peranan filsafat pendidikan dalam mengorganisasikan rpses belajar dan mengajar ateng (aan safwandi...

31

Click here to load reader

Upload: -aan-safwandi-screamo

Post on 27-Jul-2015

1.957 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Peranan Filsafat Pendidikan Dalam Mengorganisasikan Rpses Belajar Dan Mengajar ateng (aan safwandi )paya cut bireuen matangglumpangdua

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan (Kneller,

1971). Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan

tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi

masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak

dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan

dapat dijangkau oleh sains pendidikan.

Seorang guru, baik sebagai pribadi maupun sebagai pelaksana pendidikan,

perlu mengetahui filsafat pendidikan. Seorang guru perlu memahami dan tidak

boleh buta terhadap filsafat pendidikan, karena tujuan pendidikan senantiasa

berhubungan langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun

masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan . Tujuan pendidikan perlu

dipahami dalam hubungannya dengan tujuan hidup. Guru sebagai pribadi

mempunyai tujuan hidupnya dan guru sebagai warga masyarakat mempunyai

tujuan hidup bersama.

B. Proses Belajar Mengajar

Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para

pendidik (guru). Hal tersebut akan mewarnai sikap perilakunya dalam mengelola

proses belajar mengajar (PBM). Selain itu pemahaman filsafat pendidikan akan

menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana

dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan.

Inti proses belajar adalah perubahan pada diri individu dalam aspek

pengetahuan, sikap, keterampilan, dan kebiasaan sebagai produk dan interaksinya

dengan lingkungan. Belajar adalah proses membangun pengetahuan melalui

transformasi pengalaman. Dengan kata lain suatu proses belajar dapat dikatakan

berhasil bila dalam diri individu terbentuk pengetahuan, sikap, keterampilan, atau

kebiasaan baru yang secara kualitatif lebih baik dari sebelumnya. Proses belajar

dapat terjadi karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungan belajar

1

Page 2: Peranan Filsafat Pendidikan Dalam Mengorganisasikan Rpses Belajar Dan Mengajar ateng (aan safwandi )paya cut bireuen matangglumpangdua

secara mandiri atau sengaja dirancang. Orang yang belajar mandiri secara

individual dikenal sebagai otodidak, sedangkan orang yang belajar karena

dirancang dikenal sebagai pembelajaran formal. Proses belajar sebagian besar

terjadi karena memang sengaja dirancang. Proses tersebut pada dasarnya

merupakan sistem dan prosedur penataan situasi dan lingkungan belajar agar

memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem dan prosedur inilah yang dikenal

sebagai proses pembelajaran aktif.

Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang

memungkinkan para pembelajar aktif melibatkan diri dalam keseluruhan proses

baik secara mental maupun secara fisik. Model proses ini dikenal sebagai

pembelajaran aktif atau pembelajaran interaktif dengan karakteristiknya sebagai

berikut: (1) adanya variasi kegiatan klasikal, kelompok dan perorangan; (2) dosen

berperan sebagai fasilitator belajar, nara sumber dan manajer kelas yang

demokratis; (3) keterlibatan mental (pikiran, perasaan) siswa tinggi; (4)

menerapkan pola komunikasi yang banyak; (4) suasana kelas yang fleksibel,

demokratis, menantang dan tetap terkendali oleh tujuan; (6) potensial dapat

menghasilkan dampak intruksional dan dampak pengiring lebih efektif; (7) dapat

digunakan di dalam atau di luar kelas/ruangan.

2

Page 3: Peranan Filsafat Pendidikan Dalam Mengorganisasikan Rpses Belajar Dan Mengajar ateng (aan safwandi )paya cut bireuen matangglumpangdua

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tujuan Filsafat Pendidikan

Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana

mengorganisasikan proses pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan

menghasilkan pemikiran tentang kebijakan dan prinsip-rinsip pendidikan yang

didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau proses pendidikan

menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi

antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan

menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan.

Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan

pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan

mengajukan pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan

dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Seorang guru perlu

menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni

mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau miskonsepsi

pada diri peserta didik.

