latar belakang perilaku ibu dalam mengatasi …

127
LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI OBESITAS PADA ANAK KELAS SATU DI MADRASAH IBTIDAIYAH AL - HIKMAH JAKARTA SELATAN TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Disusun Oleh : RISKAH WAHYUNI NASUTION NIM: 1112101000111 PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2017 M

Upload: others

Post on 18-Nov-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI OBESITAS

PADA ANAK KELAS SATU DI MADRASAH IBTIDAIYAH

AL - HIKMAH JAKARTA SELATAN

TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Disusun Oleh :

RISKAH WAHYUNI NASUTION

NIM: 1112101000111

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1438 H / 2017 M

Page 2: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

i

Page 3: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

ii

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, Maret 2017

Penguji I

Page 4: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

iii

Page 5: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Identitas Pribadi

Nama : Riskah Wahyuni Nasution

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/tgl lahir : Hasahatan Jae, 23 juni 1993

Agama : Islam

Alamat rumah : Hasahatan Jae, kec Barumun Kab. Padang Lawas Provinsi

Sumatera Utara.

No. HP : 0821 1280 0195

Email : [email protected]

Pendidikan Formal

2012 – sekarang : Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2009 – 2012 : SMA N 1 sibuhuan

2006 – 2009 : MTS.N Sibuhuan

2000 – 2006 : SDN NO.3 Sibuhuan

Page 6: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

v

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN GIZI

Skripsi, Maret 2017

Riskah Wahyuni Nasution, NIM: 1112101000111

GAMBARAN PERILAKU IBU DALAM MENGATASI OBESITAS PADA

ANAK KELAS SATU DI MADRASAH IBTIDAIYAH AL – HIKMAH

TAHUN 2016

Xiv+ 109 halaman, 6 tabel, 4 bagan, 13 lampiran

ABSTRAK

Masalah obesitas pada anak mendapatkan perhatian yang serius karena dapat

mengakibatkan gangguan tidur, gangguan pernafasan, dan berisiko terkena

penyakit metabolik dan penyakit degeneratif. Salah satu yang dapat mengatasi

obesitas pada anak adalah ibu, karena ibu dapat mengatur pola makan dan

aktivitas fisik anak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku dan hal-hal yang

mempengaruhi perilaku ibu dalam mengatasi obesitas pada anak kelas satu di

Madrasah Ibtidayah Al - Hikmah Jakarta Selatan Tahun 2016 berdasarkan teori

Health Belief Model (HBM).

Informan dalam penelitian adalah empat orang ibu yang memiliki anak

dengan obesitas sebagai informan utama dan satu orang nenek serta 3 orang suami

sebagai informan pendukung untuk melakukan validasi data dari informan utama.

Peneliti terlebih dahulu mencari tahu perilaku ibu terhadap obesitas pada anak.

Setelah itu peneliti mencari tahu hal-hal yang mempengaruhi informan untuk

berperilaku berdasarkan teori Health Belief Model (HBM) dan kemudian peneliti

melihat perbedaan dan persamaan jawaban dari informan untuk mengetahui mana

yang mempengaruhi perilaku ibu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian informan mengatasi obesitas

pada anak dan sebagian informan mencegah obesitas pada anak dengan

mengurangi minum susu pada anak dan melakukan olahraga. Selebihnya informan

tidak melakukan sesuatu untuk mengatasi atau mencegah obesitas pada anak.

informan yang berusaha mengatasi obesitas mengetahui anaknya sudah obesitas

dan merasa terancam akan dampak obesitas pada anak. Informan yang mencegah

obesitas merasa anaknya berpeluang mengalami obesitas karena pola makan anak

yang banyak. Informan yang tidak melakukan sesuatu tidak merasa anak

mengalami obesitas dan tidak rentan terhadap obesitas. Informan yang mencegah

dan tidak melakukan sesuatu terhadap obesitas pada anak bermula dari

pengetahuan ibu mengenai berat badan anak yang salah.

Kata Kunci: Perilaku ibu, obesitas, anak, Madrasah Ibtidaiyah.

Daftar Bacaan: 48 (2000 - 2016)

Page 7: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

vi

FACULTY OF MEDICINE AND PUBLIC HEALTH SCIENCE

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

NUTRITION SPECIALISATION

Undergraduate Thesis, March 2017

Riskah Wahyuni Nasution, NIM: 1112101000111

THE BACKGROUND OF MOTHER’S BEHAVIOR IN OVERCOMING

CHILD OBESITY FIRST CLASS IN MADRASAH IBTIDAIYAH AL -

HIKMAH SOUTH JAKARTA YEAR 2016

xiv+ 109 Pages, 6 tables, 4 charts, 13 attachments

ABSTRACT

The problem of obesity in children is given serious concern because it leads

to sleep disturbances, respiratory disorders and degenerative diseases. The

important person to combat child obesity is mother, because the mother can

manage her child’s diet and physical activity.

This study aims to know the behavior of mothers and the behaviour

background in overcoming child obesity in Madrasah Ibtidaiyah Al – Hikmah

based on the theory of the Health Belief Model (HBM).

The study used qualitative approach with in-depth interviews in collecting

data. Informants in the study were four mothers who had obese child as the main

informants, one grand mothers and three husbands as supporting informants to

validate data from main informants. Firstly, we tried to find out the mother's

behavior towards child obesity. After that we explored the behaviour background

based on the theory of HBM. In order to explain which factor had influenced the

behavior of the mother, we analyzed the differences and similiarities between

answers from informants with different behaviour.

The results showed that a mother had tried to overcome and a mother had

tried to prevent child obesity by reducing their children’s drinking milk and

directed their children to do exercise. The others did not do something to

overcome or prevent their children obesity. The mother who tried to overcome

obesity realized her child obesity and felt threatened by the impact of obesity. The

mother who tried to prevent her child obesity did not think that her child had been

obese already, but thought the child was susceptible to obesity because had often

eaten much. But the mothers who did not take any action to the child obesity did

not think their children were obese or prone to obesity. Different perception about

obesity threat came from the different knowledge about the body weight which

indicate the child obesity. Expected Jati Padang health Center is to to convey the

findings of obesity cases to parents through teachers with a sealed envelope and

suggest further treatment to the health center.

Keyword : Mother behavior, obesity, children, Madrasah Ibtidaiyah

Reading List : 48 (2000 – 2016)

Page 8: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah senantiasa melimpahkan

Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kita semua dalam keadaan sehat wal afiat

dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Peneliti juga panjatkan kehadirat

ALLAH SWT, karena dengan keridhoan-Nya proposal penelitian dengan judul

“Latar Belakang Perilaku Ibu Dalam Mengatasi Obesitas Pada Anak Kelas Satu

Di Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah Jakarta SelatanTahun 2016”, dapat

terselesaikan.

Peneliti menyadari bahwa laporan ini tidak akan tersusun dan selesai tanpa

bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat walafiat dan kelancaran

sehingga penulis dapat menjalankan magang dan membuat laporan dengan

lancar.

2. Kedua orangtua, abang dan adek-adek tersayang yang selalu mendoakan

dan memberikan semangat kepada penulis agar dapat menyelesaikan

skripsi ini.

3. Ibu Fajar Ariyanti, SKM. M.Kes, Ph.D selaku Kepala Program Studi

Kesehatan Masyarakat.

4. Ibu Febrianti, Sp, M. SI, selaku dosen pembimbing 1 dan Ibu Dela Aristi,

MKM, selaku dosen pembimbing II yang selalu memberikan saran dan

arahan.

5. Ibu Atika Wahyuni, S.Pd.I selaku kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah A l

– Hikmah yang telah banyak membantu dalam perizinan dan memberikan

informasi yang dibutuhkan selama penelitian.

6. Staf pengajar di Madrasah Ibtidaiyah Al – Hikmah khususnya walikelas

satu dan Wali kelas dua yang membantu dalam mengumpulkan anak-anak

untuk melakukan pengukuran berat badan anak dan memberikan informasi

yang dibutuhkan.

Page 9: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

viii

7. Tyas Widya Utami yang membantu dalam pengambilan data dan

wawancara dengan informan, serta Ayu Savitri dan widia oktaviani yang

selalu menyemangati dan membantu peneliti dalam pengambilan data

studi pendahuluan.

8. Sahabat-sahabat perjuangan yang senantiasa selalu saling memberi

semangat dan doa. Termakasih mami Rika, Ayu Savitri, Nurzia, jupe, ayu

sajida, juwita, kiki, evi, syifa dan Laili.

9. Teman-teman seperjuangan, mahasiswa/i kesehatan masyarakat angkatan

2012 khususnya peminatan Gizi terimakasih atas semangat, doa, masukan

dan kebersamaan kita selama ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih kurang dari

sempurna, sehingga peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua

pihak untuk menyempurnakan laporan ini. Semoga laporan proposal penelitian ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, Februari 2017

Peneliti

Page 10: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

ix

DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN…………….……………………….….............i

PANITIA SIDANG UJIAN………………………………………………….........ii

LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………………........iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS ............................................................. iv

ABSTRAK ............................................................................................................... v

ABSTRACT ........................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 7

1.3 Pertanyaan penelitian .............................................................................. 8

1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................... 8

1.4.1 Tujuan Umum ................................................................................... 8

1.4.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 8

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................. 9

1.5.1 Bagi Peneliti ...................................................................................... 9

1.5.2 Bagi Puskesmas ................................................................................ 9

1.5.3 Bagi Institusi fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan ................... 10

1.6 Ruang Lingkup ..................................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 11

2.1 Obesitas Anak .......................................................................................... 11

2.1.1 Pengertian ....................................................................................... 11

2.1.2 Cara mengukur berat badan anak. ................................................... 11

2.1.3 Gejala Obesitas ............................................................................... 18

2.1.4 Dampak Obesitas ............................................................................ 18

Page 11: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

x

2.1.5 Cara Mengatasi Obesitas................................................................. 23

2.2 Teori Health Belief Model ....................................................................... 27

2.2.1 Pengertian ....................................................................................... 27

2.2.2 Komponen Health Belief Model dan penerapan pada obesitas

anak................................................................................................. 30

2.3 Kerangka Teori ........................................................................................ 35

BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH .................................... 37

3.1 Kerangka Pikir ......................................................................................... 37

3.2 Definisi Istilah .......................................................................................... 38

BAB IV METODE PENELITIAN ....................................................................... 40

4.1 Desain Penelitian ..................................................................................... 40

4.2 Lokasi dan waktu penelitian ................................................................... 40

4.3 Informan Penelitian ................................................................................. 40

4.4 Instrumen penelitian ................................................................................ 41

4.5 Sumber Data ............................................................................................. 41

4.6 Prosedur Pengumpulan data ..................................................................... 42

4.7 Validasi Data ............................................................................................ 44

4.8 Pengolahan dan analisis data.................................................................... 44

4.9 Penyajian Data ......................................................................................... 46

BAB V HASIL PENELITIAN .............................................................................. 47

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 47

5.1.1 Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Al – Hikmah .................... 47

5.1.2 Gambaran aktivitas anak di Madrasah Ibtidaiyah Al – Hikmah .... 48

5.1.3 Gambaran kebiasaan jajan siswa di Madrasah Ibtidaiyah Al –

Hikmah...........................................................................................49

5.2 Karakteristik Informan ............................................................................. 50

5.3 Gambaran Perilaku informan ................................................................... 54

5.4 Gambaran Kepercayaan individu ............................................................. 56

5.4.1 Persepsi ancaman ............................................................................ 56

5.4.2 Persepsi manfaat ............................................................................. 59

5.4.3 Persepsi Kendala ............................................................................. 59

Page 12: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

xi

5.4.4 Efikasi diri/kepercayaan diri .......................................................... 61

5.5 Gambaran Pengetahuan Informan ............................................................ 62

5.6 Faktor pemicu tindakan individu ............................................................. 65

BAB VI PEMBAHASAN ..................................................................................... 67

6.1 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 67

6.2 Perilaku dan latar belakang ...................................................................... 67

6.2.1 Latar Belakang informan berperilaku mengatasi obesitas pada

anak................................................................................................. 68

6.2.1 Latar Belakang informan berperilaku mencegah obesitas pada

anak................................................................................................. 71

6.2.2 Latar Belakang informan tidak melakukan sesuatu untuk

mengatasi atau mencegah obesitas ................................................. 74

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 79

7.1 Simpulan .................................................................................................. 79

7.2 Saran ........................................................................................................ 80

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 81

LAMPIRAN ........................................................................................................... 87

Page 13: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks

Massa Tubuh..........................................................................................12

Tabel 2.2 Standar Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) Anak Laki-laki

kelas satu sekolah dasar.........................................................................13

Tabel 2.3 Standar Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) Anak perempuan

kelas satu sekolah dasar.........................................................................14

Tabel 3. 1 Definisi Istilah.......................................................................................38

Tabel 5. 1 Karakteristik informan Utama..............................................................51

Tabel 5. 2 Karakteristik Informan Pendukung......................................................53

Page 14: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2. 1 komponen Health Belief Model 1...................................................28

Bagan 2. 2 Komponen Health Belief Model 2..................................................29

Bagan 2. 3 Kerangka Teori................................................................................36

Bagan 3.1 Kerangka Pikir Penelitian.................................................................37

Page 15: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent...............................................................................88

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Mendalam.......................................................89

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Mendalam Untuk Informan Pendukung

(Suami / Nenek / PengasuhAnak)..........................................................................91

Lampiran 4 Matrix Identitas Informan...................................................................92

Lampiran 5 Matrix hasil wawancara......................................................................93

Lampiran 6 Kutipan Transkrip Pengetahuan Informan Utama..............................95

Lampiran 7 Kutipan Transkrip Perilaku informan Utama.....................................97

Lampiran 8 Kutipan Transkrip Kepercayaan Informan Utama.............................98

Lampiran 9 Matrix Identitas Informan Pendukung..............................................103

Lampiran 10 Matrix Wawancara Informan Pendukung ......................................104

Lampiran 11 Kutipan Transkrip Dengan Ibu Kantin Terkait Kebiasaan Jajan

Siswa...............................................................................................106

Lampiran 12 Tranksrip Verbatim dengan guru terkait aktivitas fisik anak dan

status ekonomi orang tua di Madrasah Ibtidaiyah Al – Hikmah....107

Lampiran 13 Dokumentasi Kegiatan...................................................................109

Page 16: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Wang,. et al (2000) dalam Aballa (2010), obesitas pada

anak bukan hanya dinilai sebagai masalah sehari-hari, namun bagi sebagian

besar dokter anak dan orang tua di negara-negara maju menyatakan hal ini

juga menjadi beban bagi negara-negara berkembang. Secara global

diperkirakan sebanyak 155 juta anak-anak mengalami obesitas. Tingkat

prevalensi di seluruh dunia berkisar pada 25%, Amerika sebesar 37%, Eropa

sebesar 35%, Timur Tengah sebesar 25%, dan Asia sebesar 15% serta di

Afrika diperkirakan menjadi sebesar 8,4% (Aballa, 2010). Selain secara

global, prevalensi obesitas di Indonesia juga tinggi, berdasarkan hasil

Riskesdas pada tahun 2013, menunjukkan bahwa prevalensi obesitas di

Indonesia pada usia 5-12 tahun sebesar 8,8% (Kemenkes RI, 2013).

Obesitas merupakan akibat dari konsumsi asupan makan (asupan

kalori) yang jauh lebih banyak dari pada jumlah kalori yang di lepaskan

(Wahyu, 2009). Menurut Kemenkes RI (2012), pada anak yang obesitas

juga dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan yang sangat

merugikan kualitas hidup anak seperti gangguan pertumbuhan tungkai kaki,

gangguan tidur, dan henti napas sesaat. Selain itu, anak yang mengalami

obesitas akan berlanjut menjadi obesitas pada masa dewasa dan berisiko

Page 17: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

2

terkena penyakit metabolik dan penyakit degeneratif (Kemenkes, 2012).

Oleh karena itu obesitas pada anak perlu di hindari.

Berdasarkan hasil penelitian Husaini yang di kutip oleh Hadi (2005),

mengemukakan bahwa dari 50 anak yang mengalami obesitas, 86% akan

tetap obesitas hingga dewasa dan dari 50 anak perempuan yang obesitas,

80% akan tetap obesitas hingga dewasa. Selain itu, berdasarkan hasil

penelitian Mexitalia pada tahun 2003 didapatkan bahwa 1/3 anak yang

obesitas saat prasekolah menjadi obesitas pada saat dewasa, dan ½ anak

yang obesitas pada masa sekolah menjadi obesitas pada masa dewasa

(Mexitalia, 2005 dalam Leonita, 2010). Dengan demikian obesitas pada

anak memerlukan perhatian yang serius dan penanganan yang tepat dengan

melibatkan peran orang terdekat dalam lingkungan hidupnya seperti orang

tua (Kemenkes RI, 2012).

Ibu berperan dalam mengatasi obesitas pada anak, karena ibu yang

bertanggung jawab dalam mengatur dan memilih pola makan anak. Hal ini

sesuai menurut Jackson et al., (2005), menyatakan bahwa ibu berperan

dalam mempengaruhi sumber, keanekagaraman dan kuantitas makanan dari

anak mereka. Menurut Berg (2002), orang tua mempengaruhi pemilihan

makanan anak dengan mengendalikan ketersediaan makan, berperan sebagai

pemberi contoh dan mendorong anak untuk mengkonsumsi makanan

tertentu. Maka diketahui bahwa pengetahuan tentang gizi yang dimiliki

orang tua juga berpengaruh terhadap pemilihan makan dan pengetahuan

Page 18: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

3

orang tua dan secara tidak langsung berdampak pada pengetahuan dan

perilaku anak.

Berdasarkan hasil penelitian Subiakti (2013), menunjukkan bahwa

ibu yang memiliki persepsi negatif terhadap obesitas lebih banyak memiliki

anak yang tidak obesitas dibandingkan dengan ibu yang memiliki persepsi

positif. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya persepsi ibu yang negatif terkait

obesitas untuk menanamkan perilaku dan kebiasaan kesehatan yang baik

agar bisa mencegah dan mengatasi obesitas pada anak. Hal ini berbeda

dengan ibu yang memiliki persepsi positif tentang obesitas, contohnya ibu

beranggapan anak yang obesitas adalah anak yang sehat dan berkecukupan

gizi (Baughcum et al., 2000). Padahal persepsi ibu yang berkaitan dengan

nutrisi seperti pemilihan makanan tinggi lemak dan kalori merupakan salah

satu faktor pendukung terjadinya obesitas. Ibu berpengaruh dalam

membentuk sikap dan perilaku anak sehingga kecenderungan anak untuk

menyukai makanan tersebut tergantung pada ketersediaan makanan di

rumah.

Melalui pendekatan teori Health Belief Model dikenal adanya empat

komponen yang melatar belakangi seseorang untuk melakukan perilaku

kesehatan yaitu perceived susceptibility, perceived seriousness, perceived

benefit, dan perceived barriers. Sedangkan cues to action yang di pengaruhi

faktor eksternal, faktor modifikasi (demografis, struktural, dan

sosiopsikologis) dan self-efficacy yaitu kepercayaan individu dalam

mengambil tindakan (Glanz et al., 2008)

Page 19: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

4

Tindakan dalam mengatasi obesitas pada anak dilatar belakangi oleh

Perceived susceptibility (persepsi kerentanan) merupakan persepsi ibu

terkait kerentanan terhadap suatu penyakit untuk mencegah dan mengobati

penyakit dengan mengatasi obesitas pada anak, karena dengan mengatasi

obesitas maka dapat mencegah risiko terkena penyakit diabetes mellitus tipe

2, hipertensi dan kanker pada saat dewasa dan pada anak-anak seperti

gangguan pertumbuhan tungkai kaki, gangguan tidur, sleep apnea (henti

napas sesaat) dan gangguan pernafasan lain.

Perceived seriousness (persepsi keseriusan) yaitu persepsi ibu terkait

keseriusan penyakit yang akan di timbulkan apabila obesitas pada anak

tidak diatasi, Perceived benefit yaitu persepsi ibu terkait manfaat atau

keuntungan yang diperoleh dalam mengatasi obesitas. Perceived barriers

yaitu persepsi ibu tentang hambatan yang dirasakan dalam mengatasi

obesitas pada anak. Cues to action merupakan faktor eksternal dari ibu

untuk mengatasi obesitas, Faktor modifikasi (usia, pendidikan, pekerjaan,

dan pengetahuan) yang dapat mempengaruhi ibu dalam mengatasi obesitas,

dan Self-efficacy yaitu kepercayaan diri dari ibu dalam mengatasi obesitas

pada anak.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dhyanaputri et al.

(2011), persepsi susceptibility (persepsi kerentanan) terhadap obesitas anak

menyatakan semua informan merasa bahwa semua anak rentan terhadap

obesitas. Berdasarkan hasil penelitian Akhmadi (2009), perceived

seriousness (persepsi keseriusan) masalah obesitas pada anak diketahui

Page 20: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

5

sebagaian keluarga mempunyai persepsi yang buruk yaitu keluarga bangga

mempunyai anak yang obesitas dan menolak jika anaknya dikatakan

obesitas sehingga beranggapan sebagai sesuatu yang masih normal dan

tidak perlu untuk dikhawatirkan.

