peranan dinas perindustrian perdagangan koperasi …/peranan... · beberapa langkah kebijaksanaan...

82
PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN KOMODITI EKSPOR PAKAIAN JADI TEKSTIL Oleh : Maria Christina Wahyu Pratiwi F.3107032 PROGRAM STUDI DIPLOMA III BISNIS INTERNASIONAL FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: doanduong

Post on 04-Feb-2018

229 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN

USAHA KECIL MENENGAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN KOMODITI EKSPOR

PAKAIAN JADI TEKSTIL

Oleh :

Maria Christina Wahyu Pratiwi

F.3107032

PROGRAM STUDI DIPLOMA III BISNIS INTERNASIONAL

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia kini menghadapi era baru yang ditandai dengan

kecenderungan globalisasi dunia sebagai akibat semakin banyaknya

negara yang melaksanakan liberalisasi atau reformasi ekonomi yang

ditunjang dengan majunya teknologi komunikasi dan transportasi. Untuk

menghadapi era globalisasi perdagangan Internasional yang semakin

meningkat dan tidak dapat dibatasi lagi, dibutuhkan sumber daya manusia

yang mempunyai kualitas dengan skill. Skill dalam memahami prosedur di

bidang ekspor impor sehingga proses kegiatan ekspor impor dapat berjalan

dengan lancar dan tidak merugikan pihak-pihak yang terlibat dalam

kegiatan ekspor impor.

Globalisasi sendiri mengandung pengertian bahwa setiap negara,

bahkan setiap bisnis dan perusahaan, menghadapi persaingan global, baik

secara langsung maupun tidak langsung.

Globalisasi telah mengubah secara drastis pola produksi dari perusahaan-perusahaan multinasional, yang semula berupaya memproduksi semua kebutuhannya menjadi spesialisasi produksi, yaitu hanya memproduksi komponen atau bagian tertentu saja, sedangkan komponen atau bagian lainya diproduksi oleh perusahaan–perusahaan lain yang bertindak sebagai pemasok sehingga terjadi internasionalisasi produksi (Fandy Tjiptono, 2008: 325).

Sejalan dengan adanya perubahan tersebut, kerjasama multilateral

dan regional semakin banyak dikembangkan guna mengantisipasi

perkembangan yang sedang dan akan terjadi.

Dalam rangka memasuki era globalisasi perdagangan dunia, ada beberapa langkah kebijaksanaan perdagangan luar negeri yaitu meningkatkan efektifitas dan efisiensi impor, dan meningkatkan kemampuan di dunia usaha untuk berperan dalam perdagangan internasional (Disperindagkop Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009 : 2).

Sektor perdagangan merupakan salah satu motor penggerak utama

perekonomian nasional, oleh karena itu berbagai kebijakan pemerintah

guna mewujudkan iklim usaha yang lebih kondusif, melalui pemanfaatan

potensi sumber daya nasional secara optimal untuk kemakmuran rakyat,

merupakan keinginan yang sudah lama diharapkan oleh pelaku ekonomi.

Sebagaimana sektor-sektor yang lain, maka sektor perdagangan juga

menghadapi berbagai tantangan seperti penyedian bahan baku, modal

eksportir dan tenaga kerja atau Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini

dapat kita pahami, karena sektor perdagangan tidak terlepas dari pengaruh

perkembangan sektor-sektor lainnya.

Sektor perdagangan merupakan salah satu motor penggerak utama perekonomian nasional, khususnya dalam bidang ekspor yang menjadi andalan pembangunan ekonomi daerah karena dapat memberikan efek ganda (multiplier effect) yaitu sebagai penyumbang devisa, memberikan kesempatan berusaha, kesempatan kerja, dan meningkatkan pendapatan riil masyarakat. (Disperindagkop Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009 : 2).

Kondisi perekonomian kini dihadapkan pada berbagai tantangan.

Tantangan tersebut berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

Tantangan yang berasal dari dalam negeri antara lain ditandai dengan

adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan dari tahun 1997, adanya

pergantian pimpinan negara yang mengalami kontroversi yang berakibat

pada tidak stabilnya perdagangan bursa saham di Indonesia. Tantangan

yang berasal dari luar negeri ditandai dengan adanya arus globalisasi.

Salah satu langkah terbaik untuk dapat mempercepat pemulihan

ekonomi adalah dengan mendorong ekspor khususnya ekspor non migas.

Artinya dengan meningkatkan ekspor berarti secara otomatis kegiatan

berbagai bidang usaha dalam negeri juga akan ikut tumbuh yang pada

akhirnya akan memacu pertumbuhan ekonomi daerah dan akan

menciptakan lapangan kerja baru.

“Ekspor merupakan alternatif dalam melaksanakan pembangunan

ekonomi yang bersifat strategis dalam kaitannya mendatangkan kekayaan

negara berupa cadangan devisa yang tinggi” (Amir MS, 1989 : 25). Maka

ini merupakan kesempatan yang baik dan perlu mendapat perhatian lebih

serta perlu dimanfaatkan untuk pemulihan kembali kinerja ekspor. Untuk

itu perlu diadakannya terobosan baru dengan menciptakan strategi

pengembangan ekspor antar pengusaha dengan pemerintah.

Kegiatan ekspor impor merupakan kegiatan bisnis yang tidak

mudah karena kegiatan ini melibatkan banyak pihak seperti eksportir,

importir, bank devisa yang berfungsi memberikan jasa perbankan sebagai

perantara antara importir dan eksportir dalam hal penyelesain pembayaran

dengan menerbitkan letter of credit (L/C), perusahaan pelayaran (Freight

Forwarder) baik darat, laut maupun udara dengan menerbitkan Bill of

Loading (B/L), perusahaan asuransi yang berfungsi memberikan

pengamanan dalam transaksi ekspor, Direktorat Jendral Bea dan Cukai

yang berwenang mengesahkan pemuatan barang ke dalam kapal dengan

menerbitkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB), Dinas Perindustrian

Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yang berperan sebagai

penerbit Surat Keterangan Asal (SKA) .

Peningkatan aktifitas ekspor non migas dapat menaikan skala ekonomi eksternal, dimana industri-industri domestik yang mensuplai sektor non migas dengan masukan-masukan untuk mendapatkan keuntungan dari meningkatkan permintaan bagi produk-produk yang dihasilkan ( Maulidiyah dan Dwi, 2003 : 148 ).

Berdasarkan keadaan negara Indonesia yang penulis perhatikan,

hal ini dimaksudkan ekspor non migas dapat membantu perekonomian

negara Indonesia yang sedang mengalami penurunan. Pelaksanaan

peningkatan ekspor non migas tersebut, akan berjalan efektif apabila ada

koordinasi pemerintah sebagai pembuat kebijakan dengan dunia usaha

atau pengusaha sebagai pelaku ekspor.

Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Indonesia merupakan

salah satu produk utama untuk ekspor non migas yang peningkatan

ekspornya menjadi program pemerintah karena komoditi TPT memberikan

kontribusi cukup besar terhadap perolehan devisa ekspor non migas,

industrinya menyerap benyak tenaga kerja dan sebagai sumber pemenuhan

kebetuhan sandang dalam negeri.

Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil

Menengah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan instansi

pemerintah yang salah satu kegiatanya adalah menangani masalah ekspor

dan impor. Salah satu komoditi ekspor yang cukup potensial di Daerah

Istimewa Yogyakarta adalah Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) khususnya

pakaian jadi tekstil. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Kopersi dan Usaha

Kecil Menengah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam

mengembangkan komoditi ekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)

diharapkan akan membawa perubahan antara lain, memacu pertumbuhan

ekonomi daerah yang akan meningkatkan perekonomian nasional,

menciptakan lapangan kerja, serta diharapkan dapat membantu peran

dunia usaha mengembangkan produksi dan produktifitas perusahaan.

Berdasarkan pada uraian diatas, maka penulis ingin mengetahui

peranan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Kopersi dan Usaha Kecil

Menengah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap perkembangan

komoditas ekspornya. Penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan

dengan judul “ PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN,

PERDAGANGAN, KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH

PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TERHADAP

PERKEMBANGAN EKSPOR PAKAIAN JADI TEKSTIL”.

B. Perumusan Masalah

a. Bagaimana peran Dinas Perindustrian, Perdagangan, Kopersi dan

Usaha Kecil Menengah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

terhadap perkembangan komoditi ekspor Pakaian jadi tekstil tersebut?

b. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi oleh Dinas Perindustrian,

Perdagangan, Kopersi dan Usaha Kecil Menengah Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta dalam usaha mengembangkan komoditi

tersebut?

c. Upaya-upaya apa saja yang ditempuh oleh Dinas Perindustrian,

Perdagangan, Kopersi dan Usaha Kecil Menengah Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta dalam menghadapi hambatan-hambatan

tersebut?

C. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui peranan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Kopersi

dan Usaha Kecil Menengah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

terhadap perkembangan komoditi ekspor pakaian jadi tekstil tersebut.

b. Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dialami oleh

Dinas Perindustrian, Perdagangan, Kopersi dan Usaha Kecil

Menengah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam usaha

mengembangkan komoditi tersebut.

c. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang ditempuh oleh Dinas

Perindustrian, Perdagangan, Kopersi dan Usaha Kecil Menengah

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menghadapi hambatan-

hambatan tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Bagi Pemerintah

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau

tambahan dan acuan yang bermanfaat mengembangkan ekspor mebel

pada kantor Disperindagkop Yogyakarta, sehingga bisa lebih menjadi

lebih baik lagi dan bisa lebih baik dalam menjalankan permasalahan

dalam mengembangkan ekspor.

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan ilmu

pengetahuan masukan dan dapat digunakan sebagai bahan atau acuan

oleh masyarakat yang melakukan kegiatan perdagangan Internasional

(Ekspor-Impor).

3. Bagi Akademisi

Merupakan tambahan referensi bacaan dan informasi khususnya

bagi mahasiswa Bisnis Internasional yang sedang menyusun Tugas

Akhir dengan pokok permasalah yang sama.

E. Metode Penelitian

Suatu penelitian pada dasarnya bagian mencari, mendapatkan data

untuk selanjutnya dilakukan penyusunan dalam bentuk laporan hasil

penelitian agar proses tersebut dapat berjalan lancar serta dapat

dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka diperlukan metode

penelitian.

Metode penelitian tersebut meliputi :

1. Ruang Lingkup Penelitian

a. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif

kualitatif karena ingin memperoleh gambaran yang jelas dan

memberikan data yang akurat tentang peranan Dinas Perindustrian

Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah terhadap

perkembangan pakaian jadi tekstil.

b. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Kantor Dinas Perindutrian

Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta, JL. Kusumanegara No.9 Yogyakarta,

Telp (0274)512063.

2. Jenis dan Alat Pengumpulan Data

a. Jenis Data

1) Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari

sumbernya. Data ini diperoleh dengan cara wawancara

langsung pada Dinas Perindutrian Perdagangan, Koperasi dan

Usaha Kecil Menengah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

2) Data Sekunder

Data sekunder yaitu data pendukung yang diperoleh

dari sumber lain yang berkaitan dengan penelitian. Data ini

penulis peroleh dari buku maupun sumber bacaan lain yaitu

Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil

Menengah.

b. Alat Pengumpulan data

1) Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

mengadakan Tanya jawab secara langsung atau tidak langsung

yang dilaksanakan dengan tatap muka dengan pihak Dinas

Perindutrian Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil

Menengah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

2) Studi pustaka

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

mempelajari buku atau referensi yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti.

3) Observasi

Dalam penelitian ini, penulis melihat secara langsung

tentang kegiatan yang dilakukan oleh Disperindagkop Propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta.

