peran diplomasi indonesia dalam menangani masalah ketahanan energi nasional

10
Peran Diplomasi Indonesia dalam Menangani Masalah Ketahanan Energi Nasional Disusun oleh: Raden Violla Reininda 1 Pendahuluan Indonesia memiliki sumber daya energi yang sangat melimpah. Sumber daya minyak bumi sekitar 86,9 miliar barel minyak, gas bumi sekitar 384,7 TSCF, batu bara sekitar 50 miliar ton, panas bumi sekitar 27.000 MW, tenaga air sekitar 75.000 MW, serta energi terbarukan, antara lain energi biomassa, energi surya, dan energi angin yang masih berlimpah dan diperkirakan seperempat daratan Indonesia mengandung deposit mineral radioaktif, terutama uranium. 2 Cadangan terbukti minyak bumi pada tahun 2002 sekitar 5 miliar barel, cadangan terbukti gas bumi sekitar 90 TSCF, cadangan terbukti batu bara sekitar 5 miliar ton, potensi tenaga air sebesar 75.000 MW yang saat ini baru dimanfaatkan sebesar 4.200 MW, dan cadangan terbukti panas bumi sebesar 2.300 MW yang saat ini baru dimanfaatkan sebesar 800 MW. 3 Kekayaan tersebut merupakan harta karun yang dapat memenuhi kebutuhan energi nasional dan menjadikan Indonesia negara adidaya, apabila dimanfaatkan dengan baik. Akan tetapi, implementasi kebijakan dan strategi energi nasional belum dapat mengeksploitasi sumber daya energi secara maksimal, tecermin dari ketergantungan negara kepada sumber energi tidak terbarukan sehingga belum dapat menjamin ketahanan energi nasional. Kebijakan energi nasional berlandaskan pada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi. Kebijakan energi nasional merupakan kebijakan pengelolaan energi yang berdasarkan pada prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian dan ketahanan energi nasional. 4 Kebijakan energi nasional diarahkan untuk mengurangi ketergantungan pada migas dan 1 Penulis adalah mahasiswa aktif Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran angkatan 2012 dan menjabat sebagai Staf Biro Kajian Ilmiah Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Periode 2013-2014. 2 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kebijakan Energi Nasional 2003 2020, Jakarta: Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2004, hlm. 2. 3 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Idem, hlm. 3. 4 Pasal 1 poin 25 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi.

Upload: departemen-kajian-stategis

Post on 06-Apr-2016

220 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Kajian 2

TRANSCRIPT

Page 1: Peran diplomasi indonesia dalam menangani masalah ketahanan energi nasional

Peran Diplomasi Indonesia dalam Menangani

Masalah Ketahanan Energi Nasional

Disusun oleh: Raden Violla Reininda1

Pendahuluan

Indonesia memiliki sumber daya energi yang sangat melimpah. Sumber daya minyak

bumi sekitar 86,9 miliar barel minyak, gas bumi sekitar 384,7 TSCF, batu bara sekitar 50

miliar ton, panas bumi sekitar 27.000 MW, tenaga air sekitar 75.000 MW, serta energi

terbarukan, antara lain energi biomassa, energi surya, dan energi angin yang masih berlimpah

dan diperkirakan seperempat daratan Indonesia mengandung deposit mineral radioaktif,

terutama uranium.2 Cadangan terbukti minyak bumi pada tahun 2002 sekitar 5 miliar barel,

cadangan terbukti gas bumi sekitar 90 TSCF, cadangan terbukti batu bara sekitar 5 miliar ton,

potensi tenaga air sebesar 75.000 MW yang saat ini baru dimanfaatkan sebesar 4.200 MW,

dan cadangan terbukti panas bumi sebesar 2.300 MW yang saat ini baru dimanfaatkan

sebesar 800 MW.3 Kekayaan tersebut merupakan harta karun yang dapat memenuhi

kebutuhan energi nasional dan menjadikan Indonesia negara adidaya, apabila dimanfaatkan

dengan baik. Akan tetapi, implementasi kebijakan dan strategi energi nasional belum dapat

mengeksploitasi sumber daya energi secara maksimal, tecermin dari ketergantungan negara

kepada sumber energi tidak terbarukan sehingga belum dapat menjamin ketahanan energi

nasional.