Persepsi orang tua yang keliru akan membuat masalah yang besar

dan memprihatinkan seperti banyak orang tua cenderung bangga

mempunyai anak yang gemuk. Padahal obesitas merupakan keadaan

penyebab terjadinya resiko yang berhubungan dengan berbagai macam

penyakit pada anak dan remaja yang dapat berlanjut pada masa tua. Obesitas

pada anak dapat dihubungkan dengan hiperinsulin, hiperlipid, hipertensi dan

intoleransi karbohidrat. Bahkan obesitas pada anak berhubungan dengan

penyakit jantung koroner di masa usia lanjut (Promkes Dinas Kesehatan

Provinsi Banten, 2013).

Beberapa ibu yang merasa khawatir dengan masalah obesitas pada

anak maka berusaha untuk melakukan tindakan seperti mengatasi obesitas

pada anak usia sekolah dasar dengan mengatur pola makan anak dan

olahraga (Marpaung, 2007). Selain itu berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan Dhyanaputri et al., (2011), menyatakan bahwa ibu yang khawatir

dengan adanya obesitas pada anak berupaya mengatasi obesitas pada anak

dengan mengurangi porsi makanan anak, mengurangi minum susu atau

mengganti susu dengan air putih.

Upaya yang dilakukan ibu umumnya tidak berhasil karena ada

hambatan (perceived barriers) yang bisa datang dari anak sendiri, seperti

Page 21: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

6

anak susah dilarang jika menginginkan sesuatu, napsu makan anak yang

besar membuat anak selalu merasa lapar dan akan menangis jika

makanannya dibatasi. Selain hambatan yang datang dari anak, hambatan

untuk mengatur pola makan anak juga datang dari ibu sendiri yaitu ibu yang

selalu menuruti keinginan anak. Hambatan juga dirasakan dalam mengatur

aktivitas anak seperti anak yang malas melakukan aktivitas serta kurangnya

waktu orangtua untuk bersama anak dikarenakan bekerja sehingga menjadi

hambatan bagi orangtua untuk mengajak anaknya bermain dan kurangnya

taman bermain untuk anak membuat anak jarang bermain di luar rumah

(Dhyanaputri et al., 2011).

Prevalensi tertinggi obesitas pada usia 5-12 tahun terjadi di provinsi

DKI Jakarta sebesar 14,0%. (Kemenkes RI, 2013). Jakarta Selatan

merupakan salah satu kota di DKI Jakarta dengan prevalensi obesitas

tertinggi kedua sebesar 15,0% (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan laporan

suku dinas kesehatan Jakarta Selatan tahun 2015, prevalensi obesitas pada

anak sekolah dasar yang di jaring sebesar 1,8%. Obesitas tertinggi di

wilayah Jakarta Selatan adalah Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu

sebesar 8,55%. Data dari Puskesmas kecamatan Pasar Minggu tahun 2015

menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada anak sekolah yang dijaring

paling tinggi adalah puskesmas kelurahan Jati Padang sebesar 37%.

Prevalensi obesitas yang paling tinggi berdasarkan hasil penjaringan

puskemas kelurahan Jati Padang tahun 2015 sebanyak 40% terdapat pada

Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah.

Page 22: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

7

Berdasarkan hasil penjaringan Puskesmas kelurahan Jati Padang di

Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah tahun 2016 diketahui prevalensi obesitas

adalah 15,68%. Prevalensi ini lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi

nasional. Prevalensi obesitas yang tinggi di Madrasah Ibtidaiyah Al -

Hikmah membuat peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian

terkait “Latar belakang perilaku ibu dalam mengatasi obesitas pada anak

kelas satu di Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah Jakarta Selatan Tahun

2016”.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah obesitas saat ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa,

tetapi juga sudah banyak yang terjadi pada anak-anak. Obesitas pada anak

dapat menyebabkan terjadinya berhenti nafas pada saat tidur, gangguan

tungkai kaki dan berisiko terkena penyakit metabolik dan penyakit

degeneratif. Salah satu penyebab obesitas pada anak adalah persepsi ibu.

Persepsi ini akan dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam mengatur pola

makan dan aktivitas fisik anak. Berdasarkan hasil penjaringan yang

dilakukan suku dinas kesehatan Jakarta Selatan tahun 2015, prevalensi

obesitas pada anak sekolah dasar yang paling tinggi adalah Puskesmas

Kecamatan Pasar Minggu.

Data dari Puskesmas kecamatan Pasar Minggu menunjukkan bahwa

prevalensi obesitas tertinggi yang di jaring pada anak sekolah dasar adalah

puskesmas kelurahan Jati Padang. Prevalensi obesitas yang paling tinggi

berdasarkan hasil penjaringan puskemas kelurahan Jati Padang tahun 2015

Page 23: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

8

sebanyak 40% terdapat pada Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah. Madrasah

Ibtidaiyah Al - Hikmah merupakan prevalensi obesitas tertinggi dan

melebihi dari prevalensi obesitas pada anak secara nasional. Pada tahun

2016 obesitas pada anak di Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah sebanyak

15,68%. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui mengenai “Latar

belakang perilaku ibu dalam mengatasi obesitas pada anak kelas satu di

Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah Jakarta Selatan Tahun 2016”.

1.3 Pertanyaan penelitian

Bagaimana gambaran perilaku ibu dalam mengatasi obesitas pada anak dan

hal-hal apa saja yang mempengaruhi perilaku tersebut?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah :

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya informasi terkait perilaku ibu dalam mengatasi

obesitas dan hal-hal yang mempengaruhi perilaku ibu pada anak

kelas satu di Madrasah Ibtidayah Al - Hikmah Jakarta Selatan

Tahun 2016

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diperolehnya informasi tentang perilaku informan dalam

mengatasi obesitas pada anak kelas satu di Madrasah Ibtidayah

Al - Hikmah Jakarta Selatan tahun 2016.

2. Diperolehnya informasi tentang kepercayaan individu (persepsi

terhadap ancaman obesitas, persepsi terhadap manfaat mengatasi

Page 24: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

9

obesitas pada anak, persepsi hambatan, dan kepercayaan diri

ibu) yang mempengaruhi dalam perilaku ibu dalam mengatasi

obesitas pada anak kelas satu di Madrasah Ibtidayah Al -

Hikmah Jakarta Selatan tahun 2016.

3. Diperolehnya informasi tentang faktor modifikasi pengetahuan

yang mempengaruhi kepercayaan individu dalam mengatasi

obesitas pada anak kelas satu di Madrasah Ibtidayah Al -

Hikmah Jakarta Selatan tahun 2016.

4. Diperolehnya informasi tentang faktor pemicu yang

mempengaruhi perilaku ibu mengatasi obesitas pada anak kelas

satu di Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah Jakarta Selatan tahun

2016.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1.5.1 Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan mengembangkan ilmu

pengetahuan tentang obesitas, khususnya obesitas terhadap anak

usia sekolah dasar

1.5.2 Bagi Puskesmas

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai acuan dalam

memberikan penyuluhan atau sosialisasi kepada ibu dengan

bekerjasama dengan sekolah Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah

Jakarta Selatan.

Page 25: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

10

1.5.3 Bagi Institusi fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan

Menambah referensi Penelitian di fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk melakukan

penelitian lebih dalam bagi peneliti yang lain.

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini dilaksanakan oleh mahasiswa Peminatan Gizi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini akan

dilakukan pada bulan Desember 2016 – Januari 2017 menggunakan metode

kualitatif dengan wawancara mendalam untuk mendapatkan gambaran

perilaku ibu dalam mengatasi obesitas pada anak kelas satu di Madrasah

Ibtidaiyah Al - Hikmah Jakarta Selatan Tahun 2016. Informan utama dalam

penelitian ini dilakukan pada ibu yang mempunyai anak obesitas di sekolah

Madrasah Ibtidaiyah Al Hikmah yaitu sebanyak 4 orang. Informan

pendukung adalah keluarga terdekat yaitu nenek dan ayah kandung dari

anak sebanyak 4 orang informan.

Page 26: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obesitas Anak

2.1.1 Pengertian

Status gizi adalah keadaan fisiologis tubuh yang merupakan akibat

dari konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi dalam tubuh. Status

gizi dapat dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, normal, dan

lebih (Almatsier, 2009). Obesitas merupakan status gizi lebih. Menurut

Febry dan Marendra (2008), Obesitas pada anak adalah kelebihan

lemak dalam tubuh yang terjadi pada anak apabila selalu makan dalam

porsi besar dan tidak diimbangi dengan aktivitas seimbang. Selain itu,

menurut WHO (2016) obesitas adalah akumulasi lemak abnormal atau

berlebihan yang dapat berisiko bagi kesehatan. Menurut Kemenkes

(2013), cara mengukur obesitas pada anak umur 5-18 tahun adalah

dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U).

2.1.2 Cara mengukur berat badan anak.

Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter.

Indeks antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap

satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur dan

tingkat gizi. Salah satu contoh dari indeks antropometri adalah Indeks

Massa Tubuh (IMT) atau yang disebut dengan Body Mass Index

(Supariasa, 2001).

Page 27: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

12

Untuk menilai status gizi anak diperlukan standar antropometri yang

mengacu pada standar WHO (WHO, 2005 dalam Kemenkes RI, 2010).

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak

Berdasarkan Indeks

Indeks Kategori Status Giz Ambang Batas (Z-Score)

Berat badan menurut Umur

(BB/U) Anak Umur 0 – 60

bulan

Gizi buruk < -3 SD

Gizi kurang -3 SD sampai dengan <-2 SD

Gizi baik -2 SD sampai dengan 2 SD

Gizi Lebih >2 SD

Panjang Badan menurut Umur

(PB/U) atau Tingggi Badan

menurut Umur (TB/U) Anak

Umur 0 – 60 bulan

Sangat Pendek <-3 SD

Pendek -3 SD sampai dengan <-2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Tinggi >2 SD

Berat Badan menurut Panjang

Badan (BB/PB) atau Berat

Badan menurut Tinggi Badan

(BB/TB) Anak umur 0 – 60

Bulan

Sangat Kurus <-3 SD

Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Gemuk >2 SD

Indeks Massa Tubuh menurut

Umur (IMT/U) Anak umur 0 –

60 bulan

Sangat Kurus <-3 SD

Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Gemuk >2 SD

Indeks Massa Tubuh menurut

Umur (IMT/U) Anak Umur 5

– 18 Tahun

Sangat Kurus <-3 SD

Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 1 SD

Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD

Obesitas >2 SD

Sumber : Kemenkes RI (2013)

Page 28: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

13

Berikut tabel standar indeks massa tubuh menurut umur pada anak laki-

laki dan perempuan pada usia 5-7 tahun.

Tabel 2.2

Standar Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)

Anak Laki-laki kelas satu sekolah dasar

Sumber: Kemenkes RI (2013)

Page 29: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

14

Tabel 2.3

Standar Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)

Anak perempuan kelas satu sekolah dasar

Sumber: Kemenkes RI (2013)

Page 30: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

15

Pengukuran indeks massa tubuh pada anak usia 5 – 18

tahun terdiri dari berat badan, tinggi badan dan umur. Berikut

penjelasannya :

1. Berat badan

Berat badan merupakan...

Cara mengukur berat badan anak adalah dengan

menggunakan timbangan digital dengan kapasitas 150 kg

dengan ketelitian 0,1 kg. Berikut cara menimbang berat badan

anak (Depkes RI, 2007) yaitu :

a. Mengambil timbangan dari kotak karton.

b. Memasang baterai pada bagian bawah alat timbangan dan

perhatikan posisi baterai

c. Memasang 4 (empat) kaki timbangan pada bagian bawah alat

timbang

d. Letakan alat timbang pada lantai yang datar

e. Responden yang akan ditimbang diminta untuk membuka

alas kaki, jaket dan mengeluarkan isi kantong yang berat

seperti kunci.

f. Mengaktifkan alat timbang dengan mengaktifkan tombol

sebelah kanan sampai muncul angka 0,00.

g. Responden diminta naik ke alat timbangan dan kaki tepat

berada ditengah timbangan dengan kepala tidak menunduk

(lurus kedepan) dan tidak bergerak-gerak.

Page 31: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

16

h. Mencatat angka yang muncul di formulir yang disediakan.

2. Tinggi Badan

Tinggi badan diperoleh dengan mengukur tinggi badan

menggunakan pita meteran (microtoise). Menurut Depkes RI

(2007), berikut cara mengukur berat badan deng microtoise

adalah sebagai berikut:

a. Gantungkan bandul benang untuk membantu memasang

microtoise di dinding agar tegak lurus.

b. Letakan alat pengukur di lantai yang datar tidak jauh dari

bandul tersebut dan menempel pada dinding yang rata tanpa

ada lekukan

c. Tarik papan penggeser tegak lurus keatas hingga

menunjukkan angka nol. Kemudian di paku atau direkat

dengan lakban pada bagian atas microtoise.

d. Minta responden untuk melepaskan alas kaki (sendal/sepatu),

topi (penutup kepala)

e. Memastikan alat geser berada di posisi atas

f. Responden diminta untuk berdiri tegak dibawah microtoise.

g. Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan dan tumit

menempel pada dinding tempat microtoise di pasang

h. Pandangan lurus ke depan dan tangan dalam posisi

tergantung bebas

Page 32: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

17

i. Pastikan alat geser berada tepat di tengah kepala responden

dan geser sampai menyentuh bagian atas kepala responden.

j. Baca angka tinggi badan pada jendela baca sejajar dengan

mata petugas dan mencatat di formulir yang disediakan.

k. Apabila pengukur lebih rendah dari yang dikur, maka

pengukur harus berdiri di atas bangku agar hasil

pembacaannya benar.

3. Umur

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status

gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status

gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi

badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai

dengan penentuan umur yang tepat. Jadi, cara menghitung umur

anak adalah dilihat sesuai dengan usia bulan penuh. Contoh :

umur 7 tahun 2 bulan, maka dihitung 7 tahun. umur 6 tahun 11

bulan, dihitung 6 tahun (Supariasa, 2001). Cara mengetahui

status gizi seseorang maka ada kategori ambang batas IMT/U

dengan menggunakan soft wareWHOAnthroplus. Ukuran ini

dihitung dengan umur, mengukur tinggi badan (dalam cm) dan

menimbang berat badan (dalam kilogram).

Page 33: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

18

2.1.3 Gejala Obesitas

Gejala-gejala yang biasa dialami oleh seseorang yang mengalami obesitas

antara lain (Wahyu, 2009) :

1. Kebiasaan tidur dengan mendengkur

2. Susah tidur, nyeri pada punggung atau sendiri

3. Berhenti nafas pada saat tidur secara tiba-tiba

4. Selalu merasakan panas berkeringat secara berlebihan

5. Sulit bernafas

6. Depresi sering merasakan ngantuk dan lelah

7. Ruam atau infeksi pada lipatan kulit

2.1.4 Dampak Obesitas

Masalah kesehatan yang akan terjadi pada anak yang obesitas bisa

berakibat buruk dan menimbulkan masalah yang berkelanjutan sampai usia

remaja dan dewasa. Masalah kesehatan yang akan terjadi akibat obesitas

pada anak sebagai berikut :

1. Masalah klinis

a. Diabetes Melitus Tipe 2

Risiko Diabetes Melitus tipe 2 meningkat akibat obesitas dan

kurangnya aktivitas fisik. Hal ini terjadi karena berbagai sebab yang

dapat mengganggu kerja insulin atau disebut dengan resistensi insulin.

Resistensi insulin merupakan kondisi ketika jumlah insulin yang di

produksi memadai, tetapi tidak mampu mengontrol kadar gula

didalam darah dalam batas normal. Insulin berperan mengubah kadar

Page 34: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

19

gula dalam darah yang meningkat setelah makan menjadi cadangan

gula di dalam otot (glukagon) (Wahyu, 2009). Penderita DM tipe 2

berpeluang mengalami berbagai komplikasi berbagai penyakit berat

seperti gagal ginjal kronis, penyakit jantung, stroke dan kebutaan dan

sebagainya dikemudian hari (Wahyu, 2009).

b. Hipertensi

Obesitas merupakan salah satu faktor yang meningkatkan risiko

hipertensi primer (Wahyu, 2009). Berat badan berkaitan erat dengan

tekanan darah dan peningkatan berat badan yang berlebih diikuti oleh

peningkatan tekanan darah. Oleh karena itu mempertahankan berat

badan normal dapat mencegah terjadinya hipertensi pada saat dewasa

(Subardja, 2004).

c. Meningkatnya kejadian berhenti napas pada saat tidur (sleep apnea)

Obesitas pada anak berpotensi menimbulkan gangguan pada

saluran pernafasan ketika tidur yang dikenal dengan istilah sleep

apnea. Sleep apnea ditandai dengan berhentinya nafas sekitar 10 detik

atau lebih ketika anak tidur. sebuah penelitian menyebutkan bahwa

kelainan sleep apnea dijumpai pada anak obesitas sebesar 7%

(Wahyu, 2009).

Penyebab anak yang obesitas menyebabakan sleep apnea adalah

penebalan jaringan lemak di daerah dinding dan dada dan diafragma,

sehingga terjadi penurunan volume dan perubahan pola ventilasi paru

serta meningkatkan beban kerja otot pernafasan. Pada saat tidur terjadi

Page 35: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

20

penurunan tonus otot dinding dada yang disertai penurunan saturasi

oksigen dan peningkatan kadar CO2, serta penurunan tonus otot yang

mengatur pergerakan lidah yang menyebabkan lidah jatuh ke arah

dinding belakang faring yang mengakibatkan obstruksi saluran nafas

intermiten dan menyebabkan tidur gelisah, sehingga keesokan harinya

anak cenderung mengantuk dan hipoventilasi. ini berkurang seiring

dengan penurunan berat badan (Irwan, 2016).

Menurut Prasadja (2009), dampak sleep apnea pada anak dapat

menganggu kemampuan konsentrasi dan daya ingat, akibatnya

prestasi sekolah menurun. Meski demikian, tidak semua penderita

sleep apnea pada anak mempunyai prestasi yang menurun. Selain itu,

efek sleep apnea pada anak sama seperti orang dewasa yaitu

mengganggu kualitas tidur. Akibatnya, walaupun sudah tidur 8 hingga

9 jam, penderita sleep apnea masih merasa lelah dan mengantuk.

Tahap tidur dianggap sebagai yang berperan dalam perkembangan

otak. Jika tahapan-tahapan tidur ini terganggu, maka pertumbuhan

anak akan terganggu. Seharusnya potensi-potensi yang dapat dibangun

pada saat tidur jadinya tidak terwujud karena proses tidur yang

terganggu.

Selain itu, Menurut Maharani (2015), salah satu gangguan tidur

yang paling dikhawatirkan pada anak dengan obesitas adalah

obstructive sleep apnea (OSA) yaitu kondisi henti napas saat tidur

yang bisa menyebabkan kematian mendadak saat tidur.

Page 36: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

21

d. Gangguan tulang

Obesitas pada anak berpotensi menimbulkan kelainan bentuk dan

ukuran tulang, ketidakseimbangan, maupun rasa nyeri yang sangat

kuat baik ketika anak berdiri, berjalan maupun berlari. Obesitas pada

anak diduga memberikan tekanan dan regangan yang lebih besar

terutama pada tulang kaki dibandingkan dengan anak yang berat

badan normal (Wahyu, 2009).

Pada anak obesitas cenderung berisiko mengalami gangguan

ortopedik (patah tulang) yang disebabkan kelebihan berat badan, yaitu

tergelincirnya epifisis kaput femoris yang menimbulkan gejala nyeri

panggul atau tergelincirnya lutut dan terbatasnya gerakan panggul

(Irwan, 2016).

e. Penyakit asma

Obesitas pada anak dapat meningkatkan risiko timbulnya asma,

terutama setelah beraktivitas fisik maupun berolahraga yang

melelahkan. Hal ini sesuai penelitian Rosenskranz tahun 2008

menunjukkan bahwa obesitas pada anak dan kurang beraktivitas fisik

maupun berolahraga meningkatkan risiko timbulnya serangan sesak

napas yang mirip penyakit asma bronkhiale (Wahyu, 2009).

Selain itu, menurut Maharani (2015), anak-anak yang kelebihan

berat badan atau obesitas lebih berisiko terserang asma. Kelebihan

lemak di seluruh tubuh juga bisa membuat anak dengan obesitas

sering mengalami sesak napas.

Page 37: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

22

Asma terjadi dalam 3 derajat yaitu ringan, sedang maupun berat.

kelainan asma ringan tidak berbahaya bagi kesehatan dan dapat

sembuh secara spontan. Namun, kelainan ini sangat mengganggu

aktivitas akibat rasa sesak yang ditimbulkannya. Sementara itu, asma

derajat sedang dan berat umumnya memerlukan terapi jangka panjang,

bahkan mungkin perlu menjalani rawat inap (Wahyu, 2009).

