peran komunikasi interpersonal, jessica priscilla, fikom ...kc.umn.ac.id/5299/7/lampiran.pdf ·...
TRANSCRIPT
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
LAMPIRAN
A
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
LAMPIRAN
B
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
Transkrip Wawancara 1
(Wawancara Tatap Muka)
Informan : Ninik Yap
Hari/Tanggal : Minggu, 4 Juni 2017
Lokasi : Roti Bakar Teras – Villa Melati Mas - BSD
Waktu Mulai : Pk 19.19 WIB – Pk 20.50 WIB
Durasi : 1 jam 31 menit
Status : Narasumber dalam kategori 1. Ibu Ninik merupakan
orang tua tunggal akibat perceraian setelah 9 tahun menikah. Ia bercerai pada tahun
2001 dan telah menjadi single parent selama 16 tahun. Beliau tinggal dengan kedua
putrinya. Kini Beliau berprofesi sebagai driver by call dan seorang penulis. Salah satu
putrinya juga menjadi narasumber dalam kategori 2 yaitu Maria Carolina.
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
P: Oke Tante, ini kita mulai aja ya, nanti sembari Tante bisa lanjut cerita.
N: Iya. Oke oke.
P: Tante namanya siapa Tan kalo boleh tau?
N: Pakai nama seperti yang ada di buku aja ya. Ninik Yap.
P: Ohh, baik Tante. Usianya Tan?
N: Sekarang Tante jalan usia 60. Lahir tanggal 1 Januari tahun 1957.
P: Tante sudah menjadi orang tua tunggal sejak kapan Tan?
N: Sejak 2001, sejak suami meninggalkan Tante sama anak-anak, tanggal 21
April 2001. Dia lari dari tanggung jawab, padahal pernikahan Tante
pernikahan secara Katholik. Seharusnya pernikahan itu kan mau menerima
dalam suka dan duka ya. Tapi dia cuma mau nerima suka, gak mau dukanya.
Hahaha.
P: Ohh gitu… udah lama juga dong yah Tan. Pekerjaan saat ini apa Tan?
N: Boleh tulis driver, tulis sebagai penulis juga boleh, karena basic Tante
dulunya wartawan. Tante jurnalisnya majalah Liberty dulu. Tante jadi
wartawan itu sejak tahun 1978, setelah Tante lulus SMA. Memang sukanya
menulis, seneng berkhayal. Hahaha. Sempet juga setelah itu, di samping jadi
wartawan, Tante iseng jadi MC pernikahan. Awalnya iseng, jadi berulang-
ulang, keterusan, terus mulai dari MC juga jadi wedding singer. Jadi kalau
dipanggil jadi MC pernikahan sekalian juga sama wedding singer. Terus
tahun 1982 Tante sempat kuliah di jurusan sinematografinya Yayasan Film
dan Teater Surabaya, lalu tahun 1984 juga Tante pernah terjun ke TVRI. Nah
jadi wartawan itu berlangsung sampe tahun 1992 sebelum menikah, jadi 8
tahunlah. Ya, itulah seninya hidup ya. Makanya puji Tuhan, biarpun sekarang
usia 60, ya Tante jadi driver ini juga nganter-nganter kenalan aja, ada yang
seusia, ada yang sudah lansia. Mereka juga jadi penyemangat dan temen
sharing.
P: Ohh berarti Tante juga menulis ya, sudah berapa buku yang diterbitkan
Tan?
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
N: Ada beberpa buku, ada buku nama-nama bayi dalam Katholik, itu terbit
sampai 10 kali, jadi Tante dapet royalti. Kalo di buku Tante pakai nama
Fransisca Theresia, itu nama permandian Tante. Lalu ada buku yang berjudul
Fenomena-Fenomena Kematian, kemudian ada juga yang judulnya Dua Dunia
Dalam Satu Warna. Kalo yang sekarang ini ada Miracle is So Real tapi itu
Tante cetak sendiri.
P: Kalo aku boleh tau, makna keluarga bagi Tante itu apa?
N: Keluarga itu adalah segalanya bagi Tante. Sejak mama Tante masih ada,
meskipun Tante laper dan gak makan, Tante akan tetap memberikan makanan
kesukaan mama Tante dan anak-anak. Lebih baik Tante gak makan, jadi kita
mendahulukan mereka, mendahulukan kepentingan orang-orang yang Tante
sayang, khususnya keluarga.
P: Seberapa penting keluarga bagi Tante?
N: Keluarga nomor 2 setelah Tuhan, tetap Tuhan nomor 1 karena Tante bisa
survive sampai seperti ini semua berkat mujizat Tuhan, berkat campur tangan
Tuhan.
P: Kalo hubungan Tante nih sama anak-anak gimana sih Tan? Terutama
Lina.
N: Deket banget ya, karena di rumah Tante memutuskan untuk tidur bertiga
dalam 1 kamar. Jadi udah kaya temen kalo sama anak-anak.
P: Ohh… gitu. Soal komunikasi nih Tan sama Lina, gimana? Apakah
lancar-lancar? Atau mungkin terhambat suatu hal?
N: Lancar. Kalo itu Tante berusaha mengikuti perkembangan zaman ya. Ya kalo
Tante masih di jalan belom pulang kerja, pasti telepon ke anak-anak, ke Lina
atau Cindy. Meskipun bekerja, anak-anak juga bekerja, tetap Tante
mengusahakan komunikai harus berjaan lancar.
P: Apakah Tante terbuka sama anak-anak terkhusus Lina dan begitu juga
sebaliknya, Lina terbuka sama Tante?
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
N: Oh iya, itu pasti. Kita… open ya sama anak. Kalo ada salah, Tante juga minta
maaf, begitu juga dengan anak-anak. Cuma kadang Lina aja masih gak open.
Hahaha. Masih ada sedikit-sedikit yang Lina tutup-tutupin.
P: Hahaha. Begitu ya Tan. Apakah Tante mengutarakan pikiran dan
perasaan pada anak terkhusus Lina dan begitu jug Lina mengungkapkan
pikiran dan perasaannya ke Tante?
N: Iya, pasti. Mau sama siapa lagi terbuka untuk semua-semuanya kalau bukan
sama anak-anak. Tapi kan sebagai orang tua, kita harus bersikap bijaksana ya,
memilah mana yang anak perlu tahu dan enggak. Ada kalanya mereka tahu,
ada kalanya tidak Tante beritahu. Baik Tante, maupun anak-anak, kita saling
terbuka dan ungkapin semuanya.
P: Kalo untuk membangun keterbukaan itu sendiri Tan, apa sih yang Tante
lakukan supaya anak-anak mau jadi terbuka?
N: Jujur aja, mama saya itu motivasi bagi saya, dulu Beliau begitu menunjukkan
kecintaannya ya pada anak. Jadi saya merasa, saya juga harus demikian ke
anak-anak. Ya paling, itu, biasanya kalo mau tidur, saya suka cerita-cerita,
kita kan tidur bertiga dalam satu kamar. Sehingga kalo malem ya guyon,
ketawa-ketawa, cerita-cerita, ngobrol-ngobrol, lama-lama kan jadi terbuka.
P: Kalo dalam keluarga, pasti kan pernah ada konflik ya Tante, itu gimana
cara Tante dan anak-anak menyelesaikannya? Terutama dengan Lina.
N: Anak-anak sudah besar gini kan mereka punya pemikiran sendiri. Antara
Cindy, anak yang pertama dengan Lina itu beda. Kalo Cindy dan saya,
misalnya dia berbuat salah, pasti langsung minta maaf. Ya saya juga minta
maaf kalau ada salah sama mereka. Kalo sama Lina, biasanya diem-dieman
dulu. Hahaha. Esok harinya, baru kembali mencair lagi suasananya. Tapi kalo
memang ada yang perlu dibicarakan dan diskusikan, perihal suatu masalah
misalnya, ya akan lebih baik dibicarakan dulu. Kadang ya bertengkar. Tapi
Tante lebih banyak diem.
P: Tante, perbedaan pendapat kan pasti pernah ya terjadi di rumah,
biasanya bagaimana cara mengatasi hal itu Tan?
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
N: Perbedaan pendapat pasti ada. Ya kalo Tante lebih banyak diem sih. Misal
anak maunya begini, Tante maunya begitu, ada saja pemikiran orang tua yang
seringkali gak bisa diterima anak. Zaman kan beda. Maunya anak gimana,
menurutnya itu yang terbaik, ya Tante biarkan. Bagaimanapun mereka kan
sudah besar-besar, Tante sebagai orang tua ya tetap mengawasi dan
mengarahkan.
P: Ada gak sih Tan hambatan yang Tante dapatkan dalam berkomunikasi
dengan anak, sebagai orang tua tunggal yang juga bekerja?
N: Puji Tuhan, gak ada ya. Hape kan sekarang ada, membantu komunikasi.
Memang ada perubahan ya dari yang dulu ke yang sekarang, Tante berusaha
untuk mengikuti perkembangan zaman supaya bisa menempatkan diri juga
saat sama Lina dan Cindy juga. Kita saling melengkapin ya
P: Ohh gitu. Seberapa sering Tante menghabiskan waktu sama anak-anak,
ya quality time gitulah Tan?
N: Setiap harilah, iya, setiap malam, sebelum tidur. Biasanya Tante suka cerita,
atau Lina cerita, lalu Tante komenin, jadi kalo malem ya masih ketawa-tawa.
Biarpun cuma bertiga ya gak sepi. Hahaha.
P: Wah seru ya Tan, ngobrol-ngobrol. Apakah Tante kerapkali
memberikan dorongan pada anak?
N: Bicara soal dorongan, karena kita open ya, merekapun mau menerima saya,
memberikan dorongan sehingga saya bisa kuat dan fight sampe sekarang ini.
Anak-anak selalu bilang supaya saya gak melihat ke belakang. Saya juga
demikian ke anak-anak, selagi masih saya mampu dan survive pasti saya akan
berikan dorongan penuh terhadap anak dalam hal apapun itu dan selama
masih melakukan hal-hal positif dalam kehendak Tuhan. Ya saling support.
P: Mmm… iya Tan, jadi saling support ya Tan. Kalo saya boleh tau,
penyebab Tante menjadi orang tua tunggal ni kenapa Tante?
N: Sebenernya kalau dalam Katholik, kita ga bisa cerai. Tapi dia pergi
meninggalkan Tante dan anak-anak begitu aja. Dia lari dari tanggung jawab
juga tidak menafkahi. Sebenernya, perkawinan Tante sangat sia-sia ya.
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
Seharusnya suami kan memenuhi kebutuhan keluarga, malah dia yang
bergantung pada saya. Jadi ya kalau dilihat dari nilai tanggung jawab suami,
itu nol. Dia sendiri yang pamit pada mamanya Tante, katanya mau kerja. Tapi
setelah itu gak ada beritanya, gak pulang-pulang. Ya biarpun begitu, ini sudah
takdir Tante, Tante gak bisa kembali ke masa lalu.
P: Ohh gitu… Lalu gimana Tante memberikan pengertian kepada anak
mengenai latar belakang keluarga dan status Tante?
