penyuluhan depresi

Upload: cherryaa

Post on 18-Jul-2015

173 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

I.

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Melampaui abad pertengahan di Negara Eropa merupakan sebuah tonggak pemisahan antara suasana kehidupan religius dengan sekuler. Tetapi di balik itu, manusia-manusia itu menjadi korban-korban material buatannya sendiri yang dijadikan pangkal kesombongan dan kecongkakan. Mereka membangun material hanya dengan menghancurkan kehidupan-kehidupan manusia dan menjajah sesamanya dan bahkan lingkungan yang merupakan sumber material pun tidak lepas dari sasaran perusakan manusia. Konflik-konflik ini tidak jarang menimbulkan stres yang berakibat pada kesehatan fisik manusia (Athar, 1995).

Sebuah studi selama 20 tahun oleh The University of London School of Medicine telah menetapkan bahwa reaksi emosional dan mental yang tidak terkontrol terhadap stres akan memunculkan satu faktor yang lebih berbahaya bagi penyakit kanker dan jantung dibandingkan dengan faktor kebiasaan merokok atau makan makanan berkolesterol tinggi. Menurut survey, 61% orang di Amerika Serikat, Inggris, Irlandia, Jerman, Singapura dan Hong Kong menyakini adanya permasalahan di tempat kerja mereka dan 80% memprediksi bahwa situasi ini akan memburuk. Depresi merupakan penyebab keempat timbulnya penyakit akibat beban yang berat di tahun 1990 dan pada tahun 2020 akan menjadi satu-satunya penyebab terbesar (Childre, 1998). Penelitian di Institute of Psychology Austria menemukan bahwa tekanan pada saat kerja menyebabkan orang sering meraih makanan yang menenangkan seperti coklat dan kripik. Dengan melihat kepada 5.000 pasien di rumah sakit, peneliti menemukan bahwa kebanyakan orang menjadi gemuk karena tekanan kerja yang tinggi. Kesulitan untuk tidur merupakan suatu gejala dari berbagai gangguan psikiatrik, termasuk gangguan dalam depresi (Kaplan, 1998).

Depresi adalah suatu gejala yang diobservasi sudah ada sejak dahulu dan merupakan masalah kesehatan jiwa yang utama dewasa ini. Hal ini sangat penting karena orang dengan depresi menyebabkan produktifitasnya menurun, dan ini sangat buruk akibatnya bagi dirinya sendiri, bagi masyarakat, dan bangsa yang sedang membangun. Orang yang mengalami depresi dapat dikatakan orang yang sangat menderita.

1.2.Tujuan Mengetahui definisi depresi Mengetahui epidemiologi depresi Mengetahui etiologi depresi Mengetahui diagnosis Mengetahui gejala depresi Mengetahui pencegahan depresi

II.

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Depresi Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri (Kaplan, 2010).

Maslim berpendapat bahwa depresi adalah suatu kondisi yang dapat disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa aminergik neurotransmiter (noradrenalin, serotonin, dopamin) pada sinaps neuron di SSP (terutama pada sistem limbik) (Maslim, 2002).

Menurut Kaplan, depresi merupakan salah satu gangguan mood yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat. Mood adalah keadaan emosional internal yang meresap dari seseorang, dan bukan afek, yaitu ekspresi dari isi emosional saat itu (Kaplan, 2010).

2.2. Epidemiologi Depresi adalah masalah yang bisa dialami oleh siapapun di dunia ini. Menurut sebuah penelitian di Amerika, 1 dari 20 orang di Amerika setiap tahun mengalami depresi, dan paling tidak 1 dari 5 orang pernah mengalami depresi sepanjang sejarah kehidupan mereka. Di Indonesia, banyak kasus depresi terjadi sebagai akibat dari krisis yang melanda beberapa tahun belakangan ini. Masalah PHK, sulitnya mencari pekerjaan, sulitnya mempertahankan pekerjaan dan krisis keuangan adalah masalah yang sekarang ini sangat umum menjadi pendorong timbulnya depresi di kalangan profesional.

