kicauan whistleblower dalam membantu auditor investigatif mengungkap kecurangan (fraud).docx

24
Seminar Akuntansi Sektor Publik “Arti Kicauan Whistleblower Bagi Auditor Investigatif Dalam Mengungkap Kecurangan (Fraud)” Dosen Pengampu: Mohamad Djasuli, S.E., M.Si., QIA Oleh: R. Arif Kurniawan 110221100024 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

Upload: raden-arif-kurniawan

Post on 26-Dec-2015

199 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kicauan Whistleblower Dalam Membantu Auditor Investigatif Mengungkap Kecurangan (Fraud).docx

Seminar Akuntansi Sektor Publik

“Arti Kicauan Whistleblower Bagi Auditor Investigatif Dalam Mengungkap

Kecurangan (Fraud)”

Dosen Pengampu:

Mohamad Djasuli, S.E., M.Si., QIA

Oleh:

R. Arif Kurniawan

110221100024

AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

TAHUN AJARAN 2014/2015

Page 2: Kicauan Whistleblower Dalam Membantu Auditor Investigatif Mengungkap Kecurangan (Fraud).docx

I. Latar Belakang

Seiring perkembangan zaman yang semakin modern dan kompleks,

berkembang pula praktik kejahatan dalam bentuk kecurangan (fraud) ekonomi.

Jenis fraud yang terjadi pada berbagai negara bisa berbeda, karena dalam hal ini

praktik fraud antara lain dipengaruhi kondisi hukum di negara yang bersangkutan.

Pada negara-negara maju dengan kehidupan ekonomi yang stabil, praktik fraud

cenderung memiliki modus yang sedikit dilakukan. Adapun pada negara-negara

berkembang seperti Indonesia, praktik fraud cenderung memiliki modus banyak

untuk dilakukan. Fraud memang telah menjadi ancaman nyata bagi kelangsungan

bangsa ini. Fraud di Indonesia seperti tidak ada habis-habisnya dari tahun ke

tahun, bahkan perkembangannya semakin meningkat, baik dalam jumlah kasus

dan kerugian negara maupun kualitasnya. Perkembangan korupsi akhir-akhir ini

nampak semakin sistematis dan terpola.

Pada sektor publik, di Indonesia kecurangan (fraud) telah menjadi isu

fenomenal dan menarik untuk dibahas dengan kasus-kasus yang kini tengan

berkembang dalam masyarakat. Semenjak runtuhnya jaman orde baru, masyarakat

menjadi semakin kritis dalam mencermati kebijakan-kebijakan pemerintah yang

sarat dengan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme atau yang sering dikenal

dengan istilah KKN. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para

pihak bekerja sama untuk menikmati keuntungan (simbiosis mutualisme).

Termasuk didalamnya adalah penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan

(conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah/ilegal

(ilegal gratuities) dan pemerasan secara ekonomi (economic extortion).

Fraud sudah bukan merupakan rahasia publik, jenis fraud yang sering

dilakukan di lingkungan pemerintahan adalah jenis korupsi. Banyak media-media

di Indonesia secara terang-terangan meliput dan menyiarkan adanya penangkapan

para koruptor oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Korupsi itu sendiri

kini telah dianggap sebagai penyebab akar masalah nasional. Adanya lembaga

pemerintahan seperti BPK (Badan Pemeriksa Keuangan), BPKP (Badan

Pengawas Keuangan dan Pembangunan), Inspektorat, KPK (Komisi

Pemberantasan Korupsi), kalangan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan

Page 3: Kicauan Whistleblower Dalam Membantu Auditor Investigatif Mengungkap Kecurangan (Fraud).docx

ICW (Indonesian Corruption Watch), bahkan dibuatnya UU Nomor 31 tahun

1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo UU Nomor 20 tahun 2001

tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi belum berhasil menuntaskan

masalah korupsi yang merajalela.