2. Gangguan Kesehatan Mental dan gangguan sosial

Anak yang obesitas rentan mengalami gangguan kejiwaan seperti

depresi. Hal ini disebabkan seperti adanya ejekan dari teman sebayanya

terutama ketika mulai memasuki usia sekolah. Anak yang obesitas

umumnya sangat lambat dan malas untuk bergerak sehingga pada saat

beraktivitas fisik di sekolah menyebabkan anak sangat lambat dan

mengundang ejekan dari teman-temannya.

Ejekan yang diterima oleh anak yang obesitas secara terus menerus

dapat membuat anak tertekan dan kehilangan rasa percaya diri. Jika hal

ini tidak diatasi dengan tepat dan segera dapat menyebabkan anak

depresi. Selain itu, anak akan cenderung untuk menarik diri dari

lingkungan dan menghindari kegiatan bersama teman-teman sebayanya

(Wahyu, 2009).

Page 38: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

23

2.1.5 Cara Mengatasi Obesitas

Cara mengatasi obesitas pada anak bisa dengan mengatur pola makan anak

dan aktivitas anak. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatur

makanan anak agar berat badannya kembali ke berat normal sesuai usianya,

sebagai berikut (Soenardi, 2011):

1. Atur kembali porsi makanannya agar sesuai dengan kebutuhannya.

2. Kurangi makanan yang mengandung lemak dan gula yang tinggi,

berikan porsi kalori yang rendah dengan banyak sayuran dan buah

sehingga anak tetap kenyang.

3. Buat anak melakukan banyak aktivitas fisik atau olahraga yang menjadi

kesenangannya dan jangan memaksa anak untuk melakukan diet.

4. Mengatur dan mengawasi jam makan pada anak. Misalnya: pagi

sarapan, jam 10.00 selingan (bila mungkin buah), makan siang, jam

16.00 snack, dan makan malam. Jika anak biasa ngemil, ganti dengan

buah.

Selain itu cara menurunkan obesitas pada anak menurut Ikatan Dokter

Anak Indonesia (IDAI) tahun 2014 yaitu sebagai berikut:

1. Olahraga

Pada anak berusia 6-12 tahun atau usia sekolah lebih tepat untuk

memulai latihan fisik seperti bersepeda, berenang, menari, karate, senam,

sepak bola, dan basket. Aktivitas sehari-hari dioptimalkan seperti

berjalan kaki atau bersepeda ke sekolah, menempati kamar tingkat agar

naik dan turun tangga, mengurangi lama menonton televisi atau bermain

Page 39: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

24

games komputer, dan menganjurkan bermain di luar rumah (IDAI, 2014).

Menurut WHO (2016), aktivitas fisik setidaknya dilakukan 60 menit

perhari untuk menurunkan berat badan anak. Sedangkan menurut

Damayanti dalam Misnadirly (2007), anak harus mempunyai kegiatan

fisik diluar sekolah 20 – 30 menit perhari. Olahraga seperti Aerobik

dapat menurunkan berat badan.

Menurut Yatim (2005), aerobik yang dilakukan selama 50 menit

dalam 3 kali seminggu dapat mengendalikan tekanan darah dan lemak

darah sehingga dapat menurunkan berat badan anak. Berdasarkan hasil

penelitian Anam, dkk (2010), olahraga yang dilakukan seperti senam dan

lari pada anak SD dalam 3 kali 45 menit per minggu selama 8 minggu

dapat menurunkan indeks massa tubuh dan meningkatkan tingkat

kesegaran jasmani.

2. Menerapkan pola makan yang benar

Pemberian diet seimbang sesuai requirement daily allowances

(RDA) merupakan prinsip pengaturan diet pada anak gemuk karena anak

masih bertumbuh dan berkembang dengan metode food rules, yaitu:

a. Terjadwal dengan pola makan besar 3x/hari dan camilan 2x/hari yang

terjadwal (camilan diutamakan dalam bentuk buah segar), diberikan

air putih di antara jadwal makan utama dan camilan, serta lama makan

30 menit/kali

Page 40: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

25

b. Lingkungan netral dengan cara tidak memaksa anak untuk

mengonsumsi makanan tertentu dan jumlah makanan ditentukan oleh

anak

c. Prosedur dilakukan dengan pemberian makan sesuai dengan

kebutuhan kalori yang diperoleh dari hasil perkalian antara kebutuhan

kalori berdasarkan RDA menurut height age dengan berat badan ideal

menurut tinggi badan

Langkah awal yang dilakukan adalah menumbuhkan motivasi anak

untuk ingin menurunkan berat badan setelah anak mengetahui berat

badan ideal yang disesuaikan dengan tinggi badannya, diikuti dengan

membuat kesepakatan bersama berapa target penurunan berat badan yang

dikehendaki.

3. Modifikasi Perilaku

Prioritas utama adalah perubahan perilaku, maka perlu

menghadirkan peran orangtua sebagai komponen intervensi. Beberapa

cara pengubahan perilaku berdasarkan metode food rules diantaranya

adalah:

a. Pengawasan sendiri terhadap berat badan, masukan makanan, dan

aktivitas fisis, serta mencatat perkembangannya

b. Kontrol terhadap rangsangan/stimulus, misalnya pada saat menonton

televisi diusahakan untuk tidak makan karena menonton televisi dapat

menjadi pencetus makan. Orangtua diharapkan dapat meniadakan

Page 41: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

26

semua stimulus di sekitar anak yang dapat merangsang keinginan

untuk makan

c. Mengubah perilaku makan, misalnya belajar mengontrol porsi dan

jenis makanan yang dikonsumsi, serta mengurangi makanan camilan

d. Penghargaan, yaitu orangtua dianjurkan untuk memberikan dorongan,

pujian terhadap keberhasilan atau perilaku sehat yang diperlihatkan

anaknya, misalnya makan makanan menu baru yang sesuai dengan

program gizi yang diberikan, berat badan turun, dan mau melakukan

olahraga

e. Pengendalian diri, misalnya dapat mengatasi masalah apabila

menghadapi rencana bepergian atau pertemuan sosial yang

memberikan risiko untuk makan terlalu banyak, yaitu dengan memilih

makanan yang berkalori rendah atau mengimbanginya dengan

melakukan latihan tambahan untuk membakar energi

4. Terapi Bedah

Prinsip terapi bedah pada obesitas (bedah bariatrik) adalah (1)

mengurangi asupan makanan (restriksi) atau memperlambat pengosongan

lambung dengan cara gastric banding dan vertical-banded gastroplasty,

dan (2) mengurangi absorbsi makanan dengan cara membuat gastric

bypass dari lambung ke bagian akhir usus halus. Sampai saat ini belum

cukup banyak diteliti manfaat serta bahaya pembedahan jika diterapkan

pada anak (Yanovski, 2001 dalam IDAI, 2014)

Page 42: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

27

2.2 Teori Health Belief Model

2.2.1 Pengertian

Health Belief Model adalah sebuah teori yang pertama kali

dikembangkan pada tahun 1950an oleh psikologi sosial di United States

Public Health Service untuk menjelaskan kegagalan partisipasi orang-

orang dalam program pencegahan dan mendeteksi penyakit (Hochbaum

1958, Rosenstock, 1960, 1974). Kemudian model diperluas

penggunaannya pada respons orang terhadap gejala penyakit (Kirsht,

1974) dan perilaku mereka dalam merespon penyakit yang sudah

didiagnosa, khususnya kepatuhan terhadap medis (Becker, 1974 dalam

Glanz, et al, 2008).

HBM berakar pada teori kognitif (seperti keyakinan dan sikap)

dan berkaitan dengan proses berpikir dalam pengambilan keputusan

seseorang dalam melakukan suatu cara tertentu. Konsep seperti ini

dikenal sebagai teori “nilai-harapan”. Jadi dapat dikatakan HBM

merupakan teori nilai-harapan. Jika konsep ini diaplikasikan pada

perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, maka dapat diartikan

menjadi keinginan untuk tidak sakit dan keyakinan (belief) bahwa

tindakan kesehatan tertentu akan mencegah atau menyembuhkan

penyakit (harapan). Harapan ini kemudian diartikan sebagai perkiraan-

perkiraan seseorang terhadap resiko mengidap suatu penyakit dan

keseriusan suatu penyakit, serta kemungkinan mengurangi ancaman

penyakit melalui suatu tindakan tertentu (Glanz, et al. 2008). Jadi,

Page 43: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

28

dalam teori Health Belief Model (HBM) individu akan melakukan

perilaku kesehatan didasarkan atas persepsi terhadap masalah

kesehatan.

Health belief model digunakan untuk memprediksi mengapa

seseorang mengambil tindakan pencegahan atau untuk mengendalikan

penyakit yang dapat dilihat dari seberapa rentan penyakit menimbulkan

keseriusan, manfaat serta kendala yang dihadapi dengan kepercayaan

individu dalam mengambil tindakan untuk mencegah penyakit (Glanz,

2008). Jadi, health belief model merupakan suatu kerangka kerja yang

digunakan untuk memahami perilaku kesehatan dan kemungkinan

alasan untuk seseorang tindakan kesehatan. Berikut bagan teori

modifikasi becker (1974) dan Rosenstock (1977) dalam Glanz (1997).

Individual Perception Modifying Factors Likelihood to action

Bagan 2. 1 komponen Health Belief Model 1

Sumber : Becker (1974) dan Rosenstock (1977) dalam Glanz et al. (1997)

Perceived threat of

disease

Perceived benefit

minus Perceived

barriers to

behaviours

Cues to action

Education

Symptomp

Media

Likelihood of

behaviours change

Perceived

Susceptibility/

severity of

disease

Age, sex, ethnicity,

sosioeconomics,

knowledge

Page 44: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

29

Point-point yang terdapat pada teori Health Belief Model ini mengalami

perbaikan atau modifikasi. Modifikasi tersebut adalah perceived

susceptibility/severity of disease disederhanakan menjadi perceived threat.

Selain itu, hasil dari teori ini yang awalnya likelihood of behaviours change

berubah menjadi individual behaviours. Individual Perception diubah

menjadi individual belief dan point-point nya juga berisi terkait semua

persepsi yang mempengaruhi perilaku individu. Berikut bagan teori

perubahan Health belief model dari Glanz tahun 2008.

Modifying Factors Individual Beliefs Action

Bagan 2. 2 Komponen Health Belief Model 2

Sumber: Modifikasi dari Becker (1974) & Rosenstock (1977)

dalam Glanz et al (2008

Age

Gender

Ethnicity

Socioekonomi

knowledge

Perceived

benefits

Perceived self -

Efficacy

Perceived

barriers

Perceived

Susceptibility

to and severity

of disease

Perceived

Threat

Individual

behaviour

Cues to

action

Page 45: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

30

2.2.2 Komponen Health Belief Model dan penerapan pada obesitas anak

Health belief model memiliki empat komponen utama yaitu

perceived susceptibility (kerentanan terhadap penyakit), perceived

seriousness (keseriusan penyakit), perceived benefit (manfaat dari

melakukan tindakan kesehatan), dan perceived barriers (hambatan

untuk melakukan tindakan kesehatan). Selain empat komponen utama

yang telah disebutkan health belief model telah dikembangkan,

sehingga terdapat beberapa komponen penting yaitu self efficacy, cues

to action, dan modifying variables (Glanz, 2008).

1. Persepsi Kerentanan (perceived Susceptibility)

Persepsi kerentanan terhadap suatu penyakit atau persepsi

tentang kemungkinan mengalami risiko atau mendapatkan kondisi

atau penyakit agar bertindak untuk mengobati atau mencegah

penyakitnya. Mencegah dan mengatasi penyakit akibat obesitas

pada anak sangat perlu dikarenakan dapat mencegah risiko terkena

penyakit diabetes mellitus tipe 2, hipertensi pada saat dewasa dan

pada anak-anak seperti gangguan tulang, gangguan tidur, sleep

apnea (henti napas sesaat) dan gangguan pernafasan lain.

2. Persepsi keseriusan (perceived seriousness)

Persepsi keseriusan didasarkan berdasarkan keyakinan

individu tentang keseriusan dan tingkat keparahan penyakit.

Persepsi keseriusan sering didasari pada informasi medis atau

pengetahuan. kemungkinan konsekuensi medis mungkin termasuk

Page 46: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

31

kematian, cacat dan sakit. Konsekuensi sosial yang mungkin terdiri

dari efek pekerjaan, kehidupan keluarga, dan hubungan sosial.

Keseriusan mengacu kepada konsekuensi negatif yang diasosiasi

oleh individu dengan suatu peristiwa. Konsekuensi ini berhubungan

dengan suatu peristiwa yang diantisipasi yang memiliki

kemungkinan yang terjadi dimasa depan.

Kombinasi persepsi kerentanan dan keparahan juga disebut

ancaman. Individu akan mengubah perilaku mereka berdasarkan

persepsi ancaman yang berasal dari keseriusan penyakit tersebut.

Persepsi keseriusan dalam penelitian ini yaitu persepsi ibu terkait

keseriusan penyakit yang akan di timbulkan apabila obesitas pada

anak tidak diatasi.

Perasaan terancam atau khawatir timbul dari persepsi bahwa

individu rentan terhadap masalah kesehatan dan permasalahan

tersebut dapat mengakibatkan konsekuensi yang serius (Glanz,

2008).

3. Persepsi Manfaat (perceived benefit)

Persepsi ini menyebabkan perubahan perilaku akan

dipengaruhi oleh keyakinan individu mengenai manfaat yang

dirasakan dari berbagai tindakan yang tersedia untuk mengurangi

ancaman penyakit. Jadi, indvidu akan melakukan tindakan

pencegahan apabila individu merasa dirinya sangat rentan terhadap

penyakit-penyakit yang dianggap seriusa. Besarnya keuntungan

Page 47: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

32

ataupun manfaat yang di dapat dari suatu tindakan pencegahan

maka akan semakin besar peluang individu tersebut menjalankan

tindakan pencegahan penyakit. Akan tetapi bila manfaat yang

dirasakan kecil dari suatu tindakan yang akan dilakukan untuk

pencegahan akan semakin kecil.

Anak yang mengalami obesitas akan berlanjut menjadi

obesitas pada masa dewasa dan berisiko terkena penyakit diabetes

mellitus tipe 2, penyakit kardiovaskuler dan kanker (Kemenkes,

2012). Dengan demikian obesitas pada anak memerlukan perhatian

yang serius dan penanganan yang tepat dengan melibatkan peran

orang orang dekat dalam lingkungan hidupnya seperti orang tua

(Kemenkes, 2012). Dengan adanya dampak dari obesitas maka

begitu perlunya untuk mengatasi obesitas pada anak agar tidak

berisiko terjadinya penyakit.

4. Persepsi kendala (perceived barrier)

Persepsi individu bahwa tidak terlalu banyak konsekuensi

negatif bila mengambil tindakan pencegahan dan tidak banyak

kendala dalam prosesnya. Kendala dalam mengatasi obesitas

seperti anak susah dilarang jika menginginkan sesuatu, napsu

makan anak yang besar membuat anak selalu merasa lapar dan

akan menangis jika makanannya dibatasi. Selain itu, kendalanya

adalah ibu yang selalu menuruti keinginan anak dan juga dirasakan

dalam mengatur aktivitas anak seperti anak yang malas melakukan

Page 48: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

33

aktivitas serta kurangnya waktu orangtua untuk bersama anak

dikarenakan bekerja sehingga menjadi hambatan bagi orangtua

untuk mengajak anaknya bermain dan kurangnya taman bermain

untuk anak membuat anak jarang bermain di luar rumah

(Dhyanaputri, dkk, 2011).

5. Kepercayaan diri (self efficacy)

Kepercayaan seseorang akan kemampuan untuk melakukan

suatu tindakan dengan berhasil. Konsep ini ditambahkan oleh

Rosenstock, Strecher, dan Becker tahun 1988 untuk

menyempurnakan teori Health belief model agar sesuai dengan

tantangan perubahan perilaku atau tantangan yang tidak sehat

(Glanz, 2008).

Ibu memiliki kepercayaan diri untuk mengatasi obesitas

pada anak akan tetapi banyak ibu yang merasa kasihan jika

mengurangi porsi makan anak dikarenakan anak yang masih

meminta tambahan makan karena sudah terbiasa dengan porsi yang

banyak.

6. Petunjuk untuk bertindak (cues to action)

Menurut Glanz (2008)faktor yang dapat membuat

seseorang untuk merubah perilakunya, seperti adanya dukungan

dari keluarga terdekat, informasi dari tenaga kesehatan serta media

massa seperti majalah, televisi dan radio untuk melakukan tindakan

dalam mengatasi obesitas pada anak.

Page 49: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

34

Menurut Azwar (2005), orang yang biasanya dianggap

penting bagi individu adalah orangtua, orang yang status sosialnya

lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri

atau suami dan lain-lain. Selan itu, menurut Sudarna (2008),

Individu akan melakukan tindakan bila individu mendapat

dukungan lain dari sisi eksternal, misalnya dari media massa,

keluarga, pesan dan nasihat orang lain dan sebagainya.

Selanjutnya menurut Wiryanto (2004), Efek media massa

dapat mengubah perilaku individu atau khalayak. Selain itu dapat

memberikan jawaban dalam menciptakan perhatian, pengetahuan,

sikap dan perubahan perilaku.

7. Faktor modifikasi yang dapat mempengaruhi persepsi

Variabel demografi, sosiopsikologi dan struktur yang

berbeda dapat mempengaruhi persepsi individu dan secara tidak

langsung juga dapat mempengaruhi perilaku kesehatan individu

tersebut. Secara spesifik, faktor sosiodemografi khususnya tercapai

pendidikan yang diyakini akan memberikan efek secara tidak

langsung dalam mempengaruhi persepsi individu dalam persepsi

kerentanan, keseriusan, manfaat dari tindakan pencegahan, kendala

dan kepercayaan diri. Berikut variabel Karakteristik individu yang

dapat mempengaruhi persepsi :

a. Variabel demografi, yaitu usia

Page 50: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

35

b. Variabel sosiopsikologi, meliputi Pendidikan, tingkat

pendidikan ibu yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang

untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya

dalam perilaku. Pekerjaan, ibu yang bekerja akan mempunyai

waktu lebih sedikit untuk memperhatikan dan mengasuh

anaknya (Sediaoetama, 2004).

c. Variabel struktural, meliputi pengetahuan. Pengetahuan ibu

mengenai berat badan anak, bahaya obesitas dan sumber

informasi yang di dapatkan.

2.3 Kerangka Teori

Penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam latar belakang

perilaku ibu dalam mengatasi obesitas pada anak sekolah dengan pendekatan

teori health Belief model yaitu ada faktor modifikasi, kepercayaan individu,

dan faktor pemicu informan untuk bertindak. Berikut kerangka teori Health

Beief Model modifikasi dari dari Becker (1974) & Rosenstock (1977) dalam

Glanz et al (2008).

Page 51: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

36

Modifying Factors Individual Beliefs Action

Bagan 2. 3 Kerangka Teori

Sumber: Modifikasi dari Becker (1974) & Rosenstock (1977) dalam

Glanz et al (2008)

Usia

Pendidikan

Pekerjaan

Pengetahuan

Persepsi

Manfaat

Kepercayaan

diri

Persepsi

Hambatan

Persepsi

kerentanan

dan persepsi

keseriusan

Persepsi

Ancaman

Perilaku

Individu

Faktor

Pemicu

Untuk

Bertindak

Page 52: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

37

BAB III

KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Pikir

Berdasarkan kerangka teori diatas, maka kerangka pikir dalam penelitian

ini meliputi faktor modifikasi yaitu usia, pendidikan dan pekerjaan yang di

teliti secara kuantitatif, namun tidak melihat hubungannya. Sedangkan faktor

modifikasi pengetahuan, kepercaayaan indvidu (persepsi ancaman, persepsi

manfaat, persepsi hmbatan, dan kepercayaan diri) dan faktor pemicu diteliti

dengan penelitian kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam.

Berikut kerangka pikir penelitian.

Faktor Modifikasi Kepercayaan Individu Tindakan

Bagan 3. 1 Kerangka Pikir Perilaku ibu dalam mengatasi obesitas pada anak

Usia

Pendidikan

Pekerjaan

Pengetahuan

Persepsi Manfaat

yang dirasakan

dalam mengatasi

obesitas pada anak

Kepercayaan diri

ibu dalam

mengatasi obesitas

pada anak

Persepsi Hambatan

yang dirasakan ibu

dalam mengatasi

obesitas pada anak

Persepsi kerentanan

dan persepsi

keseriusan penyakit

Persepsi

Ancaman

terhadap

penyakit

akibat

obesitas Perilaku ibu

dalam mengatasi

obesitas pada

anak

Faktor pemicu

untuk bertindak:

Media massa

Dukungan

keluarga

Tenaga

kesehatan

Page 53: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

38

3.2 Definisi Istilah

Tabel 3. 1 Definisi Istilah

No. Domain Definisi Istilah Alat Ukur Cara Ukur

1. Usia Lamanya kehidupan seseorang

dihitung sejak tahun lahir

sampai ulang tahun terakhir

saat dilakukan penelitian

Pedoman

wawancara

Wawancara

terstruktur

2. Pendidikan Jenjang pendidikan formal

yang terakhir dimiliki ibu

Pedoman

wawancara

Wawancara

terstruktur

3. Pekerjaan Kegiatan atau pekerjaan yang

dilakukan oleh seorang ibu

(menghasilkan uang) yang

memiliki anak kelas satu di

Madrasah Ibtidaiyah Al

Hikmah pada saat dilakukan

penelitian.