3. Sumber Data

a. Sumber data primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari data ini diperoleh

dengan cara wawancara langsung pada Disperindagkop Propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta.

b. Sumber data sekunder

Yaitu data pendukung yang diperoleh dari sumber lain yang

berkaitan dengan penelitian. Data ini penulis peroleh dari buku

maupun sumber bacaan lain yaitu Buku Praktek Dokumen Ekspor

Impor, Buku Petunjuk Ekspor Indonesia.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Ekspor

Ekspor memegang peranan penting dalam kemajuan suatu negara,

karena dengan melakukan kegiatan ekspor dapat terjalin hubungan antara

negara. Ada beberapa pengertian ekspor menurut para ahli, diantaranya

adalah sebagai berikut :

“Ekspor adalah perdagangan dengan mengeluarkan barang dari

dalam keluar pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan-ketentuan

yang berlaku” (Ignatius Berry Punan, 2001: 195)

Ekspor adalah upaya seorang pengusaha dalam memasarkan suatu barang atau komoditi yang dikuasainya ke Negara asing atau bangsa asing, dengan mendapatkan valuta (mata uang) asing, dan melakukan hubungan komunikasi dan korespondensi dalam bahasa asing pula (Pedoman pengelolaan ekspor, 2008, 1) Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing, dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan komunikasi dengan memakai bahasa asing (Amir MS, 2004 : 1).

Jadi berdasarkan ketiga pengertian tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa ekspor adalah kegiatan penjualan komoditi yang

dimiliki oleh Indonesia baik barang maupun jasa kepada bangsa lain

dengan ketentuan yang berlaku dan mengharapkan pembayaran dalam

bentuk valuta asing.

1. Para Pelaku Ekspor dan Dokumen yang Diterbitkan

Tabel II.1

Para Pelaku Ekspor & Dokumen yang Diterbitkan

PARA PELAKU EKSPOR

DAN DOKUMEN YANG DITERBITKANNYA

Para Pelaku Dokumen yang Diterbitkannya

1. Produsen

2. Eksportir

1. Kontrak penjualan

2. Manufacturer certificate

3. Instruction manual

4. Brosure

1. Brosur

2. Offer sheet

3. Sale’s contract

4. Invoice

5. Consular Invoice

6. Packing List

7. Weight note – measurement list

8. Letter of indemnity

9. Letter of subrogation

10. Pemberitahuan Ekspor Barang

(PEB)

11. Pemberitahuan ekspor barang

tertentu

lanjutan

3. Bank

4. Balai Pengujian dan

Sertifikasi Mutu

Barang

5. Usaha jasa

transportasi (Freight

Forwader)

6. Bea Cukai

7. Dinas karantina

makanan (produk

hasil pertanian,

hewan bahan hasil

hewan, hasil bahan

asal hewan) dll

1. Akad Kredit

2. Letter of Credit

3. Surat setoran pajak (S.S.P)

4. Surat setoran bea cukai (S.S.B.C)

5. Nota perhitungan pembayaran

wesel ekspor

1. Certificate of quality

2. Test – certificate

3. Chemical analysis

1. Packing List

2. Measurement list

3. Weight note

1. Fiat (izin) memuat Barang

1. Phytosanitary certificate

Dokumen yang Diterbitkannya Para Pelaku

Lanjutan

8. Independent surveyor

9. Dinas peternakan

10. Perusahaan asuransi

11. Lembaga Promosi :

BPEN–ITPC-LPE-

PIB-ATASE-JETRO-

KOTRA-AMCHAM-

INA dan lain-lain

12. Perusahaan pelayaran

(shipping company)

(Carriers)

13. Angkutan Udara

1. Certificate of quality

2. Certificate of weight

3. Chemical analysis

4. Surveyor report

5. Inspection certificate

1. Veterinary certificate

1. Cover note

2. Insurance policy

1. General information

2. Trade promotion

3. Trade mission

4. Trade fairs

5. Trade consultation

1. Mate’s Receipt

2. Bill of loading

3. Except bewijs (E.B)

4. Claims constatering bewijt

(E.C.B)

1. Airways bill (A.W.B)

Dokumen yang Diterbitkannya Para Pelaku

Lanjutan

14. Kanwil Deperindag

15. Kantor Inspeksi

Pajak

16. Kedutaan Negara

asing

1. Quota tekstil – kopi dll

2. Surat Keterangan Asal (SKA)

3. Angka Pengemal ekspor (A.P.E)

4. Angka pengenal Impor Umum

(A.P.I.U)

5. Angka pengenal impor terdaftar

1. Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP)

1. Consuler Invoicer

2. Costums Invoice

Sumber : Departemen Perdagangan R.I Tahun 2008

Berdasarkan tabel 2.1 mengenai para pelaku ekspor dan dokumen

apa saja yang diterbitkan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Produsen

Adalah seorang atau badan usaha yang memproduksi sendiri

produk-produknya atau menjualnya ke eksportir yang kemudian

diekspor.

Dokumen yang diterbitkan adalah :

a. Kontrak Penjualan

b. Manufacturer certificate

c. Instruction manual

d. Brosure

Dokumen yang Diterbitkannya Para Pelaku

2. Eksportir

Adalah pelaku perdagangan internasional yang paling utama atau

badan usaha atau perorangan untuk melakukan ekspor.

Dokumen yang diterbitkan :

a. Brosur

b. Offer sheet

c. Sale’s contract

d. Invoice

e. Consular Incoice

f. Packing list

g. Weight note-measurement list

h. Letter of indemnity dan letter of subrogation

i. Pemberitahuan ekspor barang (PEB) dan Pemberitahuan Ekspor

Barang Tertentu (PEBT)

3. Bank

Bank merupakan lembaga keuangan yang berfungsi untuk

memberikan jasa perkreditan yang dapat meminjamkan dana kepada

eksportir.

Dokumen yang diterbitkan :

a. Akad Kredit

b. Letter of Credit

4. Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang

Adalah suatu lembaga yang menyatakan tentang layak tidaknya

produk untuk diekspor dan menyatakan mutu barang.

Dokumen yang diterbitkan :

a. Certificate of quality

b. Test – certificate

c. Chemical analysis

5. Usaha jasa transportasi (Freight Forwader)

Kegiatan yang diperlukan bagi terlaksanakannya pengiriman,

pengangkutan, dan penerimaan barang dengan menggunakan

multimoda transport baik melalui darat, laut dan atau udara (Suyono,

2003 : 155)

Dokumen yang diterbitkan :

a. Packing List

b. Measurement list

c. Weight note

6. Bea cukai

Adalah pihak yang bertugas memeriksa barang-barang yang

melewati daerah pabean dan memungut biaya atas barang-barang yang

akan diekspor.

Dokumen yang diterbitkan : Fiat (izin) memuat Barang

7. Dinas Karantina makanan

Mengawasi dan menguji terlebih dahulu makanan yang akan

diekspor maupun makanan import.

Dokumen yang diterbitkan : Phytosanitary certificate

8. Independent Surveyor

Pihak ketiga yang netral dan obyektif untuk memberikan

kesaksian atas mutu, jenis, kuantum, keaslian, kondisi, harga, tarif bea

dari produk yang diperdagangkan.

Dokumen yang diterbitkan :

a. Certificate of quality

b. Certificate of weight

c. Chemical analysis

d. Surveyor report

e. Inspection certificate

9. Dinas peternakan

Mempunyai tugas pokok membantu dalam penyelanggaraan

pengawasan kesehatan ternak-ternak yang akan diekspor baik itu bibit

maupun ternak yang sudah siap potong.

Dokumen yang diterbitkan :Veterinary certificate

10. Perusahaan asuransi

Lembaga asuransi bertanggung jawab atas barang-barang ekspor

yang diasuransikan dari segala resiko yang mungkin terjadi selama

barang masih dalam perjalanan atau sesuai dengan kontrak yang telah

berlaku.

Dokumen yang diterbitkan :

a. Cover note

b. Insurance policy

11. Lembaga promosi

Tujuan dengan adanya lembaga promosi ini adalah untuk

memperoleh informasi pasar dalam memasarkan suatu komoditas ke

luar negeri. Lembaga promosi tersebut antara laian : Badan

Pengembangan Ekspor Negara (BPEN), Indonesian Trade Promotion

Centres (ITPI), Lembaga Penunjang Ekspor (LPE), Pusat Informasi

Bisnis (PIB), Japan Eksternal Trade Organitation (JETRO), Korean

Trade Agency (KOTRA), American Chamber of Comerce (AMCHAN),

Indonesian Netherland Association (INA).

Dokumen yang diterbitkan :

a. General information

b. Trade promotion

c. Trade mission

d. Trade fairs

e. Trade consultation

12. Shipping Company

Adalah perusahaan pelayaran yang bertanggungjawab

mengangkut muatan sampai ke pelabuhan tujuan dan menyerahkan

barang sampai kepada penerima atau importir yang disebut dalam B/L

di pelabuhan tujuan.

Dokumen yang diterbitkan :

a. Mate’s Receipt

b. Bill of loading

c. Except bewijs (E.B)

d. Claims constatering bewijt (E.C.B)

13. Angkutan Udara

Jasa pengangkutan barang-barang eksportir maupun importir yang

menggunakan pesawat udara.

Dokumen yang diterbitkan : Airways bill (A.W.B)

14. Kanwil Diperindag

Adalah salah satu Instansi pemerintah, dimana salah satu

kegiatannya adalah mengurus masalah ekspor impor. Kinerja pada

bidang perdagangan ini adalah sebagai fasilitator, dimana dalam

pelaksanaan kegiatannya, memberikan pembinaan kepada eksportir

atau pengusaha, memberikan pelayanan dan pengesahan SKA.

Dokumen yang diterbitkan :

a. Quota tekstil – kopi dll

b. Surat Keterangan Asal (SKA)

c. Angka Pengemal ekspor (A.P.E)

d. Angka pengenal Impor Umum (A.P.I.U)

e. Angka pengenal impor terdaftar

15. Inspeksi pajak

Adalah petugas pemeriksa pajak di antaranya adalah PPH (Pajak

Penghasilan), PPN (Pajak Pertambahan Nilai), dan PPNBM (Pajak

Pertambahan Nilai Barang Mewah).

Dokumen yang diterbitkan, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

16. Kedutaan Negara Asing

Memberikan informasi mengenai peluang pasar ekspor di negara

mereka ditempatkan.

Dokumen yang diterbitkan :

a. Consuler Invoicer

b. Costums Invoice

2. Prosedur Ekspor

Prosedur adalah langkah-langkah kegiatan yang dilakukan secara

berurutan dari langkah awal hingga langkah terakhir dalam rangka

penyelesaian proses suatu pekerjaan. Dalam melakukan kegiatan ekspor

dikenal juga dengan istilah prosedur ekspor adalah langkah-langkah

yang harus dilakukan oleh eksportir apabila melakukan ekspor.

Berdasarkan gambar 2.1 mengenai prosedur ekspor dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1. Eksportir mengadakan koresponden, promosi dan negosiasi dengan

importir di Luar Negeri ( mutu, harga, pengiriman dll ).

Promosi adalah suatu usaha seorang penjual atau eksportir

untuk memperkenalkan produknya kepada calon pembeli atau

importir. Promosi merupakan langkah paling awal yang dilakukan

eksportir supaya produknya dapat dikenal dan diminati oleh calon-

calon importir. Cara-cara promosi yaitu biasanya dengan

korespondensi, pameran dagang, memasang iklan di media cetak

maupun internet, atau juga dengan membuka outlet-outlet di daerah

potensial kunjungan wisata.

Setelah Importir merasa tertarik, maka Importir memesan

komoditi tersebut, dengan cara importir datang langsung

keperusahaan atau menghubungi via internet atau telefon. Kemudian

keduanya mengadakan Kontrak Dagang. Importir kemudian

membuka Letter of Credit di negaranya untuk membayar komoditi

yang diimpornya.