Menurut Aradila Caesar yang merupakan Anggota Divisi Hukum dan

Monitoring Peradilan Indonesian Corruption Watch, menyatakan bahwa dari hasil

pemantauan ICW, yang korupsi paling banyak dilakukan oleh pejabat daerah

(http://nasional.kompas.com). Berdasarkan data yang dirilis Indonesian

Corruption Watch, pada tahun 2013 jumlah kasus korupsi di Indonesia sebanyak

560 kasus dan pada tahun 2014, jumlah kasus korupsi diperkirakan akan

meningkat lagi mengingat selama semester 1-2014 jumlahnya sudah mencapai

308 kasus. Hal ini menunjukkan betapa buruknya sistem birokrasi dan

pemerintahan Indonesia.

Kecurangan yang dilakukan oleh oknum-oknum pemerintah sulit

terdeteksi karena pelkau biasanya merupakan orang-orang yang dipercaya untuk

menjalankan suatu proyek. Oleh karena itu, auditor laporan keuangan harus

mempunyai keahlian untuk mendeteksi kecurangan ini. Untuk tindak lebih lanjut,

auditor laporan keuangan ini hanya dapat mendeteksi saja sedangkan untuk

pengungkapannya diserahkan pada auditor investigatif atau auditor forensik yang

lebih berwenang. Auditor investigatif inilah yang nantinya akan menggunakan

suatu aplikasi audit lain selain audit biasa yang digunakan para auditor laporan

keuangan untuk mengungkapkan kecurangan yaitu audit investigatif.

Peran audit investigatif dalam mengungkap kecurangan di Indonesia dari

waktu ke waktu semakin terus meningkat. Audit investigatif banyak diterapkan

ketika Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengumpulkan bukti-bukti hukum

yang diperlukan untuk menangani kasus-kasus korupsi yang dilaporkan kepada

instansi pemerintah. Audit investigatif juga digunakan oleh Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK), Kepolisian, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

(BPKP), serta Inspektorat Jenderal Kementerian untuk menggali informsi selama

proses pelaksanaan audit kecurangan (fraud audit) atau audit investigatif.

Page 4: Kicauan Whistleblower Dalam Membantu Auditor Investigatif Mengungkap Kecurangan (Fraud).docx

Kasus korupsi yang saat ini masih hangat diperbincangkan adalah kasus

korupsi mega proyek Hambalang, dimana kasus ini menyeret beberapa politikus

maupun pejabat negara di Indonesia menjadi tersangka seperti Andi

Malaranggeng, Moh, Nazaruddin, dan Anas Urbaningrum. Kasus ini berawal dari

Pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olah Raga Nasional

(P3SON) di Hambalang, Sentul, Bogor. BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)

mencurigai adanya indikasi kecurangan, kemudian BPK melakukan audit

investigasi terhadap proyek tersebut. Dengan dilakukannya audit investigasi

tersebut, BPK dapat menyimpulkan ada indikasi penyimpangan terhadap

peraturan perundangan-undangan atau penyalahgunaan wewenang dalam proses-

proses di proyek tersebut (http://republika.co.id). Dari kasus tersebut dapat

menjelaskan bahwa audit investigatif sangat berperan dalam mengungkap

kecurangan.

Hal yang menarik dari kasus korupsi mega proyek Hambalang yaitu

munculnya whistleblower yang mengungkap kecurangan di proyek tersebut.

Secara berturut-turut Moh. Nazaruddin dan Anas Urbaningrum mengungkapkan

kasus korupsi mega proyek Hambalang. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

meminta keterangan dan menguak informasi dari kedua tersangka tersebut

mengenai siapa saja yang terlibat dalam kasus korupsi mega proyek Hambalang.

Istilah whistleblower menjadi semakin populer di Indonesia sejak terungkapnya

beberapa kasus korupsi.

Harus diakui bahwa kasus mega korupsi yang terorganisasi, sistematis,

terstruktur, masif yang melibatkan jejaring politik yang kuat, dan melibatkan aktor

intelektual yang cerdas sulit dibongkar jika tidak ada pihak atau salah seorang

yang melihat, mendengar, dan terlibat langsung di dalam modus korupsi tersebut.

Di titik inilah peran Anas Urbaningrum diperlukan, yang lebih disebabkan pada

panggilan jiwa untuk bertanggung jawab pada nilai kebenaran.

