peranan filsafat pendidikan dalam mengorganisasikan rpses belajar dan mengajar ateng (aan safwandi...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan (Kneller,
1971). Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan
tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi
masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak
dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan
dapat dijangkau oleh sains pendidikan.
Seorang guru, baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaksana pendidikan,
perlu mengetahui filsafat pendidikan. Seorang guru perlu memahami dan tidak
boleh buta terhadap filsafat pendidikan, karena tujuan pendidikan senantiasa
berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun
masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan . Tujuan pendidikan perlu
dipahami dalam hubungannya dengan tujuan hidup. Guru sebagai pribadi
mempunyai tujuan hidupnya dan guru sebagai warga masyarakat mempunyai
tujuan hidup bersama.
B. Proses Belajar Mengajar
Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para
pendidik (guru). Hal tersebut akan mewarnai sikap perilakunya dalam mengelola
proses belajar mengajar (PBM). Selain itu pemahaman filsafat pendidikan akan
menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana
dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan.
Inti proses belajar adalah perubahan pada diri individu dalam aspek
pengetahuan, sikap, keterampilan, dan kebiasaan sebagai produk dan interaksinya
dengan lingkungan. Belajar adalah proses membangun pengetahuan melalui
transformasi pengalaman. Dengan kata lain suatu proses belajar dapat dikatakan
berhasil bila dalam diri individu terbentuk pengetahuan, sikap, keterampilan, atau
kebiasaan baru yang secara kualitatif lebih baik dari sebelumnya. Proses belajar
dapat terjadi karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungan belajar
1
secara mandiri atau sengaja dirancang. Orang yang belajar mandiri secara
individual dikenal sebagai otodidak, sedangkan orang yang belajar karena
dirancang dikenal sebagai pembelajaran formal. Proses belajar sebagian besar
terjadi karena memang sengaja dirancang. Proses tersebut pada dasarnya
merupakan sistem dan prosedur penataan situasi dan lingkungan belajar agar
memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem dan prosedur inilah yang dikenal
sebagai proses pembelajaran aktif.
Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang
memungkinkan para pembelajar aktif melibatkan diri dalam keseluruhan proses
baik secara mental maupun secara fisik. Model proses ini dikenal sebagai
pembelajaran aktif atau pembelajaran interaktif dengan karakteristiknya sebagai
berikut: (1) adanya variasi kegiatan klasikal, kelompok dan perorangan; (2) dosen
berperan sebagai fasilitator belajar, nara sumber dan manajer kelas yang
demokratis; (3) keterlibatan mental (pikiran, perasaan) siswa tinggi; (4)
menerapkan pola komunikasi yang banyak; (4) suasana kelas yang fleksibel,
demokratis, menantang dan tetap terkendali oleh tujuan; (6) potensial dapat
menghasilkan dampak intruksional dan dampak pengiring lebih efektif; (7) dapat
digunakan di dalam atau di luar kelas/ruangan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tujuan Filsafat Pendidikan
Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana
mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan
menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip pendidikan yang
didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses pendidikan
menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi
antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan
menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan.
Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan
pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan
mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan
dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu
menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni
mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi
pada diri peserta didik.
B. Beberapa Aliran Filsafat dalam Pendidikan
Beberapa aliran filsafat pendidikan yang berpengaruh dalam
pengembangan pendidikan, misalnya, idealisme, realisme, pragmatisme,
humanisme, behaviorisme, dan konstruktivisme. Idealisme berpandangan bahwa
pengetahuan itu sudah ada dalam jiwa kita. Untuk membawanya pada tingkat
kesadaran perlu adanya proses introspeksi. Tujuan pendidikan aliran ini
membentuk karakter manusia. Aliran realisme berpandangan bahwa hakikat
realitas adalah fisik dan ruh, bersifat dualistis.
Tujuan pendidikannya membentuk individu yang mampu menyesuaikan
diri dalam masyarakat dan memiliki rasa tanggung jawab kepada masyarakat.