B. Beberapa Aliran Filsafat dalam Pendidikan

Beberapa aliran filsafat pendidikan yang berpengaruh dalam

pengembangan pendidikan, misalnya, idealisme, realisme, pragmatisme,

humanisme, behaviorisme, dan konstruktivisme. Idealisme berpandangan bahwa

pengetahuan itu sudah ada dalam jiwa kita. Untuk membawanya pada tingkat

kesadaran perlu adanya proses introspeksi. Tujuan pendidikan aliran ini

membentuk karakter manusia. Aliran realisme berpandangan bahwa hakikat

realitas adalah fisik dan ruh, bersifat dualistis.

Tujuan pendidikannya membentuk individu yang mampu menyesuaikan

diri dalam masyarakat dan memiliki rasa tanggung jawab kepada masyarakat.

Pragmatisme merupakan kreasi filsafat dari Amerika, dipengaruhi oleh

empirisme, utilitarianisme, dan positivisme. Esensi ajarannya, hidup bukan untuk

mencari kebenaran melainkan untuk menemukan arti atau kegunaan. Tujuan

3

Page 4: Peranan Filsafat Pendidikan Dalam Mengorganisasikan Rpses Belajar Dan Mengajar ateng (aan safwandi )paya cut bireuen matangglumpangdua

pendidikannya menggunakan pengalaman sebagai alat untuk menyelesaikan hal-

hal baru dalam kehidupan priabdi dan masyarakat. Humanisme berpandangan

bahwa pendidikan harus ditekankan pada kebutuhan anak (child centered).

Tujuannya untuk aktualisasi diri, perkembangan efektif, dan pembentukan moral.

Paham behaviorisme memandang perubahan perilaku setelah seseorang

memperoleh stimulus dari luar merupakan hal yang sangat penting. Oleh sebab

itu, pendidikan behaviorisme menekankan pada proses mengubah atau

memodifikasi perilaku.

Tujuannya untuk menyiapkan pribadi-pribadi yang sesuai dengan

kemampuannya, mempunyai rasa tanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan

masyarakat. Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan diperoleh melalui

proses aktif individu mengkonstruksi arti dari suatu teks, pengalaman fisik,

dialog, dan lain-lain melalui asimilasi pengalaman baru dengan pengertian yang

telah dimiliki seseorang. Tujuan pendidikannya menghasilkan individu yang

memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan persoalan hidupnya.

C. Peran Pendidik dalam Proses Belajar-Mengajar

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara

keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Karena Proses

belajar-mengajar mengandung serangkaian perbuatan pendidik/guru dan siswa

atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk

mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan

siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar.

Interaksi dalam peristiwa belajar-mengajar ini memiliki arti yang lebih luas, tidak

sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif.

Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran,

melainkan menanamkan sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.

Peran guru dalam proses belajar-mengajar , guru tidak hanya tampil lagi

sebagai pengajar (teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini, melainkan

beralih sebagai pelatih (coach), pembimbing (counselor) dan manager belajar

(learning manager). Hal ini sudah sesuai dengan fungsi dari peran guru masa

depan. Di mana sebagai pelatih, seorang guru akan berperan mendorong siswanya

4

Page 5: Peranan Filsafat Pendidikan Dalam Mengorganisasikan Rpses Belajar Dan Mengajar ateng (aan safwandi )paya cut bireuen matangglumpangdua

untuk menguasai alat belajar, memotivasi siswa untuk bekerja keras dan mencapai

prestasi setinggi-tingginya.

Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran, masih

tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum

dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder ataupun oleh komputer yang

paling modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur-unsur manusiawi seperti

sikap, sistem, nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan Iain-lain yang diharapkan

merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat

tersebut. Di sinilah kelebihan manusia dalam hal ini guru dari alat-alat atau

teknologi yang diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah

kehidupannya.

Namun harus diakui bahwa sebagai akibat dari laju pertumbuhan

penduduk yang cepat (di Indonesia 2,0% atau sekitar tiga setengah juta lahir

manusia baru dalam satu tahun) dan kemajuan teknologi di lain pihak, di berbagai

negara maju bahkan juga di Indonesia, usaha ke arah peningkatan pendidikan

terutama menyangkut aspek kuantitas berpaling kepada ilmu dan teknologi.