Kebijakan energi nasional berlandaskan pada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dan

Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi. Kebijakan energi nasional merupakan

kebijakan pengelolaan energi yang berdasarkan pada prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan

berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian dan ketahanan energi nasional.4

Kebijakan energi nasional diarahkan untuk mengurangi ketergantungan pada migas dan

1 Penulis adalah mahasiswa aktif Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran angkatan 2012 dan menjabat

sebagai Staf Biro Kajian Ilmiah Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Periode

2013-2014. 2 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kebijakan Energi Nasional 2003 – 2020, Jakarta:

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2004, hlm. 2. 3 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Idem, hlm. 3.

4 Pasal 1 poin 25 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi.

Page 2: Peran diplomasi indonesia dalam menangani masalah ketahanan energi nasional

mengarahkan pada penggunaan energi terbarukan demi terciptanya ketahanan energi

nasional.5

Ketahanan energi berhubungan dengan mengamankan energi masa depan suatu

bangsa dengan cara mendapatkan sumber daya energi yang stabil dan berkecukupan dengan

harga terjangkau.6 Secara umum, ketahanan energi adalah suatu kondisi di mana kebutuhan

masyarakat luas akan energi dapat dipenuhi secara berkelanjutan berdasarkan prinsip-prinsip

ketersediaan, keterjangkauan, dan akseptabilitas.7 Berbicara mengenai ketahanan energi tidak

akan terlepas dari politik luar negeri. Politik luar negeri RI sangat dipengaruhi oleh potensi

energi yang dimiliki sebab energi yang notabene penggerak perekonomian suatu negara dapat

dijadikan sebagai alat dalam berdiplomasi. Dengan cara inilah ketersediaan energi yang

semakin terbatas dan kecenderungan harga energi yang semakin tinggi dapat diatasi demi

tercapainya ketahanan energi nasional.

Kondisi Energi di Indonesia

Kondisi energi Indonesia dapat dikatakan jauh dari tercapainya ketahanan energi.

Sampai tahun 2000, Indonesia merupakan produsen minyak terbesar di ASEAN. Namun

seiring dengan berjalannya waktu, terjadi penurunan produksi. Konsumsi energi primer telah

meningkat lebih dari 50% sejak tahun 2000 hingga 2010, sedangkan produksi minyak, yang

masih mendukung sebagian besar kebutuhan energi, telah turun dari puncak produksi

sejumlah 1,6 juta barel per hari menjadi hanya 861.000 barel per hari di tahun 2012. Pada

saat bersamaan, cadangan minyak terbukti menurun lebih dari 1,9 miliar barel sejak 1992,

yang merupakan penurunan paling tajam di Asia.8 Menurut Indonesia Energy Outlook 2008,

produksi nasional menurun dengan laju 4,4% per tahun.9 Jika skenario tersebut benar-benar

terjadi, produksi minyak nasional pada tahun 2030 hanya akan tersisa sekitar 354 ribu barel

per hari. Jumlah tersebut dikategorikan sebagai jumlah yang minim sebab kebutuhan minyak

di Indonesia semakin membengkak.

Di sisi lain, Indonesia masih memiliki potensi sumber energi alternatif yang dapat

mengurangi konsumsi minyak bumi atau energi tidak terbarukan dan menstabilkan harga

5 Ronald Eberhard, Peran Diplomasi Indonesia untuk Ketahanan Energi Nasional, Jurnal Diplomasi

Edisi Ketahanan Pangan dan Energi, 2011. 6 Karen Agustiawan, “Indonesia dan Ketahanan Energi (dalam Pidato di The Center for Strategic and

International Studies (CSIS) Washington D.C.)”, <http://www.pertamina.com/news-room/pidato-dan-

artikel/indonesia-dan-ketahanan-energi/>, [06/02/2014]. 7 Ronald Eberhard, Loc.cit.

