implementasi spelling dan membaca permulaan

57
IMPLEMENTASI ASESMEN DI SEKOLAH DASAR (MENGAMATI PERKEMBANGAN SPELLING DAN MEMBACA PERMULAAN) MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Evaluasi Pembelajaran Yang dibina oleh Dr. Titik Harsiati, M.Pd. Oleh: Rima Trianingsih 132103818610 Titi Anjarini 132103818635 KELAS A UNIVERSITAS NEGERI MALANG PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

Upload: wira-sinatra

Post on 20-Sep-2015

253 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

tugas kul

TRANSCRIPT

IMPLEMENTASI ASESMEN DI SEKOLAH DASAR (MENGAMATI PERKEMBANGAN SPELLING DAN MEMBACA PERMULAAN)

MAKALAHUNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Evaluasi PembelajaranYang dibina oleh Dr. Titik Harsiati, M.Pd.

Oleh: Rima Trianingsih132103818610Titi Anjarini132103818635KELAS A

UNIVERSITAS NEGERI MALANGPROGRAM PASCASARJANAPROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR

APRIL 2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt atas segala limpahan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Implementasi Asesmen di Sekolah Dasar (Mengamati Perkembangan Spelling dan Membaca Permulaan). Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran.Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada.1. Ibu Dr. Titik Harsiati, M.Pd, selaku dosen pembina Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran.2. Orang tua yang selalu memberi semangat dan doa.3. Pemakalah bab-bab sebelumnya yang memberi dorongan untuk menjadi lebih baik. Penulis menyadari adanya keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua.

Malang, 1 April 2014

Penulis

i

DAFTAR ISI

HalamanHALAMAN JUDUL KATA PENGANTARiDAFTAR ISI iiDAFTAR TABEL iiiBAB 1PENDAHULUAN11.1 Latar Belakang 11.2 Rumusan Masalah 21.3 Tujuan 2BAB 2PEMBAHASAN42.1Hakikat Spelling 42.2Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Spelling 52.3Perkembangan Spelling di Sekolah Dasar 62.4Tujuan Pembelajaran Spelling 82.5Implementasi Asesmen Spelling 92.6 Pengembangan Isntrumen Asesmen Spelling 92.7 Fungsi Asesmen Spelling 122.8Hakikat Membaca 132.9Perkembangan Membaca Permulaan di Sekolah Dasar 152.10Tujuan dan Pentingnya Membaca Permulaan162.11Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Permulaan 182.12Implementasi Asesmen Membaca Permulaan 192.13Pengembangan Instrumen Asesmen Membaca Permulaan 222.14Fungsi Asesmen Membaca Permulaan 28BAB 3PENUTUP303.1Kesimpulan 303.2Saran 31DAFTAR RUJUKAN 32

DAFTAR TABEL

Halaman2.1Instrumen Asesmen Spelling 92.2Petunjuk Tahapan Mengeja di SD 102.3Contoh Hasil Penilaian Spelling 112.4Rubrik Asesmen Spelling dengan Gambar 122.5Indikator Asesmen Membaca Permulaan 222.6Instrumen Asesmen Membaca Permulaan 232.7Instrumen Asesmen Membaca Permulaan (Kualitatif) 26

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDi awal usia sekolah yaitu kelas I dan II Sekolah Dasar (SD), anak masih berada pada tahap adaptasi terhadap lingkungan barunya. Berusaha beradaptasi dari lingkungan bermain di TK ke lingkungan sekolah di SD. Kondisi ini mungkin akan sulit bagi beberapa siswa, namun banyak pula yang melewatinya dengan mudah. Pada tahap ini pula seorang anak akan belajar tentang kemampuan literasi (melek huruf). Di dalam pembelajaran literasi di kelas I dan II dapat diajarkan melalui spelling, membaca permulaan, maupun menulis permulaan. Ketiga hal tersebut sangatlah penting untuk diajarkan agar anak dapat mengenal huruf, melafalkan serta merangkai kata dan menuliskannya dalam sebuah kalimat sederhana. Kemampuan awal ini juga yang akan menentukan kemampuan anak pada tingkat yang lebih tinggi karena spelling, membaca permulaan maupun menulis permulaan berada pada tingkat rendah.Berbicara mengenai spelling, tentunya akan terbayang ketika mulut berusaha untuk melafalkan suatu huruf atau kata dengan artikulasi yang tepat dan benar. Pada saat itu, anak benar-benar diajarkan untuk memahami bunyi bahasa. Selanjutnya, anak akan mengenal membaca permulaan yaitu kemampuan membaca tingkat rendah, ketika anak masih belajar untuk membaca. Di sini, anak akan belajar untuk memahami simbol dan bunyi bahasa serta memahami hubungan antara keduanya.Ketika spelling dan membaca permulaan diajarkan di SD kelas I dan II, banyak hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan guna mendukung tercapainya pembelajaran yang katif dan menyenangkan bagi siswa. Salah satu hal yang penting adalah mengenai bentuk asesmen dan instrumennya yang akan dikembangkan dan digunakan dalam proses asesmen spelling dan membaca permulaan. Hal tersebut perlu diperhatikan dengan baik karena hasil asesmen sangat penting bagi refleksi bersama terhadap pembelajaran baik untuk orang tua maupun guru. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas mengenai Implementasi Asesmen Di Sekolah Dasar (Mengamati Perkembangan Spelling Dan Membaca Permulaan).

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan pada makalah ini dirumuskan sebagai berikut.1. Bagaimanakah hakikat spelling?2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan spelling?3. Bagaimanakah perkembangan spelling di Sekolah Dasar?4. Apakah tujuan pembelajaran spelling?5. Bagaimanakah implementasi asesmen spelling?6. Bagaimanakah pengembangan instrumen asesmen spelling?7. Apa sajakah fungsi asesmen spelling?8. Bagaimanakah halikat membaca? 9. Bagaimanakah perkembangan membaca permulaan di Sekolah Dasar? 10. Apakah tujuan dan pentingnya membaca permulaan? 11. Apa sajakan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca permulaan? 12. Bagaimanakah implementasi asesmen membaca permulaan?13. Bagaimanakah pengembangan instrumen asesmen membaca permulaan? 14. Apa sajakah fungsi asesmen membaca permulaan?

1.3 TujuanTujuan dilakukannya pembahasan pada makalah ini adalah. 1. Untuk memahami hakikat spelling.2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan spelling.3. Untuk memahami perkembangan spelling di Sekolah Dasar.4. Untuk memahami tujuan pembelajaran spelling.5. Untuk memahami implementasi asesmen spelling.6. Untuk memahami pengembangan instrumen asesmen spelling.7. Untuk mengetahui fungsi asesmen spelling. 8. Untuk memahami halikat membaca. 9. Untuk memahami perkembangan membaca permulaan di Sekolah Dasar. 10. Untuk mengetahui tujuan dan pentingnya membaca permulaan.11. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca permulaan.12. Untuk memahami implementasi asesmen membaca permulaan.13. Untuk memahami pengembangan instrumen asesmen membaca permulaan.14. Untuk memahami fungsi asesmen membaca permulaan.