Didapatkan fakta bahwa gangguan alam perasaan (mood) baik tipe bipolar (adanya

episode manik dan depresi) dan tipe unipolar (hanya depresi saja) memiliki kecenderungan menurun kepada generasinya, berdasar etiologi biologik. Gangguan bipolar lebih kuat menurun ketimbang unipolar. 50% pasien bipolar mimiliki satu orangtua dengan gangguan alam perasaan/gangguan afektif, yang tersering unipolar (depresi saja). Jika seorang orangtua mengidap gangguan bipolar maka 27% anaknya memiliki risiko mengidap gangguan alam perasaan. Bila kedua orangtua mengidap gangguan bipolar maka 75% anaknya memiliki risiko mengidap gangguan alam perasaan. Selain itu,menurut hasil penelitian, Di Amerika, tercatat 10%-26% wanita mengalami depresi saat hamil. Organisasi kesehatan dunia (WHO, 1974) menyebutkan bahwa 17% pasien-pasien yang berobat ke dokter adalah pasien dengan depresi. Diperkirakan prevalensi pada populasi masyarakat dunia adalah 3%. Sementara itu Sartorius (1974) memperkirakan 100 juta penduduk di dunia mengalami depresi. Angka ini semakin bertambah untuk masa mendatang yang disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : usia harapan hidup semakin bertambah, stresor psikososial semakin berat, bertambahnya peyakit-penyakit kronik, bertambahnya pemakaian obat-obat yang memacu terjadinya depresi, dan kehidupan beragama yang semakin ditinggalkan masyarakat saat ini. Sementara Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Supriyantoro menyatakan, bahwa dari populasi orang dewasa di Indonesia yang mencapai 150 juta jiwa, sekitar 11,6 persen atau 17,4 juta jiwa mengalami gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan jiwa berupa gangguan kecemasan dan depresi.

2.3. Etiologi Depresi

Kaplan menyatakan bahwa faktor penyebab depresi dapat secara buatan dibagi menjadi faktor biologi, faktor genetik, dan faktor psikososial.

a. Faktor biologi Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelainan pada amin biogenik, seperti: 5 HIAA (5-Hidroksi indol asetic acid), HVA (Homovanilic acid), MPGH (5

methoxy-0-hydroksi phenil glikol), di dalam darah, urin dan cairan serebrospinal pada pasien gangguan mood. Neurotransmiter yang terkait dengan patologi depresi adalah serotonin dan epineprin. Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi, dan pada pasien bunuh diri, beberapa pasien memiliki serotonin yang rendah. Pada terapi despiran mendukung teori bahwa norepineprin berperan dalam patofisiologi depresi (Kaplan, 2010). Selain itu aktivitas dopamin pada depresi adalah menurun. Hal tersebut tampak pada pengobatan yang menurunkan konsentrasi dopamin seperti Respirin, dan penyakit di mana konsentrasi dopamin menurun seperti parkinson, adalah disertai gejala depresi. Obat yang meningkatkan konsentrasi dopamin, seperti tyrosin, amphetamine, dan bupropion, menurunkan gejala depresi (Kaplan, 2010).

Disregulasi neuroendokrin. Hipotalamus merupakan pusat pengaturan aksis neuroendokrin, menerima input neuron yang mengandung neurotransmiter amin biogenik. Pada pasien depresi ditemukan adanya disregulasi neuroendokrin. Disregulasi ini terjadi akibat kelainan fungsi neuron yang mengandung amin biogenik. Sebaliknya, stres kronik yang mengaktivasi aksis Hypothalamic-PituitaryAdrenal (HPA) dapat menimbulkan perubahan pada amin biogenik sentral. Aksis neuroendokrin yang paling sering terganggu yaitu adrenal, tiroid, dan aksis hormon pertumbuhan. Aksis HPA merupakan aksis yang paling banyak diteliti (Landefeld et al, 2004). Hipersekresi CRH merupakan gangguan aksis HPA yang sangat fundamental pada pasien depresi. Hipersekresi yang terjadi diduga akibat adanya defek pada sistem umpan balik kortisol di sistem limbik atau adanya kelainan pada sistem monoaminogenik dan neuromodulator yang mengatur CRH (Kaplan, 2010). Sekresi CRH dipengaruhi oleh emosi. Emosi seperti perasaan takut dan marah berhubungan dengan Paraventriculer nucleus (PVN), yang merupakan organ utama pada sistem endokrin dan fungsinya diatur oleh sistem limbik. Emosi mempengaruhi CRH di PVN, yang menyebabkan peningkatan sekresi CRH (Landefeld, 2004). Pada orang lanjut usia terjadi penurunan produksi hormon estrogen. Estrogen berfungsi melindungi sistem dopaminergik negrostriatal terhadap neurotoksin seperti MPTP, 6