8 Karen Agustiawan, Loc.cit.

9 Ronald Eberhard, Loc.cit.

Page 3: Peran diplomasi indonesia dalam menangani masalah ketahanan energi nasional

penggunaan energi di pasaran, hanya saja pengelolaannya belum optimal. Indonesia

menyimpan potensi panas bumi sebesar 28.000 MW atau sekitar 35% dari potensi dunia,

memproduksi listrik panas bumi sebesar 1.189 MW atau peringkat ketiga setelah Amerika

Serikat dan Filipina. Sumber energi panas bumi secara geologi berada pada daerah tumbukan

lempeng tektonik di kawasan Pasifik (Pasific ring of fire), yakni terletak di jalur gunung api

di Sumatera, Jawa, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Utara, dan Maluku.10

Pemerintah beberapa

tahun belakang telah menetapkan target 9500 MW listrik panas bumi pada tahun 2025 dan

menetapkan harga jual listrik dan panas bumi hingga US$ 9,7 cent/kWh. Apabila terwujud,

hal ini akan dapat menggantikan pemakaian minyak bumi sedikitnya 4 miliar barel selama 30

tahun operasi pembangkit listrik tenaga panas bumi atau setara dengan cadangan minyak

bumi Indonesia saat ini.11

Salah satu potensi energi alternatif lain, yang tidak cukup familiar, ialah shale gas.

Shale gas adalah gas yang diperoleh dari sepihan batuan shale atau tempat terbentuknya gas

bumi.12

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agus Kuntoro, Dosen Fakultas

Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti, Indonesia memiliki potensi shale gas

terbesar di dunia, yakni sebesar 2000 TCF.13

Namun hal ini tidak pernah tercatat dalam

berbagai laporan dunia. Saat ini, negara yang tercatat memiliki shale gas terbesar di dunia

adalah China (1400 TCF) dan berada di posisi kedua ialah USA (1100 TCF). Kementerian

Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengidentifikasikan empat wilayah yang

memiliki cadangan shale gas di Indonesia, yakni di Baong shale, Telisa shale, dan Guma

shale di Sumatera, shale gas Papua, shale gas Jawa, dan shale gas Kalimantan.14

Pengembangan shale gas akan memberikan prospek yang cerah bagi ketersediaannya energi

alternatif di tanah air. Di Amerika Utara saja dapat dihasilkan shale gas yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan bahan bakar daerah tersebut setidaknya untuk 40 tahun berikutnya.

Terdapat pula sumber energi nasional yang telah dikelola melalui investasi asing,

tetapi tidak memberikan benefit yang berarti bagi perekonomian dan ketahanan energi

10

R Sukhyar, “Indonesia sebagai Pusat Keunggulan Panas Bumi”, 2010,

<http://www.esdm.go.id/berita/artikel/56-artikel/3337-indonesia-sebagai-pusat-keunggulan-panas-bumi.html>,

[06/02/2014]. 11

R Sukhyar, Ibid. 12

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, “Menyongsong Era Shale Gas”, 2011,

<http://www.esdm.go.id/berita/artikel/56-artikel/4288-menyongsong-era-shale-gas.html>, [06/02/2014]. 13

Unpad.ac.id, “Indonesia Miliki Potensi Energi Alternatif Shale Gas Terbesar di Dunia”, 2013,

<http://www.unpad.ac.id/2013/11/indonesia-miliki-potensi-energi-alternatif-shale-gas-terbesar-di-dunia/>,

[06/02/2014] 14

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Loc. Cit.