54

3

BAB 2PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Spelling Pada dasarnya spelling dikenal dengan nama metode eja(Spelling Method). Metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi huruf. Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah pendekatan harfiah. Siswa mulai diperkenalkan dengan lambang-lambang huruf. Pembelajaran metode eja terdiri dari pengenalan huruf atau abjad A sampai dengan Z dan pengenalan bunyi huruf atau fonem. Metode dikelompokan berdasarkan atas pendekatan kata, yaitu cara memulai mengajarkan membaca dan menulis permulaan dengan menampilkan kata-kata (Sugiarsih, Tanpa Tahun: http://staff.uny.ac.id). Metode ini hampir sama dengan metode abjad. Perbedaanya terletak pada sistem pelafalan abjad atau huruf (baca: beberapa konsonan).Contoh :Huruf b dilafalkan /eb/ : dilafalkan dengan e pepet.Huruf d dilafalkan /ed/Huruf c dilafalkan /ec/Huruf g dilafalkan /ec/Huruf f dilafalkan /ep/Huruf k dilafalkan /ek/Metode pembelajaran di atas dapat diterapkan pada siswa kelas rendah (I dan II) di sekolah dasar. Guru dianjurkan memilih salah satu metode yang cocok dan sesuai untuk diterapkan pada siswa. Guru sebaiknya mempertimbangkan pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan sebagai berikut:1. dapat menyenangkan siswa;2. tidak menyulitkan siswa untuk menyerapnya;3. bila dilaksanakan, lebih efektif dan efisien;4. tidak memerlukan fasilitas dan sarana yang lebih rumit.

2.2 Faktor-Faktor Yang Memperngaruhi Kemampuan SpellingBerikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi cara pengucapan dalam berbahasa khususnya spelling.1. Faktor BiologisYaitu potensi alami itu bekerja secara otomatis, Chomsky (dalam Halimah, 2007: http://file.upi.edu) menyebutnya sebagai potensi yang terkandung dalam perangkat biologis anak dengan istilah Piranti Pemerolehan Bahasa (Language Acquisuion Devices). LAD adalah struktur mental yang secara internal dimiliki oleh setiap manusia, la bersifat kodrati atau bawaan (innate) dan terdapat di benak manusia secara abstrak. Dengan LAD inilah setiap manusia normal mampu sekaligus bahasa apa saja berdasarkan lingkungan tempat tinggalnya. Perangkat tersebut menentukan anak dapat memperoleh kemampuan berbahasa ada tiga, yaitu otak (sistem syaraf pusat), alat dengar, dan alat ucap. Ketiga hal ini memiliki peran yang mendasar. Alasan yang sangat mendasar, karena gangguan pada salah satu dari ketiganya akan sangat menghambat pemerolehan bahasa anak.2. Faktor Lingkungan SosialProses pemerolehan bahasa dari lingkungan atau bagaimana lingkungan sosial itu memberikan dukungan kepada anak dalam proses pemerolehan bahasa, menurut Fisher & Terry (dalam Halimah, 2007: http://file.upi.edu) di antaranya, melalui berikut ini. 1) bahasa semang (motheresse), yaitu penyederhanaan bahasa oleh orang tua atau orang dewasa lainnya ketika berbicara dengan anak;2) parafrase, yaitu penggunaan kembali ujaran yang diucapkan anak dengan cara yang berbeda;3) menjelaskan kembali (echoing), yaitu mengulang apa yang dikatakan anak, terutama bila tuturannya tidak lengkap atau tidak sesuai dengan maksudnya;4) memperluas (expanding), yaitu mengungkapkan kembali apa yang dikatakan anak dalam bentuk kebahasaan yang lebih kompleks;5) menamai (labeling), yaitu mengidentifikasi nama-nama benda, dapat dalam bentuk benda yang sebenarnya atau benda tiruan, gambar, permainan kata, dan sebagainya;6) penguatan (reinforcement), yaitu menanggapi atau memberi respon positif atas perilaku bahasa anak;7) pemodelan (modeling), yaitu memberikan contoh berbahasa yang dilakukan orang tua atau orang dewasa;8) involved and participating, yaitu melibatkan dan mengajak anak berpatisipasi dalam kegiatan berbahasa;9) memilih (choosing), yaitu orang tua memilih kata atau kalimat yang dapat dipahami oleh anak. 3. Faktor IntelegensiSesungguhnya, semua anak baik yang bernalar tinggi, sedang, ataupun rendah, pada umumnya dapat belajar dan memperoleh bahasa dengan sukses. Perbedaannya terletak pada jangka waktu dan tingkat kreativitas. Anak yang berintelegensi tinggi, tingkat pencapaian bahasanya lebih cepat, lebih banyak, dan lebih bervariasi khasanah bahasanya daripada anak-anak yang mempunyai kemampuan bernalar sedang maupun rendah.4. Faktor MotivasiDalam belajar bahasa, seorang anak tidak terdorong demi bahasa sendiri. Mereka belajar bahasa karena kebutuhan dasar yang bersifat praktis, seperti lapar, haus, serta perlu perhatian dan kasih sayang Goodman, Tompkins & Hoskisson (dalam Halimah, 2007: http://file.upi.edu).

2.3 Perkembangan Spelling di Sekolah DasarBerikut ini adapun contoh perkembangan dalam mengeja/Spelling yang antara lain sebagai berikut:Tujuan:a. Mengembangkan kemampuan akademikb. Alat bantu komunikasic. Mengadakan aktifitas menyenangkanProsedur :Guru memperlihatkan huruf atau kata dan siswa mengertiPrasyarat :Siswa dapat menyamakan objek dengan objek dan gambar dengan objek.Biasanya siswa telah mengerti reseptifKriteria lulus :Siswa menunjukkan respon 8 sampai dengan 10 kali benar tanpa prompt. Sebaiknya diulangi paling sedikit oleh 1 guru lain.Tahap 1:Menyamakan huruf dan angkaTahap 2:Menyamakan kata dengan kataTahap 3:Menyamakan huruf tunggal ke kata yang diperintahkanTahap 4:Menyebutkan alpabetTahap 5:Identifikasi huruf besarTahap 6:Identifikasi huruf kecilTahap 7:Melabel/menyebutkan huruf besarTahap 8:Melabel/menyebutkan huruf kecilTahap 9:Mengambil kartu alpabet sesuai perintahTahap 10:Menyebutkan huruf. Guru memperlihatkan kartu huruf dan bertanya huruf apa ini ?Tahap 11 :Mencampur huruf. Letakkan 2 atau lebih kartu huruf, misal C, A, T.Perintahkan anakuntuk membaca masing-masing huruf yang ditunjukTahap 12:Menyamakan kata ke benda/gambar. Setelah itu anak membaca kartu dan menunjuk pada objek yang dimaksud.Tahap 13:Identifikasi/menunjuk kata yang disebutkan guruTahap 14:Mengeja kata-kataTahap 15:Membaca kalimatTahap 16:Menyamakan frase ke gambarTahap 17:Pemahaman. Anak memahami apa yang dibacanya.a. Siapa yang melakukan ?b. Apa yang dilakukan ?c. Di mana ?d. Bagaimana/mengapa ?Tahap 18:Melakukan instruksi tertulisa. Instruksi satu katab. Instruksi dua katac. Instruksi 3 katad. Kalimat lengkap(Watashi, 2013: http://watashii.co.vu).

