membaca permulaan metode sas

35
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan di semua jenis jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar, menengah hingga pendidikan tinggi memegang peranan penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, namun dalam kenyataannya pengajaran berbahasa di jenjang TK - pendidikan dasar umumnya dalam hal membaca di kelas hasilnya masih kurang, bahkan masih banyak siswa yang sudah berada di tingkat sekolah dasar pun masih belum dapat membaca. Mengingat pentingnya peranan membaca tersebut bagi perkembangan siswa maka cara guru mengajar membaca haruslah memilih metode yang tepat dan benar sehingga mudah dipahami anak yang mungkin selama ini cara penyampaian guru kurang tepat. Dalam pengajaran baik metode maupun strategi pendekatan hasil yang diperoleh

Upload: yuyun-mailufa

Post on 25-Jul-2015

668 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Membaca Permulaan Metode Sas

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan di semua jenis

jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar, menengah hingga pendidikan

tinggi memegang peranan penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan,

namun dalam kenyataannya pengajaran berbahasa di jenjang TK - pendidikan

dasar umumnya dalam hal membaca di kelas hasilnya masih kurang, bahkan

masih banyak siswa yang sudah berada di tingkat sekolah dasar pun masih

belum dapat membaca.

Mengingat pentingnya peranan membaca tersebut bagi perkembangan

siswa maka cara guru mengajar membaca haruslah memilih metode yang tepat

dan benar sehingga mudah dipahami anak yang mungkin selama ini cara

penyampaian guru kurang tepat. Dalam pengajaran baik metode maupun

strategi pendekatan hasil yang diperoleh siswa relatif rendah serta anak kurang

berminat dalam pengajaran membaca.

Kegiatan belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai

pendidikan. Didalamnya terjadi interaksi edukatif antara guru dan anak didik,

ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepara anak didik di kelas. Bahan

pelajaran yang guru berikan itu akan kurang memberikan dorongan (motivasi)

kepada anak didik bila penyampaiannya menggunakan strategi yang kurang

Page 2: Membaca Permulaan Metode Sas

2

tepat. Disinilah kehadiran metode menempati posisi penting dalam

penyampaian pelajaran.

Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan metode justru

akan mempersulit bagi guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Pengalaman

membuktikan bahwa kegagalan pengajaran salah satunya disebabkan oleh

pemilihan metode yang kurang tepat. Kelas yang kurang bergairah dan kondisi

anak didik yang kurang kreatif dikarenakan penentuan metode yang kurang

sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai dengan tujuan pengajaran. Karena

itu, dapat dipahami bahwa metode dengan tujuan pengajaran. Karena itu,

dapat dipahami bahwa metode adalah suatu cara yang memiliki nilai strategis

dalam kegiatan belajar mengajar. Nilai strategisnya adalah metode dapat

mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar. Oleh sebab itu, guru

sebaiknya memperhatikan dalam pemilihan dan penentuan metode sebelum

kegiatan belajar dilaksanakan didalam kelas

Dari berbagai permasalahan di atas maka layanan bimbingan dirasakan

amat berperan dalam membantu proses dan pencapaian tujuan pendidikan

secara bertahap diantaranya pendidikan peran guru.

B. Masalah

Bertolak dari latar belakang terdapat beberapa fakta yang berhubungan

dengan masalah membaca yaitu :

1. Keterbatasan siswa tentang pengenalan huruf-huruf.

2. Kurangnya minat baca siswa.

Page 3: Membaca Permulaan Metode Sas

3

3. Rendahnya kemampuan membaca siswa.

C. Rumusan Masalah

Dari berbagai permasalahan di atas maka rumusan masalahnya adalah :

“Apakah dengan metode stuktural analitik sintetik (SAS) dapat meningkatkan

kemampuan membaca siswa TK. Sabilil Huda Sumorame Candi Sidoarjo?”