Whistleblower biasanya ditujukan kepada seseorang yang pertama kali

mengungkap atau melaporkan suatu tindak pidana atau tindakan yang dianggap

ilegal di tempatnya bekerja atau orang lain berada, kepada otoritas internal

organisasi atau kepada publik seperti media massa atau lembaga pemantauan

Page 5: Kicauan Whistleblower Dalam Membantu Auditor Investigatif Mengungkap Kecurangan (Fraud).docx

publik. Pengungkapan tersebut tidak selalu didasari itikad baik sang pelapor,

tetapi tujuannya untuk mengungkap kejahatan atau pengelewengan yang

diketahuinya.

Pada dasarnya seorang whistleblower merupakan seorang martir. Ia sang

pemicu pengungkapan skandal kejahatan yang kerap melibatkan atasan maupun

koleganya sendiri. Namun tidak banyak orang yang mengetahui dengan persis dan

detail mengenai siapa sesungguhnya yang dapat dikategorikan sebagai seorang

whistleblower. Istilah whistleblower memiliki makna yang bermacam-macam.

Kadang diartikan sebagai “saksi pelapor”, “pemukul kentongan”, atau

“pengungkap fakta”. Sampai sekarang belum ada padanan kata yang pas dalam

kosakata Bahasa Indonesia bagi istilah yang secara harfiah disebut “peniup peluit”

itu.

Maka dari itu, perlu pembahasan mendalam mengenai whistleblower,

audit investigatif, dan fraud di sektor publik atau pemerintahan yang rawan

terjadinya penyimpangan. Makalah ini disusun untuk membantu memberikan

gambaran maupun penjelasan mengenai whistleblower, audit investigatif, dan

fraud di sektor publik, sehingga pembaca dapat mengetahui bagaimana peran

whistleblower dalam membantu auditor investigatif melakukan audit investigatif

untuk mengungkap sebuah kecurangan (fraud) di sektor publik.

II. Landasan Teori

2.1. Whistleblower

2.1.1 Definisi Whistleblower

Yenny (2008: 9) menyatakan bahwa whistleblower adalah orang-orang

yang mengungkapkan fakta kepada publik mengenai sebuah skandal, bahaya,

malpraktik, maladministrasi, maupun korupsi. Sedangkan, whistleblowing adalah

tindakan seorang pekerja yang memutuskan untuk melapor kepada media,

kekuasaan internal atau eksternal tentang hal-hal ilegal dan tidak etis yang terjadi

di lingkungan kerja.

Page 6: Kicauan Whistleblower Dalam Membantu Auditor Investigatif Mengungkap Kecurangan (Fraud).docx

Secara definisi, whistleblower adalah seorang pegawai (employee) atau

karyawan dalam suatu organisasi yang melaporkan, menyaksikan, mengetahui

adanya kejahatan ataupun adanya praktik yang menyimpang dan mengancam

kepentingan publik di dalam organisasinya dan yang memutuskan untuk

mengungkap penyimpangan tersebut kepada publik atau instansi yang berwenang

(wikipedia, Columbia electronic encyclopedia: 2005).

Tuanakotta (2006: 405) menyatakan istilah whistleblower dalam bahasa

Inggris merupakan Slang, dan bukan istilah ilmiah. Secara sederhana,

whistleblower adalah orang yang memberitahu kepada yang berwenang tentang

pelanggaran yang dilakukan majikannya yang mempunyai dampak atau dapat

merugikan negara.

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa whistleblower

adalah seseorang yang secara sukarela menyiarkan/menyampaikan informasi yang

sebenarnya tidak diketahui oleh umum, sebagai protes moral yang dilakukan oleh

anggota atau dewan pengawas dari suatu organisasi melalui saluran komunikasi

yang tidak normal kepada pihak-pihak yang berkepentingan tentang adanya

perbuatan ilegal dan/atau pelaksanaan kegiatan yang bermoral dalam suatu

organisasi atau praktek-praktek yang dilakukan organisasi yang bertentangan

dengan kepentingan publik. Sedangkan whistleblowing adalah tindakan yang

dilakukan oleh whistleblower.

2.1.2 Karakteristik Whistleblower

Dalam artikel yang berjudul “Peran Whistleblower Dalam Pemberantasan

Korupsi” yang dibuat oleh Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan

Kementerian Keuangan (http://www.bppk.depkeu.go.id/), terdapat enam

karakteristik mengenai whistleblower yaitu:

1. Whistleblower merupakan tindakan yang hanya dapat dilakukan oleh anggota

dari suatu organisasi.

