peranan guru kelas dalam mengatasi perilaku …

134
PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU BULLYING PADA MURID KELAS V DI SD NEGERI 004 KALOTOK KECAMATAN SABBANG SELATAN KABUPATEN LUWU UTARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh Sulhijar NIM 10540 9148 14 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR 2021

Upload: others

Post on 10-Nov-2021

104 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU BULLYING

PADA MURID KELAS V DI SD NEGERI 004 KALOTOK KECAMATAN

SABBANG SELATAN KABUPATEN LUWU UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

Sulhijar

NIM 10540 9148 14

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

2021

Page 2: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132

\

ii

Page 3: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132

\

iii

Page 4: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132

\

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : SULHIJAR

NIM : 10540 9148 14

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Skripsi : Peranan Guru Kelas Dalam Mengatasi Perilaku

Bullying Pada Murid Kelas V SDN 004 Kalotok

Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten Luwu Utara

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan Tim

Penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau

dibuatkan oleh siapapun .

Demikianlah pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi

apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, 2021

Yang Membuat Pernyataan

SULHIJAR

Page 5: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132

\

v

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : SULHIJAR

NIM : 10540 9148 14

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya

akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan

pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakkan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya bersedia

menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, 2021

Yang Membuat Perjanjian

SULHIJAR

Page 6: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

vi

MOTTO

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum

yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari

mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan

(mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang

diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah

kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan

gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk

(fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah

orang-orang yang zalim”

(QS. Al-Hujurat: 11)

“Damailah orang-orang yang tak risau tentang memiliki lebih atau kurang.

Tak terikat oleh harta dan kemasyhuran, ia bebas dari kesedihan dunia

Dan utamanya dari dirinya sendiri”.

(Jalaluddin Rumi)

“Bagi saya, guru bukan sekedar profesi untuk bertahan hidup.

Namun, profesi guru ialah tentang bagaimana kehidupan bisa terus

dipertahankan”.

(Sulhijar)

Page 7: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya saya berikan kepada semua

pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan penulisan dan penyusunan

skripsi ini. Teruntuk Ayah dan ibu, yang telah memberikan dorongan dan

kesempatan kepada saya untuk bisa terus melanjutkan pendidikan sampai

sekarang walaupun dengan segala perjuangan, materi, tenaga, usia serta doa yang

terus dipanjatkan.

Kepada semua guru yang darinya saya belajar tentang pengetahuan

sehingga memberikan saya dorongan untuk terus belajar sepanjang hayat,

terkhusus kepada dosen pembimbing saya (Dra. Hj. Muliati Samad, M.Si & Ade

Irma Suriani, S.Pd., M.Pd) yang telah membantu selama penyusunan skripsi ini.

Juga kepada semua sahabat yang menjadi penghibur dikala sedih dan

menjadi pengingat dikala terlampau gembira. Dan kepada semua pihak yang

berkontribusi sehingga skripsi ini dapat saya selesaikan, sekali lagi terimakasih.

Kepada Almamaterku Universitas Muhammadiyah Makassar, karya ini ku

persembahkan.dan hanya Allah pemberi petunjuk terbaik.

Page 8: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

viii

ABSTRAK

Sulhijar, 2021. “Peranan Guru Kelas Dalam Mengatasi Perilaku Bullying Pada

Murid Kelas V SD Negeri 004 Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten

Luwu Utara”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pembimbing I Muliati Samad Pembimbing II Ade Irma Suriani.

Fokus masalah dalam penelitian ini tentang bentuk bullying, proses

terjadinya dan bagaimana peran guru kelas dalam mengatasi perilaku Bullying

pada murid kelas V di SD Negeri 004 Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan

Kabupaten Luwu Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk

Bullying, proses terjadinya, serta bagaimana peran guru kelas dalam mengatasi

perilaku Bullying pada murid kelas V di SD Negeri 004 Kalotok Kecamatan

Sabbang Selatan Kabupaten Luwu Utara.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif.

Sampel sumber data dalam penelitian ini adalah guru kelas V, murid kelas V, dan

kepala sekolah di SDN 004 Kalotok. Untuk memperoleh data digunakan

instrumen penelitian berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, serta

dokumentasi. Hasil penelitian ini di uji keabsahan datanya dengan menggunakan

triangulasi teknik dan triangulasi sumber.

Berdasarkan hasil dan temuan dalam penelitian, Bullying di kelas adalah

suatu perbuatan/perilaku yang dilakukan murid dengan tujuan menyakiti baik

secara fisik maupun mental dengan berbagai cara seperti fisik, verbal, maupun

pengucilan teman sebaya. Adapun jenis perilaku Bullying murid kelas v SDN 004

Kalotok adalah Bullying fisik seperti menendang dan memukul, Bullying verbal

seperti memplesetkan nama, Bullying relasional seperti pengucilan bahkan

pengabaian teman dalam lingkar pertemanan sebaya. Pola terbentuknya Bullying

murid kelas v SDN 004 Kalotok yaitu pertama, status sosial dan ekonomi

orangtua murid dalam masyarakat. Kedua, karakter yang berbeda antar murid

yang juga mempunyai hubungan dengan status sosial dan ekonomi orangtua yang

memberikan sumbangan dalam pembentukan karakter pada setiap. Ketiga, ukuran

badan dan perbedaan kekuatan antar murid. Keempat, pembentukan lingkar

pertemanan antar murid berdasarkan kedekatan rumah dengan murid.

Kata kunci: Peranan guru kelas, Bullying di kelas.

Page 9: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya serta

salam dan shalawat selalu tercurah kepada Rasul Allah Muhammad

Shallalllahu’Alaihi Wa Sallam. Penulisan Tugas Akhir Skripsi ini dalam rangka

untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan dengan judul “Peranan Guru Kelas dalam Mengatasi Perilaku Bullying

pada Murid Kelas V SDN 004 Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten

Luwu Utara” dan dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama

dengan pihak lain.

Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terimakasih

kepada Ayah dan ibu yang selalu memberikan semangat. Dra. Hj. Muliati

Samad, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I dan Ade Irma Suriani S.Pd., M.Pd.

yang telah banyak memberikan saran/masukan, bimbingan dan motivasi dengan

sabar selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini. Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd.

selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar beserta dosen dan staf

yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra

proposal sampai dengan selesainya Tugas Akhir Skripsi ini. Erwin Akib, S.Pd.,

M,Pd., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan

persetujuan pelaksanaan Tugas Ahir Skripsi.

Ucapan Terima kasih juga saya sampaikan kepada Kepala Sekolah dan

Guru Kelas V SDN 004 Kalotok yang telah memberikan ijin dan bantuan dalam

Page 10: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

x

pelaksanaan penelitian untuk menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi. Juga kepada

Organisasi Mahasiswa PEMILAR yang telah memberikan tempat untuk tumbuh,

berkembang, dan selalu menyediakan tempat untuk pulang dan teman-teman

PGSD GENERATIF 14 dan Kelas D PGSD 14 yang membantu dalam banyak

hal, terimakasih sudah menjadi bagian dari rezeki Allah tentang orang-orang yang

baik. Termasuk dalam membantu, memberi semangat dan motivasi dalam

menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi dan semua pihak yang secara langsung

maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan di sini atas bantuan dan

perhatiannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

Semoga amal kebaikan yang telah diberikan dibalas oleh Allah SWT

dengan balasan yang setimpal. Demikianlah skripsi ini semoga menjadikan

manfaat bagi orang lain.

Makassar, 2021

Peneliti,

Sulhijar

Page 11: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................................. iii

SURAT PERNYATAAN ............................................................................ iv

SURAT PERJANJIAN ............................................................................... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................... vi

ABSTRAK .................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ................................................................................ ix

DAFTAR ISI ............................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Fokus Penelitian ......................................................................... 5

C. Rumusan Masalah ...................................................................... 5

D. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6

E. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................... 8

A. Hasil Penelitian Yang Relevan ................................................... 8

B. Guru Kelas ................................................................................. 9

1. Pengertian Guru Kelas .......................................................... 9

2. Peran Guru Kelas .................................................................. 11

C. Murid .......................................................................................... 14

1. Tahap Perkembangan Murid ................................................ 14

2. Perkembangan Sosial Emosional Murid Sekolah Dasar ...... 18

D. Perilaku Bullying ........................................................................ 21

1. Pengertian Bullying ............................................................... 21

2. Jenis-Jenis Bullying ............................................................... 23

3. Ciri-Ciri dan Faktor Penyebab Terjadinya Bullying ............. 25

4. Dampak Korban Bullying ...................................................... 29

E. Kerangka Pikir ............................................................................ 30

Page 12: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

xii

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 32

A. Jenis Penelitian ............................................................................ 32

B. Variabe dan Definisi Operasional .............................................. 33

C. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 35

D. Instrumen Penelitian ................................................................... 35

1. Instrumen Wawancara ........................................................... 36 34

2. Instrumen Observasi.............................................................. 36

3. Instrumen Dokumentasi ........................................................ 37

E. Sampel Sumber Data ................................................................... 37

F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 38

1. Wawancara ............................................................................ 38

2. Observasi ............................................................................... 39

3. Dokumentasi ......................................................................... 40

G. Teknik Analisis Data .................................................................. 40

1. Reduksi Data (Data Reduction) ............................................ 41

2. Penyajian Data (Data Display) ............................................. 41

3. Penarikan Kesimpulan (Data Drawing/verification) ............ 41

H. Keabsahan Data .......................................................................... 42

1. Triangulasi Teknik ................................................................ 42

2. Triangulasi Sumber ............................................................... 43

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN .......................... 44

A. Deskripsi Data Penelitian ........................................................... 44

1. Sampel Sumber Data ............................................................ 44

2. Analisis Data Penelitian ....................................................... 44

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan................................................ 44

1. Penyajian data penelitian ...................................................... 44

C. Hambatan Dalam Penelitian ....................................................... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 60

A. Kesimpulan ................................................................................ 60

B. Saran ........................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 13: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar

2.1 Alur Kerangka Pikir ................................................................................. 31

4.1 Alur reduksi data ....................................................................................... 41

4.2 Penjabaran perilaku murid kelas V .......................................................... 48

4.3 Perilaku Bullying murid kelas V SDN 004 Kalotok ................................ 50

4.4 Peranan dalam Bullying murid kelas V SDN 004 Kalotok ...................... 53

4.5 Pola terbentuknya Bullying pada murid kelas V SDN 004 Kalotok ........ 56

Page 14: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran

1. Jadwal penelitian ...................................................................................... 66

2. Profil SDN 004 Kalotok ............................................................................ 67

3. Metode penelitian ..................................................................................... 71

4. Catatan lapangan ..................................................................................... 72

5. Instrumen wawancara kepala sekolah ...................................................... 77

6. Instrumen wawancara guru kelas ............................................................. 80

7. Instrumen wawancara murid kelas V ....................................................... 88

8. Reduksi, display, dan kesimpulan hasil wawancara ................................ 95

9. Dokumentasi ............................................................................................ 116

Page 15: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai seorang guru seharusnya memahami bahwa murid merupakan

harapan penerus bangsa, sehingga diperlukan suasana belajar yang mendukung

peserta didik mengembangkan bakat dan prestasinya di sekolah. Namun

perkembangan murid tidak selalu berjalan maksimal dan banyak masalah yang

terjadi dalam pendidikan murid sehingga dibutuhkan konseling dan bimbingan

dari pihak guru dan sekolah. Masalah yang sering dihadapi dalam dunia

pendidikan adalah “school bullying”. Fenomena bullying di sekolah bukanlah hal

yang baru. Namun hingga kini belum benar-benar mendapat perhatian khusus dan

ditangani secara serius. Padahal, bullying adalah embrio kekerasan (Lutfi Arya,

2018).

Kekerasan (violence) adalah tindakan yang menggunakan kekuatan fisik,

ancaman atau tindakan untuk menyerang orang lain atau kelompok tertentu

dengan niat untuk menyakiti yang mengakibatkan (atau mendekati) cedera,

kematian, gangguan psikis, dan kerugian. Dari uraian tersebut dapat ditarik

kesimpulan bahwa bullying adalah keinginan individu untuk menyakiti. Dalam

dunia pendidikan juga terjadi perilaku bullying antar sesama murid mulai dari

tindakan memukul, mengejek, mengucilkan dan dilakukan secara berulang-ulang.

Dampak dari kekerasan dapat menimbulkan rasa takut dan rasa tidak aman kepada

Page 16: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

2

anak. Dalam Kondisi yang lebih ekstrem perilaku tersebut dapat menurunkan

prestasi akademik korban bahkan sampai membuat korban keluar dari sekolah.

Fenomena bullying dalam dunia pendidikan menurut Komisi Perlindungan

Anak Indonesia (KPAI) dalam berita yang dilansir JPNN.Com seperti berikut:

Bullying merupakan kasus yang sering diadukan oleh masyarakat atau

sekitar 25% dari total pengaduan kasus dalam bidang pendidikan. Perilaku

Bullying punya kecenderungan untuk meningkat secara nasional di

sekolah-sekolah. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat

menerima pengaduan kasus kekerasan fisik dan psikis terhadap anak di

pendidikan. Sebanyak 153 kasus kekerasan terjadi di 2019 yang terdiri dari

anak korban kebijakan, anak korban kekerasan fisik dan bullying.

Dapat disimpulkan bahwa kekerasan antar murid di lingkungan sekolah

sangat marak terjadi namun belum mendapat perhatian yang serius dari guru dan

masyarakat sekitar.

Kekerasan atau bullying dapat terjadi karena beberapa hal. Pertama, faktor

ekonomi yaitu terkait dengan status sosial yang berbeda antar murid. Kedua,

faktor keluarga terkait dengan kurangnya bimbingan orang tua kepada anak.

Ketiga, faktor sekolah terkait dengan relasi antar murid yang tidak harmonis serta

manajemen kelas yang buruk. Keempat, sosial dan politik seperti pengaruh

lingkungan dan penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol. Kelima, individu itu

sendiri yaitu terkait dengan masalah kepribadian, perilaku agresif, kurangnya

kemampuan berkomunikasi.

Beberapa kalangan masyarakat menganggap hal tersebut adalah suatu hal

yang wajar dan terjadi dalam fase kehidupan sehingga mengakar dalam kehidupan

sosial. Padahal hal tersebut akan menjadi sangat buruk dampaknya bagi korban

terutama untuk murid di masa depan. Guru pasti pernah melihat kejadian bullying

Page 17: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

3

terjadi seperti aksi mendorong teman, mengejek, dan mengancam antar sesama

murid. Hal tersebut secara tegas dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan nomor 82 tahun 2015 (Permendikbud, 2015) tentang

“…pencegahan dan penanggulangan tindak kekerasan dalam satuan pendidikan

dan menjadi kewajiban pihak sekolah dan guru kelas untuk menciptakan sekolah

yang bebas dari tindak kekerasan”

Peristiwa bullying yang dijelaskan di atas juga terjadi di Sekolah Dasar

Negeri 004 Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten Luwu Utara ketika

peneliti mengikuti program magang di sekolah tersebut yang pada saat itu penulis

melihat salah seorang murid kelas V mengejek temannya dengan sebutan “kopi

lotong” (kopi hitam) dikarenakan warna kulit salah seorang teman kelasnya

tersebut hitam dan sempat terjadi perkelahian antar kedua murid tersebut. Hal itu

juga menyebabkan korban dari perilaku bullying tersebut menjadi malas untuk

berangkat ke sekolah karena malu di ejek oleh teman kelasnya.

Perlu dipahami mengapa penulis mengambil objek penelitian pada murid

kelas V karena pada masa ini murid berada pada umur 10-11 tahun yang

merupakan periode masa akhir anak-anak. Menurut Yudrik Jahja (2011) pada

usia ini merupakan periode meningginya emosi pada anak-anak yang disebabkan

karena keadaan fisik atau lingkungan yang menyebabkan terjadinya

pengelompokan sosial dan perilaku sosial masa akhir kanak-kanak yang ditandai

dengan pembentukan geng baik laki-laki maupun perempuan sehingga

permusuhan antara anak laki-laki dan perempuan semakin meluas.dan dalam

banyak hal merupakan akibat yang paling merusak, ialah cara anak

Page 18: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

4

memperlakukan anak-anak yang bukan anggota geng. Sekali anak-anak telah

membentuk geng, mereka sering kali bersikap kejam kepada anak-anak yang tidak

dianggap sebagai anggota geng.

Perkembangan psikologis murid yang sering dibullying pada usia tersebut

bisa mengakibatkan bahaya sosial; Pertama, anak yang ditolak atau diabaikan

oleh kelompok teman akan kurang mempunyai kesempatan untuk belajar bersifat

sosial. Kedua, anak yang terkucil yang tidak memiliki persamaan dengan

kelompok teman-teman akan menganggap dirinya “berbeda” dan merasa tidak

mempunyai kesempatan untuk diterima oleh teman-temannya. Ketiga, anak yang

mobilitas sosialnya tinggi mengalami kesulitan untuk diterima oleh anggota

kelompok yang telah terbentuk. Keempat, anak yang berasal dari kelompok ras

atau kelompok agama yang terkena prasangka. Kelima, para pengikut yang

menjadi pemimpin kemudian menjadi anak yang penuh dengki dan tidak puas.

Dari beberapa bahaya sosial tersebut akan membekas pada pribadi murid

yang mungkin berdampak pada perkembangan psikologisnya di masa yang akan

datang. Peran guru kelas di sekolah dasar adalah membantu murid untuk

mencapai kesiapan dalam segi akademik, pribadi dan sosial untuk membantu

murid menjalani masa-masa sekolah, berinteraksi dengan teman sebaya

maupun belajar dengan baik dan benar. Dalam konteks seperti ini sebenarnya

guru kelas dan pihak sekolah mempunyai peranan penting untuk menangani

perilaku bullying seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan nomor 82 tahun 2015 yang menjelaskan tentang pencegahan tindak

kekerasan di lingkungan sekolah.

Page 19: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

5

Sehingga hal ini menjadi alasan utama peneliti memilih Sekolah Dasar

Negeri 004 Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten Luwu Utara sebagai

tempat penelitian dan objek penelitiannya murid kelas V adalah untuk mengetahui

peranan guru kelas V dalam menangani perilaku bullying di Sekolah Dasar Negeri

004 Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten Luwu Utara. Oleh karena

itu, berdasarkan uraian tersebut peneliti bermaksud untuk mengkaji lebih

mendalam tentang perilaku bullying dan hubungannya dengan “Peranan Guru

Kelas Dalam Mengatasi Perilaku Bullying Pada Murid Kelas V Di SDN 004

Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten Luwu Utara”.

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada permasalahan bullying pada murid kelas V

serta peran guru kelas dalam menangani perilaku bullying di SDN 004 Kalotok

Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten Luwu Utara.

C. Fokus Masalah

Dari pemaparan latar belakang dan fokus penelitian maka peneliti

mengambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa bentuk-bentuk bullying pada murid kelas V di SDN 004 Kalotok

Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten Luwu Utara?

2. Mengapa perilaku bullying dapat terjadi pada murid kelas V di SDN 004

Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten Luwu Utara?

Page 20: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

6

3. Bagaimana peran guru kelas dalam mengatasi perilaku bullying pada murid

kelas V di SDN 004 Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten Luwu

Utara?

D. Tujuan Penelitian

Terkait dengan rumusan masalah yang diuraikan peneliti maka tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku bullying yang terjadi pada murid

kelas V di SDN 004 Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten Luwu Utara.

2. Untuk mengetahui proses terjadinya bullying pada murid V atas di SDN 004

Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten Luwu Utara.

3. Untuk mengetahui peran guru dalam menangani perilaku bullying dan

dampaknya pada murid kelas V di SDN 004 Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan

Kabupaten Luwu Utara.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis maupun praktis.

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat:

1. Dijadikan sebagai bahan kajian, pertimbangan, dan tindak lanjut dalam

menentukan kebijakan tentang bullying di SDN 004 Kalotok Kecamatan Sabbang

Selatan Kabupaten Luwu Utara.

2. Dapat menjadi referensi bagi pihak sekolah dan guru kelas dalam menangani

kasus bullying di sekolah.

Page 21: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

7

3. Memberi wawasan dalam bidang pendidikan khususnya terkait peristiwa

bullying pada murid kelas V di SDN 004 Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan

Kabupaten Luwu Utara.

