penyelesaian masalah nilai batas persamaan diferensial
TRANSCRIPT
JURNAL FOURIER | Oktober 2013, Vol. 2, No. 2, 91-103 ISSN 2252-763X
2013 JURNAL FOURIER Versi online via www.fourier.or.id
Penyelesaian Masalah Nilai Batas Persamaan Diferensial
MathieuβHill
Santosa, Muhammad Wakhid Musthofa, dan Malahayati
Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Kalijaga, Jl. Marsda Adisucipto No. 1 Yogyakarta, Indonesia
Korespondensi; Santosa, Email: [email protected]
Abstrak
Berbagai masalah fisis dan geometri yang melibatkan dua fungsi atau lebih peubah bebas sangat berkaitan dengan
persamaan diferensial. Salah satu analisis fisis tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan diferensial.
Ilmuwan matematika yang bernama George W. Hill dan Mathieu meneliti tentang getaran pada pendulum gantung
yang bisa dimodelkan dalam bentuk persamaan diferensial Mathieu-Hill. Persamaan diferensial Mathieu-Hill adalah
persamaan diferensial orde dua yang didalam fungsi tersebut terdapat fungsi periodik. Persamaan diferensial
Mathieu-Hill dapat diselesaikan dengan menggunakan metode aljabar matriks. Pada tahun 2005 sudah diteliti
tentang solusi dari persamaan diferensial Mathieu-Hill. Penelitian ini menjelaskan tentang penyelesaian masalah
nilai batas pada persamaan diferensial Mathieu Hill yang akan manghasilkan suatu solusi dalam bentuk persamaan
periodik. Untuk lebih memahami penyelesaian masalah nilai batas pada persamaan diferensial Mathieu-Hill
diberikan salah satu contoh aplikasinya dalam menghitung getaran pada mesin lokomotif kereta yang dimodelkan
dalam bentuk persamaan diferensial Hill-Meissner.
Kata Kunci:
Abstract
A variety of physical and geometrical problems involving two functions or more independent variables are closely
related to differential equations. One such physical analysis can be expressed in terms of differential equations.
Mathematical scientists named George W. Hill and Mathieu examined the vibrations of pendulum that can be
modeled in Mathieu-Hill differential equations. Mathieu-Hill differential equation is a second-order differential
equation in which there is a periodic function. Mathieu-Hill differential equations can be solved by using matrix
algebra method. In 2005 it has been studied about the solution of Mathieu-Hill differential equation. This research
explains the solution of boundary value problems to Mathieu Hill differential equations which will produce a
solution in the form of periodic equations. To better understand problem-solving the boundary value of the
Mathieu-Hill differential equation is given one example of its application in calculating vibrations in rail locomotive
engines modeled in the form of Hill-Meissner differential equations.
Keywords
Pendahuluan
Berbagai masalah fisis yang melibatkan dua fungsi atau lebih peubah bebas sangat berkaitan dengan persamaan diferensial. Masalah fisis yang paling sederhana dapat dimodelkan dengan persamaan diferensial biasa, sedangkan masalah fisis yang lebih komplek seperti mekanika fluida, teori elekromagnetik, dan sebagainya merupakan masalah-masalah fisis yang harus dimodelkan dengan persamaan diferensial parsial.
Salah satu analisis matematis dari masalah fisis tersebut dapat menghasilkan suatu persamaan diferensial yang dapat disederhanakan ke bentuk umum berikut,
π2π¦
ππ‘2 + πΉ(π‘)π¦ = 0; dengan 0 β€ π‘ β€ π (1)
92 Santosa, et.al
JURNAL FOURIER (2013) 2 91-103 www.fourier.or.id
dan πΉ(π‘) suatu fungsi periodik bernilai tunggal, dengan periode pokok π. Persamaan (1) disebut persamaan diferensial Mathieu-Hill [1] (Pipes, 1991:911). Persamaan Mathieu-Hill ini ditemukan oleh ilmuwan yang bernama Mathieu dan George W. Hill.
