penyembuhan luka

43
PENYEMBUHAN LUKA ( WOUND HEALING ) DEFINISI Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul : 1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ 2. Respon stres simpatis 3. Perdarahan dan pembekuan darah 4. Kontaminasi bakteri 5. Kematian sel Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan luka yang dapat dibagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan penyudahan yang merupakan perupaan kembali (remodeling ) jaringan. JENIS LUKA Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan menunjukkan derajat luka. 1. Berdasarkan tingkat kontaminasi a) Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan

Upload: dewantarikriswardani

Post on 17-Jan-2016

43 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

penyembuhan luka

TRANSCRIPT

Page 1: Penyembuhan Luka

PENYEMBUHAN LUKA

(WOUND HEALING)

DEFINISI

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan

oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau

gigitan hewan. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :

1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ

2. Respon stres simpatis

3. Perdarahan dan pembekuan darah

4. Kontaminasi bakteri

5. Kematian sel

Proses yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan luka yang dapat

dibagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan penyudahan yang merupakan

perupaan kembali (remodeling) jaringan.

JENIS  LUKA

Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan menunjukkan

derajat luka.

1.  Berdasarkan tingkat kontaminasi

a)      Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses

peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak

terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan

drainase tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% – 5%.

b)      Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan

dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol,

kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% – 11%.

Page 2: Penyembuhan Luka

c)      Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat

kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari

saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan

infeksi luka 10% – 17%.

d)     Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme pada

luka.

2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka

a)      Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada

lapisan epidermis kulit.

b)      Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan

epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis

seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.

c)      Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan

atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan

yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak

mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa

merusak jaringan sekitarnya.

d)     Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang

dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.

Gambar 1. Tingkat Kedalaman Luka

3. Berdasarkan waktu penyembuhan luka

Page 3: Penyembuhan Luka

1.      Luka akut: yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan

yang telah disepakati.

Gambar 2. Luka Akut

2.      Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat

karena faktor eksogen dan endogen.

Gambar 3. Luka Kronis

MEKANISME TERJADINYA LUKA

a)      Luka insisi (Incised Wound), terjadi karena teriris oleh instrument yang tajam. Missal yang

terjadi akibat pembedahan.

b)      Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan

dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.

c)      Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang

biasanya dengan benda yang tidak tajam.

d)     Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti pisau yang masuk ke

dalam kulit dengan diameter yang kecil.

e)      Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh

kawat.

Page 4: Penyembuhan Luka

f)       Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada

bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan

melebar.

g)      Luka bakar (Combustio), yaitu luka akibat terkena suhu panas seperti api, matahari, listrik,

maupun bahan kimia.

FASE PENYEMBUHAN LUKA

Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya.

Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan

perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara

normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung

proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas dari kotoran dengan

menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan.

Fase Inflamasi

Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira – kira hari kelima.. pembuluh darah

yang terputus pada luka akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusaha

menghentikannya dengan vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus (retraksi), dan

reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling

melengket, dan bersama dengan jala fibrin yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari

pembuluh darah. Sementara itu terjadi reaksi inflamasi.

Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamine yang meningkatkan

permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, penyebukan sel radang, disertai

vasodilatasi setempat yang menyebabkan udem dan pembengkakan. Tanda dan gejala klinik

reaksi radang menjadi jelas berupa warna kemerahan karena kapiler melebar (rubor), suhu

hangat (kalor), rasa nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor).

Aktifitas seluler yang terjadi adalah pergerakan leukosit menembus dinding pembuluh darah

(diapedesis) menuju luka karena daya kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik yang

membantu mencerna bakteri dan kotoran luka. Limfosit dan monosit yang kemudian muncul ikut

Page 5: Penyembuhan Luka

menghancurkan dan memakan kotoran luka dan bakteri (fagositosis). Fase ini disebut juga fase

lamban karena reaksi pembentukan kolagen baru sedikit dan luka hanya dipertautkan oleh fibrin

yang amat lemah.

Gambar 4. Fase Inflamasi

Fase Proliferasi

Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol adalah proses proliferasi

fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira – kira akhir minggu ketiga.

Fibroblast berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi, menghasilkan

mukopolisakarida, asama aminoglisin, dan prolin yang merupakan bahan dasar kolagen serat

yang akan mempertautkan tepi luka.

