peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

32
1 3 1 PERANAN GEOKIMIA TERHADAP STABILITAS LERENG TANAH RESIDU VOLKANIK DI DAERAH PANTI JEMBER JAWA TIMUR RINGKASAN Oleh Amien Widodo UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2011

Upload: vanhanh

Post on 12-Jan-2017

255 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

131

PERANAN GEOKIMIA TERHADAP

STABILITAS LERENG TANAH RESIDU VOLKANIK

DI DAERAH PANTI JEMBER JAWA TIMUR

RINGKASAN

Oleh

Amien Widodo

UNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA

2011

Page 2: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

232

A. PENDAHULUAN

1. Permasalahan

Sebagian besar longsor di Indonesia berupa aliran debris dan banjir

bandang, seperti yang terjadi Bukit Lawang Bohorok Sumatra tahun 2003, di

Gowa Sulawesi tahun 2004, di Cililin Bandung tahun 2004. Tahun 2006 sampai

2008 terjadi longsor di Banjarnegara, terjadi di Manggarai Nusa Tenggara, di

Sulawesi, di Jawa Barat, dan di Karanganyar Jawa Tengah. Longsor yang terjadi

di Jawa Timur dimulai sejak 1990 di lereng G Wilis dan tahun-tahun berikutnya

kejadian longsor terjadi tahun 2002 di Bondowoso dan di Pacet. Pada tahun

2006 terjadi di Panti Kabupaten Jember yang menyebabkan banyak korban dan

kerusakan yang cukup luas.

Kejadian longsor semakin berisiko karena hampir tiap tahun terjadi

bersamaan dengan datangnya musim hujan dan telah menyebabkan korban jiwa,

kerusakan fisik, kerugian ekonomi yang cukup besar. Bencana longsor sampai

tahun 2005 setidaknya terdapat 918 lokasi rawan longsor di Indonesia dan setiap

tahunnya kerugian yang ditanggung sekitar 800 miliar rupiah, sedangkan jiwa

yang terancam semakin banyak (PVMBG, 2005). Jumlah kejadian longsor akhir

akhir ini semakin besar intensitasnya dan cakupan dampaknya semakin luas,

terutama di kawasan gunungapi yang sudah tidak aktif. Hal ini terjadi karena di

kawasan tersebut banyak digunakan sebagai kawasan permukian dan aktivitas

ekonomi.

1

Page 3: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

333

Penelitian hubungan kejadian longsor sudah banyak dilakukan. Penelitian

penyebab kejadian longsor dengan jumlah yang banyak pada waktu bersamaan

pada suatu tempat masih sedikit dilakukan. Dugaan awal penyebab terjadinya ini

karena proses pelapukan di daerah ini sudah berlangsung lama dan menghasilkan

tanah yang tebal. Sebagai ilustrasi terbentuknya endapan breksi volkanik hasil

aliran lahar G.Merapi bulan Juni 2006 (Gambar 1a). Aktivitas volkanisme G.

Argopuro Panti Jember sudah berhenti lama dan endapan lahar yang sudah

terbentuk langsung mengalami pelapukan. Tanah hasil pelapukan akan terus

mengalami penebalan dan terus mengalami perubahan fisik-kimia dan terus

semakin menghalus ukuran butirnya atau semakin melunak. Oleh karena waktu

dan oleh karena terletak di lereng yang tajam maka tanah hasil pelapukan akan

retak, kritis dan atau longsor, seperti tersaji pada sketsa 1 sampai 4 (Gambar 1b).

Retakan ini akan menjadi media lewatnya air masuk ke dalam tanah akibatnya di

sepanjang retakan ini akan terjadi translokasi (mineral, unsur-unsur dan bahan

organik), terjadi transformasi dan proses pelapukan lebih intensif dibandingkan

di sekitarnya sehingga terjadi anomali-anomali di sepanjang retakan dan

kemudian terjadi longsor seperti tergambar pada sketsa nomor 5 dan nomor 6

(Gambar 1b). Dugaan lain terjadi karena gempa, namun gempa terakhir yang

terjadi di Jawa Timur pada tahun 2003 dengan skala Richter 6,3.

Permasalahan yang menjadi obyek penelitian disertasi ini adalah adanya

anomali sebelum terjadinya longsor. Untuk itu penelitian difokuskan pada tanah

hasil pelapukan, sifat geoteknik tanah dan kondisi geokimia tanah di lereng yang

berdekatan dengan bidang longsor yang telah terjadi di daerah penelitian.

Page 4: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

434

Gambar 1a. Letusan G.Merapi bulan Juni 2006 dan hasil endapannya sebagai ilustrasi terbentuknya endapan breksi volkanik

Gambar 1b. Proses pelapukan batuan breksi volkanik dan sketsa terjadinya anomali serta terjadinya longsor

Page 5: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

535

2. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengkaji

karakteristik geokimia dan karateristik geteknik material lereng dan kaitannya

dengan stabilitas lereng tanah residu volkanik Kuarter Tua G.Argopuro Panti

Jember.

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah ditemukannya

keterkaitan umur batuan, tingkat pelapukan batuan dengan proses terjadinya

longsor. Penelitian ini penting karena di Indonesia tanah residu volkanik Kuarter

Tua jumlahnya sangat banyak, tersebar di berbagai tempat dan menjadi lahan

permukiman padat sehingga hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai

dasar dalam menganalisis stabilitas lereng tanah residu volkanik Kuarter Tua di

seluruh Indonesia. Disamping itu juga bisa dimanfaatkan sebagai dasar dalam

upaya perbaikan lereng tanah residu volkanik agar material lereng menjadi tidak

longsor.

3. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Lingkup penelitian dibatasi pada :

1. Tanah residu volkanik merupakan hasil pelapukan breksi volkanik di

daerah Panti Kabupaten Jember. Breksi Argopuro merupakan endapan

hasil aktivitas gunungapi G. Argopuro yang berumur Kuarter Tua

2. Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Panti Kabupaten Jember Jawa

Timur (Gambar 2). Secara geografis daerah penelitian terletak di

113037’30” - 113038’30” Bujur Timur dan 800’0” - 807’30” Lintang

Page 6: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

636

Selatan. Lokasi detil terletak di 113037’30” - 113038’0” Bujur Timur dan

806’10” - 806’20” Lintang Selatan.

3.Data primer diperoleh dari hasil pengamatan dan pengambilan sampel

tanah dengan bor sedalam 30 meter pada pertengahan tahun 2006.