2.4 Tujuan Pembelajaran Spelling Tujuan Spelling di sekolah dasar antara lain sebagai berikut.1) Membantu anak anda untuk percaya diri dan memperoleh keterampilan dengan huruf, kata serta mengeja dengan mengadakan aktivitas dan permainan yang sederhana di rumah.2) Dapat mengetahui beberapa huruf yang ada. 3) Memberikan modal pada anak untuk ke depan bisa merangkai huruf demi huruf menjadi sebuah kata, berlanjut menjadi kalimat utuh.4) Anak mampu mengenali serta menyebutkan bunyi huruf, 5) Dapat mempelajri kata demi kata dengan susunan huruf yang tidak sulit dan mudah dipahami anak. 6) Anak akan mampu membaca lancar karena dilakukan secara bertahap (Anonim, Tanpa Tahun: http://artikel.co/4216/cara-mudah-mengajari-anak-belajar-membaca.html).

2.5 Implementasi Asesmen SpellingBerikut ini penerapan asesment spelling di sekolah dasar terutama kelas satu yang antara lain dipaparkan dalam instrumen sebagai berikut.Tabel 2.1 Instrumen Asesmen SpellingN0Siswa mengejaKataKata yang benar

1TIDURTI-DUR()

2KAPALKA-PAL()

3HUJANHU-JAN()

4MAMAMA-MA()

5IBUI-BU()

6BOLABO-LA()

7BIBIBI-BI()

8MEJAME-JA()

9MATAMA-TA()

10KAKIKA-KI()

Sumber: Anonim, Tanpa Tahun: http://readingandwritingproject.com

2.6 Pengembangan Instrumen Asesmen SpellingPada dasarnya yang dimasud dengan assesment spelling yaitu cara penilaian siswa yang diukur berupada cara membaca dengan menggunakan alat artikulasi, baik pengucapan secara vokal maupun secara non vokal atau konsonan dengan menggunakan alat artukulasi dengan cara yang tepat dan benar sesuai dengan cara pengucapannya. Selain itu, dalam menyusun assesment spelling dilakukan dengan menggunakan skala misalnya dengan menggunakan lembar ckecklis maupun dengan menggunakan skala likert sesuai dengan menyusunan indikator intrumen yang telah disusun.Kita ketahui bahwa dalam pengkuran spelling di sekolah dasar dibedakan antara kelas rendah dengan kelas tinggi. pada kelas rendah khususnya tingkatan kelas 1-3 masih menggunakan pendekatan secara kontekstual yang disesuaikan dengan karakteristik siswa misalkan mengajarkan membaca permulaan dengan berbantuan gambar dan stimulus seperti menghubungkan dengan cerita kehidupan sehari-hari misalkan dengan metode bunyi contohnya Bagaimana suara ayam di pagi hari yaitu Kukuruyuk, bagaimana suara bebek yaitu Wek-wek dan seterusnya. Berikut ini daftar yang menunjukan penilaian pengucapan kosakata.Tabel 2.2 Pentunjuk Tahapan Mengeja di SD

Sumber: Anonim, Tanpa Tahun: http://mypearsontraining.com

Contoh Hasil Penilaian Spelling Siswa Kelas 5 dalam Pelajaran Bahasa InggrisTabel 2.3 Contoh Hasil Penilaian Spelling

Sumber: Anonim, Tanpa Tahun: http://mypearsontraining.com

Contoh Rubrik Penilaian Spelling dengan GambarBerdasarkan hal tersebut selain rubrik penilaian berbentuk lembar checklish dan penskoran berikut ini adapun contoh rubrik penilaian yang lain yaitu dengan model penilaian pengucapan siswa dengan menggunakan gambar.

Ucapkan nama setiap gambar. Tulislah suku kata yang kalian dengarkan!Tabel 2.4 Rubrik Asesmen Spelling dengan Gambar

Sumber: Anonim, Tanpa Tahun: http://mypearsontraining.com

Panduan di atas menjelaskan bagaimana menilai siswa untuk penempatan di setiap kata yang mereka ucapkan kemudian diwujudkan dengan bentuk tulisan.

2.7 Fungsi Asesmen SpellingBerikut ini adapun beberapa fungsi asesmen Spelling (dalam Algazali, 2011: http://saidahalgazali.blogspot.com) yang antara lain sebagai berikut.a. Dapat mengetahui pekembangan membaca siswa dengan tekni mengeja /Spelling. b. Proses mengeja dapat memotivasi siswa dalam belajar. kegiatan penilaian harus dapat memberikan model penggunaan bahasa yang berguna bagi kehidupan sehari-hari.c. Kegiatan penilaian mengeja dan umpan balik dalam mengeja dapat mendukung kegiatan belajar selanjutnya.d. Hasil penilaian siswa dalam mengeja harus dapat membantu guru merencanakan kegiatan belajar selanjutnya. e. Dapat memberikan informasi mengenai evaluasi dan peningkatan proses pembelajaran tentang kemampuan membaca khususnya mengeja.f. Penilaian mengeja bukan hanya sekedar pengetesan. Seorang guru yang terampil, secara terus menerus menilai keberhasilan siswanya melalui apa yang ia ketahui dan menafsirkan hasilnya berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya. g. Pengetesan, tetapi juga dapat dilakukan dengan cara lain seperti melalui penilaian portofolio, penilaian unjuk kerja, dan penilaian diri Keempat, penilaian harus sejalan dengan pembelajaran. Artinya, penilaian harus didasarkan atas apa yang telah dipelajari, serta menggunakan kegiatan penilaian yang dikenal siswa sehari hari. kognitif ke penilaian alternatif seperti penilaian unjuk kerja. Sebagai contoh, orang tua siswa yang terlibat dalam kegiatan literasi di sekolah menyadari bahwa pada kelas-kelas awal, membacakan ceritera pada anak akan lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan membaca dan menulis daripada tes pelafalan. Akibatnya, mereka lebih banyak membelikan buku-buku.

