penyakit parasiter pada unggas

15
Universitas Gadjah Mada 1 BAB I PENYAKIT PARASITER PADA UNGGAS Gastrointestinal Koksidiosis Penyebab Koksidia terdapat banyak pada burung-burung piaraan maupun liar yang dapat menyebabkan penyakrt berat pada ayam, angsa dan kalkun. Ada delapan hingga sepuluh spesies koksidia yang menyerang ayam piaraan, diantaranya : Eimeria tenella, E. necatrix, E. acervulina, E. maxima, E. brunette, E. hagani, E. mitis, E. mivati dan E. praecox. Morfologi Oosista E. tenella berbentuk ovoid, 14-31 X 9 - 25 μm (rata-rata 25 X 19 μm), dinding halus berlapis 2, tanpa mikropil. Waktu sporulasi 18 jam sampai 2 hari, tergantung spesiesnya. Lokasi Sekum pada unggas Hospes ayam, kalkun dan angsa Siklus hidup Oosista-oosista dikeluarkan bersama tinja unggas. Oosista ini memerlukan oksigen agar dapat menjadi oosista bersporulasi yang masing-masing berisi 4 sporosista. Dua sporozoit berkembang di dalam setiap sporosista. Waktu yang diperlukan untuk sporulasi bagi setiap jenis koksidia adalah berbdea-beda. Apabila oosista yang infektif ini dimakan ayam, dinding oosista pecan dalam empedal dan melepaskan sporosista. Sporozoit yang ada di dalamnya akan diaktifkan empedu atau tripsin. Sporozoit kemudian masuk ke dalam sel epitel usus, membulat, tumbuh dan menjadi meront pertama. Meront menghasilkan merozoit merozoit generasi pertama dalam jumlah besar, yang keluar dari sel hospes, masuk ke sel-sel epitel usus baru, membulat, tumbuh dan menjadi meront generasi kedua. Meront ini menghasilkan merozort generasi kedua dalam jumlah besar, yang keluar dari set hospes. Beberapa diantaranya masuk ke dalam sel-sel epitel usus yang baru dan membulat untuk kemudian menjadi meront generasi ketiga yang menghasilkan merozoit generasi ketiga. Sebagian besar merozoit generasi kedua masuk ke dalam eoitel usus baru, Beberapa diantaranya

Upload: dimas-prasetyo

Post on 24-Dec-2015

15 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Penyakit parasrit pada unggas

TRANSCRIPT

Page 1: Penyakit Parasiter Pada Unggas

Universitas Gadjah Mada 1

BAB I

PENYAKIT PARASITER PADA UNGGAS

Gastrointestinal

Koksidiosis

Penyebab

Koksidia terdapat banyak pada burung-burung piaraan maupun liar yang dapat

menyebabkan penyakrt berat pada ayam, angsa dan kalkun. Ada delapan hingga sepuluh

spesies koksidia yang menyerang ayam piaraan, diantaranya : Eimeria tenella, E. necatrix,

E. acervulina, E. maxima, E. brunette, E. hagani, E. mitis, E. mivati dan E. praecox.

Morfologi

Oosista E. tenella berbentuk ovoid, 14-31 X 9 - 25 µm (rata-rata 25 X 19 µm), dinding

halus berlapis 2, tanpa mikropil. Waktu sporulasi 18 jam sampai 2 hari, tergantung

spesiesnya.

Lokasi

Sekum pada unggas

Hospes

ayam, kalkun dan angsa

Siklus hidup

Oosista-oosista dikeluarkan bersama tinja unggas. Oosista ini memerlukan oksigen agar

dapat menjadi oosista bersporulasi yang masing-masing berisi 4 sporosista. Dua sporozoit

berkembang di dalam setiap sporosista. Waktu yang diperlukan untuk sporulasi bagi setiap

jenis koksidia adalah berbdea-beda. Apabila oosista yang infektif ini dimakan ayam, dinding

oosista pecan dalam empedal dan melepaskan sporosista. Sporozoit yang ada di dalamnya

akan diaktifkan empedu atau tripsin. Sporozoit kemudian masuk ke dalam sel epitel usus,

membulat, tumbuh dan menjadi meront pertama. Meront menghasilkan merozoit merozoit

generasi pertama dalam jumlah besar, yang keluar dari sel hospes, masuk ke sel-sel epitel

usus baru, membulat, tumbuh dan menjadi meront generasi kedua. Meront ini menghasilkan

merozort generasi kedua dalam jumlah besar, yang keluar dari set hospes. Beberapa

diantaranya masuk ke dalam sel-sel epitel usus yang baru dan membulat untuk kemudian

menjadi meront generasi ketiga yang menghasilkan merozoit generasi ketiga. Sebagian

besar merozoit generasi kedua masuk ke dalam eoitel usus baru, Beberapa diantaranya