2. Harus ada informasi yang sebenarnya tidak diketahui oleh publik (nonpublic

information).

3. Informasi yang disampaikan merupakan bukti adanya penyimpangan yang

terjadi di dalam suatu organisasi yang dilakukan oleh pihak intern organisasi.

Page 7: Kicauan Whistleblower Dalam Membantu Auditor Investigatif Mengungkap Kecurangan (Fraud).docx

4. Informasi harus disampaikan melalui saluran komunikasi yang tidak normal

(rahasia).

5. Penyampaian informasi harus dilakukan secara suka rela dan dibenarkan

secara hukum.

6. Whistleblowing merupakan kegiatan sebagai protes moral.

Haris, dkk (2011: 1) menyatakan bahwa untuk disebut sebagai

whistleblower, setidaknya harus memenuhi dua kriteria mendasar. Kriteria

pertama, whistleblower menyampaikan atau mengungkapkan laporan kepada

otoritas yang berwenang atau kepada media massa atau publik. Kriteria kedua,

seorang whistleblower merupakan orang “dalam”, yaitu orang yang mengungkap

dugaan pelanggaran dan kejahatan yang terjadi di tempatnya bekerja atau berada.

2.1.3 Praktik Whistleblowing System

Dalam buku yang berjudul “Memahami Whistleblower” oleh Haris, dkk

(2011: 71) menyatakan bahwa praktik whistleblowing system dilakukan dengan

cara:

a. Komitmen Perusahaan dan Karyawan

Diperlukan adanya pernyataan komitmen kesediaan dari seluruh

karyawan untuk melaksanakan sistem pelaporan pelanggaran sehingga karyawan

dapat berpartisipasi aktif untuk ikut melaporkan bila menemukan adanya

pelanggaran.

b. Komitmen Perusahaan Untuk Melindungi Dan Menindaklanjuti Laporan

Whistleblower

Laporan-laporan dari para whistleblower tersebut tidak hanya dibiarkan,

tetapi ditindaklanjuti dengan penelitian dan investigasi. Bahkan dalam kondisi

tertentu perusahaan berkomitmen untuk melindungi whistleblower jika

mengancam jiwa, harta benda dan pekerjaannya.

c. Mekanisme Penyampaian Laporan Pelanggaran

1. Infrastruktur dan Mekanisme Penyampaian Laporan, menyediakan saluran

khusus yang digunakan untuk menyampaikan laporan pelanggaran.

2. Kerahasiaan, identitas pelaporan harus dirahasikan dan dijaga dalam sistem

ini.

Page 8: Kicauan Whistleblower Dalam Membantu Auditor Investigatif Mengungkap Kecurangan (Fraud).docx

3. Kekebalan Administratif, mengembangkan budaya yang mendorong

karyawan untuk berani melaporkan tindakan pelanggaran yang diketahuinya.

4. Komunikasi dengan Pelapor, dalam komunikasi ini pelapor juga akan

memperoleh informasi mengenai penanganan kasusyang dilaporkannya,

apakah ditindaklanjuti atau tidak.

5. Investigasi, dapat dilakukan untuk menindaklanjuti pelaporan pelanggaran.

6. Mekanisme Pelaporan, sistem pelaporan dirancang sedemikian rupa, sehingga

dapat memastikan bahwa semua pelanggaran yang telah dilaporkan telah

tertangani dengan baik.

2.1.4 Regulasi Whistleblower

The Sarbanes-Oxley Act of 2002 (SOX), Seksi 806 tentang “Employee

Whistleblower Protection”. Untuk pertama kali memberikan perlindungan kepada

mereka yang melaporkan terjadinya kecurangan oleh pegawai pada perusahaan

swasta. Undang-undang tersebut melarang balas dendam kepada para pegawai

yang telah melaporkan adanya kecurangan atau salah kelola yang terjadi pada

suatu perusahaan. Bagi para pengusaha yang melakukan balas dendam terhadap

peniup peluit akan dikenakan denda atau penjara bahkan dapat kedua-duanya.

Di Indonesia, pada 10 Agustus 2011 Mahkamah Agung (MA) telah

mengeluarkan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 04 Tahun 2011

tentang Perlakuan bagi Pelapor Tindak Pidana (whistleblower) dan Saksi Pelaku

yang Bekerja Sama (justice collaborator) dalam Perkara Tindak Pidana Tertentu.