Pada fase ini serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyesuaian diri dengan tegangan

pada luka yang cenderung mengerut. Sifat ini, bersama dengan sifat kontraktil miofibroblast,

menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada akhir fase ini kekuatan regangan luka mencapai 25%

jaringan normal. Nantinya, dalam proses penyudahan kekuatan serat kolagen bertambah karena

ikatan intramolekul dan antar molekul.

Pada fase fibroplasia ini, luka dipenuhi sel radang, fibroblast, dan kolagen, membentuk jaringan

berwarna kemerahan dengan permukaan yang berbenjol halus yang disebut jaringan granulasi.

Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi

permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses mitosis.

Proses migrasi hanya bisa terjadi ke arah yang lebih rendah atau datar, sebab epitel tak dapat

bermigrasi ke arah yang lebih tinggi. Proses ini baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan

menutup seluruh permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan luka, proses fibroplasia

Page 6: Penyembuhan Luka

dengan pembentukan jaringan granulasi juga akan berhenti dan mulailah proses pematangan

dalam fase penyudahan.

Gambar 5. Fase Proliferasi

Fase Penyudahan (Remodelling)

Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang

berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang

baru terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulan – bulan dan dinyatakan berkahir kalau

semua tanda radang sudah lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi

abnormal karena proses penyembuhan. Udem dan sel radang diserap, sel muda menjadi matang,

kapiler baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap dan sisanya mengerut

sesuai dengan regangan yang ada. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis,

dan lemas serta mudah digerakkan dari dasar. Terlihat pengerutan maksimal pada luka. Pada

akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan regangan kira – kira 80% kemampuan kulit

normal. Hal ini tercapai kira – kira 3-6 bulan setelah penyembuhan.

Gambar 6. Fase Remodelling

KLASIFIKASI PENYEMBUHAN

Page 7: Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka kulit tanpa pertolongan dari luar, seperti yang telah diterangkan tadi, berjalan

secara alami. Luka akan terisi jaringan granulasi dan kemudian ditutup jaringan epitel.

Penyembuhan ini disebut penyembuhan sekunder atau sanatio per secundam

intentionem (Latin: sanatio =  penyembuhan,per = melalui, secundus = kedua, intendere = cara

menuju kepada). Cara ini biasanya makan waktu cukup lama dan meninggalkan parut yang

kurang baik, terutama kalau lukanya menganga lebar.

Jenis penyembuhan yang lain adalah penyembuhan primer atau sanatio per primam intentionem,

yang terjadi bila luka segera diusahakan bertaut, biasanya dengan bantuan jahitan. Parutan yang

terjadi biasanya lebih halus dan kecil.

Namun, penjahitan luka tidak dapat langsung dilakukan pada luka yang terkontaminasi berat

dan /atau tidak berbatas tegas. Luka yang compang-camping atau luka tembak, misalnya, sering

meninggalkan jaringan yang tidak dapat hidup yang pada pemeriksaan pertama sukar dikenal.

Keadaan ini diperkirakan akan menyebabkan infeksi bila luka langsung dijahit. Luka yang

demikian akan dibersihkan dan dieksisi (debridement) dahulu dan kemudian dibiarkan selama 4-

7 hari. Baru selanjutnya dijahit dan dibiarkan sembuh secara primer. Cara ini umumnya disebut

penyembuhan primer tertunda.

Jika, setelah dilakukan debridement, luka langsung dijahit, dapat diharapkan penyembuhan

primer.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA

1.      Usia

Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih sering

terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan

darah.

2.      Nutrisi

Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan diit kaya

protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Pasien kurang nutrisi

memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin.

Page 8: Penyembuhan Luka

Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena supply darah

jaringan adipose tidak adekuat.

3.      Infeksi

Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi.

4.      Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi

Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar lemak

subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang

gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah

infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah dapat terganggu pada orang dewasa dan pada

orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus.

Oksigenasi jaringan menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan

kronik pada perokok.

Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan

oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.

5.      Hematoma

Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh

tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar, hal tersebut memerlukan

waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.

6.      Benda asing

Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses

sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan

lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah

(pus).

7.      Iskemia

Page 9: Penyembuhan Luka

Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh

akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu

ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu

sendiri.

8.      Diabetes

Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak

dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.

9.      Keadaan Luka

Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan luka. Beberapa

luka dapat gagal untuk menyatu.

10.  Obat

Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik mempengaruhi

penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap

infeksi luka.

a.    Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera.

b.   Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan

c.    Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab

kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif

akibat koagulasi intravaskular.

KOMPLIKASI

Komplikasi Dini

1.      Infeksi

Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau setelah

pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya

Page 10: Penyembuhan Luka

berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak

di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.