Woro Raharjanti [2] sudah meneliti tentang penyelesaian persamaan diferensial Mathieu-Hill, dalam penelitiannya Woro Raharjanti sudah menuliskan gambaran umum persamaan umum diferensial Mathieu-Hill beserta solusinya. Penulis tertarik untuk melanjutkan penelitian tersebut dengan menambahkan persamaan syarat batas pada persamaan diferensial Mathieu-Hill. Penulis menambahkan persamaan syarat batas bertujuan untuk menghilangkan konstanta pada penyelesaian umum persamaan diferensial Mathieu- Hill.
Suatu persamaan diferensial bersama dengan kondisi-kondisi tambahan terhadap fungsi yang dicari dan turunannya, yang semuanya diberikan pada nilai variabel bebas yang sama maka disebut permasalahan diferensial dengan nilai awal. Jika kondisi-kondisi tambahan diberikan untuk lebih dari satu nilai variabel bebas maka disebut permasalahan diferensial dengan nilai batas.
Penelitian ini akan menyajikan langkah-langkah penyelesaian persamaan (1) yang terikat oleh syarat-syarat nilai batas yang ditentukan. Penyelesaian persamaan diferensial akan lebih mudah dan cepat apabila digunakan suatu alat bantu seperti komputer. Saat ini perkembangan perangkat lunak komputer yang berbasis matematika sangatlah pesat. Hal ini terbukti dengan munculnya perangkat lunak yang dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan matematika maupun penerapannya. Salah satu perangkat lunak yang dikembangkan untuk kepentingan Sistem Komputer Aljabar (Computer Algebaric System) adalah Maple. Maple banyak digunakan oleh para ilmuwan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan matematika, karena Maple merupakan perangkat lunak yang lengkap dan komunikatif pada jenisnya.
Permasalahan yang dapat diselesaikan dengan Maple merupakan permasalahan matematika murni, seperti aljabar, geometri, kalkulus, matematika diskret, dan statistika. Dengan kemajuan teknologi tersebut penulis tertarik untuk menggunakan Maple dalam menghitung masalah nilai batas pada persamaan diferensial Mathieu-Hill.
Penyelesaian Persamaan Diferensial Mathieu-Hill
Diberikan persamaan diferensial Mathieu-Hill
π2π¦
ππ‘2 + πΉ(π‘)π¦ = 0 (2)
Pada selang 0 β€ π‘ β€ π apabila dinyatakan dalam nilai-nilai awal untuk π¦(π‘) dan ππ¦
ππ‘. Akan ditunjukkan
bahwa solusi dari persamaan (2) adalah
π¦(π‘) = π΄ sinβπΉ(π‘) π‘ + π΅ cosβπΉ(π‘) π‘ (3)
Dengan π΄ dan π΅ adalah suatu konstanta. Bentuk umum persamaan diferensial homogen orde kedua adalah
ππ2π¦
ππ‘2 + πππ¦
ππ‘+ ππ¦ = 0 (4)
Dari persamaan (2) diperoleh π = 1, π = 0, dan π = πΉ(π‘). Misal akar-akar dari persamaan (2) adalah π‘1 dan π‘2 sehingga:
π‘1 = πβπΉ(π‘) dan π‘2 = βπβπΉ(π‘)
