peran ahli gizi sebagai tenaga kerja profesional

8
Peran Ahli Gizi Sebagai Tenaga Kerja Profesional By : Anggun Rindang Cempaka Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya persaingan pada berbagai aspek, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi agar mampu bersaing dengan negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi dalam keluarga maupun pelayanan gizi pada individu yang karena suatu hal mereka harus tinggal di suatu institusi kesehatan, diantaranya rumah sakit (Depkes RI, 2005). Rumah sakit sebagai salah satu institusi kesehatan mempunyai peran penting dalam melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahanpenyakit. Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan bagian integral dari upaya penyembuhan penyakit pasien. Mutu pelayanan gizi yang baik akan mempengaruhi indikator mutu pelayanan rumah sakit, yaitu meningkatkan kesembuhan pasien, memperpendek lama rawat inap, serta menurunkan biaya (Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar, 2007). Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit terdiri dari asuhan gizi pasien rawat jalan, asuhan gizi rawat inap, penyelenggaraan makanan, serta penelitian dan pengembangan gizi (Depkes RI, 2005). Untuk proses asuhan gizi pasien rawat jalan dan rawat inap harus melalui 4 tahapan, yaitu : (1) assessment dan pengkajian gizi; (2) perencanaan pelayanan gizi dengan menetapkan tujuan dan strategi; (3) implementasi pelayanan gizi sesuai rencana; (4) monitoring dan evaluasi pelayanan gizi (Almatsier, 2006). Pelayanan gizi rumah sakit adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit (pasien) baik rawat inap maupun rawat jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan, maupun mengoreksi kelainan metabolisme, dalam rangka upaya preventif, kuratif, rehabilitative, dan promotif. Hal ini sejalan dengan perkembangan iptek di bidang kesehatan, dimana telah

Upload: triana-dessy-fitrianti

Post on 06-Nov-2015

70 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gujhgf

TRANSCRIPT

Peran Ahli Gizi Sebagai Tenaga Kerja ProfesionalBy : Anggun Rindang Cempaka

Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan adanya persaingan pada berbagai aspek, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi agar mampu bersaing dengan negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu negara. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi dalam keluarga maupun pelayanan gizi pada individu yang karena suatu hal mereka harus tinggal di suatu institusi kesehatan, diantaranya rumah sakit (Depkes RI, 2005). Rumah sakit sebagai salah satu institusi kesehatan mempunyai peran penting dalam melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahanpenyakit. Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan bagian integral dari upaya penyembuhan penyakit pasien. Mutu pelayanan gizi yang baik akan mempengaruhi indikator mutu pelayanan rumah sakit, yaitu meningkatkan kesembuhan pasien, memperpendek lama rawat inap, serta menurunkan biaya (Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar, 2007). Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit terdiri dari asuhan gizi pasien rawat jalan, asuhan gizi rawat inap, penyelenggaraan makanan, serta penelitian dan pengembangan gizi (Depkes RI, 2005). Untuk proses asuhan gizi pasien rawat jalan dan rawat inap harus melalui 4 tahapan, yaitu : (1) assessment dan pengkajian gizi; (2) perencanaan pelayanan gizi dengan menetapkan tujuan dan strategi; (3) implementasi pelayanan gizi sesuai rencana; (4) monitoring dan evaluasi pelayanan gizi (Almatsier, 2006). Pelayanan gizi rumah sakit adalah kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit (pasien) baik rawat inap maupun rawat jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan, maupun mengoreksi kelainan metabolisme, dalam rangka upaya preventif, kuratif, rehabilitative, dan promotif. Hal ini sejalan dengan perkembangan iptek di bidang kesehatan, dimana telah berkembang terapi gizi medis yang merupakan kesatuan dari asuhan medis, asuhan keperawatan, dan asuhan gizi (Depkes RI, 2005). Peran asuhan gizi sebagai bagian dari perawatan pasien di rumah sakit semakin penting dengan berkembangnya konsep perawatan pasien dengan pendekatan menyeluruh. Dalam pelaksanaannya, diperlukan keterlibatan dan kerjasama yang erat antar berbagai profesi terkait yang tergabung dalam tim asuhan gizi. Profesi yang terlibat adalah dokter, perawat, dietisien, dan profesi kesehatan lainnya sebagai pendukung. Tiap anggota tim bertugas memberikan sumbangan spesifik sesuai dengan keahliannya, yang diharapkan dapat saling mengisi dalam upaya memberikan asuhan gizi yang optimal. Selain itu, diperlukan koordinasi yang baik melalui komunikasi secara teratur, baik secara tertulis melalui rekam medik, secara lisan melalui diskusi sewaktu-waktu, atau melalui kunjungan/visite bersama yang dilakukan secara periodik (Almatsier, 2006).