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

peningkatan kemampuan membaca siswa TK. Sabilil Huda Sumorame Candi

Sidoarjo melalui pembelajaran dengan metode stuktural analitik sintetik

(SAS).

E. Manfaat Penelitian

Setiap kegiatan minimal tentu memberikan manfaat, demikian halnya

bimbingan belajar membaca permulaan ini juga memberikan manfaat antara

lain:

1. Sebagai wacana bagi rekan guru dalam pengajaran membaca untuk

memberikan bimbingan membaca permulaan agar berhasil secara

maksimal.

2. Dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa yang akan

berpengaruh pula terhadap hasil belajar, guna persiapan pendidikan

berikutnya.

Page 4: Membaca Permulaan Metode Sas

4

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendidikan Pra Sekolah di Taman Kanak-

kanak

1. Definisi Pendidikan Pra Sekolah

Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak diluar

lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar. Salah satu

satuan pendidikan awal yang dikenal oleh anak prasekolah adalah taman

kanak-kanak (TK).

Pada penyelenggaraan kegiatan pembelajarannya TK

mengembangkan 6 aspek perkembangan yaitu aspek moral dan nilai-nilai

agama, sosial, dan kemandirian, kemampuan berbahasa, kognitif, fisik/

motorik, dan seni (Depdiknas, 2004:5). Aspek-aspek perkembangan

tersebut dipadukan dalam bidang pengembangan yang utuh mencakup

bidang pengembangan pembentukan perilaku melalui pembiasaan dan

bidang pengembangan kemampuan dasar.

2. Tujuan Pendidikan Taman Kanak-

kanak.

Pendidikan prasekolah dengan bentuk satuan pendidikan taman

kanak-kanak adalah wadah dimana anak mendapat kesempatan yang

terarah menuju perkembangan seluruh aspek kepribadiannya melalui cara

5

Page 5: Membaca Permulaan Metode Sas

5

yang sesuai dengan sifat-sifat alami anak. Pendidikan prasekolah

diselenggarakan dalam upaya membantu meletakkan dasar perkembangan

semua aspek tumbuh kembang bagi anak usia sebelum memasuki

pendidikan dasar. Usia prasekolah merupakan masa peka untuk menerima

rangsangan dan sangat menentukan bagi tumbuh kembang anak pada masa

selanjutnya. Anak yang memperoleh pendidikan prasekolah diharapkan

dapat mempersiapkan diri untuk memasuki pendidikan dasar secara lebih

baik. Kemampuan dasar yang harus dimiliki anak dalam penyesuaian

dirinya berupa (Diah Harianti, 2003:1):

a. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik, menghargai orang

lain, bekerjasama, kesadaran akan adanya perbedaan pendapat,

termasuk kemampuan untuk berfungsi secara baik sebagai anggota

tim.

b. Kemampuan untuk melakukan analisa terhadap situasi, membuat

pertimbangan yang masuk akal, dan memecahkan permasalahan baru

yang dihadapi.

c. Kemampuan untuk mengakses berbagai sinformasi melalui berbagai

cara, termasuk kemampuan dalam bahasa lisan maupun tertulis, serta

mampu menggunakan secara baik alat dan teknologi yang terus

berkembang.

d. Kemampuan untuk secara terus menerus belajar pendekatan yang baru,

keterampilan-keterampilan baru, dan pengetahuan-pengetahuan baru

sesuai kebutuhan perubahan.

Page 6: Membaca Permulaan Metode Sas

6

Sebagaimana kita ketahui dalam menuju kedewasaan, setiap anak

memerlukan kesempatan untuk mengembangkan diri itu memerlukan

fasilitas dan saran pendukungnya dalam berbagai bentuk seperti sarana dan

prasarana, guru, program program terencana serta suasana yang

menunjang. Semua fasilitas dan kesempatan mengembangkan diri anak

tersebut tersedia di TK.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Taman Kanak-Kanak

Dalam ruang lingkup kurikulum taman kanak-kanak meliputi 6

aspek pengembangan, yaitu : (a) Aspek moral dan nilai agama, (b) Sosial,

dan kemandirian, (c) Kemampuan berbahasa, (d) Kognitif, (e)

Fisik/motorik, (f) Seni.