SEMA telah memberikan panduan kepada hakim untuk mengategorikan saksi

pelaku sebagai justice collaborator, yakni: (1) merupakan salah satu pelaku tindak

pidana tertentu; (2) mengakui kejahatan yang dilakukannya; (3) bukan pelaku

utama dalam kejahatan itu; dan (4) memberikan keterangan sebagai saksi dalam

proses peradilan.

2.2. Audit Investigatif

2.2.1. Definisi Audit Investigatif

Audit investigatif adalah serangkaian kegiatan mengenali (recognize),

mengidentifikasi (identify), dan menguji (examine) secara detail informasi dan

fakta-fakta yang ada untuk mengungkap kejadian yang sebenarnya dalam rangka

Page 9: Kicauan Whistleblower Dalam Membantu Auditor Investigatif Mengungkap Kecurangan (Fraud).docx

pembuktian untuk mendukung proses hukum atas dugaan penyimpangan yang

dapat merugikan keuangan suatu entitas (perusahaan/organisasi/negara/daerah)

yang dikutip dari (id.wikipedia.org/wiki/audit).

Hal ini selaras dengan pernyataan Sudarmono, dkk (2008: 76) bahwa

audit investigatif merupakan sebuah kegiatan sistematis dan terukur untuk

mengungkap kecurangan sejak diketahui, atau diindikasikannya sebuah peristiwa/

kejadian/ transaksi yang dapat memberikan cukup keyakinan, serta dapat

digunakan sebagai bukti yang memenuhi pemastian suatu kebenaran dalam

menjelaskan kejadian yang telah diasumsikan sebelumnya dalam rangka mencapai

keadilan.

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa audit

investigatif merupakan cara yang dapat dilakukan oleh auditor untuk mendeteksi

dan memeriksa kecurangan terutama dalam laporan keuangan yang sedang atau

sudah terjadi menggunakan keahlian tertentu dan teknik yang dimiliki auditor.

2.2.2. Tujuan Audit Investigatif

Menurut Sudarmono, dkk (2008: 77), audit investigasi digunakan untuk

menentukan kebenaran permasalahan melaui proses pengujian, pengumpulan dan

pengevaluasian bukti-bukti yang relevan dengan perbuatan fraud dan untuk

mengungkapkan faktar-fakta fraud.

Dengan demikian, tujuan audit investigatif yaitu membantu penyidik

untuk membuat terang perkara pidana ekonomi yang sedang dihadapi penyidik.

Auditor bertugas mengumpulkan bukti-bukti surat yang mendukung dakwaan

jaksa. Tujuan audit investigatif berdasarkan pengaduan masyarakat adalah untuk

melakukan audit lebih lanjut untuk mencari kebenaran dari pengaduan tersebut.

Tujuan audit berdasarkan hasil temuan sebelumnya adalah untuk mengadakan

audit lebih lanjut untuk membuktikan kecurigaan kecurangan yang terjadi.

2.2.3. Jenis Audit Investigatif

Yenny (2008: 16) mengemukakan terdapat dua jenis audit investigatif,

yaitu:

1. Audit Investigatif Proaktif, dilakukan pada entitas yang mempunyai resiko

penyimpangan tetapi entitas tersebut dalam proses awal auditnya belum atau

tidak didahului oleh informasi tentang adanya adanya indikasi penyimpangan

Page 10: Kicauan Whistleblower Dalam Membantu Auditor Investigatif Mengungkap Kecurangan (Fraud).docx

yang berpotensi menimbulkan kerugian keuangan/kekayaan negara dan atau

perekonomian.

2. Audit Investigatif Reaktif, mengandung langkah-langka pencarian dan

pengumpulan bahan bukti yang diperlukan untuk mendukung

dugaan/sangkaan awal tentang adanya indikasi penyimpangan yang dapat

menimbulkan kerugian keuangan/kekayaan negara dan atau perekonomian

negara Akuntansi Indonesia (2008: 20) dalam Yenny (2008: 16).