4. Menambah kepustakaan dalam dunia pendidikan, khususnya di fakultas

keguruan dan ilmu pendidikan universitas muhammadiyah makassar.

Adapun secara praktis, penelitian ini di harapkan memberi bermanfaat dan

berguna untuk:

1. Bagi lembaga dan kalangan akademisi Universitas Muhammadiyah Makassar,

Hasil penelitian diharapkan berguna sebagai referensi, menambah wawasan dan

bacaan ilmiah.

2. Bagi guru, diharapkan dapat memberikan pengetahuan terkait permasalahan

bullying dan cara mengatasinya.

Page 22: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan judul yang dikaji peneliti terkait

peranan guru kelas dalam menangani perilaku bullying pada murid adalah sebagai

berikut:

Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Fajarina Harjianti, Jurusan

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Yogyakarta Tahun 2017 dengan judul “Peran Guru Kelas

dalam Menangani Perilaku bullying pada Murid Kelas IA di SDIT Luqman Al

Hakim Internasional”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa guru kelas di

SDIT LHI dapat menangani perilaku bullying murid dengan perannya dalam

membimbing murid, menasehati murid, dan memediasi serta memfasilitasi murid

sehingga walaupun terdapat hambatan tetapi hasil dari penanganan guru kelas

tersebut dapat terlihat.

Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh Bibit Darmalina dari Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta yang berjudul

“Perilaku School Bullying di SDN Grindang, Hargomulyo, Kokap, Kulon Progo,

Yogyakarta” pada Tahun 2014. Hasil dari penelitian ini adalah kurangnya

pengetahuan guru mengenai school bullying, pendapat guru yang mengatakan

kenakalan di sekolahnya masih wajar, reaksi yang ditunjukkan korban adalah

diam, takut atau menangis; pelaku menunjukkan perilaku acuh dan senang;

Page 23: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

9

sedangkan penonton menunjukkan reaksi, melawan pelaku, membela pelaku atau

diam, bentuk school bullying yang diamati peneliti adalah bentuk fisik dan

nonfisik (verbal: mengancam, memaksa, menyoraki, meledek; non verbal

langsung: membentak, memarahi, memerintah, menunjuk-nunjuk dengan jari, non

verbal tidak langsung: pengucilan).

Dalam penelitian terkait kasus bullying yang terjadi di sekolah masih

jarang dilakukan khususnya pada tingkat sekolah dasar, adapun perbedaan yang

diteliti penulis dengan penelitian yang terdahulu terdapat pada objek penelitian

dengan latar dan tempat yang berbeda sehingga memungkinkan perbedaan dalam

hasil penelitian.

B. Guru Kelas

1. Pengertian Guru Kelas

Guru adalah faktor utama dalam pendidikan yang menjadi penentu

majunya peradaban suatu bangsa. Selain sebagai suatu profesi, guru juga

merupakan panggilan bagi orang tua ketiga murid disekolah sehingga tanggung

jawabnya tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada peserta didik tetapi

juga mendidik murid agar mempunyai tingkah laku baik, entah itu di lingkungan

sekolah maupun bermasyarakat. Selain itu demi menjawab tuntutan zaman dan

kemajuannya yang pesat, guru harus memiliki kemampuan untuk memahami

peserta didik dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam

menghadapi kesulitan belajar. Sejalan dengan hal itu, pengertian guru sendiri

menurut E. Mulyasa (2013: 37) adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan,

dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya.

Page 24: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

10

Guru atau pengajar dalam jenjang dan bidang apapun juga seringkali

disebut dengan kata pendidik. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang nomor 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, mengenai ketentuan

umum butir 6, pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai

guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,

dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam

menyelenggarakan pendidikan. Atau dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa

guru adalah pendidik yang diharuskan untuk memenuhi kualifikasi tertentu.

Kualifikasi guru didapatkan dari menempuh pendidikan kepengajaran dan

mengikuti uji kompetensi guru. Pengertian dari Undang-Undang Sisdiknas ini

memiliki definisi yang hampir sama dengan E. Mulyasa dimana guru memerlukan

kualitas khusus untuk mampu mengajar di sebuah sekolah yang mana

kemampuan tersebut harus didapatkan lewat pendidikan keguruan.

Secara spesifik, guru di sekolah dasar sering disebut juga dengan guru

kelas. Guru kelas dapat mengajar beberapa mata pelajaran sekaligus menjadi wali

kelas. Satu kelas pada sebuah sekolah dasar biasanya berisi 25-40 anak dengan

berbagai watak dan guru sebagai wali kelas diharapkan untuk mengetahui

kesulitan murid pada mata pelajaran tertentu. Di Indonesia, guru kelas atau guru

SD, biasanya mengajar semua mata pelajaran termasuk kesenian,agama dan

olahraga apabila tidak tersedia guru pengganti di sekolah tersebut. Berinteraksi

dengan teman sebaya, belajar di alam, melakukan praktek langsung adalah

beberapa cara guru untuk membantu murid untuk memahami materi yang

diajarkan agar murid dapat meraih prestasi tertinggi.

Page 25: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

11

Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pengertian dari E. Mulyasa,

Undang-Undang Sisdiknas mengenai pengertian guru adalah seseorang yang

mengajar dan membelajarkan murid untuk tujuan tertentu dengan kemampuan

khusus yang didapatkan lewat kualifikasi lembaga yang terpercaya. Definisi yang

dapat disimpulkan untuk seorang guru kelas atau guru SD adalah seseorang yang

mengajarkan berbagai macam mata pelajaran sekaligus di dalam satu kelas,

menjadwalkan berbagai macam kegiatan selama pembelajaran agar dapat

mencapai tujuan afektif, kognitif, dan psikomotor yang telah dicanangkan

sebelumnya dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.

2. Peran Guru Kelas

Semua orang yakin bahwa guru mempunyai andil yang sangat besar

terhadap pembelajaran disekolah. Guru sangat berperan dalam membantu

perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.

Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk yang lemah, yang dalam

kesehariannya selalu membutuhkan orang lain, demikian halnya dengan peserta

didik.

Dengan memahami uraian diatas, betapa penting tugas dan peran guru

dalam membentuk kepribadian peserta didik, guna menyiapkan dan

mengembangkan sumber daya manusia (SDM) untuk kemajuan bangsa.

Setidaknya ada 19 peran guru yang dikemukakan oleh Pullias dan Young

(1998), Manan (1990), serta Yelon and Weinstein (1997) dalam E. Mulyasa

(2013: 35) namun peneliti hanya mengambil beberapa peran yang sesuai dengan

penanganan guru terhadap perilaku bullying, antara lain:

Page 26: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

12

a. Guru sebagai penasehat

Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua,

meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam

beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Banyak guru

cenderung menganggap bahwa konseling terlalu banyak membicarakan klien,

seakan-akan berusaha mengatur kehidupan orang, dan oleh karenanya mereka

melaksanakan fungsi ini. Padahal menjadi guru pada tingkat manapun berarti

menjadi penasehat dan menjadi orang kepercayaan, kegiatan pembelajaranpun

meletakkannya pada posisi tersebut.

Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan, dan

penasehat secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan

ilmu kesehatan mental. Di antara makhluk hidup di planet ini, manusia merupakan

makhluk yang unik, dan sifat-sifatnya pun berkembang secara unik pula. Menjadi

apa dia, sangat dipengaruhi pengalaman, lingkungan dan pendidikan. Untuk

menjadi manusia dewasa, manusia harus belajar belajar dari lingkungan selama

hidup dengan menggunakan kekuatan dan kelemahannya. Pendekatan psikolgis

dan mental health di atas akan banya menolong guru dalam menjalankan

fungsinya sebagai penasehat, yang telah banyak dikenal bahwa ia banyak

membantu peserta didik untuk dapat membuat keputusan sendiri.

b. Guru sebagai teladan

Guru merupakan model atau teladan bagi peserta didik dan semua orang

yang menganggapnya sebagai guru. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa

yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar

Page 27: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

13

lingkungannya. Secara teoritis, menjadi teladan merupakan bagian integral dari

seorang guru, sehingga menjadi guru berarti menerima tanggung jawab untuk

menjadi teladan. Memang setiap profesi mempunyai tuntutan–tuntutan khusus,

dan karenanya bila menolak berarti menolak profesi itu.

Namun, kita menyadari guru juga adalah manusia biasa yang tidak lepas

dari kemungkinan khilaf. Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan

antara apa yang diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian ia

menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan perlu diikuti dengan

sikap merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya.

c. Guru Sebagai Fasilitator

Guru memiliki peran penting bagi peserta didik. Salah satunya ialah

sebagai fasilitator. Di sini, guru bertindak sebagai orang yang memfasilitasi

peserta didiknya untuk menjadi anak didik yang baik bagi kemajuan bangsa dan

negara.

Fasilitasi pembelajaran bermakna bahwa semua peseta didik dengan segala

keunikan dan karakteristiknya masing-masing harus dapat digugah dan distimulasi

oleh guru unutuk megikuti pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal ini

penting karena keinginan dan motivasi yang muncul dari dalam diri murid atau

peseta didik untuk belajar (karena muncul rasa ingin tahu nya, muncul rasa

penasaranya akan suatu hal, muncul rasa membutuhkan suatu informasi baru akan

membuat mereka lebih dalam memahami sesuatu hal yang sedang dibelajarkan

dikelas.

Page 28: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

14

Jika guru ingin menjadi fasilitator yang baik di dalam kelasnya, maka

sudah barang tentu ia akan berusaha untuk memiliki pemahaman dan pengetahuan

(mengenali) kekuatan dan kelemahan setiap (masing-masing) peserta didik yang

diampunya. Hal ini penting agar guru dapat memberikan bantuan, atau fasilitas

yang sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka.

Dari beberapa peran guru yang dijabarkan di atas dan keterkaitannya

dengan perilaku bullying, peneliti berkesimpulan bahwa sebagai seorang tenaga

pengajar perlu kiranya memahami tentang tugas dan tanggung jawabnya sebagai

penasehat, teladan, emansipatoris, dan fasilitator agar perilaku bullying yang

terjadi di sekolah bias diminimalisir bahkan dihilangkan sehingga tercipta

pembelajaran dan lingkungan sekolah yang kondusif dan humanis.

C. Murid

1. Tahap Perkembangan Murid

Dalam siklus kehidupannya, manusia pasti mengalami proses

perkembangan baik dari segi fisik maupun psikologisnya. Istilah pertumbuhan dan

perkembangan seringkali diartikan sebagai sesuatu yang sama oleh sebagian

orang padahal kedua hal tersebut memiliki perbedaan.

Pengertian perkembangan berbeda dengan pertumbuhan, meskipun

keduanya tidak berdiri sendiri. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan

kuantitatif yaitu peningkatan ukuran dan struktur. Tidak saja anak menjadi lebih

besar secara fisik, tetapi ukuran dan struktur organ dalam otak meningkat. Akibat

adanya pertumbuhan otak, anak memiliki kemampuan yang lebih besar untuk

belajar, mengingat, dan berpikir.

Page 29: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

15

Adapun perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan

kuantitatif yang merupakan deretan progresif dari perubahan yang teratur dan

koheren. Progresif menandai bahwa perubahanya terarah, membimbing mereka

maju, dan bukan mundur. Teratur dan koheren menunjukkan adanya hubungan

nyata antara perubahan yang sebelum dan sesudahnya. Perkembangan tidak

terbatas pada pengertian perubahan secara fisik, melainkan di dalamnya juga

terkandung serangkaian perubahan secara terus menerus dari fungsi-fungsi

jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju tahap kematangan, melalui

pertumbuhan dan belajar. Dari pendapat ini dapat diketahui bahwa perkembangan

juga mencakup perubahan kualitatif maupun kuantitatif.

Lebih lanjut, setiap fase memiliki karakteristiknya masing-masing karena

tiap tahap pertumbuhan anak akan memiliki ciri yang berbeda. Khusus untuk fase

perkembangan anak sekolah atau murid usia sekolah dasar dibagi oleh Yusuf

(2014: 178) menjadi fase perkembangan intelektual, fase perkembangan bahasa,

fase perkembangan sosial, fase perkembangan emosi, fase perkembangan moral,

motorik dan fase perkembangan agama. Berbeda dengan Santrock (2011: vii)

yang membaginya hanya pada perkembangan fisik, kognitif, dan sosio emosional.

Bagi kebanyakan anak, mulai memasuki sekolah dasar adalah saat-saat penting

dimana anak yang dunianya semula adalah di rumah berkembang menjadi dunia

sekolah dasar. Anak akan menjadi seorang murid dan membawanya dalam sebuah

situasi baru, teman baru, dan cara berpikir yang baru dalam menyelesaikan

masalah dengan lingkungan sosialnya di sekolah. Berbagai macam perubahan

perkembangan terjadi saat anak mulai memasuki usia sekolah dasar atau sering

Page 30: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

16

disebut dengan usia kanak-kanak akhir. Hal ini berlangsung dari umur 6 tahun

sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Yusuf (2014: 24-26)

mengawali penjelasan mengenai perkembangan usia sekolah dasar pada umur 6-

12 tahun. Pada kisaran umur ini, sering disebut dengan masa intelektual atau

masa keserasian sekolah. Anak pada masa ini relatif lebih mudah diajar daripada

masa sebelum dan sesudahnya. Ditambah kan pula bahwa pada akhir masa ini,

anak memiliki sifat yang khas yakni sikap anak terhadap kekuasaan (otoritas)

khususnya orangtua dan guru. Anak cenderung menerima otoritas tersebut sebagai

sesuatu yang wajar dan mengharapkan campur tangan kedua pihak tersebut.

Penjelasan yang lebih umum didapatkan dari Santrock (2011: 139) yang

mengawali penjelasan mengenai perkembangan masa ini dengan menyebutkan

bahwa masa ini adalah masa anak untuk lebih siap untuk belajar dan mulai

mengembangkan perilaku untuk membuat sesuatu dengan sempurna. Masa ini

adalah masa dimana anak yang menjadi murid sebuah sekolah dasar akan banyak

mencoba hal-hal baru dengan cara mencari tahu dan memahami mengapa sesuatu

dapat terjadi. Pada masa ini murid memiliki rasa ingin tahu dan kecerdasan yang

luar biasa sehingga guru memiliki kesempatan untuk dapat menjelaskan berbagai

macam hal pada murid melalui beragam cara.

Periode perkembangan pada masa kanak-kanak akhir diawali oleh

perkembangan fisik. Santrock (2011: 143) menyebutkan bahwa pada periode ini,

anak tumbuh rata-rata sekitar 5-8 sentimeter pertahun dan sifat pertumbuhannya

lambat namun konsisten. Perubahan fisik yang menonjol pada masa ini adalah

ukuran lingkar kepala yang berkurang, lingkar pinggang, dan panjang kaki

Page 31: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

17

sehubungan dengan tinggi badan. Perkembangan motorik menjadi lebih

terkoordinasi dan lancar. Anak mampu mengendalikan tubuhnya dengan lebih

baik serta dapat duduk dan berkonsentrasi dalam jangka waktu yang lebih lama

namun anak tetap membutuhkan aktivitas fisik karena sangat aktif sehingga guru

sebaiknya menggunakan pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan

anak sekolah dasar. Kematangan fisik yang belum sempurna membuat murid

sekolah dasar pada masa ini diharuskan untuk tetap aktif bergerak untuk

mengembangkan kemampuan perkembangan mereka. Pada masa sekolah dasar,

berat badan menjadi dua kali lipat dan energi pun semakin besar dalam melakukan

aktivitas motorik.

Sebagian besar murid menurut Santrock (2011: 171) selama usia sekolah

dasar memiliki kesulitan emosional ringan. Gangguan perilaku dan emosional

mencakup masalah serius yang berkepanjangan mencakup hubungan dengan

orang lain, agresi, depresi, ketakutan terhadap seseorang atau sesuatu yang

berhubungan dengan sekolah yang bisa jadi diakibatkan oleh bullying. Anak laki-

laki lebih mungkin untuk memiliki gangguan ini sebesar tiga kali lebih besar

daripada anak perempuan. Perkembangan sosio emosional lebih lanjut akan

dijelaskan pada bagian selanjutnya yang khusus membahas mengenai

perkembangan sosial-emosional murid sekolah dasar.

Kesimpulan yang dapat diambil dari pendapat keempat ahli yang sudah

dipaparkan sebelumnya adalah bahwa perkembangan anak usia sekolah memiliki

ciri-ciri tertentu. Ciri tersebut yaitu aktivitas fisik yang semakin beragam

didukung dengan bertambahnya berat badan agar murid dapat bergerak dengan

Page 32: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

18

aktif guna mendukung perkembangan fisik murid agar semakin matang, serta

mengharapkan keterlibatan orangtua atau guru dalam kehidupan mereka karena

seringkali terdapat beberapa masalah atau gangguan yang tidak dapat mereka

selesaikan sendiri.

2. Perkembangan Sosial Emosional Murid Sekolah Dasar

Tahun-tahun masa perkembangan kanak-kanak menengah dan akhir

membawa banyak perubahan dalam kehidupan sosial emosional pada murid

sekolah dasar. Terdapat perkembangan yang signifikan pada konsep diri, emosi,

penalaran moral, dan perilaku gender serta terdapat pula perubahan pada

hubungan orangtua dan teman sebaya (Santrock, 2011: 243). Pendapat Santrock

menunjukkan bahwa perkembangan emosi dan perkembangan sosial tidak dapat

dipisahkan antara satu sama lain.

Ciri yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya adalah

ciri sosialnya. Sejak lahir anak akan terpengaruh oleh lingkungan sosial dimana ia

tumbuh, bentuk yang paling jelas dari terpengaruhnya anak pada lingkungan

sosialnya adalah perilaku anak tersebut. Perilaku anak pada usia sekolah dasar

atau masa kanak-kanak akhir dipengaruhi oleh orang-orang disekitarnya karena

pada masa ini anak senang berinteraksi dan bermain dengan lingkungannya.

Salah satu ciri perkembangan sosial-emosional pada masa ini yang paling

jelas terlihat menurut Balillargeon, et al & Brendgen (dalam Santrock, 2011: 261)

adalah anak laki-laki secara fisik lebih agresif dibandingkan dengan anak

perempuan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa hubungan yang bersifat agresi meliputi

perilaku seperti berusaha membuat orang lain tidak menyukai individu tertentu

Page 33: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

19

dengan menyebarkan rumor jahat mengenai individu tersebut. Hubungan yang

bersifat agresi meningkat selama masa ini.

Walaupun terdapat hubungan agresi yang meningkat, mempunyai

hubungan yang positif dengan teman sebaya sangat penting pada masa ini karena

menurut penelitian Rubin, Bukowski, & Parker pada tahun 2006 (dalam Santrock,

2011: 270), interaksi sosial dengan teman sebaya meningkat sebesar 30 persen

dan ketika murid sekolah dasar melalui masa kanak-kanak menengah dan akhir,

ukuran kelompok teman sebaya mereka meningkat. Lingkaran pertemanan yang

semakin meluas ini membuat murid diharapkan memiliki interaksi yang positif

agar hubungan dengan teman sebaya dapat berjalan tanpa permasalahan yang

berarti. Kecenderungan berkelompok dengan teman sebaya yang telah disebutkan

oleh Rubin, Bukowski, & Parker tersebut sejalan dengan pendapat Hurlock (2013:

155) bahwa murid usia sekolah dasar senang bergaul, bersosialisasi dan

membentuk kelompok dengan teman sebaya. Dari pendapat Hurlock dapat dilihat

bahwa terdapat kesamaan dengan pendapat Santrock bahwa anak usia ini

memiliki kesenangan pada kegiatan berkelompok dengan teman-temannya.

Pada masa ini pula pengaruh teman sebaya sangat besar (Izzaty dkk. 2013:

155) baik yang sifatnya positif seperti pengembangan konsep diri dan

pembentukan harga diri ataupun negatif seperti ikut dalam aksi bullying agar

dapat diterima menjadi bagian dalam sebuah kelompok sebaya. Setelah berada di

dalam kumpulan teman sebaya, menurut ahli perkembangan anak, anak usia ini

akan digolongkan lagi dalam 5 status teman sebaya yakni:

Page 34: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

20

1. Anak populer (popular children) yaitu anak yang sering dinominasikan sebagai

teman terbaik dan jarang tidak disukai oleh teman sebaya.

