peran ikadi (ikatan da’i indonesia) cabang...
TRANSCRIPT
PERAN IKADI (IKATAN DA’I INDONESIA) CABANG KALIANGKRIK
DALAM PENINGKATAN KUALITAS KEBERAGAMAAN
MASYARAKAT KALIANGKRIK, MAGELANG TAHUN 2017
SKRIPSI
Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
OLEH
ULFA NURMALA KUSUMA WATI
NIM. 11714022
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
i
PERAN IKADI (IKATAN DA’I INDONESIA) CABANG KALIANGKRIK
DALAM PENINGKATAN KUALITAS KEBERAGAMAAN
MASYARAKAT KALIANGKRIK, MAGELANG TAHUN 2017
SKRIPSI
Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
OLEH
ULFA NURMALA KUSUMA WATI
NIM. 11714022
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
(60: الرحمه)هل جزاء الإحسان إلا الإحسان
Artinya: tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula)
(QS. Ar-Rahman:60)
vii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmad serta
hidayahNya sehingga skripsi ini berjalan dengan lancar. Tidak lupa skripsi ini
dipersembahkan untuk:
1. Bapak dan ibu tercinta dan terhebat titipan Allah Swt, Slamet Nuryadin dan
Masetyowati yang selalu ada untuk saya, selalu mendo’akan, membimbing,
memberikan motivasi, mendukung, dan selalu memberikan segala sesuatu yang
terbaik untuk saya.
2. Kakek dan nenek tercinta, Quraisjin dan Nuriyah (almh) yang juga selalu
mendo’akan, mendukung, dan memberikan yang terbaik untuk saya.
3. Adik tersayang, Hafidzudin Akmal yang selalu memberikan keceriaan kepada
saya.
4. Keluarga besar Quraisjin yang telah memberikan hal terbaik dalam hidup saya
dan mengajarkan kebaikan dalam kehidupan ini.
5. Ketua Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Pembimbing
Akademik, sekaligus Pembimbing Skripsi Dra. Maryatin, M.Pd, yang
membimbing dan memotivasi selama kuliah hingga saat ini.
6. Sahabat-sahabat tercinta yang telah banyak membantu, memberikan dukungan,
semangat, serta keindahan dalam kehidupan ini, yaitu Siti Andaria, Melani
Enggarsari, Puji Lestari, dan Taufiq Rizza.
7. Sahabat satu atap yang sama-sama berjuang dan memberikan semangat satu
sama lain, yaitu Anggraini Putri, Aminatun Zahro, Aisya Zuhdiana, Siti
Lestari, dan Shofwatul Hasanah.
viii
8. Teman-teman seperjuangan yaitu KPI angkatan 2014.
9. Para guru MI Mafatihul Huda Girirejo, SMP Muhammadiyah Kaliangkrik, dan
SMA N 1 Bandongan.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, yang telah
menuntun umatnya menuju jalan yang benar.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak yang telah berkenan membantu penulis. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Mukti Ali, M.Hum., selaku dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga
3. Ibu Dra. Maryatin, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam, dosen Pembimbing Akademik, sekaligus dosen pembimbing skripsi.
4. Seluruh bapak dan ibu dosen yang telah bersedia memberikan dan membekali
ilmu, membimbing, serta memotivasi.
5. Seluruh civitas akademika IAIN Salatiga yang membantu dalam melancarkan
urusan administrasi maupun yang lainnya.
6. Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam, khususnya angkatan 2014 yang
telah memberikan dukungan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Pengurus IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik yang telah
memberikan informasi dan membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi
ini.
x
xi
ABSTRAK
Kusumawati, Ulfa Nurmala. 2017. Peran IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) Cabang
Kaliangkrik Dalam Peningkatan Kualitas Keberagamaan Masyarakat
Kaliangkrik, Magelang Tahun 2017. Skripsi, Salatiga: Program Studi
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Institut Agama Islam
Negeri Salatiga.
Kata Kunci: Metode Dakwah, IKADI, Kualitas Keberagamaan.
Penelitian ini berfokus pada metode dakwah IKADI dalam dakwah Islam,
dengan tujuan untuk mengetahui: 1) Kiprah IKADI dalam berdakwah 2) Metode
dakwah yang digunakan IKADI 3) Faktor pendukung dan penghambat dakwah
IKADI dalam meningkatkan kualitas keberagamaan masyarakat Kaliangkrik,
Magelang.
Jenis dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian lapangan yang bersifat kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif.
Untuk teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi,
data yang telah ada dianalisis dengan cara reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Kiprah IKADI dalam
berdakwah menyampaikan ajaran Islam yang telah berjalan selama sepuluh tahun
dengan banyak kegiatan yang dilaksanakan serta membina kader da’i yang
profesional dan memberikan kontribusi yang positif untuk umat. 2) Metode
dakwah yang digunakan IKADI dalam menyebarkan ajaran Islam serta
meningkatkan kualitas keberagamaan masyarakat Kaliangkrik, Magelang
meliputi; metode ceramah yang berupa pengajian rutin Ahad Wage, metode
pembinaan keislaman berupa liqo’ dan tatsqif, serta metode bil hal berupa
santunan anak yatim, bakti sosial, dan silatirahmi kepada saudara muslim lainnya
yang berada di Kaliangkrik dan sekitarnya. 3) Faktor yang menjadi pendukung
berjalannya dakwah IKADI cabang Kaliangkrik yaitu pengurus organisasi, tokoh
(da’i), dan biaya, sedangkan faktor penghambat dakwah IKADI cabang
Kaliangkrik yaitu tanggapan masyarakat, waktu, dan mad’u.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
LOGO INSTITUT ............................................................................................. ii
NOTA PEMBIMBING ...................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................ v
MOTTO ............................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
ABSTRAK ....................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5
E. Kerangka Berfikir .............................................................................. 6
F. Sistematika Penulisan ......................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka ................................................................................... 9
B. Landasan Teori ................................................................................ 12
xiii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan ..................................................... 29
B. Lokasi Penelitian ........................................................................... 30
C. Fokus Penelitian ............................................................................ 30
D. Sumber Data .................................................................................. 30
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 31
F. Teknik Analisis Data ...................................................................... 32
G. Teknik Validitas Data .................................................................... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................. 35
B. Pembahasan Penelitian ................................................................... 45
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 63
B. Saran ............................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar1. Kerangka Berfikir .............................................................................. 7
Gambar2. Struktur Kepengurusan IKADI Cabang Kaliangkrik ........................ 38
xv
DAFTAR TABEL
Tabel.1 Jadwal Liqo’ Bulan Juli ........................................................................ 55
Tabel.2 Jadwal Tatsqif Bulan Juli ..................................................................... 56
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pesatnya perkembangan zaman pada saat ini memberi pengaruh besar
bagi semua yang ada di belahan bumi. Baik itu dari segi sumber daya
manusia, ilmu pengetahuan, politik, sosial, budaya, hingga agama juga
mendapatkan pengaruh dari perkembangan zaman tersebut. Agama telah
beribu-ribu tahun yang lalu ada dibumi ini, dengan seiring berjalannya waktu
agama semakin lama semakin berkembang dan maju, begitu juga dengan
agama Islam.
Adanya berbagai ajaran atau pemahaman yang kurang sesuai dengan
nilai-nilai agama, cenderung akan membuat agama menjadi ditinggalkan dan
lebih lagi agama tidak dijadikan pedoman hidup. Disadari atau tidak kini
kehidupan manusia telah banyak mendapat pengaruh tentang nilai-nilai baru
yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.
Hal tersebut apabila dibiarkan begitu saja maka akan memberikan
dampak yang tidak baik bagi kehidupan kita di dunia maupun di akhirat
kelak. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan ajaran tentang agama yang benar
kita perlu adanya sebuah pembelajaran, salah satunya yaitu dengan dakwah.
Dakwah merupakan sebuah cara untuk mengajak dan menyeru kepada sebuah
kebaikan serta menjauhkan dari hal-hal yang dilarang oleh ajaran Islam.
Dakwah merupakan kewajiban yang harus dilakukan untuk
menyampaikan pesan dan ajaran yang telah Rasulullah SAW ajarkan kepada
2
para umat dimuka bumi ini agar mereka menjalankan kehidupan sehari-hari
berdasarkan syari’at Islam dan memperoleh kemuliaan di dunia maupun
akhirat.
Untuk mempermudah diterimanya dakwah perlu adanya metode yang
digunakan. Seperti halnya di dalam al-qur’an telah dijelaskan secara detail
tentang metode dakwah yaitu dalam surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi:
ى ل د ل اى ى إ ال إ ى إ ل اد ا د ى إ اد إ د ل إى ل اد ل د إ ل إى اد ل ل ل إى ل ل اإ ى ل ب ل ى إال ى ل إ د إ ى ج ااد ا إنل
لإهإى ى ل إ د ى ل د ىضل ل ى إ ل د لل ا ى ل د ى ا ل ىصل ل ل لى إ اد ا د ل إ د إى لل ا ى ل د ى (125: ا ) ل ا ل
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl:125)
Ayat di atas dapat diambil pemahaman tentang metode dakwah yang
dapat digunakan yaitu hikmah, mau’idhah hasanah, dan mujadalah. Oleh
karena itu, ayat tersebut selalu digunakan pegangan dalam berdakwah.
Mengenai metode dakwah, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap organisasi dakwah IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) dalam
meningkatkan kualitas keberagamaan pada masyarakat Kaliangkrik Magelang.
IKADI atau Ikatan Da’i Indonesia merupakan wadah untuk berdakwah
menyebarkan ajaran Islam yang tidak terkait oleh partai maupun organisasi
lainnya. IKADI telah ada di berbagai wilayah Indonesia dan memiliki
kepengurusan pusat, wilayah, hingga daerah. Banyak kegiatan yang dilakukan
IKADI seperti halnya pengajian rutin setiap bulan, kajian-kajian islami, serta
3
kegiatan keagamaan lainnya. Untuk memakmurkan masyarakat dan agama,
IKADI juga sering melakukan santunan baik itu kepada anak yatim ataupun
orang yang kurang mampu, selain itu juga melakukan bakti sosial dan lain
sebagainya.
Adanya IKADI di berbagai wilayah Indonesia ini dapat meningkatkan
kualitas keberagamaan umat serta memunculkan generasi muda yang lebih
progresif dalam berdakwah, khususnya di daerah Kaliangkrik. Ajaran agama
Islam memang sudah lama tersebar di Kaliangkrik, masyarakat disana juga
memeluk agama Islam serta melakukan ajaran-ajaran Islam. Didukung
dengan keadaan sosial yang masih baik, sehingga dapat membantu proses
berjalannya ajaran agama hingga dalam berdakwah juga.
Meskipun keadaan sosial dan keagamaan di Kaliangkrik terbilang
bagus, akan tetapi masih ada masyarakat yang percaya dan melakukan tradisi
kejawen seperti halnya sesajen yang dibuat untuk para roh leluhur mereka.
Biasanya hal tersebut dilakukan pada saat acara nyadran, merti desa (ulang
tahun desa), hingga acara suran. Mengingat hal tersebut telah menjadi tradisi
turun temurun dari nenek moyang mereka, yang mana tidak mudah untuk
menghilangkan tradisi yang bisa membawa ke jalan syirik. Adanya hal
tersebut IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) yang berada di daerah Kaliangkrik
mencoba untuk memberikan penjelasan dan pemahaman tentang ajaran
agama Islam yang sesuai dengan al-qur’an dan hadist melalui kajian Islami
atau pengajian rutin. Selain itu, kehadiran IKADI juga sebagai wadah untuk
membentuk para da’i yang berkontribusi positif untuk umat.
4
Hal tersebut mendorong tekad peneliti untuk meneliti organisasi
dakwah IKADI yang berada di Kaliangkrik yang bertujuan menyebar luaskan
ajaran Islam dan memberikan pendidikan tentang ajaran Islam sejak dini,
supaya mereka tidak tersesat kepada jalan yang salah.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “PERAN IKADI (IKATAN DA’I INDONESIA)
CABANG KALIANGKRIK DALAM PENINGKATAN KUALITAS
KEBERAGAMAAN MASYARAKAT KALIANGKRIK, MAGELANG
TAHUN 2017”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana kiprah IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik
dalam menyampaikan dakwah Islam di Kaliangkrik, Magelang?
2. Bagaimana metode dakwah yang digunakan IKADI (Ikatan Da’i
Indonesia) cabang Kaliangkrik dalam peningkatan kualitas keberagamaan
masyarakat Kaliangkrik, Magelang?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan dakwah IKADI
(Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik dalam peningkatan kualitas
keberagamaan masyarakat Kaliangkrik, Magelang?
5
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Menemukan bentuk kiprah IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang
Kaliangkrik dalam menyampaikan dakwah Islam di Kaliangkrik,
Magelang.
2. Menemukan model metode dakwah yang digunakan IKADI (Ikatan Da’i
Indonesia) cabang Kaliangkrik dalam peningkatan kualitas keberagamaan
masyarakat Kaliangkrik, Magelang.
3. Menemukan faktor pendukung dan faktor penghambat dakwah yang
dilaksanakan IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik dalam
peningkatan kualitas keberagamaan masyarakat Kaliangkrik, Magelang.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan dalam
bidang dakwah, khususnya yang terkait dengan Metode Dakwah pada
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Secara Praktis
Manfaat secara praktis antara lain:
a. Bagi organisasi, penelitian ini dapat menjadi acuan IKADI (Ikatan
Da’i Indonesia) dalam menyampaikan dakwah untuk menyampaikan
ajaran Islam kepada masyarakat umum.
6
b. Bagi masyarakat, bahwa banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh
dari IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) salah satunya adalah lebih
mengetahui lagi tentang ajaran-ajaran agama Islam yang benar.
c. Bagi peneliti, penelitian ini memberi pemahaman dan ilmu baru
dalam melakukan dakwah seperti yang dilakukan oleh IKADI
(Ikatan Da’i Indonesia) untuk memakmurkan agama Islam.
E. Kerangka Berfikir
IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) merupakan organisasi kemasyarakatan
bersifat keislaman dengan menjalankan kebenaran untuk memperkokoh
ukhwah islamiyah. Dengan adanya problematika dakwah yang disertai
dengan perkembangan zaman yang semakin pesat tentu saja membutuhkan
wadah yang dapat memberikan arahan yang benar. Wadah tersebut bertujuan
memberdayakan dakwah dan da’i untuk memecahkan sebuah problematika
dakwah yang terjadi pada masa ini serta untuk menanamkan ajaran-ajaran
yang sesuai dengan al-qur’an dan hadist.
Para da’i harus bisa menyampaian dakwah Islam dengan baik dan
benar supaya para mad’u dapat mengerti dan memahami pesan-pesan yang
disampaikan. Penyampaian dakwah juga harus didukung oleh beberapa unsur,
salah satunya adalah metode dakwah. Dimana sebuah metode dakwah sangat
diperlukan dalam melakukan dakwah, yaitu untuk mempermudah da’i dalam
berdakwah.
Metode dakwah merupakan jalan atau cara yang dapat digunakan oleh
seseorang untuk menyeru dan mengajak kepada kebenaran dan meninggalkan
7
kebatilan menggunakan cara yang baik dan benar. Adapun pedoman dari
metode dakwah yang telah tercantum dalam al-qur’an yaitu surat An-Nahl
ayat 125. Ayat tersebut menjelaskan tentang metode dakwah yang dapat
digunakan untuk menyampaikan ajaran Islam melalui tiga cara, yaitu hikmah,
mau’idhah hasanah, dan mujadalah.
Tradisi yang diturunkan dari nenek moyang yang tidak sesuai dengan
ajaran Rasulullah SAW seperti penggunaan sesajen pada saat memperingati
sebuah acara. Oleh sebab itu, IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) hadir untuk
menyampaikan dakwah dengan berbagai metode yang digunakan kepada
masyarakat tentang ajaran keislaman yang sesuai dengan al-qur’an dan hadist.
Gambar 1. Kerangka Berfikir
IKADI
KEBERAGAMAAN METODE DAKWAH
8
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam pembahasan, penulis mencoba menyusun
penelitian ini secara sistematis. Pembahasan penelitian terdiri dari 5 bab,
masing-masing bab terdiri dari sub bab dengan sistematika sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan, yang menerangkan tentang bentuk dan penelitian,
dimulai dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan.
2. Bab II Kajian Pustaka dan Landasan Teori, bab ini membahas mengenai
kajian pustaka tentang penelitian terdahulu dan landasan teori mengenai
metode dakwah, IKADI (Ikatan Da’i Indonesia), pengertian
keberagamaan masyarakat, serta upaya IKADI (Ikatan Da’i Indonesia)
dalam berdakwah.
3. Bab III Metode Penelitian, bab ini menjelaskan mengenai jenis penelitian
dan pendekatan, lokasi penelitian, fokus penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik validitas data.
4. Bab IV Hasil dan Pembahasan, bab ini mencakup tentang hasil penelitian
dan pembahasan penelitian mengenai Peran IKADI (Ikatan Da’i
Indonesia) Cabang Kaliangkrik Dalam Peningkatan Kualitas
Keberagamaan Masyarakat Kaliangkrik, Magelang Tahun 2017.
5. Bab V Penutup, bab ini di dalamnya berisikan kesimpulan serta saran-
saran.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Peneliti telah melakukan penelusuran dan kajian dari berbagai
sumber atau referensi yang memiliki kesamaan topik atau relevansi
terhadap penelitian ini. Berikut di bawah ini adalah karya tulis ilmiah yang
relevan dengan penelitian ini:
Pertama, skripsi dari Ismail mahasiswa Fakultas Tarbiyah Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga tahun 2010 yang berjudul
Metode Dakwah Bagi Masyarakat Pedesaan (Studi Kasus di Desa Candi
Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali). Skripsi ini berisi tentang
bagaimana metode dakwah yang digunakan di pedesaan oleh tokoh agama
dan juga tokoh masyarakat, serta membahas mengenai kehidupan sosial
masyarakat yang terjalin dengan erat namun kesadaran individual anggota
masyarakat dalam menjalankan ibadah masih sangat kurang. Perbedaan
penelitian ini terletak pada fokus penelitian, dimana peneliti mengambil isi
tentang peningkatan kualitas keberagamaan masyarakat. Sedangkan
persamaan dari penelitian ini yaitu pada metode dakwah yang digunakan
pada masyarakat.