Page 2: Penyakit Parasiter Pada Unggas

Universitas Gadjah Mada 2

menjadi mikrogamont-mikrogamont yang akan menghasilkan mikrogamet dalam jumlah

besar. Sedangkan yang lain menjadi makrogamet-makrogamet. Makrogamet-makrogamet

dibuahi oleh mikrogamet dan menjadi zigot yang membuat dinding tebaf di sekelitingnya,

untuk kemudian menjadi oosista-oosista muda.Oosista-oosista muda ini keluar dari sel

hospes bersama tinja. Setelah itu oosista mengalami sporulasi dan selanjutnya berulang

siklus hidup di atas.

Patogenesis

Eimeria tenella merupakan salah satu koksidiosis sekal yang sering ditemukan pada ayam-

ayam muda. Anak-anak ayam paling peka umur 4 minggu, anak ayam umur 1-2 minggu

lebih tahan. Pada ayam yang tua mampu mengembangkan imunitas sebagai akibat

terjadinya infeksi sebeiumnya. Koksidiosis karena E. tenella dapat bervariasi infeksinya, dari

yang tidak terlihat sampai bentuk akut dan mematikan, tergantung dosis infeksi oosista,

galur koksidia, ras, umur ayam, status gizi, agen-agen infeksi yang masuk bersamanya dan

stress yang dialaminya. Bentuk akut menciri dengan diare dan hemoragi sekal yang hebat.

Pada trari ke tujuh setelah infeksi, dincfing sekum berganti warna dari merah menjadi

bercoreng-coreng karena pembentukan oosista. Dinding tersebut terlihat sangat menebal.

Kehilangan darah ke dalam sekum menyebabkan anemia.

Gejala Minis

Gejala pertama muncul pada saat rneront-meront generasi kedua membesar dan

TTrengakibatkan bocornya pembuluh darah ke dalam sekum. Darah muncul pada hari ke

empat setelah infeksi yang ditandai kelemasan pada ayam-ayam, terkulai, tidak aktif dan

Tnakan sedikrt, meskipun masih tnau minum.

Diagnosa

Dilakukan dengan cara menemukan koksidia-nya melalui pemeriksaan feses. Diagnosa

dapat dilakukan dengan melihat gejala klinis apabila infeksi berat (diare berdarah). Nekropsi

pada hewan yang mati, mukosa usus dikerok, bersama isi usus dimasukkan I dalam NaCI

fisiologis kemudian dilihat di bawah mikroskop. Dilakukan sporulasi dengan memasukan

feses ke dalam larutan Kalium Bikhromat 2,5 % dalam cawan petit. Kemudian diidentifikasi

bentuk dan waktu sporulasi. Kerokan epitel usus juga pertu ditakukan untuk menemukan

koksidia dan titik-titik perdarahan. Koksidiasis lebih banyak ditemukan daripada koksidiosis.

Oosista dalam tinja tidak dapat dipercaya begrtu saja untuk diagnosa, sebaliknya tidak

adanya koksidia dalam feses belum tentu dikatakan tidak ada koksidiosis, karena mungkin

bam awal dari suatu siklus.

Page 3: Penyakit Parasiter Pada Unggas

Universitas Gadjah Mada 3

Terapi

Hingga saat ini sudah ratusan senyawa kimia yang dipakai untuk pengobatan koksidiosis

(koksidiostat). Obat yang pertama kali dibuat adalah boraks dan belerang, namun keduanya

tertalu toksik. Kemudian Levine menemukan sulfanilamide yang lebih aktif yang kemudian

diturunkan menjadi berbagai senyawa seperti Sutfaguanidine, sulfaquinoxaline,

sulfadimidine, sulfadimetoksin. Senyawa dari organik arsenfk juga efektif terhadap koksidia

seperti diphenylmethane, diphenyldisulfide, nitrofuran, pyrimidine, imidazole, dan

sebagainya. Mayoritas obat ini bersifat koksidiostatik daripada koksidiosid, yaitu mencegah

perkembangan koksidia tetapi tidak menyembuhkan. Koksidiostat yang telah bercampur

dalam pakan unggas selama bertahun-tahun tidak dapat dihindari dapat menimbulkan

resistensi obat

Pencegahan dan pengendalian

Oosista koksidia sangat tahan terhadap lingkungan yang tidak akan bersporulasi jika tidak

ada oksigen. Antiseptik tidak efektif terhadap koksidiosis. Oosista dapat dirusak oleh sinar

Ultraviolet. Ayam yang dipelihara di atas panggung sangat sedikit dicemari koksidiosis

daripada dipelihara di atas lantai. Apabila berjangkit, ayam harus dipisahkan dari

kelompoknya, sisanya diobati dengan koksidiostat. Pemberian vaksin koksidiosis (Coccivax)

yang berisi oosista E. acervulina, E. brunneti, E. hagani, E. maxima, E. mivati, E. praecox,

E. necatrix, E. tenella dalam air minum pada ayam umur 4-10 hari mampu mengebalkan

ayam.