2.      Perdarahan

Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis jahitan,

infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin

tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering

dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan

berlebihan terjadi, penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian

cairan dan intervensi pembedahan mungkin diperlukan.

3.      Dehiscence dan Eviscerasi

Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence adalah

terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah

irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, ,multiple trauma, gagal untuk

menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami

dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 – 5 hari setelah operasi sebelum kollagen

meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan

balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan

perbaikan pada daerah luka.

Komplikasi Lanjut

Keloid dan jaringan parut hipertrofik timbul karena reaksi serat kolagen yang berlebihan dalam

proses penyembuhan luka. Serat kolagen disini teranyam teratur. Keloid yang tumbuh berlebihan

melampaui batas luka, sebelumnya menimbulkan gatal dan cenderung kambuh bila dilakukan

intervensi bedah.

Parut hipertrofik hanya berupa parut luka yang menonjol, nodular, dan kemerahan, yang

menimbulkan rasa gatal dan kadang – kadang nyeri. Parut hipertrofik akan menyusut pada fase

akhir penyembuhan luka setelah sekitar satu tahun, sedangkan keloid tidak.

Page 11: Penyembuhan Luka

Keloid dapat ditemukan di seluruh permukaan tubuh. Tempat predileksi merupakan kulit, toraks

terutama di muka sternum, pinggang, daerah rahang bawah, leher, wajah, telinga, dan dahi.

Keloid agak jarang dilihat di bagian sentral wajah pada mata, cuping hidung, atau mulut.

Pengobatan keloid pada umumnya tidak memuaskan. Biasanya dilakukan penyuntikan

kortikosteroid intrakeloid, bebat tekan, radiasi ringan dan salep madekasol (2 kali sehari selama

3-6 bulan). Untuk mencegah terjadinya keloid, sebaiknya pembedahan dilakukan secara halus,

diberikan bebat tekan dan dihindari kemungkinan timbulnya komplikasi pada proses

penyembuhan luka.

DAFTAR PUSTAKA

1)      Reksoprodjo, S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara, Jakarta: 1995.

2)      Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta:

1997, hal 72-81.

3)      http://www.emedicine.com/plastic/TOPIC477.HTM didownload tanggal 26 Juni 2008.

4)      http://www.woundpedia.com didownload tanggal 26 Juni 2008.

Page 12: Penyembuhan Luka

VULNUS (LUKA)

A.PENGERTIAN

Luka potong, pancung dengan penyebab benda tajam ukuran besar/berat, gergaji. Luka

membentuk lingkaran sesuai dengan organ yang dipotong. Perdarahan hebat, resiko infeksi

tinggi, terdapat gejala pathom limb.

B.ETIOLOGI

1.Mekanis / traumatis

2.Perubahan suhu

3.Zat kimia

4.Ledakan

5.Sengatan listrik

6.Gigitan hewan

C.TIPE VULNUS

1.Vulnus Laceratum (Laserasi/Robek)

Jenis luka ini disebabkan oleh karena benturan dengan benda tumpul, dengan ciri luka tepi luka

tidak rata dan perdarahan sedikit luka dan meningkatkan resiko infeksi.

2.Vulnus Excoriasi (Luka Lecet)

Penyebab luka karena kecelakaan atau jatuh yang menyebabkan lecet pada permukaan kulit

merupakan luka terbuka tetapi yang terkena hanya daerah kulit.

3.Vulnus Punctum (Luka Tusuk)

Penyebab adalah benda runcing tajam atau sesuatu yang masuk ke dalam kulit, merupakan luka

terbuka dari luar tampak kecil tapi didalam mungkin rusak berat, jika yang mengenai

abdomen/thorax disebut vulnus penetrosum(luka tembus).

Page 13: Penyembuhan Luka

4.Vulnus Contussum (Luka Kontusio)

Penyebab: benturan benda yang keras. Luka ini merupakan luka tertutup, akibat dari kerusakan

pada soft tissue dan ruptur pada pembuluh darah menyebabkan nyeri dan berdarah (hematoma)

bila kecil maka akan diserap oleh jaringan di sekitarya jika organ dalam terbentur dapat

menyebabkan akibat yang serius.

5.Vulnus Scissum/Insivum (Luka Sayat)

Penyebab dari luka jenis ini adalah sayatan benda tajam atau jarum merupakan luka terbuka

akibat dari terapi untuk dilakukan tindakan invasif, tepi luka tajam dan licin.