OHDA dan methamphetamin. Estrogen bersama dengan antioksidan juga merusak monoamine oxidase (Unutzer dkk, 2002).

Kehilangan saraf atau penurunan neurotransmiter. Sistem saraf pusat mengalami kehilangan secara selektif pada sel sel saraf selama proses menua. Walaupun ada kehilangan sel saraf yang konstan pada seluruh otak selama rentang hidup, degenerasi neuronal korteks dan kehilangan yang lebih besar pada sel-sel di dalam lokus seroleus, substansia nigra, serebelum dan bulbus olfaktorius (Lesler, 2001). Bukti menunjukkan bahwa ada ketergantungan dengan umur tentang penurunan aktivitas dari noradrenergik, serotonergik, dan dopaminergik di dalam otak. Khususnya untuk fungsi aktivitas menurun menjadi setengah pada umur 80-an tahun dibandingkan dengan umur 60-an tahun (Kane dkk, 1999).

b. Faktor Genetik Penelitian genetik dan keluarga menunjukkan bahwa angka resiko di antara anggota keluarga tingkat pertama dari individu yang menderita depresi berat (unipolar) diperkirakan 2 sampai 3 kali dibandingkan dengan populasi umum. Angka keselarasan sekitar 11% pada kembar dizigot dan 40% pada kembar monozigot (Davies, 1999).

Oleh Lesler (2001), Pengaruh genetik terhadap depresi tidak disebutkan secara khusus, hanya disebutkan bahwa terdapat penurunan dalam ketahanan dan kemampuan dalam menanggapi stres. Proses menua bersifat individual, sehingga dipikirkan kepekaan seseorang terhadap penyakit adalah genetik.

c. Faktor Psikososial

Menurut Freud dalam teori psikodinamikanya, penyebab depresi adalah kehilangan objek yang dicintai (Kaplan, 2010). Ada sejumlah faktor psikososial yang diprediksi

sebagai penyebab gangguan mental pada lanjut usia yang pada umumnya berhubungan dengan kehilangan. Faktor psikososial tersebut adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi, kematian teman atau sanak saudara, penurunan kesehatan, peningkatan isolasi diri, keterbatasan finansial, dan penurunan fungsi kognitif (Kaplan, 2010) Sedangkan menurut Kane, faktor psikososial meliputi penurunan percaya diri, kemampuan untuk mengadakan hubungan intim, penurunan jaringan sosial, kesepian, perpisahan, kemiskinan dan penyakit fisik (Kane, 1999).

Faktor psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi: peristiwa kehidupan dan stressor lingkungan, kepribadian, psikodinamika, kegagalan yang berulang, teori kognitif dan dukungan sosial (Kaplan, 2010).

Peristiwa kehidupan dan stresor lingkungan. Peristiwa kehidupan yang menyebabkan stres, lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood dari episode selanjutnya. Para klinisi mempercayai bahwa peristiwa kehidupan memegang peranan utama dalam depresi, klinisi lain menyatakan bahwa peristiwa kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam onset depresi. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah kehilangan pasangan (Kaplan, 2010). Stressor psikososial yang bersifat akut, seperti kehilangan orang yang dicintai, atau stressor kronis misalnya kekurangan finansial yang berlangsung lama, kesulitan hubungan interpersonal, ancaman keamanan dapat menimbulkan depresi (Hardywinoto, 1999).

