peran statistik dalam mengetahui tingkat kejahatan

14
PERAN STATISTIK DALAM MENGETAHUI TINGKAT KEJAHATAN A. PERBANDINGAN ANGKA KEJAHATAN BERDASARKAN RAS (RACE RATIO) Dalam statistik kejahatan mengenai perbandingan ras belum mencerminkan fakta kejahatan yang sesungguhnya. Hal ini dikarenakan perbedaan perlakuan penegak hukum, Hakim maupun Juri dalam menyikapi suatu kejahatan yang dilakukan ras tertentu. Seringkali ras kulit hitam mendapatkan perlakuan yang berbeda dari kulit putih sehubungan dengan penangkapan, penghukuman dan termasuk masa penghukumannya dalam kejahatan yang sama. Disisi lainnya, seringkali tindakan kulit hitam yang dilarang oleh Undang-undang tetapi dilakukan dalam kalangannya mendapatkan permissif dari Penegak hukum dengan alasan hal tersebut merupakan hal yang lazim dalam kalangannya. Perlakuan terhadap kulit hitam tersebut, berbeda dengan perlakuan terhadap ras minoritas lainnya yaitu “Japanese-American” yang seringkali diidentikkan sebagai orang yang taat hukum. Seringkali penegak hukum tidak percaya jika Jepang-Amerika terlibat kejahatan yang serius. Dan terhadap kulit hitam seringkali kejahatan yang dilakukan olehnya selalu dihubung-hubungkan sebagai kejahatan antar ras dan dihukum lebih lama. Perbandingan kejahatan atas dasar ras dalam pembahasan ini memfokuskan antara kulit hitam dan kulit putih. Pertama, secara umum statistik kejahatan di seluruh Amerika serikat menunjukkan 1

Upload: jefry-fernando-ii

Post on 25-Nov-2015

31 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

PERAN STATISTIK DALAM MENGETAHUI TINGKAT KEJAHATANA. PERBANDINGAN ANGKA KEJAHATAN BERDASARKAN RAS (RACE RATIO)Dalam statistik kejahatan mengenai perbandingan ras belum mencerminkan fakta kejahatan yang sesungguhnya. Hal ini dikarenakan perbedaan perlakuan penegak hukum, Hakim maupun Juri dalam menyikapi suatu kejahatan yang dilakukan ras tertentu.

Seringkali ras kulit hitam mendapatkan perlakuan yang berbeda dari kulit putih sehubungan dengan penangkapan, penghukuman dan termasuk masa penghukumannya dalam kejahatan yang sama. Disisi lainnya, seringkali tindakan kulit hitam yang dilarang oleh Undang-undang tetapi dilakukan dalam kalangannya mendapatkan permissif dari Penegak hukum dengan alasan hal tersebut merupakan hal yang lazim dalam kalangannya.

Perlakuan terhadap kulit hitam tersebut, berbeda dengan perlakuan terhadap ras minoritas lainnya yaitu Japanese-American yang seringkali diidentikkan sebagai orang yang taat hukum. Seringkali penegak hukum tidak percaya jika Jepang-Amerika terlibat kejahatan yang serius. Dan terhadap kulit hitam seringkali kejahatan yang dilakukan olehnya selalu dihubung-hubungkan sebagai kejahatan antar ras dan dihukum lebih lama.

Perbandingan kejahatan atas dasar ras dalam pembahasan ini memfokuskan antara kulit hitam dan kulit putih. Pertama, secara umum statistik kejahatan di seluruh Amerika serikat menunjukkan kulit hitam tiga sampai empat kali lebih banyak ditangkap dalam melakukan kejahatan daripada kulit putih sebagaimana survey yang dilakukan dengan menggunakan data anak laki-laki yang dilahirkan pada tahun 1945 yang tinggal di Philadelpia dalam kurun waktu 1955 s.d 1962. Bahwa statistik tersebut dikuatkan dengan survei yang melihat laki-laki terlibat kejahatan nontraffic offense usia 20-30 tahun pada tahun 1974 yang menyatakan bahwa 39% orang kulit hitam terlibat dalam kejahatan tersebut dan kulit putih sebesar 30%. Sedankang nilai kejahatan bagi China dan Indian sama dengan kulit hitam. Kedua, dalam kondisi sosial yang sama kulit hitam kejahatan yang dilakukan oleh kulit hitam tidak lebih banyak daripada kulit putih, dan dilain kondisi kulit hitam lebih sedikit melakukan kejahatan daripada kulit putih.

