penyelenggaraan_latnakes

138
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkembang sangat pesat, hal ini berdasarkan data statistik yang menunjukan peningkatan jumlah populasi penduduk dan aktifitas diberbagai sektor. Peningkatan tersebut berimbas pada status kesehatan dan pelayanan kesehatan dalam mencapai kesejahteraan di masyarakat. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat dan juga meningkatkan akses serta mutu pelayanan kesehatan. Pada saat ini, dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, masyarakat masih

Upload: akbar-aksan

Post on 11-Dec-2015

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hgfngf

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkembang sangat pesat,

hal ini berdasarkan data statistik yang menunjukan

peningkatan jumlah populasi penduduk dan aktifitas diberbagai

sektor. Peningkatan tersebut berimbas pada status kesehatan

dan pelayanan kesehatan dalam mencapai kesejahteraan di

masyarakat. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk

meningkatkan taraf kesehatan masyarakat dan juga

meningkatkan akses serta mutu pelayanan kesehatan.

Pada saat ini, dalam penyelenggaraan upaya kesehatan,

masyarakat masih diposisikan sebagai obyek dan belum sebagai

subyek. Selain itu masih banyak upaya kesehatan yang belum

menyentuh masyarakat khususnya di daerah bermasalah

kesehatan. Permasalahan kesehatan saat ini memiliki beban

ganda (double burden), yaitu penyakit menular dan

penyakit

1

2

degeneratif yang memerlukan penanganan secara khusus dan

terpadu. Untuk itu perlu adanya upaya kesehatan yang berbasis

masyarakat yang mudah diakses (accessible), terjangkau

(affordable), serta berkualitas (quality).

Dalam mewujudkan pelayanan kesehatan bermutu, tenaga

kesehatan dituntut untuk senantiasa meningkatkan

kemampuan dan keterampilannya sehingga diperlukan pelatihan

tenaga kesehatan dalam rangka :

1. Meningkatkan dan mengembangkan kompetensi profesi

dan pengetahuan teknis keprofesian,

2. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini

bidang kesehatan,

3. Memenuhi kebutuhan masyarakat dan globalisasi dalam

bidang pelayanan kesehatan sesuai dengan profesinya.

4. Menyebarkan informasi kesehatan yang up to date.

Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

1144/MENKES/PERA/III/2010 tanggal 19 Agusus 2010 tentang

Organisasi dan Tatakerja Kementerian Kesehatan, maka Pusat

Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan (Pusdiklat Nakes)

3

memiliki tugas pokok dan fungsi melaksanakan penyiapan

penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan

pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia

kesehatan di bidang pendidikan dan pelatihan tenaga

kesehatan termasuk masyarakat. Adapun sasaran pendidikan

dan pelatihan Pusdiklatnakes adalah tenaga pendidik/

kependidikan, tenaga kesehatan non aparatur dan masyarakat

(TOMA, TOGA, OP, LSM, dll).

Pelatihan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

kualitas tenaga kesehatan dan masyarakat yang meliputi

pengetahuan, sikap dan perilaku serta keterampilan tenaga

kesehatan dan masyarakat kearah yang positif. Pelatihan dapat

diselenggarakan oleh semua pihak yang berkepentingan.

Untuk mengendalikan dan meningkatkan mutu pelatihan maka

disusun Standar Penyelenggaraan Pelatihan Tenaga

Kesehatan dan Masyarakat di Bidang Kesehatan, dengan

harapan bisa dijadikan acuan oleh para penyelenggara pelatihan.

4

B. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005 – 2025

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

33, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4700).

2. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor

144, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5063).

3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga

Kesehatan, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1996 Nomor 49, tambahan lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3637).

4. Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000 tentang

Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil,

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor

20, tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3445).

5

5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 725/Menkes/SK/V/2003

tentang Standar Penyelenggaraan Pelatihan di Bidang

Kesehatan.

6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.03.01/160/1/2010

tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun

2010-2014.

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

1144/MENKES/PERA/III/2010 tanggal 19 Agusus

2010 tentang Organisasi dan Tatakerja Kementerian

Kesehatan.

8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1796/ Menkes/SK/ VIII/2011 Tentang Registrasi Tenaga

Kesehatan.

9. Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan

Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Nomor

HK.00.06.1.1.13154.1 tentang Rencana Aksi Program Badan

Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia

Kesehatan Tahun 2010 – 2014.

6

C. Tujuan

Standar ini disusun dengan tujuan sebagai acuan dalam

penyelenggaraan pelatihan tenaga kesehatan dan masyarakat di

bidang kesehatan.

D. Sasaran

Sasaran standar ini meliputi :

1. Penyelenggara pelatihan tenaga kesehatan dan masyarakat

di bidang kesehatan oleh pemerintah dan masyarakat.

2. Tim akreditasi pelatihan di tingkat Pusat dan Provinsi.

3. Widyaiswara/Pelatih/Fasilitator.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Standar Pelatihan Tenaga Kesehatan dan

Masyarakat di Bidang Kesehatan ini membahas tentang :

1. Jenis dan model pendekatan pelatihan.

2. Standar penyelenggaraan pelatihan.

7

F. Manfaat Standar

Manfaat standar yaitu :

1. Bagi penyelenggara pelatihan (pemerintah dan masyarakat)

Sebagai acuan dalam menyelenggarakan pelatihan

tenaga

kesehatan dan masyarakat bidang kesehatan.

2. Bagi tim akreditasi pelatihan (Tingkat Pusat dan Provinsi)

Sebagai acuan dalam mengendalikan dan meningkatkan

mutu

pelatihan di bidang kesehatan.

3. Bagi Widyaiswara/Pelatih/Fasilitator

Sebagai acuan dalam memfasilitasi

penyelenggaraan pelatihan.

G. Definisi Operasional

1. Standar : Standar, adalah suatu pernyataan yang memuat

ukuran atau performance tertentu yang telah diterima dan

disepakati bersama yang merupakan suatu nilai ambang atau

treshold dari sesuatu baik barang, jasa ataupun proses

yang dapat diamati, dicapai, diukur dan diingini yang

dipergunakan untuk mengukur dan menilai.

8

2. Pelatihan, adalah proses pembelajaran dalam rangka

meningkatkan kinerja, profesionalisme dan/atau menunjang

pengembangan karir bagi tenaga kesehatan dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya yang dilaksanakan

minimal 30 (tiga puluh) jam pembelajaran.

3. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang memiliki

pengetahuan, dan/atau keterampilan melalui pendidikan

dibidang kesehatan untuk jenis tertentu dan memerlukan

kewenangan melakukan upaya kesehatan serta tidak

berkedudukan sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).

4. Masyarakat adalah sekelompok orang yang tinggal di wilayah

tertentu yang terikat oleh hukum dan budaya yang sama.

5. Pelatihan tenaga kesehatan di bidang kesehatan adalah

pelatihan teknis kesehatan dengan sasaran peserta

tenaga kesehatan yang tidak berkedudukan sebagai

Aparatur Sipil Negara (ASN).

6. Pelatihan masyarakat di bidang kesehatan adalah

pelatihan yang diberikan kepada masyarakat terkait

keterampilan tertentu yang dapat dilakukan oleh masyarakat

di bidang kesehatan.

9

BAB II

JENIS DAN MODEL PENDEKATAN PELATIHAN

A. Jenis Pelatihan

Jenis pelatihan yang diatur dalam standar ini adalah

pelatihan yang diselenggarakan untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap, keterampilan dan kompetensi sesuai bidang

tugas tenaga kesehatan dan kedudukan/minat masyarakat.

Adapun jenis pelatihan teknis yaitu :

1. Pelatihan Pra-tugas

Pelatihan Pra-tugas adalah pelatihan yang dilaksanakan

untuk mempersiapkan tenaga kesehatan sebelum bekerja di

bidang kesehatan.

Sasaran : tenaga kesehatan.

2. Pelatihan Teknis

a. Pelatihan Teknis Profesi Kesehatan

Pelatihan Teknis Profesi Kesehatan adalah pelatihan yang

dilaksanakan untuk mencapai persyaratan

kompetensi

1

teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas

profesi kesehatan.

Sasaran : tenaga kesehatan.

b. Pelatihan Teknis Upaya Kesehatan

Pelatihan Teknis Upaya Kesehatan adalah pelatihan yang

dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi

teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas upaya

kesehatan.

Sasaran : tenaga kesehatan dan masyarakat.

c. PelatihanTeknis Manajemen Kesehatan

Pelatihan Teknis Manajemen Kesehatan adalah pelatihan

yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan

kompetensi teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan

tugas manajemen kesehatan.

Sasaran : tenaga kesehatan dan masyarakat.

d. Pelatihan Teknis Kependidikan

Pelatihan Teknis Kependidikan adalah pelatihan yang

dilaksanakan untuk pelatihan mencapai

pernyataan

1

kompetensi teknis kependidikan yang diperlukan

untuk pelaksanaan tugas di bidang pendidikan

kesehatan.

Sasaran : tenaga pendidik dan kependidikan di Institusi

Pendidikan Tenaga Kesehatan.

3. Pelatihan Kesehatan Haji

Pelatihan Kesehatan Haji adalah pelatihan yang dilaksanakan

untuk memberikan pengalaman kepada masyarakat calon

peserta haji mengenai rangkaian kegiatan pelayanan

kesehatan haji meliputi pemeriksaan kesehatan,

pembinaan kesehatan haji, pelayanan medis, imunisasi,

surveilans, sistem kewaspadaan dini (SKD) dan respon

kejadian luar biasa (KLB), penanggulangan KLB dan

musibah massal, serta kesehatan lingkungan.

Sasaran : masyarakat.

4. Pelatihan Penunjang Kesehatan

Pelatihan Penunjang Kesehatan adalah pelatihan yang

dilaksanakan untuk menunjang program-program kesehatan.

Sasaran : tenaga kesehatan dan masyarakat.

1

B. Model Pendekatan Pelatihan

Pendekatan pelatihan terdiri dari 3 (tiga) model yaitu pelatihan

dalam kelas (klasikal), pelatihan luar kelas (non klasikal),

gabungan pelatihan dalam dan luar kelas (berlapis/sandwich).

1. Model Pelatihan Dalam Kelas (Klasikal)

Pelatihan klasikal yaitu pelatihan yang dilaksanakan di dalam

kelas dengan proses pembelajaran yang terstruktur.

2. Model Pelatihan Luar Kelas (Non Klasikal)

Pelatihan non klasikal yaitu pelatihan yang dilaksanakan di

luar kelas dengan proses pembelajaran yang terstruktur.