Depdiknas (2004:8) menjelaskan bidang pengembangan perilaku

melalui pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus

menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi

kebiasaan yang lebih baik. Lebih lanjut dalam Depdiknas dijelaskan

bidang pengembangan perilaku melalui pembiasaan meliputi

pengembangan moral dan nilai-nilai agama, serta pengembangan sosial,

dan kemandirian, sedangkan pengembangan kemampuan dasar merupakan

kegiatan yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuaan

dan kreativitas sesuai dengan tahap perkembangan anak. Pengembangan

kemampuan dasar tersebut meliputi: a. Kemampuan berbahasa, b kognitif,

c. fisik/motorik, d .seni.

Page 7: Membaca Permulaan Metode Sas

7

B. Metode mengajar

Kegiatan belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai

pendidikan. Didalamnya terjadi interaksi edukatif antara guru dan anak didik,

ketika guru menyampaikan bahan pelajaran kepara anak didik di kelas. Bahan

pelajaran yang guru berikan itu akan kurang memberikan dorongan (motivasi)

kepada anak didik bila penyampaiannya menggunakan strategi yang kurang

tepat. Disinilah kehadiran metode menempati posisi penting dalam

penyampaian pelajaran.

Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau

metodik berasal dari bahasa Greeka, metha, (melalui atau melewati), dan

hodos (jalan atau cara), jadi metode bisa berarti jalan atau cara yang harus di

lalui untuk mencapai tujuan tertentu.

Untuk mendekatkan pengertian metode kearah yang lebih jelas akan

penulis kemukakan beberapa pendapat para ahli sebagai berikut:

1. Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai

tujuan tertentu (Sugito, 1994:30).

2. Metode itu cara untuk mencapai tujuan. Metode pembelajaran

dapat diartikan sebagai cara-cara menyeluruh (dari awal sampai akhir)

dalam mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini bersifat prosedural,

artinya menggambarkan prosedur bagaimana mencapai tujuan

pembelajaran Safari (1997:29).

3. Metode adalah cara yang digunakan guru dalam mewujudkan

hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh

Page 8: Membaca Permulaan Metode Sas

8

karena itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan

proses belajar mengajar (Sudjana, 2004:76).

4. Hasibuan dan Mudjiono (2006:3) menyatakan bahwa “Metode

mengajar adalah alat yang merupakan bagian dari seperangkat alat dan

cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar untuk mencapai

tujuan belajar”.

Dari beberapa pendapat diatas secara umum dapat disimpulkan bahwa

metode adalah:

1. Suatu yang dipakai untuk mencapai tujuan.

2. Suatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencarai ilmu

pengetahuan dari suatu materi tertentu.

3. Suatu ilmu dalam merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur.

Mengajar adalah salah satu tugas utama guru, yang disebut dengan

fungsi instruksional. Dalam menggunakan fungsi instruksional itu,

penggunaan dan penerapan metode pengajaran merupakan salah satu faktor

yang penting yang ikut andil dalam kegiatan belajar mengajar.

Usman (1995:6) menyatakan mengajar merupakan suatu perbuatan

yang memerlukan tanggung jawab yang cukup berat, karena berhasilnya

pendidikan pada siswa sangat bergantung pada pertanggungjawaban guru

dalam melaksanakan tugasnya.

Metode mengajar adalah cara mengajar atau cara menyampaikan

materi pelajaran kepada siswa untuk setiap pelajaran atau bidang studi.

Metode mengajar itu bisa diterapkan untuk setiap pelajaran. Karena itu guru

Page 9: Membaca Permulaan Metode Sas

9

akan dapat memahaminya tanpa suatu keahlian khusus. Misalnya,

menyampaikan materi pelajaran melalui ceramah, ekspositori, dan

demonstrasi itu adalah cara-cara penyampaian materi yang berlaku secara

umum. Untuk menguasainya tidak diperlukan keahlian khusus. Karena itu,

ceramah dan sebagainya itu disebut metode mengajar.