Misalnya pengajaran melalui radio, pengajaran melalui televisi, sistem belajar

jarak jauh melalui sistem modul, mesin mengajar/ komputer, atau bahkan

pembelajaran yang menggunak system E-learning (electronic learning) yaitu

pembelajaran baik secara formal maupun informal yang dilakukan melalui media

elektronik, seperti internet, CD-ROM, video tape, DVD, TV, handphone, PDA,

dan lain-lain (Lende, 2004). Akan tetapi, e-learning pembelajaran yang lebih

dominan menggunakan internet (berbasis web).

Sungguhpun demikian guru masih tetap diperlukan. Sebagai contoh dalam

pengajaran modul, peranan guru sebagai pembimbing belajar justru sangat

dipentingkan. Dalam pengajaran melalui radio, guru masih diperlukan terutama

dalam menyusun dan mengembangkan disain pengajaran. Demikian halnya dalam

pengajaran melalui televisi.

Dengan demikian dalam sistem pengajaran mana pun, guru selalu menjadi

bagian yang tidak terpisahkan, hanya peran yang dimainkannya akan berbeda

sesuai dengan tuntutan sistem ter¬sebut. Dalam pengajaran atau proses belajar

mengajar guru memegang peran sebagai sutradara sekaligus aktor. Artinya, pada

5

Page 6: Peranan Filsafat Pendidikan Dalam Mengorganisasikan Rpses Belajar Dan Mengajar ateng (aan safwandi )paya cut bireuen matangglumpangdua

gurulah tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pengajaran di

sekolah.

D. Hakikat Belajar

Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting

dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata

(2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu

berlangsung melalui kegiatan belajar. Lantas, apa sesungguhnya belajar itu ?

Di bawah ini disampaikan tentang pengertian belajar dari para ahli : Moh.

Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh

individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai

hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan

lingkungannya”.

Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian

yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk

keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.

Crow & Crow dan (1958) : “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-

kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.

Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul

perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu

situasi”

Di Vesta dan Thompson (1970) : “ belajar adalah perubahan perilaku yang

relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.

Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang

yang muncul karena pengalaman”

Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah

perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri

dari perubahan perilaku, yaitu :

1. Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).

Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari

individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang

bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan,

6

Page 7: Peranan Filsafat Pendidikan Dalam Mengorganisasikan Rpses Belajar Dan Mengajar ateng (aan safwandi )paya cut bireuen matangglumpangdua

misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin

meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar.

Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar tentang psikologi pendidikan.

Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari tentang Psikologi

Pendidikan. Begitu juga, setelah belajar Psikologi Pendidikan dia menyadari

bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh

sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan

Psikologi Pendidikan.

2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).

Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya

merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh

sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah

diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan

keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang mahasiswa telah belajar Psikologi

Pendidikan tentang “Hakekat Belajar”. Ketika dia mengikuti perkuliahan

“Strategi Belajar Mengajar”, maka pengetahuan, sikap dan keterampilannya

tentang “Hakekat Belajar” akan dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam

mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”.

3. Perubahan yang fungsional.

Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang

maupun masa mendatang. Contoh : seorang mahasiswa belajar tentang

psikologi pendidikan, maka pengetahuan dan keterampilannya dalam

psikologi pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dan

mengembangkan perilaku dirinya sendiri maupun mempelajari dan

mengembangkan perilaku para peserta didiknya kelak ketika dia menjadi

guru.’

4. Perubahan yang bersifat positif.

Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah

kemajuan. Misalnya, seorang mahasiswa sebelum belajar tentang Psikologi

Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam Prose Belajar Mengajar tidak

perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau perkembangan

7

Page 8: Peranan Filsafat Pendidikan Dalam Mengorganisasikan Rpses Belajar Dan Mengajar ateng (aan safwandi )paya cut bireuen matangglumpangdua

perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun setelah mengikuti pembelajaran

Psikologi Pendidikan, dia memahami dan berkeinginan untuk menerapkan

prinsip – prinsip perbedaan individual maupun prinsip-prinsip perkembangan

individu jika dia kelak menjadi guru.

5. Perubahan yang bersifat aktif.

Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya

melakukan perubahan. Misalnya, mahasiswa ingin memperoleh pengetahuan

baru tentang psikologi pendidikan, maka mahasiswa tersebut aktif melakukan

kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku psikologi pendidikan, berdiskusi

dengan teman tentang psikologi pendidikan dan sebagainya.

