peran audit internal dalam mengatasi fraud ......audit internal dalam pencegahan meliputi pada 3...
TRANSCRIPT
PERAN AUDIT INTERNAL DALAM MENGATASI FRAUD
PADA PEMERINTAH KOTA MAKASSAR
(Studi Kasus Kantor Balaikota Makassar)
SKRIPSI
Oleh
RINA WAHYUNI
105730442513
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ix
ABSTRAK
RINA WAHYUNI, 2019. Peran Audit Internal Dalam Mengatasi Fraud pada Pemerintah Kota Makassar (Studi Kasus Kantor Balaikota Makassar), Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Abd. Rahman Rahim dan Pembimbing II Linda Arisanty Razak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan audit internal dalam mengatasi kecurangan (fraud), dan untuk mengetahui hambatan yang terjadi dalam menemukan kecurangan di Pemerintahan Kota Makassar.
Penelitian ini digolongkan sebagai jenis penelitian kualitatif karena penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan deduktif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan, penelitian lapangan dan studi internet.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa peran audit internal dalam pencegahan meliputi pada 3 peran yakni Preventing Fraud (mencegah kecurangan), Detecting Fraud (mendeteksi kecurangan), dan Investigating Fraud (melakukan investigasi kecurangan). Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pencegahan fraud dilakukan meliputi faktor Lingkungan dan faktor adanya kesempatan terjadinya fraud (kecurangan).
Kata Kunci: Audit Internal, Fraud.
x
ABSTRACT
RINA WAHYUNI, 2018. Internal Audit Role in Overcoming Fraud in Makassar City Government (Case Study of City Hall of Makassar Public Relation), Thesis Faculty of Economics and Business Department of Accounting Muhammadiyah University of Makassar. Counseled by Supervisor I Dr. H.
Abd.Rahman Rahim and Advisor II Linda ArisantyRazak.
This study aims to determine the extent to which the fraud that occurred in the government agencies of Makassar. This research is classified as a type of qualitative research because qualitative research is descriptive research and tend to use analysis with deductive approach. The data collection is done by literature technique, based on the result obtained, it can be concluded the role of internal audit on the prevention of fraud actions in the local government of Kota Makaassar is the role of internal audit in prevention covering 3 roles ie Preventing Fraud (Deterring Fraud), Detecting Fraud detecting fraud), and Investigating Fraud (conducting fraud investigation) The factors that inhibit the implementation of fraud prevention are done include environmental factors and factors of
opportunity for fraud.
Keywords: Internal Audit, Fraud,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi terutama globalisasi ekonomi telah menimbulkan
persaingan ekonomi yang ketat. Persaingan ini mengharuskan perusahaan untuk
berpikir lebih kritis dalam pemanfaatan dan pengalokasian sumber dayanya yang
berarti untuk menghadapi pesaing bisnisnya, perusahaan harus memanfaatkan
dan mengalokasikan sumber daya secara lebih efektif dan lebih efisien.
Keberadaan audit internal merupakan bagian yang penting bagi
Pemerintah, karena audit internal dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi
kegiatan di dalam pemerintahan. Audit internal merupakan aktivitas yang
independen dan obyektif serta merupakan aktivitas pemberi keyakinan yang
memadai dan penyediaan konsultasi yang dirancang untuk meningkatkan nilai
tambah dalam kegiatan organisasi. Audit internal juga dapat membantu
pencapaian tujuan pemerintah, melalui pendekatan yang sistematis dalam
mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen resiko, pengendalian,
proses pengaturan, dan pengolaan organisasi.
Pada prinsipnya Audit Internal merupakan pemeriksaan intern yang
independen, yang ada pada suatu organisasi dengan tujuan untuk menguji dan
mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan. Tujuan pemeriksaan ini
adalah untuk memastikan apakah tugas dan tanggung jawab yang diberikan,
telah dilaksanakan sesuai dengan seharusnya. Untuk itu Auditor Intern perlu
melakukan pemeriksaan, penilaian dan mencari fakta atau bukti guna
memberikan rekomendasi kepada pihak manajemen untuk ditindaklanjuti. Salah
satutemuan Auditor Internal diantaranya adalah penemuan kecurangan.
2
Kecurangan terjadi antara lain disebabkan karena adanya tekanan, kesempatan
untuk melakukan kecurangan, sistem dan prosedur serta adanya pembenaran
terhadap tindakan kecurangan tersebut.
Biasanya kecurangan (fraud) tidak mudah ditemukan. Kecurangan
biasanya ditemukan karena kebetulan maupun karena satu usaha yang
disengaja. Dengan demikian manajemen perlu berhati-hati terhadap
kemungkinan timbulnya kecurangan yang mungkin terjadi di suatu Pemerintahan.
Dalam mengatasi potensi timbulnya kecurangan (fraud), Audit Internal diperlukan
keberadaanya di dalam Pemerintahan, yang bertugas untuk mengevaluasi suatu
sistem dan prosedur yang disusun secara benar dan sistematis serta apakah
telah diimplementasikan secara benar, melalui pengamatan, penelitian, dan
pemeriksaan atas pelaksanaan tugas yang telah didelegasikan di setiap unit
kerja organisasi. Dalam mencegah kecurangan (fraud), penelitian dan
pemeriksaan aktivitas lembaga pemerintahan secara terus menerus perlu
dilakukan, untuk memastikan apakah sistem dan proses serta sumberdaya yang
mamadai. Kegiatan ini disertai dengan pengujian untuk memastikan apakah
sistem yang ada telah ditetapkan. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan
manajemen bahwa laporan keuangan dan non keuangan diterimanya merupakan
laporan yang relevan, akurat dan tepat untuk bahan pengambilan keputusan.
Penyelenggaraan kegiatan pemerintahan yang diatur dalam PP No.60
tahun 2008. Pemerintah mewajibkan setiap instansi pemerintah untuk
membangun pengendalian. Pengendalian internal dapat membantu pemerintah
untuk meminimalisasi terjadinya kelemahan, kesalahan dan risiko kecurangan.
Sistem pengendalian internal organisasi yang lemah dapat mengidentifikasikan
tindak efisiennya operasi pemerintahan dan sterusnya akan menjadi peluang
3
terjadinya fraud. Fungsi auditor internal adalah melaksanakan fungsi
pemeriksaan internal yang merupakan suatu fungsi penilaian yang independen
dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi
yang dilakukan. Auditor Internal diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam rangka peningkatan kinerja organisasi.
Berkaitan dengan pentingnya masalah kecurangan (fraud), maka yang
menjadi obyek penelitian ini adalah Instansi pemerintah pada Kantor Balaikota
Makassar, maka pengelolaannya harus berdasarkan pengelolaan yang sehat,
instansi tersebut harus menyadari perlunya manajemen yang baik. Namun
fenomena yang terjadi selama ini bahwa adanya potensi – potensi yang rentan
untuk terjadi kecurangan dalam proses pengelolaan keuangan yang dilihat oleh
peneliti sehingga hal inilah yang membuat peneliti untuk mengangkat
permasalahan yang terjadi pada Instansi pemerintah pada Kantor Balaikota
Makassar karena banyaknya kemungkinan terjadi fraud atau penyimpangan
selama proses pengeloaan keuangan. Oleh karena itu untuk mencegah
terjadinya fraud maka Audit Internal perlu memiliki kompetensi melalui
pengetahuan dan pengalaman, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ratna Amalia (2013) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh audit
internal terhadap pencegahan dan pendeteksian fraud (kecurangan) pada GKPRI
Jawa Barat. Di mana ditemukan bahwa peran audit internal sudah cukup
memadai, di mana apabila perannya sebagai internal control semakin baik maka
akan membuat pencegahan dan pendeteksian fraud semakin efektif.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti memilih judul
penelitian Peran Audit Internal Dalam Mengatasi Fraud pada Pemerintah Kota
Makassar (Studi Kasus Kantor Balaikota Bagian Humas).
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dikemukakan beberapa
rumusan masalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana peran audit internal dalam mengatasi fraud pada Pemerintah Kota
Makassar?
2. Apa hambatan yang timbul dalam menemukan kecurangan (fraud) pada
Pemerintah Kota Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan uraian pada latar belakang dan rumusan masalah,
maka dikemukakan tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peranan audit internal dalam mengatasi kecurangan
(fraud), khususnya di Pemerintahan Kota Makassar.
2. Untuk mengetahui hambatan yang terjadi dalam menemukan kecurangan di
Pemerintahan Kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
tentang masalah kecurangan yang terjadi di Pemerintahan Kota Makassar
dan cara kerja sistem audit Internal yang sesungguhnya.
2. Pemerintah Kota Makassar
Dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
masukan bagi Pemerintah Kota Makassar, khususnya satuan kerja Audit
Internal.
5
3. Pihak Lain
Dapat menambah wawasan yang luas mengenai peranan audit
internal di dalam Pemerintahan.
E. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya terkait dengan faktor-faktor yang memengaruhi
terjadinya fraud di Instansi Pemerintahan. Disamping itu, penelitian ini
diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan
membahas tentang fraud dan memperkaya hasil penelitian dan bahan
perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan bagi pemerintah
Kota Makassar untuk meningkatkan pengawasan atas kemungkinan
terjadinya fraud di masa yang akan datang.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Audit
a. Definisi Audit
Menurut Thalia Amelia Constantie Rambing, Jantje J. Tinangon, &
Winston Pontoh (2018): Audit merupakan sebuah proses yang dilakukan
secara sistematis yang bertujuan menetapkan tingkat kesesuaian antara
pelaksanaan dengan aturan yang telah diatur dan juga untuk menyampaikan
hasil untuk pihak yang memiliki kepentingan dalam memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan
peristiwa ekonomi.
Ada beberapa pengertian audit yang diberikan oleh beberapa ahli di
bidang Akuntansi, antara lain :
Menurut Arens, A. & Loebbecke, J.K. (2013): “Auditing is the
accumulation and evaluation of evidence about information to determine and
report on the degree of correspondence between the information and
established criteria. Auditing should be done by a competent independent
person”.
Menurut Mulyadi 2015: “Suatu proses sistematik untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan
tentang kegiatan dan kejadian ekono mi, dengan tujuan untuk menetapkan
tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria
7
yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai
yang berkepentingan”.
Secara umum pengertian di atas dapat diartikan bahwa audit adalah
proses sistematis yang dilakukan oleh orang atau auditor yang kompeten dan
independen dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti dan
bertujuan memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
tersebut.
Dalam melaksanakan audit faktor-faktor berikut harus diperhatikan:
1). Dibutuhkan informasi yang dapat diukur dan sejumlah kriteria (standar)
yang dapat digunakan sebagai panduan untuk mengevaluasi informasi
tersebut,
2). Penetapan entitas ekonomi dan periode waktu yang diaudit harus jelas
untuk menentukan lingkup tanggungjawab auditor,
3). Bahan bukti harus diperoleh dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk
memenuhi tujuan audit,
4). Kemampuan auditor memahami kriteria yang digunakan serta sikap
independen dalam mengumpulkan bahan bukti yang diperlukan untuk
mendukung kesimpulan yang akan diambilnya.
Selanjutnya, menurut Yulia Margaret (2017) audit internal adalah
sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor
internal terhadap operasi dankontrol yang berbeda-beda dalam organisasi
untuk menentukan:
a) Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan;
b) Risiko yang dihadapi perusahaan atau iinstansi pemerintahan telah
diidentifikasi dan diminimalisasi;
8
c) Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa
diterima telah diikuti;
d) Kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi;
e) Sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan
f) Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif – semua dilakukan dengan
tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota
organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.
b. Jenis-jenis Audit
Adapun beberapa jenis audit yang diantaranya seperti:
1) Audit kinerja
Yaitu audit yang dilakukan oleh auditor untuk mengetahui
seberapa efesien dan efektifnya kegiatan operasional pada suatu
perusahaan. Dalam hal ini seorang auditor diharapkan bisa melakukan
pengamatan yang obyektif dan hasilnya koprehensif terhadap kegiatan
operasional pada perusahaan atau entitas. Audit kinerja dilakukan untuk
mendapatkan sekaligus mengevaluasi bukti-bukti yang telah ditemukan
dengan tujuan untuk mencapai target yang ditetapkan oleh perusahaan
tersebut.
