peran serta orang tua dalam meningkatkan keterampilan membaca menulis permulaan dengan metode global...

29
PERAN SERTA ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN DENGAN METODE GLOBAL INTUITIF Edy Rianto & Endang Mursalin (Dosen PLB Unesa, email:[email protected] & [email protected]) Abstract; This class action research uses global intuitive method and involves the parents of the deaf student on the learning process wheter it is in the school or the house. The purpose of the research are to in crease the students ability of reading and writing and to in crease the parents involment on learning process in the school or the house. On the first cycle, it is found that the students ability of reading and writing sample sentence get 77 % and the parents activity on the involvement of the learning procers is 79,08 %. Based on the result of the first cycle the researcher continued to the action reseach on second cycle, on this cycle the researcherincrease the home visit to the students parents,uses the same age child as contemporary tutor, repair the parents guidance in home. Those three aspect show the result of the study completely, which is more than 80 %. Based of the result of the research, it can be concluded that the result of the beginning of reading and writing ability is better and more increase on the second cycle than the first cycle, especrally on reading the simple sentence the students have written. The parents are also more intensive or involve the their childrens education. Abstrak; Penelitian tindakan kelas ini menggunakan pendekatan metode global intuitif serta melibatkan orang tua siswa dalam pembelajaran di kelas maupun di rumah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca dan menulis serta mengaktifkan orang tua siswa dalam pendampingan pembelajaran baik di rumah maupun di sekolah. Pada siklus ditemukan bahwa kemampuan siswa dalam membaca dan menulis kalimat sederhana telah mencapai 77 % sedangkan aktifitas orang tua dalam pendampingan pembelajaran telah mencapai 79,08 %. Oleh karena itu diadakan lanjutan tindakan pembelajaran siklus 2, setelah memperhatikan hasil refleksi siklus 1dengan menambah intensitas kunjungan ke rumah orang tua, memanfaatkan teman sebaya untuk dijadikan tutor sebaya, memperbaiki komponen panduan bimbingan orang tua di rumah, ketiga aspek tersebut menunjukkan hasil hasil belajar tuntas yaitu lebih dari 80 %. Berdasarkan temuan penelitian, maka simpulan yang dikemukakan adalah “ Hasil

Upload: alim-sumarno

Post on 19-Oct-2015

196 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : EDY RIANTO,

TRANSCRIPT

Manajemen Mutu Pendukung Akademik Sekolah Dasar Berbasis Religi

JURNAL PENDIDIKAN LUAR BIASA,APRIL 2012,VOLUME 8, NOMOR.1

Rianto & Mursalin,Peran serta Orangtua . (69-86)PERAN SERTA ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN DENGAN METODE GLOBAL INTUITIF

Edy Rianto & Endang Mursalin(Dosen PLB Unesa, email:[email protected] & [email protected])

Abstract; This class action research uses global intuitive method and involves the parents of the deaf student on the learning process wheter it is in the school or the house. The purpose of the research are to in crease the students ability of reading and writing and to in crease the parents involment on learning process in the school or the house. On the first cycle, it is found that the students ability of reading and writing sample sentence get 77 % and the parents activity on the involvement of the learning procers is 79,08 %. Based on the result of the first cycle the researcher continued to the action reseach on second cycle, on this cycle the researcherincrease the home visit to the students parents,uses the same age child as contemporary tutor, repair the parents guidance in home. Those three aspect show the result of the study completely, which is more than 80 %. Based of the result of the research, it can be concluded that the result of the beginning of reading and writing ability is better and more increase on the second cycle than the first cycle, especrally on reading the simple sentence the students have written. The parents are also more intensive or involve the their childrens education.

Abstrak; Penelitian tindakan kelas ini menggunakan pendekatan metode global intuitif serta melibatkan orang tua siswa dalam pembelajaran di kelas maupun di rumah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca dan menulis serta mengaktifkan orang tua siswa dalam pendampingan pembelajaran baik di rumah maupun di sekolah. Pada siklus ditemukan bahwa kemampuan siswa dalam membaca dan menulis kalimat sederhana telah mencapai 77 % sedangkan aktifitas orang tua dalam pendampingan pembelajaran telah mencapai 79,08 %. Oleh karena itu diadakan lanjutan tindakan pembelajaran siklus 2, setelah memperhatikan hasil refleksi siklus 1dengan menambah intensitas kunjungan ke rumah orang tua, memanfaatkan teman sebaya untuk dijadikan tutor sebaya, memperbaiki komponen panduan bimbingan orang tua di rumah, ketiga aspek tersebut menunjukkan hasil hasil belajar tuntas yaitu lebih dari 80 %. Berdasarkan temuan penelitian, maka simpulan yang dikemukakan adalah Hasil belajar membaca, menulis permulaan ada peningkatan dan lebih baik dalam siklus 2 dibandingkan dengan siklus 1 dalam hal membaca kalimat sederhana yang telah ditulisnya, orang tua bertambah intens tentang pendidikan anaknya.