Pragmatisme merupakan kreasi filsafat dari Amerika, dipengaruhi oleh
empirisme, utilitarianisme, dan positivisme. Esensi ajarannya, hidup bukan untuk
mencari kebenaran melainkan untuk menemukan arti atau kegunaan. Tujuan
3
pendidikannya menggunakan pengalaman sebagai alat untuk menyelesaikan hal-
hal baru dalam kehidupan priabdi dan masyarakat. Humanisme berpandangan
bahwa pendidikan harus ditekankan pada kebutuhan anak (child centered).
Tujuannya untuk aktualisasi diri, perkembangan efektif, dan pembentukan moral.
Paham behaviorisme memandang perubahan perilaku setelah seseorang
memperoleh stimulus dari luar merupakan hal yang sangat penting. Oleh sebab
itu, pendidikan behaviorisme menekankan pada proses mengubah atau
memodifikasi perilaku.
Tujuannya untuk menyiapkan pribadi-pribadi yang sesuai dengan
kemampuannya, mempunyai rasa tanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan
masyarakat. Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan diperoleh melalui
proses aktif individu mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik,
dialog, dan lain-lain melalui asimilasi pengalaman baru dengan pengertian yang
telah dimiliki seseorang. Tujuan pendidikannya menghasilkan individu yang
memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan persoalan hidupnya.
C. Peran Pendidik dalam Proses Belajar-Mengajar
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Karena Proses
belajar-mengajar mengandung serangkaian perbuatan pendidik/guru dan siswa
atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan
siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar.
Interaksi dalam peristiwa belajar-mengajar ini memiliki arti yang lebih luas, tidak
sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif.
Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran,
melainkan menanamkan sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.
Peran guru dalam proses belajar-mengajar , guru tidak hanya tampil lagi
sebagai pengajar (teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini, melainkan
beralih sebagai pelatih (coach), pembimbing (counselor) dan manager belajar
(learning manager). Hal ini sudah sesuai dengan fungsi dari peran guru masa
depan. Di mana sebagai pelatih, seorang guru akan berperan mendorong siswanya
4
untuk menguasai alat belajar, memotivasi siswa untuk bekerja keras dan mencapai
prestasi setinggi-tingginya.
Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran, masih
tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum
dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder ataupun oleh komputer yang
paling modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur-unsur manusiawi seperti
sikap, sistem, nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan Iain-lain yang diharapkan
merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat
tersebut. Di sinilah kelebihan manusia dalam hal ini guru dari alat-alat atau
teknologi yang diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah
kehidupannya.
Namun harus diakui bahwa sebagai akibat dari laju pertumbuhan
penduduk yang cepat (di Indonesia 2,0% atau sekitar tiga setengah juta lahir
manusia baru dalam satu tahun) dan kemajuan teknologi di lain pihak, di berbagai
negara maju bahkan juga di Indonesia, usaha ke arah peningkatan pendidikan
terutama menyangkut aspek kuantitas berpaling kepada ilmu dan teknologi.
Misalnya pengajaran melalui radio, pengajaran melalui televisi, sistem belajar
jarak jauh melalui sistem modul, mesin mengajar/ komputer, atau bahkan
pembelajaran yang menggunak system E-learning (electronic learning) yaitu
pembelajaran baik secara formal maupun informal yang dilakukan melalui media
elektronik, seperti internet, CD-ROM, video tape, DVD, TV, handphone, PDA,
dan lain-lain (Lende, 2004). Akan tetapi, e-learning pembelajaran yang lebih
dominan menggunakan internet (berbasis web).
Sungguhpun demikian guru masih tetap diperlukan. Sebagai contoh dalam
pengajaran modul, peranan guru sebagai pembimbing belajar justru sangat
dipentingkan. Dalam pengajaran melalui radio, guru masih diperlukan terutama
dalam menyusun dan mengembangkan disain pengajaran. Demikian halnya dalam
pengajaran melalui televisi.
Dengan demikian dalam sistem pengajaran mana pun, guru selalu menjadi
bagian yang tidak terpisahkan, hanya peran yang dimainkannya akan berbeda
sesuai dengan tuntutan sistem ter¬sebut. Dalam pengajaran atau proses belajar
mengajar guru memegang peran sebagai sutradara sekaligus aktor. Artinya, pada
5
gurulah tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pengajaran di
sekolah.
