penjelasan kehilangan tinggi akibat pusaran

38
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Umum Air sebagai sumber daya tidak dapat habis, karena jumlahnya dalam biosfer tidak terpengaruh dan tidak rusak oleh aktivitas dan pemanfaatan oleh manusia. Agar dapat dimanfaatkan, air harus terdapat pada tempat khusus dam mempunyai kualitas tertentu dan dianggap sebagai terbaharui, dan sering sebagai sumber daya yang langka, mempunyai masa daur ulang tergantung pada lokasi dan penggunaannya. Dalam mengelola sumber daya air, pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang No.7 tahun 2004 tentang sumber daya air yang mengatur (Sumber: HR. Mulyanto): 1. Menetapkan bahwa sumber daya air dikelola berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian serta transparansi dan akuntabilitas 2. Sumber daya air dikelola secara menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 3. Sumber daya air mempunyai fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi yang diselenggarakan dan diwujudkan secara selaras. Banjir merupakan permasalahan umum yang terjadi di sebagian wilayah Indonesia, terutama di daerah padat penduduk misalnya di kawasan perkotaan. Universitas Sumatera Utara

Upload: hafidh-fariez

Post on 25-Nov-2015

50 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

good learn

TRANSCRIPT

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Tinjauan Umum

    Air sebagai sumber daya tidak dapat habis, karena jumlahnya dalam

    biosfer tidak terpengaruh dan tidak rusak oleh aktivitas dan pemanfaatan oleh

    manusia. Agar dapat dimanfaatkan, air harus terdapat pada tempat khusus dam

    mempunyai kualitas tertentu dan dianggap sebagai terbaharui, dan sering sebagai

    sumber daya yang langka, mempunyai masa daur ulang tergantung pada lokasi

    dan penggunaannya.

    Dalam mengelola sumber daya air, pemerintah Indonesia mengeluarkan

    Undang-Undang No.7 tahun 2004 tentang sumber daya air yang mengatur

    (Sumber: HR. Mulyanto):

    1. Menetapkan bahwa sumber daya air dikelola berdasarkan asas kelestarian,

    keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan,

    kemandirian serta transparansi dan akuntabilitas

    2. Sumber daya air dikelola secara menyeluruh, terpadu, dan berwawasan

    lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sumber daya

    air yang berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

    3. Sumber daya air mempunyai fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi

    yang diselenggarakan dan diwujudkan secara selaras.

    Banjir merupakan permasalahan umum yang terjadi di sebagian wilayah

    Indonesia, terutama di daerah padat penduduk misalnya di kawasan perkotaan.

    Universitas Sumatera Utara

  • Oleh karena itu kerugian yang ditimbulkannya besar baik dari segi materi maupun

    kerugian jiwa, maka sudah selayaknya permasalahan banjir perlu mendapatkan

    perhatian yang serius dan merupakan permasalahan kita semua. Dengan anggapan

    bahwa, permasalahan banjir merupakan masalah umum, sudah semestinya dari

    berbagai pihak perlu memperhatikan hal-hal yang dapat mengakibatkan banjir dan

    sedini mungkin diantisipasi, untuk memperkecil kerugian yang ditimbulkan.

    (Sumber : Robert 2002)

    II.2 Faktor-faktor Penyebab terjadi banjir

    Faktor-faktor penyebab terjadinya banjir sangat banyak, Namun banjir yang

    terjadi bisa diakibatkan oleh dua faktor. Salah satu faktor yaitu kejadian alam

    dan faktor yang lain yaitu akibat tindakan manusia itu sendiri, yaitu antara

    lain (Sumber: Robert 2002):

    1. Curah Hujan

    Indonesia memiliki iklim tropis, dengan begitu Indonesia memiliki dua

    musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim kemarau terjadi

    pada bulan April-September dan musim Penghujan terjadi pada bulan

    Oktober-Maret. Dan dengan begitu jika curah hujan melebihi kapasitas

    tanggul sungai maka akan terjadi banjir.

    2. Pengaruh Fisiografi

    Fisiografi atau Geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan

    daerah pengaliran sungai (DPS), kemiringan sungai, geometrik hidrolik

    (bentuk penampang seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang, material

    Universitas Sumatera Utara

  • dasar sungai), lokasi sungai dan lain-lain. Merupakan hal-hal yang

    mempengaruhi terjadinya banjir.

    3. Erosi dan Sedimentasi

    Erosi di daerah pengaliran sungai (DPS) berpengaruh terhadap pengurangan

    kapasitas penampang sungai. Erosi menjadi problem klasik sungai-sungai di

    Indonesia. Besarnya sedimentasi akan mengurangi kapasitas saluran,

    sehingga timbul genangan dan banjir di sungai. Sedimentasi juga menjadi

    masalah besar pada sungai-sungai Indonesia.

    4. Kapasitas sungai

    Pengurangan kapasitas aliran banjir pada sungai dapat disebabkan oleh

    pengendapan berasal dari erosi DPS dan erosi tanggul sungai yang

    berlebihan dan sedimentasi di sungai itu karena tidak adanya vegetasi

    penutup dan adanya penggunaan lahan yang tidak tepat.

    5. Kapasitas drainase yang tidak memadai

    Hampir semua kota-kota di Indonesia mempunyai drainase daerah genangan

    yang tidak memadai, sehingga kota-kota tersebut sering menjadi langganan

    banjir di musim hujan.