Kedua, skripsi dari Ahmad Soleh mahasiswa dari Fakultas Dakwah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang tahun 2012
yang berjudul Metode Dakwah di Kalangan Remaja Perkotaan (Studi
Kasus Aktifitas Dakwah Forum Komunikasi Remaja “ROMANSA” di
10
Kel. Tambakaji Ngaliyan Semarang). Perbedaan dari penelitian ini terletak
pada fokus keberlangsungan dakwah yang dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan agama di wilayah perkotaan, selain itu metode yang
digunakan lebih menonjol kepada dakwah masa kini. Sedangkan peneliti
berfokus pada peningkatan kualitas keberagamaan di wilayah pedesaan.
Persamaan dari penelitian ini yaitu menggunakan sebuah organisasi dalam
melaksanakan dakwah.
Ketiga, skripsi dari Lilik Malihah mahasiswa Fakultas Dakwah
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang tahun 2014
yang berjudul Metode Dakwah KH. Munif Muhammad Zuhri dalam
Meningkatkan Keberagamaan di Lingkungan Masyarakat Girikusumo
Mranggen Demak. Perbedaan penelitian ini bahwa peneliti menggunakan
dakwah yang diterapkan oleh sebuah organisasi IKADI, sedangkan dalam
skripsi Lilik Malihah adalah dakwah yang digunakan oleh seorang tokoh
agama yaitu KH. Munif Muhammad Zuhri. Persamaan dari penelitian ini
yaitu berfokus pada peningkatan keberagamaan suatu masyarakat.
Keempat, skripsi dari Asep Saeful Millah mahasiswa Fakultas
Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto tahun 2016 yang
berjudul Metode Dakwah Pesantren Mahasiswa An Najah Desa Kutasari
Kecamatan Baturraden. Perbedaan penelitian ini bahwa peneliti
menggunakan organisasi dakwah sebagai objek penelitian, sedangkan
dalam penelitian skripsi milik Asep Saeful Millah menggunakan objek
penelitiannya berupa pondok pesantren. Persamaan dalam penelitian ini
11
berfokus tentang dakwah yang digunakan pada masing-masing objek
penelitian.
Kelima, skripsi dari Miss Patimoh Yeemayor mahasiswa Fakultas
Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
tahun 2015 yang berjudul Strategi Dakwah Dalam Meningkatkan
Pemahaman Agama Anak Muda (Studi Kasus di Majelis Agama Islam
Wilayah Pattani, Thailand). Perbedaannya terletak pada fokus penelitian
tentang strategi dakwah, meskipun terdapat pembahasan mengenai metode
dakwah didalamnya akan tetapi penelitian dari Miss Patimoh Yeemayor
ini tetap terfokus pada strategi dakwahnya serta objek yang dituju adalah
para remaja dan anak muda. Sedangkan untuk persamaannya terletak pada
pembahasan tentang peningkatan keagamaan.
Beberapa penelitian diatas memiliki perbedaan dan persamaan
dengan penelitian ini. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu
yang telah disebutkan di atas terletak pada fokus penelitian, objek
penelitian, waktu penelitian, dan lokasi penelitian. Sedangkan
persamaannya terletak pada penelitian tentang metode dakwah,
penggunaan organisasi dalam berdakwah (akan tetapi organisasi yang
digunakan tidak sama), dan pembahasan tentang keagamaan. Untuk
penelitian ini lebih berfokus pada dakwah yang digunakan oleh organisasi
Islam yaitu IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) dalam peningkatan kualitas
keberagamaan serta lokasi dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian
sebelumnya, yaitu di daerah Kaliangkrik, Magelang.
12
B. Landasan Teori
1. Dakwah
Dakwah secara bahasa berasal dari bahasa Arab yang
mempunyai arti: panggilan, ajakan, dan seruaan. Sedangkan dalam ilmu
tata bahasa Arab, kata dakwah adalah bentuk dari isim masdar yang
berasal dari kata kerja da’a-yad’u-da’watan artinya menyeru,
memanggil, mengajak (Abdul, 2007:29).
Selanjutnya dakwah memiliki makna sebagai suatu proses
penyampaian atas pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan
dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan tersebut, sedangkan
orang yang melakukan ajakan tersebut dikenal dengan sebutan da’i
yang artinya orang yang menyeru (Amin, 2013:2).
Secara istilah definisi tentang dakwah telah banyak dipaparkan
oleh para ahli. Meskipun susunan redaksinya berbeda-beda, akan tetapi
memiliki makna yang sama, seperti yang dikutip oleh Budiharjo
(2007:1-2), beberapa definisi tentang dakwah yang dikemukakan oleh
para ahli, sebagai berikut:
a. Menurut Abduh, dakwah sama dengan islah, yaitu memperbaiki
keadaan kaum muslimin dan memberi petunjuk kepada orang-orang
kafir agar mau memeluk Islam.
b. Menurut Ali Mahfudz, dakwah ialah mendorong manusia melakukan
kebajikan dan memberi petunjuk, menyuruh mereka berbuat yang
13
makruf dan melarang yang munkar agar mereka mendapat
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
c. Menurut Abu Bakar Zarkasyi, dakwah ialah usaha para ulama dan
orang-orang yang memiliki ilmu dalam masalah agama dengan
memberi pengajaran kepada masyarakat pada hal ihwal yang dapat
menyadarkan mereka terhadap urusan keagamaannya dan
keduniaannya sesuai kemampuan yang dimilikinya.
d. Menurut Bahi al-Khulli, dakwah ialah memindahkan suatu situasi
manusia kepada situasi lebih baik..
Untuk mempermudah berjalannya dakwah, maka perlu adanya
unsur-unsur yang membantunya antara lain:
a. Da’i (subjek dakwah)
Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik secara
lisan maupun tulisan ataupun perbuatan dan baik secara individu,
kelompok atau bentuk organisasi atau lembaga (Ilaihi, 2010:19).
Da’i adalah orang yang melakukan dakwah atau dapat
diartikan sebagai orang yang menyampaikan pesan dakwah kepada
orang lain (mad’u) (Saputra, 2012:261).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa da’i
merupakan pelaksana dakwah atau orang yang menyampaikan ajaran
agama dan mengajak kepada kebaikan dengan cara yang baik agar
pesan dakwah atau ajaran agama dapat tersampaikan kepada orang
lain (mad’u). Seorang da’i harus dapat memahami ajaran agama
14
yang bersumber pada al-qur’an dan hadist, selain itu da’i harus dapat
memahami bagaimana keadaan para mad’unya baik dari segi sosial,
budaya, perekonomian, dan lain sebagainya.
Seorang da’i harus mampu menjiwai dan menjadikannya
sebagai pedoman dalam hidupnya agar dapat dijadikan alat
pengontrol bagi perbuatan-perbuatannya, pemikiran dan sikap
mentalnya, sehingga mad’u diharapkan mendapat petunjuk untuk
mendekatkan diri kepada Allah yaitu dengan ibadah (Hayati,
2017:176).
b. Mad’u (Objek dakwah)
Mad’u adalah manusia yang menjadi mitra dakwah atau
menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik secara
individu, kelompok, baik yang beragama Islam maupun tidak,
dengan kata lain manusia secara keseluruhan (Ilaihi, 2010:19-20).
Mad’u adalah orang atau kelompok yang lebih dikenal
dengan sebutan jamaah yang sedang menuntut ajaran agama dari
seorang da’i, baik mad’u tersebut merupakan orang dekat atau jauh,
muslim atau non muslim, laki-laki atau perempuan (Saputra,
2012:279).
Beberapa pengertian tentang mad’u diatas dapat disimpulkan
bahwa mad’u merupakan seorang atau sekelompok orang yang
menjadi penerima pesan dakwah dari da’i. Sasaran dakwah atau
mad’u meliputi masyarakat secara umum, baik laki-laki ataupun
15
perempuan, dilihat dari segi umur baik anak-anak hingga tua,
golongan masyarakat perkotaan atau pedesaan, golongan masyarakat
yang dilihat dari tingkat sosial ekonomi (kaya, menengah, miskin),
golongan masyarakat dari segi profesi (pegawai negeri, pedagang,
petani, buruh, dan lain sebagainya).
c. Materi dakwah
Materi dakwah adalah ajaran-ajaran Islam sebagaimana
terkandung dalam al-qur’an dan hadist, atau mencakup pendapat
para ulama atau lebih luas dari itu (Aripudin, 2011:7).
Menurut Wahyu Ilaihi (2010:20) menjelaskan tentang materi
atau pesan dakwah itu adalah ajaran Islam yang secara umum
dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1) Pesan Akidah, meliputi iman kepada Allah Swt, iman kepada
Malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitabNya, iman kepada
RasulNya, iman kepada hari akhir, iman kepada qadha-qadhar.
2) Pesan Syariah, meliputu ibadah thaharah (bersuci), shalat, zakat,
puasa, dan haji, serta muamalah.
3) Pesan Akhlak, meliputi akhlak terhadap Allah Swt, akhlak
terhadap makhluk hidup.
Materi dakwah yaitu isi dakwah yang akan disampaikan da’i
untuk mad’unya. Sebelum berdakwah, seorang da’i harus
mengetahui latar belakang dari mad’unya agar materi yang akan
disampaikan sesuai dengan keadaan dan dapat di mengerti oleh
16
mad’u. Materi yang disampaikan berupa ajakan dan seruan untuk
taqwa kepada Allah Swt serta berlandaskan pada al-qur’an dan
hadist.
d. Media Dakwah
Media dakwah merupakan alat-alat yang dipakai untuk
menyampaikan ajaran Islam. Menurut Hamzah Ya’qub yang dikutip
oleh Wahyu Ilaihi (2010:20-21) media dakwah dibagi menjadi lima,
yaitu:
1) Lisan, merupakan media dakwah yang paling sederhana hanya
dengan menggunakan suara. Media ini dapat berbentuk ceramah,
khutbah, penyuluhan, dan lain sebagainya.
2) Tulisan, media dakwah ini meliputi majalah, surat kabar,
spanduk, dan lain sebagainya.
3) Lukisan, gambar, karikatur, dan lain sebagainya.
4) Audio visual, merupakan alat atau media dakwah yang dapat
merangsang indera pendengaran atau penglihatan, dapat
berbentuk televisi, internet, dan lain sebagainya.
5) Akhlak, merupakan perbuatan-perbuatan nyata yang
mencerminkan ajaran Islam, yang dapat dinikmati dan
didengarkan oleh mad’u.
Agar mempermudah penyampaian pesan dakwah maka perlu
adanya media dakwah. Banyak media atau alat yang dapat
digunakan oleh da’i seperti yang telah disebutkan diatas. Pada masa
17
modern seperti saat ini, media massa menjadi media atau alat
dakwah yang banyak digunakan, karena banyak masyarakat baik tua
ataupun muda pasti menggunakan media massa. Dakwah melalui
media massa lebih mudah diterima masyarakat khususnya para
remaja.
e. Metode Dakwah
Metode dakwah merupakan cara-cara yang dipergunakan da’i
untuk menyampaikan pesan dakwah atau serentetan kegiatan untuk
mencapai tujuan dakwah (Ilaihi, 2010:21).
Metode dakwah sendiri telah ada pedomannya di dalam al-
qur’an yaitu surat An-Nahl ayat 125, dimana telah dijelaskan
didalamnya metode-metode yang dapat digunakan untuk berdakwah.
Terdapat tiga metode yang telah disebutkan dalam ayat tersebut
yaitu:
1) Dakwah bil Hikmah
Kata hikmah berasal dari bentuk masdar hukuman yang
diartikan mencegah, apabila dikaitkan dengan dakwah maka
berarti menghindari hal-hal yang kurang relevan dalam
melaksanakan tugas dakwah (Saputra, 2011:244).
Menurut Toha Yahya Umar, hikmah berarti meletakkan
sesuatu pada tempatnya dengan berfikir, berusaha menyusun dan
mengatur dengan cara yang sesuai keadaan zaman dengan tidak
bertentangan dengan larangan Tuhan (Munir, 2009: 9).
18
Ibnu Qoyim mendefinisikan hikmah yaitu pengetahuan
tentang kebenaran dan pengalamannya, ketepatan dalam
perkataan dan pengalamannya, hal tersebut tidak dapat dicapai
kecuali dengan memahami al-qur’an, syari’at Islam, dan hakikat
iman (Saputra, 2012:246).
Dakwah dengan menggunakan cara hikmah adalah
memperhatikan dengan baik situasi dan kondisi sasaran dakwah,
karena mad’u yang akan dihadapi memiliki tingkat pendidikan,
strata sosial, serta latar belakang yang beragam. Oleh sebab itu,
para da’i harus mampu mengerti dan memahami para mad’unya.
Selain itu, materi dakwah yang dijelaskan tidak memberatkan
mad’u, karena ada kecenderungan mereka tidak berasal dari satu
tingkatan.
2) Dakwah Mau’idhah Hasanah
Secara bahasa mau’idhah hasanah terdiri dari dua kata
yaitu mau’idhah dan hasanah. Kata mau’idhah berasal dari bahasa
Arab yaitu wa’adha-ya’idhu-wa’dhan yang berarti nasihat,
bimbingan, pendidikan, dan peringatan. Sedangkan hasanah
merupakn kebaikan. Adapun secara istilah, menurut Abd. Hamid
al-Bilali mau’idhah hasanah merupakan salah satu manhaj
(metode) dalam dakwah untuk mengajak ke jalan Allah dengan
memberikan nasihat atau membimbing dengan lemah lembut agar
mereka mau berbuat baik (Munir, 2009:12-16).
19
Dakwah dengan menggunakan metode mau’idhah hasanah
dapat juga diartikan sebagai ungkapan yang didalamnya
mengandung unsur pendidikan, peringatan, kabar gembira,
pesan-pesan positif ataupun wasiat yang dapat menjadi pegangan
dalam kehidupan (Saputra, 2012-252).
3) Dakwah Al-Mujadalah
Mujadalah berasal dari kata jadala, apabila mendapat
tambahan alif sehingga menjadi jaadala memiliki arti berdebat,
sedangkan makna mujadalah itu sendiri adalah perdebatan.
Sedangkan secara istilah mujadalah merupakan upaya bertukar
pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis tanpa
adanya suasana yang mengharuskan adanya lahirnya permusuhan
di antara keduanya (Munir, 2009:19).
Metode dakwah mujadalah biasa disebut dengan metode
dakwah tanya jawab, yaitu metode yang dilakukan dengan
menggunakan tanya jawab untuk mengetahui sampai sejauh mana
ingatan atau pikiran seseorang dalam memahami atau menguasai
materi dakwah, disamping itu juga merangsang perhatian
penerima dakwah (Munsyi, 1978:31-32).
Metode tanya jawab ini merupakan metode yang efektif,
karena mad’u dapat mengajukan pertanyaan yang belum mereka
pahami serta dari sinilah akan timbul timbal balik antara da’i dan
mad’u, sehingga dakwah akan menjadi lebih lama. Selain itu
20
dengan metode ini bukan hanya da’i dan mad’u saja yang
melakukan tukar pikiran, akan tetapi mad’u dengan mad’u
lainnya juga dapat bertukar pikiran.
Dakwah dengan cara ini menuntut agar da’i mempunyai
kecakapan dalam tutur pikiran, sharing, debat dan diskusi. Debat
atau diskusi yang dilakukan adalah dengan kawan bukan lawan,
dan biasanya metode ini tepat bagi golongan menengah (Yahya,
2016:93).
Beberapa metode yang telah diuraikan diatas dapat
dijadikan sebagai acuan untuk berdakwah, bukan hanya metode
itu saja yang dapat digunakan melainkan terdapat metode-metode
yang lain lagi apabila metode tersebut kurang efektif digunakan
untuk menyebarkan ajaran Islam.
2. IKADI
a. Pengertian IKADI
IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) merupakan sebuah wadah
untuk berdakwah dan membentuk da’i yang profesional serta
memberikan kontribusi positif untuk umat (www.ikadi.or.id diakses
pada 10 April 2018). IKADI berdiri sendiri tanpa adanya campur
tangan ataupun berkaitan dengan lembaga Islam dan partai yang ada
di Indonesia, dengan kata lain IKADI berdiri secara independen.
IKADI tersebar diberbagai wilayah Indonesia, kepengurusannya
berada di pusat, wilayah, dan daerah.
21
b. Profil IKADI
IKADI merupakan organisasi kemasyarakatan yang bersifat
keislaman yang diwujudkan dalam bentuk ukhwah dan silaturahmi
dalam membina dan mengembangkan ta’aruf (saling mengenal),
ta’awun (saling menolong), dan tausiat (saling berwasiat) di jalan
kebenaran guna memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa serta
mengangkat harkat dan martabat umat manusia (www.ikadi.or.id
diakses pada 10 April 2018).
Visi IKADI adalah Menjadi Lembaga Profesi da'i yang
mampu mengoptimalkan potensi para da'i dalam menegakkan nilai-
nilai Islam sebagai rahmatan lil 'alamin.
Misi dari IKADI diantaranya:
1) Membangun pemahaman Islam berdasarkan al-quran dan sunnah
sesuai manhaj ulama salafush shaleh bagi segenap umat manusia.
2) Membangun sikap hidup berislam yang rahmatan lil'alamin.
3) Menyebarkan, mengamalkan dan membela nilai-nilai Islam.
4) Meningkatkan ukhwah Islamiyah antara ummat.