Secara umum atau luas metode atau metodik berarti ilmu tentang jalan

yang dilalui untuk mengajar kepada anak didik supaya dapat tercapai tujuan

belajar dan mengajar. Prof. Dr.Winarno Surachmad (1961), mengatakan

bahwa metode mengajar adalah cara-cara pelaksanaan dari pada murid-murid

di sekolah.

Nana Sudjana (2000; 77), mengatakan ada 14 metode dalam mengajar

yang dapat digunakan guru dalam melakukan proses mengajar, yaitu :

1. Metode ceramah

ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan.

2. Metode tanya Jawab

tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya

komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang

sama terjadi dialog antara siswa dan guru.

3. Metode diskusi

diskusi pada dasarnya adalah tukar menukar informasi, pendapat, dan

unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat

pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau

untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.

Page 10: Membaca Permulaan Metode Sas

10

4. Metode tugas belajar dan resitasi

tugas belajar dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh

lebiih luas dari itu. Tugas dilaksanakan di rumah, di sekolah, di

perpustakaan dan di tempat lainnya. Tugas dan resitasi merangsang anak

untuk aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok.

5. Metode kerja kelompok

kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung

pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan

(kelompok) tersendiri ataupun dibagi atas kelompok-kelompokkecil (sub-

sub kelompok.

6. Metode demonstrasi dan eksperimen

demonstrasi dan eksperimen merupakan metode mengajar yang sangat

efektif, sebab membantu para siswa untuk mencari jawaban dengan usaha

sebdiri berdasarkan fakta data) yang benar.

7. Metode sosio drama (role playing)

metode sosiodrama dan role plying dapat dikatakan sama artinya dan

dalam pemakaiannya sering disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya

mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah

sosial.

8. Metode problem solving

problem solving (pemecahan masalah) g\bukan hanya sekedar metode

mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam

Page 11: Membaca Permulaan Metode Sas

11

problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai

dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

9. Metode sistem regu (team teaching)

sistem regu adalah metode mengajar yang terdiri dari dua orang guru atau

lebih bekerja sama mengajar sebuah kelompok siswa.

10. Metode latihan (drill)

umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau

keterampilan dari apa yang telah dipelajari.

11. Metode karyawisata (field trip)

karya wisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri yang

berbeda dengan karyawisata dalam arti umum. Karyawisata disini bererti

kunjungan keluar kelas dalam rangka belajar.

12. Metode resource person (Manusia Sumber)

manusia sumber ialah orang luar (bukan guru) memberikan pelajaran

kepada siswa. Orang luar ini diharapkan memiliki keahlian khusus.

13. Metode survai masyarakat

survai berarti cara untuk memperoleh informasi atau keterangan dari

sejumlah unit tertentu dengan jalan observasi dan komunikasi langsung.

14. Metode Simulasi.

Simulasi adalah sara untuk menjelaskan sesuatu (bahan pelajaran) melalui

proses tingkah laku imitasi, atau bermainperanan mengenai suatu tingkah

laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya.

Page 12: Membaca Permulaan Metode Sas

12

C. Pengertian dan Hakikat Pengajaran Berbahasa

di Taman Kanak-kanak

Bahasa merupakan alat komunikasi melalui bahasa manusia dapat

saling berkomunikasi (Depdikbud, 1993: 5). Artinya melalui bahasa manusia

saling berbagi pengalaman saling belajar dari yang lain serta dapat

meningkatkan kemampuan intelektual sehingga lebih komunikatif.

Pengajaran berbahasa pada hakekatnya adalah pengajaran ketrampilan

berbahasa bukan pengajaran tentang pengetahuan bahasa yang meliputi tata

bahasa, pengembangan kosa kata dan teori Sastra sebagai alat penyetor saja

(Depdikbud, 1993:2).

