan murid pada mata pelajaran tertentu. Di Indonesia, guru kelas atau guru
SD, biasanya mengajar semua mata pelajaran termasuk kesenian,agama dan
olahraga apabila tidak tersedia guru pengganti di sekolah tersebut. Berinteraksi
dengan teman sebaya, belajar di alam, melakukan praktek langsung adalah
beberapa cara guru untuk membantu murid untuk memahami materi yang
diajarkan agar murid dapat meraih prestasi tertinggi.
11
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pengertian dari E. Mulyasa,
Undang-Undang Sisdiknas mengenai pengertian guru adalah seseorang yang
mengajar dan membelajarkan murid untuk tujuan tertentu dengan kemampuan
khusus yang didapatkan lewat kualifikasi lembaga yang terpercaya. Definisi yang
dapat disimpulkan untuk seorang guru kelas atau guru SD adalah seseorang yang
mengajarkan berbagai macam mata pelajaran sekaligus di dalam satu kelas,
menjadwalkan berbagai macam kegiatan selama pembelajaran agar dapat
mencapai tujuan afektif, kognitif, dan psikomotor yang telah dicanangkan
sebelumnya dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.
2. Peran Guru Kelas
Semua orang yakin bahwa guru mempunyai andil yang sangat besar
terhadap pembelajaran disekolah. Guru sangat berperan dalam membantu
perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.
Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk yang lemah, yang dalam
kesehariannya selalu membutuhkan orang lain, demikian halnya dengan peserta
didik.
Dengan memahami uraian diatas, betapa penting tugas dan peran guru
dalam membentuk kepribadian peserta didik, guna menyiapkan dan
mengembangkan sumber daya manusia (SDM) untuk kemajuan bangsa.
Setidaknya ada 19 peran guru yang dikemukakan oleh Pullias dan Young
(1998), Manan (1990), serta Yelon and Weinstein (1997) dalam E. Mulyasa
(2013: 35) namun peneliti hanya mengambil beberapa peran yang sesuai dengan
penanganan guru terhadap perilaku bullying, antara lain:
12
a. Guru sebagai penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua,
meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam
beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Banyak guru
cenderung menganggap bahwa konseling terlalu banyak membicarakan klien,
seakan-akan berusaha mengatur kehidupan orang, dan oleh karenanya mereka
melaksanakan fungsi ini. Padahal menjadi guru pada tingkat manapun berarti
menjadi penasehat dan menjadi orang kepercayaan, kegiatan pembelajaranpun
meletakkannya pada posisi tersebut.
Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan, dan
penasehat secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan
ilmu kesehatan mental. Di antara makhluk hidup di planet ini, manusia merupakan
makhluk yang unik, dan sifat-sifatnya pun berkembang secara unik pula. Menjadi
apa dia, sangat dipengaruhi pengalaman, lingkungan dan pendidikan. Untuk
menjadi manusia dewasa, manusia harus belajar belajar dari lingkungan selama
hidup dengan menggunakan kekuatan dan kelemahannya. Pendekatan psikolgis
dan mental health di atas akan banya menolong guru dalam menjalankan
fungsinya sebagai penasehat, yang telah banyak dikenal bahwa ia banyak
membantu peserta didik untuk dapat membuat keputusan sendiri.
b. Guru sebagai teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi peserta didik dan semua orang
yang menganggapnya sebagai guru. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa
yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar
13
lingkungannya. Secara teoritis, menjadi teladan merupakan bagian integral dari
seorang guru, sehingga menjadi guru berarti menerima tanggung jawab untuk
menjadi teladan. Memang setiap profesi mempunyai tuntutan–tuntutan khusus,
dan karenanya bila menolak berarti menolak profesi itu.
Namun, kita menyadari guru juga adalah manusia biasa yang tidak lepas
dari kemungkinan khilaf. Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan
antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian ia
menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan perlu diikuti dengan
sikap merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya.
c. Guru Sebagai Fasilitator
Guru memiliki peran penting bagi peserta didik. Salah satunya ialah
sebagai fasilitator. Di sini, guru bertindak sebagai orang yang memfasilitasi
peserta didiknya untuk menjadi anak didik yang baik bagi kemajuan bangsa dan
negara.
Fasilitasi pembelajaran bermakna bahwa semua peseta didik dengan segala
keunikan dan karakteristiknya masing-masing harus dapat digugah dan distimulasi
oleh guru unutuk megikuti pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal ini
penting karena keinginan dan motivasi yang muncul dari dalam diri murid atau
peseta didik untuk belajar (karena muncul rasa ingin tahu nya, muncul rasa
penasaranya akan suatu hal, muncul rasa membutuhkan suatu informasi baru akan
membuat mereka lebih dalam memahami sesuatu hal yang sedang dibelajarkan
dikelas.
14
Jika guru ingin menjadi fasilitator yang baik di dalam kelasnya, maka
sudah barang tentu ia akan berusaha untuk memiliki pemahaman dan pengetahuan
(mengenali) kekuatan dan kelemahan setiap (masing-masing) peserta didik yang
diampunya. Hal ini penting agar guru dapat memberikan bantuan, atau fasilitas
yang sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka.
Dari beberapa peran guru yang dijabarkan di atas dan keterkaitannya
dengan perilaku bullying, peneliti berkesimpulan bahwa sebagai seorang tenaga
pengajar perlu kiranya memahami tentang tugas dan tanggung jawabnya sebagai
penasehat, teladan, emansipatoris, dan fasilitator agar perilaku bullying yang
terjadi di sekolah bias diminimalisir bahkan dihilangkan sehingga tercipta
pembelajaran dan lingkungan sekolah yang kondusif dan humanis.
C. Murid
1. Tahap Perkembangan Murid
Dalam siklus kehidupannya, manusia pasti mengalami proses
perkembangan baik dari segi fisik maupun psikologisnya. Istilah pertumbuhan dan
perkembangan seringkali diartikan sebagai sesuatu yang sama oleh sebagian
orang padahal kedua hal tersebut memiliki perbedaan.
Pengertian perkembangan berbeda dengan pertumbuhan, meskipun
keduanya tidak berdiri sendiri. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan
kuantitatif yaitu peningkatan ukuran dan struktur. Tidak saja anak menjadi lebih
besar secara fisik, tetapi ukuran dan struktur organ dalam otak meningkat. Akibat
adanya pertumbuhan otak, anak memiliki kemampuan yang lebih besar untuk
belajar, mengingat, dan berpikir.
15
Adapun perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan
kuantitatif yang merupakan deretan progresif dari perubahan yang teratur dan
koheren. Progresif menandai bahwa perubahanya terarah, membimbing mereka
maju, dan bukan mundur. Teratur dan koheren menunjukkan adanya hubungan
nyata antara perubahan yang sebelum dan sesudahnya. Perkembangan tidak
terbatas pada pengertian perubahan secara fisik, melainkan di dalamnya juga
terkandung serangkaian perubahan secara terus menerus dari fungsi-fungsi
jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju tahap kematangan, melalui
pertumbuhan dan belajar. Dari pendapat ini dapat diketahui bahwa perkembangan
juga mencakup perubahan kualitatif maupun kuantitatif.
Lebih lanjut, setiap fase memiliki karakteristiknya masing-masing karena
tiap tahap pertumbuhan anak akan memiliki ciri yang berbeda. Khusus untuk fase
perkembangan anak sekolah atau murid usia sekolah dasar dibagi oleh Yusuf
(2014: 178) menjadi fase perkembangan intelektual, fase perkembangan bahasa,
fase perkembangan sosial, fase perkembangan emosi, fase perkembangan moral,
motorik dan fase perkembangan agama. Berbeda dengan Santrock (2011: vii)
yang membaginya hanya pada perkembangan fisik, kognitif, dan sosio emosional.
Bagi kebanyakan anak, mulai memasuki sekolah dasar adalah saat-saat penting
dimana anak yang dunianya semula adalah di rumah berkembang menjadi dunia
sekolah dasar. Anak akan menjadi seorang murid dan membawanya dalam sebuah
situasi baru, teman baru, dan cara berpikir yang baru dalam menyelesaikan
masalah dengan lingkungan sosialnya di sekolah. Berbagai macam perubahan
perkembangan terjadi saat anak mulai memasuki usia sekolah dasar atau sering
16
disebut dengan usia kanak-kanak akhir. Hal ini berlangsung dari umur 6 tahun
sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Yusuf (2014: 24-26)
mengawali penjelasan mengenai perkembangan usia sekolah dasar pada umur 6-
12 tahun. Pada kisaran umur ini, sering disebut dengan masa intelektual atau
masa keserasian sekolah. Anak pada masa ini relatif lebih mudah diajar daripada
masa sebelum dan sesudahnya. Ditambah kan pula bahwa pada akhir masa ini,
anak memiliki sifat yang khas yakni sikap anak terhadap kekuasaan (otoritas)
khususnya orangtua dan guru. Anak cenderung menerima otoritas tersebut sebagai
sesuatu yang wajar dan mengharapkan campur tangan kedua pihak tersebut.
Penjelasan yang lebih umum didapatkan dari Santrock (2011: 139) yang
mengawali penjelasan mengenai perkembangan masa ini dengan menyebutkan
bahwa masa ini adalah masa anak untuk lebih siap untuk belajar dan mulai
mengembangkan perilaku untuk membuat sesuatu dengan sempurna. Masa ini
adalah masa dimana anak yang menjadi murid sebuah sekolah dasar akan banyak
mencoba hal-hal baru dengan cara mencari tahu dan memahami mengapa sesuatu
dapat terjadi. Pada masa ini murid memiliki rasa ingin tahu dan kecerdasan yang
luar biasa sehingga guru memiliki kesempatan untuk dapat menjelaskan berbagai
macam hal pada murid melalui beragam cara.
Periode perkembangan pada masa kanak-kanak akhir diawali oleh
perkembangan fisik. Santrock (2011: 143) menyebutkan bahwa pada periode ini,
anak tumbuh rata-rata sekitar 5-8 sentimeter pertahun dan sifat pertumbuhannya
lambat namun konsisten. Perubahan fisik yang menonjol pada masa ini adalah
ukuran lingkar kepala yang berkurang, lingkar pinggang, dan panjang kaki
17
sehubungan dengan tinggi badan. Perkembangan motorik menjadi lebih
terkoordinasi dan lancar. Anak mampu mengendalikan tubuhnya dengan lebih
baik serta dapat duduk dan berkonsentrasi dalam jangka waktu yang lebih lama
namun anak tetap membutuhkan aktivitas fisik karena sangat aktif sehingga guru
sebaiknya menggunakan pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan
anak sekolah dasar. Kematangan fisik yang belum sempurna membuat murid
sekolah dasar pada masa ini diharuskan untuk tetap aktif bergerak untuk
mengembangkan kemampuan perkembangan mereka. Pada masa sekolah dasar,
berat badan menjadi dua kali lipat dan energi pun semakin besar dalam melakukan
aktivitas motorik.
Sebagian besar murid menurut Santrock (2011: 171) selama usia sekolah
dasar memiliki kesulitan emosional ringan. Gangguan perilaku dan emosional
mencakup masalah serius yang berkepanjangan mencakup hubungan dengan
orang lain, agresi, depresi, ketakutan terhadap seseorang atau sesuatu yang
berhubungan dengan sekolah yang bisa jadi diakibatkan oleh bullying. Anak laki-
laki lebih mungkin untuk memiliki gangguan ini sebesar tiga kali lebih besar
daripada anak perempuan. Perkembangan sosio emosional lebih lanjut akan
dijelaskan pada bagian selanjutnya yang khusus membahas mengenai
perkembangan sosial-emosional murid sekolah dasar.
Kesimpulan yang dapat diambil dari pendapat keempat ahli yang sudah
dipaparkan sebelumnya adalah bahwa perkembangan anak usia sekolah memiliki
ciri-ciri tertentu. Ciri tersebut yaitu aktivitas fisik yang semakin beragam
didukung dengan bertambahnya berat badan agar murid dapat bergerak dengan
18
aktif guna mendukung perkembangan fisik murid agar semakin matang, serta
mengharapkan keterlibatan orangtua atau guru dalam kehidupan mereka karena
seringkali terdapat beberapa masalah atau gangguan yang tidak dapat mereka
selesaikan sendiri.
2. Perkembangan Sosial Emosional Murid Sekolah Dasar
Tahun-tahun masa perkembangan kanak-kanak menengah dan akhir
membawa banyak perubahan dalam kehidupan sosial emosional pada murid
sekolah dasar. Terdapat perkembangan yang signifikan pada konsep diri, emosi,
penalaran moral, dan perilaku gender serta terdapat pula perubahan pada
hubungan orangtua dan teman sebaya (Santrock, 2011: 243). Pendapat Santrock
menunjukkan bahwa perkembangan emosi dan perkembangan sosial tidak dapat
dipisahkan antara satu sama lain.
Ciri yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya adalah
ciri sosialnya. Sejak lahir anak akan terpengaruh oleh lingkungan sosial dimana ia
tumbuh, bentuk yang paling jelas dari terpengaruhnya anak pada lingkungan
sosialnya adalah perilaku anak tersebut. Perilaku anak pada usia sekolah dasar
atau masa kanak-kanak akhir dipengaruhi oleh orang-orang disekitarnya karena
pada masa ini anak senang berinteraksi dan bermain dengan lingkungannya.
Salah satu ciri perkembangan sosial-emosional pada masa ini yang paling
jelas terlihat menurut Balillargeon, et al & Brendgen (dalam Santrock, 2011: 261)
adalah anak laki-laki secara fisik lebih agresif dibandingkan dengan anak
perempuan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa hubungan yang bersifat agresi meliputi
perilaku seperti berusaha membuat orang lain tidak menyukai individu tertentu
19
dengan menyebarkan rumor jahat mengenai individu tersebut. Hubungan yang
bersifat agresi meningkat selama masa ini.
Walaupun terdapat hubungan agresi yang meningkat, mempunyai
hubungan yang positif dengan teman sebaya sangat penting pada masa ini karena
menurut penelitian Rubin, Bukowski, & Parker pada tahun 2006 (dalam Santrock,
2011: 270), interaksi sosial dengan teman sebaya meningkat sebesar 30 persen
dan ketika murid sekolah dasar melalui masa kanak-kanak menengah dan akhir,
ukuran kelompok teman sebaya mereka meningkat. Lingkaran pertemanan yang
semakin meluas ini membuat murid diharapkan memiliki interaksi yang positif
agar hubungan dengan teman sebaya dapat berjalan tanpa permasalahan yang
berarti. Kecenderungan berkelompok dengan teman sebaya yang telah disebutkan
oleh Rubin, Bukowski, & Parker tersebut sejalan dengan pendapat Hurlock (2013:
155) bahwa murid usia sekolah dasar senang bergaul, bersosialisasi dan
membentuk kelompok dengan teman sebaya. Dari pendapat Hurlock dapat dilihat
bahwa terdapat kesamaan dengan pendapat Santrock bahwa anak usia ini
memiliki kesenangan pada kegiatan berkelompok dengan teman-temannya.
Pada masa ini pula pengaruh teman sebaya sangat besar (Izzaty dkk. 2013:
155) baik yang sifatnya positif seperti pengembangan konsep diri dan
pembentukan harga diri ataupun negatif seperti ikut dalam aksi bullying agar
dapat diterima menjadi bagian dalam sebuah kelompok sebaya. Setelah berada di
dalam kumpulan teman sebaya, menurut ahli perkembangan anak, anak usia ini
akan digolongkan lagi dalam 5 status teman sebaya yakni:
20
1. Anak populer (popular children) yaitu anak yang sering dinominasikan sebagai
teman terbaik dan jarang tidak disukai oleh teman sebaya.
2. Anak-anak biasa (average children) menerima jumlah rata-rata, baik nominasi
positif maupun negatif dari teman sebaya mereka.
3. Anak-anak terabaikan (neglected children) jarang dinominasikan sebagai
seorang sahabat, tetapi bukan tidak disukai oleh teman sebaya mereka.
4. Anak-anak yang ditolak (rejected children) jarang dinominasikan sebagai
seorang sahabat dan secara aktif tidak disukai oleh teman sebaya.
5. Anak-anak kontroversional (controversial children) sering dicalonkan, baik
sebagai sahabat terbaik maupun yang tidak disukai.
Dari kelima status dalam teman sebaya tersebut, menjadi seorang anak
yang populer dan memiliki banyak teman sebaya adalah impian bagi sebagian
besar murid pada usia ini sehingga banyak cara dilakukan untuk mendapatkan
status anak populer. Salah satunya adalah lewat adu kekuatan yang dapat
dilakukan dengan cara bullying. Hal ini sesuai dengan pendapat Santrock (2011:
274) yang mengatakan bahwa dalam banyak kasus, orang yang melakukan
bullying menyiksa korban untuk mendapatkan status yang lebih tinggi pada
kelompok teman sebaya, dan orang tersebut membutuhkan orang lain untuk
menyaksikan mereka memperlihatkan kekuatan mereka.