Eimeria brunetti

Biasa ditemukan di usus halus ayam. Oosista ovoid 14-34 X 12-26 µm. Dinding licin dan

tidak ada mikropil. Waktu sporulasi 18 jam - 2 hari. Ada 3 generasi meront. Generasi II

muncul 3 hari setelah infeksi. Meront generasi H 4 hari setetah infeksi. Periode prepaten 5

hari setetah infeksi. Eimeria ini merupakan spesies dengan patogenrtas nyata dengan

akibat yang bergantung pada derajat infeksinya. Pada infeksi hebat dinding usus

menebal, eksudat kataral merah muda pada 4-5 hari setelah infeksi. Tinja cair dan

bercampur darah disertai kelupasan sel. Pada infeksi awal ada garis hemoragik kemudian

ada enteritis nekrotik khas. Oosista ovoid 16-21X14-19 µm. Waktu sporulasi 18-2 hari,

Periode prepaten 6-7 hari

Eimeria maxima

Drtemukan pada usus halus ayam di seluruh dunia. Oosista ovoid 21-42X16-30 µm. Waktu

sporulasi 30 jam - 2 hari. Meront beriokasi di atas inti sel hospes. Ada 3 generasi meront :

generasi I 48 jam setelah infeksi, Generasi II hari ke 3, generasi III terbentuk pada hari ke 4.

Page 4: Penyakit Parasiter Pada Unggas

Universitas Gadjah Mada 4

Stadium seksual ditemukan di bawah inti sel hospes. Periode prepaten 5-6 hari. Eimeria ini

merupakan spesies patogenitas rendah. Luka utama adalah hemoragi di usus halus, otot

usus halus kehilangan 1onus. Terdapat enteritis kataralis, isis usus kental merah muda-tua,

kadang disertai bercak darah. Berbagai spesies berbeda patogenitasnya. Pada ayam yang

sembuh dapat kembali lagi normal

Eimeria mitis

Ditemukan pada usus halus ayam di seluruh dunia. Oosista agak bulat: 10-21X9-18 µm.

Waktu sporulasi 18 jam - 2 hari. Stadium endogen ada dalam sel-sel vili. Jumlah generasi

meront belum diketahui pasti. Perbedaan dengan spesies lainnya adalah bahwa stadium

seksual dan aseksual terjadi bersama-sama. Periode prepaten 4-5 hari, spesies ini

merupakan spesies dengan sedikit pathogen

Eimeria mivati

Biasa ditemukan pada usus halus ayam di bagian atas di seluruh dum'a. Oosista elipsoid

hingga ovoid. Sporozoit berbentuk butan sabit. Ada 4 generasi meront. Generasi (G) I : 36

setelah infeksi, G II : 55-67 jam, G III : 80 jam, G IV : 96-168 jam setelah infeksi. Periode

prepaten 93-96 jam seteteii inokulasi. Eimeria mivati tebih patogen drpd E. acervulina.

Infeksi berat hanya menghasilkan 10 % kematian

Eimeria necatrix

Ditemukan pada usus halus ayam di seluruh dunia. Oosista ovoid 12-29 X 11 - 24 µm.

Waktu sporulasi 18 jam - 2 hari. Ayam terinfeksi karena makan oosista bersporulasi. Ada 3

generasi meront : G I : 2,5-3 hari stih infeksi., G II : 5 - 8 hari setelah infeksi. Periode

prepaten 6-7 hari. Spesies ini merupakan spesies paling patogen dan penting.

Penurunan arti penting setelah pemakaian koksidiostat. Tampil ke depan karena lebih

patogen dibanding E. tennela. Merupakan penyebab koksidiosis menahun dengan efek

jaringan parut dalam usus halus lebih lama. Sarang kecil putih ditemukan pada hari ke 4 stlh

infeksi. Usus halus dapat mebengkak berisi darah dan material beku. Dinding usus sangat

menebal dan kehilangan sifat kontraktilnya. Sekum tidak terserang hebat hanya mengkerut

saja. Kematian terjadi 5-7 hari setelah infeksi. Pengaruh setelah infeksi menjadi boros dan

kurus sehingga tidak efektif memelihara setelah ayam tersebut sembuh

Eimeria praecox

Ditemukan pada usus halus ayam di seluruh dunia di sepertiga bagian atas usus halus

ayam. Oosista ovoid : 20-25 X 16-20 µm. Waktu sporulasi 2 hari. Stadium endogen terjadi

dalam sel epitel vili. Paling sedikit ada 3-4 generasi meront. Periode prepaten 2,5 - 4 hari.