5) Meningkatkan kemampuan dan peran da’i dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
22
Struktur Pengurus Cabang Ikatan Da’i Indonesia (PC-IKADI)
Kaliangkrik
Ketua : H. Jumal
Wakil Ketua : Budi Susilo
Sekretaris : Agus Nur Muhammad
Bendahara : Nur Yasin
Seksi Dakwah : Pono
Seksi Kehumasan : Salam, Manaf
Pembantu Umum : Fuad, Safik, Yahno, Mansyur.
c. Dakwah IKADI
Kiprah dakwah yang dilakukan IKADI di Kaliangkrik sudah
lama dengan kurun waktu 10 tahun dari awal berdirinya, kini
semakin luas dakwah yang dilakukannya. Dakwah yang dilakukan
IKADI bukan hanya dakwah secara lisan saja, melainkan dakwah
melalui tulisan juga. Dakwah yang menggunakan media lisan seperti
pengajian yang dilakukan setiap sebulan sekali (Minggu Wage)
diikuti oleh masyarakat Kaliangkrik, kajian-kajian Islam seperti
liqo’, tatsqif. Sedangkan dakwah dengan media tulisan yaitu dengan
membuat buku-buku panduan keislaman, artikel keislaman, majalah
Islam, dan membuat buku panduan khutbah. Selain itu, melakukan
silaturahmi kepada saudara-saudara muslim lainnya yang
didalamnya terdapat unsur dakwah.
23
3. Keberagamaan Masyarakat
a. Pengertian Keberagamaan
Kata agama secara bahasa berasal dari bahasa Sansekerta
yang menunjuk kepada sistem kepercayaan dalam Hinduisme dan
Buddaisme di India. Agama terdiri dari kata a yang berarti tidak, dan
kata gama yang memiliki arti kacau, dengan demikian agama berarti
aturan atau tatanan untuk mencegah kekacauan dalam kehidupan
manusia (Naim, 2014:3).
Menurut Harun Nasution yang dikutip oleh Jalaluddin
(2012:13) agama adalah pengakuan terhadap adanya hubungan
manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi. Selanjutnya
Harun Nasution merumuskan ada empat unsur yang terdapat dalam
agama, yaitu:
1) Kekuatan gaib, yang diyakini berada diatas kekuatan manusia.
2) Keyakinan terhadap kekuatan gaib sebagai penentu nasib baik dan
nasib buruk manusia.
3) Respons yang bersifat emosionil dari manusia.
4) Paham akan adanya yang kudus dan suci.
Agama memiliki fungsi yang penting bagi kehidupan
manusia dalam bermasyarakat. Fungsi agama dalam kehidupan di
masyarakat tersebut antara lain:
1) Berfungsi edukatif, yaitu ajaran agama yang dianut memberikan
ajaran-ajaran yang harus dipatuhi. Disini ajaran agama
24
mempunyai dua unsur menyuruh dan melarang yang mengarah
pada bimbingan untuk penganutnya agar menjadi pribadi yang
baik dan terbiasa dengan hal yang baik menurut ajaran agama
masing-masing.
2) Berfungsi penyelamat, keselamatan yang diberikan oleh agama
kepada penganutnya adalah keselamatan dunia dan akhirat
dengan cara pengenalan kepada keimanan kepada Tuhan.
3) Berfungsi sebagai perdamaian, melalui agama seseorang yang
berdosa atau bersalah dapat mencapai kedamaian batin dengan
cara menebus dosanya melalui bertaubat, penebusan dosa, atau
pensucian, seperti apa yang telah agama ajarkan.
4) Berfungsi sebagai social control, ajaran agama dianggap sebagai
norma, dan nilai-nilai yang bisa menjadi aturan dan pengawas
dalam melaksanakan kehidupan bermasyarakat oleh para
penganutnya.
5) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas, para penganut agama
akan merasa memiliki kesamaan dan kesatuan dalam keimanan
(kepercayaan). Rasa kesamaan dan kesatuan ini akan membina
rasa solidaritas dalam masyarakat, bahkan dapat membina rasa
persaudaraan yang kokoh.
6) Berfungsi transformatif, ajaran agama dapat mengubah kehidupan
pribadi seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai
dengan ajaran agama yang dianutnya.
25
7) Berfungsi kreatif, ajaran agama dapat mendorong dan mengajak
para penganutnya untuk bekerja produktif ukan hanya untuk diri
sendiri melainkan untuk kepentingan orang lain juga. Selain itu
dituntut untuk dapat membuat inovasi dan penemuan baru.
8) Bersifat sublimatif, segala usaha manusia selama tidak
bertentangan dengan norma agama, dilakukan dengan niat yang
lurus, dan hanya untuk Allah Swt merupakan ibadah (Jalaluddin,
2012:325-327).
b. Pengertian Masyarakat
Masyarakat dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah
society berasal dari kata socious yang berarti kawan. Sedangkan
dalam bahasa Arab berasal dari kata syaraka yang berarti ikut serta,
berpartisipasi (Koentjaraningrat, 1981:144).
Norma-norma dan aturan perilaku dalam keidupan sosial
pada hakikatnya adalah bersifat kemasyarakatan, sehingga
masyarakat dapat disebut dengan sekumpulan individu yang
memiliki kesatuan sosial. Individu dilahirkan dalam suatu
masyarakat dan disosialisasikan untuk menerima aturan dan norma
yang ada dari masyarakat sebelumnya (Muhadi, 2014:159).
Masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat
kontinu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Masyarakat
memiliki unsur-unsur, yaitu:
26
1) Interaksi antar warga.
2) Memiliki suatu ikatan khusus.
3) Memiliki adat-istiadat, norma, hukum, dan aturan yang mengatur
seluruh pola tingkah laku.
4) Memiliki pola tingkah laku khas yang bersifat mantap dan
kontinu.
5) Memiliki rasa identitas kuat sebagai kesatuan (Koentjaraningrat,
1981:146-147).
Masyarakat dalam hal ini merupakan sekelompok orang yang
hidup bersama dengan saling berinteraksi satu sama lain, masyarakat
hidup dengan saling tolong menolong, dan membutuhkan orang lain
untuk mencapai suatu tujuan.
Beberapa definisi yang dipaparkan di atas, dapat diambil
pengertian bahwa yang dimaksud dengan keberagamaan masyarakat
adalah sebuah aturan yang telah tertanam dalam diri seorang dan
sekelompok manusia yang hidup bersama dan saling interaksi di
suatu daerah yang kemudian menerapkan aturan-aturan agama pada
keseharian mereka yang berdasarkan ajaran agama.
Keberagamaan masyarakat mempunyai pengaruh penting
untuk berjalannya dakwah, dimana seorang da’i harus terlebih
dahulu mengetahui latar belakang dan kondisi kehidupan mad’unya.
Penyampaian pesan dakwah akan mudah diterima pada diri mad’u
apabila da’i mengetahui bagaimana kondisi dari mad’unya.
27
4. Upaya IKADI dalam Peningkatan Kualitas Keberagamaan
Masyarakat.
Melihat kondisi masyarakat di daerah Kaliangkrik, Magelang
yang sudah cukup baik dalam kondisi sosial maupun keagamaan,
membuat IKADI daerah Kaliangkrik sedikit terbantu dalam
penyampaian dakwahnya. Selain itu, masih terdapat sebagian
masyarakat yang percaya dengan tradisi kejawen, dimana mereka
masih menggunakan sesajen yang diperuntukkan kepada roh leluhur
mereka pada sebuah acara seperti nyadra, suran, dan lain sebagainya.
Hal tersebut tidak begitu saja menghentikan kiprah IKADI dalam
berdakwah, IKADI terus memberikan dakwah dan pemahaman tentang
ajaran agama kepada masyarakat agar senantiasa berada pada ajaran
yang benar sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist.
Dakwah yang dilakukan IKADI dalam meningkatkan kualitas
keberagamaan masyarakat Kaliangkrik, Magelang yaitu dengan
menggunakan dakwah bi lisan atau berdakwah melalui lisan. Dakwah
bi lisan yang dilakukan IKADI Kaliangkrik adalah dengan
penyelenggaraan pengajian setiap bulan yang dilaksanakan setiap hari
Ahad Wage, atau masyarakat Kaliangkrik lebih mengenalnya dengan
sebutan pengajian Ahad Wage. Pengajian tersebut dilaksanakan untuk
menyampaikan pesan dakwah dan menambah pemahaman tentang
ajaran Islam kepada masyarakat (mad’u). Selain itu untuk mempererat
tali silaturahmi antar masyarakat di Kaliangkrik. Kemudian IKADI
28
Kaliangkrik juga menyelenggarakan kajian-kajian Islami seperti liqo’
dan tatsqif, yang diadakan setiap minggu. Kajian tersebut bersifat
umum, jadi siapa saja boleh mengikuti kajian tersebut.
Dakwah IKADI bukan hanya sebatas kajian-kajian Islam, akan
tetapi juga melalui perbuatan kebaikan yaitu menyelenggarakan
santunan kepada anak yatim, kaum dhuafa, dan kepada masyarakat
yang kurang mampu. IKADI mengajak masyarakat untuk selalu
mengingat orang lain yang membutuhkan, oleh karena itu IKADI
mengajak masyarakat untuk bersedekah.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan penelitian ynag
mengungkap suatu situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan
kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik
pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi
yang alamiah (Satori, 2017:25).
Pendekatan dari penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud untuk membuat deskripsi atau
gambaran mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian (Suryabrata,
2009:76). Penelitian ini dapat diartikan sebagai suatu prosedur untuk
memecahkan masalah dengan cara mendeskripsikan atau memberikan
gambaran suatu objek penelitian serta memberikan fakta dan data yang
ada.
Penelitian ini terfokus pada metode dakwah IKADI (Ikatan Da’i
Indonesia) di Kaliangkrik Magelang. Terdapat beberapa metode dakwah
yang digunakan IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) dalam meningkatkan
kualitas keberagamaan di masyarakat. Jadi hasil dari penelitian ini berupa
deskripsi atau gambaran metode dakwah Islam yang dilakukan oleh
IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) di masyarakat Kaliangkrik, Magelang.
30
B. Lokasi Penelitian
Lokasi dari penelitian yaitu di kantor IKADI (Ikatan Da’i Indonesia)
cabang Kaliangkrik yang terletak di Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah.
C. Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada peran IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) dalam
menyampaikan dan menyiarkan dakwah Islam khususnya untuk
peningkatan kualitas keberagamaan umat yang berada di daerah
Kaliangkrik, Magelang.
D. Sumber Data
1. Data primer
Data primer adalah data yang dihimpun secara langsung dari
sumbernya dan diolah sendiri untuk dimanfaatkan (Ruslan, 2010:138).
Sumber data primer dari penelitian ini berupa wawancara dan
observasi. Wawancara dilakukan kepada ketua IKADI (Ikatan Da’i
Indonesia) cabang Kaliangkrik Magelang, anggota IKADI (Ikatan Da’i
Indonesia) cabang Kaliangkrik Magelang. Selain wawancara, data
primer juga diperoleh dari observasi terhadap beberapa kegiatan yang
dilakukan IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) di masyarakat Kaliangkrik
Magelang.
2. Data sekunder
31
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara
tidak langsung melalui media perantara, berbentuk catatan atau laporan
data dokumentasi oleh lembaga tertentu yang dipubliksikan (Ruslan,
2010:138).
Adapun sumber data sekunder yang peneliti gunakan adalah
buku-buku, internet, dan bahan-bahan kepustakaan lain yang ada
relevansinya dengan penelitian ini.
E. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data
diantaranya:
1. Observasi
Observasi merupakan pengamatan terhadap suatu objek yang
diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh
data yang harus dikumpulkan dalam penelitian (Satori, 2017:105).
Penelitian ini dilakukan dengan mengamati bagaimana metode
dakwah yang dilakukan IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) di Kaliangkrik
Magelang kemudian mencatatnya. Penelitian ini berfokus pada peran
IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik dalam peningkatan
kualitas keberagamaan di masyarakat Kaliangkrik Magelang.
2. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data untuk
mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui
percakapan atau tanya jawab (Satori, 2017:130).
32
Wawancara dilakukan dengan pengurus IKADI (Ikatan Da’i
Indonesia) cabang Kaliangkrik yang bersangkutan sebagai pendukung
pengambilan data agar lebih akurat.
3. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang memiliki arti
catatan peristiwa yang sudah berlalu, dapat berbentuk tulisan, gambar,
atau karya-karya (Sugiyono, 2015:240).
Dokumentasi dalam penelitian ini berupa dokumen yang telah
diarsipkan seperti dokumen tentang profil IKADI (Ikatan Da’i
Indonesia), dokumen tentang kegiatan yang telah dilakukan IKADI
(Ikatan Da’i Indonesia) di Kaliangkrik, serta foto-foto lain yang
bersangkutan dengan penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data yaitu proses mengatur urutan data yang telah
diperoleh dari observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk
menghasilkan data yang runtut dan jelas. Analisis data dilakukan melalui
tiga tahap, yaitu:
1. Reduksi data yaitu memilah-milah hal pokok dan memfokuskan pada
data yang sesuai dengan penelitian. Data yang didapat dari observasi,
wawancara, dan dokumentasi selanjutnya direduksi data dengan
memilah serta memfokuskan sesuai dengan penelitian.
2. Penyajian data yaitu menyajikan data yang telah didapatkan dengan
cara memahami dan menguraikan data sesuai fokus penelitian.
33
3. Penarikan kesimpulan, setelah data direduksi dan diuraikan maka
langkah selanjutnya yaitu menarik kesimpulan dari data yang telah ada.
Penarikan kesimpulan ini menjawab dari beberapa rumusan masalah
yang diambil serta mendeskripsikan secara singkat gambaran dari
penelitian tersebut.
G. Teknik Validitas Data
Suatu penelitian dapat dikatakan valid hasilnya apabila
menggunakan uji validitas data. Validitas merupakan derajat ketetapan
antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat
dilaporkan oleh peneliti (Sugiyono, 2015:267). Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa data yang valid adalah data yang sama antara yang
dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada
objek penelitian.
Untuk mendapatkan data yang valid maka dalam penelitian ini
menggunakan teknik uji kredibilitas atau keterpercayaan yang dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1. Perpanjang Pengamatan
Peneliti mengecek kembali data dan informasi yang telah didapatkan
dari sumber penelitian di lapangan. Teknik ini dilakukan untuk
memastikan data dan informasi sudah benar atau belum. Apabila data
dan informasi yang telah diperoleh setelah melakukan pengecekan
kembali ke lapangan sudah benar maka perpanjang pengamatan dapat
diakhiri.
34
2. Meningkatkan Ketekunan dalam Penelitian
Teknik ini dilakukan untuk memperdalam penelitian dan memeriksa
dengan cermat tentang data yang telah didapatkan. Untuk lebih
meningkatkan ketekunan dalam penelitian dapat diimbangi dengan
cara memperbanyak bacaan seperti referensi buku maupun
dokumentasi-dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian ini.
3. Triangulasi
Pengecekan data dapat dilakukan dengan menggunakan triangulasi
sumber, apabila dari sumber tersebut telah menghasilkan data yang
sesuai maka triangulasi sumber berhasil. Selanjutnya pengecekan data
dengan triangulasi teknik, data yang telah didapatkan dari beberapa
teknik pengambilan data seperti wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Apabila ketiga teknik tersebut menghasilkan data yang
sama, maka triangulasi teknik ini dinyatakan benar dan berhasil.
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Subjek Penelitian
a. Sejarah Berdirinya IKADI (Ikatan Da’i Indonesia)
Problematika dakwah yang disertai dengan perkembangan
zaman semakin pesat membutuhkan respon serius dari semua
pihak, begitu pula untuk yang berdiri di paling depan atau yang
menyampaikan pesan dakwah yaitu da’i. Hal tersebut
membutuhkan sebuah wadah untuk para da’i yang bertugas
memberikan arahan pada umat. Wadah tersebut dibuat untuk
melahirkan da’i yang profesional, bermoral, misionir dan visionir
dalam merancang langkah-langkah atau rencana dakwah di masa
depan dengan berdasarkan pada al-qur’an dan hadist. Dengan
demikian diharapkan lahir Islam yang memberikan makna
rahmatan li al amin dalam dunia nyata, memberikan pembelaan
terhadap nilai-nilai kebenaran, dan memiliki kepekaan yang tinggi
terhadap nilai-nilai Islam yang universal.
Dakwah dalam menghadapi tantangan globalisasi seperti
saat ini perlu adanya langkah-langkah yang terencana, sistematis,
dan seimbang. Semua langkah ini diharapkan dapat menjawab dan
menghadapi tantangan berdakwah pada masa globalisasi saat ini,
serta dapat memberikan pandangan kepada umat bahwa Islam
36
sebagai pemberi solusi yang baik terhadap semua persoalan umat
dan kemanusiaan. Wadah dakwah ini bertujuan untuk memberikan
pencerahan agar kaum muslimin tidak keluar dari jalan yang benar.
Obsesi untuk memberikan kontribusi yang positif dan
memberdayakan potensi umat inilah yang mendorong berdirinya
wadah untuk para da’i. Wadah tersebut diberi nama IKADI (Ikatan
Da’i Indonesia) yang berdiri di Jakarta tanggal 12 Juli 2002.
IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) memiliki kepengurusan
diberbagai wilayah Indonesia, hingga kepengurusan cabang di
berbagai daerah. Penelitian ini mengambil IKADI (Ikatan Da’i
Indonesia) cabang dari daerah Magelang yaitu IKADI cabang
Kaliangkrik. Latar belakang terbentuknya IKADI (Ikatan Da’i
Indonesia) di Kaliangkrik ini tidak jauh berbeda dengan sejarah
berdirinya IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) pusat. Berawal dari
betapa pentingnya wadah bagi orang-orang yang ingin berdakwah
menyampaikan ajaran Islam (da’i), akan tetapi tidak bergantung
pada salah satu organisasi Islam atau partai politik yang sudah ada.
Terbentuk dari sekelompok kajian Islam yang mencetuskan usulan
untuk mengadakan kajian Islam atau pengajian secara besar yaitu
mencakup orang-orang satu kecamatan Kaliangkrik. IKADI
(Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik terbentuk pada tahun
2008.
37
b. Visi dan Misi IKADI (Ikatan Da’i Indonesia)
Sebuah organisasi pasti memiliki visi dan misi untuk
mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Begitu pula dengan
IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) yang memiliki visi dan misi, antara
lain:
VISI
Menjadi lembaga profesi da'i yang mampu mengoptimalkan
potensi para da'i dalam menegakkan nilai-nilai Islam sebagai
rahmatan lil 'alamin.
MISI
1) Membangun pemahaman Islam berdasarkan al-quran dan
sunnah sesuai manhaj ulama salafush shaleh bagi segenap
umat manusia.