2. Anak-anak biasa (average children) menerima jumlah rata-rata, baik nominasi

positif maupun negatif dari teman sebaya mereka.

3. Anak-anak terabaikan (neglected children) jarang dinominasikan sebagai

seorang sahabat, tetapi bukan tidak disukai oleh teman sebaya mereka.

4. Anak-anak yang ditolak (rejected children) jarang dinominasikan sebagai

seorang sahabat dan secara aktif tidak disukai oleh teman sebaya.

5. Anak-anak kontroversional (controversial children) sering dicalonkan, baik

sebagai sahabat terbaik maupun yang tidak disukai.

Dari kelima status dalam teman sebaya tersebut, menjadi seorang anak

yang populer dan memiliki banyak teman sebaya adalah impian bagi sebagian

besar murid pada usia ini sehingga banyak cara dilakukan untuk mendapatkan

status anak populer. Salah satunya adalah lewat adu kekuatan yang dapat

dilakukan dengan cara bullying. Hal ini sesuai dengan pendapat Santrock (2011:

274) yang mengatakan bahwa dalam banyak kasus, orang yang melakukan

bullying menyiksa korban untuk mendapatkan status yang lebih tinggi pada

kelompok teman sebaya, dan orang tersebut membutuhkan orang lain untuk

menyaksikan mereka memperlihatkan kekuatan mereka.

Bagi para pendidik, dengan berbagai macam peran yang telah disebutkan

sebelumnya diharapkan dapat mengetahui dan memahami perkembangan dan

karakter murid. Hal ini penting karena menurut Izzaty et,al (2013: 8), proses

transfer pengetahuan akan dapat tersampaikan dengan baik lewat pemahaman

Page 35: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

21

mengenai perkembangan peserta didik atau murid. Tidak hanya itu, pemahaman

guru akan perkembangan murid juga akan menentukan sikap guru saat

menangani murid yang bermasalah, salah satunya adalah masalah bullying.

Pemahaman terhadap karakteristik murid diperlukan guna memahami murid agar

guru dapat mengantisipasi dan membuat program kegiatan untuk menangani

murid dengan masalah perkembangan seperti tingkat agresi yang tinggi hingga

terjadinya bullying.

Kesimpulan dari Santrock, Hurlock dan Izzaty et al, adalah bahwa pada

masa usia sekolah dasar, anak memiliki perkembangan sosial emosional yang

mengindikasikan bahwa murid pada usia ini memiliki hubungan agresi yang

meningkat serta cenderung lebih memiliki kesenangan pada kegiatan

berkelompok dengan teman sebayanya. Pengaruh yang besar ini menuntut guru

untuk memperhatikan perkembangan sosial dan emosional murid agar perilaku

negatif yang mungkin terbawa oleh lingkungan murid dapat ditangani dengan baik

D. Perilaku Bullying

1. Pengertian Bullying

Bullying berasal dari bahasa Inggris (bullying) yang berarti menggertak

atau mengganggu. Banyak definisi tentang bullying ini, terutama yang terjadi

dalam konteks lain ( tempat kerja, masyrakat. komunitas virtual), namun penulis

akan membatasi dalam school bullying. Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2001)

dalam Sucipto (2012: 3) mendefinisikan school bullying sebagai perilaku agresif

kekuasaan terhadap murid yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang/kelompok

Page 36: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

22

murid yang memiliki kekuasaan, terhadap murid lain yang lebih lemah dengan

tujuan menyakiti orang tersebut.

Bullying tergolong kepada perilaku yang tidak baik atau perilaku

menyimpang, hal ini dikarenakan bahwa perilaku tersebut memiliki dampak yang

cukup serius. Bullying dalam jangka pendek dapat menimbulkan perasaan tidak

aman, terisolasi, perasaan harga diri yang rendah, depresi, atau menderita stress

yang dapat berakhir dengan bunuh diri. Dalam jangka panjang, korban bullying

dapat menderita masalah emosional dan perilaku.

Adapun pengertian bullying menurut Astuti (2007) dalam Lutfi Arya

(2018: 18) adalah sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan ke

dalam aksi secara fisik, psikis, ataupun verbal, yang menyebabkan seseorang

menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang ataupun kelompok

yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, berulang, dan dilakukan dengan

perasaan senang. Bullying tergolong kepada perilaku yang tidak baik atau perilaku

menyimpang, hal ini dikarenakan bahwa perilaku tersebut memiliki dampak yang

cukup serius. Bullying dalam jangka pendek dapat menimbulkan perasaan tidak

aman, terisolasi, perasaan harga diri yang rendah, depresi, atau menderita stress

yang dapat berakhir dengan bunuh diri. Dalam jangka panjang, korban bullying

dapat menderita masalah emosional dan perilaku.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa definisi

kekerasan di sekolah (bullying) adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk

menyakiti secara fisik, psikis dan verbal yang sering dilakukan oleh individu

Page 37: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

23

ataupun kelompok yang lenih kuat kepada individu ataupun kelompok yang lemah

yang terjadi secara berulang-ulang.

2. Jenis-jenis Bullying

Bullying juga terjadi dalam beberapa bentuk tindakan. Seperti yang

dikemukakan Coloroso (2007), Bullying dibagi menjadi empat jenis, yaitu:

a. Bullying fisik

Penindasan fisik merupakan jenis bullying yang paling tampak dan paling

dapat diidentifikasi diantara bentuk-bentuk penindasan lainnya, namun kejadian

penindasan fisik terhitung kurang dari sepertiga insiden penindasan yang

dilaporkan oleh murid. Jenis penindasan secara fisik di antaranya adalah

memukul, mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit, memiting,

mencakar, serta meludahi anak yang ditindas hingga ke posisi yang menyakitkan,

serta merusak dan menghancurkan pakaian serta barang-barang milik anak yang

tertindas. Semakin kuat dan semakin dewasa sang penindas, semakin berbahaya

jenis serangan ini, bahkan walaupun tidak dimaksudkan untuk mencederai secara

serius.

b. Bullying verbal

Kekerasan verbal adalah bentuk penindasan yang paling umum digunakan,

baik oleh anak perempuan maupun anak laki-laki.. Penindasan verbal dapat

diteriakkan di taman bermain bercampur dengan hingar bingar yang terdengar

oleh pengawas, diabaikan karena hanya dianggap sebagai dialog yang bodoh dan

tidak simpatik di antara teman sebaya.

Page 38: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

24

Penindasan verbal dapat berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam,

penghinaan, dan pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual atau pelecehan

seksual. Selain itu, penindasan verbal dapat berupa perampasan uang jajan atau

barang-barang, telepon yang kasar, e-mail yang mengintimidasi, surat-surat

kaleng yang berisi ancaman kekerasan, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-

kusuk yang keji, serta gosip.

c. Bullying relasional

Jenis ini paling sulit dideteksi dari luar. Penindasan relasional adalah

pelemahan harga diri si korban penindasan secara sistematis melalui pengabaian,

pengucilan, pengecualian, atau penghindaran. Penghindaran, suatu tindakan

penyingkiran, adalah alat penindasan yang terkuat. Anak yang digunjingkan

mungkin akan tidak mendengar gosip itu, namun tetap akan mengalami efeknya.

Penindasan relasional dapat digunakan untuk mengasingkan atau menolak seorang

teman atau secara sengaja ditujukan untuk merusak persahabatan. Perilaku ini

dapat mencakup sikap-sikap tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan

mata, helaan napas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek, dan bahasa tubuh

yang kasar.

d. Cyber Bullying

Ini adalah bentuk bullying yang terbaru karena semakin berkembangnya

teknologi, internet dan media sosial. Pada intinya adalah korban terus menerus

mendapatkan pesan negative dari pelaku bullying baik dari sms, pesan di internet

dan media sosial lainnya.

Page 39: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

25

Bentuknya berupa:

1. Mengirim pesan yang menyakitkan atau menggunakan gambar.

2. Meninggalkan pesan voicemail yang kejam.

3. Menelepon terus menerus tanpa henti namun tidak mengatakan apa-apa (silent

calls).

4. Membuat website yang memalukan bagi si korban.

5. Si korban dihindarkan atau dijauhi dari chat room dan lainnya.

6. “Happy slapping” yaitu video yang berisi dimana si korban dipermalukan atau

di-bullying lalu disebarluaskan.

3. Ciri-Ciri dan Faktor Penyebab Terjadinya Bullying

a. Ciri-ciri Bullying

Pada umumnya penyebab terjadinya bullying dalam dunia pendidikan

yaitu:

a. Sekolah yang di dalamnya terdapat perilaku deskriminatif baik dikalangan guru

maupun murid.

b. Kurangnya pengawasan dan bimbingan etika dari para guru dan petugas

sekolah.

c. Terdapat kesenjangan yang besar antara murid yang kaya dengan yang miskin.

d. Adanya pola kedisiplinan sekolah yang sangat kaku ataupun terlalu lemah

e. Bimbingan yang tidak layak dan peraturan yang tidak konsisten terhadap murid.

Bullying termasuk dalam tindakan kekerasan yang merugikan orang lain.

Disebut kekerasan karena tindakan yang dilakukan untuk menyakiti orang lain,

atau bisa juga dengan tujuan tertentu, misalnya mencari perhatian, ingin berkuasa

Page 40: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

26

di sekolah, bahkan ingin dibilang jagoan. Bila dilakukan terus menerus bullying

akan menimbulkan trauma, ketakutan, kecemasan, depresi, bahkan kematian.

Tindakan bullying biasanya terjadi pada pihak yang tak berimbang secara

kekuatan maupun kekuasaan. Korban bullying biasanya memang telah diposisikan

sebagai target.

Ciri-ciri pembulian adalah (1) dilakukan dengan sengaja, bukan sekedar

kelalaian dari pelakunya, (2) terjadi berulang-ulang, tidak dilakukan secara acak

atau hanya sekali saja, dan (3) didasari oleh perbedaan kekuatan yang mencolok,

misalnya dari segi fisik atau usia pelaku/ korbannya tidak seimbang. Namun tidak

semua anak dapat dengan mudah dikategorikan semata-mata sebagai pelaku atau

korban dari pembulian.

b. Faktor penyebab terjadinya Bullying

Banyak tindakan bullying yang terjadi ini dipengaruhi berbagai faktor-

faktor yang ada. Terjadinya Bullying di sekolah merupakan suatu proses dinamika

kelompok, dimana ada pembagian-pembagian peran. Peran-peran tersebut adalah :

bullying, asisten bullying, reinvorcer, victim, devender, dan outsider. Pelaku

bullying dikategorikan sebagai pemimpin, yang berinisiatif dan aktif terlibat

dalam perilaku bullying. Assisten juga terlibat aktif dalam perilaku bullying,

namun ia cenderung tergantung atau mengikuti perintah bullying. Reinvorcer

adalah mereka yang ada ketika kejadian bullying terjadi, ikut menyaksikan,

menertawakan korban, memprovokasi bullying, mengajak murid lain untuk

menonton dan sebagainya. Outsider adalah orang-orang tahu bahwa hal itu terjadi,

namun tidak melakukan apapun, seolah-olah tidak peduli.

Page 41: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

27

Selain itu hal ini terjadi juga karena bullying juga tidak mendapatkan

konsekuensi dari pihak guru atau sekolah, maka dari sudut teori belajar, bullying

mendapatkan reward atau penguatan dari perilakunya. Si bullying akan

mempresepsikan bahwa perilakunya justru mendapatkan pembenaran bahkan

memberinya identitas sosial yang membanggakan pihak-pihak outsider, seperti

misalnya guru, murid, orang-orang yang bekerja di sekolah, orang tua, walaupun

mereka mengetahuinya akan tetapi tidak melaporkan, tidak mencegah dan hanya

membiarkan saja tradisi ini berjalan karena merasa bahwa hal ini wajar,

sebenarnya juga ikut berperan dalam mempertahankan suburnya bullying di

sekolah-sekolah. Dengan berjalannya waktu, pada saat korban merasa naik status

sosialnya dan telah “dibebaskan memalui kegiatan inisisasi informal” oleh

kelompok bullying, terjadi perputaran peran. Korban berubah menjadi pelaku

bullying, assisten atau reinvorcer untuk melampiaskan dendamnya.

Pada umumnya, anak-anak korban bullying memiliki beberapa faktor

resiko korban bullying, yaitu (a) dianggap “berbeda”, misalnya memiliki ciri fisik

tertentu yang mencolok seperti lebih kurus, gemuk, tinggi, atau pendek

dibandingkan dengan yang lain, berbeda dalam status ekonomi, memiliki hobi

yang tidak lazim, atau menjadi murid/siswi baru, (b) dianggap lemah atau tidak

dapat membela dirinya.(c) memiliki rasa percaya diri yang rendah, dan (d) kurang

populer dibandingkan dengan yang lain, tidak memiliki banyak teman.

Karakteristik para korban bullying adalah korban merupakan individu yang pasif,

cemas, lemah, kurang percaya diri, kurang populer dan memiliki harga diri yang

rendah. Sedangkan pelaku bullying biasanya kuat, agresif, impulsive,

Page 42: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

28

menunjukkan kebutuhan atau keinginan untuk mendominasi dan memperlihatkan

kekerasan.

Karakteristik yang paling mudah digunakan untuk membedakan yang

mana korban dan pelaku adalah dari sisi fisiknya. Fisik pelaku umumnya

berperawakkan kecil dan sangat berbeda dengan anak-anak lainnya. Anak yang

memiliki tubuh pendek memiliki kecenderungan yang lebih tinggi menjadi korban

dibandingkan dengan anak lain. Segala sesuatu yang berbeda dapat pula menjadi

sebuah pemicu seorang anak mejadi korban. Selain fisik, anak yang memiliki

perbedaan cukup ekstrem berpotensi pula menjadi seorang korban. Misalnya,

anak yang memiliki warna kulit lebih gelap dibandingkan dengan anak lain, atau

anak berkulit putih diantara teman-teman yang berkulit gelap. Perbedaan aksen,

perbedaan bentuk tubuh (misal, terlalu gemuk) perbedaan bentuk rambut, ataupun

hal-hal yang berkaitan dengan orang tua yang memiliki masalah sering kali

menjadikan anak sebagai bahan olokan, dengan kata lain target bullying verbal.

Ada beberapa karakteristik anak yang memiliki kecenderungan lebih besar

untuk menjadi pelaku bullying, yaitu (a) mereka yang peduli dengan popularitas,

memiliki banyak teman, dan senang menjadi pemimpin diantara teman-temannya.

Mereka dapat berasal dari keluarga yang berkecukupan, memiliki rasa percaya diri

tinggi, dan memiliki prestasi bagus di sekolah. Biasanya mereka melakukan

bullying untuk meningkatkan status dan popularitas di antara teman-teman

mereka. (b) Pernah menjadi korban bullying. Mereka juga mungkin mengalami

kesulitan diterima dalam pergaulan, kesulitan dalam mengikuti pelajaran di

sekolah, mudah terbawa emosi, merasa kesepian dan mengalami depresi. Dan, (c)

Page 43: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

29

memiliki rasa percaya diri yang rendah, atau mudah dipengaruhi oleh teman-

temannya. Mereka dapat menjadi pelaku bullying karena mengikuti perilaku

teman-teman mereka yang melakukan bullying, baik secara sadar maupun tidak

sadar.

Beberapa alasan seseorang melakukan bullying adalah karena korban

mempunyai persepsi bahwa pelaku melakukan bullying karena tradisi, balas

dendam karena dulu diperlakukan sama (menurut korban laki-laki), ingin

menunjukkan kekuasaan, marah karena korban tidak berperilaku sesuai dengan

yang diharapkan, mendapatkan kepuasan (menurut korban laki-laki), dan iri hati

(menurut korban perempuan). Korban juga mempersepsikan dirinya sendiri

menjadi korban bullying karena penampilan yang menyolok, tidak berperilaku

dengan sesuai, perilaku dianggap tidak sopan, dan tradisi.

4. Dampak Korban Bullying

Bagi para korban perundungan (Bullying), tindakan tersebut merupakan

tindakan yang sangat mengerikan. Sehingga menjadikan trauma tersendiri bagi

korban. Trauma tersebut bisa saja diingat sampai dia tumbuh dewasa. Rasa takut

dan malu akibat sebuat tindakan perundungan (Bullying) sering kali membuat

anak yang telah menjadi korban menutup rapat-rapat kejadian yang telah dia

alami.

Kita dapat segera dengan mudah mengetahui apakah anak sudah menjadi

korban perundungan (bullying) dengan memperhatikan tanda-tanda berikut

(Priyatna, 2010:9): 1) Depresi; 2) Cemas; 3) Selalu khawatir pada masalah

keselamatan; 4) Menjadi pemurung; 5) Agresi; 6) Timbul isu-isu akademik; 7)

Page 44: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

30

Tampak rendah diri dan menjadi pemalu; 8) Menarik diri dari pergaulan; 9) Yang

terparah, penyalahgunaan substansi (obat atau alkohol).

Tanda-tanda lain yang harus diwaspadai antara lain (Priyatna, 2010:10): 1)

Sering kehilangan benda-benda milik pribadi; 2) 18 Pulang kerumah dengan

tanda-tanda luka seperti habis dipukul atau pakaian yang kotor tidak seperti biasa;

3) Lebih sering menghabiskan waktu dengan anak-anak yang lebih muda

(menunjukkan adanya rasa tak nyaman kalau harus bergaul dengan anak-anak

sebaya); 4) Tidak nyaman diwaktu-waktu: pergi sekolah, istirahat, atau pulang

sekolah; 5) Ogahogahan pada saat mau berangkat sekolah atau tampak sengaja

ingin tiba disekolah pas bel masuk berbunyi dengan cara sengaja melambatkan

diri pergi kesekolah; 6) Senang menyendiri; 7) Tidur terlalu sedikit atau

sebaliknya tidur melulu; 8) Keluhan-keluhan somatik (misal, sakit kepala, sakit

perut dan lain- lain).

Kesimpulan dari uraian di atas adalah anak yang telah menjadi korban

perundungan (Bullying) memiliki ciri-ciri, anak akan menjadi pemurung,

sosialisasi terhadap lingkungan sekitar menjadi berkurang dan lebih suka

menyendiri, percaya diri anak perlahan akan berkurang, jika perundungan

(Bullying) ini terjadi disekolah maka anak akan malas berangkat sekolah, dan

prestasi anak cenderung akan menurun.

E. Kerangka Pikir

Waktu yang murid habiskan di sekolah cukup banyak sekitar 5-8 jam

setiap hari selama 5-6 hari dalam seminggu. Tentu guru sebagai orangtua murid

selama di sekolah menyumbang peran penting terkait murid-siswi yang diberikan

Page 45: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

31

pengajaran oleh guru terutama apabila anak tersebut memiliki masalah, misalnya

dalam hal perilaku sosial yang kurang bisa diterima oleh lingkungan seperti

bullying. Peran guru yang menonjol pada saat terjadinya kasus tersebut adalah

guru sebagai pembimbing yang akan menjadi pendamping murid selama berada

di sekolah agar tetap aman dan dapat belajar dengan baik, peran guru sebagai

emansipator yang mendukung guru untuk melakukan tindakan preventif dan

kuratif agar tercipta lingkungan yang berkualitas dengan mendorong

berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik tanpa adanya bullying, dan peran

guru sebagai penasehat yang akan menangani kasus bullying dengan cara

memberikan konseling maupun saran baik pada pelaku ataupun korban bullying.

Gambar 2.1 Alur Kerangka Pikir

Peran Guru Kelas

Penasehat Teladan Emansipator

Peran Guru Kelas dalam Mengatasi

Perilaku Bullying pada Siswa V

Perilaku Siswa

Bullying

Page 46: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, karena penelitian

ini bermaksud menguraikan atau menggambarkan suatu peristiwa, yaitu peran

guru kelas dalam mengatasi perilaku bullying pada murid kelas V di SDN 004

Kalotok. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan salah satu dari jenis penelitian

yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Adapun tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengungkapkan kejadian atau fakta, keadaan, fenomena, variabel

dan keadaan yang terjadi saat penelitian berlangsung dengan menyuguhkan apa

yang sebenarnya terjadi. Penelitian ini menafsirkan dan menguraikan data yang

bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta pandangan yang

terjadi di dalam suatu masyarakat, pertentangan antara dua keadaan atau lebih,

hubungan antar variable yang timbul, perbedaan antar fakta yang ada serta

pengaruhnya terhadap suatu kondisi, dan sebagainya.