Merupakan spesies yang tidak patogen

Page 5: Penyakit Parasiter Pada Unggas

Universitas Gadjah Mada 5

Helminthiosis

Prosthogonimus pellucidus (P. intercalates) Lokasi

Bursa fabricius, oviduct dan usus bag. Posterior

Hospes

ayam, itik dan unggas liar

Morfblogi

8-9 X 4-5 mm. Bagian anterior lancip dan posterior membulat, segar berwarna kuning

kemerahan, testis oval - horizontal pertengahan tubuh, Porus genitalis ada di sebelah batil

isap mulut, Kantung cirrus memanjang, Ovarium beriobus di dorsal dari batil isap perut,

Glandula vitellaria memanjang dari batil isap perut ada posterior testis

P. macrorchis Lokasi

Bursa fabricius, oviduct ayam dan itik

P. ovatus

Lokasi

Bursa fabricius, oviduct ayam, angsa, burung liar Paling

kecil dibanding 2 spesies di atas

Siklus hidup

Hospes intermedier I adalan siput, sporosista akan menjadi serkaria, kemudian berenang ->

lubang anal dari nimfa capung, kemudian ekomya lepas, menjadi metaserkaria, menuju

muskulus dan jadi sista di hemosel nimfa, selanjutnya menjadi msekta, Hospes definitif

terinfeksi karena makan nimfa/capung dewasa, kemudian migrasi ke kloaka dan bursa

fabrisius, kalau bursa fabrisius akan menjadi atrofi, kemudian menuju oviduct.

Patogenesis

Merupakan cacing trematoda unggas yang paling patogen di eropa dan amerika, terbanyak

menyerang ayam, kadang-kadang bebek. Pada ayam petelur, cacing akan masuk oviduct

dan menyebabkan iritasi, radang akut dari oviduct, produksi telur yang abnormal dan

pengeluaran albumin dari kloaka. Iritasi oviduct, mengakibatkan gerakan retroperistaltik,

menyebabkan kuning telur pecah, albumin, bakteri dan material parasit masuk ke cavum

peritoneum, masuk peritonitis dan menyebabkan kematian.

Page 6: Penyakit Parasiter Pada Unggas

Universitas Gadjah Mada 6

Gejala klinis

Mula-mula kondisi umum tidak terpengaruh tetapi pada beberapa ayam menelurkan telur

dengan kerabang teTnbek/tanpa kerabang. Ayam cenderung duduk di sarang. Mungkin ada

pengeluaran cairan dari kloaka sehingga menyebabkan bulu-bulu di sekrtar anus lengket

dan kotor. Unggas biasanya fesu, abdomen menggantung, kaki dilebarkan waktu berjalan,

berhenti bertelur bila ada peritonitis, lama kelamaan lemah, akhimya mati. Peritonitis aseptik

mungkin juga terlihat dan kuning tefur di cavum peritoneum mengental yang akan

menghalangi peristaltik usus. Cacing dapat ditemukan di telur. Pada pemeriksaan post

mortum, Oviduct menjadi radang cattaralis -> radang crouposa dengan masa pengejuan di

lumen. Pada kasus peritonitis di cavum abdominalis organ melekat oleh masa pengejuan.

Membrana serosa usus kongesti, hemoragi mungkin dapat terjadi.

Diagnosa

Telur di cairan kloaka/di cavum abdominalis waktu otopsi

Pengobatan

Tidak ada yang memuaskan untuk mengeluarkan parasit dari oviduct. Albendazole,

praziquantel mungkin berguna

Pencegahan

Musnahkan siput sebagai hospes intermedier. Mencegah unggas makan capung

Echinostoma revolutum

Lokasi

rektum dan sekum

Hospes

itik, angsa, angsa, burung dara, ayam, manusia

Morfologi

Ukuran 22 X -> 2,25 mm, Head collar mempunyai 37 spina yang setiap sisi ada 5 spina

membentuk kelompok (spina sudut), Testis oval/sedikit berlobus, tandem, pertengahan

tubuh, Ovarium anterior testis, Telur 90 -126 X 59 - 71 µm

Siklus hidup

Telur berkembang, menetas menjadi mirasidium, tembus siput, jadi serkaria, menjadi sista

di sfput/keiuar dan masuk siput yang sama/lain spestes. Hospes definitive terinfeksi karena

makan siput

Page 7: Penyakit Parasiter Pada Unggas

Universitas Gadjah Mada 7

Echinoparyphium recurvatum

Lokasi

Usus hatuslerutama duodenum

Hospes

itik, ayam, burung, burung dara, anjing, kucing, tikus, manusia di Indonesia

Morfologi

Ukuran 4,5 X 0,5 - 0,8 mm, Bagian anterior membengkok ke ventral, Spina 45 dengan spina

sudut masing masing-masing 4, Testis Oval, tandem, menempel satu sama lain, Ovarium

oval transversal, uterus pendek berisi 3-7 telur. Hospes intermedier I siput, h.i. II katak,

siput. Serkaria mengsista di glandula pencernaan dari siput dan ginjal kecebong dan katak