Di Amerika dalam perbandingan angka kejahatan, secara luas kulit hitam lebih besar daripada kulit putih. Khususnya di Negara-negara bagian Barat, kelebihan angka tersebut sangatlah mencolok, sedangkan di Negara Negara bagian Selatan angka tersebut paling rendah dan di Negara-negara bagian Utara berada ditengah. Di Philadelpia pada tahun 1954 penangkapan terhadap orang kulit hitam mencapai 50%, dan di Michigan dan Ohio pada waktu yang sama, bahwa 40% orang dipenjara adalah kulit hitam yang hanya berjumlah 7%. Namun jumlah tersebut bukanlah dalam pembagian yang sama, karena untuk pembunuhan paling besar di daerah Selatan dan lebih rendah di New England. Kemudian statistik lainnya di stamford connecticut yang melihat dari status gender bahwa laki-laki maupun perempuan kulit hitam lebih banyak menjadi narapidana yaitu laki-lakinya delapan kali dan perempuannya empat belas kali lebih banyak.

Berdasarkan data yang diambil dari penghuni pemasyarakatan yang menunjukkan lebih banyak kulit hitam daripada kulit putih, kejahatan seperti penyerangan dan pembunuhan paling banyak ditemukan, sedangkan pemerkosaan paling sedikit. Statistik kejahatan yang dibuat FBI tahun 1975 yang diwakili 7.993 orang yang ditangkap diseluruh Amerika, kulit hitam paling banyak melakukan kejahatan pembunuhan, perampokan dan perjudian. Dan Mc Keown dalam surveinya tentang kaitan antara kejahatan tertentu dengan angka penangkapan berkesimpulan bahwa kota-kota dengan mayoritas kulit hitam mempunyai angka yang sangat besar terhadap kejahatan pembunuhan, dan mengenai perbandingan kejahatan tipe lainnya bervariasi dari tahun ke tahun dan berbeda pula dari tipe kota satu dengan tipe kota lainnya, kesimpulannya bahwa tidak ada hubungan antara populasi kulit hitam dengan angka kejahatan dari setiap kota. Kemudian surveinya menunjukkan bahwa di Negara bagian Selatan yang memiliki jumlah kulit hitam yang banyak bahwa kulit putih terlibat sangat besar dengan pembunuhan. Di houston, Lundsgaarde menemukan bahwa kulit hitam lebih banyak yang terlibat pembunuhan daripada kulit putih yaitu sebesar 93%. Jadi jelaslah secara relatif angka pembunuhan yang tinggi di setiap kota memiliki jumlah kulit hitam yang banyak tetapi tidak bisa disimpulkan sebagai faktor rasial.

Sehubungan dengan periode waktu bahwa angka kejahatan kulit hitam lebih tinggi daripada kulit putih, dan tidak ada perbedaan secara mencolok dari tahun ke tahun. Selama tahun 1960-1965 bahwa angka penangkapan kulit hitam terkait pencurian naik 24% disaat kulit meningkan 3%. Namun untuk kejahatan yang berbau kekerasan seperti pembunuhan dan pemerkosaan serta penyerangan, kulit hitam hanya meningkat sebesar 5% disaat kulit putih mencapai 27%. Dan hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa angka kulit hitam terpelajar lebih rendah daripada kulit miskin yang tidak berpendidikan.

Singkatnya, statistik menunjukkan kulit hitam lebih banyak melakukan kejahatan daripada kulit putih, tetapi perbandingan tersebut bervariasi dalam situasi sosial tertentu. Dan variasi tersebut tidak dapat disimpulkan sebagai akibat perbedaan ras, tetapi hanya dapat diterangkan sebagai interaksi sosial. Dugaan angka kejahatan tersebut didasari faktor rasial sebagai minoritas, keadaan frustasi dan status ekonomi, dan kemiskinan tidak mampu juga memberikan jawaban yang memuaskan. Di Amerika dalam kaitan antara kejahatan dengan pelakunya lebih kepada kehidupan sosialnya, yaitu kulit hitam tidak banyak melakukan kejahatan kera putih karena interaksi sosialnya tidak berkaitan dengan hal tersebut.B. PERBANDINGAN ANGKA KEJAHATAN BERDASARKAN KELAHIRAN

Ketika asimilasi (peleburan) dari jumlah yang sangat banyak dari imigran tidak lagi dipertimbangkan sebagai permasalahan social yang serius di Amerika Serikat, analisa data dari kelahiran atas pelaku kriminal tetap menjadi permasalahan dari signifikansi teori yang besar. Sewaktu imigrasi sedang pada puncaknya, banyak orang berpendapat bahwa imigrasi merupakan penyebab utama terjadinya tindak pidana. Mekanisme yang pasti tidak disebutkan, tetapi ada hal-hal berikut ini yang diajukan:

1. Imigran datang dari keturunan ras rendah, atau ada proporsi yang lebih besar dari individu rendahan di ras keturunan imigran dibandingkan orang kulit putih asli, dan degenerasi inilah yang membawa pada kriminalitas.2. Imigran tidak dilatih dan diajarkan secara perundang-undangan dan dasar Negara, sehingga melakukan kejahatan merupakan hal yang biasa.3. Imigran pada umumnya adalah kaum yang miskin, sehingga kemiskinan dan hasil dari kefrustrasian akan keadaan inilah yang mengakibatkan sikap ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dalam beberapa hal, termasuk kejahatan dan kriminalitas.4. Imigran umumnya sangat aktif dan giat sehingga dikucilkan dan dihalangi dan dibatasi pengaruhnya dari kelompok primer.

Masing-masing poin ini didasarkan pada asumsi bahwa ada tingkat kejahatan yang tinggi diantara kaum imigran. Asumsi ini tidak dapat dijamin kebenarannya. Banyak hasil studi penelitian secara konsisten mennujukkan bahwa secara umum, tingkat kejahatan imigran justru lebih rendah daripada kejahatan yang dilakukan oleh masyarakat asli. Studi ini juga menghasilkan kumpulan data statistik mengenai rasio kelahiran dalam kejahatan dan variasi-variasi rasio ini. Pertimbangan dari data ini menimbulkan keraguan mengenai keabsahan dari ke empat poin diatas. Selain usia, jenis kelamin, dan ras ada 2 hubungan yang umum antara kejahatan dan kelahiran.

1. Pada awalnya sering disimpulkan bahwa imigran menyumbang lebih banyak kuota kejahatan (daripada masyarakat asli), tetapi keadaan sekarang menemukan hal yang justru sebaliknya. 2. Taraf dimana kejahatan itu terjadi dalam lingkup kaum kulit putih melampaui jumlah imigran, dimana hal tersebut bergantung pada kondisi-kondisi social berikut:

a. Bentuk kejahatan tertentu merupakan karakteristik dari suatu kelompok imigran tertentu yang berbeda dari kejahatan kelompok yang lain. Misalnya: kelompok tertentu memiliki tingkat kriminalitas yang tinggi dalam kasus mabuk-mabukkan dan pelanggaran ringan, namun rendah dalam kejahatan besar, dan sebaliknya.b. Kejahatan bergantung pada sikap masing-masing kelompok etnis.c. Kejahatan bergantung pada sikap dan tingkah laku masing-masing kelompok kepada kelompok kulit putih yang lain atau kelompok kulit hitam.d. Kejahatan bergantung pada usia mereka datang ke suatu daerah.e. Kejahatan bergantung pada berapa lama suatu kaum imigran telah tinggal di daerah tersebut.C. PERBANDINGAN ANGKA KEJAHATAN BERDASARKAN USIAPersamaan dan perbedaan dalam menentukan angka kejahatan untuk kategori tertentu sangat konsisten (sering muncul) atau dengan kata lain kaitan antara kategori tersebut dengan kejahatan cukup beralasan. Meskipun banyak sekali kategori yang sering muncul, namun secara garis besar ada enam kategori yang dianggap paling dominan, yaitu usia, jenis kelamin, ras, suku bangsa, jumlah penduduk dan tingkatan sosial. Berdasarkan penelitian statistic kejahatan berbagai pihak dari tahun ketahun ditemukan bahwa tingkat kejahatan yang dilakukan oleh anak muda cukup tinggi, yang menjadi indikasi adanya perbedaan jumlah angka kejahatan yang dilakukan usia muda dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Kesimpulan yang muncul akhirnya adalah adanya kaitan antara usia dengan kejahatan, antara lain :

1. Jumlah kejahatan paling maksimal pada umumnya dilakukan selama atau mendekati usia remaja.

2. Usia maksimal kriminalitas tidak sama dalam berbagai kondisi. Ada beberapa factor yang mempengaruhi, yaitu :

a. usia maksimal kriminalitas berbeda dalam jenis kejahatan yang berbeda. Misalnya laki laki usia 15-19 lebih banyak ditahan untuk kasus pencurian dibanding dengan kelompok usia lain.

b. usia maksimal kriminalitas berbeda tergantung jenis kelamin. Misalnya : pada usia yang sama, perempuan cenderung lebih sedikit melakukan kejahatan dibanding laki-laki.