Pemilihan lokasi detil berdasarkan kemudahan dalam mencapai lokasi,

mengingat bahwa sebagian besar titik-titik lokasi longsor terletak di

daerah yang susah dijangkau dan lokasi ini dipilih karena terletak di tepi

jalan serta karena tersingkap juga akar pohon yang menggantung.

4. Pengambilan sampel dengan bor dalam sebanyak 2 titik membutuhkan

waktu sekitar 10 hari sehingga sampel tanah yang diperoleh tidak bisa

langsung dianalisis, dimungkinkan terjadi perubahan sifat fisik tanah

sehingga hasil analisis lebih kecil dan atau lebih besar.

Gambar 2. Lokasi penelitian

Page 7: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

737

B. Metode Penelitian

1. Bahan dan alat

Bahan utama yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah hasil kajian

pustaka, laporan penelitian terdahulu, peta-peta seperti peta geologi, peta rupa

bumi skala 1:25.000 dari Bakosurtanal, Citra LANDSAT ETM+ yang memiliki

ukuran piksel sebesar 30 meter tahun 1994 dan tahun 2002, digunakan juga Citra

ASTER tahun 2004 dan tahun 2008 mempunyai karakteristik 8 bit yang sama

dengan landsat dan juga mempunyai karakteristik spektral yang hampir sama

dengan landsat, peta topografi detil lereng yang longsor hasil pengukuran

langsung, hasil pengamatan di lapangan, hasil pengujian permeabilitas lapangan,

sampel tanah hasil pengeboran dan hasil analisis geoteknik dan geokimia tanah

di laboratorium. Peralatan yang dipergunakan adalah peralatan lapangan seperti

kompas geologi dan palu geologi, kamera, meteran, theodolit, 1 set peralatan bor

dalam, 1 set alat uji penetrasi standar (SPT), 1 set alat sondir, 1 set alat

pengukuran permeabilitas lapangan, alat tulis, dan peralatan pribadi

2. Pengolahan Data

a. Citra.

Tucker et.al., 1997 (dalam Sotomayor, 2002) menyebutkan bahwa NDVI

atau Normalized Difference Vegetation Index merupakan metoda standar dalam

membandingkan tingkat kehijauan vegetasi pada data satelit. Formula untuk

menghitung nilai adalah

NDVI = (kanal NIR - kanal Red) / (kanal NIR + kanal Red)

Page 8: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

838

Nilai index mempunyai rentang -1.0 hingga 1.0. Nilai yang mewakili vegetasi

pada rentang 0.1 hingga 0.7, diatas nilai ini menggambarkan tingkat kesehatan

tutupan vegetasi.

b. Analisis dan pengujian sifat fisik (geoteknik)

Pengujian sifat fisik tanah antara lain kandungan distribusi butir, konsistensi,

sifat fisik, kuat geser, sudut geser dalam dan permeabilitas. Cara yang digunakan

menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI).

c. Analisis dan pengujian kimia metode XRF dan XRD

Analisis geokimia tanah dengan metode XRF dan XRD digunakan

untuk menentukan komposisi unsur suatu material. Pada waktu material dikenai

sinar X, maka intensitas sinar yang ditransmisikan lebih rendah dibandingkan

intensitas sinar datang. Hal ini disebabkan adanya penyerapan oleh material dan

juga penghamburan oleh atom-atom dalam material tersebut. Berkas sinar X

yang dihamburkan tersebut ada yang saling menghilangkan karena fasanya

berbeda dan ada juga yang saling menguatkan karena fasanya sama. Berkas sinar

X yang saling menguatkan itulah yang disebut sebagai berkas difraksi. Ukuran

dan bentuk titik fokus (focal spot) dibuat sekecil mungkin sehingga energi

elektron terpusat pada bagian kecil permukaan target.

d. Analisis dan pembahasan

1. Analisis data keseluruhan yaitu dengan membandingkan penampang vertikal

dari masing-masing hasil pengujian sehingga diketahui adanya anomali.

2. Analisis dan pembahasan keseluruhan data yang diperoleh serta pembuatan

laporan

Page 9: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

939

C. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil

Longsor dan banjir bandang di Jember menimbulkan kerugian korban

jiwa dan harta benda, serta rusaknya infrastruktur setempat. Adapun daerah

terparah yang terlanda banjir bandang adalah di wilayah Desa Suci, Desa Panti

dan Desa Kemiri, Kecamatan Panti yang termasuk wilayah sub DAS Dinoyo-

Kali Putih. Hasil pengamatan langsung di lapangan menunjukkan bahwa jumlah

longsor yang terjadi lebih dari 20 tempat, di ketinggian 400 – 1000 meter dari

muka air laut dan lebar mahkota longsor 20 meter – 300 meter dan kedalaman

bidang longsor sekitar 30 meter. Sebagian besar masuk ke lembah sungai,

terkumulasi dan berubah menjadi banjir lumpur yang mengalir deras di

sepanjang sungai, mengerosi tepi sungai sehingga sungai melebar. Banjir lumpur

ini mampu membawa batu besar sejauh > 3 km dan menghancurkan beberapa

rumah yang dilewatinya. Longsor masih mungkin akan terjadi dikarenakan

masih banyak dijumpai retakan-retakan memanjang memotong tebing. (Gambar

3 dan Gambar 4)

Daerah penelitian terletak di DAS Bedadung yang wilayahnya meliputi

sebagian besar wilayah Kabupaten Jember. Berdasarkan curah hujan pada 20

(duapuluh) tahun terakhir, berkisar diatas 400 mm/bulan. Pada tanggal 1 Januari

2006, telah terjadi hujan dengan intensitas tinggi disalah satu stasiun hujan

tercatat 178 mm/jam pada sub DAS Dinoyo-Kali Putih, rata rata curah hujan

sebesar 324 mm/bulan, ini menunjukkan bahwa pada hari tersebut termasuk

curah hujan sangat tinggi (Gambar 5)

Page 10: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

103

10

Gam

bar

3. A

lur

dan

bida

ng b

ekas

long

sor

di d

i dae

rah

pene

liti

an

Page 11: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

113

11

Gambar 4. Aliran debris dan banjir bandang di Kecamatan Panti Jember.