2) Audit laporan keuangan
Yaitu audit yang dilakukan oleh auditor terhadap laporan-laporan
keuangan pada suatu perusahaan, apa laporan keuangan yang
disajikan telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan atau belum.
Hasil dari audit ini nantinya akan disampaikan kepada pihak eksternal
misalnya seperti para pemegang saham perusahaan tersebut.
9
3) Audit kepatuhan
Yaitu audit yang dilakukan untuk melihat kegiatan pada suatu
perusahaan apakah sudah sesuai dengan ketentuan, peraturan dan
persyaratan yang berlaku misalnya seperti perjanjian yang telah
ditetapkan dan apakah telah sesuai dengan undang-undang pada suatu
negara. Kriteria-kriteria yang sudah ditetapkan pada audit ini, berasal
dari sumber-sumber yang berbeda. Misalnya bersumber dari
manajemen yang berbentuk prosedur-prosedur pengendalian internal.
Audit ini umumnya disebut dengan fungsi audit internal karena dilakukan
oleh pegawai pada perusahaan tersebut.
2. Audit Internal
a. Standar Profesional Audit Internal
Sebagai suatu profesi, ciri utama auditor internal adalah kesedian
menerima tanggungjawab terhadap kepentingan masyarakat dan pihak-pihak
yang dilayani. Agar dapat mengemban tanggungjawab ini secara efektif,
auditor internal perlu memelihara standar perilaku dan memiliki standar praktik
pelaksanaan pekerjaan yang handal. Sehubungan dengan hal tersebut,
Konsorsium Organisasi Profesi Auditor Internal menerbitkan Standar Profesi
Auditor Internal (SPAI). Standar Profesi Audit Internal ini merupakan awal dari
serangkaian Pedoman Praktik Audit Internal (PPAI), yang diharapkan menjadi
sumber rujukan bagii nternal auditor yang ingin menjalankan fungsinya secara
profesional.
Standar Profesi Audit Internal (SPAI) terdiri atas Standar Atribut,
Standar Kinerja dan Standar Implementasi.
1. Standar Atribut
10
Berkenaan dengan karakteristik organisasi, individu, dan pihak-
pihak yang melakukan kegiatan audit internal.
2. Standar Kinerja
Menjelaskan sifat dari kegiatan audit internal dan merupakan
ukuran kualitas pekerjaan audit. Standar Kinerja memberikan praktik-
praktik terbaik pelaksanaan audit mulai dari perencanaan sampai dengan
pemantauan tindak lanjut. Standar Atribut dan Standar Kinerja berlaku
untuk semua jenis penugasan audit internal.
3. Standar Implementasi.
Hanya berlaku untuk satu penugasan. Standar Implementasi yang
akan diterbitkan di masa mendatang adalah
1) standar implementasi untuk kegiatan assurance (A)
2) standar implementasi untuk kegiatan consulting (C),
3) standar implementasi kegiatan investigasi (I)
4) dan standar implementasi Control Self Assessment (CSA).
Standar-standar tersebut merupakan bagian dari pedoman praktik
audit internal (PPAI),. Keseluruhan pedoman praktik audit internal terdiri
atas: Definisi Audit Internal Kode Etik Profesi Audit Internal Standar Profesi
Audit Internal dan Interpretasi dari Standar Profesi Audit Internal
Pada masa yang akan datang, penerbitan standar-standar
implementasi dan pedoman lainnya akan didahului dengan
penyebarluasan rancangan standar (exposure draft-ED). Standar dan
pedoman akan disahkan setelah paling sedikit dua bulan diedarkan dalam
bentuk ED dan mendapat respon yang memadai. ED akan dimuat dalam
media komunikasi, jurnal, dan web-site yang dimiliki oleh masing-masing
11
organisasi profesi anggota konsorsium, serta dalam publikasi lain yang
relevan.
b. Definisi Audit Internal
Aktivitas audit internal adalah memeriksa dan menilai efektivitas dan
kecukupan dari sistem pengendalian internal yang ada dalam organisasi,
tanpa fungsi audit internal dewan direksi dan atau pimpinan unit tidak dapat
memiliki sumber informasi internal yang bebas mengenai kinerja organisasi.
Pengertian audit internal menurut IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) dalam
SPAP (Standar Pelaporan Akuntan Publik) adalah : “Suatu aktivitas penilaian
yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi
aktivitas-aktivitas organisasi sebagai pemberi bantuan bagi manajemen,
2013)”.
Adapun pengertian audit internal yang dikemukakan oleh Brink Z.
victor dan Witt Herbert (2012) dalam bukunya “Modern Internal Auditing”
adalah sebagai berikut :
“Internal Auditing is an Independent apparaisal function established
within organization to examine and evaluate its activities as a service to thye
organization”.
Menurut Mulyadi (2015), audit internal meliputi “struktur organisasi,
metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan
organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi mendorong
efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen”.
12
c. Tujuan Audit Internal
Tujuan Internal Audit adalah untuk membantu menajemen dalam
melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa, penilaian,
saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya.
Audit internal pada dasarnya bertujuan utnuk memberikan bantuan
kepada manajemen dan dewan direksi dalam melaksanakan tanggung jawab
secara efektif mencakup pula usaha mengembangkan pengendalian yang
efektif dengan biaya wajar.
Audit internal bertujuan untuk membantu anggota organisasi dan
bentuk pertanggung jawaban yang efektif, dalam hal ini audit internal
memberikan ketentuan berupa aktifitas perencanaan, audit dan evaluasi
informasi, mengkomunikasikan hasil aktifitas yang telah disertai tindak lanjut
Secara umum tujuan audit internal adalah membantu manajemen
menjalankan tugasnya, yaitu dengan menyediakan informasi tentang
kelayakan serta keefetivan dari pengendalian internal perusahaan dan
kualitas pelaksanaan aktifitas perusahaan. Dengan demikian, audit internal
akan melakukan analisis, penilaian dan mengajukan saran.
Menurut Hiro Tugiman (2006), tujuan dari audit internal adalah
sebagai berikut:“Membantu para anggota organisasi agar dapat
melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk itu, audit internal
akan melakukan analisis penilaian dan mengajukan saran-saran. Tujuan
pemeriksaan mencakup pula pengembangan, pengawasan yang efektif
dengan biaya yang wajar.”
Tujuan audit internal yang dikemukakan oleh D. Hartanto (2012)
dalam bukunya “Akuntansi untuk Usahawan” adalah sebagai berikut:
13
1. Meneliti dan menilai apakah pelaksanaan daripada pengendalian
internal di bidang akuntansi dan operasi cukup dan memenuhi
syarat.
2. Menilai apakah kebijakan, rencana dan prosedur yang telah
ditentukan betul-betul ditaati.
3. Menilai apakah aktiva perusahaan aman dari kehilangan atau
kerusakan dan penyelewengan.
4. Menilai kecermatan data akuntansi dan data lain dalam organisasi
perusahaan.
5. Menilai mutu atau pelaksanaan daripada tugas-tugas yang
diberikan kepada masing-masing manajemen”.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan audit internal adalah
memberikan bantuan atau jasa kepada manajemen perusahaan secara
berkesinambungan mengenai temuan-temuan kesalahan (error) dan
ketidakberesan (irregularities) dengan cara memberikan analisis, penilaian,
rekomendasi, dan komentar mengenai pengendalian dengan prosedur yang
telah ditetapkan.
d. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Internal Audit
1. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari
sistem pengendalian manajemen, pengendalian internal dan
pengendalian operasional laiinnya serta mengembangkan pengendalian
yang efektif dengan biaya tidak terlalu mahal.
2. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur-
prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen.
14
3. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan atau pemerintahan
dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya
segala bentuk pencurian, kecurangan dan penyalahgunaan.
4. Memastikan bahwa pengolaan data yang dikembangkan dalam
organisasi dapat dipercaya.
5. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang
diberikan oleh manajemen.
6. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan efektifitas.
e. Peran Audit Internal
Peran audit Internal dalam perusahaan atau pemerintahan sangat
dibutuhkan dan penting, karena peran audit internal berpengaruh terhadap
peningkatan pengendalian internal dan kinerja perusahaan atau pemerintahan
dalam pencegahan kecurangan. Peran audit internal sebagai konsultan lebih
kepada upaya pencegahan (preventive), yaitu apabila ditemukan masalah
maka audit internal memberikan rekomendasi perbaikan. Audit internal
merupakan elemen monitoring dari struktur pengendalian internal dalam suatu
organisasi, yang dibuat untuk memantau efektivitas dari elemen-elemen
struktur pengendalian internal lainnya.
Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seorang pada
situasi sosial tertentu (Barbara, 2013). Ahmad (2011) mendefinisikan peran
sebagai suatu kompleks pengharapan manusia terhadap cara individu harus
bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi
sosialnya. Kejelasan peran pada paham strukturisasi, dapat dilihat dari
pemahaman terhadap tugas dan tanggung jawab, serta pemahaman
15
mengenai bats wewenang dan hak-hak dalam pekerjaan. Sedangkan pahan
interksionis, dapat dilihat dari penerimaan tugas yang sesuai dengan latar
belakang dan pengalaman, serta hambatan yang dihadapi dalam pelaksaaan
tugas.
Menurut Sawyer (2017); Audit internal memberikan informasi yang
diperlukan manajer dalam menjalankan tanggung jawab secara efektif. Audit
internal bertindak sebagai penilai independen unutk menelaah operasional
perusahaan atau pemerintahan dengan mengukur dan mengevaluasi
kecukupan kontrol serta efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan atau
pemerintahan. Audit internal memilki peranan yang penting dalam semua hal
yang berkaitan dengan pengelolaan perusahaan atau pemerintahan dan
resiko-resiko terkait dalam menjalankan usaha atau suatu pemerintahan,
Adapun definisi internal audit yang diberikan oleh the Institute of
Internal Auditors dalam Statement of Responsibilities of Internal Auditing
adalah sebagai berikut: Internal Auditing is an independent appraisal function
established within an organization to examine and evalue it’s activities as a
service to the organization. The objective of internal auditing is assist member
of the organization in the effective discharge of their responsibilities. To this
end, internal auditing furnishes them with analyses, appraisals,
recommendations, counsel, and information concornig the activities reviewed.
The audit objectives include promoting effective control at reasonable cost.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa peran audit internal
dikatakan bebas dan tidak memihak atau independen jika audit internal dapat
melaksanakan tugasnya secara bebas dan objektif. Kemandirian ini dapat
dicapai melalui status organisasi objektivitas.
16
Secara spesifik perbedaan antara definisi baru dan definisi lama peran
auditor internal dapat diformulasikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.1. Definisi Lama dan Baru
No Definisi Lama Definisi Baru
1.
Fungsi penilaian yang independen yang dibentuk dalam suatu organisasi
Suatu aktivitas independen dan objektif
2. Fungsi Penilaian Aktivitas pemberian jaminan
3. Mengkaji dan mengevaluasi aktivitas organisasi sebagai bentuk jasa yang diberikan bagi organisasi
Dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah, serta meningkatkan kegiatan operasi organisasi
4. Membantu para anggota organisasai agar dapat menjalankan tanggung jawabnya secara efektif
Membantu organisasi dalam usaha mencapai tujuannya
5. Memberi hasil analisis, penilaian rekomendasi, konseling dan informasi yang berkaitan dengan aktivitas yang dikaji dan menciptakan penegndalian efektif dengan biaya wajar.
Memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan manajemen risiko, pengendalian dan proses pengaturan dan pengelolaan organisasi
Sumber: Amin Widjaya Tunggal (2012)
Audit internal merupakan aktivitas independen yang memberikan
jaminan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberi nilai tambah
dan meningkatkan operasi organisasi. Aktifitas ini membantu organisasi
mencapai tujuannya dengan membawa pendekatan yang sistematis dan
disiplin unutk mengevaluasi dan mennigkatkan efektifitas manajemen risiko,
pengendalian,dan proses tata kelola (The IIA Reseacrh Foundation,2011).
