peran agama dalam melindungi lingkungan hidup

7
Peran Agama dalam Melindungi Lingkungan Hidup Manusia, sebagaimana makhluk lainnya, memiliki keterkaitan dan ketergantungan terhadap alam dan lingkungannya. Namun demikian, pada abad-abad terakhir ini, manusia justru semakin aktif mengambil langkah-langkah yang merusak, atau bahkan menghancurkan lingkungan hidup. Tiap sebentar kita mendengar berita menyedihkan tentang kerusakan baru yang timbul pada sumber air, gunung, atau laut, dan para ilmuwan menyampaikan dimensi baru dari krisis lingkungan hidup. Para ilmuwan itu mengumumkan ancaman meluasnya padang pasir, semakin berkurangnya hutan, berkurangnya cadangan air minum, menipisnya sumber energi alam, dan semakin punahnya berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Kini sekitar 40 persen populasi dunia mengalami kekurangan air dan 16 persen dari lahan pertanian di dunia dimanfaatkan tanpa metode yang tepat, sehingga lahan tersebut kehilangan daya produktivitasnya. Setiap tahun sejumlah besar hutan di muka bumi ini dimusnahkan. Sementara itu, sumber-sumber alam yang tersedia dimanfaatkan secara tidak adil. Sebagian negara secara leluasa menggunakan sumber daya alam, sementara sebagian negara menderita kemiskinan dan kelaparan karena kekurangan sumber daya alam. Berdasarkan sebuah penelitian ilmiah, tingkat polusi lingkungan hidup yang diproduksi oleh negara-negara industri besarnya 30 hingga 50 kali lipat dari polusi yang dihasilkan oleh negara-negara berkembang. Pemanfaatan alam lingkungan secara serampangan dan tanpa aturan telah dimulai sejak manusia memiliki kemampuan lebih

Upload: ghevray

Post on 28-Nov-2015

92 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

zzz

TRANSCRIPT

Page 1: Peran Agama Dalam Melindungi Lingkungan Hidup

Peran Agama dalam Melindungi Lingkungan Hidup

Manusia, sebagaimana makhluk lainnya, memiliki keterkaitan dan ketergantungan terhadap alam dan lingkungannya. Namun demikian, pada abad-abad terakhir ini, manusia justru semakin aktif mengambil langkah-langkah yang merusak, atau bahkan menghancurkan lingkungan hidup. Tiap sebentar kita mendengar berita menyedihkan tentang kerusakan baru yang timbul pada sumber air, gunung, atau laut, dan para ilmuwan menyampaikan dimensi baru dari krisis lingkungan hidup. Para ilmuwan itu mengumumkan ancaman meluasnya padang pasir, semakin berkurangnya hutan, berkurangnya cadangan air minum, menipisnya sumber energi alam, dan semakin punahnya berbagai jenis tumbuhan dan hewan.

Kini sekitar 40 persen populasi dunia mengalami kekurangan air dan 16 persen dari lahan pertanian di dunia dimanfaatkan tanpa metode yang tepat, sehingga lahan tersebut kehilangan daya produktivitasnya. Setiap tahun sejumlah besar hutan di muka bumi ini dimusnahkan. Sementara itu, sumber-sumber alam yang tersedia dimanfaatkan secara tidak adil. Sebagian negara secara leluasa menggunakan sumber daya alam, sementara sebagian negara menderita kemiskinan dan kelaparan karena kekurangan sumber daya alam. Berdasarkan sebuah penelitian ilmiah, tingkat polusi lingkungan hidup yang diproduksi oleh negara-negara industri besarnya 30 hingga 50 kali lipat dari polusi yang dihasilkan oleh negara-negara berkembang.