2.2.4. Teknik Audit Investigatif

Menurut Tuanakota (2006: 229) terdapat tujuh teknik audit yang sering

dilakukan oleh auditor yaitu:

1. Memeriksa fisik (Phisical examination), yaitu perhitungan uang tunai, kertas

berharga, persediaan barang aktiva tetap dan barang berwujud.

2. Meminta konfirmasi (Confirmation), yaitu meminta pihak lain untuk

menegaskan kebenaran atau ketidakbenaran suatu informasi.

3. Memeriksa dokumen (Documentation), berupa informasi yang diolah,

disimpan dan dipindahkan secara elektronik/digital.

4. Review analitik (Analythical Review), yaitu didasarkan atas perbandingan

antara apa yang dihadapi dengan apa yang layaknya harus terjadi, dan

berusaha menjawab sebabnya terjadi kesenjangan.

5. Meminta informasi lisan atau tertulis dari auditan (Inquiry of the auditee),

untuk memberikan keyakinan dan bukti yang cukup bagi auditor dalam

mengambil keputusan.

6. Menghitung kembali (Reforming), yaitu menghitung kebenaran dalam

perhitungan.

7. Mengamati (Observation), diartikan sebagai pemanfaatan indera untuk

mengetahui sesuatu.

2.2.5. Laporan Audit Investigatif

Formulir laporan kecurangan memberikan format yang diusulkan untuk

laporan akhir untuk dipergunakan dalam mendokumentasikan kegiatan sekitar

kejadian atau kecurangan korupsi. Menurut Karni (2000: 133), isi laporan

investigatif berisi: a) Dasar Audit Investigatif; b) Temuan Audit Investigatif; c)

Tindak lanjut; dan d) Saran-saran perbaikan. Sedangkan Untuk laporan Audit

Page 11: Kicauan Whistleblower Dalam Membantu Auditor Investigatif Mengungkap Kecurangan (Fraud).docx

Investigatif yang akan diserahkan kepada kejaksaan, temuan audit memuat: a)

Modus Operandi; b)Sebab-sebab terjadinya penyimpangan; c) Bukti yang

diperoleh; dan d) Kerugian yang ditimbulkan.

2.3. Fraud

2.3.1 Definisi Fraud

Sudarmono, dkk (2008: 11) mendefinisikan fraud dari tiga unsur penting

yaitu: a) Perbuatan tidak jujur; b) Niat/Kesengajaan; c) Keuntungan yang

merugikan orang lain. Hal ini membuktikan bahwa fraud tidak sama dengan

kesalahan atau ketidak-sengajaan. Fraud mengacu pada tindak pidana seperti

perbuatan curang atau kecurangan, pencurian, pemerasan, penggelapan,

merugikan pemberi piutang dalam keadaan pailit dan korupsi Tuanakota

(2006:95).

Dengan demikian, berdasarkan pengertian fraud yang telah dikemukakan

maka dapat disimpulkan bahwa fraud merupakan penipuan yang disengaja

dilakukan yang dapat menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang

dirugikan tersebut dan memberikan keuntungan bagi pelaku fraud.

2.3.2 Faktor Terjadinya Fraud

Tuanakota (2006: 106) menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan

fraud dan dikenal sebagai fraud triangle yaitu:

1. Peluang (opportunity), dengan mempunyai pengetahuan pelaku dapat melihat

peluang mewajarkan aktivitas fraud demi mendapatkan kekayaan dan

keuntungan.

2. Tekanan (pressure), dimana keadaan finansial atau non finansial merupakan

dorongan seseorang untuk melakukan fraud.

3. Rasional (rationalization), terjadi karena sikap iri hati, dendam, marah, dan

ingin cepat kaya.

Penyebab fraud yang dijelaskan Bologna dengan GONE theory dalam

Soepardi (2010:6), yaitu:

Page 12: Kicauan Whistleblower Dalam Membantu Auditor Investigatif Mengungkap Kecurangan (Fraud).docx

1. Greed (keserakahan), berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara

potensial ada di dalam diri setiap orang.

2. Opportunity (kesempatan), berkaitan dengan keadaan organisasi atau instansi

masyarakat yang sedemikian rupa sehingga terbuka kesempatan bagi

seseorang untuk melakukan fraud terhadapnya.