6. Perubahan yang bersifat pemanen.

Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan

menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya, mahasiswa belajar

mengoperasikan komputer, maka penguasaan keterampilan mengoperasikan

komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa tersebut.

7. Perubahan yang bertujuan dan terarah.

Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik

tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Misalnya,

seorang mahasiswa belajar psikologi pendidikan, tujuan yang ingin dicapai

dalam panjang pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan, sikap dan

keterampilan tentang psikologi pendidikan yang diwujudkan dalam bentuk

kelulusan dengan memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan jangka panjangnya

dia ingin menjadi guru yang efektif dengan memiliki kompetensi yang

memadai tentang Psikologi Pendidikan. Berbagai aktivitas dilakukan dan

diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.

8. Perubahan perilaku secara keseluruhan.

Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan

semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap

danketerampilannya. Misalnya, mahasiswa belajar tentang “Teori-Teori

Belajar”, disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang “Teori-

Teori Belajar”, dia juga memperoleh sikap tentang pentingnya seorang guru

8

Page 9: Peranan Filsafat Pendidikan Dalam Mengorganisasikan Rpses Belajar Dan Mengajar ateng (aan safwandi )paya cut bireuen matangglumpangdua

menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan

dalam menerapkan “Teori-Teori Belajar”.

Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003), perubahan perilaku yang

merupakan hasil belajar dapat berbentuk :

1. Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara

tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu

benda, definisi, dan sebagainya.

2. Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi

dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya:

penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual

adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination), memahami konsep

konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan

dalam menghadapi pemecahan masalah.

3. Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan

pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran,

strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara

berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapanintelektual

menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih

menekankan pada pada proses pemikiran.

4. Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk

memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap

adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan

vertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat

unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk

bertindak.

5. Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan

yang dikontrol oleh otot dan fisik.

9

Page 10: Peranan Filsafat Pendidikan Dalam Mengorganisasikan Rpses Belajar Dan Mengajar ateng (aan safwandi )paya cut bireuen matangglumpangdua

BAB III

APAKAH SESUNGGUHNYA FILSAFAT ITU, BAGAIMANA

TIMBULNYA DAN MENGAPA FILSAFAT ITU PERLU DI PAHAMI

Menurut saya filsafat pendidikan itu merupakan salah satu bagian dari

filsafat ilmu yang memiliki komponen-komponen seperti filsafat pendidikan, teori

dan praktek pendidikan dan proses pendidikan yang diarahkan pada tujuan

pendidikan. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang

yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat

juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam

memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas

dan menyeluruh dengan segala hubungan.  

Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno, philos artinya cinta dan sophia

artinya kearifan atau kebijakan. Filsafat berarti cinta yang mendalam terhadap

kearifan atau kebijakan. Dan dapat pula diartikan sebagai sikap atau pandangan

seseorang yang memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan melihat dari

segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Menurut Harold Titus,

dalam arti sempit filasafat diartikan sebagai sains yang berkaitan dengan

metodologi, dan dalam arti luas filsafat mencoba mengintegrasikan pengetahuan

manusia yang berbeda-beda dan menjadikan suatu pandangan yang komprehensif

tentang alam semesta, hidup, dan makna hidup.

Timbulnya filsafat tersebut karena adanya Subjek filsafat yaitu

seseorang yang berfikir/ memikirkan hakekat sesuatu dengan sungguh sungguh

dan mendalam. Seperti halnya pengetahuan. Filsafat itu erat hubungannya dengan

pengetahuan biasa, tetapi mengatasinya karena dilakukan dengan cara ilmiah dan

mempertanggungjawabkan jawaban-jawaban yang diberikannya.Filsafat akan

timbul disaat ada masalah atau problem itu terjadi,oleh karena itu dengan ada

filsafat kita akan biasa memecah suatu masalah yang telah terjadi,

Filsafat perlu di pahami karena Setiap orang, pasti menginginkan hidup

bahagia. Salah satu diantaranya yakni hidup lebih baik dari sebelumnya atau bisa

disebut hidup lebih maju. Hidup maju tersebut didukung atau dapat diwujudkan

melalui pendidikan.menurut pendapat saya filsafat pendidikan yang sesuai atau

mengarah pada terwujudnya kehidupan yang maju yakni filsafat yang konservatif

10

Page 11: Peranan Filsafat Pendidikan Dalam Mengorganisasikan Rpses Belajar Dan Mengajar ateng (aan safwandi )paya cut bireuen matangglumpangdua