Pemanfaatan alam lingkungan secara serampangan dan tanpa aturan telah dimulai sejak manusia memiliki kemampuan lebih besar dalam menguasai alam lingkungannya. Pada periode Renaissance dan setelahnya, para ilmuawan telah mencapai kemajuan ilmu yang mencolok sehingga manusia dapat menaklukkan lingkungan dan memanfaatkan sumber-sumber alam. Dengan mengeksploitasi alam, manusia menikmati kemakmuran hidup yang lebih banyak. Namun sayangnya, seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, alam lingkungan malah dieksploitasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan kerusakan yang dahsyat.

Kerusakan alam yang ditimbulkan oleh manusia bersumber dari cara pandang manusia terhadap alam lingkungannya. Dalam pandangan manusia yang oportunis, alam adalah barang dagang yang menguntungkan dan manusia bebas untuk melakukan apa saja terhadap alam. Dengan kata lain, bagi manusia oportunis, alam dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin bagi kesenangan manusia. Sebaliknya, manusia yang relijius akan menyadari adanya keterkaitan antara dirinya dan alam lingkungan. Manusia seperti ini

Page 2: Peran Agama Dalam Melindungi Lingkungan Hidup

akan memandang alam sebagai sahabatnya yang tidak bisa dieksploitasi secara semena-mena.

Manusia yang menyadari besarnya keterkaitan antara alam dan dirinya, dapat melihat bahwa kondisi alam dewasa ini semakin mengkhawatirkan. Mereka kemudian mendirikan berbagai lembaga perlindungan lingkungan hidup. Namun demikian, langkah-langkah yang dilakukan oleh lembaga-lembaga ini belum mencapai hasil yang memuaskan. Penyebab utama dari masalah ini adalah sikap egois yang ditunjukkan oleh ngara-negera industri besar dunia, terutama AS. AS sebagai penghasil polusi lingkungan terbesar di dunia tidak bersedia berperan serta dalam usaha perlindungan lingkungan hidup. AS bahkan menarik diri dari Protokol Kyoto, sebuah konvensi dunia yang bertujuan mengurangi polusi lingkungan hidup.

Di sela-sela pembicaraan masalah lingkungan hidup ini, baru-baru ini dimunculkan sebuah wacana baru yang mengangkat peran agama dalam mencegah kerusakan lingkungan hidup. Secara umum, agama-agama samawi memiliki pandangan yang sama mengenai perlindungan terhadap alam semesta. Agama-agama samawi menyatakan bahwa bumi dan segala segala sesuatu yang tersimpan di dalamnya diciptakan Tuhan untuk manusia. Dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 29, Allah SWT berfirman, “Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menciptakan langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”

Tuhan menyebut alam lingkungan sebagai nikmat besar yang diberikan-Nya untuk manusia agar dapat dimanfaatkan dalam kehidupannya secara benar. Dalam surat Jaatsiyah ayat 13, Allah berfirman, “Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi, semuanya berasal dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” Dengan demikian, manusia sebagai khalifah Tuhan di muka bumi memiliki kemampuan dan kesempatan untuk memanfaatkan alam semesta bagi kehidupannya, baik di bumi, maupun di langit.

Selain berhak memanfaatkan alam semesta, manusia juga diberi tanggung jawab untuk menjaga agar alam semesta tidak mengalami kerusakan. Dalam surat Ar-Ruum ayat 41, Allah SWT berfirman, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut yang disebabkan oleh perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki supaya mereka merasakan sebagian dari perilaku mereka itu supaya mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Ayat ini menunjukkan bahwa kerusakan alam lingkungan pada akhirnya akan memberikan dampak buruk kepada diri manusia sendiri. Sebagai contoh, perilaku manusia yang merusak hutan berakibat pada bencana banjir yang merenggut nyawa dan melenyapkan harta benda manusia. Ketika bencana alam datang, manusia seharusnya menyadari kesalahannya dalam mengeksploitasi alam secara semena-mena.

Para ilmuwan lingkungan hidup menyatakan bahwa aturan utama dalam memanfaatkan alam adalah memperhatkan standar dan kapasitas yang ada. Eksploitasi alam secara

Page 3: Peran Agama Dalam Melindungi Lingkungan Hidup

berlebihan dan tanpa aturan akan menyebabkan krisis lingkungan. Hal ini sesuai dengan aturan Islam, sebagaimana tercantum dalam surat Al Hijr ayat 19, sbb. “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.”