2. Eksportir dan Importir mengadakan kontrak jual beli (sale’s

contract)

Sales contract dapat berbentuk lisan atau tulisan dimana

pihak-pihak yang terlibat harus mematuhi dan melaksanakan

perjanjian tersebut sesuai dengan yang telah disepakati bersama,

supaya diketahui secara mendetail apa yang menjadi kewajiban

kedua pihak dalam melaksanakan ekspor. Kewajiban tersebut

meliputi : ketentuan cara pembayaran, ketentuan penyerahan barang,

persyaratan dokumen, dan ketentuan lain yang berkaitan dalam

kegiatan perdagangan internasional. Proses kontrak dagang antara

lain :

a. Eksportir mempromosikan komoditi yang akan diekspor melalui

media promosi seperti pameran dagang, iklan-iklan baik di

dalam negeri maupun di luar negeri atau melalui badan-badan

urusan promosi seperti Badan Pengembangan Ekspor Negara

(BPEN), Lembaga Penunjang Ekspor (LPE), Kamar Dagang dan

Industri - Industri (KADIN Indonesia), Atase Perdagangan RI

ditiap Kedutaan Besar Asing yang ada di Jakarta, American

Cahamber of Commerce (AMCHAM), China External Trade

Association (CETRA), dan lain-lain.

b. Importir yang berminat akan mengirimkan surat permintaan

harga atau letter of inquiry kepada eksportir. Isi dari letter of

inquiry tersebut adalah permintaan penawaran harga dengan

memberikan mutu barang yang diinginkan, kuantum atau jumlah

barang yang ingin dibeli, harga satuan dan total harga dalam

valuta asing (valas) dan pelabuhan tujuan yang diinginkan.

Maka dari itu letter of inquiry sangat penting dalam kegiatan

ekspor impor, karena menentukan jadi tidaknya ekspor tersebut.

c. Offersheet yaitu eksportir memenuhi permintaan importir

dengan surat peawaran harga. Offersheet sendiri biasanya berisi

mengenai uraian barang yang akan diekspor, kejelasan mutu

barang yang akan diekspor, kuantumnya atau jumlah barang

yang akan diekspor, uraian mengenai harga barang ekspor,

waktu dan tempat penyerahan barang ekspor, syarat

pembayarannya, waktu pengapalan, cara pengepakan barang,

cara pengenalan produk yang akan diekspor, yaitu melalui

brosur dan gambar-gambar contoh barang dalam katalog.

d. Importir mengirimkan surat pesanan kepada eksportir yang

disebut ordersheet.

e. Eksportir menyiapkan kontrak jual beli ekspor sesuai dengan

data-data ordersheet dan offersheet.

f. Setelah importir menyetujui sales contract maka importir akan

menandatangani untuk dikembalikan ke eksportir satu copy, dan

yang asli ditahan oleh importir sebagai dokumen asli transaksi,

yang disebut sales confirmation.

3. Importir membuka atau mengirim L/C ( Letter of Credit ) melalui

bank koresponden.

Letter of credit (L/C) adalah instrument dalam bentuk surat

yang diterbitkan oleh bank atas permintaan nasabahnya Importir atau

Applicant dan ditujukan kepada bank lain di luar negeri atau Bank

Correspondence atau Advising Bank untuk kepentingan eksportir

atau Aplicant.

4. Bank Importir meneruskan L/C ( Letter of Credit ) kepada Bank

Devisa.

Importir meminta kepada bank devisa untuk membuka Letter

of Credit sebagai dana yang dipersiapkan untuk melunasi

pembayarannya kepada eksportir.

5. Bank Devisa meneruskan L/C ( Letter of Credit ) kepada Importir.

Bank devisa atau bank eksportir memberikan konfirmasi

terhadap L/C yang dikrimkan Advising Bank kepada bank devisa.

6. Eksportir menyiapkan barang-barangnya.

Setelah penerimaan L/C maka eksportir menyiapkan barang

yang telah dipesan importir sesuai dengan persyaratan dalam sale’s

contract. Eksportir mempersiapkan barang atau pengadaan barang

yan akan diekspor sesuai dengan kontrak penjualan atau tertera

didalam L/C dan membuat packing barang yang standar. Kemudian

mempersiapkan dokumen barang yaitu, packing list, commercial

invoice (faktur) dan sertifikat tentang barang (mutu) atau yang

lainnya sesuai dengan permintaan pembeli atau importir.

7. Eksportir mendaftarkan PEB di Bea Cukai.

Barang yang akan diekspor wajib diberitahukan ke kantor

pabean dengan menggunakan dokumen Pemberitahuan Ekspor

Barang yang dapat dibuat dengan mengisi formulir atau dikirim ke

Bea dan Cukai melalui media elektronik. Eksportir wajib mengisi

lengkap dan benar kolom-kolom di formulir tersebut. Pendaftaran

PEB disertai dengan NIPER (Nomor Induk Perusahaan) dan

dilengkapi dokumen pelengkap (packing list, invoice, surat izin

ekspor).

8. Eksportir sendiri atau meminta bantuan EMKL untuk mengirim

barang.

Eksportir kemudian membuat dokumen shipping instruction

yang ditujukan kepada pihak freight forwarder atau EMKL

untukmengapalkan komoditi ekspor tersebut ke negara tujuan.

9. Eksportir atau melalui EMKL memesan Ruang kapal.

Freight forwarder atau EMKL setelah menerima shipping

instruction, packing list dan invoice dari eksportir kemudian EMKL

melakukan booking atau memesan ruangan (tempat) kepada

perusahaan pelayaran yang akan berangkat ke pelabuhan tujuan.

10. Eksportir sendiri atau EMKL memuatkan barangnya.

Freight forwarder atau EMKL selanjutnya mengangkut

muatan sampai ke pelabuhan tujuan, serta menyerahkan komoditi

kepada importir yang disebut didalam B/L di pelabuhan tujuan.

11. EMKL memberitahukan kepada eksportir barang telah dikirim ke

kapal.

Setelah selesai pemuatan EMKL memberitahukan kepada

eksportir bahwa barang telah dikirim ke importir

12. Eksportir mengajukan permohonan ke Dinas atau Subdin Perindag

untuk mendapatkan SKA.

Freight forwarder atau EMKL setelah selesai memuatkan

barang eksportir kemudian menyerahkan dokumen-dokumen

(PEB,B/L) kepada eksportir. Dokumen tersebut digunakan sebagai

pelengkap dalam pengurusan Surat Keterangan Asal (SKA).

13. Eksportir melakukan pencairan di Bank Devisa.

Eksportir kemudian menghubungi advising bank setelah

barang dikapalkan, untuk mencairkan sejumlah uang atas komoditas

yang telah dikirim.

14. Bank Devisa eksportir mengirim dokumen ekspor kepada Bank

Importir.

Setelah eksportir mendapatkan pembayaran dari importir

kemudian bank devisa mengirimkan dokumen ekspor, pencairan

letter of credit ini dilampirkan beberapa dokumen sesuai yang

diminta oleh importir atau sesuai yang ada di dalam L/C, seperti

packing list, invoice, B/L (Bill of Loading), coo serta inspection’s

certivicate (dilampirkan bila ada permintaan dari importir).

15. Bank importir mengirim dokumen ekspor kepada Importir.

Setelah bank importir menerima dokumen yang telah

dikirimkan bank devisa, opening bank kemudian menyerahkan

dokumen tersebut kepada importir.

16. Importir mengambil barang di pelabuhan.

Shipping agent menyerahkan muatan kepada importir segera

setelah pelunasan biaya yang menjadi hak shipping agent

bersangkutan.

B. Persyaratan Ekspor dan Pengelompokan Barang Ekspor

1. Peraturan Persyaratan

Sebagai dasar hukum utama perdagangan ekspor di Indonesia

adalah peraturan pemerintah nomor 16 tahun 1970 tentang Ekspor –

Impor dan lalu lintas Devisa yang kemudian peraturan ini diubah

dengan UU nomor 1 tahun 1982 tanggal 16 Januari 1982.

Dari beberapa peraturan-peraturan pokok tentang kegiatan ekspor

di Indonesia, beberapa hal yang perlu diketahui sebagai berikut :

a. Persyaratan Ekspor

Berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan nomor 01/M-DAG/PER/1/2007 tanggal 22 Januari

2007 yang memuat beberapa persyaratan yang harus dilakukan oleh

perusahaan atau perorangan agar dapat melakukan kegiatan ekspor,

adalah :

1) Perusahaan tersebut telah memiliki Surat Izin Usaha

Perdagangan ( SIUP ). Syarat bagi calon eksportir, untuk

memperoleh SIUP adalah :

a) Perusahaan yang Berbadan Hukum Perseroan Terbatas :

(1) Fotokopi akta Notaris pendirian perusahaan;

(2) Fotokopi akte perubahan perusahaan (bila ada);

(3) Fotokopi surat keputusan pengesahan Badan Hukum

Perseroan Terbatas dari Departemen Hukum dan Hak

Asasi Manusia;

(4) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)

penanggungjawab atau Direktur Utama Perusahaan;

(5) Surat pernyataan dari pemohon SIUP tentang lokasi

usaha perusahaan,

(6) Foto penanggungjawab atau Direktur Utama

Perusahaan ukuran 3x4 cm (2 lembar).

b) Perusahaan Berbadan Hukum Koperasi :

(1) Fotokopi akta Notaris pendirian Koperasi yang telah

mendapatkan pengesahan dari Instansi yang

berwenang;

(2) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)

penanggungjawab atau pengurus Koperasi;

(3) Surat pernyataan dari pemohon SIUP tentang lokasi

usaha Koperasi;

(4) Foto penanggungjawab atau Direktur Utama

Perusahaan ukuran 3x4 cm (2 lembar).

c) Perusahaan yang berbentuk CV dan Firma :

(1) Fotokopi akta notaris pendirian perusahaan atau akte

Notaris yang didaftarkan pada Pengadilan Negeri;

(2) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemilik atau

pengurus atau penanggungjawab perusahaan;

(3) Surat pernyataan dan pemohon SIUP tentang lokasi

usaha perusahaan;

(4) Foto pemilik atau pengurus atau penanggungjawab

Perusahaan ukuran 3x4 cm (2 lembar).

d) Perusahaan yang berbentuk Perorangan :

(1) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemilik atau

pengurus atau penanggungjawab perusahaan;

(2) Surat pernyataan dan pemohon SIUP tentang lokasi

usaha Perusahaan;

(3) Foto pengurus atau penanggungjawab Perusahaan

ukuran 3x4 cm (2 lembar).

2) Izin usaha dari Departemen Teknis atau Lembaga pemerintah

non departemen berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

3) Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

Eksportir yang melakukan kegiatan ekspor, calon

eksportir harus melakukan izin usaha teknis dari Dinas

Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), karena usaha

yang dilakukan tersebut merupakan usaha perdagangan. Calon

eksportir untuk mendapatkan izin usaha tersebut dapat

mengurusnya pada Disperindag pada subdin Perdagangan kota

atau kabupaten, dimana calon eksportir berdomisili.

Syarat mendapatkanTDP berdasarkan pada Peraturan

Daerah No 17 Tahun 2005 tentang wajib dafter perusahaan.

Syarat untuk mendapatkan TDP tersebut antara lain :

a) Foto copy KTP pemilik atau direktur atau penanggung

jawab perusahaan.

b) Foto copy izin teknis.

c) Surat penunjukan pimpinan cabang, jika perusahaan

tersebut perusahaan cabang,

d) TDP pusat jika perusahaan cabang.

e) Foto copy akta pendiriaan atau perubahan, jika berbentuk

badan hukum.

f) Foto copy SIUP.

g) Foto copy NPWP.

h) Foto copy pengesahan badan hukum atau keputusan

menkeu, jika berbentuk PT.

i) Materai senilai Rp. 6000,- ( enam ribu ) sebanyak 2 lembar.

2. Pengelompokan Barang Ekspor

Barang ekspor adalah barang yang di keluarkan oleh

eksportir dari Daerah Pabean Indonesia untuk dibawa atau dikirim ke

luar negeri. Kebijakan ekspor yang ditetapkan oleh pemerintah pusat

diperlukan dalam kegiatan mengeluarkan barang dari wilayah pabean

Indonesia. Pemerintah pusat yang menetapkan kebijakan ekspor

tersebut adalah Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Kebijakan

ekspor tersebut harus dilaksanakan mengingat jalannya komoditi

ekspor yang harus dilindungi dengan tujuan agar tetap terjaga

kelestarian alamnya. Dalam pelaksanaannya komoditi ekspor

Indonesia pemerintah pusat mengelompokkannya ke dalam

pengelompokan barang ekspor. Peraturan barang ekspor tersebut

berdasarkan Keputusan Menteri Perdagangan RI Nomor 01/M-

DAG/PER/1/2007 Tanggal 18 Januari 2007, menetapkan bahwa

barang-barang yang diekspor diklasifikasikan dalam tiga (3)

kelompok yaitu :

a. Barang yang diatur tata niaga ekspornya.