Pendekatan pelatihan ini yaitu peserta diharapkan mampu

memecahkan masalah dan meningkatkan kemampuan

belajar mandiri dengan bimbingan pelatih sesuai

kesempatan yang dimiliki dan kemampuan peserta. Jenis

pelatihan non klasikal, diantaranya pelatihan jarak jauh dan

kalakarya terstruktur.

3. Model Pelatihan Gabungan (sandwich)

Pelatihan gabungan adalah model pelatihan klasikal dan

pelatihan non klasikal yang dikenal dengan nama

pelatihan berlapis (sandwich). Pelatihan ini diawali

dengan proses

1

pembelajaran di dalam kelas dalam kurun waktu yang

ditetapkan, selanjutnya peserta kembali ke tempat

kerja/kedudukannya masing-masing untuk mengerjakan

penugasan dan kemudian kembali lagi ke dalam kelas

untuk menyampaikan hasil dari penugasan yang telah

dikerjakan atau sebaliknya. Seluruh rangkaian proses

pembelajaran tersebut disampaikan dengan terstruktur.

ELATIH

BAB III

STANDAR PENYELENGGARAAN PELATIHAN

Berdasarkan model standar peyelenggaraan pelatihan, terdapat 6

(enam) standar yang harus dibahas secara terpisah, yaitu

standar kurikulum dan modul, standar pelatih, standar sarana dan

prasarana, standar proses pelatihan, standar penilaian, standar

lulusan. Sebagaimana pada bagan berikut ini.

Bagan I

Model Standar Penyelenggaraan Pelatihan

STANDAR PENGELOLAAN

STANDAR LULUSAN

STANDAR P

STANDAR KURIKULUM DAN MODUL

STANDAR PROSES

PELATIHAN

STANDAR PENILAIAN

STANDAR SARANA DAN PRASARANA

STANDAR PEMBIAYAAN

14

1

Sasaran dalam standar penyelenggaraan pelatihan adalah :

1. Penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kesehatan

2. Penyelenggaraan pelatihan bagi masyarakat bidang kesehatan

Standar penyelenggaraan pelatihan yang dibahas pada standar

ini

meliputi : standar kurikulum dan proses pelatihan. Untuk lebih rinci

dijelaskan sebagai berikut :

A. STANDAR KURIKULUM

Didalam standar kurikulum, selain membahas kurikulum juga

dibahas tentang peserta, standar pelatih, standar penilaian dan

standar kelulusan. Untuk standar kelulusan, penulisannya diubah

menjadi sertifikasi. Sehingga mekanisme penulisan kurikulum

pelatihan tenaga kesehatan dan masyarakat menjadi sebagai

berikut:

JUDUL KURIKULUM PELATIHAN

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

2. Filosofi Pelatihan

1

B. PERAN, FUNGSI DAN KOMPETENSI

1. Peran

2. Fungsi

3. Kompetensi

C. TUJUAN PELATIHAN

1. Tujuan Umum

2. Tujuan Khusus

D. PESERTA, PELATIH, PENYELENGGARA

E. STRUKTUR PROGRAM

F. DIAGRAM ALIR PROSES PEMBELAJARAN

G. GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

/ RANCANG BANGUN PROGRAM PEMBELAJARAN (RBPP)

H. EVALUASI

I. SERTIFIKAT

Penjelasan mekanisme penulisan dapat dilihat pada lampiran 3.

Dalam setiap pelatihan kesehatan selain kurikulum yang menjadi

acuan, perlu ada Master of Training (MOT) yang bertugas

untuk merancang, mengendalikan, mengevaluasi dan mencatat

proses

1

pebelajaran suatu pelatihan serta mengkondisikan proses

pembelajaran agar dinamis melalui energizer.

Mekanisme penulisan kurikulum sama pada setiap pelatihan di

bidang kesehatan, namun untuk isi dari masing-masing item

ada yang spesifik membedakan antara isi kurikulum pelatihan

klasikal, non klasikal dengan pelatihan berlapis/sandwich

(gabungan klasikal dan non klasikal). Dibawah ini dijelaskan

perbedaan isi item pada masing-masing kurikulum:

1. Pelatihan Klasikal

Jenis-jenis pelatihan klasikal yang telah dijelaskan pada Bab II

adalah:

a. Pelatihan bagi tenaga kesehatan

1) TOT Umum dan TOT Substansi

2) Pelatihan Teknis

b. Pelatihan bagi masyarakat bidang kesehatan

1) TOT Substansi

2) Pelatihan Teknis

Untuk lebih jelasnya perbedaan isi per item dalam kurikulum

masing-masing jenis pelatihan klasikal dapat dilihat pada

lampiran 4 dan lampiran 5.

1

2. Pelatihan Non Klasikal

Pelatihan non klasikal bagi tenaga kesehatan terdapat 2 (dua)

model yaitu Pelatihan Jarak Jauh (PJJ) dan kalakarya

terstruktur. Untuk masyarakat model pelatihannya adalah

kalakarya tidak terstruktur.

a. Pelatihan non klasikal bagi tenaga kesehatan (lampiran 6)

b. Pelatihan non klasikal bagi masyarakat (lampiran 7)

3. Gabungan Pelatihan Klasikal dan Non Klasikal

Pelatihan gabungan antara klasikal dan non klasikal disebut

dengan pelatihan berlapis (sandwich) yang diperuntukkan bagi

tenaga kesehatan (lampiran 8).

B. STANDAR PROSES PELATIHAN

Untuk mencapai tujuan pelatihan yang tercantum dalam

kurikulum, peserta latih diberikan materi seperti yang tercantum

dalam struktur program. Pelaksanaan pelatihan merupakan

penerapan kurikulum, yang prosesnya sesuai dengan diagram

alir proses pembelajaran yang tercantum dalam masing-

masing kurikulum.

1

Secara umum diagram alir proses pembelajaran untuk semua

model pendekatan pelatihan klasikal adalah sama, yaitu sebagai

berikut:

Bagan II

Proses Pembelajaran

Pre Test

Pembukaan

Building Learning Commitment (BLC)

EV WawasanAL Materi DasarU

A Motode: ceramah

S tanya jawabI

Pengetahuan dan Keterampilan

Materi Inti

Motode: ceramah tanya jawab, diskusi kelompok, studi kasus, demonstrasi, bermain peran

Praktik Lapangan / Orientasi

R T L

Penutupan Post Test & Evaluasi Penyelenggaraan

2

Penjelasan:

Pre test

Sebelum acara pembukaan dilakukan pre test terhadap

peserta, dengan tujuan untuk mendapatkan informasi awal

tentang pengetahuan dan kemampuan peserta.

Pembukaan

Pembukaan dilakukan untuk mengawali kegiatan pelatihan

secara resmi yang dibuka dengan penyematan tanda

peserta oleh pejabat atau penanggung jawab program yang

diberi kewenangan.

Membangun Komitmen Belajar/Building Learning

Commitment (BLC)

Kegiatan ini ditujukan untuk mempersiapkan peserta dalam

mengikuti proses latihan. Faktor yang perlu dipertimbangkan

dlamproses BLC adalah tujuan pelatihan, peserta (jumlah dan

karakteristik), waktu yang tersedia, sarana dan prasarana

yang tersedia. Proses pembelajaran dilakukan dengan

berbagai bentuk permainan sesuai dengan tujuan pelatihan.

Proses BLC dilaksanakan dengan alokasi waktu minimal 3

2

(tiga) jpl dan proses tidak terputus. Dalam prosesnya, 1

(satu) orang fasilitator memfasilitasi maksimal 30 (tiga puluh)

orang peserta.

Proses pembelajaran meliputi:

1. Forming.

Pada tahap ini setiap peserta pelatihan masih berhubungan

secara formal, masing-masing masih saling observasi dan

memberikan ide ke dalam kelompok. Pelatih berperan

rangsangan agar setiap peserta berperan serta dan

memberikan ide yang bervariasi.

2. Storming.

Pada tahap ini mulai terjadi debat yang makin lama

suasananya makin memanas karena ide yang diberikan

mendapatkan tanggapan yang saling mempertahankan

idenya masing-masing. Pelatih berperan memberikan

rangsangan pada peserta yang kurang terlibat agar ikut

aktif menanggapi.

3. Norming.

Pada tahap ini suasana yang memanas sudah mulai reda

karena kelompok sudah setuju dengan klarifikasi

yang

2

dibuat dan adanya kesamaan persepsi. Masing-masing

peserta mulai menyadari dan muncul rasa mau

menerima ide peserta lainnya. Dalam tahapan ini sudah

terbentuk norma baru yang disepakati kelompok. Pelatih

berperan membulatkan ide yang telah disepakati menjadi

ide kelompok.

4. Performing.

Pada tahap ini kelompok sudah kompak, diliputi suasana

kerjasama yang harmonis sesuai dengan norma baru

yang telah disepakati bersama. Pelatih berperan memacu

kelompok agar masing-masing peserta ikut serta akif dalam

setiap kegiatan kelompok dan tetap menjalankan norma

yang telah disepakati.

Hasil yang didapatkan pada proses pembelajaran:

1. Harapan yang ingin dicapai

2. Kekhawatiran

3. Norma kelas

4. Komitmen

5. Pembentukan tim (organisasi kelas)

2

Pemberian wawasan

Setelah BLC, kegiatan dilanjutkan dengan memberikan materi

sebagai dasar pengetahuan/wawasan yang sebaiknya

diketahui peserta dalam pelatihan ini.

Pembekalan pengetahuan dan keterampilan

Pemberian materi pengetahuan dan keterampilan dari proses

pelatihan mengarah pada kompetensi yang akan dicapai oleh

peserta. Penyampaian materi dilakukan dengan menggunaan

berbagai metode yang melibatkan semua peserta untuk

berperan serta aktif dalam mencapai kompetensi tersebut,

yaitu diskusi kelompok, studi kasus, simulasi, bermain peran

dan praktik.

Praktik Lapangan/Observasi Lapangan

1. Praktik lapangan dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu

Praktik Lapangan (PL) dan atau Observasi Lapangan (OL),

penentuannya tergantung dari tujuan pelatihan.

2. Penulisan materi PL/OL dalam struktur program dapat

dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:

a. Dicantumkan disetiap materi inti

PL/OL yang jpl-nya ditulis disetiap materi inti, maka

2

dalam penulisan GBPP harus dicantumkan tujuan

pembelajaran khusus, pokok bahasan, metode dan

alat bantu yang digunakan dalam proses PL/OL

tersebut.

b. Dicantumkan dalam kelompok materi inti

(materi tersendiri dalam struktur

program)

PL/OL yang merupakan materi tersendiri dalam struktur

program, maka harus dibuat GBPP-nya tersendiri dan

menggambarkan materi inti yang akan dipraktikkan.