    6. Pengaruh air pasang

    Air pasang laut memperlambat aliran sungai ke laut. Pada waktu banjir

    bersamaan dengan air pasang yang tinggi maka tinggi genangan atau banjir

    menjadi besar karena terjadi aliran balik (backwater). Genangan ini terjadi

    sepanjang tahun baik di musim hujan dan maupun di musim kemarau.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7. Perubahan kondisi DPS

    Perubahan DPS seperti pengundulan hutan, usaha pertanian yang kurang

    tepat, perluasan kota, dan perubahan tataguna lahan memberikan kontribusi

    yang besar terhadap naiknya kuantitas dan kualitas banjir.

    8. Kawasan kumuh

    Perumahan kumuh yang terdapat di sepanjang sungai, dapat merupakan

    penghambat aliran. Masalah kawasan kumuh dikenal sebagai faktor penting

    terhadap masalah banjir daerah perkotaan.

    9. Sampah

    Disiplin masyarakat untuk membuang sampah pada tempat yang ditentukan

    tidak baik, umumnya mereka langsung membuang sampah ke sungai. Di

    kota-kota besar hal ini sangat mudah dijumpai. Pembuangan sampah di alur

    sungai dapat meninggikan muka air banjir karena menghalangi aliran.

    10. Drainase lahan

    Drainase perkotaan dan pengembangan pertanian pada daerah bantuan banjir

    akan mengurangi kemampuan bantaran dalam menampung debit air yang

    tinggi.

    11. Bendung dan bangunan air

    Bendung dan bangunan lain seperti pilar jembatan dapat meningkatkan

    elevasi muka air banjir karena efek aliran balik (backwater).

    12. Kerusakan bangunan pengendalian banjir

    Menimbulkan kerusakan dan akhirnya tidak berfungsi dapat meningkatkan

    kuantitas banjir.

    Universitas Sumatera Utara

  • 13. Perencanaan sistim pengendalian banjir tidak tepat

    Beberapa sistim pengendalian banjir memang dapat mengurangi kerusakan

    akibat banjir kecil sampai sedang, tetapi mungkin dapat menambah

    kerusakan selama banjir-banjir yang besar. Sebagai contoh bangunan tanggul

    sungai yang tinggi. Limpasan pada tanggul pada waktu terjadi banjir yang

    melebihi banjir rencana dapat menyebabkan keruntuhan tanggul,

    menyebabkan kecepatan aliran yang sangat besar yang melalui bobolnya

    tanggul sehingga menimbulkan banjir yang besar.

    II.3. Pengendalian Banjir

    Menurut Robert J.Kodoatie (2002), pada hakekatnya pengendalian banjir

    merupakan suatu persoalan yang kompleks, karena dimensi rekayasanya

    (engineering) melibatkan banyak disiplin ilmu yang terkait antara lain: Hidrologi,

    Hidrolika, erosi DAS, teknik sungai, morphologi dan sedimentasi sungai,

    rekayasa sistem pengendalian banjir, system drainase kota, bangunan air dan lain-

    lain. Oleh karena itu suksesnya program peengendalian banjir juga tergantung dari

    aspek lainnya yang menyangkut sosial, ekonomi, lingkungan, institusi,

    kelembagaan, hukum dan lainnya.

    Dalam pembahasan kali ini akan dijelaskan tentang pengendalian banjir

    lebih dominan ke hidrolika, walaupun juga dijelaskan secara singkat tentang

    manajemen. Ada 4 strategi dasar untuk pengelolaan daerah banjir yang meliputi

    (Robert, 2002):

    1. Modifikasi kerentanan dan kerugian banjir (penentuan Zona atau pengaturan

    tata guna lahan).

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Modifikasi banjir yang terjadi (pengurangan) dengan bangunan pengontrol

    (waduk) atau normalisasi sungai.

    3. Modifikasi dampak banjir dengan penggunaan teknik mitigasi asuransi,

    penghindaran banjir (flood proofing)

    4. Pengaturan peningkatan kapasitas alam untuk dijaga kelestariannya seperti

    penghijauan.

    Alat atau cara yang harus dilakukan untuk empat strategi di atas

    digambarkan sebagai berikut (Sumber: Robert 2002):

    II. 3.1 Metode Struktur

    Pada dasarnya kegiatan penanggulangan banjir adalah suatu kegiatan yang

    meliputi aktifitas : mengenali besarnya debit banjir, mengisolasi daerah genangan

    banjir, dan mengurangi tinggi elevasi air banjir. Kegiatan penanggulangan banjir

    dengan bangunan pada umumnya mencakup kegiatan berikut ini:

    1. Perbaikan sungai dan pembuatan tanggul banjir untuk mengurangi besarnya

    resiko banjir di sungai.

    2. Pembuatan saluran floodway untuk mengalirkan sebagian atau seluruh air

    sungai.

    3. Pengaturan sistem pengaliran untuk mengurangi debit puncak banjir.

    Untuk menunjang keberhasilan pengendalian banjir diperlukan kegiatan

    pengelolaan dan perbaikan sungai, untuk meningkatkan kapasitas sungai,

    dilakukan kegiatan sebagai berikut (Sumber : Robert 2002):

    1. Menambah dimensi tampang alur sungai.

    2. Memperkecil nilai kekasaran alur sungai.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3. Pelurusan tau pemendekan alur sungai pada sungai berbelok atau bermeander.