Barang yang diatur tata niaga ekspornya adalah barang

yang hanya dapat diekspor oleh eksportir terdaftar, Eksportir

terdaftar adalah perusahaan atau perorangan yang telah mendapat

pengakuan dari Menteri Perdagangan untuk mengekspor barang

tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Eksportir terdaftar

harus mendaftar ulang ke Departemen Perdagangan pusat yang

berada di Jakarta. Tujuan dari peraturan ini adalah :

1) Menjaga stabilitas pengadaan, dan konsumsi negara

2) Menjaga lingkungan dan kelestarian alam

3) Memenuhi kebutuhan dan mendorong pengembangan industri

di dalam negeri.

Syarat untuk menjadi eksportir barang yang diatur tata

niaganya adalah :

1) Memenuhi persyaratan umum sebagai eksportir.

2) Memenuhi persyaratan khusus sesuai dengan barang yang

diatur (komoditi yang diatur).

3) Mendapat pengakuan sebagai eksportir terdaftar dari Menteri

Perdagangan dalam hal ini Direktur Jendral Perdagangan Luar

Negeri.

Komoditi yang diatur tata niaganya meliputi :

1) Produk Perkebunan antara lain : Kopi digongsang atau tidak

digongsang, olahan.

2) Produk Kehutanan antara lain : Produk dari rotan ataupun kayu

3) Produk Industri antara lain : Asetat Anhidrida, Asam

fenilasetat, Efedrin, Aseton, Butanol

4) Produk Pertambangan antara lain : Intan, timah, emas

b. Barang yang diawasi ekspornya.

Barang yang diawasi ekspornya adalah barang yang

ekspornya hanya dapat dilakukan oleh eksportir yang telah

mendapat persetujuan ekspor dari Menteri Perdagangan atau

pejabat yang ditunjuk. Berdasarkan Peraturan Menteri

Perdagangan No 01/M-DAG/PER/1/2007, Tekstil dan Produk

Tekstil merupakan barang yang bebas tataniaganya. Tujuan dari

peraturan ini adalah :

1) Menjaga keseimbangan pasokan di dalam negeri dan tidak

mengganggu konsumsi dalam negeri.

2) Menjaga kelestarian alam.

3) Memenuhi kebutuhan dan mendorong pengembangan industri

di dalam negeri.

Eksportir yang akan mengekspor barang yang diawasi ekspornya,

harus :

1) Memenuhi persyaratan umum sebagai ekportir.

2) Memenuhi persyaratan khusus, yaitu telah mendapat

rekomendasi dari Direktur Pembina Teknis yang bersangkutan

dan atau Instansi atau Departemen lain yang terkait.

3) Mendapat persetujuan ekspor dari Menteri Perdagangan atau

pejabat yang ditunjuk.

Komoditi yang diawasi tata niaganya meliputi :

1) Produk Peternakan antara lain : Bibit sapi, sapi bukan bibit,

kerbau, kulit, kulit buaya dalam bentuk wet blue, binatang liar

dan tumbuhan.

2) Produk Perikanan antara lain : Ikan napoleon wrasse, benih

ikan bandeng

3) Produk Perkebunan antara lain : Inti kelapa sawit (Palm

Kernel)

4) Poduk Pertambangan antara lain : Minyak petroleum, gas,

kokas petroleum, bijih logam mulia, perak, emas

5) Produk Industri antara lain : Sisa dan skrap dari besi, baja

stainless, tembaga, kuningan, alumunium.

c. Barang yang dilarang ekspornya

Suatu barang dilarang ekspornya karena pertimbangan :

1) Untuk menjaga kelestarian alam

2) Untuk menjamin kebutuhan bahan baku bagi industry,

terutama industry kecil

3) Merupakan barang yang bernilai sejarah dan budaya

4) Tidak memenuhi standar mutu.

Komoditi yang dilarang tata niaganya meliputi :

1) Produk Perikanan antara lain :

Anak ikan dan ikan Arwana, benih ikan sidat, ikan hias botia,

udang galah ukuran 8 cm dan udang panadae

2) Produk Kehutanan antara lain :

Kayu bulat, bahan baku serpih, bantalan kereta api atau trem

dari kayu dan kayu gergajian

3) Produk Kelautan antara lain : Pasir laut

4) Produk Pertambangan antara lain : Bijih timah dan

consentratnya, abu dan residu yang mengandung arsenik,

logam atau senyawanya, dll terutama yang mengandung timah,

batu mulia

5) Produk Perkebunan antara lain : Karet bongkah, bahan

remailing dan rumah asap

6) Produk Peternakan antara lain : Kulit mentah, pickled dan wet

blue dari binatang melata reptil

7) Produk Industri antara lain : Skrap besi baja kecuali yang bersal

dari pulau Batam

8) Produk Budaya antara lain : Barang kuno yang bernilai

kebudayaan

d. Barang yang bebas ekspornya

Barang yang bebas ekspornya adalah barang yang tidak

termasuk dalam pengelompokan barang yang diatur ekspornya,

barang yang diawasi, serta barang yang yang dilarang ekspornya.

Tujuan dari pembebasan untuk barang yang bebas

ekspornya adalah :

1) Diversifikasi produk dan diversifikasi pasar

2) Pelaksanaan ekspor komoditi yang bebas ekspornya dapat

dilakukan dengan memenuhi persyaratan umum sebagai

eksportir.

C. Pedoman Umum Tentang Surat Keterangan Asal (SKA)

1. Pengertian Surat Keterangan Asal (SKA)

Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) adalah dokumen

yang berdasarkan kesepakatan dalam perjanjian Bilateral, Regional

dan Multirateral serta ketentuan sepihak dari suatu negara tertentu,

wajib disertakan pada barang ekspor Indonesia akan memasuki

wilayah negara tertentu yang membuktikan bahwa barang tersebut,

berasal, dihasilkan dan atau diolah di Indonesia (Badan

Pengembangan Ekspor Nasional, 2008: 42).

Berdasarkan pengertian diatas, dinyatakan bahwa SKA

dilandasi oleh kesepakatan antara Pemerintah Indonesia dengan

Pemerintah mitra dagang Indonesia yang dituangkan dalam perjanjian

perdagangan bilateral, regional dan multirateral, sehingga (Unilateral)

oleh negara pengimpor tertentu. Sebagai konsekuensinya, apabila

barang ekspor Indonesia tidak disertai dengan SKA sebagaimana yang

dipersyaratkan oleh negara tujuan ekspor Indonesia, maka negara

pengimpor dapat menolak barang tersebut.

2. Peranan SKA dalam perdagangan Internasional terbagi menjadi 2

(dua) yaitu :

a. SKA Preferensi

adalah jenis dokumen SKA yang berfungsi sebagai

persyaratan dalam memperoleh preferensi, yang disertakan pada

barang ekspor tertentu untuk memperoleh fasilitas pembebasan

sebagian atau seluruh bea masuk, yang diberikan oleh suatu

negara atau kelompok negara tertentu.

b. SKA Non Preferensi

adalah jenis dokumen SKA yang berfungsi sebagai

dokumen pengawasan dan atas dokumen penyerta asal barang

yang disertakan pada barang ekspor untuk dapat memasuki suatu

wilayah tertentu.

3. Jenis-jenis SKA terbagi menjadi :

a. SKA Form A

1) Berfungsi sebagai SKA preference, mendapat keringanan

atau pembebasan bea masuk.

2) Digunakan untuk ekspor dari negara yang sedang

berkembang atau berlatarbelakang seperti : Indonesia ke

negara maju yang termasuk negara GSP (Uni Eropa, Jepang,

AS, Rusia dan lain-lain).

3) Untuk SKA form A, eksportir atau pihak lain memerlukan

surat pernyataan dan struktur biaya per-unit baik untuk

produsen eksportir atau eksportir bukan produsen, yang

bentuknya sudah disediakan Instansi penerbit

4) Dalam hal barang ekspor yang sama, untuk permohonan SKA

kedua dan seterusnya cukup melampirkan surat penegasan

pemohon SKA Form A yang bentuknya sudah disediakan

oleh Instansi penerbit

5) Untuk masa berlaku Form A untuk tujuan: Uni Eropa,

Norwegia, swiss selama 10 bulan, sedangkan Jepang selama

12 bulan dan Kanada selama 24 bulan.

b. SKA Form B

Berfungsi sebagai SKA non preference, jika diminta oleh

buyer dan hanya digunakan untuk monitoring ekspor

c. SKA Form D

Berfungsi sebagai SKA preference antar negara-negara

ASEAN yang termasuk dalam kelompok AFTA, dengan produk

yang termasuk dalam list CEPT for AFTA (Indonesia, Thailand,

Singapura, Malaysia, dll). Masa berlaku SKA Form D untuk

negara ASEAN selama 4 bulan (untuk pengiriman langsung ) dan

6 bulan (melalui satu atau lebih pelabuhan di luar ASEAN).

d. SKA Form E

Berfungsi sebagai SKA Preference untuk mendapatkan

penurunan tarif dari 5 s/d 40%, ekspor dari negara ASEAN ke

China.

e. SKA Form H

Khusus untuk handicraft ke semua negara tujuan ekspor,

berfungsi sebagai preference (penurunan tarif 5 s/d 40%).

f. SKA Form AK

Berfungsi sebagai SKA preference untuk mendapat

pembebasan atau keringanan biaya masuk ekspor dari negara

ASEAN ke Korea.

g. SKA Form TP

Form TP (Textile Product) untuk ke semua negara khusus

untuk produk tekstil, apabila diminta oleh buyer dan mulai tahun

2004 perdagangan TP sudah bebas tidak menggunakan quota lagi,

sehingga SKA form TP menjadi SKA non preference.

BAB III

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Lokasi Instansi

Lokasi yang dijadikan obyek penelitian dan pencarian sumber data

yaitu Kantor Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan UKM

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang meliputi Kantor Subdin

Perindagkop Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada Bidang

Perdagangan, yang berlokasi di Jalan Kusumanegara No. 133 Yogyakarta.

2. Visi dan Misi

Pelaksanaan UU NO.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah,

PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Propinsi sebagai Daerah

Otonom dan Perda No. 3 Tahun 2004 tentang Pembentukan dan

Organisasi Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta, serta Surat Keputusan Gubernur No. 98 tahun 2004,

maka ditetapkan Visi dan Misi Pemerintah Daerah dengan mengacu pada

Visi dan Misi Pemerintah Daerah tersebut, Dinas Perindustrian

Perdagangan, Koperasi dan UKM ( Dinas Perindagkop dan UKM )

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menetapkan Visi dan Misi sebagai

berikut :

a. Visi

Keberhasilan pembangunan sektor Indagkop merupakan

prioritas yang utama dalam mempercepat pembangunan daerah. Dinas

Perindagkop dan UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan

perubahan ke arah perbaikan sistem pembinaan dengan menetapkan visi

untuk menunjang keberhasilan tersebut. Visi Dinas Perindagkop dan

UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebagai berikut :

Menjadi Akselelator Terwujudnya Indagkop yang maju dan

Tangguh dalam Menghadapi Persaingan Global.

b. Misi

Misi yang bersifat ke dalam (inward) dan ke luar (outward)

diperlukan oleh Dinas Perindagkop dan UKM Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan,

sehingga seluruh aparat dan stakeholder dapat mengetahui peran Dinas

Perindagkop Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam pembinaan

dan pengembangan sector Industri Perdagangan Koperasi

Pertambangan dan Energi Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Misi tersebut antara lain:

a) Meningkatkan kinerja aparat untuk terwujudnya pelayanan prima

dengan manajemen yang efisien

b) Memperkuat pertumbuhan perekonomian daerah dengan

mengoptimalkan Indagkoptamben

c) Meningkatkan kemampuan peran masyarakat Indagkop untuk

menuju daya saing pasar modal

Misi yang bersifat ke dalam ( inward ) dan ke luar ( outward ) adalah

sebagai berikut :

a) Kedalam ( inward )

Meningkatkan kinerja aparat untuk mewujudkan pelayanan

prima dengan manajemen yang efisien.