Kata kunci : Keterampilan membaca menulis permulaan, siswa dan orangtua tunarungu, metode global intuitif.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ), bidang studi Bahasa Indonesia telah dicantumkan bahwa pada akhir pendidikan di SDLB B peserta didik telah membaca sekurang kurangnya 5 buku sastra dan non sastra dan dapat menulis naskah pidato, menulis surat dengan bahasa yang komunikatif serta mempraktikkan penggunaan ejaan. Lenner ( 1988 : 349 ) dalam Abdurrahman ( 2003 : 200 ) mengemukakan kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan untuk membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelaskelas berikutnya.Kemampuan menulis sangat diperlukan baik dalam kehidupan di sekolah maupun di masyarakat. Para siswa memerlukan kemampuan menulis untuk menyalin, mencatat atau untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah.Sedang dalam kehidupan masyarakat, orang memerlukan kemampuan menulis untuk keperluan berkirim surat, mengisi formulir atau membuat catatan. Oleh karena itu, menulis harus diajarkan pada saat anak mulai masuk SD. Kemampuan membaca dan menulis siswa tunarungu yang terjadi di lembaga lembaga pendidikan luar biasa umumnya sangatlah rendah, apalagi lembaga tersebut sangatlah jauh dari faktor kelayakan sebagai lembaga pendidikan khusus. Pada umumnya yang terjadi adalah anak dapat menulis dengan lancar tetapi tidak memahami apa yang telah ditulisnya. Demikian juga dengan membaca, anak dapat membaca tetapi tidak memahami apa yang telah dibacanya.Kenyataan yang terjadi di tempat penelitian ini dilaksanakan yaitu di SDLB Negeri Seduri Mojosari Kab. Mojokerto adalah selama ini guru hanya menggunakan metode yang kurang variatif hanya metode eja dan metode kata lembaga dengan gambar serta identifikasi kata, akibatnya tidak semua siswa cocok dengan metode tersebut. Siswa hanya mengetahui gambar dan tulisan saja tetapi tidak mengetahui akan maksud/ makna dari tulisan tersebut. Kelemahan dari metode tersebut adalah jika guru akan menerangkan kata sifat akan mengalami kesulitan dalam menggambar. Pembelajaran menulis tidak disertai dengan belajar membaca, jadi anak hanya mencontoh tulisan yang telah ditulis oleh guru di papan tulis. Keberadaan orang tua siswa yang setiap pagi selalu ikut menunggui putra-putrinya sekolah belum banyak dimanfaatkan untuk membantu pembelajaran.Penyebab dari hal hal yang disebutkan di atas diantaranya, (1) Usia anak ketika masuk sekolah sudah terlambat ( 7 th 12 th ), (2) Intervensi hanya dilakukan di sekolah dan orang tua tidak dilibatkan,(3) Salah satu karakteristik anak tunarungu adalah manusia visual maka anak hanya suka mencontoh tulisan dan anak hanya diberi latihan mencontoh tulisan, (4) Kekurangpahaman orang tua tentang karakteristik anaknya yang tunarungu dan cara mengintervensi secara dini dalam belajarnya. Diantara penyebab tersebut tidak merupakan suatu hambatan, melainkan dapat digunakan sebagi pijakan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam membaca, menulis permulaan. Bimbingan ke orang tua yang kurang paham tentang cara membimbing belajar anak, sehingga terjadi adanya kesinambungan antara pembelajaran di rumah dengan di sekolah. Pendidikan bagi anak tunarungu dilaksanakan di Sekolah Luar Biasa, karena anak tunarungu memerlukan pendidikan dan pelayanan secara khusus, tetapi dalam pelaksanaannya juga tidak terlepas dari peran serta orang tua untuk mendidik anaknya. Orang tua hendaknya memelihara konsistensi dan kebersamaan pergaulan dengan anak sebaik mungkin, sehingga situasi pembelajaran akan memotivasi proses belajar anak yang selanjutnya akan membuahkan hasil belajar, karena pada hakekatnya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua dan masyarakat.Tetapi sampai saat ini masih banyak sekolah luar biasa yang belum melibatkan orang tua murid dalam pendidikan anaknya, sehingga upaya optimalisasi potensi pada anak luar biasa belum bisa dilakukan secara optimal. Demikian juga dengan kondisi yang ada di SDLBN Seduri juga belum diadakan kegiatan yang melibatkan orang tua dalam membantu anaknya, sehingga pembelajaran hanya terfokus di sekolah saja. Padahal menurut Sadjaah (2005 : 40) pendidikan yang diberikan oleh orang tua terhadap anak atau anggota keluarga yang mempunyai ikatan darah turunan suatu keluarga, sifatnya sangat variasi yang mewarnai pola perilaku sebagai Social process pendidikan dan pembelajaran dalam suatu keluarga. Evaluasi terhadap pembelajaran anak gangguan pendengaran usia dini, di Bill Wirkenson Hearing and Speech center, Nashville Amerika menunjukkan bahwa Early Intervention melalui Parent Infant Program atau kegiatan belajar oleh orang tua, sangat memberikan manfaat bagi prestasi pendidikan anak. Menanggapi hal tersebut hasil penelitian yang dilakukan oleh Parving (1999) dalam Purbaningrum ( 2001 ) di negara negara maju utamanya di Amerika Serikat, tentang intervensi dini pada anak tunarungu dengan melibatkan peran serta orang tua anak tunarungu untuk memasuki sekolah umum dengan rincian sebagai berikut : 80% anak tunarungu yang tingkat ketuliannya di bawah 75 dB, dan 11 % anak tunarungu yang tingkat ketuliannya di atas 75 dB, mampu berintegrasi di sekolah umum.Salah satu metode membaca, menulis permulaan untuk anak tunarungu adalah metode global intuitif. Dalam metode global intuitif belum ada tuntutan pada anak untuk membaca huruf, kata, tetapi membaca kalimat secara keseluruhan dan kalimat tersebut berasal dari hasil percakapan. Penerapan dari metode global intuitif yaitu diawali dengan percakapan, kemudian hasil percakapan divisualisasikan berupa kalimat langsung. Metode global intutif merupakan pengembangan dari metode global yang ditemukan oleh seorang ahli ilmu jiwa dan ahli pendidikan bangsa Belgia yang bernama Decroly. Menurut Purwanto (1997:32) dalam (Tarmizi, 2008, http://Tarmizi.Wordpress.Com/ 2008/12/02/ diakses 21-1-2009) metode global adalah metode yang melihat segala sesuatu sebagai keseluruhan.Banyak faktor yang mempengaruhi pendidikan anak di sekolah . Secara garis besar faktor faktor tersebut digolongkan menjadi dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu dan faktor yang berasal dari luar individu. Kedua faktor tersebut ikut menentukan terhadap keberhasilan pendidikan anak yaitu kemampuan membaca dan menulis serta prestasi anak di sekolah . Peran serta orang tua yang berupa bimbingan dan latihan membaca dan menulis di rumah merupakan salah satu faktor dari luar individu sudah tentu akan mempengaruhi terhadap kemampuan membaca menulis permulaan dan prestasi belajar anak. Faktor penghambat orang tua tidak mengerti cara membimbing dalam aspek aspek keterampilan berbahasa dengan benar, namun orang tua menyatakan kesediaannya untuk melatih anaknya belajar berbahasa apabila diberi bimbingan, cara melatih membaca dan menulis dengan benar.Selain yang tersebut di atas tadi juga faktor keterbukaan orang tua terhadap kondisi dan kemampuan yang dimiliki anak sangat diperlukan dalam mengembangkan kemampuan yang telah dimiliki anak. Orang tua yang kurang perhatian terhadap anak, maka sangat jauh dari kemungkinan anak tersebut bisa maju dengan pesat, anak dapat maju secara perlahan tanpa intervensi bahkan tertinggal jauh dengan teman-temannya yang orang tuanya sangat memperhatikan keadaan anaknya.Berdasarkan permasalahan pembelajaran membaca menulis permulaan yang ditemukan di lapangan maka perlu mencari solusi pemecahan dengan maksud agar hasil belajar dapat diperbaiki dan dioptimalkan. Adapun masalah pada kajian ini adalah Bagaimanakah peningkatan keterampilan membaca menulis permulaan melalui metode global intuitif dan peran serta orang tua siswa tunarungu di SDLBN Seduri Mojosari ?. Sedangkan tujuannya adalah (1) mendeskripsikan proses pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode global intuitif dan peran serta orang tua bagi siswa tunarungu kelas II di SDLBN Seduri Mojosari Kab. Mojokerto, (2) menganalisis dan mendeskripsikan peningkatan keterampilan membaca menulis permulaan anak tunarungu kelas II melalui metode global intuitif dan peran serta orang tua di SDLBN Seduri Mojosari Kab. Mojokerto. Manfaat penelitiannya adalah bagi guru sebagai salah satu alternatif metode membaca menulis permulaan, bagi orang tua siswa tunarungu sebagai salah satu pedoman, bimbingan pada anak di rumah dan bagi pemerhati pendidikan dapat digunakan sebagai pijakan untuk mengembangkan dan meningkatkan pembelajaran bahasa Indonesia terutama membaca menulis permulaan.

METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Menurut Arikunto, Suharsimi ( 2005:4 ), penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas. Ditinjau dari karakteristiknya, penelitian tindakan kelas setidaknya memiliki karakteristik antara lain : (1) didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional; (2) adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya; (3) peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi; (4) bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik instruksional; (5) dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus. (Ibnu : 2000 dalam Aqib, 2006:16).Desain atau rancangan penelitian tindakan kelas yang digunakan mengacu pada Kemmis dan Mc Taggart ( 1988 ) yang berdasarkan siklus-siklus. Adapun model PTK dimaksud menggambarkan adanya empat langkah ( dan pengulangannya ), meliputi : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas 2 SDLB Negeri Seduri Kec. Mojosari Kab. Mojokerto termasuk kelompok yang belum bisa membaca dengan karakteristik siswa sebagai berikut : (1) IQ anak normal ( dengan observasi bahwa anak tersebut dapat mengikuti pelajaran ); (2) taraf ketunarunguan siswa dengan tes pendengaran sederhana adalah 66,66 % ringan dan 33,33% sedang; (3) dengan melihat hasil belajar pada kelas 1 siswa sudah mengenal huruf memakai abjad jari tetapi belum mampu mengucapkannya.Lokasi penelitian yaitu di dalam kelas 2 SDLB Negeri Seduri Kec. Mojosari Kab. Mojokerto dan lingkungan rumah siswa. Sedangkan mitra dalam penelitian ini adalah guru kelas 2 dan orang tua siswa tunarungu kelas 2, jarak rumah siswa dengan sekolah antara 2 Km sampai 7 Km. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah; (1) metode pengamatan (Observasi), yakni halhal yang diobservasi adalah : (a) aktifitas orang tua dalam mengikuti pendampingan di dalam kelas; (b) daftar cek pengamatan orang tua di rumah tentang belajar siswa; (c) penilaian proses dan hasil kemampuan siswa dalam membaca dan menulis permulaan; (d) catatan harian aktifitas pendampingan orang tua di rumah. Pedoman pengamatan / observasi ini digunakan untuk merekam data tentang kegiatan belajar anak di rumah, dan hasil belajar siswa di sekolah. Hasil akhir dari observasi dengan teknik ini berupa tes tulis; (2) metode dokumentasi yaitu digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan awal yang telah dikuasai anak, catatan harian anak digunakan untuk mengetahui setiap perkembangan yang terjadi pada anak tentang pembelajaran membaca menulis permulaan. Rekaman foto dipergunakan sebagai bukti autentik selama kegiatan penelitian berlangsung.Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan perubahan hasil belajar sebelum dan sesudah dilakukan tindakan pembelajaran. Adapun untuk mengukur perubahan hasil belajar pada setiap siklus dianalisis dengan mencari rerata ( mean ) kelas. Untuk mengukur pelaksanaan pembelajaran sebelum dilakukan tindakan pembelajaran dan selama dilakukan tindakan pembelajaran dilakukan analisis refleksi melalui diskusi dengan guru kelas 2 yang sudah didahului oleh kegiatan refleksi pada siklus-siklus. Analisis dimulai dengan kegiatan reduksi data, penyajian data dan penyimpulan. Indikator keberhasilan pelaksanaan pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode global intuitif melalui keterlibatan orang tua didasarkan pada kriteria ada tidaknya peningkatan aktifitas belajar siswa pada saat proses pembelajaran, hasil belajar siswa dan sikap siswa dalam pembelajaran membaca, menulis. Untuk mengukur perubahan hasil belajar siswa dalam pembelajaran membaca, menulis permulaan dengan mencari rerata (mean) kelas. Indikator keberhasilan siswa didasarkan pada pencapaian prosentase hasil belajar tindakan pembelajaran membaca menulis permulaan meningkat atau lebih baik dibandingkan dengan prosentase hasil belajar pratindakan. Peningkatan hasil belajar dari siklus ke siklus minimal tetap atau meningkat dari siklus sebelumnya. Penurunan hasil belajar dipertimbangkan dengan membandingkan tingkat kesulitan materi. Adapun alur penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc Taggart , dalam Aqib ( 2006 : 31 ).

HASIL DAN PEMBAHASANHasil penelitian dan pembahasan didasarkan pada aktivitas pembelajaran membaca dan menulis permulaan, serta produk keterampilan membaca, menulis permulaan, meliputi : (a) pembelajaran pratindakan membaca, menulis permulaan; (b) dua siklus pembelajaran tindakan membaca, menulis permulaan dengan metode global intuitif melalui keterlibatan orang tua; (c) pembahasan hasil penelitian.A. Deskripsi Pembelajaran Pratindakan Membaca Menulis PermulaanUntuk pencarian fakta dan analisis, selama satu minggu dilakukan pengamatan intensif pembelajaran membaca menulis permulaan baik di rumah maupun di kelas. Proses pembelajaran yang dilakukan guru dalam kelas hanya menggunakan salah satu metode ( ceramah, drill, identifikasi, imitasi ). Guru memulai pelajaran dengan cara menggambar benda dan menuliskan nama benda. Selanjutnya mengucapkan nama benda tersebut sambil menunjukkan bendanya, guru menunjuk salah satu siswa untuk menirukan ucapan guru dalam menyebutkan nama benda yang dimaksud, diteruskan dengan membaca huruf sambil mengisyaratkan dengan jari ( abjad jari ). Ditinjau dari hasil pengamatan proses pembelajaran di rumah, serta daftar cek pengamatan yang dikumpulkan orang tua siswa dapat ditarik kesimpulan bahwa banyak orang tua yang belum paham tentang cara mengarahkan/ membimbing anak tunarungu dalam belajar bahkan orang tua cenderung mengabaikan serta membiarkan putra-putrinya dalam belajar. Contoh hasil daftar cek pengamatan pembelajaran di rumah oleh orang tua siswa. ( Terlampir )Berdasarkan gambaran tersebut di atas diperoleh hasil bahwa keterampilan membaca, menulis siswa sangat rendah dengan nilai rerata 55,5%. Setelah melihat proses dan hasil pengamatan pratindakan tersebut disepakati untuk menerapkan pembelajaran membaca menulis permulaan dengan menggunakan metode global intuitif serta melibatkan orang tua untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca dan menulisnya.