3. Untuk memperlancar proses PL/OL, perlu ada lembar

pendukung berupa panduan dan instrumen/daftar tilik.

Rencana Tindak Lanjut (RTL)

RTL disampaikan dengan tujuan untuk mengaplikasikan

materi yang diperoleh selama pelatihan di tempat kerja,

dengan alokasi waktu minimal 3 (tiga) jpl.

Proses pembelajaran meliputi:

1. Penyampaian teori tentang RTL.

2. Penyusunan rencara langkah-langkah implementasi dari

salah satu materi yang dipilih untuk mencapai tujuan.

Penyusunan dilakukan oleh masing-masing peserta.

Apabila pesertanya adalah tim, maka RTL disusun oleh tim.

2

3. Isi RTL terdiri dari: nama kegiatan, tujuan kegiatan,

sasaran, waktu pelaksanaan, tempat, biaya, dan

pelaksana/penanggungjawab serta indikator pelatihan.

4. Presentasi hasil RTL. Peserta lain dan

fasilitator memberikan masukan untuk

penyempurnaan RTL.

Evaluasi :

1. Evaluasi peserta (Post test/test komprehensi dll)

Evaluasi peserta diberikan setelah semua

materi disampaikan dan sebelum penutupan

dengan tujuan untuk mengetahuipeningkatan dan

kemajuan peserta dalam proses

pembelajaran.

2. Evaluasi penyelenggaraan

Evaluasi penyelenggaraan untuk mendapatkan masukan

dari peserta tentang penyelenggaraan pelatihan dari aspek

administrasi dan teknis untuk digunakan dalam rangka

penyempurnaan penyelenggaraan berikutnya.

3. Evaluasi Fasilitator

Evaluasi yang dimaksudkan adalah evaluasi terhadap

proses pembelajaran setiap hari dan terhadap fasilitator.

Evaluasi tiap hari dilakukan dengan cara merefleksi

2

kegiatan proses pembelajaran yang sudah

berlangsung, sebagai umpan balik untuk

menyempurnakan proses pembelajaran selanjutnya.

Evaluasi terhadap fasilitator dilakukan oleh peserta

pada saat fasilitator telah mengakhiri materi yang

disampaikannya. Evaluasi dilakukan dengan

menggunakan form evaluasi terhadap fasilitator

Penutupan

Acara penutupan adalah sesi pengakhiran dari semua

rangkaian kegiatan dengan penyerahan sertifikat pelatihan

dan penanggalan tanda peserta.

Walaupun secara umum diagram alir proses pembelajaran sama,

tetapi ada hal-hal yang spesifik baik pada pelatihan klasikal, non

klasikal maupun pada pelatihan berlapir/sandwich (gabungan

klasikal dan non klasikal). Perbedaan yang spesifik tersebut

adalah sebagai berikut:

2

1. Pelatihan Klasikal

TOT

TOT Umum

TOT Substansi

Peserta yangmemiliki

kompetensi substansi yang

berbeda

Peserta yangmemiliki

kompetensi substansi yang

sama

Sebelummicroteaching diawali dengan pembekalan yang berhubungan denganteknik melatih

Proses penyampaianmateri inti diawali dengan pembekalan yang berhubungan dengan substansi teknis, yang diberikan dalam bentuk proses pembelajaran sesuai dengan pencapaian tujuan khusus materi substansi tersebut. Dilanjutkan dengan microteaching.

Proses penyampaianmateri inti diawali dengan teori materi teknik melatih, kemudian penyampaian substansi teknis dalam bentuk review atau bedah buku, setelah itu microteaching terkait materi teknis yang tertulis dalam struktur program.

Proses microteaching: Perbandingan pelatih : peserta = 1:10 Prosesnya pada tahap persiapan peserta membuat SAP

2

yang akan dijadikan acuan pada saat microteaching. Setiap peserta diberikan kesempatan untuk microteaching

dengan waktu minimal 30 menit, dengan rincian:- Presentasi = 15 menit.- Feedback dari audience = 10 menit.- Feedback dari pelatih = 5 menit.

2. Pelatihan Non Klasikal

a. Pelatihan Jarak Jauh

Aktifitas dalam proses pembelajaran PJJ meliputi :

1) Registrasi dengan mengisi form pendaftaran secara

online (web-based)

2) Mencetak form pendaftaran dan menyerahkan

atau mengirimkan form yang telah ditandatangani

dan disetujui oleh atasan langsung.

3) Mengikuti aktifitas pembelajaran mandiri secara online

(unduh materi, mengerjakan tugas)

4) Melakukan aktifitas tutorial online (Chatting,

Forum diskusi, Millist, Skype dll)

5) Melakukan Self -assesment online, ujian permateri

di tempat yang telah ditentukan

6) Menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan

2

7) Melakukan ujian komperehensip

Tutorial konvensional melalui tatap muka dilakukan

secara reguler dan terbatas diwaktu-waktu tertentu. Fokus

tutorialkonvensional ini sebaiknya untuk problem solving

atau studi kasus untuk memperdalam penguasaan materi.

Jika peserta telah mengikuti semua proses pembelajaran

tersebut di atas, maka untuk menentukan kelulusan

dilaksanakan ujian komperehensip yang dilakukan di

tempat yang telah ditentukan. Setelah dinyatakan lulus dari

pelatihan tahap I peserta PJJ berhak mendapatan

sertifikat.

b. Kalakarya Terstruktur

Kalakarya dilaksanakan melalui pembimbingan di

tempat kerja oleh atasan atau pimpinan atau pelatih atau

rekan sekerja yang berpengalaman.

Proses pembelajaran yaitu :

1) Pembekalan tentang proses pembelajaran

2) Penyampaian materi oleh fasilitator dengan

metode membaca atau presentasi.

3

3) Proses pembelajaran mandiri dengan pendampingan

fasilitator. Dalam pendampingan, fasilitator

mengamati apa yang dikerjakan peserta dan kesulitan

yang dihadapi.

4) Diakhiri dengan evaluasi berdasarkan

pengamatan dengan menggunakan check list dan

wawancara.

3. Pelatihan Gabungan (Sandwich)

Beberapa model proses pembelajaran dalam

pelatihan berlapis:

Model 1:

KelasTempat kerja

masing-masing peserta

Kelas

Penjelasan:

a. Kegiatan diawali dengan penyampaian materi dan

penugasan-penugasan di kelas.

b. Peserta kembali ke tempat kerjanya masing-masing untuk

mengimplementasikan teori dan melaksanakan penugasan

yang didapat pada saat proses pembelajaran di kelas.

c. Peserta kembali ke kelas untuk menyajikan hasil

penugasan yang telah dilaksanakan di tempat

kerja

3

masing-masing dan menyusun rencana tindak lanjut

berdasarkan hasil penugasan di tempat kerja masing-

masing.

Model 2:

Kelas

Magang/praktik lapangan di tempat kerja yang

ditentukanKelas

Penjelasan:

a. Kegiatan diawali dengan penyampaian materi dan

penugasan-penugasan di kelas.

b. Peserta mengimplementasikan teori dan melaksanakan

penugasan yang didapat pada saat proses pembelajaran

di kelas dan dilakukan di tempat kerja yang ditentukan.

c. Peserta kembali ke kelas untuk menyajikan hasil

penugasan yang telah dilaksanakan di tempat kerja

masing-masing dan menyusun rencana tindak lanjut

berdasarkan hasil penugasan di tempat kerja masing-

masing.

Model 3:

Pembekalan Kelas Penugasan Kelas

3

Penjelasan:

a. Kegiatan diawali dengan pembekalan proses pembelajaran

yang akan diikuti selama pelatihan. Pembekalan diberikan

dengan cara menggunakan media website atau dengan

pengiriman panduan belajar dan modul. Masing-masing

peserta mempelajari panduan belajar dan modul dengan

waktu yang telah ditentukan. Dari hasil pembelajaran,

peserta dapat menentukan masalah yang dihadapi di

tempat kerjanya.

b. Proses pembelajaran di kelas untuk membahas

masalah- masalah yang dihadapi oleh masing-masing

peserta dengan difasilitasi oleh tutor. Dari hasil

pembelajaran akan didapatkan langkah-langkah (rencana

implementasi) yang harus dilakukan sebagai upaya dalam

pemecahan masalah yang dihadapi.

c. Peserta kembali ke tempat kerjasnya masing-masing untuk

mengimplementasikan langkah-langkah pemecahan

masalah yang telah disepakati pada saat proses

pembelajaran di kelas.

3

d. Peserta kembali ke kelas untuk seminar hasil pelaksanaan

dari kegiatan yang dilakukan dalam pemecahan masalah.

Evaluasi dilihat dari mengikuti keseluruhan proses dan

dari hasil implementasi kegiatan pemecahan masalah

melalui presentasi.

C. STANDAR LULUSAN

Standar lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam

menentukan kelulusan peserta pelatihan. Standar Lulusan

berisi kualifikasi kemampuan peserta pelatihan yang setidaknya

mencakup kompetensi dasar, kompetensi utama, dan

kemampuan tambahan.

D. STANDAR PELATIH

Setiap pelatih wajib memenuhi standar pelatih yang berlaku

secara nasional.

1. Kualifikasi Pelatih

Seorang pelatih harus memiliki kualifikasi akademik minimal

Sarjana (S-1) atau Diploma Empat (D-IV) yang diperoleh dari

perguruan tinggi terakreditasi, sertifikat kompetensi keahlian

3

dalam bidang yang relevan, dan sertifikat pelatih. Sertifikat

kompetensi keahlian dikeluarkan atau diakui oleh

perguruan tinggi penyelenggara program keahlian dan/atau

lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah. Sertifikat pelatih

diperoleh setelah calon pelatih mengikuti pelatihan untuk

pelatih dan lulus ujian kompetensi pelatih yang

diselenggarakan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah.

Pelatih dapat juga pejabat atau seseorang yang berasal dari

kalangan profesional dan/atau akademisi yang karena

keahlian, kemampuan atau kedudukannya diikutsertakan

dalam kegiatan pencapaian tujuan pelatihan.

2. Kompetensi Pelatih

Kompetensi seorang pelatih terdiri atas 4 (empat) kompetensi

berikut, yang akan dijelaskan lebih terperinci pada lampiran 9 :

a. Kompetensi pedagogik

b. Kompetensi kepribadian

c. Kompetensi sosial

d. Kompetensi profesional

3. Tugas dan Fungsi Pelatih :

a. Melakukan konsolidasi, koordinasi, konfirmasi

dengan penyelenggara pelatihan.