Audit internal dilaksanakan oleh pihak internal dalam organisasi yang dikenal
dengan auidt internal.
Audit internal adalah yang bekerja dalam perusahaan atau
pemerintahan yang tugas pokoknya untuk menentukan kebijakan dan
prosedur yang ditetapkannya oleh manajemen puncak telah dipenuhi,
17
menemukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi,
menentukan efisiensi dan efektifitas prosedur kegiatan organisasi serta
menentukan keandalan informasi. Mulyadi (2015).
Institut Of Internal Auditors (IIA) yang dikutip oleh Boynton dkk (2013)
terdapat lima standar umum praktik pemeriksaan yang meliputi masalah-
masalah independensi, keaahlian profesional, lingkup pekerjaan pemeriksaan,
pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan, dan pengelolaan bagian pemeriksaan
internal.
Definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa persan audit internal
adalah:
1. Suatu kegiatan yang independen dan objektif
2. Merupakan kegiatan penjaminan (assurance) dan konsultansi (consulting)
yang independen dan objektif,
3. Kegiatan yang dirancang untuk memberikan nilai tambah serta
meningkatkan kegiatan operasi suatu pemerintahan.
4. Membantu kegiatan pemerintah dalam mencapai tujuannya
5. Memberikan pendekatan yang sistematis untuk mengevaluasi dan
meningkatkan manajemen resiko, pengendalian serta proses pengaturan
dan pengelolaan organisasi.
Peran internal audit menjadi sangat bervariasi, dan tergantung kepada
kebutuhan organisasi, struktur internal audit dan kompetensi yang tersedia.
Peran internal audit antara lain mencakup:
1. Mendukung pimpinan untuk membangun proses dan program anti-fraud
yang dapat dipantau dan dimonitor secara teratur dan berkala.
18
2. Memfasilitasi penilaian risiko fraud pada instansi, unit pelaksana, dan
tingkatan operasional.
3. Menghubungkan dan mendokumentasikan aktivitas pengendalian anti-
fraud untuk mengidentifikasi risiko fraud.
4. Mengevaluasi dan menguji desain dan efektivitas operasi program
pengendalian dan anti-fraud.
5. Melaksanakan fraud auditing/audit investigative
6. Melaksanakan penugasan investigasi untuk membuktikan dugaan fraud
atau penyalahgunaan lainnya.
7. Melaporkan kepada pimpinan instansi mengenai efektivitas instansi dalam
mencegah, mendeteksi, menginvestigasi dan memperbaiki dampak fraud
yang terjadi.
Selain itu Peran audit internal adalah sebagai pengawas terhadap
tindak kecurangan. Audit internal bertanggung jawab untuk membantu
manajemen mencegah fraud dengan melakukan pengujian dan evaluasi
keandalan dan efektivitas dari pengendalian seiring dengan potensi resiko
terjadinya kecurangan dalam berbagai segmen.
Kemampuan mendeteksi fraud adalah sebuah kecakapan atau
keahlian yang dimiliki auditor untuk menemukan indikasi mengenai fraud.
Menurut Kumaat (2011: 156) mendeteksi kecurangan adalah upaya untuk
mendapatkan indikasi awal yang cukup mengenai tindak kecurangan,
sekaligus mempersempit ruang gerak para pelaku kecurangan.
19
3. Kecurangan (Fraud)
a. Defini kecurangan
Secara harfiah fraud didefinisikan sebagai kecurangan, namun
pengertian ini telah dikembangkan lebih lanjut sehingga mempunyai cakupan
yang luas. Istilah kecurangan yang ditulis Amin Widjaya Tunggal (2012)
diartikan sebagai “penipuan di bidang keuangan yang disengaja, yang
dimaksudkan untuk mengambil aset atau hak orang maupun pihak lain”.
Albrecht, dkk. (2012) mendefenisikan fraud sebuah istilah generik yang
di dalammnya merangkum bagaimana kecerdikan manusia bisa merancang
untuk memperoleh keuntungan yang lebih dari pihak lain dengan keterangan
palsu.
Definisi fraud berdasarkan Webster’s New World Doactionary dalam
Sudarmo et al, (2013) yaitu : fraud adalah terminologi umum, yang mencakup
beragam makna tentang kecerdikan, akan bulus tipu daya manusia yang
digunakan oleh seseorang, untuk mendapatkan suatu keuntungan (di) atas
orang lain melalui cara penyajian yang salah. Tidak (ada) aturan baku dan
pasti yang dapat digunakan sebagai kata yang lebih tepat untuk memberikan
makna lain tentang fraud, kecuali cara melakukan tipu daya, secara tak wajar,
dan cerdik sehingga orang lain menjadi terperdaya. Satu-satunya yang dapat
menjadibatasan tentang fraud adalah biasanya dilakukan mereka yang tidak
jujur atau penuh tipu muslihat.
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) terdapat pasal-
pasal yang mencakup pengertian fraud diantaranya:
20
Pasal 36 Pencurian : Mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya
atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara
melawan hukum.
Pengertian fraud sesuai Strandar Profesional Akuntan Publik (PSAK
No.70 seksi 316.2 paragraf (4) adalah salah saji atau penghilangan secara
sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk
mengelabui pemakai laporan keuangan.
Kamus Akuntansi mendefinisikan fraud sebagai suatu tindakan
penipuan yang dilakukan untuk memperkaya diri sendiri dengan melakukan
perampasan hak orang lain. Fraud dilakukan oleh perorangan dan organisasi
untuk memperoleh uang properti, ataupun jasa dengan cara menghindari
pembayaran, kerugian, kenyamanan pribadi ataupun keuntungan bisnis
(Thahjono, Josua, Budi, Jap, dan Yohana; 2013).
Menurut Sukrisno menerangkan mengenai fraud yaitu:Kecurangan
(fraud) dapat didefinisikan suatu perbuatan melawan atau melanggar hukum
yang dilakukan oleh orang atau orang-orang dari dalam dan atau dari luar
organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan atau
kelompoknya yang secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain.
Menurut Ferdian & Na’im (2006) dalam Sugianto (2017), Kecurangan
yang berhubungan dengan pelaporan keuangan menyangkut tindakan :
1. Manipulasi, pemalsuan atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen
pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan
keuangan;
2. Representasi yang dalam atau penghilangan dari laporan keuangan,
peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan ;
21
3. Salah penerapan secara prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah,
klasifikasi, cara penyajian dan pengungkapan.
Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan fraud terjadi apabila
terdiri dari unsur-unsur berikut ini:
1. Korban fraud menderita kehilangan hak milik atau uang karena telah
mempercayai dan bertindak sesuai dengan penyajian yang keliru tersebut.
2. Adanya unsur kesengajaan dari individu atau organisasi untuk membuat
penyajian yang keliru mengenai peristiwa atau fakta yang penting.
3. Adanya kerugian atau keuntungan dalam jumlah material bagi perusahaan
atau insatansi pemerintahan
Uniform Occupational Fraud Classification System, The ACFE (2012)
membagi Fraud (Kecurangan) dalam 3 (tiga) jenis atau tipologi berdasarkan
perbuatan yaitu:
a) Penyimpangan atas asset (Asset Misappropriation);
Asset Misappropriation meliputi penyalahgunaan / pencurian aset atau
harta atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudah
dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur / dihitung (defined
value).
b) Pernyataan palsu atau salah pernyataan (Fraudulent Statement);
Fraudulent Statement meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau
eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintahan untuk menutupi
kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa
keuangan (financial engineering) dalam penyajian laporan keuangannya
untuk memperoleh keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan
istilah window dressing.
22
c) Korupsi (Corruption)
Jenis fraud ini yangpaling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama
dengan pihak lain seperti suap dan korupsi, di mana hal ini merupakan
jenis yang terbanyak yang terjadi di negara-negara yang berkembang yang
penegakkan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata
kelola yang baik sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan. Fraud
jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para pihak yang
bekerjasama yang menikmati keuntungan (simbiosis mutualisme).
Termasuk didalamnya adalah penyalahgunaan wewenang atau konflik
kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang
tidak sah/ illegal (illegal gratuities) dan pemerasan secara ekonomi
(oconom extortion). Sedangkan The ACFE (2012) menambahkan satu lagi
tipologi fraud yaitu cybercrime. Ini jenis fraud yang paling cangih dan
dilakukan oleh pihak yang mempunyai keahlian khusus yang tidak selalu
dimiliki oleh pihak lain. Cybercrime juga akan menjadi jenis fraud yang
paling ditakuti dimasa depan dimana teknologi berkembang dengan pesat
dan canggih.
b. Pencegahan kecurangan
Kecurangan dapat dicegah antara lain dengan cara:
1. Membangun struktur pengendalian internal dengan baik
2. Mengefektifkan aktivitas pengendalian
a) Review kinerja
b) Pengolahan informasi
c) Pengendalian fisik.
23
3. Meningkatkan kultur organisasi
a) Keadilan (Fairness)
b) Transparansi
c) Akuntabilitas
d) Tanggung jawab (responsibility)
e) Moralitas
f) Kehandalan
g) Komitmen.
4. Mengefektivkan fungsi internal audit
5. Menciptakan struktur penggajian yang wajar dan pantas
6. Mengadakan rotasi pegawai
7. Memberi sanksi yang tegas kepada pegawai yang melakukan
kecurangan dan memberi penghargaan kepada mereka yang
berprestasi
8. Tumbuhkan iklim keterbukaan di dalam organisasi
9. Menyediakan saluran-saluran untuk melaporkan telah terjadinya
kecurangan hendaknya diketahui oleh staf dapat diproses pada jalur
yang benar
c. Indikator Kecurangan (fraud)
Fraud umumnya terjadi karena adanya tekanan untuk melakukan
penyelewengan atau dorongan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada
dan adanya pembenaran (diterima secara umum) terhadap tindakan tersebut.
Suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadinya kecurangan
sebagai akibat antara tekanan kebutuhan seseorang dengan lingkungannya
yang memungkinkan untuk bertindak.
24
Menurut Pope dikutip oleh Kayo (2013), pencegahan kecurangan
(fraud) dalam hal pengadaan barang publik, antara lain:
Pertama, memperkuat kerangka hukum. Alat yang paling ampuh
adalah menyingkapkannya kepada publik. Media dapat memainkan peran
penting untuk menciptakan kesadaran publik mengenai masalah ini dan untuk
membangun dukungan bagi langkah-langkah yang perlu diambil. Jika
masyarakat diberi informasi rinci mengenai keburukan dan pelanggaran
hukum dalam keterlibatan orang melakukan korupsi, berapa suap yang
diterima, berapa kerugian yang timbul dan jika masyarakat terus mendapat
informasi seperti ini secara teratur, sulit dibayangkan masyarakat tidak akan
menuntut diadakan pembaruan.
Kedua, prosedur transparan. Selain dari kerangka hukum, pertahanan
berikutnya melawan fraud adalah prosedur dan praktik yang terbuka dan
transparan untuk melaksanakan proses pengadaan barang itu sendiri. Belum
ada orang yang menemukan cara yang lebih baik untuk melawan fraud dalam
pengadaan barang daripada prosedur seleksi pemasok atau kontraktor
berdasarkan persaingan yang sehat. Apakah sebuah prosedur rumit atau
sederhana tergantung pada nilai dan spesifikasi barang yang akan dibeli,
tetapi unsur-unsurnya sama bagi semua prosedur:
a) menguraikan dengan jelas dan tanpa memihak apa yang akan dibeli;
b) mengumumkan kesempatan untuk menawarkan barang;
c) menyusun kriteria untuk mengambil keputusan pada waktu seleksi;
d) menerima penawaran dari pemasok yang bertanggung jawab;
e) membandingkan penawaran dan menentukan penawaran yang terbaik,
menurut peraturan yang telah ditetapkan lebih dahulu bagi seleksi; dan
25
f) memberikan kontrak pada penawar yang menang seleksi tanpa mengharus-
kannya menurunkan harga atau mengadakan perubahan lainnya pada
penawarannya yang menang itu.