2) Membangun sikap hidup berislam yang rahmatan li al alamin.
3) Menyebarkan, mengamalkan dan membela nilai-nilai Islam.
4) Meningkatkan Ukhwah Islamiyah antara ummat.
5) Meningkatkan kemampuan dan peran da’i dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
38
c. Struktur Kepengurusan IKADI
Struktur Pengurus Cabang Ikatan Da’i Indonesia
(PC-IKADI) Kaliangkrik
Gambar2. Struktur Kepengurusan IKADI Cabang Kaliangkrik
KETUA
H. Jumal
BENDAHARA
Nur Yasin
SEKRETARIS
Agus Nur Muhamad
WAKIL KETUA
Budi Susilo
PEMBANTU UMUM
-Fuad -Yahno
-Safik -Mansyur
DEVISI HUMAS
-Salam
-Manaf
DEVISI DAKWAH
Pono
PEMBINA
Budi Oeryanto
39
d. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) Kaliangkrik merupakan
cabang dari daerah Magelang yang telah berdiri sejak 10 tahun
yang lalu. Kaliangkrik sendiri merupakan sebuah kecamatan yang
berada di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Luas
wilayah Kaliangkrik yaitu 57,34 km², dengan memiliki 20
kelurahan. Batas-batas wilayah Kaliangkrik, yaitu:
1) Sebelah utara : Gunung Sumbing
2) Sebelah selatan : Kecamatan Kajoran, Kecamatan Tempuran
3) Sebelah barat : Kecamatan Kajoran
4) Sebelah timur :Kecamatan Windusari dan Kecamatan
Bandongan
Karena letaknya yang berada di lereng gunung Sumbing,
membuat sebagian besar masyarakat Kaliangkrik bermata
pencaharian sebagai petani. Akan tetapi, tidak menutup
kemungkinan bagi masyarakat berprofesi selain sebagai petani, ada
yang berprofesi sebagai wiraswasta, Pegawai Negeri Sipil (PNS),
buruh, Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), dan lain
sebagainya. Selain itu, keadaan sosial di masyarakat masih terjaga
dengan baik, terbukti dengan adanya gotong royong yang masih
sering dilaksanakan oleh masyarakat.
Selain kondisi sosial dan ekonomi yang sudah terbilang
baik di masyarakat Kaliangkrik, kondisi keagamaannya juga sudah
40
baik meskipun masih ada segelintir orang yang belum secara
sempurna mengerjakan syariat Islam seperti yang telah diajarkan
oleh Rasulullah saw kepada umatnya. Sebagian masyarakat masih
ada yang percaya dengan tradisi kejawen, dalam beberapa acara
seperti merti desa dan nyadran mereka masih menggunakan
sesajen untuk dipersembahkan kepada arwah atau roh para leluhur.
Tidak mudah untuk menghilangkan tradisi yang bisa membawa ke
jalan syirik, karena hal tersebut telah melekat pada mereka yang
mana merupakan tradisi turun temurun dari nenek moyang. Perlu
adanya seseorang yang dapat meluruskan dan membenarkan dari
ajaran yang menyimpang ke ajaran yang lurus sesuai dengan
syariat Islam, oleh sebab itu IKADI terbentuk sebagai wadah para
da’i untuk menyebarkan ajaran agama Islam kepada masyarakat.
2. Temuan Penelitian
Penelitian ini terfokus pada bagaimana peran IKADI (Ikatan
Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik dalam peningkatan kualitas
keberagamaan di masyarakat Kaliangkrik, Magelang. Setelah
dilakukan penelitian di lokasi tersebut dengan menggunakan tiga
teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan
dokumentasi, maka telah didapatkan data sebagai berikut:
41
a. Kiprah IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) dalam Menyampaikan
Dakwah Islam
Latar belakang dari terbentuknya IKADI Kaliangkrik yaitu
ingin adanya sebuah wadah para da’i dalam mengajak dan
menyampaikan ajaran Islam tanpa mengikuti atau bergantung pada
lembaga-lembaga dan partai-partai yang sudah ada, seperti hasil
wawancara dari bapak H. Jumal pada tanggal 6 Juli 2018:
“Awal terbentuk jadi ee ingin ada wadah bagi orang-orang
yang mau berdakwah tapi yang tidak menggunakan
ataupun tidak dalam artian tidak mengikuti lembaga-
lembaga yang sudah ada, intinya ingin independen, ya
nanti semua orang yang ee berkemampuan untuk dakwah
itu bisa diakumuded disitu, jadi orang itu boleh dari
Muhammadiyah boleh dari NU dari manapun boleh, jadi
bekerja sama untuk berdakwah menjadi da’i”.
Banyak kegiatan yang telah dilakukan oleh IKADI selama
enam belas tahun lamanya dalam menyampaikan dakwah Islam
dan mengajak umat kepada jalan yang benar, serta sebagai wadah
terlahirnya para da’i yang dapat membawa perubahan kepada
kebaikan. Demikian juga yang dilakukan oleh IKADI cabang
Kaliangkrik, dalam kiprahnya selama sepuluh tahun berdiri telah
banyak kegiatan yang dilakukan seperti halnya pengajian rutin
setiap bulan, silaturahmi dengan saudara-saudara muslim lain
khususnya yang berada di daerah Kaliangkrik supaya tetap terjaga
tali persaudaraan.
“Kiprahnya ya setiap Ahad Wage itu mengundang orang-
orang masyarakat se-kecamatan Kaliangkrik begitu.
Pertama kali kiprah IKADI dimulai pada tahun 2008
42
hingga kini 2018, ya kurang lebih sudah 10 tahun. Ya kalau
ada anggota-anggota yang sakit kami menjenguknya
ngono”. (Wawancara Bapak Agus Nur Muhammad, 6 Juli
2018)
b. Metode Dakwah IKADI dalam Meningkatkan Kualitas
Keberagamaan di Masyarakat Kaliangkrik, Magelang.
Metode dakwah yang digunakan oleh IKADI Kaliangkrik
dalam menyiarkan ajaran Islam khususnya untuk meningkatkan
kualitas keberagamaan masyarakat yaitu melalui beberapa macam
teknik penyampaiannya, seperti yang dikatakan oleh Bapak Agus
Nur Muhammad dalam wawancara pada 6 Juli 2018:
“Mengajak orang untuk datang ke pengajian dan kajian.
Untuk peningkatannya ya itu kalau ada orang yang mampu
dalam artian bertekad untuk hijrah istilahnya ya kita ajak
untuk mengikuti juga Tatsqif dan kajian-kajian lainnya
setelah itu liqo’ apabila ada peningkatan yang bagus,
soalnya orang yang mengikuti liqo’ insyaAllah merupakan
orang yang baik dalam beribadah kepada Allah Swt.
Selanjunya yang umum melakukan syiar islam yang berupa
pengajian, terus silaturahmi, lalu lewat pendalaman-
pendalaman kajian Islam seperti itu”.
Adapun yang dituturkan oleh narasumber lainnya yaitu
Bapak Budi Susilo pada wawancara 9 Juli 2018 mengenai metode
dakwah yang digunakan IKADI di Kaliangkrik yaitu:
“metode yang kami gunakan sesuai dengan apa yang telah
ditetapkan dalam Al-Qur’an yaitu di surat an-nahl ayatnya
125 nggeh, yang didalamnya itu terdapat beberapa metode
yang dapat digunakan, yang pertama dakwah bil hikmah,
yang kedua dakwah bil mauidzah hasanah, dan yang ketiga
niku dakwah mujadalah. Untuk dakwah bil hikmah seperti
apabila dalam menyampaikan dakwah kita itu kan harus
tahu bagaimana kondisi dari orang-orang yang menerima
dakwah dari kita atau istilahnya mad’u gitu ya, dari sini
kita sebagai da’i nya harus dapat memahami kondisi mad’u
43
agar dalam penyampaian atau pemilihan meteri untuk
dakwah bisa disesuaikan ben gampang diterima oleh
mad’u. Selanjutnya kalau dakwah bil mauidzah hasanah itu
kita memberikan pelajaran-pelajaran yang baik dan
disesuaikan antara pelajaran yang kita berikan kepada
mad’u dengan perilaku kita, oleh sebab itu kita selalu
memberikan pembinaan untuk para da’i agar mereka siap
dalam melakukan tugas dakwah, untuk sementara ini da’i
yang kita bina atau ya kita belajar bersama-sama yaitu
masih sedikit ya, dari pengurus juga merangkap sebagai
da’i. Selanjutnya yang ketiga adalah dakwah mujadalah ya,
yaitu kita mengadakan kajian-kajian islami atau syiar Islam
yang berupa pengajian selapanan (bulanan), kajian liqo’,
tatsqif, selain itu kita juga melakukan silaturahmi kepada
saudara muslim untuk senantiasa menyambung ukhwah
islamiyah, ya kurang lebihnya seperti itu nggeh”.
Metode dakwah yang digunakan IKADI di Kaliangkrik
yang paling dominan yaitu berupa kajian-kajian Islami dan syiar
Islam. Adapun kajian Islami yang dilakukan yaitu berupa liqo’ dan
tatsqif yang dilakukan setiap minggu sekali, untuk syiar Islam yaitu
pengajian bulanan yang diadakan setiap bulan sekali tepatnya
setiap hari Ahad Wage. Hal tersebut yang dilakukan oleh IKADI
Kaliangkrik dalam melakukan dakwah selama enam tahun
terbentuk.
c. Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah IKADI dalam
Meningkatkan Kualitas Keberagamaan di Masyarakat
Kaliangkrik, Magelang
1) Faktor Pendukung
Dakwah IKADI Kaliangkrik didukung oleh tiga faktor
sebagaimana disampaikan oleh Bapak Agus Nur Muhamad
sebagai narasumber dalam penelitian ini dari hasil wawancara
44
pada 6 Juli 2018. Berikut merupakan penuturan dari Bapak
Agus Nur Muhamad:
“Faktor pendukungnya nomor satu yang jelas SDM
(Sumber Daya Manusia) pengurus. Pengurus itu yang
benar-benar serius ora wegah ngono. Yang kedua
vinansial (biaya). Yang ketiga Ustadz yang mengisi
pengajian itu kalau bis ayang tidak dipungut biaya
seperti itu”.
2) Faktor Penghambat
Selain faktor pendukung dalam berdakwah, terdapat
juga faktor penghambat dari berjalannya dakwah IKADI
Kaliangkrik dalam meningkatkan kualitas keagamaan pada
masyarakat. Adapun yang menjadi faktor penghambat dakwah
IKADI Kaliangkrik seperti yang dituturkan oleh Bapak Agus
Nur Muhamad sebagai narasumber dalam wawancara 6 Juli
2018, sebagai berikut:
“Faktor penghambatnya gini, kadang-kadang IKADI
itu disamakan dengan wahabi, sedangkan anggapan
masyarakat disinikan kalau wahabi itu orang yang
salah banget ya, terus masyarakat diluar sana yang
tidak mengetahui yang sebenarnya tentang IKADI
maka mereka menganggapnya seperti aliran wahabi
gitu. Yang nomer dua faktor penghambantnya ee
kadang-kadang itu bareng karo kegiatan-kegiatan
lainnya misalnya ada yang kerja bakti gitu. Ya
hambatannya kurang lebih hanya itu”.
45
B. Pembahasan Penelitian
1. Kiprah IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) dalam Menyampaikan
Dakwah Islam
Berdiri sejak tahun 2002 yang lalu, IKADI (Ikatan Da’i
Indonesia) telah berhasil membentuk wadah para da’i untuk
menyebarkan ajaran agama Islam serta mengajak umat kepada jalan
yang benar sesuai dengan ajaran dari Nabi Muhmmad saw dengan
bersumber pada al-qur’an dan hadist. IKADI tersebar di berbagai
wilayah Indonesia sehingga mempermudah dalam melahirkan seorang
da’i yang profesional dan lebih mudah untuk menyebarkan dakwah
Islam di seluruh wilayah, dari berbagai wilayah tersebut IKADI
memiliki kepengurusan di tingkat daerah, salah satunya berada di
daerah Magelang. IKADI Magelang merupakan salah satu cabang dari
IKADI wilayah Jawa Tengah yang berpusat di kota Magelang. IKADI
Magelang memiliki cabang di beberapa kecamatan, salah satunya
adalah IKADI cabang Kaliangkrik yang mana menjadi subjek dalam
penelitian ini.
IKADI cabang Kaliangkrik terbentuk pada tahun 2008, hingga
kini sudah sepuluh tahun berkiprah dalam berdakwah menyiarkan
ajaran-ajaran Islam serta banyak kegiatan yang dilakukan sekaligus
membina para kader da’i yang diharapkan dapat menjawab tantangan
dakwah pada era globalisasi seperti saat ini. Disamping itu, dapat
menjadikan para generasi muda saat ini untuk selalu menerapkan dan
46
melakukan kegiatan sehari-hari sesuai dengan ajaran agama Islam dan
selalu taat beribadah kepada Allah swt.
Banyak kegiatan yang telah dilakukan oleh IKADI Kaliangkrik
dalam berdakwah menyebarkan ajaran agama Islam terutama di
masyarakat Kaliangkrik, yaitu meliputi pengajian rutin yang
dilaksanakan setiap hari Ahad Wage, kajian-kajian Islam liqo’ dan
taysqif, santunan kepada anak yatim, serta melakukan silaturahmi
kepada saudara muslim lainnya.
2. Metode Dakwah IKADI dalam Meningkatkan Kualitas
Keberagamaan di Masyarakat Kaliangkrik, Magelang.
Penyampaian sebuah materi dalam berdakwah perlu adanya
metode yang harus digunakan, agar dapat tersampaikan materi
dakwah tersebut kepada para pendengarnya atau mad’u dan dapat
dengan mudah dipahami oleh mereka. Metode dakwah yang
digunakan sesuai dengan yang telah tercantum di dalam al-qur’an
yaitu surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk”. (QS. An-Nahl:125)
Metode dakwah yang digunakan IKADI Kaliangkrik juga
tidak terlepas dari apa yang telah dituliskan di al-qur’an ayat tersebut
serta sebagai rujukan dalam melakukan kegiatan dakwah
menyampaikan dan menyiarkan ajaran agama Islam secara
47
menyeluruh kepada masyarakat. Adapun metode dakwah yang
digunakan oleh IKADI Kaliangkrik dalam peningkatan kualitas
keberagamaan masyarakat seperti yang dituturkan oleh Bapak Budi
Susilo bahwa metode dakwah yang dilakukan IKADI Kaliangkrik ini
memang beragam dan sesuai dengan al-qur’an surat An-Nahl ayat 125
tersebut yang berupa pengajian, kajian-kajian islami, melakukan
santunan-santunan, serta menjaga silaturahmi dengan saudara sesama
muslim lainnya. Adapun penjelasan dari metode dakwah yang
digunakan oleh IKADI Kaliangkrik meliputi:
a. Metode Ceramah
Metode ceramah ini merupakan metode yang sering kali
digunakan dalam berdakwah, begitu pula dengan IKADI (Ikatan
Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik yang menggunakan metode
ceramah. Melalui metode ceramah ini, masyarakat Kaliangkrik
akan memperoleh wawasan keagamaan yang disampaikn langsung
oleh penceramah atau da’i. Metode ceramah yang digunakan ini
dalam bentuk pengajian yang dilaksanakan satu bulan sekali yaitu
pada hari Ahad Wage.
b. Metode Pembinaan Keislaman
Selain metode ceramah yang digunakan IKADI (Ikatan
Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik dalam berdakwah juga
menggunakan metode pembinaan tentang keislaman yaitu dengan
mengadakan kajian-kajian Islam dengan para kader dakwah dan
48
masyarakat umum bisa ikut serta dalam kajian tersebut. Kajian
Islam yang dilaksanakan merupakan pembinaan dakwah yang
memiliki tingkatan lebih tinggi daripada syiar Islam atau dalam hal
ini adalah pengajian Ahad Wage, karena seperti yang diungkapkan
oleh Bapak Agus Nur Muhamad bahwa orang-orang yang
mengikuti kajian Islam tersebut merupakan orang dengan potensi
bagus sehingga nantinya bisa dijadikan kader da’i serta pemberian
materi yang lebih mendalam lagi. Metode pembinaan keislaman
dilakukan dengan dua kajian islam yaitu liqo’ dan tatsqif.
c. Metode Bil Hal
Metode dakwah yang selanjutnya dengan metode dakwah
bil hal yaitu mengajak untuk mengamalkan ajaran agama Islam
dengan sebaik-baiknya yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan
manusia, seperti yang dikatakan oleh Bapak Pono. Melalui metode
bil hal ini, dapat membantu dan memakmurkan masyarakat yang
kurang mampu. Selain itu, dalam metode ini dapat juga dijadikan
sarana untuk bersedekah dan beramal membantu orang-orang yang
kurang mampu.
Setalah dipaparkan tentang metode dakwah yang digunakan
oleh IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik, maka
terdapat beberapa kegiatan dakwah IKADI (Ikatan Da’i Indonesia)
yang diterapkan di daerah Kaliangkrik, Magelang, antara lain:
49
a. Pengajian Ahad Wage
Pengajian Ahad Wage merupakan kegiatan dakwah yang
digunakan IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik
dengan menggunakan metode ceramah. Pengajian Ahad Wage ini
merupakan pengajian yang dilaksanakan secara ritun pada setiap
bulan dan telah berjalan dengan baik selama sepuluh tahun.
Pengajian ini termasuk salah satu ciri khas dari kegiatan dakwah
IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik.