3

b. Memfasilitasi (menjadi pelatih/fasilitator) dalam pelatihan.

c. Membuat laporan proses pembelajaran di kelas

dan lapangan.

d. Menyampaikan laporan kepada penyelenggara pelatihan.

Khusus untuk pelatihan teknis rasio pelatih dengan

peserta

adalah 1:5

E. STANDAR SARANA DAN PRASARANA

Sarana dan prasarana adalah unsur penunjang dalam

pelaksanaan proses pelatihan yang mencakup bangunan,

perabotan, peralatan (perangkat keras dan lunak), dan

sistem pengamanan aset dan tempat pelatihan. Institusi

penyelenggaran pelatihan harus mengembangkan suatu sistem

pengelolaan yang mencakup perencanaan, pengadaan,

pendataan, pemanfaatan, pemeliharaan, penghapusan, serta

pemutahiran semua sarana dan prasarana. Sistem pengelolaan

saran dan prasarana ini tertuang dalam suatu panduan khusus

mengenai kelengkapan dan kecukupan sarana dan prasarana

yang dibutuhkan, termasuk sistem klasifikasi, inventarisasi dan

informasi keberadaannya.

3

Sistem pengelolaan sarana dan prasarana mencakup sistem

inventarisasi yang lengkap, pola pelaporan secara berkala dari

institusi pelaksana pelatihan kepada pihak pusat serta dapat

dipergunakan sebagai informasi bagi para pengguna (peserta

pelatihan, pelatih, MOT, dll). Selain itu diperlukan suatu

kebijakan, pedoman, panduan, dan peraturan yang jelas tentang

keamanan dan keselamatan penggunaan sarana dan prasarana

tersebut. Bukti pelaksanaan dari kebijakan tersebut harus

dapat dilacak dari peraturan yang lebih rinci dan aplikatif serta

laporan berkala di tingkat laboratorium/studio/perpustakaan dan

tempat- tempat lain di mana kegiatan pelatihan dilaksanakan.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI nomor 101 tahun 2000,

yang dimaksud standar kelengkapan sarana dan prasarana

pelatihan adalah persyaratan minimal yang menyangkut

kualitas dan kuantitas fasilitas dan peralatan pelatihan sesuai

dengan kriteria yang ditentukan dalam persyaratan akreditasi

pelatihan, yaitu jenis dan jumlah peserta pelatihan

Kebutuhan prasarana dalam suatu pelatihan berupa ruang

kelas adalah untuk maksimal 30 orang peserta dengan luas ±

40m2.

3

F. STANDAR PENGELOLAAN

Prinsip pengelolaan suatu pelatihan meliputi :

1. Perencanaan, merupakan proses penetapan kebijakan,

regulasi, penyusunan program, dan anggaran, serta

merumuskan bagaimana cara atau prosedur untuk

melaksanakannya. Perencanaan meliputi penetapan

kerangka waktu (time frame) dan tahapan pencapaian yang

diharapkan. Termasuk dalam unsur perencanaan adalah

bagaimana seluruh sumberdaya dilibatkan untuk

melaksanakan kebijakan.

2. Pelaksanaan, merupakan proses realisasi dari perencanaan.

Dalam tahap ini seluruh sumberdaya harus dilibatkan

secara optimal untuk melaksanakan rencana.

3. Monitoring, merupakan upaya pengendalian terhadap

pelaksanaan kebijakan, dan melakukan upaya langsung

agar kebijakan dapat sepenuhnya dilaksanakan sesuai

rencana. Diharapkan dari informasi yang diperoleh dari

kegiatan monitoring bisa secepatnya dilakukan tindakan

pencegahan jika terjadi penyimpangan dari rencana semula.

4. Evaluasi, merupakan kegiatan yang dilakukan institusi

penyelenggara pelatihan untuk mengetahui

perkembangan

3

pelaksanaan dan tingkat capaian kinerja penyelenggaraan

pelatihan yang dilakukan secara berkala, menyeluruh,

transparan, dan sistemik.

5. Pelaporan, merupakan suatu perwujudan dari tanggung jawab

pelaksana pelatihan terhadap tugas yang dilimpahkan dalam

bentuk pemberitahuan ataupun pertanggungjawaban

secara tertulis dalam suatu sistem administrasi.

G. STANDAR PEMBIAYAAN

Pembiayaan proses pelatihan bersumber dari :

1. Anggaran belanja rutin

2. Anggaran Belanja Pembangunan

3. Swadana

4. Hibah dan/atau Bantuan Luar Negeri

5. Sumber lainnya sepanjang tidak bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku

Penyusunan dan penggunaan pembiayaan suatu pelatihan

dilakukan oleh institusi pelaksana pelatihan berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan

3

memperhatikan prinsip efisiensi dan efektivitas

penyelenggaraan pelatihan.

H. STANDAR PENILAIAN

Penilaian proses pelatihan merupakan kegiatan yang dilakukan

oleh institusi pelaksana pelatihan yang bersangkutan dan/atau

institusi Pembina untuk mengetahui perkembangan

pelaksanaan dan tingkat capaian kinerja penyelenggaraan

pelatihan.

Penilaian proses pelatihan dilakukan terhadap antara lain :

1. Kurikulum

2. Peserta

3. Widyaiswara/pelatih

4. Pembiayaan pelatihan

5. Sarana dan prasarana

6. Penyelenggara

7. Bahan/materi pelatihan

8. Metode pelatihan

4

9. Jangka waktu

4

BAB IV

PENUTUP

Pembahasan Standar Penyelenggaraan Pelatihan Tenaga

Kesehatan dan Masyarakat ini lebih difokuskan pada Standar

Kurikulum dan Standar Proses Pelatihan (Penerapan Kurikulum).

Hal ini disebabkan karena standar kurikulum pelatihan tenaga

kesehatan dan masyarakat sudah mencakup standar pelatih,

standar proses pelatihan (penerapan kurikulum) yang dikenal

dengan istilah alir proses pembelajaran, standar penilaian,

standar lulusan, yang dikenal dengan istilah sertifikasi. Di dalam

kurikulum pelatihan tenaga kesehatan dan masyarakat selain

mencantumkan standar-standar tersebut juga mencantumkan

kriteria dan jumlah peserta latih. Sehingga isi kurikulum memenuhi

komponen- komponen yang dipersyaratkan dalam akreditasi

pelatihan.

Dengan disusunnya Standar Penyelenggaraan Pelatihan Tenaga

Kesehatan dan Masyarakat maka dapat dijadikan acuan bagi

para penyelenggara pelatihan untuk tenaga kesehatan dan

masyarakat agar pelatihan yang diselenggarakan sesuai dengan

standar yang telah ditentukan. Terstandarnya kurikulum dan

proses pelatihan

4

merupakan langkah untuk menuju keberhasilan suatu pelatihan

yang bermutu.

Apabila dalam penerapan standar ini ada hal yang kurang sesuai,

Pusdiklatnakes menerima masukan-masukan agar Standar

Penyelenggaraan Pelatihan Tenaga Kesehatan dan Masyarakat di

Bidang Kesehatan ini lebih sempurna lagi

DAFTAR ISTILAH

1. Evaluasi, adalah proses penilaian sebagai proses

pengukuran akan efektifitas strategi yang digunakan dalam

upaya mencapai tujuan, data yang diperoleh dari hasil

pengukuran tersebut akan digunakan sebagai bahan analisis

situasi program berikutnya.

2. Institusi Pelatihan, adalah balai pelatihan kesehatan dan unit

pelatihan kesehatan lainnya yang memiliki tugas dan fungsi

menyelenggarakan pelatihan tenaga kesehatan dan masyarakat.

3. Jam Pembelajaran (JPL), adalah satuan waktu yang digunakan

dalam proses pembelajaran suatu pelatihan, dimana 1 (satu)

jpl adalah 45 (empat puluh lima) menit. Sedangkan untuk

proses pembelajaran di luar kelas yang kegiatannya berupa

magang, maka 1 (satu) jpl adalah 60 (enam puluh) menit,

dalam waktu 4 (empat) jpl selama sehari.

4. Kalakarya, merupakan salah satu model pendekata pelatihan

yang ditujukan untuk meningkatkan dan memelihra

kemampuan setiap individu dan tim kerja yang ada didalam

organisasi yang dilakukan oleh, di dan untuk organisasi itu

sendiri, tanpa mengganggu aktivitas pekerjaannya.

Kalakarya terdiri dari

42

4

kalakarya terstruktur dan kalakarya yang tidak terstruktur.

Kalakarya yang terstruktur adalah kalakarya yang memiliki

kurikulum dengan jumlah jam pelatihan minimal 30 (tiga

puluh) jpl.

5. Kompetensi, adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki

oleh seorang tenaga kesehatan berupa wawasan, pengetahuan,

keterampilan dan sikap prilaku yang diperlukan dalam

pelaksanaan tugasnya.

6. Kurikulum, adalah seperangkat rencana dan pengetahuan

mengenai isi dan bahan pembelajaran serta metode yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar

mengajar.

7. Lembaga pelatihan, adalah balai pelatihan dan unit pelatihan

kesehatan lainnya yang memiliki tugas dan fungsi

melaksanakan pelatihan bagi tenaga kesehatan, seperti Diklat

dibawah rumah sakit, organisasi profesi.

8. LSM adalah buah organisasi yang didirikan oleh perorangan

ataupun sekelompok orang yang secara sukarela yang

memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa

bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya

4

9. Magang, adalah kegiatan pembelajaran yang dimaksudkan untuk

menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang didapat di

dalam kelas dalam kasus nyata di tempat kerja mengikuti jam

kerja yang sesungguhnya dengan waktu yang dibatasi.

10.Membangun Komitmen Belajar (Building Learning

Commitment/BLC), adalah suatu proses mempersiapkan peserta

pelatihan untuk mengikuti proses belajar, baik secara

individual, kelompok maupun menyeluruh dan mengubah diri

kearah yang positif sehingga terbangun tekad belajar baik fisik,

intelektual maupun emosional.

11.Microteaching, adalah suatu proses pembelajaran dimana

peserta memperoleh kesempatan untuk mempraktikkan

kemampuan dalam menggunakan teknik-teknik dan metode

pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai.

12.Observasi Lapangan, adalah kegiatan mencocokkan antara

teori yang diperoleh di kelas, pengalaman peserta pelatihan di

tempat tugas masing-masing dan kenyataan yang diamati di

tempat observasi lapangan (implementasi nyata).