6.Vulnus Schlopetorum (Lika Tembak)

Penyebabnya adalah tembakan, granat. Pada pinggiran luka tampak kehitam-hitaman, bisa tidak

teratur kadang ditemukan corpus alienum.

7.Vulnus Morsum (Luka Gigitan)

Penyebab adalah gigitan binatang atau manusia, kemungkinan infeksi besar bentuk luka

tergantung dari bentuk gigi.

8.Vulnus Perforatum (Luka Tembus)

Luka jenis ini merupakan luka tembus atau luka jebol. Penyebab oleh karena panah, tombak atau

proses infeksi yang meluas hingga melewati selaput serosa/epithel organ jaringan.

9.Vulnus Amputatum (Luka Terpotong)

Luka potong, pancung dengan penyebab benda tajam ukuran besar/berat, gergaji. Luka

membentuk lingkaran sesuai dengan organ yang dipotong. Perdarahan hebat, resiko infeksi

tinggi, terdapat gejala pathom limb.

10.Vulnus Combustion (Luka Bakar)

Penyebab oleh karena thermis, radiasi, elektrik ataupun kimia Jaringan kulit rusak dengan

berbagai derajat mulai dari lepuh (bula – carbonisasi/hangus). Sensasi nyeri dan atau anesthesia. 

Page 14: Penyembuhan Luka

D.TANDA DAN GEJALA

1.Deformitas: Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya

perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti: rotasi pemendekan tulang, penekanan tulang.

2.Bengkak: edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang

berdekatan dengan fraktur

3.Echumosis dari Perdarahan Subculaneous

4.Spasme otot spasme involunters dekat fraktur

5.Tenderness/keempukan

6.Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan

struktur di daerah yang berdekatan.

7.Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)

8.Pergerakan abnormal

9.Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah

10.Krepitasi (Black, 1993).

E.PATOFISIOLOGI

Vulnus terjadi apabila ada suatu trauma yang mengenai tubuh yang bisa disebabkan oleh

traumatis/mekanis, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, dan gigitan hewan atau

binatang. Vulnus yang terjadi dapat menimbulkan beberapa tanda dan gejala seperti bengkak,

krepitasi, shock, nyeri, dan deformitas atau bisa juga menimbulkan kondisi yang lebih serius.

Tanda dan gejala yang timbul tergantung pada penyebab dan tipe vulnus. 

F.DAMPAK PADA SISTEM TUBUH

1.Kecepatan metabolisme

Jika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan penekanan pada fungsi

simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga menurunkan kecepatan

metabolisme basal.

Page 15: Penyembuhan Luka

2.Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar dari anabolisme,

maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal ini menyebabkan pergeseran cairan

intravaskuler ke luar keruang interstitial pada bagian tubuh yang rendah sehingga menyebabkan

oedema. Immobilitas menyebabkan sumber stressor bagi klien sehingga menyebabkan

kecemasan yang akan memberikan rangsangan ke hypotalamus posterior untuk menghambat

pengeluaran ADH, sehingga terjadi peningkatan diuresis.

3.Sistem respirasi.

a.Penurunan kapasitas paru

Pada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi otot intercosta relatif

kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapai inspirasi maksimal dan ekspirasi paksa.

b.Perubahan perfusi setempat

Dalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan rasio ventilasi dengan

perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan terjadi peningkatan metabolisme (karena

latihan atau infeksi) terjadi hipoksia.

c.Mekanisme batuk tidak efektif

Akibat immobilisasi terjadi penurunan kerja siliaris saluran pernafasan sehingga sekresi mukus

cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental dan mengganggu gerakan siliaris normal.

4.Sistem Kardiovaskuler

a.Peningkatan denyut nadi

Terjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik, endokrin dan mekanisme pada

keadaan yang menghasilkan adrenergik sering dijumpai pada pasien dengan immobilisasi.

b.Penurunan cardiac reserve

Dibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini mengakibatkan waktu pengisian

diastolik memendek dan penurunan isi sekuncup.

c.Orthostatik Hipotensi

Pada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana anterior dan venula

tungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih panjang dari pada vasokontriksi sehingga

darah banyak berkumpul di ekstremitas bawah, volume darah yang bersirkulasi menurun, jumlah

Page 16: Penyembuhan Luka

darah ke ventrikel saat diastolik tidak cukup untuk memenuhi perfusi ke otak dan tekanan darah

menurun, akibatnya klien merasakan pusing pada saat bangun tidur serta dapat juga merasakan

pingsan.