Pedoman

wawancara

Wawancara

terstruktur

4. Pengetahuan Pengetahuan ibu mengenai

penilaian kategori berat badan

anak, pengetahuan ibu

mengenai bahaya obesitas pada

anak dan cara mengatasi

obesitas pada anak.

Pedoman

wawancara

Wawancara

mendalam

5. Persepsi

ancaman

terhadap

penyakit

Pandangan ibu mengenai besar

tidaknya peluang anak

mengalami dampak dari

obesitas. Persepsi ancaman

dipengaruhi oleh persepsi ibu

terkait kerentanan anak

mengalami penyakit dan

Pedoman

wawancara

Wawancara

mendalam

Page 54: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

39

persepsi keseriusan mengenai

penyakit yang diakibatkan

obesitas pada anak.

6. Persepsi

manfaat

Pendapat ibu mengenai apa

saja manfaat tindakan dia

dalam mengatasi atau

mencegah anak dari obesitas.

Pedoman

wawancara

Wawancara

mendalam

7. Persepsi

Kendala

Pendapat ibu mengenai apa

saja hal yang menghambatnya

dalam mengatasi atau

mencegah obesitas pada anak.

Pedoman

wawancara

Wawancara

mendalam

8. Kepercayaan

diri (self

efficacy)

Keyakinan ibu akan

kemampuan dirinya untuk

dapat mengatasi atau

mencegah obesitas dengan cara

mengontrol pola makan dan

aktivitas fisik anak.

Wawancara

mendalam

Wawancara

mendalam

9. Perilaku Tindakan yang dilakukan ibu

dalam mengatasi obesitas pada

anak

Pedoman

wawancara

Wawancara

mendalam

10. Faktor

Pemicu untuk

bertindak

Orang atau peristiwa yang

dapat menyebabkan ibu

berperilaku mengatasi atau

mencegah obesitas pada anak

seperti adanya dukungan

keluarga, tenaga kesehatan,

media massa dan peristiwa

yang dialami ibu.

Pedoman

wawancara

Wawancara

mendalam

Page 55: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

40

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif , yaitu peneliti

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian tentang pendapat, persepsi, perilaku dan perasaan seseorang.

Melalui pendekatan ini diharapkan dapat menggali informasi secara

mendalam tentang “Gambaran Perilaku Ibu Dalam Mengatasi Obesitas Pada

Anak Kelas satu di Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah Jakarta Selatan Tahun

2016.

4.2 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2016 – Januari

2017 pada ibu yang mempunyai anak kelas satu dengan obesitas di Madrasah

Ibtidaiyah Al - Hikmah Jakarta Selatan tahun 2016.

4.3 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Informan utama

Ibu yang mempunyai anak kelas satu yang mengalami obesitas di MI Al

- Hikmah berdasarkan data pengukuran berat badan dan tinggi badan dari

Puskesmas kelurahan Jati Padang tahun 2016 dan pengukuran tersebut

dianalisis oleh peneliti berjumlah 8 orang anak. Jumlah informan dalam

penelitian ini adalah 4 orang informan utama karena sudah mendapatkan

Page 56: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

41

informasi yang jenuh atau tidak bervariasi lagi sehingga pengumpulan data

dihentikan.

2. Informan pendukung

Informan pendukung dalam penelitian ini adalah empat orang dari

keluarga terdekat ibu yang ada di rumah yaitu tiga orang suami dan satu

orang nenek dikarenakan orang yang dapat melihat atau mengetahui

bagaimana perilaku ibu

4.4 Instrumen penelitian

Dalam penelitian ini alat bantu yang digunakan adalah panduan

wawancara mendalam yang dilakukan kepada informan (ibu) dan buku

catatan dilapangan. Selanjutnya alat tulis untuk mencatat segala informasi

yang diperlukan pada saat wawancara.

4.5 Sumber Data

Sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer

yang diperoleh melalui wawancara mendalam yang dilakukan dengan tanya

jawab secara tatap muka pada ibu yang mempunyai anak obesitas di

Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah Jakarta untuk memperoleh data sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai. Selain itu, data primer diperoleh juga dari

hasil wawancara dengan keluarga terdekat seperti suami, nenek atau

pengasuh anak untuk melakukan cross check data dari informan utama terkait

perilaku ibu dalam mengatasi obesitas pada anak.

Page 57: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

42

4.6 Prosedur Pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu

persiapan, pelaksanaan dan penutup.

1. Tahap Persiapan

Dalam persiapan penelitian ini, peneliti mengajukan topik/judul

penelitian kepada pembimbing untuk mendapatkan persetujuan,

kemudian peneliti mencari bahan referensi dan menyusun proposal

penelitian. Setelah itu, peneliti melakukan bimbingan dengan

pembimbing proposal untuk diberi masukan dan saran dari pembimbing.

Kemudian peneliti mengurus surat izin penelitian di daerah Jakarta

Selatan. Data obesitas diambil dari dinas kesehatan Jakarta selatan,

Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu, Puskesmas Kelurahan Jati padang.

Data nama siswa, nama-nama ibu dan alamat didapatkan dari sekolah

Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah. Kemudian membuat pedoman

wawancara yang akan di tanyakan kepada informan.

2. Tahap pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data dengan wawancara

mendalam kepada informan. Anak kelas satu yang mengalami obesitas

berjumlah 8 orang anak. Data pengukuruan tinggi badan dan

penimbangan berat badan tersebut didapatkan dari Puskesmas Kelurahan

Jati Padang bulan September tahun 2016. Data tersebut kemudian

dianalisis oleh peneliti dengan menggunakan software WHO Anthroplusi

untuk mengetahui status gizi anak. Setelah mengetahui status gizi anak,

Page 58: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

43

kemudian peneliti memilih hanya informan yang memiliki anak dengan

status gizinya obesitas.

Setelah itu, peneliti melakukan wawancara dengan informan pada

saat ada pertemuan antara guru dengan orangtua. Pada saat wawancara

hanya ada 4 orang informan yang diwawancarai dan 4 informan lainnya

sudah tidak ada di sekolah lagi sehingga peneliti melakukan wawancara

dengan empat orang dengan menanyakan kesediaan calon informan

dengan menjelaskan tujuan pengambilan data, waktu yang dibutuhkan

dalam pengambilan data dan memberikan lembar informed consent yang

harus ditandatangani sebagai bukti kesediaan menjadi informan.

Selanjutnya sesuai kontrak dengan informan, peneliti melakukan

pengambilan data dari informan dengan wawancara. Peneliti sebelumnya

meminta izin kepada partisipan untuk menggunakan alat perekam.

Setelah melakukan wawancara kepada empat orang informan, peneliti

menanyakan kepada informan terkait keluarga yang dapat di wawancara

baik nenek, suami, atau pengasuh anak. Dalam penelitian ini ada 4

informan pendukung juga dari informan utama. Setelah peneliti

menganalisis hasil wawancara dari informan utama, selanjutnya peneliti

melakukan wawancara dengan informan pendukung.

3. Tahap Penutup

Pada tahap penutupan ini, selanjutnya peneliti memuat kontrak

dengan informan bahwa peneliti akan datang kembali untuk validasi data

dan apabila ada data yang belum diperoleh. Setelah mendapatkan

Page 59: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

44

kesediaan dari informan, peneliti memberikan apresiasi kepada informan

atas partisipasi dan kesediaannya dalam penelitian.

4.7 Validasi Data

Pendekatan kualitatif menggunakan jumlah sampel yang sedikit, oleh

karena itu perlu dilakukan pengecekan keabsahan data/validitas data. Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber yaitu dengan

mewawancarai keluarga terdekat dari ibu seperti suami, nenek atau pengasuh

untuk mengetahui apakah perilaku ibu sudah sesuai dengan yang dikatakan

informan utama (ibu).

4.8 Pengolahan dan analisis data

Pengolahan dan analisis data dimulai dengan melakukan wawancara

mendalam dengan informan. Setelah melakukan wawancara, analisis data

dimulai dengan membuat transkrip hasil wawancara, dengan cara memutar

kembali rekaman hasil wawancara, mendengarkan dengan seksama,

kemudian menuliskan kata-kata yang didengar sesuai dengan apa yang ada

direkaman tersebut. Setelah peneliti menulis hasil wawancara tersebut

kedalam transkrip, selanjutnya peneliti harus membaca secara cermat untuk

kemudian di pilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari dan

membuat kesimpulan sehingga mudah di pahami oleh diri sendiri maupun

orang lain.

Berdasarkan hasil dari analisis wawancara selanjutnya peneliti melakukan

analisis data model Spradley (1980) dalam Sugiyono (2016). Dalam

Page 60: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

45

penelitian ini, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses

penelitian dilaksanakan. Metode ini terdiri dari empat tahapan, yaitu:

a. Analisis domain

Analisis domain pada penelitian ini hakikatnya adalah upaya peneliti

untuk memperoleh gambaran perilaku ibu terhadap obesitas pada anak.

Caranya ialah dengan wawancara kepada ibu untuk memperoleh perilaku

ibu. Pada tahap ini peneliti belum perlu membaca dan memahami data

secara rinci dan detail karena targetnya hanya untuk memperoleh

gambaran secara umum. Hasil analisis ini masih berupa pengetahuan dan

informasi umum mengenai fokus penelitian terkait perilaku ibu.

b. Analisis taksonomi

Setelah pada tahap analisis domain ditemukan fokus penelitian atau

domain yaitu perilaku ibu, maka selanjutnya pada tahap ini domain

perilaku ibu ini mulai dipahami secara mendalam, dan membaginya lagi

menjadi sub-domain yang terdiri dari sub-domain terkait hal-hal yang

dapat mempengaruhi perilaku ibu seperti faktor modifikasi, kepercayaan

individu dan faktor pemicu untuk bertindak. Sub-domain itu dirinci lagi

menjadi bagian-bagian yang lebih khusus yaitu faktor modifikasi disub-

domainkan lagi yang terdiri dari usia, pendidikan, pekerjaan dan

pengetahuan. Sub-domain yang ada pada kepercayaan individu yaitu

persepsi ancaman, persepsi, manfaat, persepsi kendala, efikasi

diri/kepercayaan diri. Sub-domain yang ada pada faktor pemicu untuk

bertindak dilihat secara umum. Pada tahap analisis ini peneliti juga

Page 61: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

46

mendalami domain dan sub-domain tersebut lewat konsultasi dengan

bahan-bahan pustaka yang berkaitan untuk memperoleh pemahaman lebih

dalam.

c. Analisis komponensial

Pada tahap ini peneliti mengkontraskan antar unsur yang diperoleh

pada analisis taksonomi. Maka penelitian ini dikontraskan sehingga bisa

dilihat perbedaan dan persamaannya untuk mengetahui mana yang

mempengaruhi fokus penelitian yaitu perilaku.

d. Analisis tema kultural

Setelah melewati 3 tahap analisis sebelumnya maka selanjutnya

pada tahap ini peneliti berusaha menemukan hubungan-hubungan yang

terdapat pada perilaku ibu dalam mengatasi obesitas pada anak.

4.9 Penyajian Data

Data disajikan dalam bentuk naratif sesuai kerangka pikir.

Page 62: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

47

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Al – Hikmah

Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah berdiri tahun 1969. Madrasah

Ibtidaiyah Al- Hikmah (MI Al-Hikmah) ini terletak di Jl. Salihara Gg

Bacang 1 RT 008 RW 01, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. MI Al-

Hikmah berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Al-

Hikmah (YPI Al-Hikmah). Madrasah Ibtidaiyah terletak di tengah-

tengah pemukiman penduduk yang relatif padat dan mudah di jangkau

karena terletak di wilayah strategis yaitu berdekatan dengan kantor

kelurahan Jati Padang, Kantor Kecamatan Pasar Minggu, Gelanggang

Remaja dan Olahraga Pasar Minggu serta Pemadam Kebakaran Pasar

Minggu.

Mayoritas pendidikan orang tua siswa di Madrasah Ibtidaiyah

Al Hikmah adalah menengah keatas (SLTA) sebesar 55%. Pendidikan

ibu yang tidak sekolah sebesar 3%, pendidikan menengah kebawah (SD

dan SLTP) sebesar 23%, pendidikan menengah keatas (SLTA

/sederajat) sebesar 55%, dan pendidikan tinggi (D1, D2, D3, D4, S1)

sebesar 19%. Selain pendidikan ibu, pendidikan ayah di Madrasah

Ibtidaiyah Al-Hikmah juga diketahui bahwa kebanyakan ayah memiliki

pendidikan menengah keatas sebesar 59%. Ayah yang tidak sekolah

sebesar 2%, pendidikan menengah kebawah (SD dan SLTP) sebesar

Page 63: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

48

19%, pendidikan menengah ke atas (SLTA/sederajat) sebesar 59%, dan

pendidikan tinggi (D1, D2, D3, D4, S1) sebesar 20%.

Adapun pekerjaan orangtua siswa Madrasah Ibtidaiyah Al

Hikmah adalah kebanyakan ibu tidak mempunyai pekerjaan yaitu

sebagai ibu rumah tangga sebesar 70% dan ibu yang bekerja sebesar

30%. Sedangkan pekerjaan ayah adalah kebanyakan mempunyai

pekerjaan sebesar 93%, sedangkan yang tidak bekerja sebesar 7%.

Selain pendidikan dan pekerjaan orangtua, diketahui juga

tingkat ekonomi orangtua siswa di Madrasah Ibtidaiyah Al–Hikmah.

Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru di Madrasah Ibtidaiyah

Al-Hikmah diketahui bahwa ekonomi orangtua siswa kebanyakan

menengah kebawah karena dari 250 orang siswa 160 diantaranya adalah

memiliki Kartu Jakarta Pintar (KJP). Guru dari Madrasah ini juga

menjelaskan bahwa siswa yang mendapat KJP ini adalah dari orang

yang tidak mampu dalam hal ekonomi dan harus mempunyai surat

keterangan tidak mampu.

5.1.2 Gambaran aktivitas anak di Madrasah Ibtidaiyah Al – Hikmah

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru di Madrasah Ibtidaiyah

Al – Hikmah menyatakan bahwa anak kelas 1 dan kelas 2, siswa mulai

belajar pada pukul 06.45 dan pulang pada pukul 11.25. Sedangkan kelas 3

sampai dengan kelas 6, siswa mulai belajar pada pukul 06.45 WIB dan

pulang pada pukul 14.00 WIB. Pada saat jam istirahat, siswa juga

Page 64: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

49

melakukan kegiatan seperti futsal, petak umpet, jajan kekantin dan berada

di dalam ruangan kelas.

Selain hasil wawancara, hal ini juga dibuktikan oleh peneliti

dengan melakukan observasi kepada siswa Madrasah Ibtidaiyah Al -

Hikmah pada saat jam istirahat yaitu siswa melakukan kegiatan seperti

melakukan futsal, jajan ke kantin, main petak umpet dan ada yang berada

diruangan kelas. Aktivitas yng dilakukan siswa tidak hanya pada saat jam

istirahat, akan tetapi ada aktivitas yang dilakukan siswa dengan

ekstrakulikuler. Berikut kegiatan ekstrakurikuler yang ada disekolah

Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah adalah sebagai berikut.

Marawis dilakukan sekali dalam seminggu yang dilaksanakan pada

hari selasa yaitu sekitar satu jam.

1. Renang dilakukan sekali dalam seminggu yang dilaksanakan pada hari

rabu yaitu pada pukul 14.00 – 15.00 WIB.

2. Futsal dilakukan hanya pada anak laki-laki yang dilaksanakan sekali

dalam seminggu pada hari jum’at yaitu pada pukul 14.00 – 15.00

3. Pramuka, hanya dilakukan oleh anak kelas 3 sampai dengan kelas 6

yang dilaksanakan pada jam mata pelajaran yaitu setiap hari rabu pada

pukul 08.00 – 09.00 WIB.

5.1.3 Gambaran kebiasaan jajan siswa di Madrasah Ibtidaiyah Al –

Hikmah

Madrasah Ibtidaiyah Al–Hikmah memiliki adanya satu kantin yang

ada di dalam sekolah dan berada di dalam ruangan kelas. Siswa hanya

Page 65: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

50

bisa jajan di kantin sekolah saja dikarenakan pagar sekolah yang selalu

di tutup sehingga menyebabkan anak-anak tidak bisa jajan di luar selain

di kantin. Berdasarkan hasil wawancara kepada ibu kantin yang ada di

Madrasah Ibtidaiyah menyatakan bahwa biasanya kebanyakan siswa

membeli jajanan dikantin seperti minuman dingin yang ada rasanya,

gorengan (cireng, tahu, tempe, dan bakwan), nasi goreng, mie rebus dan

mie goreng.Wawancara yang dilakukan kepada ibu kantin ini sesuai

juga dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada saat jam

istirahat. Kebanyakan siswa membeli jajanan dikantin seperti mie gelas

rebus, mie goreng, minuman dingin yang ada rasanya, dan gorengan

seperti cireng, tahu, dan tempe goreng.

5.2 Karakteristik Informan

Karakteristik informan ini dilakukan dengan wawancara kepada

informan. Informan dalam penelitian ini ada dua yaitu informan Utama dan

informan pendukung. Informan merupakan sumber informasi utama yang

terkait dengan penelitian ini yaitu ibu yang memiliki anak obesitas kelas satu

di MI Al – Hikmah. Sedangkan informan pendukung adalah keluarga terdekat

informan utama seperti suami, nenek, pengasuh anak dan lain-lain yang dapat

melihat perilaku ibu. Jadi, informan pendukung hanya untuk melakukan cross

chek data dari informan utama.

A. Informan Utama

Jumlah anak obesitas berdasarkan hasil penjaringan Puskesmas

Kelurahan Jati Padang pada MI Al – Hikmah kelas satu tahun 2016

Page 66: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

51

sebanyak 8 orang anak. Tetapi jumlah informan utama pada penelitian ini

sebanyak 4 orang dikarenakan pada saat ada pertemuan sekolah dengan

orang tua siswa kelas satu yang masih ada di sekolah ada empat orang,

orangtua lainnya sudah tidak di sekolah lagi sehingga peneliti melakukan

wawancara dengan empat orang. Pengumpulan informasi juga sudah

mencukupi karena sudah tidak ada variasi atau jawaban yang berbeda.

Selain itu, usia, pendidikan dan pekerjaan dari informan juga sudah

bervariasi sehingga peneliti merasa bahwa informan sudah cukup.

Berikut tabel karakteristik informan utama.

Tabel 5. 1 Karakteristik informan Utama

No. Nama Usia Pendidikan Pekerjaan

1.

Ibu A1 33

TH

SMK

Karyawati

Swasta

2.

Ibu A2

41 th S1

Ibu Rumah

Tangga

3. Ibu A3 42 th D3 PNS

4. Ibu A4 38 th SLTP

Ibu Rumah

Tangga

Berdasarkan tabel diatas, diketahui karakteristik informan utama

yaitu dari empat orang informan mempunyai umur yang bervariasi

antara 33 tahun sampai 42 tahun. Umur informan yang paling muda

adalah 33 tahun berjumlah 1 orang, 1 orang berumur 38 tahun, 1

Page 67: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

52

orang berumur 41 tahun dan umur paling tua adalah 42 tahun

sebanyak 1 orang.

Latar belakang pendidikan informan berasal dari tingkat

pendidikan yang berbeda-beda yaitu pendidikan menengah kebawah

ada 1 informan, menengah keatas satu orang yaitu SMK, dan

berpendidikan tinggi ada 2 orang yaitu S1 dan D3. Pekerjaan

informan diketahui ada informan yang memiliki pekerjaan berjumlah

2 orang dengan karyawati swasta dan PNS. Selain itu, informan yang

tidak bekerja ada 2 orang yaitu sebagai ibu rumah tangga.

B. Informan Pendukung

Informan Pendukung dalam penelitian ini adalah hanya untuk

melakukan cross check perilaku yang dilakukan oleh informan

utama. Informan pendukung dikatan adalah orang yang bisa

melakukan cross check kepada informan utama dikarenaka

hubungan informan pendukung dengan informan utama yang berada

dirumah dan dapat melihat perilaku yang dilakukan informan utama.

Informan pendukung pada penelitian ini kebanyakan memiliki

pekerjaan. Akan tetapi masih bisa melihat bagimana perilaku

informan utama pada saat hari libur dan kebanyakan informan utama

selalu menceritakan juga terkait anaknya kepada informan

pendukung. Berikut tabel Karakteristik informan pendukung.