D. Hakikat Belajar
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting
dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata
(2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu
berlangsung melalui kegiatan belajar. Lantas, apa sesungguhnya belajar itu ?
Di bawah ini disampaikan tentang pengertian belajar dari para ahli : Moh.
Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai
hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya”.
Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian
yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk
keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
Crow & Crow dan (1958) : “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-
kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.
Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul
perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu
situasi”
Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar adalah perubahan perilaku yang
relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.
Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang
yang muncul karena pengalaman”
Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah
perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri
dari perubahan perilaku, yaitu :
1. Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari
individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang
bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan,
6
misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin
meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar.
Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar tentang psikologi pendidikan.
Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari tentang Psikologi
Pendidikan. Begitu juga, setelah belajar Psikologi Pendidikan dia menyadari
bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh
sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan
Psikologi Pendidikan.
2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya
merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh
sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah
diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan
keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang mahasiswa telah belajar Psikologi
Pendidikan tentang “Hakekat Belajar”. Ketika dia mengikuti perkuliahan
“Strategi Belajar Mengajar”, maka pengetahuan, sikap dan keterampilannya
tentang “Hakekat Belajar” akan dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam
mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”.
3. Perubahan yang fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang
maupun masa mendatang. Contoh : seorang mahasiswa belajar tentang
psikologi pendidikan, maka pengetahuan dan keterampilannya dalam
psikologi pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dan
mengembangkan perilaku dirinya sendiri maupun mempelajari dan
mengembangkan perilaku para peserta didiknya kelak ketika dia menjadi
guru.’
4. Perubahan yang bersifat positif.
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah
kemajuan. Misalnya, seorang mahasiswa sebelum belajar tentang Psikologi
Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam Prose Belajar Mengajar tidak
perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau perkembangan
7
perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun setelah mengikuti pembelajaran
Psikologi Pendidikan, dia memahami dan berkeinginan untuk menerapkan
prinsip – prinsip perbedaan individual maupun prinsip-prinsip perkembangan
individu jika dia kelak menjadi guru.
5. Perubahan yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya
melakukan perubahan. Misalnya, mahasiswa ingin memperoleh pengetahuan
baru tentang psikologi pendidikan, maka mahasiswa tersebut aktif melakukan
kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku psikologi pendidikan, berdiskusi
dengan teman tentang psikologi pendidikan dan sebagainya.
6. Perubahan yang bersifat pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan
menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya, mahasiswa belajar
mengoperasikan komputer, maka penguasaan keterampilan mengoperasikan
komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa tersebut.
7. Perubahan yang bertujuan dan terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik
tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Misalnya,
seorang mahasiswa belajar psikologi pendidikan, tujuan yang ingin dicapai
dalam panjang pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan, sikap dan
keterampilan tentang psikologi pendidikan yang diwujudkan dalam bentuk
kelulusan dengan memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan jangka panjangnya
dia ingin menjadi guru yang efektif dengan memiliki kompetensi yang
memadai tentang Psikologi Pendidikan. Berbagai aktivitas dilakukan dan
diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
8. Perubahan perilaku secara keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan
semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap
danketerampilannya. Misalnya, mahasiswa belajar tentang “Teori-Teori
Belajar”, disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang “Teori-
Teori Belajar”, dia juga memperoleh sikap tentang pentingnya seorang guru
8
menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan
dalam menerapkan “Teori-Teori Belajar”.
Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003), perubahan perilaku yang
merupakan hasil belajar dapat berbentuk :
1. Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara
tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu
benda, definisi, dan sebagainya.
2. Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi
dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya:
penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual
adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination), memahami konsep
konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan
dalam menghadapi pemecahan masalah.
3. Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan
pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran,
strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara
berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapanintelektual
menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih
menekankan pada pada proses pemikiran.
4. Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk
memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap
adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan
vertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat
unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk
bertindak.
5. Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan
yang dikontrol oleh otot dan fisik.