2.8 Hakikat Membaca Tarigan (dalam Ratno, 2012) mendefinisikan membaca sebagai suatu proses yang dilaksanakan dan dimanfaatkan oleh pembaca untuk menangkap pesan yang hendak disampaikan penulis melalui tulisannya. Soedarso (dalam Ratno, 2012) menyatakan bahwa membaca adalah suatu proses interaksi antara pembaca dengan pesan tertulis (tulisan). Sunendar (dalam Ratno, 2012) memperjelas bahwa membaca merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui makna dari suatu teks tulisan. Jadi, membaca merupakan proses untuk memperoleh informasi/pesan yang disampaikan seorang penulis melalui tulisannya. Anderson (dalam Harsiati, 2013) menyatakan bahwa kemampuan membaca terdiri dari 2 komponen penting yaitu produk dan proses . Membaca sebagai produk adalah membaca tingkat tinggi, yaitu kemampuan pemahaman kata, kalimat maupun paragraf. Membaca sebagai proses mekanis tergolong sebagai membaca tingkat rendah. Menurut Hairuddin, dkk (2007:3.23), membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan pada saat membaca, sedangkan membaca sebagai proses mengacu pada aktivitas mental maupun fisik. Membaca sebagai suatu proses merupakan suatu hal yang rumit dan kompleks bukan hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Membaca sebagai proses visual di dalamnya terdapat proses menerjemahkan simbol tulisan ke dalam kata-kata lisan. Membaca sebagai proses berpikir yaitu berupa aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, pemahaman kreatif. Membaca sebagai proses linguistik yaitu skema pembaca dapat membangun makna, sedangkan fonologi, semantik, dan fitur sintaksis membantu mengkomunikasikan dan menginterpretasikan pesan-pesan. Membaca sebagai suatu proses metakognitif yaitu membaca melibatkan perencanaan, pembetulan, suatu strategi, pemonitoran dan pengevaluasian (Istarocha, 2012). Burns (dalam Hairuddin, dkk, 2007:2.23) menyatakan bahwa proses membaca terdiri dari delapan aspek yaitu: a. aspek sensori, yakni kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis;b. aspek perseptual, yakni aspek kemampuan untuk menginterpretasi apa yang dilihatnya sebagai simbol atau kata;c. aspek sekuensial, yakni kemampuan mengikuti pola-pola urutan, logika, dan gramatikal teks;d. aspek asosiasi, yakni aspek kemampuan mengenal hubungan antara simbol dan bunyi, dan antara kata-kata dan yang dipresentasikan;e. aspek pengalaman, yakni aspek kemampuan menghubungkan kata-kata dengan pengalaman yang telah dimiliki untuk memberikan makna itu;f. aspek berpikir, yakni kemampuan untuk membuat interferensi dan evaluasi dari materi yang dipelajari;g. aspek belajar, yakni aspek kemampuan untuk mengingat apa yang telah dipelajari dan menghubungkannya dengan gagasan dan fakta yang baru dipelajari;h. aspek afektif, yakni aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang berpengaruh terhadap keinginan membaca.

2.9 Perkembangan Membaca Permulaan di Sekolah Dasar Gani (dalam Holic, 2011: http://monic-holic.blogspot.com) menyatakan bahwa berdasarkan tingkatnya, membaca dibedakan menjadi tiga yaitu membaca permulaan, membaca lanjut, dan membaca untuk orang dewasa. Supriyadi, dkk (dalam Ratno, 2012) menyatakan bahwa dalam pengajaran membaca di Sekolah Dasar, membaca dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu membaca permulaan dan membaca lanjut. Membaca permulaan diberikan di kelas I dan kelas II dengan menekankan pada keterampilan atau proses mekanis. Mulyati (Tanpa Tahun: http://file.upi.edu) menyatakan bahwa membaca permulaan lebih berorientasi pada kemampuan membaca tingkat rendah yaitu kemampuan literasi (melek huruf). Proses belajar membaca permulaan di kelas I dan II merupakan bagian dari masa peralihan anak dari dunia bermain di TK atau di rumah ke dunia sekolah. Oleh karena itu, pengajaran hanya sebatas anak-anak dapat mengubah dan melafalkan lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada tingkat membaca permulaan ini terdapat suatu kemungkinan seorang anak dapat melafalkan huruf yang dibacanya tanpa memahaminya. Jadi dapat disimpulkan bahwa membaca permulaan diajarkan pada kelas I dan II Sekolah Dasar dengan mengutamakan kemampuan anak untuk mengenal rangkaian huruf dan kata melalui bunyi-bunyi bahasa (menyuarakan secara lisan). Kennedy, et.al (2012) menjelaskan bahwa strategi terbaik untuk mengajarkan literasi (melek huruf) adalah dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan keterampilan penting dalam konteks yang bermakna. Dalam keterampilan membaca permulaan, guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca nyaring berbagai jenis teks, bermain khayalan, membaca teks bersama-sama, membaca teks dengan dibimbing guru, membaca teks yang dipilih sendiri secara mandiri. Supriyadi, dkk (dalam Ratno, 2012) menjelaskan bahwa membaca permulaan di Sekolah Dasar merupakan proses melatih siswa terhadap beberapa keterampilan bahasa, diantaranya: latihan lafal (baik vokal maupun konsonan), latihan nada, latihan penguasaan tanda-tanda baca, latihan pengelompokkan kata/frasa ke dalam satuan-satuan ide, latihan kecepatan mata, latihan ekspresi (membaca dengan perasaan). Melalui membaca pemahaman ini diharapkan siswa mampu mengenali huruf, suku kata, kalimat, dan mampu membaca dalam berbagai konteks. Darmiyati dan Budiasih (dalam Ratno, 2012) menyatakan bahwa pembelajaran membaca permulaan di Sekolah Dasar diberikan secara bertahap yaitu. 1. PramembacaPada tahap pramembaca, siswa belajar tentang bagaimana sikap duduk yang baik, cara menempatkan buku di meja, cara memegang buku, cara membalik halaman buku yang tepat, serta cara memperhatikan gambar dan tulisan. 2. MembacaPada tahap membaca, siswa belajar tentang lafal dan intonasi kata/kalimat sederhana dengan menirukan guru, belajar tentang huruf-huruf yang banyak digunakan dalam kata atau kalimat sederhana yang dikenal siswa. Pada tahap ini, huruf-huruf diperkenalkan secara bertahap sampai 26 huruf.