B. Diskripsi Tindakan Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan1. Pelaksanaan Siklus 1Pembelajaran membaca menulis permulaan ini meliputi proses dan produk yang saling terkait, Pendeskripsiannya dilakukan bersamaan antara proses dan produk dilanjutkan dengan refleksi.Pelaksanaan pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode global intuitif melalui keterlibatan orang tua siklus 1 berlangsung dalam 4 kali pertemuan di dalam kelas maupun pengamatan tentang kegiatan pembelajaran di rumah, pada tanggal 17, 18, 19dan 20 Nopember 2010. Penelitian dilakukan secara terus dalam satu minggu tiap siklus adalah untuk memudahkan siswa mengingat kalimat yang telah dipelajari serta dalam satu tema pembelajaran. Setiap pertemuan diawali dengan percakapan untuk mengetahui apa yang sedang dialami anak dan apa yang ingin diucapkan anak, sehingga materi pembelajaran diambilkan dari cerita anak tersebut, adapun langkah-langkah pelaksanaan siklus 1 dideskripsikan untuk mendapat gambaran dari pelaksanaan sebagai berikut: Perencanaan, pada tahap ini RPP disusun untuk pembelajaran dalam kelas, siklus 1 disiapkan untuk pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode global intuitif. Fokus pembelajaran siklus 1 adalah pengenalan metode global intuitif dengan cara melihat langsung proses pembelajarannya. Target pembelajaran siklus 1 siswa mampu membaca, menulis 5 kalimat sederhana. Setiap pertemuan berlangsung dalam waktu 70 menit, yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut : menyampaikan tujuan pembelajaran, mendemonstrasikan metode pembelajaran, membimbing pengucapan anak, membimbing dalam membaca dan menulis, mengecek pemahaman dan umpan balik, memberikan kesempatan untuk latihan membuat kalimat. Selain menyusun RPP untuk pembelajaran di kelas, juga disusun pedoman pendampingan pembelajaran di rumah agar orang tua dapat membimbing putra-putrinya yang tunarungu serta untuk menindak lanjuti pembelajaran di sekolah. Pelaksanaan Tindakan, pembelajaran membaca menulis permulaan pada siklus 1 ini dilaksanakan dalam empat kali pertemuan. Pertemuan pertama dengan mendemonstrasikan pelaksanaan pembelajaran membaca, menulis permulaan dengan metode global intuitif yang diawali dengan percakapan ( perhati = percakapan dari hati ke hati ) dilanjutkan dengan visualisasi hasil percakapan dan bina bicara. Pembelajaran ini diawali dengan pengaturan tempat duduk anak setengah lingkaran dan dekat dengan guru, dengan tujuan agar anak dapat melihat gerak bibir guru dalam pengucapan serta guru dapat dengan mudah dalam pembetulan pengucapan jika ada pengucapan anak yang keliru, serta agar anak dapat melihat gerak bibir temannya. Hasil percakapan tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut : (1) Putri berkata: Ibu mencuci baju . Baju kotor kata Vega Bu Endang berkata : O..O ibu mencuci baju kotor .Ida berkata : Saya bangun pagi .Indah berkata : Saya memakai baju putih .

Setelah visualisasi hasil percakapan, tindakan selanjutnya yaitu latihan membaca dan menulis hasil percakapan dengan menggunakan salah satu metode menulis permulaan yaitu menulis di udara dan pemberian lengkung frase. Hal ini bertujuan untuk menghafal bentuk tulisan dari bacaan tersebut, dengan maksud agar siswa dapat mengenal intonasi kalimat yang telah dibaca serta untuk pemahaman kalimat. Adapun visualisasi hasil percakapan sebagai berikut:(2) Putri berkata : Ibu mencuci baju .

Baju kotor , kata Vega.

Bu Endang berkata : O..O ibu mencuci baju kotor .

Ida berkata : Saya bangun pagi .

Indah berkata : Saya memakai baju putih . Pada pertemuan kedua kegiatannya adalah latihan membaca dan menulis serta latihan merefleksi bacaan hasil perhati ( percakapan dari hati ke hati ), pada tahap ini penekanannya adalah anak dilatih untuk bertanya, mengetahui siapa yang berkata dan berkata apa. Dalam hal ini secara tidak langsung anak dikenalkan pada kata tanya siapa dan apa. Adapun langkah-langkahnya dapat dilihat dari cuplikan hasil refleksi percakapan berikut ini:(3) Putri berkata : Ibu mencuci baju .Siapa berkata, ibu mencuci baju ?_______________

Putri berkata : Ibu mencuci baju .Putri berkata apa ? ________________

Ida berkata : Saya bangun pagi .Siapa berkata, saya bangun pagi ? __________

Ida berkata : Saya bangun pagi .Ida berkata apa ? ____________

Pada pertemuan ketiga siklus satu, kegiatannya adalah latihan membaca deposit hasil percakapan pada pertemuan satu dan dua. Pada tahap ini anak diajak untuk latihan membaca bacaan sederhana. Latihan refleksi pada tahap ini yaitu membaca dan latihan menulis kalimat yang dibaca dengan jalan menelusuri tulisan pada kalimat yang ada di papan tulis. Setiap kegiatan berlangsung selalu diadakan latihan bina bicara, dengan tujuan untuk melatih anak yang belum dapat mengucapkan kata dengan benar, serta secara tidak langsung memberi pemahaman ke orang tua bahawa latihan bina bicara juga penting. Adapun cuplikan deposit dari percakapan di atas sebagai berikut : Mencuci baju Ibu mencuci baju kotor , kata Putri Kemarin, baju saya terkena es krim , sahut Ida Saya memakai baju putih , kata Indah Baju Indah baru , sahut Ery