    4. Pengendalian transport sedimen.

    Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemiilihan jenis

    bangunan pengendalian banjir adalah sebagai berikut:(Sumber : Robert 2002)

    1. Pengaruh regim sungai terutama erosi dan sedimentasi dan hubungannya

    dengan biaya pemeliharaan.

    2. Kebutuhan perlindungan erosi di daerah kritis.

    3. Pengaruh bangunan terhadap lingkungan.

    4. Perkembangan pembangunan daerah.

    5. Pengaruh bangunan terhadap kondisi aliran di sebelah hulu dan sebelah

    hilirnya.

    Jenis-jenis bangunan pengendali banjir yang merupakan bagian dari

    metode struktur, dapat diuaraikan sebagai berikut:(Sumber : Robert 2002)

    1. Bendungan

    Bendungan digunakan untuk menampung dan mengelola distribusi aliran

    sungai. Pengendalian diarahkan untuk mengatur debit air sungai di sebelah

    hilir bendungan. Faktor-faktor yang digunakan dalam pemilihan lokasi

    bendungan adalah sebagai berikut: (a) Lokasi mudah dicapai, (b) Topografi

    daerah memadai, dengan membentuk tampungan yang besar, (c) Kondisi

    geoologi tanah, (d) Ketersediaan bahan bangunan, (e) Tujuan serbaguna, (f)

    Pengaruh bendungan terhadap lingkungan, dan (g) Umumnya bendung

    terletak disebelah hulu daerah yang diilindungi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Kolam penampungan (retension basin)

    Seperti halnya bendungan, kolam penampungan (retension basin) berfungsi

    untuk menyimpan sementara debit sungai sehingga puncak banjir dapat

    dikurangi. Tingkat pengurangan banjir tergantung pada karakteristik hidrograf

    banjir, volume kolam dan dinamika beberapa bangunan outlet. Wilayah yang

    biasa digunakan untuk kolam penampungan biasanya di daerah dataran rendah

    atau rawa. Dengan perencanaan dan pelaksanaan tataguna lahan yang baik,

    kolam penampungan dapat digunakan untuk pertanian. Untuk strategi

    pengendalian yang andal diperlukan : (a) Pengontrolan yang memadai untuk

    menjamin ketepatan peramalan banjir, (b) Peramalan banjir yang andal dan

    tepat waktu untuk perlindungan atau evakuasi, dan (c) Sistim drainase yang

    baik untuk mengosongkan air dari daerah tampungan secepatnya setelah banjir

    reda.

    3. Tanggul penahan banjir

    Tanggul banjir adalah penghalang yang di desain untuk menahan air banjir di

    palung sungai untuk melindungi air disekitarnya. Tanggul banjir sesuai untuk

    daerah-daerah dengan memperhatikan faktor-faktor berikut: (a) Dampak

    tanggul terhadap regim sungai, (b) Tinggi jagaan dan kapasitas debit sungai

    pada bangunan-bangunan sungai misalnya jembatan, (c) Ketersediaan bahan

    bangunan setempat, (d) Syarat-syarat teknis dan dampaknya terhadap

    pengembangan wilayah, (e) Hidrograf banjir yang lewat, (f) Pengaruh

    limpasan, penambangan, longsoran, dan bocoran, (g) Pengaruh tanggul

    Universitas Sumatera Utara

  • terhadap lingkungan, (h) Elevasi muka air yang lebih tinggi di alur sungai,

    dan (i) Lereng tanggul dengan tepi sungai yang relatif stabil.

    4. Saluran by pass

    Saluran by pass adalah saluran yang digunakan untuk mengalihkan sebagian

    atau seluruh aliran air banjir dalam rangka mengurangi debit banjir pada

    daerah yang dilindungi. Faktor-faktor yang penting sebagai pertimbangan

    dalam desain saluran by pass adalah sebagai berikut: (a) Biaya pelaksanaan

    yang relative mahal, (b) Kondisi topografi dari rute alur baru, (c) Bangunan

    terjunan mungkin diperlukan di saluran by pass untuk mengontrol kecepatan

    air dan erosi, (d) Kendala-kendala geologi timbul sepanjang alur by pass

    (contoh membuat saluran sampai batuan dasar), (e) Penyediaan air dengan

    program pengembangan daerah sekitar sungai, (f) Kebutuhan air harus

    tercukupi sepanjang aliran sungai asli di bagian hilir dari lokasi percabangan,

    (g) Pembagian air akan berpengaruh pada sifat alami daerah hilir mulai dari

    lokasi percabangan by pass.

    5. Sistim pengerukan/normalisasi alur sungai

    Sistem pengerukan atau normalisasi saluran adalah bertujuan memperbesar

    kapasitas tampung sungai dan mmemperlancar aliran. Analisis yang harus

    diperhitungkan adalah analisis hidrologi, hidraulika, dan analisis sedimentasi.

    Anaalisis perhitungan perlu dilakukan dengan cermat mengingat kemungkinan

    kembalinya sungai ke bentuk semula sangat besar. Normalisasi diantaranya

    kegiatan-kegiatan melebarkan sungai, mengarahkan alur sungai dan

    memperdalam sungai (pengerukan). Untuk mengarahkan sungai dan

    Universitas Sumatera Utara

  • melebarkan penampangnya sering terjadi diperlukan pembebasan lahan. Oleh

    karena itu dalam kajiannya harus juga memperhitungkan aspek ekonomi

    (ganti rugi) dan aspek social bagi terutama bagi masyarakat atau stakeholders

    lainnys yang merasa dirugikan akibat lahannya berkurang.