Ahli Gizi Sebagai Tenaga Kerja Profesional Ahli gizi atau Registered Dietitien (RD) adalah sarjana gizi yang telah mengikutipendidikan profesi gizi (dietetic internship) dan dinyatakanlulus setelah mengikuti ujian kompetensi profesi gizi, yang kemudian diberi hak untuk mengurus ijin memberikanpelayanan dan menyelenggarakan praktek gizi (Persagi, 2010). RD bertugas melakukan pengkajian gizi, menentukan diagnosa gizi, menentukan dan mengimplementasikan intervensi gizi, dan kemudian melakukan visite berkala untuk memonitor dan mengevaluasi perkembangan kondisi pasien. Selain itu, RD juga bertugas melakukan edukasi gizi untuk pencegahan penyakit dan konseling gizi untuk kondisi kronis (ADA, 2007). Sebagai ahli gizi profesional, hendaknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :1. Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat2. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu programpendidikan3. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah4. Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai kodeetik yang berlaku5. Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalammenjalankan profesinya6. Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa ataspelayanan yang diberikan7. Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkankualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat olehanggotanya8. Pekerjaan/sumber utama seumur hidup9. Berorientasi pada pelayanan dan kebutuhan obyektif10. Otonomi dalam melakukan tindakan11. Melakukan ikatan profesi, lisensi jalur karir12. Mempunyai kekuatan dan status dalam pengetahuan spesifik13. Alturism (memiliki sifat kemanusiaan dan loyalitas yang tinggi)Di Indonesia, Ahli Gizi termasuk Ahli Madya Gizi sebagai pekerja profesional harus memiliki persyaratan sebagai berikut :1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifatkhusus atau spesialis2. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan tenagaprofesional3. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat4. Mempunyai kewenangan yang disyahkan atau diberikan olehpemerintah5. Mempunyai peran dan fungsi yang jelas6. Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur7. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah8. Memiliki etika Ahli Gizi9. Memiliki standar praktek10. Memiliki standar pendidikan yang mendasari danmengembangkan profesi sesuai dengan kebutuhan pelayanan11. Memiliki standar berkelanjutan sebagai wahana pengembangankompetensi.

Standar Kompetensi dan Peran Ahli Gizi Standar kompetensi ahli gizi disusun berdasarkan jenis ahli gizi yang adasaat ini yaitu ahli gizi dan ahli madya gizi. Keduanya mempunyai wewenangdan tanggung jawab yang berbeda. Secara umum tujuan disusunnya standarkompetensi ahli gizi adalah sebagai landasan pengembangan profesi Ahli Gizi diIndonesia sehingga dapat mencegah tumpang tindih kewenangan berbagaiprofesi yang terkait dengan gizi. Adapun tujuan secara khusus adalahsebagai acuan/pedoman dalammenjaga mutu Ahli Gizi, menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan giziyang profesional baik untuk individu maupun kelompok serta mencegahtimbulnya malpraktek gizi (Persagi, 2010).PeranAhli Gizi Secara umum, paling tidak seorang ahli gizi memiliki 3 peran, yakni sebagai dietisien, sebagai konselor gizi, dan sebagai penyuluh gizi (Nasihah, 2010).1.Dietisienadalah seseorang yang memiliki pendidikan gizi, khususnya dietetik, yang bekerja untuk menerapkan prinsip-prinsip gizi dalam pemberian makan kepada individu atau kelompok, merencanakan menu, dan diet khusus, serta mengawasi penyelenggaraan dan penyajian makanan (Kamus Gizi, 2010).2.Konselor giziadalah ahli gizi yang bekerja untuk membantu orang lain (klien) mengenali, mengatasi masalah gizi yang dihadapi, dan mendorong klien untuk mencari dan memilih cara pemecahan masalah gizi secara mudah sehingga dapat dilaksanakan oleh klien secara efektif dan efisien. Konseling biasanya dilakukan lebih privat, berupa komunikasi dua arah antara konselor dan klien yang bertujuan untuk memberikan terapi diet yang sesuai dengan kondisi pasien dalam upaya perubahan sikap dan perilaku terhadap makanan (Magdalena, 2010).3.Penyuluh gizi, yakni seseorang yang memberikan penyuluhan gizi yang merupakan suatu upaya menjelaskan, menggunakan, memilih, dan mengolah bahan makanan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku perorangan atau masyarakat dalam mengonsumsi makanan sehingga meningkatkan kesehatan dan gizinya (Kamus Gizi, 2010). Penyuluhan gizi sebagian besarnya dilakukan dengan metode ceramah (komunikasi satu arah), walaupun sebenarnya masih ada beberapa metode lainnya yang dapat digunakan. Berbeda dengan konseling yang komunikasinya dilakukan lebih pribadi, penyuluhan gizi disampaikan lebih umum dan biasanya dapat menjangkau sasaran yang lebih banyak.Ketiga peran ituhanya bisadilakukan oleh seorang ahli gizi atau seseorang yang sudah mendapat pendidikan gizi dan tidak bisa digantikan oleh profesi kesehatan manapun, karena ketiga peran itu saling berkaitan satu sama lain, tidak dapat dipisahkan.Selain ketiga peran yang telah dijelaskan diatas, peran ahli gizi juga dapat dikaji pada rincian di bawah ini :1. Ahli Gizia. Pelaku tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi klinikb. Pengelola pelayanan gizi di masyarakat c. Pengelola tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi di RSd. Pengelola sistem penyelenggaraan makanan institusi/masale. Pendidik/penyuluh/pelatih/konsultan gizif. Pelaksana penelitian gizig. Pelaku pemasaran produk gizi dan kegiatan wirausahah. Berpartisipasi bersama tim kesehatan dan tim lintas sektorali. Pelaku praktek kegizian yang bekerja secara profesional dan etis2. Ahli Madya Gizia. Pelaku tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi klinikb. Pelaksana pelayanan gizi masyarakatc. Penyelia sistem penyelenggaraan makanan Institusi/massald. Pendidik/penyuluh/pelatih/konsultan gizie. Pelaku pemasaran produk gizi dan kegiatan wirausahaf. Pelaku praktek kegizian yang bekerja secara profesional dan etis(Persagi, 2010)