Pada pertemuan keempat kegiatannya adalah membaca dan menulis 5 kalimat sederhana. Selanjutnya siswa menulis dipapan tulis dan di buku masing-masing kalimat yang telah ditulis guru di papan tulis, sementara itu guru keliling untuk memonitor hasil tulisan siswa dan memberikan umpan balik. Kegiatan ini diakhiri dengan pembahasan rangkuman tugas pertemuan hari itu oleh guru dan siswa serta orang tua yang mendampingi saat itu. Kemudian guru memeriksa hasil belajar siswa di lembar kerja siswa.Pengamatan Tindakan, pengamatan dilakukan ketika kegiatan belajar mengajar ( KBM ) sedang berlangsung. Aspek yang diamati ketika KBM adalah proses dan hasil membaca, menulis siswa dan aktivitas orang tua dalam pendampingan. Aspek proses dan hasil membaca menulis meliputi: kelengkapan pengucapan kalimat, kemampuan siswa dalam membaca kalimat, keindahan dalam menulis kalimat, kemampuan menggunakan intonasi, keserasian bentuk huruf. Hasil pengamatan tentang aktivitas orang tua dalam pendampingan pembelajaran di dalam kelas meliputi: keaktifan dan kesungguhan orang tua dalam mendampingi pembelajaran. Pengamatan kolaburator terhadap proses pembelajaran meliputi: penyusunan program pembelajaran (RPP), menyampaikan tujuan pembelajaran, mendemonstrasikan keterampilan, membimbing pelatihan, mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan. Kegiatan pengamatan pendampingan yang dilakukan orang tua dalam membimbing pembelajaran di rumah dilakukan setiap saat, ketika orang tua mempunyai kesempatan untuk membimbing keterampilan membaca dan menulis. Kolaburator dan peneliti sekali waktu mengadakan kunjungan ke rumah untuk mengamati kegiatan pembimbingan di rumah.Tujuan yang ingin dicapai pada perencanaan pratindakan pembelajaran membaca menulis permulaan difokuskan pada kemampuan siswa dalam membaca, menulis kalimat sederhana. Adapun dampak dari pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan metode global intuitif melalui keterlibatan orang tua nampak pada proses dan hasil. Proses menulis meningkatkan aktivitas menulis yang tinggi, siswa dan orang tua dapat berlatih menulis sesuai yang dilatihkan. Dari segi hasil pembelajaran siswa dapat membaca dan menuliskan kalimat yang diucapkan guru dan dalam hal ini kalimat yang telah dipelajari sebelumnya. Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dengan kata tanya siapa dan apa. Siswa dan orang tua sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran, setelah pembelajaran selesai orang tua selalu bertanya jika ada materi yang kurang jelas. Pada pertemuan pertama ada 2 siswa yang belum dapat fokus di pembelajaran, keterarahan wajah kurang dan belum dapat menangkap serta menirukan ucapan temannya. Hal ini merupakan metode baru yang dikenal anak dan orang tua. Pada pertemuan kedua, 2 siswa tersebut sudah bisa melihat/ fokus pada lawan bicaranya dan pada latihan menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti ada 4 siswa yang dapat menjawab pertanyaan siapa dan apa baik secara lisan maupun dengan menuliskannya. Pada pertemuan ketiga masih melanjutkan latihan merefleksi tulisan, hampir semua siswa dapat menjawab pertanyaan yang ditulis di papan tulis. Pada pertemuan keempat, ada 4 siswa yang dapat mengerjakan tugas dengan benar dan 2 siswa dengan hasil yang sedang. Pada pertemuan keempat ini siswa menunjukkan hasil tulisannya, dengan menjawab soal yang diberikan guru. Hasil lembar observasi dan catatan lapangan menunjukkan bahwa sikap siswa tunarungu kelas 2 dalam pembelajaran membaca, menulis permulaan dengan metode global intuitif melalui keterlibatan orang tuannya lebih baik jika dibandingkan dengan dibelajarkan dengan model lama (drill, identifikasi, kata lembaga). Perubahan sikap siswa ditunjukkan pada pertemuan 1 dan 2. Siswa dan orang tua sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran. Setelah pembelajaran berakhir orang tua bertanya apabila ada materi yang kurang jelas. Dalam menangkap dan menirukan ucapan teman ada 4 siswa yang dapat menirukannya. Hasil observasi pada saat jam istirahat muncul salah satu siswa membimbing temannya yang masih kurang, sehingga ketika memasuki pertemuan kedua siswa tersebut sudah dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan hasilnya nampak pada pertemuan kedua dan ketiga yaitu anak dapat mengikuti latihan refleksi membaca. Pada pertemuan keempat menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar anak dengan melihat ada 4 siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Hasil pembelajaran membaca, menulis pada siklus 1 dapat dicermati pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Data Pra Siklus Proses dan Hasil Pembelajaran Membaca Menulis PermulaanNo.Aspek Yang DiamatiNama Siswa dan Skor

VgIdaPtrIndCinEry

1.

2.

345Kelengkapan pengucapan kalimatKelancaran membaca kalimatIntonasiKeindahan tulisanKeserasian bentuk huruf1123312223

22222

111111111111233

Nilai Akhir66,666,666,633,333,366,6

Rerata ( % )55,5

Tabel 2. Data Proses dan Hasil Pembelajaran Membaca Menulis Permulaan Siklus 1No.Aspek Yang DiamatiNama Siswa dan Skor

VgIdaPtrIndCinEry

1.

2.

3.4.5Kelengkapan pengucapan kalimatKelancaran membaca kalimatIntonasiKeindahan tulisanKeserasian bentuk huruf2233223332

33322112311213233332

Nilai Akhir808787536093

Rerata ( % )77

Dari data tabel 1, 2 dan 3 dapat dilihat adanya peningkatan hasil belajar siswa dari rerata 55,5 % ( Pra siklus ) menjadi 77 %, artinya terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebesar 21,5 %, sedangkan dari sikap orang tua dalam mendampingi pembelajaran baik di rumah maupun di sekolah juga terjadi peningkatan dengan adanya bukti dari tidak mengertinya orang tua dalam membimbing anak tunarungu sampai mendapat rerata 79,08 %, dari nilai 0 %, nilai tersebut merupakan peningkatan yang sangat drastis.

Tabel 3. Aktifitas Pendampingan Orang Tua Dalam Membaca Menulis Permulaan Di Kelas Siklus 1

No.Aspek Yang DiamatiNama Orang Tua dan Skor

MaiRusIfaRatAniIka

1.2.

KeaktifanKesungguhan4332

32343344

Nilai Akhir87,562,562,587,575100

Rerata ( % )79,08

Berdasarkan hasil observasi dan catatan lapangan menunjukkan bahwa aktivitas siswa tunarungu dan orang tua dalam pembelajaran membaca dan menulis dengan menggunakan metode global intuitif serta melibatkan orang lebih baik bila dibandingkan dengan metode pembelajaran yang selama ini dilaksanakan. Hasil peningkatan dapat dilihat setiap pertemuan terjadi perubahan pada sikap anak dan orang tuanya dalam pembelajaran. Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus 1, Pembelajaran siklus 1 telah dilaksanakan oleh peneliti dan berkolaburasi dengan guru kelas 2 serta melibatkan orang tua sudah dilaksanakan dengan maksimal, namun karena strategi yang diterapkan untuk meningkatkan pembelajaran adalah sesuatu yang baru, maka ada beberapa orang tua yang masih perlu dibimbing lagi dalam pembelajaran di rumah. Untuk itu agar pembelajaran pada siklus kedua lebih baik guru dan peneliti sepakat untuk memperbaiki proses pembelajaran yang difokuskan pada hal-hal berikut :(1) Menambah komponen dalam panduan kegiatan bimbingan di rumah untuk orang tua siswa tunarungu dalam belajar membaca, menulis permulaan dengan metode global intuitif(2) Menambah intensitas kunjungan ke rumah orang tua pada 2 siswa yang sangat jauh ketinggalan dari teman-temannya(3) Memanfaatkan siswa yang pandai, sebagai tutor sebaya.