Bagi para pendidik, dengan berbagai macam peran yang telah disebutkan
sebelumnya diharapkan dapat mengetahui dan memahami perkembangan dan
karakter murid. Hal ini penting karena menurut Izzaty et,al (2013: 8), proses
transfer pengetahuan akan dapat tersampaikan dengan baik lewat pemahaman
21
mengenai perkembangan peserta didik atau murid. Tidak hanya itu, pemahaman
guru akan perkembangan murid juga akan menentukan sikap guru saat
menangani murid yang bermasalah, salah satunya adalah masalah bullying.
Pemahaman terhadap karakteristik murid diperlukan guna memahami murid agar
guru dapat mengantisipasi dan membuat program kegiatan untuk menangani
murid dengan masalah perkembangan seperti tingkat agresi yang tinggi hingga
terjadinya bullying.
Kesimpulan dari Santrock, Hurlock dan Izzaty et al, adalah bahwa pada
masa usia sekolah dasar, anak memiliki perkembangan sosial emosional yang
mengindikasikan bahwa murid pada usia ini memiliki hubungan agresi yang
meningkat serta cenderung lebih memiliki kesenangan pada kegiatan
berkelompok dengan teman sebayanya. Pengaruh yang besar ini menuntut guru
untuk memperhatikan perkembangan sosial dan emosional murid agar perilaku
negatif yang mungkin terbawa oleh lingkungan murid dapat ditangani dengan baik
D. Perilaku Bullying
1. Pengertian Bullying
Bullying berasal dari bahasa Inggris (bullying) yang berarti menggertak
atau mengganggu. Banyak definisi tentang bullying ini, terutama yang terjadi
dalam konteks lain ( tempat kerja, masyrakat. komunitas virtual), namun penulis
akan membatasi dalam school bullying. Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2001)
dalam Sucipto (2012: 3) mendefinisikan school bullying sebagai perilaku agresif
kekuasaan terhadap murid yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang/kelompok
22
murid yang memiliki kekuasaan, terhadap murid lain yang lebih lemah dengan
tujuan menyakiti orang tersebut.
Bullying tergolong kepada perilaku yang tidak baik atau perilaku
menyimpang, hal ini dikarenakan bahwa perilaku tersebut memiliki dampak yang
cukup serius. Bullying dalam jangka pendek dapat menimbulkan perasaan tidak
aman, terisolasi, perasaan harga diri yang rendah, depresi, atau menderita stress
yang dapat berakhir dengan bunuh diri. Dalam jangka panjang, korban bullying
dapat menderita masalah emosional dan perilaku.
Adapun pengertian bullying menurut Astuti (2007) dalam Lutfi Arya
(2018: 18) adalah sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan ke
dalam aksi secara fisik, psikis, ataupun verbal, yang menyebabkan seseorang
menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang ataupun kelompok
yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, berulang, dan dilakukan dengan
perasaan senang. Bullying tergolong kepada perilaku yang tidak baik atau perilaku
menyimpang, hal ini dikarenakan bahwa perilaku tersebut memiliki dampak yang
cukup serius. Bullying dalam jangka pendek dapat menimbulkan perasaan tidak
aman, terisolasi, perasaan harga diri yang rendah, depresi, atau menderita stress
yang dapat berakhir dengan bunuh diri. Dalam jangka panjang, korban bullying
dapat menderita masalah emosional dan perilaku.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa definisi
kekerasan di sekolah (bullying) adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk
menyakiti secara fisik, psikis dan verbal yang sering dilakukan oleh individu
23
ataupun kelompok yang lenih kuat kepada individu ataupun kelompok yang lemah
yang terjadi secara berulang-ulang.
2. Jenis-jenis Bullying
Bullying juga terjadi dalam beberapa bentuk tindakan. Seperti yang
dikemukakan Coloroso (2007), Bullying dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
a. Bullying fisik
Penindasan fisik merupakan jenis bullying yang paling tampak dan paling
dapat diidentifikasi diantara bentuk-bentuk penindasan lainnya, namun kejadian
penindasan fisik terhitung kurang dari sepertiga insiden penindasan yang
dilaporkan oleh murid. Jenis penindasan secara fisik di antaranya adalah
memukul, mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit, memiting,
mencakar, serta meludahi anak yang ditindas hingga ke posisi yang menyakitkan,
serta merusak dan menghancurkan pakaian serta barang-barang milik anak yang
tertindas. Semakin kuat dan semakin dewasa sang penindas, semakin berbahaya
jenis serangan ini, bahkan walaupun tidak dimaksudkan untuk mencederai secara
serius.
b. Bullying verbal
Kekerasan verbal adalah bentuk penindasan yang paling umum digunakan,
baik oleh anak perempuan maupun anak laki-laki.. Penindasan verbal dapat
diteriakkan di taman bermain bercampur dengan hingar bingar yang terdengar
oleh pengawas, diabaikan karena hanya dianggap sebagai dialog yang bodoh dan
tidak simpatik di antara teman sebaya.
24
Penindasan verbal dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam,
penghinaan, dan pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual atau pelecehan
seksual. Selain itu, penindasan verbal dapat berupa perampasan uang jajan atau
barang-barang, telepon yang kasar, e-mail yang mengintimidasi, surat-surat
kaleng yang berisi ancaman kekerasan, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-
kusuk yang keji, serta gosip.
c. Bullying relasional
Jenis ini paling sulit dideteksi dari luar. Penindasan relasional adalah
pelemahan harga diri si korban penindasan secara sistematis melalui pengabaian,
pengucilan, pengecualian, atau penghindaran. Penghindaran, suatu tindakan
penyingkiran, adalah alat penindasan yang terkuat. Anak yang digunjingkan
mungkin akan tidak mendengar gosip itu, namun tetap akan mengalami efeknya.
Penindasan relasional dapat digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang
teman atau secara sengaja ditujukan untuk merusak persahabatan. Perilaku ini
dapat mencakup sikap-sikap tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan
mata, helaan napas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek, dan bahasa tubuh
yang kasar.
d. Cyber Bullying
Ini adalah bentuk bullying yang terbaru karena semakin berkembangnya
teknologi, internet dan media sosial. Pada intinya adalah korban terus menerus
mendapatkan pesan negative dari pelaku bullying baik dari sms, pesan di internet
dan media sosial lainnya.
25
Bentuknya berupa:
1. Mengirim pesan yang menyakitkan atau menggunakan gambar.
2. Meninggalkan pesan voicemail yang kejam.
3. Menelepon terus menerus tanpa henti namun tidak mengatakan apa-apa (silent
calls).
4. Membuat website yang memalukan bagi si korban.
5. Si korban dihindarkan atau dijauhi dari chat room dan lainnya.
6. “Happy slapping” yaitu video yang berisi dimana si korban dipermalukan atau
di-bullying lalu disebarluaskan.
3. Ciri-Ciri dan Faktor Penyebab Terjadinya Bullying
a. Ciri-ciri Bullying
Pada umumnya penyebab terjadinya bullying dalam dunia pendidikan
yaitu:
a. Sekolah yang di dalamnya terdapat perilaku deskriminatif baik dikalangan guru
maupun murid.
b. Kurangnya pengawasan dan bimbingan etika dari para guru dan petugas
sekolah.
c. Terdapat kesenjangan yang besar antara murid yang kaya dengan yang miskin.
d. Adanya pola kedisiplinan sekolah yang sangat kaku ataupun terlalu lemah
e. Bimbingan yang tidak layak dan peraturan yang tidak konsisten terhadap murid.
Bullying termasuk dalam tindakan kekerasan yang merugikan orang lain.
Disebut kekerasan karena tindakan yang dilakukan untuk menyakiti orang lain,
atau bisa juga dengan tujuan tertentu, misalnya mencari perhatian, ingin berkuasa
26
di sekolah, bahkan ingin dibilang jagoan. Bila dilakukan terus menerus bullying
akan menimbulkan trauma, ketakutan, kecemasan, depresi, bahkan kematian.
Tindakan bullying biasanya terjadi pada pihak yang tak berimbang secara
kekuatan maupun kekuasaan. Korban bullying biasanya memang telah diposisikan
sebagai target.
Ciri-ciri pembulian adalah (1) dilakukan dengan sengaja, bukan sekedar
kelalaian dari pelakunya, (2) terjadi berulang-ulang, tidak dilakukan secara acak
atau hanya sekali saja, dan (3) didasari oleh perbedaan kekuatan yang mencolok,
misalnya dari segi fisik atau usia pelaku/ korbannya tidak seimbang. Namun tidak
semua anak dapat dengan mudah dikategorikan semata-mata sebagai pelaku atau
korban dari pembulian.
b. Faktor penyebab terjadinya Bullying
Banyak tindakan bullying yang terjadi ini dipengaruhi berbagai faktor-
faktor yang ada. Terjadinya Bullying di sekolah merupakan suatu proses dinamika
kelompok, dimana ada pembagian-pembagian peran. Peran-peran tersebut adalah :
bullying, asisten bullying, reinvorcer, victim, devender, dan outsider. Pelaku
bullying dikategorikan sebagai pemimpin, yang berinisiatif dan aktif terlibat
dalam perilaku bullying. Assisten juga terlibat aktif dalam perilaku bullying,
namun ia cenderung tergantung atau mengikuti perintah bullying. Reinvorcer
adalah mereka yang ada ketika kejadian bullying terjadi, ikut menyaksikan,
menertawakan korban, memprovokasi bullying, mengajak murid lain untuk
menonton dan sebagainya. Outsider adalah orang-orang tahu bahwa hal itu terjadi,
namun tidak melakukan apapun, seolah-olah tidak peduli.
27
Selain itu hal ini terjadi juga karena bullying juga tidak mendapatkan
konsekuensi dari pihak guru atau sekolah, maka dari sudut teori belajar, bullying
mendapatkan reward atau penguatan dari perilakunya. Si bullying akan
mempresepsikan bahwa perilakunya justru mendapatkan pembenaran bahkan
memberinya identitas sosial yang membanggakan pihak-pihak outsider, seperti
misalnya guru, murid, orang-orang yang bekerja di sekolah, orang tua, walaupun
mereka mengetahuinya akan tetapi tidak melaporkan, tidak mencegah dan hanya
membiarkan saja tradisi ini berjalan karena merasa bahwa hal ini wajar,
sebenarnya juga ikut berperan dalam mempertahankan suburnya bullying di
sekolah-sekolah. Dengan berjalannya waktu, pada saat korban merasa naik status
sosialnya dan telah “dibebaskan memalui kegiatan inisisasi informal” oleh
kelompok bullying, terjadi perputaran peran. Korban berubah menjadi pelaku
bullying, assisten atau reinvorcer untuk melampiaskan dendamnya.
Pada umumnya, anak-anak korban bullying memiliki beberapa faktor
resiko korban bullying, yaitu (a) dianggap “berbeda”, misalnya memiliki ciri fisik
tertentu yang mencolok seperti lebih kurus, gemuk, tinggi, atau pendek
dibandingkan dengan yang lain, berbeda dalam status ekonomi, memiliki hobi
yang tidak lazim, atau menjadi murid/siswi baru, (b) dianggap lemah atau tidak
dapat membela dirinya.(c) memiliki rasa percaya diri yang rendah, dan (d) kurang
populer dibandingkan dengan yang lain, tidak memiliki banyak teman.
Karakteristik para korban bullying adalah korban merupakan individu yang pasif,
cemas, lemah, kurang percaya diri, kurang populer dan memiliki harga diri yang
rendah. Sedangkan pelaku bullying biasanya kuat, agresif, impulsive,
28
menunjukkan kebutuhan atau keinginan untuk mendominasi dan memperlihatkan
kekerasan.
Karakteristik yang paling mudah digunakan untuk membedakan yang
mana korban dan pelaku adalah dari sisi fisiknya. Fisik pelaku umumnya
berperawakkan kecil dan sangat berbeda dengan anak-anak lainnya. Anak yang
memiliki tubuh pendek memiliki kecenderungan yang lebih tinggi menjadi korban
dibandingkan dengan anak lain. Segala sesuatu yang berbeda dapat pula menjadi
sebuah pemicu seorang anak mejadi korban. Selain fisik, anak yang memiliki
perbedaan cukup ekstrem berpotensi pula menjadi seorang korban. Misalnya,
anak yang memiliki warna kulit lebih gelap dibandingkan dengan anak lain, atau
anak berkulit putih diantara teman-teman yang berkulit gelap. Perbedaan aksen,
perbedaan bentuk tubuh (misal, terlalu gemuk) perbedaan bentuk rambut, ataupun
hal-hal yang berkaitan dengan orang tua yang memiliki masalah sering kali
menjadikan anak sebagai bahan olokan, dengan kata lain target bullying verbal.
Ada beberapa karakteristik anak yang memiliki kecenderungan lebih besar
untuk menjadi pelaku bullying, yaitu (a) mereka yang peduli dengan popularitas,
memiliki banyak teman, dan senang menjadi pemimpin diantara teman-temannya.
Mereka dapat berasal dari keluarga yang berkecukupan, memiliki rasa percaya diri
tinggi, dan memiliki prestasi bagus di sekolah. Biasanya mereka melakukan
bullying untuk meningkatkan status dan popularitas di antara teman-teman
mereka. (b) Pernah menjadi korban bullying. Mereka juga mungkin mengalami
kesulitan diterima dalam pergaulan, kesulitan dalam mengikuti pelajaran di
sekolah, mudah terbawa emosi, merasa kesepian dan mengalami depresi. Dan, (c)
29
memiliki rasa percaya diri yang rendah, atau mudah dipengaruhi oleh teman-
temannya. Mereka dapat menjadi pelaku bullying karena mengikuti perilaku
teman-teman mereka yang melakukan bullying, baik secara sadar maupun tidak
sadar.
Beberapa alasan seseorang melakukan bullying adalah karena korban
mempunyai persepsi bahwa pelaku melakukan bullying karena tradisi, balas
dendam karena dulu diperlakukan sama (menurut korban laki-laki), ingin
menunjukkan kekuasaan, marah karena korban tidak berperilaku sesuai dengan
yang diharapkan, mendapatkan kepuasan (menurut korban laki-laki), dan iri hati
(menurut korban perempuan). Korban juga mempersepsikan dirinya sendiri
menjadi korban bullying karena penampilan yang menyolok, tidak berperilaku
dengan sesuai, perilaku dianggap tidak sopan, dan tradisi.
4. Dampak Korban Bullying
Bagi para korban perundungan (Bullying), tindakan tersebut merupakan
tindakan yang sangat mengerikan. Sehingga menjadikan trauma tersendiri bagi
korban. Trauma tersebut bisa saja diingat sampai dia tumbuh dewasa. Rasa takut
dan malu akibat sebuat tindakan perundungan (Bullying) sering kali membuat
anak yang telah menjadi korban menutup rapat-rapat kejadian yang telah dia
alami.
Kita dapat segera dengan mudah mengetahui apakah anak sudah menjadi
korban perundungan (bullying) dengan memperhatikan tanda-tanda berikut
(Priyatna, 2010:9): 1) Depresi; 2) Cemas; 3) Selalu khawatir pada masalah
keselamatan; 4) Menjadi pemurung; 5) Agresi; 6) Timbul isu-isu akademik; 7)
30
Tampak rendah diri dan menjadi pemalu; 8) Menarik diri dari pergaulan; 9) Yang
terparah, penyalahgunaan substansi (obat atau alkohol).
Tanda-tanda lain yang harus diwaspadai antara lain (Priyatna, 2010:10): 1)
Sering kehilangan benda-benda milik pribadi; 2) 18 Pulang kerumah dengan
tanda-tanda luka seperti habis dipukul atau pakaian yang kotor tidak seperti biasa;
3) Lebih sering menghabiskan waktu dengan anak-anak yang lebih muda
(menunjukkan adanya rasa tak nyaman kalau harus bergaul dengan anak-anak
sebaya); 4) Tidak nyaman diwaktu-waktu: pergi sekolah, istirahat, atau pulang
sekolah; 5) Ogahogahan pada saat mau berangkat sekolah atau tampak sengaja
ingin tiba disekolah pas bel masuk berbunyi dengan cara sengaja melambatkan
diri pergi kesekolah; 6) Senang menyendiri; 7) Tidur terlalu sedikit atau
sebaliknya tidur melulu; 8) Keluhan-keluhan somatik (misal, sakit kepala, sakit
perut dan lain- lain).
Kesimpulan dari uraian di atas adalah anak yang telah menjadi korban
perundungan (Bullying) memiliki ciri-ciri, anak akan menjadi pemurung,
sosialisasi terhadap lingkungan sekitar menjadi berkurang dan lebih suka
menyendiri, percaya diri anak perlahan akan berkurang, jika perundungan
(Bullying) ini terjadi disekolah maka anak akan malas berangkat sekolah, dan
prestasi anak cenderung akan menurun.