N: Ya Tante berikan pengertian. Tante gak akan bisa mendidik anak kalau bukan
karena campur tangan Tuhan. Meskipun masih kecil-kecil, tetap Tante berikan
pengertian pelan-pelan dan merekapun kan melihat bahwa memang papanya
itu pergi, lalu gak balik-balik. Jadi ya anak-anak untungnya memahami.
P: Ada kesulitan gak sih Tan dalam menyampaikan hal ini ke anak-anak?
N: Enggak sih, enggak juga… ya… kebetulan Tante mencoba memberikan
pengertian dengan anak-anak supaya merasa kuat dan gak kehilangan.
Makanya setelah itu saya putuskan supaya kita untuk tidur bertiga dalam satu
kamar. Jadi, rasa kehilangan itu bisa terobatilah.
P: Berarti dengan kata lain, Tante fight untuk kebutuhan ekonomi dan
mencari nafkah sendiri ya Tan?
N: Iya dong, mencari nafkah semua sendiri, habis mau sama siapa bergantung…
pada saat itu mamanya Tante, umurnya juga sudah tua, menginjak 80 tahun.
Tanggungan Tante pada saat itu kan besar, 2 orang anak dan 1 Ibu. Tapi Tante
tidak ragu sama Tuhan, sama seperti yang tertulis dalam buku yang sekarang
Tante jual, judulnya Miracle is So Real, jadi itu perjalanan hidup Tante berkat
campur tangan Tuhan. Saat itu kan anak-anak masih kecil baru sekitar umur 3
tahun, sesaat setelah pisah kan Tante pindah ke Tangerang dan semua harta
sudah habis. Harta Tante habis itu bersamaan dengan kerusuhan tahun 1998.
Kalau dulu waktu Tante masih di Banyuwangi, kita masih jaya, ada mobil 4,
dan lain sebagainya. Ya setelah menikah, tambah habis semua karena suami.
Ya… gimana lagi… Tante berusaha dulu itu jual-jual masakan, karena bakat
turunan dari mama. Itu yang Tante lakukan, Tante jualan nasi bungkus, lama-
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
lama langganan banyak. Nah itu, Tante kerjakan semua sendiri. Lalu pada saat
anak-anak kelas 4 SD, Tante sempet jualan mainan-mainan, ini nih Lina yang
suka bantuin Tante. Kalo jadi driver ini mulai dari tahun 2009lah kira-kira.
P: Wah luar biasa ya Tante. Ada gak cara yang Tante lakukan supaya
anak-anak gak kehilangan sosok ayah?
N: Tante menyadari karena gak ada suami, Tante juga harus jadi papa. Kebetulan
ada kakak saya yang laki-laki, beda 3 tahun dengan saya. Dia itu mengerti.
Dia itu ke anak-anak sudah seperti anak sendiri. Dia melarang anak-anak
manggil om, jadi anak-anak manggil dia dengan Papa Hari dan manggil
istrinya juga dengan sebutan mama. Dia tau Cindy suka gitar, makanya
dibelikan gitar, kemudian dibelikan komputer buat anak-anak. Dia membantu
mengobati supaya anak-anak gak kehilangan sosok papanya.
P: Berarti dengan kata lain, anak-anak sudah bisa menerima latar belakang
keluarga dan status Tante?
N: Karena papanya kan pergi dari kecil, mereka melihat sendiri ya. Menurut
Tante, sampai sebesar ini, anak-anak sudah bisa menerima dan sudah
mengerti tentang apa yang terjadi di keluarganya.
P: Kalo komunikasi Lina atau Cindy ke papanya gimana Tan? Lancarkah
atau sebaliknya?
N: Masih. Anak-anak masih komunikasi dengan ayahnya. Saya mengajarkan
anak-anak, bagaimanapun itu papa mereka. Saya tidak ingin anak-anak
membenci papanya.
P: Kalau dalam bersosialisasi, Lina fine-fine aja ya Tan? Gimana nih kalo
dari sudut pandang Tante?
N: Iya. Dia ini kan aktif ya di gereja, di kampus juga begitu, makanya kadang itu
suka pulang malem. Kalo uda jam 10 gak pulang-pulang, pasti Tante
teleponin. Temennya juga banyak. Tante melihatnya dia ini seneng terlibat
dalam kegiatan-kegiatan. Kaya kalo di gereja, dia ikut kepanitian ini dan itu,
bantu urus ini itu. Kalo soal bersosialisasi, jujur… Tante tidak khawatir
karena Lina jauh lebih ekstrovert daripada Cindy.
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
P: Jadi dengan kata lain, Lina cukup memiliki inisiatif yang baik dan aktif
dalam bersosialisasi ya Tan?
N: Iya, kalau itu iya. Kalau dalam bersosialisasi, dia bukan tipikal yang diem-
diem aja. Lumayan aktif lah. Tante rasa karena banyak terlibat dalam kegiatan
ya, jadi kan membuat dia jadi sering berinteraksi dengan banyak orang.
P: Nah, ini pertanyaan terakhir Tante. Apa harapan Tante baik untuk diri
sendiri dan keluarga di masa kini dan masa sekarang?
N: Harapan orang tua itu sebenernya sama, pasti ingin melihat anaknya sukses.
Kalaupun nanti membangun keluarga, ya harapannya bisa membangun
keluarga yang baik juga langgeng. Ya tentu saja, harapan orang tua harus
dipanjatkan dengan doa. Itu aja.
P: Amin, semoga harapan Tante mengenai Lina maupun Cindy bisa
terkabul. Makasih ya Tante atas waktunya, maaf kalo merepotkan.
N: Enggak kok, gak apa-apa, tanya aja.
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
Transkrip Wawancara 2
(Wawancara Tatap Muka)
Informan : Maria Carolina Harianto
Hari/Tanggal : Minggu, 4 Juni 2017
Lokasi : Roti Bakar Teras – Villa Melati Mas - BSD
Waktu Mulai : Pk 20.55 WIB – Pk 22.29 WIB
Durasi : 1 jam 34 menit
Status : Narasumber dalam kategori 2. Merupakan anak yang
dibesarkan oleh Ibu dengan status orang tua tunggal akibat perceraian pada tahun
2001. Ibunya adalah salah seorang narasumber dalam kategori 1 yakni Ninik Yap.
Maria Carolina yang kerap disapa Lina kini tengah menempuh pendidikan S1 jurusan
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
akuntansi. Saat ini tengah bekerja di perusahaan manufaktur furniture fitting pada
bagian finance & accounting.
P: Nah, sekarang kamu nih yang aku wawancara.
N: Hahaha. Iya.
P: Nama lengkap kamu Lin?
N: Maria Carolina.
P: Tapi biasa dipanggil Lina? Gitu ya?
N: Iya.
P: Kamu kelahiran?
N: Aku kelahiran 14 November 1995, sekarang 21 tahun.
P: Sekarang kuliah semester 8, sama kaya aku ya berarti?
N: Ohh enggak, aku nunggak kuliah 2 tahun, jadi abis lulus SMK. Aku kerja
dulu, sekarang aku semester 4.
P: Jurusan?
N: Aku ambil jurusan akuntansi, dulu SMKnya juga akuntansi. Di Universitas
Budi Luhur, soalnya yang kuliah karyawan emang bagus di situ katanya.
P: Ohh gitu… I see… sekarang kerja?
N: Iya, dari 2013 kerja. Uda sempet 3 kali pindah kantor sih, tapi ini yang
terakhir.
P: Di mana?
N: Di perusahaan manufaktur furniture fitting gitu, aku bagian finance and
accounting.
P: Ohh… gitu. Makna keluarga bagi kamu apa sih Lin?
N: Keluarga… ya… tempat di mana kita bener-bener jadi diri sendiri, tempat kita
bisa cerita, tempat yang paling ngerti kitalah, yang paling bener-bener mau tau
kita kaya gimana.
P: Seberapa penting?
N: Sangat penting, nomor 2 setelah Tuhan.
P: Hubungan kamu sama mama gimana sih? Boleh dijabarkan.
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
N: Deket sih… aku sama mama kaya temen ya. Ya sama Cindy juga begitu. Kan
di rumah tidur bergita, sebelom tidur pasti ada aja yang diobrolin dan dibahas
sih. Jadi ya kaya temen aja kalo ke mama.
P: Kalau kelancaran komunikasi kamu sama mama gimana?
N: Lancar kok, intens. Kalo sekarang-sekarang paling kan karena sibuk aja. Tapi
tetep kita teleponan kalo ada apa-apa. Di rumah juga pasti selalu ada waktu
ngobrol.
P: Kamu terbuka gak sama mama?
N: Nah, aku memang pada dasarnya, kaya cerita ringan, kaya di kantor kalo
bosnya ribet atau gimana, atau di kampus, itu pasti aku cerita. Cerita-cerita
sehari-hari pasti aku certain sih ke mama. Sesuatu yang spontan-spontan gitu
aku pasti cerita. Tapi kalo tentang apa yang aku rasain, aku emang jarang
cerita ke orang sih.
P: Jadi dengan kata lain kamu gak mengutarakan pikiran dan perasaan
kamu ke mama?
N: Jarang banget sih. Emang pada dasarnya gak suka cerita-cerita begitu sih.
Soalnya aku tipikal orang yang gak dibawa serius kalo ada masalah, gak
terlalu aku pikirin gitu, aku anggep yaudah semuanya bakalan tetep berjalan
dan berakhir. Kalo soal pemikiran pribadi, ya kadang-kadang aja aku utarain
ke mama.
P: Di rumah kan pasti ada ya konflik-konflik dalam berkeluarga. Gimana
cara kamu ngatasinnya?
N: Kalo aku beda sih sama Cindy cara nyelesainnya, kalo Cindy pasti ngerengek
ke mama minta maaf, sampe dimaafin. Kalo aku dimarahin pasti aku diem,
masuk kamar, ya nunggu besokannya, nunggu reda, nunggu suasana dingin,
baru ngomong lagi.
P: Suka terjadi beda pendapat gak sama mama? Itu gimana kamu
ngatasinnya?
N: Iya sering kalo itu. Kalo aku sih nyelesainnya… selama aku yakin itu baik,
akan tetep aku laksanain, soalnya… apa ya... mama kadang masih suka kolot,
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
pemikirannya masih suka kaya orang jadul, sedangkan kita anak muda kan
udah gak bisa kaya gitu.
P: Ada gak sih Lin, hambatan yang kamu dapet dalam berkomunikasi sama
mama sebagai single parent yang bekerja juga?
N: Apa ya… gak ada sih ya… paling ya itu, karena perbedaan pendapat karena
beda zaman aja. Mama suka masih kolot, pandangannya masih suka kaya
orang desa gitu aja sih paling. Hahaha.
P: Hahaha. Berarti cukup sering ada quality time ya sama mama?
N: Iya pasti. Tiap hari. Soalnya tidur bertiga.
P: Apa aja sih yang diobrolin biasanya?