4

13.Organisasi Profesi (OP) tenaga kesehatan, adalah himpunan

orang–orang yang memiliki profesi sejenis dengan latar

belakang pendidikan kesehatan formal, baik pada aspek teknis

profesi maupun manajerial dan praktik, jenjang kualifikasi,

prosedur kerja masing–masing bidangnya.

14.Pelaporan, adalah salah satu bentuk pertanggungjawaban

pelaksanaan kegiatan.

15.Pelatih/fasilitator, adalah seseorang yang memiliki kompetensi

sesuai dengan bidang keahlian berdasarkan latar belakang

pendidikan termasuk pelatihan tambahan dan pengalaman

dalam bidang tugasnya.

16.Pelatihan Teknis Kesehatan, adalah pelatihan yang

dilaksanakan untuk mencapai pernyataan kompetensi teknis

yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas di bidang kesehatan.

17.Pelatihan Teknis Profesi Kesehatan, adalah pelatihan yang

dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis

yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas profesi kesehatan.

18.Pelatihan Teknis Upaya Kesehatan, adalah pelatihan yang

dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis

yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas upaya kesehatan.

4

19.Pelatihan Teknis Manajemen Kesehatan, adalah pelatihan yang

dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis

yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas manajemen

kesehatan.

20.Pelatihan Klasikal, adalah proses pembelajaran yang

terstruktur dan dilakukan di dalam kelas.

21.Pelatihan Bagi Pelatih/TOT Umum, adalah pelatihan yang

diselenggarakan dengan tujuan agar peserta memiliki

kompetensi dalam melatih, dimana peserta belum semuanya

mempunyai kompetensi substansi teknis.

22.Pelatihan Bagi Pelatih/TOT Substansi, adalah pelatihan yang

diselenggarakan dengan tujuan agar peserta memiliki

kompetensi dalam melatih, dimana peserta sudah mempunyai

kompetensi substansi teknis. Pelatihan Bagi Pelatih/TOT

Substansi terdiri dari 2 (dua) yaitu: Pelatihan Bagi Pelatih/TOT

yang pesertanya sudah kompeten dalam substansi teknis, dan

Pelatihan Bagi Pelatih/TOT yang pesertanya sudah

berpengalaman dalam mentransfer substansi teknis.

23.Pelatihan Jarak Jauh (PJJ) , adalah pelatihan dalam jabatan (in

service training) yang diikuti oleh peserta yang menjadi sasaran

pelatihan dan didasari motifasi yang kuat serta kemandirian yang

4

tinggi. PJJ merupakan suatu upaya untuk meningkatkan dan

memelihara pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta,

dimana peserta aktif dan mandiri sesuai dengan kompetensi.

Proses PJJ diawali dengan pertemuan peserta dan tutor dalam

kelas untuk memberikan pembekalan tentang proses

pembelajaran yang akan diikuti.

24.Pelatihan Berlapis (Sandwich) , adalah pelatihan yang

pesertanya mendapatkan materi dalam bentuk teori,

penugasan dan praktik (dalam kelas atau mandiri). Proses

peltihan dilaksanakan di kelas untuk pendalaman materi

kemudian mengimplementasikan hasil belajar dalam

pekerjaannya. Setelah itu kembali lagi ke kelas untuk

melakukan seminar hasil belajar dan penambahan pendalaman

materi. Pelatihan berlapis (sandwich) yang diakreditasi adalah

pelatihan yang proses pembelajaranya jelas dan tercantum

dalam kurikulum.

25.Pengawasan, adalah upaya pengendalian terhadap

pelaksanaan pelatihan, dan melakukan upaya langsung agar

pelatihan dapat sepenuhnya dilaksanakan sesuai rencana.

Diharapkan dari informasi yang diperoleh dari kegiatan

monitoring bisa

4

secepatnya dilakukan tindakan pencegahan jika terjadi

penyimpangan dari rencana semula.

26.Penyelenggara Pelatihan, adalah suatu lembaga (pemerintah

dan swasta) yang diberikan kewenangan untuk

menyelenggarakan pelatihan, baik berupa organisasi

kepanitiaan dan atau yayasan maupun institusi pelatihan.

27.Perencanaan pelatihan, adalah proses penetapan kebijakan,

regulasi, penyusunan program, dan anggaran, serta

merumuskan bagaimana cara atau prosedur untuk

melaksanakannya. Perencanaan meliputi penetapan kerangka

waktu dan tahapan pencapaian yang diharapkan.

28.Peserta, adalah seseorang yang ditunjuk atau yang berminat

untuk mengikuti pelatihan sesuai dengan bidang profesinya.

29.Praktik Lapangan, adalah kegiatan yang memungkinkan

peserta berhadapan langsung pada situasi yang sebenarnya

terjadi di lapangan, sehingga peserta pelatihan dapat

membandingkan antara teori yang telah didapat di kelas dan

kenyataan yang terjadi di lapangan dengan

mempraktikan/menerapkan materi yang didapatkan.

4

30.Profesi, adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan

keahlian (keterampilan, kejuruan, dsb) tertentu.

31.Rencana Tindak Lanjut (RTL), adalah suatu proses

mempersiapkan secara sistematik kegiatan-kegiatan yang

akan didahulukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. RTL

meliputi perhitungan dan penentun dari apa yang akan

dijalankan dalam rangka mencapai suatu objektif tertentu,

dimana, bilamana, oleh siapa dan bagaimana caranya.

32.Sarana prasarana, adalah seperangkat alat yang digunakan

dalam proses pelatihan baik alat tersebut merupakan

peralatan pembantu maupun peralatan utama, yang keduanya

berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai.

33.Satuan Acara Pembelajaran (SAP), adalah pedoman/panduan

yang memberi arah kepada fasilitator dalam menyajikan materi

pembelajaran kepada peserta pelatihan, dalam kurun waktu

tertentu dengan metode, media dan alat bantu yang sesuai

guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

34.Sertifikasi, adalah pengaturan pemberian sertifikat kepada

orang yang telah mengikuti suatu pelatihan atau

kepada

5

lembaga/institusi pelatihan yang telah memenuhi persyaratan

akreditasi institusi.

35.Standar, adalah suatu pernyataan yang memuat ukuran atau

performance tertentu yang telah diterima dan disepakati bersama

yang merupakan suatu nilai ambang atau treshold dari

sesuatu baik barang, jasa ataupun proses yang dapat diamati,

dicapai, diukur dan diingini yang dipergunakan untuk mengukur

dan menilai.

36.Standarisasi, adalah proses merumuskan, menetapkan,

menerapkan dan merevisi standar, yang dilaksanakan secara

tertib dan bekerjasama dengan semua pihak yang terkait.

37.Tenaga kesehatan (non aparatur), adalah setiap orang yang

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki

pengetahuan, dan/atau keterampilan melalui pendidikan

dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan

kewenangan melakukan upaya kesehatan.

38.Tutor, adalah seseorang yang bertugas mambantu peserta

PJJ dalam mengatasi kesulitan dan hambatan selama proses

pembelajaran. Dalam hal ini tutor berperan sebagai

fasilitator, narasumber, konsultan atau paling tidak sebagai

penghubung

5

peserta dengan pihak-pihak lain selama proses pembelajaran

berlangsung sesuai dengan waktu yang disepakati

39.TOMA (Tokoh masyarakat) adalah orang yang mempunyai

pengaruh, dihormati dan dijadikan panutan masyarakat dalam

menjalankan kehidupannya sebagai bagian dari lingkungan

masyarakat.

40.TOGA (Tokoh agama) adalah pemuka agama dan dianggap

sebagai orang yang memiliki kharisma dan dapat mempengaruhi

umat karena petuah dan nasihat-nasihatnya sesuai dengan

ajaran agama sehingga kebijakan-kebijakan yang dibuatnya

dalam menyikapi masalah horizontal dengan sesama manusia

termasuk masalah yang berkaitan dengan perbedaan yang

ada ditengah-tengah masyarakat, sering menjadi acuan atau

tolak ukur umat dalam melakukan tindakan.

5

DAFTAR PUSTAKA

Donabedian, A, 1982, The Criteria and Standars of Quality, Health

Administration Press, Ann Arbor, Michigan.

Departemen Kesehatan RI, 1994, Jurnal Bina Diklat edisi No.9

Desember 1994, Jakarta

Departemen Kesehatan RI, Pusdiklat Pegawai, 1999, Pedoman

Diklat Kalakarya, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, Pusdiklat Kesehatan, 2002, Kumpulan

Instrumen Diklat (Pegangan Fasilitator), Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2003, Modul Strategic Leadership

Throuh Learning Organization Approach, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, Pusdiklat Kesehatan, 2004, Pedoman

Penyusunan Kurikulum Modul Pelatihan Berorientasi

Pembelajaran, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, Pusdiklat Kesehatan, 2004, Pola

Pelatihan SDM Kesehatan, Jakarta.

5

Departemen Kesehatan RI, Pusdiklat Kesehatan, 2006, Pemilihan

Metode Pembelajaran (versi cetak), Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, Pusdiklat Kesehatan, 2007, Pedoman

Penyusunan Kurikulum Pelatihan Berbasis Kompetensi, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI, Pusdiklat Aparatur Badan PPSDM

Kesehatan, 2012, Standar Penyelenggaraan Pelatihan di Bidang

Kesehatan, Jakarta

5

LAMPIRAN

5

Lampiran 1.

Contoh cara penulisan Peran, Fungsi, Kompetensi, Tujuan Pelatihan, pada

kurikulum TOT Umum (TPPK)

Peran

Sebagai tenaga pelatih program kesehatan.

Fungsi

Dalam menjalankan perannya, peserta pelatihan berfungsi dalam mentransfer substansi

sesuai dengan programnya, dengan cara:

1. Merancang proses pembelajaran, antara lain menyusun Satuan Acara

Pembelajaran (SAP).

2. Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan kaidah kediklatan yang baik

dan benar.

3. Melakukan evaluasi terhadap hasil kegiatan pembelajaran.

Kompetensi

Untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, peserta harus memiliki kemampuan dalam:

1. Merancang proses pembelajaran:

a. Mempersiapkan proses pembelajaran.

b. Menyusun Satuan Acara Pembelajaran (SAP).

2. Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan kaidah kediklatan yang baik

dan benar:

a. Menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

5

b. Menggunakan media dan alat bantu pembelajaran sesuai dengan metode yang

dipilih.

c. Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif.

d. Menerapkan teknik presentasi interaktif dalam proses pembelajaran.

3. Melakukan evaluasi terhadap hasil kegiatan pembelajaran,

a. Menyusun instrumen hasil belajar.

b. Melaksanakan evaluasi hasil belajar.

Tujuan pelatihan

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu menjadi pelatih program

kesehatan sesuai kaidah-kaidah kediklatan.