5.Sistem Muskuloskeletal

a.Penurunan kekuatan otot

Dengan adanya immobilisasi dan gangguan sistem vaskuler memungkinkan suplai O2 dan nutrisi

sangat berkurang pada jaringan, demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme akan

terganggu sehingga menjadikan kelelahan otot.

b.Atropi otot

Karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya penurunan fungsi persarafan.

Hal ini menyebabkan terjadinya atropi dan paralisis otot.

c.Kontraktur sendi

Kombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya keterbatasan gerak.

d.Osteoporosis

Terjadi penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan persenyawaan organik dan

anorganik sehingga massa tulang menipis dan tulang menjadi keropos.

6.Sistem Pencernaan

a.Anoreksia

Akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi sekresi kelenjar

pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta penurunan kebutuhan kalori yang

menyebabkan menurunnya nafsu makan.

b.Konstipasi

Meningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan spincter anus menjadi

kontriksi sehingga reabsorbsi cairan meningkat dalam colon, menjadikan faeces lebih keras dan

orang sulit buang air besar.

7.Sistem perkemihan

Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing berada dalam keadaan

sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya gravitasi, pelvis renal banyak menahan urine

Page 17: Penyembuhan Luka

sehingga dapat menyebabkan: Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk

batu ginjal dan tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang biaknya kuman

dan dapat menyebabkan ISK.

8.Sistem integumen

Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan bokong akan tertekan

sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi ke jaringan. Jika hal ini

dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan normal kembali jika tekanan dihilangkan

dan kulit dimasase untuk meningkatkan suplai darah.

G.KOMPLIKASI

1.Kerusakan Arteri: Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT

menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang

disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan

reduksi, dan pembedahan.

2.Kompartement Syndrom: Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi

karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan

oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah.

3.Infeksi: System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.

4.Shock: Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler

yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.

H.PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium darah

I.PENATALAKSANAAN

1.Pembedahan

2.Imunisasi tetanus

Page 18: Penyembuhan Luka

3.Immobilisasi

4.Terapi antibiotik

J.PROSES PENYEMBUHAN LUKA

1.Stadium Satu-Pembentukan Hematoma: Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma

disekitar. Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat

tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 – 48 jam dan perdarahan

berhenti sama sekali.

2.Stadium Dua-Proliferasi Seluler: Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel

menjadi fibro kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum, dan bone marrow yang telah

mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang

lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam

beberapa hari terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah.

Fase ini berlangsung selama 8 jam.

3.Stadium Tiga-Pembentukan Kallus: Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang

kondrogenik dan osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk

tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast

mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan

tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan

periosteal. 

4.Stadium Empat-Konsolidasi: Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang

berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast

menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi

celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang

lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang

normal.

5.Stadium Lima-Remodelling: Telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama

beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan

pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat

Page 19: Penyembuhan Luka

yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum

dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya. 

Page 20: Penyembuhan Luka

Pengertian Luka

Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi

jaringan yang rusak atau hilang.

Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :

1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ

2. Respon stres simpatis

3. Perdarahan dan pembekuan darah

4. Kontaminasi bakteri

5. Kematian sel

Jenis Luka:

1.   Berdasarkan Tingkat Kontaminasi Luka.

Luka Bersih (Clean Wounds). Yang dimaksud dengan luka bersih adalah luka bedah tak

terinfeksi yang mana luka tersebut tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan juga infeksi

pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi

Luka bersih terkontaminasi (Clean-contamined Wounds). Jenis luka ini adalah luka pembedahan

dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol,

kontaminasi tidak selalu terjadi.

Luka terkontaminasi (Contamined Wounds) adalah luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan

dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna.

Luka kotor atau infeksi (Dirty or Infected Wounds) adalah terdapatnya mikroorganisme pada

luka. Dan tentunya kemungkinan terjadinya infeksi pada luka jenis ini akan semakin besar

dengan adanya mikroorganisme tersebut.

2.    Berdasarkan Kedalaman Dan Luasnya Luka.

Page 21: Penyembuhan Luka

Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema). Luka jenis ini adalah luka yang

terjadi pada lapisan epidermis kulit.

Stadium II : Luka "Partial Thickness". Luka jenis ini adalah hilangnya lapisan kulit pada

lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya

tanda klinis seperti halnya abrasi, blister atau lubang yang dangkal.