Page 4: Peran diplomasi indonesia dalam menangani masalah ketahanan energi nasional

nasional, contohnya Blok Mahakam. Penanaman modal asing di Blok Mahakam merupakan

praktek neokolonialisme yang mengancam kedaulatan bangsa dan politik energi nasional.

Kontrak bagi hasil Blok Mahakam ditandatangani tahun 1967, kemudian diperpanjang tahun

1997 untuk jangka waktu 20 tahun sampai 2017. Kegiatan eksplorasi yang dilakukan pada

tahun 1967 menemukan cadangan minyak dan gas bumi di Blok Mahakam tahun 1972 dalam

jumlah yang cukup besar. Cadangan awal yang ditemukan saat itu sebesar 1,68 miliar barel

minyak dan gas bumi sebesar 21,2 TCF. Kontak kerja sama dengan Blok Mahakam telah

menginvestasikan setidaknya US$ 27 miliar atau sekitar Rp 250 triliun sejak masa eksplorasi

dan pengembangannya telah memberikan penerimaan negara sebesar US$ 83 miliar atau

sekitar Rp 750 triliun.15

Hatta Taliwang, mantan anggota DPR RI, mengungkapkan bahwa

Blok Mahakam memiliki potensi pemasukan kas negara sebesar US$ 160 miliar atau sekitar

Rp 1.500 triliun16

, dua kali lebih besar dibandingkan dengan pengelolaan yang dilakukan oleh

pihak asing. Kontrak migas Blok Mahakam akan berakhir pada tahun 2017. Tahun tersebut

harus dijadikan sebagai momentum bagi Indonesia untuk mengembalikan kontrol negara

terhadap kekayaan alam nasional.

Konsep Ketahanan Energi Nasional

Pengertian ketahanan energi secara umum adalah suatu kondisi di mana kebutuhan

masyarakat luas akan energi dapat dipenuhi secara berkelanjutan berdasarkan prinsip-prinsip

ketersediaan, keterjangkauan, dan akseptabilitas. Ketahanan energi merupakan pilar penting

dalam mengembangkan perekonomian suatu negara. Untuk itu, upaya menciptakan

ketahanan energi membutuhkan dukungan dan keterjaminan terhadap akses ataupun sumber-

sumber energi serta proses konversi dan distribusi energi yang dibutuhkan untuk menjamin

terciptanya ketahanan energi dalam rangka kelangsungan hidup negara dalam jangka pendek

maupun panjang.17

Kementerian ESDM telah merumuskan sasaran untuk mencapai ketahanan energi

nasional dalam Kebijakan Energi Nasional 2003-2020, di antaranya:18

15

SKK Migas, “Data dan Fakta Seputar Blok Mahakam”, 2013, <http://www.skkmigas.go.id/data-dan-

fakta-seputar-blok-mahakam>, [11/02/2014]. 16

Berdikari Online, “Blok Mahakam Harus Dinasionalisasi untuk Kesejahteraan Rakyat!”, 2012,

<http://www.berdikarionline.com/kabar-rakyat/20121111/blok-mahakam-harus-dinasionalisasi-untuk-

kesejahteraan-rakyat.html#ixzz2sXWhYqUY>, [11/02/2014]. 17

Timotius D. Harsono, Peran Energy Security dalam Memperkokoh Ketahanan Nasional, Jakarta:

Lemhanas, 2008, hlm. 2. 18

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Op.cit., hlm. 16.

Page 5: Peran diplomasi indonesia dalam menangani masalah ketahanan energi nasional

- meningkatkan peran bisnis energi yang mengarah kepada mekanisme pasar untuk

meningkatkan nilai tambah agar memberikan kontribusi yang lebih besar dalam

perekonomian nasional dan terciptanya industri energi yang efisien;

- tercapainya rasio elektrifikasi sebesar 90% pada tahun 2020, dengan didukung oleh

peningkatan investasi untuk membangun pembangkit listrik beserta jaringan transmisi

dan distribusinya mengingat pembangunan listrik merupakan kegiatan pada modal;

