peran “rumah kecapi” dalam melestarikan budaya …

16
357 PERAN “RUMAH KECAPI” DALAM MELESTARIKAN BUDAYA LOKAL DI KABUPATEN MAROS THE ROLE OF “RUMAH KECAPI” IN PRESERVING THE LOCAL CULTURAL IN MAROS REGENCY Abdul Hafid Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan Jalan Sultan Alauddin / Tala Salapang Km.7 Makassar, 90221 Telepon (0411) 883748 / 885119, Faksimile (0411) 883748 Pos-el: hafi[email protected] Handpone: 081342937135 Diterima: 11 Juli 2016; Direvisi: 19 September 2016; Disetujui: 30 November 2016 ABSTRACT Rumah Kecapi is the center of the production of traditional musical instruments in Maros, South Sulawesi. Comparing to the modern musical instruments, traditional musical instruments are still lack of devotees. Even if it is like that, Rumah Kecapi keeps producing traditional musical instruments. Although some of musical instruments produced in Rumah Kecapi has been sent and sold to some countries, this home industry could not develop as expected. Lack of financial and production tool is the main reason. This research is a descriptive qualitative research. The data are collected through observation, interview, and documentation. The result of this research shows that Rumah Kecapi is an industry which manually produces some traditional musical instruments such as kecapi, keso-keso, gambus and flute. While producing musical instruments, Rumah Kecapi also actively takes part on preserving local culture by performing on some events. Keywords: Rumah Kecapi, industry, traditional musical instruments. ABSTRAK Rumah Kecapi merupakan sentra industri pembuatan alat musik tradisional yang berlokasi di Kabupaten Maros Propinsi Sulawesi Selatan. Industri kerajinan alat musik tradisional ini tetap eksis berproduksi, walaupun peminat alat musik tradisional hanya sebagian kecil dibanding peminat alat musik modern. Pemasaran hasil produksi kerajinannya sudah sampai kemancanegara, namun usaha industri ini masih sulit mengembangkan usahanya, karena terkendala dengan modal usaha dan peralatan produksi.Artikel ini bertujuan untuk mendeskrepsikan kerajinan alat musik tradisional hasil usaha industri Rumah Kecapi Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif, teknik pengumpulan data melalui pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Rumah Kecapi adalah usaha kerajinan yang memproduksi alat musik tradisional berupa kecapi, keso-keso, suling dan gambus, yang dilakukan secara manual dengan peralatan yang masih sederhana. Selain sebagai industri kerajinan alat musik, Rumah Kecapi juga adalah lembaga seni yang berperan aktif dalam melestarikan budaya lokal melalui pementasan di berbagai event dengan simponi kecapinya. Kata kunci: Rumah Kecapi, industri, alat musik tradisional. PENDAHULUAN Kebudayaan lokal adalah semua budaya yang terdapat di Indonesia yaitu segala puncak- puncak dan sari-sari kebudayaan yang bernilai di seluruh kepulauan Indonesia, baik yang ada sejak lama maupun ciptaan baru yang berjiwa nasional. Budaya lokal ini mempunyai peranan yang penting dalam memperkokoh ketahanan budaya bangsa, oleh karena itu pemerintah daerah dituntut untuk bergerak lebih aktif melakukan pengelolaan kekayaan budaya, karena budaya tumbuh dan kembang pada ranah masyarakat pendukungnya. Di samping itu, bagi pemerintah pusat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), masyarakat sendiri, dan elemen lainnya haruslah menyokong atas keberlangsungan

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERAN “RUMAH KECAPI” DALAM MELESTARIKAN BUDAYA …

357 PB

PERAN “RUMAH KECAPI” DALAM MELESTARIKAN BUDAYA LOKAL DI KABUPATEN MAROS

THE ROLE OF “RUMAH KECAPI” IN PRESERVING THE LOCAL CULTURAL IN MAROS REGENCY

Abdul HafidBalai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan

Jalan Sultan Alauddin / Tala Salapang Km.7 Makassar, 90221Telepon (0411) 883748 / 885119, Faksimile (0411) 883748

Pos-el: [email protected]: 081342937135

Diterima: 11 Juli 2016; Direvisi: 19 September 2016; Disetujui: 30 November 2016

ABSTRACTRumah Kecapi is the center of the production of traditional musical instruments in Maros, South Sulawesi. Comparing to the modern musical instruments, traditional musical instruments are still lack of devotees. Even if it is like that, Rumah Kecapi keeps producing traditional musical instruments. Although some of musical instruments produced in Rumah Kecapi has been sent and sold to some countries, this home industry could not develop as expected. Lack of financial and production tool is the main reason. This research is a descriptive qualitative research. The data are collected through observation, interview, and documentation. The result of this research shows that Rumah Kecapi is an industry which manually produces some traditional musical instruments such as kecapi, keso-keso, gambus and flute. While producing musical instruments, Rumah Kecapi also actively takes part on preserving local culture by performing on some events.

Keywords: Rumah Kecapi, industry, traditional musical instruments.

ABSTRAK Rumah Kecapi merupakan sentra industri pembuatan alat musik tradisional yang berlokasi di Kabupaten Maros Propinsi Sulawesi Selatan. Industri kerajinan alat musik tradisional ini tetap eksis berproduksi, walaupun peminat alat musik tradisional hanya sebagian kecil dibanding peminat alat musik modern. Pemasaran hasil produksi kerajinannya sudah sampai kemancanegara, namun usaha industri ini masih sulit mengembangkan usahanya, karena terkendala dengan modal usaha dan peralatan produksi.Artikel ini bertujuan untuk mendeskrepsikan kerajinan alat musik tradisional hasil usaha industri Rumah Kecapi Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif, teknik pengumpulan data melalui pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Rumah Kecapi adalah usaha kerajinan yang memproduksi alat musik tradisional berupa kecapi, keso-keso, suling dan gambus, yang dilakukan secara manual dengan peralatan yang masih sederhana. Selain sebagai industri kerajinan alat musik, Rumah Kecapi juga adalah lembaga seni yang berperan aktif dalam melestarikan budaya lokal melalui pementasan di berbagai event dengan simponi kecapinya.

Kata kunci: Rumah Kecapi, industri, alat musik tradisional.

PENDAHULUAN

Kebudayaan lokal adalah semua budaya yang terdapat di Indonesia yaitu segala puncak-puncak dan sari-sari kebudayaan yang bernilai di seluruh kepulauan Indonesia, baik yang ada sejak lama maupun ciptaan baru yang berjiwa nasional. Budaya lokal ini mempunyai peranan yang penting dalam memperkokoh ketahanan

budaya bangsa, oleh karena itu pemerintah daerah dituntut untuk bergerak lebih aktif melakukan pengelolaan kekayaan budaya, karena budaya tumbuh dan kembang pada ranah masyarakat pendukungnya. Di samping itu, bagi pemerintah pusat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), masyarakat sendiri, dan elemen lainnya haruslah menyokong atas keberlangsungan

Page 2: PERAN “RUMAH KECAPI” DALAM MELESTARIKAN BUDAYA …

358 PB

dalam pengelolaan kekayaan budaya kedepan.Pengelolaan kekayaan budaya sebetulnya merupakan cara kita bagaimana budaya itu bisa kita pahami, kita lindungi dan dilestarikan agar dapat memperkokoh ketahanan budaya bangsa. Hal ini terkait dengan citra, harkat, dan martabat bangsa. Ketika pengelolaan kekayaan budaya dikelola dengan baik, maka akan muncul suatu keterjaminan, kelestarian dan kekokohan akan budaya bangsa kita.

Salah satu unsur budaya lokal yang masih bertahan adalah musik tradisional yang tumbuh dan berkembang secara turun-temurun yang berkembang di suatu daerah dan menjadi ciri khas suatu daerah dengan memakai gaya bahasa dan melodi yang berbeda-beda serta alat musik itu terbuat dari bahan kekayan alam dengan menggunakan nada pentatonis. Dalam hal ini, musik merupakan salah satu cara untuk menghilangkan kejenuhan akibat rutinitas harian, serta sebagai sarana rekreasi dan ajang pertemuan dengan warga lainnya. Menurut Koetjaraningrat (2000:19) kebudayaan (dalam arti kesenian) adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang fungsional, estetis, dan indah, sehingga ia dapat dinikmati dengan pancainderanya. Sedang menurut Yunus (1995:2) kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang penting karena kesenian memiliki daya ekspresi yang dapat merefleksikan secara simbolik kehidupan batiniah, sebagai media komunikasi dan penyampaian pesan.Seni sebagai “media komunikasi untuk berekspresi, untuk menyampaikan pesan, kesan, dan tanggapan manusia terhadap stimulasi dari lingkungannya”.