Artinya :

Dinas Perindagkop dan UKM Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta berusaha menata dan membangun kinerja aparatur

melalui manajemen yang efisien agar dapat dicapai suatu

pelayanan yang prima dengan kualitas standar yang akhirnya dapat

memuaskan dunia usaha dan masyarakat luas.

b) Keluar ( outward )

(1) Memperkuat pertumbuhan perekonomian daerah dengan

mengoptimalkan potensi Indagkptamben.

Artinya :

Terbatasnya potensi sumber daya yang tersedian di

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, maka perlu

mengoptimalkan pemenfaatan sumber daya Indagkop yang

tersedia untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi daerah.

(2) Meningkatkan kemampuan peran masyarakat Indagkop untuk

menuju daya saing pasar global.

Artinya :

Adanya perubahan yang cepat dan dinamis dalam pasar

global Dinas Perindagkop Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

berusaha mendorong kemampuan dunia usaha untuk dapat

mempunyai daya saing yang tinggi, mampu berkompetisi di pasar

global sekaligus dapat memenangkan pasar global.

3. Fungsi Pokok dan Tugas Dinas Perindagkop dan UKM Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta

Dinas Perindagkop dan UKM Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta dalam melaksanakan kewenangan dari pemerintah pusat

berdasarkan PP NO. 25 Tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah Pusat

dan Propinsi sebagai Daerah Otonom. Kewenangan propinsi tersebut di

bidang perindustrian, perdagangan, koperasi dan UKM. Unsur dari Dinas

Perinadagkop dan UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut

mempunyai fungsi pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah di bidang

perindustrian, perdagangan, pertambangan dan energi dan koperasi dan

UKM serta tugas pembantuan yang diberikan oleh pemerintah. Dinas

Perindagkop dan UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk

melaksanakan fungsi tersebut, maka mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Menyusun program dan pengendalian di bidang perindustrian,

perdagangan, pertambangan dan energi dan koperasi dan UKM sesuai

dengan rencana strategis pemerintah daerah;

b. Merumuskan kebijakan teknis penyelenggaraan perindustrian,

perdagangan, pertambangan dan energi dan koperasi dan UKM;

c. Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan dibidang

perindustrian, perdagangan, pertambangan dan energi dan koperasi dan

UKM.

d. Memberikan perijinan dan pelayanan umum di bidang perindustrian,

perdagangan, pertambangan dan energi dan koperasi dan UKM sesuai

dengan kewenangannya;

e. Memfasilitasi penyelenggaraan di bidang perindustrian, perdagangan,

pertambangan dan energi dan koperasi dan UKM lintas kabupaten atau

kota;

f. Memberdayakan sumber daya dan mitra kerja di bidang perindustrian,

perdagangan, pertambangan dan energi dan koperasi dan UKM;

g. Melaksanakan kegiatan ketatausahaan.

4. Struktur Organisasi Dinas Perindagkop dan UKM Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta dan Uraian Fungsi Tugas Masing-masing Unit

a. Stuktur Organisasi Dinas Perindagkop dan UKM Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta

Stuktur Organisasi Dinas Perindagkop dan UKM Propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan Peraturan Daerah (Perda)

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta No. 0 tahun 2008 tentang

organisasi dan tatalaksana dinas Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta dan Surat Keputusan Gubernur Daerah Istimewa

Yogyakarta No. 49 tahun 2008 tentang rincian tugas dan fungsi dinas

dan UPT (Unit Pelayanan Terpadu) Dinas Perdagangan

Disperindagkop dan UKM Daerah Istimewa Yogyakarta.

b. Fungsi dan tugas masing – masing unit pada Dinas Perindagkop dan

UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berikut ini :

1) Pelaksana Tugas (PLT) Sekertaris

Bagian Pelaksana Tugas (PLT) sekretaris mempunyai

fungsi penyelenggaraan keadministrasian dinas. Bagian ini

mempunyai tugas untuk menjalankan fungsi tersebut. Tugasnya

adalah sebagai berikut :

a) Menyusun program bagian tata usaha;

b) Mengelola keuangan dinas;

c) Menyelenggarkan administrasi kepegawaian dinas;

d) Menyelenggarakan urusan naskah dinas, kerumahtanggan,

perlengkapan, kepustakaan, efisiensi, dan tatalaksana dinas;

e) Mengevaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan program

bagian tata usaha.

Bagian PLT Sekertaris terdiri dari :

a) Subbag Program dan Informasi

b) Subbag Keuangan

c) Subbag Umum

2) Bidang Inlog Sandang dan Pangan

Bagian Inalog Sandang dan Pangan terdiri dari :

a) Seksi Industri Aneka

b) Seksi Logam dan Elektronik

c) Seksi Sandang dan Kulit

3) Bidang Inagro dan Kimia

Bagian Inagro dan Kimia terdiri dari :

a) Seksi Industri Kimia

b) Seksi Industri Hasil Hutan danPerkebunan

c) Seksi Makanan, Minuman dan Tembakau

4) Bidang Perdagangan Dalam dan Luar Negeri (PDLN)

Bidang perdagangan mempunyai fungsi bimbingan teknis

pelaksanaan kebijakan di bidang usaha perdagangan, kerjasama

dan penyaluran sarana perdagangan dan fasilitas ekspor dan impor.

Bidang perdagangan Dalam dan Luar Negeri mempunyai tugas

untuk menjalankan fungsi tersebut. Tugasnya adalah sebagai

berikut :

a) Menyusun program bidang perdaganga baik Luar maupun dalam

negeri;

b) Menyusun petunjuk teknis usaha perdagangan, kerjasama Luar

Negeri dan penyaluran, sarana dan fasilitas ekspor dan impor;

c) Melaksanakan pembinaan pelaksanaan kebijakan

pengembangan usaha ekspor, fasilitas ekspor dan impor dan

kerjasama perdagangan Luar Negeri;

d) Memantau dan mengevaluasi iklim usaha;

e) Mengevaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan program

bidang perdagangan

Bidang perdagangan Dalam dan Luar Negeri terdiri dari :

a) Seksi Sarana dan Usaha Perdagangan

b) Seksi Pengadaan dan Penyaluran

c) Seksi Pengawasan Perdagangan

5) Unit Pelaksanaan Bidang Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

Bidang Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mempunyai

fungsi pembinaan dan fasilitas Koperasi dan Usaha Kecil

Menengah. Bidang Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

mempunyai tugas untuk menjalankan fungsi tersebut. Tugasnya

adalah sebagai berikut :

a) Menyusun program bidang Koperasi dan Usaha Kecil

Menengah;

b) Melaksanakan pembinaan dan pengawasan Koperasi;

c) Melaksanakan pembinaan dan pengawasan dan Usaha Kecil

Menengah;

d) Fasilitas pembiyaan Koperasi dan dan Usaha Kecil Menengah

serta pengembangan perekonomian;

e) Mengevaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan program

bidang Koperasi dan dan Usaha Kecil Menengah;

Bidang Koperasi dan dan Usaha Kecil Menengah terdiri dari :

a) Seksi Koperasi

b) Seksi dan Usaha Kecil Menengah

c) Seksi Pembiyaan dan Perekonomian Syariah

6) Bidang Pelayanan Bisnis

Balai pengembangan bisnis dibentuk dengan Peraturan

Daerah No. 7 tahun 2002, sedangkan mengenai uraian tugas dan

tata kerjanya diatur dalam Keputusan Gubernur No. 158 tahun

2002. Berdasarkan Keputusan Gubernur, fungsi dan tugas balai

pengembangan bisnis adalah sebagai berikut : balai pengembangan

bisnis mempunyai fungsi sebagai penunjang teknis dinas di bidang

pengembangan bisnis. Balai pengembangan bisnis mempunyai

tugas untuk menjalankan fungsi tersebut. Tugasnya adalah sebagai

berikut :

a) Melaksanakan pembinaan dan pengembangan bisnis;

b) Menyelenggarakan konsultasi dan pelatihan bisnis;

c) Melaksanakan promosi dan pemasaran;

d) Melaksanakan kegiatan Ketatausahaan

Bidang Pelayanan Bisnis terdiri dari :

a) Seksi Bagian Tata Usaha (TU)

b) Seksi Penyiapan Produksi

c) Seksi Penyiapan

7) Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Balai Pengembangan Teknologi

Tepat Guna

Balai pengembangan teknologi tepat guna dibentuk dengan

Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2002, sedangkan mengenai uraian

tugas dan tata kerjanya diatur dalam Keputusan Gubernur No 158

tahun 2002. Berdasarkan Keputusan Gubernur tersebut, fungsi dan

tugas Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna mempunyai

fungsi dan tugas balai pengembangan Teknologi Tepat Guna

adalah sebagai berikut :

Balai pengembangan Balai Pengembangan Teknologi Tepat

Guna mempunyai fungsi sebagai penunjang tugas teknis dinas

dibidang Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna. Balai

pengembangan teknologi tepat guna mempunyai tugas untuk

menjalankan fungsi tersebut. Tugasnya adalah sebagai berikut :

a) Melaksanakan perencanaan dan perekayasaan teknologi alat

tepat guna;

b) Menyelenggarakan produksi pemasaran dan penyuluhan

teknologi alat tepat guna;

c) Melayani perbaikan alat tepat guna;

d) Melaksanakan kegiatan Tatausaha;

Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna terdiri dari :

a) Seksi Bagian Tata Usaha (TU)

b) Seksi Rekayasa Produksi

c) Seksi Penyuluhan dan Pemasaran

8) Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Balai Metrologi

Unit pelaksanaan teknis dinas balai metrologi mempunyai

fungsi, peneraan, pembinaan, pengawasan dan penyuluhan kegiatan

kemetrologian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Unit pelaksanaan teknis dinas balai metrologi mempunyai

tugas untuk menjalankan fungsi tersebut. Tugasnya adalah sebagai

berikut :

a) Menyusun program balai metrologi;

b) Mengelola sarana dan prasarana kemetrologian;

c) Melaksanakan pemeriksaan, pengujian standar tingkat III,

standar lainnya dan kalibrasi alat ukur serta melakukan tera alat-

alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya (UTTP);

d) Melaksanakan pengawasan penggunaan UTTP, Barang Dalam

Keadaan Terbungkus (BPKT) dan alat ukur ulang;

e) Melakukan penyuluhan tentang kemetrologian kepada

masyarakat;

f) Melakukan pembinaan Sumber Daya Manusia Metrologi;

g) Melakukan pembinaan pengusaha dan repatir UTTP;

h) Mengelola data UTTP;

i) Melakukan penelitian untuk proses perijinan UTTP;

j) Melaksanakan ketatausahaan dan pengelolaan uang tera;

k) Mengevaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan program balai

metrologi;

5. Kepegawaian Dinas Perindagkop dan UKM Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta

Jumlah pegawai saat ini yang ada di Dinas Perindagkop dan UKM

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebanyak 178 orang dengan

perincian sebagai berikut :

1) Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan

Data pegawai berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel

sebagai berikut :

Tabel III.1

Data Pegawai Disperindagkop dan UKM Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Bagian/ Bidang S2 S1 SM

/D3 SLTA SLTP Jumlah

1. Sekertariat 1 6 3 46 4 60

2. Industri Agrokim 1 6 3 12 0 22

3. Industri Logam Sandang & Aneka

1 4 1 16 0 22

4. Perdagangan Dalam Negeri

2 3 2 16 0 23

5. Perdagangan Luar Negeri

1 5 2 14 0 22

6. Koperasi & UKM 0 6 1 22 0 29

JUMLAH 6 30 12 126 4 178

Sumber : Disperindagkop dan UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009