Faktor kepribadian. Beberapa ciri kepribadian tertentu yang terdapat pada individu, seperti kepribadian dependen, anankastik, histrionik, diduga mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya depresi. Sedangkan kepribadian antisosial dan paranoid (kepribadian yang memakai proyeksi sebagai mekanisme defensif) mempunyai risiko yang rendah (Kaplan, 2010).

Faktor psikodinamika. Berdasarkan teori psikodinamika Freud, dinyatakan bahwa kehilangan objek yang dicintai dapat menimbulkan depresi (Kaplan, 2010). Dalam upaya untuk mengerti depresi, Sigmud Freud sebagaimana dikutip Kaplan (2010) mendalilkan suatu hubungan antara kehilangan objek dan melankolia. Ia menyatakan bahwa kekerasan yang dilakukan pasien depresi diarahkan secara internal karena identifikasi dengan objek yang hilang. Freud percaya bahwa introjeksi mungkin merupakan cara satu-satunya bagi ego untuk melepaskan suatu objek, ia membedakan melankolia atau depresi dari duka cita atas dasar bahwa pasien terdepresi merasakan penurunan harga diri yang melanda dalam hubungan dengan perasaan bersalah dan mencela diri sendiri, sedangkan orang yang berkabung tidak demikian.

Kegagalan yang berulang. Dalam percobaan binatang yang dipapari kejutan listrik yang tidak bisa dihindari, secara berulang-ulang, binatang akhirnya menyerah tidak melakukan usaha lagi untuk menghindari. Di sini terjadi proses belajar bahwa mereka tidak berdaya. Pada manusia yang menderita depresi juga ditemukan ketidakberdayaan yang mirip (Kaplan, 2010).

Faktor kognitif. Adanya interpretasi yang keliru terhadap sesuatu, menyebabkan distorsi pikiran menjadi negatif tentang pengalaman hidup, penilaian diri yang negatif, pesimisme dan keputusasaan. Pandangan yang negatif tersebut menyebabkan perasaan depresi (Kaplan, 2010)

2.4. Gambaran Klinis

Perubahan Fisik . Penurunan nafsu makan. . Gangguan tidur. . Kelelahan dan kurang energi . Agitasi. . Nyeri, sakit kepala, otot keram dan nyeri, tanpa penyebab fisik.

Perubahan Pikiran . Merasa bingung, lambat dalam berfikir, penurunan konsentrasi dan sulit mengingat informasi. . Sulit membuat keputusan dan selalu menghindar. . Kurang percaya diri. . Merasa bersalah dan tidak mau dikritik. . Pada kasus berat sering dijumpai adanya halusinasi ataupun delusi. . Adanya pikiran untuk bunuh diri.

Perubahan Perasaan . Penurunan ketertarikan ddengan lawan jenis dan melakukan hubungan suami istri. . Merasa bersalah, tak berdaya. . Tidak adanya perasaan. . Merasa sedih. . Sering menangis tanpa alas an yang jelas. . Iritabilitas, marah, dan terkadang agresif.

Perubahan pada Kebiasaan Sehari-hari . Menjauhkan diri dari lingkungan sosial, pekerjaan. . Menghindari membuat keputusan. . Menunda pekerjaan rumah. . Penurunan aktivitas fisik dan latihan. . Penurunan perhatian terhadap diri sendiri. . Peningkatan konsumsi alcohol dan obat-obatan terlarang.

2.5. Derajat Depresi dan Penegakan Diagnosis

Gangguan depresi dibedakan dalam depresi berat, sedang, dan ringan sesuai dengan banyak dan beratnya gejala serta dampaknya terhadap fungsi kehidupan seseorang (Maslim,2000).