2. Pelaksanaan Siklus 2Berdasarkan refleksi pembelajaran siklus 1, pembelajaran siklus 2 dilaksanakan dengan peningkatan intensitas kunjungan ke rumah, menambah komponen dalam panduan kegiatan bimbingan belajar membaca, menulis bagi orang tua di rumah, serta melaksanakan model pembelajaran pemanfaatan siswa yang pandai sebagai tutor sebaya. Penambahan intensitas kunjungan ke rumah bagi siswa yang nilainya masih kurang, pada siklus 1 kunjungan dilakukan hanya 1 kali yang dikarenakan diadakan bergiliran selama 1 minggu ( 1 anak 1 kali kunjungan ke rumah ), pada siklus 2 kunjungan ke rumah dilakukan peneliti di tambah 2 hari untuk masing-masing anak yang nilainya masih kurang, hal ini untuk mengetahui tentang kondisi sehari-hari, harapan orang tua kepada anak, perhatian terhadap kesehatan anak, makanan dan permainan kesukaan anak, serta teman-teman bermain anak di rumah dan memberi pelatihan tambahan di rumah. Penambahan komponen dalam panduan pendampingan belajar membaca, menulis permulaan dilakukan agar lebih mudah dan menambah pengetahuan orang tua dalam membimbing belajarnya. Memanfaatkan tutor sebaya, pelaksanaannya yaitu ketika jam istirahat atau ketika pembelajaran berlangsung. Perbaikan perbaikan yang dilakukan pada siklus 2 melalui langkah langklah sebagai berikut : Perencanaan, yaitu perencanaan pembelajaran membaca, menulis permulaan siklus 2 berupa RPP dengan format dan langkah-langkah tetap sebagaimana siklus 1. Fokus pembelajaran siklus 2 adalah membaca bacaan sederhana yaitu deposit hasil percakapan. Target pembelajaran siklus 2 siswa mampu membaca, menulis kembali isi dari deposit serta memaksimalkan pembimbingan orang tua di rumah. Selain menyusun RPP juga ada perbaikan dan penambahan tentang panduan pendampingan bagi orang tua dalam belajar membaca, menulis permulaan di rumah, serta menyusun jadual kunjungan ke rumah orang tua.Pelaksanaan Tindakan, pembelajaran siklus 2 dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan, setiap pertemuan membutuhkan waktu 2 x 35 menit yaitu pada tanggal 1 sampai dengan tanggal 4 Desember 2010. Pelaksanaan proses pembelajaran seperti pada siklus satu yaitu dimulai dengan pengaturan tempat duduk anak setengah lingkaran, hal ini dilakukan setiap pertemuan. Pada pertemuan pertama dilakukan percakapan dari hati ke hati ( perhati ). Adapun cuplikan hasil percakapan anak sebagai berikut :(a) Ery berkata : Topi merah .Vega berkata : Senin upacara bendera . Hari Senin upacara bendera memakai topi , kata Putri Saya memakai sepatu hitam, topi, baju putih, rok merah , kata IdaTia berkata : Indah terlambat .Indah berkata : Bangun jam 07.00 .

Setelah visualisasi hasil percakapan, tindakan selanjutnya adalah latihan membaca dan menulis hasil percakapan dengan menggunakan salah satu metode menulis permulaan yaitu menelusuri tulisan. Pemberian lengkung frase difokuskan untuk menghafal bentuk tulisan tersebut, serta untuk mengenalkan intonasi kalimat yang diucapkan anak, dan mengenalkan arti dari kalimat yang diberi lengkung frase. Hal ini dapat digambarkan pada hasil visualisasi berikut ini :(b) Ery berkata : Topi merah ..

Vega berkata : Senin upacara bendera .

Hari Senin upacara bendera memakai topi, kata Putri

Saya memakai sepatu hitam, topi, baju putih rok merah ,

kata Ida

Tia berkata : Indah terlambat

Pada pertemuan kedua difokuskan pada latihan merefleksi bacaan hasil perhati, pada tahap ini pelaksanaannya seperti siklus 1 yaitu anak dilatih untuk bertanya, mengetahui siapa yang berkata dan berkata apa. Dalam hal ini secara tidak langsung anak dikenalkan pada kata Tanya siapa dan apa. Adapun pelaksanaannya digambarkan pada cuplikan hasil refleksi percakapan berikut ini :(c) Ery berkata : Topi merah .Siapa berkata, topi merah ? _____________

Ery berkata : Topi merah . Ery berkata apa ? __________

Hari Senin upacara bendera memakai topi, kata Putri Hari Senin upacara bendera memakai topi, kata siapa? ___________

Hari Senin upacara bendera memakai topi, kata PutriApa kata Putri ? ___________________________

Pertemuan ketiga siklus dua kegiatannya adalah latihan membaca deposit hasil percakapan pada pertemuan satu dan dua. Pada tahap ini anak diajak untuk latihan membaca bacaan sederhana. Latihan refleksi pada tahap ini dilakukan untuk memahami bacaan sederhana dengan cara-cara seperti yang dilakukan pada latihan membaca ideovisual. Selain dari pada itu anak dilatih untuk mengenal judul bacaan. Disetiap kegiatan pembelajaran diadakan latihan bina bicara yang ditujukan pada siswa yang belum bisa menyebutkan kata yang muncul pada bacaan tersebut. Latihan bina bicara yang diadakan pada saat pelajaran berlangsung dengan maksud agar kesulitan pengucapan pada anak segera dapat teratasi. Adapun cuplikan deposit hasil dari percakapan tersebut sebagai berikut :(d) Upacara BenderaHari Senin ada upacara bendera, ujar anak-anakMemakai baju putih, rok merah, topi dan dasi, sahut IdaIik membawa naskah pancasila, ujar PutriBu, Indah terlambat upacara, kata EryMaaf, saya bangun pukul 07.00, jawab IndahAnak-anak berseru Tidak boleh terlambat ya !.

Pada pertemuan keempat kegiatannya difokuskan pada latihan membaca dan menulis 6 kalimat sederhana. Salah satu siswa menulis kalimat yang diucapkan guru setelah itu membacanya, kemudian siswa yang lain mengoreksi hasil tulisan anak di papan tulis. Ketika siswa mencontoh tulisan di papan tulis peneliti memonitor hasil tulisan siswa dan memberikan umpan balik. Kegiatan ini diakhiri dengan pembahasan rangkuman tugas pertemuan hari itu oleh peneliti, sisws serta orang tua yang mendampingi saat itu. Kemudian guru memeriksa hasil belajar siswa di lembar kerja siswa.Pengamatan Tindakan, pengamatan yang dilaksanakan bersama kolaburator meliputi proses dan hasil pembelajaran membaca menulis permulaan serta sikap orang tua dalam mendampingi pembelajaran. Pelaksanaan pengamatan pembelajkaran di kelas sama dengan pengamatan yang dilaksanakan pada siklus 1. Kegiatan pengamatan pendampingan yang dilakukan orang tua dalam membimbing pembelajaran di rumah diadakan lebih dari satu kali terhadap dua siswa pada siklus 1 yang prestasi belajarnya tertinggal jauh dari teman-temannya.Hasil dari observasi dan catatan lapangan pada siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan baik dari segi siswa maupun dari aktivitas orang tuanya, orang tua memberikan respon yang positif dalam mengikuti pendampingan. Dengan adanya keterlibatan orang tua dalam pembelajaran tugas guru menjadi ringan, dalam hal ini ditunjukkan dengan tindak lanjut pembelajaran di rumah, perhatian orang tua disetiap perkembangan anak dapat dipantau. Ada salah satu orang tua sebelum adanya pelatihan ini diadakan cenderung tidak memperhatikan pelajaran anaknya, setelah ada pelatihan orang tua tersebut selalu berkomunikasi dengan sekolah, selalu mendampingi anaknya belajar. Adapun hasil pembelajaran dapat dicermati pada tabel di bawah ini :

Tabel 4 . Data Proses dan Hasil Pembelajaran Membaca, Menulis Permulaan Siklus 2

No.Aspek Yang DiamatiNama Siswa dan Skor

VgIdaPtrIndCinEry

1.