Ketrampilan berbahasa yang ditekankan adalah ketrampilan reseptif

yang mencakup tiga aspek yaitu pemahaman, kebahasaan, dan penggunaan

yang bentuknya seperti mendengarkan dan membaca bercerita dan menulis.

Kebanyakan anak memiliki keragaman latar belakang sebelum memasuki

jenjang pendidikan diantaranya latar belakang bahasa ibu dan berapa persen

siswa yang mempunyai kesempatan memperoleh pendidikan TK apalagi bila

di desa kedua faktor tersebut akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa,

untuk itu guru perlu mempertimbangkan strategi mengajarnya.

D. Metode-metode Membaca Permulaan

Page 13: Membaca Permulaan Metode Sas

13

Metode adalah cara yang telah teratur dan terpilih secara baik untuk

mencapai suatu maksud, cara mengajar (KBBI, 1984 : 649).

Sedangkan yang dimaksud membaca permulaan adalah pengajaran

membaca awal yang diberikan kepada siswa kelas B dengan tujuan agar siswa

trampil membaca serta mengembangkan pengetahuan bahasa dan ketrampilan

berbahasa guna menghadapi kelas berikutnya (Depdikbud, 1995/196:6).

Melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai

moral, kemampuan bernalar dan kreativitas anak didik (Akhadiah, 1992 : 29).

Berdasarkan kurikulum pendidikan dasar (1994), materi pembelajaran

membaca yang tertuang dalam GBPP untuk siswa kelas B Taman Kanak-

kanak adalah sebagai berikut :

1. Persiapan (pra membaca)

Pada tahap awal ini, pada awal Semester I, kepada siswa diajarkan:

a. Sikap duduk yang baik,

b. Cara meletakkan atau menempatkan buku di meja,

c. Cara memegang buku,

d. Cara membalik halaman buku yang tepat,

e. Melihat atau memperhatikan gambar atau tulisan.

2. Setelah pra membaca, siswa diajarkan :

a.Lafal dan intonasi kata dan kalimat sederhana (menirukan guru),

b.Huruf-huruf yang digunakan dalam kata dan kalimat sederhana yang

sudah di kenal siswa (huruf-huruf diperkenalkan secara bertahap

sampai dengan 14 huruf),

Page 14: Membaca Permulaan Metode Sas

14

1) a, i, m dan n ; misalnya kata : ini, mama; kalimat : ini mama.

2) u, l, b ; misalnya kata : ibu, lala; kalimat : ibu lala.

3) e, t, p ; misalnya kata : itu, pita, ema; kalimat : itu pita ema.

4) o, d ; misalnya kata : itu, bola, didi; kalimat : itu bola didi.

5) k, s ; misalnya kata : kuda, papa, satu; kalimat : kuda papa satu.

c.Kata-kata baru yang bermakna (menggunakan huruf-huruf yang sudah

dikenal), misalnya : toko, ubi, boneka, mata, tamu.

Dalam pembelajaran membaca permulaan, ada berbagai metode yang

dapat digunakan, antara lain : (1) metode abjad, (2) metode bunyi, (3) metode

kupas rangkai suku kata, (4) metode kata lembaga, (5) metode global, dan (6)

metode struktural analitik sintetik (SAS) (Alkhadiah, 1992 :32 – 34).

1. Metode Abjad dan Metode Bunyi

Menurut Akhadiah kedua metode ini sudah sangat tua,

menggunakan kata - kata lepas. Misalnya :

a. Metode abjad : bo – bo – bobo

la – ri – lari

b. Metode bunyi : na – na – nana

lu – pa – lupa

2. Metode Kupas Rangkai suku kata dan Metode

Kata Lembaga

Kedua metode ini menggunakan cara mengurai dan merangkaikan.