Gejala Utama Perasaan depresif Hilangnya minat dan semangat Mudah lelah dan tenaga hilang

Gejala Lain Konsentrasi dan perhatian menurun Harga diri dan kepercayaan diri menurun Perasaan bersalah dan tidak berguna Pesimis terhadap masa depan Gagasan membahayakan diri atau bunuh diri Gangguan tidur Gangguan nafsu makan Menurunnya libido

Tingkat Depresi Ringan Sedang Berat

Gejala Utama 2 2 3

Gejala Lain 2 3-4 >4

Fungsi

Keterangan

Baik Terganggu Sangat Terganggu

Nampak distress Sangat distress

Tabel. 1 Penggolongan Depresi Menurut ICD-10 (Soejono dkk, 2007)

2.6. Dukungan Sosial

2.6.1 Pengertian Batasan dukungan sosial adalah sebagai jumlah kontak dengan orang lain, yang dapat dipertahankan seseorang dalam jaringan sosial, atau luas pergaulan yang dimiliki dan dipertahankan seseorang dalam jaringan sosial. Definisi lainnya lebih menekankan aspek psikologik, yaitu perasaan menjadi bagian atau terhitungnya individu dalam jaringan sosial atau rasa puas individu atas hubungan yang dipertahankan dengan orang lain dalam jaringan sosial (Kaplan, 2010). Menurut Ismanto, (1999), dukungan sosial adalah persepsi seseorang bahwa dirinya disenangi, dihargai, dan menjadi bagian dari masyarakat. 2.6.2. Jenis jenis dukungan sosial Menurut House sebagaimana dikutip oleh Smet (1994) ada empat jenis dukungan sosial yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasional.

a. Dukungan Emosional Dukungan ini meliputi ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap seseorang misalnya umpan balik dan penegasan (Smet, 1994). Pada saat stress, orang akan menderita secara emosional dan dapat mengalami depresi, kesedihan, ataupun kecemasan. Pada saat seperti ini, teman atau keluarga dapat memberikan dukungan emosional dengan meyakinkan orang tersebut bahwa dia adalah orang yang berharga yang sangat diperhatikan oleh lingkungannya. Kehangatan dan kepedulian yang diberikan oleh orang lain, akan memungkinkan orang yang mengalami stres, menghadapinya lebih tenang (Taylor, 1995).

b. Dukungan Penghargaan Dukungan penghargaan yang umumnya diberikan melalui ungkapan penghormatan (penghargaan) akan hal hal yang positif yang dimiliki seseorang, dukungan untuk maju atau persetujuan atas gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain, orang orang yang kurang mampu atau yang lebih buruk keadaanya (menambah penghargaan diri) (Smet, 1994). Adanya penghargaan diri dihubungkan dengan keberhasilan seseoorang saat menghadapi keadaan tertentu, misalnya saat dimana harus mengambil keputusan, reaksi ketika menerima bantuan dan coping pada saat terjadi peristiwa buruk dalam hidupnya. Kemungkinan yang penting dari mekanisme ini adalah perasaan diterima dan dihargai oleh orang lain (Wills, 1985).

c. Dukungan Instrumental Dukungan instrumental meliputi penyediaan dukungan material seperti pelayanan, bantuan finansial atau barang (Taylor, 1995). Hubungan antara dukungan instrumentral dan kesehatan dapat diterangkan dengan jelas melalui satu pengertian yaitu seseorang mempunyai kebutuhan instrumental tertentu dan orang lain dapat menolongnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Wills, 1985).

d. Dukungan Informatif Dukungan informatif ini mencakup pemberian nasihat-nasihat, petunjuk, saran, atau umpan balik (Smet, 1994). Keluarga atau teman dapat memberikan dukungan informatif dengan memberikan saran tentang apa yang harus dilakukan untuk menghadapi masalah.