Stadium III : Luka "Full Thickness". Luka jenis ini adalah hilangnya kulit keseluruhan

meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah

tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Luka ini timbul secara klinis sebagai

suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan di sekitarnya.

Stadium IV : Luka "Full Thickness". Luka jenis ini adalah luka yang telah mencapai

lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi / kerusakan yang luas.

3.    Berdasarkan Waktu Penyembuhan Luka.

Luka Akut. Luka akut adalah jenis luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan

konsep penyembuhan yang telah disepakati.

Luka Kronis. Luka kronis adalah jenis luka yang yang mengalami kegagalan dalam

proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.

MACAM LUKA dan PENANGANANYA

1.   Vulnus excoriasi (Luka lecet)

a)   Pengertian : Jenis luka yang satu ini derajat nyerinya biasanya lebih tinggi dibanding luka

robek, mengingat luka jenis ini biasanya terletak di ujung-ujung syaraf nyeri di kulit.

Page 22: Penyembuhan Luka

b)  Cara penanganan : Pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan luka terlebih dahulu

menggunakan NaCl 0,9%, dan bersiaplah mendengar teriakan pasien, karena jenis luka ini tidak

memungkinkan kita melakukan anastesi, namun analgetik boleh diberikan. Setelah bersih,

berikan desinfektan. Perawatan jenis luka ini adalah perawatan luka terbuka, namun harus tetap

bersih, hindari penggunaan IODINE salep pada luka jenis ini, karena hanya akan menjadi sarang

kuman, dan pemberian IODINE juga tidak perlu dilakukan tiap hari, karena akan melukai

jaringan yang baru terbentuk.

2.   Vulnus punctum (Luka tusuk)

a)    Pengertian : Luka tusuk biasanya adalah luka akibat logam, nah yang harus diingat maka

kita harus curiga adalanya bakteri clostridium tetani dalam logam tersebut.

b)   Cara penanganan : Hal pertama ketika melihat pasien luka tusuk adalah jangan asal menarik

benda yang menusuk, karena bisa mengakibatkan perlukaan tempat lain ataupun mengenai

pembuluh darah. Bila benda yang menusuk sudah dicabut, maka yang harus kita lakukan adalah

membersihkan luka dengan cara menggunakan H2O2, kemudian didesinfktan. Lubang luka

ditutup menggunakan kasa, namun dimodifikasi sehingga ada aliran udara yang terjadi.

      

3.   Vulnus contussum (luka kontusiopin)

a)    Pengertian : luka kontusiopin adalah luka memar, tentunya jangan diurut ataupun ditekan-

tekan, karena hanya aka mengakibatkan robek pembuluh darah semakin lebar saja.

b)   Cara penanganan : Yang perlu dilakukan adalah kompres dengan air dingin, karena akan

mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah, sehingga memampatkan pembuluh-pembuluh

darah yang robek.

4.    Vulnus insivum (Luka sayat)

a)    Pengertian : luka sayat adalah jenis luka yang disababkan karena sayatan dari benda tajam,

bisa logam maupun kayu dan lain sebgainya. Jenis luka ini biasanya tipis.

b)   Cara penanganan : yang perlu dilakukan adalah membersihkan dan memberikan desinfektan.

Page 23: Penyembuhan Luka

5.    Vulnus schlopetorum

a)    Pengertian : jenis luka ini disebabkan karena peluru tembakan, maka harus segera

dikeluarkan tembakanya.

b)   Cara penanganan : jangan langsung mengeluarkan pelurunya, namun yang harus dilakukan

adalah membersihkan luka dengan H2O2, berikan desinfektan dan tutup luka. Biarkan luka

selama setidaknya seminggu baru pasien dibawa ke ruang operasi untuk dikeluarkan pelurunya.

Diharapkan dalam waktu seminggu posisi peluru sudah mantap dan tak bergeser karena

setidaknya sudah terbentuk jaringan disekitar peluru.

6.    Vulnus combustion (luka bakar)

a)    Pengertian : adalah luka yang disebabkan akibat kontaksi antara kulit dengan zat panas

seperti air panas(air memdidih), api, dll.

b)   Cara penanganan : Penanganan paling awal luka ini adalah alirkan dibawah air mengalir,

bukan menggunakan odol apalagi minyak tanah. Alirkan dibawah air mengalir untuk

perpindahan kalornya. Bila terbentuk bula boleh dipecahkan, perawatan luka jenis ini adalah

perawatan luka terbuka dengan tetap menjaga sterilitas mengingat luka jenis ini sangat mudah

terinfeksi. Dan ingat kebutuhan cairan pada pasien luka bakar.