Misalnya :

a. Metode kupas rangkai suku kata :

Page 15: Membaca Permulaan Metode Sas

15

ma ta – ma – ta

pa pa – pa – pa

b. Metode kata lembaga :

Bola – bo – la – b – o – l – a – b – o – l – a – bola

3. Metode Global

Metode global timbul sebagai akibat adanya pengaruh aliran

psikologi gestalt, yang berpendapat bahwa suatu kebulatan atau kesatuan

akan lebih bermakna dari pada jumlah bagian-bagiannya.

Memperkenalkan kepada siswa beberapa kalimat, untuk dibaca.

4. Metode SAS

Metode ini dibagi menjadi dua tahap, yakni : (1) tanpa buku, (2)

menggunakan buku. Mengenai itu Momo (1979) mengemukakan beberapa

cara yaitu :

a. Tahap tanpa buku, dengan cara :

1) Merekam bahasa siswa

2) Menampilkan gambar sambil

bercerita.

3) Membaca gambar.

4) Membaca gambar dengan kartu

kalimat.

5) Membaca kalimat secara struktural

(S).

6) Proses Analitik (A).

Page 16: Membaca Permulaan Metode Sas

16

7) Proses Sintetik (S).

b. Tahap dengan buku, dengan cara :

1) Membaca buku pelajaran

2) Membaca majalah bergambar.

3) Membaca bacaan yang disusun oleh

guru dan siswa

4) Membaca bacaan yang disusun oleh

siswa secara berkelompok.

5) Membaca bacaan yang disusun siswa

secara individual.

E. Metode Drill

1. Pengertian

Zuhairini mendefinisikan metode drill sebagai metode dalam

pengajaran dengan jalan melatih anak didik terhadap bahan pelajaran yang

sudah diberikan (Zuhairini, 1983 : 106). Menurut Roestiyah NK

(1991:125), metode drill adalah suatu tekhnik yang dapat diartikan dengan

suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan latihan-latihan agar

memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang

telah dipelajari. Metode drill/ latihan ini biasanya digunakan untuk tujuan

agar anak didik:

Page 17: Membaca Permulaan Metode Sas

17

a. Memiliki keterampilan gerak, seperti menghafal kata-kata,

mempergunakan alat, menulis, membuat suatu bentuk atau

melaksanakan gerak dalam olah raga.

b. Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalihkan, membagi,

menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam menghitung, dan

sebagainya.

c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara suatu keadaan dengan

hal lain, seperti hubungan sebab akibat, penggunaan lambang/ symbol

dalam peta dan lain-lain.

d. Dapat menggunakan daya pikirnya yang makin lama makin bertambah

baik.

e. Pengetahuan anak didik akan bertambah dari berbagai segi dan anak

didik tersebut akan memperoleh pemahaman yang lebih baik dan lebih

mendalam.

2. Syarat-syarat metode drill

Agar penggunaan metode drill dapat efektif, maka harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

a. Sebeleum pelajaran dimulai hendaknya diawali terlebih dahulu dengan

pemberian pengertian dasar.

b. Metode ini dipakai hanya untuk bahan pelajaran kecekatan-kecekatan yang

bersifat dan otomatis.

c. Diusahakan hendaknya masa latihan dilakukan secara singkat, hal ini

dimungkinkan agar tidak membosankan siswa.

Page 18: Membaca Permulaan Metode Sas

18

d. Maksud diadakannya latihan harus memiliki tujuan yang lebih luas.

e. Latihan diatur sedemikian rupa sehingga bersifat menarik dan dapat

menimbulkan motivasi belajar anak didik.

3. Langkah-langkah

penggunaan metode drill/ latihan

a. Drill hanyalah bahan atau tindakan yang bersifat

otomatis.

b. Latihan harus memiliki arti dalam rangka yang lebih

luas.

1) Sebelum diadakan latihan, anak didik perlu mengetahui terlebih

dahulu arti latihan itu sendiri.

2) Siswa perlu menyadari bahwa latihan-latihan itu berguna untuk

kehidupan mereka selanjutnya.