N: Biasanya sih mama cerita-cerita soal cerita jaman dulu, atau aku cerita soal di
kantor, atau soal temen, ya sama Cindy juga begitu.
P: Pandangan dan penilaian kamu terhadap latar belakang keluarga dan
status mama saat ini gimana Lin?
N: Ya… gimana ya… ya mungkin itu memang jalan Tuhan ya… kita juga gak
bisa apa-apa. Tapi untung mama, aku, sama Cindy bisa ngejalanin semuanya
dengan baik. Ya aku juga merasa mama hebat sih… ya gak ada papa, mama
juga bisa sendiri, bisa menghidupi keluarga. Mama juga kan pekerja keras dan
menurutku itu nular ke aku sih.
P: Apakah kamu memahami latar belakang keluargamu dan stauts mama
tersebut?
N: Kalo itu sih aku udah bisa nerima dan memahami ya dari kecil, karena aku
merasa pendidikan iman aku kuat, apalagi lagi kecil kan aku juga sekolah di
sekolah Katholik. Kalo ada orang yang nanya papaku gimana, aku uda bisa
jawab dengan baik dan dengan tegar karena dari kecil aku diajarin mama juga
untuk ga benci papa. Biar gimanapun itu kan papaku juga. Jadi ya aku
memahami dan bisa mengerti sih.
P: Kalo komunikasi kamu sama papa kamu gimana? Lancar atau putus
sama sekali?
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
N: Kadang-kadang sesekali aku tetep telepon sih. Mama juga suka ingetin untuk
nelepon papa.
P: Gimana sih kamu menjalani hari sebagai anak dari single parent Lin?
Apakah berat?
N: Awal-awal berat sih pasti. Tapi apa ya… mungkin karena mama sama papa
pisah kan dari aku masih kecil banget ya… jadi aku udah sangat terbiasa sih.
Pas uda gede gini juga uda kaya yang biasa aja.
P: Gimana pandangan kamu terhadap sosok anak yang dibesarkan oleh
orang tua tunggal yang bekerja juga?
N: Kalo menurut aku malah… di situasi seperti itu aku melihatnya kalo anak
single parent itu sosok yang jauh lebih kuat, dibanding dengan yang
dibesarkan oleh 2 orang tua. Lebih kuatlah, secara pemikiran juga lebih
dewasa, karena ada beberapa temenku yang juga kaya aku gini, ya jadi mereka
malah jadi mandiri dan dewasa. Pasti mereka belajar dari orang tua dan
belajar supaya gak ngulangin kesalahan orang tuanya.
P: Apa kamu dan mama saling memberi dukungan? Dalam hal apapun?
N: Iya, mama dari dulu selalu mendukung selama itu yang terbaik untuk hidup
aku. Misal kuliah ato kerjaan, mama selalu dukung. Aku sama Cindy juga
pasti dukung mama, asalkan yang mama jalanin emang yang terbaik menurut
mama.
P: Nah terakhir nih Lin. Apa harapan kamu baik untuk di masa sekarang
maupun masa mendatang?
N: Aku berharap bisa jadi pribadi yang lebih baik, bijaksana dan dewasa. Menjadi
berkat bagi sekitar, dan mampu menjadi orang yang berhasil dalam pekerjaan
supaya bisa membuat mamaku bahagia. Harapan aku di masa mendatang sih…
aku berharap bisa punya pasangan yang baik dan bertanggung jawab, terus mau
untuk sama sama membina keluarga yang sejahtera.
P: Amin, aku doain semoga semua keinginan itu tercapai ya Lin dan thank
you banget buat waktunya uda mau aku wawancara.
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
N: Iya
Chik. Sama-sama, kalo ada yang kurang kamu chat aku aja ya.
P: Siap Lin.
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
Transkrip Wawancara 3
(Wawancara Tatap Muka)
Informan : Gening Sekar Rianda Sekar
Hari/Tanggal : Kamis, 8 Juni 2017
Lokasi : Ruang Diskusi C
Perpustakaan Universitas Multimedia Nusantara
Waktu Mulai : Pk 12.01 WIB – Pk 13.21 WIB
Durasi : 1 jam 20 menit
Status : Narasumber dalam kategori 2. Merupakan anak
tunggal dari seorang single mother yang telah bercerai sejak 8 tahun lalu dan juga
termasuk ke dalam salah satu narasumber dari kategori 1 yakni Arifianti Utari. Ia
kerapkali disapa Gendis dan kini tengah menempuh pendidikan S1 di Fakultas Ilmu
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
Komunikasi pada Program Studi Public Relations. Ia gemar menulis dan memiliki
blog pribadi.
P: Hai Gendis, ini uda mulai aku rekam yah…
N: Hai juga kak, Iya kak, rekam aja.
P: Makasih yah, sudah meluangkan waktu kamu, sorry ya aku gangguin.
Hahaha.
N: Hahaha, gak apa-apa kok kak, santai aja, aku juga kosong.
P: Okelah, kita langsung mulai aja yah. Kita mulai dari identitas diri dulu.
Aku perlu nama lengkap kamu nih.
N: Nama lengkap Gening Sekar Rianda Massardi.
P: Ohh… panjang yah… kok dipanggil Gendis?
N: Iya dari kecil dipanggil Gendis, kan orang Jawa. Hahaha.
P: Ohh gitu… Kamu kelahiran kapan?
N: Aku kelahiran 21 Juni 1996 kak.
P: Kamu berapa bersaudara?
N: Aku anak tunggal. Hahaha.
P: Oalahhh… anak tunggal… oke, aku mau tau dong makna keluarga bagi
kamu.
N: Mmm… makna keluarga apa ya… mmm… jadi bingung…
P: Gak apa-apa, pelan-pelan aja…
N: Makna keluarga tuh… apa ya… hangat mungkin, kalau didefinisikan dalam
satu kata.
P: Seberapa penting keluarga kalo menurut kamu?
N: Penting banget soalnya eventhough kita udah keluar atau ketemu temen
ataupun apa, keluarga tetep yang akan merima bagus jeleknya kita.
P: I agree with you. Aku mau tau dong kalo hubungan kamu sama Ibu
gimana sih? Boleh tolong dijabarkan?
N: Hubungannya erat banget, udak kaya kakak adik, seperti sahabatan. Kalo
temen-temen ke rumah aja mereka suka bilang kalo aku tuh enak ya sama Ibu
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
udah kaya temen. Terus aku tuh di rumah sekamar berdua Ibu. Sebenernya
kamarnya ada 2. Tapi karena ada keterbatasan, aku tidur berdua Ibu, jadi
dalam satu kamar, jadi kita uda kaya temen banget. Hahahaha.
P: Kelancaran komunikasi kamu sama Ibu?
N: Lancar sekali kak. Intens.
P: Kamu terbuka gak terhadap Ibu?
N: Mmm… terbuka tapi gak semua, soalnya pasti ada some point yang zaman
aku sama Ibu kan beda, pola pikir dan perspektifnya beda, jadi kalo aku
paksain open ke Ibu… belum ketemu matchnya. Contohnya kaya Ibu tuh lebih
patriarki sih, Ibu selalu beranggapan kalo cewek tuh ga boleh pulang malem,
cewek tuh harus dibawah laki-laki, gitu-gitu. Tapi aku gak setuju sama itu,
bahwa perempuan tuh bisa lakuin apa aja.
P: Berarti kamu mengutarakan perasaan dan pikiran kamu?
N: Iya, aku termasuk yang begitu.
P: Kamu nyamanlah ya kalo curhat-curhat sama Ibu atau kalo lagi pas
ngutarain perasaan dan pikiran?
N: Iya, meskipun ya suka gak sependapat juga. Tapi yang penting aku cerita aja.
P: Biasanya kan kalo di rumah, suka ada konflik ya dalam keluarga. Kalo
kaya gitu gimana cara menyelesaikannya?
N: Apa ya cara nyelesainnya… kalo kita kaya berdebat gitu kan pasti diem-
dieman tuh ya… suasananya gak enak, pasti kita dibawa tidur dulu dua-
duanya dan besokan paginya udah kaya gak ada apa-apa aja gitu, udah gak
mikirin lagi, kita let that things go and mulai yang baru. Tapi kalo aku rasa
memang ini perlu didiskusiin, ya aku diskusi sama Ibu.
P: Kalo perbedaan pendapat di rumah, itu gimana cara ngatasinnya?
N: Mmm… kita berdua sama-sama speak up sih ya kak dan kadang kita suka
keras kepala sendiri. Tapi bagusnya karena kita keras kepala, kita gak maksain
kehendak masing-masing, ya gak apa-apa kita berbeda. Sebenernya sering
juga sih berdebat sama Ibu, jadi karena deket banget, jadi ya open sampe
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
segala sesuatu dibahas gitu. Tapi ya ga berlangsung lama, udahnya juga gak
marahan.
P: Ada gak sih hambatan kamu dalam berkomunikasi dengan Ibu sebagai
seorang single parent yang jug bekerja?
N: Mmm… enggak sih… kan Ibu ke warungnya tuh cuma dari jam 10 sampe jam
2, abis itu uda pulang ke rumah. Sehabis itu juga diem di rumah aja. Sabtu
minggu juga kita sering spend time bareng, entah itu makan atau nonton.
P: Berarti kamu tergolong sering puny quality time sama Ibu ya?
N: Iya, setiap hari pasti ada quality time sama Ibu, pokoknya before bed gitu kita
tuh suka cerita-cerita gitu. Terus juga kan Sabtu & Minggu pasti keluar.
Biasanya sih seringnya kulineran gitu kak.
P: Ohh… seru juga ya… kita lanjut ya. Hahaha. Sekarang kan berarti
kamu tinggal sama Ibu ya… mengapa tinggal sama Ibu? Ayah gimana?
N: Ayah di Bogor. Aku yang memilih tinggal dengan Ibu.
P: Sudah berapa lama nih jadi kamu hanya tinggal dengan Ibu?
N: Mmm… kapan sih mereka cerai? Mmm… dari tahun 2010, saat aku masih
kelas 2 SMP. Pas kenaikan sekolah deh pokoknya.
P: Jadi kamu lahir di Bogor?
N: Iya, memang kelahiran Bogor. Tapi pas pisah itu, aku sempet pindah ke
Jakarta. Nah, di Jakarta itu aku sempet home schooling, soalnya ayahku nahan
surat pindahku gitu, aku home schooling pokoknya dari kenaikan kelas 2 SMP
sampe lulus SMP. Terus aku waktu itu masuk pesantren di Bandung selama 6
bulan, baru pindah ke Tangerang. Harusnya itu 3 tahun juga kan kaya SMA
biasa. Tapi Ibu gak tahan, jadinya aku disuruh pulang. Aku sempet mikir, kalo
aku di pesantren akan lebih fair buat Ayah sama Ibu karena aku gak ikut salah
satunya kan.
P: Ohh… gitu. Apakah kamu memahami latar belakang keluarga dan status
Ibu saat ini?
N: Iya. Memahami.
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
P: Lalu gimana pandangan dan penilaian kamu terhadap latar belakang
keluarga dan status Ibu saat ini?
