penyusunan kajian strategi pengembangan...

15
Ringkasan Eksekutif Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 1 1 PENYUSUNAN KAJIAN STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR INFORMAL KOTA SOLOK A. Latar Belakang Peningkatan jumlah angkatan kerja di Indonesia terjadi setiap tahunnya seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Isu penting dari peningkatan jumlah angkatan kerja ini adalah penciptaan lapangan kerja. Upaya penciptaan lapangan kerja telah dilakukan melalui berbagai sektor pembangunan namun belum mencukupi. Terbatasnya daya serap usaha sektor formal menjadi penyebab terjadinya pengangguran. Alternatif usaha yang ditempuh oleh tenaga kerja yang tidak terserap di sektor formal adalah membuka usaha kecil-kecilan dengan modal, keterampilan dan keuntungan yang terbatas. Usaha ini kemudian dikenal dengan istilah usaha sektor informal. Jumlah pekerja sektor informal ini di Indonesia mencapai lebih dari 60% (BPS, 2012) dan sebagian besar berada di perkotaan. Timbulnya sektor informal di perkotaan tidak lain sebagai akibat adanya ketimpangan dalam pasar tenaga kerja. Jumlah angkatan kerja yang terus bertambah sebagai akibat adanya urbanisasi dan ketidakmampuan memenuhi tuntutan pekerjaan sektor formal yang mengharuskan memiliki kualifikasi pendidikan dan keterampilan memadai, akhirnya mendorong angkatan kerja harus masuk ke sektor informal untuk bisa terus bertahan hidup di perkotaan. Pada kondisi ini, sektor informal memiliki peran strategis sebagai katup pengaman pengangguran dan mendorong pertumbuhan ekonomi perkotaan. Siapa sektor informal? Pada umumnya sektor informal didefiniskan sebagai segala jenis pekerjaan yang tidak menghasilkan pendapatan yang tetap, tidak terdapat keamanan tempat bekerja dan berusaha (no job security), tempat bekerja dan berusaha tidak memiliki status tetap/permanen dan tidak berbadan hukum, menggunakan prasarana kota, fasilitas sosial dan fasilitas umum. Selain itu, kegiatan sektor informal memiliki ciri-ciri mengarah ke persaingan sempurna seperti setiap orang dapat kapan saja masuk ke jenis usaha informal ini, memanfaatkan sumber daya lokal, biasanya usaha milik keluarga, berskala kecil, pekerja kasar (blue collar), padat karya, kemampuan manejerial rendah, keterampilan diperoleh dari luar sistem formal sekolah dan tidak diatur. Wujud kegiatan sektor informal antara lain

Upload: lamthuan

Post on 06-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Ringkasan Eksekutif

Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 1

Tabel Input Output Kota Solok

1

PENYUSUNAN KAJIAN STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR INFORMAL KOTA SOLOK

A. Latar Belakang

Peningkatan jumlah angkatan kerja di Indonesia terjadi setiap tahunnya

seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Isu penting dari peningkatan jumlah

angkatan kerja ini adalah penciptaan lapangan kerja. Upaya penciptaan lapangan

kerja telah dilakukan melalui berbagai sektor pembangunan namun belum

mencukupi. Terbatasnya daya serap usaha sektor formal menjadi penyebab

terjadinya pengangguran. Alternatif usaha yang ditempuh oleh tenaga kerja yang

tidak terserap di sektor formal adalah membuka usaha kecil-kecilan dengan modal,

keterampilan dan keuntungan yang terbatas. Usaha ini kemudian dikenal dengan

istilah usaha sektor informal. Jumlah pekerja sektor informal ini di Indonesia

mencapai lebih dari 60% (BPS, 2012) dan sebagian besar berada di perkotaan.

Timbulnya sektor informal di perkotaan tidak lain sebagai akibat adanya

ketimpangan dalam pasar tenaga kerja. Jumlah angkatan kerja yang terus

bertambah sebagai akibat adanya urbanisasi dan ketidakmampuan memenuhi

tuntutan pekerjaan sektor formal yang mengharuskan memiliki kualifikasi pendidikan

dan keterampilan memadai, akhirnya mendorong angkatan kerja harus masuk ke

sektor informal untuk bisa terus bertahan hidup di perkotaan. Pada kondisi ini, sektor

informal memiliki peran strategis sebagai katup pengaman pengangguran dan

mendorong pertumbuhan ekonomi perkotaan.

Siapa sektor informal? Pada umumnya sektor informal didefiniskan sebagai

segala jenis pekerjaan yang tidak menghasilkan pendapatan yang tetap, tidak

terdapat keamanan tempat bekerja dan berusaha (no job security), tempat bekerja

dan berusaha tidak memiliki status tetap/permanen dan tidak berbadan hukum,

menggunakan prasarana kota, fasilitas sosial dan fasilitas umum. Selain itu, kegiatan

sektor informal memiliki ciri-ciri mengarah ke persaingan sempurna seperti setiap

orang dapat kapan saja masuk ke jenis usaha informal ini, memanfaatkan sumber

daya lokal, biasanya usaha milik keluarga, berskala kecil, pekerja kasar (blue collar),

padat karya, kemampuan manejerial rendah, keterampilan diperoleh dari luar sistem

formal sekolah dan tidak diatur. Wujud kegiatan sektor informal antara lain

Ringkasan Eksekutif

Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 2

Tabel Input Output Kota Solok

2

pedagang kaki lima (PKL), becak, penata parkir, pengamen dan anak jalanan,

pedagang pasar, buruh tani dan lainnya.

Walaupun sektor informal memiliki berbagai wujud, wajah utama sektor

informal perkotaan adalah Pedagang Kaki Lima (PKL). Pertumbuhan PKL di

perkotaan memiliki dua sisi yang berbeda. Pada sisi positif, PKL mampu menjadi

katup penyelamat ekonomi melalui kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja

dan bila dikelola dengan baik dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap

pendapatan asli daerah. Pada sisi lain, keberadaannya di ruang publik seperti

membuka lapak di badan-badan jalan dan trotoar dan tidak menyisakan cukup ruang

bagi pejalan kaki, menciptakan masalah kemacetan dan menghambat pergerakan

pedestrian, dan menciptakan lingkungan kotor dan kurang sehat karena buangan

sampahnya yang sembarangan.. Selain itu, kehadiran PKL yang menempati ruang

dan jalan publik juga dapat mendorong terciptanya masalah sosial dan kriminalitas

seperti hadirnya pencopet, pencuri, dan sebagainya. Situasi ini menciptakan masalah

dalam pengelolaan pembangunan dan merusak keindahan kota. Kedua sisi ini

seharusnya dapat dikelola oleh pemerintah kota sehingga PKL dapat diakomodasi

dan tidak bertentangan dengan konsep ruang urban sebagai place for people bagi

seluruh warga kota.

Kota Solok yang memiliki ciri ekonomi perkotaan yang sedang tumbuh dan

berkembang juga menghadapi persoalan persoalan serupa sebagaimana

dikemukakan diatas khususnya keberadaan PKL yang menempati ruang publik.

Keberadaan PKL ini memerlukan penataan dan pemberdayaan untuk meningkatkan

dan mengembangkan usahanya sebagaimana amanah dari Perpres No. 125 Tahun

2012 tentang Koordinasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.

Pertanyaannya sekarang adalah, seperti apa kondisi dan kinerja terkini PKL Kota

Solok? Apa dampaknya terhadap sosial ekonomi masyarakat kota? . Apa saja bentuk

peran pemerintah Kota Solok dalam menata dan memberdayakan PKL? Strategi dan

kebijakan seperti apa yang mesti dirumuskan dalam meningkatkan dan

mengembangkan PKL yang sesuai dengan tata ruang kota? Bagaimana model

pengembangan PKL Kota Solok yang relevan dengan kondisi objektifnya? Persoalan

dan pertanyaan yang dikemukakan ini memerlukan kajian komprehensif untuk dapat

merumuskan strategi pengembangan, penataan dan pemberdayaan yang tepat bagi

keberadaan PKL.

Ringkasan Eksekutif

Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 3

Tabel Input Output Kota Solok

3

B. Tujuan Panelitian

Tujuan dari kegiatan kajian ini adalah:

1. Mengidentifikasi kinerja PKL di Kota Solok

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja PKL di Kota Solok.

3. Mengetahui dampak keberadaan PKL di Kota Solok terhadap aspek ekonomi

dan sosial.

4. Mengidentifikasi fasilitas/dukungan yang diperlukan dalam pengembangan

PKL di Kota Solok.

5. Merumuskan model pengembangan PKL di Kota Solok.

Manfaat yang diharapkan dari kajian ini adalah sebagai acuan dalam

penyusunan kebijakan yang terkait dengan PKL.

C. Metodologi Penelitian

Penelitian dilakukan didalam wilayah administratif Kota Solok seluas 57,64

km2 yang terdiri dari 2 kecamatan dan 13 kelurahan. Penentuan lokasi penelitian

mengacu kepada SK Walikota Solok No. 188.45/54/KPTS/WSL/-2013 tentang

Penataan dan Pengaturan Lokasi Pedagang Kaki Lima dan /atau Pedagang Malam di

Kota Solok. Berdasarkan SK tersebut ada 9 lokasi PKL yang ditata dan diatur oleh

pemerintah kota. Lokasi tersebut adalah sebagai berikut : Jalan K.H. Ahmad Dahlan,

Jalan M.Yamin, Jalan Berok, Terminal Angkot, Areal Pasar Raya, Pelataran Parkir

Pertokon Bundo Kandung, Jalan Diponegoro. Jalan A. Yani, dan Jalan By Pass. Lokasi

yang lebih rinci ada tercantum di dalam lampiran SK tersebut.

Data yang diperlukan dalam kajian/penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder. Data primer berupa data tentang profil, karakteristik, dan informasi

lainnya dari para PKL yang berada di lapangan. Data ini diperoleh melalui survey

langsung dan wawancara mendalam (indeepth interview) dengan PKL secara acak

serta beberapa tokoh masyarakat setempat. Selain mengacu kepada lokasi PKL,

survey juga dikaitkan dengan waktu berdagang PKL tersebut. Informasi tentang

dampak keberadaan PKL ini juga digali dari konsumen yang datang berkunjung pada

saat survey dilakukan. Waktu survey juga disesuai dengan jadwal berdagang PKL

tersebut.

Kuisioner yang dijalankan berjumlah 150 buah yang terdiri dari 100 untuk

pedagang dan 50 untuk konsumen. Distribusi dari masing-masing kuisioner menurut

Ringkasan Eksekutif

Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 4

Tabel Input Output Kota Solok

4

lokasi dan waktu berjualan PKL serta waktu pelaksanaan survey adalah sebagai

berikut :

Tabel 3.1 : Jumlah Sebaran Kuisioner Menurut Waktu dan Lokasi Berjualan PKL

No. Waktu Berjualan

Jumlah Kuisioner

Lokasi dan waktu survey PKL

Konsumen

PKL

1 Subuh - Siang 15 7 Pasar pagi terminal Bareh Solok

(Jumat, 12 Juli 2013)

2. Pagi - Sore 45 23 Areal Pasar Raya dan pinggir

jalan diluar pasar raya. (Minggu,

8 Juli 2013)

3 Malam 40 20 Jalan Pandan, Pasar Raya, dan

ruas jalan lainnya, dan taman

kota (Sabtu & Mingggu, 7 & 8

Juli 2013)

jumlah 100 50

Data sekunder berupa informasi tentang jumlah PKL di Kota Solok saat ini,

pengelompokan usaha dan lokasinya, dan kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan

oleh Pemerintah Kota Solok untuk PKL. Data ini diperoleh dari BPS dan dinas-dinas

terkait.

Data yang diperoleh dalam kajian/penelitian ini dianalisis dengan memadukan

metode deskriptif dan kuantitatif secara bersamaan. Analisis kuantitatif dilakukan

terhadap data primer PKL dan data sekunder yang telah diolah menggunakan alat

statistik. Sementara analisi kualitatif dilakukan terhadap data dan informasi yang

diperoleh dari wawancara mendalam dan diskusi kelompok terfokus serta

pengamatan di lapangan. Penggabungan kedua analisis diatas, akan lebih

memperluas wawasan gambaran permasalahan dan kondisi objektif PKL di Kota

Solok. Rumusan hasil identifikasi dan kajian akan dipakai untuk mengambil

kesimpulan yang tepat dan membuat rekomendasi yang relevan sesuai dengan

kebutuhan Pemerintah Kota Solok dalam pengembangan dan pemberdayaan PKL.

Ringkasan Eksekutif

Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 5

Tabel Input Output Kota Solok

5

D. Hasil Penelitian

1. Jumlah, Penyebaran dan Profil PKL Kota Solok

Sesuai dengan karakteristik umum dari PKL yakni manajemen sederhana,

tidak memerlukan izin usaha, modal kecil, dan bersifat padat karya maka setiap

saat jumlah PKL bisa saja bertambah karena siapa saja bisa menjadi PKL. Sulit

untuk menentukan jumlahnya yang pasti namun dapat diperkirakan. PKL yang

berada di Pasar Raya Kota Solok diperkirakan berjumlah 1500 orang

(http://padangekspres.co.id : 20/8/2013). Selain di Pasar Raya Solok, PKL juga

tersebar di berbagai ruas jalan Kota Solok seperti Jalan. KH. A. Dahlan, Jalan

M.Yamin, Jalan A. Yani, Jalan Berok, Jalan VI Suku dan jalan-jalan lainnya.

Jumlah PKL di luar Pasar Raya Kota Solok yang berhasil didata pada tahun 2011

berjumlah 114 unit usaha (Dinas Koperindag Kota Solok, 2011). Selain itu, ada

juga sekitar 100 PKL yang berjualan di Pasar Pagi (di sebelah terminal Regional

Solok) dan puluhan PKL yang berjualan di Taman Kota. Jumlah PKL ini akan

terus bertambah seiring dengan perkembangan aktivitas ekonomi Kota Solok.

Profil PKL Kota Solok ini dapat dijelaskan berdasarkan lokasi dan waktu

berjualannya. Ada empat pengelompokan yang dapat dibuat terhadap PKL Kota

Solok yakni PKL di Pasar Pagi, PKL di Pasar Raya, PKL /Pedagang Malam.

PKL di Pasar Pagi

Pasar Pagi berada di samping Terminal Regional Bareh Solok. Komoditi

yang dijual di sini adalah hasil-hasil pertanian (palawija) seperti : bawang, kol,

buncis, tomat, cabe, seledri, wortel, kentang, dan lain-lain. Waktu berjualan

(transaksi) mulai dari jam 04.00 WIB pagi hingga jam 11.00 WIB. Aktifitas paling

ramai adalah pada hari Selasa dan Jumat.

PKL di Pasar Pagi bukanlah PKL biasa. Mereka adalah para pedagang

perantara yang datang dari berbagai daerah disekitar Kota Solok. Mereka sudah

mulai berdatangan dengan bus atau truk membawa barang dagangan pada sore

atau malam hari Senin (untuk berjualan hari Selasa) dan Kamis (untuk berjualan

pada hari Jumat). Untuk menggelar barang dagangan, mereka menyewa payung

yang sudah disediakan oleh petugas sebesar Rp 4.000,- (untuk payung kecil) -

dan Rp 5.000,- (untuk payung besar). Pembeli adalah para pedagang pengecer

atau pedagang perantara yang berasal dari daerah lain seperti dari Jambi,

Ringkasan Eksekutif

Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 6

Tabel Input Output Kota Solok

6

Palembang, Pekan Baru, Bukittinggi, Sawahlunto, dan lain-lain. Transaksi mulai

berlangsung dari jam 04.00 WIB hingga jam 11.00 WIB. Setelah barang

dagangan mereka habis, para PKL kembali lagi ke kampung masing-masing dan

akan datang lagi pada hari pasar berikutnya. Para pembeli juga demikian.

Setelah selesai membeli semua barang yang dibutuhkan, mereka membawanya

ke daerah masing-masing dengan menggunakan truk atau bus.

Gambar 1. Suasana Pasar Pagi, Kota Solok

Bila dilihat dari para penjual dan pembeli, Pasar Pagi bukanlah pasar PKL

biasa. Pasar Pagi lebih tepat disebut pasar grosir (pasar kulakan) karena

pembelinya juga para pedagang yang berasal dari berbagai daerah di luar Kota

Solok. Pasar Pagi ini mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan

menjadi pasar grosir/ kulakan yang lebih besar dan modern untuk komoditi

sayur-sayuran dan palawija. Ada tempat menggelar barang dagangan yang lebih

baik sehingga terlindung dari hujan dan panas serta lebih bersih dengan

dilengkapi berbagai fasilitas umum yang diperlukan. Ada pengelola pasar yang

bisa memberikan pelayanan kepada para pedagang dan para pembeli serta

memberi informasi harga secara transparan. Dengan fasilitas memadai dan

ditambah dengan promosi yang lebih baik maka pasar ini nantinya akan

Ringkasan Eksekutif

Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 7

Tabel Input Output Kota Solok

7

berkembang lebih cepat. Pasar ini juga bisa menjadi mesin pendorong

pertumbuhan pembangunan pertanian bagi Kota Solok maupun daerah sekitar

Kota Solok.

PKL Pasar Raya Kota Solok (Pagi – Sore)

Komoditi yang diperdagang oleh PKL Pasar Raya Kota Solok pada pagi

hingga sore hari sangat beragam. Mulai dari kebutuhan harian dapur rumah

tangga hingga peralatan rumah tangga dan pakaian. Waktu berjualan setiap hari

mulai dari pagi hingga sore hari. Lokasi berjualan di pinggir jalan seputar Pasar

Raya.

Ada dua kategori PKL Pasar Raya yaitu PKL tetap dan PKL harian lepas.

Untuk pedagang kaki lima tetap, Dinas Pasar Kota Solok memungut biaya

retribusi sebesar Rp 1.500 per hari, biaya kebersihan Rp 1.000 per hari dan

biaya listrik Rp 5.000-10.000 per hari tergantung pemakaian jika pedagang

menggunakan listrik dalam berjualan. Pedagang kaki lima tetap ini ditandai

dengan pemberian fasilitas berupa meja besi yang diseragamkan dari Dinas

Pasar dan ditempatkan umumnya satu tempat di dalam pasar raya. Jadi jika

pedagang kaki lima menggunakan meja besi, pastilah itu pedagang kaki lima

tetap bukan harian.

Gambar 2. Kondisi PKL di Pasar Raya Solok

Ringkasan Eksekutif

Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 8

Tabel Input Output Kota Solok

8

Untuk PKL harian lepas, Dinas Pasar Kota Solok memungut biaya

retribusi sebesar Rp 1.000 per hari, biaya kebersihan Rp 1.000 per hari,

dan biaya listrik Rp 5.000-10.000 per harinya jika pedagang

menggunakan listrik dalam berjualan. PKL harian lepas biasanya berjualan

tidak berkelompok di satu tempat melainkan menyebar sesuai dimana

yang mereka inginkan. Hal ini disebabkan karena mereka tidak difasilitasi

dengan meja besi dari Dinas Pasar.

Ada beberapa persoalan yang perlu mendapat perhatian. Persoalan

pertama adalah belum terlihatnya keteraturan dan ketertiban para PKL terutama

yang berada di pinggir jalan seputar Pasar Raya. Bahkan ada yang menggelar

barang dagangannya tepat di tengah jalan sehingga menghilangkan fungsi jalan.

Persoalan lainnya adalah adanya keluhan dari pemilik toko atas keberadaan PKL

yang tepat di depan toko mereka karena mengurangi akses dan kenyamanan

konsumen untuk berbelanja ke toko mereka. Sepertinya jumlah PKL di Pasar

Raya sudah terlalu banyak dan perlu direlokasi ke tempat lain.

Hal menarik yang ditemukan adalah berkaitan dengan PKL tetap. Ada

diantara mereka yang menjadikan areal atau tempat berdagang mereka berupa

meja besi sebagai lahan bisnis. PKL tetap yang telah memiliki Buku Kepemilikan

Tempat Usaha, seringkali memperjual belikan tempat usaha mereka kepada

pedagang lain. Harga yang ditawarkan cukup fantastis berkisar antara Rp 50-70

juta rupiah, dengan harga beli awal dari Dinas Pasar hanya sebesar Rp

1.500.000,-.Oleh sebab itu mesti ada aturan yang jelas dan tegas tentang

kepemilikan tempat usaha bagi PKL Pasar Raya ini.

PKL/Pedagang Malam

Lokasi PKL yang berdagang pada malam hari tersebar di beberapa ruas jalan

utama Kota Solok. Sebagian ada yang berjualan di pelataran parkir Pasar Raya.

Berdasarkan Surat Keputusan Walikota No. 188.45/54/KPTS/WSL-2013 ada 9

(sembilan) lokasi yang ditetapkan/diizinkan sebagai lokasi PKL /Pedagang Malam

yaitu :

Ringkasan Eksekutif

Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 9

Tabel Input Output Kota Solok

9

1. Lokasi I : Jln KH. A. Dahlan.

2. Lokasi II : Jln M. Yamin

3. Lokasi III : Jln Berok

4. Lokasi IV : Terminal Angkot

5. Lokasi V : Dalam Areal Pasar Raya Solok

6. Lokasi VI : Pelataran Parkir Depan Pertokoan Bundo Kanduang.

7. Lokasi VII : Jln Diponegoro VI Suku

8. Lokasi VIII : Jln A. Yani VI Suku

9. Lokasi IX : Jln By Pass

Gambar 3. Kondisi PKL/Pedagang Malam di Beberapa Ruas Jalan Kota Solok

Jenis barang yang yang dijual oleh PKL/Pedagang Malam kebanyakan

adalah makanan dan minuman (kuliner). Ada juga beberapa pedagang yang

menjual pakaian, asesoris/mainan, kaset/VCD, pulsa/kartu telepon, dan lain-

lain. Waktu berjualan pada malam hari hingga tengah malam namun persiapan

menggelar barang dagangannya sudah dimulai dari sore karena tenda/tempat

berjualan mereka bersifat buka-pasang (tidak permanen). Setelah selesai

berjualan pada tengah malam, mereka membuka tenda/tempat berjualan dan

akan memasangnya esok hari ketika akan berjualan kembali. Bisa saja di

tempat yang sama tapi bisa juga di tempat yang berbeda.

Ringkasan Eksekutif

Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 10

Tabel Input Output Kota Solok

10

Selain 9 (sembilan) lokasi yang ditetapkan oleh SK Walikota No.

188.45/54/KPTS/WSL-2013 ada juga puluhan PKL yang berjualan setiap hari di

Taman Kota pada sore hingga jam 22.00 malam. Komoditi yang dijual

kebanyakan mainan anak-anak, asesori, dan makanan ringan.

Tampilan tenda/payung/tempat berjualan para pedagang di

sepanjang jalan yang telah ditetapkan sebagai lokasi PKL/Pedagang Malam

belum memperlihatkan keteraturan, kebersihan, dan keindahan. Kebanyakan

mereka menggelar barang dagangan diatas trotoar hingga ke badan jalan yang

dapat menimbulkan kemacetan. Bentuk tenda/payung yang mereka gunakan

juga sangat bervariasi. Lampu penerangan disekitar tempat bejualan juga

kurang terang. Pada pedagang makanan dan minuman belum terlihat adanya

katalog atau daftar harga makanan/minuman yang membuat harga lebih

transparan.

2. Karakteristik PKL Kota Solok

Dari hasil survey yang telah dilakukan terhadap sejumlah pedagang

informal (PKL) dan pengunjung dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai

berikut :

a. Kebanyakan para PKL Kota Solok menggunakan pinggiran jalan untuk

menggelar barang dagangannya.

b. Waktu berjualan PKL bervariasi. PKL di Terminal Regional Bareh Solok

berjualan dari jam 04.00 sampai jam 10.00 WIB dan PKL di Pasar Raya dan

pinggiran jalan sekitar Pasar Raya berjualan dari pagi jam 06.00 WIB –

18.00WIB. PKL yang berjualan dari sore sampai tengah malam tersebar

mulai dari area parkir Pasar Raya Solok hingga ke berbagai ruas jalan di

seputar Kota Solok.

c. Modal kerja para PKL kebanyakan kurang dari Rp 10 juta dengan omset rata

perminggu berkisar Rp 1 juta hinggan Rp 3 juta.

d. Sumber modal para PKL kebanyakan milik sendiri. Sedikit sekali yang berasal

dari pinjaman perbankan.

e. Aset yang ingin ditambah oleh para PKL kebanyakan adalah penambahan

modal kerja disamping ada juga sebagian yang menginginkan untuk

menambah/meninngkatkan tenda, payung, atau gerobak tempat berjualan.

Ringkasan Eksekutif

Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 11

Tabel Input Output Kota Solok

11

f. Pengunjung berharap adanya peningkatan kualitas tampilan (performance)

stan PKL dan penataan lalu lintas yang lebih baik agar tidak menimbulkan

kemacetan.

E. Regulasi dan Strategi Pengembangan Sektor Informal (PKL) Kota

Solok

Pemerintah Kota Solok telah melakukan berbagai upaya untuk menata PKL

Kota Solok. Ada beberapa peraturan dan surat keputusan yang telah dikeluarkan

oleh pemerintah Kota Solok. Beberapa peraturan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Perwako Solok No. 29 tahun 2012 tentang Penataan dan Pembinaan PKL

2. Keputusan Walikota No. 188.45/54/KPTS/WSL-2013 tentang Penataan dan

Pengaturan Lokasi PKL dan/atau Pedagang Malam.

3. Keputusan Walikota Solok No. 188.45/183/KPTS/WSL-2013 tentang

Pembentukan Tim Monitoring dan Pengaturan Lokasi PKL dan/atau

Pedagang Malam.

4. Keputusan Walikota Solok No. 188.45/104/KPTS/WSL-2010

5. PERDA tentang PKL. (Masih dalam pembahasan dengan DPRD).

Untuk memperkuat payung hukum penanganan sektor informal khususnya

PKL Kota Solok maka Pemerintah Kota Solok harus segera menyelesaikan proses

penyusunan Peraturan Daerah tentang ini. Dengan adanya payung hukum ini

nantinya diharapkan penanganan PKL dapat memperlihatkan hasil yang maksimal.

Penanganan pedagang informal (PKL) di Kota Solok dapat dilakukan melalui

dua bentuk strategi utama yaitu Penataan dan Pemberdayaan. Strategi Penataan

dapat pula dilakukan dilakukan melalui 2 pendekatan yaitu Penataan Secara Fisik dan

Penataan Secara Non Fisik.

1. Penataan Secara Fisik.

Penataan secara fisik adalah penataan dalam bentuk sarana, prasarana dan tata

ruang. Penataan secara fisik ini dapat berupa :

Ringkasan Eksekutif

Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 12

Tabel Input Output Kota Solok

12

a. Penetapan Lokasi yang diizinkan untuk PKL. Strategi ini sudah dilaksanakan

oleh Pemerintah Kota Solok melalui beberapa Keputusan dan Peraturan

Walikota. Namun demikian strategi perlu diperkuat dengan strategi lainnya

agar penataan PKL ini menjadi lebih maksimal dan efektif.

b. Pengaturan Waktu Berdagang. Strategi ini juga sudah dilaksanakan oleh

Pemerintah Kota Solok yakni pada ruas-ruas jalan tertentu para PKL

dibolehkan berjualan di atas trotoar dan di pinggir jalan pada jam-jam

tertentu. Pengaturan waktu berdagang juga telah diterapkan di areal parkir

Pasar Raya dimana ketika pagi hingga sore lahan tersebut digunakan untuk

tempat parkir dan dari sore hingga tengah malam dapat digunakan oleh PKL

untuk berdagang sehingga lebih banyak pedagang yang mendapat

kesempatan berdagang. Strategi ini dapat dikembangkan pada tempat-

tempat lainnya di Kota Solok yang mempunyai lahan cukup luas tapi fungsi

formalnya hanya dari pagi hingga sore seperti tempat pencucian mobil,

halaman kantor, halaman pertokoan, dll.

c. Pengaturan Tampilan (Performance). Strategi ini sudah diterapkan juga oleh

Pemerintah Kota Solok melalui Dinas Pasar yakni pemberian meja besi pada

PKL dalam Pasar Raya. Dampak pengaturan tampilan ini belum

memperlihatkan hasil yang optimal karena belum terlihat keteraturan dan

kerapian di dalam Pasar Raya Solok seperti yang diinginkan. Pemerintah

Kota Solok dapat mencontoh apa yang dilakukan oleh beberapa daerah yang

telah melakukannya. Pontianak, Blitar, dan Solo, adalah beberapa daerah

yang telah melakukan hal ini. Untuk melakukan pengaturan penampilan

memang perlu dana yang cukup besar karena harus menyiapkan tenda atau

meja berjualan yang seragam namun dampaknya akan mudah terlihat.

Pemerintah Kota Solok dapat melakukan kerjasama dengan pihak lain seperti

perusahaan swasta atau BUMN.

Gambar 4. Kondisi PKL di beberapa Kota Setelah Pengaturan Tampilan.

Ringkasan Eksekutif

Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 13

Tabel Input Output Kota Solok

13

d. Pengelompokan Pedagang (Clustering Concept), adalah konsep

penataan pedagang informal dengan membuat pengelompokan

pedagang berdasarkan jenis usaha. Jenis usaha yang bisa dikelompokkan

misalnya kelompok makanan/minuman (kuliner), penjual barang kerajinan

dari kayu, penjual buah, pedagang makanan ikan/ayam, pedagang buah, dll.

e. Memberikan peruntukan ruang (space) kepada PKL secara terencana ketika

pemerintah lakukan peremajaan Kota (Urban Renewal).

2. Penataan dengan Pendekatan Non Fisik

Penataan nonfisik bertujuan untuk merubah mental dan perilaku pedagang

informal menjadi warga yang sadar hukum dan berwawasan

lingkungan. Mengajak para pedagang informal /PKL untuk tetap menjaga dan

memelihara segala sesuatu yang telah diatur berkaitan dengan ketertiban dan

kebersihan dan keindahan lingkungan tempat berdagang. Penertiban dan

Ringkasan Eksekutif

Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 14

Tabel Input Output Kota Solok

14

penegakan hukum (Perda) secara rutin yang bertujuan agar peratutan

perundang-undangan dipatuhi secara bersama.

Pemberdayaan PKL dapat dilakukan dalam bentuk peningkatan

kemampuan berusaha (manajemen usaha), fasilitasi akses permodalan, penguatan

kelembagaan dan kelompok usaha bersama, peningkatan kualitas dan standar mutu

layanan/produk, bantuan promosi usaha, dan mendorong terciptanya kerjasama dan

kemitraan dengan dunia usaha atau lembaga terkait.

F. Kesimpulan dan Rekomendasi

1. Kesimpulan

Paradigma baru tentang sektor informal (khususnya PKL) memandang bahwa

meskipun PKL merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya kemacetan,

merusak tata kota (berjualan di lokasi yang tidak di peruntukkan, membuat

lingkungan menjadi kumuh), meninggalkan sampah sembarangan, dan lain lain,

namun di sisi lain PKL merupakan salah satu faktor penggerak perekonomian kota

dan sebagai katup pengaman bagi penyediaan lapangan kerja. Oleh sebab itu,

penanganan PKL bukan bermakna menghilangkannya dari aktifitas ekonomi

perkotaan melainkan menatanya sedemikian rupa sehingga menjadi suatu energi

baru bagi perekonomian dan menjadi daya tarik tersendiri (ciri khas atau landmark)

bagi kota Solok.

2. Rekomendasi

Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan dalam penelitian ini maka

dapat diberikan beberapa rekomendasi kepada Pemerintah Kota Solok yaitu :

a. Menyelesaikan penyusunan dan pengesahan PERDA tentang penataan dan

pemberdayaan PKL sebagai payung hukum dalam pengembangan PKL.

Ringkasan Eksekutif

Penyusunan Kajian Strategi Pengembangan Sektor Informal Kota Solok 15

Tabel Input Output Kota Solok

15

b. Mengembangkan Pasar Pagi di samping Terminal Regional Bareh Solok menjadi

pasar grosir/kulakan untuk komoditi sayuran dan palawija. Pengembangan

dapat dilakukan dengan membangun berbagai fasiltas yang dibutuhkan dan

melakukan promosi dan penyebaran informasi secara luas.

c. Memindahkan PKL Pasar Raya yang menempati ruas jalan di belakang dan di

samping pasar raya ke tempat lain agar fungsi jalan tidak terganggu atau

menjadikan jalan tersebut sebagai kawasan perluasan pasar khusus PKL

dengan cara menata dan membangun berbagai fasilitas pendukung sesuai

kebutuhan para PKL.

d. Mengembangkan PKL di luar Pasar Raya untuk kelompok barang tertentu

(misalnya dimulai dari kelompok makanan/minuman atau kuliner) di sebuah

lokasi/kawasan tertentu yang nantinya dapat menjadi keunikan (land mark)

Kota Solok. Pengembangan dimulai dari penataan lokasi, pengaturan tampilan,

peningkatan kualitas layanan dan kualitas produk, dan pengaturan waktu

berjualan.

e. Memberikan peruntukan ruang (space) untuk para PKL secara terencana ketika

pemerintah Kota Solok melakukan peremajaan kota (urban renewal).

f. Mendorong dan mengajak berbagai pihak untuk ikut berpartisipasi dalam

mengembangkan PKL di Kota Solok.