Page 68: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

53

Tabel 5. 2

Karakteristik Informan Pendukung

No Nama Usia Pendidikan Pekerjaan Hubungan

dengan anak

1. B1 56 th SD IRT Nenek

2. B2 39 th SLTA Karyawan

swasta

Ayah

kandung

3. B3 42 th D3 Wiraswasta Ayah

kandung

4. B4 48 th S1 Swasta Ayah

kandung

Informan pendukung dalam penelitian ini adalah dari keluarga

terdekat yang memiliki umur yang bervariasi yaitu 1 orang 39 tahun,

1 orang 42 tahun, 1 orang berumur 48, dan 1 orang berumur 56

tahun. Sedangkan latar belakang tingkat pendidikan informan

pendukung adalah sekolah menengah kebawah ada 1 orang,

penddikan menengah ke atas adalah 1 orang, dan berpendidikan

tinggi ada 2 orang yaitu D3 dan S1. Pekerjaan informan pendukung

adalah 3 orang bekerja di swasta dan 1 orang tidak bekerja.

Page 69: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

54

5.3 Gambaran Perilaku informan

Perilaku informan pada anak yang obesitas menyatakan bahwa sebagian

informan melakukan uapaya mengatasi obesitas pada anak, sebagian

melakukan upaya mencegah obesitas pada anak, dan sebagian lagi tidak

melakukan sesuatu untuk mengatasi atau mencegah obesitas pada anak.

Informan yang mengatasi dan mencegah obesitas pada anak dilakukan

dengan mengurangi minum susu pada anak dan mengajak anak berolahraga

akan tetapi informan jarang mengajak anak untuk berolahraga dikarena

informan malas, sering bangun kesiangan dan ada karena informan yang

bekerja jadi tidak mempunyai waktu untuk mengajak anak berolahraga.

Berikut kutipan wawancara dengan informan.

“...Kayak susu udah dikurangi. Waktu dulu yaa itu semalam aja

bisa 6 botol.sekarang udah dua botol malamnya saat mau tidur

dan bangun tidur. Siangnya dulu 3 botol sekarang udah dikurangi

jadi kalo siang dia ga minum susu dan ngga minta. Hehehe.

Kalau makan sih nggak, dia makannya biasa aja sih. Olahraga

kadang diajak tapi ngga rutin juga. Kebetulan minggu pagi di

balai rakyat ada senam tuh....” (A1)

“Kayak susu udah dibatesin jadi 2 kali sehari biasanya sih

sesuka dia aja minum susunya bisa nyampe 3-4 kali gitu. Ngga

saya bolehin lagi. Jarang sih kalau olahraga. Dia sih senang ya

kalau ngajakin olahraga. Tapi kadang mak nya yang malas.

Hahahahha...” (A2)

“...Nggak ada. Soalnya kalau dibilang kurus nggak sih, biasa aja

gitu. Kalau di bilang gendut juga nggak...” (A3)

“...Nggak ada. Heheh...” (A4)

Page 70: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

55

Informan yang melakukan upaya mengatasi obesitas menyatakan bahwa

perilaku yang dilakukan belum cukup untuk mengatasi obesitas pada anak

dikarenakan anak masih agak lambat melakukan aktivitas fisik. Hal ini

dibuktikan dengan kutipan wawancara berikut.

“...Masih belum sih. Sebab anak saya agak lambat dalam

melakukan aktivitas fisik yaa. Maka perlu extra kesabaran dalam

membantu menurunkan berat badannya...” (A1)

Informan yang melakukan upaya mencegah obesitas menyatakan bahwa

perilaku yang dilakukan sudah cukup untuk mencegah obesitas pada anak

dikarenakan berat badan anak adalah normal. Berikut kutipan wawancara

dengan informan.

“...Udah. Soalnyakan susunya juga udah dibatesin dan anaknya

juga masih aktif maen gitu. Jadi gaperlu dipaksain banget sih.

dan dia juga kan ga gendut. Kalau menurut saya sih masih

batas normal. jadi gaterlalu di pakasian deh...” (A2)

Perilaku yang dilakukan informan utama sesuai dengan pernyataan yang

dikatakan informan pendukung yaitu informan yang mengatasi obesitas dan

mencegah obesitas adalah benar-benar mengurangi minum susu pada anak

dan mengajak berolahraga tapi jarang dilakukan. Informan yang tidak

melakukan sesuatu juga sesuai dengan pernyataan informan pendukung.

Berikut kutipan wawancara dengan informan pendukung.

“...nenek liat sih ngurangi minum susunya soalnya dia minum

susunya banyak bangek nak. Sekarang udah berkurang

alhamdulillah. Jajanan iyaa sih. Olahraga juga kadang diajak

ibunya tapi hari libur aja sih soalnya kan ibun nya juga

kerja.biasanya yang ngejagain dia sih nenek yaa.heheh ..” (B1)

“...Ibunya sih berusaha biar anak itu ga gendut sih. Kayak susu

juga udah dikurangi sama maknya. Iyaa pernah liat kalo saya

Page 71: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

56

lagi libur dan makanya sering cerita juga. Kayak mie juga udah

ga sering-sering dulu mah waktu libur dia pasti makan mie terus.

Sekarang saya liat udah ngga. Jarang sekarang.kalau untuk

olahraga ngga pernah saya liat. Jarang. Hahaha...” (B2)

“...Masih terus memantau lah bagaimana perkembangan berat

badan anak. Ibunya juga sering pantau bagaimana makannya.

Sampai saat ini sih makannya sekarang banyak sih, Kalau untuk

aktivitas nya sih dia di sekolah aja sih, ngaji, main. Karena

disekolah aja kan aktivitasnya sudah banyak...” (B3)

“...Hehe. Yaa kita emang ngga mau nurunin berat badan sih.

Biasa aja. Jalanin aja gitu. Jadi ngga ada yang dilakuin...” (B4)

5.4 Gambaran Kepercayaan individu

Hal-hal yang berperan dalam perilaku sesuai dengan teori Health Belief

Model. Point-point dalam Health belief Model tersebut antara lain persepsi

individu terhadap ancaman penyakit akibat obesitas, persepsi manfaat yang

dirasakan dalam mengatasi obesitas, persepsi terhadap kendala dalam

mengatasi obesitas pada anak, dan kepercayaan diri dalam mengatasi

obesitas. Selain itu, point penting berikutnya adalah faktor pemicu untuk

bertindak atau yang mendorong individu untuk melakukan tindakan.

5.4.1 Persepsi ancaman

Persepsi ancaman dalam penelitian ini dilihat dari persepsi

kerentanan dan persepsi keseriusan obesitas pada anak.

Page 72: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

57

1. Persepsi Kerentanan

Dalam persepsi kerentanan ini, informan A1 menganggap bahwa

anak sudah obesitas sehingga informan merasa anak rentan untuk

terkena penyakit yang diakibatkan obesitas.

“...Iyaa mba. Dia kan berat badannya udah berlebih ya

mba jadinya saya juga takut kalo dia terkena penyakit itu.

Kayak tekanan darah tinggi , gula darah. kan takut yaa...”

Informan A2 menyatakan bahwa informan tidak merasa kalau anak

rentan terhadap penyakit yang diakibatkan oleh obesitas. Akan tetapi

anak rentan terhadap obesitas dikarenakan pola makan anak yang

banyak dan dikarenakan berat badan anak adalah normal.jadi,

informan merasa rentan terhadap obeistas, tapi tidak rentan terhadap

penyakit yang diakibatkan oleh obesitas karena menurut informan

berat badan anak tidak obesitas. Berikut kutipan wawancara dengan

informan.

“...Menurut aku iya sih dia rentan terkena obesitas karena

makannya banyak. tapi kalo terkena penyakit dari

obesitas sih nggak yaaa soalnya kan dia masih normal

berat badannya. Jangan sampe deh...” (A2)

Informan A3 da A4 menyatakan bahwa anak tidak rentan untuk

terkena obesitas dan anak juga tidak rentan untuk terkena penyakit

yang diakibatkan oleh obesitas dikarenakan berat badan anak adalah

normal dan pola makan anak juga masih normal serta aktivitas yang

dilakukan anak juga sudah banyak. Jadi informan merasa anak tidak

akan rentan.

“...Hmm, kalau terkena obesitas sih bisa. Dia juga gitu

lagi doyan makan sekarang. Bisa 4-5 kali sehari.

Makanya saya lagi takut nih. Tapi aktivitasnya banyak sih.

Page 73: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

58

Hehehe. Yaa kalau terkena penyakit dari obesitas itu sih

kayaknya nggak sih. Dia normal kok...” (A3)

“...Iya bisa jadi obesitas sih. Kalau sekarang aktivitas

anak saya sih banyak yaa. Tapi makannya banyak sih dia .

Kalau untuk terkena penyakit itu sih nggak deh kayaknya.

Dia juga kan berat badannya ngga obesitas jadi kayaknya

nggak sih...” (A4)

2. Persepsi Keseriusan

Persepsi keseriusan dari semua informan mengatakan bahwa

obesitas merupakan masalah kesehatan yang serius dan dapat

menyebabkan penyakit yang serius yaitu dapat menyebabkan penyakit

jantung, tekanan darah dan gula darah. Selain itu, dapat menyebabkan

aktivitas anak menjadi lambat. Hal ini dibuktikan dengan hasil

wawacara dengan informan.

“...iya serius. Bahaya mba penyakitnya kan takut aja.

Kayak tadi penyakit jantung, tekanan darah dan gula

darah. apalagi anak saya berat badannya gendut mba.

Jadi saya takut aja.. Aktivitasnya juga lambat tidak seperti

anak lain pada umumnya. Bahkan olahrgapun lebih cepat

capek. Keseimbangan badan juga gitu, sering sekali dia

jatuh...” (A1)

“...Serius. yaa itu tadi akibatnya gitu kan takut aja sih.

Hmm yaa mengganggu aktivitasnya dan bisa penyakit

jantung, tekanan darah juga kan. Selama ini sih ngga ada.

Yaa jangan laah. Mudah-mudahan ngga pernah ngalamin.

Haduuhhh. Takuut takuut...”(A2)

“...iya serius.penyakit dari obesitas itu kan serius. Tapi

kan anak saya masih normal yaa.penyakitnya ada

penyakit jantung, tekanan darah, dan gula darah...” (A3)

“...penyakitnya yaa serius kalau udah terkena obesitas

yaa. Kan bahayanya itu penyakit yang di takuti kan.

Jantung, tekanan darah gitu. Kan ngeri...” (A4)

Page 74: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

59

5.4.2 Persepsi manfaat

Pandangan ibu terhadap manfaat yang dirasakan dalam mengatasi

obesitas yaitu hanya informan yang mengatasi atau mencegah obesitas

yang merasakan adanya manfaat ketika mengatasi atau mencegah

obesitas pada anak. Selain itu, informan yang tidak melakukan perilaku

mengatasi atau mencegah obesitas pada anak tidak merasakan adanya

manfaat dikarena tidak melakukan suatu tindakan. Manfaat yang

dirasakan informan yang mengatasi dan mencegah obesitas yaitu

memudahkan anak untuk melakukan aktivitas dan

“...Yaaa alhamdulillah sih dianya kan telat jalan

sekarang alhamdulillah. Dia kalau beraktivitas juga

sudah agak cepat. Jadi ga parah gitu sakitnya...” (A1)

“...Yaa kayak ngimbangin aja yaaa. Yaaa kan takutnya

semakin kalau gemuk kan . untuk menjaga aja sih biar ga

gemuk dan itu juga apa untuk memudahkan anak untuk

beraktivitas sih dan menghindari bahaya dari anak yang

gemuk itu juga siih...” (A2)

5.4.3 Persepsi Kendala

Kendala yang dirasakan ibu dalam mengatasi obesitas adalah pada

saat mengatur aktivitas anak seperti ibu yang malas mengajak anak

untuk melakukan aktivitas serta kurangnya waktu orangtua untuk

bersama anak dikarenakan bekerja sehingga menjadi hambatan bagi

orangtua untuk mengajak anaknya bermain. Akan tetapi hambatan

tersebut belum terlalu mengkhawatirkan informan, karena aktivitas

anak juga sudah banyak dilakukan disekolah. Sedangkan informan yang

mencegah obesitas juga menyatakan jarang mengajak anak untuk

berolahraga dan ada hambatan untuk mengatur pola makan anak yang

Page 75: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

60

datang dari ibu sendiri yaitu ibu yang selalu menuruti keinginan anak

karena jika tidak dituruti informan merasa kasihan melihat anak.

Berikut kutipan wawancara dengan informan.

“...Gaada hambatan sih. Selama ini dia masih nurut aja

sih gaada masalah. Dia anaknya nurut. Kalau makannya

sih masih biasa aja yaa menurut saya jadi ngga di

kurangi. Paling yang olahraga sih saya jarang ngajakin

kalau hari minggu yaa itu tadi kesiangan. Tapi dia

aktivitasnya di sekolah banyak. Heheh...” (A1)

“...Selama ini sih ga ada. Anaknya sih nurut aja. Tapi

kadang saya nya sih. Hahahah. Kayak olahraga tadi dia

yang ngajak tapi saya males. Hahaha. Paling sih yang

diatur cuma makanannya.itu juga kadang apa yang anak

saya minta saya kasi aja. Soalnya kadang kasihan aja

liatnya kalau dia lagi pengen makan gitu. Hehehe...” (A2)

Sedangkan informan lainnya yang tidak mencegah obesitas

menyatakan bahwa jika ingin mencegah atau mengatasi obesitas pada

anak menyatakan tidak ada kendala. Berikut kutipan wawancara

dengan informan A3 dan A4.

“...Sebenarnya kalau saya mau menurunkan berat

badannya sih kayaknya gaada kendala. Soalnya anaknya

nurut banget. Mungkin dari sayanya yang males gitu

kayak olahraga atau liatin makannya. Soalnya sering

diajak untuk jalan-jalan pagi gitu. Tapi sayanya yang

males. Heheheh. Tapi mungkin karena anak saya juga

berat badannya normal kan jadi ga terlalu dipaksain

harus olahraga dan makannya harus diataur. Yaa gaada

kendala sih..” (A3)

“...Mungkin gaada yaa. Kalau dari anak sih nurut

orangnya. Heheheh. Kalau saya juga mungkin bisalah.

Hahaha...” (A4)

Page 76: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

61

5.4.4 Efikasi diri/kepercayaan diri

Semua informan menyatakan percaya dapat mengatasi atau mencegah

obesitas pada anak karena anak selalu menuruti yang dikatakan oleh

ibu dan sudah mengetahui cara mengatasi obesitas. Berikut kutipan

wawancara dengan informan.

“...Percaya karena dari dianya juga sempat bilang

dikatain itu dan anaknya nurut. Terus dia perempuan kan

gimanapun. Gara-gara itu juga lambat yaaa. jadi

memotivasi gitu. Heheheh...” (A1)

“...Iya. Kalau menurut saya sih percaya. Soalnya itu kan

udah efektif yaa untuk menurunkan berat badan. Dari

kakak saya kan gemuk terus sekarang udah turun dan

lumayan kurus. Anaknya juga nurut....” (A2)

“...Percaya sih.anaknya sih nurut aja. Sayanya yang

kadang yang susah. Heheh. Kayak ngatur pola makannya

kadang ga liat gitu.karena saya kerja juga. Tapi kadang

ayahnya yang liatin sih. Dan ngajakin olahraga kadang.

Dan dia aktivitas nya banyak sih...” (A3)

“...Hmmm, sepertinya percayaa bisa menurunkan.

Soalnya belajar dari tetangga juga ya ada yang obesitas

dan mengatasi obesitasnya dengan mengurangi porsi

makannya dan nyuruh olahraga gitu. Kalau anak sih

nurut ya. hehe.” (A4)

Selain itu, diketahui juga bahwa kebanyakan kepercayaan diri

dari informan dalam mengontrol pola makan dan aktivitas anak

menyatakan percaya dapat mengontrol pola makan dan aktivitas anak.

Walaupun ada informan yang bekerja akan tetapi ada keluarga yang

akan mengontrol pola makan anak. Sehingga pekerjaan dalam hal ini

tidak menjadi faktor penghmbat kepercayaan diri dari informan.

Berikut kutipan wawancara dengan informan:

Page 77: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

62

“...Saya percaya mba. Karena keseharian saya kerja sih ya

tapi keseharian memang anak saya ada di tangan ibu saya.

Ibu saya yang sangat mengontrol makan dan juga aktifitas

anak saya. Mulai bangun tidur, sekolah, les atau pun

mengaji...” (A1)

“...Ngga percaya sebenarnya. Soalnya saya suka kasian

kalau dia minta nambah makan lagi. Jadinya saya kasih aja

lagi. Hahaha. Kalau untuk aktivitasnya yaa dia disekolah,

les gitu aja sih. Kayak olahraga sih saya males orangnya

jadi ga pernah dikontrol juga sih aktivitasnya. lagian dia

berat badannya juga ga gendut. ga di paksain deh.

Hahaha...” (A2)

“...Kalau ngontrol makannya yaa gimana yaa mba.

Percaya sih. Saya kan kerja yaa jadi gabisa liat-liat makan

dan aktiviasnya. Tapi dia kesehariannya sih sama ayahnya

jadi ayahnya yang liatin aktivitas sama makannya...” (A3)

“...kayaknya percaya sih. Saya juga di rumah ngurus dia.

Tapi ga telalu merhatiin apa aja yang dia makan. Dia ga

gendut soalnya. Heheh.. ..” (A4)

5.5 Gambaran Pengetahuan Informan

Pengetahuan dalam penelitian ini akan membahas terkait

pengetahuan ibu mengenai berat badan anak, bahaya obesitas dan cara

mengatasi obesitas

A. Pengetahuan informan mengenai berat badan anak

Kebanyakan informan menyatakan bahwa berat badan anak adalah

normal dan satu orang menyatakan berat badan anak adalah berlebih.

Hal ini dibuktikan dengan kutipan wawancara berikut:

“...Kalau anak saya emang masih lebih sih. Cuman pas

pada sekolah sih udah mulai menurun sih. Cuman ya

emang masih lebih kalau dibandingkan anak normal

lainnya...”(A1)

Page 78: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

63

“...Normal aja sih...” (A2)

“...Normal sih...” (A3)

“...Biasa aja sih yaaa kalau menurut saya itu udah normal

gitu. Standar...” (A4)

Hal tersebut dianggap berat badan berlebih dikarenakan dilihat

secara fisik dan berat badan anak lebih besar dibanding dengan teman-

temannya. Selain itu, informan menganggap berat badan anak normal

karena sudah sesuai dengan berat badan dan tinggi badan anaknya.

Berikut kutipan wawancara dari informan:

“...iya emang keliatan gendut sih dia. berat badannya

juga lebih besar dari teman-temannya...” (A1)

“...Karena aktivitasnya masih banyak ya. Eeeh

aktivitasnyaa. Maksudnya itu karena tinggi dan beratnya

seimbang sih...” (A2)

“...Iya. Karena ga kurus dan ngga gendut gitu karena dia

tinggi juga kali..” (A3)

“...Yaaa ga gendut dan ga kurus. Biasa aja gitu...” (A4)

B. Pengetahuan informan mengenai bahaya obesitas

Hasil wawancara diketahui bahwa Pengetahuan informan

mengenai bahaya obesitas kebanyakan informan menjawab penyakit

jantung, tekanan darah, dan gula darah. Hal ini dibuktikan dengan

kutipan hasil wawancara sebagai berikut:

“...Iya sih kayak waktu itu dia lama jalannya. Awal-awal

pertama. Eee dua tahun baru jalan karena itu tadi

obesitas itu. Saya pernah ke hermina yang ciputat tumbuh

kembang anak senin rabu jum‟at karena dia telat jalan.

Page 79: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

64

Obesitas itu sangat bahaya. Selain itu nanti kata dokter

bisa penyakit jantung, tekanan darah, dan gula darah.

Jadi saya takut aja mba...” (A1)

“...Itu bisa penyakit jantung,tekanan darah. Hmm, apalagi

yaaa. Udah siih...” (A2)

“...Biasanya kalau obes itu satu jantung, gula darah

hmmmm. Paling tekanan darah tinggi juga. Tapi

kedepannya sih yaaa...” (A3)

“...Yaaaa. Apa yaaaa. Hmmm. Yaa jantung kali yaaa

nanti.sama gula darah, tekanan darah. Itu aja sih

taunya...” (A4)

Informan mengetahui mengenai bahaya obesitas kebanyakan dari

keluarga, tenaga keehatan dan media massa. Hal ini sesuai dengan hasil

wawancara yaitu sebagai berikut.

“...Dari keluarga, dokter dan internet mba...”(A1)

“...Dari keluarga, berita-berita dan tetangga...” (A2)

“...Dari tetangga. Soalnya dia ngalamin penyakit jantung

akibat obesitas itu udah dibilang dokter sekarang. Dan

saya baca-baca internet juga...” (A3)

“...Dari tenaga kesehatan posyandu gitu dan tetangga

saya...” (A4)

C. Pengetahuan informan mengenai cara mengatasi obesitas

Selanjutnya pengetahuan yang akan dibahas adalah pengetahuan

mengenai cara mengatasi obesitas pada anak. Kebnayakan informan

sudah mengetahui cara mengatasi obesitas pada anak yaitu dengan

mengatur pola makan dan melakukan aktivitas fisik. Selain itu,

informan A1 dan A2 juga menyatakan bahwa untuk menurunkan berat

Page 80: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

65

badan anak adalah dengan mengurangi minum susu pada anak juga.