3. Needs (kebutuhan), berkaitan dengan faktor-faktor yang dibutuhkan oleh

individu untuk menunjang hidupnya yang menurutnya wajar.

4. Exposure (pengungkapan), berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang

akan dihadapi oleh pelaku fraud apabila pelaku ditemukan melakukan fraud.

2.3.3 Klasifikasi Fraud

Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) dalam Tuanakota

(2006: 98) menggambarkan occupational fraud dalam bentuk fraud tree. Fraud

tree dapat membantu akuntan forensik mengenali dan mendiagnosis kecurangan

yang terjadi. Occupational fraud tree ini mempunyai tiga cabang utama, yakni

Corruption, Asset Missappropiation, dan Fraudulent Statements.

(Sumber: Tuanakotta, 2006: 98)

1. Corruption, korupsi terjadi apabila memenuhi tiga syarat yaitu: 1) melawan

hukum, 2) memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi, 3)

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

a. Conflict of interest atau benturan kepentingan sering ditemui dalam

bentuk bisnis pejabat/penguasa dan keluarga serta kroni-kroninya.

b. Bribery atau penyuapan merupakan hal yang sering dijumpai dalam

kehidupan bisnis dan politik di Indonesia.

Page 13: Kicauan Whistleblower Dalam Membantu Auditor Investigatif Mengungkap Kecurangan (Fraud).docx

c. Illegal gratuities pemberian atau hadiah yang merupakan bentuk

terselubung dari penyuapan.

d. Economic extortion merupakan ancaman terhadap rekanan, ancaman ini

bisa secara terselubung atau terbuka.

2. Asset Misappropriation, pengambilan aset secara ilegal (tidak sah/melawan

hukum) yang dilakukan oleh sesorang yang diberi wewenang untuk

mengelola atau mengawasi asset tersebut disebut menggelapkan. Asset

Misappropriation dalam bentuk penjarahan cash dilakukan dalam tiga bentuk

yaitu:

a. skimming (uang dijarah sebelum uang tersebut masuk ke perusahaan).

b. larceny (uang dijarah sesudah uang tersebut masuk ke

sistem/perusahaan).

c. fraudulent disbursements (penggelapan aset).

3. Fraudulent Statements, kecurangan laporan keuangan merupakan fraud yang

dilakukan oleh manajemen yaitu dalam menyusun laporan keuangan sehingga

merugikan investor dan kreditor.

a. Financial yaitu berupa salah saji baik overstatement maupun

understatement yang material.

b. Non Financial yaitu berupa penyampaian laporan keuangan yang

menyesatkan.

2.3.4 Korupsi

Dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang

Nomor 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi dijelaskan bahwa korupsi

adalah setiap orang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau

suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada

padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara

atau perekonomian negara (Pasal 2 dan 3 UU No. 31 tahun 1999).

Dengan demikian, dari definisi tersebut terdapat beberapa unsur penting

mengenai korupsi yaitu: 1) Setiap orang; 2) Memperkaya diri sendiri, orang lain,

atau korporasi; 3) menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, sarana, dan

jabatan; dan 4) Dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara.

Page 14: Kicauan Whistleblower Dalam Membantu Auditor Investigatif Mengungkap Kecurangan (Fraud).docx

III. Simpulan

Untuk melaporkan atau tidak atas terjadinya penyimpangan yang terjadi

dalam suatu unit organisasi merupakan suatu keputusan yang sangat sulit bagi

sejumlah orang. Keputusan tersebut merupakan suatu pilihan yang bersifat pribadi

dan memiliki risiko yang tinggi. Keputusan tersebut juga sulit secara etika, karena

whistle blowing berada dalam posisi suatu konflik diantara dua tugas yang harus

dilakukan, yaitu untuk melindungi publik dan loyal pada organisasi. Meskipun

demikian, loyalitas tidak berarti untuk melanggar peraturan seperti argumen yang

disampaikan oleh kelompok agen yang loyal. Keputusan diantara dua tugas

tersebut mensyaratkan seorang pegawai untuk melakukan pertimbangan yang

sangat hati-hati.