E. Kerangka Pikir
Waktu yang murid habiskan di sekolah cukup banyak sekitar 5-8 jam
setiap hari selama 5-6 hari dalam seminggu. Tentu guru sebagai orangtua murid
selama di sekolah menyumbang peran penting terkait murid-siswi yang diberikan
31
pengajaran oleh guru terutama apabila anak tersebut memiliki masalah, misalnya
dalam hal perilaku sosial yang kurang bisa diterima oleh lingkungan seperti
bullying. Peran guru yang menonjol pada saat terjadinya kasus tersebut adalah
guru sebagai pembimbing yang akan menjadi pendamping murid selama berada
di sekolah agar tetap aman dan dapat belajar dengan baik, peran guru sebagai
emansipator yang mendukung guru untuk melakukan tindakan preventif dan
kuratif agar tercipta lingkungan yang berkualitas dengan mendorong
berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik tanpa adanya bullying, dan peran
guru sebagai penasehat yang akan menangani kasus bullying dengan cara
memberikan konseling maupun saran baik pada pelaku ataupun korban bullying.
Gambar 2.1 Alur Kerangka Pikir
Peran Guru Kelas
Penasehat Teladan Emansipator
Peran Guru Kelas dalam Mengatasi
Perilaku Bullying pada Siswa V
Perilaku Siswa
Bullying
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, karena penelitian
ini bermaksud menguraikan atau menggambarkan suatu peristiwa, yaitu peran
guru kelas dalam mengatasi perilaku bullying pada murid kelas V di SDN 004
Kalotok. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan salah satu dari jenis penelitian
yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengungkapkan kejadian atau fakta, keadaan, fenomena, variabel
dan keadaan yang terjadi saat penelitian berlangsung dengan menyuguhkan apa
yang sebenarnya terjadi. Penelitian ini menafsirkan dan menguraikan data yang
bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang
terjadi di dalam suatu masyarakat, pertentangan antara dua keadaan atau lebih,
hubungan antar variable yang timbul, perbedaan antar fakta yang ada serta
pengaruhnya terhadap suatu kondisi, dan sebagainya.
Sejalan dengan itu, LanColn dalam Sukmadinata (2008: 60)
mengemukakan bahwa penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bersifat
naturalistik. Penelitian ini bertolak dari paradigma naturalistik, bahwa kenyataan
itu berdimensi jamak, peneliti dan yang diteliti bersifat interaktif, tidak bisa
dipisahkan, suatu kesatuan yang terbentuk secara simultan, dan bertimbal balik,
tidak mungkin memisahkan sebab dengan akibat, dan penelitian ini melibatkan
nilai-nilai.
33
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Ini karena data yang disajikan berbentuk kata-kata. Menurut Bogdan &
Taylor (Moleong, 2012: 4), metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang diamati.
B. Variabel dan Definisi Operasional
Dalam melaksanakan penelitian dan pengumpulan data dalam penelitian
haruslah dibuat definisi operasionalnya. Hal tersebut bertujuan untuk memberi
batasan terhadap subjek penelitian dan menjelaskan secara lebih rinci pengertian
objek dalam penelitian.
1. Identifikasi variabel
Komponen yang penting dalam suatu penelitian adalah variabel karena
menjadi fokus sekaligus objek untuk menarik kesimpulan dalam penelitian baik
yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Sejalan dengan pengertian yang
diberikan oleh Sugiyono (2016: 38) bahwa variabel adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
a. Independent variable atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi
variabel yang lain. Sejalan dengan yang dijelaskan oleh Azwar (2007: 62) bahwa
variabel bebas adalah variabel yang memiliki pengaruh terhadap variabel lain agar
mempunyai efek terhadap variabel yang lain.
34
b. Dependent variable atau variabel terikat adalah suatu variabel yang dapat
berubah karena pengaruh variabel bebas. Hal ini sesuai dengan penjelasan Azwar
(2007: 62) bahwa besar efek tersebut diamati dari ada tidaknya, timbul-hilangnya,
besar kecilnya, atau berubahnya variasi yang tampak sebagai akibat perubahan
pada variabel lain.
Adapun variabel yang teridentifikasi dala penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Independent variable atau variabel bebas adalah: Peranan Guru kelas.
b. Dependent variable atau variabel terikat adalah: Bullying pada Murid Kelas V.
2. Definisi operasional variabel
Perumusan definisi operasional variabel dilakukan agar variabel dalam
penelitian dapat diamati dan diukur. Definisi operasional variabel adalah definisi
yang dirumuskan dengan pasti, jelas serta tidak membingungkan didasarkan pada
sifat yang mudah diamati, mempunyai rumusan yang jelas dan pasti serta tidak
membingungkan sehingga mudah untuk diamati dan dirumuskan.
Untuk memberikan kemudahan dalam perumusan dan pengukuran
variabel dalam penelitian ini maka perlu untuk memberikan definisi terkait kata
kunci dalam penelitian ini seperti: Peranan, Guru Kelas, Perilaku Bullying, Murid.
yang akan dijabarkan sebagai berikut:
a. Peranan adalah kewajiban yang dijalankan seseorang sesuai dengan posisi atau
kedudukannya.
b. Guru kelas adalah tenaga pendidik yang mengajar peserta didik dan memiliki
tanggung jawab membina satu kelas.
35
c. Perilaku bullying adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk menyakiti secara
fisik, psikis dan verbal yang sering dilakukan oleh individu ataupun kelompok
yang lenih kuat kepada individu ataupun kelompok yang lemah yang terjadi
secara berulang-ulang.
d. Murid adalah individu yang mengikuti proses pembelajaran pada lembaga
pendidikan formal maupun non-formal.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SDN 004 Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan
Kabupaten Luwu Utara. Waktu penelitian dilakukakan pada bulan Desember 2020
hingga bulan Januari 2021.
D. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data penelitian digunakan instrumen penelitian.
Instrumen penelitian ini yaitu alat yang digunakan dalam mengumpulkan data
terkait perilaku bullying di sekolah. Instrumen penelitian kualitatif yang memiliki
andil paling utama adalah manusia itu sendiri. Menurut Sugiyono (2014: 222)
menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, manusia adalah instrumen
penelitian utama, karena segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti.
Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan
hasil yang diharapkan, semuanya belum dapat ditentukan secara pasti dan jelas
sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian.
Oleh karena itu, yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri sebagai alat satu-
satunya yang dapat mencapainya. Penelitian ini dibantu dengan menggunakan
36
instrumen pedoman wawancara, pedoman observasi, serta dokumentasi.
Penjelasan lebih lanjut terkait instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Instrumen Wawancara
Instrumen yang digunakan dalam wawancara dinamakan interview guide
atau pedoman wawancara (Arikunto, 2010: 199). Wawancara ini bertujuan
memperoleh data melalui tanya jawab secara langsung dan terpimpin.
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang berupa menanyakan
sesuatu kepada narasumber/responden yang sudah dipilih sebelumnya.
Wawancara adalah sebuah proses interaksi komunikasi, dilakukan oleh
setidaknya dua orang, atas dasar ketersediaan dan dalam setting alamiah, dimana
arah pembicaraan mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan.
Dari pendapat ini dapat diambil kesimpulan bahwa wawancara ialah suatu
interaksi komunikasi diantara dua orang atau lebih untuk mengetahui hal-hal dari
responden secara lebih mendalam dengan tujuan tertentu. Wawancara dilakukan
dengan guru kelas atas di SDN 004 Kalotok. Wawancara ini menggunakan
pedoman wawancara kepada kepala sekolah, guru kelas, dan murid.
2. Instrumen Observasi
Di dalam penelitian ini, observasi digunakan peneliti sebagai salah satu
teknik pengumpulan data melalui pengamatan yang telah terencana. Sugiyono
(2013: 215) menyatakan bahwa dalam setiap situasi sosial terdapat tiga
komponen yang dapat diamati, yaitu place (tempat), actor (pelaku), dan activities
37
(aktivitas). Pengamatan ini dapat dilakukan secara terencana. Pengamatan yang
terencana dapat disebut juga dengan observasi terstruktur. Observasi terstruktur
menurut Sugiyono (2014: 205) adalah observasi yang telah dirancang secara
sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya. Oleh
karena itu, observasi ini membutuhkan panduan atau pedoman observasi yang
telah dibuat oleh peneliti dan dapat berupa lembar observasi. Panduan observasi
pada penelitian ini akan dicantumkan di dalam lembar lampiran.
3. Instrumen Dokumentasi
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dokumen merupakan pelengkap penggunaan metode observasi
dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian akan semakin kredibel
apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.
Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dokumen foto-foto kegiatan di
sekolah.
D. Sampel Sumber Data
Subjek penelitian merupakan seseorang yang darinya diperoleh keterangan
atau data. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2010: 172) yakni sumber data
dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Subjek penelitian
ini adalah orang yang akan diteliti. Penelitian ini mengambil subjek guru kelas V,
murid kelas V, dan kepala sekolah di SDN 004 Kalotok.
38
E. Teknik Pengumpulan Data
Fase penting dalam penelitian adalah saat pengumpulan data. Di dalam
sebuah penelitian, fase pengumpulan data penting dilakukan karena menurut
Sugiyono (2014: 224) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Pengetahuan mengenai teknik pengumpulan data harus dimiliki oleh peneliti
agar didapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Pada penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural
setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data
lebih banyak pada observasi tidak berperan serta (nonparticipant observation),
wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moleong, 2012:
186). Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas
pertanyaan. Menurut Esterberg (Sugiyono, 2014: 317), wawancara adalah
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Esterberg (Sugiyono, 2014: 319) mengemukakan beberapa macam
wawancara, yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi terstruktur, dan
wawancara tidak terstruktur. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teknik wawancara semi terstruktur, yaitu dilaksanakan menggunakan
39
petunjuk umum wawancara (pedoman wawancara) yang hanya memuat garis
besar yang akan ditanyakan.
Peneliti menggunakan wawancara semi struktur karena wawancara ini
termasuk kategori in-dept interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas
bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan wawancara ini adalah
untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak
wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Pelaksanaan wawancara dalam
penelitian ini pada tanggal 02 Februari - 24 februari 2021.
2. Observasi
Observasi memberi peluang pada peneliti untuk menggali data perilaku
subjek secara luas, mampu menangkap berbagai macam interaksi, dan secara
terbuka mengeksplorasi topik penelitiannya. Menurut Sugiyono (2016: 196)
dalam pelaksanaan pengumpulan data observasi dibedakan menjadi observasi
berperan serta (participant observation) dan nonpartisipan, selanjutnya dari segi
instrumen yang digunakan observasi dibedakan menjadi observasi terstruktur dan
tidak terstruktur.
Peneliti sedianya akan melaksanakan pengumpulan data oberservasi secara
nonpartisipan dalam pelaksanaan pengumpulan data, yaitu peneliti tidak terlibat
dengan aktifitas yang diamati dan hanya sebagai pengamat luar secara
independen. Pada segi instrumen peneliti menggunakan observasi terstruktur yaitu
observasi yang dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati, kapan
dan dimana tempatnya. Oleh karena itu, observasi ini membutuhkan panduan atau
pedoman observasi.
40
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan sebuah peristiwa. Hal ini didukung dengan
pendapat dari Sugiyono (2016: 240), yang mengatakan bahwa dokumen
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya menumental dari seseorang. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara.
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,
agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274).
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan
dokumen-dokumen yang akan memperkuat perolehan data-data sebelumnya dan
tentunya relevan dengan data yang dibutuhkan peneliti. Sedangkan, dokumen-
dokumen tersebut dapat berupa foto, dapat juga berbentuk dokukmen tertulis
lainnya seperti arsip-arsip dari objek penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan (Sugiyono, 2014: 334), analisis data kualitatif adalah
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami,
dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Sugiyono (2014: 224)
juga menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, data yang diperoleh dari
berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang
bermacam-macam (triangulasi), data dilakukan secara terus menerus sampai
datanya jenuh. Seperti yang dinyatakan Miles & Huberman (Sugiyono, 2014:
41
246), juga mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya sudah jenuh. Komponen dalam analisis data adalah sebagai
berikut:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang
yang tidak perlu. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan di lapangan.
2. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data yaitu penyusunan sekelompok informasi yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian
data ini dapat berupa uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart
dan sejenisnya. Penyajian data seperti ini berguna untuk memudahkan dalam
memahami data yang telah didapatkan tersebut. Pada tahap ini peneliti
menyajikan data-data yang telah direduksi ke dalam laporan penelitian secara
sistematis.
3. Penarikan Kesimpulan (Data Drawing/ Verification)
Langkah selanjutnya setelah data direduksi dan disajikan dalam bentuk
gambar ataupun uraian adalah penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan ini
bertujuan untuk menjelaskan hubungan-hubungan dari sesuatu yang sedang
42
diteliti. Di dalam penelitian kualitatif ini akan diungkapkan makna dari data-data
yang telah dikumpulkan selama penelitian berlangsung. Kesimpulan yang
didapatkan dari data yang dikumpulkan selama penelitian ini dapat dibahas pada
bab hasil penelitian dan pembahasan.
G. Keabsahan Data
Langkah terakhir dari penelitian adalah uji keabsahan data. Menurut
Maleong (2012: 320-321), yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa
setiap keadaan harus dapat mendemonstrasikan nilai yang benar, menyediakan
dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan memperbolehkan keputusan luar yang
dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan
keputusan-keputusannya. Di dalam uji keabsahan data, pada penelitian ini peneliti
menggunakan uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian. Uji
kredibilitas data dalam penelitian ini menggunakan dua macam triangulasi, yaitu
triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi dapat diartikan sebagai
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2014: 330).
1. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber
yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2014: 273). Sebagai contoh,
dalam penelitian peneliti melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Hasil ketiga data ini harus dicek kembali, jika ditemukan perbedaan maka peneliti
43
harus melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data yang lain untuk
mengambil sebuah kesimpulan.
2. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber dilakukan dengan mengecek kredibilitas data melalui
beberapa sumber (Sugiyono, 2014: 273). Sebagai contoh, peneliti melakukan
wawancara terhadap guru, murid, dan kepala sekolah. Berdasarkan ketiga sumber
ini, maka peneliti harus menganalisis data tersebut dengan cara mendeskripsikan,
mengkategorikan serta mencari persamaan dan perbedaan pendapat antar
ketiganya. Data tersebut barulah kemudian dibuat kesimpulan.
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Penelitian
1. Sampel sumber data
Adapun Subjek sebagai sampel sumber data dalam penelitian ini ada tiga
meliputi wali kelas V, kepala sekolah, dan murid kelas V SDN 004 Kalotok. Wali
kelas V yang menjadi subjek utama untuk memperoleh hasil dalam penelitian ini
ada dua yaitu ibu Samsinar, S.Pd. (wali semester I) dan ibu Vika Angriani, S.Pd
(wali Semester II).
Selain itu, Bapak Syaifuddin, S.Pd.I selaku kepala sekolah juga
merupakan subjek yang penting dalam pengumpulan data ini karena sebagai
pemegang otoritas tertinggi dalam lingkup SDN 004 Kalotok yang menjadi
pengambil keputusan dan solusi terkait perilaku bullying yang terjadi di SDN 004
kalotok.
Adapun murid kelas V sebagai sumber data dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk mengetahui jenis bullying yang terjadi dan bagaimana proses
bullying dapat terbentuk.
2. Analisis data penelitian
a. Reduksi Data Penelitian (Data Reduction)
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya pada metode penelitian bahwa
reduksi data bertujuan untuk merumuskan inti gagasan dari beberapa sumber data
45
yang didapat peneliti di lapangan, Peneliti memberikan gambaran melalui table
sebagai berikut:
Gambar 4.1 Alur reduksi data
Langkah-langkah reduksi data dalam penelitian ini adalah pertama,
mereduksi hasil wawancara dari 7 narasumber yang terlampir dalam insturmen
wawancara penelitian dan menfokuskan pada pengambilan kesimpulan yang
merupakan inti dari data yang didapat dari berbagai narasumber tersebut. Kedua,
menarik kesimpulan terkait catatan lapangan yang sumbernya ada dalam lampiran
penelitian.
Setelah melalui proses reduksi data dengan teknik wawancara dan
observasi (catatan lapangan) dengan subjek utama dalam hal ini wali kelas, kepala
sekolah dan murid maka peneliti melakukan penyajian data untuk mendampatkan
hasil atau temuan dalam penelitian ini.
SAMPEL SUMBER DATA
INSTRUMEN PENELITIAN
WAWANCARA CATATAN LAPANGAN
DOKUMENTASI
REDUKSI DATA
HASIL PENELITIAN
(KESIMPULAN)
46
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Penyajian Data Penelitian
Penyajian data dilakukan bertujuan untuk menjelaskan hubungan-
hubungan dari sesuatu yang sedang diteliti. Di dalam penelitian kualitatif ini akan
diungkapkan makna dari data-data yang telah dikumpulkan selama penelitian
berlangsung.
a. Bullying pada murid kelas V SDN 004 Kalotok Kecamatan Sabbang
Selatan Kabupaten Luwu Utara.