Diagnosis

berdasarkan adanya telur dalam tinja

Pengobatan

Pemberian Brotianide (75 mg/kg), Oxyclozanide (15 -30 mg/kg), Flubendazole (10/50

mg/kg/hr untuk 5 hari)

Pencegahan

Pemberantasan siput, Unggas dihindari tidak ke kolam yang siputnya terkontrol.

Histomoniosis

Penyebab

Histomonas meleagridis

Lokasi

Sekum, hepar

Hospes

Kalkun, ayam, burung merak, burung mutiara, burung puyuh dan berbagai burung lainnya.

Deskripsi

H. meleagridis adalah protozoa dengan bentuk pleomorfik, bentuknya tergantung tokasinya.

Bentuk di dalam jaringan tidak memiliki flagella, meskipun ada suatu butir basal dekat inti.

Parasft ini memiliki 4 stadium :

Page 8: Penyakit Parasiter Pada Unggas

Universitas Gadjah Mada 8

(1). Stadium invasive (menyerang), terdapat luka-tuka awal dalam sekµm dan hepar.

Panjang 8-17 |jm dan aktif amoeboid dengan pseudopodia tumpul, sitoplasma basofilik.

(2). Stadium vegetatif, -terdapat di bagian tengah dari luka. Bentuknya lebih besar, 12-21 X

21-15 µm. Kurang aktif disbanding stadium invasive.

(3). Stadium resisten, tidak ada sista dengan diameter 4-11 µm, kompak dan terbungkus

membrane.

(4). Bentuk keempat berflagela, terdapat di dalam lumen seka dan juga drtemukan biakan-

biakan. Badannya amoeboid dengan diameter 5-30 µm. Adanya flagella dapat

menghasilkan gerakan.

Siklus hidup

Reproduksi dilakukan dengan pembelahan menjadi dua dan tidak ada bukti mengenai siklus

seksual. Trofozort lemah, tidak dapat hidup lebih lama saat keluar bersama tinja. Kalkun

terinfeksi karena makan trofozoit atau melalui telur-telur cacing Heterakhis gallinarum. Mula-

mula protozoa ini menyerang ovarium, dan kernudian telur. Telur-telur cacing Heterakhis

harus menetas terlebih dahulu agar dapat melepaskan larvanya dan menularkan protozoa

tersebut.

Gambaran patologis

Histomonas dapat menyerang kalkun semua umur dengan mortalitas bervariasi. Luka-luka

utama pada histornoniasis lerdapat dalam sekum dan hati. Mula-mula terbentuk ulcer,

membesar dan dapat meliputi seluruh mukosa. Kadang-kadang ulcera ini menembus

dindtng seka dan menyebabkan peritonitis. Selaput lendir berbau busuk dan nekrotik. Luka-

luka di hepar bersifat patognomonik. Parasit-parasit mudah drtemukan pada pemeriksaan

histologik dari luka-luka. Ada hyperemia, hemoragi, infiltrasi limfosit, nekrosis dan makrofag.

Gejala klinis

Masa inkubasi 15-21 hari. Gejala pertama adalah kelesuan, lemah, sayap dan kepala

lerkulai, diare berwarna seperti beterang. Kepala dapat menjadi berwarna gelap, sehingga

timbul istilah blackhead, tetapi ini juga terlihat pada penyakit yang lain.

Diagnosa

Oiagnosa dapat ditegakan berdasarkan adanya luka-luka yang dapat dikelirukan dengan

tuka tain. Pemeriksaan histologik dapat dibuat urrtuk meneguhkan diagnosa. Luka-luka

sekal dapat dibedakan dari yang disebabkan koksidia dengan pemeriksaan mikroskopik dari

kerokan-kerokan mukosa.

Page 9: Penyakit Parasiter Pada Unggas

Universitas Gadjah Mada 9

Terapi

Pengobatan yang dapat diberikan adalah Carbarsone, furazolidone (NF-180), dimetridazole

100-200 ppm (Emtrymix) diberikan bersama pakan atau air minum pada 0,63 g/l dan

pencegahan 0,315 g/l, ipronidazole 50-85 ppm (Iporopran) dan ronidozale (Ridazole) 60-90

ppm dalam air selama 3 hari untuk mencegah kematian.