2.10 Tujuan dan Pentingnya Membaca Permulaan 1. Tujuan membaca permulaanMembaca permulaan adalah tingkat membaca untuk memahami tulisan sebagai produk visual bahasa, maka dari itu sering disebut sebagai tingkat belajar membaca (lerning to read). Membaca permulaan sebagai suatu tingkat rendah membaca diajarkan pada siswa kelas rendah di sekolah dasar yaitu kelas I dan II karena pada tingkat kelas ini anak masih berada pada masa peralihan dari dunia bermain ke dunia sekolah. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran membaca permulaan sebagai proses pembiasaan. Secara umum, tujuan diajarkannya membaca permulaan adalah sebagai proses pembiasaan agar anak melek huruf, dalam arti anak dapat mengenal huruf-huruf dan penggunaannya. Oleh karena itu membaca permulaan erat kaitannya dengan menulis permulaan (Mulyati, Tanpa Tahun: http://file.upi.edu). Secara khusus, tujuan diajarkannya membaca permulaan yaitu agar siswa dapat memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang tepat dan wajar (Kusnawanto, 2009). Wassid dan Sunendar (dalam Istarocha, 2012) menjelaskna bahwa tujuan membaca permulaan adalah untuk mengenali bunyi bahasa dan simbol-simbol bahasa, mengenal kata dan kalimat, menemukan ide pokok dan kata-kata kunci, serta menceritakan kembali isi bacaan yang pendek/sederhana. 2. Pentingnya membaca permulaan Membaca merupakan suatu alat yang fundamental untuk sukses di dunia sekarang ini. Membaca merupakan kunci utama untuk menguasai semua mata pelajaran di sekolah. Oleh karena itu, selama bertahun-tahun mulai dari PAUD, TK, dan SD anak-anak sedang mengembangkan keterampilan yang dapat membantu mereka untuk mengembangkan keterampilan membaca (Ohio Departement of Education, Tanpa Tahun: http://boardman.k12.oh.us). PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study) memiliki definisi tersendiri tentang pentingnya membaca yaitu sebagai proses interaksi sosial melalui teks serta sebagai pendorong berkembangnya cinta dan sikap positif terhadap membaca (Kennedy, et.al: 2012). Sebagai suatu kemampuan yang mendasari kemampuan selanjutnya, membaca permulaan merupakan suatu hal yang penting. Membaca permulaan dapat diibaratkan sebagai pintu gerbang untuk memperluas pengetahuan. Oleh karena itu, membaca permulaan haruslah diajarkan di kelas I dan II guna memberikan dasar kemampuan membaca yang memadai kepada anak (Permana, 2014: http://eostudent.blogspot.com). Jika dikaitkan dengan teori gelombang otak, maka orang membaca mungkin hanya mengetahui secara umum karena orang tersebut tidak berada dalam gelombang alpha. Gelombang alpha adalah gelombang di mana otak bisa melakukan penyerapan secara sempurna. Kegiatan membaca permulaan di Sekolah Dasar juga penting untuk memberikan bekal pada otak anak agar dapat melakukan penyerapan secara sempurna, karena untuk mencapai gelombang alpha diperlukan banyak latihan (Harianto, 2013). 2.11 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan MembacaPermulaanMembaca baik membaca permulaan maupun membaca lanjut merupakan suatu proses yang rumit dan kompleks, artinya di dalamnya terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Lamb & Arnold (dalam Ratno, 2012), kemampuan membaca baik permulaan maupun lanjut dipengaruhi oleh empat faktor yaitu. 1. Faktor fisiologis Faktor fisiologis yang dimaksud adalah kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, jenis kelamin, dan kelelahan. Kesehatan fisik yaitu kesehatan alat berbicara, penglihatan, dan pendengaran. Pertimbangan neurologis yaitu adanya kemungkinan keterbatasan neurologis (cacat otak) serta kekurang matangan secara fisik. Faktor kelelahan yaitu kondisi di mana siswa tidak dalam kondisi bagus untuk membaca. 2. Faktor intelektualFaktor intelektual yaitu kemampuan individu sesuai dengan tujuan, cara berpikir rasional, serta tindakan yang serasi dan efektif terhadap lingkungan. Semakin tinggi intelegensi, anak akan semakin mudah untuk dilatih melalui pengalaman, di antara membaca. 3. Faktor lingkunganFaktor lingkungan yang dimaksud adalah latar belakang dan pengalaman siswa di rumah serta kondisi sosio-ekonomi keluarga. Latar belakang keluarga yang harmonis dan memiliki kegemaran membaca akan memberikan dorongan anak untuk ikut membaca sehingga timbullah pengalaman pada diri anak. Tingkat sosio-ekonomi keluarga dalam hal ini adalah kemampuan orang tua untuk menyediakan bacaan. Faktor sosio-ekonomi juga berkaitan dengan lingkungan rumah siswa. Semakin tinggi status sosio-ekonomi, siswa biasanya akan semakin tinggi kemampuan verbalnya. 4. Faktor Psikologis Faktor psikologis yang dimaksud adalah motivasi, minat, serta kematangan sosio-emosi dan penyesuaian diri. Motivasi merupakan suatu kondisi yang dapat menimbulkan kecintaan/minat terhadap membaca. Minat merupakan suatu kondisi yang dihubungkan dengan kebutuhan dan dipengaruhi oleh faktor dalam diri dan faktor luar diri . Dalam hal membaca, maka minat dapat timbul dalam diri siswa secara mandiri, dan dapat pula muncul akibat adanya pengaruh dari luar diri siswa. Kematangan sosio-emosi sangat berpengaruh terhadap emosi, kepercayaan diri anak pada aktivitas membaca, serta berpengaruh pada keaktifan siswa dalam proses diskusi hasil bacaan.

2.12 Implementasi Asesmen Membaca Permulaan Asesmen merupakan kegiatan terpenting dari pembelajaran membaca permulaan yang digunakan untuk menginformasikan kondisi siswa dalam suatu pembelajaran. Langkah pertama ketika hendak menerapkan pembelajaran membaca yang baik adalah menentukan keterampilan dasar siswa. Siswa masuk di Sekolah Dasar dengan latar belakang dan keterampilan literasi yang berbeda, bahkan beberapa siswa mungkin memiliki kebutuhan khusus. Oleh karena itu diperlukan desain pembelajaran membaca permulaan yang mampu memenuhi kebutuhan masing-masing siswa. Kebutuhan individu tersebut dapat ditentukan melalui hasil asesmen. Rhodes & Shanklin (dalam The Access Center, 2012) menyatakan bahwa asesmen menyediakan berbagai informasi bagi guru yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan meningkatkan pembelajaran untuk semua siswa, termasuk siswa penyandang cacat atau berkebutuhan khusus. Asesmen adalah satu kata yang digunakan untuk menggambarkan suatu proses untuk mengumpulkn informasi tentang apa yang anak-anak tahu. Dua hal yang dapat menggambarkan proses tersebut yaitu pengujian (testing) dan pemeriksaan (screening) (Ohio Departement of Education, Tanpa Tahun: http://boardman.k12.oh.us). Berkaitan dengan membaca permulaan pada anak, ada beberapa cara di mana guru dapat belajar tentang apa yang anak ketahui, yaitu:1) dengan mengamati anak sepanjang hari di sekolah dan merekam informasi (observasi); 2) dengan aktif mendengarkan apa yang dibicarakan anak dan mempelajari lebih banyak tentang minat yang ditunjukkan anak (observasi); 3) dengan mengumpulkan pekerjaaan anak selama jangka waktu tertentu untuk ditinjau (portofolio);4) dengan duduk bersama anak dan meminta mereka untuk menunjukkan apa yang mereka ketahui melalui gambar, mengulang kata atau kalimat, serta menyalin kata-kata (tes); 5) dengan bertanya kepada orang tua, apakah mereka telah menyadari ketertarikan anaknya pada buku, surat-surat, dan menulis (angket atau wawancara) (Ohio Departement of Education, Tanpa Tahun: http://boardman.k12.oh.us). Adapun secara khusus kegiatan asesmen membaca permulaan pada anak (dalam Ohio Departement of Education, Tanpa Tahun: http://boardman.k12.oh.us) terdiri dari beberapa kegiatan yang meliputi. 1) Meminta anak mengidentifikasi huruf Pada kegiatan ini, guru akan bertanya untuk mengidentifikasi huruf alphabet. Guru akan mengarahkan siswa pada satu huruf dan bertanya kepada mereka huru apa itu. Kegiatan ini terdiri dari dua bagian yaitu mengidentifikasi huruf kapital dan huruf non kapital. Skor siswa mengindikasikan berapa banyak huruf yang dikenali dan dapat disebutkan.