Berdasarkan tabel 3.1 mengenai data pegawai

Disperindagkop dan UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

berdasarkan tingkat pendidikan diatas dapat dijelaskan :

a) Bagian atau bidang Sekretariat dengan jumlah pegawai yang

mempunyai gelar Setrata 2(S2) sebanyak 1 (satu) orang, gelar

Setrara 1 (S1) sebanyak 6 (enam) orang, Diploma 3 (D3) sebanyak

3 (tiga), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA) 46 (empat puluh

enam) orang, dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)

sebanyak 4 (empat) orang. Dengan total jumlah sebanyak 60 (enam

puluh) orang atau 33,70% dari total 178 jumlah keseluruhan

pegawai.

b) Bagian atau bidang Sekretariat dengan jumlah pegawai yang

mempunyai gelar Setrata 2 (S2) sebanyak 1 (satu) orang, gelar

Setrata 1 (S1) sebanyak 6 (enam) orang, Diploma 3 (D3) sebanyak

3 (tiga), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA) 12 (dua belas)

orang, dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 0

(nol) orang. Dengan total jumlah sebanyak 22 (dua puluh dua)

orang atau 12,36% dari total 178 jumlah keseluruhan pegawai.

c) Bagian atau bidang Logam Sandang dan Aneka dengan jumlah

pegawai yang mempunyai gelar Setrata 2 (S2) sebanyak 1 (satu)

orang, gelar Setrara 1 (S1) sebanyak 4 (empat) orang, Diploma 3

(D3) sebanyak 1 (satu), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA) 16

(enam belas) orang, dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)

sebanyak 0 (nol) orang. Dengan total jumlah sebanyak 22 (enam

puluh) orang atau 12,36% dari total 178 jumlah keseluruhan

pegawai.

d) Bagian atau bidang Perdagangan Dalam Negeri dengan jumlah

pegawai yang mempunyai gelar Setrata 2 (S2) sebanyak 2 (dua)

orang, gelar Setrara 1 (S1) sebanyak 3 (tiga) orang, Diploma 3 (D3)

sebanyak 2 (dua), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA) 16 (enam

belas) orang, dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)

sebanyak 0 (nol) orang. Dengan total jumlah sebanyak 23 (dua

puluh tiga) orang atau12,92% dari total 178 jumlah keseluruhan

pegawai.

e) Bagian atau bidang Luar Negeri dengan jumlah pegawai yang

mempunyai gelar Setrata 2 (S2) sebanyak 1 (satu) orang, gelar

Setrara 1 (S1) sebanyak 5 (lima) orang, Diploma 3 (D3) sebanyak 2

(dua), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA) 14 (empat belas)

orang, dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak0

(nol) orang. Dengan total jumlah sebanyak 22 (dua puluh dua)

orang atau 12,36% dari total 178 jumlah keseluruhan pegawai.

f) Bagian atau bidang Koperasi dan UKM dengan jumlah pegawai

yang mempunyai gelar Setrata 2 (S2) sebanyak 0 (satu) orang,

gelar Setrara 1 (S1) sebanyak 6 (enam) orang, Diploma 3 (D3)

sebanyak 1 (satu), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA) 22 (duat

puluh dua) orang, dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)

sebanyak 0 (nol) orang. Dengan total jumlah sebanyak 29 (dua

puluhcsembilan) orang atau 19,29% dari total 178 jumlah

keseluruhan pegawai.

2) Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan

Grafik III.1

Data pegawai Disperindagkop dan UKM berdasarkan golongan

Sumber : Disperindagkop dan UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009

Berdasarkan grafik 3.1 mengenai data pegawai

Disperindagkop dan UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

berdasarkan golongan diatas dapat dijelaskan :

a. Bagian atau bidang Sekretariat dengan jumlah golongan IV

sebanyak 3(tiga) orang, golongan III sebanyak 35 (tiga puluh lima)

orang, golongan II sebanyak 23 (dua puluh tiga) dan golongan I

sebanyak 0 (nol) orang atau 34,27% dari total 178 jumlah

keseluruhan pegawai.

b. Bagian atau bidang Sekretariat dengan jumlah golongan IV

sebanyak 1(satu) orang, golongan III sebanyak 19 (sembilan belas)

orang, golongan II sebanyak 3 (tiga) dan golongan I sebanyak 0

(nol) orang atau 12,36% dari total 178 jumlah keseluruhan

pegawai.

c. Bagian atau bidang Sekretariat dengan jumlah golongan IV

sebanyak 2(dua) orang, golongan III sebanyak 19 (sembilan belas)

orang, golongan II sebanyak 0 (nol) dan golongan I sebanyak 0

(nol) orang atau 11,79% dari total 178 jumlah keseluruhan

pegawai.

d. Bagian atau bidang Sekretariat dengan jumlah golongan IV

sebanyak 1(tsatu) orang, golongan III sebanyak 19 (sembilan belas)

orang, golongan II sebanyak 3 (tiga) dan golongan I sebanyak 0

(nol) orang atau 12,92% dari total 178 jumlah keseluruhan

pegawai.

e. Bagian atau bidang Sekretariat dengan jumlah golongan IV

sebanyak 1(satu) orang, golongan III sebanyak19 (sembilan belas)

orang, golongan II sebanyak 1 (satu) dan golongan I sebanyak 0

(nol) orang atau 11,79% dari total 178 jumlah keseluruhan

pegawai.

f. Bagian atau bidang Sekretariat dengan jumlah golongan IV

sebanyak 2(dua) orang, golongan III sebanyak 25 (dua puluh lima)

orang, golongan II sebanyak 3 (tiga) dan golongan I sebanyak 0

(nol) orang atau 16,85% dari total 178 jumlah keseluruhan

pegawai.

6. Volume dan Nilai Ekspor komoditi Pakaian Jadi Tekstil di Dinas

Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Daerah Istimewa

Yogyakarta

Komoditi ekspor pakaian jadi tekstil yang ada di Yogyakarata

cukup potensial dibandingkan dengan komoditas ekspor lainnya. Namun

peningkatan yang terjadi hanya berkisar 4 (empat) tahun saja, dimulai dari

tahun 2005-2009 penurunan komoditi ini terjadi dari tahun ke tahun.

Dapat dibuktikan dengan tabel berikut :

Tabel III.2 Volume Ekspor Komoditi Pakaian Jadi Tekstil di Yogyakarta Tahun 2002 sampai dengan Tahun 2009

Tahun Volume Ekspor (Kg) Pertumbuhan (%)

2002 1.532.930,83 -

2003 2.017.223,25 24,01

2004 2.210.513,97 8,74

2005 4.657.944,35 52,54

2006 3.684.599,13 -26,42

2007 2.956.859,36 -24,61

2008 2.570.613,89 -15,02

2009 1.350.321,89 -90,37

Sumber : Data realisasi ekspor Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Berdasarkan tabel tersebut di atas terlihat bahwa

perkembangan komoditi ekspor pakaian jadi tekstil di Yogyakarta

dilihat dari volume ekspornya, pada tahun 2002 sampai dengan 2005

ekspor pakaian jadi tekstil mengalami peningkatan dari tahun ketahun,

bahkan peningkatan yang cukup besar terjadi ditahun 2005 sebesar

52.54% dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, setelah memasuki

tahun 2006 komoditi ekspor pakaian jadi tekstil mulai menurun dari

tahun ke tahun. Dimulai dari tahun 2006 mengalami penurunan

sebesar 78,96% dimana angka penurunannya sebesar -26,42%, tahun

2007 mengalami penurunan sebesar 1,81% angka penurunannya

sebesar -24,61%, tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 9,59%

angka penurunannya sebesar -15,02%, dan pada tahun 2009

mengalami penurunan sebesar -75,35% dengan angka penurunannya

sebesar -90,37.

Nilai ekspor dari komoditi pakaian jadi tekstil sendiri, juga

mengalami peningkatan tetapi hanya dari tahun2002 sampai dengan

2005. Kemudian dari tahun 2005 sampai 2009 mengalami penurunan

dari tahun ke tahun. Penurunan dan peningkatan komoditas ekspor

pakaian jadi tekstil ini dapat dilihat dalam tabel berikut :

Grafik III.2

Nilai Ekspor Komoditi Pakaian Jadi Tekstil di Yogyakarta Tahun 2002 sampai dengan 2009

Sumber : Data realisasi ekspor Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Grafik III.3 Nilai Ekspor Komoditi Pakaian Jadi Tekstil di Yogyakarta

Tahun 2002 sampai dengan 2009

Sumber : Data realisasi ekspor Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Berdasarkan tabel tersebut diatas terlihat bahwa

perkembangan komoditi ekspor pakaian jadi tekstil di Yogyakarta

dilihat dari nilai ekspornya, pada tahun 2003 sampai dengan 2005

mengalami peningkatan, tetapi mulai tahun 2005 samapai dengan 2009

mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dibuktikan

dari angka pertumbuhan tahun 2003 mengalami peningkatan sebesar

22,64% dibandingkan tahun 2002, tahun 2004 mengalami peningkatan

sebesar 2,30% dibandingkan tahun 2003, tahun 2005 mengalami

peningkatan sebesar 44,82% dibandingkan tahun 2004, tahun 2006

mengalami penurunan sebesar -2,46%, tahun 2007 mengalami

penurunan sebesar -22,22%, tahun 2008 mengalami penurunan sebesar

-1,47%, dan di tahun 2009 juga mengalami penurunan sebesar -

22,37%. Penurunan komoditi pakaian jadi tekstil dari tahun 2005

sampai dengan 2009 ini disebabkan karena adanya krisis keuangan di

AS dan UNIEROPA, sedangkan pasar utama para eksportir adalah

negara tersebut diatas dan bahan baku benang impor, terus menerus

naik sehingga banyak eksportir yang gulung tikar.

B. Pembahasan

Komoditas Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) yang meliputi produk

serat, kain lembaran, pakaian jadi dan produk tekstil lainnya merupakan salah

satu komoditi yang diandalkan untuk memberikan kontribusi sebagai

penyumbang devisa terbesar dari ekspor non migas dan membantu mengatasi

masalah penyerapan tenaga kerja.

Pakaian Jadi Tekstil merupakan salah satu komoditas ekspor yang ada

di Yogyakarta yang cukup potensial, dimana komoditas tersebut memberikan

pendapatan bagi seorang eksportir sendiri serta bagi daerah. Eksportir sendiri,

dengan melakukan ekspor komoditas pakaian jadi tekstil tersebut dapat

memberikan laba yang besar keperusahaan atau perorangan.

Pendapatan yang diperoleh daerah dengan adanya ekspor komoditas

pakaian jadi tekstil ini, akan meningkatkan devisa negara yang dapat

dijadikan sebagai usaha dalam melakukan pembangunan untuk memulihkan

kondisi perekonomian negara Indonesia, dimana devisa ini diperoleh dari

pajak yang dipungut oleh pemerintah terhadap besarnya penghasilan yang

diperoleh Eksportir.

Untuk menarik minat para importir, eksportir pakaian jadi tekstil ini

ada yang mempromosikan komoditinya melalui pameran-pameran.

Dinas Perindagkop dan UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

adalah salah satu instansi pemerintah yang berwenang mengurus masalah

ekspor tersebut. Dinas yang mengurus masalah ekspor untuk komoditas

pakaiana jadi tekstil tersebut adalah Subdin Pengembangan Ekspor-Impor,

dimana pelaksanaan kinerjanya memberikan fasilitas kepada eksportir baik

yang dilakukan sendiri maupun dengan melakukan berbagai kerjasama

dengan pihak lain.