2.3.4.5Kelengkapan pengucapan kalimatKelancaran membaca kalimatIntonasiKeindahan tulisanKeserasian bentuk huruf2233323332

3332222233223333333

Nilai Akhir8787878080100

Rerata ( % )86,6

Tabel 5. Aktivitas Orang Tua Dalam Pendampingan Pembelajaran Membaca, Menulis Permulaan Di Kelas Siklus 2

No.Aspek Yang DiamatiNama Orang Tua dan Skor

MaiRusIfaRatAniIka

1.2.

KeaktifanKesungguhan4333

34343444

Nilai Akhir87,57587,587,587,5100

Rerata ( % )87,5

Dari data table 4 dan 5 dapat dilihat adanya peningkatan hasil dan proses pembelajaran siswa dari rerata prasiklus 55,5 %, siklus 1 menjadi 77 % dan pada siklus 2 meningkat menjadi 91 % sedangkan aktivitas orang tua dalam pendampingan pembelajaran juga meningkat, hal ini dapat dilihat dari data pra siklus yang 0 % artinya orang tua tidak mengerti dan paham cara membimbing belajar anak menjadi 79,08 % (siklus 1) dan siklus 2 meningkat menjadi 87,5 %. Hal ini berarti kriteria belajar tuntas 80% sudah tercapai. Hasil tersebut tetap didiskusikan dengan kolaburator dan orang tua siswa untuk mencari kebenaran data. Ternyata dibenarkan oleh kolaburator yang melakukan pengamatan dan orang tua yang ikut mendampingi pembelajaran dalam kelas pada siklus 2 terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Semua siswa telah mencapai belajar tuntas yaitu 80%, sehingga tidak perlu dilakukan perbaikan tindakan siklus berikutnya.Refleksi, setiap pembelajaran berakhir, pelaksanaan pembelajaran dibahas dan didiskusikan bersama kolaburator. Hasil yang diperoleh pada siklus 2 sudah menunjukkan peningkatan yang signifikan. Siswa telah mampu membaca dan menulis kalimat sederhana serta orang tua telah paham tentang cara membimbing anaknya yang tunarungu, sehingga ketika ada PR orang tua dapat langsung membimbingnya. Khususnya satu siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata, mampu membimbing temannya yang tertinggal , biasanya dilaksanakan ketika jam istirahat.

C. Pembahasan Hasil Penelitian Kemampuan siswa dalam membaca menulis permulaan dengan metode global intuitif sudah cukup memadai. Dari siklus ke siklus siswa telah menunjukkan peningkatan aktivitas proses dan hasil dari setiap tahapan membaca dan menulis yang cukup signifikan ( periksa tabel rekapitulasi proses dan hasil belajar pra siklus, siklus 1, 2 ). Pada pelaksanaan pendampingan di rumah orang tua tidak memahami cara membimbing anak dalam pembelajaran membaca menulis permulaan bahkan cenderung mengabaikannya. Setelah mengikuti pendampingan pada siklus 1 aktivitas orang tua meningkat drastis, meskipun pada awalnya orang tua masih bingung dan kesulitan semua kata yang diucapkan anak divisualisasikan, namun hasilnya sudah menunjukkan hasil lebih baik dibandingkan dengan pratindakan.Pada siklus 2 setelah mengadakan perbaikan pelaksanaan sebagaimana yang direncanakan strategi pembelajaran dapat dipahami baik oleh orang tua maupun oleh siswa, orang tua tua dan siswa telah menerapkan strategi dengan hasil mendekati yang diharapkan ( bandingkan proses dan hasil yang telah dicapai siswa dari pra tindakan sampai siklus 2). Dalam metode global intuitif secara tak sadar anak telah belajar membuat/ mengucapkan kalimat sesuai aturan yang terdiri dari subyek, prediket dan obyek, keterangan ( SPOK ). Dengan demikian dapat dikatakan strategi pembelajaran telah dikuasai anak sekitar 66,6 % siswa, 83 % orang tua untuk peningkatan selanjutnya guru dan orang tua telah berkomitmen untuk menggunakan strategi ini untuk pelajaran Bahasa Indonesia.Hasil kajian ini dikuatkan Myklebust ( 1963 ) dalam Sadjaah ( 2005 : 144 ) digambarkan bahwa, proses perkembangan bahasa manusia , pada dasarnya melalui pengalaman belajar berbahasa yaitu proses permulaan anak menghubungkan lambang bahasa lewat pendengaran yang disebut bahasa batin ( inner language ). Anak mengerti pembicaraan dari lingkungan dari lingkungan ( language expressive auditory ), kemudian setelah masuk sekolah, penglihatan berperan dalam perkembangan bahasa melalui membaca ( bahasa receptif visual ) dan selanjutnya bekembang kemampuan menulis (bahasa ekspresif visual), dan akhirnya terbentuk bahasa verbal melalui pendengaran. Akibat dari kehilangan fungsi pendengarannya maka anak tunarungu perbendaharaan katanya kurang serta kemampuan bahasa receptif maupun bahasa expresif mengalami hambatan. Maka dari itu gangguan pendengaran (ketunarunguan) yang terjadi dapat mengakibatkan hambatan dalam hal; (a) Gangguan Perkembangan Intelegensi, pada umumnya intelegensi anak tunarungu secara potensi sama dengan anak normal, tetapi secara fungsional perkembangan dipengaruhi oleh tingkat kemampuan berbahasanya, keterbatasan informasi dan daya abstraksinya. ( Ibrahim, 2005 : 35 ).Akibat dari terhambatnya daya abstraksinya, maka banyak orang yang menganggap bahwa anak tunarungu adalah anak yang bodoh, bego dan sebagainya. Hal ini pula dapat menjelaskan bahwa anak tunarungu memiliki kecerdasan yang memadai secara rata-rata, tetapi tetap menunjukkan prestasi akademik di bawah anak dengan seusianya; (b) Gangguan Perkembangan Emosi, keterbatasan pemahaman anak tunarungu terhadap daya persepsi yang diterima maka seringkali mengakibatkan mereka menafsirkan sesuatu secara negatif atau salah. Hal ini sering pula menjadi tekanan emosional pada dirinya. Tekanan emosi dapat menghambat perkembangan pribadinya dengan menunjukkan sikap menutup diri, bertindak agresif atau sebaliknya menampilkan sifat ragu-ragu; (c) Gangguan Perkembangan Sosial, sebagai akibat gangguan dalam pendengaran yang berdampak pada hambatan berbahasa maka menjadikan hambatan pula bagi anak tunarungu dalam berinteraksi sosialnya. Dia merasakan seolah-olah terisolir dari lingkungan, padahal merekapun memiliki keinginan untuk bersosialisasi. Keluarga yang mempunyai anak tunarungu mengalami banyak kesulitan untuk melibatkan anak tersebut dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Padahal interaksi merupakan hal yang penting untuk mengembangkan sikap sosial dan kepribadian anak.Akibatnya anak mengalami keterhambatan dalam keseluruhan pengalamannya.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa keterlibatan orang tua dalam pembelajaran membaca, menulis permulaan dengan motode global intuitif berdampak pada peningkatan kemampuan pada siswa sudah mencapai ketuntasan belajar di akhir siklus ( 86,6 % ), sedangkan aktivitas orang tua mencapai 87,5 %, yang selama ini belum pernah diterapkan dalam pembelajaran bidang studi Bahasa Indonesia terutama dalam membaca, menulis permulaan. Berkaitan dengan kesimpulan penelitian ini, ada beberapa saran yang dapat disampaikan (a) penerapan metode global intuitif dalam pembelajaran membaca menulis permulaan di SDLBN Seduri Mojosari belum maksimal, maka dari itu untuk penerapannya sebaiknya pendidik harus berani membuka diri untuk mencoba sesuatu hal yang baru demi kemajuan anak didiknya, meninggalkan metode lama yang terpusat pada guru, (b) pembelajaran membaca menulis permulaan dengan metode global intuitif dan peran serta orang tua siswa memang dapat meningkatkan kemampuan membaca dan menulis siswa tunarungu, tetapi peran serta orang tua untuk meningkatkan kemampuan membaca menulis permulaan anak tunarungu tersebut, di rumah masih perlu mendapat bimbingan yang rutin dari guru atau sekolah, (c) bagi guru sebagai salah satu alternatif metode membaca menulis permulaan, (d) bagi orang tua anak tunarungu metode global intuitif dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam membimbing anak di rumah, (e) bagi pemerhati pendidikan metode global intuitif dapat digunakan sebagai salah satu pijakan untuk mengembangkan dan meningkatkan pembelajaran membaca menulis permulaan.