Berdasarkan analisis NDVI citra satelit ini maka kawasan hutan

mengalami penurunan yang signifikan dari 9.172,89 hektar tahun 1994 berubah

menjadi 3.113,56 hektar tahun 2008 atau mengalami penurunan luas sebesar

66

Page 12: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

123

12

6.059,33 hektar. Bersamaan dengan itu terjadi penambahan luas lahan terbuka

dan permukiman, hal ini menunjukkan bahwa selama jangka waktu tersebut

banyak terjadi pembukaan lahan hutan (Gambar 6 dan Gambar 7).

Gambar 5. Grafik curah hujan selama 20 tahun (Tim Gubernur Provinsi Jawa Timur, 2006)

Gambar 6. Penambahan dan pengurangan luas akibat perbedaan temporal/waktu (1994, 2002, 2004 dan 2008)

Page 13: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

133

13

Perubahan drastis terutama dari tahun 1994 ke tahun 2002 karena pada

tahun 1997 bersamaan dengan reformasi terjadi pembabatan hutan secara bebas

dan tidak terkendali. Di Jawa Timur pembabatan hutan sampai seakar-akarnya

karena akar tersebut juga diperjual belikan. Hasil penelitian Zimmer (1981)

menyebutkan bahwa longsor terjadi setelah pembabatan hutan selama sekitar 12

tahun, maka untuk di daerah penelitian sekitar 9 tahun kemudian terjadi longsor.

Secara geologis longsor-longsor yang terjadi di daerah penelitian berada

di satuan Breksi Argopuro, untuk itu dilakukan pemilihan lokasi penelitian detil.

Lokasi ini dipilih karena terletak di tepi jalan, mudah dijangkau dan karena

tersingkap juga akar pohon yang menggantung. Elevasi permukaan sekitar 400-

600 meter dari permukaan laut dan terletak di dekat bidang longsor di kawasan

perkebunan karet. Bidang longsor berbentuk melengkung, lebar mahkota longsor

lebih dari 100 meter dengan kedalaman lebih dari 25 meter dari muka

tanah/jalan, secara umum dibentuk oleh tanah hasil pelapukan breksi Argopuro

dengan tebal lebih dari 25 meter (Gambar 8 dan Gambar 9).

Hasil pengujian penetrasi standard (SPT) dan hasil pengujian dengan alat

sondir maka lapisan tanah di daerah penelitian dapat dibedakan menjadi 3

lapisan yaitu lapisan tanah residu, lapisan tanah lapuk dan lapisan batuan dasar

Breksi Argopuro. Lapisan tanah residu mempunyai nilai SPT antara 1-9

pukulan/kaki dan nilai konus < 30 kg/cm2 dikategorikan tanah sangat lunak

sampai lunak dan tebalnya mencapai 16 meter, sedangkan pada titik bor BH-2

sekitar 13 meter karena titik BH-2 posisinya lebih tinggi 3 meter di atas BH-1.

Lapisan tanah lapuk dicirikan dengan nilai SPT 4 - 20 pukulan/kaki dan nilai

Page 14: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

143

14

konus > 250 kg/cm2. Lapisan batuan dasar pada kedalaman > 20 meter dengan

SPT > 60 pukulan/kaki (Gambar 10).

G

amba

r 7.

Cit

ra s

atel

it p

erub

ahan

pen

ggun

aan

laha

n hu

tan

berd

asar

kan

data

ND

VI

tahu

n 19

94 ,

2002

, 20

04 d

an 2

0 08

Page 15: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

153

15

Gambar 8. Peta topografi daerah penelitian

Gambar 9. Lokasi tempat pengukuran dan pengambilan sampel tanah dengan bor sampai kedalaman -30 meter

a. Mahkota dan bidang longsor b. Akar pohon karet yang terlihat menggantung

79

Page 16: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

163

16

Gam

bar

10.

Sif

at g

eote

k nik

tana

h h

asil

pel

apuk

an B

reks

i G.A

rgop

uro

Page 17: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

173

17

Hasil pengujian permeabilitas lapangan menunjukkan bahwa tanah di

permukaan sampai kedalaman – 1,0 dan - 2,0 m harga permeabilitasnya antara

1,33 x 10-5 - 9,50 x 10-5 cm/detik. Harga permeabilitas ini menunjukkan bahwa

lapisan tanah permukaan sampai kedalaman 2 meter termasuk lapisan kedap air.

Distribusi ukuran butir lempung terjadi peningkatan persen beratnya di

kedalaman 9-12 meter di titik BH-2 dan di kedalaman 13-15 meter di titik BH-1,

yaitu > 50%. Pada kedalaman > 15 meter terjadi pengurangan persentase butir

lempung (Gambar 11).

Hasil analisis geokimia tanah dengan menggunakan dengan XRF

menunjukkan adanya anomali SiO2/(Al2O3+Fe2O3) (rasio silica-sesquioxides) di

titik BH-1 pada kedalaman 12-15 meter dan di titik BH-2 pada kedalaman 9

meter. Normalnya akibat pencucian dan pelindihan terjadi pengurangan harga

rasio silica-sesquioxides ke arah permukaan dan semakin membesar ke arah

lebih dalam (Tabel 1). Berdasarkan Chemical Index of Alteration (CIA) > 90%

merupakan tanah residu dan dikombinasikan dengan diagram ACNK

menunjukkan bahwa tanah residu didominasi lempung kelompok kaolin

(Gambar 12). Harga Chemical Weathering Index (CWI) sekitar 60%

menunjukkan tanah residu. Hasil analisis bahan organik menunjukkan bahwa

hampir di setiap kedalaman tanah mengandung bahan organik (Gambar 13).

Mineral haloisit mendominasi hampir di setiap kedalaman dan karena

termasuk mineral lempung dari mineral gelas yang amorf maka rekaman XRD

tidak memperlihatkan kristal-kristal yang menonjol seperti umumnya grafik

XRD (Tabel 2). Munculnya mineral-mineral hasil alterasi hidrotermal

Page 18: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

183

18

menunjukkan bahwa Breksi Argopuro telah teralterasi, yang terjadi bersamaan

dan atau setelah Breksi Argopuro terbentuk. Mineral-mineral hasil ubahan

hidrotermal seperti mineral kristobalit, tridimit, kuarsa, smektit, kaolin,

monmorilonit bisa bertahan lebih dari 500 tahun.