2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu:

a. Mempersiapkan proses pembelajaran.

b. Menyusun Satuan Acara Pembelajaran (SAP).

c. Menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

d. Menggunakan media dan alat bantu pembelajaran sesuai dengan metode yang

dipilih.

e. Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif.

f. Menerapkan teknik presetasi interaktif dalam proses pembelajaran.

g. Melakukan evaluasi terhadap hasil kegiatan pembelajaran.

h. Mensimulasikan proses fasilitasi/melatih (microfacilitating/microteaching).

5

Lampiran 2.

Contoh cara penulisan Peran, Fungsi, Kompetensi, Tujuan Pelatihan, pada

kurikulum TOT Substansi

Peran

Sebagai pelatih pada pelatihan pengendalian Penyakit Paru Obstruktif (PPOK) di

Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

Fungsi

Dalam menjalankan perannya, peserta pelatihan berfungsi dalam:

1. Menjelaskan faktor risiko PPOK.

2. Menjelaskan program pengendalian PPOK.

3. Menjelaskan program berhenti merokok.

4. Menjelaskan diagnosis PPOK.

5. Melakukan tata laksana PPOK di sarana pelayanan kesehatan.

6. Melakukan pemeriksaan faal paru dengan menggunakan spirometri.

7. Melatih dalam pelatihan pengendalian PPOK di Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

Kompetensi

Untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut, peserta harus memiliki kemampuan dalam:

1. Menjelaskan faktor risiko PPOK.

2. Menjelaskan program pengendalian PPOK.

3. Menjelaskan program berhenti merokok.

4. Menjelaskan diagnosis PPOK.

5

5. Melakukan tata laksana PPOK di sarana pelayanan kesehatan.

6. Melakukan pemeriksaan faal paru dengan menggunakan spirometri.

7. Melatih dalam pelatihan pengendalian PPOK di Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

Tujuan Pelatihan

1. Tujuan umum

Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu melatih pada pelatihan pengendalian

Penyakit Paru Obstruktif (PPOK) di Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

2. Tujuan khusus

Setelah mengikuti pelatihan, peserta mampu:

a. Menjelaskan faktor risiko PPOK.

b. Menjelaskan program pengendalian PPOK.

c. Menjelaskan program berhenti merokok.

d. Menjelaskan diagnosis PPOK.

e. Melakukan tata laksana PPOK di sarana pelayanan kesehatan.

f. Melakukan pemeriksaan faal paru dengan menggunakan spirometri.

g. Melatih dalam pelatihan pengendalian PPOK di Provinsi maupun

Kabupaten/Kota.

5

Lampiran 3.

Mekanisme Penulisan Kurikulum Pelatihan

A. PENDAHULUAN1. Latar Belakang

Latar belakang merupakan uraian tentang pentingnya mengapa pelatihan tersebut dilaksanakan.

Untuk pelatihan tenaga kesehatan latar belakang mengacu pada kebijakan– kebijakan atau peraturan-peraturan untuk peningkatan kompetensi tenaga kesehatan. Sedangkan untuk pelatihan masyarakat mengacu pada dukungan program kesehatan.

2. Filosofi PelatihanFilosofi pelatihan merupakan suatu nilai tentang bagaimana pelatihan tersebut dilaksanakan sehingga semua peserta pelatihan dapat menerima dan menjalankan nilai tersebut.

B. PERAN, FUNGSI DAN KOMPETENSI1. Peran

Peran dari peserta yang dilatih setelah mendapat pelatihan.

2. FungsiFungsi adalah jabaran fungsi-fungsi yang akan dilakukan peserta dalam melaksanakan perannya setelah mengikuti pelatihan.

3. KompetensiKompetensi adalah jabaran dari kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki peserta setelah mengikuti pelatihan.

C. TUJUAN PELATIHAN

1. Tujuan umumTujuan umum merupakan kompetensi (kemampuan) yang akan dicapai pada akhir pelatihan.

6

2. Tujuan khususTujuan khusus merupakan jabaran kompetensi (kemampuan) untuk dapat mencapai kompetensi (kemampuan) yang dirumuskan pada tujuan umum.

D. PESERTA, PELATIH, PENYELENGGARA

1. PesertaAda2 (dua) hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan peserta, yaitu:a. Kriteria peserta

Kriteria peserta merupakan persayaratan peserta yang disesuaikan dengan jenis pelatihan, berdasarkan latar belakang pendidikan, tugas pokok, pengalaman kerja dan kriteria lain yang perlu dan spesifik untuk masing-masing pelatihan sesuai dengan jenis pelatihannya.

b. Efektivitas peserta pelatihanEfektivitas peserta pelatihan adalah jumlah peserta yang ditentukan dalam suatu pelatihan berdasarkan jenis pelatihan dan tujuan pelatihan.

2. PelatihDidalam menentukan pelatih, perlu diperhatikan kemampuan kediklatan dan kesesuaian keahlian pelatih dengan materi yang akan disampaikan sesuai jenis kediklatannya baik TOT atau tekhnis subtansi.

Untuk pelatihan bagi tenaga kesehatan, kriteria pelatih sebagai berikut :

a. Pernah mengikuti TOT

b. Menguasai subtansi materi

Untuk pelatihan bagi masyarakat, kriteria pelatih menguasai subtansi pelatihan.

3. PenyelenggaraMerupakan penyelenggara pelatihan yang ditetapkan berdasarkan SK penyelenggara.

Untuk pelatihan bagi tenaga kesehatan, insitusi penyelenggara sudah terakreditasi.

Untuk pelatihan bagi masyarakat dapat dilakukan oleh institusi penyelenggara terakreditasi, program atau LSM yang bergerak di bidang

6

kesehatan

E. STRUKTUR PROGRAMStruktur program merupakan jabaran dari materi-materi yang disampaikan dalam proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang dijabarkan didalam tujuan khusus pelatihan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun struktur program:1. Materi-materi tersebut dikelompokkan dalam 3 bagian,

yaitu:a. Materi dasar: merupakan materi yang menjadi dasar dalam pencapaian

kompetensi yang akan dicapai, dengan persentase 15-20% dari keseluruhan jpl.

b. Materi inti: merupakan materi yang harus dikuasai dalam pencapaian kompetensiyang dijabarkan dalam tujuan khusus pelatihan, dengan persentase 60-70% dari keseluruhan jpl.

c. Materi penunjang: merupakan materi yang menunjang keberlangsungan proses pembelajaran yaitu BLC dan RTL, dengan persentase 15-20% dari keseluruhan jpl.

2. Untuk pelatihan yang lebih fokus pada peningkatan keterampilan teknis profesi maka persentase materi bisa berubah dari ketentuan tersebut, sebagai berikut:a. Materi dasar: 5-10% dari keseluruhan

jpl.b. Materi inti: 80-90% dari keseluruhan

jpl.c. Materi penunjang: 5-10% dari keseluruhan

jpl.

Materi-materi tersebut dikelompokkan dalam Teori (T), Penugasan (P), dan Praktik Lapangan (PL). Untuk pelatihan yang lebih fokus pada peningkatan keterampilan seharusnya ada alokasi waktu untuk PL sesuai dengan tujuan pelatihan.

Perbandingan proporsi alokasi waktu dalam pelatihan antara teori dengan penugasan dan praktik lapangan yaitu 40% : 60% atau 30% : 70%.

Dalam penyelenggaraan pelatihan tenaga kesehatan disarankan menggunakan pola nomor 2, agar bobot pelatihan lebih fokus pada peningkatan ketrampilan teknisnya. Sedangkan untuk pelatihan bagi masyarakat disesuaikan dengan

6

tujuan pelatihan.

F. DIAGRAM ALIR PROSES PEMBELAJARAN

Merupakan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran yang dimulai dari pembukaan, penyampaian materi, praktek kerja lapangan, evaluasi dan penutupan. Dengan adanya diagram alir proses pembelajaran akan lebih terstruktur atau tertata. Langkah-langkah diagram alir disesuaikan dengan tujuan pelatihan. Setiap hari diawal proses pembelajaran dilakukan refleksi dengan tujuan untuk meninjau kembali proses kegiatan/pembelajaran yang telah dilaksanakan sehari sebelumnya.

G. GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)/RANCANG BANGUN PROGRAM PEMBELAJARAN (RBPP)

Merupakan kisi-kisi sebagai acuan bagi fasilitator dalam menyampaikan materi. Istilah GBPP digunakan untuk pelatihan berbasis pembelajar, sedangkan RBPP digunakan untuk pelatihan berbasis kompetensi.

Isi GBPP terdiri dari judul materi, alokasi waktu, tujuan pembelajaran umum dan khusus (TPU dan TPK), pokok dan sub pokok bahasan disampaiakan, metode, alat bantu dan referensi.

Isi RBPP terdiri dari judul materi, tujuan disampaikannya materi, elemen kompetensi, kriteria unjuk kerja, indikator unjuk kerja, topik/pokok bahasan, metoda, media dan alat bantu pembelajaran, waktu per indikator, referensi.

H. EVALUASI

Evaluasi dalam pelatihan merupakan proses pengumpulan data yang sistematis untuk mengukur efektivitas program pelatihan, bertujuan untuk mengukur keberhasilan dan pencapaian tujuan pelatihan yang telah ditetapkan. Evaluasi dilakukan terhadap peserta, pelatih dan penyelenggara.

Evaluasi untuk pelatihan bagi tenaga kesehatan terdiri dari pre test, post test, dan atau ujian kompetensi.

Evaluasi untuk pelatihan bagi masyarakat terdiri dari pre test dan post test

I. SERTIFIKAT

6

Setiap peserta pelatihan yang mengikuti proses pembelajaran sesuai ketentuan akan dinyatakan lulus apabila sesuai dengan standar penilaian dan standar kelulusan.

Untuk pelatihan tenaga kesehatan peserta dinyatakan lulus akan mendapatkan sertifikat dengan angka kredit sesuai dengan ketentuan dan SKP dari organisasi profesi yang bersangkutan. Sedangkan untuk pelatihan bagi masyarakat peserta yang dinyatakan lulus mendapatkan sertifikat tanpa nilai angka kredit.

Bagi peserta yang tidak lulus, diberikan surat keterangan telah mengikuti pelatihan.

Lampiran 4.