1. Peranan Dinas Perindagkop dan UKM Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta Terhadap Perkembangan Komoditi Ekspor Pakaian Jadi

Tekstil

Dinas Perindagkop Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

mempunyai peranan yang sangat inti bagi eksportir baru maupun

eksportir-eksportir lama. Peranan Perindagkop dan UKM bagi eksportir

dapat ditunjukan melalui program-program pilihan tersebut meliputi :

a. Memberikan Pengembangan Pemasaran kepada eksportir Pakaian jadi

tekstil

Pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting penting

dalam upaya mengembangkan usaha industri dan perdagangan.

Pengembangan pemasaran bertujuan untuk meningkatkan dan

memperluas pangsa pasar dari suatu produk. Faktor yang perlu

diperhatikan dalam pengembagan pemasaran diantaranya adalah apa

yang menjadi kebutuhan pasar, berapa besar dan siapa yang

membutuhkan, serta dimana diproduksi sesuai dengan ketersediaan

bahan baku.

Kondisi pemasaran eksportir yang saat ini jangkauan

pasarnya masih terbatas pada pasar di dalam negeri dan hanya sebagian

kecil yang telah mampu menembus pasar ekspor. Kendala yang

dihadapi eksportir dalam pemasaran adalah kurangnya akses terhadap

informasi pasar dan jaringan pemasaran, kemampuan pengusaha untuk

akses pasar serta adanya kecenderungan konsumen yang belum

mempercayai produk eksportir dan cenderung untuk import minded.

Langkah pengembangan pemasaran yang telah dilaksanakan

diantaranya adalah :

1) Promosi adalah suatu kegiatan komunikasi yang digunakan untuk

menginformasikan, membujuk, mempengaruhi serta mengingatkan

orang pada produk atau jasa, gambar dan ide yang dihasilkan oleh

industri kecil. Memperkenalkan produk eksportir-eksportir kepada

masyarakat atau importir dapat dilakukan melalui media cetak,

audio visual, internet, uji coba pasar dan penetrasi pasar.

Beberapa kegiatan promosi lainnya adalah :

a) Pameran di dalam negeri maupun luar negeri;

b) Uji coba pasar di tingkat lokal, regional maupun nasional;

c) Misi dagang ke luar negeri;

d) Mengundang buyer dari luar negeri, menerbitkan leafet atau

katalog produk industri kecil atau profil pengusaha industri

kecil.

Lembaga pendukung pemasaran di lingkup Perindagkop dan

UKM yang dapat dimanfaatkan oleh para pengusaha eksportir

adalah Dewan Penunjang Ekspor (DPE), Badan Pengembangan

Ekspor Nasional (BPEN), dan Bursa Komoditi.

2). Rumah Niaga (Trading House) adalah sarana usaha pemasaran yang

secara terpadu membantu akses pemasaran produk industri kecil,

baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor. Tujuan dari rumah

niaga adalah memberikan kemudahan dan membantu pemasaran

produk-produk eksportir. Bantuan yang diberikan dapat

dimanfaatkan oleh eksportir adalah mulai mengakses informasi

tentang produk-produk yang dibutuhkan konsumen Luar Negeri,

desain yang sedang trend, bahan dan teknologinya serta bantuan

permodalan dan perhitungan atau kalkulasi biaya yang bisa

diterima oleh rumah niaga.

b. Memberikan Pelatihan kepada Eksportir Pakaian Jadi Tekstil

Beberapa kegiatan pelatihan yang dilakukan untuk mengembangkan

eksportir pakaian jadi tekstil adalah :

1) Pelatihan Pengembangan Motivasi Berusaha (Pelatihan Achievement

Motivation Training, AMT ) adalah usaha peningkatan motivasi

berprestasi dengan memberikan perbaikan pola pikir yang akan

mengingankan akan motivasi berprestasi.

Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk memndorong agar

lebih memacu motivasi untuk berusaha. Seorang pengusaha sukses

selain harus memiliki motif prestasi, juga harus memiliki jiwa

kreatif-inovatif, menguasai liku-liku dunia usaha dan peka akan

kesempatan usaha. Disamping itu pelatihan juga bertujuan :

a) Membantu para peserta untuk mengetahui dan mengenal diri yang

merupakan dasar dalam upaya meningkatkan kemampuan;

b) Membantu para peserta untuk mengetahui dan menguasai cara

menetapkan tujuan yang logis realistis;

c) Membantu para peserta membuka diri, khusunya dalam hal

pengembangan motivasi berprestasi melalui perbaikan pola pikir,

ataupun membantu peserta mengembangkan motif-prestasi yang

mungkin telah terbentuk sebelumnya;

d) Meningkatkan kerjasama antar peserta terutama dalam hal

mempertajam pengenalan diri dalam lingkungannya masing-

masing serta mampu melihat segi-segi titik temu diantara mereka;

e) Membantu para peserta dalam upayanya menemukan dirinya atau

peranannya dalam arus perubahan dan gerak dinamis masyarakat

kearah modernisasi;

2) Pelatihan kewirausahaan adalah model pelatihan bagi calon

wirausaha potensial yang akan mendirikan usaha baru atau

wirausaha industri kecil dan menengah yang akan mengembangkan

usahanya.

Tujuan pelatihan ini adalah untuk menciptakan jiwa

wirausahan dikalangan usaha kecil menengah. Kegiatan ini meliputi

tahapan kegiatan pra pelatihan, pelatihan, dan pasca pelatihan.

Pelatihan ini merupakan perangkat strategi dalam rangka

meningkatkan kompetensi kewirausahaan sekaligus meningkatkan

kemampuan para peserta dalam menyusub rencana usaha dan

meyakinkan mitra pemodal tentang rencana usaha dan pengembang

usahanya.

3) Pelatihan Manajemen Sederhana, adalah model pelatihan manajemen

praktis, mudah dipahami serta mudah diterapkan oleh eksportir. Pada

pelatihan ini, diberikan pengetahuan, ketrampilan, keahlian dan

sikap kerja di luar sistem pendidikan formal dalam waktu yang

relatif singkat. Tujuan dari pelatihan menajemen sederhana ini

adalah untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan pengusaha

kecil dalam mengelola dan mengembangkan usahanya.

Syarat untuk mengikuti pelatihan manajemen ini adalah :

a) Sudah mempunyai usaha perdagangan dan sudah mulai

mengekspor.

b) Ada pernyataan bersedia mengikuti acara pelatihan dari awal

sampai akhir.

c) Peserta ada kebutuhan untuk mengikuti pelatihan.

4) Pelatihan Desain

Pelatihan ini hanya ditujukan untuk eksportir batik dan

lurik. Pelatihan ini dutujukan agar desain batik yang dihasilkan lebih

menarik untuk eksportir.

c. Melakukan Pengembangan Iklim Usaha Menengah Industri dan

Perdagangan

Pengembangan Iklim Usaha dimaksudkan untuk mewujudkan

kondisi yang kondusif bagi pengembangan industri perdagangan dalam

dan Luar negeri. Kondisi yang kondusif dimaksudkan adalah suatu

keadaan dimana proses ekonomi berjalan dengan mekanisme pasar

yang berkeadilan, dalam arti bahwa perkembangan ekonomi bukan

hanya ditentukan faktor permintaan dan penawaran, tetapi juga apabila

diperlukan pemerintah dapat melakukan koreksi melalui intervensi.

Upaya-upaya pengembangan iklim usaha yang dilakukan oleh

pemerintah pusat lebih difokuskan pada kebijakan fiskal, tarif bea

masuk impor dan pajak ekspor yang meliputi :

1) Harmonisasi bea masuk dan pajak adalah penyeragaman bea masuk

dan pajak supaya semua barang yang masuk, pajak dan bea

masuknya sama.

2) Pemberian insentif ini diberikan pihak lain (pajak, PLN, dan lain-

lain) kepada eksportir.

Sedangkan yang dilakukan pemerintah daerah meliputi:

1) Layanan administrasi seperti kemudahan perizinan baik prosedurnya

maupun pengurusannya. Misalnya, memberikan kemudahan

pelayanan pengesahan SKA.

2) Kemudahan memperoleh bantuan permodalan. Misalnya, BUMN

(Badan Usaha Milik Negara) dan BUMD (Badan Usaha Milik

Daerah) memberikan bantuan modal dengan bunga yang lebih kecil

dan disini Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha

Kecil Menengah Propinsi Yogyakarta sebagai pemberi rekomendasi

kepada eksportir.

3) Penyedian fasilitas infrastruktur yang dapat dimanfaatkan oleh

eksportir atau pengusaha dalam berusaha seperti fasilitas listrik dan

telekomunikasi, misalnya, membeir bantuana membangunkan

jembatan di Kasongan Centra Gerabah.

4) Penyediaan fasilitas atau sarana lokasi baik untuk berproduksi

maupun untuk pemasaran. Misalnya, memberikan bantuan mesin

peralatan ( satu mesin dapat digunakan beberapa eksportir tetapi satu

wilayah terdapat beberapa eksportir).

d. Memberikan Informasi

Untuk memacu pertumbuhan ekonomi daerah khususnya

pemberdayaan Perindagkop dan UKM, kegiatan informasi menjadi hal

yang sangat penting. Dengan kondisi eksportir yang ada, pada

umumnya mereka menghadapi kendala dalam mengakses informasi.

Dengan demikian penyediaan informasi yang mudah di akses oleh

eksportir menjadi salah satu unsur yang menentukan keberhasilan usaha

dan hal ini memerlukan peran dari Perindagkop dan UKM sebagai

penyedia informasi seperti pemberian informasi pameran dagang,

adanya bantuan modal dll. Untuk itu Perindagkop dan UKM perlu

melakukan kerjasama perdagangan Luar negeri.

e. Memberikan Pelayanan Pengesahan SKA (Surat Keterangn Asal)

Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin) adalah dokumen

yang berdasarkan kesepakatan dalam perjanjian Bilateral, Regional dan

Multirateral serta ketentuan sepihak dari suatu negara tertentu, wajib

disertakan pada barang ekspor Indonesia akan memasuki wilayah

negara tertentu yang membuktikan bahwa barang tersebut, berasal,

dihasilkan dan atau diolah di Indonesia.

Berdasarkan pengertian diatas, jelas dinyatakan bahwa SKA

dilandasi oleh kesepakatan antara Pemerintah Indonesia dengan

Pemerintah Mitra Dagang Indonesia yang dituangkan dalam perjanjian

perdagangan bilateral, regional dan multirateral, sehingga (Unilateral)

oleh negara pengimpor tertentu. Sebagai konsekuensinya, apabila

barang ekspor Indonesia tidak disertai dengan SKA sebagaimana yang

dipersyaratkan oleh negara tujuan ekspor Indonesia, maka negara

pengimpor dapat menolak barang tersebut. Berdasarkan Keputusan

Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor : 155/Kpt/IV/1980,

ditetapkan sebesar Rp 1000,- (seribu rupiah) setiap set.

2. Hambatan-hambatan dalam Mengembangkan Komoditi Ekspor

Tersebut

Dalam Perkembangannya Perindagkop dan UKM juga mengalami

hambatan-hambatan dalm mengembangkan komodiiti ekspor pakaian jadi

tekstil tersebut diantaranya adalah :

a. Masih terbatasnya Kemampuan Sumber Daya Manusia

Khususnya dalam hal penguasaan teknologi, manajemen atau

wawasan bisnis. Keadaan tersebut berkaitan dengan masih rendahnya

tingkat pendidikan dasar sebagian besar eksportir yang terlibat dalam

usaha eksportir yang tergabung dalam Perindagkop dan UKM.

b. Kendala Pemasaran Produk

Permasalah yang mendasar yang perlu mendapat perhatian yang

cukup serius adalah masalah pemasaran produk eksportir yang

tergambar dari kenyataan bahwa hanya sebagian kecil saja yang mampu

menembus pasar ekspor. Keterbatasan wawasan bisnis, kurangnya

pengetahuan prosedur perdagangan, kurangnya sarana dan prasarana,

mutu produk yang belum stabil dan lain-lain merupakan permasalahan

pemasaran yang memerlukan langkah-langkah penanganan serius.

c. Kecenderungan Konsumen Luar Negeri yang belum mempercayai

Mutu Produk Eksportir

Karena citra produk eksportir masih kurang sehingga sebagian

besar importir masih belum yakin dengan mutu produk eksportir, yang

menyebabkan kondisi ini sangat merugikan.

d. Sangat terbatasnya Institusi Pemasaran Bersama

Sebagaimana diketahui bahwa eksportir kurang dapat

memproduksi dalam jumlah yang besar sehingga hal ini harus ada

institusi untuk menyatukan, mengumpulkannya sehingga besar. Dengan

demikian diperlukan semacam trading house yang dapat menampung

dan menjual hasil eksportir.

e. Kendala Permodalan Usaha

Sebagian besar eksportir memanfaatkan modal sendiri dalam

jumlah yang relatif kecil. Disamping itu mereka menjual produknya

secara pesanan dan banyak terjadi penundaan pembayaran. Kondisi

seperti ini amat menghambat kelancaran usahanya.