Pencegahan dan pengendalian

Histomonosis dapat dicegah dengan penerapan manajemen yang baik. Kalkun harus

dtpelihara terpisah dari ayam. Burung-burung yang muda sebaiknya dtpelihara di atas

kawat kassa, sehingga kotoran tidak mencemari burung lainnya. Mengingat penularan

dapat melalui telur cacing Heterakhis, maka dijaga agar tidak kontak dengan ayam, yaitu

dengan membuat pagar.

Sirkulasi dan jaringan

Plasmodium

Penyebab

Burung merupakan hewan percobaan satusatunya untuk mempelajari malaria. Pertama kali

ditemukan pada Plasmodium berghei. Malaria pada burung merupakan spesies yang tidak

penting. Spesies dibagi berdasarkan bentuk gamon : Gamont yang berbentuk bulat : P.

cathemerium, P. galtinaceum, P. matutmum, P. relictum. Gamont yang mernanjang : P.

circumflexum, P. elongatum, P. rouxi, P. lophurae.

Plasmodium japonicum

Pada ayam dan burung di Amerika, Asia dan Afrika, meront bulat, ovoid dan tidak teratur.

Sel hospes seringkali menggeliat. Merogoni perlu waktu 24 jam. Vektor alami yang diketahui

adalah Culex sitiens dan C. annulus. Parasit ini dapat menjadi patogen menyebabkan timpa

membesar, cairan perikardial, parasrtemia tinggi dan distorsi sel darah merah. Burung mati

dengan gejala yang tidak jelas, lemah, lesu dengan palung pucat, suhu naik.

Plasmodium relictum

Parasit ini dijumpai hampir semua burung dengan gamont dan meront bulat tidak teratur dan

inti sel hospes dipindahkan. Siklus hidupnya perlu 36 jam. Banyak nyamuk sebagai vektor

spt Culex, Anopheles, Aedes, Culiseta dan merupakan spesies sangat pathogen.

Plasmodium gallinaceum

Parasit ini ditemukan pada ayam hutan di Asia Tenggara dengan gamont dan meront bulat.

Inti shospes dipindahkan tapi tidak dikeluarkan. Meront menghasilkan 8-30 merozoit. Vektor

Page 10: Penyakit Parasiter Pada Unggas

Universitas Gadjah Mada 10

alami nyamuk Mansoinia crassipes. Ayam-ayam yang terinfeksi relatif tahan namun pada

ayam peliharaan dapat mati. Suhu badan diketahui berfluktuasi.

Diagnosis

Diagnosa dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi protozoanya dalam usapan-usapan

darah yang diwarnai.

Pengobatan

Dapat dilakukan dengan pemberian Quinacrine, Choloroquine

Pencegahan dan pengendalian

Pencegahan tergantung pada nyamuk. Pengendalian nyamuk penting untuk mencegah

penyakit virus seperti equine encephalomyelitis.

Gejala klinis

Unggas dan burung yang terinfeksi dapat mati dengan gejala yang tidak jelas, lemah, tesu

dengan palung pucat, suhu naik. Anemia dan splenomegali serta kelumpuhan dan mati

karena sumbatan kapiler otak oleh stadia eksoeritrositik.

Leukositozoonosis

Penyebab

Leukositozoonosis merupakan penyakit parasiter pada unggas yang disebabkan oleh

protozoa Leucocytozoon sp. Makrogamet dan mikrogamet terdapat datem leukosit dalam

eritrosit, sementara itu merogoni terjadi dalam parenkim hati, jantung, ginjal dan organ

lainnya. Sebagai vektor-vektornya adalah lalat hitam (blackflies Simulium) atau Agas

(midges, Culicoides). Biasa ditemukan pada burung liar, itik, angsa, kalkun dan ayam

Leucocytozoon sabrazesi

Tidak biasa pada ayam dan unggas di hutan di amerika dan Asia Tenggara. Gamon dewasa

memanjang, sel-sel hospes berbentuk gelendong dengan tanduk sitoplasma panjang.

Parasit ini sebagai penyebab penyakit pada ayam dengan khas anemia, pyrexia, diarhea,

kaki lumpuh, keluar kotoran berlendir dari mulut.

L. simondi

Biasa pada itik-itik peliharaan dengan vektor lalat hitam (simulium) dan patogen pada itik

serta angsa.

Page 11: Penyakit Parasiter Pada Unggas

Universitas Gadjah Mada 11

L. smithi

Parasit ini terdapat pada kalkun peliharaan dengan vektor lalat hitam. Anak kalkun yang

terinfeksi tidak mau makan, lemah, terkulai, susah gerak. Organ-oragn dalam (limpa dan

hati) membesar.