Ketiga, membuka dokumen tender. Satu kunci untuk mewujudkan
transparansi dan sikap tidak memihak adalah pembeli membuka dokumen
tender pada waktu dan di tempat yang telah ditetapkan, di hadapan semua
pengikut tender atau wakil-wakil mereka yang ingin hadir. Praktik membuka
dokumen tender di depan umum, sehingga setiap orang dapat melihat siapa
yang mengajukan penawaran dan dengan harga berapa, dapat mengurangi
risiko bahwa tender yang bersifat rahasia itu dibocorkan kepada peserta lain,
diabaikan, diubah atau dimanipulasi.
Keempat, evaluasi penawaran. Evaluasi penawaran adalah langkah
yang paling sulit dalam proses pengadaan barang untuk dilaksanakan secara
benar dan adil. Bersamaan dengan itu langkah ini adalah salah satu langkah
yang paling mudah dimanipulasi jika ada pejabat yang ingin mengarahkan
keputusan pemenang pada pemasok tertentu. Para penilai dapat menolak
penawaran-penawaran yang tidak diinginkan dengan alasan tertentu. Setelah
penawaran diperiksa, jika tidak ada yang menghalangi, para penilai mungkin
menetapkan syaratsyarat yang sama sekali baru yang harus diperhitungkan
ketika memilih pemenang atau kriteria evaluasi mungkin dibuat demikian
subjektif tanpa ukuran-ukuran objektif sehingga penilaian dapat menelurkan
hasil yang diinginkan para penilai.
Kelima, melimpahkan wewenang. Prinsip peninjauan ulang dan audit
independen sudah diterima luas sebagai cara untuk menyingkapkan
26
kesalahan atau manipulasi dan memperbaikinya. Prinsip ini menduduki
tempat yang penting dalam bidang pengadaan barang publik.
B. Penelitian Terdahulu
Untuk memudahkan pemahaman tentang penelitian ini, maka
dikemukakan beberapa hasil penelitian, sebagai berikut:
No Penulis/ Tahun Judul
penelitian Metode
Penelitian Hasil Penelitian
1. Dita Putri Noviani dan Yudhanta Sambharakresha (Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tronojoyo Madura) JAFFA Vol.2 No.2 Oktober 2014, Hal.61-70
Pencegahan Kecuragan Dalam Organisasi Pemerintahan
Purposive sampling
Yang pertama,peran auditor internal memiliki efek signifiksn pada pencegahan penipuan dalam organisasi pemerintah. Kedua etis perilaku auditor memiliki pengeruh yang signifikan terhadap pencegahan penipuan di pemerintahan organisasi.
2. Usman Satradipraja , (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Jendral Achmad Yani) Jurnal Akuntasi/ Volume XVII, No.01, Januari 2013 : 15-30
Peranan Audit Investigatif dan Pengendalian Fraud Triangle Dalam Birokrasi Terhadap Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Publik
Deskriptif dan Statistik
Bahwa Investigative dan Pengendalian Fraud Triangle dalam birokrasi berperan signifikan terhadap akuntabilitas pelaporan keuangan publik. Hasil penelitian sejatinya dapat memberikan masukan kepada seluruh pihak bahwa yang sangat luar biasa, sehingga tidak cukup hanya dengan dilakukannya audit investigative secara rutin, tetapi juga memerlukan tindakan- tindakan secara khusus lainnya, seperti Pembinaan yang lebih Intensif.
Tabel 2.2.
Penelitian Terdahulu
27
No Penulis/ Tahun Judul
penelitian Metode
Penelitian Hasil Penelitian
3. Marcellina Widiyastuti, Sugeng Panudji (Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang) Value Added, Vol.5, No.2, Maret 2009 - Agustus 2009
Pegaruh Kompetensi , Independensi, dan Profesionalisme Terhadap Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan (fraud).
Penelitian menggunakan Partial Least Square (PLS) dengan perangkat lunak SmartPLS.
Bahwa tidak ada perbedaan kompetensi, indenpendensi, dan profesionalisme antara auditor independen dan auditor pemerintah terhadap kemampuan auditor untuk mendeteksi kecurangan.
4.
Riri Zelmiyanti dan Lili Anita (Universitas Islam 45 Bekasi dan Universitas Negeri Padang) Jurnal Akuntansi Keuangan Dan Bisnis Vol.8, November 2015, 67-76
Pengaruh Budaya Organisasi dan peran Auditor Terhadap Pencegahan Kecurangan Dengan Pelaksanaan Sistem Pengendalian Internal Sebagai Variabel Intervening
Penelitian Kausatif
Bahwa budaya organisasi dan sistem pengendalian internal berpengaruh signifikan positif terhadap pencegahan kecurangan di BPR Sumatera Barat sedangkan peran auditor internal tidak berpengaruh terhadap pencegahan kecurangan di BPR Sumatera Barat.
5. Uup Santoso dan Yohanes Jaru Pembelum Jurnal Administrasi Bisnis (2008), Vol.4, No.1 : Hal.14-33. (ISSN : 2016-1249) © 2008 Center For Business Studies
Pengaruh Penerapan Sektor Publik Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Dalam Mencegah Fraud
Penelitian Kualitatif
Setiap unir pemerintah memilki tanggung jawab untuk membuat laporan yang menunjukkan akuntabilitas dan transparancy, untuk mencapai situasi, masalah utamanya adalah pada relevansi informasi dan akurasi sehingga dapat menghindari kecurangan
6. Adri Masari Tandi (Universitas Mulawarman) eJoernal Ilmu Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 2, 2015:311- 320
Peranan Audit Internal Dalam Mengatasi Risiko Penjualan Kredit Pada PT. Station Sumber Makmur Jaya di Samarinda
Penelitian Kualitatif
Bahwa peranan audit internal dalam mengatasi risiko penjualan kredit pada PT. Station Sumber Makmur Jaya di Samarinda cukup berperan dalam realisasinya.
28
No Penulis/ Tahun Judul
penelitian Metode
Penelitian Hasil Penelitian
7. Christina Verawaty Situmorang, SE, M.Si Jurnal Ilmiah Research Sains Vol.1 No.3 Oktober 2015.
Peranan Internal Dalam Mengatasi Risiko Penjualan Kredit.
Metode Penelitian Perpustaka-an.
Audit internal harus mempunyai kedudukan yang yang independen terhadap bagian-bagian yang diperiksanya.
8. Norsain, (Universitas Wiraraja Sumenep) Jurnal “PERFORMANCE” Bisnis & Akuntansi Volume IV, No.1, Maret 2014
Peranan Audit Internal Dalam Mengatasi Kecurangan (Fraud) (Studi Kasus Pada PNPM Mandiri Perkotaan Kecamatan Kalianget)
Metode Deskriptif Kualitatif
Bahwa internal audit yang dilaksanakan sudah cukup memadai dalam deteksi dan pencegahan kecurangan (fraud) dengan struktur pengendalian internal yang baik sebagai anti-fraud controls dan deteksi kecurangan dilakukan melalui prosedur-prosedur audit namun disarankan agar internal auditor PNPM Mandiri Perkotaan di masing-masing desa di Kecamatan Kalianget tidak hanya melakukan pemeriksaan pada Unit Pengelola Keuangan saja namun juga memberikan pemeriksaan pada unit-unit yang lain secara umum yang dikelola oleh BKM masing-masing.
9. Muhammad Asim Asy’ari, Prasetyono dan Bambang Haryadi (ProgramStudi Akuntansi Fakultas ekonomi Universitas Tronojoyo Madura) Jaffa Vol.1 No.2 Oktober 2013 , Hal.99-112
Peran dan Fungsi Satuan Pengawasan Intern Dalam Pencegahan fraud Pada Perguruan Tinggi X
Pendekatan kualitatif
Bahwa peran dan fungsi SPI belum mencegah penipuan. Ini adalah karena proses pengawasan dan audit yang dilakukan oleh SPI masih merupakan uji kepatuhan dan masih berbasis manajemen risiko keuangan. Kontrol lingkungan yang rendah dan kurangnya kesadaran manajemen terhadap peran fungsi SPI menyebabkan SPI tidak mam[u mencegah Penipuan.
29
C. Kerangka Pikir
Tingginya kasus kecurangan di Indonesia kebanyakan disebabkan
lemahnya kinerja departemen audit internal yang dimiliki instansi pemerintahan.
Studi terhadap kecurangan internal dalam instansi pemerintahan menunjukkan
bahwa banyak personel di dalamnya menilai fraud sebagai salah satu bentuk
fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi.
Salah satu cara paling efektif untuk mencegah timbulnya fraud adalah
melalui peningkatan sistem pengendalian internal (internal control system) selain
melalui struktur/mekanisme pengendalian internal. Dalam hal ini, yang paling
bertanggung jawab atas pengendalian internal adalah pihak manajemen suatu
organisasi. Dalam rangka pencegahan fraud, maka berbagai upaya harus
dikerahkan untuk membuat para pelaku fraud tidak berani melakukan fraud.
Apabila fraud terjadi, maka dampak yang timbul diharapkan dapat
diminimalisir, Auditor internal bertanggung jawab untuk membantu pencegahan
fraud dengan jalan melakukan pengujian (test) atas kecukupan dan keefektifan
sistem pengendalian internal, dengan mengevaluasi seberapa jauh risiko yang
potensial ( potential risk ) telah diidentifikasi.
No Penulis/ Tahun Judul
penelitian Metode
Penelitian Hasil Penelitian
10 Ety Meikhati dan Istiyawati Rahayu (STMIK Duta Bangsa Surakarta dan APIKES Citra Medika Surakarta) Jurnal Paradigma Vol.13 No.01, Februari-Juli 2015
Peranan Audit Internal Dan Pencegahan Fraud Dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal (Studi Kasus Pada Yayasan Internalusa Surakarta)
Penelitian Deskriptif
bahwa (1) peran audit internal mempengaruhi efektivitas pengendalian internal, (2) pencegahan penipuan secara signifikan mempengaruhi efektivitas pengendalian internal, dan (3) peran audit dan internal fraud pencegahan efek simultan signifikan terhadap efektivitas pengendalian internal.
30
Menurut Sukrisno (2017:6) menerangkan mengenai fraud yaitu:
“Kecurangan (fraud) dapat didefinisikan suatu perbuatan melawan atau
melanggar hukum yang dilakukan oleh orang atau orang-orang dari dalam dan
atau dari luar organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan
pribadi dan atau kelompoknya yang secara langsung atau tidak langsung
merugikan pihak lain”.
Dengan demikian, apabila departemen audit internal dapat melaksanakan
peranannya dengan baik, praktek kecurangan yang ada dapat diungkap dan
nantinya dapat mencegah kemungkinan terulangnya tindak kecurangan tersebut
kembali ke masa depan.
Gambar 2.1. Kerangka Pikir
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa jelas, seorang
auditor internal dituntut untuk dapat melaksanakan ketiga tanggung jawabnya
yang berkaitan dengan fraud. Namun dalam penelitian kali ini peneliti terlebih
menitiberatkan pada tanggung jawab seorang auditor internal yang kedua yaitu
tanggung jawab untuk melakukan deteksi terhadap fraud. Pendeteksian fraud
yang dilakukan oleh seorang auditor internal telah diatur dalam statement on
internal auditing standards. Yang mana SIAS No.3 menjelaskan bahwa tanggung
Pencegahan Kecurangan
(Fraud)
Peran Audit Internal
Audit Internal
31
jawab auditor internal dalam mendeteksi fraud mencakup yaitu : Pertama, auditor
internal harus memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang memadai atas
fraud agar dapat mengidentifikasi kondisi yang menunjukkan tanda-tanda fraud
yang mungkin akan terjadi. Dan kedua, auditor internal harus mempelajari dan
menilai struktur perusahaan atau instansi pemerintahan untuk mengidentifikasi
timbulnya kesempatan, seperti kurangnya perhatian dan efektivitas terhadap
sistem pengendalian internal yang ada. Maka dari itu, seorang audit internal
dituntut untuk memilki cukup pemahaman tentang fraud dan mengembangkan
pemahamannya mengenai bagaimana cara mendeteksi adanya indikasi fraud
yang timbul secara dini.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini digolongkan sebagai jenis penelitian kualitatif karena penelitian
kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis
dengan pendekatan deduktif (Rahmat, 2015). Proses dan makna (perspektif subjek)
lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif, landasan teori dimanfaatkan sebagai
pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan
teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian
dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.
Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang
mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang dapat diamati dari suatu
individu, kelompok, masyarakat, dan organisasi tertentu dalam suatu setting konteks
tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif karena setiap
aspek dari obyek itu mempunyai kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Penelitian
kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya umum terhadap
kenyataan sosial dari perpektif partisipan. Pemahaman tersebut tidak ditentukan
terlebih dahulu, tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap kenyataan sosial
yang menjadi fokus penelitian (Bahri, 2010).
Kemudian jika melihat rumusan masalah yang telah diungkap pada Bab I
yakni “Bagaimana?”, maka pendekatan penelitian yang tepat digunakan adalah
kualitatif sehingga bisa digali secara mendalam tentang fraud pada Kantor Balaikota
33
Bagian Humas Kota Makassar. Pertanyaan yang dimulai dengan kata “bagaimana”
hanya bisa dijawab dengan pendekatan penelitian kualitatif karena bukan
menjelaskan hubungan sebab akibat tetapi pendalaman analisa suatu fenomena
sosial.
B. Fokus Penelitian
Fokus merupakan masalah yang diteliti dalam penelitian. Pada dasarnya
fokus adalah pembatasan masalah yang menjadi objek penelitian. Sesuai dengan
perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka yang menjadi fokus dalam
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana peran audit internal dalam mengatasi fraud pada Pemerintah Kota
Makassar.
2. Apa hambatan yang timbul dalam menemukan kecurangan (fraud) pada
Pemerintah Kota Makassar.
C. Pemilihan Lokasi dan Situs Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada suatu instansi pemerintahan yang berlokasi
pada Kantor Balaikota Makassar dengan alamat Jalan Jendral Ahmad Yani No.2
Makassar.
Penelitian ini diperkirakan akan berlangsung selama 2 (dua) bulan dan
dilakukan di bulan Januari 2019 s/d Februari 2019.
D. Sumber Data
Pada penelitian ini, untuk mendapatkan data yang komprehensif dan
heuristik, maka peneliti akan mengumpulkan data primer. Di mana data primer ini
34
merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber pertama yaitu individu atau
perseorangan yang membutuhkan pengelolaan lebih lanjut seperti hasil wawancara.
Data primer yang digunakan penulis berupa tanya jawab langsung dengan pihak-
pihak terkait terutama bagian keuangan (Wandansari, 2013). Di mana data
penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media
perantara). Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab
pertanyaan penelitian.
E. Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang akan dibahas,
penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
1. Metode Kepustakaan (Library Research)
Metode kepustakaan adalah metode pengumpulan data dengan jalan
mengutip dari buku-buku yang berkaitan dengan objek yang sedang diteliti
penulis.
2. Metode Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan merupakan penelitian kualitatif di mana peneliti
mengamati dan berpartisipasi secara langsung dalam penelitian skala sosial kecil.
Dalam hal ini, penelitian yang dilakukan adalah dengan terjun langsung ke Kantor
Balaikota Makassar. Penelitian lapang ini menggunakan:
a. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu prosedur pengumpulan data berupa data-data
sekunder dalam dokumen-dokumen pegawai negeri sipil yang ada di Kantor
Balaikota Bagian Humas Kota Makassar yang terkait dengan pengeloalaan
35
kegiatannya. Data dokumenter berupa laporan keuangan, laporan program,
jurnal, data transaksi dan sebagainya. Data tersebut dapat menjadi bahan atau
dasar dalam melakukan analisis data yang telah dikumpulkan.
b. Observasi
Observasi merupakan teknik mengumpulkan data primer dengan pengamatan
langsung kepada subyek (orang), obyek (benda) atau kejadian sistematik
tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu yang diteliti.
Metode observasi dapat menghasilkan data yang lebih rinci, lebih akurat, dan
bebas dari respons bias (Ferdian, 2010). Dalam penelitian ini, peneliti
melakukan observasi langsung dan menganalisis konten (content analysis)
dari dokumen terkait keuangan bagian humas.
c. Wawancara Mendalam (in-dept interiew)
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan
pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian. Dalam penelitian ini,
peneliti melakukan tanya jawab kepada pegawai dan kepala bagian humas
Kota Makassar terkait hal yang berkenaan dengan pembahasan dalam
penelitian ini.
3. Studi Internet
Sehubungan dengan adanya keterbatasan sumber referensi dari
perpustakaan yang ada, maka penulis juga melakukan browsing guna
mendapatkan referensi yang terpercaya pada situs-situs terkait guna memperoleh
tambahan literatur atau data relevan, terpercaya lainnya yang dibutuhkan.
36
F. Instrumen Peneltian
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan survei, observasi salah satunya
mewawancarai pegawai negeri sipil yang ada pada Kantor Balaikota Bagian Humas
Kota Makassar, Kepala Bagian Humas dan pegawai negeri sipil bagian keuangan.
Data yang dianalisis dalam penelitian ini berupa data lisan, tulisan, maupun dalam
bentuk dokumentasi laporan. Untuk memudahkan memperoleh data dalam
penelitian tersebut, maka diperlukan beberapa instrumen berupa alat untuk
menunjang proses perolehan data dalam penelitian ini yaitu kamera, perekam suara,
peralatan menulis, handphone, daftar pertanyaan wawancara, jurnal, dan referensi
lainnya.
G. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
komparatif yakni mendeskripsikan atau menggambarkan keadaan objek penelitian
yang sesungguhnya untuk mengetahui dan menganalisis tentang pengendalian
internal dalam mengatasi fraud pada Kantor Balaikota Bagian Humas Kota
Makassar. Penelitian ini menggunakan strategi penelitian Heuristic Inquiry. Di mana
heuristic inquiry merupakan apa pengalaman subjek terhadap fenomena itu dan apa
pengalaman esensial orang lain terhadap fenomena itu. Dengan strategi penelitian
heuristik ini, si peneliti harus mempunyai pengalaman pribadi dan ketertarikan yang
kuat terhadap fenomena yang sedang diteliti. Dalam strategi penelitian ini juga
diposisikan co-researcher yang turut memberi intensitas pengalaman terhadap suatu
fenomena yang sedang diteliti. Baik peneliti dan co-researcher saling berbagi
37
pengalaman dan pengetahuan terhadap suatu fenomena. Heuristik ini harus
mempunyai pandangan yang mendalam, Patton (dalam Anindhita dkk 2016).
Dengan begitu, kita akan mendapatkan pandangan secara keseluruhan
terhadap fenomena yang sedang diteliti terutama dalam penelitian mengenai analisis
pengendalian internal dalam mengatasi fraud pada Kantor Balaikota Bagian Kota
Makassar. Pada penelitian ini berkaitan dengan teori fraud triangle karena suatu
gagasan yang meneliti tentang penyebab terjadinya kecurangan, di mana untuk
meminimalisir kecurangan pada Kantor Balaikota Bagian Humas Kota Makassar,
pada fraud triangle biasanya digunakan untuk mengidentifikasi kecurangan.
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi
1. Keadaan Geografis
Kota Makassar mempunyai posisi strategis karena berada di
persimpangan jalur lalu lintas dari arah selatan dan utara dalam propinsi di
sulawesi, dari wilayah kawasan barat ke wilayah kawasan timur Indonesia
dan dari wilayah utara ke wilayah selatan Indonesia. Dengan kata lain,
wilayah kota Makassar berada koordinat 119 derajat bujur timur dan 5,8
derajat lintang selatan dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter
dari permukaan laut. Kota Makassar merupakan daerah pantai yang datar
dengan kemiringan 0-5 derajat ke arah barat, diapit dua muara sungai yakni
sungai Tallo yang bermuara di bagian utara kota dan sungai jeneberang
yang bermuara di selatan kota. Luas wilayah kota Makassar seluruhnya
berjumlah kurang lebih 175,77 km2 daratan dan termasuk 11 pulau di selat
Makassar di tambah luas wilayah perairan kurang lebih 100 km2.
Jumlah kecamatan di kota Makassar sebanyak 14 kecamatan dan
memiliki 143 kelurahan. Di antara kecamatan tersebut, ada tujuh kecamatan
yang berbatasan dengan pantai yaitu kecamatan Tamalate, Mariso, Wajo,
Ujung Tanah, Tallo, Tamalanrea dan Biringkanaya.
Kota Makassar sendiri berdekatan dengan sejumlah kabupaten yakni
sebelah utara dengan kabupaten Pangkep, sebelah timur dengan kabupaten
Maros, sebelah selatan dengan kabupaten Gowa dan sebelah barat dengan
Selat Makassar.
39
Wilayah daratan Kota Makassar dirinci menurut kecamatan dapat
dilihat pada tabel berikut:
TABEL 4.1. Luas Wilayah dan Persentase Terhadap Luas Wilayah Menurut
Kecamatan di Kota Makassar.
Sumber :Bappeda - BPS, Makassar dalam Angka 2013.
2. Tugas Pokok Humas Pemerintahan Kota Makassar
Berdasarkan tugas pokok tersebut, maka Humas memerinci lebih
lanjut tugaspokok tersebut sebagai berikut:
a. Pengumpulan dan pengolahan data
1) Mengumpulkan data untuk keperluan informasi.
2) Mengolah data.
3) Menyajikan data sehingga siap di gunakan.
4) Mengarsipkan data sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan
kembali.
5) Melayani kebutuhan data bagi yang memerlukan.
Kode Wilayah
(1)
Kecamatan (2)
Luas area (km2)
(3)
Persentase terhadap luas Kota Makassar (%)
(4)
010 Mariso 1,82 1,04 020 Mamajang 2,25 1,28 030 Tamalate 20,21 11,50 031 Rappocini 9,23 5,25 040 Makassar 2,52 1,43 050 Ujung pandang 2,63 1,50 060 Wajo 1,99 1,13 070 Bontoala 2,10 1,19 080 Ujung tanah 5,94 3,38 090 Tallo 5,83 3,32 100 Panakkukang 17,05 9,70 110 Manggala 24,14 13,73 101 Biringkanaya 48,22 27,43 111 Tamalanrea 31,84 18,11
7371 Makassar 175,77 100,00
40
6) Membuat kliping dari seluruh media massa.
b. Penerangan
1. Menyebarkan informasi, dengan jelas:
a) Menyediakan dan mengumpulkan bahan informasi.
b) Memberikan paket informasi.
c) Memberikan bahan berita (release) baik yang tertulis maupun
foto.
2. Mengadakan hubungan dengan media massa, berupa:
a) Menyiapkan baik lewat pers maupun TVRI/RRI yang berbentuk
berita, wawancara, varia pendidikan, dinamika pembangunan,
siaran pedesaan, apresiasi budaya, dan lain-lain.
b) Mengadakan konperensi pers.
c) Mengatur wawancara langsung antara pejabat dengan
wartawan.
3. Mengadakan pemberian kehumasan yang berupa:
a) Mengadakan temu karya (rapat kerja).
b) Mengadakan temu karya para wartawan dengan para pejabat.
4. Membuat dokumentasi kegiatan lembaga, meliputi dokumentasi
foto, rekaman pidato, film movie, sambutan-sambutan, siaran TVRI
dalam bentuk video.
5. Menyelenggarakan pameran.
6. Memberikan pelayanan informasi dengan menyajikan berita-berita
dan kliping.
7. Mentranskip rekaman pidato dan mengarsipkannya.
8. Mengalbumkan foto-foto kegiatan.
41
9. Mengikuti kunjungan kerja pejabat/ pimpinan.
10. Mengadakan wisata pers (pers tour) ke obyek yang telah
ditentukan.