Perkembangan murid pada fase masa akhir anak-anak berkisar antara
umur 11-12 tahun ditandai dengan pembentukan kelompok teman sebaya,
sehingga hal tersebut bisa menjadi pemicu terjadinya kasus bullying. Pada murid
kelas V SDN 004 Kalotok kasus bullying yang sering teramati adalah perilaku
mengejek (Verbal Bullying) dengan memplesetkan nama korban bullying.
Hasil wawancara dengan Syaifuddin, S.Pd.I (SY) yang menjabat sebagai
Kepala Sekolah SDN 004 Kalotok yang dilakukan pada Selasa, 02 Februari 2021
juga sejalan dengan apa yang dikemukakan diatas:
Susah untuk dijelaskan tapi paling yang biasa teramati di sekolah adalah
murid mengejek murid yang lain. Seperti contoh peristiwa bullying yang
terjadi di sekolah ini ada murid perempuan kelas V yang tidak diajak
bermain dan dijauhi oleh murid perempuan teman sekelasnya.
Hal tersebut sesuai dengan data yang peneliti dapat ketika melakukan
wawancara yang dilakukan pada hari Rabu, 10 Februari 2021 dengan Samsinar,
S.Pd. (SR) yang sekaligus menjadi wali kelas V SDN 004 Kalotok, Adapun hasil
wawancara dijabarkan sebagai berikut:
47
Biasanya peristiwa bullying yamg teramati antar murid di kelas V SDN
004 Kalotok selama saya jadi wali kelas adalah mengejek seperti yang
pernah kamu lihat sebelumnya ada seorang murid yang diejek dengan
memplesetkan nama temannya, kalau secara fisik biasa terjadi tapi sangat
jarang. Saya tidak tahu kalau diluar dari sekolah ini ketika mereka bermain
bersama.
Data yang berkaitan dengan kasus bullying juga peneliti dapatkan ketika
melakukan wawancara pada Senin, 15 Februari 2021 dengan Vika Angriani, S.Pd
(VA) selaku wali kelas V SDN 004 Kalotok pada semester II. Namun yang
menjadi kendala ketika melakukan wawancara dengan narasumber ini ialah beliau
belum terlalu paham tentang perilaku dan karakter murid kelas V SDN 004
Kalotok karena beliau adalah guru baru dan saat penelitian dilakukan beliau
sementara mengikuti Prajabatan pegawai negeri sipil, adapaun hasil wawancara
dijabarkan sebagai berikut:
“Perilaku bullying yang biasa terjadi pada murid yaitu adanya kekurangan
fisik pada murid sehingga bullying biasa terjadi.”
Selain hasil wawancara yang diperoleh peneliti dari wali kelas dan kepala
sekolah, catatan lapangan dari hasil observasi peneliti dan wawancara dengan
murid juga memberikan sumbangsi dalam memperjelas kasus bullying yang
terjadi pada murid kelas V. Dari hasil wawancara dengan 3 narasumber dengan
dari murid kelas V yaitu Muhammad Al-Iqra (MA), Reifan Aditya (RA), Tasya
(Ts) dapat memudahkan untuk merumuskan hasil penelitian. Adapun hasil
wawancara dari beberapa murid tersebut akan peneliti gambarkan dalam bentuk
tabel sebagai berikut:
48
Gambar 4.2 Penjabaran perilaku murid kelas V
Dari tabel tentang perilaku murid kelas V SDN 004 Kalotok peneliti
mendapatkan beberapa karakter tentang perilaku murid. Pola perilaku murid
menjadi salah satu tolak ukur yang dapat menyebabkan perilaku bullying dapat
terjadi di kelas. perilaku yang nakal dari murid merupakan salah satu faktor yang
menjadikan murid menjadi pelaku bullying dan dalam beberapa kasus korban
bullying biasanya merujuk pada murid yang menurut temannya sabar sehingga
membuat pelaku menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan kekuatan antara pelaku
dan korban.
SISWA
KELAS V
SDN 004
KALOTOK
SISWA DAN SISWI
KELAS V YANG
NAKAL
SISWA DAN SISWI
KELAS V YANG
SABAR
SISWA DAN SISWI
KELAS V DENGAN
TUBUH YANG
KECIL
SISWA DAN SISWI
KELAS V DENGAN
TUBUH YANG
BESAR
Farhan Arjuna Putra (FA), Muhammad
Al-Iqra (MA), Rendi Ismail (RI), Muh.
Fiqram Ismail (MF), Dzalika Mufidha
(DZ), Nur Rafika Indah (NR).
Reifan Aditya (RA), Nur Azitri
Satya (NA), Tasya (Ts), Aini
Arifah (AA).
Farhan Arjuna Putra (FA), Resky
Auwlia (RA).
Fadil (Fa), Siren (Sr), Nur Rafika
Indah (NR).
49
Hal tersebut berkaitan dengan temuan yang peneliti dapatkan dari hasil
observasi lapangan terkait perilaku bullying seperti apa yang terjadi pada murid
kelas V SDN 004 Kalotok yang akan peneliti paparkan sebagai berikut:
1. Observasi lapangan pada Selasa, 19 Januari 2021.
Proses pembelajaran berjalan seperti biasanya tapi ketika guru masuk ke
dalam rumah, saya memperhatikan Muhammad Al-Iqra (MA) dan Muh. Fiqram
Ismail (MF) sesekali meenggangu Adam (Ad) dan Reifan Aditya (RA) namun
ketika guru sudah masuk dalam proses pembelajaran lagi mereka berhenti
mengganggu dan saya melihat tidak ada murid yang melaporkan perbuatan
tersebut ke guru.
2. Observasi lapangan pada Selasa, 26 Januari 2021.
Pada proses pembelajaran hari ini ibu Samsinar, S.Pd. (SR) selaku wali
kelas V memberi materi pembelajaran tentan “Ekosistem” dan melakukan
pembelajaran di luar ruangan. Guru membagi kelompok berisi 3 orang murid
sehingga kelompok ada 5 dan setelahnya bersama-sama keluar ruangan. Dalam
proses pembelajaran kelompok tersebut yang berlangsung di luar ruangan, saya
kembali mengamati murid atas nama Muhammad Al-Iqra (MA) dan ditemani
Farhan Arjuna Putra (FA) sesekali mendorong Reifan Aditya (RA) dan mengejek
dengan nama panggilan “papan” dan korban terlihat sangat tidak senang dengan
panggilan seperti itu. Hal tersebut di saksikan oleh wali kelas Ibu Samsinar, S.Pd.
(SR) dan mengancam para pelaku tidak akan dimasukkan dalam kelas jika hal
tersebut dilakukan lagi.
3. Observasi lapangan pada Selasa, 16 Februari 2021
50
Pada proses pembelajaran ini hanya 5 murid dan 5 siswi yang hadir dalam
pembelajaran tatap muka karena pandemic COVID 19. Ibu Samsinar, S.Pd. (SR)
sedang melakukan kegiatan belajar dan sesekali melakukan tanya-jawab dengan
murid. Saat ibu Samsinar, S.Pd. (SR) sedang menanyai Nur Rafika Indah (NR)
namun (NR) tidak mendengarnya ada seorang murid atas nama Rendi Ismail (RI)
memanggil (NR) dengan kata-kata “kau bonjeng dipanggil sama ibu”. Hal
tersebut membuat raut muka (NR) nampak tidak suka.
Dari beberapa data yang peneliti dapatkan melalui wawancara dengan wali
kelas, kepala sekolah dan murid serta catatan lapangan selama penelitian
memperjelas kasus bullying yang terjadi pada murid kelas V SDN 004 Kalotok
yang peneliti jelaskan melalui tabel sebagai berikut.
Gambar 4.3 Perilaku bullying murid kelas V SDN 004 Kalotok
PERILAKU BULLYING
KASUS BULLYING SISWA KELAS V
SDN 004 KALOTOK
BULLYING FISIK VERBAL BULLYING BULLYING
RELASIONAL
MENDORONG,
MENENDANG
DAN MEMUKUL
MENGEJEK DENGAN
MEMBERIKAN NAMA
PANGGILAN
PENGABAIAN DAN
PENGUCILAN DALAM
KELOMPOK
PERTEMANAN
51
b. Pola terbentuknya bullying pada murid kelas V SDN 004 Kalotok
Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten Luwu Utara.
Terbentuknya bullying pada murid kelas V SDN 004 Kalotok dipengaruhi
oleh perbedaan kekuatan murid, latar belakang status ekonomi keluarga dalam
masyarakat, perbedaan karakter antar murid, dan juga karena telah terbentuknya
kelompok teman sebaya antar murid yang ditandai dengan adanya “jagoan” dalam
kelas yang mempunyai beberapa “bawahan” dalam melakukan tindakan bullying.
Paparan diatas terkait perbedaan status sosial orangtua murid juga
memiliki kesamaan dengan hasil wawancara Syaifuddin, S.Pd.I (SY) selaku
Kepala sekolah SDN 004 Kalotok, sebagai berikut:
“Alasannya bermacam-macam. Salah satunya masalah kecemburuan
sosial.”
Berbeda dengan yang diungkapkan oleh wali kelas Samsinar, S.Pd. (SR)
pada hari Rabu, 10 Februari 2021 lebih fokus kepada perbedaan kekuatan antar
murid dan tentang kelompok teman sebaya yang menjadi penyebab terjadinya
bullying pada murid kelas V SDN 004 Kalotok, seperti yang dijabarkan dibawah
narasumber dibawah ini:
Kalau di kelas V, murid laki-laki penyebabnya karena perbedaan kekuatan
ada murid yang jauh lebih kuat biasa menindas yang paling lemah. Kalau
murid perempuan biasanya karena persoalan pertemanan saja.
Dari kasus bullying yang sempat peneliti amati saat melakukan observasi
lapangan dan juga hasil wawancara dengan murid akan dipaparkan terlebih dahulu
52
sebelum peneliti jelaskan pola terbentuknya dari pengamatan tersendiri peneliti
diluar catatan lapangan di sekolah, adapun pemaparannya sebagai berikut:
a. Catatan lapangan peneliti pada hari Selasa, 19 Januari 2021: Proses
pembelajaran berjalan seperti biasanya tapi ketika guru masuk ke dalam rumah,
saya memperhatikan Muhammad Al-Iqra (MA) dan Muh. Fiqram Ismail (MF)
sesekali meenggangu Adam (Ad) dan Reifan Aditya (RA) namun ketika guru
sudah masuk dalam proses pembelajaran lagi mereka berhenti mengganggu dan
saya melihat tidak ada murid yang melaporkan perbuatan tersebut ke guru.
b. Catatan lapangan peneliti pada hari Selasa, 26 Januari 2021: Pada proses
pembelajaran hari ini ibu Samsinar, S.Pd. (SR) selaku wali kelas V memberi
materi pembelajaran tentang “Ekosistem” dan melakukan pembelajaran di luar
ruangan. Guru membagi kelompok berisi 3 orang murid sehingga kelompok ada 5
dan setelahnya bersama-sama keluar ruangan. Dalam proses pembelajaran
kelompok tersebut yang berlangsung di luar ruangan, saya kembali mengamati
murid atas nama Muhammad Al-Iqra (MA) dan ditemani Farhan Arjuna Putra
(FA) sesekali mendorong Reifan Aditya (RA) dan mengejek dengan nama
panggilan “papan” dan korban terlihat sangat tidak senang dengan panggilan
seperti itu. Hal tersebut di saksikan oleh wali kelas Ibu Samsinar, S.Pd. (SR) dan
mengancam para pelaku tidak akan dimasukkan dalam kelas jika hal tersebut
dilakukan lagi.
c. Catatan lapangan peneliti pada hari Selasa, 10 Februari 2021: Saat ibu
Samsinar, S.Pd. (SR) sedang menanyai Nur Rafika Indah (NR) namun (NR) tidak
mendengarnya ada seorang murid atas nama Rendi Ismail (RI) memanggil (NR)
53
dengan kata-kata “kau bonjeng dipanggil sama ibu”. Hal tersebut membuat raut
muka (NR) nampak tidak suka.
Dalam setiap kasus bullying yang terjadi terdapat peran antara pelaku dan
korban, hal seperti itu juga ditemukan pada murid kelas V SDN 004 Kalotok yang
dijelaskan peneliti melalui tabel yang disimpulkan dari data hasil instumen
penelitian sebagai berikut:
Gambar 4.4 Peranan dalam bullying murid kelas V SDN 004 Kalotok
Dengan memberikan gambaran tentang peranan bullying dalam bentuk
tabel seperti diatas bisa memudahkan kita untuk mengetahui latar belakang
terbentuknya perilaku bullying pada murid kelas V SDN 004 Kalotok. Yang
peneliti jabarkan seperti dibawah ini.
PERANAN DALAM
BULLYING
SISWA KELAS V SDN
004 KALOTOK
PELAKU KORBAN
Muhammad Al-Iqra (MA)
Muh. Fiqram Ismail (MF)
Farhan Arjuna Putra (FA)
Rendi Ismail (RI)
Dzalika Mufidha (DM)
Adam (Ad)
Reifan Aditya (RA)
Nur Rafika Indah (NR)
54
Dalam suatu observasi lapangan pada tanggal Selasa, 19 Januari 2021,
saya memperhatikan Muhammad Al-Iqra (MA) dan Muh. Fiqram Ismail (MF)
sesekali mengganggu Adam (Ad) dan Reifan Aditya (RA) namun ketika guru
sudah masuk dalam proses pembelajaran lagi mereka berhenti mengganggu dan
saya melihat tidak ada murid yang melaporkan perbuatan tersebut ke guru.
Dari hasil observasi tersebut peneliti ingin melihat latar belakang status
sosial orangtua murid yang menjadi korban dan pelaku bullying. Muhammad Al-
Iqra (MA) dan Muh. Fiqram Ismail (MF) yang menjadi pelaku dalam kasus
bullying fisik terhadap Adam (Ad) dan Reifan Aditya (RA). \
Muhammad Al-Iqra (MA) merupakan anak dari seorang guru SMP yang
dikalangan masyarakat mempunyai status sosial diatas rata-rata sehingga untuk
pemenuhan kebutuhan gaya hidup bisa dibilang terpenuhi dan juga diantara murid
laki-laki di dalam kelasnya dia memiliki kekuatan yang jauh lebih besar dibanding
yang lainnya dan mendapat julukan “bos”. Sehingga beberapa murid salah satu
diantaranya Muh. Fiqram Ismail (MF) menjadi “anggota” dan selalu ada bahkan
ikut terlibat ketika Muhammad Al-Iqra (MA) melakukan tindakan bullying.
Hal tersebut diperjelas dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan
dengan Muhammad Al-Iqra (MA) pada Senin 15 Februari 2021 ketika
menanyakan tentang siapa yang paling nakal dalam kelas dan siapa yang pernah
dia pukul, hasil wawancaranya sebagai berikut:
“Kalau murid yang paling nakal itu saya sendiri dan Farhan Arjuna Putra
(FA), Saya pernah memukul Reifan Aditya (RA).”
Muh. Fiqram Ismail (MF) seorang murid kelas V dari keluarga yang
mempunyai ekonomi dibawah rata-rata yang membuat dirinya biasa tidak
55
diperhatikan dalam keluarga atau mendapat pengabaian dari orangtuanya tentang
di lingkungan mana dia bermain setelah sepulang sekolah seperti yang peneliti
lihat ketika Muh. Fiqram Ismail (MF) sering terlihat bermain bersama
Muhammad Al-Iqra (MA) yang kita ketahui merupakan anak yang nakal dan juga
dari status sosial yang berada yang membuat Muh. Fiqram Ismail (MF) lebih tepat
disebut “anggota” karena sering disuruh menuruti perintah dari Muhammad Al-
Iqra (MA).
Berbeda dengan Muhammad Al-Iqra (MA), Adam (Ad) dan Reifan Aditya
(RA) selaku korban merupakan murid yang masih memiliki hubungan
kekeluargaan bahkan mempunyai rumah yang saling berseblahan. Pada kasus ini
saya lebih berfokus pada Reifan Aditya (RA) dengan alasan bahwa dialah yang
sering mendapat perlakuan bullying baik berupa fisik maupun verbal bullying
seperi memplesetkan nama menjadi “papan” yang sering peneliti dengar dari
teman kelasnya yang laki-laki dan nampaknya dia tidak suka dengan suka dari
Muhammad Al-Iqra (MA) beserta “anggota” nya. Status ekonomi keluarga Reifan
Aditya (RA) bisa dibilang dibawah rata-rata yang memaksa ayah dari murid ini
harus merantau untuk mencukupi kehidupan keluarganya. Dari hal itulah Reifan
Aditya (RA) menjadi pribadi yang pendiam dan sabar. Hal lain yang menjadi
faktor penyebab Reifan Aditya (RA) sering menjadi korban bullying selain
pendiam karena dia terlihat lebih lemah dari murid yang lainnya sehingga menjadi
sasaran utama bagi murid yang memiliki kekuatan yang lebih besar.