    6. Sistim drainase khusus

    Sistem drainase khusus sering diperlukan untuk memindahkan air dari daerah

    rawan banjir karena drainase yang buruk secara alami tau karena ulah

    manusia. System khusus tipe gravitasi dapat terdiri dari saluran-saluran alami.

    Alternatif dengan pemompaan mungkin diperlukan untuk daerah buangan

    dengan elevasi air di bagian hilir terlalu tinggi. Sistem drainase khusus

    biasanya digunakan untuk situasi berikut: (a) Daerah perkotaan dimana

    drainase alami tidak memadai, (b) Digunakan untuk melindungi daerah pantai

    dari pengaruh gelombang, (c) Daerah genangan/bantaran banjir dengan

    bangunan flood wall/dinding penahan banjir.

    Desain dari sistem drainase khusus berdasarkan pertimbangan berikut: (a)

    Topografi, karakteristik infiltrasi dan luas daerah yang akan dilindungi, (b)

    Kecepatan dan waktu hujan serta aliran permukaan, (c) Volume dari air yang

    ditahan, dan (d) Periode banjir.

    Adapun kriteria yang digunakan dalam pemilihan bangunan adalah: (a)

    Apabila elevasi air buangan lebih rendah dari elevasi daerah yang dilindungi,

    dapat diguunakan outlet sederhana, (b) Apabila fluktuasi perubahan elevasi air

    berubah-ubah diperlukan pintu-pintu otomatis, dan (c) Stasiun pompa

    Universitas Sumatera Utara

  • diperlukan apabila elevasi air buangan lebih tinggi dari daerah yang

    dilindungi.

    II.3.2 Metode Non Struktur

    Analisis pengendalian banjir dengan tidak menggunakan bangunan

    pengendali akan memberikan pengaruh cukup baik terhadap regim sungai. Contoh

    aktifitas penanganan tanpa bangunan adalah sebagai berikut: (Sumber : Robert 2002)

    1. Pengelolaan DPS untuk mengurangi limpasan air hujan DPS.

    2. Kontrol pengembangan daerah genangan termasuk peraturan-peraturan

    penggunaan lahan.

    3. Konstruksi gedung atau bangunan yang dibuat tahan banjir dan tahan air.

    4. Sistem peringatan dan ramalan banjir.

    5. Rencana asuransi nasional atau perorangan.

    6. Rencana gerakan siap siaga dalam keadaan darurat banjir.

    7. Pengoperasian cara kerja pengendalian banjir.

    8. Partisipasi masyarakat.

    9. Law-Enforcement.

    II.4. Aliraan Saluran

    II.4.1. Saluran Terbuka dan sifat-sifatnya

    Saluran terbuka adalah saluran yang mengalirkan air dengan permukaan

    bebas. Menurut Ven te chow, saluran terbuka dibagi berdasarkan klasifikasi-

    klafisikasinya, dan jenis-jenis saluran terbuka tersebut adalah sebagai berikut:

    Universitas Sumatera Utara

  • II.4.1.1 Klasifikasi saluran terbuka berdasarkan asal-usul

    1. Saluran Alam (Natural channel).

    Contoh: sungai-sungai kecil di daerah hulu (pegunungan) hingga sungai

    besar di muara.

    2. Saluran buatan (Artificial channel).

    Di lapangan, saluran buatan (Artificial channel) bisa berupa:

    a) Canal: semacam parit dengan kemiringa dasar yang landai,

    berpenampang segi empat, segi tiga, Trapesium, maupun

    lingkaran. Terbuat dari galian tanah, pasangan batu, beton, kayu

    maupun logam.

    b) Talang (flume): Semacam selokan kecil yang terbuat dari logam,

    beton atau kayu yang melintas di atas permukaan tanah dengan

    suatu penyangga.

    c) Got miring (chute) : semacam selokan dengan kemiringan dasar

    yang relative curam.

    d) Bangunan Terjun (Drop structure) : semacam selokan dengan

    kemiringan yang tajam. Perubahan muka air terjadi. Perubahan

    muka air terjadi pada jarak yang dekat.

    e) Gorong-gorong (culvert) : saluran tertutup yang melintasi jalan

    atau menerobos gundukan tanah dengan jarak yang relative

    pendek.

    f) Terowongan (tunnel) : Saluran tertutup yang melintasi gundukan

    tanah atau bukit dengan jarak yang relative panjang.

    Universitas Sumatera Utara

  • II.4.1.2Klasifikasi saluran terbuka berdasarkan konsistensi bentuk

    penampang dan kemiringan dasar

    1. Saluran prismatik (prismatic channel)

    Yaitu saluran yang bentuk penampang melintang dan kemiringan dasarnya

    tetap. Contoh: saluran drainase,saluran irigasi.

    2. Saluran non prismatik ( non prismatic channel)

    Yaitu saluran yang bentuk penampang melintang dan kemiringan

    dasarnya berubah-ubah. Contoh: Sungai.

    II.4.1.3Klasifikasi saluran terbuka berdasarkan geometri penampang

    melintang;

    1) Saluran berpenampang segi empat.