9
BAB III
APAKAH SESUNGGUHNYA FILSAFAT ITU, BAGAIMANA
TIMBULNYA DAN MENGAPA FILSAFAT ITU PERLU DI PAHAMI
Menurut saya filsafat pendidikan itu merupakan salah satu bagian dari
filsafat ilmu yang memiliki komponen-komponen seperti filsafat pendidikan, teori
dan praktek pendidikan dan proses pendidikan yang diarahkan pada tujuan
pendidikan. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang
yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat
juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam
memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas
dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno, philos artinya cinta dan sophia
artinya kearifan atau kebijakan. Filsafat berarti cinta yang mendalam terhadap
kearifan atau kebijakan. Dan dapat pula diartikan sebagai sikap atau pandangan
seseorang yang memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan melihat dari
segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Menurut Harold Titus,
dalam arti sempit filasafat diartikan sebagai sains yang berkaitan dengan
metodologi, dan dalam arti luas filsafat mencoba mengintegrasikan pengetahuan
manusia yang berbeda-beda dan menjadikan suatu pandangan yang komprehensif
tentang alam semesta, hidup, dan makna hidup.
Timbulnya filsafat tersebut karena adanya Subjek filsafat yaitu
seseorang yang berfikir/ memikirkan hakekat sesuatu dengan sungguh sungguh
dan mendalam. Seperti halnya pengetahuan. Filsafat itu erat hubungannya dengan
pengetahuan biasa, tetapi mengatasinya karena dilakukan dengan cara ilmiah dan
mempertanggungjawabkan jawaban-jawaban yang diberikannya.Filsafat akan
timbul disaat ada masalah atau problem itu terjadi,oleh karena itu dengan ada
filsafat kita akan biasa memecah suatu masalah yang telah terjadi,
Filsafat perlu di pahami karena Setiap orang, pasti menginginkan hidup
bahagia. Salah satu diantaranya yakni hidup lebih baik dari sebelumnya atau bisa
disebut hidup lebih maju. Hidup maju tersebut didukung atau dapat diwujudkan
melalui pendidikan.menurut pendapat saya filsafat pendidikan yang sesuai atau
mengarah pada terwujudnya kehidupan yang maju yakni filsafat yang konservatif
10
yang didukung oleh sebuah idealisme, rasionalisme(kenyataan). Itu dikarenakan
filsafat pendidikan mengarah pada hasil pemikiran manusia mengenai realitas,
pengetahuan, dan nilai seperti yang telah disebutkan diatas.Jadi, aliran filsafat
yang pas dan sesuai dengan pendidikan yang mengarah pada kehidupan yang
maju menurut pikiran saya yakni filsafat pendidikan progresivisme (berfokus pada
siswanya). Tapi akan lebih baik lagi bila semua filsafat diatas bisa saling
melengkapi.
A. Sebutkan dan jelaskan beberapa pandangan atau aliran dalam filsafat!
Beberapa pandangan dan aliran dalam filsafat antara lain Sekolah atau
lembaga pendidikan pada umumnya adalah sarana bagi proses pewarisan maupun
transformasi pengetahuan dan nilai-nilai antar generasi. Dari sini dapat terpahami
bahwa pendidikan senantiasa memiliki muatan ideologis tertentu yang antara lain
terekam melalui konstruk filosofis yang mendasarinya. Kata Roem Topatimasang,
sekolah memang bukanlah sesuatu yang netral atau bebas nilai. Sebab tak jarang
dan seringkali demikian, pendidikan dianggap sebagai wahana terbaik bagi
pewarisan dan pelestarian nilai-nilai yang nyatanya sekedar yang resmi, sedang
berlaku dan direstui bahkan wajib diajarkan di semua sekolah dengan satu
penafsiran resmi yang seragam pula. Dinamika sistem pendidikan yang
berlangsung di Indonesia dalam berbagai era kesejarahan akan menguatkan
pandangan ini, betapa dunia pendidikan memiliki keterkaitan sangat erat dengan
kondisi sosial-politik yang tengah dominan. Beberapa aliran utama filsafat
pendidikan yang di antaranya dapat disajikan berikut ini:
Perennialisme
(a) Berhubungan dengan perihal sesuatu yang terakhir. Cenderung menekankan
seni dan sains dengan dimensi perennial yang bersifat integral dengan sejarah
manusia. (b) Pertama yang harus diajarkan adalah tentang manusia, bukan mesin
atau teknik. Sehingga tegas aspek manusiawinya dalam sains dan nalar dalam
setiap tindakan. (c) Mengajarkan prinsip-prinsip dan penalaran ilmiah, bukan
fakta. (d) Mencari hukum atau ide yang terbukti bernilai bagi dunia yang kita
diami. (e) Fungsi pendidikan adalah untuk belajar hal-hal tersebut dan mencari
11
kebenaran baru yang mungkin. (f) Orientasi bersifat philosophically-minded. Jadi,
fokus pada perkembangan personal. (g) Memiliki dua corak:
(1) Perennial Religius: Membimbing individu kepada kebenaran utama (doktrin,
etika dan penyelamatan religius). Memakai metode trial and error untuk
memperoleh pengetahuan proposisional. (2) Perennial Sekuler: Promosikan
pendekatan literari dalam belajar serta pemakaian seminar dan diskusi sebagai
cara yang tepat untuk mengkaji hal-hal yang terbaik bagi dunia (Socratic method).