Penyelesaian Masalah Nilai Batas Persamaan Diferensial Mathieu βHill 93
www.fourier.or.id JURNAL FOURIER (2013) 2 91-103
Sehingga solusi umumnya adalah:
π¦ = (π1 + π2) cosβπΉ(π‘) π‘ + (π1 β π2)π sin βπΉ(π‘) π‘
Missal: π΄ = (π1 β π2) dan π΅(π1 + π2). Jadi penyelesaian dari persamaan (3) adalah
π¦(π‘) = π΄ sinβπΉ(π‘) π‘ + π΅ cosβπΉ(π‘) π‘
Fungsi π¦(π‘) dan ππ¦
ππ‘= π£(π‘) dapat ditulis dalam bentuk:
π¦(π‘) = π΄ sinβπΉ(π‘) π‘ + π΅ cosβπΉ(π‘) π‘ (5)
Missal: π’ = βπΉ(π‘), sehingga
π¦(π‘) = π΄ sin π’ π‘ + π΅ cos π’ π‘ (6)
π£(π‘) = π΄ππ’
ππ‘cos π’ π‘ β π΅
ππ’
ππ‘sin π’ π‘ (7)
Persamaan (6) dan (7) bisa dituliskan dalam bentuk matriks:
[π¦(π‘)
π£(π‘)] = [
sin π’π‘ cos π’π‘ππ’
ππ‘cos π’ π‘ β
ππ’
ππ‘sin π’ π‘] [
π΄π΅] (8)
Dari persamaan (8) dimisalkan:
π€0 = [sin π’π‘ cos π’π‘
ππ’
ππ‘cos π’ π‘ β
ππ’
ππ‘sin π’ π‘] (9)
Determinan Wronskian dari persamaan tersebut adalah suatu tetapan pada selang pokok 0 β€ π‘ β€ π, yaitu:
|π€0| = |sin π’π‘ cos π’π‘
ππ’
ππ‘cos π’ π‘ β
ππ’
ππ‘sin π’ π‘
| = βππ’
ππ‘
Jika sinβπΉ(π‘) π‘ dan cosβπΉ(π‘) π‘ adalah dua solusi bebas linear karena |π€0| β 0, jadi matriks (9)
mempunyai invers. Sehingga invers dari matriks (9) adalah
π€0β1 =
1
βππ’
ππ‘
[β
ππ’
ππ‘sin π’π‘ β cos π’π‘
βππ’
ππ‘cos π’ π‘ sin π’ π‘
] (10)
Pada π‘ = 0, nilai π¦(π‘) dan π£(π‘) dinotasikan sebagai π¦0 dan π£0. Dengan demikian persamaan (8) menjadi:
[π¦0
π£0] = [
0 1ππ’
ππ‘0] [
π΄π΅]
94 Santosa, et.al
JURNAL FOURIER (2013) 2 91-103 www.fourier.or.id
Sehingga diperoleh
[π΄π΅] =
1
βππ’
ππ‘
[0 β1
βππ’
ππ‘0 ] [
π¦0
π£0] (11)
Substitusi [π΄π΅] pada persamaan (11) ke persamaan (8)
[π¦π£]π‘= [
cos π’π‘sinπ’π‘
ππ’
ππ‘
βππ’
ππ‘sin π’ π‘ cos π’π‘
] [π¦0
π£0] (12)
Pada akhir periode π‘ = π, persamaan (12) berubah menjadi:
[π¦π£]π
= [cos π’π
sinπ’πππ’
ππ‘
βππ’
ππ‘sin π’ π cos π’π
] [π¦0
π£0] (13)
Pada akhir periode kedua dari perubahan πΉ(π‘) diperoleh
[π¦π£]2π
=
[ cos π’π
sin π’π
ππ’ππ‘
βππ’
ππ‘sin π’ π cos π’π]
2
[π¦0
π£0]
Demikian juga dapat dilihat pada akhir periode ke-π, berlaku
[π¦π£]ππ
=
[ cos π’π
sin π’π
ππ’ππ‘
βππ’
ππ‘sin π’ π cos π’π]
π
[π¦0
π£0]
Perhatikan persamaan (2), jika dilakukan perubahan variabel dengan bentuk π = π‘ β ππ, dengan 0 β€π β€ π dan π = 0,1,2,3,β― maka diperoleh
π2π¦
ππ2+ πΉ(π)π¦ = 0 dengan πΉ(ππ + π) = πΉ(π).
Selanjutnya penyelesaian dalam selang ke π + 1 diperoleh
[π¦π£]ππ+π
= [cos π’π
sinπ’πππ’
ππ‘
βππ’
ππ‘sin π’ π cos π’π
] [π¦π£]ππ
(14)
Persamaan (14) merupakan penyelesaian persamaan Mathieu-Hill pada sembarang waktu π‘ > 0 yang dinyatakan dalam syarat-syarat awal dan dua penyelesaian bebas linear persamaan hill dalam selang
pokok 0 β€ π‘ β€ π.