Untuk mendapatkan lokasi batas bidang longsor maka digunakan

metoda Bishop dan menggunakan program open source XSTABL Untuk itu

lereng dibagi menjadi 4 bagian dengan jarak 55 meter dan 1 bagian dengan jarak

105 meter. Pada jarak 55 meter Hasilnya menunjukkan bahwa pada kondisi

kering, kondisi muka air tanah sejajar batas bawah lapisan tanah residu dan

posisi muka air tanah sejajar permukaan tanah maka batas bidang longsor berada

pada lapisan lapuk dengan faktor keamanan lebih dari 1 (Gambar 14). Pada jarak

105 meter batas bidang longsor berada di lapisan batas antara lapisan lapuk dan

lapisan tanah residu dengan faktor keamanan lebih kecil 1 tidak stabil atau mau

longsor (Gambar 15).

2. Pembahasan

Breksi Argopuro sebagian besar matriknya dibentuk oleh mineral gelas

yang secara alami mempunyai porositas dan permeabilitas tinggi sehingga air

mudah meresap. Setelah endapan breksi volkanik terbentuk bersamaan itu pula

air masuk meresap ke dalam endapan dan proses pelapukan mulai berlangsung.

Berdasarkan data curah hujan 20 tahun terakhir menunjukkan bahwa daerah

penelitian termasuk di kawasan curah hujan tahunan sangat tinggi > 2000 mm.

Keberadaan mineral gelas ini masih terlihat dari hasil XRD (terlampir) yang

memperlihatkan tidak adanya kristal-kristal atau amorf.

Page 19: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

Titik Bor BH 1

0% 20% 40% 60% 80% 100%

-15

-12

-9

-6

-3

Ked

alam

an (

m)

Lempung 35.0 54.3 55.0 55.0 43.2

Lanau 45.0 34.7 33.5 34.0 29.1

Pasir 20.0 10.9 11.4 11.0 27.7

-15 -12 -9 -6 -3

Titik Bor BH 2

0% 20% 40% 60% 80% 100%

-15

-12

-9

-6

-3

Ked

alam

an (m

)

Lempung 29.7 49.9 66.0 54.0 39.6

Lanau 56.2 36.0 22.0 36.0 36.1

Pasir 14.1 14.1 12.0 10.0 24.3

-15 -12 -9 -6 -3

193

19

Gambar 11. Perbandingan persen butir tanah hasil pelapukan Breksi Argopuro

Gambar 12. Diagram A-CN-K tanah hasil pelapukan Breksi Argopuro

Gambar 13. Bahan Organik tanah hasil pelapukan Breksi Argopuro

Titik BH-1

0

2

4

6

8

10

12

14

16

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50

Bahan Organik (%)

Ked

alam

an (

m)

Titik BH-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50

Bahan Organik (%)

Ked

alam

an (

m)

A - Al2O3

K - K2OCN - CaO+Na2OBH - II

Tanah Residu

Lapuk > 50%

Lapuk sedikit

Nila

i CIA

%

ILSm

K Gi

Sm = Smektit ; IL = Ilit ; K = Kaolin ; Gi = Gibsit

A - Al2O3

K - K2OCN - CaO+Na2OBH - I

Tanah Residu

Lapuk > 50%

Lapuk sedikit

Nila

i CIA

%

ILSm

K Gi

Sm = Smektit ; IL = Ilit ; K = Kaolin ; Gi = Gibsit

Page 20: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

% SiO2 TiO2 Al2O3 Fe2O3 MnO CaO MgO Na2O K2O P2O5LOI

(H2O)

mol 60.08 79.90 101.96 159.69 70.94 56.08 40.30 61.98 94.20 141.94 18

BH I% 40.04 1.16 28.54 11.79 0.227 0.41 0.844 0.237 0.164 0.447 15.85

mol 0.666 0.015 0.280 0.074 0.003 0.007 0.021 0.004 0.002 0.003 0.881

% 41.47 1.04 28.39 11.29 0.12 0.53 0.468 0.344 0.238 0.419 15.26

mol 0.690 0.013 0.278 0.071 0.002 0.009 0.012 0.006 0.003 0.003 0.848

% 39.06 1.17 29.68 12.8 0.288 0.371 0.719 0.29 0.218 0.261 14.8

mol 0.650 0.015 0.291 0.080 0.004 0.007 0.018 0.005 0.002 0.002 0.822

% 38.53 1.1 30.35 11.78 0.302 0.319 0.419 0.223 0.352 0.397 15.91

mol 0.641 0.014 0.298 0.074 0.004 0.006 0.010 0.004 0.004 0.003 0.884

% 41.9 1.11 28 11.21 0.314 0.396 0.58 0.465 0.12 0.359 15.47

mol 0.697 0.014 0.275 0.070 0.004 0.007 0.014 0.008 0.001 0.003 0.859

% 40.48 1.11 28.48 11.37 0.268 0.39 0.549 0.279 0.207 0.384 15.86

mol 0.674 0.014 0.279 0.071 0.004 0.007 0.014 0.005 0.002 0.003 0.881

% 41.15 1.04 29.39 11.24 0.277 0.343 0.395 0.284 0.257 0.299 15.05

mol 0.685 0.013 0.288 0.070 0.004 0.006 0.010 0.005 0.003 0.002 0.836

% 41.02 0.948 31.79 10.35 0.129 0.247 0.0898 0.184 0.126 0.153 14.74

mol 0.683 0.012 0.312 0.065 0.002 0.004 0.002 0.003 0.001 0.001 0.819

% 39.52 0.628 28.66 7.2 0.0897 0.199 0.119 0.212 0.0548 0.0949 13.02

mol 0.658 0.008 0.281 0.045 0.001 0.004 0.003 0.003 0.001 0.001 0.723

% 41.26 1.0 31.1 10.66 0.181 0.252 0.114 0.208 0.15 0.178 14.49

mol 0.687 0.013 0.305 0.067 0.003 0.004 0.003 0.003 0.002 0.001 0.805

% 39.04 1.14 28.37 12.69 0.274 0.725 0.885 0.405 0.244 0.314 15.64

mol 0.650 0.014 0.278 0.079 0.004 0.013 0.022 0.007 0.003 0.002 0.869

% 41.99 1.02 28.06 11.21 0.254 0.967 0.575 0.563 0.12 0.359 14.47

mol 0.699 0.013 0.275 0.070 0.004 0.017 0.014 0.009 0.001 0.003 0.804

Keterangan :Sampel diambil di bidang longsor, 1 diambil 1 meter dari dasar lereng, 2 diambil 2 meter dari dasar lereng,