Namun, bila dibandingkan dengan kondisi di lahan, peran Ahli gizi belum berjalan secara maksimal. Hal ini disebabkan oleh :1.Kurangnya jumlah tenaga ahli gizi di rumah sakit sehingga belum dapat mencakup semua ruang rawat inap dan masih merangkap tugas yang lain.2.Belum terbentuknya tim asuhan gizi yang solid, sehingga praktek kolaborasi antara ahli gizi dan profesi yang lain belum berjalan secara maksimal.3.Tidak adanya nutritional assessment tools di ruangan, seperti microtoa, knee-height caliper, pita LILA. Alat yang dipakai selama ini kebanyakan hanya medline dan timbangan berat badan.4.Kurangnya kunjungan ahli gizi ke ruang rawat inap yang menjadi tanggung-jawabnya sehingga memungkinkan pasien tidak mengenali ahli gizi rumah sakit.5.Belum dilakukannya skrining gizi secara menyeluruh terhadap pasien, sehingga memungkinkan pasien yang berisiko malnutrisi tidak terdeteksi.

Kode Etik Ahli Gizi (Persagi, 2010) Ahli Gizi yang melaksanakan profesi gizi mengabdikan diri dalam upayamemelihara dan memperbaiki keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan dankesejahteraan rakyat melalui upaya perbaikan gizi, pendidikan gizi,pengembangan ilmu dan teknologi gizi, serta ilmu-ilmu terkait. Ahli Gizi dalammenjalankan profesinya harus senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan nilainilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan AnggaranRumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesinya.A. Kewajiban Umum1. Meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan sertaberperan dalam meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan rakyat2. Menjunjung tinggi nama baik profesi gizidengan menunjukkan sikap, perilaku, dan budi luhur serta tidakmementingkan diri sendiri3. Menjalankan profesinya menurutstandar profesi yang telah ditetapkan.4. Menjalankan profesinya bersikapjujur, tulus dan adil.5. Menjalankan profesinya berdasarkan prinsipkeilmuan, informasi terkini, dan dalam menginterpretasikan informasihendaknya objektif tanpa membedakan individu dan dapatmenunjukkan sumber rujukan yang benar.6. Mengenal dan memahamiketerbatasannya sehingga dapat bekerjasama dengan pihak lain ataumembuat rujukan bila diperlukan.7. Melakukan profesinya mengutamakan kepentinganmasyarakat dan berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendidikdan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.8. Berkerjasama dengan para profesional lain di bidangkesehatan maupun lainnya berkewajiban senantiasa memeliharapengertian yang sebaik-baiknya.B. Kewajiban Terhadap Klien1. Memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkupinstitusi pelayanan gizi atau di masyarakat umum.2. Menjaga kerahasiaan klien ataumasyarakat yang dilayaninya baik pada saat klien masih atau sudahtidak dalam pelayanannya, bahkan juga setelah klien meninggal duniakecuali bila diperlukan untuk keperluan kesaksian hukum.3. Menjalankan profesinya senantiasa menghormati danmenghargai kebutuhan unik setiap klien yang dilayani dan pekaterhadap perbedaan budaya, dan tidak melakukan diskriminasi dalamhal suku, agama, ras, status sosial, jenis kelamin, usia dan tidakmenunjukkan pelecehan seksual.4. Memberikan pelayanan gizi prima,cepat, dan akurat.5. Memberikan informasi kepada klien dengantepat dan jelas, sehingga memungkinkan klien mengerti dan maumemutuskan sendiri berdasarkan informasi tersebut. 