    2) Saluran berpenampang trapesium.

    3) Saluran berpenampang segitiga.

    4) Saluran berpenampang lingkaran.

    5) Saluran berpenampang parabola.

    6) Saluran berpenampang segi empat dengan ujung dibulatkan (diberi filet

    berjari-jari tertentu).

    7) Saluran bepenampang segitiga dengan ujung dibulatkan (diberi filet

    berjari-jari tertentu).

    II.5. Geometri penampang melintang saluran

    Geometri penampang saluran biasanya seperti berikut:

    1) Saluran alam (natural channel): Tidak beraturan, bervariasi mulai dari

    bentuk hiperbola hingga trapesium.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2) Saluran buatan (Artificial channel) Terbuka: Beraturan, berpenampang

    segiempat, segitiga, trapesium, trapesium ganda, lingkaran hingga

    parabola.

    3) Saluran buatan (Artificial channel) Tertutup : Lingkaran, Bujur sangkar,

    elips.

    II.5.1 Unsur-unsur geometric penampang saluran

    Unsur-unsur geometric penampang saluran terdiri:

    1) Kedalaman aliran (h) : jarak vertical titik terendah dasar saluran hingga

    permukaan air.

    2) Lebar dasar (B) : Lebar penampang melintang bagian bawah (dasar).

    3) Kemiringan dinding (m) : Angka penyebut pada perbandingan antara sisi

    vertical terhadap sisi horizontal.

    4) Luas basah (A) : luas penampang melintang yang tegak lurus aliran.

    5) Keliling basah (P): Panjang gaaris perpotongan dari permukaan basah

    saluran dengan bidang penampang melintang yang tegak lurus arah aliran.

    6) Jari-jari hidraulik (R) : Perbandingan antara luas basah A dengan keliling

    basah P.

    Cara menghitung geometris penampang saluraan berbentuk Trapesium:

    Penampang basah total:

    .....(2.1)

    Dimana: A= Luas penampang basah

    m= Kemiringan dinding saluran

    h= Kedalaman luas basah maksimum

    Universitas Sumatera Utara

  • Keliling basah total:

    ....(2.2)

    Dimana: P = Keliling basah

    B= Lebar penampang

    m= Kemiringan dinding saluran

    h=kedalaman luas basah maksimum

    Jari-jari Hidraulik:

    ....(2.3a)

    (2.3b)

    Dimana: R = Jari-jari hidraulik

    A= Luas penampang basah

    P= Keliling basah

    h=kedalaman luas basah

    m=Kemiringan dinding saluran

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 2.1 Penampang Saluran Trapesium

    Untuk penampang berbentuk segi empat maupun segi tiga, maka unsur

    geometrisnya adalah identik. Hanya saja yang berbeda adalah harga B dan y.

    untuk penampang segi empat harga y=0, untuk penampang segi tiga harga B=0.

    Cara menghitung geometris penampang saluran berbentuk segi empat:

    Penampang basah : m=0

    .(2.4a)

    ....(2.4b)

    Dimana: A= Luas penampang basah

    B= Lebar penampang

    h= kedalaman luas basah maksimum

    Keliling basah P:

    ......(2.5)

    y

    x

    Universitas Sumatera Utara

  • Dimana: P= Keliling basah

    B= Lebar penampang

    h= kedalaman luas basah maksimum

    Jari-jari Hidrolik(R):

    .....(2.6a)

    ....(2.6b)

    Dimana: R= Jari-jari hidrolik

    A=Luas penampang basah

    B= lebar penampang

    h= kedalaman luas penampang maksimum

    P= keliling basah

    Gambar 2.2 Penampang Saluran Persegi

    Universitas Sumatera Utara

  • Cara menghitung geometris penampang saluran berbentuk segitiga: (B=0)

    Penampang basah :

    ...(2.7a)

    ...(2.7b)

    Dimana: A=luas penampang

    B=lebar penampang

    m=kemiringan dinding saluran

    h=kedalaman luas penampang maksimum

    Keliling basah P:

    .......(2.8a)

    ....(2.8b)

    Dimana: P=keliling basah

    B=lebar penampang

    h=kedalaman luas penampang maksimum

    m=kemiringan dinding saluran

    Jari-jari hidraulik (R):

    ...(2.9a)

    ....(2.9b)

    Dimana: R=jari-jari hidraulik

    A=luas penampang

    m=kemiringan dinding saluran

    Universitas Sumatera Utara

  • h=kedalaman luas penampang maksimum

    Tabel 2.1. Unsur-Unsur geometris penampang saluran

    (Sumber: Ven Te Chow,1997)

    II.6. Rumus Manning

    Pada tahun 1889 seorang insinyur Irlandia, Robert Manning

    mengemukakan sebuah rumus yang akhirnya diperbaiki menjadi rumus yang

    sangat dikenal sebagai

    .(2.10)

    Dimana: V= kecepatan aliran

    R= jari-jari hidrolik

    Universitas Sumatera Utara

  • n= koefisien kekasaran (manning)

    S= kemiringan energi

    II.6.1 Penentuan koefisien kekasaran manning

    Kesulitan terbesar dalam pemakaian rumus Manning ataupun rumus

    Ganguillet-kutter adalah menentukan koefisien kekasaran n, sebab tidak ada cara

    yang tertentu untuk pemilihan nilai n. pada tingkat pengetahuan saat ini, memilih

    suatu nilai n sebenarnya berarti memperkirakan hambatan aliran pada saluran

    tertentu, yang benar-benar tidak dapat diperhitungkan. Untuk insinyur ahli, hal ini

    berarti sedikit latihan penentuan teknis dan pengalaman untuk pemula tidak lebih

    dari suatu dugaan, dan setiap orang akan memiliki hasil yang berbeda.