N: Mmm… aku juga menerima sih kak. Soalnya meskipun mereka pisah, mereka
tetep kaya best friend jadi aku gak apa-apa kak. Meskipun mereka gak pernah
ketemu lagi setelah cerai, paling telepon atau chatting aja.
P: Terus komunikasi kamu sama ayah gimana?
N: Alhamdulillah bagus, lancar, tiap hari pasti whatsapp. Tiap bulan juga pasti
suka nginep di rumah ayah di Bogor. Sebenernya awalnya aku jugak gak mau
ketemu ayah di tahun pertama dan kedua perceraian. Ayah tuh cuma kasihnya
duit, padahal aku tuh bukan butuh duit. Bahkan aku juga ngomong sama Ayah
kalo anaknya tuh gak butuh duit, yang penting kehadiran Ayah sebenenrya, itu
yang aku butuhin. Ya untung lama-lama Ayah ngerti.
P: Mmm… Gimana sih kamu menjalani hari sebagai anak yang dibesarkan
oleh seorang single parent apakah berat?
N: Fine aja sih karena kasih sayang utuh dari kedua-duanya kak, jadi aku biasa
aja. Meskipun we separated by jarak dan rumah… kayak they’re still my
parents, mereka tetep kasih apa yang aku butuh.
P: Gimana sih pandangan dan penilaian kamu terhadap sosok anak yang
dibesarkan oleh single parent?
N: Mmm… kayaknya harusnya lebih tough ya kak, mereka kan uda rasain
paitnya hidup, pasti ada lessons learned karena kita gak mau kaya orang tua
kita makanya kita harus moving forward. Mmm… kalo menurut aku juga
sih… keputusan Ayah sama Ibu untuk cerai karena dipengaruhin sama aku
juga deh, jadi aku yang bilang sama Ibu kalo Ibu harus cerai sekarang, jangan
ditunda-tunda lagi gitu loh. Ibu bertahan soalnya kehidupan finansial kan
tercukupi. Tapi kan aku bukan butuh itu, aku butuh ketenangan dan
kedamaian, karena dulu mereka kan sering banget berantem.
P: Ohh… begitu rupanya. Kalo tanggapan kamu mengenai sosok Ibu kamu
gimana?
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
N: Mmm… Ibu tuh… perempuan kuat sih sebenernya, walaupun kadang apa
ya… mudah dipengaruhi orang gitu kak, ngikutin arus orang yang menurut dia
bisa diikutin, kurang prinsipil sih kak. Tapi untung ada aku sih, aku yang lebih
seirng ngingetin Ibu. Hahaha. Ibu juga tuh sosok yang ikhlas, meskipun
disakitin sama ayahku sendiri.
P: Hahaha, iya kamu harus selalu ingetin Ibu. Berarti kamu memberikan
dukungan penuh pada Ibu dalam hal apapun?
N: Iya, aku berikan dukungan penuh pada Ibu dalam hal apapun.
P: Mmm… kalo soal berinisiatif dalam bersosialisasi dengan lingkungan,
kamu termasuk orang yang bagaimana?
N: Mmm… aku enggak. Hahaha. Aku kalo gak diajak kenalan atau ngobrol
duluan, aku ga mulai juga. Tapi di kuliah ini aku belajar sih kak, untuk mau
kenalan dan berinteraksi duluan. Apalagi kan aku anak komunikasi, aku join
di UMN TV juga, jadi aku belajar untuk berubah jadi lebih aktif kak.
P: Apakah kamu termasuk orang yang cenderung bertindak sendiri atau
bergantung pada orang tua?
N: Bisa dua-duanya sih kak. Kayaknya tergantung casenya yah kaya gimana.
Mmm… kalo aku sih tetep dengerin insight Ibu, tapi aku tetep depend on
myself.
P: Mmm… okay kalo gitu. Nah, terakhir. Apa sih harapan kamu untuk
masa sekarang dan masa mendatang?
N: Di masa sekarang, mungkin aku masih ingin memenuhi harapan-harapan ibu
kaya kuliah yang bener, nilai bagus-bagus, dan lulus tepat waktu. Kalo untuk
masa depan, semoga aku bisa jadi orang yang sukses dalam segala aspek. Jadi
aku gak mengulang kesalahan kaya apa yang dilakuin orang tuaku dulu.
P: Amin, semoga tercapai ya semua. Thank you so much ya udah mau aku
wawancara.
N: Iya kak. Sama-sama. Happy can help.
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
Transkrip Wawancara 4
(Wawancara Tatap Muka)
Informan : Arifianti Utari
Hari/Tanggal : Sabtu, 10 Juni 2017
Lokasi : Rumah Ibu Arifianti Utari
Perumahan Villa Rizki Ilhami
Waktu Mulai : Pk 11.21 WIB – Pk 13.17 WIB
Durasi : 1 jam 56 menit
Status : Narasumber dalam kategori 1. Merupakan Ibu dengan
ststua orang tua tunggal selama 8 tahun akibat perceraian. Beliau hidup bersama putri
tunggalnya yang merupakan salah satu narasumber dalam kategori 2 yaitu Gening
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
Sekar Rianda Massardi. Sehari-hari Beliau berprofesi sebagai pemilik warung makan
dan catering.
P: Bu, ini mulai saya rekam ya.
N: Iya mbak, ini lho sekalian dimakan dan diminum, sudah Ibu siapkan.
P: Iya Ibu, terima kasih, padahal gak perlu repot-repot lho.
N: Enggak kok, gak apa-apa, Ibu juga ini seadanya.
P: Iya, terima kasih. Ini saya mulai dengan identitas dulu ya Bu. Nama
lengkap Ibu?
N: Arifianti Utari. Ibu nyalain lampu dulu deh, biar kamu nulis-nulisnya terang.
P: Hahaha, wah, makasih Bu.
N: Iya, gak apa-apa.
P: Usia Ibu?
N: Ibu sekarang 49 tahun, kelahiran tahun 68. 30 Januari.
P: Pekerjaan Bu?
N: Ya sekarang gini, buka catering masakan rumahan, kebetulan ada warunglah
keci-kecilan, ada temen yang meminjamkan lahannya untuk berjualan. Jadi
setiap hari menunya ganti-ganti, buat ibu-ibu di perumahan komplek.
Kebetulan kan dulu saya tinggalnya di Villa Ilhami, di Karawaci situ. Tapi
kan dulu itu ngontrak, kemudian baru bisa kebeli rumah ini karena ada
pembagian warisan dari almarhum orang tua, Alhamdulillah. Daripada
ngontak setiap tahun kan berat ya, tiap tahun harus mikirin nyari rumah baru,
tambah lama harga naik, jadi saya pikir, saya beli rumah kecil-kecilan yang
sesuai budget jadi Gendis juga gak kasian harus pindah-pindah terus. Jadi
setelah pindah, pelanggan lama waktu saya di Villa Ilhami aja yang tetep beli
sampe sekarang. Jadi kalo pagi masak di sini, bawa pake mobil ke sana,
sebelumnya share menu dulu di whatsapp, ibu-ibu uda pada pesan. Tapi ya
ada asisten rumah tangga yang bantuin, motong-motongin sayur dan untuk
bersihin rumah.
P: Kalau untuk catering gimana Bu?
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
N: Kalau untuk catering box gini, paling diambil sendiri kalau yang jauh-jauh.
Tapi klu masih di daerah Islamik, saya masih bisa anter. Gitu. Ya… ini dari
mulut ke mulut sih mbak jadi ibu-ibu suka pada pesen ke saya.
P: Ohh gitu… lumayan dong ya Bu… ini maaf ni Bu, Ibu sudah menjadi
single parent sejak tahun berapa?
N: Sejak tahun… kalau gak 2009 sih 2010. Eh… 2010, pokoknya 6 bulan setelah
Ibu saya meninggal dunia.
P: Ohh gitu. Gimana ni Bu kalau saya minta Ibu jelaskan mengenai
hubungan Ibu dengan Gendis?
N: Wah… kayak kakak adek, malah kayak temen mbak… kita tuh udah… wah,
saya memposisikan diri saya sebagai temen, supaya dia gak kenapa-kenapa
karena kan kadang temen belom tentu bisa dijadiin tempat pegangan yah, jadi
saya memposisikan diri saya sebagai temennya Gendis, sebagai Ibu, sekaligus
sebagai ayah untuk mencari nafkah. Pokoknya tujuan saya setelah jadi single
parent ini mengantarkan Gendis bisa lulus kuliah, bisa dapet pekerjaan yang
sesuai, kebetulan dia mau S2 juga. Tapi, saya inginnya dia kerja dulu jadi ada
pengalaman dan bangga bisa nafkahin sendiri S2 nya.
P: Aku mau tau dong Bu, makna keluarga bagi Ibu itu apa sih?
N: Buat saya… apa ya… keluarga tuh kaya rumah ya… rumah, ya… jadi tempat
kita kembali dari mana-manalah. Anak bagi saya juga ya… penerus saya
nantinya, satu-satunya. Harta saya yang paling tidak bernilai harganya
daripada harta-harta semua ini lainnya, buat saya nomor 1, karena… dengan
masalah yang menimpa saya, ini kan akibat kesalahan orang tua, saya gak
mau jadi dampak buruk bagi anak, saya mau dia bisa percaya diri dan
berkembang sama saperti anak-anak lainnya mbak, ya itu…
P: Kalo kelancaran komunikasi dengan Gendis, seberapa intens Bu?
N: Lancar banget, emang kita tuh kalo diliat orang-orang kaya kakak adek.
Supaya anak kalo ada apa-apa, Ibunya yang lebih dulu tau, diapun juga jadi
seperti itu, karena kan kita hidup berdua, yang enak dan gak enak jadi ditelen
sama-sama.
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
P: Nah, itu kan kalau kelancaran komunikasi Bu, kalau keterbukaan nih
sama Gendis gimana?
N: Banget, itu deket banget, ada masalah apa-apa pasti kita share, mau itu
masalah kecil atau besar pasti share, atau masalah kaya ada yang deketin saya,
pasti kita share¸ soal terbuka, kita berdua terbuka banget. Apa maunya
Gendis, Ibu tau, begitu juga sebaliknya.
P: Lalu, bagaimana sih cara Ibu membangun keterbukaan itu pada anak?
N: Kalo Ibu, semua sih diomongin… sampe Ibu kadang bingung semua-semua
kok diomongin… memang ada sesuatu yang mungkin dia gak terbuka, tapi
saya gak mau ngorek-ngorek terlalu dalam karena saya yakin suatu saat pasti
anak ini cerita sama saya, dan hal itu terbukti. Kadang-kadang saya yang
bawel nanya-nanya, tapi juga saya beri waktu, ya akhirnya dia ngomong
sendiri… kayak me time.
P: Apakah Ibu mengutarakan pikiran dan perasaan Ibu apada anak?