6. Apabila mengalami keraguandalam memberikan pelayanan berkewajiban senantiasa berkonsultasidan merujuk kepada ahli gizi lain yang mempunyai keahlian.C. Kewajiban Terhadap Masyarakat1.Melindungi masyarakat umum khususnyatentang penyalahgunaan pelayanan, informasi yang salah dan praktek yang tidak etis berkaitan dengan gizi, pangan termasuk makanan danterapi gizi/diet.2.Memberikanpelayanannya sesuai dengan informasi faktual, akurat dan dapatdipertanggungjawabkan kebenarannya.3.Melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizisehingga dapat mencegah masalah gizi di masyarakat.4.Peka terhadap status gizi masyarakatuntuk mencegah terjadinya masalah gizi dan meningkatkan status gizimasyarakat. 5.Memberi contoh hidup sehat dengan polamakan dan aktifitas fisik yang seimbang sesuai dengan nilai paktek giziindividu yang baik.6.Dalam bekerja sama dengan profesional lain di masyarakat, Ahli Giziberkewajiban hendaknya senantiasa berusaha memberikan dorongan,dukungan, inisiatif, dan bantuan lain dengan sungguh-sungguh demitercapainya status gizi dan kesehatan optimal di masyarakat.7.Mempromosikan atau mengesahkan produk makanantertentu berkewajiban senantiasa tidak dengan cara yang salah atau,menyebabkan salah interpretasi atau menyesatkan masyarakatD. Kewajiban Terhadap Teman Seprofesi Dan Mitra Kerja1. Melakukan promosi gizi, memelihara danmeningkatkan status gizi masyarakat secara optimal, berkewajibansenantiasa bekerjasama dan menghargai berbagai disiplin ilmu sebagaimitra kerja di masyarakat.2. Memelihara hubungan persahabatanyang harmonis dengan semua organisasi atau disiplin ilmu/profesionalyang terkait dalam upaya meningkatkan status gizi, kesehatan,kecerdasan dan kesejahteraan rakyat.3. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan danketerampilan terbaru kepada sesama profesi dan mitra kerja.E. Kewajiban Terhadap Profesi Dan Diri Sendiri1. Mentaati, melindungi dan menjunjung tinggiketentuan yang dicanangkan oleh profesi.2. Memajukan dan memperkayapengetahuan dan keahlian yang diperlukan dalam menjalankanprofesinya sesuai perkembangan ilmu dan teknologi terkini serta pekaterhadap perubahan lingkungan.3. Menunjukan sikap percaya diri, berpengetahuan luas,dan berani mengemukakan pendapat serta senantiasa menunjukankerendahan hati dan mau menerima pendapat orang lain yang benar.4. Menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidakboleh dipengaruhi oleh kepentingan pribadi termasuk menerima uangselain imbalan yang layak sesuai dengan jasanya, meskipun denganpengetahuan klien/masyarakat (tempat dimana ahli gizidiperkerjakan).5. Tidak melakukan perbuatan yang melawanhukum, dan memaksa orang lain untuk melawan hukum.6. Memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agardapat bekerja dengan baik.7.Melayani masyarakat umum tanpa memandangkeuntungan perseorangan atau kebesaran seseorang.8. Selalu menjaga nama baik profesi danmengharumkan organisasi profesi.

Referensi1.Almatsier, Sunita. 2006. Pelayanan Gizi Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan. Penuntun Diet Edisi Terbaru. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.2.American Dietetic Association. 2007. The Role Of Registered Dietitian. http://www.eatright.org3.Depkes RI. 2005. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Edisi Revisi. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.4.Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar. 2007. Pedoman PenyelenggaraanMakanan Rumah Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.5.Nasihah, Fathiya. 2010. Peran Ahli Gizi sebagai Penyuluh dan Konselor Gizi.6.Persagi. 2010. Standar Profesi Gizi.http://persagi.orghttp://nutrition-nowadays.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false-en-us-zh-cn.html