    Untuk sekedar tuntunan bagi penentuan yang wajar mengenai koefisien

    kekasaran, terdapat 4 (empat) pendekatan umum, yakni:

    1. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi nilai n dan hal ini memerlukan

    suatu pengetahuan dasar mengenai persoalannya dan kadar perkiraannya.

    2. Mencocokkan tabel dari nilai-nilai n untuk berbagai tipe saluran.

    3. Memeriksa dan memahami sifat beberapa saluran yang koefisien

    kekasarannya telah diketahui.

    4. Menentukan nilai n dengan cara analitis berdasarkan distribusi kecepatan

    teoritis pada penampang saluran dan data pengukuran kecepatan maupun

    pengukuran kekasaran.

    (Sumber: Ven Te chow,1997)

    Universitas Sumatera Utara

  • II.6.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien kekasaran manning.

    Suatu saluran tidak harus memiliki satu nilai n saja untuk setiap keadaan.

    Sebenarnya nilai n sangat bervariasi dan tergantung pada berbagai faktor. Dalam

    memilih nilai n yang sesuai untuk berbagai kondisi perancangan maka adanya

    pengetahuan dasar tentang faktor-faktor tersebut akan sangat banyak membantu.

    Faktor-faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap koefisien kekasaran

    baik bagi saluran buatan maupun alam diuraikan di bawah ini:

    (Sumber : Ven Te Chow)

    1) Kekasaran permukaan

    Kekasaran permukaan ditandai dengan ukuran dan bentuk butiran bahan

    yang membentuk luas basah dan menimbulkan efek hambatan terhadap

    aliran. Hal ini sering dianggap sebagai satu-satunya faktor dalam memilih

    koefisien kekasaran, tetapi sebenarnya hanyalah satu dari beberapa faktor

    utama lainnya. Secara umum dikatakan bahwa butiran halus mengakibatkan

    nilai n yang relative rendah dan butiran kasar memiliki nilai n yang tinggi.

    2) Tetumbuhan

    Tetumbuhan dapat digolongkan dalam jenis kekasaran permukaan, tetapi hal

    ini juga memperkecil kapasitas saluran dan menghambat aliran. Efeknya

    terutama tergantung pada tinggi, kerapatan, distribusi dan jenis tetumbuhan,

    dan hal ini sangat penting dalam perancangan saluran pembuangan yang

    kecil.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3) Ketidakteraturan saluran

    Mencakup pola ketidakteraturan keliling basah dan variasi penampang,

    ukuran dan bentuk di sepanjang saluran. Pada saluran alam, ketidakteraturan

    seperti ini biasanya diperlihatkan dengan adanya alur-alur pasir, gelombang

    pasir, cekungan dan gundukan, lubang-lubang dan tonjolan di dasar saluran.

    Ketidakteraturan ini jelas menandakan kekasaran sebagai tambahan dari

    yang ditimbulkan oleh kekasaran permukaan dan faktor-faktor lainnya.

    4) Trase saluran

    Kelengkungan yang landai dengan garis tengah yang besar akan

    mengakibatkan nilai n yang relative rendah, sedangkan kelengkungan yang

    tajam dengan belokan-belokan yang patah akan memperbesar nilai n.

    5) Pengendapan dan penggerusan.

    Secara umum, pengendapan dapat mengubah saluran yang sangat tidak

    beraturan menjadi cukup beraturan dan memperkecil n, sedangkan

    penggerusan dapat berakibat sebaliknya dan memperbesar n. namun efek

    utama dari pengendapan akan tergantung pada sifat alamiah bahan yang

    diendapkan.

    6) Hambatan

    Adanya balok sekat, pilar jembatan dan sejenisnya cenderung memperbesar

    n. besarnya kenaikan ini tergantung pada sifat alamiah hambatan, ukuran,

    bentuk, banyaknya dan penyebarannya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7) Ukuran dan bentuk saluran.

    Belum ada bukti nyata bahwa ukuran dann bentuk saluran merupakan faktor

    penting yang mempengaruhi nilai n. perbesaran jari-jari hidrolik dapat

    memperbesar maupun memperkecil n.

    8) Taraf Air dan Debit

    Nilai n pada saluran umumnya berkurang bila taraf air dan debitnya

    bertambah. Bila air rendah, ketidakteraturan dasar saluran akan menunjol

    dan efeknya kelihatan. Namun nilai n dapat pula besar pada taraf air tinggi

    bila dinding saluran kasar dan berumput.

    Bila debit terlalu besar, air banjir dapat melimpas ke tebing-tebingnya dan

    sebagian aliran akan mengairi bantaran banjir. Nilai n pada bantaran banjir

    biasanya lebih besar dari pada di saluran, dan besarnya tergantung pada

    kondisi permukaan dan tetumbuhannya.