N: Kalo Ibu iya, demikian sama juga dengan Gendis. Cuma kadang dia agak
tertutup sedikit ya. Kalo Ibu sih semua sama sodara juga open ya, kan Ibu 6
bersaudara, 3 perempuan dan 3 laki-laki, jadi kita hangat banget satu sama
lain. Ya setelah menikah aja paling berubah karena kan punya keluarga. Kalo
Gendis, dia agak sedikit tertutup ya. Tapi ya sedikit.
P: Ohh gitu… nah, di dalam keluarga pasti kan pernah ya Bu ada konflik.
Kalau seperi itu, bagaimana cara Ibu menyelesaikannya?
N: Wah pasti ada dong, tapi kalau seperti itu… ya semua harus dibicarakan.
Tidak bisa langsung clear memang, ya pelan-pelan… pernah juga diem-
dieman, tapi gak tahan berhar-hari ya, hahaha. Saya butuh dia, dia butuh saya.
Kalo Gendis tu orangnya lebih tegas mbak, apalagi soal prinsip. Kalo dia
bilang tidak, ya tidak. Kalo saya kan orangnya mudah luluh, jadi saya yang
sering diingatkan sama Gendis. Gitu mbak. Jadi meskipun saya Ibunya, ya
saya yang banyak belajar juga mbak dari dia, karena itu dia berpegang pada
prinsipnya. Dia jauh lebih kuat. Kalo dia ada nilai lebih, kita sebagai orang tua
gak boleh malu belajar dari anak mbak. Saya mah gak pernah akan malu.
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
P: Ohh gitu…
N: Kalo saya nih produk manja dari orang tua mbak, keenam anak termasuk saya
semua dimanja, dikasih fasilitas, harta, mobil semua ada, dengan ini itu, jadi
kita pas orang tua gak ada, kita kelimpunyan mbak… karena dulu ini bapak
saya itu kan pejabat bank pemerintah mbak… ada yang layanin kalo dulu tuh,
jadi saya terbiasa disuapin untuk apa-apanya… tapi Gendis, jauh lebih tough
ya kalo menurut saya, mungkin karena permasalahan orang tuanya ini mbak.
P: Memang Ibu anak ke berapa Bu?
N: Saya anak ke 3 dari 6 bersaudara mbak.
P: Ohh… gitu… apakah sering terjadi perbedaan pendapat Bu, kalo begitu
gimana cara nyelesainnya dengan Gendis?
N: Selalu, selalu, sering itu kalo kaya gitu. Tapi semua semua itu dibicarakan
mbak, jangan sampe kita diem-dieman, jangan dipendem-pendem. Memang
ada kalanya dipendem-pendem sendiri ya, tapi ada kalanya kita bicarakan. Ya
dibicarakannya tidak dengan yang serius, dengan cara becanda… jadi enak
mbak, jadi gak tegang. Kadang juga sering tegang mbak, saya sering nangis,
Gendis juga suka nangis, tapi… ya… itu suatu proses hiduplah, gak mungkin
semua yang enak-enak… harus ada seninya mbak, dibicarain sambil becanda
atau sambil makan di luar, baru kadang ya kita saling minta maaf mbak, jadi
clear. Jadi gak ada salah paham atau salah ngerti, di masa depan juga jadi
saling ngingetin biar gak ngulang kesalahan yang sebelomnya Mbak.
P: Saat ini kan Ibu single parent, terus Ibu bekerja juga. Ada gak sih Bu
hambatan yang Ibu dapatkan dalam berkomunikasi dengan anak?
N: Ada itu pasti, pikiran-pikiran orang tua itu kan jadul ya… pikirannya gak
sama dengan anak-anak jaman sekarang, karena beda jaman, paling itu sih
mbak. Kayak misalnya, saya ingin Gendis itu menikah muda mbak, kan saya
jadi masih kuat, saya bisa jagain anaknya, dan dia bisa tetep kerja. Tapi kan
kalo anak jaman sekarang gak begitu ya mbak, mereka tuh masih ingin
mengejar harapan, masih ingin S2. Ya hambatan, perbedaan pendapat begitu
aja mbak.
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
P: Hahaha, saya juga begitu kok Bu. Mungkin karena perbedaan jaman sih
ya Bu, jadi persepsinya mengenai pernikahan beda. Kalo mengenai
quality time Bu, seberapa sering Ibu menghabiskan waktu bersama anak,
ada gak sih waktu yang diluangkan untuk quality time berdua?
N: Wah, sering banget. Hahahaha, lebih dari 24 jam. Kadang kita nonton di
bioskop atau suka pergi makan. Mumpung masih ada dalam dekapanku ya
mbak, sebelum menikah kan sudah harus berbakti sama suami.
P: Hahaha. Seru juga dong yah Bu. Kalo lagi ngabisin waktu berdua gitu,
biasanya ngapain aja Bu?
N: Paling ya di kamar guyonan, ngobrol apa aja. Kalo nggak kita keluar, makan,
jajan di mana gitu, asal happy, kulineran gitu mbak, nyobain sana sini, gausah
yang mahal mbak, yang murah tapi kita happy.
P: Berarti kalau dari sudut pandang Ibu, Gendis itu merupakan anak yang
terbuka ya?
N: Iya, lebih terbuka pada Ibu daripada sama ayahnya, dikit-dikit Ibu.
P: Apakah Ibu kerapkali memberikan dorongan positif pada Gendis ya Bu?
N: Insyaallah, saya selalu memberikan dorongan, tapi kadang juga gak melulu
pujian mbak, kadang juga berupa celaan. Kadang saya tegur mbak, supaya dia
nggak merengut, kan dia jurusan PR, jadi dia harus smile. Tapi mungkin
karena ada permasalahan dalam keluarga ini ya, karena ayah dan ibunya
pisah, jadi kadang ada rasa gak percaya diri. Nah… disitu Ibu terus kasih
semangat bahwa kamu sama kok kayak anak-anak lainnya.
P: Bu, maaf ya kalau setelah ini ada pertanyaan yang menyangkut status
orang tua tunggal.
N: Iya mbak, gak apa-apa, tanya aja.
P: Terima kasih Bu. Ibu kan sudah menjadi single parent sejak tahun 2010,
apa yang menyebabkan ibu menjadi seorang orang tua tunggal Bu?
N: Apa ya… sudah beda visi sih ya… mungkin karena perbedaan waktu, dulu
kan kita keuangan biasa aja, sekarang lama-lama meningkat, terus mulailah
keimanan kan bisa kapan saja mulai turun ya mbak, kadang saya suka
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
mengingatkan, mungkin karena uangnya juga sudah berlebih atau apa ya saya
juga gak tau mbak, cara berpikir mulai beda, mulai meremehkan saya yang
hanya sebagai pure ibu rumah tangga yang gak bekerja dan bergantung sama
dia. Padahal dulunya saya kan bekerja mbak, saya itu dulu pegawai bank. Tapi
suami tidak mengizinkan saya bekerja, dia mau saya hanya jadi ibu rumah
tangga yang ngurus rumah, jadinya saya berenti kerja. Setelah pisah,
meskipun sodara mau bantu, saya dulu merangkak dari bawah mbak. Sempet
ngontrak juga mbak, Gendis juga sempet mondok di pesantren di Bandung
untuk pendidikan menguatkan iman, saat itu juga saya belum buka usaha
mbak, saya sendiri saat itu karena Gendis di Bandung. Tapi ya…
Alhamdulillah berkat warisan keluarga, saya beli rumah kecil ini, lalu buka
usaha kecil-kecilan… ya… semuanya itu berawal dari hal-hal kecil yang
lama-lama jadi besar karena komunikasi saya dan ayahnya saat itu juga yang
gak lancar. Yah… hal-hal seperti itu sih mbak, lama-lama sering berantem,
anak kan melihat, karena ayahnya sifatnya keras. Akhir-akhir sering terjadi
KDRT juga mbak. Akhirnya yah… yang membuat saya memutuskan pisah,
justru Gendis mbak. Mungkin dia melihat ayahnya gak bisa menghargai
ibunya lagi, jadi dia yang memberikan ide untuk Ibu mending pisah sama
ayah, gitu mbak.
P: Ohh gitu Bu… saat itu apakah Ibu memberikan pengertian pada anak
mengenai status pernikahan? Ada kesulitan dalam hal tersebut gak Bu?
N: Ada, pasti susah mbak, gimanapun kan anak gak mau ya orang tuanya itu
pisah. Sudah dari awal Ibu memberitahu, supaya tidak tahu dari orang lain,
sudah Ibu jelaskan bahwa kesalahan tidak ada hanya pada satu pihak, ada di
ayah juga ibu. Jadi dia tidak boleh membenci, karena dia hadir karena adanya
saya dan ayahnya. Supaya dia gak membenci lelaki dan gak memuji-muji
wanita. Saya mau dia tetap pada jalannya. Jadi saya dengan ayahnya juga
tetep berkomunikasi, supaya Gendisnya tidak memiliki perasaan yang
gimana-gimana, tetep netral.
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
P: Apakah mantan pasangan masih bertanggung jawab untuk menafkahi
Bu?
N: Alhamdulillah untuk kuliah Gendis semuanya masih ditanggung oleh ayahnya
mbak, makanya saya bilang, kalau komunikasinya dengan ayah lancar jadi
kan ayah masih mau bantu-bantu kamu, karena kalau dari Ibu aja berjualan
catering, Ibu gak bakalan bisa mbak buat menanggung biaya kuliah di UMN
kan besar. Kalo untuk jajan-jajan, ayahnya juga masih nanggung mbak,
ayahnya tu… royal sebenernya ke anak-anaknya, karena sebelum dengan
saya, ayahnya sudah berkeluarga mbak… jadi sebenernya Gendis punya
sodara dari ayahnya.
P: Ohh gitu… Kalau komunikasi Gendis dengan ayahnya lancar ya Bu
berarti? Dan cara apa yang Ibu lakukan supaya Gendis gak kehilangan
sosok ayahnya?
N: Komunikasi dia dengan ayahnya juga sekarang lancar, kalo dulu-dulu
memang agak kurang lancar ya mbak karena dia gak mau ketemu dengan
ayahnya, pasti ada luka batin. Ayahnya juga keras mbak. Tapi ayahnya tetap
berikan pengertian ke Gendis bahwa dia kan tetap ayahnya. Tapi kalau
sekarang saya buat dia harus berkomunikasi dengan lancar sama ayahnya,
karena bagaimanapun dia gak boleh benci sama ayahnya. Kalo liburan juga
main mbak, nginep sama ayahnya. Ya… saya masih berkomunikasi dengan
ayahnya untuk kepentingan Gendis juga mbak.
P: Iya, kemarin sempet Gendis bicarain soal ini juga Bu. Kalo menurut Ibu,
apakah anak sudah bisa menerima latar belakang keluarga dan status
ibunya?
N: Menerima tapi tidak 100%, ada ketakutan mbak, seperti rasa gak percaya diri,
dia takut kalau nanti berkeluarga, apakah suaminya bisa menerima latar
belakang keluarganya.
P: Pandangan dan penilaian Ibu mengenai sosok anak yang dibesarkan oleh
orang tua tunggal, bagaimana Bu?