Penyelesaian Masalah Nilai Batas Persamaan Diferensial Mathieu βHill 95
www.fourier.or.id JURNAL FOURIER (2013) 2 91-103
Penyelesaian Masalah Nilai Batas Persamaan Diferensial Mathieu-Hill
Berikut ini akan dibahas solusi dari persamaan diferensial Mathieu-Hill jika diberikan nilai batasnya. Diketahui persamaan diferensial Mathieu-Hill sebagai berikut.
π2π¦
ππ‘2+ πΉ(π‘)π¦ = 0; dengan 0 β€ π‘ β€ π
Dengan:
π¦ : Sumbu vertical
πΉ(π‘) : Fungsi periodik terhadap t π‘ : Waktu Penyelesaian umum dari persamaan Mathieu-Hill adalah
π¦(π‘) = π΄ sinβπΉ(π‘) π‘ + π΅ cosβπΉ(π‘) π‘
Dengan memisalkan π’ = βπΉ(π‘), diperoleh persamaan (6) dan (7). Diberikan masalah nilai batas
π1π¦(0) + π1ππ¦
ππ‘(0) = 0 (15a)
π2π¦(π) + π2ππ¦
ππ‘(π) = 0 (15b)
Saat
π¦(π) = π΄ sin π π + π΅ cos π π (16a)
ππ¦
ππ‘(π) = π΄
ππ’
ππ‘cos π’ π β π΅
ππ’
ππ‘sin π’ π (16b)
Substitusi persamaan (16) ke (15), diperoleh
π1π΅ + π1π΄ππ’
ππ‘= 0 (17a)
π2(π΄ sin π’ π + π΅ cos π’ π) + π2 (π΄ππ’
ππ‘cos π’ π β π΅
ππ’
ππ‘sin π’ π) = 0 (17b)
Untuk menyelesaikan persamaan (17) gunakan integral. Dari persamaan (2) kita rubah ke bentuk persamaan:
πΏ[π¦] = β[π¦β²]β²
Dengan π¦β² =ππ¦
ππ‘.
Diberikan π£ dan π€ adalah kontinu pada 0 β€ π‘ β€ π dan π£β² =ππ£
ππ‘, π€β² =
ππ€
ππ‘ sehingga:
β« πΏ[π£]π€π
0ππ‘ β β« π£πΏ[π€]
π
0ππ‘ = [π£β²(π‘)π€(π‘) β π£(π‘)π€β²(π‘)]0
π (18)
Ambil persamaan sebelah kanan dengan mengasumsikan π1 β 0 dan π2 β 0 pada persamaan (15) maka persamaan (18) menjadi:
β[π£β²(π‘)π€(π‘) β π£(π‘)π€β²(π‘)]0π = 0
96 Santosa, et.al
JURNAL FOURIER (2013) 2 91-103 www.fourier.or.id
Dari persamaan (18) diperoleh:
β«{πΏ[π£]π€ β π£πΏ[π€]}
π
0
ππ‘ = 0
π£ dan π€ adalah fungsi real yang didefinisikan sebagai inner produk dengan interval, jadi dipunyai
(π£, π€) = β« π£(π‘)π€(π‘)π
0ππ‘ 0 β€ π‘ β€ π
Jika π£ = ππ dan π€ = ππ maka diperoleh
π¦ = β«ππ (π₯)ππ(π₯)
π
0
ππ₯ = πΏππ
Dengan
πΏππ = {0, jika π β ππ, jika π = π
(19)
Dari persamaan (17) diambil:
π΅ + π΄ππ’
ππ‘= 0 βΊ π΅ = βπ΄
ππ’
ππ‘ (20)
(π΄ sin π’ π + π΅ cos π’ π)π΅ + (π΄ππ’