Pengajian Ahad Wage ini bertujuan untuk menyampaikan
materi dakwah yang berisi tentang aqidah, akhlak, dan syariah
kepada masyarakat. Selain itu, pengajian ini bertujuan untuk tetap
menjaga ukhwah islamiyah antar umat muslim khususnya yang
berada di daerah Kaliangkrik serta sebagai sarana untuk
mempererat antar organisasi masyarakat, seperti yang dituturkan
oleh narasumber sebagai berikut:
“Kita butuh sarana untuk mempererat antar ee antar
golongan intinya. Jadi selama ini kan dulu Muhammadiyah
wajib Muhammadiyah gitu Nahdhotul Ulama wajib
Nahdhotul Ulama, nah sekarang yang datang ke IKADI itu
ada yang Muhammadiyah ada yang Nahdhotul Ulama ada
yang orang biasa, tokoh-tokoh masyarakat ada pak lurah
dan manten, jadi kita gabung disini. Jadi pengajiannya itu
umum dan mengajak pada perbaikan untuk islam dan untuk
ibadah diri”. (Wawancara H. Jumal pada 6 Juli 2018)
Pengajian Ahad Wage berlagsung pada pukul 09.00 WIB
hingga 12.00 WIB yang bertempat di halaman mushola An-Nur
Lempong, Kaliangkrik, Magelang. Masyarakat dari berbagai
50
wilayah di Kaliangkrik ikut serta dalam pengajian rutin setiap
bulan ini, kegiatan pengajian Ahad Wage tersebut dapat berjalan
lancar dengan adanya unsur-unsur pendukung yang
mempengaruhinya. Adapun unsur-unsur yang dimaksud antara
lain:
1) Pengurus
Peran dari pengurus sangat besar yaitu sebagai
penanggungjawab dalam pengajian Ahad Wage juga berperan
sebagai pengontrol segala kegiatan. Untuk menjadi seorang
pengurus harus memiliki rasa tanggungjawab yang besar,
mampu menjalankan tugas dengan baik, dan memiliki potensi
yang bagus dalam berorganisasi sehingga organisasi tersebut
tetap berdiri serta diharapkan menjadi lebih baik lagi. Seperti
perkataan yang dituturkan oleh Bapak Agus Nur Muhamad pada
wawancara 6 Juli 2018 yaitu:
“Yang penting pengurusnya itu aktif, pengurusnya tidak
bosan seperti itu cara mempertahankan. Ya memang
pengurusnya itu berkeinginan jangan sampai IKADI itu
berhenti to berarti pengurusnya itu jadi tenanan
misalnya malam kamis membuat undangan dan disebar
itu yang mengurus semuanya adalah pengurus, terus
menata tempatnya itu juga pengurus”.
Pengurus IKADI Kaliangkrik sudah memenuhi kriteria
yang ditetapkan, meskipun jumlah dari mereka masih terbilang
sedikit akan tetapi tidak meruntuhkan semangat mereka untuk
terus mempertahankan IKADI serta tidak menggoyahkan niat
51
mereka dalam berdakwah menyebarkan ajaran agama Islam
kepada masyarakat. Peran aktif seorang pengurus sangat
diperlukan mengingat tujuan dari berdirinya IKADI sebagai
wadah bagi para da’i dalam berdakwah, sehingga dapat terus
berkiprah dan melanjutkan dakwah Islam.
2) Panitia Kegiatan
Panitia kegiatan pengajian Ahad Wage disini berbeda
dengan pengurus, panitia kegiatan berperan sebagai petugas
dalam pengajian Ahad Wage tersebut. Beberapa orang sebagai
panitia kegiatan ada yang bertugas sebagai pembawa acara,
pembaca ayat suci al-qur’an, pemimpin dzikir bersama,
pengurus konsumsi, dan penataan tempat. Setiap pengajian
Ahad Wage panitia kegiatannya pasti berbeda-beda, hal tersebut
disebabkan oleh pembagian panitia kegiatan dari setiap desa
yang berada di Kaliangkrik secara bergilir.
Alasan dilakukan pembagian secara bergilir tersebut
sebagai pelatihan tanggungjawab dan bekerja sama dalam
melaksanakan kegiatan. Orang-orang yang diberi amanah
sebagai panitia kegiatan bukan hanya orang yang memiliki
jabatan tinggi saja, siapapun orangnya bisa menjadi panitia
kegiatan, seperti yang dituturkan oleh H. Jumal bahwa yang
menjadi panitia kegiatan pengajian Ahad Wage merupakan
masyarakat secara umum yang tidak memandang pangkat dan
52
derajat, asalkan mereka dapat bertanggungjawab dalam kegiatan
tersebut.
3) Da’i (orang yang menyampaikan dakwah)
Orang yang menyampaikan dakwah atau yang lebih
dikenal dengan sebutan da’i merupakan orang yang sangat
berpengaruh dalam melakukan dakwah, tanpa adanya da’i maka
dakwah tidak berjalan. Seorang da’i tidak harus sebagai kyai
ataupun ustadz sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak Agus
Nur Muhamad bahwa anggapan masyarakat selama ini tentang
da’i itu harus seorang kyai atau ustadz merupakan anggapan
yang salah, da’i yang dimaksud disini yaitu seseorang yang
memiliki pengetahuan tentang agama Islam dengan baik serta
memiliki kepribadian yang bisa menjadi tauladan masyarakat,
selain itu seseorang yang mengajak orang lain kepada kebaikan
dan meninggalkan hal yang batil. Dengan demikian seseorang
bisa menjadi da’i apabila memiliki pengetahuan tentang ajaran
Islam dengan baik serta mampu mengajak kepada kebaikan.
Pada pengajian Ahad Wage yang dilaksanakan oleh
IKADI Kaliangkrik sering mendatangkan da’i dari berbagai
wilayah sekitar Magelang, bahkan dari masyarakat sendiri
sering menjadi pengisi dalam pengajian tersebut. Selain itu,
kader da’i yang telah dibina oleh IKADI juga sering mengisi
pengajian Ahad Wage tersebut.
53
4) Mad’u (orang yang menerima dakwah)
Seorang da’i menyampaikan dakwahnya kepada
penerima dakwah yang sering disebut dengan mad’u. Mad’u
merupakan sasaran dari dakwah dapat perorangan ataupun
sekelompok orang, akan tetapi dalam pengajian Ahad Wage ini
yang menjadi mad’u yaitu sebagian besar masyarakat
Kaliangkrik.
Mad’u yang hadir di pengajian tersebut berasal dari latar
belakang dan profesi yang berbeda-beda, sehingga hal tersebut
menjadi tantangan besar bagi da’i saat memilih materi dan
menyampaikannya agar dapat dengan mudah diterima dan
dipahami oleh mad’u.
Unsur-unsur tersebut memiliki pengaruh besar dalam
berlangsungnya pengajian Ahad Wage yang dilaksanakan oleh
IKADI Kaliangkrik, tanpa adanya salah satu dari unsur tersebut
maka tidak akan sempurna kegiatan pengajiannya.
b. Liqo’
Kegitan dakwah yang dilakukan oleh IKADI (Ikatan Da’i
Indonesia) cabang Kaliangkrik selanjutnya yaitu liqo’ yang mana
merupakan kegiatan dari metode pembinaan keislaman. Liqo’ atau
pertemuan sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Budi Susilo
merupakan sebuah pertemuan atau kajian Islam yang dilakukan
oleh sekelompok orang yang berjumlah 7 hingga 10, dalam liqo’
54
ini dibahas beberapa materi tentang keislaman secara lebih
mendalam. Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh Bapak
Agus Nur Muhamad bahwa liqo’ tersebut merupakan penyampaian
dakwah dengan tingkatan yang paling tinggi. Hal tersebut
disebabkan oleh pemberian materi yang lebih mendalam serta
dalam kajian Islam atau liqo’ ini sekaligus membina para kader
da’i supaya kelak menjadi seorang da’i yang profesional dan
berpotensi bagus dalam melakukan dakwah kepada masyarakat.
Peserta dalam liqo’ ini tidak banyak, hanya beberapa orang
yang berasal dari pengurus IKADI Kaliangkrik serta tambahan
orang yang berpotensi sebagai da’i. Apabila dijumlah maka orang-
orang yang sering mengikuti liqo’ tersebuh hanya ada 9 orang,
meskipun hanya beberapa orang kajian Islam atau liqo’ tetap
berjalan dengan lancar, karena orang-orang yang mengikuti liqo’
merupakan seseorang yang memiliki tekad kuat dalam
mengembangkan dakwah Islam di Kaliangkrik.
Pelaksanaan liqo’ dilakukan setiap minggu sekali yaitu pada
hari Rabu dengan dipimpin langsung oleh ketua IKADI
Kaliangkrik, berikut ini tabel tentang jadwal kegiatan liqo’ dalam
satu bulan, yaitu:
55
JADWAL LIQO’ BULAN JULI
Tabel.1
NO HARI, TANGGAL WAKTU TEMPAT PENGISI
1 Rabu, 4 Juli 2018 16.00 WIB
Rumah Bapak
Agus Nur
Muhamad
H. Jumal
2 Rabu, 11 Juli 2018 16.00 WIB Rumah Bapak Nur
Yasin H. Jumal
3 Rabu, 18 Juli 2018 16.00 WIB Rumah H. Jumal Bapak Edi
Oeryanto
4 Rabu, 25 Juli 2018 16.00 WIB Rumah Bapak
Salam
Bapak
Budi
Susilo
Sumber: dokumentasi pengurus IKADI Kaliangkrik tahun 2018
c. Tatsqif
Kegiatan dakwah selanjutnya adalah tatsqif yang mana
memiliki maksud sama dengan liqo’ yaitu sebuah perkumpulan
yang didalamnya membahas tentang materi-materi keislaman serta
membina kader dakwah agar memperoleh pemahaman Islam secara
mendalam. Tatsqif sendiri dilaksanakan setiap hari minggu dengan
jumlah orang yang mengikuti kajian Islam tatsqif ini lebih banyak
daripada liqo’. Peserta kajian Islam tatsqif ini bukan hanya kaum
laki-laki saja, untuk kaum perempuan juga banyak yang
mengikutinya dikarenakan dalam kajian Islam tatsqif ini
merupakan kajian Islam secara umum seperti halnya yang
dikatakan oleh Bapak Pono bahwa Tatsqif merupakan kajian Islam
tingkat kedua setelah liqo’ yang pesertanya umum akan tetapi
56
dalam pemberian atau pemilihan materi dakwahnya masih
mendalam.
Tatsqif ini dilaksanakan di aula masjid An-Nur Lempong,
Kaliangkrik, Magelang. Adapun jadwal kegiatan tatsqif pada bulan
Juli 2018, yaitu:
JADWAL TATSQIF BULAN JULI
Tabel.2
NO HARI, TANGGAL WAKTU TEMPAT PENGISI
1 Minggu, 1 Juli 2018 08.00 WIB Aula Masjid An-Nur
Bapak
Edi
Oeryanto
2 Minggu, 15 Juli 2018 08.00 WIB Aula Masjid An-Nur K.H. Nur
Salim
3 Minggu, 22 Juli 2018 08.00 WIB Aula Masjid An-Nur Ustadz
Kholid
4 Minggu, 29 Juli 2018 08.00 WIB Aula Masjid An-Nur H. Jumal
Sumber: dokumentasi pengurus IKADI Kaliangkrik tahun 2018
d. Kegitan Sosial
Untuk memakmurkan masyarakat serta meningkatkan
ukhwah islamiyah maka IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang
Kaliangkrik menerapkan kegiatan sosial yang dapat membantu
berjalannya dakwah. Kegiatan sosial yang dilakukan yaitu dengan
cara penggalangan dana untuk santunan anak yatim piatu yang ada
di daerah Kaliangkrik dan sekitarnya. Cara dalam memperoleh
dana yang akan diberikan saat santunan anak yatim yaitu dengan
diadakannya pasar murah, dan hasil dari pasar murah tersebut
57
dijadikan dana santunan. Selain mendapatkan dana dari pasar
murah tujuan lainnya yaitu sebagai ladang amal kepada masyarakat
melali penjualan barang-barang dengan harga yang relatif lebih
murah. Cara lain untuk memperoleh dana yaitu melalui kas
organisasi dan infaq dari orang-orang yang beramal. Selain
berdakwah IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kalingkrik juga
mengajarkan kepada masyarakat untuk senantiasa beramal untuk
membersihkan harta mereka.
IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik juga
melaksanakan silaturahmi kepada saudara muslim, bukan sekedar
kunjungan seperti biasanya melainkan dalam kunjungan tersebut
sering dilakukan pembicaraan-pembicaraan yang di dalamnya
mengandung manfaat yang besar seperti membahas tentang ajaran
agama Islam. Selanjutnya silaturahmi tersebut dilakukan apabila
terdapat saudara muslim yang terkena musibah misalnya sakit. Hal
tersebut dilakukan untuk mempererat tali persaudaraan sesama
umat muslim yang ada di Kaliangkrik dan sekitarnya.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah IKADI dalam
Meningkatkan Kualitas Keberagamaan di Masyarakat
Kaliangkrik, Magelang
Kegiatan dakwah yang dilakukan oleh IKADI Kaliangkrik
merupakan kegiatan-kegiatan yang sama pada umumnya, dalam
kegiatan tentu ada berbagai macam faktor pendukung dan penghambat
58
begitu juga dengan kegiatan dakwah IKADI Kaliangkrik dalam
menyampaikan pesan untuk meningkatkan kualitas keberagamaan
masyarakat. Berikut dijelaskan faktor-faktor yang menjadi pendukung
dan penghambat dakwah, antara lain:
a. Faktor Pendukung
1) Pengurus Organisasi
Pengurus memiliki peran yang sangat besar yaitu
sebagai penanggungjawab dalam beberapa kegiatan dakwah
IKADI Kaliangkrik juga berperan sebagai pengontrol segala
kegiatan. Untuk menjadi seorang pengurus harus memiliki rasa
tanggungjawab yang besar, mampu menjalankan tugas dengan
baik, dan memiliki potensi yang bagus dalam berorganisasi
sehingga organisasi tersebut tetap berdiri serta diharapkan
menjadi lebih baik lagi. Seperti perkataan yang dituturkan oleh
Bapak Agus Nur Muhamad bahwa menjadi seorang pengurus
harus bisa bertanggungjawab dan aktif dalam segala kegiatan.
Selain itu bsa dijadikan tauladan untuk masyarakat, dengan
demikian masyarakat akan lebih percaya dan bisa mengikuti
IKADI dengan baik.
Pengurus IKADI Kaliangkrik sudah memenuhi kriteria
yang ditetapkan, meskipun jumlah dari mereka masih terbilang
sedikit akan tetapi tidak meruntuhkan semangat mereka untuk
terus mempertahankan IKADI serta tidak menggoyahkan niat
59
mereka dalam berdakwah menyebarkan ajaran agama Islam
kepada masyarakat. Peran aktif seorang pengurus sangat
diperlukan mengingat tujuan dari berdirinya IKADI sebagai
wadah bagi para da’i dalam berdakwah, sehingga dapat terus
berkiprah dan melanjutkan dakwah Islam.
2) Tokoh (Da’i)
Tokoh atau da’i merupakan orang yang sangat
berpengaruh dalam melakukan dakwah, tanpa adanya da’i
maka dakwah tidak berjalan. Seorang da’i tidak harus sebagai
kyai ataupun ustadz sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak
Agus Nur Muhamad bahwa anggapan masyarakat selama ini
tentang da’i itu harus seorang kyai atau ustadz merupakan
anggapan yang salah, da’i yang dimaksud disini yaitu
seseorang yang memiliki pengetahuan tentang agama Islam
dengan baik serta memiliki kepribadian yang bisa menjadi
tauladan masyarakat, selain itu seseorang yang mengajak
orang lain kepada kebaikan dan meninggalkan hal yang batil.
Dengan demikian seseorang bisa menjadi da’i apabila
memiliki pengetahuan tentang ajaran Islam dengan baik serta
mampu mengajak kepada kebaikan.
Pada kegiatan dakwah yang dilaksanakan oleh IKADI
Kaliangkrik sering mendatangkan da’i dari berbagai wilayah
sekitar Magelang, bahkan dari masyarakat sendiri sering
60
menjadi pengisi dalam pengajian tersebut. Selain itu, kader
da’i yang telah dibina oleh IKADI juga sering mengisi
kegiatan dakwah.
Tokoh atau da’i yang mengisi sebuah kegiatan harus
memiliki kepribadian yang baik sehingga dapat menjadi
tauladan bagi masyarakat. Hal tersebut akan lebih
memudahkan da’i dalam menyampaikan pesan dakwah kepada
masyarakat karena mereka telah mengenal dan nyaman dengan
da’i tersebut.
3) Biaya
Faktor pendukung yang selanjutnya yaitu biaya. Biaya
merupakan sesuatu yang sangat penting dalam terlaksananya
sebuah kegiatan, atau dapat disebut sebagai hal pokok dalam
melaksanakan kegiatan. Kegiatan dakwah IKADI Kaliangkrik
juga memerlukan biaya, untuk mendapatkan biaya tersebut
melalui berbagai cara, antara lain dengan kas pengurus, serta
adanya infaq dari perorangan ataupun kelompok.
Kegiatan dakwah yang selama ini dilakukan sudah
cukup baik, dengan bantuan masyarakat dalam hal ini yaitu
masalah biaya. Untuk setiap kegiatan misalnya pengajian Ahad
Wage yang memerlukan biaya cukup banyak juga sering
mendapat bantuan dari masyarakat terutama yang
mendapatkan giliran menjadi panitia acara.
61
b. Faktor Penghambat
1) Tanggapan Masyarakat
Adapun faktor penghambat yang pertama yaitu masalah
tanggapan masyarakat. Hal ini menjadi tantangan berat bagi
IKADI Kaliangkrik dalam menghadapi tanggapan masyarakat
yang awalnya menganggap bahwa IKADI disamakan dengan
aliran ekstrim yang ada di Indonesia, padahal hal tersebut
adalah salah. IKADI merupakan organisasi yang netral dan
berdiri sendiri.
Seiring berjalannya waktu, kini masyarakat sudah
memahami dan tidak beranggapan lagi tentang IKADI yang
disamakan dengan aliran ekstrim tersebut, yaitu berkat kerja
keras pengurus yang secara terus menerus memberikan
pengertian serta meluruskan pandangan masyarakat. Meskipun
masih ada beberapa orang yang beranggapan seperti itu, akan
tetapi tidak membuat para pengurus IKADI berhenti dalam
berdakwah.
2) Waktu
Faktor penghambat yang kedua adalah masalah waktu, karena
seperti yang diungkapkan oleh Bapak Agus Nur Muhamad
bahwa waktu seseorang itu tidak sama, ada yang saat ini
memiliki pekerjaan atau kegiatan lain dan ada juga yang tidak.