Pemanfaatan sumber daya alam harus memperhatikan dampak negatif yang terjadi terhadap lingkungan. Sebagai contoh kasus, dalam sebuah tambang emas, biasa digunakan bahan-bahan kimia untuk memisahkan kandungan emas dari zat-zat lainnya. Sisa-sisa bahan kimia ini bila dibuang begitu saja ke laut, akan menyebabkan tercemarnya air laut dan teracuninya makhluk hidup di laut. Akibatnya, manusia pun tidak bisa memanfaatkan makhluk-makhluk laut untuk kehidupannya. Dalam kasus ini, kecerobohan manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam telah menyebabkan kerugian bagi diri mereka sendiri. Dalam hal ini, Imam Ridha a.s. pernah bersabda, “Keadilan dan kedermawanan menyebabkan abadinya nikmat Allah.” Karena itu, seadainya manusia memperhatikan dampak lingkungan hidup, sesungguhnya, dia telah menjaga kelestarian nikmat Tuhan bagi dirinya sendiri.

Sebagai kesimpulan, kita sebagai umat beragama haruslah berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menimbulkan kerusakan pada lingkungan hidup. Agama-agama samawi, terutama agama Islam, telah menekankan bahwa manusia tidak boleh melakukan kerusakan di alam karena yang akan menerima dampak negatifnya adalah diri manusia sendiri.

***

Agama-agama samawi memerintahkan umatnya untuk memanfaatkan alam dengan cara yang baik dan manusia bertanggung jawab dalam melindungi alam dan lingkungannya. Ajaran Islam secara lebih jelas dan terperinci mengatur masalah ini. Dalam pandangan Islam, alam adalah manifestasi dari kekuasaan Tuhan. Oleh karena itu, manusia sebagai khalifah Tuhan di muka bumi diperintahkan untuk memanfaatkan alam, dan pada saat yang sama, melindungi kelestarian alam.

Agama Islam memandang pemanfaatan alam semesta tanpa metode dan membabi-buta merupakan sebuah bentuk kezaliman dan akan merugikan manusia sendiri. Berlebih-lebihan dalam memanfaatkan alam dipandang sebagai perilaku mubazir dan dicela oleh Islam. Dalam Al Quran surat Al A’raf ayat 31, Allah SWT berfirman, “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap mesjid , makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan . Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

Di antara kekhawatiran besar yang dikemukakan oleh para ilmuwan lingkungan hidup adalah rusaknya lapisan ozon di atmosfer. Penyebab menipisnya lapisan ozon adalah gas karbondioksida (CO2) yang bersumber dari pembakaran bahan bakar fosil dan chloroflourocarbon (CFC) yang bersumber dari penggunaan kulkas dan AC. Kedua gas itu mengeluarkan atom yang merusak molekul ozon di atmosfer. Kerusakan ozon membuat sinar matahari masuk ke bumi secara berlebihan, tanpa ada yang menangkal,

Page 4: Peran Agama Dalam Melindungi Lingkungan Hidup

sehingga dapat menyebabkan kanker kulit dan berbagai penyakit lainnya. Akibat lain dari kerusakan ozon adalah meningkatnya temperatur bumi.

Al Quran dalam surat Al Anbiyaa ayat 32 mendeskripsikan langit sebagai lapisan pelindung bumi. Kata “samaa” atau langit dalam Al Quran memiliki beberapa makna, di antaranya bermakna atmosfer. Atmosfer bagaikan perisai yang melindungi bumi dari meteor-meteor yang setiap hari menabrak bumi dengan kecepatan tinggi. Atmosfer juga melindungi bumi dari sinar-sinar yang dipancarkan matahari yang membahayakan manusia. Oleh karena itu, wajarlah bila atap yang melindungi bumi ini mengalami kerusakan, manusia dan makhluk-makhluk lain di muka bumi berhadapan dengan bahaya besar. Dengan demikian, atmosfer merupakan bagian dari nikmat Tuhan yang harus dijaga dan dilindungi oleh manusia demi keselamatan manusia sendiri.

Faktor terpenting dalam kelestarian lingkungan hidup adalah air. Sayangnya, tanpa memperdulikan kenyataan ini, manusia dewasa ini malah menimbulkan polusi pada sebagian besar sumber air di bumi atau melakukan aktivitas yang berujung pada keringnya sumber air tersebut. Di berbagai penjuru bumi, banyak manusia yang mengalami kekurangan air. Al Quran secara jelas menyebutkan bahwa kehidupan makhluk hidup tergantung kepada air. Dalam surat An-Nur ayat 45, Allah SWT berfirman, “Dan Allah menciptakan semua makhluk dari air…”

Dengan demikian, Al Quran bahkan menyebutkan bahwa air merupakan faktor utama dalam penciptaan.

Al Quran dalam berbagai ayatnya juga menyinggung tentang laut. Dalam surat An-Nahl ayat 14, Allah berfirman, “Dan Dialah yang menundukkan lautan supaya kamu makan daripadanya ikan yang segar, dan supaya kamu mengeluarkan dari dalamnya perhiasan, yang akan menjadi pakaian bagimu; Dan kau lihat kapal-kapal membelah ombak di dalamnya, supaya kamu mencari karunia Tuhan dan supaya kamu bersyukur.” Melihat pentingnya air laut dalam pandangan Islam, sudah barang tentu, mengotori atau menimbulkan polusi terhadap laut adalah perilaku zalim yang dibenci Islam.

Dalam berbagai riwayat Islam juga disebutkan seruan kepada kaum muslimin agar melindungi kebersihan air laut yang merupakan manifestasi keindahan kekuasaan Tuhan. Selain itu, dalam riwayat disebutkan mengenai pahala besar yang diberikan kepada manusia yang berperan dalam menjaga kebersihan air sungai dan sumur. Dalam hadis dari Imam Shodiq a.s. disebutkan, ada enam perbuatan yang akan terus mendapatkan pahala meskipun orang yang melakukannya telah meninggal, satu di antaranya adalah mewakafkan air sumur atau air sungai yang mengalir di tanah miliknya di jalan Allah.

Salah satu faktor penting dalam melindungi kelestarian air adalah pepohonan. Dewasa ini, penebangan hutan-hutan merupakan sebab utama dari kerusakan lingkungan hidup. Islam telah mengajarkan agar manusia melindungi tumbuh-tumbuhan. Di satu sisi, Islam menyeru umatnya agar menanam tumbuhan, dan di sisi lain, Islam juga menyeru agar selama masih memungkinkan, manusia tidak menebang pepohonan. Nabi Muhammad SAWW dalam sebuah hadis bersabda, “Siapa saja yang menanam sebuah pohon, dan

Page 5: Peran Agama Dalam Melindungi Lingkungan Hidup

pohon itu berbuah, Allah akan memberikan pahala kepada orang itu sebanyak buah yang tumbuh dari pohon tersebut.” Dalam sebuah riwayat disebutkan, Imam Shodiq a.s. bersabda, “Janganlah kalian memotong pohon buah karena Allah akan menurunkan azab kepada kalian.”

Selain itu, Islam juga menyeru manusia untuk menanami bumi dengan tumbuh-tumbuhan yang bermanfaat. Dalam pandangan Islam, bertani atau bercocok tanam adalah pekerjaan yang terbaik. Rasulullah SAWW bersabda, “Orang yang memakmurkan tanah yang mati, maka tanah itu menjadi miliknya.” Imam Shodiq a.s. bersabda, “Kehidupan tidak akan bahagia bila tidak ada tiga hal, yaitu udara yang bersih, air yang banyak, dan tanah yang subur.” Dengan demikian, manusia hendaknya menjaga kelestarian ketiga hal tersebut.