Salah satu kesimpulan adalah whistle-blowing dibenarkan secara etika

dalam kondisi khusus yang dipertimbangkan secara hati-hati. Setiap pegawai

memiliki kewajiban untuk tidak menjadi bagian dari aktivitas yang ilegal atau

immoral. Melaporkan adanya kegiatan penyimpangan (korupsi) merupakan salah

satu jawaban yang dapat diberikan oleh seorang pegawai ketika mengetahui

adanya tindakan menyimpang yang terjadi dalam organisasi. Selain itu para

pegawai akan bertanya lebih lanjut bagaimana melaporkan adanya aktivitas

tersebut dalam cara yang benar.

Dengan banyaknya whistleblower di Indonesia baik di organisasi sektor

publik maupun sektor privat secara tidak langsung dapat mempermudah tugas

auditor investigatif. Dengan kata lain kicauan whistleblower merupakan bagian

penting yang sangat diperlukan oleh auditor investigatif. Auditor investigatif

dapat langsung menanyakan mengenai kasus yang sedang dihadapi kepada

whistleblower. Namun di sisi lain, banyak pemikiran bahwa whistleblower sama

saja dengan saksi. Hal inilah yang menyebabkan beberapa kasus korupsi di

Indonesia terdapat seorang yang telah berstatus tersangka, saksi, dan juga

berperan sebagai whistleblower sehingga mereka terpaksa menjadi whistleblower

ketika kasus tersebut terungkap bukan ketika kasus tersebut masih belum

terungkap.

Page 15: Kicauan Whistleblower Dalam Membantu Auditor Investigatif Mengungkap Kecurangan (Fraud).docx

Oleh karena itu, dengan lahirnya peraturan-peraturan maupun

pembahasan mengenai whistleblower dapat memberikan pandangan kepada

semua orang untuk berani mengungkap kecurangan di organisasinya. Sehingga

kasus-kasus korupsi di Indonesia akan terungkap dan dapat mengurangi tindakan

korupsi yang sekarang menjadi penyakit di dalam perekonomian Indonesia.

IV. Daftar Pustaka

Ahadian, Medhi. (2010). Peranan Audit Investigatif Dalam Mengungkap

Kecurangan (Fraud) Dana Bantuan Sosial Pada Lembaga Pemerintahan

(Studi kasus pada Kepolisian Daerah Jawa Barat).

http://nasional.kompas.com/read/2014/08/03/16302581/

ICW.Mayoritas.Pelaku.Korupsi.dari.Pejabat.Daerah.Merata.di.Seluruh.I

ndonesia (diakses pada tanggal 15 Oktober 2014).

http://nasional.kompas.com/read/2014/08/18/10085091/Tren.Korupsi.Naik.Lagi

(diakses pada tanggal 15 Oktober 2014).

http://www.bppk.depkeu.go.id/publikasi/artikel/168-artikel-pengembangan-sdm/

10977-peran-peniup-peluit-dalam-pemberantasan-korupsi (diakses pada

tanggal 15 Oktober 2014).

id.wikipedia.org/wiki/audit (diakses pada tanggal 15 Oktober 2014).

Karni, Soejono. "Auditing. Audit Khusus Dan Audit Forensik Dalam

Praktik."Jakarta. FEUI (2005). Peranan Akuntan Publik Dalam

Menceah Dan Mendeteksi Kecurangan Pelaporan Keuangan. Jakarta.

FEUI (2000).

Novita, Dyah Ratna Meta. (2013, 23 Agustus). Berikut Hasil Audit BPK Soal

Hambalang. http://Republika.co.id. (diakses pada tanggal 15 Oktober

2014).

Page 16: Kicauan Whistleblower Dalam Membantu Auditor Investigatif Mengungkap Kecurangan (Fraud).docx

Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 04 Tahun 2011 tentang

Perlakuan bagi Pelapor Tindak Pidana (whistleblower) dan Saksi

Pelaku yang Bekerja Sama (justice collaborator) dalam Perkara Tindak

Pidana Tertentu.

The Sarbanes-Oxley Act of 2002 (SOX), Seksi 806 tentang “Employee

Whistleblower Protection”.

Tuanakotta, T.M , Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif, Edisi 2, Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2010.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001

tentang Tindak Pidana Korupsi.

Yenny, Fitri. (2008). Analisis peranan Whistleblower dalam membantu auditor

investigatif untuk mengungkap kecurangan (fraud) (Doctoral

dissertation, Universitas Widyatama).