Sejalan dengan itu, LanColn dalam Sukmadinata (2008: 60)

mengemukakan bahwa penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bersifat

naturalistik. Penelitian ini bertolak dari paradigma naturalistik, bahwa kenyataan

itu berdimensi jamak, peneliti dan yang diteliti bersifat interaktif, tidak bisa

dipisahkan, suatu kesatuan yang terbentuk secara simultan, dan bertimbal balik,

tidak mungkin memisahkan sebab dengan akibat, dan penelitian ini melibatkan

nilai-nilai.

Page 47: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

33

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif. Ini karena data yang disajikan berbentuk kata-kata. Menurut Bogdan &

Taylor (Moleong, 2012: 4), metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang diamati.

B. Variabel dan Definisi Operasional

Dalam melaksanakan penelitian dan pengumpulan data dalam penelitian

haruslah dibuat definisi operasionalnya. Hal tersebut bertujuan untuk memberi

batasan terhadap subjek penelitian dan menjelaskan secara lebih rinci pengertian

objek dalam penelitian.

1. Identifikasi variabel

Komponen yang penting dalam suatu penelitian adalah variabel karena

menjadi fokus sekaligus objek untuk menarik kesimpulan dalam penelitian baik

yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Sejalan dengan pengertian yang

diberikan oleh Sugiyono (2016: 38) bahwa variabel adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

a. Independent variable atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi

variabel yang lain. Sejalan dengan yang dijelaskan oleh Azwar (2007: 62) bahwa

variabel bebas adalah variabel yang memiliki pengaruh terhadap variabel lain agar

mempunyai efek terhadap variabel yang lain.

Page 48: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

34

b. Dependent variable atau variabel terikat adalah suatu variabel yang dapat

berubah karena pengaruh variabel bebas. Hal ini sesuai dengan penjelasan Azwar

(2007: 62) bahwa besar efek tersebut diamati dari ada tidaknya, timbul-hilangnya,

besar kecilnya, atau berubahnya variasi yang tampak sebagai akibat perubahan

pada variabel lain.

Adapun variabel yang teridentifikasi dala penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Independent variable atau variabel bebas adalah: Peranan Guru kelas.

b. Dependent variable atau variabel terikat adalah: Bullying pada Murid Kelas V.

2. Definisi operasional variabel

Perumusan definisi operasional variabel dilakukan agar variabel dalam

penelitian dapat diamati dan diukur. Definisi operasional variabel adalah definisi

yang dirumuskan dengan pasti, jelas serta tidak membingungkan didasarkan pada

sifat yang mudah diamati, mempunyai rumusan yang jelas dan pasti serta tidak

membingungkan sehingga mudah untuk diamati dan dirumuskan.

Untuk memberikan kemudahan dalam perumusan dan pengukuran

variabel dalam penelitian ini maka perlu untuk memberikan definisi terkait kata

kunci dalam penelitian ini seperti: Peranan, Guru Kelas, Perilaku Bullying, Murid.

yang akan dijabarkan sebagai berikut:

a. Peranan adalah kewajiban yang dijalankan seseorang sesuai dengan posisi atau

kedudukannya.

b. Guru kelas adalah tenaga pendidik yang mengajar peserta didik dan memiliki

tanggung jawab membina satu kelas.

Page 49: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

35

c. Perilaku bullying adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk menyakiti secara

fisik, psikis dan verbal yang sering dilakukan oleh individu ataupun kelompok

yang lenih kuat kepada individu ataupun kelompok yang lemah yang terjadi

secara berulang-ulang.

d. Murid adalah individu yang mengikuti proses pembelajaran pada lembaga

pendidikan formal maupun non-formal.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SDN 004 Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan

Kabupaten Luwu Utara. Waktu penelitian dilakukakan pada bulan Desember 2020

hingga bulan Januari 2021.

D. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data penelitian digunakan instrumen penelitian.

Instrumen penelitian ini yaitu alat yang digunakan dalam mengumpulkan data

terkait perilaku bullying di sekolah. Instrumen penelitian kualitatif yang memiliki

andil paling utama adalah manusia itu sendiri. Menurut Sugiyono (2014: 222)

menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, manusia adalah instrumen

penelitian utama, karena segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti.

Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan

hasil yang diharapkan, semuanya belum dapat ditentukan secara pasti dan jelas

sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian.

Oleh karena itu, yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri sebagai alat satu-

satunya yang dapat mencapainya. Penelitian ini dibantu dengan menggunakan

Page 50: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

36

instrumen pedoman wawancara, pedoman observasi, serta dokumentasi.

Penjelasan lebih lanjut terkait instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Instrumen Wawancara

Instrumen yang digunakan dalam wawancara dinamakan interview guide

atau pedoman wawancara (Arikunto, 2010: 199). Wawancara ini bertujuan

memperoleh data melalui tanya jawab secara langsung dan terpimpin.

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang berupa menanyakan

sesuatu kepada narasumber/responden yang sudah dipilih sebelumnya.

Wawancara adalah sebuah proses interaksi komunikasi, dilakukan oleh

setidaknya dua orang, atas dasar ketersediaan dan dalam setting alamiah, dimana

arah pembicaraan mengacu kepada tujuan yang telah ditetapkan.

Dari pendapat ini dapat diambil kesimpulan bahwa wawancara ialah suatu

interaksi komunikasi diantara dua orang atau lebih untuk mengetahui hal-hal dari

responden secara lebih mendalam dengan tujuan tertentu. Wawancara dilakukan

dengan guru kelas atas di SDN 004 Kalotok. Wawancara ini menggunakan

pedoman wawancara kepada kepala sekolah, guru kelas, dan murid.

2. Instrumen Observasi

Di dalam penelitian ini, observasi digunakan peneliti sebagai salah satu

teknik pengumpulan data melalui pengamatan yang telah terencana. Sugiyono

(2013: 215) menyatakan bahwa dalam setiap situasi sosial terdapat tiga

komponen yang dapat diamati, yaitu place (tempat), actor (pelaku), dan activities

Page 51: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

37

(aktivitas). Pengamatan ini dapat dilakukan secara terencana. Pengamatan yang

terencana dapat disebut juga dengan observasi terstruktur. Observasi terstruktur

menurut Sugiyono (2014: 205) adalah observasi yang telah dirancang secara

sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya. Oleh

karena itu, observasi ini membutuhkan panduan atau pedoman observasi yang

telah dibuat oleh peneliti dan dapat berupa lembar observasi. Panduan observasi

pada penelitian ini akan dicantumkan di dalam lembar lampiran.

3. Instrumen Dokumentasi

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

dari seseorang. Dokumen merupakan pelengkap penggunaan metode observasi

dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian akan semakin kredibel

apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.

Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dokumen foto-foto kegiatan di

sekolah.

D. Sampel Sumber Data

Subjek penelitian merupakan seseorang yang darinya diperoleh keterangan

atau data. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2010: 172) yakni sumber data

dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Subjek penelitian

ini adalah orang yang akan diteliti. Penelitian ini mengambil subjek guru kelas V,

murid kelas V, dan kepala sekolah di SDN 004 Kalotok.

Page 52: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

38

E. Teknik Pengumpulan Data

Fase penting dalam penelitian adalah saat pengumpulan data. Di dalam

sebuah penelitian, fase pengumpulan data penting dilakukan karena menurut

Sugiyono (2014: 224) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Pengetahuan mengenai teknik pengumpulan data harus dimiliki oleh peneliti

agar didapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Pada penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural

setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data

lebih banyak pada observasi tidak berperan serta (nonparticipant observation),

wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moleong, 2012:

186). Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)

yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas

pertanyaan. Menurut Esterberg (Sugiyono, 2014: 317), wawancara adalah

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,

sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Esterberg (Sugiyono, 2014: 319) mengemukakan beberapa macam

wawancara, yaitu wawancara terstruktur, wawancara semi terstruktur, dan

wawancara tidak terstruktur. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian

ini adalah teknik wawancara semi terstruktur, yaitu dilaksanakan menggunakan

Page 53: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

39

petunjuk umum wawancara (pedoman wawancara) yang hanya memuat garis

besar yang akan ditanyakan.

Peneliti menggunakan wawancara semi struktur karena wawancara ini

termasuk kategori in-dept interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas

bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan wawancara ini adalah

untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak

wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Pelaksanaan wawancara dalam

penelitian ini pada tanggal 02 Februari - 24 februari 2021.

2. Observasi

Observasi memberi peluang pada peneliti untuk menggali data perilaku

subjek secara luas, mampu menangkap berbagai macam interaksi, dan secara

terbuka mengeksplorasi topik penelitiannya. Menurut Sugiyono (2016: 196)

dalam pelaksanaan pengumpulan data observasi dibedakan menjadi observasi

berperan serta (participant observation) dan nonpartisipan, selanjutnya dari segi

instrumen yang digunakan observasi dibedakan menjadi observasi terstruktur dan

tidak terstruktur.

Peneliti sedianya akan melaksanakan pengumpulan data oberservasi secara

nonpartisipan dalam pelaksanaan pengumpulan data, yaitu peneliti tidak terlibat

dengan aktifitas yang diamati dan hanya sebagai pengamat luar secara

independen. Pada segi instrumen peneliti menggunakan observasi terstruktur yaitu

observasi yang dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati, kapan

dan dimana tempatnya. Oleh karena itu, observasi ini membutuhkan panduan atau

pedoman observasi.

Page 54: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

40

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan sebuah peristiwa. Hal ini didukung dengan

pendapat dari Sugiyono (2016: 240), yang mengatakan bahwa dokumen

merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berbentuk

tulisan, gambar, atau karya-karya menumental dari seseorang. Studi dokumen

merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara.

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,

agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274).

Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan

dokumen-dokumen yang akan memperkuat perolehan data-data sebelumnya dan

tentunya relevan dengan data yang dibutuhkan peneliti. Sedangkan, dokumen-

dokumen tersebut dapat berupa foto, dapat juga berbentuk dokukmen tertulis

lainnya seperti arsip-arsip dari objek penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan (Sugiyono, 2014: 334), analisis data kualitatif adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami,

dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Sugiyono (2014: 224)

juga menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, data yang diperoleh dari

berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang

bermacam-macam (triangulasi), data dilakukan secara terus menerus sampai

datanya jenuh. Seperti yang dinyatakan Miles & Huberman (Sugiyono, 2014:

Page 55: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

41

246), juga mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,

sehingga datanya sudah jenuh. Komponen dalam analisis data adalah sebagai

berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang

yang tidak perlu. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul

dari catatan di lapangan.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data yaitu penyusunan sekelompok informasi yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian

data ini dapat berupa uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart

dan sejenisnya. Penyajian data seperti ini berguna untuk memudahkan dalam

memahami data yang telah didapatkan tersebut. Pada tahap ini peneliti

menyajikan data-data yang telah direduksi ke dalam laporan penelitian secara

sistematis.

3. Penarikan Kesimpulan (Data Drawing/ Verification)

Langkah selanjutnya setelah data direduksi dan disajikan dalam bentuk

gambar ataupun uraian adalah penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan ini

bertujuan untuk menjelaskan hubungan-hubungan dari sesuatu yang sedang

Page 56: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

42

diteliti. Di dalam penelitian kualitatif ini akan diungkapkan makna dari data-data

yang telah dikumpulkan selama penelitian berlangsung. Kesimpulan yang

didapatkan dari data yang dikumpulkan selama penelitian ini dapat dibahas pada

bab hasil penelitian dan pembahasan.

G. Keabsahan Data

Langkah terakhir dari penelitian adalah uji keabsahan data. Menurut

Maleong (2012: 320-321), yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa

setiap keadaan harus dapat mendemonstrasikan nilai yang benar, menyediakan

dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan memperbolehkan keputusan luar yang

dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan

keputusan-keputusannya. Di dalam uji keabsahan data, pada penelitian ini peneliti

menggunakan uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian. Uji

kredibilitas data dalam penelitian ini menggunakan dua macam triangulasi, yaitu

triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi dapat diartikan sebagai

teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2014: 330).

1. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber

yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2014: 273). Sebagai contoh,

dalam penelitian peneliti melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Hasil ketiga data ini harus dicek kembali, jika ditemukan perbedaan maka peneliti

Page 57: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

43

harus melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data yang lain untuk

mengambil sebuah kesimpulan.

2. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan mengecek kredibilitas data melalui

beberapa sumber (Sugiyono, 2014: 273). Sebagai contoh, peneliti melakukan

wawancara terhadap guru, murid, dan kepala sekolah. Berdasarkan ketiga sumber

ini, maka peneliti harus menganalisis data tersebut dengan cara mendeskripsikan,

mengkategorikan serta mencari persamaan dan perbedaan pendapat antar

ketiganya. Data tersebut barulah kemudian dibuat kesimpulan.

Page 58: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian

1. Sampel sumber data

Adapun Subjek sebagai sampel sumber data dalam penelitian ini ada tiga

meliputi wali kelas V, kepala sekolah, dan murid kelas V SDN 004 Kalotok. Wali

kelas V yang menjadi subjek utama untuk memperoleh hasil dalam penelitian ini

ada dua yaitu ibu Samsinar, S.Pd. (wali semester I) dan ibu Vika Angriani, S.Pd

(wali Semester II).

Selain itu, Bapak Syaifuddin, S.Pd.I selaku kepala sekolah juga

merupakan subjek yang penting dalam pengumpulan data ini karena sebagai

pemegang otoritas tertinggi dalam lingkup SDN 004 Kalotok yang menjadi

pengambil keputusan dan solusi terkait perilaku bullying yang terjadi di SDN 004

kalotok.

Adapun murid kelas V sebagai sumber data dalam penelitian ini

dimaksudkan untuk mengetahui jenis bullying yang terjadi dan bagaimana proses

bullying dapat terbentuk.

2. Analisis data penelitian

a. Reduksi Data Penelitian (Data Reduction)

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya pada metode penelitian bahwa

reduksi data bertujuan untuk merumuskan inti gagasan dari beberapa sumber data

Page 59: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

45

yang didapat peneliti di lapangan, Peneliti memberikan gambaran melalui table

sebagai berikut:

Gambar 4.1 Alur reduksi data

Langkah-langkah reduksi data dalam penelitian ini adalah pertama,

mereduksi hasil wawancara dari 7 narasumber yang terlampir dalam insturmen

wawancara penelitian dan menfokuskan pada pengambilan kesimpulan yang

merupakan inti dari data yang didapat dari berbagai narasumber tersebut. Kedua,

menarik kesimpulan terkait catatan lapangan yang sumbernya ada dalam lampiran

penelitian.

Setelah melalui proses reduksi data dengan teknik wawancara dan

observasi (catatan lapangan) dengan subjek utama dalam hal ini wali kelas, kepala

sekolah dan murid maka peneliti melakukan penyajian data untuk mendampatkan

hasil atau temuan dalam penelitian ini.

SAMPEL SUMBER DATA

INSTRUMEN PENELITIAN

WAWANCARA CATATAN LAPANGAN

DOKUMENTASI

REDUKSI DATA

HASIL PENELITIAN

(KESIMPULAN)

Page 60: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

46

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Penyajian Data Penelitian

Penyajian data dilakukan bertujuan untuk menjelaskan hubungan-

hubungan dari sesuatu yang sedang diteliti. Di dalam penelitian kualitatif ini akan

diungkapkan makna dari data-data yang telah dikumpulkan selama penelitian

berlangsung.

a. Bullying pada murid kelas V SDN 004 Kalotok Kecamatan Sabbang

Selatan Kabupaten Luwu Utara.

Perkembangan murid pada fase masa akhir anak-anak berkisar antara

umur 11-12 tahun ditandai dengan pembentukan kelompok teman sebaya,

sehingga hal tersebut bisa menjadi pemicu terjadinya kasus bullying. Pada murid

kelas V SDN 004 Kalotok kasus bullying yang sering teramati adalah perilaku

mengejek (Verbal Bullying) dengan memplesetkan nama korban bullying.

Hasil wawancara dengan Syaifuddin, S.Pd.I (SY) yang menjabat sebagai

Kepala Sekolah SDN 004 Kalotok yang dilakukan pada Selasa, 02 Februari 2021

juga sejalan dengan apa yang dikemukakan diatas:

Susah untuk dijelaskan tapi paling yang biasa teramati di sekolah adalah

murid mengejek murid yang lain. Seperti contoh peristiwa bullying yang

terjadi di sekolah ini ada murid perempuan kelas V yang tidak diajak

bermain dan dijauhi oleh murid perempuan teman sekelasnya.

Hal tersebut sesuai dengan data yang peneliti dapat ketika melakukan

wawancara yang dilakukan pada hari Rabu, 10 Februari 2021 dengan Samsinar,

S.Pd. (SR) yang sekaligus menjadi wali kelas V SDN 004 Kalotok, Adapun hasil

wawancara dijabarkan sebagai berikut:

Page 61: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

47

Biasanya peristiwa bullying yamg teramati antar murid di kelas V SDN

004 Kalotok selama saya jadi wali kelas adalah mengejek seperti yang

pernah kamu lihat sebelumnya ada seorang murid yang diejek dengan

memplesetkan nama temannya, kalau secara fisik biasa terjadi tapi sangat

jarang. Saya tidak tahu kalau diluar dari sekolah ini ketika mereka bermain

bersama.

Data yang berkaitan dengan kasus bullying juga peneliti dapatkan ketika

melakukan wawancara pada Senin, 15 Februari 2021 dengan Vika Angriani, S.Pd

(VA) selaku wali kelas V SDN 004 Kalotok pada semester II. Namun yang

menjadi kendala ketika melakukan wawancara dengan narasumber ini ialah beliau

belum terlalu paham tentang perilaku dan karakter murid kelas V SDN 004

Kalotok karena beliau adalah guru baru dan saat penelitian dilakukan beliau

sementara mengikuti Prajabatan pegawai negeri sipil, adapaun hasil wawancara

dijabarkan sebagai berikut:

“Perilaku bullying yang biasa terjadi pada murid yaitu adanya kekurangan

fisik pada murid sehingga bullying biasa terjadi.”

Selain hasil wawancara yang diperoleh peneliti dari wali kelas dan kepala

sekolah, catatan lapangan dari hasil observasi peneliti dan wawancara dengan

murid juga memberikan sumbangsi dalam memperjelas kasus bullying yang

terjadi pada murid kelas V. Dari hasil wawancara dengan 3 narasumber dengan

dari murid kelas V yaitu Muhammad Al-Iqra (MA), Reifan Aditya (RA), Tasya

(Ts) dapat memudahkan untuk merumuskan hasil penelitian. Adapun hasil

wawancara dari beberapa murid tersebut akan peneliti gambarkan dalam bentuk

tabel sebagai berikut:

Page 62: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

48

Gambar 4.2 Penjabaran perilaku murid kelas V

Dari tabel tentang perilaku murid kelas V SDN 004 Kalotok peneliti

mendapatkan beberapa karakter tentang perilaku murid. Pola perilaku murid

menjadi salah satu tolak ukur yang dapat menyebabkan perilaku bullying dapat

terjadi di kelas. perilaku yang nakal dari murid merupakan salah satu faktor yang

menjadikan murid menjadi pelaku bullying dan dalam beberapa kasus korban

bullying biasanya merujuk pada murid yang menurut temannya sabar sehingga

membuat pelaku menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan kekuatan antara pelaku

dan korban.

SISWA

KELAS V

SDN 004

KALOTOK

SISWA DAN SISWI

KELAS V YANG

NAKAL

SISWA DAN SISWI

KELAS V YANG

SABAR

SISWA DAN SISWI

KELAS V DENGAN

TUBUH YANG

KECIL

SISWA DAN SISWI

KELAS V DENGAN

TUBUH YANG

BESAR

Farhan Arjuna Putra (FA), Muhammad

Al-Iqra (MA), Rendi Ismail (RI), Muh.

Fiqram Ismail (MF), Dzalika Mufidha

(DZ), Nur Rafika Indah (NR).

Reifan Aditya (RA), Nur Azitri

Satya (NA), Tasya (Ts), Aini

Arifah (AA).

Farhan Arjuna Putra (FA), Resky

Auwlia (RA).