Misalnya pada kegiatan pengajian Ahad Wage, terkadang
62
banyak yang hadir dalam pengajian akan tetapi lain
kesempatan lagi tidak banyak yang hadir dikarenakan
bersamaan dengan kegiatan lainnya.
3) Mad’u
Seorang da’i menyampaikan dakwahnya kepada
penerima dakwah yang sering disebut dengan mad’u. Mad’u
merupakan sasaran dari dakwah dapat perorangan ataupun
sekelompok orang, akan tetapi dalam kegiatan dakwah IKADI
Kaliangkrik yang menjadi mad’u yaitu sebagian besar
masyarakat Kaliangkrik.
Mad’u yang hadir di kegiatan dakwah seperti pengajian
Ahad Wage tersebut berasal dari latar belakang dan profesi
yang berbeda-beda, sehingga hal tersebut menjadi tantangan
besar bagi da’i saat memilih materi dan menyampaikannya
agar dapat dengan mudah diterima dan dipahami oleh mad’u.
Akan tetapi, kehadiran mad’u dalam pengajian Ahad Wage
tidak sesuai dengan yang diundang, karena tentu saja mereka
memiliki kegiatan lainnya, hal tersebut berkaitan dengan faktor
penghambat yang kedua yaitu masalah waktu.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik terbentuk pada
tahun 2008, hingga kini sudah sepuluh tahun berkiprah dalam
berdakwah menyiarkan ajaran-ajaran Islam serta banyak kegiatan yang
dilakukan sekaligus membina para kader da’i yang diharapkan dapat
menjawab tantangan dakwah pada era globalisasi seperti saat ini.
Banyak kegiatan yang telah dilakukan oleh IKADI Kaliangkrik dalam
berdakwah menyebarkan ajaran agama Islam terutama di masyarakat
Kaliangkrik, yaitu meliputi pengajian rutin yang dilaksanakan setiap
hari Ahad Wage, kajian-kajian Islam liqo’ dan tatsqif, santunan kepada
anak yatim, serta melakukan silaturahmi kepada saudara muslim
lainnya.
2. Metode dakwah yang digunakan IKADI (Ikatan Da’i Indonesa) cabang
Kaliangkrik dalam menyebarkan dakwah Islam serta dalam
meningkatkan kualitas keberagamaan masyarakat meliputi: metode
ceramah; dengan melaksanakan pengajian rutin setiap hari Ahad
Wage, metode pembinaan keislaman; kajian Islam liqo’ dan tatsqif,
metode bil hal; melakukan santunan kepada anak yatim dan
silaturahmi kepada saudara muslim lainnya yang berada di Kaliangkrik
dan sekitarnya.
64
3. Faktor pendukung dan penghambat dalam dakwah IKADI (Ikatan Da’i
Indonesa) cabang Kaliangkrik adalah: faktor pendukung dakwah
meliputi; pengurus organisasi, tokoh (da’i), biaya. Sedangkan faktor
penghambat dakwah meliputi; tanggapan masyarakat, waktu, mad’u.
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan kepada Ikatan Da’i
Indonesia (IKADI) cabang Kaliangkrik sebagai berikut:
1. Kepada kepada IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik,
untuk lebih meningkatkan lagi kualitas dakwah, karena IKADI
merupakan salah satu organisasi dakwah yang dapat mempengaruhi
masyarakat serta mengajaka masyarakat untuk selalu berada di jalan
yang benar khususnya masyarakat Kaliangkrik.
2. Kepada pengurus IKADI (Ikatan Da’i Indonesia) cabang Kaliangkrik,
untuk lebih menambahkan kegiatan dakwah supaya dapat
tersampaikan secara maksimal pesan-pesan dakwahnya. Selain itu,
diharapkan untuk menambah semangat dalam meyampaikan dakwah
Islam.
3. Kepada masyarakat, untuk senantiasa menjalankan dan meningkatkan
kualitas keberagamaannya khususnya masyarakat daerah Kaliangkrik.
Daftar Pustaka.
Amin, Samsul Munir. 2013. Illmu Dakwah. Jakarta: Amzah
Aripudin, Acep. 2011. Pengembangan Metode Dakwah. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada
Azim, Irfan Abdul. 2007. Rahasia Dakwah. Solo: Bina Insani
Budihardjo. 2007. Dakwah Dan Pengentas Kemiskinan. Yogyakarta: Sumbangsih
Press
Hayati, Umi. 2017. Nilai-Nilai Dakwah; Aktivitas Ibadah Dan Perilaku Sosial.
Volume 2, No. 2. Salatiga: Jurnal Inject Fakultas Dakwah IAIN Salatiga
Ilaihi, Wahyu. 2010. Komunikasi Dakwah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Jalaluddin. 2012. Psikologi Agama. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Koentjoroningrat. 1981. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Muhadi. 2014. Interaksi Sosial Dalam Keberagamaan Umat Muslim Masyarakat
Giri Asih, Gunung Kidul, Yogyakarkta. Volume 29, No. 2. Jambi:
Kontekstualita
Munir, Dkk. 2009. Metode Dakwah. Jakarta: Kencana
Munsyi , A. Kadir. 1978. Metode Diskusi Dalam Dakwah. Surabaya: Al-Iklhas
Naim, Ngainun. 2014. Islam Dan Pluralisme Agama. Yogyakarta: Aura Pustaka
Pusat Bahasa Departemen Balai Pustaka. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Ruslan, Rosady. 2010. Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi.
Jakarta: Rajawali Pers
Sadiah, Dewi. 2015. Metode Penelitian Dakwah: Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif.
Saputra, Wahidin. 2011. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada
Satori, Djam’an & Komariah, Aan. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Suryabrata, Sumadi. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada
htpp:// www.ikadi.or.id diakses pada 10 April 2018
Yahya. 2016. Dakwah Islamiyah Dan Proselytisme; Telaah Atas Etika Dakwah
Dalam Kemajemukan. Volume 1, No.1. Salatiga: Jurnal Inject Fakultas
Dakwah IAIN Salatiga
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LEMBAR PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksud dengan Ikatan Da’i Indonesia (IKADI)?
2. Bagaimana latar belakang terbentuknya IKADI?
3. Bagaimana kiprah IKADI selama ini dalam menyampaikan dakwah Islam?
4. Apa saja kegiatan yang dilakukan IKADI dalam menyampaikan dakwah
Islam?
5. Apakah yang melatar belakangi terbentuknya IKADI di Kaliangkrik?
6. Bagaimana keadaan sosial masyarakat Kaliangkrik?
7. Bagaimana kehidupan sosial keagamaan masyarakat Kaliangkrik?
8. Bagaimana cara IKADI dalam menyampaikan dakwah Islam di masyarakat
Kaliangkrik?
9. Bagaimana cara IKADI dalam meningkatkan kualitas keberagamaan di
masyarakat Kaliangkrik?
10. Metode dakwah apa saja yang digunakan IKADI dalam meningkatkan
kualitas keberagamaan di masyarakat Kaliangkrik?
11. Apa saja faktor pendukung IKADI dalam menyampaikan dakwah di
masyarakat Kaliangkrik?
12. Apa saja faktor penghambat IKADI dalam menyampaikan dakwah di
masyarakat Kaliangkrik?
13. Bagaimana tanggapan dari masyarakat tentang adanya IKADI di
Kaliangkrik?
14. Apa saja peningkatan dalam masyarakat yang telah didapatkan selama IKADI
terbentuk di Kaliangkrik?
15. Bagaimana cara IKADI mempertahankan organisasi tersebut agar terus
terjaga hingga kapanpun dalam menyampaikan dakwah Islam, khususnya di
Kaliangkrik?
HASIL WAWANCARA
Nama : H. Jumal
Jabatan : Ketua IKADI cabang Kaliangkrik
Tanggal : 6 Juli 2018
Waktu : 15.21 WIB
Tempat : Rumah H. Jumal
1. Ikadi adalah ikatan da’i indonesia yang sudah ada pengurus pusatnya pengurus
wilayah dan pengurus daerah, kalau saya termasuk pengurus daerah.
2. Awal terbentuk jadi ee ingin ada wadah bagi orang-orang yang mau
berdakwah tapi yang tidak menggunakan ataupun tidak dalam artian tidak
mengikuti lembaga-lembaga yang sudah ada, intinya ingin independen, ya
nanti semua orang yang ee berkemampuan untuk dakwah itu bisa diakumuded
disitu, jadi orang itu boleh dari Muhammadiyah boleh dari NU dari manapun
boleh, jadi bekerja sama untuk berdakwah menjadi da’i. Nggeh pengurus-
pengurusnya yo orang-orang yang sudah sering berdakwah tapi tidak ikut di
persis tidak ikut di Muhammadiyah ataupun dimana jadi ini wadah yang cukup
baru dan untuk saat ini yang kita butuhkan nanti adalah bagi generasi-generasi
yang masih muda yang lebih progresif dalam berdakwah dan tidak beraplikasi
langsung ke partai meskipun orang-orangnya duduk dipartai manapun tapi
tidak langsung ke partai, bebas partai. (Tahun terbentuk) tahun terbentuke
sekitar piro yo ee tahun 2002 po yo wong 2005 saya sudah dilantik
3. Jadi kami menggunakan struktur ee misale ke tingkat kecamatan dimana
disetiap kecamatan itu dibentuk pengurus IKADI, minimal ketua, wakil,
sekertaris, bendahara, dan humas. Kebetulan kan saya pengurus bendahara to,
untuk pengurus di kaliangkrik menjadi ketua ndobel . Bendahara untuk
kepengurusan wilayah Magelang, kalau di Kaliangkrik ketua sama bimbing
untuk yang lain.
4. Ta’lim, ta’lim selapanan atau bulanan, terus ee mengirimkan da’i-da’i untuk
khutbah ke wilayah-wilayah tertentu, membuat modul-modul yang berkaitan
dengan ee apa ya keislaman dengan pembina-pembina itu semacam ya syi’ar
islam. Juga berusaha menggalang pesantren-pesantren di Indonesia, jadi ada
pesantrennya IKADI. Membuat jurnal-jurnal atau tabloid , majalah-majalah.
5. Ya untuk mewadahi para da’i-da’i untuk lebih kita bisa membangun ukhwah,
jadi antara da’i itu bisa dikumpulkan dalam wadah IKADI dari beberapa
segmen orang yang ada baik orang yang agak tua dan muda tapi mau
bergabung dengan itu kita wadahi, dan nanti contohnya kegiatan IKADI
selapanan di Kaliangkrik itu yang ngisi dari manapun, jadi tidak harus dari kita.
Dari manapun asalnya, kita kan perekat umat dan intinya untuk perekat umat.
Nah di Kaliangkrik nantinya siapapun yang ngisi atau pembicara itu yang tidak
membentur-benturkan dengan apapun. Jadi untuk membangun ukhwah da’i di
wilayah Kaliangkrik yang umumnya di Magelang dan Indonesia.
6. Intinya baik, tapi kita butuh sarana untuk mempererat antar ee antar golongan
intinya. Jadi selaman ini kan dulu muhammadiyah wajib muhammadiyah gitu
NU wajib NU, nah sekarang yang datang ke IKADI itu ada yang
Muhammadiyah ada yang NU ada yang orang biasa, tokoh-tokoh masyarakat
ada pak lurah dan manten, jadi kita gabung disini. Jadi pengajiannya itu umum
dan mengajak pada perbaikan untuk islam dan untuk ibadah diri.
7. Di Kaliangkrik ini sebenarnya bagus, lumayan lah tapi perlu dorongan perlu
penyadaran karena masih ada sebagian warga yang notabennya tidak
berorganisasi ke ormas tertentu maka kami wadahi. Kalau NU kan harus
mondok, yang muhammadiyah ya di muhammadiyah, nah yang tidak mondok
yang tidak di Muhammadiyah atau orang umumlah nah kita ada disitu. Jadi
sudah bagus, tapi pemahaman islamnya kan ada sedikit perbedaan contohnya
kalau orang NU kan tahlilan, orang Muhammadiyah tidak ada tahlilan, nah kita
tengah-tengah, jadi tengahnya gini nek wong NU itukan sedikit kirim doa nek
dulu kirim doa, wong muhammadiyah nggak ada, nah kita mengadakan
tahlilan intinya untuk mendoakan bukan kirim doa, sebenernya esensinya baik
lo tahlilan itu tapi cara penyampaian bahasanya itu sok ora pas, jadi nek wong
NU kirim pahala nek Muhammadiyah nggak boleh, nah tengah-tengahnya itu
kita tarik dengan tujuannya berdoa kepada Allah memohon ampun kepada
Allah untuk si orang-orang yang telah meninggal kan gitu, contohnya seperti
itu. Alhamdulillah ini berjalan, jadi kadang-kadang kita adakan tahlil kadang-
kadang al maksurat jadi di IKADI itu fleksibel, dan nggak mutung sing wong
muhammadiyah yo nggak mutung sing wong NU yo nggak mutung.
8. Ya satu dengan pendekatan-pendekatan personal, kita silaturahmi kita
sampaikan visi misi IKADI yaitu membangun umat bersama dengan berlatih
menjadi da’i, lambat laun kita ajak ee kita sampaikan bukan visi misi secara
langsung tapi diajak kepada kegiatan pengajian itu akhirnya tahu IKADI itu
jalannya kemana akhirnya kan tahu dari materi yang disampaikan itu.
9. Yaitu pengajiannya ee mencari pembicara yang menurut kita sesuai dengan
struktur ataupun sesuai dengan karakter orang kaliangkrik satu. Yang kedua
da’inya yang ngisi ngaji itu orang-orang yang punya kapasitas. Jadi isine ngaji
tidak sekedar seneng bergurau tapi bener-bener ada kalau ngaji ada dasare gitu,
tidak sekedar ngomong tapi bergurau nggak tapi kalau ngomong yang ada
dasare hadisnya ini Qur’annya ini kalau ngendikane ulama berpendapat ini ya
kami sampaikan. Otomatis kadang-kadang kalau ada yang tidak jelas ya
ditanyakan baik itu di forum pengajian atau di forum personal-personal pas
pertemuan silaturahmi.
10. Tadi Ta’lim, terus silaturahmi, mengadakan pesantren Qur’an tahfidzul
Qur’an dan pesantren-pesantren yang biasa, jadi ada pesantren Qur’an ada
pesantren biasa. Yang termasuk tadi telah disampaikan membuat tabloid,
membuat buku panduan-panduan keislaman, membuat buku khutbah, dan
sebagian mengirim da’i-da’i untuk berkhutbah di masyarakat opo juga
mengisi pengajian-pengajian di masyarakat.
11. Faktor pendukung satu tokoh, kita harus bagaimanapun menjadi tauladan di
masyarakat berusaha diantara kita menjadi tauladan otomatis IKADI lama
kelamaan dikenal oleh masyarakat yang pertama. Yang kedua memang kita
harus mau mengeluarkan biaya untuk kegiatan-kegiatan itu, sekaligus
mengajari orang untuk berinfaq, jadi kita awalnya mengeluarkan tapi lama-
lama beriringnya dengan waktu masyarakat mau berinfaq, besok ini ahad
wage itu yang membiayai dari desa Adipura, jadi bukan dari pengurus tapi
dari orang-orang sana yang membiayai baik panitia kegiatan sampai
semuanya, jadi melatih orang itu mau tampil menjadi pengurus, pembicara,
sekaligus dengan biayanya. Itu kita gilir, nanti yang kebonlegi, yang
kaliangkrik, yang masyarakat sini, dan itu siapapun dari PNS juga boleh.
12. Faktor penghambat ya selama ini penghambatnya apa ya, ya undangan kita
undang paling mengundang 300 tapi yang datang sekitar 175 orang, jadi
memang ee masyarakat kadang-kadang tidak tepat dan tidak mate waktunya
dengan kegiatan kita, akan tetapi contohnya kegiatan kita yang pengajian
sudah kita tetapkan hari Ahad Wage, jadi orang itu ada kegiatan atau tidak
tetap kita jalani. Tapi masyarakat bermasalah dengan waktu to, jadi masalah
waktu yang kadang-kadang tidak sesuai( mate ) dengan masyarakat, sehingga
kegiatan mungkin saja bisa tertunda. Kegiatan-kegiatan lain contohnya kita
mengadakan santunan yatim ya tetap jalan. Jadi hambatannya ya memang
waktu lah biasa, kurang sesuai dengan situasi kadang-kadang itu.
13. Alhamdulillah jalan mbak, baik to, jadi sudah berjalan 8 tahun tidak berhenti
mbak kan berarti sudah diterima.
14. Ya satu pemahaman islam secara universal, jadi tidak akan memahami satu
konteksnya parsial, jadi mereka menerima islam itu kan memang lambat laun
akan secara apal karena kita sampaikan step by step nya kan gitu, akidah kita
perkokoh ee ibadah kita jelaskan sosial akhlak kita sampaikan. Jadi ya
imannya bagus harapan kita, ibadahnya bagus, akhlaknya bagus, sosialnya
bagus, kurang lebih selama ini seperti itu jadi ya kita sebagaimana
membangun masyarakat berakhlakul karimah tapi landasannya tetap iman
dan taqwa. Jadi ngibadah yo taqwa sholeh berakhlaqul karimah harapan kita
seperti itu.
15. Kita sampaikan seharusnya kita tidak parsial yang pertama, yang kedua
siapapun yang bergabung kita memang mendekati orang-orang yang ee
sekiranya mau menjadi pengurus ya kita jadikan pengurus, ya kalau memang
kemampuannya hanya sebagai peserta ya kita jadikan peserta pengajian, dan
yang ketiga jelas kita silaturahmi kita bangun bersama dan sosial, kadang kita
menyantuni orang-orang yang tidak punya, menyantuni anak yatim gitu
mbak. Jadi mereka mendapatkan santunan, kalau sakit kita jenguk, jadi
banyak sekali hal yang kita dapat dari silaturahmi.