Kerajinan alat musik tradisional merupakan salah satu warisan budaya yang perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat dalam memperdayakan perajin tradisional mengingat langkahnya perajin alat musik tradisional sekarang ini. Pasang surutnya keberadaan seni musik tradisional, tak bisa lepas dari peran serta para perajin alat-alat seni. Tanpa kehadiran mereka, kesenian tradisional tidak akan pernah ada dan berkembang di kancah seni nasional maupun internasional. Merdunya

dawai kecapi dan tiupan seruling yang biasa kita dengarkan dalam setiap pentas seni musik tradisional, tidak terlepas dari peran serta para perajin alat-alat seni tradisonal.

Salah satu usaha kerajinan alat musik tradisional yang saat ini tetap eksis adalah Rumah Kecapi yang terdapat di Kabupaten Maros. Rumah kecapi adalah sentra industri kerajinan alat musik tradisional yang tergabung dalam beberapa usaha perajin alat musik tradisional khas Bugis Makassar misalnya alat musik kecapi, keso-keso, gambus, dan seruling.Usaha ini dirintis oleh Yusri Yusuf (45 tahun) pernah magang di beberapa sentra kerajinan yang ada di Yogyakarta

Berbagai penelitian terdahulu berkaitan dengan penelitian kerajinan alat musik tradisional yang telah dilakukan oleh para peneliti diantaranya: Muryanti (2012:22) yang meneliti tentang peran industri kerajinan alat musik tradisional dalam mendukung ketahanan ekonomi keluarga dari hasil penelitiannya diketahui bahwa peran industri alat musik tradisional gamelan memberikan kontribusi pada ketahanan ekonomi keluarga sebesar 63%. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa keberadaan industri kerajinan alat musik tradisional gamelan memang mampu meningkatkan perekonomian pengusaha, perajin beserta keluarganya. Semakin eksisnya industri kerajinan gamelan ditandai dengan semakin diterimanya kesenian gamelan oleh masyarakat, sehingga mereka semakin memperluas pasar, yang pada gilirannya dapat semakin meningkatkan ketahanan ekonomi keluarga. Sugitha (2014:15) dalam penelitiannya tentang kerajinan panlima di Banjar Manuk Kecamatan Susut Kabupaten Bangli menyatakan bahwa sampai saat ini para perajin terus memproduksi alat musik panlima dengan alasan sebagai tempat menyalurkan aspirasi bakat yang dimiliki oleh perajin panlima serta menambah ekonomi masyarakat khususnya para perajin. Sitepu (2013:1) dalam penelitiannya tentang Kajian Organologis Kulcapi pada masyarakat Karo, menyatakan bahwa hingga sekarang alat

Page 3: PERAN “RUMAH KECAPI” DALAM MELESTARIKAN BUDAYA …

359 PB

musik kucapi masih memegang peranan di dalam masyarakat Karo, pada berbagai upacara ritual, upacara adat Karo maupun pertunjukan kesenian musik Karo.

Upaya perajin alat musik tradisional dalam melestarikan budaya lokal patut diapresiasi oleh karena itu melalui penelitian ini penulis mencoba mengkaji peran perajin alat musik tradisional Rumah Kecapi yang terdapat di Kabupaten Maros sebagai salah satu upaya melestarikan budaya lokal. Pelestarian kebudayaan merupakan eksistensi dari suatu kebudayaan, dan bukan bentuk-bentuk ekspresinya yang harus dibekukan dan tak boleh berubah atau berkembang, Lebih lanjut dinyatakan bahwa ke dalam upaya besar pelestarian itu termasuk upaya-upaya perinciannya meliputi: Perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan. Perlindungan yang diperlukan bagi kebudayaan adalah perlindungan terhadap kepunahan dan perlindungan legal terhadap penyalahgunaan substansi budaya dalam hal dipublikasikan atau dikomersilkan (Sedyawati, 2014:26)

Kerajinan alat musik tradisional merupakan salah satu usaha home industry yang dilakukan penduduk sebagai salah satu sumber ekonomi dan sekaligus sebagai upaya dalam melestarikan kesenian daerah. Kerajinan merupakan salah satu cabang seni rupa yang memiliki nilai guna atau fungsi untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup manusia. Aspek fungsi dalam kerajinan menempati porsi utama dibanding nilai estetis (Rahmat, 2011:34). Arti lain dari kerajinan adalah suatu usaha yang dilakukan secara terus menerus dengan penuh semangat ketekunan, kecekatan, kegigihan, berdedikasi tinggi dan berdaya maju yang luas dalam melakukan suatu karya. Adapun rumusan masalah dalam tulisan ini adalah: bagaimana profil usaha rumah kecapi, dan peranannya dalam upaya melestarikan budaya lokal, serta faktor-faktor yang mendukung dan menghambat usaha kerajinan alat musik tradisional di Kabupaten Maros. Adapun tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan 1) profil usaha rumah kecapi, 2) peran Rumah Kecapi dalam upaya

melestarikan budaya lokal, 3) faktor pendukung dan penghambat usaha kerajinan alat musik tradisional di Kabupaten Maros.

METODE

Metode yang digunakan pada saat pengumpulan data adalah metode kualitatif yang menggambarkan peran perajin alat musik tradisional pada sentra usaha Rumah Kecapi di Kabupaten Maros. Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan kualitaif untuk mengetahui profil usaha kerajinan alat musik tradisional dan faktor pendukung usaha serta penghambat usaha kerajinan tersebut. Peneliti akan berusaha mengungkapkan dengan pendekatan kualiatif dan akan dikemukakan temuan-temuan empiris yang ada dalam kaitannya dengan peran perajin alat musik tradisional dalam upaya melestarikan budaya lokal.

Teknik Pengumpulan data meliputi: 1) Wawancara dilakukan secara intensif terhadap para informan yang telah dipilih yaitu: pemilik usaha industri kerajinan, tenaga kerja yang terlibat dalam pembuatan industri kerajinan, pemerintah setempat, pekerja seni dengan kriteria orang tersebut dianggap mampu dan bersedia memberikan informasi sesuai dengan substansi penelitian. 2) Observasi dilakukan dengan mengunjungi usaha kerajinan alat musik tradisional Rumah Kecapi yang ada di Kabupaten Maros dan mengamati perilaku perajin dalam membuat alat musik tradisional, mengamati hasil industry kerajinan, bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan alat musik tradisional, dan aktivitas pagelaran musik kecapi yang dilakukan. Pengamatan dilakukan untuk menjaring data yang tidak dapat diperoleh melalui wawancara, selain itu juga membandingkan antara hasil wawancara dengan kenyataan yang terjadi. 3) studi pustaka dilakukan untuk mendukung data primer, dengan membaca tulisan-tulisan dari hasil penelitian, jurnal dan internet yang berkaitan dengan substansi penelitian.

Analisis data dilakukan secara kualitatif berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara,

Peran “Rumah Kecapi” ... Abdul Hafid

Page 4: PERAN “RUMAH KECAPI” DALAM MELESTARIKAN BUDAYA …

360 PB

observasi dan dokumentasi dianalisis secara kualitatif. Analisis data terdiri atas 3 alur kegiatan secara bersamaan, yakni reduksi data, menyederhanakan data yang diperoleh dengan mengklasifikasi, penyajian data dengan membuat abstraksi dengan menghubungkan atau membandingkan dengan teori yang ada dan penarikan kesimpulan.

PEMBAHASAN Profil Usaha Pengrajin Alat Musik Tradisional Rumah Kecapi

a. Mula Terbentuknya Usaha Rumah KecapiRumah Kecapi adalah usaha industri

kerajinan alat musik tradisional yang berlokasi di Kabupaten Maros, tepatnya di jalan Dr Ratulangi Kelurahan Allepolea Kecamatan Lau Kabupaten Maros. Usaha kerajinan ini adalah usaha rumah tangga yang membina beberapa orang pengrajin yang tersebar di beberapa tempat di Kelurahan Allepolea.Yusri Yusuf (45 tahun) adalah pimpinan dari usaha industri kerajinan alat musik tradisional Rumah Kecapi. Usaha itu dirintis sejak tahun 1998, bermula dengan membangun rumah panggung di tengah areal pertambakan di Kelurahan Allepolea. Di tempat inilah ia membuka workshop pembuatan alat musik kecapi, untuk menampung beberapa orang untuk diberi pelatihan pembuatan alat musik kecapi, namun jauh sebelumnya pemilik usaha ini telah membuat berbagai alat musik tradisional misalnya kecapi, keso-keso, suling dan gambus. Menurut penuturan pemilik usaha Rumah Kecapi, yang juga alumnus Asri Yogyakarta dan pernah magang dibeberapa pusat kerajinan di Yogyakarta. Selama magang ia melihat keuletan dan kegigihan orang Jawa melestarikan kesenian daerahnya, dibenaknya timbul ide mengapa ia tidak melakukan hal yang sama, dan kembali ke daerahnya di Maros untuk melestarikan kesenian daerahnya. Ia teringat masa kecilnya betapa sering ia mendengar petikan-petikan kecapi orang tuanya mengalunkan nada-nada pengantar tidur, sembari menanamkan budi pekerti kepada anak-anaknya. Pada saat itu di berbagai hajatan, alunan kecapi menjadi hiburan tersendiri bagi

masyarakat Maros. Semangat Yusri makin tumbuh ketika ia menemukan warisan kecapi dari neneknya di pajang di Museum Nasional Jakarta. Naluri seni yang dimilikinya bergelora untuk kembali ke daerahnya membuat kerajinan kecapi. Ketika memulai usahanya ia mencoba mencari perajin kecapi di Maros, namun sudah sangat langka. Yusri mencoba membuat reflika kecapi buatan neneknya, dengan penuh ketekunan dan keuletan akhirnya selama 20 hari ia berhasil membuat kecapi, walaupun belum sempurna, dan pada waktu itu laku terjual sebesar Rp 50.000 Dengan semangat Yusril terus melanjutkan membuat kecapi, dan mendapat dukungan dari berbagai seniman dan akademisi di Maros dan Makassar.