yang didukung oleh sebuah idealisme, rasionalisme(kenyataan). Itu dikarenakan

filsafat pendidikan mengarah pada hasil pemikiran manusia mengenai realitas,

pengetahuan, dan nilai seperti yang telah disebutkan diatas.Jadi, aliran filsafat

yang pas dan sesuai dengan pendidikan yang mengarah pada kehidupan yang

maju menurut pikiran saya yakni filsafat pendidikan progresivisme (berfokus pada

siswanya). Tapi akan lebih baik lagi bila semua filsafat diatas bisa saling

melengkapi.

A. Sebutkan dan jelaskan beberapa pandangan atau aliran dalam filsafat!

Beberapa pandangan dan aliran dalam filsafat antara lain Sekolah atau

lembaga pendidikan pada umumnya adalah sarana bagi proses pewarisan maupun

transformasi pengetahuan dan nilai-nilai antar generasi. Dari sini dapat terpahami

bahwa pendidikan senantiasa memiliki muatan ideologis tertentu yang antara lain

terekam melalui konstruk filosofis yang mendasarinya. Kata Roem Topatimasang,

sekolah memang bukanlah sesuatu yang netral atau bebas nilai. Sebab tak jarang

dan seringkali demikian, pendidikan dianggap sebagai wahana terbaik bagi

pewarisan dan pelestarian nilai-nilai yang nyatanya sekedar yang resmi, sedang

berlaku dan direstui bahkan wajib diajarkan di semua sekolah dengan satu

penafsiran resmi yang seragam pula. Dinamika sistem pendidikan yang

berlangsung di Indonesia dalam berbagai era kesejarahan akan menguatkan

pandangan ini, betapa dunia pendidikan memiliki keterkaitan sangat erat dengan

kondisi sosial-politik yang tengah dominan. Beberapa aliran utama filsafat

pendidikan yang di antaranya dapat disajikan berikut ini:

Perennialisme

(a) Berhubungan dengan perihal sesuatu yang terakhir. Cenderung menekankan

seni dan sains dengan dimensi perennial yang bersifat integral dengan sejarah

manusia. (b) Pertama yang harus diajarkan adalah tentang manusia, bukan mesin

atau teknik. Sehingga tegas aspek manusiawinya dalam sains dan nalar dalam

setiap tindakan. (c) Mengajarkan prinsip-prinsip dan penalaran ilmiah, bukan

fakta. (d) Mencari hukum atau ide yang terbukti bernilai bagi dunia yang kita

diami. (e) Fungsi pendidikan adalah untuk belajar hal-hal tersebut dan mencari

11

Page 12: Peranan Filsafat Pendidikan Dalam Mengorganisasikan Rpses Belajar Dan Mengajar ateng (aan safwandi )paya cut bireuen matangglumpangdua

kebenaran baru yang mungkin. (f) Orientasi bersifat philosophically-minded. Jadi,

fokus pada perkembangan personal. (g) Memiliki dua corak:

(1) Perennial Religius: Membimbing individu kepada kebenaran utama (doktrin,

etika dan penyelamatan religius). Memakai metode trial and error untuk

memperoleh pengetahuan proposisional. (2) Perennial Sekuler: Promosikan

pendekatan literari dalam belajar serta pemakaian seminar dan diskusi sebagai

cara yang tepat untuk mengkaji hal-hal yang terbaik bagi dunia (Socratic method).

Disini, individu dibimbing untuk membaca materi pengetahuan secara langsung

dari buku-buku sumber yang asli sekaligus teks modern. Pembimbing berfungsi

memformulasikan masalah yang kemudian didiskusikan dan disimpulkan oleh

kelas. Sehingga, dengan iklim kritis dan demokratis yang dibangun dalam kultur

ini, individu dapat mengetahui pendapatnya sendiri sekaligus menghargai

perbedaan pemikiran yang ada.