- meningkatkan pangsa energi, terutama untuk energi terbarukan non-hidro skala besar

menjadi sekurang-kurangnya 5% pada tahun 2020. Energi terbarukan yang

diharapkan dapat memenuhi target tersebut adalah panas bumi, biomassa, dan

mikrohidro;

- terwujudnya infrastruktur energi yang mampu memaksimalkan akses masyarakat

terhadap energi dan pemanfaatan untuk ekspor;

- meningkatnya kemitraan strategis antara perusahaan energi domestik dengan

internasional untuk mencari sumber-sumber energi di dalam dan luar negeri.

Diharapkan perusahaan energi domestik dapat “go international” dan dapat bersaing

dalam pasar global;

- menurunnya intensitas penggunaan energi sebesar 1% per tahun;

- meningkatnya penggunaan kandungan lokal dan meningkatnya peran sumber daya

manusia nasional dalam industri energi sehingga ketergantungan terhadap luar negeri

makin berkurang.

Agar sasaran dapat tercapai, langkah kebijakan yang ditempuh adalah intensifikasi,

diversifikasi, dan konservasi.19

Langkah intensifikasi dilakukan untuk meningkatkan

ketersediaan energi sejalan dengan meningkatnya laju pembangunan dan populasi. Langkah

diversifikasi dilakukan untuk meningkatkan pangsa penggunaan batu bara dan gas yang

cadangannya relatif lebih banyak serta meningkatkan pangsa energi terbarukan karena

potensi melimpah dan termasuk energi bersih baik yang berasal dari dalam dan luar negeri,

dan antar berbagai jenis energi untuk menciptakan campuran energi yang optimal dan

manfaat ekonomi. Langkah konservasi dilakukan dengan meningkatkan efisiensi pemakaian

19

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Idem., hlm. 19.

Page 6: Peran diplomasi indonesia dalam menangani masalah ketahanan energi nasional

energi dengan mengembangkan dan memanfaatkan teknologi hemat energi baik di sisi hulu20

maupun sisi hilir21

.

Perumusan sasaran dan langkah kebijakan tersebut memperlihatkan bahwa Indonesia

berkeinginan untuk meningkatkan ketahanan energi nasional dan mencegah pemusatan

sumber energi dunia, seperti yang terjadi di Timur Tengah, Rusia, dan Amerika Latin, yang

berpotensi menimbulkan krisis energi dunia dengan meriapkan potensi energi dalam negeri.

Dengan kondisi tersebut, kerja sama ekonomi internasional akan gencar dikembangkan demi

terciptanya keamanan pasokan energi nasional dan dunia.

Peran Diplomasi dalam Menangani Masalah Ketahanan Energi Nasional

Diplomasi energi merupakan instrumen politik luar negeri untuk menghadapi masalah

energi global guna mencapai ketahanan energi. Promosi energi di luar negeri yang dilakukan

diplomat RI akan sangat menarik investasi karena Indonesia memiliki berbagai keunggulan

seperti sumber energi yang cukup besar dan potensi alternatif yang belum dimanfaatkan

secara maksimal, seperti yang telah dipaparkan dalam bagian Kondisi Energi di Indonesia.

Namun terdapat hal penting yang perlu diperhatikan dalam penanaman modal asing, yakni

pemosisian Indonesia terhadap perusahaan penanam modal. Indonesia harus berada pada

pihak yang diuntungkan dan investor berada pada pihak yang tidak dirugikan. Diplomat harus

memberikan ketegasan dalam bernegosiasi dengan investor dan harus berani membela

kepentingan nasional. Jangan sampai investasi yang dilakukan malah mementingkan

kepentingan oknum-oknum tertentu dan pro dengan praktek neokolonialisme, seperti yang

terjadi pada Blok Mahakam.