3) Siswa harus memiliki sikap bahwa latihan-latihan itu diperlukan

untuk melengkapi belajar.

c. Latihan-latihan itu pertama-tama harus ditekankan

kepada diagnosa:

1) Pada taraf-taraf permulaan jangan diharapkan

reproduksi ynag mengurus.

2) Dalam percobaan kembali harus diteliti kesulitan

yang timbul.

3) Respon yang benar artinya harus dikenal siswa

sedangkan respon ynag salah harus dipebaiki.

Page 19: Membaca Permulaan Metode Sas

19

4) Siswa memerlukan waktu untuk mewarisi latihan

perkembangan arti dan kontrol.

5) Di dalam latihan, pertama-tama ketepatan,

kemudian kecepatan, dan pada akhirnya keduanya harus tercapai.

d. Masa latihan harus relative singkat, tetapi harus

sering dilksanakan pada waktu lain.

e. Masa latihan harus menarik, gembira dan

menyenangkan.

1) Agar hasil latihan

memuaskan, minat intristif diperlukan.

2) Setiap kemajuan siswa harus

jelas.

3) Hasil latihan terbaik, dengan

sedikit menggunakan emosi.

4) Pada waktu latihan, harus

mendahulukan proses yang essensial.

f. Proses latihan dan kebutuhan harus disesuaikan

dengan perbedaan individu.

4. Kelebihan dan Kekurangan

Metode Drill

Kelebihan metode drill adalah sebagai berikut:

a. Dalam waktu relatif singkat dapat disampaikan bahan pelajaran

sebanyak-banyaknya.

Page 20: Membaca Permulaan Metode Sas

20

b. Organisasi lebih sederhana, tidak perlu mengadakan pengelompokan

murid pada metode ini.

c. Guru dapat menguasai kelas lebih mudah walau jumlah murid cukup

banyak.

Sedangkan kekurangan metode drill ini adalah sebagai berikut:

a. Guru sukar mengetahui sampai dimana batas kemampuan murid dan

memahami pelajaran yang telah disampaikan.

b. Tidak jarang guru terlalu mengejar target sejumlah bahan yang banyak,

sehingga pelaksanaannya lebih bersifat pemompaan.

c. Murid menjadi pasif dan menganggap segala hal yang diceramahkan

itu benar sehingga bentuk pengajaran bisa menjadi verbalisme.

d. Apabila guru tidak memperhatikan dari segi psikologis dan didaktis

pembicaraan dapat melantur dan bertele-tele sehingga membosankan

bagi murid, lalu banyak humor dalam membangkitkan minat dan

perhatian anak yang terlalu berlebih-lebihan.

BAB III

METODE PENELITIAN

Page 21: Membaca Permulaan Metode Sas

21

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas, yang bertolak dari

suatu permasalahan dalam pembelajaran di dalam kelas. Permasalahan itu

berupa kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari bahan ajar membaca.

Kesulitan-kesulitan tersebut oleh guru dipelajari, dicermati, dan ditentukan

berbagai penyebabnya, untuk selanjutnya ditemukan cara pemecahannya. Cara

pemecahannya berupa langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan

metode SAS. Dengan demikian, penelitian ini menitikberatkan pada suatu

permasalahan yang dihadapi siswa, sekaligus menentukan cara pemecahannya

berupa suatu proses dan hasil pembelajaran yang lebih baik.

Rancangan pembelajaran disajikan untuk menghasilkan bentuk

pembelajaran yang berkualitas, dengan proses pembelajaran yang dinamis,

bergairah, dan bertujuan untuk menghasilkan pembelajaran yang baik.

Untuk mencapai maksud di atas, penelitian ini dilaksanakan dengan

dua kali siklus dalam bentuk siklus I dan siklus II. Pembelajaran siklus I

dirancang berdasarkan kondisi awal siswa dalam membaca permulaan. Siklus

I dan II merupakan tindakan dalam memecahkan masalah dalam membaca

permulaan melalui metode SAS.