6

TOT Umum dan TOT Substansi

Nama & jenisPelatihan

Bagian dari Kurikulum

Model TOT

TOT Umum

TOT Substansi

Peserta memiliki kompetensi substansi

yang berbeda

Peserta memiliki kompetensi

substansi yang sama

1 Peran, fungsi dankompetensi

Didasarkan pada kompetensi melatih

Didasarkan pada kompetensi teknis dan kompetensi melatih

Didasarkan pada kompetensi teknis dan kompetensi melatih

2 Tujuanpelatihan

Didasarkan padakompetensi melatih

Didasarkan padakompetensi teknis dan kompetensi melatih

Didasarkan padakompetensi teknis dan kompetensi melatih

3 Peserta Kriteria peserta tidakperlu spesifik dan bukan widyaiswara

Kriteria peserta memilikilatar belakang kompetensi teknis yang berbeda

Kriteria pesertamemiliki latar belakang kompetensi teknis yang sama

4 Strukturprogram

Materi inti hanya materiTeknik Melatih, yang terdiri dari:1. Pembelajaran

Orang Dewasa (POD)

2. Satuan Acara Pembelajaran (SAP)

3. Metodepembelajaran

4. Media dan alat bantu pembelajaran

5. Penciptaan iklim pembelajaran

6. Teknik

Materi inti terdiri dari materi substansi teknis danmateri Teknik Melatih.Materi Teknik Melatih terdiri dari:1. POD2. SAP3. Metode, media dan alat bantu4. Teknik presentasi efektif

Proporsi materi:Materi substansi teknis lebih besar dari materi teknik melatih.

Proporsi materi:Materi substansi teknis lebih kecil dari materi teknik melatih.Jumlah jpl untuk Teknik

Melatih minimal 12 jpl, dengan rincian: Teori = 3 jpl Penugasan untuk

Jumlah jpl untukTeknik Melatih minimal 18 jpl, dengan rincian: Teori = 5 jpl

6

Nama & jenisPelatihan

Bagian dari Kurikulum

Model TOT

TOT Umum

TOT Substansi

Peserta memiliki kompetensi substansi

yang berbeda

Peserta memilikikompetensi

substansi yang sama

pembelajaran menyusun SAP = 2 jpl

Microteaching = 7 jpl

Penugasan = 6 jpl Microteaching =

7 jpl5 Evaluasi Selain pre dan post test,

microteaching dievaluasi dengan menggunakan check list

Selain pre dan post test, microteachingdievaluasi dengan menggunakan check list

Catatan :Contoh cara penulisan tujuan umum dan tujuan khusus pada kurikulum:

TOT umum. TOT substansi dengan peserta memiliki kompetensi substansi yang berbeda. TOT substansi dengan peserta memiliki kompetensi substansi yang sama.

Lampiran 5.

6

Pelatihan Teknis

Nama & jenisPelatihan

Teknis Profesi

Pelatihan Teknis Kesehatan

Teknis Upaya

Teknis Manajemen dan

Bad

gianri Kurikulum

bagi Nakes bagi Nakes dan masyarakat

Bagi Nakes

1 Peran,fungsi dan kompetensi

Kompetensi dijabarkan secara detail sesuai dengan yang akan dicapaisetelah pelatihan

2 Tujuanpelatihan

Didasarkan kepada kompetensi yang akan dicapai setelah pelatihan

3 Peserta Kriteria: sesuai dengan profesi

Peserta berjumlah maksimal 25 orang

Perbandingan instruktur dan peserta= 1:5

Peserta berjumlah maksimal 30 orang. Apabilatujuan pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan dan menggunakan alat bantu tertentu, maka perbandingan antara instruktur dan peserta = 1:5

4 Pelatih Dalam prosespembelajaran yang menyampaikan materi baik teori maupun penugasan di dalam kelas adalah pelatih/ fasilitator dan narasumber yang memiliki kompetensi sesuai dengan materi yang akan disampaikan, sedangkan untuk praktik lapangan atau penerapan keterampilan yang didapat di kelas didampingi oleh instruktur

Dalam prosespembelajaran yang menyampaikan materi baik teori maupun penugasan di dalam kelas adalah pelatih/ fasilitator dan narasumber yang memiliki kompetensi sesuai dengan materi yang akan disampaikan, sedangkan untuk praktik lapangan atau penerapan keterampilan yang

Dalam prosespembelajaran yang menyampaikan materi baik teori maupun penugasan di dalam kelas adalah pelatih/ fasilitator dan narasumber yang memiliki kompetensi sesuai dengan materi yang akan disampaikan, sedangkan untuk praktik lapangan atau penerapan keterampilan yang

6

Nama & jenisPelatihan

Bagiandari Kurikulum

Pelatihan Teknis Kesehatan

Teknis ProfesiKesehatan bagi Nakes

Teknis UpayaKesehatan

bagi Nakes dan masyarakat

Teknis Manajemendan Kepemimpinan

Bagi Nakes

dan narasumber(konsulen)

didapat di kelasdidampingi oleh fasilitator

didapat di kelasdidampingi oleh fasilitator

Kriteria:Bertugas di fasilitas

pelayanan kesehatan

Memiliki kompetensi substansi teknisdengan melampirkan sertifikat atau surat keterangan pernahmengikuti pelatihansubstansi teknis

Pernah mengikuti TOTWidyaiswara dengan

background pendidikan sesuai profesi dan memiliki pengalamandibidang teknis profesi

Kriteria: Bertugas di institusi

pelayanan kesehatan

Memiliki kompetensi substansi teknisdengan melampirkan sertifikat atau surat keterangan pernahmengikuti pelatihansubstansi teknis

Pernah mengikuti TOT

Widyaiswara dengan pengalaman di bidang program dan selaluupdate denganperkembangan

Kriteria: Memiliki

kompetensi substansi teknis denganmelampirkan sertifikat atau surat keterangan pernah mengikuti pelatihansubstansi teknismanajemen dan kepemimpinan

Pernah mengikuti TOT

Widyaiswara dengan pengalamandi bidang teknismanajemen dan Pelatih dapat juga pejabat atau seseorang yang berasal dari kalangan

professional dan/atau akademisi yang karena keahlian, kemampuan atau kedudukannya diikutsertakan dalam kegiatan pencapaian tujuan pelatihan

5 Strukturprogram

Materi inti diberikan untukmencapai kompetensi teknis profesi yang harus dimiliki peserta

Materi inti yangdiberikan lebih kepada materi yang mendukung program kesehatan

Materi inti yangdiberikan lebih kepada materi yang mendukung program kesehatan

Persentase materi: Materi dasar 5-10%

dari total jumlah jpl Materi inti 80-90%

dari total jumlah jpl

Persentase materi: Materi dasar 5-10%

dari total jumlah jpl Materi inti 80-90%

dari total jumlah jpl

Persentase materi sesuai denganketentuan umum namun ada kemungkinan berubah

6

Nama & jenisPelatihan

Bagiandari Kurikulum

Pelatihan Teknis Kesehatan

Teknis ProfesiKesehatan bagi Nakes

Teknis UpayaKesehatan

bagi Nakes dan masyarakat

Teknis Manajemendan Kepemimpinan

Bagi Nakes

Materi penunjang 5- 10% dari total jumlah jpl

Materi penunjang 5- 10% dari total jumlah

sesuai dengankebutuhan

6 GBPP(metode)

Metode pelatihan lebihbanyak praktik dengan menggunakan alat bantu tertentu sesuai dengan keterampilan yang akan dicapai

Apabila menggunakanalat bantu tertentu maka metode pelatihan lebih banyak praktik sesuai dengan keterampilan yang akan dicapai

Metode pelatihanlebih banyak penugasan dibandingkan dengan teori

7 Evaluasi Selain pre dan post test,harus ada ujian komprehensif dan ujian keterampilan

Apabila menggunakanalat bantu tertentu, selain pre dan post test, harus ada ujian keterampilan

Selain pre dan posttest, ujian keterampilan tergantung tujuan pelatihan

Khusus untuk pelatihan masyarakat, bentuk evaluasi dapat disesuaikandengan kebutuhan (misalnya apabila tidak diperlukan, maka ujian komprehensif dan/atau ujian ketrampilan bisa ditiadakan)

8 Sertifikat Standar penilaian:peserta yang mengikuti pelatihan secara penuh mendapatkan sertifikat pelatihan.Standar kelulusan: lulus ujian komprehensif dan keterampilan mendapatkan transkrip nilai dari organisasi profesi

Standar penilaian: peserta yang mengikutipelatihan secara penuh mendapatkan sertifikat pelatihan

Bagi peserta pelatihan dengan kehadiran dibawah 90% tidak diberikansertifikat tetapi diberikan surat keterangan telah mengikuti pelatihan

6

Bagian dari Jenis Pelatihan Teknis

1 Peserta Kriteria khusus: mampu mengoperasikan komputer terutamaprogram Microsoft Office dan menggunakan internet (dibuktikan dengan pernyataan pimpinan)

Jumlah peserta tiap angkatan antara 50-100 orang, dengan rasio

Berasal dari intern unit kerja tersebut yang memiliki tugasyang sama, individu atau tim

Jumlah peserta dengan rasio pelatih/fasilitator & peserta : 1:5

2 Pelatih Pelatih disebut tutor Pelatih berasal dari dalam unit kerja atau organisasiinstitusinya, atau pelatih dari luar institusi

3 Penyelenggara Ada admin yang bertugas untukmemonitor lalu lintas proses tutorial

Penyelenggara berasal daridalam unit kerja atau organisasi institusinya

4 Strukturprogram

Materi inti diberikan untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan

Kolom pada struktur program terdiri dari Nomor, Materi, Aktivitas belajar.Aktivitas belajar dibagi 3 kolom yaituBelajar Mandiri (BM), Tutorial (T), Penugasan (P)

Materi inti yang diberikan sesuai dengan hasil TNA dan kebutuhan organisasi

Lama pelatihan minimal 30 menit

Materi inti yang diberikan sesuai dengan hasil TNA dan kebutuhan organisasi

Lama pelatihan minimal 30 jpl5 GBPP Menggunakan RBPP, yang terdiri

dari:- Nomor- Judul materi- Tujuan- Elemen kompetensi- Kriteria unjuk kerja

GBPP sama dengan pelatihanklasikal

Lampiran 6.