Kasus lain dalam peristiwa bullying pada murid kelas V SDN 004 Kalotok
terjadi pada siswi perempuan adalah relasional bullying. Hal tersebut terjadi
56
karena kelompok teman sebaya antar perempuan juga telah terbentuk pada fase ini
dan juga posisi rumah antar murid perempuan menentukan pembentukan
kelompok teman sebaya. Seperti yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara
dengan murid Reifan Aditya (RA) pada Rabu 17 Februari 2021 sebagai berikut:
“Pernah saya melihat beberapa teman perempuan dikelas saya saling
mengabaikan. Biasanya antara Nur Rafika Indah dan temannya dengan
Dzalika Mufidha (DM) dan temannya.”
Bullying relasional adalah salah satu bentuk bullying dengan upaya
melakukan pengucilan atau pengabaian korban dari lingkar pertemenannya. Pada
murid kelas V SDN 004 Kalotok relasional bullying terjadi antar siswi perempuan
seperti yang sudah dijelaskan diatas. Untuk lebih memperjelas tentang faktor yang
mempengaruhi peristiwa bullying pada murid kelas V SDN 004 Kalotok, peneliti
membuat tabel seperti berikut:
Gambar 4.5 Pola terbentuknya bullying pada murid kelas V SDN 004 Kalotok
POLA
TERBENTUKNYA
BULLYING SISWA
KELAS V SDN 004
KALOTOK
STATUS SOSIAL DAN EKONOMI
ORANG TUA SISWA DALAM
MASYARAKAT
KARAKTER INDIVIDU ANTAR SISWA
UKURAN BADAN DAN PERBEDAAN
KEKUATAN ANTAR SISWA
PEMBENTUKAN LINGKAR
PERTEMENAN BERDASARKAN
KEDEKATAN RUMAH YANG
MENYEBABKAN TERJADINYA
RELASIONAL BULLYING ANTAR SISWI
PEREMPUAN
57
c. Peranan guru kelas mengatasi perilaku bullying pada murid kelas V SDN
004 Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten Luwu Utara.
Institusi sekolah merupakan wadah bagi peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang sangat
menunjang dalam kehidupan setelah proses pendidikan selesai ditempuh. Sekolah
dasar adalah salah satu jenjang dalam pendidikan formal yang diharapkan dapat
membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuannya. Peranan guru
dan kepala sekolah sangat diperlukan dalam perumusan kegiatan belajar dan
metode pembelajaran dalam pembentukan karakter murid pada lingkup sekolah.
Salah satu hal yang menjadi permasalahan yang dihadapi pihak sekolah
dalam membentuk karakter murid adalah perilaku bullying sehingga sangat
diperlukan peranan guru kelas dan inisiatif dari kepala sekolah untuk mengurangi
bahkan mengatasi perilaku bullying tersebut. Dampak bullying pada korban
menjadi hal serius untuk diselesaikan karena menyangkut keberlangsungan hidup
peserta didik di masa depan. Peserta didik yang menjadi korban bullying biasanya
akan kehilangan kepercayaan diri, masalah psikologis bahkan yang lebih parah
putus sekolah.
Komitmen kepala sekolah dan sinergitas guru kelas memiliki peran yang
besar dalam mengatasi perilaku bullying tak terkecuali juga di SDN 004 Kalotok.
Tentunya sebagai kepala sekolah sudah menjadi kewajiban untuk bisa mengatasi
permasalahan yang timbul disekolah. Dalam penelitian ini melalui wawancara
dengan Syaifuddin, S.Pd.I (SY) selaku Kepala Sekolah SDN 004 Kalotok pada
58
Selasa, 02 Februari 2021 mempunyai cara tersendiri dalam menganani kasus
bullying seperti yang diuraikan dibawah ini:
Jika hal itu terjadi biasanya kami pihak sekolah memanggil pelaku dan
korban ke kantor untuk diberikan bimbingan dan arahan. Contohnya yang
menjadi pelaku diberi nasehat supaya tidak mengulangi hal-hal seperti itu
lagi dan korban juga diberi bimbingan/diarahkan supaya tidak terlalu
cengeng karena terkadang teman-temannya hanya bermain-main atau
sekedar iseng.
Dan juga besar harapan kepala Sekolah SDN 004 Kalotok terhadap
penanganan bullying disekolah pada saat wawancara dengan peneliti sebagai
berikut:
Diharapkan kedepannya tidak ada lagi murid yang melakukan perilaku
bullying karena ini menyangkut tentang karakter murid dan penanaman
karakter juga harus dilakukan guru-guru di dalam kelas agar tidak ada lagi
murid yang melakukan perilaku Bullying.
Selain menjadi tanggung jawab Kepala sekolah terkait kasus bullying
tentunya guru kelas juga mempunyai peranan penting karena guru kelasnya yang
lebih tahu tentang karakteristik setiap murid dan perkembangannya. Hal serupa
juga peneliti tanyakan pada sesi wawancara dengan Samsinar, S.Pd. (SR) selaku
guru kelas V SDN 004 Kalotok pada Rabu 10 Februari 2021 yang peneliti
uraikan sebagai berikut:
a. Peran guru kelas sebagai pembimbing: Peran guru kelas sebagai penasehat pada
murid kelas V SDN 004 Kalotok dapat diamati ketika terjadi kasus bullying
terjadi seperti pemberian nasehat kepada murid yang menjadi pelaku bahwa
perbuatan memukul (bullying fisik) dan mengejek (verbal bullying) adalah suatu
sikap yang sangat tidak manusiawi sehingga pelaku harus berpikir kembali jika
melakukan hal tersebut bagaimana jika pelaku berada pada posisi korban.
59
b. Peran guru sebagai teladan: Dalam proses pembelajaran yang bersifat tematik
guru kelas V SDN 004 Kalotok biasanya menyisipkan mata pelajaran PKN
tentang bagaimana sikap dan perilaku yang baik dan saling menghormati. Adapun
dalam menutup pelajaran guru kelas biasanya guru kelas memberikan ceramah
untuk saling menghargai antar teman sebaya dan juga murid diajarkan jika
melihat bullying agar melaporkan kepada orang yang lenih dewasa atau dalam hal
ini adalah guru dan pihak sekolah.
c. Peran guru sebagai Fasilitator: Menjadi fasilitator antar pelaku dan korban
bullying menjadi tanggung jawab guru kelas murid kelas V, sehingga
menyelasaikan kasus bullying pada murid kelas V adalah tanggung jawab guru
kelas dengan berbagai metode yang digunakan. Namun untuk kasus bullying yang
lebih serius yang membuat murid ingin pindah sekolah adalah tanggung jawab
kepala sekolah.
C. Hambatan Dalam Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada masa Pandemi COVID 19 sehingga pada
saat penelitian ini dilakukan hambatan yang paling berat penulis alami adalah
pengumpulan catatan lapangan karena pihak sekolah membagi murid dalam kelas
menjadi beberapa kelompok belajar yang menyebabkan kasus bullying tidak
teramati secara menyeluruh berbeda dengan ketika semua murid dalam kelas
bergabung.
Selain daripada itu ketidakterbukaan informasi saat wawancara dengan
pihak murid juga menjadi hambatan tersendiri yang peneliti alami sehingga hanya
memilih murid yang memang ingin memberikan informasi.
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dalam proses serta hasil dan pembahasan dalam penelitian, peneliti
mempunyai kesimpulan sebagai berikut:
1. Bullying di kelas adalah suatu perbuatan/perilaku yang dilakukan murid dengan
tujuan menyakiti baik secara fisik maupun mental dengan berbagai cara seperti
fisik, verbal, maupun pengucilan teman sebaya. Adapun jenis perilaku bullying
murid kelas v SDN 004 Kalotok adalah bullying fisik seperti menendang dan
memukul, bullying verbal seperti memplesetkan nama atau memberi nama
panggilan untuk korban, bullying relasional seperti pengucilan bahkan
pengabaian teman dalam lingkar pertemanan sebaya di dalam kelas.
2. Pola terbentuknya bullying murid kelas v SDN 004 Kalotok yaitu pertama,
status sosial dan ekonomi orangtua murid dalam masyarakat Kedua, karakter
yang berbeda antar murid yang juga mempunyai hubungan dengan status sosial
dan ekonomi orangtua. Ketiga, ukuran badan dan perbedaan kekuatan antar
murid. Keempat, pembentukan lingkar pertemanan antar murid berdasarkan
kedekatan rumah dengan murid yang lain.
3. Pihak sekolah yang sangat berperan untuk mengatasi kasus bullying dalam hal
ini Kepala sekolah dan guru kelas karena lebih memahami karakteristik peserta
didik dalam kelas. Syaifuddin, S.Pd.I (SY) selaku Kepala sekolah SDN 004
Kalotok mempunyai cara dalam mengatasi peristiwa bullying antar murid dengan
61
memanggil pelaku dan korban ke kantor untuk diberikan bimbingan dan arahan.
Adapun peran Samsinar, S.Pd. (SR) Pertama, peran guru kelas sebagai penasehat
pada murid kelas V SDN 004 Kalotok dapat diamati ketika terjadi kasus bullying
terjadi seperti pemberian nasehat kepada murid yang menjadi pelaku. Kedua,
peran sebagai teladan biasanya menutup pembelajaran dengan memberikan
ceramah untuk saling menghargai sesama teman sebaya. Dalam hal sikap selalu
saya ajarkan kalau melihat perbuatan yang salah jangan takut untuk melaporkan
kepada orang yang lebih dewasa. Ketiga, peran sebagai fasilitator adalah menjadi
fasilitator antar pelaku dan korban bullying menjadi tanggung jawab guru kelas
murid kelas V, sehingga menyelasaikan kasus bullying pada murid kelas V adalah
tanggung jawab guru kelas dengan berbagai metode yang digunakan. Namun
untuk kasus bullying yang lebih serius yang membuat murid ingin pindah sekolah
adalah tanggung jawab kepala sekolah.
B. Saran
Dari kesimpulan yang sudah dipaparkan, adapun saran yang bisa peneliti
sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Pada saat melakukan penelitian, hal yang peneliti amati bahwa tidak adanya
guru BK di SDN 004 Kalotok sehingga dirasa perlu bagi pihak sekolah untuk
mengupayakan seorang ahli dalam hal bimbingan dan konseling di sekolah
tersebut.
2. Sesuai dengan anjuran kepala sekolah SDN 004 Kalotok kepada guru kelas
untuk lebih memahami setiap karakteristik peserta didiknya sehingga diharapkan
62
bagi pihak guru agar meningkatkan kualitas diri terkait pemahaman terkait
bullying dengan membaca buku-buku terkait bullying dan cara mengatasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. (2007). Metode Penelitian. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Andri Priyatna. (2010). Let’s and Bullying: Memahami, Mencegah dan Mengatasi
Bullying. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arya, L. (2018). Melawan Bullying: Menggagas Kurikulum Anti Bullying di
Sekolah. Jakarta: Sepilar.
Coloroso, B. (2007). Stop Bullying; Memutus Rantai Kekerasan Anak dari
Prasekolahan hingga SMU. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.
Darmalina, Bibit. (2014). Perilaku School Bullying di SDN Grindang,
Hargomulyo, Kokap, Kulon Progo, Yogyakarta. Skripsi tidak diterbitkan.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Harjianti, Fajarina. (2017). Peran Guru Kelas dalam Menangani Perilaku
bullying pada Murid Kelas IA di SDIT Luqman Al Hakim Internasional.
Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Hurlock, E. (2013). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Izzaty, R. E., et al. (2013). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: UNY Press.
Jahja, Yudrik, (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.
JPNN.COM (2019). Sepanjang 2019, 153 Anak jadi Korban Fisik dan Bullying.
Diakses dari https://www.jpnn.com/news/sepanjang-2019-153-anak-jadi-
korban-fisik-dan-Bullying/ pada 23 Agustus 2020, jam 13.29 WITA.
KPAI. (2014). Kasus Bullying dan Pendidikan Karakter. Diakses dari
http://www.kpai.go.id/berita/kpai-kasus-Bullying-dan-pendidikan-karakter/
pada 24 Agustus 2020, jam 20.45 WITA.
Mulyasa, E. (2013). Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Rosda.
Moleong, L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Permendikbud RI nomor 82 tahun 2015 tentang pencegahan dan penanggulangan
tindak kekerasan di lingkungan satuan pendidikan.Mendikbud. (2015).
Santrock. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Sucipto, (2012). Bullying dan Upaya meminimalisasikannya.
Psikopedagogia,2012 1(1): 3-4.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2014). Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
PT Alfabet.
Sukmadinata, N. S. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Tim Penyusun FKIP Unismuh Makassar (2014). Pedoman Penulisan Skripsi.
Makassar. Panrita Press.
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pedidikan Nasional.
Depdikbud. (2003).
Yusuf, S. (2014). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung. PT
Remaja Rosdakarya.
LAMPIRAN
No. Kegiatan Bulan 2020 Bulan 2021
8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7
1. Tahap Persiapan Penelitian
a. Penyusunan dan Pengajuan Judul
b. Bimbingan Proposal
c. Seminar Proposal
d. Revisi Proposal
e. Pengurusan Izin Penelitian
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Pengumpulan Data
- Observasi Lapangan
- Wawancara
- Dokumentasi
b. Analisis Data
Jadwal Penelitian
PROFIL SDN 004 KALOTOK
a. Identitas Sekolah
- Nama Sekolah : UPT SD NEGERI 004 KALOTOK
- NPSN : 40307017
- Jenjang Pendidikan : SD
- Alamat Sekolah :
Kelurahan : Desa Kalotok
Kecamatan : Sabbang Selatan
Kabupaten : Luwu Utara
Provinsi : Sulawesi Selatan
Posisi : Lintang -2.715/ Bujur 120.1763
b. Data Pelengkap
- SK pendiriran sekolah : 188.4.45/125/I/2018
- Tanggal SK pendirian : 2018-02-01
- Status Kepemilikan : Pemerintah
- SK izin operasional : 188.4.45/125/I/2018
- Tgl SK izin operasional : 2018-02-01
c. Kontak Sekolah
- Nomor telepon : 081355450426
- Fax : -
- Email : [email protected]
- Website : http://sdn004kalotok_gmail.com
2. Daftar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Tabel 2.1 Daftar PTK SDN 004 Kalotok
No. Nama Jabatan
1. Syaifuddin, S.Pd.I Kepala Sekolah
2. Andi Ani Wahyuniati Agub Guru Kelas
3. Ayu Purnama Sari, S.Pd. Guru Kelas
4. Hayyul, S.Pd. Guru Mata Pelajaran
5. Ira, S.Pd. Guru Kelas
6. Jumadir Tenaga Administrasi Sekolah
7. Muhajir Guru Mata Pelajaran
8. Nurjannah, S.Pd. Guru Kelas
9. Nurseha, S.Ag. Guru Mata Pelajaran
10. Samsinar, S.Pd. Guru Kelas
11. Sapri Tenaga Perpustakaan
12. Sinta, S.Pd. Guru Mata Pelajaran
13. Syamsuriani Nur Wa Ode, S.Pd. Guru Kelas
14. Wahida, S.Pd. Guru Kelas
15. Yaomil Indah Pratiwi, S.Pd. Tenaga Administrasi Sekolah
16. Vika Angriani, S.Pd Guru Kelas
Sumber: profil-UPT SD NEGERI 004 KALOTOK-2021-01-26 16_27_24
3. Rombongan Belajar
Tabel 2.2 Rombongan Belajar SDN 004 Kalotok
No. Nama Rombel Jumlah Murid
Wali Kelas
L P Total
1. Kelas 1 7 7 14 Wahida, S.Pd.
2. Kelas 2 7 10 17 Nurjannah, S.Pd.
3. Kelas 3 8 7 15 Syamsuriani Nur Wa Ode, S.Pd.
4. Kelas 4 3 4 7 Ira, S.Pd.
5. Kelas 5 8 14 22 Samsinar, S.Pd. (wali semester I)
Vika Angriani, S.Pd (wali
Semester II)
6., Kelas 6 15 9 24 Ayu Purnama Sari, S.Pd.
Sumber: profil-UPT SD NEGERI 004 KALOTOK-2021-01-26 16_27_24
4. Data Murid Kelas V
Tabel 2.3 Data Murid Kelas V SDN 004 Kalotok
Murid Kelas V
No. Laki-Laki Perempuan
1. Adam Aini
2. Fadil Aini Arifah
3. Farhan Arjuna Putra Aqila Habdi
4. Muh. Fiqram Ismail Askia Zahira
5. Muhammad Al-Iqra Dzalika Mufidha
6. Rendi Ismail Hasriani
7. Reifan Aditya Naura Risqia Effendi
8. Nur Azitri Satya Nur Rafika Indah
9. Resky Auwlia
10. Salsabila Nazihah
11. Siren
12. Sisi Hashifa
13. Tasya
14. Safa
15.