SSF =

bases/alumina (K2O+Na2O+CaO+

MgO)/Al2O3

silica/alumina (SiO2/Al2O3)

95.60

95.60

SSF

BH II

95.60

95.60

95.60

95.60

95.60

95.60

95.60

95.60

95.60

95.60

Indeks pelapukan

Kimia, CWI

Indeks Alterasi Kimia, CIA

0.1582 2.3352 1.8164 0.64

0.1521 2.5394 2.0233 0.61

0.0402 2.2514 1.8471 0.63

0.0374 2.3400 2.0165 0.61

0.0351 2.1897 1.8128 0.63

0.0806 2.3760 1.9097 0.63

0.0976 2.4120 1.9221 0.64

0.1101 2.5394 2.0224 0.62

0.0787 2.1543 1.7265 0.65

0.1080 2.2333 1.7511 0.64

0.64

0.1047 2.4788 1.9769 0.63

0.1208 2.3808 1.8839

silica/sesquisida

(SiO2/(Al2O3+

Fe2O3)

3

6

9

12

15

3

6

9

12

Titik Sampel/ Kedala

man (m)

15

1

2

%100*)komponen semua

) OHTiOOFO(Al(C

223232 mole

WI+++= CIA = [Al2O3/(Al2O3 + CaO + Na2O + K2O)] ⋅ 100 and

CIW = [Al2O3/(Al2O3 + CaO + Na2O)] ⋅ 100

203

20

Tab

el 1

. Has

il an

alis

is g

eoki

mia

tan a

h re

sidu

vo l

kani

k G

.Ar g

opur

o

Page 21: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

213

21

Tabel 2 Jenis mineral lempung tanah hasil pelapukan breksi Argopuro

TITIK BH 1Kedalaman

(m)NAMA MINERAL RUMUS KIMIA

-3Montmorillonite-15A Na0.3 ( Al , Mg )2 Si4 O10 ( O H )2 !4 H2 OPalygorskite ( Mg0.669 Al0.0331 )4 ( Si4 O10 )2 ( O H )2 ( H2 O )8

Magnetite Fe3 O4

Halite, potassian, syn K0.2 Na0.8 Cl-6 hydrated halloysite Al2 Si2 O5 ( O H )4 !2 H2 O

Palygorskite ( Mg , Al )5 ( Si , Al )8 O20 ( O H )2 !8 H2 O

-9hydrated halloysite Al2 Si2 O5 ( O H )4 !2 H2 OMuscovite-3\ITT\RG ? ( K , Na ) ( Al , Mg , Fe )2 ( Si3.1 Al0.9 ) O10 ( O H )2

Graphite C

-12

hydrated halloysite Al2 Si2 O5 ( O H )4 !2 H2 OSericite [NR] K2 O !3 Al2 O3 !6 Si O2 !2 H2 OClinochlore ( Mg , Fe , Al )6 ( Si , Cr )4 O10 ( O H )8

Wairakite Ca7.19 Na1.12 ( Si32.59 Al15.38 O96 ) ( H2 O )16

Chloritoid Fe1.81 Mg0.27 Al3.92 Si2 O10 ( O H )4

-15hydrated halloysite Al2 Si2 O5 ( O H )4 !2 H2 OHalite potassian, syn Na.6990 K.3010 ClWairakite Ca7.19 Na1.12 ( Si32.59 Al15.38 O96 ) ( H2 O )16

silicon oxide Si O2

TITIK BH 2Kedalaman

(m)NAMA MINERAL RUMUS KIMIA

-3 hydrated halloysite Al2 Si2 O5 ( O H )4 !2 H2 O

-6Sericite [NR] K2 O !3 Al2 O3 !6 Si O2 !2 H2 OIllite-montmorillonite K Al4 ( Si , Al )8 O10 ( O H )4 !4 H2 OHalloysite Al2 Si2 O5 ( O H )4

Quartz Si O2

-9hydrated halloysite Al2 Si2 O5 ( O H )4 !2 H2 OChloritoid Fe1.77 Mg0.15 Al3.84 Fe0.16 Si2 O10 ( O H )4

Illite-2\ITM\RG#1 [NR] ( K , H3 O ) Al2 Si3 Al O10 ( O H )2

Silicon oxide - HT Si O2

-12metahalloysite Al2 Si2 O5 ( O H )4

Muscovite 2\ITM\RG#1 K Al3 Si3 O10 ( O H )2

Tridymite Si O2

Cristobalite $GB, syn Si O2

SAMPEL DIAMBIL DI BIDANG LONGSOR SSF1 Dickite Al2 Si2 O5 ( O H )4

1 m dari dasar bidang longsor

Halloysite ( O H )8 Al2 Si2 O3

Kaolinite 1\ITA\RG Al2 ( Si2 O5 ) ( O H )4

Quartz Si O2

SSF2 Halloysite Al2 O3 !2 Si O2 !4 H2 O2 m dari dasar bidang longsor

Quartz Si O2

Iron(III) oxide - $-alpha Fe2 O3

Page 22: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

223

22

Gambar 14. Analisis bidang longsor dengan metode Bishop dengan jarak 55 meter dengan kondisi tanpa air tanah, air tanah sebagian dan air tanah memenuhi

lereng. 84

Page 23: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

233

23

Gambar 15. Analisis bidang longsor dengan metode Bishop dengan jarak 105 meter dengan kondisi tanpa air tanah, air tanah sebagian dan air tanah memenuhi lereng

20

30

40

50

60

70

80

90

100

110

120

-55152535455565758595105115125135

Kondisi 1 Muka air tanah tidak ada (kering)Faktor keamanan = 0,944

Tanah residu

Tanah LapukBH-II BH-I

Breksi volkanik

340

350

360

370

380

390

400

410

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

340

350

360

370

380

390

400

410

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

120 130330

20

30

40

50

60

70

80

90

100

110

120

-55152535455565758595105115125135

Kondisi 2 Muka air tanah terletak sejajar dengan batas bawah lapisan tanah residuFaktor keamanan = 0,926

Tanah residu

Tanah lapuk

Breksi volkanik

BH-II BH-I

340

350

360

370

380

390

400

410

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

340

350

360

370

380

390

400

410

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

120 130330

20

30

40

50

60

70

80

90

100

110

120

-55152535455565758595105115125135

Kondisi 3 Muka air tanah terletak dekat dengan permukaan tanahFaktor keamanan = 0,916