Hospes

Protozoa ini berparastt pada ayam dan ayam mutiara di Asia dengan gamon-garnon

terdapat dalam eritrosit. Gamont dewasa bulat, inti sel hospes membentuk pita gelap

memanjang sampai kira-kira sepertiga keliling parasit

Siklus hidup

Dalam siklus hidupnya parasit ini membutuhkan vekto yaitu Culicoides arakawa, C.

circumscriptus dan C. odibilis. Zigotnya bulat diameter 14 m, memanjang menjadi ookinet

yang berjalan melalui dinding usus tengah membentuk oosista. Sporozort terbentuk dalam

kelenjar air liur masuk dalam hospes baru jika ada agas-agas menggigitnya. Meront

eksoeritrositik ada dalam ginjal, hati, paru-paru dan ruang-ruang berisi darah, jantung,

limpa, pankreas, timus, otot usus, trakea, ovarium, kel. adrenal dan otak. Gamont-gamont

muncul dalam darah perifer 14 setelah infeksi yang diternukan dalam eritroblast. Beberapa

galur tidak patogen, namun di Thailand sangat patogen dengan sebutan " The Bangkok

hemorrhagic disease" oleh L. caulleryi. C. arakawa berkembang dalam lumpur di sawah dan

berjangkit pada bulan juni pada waktu sawah siap tanam di Jepang

Gejala klinis

Ayam-ayam yang terserang akan anemik, pucat, lesu, diare, pial pucat, perdarahan di

pulmo, hepar dan ren. Tanda-tanda klinis ini disebabkan oleh megalomeron eksoeritrositik

yang menyebabkan perdarahan jika pecah. Perdarahan dari ginjal akan masuk ke dalam

rongga peritoneal

Pengobatan

Pengobatan dengan 1 ppm pyrimethamin, 50 ppm sulfonamid atau 125 clopidol. Obat-obat

ini tidak merusak meront atau gamont. Selain itu dapat diberikan 30 - 40 ppm

sulfamonomethoxin dalam pakan selama 29 hari dan dimulai 2 hari sebelum sporozoit

diinokulasi mencegah infeksi.

Page 12: Penyakit Parasiter Pada Unggas

Universitas Gadjah Mada 12

Haemoproteus

Penyebab

Penyebab dari penyakit ini adalah Haemoproteus sp. Gamont-gamnot dalam eritrosit

berbentuk halter memanjang dan menikung mengelilingi inti sel hospes. Merogoni terjadi di

dalam sel endotel darah terutama paru-paru. Sebagai vektomya adalah lalat kuda

Hippoboscidae dan agas Culicoides.

Haemoproteus columbae

Terdapat pada merpati piaraan dan liar. Makrogamet Dan mikrogamet dewwasa berbentuk

seperti sosis mengelilingi irrti sel hospes, Sel hospes tidak membesar. Mikrogamet punya 2

flagela.

Siklus hidup

Burung yang terinfeksi biia digigit oleh vektor diptera, lalat Hippoboscidae. Merogoni terjadi

dalam sel-sel endotel buluh darah paru-paru dan hati, limpa. Setelah merogoni merozoit

memasuki sel-sel darah merah dan menjadi makrogamet dan mikrogamont. Biasanya

muncul setelah 28-30 hari setelah infeksi. Dalam usus tengah vektor, mikrogamon

menghasilkan 4 mikrogamet, membuahi makrogamet membentuk zigot. Ookinet-ookinet

yang terjadi masuk ke dinding usus tengah dan membentuk oosista yang di dalamnya ada

sporozoit. Sporozoit masuk ke rongga tubuh dan kelenjar air liur yang kemudian akan

terkumpul disitu dan diinjeksikan pada hospes bila lalat menggigit. Merupakan spesies yang

sedkit patogen

Haemoproteus meleagridis

Parasit ini terapat pada kalkun. Makrogamet dan mikrogamet memanjang bentuk sosis

mengelilingi inti.

Siklus hidup

Siklus Haemoproteus mirip Plasmodium, kecuali merogoni terjadi tidak dalam eritrosit tapi

dalam sel endotel buluh - buluh darah, kemudian vektor bukan nyamuk tetapi lalat

hippoboscidae atau agas atau chrysops

Diagnosa

Diagnosa dengan cara menemukan dan mengidentifikasi protozoa dalam usapan darah

yang diwarnai.

Page 13: Penyakit Parasiter Pada Unggas

Universitas Gadjah Mada 13

Pencegahan dan Pengendalian

Pencegahan tergantung pada pengendalian vektornya.

Permukaan tubuh (kulit dan bulu)

Infestasi tungau ayam Penyebab

Dermanysus gallinae

Lokasi

Permukaan tubuh, terutama di kepala, pial, nasofaring.