Nama : Agus Nur Muhamad
Jabatan : Sekertaris IKADI cabang Kaliangkrik
Tanggal : 6 Juli 2018
Waktu : 19.45 WIB
Tempat : Rumah Bapak Agus Nur Muhamad
1. IKADI adalah singkatan dari Ikatan Da’i Indonesia, yang artinya sebuah
ikatan yang ingin mengajak kepada kebaikan. Anggapan orang selama ini
bahwa da’i itu adalah kyai atau ustadz kan gitu, akan tetapi disini da’i itu
minimal kita itu bisa menjadi orang yang baik dan mengajak orang kepada
kebaikan kan gitu, mengajak kepada hal yang baik, bukan da’i itu harus
seorang kyai atau ustadz itu bukan. Yang terpenting itu kita mau meningkat
agar lebih baik dari akhlaknya maupun agamanya nek iso sekalian mengajak
orang lain untuk berbuat kebaikan begitu intinya.
2. Dahulu setelah kelompok-kelompok ngaji dan kelompok liqo’ menjadi
banyak terus ada usulan untuk mengadakan ee kajian, jadi ada tingkatan yang
liqo’, tatsqif, dan tingkatan yang ketiga yaitu IKADI ngono latar belakange,
nah dari situ orang-orang podo diundang dan mau ngaji begitu, awalnya
hanya daerah Girirejo kini sudah seluruh Kaliangkrik kui latar belakange.
3. Kiprahnya ya setiap Ahad Wage itu mengundang orang-orang masyarakat se-
kecamatan Kaliangkrik begitu. Pertama kali kiprah IKADI dimulai pada
tahun 2008 hingga kini 2018, ya kurang lebih sudah 10 tahun. Ya kalau ada
anggota-anggota yang sakit kami menjenguknya ngono.
4. Syi’ar Islam ee istilahnya itu opo yo ee sebentar jadi ada liqo’ ada tatsqif,
dadi ngene orang-orang umum kit ajak mengaji yang mau mangkat yo
mangkat, kan tidak semua orang itu serius ikut ngaji to ada yang bener-bener
niat ngaji ada yang mergo rikuh, ada yang terpaksa. Orang-orang yang
berpotensi itu nantinya yang direkrut dan diundang untuk mengikuti tatsqif
yang dilakukan sebulan sekali itu sing rada khusus, nanti kalau ada orang
yang berpotensi dan sungguh-sungguh lagi maka dimasukkan ke anggota
liqo’ pengajian tiap minggu itu lebih khusus lagi dan materinya sudah
mendalam lagi, kalau IKADI itu materinya yang disampaikan masih umum,
tatsqif materinya rada khusus nek liqo’ wes khusus ngono kui.
5. Ya sama seperti tadi yang melatar belakangi terbentuknya IKADI di
Kaliangkrik ini, awalnya ngaji ngaji ngaji dan selanjutnya mengadakan
pengajian yang secara luas yang bisa diikuti oleh orang umum, nek mung
liqo’ kui kan bahasane khusus ngono to. Pengajian yang dibuat itu yang
umum semua orang bisa mengikutinya baik itu dari seorang tani, sampai
pedagang, lurah itu kita undang dan ada yang mau ikut.
6. Keadaan sosial masyarakat Kaliangkrik yo petani yang setiap harinya bekerja
di sawah ada yang sebagian buruh, sebagian lagi dagang di pasar. Kondisinya
yo masyarakat kecil menengah kebawah, terus pengetahuannya belum begitu
tinggi, sekolahnya juga tidak sampai yang tinggi-tinggi, mondok yo sing
mondok yo jarang, ya seperti itu kurang lebihnya.
7. Apik, kalau keadaan sosial keagamaannya bagus wong melaksanakan ibadah
secara rutin orang-orang yang mengikuti IKADI itu kan. Kalau masyarakat
secara umum bagus, tapi masih sebagian yang melaksanakan ibadah seperti
shalat lima waktu secara rutin, sebagian lagi ora kadang ada orang yang tidak
shalat tidak puasa itu masih ada. Terus masih ada yang masih menganut
aliran kepercayaan tidak sembahyang tapi tetap percaya begitu saja ya ada.
8. Cara khusus ya selama ini masih dengan cara pengajian itu yaitu dengan
ormas yang lain bermusyawarah bukan hanya IKADI saja. Caranya ya lewat
pengajian IKADI itu orang-orang diundang.
9. Carannya ya hampir sama seperti tadi itu, mengajak orang untuk datang ke
pengajian dan kajian. Untuk peningkatannya ya itu kalau ada orang yang
mampu dalam artian bertekad untuk hijrah istilahnya ya kita ajak untuk
mengikuti juga Tatsqif dan kajian-kajian lainnya setelah itu liqo’ apabila ada
peningkatan yang bagus, soalnya orang yang mengikuti liqo’ insyaAllah
merupakan orang yang baik dalam beribadah kepada Allah Swt.
10. Metodenya ya yang umum melakukan syiar islam yang berupa pengajian,
terus silaturahmi, lalu lewat pendalaman-pendalaman kajian Islam seperti itu.
11. Faktor pendukungnya nomor satu yang jelas SDM (Sumber Daya Manusia)
pengurus. Pengurus itu yang benar-benar serius ora wegah ngono. Yang
kedua vinansial (biaya). Yang ketiga Ustadz yang mengisi pengajian itu kalau
bis ayang tidak dipungut biaya seperti itu.
12. Faktor penghambatya gini, kadang-kadang IKADI itu disamakan dengan
wahabi, sedangkan anggapan masyarakat disinikan kalau wahabi itu orang
yang salah banget ya, terus masyarakat diluar sana yang tidak mengetahui
yang sebenarnya tentang IKADI maka mereka menganggapnya seperti aliran
wahabi gitu. Yang nomer dua faktor penghambantnya ee kadang-kadang itu
bareng karo kegiatan-kegiatan lainnya misalnya ada yang kerja bakti gitu. Ya
hambatannya kurang lebih hanya itu.
13. Tanggapannya ada dua ada yang menganngap baik dan ada yang menganggap
tidak baik. Yang anggapannya baik itu memang mengajak untuk mengaji dan
kepada kebaikan di situ juga tidak ada unsur kampanye atau semacamnya
kok, untuk orang yang tidak suka ya mereka menganggap bahwa IKADI itu
adalah organisasi orang PKS (Partai Keadilan Sejahtera) dan mereka
menganggap akan direkrut kedalam partai itu, seperti itu anggapan orang-
orang yang tidak suka. Padahal sebenarnya tidak seperti itu, samar dibaiat
gitu.
14. Ya peningkatannya ada peningkatan dalam hal ibadah, yang tadinya belum
atau jarang shalat kini sudah sering shalat, yang tadinya belum jamaah kini
sudah berjamaah, yang tadinya tingkah lakunya semaunya sendiri terus
adanya IKADI mungkin bertambah baik ada peningkatan itu.
15. Cara mempertahankan ya yang penting pengurusnya itu aktif, pengurusnya
tidak bosan seperti itu cara mempertahankan. Ya memang pengurusnya itu
berkeinginan jangan sampai IKADI itu berhenti to berarti pengurusnya itu
jadi tenanan misalnya malam kamis membuat undangan dan disebar itu yang
mengurus semuanya adalah pengurus, terus menata tempatnya itu juga
pengurus. Disamping itu untuk mempertahankan dengan cara tetap menjaga
silaturahmi yang sakit kita jenguk, silaturahmi ke tokoh-tokoh menyampaikan
perihal IKADI bahwa IKADI itu seperti ini seperti ini nantinya kan orang
simpati dan tidak salah tanggap lagi begitu.
Nama : Pono
Jabatan : Devisi Dakwah IKADI cabang Kaliangkrik
Tanggal : 19 Agustus 2018
Waktu : 16.20 WIB
Tempat : Rumah Bapak Pono
1. IKADI merupakan singkatan dari Ikatan Da’i Indonesia. Jadi IKADI adalah
sebuah ikatan yang berperan dalam dakwah Islam yang berada di Indonesia.
Kantornya tersebar di seluruh wilayah termasuk di Magelang.
2. Latar belakang terbentuknya IKADI yaitu kita ingin adanya wadah untuk para
calon da’i agar kita dapat membentuk da’i yang profesional dan dapat
menyampaikan dakwah seperti yang telah ditentukan oleh Allah swt. Dengan
kondisi masyarakat yang selama ini apabila pengajian NU yang datang NU
saja pengajian Muhammadiyah yang hadir orang Muhammadiyah saja, nah
dari itu kita merasa terpanggil untuk hadir dalam menyatukan berbagai
lembaga-lembaga dakwah yang ada ditengah masyarakat, siapa lagi kalau
bukan kita yang mengambil bagian ini kan.
3. Kiprahnya bagus, jadi ee ini justru bisa menjadi solusi fanatik ee fanatisme
golongan artinya ketika selama ini dakwahnya Nahdhotul Ulama (NU) kan
yang mau datang Cuma orang-orang NU kalau dakwah nya orang
Muhammadiyah yang mau datang Cuma orang-orang Muhammadiyah doang
to, kalau di IKADI tidak seperti itu, tokoh-tokoh Muhammadiyah juga datang
bahkan termasuk ee yang diluar NU dan Muhammadiyah pun mereka tidak
masalah, artinya termasuk temen-temen yang aktif dalam jamaah tabligh itu
nggak masalah datang bareng-bareng jadi kehadiran IKADI bisa kita katakan
bener-bener sebagai penyatu, dan ini termasuk hal istimewa, kita kan sangat
butuh gitu sangat butuh warna kebersamaan karena sekarang kan bisa
dikatakan ndak saatnya lah Cuma berbicara perbedaan karena banyak yang
kita garap, banyak yang harus kita tangani gitu nggih kira-kira kiprah IKADI.
Dan ini termasuk hal yang langka hal yang ditengah masyarakat kita
menyatukan lintas golongan seperti ini gitu nggih.
4. Kegiatan pengajian yang pasti kadang kita menyatu pada kegiatan bakti sosial
bareng-bareng dengan salimah to IKADI juga terlibat, terus kajian nah kalau
IKADI menyelenggarakan kajian kayak ee ritin kayak selapanan diluar hari
IKADI kan ada yang ee misalnya kajian khusus itu juga termasuk ditangani
oleh pengurus IKADI misalnya kayak tatsqif yang pengajiannya model
didalam ruangan itu juga sistem interaktif, mengkaji hadist atau mengkaji
ayat kemudian setelah itu ada kesempatan untuk interaktif, pertama ada
tinjauan pertanyaan. Liqo’ yaitu tentang pembinaan lebh khusus artinya
jamaahnya pun juga memang orang-orang yang ngajianya lebih lama jadi
tidak terbuka untuk umum tidak semuanya bisa ikut bergabung. Kalau tatsqif
lebih umum jadi ya dipersilahkan untuk jamaah IKADI yang berkenan mau
hadir, disamping kita ahad wage ya ahad pahing kalau berkenan hadir
silahkan, nah makanya materinya kalau IKADI kan sifatnya sangat umum
seperti tabligh akbar itukan materinya sangat umum to, tapi lebih cenderung
mengikuti juga ee mengikuti situasi yang sudah berkembang termasuk
misalnya masuk event bulan syawal jadi materinya tentang bulan syawal dan
temen-temennya. Kayak bulan ee bulan dzulhijjah misalnya ya sangat terkait
gitu. Sedangkan tadi kayak tatsqif itu kan materinya mengkaji hadist atau ayat
yang memang betul-betul perlu untuk dikupas. Jadi selama ini kita mengupas
hadist itu terprogram, perkurikulum, jadi kita menyelesaikan misalnya kayak
kemaren hadist arbain annawani ya sampai selesai misalnya gitu. Ya mungkin
suatu saat membahas tentang al-Qur’an dari Al-Fatihah sampai rampung.
5. Ya kurang lebih sama seperti tadi mbak, untuk membentuk da’i dan
menyebarkan dakwah islam ya dengan melihat kondisi masyarakat agar lebih
baik lagi.
6. Keadaan sosialnya bagus, toleransi yang masih terjaga dengan baik dan
gotong royong kita masih sering dilakukan ya kurang lebihnya seperti itu.
7. Begitu juga dengan keadaan keagamaannya ya sudah bisa dibilang baik, akan
tetapi masih ada sebagian yang percaya akan ee kejawen gitulah.
8. Ya seperti tadi telah dijelaskan dalam kegiatan itu.
9. Untuk meningkatkannya kita ya saling musyawarah dengan organisasi atau
lembaga yang ada seperti NU dan Muhammadiyah, kita rangkul bersama
untuk meningkatkan keberagamaan masyarakat, seperti itu.
10. Metode, karena kita konteksnya seperti tabligh akbar seperti di pengajian
umum ya lebih fokus pada metode ceramah walaupun kadang-kadang
spontanitas di forum ada yang langsung menyampaikan pertanyaan itu sama
ustadznya atau sama penceramah ya tetap dijawab. Metode dialog tapi jarang
dipakai karena sifatnya pengajian umum jadi ee tetep cenderungnya pada
satu arah to. Tatsqif itu setiap hari ahad pahing, satu bulan sekali. IKADI
dalam pengjian satu bulan sekali , aksi sosial atau bakti sosial memang satu
tahun sekali kalau sementara ini, biasanya kalau agar lebih efektif dan
mengena kebutuhan masyarakat ya biasanya dilakukan pada setiap bulan
ramadhan to, menyongsong bulan syawal kan memang butuh banyak hal.
11. Untuk pendukunge ya artinya selama ini ee dari segi donatur itu termasuk
faktor pendukung dalam terselenggaranya kegiatan ini termasuk kesadaran-
kesadaran masyarakat akan pentingnya pembinaan keagamaan dalam arti
yang tidak mengenal golongan.
12. Faktor penghambat ya kadang-kadang orang-orang yang masih ee dangkal
kebutuhan agamanya dan terus memandang wah itu dari kelompok ini
kadang-kadang ya seperti itu sehingga mereka tidak mau berangkat
disamping juga dari orang-orang wilayah yang jangkauan ee misalnya dari
sini dari mangli dari butuh itukan membutuhkan sarana transportasi itu juga
menjadi faktor penghambat itu to. Apalagi kalau bapak-bapak yang pengen
berangkat nggak ada yang membawa yo ndak jadi berangkat gitu misalnya.
13. Tanggapan masyarakat terhadap IKADI bagus kok bagus, meskipun ya
awalnya menganggap IKADI itu termasuk salah satu dari golongan a atau b
gitulah, tapi dengan berjalannya waktu ya mereka menerima dengan baik.
14. Karena kita tidak mampu langsung ke lapangan to ya kalau peningkatan
dalam arti kontek pengajinnya ya kehadiran yang semakin banyak itukan
salah satu indikasi peningkatan jamaah, kedatangan jamaah. Terus yang
kedua ee variasi atau komunitas yang hadir itu semakin bervariasi, itukan
menjadi salah satu juga indikasi kalau itu terjadi suatu peningkatan di
masyarakat. Kalau dulu menilai wah itu pengajiane kelompok ini kelompok a
kelompok b dan sebagainya itu berarti sudah ada kesadaran dari masyarakat.
15. Ya kita berupaya untuk konsisten dalam arti bagaimana cara nya sebisa
mungkin kita selalu eksis dalam program-program yang sudah kita
laksanakan, pengajian lapangannya, tatsqifnya, bakti sosialnya, ya kita
berusaha untuk selalu eksis disamping kita juga bersyukur untuk mencoba
menggali berbagai macam kegiatan yang sebenarnya ee mungkin dibutuhkan
sangat dibutuhkan masyarakat, misalnya mengembangkan kegiatan bakti
sosialnya langsung ke kampung-kampung misalnya kan juga perlu. Oo tadi
ada satu lagi kegiatannya itu kita ada kegiatan i’tikaf ramadhan, kita ada
kegiatan i’tikaf sepuluh hari terakhir di bulan ramadhan. Di masjid kegiatan
ini dan program kita nanti diselenggarakan di antar masjid, yang nantinya
kegiatan i’tikaf ramadhan ini akan kita selenggarakan di masjid masjid ,
berjalan sudah lama ya sejak masa awal-awal ikadi berdiri, setelah berdiri ya
kegiatannya berjalan.
REDUKSI DATA
No
Rumusan
Masalah
Daftar
Pertanyaan
Jawaban
1 Bagaimana kiprah
Ikatan Da’i
Indonesia (IKADI)
dalam
menyampaikan
dakwah Islam di
Kaliangkrik,
Magelang?
Apakah yang
melatar belakangi
terbentuknya
IKADI di
Kaliangkrik?
Awal terbentuk jadi ee ingin ada
wadah bagi orang-orang yang
mau berdakwah tapi yang tidak
menggunakan ataupun tidak
dalam artian tidak mengikuti
lembaga-lembaga yang sudah
ada, intinya ingin independen, ya
nanti semua orang yang ee
berkemampuan untuk dakwah itu
bisa diakumuded disitu, jadi
orang itu boleh dari
Muhammadiyah boleh dari NU
dari manapun boleh, jadi bekerja
sama untuk berdakwah menjadi
da’i.
Bagaimana
keadaan sosial
masyarakat
Kaliangkrik?
Intinya baik, tapi kita butuh
sarana untuk mempererat antar
ee antar golongan intinya. Jadi
selaman ini kan dulu
muhammadiyah wajib
muhammadiyah gitu NU wajib
NU, nah sekarang yang datang
ke IKADI itu ada yang
Muhammadiyah ada yang NU
ada yang orang biasa, tokoh-
tokoh masyarakat ada pak lurah
dan manten, jadi kita gabung
disini. Jadi pengajiannya itu
umum dan mengajak pada
perbaikan untuk islam dan untuk
ibadah diri.
Bagaimana
kehidupan sosial
keagamaan
masyarakat
Kaliangkrik?
Apik, kalau keadaan sosial
keagamaannya bagus wong
melaksanakan ibadah secara rutin
orang-orang yang mengikuti
IKADI itu kan. Kalau
masyarakat secara umum bagus,
tapi masih sebagian yang
melaksanakan ibadah seperti
shalat lima waktu secara rutin,
sebagian lagi ora kadang ada
orang yang tidak shalat tidak
puasa itu masih ada. Terus masih
ada yang masih menganut aliran
kepercayaan tidak sembahyang
tapi tetap percaya begitu saja ya
ada.
Bagaimana kiprah
IKADI selama ini
dalam
menyampaikan
dakwah Islam?