    9) Perubahan Musiman

    Akibat pertumbuhan musiman dari tanaman-tanaman air, rumput, willow

    dan semak-semak di saluran atau di tebing, nilai n dapat bertambah pada

    musim semi dan berkurang pada musim dingin. Perubahan musiman ini

    dapat menimbulkan perubahan faktor-faktor lainnya.

    10) Endapan Melayang dan Endapan Dasar

    Bahan-bahan yang melayang dan endapan yang dasar, baik yang bergerak

    maupun yang tidak bergerak akan menyerap energy dan menyebabkam

    kehilangan tinggi energy atau memperbesar kekasaran saluran.

    (Sumber: Ven Te Chow, 1997)

    Universitas Sumatera Utara

  • II.7. TINGGI MUKA AIR SUNGAI

    Menurut Ven Te Chow, perhitungan profil muka air sungai aliran berubah

    lambat laun pada dasarnya meliputi penyelesaian dinamis dari aliran berubah

    lambat laun. Sasaran utama dari perhitungan ini telah menentukan profil muka air.

    Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk menghitung profil muka air pada

    aliran permanen tidak beraturan, diantaranya adalah:

    1. Metode Integrasi Grafis.

    2. Metode Integrasi Langsung.

    3. Metode Tahapan Langsung.

    4. Metode tahapan Standard.

    II.7.1 Metode Integrasi Grafis

    Dasar metode ini adalah mengintegrasikan persamaan dinamis dari aliran

    berubah lambat laun secara grafis. Dipilih dua penampang saluran dengan jarak

    berturut-turut x1 dan x2 terhadap suatu titik awal dan dengan kedalaman berturut-

    turut y1 dan y2.

    Apabila beberapa nilai y dan dihitung nilai-nilai dx/dy yang berkebalikan

    dengan suku kanan persamaan aliran berubah lambat laun. Kemudian buatlah

    lengkung terhadap dy/dx. Menurut persamaan jelas bahwa nilai x sama dengan

    luas daerah yang diarsir yang terbentuk oleh lengkung, sumbu y dan ordinat dy/dx

    sesuai dengan y1 dan y2. Luas ini dapat dihitung dan ditentukan pula nilai x nya.

    Metode ini sangat luas pemakaiannya, dapat dipakai untuk aliran dalam

    saluran prismatik maupun tak prismatik dengan berbagai bentuk dan kemiringan.

    Prosedurnya tidak berbelit-belit dan mudah diikuti. Namun dapat pula menjadi

    Universitas Sumatera Utara

  • berlarut-larut bila diterangkan untuk persoalan yang sesungguhnya. Contoh yang

    relatif sederhana diberikan disini sekedar untuk menggambarkannya.

    ( Sumber : Ven Te Chow)

    II.7.2 Metode Integrasi langsung

    Persamaan diferensial aliran berubah lambat laun tidak dapat dinyatakan

    secara tegas untuk y pada setiap jenis penampang melintang saluran, sehingga

    suatu integrasi langsung yang tepat terhadap persamaan tersebut sesungguhnya

    praktis telah dapat dilakukan. Berbagai usaha telah dilakukan, baik untuk

    menyelesaikan persamaan bagi kejadian-kejadian khusus maupun membuat

    permisalan agar persamaan tersebut dapat diintegrasikan secara matematis.

    Prosedur perhitungan metode integrasi langsung adalah sebagai berikut:

    1. Hitung kedalaman normal yn dan kedalaman kritis yc berdasarkan data Q dan

    S0

    2. Tentukan eksponen hidrolik N dan M untuk suatu kedalaman rata- rata yang

    diperkirakan di bagian saluran yang diselidiki. Dianggap bahwa penampang

    saluran yang diselidiki memiliki eksponen hidrolik yang konstan.

    3. Hitung J dari J= N/(N-M +1)

    4. Hitung nilai-nilai u= y/yn dan v=uN/J

    pada kedua penampang bagian saluran.

    5. Hitung panjang bagian saluran

    (Sumber : Ven Te Chow)

    Universitas Sumatera Utara

  • II.7.3 Metode Tahapan Langsung

    Secara umum metode tahapan dinyatakan dengan membagi saluran

    menjadi bagian-bagian salutan yang pendek, lalu menghitung secara bertahap dari

    suatu ujung ke ujung saluran lainnya. Ada berbagai jenis metode tahapan ini.

    Beberapa metode tampaknya lebih baik daripada yang lainnya ditinjau dari segi

    tertentu, tetapi belum ada satu metode yang di anggap paling baik untuk dipakai

    dalam setiap masalah. Metode tahapan langsung merupakan metode sederhana

    yang dapat dipakai untuk saluran prismatik.

    (Sumber: Ven Te Chow)

    ..(2.11)

    ........(2.12)

    Dengan E energy Spesifik, atau anggap:

    .....(2.13a)

    .......(2.13b)

    ......(2.13c)

    Dimana: y=Kedalaman aliran

    V=Kecepatan aliran

    =Koefisien energy

    S0=Kemiringan dasar

    Sf=Kemiringan gesek

    Universitas Sumatera Utara

  • Langkah-langkah menghitung Metode Tahapan Langsung (Direct Step

    Method):

    Kolom 1,(h) : Kedalaman yang mendekati kedalaman normal secara asimptotis

    pada jarak tak terhingga. Oleh karena itu, perhitungan profil

    muka air dihentikan jika kedalaman air pada kisaran 1 persen

    dari kedalaman normal.