Pelatihan Non Klasikal Bagi Tenaga Kesehatan

kurikulum P J J Kalakarya Terstruktur

7

Bagian dari kurikulum

Jenis Pelatihan TeknisP J J Kalakarya Terstruktur

- Indikator unjuk kerja- Topik/pokok bahasan- Metode- Media pembelajaran- Saliran komunikasi- Bukti- Referensi

Metode yang digunakan yaitu belajarmandiri, tutorial, dan tes akhir. Tutorial dilakukan dengan metode tanya jawab, diskusi kasus, latihan

Metode yang digunakan yaitucoaching, demonstrasi, simulasi dan praktik langsung di tempat bekerja

Media dalam proses pembelajaranPJJ terbagi menjadi: proses pembelajaran onlines

sistem yang memanfaatkan media website dengan menggunakan learning media service (LMS) tertentu, tatap muka dikelas hanya dilakukan saat pembekalan dan tutorial dilakukan melalui media elektronik

proses pembelajaran semi online sistem dilakukan dengan melaluimedia elektronik dan

Media lebih difokuskan padalembar kerja

6 Evaluasi Penugasan, test pokokbahasan/materi dan ujian komprehensif

Berupa hasil penugasan yangdiberikan oleh pembimbing/pelatih. Penilaian dilakukan dengan pengamatan dengan mengguakan check list dan wawancara. Evaluasi juga dilakukan 1-3 bulan setelah mengikuti kalakarya

7 Setifikat Standar penilaian:Sertifikat dapat diberikan kepada peserta apabila mengikuti PJJ dengan penuh.Standar kelulusan:

Standar penilaian:Sertifikat dapat diberikan kepada peserta apabila: mengikuti kalakarya dengan

penuh

7

Bagian dari kurikulum

Jenis Pelatihan TeknisP J J Kalakarya Terstruktur

Nilai kelulusan didasarkan kepadapenyelesaian tugas, ujian substansi, dan ujian komprehensif, dengan persentase yang ditentukan sesuai dengan kompetensi.

dapat melakukan keterampilan yang sesuai dengan standars

Lampiran 7.

7

Pelatihan Non Klasikal Bagi Masyarakat

Unsur Kalakarya tidak terstruktur

1 Peserta Berasal dari kelompok masyarakat yang bergerak dibidang kesehatan

Jumlah peserta dengan rasio pelatih/fasilitator & peserta : 1:5

2 Pelatih Pelatih berasal dari Istitusi pelayanan kesehatan3 Penyelenggara Penyelenggara berasal dari dalam unit kerja atau organisasi

institusinya

Lampiran 8.

7

Gabungan Pelatihan Klasikal dan Non Klasikal

Bagian dari kurikulum Jenis Pelatihan Teknis1 Peserta Kriteria peserta disesuaikan dengan kebutuhan program2 Pelatih Pelatih berperan sebagai pelatih dan tutor. Saat berperan

sebagai tutor, proses pembelajaran dilakukan dalam waktu yang disepakati

3 Struktur program Materi dan jumlah jam pelatihan digabung dari seluruhproses pembelajaran baik di kelas maupun di tempat kerja

Kolom penugasan terbagi 2 (dua) yaitu penugasan di kelas sebelum ke lapangan dan penugasan di kelas setelah dari lapangan

Alokasi waktu pelatihan membutuhkan waktu yang lama sesuai dengan kebutuhan pelatihan

4 GBPP Waktu disesuaikan dengan struktur programTujuan Pembelajaran Umum (TPU) mencakup tujuan akhir

setelah kembali dari lapangan

5 Evaluasi Selain pre dan post test, evaluasi juga dilakukan melaluipenugasan, test materi dan ujian komprehensifKhusus untuk pelatihan masyarakat, bentuk evaluasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan (misalnya apabila tidak diperlukan maka ujian komprehensif dan/atau ujian ketrampilan bisa ditiadakan)

6 Setifikat Standar penilaian: sertifikat dapat diberikan kepada pesertaapabila mengikuti pelatihan dengan penuh (kelas dan lapangan) sesuai dengan struktur programBagi peserta pelatihan dengan kehadiran dibawah 90% tidak diberikan sertifikat tetapi diberikan surat keterangan telah mengikuti pelatihan

Lampiran 9.

7

Daftar Kompetensi Pelatih

No. Kompetensi Sub KompetensiA. Kompetensi Pedagogik

1. Memahami karakteristik peserta pelatihan

2. Memahami kurikulum yang terkait dengan bidang keahlian yang dilatihkan

3. Memahami konsep, prinsip dan prosedur pelatihan

4. Memahami jenis dan karakteristik instrumen yang digunakan yang sesuai dengan bidang keahlian yang dilatihkan

5. Memahami pengorganisasian pelatihan

6. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas

a. Mendeskripsikan karakteristik peserta pelatihan berkaitan dengan fisik, sosio-emosional, dan moral.

b. Mendeskripsikan karakteristik peserta pelatihan berkaitan dengan latar belakang budaya.

a. Menjelaskan tujuan belajar pada pelatihanb. Mendeskripsikan kompetensi bidang keahlian

yang dilatihkanc. Menjelaskan materi bidang keahlian yang

dilatihkand. Menjelaskan metode, teknik dan alat

bantu yang terkait dengan materi yang dilatihkan

a. Memahami konsep, prinsip, dan prosedur materi teori pelatihan

b. Memahami konsep, prinsip, dan prosedur Materi praktikum pelatihan

a. Menjelaskan jenis-jenis instrumen yang digunakan yang sesuai dengan bidang keahlian

b. Mendeskripsikan karakteristik setiap jenis instrumen yang digunakan yang sesuai dengan bidang keahlian

c. Memahami persyaratan penyusunan instrumen materi teori pelatihan

d. Memahami persyaratan penyusunan instrumen materi praktikum pelatihan

a. Menjelaskan perencanaan pelatihanb. Menjelaskan pelaksanaan pelatihanc. Memahami fungsi kontrol dalam pelatihana. Menganalisis hasil pelatihan berdasarkan

kebutuhan dunia industri dan usaha mandiri

b. Memanfaatkan hasil analisis untuk perbaikan dan

7

No. Kompetensi Sub Kompetensipelatihan pengembangan pelatihan

1. Berperilaku sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan budaya nasional Indonesia

2. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, bersikap adil, dan jujur

B. Kompetensi Kepribadiana. Menghargai peserta pelatihan tanpa

membedakan agama, suku, adat-istiadat, asal daerah, dan jenis kelamin

b. Berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat dengan memperhatikan budaya Indonesia yang beragam

a. Berperilaku yang mencerminkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

b. Berperilaku yang mencerminkan akhlak muliac. Bersikap adil dan jujur dalam melakukan

proses pelatihan3. Berkepribadian terpuji a. Mencerminkan pribadi yang mantap, stabil, dan

teguh dalam pendirianb. Menunjukkan pribadi yang dewasa, arif,

bijaksana, dan berwibawac. Mencerminkan pribadi yang disiplin

4. Memiliki etos kerja, tanggungjawab, dan percaya diri sebagai pelatih

5. Mematuhi kode etik profesi pelatih

1. Bersikap terbuka, objektif, dan tidak diskriminatif

2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta pelatihan, teman sejawat, dan

a. Menampilkan etos kerja, tanggung jawab, dan komitmen yang tinggi

b. Percaya diri dalam melaksanakan pelatihanc. Bekerja secara mandiri dan profesionala. Menghayati kode etik profesi pelatihb. Menerapkan kode etik profesi pelatihc. Berperilaku sesuai dengan kode etik profesi pelatihC. Kompetensi Sosial

a. Bersikap terbuka dan objektif terhadap peserta pelatihan, teman sejawat, dan lingkungan sekitar

b. Bersikap tidak diskriminatif terhadap peserta pelatihan, teman sejawat, dan anggota masyarakat lainnya

a. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta pelatihan

b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan teman sejawat

c. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun

7

No. Kompetensi Sub Kompetensimasyarakat sekitar dengan masyarakat sekitar

3. Beradaptasi dengan kondisi sosial di lingkungan kerja

4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi pelatih dan profesi lainnya

1. Memahami konsep dan fungsi ilmu dan pengetahuan yang mendasari bidang keahlian pelatihan

2. Menguasai standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI) sesuai bidang keahlian

3. Memahami substansi yang diujikan pada pelatihan

4. Menerapkan prinsip pelatihan dan penilaian sesuai dengan bidang keahlian serta kebutuhan dunia industri dan usaha mandiri

a. Beradaptasi di lingkungan kerja untuk meningkatkan efektivitas kerja

b. Membangun hubungan sosial dengan lingkungan kerja

a. Membangun kerjasama dengan teman seprofesi dan profesi lainnya untuk peningkatan kualitas kerja

b. Mengomunikasikan hasil inovasi kepada komunitas seprofesi

c. Berkomunikasi dengan komunitas profesi melalui berbagai media

D. Kompetensi Profesionala. Menjelaskan konsep dasar ilmu dan

pengetahuan yang mendasari bidang keahlian yang dilatihkan

b. Menjelaskan fungsi ilmu dan pengetahuanyang mendasari bidang keahlian yang dilatihkan

a. Memahami standar kompetensi lulusan yang mencakup aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan sesuai bidang keahlian

b. Memahami standar kompetensi kerjanasional Indonesia (SKKNI) yang mencakup aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan

c. Menerapkan standar kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI) dalam dunia industri dan usaha mandiri sesuai bidang keahlian yang dilatihkan

a. Memahami substansi dasar yang dilatihkanb. Memahami substansi yang dilatihkan sesuai

perkembangan ilmu dan teknologi, serta kebutuhan dunia industri dan usaha mandiri

a. Mengidentifikasi indikator unjuk kerja yang menyeluruh dan seimbang antar komponen kurikulum sesuai bidang keahlian dan kebutuhan dunia industri serta usaha mandiri

b. Menyusun instrumen ujian teori untuk mengukur kompetensi sesuai kebutuhan dunia industri dan usaha mandiri

7

No. Kompetensi Sub Kompetensic. Menyusun instrumen ujian praktik yang mencakup

aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk mengukur kompetensi bidang keahlian sesuai kebutuhan dunia industri dan usaha mandiri

d. Memvalidasi instrumen sesuai dengan persyaratan pengembangan instrumen bidang keahlian

e. Merakit instrumen berdasarkan hasil validasi instrumen

f. Memilih instrumen yang tersedia sesuai kebutuhan pelatihan

g. Menetapkan instrumen yang tersedia sesuai kebutuhan pelatihan

5. Mengelola proses dan prosedur pengujian pada pelatihan

6. Menginterpretasikan hasil pelatihan

7. Merumuskan tindak lanjut hasil pelatihan

8. Melaporkan hasil pelatihan

a. Merencanakan kegiatan pelatihanb. Mengorganisasikan kegiatan pelatihanc. Melaksanakan kegiatan pelatihand. Mengelola hasil pelatihana. Menganalisis hasil pelatihanb. Memberi keputusan hasil pelatihana. Merumuskan tindak lanjut untuk

perbaikan instrumen pelatihanb. Merumuskan tindak lanjut untuk

perbaikan pelaksanaan pelatihana. Mengadministrasikan hasil pelatihanb. Membuat laporan hasil pelatihan