        

7.    Luka gigitan.

a)    Pengertian : luka jenis ini disebabkan dari luka gigitan binatang, seperti serangga, ular, dan

binatang buas lainya. Kali ini luka gigitan yang dibahas adalah jenis luka gigitan dari ular berbisa

yang berbahaya.

b)   Cara penanganan : mengeluarkan racun yang sempat masuk ke dalam tubuh korban dengan

menekan sekitar luka sehingga darah yang sudah tercemar sebagian besar dapat dikeluarkan dari

luka tersebut. Tidak dianjurkan mengisap tempat gigitan, hal ini dapat membahayakan bagi

pengisapnya, apalagi yang memiliki luka walaupun kecil di bagian mukosa mulutnya. Sambil

menekan agar racunnya keluar juga dapat dilakukan pembebatan( ikat) pada bagian proksimal

Page 24: Penyembuhan Luka

dari gigitan, ini bertujuan untuk mencegah semakin tersebarnya racun ke dalam tubuh yang lain.

Selanjutnya segera mungkin dibawa ke pusat kesehatan yang lebih maju untuk perawatan lanjut.

8.    Laserasi atau Luka Parut.

a)    Pengertian : Luka parut disebabkan karena benda keras yang merusak permukaan kulit,

misalnya karena jatuh saat berlari.

b)   Cara penanganan : Cara mengatasi luka parut, bila ada perdarahan dihentikan terlebih dahulu

dengan cara menekan bagian yang mengeluarkan darah dengan kasa steril atau saputangan/kain

bersih. Kemudian cuci dan bersihkan sekitar luka dengan air dan sabun. Luka dibersihkan

dengan kasa steril atau benda lain yang cukup bersih. Perhatikan pada luka, bila dijumpai benda

asing ( kerikil, kayu, atau benda lain ) keluarkan. Bila ternyata luka terlalu dalam, rujuk ke

rumah sakit. Setelah bersih dapat diberikan anti-infeksi lokal seperti povidon iodine atau kasa

anti-infeksi.

9.    Terpotong atau Teriris

a)    Pengertian : Terpotong adalah bentuk lain dari perlukaan yang disebabkan oleh benda tajam,

bentuk lukanya teratur dan dalam, perdarahan cukup banyak, apalagi kalau ada pembuluh darah

arteri yang putus terpotong.

b)   Cara penanganan : menangani perdarahan terlebih dahulu yakni dilakukan dengan menekan

bagian yang mengeluarkan darah dengan menggunakan kasa steril atau kain yang bersih. Bila

ada pembuluh nadi yang ikut terpotong, dan cukup besar, dilakukan pembalutan torniquet.

Pembalutan dilakukan dengan menempatkan tali/ikat pinggang/saputangan pada bagian antara

luka dan jantung secara melingkar, kemudian dengan menggunakan sepotong kayu/ballpoint

tali/ikat pinggang/saputangan tadi diputar sampai lilitannya benar-benar kencang. Tujuan cara ini

untuk menghentikan aliran darah yang keluar dari luka. Setelah itu, luka ditutup dan rujuk ke

rumah sakit. Pembebatan torniquet dilakukan pada lengan atas atau paha. Pembebatan di tempat

lain tidak akan efektif. Pada luka yang teriris dioles anti infeksi kemudian ditutup kasa steril.

Page 25: Penyembuhan Luka

PENANGANAN LUKA (secara umum)

Dalam penanganan luka, sudah umum diketahui bahwa salah satu yang harus dilakukan adalah

tindakan debridement. Debridement bertujuan untuk membuat luka menjadi bersih sehingga

mengurangi kontaminasi pada luka dan mencegah terjadinya infeksi. Debridement bisa

dilakukan dengan beberapa cara, dari yang kurang invasif hingga invasif, yaitu debridement

secara biologik, mekanik, otolitik, enzimatik, dan surgical.

PROSES PENYEMBUHAN LUKA

1.   Fase Inflamasi

adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada

jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan

area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses

penyembuhan.

2.   Fase Proliferatif

adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran

fibroblas sangat besar pada proses perbaikan yaitu bertanggung jawab pada persiapan

menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses reonstruksi jaringan.

3.   Fase Maturasi

Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan.

Tujuan dari fase maturasi adalah ; menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi

jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan

granulasi, warna kemerahan dari jaringa mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan

serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari

jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan.