3. Struktur Organisasi Sekretariat Humas Pemerintahan Kota Makassar
Struktur Organisasi Sekretariat Humas Pemerintahan Kota
Makassar dapatdilihat pada bagan berikut:
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Bagian Humas Sekretariat Daerah Kota
Makassar.
Sumber : Bagian Humas Sekretariat Daerah Kota Makassar
KASUB PENGADUAN
Nuri Tri Hendrayani,
SE.,M.si
WALIKOTA MAKASSAR
WAKIL WALIKOTA MAKASSAR
SEKRETARIS DAERAH
ASISTEN IV BIDANG
ADMINISTRASI UMUM
KEPALA BAGIAN HUMAS
Firman Hamid
Pagarra,S.STP.,M.Pub.Poi
KASUB DOKUMENTASI
Rezki Amelia Gaffar,
S.I.P.,M.Adm.K.P
KASUB PEMBERITAAN
A. Reza Nugraha, S.STP.
42
Adapun uraian tugas dari bagian Humas yang dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Kasub Pengaduan
a. Pengolah pengaduan masyarakat.
1) Pengolahan Pengaduan Masyarakat sebagaimana dimaksud
pasal 187 huruf a mempunyai tugas menyusun kerangka dan
mekanisme tindak lanjut pengaduan masyarakat.
2) Uraian tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal
ini, adalah:
a) Mempelajari tugas dan petunjuk kerja yang diberikan
atasan.
b) Melaksanakan penyusunan rencana kerja sesuai tugas
pokok dan fungsinya.
c) Mengumpulkan data dan bahan terkait dengan
pengaduan masyarakat melalui media cetak dan media
elektronik.
d) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait
menyangkut jawaban atau rekomendasi yang akan
disampaikan yang berhubungan dnegan pengaduan
masyarakat.
e) Mengumpulkan bahan dana data terkait dengan
jawaban.
f) Mempersiapkan mekanisme dan prosedur pengaduan
masyarakat.
g) Mendata dan mencatat setiap pengaduan yang masuk.
43
h) Mengolah dan menganalisis informasi/pengaduan.
i) Mengarsipkan setiap bahan dan data pengaduan
sebagai alat kontrol.
j) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan.
k) Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan
bidang tugasnya.
b. Pengolah pelayan informasi publik dan dokumentasi.
1) Pengolah Pelayanan Informasi Publik dan Dokumentasi
sebagaimana dimaksud Pasal 187 huruf b mempunyai tugas
memberikan informasi kepada masyarakat yang
membutuhkan guna transparansi informasi.
2) Uraian tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal
ini, adalah:
a) Mempelajari tugas dan petunjuk kerja yang diberikan
atasan.
b) Melaksanakan penyusunan rencana kerja sesuai tugas
pokok dan fungsinya.
c) Mengumpulkan data dan bahan terkait yang dibutuhkan
oleh masyarakat.
d) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait
menyangkut informasi yang dibutuhkan masyarakat.
e) Mengumpulkan bahan dan data terkait.
f) Mempersiapkan mekanisme dan prosedur pelayanan
informasi publik dan dokumentasi.
44
g) Mendata dan mencatat setiap pelayanan informasi
publik yang dibutuhkan.
h) Mengolah dan menganalisis pelayanan informasi publik
dan dokumentasi.
i) Mengarsipkan setiap bahan dan data pelayanan
informasi publik dan dokumentasi sebagai alat kontrol.
j) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan.
k) Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan
bidang tugasnya.
2. Kasub Dokumentasi
1) Pengolah Bahan Monitoring Perkembangan Masyarakat
sebagaimana dimaksud Pasal 180 huruf a mempunyai tugas
mengumpulkan, menyusun dan mengolah bahan dan data
perkembangan masyarakat Kota Makassar.
2) Uraian tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini,
adalah :
a) Mempelajari tigas dan petunjuk kerja yang diberikan atasan.
b) Membuat kliping dan guntingan artikel yang terdapat dalam
berbagai media cetak yang berhubungan dengan berbagai
permasalahan dan kebijakan Pemerintah Kota Makassar.
c) Mengumpulkan, menyusun dan menginventarisir bahan dan
data perkembangan masyarakat Kota Makassar.
d) Mengolah data dan bahan yang diperoleh sehingga menjadi
informasi yang relevan bagi pengambilan kebijakan.
45
e) Membuat konsep naskah dinas yang berhubungan dengan
bidang tugasnya.
f) Membuat analisis secara berkala mengenai perkembangan
masyarakat Kota Makassar.
g) Melakukan monitoring secara terus menerus perkembangan
masyarakat.
h) Membuat laporan berkala hambatan dan kendala yang
dihadapi dalam hal perkembangan masyarakat.
i) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan.
j) Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang
tugasnya.
3. Kasub Pemberitaan
a. Pengolah Bahan Informasi
1) Pengolah Bahan Informasi sebagaimana dimaksud Pasal
175 huruf a mempunyai tugas mengolah dan mengumpulkan
berbagai bahan dan data berupa informasi guna pembuatan
dan perumusan berbagai kebijakan Pemerintah Kota
Makassar.
2) Uraian tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal
ini, adalah :
a) Mempelajari tugas dan petunjuk kerja yang diberikan
atasan.
b) Mengumpulkan bahan dan data berupa informasi untuk
pembuatan kebijakan Pemerintah Kota Makassar.
46
c) Menginventarisir dan mengklasifikasikan berbagai
informasi sesuai dengan jenis dan sifatnya.
d) Membuat konsep naskah dinas yang berhubungan
dengan bidang informasi.
e) Mengolah berbagai produk kebijakan pemerintah kota
untuk disajikan sebagai bahan informasi bagi
masyarakat.
f) Membuat berbagai model program sebagai bahan untuk
menyosialisasikan berbagai kebijakan Pemerintah Kota
Makassar.
g) Mempersiapkan bahan dan data dalam rangka jumpa
pers yang dilaksanakan secara berkala.
h) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan.
i) Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan
bidang tugasnya.
b. Penelaah Berita Dalam Mass Media
1) Penelaah Berita dalam Mass Media sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 175 huruf b mempunyai tugas menelaah
berbagai pemberitaan berupa artikel dan rekaman audio
visual yang terdapat pada media cetak dan elektronik yang
berhubungan dengan berbagai kebijakan Pemerintah Kota
Makassar.
2) Uraian tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal
ini, adalah :
47
a) Mempelajari tugas dan petunjuk kerja yang diberikan
atasan.
b) Membuat rekaman berita baik audio maupun visual yang
disiarkan oleh media elektronik (radio dan televisi) yang
berhubungan dengan kebijakan pemerintah Kota
Makassar.
c) Membuat telaahan berita yang terdapat dalam artikel
media cetak dan rekaman audio visual.
d) Membuat konsep naskah dinas yang berhubungan
dengan pemberitaan dalam mass media cetak maupun
elektronik.
e) Membuat laporan berkala (mingguna, bulanan, tahunan)
tentang berbagai artikel dan rekaman yang terdapat
pada media cetak dan elektronik.
f) Membuat inventarisasi dan klasifikasi pemberitaan
media cetak dan elektronik berdasarkan sifat dan
jenisnya.
g) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan.
h) Melaksanakan tugas kedinasan lain sesuai dengan
bidang tugasnya.
B. Peran Audit Internal dalam Upaya Penanganan Fraud di Sektor Publik
Pada umumnya fraud berupa pencurian (theft), penyembunyian
(concealment) dan pengalihan (conversion) barang curian dalam bentuk lain. Hal
ini sering disebut unsur fraud. Di lingkungan profesi auditor, istilah fraud sudah
tidak asing lagi, walaupun berasal dari bahasa asing. Padanan dalam Bahasa
48
Indonesianya, sekali lagi di lingkungan profesi auditor, sering digunakan istilah
“kecurangan”. Oleh karena itu, dalam modul ini kata “Kecurangan” merupakan
istilah yang dapat saling dipertukarkan dengan istilah “Fraud”.
Tidak ada organisasi yang terbebas dari fraud (kecurangan), karena pada
dasarnya permasalahan ini bersumber dan bermuara pada masalah manusia,
“the man behind the gun”. Apapun aturan dan prosedur diciptakan, sangat
dipengaruhi oleh manusia yang memegang kuasa untuk menjalankannya, karena
tidak semua orang jujur dan beintegritas tinggi. Kecurangan yang terjadi di
lingkungan korporasi dipengaruhi 3 unsur faktor pndorong, yaitu: motivasi,
kesempatan, dan rasionalisasi atau pembenaran. Dari ketiga unsur tersebut yang
dapat dikendalikan oleh perusahaan hanya satu faktor, yaitu faktor kesempatan.
Tanggung jawab internal auditor dalam pencegahan, pendeteksian dan
menginvestigasi perbuatan kecurangan masih menjadi perdebatan yang
berkepanjangan dalam profesi audit, khususnya pada lembaga audit internal.
Namun demikian tidak bisa dibantah bahan internal auditor memegang peranan
penting dalam mendukung penerapan good corporate governance. Keterlibatan
internal auditor dengan aktivitas operasional sehari-hari termasuk keterlibatan
dalam proses pelaporan transaksi keuangan dan struktur pengendalian intern
memberi kesempatan internal auditor untuk melakukan penilaian secara berkala
dan menyeluruh atas aspek-aspek kegiatan/operasional perusahaan yang
memiliki risiko tinggi. Efektivitas peran internal auditor dalam mencegah dan
mendeteksi kecurangan sangat tergantung pada besar kecilnya status
kewenangan yang dimiliki dan mekanisme pelaporan hasil investigasi
kecurangan yang dapat dijalankan, karena belum semua jajaran direksi mau
49
memberikan kewenangan penuh dalam proses pencegahan, pendeteksian dan
investigasi kecurangan pada internal auditor.
Standar Profesi Audit Internal (1210.2) menyatakan bahwa internal audit
harus memiliki pengetahuan yang memadai untuk dapat mengenali, meneliti, dan
menguji adanya indikasi kecurangan. Sejalan dengan hal tersebut, pernyataan
standar internal audit (SIAS) No. 3 menyatakan bahwa internal audit diwajibkan
untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya ketidakwajaran penyajian, kesalahan,
penyimpangan, kecurangan, inefficiency, konflik kepentingan dan ketidak-
efektifan pada suatu aktivitas perusahaan, pada saat pelaksanaan audit.
Audit internal juga diminta untuk menginformasikan kepada pejabat yang
berwenang dalam hal diduga telah terjadi penyimpangan, dan menindak-
lanjutinya untuk meyakinkan bahwa tindakan yang tepat telah dilakukan untuk
memperbaiki masalah yang ada. Adapun uraian peranan audit internal dalam
menangani kecurangan di Instansi Pemerintah Kota Makassar:
1. Preventing Fraud (mencegah kecurangan)
Fraud dimulai dari jumlah kecil yang tidak signifikan, dan jika tidak
ketahuan maka akan terus berlanjut ke jumlah yang lebih besar. Kejadian
yang membuat pelaku merasa ketakutan atau terancam akan membuatnya
menghentikan tindakan fraud, tapi nantinya fraud akan berlanjut lagi jika
pelaku merasa keadaan sudah kembali aman. Apabila dalam suatu kasus
fraud melibatkan manajemen puncak atau owner, pencegahan akan sulit
dilakukan sehingga harus dilakukan pendeteksian fraud sejak dini. Tidak
semua fraud dapat dicegah. Oleh karena itu, perusahaan sebaiknya
menerapkan pengendalian preventif untuk mencegah terjadinya fraud,
50
maupun pengendalian detektif untuk menghentikan fraud yang telah terjadi
sebelum berkembang menjadi lebih parah.
Secara garis besar pencegahan dan pendeteksian serta investigasi
merupakan tanggung jawab manajemen, akan tetapi internal auditor
diharapkan dapat melakukan tiga hal tersebut di atas sebagai bagian dari
pelaksanaan tugas manajemen. Dalam perkembangannya penugasan dalam
memerangi kecurangan saat ini telah mengarah pada profesi tersendiri,
seperti Certified Fraud Examiners (CFE) ataupun akuntan forensic.