2) Meminta siswa menjawab pertanyaan siapa, apa, kapan, mengapa, dan bagaimanaDalam kegiatan ini, anak diminta menjawab tiga pertanyaan, misalnya Mengapa kamu sikat gigi? atau Di mana kamu makan siang?. Guru kemudian menunggu jawaban anak selama beberapa detik, dan kemudian mencatat apa yang dikatakan anak-anak. Dalam hal ini, guru tidak terpaku dengan satu jawaban benar, namun guru lebih melihat apakah anak menjawab pertanyaan mengapa dengan jawaban berupa alasan dan pertanyaan di mana dengan jawaban yang menyebutkan tempat. 3) Meminta anak mengulangi kalimatDalam kegiatan ini terdiri dari empat item. Di mana untuk setiap item, anak akan diminta mendengarkan dan mengulangi kalimat. Misalnya, guru mengatakan Doni anak pandai dan kemudian anak akan diminta mengulangi kalimat tersebut. 4) Meminta anak untuk mengidentifikasi kata-kata berima samaDalam kegiatan ini, anak dihadapkan pada tujuh pertanyaan yang membantu penilaian kata berima. Anak diminta untuk mengatakan apakah terdapat dua kata yang terdengar sama satu sama lain, misalnya guru bertanya Apakah kata sakti dan bakti memiliki kata yang terdengar sama satu sama lain?.5) Meminta anak untuk menyebut sebuah kata yang menghasilkan rima yang sama. Dalam kegiatan menghasilkan kata berima, di sini siswa dihadapkan pada lima pertanyaan. Menghasilkan kata berima adalah kemampuan untuk melihat bahwa beberapa kata memiliki suara yang sama. Anak diminta untuk memberikan sebuah kata yang bersuara sama dengan kata lain, misalnya guru mengatakan maya dan meminta anak berpikir dan mengatakan kata lainnya yang memiliki suara yang sama, mungkin anak akan merespon dengan raya atau daya. 6) Meminta anak mendengarkan dan mengidentifikasi suara kata-kata awal. Pada kegiatan ini, guru meminta anak untuk menemukan gambar yang mewakili sebuah kata yang dimulai dengan suara yang diberikan. Pertama, guru akan memberikan satu set gambar yang terdiri dari empat buah gambar. Kemudian , guru akan menanyakan kepada anak gambar yang dimulai dengan suatu bunyi yaitu sebagai target atau gambar pertama. Misalnya guru menarik perhatian siswa dengan gambar baju, lalu menjelaskan bahwa kata baju dimulai dengan kata ba. Setelah itu, guru akan meminta anak untuk menemukan gambar sesuatu yang dimulai dengan suara yang sama seperti baju. Respon yang benar dalam contoh ini, anak akan menunjukkan gambar batu.

2.13 Pengembangan Instrumen Asesmen Membaca Permulaan Sebelum membuat suatu instrumen asesmen membaca permulaan. seorang guru harus memahami aspek dan ruang lingkup yang akan diasesmen. Dalam menetapkan ruang lingkup, guru harus mampu menetapkan indikator-indikator apa saja yang hendak dinilai. Instrumen membaca permulaan dapat disusun berdasarkan ruang lingkup sebagai berikut: 1. kesadaran akan bunyi bahasa, 2. kesadaran simbol bahasa, 3. kesadaran akan hubungan simbol dan bunyi bahasa. Dari ruang lingkup tersebut, kemudian disusunlah indikator instrumen membaca permulaan sebagai berikut.

Tabel 2.5 Indikator Asesmen Membaca Permulaan ASPEK BUTIR INSTRUMEN

A. Kesadaran bunyi bahasa1. Bunyi Fonem1.1. Fonem vocal

1.2. Fonem Konsonan

1.3. fonem (vocal rangkap/diftong)2. Bunyi Morfem :2.1. morfem dasar

2.2. afik-frefik (awalan dan akhiran)

1.1. membunyikan fonem vocal /a/,/i/,/e/,/o/,/u/1.2. membunyikan fonem konsonan /b/,/c/,/d/,/f/,/g/,/h/,/j/,/k/,/l/,/m/,/n/,/p/,/q/,/r/,/s/,/t/,/v//w/,/x/,/y/,/z/1.3. membunyikan /ng/, /ny/, /oi/, dan /au/

2.1. membunyikan kata dasar ; missal: makan, lari2.2. membunyikan : kata yang mengandung me,ber, ke-an, pe-an, ; memakan, pemakan, pelarian, berlari, dll

B. Kesadaran symbol bahasa :1. Simbol huruf (fonem)1.1. Symbol dari vocal

1.2. Simbol dari konsonan

1.3. Simbol diftong

2. Symbol Morfem :2.1. morfem dasar

2.2. afik-frefik (awalan dan akhiran)

1.1. menunjukkan symbol dari fonem : /a/,/i/, /e/, /o/,/u/1.2. menunjukkan symbol dari fonem konso- nan ; /b/,/c/,/d/,/f/,/g/,/h/,/j/,/k/,/l/,/m/,/n/,/p/,/q/,/r/,/s/,/t/,/v/,/w/,/x/,/y/,/z/1.3. menunjukkan symbol diftong ; /ng/, /ny/, /oi/, dan /au/

2.1. menunjukkan kata dasar ; makan dari kata kata ; ikan , makan, makam2.2. menunjukkan kata yang mengandung awalan, akhiran, awalan dan akhiran dari kata: makan, lari,Seperti; pemakan, makanan,berlari, pelarian, dll

Sumber: (Rochyadi, 2012: http://file.upi.edu)

Jika indikator sudah jelas, selanjutnya akan dikembangkan ke dalam instrumen sebagai berikut.

Tabel 2.6 Instrumen Asesmen Membaca Permulaan Nama : Nama Asesor : Kelas : Hari/Tanggal :Alamat Sekolah :

A. Kesadaran akan bunyi bahasa

Dapat(Skor 1)Tidak dapat(Skor 0)

1. Pinta anak untuk menunjukkan bunyi huruf vokal: /a/, /i/,/u/,/e/,/o/

2. Pinta anak untuk menunjukkan gambar yang diawali dari vocal /i/ pada gambar :

Gambar ElangGambarApel Gambar Ikan GambarUnta

3. Pinta anak untuk menunjukkan huruf konsonan dari masing-masing konsonan : /b/,/c/,/d/,/f/,/g/,/h/,/j/,/k/,/l/,/m/,/n/,/p/,/q/, /r/,/s/,/t/, /v/,/w/, /x/, /y/,/z/

4. Pinta anak untuk menunjukkan huruf konsonan /b/ dari konsonan /g/,/d/,/b/, dan /p/

5. Pinta anak untuk menunjukkan huruf-huruf konsonan pada gambar yang diawali dari konsonan :/b/,/c/,/d/,/f/,/g/, /h/,/j/,/k/, /l/,/m/,/n/,/p/,/q/,/r/,/s/,/t/, /v/,/w/, /x/,/y/,/z/ Misalnya: buku untuk /b/, cabe untuk /c/, duren untuk /d/, fanta untuk /f/ dst.

6. Pinta anak untuk menunjukkan kata yang mengandung unsur vocal rangkap pada gambar seperti ; ngantuk, pulang, tangki, nyamuk, minyak, pulau, aula, piala, dll

7. Pinta anak untuk menunjukkan kata yang berakhiran /au/ dari tiga gambar; pulau, piala dan aula

8. Pinta anak untuk menunjukkan kata yang berawalan /ng/ dari tiga gambar ; cangkul, ngantuk, pulang

9. Pinta anak untuk menunjukkan kata yang memiliki awalan ber dari tiga gambar ; berjalan, lari, jongkok

10. Pinta anak untuk menunjukkan kata yang memiliki akhiran an pada tiga gambar ; makan, sayuran, buah

11.Pinta anak untuk menunjukkan kata yang memiliki awalan dan akhiran pe-an pada dua gambar : perpisahan, menangis

B. Kesadaran akan symbol bahasa

Dapat(Skor 1)Tidak dapat(Skor 0)

1. Pinta anak untuk menunjukkan symbol dari huruf vocal /e/: dari symbol-simbol huruf ; /a/, /i/,/u/,/e/,/o/

2. Pinta anak untuk menunjukkan gambar mana yang memiliki vocal /a/ pada awal dan vocal /a/

GambarApel GambarIkan GambarUnta Gambar Elangpada akhir kata dari gambar :

3. Pinta anak untuk menunjukkan symbol huruf konsonan /b/ dari konsonan /g/,/d/,/b/, dan /p/

4. Pinta anak untuk menuliskan (meniru) 6 huruf konsonan dari masing-masing konsonan /b/,/c/,/d/,/f/,/g/,/h/,/j/, /k/,/l/,/m/, /n/, /p/,/q/,/r/,/s/,/t/, /v/,/w/, /x/, /y/,/z/

5. Pinta anak untuk menuliskan huruf-huruf konsonan pada gambar yang diawali dari konsonan :/b/,/c/,/d/,/f/,/g/, /h/,/j/,/k/, /l/,/m/,/n/,/p/,/q/,/r/,/s/,/t/, /v/,/w/, /x/,/y/,/z/ Misalnya: buku untuk /b/, cabe untuk /c/, duren untuk /d/, fanta untuk /f/ dst.

6. Pinta anak untuk menuliskan kata satu kata yang mengandung unsur vocal rangkap /ng/, /ny/, /au/ pada gambar seperti ; ngantuk, pulang, tangki, nyamuk, minyak, pulau, aula, piala, dll

7. Pinta anak untuk menunjukkan kata yang berakhiran /au/ dari tiga kata yang dibacakan ; pulau, piala dan aula

8. Pinta anak untuk menunjukkan kata yang memiliki awalan /ng/ dari tiga kata yang dibacakan ; cangkul, ngantuk, pulang

9. Pinta anak untuk menunjukkan kata yang memiliki awalan ber dari tiga kata yang dibacakan ; berjalan, lari, jongkok

10. Pinta anak untuk menunjukkan kata yang memiliki akhiran an pada tiga kata yang dibacakan ; masak, masakan, buah

11.Pinta anak untuk menunjukkan kata yang memiliki awalan dan akhiran pe-an pada dua gambar : perpisahan, menangis

Sumber: (Rochyadi, 2012: http://file.upi.edu)

Pengembangan instrumen juga dapat dilakukan dalam bentuk kualitatif, sebagai berikut.

Tabel 2.7 Instrumen Asesmen Membaca Permulaan (Kualitatif) AspekRespon

A. Kesadaran akan bunyi dan symbol bahasa

1) Mengenal bentuk dan lapal huruf (vocal: /a/,/i/,/u/,/e/,/o/ )

2) Menganal bentuk dan lapal huruf (konsonan)

3) Menganal bentuk dan lapal huruf gabungan k-v (ba-ki, bu-ku dll)

4) Menganal bentuk dan lapal huruf gabungan v-k-v (ibu, aku, ani dll)

5). Mengenal bentuk dan lapal huruf gabungan k-v-k (ba- pak, ka-tak )

6) Menganal bentuk dan lapal huruf pada kata dasar ( mobil, pasar, dll)

7) Mengenal benuk dan lapal huruf :pada kata yang mengandung afik : (mencuci, bernyanyi, dll)

8) Mengenal bentuk dan lapal huruf : pada kata yang mengandung : afek-frefik(menyanyikan, berlarian )

9) Mengenal bentuk dan lapal huruf :pada kata yang mengandung diftong (siang, ngantuk, cangkul, dll)

B. Cara dan kebiasaan dalam membaca

1. mengaja : a). dieja tanpa hambatanb).kesulitan menggabungkan ejaan (b-a menjadi eb-a, l-a menjadi el-a)c) kesulitan menggabungkan dua suku kata yang dieja (ba -- tu,..)

2. cara dan kebiasaan dalam membaca kata a). Mengulang-ngulang di awal kata (batu= ba-ba- ba tu )b). Menebak-nebak katac). cenderung dibaca dalam hati sehingga nampak komat-kamit

3. cara dan kebiasaan dalam membaca kalimat :a). Menghilangkan huruf atau kata (bunga itu merah dibaca bunga merah)b). Menambah kata (bunga merah dibaca bunga itu merah)c) Mengganti kata ( ayah membaca koran dibaca bapak)d) mengganti ejaan (ibu memasak nasi dibaca (ibu menanak nasi) e) Mengulang-ngulang kata (ibu masak nasi dibaca ibu-ibu f) membalikan urutan kata (ibu pergi ke pasar dibaca ibu ke pasar pergi)g) Tidak memperhatikan tanda bacah) Nampak ragu dalam membaca (selalu melihat guru )i) Membaca tersendat-sendat (Bu ita pulang dibaca Bu.i..tapu...la..ng)

C. Perilaku dalam membaca

1) menunjuk setiap kata yang dibaca

2) selalu melihat guru (terkesan minta diyakinkan )

3).menelusuri semua bacaan ke bawah

4) cenderung melihat pada gambar

5) nampak gelisah dan tidak bisa lama

6) nampak berkeringat dan tidak mau diam

7) cenderung minta berhenti atau meminta aktivitas lain (mencari alasan)

8) cenderung beralih perhatiaan saat membaca

9) Cenderung menolak dengan memperlihatkan aksi terentu

10) cenderung menggerakkan kepala dan bukan mata

11) cenderung menguasai teks bacaan dari iklan atau TV dari pada teks pada buku atau yang diberikan guru

12) cenderung memegang benda saat membaca

13) cendeung minta dipegang atau memegang tangan guru saat membaca

Catatan lain yang khas saat membaca: ................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

Sumber: (Rochyadi, 2012: http://file.upi.edu)