DAFTAR ACUAN

Asnaldi, Arie. 2008. Teori Belajar Gestalt. E learning Pendidikan Olahraga/ UNP, (Joomla! Is Free Software Released Under The GNU / GPL Licensee, diakses 19 Januari 2009)Abdurrahman, M. 1996. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.Arikunto, Suharsimi. 2005. Diklat Matematika Bagi Guru SDLB Tingkat Nasional. PPPG Matematika Yogyakarta.Akhadiah, S dan Arsjad, M. Ridwan, S H. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. ErlanggaAntonius,W. 2002.Pelatihan Metode Maternal Reflektif dengan Sistem Magang Teori Berbahasa untuk Siswa Tunarungu. Departemen Pendidikan Nasional.Aqib,Z. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Bandung : Yrama Widya.BSNP. 2006. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( Dokumen I dan II ).BSNP. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SDLB B.Bunawan, L dan Yuwati, CS. 2000. Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Yayasan Santi Rama.Hideo, N. Kolaborasi Antara Guru dan Orang Tua Pendidikan Di Jepang. CRICED University Of Tsukuba, JapanImandala,I. 2008. Pengajaran Menulis. (file://F:\Situs%20Resmi% 20Sub%20 Dinas%20 Pendidikan%20Luar%20Biasa%20Jawa%20 diakses 25 September 2008 ).Ibrahim, Rusli. 2005. Psikologi Pendidikan Jasmani dan Olahraga PLB. Depdiknas Dirjend Manejemen Dikdasmen Dir PSLB.Natawidjaya, R dan Alimin, Z. 1996. Penelitian Bagi Guru Pendidikan Luar Biasa. Depdikbud, Dirjendikti.Purbaningrum,E. Tanpa Tahun Layanan Bimbingan Kepada Orang Tua Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Upaya Intervensi Dini Pengembangan Kemampuan BerbahasaRahim,Farida. 2007. Pengajaran Membaca di SD. Bumi Aksara : Jakarta.Ramadhani, Tarmizi. 2008. Penerapan Metode Pembelajaran Membaca Permulaan. ( http://Tarmizi.Wordpress.Com/ 2008/12/02/ diakses tanggal 21-1-2009).Sujarwanto,dkk. 2006. Peningkatan Hasil Belajar Pengetahuan Sosial Melalui Pembelajaran Kontekstual Model Berkemah Bermedia Pembelajaran Lingkungan Sekitar . Lembaga Penelitian UNES.Sudrajat, Akhmad. 2008. Teori-Teori Belajar. ( http : // akhmad sudrajat. Word press. Com/ 2008/02/02/ teori-teori belajar. Diakses tanggal 19-1-2009 )Sadjaah,E. 2005. Pendidikan Bahasa Bagi Anak Gangguan Pendengaran Dalam Keluarga. Depdikbud.Somad, Permanarian dan Herawati, T. 1995. Orthopedagogik Anak Tunarungu. Depdikbud Dirjen diktiSomad, Permanarian dan Tarsidi, Didi. 2008. Definisi dan klasifikasi Tunarungu. ( http://permanarian16.blogspot.com/2008_ 04_01-archive.html. Diakses tanggal 19-1-2009 )Taryaningsih. 2008. Studi Implementasi Metode Global Intuitif Dalam Pembelajaran Memaca dan menulis Permulaan Anak Tunarungu Dengan Pendekatan Maternal Reflektif Di SLB Pangudi Luhur Jakarta. Tidak dipublikasikan. FIP Program Pendidikan luar Biasa. UNESA.Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi UNESA. 2006. Panduan dan Penulisan Skripsi . Unesa University Press : Surabaya.Tim UPT P4 Unesa. 2007. Buku Pedoman Program Pengalaman Lapangan Universitas Negeri Surabaya. UPT Pusat Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan.Yuliyati, dkk. 2004. Peningkatan Daya Ingat Melalui Pembelajaran Membaca, Menulis Efektif Terpadu Siswa Kelas V SDN. Lembaga Penelitian UNESA.Yuliyati. 2007. Asessmen Pembelajaran Membaca dan Menulis Dengan Penedekatan Holistik Bagi Siswa Berkesulitan Belajar di SD. Universitas Negeri Malang.

84

85