Berikut kutipan wawancara dengan informan.

“...kalau dari saya sendiri mba kurangi pemberian susu

yang berlebihan, berikan waktu anak buat beraktivitas

(bermain, mengaji, atau kegiatan lainnya. Jalan-jlan atau

olahraga setiap hari minggu pagi...” (A1)

“...Iyaa saya tau neng.kurangi minum susu yaa. Itu juga

banyakin aktivitas fisik oleharga sama di jaga pola

makannya.Jjangan banyak-banyak makannya sama

olahraga juga. Heheh. jangan banyak-banyak. Setau saya

sih gitu aja...” (A2)

“...Tau. Itu mengurangi makan. Jangan banyak-banyak

gitu. Sama olahraga juga. Banyakin olahraga. heheh..”

(A3)

“...caranya gimana yaa. Yaa aku juga belum itu nyobain.

heheh...” (A4)

5.6 Faktor pemicu tindakan individu

Hasil wawancara menyatakan bahwa yang dapat mendorong atau

mempengaruhi ibu untuk melakukan suatu tindakan kebanyakan dari

keluarga, tenaga kesehatan, dan internet. Keluarga disini ada yang mendorong

informan utama untuk mengatasi, mencegah dan ada yang mendorong untuk

tidak melakukan sesuatu terhadap berat badan anak. Tenaga kesehatan juga

kebanyakan mempengaruhi informan untuk melakukan tindakan akan tetapi

informan jarang pergi ke tenaga kesehatan mengenai berat badan anak karena

informan menganggap bahwa tidak adalah masalah mengenai berat badan

anak sehingga informan tidak membawa anak ke tenaga kesehatan. Hal ini

dibuktikan dengan kutipan wawancara sebagai berikut:

Page 81: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

66

“...Iyaa. Dari keluarga bilang dan tenaga kesehatan juga. Dari

internet juga dibaca-baca bahaya obesitasnya gitu dan kejadian

dia yang dulu akibat obesitas dia telat jalan dulu kata dokter sih

akibat itu. Dia ga bisa angkat badannya jadinya. Jadi saya takut

aja nanti aktivitasnya jadi terganggu. Mudah-mudahan sih

jangan seperti itu gitu. Hehehe...” (A1)

“...Hmmmm, selama ini sih baru dari keluarga sih. Ada kakak

saya dulu yang genduut. Susah gerak dan nafas. Jadinya saya

takut anak saya gitu. Jadi jaga-jaga aja. Ayahnya juga bilang

biar anak tidak gendut gitu. Kalau tenaga kesehatan juga sih

sebenarnya. tapi ga pernah ke rumah sakit sih kan dia masih

normal. mungkin ngeliat temen-temennya yaa. Jadi umur segini

jangan terlalu gemuk gitu. Pokoknya lihat standarnya ajalah...”

(A2)

“...Oo itu dari keluarga ada. Bilang anak-anak jangan gemuk-

gemuk gitu. Nanti risiko jantung, risiko diabet gitu sih paling.

Tapi saya ngga mencegah karena keluarga kayak ayahnya juga

bilang kalau anak masih normal berat badannya ditambah

aktivitasnya juga banyak...” (A3)

“...Paling dari posyandu ya. Kalau berlebih itu jadi anak ga bisa

berfikir gitu. Tapi jarang ke posyandu karena berat badannya

juga normal kan. Dari berita arya gitu nonton sih. Dari keluarga

sih ayahnya bilang kalau dia sih berat badannya normal jadi

ngga usah menurunkan berat badan...” (A4)

Page 82: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

67

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

1. Peneliti tidak melakukan observasi terhadap perilaku ibu yang

mengurangi minum susu karena tidak bisa langsung mengikuti atau

mengobservasi apa yang dilakukan informan utama. Namun tidak

mengurangi tingkat kepercayaan terhadap data karena data dari informan

utama diklarifikasi dengan data dari informan pendukung.

2. Peneliti memilih ibu sebagai informan utama dalam penelitian ini karena

menurut penelitian sebelumnya menyatakan ibu adalah orang yang paling

berpengaruh untuk mengatur pola makan dan aktivitas anak. Dalam

penelitian ini ternyata ditemukan kasus dimana ada nenek dan ayah dari

anak seperti informan utama yaitu lebih berpengaruh menentukan pola

makan dan aktivitas anak.

6.2 Perilaku dan latar belakang

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa klasifikasi perilaku yang

terkait dengan obesitas pada anak dibagi menjadi tiga bagian yaitu informan

melakukan perilaku mengatasi obesitas, informan melakukan perilaku

mencegah obesitas dan informan tidak melakukan sesuatu untuk mengatasi

atau mencegah obesitas pada anak. Perilaku yang berbeda-beda itu

dilatarbelakangi oleh latar belakang yang berbeda-beda. Berikut penjelasan

terkait perilaku dan hal-hal yang melatarbelakangi informan untuk melakukan

perilaku.

Page 83: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

68

6.2.1 Latar Belakang informan berperilaku mengatasi obesitas pada

anak

Informan mengatasi obesitas pada anak dengan mengurangi minum

susu pada anak dan melakukan olahraga. Sebelumnya anak minum

susu sehari semalam sebanyak 9 botol, sekarang dikurangi menjadi 2

botol. Selain itu, mengajak anak untuk olahraga setiap hari minggu tapi

ini jarang dilakukan karena informan yang sering bangun kesiangan dan

tidak punya waktu untuk mengajak anak bermain jika ibu bekerja.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Dhyanaputri (2011),

menyatakan bahwa beberapa ibu yang khawatir terhadap obesitas pada

anak berusaha melakukan suatu upaya seperti: mengurangi porsi

makanan anak, mengurangi minum susu atau mengganti susu dengan

air putih untuk mengatasi masalah obesitas pada anak.

Informan mengatasi obesitas pada anak dikarenakan pengetahuan

informan mengenai berat badan anak adalah obesitas. Pendapat tersebut

sama dengan penelitian Leonita yang dilakukan di Pekanbaru tahun

2010, yaitu secara keseluruhan ibu mengetahui bahwa anak termasuk

kategori obesitas. Pengetahuan informan mengenai berat badan anak ini

menyebabkan informan khawatir anak akan rentan terkena penyakit

akibat obesitas seperti penyakit jantung, gula darah dan tekanan darah

pada anak. Informan menganggap obesitas dan penyakit yang

diakibatkan obesitas adalah serius sehingga menyebabkan informan

Page 84: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

69

merasa terancam atau khawatir jika anak mengalami penyakit yang

diakibatkan oleh obesitas.

Hal ini sesuai dengan teori Glanz (2008), menyatakan bahwa

individu akan melakukan perilaku kesehatan didasarkan atas persepsi

terhadap ancaman masalah kesehatan. Perasaan terancam atau khawatir

timbul dari persepsi bahwa individu rentan terhadap masalah kesehatan

dan permasalahan tersebut dapat mengakibatkan konsekuensi yang

serius. Jadi, individu akan melakukan tindakan mengatasi obesitas

apabila individu merasa dirinya sangat rentan terhadap penyakit-

penyakit yang dianggap serius (Glanz, 2008).

Selain persepsi ancaman, persepsi manfaat juga mempengaruhi

informan untuk mengatasi obesitas pada anak. Informan menyatakan

bahwa sebelumnya anak sulit melakukan aktivitas jadi informan

khawatir jika disekolah aktivitas anak lambat. Hal ini karena anak yang

obesitas memiliki berat badan yang berlebih sehingga beban badannya

mempengaruhi anak untuk bergerak (Akhmadi, 2009). Setelah

mengatasi obesitas pada anak, manfaat yang dirasakan informn adalah

memudahkan anak untuk melakukan aktivitas, memudahkan anak untuk

bisa berjalan yang awalnya lama untuk bisa berjalan di usia dua tahun,

dan untuk mencegah penyakit akibat obesitas.

Menurut Glanz (2008), besarnya keuntungan ataupun manfaat yang

di dapat dari suatu tindakan pencegahan maka akan semakin besar

peluang individu tersebut menjalankan tindakan pencegahan penyakit.

Page 85: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

70

Akan tetapi, jika manfaat yang dirasakan kecil dari suatu tindakan yang

akan dilakukan untuk pencegahan akan semakin kecil.

Informan juga menyatakan percaya dapat mengatasi obesitas pada

anak walaupun informan bekerja, karena masih ada keluarga seperti

nenek yang akan mengawasi anak ketika informan bekerja. Menurut

Glanz (2008), seseorang akan melakukan tindakan jika seseorang

percaya akan kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan berhasil.

Selanjutnya, faktor pemicu juga mempengaruhi informan untuk

mengatasi obesitas pada anak yaitu pengaruh dari keluarga seperti

nenek dari anak yang menyatakan bahwa berat badan anak yang

obesitas dapat menyebabkan anak lebih mudah terkena penyakit akibat

obesitas. Dokter juga menyarankan agar berat badan anak di turunkan

untuk memudahkan anak melakukan aktivitas sehingga mempengaruhi

informan untuk berperilaku. Hal ini sesuai teori Azwar (2005), orang

yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orangtua, orang

yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru,

teman kerja, istri atau suami dan lain-lain.

Selain keluarga dan dokter, media massa seperti internet juga

mempengaruhi informan untuk mencegah obesitas pada anak karena

mengetahui bahaya dari obesitas dan menyatakan mau mengatasi atau

mencegah obesitas pada anak. informan mengatasi dan mencegah

obesitas pada anak dikarenakan mengetahui bahaya obesitas pada anak

dari internet dan berita.

Page 86: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

71

Menurut Azwar (2005), media massa seperti televisi, radio, surat

kabar, internet, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam

pembentukan opini dan kepercayaan individu karena media massa

membawa pesan-pesan atau informasi baru mengenai sesuatu hal yang

dapat memberikan landasan kognitif baru sehingga terbentuk perilaku

terhadap hal tersebut.

6.2.1 Latar Belakang informan berperilaku mencegah obesitas pada

anak

Informan mencegah obesitas pada anak dengan mengurangi

minum susu pada anak dan melakukan olahraga tapi jarang dilakukan.

Informan mencegah obesitas pada anak dikarenakan pengetahuan

informan mengenai berat badan anak adalah normal sehingga

mempengaruhi persepsi kerentanan informan yaitu anak rentan terkena

obesitas. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Dhyanaputri, dkk

(2011), menyatakan bahwa informan ibu, guru dan tenaga kesehatan

merasa semua anak rentan terhadap obesitas karena pola makan dan

pola aktivitas anak.

Anak rentan terkena obesitas karena pola makan anak yang

banyak sehingga informan khawatir jika anak mengalami obesitas. Hal

ini sesuai menurut Wahyu (2009), pola makan berperan besar untuk

meningkatkan risiko terjadinya obesitas pada anak. Makanan yang

harus di hindari untuk mencegah obesitas pada anak adalah makanan

yang tinggi kadar kalorinya, rendah serat, dan kandungan gizi yang

Page 87: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

72

sedikit. Orang tua berperan penting dalam membentuk kebiasaan dan

pola makan pada anak. Anak sering bersikap pasif dan hanya

mengonsumsi makanan yang disediakan oleh orangtuanya. oleh karena

itu, orangtua harus aktif menggali informasi mengenai bahan-bahan

makanan maupun produk olahan makanan yang aman dan sehat bagi

anak (Wahyu, 2009).

Informan juga menyatakan bahwa akibat obesitas merupakan

masalah kesehatan yang serius yaitu dapat menyebabkan penyakit

jantung, gula darah dan tekanan darah. Menurut Kemenkes (2012),

obesitas pada anak perlu untuk dicegah dan sangat berbahaya karena

dapat mengakibatkan sleep apne (gangguang tidur), gangguan tungkai

kaki. Selain itu, dapat berisiko terkena penyakit metabolik dan penyakit

degeneratif. Jadi, informan mencegah obesitas pada anak karena anak

rentan terhadap obesitas. Menurut teori Glanz (2008), indvidu akan

melakukan tindakan kesehatan apabila individu merasa dirinya sangat

rentan terhadap masalah kesehatan.

Informan merasakan adanya manfaat dalam mencegah obesitas

pada anak yaitu memudahkan anak untuk melakukan aktivitas dari

sebelumnya. Informan menyatakan ada kendala pada saat mencegah

obesitas pada anak yaitu informan yang malas jika mengajak anak

untuk berolahraga akan tetapi informan tidak khawatir walaupun tidak

mengajak berolahraga karena aktivitas anak disekolah sudah banyak.

Page 88: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

73

Informan tetap saja mencegah obesitas pada anak karena anak banyak

minum susu dan berat badan anak adalah normal.

Hal ini sesuai dengan teori (Glanz, 2008), besarnya keuntungan

ataupun manfaat yang di dapat dari suatu tindakan pencegahan maka

akan semakin besar peluang individu tersebut menjalankan tindakan

pencegahan penyakit. Akan tetapi, bila manfaat yang dirasakan kecil

dari suatu tindakan yang akan dilakukan untuk pencegahan akan

semakin kecil.

Selain persepsi manfaat, persepsi kepercayaan diri juga

mempengaruhi informan untuk mencegah obesitas pada anak yaitu

informan percaya dapat mencegah obesitas pada anak dikarenakan

minum susu sangat banyak dan pola makan anak juga banyak. Akan

tetapi, untuk mengatur pola makan anak sangat sulit dilakukan

informan karena kasihan melihat anak jika ingin menambah porsi

makan sehingga informan mengurangi minum susu pada anak.

Informan percaya anak dapat mencegah obesitas karena setidaknya

minum susu anak sudah dikurangi. Menurut Glanz (2008), seseorang

akan berperilaku jika seseorang percaya akan mampu untuk melakukan

suatu tindakan dengan berhasil.

Faktor yang memicu informan untuk mencegah obesitas adalah

ayah kandung menyatakan kepada informan untuk mencegah berat

badan anak agar tidak bertambah. Pendapat ini sesuai menurut teori

Sudarna (2008), Individu akan melakukan tindakan bila individu

Page 89: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

74

mendapat dukungan lain dari sisi eksternal, misalnya dari media massa,

keluarga, pesan dan nasihat orang lain dan sebagainya.

6.2.2 Latar Belakang informan tidak melakukan sesuatu untuk

mengatasi atau mencegah obesitas

Sebagian informan lainnya tidak melakukan perilaku mengatasi

atau mencegah obesitas pada anak dikarenakan pengetahuan informan

mengenai berat badan anak adalah normal karena secara fisik sudah

sesuai dengan tinggi badan dan berat badan anak. Padahal berdasarkan

hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan dari Puskesmas dan

kemudian hasil pengukuran tersebut dianalisis oleh peneliti dengan

software WHO Anthroplus. Berdasarkan hasil analisis IMT diketahui

bahwa berat badan anak adalah obesitas. Akan tetapi, informan

menyatakan baha berat badan anak adalah normal.

Pihak Puskesmas Kelurahan Jati Padang melakukan pengukuran

berat badan pada anak kelas satu di Madrasah Ibtidaiyah Al – Hikmah

setiap tahun ajaran baru. Akan tetapi pihak puskesmas tidak

memberikan hasil analisis IMT kepada pihak sekolah sehingga pihak

sekolah juga tidak memiliki data siapa saja yang mengalami obesitas

untuk dilaporkan kepada orangtua yang bersangkutan.

Menurut Kemenkes RI tahun 2012, pedoman pencegahan dan

penanggulangan kegemukan dan obesitas pada anak sekolah

menyatakan bahwa kegiatan penjaringan kesehatan disekolah dilakukan

dengan pengukuran antropometri (pengukuran tinggi badan dan

Page 90: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

75

penimbangan berat badan) oleh petugas gizi atau tenaga kesehatan

lainnya bersama guru UKS. Selanjutnya hasil data pengukuran

antropometri dilaporkan ke Puskesmas untuk ditentukan status gizinya

dan tindak lanjut. Setelah melakukan kegiatan analisis status gizi

peserta didik, tenaga penjaring wajib untuk menyampaikan hasil

penemuan kasus obesitas kepada orangtua melalui guru dengan amplop

tertutup dan menyarankan agar melakukan penanganan lebih lanjut

dengan sistem rujukan ke Puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2005) adalah hasil

penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui

indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya.

Kemampuan pengetahuan merupakan hasil dari tahu melalui

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu dan sangat penting terhadap

terbentuknya tindakan seseorang.

Pengetahuan informan mengenai berat badan ini mempengaruhi

persepsi ancaman dari informan yaitu menyatakan bahwa anak tidak

rentan terhadap obesitas maupun penyakit akibat obesitas walaupun

informan mengetahui bahwa obesitas merupakan masalah kesehatan

yang berbahaya dan serius karena dapat menyebabkan penyakit jantung,

gula darah dan tekanana darah. Jadi, informan sudah mengetahui

bahaya dari obesitas.

Menurut Kemenkes (2012), anak yang mengalami obesitas akan

berlanjut menjadi obesitas pada masa dewasa dan berisiko terkena

Page 91: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

76

penyakit diabetes mellitus tipe 2, penyakit kardiovaskuler. Akan tetapi

informan merasa tidak terancam terhadap penyakit akibat obesitas

karena berat badan anak adalah normal sehingga informa tidak

mengatasi atau mencegah obesitas pada anak.

Hal ini sejalan menurut Eckstein, et al (2006), orangtua yang tidak

mampu mengenali dengan benar status obesitas anak atau tidak merasa

bahwa anak telah mengalami obesitas, mengakibatkan ketidaksiapan

dalam melakukan intervensi terkait pencegahan obesitas pada anak.

Jadi, pengetahuan yang salah mengenai penilaian terhadap berat badan

anak, berperan besar dalam menentukan tindakan orangtua untuk

melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap masalah

obesitas pada anak.

Informan juga menyatakan tidak ada kendala jika ingin mengatasi

atau mencegah obesitas pada anak dan percaya dapat mengatasi atau

mencegah obesitas pada anak. Akan tetapi, informan tetap saja tidak

mengatasi atau mencegah obesitas pada anak karena pengaruh

pengetahuan mengenai berat badan anak lebih kuat pengaruhnya

dibandingkan persepsi kendala dan kepercayaan diri.

Persepsi kendala adalah persepsi individu bahwa tidak terlalu

banyak konsekuensi negatif bila mengambil tindakan pencegahan dan

tidak banyak kendala dalam prosesnya maka akan memotivasi

seseorang untuk melakukan perilaku kesehatan. Seharusnya ketika

informan menyatakan tidak ada kendala dalam mengatasi obesitas maka

Page 92: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

77

akan mempengaruhi informan untuk mengatasi atau mencegah obesitas

pada anak (Glanz, 2008).

Informan tidak mengatasi atau mencegah obesitas pada anak juga

dikarenakan adanya pemicu dari keluarga yaitu ayah dari anak yang

menyatakan berat badan anak adalah normal jadi tidak usah untuk

mengatasi atau mencegah obesitas pada anak. Hal ini sesuai menurut

teori Azwar tahun 2005, orang lain disekitar kita merupakan salah satu

diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi perilaku. Seseorang

yang dianggap penting, seseorang yang diharapkan persetujuannya bagi

setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita

kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus bagi kita akan banyak

mempengaruhi pembentukan peranan dalam menentukan bagaimana

perilaku seseorang (Azwar, 2005).

Orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah

orangtua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman

dekat, guru, teman kerja, istri atau suami dan lain-lain (Azwar, 2005).

Selain keluarga, tenaga kesehatan juga memengaruhi informan untuk

mengatasi atau tidak mengatasi obesitas pada anak akan tetapi informan

jarang datang ke tenaga kesehatan karena menurut informan tidak ada

masalah terhadap berat badan anak.

Selanjutnya ada juga informan dipengaruhi dari media massa yaitu

internet. Informan membaca terkait bahaya obesitas dan cara mengatasi

obesitas adalah di internet. Akan tetapi, karena informan menyatakan

Page 93: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

78

bahwa berat badan anak adalah normal maka informan tidak mengatasi

atau mencegah obesitas pada anak karena pola makan anak tidak

banyak dan aktivitas anak disekolah juga banyak.

Jadi, jika berat badan anak adalah obesitas maka informan akan

mengatasi atau mencegah obesitas pada anak dilihat dari bahaya

obesitas dari internet. Menurut Wiryanto (2004), Efek media massa

dapat mengubah perilaku individu atau khalayak. Selain itu dapat

memberikan jawaban dalam menciptakan perhatian, pengetahuan, sikap

dan perubahan perilaku.

Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dapat melatar

belakangi informan untuk melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan

adalah pengetahuan informan mengenai berat badan anak sehingga

mempengaruhi persepsi informan mengenai ancaman. Persepsi manfaat yang

dirasakan juga mempengaruhi informan untuk melakukan perilaku atau tidak

melakukan perilaku. Selain, itu faktor pemicu keluarga, media massa, dan

tenaga kesehatan juga mempengaruhi informan untuk melakukan sesuatu atau

tidak melakukan sesuatu.