3. Upaya-upaya yang Ditempuh Oleh Dinas Perindagkop dan UKM Dalam

Menghadapi Hambatan-hambatan Dalam Usaha Mengembangkan

Komoditi Ekspor Pakaian Jadi Tekstil

Dinas Perindagkop dan UKM yang menangani masalah komoditi

ekspor Pakaian Jadi tekstil ini adalah bidang perdagangan. Bidang

Perdagangan dalam menjalankan tugasnya yang memberikan fasilitas

kepada eksportir pakaian jadi tekstil, mengalami berbagai hambatan-

hambatan seperti yang ada diatas. Bidang perdagangan melakukan upaya

untuk mengatasi adanya hambatan-hambatan tersebut, hal itu dilakukan

agar komoditi ekspor pakaian jadi tekstil dapat terus meningkat setiap

tahun, sehingga dapat memberikan potensi bagi daerah. Upaya-upaya yang

ditempuh tersebut antara lain:

a. Meningkatkan Pembinaan Sumber Daya Manusia kepada Eksportir

Keterbatasan kemampuan sumber daya manusia sebagai

eksportir pakaian jadi tekstil, akan menghambat kelancaran eksportir

pakaian jadi tekstil untuk meningkatkan usahanya. Keterbatasan

kemampuan yang dimaksud yaitu kemampuan eksportir pakaian jadi

tekstil untuk bernegosiasi dengan importir, serta kurangnya minat atau

keinginan untuk menangkap peluang pasar.

Bidang perdagangan selaku pembina, maka memberikan

fasilitas kepada eksportir pakaian jadi tekstil yaitu dengan mengadakan

pelatihan untuk bernegosiasi dengan importir. Pelatihan ini diadakan

dengan menghadirkan pembicara. Pembicara tersebut berasal dari

eksportir pakaian jadi tekstil sendiri yang sudah mempunyai

pengalaman dan sudah mempunyai banyak importir. Pelatihan ini

dilakukan karena pada dasarnya, masing-masing negara mempunyai

karakteristik yang berbeda-beda.

Pelatihan cara bernegosiasi dengan importir tersebut yang

diadakan oleh bidang perdagangan ini dimaksudkan agar eksportir

mampu meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dari eksportir

pakaian jadi tekstil.

b. Meningkatkan Mutu dan Desain

Dalam hal ini bidang perdagangan,melakukan upaya untuk

mengatasi masalah tersebut dengan melakukan pelatihan mutu produk

agar produk-produk eksportir lebih lagi diminati oleh importir. Dan

juga memberikan pelatihan desain-desain produk, jika desain produk

lebih menarik maka importir juga akan lebih menyukai.

c. Memberikan pelayanan Informasi bisnis ke eksportir pakaian jadi

tekstil

Keterbatasan kemampuan eksportir pakaian jadi tekstil dalam

hal pemenuhan kebutuhan akan pesanan, sehingga eksportir pakaian

jadi tekstil melakukan kerjasama dengan supplier. Bidang perdagangan

dalam hal ini, melakukan upaya untuk mengatasi masalah tersebut.

Upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan informasi bisnis.

Pemberian informasi bisnis ini dilakukan baik melalui tatap muka

langsung antara eksportir pakaian jadi tekstil dengan petugas langsung

maupun yang dilakukan pada waktu pembinaan atau pada saat

kunjungan ke perusahaan. Informasi yang diberikan seperti informasi

mengenai peluang pasar.

d. Menyelenggarakan Pameran Dagang

Untuk membantu promosi eksportir pakaian jadi tekstil, serta

mengkoordinasi berbagai pameran baik di dalam negeri maupun di luar

negeri, sehingga kepada para eksportir mendapatkan biaya yang relatif

murah dibandingkan dengan apabila mengikuti pameran sendiri.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Peranan Dinas Perindustrian Perdagang Koperasi dan UKM terhadap

perkembangan ekspor pakaian jadi tekstil adalah sebagai berikut:

a. Memberikan Pengembangan Pemasaran kepada eksportir Pakaian

jadi tekstil

b. Memberikan Pelatihan kepada Eksportir Pakaian Jadi Tekstil

c. Melakukan Pengembangan Iklim Usaha Menengah Industri dan

Perdagangan

Pengembangan iklim usaha yang dilakukan oleh pemerintah

pusat lebih difokuskan pada kebijakan fiskal, tarif bea masuk impor

dan pajak ekspor.

d. Memberikan Informasi

Penyediaan informasi yang mudah di akses oleh eksportir

menjadi salah satu unsur yang menentukan keberhasilan usaha dan

hal ini memerlukan peran dari Perindagkop dan UKM sebagai

penyedia informasi seperti pemberian informasi pameran dagang,

adanya bantuan modal dll. Untuk itu Perindagkop dan UKM perlu

melakukan kerjasama perdagangan Luar negeri.

e. Memberikan Pelayanan Pengesahan SKA (Surat Keterangn Asal)

2. Hambatan-hambatan dalam Mengembangkan Komoditi Ekspor

Tersebut adalah sebagai berikut:

a. Masih terbatasnya Kemampuan Sumber Daya Manusia

Khususnya dalam hal penguasaan teknologi, manajemen atau

wawasan bisnis.

b. Kendala Pemasaran Produk

Keterbatasan wawasan bisnis, kurangnya pengetahuan

prosedur perdagangan, kurangnya sarana dan prasarana, mutu

produk yang belum stabil dan lain-lain merupakan permasalahan

pemasaran yang memerlukan langkah-langkah penanganan serius.

c. Kecenderungan Konsumen Luar Negeri yang belum mempercayai

Mutu Produk Eksportir

Citra produk eksportir masih kurang sehingga sebagian besar

importir masih belum yakin dengan mutu produk eksportir, yang

menyebabkan kondisi ini sangat merugikan.

d. Sangat terbatasnya Institusi Pemasaran Bersama

Diperlukan semacam trading house yang dapat menampung

dan menjual hasil eksportir.

e. Kendala Permodalan Usaha

Eksportir menjual produknya secara pesanan dan banyak

terjadi penundaan pembayaran. Kondisi seperti ini amat

menghambat kelancaran usahanya.

3. Upaya-upaya yang Ditempuh Oleh Dinas Perindagkop dan UKM

Dalam Menghadapi Hambatan-hambatan Dalam Usaha

Mengembangkan Komoditi Ekspor Pakaian Jadi Tekstil adalah sebagai

berikut:

a. Meningkatkan Pembinaan Sumber Daya Manusia kepada Eksportir

Pelatihan cara bernegosiasi dengan importir tersebut yang

diadakan oleh bidang perdagangan ini dimaksudkan agar eksportir

mampu meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dari

eksportir pakaian jadi tekstil.

b. Meningkatkan Mutu dan Desain

Memberikan pelatihan mutu produk agar produk-produk

eksportir lebih lagi diminati oleh importir. Dan juga memberikan

pelatihan desain-desain produk, jika desain produk lebih menarik

maka importir juga akan lebih menyukai.

c. Memberikan pelayanan Informasi bisnis ke eksportir pakaian jadi

tekstil

Pemberian informasi bisnis dilakukan baik melalui tatap muka

langsung antara eksportir pakaian jadi tekstil dengan petugas

langsung maupun yang dilakukan pada waktu pembinaan atau pada

saat kunjungan ke perusahaan. Informasi yang diberikan seperti

informasi mengenai peluang pasar.

d. Menyelenggarakan Pameran Dagang

Agar eksportir mendapatkan biaya yang relatif murah

dibandingkan dengan apabila mengikuti pameran sendiri.

B. Saran

Setelah menyelesaikan penulisan Tugas Akhir penulis yang

berjudul “PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN,

KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH PROPINSI

YOGYAKARTA TERHADAP PERKEMBANGAN EKSPOR PAKAIAN

JADI TEKSTIL”. (studi kasus pada Dinas Perindustrian Perdagangan

Koperasi dan UKM propinsi Yogyakarta) maka penulis dapat memberikan

saran-saran

1. Bagi Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM

a. Hendaknya Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM

lebih meningkatkan peran aktifnya dalam memajukan industri

tekstil nasional agar dapat bersaing dalam menghadapi perubahan

lingkungan perdagangan internasional yang akan mengarah ke

pasar bebas dimana nanti eksportir akan bersaing dalam segala

hal. Peran aktif Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan

UKM sangatlah diperlukan sehingga para eksportir siap untuk

menghadapi kondisi tersebut.

b. Lebih meningkatkan kerjasama dengan propinsi lain untuk

mengadakan bahan baku.

c. Lebih meningkatkan pelayanan informasi bisnis kepada eksportir

pakaian jadi tekstil.

d. Mengadakan pelatihan dan pembinaan untuk mengakses pasar

melalui teknologi informasi dan internet.

2. Bagi Eksportir Pakaian Jadi Tekstil

Mendaftarkan produk tekstilnya ke Departemen Hak Kekayaan

Industri (HKI).

Hak Kekayaan Industri meliputi hak paten, merek, desain

industri, dan lain-lain. Untuk membantu eksportir dalam

mematenkan produk yang dihasilkannya, karena eksportir pakaian

jadi tekstil di wilayah Yogyakarta hanya sebagian kecil yang

mematenkan produknya, sedangkan yang lain setelah di ekspor

komoditi-komoditi tersebut di beri merk oleh importir.

DAFTAR PUSTAKA

Amir,Ms,1989, Ekspor Impor, Penerbit PPM, Jakarta.

, 2000, Seluk Beluk dan Teknik Perdagangan luar Negeri, Penerbit PPM, Jakarta.

, 2004, Strategi Memasuki Pasar Ekspor. Penerbit PPM. Jakarta. Badan Pengembangan Ekspor Nasional, 2003, Pedoman Pengelolaan Ekspor

Indonesia, Penerbit Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Jakarta.

, 2008, Panduan Menjadi Eksportir, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Jakarta.

Berry, Render dan Jay Heizer. 2001. Prinsip-prinsip Manajemen Operasi.

Penerbit Salemba Empat. Jakarta

Hasibun, Syahbenol, 2007, Pedoman Pengelolaan Ekspor, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta.

Lexy J. Maleong, 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Radarkaya,

Bandung. Mahrus, Hamid A, 2000, Pengembangan Usaha Kecil Menengah Industri dan

Perdagangan Kabupaten atau Kota, Direktorat Jendral Industri Kecil dan Dagang Kecil Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Jakarta.

Maulidiyah Indira Hasmarini dan Dwi Murtiningsih, 2003, Analisis Kausalitas

Ekspor Non Migas Dengan Pertumbuhan Elonomi Menggunakan Metode Final Prediction Eror, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Penerbit Balai Penelitian dan Pembangunan Ekonomi, FE UMS.

Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia, 2009, Kumpulan Makalah, PPEI,

Jakarta. R.P Suyono, 2003, Shipping Pengangkutan Intermoda Ekspor Impor melalui laut,

Penerbit PPM, Jakarta. Sudarmayanti dan Syarifudin Hidayat, 2002, Metodologi Penelitian, Mandar

Maju, Bandung. Tjiptono, Fandy, 2008, Strategi Pemasaran Ekspor Edisi 3, Penerbit Andi offset,

Yogyakarta.