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
N: Kita harus memberikan pada anak pengertian bahwa perpisahan bukan sesuatu
yang menakutkan, bahwa dibalik itu ada hal positifnya, bukan hal yang akan
menghancurkan masa depan, tapi jadikan motivasi untuk membuat masa
depan lebih baik. Anak yang dibesarkan oleh orang tua tunggal kan diuji
mental mbak, justru kalau bisa dilaluin dengan baik, akan jadi manusia yang
kuat mbak.
P: Apakah Gendis memberikan dukungan penuh pada Ibu?
N: Oiya pasti, Gendis memberikan dukungan penuh pada Ibu. Meskipun saya
yakin dia tidak bisa 100% menerima status saya, tapi kadang dia suka bilang
mbak bahwa gak ada Ibu kaya Ibunya ini. Saya juga berikan dukungan pada
Gendis mbak, ya meski kadang-kadang gak ngerti soal kuliah ya, padahal saya
juga dulu kuliah jurusan bisnis administrasi. Tapi kalo sekarang kan beda ya
mbak.
P: Kalau Ibu melihat Gendis, Gendis termasuk anak yang aktif atau aktif
dalam hal bersosialisasi di lingkungan?
N: Lingkungan keluarga sih… pasif ya, kalo sama sepupu-sepupunya… sesudah
menginjak remaja, cenderung diem ya. Kalo sama temen-temennya sih…
awal-awalnya agak lama menyesuaikan diri. Tapi lama-lama oke juga. Dia tu
lama penyesuaian dirinya untuk bisa berbaur sama orang karena orangnya
lebih hati-hati mbak.
P: Ohh… hati-hati banget ya Bu berarti orangnya… nah, ini pertanyaan
terakhir Bu. Apa sih harapan Ibu untuk Gendis baik di masa sekarang
maupun masa depan?
N: Pokoknya Gendis tuh… harus lebih dewasa. Orang tua pasti memang
memanjakan anak. Tapi Ibu mau Gendis lebih dewasa, lebih bisa bijaksana
dalam bersikap, lebih bertanggung jawab, lebih bisa menata diri untuk rencaa
hidup ke depan, dan lebih disiplin, karena dia kurang disiplin mbak. Soalnya
dia kan anak tunggal, jadi kita perhatian semua tercurah sama dia, yang
penting dia jadi lebih disiplin dan bertanggung jawab aja mbak. Ibu mah
sudah sampai di sini tugasnya, kalau dia kan hidupnya masih panjang. Itu
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
harus mulai dari sekarang disiplin dan tanggung jawab terhadap pilihan hidup,
juga lebih mawas diri, karena dunia itu jahat mbak.
P: Iya, betul Bu untuk kepentingan masa depan juga ya Bu. Mmm… sejauh
ini semua sudah terjawab sih Bu, kalau ada yang kurang paling saya
kontak Gendis aja kali ya Bu untuk janjian lagi.
N: Iya mbak, kabarin aja ke Gendis. Insya Allah, kalo Ibu kosong Ibu pasti bisa
ditemuin lagi, kalo gak ada pesenan catering juga ya mbak.
P: Iya Bu… terima kasih.
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
Transkrip Wawancara 5
(Wawancara Tatap Muka)
Informan : Gernando Giovanni
Hari/Tanggal : Sabtu, 10 Juni 2017
Lokasi : Starbucks Pantai Indah Kapuk
Waktu Mulai : Pk 15.15 WIB – Pk 17.05 WIB
Durasi : 1 jam 50 menit
Status : Narasumber dalam kategori 2. Merupakan anak yang
dibesarkan oleh Ibu dengan status orang tua tunggal sejak tahun 2010. Ia adalah anak
kandung dari seorang narasumber dalam kategori 1 yakni Ibu Fanny Wibowo dan
kini tengah menempuh pendidikan S1 Fakultas Ilmu Komunikasi di salah satu
universita swasta.
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
P: Oke… ini mulai cici rekam yah Ndo.
N: Iya ci.
P: Nama lengkapnya kamu Ndo?
N: Gernando Giovanni, double N ci.
P: Umur kamu?
N: 18 tahun
P: Kelahiran?
N: 1998. Tanggal 2 bulan 9.
P: Oke kita lanjut ya. Makna keluarga bagi kamu Ndo?
N: Keluarga tuh segalanya sih menurut saya. Karena… itu anggepan kan kaya
populasi terkecil yah dalam kehidupan. Kita dari nol tuh semua belajar semua
tuh dari keluarga. Semuanya lah pokoknya.
P: Pentingnya keluarga bagi kamu. Jabarkan dong.
N: Mmm… pentingnya keluarga… mmm… pokoknya penting banget sih. Saya
nganggep sih ya kedua dari Tuhanlah pokoknya buat saya.
P: Bagaimana hubungan kamu dengan Ibu? Jabarkan juga dong.
N: Deket sih. Kita apa ya… ya sering ngobrolah pokoknya. Apa yang terjadi di
kampus atau di kerjaan, sering ngobrol sih sama mami. Relasi tetep dijaga
pokoknya. Mami sih ngerti saya banget, tahu saya-lah bahwa saya gak
mungkin… kayak ngelakuin hal-hal yang menyimpang gitu. Mami tau
karakter saya banget, menguasai saya-lah mami tuh. Mami percaya penuh sih
ke saya. Ya begitulah hubungan saya sama mami.
P: Kelancaran komunikasi dengan mami. Seberapa intens komunikasi
kamu sama mami?
N: Deket sih. Kayak… kayak Ibu yang sama anaknya tuh kalo masih kecillah,
sharingnya terus-terusan. Saya juga suka kebetulan ngobrol sama mami
karena mami ya… enak diajak ngobrol.
P: Mmm. Nice. Sejauh mana kamu terbuka sama mami? Topik apa yang
biasa diobrolin?
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
N: Saya sih karena sekarang uda umur 18 tahun nyentuh 20, ngomongin sih
selalu masa depan. Apalagi kan anak cowok. Semua aspek sih… kayak
pekerjaan, karir, pasangan. Iya, mencakup itu sih.
P: Ohh… Berarti hampir seluruh topik ya dibicarin?
N: Mmm… Iya…
P: Mmm… Kamu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan emosi-emosi
kamu ga ke mami? Biasanya dipendam sendiri atau dituangkan pada
orang lain?
N: Tuangin sih… Tuangin pasti, karena kan deket sama mami.
P: Berarti kamu suka curhat sama mami? Nyaman ya berarti kalo curhat
sama mami?
N: Ohh curhat curhat. Iya nyaman dong pastinya ya kan mami sendiri. Hahaha.
P: Lebih nyaman mana? Ke mami apa ke temen?
N: Mmm… Beda sih…
P: Bedanya?
N: Kalo kita ngomogin masa depan terkait karir, pekerjaan, tentu ke mami lebih
nyaman, masukan yang dikasih orang tua kan pasti yang terbaik buat anaknya.
Kalo ke temen lebih ke arah cintalah. Hahaha… ya yang kaya gitu-gitu, sama
ya paling sharing yang happy-happy ajalah ke temen mah.
P: Nah, kalo di rumah, di dalam sebuah hubunganlah, apalagi keluarga itu
kan pasti kita pernahlah ada konflik sama orang tua, kaya kamu sama
mami misalnya. Kalo kaya gitu, gimana cara kamu menyelesaikannya?
N: Iya, pasti pasti. Pasti ada. Cara saya selesain sih… saya agak... ya… ngomong
pelan-pelan aja… ajak bicara… pelan-pelan… terus kan biasanya orang tua
agak keras ya. Saya justru malah biasanya diem dulu. Mami juga biasanya
diem dulu. Sampe sehari dua hari. Ya kemudian ajaklah makan keluar.
Hahaha.
P: Ohh gitu. Nyogoknya pake makanan ya? Hahaha.
N: Hahaha. Iya. Ya ngomong di tempat makan kan mungkin lebih enak.
P: Oke. Oke. Oke. Sering terjadi perbedaan pendapat sama mami?
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
N: Sejauh ini sih enggak. Jarang banget. Saya lebih ngikutin kemauan mami sih.
Karena kadang menurut saya sendiri itu juga bener, kenapa ga diikutin.
P: Mmm. Kalo terjadi perbedaan pendapat sama mami, gimana cara kamu
ngatasin?
N: Ya itu sih paling, biasanya saya diem dulu sampe sama-sama enak kondisinya.
Biasanya sih juga cari kesibukan di luar. Biar gak terlalu dipusingin jugalah.
Soalnya mami juga tipikal yang gak marah-marah kalo anaknya ada salah,
ditegur sih ditegur, tapi biasanya nyuruh anaknya mikirlah gitu baik buruknya.
P: Ohh gitu. Terus kan mami kerja, sekarang single parent juga. Nah, ada
ga sih hambatan dalam berkomunikasi sama mami sebagai single parent
yang bekerja?
N: Iya dong pasti, karena dari segi waktu, mepet. Jadinya kalo misalkan ada
waktu luang sedikit tuh musti digunain sebaik mungkin.
P: Berarti dari segi waktu aja?
N: Iya, karena kan satu rumah juga. Kan mami kerja, saya juga kerja. Jadi ya
paling masalah waktu buat ketemu… gitu aja sih.
P: Tapi seberapa sering punya waktu berdua atau quality time sama mami?
Biasanya kalian berdua ngapain?
N: Mmm… dalam seminggu paling enggak satu hari, biasanya di weekend sih.
Ngobrol aja, terus ya biasanya paling makan. Soalnya mami sukanya kuliner
sih. Sukanya makan. Hahaha.
P: Pantes di tante gemuk ya sekarang. Hahaha. Kita masuk ke topik
perceraian ya. Kan masih ada papa nih. Kenapa kamu tinggal dengan
mami? Lalu papa gimana?
N: Waktu itu sempat diperdebatkan sih di pengadilan. Sebenernya saya
beruntung sih punya papa seperti papa saya, karena dia selalu ngomong
perempuan kan lebih lemah, lebih sensitif juga jadi lebih baik tinggal sama
mami… jagain mami. Sempet juga sih dibahas di pengadilan mengenai hak
asuh, tapi akhirnya papa saya ngalah sih… jadi ya hak asuh jatuh ke tangan
mami.
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
P: Kamu udah berapa lama jadi tinggal sama mami?
N: Dari tahun 2010. Yah… kurangin 7 tahun lah, ya… dari saya umur 12 tahun.
P: Terus apakah kamu memahami latar belakang keluarga dan status mami
sebagai single parent?
N: Saya memahami sekali.
P: Sudah menerima berarti ya?
N: Awal-awal pasti berat sih. Sempet merasa nyesel lahir di keluarga seperti ini.
Saya sempet nyesel… cuma… ya saya gak bisa apa-apa pada saat itu. Saya
mikir, kalau sayanya ancur… kehidupan ancur, sekolah ancur… nanti
maminya makin nangis, makin sedih kan ngeliatnya. Jadi saya mikir
yaudahlah… emang ini mugkin jalan Tuhan… jalanin aja. Itu pikiran Saya.