Page 94: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

79

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah:

1. Sebagian informan melakukan perilaku mengatasi obesitas, sebagian

melakukan perilaku mencegah obesitas pada anak dan sebagian lagi tidak

melakukan mengatasi dan mencegah obesitas pada anak. Informan

mengatasi dan mencegah obesitas pada anak dengan mengurangi minum

susu pada anak dan melakukan olahraga akan tetapi jarang untuk

melakukan olahraga.

2. Faktor kepercayaan individu yang berperan terhadap perilaku informan

dalam mengatasi obesitas adalah persepsi ancaman dan persepsi manfaat.

Sedangkan persepsi kendala dan kepercayaan diri tidak mempengaruhi

informan untuk mengatasi obesitas pada anak.

3. Faktor modifikasi pengetahuan yang mempengaruhi kepercayaan individu

adalah pengetahuan mengenai berat badan anak. Pengetahuan mengenai

berat badan ini mempengaruhi persepsi ancaman penyakit akibat obesitas.

4. Faktor pemicu yang mempengaruhi informan melakukan sesuatu atau

tidak melakukan sesuatu untuk mengatasi obesitas adalah keluarga, media

massa dan tenaga kesehatan.

Page 95: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

80

7.2 Saran

1. Sebaiknya pihak Puskesmas Kelurahan Jati Padang melaksanakan

kegiatan berdasarkan pedoman dari Kementerian Kesehatan tahun 2012

yaitu pedoman pencegahan dan penanggulangan kegemukan dan obesitas

pada anak sekolah dengan menyampaikan hasil penemuan kasus obesitas

kepada orangtua dengan amplop tertutup melalui guru dan menyarankan

penanganan lebih lanjut ke Puskesmas.

2. Perlu adanya pelatihan dari Puskesmas kepada dokter kecil yang ada

disekolah pada anak kelas empat dan kelas lima untuk memonitoring

status gizi anak dan menghitung IMT sehingga sekolah melakukan

pengukuran antropometri dan melaporkan kepada orangtua yang memiliki

anak obesitas.

3. Peneliti selanjutnya diharapkan tidak langsung memilih ibu sebagai

informan utama akan tetapi melihat terlebih dahulu dilapangan siapa yang

lebih sering bersama anak dan berpengaruh terhadap pola makan dan

aktivitas anak maka itu yang di jadikan sebagai informan utama.

Page 96: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

81

DAFTAR PUSTAKA

Aballa, L.A. 2010. Prevalence and Risk Factor For Obesity Among School Aged

Children In Nairobi Province, Kenya. University Kenyatta: Thesis.

Akhmadi, 2009. Pengalaman keluarga merawat anak usia sekolah dengan

obesitas yang bersekolah di sekolah dasar kota Yogyakarta: studi

fenomenologi. Universitas Indonesia, Depok.

Anam, MS. 2010. Pengaruh Intervensi Diet dan Olah Raga Terhadap Indeks

Massa Tubuh, Lemak Tubuh, dan Kesegaran Jasmani pada Anak Obesitas.

Sari Pediatri. Vol 12 no 1.

Azwar, Saifuddin. 2005. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Baughcum, A.E., Chamberline, L., Deeks, C., Powers, S., Whitaker, R., 2000.

Maternal Perceptions Of Overweight Preschool Children. Pediatrics vol

106 no. 6. American Academiy of Pediatrics.

Berg, Christina. 2002. Influences On Schoolchildren's Dietary Selection: Focus on

Fat and fibre at breakfast. Thesis. Acta Universitatis Gothoburgensis.

Crowle, J., Turner, E., 2010. Childhood obesity: An Economic Perspective.

Comission Staff Working Paper Melbourne, Australia.

Depkes RI, 2007. Pedoman pengukuran dan Pemeriksaan. Jakarta: Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Page 97: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

82

Dhyanaputri, S., Hartini, N.S., Kristina, S.A., 2011. Persepsi Ibu, Guru Dan

Tenaga Kesehatan Tentang Obesitas Pada Anak Taman Kanak-Kanak.

Berita Kedokteran Masyarakat. vol 27 no.1, 32–40.

Eckstein, at al. 2006. Parent's Perceptions of Their Child's Weight and Health.

Pediatrics, vol 117 no.3.

Febry, A.B., Marendra, Z., 2008. Buku Pintar M enu Balita. Jakarta: Wahyu

Media.

Glanz, K., Rimer, B.K., Viswanath K, 2008. Health Behavior And Health

Education: Theory, Research, and Practice. Jossey-Bass. USA.

Golan, M., & Crow, S. 2004. Parents Are Key Players In The Prevention and

Treatment of Weight Related Problem. Nutrition Review, vol 62 (1) 39-50.

Hadi, H., 2005. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya Terhadap

Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional. Yogyakarta: Universitas

Gadjah Mada.

Hasdianah, Siyoto, S., Peristyowati, Y., 2014. Gizi, Pemantapan Gizi, Diet, dan

Obesitas. Yogyakarta: Nuha Medika.

IDAI, 2014. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia: Diagnosis, Tatalaksana

Dan Pencegahan Obesitas Pada Anak Dan Remaja. Ikatan Dokter Anak

Indonesia.

Irwan, 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Deepublish.

Page 98: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

83

Jackson, D., McDonald, G., Mannix, J., Faga, P., Firtko, A., 2005. Mother’s

Perceptions Of Overweight And Obesity In Their Children. Australian

Journal Of Advanced Nursing. vol 23, 2.

Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Tahun 2013. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI, 2013. Riskesdas Dalam Angka Provinsi DKI Jakarta. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI, 2012. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kegemukan dan

Obesitas Pada Anak Sekolah. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

Kemenkes RI, 2013. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

1995/Menkes/SK/XII/2010 Tentang Standar Antropometri Penilaian Status

Gizi Anak. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Leonita, E., Nopriadi, 2010. Persepsi Ibu Terhadap Obesitas Pada Anak Sekolah.

Jurnal Kesehatan Komunitas 1.vol 1 no.1.

Maharani, Dian. 2015. Bahaya Obesitas Pada anak Dari Diabetes Hingga

Depresi. tersedia di

web:http://health.kompas.com/read/2016/07/13/180000223/Bahaya.Obesit

as.pada.Anak.dari.Diabetes.hingga.Depresi. Diakses Pada Tanggal 29

oktober 2016 pukul 10.10.

Page 99: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

84

Marpaung, L., 2007. Perilaku Ibu Terhadap Obesitas Pada Anak Usia Sekolah

Dasar SD Pertiwi Kecamatan Medan Barat Tahun 2007. Skripsi.

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Misnadirly, 2007. Obesitas: Sebagai Faktor Risiko Beberapa penyakit. Jakarta:

Pustaka Obor Populer.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:

Rineka Cipta.

Nurhadi, 2014. Pendidikan Kedewasaan Dalam Perspektif Psikologi Islami.

Yogyakarta: Deepublish.

Prasadja, Andreas. 2009. Ayo Bangun dengan bugar karena tidur yang benar.

Jakarta: PT Mizan Publika.

Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. 2015. Rekapitulasi Hasil Penjaringan

kesehatan Peserta Didik di Wilayah Kab/Kota. Jakarta: Puskesmas

Kecamatan Pasar Minggu.

Puskesmas Kelurahan Jati Padang. 2015. Form Skreening / Hasil Penjaringan

Kesehatan Peserta Didik Puskesmas Kel. Jati Padang tahun 2015. Jakarta:

Puskesmas Keluarahan Jati Padang.

Promkes Dinas Kesehatan Provinsi Banten, 2013. Gizi Pada Anak Obesitas

Tersediadi[WWWDocument].radarbantencoid.URL

http://www.radarbanten.co.id/category/kesehatan/. diakses pada tanggal 10

Juni 2016, pukul 13.00.

Page 100: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

85

Sartika, R.A.D., 2011. Faktor Resiko Obesitas Pada Anak 5-15 Tahun di

Indonesia. Makara Kesehatan, Vol 15 (1) 37–43.

Sediaotama, A.D. 2004. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa Dan Profesi. Jakarta : Dian

Rakyat.

Soenardi, T., 2011. 100 Resep Hidangan Organik Untuk Anak Sekolah. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama.

Subardja, Dedi. 2004. Obesitas Primer Pada Anak: Diagnosis Patogenesis dan

Patofisiologi. Jakarta: Kiblat Buku Utama.

Subiakti, D.A., 2013. Asupan Energi, Lemak, Serat, serta Persepsi Ibu tentang

Obesitas Pada Anak Obesitas dan Non-Obesitas. Program Studi Ilmu Gizi

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang

Sudarma, Momon. 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan. 2015. Rekapitulasi Hasil Penjaringan

Kesehatan Peserta Didik di Wilayah Kab/Kota Jakarta Selatan. Jakarta:

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan.

Supariasa, I.D., 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Wahyu, D.G.G., 2009. Obesitas Pada Anak. Yogyakarta: B First.

Wiryanto, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo

Page 101: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

86

WHO, 2016. Obesity and overweight. [WWW Document]. WHO. URL

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/ (accessed 12.16.15).

WHO, 2012. Population-Based Approaches to Childhood Obesity Prevention.

World Health Organization.

WHO, 2009. Prevalence Of Overweight And Obesity In Children And

Adolescents. World Health Organization.

WHO, 2016. Global Strategy on Diet, Physical Activity and Health. World Health

Organization. Diakses di

http://www.who.int/dietphysicalactivity/childhood_what_can_be_done/en/

. Pada Tanggal 16 November 2017 pukul 13.00.

Yatim, Faisal. 2005. 30 Gangguan Kesehatan Pada Anak Usia Sekolah. Pustaka

Populer Obor.

Page 102: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

87

LAMPIRAN

Page 103: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

88

Lampiran 1

INFORMED CONSENT

(LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN)

Assalamu‟alaikum Wr. Wb,

Saya Riskah Wahyuni Nst, Mahasiswa SI program Studi

Kesehatan Masyarakat Peminatan Gizi 2012, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya bermaksud melakukan

penelitian mengenai “Latar Belakang Perilaku Ibu Dalam Mengatasi

Obesitas Pada Anak kelas satu di Madrasah Ibtidaiyah Al - Hikmah

Jakarta Selatan Tahun 2016”.

Saya berharap ibu bersedia untuk menjadi informan dalam

penelitian ini. Identitas ibu sebagai informan dalam penelitian ini akan

dirahasiakan dan informasi yang ibu berikan hanya akan digunakan demi

kepentingan ilmu pengetahuan.

Setelah ibu membaca maksud penelitian di atas, maka saya mohon

untuk mengisi nama dan tanda tangan di bawah ini sebagai persetujuan.

Setelah menandatangani pernyataan di atas, saya mohon kesediaan ibu

untuk saya wawancarai dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jujur

dan sesuai dengan keadaan yang sebenanrnya. Terima Kasih. Sekian.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.

Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian ini dan bersedia mengisi lembar

kuesioner yang telah disediakan di bawah ini.

Tertanda,

Sanksi Peneliti Informan

Page 104: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

89

Lampiran 2

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

UNTUK INFORMAN UTAMA (IBU)

A. Identitas Informan

Identitas ibu

1. Nama informan :

2. umur :

3. Pendidikan :

4. Pekerjaan :

Identitas Anak

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

B. Pengetahuan informan

1. Menurut ibu bagaimana kategori berat badan anak ibu

(kurus/normal/obesitas)?

Probing : - kenapa ibu menganggap kurus/normal/obesitas?

2. Menurut ibu, apa saja bahaya berat badan berlebih pada anak?

3. Menurut ibu, bagaimana cara mengatasi obesitas ?

4. Darimana ibu mendapatkan informasi tersebut?

Probing: - Informasi apa saja yang ibu dapatkan dari keluarga?

- Informasi apa saja yang didapatkan dari tenaga kesehatan?

- Informasi apa saja yang didapatkan dari media massa?

C. Persepsi/Pandangan Informan

1. Persepsi Ancaman

Apakah anak ibu rentan terhadap penyakit akibat obesitas?

Kenapa?

Menurut ibu, obesitas merupakan masalah kesehatan yang serius

dan berbahaya? Kenapa bu?

2. Perilaku

Bagaimana tindakan ibu mengenai berat badan berlebih pada anak?

Page 105: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

90

Apa saja usaha yang ibu lakukan dalam upaya mengatasi obesitas

pada anak ?

Probing : - Bagaimana dengan mengatur pola makan anak?

- Bagaimana dengan mengatur aktivitas fisik anak?

3. Persepsi Manfaat

Menurut ibu,apa saja manfaat yang dirasakan dalam mengatasi

obesitas pada anak?

4. Persepsi Kendala

Hambatan- hambatan apa saja yang ibu alami dalam upaya

mengatasi obesitas pada anak?

Bagaimana ibu mengatasi hambatan tersebut?

5. Efikasi diri/kepercayaan diri

Apa ibu percaya bahwa ibu dapat mengatasi obesitas pada anak?

Kenapa ibu?

Apa ibu percaya dapat mengontrol pola makan dan aktivitas anak?

6. Dorongan untuk bertindak

Siapa yang dapat mendorong atau mempengaruhi ibu untuk

melakukan suatu tindakan?

Probing : - apa dari keluarga, tenaga kesehatan dan dari media

massa? Informasi apa saja yang ibu dapatkan?

- bagaimana dengan peristiwa yang pernah ibu

alami, apakah mempengaruhi ibu dalam melakukan

suatu tindakan? Bagaimana peristiwanya bu?

Page 106: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

91

LAMPIRAN 3

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM UNTUK INFORMAN

PENDUKUNG (SUAMI / NENEK / PENGASUH ANAK)

A. Identitas Informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Pendidikan :

4. Pekerjaan :

5. Status hubungan dengan ibu anak :

B. Perilaku dalam mengatasi obesitas

1. Bagaimana menurut bapak/ibu, berat badan anak yang baik pada anak?

2. Bagaiman perilaku ibu dari anak dalam upaya menurunkan berat badan

anak? Menurut bapak/ibu, bagaiman ibu dari anak mengatur pola makan

anak? Bagaimana ibu mengatur aktivitas fisik anak?

3. Seperti apa dukungan Bapak/ibu untuk mendukung ibu dalam menurunkan

obesitas pada anak?

Page 107: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

92

Lampiran 4

Matrix Identitas Informan Utama

No. Nama Umur Pendidikan

Terakhir Pekerjaan

1. A1 33 TH SMK Karyawati

Swasta

2. A2 40 th S1 Ibu Rumah

Tangga

3. A3 40 th D3 PNS

4. A4 38 th SLTP Ibu Rumah

Tangga

Page 108: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

93

Lampiran 5

Matrix hasil wawancara

Variabel A1 A2 A3 A4

Pengetahuan

- Berat badan

anak

Berat badan berlebih Normal Normal Normal, standar

- Bahaya

obesitas

Jalannya lama, penyakit

jantung, tekanan darah, dan

gula darah.

Jantung, tekanan darah Jantung, gula darah, tekanan

darah tinggi

Jantung, gula darah,

tekanan dara

- Dapat

informasi

Dari keluarga, tenaga

kesehatan, internet

Keluarga, berita, tetangga Tetangga, internet Tenaga kesehatan dan

tetangga.

- Cara

mengatasi

obesitas

Mengurangi minum susu,

melakukan olahraga, mengatur

pola makan

Mengurangi minum susu,

mengatur pola makan dan

olahraga

Mengatur pola makan dan

melakukan olahraga

Tidak tahu

Perilaku informan

terhadap obesitas

pada anak

Adanya upaya menurunkan

berat badan anak.

Adanya upaya menurunkan

berat badan anak.

Tidak ada upaya Tidak ada upaya

Kepercayaan diri Informan

Persepsi kerentanan Berat badan anak memang

berlebih

Rentan mengalami obesitas.

Akan tetapi tidak rentan

untuk mengalami penyakit

Tidak rentan mengalami

obesitas dan tidak rentan untuk

terkena penyakit yang

Tidak rentan

mengalami obesitas dan

tidak rentan terkena

Page 109: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

94

yang diakibatkan obesitas. diakibatkan obesitas. penyakit yang

diakibatkan obesitas

Persepsi keseriusan

tentang penyakit

Serius Serius Serius Serius

Persepsi manfaat Agar tidak mengganggu

aktivitas.

ngimbangi biar ga gemuk

dan menghindari bahaya

obesitas.

Persepsi Kendala Datang dari ibu seperti jarang

ngajakin olahraga

Dari ibu karena jarang

ngajakin olahraga

Tidak ada Tidak ada

Efikasi diri /kepercayaan diri

- Kepercayaan

dari anak

Percaya, karena anak pernah

dikatain.

Percaya, karena anak yang

penurut

Percaya, karena anak yang

penurut

Percaya, karena anak

yang penurut

- Kepercayaan

dari ibu

Percaya, walaupun bekerja

tetapi kseharian dijaga oleh ibu

Tidak percaya, karena

kasihan melihat anak yang

ingin nambah makan dan

jarang olahraga

Percaya walaupun bekerja tapi

ada ayah dari anak yang daat

mengontrol.

percaya, karena

informan kesehariannya

bersama anak.

Cues To Action (pemicu untuk bertindak)

Dorongan untuk

bertindak

Keluarga, peristiwa, dokter dan

internet

Keluarga dan melihat

standar berat badan anak

seumuran, tenaga kesehatan

Keluarga, internet, tenaga

kesehatan.

Posyandu dan keluarga

Page 110: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

95

Lampiran 6

Kutipan Transkrip Pengetahuan Informan Utama

Pengetahuan A1 A2 A3 A4 Simpulan

Bagaimana

brat badan

anak?

“Anak saya Berat

badannya memang

berlebih”

“Normal aja sih” “Normal sih”

“Biasa aja sih yaaa

kalau menurut say

itu udah normal gitu.

Standar”

Kebanyakan

informan

menyatakan berat

badan anak adalah

normal.

Apa saja

bahaya

obesitas pada

anak?

“Iya. kayak waktu itu dia

lama jalannya. Awal-

awal pertama. Eee dua

tahun baru jalan karena

itu tadi obesitas itu. Saya

pernah ke hermina yang

ciputat tumbuh kembang

anak senin rabu jum‟at

karena dia telat jalan.

Obesitas itu sangat

bahaya. Selain itu nanti

kata dokter bisa penyakit

jantung, tekanan darah,

dan gula darah. Jadi saya

takut aja mba”

“Itu bisa penyakit

jantung,tekanan darah.

Hmm, apalagi yaaa.

Udah siih”

“Biasanya kalau obes

itu satu jantung, gula

darah hmmmm. Paling

tekanan darah tinggi

juga. Tapi kedepannya

sih yaaa”

“Yaaaa. Apa yaaaa.

Hmmm. Yaa jantung

yaaa nanti.sama

gula darah., tekanan

darah. itu aja sih

taunya”

Semua informan

menyatakan bahwa

bahaya obesitas

adalah jantung,

tekanan darah tinggi,

dan gula darah

Page 111: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

96

Darimana ibu

Mendapatkan

Informasi

terkait bahaya

obesitas pada

anak?

“Dari keluarga,dokter dan

internet mba”

“Dari keluarga, berita-

berita dan tetangga”

“Dari tetangga.

Soalnya dia ngalamin

penyakit jantung akibat

obesitas itu udah

dibilang dokter

sekarang. Dan saya

baca-baca internet

juga”

“Dari tenga

kesehatan. Posyandu

gitu dan tetangga

saya”

Informan

mendapatkan

informasi terkait

obesitas adalah dari

keluarga, dokter,

internet, tetangga

dan berita.

Bagaimana

cara mengatasi

obesitas pada

anak?

“kalau dari saya sendiri

mba kurangi pemberian

susu yang berlebihan,

berikan waktu anak buat

beraktivitas (bermain,

mengaji, atau kegiatan

lainnya. Jalan-jlan atau

olahraga setiap hari

minggu pagi”

“Iyaa saya tau

neng.kurangi minum susu

yaa. Itu juga banyakin

aktivitas fisik oleharga

sama di jaga pola

makannya.Jangan

banyak-banyak

makannya sama

olahraga juga. Heheh.

jangan banyak-banyak.

Setau saya sih gitu aja”

“Tau. Itu mengurangi

makan. Jangan banyak-

banyak gitu. Sama

olahraga juga.

Banyakin olahraga.

heheh”

“caranya gimana

yaa. Yaa aku juga

belum itu nyobain.

heheh.”

Kebanyakan

informan

menyatakan bahwa

cara mengatasi

obesitas adalah

dengan mengurangi

pola makan dan

melakukan aktivitas

fisik.

Page 112: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

97

Lampiran 7

Kutipan Transkrip Perilaku informan Utama

Pertanyaan Perilaku informan terhadap obesitas pada anak Simpulan

Apa yang ibu

lakukan terhadap

obesitas pada anak?

“Kayak susu udah dikurangi. Waktu dulu yaa itu semalam aja bisa 6

botol.sekarang udah dua botol malamnya saat mau tidur dan bangun tidur.

Siangnya dulu 3 botol sekarang udah dikurangi jadi kalo siang dia ga minum

susu dan ngga minta. Hehehe. Kalau makan sih nggak, dia makannya biasa aja

sih. Olahraga kadang diajak tapi ngga rutin juga. Kebetulan minggu pagi di

balai rakyat ada senam tuh” (A1)

- Pada penelitian ini

menunjukkan bahwa

sebagaian informan

mengatasi dan mencegah

obesitas pada anak dengan

mengurangi minum susu

pada anak, dan melakukan

olahraga.