Selain penanaman modal asing, diplomasi energi juga dapat diarahkan kepada kerja

sama antarnegara. Berikut merupakan beberapa skenario yang tengah dikembangkan

Indonesia di luar negeri guna mengamankan pasokan energi yang berkesinambungan sesuai

dengan SK Menteri ESDM No. 2280 K/05/MEM/2007 tentang Koordinasi Antarunit di

Lingkungan Departemen ESDM dalam Penanganan Forum Dialog/Kerjasama Luar Negeri22

:

Tingkat Bilateral

20

Yang tergolong dalam sektor energi industri hulu ialah minyak bumi, gas bumi, batu bara, panas

bumi, tenaga air, energi nuklir, dan energi baru dan terbarukan lainnya. 21

Yang tergolong dalam sektor energi industri hilir ialah BBM, gas pipa, BBG dan LPG, serta

ketenagalistrikan. 22

Ronald Eberhard, Loc.cit.

Page 7: Peran diplomasi indonesia dalam menangani masalah ketahanan energi nasional

- MoU dengan India

Isinya pembentukan Working Group untuk berbagi info eksplorasi batu bara, capacity

building, dan alih teknologi. Bentuk pertemuannya berupa Joint Commision Meeting.

Dirjen Minerbapabum Kementerian ESDM sebagai focal point dalam kerja sama

dengan India.

- Kerja sama dengan Jepang

Forum Coal Policy Dialogue dan Indonesia-Japan Energy Round Table.

Tingkat Regional

Pada tahun 2004, Indonesia bersama-sama dengan negara-negara anggota ASEAN

lainnya telah menyepakati beberapa rencana aksi bersama yang bertujuan untuk

meningkatkan jaminan pasokan energi bagi negara-negara ASEAN. Negara-negara

ASEAN sepakan untuk mendukung proyek pembangunan pipa gas lintas ASEAN

(Trans ASEAN Gas Pipeline) serta proyek pembangunan jaringan transmisi listrik

yang menghubungkan negara-negara ASEAN (ASEAN Power Grid)

Tingkat Multilateral

- IRENA (International Renewable Energy Agency)

Saat ini, Indonesia sedang mengusahakan keanggotaan di IRENA. Status organisasi

internasional ini belum full-fledged, dibutuhkan ratifikasi oleh 25 negara dan sampai

saat ini, baru 18 negara yang meratifikasi (anggota tidak sama dengan ratifikator).

Perkembangan terakhir, Kementerian ESDM sudah meminta kelompok kerja terkait

untuk membahas keanggotaan. Kementerian Luar Negeri (Kemlu) juga meminta

analisa cost and benefit dari Kementerian ESDM. Pada tahap ini, Kementerian ESDM

berkewajiban untuk membuat rancangan Perpres terkait keanggotaan dalam IRENA.

Peran Kemlu nantinya adalah mencari peluang di IRENA untuk capacity building dan

transfer of technology.

- G-20

Indonesia juga aktif berpartisipasi di G-20 untuk mendiskusikan cara dan tujuan untuk

menciptakan lingkungan yang lebih kondusif terhadap volatilitas harga minyak. Ini

termasuk prioritas untuk menstabilkan sistem ekonomi global dan untuk memberikan

Page 8: Peran diplomasi indonesia dalam menangani masalah ketahanan energi nasional

stimulus efektif terhadap permintaan global. Keanggotaan Indonesia di G-20

berkaitan erat dengan penggunaan energi. Hal ini dikarenakan mayoritas anggota G-

20 adalah negara maju pengimpor energi. Isu yang sedang hangat dibicarakan di sana

adalah penghapusan subsidi energi karena subsidi sendiri adalah distorsi bagi sistem

ekonomi. Subsidi tidak mendorong efisiensi energi dan pemberiannya harus

disesuaikan dengan strata ekonomi konsumen.

Untuk melancarkan proses promosi energi dan kerja sama internasional, tentunya

dibutuhkan diplomat yang ulung dalam mempertahankan kepentingan nasional. Diplomat

harus memberikan ketegasan dalam bernegosiasi dan harus berani membela kepentingan

nasional agar Indonesia terhindar dari keputusan yang dapat mengancam kepentingan negara.