Esensialisme

(a) Berkaitan dengan hal-hal esensial atau mendasar yang seharusnya manusia

tahu dan menyadari sepenuhnya tentang dunia dimana mereka tinggal dan juga

bagi kelangsungan hidupnya. (b) Menekankan data fakta dengan kurikulum yang

tampak bercorak vokasional. (c) Konsentrasi studi pada materi-materi dasar

tradisional seperti: membaca, menulis, sastra, bahasa asing, matematika, sejarah,

sains, seni dan musik. (d) Pola orientasinya bergerak dari skill dasar menuju skill

yang bersifat semakin kompleks. (e) Perhatian pada pendidikan yang bersifat

menarik dan efisien. (f) Yakin pada nilai pengetahuan untuk kepentingan

pengetahuan itu sendiri. (g) Disiplin mental diperlukan untuk mengkaji informasi

mendasar tentang dunia yang didiami serta tertarik pada kemajuan masyarakat

teknis.

Progresivisme

(a) Suka melihat manusia sebagai pemecah persoalan (problem-solver) yang baik.

(b) Oposisi bagi setiap upaya pencarian kebenaran absolut. (c) Lebih tertarik

kepada perilaku pragmatis yang dapat berfungsi dan berguna dalam hidup. (d)

Pendidikan dipandang sebagai suatu proses. (e) Mencoba menyiapkan orang

untuk mampu menghadapi persoalan aktual atau potensial dengan keterampilan

yang memadai. (f) Mempromosikan pendekatan sinoptik dengan menghasilkan

12

Page 13: Peranan Filsafat Pendidikan Dalam Mengorganisasikan Rpses Belajar Dan Mengajar ateng (aan safwandi )paya cut bireuen matangglumpangdua

sekolah dan masyarakat bagi humanisasi. (g) Bercorak student-centered. (h)

Pendidik adalah motivator dalam iklim demoktratis dan menyenangkan. (i)

Bergerak sebagai eksperimentasi alamiah dan promosi perubahan yang berguna

untuk pribadi atau masyarakat.

Rekonstruksionisme

(a) Promosi pemakaian problem solving tetapi tidak harus dirangkaikan dengan

penyelesaian problema sosial yang signifikan. (b) Mengkritik pola life-adjustment

(perbaikan tambal-sulam) para Progresivist. (c) Pendidikan perlu berfikir tentang

tujuan-tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Untuk itu pendekatan utopia pun

menjadi penting guna menstimuli pemikiran tentang dunia masa depan yang perlu

diciptakan. (d) Pesimis terhadap pendekatan akademis, tetapi lebih fokus pada

penciptaan agen perubahan melalui partisipasi langsung dalam unsur-unsur

kehidupan. (e) Pendidikan berdasar fakta bahwa belajar terbaik bagi manusia

adalah terjadi dalam aktivitas hidup yang nyata bersama sesamanya. (f) Learn by

doing! (Belajar sambil bertindak).

Eksistensialisme

(a) Menekankan pada individual dalam proses progresifnya dengan pemikiran

yang merdeka dan otentik. (b) Pada dasarnya perhatian dengan kehidupan sebagai

apa adanya dan tidak dengan kualitas-kualitas abstraknya. (c) Membantu individu

memahami kebebasan dan tanggung jawab pribadinya. Jadi, menggunakan

pendidikan sebagai jalan mendorong manusia menjadi lebih terlibat dalam

kehidupan sebagaimana pula dengan komitmen tindakannya. (d) Individu

seharusnya senantiasa memperbaiki diri dalam kehidupan dunia yang terus

berubah. (e) Menekankan pendekatan “I-Thou” (Aku-Kamu) dalam proses

pendidikan, baik guru maupun murid. (f) Promosikan pendekatan langsung-

mendalam (inner-directed) yang humanistik; dimana siswa bebas memilih

kurikulum dan hasil pendidikannya.