Page 26: Penyembuhan Luka

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA

Usia, Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan penyembuhan jaringan

Infeksi, Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga

menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah ukuran

dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka.

Hipovolemia, Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan

menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.

Hematoma, Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara

bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan

yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga

menghambat proses penyembuhan luka.

Benda asing, Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan

terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum,

fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang

kental yang disebut dengan nanah (�Pus�).

Iskemia, Iskemi merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada

bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari

balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya

obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.

Diabetes, Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula

darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi

penurunan protein-kalori tubuh.

Pengobatan, Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap

cedera,� Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan, Antibiotik : efektif diberikan segera

sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan

setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.

Page 27: Penyembuhan Luka

PERAWATAN LUKA

Pengelolaan Perawatan Luka

1.   Pengertian

Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau

pembedahan.Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses

penyembuhan dan lama penyembuhan. Adapun berdasarkan sifat yaitu : abrasi, kontusio, insisi,

laserasi, terbuka, penetrasi, puncture, sepsis. Sedangkan perawatan luka adalah suatu tindakan

untuk membunuh mikroorganisme(Mansjoer, 2000).

2.  Mekanisme terjadinya luka :

a.       Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrument yang tajam. Misal yang

terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura seterah seluruh

pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)

b.      Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan

dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.

c.       Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya

dengan benda yang tidak tajam.

d.      Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang

masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.

e.       Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh

kawat.

f.       Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada

bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan

melebar.

g.      Luka Bakar (Combustio)

Page 28: Penyembuhan Luka

3.     Kedalaman dan luas luka, dibagi menjadi :

a.       Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan

epidermis kulit.

b.       Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis

dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi,

blister atau lubang yang dangkal.

c.       Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan

atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan

yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak

mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa

merusak jaringan sekitarnya.

d.      Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang

dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas. (Ayudia, 2008).

4.  Tujuan Perawatan Luka

Pengelolaan perawatan luka sangat penting terutama pada penderita diabetes mellitus

dengan kasus gangrene. Tujuan dari perawatan luka adalah untuk: melindungi luka dari trauma

mekanik, mengimmobilisasikan luka, mengabsorbsi drainase, mencegah kontaminasi dari

kotoran tubuh, membantu hemostasis, menghambat atau membunuh mikroorganisme,

memberikan lingkungan fisiologis yang sesuai untuk penyembuhan luka.

5.      Proses Penyembuhan

Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu:

a.       Healing by primary intention

Tepi luka bisa menyatu kembali, permukan bersih, biasanya terjadi karena suatu insisi, tidak ada

jaringan yang hilang. Penyembuhan luka berlangsung dari bagian internal ke ekseternal.

b.      Healing by secondary intention

Page 29: Penyembuhan Luka

Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan berlangsung mulai dari

pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka dan sekitarnya.

c.        Delayed primary healing (tertiary healing)

Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering disertai dengan infeksi, diperlukan

penutupan luka secara manual.

 (Hana, 2009).

6.   Fase Penyembuhan

Lamanya penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak dan penyebab

dari luka itu sendiri. Dalam penyembuhan luka terdapat 3 fase yaitu:

a.     Fase inflamasi : hari ke 0-5, respon segera setelah terjadi injuri pembekuan darah untuk

mencegah kehilangan darah, karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa, fase awal

terjadi haemostasis, fase akhir terjadi fagositosis, sama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi

infeksi

b.    Fase proliferasi or epitelisasi : hari 3 – 14, disebut juga dengan fase granulasi o.k adanya

pembentukan jaringan granulasi pada luka à luka nampak merah segar, mengkilat, jaringan

granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh darah yang baru,

fibronectin and hyularonic acid, epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan

penebalan lapisan epidermis pada tepian luka, epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka

insisi

c.     Fase maturasi atau remodeling : berlangsung dari beberapa minggu s.d 2 tahun, terbentuknya

kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan jaringan (tensile

strength), terbentuk jaringan parut (scar tissue)  50-80% sama kuatnya dengan jaringan

sebelumnya, terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and vaskularisasi

jaringan yang mengalami perbaikan

7.       Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan

Page 30: Penyembuhan Luka

Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka adalah :

a.     Status Imunologi

b.    Kadar gula darah (impaired white cell function)

c.     Hidrasi (slows metabolism)

d.    Nutritisi

e.     Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure – oedema)

f.     Suplai oksigen dan vaskularisasi

g.    Nyeri (causes vasoconstriction)

h.    Corticosteroids (depress immune function)

(Ayudia, 2008).