Tanah residu

BH-II BH-I Tanah lapuk

Breksi volkanik

340

350

360

370

380

390

400

410

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

340

350

360

370

380

390

400

410

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

120 130330

A

B

C

Page 24: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

243

24

Berdasarkan hasil yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa

proses pelapukan Breksi Volkanik G. Argopuro yang berumur Kuarter Tua telah

mencapai kedalaman lebih dari 20 meter dari muka tanah terdiri dari tanah

residu dengan tebal 16 meter, tanah lapuk dengan tebal 4 meter. Hasil analisa

besar butir tanah dan konsistensi tanah ini termasuk lanau plastisitas sedang

sampai plastisitas tinggi dan potensi mengembang rendah sampai sangat tinggi

(Tabel 3 dan Gambar 16). Ketebalan tanah residu volkanik lebih dari 12 meter

terletak diatas batuan dasar dan kemiringan lereng secara umum lebih dari 30o

sehingga tanah residu volkanik keadaan kritis,. Hal ini di lapangan ditunjukkan

dengan adanya retakan memotong lereng dan sudah longsor tanggal 1 Januari

2006. Tebalnya tanah residu umumnya melebihi akar vegetasi sehingga vegetasi

hampir tidak ada manfaatnya dalam menahan longsor, walau begitu perubahan

penggunaan lahan dari hutan ke penggunaan lain ikut berperan dalam proses

terjadinya longsor di daerah penelitian.

Hasil pengukuran permeabilitas di lapangan menunjukkan bahwa tanah

hasil pelapukan di permukaan termasuk kedap air sehingga tidak memungkinkan

permukaan tanah melewatkan air ke dalam tanah. Air hujan masuk ke dalam

tanah melewati retakan dan bersamaan dengan itu terjadi proses pelapukan di

sepanjang retakan dan proses translokasi bahan tanah dari permukaan kedalam

retakan. sedangkan translokasi menyebabkan berpindahnya bahan organik dari

permukaan ke dalam retakan. Proses pelapukan dalam retakan ini membentuk

anomali-anomali silica-sesquioxides dan anomali mineral lempung serta bahan

organik. Proses pelapukan juga menyebabkan terjadi penghalusan mineral

Page 25: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

PlastisitasRendah Sedang Tinggi

0

10

20

30

40

50

60

70

80

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

Batas Cair

Bat

as

Pla

sti

s

- 3 m - 6 m - 9 m -12m - 15m

Titik BH - I PlastisitasRendah Sedang Tinggi

0

10

20

30

40

50

60

70

80

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

Batas Cair

Bata

s P

lasti

s

- 3 m - 6 m - 9 m -12m - 15m - 18m

Titik BH - II

L e m p u n g

L a n a u

L e m p u n g

L a n a u

253

25

sehingga persentase fraksi ukuran butir lempung menjadi lebih besar

dibandingkan di bagian atas dan bawahnya, sehingga nilai SPT nya dan nilai

konusnya rendah .

Tabel 3. Aktivitas tanah dan potensi mengembang

Kedalaman% < 2 mm

Indeks Plastis

(IP)Aktivitas

Potensi Mengembang

Keterangan

BH – I -3 72.26 16.82 0.23 2.12 menengah-6 89 46.39 0.52 25.15 sangat tinggi-9 88.58 18.4 0.21 2.63 menengah-12 89.06 5 0.06 0.11 rendah-15 80 11.17 0.14 0.78 rendah

BH - II -3 75.69 1.7 0.02 0.01 rendah-6 90 13.96 0.16 1.34 menengah-9 88 18.58 0.21 2.70 menengah-12 85.86 1.35 0.02 0.00 rendah-15 85.86 15.97 0.19 1.86 Menengah

Keterangan :

mm 2 butir %

sPlastisita IndeksAktivitas

<= , Potensi Mengembang = 2,16 x 10-3 x (IP)2,44

Gambar 16 Jenis tanah di daerah penelitian

87

Page 26: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

263

26

Hasil analisis stabilitas lereng dengan metode Bishop dengan jarak 105

meter menunjukkan bahwa bidang longsor terjadi sejajar dengan tebal lapisan

tanah residu baik dalam keadaan kering maupun dalam keadaan lereng jenuh air.

Bidang longsor yang terjadi di daerah penelitian pada tanggal 1 Januari 2006

sesuai dengan bidang longsor model.

.Masuknya air melewati retakan menimbulkan dispersi unsur kimia dan

material di lereng yang menyebabkan pemiskinan dan pengkayaan. Unsur-unsur

mayor seperti Ca2+, Na+, Mg2+, K+, Mg2+, Si4+, Fe2+ , Fe3+, dan Al3+ secara umum

mengalami penurunan konsentrasi yang dicirikan oleh menunrunnya harga

senyawa oksida atau di dalam istilah geokimia mengalami pemiskinan di

kedalaman 12 meter. Unsur-unsur ini tertranslokasi (alih tempat) ke lain tempat

dan atau tertransformasi (alih rupa) yaitu mengalami pelapukan lebih intensif.

Proses translokasi ini juga menyebabkan berpindahnya bahan organiik, material

berukuran lempung dan atau ditambah dengan proses pelapukan yang intensif

sehingga pada kedalaman 12 meter dijumpai material berukuran lempung cukup

banyak. Oleh karena itu maka silica-sesquioxides mengecil padahal kalau tidak

ada gangguan akan membesar ke arah dalam (Gambar 17a dan 17b).

Masuknya air kedalam retakan juga menyebabkan transformasi yaitu

dengan terbentuknya mineral lempung haloisit di kedalaman 12 meter ke arah

atas dan ke arah bawah sehingga hampir di seluruh tubuh tanah hasil pelapukan

dijumpai mineral haloisit.