Dari informasi berbagai pihak, tentang keberadaan usaha kerajinan alat musik tradisional Rumah Kecapi, akhirnya usaha kerajinan Rumah Kecapi mendapat pesanan dari berbagai peminat musik dan sanggar-sanggar seni, yang ada di Maros dan Makassar. Mulailah ia berusaha mencari tenaga kerja dengan merangkul anak muda dan sejumlah pekerja mebel untuk diajak kerjasama membuat kerajinan kecapi. Ia lalu mendirikan rumah panggung di areal empang untuk dijadikan sebagai workshop, dan tempat magang bagi mahasiswa dan peminat seni untuk membuat kecapi. Lama kelamaan workshop kecapi tersebut ramai di datangi mahasiswa dari fakultas seni untuk belajar membuat kecapi. Besarnya minat masyarakat untuk mempelajari keterampilan pembuatan alat musik kecapi dan memainkannya, akhirnya Yusri membentuk komunitas seni kecapi, yang beranggotakan para perajin kecapi dan pemain musik kecapi. Pada tahun 2008 Yusril mempunyai ide untuk membuat kecapi raksasa untuk dimasukkan dalam rekor Muri, namun terkendala dengan biaya, sehingga keinginan tersebut gagal (Wawancara, 15 Juni 2015).

Kepandaiannya membuat alat musik akhirnya tersebar ke berbagai peminat alat musik kecapi, sehingga ada beberapa orang yang datang dari daerah lain di Sulawesi Selatan, untuk memesan alat musik kecapi. Dengan adanya

Page 5: PERAN “RUMAH KECAPI” DALAM MELESTARIKAN BUDAYA …

361 PB

Peran “Rumah Kecapi” ... Abdul Hafid

pesanan dari berbagai daerah, maka mulailah Yusri merintis usaha pembuatan kerajinan alat musik tradisional kecapi, suling, keso-keso dan gambus. Walau masih dalam skala kecil namun usaha kerajinan alat musik tradisional tetap bertahan sampai sekarang.

Seiring berjalannya waktu hasil kerajinan alat musik tradisional ini mulai dikenal, dipromosikan melalui orang-orang yang pernah berkunjung ke tempat usaha Rumah Kecapi. Industri kerajinan alat musik tradisional ini mulai dilirik dari berbagai kalangan pencinta seni musik kecapi baik dari sanggar-sangar seni maupun anak-anak sekolah, mereka mulai berminat memainkan alat musik tradisional tersebut. Melihat peluang bisnis yang cukup potensial untuk dikembangkan Ikrar Mallarangeng (29 tahun) yang juga adalah keponakan dari Yusri membantu memasarkan kerajinan produksi Rumah Kecapi ke berbagai kalangan melalui berbagai media. Pada 2009 segmen pasar pun mengalami perubahan, dengan jeli, Ikrar mulai membidik sekolah-sekolah yang telah menerapkan pembelajaran musik daerah dalam muatan lokalnya, mulai dari sekolah dasar hingga menengah. Selanjutnya untuk memperkenalkan lebih luas ke masyarakat, usaha Rumah Kecapi memasarkan hasil kerajinannya melalui internet dengan membuat website. Pemasaran melalui media internet cukup jitu, usaha kerajinan alat musik tradisional Rumah Kecapi mulai kebanjiran order baik dari berbagai wilayah di Sulawesi Selatan, dan di luar propinsi bahkan sampai ke mancanegara (https://wirasmada.wordpress.com/2012/07/06/ikrar-mallarangeng-pemilik-rumah-kecapi-makassar).

Pada tahun 2014 usaha kerajinan Rumah Kecapi memperluas bidang usahanya menjadi sebuah lembaga Rumah Kecapi. Lembaga ini mengembangkan beberapa usaha tidak hanya memproduksi kerajinan alat musik tradisional, akan tetapi mengadakan pelatihan pembuatan dan cara memainkan kecapi kepada masyarakat, mahasiswa dan remaja yang berminat terhadap kesenian tradisional. Lembaga Rumah Kecapi kemudian membentuk sanggar seni Rumah

Kecapi yang melayani berbagai pemetasan seni dan event-event, dan pagelaran pakkacaping.

b. Bentuk UsahaBentuk usaha kerajinan alat musik

tradisional yang terdapat di Kabupaten Maros masih merupakan industri rumah tangga. Sebagaimana kita ketahui bahwa industri rumah tangga yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang, memiliki modal usaha yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga dan pemilik atau pengelolah industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri. Demikian halnya dengan usaha industri kerajinan alat musik tradisional Rumah Kecapi, tenaga kerja utamanya adalah pemilik usaha itu sendiri dibantu oleh anak dan istri. Yusril sebagai pemilik usaha membentuk dan membina kelompok usaha pembuatan alat musik tradisional untuk memenuhi pesanan. Kelompok perajin binaan Rumah Kecapi beranggotakan pekerja mebel, sebagai tenaga kerja lepas. Modal usaha yang digunakan usaha kerajinan Rumah Kecapi masih modal sendiri, keterbatasan akan modal usaha, sehingga perajin alat musik tradisional ini hanya mampu menghasilkan produk sesuai dengan kemampuan modal yang dimiliki. Menurut Yusril sudah beberapa kali ia mengajukan bantuan kredit dari pihak perbankan, akan tetapi usaha tersebut tidak pernah berhasil, karena pihak perbankan meminta jaminan yang tidak dapat dipenuhi oleh pemilik usaha Rumah Kecapi.

c. Tenaga Kerja Usaha kerajinan alat musik tradisional

Rumah Kecapi menggunakan tenaga kerja dari keluarga perajin yaitu bapak, ibu dan anak. Keterlibatan anggota keluarga hanya pada saat ada pesanan dalam jumlah besar yang tidak mampu dikerjakan oleh pak Yusril selaku pekerja utama.Anggota keluarga yang dipekerjakan terlebih dahulu dilakukan pelatihan sejak dini, agar dapat terampil, membuat alat musik tradisional. Pak Yusril mengajarkan anak-anaknya membuat alat musik tradisional ini ketika ada waktu

Page 6: PERAN “RUMAH KECAPI” DALAM MELESTARIKAN BUDAYA …

362 PB

senggang misalnya pada hari-hari libur, agar tidak menganggu kegiatan sekolah. Enkulturasi pembuatan alat musik tradisional diperoleh dari ayahnya yang pandai membuat kecapi dan gemar bermain kecapi, selanjutnya Pak Yusril juga mewariskan keterampilan membuat alat musik tradisional ini kepada anak-anaknya. Hal ini dilakukan dengan maksud menanamkan kecintaan akan kesenian tradisional ini kepada anak-anaknya.

Selain mengajarkan keterampilan kepada anggota keluarganya, pak Yusri kemudian membentuk kelompok perajin alat musik tradisional dengan mengajarkan pembuatan alat musik tradisional kepada kerabatnya, yang mempunyai profesi sebagai tukang kayu atau pembuat mebel. Hal ini dimungkinkan karena para pengrajin mebel telah mempunyai keterampilan dalam dibidang kayu, sehingga untuk membuat alat musik seperti kecapi, keso-keso dan gambus lebih mudah dilakukan, karena masih terkait, dengan bahan baku yang digunakan yaitu dari kayu. Setelah mereka terampil membuat alat musik tradisional, maka dipercayakanlah untuk membuat kecapi yang siap untuk dijual. Kerabat yang dipekerjakan adalah sebagai tenaga kerja lepas yang hanya membuat alat musik ketika banyak pesanan. Sistem pemberian upah juga bersifat kekeluargaan, sesuai dengan tingkat keterampilan yang di miliki pekerja. Upah pembuatan sebuah kecapi diberi Rp 100.000 per kecapi, dalam keadaan kosong, belum pemberian senarnya dan nada. Pekerja hanya membuat kecapi sampai pada pada tahap penghalusan dan pengecatan, selanjutnya untuk pemasangan senar dan penentuan nada-nada diserah kepada orang yang terampil. Pemasangan senar diperlukan keterampilan khusus untuk mendapatkan nada-nada yang menghasilkan bunyi sesuai yang diinginkan.