Saya merasa relasi ke orang tua harus baik.
P: Terus komunikasi kamu dengan papa lancar?
N: Baik… Saya tetep keep contact. Chatting atau telepon. Kadang setahun sekali
juga saya diajak pulang ke kampunya, ya tempat lahir saya juga sih. Kadang-
kadang juga nyamperin papa ke Cirebon… kan sekarang di sana. Yah…
sebulan atau dua bulan sekali ke sanalah. Nengokin.
P: Ohh.. Kampungnyanya emang di mana itu?
N: Di Kepulauan Riau, Tanjung Minang. Sampingnya Batam. Setiap tahun ke
sana.
P: Lalu, bagaimana kamu menjalani hari sebagai anak yang dibesarkan
oleh seorang single parent? Apakah berat?
N: Awalnya berat. Saya kehilangan sosok Ayah… pasti. Tapi, pas saya jalanin…
yah hidup ga bisa begitu terus… ya saya jalanin aja, Saya cari kesibukan…
paling keluar sama temen-temen… Saya yakin Tuhan pasti punya rencanalah.
P: Bagaimana sih pandangan kamu mengenai sosok anak yang dibesarkan
oleh orang tua tunggal?
N: Awalnya sih pasti merasa gak beruntung ya… dilahirkan di keluarga yang
seperti ini, cuma saya merasa sekarang tuh… Tuhan punya rencana, saya
punya jalan sendiri lah… makanya saya dilahirkan di keluarga seperti ini.
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
Saya yakin akan hal itu. Saya ngerasa sih dari kemandirian, cara pandang, dan
pola pikir pasti beda ya dengan anak yang dibesarkan sama keluarga utuh.
Yakin saya… karena menurut saya anak dari single parent pasti lebih
mengerti latar belakang keluarga, apalagi karakter Ayah sama Ibunya. Saya
sih merasa saya jadi lebih deket sama Ayah dan Ibu. Saya sih merasanya
begitu… tapi ya… bisa jadi kan anak seperti saya justru beda ngerasanya…
P: Ohh… untunglah kamu bisa nerima semuanya ya.
N: Saya juga… ini ci… ya temen tuh banyak yang rata-rata tuh broken home dan
temen saya banyak yang ancur… dan ya parah ya kan, ada yang masuk
penjara gara-gara narkoba, dan saya tau… sampe segitunya. Tapi saya mikir,
ya buat apa ya kalo kaya gitu, ya kan… untungnya apa, malah bikin orang tua
sedih, jadi mending kita jangan kaya gitulah. Saya mau tunjukin justru anak
broken home tuh ga begitu.
P: Tanggapan kamu mengenai sosok mami sebagai seorang single parent.
Gimana?
N: Mmm… mami tuh… ya seperti superherolah buat saya. Mmm… semua hal
yang dia lakuin ya cuma buat saya lah… buat anaknya. Mami panutan lah
buat saya, karena dia lebih sayang saya ketimbang dirinya sendiri, mungkin
semua Ibu pasti begitu ya.
P: Jadi, kamu memberikan dukungan penuh ya terhadap mami?
N: Iya. Pasti dong, kalau saya lihat hal itu baik untuk mami, saya dukung… yang
penting mami happy.
P: Kamu termasuk ke dalam orang yang berinisiatif gak dalam hal
pekerjaan, misal kayak pekerjaan rumah gitu?
N: Lumayan sih, kaya tadi masalah kebutuhan rumah, kalo masih bisa saya yang
urus-urus saya yang urusin, kayak listrik, internet, segala macem… gak perlu
mami. Pekerjaan rumah sih… ya rumah kan lebih banyak kosong. Pagi saya
kerja, pulang uda malem. Mami kan juga begitu… dari pagi uda mulai nyari
penumpang, pulang malem. Paling ya kalo sabtu minggu sih iya, ada pastilah
bantu-bantu di rumah.
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
P: Kalau dalam hal bersosialisasi di lingkungan? Gimana? Kamu aktif
mengajak berinteraksi orang lain lebih dulu atau menunggu untuk
diajak bersosialisasi?
N: Iya, kalau bersosialisasi menurut saya, saya aktif sih ci dan biasanya kalau di
lingkungan luar gitu, terus ketemu orang baru, biasanya saya nyari kesamaan
dulu sih dari topik pembicaraan… karena kan susah ya untuk bisa masuk sama
orang baru kan, jadi cari kesamaan buat diajak ngobrol, karena kalau uda ada
kesamaan kan enak buat lanjut ngobrol. Jadi nyaman untuk lebih terbuka sama
orang lain ci.
P: Ini pertanyaan terakhir. Apa harapan kamu mengenai diri, baik di masa
sekarang maupun masa depan?
N: Kalo sekarang, harapan untuk diri sih… yang penting terus jalanlah seperti
sekarang sampe lulus kuliah. Kalo masa depan, tentu pengen membahagiakan
keluarga, yang pasti orang tua. Kalo dari segi karir, kalo mau bikin keluarga
bahagia, tentu harus bagus dong pasti karirnya. Saya… mmm… gak mau
terlalu muluk-muluk sih, banyak orang gila kan ya karena gak tercapai…
hahahaha. Ya intinya asal bisa senengin keluarga, orang tua bahagialah
pokoknya. Termasuk karir juga bagus.
P: Iya betul, karena keluarga yang utama yah.
N: Iya, begitu. Hahaha. Ini ada yang kurang gak ci?
P: Kalo kurang paling cici via email atau chat kamu aja yah…
N: Iya ci, boleh-boleh. Santai aja. Hahaha. Namanya juga bantuin. Saya terbuka
kok, tenang aja.
P: Hahahaha. Iya, thankyou yah Ndo.
N: Iya ci. Sama-sama.
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
Transkrip Wawancara 6
(Wawancara Tatap Muka)
Informan : Fanny Wibowo
Hari/Tanggal : Kamis, 15 Juni 2017
Lokasi : Rukan Mutiara Taman Palem – Blok C5
Waktu Mulai : Pk 21.07 WIB – Pk 22.27 WIB
Durasi : 1 jam 20 menit
Status : Narasumber dalam kategori 1. Merupakan seorang ibu
dengan status orang tua tunggal dan telah menjadi single mother selama 7 tahun. Saat
ini Beliau tinggal dengan putra bungsunya yang berusia 18 tahun yang juga
merupakan salah seorang narasumber dalam kategori 2 yakni Gernando Giovannni.
Beliau berprofesi sebagai driver online.
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
N: Kamu uda bab berapa Chika?
P: Udah mau masuk bab 4 nih Tante, kebetulan Tante narasumber
terakhir.
N: Ohh enak dong yah, dikit lagi. Hahaha. Kalo Tante dulu kuliahnya di jurusan
manajemen informatika… kayaknya kalo sekarang mah itu jurusan sistem
informasi.
P: Hahaha, mungkin yah Tan. Iya Tan, kalo gitu ini kita mulai aja yah…
N: Oke Chika.
P: Nama lengkap Tante?
N: Fanny Wibowo.
P: Usia Tan?
N: 44 tahun.
P: Pekerjaan?
N: Hahaha… itu tulis aja seperti yang seadanya begini ya… untuk saat ini driver
online. Hahaha.
P: Oke. Mmm… bagaimana sih hubungan Tante dengan Nando? Boleh
tolong dijabarkan.
N: Wah… kalo sama Nando sih deket banget, sangat deket… Tante kalo sama
anak-anak tuh, termasuk saat masih ada kokonya yah… menurut Tante, nomor
satu, komunikasi itu penting… Nando itu bawel sebenernya yah kalo di depan
Tante, apalagi kalo uda cerita… hahaha.
P: Makna keluarga bagi Tante apa Tan dan seberapa penting keluarga bagi
Tante?
N: Sebenernya malu ya kalo ditanya begitu, karena Tante sendiri kan mengalami
kagagalan ya dalam membangun rumah tangga. Ya, selama ini Tante sudah
berusaha menjaga rumah tangga selama 14 tahun, dengan berbagai kondisi
dan tantangan… butuh kesabaran dan lain sebagainya… kalo buat Tante sih
sebenernya keluarga tuh bagaikan pondasi ya… bagi anak… mmm… pondasi
untuk bagaimana dia bersikap atau bertingakah laku atau bertutur kata.. ya itu
semua belajar dari keluarga… ya itu semua asalnya, basicnya kan dari
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
keluarga… ya kita berusaha mengajarkan yang baik, nah kalau pada nantinya,
saat dia bergaul terus terkontaminasi dengan hal-hal lain… toh itu kembali
lagi… dari kecil kan kita ajarin dia untuk cinta Tuhan… dasarnya semuanya
kan itu… agar dia menomorsatukan Tuhan. Kalo seberapa penting… karena
pernah gagal, Tante sulit menjawab… kalo untuk sekarang sih yang ada hanya
Tante dengan Nando… jelas keluarga tuh sangat penting.
P: Kelancaran komunikasi Tante dengan Nando, gimana Tan?
N: Intens banget… lancar banget… kaya tadi kan tuh, masih suka neleponin kalo
uda malem gini Tante belom pulang, dia pasti… pasti nanya, mami di mana,
mami uda makan belom, mami mau dibeliin makanan apa… sampe kadang
ada penumpang yang denger Tante nerima telepon dan itu dari anak, suka ada
yang bilang… anaknya perhatian ya bu… ya gitu-gitu…
P: Kalau menyangkut keterbukaan Tan, keterbukaan Tante dengan Nando,
bagaimana?
N: Iya… terbuka banget… Tante tuh ngerasa ini ya… Tante menganggap bahwa
anak tuh bukan ada tembok antara orang tua dengan anak… buat Tante, anak
itu perlu dirangkul seperti temen… posisikan anak seperti temen, kalo lagi
perlu tegas ya kita tegas sebagai orang tua, kalo lagi santai ya posisikan
seperti temen.
P: Nah, bagaimana sih Tan cara Tante membangun keterbukaan pada
anak?
N: Tante dengan anak-anak ya… kalo dulu lagi masih ada kokonya ya, kan Tante
dulu kerja. Pokoknya secapek apapun, semalem apapun Tante pulang kerja,
itu Tante biasakan pasti ngobrol sama anak, itu penting… jadi Tante yang
memulai, kan Tante bawel… hahaha… musti dari kita yang memulai, Tante
cerita segala macem dan nanti dengan sendirinya mereka akan terpancing. Itu
Tante lakukan sejak dini, sejak mereka masih kecil, dan itu terus berlangsung
sampe sekarang.
P: Ohh gitu… iya sih ya, supaya anak juga jadi mau terbuka ya Tante…
apakah Tante mengutarakan pikiran dan perasaan pada anak?
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
N: Mmm… enggak terlalu. Memang adap privacy, cuma Tante akan memilah
mana hal yang pantes mereka tahu mana yang enggak, gitu lho… memang ada
hal-hal yang privacy dan itu Tante hanya utarakan sama Tuhan, karena Tante
tiap jam 4 subuh, sama jam 4 sore, dan jam 12 malem itu jadwal Tante doa.