Page 27: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

273

27

0

3

6

9

12

15

18

21

0.0 0.3 0.6

0.0 0.3 0.6

P2O5

keda

laman

(m)

0

3

6

9

12

15

18

21

0.0 0.2 0.4

K2O

keda

laman

(m)

0

3

6

9

12

15

18

21

0.0 0.3 0.6

0.2 0.3 0.6

Na2O

keda

laman

(m)

0

3

6

9

12

15

18

21

0.0 0.5 1.0

MgO

keda

laman

(m)

0

3

6

9

12

15

18

21

0.0 0.3 0.6

0.0 0.3 0.6

CaO

keda

laman

(m)

0

3

6

9

12

15

18

21

0.0 0.2 0.4

MnO

keda

laman

(m)

0

3

6

9

12

15

18

21

7.0 10.0 13.0

7.0 10.0 13.0

Fe2O3

0

3

6

9

12

15

18

21

28 30 32

Al2O3

0

3

6

9

12

15

18

21

0.0 1.0 2.0

0.0 1.0 2.0

TiO2

0

3

6

9

12

15

18

21

38.0 40.0 42.0

SiO2

keda

laman

(m)

0.0

3.0

6.0

9.0

12.0

15.0

18.0

21.0

70.0 80.0 90.0 100.0

Indeks Alterasi KimiaCIA

keda

laman

(m)

0.0

3.0

6.0

9.0

12.0

15.0

18.0

21.0

0.60 0.63 0.65 0.68

0.6 0.63 0.65 0.68Indeks Pelapukan Kimia

CWI

keda

laman

(m)

0.0

3.0

6.0

9.0

12.0

15.0

18.0

21.0

1.50 1.75 2.00 2.25

Silica SesquioxidesSiO2/(Al2O3+Fe2O3)

keda

laman

(m)

0.0

3.0

6.0

9.0

12.0

15.0

18.0

21.0

2.0 2.3 2.5 2.8

2.0 2.3 2.5 2.8Silica Alumnia

SiO2/Al2O3

keda

laman

(m)

0.0

3.0

6.0

9.0

12.0

15.0

18.0

21.0

0.00 0.05 0.10 0.15

Base Alumina(K2O+Na2O+CaO+MgO)//Al2O3

keda

laman

(m)

0

3

6

9

12

15

18

21

0.0 0.3 0.6

0.0 0.3 0.6

P2O5

keda

laman

(m)

0

3

6

9

12

15

18

21

0.0 0.2 0.4

K2O

keda

laman

(m)

0

3

6

9

12

15

18

21

0.0 0.3 0.6

0.2 0.3 0.6

Na2O

keda

laman

(m)

0

3

6

9

12

15

18

21

0.0 0.5 1.0

MgO

keda

laman

(m)

0

3

6

9

12

15

18

21

0.0 0.3 0.6

0.0 0.3 0.6

CaOke

dalam

an (m

)

0

3

6

9

12

15

18

21

0.0 0.2 0.4

MnO

keda

laman

(m)

0

3

6

9

12

15

18

21

7.0 10.0 13.0

7.0 10.0 13.0

Fe2O3

0

3

6

9

12

15

18

21

27 29 31

Al2O3

0

3

6

9

12

15

18

21

0.0 1.0 2.0

0.0 1.0 2.0

TiO2

0

3

6

9

12

15

18

21

38.0 40.0 42.0

SiO2

keda

laman

(m)

0.0

3.0

6.0

9.0

12.0

15.0

18.0

21.0

70.0 80.0 90.0 100.0

Indeks Alterasi KimiaCIA

keda

laman

(m)

0.0

3.0

6.0

9.0

12.0

15.0

18.0

21.0

0.60 0.63 0.65 0.68

0.6 0.63 0.65 0.68Indeks Pelapukan Kimia

CWI

keda

laman

(m)

0.0

3.0

6.0

9.0

12.0

15.0

18.0

21.0

1.50 1.75 2.00 2.25

Silica SesquioxidesSiO2/(Al2O3+Fe2O3)

keda

laman

(m)

0.0

3.0

6.0

9.0

12.0

15.0

18.0

21.0

2.0 2.3 2.5 2.8

2.0 2.3 2.5 2.8Silica Alumnia

SiO2/Al2O3

keda

laman

(m)

0.0

3.0

6.0

9.0

12.0

15.0

18.0

21.0

0.00 0.05 0.10 0.15

Base Alumina(K2O+Na2O+CaO+M gO)//Al2O3

keda

laman

(m)

Nilai Konuskg/cm2))

0

3

6

9

12

15

18

21

0 35 70

0 35 70Vane Shear(kg.cm2)

0

3

6

9

12

15

18

21

0.0 0.5 1.0

SPT(Blows/feet)

0

3

6

9

12

15

18

21

0.0 25.0 50.0

Keda

laman

(m)

Nilai Konuskg/cm2))

0

3

6

9

12

15

18

21

0 35 70

0 35 70Vane Shear(kg.cm2)

0

3

6

9

12

15

18

21

0.0 0.5 1.0

SPT (Blows/feet)

0

3

6

9

12

15

18

21

0.0 25.0 50.0

Keda

laman

(m)

20

30

40

50

60

70

80

90

100

110

120

-55152535455565758595105115125135

Kondisi 3 Muka air tanah terletak dekat dengan permukaan tanahFaktor keamanan = 0,916

Tanah residu

BH-II BH-I Tanah lapuk

Breksi volkanik

340

350

360

370

380

390

400

410

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

340

350

360

370

380

390

400

410

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

120 130330

BH-II

Bidang longsorhipotetik

J alan

Tanah Residu

BH-ITanah Lapuk

Breksi Volkanik

Gam

bar

17a .

Pen

ampa

n g le

reng

, bid

ang

long

sor

hipo

tetik

, SP

T,

Van

e Sh

ear,

N

ilai

Kon

us, d

an k

andu

n gan

uns

ur-u

nsur

may

or ta

nah

Page 28: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

283

28

Gambar 17b. Penampang lereng, bidang longsor hipotetik, rasio basa alumina, silica-sesquioxides, CWI dan CIA

Page 29: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

293

29

D. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

a. Proses geokimia yang terjadi di sepanjang bidang retakan telah

melemahkan kekuatan geser tanah melalui proses translokasi unsur-unsur

bahan semen tanah seperti silika, alumina, oksida besi, bahan organik

dan berpindahnya butiran serta mineral lempung dari permukaan ke

dalam bidang retakan. Pada bidang longsor terjadi anomali silica-

sesquioxides yang mengecil ke arah lebih dalam, anomali indek

pelapukan CIA > 85% sampai kedalaman > 15 meter, terjadi pula

anomali ukuran butir lempung > 50%, dan anomali kandungan mineral

lempung haloisit yang dijumpai di setiap kedalaman serta anomali bahan

organik. Hal ini terjadi karena adanya perpindahan unsur, material dan

proses pelapukan oleh air yang melewati retakan.

b. Ketebalan tanah residu volkanik Kuarter Tua G.Argopuro lebih dari 16

meter dan proses geokimia menyebabkan material lereng menjadi uzur.