Dalam menjalankan tugas auditnya, internal auditor harus waspada
terhadap setiap hal yang menunjukkan adanya peluang atau kemungkinan
terjadinya kecurangan. Dalam kenyataannya, kewaspadaan dan sifat skeptic
yang pada tempatnya, mungkin merupakan dua keterampilan yang penting
bagi inernal auditor.Penyelidikan yang kritis terhadap kemungkinan
kecurangan, harus diikuti oleh penilaian terhadap pengendalian yang ada,
praktik pengendalian dan seluruh lingkup pengendaliannya yang potensial.
Untuk menyelidiki kecurangan yang terjadi dalam suatu perusahaan/
organisasi, sering kali dibutuhkan kombinasi keahlian seorang auditor terlatih
dan penyelidik criminal.
Internal auditor harus bertindak secara proaktif dalam mencegah dan
mendeteksi terjadinya kecurangan, khususnya keterlibatan secara aktif dalam
mengevaluasi struktur pengendalian intern perusahaan dan status organisasi.
Efektivitas internal auditor dalam mencegah dan mendeteksi kecurangan
sering kali terkendala oleh waktu dan besarnya biaya untuk menilai/menguji
prosedur, kebijakan manajemen dan pengujian atas pengendalian.
51
Internal auditor berada dalam posisi yang penting untuk memonitor
secara terus menerus struktur pengendalian intern perusahaan melalui
identifikasi dan deteksi atas tanda-tanda (red flags) yang mengindikasikan
adanya suatu kecurangan. Internal auditor berada pada posisi yang tepat
untuk memehami seluruh aspek tentang struktur organisasi, tempat pelatihan
yang tepat, pemahaman mereka tentang sumber daya manusia yang ada,
memahami kebijakan dan prosedur operasi, dan memahami kondisi bisnis
dan lingkungan pengendalian intern yang memungkinkan untuk
mengidentifikasi dan menilai tanda-tanda atau gejala (symptom ataupun red
flag) kemungkinan terjadinya kecurangan.
2. Detecting Fraud (mendeteksi kecurangan)
Para internal auditor dalam mencegah dan mendeteksi kecurangan
diatur secara jelas dalam kewenangan pelaporan dan standar profesi. Komisi
Treadway (the Treadway Commision, 1987) merekomendasikan bahwa
internal auditor harus berperan aktif dalam mencegah dan mendeteksi
kecurangan. Demikian pula dalam Pernyataan Standar Internal Audit
mensyaratkan bahwa internal auditor harus berperan aktif dalam mencegah
dan mendetesi kecurangan dengan mengidentifikasi tanda-tanda
kemungkinan terjadinya kecurangan, menginvestigasi gejala kecurangan dan
melaporkan temuannya pada komite audit atau kepada tingkat manajemen
yang tepat.
Salah satu cara menemukan indikasi kecurangan adalah dengan
menggunakan sistem Akuntansi forensik, yaitu dengan cara memeriksa
transaksi yang mencurigakan pada laporan keuangan, baik nominal yang
52
besar maupun yang kecil. Sementara metode sistem informasi adalah dengan
cara melakukan perbandingan profil kecurangan yang dapat terjadi, meliputi:
a. Motivasi
b. Kesempatan
c. Objek fraud
d. Metode fraud
e. Indikasi fraud dan
f. Konsekuensi yang diterima organisasi.
Kecurangan biasanya tidak hanya dilakukan oleh karyawan pada
tingkat bawah, tetapi jug adapt dilakukan oleh jajaran direksi (top
management) baik secara individual maupun bersama-sama (fraud
management) yang dalam cakupan penugasan audit mungkin luar jangkauan
kewenangan internal auditor. Pada dasarnya dalam menjalankan tugas audit
regular, internal auditor perlu mewaspadai terjadinya kecurangan yang dapat
mempengaruhi kualitas, integritas dan keandalan pelaporan transaksi
keuangan perusahaan. Dalam hal ini, internal auditor harus menginvestigasi
secara menyeluruh kemungkinan terjadinya kecurangan dan
mengkomunikasikan kepada komite audit terhadap adanya indikasi
kecurangan. Dengan demikian, hubungan kerjasama yang erat antara komite
audit dengan fungsi audit internal, khususnya melalui pertemuan-pertemuan
antara ketua komite audit dengan kepala Satuan Pemeriksa Intern (SPI), akan
dapat meingkatkan kualitas hasil kerja internal auditor dan mengurangi
keungkinan terjadinya kecurangan.
Hubungan kerjasama antara internal auditor dengan eksternal auditor
dapat membawa keterlibatan internal auditor dalam proses penilaian terhadap
53
(kemungkinan) terjadinya kecurangan pada area peran internal auditor yang
sangat terbatas, misalnya pada level terjadinya kecurangan melibatkan
manajemen lini menengah dan atas (middle/top management). Sehingga
secara tidak langsung internal auditor akan lebih mampu berperan dalam
memantau kemungkinan terjadinya kecurangan pada level pembuat kebijkan.
Situasi demikian ini akan memberikan peluang bagi internal auditor untuk
berperan aktif dalam pengujian integritas, kualitas, dan keandalan proses
pembuatan hingga implementasi kebijakan yang dilakukan oleh top
manajemen. Bahkan dalam laporannya pada tahun 1999, COSO (Committee
of Sponsoring Organizations) mendorong agar internl auditor mampu dan
dapat berperan secara aktif dalam menilai kualitas, keandalan dan integritas
manajemen puncak dalam pembuatan dan implementasi kebijakan agar
terbebas dari unsur perbuatan kecurangan.
3. Investigating Fraud (melakukan investigasi kecurangan)
Berkenaan dengan peran dan tanggung jawab sebagaimana diuraikan
di atas, Pernyataan Standar Internal Auditor (SIAS) No.3 menguraikan
mengenai tanggung jawab internal auditor untuk pencegahan kecurangan,
yaitu memeriksa dan menilai kecukupan dan efektivitas system pengendalian
intern, berkaitan dengan pengungkapan risiko potensial pada berbagai bentuk
kegiatan/operasi organisasi.
Tindakan investigasi adalah proses penyelidikan sehingga didapatkan
pembuktian yang cukup. Tindakan-tindakan pengawasan tersebut adalah cara
untuk mengatasi kecurangan sehingga kehilangan keuangan negara dapat
terus ditekan dan pada akhirnya tercapai tujuan untuk menghilangkan
kebocoran dan kerugian negara.
54
Cara menemukan indikasi fraud dengan menggunakan audit laporan
keuangan disebut dengan sistem akuntansi forensik (forensic accounting).
Sistem ini dapat mengungkap fakta terjadinya kecurangan dengan
mengungkap transaksi-transaksi keuangan yang mencurigakan pada laporan
keuangan dan mengembangkan hasil temuan tersebut menjadi sebuah alat
bukti.
Selain itu, standar Standar Internal Auditor (SIAS) No.3 secara jelas
mengemukakan bahwa pencegahan kecurangan adalah tanggungjawab
manajemen. Meskipun demikian, internal auditor harus menilai kewajaran dan
efektivitas tindakan yang dilakukan oleh manajemen terhadap kemungkinan
penyimpangan atas kewajiban tersebut. Dapat kita lihat bahwa SIAS N0.3
menjelaskan tanggung jawab internal auditor dalam mendeteksi kecurangan
yang mencakup:
a. Internl auditor harus memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang
memadai atas kecurangan agar dapat mengidentifikasi kondisi yang
menunjukkan tanda-tanda fraud yang mungkin akan terjadi.
b. Internal auditor harus mempelajari dan menilai struktur pengendalian
perusahaan untuk mengidentifikasi timbulnya kesempatan terjadinya
kecurangan, seperti kurangnya perhatian dan efektivitas tehadap system
pengendalian intern yang ada.
Dalam kaitannya dengan pendeteksian kecurangan yang efektif,
internal auditor harus mampu melakukan, antara lain hal-hal berikut :
a. Mengkaji system pengendalian intern untuk menilai kekuatan dan
kelemahannya.
55
b. Mengidentifikasi potensi kecurangan berdasarkan kelemahan yang ada
pada sistem pengendalian intern.
c. Mengidentifikasi hal-hal yang menimbulkan tanda tanya dan transaksi-
transaksi diluar kewajaran (non procedural).
d. Membedakan faktor kelemahan dan kelalaian manusia dari kesalahan yang
bersifat fraud.
e. Berhati-hati terhadap prosedur, praktik dan kebijakan manajemen.
f. Dapat menetapkan besarnya kerugian dan membuat laporan atas kerugian
karena kecurangan, untuk tujuan penuntutan pengadilan (litigasi),
penyelesaian secara perdata, dan penjauhan sanksi internal (skorsing
hingga pemutusan hubungan kerja).
g. Mampu melakukan penelusuran dan mengurai arus dokumn yang
mendukung transaksi kecurangan.
h. Mencari dokumen pendukung untuk transaksi yang dipertanyakan
(dispute).
i. Mereview dokumen yang sifatnya aneh/mencurigakan.
j. Menguji jalannya implementasi motivasi dan etika organisasi di bidang
pencegahan dan pendeteksian kecurangan.
Sedangkan dalam kaitannya dengan investigasi kecurangan, SIAS
No.3 merekomendasikan agar investigasi kecurangan dilaksanakan oleh
suatu tim yang terdiri dari internal auditor, bagian hokum, investigator, petugas
security dan ahli-ahli lainnya baik dari dalam maupun dari luar organisasi.
Tanggungjawab internal auditor berkaitan dengan investigasi kecurangan
adalah:
56
a. Menetapkan apakah pengendalian yang ada telah cukup memadai dan
efektif untuk mengungkap terjadinya kecurangan
b. Merancang suatu prosedur audit untuk mengungkap dan mencegah
terulangnya kembali terjadinya kecurangan atau penyimpangan.
c. Mendapatkan pengetahuan yang cukup untuk menginvestigasi kecurangan
yang sering terjadi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keahlian seorang internal
auditor dalam pengungkapan terjadinya kecurangan, harus memiliki kemampuan
mirip dengan yang dimiliki seorang penyidik criminal dan keberadaan keduanya
adalah untuk mencari kebenaran melalui pengungkapan bukti pendukung
perbuatan fraudnya. Dalam pengungkapan kecurangan seorng internal auditor
harus mempunyai rasa ingin tahu dan suka akan tantangan pada hal-hal yang
muncul secara tidak lazim. Dengan kata lain aingin tahu pada hal-hal yang
bertentangan dengan logika atau apa yang diharapkan secara wajar.
C. Hambatan yang timbul dalam Menemukan Kecurangan (fraud) di Sektor
Publik
Suatu organisasi dapat menciptakan lingkungan dengan tingkat fraud
yang rendah dan tingkat fraud yang tinggi. Untuk menciptakan lingkungan
dengan tingkat fraud yang rendah dan sangat baik untuk pencegahan terjadinya
fraud. Namun tindakan untuk mencegah terjadinya fraud di dalam tubuh
pemerintah Kota Makassar, diperoleh hambatan-hambatan tersebut diurakan
sebagai berikut:
57
1. Faktor Lingkungan
Kondisi lingkungan kerja, tak dapat dipungkiri sangat besar
mempengaruhi seorang pegawai untuk melakukan fraud, apalagi jika hal
tersebut berkenaan dengan keuangan kantor. Masih kurangnya lingkungan
kerja yang menciptakan budaya kejujuran, keterbukaan, dan memberi
dukungan. Terdapat 3 (tiga) faktor utama penghambat dalam pencegahan
fraud yang berkaitan dengan menciptakan budaya kejujuran, keterbukaan,
dan bantuan. Berikut ketiga faktor tersebut.
a. Sulitnya menemukan dan mempekerjakan orang yang jujur
b. Masih kurangnya kesadaran pegawai dalam memahami dampak dari fraud
bagi diri sendiri dan bagi instansi pemerintah
c. Kurangnya prosedur dalam penyaringan terhadap pelamar kerja secara
efektif, sehingga hanya calon pegawai jujur yang akan dipekerjakan.