Hospes

Ayam, kalkun, burung-burung liar.

Deskripsi

Nimfa dan dewasa sering hinggap di ayam untuk menghisap darah. Di bawati lingkungan

yang sesuai, Dermanysus dapat berkembang biak dengan cepat, menyebabkan iritasi,

anemia, dan kehilangan darah. Ukuran dewasa 0,7X0,4 mm, dengan warna yang bervariasi

mulai dari abu-abu hingga merah gelap tergantung darah yang ada di dalamnya.

Gejala klinis

Ayam-ayam menjadi menurun produksi telumya dan kematian terjadi karena kehilangan

darah.

Diagnosa

Didasarkan pada penemuan tungau dalam lingkungan kandang sepertl sangkar, litter, lantai

dan sebagainya. Tungau ini dapat dilihat dengan mata, khususnya setelah menghisap

darah. Sejumlah besar tungau ini dapat ditemukan di daerah nasofaring setelah ayam mati.

Terapi

Ayam yang terinfeksi diisolasi dan diberi acaricide berupa malathion, carbaryl,

pemnethrin, stirofos. Renting dilakukan adalah dengan pemberian desinfektan kandang.

Pencegahan dan pengendalian

Dengan memberikan acaricide pada kandang melalui spray.

Page 14: Penyakit Parasiter Pada Unggas

Universitas Gadjah Mada 14

Helminth iosis

Tracheophilus (Typhlocoelum)

T cymbius (T sisowi)

Lokasi

Pada trachea dan bronkus

Hospes

itik piaraan dan liar

Deskripsi

6-11,5X3 mm, Testis tidak bertobus, diagonal di posterior tubuh, Ovarium setinggi/sedikit

anterior dan testis anterior, Tettir 122 x 63 µm, Telur menetas jadi mirasidium (mengandung

1 redia), berenang di air. Kalau menjumpai siput yang sesuai, maka redia masuk (tidak ada

stadium sporosista), kemudian menjadi serkaria (11 hari), serkaria tidak berekor dan

intestinal yang seperti cincin dapat teriihat dan dijumpai adanya batil isap perut. Serkaria

menjadi sista di dalam siput, unggas terinfeksi karena makan siput.

Patogenesis

Dapat menyebabkan obstruksi trakea dan unggas dapat mati karena asphyxia.

Trichomoniosis

Penyebab

Trichomonas gallinae

Lokasi

Saluran pencernaan bagian atas (esofagus, faring, proventrikulus) dan hepar.

Hospes

Burung merpati, kalkun, dan ayam.

Deskripsi

Trichomonas pada unggas merupakan protozoa yang sering ditemukan terutama pada

burung merpati.

Page 15: Penyakit Parasiter Pada Unggas

Universitas Gadjah Mada 15

Gambaran patologis

Unggas yang terinfeksi terutama pada unggas muda di bagian esofagus, dan proventrikulus

menunjukan keradangan dan ulserasi.

Gejala klinis

Lesu, bau busuk dan mulut pada ayam yang terinfeksi. Lesi primer dijumpai di mukosa

orofaringea, kemudian diikuti invasi parasit ke kelenjar faring dan pentrasi progresif ke

lapisan epitel. Infeksi pada hepar dengan abses multipel diperkirakan merupakan penyebab

kematian pada unggas-unggas muda.

Diagnosa

Pada nekropsi, nampak lesi nekrotik kekuningan di bagian mulut, esofagus dan melebar ke

hepar. Biasanya parasit ditemukan di rongga mulut dan isi tembolok. Untuk melihat adanya

parasit, diperlukan pembuatan preparat darah apus. Untuk keberhasilan diagnosa,

dibututikan sampel yang masih segar.

Terapi

Pengobatan pada ayam tidak secara spesifik. Pada burung merpati dapat diberikan

metronidazol 60 mg/kg po dan dimetridazole 50 mg/kg po dalam pakan atau air minum

(0,05% selama 5-6 hari) dapat digunakan untuk menekan pertumbuhan parasit.

Pencegahan dan pengendalian

Pada burung dara liar dan burung lainnya sangat berperan dalam menularkan penyakit ini.

Untuk itu air minum sebaiknya selalu diganti.

Penutup

Topik pokok bahasan ini secara keseluruhan dapat dipahami intisarinya dengan cara

mahasiswa mengerjakan soal-soal berikut ini:

1. Jelaskan tentang penyakit-penyakit dan pengendalian koksidosis pada unggas!

2. Jelaskan tentang macam-macam penyakit cacing pada ayam !

3. Terangkan mengenai malaria pada unggas !

4. Sebutkan macam-macam arthropoda yang sering menyerang ayam !