Oleh karena terletak di atas batuan dasar yang keras dengan SPT lebih

dari 60 pukulan/kaki, dengan kemiringan lereng lebih dari 300 serta

didominasi oleh material ukuran lempung – lanau, maka tanah residu

volkanik Kuater Tua G.Argopuro dalam keadaan kritis.

Page 30: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

303

30

2. Saran

Penelitian ini merupakan salah satu cara dalam memahami longsor yang

terjadi secara bersamaan dalam satu waktu dan mestinya banyak hal-hal yang

belum terungkap sehingga bisa dipakai dalam memahami tentang longsor secara

utuh. Untuk itu disarankan :

a. dilakukan penelitian pengembangan lebih kearah umur dari batuan dan

tanah hasil pelapukannya sehingga diperoleh atau diketahui secara umum

bahwa umur batuan tertentu akan menghasilkan tebal tanah tertentu yang

tidak stabil.

b. dilakukan penelitian pengembangan untuk stabilisasi tanah residu

volkanik Kuarter Tua karena tanah residu Volkanik Tua banyak dijumpai

di Indonesia dan secara umum padat hunian.

c. dilakukan penelitian pengembangan terkait dengan dijumpainya mineral-

mineral alterasi hidrotermal dalam tanah hasil pelapukan Breksi

Argopuro.

Page 31: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

313

31

Daftar Pustaka

Aristizabal E., Roser B and Yokota S., 2005. Tropical Chemical Weathering of Hillslope Deposits and Bedrock Source in the Aburra Valley, Northern Colombian Andes, Engineering Geology 81, Elsevier Science, B.V., www.elsevier.com

Campanella D., 1990, Xstabl, Interactive Software Designs, Inc., Civil Eng., Univ. of B.C, Vancouver, CANADA

Darmawijaya I., 1980. Klasifikasi Tanah, IPB Bogor.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Timur, 2003, Identifikasi Kawasan Rawan Gerakan Tanah dan Longsor Di Jawa Timur Khususnya di Obyek Wisata dan Pemukiman, Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Timur, Tidak Dipublikasikan, Surabaya.

Duzgo-Aydin N.S., Aydin A. and Malpas J., 2002. Re-assessment of Chmeical Weathering Indeces : Case Study on Pyroclastic Rocks I Hong Kong, Engineering Geology 63, Elsevier Science, B.V., www.elsevier.com.

Jenny, H., 1941, Factors of Soil Formation a System of Quantitative Pedology, Dover Publication, Inc., New York.

Karnawati, D., 2005. Bencana Alam Gerakan Massa Tanah di Indonesia, dan Upaya Penanggulangannya, Jurusan Teknik Geologi Fakultas teknik universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, ISBN 979-95811-3-3.

Laboratorium Mekanika Tanah dan Batuan Jurusan Teknik Sipil ITS, 2007, Kumpulan Hasil Penyelidikan Tanah di Daerah Longsor di G.Wilis, G.Kawi-Tretes, G.Argopuro Jawa Timur, Tidak Dipublikasikan, Laboratorium Mekanika Tanah dan Batuan Jurusan Teknik Sipil ITS, Surabaya.

Mitchcell J.K., 1976. Fundamentals of Soil Behavior, John Wiley and Son Inc, New York

Nyakairu, G.W.A. and Koeberl, C., 2001. Mineralogical and chemical composition and distribution of rare earth elements in clay-rich sediments from central Uganda, Geochemical Journal, Vol. 35, pp. 13 to 28, 2001

Ohba T and Nakagawa M , 2002, Minerals in Volcanic Ash 2: Non-magmatic Minerals , Global Environmental Research. ISSN:1343-8808 Vol.6, No.2, Page. 53-59, Japan

PVMBG, 2005, Pengenalan Gerakan Tanah, tidak dipublikasikan, PVMBG, Bandung

Page 32: peranan geokimia terhadap stabilitas lereng tanah residu volkanik

323

32

Raharjo H., Aung K.K., Leong E.C. and Rezaur R.B., 2004. Characteristic of Residual Soils in Singapura as Formed by Weathering, Engineering Geology 73, Elsevier Science, B.V., www.elsevier.com.

Rose, A.W., Hawkes, H.E. and Webb, J.S., 1981. Geochemistry in Mineral Exploration, 2nd ed., Academic Press Inc, London.

Sapei T., Suganda A.H., Astadireja K.A.S dan Suharsono, 1992, Peta Geologi Lembar Jember, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Schroeder D, 1980. Soils Facts and Concept, Int. Potash Institute, Switzerland

Shelby, 1993. Hillslope Materials and Process, Oxford University Press, Oxford

Sotomayor A.I.T., 2002, A Spatial Analysis Of Different Forest Cover Types Using Gis And Remote Sensing Techniques. A Case Study In Shivapuri Area, Nepal. Forest Science Division, Master of Science in Geo-information for Forest and Tree Resource Management, ITC, Enschede, The Netherlands.

Subagio H., Kardono P., dan Sukmantaya I.N., 2006. Integrasi Teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis Untuk Analisis Kondisi Permukaan Lahan dan Geomorfologi, Studi Kasus Banjir Bandang Kecamatan Panti dan Kecamatan Rambepuji, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Laporan Penelitian, Bakosutanal, Jakarta

Tan Y. C. and Gue S. S., 2001. The Determination of Shear Strength in residual soils for Slope Stabiliy Analysis, Seminar Cerun Kebangsaan, Cameron Higlands, Malaysa

Tan, K.H. and Troth, P.S., 1982, Silica Sesquioxide Ratios as Aids in Characterization of Some Temerate Region and Tropical Soil Clays, Soil Science Society of America Journal, Vol. 46, No. 5, pp. 1109-1114.

Thomas M., 1994. Tropical Geomorphology, John wiley and Sons Inc., New York

Tim Gubernur Provinsi Jawa Timur, 2006, Analisis dan Evaluasi Bencana Banjir Bandang di Kabupaten Jember, Tidak Dipublikasikan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Surabaya

Wen. B. P., 2001. Quantitative Microstrutural Analysis of Slip Zone of landslide in Granitic Saprolite Hongkong; Geology Society of America Annual Meeting, November, Abstract Paper no. 27-0.

Ziemer R.R, 1981, The Role of Vegetation in the Stability of Forested Slopes, Proceedings-Referate-Exposes XVII IUFRO World Congress, Japan.