Dalam mengajarkan keterampilan membuat kerajinan alat musik tradisional kepada anggota keluarga dan kerabatnya, Yusri juga melihat potensi atau bakat yang ada pada orang diajarkan. Seperti halnya kemahiran anaknya dalam membuat suling, sehingga untuk pekerjaan

membuat suling diserahkan sepenuhnya kepada anaknya. Para perajin melakukan pekerjaan ketika mereka mempunyai waktu luang. Kalau yang bermata pencaharian sebagai tukang kayu, maka pekerjaan membuat alat musik dikerjakan setelah mereka menyelesaikan pekerjaan utamanya, kecuali kalau ada pesanan dalam jumlah besar maka waktu untuk pekerjaan utama digunakan untuk menyelesaikan pesanan.

d. Pemasaran.Hasil kerajinan industri Rumah Kecapi

sudah di pasarkan ke berbagai toko kerajinan yang ada di Makassar, salah satunya adalah toko Medan yang berada di jalan Sombaopu dan toko souvenir yang ada di Bandara Internasional Sultan Hasanudin. Ada pula pembeli yang langsung memesan dan membeli ke pusat pembuatan kerajinan alat musik tradisional itu, karena harganya jauh lebih murah dari yang dijual di toko-toko kerajinan. Pemasaran hasil kerajinan alat musik tradisional ini telah menembus ke mancanegara, beberapa permintaan dari Negara Jepang, China, Australia dan Ceko. Produk yang paling laris dipasarkan hingga keluar negeri adalah alat musik kecapi ukuran standar, baik yang di lengkapi ukiran maupun tidak. Dalam sebulan pengiriman alat musik kecapi ke luar negeri rata-rata 10 buah, bahkan Jepang pernah memesan 500 miniatur kecapi dan gantungan kunci.

Harga jual untuk sebuah kecapi bervariasi untuk dalam negeri harga kecapi ukuran standar berada di kisaran Rp 500.000 sampai Rp 750.000, sedang harga miniatur dan gantungan kunci dijual dengan harga Rp 120.000 sampai Rp 150.000 Sementara harga jual ke luar negeri bisa mencapai 1 jutaan untuk harga sebuah kecapi. Menurut penuturan Ikrar dalam sebulan omset penjualan biasanya mencapai 8 juta hingga 10 juta, melihat perkembangan pemasaran hasil industri kerajinan alat musik kian maju, maka perajin alat musik Rumah Kecapi optimis usaha kerajinan itu akan terus eksis.

Page 7: PERAN “RUMAH KECAPI” DALAM MELESTARIKAN BUDAYA …

363 PB

Peran “Rumah Kecapi” ... Abdul Hafid

Hasil Industri Kerajinan Alat Musik Tradisional Rumah Kecapi

Hasil industri kerajinan alat musik tradisional Rumah Kecapi, meliputi: kecapi, keso-keso, gambus dan suling. Namun yang paling banyak diproduksi adalah kecapi, dibanding alat musik tradisional lainnya. Menurut penuturan pemilik usaha ini, bahwa produksi alat musik kecapi sudah mempunyai pangsa pasar, baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Selain itu sudah ada toko souvenir yang menjadi langganan mereka, sehingga untuk pemasarannya tidak terlalu sulit. Adapun deskripsi masing kerajinan alat musik tradisional yang diproduksi usaha kerajinan Rumah Kecapi adalah sebagai berikut:

a. Kecapi Kecapi adalah alat musik tradisional

Sulawesi Selatan, kecapi merupakan salah satu alat musik petik yang mungkin cara memainkannya sedikit sulit untuk dipelajari dibanding dengan alat musik lainnya. Kecapi biasanya digunakan untuk memperkaya suara-suara yang dihasilkan dalam musik-musik tradisional. Kecapi memiliki beberapa senar yang dimainkan dan dipetik secara horizontal.

Bahan baku utama pembuatan kecapi adalah jenis kayu nangka, kayu Bangkala (bance), Kayu Bontang-Bontang dan Kayu Rita. Dari keempat jenis kayu itu yang paling sering digunakan adalah kayu nangka dan kayu bance, karena kayu nangka dan bance tidak dimakan rayap, tekstur kayunya yang cukup halus dan warnanya yang alami. Perajin memperoleh kayu dari penebang kayu dengan harga sekitar Rp 200.000-Rp 300.000 perpohon, untuk satu pohon dapat menghasilkan sekitar 10 sampai 15 buah kecapi. Adapun peralatan yang digunakan adalah: Alat utama yaitu pahat, parang, bor, gerinda, gergaji, pisau ukir, skap dan kikir. Alat pembantu berupa: kertas pola, katter, lem fox, plitur dan amplas.

Semua peralatan yang disebutkan di atas digunakan pula pada pembuatan alat musik lainnya, yang disediakan pemilik usaha untuk digunakan para tenaga kerja yang bekerja pada

usaha Rumah Kecapi. Setiap pekerja disediakan satu set peralatan pertukangan yang boleh dibawah pulang oleh pekerja ketika mengerjakan di rumah.

Proses pembuatan alat musik kecapi pertama, batang kayu nangka di olah terlebih dahulu menjadi balok persegi empat yang berukuran panjang 1 m x 10 cm x10 cm. Setelah itu di buat pola di atas kertas, lalu pola tersebut digambar di atas potongan kayu. Setelah pola badan kecapi selesai kemudian dipahat, dengan ukuran kecapi adalah panjang 90 cm, lebar 8-10 cm. Pengerjaannya dibutuhkan konsentrasi agar tidak terjadi kesalahan fatal, yang dapat membuat kayu kecapi pecah. Setelah itu, dibuat lubang resonansi yang berfungsi sebagai tabung suara, semakin tipis semakin nyaring suaranya. Selanjutnya badan kecapi di amplas sebanyak 3 kali, pertama digunakan amplas kasar, kedua ampalas sedang dan ketiga amplas halus. Sentuhan selanjutnya adalah memberi ukiran kecapi, lalu dicat dengan pernis dan dibiarkan selama 12 jam, sebelum dipasang senar. Paling akhir adalah memasang dua buah senar pada kecapi agar dapat menghasilkan nada dan siap dimainkan. Karena proses pembuatannya cukup rumit itulah yang menyebabkan harga jual sebuah kecapi mulai dari Rp 300.000 sampai Rp 1.000.000. Untuk membuat kecapi diperlukan waktu sekitar 20 hari untuk menyelesaikan dan menyempurnakannya.

Kecapi Makassar memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan kecapi dari daerah lain. Bentuknya yang menyerupai perahu, karena menurut sejarahnya bahwa, kecapi diciptakan oleh seorang pelaut Bugis Makassar yang telah berhari-hari berlayar di laut lepas meninggalkan gadis pujaan hatinya di darat, tiba-tiba badai datang dan tali perahu yang terikat dilayar berbunyi diterpa angin kencang. Bunyi yang amat indah menimbulkan kerinduan mendalam pada kekasih yang ditinggal. Begitu badai berlalu, sang pelaut mengambil sebagian tali layarnya lalu diikatkan pada dayung perahu. kemudian dipetik dengan iringan lagu. Setelah kembali ke darat, dibuatlah sebuah alat bunyi

Page 8: PERAN “RUMAH KECAPI” DALAM MELESTARIKAN BUDAYA …

364 PB

yang berbentuk perahu dua tali yang dipetik dan dibuatkan syair-syair (Kelong) berpantun.

Awalnya pakacaping (orang yang memainkan kecapi) merupakan permainan untuk menghibur diri sendiri di waktu senggang. Pemain kecapi menikmati kobbi’-kobbi’na (petikan-petikannya sendiri) tanpa ada kebutuhan pendengar. Ada pula versi lain yang menyebutkan bahwa, asal mula kecapi yaitu dari kata kanjillo yakni alat musik daerah yang terbuat dari kayu pilihan dan dibentuk menyerupai perahu pinisi, bagian permukaan dibentangkan senar atau dawai yang terbuat dari kulit, sedangkan bagian kepalanya diberi tempurung sebagai ruang resinangsinya, agar bunyinya lebih nyaring. Kanjilo (ikan gabus) dalam bahasa Makassar adalah nama jenis ikan yang hidup di air tawar, sungai dan rawa-rawa. Karena keunikan kanjilo tersebut sehingga namanya diambil untuk diabadikan menjadi nama instrument. Alat musik kanjilo kemudian berubah menjadi kacaping atau kecapi, namun bentuknya tidak langsung menyerupai alat kecapi saat ini karena kecapi saat ini sudah mengalami perkembangan yang begitu pesat (http://www.kompasiana.com /dita_pahebong/kecapi-dalam-perkembangannya).

Dahulu orang membuat kecapi tidak sembarangan harus dilakukan ritual terlebih dahulu dengan menyajikan sesajian berupa songkolo le’leng (nasi ketam hitam), telur, pisang raja dan daun siri. Agar kecapi tersebut memiliki unsur magis, maka pembuatannya dilakukan pada hari Jum,at ketika beduk mesjid ditabuh, hal ini merupakan simbol bahwa suara beduk dapat didengar semua orang, begitu pula harapan pembuat kecapi agar petikan kecapinya dapat didengar oleh semua orang. Pemetiknya adalah lidi yang diperoleh dari induk ayam yang mengais-gais, ketika hutbah Jum’at dibacakan dan senarnya terbuat dari kawat suasa yaitu campuran logam dan tembaga. Petikan kecapi memiliki unsur magis ini dapat menarik semua orang yang mendengarnya, kalau yang memainkan itu adalah seorang pemuda maka dapat memikat hati gadis-gadis yang

mendengarnya. Menurut penuturan Yusri tidak mengherankan apabila seorang pakkacaping piawai dalam memainkan kecapi yang sudah memiliki unsur magis dapat memiliki istri lebih dari satu (wawancara, 11 Juni 2015).

Foto. 1. Alat musik kecapi.Sumber: Koleksi Rumah Kecapi

b. Keso-kesoKeso-keso adalah alat musik ini terbuat

dari kayu dan kulit binatang. Keso-keso adalah alat musik sejenis rebab dengan dua dawai. Alat musik ini berbentuk menyerupai jantung pisang yang dibelah dua yang dilengkapi dengan tongkat untuk menggesek. Alat musik keso-keso ini mirip dengan alat musik rebab dari Jawa Barat. Menurut sejarahnya keso-keso berasal dari negeri Cina. Alat musik ini biasanya digunakan untuk mengiringi pasinrilik yaitu orang yang memainkan sinrilik. Sinrilik adalah pertunjukan penutur tunggal sastra klasik tentang riwayat tokoh dan peristiwa misalnya, sejarah Kerajaan Gowa, Pasirinlik bertutur dengan memainkan alat musik gesek yaitu, keso-keso (Suradi, et.al.1985:34).

Berdasarkan sumber bunyinya, alat musik keso-keso termasuk dalam alat musik chordopone yaitu alat musik yang bunyinya berasal dari dawai atau senar yang digesek. Cara memainkannya adalah dengan cara digesek (yang digesek adalah dawai yang terdapat pada alat musiknya dengan dawai pada alat penggesek).

Bahan baku dan peralatan yang digunakan pada pembuatan alat musik keso-keso sama dengan jenis kayu dan peralatan yang digunakan untuk pembuatan kecapi. Hanya pada alat musik

Page 9: PERAN “RUMAH KECAPI” DALAM MELESTARIKAN BUDAYA …

365 PB

Peran “Rumah Kecapi” ... Abdul Hafid

keso-keso menggunakan bahan kulit kambing yang telah diawetkan. Proses pembuatannya mula-mula kayu yang sudah berbentuk balok dipilih lalu dikeringkan, agar setelah dibentuk menjadi keso-keso kayunya tidak mengendur atau berubah. Kemudian dipahat untuk membuat lubang besar pada bagian bawah atau perut keso-keso, pemahatan dilakukan secara hati-hati agar tidak tembus, bentuk lubang bulatan tersebut menyerupai jantung pisang yang dibelah dua, dengan ukuran panjang 30 cm dan lebar 17,8 cm. Selanjutnya hasil pahatan dirapikan kemudian diamplas hingga permukaan halus, tahap selanjutnya dipasang kulit dari bahan kulit kambing yang telah diawetkan untuk menutupi lubang yang telah dibuat. Kemudian dilakukan pengecatan, sesuai warna yang diinginkan pemesan atau pembuatnya, tapi pada umumnya warna dari cat keso-keso adalah warna kayu kecoklat-coklatan, dan warna kulit kambing yang digunakan biasanya warna putih atau coklat. Menurut Yusri apabila tidak ada kulit kambing, mereka biasanya menggunakan kulit biawak sawah dengan cara menguliti biawak, kemudian kulitnya di jemur selama 2 hari setelah kering kulit biawak diamplas agar lebih halus, baru dipasang pada keso-keso. Sebenarnya kulit biawak lebih baik dari kulit kambing, karena tidak mudah kendor, hanya saja binatang ini sulit didapatkan, sehingga untuk pesanan yang banyak mereka tidak dapat memenuhi (wawancara 7 Juni 2015).

ekor kuda sepanjang 32 cm yang diikatkan pada tangkai kayu dilengkungkan sepanjang 46 cm. Untuk bahan bulu ekor kuda diperoleh pengrajin dari peternak kuda, dengan cara menggunting bulu ekor kuda sepanjang 40 cm sampai 50 cm. Karena ekor kuda yang sering dipangkas akan tumbuh dengan lebat.

c. Gambus Gambus adalah alat musik petik seperti

mandolin yang berasal dari Timur Tengah. Paling sedikit gambus dipasangi 3 senar sampai paling banyak 12 senar. Ukuran alat musik gambus, panjang keseluruhan 90 cm, panjang bagian perut 36 cm, lebar perut 19 cm. Pada pesta-pesta adat orang Makassar, gambus dimainkan sambil diiringi gendang. Sebuah orkes memakai alat musik utama berupa gambus dinamakan orkes gambus. Musik gambus identik dengan musik Islami karena nuansa musiknya terasa lembut dan bernada dasar realigi, dan memainkannya dipadu dengan rebana. Musik saat ini gambus sudah jarang ditemukan. Dahulu musik ini berfungsikan untuk menghibur para keluarga Karaeng yang dimainkan oleh para budak. Namun, sekarang semua orang bisa menikmati musik ini.

Usaha kerajinan alat musik tradisional Rumah Kecapi hanya membuat alat musik gambus ketika ada pesanan atau pada waktu-waktu tertentu. Menurut pemilik Industri Rumah Kecapi, alat musik gambus hanya diminati oleh sebagian kecil pencinta musik tradisional, yang memesan atau membeli biasanya hanya pemilik orkes gambus yang dikenal sebagai pagambusu atau kelompok parabbana. Proses pembuatan alat musik gambus hampir sama dengan pembuatan alat musik keso-keso. Bahan yang digunakanpun sama yaitu kayu yang dapat menghatar bunyi, dan kulit kambing digunakan untuk menutup rongga. Selanjutnya dibuat tempat menyetel senarnya sebanyak empat buah, cara menyetel dengan memutar untuk mendapatkan nada yang diinginkan.

Untuk menghasilkan satu gambus memerlukan waktu sekitar 1 bulan dengan waktu kerja sekitar 5 jam perhari. Khusus untuk pembuatan gambus dan keso-keso Yusri

Foto. 2. Alat musik Keso-keso dan pasinrilikSumber: Koleksi Rumah Kecapi

Tahap terakhir adalah pemasangan senar atau dawai sebanyak dua buah, ukuran keso-keso. Sedang alat penggeseknya terbuat dari bulu

Page 10: PERAN “RUMAH KECAPI” DALAM MELESTARIKAN BUDAYA …

366 PB

mengerjakan sendiri, berbeda dengan peralatan musik lainnya, misalnya kecapi dan suling dapat diserahkan pengerjaannya kepada pengrajin yang lain atau kepada anaknya. Tingkat kesulitan dalam membuat alat musik gambus dan keso-keso jauh lebih rumit, dibanding kecapi dan suling. Pada gambus dan keso-keso perlu keterampilan dalam memasang kulit pada bagian badan alat musik gambus dan keso-keso, karena apabila terjadi kesalahan akan berakibat bunyi yang dihasilkan tidak sesuai yang diinginkan.

Fungsi praktis dari alat ini sama dengan kecapi, biasanya digunakan untuk kelong (semacam pantun dalam sastra Makassar) yang biasa dibawakan saling berbalasan dengan pemetik gambus lainnya. Sekarang ini pemilikan alat musik gambus tidak terikat pada kalangan tertentu. Gambus ditemukan pula di daerah lain di Indonesia, tapi dengan model yang berbeda.

yang diinginkan, satu batang bambu dapat menghasilakan 3 suling ukuran standar, dan untuk penyumbat biasanya digunakan gabus. Peralatan yang digunakan diantaranya pisau lipat, amplas, dan bambu kecil untul melicinkan lubangnya.

Cara membuatnya: Bambu dipotong yang panjangnya kira-kira 30 cm, dibagi dua dengan sebuah titik. Mulai dari tengah buatlah lubang ke arah kanan dengan garis tengah kira-kira 1/2 cm. Antara lubang yang satu dengan yang lainnya jaraknya selebar telunjuk atau kira-kira 1,5 cm. Lalu dibuat sebanyak 6 buah dengan jarak yang sama. Sewaktu membuat lubang harus hati-hati dengan mempergunakan pisau yang tajam. Di sebelah kiri dari lubang yang paling tengah, dibuat sebuah lubang lagi yang agak besar untuk meniup. Lubang yang dibuat pada kepala suling itulah yang ditiup. Pada ujung sebelah kiri disumbat dengan kayu gabus atau hati dahan nipah. Maksudnya agar waktu ditiup udara tidak keluar ke sebelah kiri dan terdengarlah suara suling itu. Kalau lubang-lubang itu belum halus, maka digerakan dengan buluh penggerek sehingga menjadi bulat dan licin. Suaranya pun tentu akan halus dan merdu. Pada suling klasik dililitkan daun lontar pada kepala suling.

Alat musik tradisional ini dapat dimainkan di mana saja, baik di ruang terbuka maupun di ruang tertutup dan dapat dimainkan oleh siapa saja mulai dari anak-anak sampai orang dewasa.Pemilikannya pun bebas, tidak terbatas pada kalangan tertentu. Suling dapat dimainkan bersama dengan alat-alat musik tradisional lainnya, misalnya ganrang lompo, gong, lea-lea, tennong-tennong, ana baccing dan ganrang bulo. Alat musik suling banyak pula digunakan pada masyarakat di daerah lain di Sulawesi Selatan.

Foto.3. alat musik gambusSumber: Koleksi Rumah Kecapi

d. SulingSuling adalah alat musik tiup, merupakan

alat musik tradisional Makassar. Suling yang diproduksi usaha kerajinan Rumah Kecapi, banyak dipasarkan kepada anak-anak sekolah yang mempunyai mata pelajaran muatan lokal seni musik dengan menggunakan suling. Bentuk suling yang di produksi bermacam-macam ukuran dan model, sesuai kebutuhan pemainnya. Bahan baku suling adalah bambu berukuran kecil kecil yang sudah mengering, dipilih yang sudah tua yang dikenal dengan bambu parring. Bagian bambu yang diambil mulai dari ke dua ruas sepanjang 62 cm dengan garis tengah ± 3cm kemudian di potong sesuai dengan ukuran

Foto.4. SulingSumber: Koleksi Rumah Kecapi

Page 11: PERAN “RUMAH KECAPI” DALAM MELESTARIKAN BUDAYA …

367 PB

Peran “Rumah Kecapi” ... Abdul Hafid

Peran Perajin Alat Musik Tradisional Rumah Kecapi Dalam Melestarikan Budaya Lokal

Di zaman sekarang usaha industri kerajinan alat musik tradisional, sangat sedikit bahkan langka. Para perajin alat musik tradisional terkalahkan industri alat musik modern, demikian pula pelaku seni musik tradisional yang kalah bersaing dengan pemain musik modern misalnya permainan electon. Kebanyakan masyarakat lebih menyukai permainan musik modern itu. Hal ini terlihat pada pesta-pesta perkawinan, hajatan dan acara-acara resmi lainnya baik di perkotaan maupun di kampung-kampung. Di tengah arus globalisasi musik modern merambah ke seluruh penjuru wilayah di Sulawesi Selatan, Rumah Kecapi, masih tetap eksis memproduksi alat musik tradisional, dan mengembangkan usahanya menjadi lembaga seni budaya yang melakukan berbagai aktivitas pementasan dan pagelaran seni musik tradisional dari berbagai event dan melayani permintaan masyarakat untuk pesta perkawinan dan berbagai hajatan lainnya. Tujuan utama lembaga seni budaya Rumah Kecapi, adalah tetap mempertahankan, agar musik tradisional ini tetap eksis dalam rangka melestarikan budaya lokal.

Pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti penting bagi generasi selanjutnya. Namun demikian tindakan pelestarian makin menjadi kompleks jika dihadapkan pada kenyataan sebenarnya. Tindakan pelestarian yang dimaksudkan guna menjaga karya seni sebagai kesaksian sejarah. Perlunya menumbuhkan kesadaran akan pentingnya budaya/kesenian daerah (tradisional) adalah kewajiban setiap lapisan masyarakat. Dimana peran serta masyarakat untuk mewarisi kesenian daerah (tradisional) akan menjadi kekuatan budaya/kesenian tradisional. Menurut Suwaji Bastomi (dalam Monika, 2014:20) Kesenian daerah dapat dilestarikan dalam dua bentuk: 1. Culture Experience pelestarian kesenian daerah yang dilakukan dengan cara terjun langsung kedalam sebuah pengalaman cultural. 2. Culture

Knowledge merupakan pelestarian kesenian daerah yang dilakukan dengan cara membuat suatu pusat informasi mengenai kebudayaan yang dapat difungsionalisasi ke dalam banyak bentuk. Tujuannya adalah untuk edukasi ataupun untuk kepentingan pengembangan kesenian daerah itu sendiri.

Secara cultural experience pemilik usaha Rumah Kecapi mampu melestarikan kesenian tradisional kecapi dengan menggerakkan orang-orang disekitarnya untuk belajar membuat kecapi, sekaligus memainkannya. Workshop pembuatan kecapi yang didirikannya mampu menggalang mahasiswa untuk magan di tempatnya, dan menyalurkan keterampilan yang dimilikinya, sekaligus menanamkan kecintaan kesenian tradisional kepada generasi muda untuk mengembangkan dan melestarikannya.Untuk memperkenalkan kesenian tradisional kepada turis lokal dan mancanegara, pemilik usaha Rumah kecapi mencoba memasukkan penawaran kepada pihak angkasa pura untuk pementasan musik kecapi dan atraksi pembuatan kecapi. Penawaran tersebut disambut baik oleh pihak manajer angkasa pura, dan terjalinlah kontrak kerjasama selama 4 tahun, dengan jadwal pentas hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Di bawah naungan grup Rumah Kecapi binaan Yusri, suara kecapi dan gambus silih berganti menggema di ruang lobi lantai dua Bandara Sultan Internasional Hasanuddin. Suara musik khas Bugis-Makassar yang dimainkan oleh seniman lokal dari Kabupaten Maros itu, mampu menarik perhatian penumpang yang melintasi panggung pementasan berukuran dua meter persegi itu. Selain memainkan alat musik tradisional tersebut, juga dilakukan peragaan pembuatan kecapi.

Tidak hanya lembaga seni budaya Rumah Kecapi yang mampu pentas di Bandara Sultan Hasanuddin, anak-anak SDN 30 Maros yang menggunakan hasil kerajinan Rumah Kecapi dengan symponi kecapinya mampu memukau para penumpang dari berbagai daerah di Indonesia dan mancanegara. Permainan musik kecapi tidak hanya dipertunjukan dalam

Page 12: PERAN “RUMAH KECAPI” DALAM MELESTARIKAN BUDAYA …

368 PB

lingkup nasional, akan tetapi para seniman, berusaha memperkenalkan musik kecapi di ajang internasional. Pagelaran musik kecapi berhasil tampil di Amerika, usaha ini tentu perlu mendapat dukungan dari semua pihak dalam rangka memperkenalkan kesenian tradisional Makassar, sebagai bagian dari budaya bangsa.

Peran perajin alat musik tradisional diharapkan dapat terus menerus eksis utamanya untuk pembuatan alat musik tradisional kecapi. Dalam perkembangannya pakacaping menjadi seni pertunjukan dalam berbagi konteks adat istiadat assua’-suara’ (keramaian). Hadirnya kecapi tersebut sebagai hiburan dalam konteks adat isitiadat merupakan nilai tersendiri yang dapat menunjukkan bahwa musik ini tidak seperti keberadaan kesenian lainnya yang sudah pasang surut di makan zaman. Musik kecapi tidak hanya mampu di mainkan oleh orang lanjut usia, akan tetapi anak-anak remajapun tidak gensi bermain kecapi seperti yang dilakukan anak-anak SMA yang ada di Maros yang tampil dengan piawai bermain kecapi pada festival musik Sulawesi Selatan tahun 2015.