Fadil (Fa), Siren (Sr), Nur Rafika

Indah (NR).

Page 63: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

49

Hal tersebut berkaitan dengan temuan yang peneliti dapatkan dari hasil

observasi lapangan terkait perilaku bullying seperti apa yang terjadi pada murid

kelas V SDN 004 Kalotok yang akan peneliti paparkan sebagai berikut:

1. Observasi lapangan pada Selasa, 19 Januari 2021.

Proses pembelajaran berjalan seperti biasanya tapi ketika guru masuk ke

dalam rumah, saya memperhatikan Muhammad Al-Iqra (MA) dan Muh. Fiqram

Ismail (MF) sesekali meenggangu Adam (Ad) dan Reifan Aditya (RA) namun

ketika guru sudah masuk dalam proses pembelajaran lagi mereka berhenti

mengganggu dan saya melihat tidak ada murid yang melaporkan perbuatan

tersebut ke guru.

2. Observasi lapangan pada Selasa, 26 Januari 2021.

Pada proses pembelajaran hari ini ibu Samsinar, S.Pd. (SR) selaku wali

kelas V memberi materi pembelajaran tentan “Ekosistem” dan melakukan

pembelajaran di luar ruangan. Guru membagi kelompok berisi 3 orang murid

sehingga kelompok ada 5 dan setelahnya bersama-sama keluar ruangan. Dalam

proses pembelajaran kelompok tersebut yang berlangsung di luar ruangan, saya

kembali mengamati murid atas nama Muhammad Al-Iqra (MA) dan ditemani

Farhan Arjuna Putra (FA) sesekali mendorong Reifan Aditya (RA) dan mengejek

dengan nama panggilan “papan” dan korban terlihat sangat tidak senang dengan

panggilan seperti itu. Hal tersebut di saksikan oleh wali kelas Ibu Samsinar, S.Pd.

(SR) dan mengancam para pelaku tidak akan dimasukkan dalam kelas jika hal

tersebut dilakukan lagi.

3. Observasi lapangan pada Selasa, 16 Februari 2021

Page 64: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

50

Pada proses pembelajaran ini hanya 5 murid dan 5 siswi yang hadir dalam

pembelajaran tatap muka karena pandemic COVID 19. Ibu Samsinar, S.Pd. (SR)

sedang melakukan kegiatan belajar dan sesekali melakukan tanya-jawab dengan

murid. Saat ibu Samsinar, S.Pd. (SR) sedang menanyai Nur Rafika Indah (NR)

namun (NR) tidak mendengarnya ada seorang murid atas nama Rendi Ismail (RI)

memanggil (NR) dengan kata-kata “kau bonjeng dipanggil sama ibu”. Hal

tersebut membuat raut muka (NR) nampak tidak suka.

Dari beberapa data yang peneliti dapatkan melalui wawancara dengan wali

kelas, kepala sekolah dan murid serta catatan lapangan selama penelitian

memperjelas kasus bullying yang terjadi pada murid kelas V SDN 004 Kalotok

yang peneliti jelaskan melalui tabel sebagai berikut.

Gambar 4.3 Perilaku bullying murid kelas V SDN 004 Kalotok

PERILAKU BULLYING

KASUS BULLYING SISWA KELAS V

SDN 004 KALOTOK

BULLYING FISIK VERBAL BULLYING BULLYING

RELASIONAL

MENDORONG,

MENENDANG

DAN MEMUKUL

MENGEJEK DENGAN

MEMBERIKAN NAMA

PANGGILAN

PENGABAIAN DAN

PENGUCILAN DALAM

KELOMPOK

PERTEMANAN

Page 65: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

51

b. Pola terbentuknya bullying pada murid kelas V SDN 004 Kalotok

Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten Luwu Utara.

Terbentuknya bullying pada murid kelas V SDN 004 Kalotok dipengaruhi

oleh perbedaan kekuatan murid, latar belakang status ekonomi keluarga dalam

masyarakat, perbedaan karakter antar murid, dan juga karena telah terbentuknya

kelompok teman sebaya antar murid yang ditandai dengan adanya “jagoan” dalam

kelas yang mempunyai beberapa “bawahan” dalam melakukan tindakan bullying.

Paparan diatas terkait perbedaan status sosial orangtua murid juga

memiliki kesamaan dengan hasil wawancara Syaifuddin, S.Pd.I (SY) selaku

Kepala sekolah SDN 004 Kalotok, sebagai berikut:

“Alasannya bermacam-macam. Salah satunya masalah kecemburuan

sosial.”

Berbeda dengan yang diungkapkan oleh wali kelas Samsinar, S.Pd. (SR)

pada hari Rabu, 10 Februari 2021 lebih fokus kepada perbedaan kekuatan antar

murid dan tentang kelompok teman sebaya yang menjadi penyebab terjadinya

bullying pada murid kelas V SDN 004 Kalotok, seperti yang dijabarkan dibawah

narasumber dibawah ini:

Kalau di kelas V, murid laki-laki penyebabnya karena perbedaan kekuatan

ada murid yang jauh lebih kuat biasa menindas yang paling lemah. Kalau

murid perempuan biasanya karena persoalan pertemanan saja.

Dari kasus bullying yang sempat peneliti amati saat melakukan observasi

lapangan dan juga hasil wawancara dengan murid akan dipaparkan terlebih dahulu

Page 66: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

52

sebelum peneliti jelaskan pola terbentuknya dari pengamatan tersendiri peneliti

diluar catatan lapangan di sekolah, adapun pemaparannya sebagai berikut:

a. Catatan lapangan peneliti pada hari Selasa, 19 Januari 2021: Proses

pembelajaran berjalan seperti biasanya tapi ketika guru masuk ke dalam rumah,

saya memperhatikan Muhammad Al-Iqra (MA) dan Muh. Fiqram Ismail (MF)

sesekali meenggangu Adam (Ad) dan Reifan Aditya (RA) namun ketika guru

sudah masuk dalam proses pembelajaran lagi mereka berhenti mengganggu dan

saya melihat tidak ada murid yang melaporkan perbuatan tersebut ke guru.

b. Catatan lapangan peneliti pada hari Selasa, 26 Januari 2021: Pada proses

pembelajaran hari ini ibu Samsinar, S.Pd. (SR) selaku wali kelas V memberi

materi pembelajaran tentang “Ekosistem” dan melakukan pembelajaran di luar

ruangan. Guru membagi kelompok berisi 3 orang murid sehingga kelompok ada 5

dan setelahnya bersama-sama keluar ruangan. Dalam proses pembelajaran

kelompok tersebut yang berlangsung di luar ruangan, saya kembali mengamati

murid atas nama Muhammad Al-Iqra (MA) dan ditemani Farhan Arjuna Putra

(FA) sesekali mendorong Reifan Aditya (RA) dan mengejek dengan nama

panggilan “papan” dan korban terlihat sangat tidak senang dengan panggilan

seperti itu. Hal tersebut di saksikan oleh wali kelas Ibu Samsinar, S.Pd. (SR) dan

mengancam para pelaku tidak akan dimasukkan dalam kelas jika hal tersebut

dilakukan lagi.

c. Catatan lapangan peneliti pada hari Selasa, 10 Februari 2021: Saat ibu

Samsinar, S.Pd. (SR) sedang menanyai Nur Rafika Indah (NR) namun (NR) tidak

mendengarnya ada seorang murid atas nama Rendi Ismail (RI) memanggil (NR)

Page 67: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

53

dengan kata-kata “kau bonjeng dipanggil sama ibu”. Hal tersebut membuat raut

muka (NR) nampak tidak suka.

Dalam setiap kasus bullying yang terjadi terdapat peran antara pelaku dan

korban, hal seperti itu juga ditemukan pada murid kelas V SDN 004 Kalotok yang

dijelaskan peneliti melalui tabel yang disimpulkan dari data hasil instumen

penelitian sebagai berikut:

Gambar 4.4 Peranan dalam bullying murid kelas V SDN 004 Kalotok

Dengan memberikan gambaran tentang peranan bullying dalam bentuk

tabel seperti diatas bisa memudahkan kita untuk mengetahui latar belakang

terbentuknya perilaku bullying pada murid kelas V SDN 004 Kalotok. Yang

peneliti jabarkan seperti dibawah ini.

PERANAN DALAM

BULLYING

SISWA KELAS V SDN

004 KALOTOK

PELAKU KORBAN

Muhammad Al-Iqra (MA)

Muh. Fiqram Ismail (MF)

Farhan Arjuna Putra (FA)

Rendi Ismail (RI)

Dzalika Mufidha (DM)

Adam (Ad)

Reifan Aditya (RA)

Nur Rafika Indah (NR)

Page 68: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

54

Dalam suatu observasi lapangan pada tanggal Selasa, 19 Januari 2021,

saya memperhatikan Muhammad Al-Iqra (MA) dan Muh. Fiqram Ismail (MF)

sesekali mengganggu Adam (Ad) dan Reifan Aditya (RA) namun ketika guru

sudah masuk dalam proses pembelajaran lagi mereka berhenti mengganggu dan

saya melihat tidak ada murid yang melaporkan perbuatan tersebut ke guru.

Dari hasil observasi tersebut peneliti ingin melihat latar belakang status

sosial orangtua murid yang menjadi korban dan pelaku bullying. Muhammad Al-

Iqra (MA) dan Muh. Fiqram Ismail (MF) yang menjadi pelaku dalam kasus

bullying fisik terhadap Adam (Ad) dan Reifan Aditya (RA). \

Muhammad Al-Iqra (MA) merupakan anak dari seorang guru SMP yang

dikalangan masyarakat mempunyai status sosial diatas rata-rata sehingga untuk

pemenuhan kebutuhan gaya hidup bisa dibilang terpenuhi dan juga diantara murid

laki-laki di dalam kelasnya dia memiliki kekuatan yang jauh lebih besar dibanding

yang lainnya dan mendapat julukan “bos”. Sehingga beberapa murid salah satu

diantaranya Muh. Fiqram Ismail (MF) menjadi “anggota” dan selalu ada bahkan

ikut terlibat ketika Muhammad Al-Iqra (MA) melakukan tindakan bullying.

Hal tersebut diperjelas dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan

dengan Muhammad Al-Iqra (MA) pada Senin 15 Februari 2021 ketika

menanyakan tentang siapa yang paling nakal dalam kelas dan siapa yang pernah

dia pukul, hasil wawancaranya sebagai berikut:

“Kalau murid yang paling nakal itu saya sendiri dan Farhan Arjuna Putra

(FA), Saya pernah memukul Reifan Aditya (RA).”

Muh. Fiqram Ismail (MF) seorang murid kelas V dari keluarga yang

mempunyai ekonomi dibawah rata-rata yang membuat dirinya biasa tidak

Page 69: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

55

diperhatikan dalam keluarga atau mendapat pengabaian dari orangtuanya tentang

di lingkungan mana dia bermain setelah sepulang sekolah seperti yang peneliti

lihat ketika Muh. Fiqram Ismail (MF) sering terlihat bermain bersama

Muhammad Al-Iqra (MA) yang kita ketahui merupakan anak yang nakal dan juga

dari status sosial yang berada yang membuat Muh. Fiqram Ismail (MF) lebih tepat

disebut “anggota” karena sering disuruh menuruti perintah dari Muhammad Al-

Iqra (MA).

Berbeda dengan Muhammad Al-Iqra (MA), Adam (Ad) dan Reifan Aditya

(RA) selaku korban merupakan murid yang masih memiliki hubungan

kekeluargaan bahkan mempunyai rumah yang saling berseblahan. Pada kasus ini

saya lebih berfokus pada Reifan Aditya (RA) dengan alasan bahwa dialah yang

sering mendapat perlakuan bullying baik berupa fisik maupun verbal bullying

seperi memplesetkan nama menjadi “papan” yang sering peneliti dengar dari

teman kelasnya yang laki-laki dan nampaknya dia tidak suka dengan suka dari

Muhammad Al-Iqra (MA) beserta “anggota” nya. Status ekonomi keluarga Reifan

Aditya (RA) bisa dibilang dibawah rata-rata yang memaksa ayah dari murid ini

harus merantau untuk mencukupi kehidupan keluarganya. Dari hal itulah Reifan

Aditya (RA) menjadi pribadi yang pendiam dan sabar. Hal lain yang menjadi

faktor penyebab Reifan Aditya (RA) sering menjadi korban bullying selain

pendiam karena dia terlihat lebih lemah dari murid yang lainnya sehingga menjadi

sasaran utama bagi murid yang memiliki kekuatan yang lebih besar.

Kasus lain dalam peristiwa bullying pada murid kelas V SDN 004 Kalotok

terjadi pada siswi perempuan adalah relasional bullying. Hal tersebut terjadi

Page 70: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

56

karena kelompok teman sebaya antar perempuan juga telah terbentuk pada fase ini

dan juga posisi rumah antar murid perempuan menentukan pembentukan

kelompok teman sebaya. Seperti yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara

dengan murid Reifan Aditya (RA) pada Rabu 17 Februari 2021 sebagai berikut:

“Pernah saya melihat beberapa teman perempuan dikelas saya saling

mengabaikan. Biasanya antara Nur Rafika Indah dan temannya dengan

Dzalika Mufidha (DM) dan temannya.”

Bullying relasional adalah salah satu bentuk bullying dengan upaya

melakukan pengucilan atau pengabaian korban dari lingkar pertemenannya. Pada

murid kelas V SDN 004 Kalotok relasional bullying terjadi antar siswi perempuan

seperti yang sudah dijelaskan diatas. Untuk lebih memperjelas tentang faktor yang

mempengaruhi peristiwa bullying pada murid kelas V SDN 004 Kalotok, peneliti

membuat tabel seperti berikut:

Gambar 4.5 Pola terbentuknya bullying pada murid kelas V SDN 004 Kalotok

POLA

TERBENTUKNYA

BULLYING SISWA

KELAS V SDN 004

KALOTOK

STATUS SOSIAL DAN EKONOMI

ORANG TUA SISWA DALAM

MASYARAKAT

KARAKTER INDIVIDU ANTAR SISWA

UKURAN BADAN DAN PERBEDAAN

KEKUATAN ANTAR SISWA

PEMBENTUKAN LINGKAR

PERTEMENAN BERDASARKAN

KEDEKATAN RUMAH YANG

MENYEBABKAN TERJADINYA

RELASIONAL BULLYING ANTAR SISWI

PEREMPUAN

Page 71: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

57

c. Peranan guru kelas mengatasi perilaku bullying pada murid kelas V SDN

004 Kalotok Kecamatan Sabbang Selatan Kabupaten Luwu Utara.

Institusi sekolah merupakan wadah bagi peserta didik untuk

mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang sangat

menunjang dalam kehidupan setelah proses pendidikan selesai ditempuh. Sekolah

dasar adalah salah satu jenjang dalam pendidikan formal yang diharapkan dapat

membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuannya. Peranan guru

dan kepala sekolah sangat diperlukan dalam perumusan kegiatan belajar dan

metode pembelajaran dalam pembentukan karakter murid pada lingkup sekolah.

Salah satu hal yang menjadi permasalahan yang dihadapi pihak sekolah

dalam membentuk karakter murid adalah perilaku bullying sehingga sangat

diperlukan peranan guru kelas dan inisiatif dari kepala sekolah untuk mengurangi

bahkan mengatasi perilaku bullying tersebut. Dampak bullying pada korban

menjadi hal serius untuk diselesaikan karena menyangkut keberlangsungan hidup

peserta didik di masa depan. Peserta didik yang menjadi korban bullying biasanya

akan kehilangan kepercayaan diri, masalah psikologis bahkan yang lebih parah

putus sekolah.

Komitmen kepala sekolah dan sinergitas guru kelas memiliki peran yang

besar dalam mengatasi perilaku bullying tak terkecuali juga di SDN 004 Kalotok.

Tentunya sebagai kepala sekolah sudah menjadi kewajiban untuk bisa mengatasi

permasalahan yang timbul disekolah. Dalam penelitian ini melalui wawancara

dengan Syaifuddin, S.Pd.I (SY) selaku Kepala Sekolah SDN 004 Kalotok pada

Page 72: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

58

Selasa, 02 Februari 2021 mempunyai cara tersendiri dalam menganani kasus

bullying seperti yang diuraikan dibawah ini:

Jika hal itu terjadi biasanya kami pihak sekolah memanggil pelaku dan

korban ke kantor untuk diberikan bimbingan dan arahan. Contohnya yang

menjadi pelaku diberi nasehat supaya tidak mengulangi hal-hal seperti itu

lagi dan korban juga diberi bimbingan/diarahkan supaya tidak terlalu

cengeng karena terkadang teman-temannya hanya bermain-main atau

sekedar iseng.

Dan juga besar harapan kepala Sekolah SDN 004 Kalotok terhadap

penanganan bullying disekolah pada saat wawancara dengan peneliti sebagai

berikut:

Diharapkan kedepannya tidak ada lagi murid yang melakukan perilaku

bullying karena ini menyangkut tentang karakter murid dan penanaman

karakter juga harus dilakukan guru-guru di dalam kelas agar tidak ada lagi

murid yang melakukan perilaku Bullying.

Selain menjadi tanggung jawab Kepala sekolah terkait kasus bullying

tentunya guru kelas juga mempunyai peranan penting karena guru kelasnya yang

lebih tahu tentang karakteristik setiap murid dan perkembangannya. Hal serupa

juga peneliti tanyakan pada sesi wawancara dengan Samsinar, S.Pd. (SR) selaku

guru kelas V SDN 004 Kalotok pada Rabu 10 Februari 2021 yang peneliti

uraikan sebagai berikut:

a. Peran guru kelas sebagai pembimbing: Peran guru kelas sebagai penasehat pada

murid kelas V SDN 004 Kalotok dapat diamati ketika terjadi kasus bullying

terjadi seperti pemberian nasehat kepada murid yang menjadi pelaku bahwa

perbuatan memukul (bullying fisik) dan mengejek (verbal bullying) adalah suatu

sikap yang sangat tidak manusiawi sehingga pelaku harus berpikir kembali jika

melakukan hal tersebut bagaimana jika pelaku berada pada posisi korban.

Page 73: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

59

b. Peran guru sebagai teladan: Dalam proses pembelajaran yang bersifat tematik

guru kelas V SDN 004 Kalotok biasanya menyisipkan mata pelajaran PKN

tentang bagaimana sikap dan perilaku yang baik dan saling menghormati. Adapun

dalam menutup pelajaran guru kelas biasanya guru kelas memberikan ceramah

untuk saling menghargai antar teman sebaya dan juga murid diajarkan jika

melihat bullying agar melaporkan kepada orang yang lenih dewasa atau dalam hal

ini adalah guru dan pihak sekolah.

c. Peran guru sebagai Fasilitator: Menjadi fasilitator antar pelaku dan korban

bullying menjadi tanggung jawab guru kelas murid kelas V, sehingga

menyelasaikan kasus bullying pada murid kelas V adalah tanggung jawab guru

kelas dengan berbagai metode yang digunakan. Namun untuk kasus bullying yang

lebih serius yang membuat murid ingin pindah sekolah adalah tanggung jawab

kepala sekolah.

C. Hambatan Dalam Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada masa Pandemi COVID 19 sehingga pada

saat penelitian ini dilakukan hambatan yang paling berat penulis alami adalah

pengumpulan catatan lapangan karena pihak sekolah membagi murid dalam kelas

menjadi beberapa kelompok belajar yang menyebabkan kasus bullying tidak

teramati secara menyeluruh berbeda dengan ketika semua murid dalam kelas

bergabung.

Selain daripada itu ketidakterbukaan informasi saat wawancara dengan

pihak murid juga menjadi hambatan tersendiri yang peneliti alami sehingga hanya

memilih murid yang memang ingin memberikan informasi.

Page 74: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

60

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam proses serta hasil dan pembahasan dalam penelitian, peneliti

mempunyai kesimpulan sebagai berikut:

1. Bullying di kelas adalah suatu perbuatan/perilaku yang dilakukan murid dengan

tujuan menyakiti baik secara fisik maupun mental dengan berbagai cara seperti

fisik, verbal, maupun pengucilan teman sebaya. Adapun jenis perilaku bullying

murid kelas v SDN 004 Kalotok adalah bullying fisik seperti menendang dan

memukul, bullying verbal seperti memplesetkan nama atau memberi nama

panggilan untuk korban, bullying relasional seperti pengucilan bahkan

pengabaian teman dalam lingkar pertemanan sebaya di dalam kelas.