c. usia pertama kali melakukan kenakalan berbeda ditiap tempat berbeda. Misalnya : usia anak yang melakukan kenakalan lebih dini di daerah yang angka kenakalan nya lebih tinggi.

d. jenis kejahatan yang dilakukan berbeda ditiap tempat yang berbeda. Misalnya di Chicago anak usia 12-13 lebih banyak melakukan pencurian dengan kekerasan, sementara di wilayah lain anak dengan usia yang sama banyak melakukan penganiayaan antar kelompok.

e. untuk semua jenis kejahatan,dan hampir seluruh kejahatan tertentu, angka kejahatan terus menerus menurun dari usia maksimal kriminalitas sampai akhir hidup. Misalnya di amerika, kasus pembunuhan menurun setelah usia 20-24 tahun.

f. jumlah kejahatan dalam berbagai kelompok usia, berubah dari waktu ke waktu. Misalnya angka kenakalan remaja meningkat 20 tahun belakangan dibandingkan dengan kelompok usia lain.

g. kemungkinan pengulangan kejahatan dan jarak waktu antara dilakukan nya kejahatan pertama dan kejahatan kedua berbeda tergantung usia dimana kejahatan itu pertama sekali dilakukan. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin muda usia seseorang saat pertama sekali melakukan kejahatan maka semakin besar kemungkinan seseorang tersebut melakukan kejahatan kedua.

h. kenakalan remaja dapat dikatakan memiliki kaitan dengan perilaku tindak kejahatan yang dilakukan setelah dewasa, tapi tidak bisa disimpulkan bahwa kenakalan remaja saat ini merupakan calon penjahat dewasa dimasa mendatang. Karena tidak semua remaja nakal berujung menjadi penjahat ketika dewasa.

Kesimpulan nya, statistic kejahatan yang telah ada menunjukkan bahwa usia muda lebih banyak melakukan kejahatan dibandingkan usia tua, tetapi dengan berbagai faktor yang juga mempengaruhinya. Angka kejahatan berbeda tergantung usia, namum dalam kelompok usia tertentu angka kejahatan berbeda dipengaruhi keadaan sosial tertentu. Usia secara langsung dan tidak langsung menjadi faktor yang mempengaruhi angka kejahatan dan jenis kejahatan.

D. PERBANDINGAN ANGKA KEJAHATAN BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Jenis Kelamin adalah hal yang mempengaruhi dalam menentukan kejahatan. Dalam suatu penelitian jika menggunakan sifat tunggal dalam memprediksi tingkat kejahatan maka akan sedikit terjadi suatu kesalahan. Sebagaimana contoh dalam menentukan tingkat kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak pada suatu kota. Dalam hal ini, kesalahan yang terjadi dalam statistic akan menjadi lebih sedikit. Berbeda jika suatu penilitian dilakukan berdasarkan jenis kelamin, untuk melihat tingkat kriminalitas yang dilakukan baik laki-laki maupun perempuan, maka dalam prediksi akan menemukan kesalahan dalam banyak kasus, untuk sebagian besar laki-laki menjadi penjahat dan beberapa wanita akan menjadi penjahat. Tetapi akan ditemukan banyak kesalahan dalam lebih banyak kasus jika dalam penelitian menggunakan setiap sifat tunggal lainnya, seperti usia , ras, latar belakang keluarga , atau karakteristik kepribadian. Seperti halnya dengan usia, ada dua hubungan umum untuk diamati antara kejahatan dan status seks.

Pertama, tingkat kejahatan bagi pria sangat melebihi tingkat kejahatan bagi perempuan dalam semua bangsa, semua masyarakat dalam suatu negara, semua kelompok usia, semua periode sejarah yang terorganisir statistik yang tersedia, dan untuk semua jenis kejahatan kecuali kejahatan yang terdapat pada perempuan, seperti kasus bayi dan aborsi .

Kedua, sejauh mana tingkat kejahatan di kalangan laki-laki melebihi tingkat kejahatan di kalangan perempuan tidak sama dalam semua kondisi. Ada variasi dalam rasio jenis kelamin dalam kejahatan, seperti ada variasi dalam rasio usia dalam kejahatan. Variasi tersebut adalah:

1. Sejauh mana tingkat kejahatan di kalangan laki-laki melebihi tingkat untuk perempuan bervariasi dari satu negara ke yang lain.

2. Sejauh mana tingkat kejahatan untuk laki-laki melebihi tingkat kejahatan untuk wanita bervariasi dengan posisi sosial dari jenis kelamin pada kelompok yang berbeda dalam suatu negara.