Dengan hukum privat yang ketat saat ini, menjadi penting untuk memiliki
kebijakan penyaringan tenaga kerja yang baik.
d. Verifikasi dan sertifikasi resume yang dilaksanakan belum maksimal
Adalah dua strategi yang sebaiknya dilakukan organisasi untuk mencegah
terjadinya kecurangan. Salah satu tanggung jawab yang paling penting
dari pemberi kerja adalah perekrutan dan pengelolaan sumber daya
tenaga kerja mereka. Pasar saat ini menunjukkan bahwa rotasi tenaga
kerja cenderung semakin tinggi dan loyalitas pegawai mungkin
menjadi rendah.
58
2. Faktor adanya kesempatan terjadinya kecurangan
Terdapat 5 (lima) metode dalam mengeliminasi kesempatan yang
dapat memicu seseorang untuk melakukan fraud. Berikut pemaparan
mengenai kelima metode tersebut yaitu:
a. Belum memiliki pengendalian internal yang baik.
b. Terbukanya peluang kerjasama diantara pegawai dan pelanggan atau
pemasok dan menginformasikan secara jelas kepada pemasok dan pihak
lain di luar perusahaan mengenai kebijakan perusahaan terkait fraud.
c. Masih rendahnya pengawasan pegawai dan pemerintah kota belum
menyediakan whistleblowing system.
d. Tahapan auditing secara proaktif belum sepenuhnya terlaksana.
Hambatan dalam pencegahan tindakan fraud di tubuh pemerintah Kota
Makassar dapat diatasi dengan melakukan audit terhadap fraud secara
proaktif akan meningkatkan kesadaran di antara pegawai bahwa tindakan
mereka selalu ditinjau. Dengan meningkatnya ketakutan akan ketahuan
tertangkap, auditing secara proaktif akan mengurangi keinginan untuk melakukan
fraud.
59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan peran dari audit
internal terhadap pencegahan tindakan fraud ditubuh pemerintah daerah Kota
Makaassar sebagai berikut:
1. Peran audit internal dalam pencegahan meliputi pada 3 peran yakni
Preventing Fraud (mencegah kecurangan), Detecting Fraud (mendeteksi
kecurangan), dan Investigating Fraud (melakukan investigasi kecurangan).
2. Adapun faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pencegahan fraud
dilakukan meliputi faktor Lingkungan dan faktor adanya kesempatan
terjadinya kecurangan.
B. Saran
1. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan objek penelitian yang
memiliki populasi yang lebih banyak sehingga mendapatkan keterwakilan
yang lebih besar atas populasi penelitian yang diteliti.
2. Pemerintah sebaiknya meningkatkan pemahaman dari berbagai bentuk
penyimpangan yang berindikasi akan melalakukan fraud.
3. Menerapkan system pengendalian manajemen yang mengangung muatan
anti kecurangan sehingga setiap terjadi kecurangan dapat dicegah atau
dideteksi secara dini.
60
61
70
DAFTAR PUSTAKA
Adri Masari Tandi, 2015. Peranan Audit Internal Dalam Mengatasi Risiko Penjualan Kredit pada PT. Station Sumber Makmur Jaya di Samarinda. “eJoernal Ilmu Administrasi Bisnis, Volume 3, Nomor 2, 2015: 311-320 (Universitas Mulawarman).
Ahmad, 2011. Kependudukan di Indonesia dan Berbagai Aspeknya, Semarang: Mutiara Permata Widaya.
Albrecht W.Steve and Albrecht Chad O, 2012. Fraud Examination. Thomson South- Western.
Alvin A, Arens, 2008, Auditing dan Jasa Assurance. Jilid I. Edisi ke Dua belas Alih
Bahasa oleh Herman Wibowo, Jakarta: Erlangga.
Amalia, Ratna, 2013. Pengaruh Audit Internal Terhadap Pencegahan dan Pendeteksian Fraud (Kecurangan) (Suatu studi Pada Gabungan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (GKPRI) Jawa Barat), Universitas Pasundan Bandung.
Arens, A. & Loebbecke, J.K. 2013. Auditing Pendekatan Terpadu Buku 1. Edisi 11.
Alih bahasa, Jusuf, A. A. Jakarta: Salemba Empat.
Amin Widjaja Tunggal, 2012. The fraud Audit Mencegah dan Mendeteksi Kecurangan Akuntansi, Jakarta: Harvarindo.
Anindhita, Wiratri., Melisa Arisanty dan Devie Rahmawati. 2016. Analisis Penerapan Teknologi Komunikasi Tepat Guna pada Bisnis Transportasi Ojek Online (Studi pada Bisnis Gojek dan Grab Bike Dalam Penggunaan Bisnis Transportasi). Prosiding Seminar Nasional Indocompac: 712-729.
Association of Certified Fraud Examiner (ACFE), 2012. Report to the Nations on
Occupational Fraud and Abuse.
Bachri, Bachtiar S. 2010. Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi pada Penelitian Kualitatif. Jurnal Teknologi Pendidikan. 10(1): 46-62.
Barbara, 2013.Positivy. New York: Three Rivers Press.
Brink 2, Victor dan Witt Herbet, 2012. Brink’s Modern Internal Auditing, 5th Edition, New York : John Willey and Son Inc.
Boynton dkk, 2013. Modern Auditing, Jilid 1 Edisi Ketujuh, Erlangga: Jakarta.
71
Christina Verawaty Situmorang, SE, M.Si, 2015. Peranan Audit Internal Dalam Mengatasi Risiko Penjualan Kredit. Jurnal Ilmiah Research Sains Vol.1 No.3 Oktober 2015”.
D. Hartanto, 2012. Akuntansi Untuk Usahawan, Cetakan kesembilan, Jakarta. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Dita Putri Noviani dan Yudhanta Sambhara kresha, 2014. Pencegahan Kecurangan Dalam Organisasi Pemerintahan. “Jaffa” Vol.2 No.2 Oktober 2014, (Program
Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tronojoyo Madura).
Ety Meikhati dan Istiyawati Rahayu, 2015. Peranan Audit Internal dan Pencegahan Fraud Dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal (Studi Kasus pada Yayasan Internalusa Surakarta). “Jurnal Paradigma Vol.13 No.01,Februari-Juli
2015 STMIK Duta Bangsa Surakarta dan APIKES Citra Medika Surakarta.
Ferdian. 2010. Perancangan Sistem Informasi Akuntansi (Studi Kasus pada CV. Mitra Tanindo). Skripsi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Hiro Tugiman 2006. Standar Profesional Audit Internal, Yogyakarta; Kanisius.
IAI (Ikatan Akuntan Indonesia), dalam SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik), 2013. Jakarta: Salemba Empat.
Institut of Internal Auditors (IIA). Internal Auditing: Assurance and Consulting Service, 2nd Edition.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Kayo, S. A. 2013. Penggunaan dan kompetensi auditor dalam pemberatasan tindak pidana korupsi. Jakarta: Graha Ilmu.
Kumaat, 2011. Internal Audit. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Marcellina Widiyastuti, Sugeng Panudji, 2009. Pegaruh Kompetensi, Independensi, dan Profesionalisme Terhadap Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan (fraud). “Value Added, Vol.5, No.2, Maret 2009 - Agustus 2009 http://jurnal.unimus.ac.id” (Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang).
Margareth Yulia, 2017. Pengaruh Profesionalisme dan Komitmen Organisasi Internal Audit Terhadap Tindakan Whistleblowing (Survey pada dua Perusahaan
BUMN di Kota Bandung). Tesis: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpas Bandung.
Mulyadi, 2015. Auditing. Edisi Kelima, Jakarta: Salemba Empat.
Muhammad Asim Asy’ari, Prasetyono dan Bambang Haryadi, 2013. Perandan Fungsi Satuan Pengawasan Intern Dalam Pencegahan fraud pada Perguruan
72
Tinggi X.“JAFFA Vol.1 No.2 Oktober 2013, (Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tronojoyo Madura).
Norsain, 2014. Peranan Audit Internal Dalam Mengatasi Kecurangan (Fraud). (Studi Kasus pada PNPM Mandiri Perkotaan Kecamatan Kalianget). “Jurnal “Performance” Bisnis & Akuntansi Volume IV, No.1, Maret 2014”. Universitas Wiraraja Sumenep.
PSAK No.70 seksi 316.2 Paragraf 4.
Pusdiklatwas BPKP, 2012. Etika dalam Fraud, Jakarta: BPKP.
Riri Zelmiyanti, Lili Anita, 2015. Pengaruh Budaya Organisasi dan Peran Auditor Internal Terhadap Pencegahan Kecurangan Dengan Pelaksanaan Sistem Pengendalian Internal Sebagai Variabel Intervening. “Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis Vol.8, November 2015, 67-76 (Universitas Islam 45 Bekasi dan Universitas Negeri Padang).
SAS No.99 2002. Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit. New York: AICPA.
Sawyers, 2017. Internal Auditing, Diterjemahkan oleh: Desi Adhariani, Jilid I, Edisi 5, Salemba Empat : Jakarta.
Soejono Karno, 2002. Auditing, Auditing khususdan Auditing Forensik, Jakarta: LPFE. UI.
Sudarmo et al, 2013. Auditing. Erlangga: Jakarta.
Sugianto, 2017. Pengaruh Pengalaman dan Skeptisisme Profesional Auditor terhadap Kemampuan Mendeteksi Fraud dengan Independensi Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Auditor BPKP RI Perwakilan Provinsi
Sulawesi Selatan). Skripsi Unhas.
Sukrisno Agoes, 2017. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Sugioyono, 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Cetakan Ke 8,
Penerbit Alfabeta, Bandung.
Susilo Raharjo dan Gunanto, 2011. Pemahaman Individu Teknik Non Tes.Kudus, Nora Media Enterprise.
Thahjono, Josua, Budi, Jap, dan Yohana, 2013. Kamus Besar.
Thalia Amelia Constantie Rambing, Jantje J. Tinangon, & Winston Pontoh, 2018. Peran Audit Internal Terhadap Kepatuhan Perangkat Daerah Dalam Pengelolaan Keuangan Pada Kantor Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Riset Akuntansi Going Concern 13(4), 2018, 328-336.
73
The IIA Reseacrh Fondation, 2011. Internal Professional Partices Framwork Maitland Avenue Altamonte Springs, FL 32701-4201. USA.
Tugiman, Hiro, 2006. Tantangan dan Prospek Profesi Internal Auditor Indonesia.
Usman Satradipraja, 2013. Peranan Audit Investigatif dan Pengendalian Fraud Triangle Dalam Birokrasi Terhadap Akuntabilitas Pelaporan Keuangan Publik. “Jurnal Akuntasi/ Volume XVII, No.01, Januari 2013 (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Jendral Achmad Yani).
Uup Santoso dan Yohanes Jaru Pembelum, 2008. Pengaruh Penerapan Sektor Publik Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan Dalam Mencegah Fraud. “Jurnal Administrasi Bisnis (2008), Vol.4, No.1. (ISSN: 2016-1249) © 2008 Center For Business Studies”. FISIP-Unpar.
Wandansari, Nini Dewi. 2013. Perlakuan Akuntansi atas PPH Pasal 21 pada PT. Artha Prima Finance. Jurnal EMBA. 1(3): 558-566.
74
DAFTAR WAWANCARA
1) Bagaimana pengetahuan yang dimiliki oleh auditor khususnya tentang
pencegahan fraud (kecurangan).
2) Bagaimana proses pengauditan fraud yang dilakukan oleh auditor.
3) Bagaimana pengalaman yang dimiliki oleh auditor khususnya tentang
pencegahan fraud.
4) Bagaimana independensi yang dimiliki oleh auditor khususnya tentang
pencegahan fraud.
5) Bagaimana peran audit internal dalam mengatasi fraud pada Pemerintah Kota
Makassar.
6) Apa hambatan yang timbul dalam menemukan kecurangan (fraud) pada
Pemerintah Kota Makassar.