B. Subyek Penelitian

33

Page 22: Membaca Permulaan Metode Sas

22

Subyek adalah faktor yang sangat penting dalam sebuah penelitian.

Tanpa adanya subyek tentunya penelitian tidak dapat dilakukan. Dalam

penelitian ini subyek penelitian adalah 10 siswa TK. Sabilil Huda Sumorame

Candi Sidoarjo yang di dalam kelas mengalami kesulitan belajar dan lamban

dalam membaca. Teknik penentuan subyek penelitian dengan purposive

sampling.

C. Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di TK. Sabilil Huda Sumorame

Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Waktu penelitian adalah pada semester

2 tahun pelajaran 2009-2010. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2010

dan dilakukan pada saat jam pembelajaran membaca berlangsung.

D. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengetahui hasil pembelajaran digunakan tes sebagai tolak

ukurnya. Tes adalah latihan ketrampilan dan kemampuan atau bakat yang

dimiliki individu atau kelompok. (Arikunto, 1996: 138) Macam-macam tes:

1. Tes Awal (Pre Tes)

Tes awal dilakukan sebelum pembelajaran inti dimulai. Tes awal

dimaksudkan untuk menjajagi kemampuan siswa.

2. Tes Akhir (Post Tes)

Page 23: Membaca Permulaan Metode Sas

23

Tes akhir dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana

pembelajaran mencapai tujuan yang ditetapkan. Tes ini untuk mengetahui

keberhasilan siswa mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasilnya digunakan

sebagai acuan untuk melihat kemajuan prestasi siswa dalam mengikuti

program pembelajaran. Serta untuk menganalisa data dan merefleksi

tindakan berikutnya. Hasil pembelajaran siswa diperiksa, dianalisa untuk

menentukan letak kesulitan dalam menyelesaikan soal.

E. Teknik Analisis Data

Penelitian ini lebih menitikberatkan pada proses pembelajaran yang

pada gilirannya juga berpengaruh pada hasil pembelajaran. Tingkat kualitas

proses pembelajaran dapat diketahui guru melalui pengamatan. Untuk

mengetahui kualitas hasil pembelajaran digunakan kriteria penskoran sebagai

berikut :

(1) Skor 80 s/d 100 = baik sekali (A)

(2) Skor 70 s/d 79 = baik (B)

(3) Skor 60 s/d 69 = cukup (C)

(4) Skor 50 s/d 59 = kurang (D)

(5) Kurang dari 50 = kurang sekali (E)

Rumus untuk menentukan kualitas hasil pembelajaran rata-rata kelas

digunakan rumus:

XM =

Page 24: Membaca Permulaan Metode Sas

24

NKeterangan :

M = Skor rata-rata kelas

X = Jumlah skor satu kelas

N = Jumlah siswa satu kelas

Skor rata-rata kelas tersebut selanjutnya ditentukan persentase

keberhasilannya dengan rumus sebagai berikut :

XM = x 100% N

DAFTAR PUSTAKA

Page 25: Membaca Permulaan Metode Sas

25

Arikunto, Suharsini. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Kurikulum Sekolah Dasar,

Proyek Peningkatan Mutu SD, TK, SLB. Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995/1996. Metode Bahasa Indonesia,

Proyek Peningkatan Mutu SD, TK, SLB. Jakarta.

Kartadinata, Sunaryo dkk, 2002. Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung : CV

Maulana.

Mugiarto, Heru dkk, 2004. Bimbingan dan Konseling. Semarang : UPT MKK

Universitas Negeri Semarang.

Surana, 2004. Aku Cinta Bahasa Indonesia. PT Tiga Serangkai.

Suyudi, 1998. Pandai Membaca Menulis IA.

WJS Purwodarminto, 1993. Kamus Umum Bahasa Indonesia. PN Balai Pustaka.

Zuchdi, Darmiyati dan Budiasih, 2004. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

di Kelas Rendah. Yogyakarta : PAS.