P: Nah kalo itu kan tadi Tante… kalo Nando sendiri gimana Tan? Apakah
dia terbuka dan mengutarakan pikiran juga perasaannya pada Tante?
N: Oh iya… Nando ibaratnya kaya buku yang terbuka. Nando tuh blak-blakan,
bahkan sampe kadang kahayalan dia yang tingkat tinggi tuh dia certain…
hahaha, duh… Nando tuh khayalannya tingkat tinggi. Tiap orang kan punya
angan-angan, ya dia sampe begitu, semua dikasih tau, diceritain… hahahaha.
Anaknya open banget.
P: Ohh… hahahaha, suka ngayal yah Tan… Nah, kalo di rumah, pasti kita
antara anak kan sama orang tua pernah ya ada konflik, nah itu gimana
tuh cara Tante dan anak mengatasinya?
N: Nah kalo Tante tuh… dari anak-anak masih kecil, tante bukan model kayak
ibu-ibu yang ngoceh-ngoceh, Tante cukup kaya liatin, misal mata melotot,
mereka udah takut. Biasanya Tante diemin ajah, nah udah tuh… udah mulai
gak tenang si Nando, itu aja sih paling. Tante kan bawel, tapi kalo Tante udah
diem… nah itu pasti Tante marah.
P: Hahaha, iya dia juga cerita begitu kemarin. Biasanya kan kita pasti suka
ada perbedaan pendapat tuh ya Tan sama orang tua. Apakah sering
terjadi perbedaan pendapat sama Nando? Bagaimana cara Tante
mengatasinya?
N: Pasti ada… pola pikir anak mudah sama kita yang udah tua kan pasti beda
ya… pasti ada dan itu biasa, justru itu keunikannya dalam keluarga, kalo
semuanya sama ya monoton dong… beda pendapat justru kadang bagus… dan
kalo diungkapkan perbedaan itu, itu memang harus begitu… malah Tante
selalu tekankan sama anak-anak, laki-laki itu harus berani bicara. Nando tuh
ini sih… semenjak kehilangan kokonya yah… kalo ada perbedaan pendapat,
kita cari jalan tengah dong, karena orang tua kan gak selamanya benar, gak
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
selamanya pendapat kita bisa diterima ana, kalo memang pendapatnya lebih
better ya kita ikutin.
P: Kan sekarang Tante single parent, terus kerja juga, ada gak sih Tan
hambatan dalam berkomunikasi dengan Nando sebagai seoang single
parent yang bekerja juga?
N: Enggak sih… puji Tuhan gak ada, karena biarpun sama-sama kerja, tapi kalo
pagi Nando mau berangkat kerja, kita masih sempetin di meja makan ngobrol,
sarapan bareng, yang penting kan kualitas bukan kuantitas.
P: Ohh, jadi kalo pagi masih diusahain ada ngobrol-ngobrol dulu ya Tan
sebelom pada berangkat kerja. Seberapa sering sih Tan menghabiskan
waktu sama-sama, selain pagi-pagi itu, dan biasanya kalau lagi quality
time itu ngapain aja?
N: Pertama, pasti pagi-pagi itu ya, kita pasti habisin waktu sama-sama di meja
makan meskipun gak lama karena kan harus sama-sama kerja, dan paling
biasanya minggu. Pokoknya habis dari gereja, kita sama-sama ke gereja, terus
pulang dari gereja biasanya kita pergi, jalan… entah itu makan, atau kemana,
ngobrol-ngobrollah kita.
P: Apakah kerap kali memberikan dorongan pada anak? Seperti pujian dan
penghargaan?
N: Tante orangnya apa adanya yah… langsung nomong, kalau bagus ya dibilang
bagus, kalau enggak bagus ya langsung bilang juga, kalau anak bisa
mendapatkan sesuatu dari hasil usaha sendiri, pasti akan tante berikan
dorongan, supaya bisa jadi lebih baik. Sesuatu yang patut dipuji, ya kenapa
enggak.
P: Mmm, gitu. Apakah Nando juga memberikan dukungan penuh terhadap
Tante? Berupa dorongan dan lain sebagainya?
N: Iya, pasti-pasti.
P: Tante, sebelumnya aku minta maaf ya kalau setelah ini ada pertanyaan
yang mungkin akan menyinggung latar belakang keluarga.
N: Iya, gak apa-apa Chika.
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
P: Sudah berapa lama Tante menjadi orang tua tunggal?
N: Tante pisah setelah 14 tahun menikah, tepatnya tahun 2010, jadi udah 7
tahunanlah ya.
P: Kalau aku boleh tau, apa penyebab Tante berpisah dan menjadi orang
tua tunggal?
N: Yang pertama karena adanya wanita lain dalam rumah tangga, terus yang
kedua ada KDRT juga, terus yang ketiga… mantan suami Tante tuh gak mau
bekerja, sedangkan keluarga butuh dinafkahi, jadi dari semua itu Tante
berpikir kalau dilanjutkan benefitnya apa buat Tante, makanya tercetuslah
pemikiran untuk berpisah, karena gak cuma sekali atau dua kali dia sama
perempuan lain, daripada terus-terusan makan hati kan.
P: Apakah Tante memberikan pengertian pada anak-anak mengenai status
pernikahan pada saat itu, karena Nando kan masih kecil juga saat itu,
masih usia 12 tahun?
N: Ya Tante ajak bicara mereka, Tante jelasin kalau Tante gak tahan lagi kalo
begini. Apalagi saat itu kan ada 2 cewek lain, sikap mantan Tante juga gak
baik sama Tante. Ya… langsung to the point pada saat itu, tapi memang pasti
ada momen di mana anak pasti gak bisa nerima. Tante juga jelasin, bahwa
mereka kan masih di bawa umur, mereka harus ikut Tante karena hak asuh
pasti jatuh ke tangan Tante. Tapi sempet anak-anak bilang bahwa mereka gak
akan pilih mami, juga gak akan pilih papi, awalnya begitu… mereka mau
hidup berdua aja katanya. Hahaha. Tapi akhirnya mereka ngerti, mereka mau
ikut Tante, tapi mereka bilang bahwa mami gak boleh nikah lagi. Hahaha.
P: Hahaha, Nando sama kokonya yang mencetuskan pemikiran itu ya Tan?
N: Iyalah itu, mereka berdua. Hahaha.
P: Tapi Tan, ada kesulitan gak sih waktu dulu menyampaikan status
pernikahan pada anak-anak?
N: Mmm… enggak ya, karena mereka cukup aware ya, ngertilah keadaan
keluarganya, ngerti Tante gimana. Paling ke Nando sih yang susah, karena
kan dia lumayan deket ke papanya.
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
P: Ohh gitu, menurut Tante apakah Nando sudah bisa menerima latar
belakang keluarga dan status Tante saat ini?
N: Udah… mereka bisa nerima, Si Koko dan Nando.
P: Berarti sampai sejauh ini, apakah nafkah masih ditanggung atau Tante
fight sendiri?
N: Sendiri, siapa yang mau nanggung? Mantan suami Tante kan lepas tanggung
jawab dan sekarang Tante juga mengusahakan buat apa-apa kaya kebutuhan
rumah dan sekolah anak, semua sendiri. Tante gak mau menerima nafkah dari
mantan suami. Ya dari dulu kan Tante kerja kantoran, tapi ya kan sekarang
udah enggak, Tante keluar dari sana tuh tahun 2015, ya sampe saat ini Tante
jadi supir online.
P: Ohh gitu…
N: Makanya, yah beda ya dulu sama sekarang tuh… kalo dulu Tante keja
kantoran emang lebih singkat waktunya kan, masuk jam 9 pulang jam 4,
ketemu kokoh sama dedek lebih sering, lebih banyak ngabisin waktu sama-
sama di rumah, kalo pulang kerja Tante pasti sempetin cerita-cerita. Kalo
sekarang ya beda… kerjaan gak tetap, kalo jadi driver kan bisa mental-mental
Chika… ini sebelom ketemu kamu Tante kan dari Bekasi. Makanya, Nando
sebenernya tuh minta Tante kalo bisa jam 9 gitu uda pulang ke rumah, kangen
kan dia pasti… kaya dulu waktu Tante masih kerja kantor, bisa ngabisin
waktu banyak.
P: Iya sih Tan… bener-bener… apa sih Tan yang Tante lakukan supaya
anak-anak tidak kehilangan sosok papanya?
N: Mmm… ada hal-hal yang kalo di rumah, di depan anak-anak Tante bersikap
layaknya papa, tapi juga jadi mama. Jadi ya… tante modelnya kalo di depan
mereka gak mellow. Kalo Tante begitu di depan anak-anak, anak-anak mau
jadi apa ya kan.. kan semua anaknya cowok. Itu yang Tante pegang. Beban sih
pasti ada, tapi Tante pikul sendiri.
P: Tapi komunikasi Nando sama papanya lancar ya Tante?
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017
N: Ohh lancar, kan masih suka ke Cirebon tuh nengokin. Tante memang putus
hubungan dengan mantan suami, tapi tetep Tante menekankan bahwa gak ada
mantan orang tua, apalagi mantan ayah… gimanapun kan itu bapaknya, jadi
komunikasi mereka tetep lancar. Tante gak pernah larang anak-anak ketemu.
P: Kalo soal inisiatif di lingkungn Tan… misal kaya inistaitif dalam
bersosialisasi, menurut Tante apa Nando termasuk orang yang
berinistatif dalam bersosialisasi di lingkugan?
N: Hahaha, kan dia apa ya… cukup terbuka orangnya, kalo lagi menggebu-gebu
cerita, bisa semua dia certain sama orang. Menurut Tante sih iya… buktinya
temen kamu yang temennya Nando aja bisa bilang kan, Nando asyik diajak
ngobrol, orangnya supel, suka ga keabisan topik… Kalo orang lain aja menilai
dia seperti itu, ya berarti dia fine dalam bersosialisasi dengan temen-
temennya, dengan lingkungannya. Temennya banyak juga sih dia. Hahaha.
P: Hahaha, iya sih Tan… ke aku juga begitu kok, malah jadi ngobrol ngalor
ngidul kemana-mana…
N: Nah… iya kan… Gak khawatirlah Tante soal itu.
P: Oke, ini pertanyaan terakhir nih… Apa harapan Tante terhadap Nando,
baik di masa sekarang maupun masa mendatang?
N: Ya… semua orang tua pasti sama ya Chika… pasti ingin yang terbaik untuk
anaknya, gak mungkin enggak… Harapan Tante sih… biar Nando bisa lebih
kuatlah, walau kasarnya hanya dibesarkan oleh satu orang tua, tapi ya… kalo
dia bisa jadi sesuatu di masa depan, kenapa engga. Pokoknya intinya sih ya…
mmm… biar Nando do the best buat hidup dia.
P: Mmm… Iya Tante. Semoga Nando ke depannya jadi sukses ya. Amin.
N: Amin.
Peran Komunikasi Interpersonal..., Jessica Priscilla, FIKOM UMN, 2017