3. Sejauh mana tingkat kejahatan untuk laki-laki melebihi tingkat kejahatan untuk wanita bervariasi dengan ukuran komunitas tempat tinggal.

4. Sejauh mana tingkat kejahatan di kalangan laki-laki melebihi tingkat kejahatan di kalangan perempuan bervariasi dengan usia.

5. Sejauh mana tingkat kejahatan di kalangan laki-laki melebihi tingkat kejahatan di kalangan perempuan bervariasi dengan daerah tempat tinggal di dalam kota . Umumnya , semakin tinggi tingkat kejahatan suatu daerah, rasio jenis kelamin yang lebih rendah dalam kejahatan.

6. Sejauh mana tingkat kejahatan di kalangan laki-laki melebihi tingkat kejahatan di kalangan perempuan bervariasi dengan waktu.

7. Di antara penjahat muda, sejauh mana tingkat kejahatan untuk laki-laki melebihi tingkat kejahatan untuk wanita bervariasi dengan tingkat integrasi dalam keluarga.kesimpulan

Seperti yang telah dikemukakan, bahwa terdapat sifat lain yang mempengaruhi tingkat kejahatan. Seperti halnya jenis kelamin dalam membedakan penjahat dan bukan penjahat. Jenis kelamin dalam hal ini untuk mengetahui bahwa sebagian besar penjahat adalah laki-laki, tetapi hal ini bukanlah penjelasan tindakan criminal apa yang dilakukan. Beberapa sarjana telah menyatakan bahwa tingkat kejahatan yang lebih tinggi kenakalan yang berjenis kelamin laki-laki adalah dikarenakan karakteristik biologis dari laki-laki. Kesimpulan ini memiliki justifikasi tidak lebih dari kesimpulan bahwa tingkat kematian pria disambar petir enam kali lebih sering daripada wanita adalah karena perbedaan biologis antara pria dan wanita. Variasi dalam rasio jenis kelamin dalam kejahatan yang begitu besar sehingga dapat disimpulkan bahwa kelelakian tidak signifikan dalam penyebab kejahatan itu sendiri tetapi hanya karena hal ini menunjukkan posisi sosial, pengawasan, interaksi sosial dan hubungan sosial lainnya .

Mungkin perbedaan yang paling penting adalah bahwa perempuan diawasi lebih hati-hati dan berperilaku sesuai dengan pola perilaku anticriminal diajarkan kepada mereka dengan perawatan yang lebih besar dan konsistensi daripada anak laki-laki. Kesimpulan umum dari survei ini data mengenai kondisi fisik dan fisiologis adalah, bahwa kondisi jenis kelamin , telah terbukti menjadi kekuatan langsung dalam produksi kejahatan atau kenakalan.KESALAHAN DALAM MEMPERTIMBANGKAN HUKUMAN

Kriminalitas diukur atau dinilai berdasarkan kerusakan/kehancuran (bagi/terhadap masyarakat) yang ditimbulkan menegaskan bahwa pertimbangan kriminalitas yang mengacu pada intense/maksud-tujuan yang mendasari adalah keliru. Karena intensi/maksud-tujuan seseorang pada dasarnya menyatu (tidak terpisahkan) dengan kesan/pengaruh yang ditimbulkan serta kecenderungan pikiran yang melatar belakangi. Halmana bervariasi dari orang perorang dan juga dari waktu ke waktu karena cepatnya perubahan ide/pikiran, perasaan dan situasi yang dialami. Akibatnya akan terlalu banyak kerangka hukum yang harus dipakai untuk suatu tindakan dan juga harus diciptakan ketentuan hukum baru untuk setiap tindak criminal tertentu. Bisa jadi seseorang dinilai melakukan kesalahan besar terhadap masyarakat padahal maksud-tujuannya (intensinya) sangat baik, atau memberikan kebaikan bagi masyarakat padahal niatnya sangat buruk.

Serius tidaknya suatu tindak criminal dinilai berdasarkan peringkat derita yang dialami oleh pihak yang dilukai bukan dinilai berdasarkan seberapa signifikan kebaikan yang ditimbulkan bagi masyarakat umum. Jika demikian maka pembangkangan terhadap Tuhan akan mendapat hukuman yang jauh lebih berat daripada tindakan membunuh raja/pemimpin negara. Superioritas Tuhan jadi meniadakan (secara tidak terbatas) pelanggaran atau kejahatan2 lain.

Tingkat kegawatan (berat tidaknya) suatu dosa sebagai dasar pertimbangan tingkat kriminalitas.

2