2. Pola terbentuknya bullying murid kelas v SDN 004 Kalotok yaitu pertama,

status sosial dan ekonomi orangtua murid dalam masyarakat Kedua, karakter

yang berbeda antar murid yang juga mempunyai hubungan dengan status sosial

dan ekonomi orangtua. Ketiga, ukuran badan dan perbedaan kekuatan antar

murid. Keempat, pembentukan lingkar pertemanan antar murid berdasarkan

kedekatan rumah dengan murid yang lain.

3. Pihak sekolah yang sangat berperan untuk mengatasi kasus bullying dalam hal

ini Kepala sekolah dan guru kelas karena lebih memahami karakteristik peserta

didik dalam kelas. Syaifuddin, S.Pd.I (SY) selaku Kepala sekolah SDN 004

Kalotok mempunyai cara dalam mengatasi peristiwa bullying antar murid dengan

Page 75: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

61

memanggil pelaku dan korban ke kantor untuk diberikan bimbingan dan arahan.

Adapun peran Samsinar, S.Pd. (SR) Pertama, peran guru kelas sebagai penasehat

pada murid kelas V SDN 004 Kalotok dapat diamati ketika terjadi kasus bullying

terjadi seperti pemberian nasehat kepada murid yang menjadi pelaku. Kedua,

peran sebagai teladan biasanya menutup pembelajaran dengan memberikan

ceramah untuk saling menghargai sesama teman sebaya. Dalam hal sikap selalu

saya ajarkan kalau melihat perbuatan yang salah jangan takut untuk melaporkan

kepada orang yang lebih dewasa. Ketiga, peran sebagai fasilitator adalah menjadi

fasilitator antar pelaku dan korban bullying menjadi tanggung jawab guru kelas

murid kelas V, sehingga menyelasaikan kasus bullying pada murid kelas V adalah

tanggung jawab guru kelas dengan berbagai metode yang digunakan. Namun

untuk kasus bullying yang lebih serius yang membuat murid ingin pindah sekolah

adalah tanggung jawab kepala sekolah.

B. Saran

Dari kesimpulan yang sudah dipaparkan, adapun saran yang bisa peneliti

sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Pada saat melakukan penelitian, hal yang peneliti amati bahwa tidak adanya

guru BK di SDN 004 Kalotok sehingga dirasa perlu bagi pihak sekolah untuk

mengupayakan seorang ahli dalam hal bimbingan dan konseling di sekolah

tersebut.

2. Sesuai dengan anjuran kepala sekolah SDN 004 Kalotok kepada guru kelas

untuk lebih memahami setiap karakteristik peserta didiknya sehingga diharapkan

Page 76: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

62

bagi pihak guru agar meningkatkan kualitas diri terkait pemahaman terkait

bullying dengan membaca buku-buku terkait bullying dan cara mengatasinya.

Page 77: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. (2007). Metode Penelitian. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Andri Priyatna. (2010). Let’s and Bullying: Memahami, Mencegah dan Mengatasi

Bullying. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Arya, L. (2018). Melawan Bullying: Menggagas Kurikulum Anti Bullying di

Sekolah. Jakarta: Sepilar.

Coloroso, B. (2007). Stop Bullying; Memutus Rantai Kekerasan Anak dari

Prasekolahan hingga SMU. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.

Darmalina, Bibit. (2014). Perilaku School Bullying di SDN Grindang,

Hargomulyo, Kokap, Kulon Progo, Yogyakarta. Skripsi tidak diterbitkan.

Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Harjianti, Fajarina. (2017). Peran Guru Kelas dalam Menangani Perilaku

bullying pada Murid Kelas IA di SDIT Luqman Al Hakim Internasional.

Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Hurlock, E. (2013). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Izzaty, R. E., et al. (2013). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: UNY Press.

Jahja, Yudrik, (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.

JPNN.COM (2019). Sepanjang 2019, 153 Anak jadi Korban Fisik dan Bullying.

Diakses dari https://www.jpnn.com/news/sepanjang-2019-153-anak-jadi-

korban-fisik-dan-Bullying/ pada 23 Agustus 2020, jam 13.29 WITA.

KPAI. (2014). Kasus Bullying dan Pendidikan Karakter. Diakses dari

http://www.kpai.go.id/berita/kpai-kasus-Bullying-dan-pendidikan-karakter/

pada 24 Agustus 2020, jam 20.45 WITA.

Mulyasa, E. (2013). Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran

Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Rosda.

Moleong, L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Page 78: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

Permendikbud RI nomor 82 tahun 2015 tentang pencegahan dan penanggulangan

tindak kekerasan di lingkungan satuan pendidikan.Mendikbud. (2015).

Santrock. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Sucipto, (2012). Bullying dan Upaya meminimalisasikannya.

Psikopedagogia,2012 1(1): 3-4.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

PT Alfabet.

Sukmadinata, N. S. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Tim Penyusun FKIP Unismuh Makassar (2014). Pedoman Penulisan Skripsi.

Makassar. Panrita Press.

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pedidikan Nasional.

Depdikbud. (2003).

Yusuf, S. (2014). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung. PT

Remaja Rosdakarya.

Page 79: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

LAMPIRAN

Page 80: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

No. Kegiatan Bulan 2020 Bulan 2021

8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7

1. Tahap Persiapan Penelitian

a. Penyusunan dan Pengajuan Judul

b. Bimbingan Proposal

c. Seminar Proposal

d. Revisi Proposal

e. Pengurusan Izin Penelitian

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Pengumpulan Data

- Observasi Lapangan

- Wawancara

- Dokumentasi

b. Analisis Data

Jadwal Penelitian

Page 81: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

PROFIL SDN 004 KALOTOK

a. Identitas Sekolah

- Nama Sekolah : UPT SD NEGERI 004 KALOTOK

- NPSN : 40307017

- Jenjang Pendidikan : SD

- Alamat Sekolah :

Kelurahan : Desa Kalotok

Kecamatan : Sabbang Selatan

Kabupaten : Luwu Utara

Provinsi : Sulawesi Selatan

Posisi : Lintang -2.715/ Bujur 120.1763

b. Data Pelengkap

- SK pendiriran sekolah : 188.4.45/125/I/2018

- Tanggal SK pendirian : 2018-02-01

- Status Kepemilikan : Pemerintah

- SK izin operasional : 188.4.45/125/I/2018

- Tgl SK izin operasional : 2018-02-01

c. Kontak Sekolah

- Nomor telepon : 081355450426

- Fax : -

Page 82: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

- Email : [email protected]

- Website : http://sdn004kalotok_gmail.com

2. Daftar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Tabel 2.1 Daftar PTK SDN 004 Kalotok

No. Nama Jabatan

1. Syaifuddin, S.Pd.I Kepala Sekolah

2. Andi Ani Wahyuniati Agub Guru Kelas

3. Ayu Purnama Sari, S.Pd. Guru Kelas

4. Hayyul, S.Pd. Guru Mata Pelajaran

5. Ira, S.Pd. Guru Kelas

6. Jumadir Tenaga Administrasi Sekolah

7. Muhajir Guru Mata Pelajaran

8. Nurjannah, S.Pd. Guru Kelas

9. Nurseha, S.Ag. Guru Mata Pelajaran

10. Samsinar, S.Pd. Guru Kelas

11. Sapri Tenaga Perpustakaan

12. Sinta, S.Pd. Guru Mata Pelajaran

13. Syamsuriani Nur Wa Ode, S.Pd. Guru Kelas

14. Wahida, S.Pd. Guru Kelas

15. Yaomil Indah Pratiwi, S.Pd. Tenaga Administrasi Sekolah

16. Vika Angriani, S.Pd Guru Kelas

Sumber: profil-UPT SD NEGERI 004 KALOTOK-2021-01-26 16_27_24

Page 83: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

3. Rombongan Belajar

Tabel 2.2 Rombongan Belajar SDN 004 Kalotok

No. Nama Rombel Jumlah Murid

Wali Kelas

L P Total

1. Kelas 1 7 7 14 Wahida, S.Pd.

2. Kelas 2 7 10 17 Nurjannah, S.Pd.

3. Kelas 3 8 7 15 Syamsuriani Nur Wa Ode, S.Pd.

4. Kelas 4 3 4 7 Ira, S.Pd.

5. Kelas 5 8 14 22 Samsinar, S.Pd. (wali semester I)

Vika Angriani, S.Pd (wali

Semester II)

6., Kelas 6 15 9 24 Ayu Purnama Sari, S.Pd.

Sumber: profil-UPT SD NEGERI 004 KALOTOK-2021-01-26 16_27_24

4. Data Murid Kelas V

Tabel 2.3 Data Murid Kelas V SDN 004 Kalotok

Murid Kelas V

No. Laki-Laki Perempuan

1. Adam Aini

2. Fadil Aini Arifah

3. Farhan Arjuna Putra Aqila Habdi

4. Muh. Fiqram Ismail Askia Zahira

5. Muhammad Al-Iqra Dzalika Mufidha

6. Rendi Ismail Hasriani

Page 84: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

7. Reifan Aditya Naura Risqia Effendi

8. Nur Azitri Satya Nur Rafika Indah

9. Resky Auwlia

10. Salsabila Nazihah

11. Siren

12. Sisi Hashifa

13. Tasya

14. Safa

15.

Sumber: profil-UPT SD NEGERI 004 KALOTOK-2021-01-26 16_27_24

Page 85: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

No Fokus

Penelitian

Jenis Data Sumber

Data

Teknik Keabsahan

Data

1. Bagaimana

bentuk

perilaku

Bullying

pada murid

kelas V di

SDN 004

Kalotok

Penelitian ini

bersifat kualitatif

deskriptif untuk

mendeskripsikan

hasil penelitian

tentang peran

guru kelas dalam

mengatasi

perilaku Bullying

pada murid kelas

V di SDN 004

Kalotok

- Guru

kelas V

- Murid

Kelas V

Observasi dan

Wawancara

Observasi dan

Wawancara

Pengamatan

dan

triangulasi

sumber yang

digunakan

untuk

mendeskripsi

kan bentuk

perilaku

Bullying pada

murid kelas

V

2. Mengapa

perilaku

Bullying

dapat

terjadi pada

murid kelas

V di SDN

004

Kalotok

Penelitian ini

bersifat kualitatif

deskriptif untuk

mendeskripsikan

hasil penelitian

tentang peran

guru kelas dalam

mengatasi

perilaku Bullying

pada murid kelas

V di SDN 004

Kalotok

- Guru

kelas V

- Murid

Kelas V

Observasi dan

Wawancara

Observasi dan

Wawancara

Pengamatan

dan diskusi

yang

digunakan

untuk

mendeskripsi

kan bentuk

perilaku

Bullying pada

murid kelas

V

3.

Bagaimana

peran guru

kelas dalam

mengatasi

perilaku

Bullying

pada murid

kelas V di

SDN 004

Kalotok

Penelitian ini

bersifat kualitatif

deskriptif untuk

mendeskripsikan

hasil penelitian

tentang peran

guru kelas dalam

mengatasi

perilaku Bullying

pada murid kelas

V

- Guru

kelas V

- Murid

Kelas V

Observasi dan

Wawancara

Observasi dan

Wawancara

Triangulasi

sumber yang

digunakan

untuk

meneliti

peran guru

mengatasi

perilaku

Bullying

Metode Penelitian

Page 86: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

CATATAN LAPANGAN

Jenis Kegiatan : Observasi Tahap Pertama

Hari/Tanggal : Selasa, 19 Januari 2021

Jam Pelaksanaan : 09.45 – 11.30

Hal pertama yang akan saya sampaikan dalam catatan lapangan tahap

pertama ini bahwa penelitian ini berlangsung pada masa Pandemi COVID 19

sehingga ketika pertama kali datang ke sekolah lokasi penelitian dan berbincang-

bincang dengan Bapak Syaifuddin, S.Pd.I (SY) selaku Kepala Sekolah peneliti

mendapat informasi tentang proses pembelajaran yang di lakukan di sekolah

secara bergantian perkelas selama satu minggu sehingga kelas V mendapat bagian

pembelajaran hari Rabu dan selebihnya di lakukan pembelajaran secara Daring

(Dalam jaringan).

Pada hari ini saya hanya menyaksikan hanya ada 2 guru yang hadir

ditemani kepala sekolah dan murid kelas 3 karena hari ini bagian murid kelas III

yang mendapat proses pembelajaran secara tatap muka.

Adapun hal saya lakukan pada hari pertama di lokasi penelitian adalah

menyerahkan salinan surat izin penelitian kepada pihak sekolah agar diketahui

bahwa saya akan melakukan penelitian di sekolah ini selama 2 bulan kedepan.

Sembari memberi tahu bahwa hal ingin saya teliti terkait peranan guru kelas

dalam menangani perilaku Bullying di kelas V dan pihak sekolah juga

memberikan respon yang positif terkait penelitian yang akan saya lakukan dan

mengatakan bahwa besok adalah bagian kelas V melakukan pembelajaran tatap

muka.

Page 87: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

CATATAN LAPANGAN

Jenis Kegiatan : Observasi Pembelajaran tatap muka di rumah guru

Hari/Tanggal : Selasa, 19 Januari 2021

Jam Pelaksanaan : 08.00 – 10.30

Hari ini pembelajaran tidak jadi dilakukan di sekolah seperti yang

diharapkan kepala sekolah tetapi dilakukan dirumah ibu Samsinar, S.Pd. (SR)

selaku wali kelas V dan hanya dibatasi untuk beberapa murid saja dan itu akan

dilakukan bergantian dengan murid yang belum hadir.

Proses pembelajaran berjalan seperti biasanya tapi ketika guru masuk ke

dalam rumah, saya memperhatikan Muhammad Al-Iqra (MA) dan Muh. Fiqram

Ismail (MF) sesekali meenggangu Adam (Ad) dan Reifan Aditya (RA) namun

ketika guru sudah masuk dalam proses pembelajaran lagi mereka berhenti

mengganggu dan saya melihat tidak ada murid yang melaporkan perbuatan

tersebut ke guru.

Waktu memasuki jam 10.30 WITA yang tandanya pertemuan tatap muka

telah berakhir dan murid yang laki-laki yang berjumlah 8 orang masing-masing

pulang kerumah. Di sini saya memperhatikan suatu pembentukan kelompok

teman sebaya di antara murid laki-laki namun saya sebagai peneliti belum terlalu

yakin akan persepsi yang saya kemukakan sehingga harus melakukan pengamatan

yang lebih mendalam pada proses pembelajaran selanjutnya.

Page 88: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

CATATAN LAPANGAN

Jenis Kegiatan : Observasi pembelajaran di luar ruangan

Hari/Tanggal : Selasa, 26 Januari 2021

Jam Pelaksanaan : 08.00 – 10.30

Seperti biasanya pembelajaran di masa Pandemi COVID 19 dilakukan

dengan jumlah murid yang dibatasi dalam pertemuan tatap muka dan dilakukan

bergiliran antar kelas dan antar murid. Pada hari ini pembelajaran berlangsung di

sekolah dan di ikuti oleh 15 orang murid kelas V SDN 004 Kalotok.

Pada proses pembelajaran hari ini ibu Samsinar, S.Pd. (SR) selaku wali

kelas V memberi materi pembelajaran tentan “Ekosistem” dan melakukan

pembelajaran di luar ruangan. Guru membagi kelompok berisi 3 orang murid

sehingga kelompok ada 5 dan setelahnya bersama-sama keluar ruangan. Dalam

proses pembelajaran kelompok tersebut yang berlangsung di luar ruangan, saya

kembali mengamati murid atas nama Muhammad Al-Iqra (MA) dan ditemani

Farhan Arjuna Putra (FA) sesekali mendorong Reifan Aditya (RA) dan mengejek

dengan nama panggilan “papan” dan korban terlihat sangat tidak senang dengan

panggilan seperti itu. Hal tersebut di saksikan oleh wali kelas Ibu Samsinar, S.Pd.

(SR) dan mengancam para pelaku tidak akan dimasukkan dalam kelas jika hal

tersebut dilakukan lagi.

Setelah mengamati hal tersebut saya dapat menyimpulkan bahwa memang

telah terbentuk kelompok dalam teman sebaya pada murid kelas V SDN 004

Kalotok dan diantaranya telah terdapat pelaku dan korban Bullying. Namun hal

tersebut akan saya paparkan nantinya di analisis data penelitian.

Page 89: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

CATATAN LAPANGAN

Jenis Kegiatan : Observasi pembelajaran di dalam kelas

Hari/Tanggal : Selasa, 02 Februari 2021

Jam Pelaksanaan : 08.00 – 10.30

Pada proses pembelajaran ini hanya beberapa yang hadir dalam

pembelajaran tatap muka karena pandemic COVID 19, saya sebagai peniliti tidak

melihat kasus Bullying terjadi dalam kelas sehingga saya melakukan wawancara

dengan Kepala Sekolah SDN 004 Kalotok.

Page 90: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

CATATAN LAPANGAN

Jenis Kegiatan : Observasi pembelajaran di dalam kelas

Hari/Tanggal : Selasa, 16 Februari 2021

Jam Pelaksanaan : 08.00 – 10.30

Pada proses pembelajaran ini hanya 5 murid dan 5 siswi yang hadir dalam

pembelajaran tatap muka karena pandemic COVID 19. Ibu Samsinar, S.Pd. (SR)

sedang melakukan kegiatan belajar dan sesekali melakukan tanya-jawab dengan

murid.

Saat ibu Samsinar, S.Pd. (SR) sedang menanyai Nur Rafika Indah (NR)

namun (NR) tidak mendengarnya ada seorang murid atas nama Rendi Ismail (RI)

memanggil (NR) dengan kata-kata “kau bonjeng dipanggil sama ibu”. Hal

tersebut membuat raut muka (NR) nampak tidak suka. Hal yang peneliti juga

dapatkan selama proses pembelajaran seperti adanya relasi Bullying yang terjadi

dan akan saya paparkan secara rinci nantinya pada analisis data penelitian.

Page 91: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

INSTRUMEN WAWANCARA KEPALA SEKOLAH

Informan : Syaifuddin, S.Pd.I (SY)

Hari/Tanggal : Selasa, 02 Februari 2021

Waktu : 09.15 - selesai

Tempat : Ruang Kantor SDN 004 Kalotok

No. Aspek Pertanyaan Jawaban

1. Pemahaman

bullying di sekolah

1. Apa yang anda ketahui tentang

Bullying?

1. Bullying itu semacam perbuatan mengejek atau

menganiaya teman/murid lain.

2. Penyebab

terjadinya Bullying

1. Perilaku bullying seperti apa yang

pernah teramati di sekolah?

2. Apa penyebab perilaku tersebut?

1. Susah untuk dijelaskan tapi paling yang biasa teramati di

sekolah adalah murid mengejek murid yang lain. Seperti

contoh peristiwa Bullying yang terjadi di sekolah ini ada

murid perempuan kelas V yang tidak diajak bermain dan

dijauhi oleh murid perempuan teman sekelasnya.

2. Alasannya bermacam-macam. Salah satunya masalah

kecemburuan sosial.

Page 92: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

3. Penanganan

Bullying

1. Bagaimana penanganan perilaku

Bullying di sekolah selama ini?

2. Apakah pernah terjadi suatu peristiwa

Bullying yang memungkinkan orangtua

murid harus dipanggil ke sekolah?

3. Bagaimana cara anda menfasilitasi

antara pelaku dan korban Bullying?

4. Apakah tindakan tersebut efektif?

5. Apa harapan anda kedepannya terhadap

pengananan Bullying?

1. Jika hal itu terjadi biasanya kami pihak sekolah

memanggil pelaku dan korban ke kantor untuk diberikan

bimbingan dan arahan. Contohnya yang menjadi pelaku

diberi nasehat supaya tidak mengulangi hal-hal seperti itu

lagi dan korban juga diberi bimbingan/diarahkan supaya

tidak terlalu cengeng karena terkadang teman-temannya

hanya bermain-main atau sekedar iseng.

2. Hal seperti itu tidak kami lakukan. Tapi pernah kejadian

orangtua murid yang dating sendiri ke sekolah untuk

mengadu karena anaknya di bullying

3. Yang kami lakukan adalah memanggil korban dan pelaku

untuk diarahkan dan dibimbing.