Sumber: profil-UPT SD NEGERI 004 KALOTOK-2021-01-26 16_27_24
No Fokus
Penelitian
Jenis Data Sumber
Data
Teknik Keabsahan
Data
1. Bagaimana
bentuk
perilaku
Bullying
pada murid
kelas V di
SDN 004
Kalotok
Penelitian ini
bersifat kualitatif
deskriptif untuk
mendeskripsikan
hasil penelitian
tentang peran
guru kelas dalam
mengatasi
perilaku Bullying
pada murid kelas
V di SDN 004
Kalotok
- Guru
kelas V
- Murid
Kelas V
Observasi dan
Wawancara
Observasi dan
Wawancara
Pengamatan
dan
triangulasi
sumber yang
digunakan
untuk
mendeskripsi
kan bentuk
perilaku
Bullying pada
murid kelas
V
2. Mengapa
perilaku
Bullying
dapat
terjadi pada
murid kelas
V di SDN
004
Kalotok
Penelitian ini
bersifat kualitatif
deskriptif untuk
mendeskripsikan
hasil penelitian
tentang peran
guru kelas dalam
mengatasi
perilaku Bullying
pada murid kelas
V di SDN 004
Kalotok
- Guru
kelas V
- Murid
Kelas V
Observasi dan
Wawancara
Observasi dan
Wawancara
Pengamatan
dan diskusi
yang
digunakan
untuk
mendeskripsi
kan bentuk
perilaku
Bullying pada
murid kelas
V
3.
Bagaimana
peran guru
kelas dalam
mengatasi
perilaku
Bullying
pada murid
kelas V di
SDN 004
Kalotok
Penelitian ini
bersifat kualitatif
deskriptif untuk
mendeskripsikan
hasil penelitian
tentang peran
guru kelas dalam
mengatasi
perilaku Bullying
pada murid kelas
V
- Guru
kelas V
- Murid
Kelas V
Observasi dan
Wawancara
Observasi dan
Wawancara
Triangulasi
sumber yang
digunakan
untuk
meneliti
peran guru
mengatasi
perilaku
Bullying
Metode Penelitian
CATATAN LAPANGAN
Jenis Kegiatan : Observasi Tahap Pertama
Hari/Tanggal : Selasa, 19 Januari 2021
Jam Pelaksanaan : 09.45 – 11.30
Hal pertama yang akan saya sampaikan dalam catatan lapangan tahap
pertama ini bahwa penelitian ini berlangsung pada masa Pandemi COVID 19
sehingga ketika pertama kali datang ke sekolah lokasi penelitian dan berbincang-
bincang dengan Bapak Syaifuddin, S.Pd.I (SY) selaku Kepala Sekolah peneliti
mendapat informasi tentang proses pembelajaran yang di lakukan di sekolah
secara bergantian perkelas selama satu minggu sehingga kelas V mendapat bagian
pembelajaran hari Rabu dan selebihnya di lakukan pembelajaran secara Daring
(Dalam jaringan).
Pada hari ini saya hanya menyaksikan hanya ada 2 guru yang hadir
ditemani kepala sekolah dan murid kelas 3 karena hari ini bagian murid kelas III
yang mendapat proses pembelajaran secara tatap muka.
Adapun hal saya lakukan pada hari pertama di lokasi penelitian adalah
menyerahkan salinan surat izin penelitian kepada pihak sekolah agar diketahui
bahwa saya akan melakukan penelitian di sekolah ini selama 2 bulan kedepan.
Sembari memberi tahu bahwa hal ingin saya teliti terkait peranan guru kelas
dalam menangani perilaku Bullying di kelas V dan pihak sekolah juga
memberikan respon yang positif terkait penelitian yang akan saya lakukan dan
mengatakan bahwa besok adalah bagian kelas V melakukan pembelajaran tatap
muka.
CATATAN LAPANGAN
Jenis Kegiatan : Observasi Pembelajaran tatap muka di rumah guru
Hari/Tanggal : Selasa, 19 Januari 2021
Jam Pelaksanaan : 08.00 – 10.30
Hari ini pembelajaran tidak jadi dilakukan di sekolah seperti yang
diharapkan kepala sekolah tetapi dilakukan dirumah ibu Samsinar, S.Pd. (SR)
selaku wali kelas V dan hanya dibatasi untuk beberapa murid saja dan itu akan
dilakukan bergantian dengan murid yang belum hadir.
Proses pembelajaran berjalan seperti biasanya tapi ketika guru masuk ke
dalam rumah, saya memperhatikan Muhammad Al-Iqra (MA) dan Muh. Fiqram
Ismail (MF) sesekali meenggangu Adam (Ad) dan Reifan Aditya (RA) namun
ketika guru sudah masuk dalam proses pembelajaran lagi mereka berhenti
mengganggu dan saya melihat tidak ada murid yang melaporkan perbuatan
tersebut ke guru.
Waktu memasuki jam 10.30 WITA yang tandanya pertemuan tatap muka
telah berakhir dan murid yang laki-laki yang berjumlah 8 orang masing-masing
pulang kerumah. Di sini saya memperhatikan suatu pembentukan kelompok
teman sebaya di antara murid laki-laki namun saya sebagai peneliti belum terlalu
yakin akan persepsi yang saya kemukakan sehingga harus melakukan pengamatan
yang lebih mendalam pada proses pembelajaran selanjutnya.
CATATAN LAPANGAN
Jenis Kegiatan : Observasi pembelajaran di luar ruangan
Hari/Tanggal : Selasa, 26 Januari 2021
Jam Pelaksanaan : 08.00 – 10.30
Seperti biasanya pembelajaran di masa Pandemi COVID 19 dilakukan
dengan jumlah murid yang dibatasi dalam pertemuan tatap muka dan dilakukan
bergiliran antar kelas dan antar murid. Pada hari ini pembelajaran berlangsung di
sekolah dan di ikuti oleh 15 orang murid kelas V SDN 004 Kalotok.
Pada proses pembelajaran hari ini ibu Samsinar, S.Pd. (SR) selaku wali
kelas V memberi materi pembelajaran tentan “Ekosistem” dan melakukan
pembelajaran di luar ruangan. Guru membagi kelompok berisi 3 orang murid
sehingga kelompok ada 5 dan setelahnya bersama-sama keluar ruangan. Dalam
proses pembelajaran kelompok tersebut yang berlangsung di luar ruangan, saya
kembali mengamati murid atas nama Muhammad Al-Iqra (MA) dan ditemani
Farhan Arjuna Putra (FA) sesekali mendorong Reifan Aditya (RA) dan mengejek
dengan nama panggilan “papan” dan korban terlihat sangat tidak senang dengan
panggilan seperti itu. Hal tersebut di saksikan oleh wali kelas Ibu Samsinar, S.Pd.
(SR) dan mengancam para pelaku tidak akan dimasukkan dalam kelas jika hal
tersebut dilakukan lagi.
Setelah mengamati hal tersebut saya dapat menyimpulkan bahwa memang
telah terbentuk kelompok dalam teman sebaya pada murid kelas V SDN 004
Kalotok dan diantaranya telah terdapat pelaku dan korban Bullying. Namun hal
tersebut akan saya paparkan nantinya di analisis data penelitian.
CATATAN LAPANGAN
Jenis Kegiatan : Observasi pembelajaran di dalam kelas
Hari/Tanggal : Selasa, 02 Februari 2021
Jam Pelaksanaan : 08.00 – 10.30
Pada proses pembelajaran ini hanya beberapa yang hadir dalam
pembelajaran tatap muka karena pandemic COVID 19, saya sebagai peniliti tidak
melihat kasus Bullying terjadi dalam kelas sehingga saya melakukan wawancara
dengan Kepala Sekolah SDN 004 Kalotok.
CATATAN LAPANGAN
Jenis Kegiatan : Observasi pembelajaran di dalam kelas
Hari/Tanggal : Selasa, 16 Februari 2021
Jam Pelaksanaan : 08.00 – 10.30
Pada proses pembelajaran ini hanya 5 murid dan 5 siswi yang hadir dalam
pembelajaran tatap muka karena pandemic COVID 19. Ibu Samsinar, S.Pd. (SR)
sedang melakukan kegiatan belajar dan sesekali melakukan tanya-jawab dengan
murid.
Saat ibu Samsinar, S.Pd. (SR) sedang menanyai Nur Rafika Indah (NR)
namun (NR) tidak mendengarnya ada seorang murid atas nama Rendi Ismail (RI)
memanggil (NR) dengan kata-kata “kau bonjeng dipanggil sama ibu”. Hal
tersebut membuat raut muka (NR) nampak tidak suka. Hal yang peneliti juga
dapatkan selama proses pembelajaran seperti adanya relasi Bullying yang terjadi
dan akan saya paparkan secara rinci nantinya pada analisis data penelitian.
INSTRUMEN WAWANCARA KEPALA SEKOLAH
Informan : Syaifuddin, S.Pd.I (SY)
Hari/Tanggal : Selasa, 02 Februari 2021
Waktu : 09.15 - selesai
Tempat : Ruang Kantor SDN 004 Kalotok
No. Aspek Pertanyaan Jawaban
1. Pemahaman
bullying di sekolah
1. Apa yang anda ketahui tentang
Bullying?
1. Bullying itu semacam perbuatan mengejek atau
menganiaya teman/murid lain.
2. Penyebab
terjadinya Bullying
1. Perilaku bullying seperti apa yang
pernah teramati di sekolah?
2. Apa penyebab perilaku tersebut?
1. Susah untuk dijelaskan tapi paling yang biasa teramati di
sekolah adalah murid mengejek murid yang lain. Seperti
contoh peristiwa Bullying yang terjadi di sekolah ini ada
murid perempuan kelas V yang tidak diajak bermain dan
dijauhi oleh murid perempuan teman sekelasnya.
2. Alasannya bermacam-macam. Salah satunya masalah
kecemburuan sosial.
3. Penanganan
Bullying
1. Bagaimana penanganan perilaku
Bullying di sekolah selama ini?
2. Apakah pernah terjadi suatu peristiwa
Bullying yang memungkinkan orangtua
murid harus dipanggil ke sekolah?
3. Bagaimana cara anda menfasilitasi
antara pelaku dan korban Bullying?
4. Apakah tindakan tersebut efektif?
5. Apa harapan anda kedepannya terhadap
pengananan Bullying?
1. Jika hal itu terjadi biasanya kami pihak sekolah
memanggil pelaku dan korban ke kantor untuk diberikan
bimbingan dan arahan. Contohnya yang menjadi pelaku
diberi nasehat supaya tidak mengulangi hal-hal seperti itu
lagi dan korban juga diberi bimbingan/diarahkan supaya
tidak terlalu cengeng karena terkadang teman-temannya
hanya bermain-main atau sekedar iseng.
2. Hal seperti itu tidak kami lakukan. Tapi pernah kejadian
orangtua murid yang dating sendiri ke sekolah untuk
mengadu karena anaknya di bullying
3. Yang kami lakukan adalah memanggil korban dan pelaku
untuk diarahkan dan dibimbing.
4. Setelah hal tesebut kami lakukan terhadap contoh kasus
tadi hari-hari berikutnya tidak ada lagi hal terulang seperti
itu.
5. Diharapkan kedepannya tidak ada lagi murid yang
melakukan perilaku bullying karena ini menyangkut tentang
karakter murid dan penanaman karakter juga harus dilakukan
guru-guru di dalam kelas agar tidak ada lagi murid yang
melakukan perilaku Bullying
INSTRUMEN WAWANCARA GURU
Informan : Samsinar, S.Pd. (SR) (Wali kelas semester 1)
Hari/Tanggal : Rabu, 10 Februari 2021
Waktu : 10.25 - selesai
Tempat : Ruang Guru
No. Aspek Pertanyaan Jawaban
1. Pemahaman
bullying di sekolah
1. Apa yang anda ketahui tentang Bullying? 1. Bullying itu perilaku menyakiti teman sekelas
baik itu secara fisik atau mengeluarkan perkataan
yang membuat teman merasa disakiti seperi
memanggil dengan nama ejekan.
2. Penyebab
terjadinya Bullying
1. Perilaku bullying seperti apa yang terjadi antar
murid kelas V yang pernah anda amati?
2. Apa penyebab terjadinya Bullying di sekolah?
1. Biasanya peristiwa bullying yamg teramati antar
murid di kelas V SDN 004 Kalotok selama saya
jadi wali kelas adalah mengejek seperti yang pernah
kamu lihat sebelumnya ada seorang murid yang
diejek dengan memplesetkan nama temannya, kalau
secara fisik biasa terjadi tapi sangat jarang. Saya
tidak tahu kalau diluar dari sekolah ini ketika
mereka bermain bersama.
2. kalau di kelas V, murid laki-laki penyebabnya
karena perbedaan kekuatan ada murid yang jauh
lebih kuat biasa menindas yang paling lemah.
Kalau murid perempuan biasanya karena persoalan
pertemanan saja.
3.
Peran guru dalam
Penanganan
Bullying
Guru sebagai penasehat
1. Bagaimana cara anda dalam memberikan
nasehat kepada pelaku dan korban?
2. Apa dampak dari pemberian nasehat terhadap
pelaku dan korban?
1. Jika perilaku bullying saya liat sendiri, biasanya
saya langsung memanggilnya antara pelaku dan
korban. Biasanya saya mengatakan kalau mau
nakal coba cubit dulu dirimu kalau tidak sakit yah
nakal saja tapi kalau sakit yah jangan lakukan pada
temanmu karena itu sakit dan berarti itu perbuatan
salah.
2. Dampaknya itu secara bertahap, kalau
Bullyingnya seperti memukul besoknya tidak terjadi
lagi tapi kalau mengejek biasa butuh waktu lama
untuk bisa berhenti.
Guru sebagai teladan
1. Sebagai seorang teladan bagi murid,
bagaimana cara anda agar murid dapat saling
menghargai?
2. Apakah ada suatu metode pembelajaran yang
mengajarkan tentang bahaya Bullying?
1. Seperti pada saat pembelajaran biasanya saya
menutup pembelajaran dengan mebrikan ceramah
untuk saling menghargai sesama teman sebaya, dan
juga dalam hal sikap selalu saya ajarkan kalau
melihat perbuatan yang salah jangan takut untuk
melaporkan kepada orang yang lebih dewasa.
2. Kan di dalam pembelajaran PKN biasa diajarkan
perilaku-perilaku yang baik dan itu kemarin saya
ajarkan pada murid.
Guru sebagai fasilitator 1. Pernah ada kejadian orangtua murid di kelas V
datang ke sekolah niatnya mengambil surat pindah
untuk anaknya karena menurutnya anaknya malas
ke sekolah karena sering dijauhi temannya atau
dikeluarkan dari pertemanan teman sebaya. Itu
1. Apakah pernah terjadi suatu peristiwa
Bullying yang memungkinkan orangtua murid
harus dipanggil ke sekolah?
2. Bagaimana cara anda menfasilitasi antara
pelaku dan korban Bullying? murid perempuan di kelas V atas nama Siren. Tapi
kejadian itu menjadi kewajiban kepala sekolah
mengurusnya sehingga orangtua murid tersebut
tidak jadi untuk mengambil surat pindah.
2. Saya panggil pelaku dan korban kalau bisa saya
selesaikan permasalahannya dikelas itu bagus. Tapi
kalau contohnya seperi perkelahian murid laki-laki
biasanya memfasilitasinya di ruang kantor dan
ditangani kepala sekolah.
INSTRUMEN WAWANCARA GURU
Informan : Vika Angriani, S.Pd (VA) (Wali kelas semester II)
Hari/Tanggal : Senin, 15 Februari 2021
Waktu : 10.00 - selesai
Tempat : via whatsapp (karena pada saat itu sedang mengikuti Prajabatan CPNS)
No. Aspek Pertanyaan Jawaban
1. Pemahaman
bullying di sekolah
1. Apa yang anda ketahui tentang Bullying? 1. Bullying yaitu perlakuan yang tidak baik atau
buruk yang dilakukan terhadap seseorang dengan
tujuan untuk menyakiti. Bullying melakukan
penindasan dengan tindakan yang bisa menyakiti
fisik atau mental seseorang, yang mana seorang
pembullying ini merasa dirinya yang paling kuat
dan berkuasa dalam suatu kelompok.
Pembullyingian tidak hanya dengan fisik tapi secara
verbal pun bisa terjadi.
2. Penyebab
terjadinya Bullying
1. Perilaku bullying seperti apa yang terjadi antar
murid yang pernah anda amati?
1. Perilaku Bullying yang biasa terjadi pada murid
yaitu adanya kekurangan fisik pada murid sehingga
2. Apa penyebab terjadinya Bullying di sekolah?
pembullyingan biasa terjadi.
2. Penampilan dari korban yang menjadi bahan
bullyingan, adanya kelebihan dari diri murid yang
menjadi korban daripada pembullying, murid yang
menjadi korban tidak ingin bergabung dengan
pergaulan teman sebayanya yang dia anggap tidak
baik, sehingga dibullying.