ππ‘cos π’ π β π΅
ππ’
ππ‘sin π’ π) = 0 (21)
Dari persamaan (20) substitusi ke persamaan (21) diperoleh
π¦(π‘) β (π΄ + π΄ππ’2
ππ‘) sin π’ π = 0 (22)
Jika (π΄ + π΄ππ’2
ππ‘) = 0 maka sin π’ π β 0 dan sebaliknya jika (π΄ + π΄
ππ’2
ππ‘) β 0 maka sin π’ π = 0. Jadi
diperoleh:
π¦(π‘) β (π΄ + π΄ππ’2
ππ‘) sin π’ π‘ = 0 (23)
Karena penyelesaian umum dari persamaan diferensial Mathieu-Hill berbentuk tunggal maka
π¦ = β« (π¦(π‘))2π
0ππ‘ = π (24)
Substitusikan persamaan (23) ke persamaan (24)
(π΄ + π΄ππ’2
ππ‘) = (
2π
πββ« cos2π’π‘π0 ππ‘
)
1
2
(25)
Substitusi persamaan (25) ke persamaan (23)
Penyelesaian Masalah Nilai Batas Persamaan Diferensial Mathieu βHill 97
www.fourier.or.id JURNAL FOURIER (2013) 2 91-103
π¦(π‘) =β2π sinπ’π‘
(πββ« cos2π’π‘π0 ππ‘)
12
(26)
Selanjutnya penyelesaian dalam selang ke π β 1 diperoleh
(π΄ + π΄ππ’2
ππ‘) = (
2(π+ππ)
ππββ« cos2π’π‘π+ππ0
ππ‘)
1
2
(27)
Substitusi persamaan (27) ke persamaan (23), diperoleh
π¦(π‘) =β2(π+ππ)sinπ’π‘
(ππββ« cos2π’π‘π+ππ0
ππ‘)
12
(28)
Jadi solusi dari persamaan diferensial Mathieu-Hill pada interval dengan 0 β€ π‘ β€ π nilai batas
π1π¦(0) + π1
ππ¦
ππ‘(0) = 0
π2π¦(π) + π2
ππ¦
ππ‘(π) = 0
Adalah
π¦(π‘) =β2(π+ππ)sinπ’π‘
(ππββ« cos2π’π‘π+ππ0 ππ‘)
12
(29)
Dengan π = 1,2,3,β― Aplikasi Masalah Nilai Batas pada Persamaan Diferensial Hill-Meissner Salah satu contoh penggunaan diferensial Mathieu-Hill dalam kehidupan sehari βhari adalah menghitung getaran dalam mesin lokomotif kereta yang bisa dimodelkan dalam persamaan diferensial Hill-Messiner (Gambar 1).
Gambar 1 Mesin lokomotif.
98 Santosa, et.al
JURNAL FOURIER (2013) 2 91-103 www.fourier.or.id
Getaran pada mesin lokomotif dapat digambarkan dalam pendulum sederhana seperti Gambar 2.
Gambar 2 Pendulum.
Keterangan:
π¦ : sumbu vertikal
π₯ : sumbu horizontal
π : sudut simpangan
π : panjang tali
π : massa benda
π : gravitasi Dengan langkah yang sama untuk mencari persamaan (2) maka diperoleh
π2π¦
ππ‘2+ (πΌ + π½ cos π‘)π¦ = 0
Dengan
πΌ =πππ΄
πΌ, π½ =
πππ
πΌπ€2
π΄=amplitude dan πΌ=momen inersia.