Pelestarian secara culture knowledge, telah dilakukan dengan membentuk lembaga Rumah Kecapi sebagai wadah kelompok perajin alat musik tradisional yang ada di Kabupaten Maros. Lembaga ini bertujuan untuk mengajarkan pengetahuan tentang pembuatan alat musik tradisional kecapi, keso-keso, gambus dan suling, serta melakukan pagelaran dan pentas musik kecapi, gambus, keso-keso dan suling, pada berbagai pentas seni, festival dan ajang lomba pagelaran musik kecapi. Sanggar musik kecapi binaan Yusri ini menerima pula pesanan untuk pesta perkawinan, dan acara-acara adat lainnya. Salah satu upaya telah dilakukan pemilik usaha Rumah Kecapi, agar permainan musik tradisional dapat menjadi salah mata pelajaran atau muatan lokal yang dapat diajarkan di sekolah-sekolah khususnya yang ada di Kabupaten Maros. Karena selama ini musik kecapi hanya diajarkan dan dimainkan pada sanggar-sanggar seni yang ada di Kabupaten Maros. Berkat usaha dan perjuangan pemilik

usaha Rumah Kecapi, saat ini pemda Kabupaten Maros dalam hal ini Dinas Pendidikan Kabupaten Maros, sudah menjadikan permainan alat musik tradisional menjadi kurikulum muatan lokal yang diajarkan di sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Maros. salah satu sekolah yang berhasil menerapkan muatan lokal ini adalah SDN 30 Maros. Di sekolah ini anak-anak diajarkan seni musik kecapi, suling dan gendang, mulai dari kelas 3 sampai kelas 6. Mereka telah melakukan berbagai pentas, baik antar sekolah maupun event-event yang diselenggarakan Pemda Maros. Agenda tahunan yang selalu melibatkan simphoni kecapi anak-anak SDN 30 Maros adalah festival Bantimurung. Masuknya permainan musik kecapi sebagai mata pelajaran muatan lokal di sekolah-sekolah dasar di Maros, merupakan salah satu upaya masyarakat dan pemerintah dalam melestraikan kesenian tradisional.

Faktor Pendukung dan Penghambat Usaha Industri Kerajinan Alat Musik Tradisional Rumah Kecapi

a. Faktor PendukungFaktor pendukung merupakan elemen

yang dapat, mempertahankan keberadaan usaha industri kerajinan musik alat tradisional untuk tetap berproduksi dan melakukan aktivitas pagelaran musik tradisional, sebagai salah satu upaya pemenuhan kebutuhan akan peralatan seni musik tradisional. Ada beberapa faktor yang mendukung bertahan dan berkembangnya industri kerajinan alat musik tradisional yang ada di Kabupaten Maros:

1. Tersedianya bahan baku

Bahan baku pembuatan kerajinan alat musik tradisional seperti kayu rita, kayu nangka, kayu bance masih tersedia dan mudah diperoleh. Bagi usaha industri yang diproduksi usaha industri Rumah Kecapi masih mudah di dapatkan, sehingga merupakan faktor pendukung industri kerajinan alat musik tradisional ini untuk tetap berproduksi.

Page 13: PERAN “RUMAH KECAPI” DALAM MELESTARIKAN BUDAYA …

369 PB

Peran “Rumah Kecapi” ... Abdul Hafid

2. Permintaan Peralatan Musik Tradisional masih tetap eksis

Walaupun peminat alat musik tradisional hanya sebagian kecil, dibanding peminat musik modern, namun perajin alat musik tradisional masih tetap berproduksi. Di era globalisasi yang sekaligus memunculkan kepentingan pasar, para seniman tradisional ikut tertantang memenuhi permintaan masyarakat. Para seniman (perajin) pembuat barang-barang seni biasanya melayani mayarakatnya untuk upacara sakral dan kegiatan lain yang berhubungan dengan aktivitas ketradisionalan. Barang-barang seni yang dihasilkannya masih mempunyai nilai artistik tinggi. Karena mengetahui banyaknya masyarakat yang datang dan para pedagang yang memesannya, maka para seniman pengrajin mulai mengalihkan perhatiannya untuk memenuhi permintaan pembeli. Akhirnya, keluarlah produk barang seni yang sudah tidak didasarkan atas ide dan selera seniman tradisional karena semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan pemesannya dalam bentuk massal. Selera seniman disesuaikan dengan selera konsumen. Maka dibuatlah barang-barang seni sebanyak-banyaknya dengan cara mengemas menjadi bentuk minim dengan tujuan agar dapat dibeli dengan harga murah dan mudah dibawa ke mana-mana, tanpa memperhitungkan mutu barang seni tersebut. Terjadilah transformasi budaya yang menyatakan pembuatan barang-barang seni itu merupakan mode of consumption artinya dibuat untuk memenuhi konsumsi pembeli.

Bagi usaha industri Rumah Kecapi, hasil kerajinan alat musik tradisional yang diproduksi juga terkadang mengikuti pangsa pasar, dan selera pemesan alat musik tersebut baik modifikasi bentuk maupun ragam hiasnya, khususnya pada alat musik kecapi. Selain memproduksi alat musik, usaha Rumah Kecapi membuat pula miniatur alat musik, kecapi, suling, dan gendang yang digunakan sebagai gantungan kunci dan asessori lainnya. Namun untuk alat musik yang di ekspor berbagai Negara, pemilik usaha Rumah Kecapi tetap konsisten untuk mempertahankan bentuk asli dari kecapi tradisional Makassar

sebagai salah satu upaya melestarikan budaya bangsa.

3. Adanya dukungan pemerintah terhadap pelestarian Alat Musik Tradisional

Sekarang ini pemerintah pusat dan daerah menggalakkan upaya pelestraian kesenian tradisional dalam rangka mempertahankan karakter dan jatidiri para seniman dan perajin alat musik tradisional. Upaya ini tentunya memberi peluang yang lebih maksimal para pekerja seni tradisional dan perajin alat musik tradisional untuk berkarya dan melakukan berbagai aktivitas pagelaran dan festival, kesenian tradisional. Salah satu upaya pemerintah untuk mengembangkan dan melestarikan kesenian tradisional yang ada di Indonesia adalah memberi bantuan dana kepada sanggar-sanggar seni yang kondisinya mati tak segan hidup tak mau, untuk bangkit dan berkipra dalam mengembangkan dan melestarikan kesenian tradisional. Pemerintah dalam hal ini Direktorat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, memberi bantuan social guna memenuhi peralatan dan kostum kesenian untuk pementasan dan pagelaran. Semakin banyak sanggar-sanggar seni yang mendapat bantuan dana, maka akan semakin tinggi permintaan akan kerajinan alat musik tradisional. Tentu dalam hal ini akan meningkatkan omzet penjualan perajin alat musik tradisional.

Demikian halnya upaya pemerintah memasukkan kesenian tradisional kedalam kurikulum sekolah dalam mata pelajaran muatan lokal seperti yang dilakukan di Kabupaten Maros. Sehingga akan meningkatkan pemasaran hasil kerajinan yangdapat menambah omset penjualan alat-alat musik tradisional dengan demikian perajin alat musik tradisional dapat terus berproduksi karena permintaan akan produk alat musik tradisional ini sudah mempunyai pangsa pasar yang lebih luas.

b. Faktor PenghambatFaktor penghambat adalah berbagai unsur

yang dapat memperlambat proses produksi, atau

Page 14: PERAN “RUMAH KECAPI” DALAM MELESTARIKAN BUDAYA …

370 PB

kurang maksimal. Pada usaha industri kerajinan alat musik tradisional diantaranya adalah:

1. Modal relatif kecilModal usaha adalah satu faktor utama

dari industri kerajinan alat musik tradisional untuk berkembang dan terus berproduksi. Pada umumnya usaha industri kerajinan yang berbentuk home industry, yang mempunyai modal usaha sangat terbatas. Modal usaha yang digunakan dalam operasional pembuatan kerajinan alat musik tradisional adalah modal sendiri yang dikelolah untuk membiayai pembelian bahan baku, peralatan kerja dan upah pekerja. Modal yang relatif kecil ini tentu menyulitkan bagi usaha kerajinan untuk berproduksi memenuhi permintaan pasar. Untuk tetap bertahan para pengrajin mencoba membangun hubungan kerjasama yang bersifat kepercayaan kepada penjual bahan baku dan tenaga kerja yang dipekerjakan. Seperti yang dikemukakan pemilik usaha Kerajinan Rumah Kecapi Yusril, mengatakan bahwa untuk tetap berproduksi memenuhi pesanan dari berbagai sanggar seni, sekolah-sekolah dan peminat musik tradisional lainnya, ia menjalin hubungan baik dengan penjual bahan baku untuk membeli bahan bakunya secara kredit, yaitu ketika hasil industrinya laku terjual baru dilakukan pembayaran. Demikian halnya dengan tenaga kerja baru dibayarkan upahnya ketika pemesan membayar peralatan yang di pesan, tentu dalam kondisi seperti memerlukan pengertian pada semua pihak untuk saling membantu mengatasi kendala, agar proses produksi tetap berjalan (wawancara: 10 Juni 2015)

2. Jumlah tenaga kecilSebagai usaha rumah tangga industri

kerajinan alat musik kecapi, mempunyai tenaga kerja yang kecil, bahkan yang aktif terkadang hanya pemilik usaha industri itu sendiri. Demikian pula pada usaha kerajinan alat musik kecapi yang ada di Maros, Yusri selaku pemilik usaha merupakan pekerja utama dalam pembuatan alat musik kecapi setiap hari dengan

menggunakan waktu sekitar 4 jam perhari, sedang pada hari libur menggunakan waktunya sekitar 6-8 jam perhari. Dalam sebulan hanya mampu menghasilkan 3 – 5 kecapi atau alat musik lainnya. Dengan menggunakan tenaga kerja 3 orang, usaha industri kerajinan ini hanya mampu memproduksi kecapi maksimal 20 kecapi dalam sebulan.Terkadang tidak mampu memenuhi pesanan dalam jumlah besar dengan waktu yang singkat. Itulah salah satu kendala bagi industri kerajinan kecapi dalam memenuhi permintaan pasar.