3.
Peran guru dalam
Penanganan
Bullying
Guru sebagai penasehat
1. Bagaimana cara anda dalam memberikan
nasehat kepada pelaku dan korban?
2. Apa dampak dari pemberian nasehat terhadap
pelaku dan korban?
Sebenarnya untuk kasus pembullyingan khususnya
kelas V di SDN 004 Kalotok saya kurang tahu.
Saya belum pernah mengamati karena saya juga
masih baru disekolah ini jadi belum mengenal
karakter dari masing-masing murid. Apalagi
sekarang masa pandemic dan juga karena
mengikuti Prajabatan CPNS sehingga saya baru 2
kali bertemu dengan murid saya dikelas V. Untuk
wali kelasnya yang lalu itu ibu Sinar. Jadi beliau
mungkin lebih tahu mengenai karakter murid kelas
V.
Guru sebagai teladan
1. Sebagai seorang teladan bagi murid,
bagaimana cara anda agar murid dapat saling
menghargai?
2. Apakah ada suatu metode pembelajaran yang
mengajarkan tentang bahaya Bullying?
Sebenarnya untuk kasus pembullyingan khususnya
kelas V di SDN 004 Kalotok saya kuran tahu. Saya
belum pernah mengamati karena saya juga masih
baru disekolah ini jadi belum mengenal karakter
dari masing-masing murid. Apalagi sekarang masa
pandemic dan juga karena mengikuti Prajabatan
CPNS sehingga saya baru 2 kali bertemu dengan
murid saya dikelas V. Untuk wali kelasnya yang
lalu itu ibu Sinar. Jadi beliau mungkin lebih tahu
mengenai karakter murid kelas V.
Guru sebagai fasilitator Sebenarnya untuk kasus pembullyingan khususnya
kelas V di SDN 004 Kalotok saya kuran tahu. Saya 1. Apakah pernah terjadi suatu peristiwa
Bullying yang memungkinkan orangtua murid
harus dipanggil ke sekolah?
2. Bagaimana cara anda menfasilitasi antara
pelaku dan korban Bullying?
belum pernah mengamati karena saya juga masih
baru disekolah ini jadi belum mengenal karakter
dari masing-masing murid. Apalagi sekarang masa
pandemic dan juga karena mengikuti Prajabatan
CPNS sehingga saya baru 2 kali bertemu dengan
murid saya dikelas V. Untuk wali kelasnya yang
lalu itu ibu Sinar. Jadi beliau mungkin lebih tahu
mengenai karakter murid kelas V.
INSTRUMEN WAWANCARA MURID KELAS V
Informan : Muhammad Al-Iqra (MA)
Hari/Tanggal : Senin, 15 Februari 2021
Waktu : 13.20 - selesai
Tempat : Rumah murid
No. Aspek Pertanyaan Jawaban
1. Bentuk bullying
dan penyebabnya
1. Di kelas, siapa yang menurutmu paling nakal
dan paling sabar, baik laki-laki maupun
perempuan?
2. Di kelas, siapa yang memiliki ukuran tubuh
yang besar dan yang kecil, baik laki-laki maupun
perempuan?
3. Bisakah anda jelaskan jenis bullying yang
biasa terjadi di sekolah atau kelasmu (verbal,
fisik, relasional, cyber bullying)?
4. Selama di kelas V, apakah anda pernah
1. Kalau murid yang paling nakal itu saya sendiri
dan Farhan Arjuna Putra (FA), kalau siswi Nur
Rafika Indah. Kalau murid yang sabar itu Reifan
Aditya kalau siswi Tasya.
2. Murid yang tubuhnya kecil itu Farhan Arjuna
Putra dan yang besar itu Fadil, kalau siswinya itu
yang kecil Resky Auwlia dan yang besar itu Siren.
3. Antara teman-teman pernah berkelahi, mengejek
dan tidak jarang pula saling mengabaikan satu sama
lain.
menjadi pelaku atau korban bullying atau
melihat kejadian seperti ini?
a. memukul, menendang, serta meludahi anak
atau sebaliknya.
b. ejekan berupa julukan nama, penghinaan, dan
pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual
atau pelecehan seksual atau sebaliknya.
c. pengabaian, pengucilan, pengecualian, atau
penghindaran ataupun sebaliknya.
4.
a. Saya pernah memukul Reifan Aditya (RA).
b. Pernah Farhan Arjuna Putra (FA) mengejek
Reifan Aditya (RA).
c. Kalau pengabaian biasanya sering terjadi antar
teman perempuan di kelas.
2. Penanganan
Bullying
1. Apa saja upaya yang dilakukan sekolah dan
guru ketika terjadi bullying?
2. Apakah setelah penanganan dilakukan, korban
tidak menndapatkan perilaku Bullying lagi?
3. Apa hal tersebut efektif?
1. Biasanya ketika terjadi perkelahian guru
memanggil kami yang bermasalah dan menasehati,
biasa juga yang bermasalah dipanggil ke kantor.
2. Kalau berkelahi biasanya tidak tejdi lagi setelah
dinasehati tapi untuk kasus mengejek korban terus
mendapatkan itu.
3. hal tersebut efektif hanya untuk kasus kekerasan
fisik.
INSTRUMEN WAWANCARA MURID KELAS V
Informan : Reifan Aditya (RA).
Hari/Tanggal : Rabu, 17 Februari 2021
Waktu : 9.15 - selesai
Tempat : Pelataran Kelas
No. Aspek Pertanyaan Jawaban
1. Bentuk bullying
dan penyebabnya
1. Di kelas, siapa yang menurutmu paling nakal
dan paling sabar, baik laki-laki maupun
perempuan?
2. Di kelas, siapa yang memiliki ukuran tubuh
yang besar dan yang kecil, baik laki-laki maupun
perempuan?
3. Bisakah anda jelaskan jenis bullying yang
biasa terjadi di sekolah atau kelasmu (verbal,
fisik, relasional, cyber bullying)?
4. Selama di kelas V, apakah anda pernah
1. Murid yang nakal dikelas saya ialah Muhammad
Al-Iqra (MA), Farhan Arjuna Putra (FA), Rendi
Ismail (RI), Muh. Fiqram Ismail (MF) yang murid
sabar yaitu Nur Azitri Satya (NA). Kalau Siswinya
saya kurang tahu.
2. Murid yang tubuhnya kecil itu Farhan Arjuna
Putra dan yang besar itu Fadil, kalau siswinya itu
yang kecil Resky Auwlia dan yang besar itu Siren.
3. Yang paling sering terjadi di dalam kelas itu
perbuatan mengejek dengan memanggil seseorang
menjadi pelaku atau korban bullying atau
melihat kejadian seperti ini?
a. memukul, menendang, serta meludahi anak
atau sebaliknya.
b. ejekan berupa julukan nama, penghinaan, dan
pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual
atau pelecehan seksual atau sebaliknya.
c. pengabaian, pengucilan, pengecualian, atau
penghindaran ataupun sebaliknya.
dengan nama yang kurang baik.
4.
a. Pernah saya berkelahi dengan Farhan Arjuna
Putra (FA)
b. Saya sering di ejek oleh teman laki-laki saya
dengan panggilan yang tidak saya suka, dan juga
saya biasanya mendengar sesekali teman-teman
mengejek Nur Rafika Indah (NR).
c. Pernah saya melihat beberapa teman perempuan
dikelas saya saling mengabaikan. Biasanya antara
Nur Rafika Indah dan temannya dengan Dzalika
Mufidha (DM) dan temannya.
2. Penanganan
Bullying
1. Apa saja upaya yang dilakukan sekolah dan
guru ketika terjadi bullying?
2. Apakah setelah penanganan dilakukan, korban
tidak menndapatkan perilaku Bullying lagi?
3. Apa hal tersebut efektif?
1. Memanggil yang bermasalah ke kantor untuk
dinasehati.
2. Pada saat saya di ejek dengan nama panggilan
yang tidak saya sukai, saya dan pelaku dipanggil ke
kantor tapi si pelaku tetap melakukan hal tersebut
kepada saya.
3. saya rasa tidak karena saya masih mendapat
perlakuan diejek setelah mereka dinasehati.
INSTRUMEN WAWANCARA MURID KELAS V
Informan : Tasya (Ts)
Hari/Tanggal : Rabu, 24 Februari 2021
Waktu : 08.45 - selesai
Tempat : Pelataran Kelas
No. Aspek Pertanyaan Jawaban
1. Bentuk bullying
dan penyebabnya
1. Di kelas, siapa yang menurutmu paling nakal
dan paling sabar, baik laki-laki maupun
perempuan?
2. Di kelas, siapa yang memiliki ukuran tubuh
yang besar dan yang kecil, baik laki-laki maupun
perempuan?
3. Bisakah anda jelaskan jenis bullying yang
biasa terjadi di sekolah atau kelasmu (verbal,
fisik, relasional, cyber bullying)?
4. Selama di kelas V, apakah anda pernah
1. Murid yang nakal dikelas saya ialah Muhammad
Al-Iqra (MA), Farhan Arjuna Putra (FA), yang
murid sabar yaitu Nur Azitri Satya (NA). Kalau
Siswi yang sabar itu Aini Arifah (AA) dan yang
nakal itu Dzalika Mufidha (DZ).
2. Murid yang tubuhnya kecil itu Farhan Arjuna
Putra dan yang besar itu Fadil, kalau siswinya itu
yang kecil Resky Auwlia dan yang besar itu Siren
(Sr) dan Nur Rafika Indah (NR).
3. Yang paling sering terjadi di dalam kelas itu
menjadi pelaku atau korban bullying atau
melihat kejadian seperti ini?
a. memukul, menendang, serta meludahi anak
atau sebaliknya.
b. ejekan berupa julukan nama, penghinaan, dan
pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual
atau pelecehan seksual atau sebaliknya.
c. pengabaian, pengucilan, pengecualian, atau
penghindaran ataupun sebaliknya.
perbuatan mengejek dengan memanggil seseorang
dengan nama yang kuran baik.
4.
a. Saya sering melihat Muhammad Al-Iqra (MA)
menendang Reifan Aditya (RA) pada saat bermain
di kelas atau sedang bermain kelereng di luar kelas.
b. Nur Rafika Indah (NR) sering di ejek teman laki-
laki dengan sebutan “Bonjeng” mungkin karena dia
memiliki tubuh yang gendut.
c. Pernah saya melihat beberapa teman perempuan
dikelas saya saling mengabaikan. Biasanya antara
Nur Rafika Indah dan temannya dengan Dzalika
Mufidha (DM) dan temannya.
2. Penanganan
Bullying
1. Apa saja upaya yang dilakukan sekolah dan
guru ketika terjadi bullying?
2. Apakah setelah penanganan dilakukan, korban
tidak menndapatkan perilaku Bullying lagi?
3. Apa hal tersebut efektif?
1. Memanggil yang bermasalah ke kantor untuk
dinasehati.
2. Pelaku masih biasa melakukan perbuatan
mengejek bahkan setelah dinasehati dikantor.
3. Menurut saya masih belum efektif.
REDUKSI, DISPLAY, DAN KESIMPULAN HASIL WAWANCARA
A. Narasumber
1. Syaifuddin, S.Pd.I (SY) Kepala Sekolah 04 Februari 2021
2. Samsinar, S.Pd. (SR) Wali kelas V 10 Februari 2021
(Semester I)
3. Vika Angriani, S.Pd (VA) Wali kelas V 15 Februari 2021
(Semester II)
4. Muhammad Al-Iqra (MA) Murid Kelas V 17 Februari 2021
5. Reifan Aditya (RA) Murid Kelas V 20 Februari 2021
7. Tasya (Ts) Siswi kelas V 25 Februari 2021
B. Pertanyaan Wawancara
Pertanyaan Jawaban Reduksi Kesimpulan
Instrumen wawancara wali kelas dan kepala sekolah terkait Bullying pada murid kelas V
Aspek:
Pemahaman Bullying di
sekolah
1. Apa yang anda ketahui tentang
Bullying?
SY:
“Bullying itu semacam
perbuatan mengejek atau
menganiaya teman/murid lain.”
SR:
“Bullying itu perilaku
menyakiti teman sekelas baik
Bullying di sekolah adalah
suatu perbuatan/perilaku
yang dilakukan murid
dengan tujuan menyakiti baik
secara fisik maupun mental
dengan berbagai cara seperti
fisik, verbal, maupun
Dari hasil wawancara dengan
sumber terkait data yang di
dapat adalah guru selaku
wali kelas V dan kepala
sekolah mengetahui defines
Bullying namun dengan
bahasa tersendiri yang
itu secara fisik atau
mengeluarkan perkataan yang
membuat teman merasa disakiti
seperi memanggil dengan nama
ejekan.”
VA:
“Bullying yaitu perlakuan yang
tidak baik atau buruk yang
dilakukan terhadap seseorang
dengan tujuan untuk menyakiti.
Bullying melakukan penindasan
dengan tindakan yang bisa
menyakiti fisik atau mental
seseorang, yang mana seorang
pembullying ini merasa dirinya
yang paling kuat dan berkuasa
dalam suatu kelompok.
Pembullyingian tidak hanya
dengan fisik tapi secara verbal
pengucilan teman sebaya. mereka pahami.
pun bisa terjadi.”
Aspek:
Penyebab terjadinya Bullying
1. Perilaku bullying seperti apa
yang terjadi antar murid yang
pernah anda amati?
2. Apa penyebab terjadinya
Bullying di sekolah?
1. Perilaku bullying seperti
apa yang terjadi antar murid
yang pernah anda amati?
SY:
“Susah untuk dijelaskan tapi
paling yang biasa teramati di
sekolah adalah murid mengejek
murid yang lain. Seperti contoh
peristiwa Bullying yang terjadi
di sekolah ini ada murid
perempuan kelas V yang tidak
diajak bermain dan dijauhi oleh
murid perempuan teman
sekelasnya.”
1. SY, SR, VA: Adanya
perilaku Bullying pada murid
kelas V yang sering teramati
seperti
mengejek/memplesetkan
nama temannya dan
menjauhi temannya.
2. SY, SR, VA:
Penyebab terjadinya Bullying
pada murid karena status
sosial orang tua di
lingkungan masyarakat.
Selain itu, perbedaan
kekuatan dan penampilan
1. Perilaku Bullying yang
teramati dari beberapa
narasumber dapat
disimpulkan:
a. Bahwa jenis Verbal
Bullying dan relasi Bullying
yang paling sering terjadi
pada murid kelas V di
lingkup SDN 004 Kalotok.
b. Bullying fisik hanya sekali
terjadi pada murid kelas V
dan itu hanya terjadi pada
murid laki-laki saja.
SR:
“Biasanya peristiwa bullying
yamg teramati antar murid di
kelas V SDN 004 Kalotok
selama saya jadi wali kelas
adalah mengejek seperti yang
pernah kamu lihat sebelumnya
ada seorang murid yang diejek
dengan memplesetkan nama
temannya, kalau secara fisik
biasa terjadi tapi sangat jarang.
Saya tidak tahu kalau diluar
dari sekolah ini ketika mereka
bermain bersama.
VA:
“Perilaku Bullying yang biasa
terjadi pada murid yaitu adanya
kekurangan fisik pada murid
sehingga pembullyingan biasa
serta pola pergaulan juga
menjadi penyebab utama
dalam terjadinya Bullying.
2. Penyebab Bullying pada
murid kelas V SDN 004
Kalotok dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Status sosial orang tua di
lingkungan masyarakat.
b. Perbedaan kekuatan antar
murid.
c. Karena status sosial yang
berbeda diantara murid
mempengaruhi pola perilaku
dan penampilan diantara
murid sehingga dapat
memunculkan perilaku
Bullying antar murid kelas V
di SDN 004 Kalotok.
terjadi.”
2. Apa penyebab terjadinya
Bullying di sekolah?
SY:
Alasannya bermacam-macam.
Salah satunya masalah
kecemburuan sosial.
SR:
Kalau di kelas V, murid laki-
laki penyebabnya karena
perbedaan kekuatan ada murid
yang jauh lebih kuat biasa
menindas yang paling lemah.
Kalau murid perempuan
biasanya karena persoalan
pertemanan saja.
VA:
Penampilan dari korban yang
menjadi bahan bullyingan,
adanya kelebihan dari diri
murid yang menjadi korban
daripada pembullying, murid
yang menjadi korban tidak
ingin bergabung dengan
pergaulan teman sebayanya
yang dia anggap tidak baik,
sehingga dibullying.
Aspek:
Peran guru dalam Penanganan
Bullying
a. guru sebagai penasehat
1. Bagaimana cara anda dalam
memberikan nasehat kepada
pelaku dan korban?