Kiprahnya ya setiap Ahad Wage
itu mengundang orang-orang
masyarakat se-kecamatan
Kaliangkrik begitu. Pertama kali
kiprah IKADI dimulai pada
tahun 2008 hingga kini 2018, ya
kurang lebih sudah 10 tahun. Ya
kalau ada anggota-anggota yang
sakit kami menjenguknya ngono.
2 Bagaimana
metode dakwah
yang digunakan
Ikatan Da’i
Indonesia (IKADI)
untuk
meningkatkan
kualitas
keberagamaan
Apa saja kegiatan
yang dilakukan
IKADI dalam
menyampaikan
dakwah Islam?
Syi’ar Islam ee istilahnya itu opo
yo ee sebentar jadi ada liqo’ ada
tatsqif, dadi ngene orang-orang
umum kit ajak mengaji yang mau
mangkat yo mangkat, kan tidak
semua orang itu serius ikut ngaji
to ada yang bener-bener niat
ngaji ada yang mergo rikuh, ada
yang terpaksa. Orang-orang yang
dalam masyarakat
Kaliangkrik,
Magelang?
berpotensi itu nantinya yang
direkrut dan diundang untuk
mengikuti tatsqif yang dilakukan
sebulan sekali itu sing rada
khusus, nanti kalau ada orang
yang berpotensi dan sungguh-
sungguh lagi maka dimasukkan
ke anggota liqo’ pengajian tiap
minggu itu lebih khusus lagi dan
materinya sudah mendalam lagi,
kalau IKADI itu materinya yang
disampaikan masih umum,
tatsqif materinya rada khusus
nek liqo’ wes khusus ngono kui.
Metode dakwah
apa saja yang
digunakan IKADI
dalam
meningkatkan
kualitas
keberagamaan di
masyarakat
Kaliangkrik?
Metode, karena kita konteksnya
seperti tabligh akbar seperti di
pengajian umum ya lebih fokus
pada metode ceramah walaupun
kadang-kadang spontanitas di
forum ada yang langsung
menyampaikan pertanyaan itu
sama ustadznya atau sama
penceramah ya tetap dijawab.
Metode dialog tapi jarang
dipakai karena sifatnya pengajian
umum jadi ee tetep
cenderungnya pada satu arah to.
Tatsqif itu setiap hari ahad
pahing, satu bulan sekali. IKADI
dalam pengjian satu bulan
sekali , aksi sosial atau bakti
sosial memang satu tahun sekali
kalau sementara ini, biasanya
kalau agar lebih efektif dan
mengena kebutuhan masyarakat
ya biasanya dilakukan pada
setiap bulan ramadhan to,
menyongsong bulan syawal kan
memang butuh banyak hal.
3 Apa faktor
pendukung dan
penghambat dalam
pelaksanaan
dakwah Ikatan
Da’i Indonesia
(IKADI) untuk
meningkatkan
kualitas
keberagamaan
masyarakat
Kaliangkrik,
Magelang?
Apa saja faktor
pendukung IKADI
dalam
menyampaikan
dakwah di
masyarakat
Kaliangkrik?
Faktor pendukung satu tokoh,
kita harus bagaimanapun
menjadi tauladan di masyarakat
berusaha diantara kita menjadi
tauladan otomatis IKADI lama
kelamaan dikenal oleh
masyarakat yang pertama. Yang
kedua memang kita harus mau
mengeluarkan biaya untuk
kegiatan-kegiatan itu, sekaligus
mengajari orang untuk berinfaq,
jadi kita awalnya mengeluarkan
tapi lama-lama beriringnya
dengan waktu masyarakat mau
berinfaq.
Faktor pendukungnya nomor satu
yang jelas SDM (Sumber Daya
Manusia) pengurus. Pengurus itu
yang benar-benar serius ora
wegah ngono. Yang kedua
vinansial (biaya). Yang ketiga
Ustadz yang mengisi pengajian
itu kalau bisa yang tidak
dipungut biaya seperti itu.
Apa saja faktor
penghambat
IKADI dalam
menyampaikan
dakwah di
masyarakat
Kaliangkrik?
Faktor penghambatya gini,
kadang-kadang IKADI itu
disamakan dengan wahabi,
sedangkan anggapan masyarakat
disinikan kalau wahabi itu orang
yang salah banget ya, terus
masyarakat diluar sana yang
tidak mengetahui yang
sebenarnya tentang IKADI maka
mereka menganggapnya seperti
aliran wahabi gitu. Yang nomer
dua faktor penghambantnya ee
kadang-kadang itu bareng karo
kegiatan-kegiatan lainnya
misalnya ada yang kerja bakti
gitu. Ya hambatannya kurang
lebih hanya itu.
Faktor penghambat ya selama ini
penghambatnya apa ya, ya
undangan kita undang paling
mengundang 300 tapi yang
datang sekitar 175 orang, jadi
memang ee masyarakat kadang-
kadang tidak tepat dan tidak mate
waktunya dengan kegiatan kita,
akan tetapi contohnya kegiatan
kita yang pengajian sudah kita
tetapkan hari Ahad Wage, jadi
orang itu ada kegiatan atau tidak
tetap kita jalani. Tapi masyarakat
bermasalah dengan waktu to, jadi
masalah waktu yang kadang-
kadang tidak sesuai( mate )
dengan masyarakat, sehingga
kegiatan mungkin saja bisa
tertunda. Kegiatan-kegiatan lain
contohnya kita mengadakan
santunan yatim ya tetap jalan.
Jadi hambatannya ya memang
waktu lah biasa, kurang sesuai
dengan situasi kadang-kadang
itu.
TRIANGULASI DATA
No Rumusan
Masalah
Daftar
Pertanyaan Jawaban Kesimpulan
1 Bagaimana
kiprah Ikatan
Da’i
Indonesia
(IKADI)
dalam
menyampaik
an dakwah
Islam di
Kaliangkrik,
Magelang?
Bagaimana
kiprah
IKADI
selama ini
dalam
menyampai
kan dakwah
Islam?
Kiprahnya ya setiap Ahad
Wage itu mengundang
orang-orang masyarakat se-
kecamatan Kaliangkrik
begitu. Pertama kali kiprah
IKADI dimulai pada tahun
2008 hingga kini 2018, ya
kurang lebih sudah 10 tahun.
Ya kalau ada anggota-
anggota yang sakit kami
menjenguknya ngono.
(ANM)
Kiprah IKADI
di Kaliangkrik
bagus dengan
banyaknya
kegiatan
dakwah yang
dilaksanakan
seperti halnya
syiar Islam atau
tabligh akbar,
kajian Islam,
dan santunan.
Kiprahnya bagus, jadi ee ini
justru bisa menjadi solusi
fanatik ee fanatisme
golongan artinya ketika
selama ini dakwahnya
Nahdhotul Ulama (NU) kan
yang mau datang Cuma
orang-orang NU kalau
dakwah nya orang
Muhammadiyah yang mau
datang Cuma orang-orang
Muhammadiyah doang to,
kalau di IKADI tidak seperti
itu, tokoh-tokoh
Muhammadiyah juga datang
bahkan termasuk ee yang
diluar NU dan
Muhammadiyah pun mereka
tidak masalah, artinya
termasuk temen-temen yang
aktif dalam jamaah tabligh
itu nggak masalah datang
bareng-bareng jadi kehadiran
IKADI bisa kita katakan
bener-bener sebagai penyatu,
dan ini termasuk hal
istimewa, kita kan sangat
butuh gitu sangat butuh
warna kebersamaan karena
sekarang kan bisa dikatakan
ndak saatnya lah Cuma
berbicara perbedaan karena
banyak yang kita garap,
banyak yang harus kita
tangani gitu nggih kira-kira
kiprah IKADI. Dan ini
termasuk hal yang langka hal
yang ditengah masyarakat
kita menyatukan lintas
golongan seperti ini gitu
nggih. (PN)
2 Bagaimana
metode
dakwah yang
digunakan
Ikatan Da’i
Indonesia
(IKADI)
untuk
meningkatka
n kualitas
keberagamaa
n dalam
masyarakat
Kaliangkrik,
Magelang?
Metode
dakwah apa
saja yang
digunakan
IKADI
dalam
meningkatk
an kualitas
keberagama
an di
masyarakat
Kaliangkrik
?
Metodenya ya yang umum
melakukan syiar islam yang
berupa pengajian, terus
silaturahmi, lalu lewat
pendalaman-pendalaman
kajian Islam seperti itu.
(ANM)
Metode yang
digunakan
IKADI dalam
berdakwah
yaitu metode
ceramah,
metode
pembinaan
keislaman,
metode bil hal.
Metode, karena kita
konteksnya seperti tabligh
akbar seperti di pengajian
umum ya lebih fokus pada
metode ceramah walaupun
kadang-kadang spontanitas
di forum ada yang langsung
menyampaikan pertanyaan
itu sama ustadznya atau sama
penceramah ya tetap
dijawab. Metode dialog tapi
jarang dipakai karena
sifatnya pengajian umum
jadi ee tetep cenderungnya
pada satu arah to. Tatsqif itu
setiap hari ahad pahing, satu
bulan sekali. IKADI dalam
pengjian satu bulan sekali ,
aksi sosial atau bakti sosial
memang satu tahun sekali
kalau sementara ini, biasanya
kalau agar lebih efektif dan
mengena kebutuhan
masyarakat ya biasanya
dilakukan pada setiap bulan
ramadhan to, menyongsong
bulan syawal kan memang
butuh banyak hal (PN)
Apa saja
kegiatan
yang
dilakukan
IKADI
dalam
menyampai
kan dakwah
Islam?
Kegiatan pengajian yang
pasti kadang kita menyatu
pada kegiatan bakti sosial
bareng-bareng dengan
salimah to IKADI juga
terlibat, terus kajian nah
kalau IKADI
menyelenggarakan kajian
kayak ee rutin kayak
selapanan diluar hari IKADI
kan ada yang ee misalnya
kajian khusus itu juga
termasuk ditangani oleh
pengurus IKADI misalnya
kayak tatsqif yang
pengajiannya model didalam
ruangan itu juga sistem
interaktif, mengkaji hadist
atau mengkaji ayat kemudian
setelah itu ada kesempatan
untuk interaktif, pertama ada
tinjauan pertanyaan. Liqo’
yaitu tentang pembinaan lebh
khusus artinya jamaahnya
pun juga memang orang-
orang yang ngajianya lebih
lama jadi tidak terbuka untuk
umum tidak semuanya bisa
ikut bergabung. Kalau tatsqif
lebih umum jadi ya
dipersilahkan untuk jamaah
IKADI yang berkenan mau
hadir, disamping kita ahad
wage ya ahad pahing kalau
berkenan hadir silahkan, nah
makanya materinya kalau
IKADI kan sifatnya sangat
umum seperti tabligh akbar
itukan materinya sangat
umum to, tapi lebih
cenderung mengikuti juga ee
mengikuti situasi yang sudah
berkembang termasuk
misalnya masuk event bulan
syawal jadi materinya
tentang bulan syawal dan
temen-temennya. Kayak
bulan ee bulan dzulhijjah
misalnya ya sangat terkait
gitu. Sedangkan tadi kayak
tatsqif itu kan materinya
mengkaji hadist atau ayat
yang memang betul-betul
perlu untuk dikupas. Jadi
selama ini kita mengupas
hadist itu terprogram,
perkurikulum, jadi kita
menyelesaikan misalnya
kayak kemaren hadist arbain
annawani ya sampai selesai
misalnya gitu. Ya mungkin
suatu saat membahas tentang
al-Qur’an dari Al-Fatihah
sampai rampung. (PN)
Syi’ar Islam ee istilahnya itu
opo yo ee sebentar jadi ada
liqo’ ada tatsqif, dadi ngene
orang-orang umum kit ajak
mengaji yang mau mangkat
yo mangkat, kan tidak semua
orang itu serius ikut ngaji to
ada yang bener-bener niat
ngaji ada yang mergo rikuh,
ada yang terpaksa. Orang-
orang yang berpotensi itu
nantinya yang direkrut dan
diundang untuk mengikuti
tatsqif yang dilakukan
sebulan sekali itu sing rada
khusus, nanti kalau ada orang
yang berpotensi dan
sungguh-sungguh lagi maka
dimasukkan ke anggota liqo’
pengajian tiap minggu itu
lebih khusus lagi dan
materinya sudah mendalam
lagi, kalau IKADI itu
materinya yang disampaikan
Kegiatan yang
dilakukan yaitu
sesuai dengan
metode
dakwah, antara
lain: syiar
Islam yaitu
pengajian rutin
bulanan
(Pengajian
Ahad Wage),
kajian Islam
seperti liqo’,
tatsqif, serta
dalam metode
bil hal
melakukan
santunan atau
bakti sosial,
dan silaturahmi
kepada saudara
muslim
khususnya di
daerah
masih umum, tatsqif
materinya rada khusus nek
liqo’ wes khusus ngono kui.
(ANM)
Kaliangkrik
3 Apa faktor
pendukung
dan
penghambat
dalam
pelaksanaan
dakwah
Ikatan Da’i
Indonesia
(IKADI)
untuk
meningkatka
n kualitas
keberagamaa
n masyarakat
Kaliangkrik,
Magelang?
Apa saja
faktor
pendukung
IKADI
dalam
menyampai
kan dakwah
di
masyarakat
Kaliangkrik
?
Faktor pendukung satu
tokoh, kita harus
bagaimanapun menjadi
tauladan di masyarakat
berusaha diantara kita
menjadi tauladan otomatis
IKADI lama kelamaan
dikenal oleh masyarakat
yang pertama. Yang kedua
memang kita harus mau
mengeluarkan biaya untuk
kegiatan-kegiatan itu,
sekaligus mengajari orang
untuk berinfaq, jadi kita
awalnya mengeluarkan tapi
lama-lama beriringnya
dengan waktu masyarakat
mau berinfaq (JL)
Yang menjadi
faktor
pendukung
berjalannya
dakwah IKADI
di Kaliangkrik
antara lain:
pengurus
organisasi,
tokoh (da’i),
mad’u, biaya,
Faktor pendukungnya nomor
satu yang jelas SDM
(Sumber Daya Manusia)
pengurus. Pengurus itu yang
benar-benar serius ora
wegah ngono. Yang kedua
vinansial (biaya). Yang
ketiga Ustadz yang mengisi
pengajian itu kalau bisa yang
tidak dipungut biaya seperti
itu (ANM)
Untuk pendukunge ya
artinya selama ini ee dari
segi donatur itu termasuk
faktor pendukung dalam
terselenggaranya kegiatan ini
termasuk kesadaran-
kesadaran masyarakat akan
pentingnya pembinaan
keagamaan dalam arti yang
tidak mengenal golongan
(PN)
Apa saja
faktor
penghambat
IKADI
dalam
menyampai
kan dakwah
di
masyarakat
Kaliangkrik
?
Faktor penghambatya gini,
kadang-kadang IKADI itu
disamakan dengan wahabi,
sedangkan anggapan
masyarakat disinikan kalau
wahabi itu orang yang salah
banget ya, terus masyarakat
diluar sana yang tidak
mengetahui yang sebenarnya
tentang IKADI maka mereka
menganggapnya seperti
aliran wahabi gitu. Yang
nomer dua faktor
penghambantnya ee kadang-
kadang itu bareng karo
kegiatan-kegiatan lainnya
misalnya ada yang kerja
bakti gitu. Ya hambatannya
kurang lebih hanya itu.
(ANM)
Faktor
penghambat
dakwah IKADI
yaitu: Waktu,
anggapan
masyarakat,
mad’u, sarana
Faktor penghambat ya
selama ini penghambatnya
apa ya, ya undangan kita
undang paling mengundang
300 tapi yang datang sekitar
175 orang, jadi memang ee
masyarakat kadang-kadang
tidak tepat dan tidak mate
waktunya dengan kegiatan
kita, akan tetapi contohnya
kegiatan kita yang pengajian
sudah kita tetapkan hari
Ahad Wage, jadi orang itu
ada kegiatan atau tidak tetap
kita jalani. Tapi masyarakat
bermasalah dengan waktu to,
jadi masalah waktu yang
kadang-kadang tidak
sesuai( mate ) dengan
masyarakat, sehingga
kegiatan mungkin saja bisa
tertunda. Kegiatan-kegiatan
lain contohnya kita
mengadakan santunan yatim
ya tetap jalan. Jadi
hambatannya ya memang
waktu lah biasa, kurang
sesuai dengan situasi
kadang-kadang itu. (JL)
Faktor penghambat ya
kadang-kadang orang-orang
yang masih ee dangkal
kebutuhan agamanya dan
terus memandang wah itu
dari kelompok ini kadang-
kadang ya seperti itu
sehingga mereka tidak mau
berangkat disamping juga
dari orang-orang wilayah
yang jangkauan ee misalnya
dari sini dari mangli dari
butuh itukan membutuhkan
sarana transportasi itu juga
menjadi faktor penghambat
itu to. Apalagi kalau bapak-
bapak yang pengen
berangkat nggak ada yang
membawa yo ndak jadi
berangkat gitu misalnya.
(PN)
Gambar1. Logo IKADI
Gambar2.
Pengurus menyiapkan tempat untuk pengajian Ahad Wage
Gambar3. Pengajian Ahad Wage Gambar4. Pengajian Ahad Wage
Gambar5. Undangan Pengajian Ahad Wage Gambar6. Kajian Islam Tatsqif
Gambar7. Pembukaan santunan kepada warga
Gambar8. Wawancara Bapak Pono Gambar9.
Wawancara Bapak Agus NM
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Ulfa Nurmala Kusuma Wati
Tempat, Tgl. Lahir : Magelang, 11 Juni 1996
Alamat :RT 02/ RW 07 Dusun Karang Tengah, Desa Girirejo,
Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang.
No. HP : 082-242-332-936
E-mail : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
1. RA Mafatihul Huda Girirejo Kaliangkrik Magelang
2. MI Mafatihul Huda Girirejo Kaliangkrik Magelang
3. SMP Muhammadiyah Kaliangkrik Magelang
4. SMA N 1 Bandongan Magelang
5. Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Salatiga
PENGALAMAN ORGANISASI
1. Dewan Mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Salatiga tahun 2015/2016
2. Senat Mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Salatiga tahun 2016/2017
3. Dewan Mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Salatiga tahun 2017/2017