Disini, individu dibimbing untuk membaca materi pengetahuan secara langsung
dari buku-buku sumber yang asli sekaligus teks modern. Pembimbing berfungsi
memformulasikan masalah yang kemudian didiskusikan dan disimpulkan oleh
kelas. Sehingga, dengan iklim kritis dan demokratis yang dibangun dalam kultur
ini, individu dapat mengetahui pendapatnya sendiri sekaligus menghargai
perbedaan pemikiran yang ada.
Esensialisme
(a) Berkaitan dengan hal-hal esensial atau mendasar yang seharusnya manusia
tahu dan menyadari sepenuhnya tentang dunia dimana mereka tinggal dan juga
bagi kelangsungan hidupnya. (b) Menekankan data fakta dengan kurikulum yang
tampak bercorak vokasional. (c) Konsentrasi studi pada materi-materi dasar
tradisional seperti: membaca, menulis, sastra, bahasa asing, matematika, sejarah,
sains, seni dan musik. (d) Pola orientasinya bergerak dari skill dasar menuju skill
yang bersifat semakin kompleks. (e) Perhatian pada pendidikan yang bersifat
menarik dan efisien. (f) Yakin pada nilai pengetahuan untuk kepentingan
pengetahuan itu sendiri. (g) Disiplin mental diperlukan untuk mengkaji informasi
mendasar tentang dunia yang didiami serta tertarik pada kemajuan masyarakat
teknis.
Progresivisme
(a) Suka melihat manusia sebagai pemecah persoalan (problem-solver) yang baik.
(b) Oposisi bagi setiap upaya pencarian kebenaran absolut. (c) Lebih tertarik
kepada perilaku pragmatis yang dapat berfungsi dan berguna dalam hidup. (d)
Pendidikan dipandang sebagai suatu proses. (e) Mencoba menyiapkan orang
untuk mampu menghadapi persoalan aktual atau potensial dengan keterampilan
yang memadai. (f) Mempromosikan pendekatan sinoptik dengan menghasilkan
12
sekolah dan masyarakat bagi humanisasi. (g) Bercorak student-centered. (h)
Pendidik adalah motivator dalam iklim demoktratis dan menyenangkan. (i)
Bergerak sebagai eksperimentasi alamiah dan promosi perubahan yang berguna
untuk pribadi atau masyarakat.
Rekonstruksionisme
(a) Promosi pemakaian problem solving tetapi tidak harus dirangkaikan dengan
penyelesaian problema sosial yang signifikan. (b) Mengkritik pola life-adjustment
(perbaikan tambal-sulam) para Progresivist. (c) Pendidikan perlu berfikir tentang
tujuan-tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Untuk itu pendekatan utopia pun
menjadi penting guna menstimuli pemikiran tentang dunia masa depan yang perlu
diciptakan. (d) Pesimis terhadap pendekatan akademis, tetapi lebih fokus pada
penciptaan agen perubahan melalui partisipasi langsung dalam unsur-unsur
kehidupan. (e) Pendidikan berdasar fakta bahwa belajar terbaik bagi manusia
adalah terjadi dalam aktivitas hidup yang nyata bersama sesamanya. (f) Learn by
doing! (Belajar sambil bertindak).