Behavioral Engineering (Rekayasa Perilaku)

(a) Kehendak bebas adalah ilusi (Free-will is illusory). (b) Percaya bahwa sikap

manusia kebanyakan merefleksikan tingkah laku dan tindakan yang terkondisikan

oleh lingkungan. (c) Memakai metode pengkondisian sebagai cara untuk

mengarahkan sikap manusia. (d) Pendidik perlu membangun suatu lingkungan

13

Page 14: Peranan Filsafat Pendidikan Dalam Mengorganisasikan Rpses Belajar Dan Mengajar ateng (aan safwandi )paya cut bireuen matangglumpangdua

pendidikan dimana individu didorong melalui ganjaran dan hukuman untuk

kebaikan mereka dan orang lain. Selain itu alam filsafat terdapat berbagai

mazhab/aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme, realisme, pragmatisme, dan

lain-lain. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedangkan

filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun kita akan

temukan berbagai aliran, sekurang-kurnagnya sebanyak aliran filsafat itu sendiri.

B. Aliran-Aliran Dalam Filsafat Pendidikan

a. Filsafat Pendidikan Idealisme

Memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi,bukan fisik.

Pengetahuan yang diperoleh melaui panca indera adalah tidak pasti dan tidak

lengkap. Aliran ini memandang nilai adalah tetap dan tidak berubah, seperti apa

yang dikatakan baik, benar, cantik, buruk secara fundamental tidak berubah dari

generasi ke generasi. Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah: Plato, Elea dan Hegel,

Emanuael Kant, David Hume, Al Ghazali

b. Filsafat Pendidikan Realisme

merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme

berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani.

Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan

mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar

manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Beberapa tokoh yang

beraliran realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken,

Francis

Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.

c. Filsafat Pendidikan Materialisme

berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani,

spiritual atau supernatural. Beberapa tokoh yang beraliran materialisme:

Demokritos, Ludwig Feurbach.

d. Filsafat Pendidikan Pragmatisme

Dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal

pada filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat

14

Page 15: Peranan Filsafat Pendidikan Dalam Mengorganisasikan Rpses Belajar Dan Mengajar ateng (aan safwandi )paya cut bireuen matangglumpangdua

mengetahui apa yang manusia alami. Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini

adalah: Charles sandre Peirce, wiliam James, John Dewey,

Fungsi Filsafat Pendidikan

* Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.

* Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan

dunia.

* Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan

* Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek

kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Disarikan

dari Agraha Suhandi (1989)

C. Hal Yang Penting Dilakukan Filsafat Pendidikan

Dengan mempelajari filsafat pendidikan kita harus mampu memecah

masalah hidup dalam kehidupan manusia.dalam bentuk sederhana.falsafat

pendidikan terdiri dari apa yang diyakini oleh seseorang mengenai

pendidikan.Dan filsafat pendidikan akan membimbing tindakan propesional

seseorang.

Disebut sebagai inspirasi dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar disini

seorang guru atau pun pendidik berperan dan menjadi penopang dalam

membentuk suatu kinerja siswa untuk dapat berinspirasi dalam segala hal

terutama pada saat siswa tersebut berada dalam ruang lingkup pendidik.

D. Jelaskan Peranan guru dalam tujuan pendidikan formal dan non formal!

WF Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu (1)

pendidik (nurturer), (2) model, (3) pengajar dan pembimbing, (4) pelajar

(learner), (5) komunikator terhadap masyarakat setempat, (6) pekerja

administrasi, serta (7) kesetiaan terhadap lembaga.

 

Peran guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan

dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas

15

Page 16: Peranan Filsafat Pendidikan Dalam Mengorganisasikan Rpses Belajar Dan Mengajar ateng (aan safwandi )paya cut bireuen matangglumpangdua

pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan

mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah

dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan

dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh

pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani,

bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab

kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk

perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat

personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan

pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus

mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang

dengan norma-norma yang ada. Peran guru sebagai model atau contoh bagi anak.

Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model

baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-

tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat,

bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah

Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai

Pancasila.

Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar.

Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di

luar fungsi sekolah seperti persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil

belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di

masyarakat, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggurfg jawab sosial tingkah

laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak

memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan

negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam

masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih

lanjut.

 

sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah

pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang

dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai

16

Page 17: Peranan Filsafat Pendidikan Dalam Mengorganisasikan Rpses Belajar Dan Mengajar ateng (aan safwandi )paya cut bireuen matangglumpangdua

tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan

tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan.

 

Peran guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan

dapat membantu kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan

kemampuannya. Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan-pertemuan

resmi maupun pertemuan insidental.

 

Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru

diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang

sedang dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang

dikuasainya.