2. Apa dampak dari pemberian
nasehat terhadap pelaku dan
korban?
a. guru sebagai penasehat
SR:
1. Jika perilaku bullying saya
liat sendiri, biasanya saya
langsung memanggilnya antara
pelaku dan korban. Biasanya
saya mengatakan kalau mau
nakal coba cubit dulu dirimu
kalau tidak sakit yah nakal saja
tapi kalau sakit yah jangan
a. Guru sebagai penasehat
Memanggil pelaku dan
korban Bullying merupakan
langkah awal yang ditempuh
oleh wali kelas murid kelas
V dan memberikan nasehat
yang mengarah langsung
kepada pelaku Bullying.
Adapun dampak dari
pemberian nasehat
a. Guru sebagai penasehat
Peran guru kelas sebagai
penasehat pada murid kelas
V SDN 004 Kalotok dapat
diamati ketika terjadi kasus
Bullying terjadi seperti
pemberian nasehat kepada
murid yang menjadi pelaku
bahwa perbuatan memukul
(Bullying fisik) dan mengejek
b. guru sebagai teladan
1. Sebagai seorang teladan bagi
murid, bagaimana cara anda agar
murid dapat saling menghargai?
2. Apakah ada suatu metode
pembelajaran yang mengajarkan
tentang bahaya Bullying?
c. guru sebagai fasilitator
1. Apakah pernah terjadi suatu
peristiwa Bullying yang
memungkinkan orangtua murid
harus dipanggil ke sekolah?
2. Bagaimana cara anda
menfasilitasi antara pelaku dan
korban Bullying?
lakukan pada temanmu karena
itu sakit dan berarti itu
perbuatan salah.
2. Dampaknya itu secara
bertahap, kalau Bullyingnya
seperti memukul besoknya
tidak terjadi lagi tapi kalau
mengejek biasa butuh waktu
lama untuk bisa berhenti.
VR:
Sebenarnya untuk kasus
pembullyingan khususnya
kelas V di SDN 004 Kalotok
saya kurang tahu. Saya belum
pernah mengamati karena saya
juga masih baru disekolah ini
jadi belum mengenal karakter
dari masing-masing murid.
Apalagi sekarang masa
membutuhkan waktu yang
lama untuk berhenti pada
kasus mengejek murid.
b. guru sebagai teladan
1. Menutup pembelajaran
dengan memberikan ceramah
untuk saling menghargai
sesama teman sebaya. Dalam
hal sikap selalu saya ajarkan
kalau melihat perbuatan
yang salah jangan takut
untuk melaporkan kepada
orang yang lebih dewasa.
2. Dalam pembelajaran
tematik disisipkan
pembelajaran PKN tentang
perilaku-perilaku yang baik.
c. guru sebagai fasilitator
Menjadi fasilitator antar
(verbal Bullying) adalah
suatu sikap yang sangat tidak
manusiawi sehingga pelaku
harus berpikir kembali jika
melakukan hal tersebut
bagaimana jika pelaku berada
pada posisi korban.
b. guru sebagai teladan
Dalam proses pembelajaran
yang bersifat tematik guru
kelas V SDN 004 Kalotok
biasanya menyisipkan mata
pelajaran PKN tentang
bagaimana sikap dan perilaku
yang baik dan saling
menghormati. Adapun dalam
menutup pelajaran guru kelas
biasanya guru kelas
memberikan ceramah untuk
pandemic dan juga karena
mengikuti Prajabatan CPNS
sehingga saya baru 2 kali
bertemu dengan murid saya
dikelas V. Untuk wali kelasnya
yang lalu itu ibu Sinar. Jadi
beliau mungkin lebih tahu
mengenai karakter murid kelas
V.
b. guru sebagai teladan
SR:
1. Seperti pada saat
pembelajaran biasanya saya
menutup pembelajaran dengan
memberikan ceramah untuk
saling menghargai sesama
teman sebaya, dan juga dalam
hal sikap selalu saya ajarkan
kalau melihat perbuatan yang
pelaku dan korban Bullying
menjadi tanggung jawab
guru kelas murid kelas V,
sehingga menyelasaikan
kasus Bullying pada murid
kelas V adalah tanggung
jawab guru kelas dengan
berbagai metode yang
digunakan. Namun untuk
kasus Bullying yang lebih
serius yang membuat murid
ingin pindah sekolah adalah
tanggung jawab kepala
sekolah.
saling menghargai antar
teman sebaya dan juga murid
diajarkan jika melihat
Bullying agar melaporkan
kepada orang yang lenih
dewasa atau dalam hal ini
adalah guru dan pihak
sekolah.
c. guru sebagai fasilitator
Menjadi fasilitator antar
pelaku dan korban Bullying
menjadi tanggung jawab guru
kelas murid kelas V,
sehingga menyelasaikan
kasus Bullying pada murid
kelas V adalah tanggung
jawab guru kelas dengan
berbagai metode yang
digunakan. Namun untuk
salah jangan takut untuk
melaporkan kepada orang yang
lebih dewasa.
2. Kan di dalam pembelajaran
PKN biasa diajarkan perilaku-
perilaku yang baik dan itu
kemarin saya ajarkan pada
murid.
VR:
Sebenarnya untuk kasus
pembullyingan khususnya
kelas V di SDN 004 Kalotok
saya kurang tahu. Saya belum
pernah mengamati karena saya
juga masih baru disekolah ini
jadi belum mengenal karakter
dari masing-masing murid.
Apalagi sekarang masa
pandemic dan juga karena
kasus Bullying yang lebih
serius yang membuat murid
ingin pindah sekolah adalah
tanggung jawab kepala
sekolah.
mengikuti Prajabatan CPNS
sehingga saya baru 2 kali
bertemu dengan murid saya
dikelas V. Untuk wali kelasnya
yang lalu itu ibu Sinar. Jadi
beliau mungkin lebih tahu
mengenai karakter murid kelas
V.
c. guru sebagai fasilitator
SR:
1. Pernah ada kejadian
orangtua murid di kelas V
datang ke sekolah niatnya
mengambil surat pindah untuk
anaknya karena menurutnya
anaknya malas ke sekolah
karena sering dijauhi temannya
atau dikeluarkan dari
pertemanan teman sebaya. Itu
murid perempuan di kelas V
atas nama Siren. Tapi kejadian
itu menjadi kewajiban kepala
sekolah mengurusnya sehingga
orangtua murid tersebut tidak
jadi untuk mengambil surat
pindah.
2. Saya panggil pelaku dan
korban kalau bisa saya
selesaikan permasalahannya
dikelas itu bagus. Tapi kalau
contohnya seperi perkelahian
murid laki-laki biasanya
memfasilitasinya di ruang
kantor dan ditangani kepala
sekolah.
Hasil wawancara kepala
sekolah
Aspek:
Penanganan Bullying di
sekolah
1. Bagaimana penanganan
perilaku Bullying di sekolah
selama ini?
2. Apakah tindakan tersebut
efektif?
3. Apa kekurangan dari
penanganan tersebut?
4. Apakah di sekolah ini sudah
menerapkan program sekolah anti
Bullying?
5. Apakah pernah terjadi suatu
peristiwa Bullying yang
memungkinkan orangtua murid
harus dipanggil ke sekolah?
6. Bagaimana cara anda
SY:
1. Jika hal itu terjadi biasanya
kami pihak sekolah memanggil
pelaku dan korban ke kantor
untuk diberikan bimbingan dan
arahan. Contohnya yang
menjadi pelaku diberi nasehat
supaya tidak mengulangi hal-
hal seperti itu lagi dan korban
juga diberi
bimbingan/diarahkan supaya
tidak terlalu cengeng karena
terkadang teman-temannya
hanya bermain-main atau
sekedar iseng.
2. Hal seperti itu tidak kami
lakukan. Tapi pernah kejadian
orangtua murid yang datang
sendiri ke sekolah untuk
Hasil wawancara kepala
sekolah
Aspek:
Penanganan Bullying di
sekolah
Jika terjadi Bullying yang
bersifat serius kami pihak
sekolah memanggil pelaku
dan korban ke kantor untuk
diberikan bimbingan dan
arahan. Diharapkan
kedepannya tidak ada lagi
murid yang melakukan
perilaku bullying karena ini
menyangkut tentang karakter
murid dan penanaman
karakter juga harus
dilakukan guru-guru di
dalam kelas
Penanganan Bullying di
sekolah dari hasil wawancara
dengan kepala sekolah SDN
004 Kalotok dapat
disimpulkan bahwa
penyelesaian masalah terkait
kasus Bullying adalah dengan
memberikan arahan dan
bimbingan kepada pelaku
dan korban. Adapaun
penanaman karakter juga
harus dilakukan guru kelas
karena hal tersebut
menyangkut tentang karakter
murid.
menfasilitasi antara pelaku dan
korban Bullying?
7. Apa harapan anda kedepannya
terhadap pengananan Bullying?
mengadu karena anaknya di
bullying
3. Yang kami lakukan adalah
memanggil korban dan pelaku
untuk diarahkan dan
dibimbing.
4. Setelah hal tesebut kami
lakukan terhadap contoh kasus
tadi hari-hari berikutnya tidak
ada lagi hal terulang seperti itu.
5. Diharapkan kedepannya
tidak ada lagi murid yang
melakukan perilaku bullying
karena ini menyangkut tentang
karakter murid dan penanaman
karakter juga harus dilakukan
guru-guru di dalam kelas agar
tidak ada lagi murid yang
melakukan perilaku Bullying
Data wawancara murid
Aspek:
Bentuk bullying dan
penyebabnya
1. Di kelas, siapa yang
menurutmu paling nakal dan
paling sabar, baik laki-laki
maupun perempuan?
2. Di kelas, siapa yang memiliki
ukuran tubuh yang besar dan
yang kecil, baik laki-laki maupun
perempuan?
3. Bisakah anda jelaskan jenis
bullying yang biasa terjadi di
sekolah atau kelasmu (verbal,
fisik, relasional, cyber bullying)?
4. Selama di kelas V, apakah
anda pernah menjadi pelaku atau
korban bullying seperti ini?
a. memukul, menendang, serta
MA:
1. Kalau murid yang paling
nakal itu saya sendiri dan
Farhan Arjuna Putra (FA),
kalau siswi Nur Rafika Indah.
Kalau murid yang sabar itu
Reifan Aditya kalau siswi
Tasya.
2. Murid yang tubuhnya kecil
itu Farhan Arjuna Putra dan
yang besar itu Fadil, kalau
siswinya itu yang kecil Resky
Auwlia dan yang besar itu
Siren.
3. Antara teman-teman pernah
berkelahi, mengejek dan tidak
jarang pula saling mengabaikan
satu sama lain.
4. a. Saya pernah memukul
MA, RS, Ts:
1. Murid kelas V SDN 004
Kalotok yang nakal:
Farhan Arjuna Putra (FA),
Muhammad Al-Iqra (MA),
Rendi Ismail (RI), Muh.
Fiqram Ismail (MF), Dzalika
Mufidha (DZ), Nur Rafika
Indah (NR),
2. Murid dan siswi kelas V
SDN 004 Kalotok yang
sabar: Reifan Aditya (RA),
Nur Azitri Satya (NA), Tasya
(Ts), Aini Arifah (AA).
3. Murid dan siswi kelas V
SDN 004 Kalotok dengan
ukuran tubuh yang kecil:
Farhan Arjuna Putra (FA),
Resky Auwlia (RA).
Kesimpulan yang dapat
ditarik dari hasil wawancara
dengan sampel 3 murid dapat
disimpulkan bahwa yang
menjadi sasaran korban
Bullying pada murid kelas V
SDN 004 Kalotok dengan
kategori paling sabar diantara
murid yang lainnya.
meludahi anak atau sebaliknya.
b. ejekan berupa julukan nama,
penghinaan, dan pernyataan-
pernyataan bernuansa ajakan
seksual atau pelecehan seksual
atau sebaliknya.
c. pengabaian, pengucilan,
pengecualian, atau penghindaran
ataupun sebaliknya.
5. Apa yang menyebabkan
perilaku tersebut terjadi?
6. Bagaimana ciri-ciri pelaku
maupun korban?
7. Apakah perilaku Bullying
(menjadi korban atau pelaku)
anda dapatkan di sekolah dan
menyebar ke lingkungan
masyarakat atau sebaliknya?
Reifan Aditya (RA).
b. Pernah Farhan Arjuna Putra
(FA) mengejek Reifan Aditya
(RA).
c. Kalau pengabaian biasanya
sering terjadi antar teman
perempuan di kelas.
RA:
1. Murid yang nakal dikelas
saya ialah Muhammad Al-Iqra
(MA), Farhan Arjuna Putra
(FA), Rendi Ismail (RI), Muh.
Fiqram Ismail (MF) yang
murid sabar yaitu Nur Azitri
Satya (NA). Kalau Siswinya
saya kurang tahu.
2. Murid yang tubuhnya kecil
itu Farhan Arjuna Putra dan
yang besar itu Fadil, kalau
4. Murid dan siswi kelas V
SDN 004 Kalotok dengan
ukuran tubuh yang besar:
Fadil (Fa), Siren (Sr), Nur
Rafika Indah (NR).
siswinya itu yang kecil Resky
Auwlia dan yang besar itu
Siren.
3. Yang paling sering terjadi di
dalam kelas itu perbuatan
mengejek dengan memanggil
seseorang dengan nama yang
kurang baik.
4. a. Pernah saya berkelahi
dengan Farhan Arjuna Putra
(FA)
b. Saya sering di ejek oleh
teman laki-laki saya dengan
panggilan yang tidak saya suka,
dan juga saya biasanya
mendengar sesekali teman-
teman mengejek Nur Rafika
Indah (NR).
c. Pernah saya melihat
beberapa teman perempuan
dikelas saya saling
mengabaikan. Biasanya antara
Nur Rafika Indah dan
temannya dengan Dzalika
Mufidha (DM) dan temannya.
TS:
1. Murid yang nakal dikelas
saya ialah Muhammad Al-Iqra
(MA), Farhan Arjuna Putra
(FA), yang murid sabar yaitu
Nur Azitri Satya (NA). Kalau
Siswi yang sabar itu Aini
Arifah (AA) dan yang nakal itu
Dzalika Mufidha (DZ).
2. Murid yang tubuhnya kecil
itu Farhan Arjuna Putra dan
yang besar itu Fadil, kalau
siswinya itu yang kecil Resky
Auwlia dan yang besar itu
Siren (Sr) dan Nur Rafika
Indah (NR).
3. Yang paling sering terjadi di
dalam kelas itu perbuatan
mengejek dengan memanggil
seseorang dengan nama yang
kuran baik.
4. a. Saya sering melihat
Muhammad Al-Iqra (MA)
menendang Reifan Aditya
(RA) pada saat bermain di
kelas atau sedang bermain
kelereng di luar kelas.
b. Nur Rafika Indah (NR)
sering di ejek teman laki-laki
dengan sebutan “Bonjeng”
mungkin karena dia memiliki
tubuh yang gendut.
c. Pernah saya melihat
beberapa teman perempuan
dikelas saya saling
mengabaikan. Biasanya antara
Nur Rafika Indah dan
temannya dengan Dzalika
Mufidha (DM) dan temannya.
Aspek:
Penanganan Bullying
1. Apa saja upaya yang dilakukan
sekolah dan guru ketika terjadi
bullying?
2. Apakah setelah penanganan
dilakukan, korban tidak
menndapatkan perilaku Bullying
lagi?
3. Apa hal tersebut efektif?
4. apa harapan anda tentang
penanganan Bullying di sekolah?
MA:
1. Biasanya ketika terjadi
perkelahian guru memanggil
kami yang bermasalah dan
menasehati, biasa juga yang
bermasalah dipanggil ke
kantor.
2. Kalau berkelahi biasanya
tidak tejdi lagi setelah
dinasehati tapi untuk kasus
mengejek korban terus
mendapatkan itu.
3. hal tersebut efektif hanya
untuk kasus kekerasan fisik.
RA:
1. Memanggil yang bermasalah
ke kantor untuk dinasehati.
2. Pada saat saya di ejek
dengan nama panggilan yang
tidak saya sukai, saya dan
pelaku dipanggil ke kantor tapi
si pelaku tetap melakukan hal
tersebut kepada saya.
3. saya rasa tidak karena saya
masih mendapat perlakuan
diejek setelah mereka
dinasehati.
Ts:
1. Memanggil yang bermasalah
ke kantor untuk dinasehati.
2. Pelaku masih biasa
melakukan perbuatan mengejek
bahkan setelah dinasehati
dikantor.
3. Menurut saya masih belum
efektif.
RIWAYAT HIDUP
Sulhijar, Dilahirkan di Kalotok Kabupaten Luwu Utara
pada tanggal 17 Juli 1996, dari pasangan Ayahanda Laski
dan Ibunda Sumiati. Penulis masuk sekolah dasar pada
tahun 2002 di SDN 004 Kalotok Kabupaten Luwu Utara
dan tamat tahun 2008, tamat SMP Negeri 1 Sabbang tahun
2011, dan tamat SMAN 2 Sabbang tahun 2014. Pada tahun yang sama (2014),
penulis melanjutkan pendidikan pada program Sarjana (S1) Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar dan selesai tahun 2021.