- Sebagian informan lainnya

tidak melakukan upaya untuk

mengatasi atau mencegah

obesitas pada anak.

“Kayak susu udah dibatesin jadi 2 kali sehari biasanya sih sesuka dia aja minum

susunya bisa nyampe 3-4 kali gitu. Ngga saya bolehin lagi. Jarang sih kalau

olahraga. Dia sih senang ya kalau ngajakin olahraga. Tapi kadang mak nya

yang malas. Hahahahha” (A2)

“Nggak ada. Soalnya kalau dibilang kurus nggak sih, biasa aja gitu. Kalau di

bilang gendut juga nggak” (A3)

“Nggak ada. Heheh” (A4)

Page 113: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

98

Lampiran 8

Kutipan Transkrip Kepercayaan Informan Utama

Persepi A1 A2 A3 A4 Simpulan

Persepsi

Ancaman

penyakit

akibat

obesitas

Kerentanan

“Iyaa mba. Dia kan berat

badannya udah berlebih

ya mba jadinya saya juga

takut kalo dia terkena

penyakit itu. Kayak

tekanan darah tinggi ,

gula darah. kan takut

yaa.”

Keseriusan

“iya serius. Bahaya mba

penyakitnya kan takut

aja. Kayak tadi penyakit

jantung, tekanan darah

dan gula darah. apalagi

anak saya berat

badannya gendut mba.

Jadi saya takut aja..

Aktivitasnya juga lambat

tidak seperti anak lain

Kerentanan

“Menurut aku iya sih dia

rentan terkena obesitas

karena makannya

banyak. tapi kalo

terkena penyakit dari

obesitas sih nggak yaaa

soalnya kan dia masih

normal berat badannya.

Jangan sampe deh”

Keseriusan

“Serius. yaa itu tadi

akibatnya gitu kan takut

aja sih. Hmm yaa

mengganggu aktivitasnya

dan bisa penyakit

jantung, tekanan darah

juga kan. Selama ini sih

ngga ada. Yaa jangan

laah. Mudah-mudahan

Kerentanan

“Hmm, kalau terkena

obesitas sih bisa. Dia

juga gitu lagi doyan

makan sekarang. Bisa

4-5 kali sehari.

Makanya saya lagi

takut nih. Tapi

aktivitasnya banyak sih.

Hehehe. Yaa kalau

terkena penyakit dari

obesitas itu sih

kayaknya nggak sih.

Dia normal kok”

Keseriusan

“iya serius.penyakit

dari obesitas itu kan

serius. Tapi kan anak

saya masih normal

yaa.penyakitnya ada

Kerentanan

“Iya bisa jadi obesitas

sih. Kalau sekarang

aktivitas anak saya sih

banyak yaa. Tapi

makannya banyak sih

dia . Kalau untuk

terkena penyakit itu

sih nggak deh

kayaknya. Dia juga

kan berat badannya

ngga obesitas jadi

kayaknya nggak sih”

Keseriusan

“penyakitnya yaa

serius kalau udah

terkena obesitas yaa.

Kan bahayanya itu

penyakit yang di takuti

kan. Jantung, tekanan

- Kebanyakan

informan merasa

tidak rentan

terhadap penyakit

yang diakibatkan

obesitas.

- Semua informan

menyatakan bahwa

penyakit yang

diakibatkan

obesitas adalah

masalah kesehatan

yang serius.

Page 114: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

99

pada umumnya. Bahkan

olahrgapun lebih cepat

capek. Keseimbangan

badan juga gitu, sering

sekali dia jatuh”

ngga pernah ngalamin.

Haduuhhh. Takuut

takuut”

penyakit jantung,

tekanan darah, dan

gula darah”

darah gitu. Kan

ngeri”

Persepsi

Manfaat

“Yaaa alhamdulillah sih

dianya kan telat jalan

sekarang alhamdulillah.

Jadi ga parah gitu

sakitnya”

“Yaa kayak ngimbangin

aja yaaa. Yaaa kan

takutnya semakin kalau

gemuk kan . untuk

menjaga aja sih biar ga

gemuk dan itu juga apa

untuk memudahkan anak

untuk beraktivitas sih

dan menghindari bahaya

dari anak yang gemuk itu

juga siih.”

Informan yang

mengatasi dan

mencegah obesitas

menyatakan bahwa

manfaat yang

dirasakan adalah

memudahkan anak

melakukan aktivitas.

Persepsi

Kendala

“Gaada hambatan sih.

Selama ini dia masih

nurut aja sih gaada

masalah. Dia anaknya

nurut. Kalau makannya

sih masih biasa aja yaa

menurut saya jadi ngga

di kurangi. Paling yang

“Selama ini sih ga ada.

Anaknya sih nurut aja.

Tapi kadang saya nya

sih. Hahahah. Kayak

olahraga tadi dia yang

ngajak tapi saya males.

Hahaha. Paling sih yang

diatur cuma

“Sebenarnya kalau

saya mau menurunkan

berat badannya sih

kayaknya gaada

kendala. Soalnya

anaknya nurut banget.

Mungkin dari sayanya

yang males gitu kayak

“Mungkin gaada yaa.

Kalau dari anak sih

nurut orangnya.

Heheheh. Kalau saya

juga mungkin bisalah.

Hahaha”

- Informan yang

mengatasi dan

mencegah obesitas

pada anak

menyatakan tidak

ada kendala dari

anak.Sedangkan

kendala yang datang

Page 115: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

100

olahraga sih saya jarang

ngajakin kalau hari

minggu yaa itu tadi

kesiangan. Tapi dia

aktivitasnya di sekolah

banyak. Heheh”

makanannya.itu juga

kadang apa yang anak

saya minta saya kasi aja.

Soalnya kadang kasihan

aja liatnya kalau dia lagi

pengen makan gitu.

Hehehe”

olahraga atau liatin

makannya. Soalnya

sering diajak untuk

jalan-jalan pagi gitu.

Tapi sayanya yang

males. Heheheh. Tapi

mungkin karena anak

saya juga berat

badannya normal kan

jadi ga terlalu

dipaksain harus

olahraga dan

makannya harus

diataur. Yaa gaada

kendala sih”

dari ibu dikarenakan

ibu yang bekerja,

bangun kesiangan

dan males.

- Informan yang tidak

mengatasi dan

mencegah obesitas

juga menyatakan

jika ingin mencegah

atau mengatasi

obesitas pada anak

tidak ada kendala.

Efikasi

diri/keperca

yaan diri

(kepercayaa

n dalam

mengatasi

obesitas

pada anak)

“Percaya karena dari

dianya juga sempat

bilang dikatain itu. Terus

dia perempuan kan

gimanapun. Gara-gara

itu juga lambat yaaa.

jadi memotivasi gitu.

Heheheh”

“Iya. Kalau menurut

saya sih percaya.

Soalnya itu kan udah

efektif yaa untuk

menurunkan berat

badan. Dari kakak saya

kan gemuk terus

sekarang udah turun dan

lumayan kurus. Anaknya

“Percaya sih.anaknya

sih nurut aja. Sayanya

yang kadang yang

susah. Heheh. Kayak

ngatur pola makannya

kadang ga liat

gitu.karena saya kerja

juga. Jadi suka-suka

dia aja makan. Tapi

“Hmmm, sepertinya

percayaa bisa

menurunkan. Soalnya

belajar dari tetangga

juga ya ada yang

obesitas dan

mengatasi obesitasnya

dengan mengurangi

porsi makannya dan

Persepsi informan

dalam hal ini

menunjukkan semua

informan percaya

dapat mengatasi atau

mencegah berat badan

anak.

Page 116: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

101

juga nurut ” kadang ayahnya yang

liatin sih. Dan ngajakin

olahraga kadang. Dan

dia aktivitas nya

banyak sih.”

nyuruh olahraga gitu.

Kalau anak sih nurut

ya. hehe”

Kepercayaa

n diri dalam

mengontrol

pola makan

dan

mengatur

aktivitas

anak.

“Saya percaya mba.

Karena keseharian saya

kerja sih ya tapi

keseharian memang anak

saya ada di tangan ibu

saya. Ibu saya yang

sangat mengontrol

makan dan juga aktifitas

anak saya. Mulai bangun

tidur, sekolah, les atau

pun mengaji”

“Ngga percaya

sebenarnya. Soalnya saya

suka kasian kalau dia

minta nambah makan

lagi. Jadinya saya kasih

aja lagi. Hahaha. Kalau

untuk aktivitasnya yaa

dia disekolah, les gitu aja

sih. Kayak olahraga sih

saya males orangnya jadi

ga pernah dikontrol juga

sih aktivitasnya. lagian

dia berat badannya juga

ga gendut. ga di paksain

deh. Hahaha”

“Kalau ngontrol

makannya yaa gimana

yaa mba. Percaya sih.

Saya kan kerja yaa jadi

gabisa liat-liat makan

dan aktiviasnya. Tapi

dia kesehariannya sih

sama ayahnya jadi

ayahnya yang liatin

aktivitas sama

makannya”

“kayaknya percaya

sih. Saya juga di

rumah ngurus dia.

Tapi ga telalu

merhatiin apa aja yang

dia makan. Dia ga

gendut soalnya.

Heheh”

kebanyakan informan

percaya dapat

mengontrol pola

makan dan aktivitas

anak.

Pemicu

untuk

bertindak

“Iyaa. Dari keluarga

bilang dan tenaga

kesehatan juga. Dari

internet juga dibaca-

“Hmmmm, selama ini sih

baru dari keluarga sih.

Ada kakak saya dulu

yang genduut. Susah

“Oo itu dari keluarga

ada. Bilang anak-anak

jangan gemuk-gemuk

gitu. Nanti risiko

“Paling dari

posyandu ya. Kalau

berlebih itu jadi anak

ga bisa berfikir gitu.

Semua informan

menyatakan bahwa

yang memicu

informan untuk

Page 117: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

102

baca bahaya obesitasnya

gitu dan kejadian dia

yang dulu akibat obesitas

dia telat jalan dulu kata

dokter sih akibat itu. Dia

ga bisa angkat badannya

jadinya. Jadi saya takut

aja nanti aktivitasnya

jadi terganggu. Mudah-

mudahan sih jangan

seperti itu gitu. Hehehe”

gerak dan nafas. Jadinya

saya takut anak saya

gitu. Jadi jaga-jaga aja.

Ayahnya juga bilang biar

anak tidak gendut gitu.

Kalau tenaga kesehatan

juga sih sebenarnya. tapi

ga pernah ke rumah sakit

sih. mungkin ngeliat

temen-temennya yaa.

Jadi umur segini jangan

terlalu gemuk gitu.

Pokoknya lihat

standarnya ajalah.”

jantung, risiko diabet

gitu sih paling. Tapi

saya ngga mencegah

karena keluarga kayak

ayahnya juga bilang

kalau anak masih

normal berat badannya

ditambah aktivitasnya

juga banyak”

Tapi jarang ke

posyandu karena

berat badannya juga

normal kan. Dari

berita arya gitu

nonton sih. Dari

keluarga sih ayahnya

bilang kalau dia sih

berat badannya

normal jadi ngga usah

menurunkan berat

badan”

melakukan

tindakan adalah

keluarga, tenaga

kesehatan, dan

internet .

Page 118: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

103

Lampiran 9

Matrix Identitas Informan Pendukung

No. Nama Usia Pendidikan Pekerjaan

Hubungan

dengan

anak

1. B1 56 th SD IRT Nenek

2. B2 39 th SLTA Karyawan

swasta

Ayah

kandung

3. B3 42 th D3 Wiraswasta Ayah

Kandung

4. B4 48 th S1 Swasta Ayah

kandung

Page 119: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

104

Lampiran 10

Matrix Wawancara Informan Pendukung

No. Pertanyaan B1 B2 B3 B4 Simpulan

1. Bagaimana berat badan

anak?

“Iya dia emang

gendut nak”

“Yaaa biasa aja

lah.ga gendut ga

kurus juga”

“Berat badannya

sih normal”

“Menurut saya sih

normal”

Kebanyakan informan

pendukung menjawab

bahwa berat badan

anak adalah normal.

2. Upaya apa yang

dilakuan terhadap berat

badan anak? Kenapa

seperti itu?

“Iyaa berupaya sih

dengan mengurangi

minum susunya”

“Upaya yang

dilakukan sih nggak

ada yaa. Paling

ibunya sih. Saya kan

kerja yaa jadi yang

ngurus yaa ibunya

aja. Tapi selama ini

sih paling ngurngi

minum susu nya aja

sih”

“Hmm, apa yaa.

Ga ada sih. Malah

kita pengen

nambah berat

badannya karena

aktivitasnya

sekarang banyak”

“Ngga ada sih.

Kan dia juga ga

gendut sih”

dua orang informn

menyatakan

mengurangi minum

susu dan dua informan

lainnya tidak

melakukan upaya

terhadap berat badan

anak.

3. Bagaimana perilaku ibu

dari anak terhadap

berat badan anak?

“nenek liat sih

ngurangi minum

susunya soalnya dia

minum susunya

banyak bangek nak.

Sekarang udah

“Ibunya sih

berusaha biar anak

itu ga gendut sih.

Kayak maknnya sih

sudh dikurangi gitu

sih. Kayak susu juga

„Masih terus

memantau lah

bagaimana

perkembangan

berat badan anak.

Ibunya juga sering

“Hehe. Yaa kita

emang ngga mau

nurunin berat

badan sih. Biasa

aja. Jalanin aja

gitu. Jadi ngga

Upaya yang dilakukan

informan utama sesuai

dengan yang

dikatakan oleh

informan pendukung.

Page 120: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

105

berkurang

alhamdulillah.

Jajanan iyaa sih.

Olahraga juga kadang

diajak ibunya tapi

hari libur aja sih

soalnya kan ibun nya

juga kerja.biasanya

yang ngejagain dia sih

nenek yaa.heheh”

udah dikurangi sama

maknya. Iyaa pernah

liat kalo hari libur

sih. Kayak mie juga

udah ga sering-

sering dulu mah

waktu libur dia pasti

makan mie terus.

Sekarang saya liat

udah ngga. Jarang

sekarang.kalau

untuk olahraga ngga

pernah saya liat.

Hahaha”

pantau bagaimana

makannya. Sampai

saat ini sih

makannya

sekarang banyak

sih, Kalau untuk

aktivitas nya sih

dia di sekolah aja

sih, ngaji, main.

Karena disekolah

aja kan

aktivitasnya sudah

banyak”

ada yang

dilakuin”

4. Seperti apa dukungan

nenek/ bapakuntuk

mencegah atau

menurunkan berat

badan anak?

“Yaa saya ngeliat aja

gimana makannya dan

mengurangi minum

susunya. jangan

banyak-banyak gitu.

Dan kadang nyuruh

dia lari-lari aja gitu

depan rumah. Heheh.

Bareng sih. Tp jarang

juga. Hahahah”

“Yaa gaada

sih.heheh”

“Yaa ga ada sih.

ibunya aja yang

ngatur. Hehe”

“Saya yaaa.

nggak ada.ga

tharus di turunin

sih. biasa aja”

“Kebanyakan

informan pendukung

tidak memberikan

dukungan atau

dorongan

terhadapinforman

utama karena merasa

berat badan anak

adalah normal”

Page 121: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

106

Lampiran 11

Kutipan Transkrip Dengan Ibu Kantin Terkait Kebiasaan Jajan Siswa

Pertanyaan Ibu Kantin Simpulan

Biasanya anak-anak jajan apa ya bu? “biasanya cireng, nasi goreng, lontong, gorengan, gitu deehh kalau

anak-anak mah. Dulu yaa saya pernah dapat sertifikat itu terkait

kantin ini jajanannya harus apa. Makannya saya jajanan disini ga

sembarangan yaa. Tahun berapa yaaa dulu pernah dapat sertifikat

tahun 80 an dari puskesmas. Jadi aku jualan ga macem-macem”

Jadi, diketahui

bahwa anak-

anak biasanya

membeli

jajanan

gorengan

(seperti cireng,

tahu, tempe

dan bakwan),

minuman

dingin yang

ada rasanya,

nasi goreng,

mie rebus dan

mie goreng

Umumnya biasanya beli jajan apalagi bu selain

cireng. Gorengannya apa aja bu?

“Cireng, bakwan, tahu, tempe. Kadang-kadang singkong, ubi. Yaa

begitu deeh kita puter2 aja biar anak-anaknya ga bosen”

Selain itu jajan apa lagi bu. Kalau mie gimana

bu?

“Kalau mie juga laku. Banyak anak-anaknya beli. Mie instan dan

mie gelas gitu”

Minuman dinginnya gimana bu?

“Oh itu banyak banget kalau minuman dingin yang ada rasanya.

Minumnya lebih banyak itu anak-anak mah. Apalagi abis olahraga

gitu . laku banget deh itu”

Kalau permen kadang beli seribu anak-anak.

permen sih buat kembalian aja anak-anaknya

beli. Ga terlalu beli mereka mah.

“Kalau permen kadang beli seribu anak-anak. permen sih buat

kembalian aja anak-anaknya beli. Ga terlalu beli mereka mah”

Kalau kayak cemilan kerupuk-kerupuk atau

coklat gimana bu?

“Itu jug iya sih tapi ga terlalu biasa aja kalau anak-anak. ga terlalu

suka”

Page 122: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

107

Lampiran 12

Tranksrip Verbatim dengan guru terkait aktivitas fisik anak dan status ekonomi orang tua

di Madrasah Ibtidaiyah Al – Hikmah

Pertanyaan Guru Simpulan

Kalau pendapatan

orangtuanya disini

gimana bu?

“Standar yaa kalau disini. Pada karyawan semua sih. paling

disini kebanyakan KJP disini.. KJP udah 160 orang. Jadi

sosial ekonominya menengah kebawah. Kan KJP harus

minta surat keterangan tidak mampu. jadi harus bikin

SKTM ada suratnya dari RT RW juga. 160 orang KJP dari

250 orang jumlah orangtua disini”

Diketahui bahwa status ekonomi orangtua adalah

menengah kebawah karena dari 250 orang siswa

diantaranya160 siswa memiliki kartu Jakarta Pintar

(KJP).

Kalau anak-anak

biasanya aktivitasnya

apa aja bu?

“Permainan-permainan biasa lah. Main futsal, petak umpet,

jajanan ke kantin, di ruangan kelas. Gitu aja mah kalau

istirahat”

Diketahui Aktivitas siswa pada saat jam istirahat adalah

futsal, jajan ke kantin, main petak umpet dan ada yang

diruangan kelas.

Kalau ekskul nya gimana

bu? Ada apa aja ya bu?

“Eksul nya kita marawis, renang futsal pramuka. Renang

dan pramuka. Kalau pramuka sih dimasukin ke mata

pelajarannya”

Ekstrakulikuler yang ada di sekolah adalah marawis,

futsal, renang,dan pramuka.

1. Marawis dilakukan sekali dalam seminggu yang

dilaksanakan pada hari selasa yaitu sekitar satu jam. Kalau untuk marawis itu “Marawis itu sekali seminggu setiap haris selasa selama

Page 123: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

108

berapa kali bu?

satu jam” 2. Renang dilakukan sekali dalam seminggu yang

dilaksanakan pada hari rabu yaitu pada pukul 14.00 –

15.00 WIB.

3. Futsal dilakukan hanya pada anak laki-laki yang

dilaksanakan sekali dalam seminggu pada hari jum’at

yaitu pada pukul 14.00 – 15.00

4. Pramuka, hanya dilakukan oleh anak kelas 3 sampai

dengan kelas 6 yang dilaksanakan pada jam mata

pelajaran yaitu setiap hari rabu pada pukul 08.00 –

09.00 WIB.

Kalau renangnya gimana

bu?

“Renang itu dimulai dari jam dua Sampai jam tiga setiap

hari rabu. Futsal itu setiap hari jum‟at jam 2 smpai jam 3”

Pramukanya gimana bu? “Pramuka dari kelas 3 sampai kelas 6 aja dari jam 8 – jam

9. Kalau kelas satu dan dua ga ada pramukanya”

Selain itu ada kegiatan

lain lagi nggak bu?

“Itu aja sih kalau di sekolah ini. Kalau les itu yaa

tergantung orang tua . itu setiap pulang sekolah mau di lesin

ke tempat lain atau nggak gitu. Tergantung orangtuanya”

Biasanya pulang sekolah

jam berapa bu?

“Kita masuk jam 06.45 keluar jam 14.00. itu kelas tiga

sampai kelas 6. Kalau kelas satu dan kelas 06.45 sampai

11.45”

Diketahui bahwa siswa kelas satu dan dua mulai belajar

jam 06.45 sampai dengan pukul 11.25. sedangkan kelas

tiga sampai dengan kelas enam mulai belajar pada pukul

06.45 sampai dengn 14.00 WIB.

Page 124: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

109

Lampiran 13

Dokumentasi Kegiatan

Page 125: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

110

Page 126: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

111

Page 127: LATAR BELAKANG PERILAKU IBU DALAM MENGATASI …

112