Diplomat juga harus memiliki kemampuan sebagai opportunity seeker agar mampu melihat

peluang kerja sama teknis, terutama di bidang energi terbarukan.23

Yang jelas, diplomasi

yang dibangun harus kreatif, aktif, dan antisipatif, tidak sekadar rutin dan reaktif, teguh

dalam prinsip dan pendirian, serta rasional dan luwes dalam pendekatan. 24

Kesimpulan dan Saran

Diplomasi memiliki peran yang penting dalam meningkatkan ketahanan energi

nasional dan merupakan instrumen politik luar negeri untuk menghadapi masalah energi

global. Cadangan energi yang dimiliki Indonesia tidak selamanya dapat memenuhi kebutuhan

energi nasional. Penggunaan energi tidak dapat dipusatkan pada satu jenis saja, diperlukan

pengembangan energi alternatif agar kebutuhan energi terpenuhi dan harga energi di pasaran

tetap stabil. Pengembangan energi tersebut dapat dilakukan melalui penanaman modal asing

dan kerja sama internasional lainnya. Diplomasi yang dilakukan harus berpihak kepada

kepentingan negara dalam meningkatkan ketahanan energi nasional. Jadi, ketersediaan energi

nasional dapat terpenuhi, akses terhadap energi tidak sulit, serta mutu dan harga energi

terjamin.

23

Ronald Eberhard, Idem. 24

Pasal 4 Undang-undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri.

Page 9: Peran diplomasi indonesia dalam menangani masalah ketahanan energi nasional

Daftar Pustaka

Sumber Literatur

Eberhard, Ronald Peran Diplomasi Indonesia untuk Ketahanan Energi Nasional, Jurnal

Diplomasi Edisi Ketahanan Pangan dan Energi, 2011.

Harsono, Timotius D., Peran Energy Security dalam Memperkokoh Ketahanan Nasional,

Jakarta: Lemhanas, 2008.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kebijakan Energi Nasional 2003 – 2020,

Jakarta: Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2004.

Sumber Elektronik

Agustiawan, Karen, “Indonesia dan Ketahanan Energi (dalam Pidato di The Center for

Strategic and International Studies (CSIS) Washington D.C.)”,

<http://www.pertamina.com/news-room/pidato-dan-artikel/indonesia-dan-ketahanan-

energi/>.

Berdikari Online, “Blok Mahakam Harus Dinasionalisasi untuk Kesejahteraan Rakyat!”,

2012, <http://www.berdikarionline.com/kabar-rakyat/20121111/blok-mahakam-

harus-dinasionalisasi-untuk-kesejahteraan-rakyat.html#ixzz2sXWhYqUY>.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, “Menyongsong Era Shale Gas”, 2011,

<http://www.esdm.go.id/berita/artikel/56-artikel/4288-menyongsong-era-shale-

gas.html>.

Page 10: Peran diplomasi indonesia dalam menangani masalah ketahanan energi nasional

SKK Migas, “Data dan Fakta Seputar Blok Mahakam”, 2013,

<http://www.skkmigas.go.id/data-dan-fakta-seputar-blok-mahakam>.

Sukhyar, R, “Indonesia sebagai Pusat Keunggulan Panas Bumi”, 2010,

<http://www.esdm.go.id/berita/artikel/56-artikel/3337-indonesia-sebagai-pusat-

keunggulan-panas-bumi.html>.

Unpad.ac.id, “Indonesia Miliki Potensi Energi Alternatif Shale Gas Terbesar di Dunia”,

2013, <http://www.unpad.ac.id/2013/11/indonesia-miliki-potensi-energi-alternatif-

shale-gas-terbesar-di-dunia/>.

Sumber Peraturan Perundang-undangan

Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi.

.

Undang-undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri.