hasil survei perumahan informal

17
BAB IV PEMBAHASAN Hasil temuan survei akan dibahas secara rinci dan berurutan menurut komponen-komponennya. Data selengkapnya beserta denah tiap-tiap rumah dan foto dapat dilihat pada kuesioner terlampir. 4.1 Komponen Bangunan Rumah Tinggal Komponen ini terdiri dari tiga sub komponen, yaitu konsumsi energi,  pemanfaatan material bangunan serta konsumsi dan konservasi air bersih. Masing- masing sub komponen akan dibahas terpisah secara rinci. 4.1.1 Konsumsi Energi Mencakup sumber energi (energi yang dimaksud disini adalah listrik dan gas), kuantitas konsumsi energi tiap bulan, pendataan alat-alat elektronik yang dipakai di tiap rumah serta hal-hal mengenai konservasi energi, yakni penerapan strategi perancangan energi alternatif, misalnya energi solar dengan pemakaian  panel surya. a. Listrik  Sumber energi listrik Berdasarkan hasil survei, sumber listrik di rumah semua responden  berasal dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) de ngan pasokan daya n yata sebesar 900 VA tiap rumah.  Kuantitas konsumsi listrik per bulan Ketika ditanya mengenai kuantitas konsumsi listrik per bulan, para responden tidak menyebutkan besar penggunaan daya aktif (satuan watt ), melainkan kapasitas daya nyata (satuan volt ampere) yang telah terpakai dari total daya nyata 900 VA yang dipasok oleh PLN. Padahal jumlah nominal tagihan listrik per bulan ditentukan dari perhitungan besar  penggunaan daya aktif ( watt ) tiap-tiap rumah dengan alat ukur kWh-meter (kiloWatt hour-meter ).

Upload: chizie

Post on 17-Oct-2015

49 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Hasil temuan survei komponen-komponen perumahan informal

TRANSCRIPT

BAB IVPEMBAHASAN

Hasil temuan survei akan dibahas secara rinci dan berurutan menurut komponen-komponennya. Data selengkapnya beserta denah tiap-tiap rumah dan foto dapat dilihat pada kuesioner terlampir.

4.1 Komponen Bangunan Rumah TinggalKomponen ini terdiri dari tiga sub komponen, yaitu konsumsi energi, pemanfaatan material bangunan serta konsumsi dan konservasi air bersih. Masing-masing sub komponen akan dibahas terpisah secara rinci.4.1.1 Konsumsi EnergiMencakup sumber energi (energi yang dimaksud disini adalah listrik dan gas), kuantitas konsumsi energi tiap bulan, pendataan alat-alat elektronik yang dipakai di tiap rumah serta hal-hal mengenai konservasi energi, yakni penerapan strategi perancangan energi alternatif, misalnya energi solar dengan pemakaian panel surya.a. Listrik Sumber energi listrik Berdasarkan hasil survei, sumber listrik di rumah semua responden berasal dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan pasokan daya nyata sebesar 900 VA tiap rumah. Kuantitas konsumsi listrik per bulanKetika ditanya mengenai kuantitas konsumsi listrik per bulan, para responden tidak menyebutkan besar penggunaan daya aktif (satuan watt), melainkan kapasitas daya nyata (satuan volt ampere) yang telah terpakai dari total daya nyata 900 VA yang dipasok oleh PLN. Padahal jumlah nominal tagihan listrik per bulan ditentukan dari perhitungan besar penggunaan daya aktif (watt) tiap-tiap rumah dengan alat ukur kWh-meter (kiloWatt hour-meter). Meskipun demikian, daya nyata (S) tersebut merupakan penjumlahan dengan metode trigonometri dari daya aktif (P) dan daya reaktif (Q) dalam segitiga daya listrik. Sehingga, besar daya aktif dapat dicari dengan persamaan P = V.I (cos ), dimana V x I = S , sehingga P = S (cos )Hasil perhitungannya tertera pada tabel berikut : Tabel 4.1 Perhitungan Daya AktifResponden*(R)Daya nyata (S)Perhitungan(S.cos )Daya aktif (P)

R1395 VA395 (0.8)316 Watt

R2**820 VA820 (0.8)656 Watt

R3500 VA500 (0.8)400 Watt

R4350 VA350 (0.8)280 Watt

R5450 VA450 (0.8)360 Watt

R6600 VA600 (0.8)480 Watt

R7900 VA900 (0.8)720 Watt

R8500 VA500 (0.8)400 Watt

R9500 VA500 (0.8)400 Watt

R10300 VA300 (0.8)240 Watt

S = daya nyata (volt ampere) P = daya aktif (watt) V = tegangan (volt); patokan besar tegangan tiap rumah adalah 220 V I = arus (ampere); batasan arus untuk kapasitas 900 VA adalah 4A cos = faktor daya listrik ; nilai yang ditetapkan PLN untuk rumah adalah 0.8 *) Nomor urut responden berdasarkan urutan kuesioner terlampir **) Terhitung untuk 2 (dua) unit rumah

Besar tagihan listrik per bulanBesar tagihan listrik yang dibayar tiap bulan berbeda-beda, tergantung dengan tingkat konsumsi daya listrik masing-masing responden dalam jangka waktu tersebut (lihat Tabel 4.2). Peralatan elektronik yang digunakan Peralatan elektronik yang digunakan para responden sehari-hari adalah peralatan rumah tangga pada umumnya, seperti setrika, rice cooker, dan lain sebagainya (lihat Tabel 4.2).

Kuantitas konsumsi daya listrik, besar tagihan listrik, dan peralatan elektronik yang digunakan berkaitan erat satu sama lain. Semakin banyak daya listrik terpakai, semakin bertambah tagihan listriknya. Demikian sebaliknya, semakin sedikit daya listrik maka jumlah tagihan listriknya semakin berkurang.

Tabel 4.2 Besar Tagihan dan Konsumsi DayaRespondenKonsumsidaya (watt)Jenis peralatanelektronik yang dimilikiBesartagihan (Rp)

R1316TV, setrika, rice cooker 68.000

R2656TV, setrika, rice cooker235.000

R3400TV, setrika, rice cooker, kulkas, AC100.000

R4280Setrika, rice cooker 50.000

R5360TV, setrika, rice cooker, kulkas 85.000

R6480TV, setrika, rice cooker, kulkas150.000

R7720TV, setrika, rice cooker, kulkaspompa air, komputer/laptop306.000

R8400TV, setrika, rice cooker, mesin cuci 90.000

R9400TV, setrika, rice cooker, kulkaskomputer/laptop,mesin cuci100.000

R10240TV, setrika, rice cooker, kulkas 50.000

Ambang atas

Ambang bawah

Begitu juga halnya dengan peralatan elektronik. Jika peralatan elektronik yang digunakan semakin banyak, maka kuantitas konsumsi daya listrik semakin meningkat dan akan berdampak langsung pada besar tagihan listrik yang harus dibayar kemudian. Berdasarkan data-data pada tabel di atas, hubungan ketiganya dapat digambarkan secara sederhana melalui grafik berikut ini.1

Grafik 4.2 Jenis Peralatan Elektronik yang DigunakanDari grafik di atas terlihat bahwa peralatan elektronik tidak koheren dengan konsumsi daya dan besar tagihan. Hal ini disebabkan karena ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai peralatan elektronik ini, yaitu frekuensi pemakaian. Walaupun seorang responden menggunakan banyak peralatan elektronik di rumah namun bila peralatan tersebut tidak begitu sering dipakai, maka tingkat konsumsi daya listriknya rendah sehingga tagihan listriknya tidak lebih besar dari responden yang hanya menggunakan sedikit peralatan elektronik namun frekuensi pemakaiannya tinggi (bandingkan responden keenam dengan responden ketiga atau responden ke sembilan dan responden keempat dengan responden kesepuluh). Ada juga yang disebabkan karena kondisi tertentu, seperti kasus responden kedua dimana beliau mempunyai usaha sampingan mengontrakkan rumah yang letaknya tepat di belakang rumah beliau. Kedua rumah tersebut hanya memakai satu meteran saja sehingga tagihan listriknya sanagt besar padahal peralatan elektronik yang digunakan hanya sedikit. Pembayaran tagihan tersebut kemudian akan dibagi dua sesuai dengan kesepakatan kedua pihak yang bersangkutan.

b. Gas Sumber energi gasBerdasarkan hasil survei, sumber gas yang dipakai para responden sehari-hari berasal dari Perusahaan Gas Negara (PGN) dalam bentuk gas cair (liquid petroleum gas) yang dikemas dalam tabung hijau berkapasitas tiga kilogram. Kuantitas konsumsi gas per bulanTingkat konsumsi gas masing-masing responden hampir sama, yakni kurang lebih dua tabung gas berkapasitas tiga kilogram dalam sebulan.

Dari kesepuluh responden, tidak ada seorang pun yang menerapkan strategi perancangan energi alternatif. Semuanya bergantung pada supply energi dari perusahaan pemerintah. Dalam kuesioner ditanyakan pula kepada para responden apakah ada permasalahan ataupun keluhan mengenai pemakaian sumber energi tersebut. Ada responden yang mengeluh, ada juga yang tidak. Permasalahan yang paling jamak dikeluhkan adalah mengenai pemadaman bergilir oleh PLN yang akhir-akhir ini cukup tinggi frekuensinya. Ada juga yang mengeluh soal kekurangan arus listrik pada sore hari (magrib) karena kapasitas daya listrik dari PLN tidak mencukupi kebutuhan listrik di rumah yang bersangkutan (responden ketujuh).

4.1.2 Pemanfaatan Material Bangunana. Jenis konstruksi rumahJenis konstruksi rumah para responden beserta persentasenya menurut hasil survei adalah sebagai berikut: Grafik 4.2 Jenis konstruksi rumah

b. Jenis material DindingDinding rumah semua responden terbuat dari batu bata dengan finishing cat tembok biasa, kecuali responden keempat yang dinding rumahnya terbuat dari papan kayu.

Grafik 4.3 Material dinding rumah

Gambar 4.1 Dinding bata dan dinding papan

Jendela dan pintuHasil survei mengenai bentuk, ukuran, dan material jendela dan pintu rumah para responden beserta pemeliharaannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.3 Jendela dan pintuResp.Bentuk dan ukuran jendelaJumlah jendela dan pintuAsal materialPemeliharaan

R1Jendela kayu dan kaca biasaJendela = 4, Pintu = 4LokalTidak ada

R2Jendela kayu dan kaca biasa (60 cm x 150 cm)Jendela = 5, Pintu = 5Lokal Tidak ada

R3Jendela kayu dan kaca minimalis (60 cm x 120 cm)Jendela = 6, Pintu = 6Lokal Dibersihkan 1 x 2 hari

R4Jendela kayu (50 cm x 90 cm)Jendela = 3, Pintu = 2Lokal Tidak ada

R5Jendela kayu dan kaca minimalis (50 cm x 120 cm)Jendela = 2, Pintu = 3Lokal Dibersihkan 1 x 7 hari

R6Jendela kayu dan kaca biasaJendela = 5, Pintu = 7Lokal Dibersihkan 1 x 2 hari

R7Jendela kayu dan kaca minimalis (60 cm x 120 cm)Jendela = 12, Pintu = 6Lokal Tidak ada

R8Jendela kayu dan kaca biasa (60 cm x 170 cm)Jendela = 5, Pintu = 8Lokal Tidak ada

R9Jendela kaca nako (60 cm x 120 cm)Jendela = 1, Pintu = 5Lokal Tidak ada

R10Jendela kayu dan kaca biasa (60 cm x 150 cm)Jendela = 1, Pintu = 4Lokal Tidak ada

Gambar 4.2 Jendela konvensional (nako), jendela minimalis, dan jendela kayu

LantaiHasil survei mengenai material lantai rumah para responden beserta pemeliharaannya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.4 LantaiRespondenBahan materialAsal materialPemeliharaan

R1KeramikLokalDisapu, dipel 1 x 2 minggu

R2SemenLokal Disapu saja

R3KeramikLokal Disapu, dipel 1 x seminggu

R4SemenLokal Disapu saja

R5SemenLokal Disapu, dipel 1 x seminggu

R6KeramikLokal Disapu, dipel 1 x sebulan

R7KeramikLokal Disapu, dipel

R8KeramikLokal Disapu, dipel 1 x 2 minggu

R9KeramikLokal Disapu, dipel

R10KeramikLokal Disapu, dipel 1 x 2 minggu

AtapHasil survei mengenai material atap rumah para responden beserta pemeliharaannya dapat dilihat pada tabel di berikut ini. Tabel 4.5 AtapRespondenMaterial penutupMaterial rangkaAsal materialPemeliharaan

R1SengKayuLokalTidak ada

R2SengKayuLokal Tidak ada

R3GentengBaja ringanLokal Tidak ada

R4SengKayuLokal Tidak ada

R5SengKayuLokal Tidak ada

R6SengKayuLokal Tidak ada

R7SengKayuLokal Tidak ada

R8SengKayuLokal Tidak ada

R9SengKayuLokal Tidak ada

R10SengKayuLokal Tidak ada

Gambar 4.3 Atap genteng dan atap seng

Mengenai material bangunan dan pemeliharaannya ini ada beberapa permasalahan yang dialami oleh beberapa responden, yaitu: Tabel 4.6 Permasalahan mengenai material bangunan dan pemeliharaannyaRespondenPermasalahan

R4Bila hujan deras, air hujan masuk ke dalam rumah membasahi lantai. Atap juga bocor.

R7Atap sering kebocoran dan dinding lembab oleh resapan air karena dinding rumah merapat dengan dinding perumahan yang sedang dibangun.

R8Halaman belakang dan kamar mandi sering kebanjiran bila hujan

R10Kamar mandi bocor bila hujan

4.1.2 Konsumsi dan Konservasi Aira. Sumber airSemua sumber air di rumah responden berasal dari Perusahaan Air Minum (PAM), kecuali responden ketujuh yang sumber airnya dari sumur bor.b. Upaya penghematan airUpaya penghematan yang dilakukan para responden hanya sebatas mematikan keran air bila tidak digunakan atau bila bak sudah penuh. Tidak ada usaha lain yang lebih spesifik dan inovatif.c. Upaya konservasi airTidak ada responden yang melakukan upaya konservasi air, baik dalam bentuk daur ulang air bekas pakai maupun penerapan teknologi sumber air alternatif (air hujan atau air tanah).

4.2 Komponen Lingkungan dalam HunianKomponen ini mencakup area dalam rumah dan pekarangannya, terdiri dari dua sub komponen, yaitu penerapan standar kebutuhan ruang per jiwa serta penerapan standar kebutuhan kesehatan dan kenyamanan rumah.4.2.1 Penerapan standar kebutuhan ruang per jiwaSub komponen ini terkait dengan tipologi bangunan, luas bangunan, luas lahan, jumlah lantai, jumlah penghuni rumah, dan ruang-ruang yang terdapat di rumah yang bersangkutan. Masing-masing poin akan dibahas satu persatu menurut urutan responden yang mengisi kuesioner (terlampir).a. Tipologi bangunanDari total sampel sepuluh rumah, terdapat tiga rumah koppel dan tujuh rumah tunggal. Walaupun sebagian besar merupakan rumah tunggal, rata- rata bangunan di lingkungan tersebut berdempetan karena luas lahan tidak memadai sehingga terlihat seperti rumah koppel.

Gambar 4.4 Rumah koppel dan rumah tunggal

b. Luas bangunan dan luas lahan; lihat Tabel 4.7c. Jumlah lantai dan jumlah penghuni rumah; lihat Tabel 4.7

Tabel 4.7 Data bangunan (LB/LT, jumlah lantai dan jumlah penghuni)RespondenLuas bangunanLuas lahanJumlah lantaiJumlah penghuni

R172 m285,5 m213 orang

R2157,5 m2145 m226 orang

R3193,5 m2193,5 m213 orang

R457,5 m2108 m211 orang

R544 m244 m213 orang

R6161,5 m2209 m215 orang

R7270 m2270 m2210 orang

R8102 m2102 m215 orang

R985,5m285,5 m215 orang

R1080 m290 m215 orang

Dari segi kebutuhan luas per jiwa, masing-masing rumah responden sudah memenuhi standar kebutuhan luas minimum bangunan untuk rumah sederhana sehat, yaitu 9m2/orang dengan perhitungan ketinggian rata-rata langit-langit rumah adalah 2,80 meter. Namun, kebutuhan minimum luas lahannya masih ada yang belum memenuhi, salah satunya adalah responden kelima (R5). Standar luas lahan untuk 3-4 jiwa dalam sebuah rumah minimal 60,00 m2 (efektif = 72-90 m2 ; ideal = 200 m2)d. Ruang-ruang yang terdapat dalam rumahMenurut Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: 403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat, kebutuhan ruang paling mendasar yang sekurang-kurangnya harus disediakan adalah: Satu ruang tidur yang utuh sesuai dengan fungsi utamanya dengan ukuran 3,00 m x 3,00 m. Satu ruang serbaguna tempat melakukan interaksi antara keluarga maupun aktivitas-aktivitas lainnya dengan ukuran 3,00 m x 3,00 m. Satu kamar mandi/cuci/kakus sebagai bagian dari ruang servis dengan ukuran 1,20 m x 1,50 m.

Adapun ruang-ruang yang terdapat di rumah masing-masing responden dapat dilihat pada Tabel 4.8

Tabel 4.8 Data bangunan (LB/LT, jumlah lantai dan jumlah penghuni)Jenis ruangR1R2R3R4R5R6R7R8R9R10

Teras111113111

Ruang tamu1111112111

Ruang keluarga1111

Ruang tidur utama1111111111

Ruang tidur anak13127221

Ruang makan111111

KM/WC1121112111

Dapur1111112111

Area cuci/jemur1111

Gudang11

Ruang duduk/santai1

Ruang simpan

sepeda motor11

Memenuhi standar ukuran minimal atau tidak

Berdasarkan hasil survei dapat kita lihat bahwa semua rumah responden sudah memenuhi standar kebutuhan ruang minimal dari segi kuantitas (ukuran tiap-tiap ruang dapat dilihat pada denah terlampir)

4.2.2 Kebutuhan Kesehatan dan KenyamananMenurut standar rumah sederhana sehat, rumah tinggal yang memenuhi kesehatan dan kenyamanan dipengaruhi oleh tiga aspek, yaitu pencahayaan, penghawaan, serta suhu dan kelembaban. Dalam kuesioner ditambahkan lagi beberapa aspek mengenai sanitasi lingkungan dalam hunian, yaitu kondisi halaman/pekarangan (apakah banyak sampah atau ada genangan air), kondisi atap (apakah terjaga pemeliharaannya), dan kebersihan bagian dalam rumah itu sendiri. Berikut ini adalah rangkuman data mengenai aspek-aspek tersebut pada setiap rumah responden.

Tabel 4.9 Data bangunan (LB/LT, jumlah lantai dan jumlah penghuni)PenilaianAspek R1R2R3R4R5R6R7R8R9R10

PencahayaanTKBKKBKTKK

PenghawaanKKKKTBKKTT

Suhu & kelembabanTKBKTBKKKK

Kondisi pekaranganKKBKKKKTKT

Genangan airKKBTBBKTKT

Vegetasi sekitar rumahKKBKTBKTTK

Kondisi atapKKBTBBKKKK

Kebersihan rumahTKBKBKKTBK

Jelas terlihat bahwa kebutuhan kesehatan dan kenyamanan rumah tinggal para responden dari segi kualitas masih belum memadai, terutama dari aspek pencahayaan, penghawaan, serta suhu dan kelembaban. Padahal boleh dikatakan ketiga aspek tersebut adalah indikator utama untuk menyatakan sebuah rumah tinggal tergolong sehat dan nyaman atau tidak.

(b)(a)(c)

Gambar 4.5 Kondisi interior rumah seorang responden (a), kondisi pekarangan rumah seorang responden (b), kondisi rumah-rumah yang saling berdempetan (c)Penyebab utama masalah ini adalah kondisi rumah yang saling berdempetan satu sama lain sehingga bukaan tidak dapat dioptimalkan. Beberapa rumah responden hanya memiliki jendela di bagian depan rumah, sisi kiri dan kanan berbatatasan langsung dengan tembok rumah tetanggga. Dengan kondisi ini sangat sulit diterapkan sistem ventilasi silang yang berakibat pada ketidaklancaran pergantian udara di dalam rumah. Hal ini berdampak pula pada pencahayaan dimana cahaya matahari tidak dapat masuk dengan leluasa ke dalam rumah. Rumah pun menjadi pengap, lembab, berbau tidak segar dan pada siang hari terpaksa menggunakan penerangan buatan karena kondisi pencahayaan dalam rumah tidak memadai. Temperatur dan kelembaban dalam ruangan juga pasti meningkat (tidak sejuk) dan mendorong penghuni untuk menggunakan AC atau kipas. Semuanya itu tentu tidak baik untuk kesehatan maupun kenyamanan penghuni rumah dan juga mengakibatkan pemborosan energi karena peralatan-peralatan elektronik yang digunakan untuk merespon kondisi ini semakin menambah konsumsi daya listrik. Lain lagi permasalahan di pekarangan rumah. Kebersihan dan keindahan kurang diperhatikan. Tanaman tidak terawat (semrawut) dan terdapat genangan air. Bahkan di pekarangan rumah salah seorang responden banyak sampah berserakan. Kondisi fisik rumah juga kurang terpelihara dengan baik, ada yang atapnya bocor, ada yang dindingnya merembes, dan lain sebagainya.

4.3 Komponen Lingkungan di sekitar HunianKomponen ini mencakup lingkungan sekitar di luar area rumah itu sendiri. Terdiri dari tiga sub komponen, yaitu sanitasi lingkungan, pengelolaan sampah, dan kondisi infrastruktur.4.3.1 Sanitasi lingkunganKondisi umum sanitasi di lingkungan perumahan Jalan Wakaf, Sunggal ini tergolong tidak baik. Lebar parit sangat sempit dan tersumbat/tidak mengalir karena banyak sampah. Hal ini mengakibatkan banjir bila hujan deras dan juga menyebarkan bau tidak sedap.

Gambar 4.6 Kondisi parit yang sempit dan tidak mengalir

4.3.2 Pengelolaan sampahSeyogianya, sampah diangkut oleh petugas kebersihan dua hari sekali. Namun, terkadang ada masalah pungutan liar antara warga dan petugas. Warga yang tidak mau membayar, sampahnya tidak diangkut oleh petugas. Oleh karena itu, warga-warga yang tidak terlayani terpaksa membuang sendiri sampah ke TPA terdekat atau dibakar di depan rumah. Asap dan bau yang ditimbulkan tentu menjadi satu masalah lagi.

Gambar 4.7 Pengelolaan sampah yang kurang baik

4.3.3 Kondisi infrastruktur Pedestrian di sekitar lingkungan tidak ada Kondisi jalan kurang bagus, berlubang-lubang Lampu jalan sebagian mati/rusak Hanya beberapa warga yang mempunyai bak sampah di depan rumah Tidak ada polisi tidur di sepanjang jalan lingkungan tersebut Vegetasi hanya sedikit dan kurang terawat

Gambar 4.8 Permasalahan infrastruktur

Kurangnya kepedulian masyarakat dan kepala lingkungan dalam menjaga dan memelihara kebersihan, keindahan, serta keteraturan lingkungan sekitar membuat lingkungan ini tampak kumuh. Dengan perubahan pola perilaku, sebenarnya lingkungan ini bisa menjadi lingkungan yang jauh lebih baik.

4.4 Komponen Aktifitas Sosial4.4.1 Gotong royongSebagian besar responden ikut bergotong royong dengan warga sekitar untuk membersihkan area sekitar mesjid seminggu sekali.4.4.1 Interaksi sosialInteraksi para responden dengan warga sekitar dalam hal berkomunikasi dan bergaul cukup baik, saling rukun dan akur dengan tetangga-tetangga. Namun tidak ada responden yang mengikuti interaksi sosial yang lebih intens, misalnya arisan. Kalaupun ada aktivitas sosial lainnya hanya terbatas pada aktivitas keagamaan, misalnya pengajian di mesjid. Itu pun jadwalnya tidak tentu berapa kali diadakan dalam seminggu atau sebulan.

4.5 Komponen Aktifitas Ekonomi4.5.1 Sumber penghasilan alternatifBeberapa responden mempunyai sumber penghasilan alternatif, antara lain: usaha salon/merias pengantin (omset Rp 2.000.000/bulan), usaha kontrakan rumah (omset Rp 7.500.000/tahun), dan usaha kerajinan menjahit karung goni (omset Rp 1.000.000/bulan).4.5.2 Pengeluaran per bulan

Tabel 4.10 Pengeluaran/bulanResponden

Pengeluaran per bulan (Rp)

R12.900.000

R22.000.000

R32.500.000

R4500.000

R51.400.000

R61.850.000

R74.000.000

R81.200.000

R91.600.000

R101.800.000

4.5.3 Keberlanjutan ekonomiPenghasilan yang didapat para responden cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (tidak ada masalah/keluhan)

FOTO RUMAH PARA RESPONDEN

61.

72.

83.

94.

105.