Eksistensialisme
(a) Menekankan pada individual dalam proses progresifnya dengan pemikiran
yang merdeka dan otentik. (b) Pada dasarnya perhatian dengan kehidupan sebagai
apa adanya dan tidak dengan kualitas-kualitas abstraknya. (c) Membantu individu
memahami kebebasan dan tanggung jawab pribadinya. Jadi, menggunakan
pendidikan sebagai jalan mendorong manusia menjadi lebih terlibat dalam
kehidupan sebagaimana pula dengan komitmen tindakannya. (d) Individu
seharusnya senantiasa memperbaiki diri dalam kehidupan dunia yang terus
berubah. (e) Menekankan pendekatan “I-Thou” (Aku-Kamu) dalam proses
pendidikan, baik guru maupun murid. (f) Promosikan pendekatan langsung-
mendalam (inner-directed) yang humanistik; dimana siswa bebas memilih
kurikulum dan hasil pendidikannya.
Behavioral Engineering (Rekayasa Perilaku)
(a) Kehendak bebas adalah ilusi (Free-will is illusory). (b) Percaya bahwa sikap
manusia kebanyakan merefleksikan tingkah laku dan tindakan yang terkondisikan
oleh lingkungan. (c) Memakai metode pengkondisian sebagai cara untuk
mengarahkan sikap manusia. (d) Pendidik perlu membangun suatu lingkungan
13
pendidikan dimana individu didorong melalui ganjaran dan hukuman untuk
kebaikan mereka dan orang lain. Selain itu alam filsafat terdapat berbagai
mazhab/aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme, realisme, pragmatisme, dan
lain-lain. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedangkan
filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun kita akan
temukan berbagai aliran, sekurang-kurnagnya sebanyak aliran filsafat itu sendiri.
B. Aliran-Aliran Dalam Filsafat Pendidikan
a. Filsafat Pendidikan Idealisme
Memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi,bukan fisik.
Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak
lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa
yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari
generasi ke generasi. Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah: Plato, Elea dan Hegel,
Emanuael Kant, David Hume, Al Ghazali
b. Filsafat Pendidikan Realisme
merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme
berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani.
Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan
mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar
manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Beberapa tokoh yang
beraliran realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken,
Francis
Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.
c. Filsafat Pendidikan Materialisme
berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani,
spiritual atau supernatural. Beberapa tokoh yang beraliran materialisme:
Demokritos, Ludwig Feurbach.
d. Filsafat Pendidikan Pragmatisme
Dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal
pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat
14
mengetahui apa yang manusia alami. Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini
adalah: Charles sandre Peirce, wiliam James, John Dewey,
Fungsi Filsafat Pendidikan
* Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
* Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan
dunia.
* Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
* Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek
kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Disarikan
dari Agraha Suhandi (1989)
C. Hal Yang Penting Dilakukan Filsafat Pendidikan
Dengan mempelajari filsafat pendidikan kita harus mampu memecah
masalah hidup dalam kehidupan manusia.dalam bentuk sederhana.falsafat
pendidikan terdiri dari apa yang diyakini oleh seseorang mengenai
pendidikan.Dan filsafat pendidikan akan membimbing tindakan propesional
seseorang.
Disebut sebagai inspirasi dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar disini
seorang guru atau pun pendidik berperan dan menjadi penopang dalam
membentuk suatu kinerja siswa untuk dapat berinspirasi dalam segala hal
terutama pada saat siswa tersebut berada dalam ruang lingkup pendidik.
D. Jelaskan Peranan guru dalam tujuan pendidikan formal dan non formal!
WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu (1)
pendidik (nurturer), (2) model, (3) pengajar dan pembimbing, (4) pelajar
(learner), (5) komunikator terhadap masyarakat setempat, (6) pekerja
administrasi, serta (7) kesetiaan terhadap lembaga.
Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan
dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas
15
pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan
mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah
dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan
dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh
pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani,
bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab
kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk
perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat
personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan
pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus
mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang
dengan norma-norma yang ada. Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak.
Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model
baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-
tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat,
bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah
Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai
Pancasila.
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar.
Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di
luar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil
belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di
masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggurfg jawab sosial tingkah
laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak
memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan
negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam
masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih
lanjut.
sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah
pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang
dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai
16
tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan
tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.
Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan
dapat membantu kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan
kemampuannya. Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan-pertemuan
resmi maupun pertemuan insidental.
Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru
diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang
sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang
dikuasainya.
Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan
pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan
pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi
teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu
diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti
membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan
dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
E. prinsip yang harus diterapkan oleh seorang guru dalam pelaksanaan
dalaam proses belajar mengajarnya.!
Yang dimaksud dengan pendekatan CBSA adalah melaksanakan prinsip-
prinsip pengaktifan peserta didik dalam belajar. Dengan demikian situasi belajar
harus menaantang dan merangsang daya cipta serta kreativitas peserta didik untuk
berfikir dan menemukan sendiri atau membangun pengetahuan yang berupa
konsep-konsep secara mandiri. Dalam melaksanakan pendekatan CBSA seorang
guru sebaiknya menerakan beberapa prinsip sebagaimana yang disarankan oleh
Badan Penelitian dan Pembangunan Pendidikan, DepDikBud (1984) seperti
berikut ini :
17
a. prinsip motivasi
Dengan membuat situasi yang menyenaagkan bagi peserta didik,misalnya kita
membuat tempat yang tidak mebosankan siswa,ceramah seling dengan diskusi
atau bermain peran.guru biasa memoitvasikan dari dalam individu masing-
masing.
b. prinsip latar belakang
Guru harus mengetahui pengetahuaan perasaan,ketampilan dan
sikap,pengalaman peserta didik.dan dikaitkan pengatahuan yang dimilikinya.
c.prinsip keterah an pada focus tertentu
tanpa suatu pola tertentu,,peserta didik sukar memusat perhatiaan.titik pusat
dapat di ciptakan melalui upaya merumuskan masalah,merumukan
pertanyaan,merumuskan konsep yang akan ditentukan.perencanaan akan
membatasi keluasannya tujuaan belajar serta memberikan arah pada pelksanaan
belajar-mengajar.
d. prinsip hubungan sosial
hubungan social antara kelompok sebaya sangat baik di kembangkan di kelas
akan melatih anak untuk berdiskusi,berpikir untuk mengemukakan dan
mempertahanka pendapat,bekeraja sama untuk membantu memecah masalah.
e.prinsip belajar sambil bekerja
pada hakekatnya anak-anak belajar dikelas danmelaksanakan aktivitas
motoriknya diluar kelas,misalnya di laboratorium,halaman rumah.halaman
sekolah atau lingknga sekolah.
f.prinsip perbedaan individu
setiap anak pada dasarnya memiliki kemampuaan yang berbeda-beda untuk
dapat memahami suatu informasi atau rangsangan dari luar.demikiaan pula
setiap anak memiliki kecepatan yang berbeda-beda untuk menyerapnya.
g. prinsip ingin mengetahui
setiap anak pada hakekat selalu mempunyai rasa ingin tahu ,rasa ingin tahu
membuat anak mencari cara untuk dapat mengetahui apayang di inginkan.
18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan (Kneller,
1971). Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan
tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi
masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak
dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan
dapat dijangkau oleh sains pendidikan.
B. Saran
Kami sadar makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itulah
saran dan kritik yang bersifat membangun masih sangat kami harapkan guna
penulisan makalah kami selanjutnya agar menjadi lebih baik.
19
DAFTAR PUSTAKA
Kneller, George F. 1971. Introduction to the Philosophy of Education. John Willey Sons Inc, New York.
Sadulloh, U. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. CV Alfabeta, Bandung. Sindhunata. 2000. Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Kanisius, YogyakartaSoedijarto. 1993. Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu. Balai Pustaka, Jakarta.
Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. PT Bayu Indra Grafika, Yogyakarta.
20