4. Setelah hal tesebut kami lakukan terhadap contoh kasus

tadi hari-hari berikutnya tidak ada lagi hal terulang seperti

itu.

5. Diharapkan kedepannya tidak ada lagi murid yang

melakukan perilaku bullying karena ini menyangkut tentang

karakter murid dan penanaman karakter juga harus dilakukan

guru-guru di dalam kelas agar tidak ada lagi murid yang

Page 93: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

melakukan perilaku Bullying

Page 94: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

INSTRUMEN WAWANCARA GURU

Informan : Samsinar, S.Pd. (SR) (Wali kelas semester 1)

Hari/Tanggal : Rabu, 10 Februari 2021

Waktu : 10.25 - selesai

Tempat : Ruang Guru

No. Aspek Pertanyaan Jawaban

1. Pemahaman

bullying di sekolah

1. Apa yang anda ketahui tentang Bullying? 1. Bullying itu perilaku menyakiti teman sekelas

baik itu secara fisik atau mengeluarkan perkataan

yang membuat teman merasa disakiti seperi

memanggil dengan nama ejekan.

2. Penyebab

terjadinya Bullying

1. Perilaku bullying seperti apa yang terjadi antar

murid kelas V yang pernah anda amati?

2. Apa penyebab terjadinya Bullying di sekolah?

1. Biasanya peristiwa bullying yamg teramati antar

murid di kelas V SDN 004 Kalotok selama saya

jadi wali kelas adalah mengejek seperti yang pernah

kamu lihat sebelumnya ada seorang murid yang

diejek dengan memplesetkan nama temannya, kalau

secara fisik biasa terjadi tapi sangat jarang. Saya

tidak tahu kalau diluar dari sekolah ini ketika

Page 95: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

mereka bermain bersama.

2. kalau di kelas V, murid laki-laki penyebabnya

karena perbedaan kekuatan ada murid yang jauh

lebih kuat biasa menindas yang paling lemah.

Kalau murid perempuan biasanya karena persoalan

pertemanan saja.

3.

Peran guru dalam

Penanganan

Bullying

Guru sebagai penasehat

1. Bagaimana cara anda dalam memberikan

nasehat kepada pelaku dan korban?

2. Apa dampak dari pemberian nasehat terhadap

pelaku dan korban?

1. Jika perilaku bullying saya liat sendiri, biasanya

saya langsung memanggilnya antara pelaku dan

korban. Biasanya saya mengatakan kalau mau

nakal coba cubit dulu dirimu kalau tidak sakit yah

nakal saja tapi kalau sakit yah jangan lakukan pada

temanmu karena itu sakit dan berarti itu perbuatan

salah.

2. Dampaknya itu secara bertahap, kalau

Bullyingnya seperti memukul besoknya tidak terjadi

lagi tapi kalau mengejek biasa butuh waktu lama

untuk bisa berhenti.

Page 96: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

Guru sebagai teladan

1. Sebagai seorang teladan bagi murid,

bagaimana cara anda agar murid dapat saling

menghargai?

2. Apakah ada suatu metode pembelajaran yang

mengajarkan tentang bahaya Bullying?

1. Seperti pada saat pembelajaran biasanya saya

menutup pembelajaran dengan mebrikan ceramah

untuk saling menghargai sesama teman sebaya, dan

juga dalam hal sikap selalu saya ajarkan kalau

melihat perbuatan yang salah jangan takut untuk

melaporkan kepada orang yang lebih dewasa.

2. Kan di dalam pembelajaran PKN biasa diajarkan

perilaku-perilaku yang baik dan itu kemarin saya

ajarkan pada murid.

Guru sebagai fasilitator 1. Pernah ada kejadian orangtua murid di kelas V

datang ke sekolah niatnya mengambil surat pindah

untuk anaknya karena menurutnya anaknya malas

ke sekolah karena sering dijauhi temannya atau

dikeluarkan dari pertemanan teman sebaya. Itu

1. Apakah pernah terjadi suatu peristiwa

Bullying yang memungkinkan orangtua murid

harus dipanggil ke sekolah?

2. Bagaimana cara anda menfasilitasi antara

Page 97: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

pelaku dan korban Bullying? murid perempuan di kelas V atas nama Siren. Tapi

kejadian itu menjadi kewajiban kepala sekolah

mengurusnya sehingga orangtua murid tersebut

tidak jadi untuk mengambil surat pindah.

2. Saya panggil pelaku dan korban kalau bisa saya

selesaikan permasalahannya dikelas itu bagus. Tapi

kalau contohnya seperi perkelahian murid laki-laki

biasanya memfasilitasinya di ruang kantor dan

ditangani kepala sekolah.

Page 98: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

INSTRUMEN WAWANCARA GURU

Informan : Vika Angriani, S.Pd (VA) (Wali kelas semester II)

Hari/Tanggal : Senin, 15 Februari 2021

Waktu : 10.00 - selesai

Tempat : via whatsapp (karena pada saat itu sedang mengikuti Prajabatan CPNS)

No. Aspek Pertanyaan Jawaban

1. Pemahaman

bullying di sekolah

1. Apa yang anda ketahui tentang Bullying? 1. Bullying yaitu perlakuan yang tidak baik atau

buruk yang dilakukan terhadap seseorang dengan

tujuan untuk menyakiti. Bullying melakukan

penindasan dengan tindakan yang bisa menyakiti

fisik atau mental seseorang, yang mana seorang

pembullying ini merasa dirinya yang paling kuat

dan berkuasa dalam suatu kelompok.

Pembullyingian tidak hanya dengan fisik tapi secara

verbal pun bisa terjadi.

2. Penyebab

terjadinya Bullying

1. Perilaku bullying seperti apa yang terjadi antar

murid yang pernah anda amati?

1. Perilaku Bullying yang biasa terjadi pada murid

yaitu adanya kekurangan fisik pada murid sehingga

Page 99: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

2. Apa penyebab terjadinya Bullying di sekolah?

pembullyingan biasa terjadi.

2. Penampilan dari korban yang menjadi bahan

bullyingan, adanya kelebihan dari diri murid yang

menjadi korban daripada pembullying, murid yang

menjadi korban tidak ingin bergabung dengan

pergaulan teman sebayanya yang dia anggap tidak

baik, sehingga dibullying.

3.

Peran guru dalam

Penanganan

Bullying

Guru sebagai penasehat

1. Bagaimana cara anda dalam memberikan

nasehat kepada pelaku dan korban?

2. Apa dampak dari pemberian nasehat terhadap

pelaku dan korban?

Sebenarnya untuk kasus pembullyingan khususnya

kelas V di SDN 004 Kalotok saya kurang tahu.

Saya belum pernah mengamati karena saya juga

masih baru disekolah ini jadi belum mengenal

karakter dari masing-masing murid. Apalagi

sekarang masa pandemic dan juga karena

mengikuti Prajabatan CPNS sehingga saya baru 2

kali bertemu dengan murid saya dikelas V. Untuk

wali kelasnya yang lalu itu ibu Sinar. Jadi beliau

mungkin lebih tahu mengenai karakter murid kelas

V.

Page 100: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

Guru sebagai teladan

1. Sebagai seorang teladan bagi murid,

bagaimana cara anda agar murid dapat saling

menghargai?

2. Apakah ada suatu metode pembelajaran yang

mengajarkan tentang bahaya Bullying?

Sebenarnya untuk kasus pembullyingan khususnya

kelas V di SDN 004 Kalotok saya kuran tahu. Saya

belum pernah mengamati karena saya juga masih

baru disekolah ini jadi belum mengenal karakter

dari masing-masing murid. Apalagi sekarang masa

pandemic dan juga karena mengikuti Prajabatan

CPNS sehingga saya baru 2 kali bertemu dengan

murid saya dikelas V. Untuk wali kelasnya yang

lalu itu ibu Sinar. Jadi beliau mungkin lebih tahu

mengenai karakter murid kelas V.

Guru sebagai fasilitator Sebenarnya untuk kasus pembullyingan khususnya

kelas V di SDN 004 Kalotok saya kuran tahu. Saya 1. Apakah pernah terjadi suatu peristiwa

Page 101: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

Bullying yang memungkinkan orangtua murid

harus dipanggil ke sekolah?

2. Bagaimana cara anda menfasilitasi antara

pelaku dan korban Bullying?

belum pernah mengamati karena saya juga masih

baru disekolah ini jadi belum mengenal karakter

dari masing-masing murid. Apalagi sekarang masa

pandemic dan juga karena mengikuti Prajabatan

CPNS sehingga saya baru 2 kali bertemu dengan

murid saya dikelas V. Untuk wali kelasnya yang

lalu itu ibu Sinar. Jadi beliau mungkin lebih tahu

mengenai karakter murid kelas V.

Page 102: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

INSTRUMEN WAWANCARA MURID KELAS V

Informan : Muhammad Al-Iqra (MA)

Hari/Tanggal : Senin, 15 Februari 2021

Waktu : 13.20 - selesai

Tempat : Rumah murid

No. Aspek Pertanyaan Jawaban

1. Bentuk bullying

dan penyebabnya

1. Di kelas, siapa yang menurutmu paling nakal

dan paling sabar, baik laki-laki maupun

perempuan?

2. Di kelas, siapa yang memiliki ukuran tubuh

yang besar dan yang kecil, baik laki-laki maupun

perempuan?

3. Bisakah anda jelaskan jenis bullying yang

biasa terjadi di sekolah atau kelasmu (verbal,

fisik, relasional, cyber bullying)?

4. Selama di kelas V, apakah anda pernah

1. Kalau murid yang paling nakal itu saya sendiri

dan Farhan Arjuna Putra (FA), kalau siswi Nur

Rafika Indah. Kalau murid yang sabar itu Reifan

Aditya kalau siswi Tasya.

2. Murid yang tubuhnya kecil itu Farhan Arjuna

Putra dan yang besar itu Fadil, kalau siswinya itu

yang kecil Resky Auwlia dan yang besar itu Siren.

3. Antara teman-teman pernah berkelahi, mengejek

dan tidak jarang pula saling mengabaikan satu sama

lain.

Page 103: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

menjadi pelaku atau korban bullying atau

melihat kejadian seperti ini?

a. memukul, menendang, serta meludahi anak

atau sebaliknya.

b. ejekan berupa julukan nama, penghinaan, dan

pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual

atau pelecehan seksual atau sebaliknya.

c. pengabaian, pengucilan, pengecualian, atau

penghindaran ataupun sebaliknya.

4.

a. Saya pernah memukul Reifan Aditya (RA).

b. Pernah Farhan Arjuna Putra (FA) mengejek

Reifan Aditya (RA).

c. Kalau pengabaian biasanya sering terjadi antar

teman perempuan di kelas.

2. Penanganan

Bullying

1. Apa saja upaya yang dilakukan sekolah dan

guru ketika terjadi bullying?

2. Apakah setelah penanganan dilakukan, korban

tidak menndapatkan perilaku Bullying lagi?

3. Apa hal tersebut efektif?

1. Biasanya ketika terjadi perkelahian guru

memanggil kami yang bermasalah dan menasehati,

biasa juga yang bermasalah dipanggil ke kantor.

2. Kalau berkelahi biasanya tidak tejdi lagi setelah

dinasehati tapi untuk kasus mengejek korban terus

mendapatkan itu.

3. hal tersebut efektif hanya untuk kasus kekerasan

fisik.

Page 104: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

INSTRUMEN WAWANCARA MURID KELAS V

Informan : Reifan Aditya (RA).

Hari/Tanggal : Rabu, 17 Februari 2021

Waktu : 9.15 - selesai

Tempat : Pelataran Kelas

No. Aspek Pertanyaan Jawaban

1. Bentuk bullying

dan penyebabnya

1. Di kelas, siapa yang menurutmu paling nakal

dan paling sabar, baik laki-laki maupun

perempuan?

2. Di kelas, siapa yang memiliki ukuran tubuh

yang besar dan yang kecil, baik laki-laki maupun

perempuan?

3. Bisakah anda jelaskan jenis bullying yang

biasa terjadi di sekolah atau kelasmu (verbal,

fisik, relasional, cyber bullying)?

4. Selama di kelas V, apakah anda pernah

1. Murid yang nakal dikelas saya ialah Muhammad

Al-Iqra (MA), Farhan Arjuna Putra (FA), Rendi

Ismail (RI), Muh. Fiqram Ismail (MF) yang murid

sabar yaitu Nur Azitri Satya (NA). Kalau Siswinya

saya kurang tahu.

2. Murid yang tubuhnya kecil itu Farhan Arjuna

Putra dan yang besar itu Fadil, kalau siswinya itu

yang kecil Resky Auwlia dan yang besar itu Siren.

3. Yang paling sering terjadi di dalam kelas itu

perbuatan mengejek dengan memanggil seseorang

Page 105: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

menjadi pelaku atau korban bullying atau

melihat kejadian seperti ini?

a. memukul, menendang, serta meludahi anak

atau sebaliknya.

b. ejekan berupa julukan nama, penghinaan, dan

pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual

atau pelecehan seksual atau sebaliknya.

c. pengabaian, pengucilan, pengecualian, atau

penghindaran ataupun sebaliknya.

dengan nama yang kurang baik.

4.

a. Pernah saya berkelahi dengan Farhan Arjuna

Putra (FA)

b. Saya sering di ejek oleh teman laki-laki saya

dengan panggilan yang tidak saya suka, dan juga

saya biasanya mendengar sesekali teman-teman

mengejek Nur Rafika Indah (NR).

c. Pernah saya melihat beberapa teman perempuan

dikelas saya saling mengabaikan. Biasanya antara

Nur Rafika Indah dan temannya dengan Dzalika

Mufidha (DM) dan temannya.

2. Penanganan

Bullying

1. Apa saja upaya yang dilakukan sekolah dan

guru ketika terjadi bullying?

2. Apakah setelah penanganan dilakukan, korban

tidak menndapatkan perilaku Bullying lagi?

3. Apa hal tersebut efektif?

1. Memanggil yang bermasalah ke kantor untuk

dinasehati.

2. Pada saat saya di ejek dengan nama panggilan

yang tidak saya sukai, saya dan pelaku dipanggil ke

kantor tapi si pelaku tetap melakukan hal tersebut

kepada saya.

3. saya rasa tidak karena saya masih mendapat

Page 106: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

perlakuan diejek setelah mereka dinasehati.

Page 107: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

INSTRUMEN WAWANCARA MURID KELAS V

Informan : Tasya (Ts)

Hari/Tanggal : Rabu, 24 Februari 2021

Waktu : 08.45 - selesai

Tempat : Pelataran Kelas

No. Aspek Pertanyaan Jawaban

1. Bentuk bullying

dan penyebabnya

1. Di kelas, siapa yang menurutmu paling nakal

dan paling sabar, baik laki-laki maupun

perempuan?

2. Di kelas, siapa yang memiliki ukuran tubuh

yang besar dan yang kecil, baik laki-laki maupun

perempuan?

3. Bisakah anda jelaskan jenis bullying yang

biasa terjadi di sekolah atau kelasmu (verbal,

fisik, relasional, cyber bullying)?

4. Selama di kelas V, apakah anda pernah

1. Murid yang nakal dikelas saya ialah Muhammad

Al-Iqra (MA), Farhan Arjuna Putra (FA), yang

murid sabar yaitu Nur Azitri Satya (NA). Kalau

Siswi yang sabar itu Aini Arifah (AA) dan yang

nakal itu Dzalika Mufidha (DZ).

2. Murid yang tubuhnya kecil itu Farhan Arjuna

Putra dan yang besar itu Fadil, kalau siswinya itu

yang kecil Resky Auwlia dan yang besar itu Siren

(Sr) dan Nur Rafika Indah (NR).

3. Yang paling sering terjadi di dalam kelas itu

Page 108: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

menjadi pelaku atau korban bullying atau

melihat kejadian seperti ini?

a. memukul, menendang, serta meludahi anak

atau sebaliknya.

b. ejekan berupa julukan nama, penghinaan, dan

pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual

atau pelecehan seksual atau sebaliknya.

c. pengabaian, pengucilan, pengecualian, atau

penghindaran ataupun sebaliknya.

perbuatan mengejek dengan memanggil seseorang

dengan nama yang kuran baik.

4.

a. Saya sering melihat Muhammad Al-Iqra (MA)

menendang Reifan Aditya (RA) pada saat bermain

di kelas atau sedang bermain kelereng di luar kelas.

b. Nur Rafika Indah (NR) sering di ejek teman laki-

laki dengan sebutan “Bonjeng” mungkin karena dia

memiliki tubuh yang gendut.

c. Pernah saya melihat beberapa teman perempuan

dikelas saya saling mengabaikan. Biasanya antara

Nur Rafika Indah dan temannya dengan Dzalika

Mufidha (DM) dan temannya.

2. Penanganan

Bullying

1. Apa saja upaya yang dilakukan sekolah dan

guru ketika terjadi bullying?

2. Apakah setelah penanganan dilakukan, korban

tidak menndapatkan perilaku Bullying lagi?

3. Apa hal tersebut efektif?

1. Memanggil yang bermasalah ke kantor untuk

dinasehati.

2. Pelaku masih biasa melakukan perbuatan

mengejek bahkan setelah dinasehati dikantor.

3. Menurut saya masih belum efektif.

Page 109: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

REDUKSI, DISPLAY, DAN KESIMPULAN HASIL WAWANCARA

A. Narasumber

1. Syaifuddin, S.Pd.I (SY) Kepala Sekolah 04 Februari 2021

2. Samsinar, S.Pd. (SR) Wali kelas V 10 Februari 2021

(Semester I)

3. Vika Angriani, S.Pd (VA) Wali kelas V 15 Februari 2021

(Semester II)

4. Muhammad Al-Iqra (MA) Murid Kelas V 17 Februari 2021

5. Reifan Aditya (RA) Murid Kelas V 20 Februari 2021

7. Tasya (Ts) Siswi kelas V 25 Februari 2021

B. Pertanyaan Wawancara

Pertanyaan Jawaban Reduksi Kesimpulan

Instrumen wawancara wali kelas dan kepala sekolah terkait Bullying pada murid kelas V

Aspek:

Pemahaman Bullying di

sekolah

1. Apa yang anda ketahui tentang

Bullying?

SY:

“Bullying itu semacam

perbuatan mengejek atau

menganiaya teman/murid lain.”

SR:

“Bullying itu perilaku

menyakiti teman sekelas baik

Bullying di sekolah adalah

suatu perbuatan/perilaku

yang dilakukan murid

dengan tujuan menyakiti baik

secara fisik maupun mental

dengan berbagai cara seperti

fisik, verbal, maupun

Dari hasil wawancara dengan

sumber terkait data yang di

dapat adalah guru selaku

wali kelas V dan kepala

sekolah mengetahui defines

Bullying namun dengan

bahasa tersendiri yang

Page 110: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

itu secara fisik atau

mengeluarkan perkataan yang

membuat teman merasa disakiti

seperi memanggil dengan nama

ejekan.”

VA:

“Bullying yaitu perlakuan yang

tidak baik atau buruk yang

dilakukan terhadap seseorang

dengan tujuan untuk menyakiti.

Bullying melakukan penindasan

dengan tindakan yang bisa

menyakiti fisik atau mental

seseorang, yang mana seorang

pembullying ini merasa dirinya

yang paling kuat dan berkuasa

dalam suatu kelompok.

Pembullyingian tidak hanya

dengan fisik tapi secara verbal

pengucilan teman sebaya. mereka pahami.

Page 111: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

pun bisa terjadi.”

Aspek:

Penyebab terjadinya Bullying

1. Perilaku bullying seperti apa

yang terjadi antar murid yang

pernah anda amati?

2. Apa penyebab terjadinya

Bullying di sekolah?

1. Perilaku bullying seperti

apa yang terjadi antar murid

yang pernah anda amati?

SY:

“Susah untuk dijelaskan tapi

paling yang biasa teramati di

sekolah adalah murid mengejek

murid yang lain. Seperti contoh

peristiwa Bullying yang terjadi

di sekolah ini ada murid

perempuan kelas V yang tidak

diajak bermain dan dijauhi oleh

murid perempuan teman

sekelasnya.”

1. SY, SR, VA: Adanya

perilaku Bullying pada murid

kelas V yang sering teramati

seperti

mengejek/memplesetkan

nama temannya dan

menjauhi temannya.