Diagnosis Berdasarkan PPDGJ III diagnosis depresi dapat ditegakkan atas dasar adanya : A. Gejala utama : 1. Suasana perasaan yang depresi / sedih atau murung 2. Kehilangan minat dan kegembiraan

3. Berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas.

B. Gejala tambahan : 1. Konsentrasi dan perhatian berkurang 2. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang 3. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tak berguna 4. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistik 5. Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri 6. Gangguan tidur

2.7.Faktor Risiko Depresi secara khusus terjadi pada akhir usia 20-an akan tetapi sebenarnya dapat terjadi pada semua usia. Meskipun penyebab tepat depresi tidak diketahui, ilmuwan telah mengidentifikasi faktor tertentu yang meningkatkan risiko berkembangnya atau memicu munculnya depresi, yaitu:

Memiliki hubungan biologis dengan orang yang memiliki depresi Wanita Memiliki kejadian traumatis saat anak-anak Memiliki hubungan biologis dengan catatan pecandu alkohol Memiliki anggota keluarga yang mengalami kejatuhan Memiliki pengalaman kejadian hidup yang memberikan tekanan, seperti kematian orang yang dicintai Memiliki banyak teman atau hubungan personal Memiliki suasana hati depresi ketika kecil Memiliki penyakit serius, seperti kanker, serangan jantung, Alzheimers atau HIV/AIDS

Memiliki sifat tertentu, seperti rendahnya kepercayaan diri dan ketergantungan yang berlebih, mengkritik diri sendiri atau pesimistis Penyalahguanan alkohol, nikotin atau obat-obatan terlarang Mengambil pengobatan medis atas tekanan darah tinggi yang dimiliki, meminum obat tidur atau pengobatan medis tertentu.

2.8. Mencegah Depresi 1. Pola Hidup teratur

Istirahat cukup 6-8 jam sehari akan menurunkan tingkat depresi. Selain itu pola makan yang seimbang karena dengan makan teratur kondisi tubuh kita akan menurun

Olah Raga dan rekreasi juga salah satu cara untuk mencegah terjadinya depresi pada diri kita

2. Sikap Hidup Positif

Berfikir rasional dan obyektif akan mencegah gejala depresi Merencanakan kehidupan Menerima yang tak dapat diubah

3. Meluangkan Waktu untuk diri Sendiri

Luangkan waktu untuk diri sendiri minimal 30 menit selama satu hari Lakukanlah kegiatan seperti Spa, Meditasi, Yoga dan Relaksasi

4. Mengembangkan Kehidupan Spiritual

Belajar Lebih memahami diri sendiri Belajar Lebih mengerti orang lain Belajar lebih mengenal sang pencipta

Jika anda melakukan empat hal diatas maka kita akan terhindar dari depresi yang kapan pun dapat menimpa diri kita.

III.

KESIMPULAN

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri.

Etiologi Depresi Faktor Biologi Faktor Genetik Faktor Psikososial Faktor Kepribadian Faktor Psikodinamika Faktor Kognitif

Gejala-gejala Depresi: Gejala Utama Perasaan depresif Hilangnya minat dan semangat Mudah lelah dan tenaga hilang Gejala Lain Konsentrasi dan perhatian menurun Harga diri dan kepercayaan diri menurun Perasaan bersalah dan tidak berguna Pesimis terhadap masa depan Gagasan membahayakan diri atau bunuh diri Gangguan tidur Gangguan nafsu makan Menurunnya libido

Mencegah Depresi Pola hidup teratur Sikap hidup positif Meluangkan waktu untuk diri sendiri Mengembangkan kehidupan spiritual

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Depresi. http://health.kompas.com/direktori/detail_penyakit/10Depresi. Diakses pada 25 Desebaer 2011 Hardywinoto, 1999. Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Kaplan, H. dan Benjamin J Sadock. 1998. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Edisi 7. Alih Bahasa : Lydia I Mandera, Jakarta : Binarupa Aksara

Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III),Departemen Kesehatan RI., Direktorat Jenderal Pelayanan Medik; 1993.

Smet. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : Grasindo Gramedia Widia Sarana Indonesia

Taylor. (1995). Health Psychology (third edition). New York: Mc Graw-Hill Companies, Inc.

MENGENAL DAN MENCEGAH DEPRESITugas Penyuluhan Kesehatan Jiwa Masyarakat

Oleh: Tresa Pratiwi Maria Christine Ariuti Amir Arlentina Betivolia Simamora Cherrya Annurunnisa Adnan

Pembimbing: drg. Ira Bariyah

RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI LAMPUNG PESAWARAN 2011