2.14 Fungsi Asesmen Membaca Permulaan Asesmen membaca permulaan memiliki beberapa fungsi penting dalam pengembangan pembelajaran maupun program kurikulum yang lebih baik bagi perkembangan anak. 1. Hasil asesmen sebagai refleksi pengembangan pembelajaran Respon anak terhadap asesmen yang dilakukan akan memberikan gambaran kecil beberapa hal yang dia tahu dan bisa lakukan dengan kata-kata dan huruf pada saat usia kelas 1 dan 2 Sekolah Dasar. Informasi ini dapat membantu orang tua dan guru dalam membuat keputusan yang baik tentang bagaimana caranya untuk mendukung perkembangan membaca anak. Guru akan menggunakan hasil asesmen untuk memutuskan apakah penilaian lain diperlukan untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya kesulitan yang dapat mengganggu perkembangan membaca anak (Ohio Departement of Education, Tanpa Tahun: http://boardman.k12.oh.us). 2. Hasil asesmen sebagai refleksi pengembangan program kurikulumDalam mengembangkan suatu kurikulum baru, sangat perlu memperhatikan hasil asesmen siswa, begitu pula untuk hasil asesmen membaca permulaan. Informasi yang terkumpul berdasarkan hasil asesmen dianalisis, untuk kemudian dilihat lebih lanjut apakah terjadi kesenjangan antara apa yang dibutuhkan anak dengan proses pembelajaran yang selama ini dituntut dalam kurikulum atau dalam program yang telah dibuat. Susunlah hasil asesmen tadi secara berurutan dari yang telah, sampai kepada yang belum dikuasai, dari yang diprediksi akan mudah diselesaikan sampai kepada yang dianggap sulit untuk dikerjakan anak. Selanjutnya analisis kurikulum atau program yang telah dibuat sebelumnya, diselaraskan dengan hasil asesmen sebagaimana materi yang terdapat pada kurikulum atau program sebelumnya, sehingga tersusunlah program pembelajaran hasil penyelarasan antara kurikulum dengan hasil asesmen (Rochyadi, 2012: http://file.upi.edu).

25

BAB 3PENUTUP

3.1 Kesimpulan Spelling sering dikenal dengan nama metode eja (Spelling Method). Metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi huruf. Faktor-faktor yang mempengaruhi cara pengucapan dalam berbahasa khususnya spelling yaitu faktor biologis, faktor lingkungan sosial dan faktor motivasi. Assesment spelling yaitu cara penilaian siswa yang diukur melalui pengucapan secara vokal maupun konsonan dengan menggunakan alat artikulasi dengan cara yang tepat dan benar sesuai dengan cara pengucapannya. Dalam menyusun assesment spelling dapat menggunakan skala, misalnya dengan menggunakan lembar ceklist maupun dengan menggunakan skala likert sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Fungsi dilakukannya asesmen spelling ini adalah sebagai bahan untuk mengetahui kemampuan spelling siswa, dengan harapan dapat membantu guru dalam mengidentifiakasi kebutuhan belajar siswa selanjutnya serta guna memberikan pembelajaran yang lebih baik. Membaca permulaan adalah tingkat membaca untuk memahami tulisan sebagai produk visual bahasa, maka dari itu sering disebut sebagai tingkat belajar membaca (lerning to read). Pembelajaran membaca permulaan di Sekolah Dasar diberikan secara bertahap yaitu pramembaca dan membaca. Tujuan membaca permulaan adalah untuk mengenali lambang-lambang atau simbol-simbol bahasa, mengenal kata dan kalimat, menemukan ide pokok dan kata-kata kunci, serta menceritakan kembali isi bacaan yang pendek/sederhana. Sebagai suatu kemampuan yang mendasari kemampuan selanjutnya, membaca permulaan merupakan suatu hal yang penting. Instrumen membaca permulaan dapat disusun berdasarkan ruang lingkup sebagai berikut:kesadaran akan bunyi bahasa; kesadaran simbol bahasa; kesadaran akan hubungan simbol dan bunyi bahasa. Asesmen membaca permulaan memiliki beberapa fungsi penting dalam pengembangan pembelajaran maupun program kurikulum yang lebih baik bagi perkembangan anak. 3.2 SaranBanyak fungsi penting dari suatu hasil asesmen, terutama yang berkaitan dengan kemampuan literasi anak. Sebaiknya, pembelajaran literasi di tingkat dasar (baik spelling, membaca permulaan, menulis permulaan, dsb) harus ditekankan pada hasil asesmen anak sebelumnya, sehingga anak benar-benar dapat belajar apa yang mereka butuhkan dan apa yang mereka minati. Dengan demikian, pembelajaran akan lebih bermakna dan mudah bagi anak. 30

33

DAFTAR RUJUKANAlgazali, S. 2011. Ejaan. (Online), (http://saidahalgazali.blogspot.com), diakses 29 Maret 2014.

Anonim. Tanpa Tahun. Word Their Way: Assessment. (Online), (http://mypearsontraining.com), diakses 29 Maret 2014.

Cahyo. 2013. Cara Mudah Mengajari Anak Belajar Membaca. (Online), (http://artikel.co/4216), diakses 29 Maret 2014.

Dmetzger. Tanpa Tahun. Word Study/Spelling. (Online), (http://readingandwritingproject.com), diakses 29 Maret 2014.

Hairuddin, Puspita, L, Mirizon, S dan Zahra, A. 2007. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Halimah, L. 2007. Menumbuhkembangkan Kecerdasan Majemuk Siswa SD melalui Penerapan Quantum Teaching dalam Pembelajaran Terpadu. (Online), (http://file.upi.edu), diakses 29 Maret 2014.

Harianto, Ha. 2014. Rahasia Belajar Lulusan Terbaik Bard High School. Depok: Puspa Swara.

Harsiati, T. 2013. Asesmen Pembelajaran Bahasa Indonesia. Malang: Universitas Negeri Malang (UM PRESS).

Holic, M. 2011. Perencanaan Alat Evaluasi Keterampilan Membaca. (Online), (http://monic-holic.blogspot.com), diakses 23 Maret 2014.

Istarocha. 2012. Bab II Hakikat Membaca Permulaan. (Online), (http://eprints.uny.ac.id), diakses 22 Maret 2014.

Kennedy, E, Dunphy, E, Dwyer, B, Hayes, G, McPhillips, T, Marsh, J, OConnor, M & Shiel, G. 2012. Literacy in Early Childhood and Primary Education. Dublin: National Council for Curriculum and Assessment.

Kusnawanto. 2009. Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas I SD dengan Metode Mueller. (Online), (http://library.um.ac.id), diakses 22 Maret 2014.

Mulyanti, Y. Tanpa Tahun. Pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan. (Online), (http://file.upi.edu), diakses 22 Maret 2014.

Ohio Department of Education. Tanpa Tahun. A Family Guide to Understanding Early Reading Skills. (Online), (http://boardman.k12.oh.us), diakses 22 Maret 2014.

Permana, A. 2014. Pembelajaran Membaca Permulaan. (Online), (http://eostudent-blogspot.com), diakses 28 Maret 2014.

Ratno, S. 2012. Bab 2 Kajian Teori.Pdf. (Online), (http://eprints.uny.ac.id), diakses 23 Maret 2014.

Rochyadi, E. 2012. Asesmen. (Online), (http://file.upi.edu), diakses 31 Maret 2014.

Sugiarsih, S. Tanpa Tahun. Membaca Permulaan. (Online), (http://staff.uny.ac.id), diakses 29 Maret 2014.

The Access Center. 2012. Early Reading Assessment: A Guiding Tool for Instruction. (Online), (http://readingrockets.org/article/14510), diakses 30 Maret 2014.

Valentine, F. 2013. Tahapan Belajar Membaca. (Online), (http://watashii.co.vu/2013/10/tahapan-belajar-membaca.html), diakses 29 Maret 2014.