2. SY, SR, VA:

Penyebab terjadinya Bullying

pada murid karena status

sosial orang tua di

lingkungan masyarakat.

Selain itu, perbedaan

kekuatan dan penampilan

1. Perilaku Bullying yang

teramati dari beberapa

narasumber dapat

disimpulkan:

a. Bahwa jenis Verbal

Bullying dan relasi Bullying

yang paling sering terjadi

pada murid kelas V di

lingkup SDN 004 Kalotok.

b. Bullying fisik hanya sekali

terjadi pada murid kelas V

dan itu hanya terjadi pada

murid laki-laki saja.

Page 112: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

SR:

“Biasanya peristiwa bullying

yamg teramati antar murid di

kelas V SDN 004 Kalotok

selama saya jadi wali kelas

adalah mengejek seperti yang

pernah kamu lihat sebelumnya

ada seorang murid yang diejek

dengan memplesetkan nama

temannya, kalau secara fisik

biasa terjadi tapi sangat jarang.

Saya tidak tahu kalau diluar

dari sekolah ini ketika mereka

bermain bersama.

VA:

“Perilaku Bullying yang biasa

terjadi pada murid yaitu adanya

kekurangan fisik pada murid

sehingga pembullyingan biasa

serta pola pergaulan juga

menjadi penyebab utama

dalam terjadinya Bullying.

2. Penyebab Bullying pada

murid kelas V SDN 004

Kalotok dapat diuraikan

sebagai berikut:

a. Status sosial orang tua di

lingkungan masyarakat.

b. Perbedaan kekuatan antar

murid.

c. Karena status sosial yang

berbeda diantara murid

mempengaruhi pola perilaku

dan penampilan diantara

murid sehingga dapat

memunculkan perilaku

Bullying antar murid kelas V

di SDN 004 Kalotok.

Page 113: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

terjadi.”

2. Apa penyebab terjadinya

Bullying di sekolah?

SY:

Alasannya bermacam-macam.

Salah satunya masalah

kecemburuan sosial.

SR:

Kalau di kelas V, murid laki-

laki penyebabnya karena

perbedaan kekuatan ada murid

yang jauh lebih kuat biasa

menindas yang paling lemah.

Kalau murid perempuan

biasanya karena persoalan

pertemanan saja.

VA:

Penampilan dari korban yang

menjadi bahan bullyingan,

Page 114: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

adanya kelebihan dari diri

murid yang menjadi korban

daripada pembullying, murid

yang menjadi korban tidak

ingin bergabung dengan

pergaulan teman sebayanya

yang dia anggap tidak baik,

sehingga dibullying.

Aspek:

Peran guru dalam Penanganan

Bullying

a. guru sebagai penasehat

1. Bagaimana cara anda dalam

memberikan nasehat kepada

pelaku dan korban?

2. Apa dampak dari pemberian

nasehat terhadap pelaku dan

korban?

a. guru sebagai penasehat

SR:

1. Jika perilaku bullying saya

liat sendiri, biasanya saya

langsung memanggilnya antara

pelaku dan korban. Biasanya

saya mengatakan kalau mau

nakal coba cubit dulu dirimu

kalau tidak sakit yah nakal saja

tapi kalau sakit yah jangan

a. Guru sebagai penasehat

Memanggil pelaku dan

korban Bullying merupakan

langkah awal yang ditempuh

oleh wali kelas murid kelas

V dan memberikan nasehat

yang mengarah langsung

kepada pelaku Bullying.

Adapun dampak dari

pemberian nasehat

a. Guru sebagai penasehat

Peran guru kelas sebagai

penasehat pada murid kelas

V SDN 004 Kalotok dapat

diamati ketika terjadi kasus

Bullying terjadi seperti

pemberian nasehat kepada

murid yang menjadi pelaku

bahwa perbuatan memukul

(Bullying fisik) dan mengejek

Page 115: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

b. guru sebagai teladan

1. Sebagai seorang teladan bagi

murid, bagaimana cara anda agar

murid dapat saling menghargai?

2. Apakah ada suatu metode

pembelajaran yang mengajarkan

tentang bahaya Bullying?

c. guru sebagai fasilitator

1. Apakah pernah terjadi suatu

peristiwa Bullying yang

memungkinkan orangtua murid

harus dipanggil ke sekolah?

2. Bagaimana cara anda

menfasilitasi antara pelaku dan

korban Bullying?

lakukan pada temanmu karena

itu sakit dan berarti itu

perbuatan salah.

2. Dampaknya itu secara

bertahap, kalau Bullyingnya

seperti memukul besoknya

tidak terjadi lagi tapi kalau

mengejek biasa butuh waktu

lama untuk bisa berhenti.

VR:

Sebenarnya untuk kasus

pembullyingan khususnya

kelas V di SDN 004 Kalotok

saya kurang tahu. Saya belum

pernah mengamati karena saya

juga masih baru disekolah ini

jadi belum mengenal karakter

dari masing-masing murid.

Apalagi sekarang masa

membutuhkan waktu yang

lama untuk berhenti pada

kasus mengejek murid.

b. guru sebagai teladan

1. Menutup pembelajaran

dengan memberikan ceramah

untuk saling menghargai

sesama teman sebaya. Dalam

hal sikap selalu saya ajarkan

kalau melihat perbuatan

yang salah jangan takut

untuk melaporkan kepada

orang yang lebih dewasa.

2. Dalam pembelajaran

tematik disisipkan

pembelajaran PKN tentang

perilaku-perilaku yang baik.

c. guru sebagai fasilitator

Menjadi fasilitator antar

(verbal Bullying) adalah

suatu sikap yang sangat tidak

manusiawi sehingga pelaku

harus berpikir kembali jika

melakukan hal tersebut

bagaimana jika pelaku berada

pada posisi korban.

b. guru sebagai teladan

Dalam proses pembelajaran

yang bersifat tematik guru

kelas V SDN 004 Kalotok

biasanya menyisipkan mata

pelajaran PKN tentang

bagaimana sikap dan perilaku

yang baik dan saling

menghormati. Adapun dalam

menutup pelajaran guru kelas

biasanya guru kelas

memberikan ceramah untuk

Page 116: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

pandemic dan juga karena

mengikuti Prajabatan CPNS

sehingga saya baru 2 kali

bertemu dengan murid saya

dikelas V. Untuk wali kelasnya

yang lalu itu ibu Sinar. Jadi

beliau mungkin lebih tahu

mengenai karakter murid kelas

V.

b. guru sebagai teladan

SR:

1. Seperti pada saat

pembelajaran biasanya saya

menutup pembelajaran dengan

memberikan ceramah untuk

saling menghargai sesama

teman sebaya, dan juga dalam

hal sikap selalu saya ajarkan

kalau melihat perbuatan yang

pelaku dan korban Bullying

menjadi tanggung jawab

guru kelas murid kelas V,

sehingga menyelasaikan

kasus Bullying pada murid

kelas V adalah tanggung

jawab guru kelas dengan

berbagai metode yang

digunakan. Namun untuk

kasus Bullying yang lebih

serius yang membuat murid

ingin pindah sekolah adalah

tanggung jawab kepala

sekolah.

saling menghargai antar

teman sebaya dan juga murid

diajarkan jika melihat

Bullying agar melaporkan

kepada orang yang lenih

dewasa atau dalam hal ini

adalah guru dan pihak

sekolah.

c. guru sebagai fasilitator

Menjadi fasilitator antar

pelaku dan korban Bullying

menjadi tanggung jawab guru

kelas murid kelas V,

sehingga menyelasaikan

kasus Bullying pada murid

kelas V adalah tanggung

jawab guru kelas dengan

berbagai metode yang

digunakan. Namun untuk

Page 117: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

salah jangan takut untuk

melaporkan kepada orang yang

lebih dewasa.

2. Kan di dalam pembelajaran

PKN biasa diajarkan perilaku-

perilaku yang baik dan itu

kemarin saya ajarkan pada

murid.

VR:

Sebenarnya untuk kasus

pembullyingan khususnya

kelas V di SDN 004 Kalotok

saya kurang tahu. Saya belum

pernah mengamati karena saya

juga masih baru disekolah ini

jadi belum mengenal karakter

dari masing-masing murid.

Apalagi sekarang masa

pandemic dan juga karena

kasus Bullying yang lebih

serius yang membuat murid

ingin pindah sekolah adalah

tanggung jawab kepala

sekolah.

Page 118: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

mengikuti Prajabatan CPNS

sehingga saya baru 2 kali

bertemu dengan murid saya

dikelas V. Untuk wali kelasnya

yang lalu itu ibu Sinar. Jadi

beliau mungkin lebih tahu

mengenai karakter murid kelas

V.

c. guru sebagai fasilitator

SR:

1. Pernah ada kejadian

orangtua murid di kelas V

datang ke sekolah niatnya

mengambil surat pindah untuk

anaknya karena menurutnya

anaknya malas ke sekolah

karena sering dijauhi temannya

atau dikeluarkan dari

pertemanan teman sebaya. Itu

Page 119: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

murid perempuan di kelas V

atas nama Siren. Tapi kejadian

itu menjadi kewajiban kepala

sekolah mengurusnya sehingga

orangtua murid tersebut tidak

jadi untuk mengambil surat

pindah.

2. Saya panggil pelaku dan

korban kalau bisa saya

selesaikan permasalahannya

dikelas itu bagus. Tapi kalau

contohnya seperi perkelahian

murid laki-laki biasanya

memfasilitasinya di ruang

kantor dan ditangani kepala

sekolah.

Page 120: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

Hasil wawancara kepala

sekolah

Aspek:

Penanganan Bullying di

sekolah

1. Bagaimana penanganan

perilaku Bullying di sekolah

selama ini?

2. Apakah tindakan tersebut

efektif?

3. Apa kekurangan dari

penanganan tersebut?

4. Apakah di sekolah ini sudah

menerapkan program sekolah anti

Bullying?

5. Apakah pernah terjadi suatu

peristiwa Bullying yang

memungkinkan orangtua murid

harus dipanggil ke sekolah?

6. Bagaimana cara anda

SY:

1. Jika hal itu terjadi biasanya

kami pihak sekolah memanggil

pelaku dan korban ke kantor

untuk diberikan bimbingan dan

arahan. Contohnya yang

menjadi pelaku diberi nasehat

supaya tidak mengulangi hal-

hal seperti itu lagi dan korban

juga diberi

bimbingan/diarahkan supaya

tidak terlalu cengeng karena

terkadang teman-temannya

hanya bermain-main atau

sekedar iseng.

2. Hal seperti itu tidak kami

lakukan. Tapi pernah kejadian

orangtua murid yang datang

sendiri ke sekolah untuk

Hasil wawancara kepala

sekolah

Aspek:

Penanganan Bullying di

sekolah

Jika terjadi Bullying yang

bersifat serius kami pihak

sekolah memanggil pelaku

dan korban ke kantor untuk

diberikan bimbingan dan

arahan. Diharapkan

kedepannya tidak ada lagi

murid yang melakukan

perilaku bullying karena ini

menyangkut tentang karakter

murid dan penanaman

karakter juga harus

dilakukan guru-guru di

dalam kelas

Penanganan Bullying di

sekolah dari hasil wawancara

dengan kepala sekolah SDN

004 Kalotok dapat

disimpulkan bahwa

penyelesaian masalah terkait

kasus Bullying adalah dengan

memberikan arahan dan

bimbingan kepada pelaku

dan korban. Adapaun

penanaman karakter juga

harus dilakukan guru kelas

karena hal tersebut

menyangkut tentang karakter

murid.

Page 121: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

menfasilitasi antara pelaku dan

korban Bullying?

7. Apa harapan anda kedepannya

terhadap pengananan Bullying?

mengadu karena anaknya di

bullying

3. Yang kami lakukan adalah

memanggil korban dan pelaku

untuk diarahkan dan

dibimbing.

4. Setelah hal tesebut kami

lakukan terhadap contoh kasus

tadi hari-hari berikutnya tidak

ada lagi hal terulang seperti itu.

5. Diharapkan kedepannya

tidak ada lagi murid yang

melakukan perilaku bullying

karena ini menyangkut tentang

karakter murid dan penanaman

karakter juga harus dilakukan

guru-guru di dalam kelas agar

tidak ada lagi murid yang

melakukan perilaku Bullying

Page 122: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

Data wawancara murid

Aspek:

Bentuk bullying dan

penyebabnya

1. Di kelas, siapa yang

menurutmu paling nakal dan

paling sabar, baik laki-laki

maupun perempuan?

2. Di kelas, siapa yang memiliki

ukuran tubuh yang besar dan

yang kecil, baik laki-laki maupun

perempuan?

3. Bisakah anda jelaskan jenis

bullying yang biasa terjadi di

sekolah atau kelasmu (verbal,

fisik, relasional, cyber bullying)?

4. Selama di kelas V, apakah

anda pernah menjadi pelaku atau

korban bullying seperti ini?

a. memukul, menendang, serta

MA:

1. Kalau murid yang paling

nakal itu saya sendiri dan

Farhan Arjuna Putra (FA),

kalau siswi Nur Rafika Indah.

Kalau murid yang sabar itu

Reifan Aditya kalau siswi

Tasya.

2. Murid yang tubuhnya kecil

itu Farhan Arjuna Putra dan

yang besar itu Fadil, kalau

siswinya itu yang kecil Resky

Auwlia dan yang besar itu

Siren.

3. Antara teman-teman pernah

berkelahi, mengejek dan tidak

jarang pula saling mengabaikan

satu sama lain.

4. a. Saya pernah memukul

MA, RS, Ts:

1. Murid kelas V SDN 004

Kalotok yang nakal:

Farhan Arjuna Putra (FA),

Muhammad Al-Iqra (MA),

Rendi Ismail (RI), Muh.

Fiqram Ismail (MF), Dzalika

Mufidha (DZ), Nur Rafika

Indah (NR),

2. Murid dan siswi kelas V

SDN 004 Kalotok yang

sabar: Reifan Aditya (RA),

Nur Azitri Satya (NA), Tasya

(Ts), Aini Arifah (AA).

3. Murid dan siswi kelas V

SDN 004 Kalotok dengan

ukuran tubuh yang kecil:

Farhan Arjuna Putra (FA),

Resky Auwlia (RA).

Kesimpulan yang dapat

ditarik dari hasil wawancara

dengan sampel 3 murid dapat

disimpulkan bahwa yang

menjadi sasaran korban

Bullying pada murid kelas V

SDN 004 Kalotok dengan

kategori paling sabar diantara

murid yang lainnya.

Page 123: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

meludahi anak atau sebaliknya.

b. ejekan berupa julukan nama,

penghinaan, dan pernyataan-

pernyataan bernuansa ajakan

seksual atau pelecehan seksual

atau sebaliknya.

c. pengabaian, pengucilan,

pengecualian, atau penghindaran

ataupun sebaliknya.

5. Apa yang menyebabkan

perilaku tersebut terjadi?

6. Bagaimana ciri-ciri pelaku

maupun korban?

7. Apakah perilaku Bullying

(menjadi korban atau pelaku)

anda dapatkan di sekolah dan

menyebar ke lingkungan

masyarakat atau sebaliknya?

Reifan Aditya (RA).

b. Pernah Farhan Arjuna Putra

(FA) mengejek Reifan Aditya

(RA).

c. Kalau pengabaian biasanya

sering terjadi antar teman

perempuan di kelas.

RA:

1. Murid yang nakal dikelas

saya ialah Muhammad Al-Iqra

(MA), Farhan Arjuna Putra

(FA), Rendi Ismail (RI), Muh.

Fiqram Ismail (MF) yang

murid sabar yaitu Nur Azitri

Satya (NA). Kalau Siswinya

saya kurang tahu.

2. Murid yang tubuhnya kecil

itu Farhan Arjuna Putra dan

yang besar itu Fadil, kalau

4. Murid dan siswi kelas V

SDN 004 Kalotok dengan

ukuran tubuh yang besar:

Fadil (Fa), Siren (Sr), Nur

Rafika Indah (NR).

Page 124: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

siswinya itu yang kecil Resky

Auwlia dan yang besar itu

Siren.

3. Yang paling sering terjadi di

dalam kelas itu perbuatan

mengejek dengan memanggil

seseorang dengan nama yang

kurang baik.

4. a. Pernah saya berkelahi

dengan Farhan Arjuna Putra

(FA)

b. Saya sering di ejek oleh

teman laki-laki saya dengan

panggilan yang tidak saya suka,

dan juga saya biasanya

mendengar sesekali teman-

teman mengejek Nur Rafika

Indah (NR).

c. Pernah saya melihat

Page 125: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

beberapa teman perempuan

dikelas saya saling

mengabaikan. Biasanya antara

Nur Rafika Indah dan

temannya dengan Dzalika

Mufidha (DM) dan temannya.

TS:

1. Murid yang nakal dikelas

saya ialah Muhammad Al-Iqra

(MA), Farhan Arjuna Putra

(FA), yang murid sabar yaitu

Nur Azitri Satya (NA). Kalau

Siswi yang sabar itu Aini

Arifah (AA) dan yang nakal itu

Dzalika Mufidha (DZ).

2. Murid yang tubuhnya kecil

itu Farhan Arjuna Putra dan

yang besar itu Fadil, kalau

siswinya itu yang kecil Resky

Page 126: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

Auwlia dan yang besar itu

Siren (Sr) dan Nur Rafika

Indah (NR).

3. Yang paling sering terjadi di

dalam kelas itu perbuatan

mengejek dengan memanggil

seseorang dengan nama yang

kuran baik.

4. a. Saya sering melihat

Muhammad Al-Iqra (MA)

menendang Reifan Aditya

(RA) pada saat bermain di

kelas atau sedang bermain

kelereng di luar kelas.

b. Nur Rafika Indah (NR)

sering di ejek teman laki-laki

dengan sebutan “Bonjeng”

mungkin karena dia memiliki

tubuh yang gendut.

Page 127: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

c. Pernah saya melihat

beberapa teman perempuan

dikelas saya saling

mengabaikan. Biasanya antara

Nur Rafika Indah dan

temannya dengan Dzalika

Mufidha (DM) dan temannya.

Page 128: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

Aspek:

Penanganan Bullying

1. Apa saja upaya yang dilakukan

sekolah dan guru ketika terjadi

bullying?

2. Apakah setelah penanganan

dilakukan, korban tidak

menndapatkan perilaku Bullying

lagi?

3. Apa hal tersebut efektif?

4. apa harapan anda tentang

penanganan Bullying di sekolah?

MA:

1. Biasanya ketika terjadi

perkelahian guru memanggil

kami yang bermasalah dan

menasehati, biasa juga yang

bermasalah dipanggil ke

kantor.

2. Kalau berkelahi biasanya

tidak tejdi lagi setelah

dinasehati tapi untuk kasus

mengejek korban terus

mendapatkan itu.

3. hal tersebut efektif hanya

untuk kasus kekerasan fisik.

RA:

1. Memanggil yang bermasalah

ke kantor untuk dinasehati.

2. Pada saat saya di ejek

dengan nama panggilan yang

Page 129: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

tidak saya sukai, saya dan

pelaku dipanggil ke kantor tapi

si pelaku tetap melakukan hal

tersebut kepada saya.

3. saya rasa tidak karena saya

masih mendapat perlakuan

diejek setelah mereka

dinasehati.

Ts:

1. Memanggil yang bermasalah

ke kantor untuk dinasehati.

2. Pelaku masih biasa

melakukan perbuatan mengejek

bahkan setelah dinasehati

dikantor.

3. Menurut saya masih belum

efektif.

Page 130: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …
Page 131: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …
Page 132: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …
Page 133: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …
Page 134: PERANAN GURU KELAS DALAM MENGATASI PERILAKU …

RIWAYAT HIDUP

Sulhijar, Dilahirkan di Kalotok Kabupaten Luwu Utara

pada tanggal 17 Juli 1996, dari pasangan Ayahanda Laski

dan Ibunda Sumiati. Penulis masuk sekolah dasar pada

tahun 2002 di SDN 004 Kalotok Kabupaten Luwu Utara

dan tamat tahun 2008, tamat SMP Negeri 1 Sabbang tahun

2011, dan tamat SMAN 2 Sabbang tahun 2014. Pada tahun yang sama (2014),

penulis melanjutkan pendidikan pada program Sarjana (S1) Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar dan selesai tahun 2021.