 

Guru sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan

pengajar, tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan

pengajaran. Oleh karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi

teratur. Segala pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu

diadministrasikan secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti

membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan

dokumen yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.

E. prinsip yang harus diterapkan oleh seorang guru dalam pelaksanaan

dalaam proses belajar mengajarnya.!

Yang dimaksud dengan pendekatan CBSA adalah melaksanakan prinsip-

prinsip pengaktifan peserta didik dalam belajar. Dengan demikian situasi belajar

harus menaantang dan merangsang daya cipta serta kreativitas peserta didik untuk

berfikir dan menemukan sendiri atau membangun pengetahuan yang berupa

konsep-konsep secara mandiri. Dalam melaksanakan pendekatan CBSA seorang

guru sebaiknya menerakan beberapa prinsip sebagaimana yang disarankan oleh

Badan Penelitian dan Pembangunan Pendidikan, DepDikBud (1984) seperti

berikut ini :

17

Page 18: Peranan Filsafat Pendidikan Dalam Mengorganisasikan Rpses Belajar Dan Mengajar ateng (aan safwandi )paya cut bireuen matangglumpangdua

a. prinsip motivasi

Dengan membuat situasi yang menyenaagkan bagi peserta didik,misalnya kita

membuat tempat yang tidak mebosankan siswa,ceramah seling dengan diskusi

atau bermain peran.guru biasa memoitvasikan dari dalam individu masing-

masing.

b. prinsip latar belakang

Guru harus mengetahui pengetahuaan perasaan,ketampilan dan

sikap,pengalaman peserta didik.dan dikaitkan pengatahuan yang dimilikinya.

c.prinsip keterah an pada focus tertentu

tanpa suatu pola tertentu,,peserta didik sukar memusat perhatiaan.titik pusat

dapat di ciptakan melalui upaya merumuskan masalah,merumukan

pertanyaan,merumuskan konsep yang akan ditentukan.perencanaan akan

membatasi keluasannya tujuaan belajar serta memberikan arah pada pelksanaan

belajar-mengajar.

d. prinsip hubungan sosial

hubungan social antara kelompok sebaya sangat baik di kembangkan di kelas

akan melatih anak untuk berdiskusi,berpikir untuk mengemukakan dan

mempertahanka pendapat,bekeraja sama untuk membantu memecah masalah.

e.prinsip belajar sambil bekerja

pada hakekatnya anak-anak belajar dikelas danmelaksanakan aktivitas

motoriknya diluar kelas,misalnya di laboratorium,halaman rumah.halaman

sekolah atau lingknga sekolah.

f.prinsip perbedaan individu

setiap anak pada dasarnya memiliki kemampuaan yang berbeda-beda untuk

dapat memahami suatu informasi atau rangsangan dari luar.demikiaan pula

setiap anak memiliki kecepatan yang berbeda-beda untuk menyerapnya.

g. prinsip ingin mengetahui

setiap anak pada hakekat selalu mempunyai rasa ingin tahu ,rasa ingin tahu

membuat anak mencari cara untuk dapat mengetahui apayang di inginkan.

18

Page 19: Peranan Filsafat Pendidikan Dalam Mengorganisasikan Rpses Belajar Dan Mengajar ateng (aan safwandi )paya cut bireuen matangglumpangdua

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan (Kneller,

1971). Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan

tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi

masalah-masalah yang lebih luas, lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak

dibatasi pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan

dapat dijangkau oleh sains pendidikan.

B. Saran

Kami sadar makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itulah

saran dan kritik yang bersifat membangun masih sangat kami harapkan guna

penulisan makalah kami selanjutnya agar menjadi lebih baik.

19

Page 20: Peranan Filsafat Pendidikan Dalam Mengorganisasikan Rpses Belajar Dan Mengajar ateng (aan safwandi )paya cut bireuen matangglumpangdua

DAFTAR PUSTAKA

Kneller, George F. 1971. Introduction to the Philosophy of Education. John Willey Sons Inc, New York.

Sadulloh, U. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. CV Alfabeta, Bandung. Sindhunata. 2000. Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Kanisius, YogyakartaSoedijarto. 1993. Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu. Balai Pustaka, Jakarta.

Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. PT Bayu Indra Grafika, Yogyakarta.

20