Misalkan πΉ(π‘) = cos π‘, maka diperoleh persamaan diferensial Hill-Meissner sebagai berikut:
π2π¦
ππ‘2+ (πΌ + π½πΉ(π‘))π¦ = 0
Persaamaan Hill-Meissner dirumuskan sebagai berikut:
π2π¦
ππ‘2 + (πΌ + π½πΉ(π‘))π¦ = 0, 0 β€ π‘ β€ π (30)
Dengan syarat batas:
π¦1(0) = π¦2(π) (31)
ππ¦1
ππ₯(0) =
ππ¦2
ππ₯(π) (32)
Penyelesaian Masalah Nilai Batas Persamaan Diferensial Mathieu βHill 99
www.fourier.or.id JURNAL FOURIER (2013) 2 91-103
Dengan π adalah periode dan
πΉ(π‘) = {1, 0 β€ π‘ β€
π
2
β1,π
2β€ π‘ β€ π
πΉ(π‘ + π) = πΉ(π‘)
Sehingga persamaan (30) menjadi:
π2π¦
ππ‘2+ (πΌ + π½)π¦ = 0; 0 β€ π‘ β€
π
2 (33)
π2π¦
ππ‘2+ (πΌ β π½)π¦ = 0;
π
2β€ π‘ β€ π (34)
Solusi dari persamaan (33) dan (34) untuk πΌ + π½ > 0 dan πΌ β π½ > 0 adalah
π¦1(π‘) = π΄ sinβπΌ + π½π‘ + π΅ cosβπΌ + π½π‘ ; 0 β€ π‘ β€π
2 (35)
π¦2(π‘) = πΆ sinβπΌ β π½π‘ + π· cosβπΌ β π½π‘ ; π
2β€ π‘ β€ π (36)
Sedangkan untuk πΌ + π½ > 0 dan πΌ β π½ < 0 solusinya adalah
π¦1(π‘) = π΄ sinβπΌ + π½π‘ + π΅ cosβπΌ + π½π‘ ; 0 β€ π‘ β€π
2 (37)
π¦2(π‘) = πΆ exp(βπΌ β π½π‘) + π· exp(ββπΌ β π½π‘) ; π
2β€ π‘ β€ π (38)
Berikut grafik persamaan Hill-Meissner
Gambar 3 Grafik periodik persamaan Hill-Meissner.
Untuk mencari πΌ dan π½ fungsi π¦1(π‘) dan π¦2(π‘) diturunkan terlebih dahulu, untuk πΌ + π½ > 0 dan πΌ β π½ > 0 diperoleh:
ππ¦1
ππ₯(π‘) = π΄βπΌ + π½ cosβπΌ + π½π‘ β π΅βπΌ + π½ sinβπΌ + π½π‘ (39)
ππ¦2
ππ₯(π‘) = πΆβπΌ β π½ cosβπΌ β π½π‘ β π·βπΌ β π½ sinβπΌ β π½π‘ (40)
Substitusikan persamaan (35), (36), (39), dan (40) ke persamaan (31) dan (32) sehingga diperoleh:
100 Santosa, et.al
JURNAL FOURIER (2013) 2 91-103 www.fourier.or.id
π΅ β πΆ sin πβ(πΌ β π½) β π· cos πβ(πΌ β π½) = 0 (41)
π΄β(πΌ + π½) β πΆβ(πΌ β π½) cos πβ(πΌ β π½) + π·β(πΌ β π½) cos πβ(πΌ β π½) = 0 (42)
Pada saat π¦1(0) = π¦2(π) dan ππ¦1
ππ₯(0) =
ππ¦2
ππ₯(π) diperoleh:
π΄ sinπβ(πΌ+π½)
2+ π΅ cos
πβ(πΌ+π½)
2β πΆ sin
πβ(πΌ+π½)
2β π· cos
πβ(πΌβπ½)
2= 0 (43)
π΄β(πΌ + π½) cosπβ(πΌ+π½)
2β π΅β(πΌ + π½) sin
πβ(πΌ+π½)
2β πΆβ(πΌ β π½) cos
πβ(πΌ+π½)
2+ π·β(πΌ β π½) sin
πβ(πΌβπ½)
2= 0 (44)
Susun persamaan (41), (42), (43), dan (44) menjadi matriks. Diperoleh bentuk berikut:
(45)
Sistem (45) mempunyai penyelesaian nontrivial jika dan hanya jika determinannya adalah nol, sehingga
(46) Determinannya adalah
(47)
Penyelesaian Masalah Nilai Batas Persamaan Diferensial Mathieu βHill 101
www.fourier.or.id JURNAL FOURIER (2013) 2 91-103
Jika πΌ = 0 maka akan diperoleh π½ =12.5
π. jadi diperoleh πΌ = 0, π½ = 0, dan π½ =
12.5
π. Substitusikan
nilai πΌ = 0 dan π½ =12.5
π ke persamaan (37) dan (38), diperoleh
π¦1(π‘) = π΄ sinβ12.5
ππ‘ + π΅ cosβ
12.5
ππ‘ ; 0 β€ π‘ β€
π
2 (49)
π¦2(π‘) = πΆ exp (ββ12.5
ππ‘) + π· exp(βββ
12.5
ππ‘) ;
π
2β€ π‘ β€ π (50)
Jadi solusi umum dari persaman (30) adalah
π¦(π‘) = π΄ sinβ12.5
ππ‘ + π΅ cosβ
12.5
ππ‘ ; 0 β€ π‘ β€ π (51)
Gunakan persamaan (26) untuk menyelesaiakan persamaan π¦(π‘) pada interval 0 β€ π‘ β€ π.