Dalam merekrut tenaga kerja, terkendala karena kurangnya minat orang untuk tetap konsisten melakukan pekerjaan tersebut. Ada beberapa orang yang pernah magang di tempat usaha kerajinan Rumah Kecapi, tapi tidak berlanjut untuk menekuni, hanya sekedar ingin mengetahui cara pembuatannya atau memainkannya, sesudah itu tidak ada kelanjutannya. Jadi sebagai pemilik usaha kerajinan Yusri harus mampu menggerakkan anggota keluarganya dan 3 orang pekerja lepasnya untuk tetap menekuni pekerjaan tersebut dengan tujuan mempertahankan eksistensi industri kerajinan alat musik tradisional Rumah Kecapi.

3. Peralatan sangat sederhanaUsaha industri Rumah Kecapi dalam

pembuatan alat musik tradisional dilakukan secara manual, dengan peralatan sederhana tidak menggunakan mesin, sehingga terkendala untuk memproduksi dalam jumlah besar. Demikian pula kualitas yang belum maksimal dibanding dengan peralatan musik modern seperti gitar yang diproduksi dengan peralatan dan mesin-mesin modern. Menurut Yusri Yusuf hasil kerajinan alat musik yang dibuatnya tidaklah sebagus dengan alat musik modern, akan tetapi suatu karya seni walaupun dibuat dengan peralatan sederhana, akan tetapi apabila si perajin memiliki rasa arstistik yang tinggi, maka hasilnya akan lebih maksimal untuk suatu benda seni. Berbeda halnya dengan pekerja yang hanya membuat kerajinan sesuai dengan upah yang diterima

Page 15: PERAN “RUMAH KECAPI” DALAM MELESTARIKAN BUDAYA …

371 PB

Peran “Rumah Kecapi” ... Abdul Hafid

PENUTUP

Usaha kerajinan alat musik tradisional Rumah Kecapi yang ada di Kabupaten Maros merupakan salah satu industri yang masih bertahan dan terus berproduksi, walaupun pembuatan alat musik tradisional tersebut masih dilakukan secara manual dengan peralatan yang sederhana. Bahan baku untuk peralatan alat musik yang dibuatnya dari kayu dan kulit yang mudah diperoleh karena masih banyak tumbuh dan hidup disekitar wilayah usaha kerajinan Rumah Kecapi. Usaha kerajinan alat musik tradisional Rumah Kecapi memproduksi alat musik kecapi, keso-keso, gambus dan suling yang masih mempertahankan bentuk maupun ragam hias sebagaimana bentuk asli dari kecapi, sebagai salah satu alat musik tradisional daerah Sulawesi Selatan.

Peran perajin alat musik tradisional dalam upaya melestarikan kesenian daerah sebagaimana yang dilakukan usaha industri Rumah Kecapi, perlu diapresiasi, karena di samping memproduksi alat musik tradisional, Rumah Kecapi membentuk juga lembaga seni yang bertujuan mengapresiasikan peralatan musik tradisonal dalam bentuk pertunjukan seni musik pakacapping dan keso-keso, diberbagai pagelaran dan perhelatan yang dilakukan masyarakat. Aktivitas ini merupakan wujud kecintaan lembaga seni Rumah Kecapiakan kesenian tradisionalnya agar tetap lestari. Lembaga seni Rumah Kecapi berupaya memperkenalkan kepada generasi muda, sekaligus menanamkan kecintaan terhadap kesenian tradisional Makassar, sebagai bagian dari nilai-nilai luhur budaya bangsa. Peran pemerintah Kabupaten Maros dan beberapa pekerja seni patut dibanggakan dengan menjadikan permainan kecapi sebagai salah satu mata pelajaran dalam muatan lokal di sekolah-sekolah SD yang ada di Kabupaten Maros. Upaya yang dilakukan dengan mengenalkan musik tradisional sejak dini kepada anak-anak sekolah, merupakan strategi untuk mengimbangi kesukaan anak-anak terhadap kesenian modern

yang cenderung lebih mengetahui dan memahami dari pada kesenian tradisional bangsa sendiri.

Keberadaan Rumah Kecapi sebagai usaha kerajinan alat musik tradisional sampai saat ini masih terus bertahan karena didukung oleh beberapa faktor diantaranya adalah permintaan pasar terhadap peralatan musik tradisional terus bertambah, baik dalam negeri maupun luar negeri. Berkembangnya sanggar-sanggar seni tradisional yang ada di daerah dan perkotaan, dan dijadikannya permainan musik tradisional sebagai kurikulum pada pelajaran muatan lokal di tingkat SD yang ada di Kabupaten Maros. Faktor pendukung inilah yang akan menjadi pangsa pasar bagi usaha industri kerajinan alat musik tradisional, di samping permintaan tetap pada toko-toko kerajinan dan souvenir. Namun disisi lain usaha kerajinan alat musik tradisional masih mengalami hambatan dalam faktor modal usaha dan tenaga kerja yang kecil, pembuatan secara manual dengan peralatan sederhana, sehingga usaha Rumah Kecapi tidak mampu untuk memenuhi permintaan pasar dalam jumlah besar dengan waktu yang singkat.

DAFTAR PUSTAKA

Ika, Monika. 2014. Kebijakan Pemerintah daerah Dalam Pelestarian Kesenian radisional di Kota Makassar. Skripsi. Makassar: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UNHAS.

Koentjaraningrat. 2000.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Muryanti. 2013. Peran Industri Kerajinan alat Musik Tradisional Gamelang Dalam Mendukung Ketahanan Ekonomi Keluarga (studi di Desa Kauman Kecmatan Karangrejo Kabupaten Magetan Provinsi jawa Timur). Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Rahmat, Basuki. 2011. Studi Tentang Kerajinan Kuningan di Central of Bronzes Milik H. Istono. (Skripsi). Malang: Universitas Negri Malang Fak.Sastra.

Sedyawati. Edi. 2014. Kebudayaan di Nusantara (dari Keris, Tor-Tor sampai Industri)

Page 16: PERAN “RUMAH KECAPI” DALAM MELESTARIKAN BUDAYA …

372 PB

Budaya. Jakarta: Penerbit Komunitas Bambu.

Sitepu, Beri Pana. 2013. “Kajian Organologis Kulcapi Pada Masyarakat Karo Buatan Bapak Pauji Ginting”. (Skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara.Fak. Ilmu Budaya.

Sugitha, Pande Made Ari, et.al. 2014. Kerajinan Panlima di Banjar Manuk Kecamatan Susut kabupaten Bangli. Singaraja: Jurnal Jurusan Pendidikan Seni Rupa Vol.2 no.1

Suradi, Yasil, dkk. 1985. Peralatan Hiburan dan Kesenian Tradisional Daerah Sulawesi Selatan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Ujung Pandang: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Sulawesi Selatan.

Yunus, Hafid dkk1991. Pengrajin Tradisional daerah Sulawesi Selatan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya.

Sumber Internet1. ( h t t p s : / / w i r a s m a d a . w o r d p r e s s .

com/2012/07/06/ikrar-mallarangeng-pemilik-rumah-kecapi-makasar-alunan-nada-kecapi-makasar/) diakses tanggal 7 Juni 2015.

2 . ( h t t p : / / w w w . k o m p a s i a n a .c o m / d i t a _ p a h e b o n g / k e c a p i -d a l a m - p e r k e m b a n g a n n y a ) diakses tanggal 23 Oktober 2015

Daftar InformanYusri Yusuf 56 tahun, Pemilik usaha kerajinan

Rumah Kecapi, Alamat Kel. Allepolea, Kec. Lau Kab Maros

WALASUJI Volume 7, No. 2, Desember 2016: 357—372