π¦(π‘) =β2π sinβ12.5
π π‘
(π β β« cos 2β12.5π π‘
π
0ππ‘)
12
β« cos 2β12.5
ππ‘
π
0
ππ‘ = βπ
50sinβ50π
Jadi penyelesaian untuk persamaan π¦(π‘) pada batas 0 β€ π‘ β€ π adalah:
π¦(π‘) =β2π sinβ
3
ππ‘
(πββπ
50sinβ50π)
12
(52)
Visualisasi grafik persamaan Differensial Hill-Meissner Berikut akan ditampilkan grafik dari persamaan diferensial Hill-Meissner, karena fungsi dari persaamaan (52) sangat rumit untuk digambarkan maka penulis menggunakan aplikasi Program Maple sehingga akan lebih mudah untuk menggambarnya. Inputkan persamaan (52) pada Program Maple, kemudian masukan batas-batasnya maka diperoleh hasil sebagai berikut:
restart;
π¦(π‘) =β2π sinβ
3
ππ‘
(πββπ
50sin(β50π))
12
π¦:= π‘ β
β2π sin(β12.5π π‘)
βπ ββπ sin(β50π)
β50
102 Santosa, et.al
JURNAL FOURIER (2013) 2 91-103 www.fourier.or.id
ππππ‘ (π¦(π‘), π‘ = 0,β― , π, π‘ππ‘ππ = "ππππππ");
Gambar 4 Grafik masalah nilai batas pada diferensial Hill-Meissner.
Dari Gambar 4 bisa disimpulkan bahwa persamaan diferensial Hill-Meissner memiliki:
1. Panjang gelombang (π) sebesar π 2. Amplitude (π΄) sebesar 1 satuan 3. Periode (π) sebesar π
4. Frekuensi gelombang (π) sebesar 1
π
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan pada penelitian ini, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Bentuk persamaan Mathieu-Hill adalah π2π¦
ππ‘2 + πΉ(π‘)π¦ = 0 pada interval 0 β€ π‘ β€ π. Dengan metode
matriks diperoleh penyelesaian persamaan diferensial Mathieu-Hill pada sembaran π‘ > 0 yang
dinyatakan dalam nilai awal untuk π¦(π‘) dan ππ¦
ππ‘(π‘) = π£(π‘) dengan dua penyelesaian bebas linear
dan π’ = βπ(π‘) adalah:
Pada saat π‘ = 0
Pada saat π‘ = π
Penyelesaian Masalah Nilai Batas Persamaan Diferensial Mathieu βHill 103
www.fourier.or.id JURNAL FOURIER (2013) 2 91-103
Demikian juga dapat dilihat pada akhir periode ke-n, berlaku
2. Penyelesaian masalah nilai batas diferensial Mathieu-Hill dengan batas
π1π¦(0) + π1
ππ¦
ππ‘(0) = 0
π2π¦(π) + π2
ππ¦
ππ‘(π) = 0
Adalah
π¦(π‘) =β2(π+ππ)sinπ’π‘
(ππββ« cos2π’π‘π+ππ0 ππ‘)
12
Penginterpretasian hasil output dari program Maple identik dengan penyelesaian dengan
penghitungan manual. Namun penghitungan dengan manggunakan Maple akan lebih akurat dan lebih mudah dalam menggambar grafik penyelesaiaannya.
Referensi
[1] Pipes, Louis A. 1991. Matematika Terapan: untuk Para Insinyur dan Fisikawan. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press. Rochmad. [2] Raharjanti, Woro. 2007. βPenyelesaian Persamaan Diferensial Jenis Mathieu-Hillβ. Semarang: UNES.