    Kolom 2,(A) : Luas potongan melintang dengan kedalaman pada kolom 1.

    Kolom 3,(R) : Jari-jari hidraulik, R=A/P, dimana P= keliling basah untuk

    kedalaman air pada kolom 1.

    Kolom 4,(V2/2g): Tinggi kecepatan, dimana kecepatan (V), dihitung dengan

    membagi debit (Q), dengan luas penampang melintang (A)

    dari kolom 2.

    Kolom 5,(E) : Energi spesifik (E), dihitung dengan menjumlahkan kedalaman

    air (h) pada kolom 1, dengan tinggi kecepatan (v2/2g) pada

    kolom 4.

    Kolom 6,(E=E2-E1): Kolom ini diperoleh dari mengurangkan harga E pada

    kedalaman yang bersangkutan dengan E untuk kedalaman

    sebelumnya.

    Kolom 7,(Sf) : Dengan menggunakan angka kekasaran Manning (n) tertentu,

    maka dengan , harga Sf dapat dihitung.

    Universitas Sumatera Utara

  • Kolom 8,( ) : Rata-rata Sf pada kedalaman yang bersangkutan dan kedalaman

    sebelumnya. Kolom ini dibiarkan kosong untuk baris pertama,

    karena disini belum ada kedalaman sebelumnya.

    Kolom 9,(S0- ) : Harga pada kolom ini diperoleh dari mengurangkan pada

    kolom 8 terhadap S0.

    Kolom 10,(X= X2-X1): Pertambahan jarak dihitung dari persamaan yaitu dengan

    membagi kolom 6 dengan kolom

    Kolom 11,(X) : Merupakan jarak dari titik control sampai kedalaman yang

    ditinjau dan merupakan akumulasi dari X dari kolom 10.

    (Sumber : Ven Te Chow)

    Gambar 2.3. Bagian Saluran untuk menurunkan Metode Tahapan

    Universitas Sumatera Utara

  • II.7.4 Metode Tahapan Standard (Standard Step Method)

    Metode ini dapat juga dipakai untuk saluran tak prismatik. Pada saluran tak

    prismatik, unsur hidrolik tergantung pada jarak di sepanjang saluran. Pada saluran

    alam, biasanya perlu dilakukan penelitian lapangan untuk mengumpulkan data

    yang diperlukan pada setiap penampang yang perlu dihitung. Perhitungan

    dilakukan tahap demi tahap dari suatu pos pengamat ke pos berikutnya yang sifat-

    sifat hidroliknya telah ditetapkan. Dalam hal ini jarak setiap pos diketahui dan

    dilakukan penentuan kedalaman aliran di tiap pos. cara semacam ini biasanya

    dibuat berdasarkan perhitungan coba-coba.

    (Sumber : Ven Te chow)

    Untuk menjelaskan cara ini dianggap bahwa permukaan air terletak pada

    suatu ketinggian dari bidang mendatar. Dalam gambar 2.3, tinggi muka air di atas

    bidang datar pada kedua ujung penampang dapat dijelaskan dengan persamaan

    sebagai berikut:

    ...(2.14)

    ......(2.15)

    Kehilangan tekanan akibat gesekan adalah:

    ......(2.16)

    Dengan kemiringan gesekan Sf diambil sebagai kemiringan rata-rata pada

    kedua ujung penampang atau fS .

    Masukkan besaran di atas, maka dapt ditulis sebagai berikut:

    Universitas Sumatera Utara

  • ef hhg

    vZ

    g

    vZ

    22

    2

    222

    2

    111 ............................................................(2.17)

    dengan he ditambahkan untuk kehilangan tekanan akibat pusaran, yang cukup

    besar pada saluran tak prismatik. Sampai kini belum ada metode rasional untuk

    menghitung kehilangan tekanan akibat pusaran. Kehilangan ini terutama

    tergantung pada perubahan tinggi kecepatan dan dapt dinyatakan sebagai bagaian

    dari padanya, atau )2/.( 2 gVk dengan k suatu koefisien. Untuk bagian saluran

    yang lambat laun melebar atau menyempit, berturut-turut k = 0 sampai 0,1 dan

    0,2. Untuk pelebaran atau penyempitan tiba-tiba, nilai k sekitar 0,5. Untuk saluran

    prismatik yang umum kehilangan tekanan akibat pusaran praktis tidak ada, atau k

    = 0. Untuk mempermudah perhitungan kadang-kadang he dianggap sebagai

    bagian dari kehilangan tekanan akibat gesekan dan nilai n Manning akan

    meningkat pula dalam menghitung hf. Lalu dalam perhitungan he diambil nol.

    Maka,

    H2 = H1 + hf + he.......................................................................................................................(2.18)

    Inilah persamaan dasar yang merupakan dasar urutan metode tahapan standar.

    Metode tahapan standar akan memberikan hasil yang terbaik bila dipakai

    menghitung saluran alam.

    Dimana: Z1 = Tinggi muka air dari dasar saluran pada penampang pertama (m)

    Z2 = Tinggi muka air dari dasar saluran pada penampang kedua (m)

    V1 = Kecepatan aliran pada penampang pertama (m/s)

    V2 = Kecepatan aliran pada penampang kedua (m/s)

    hf =Kehilangan energy akibat gesekan dasar saluran

    Universitas Sumatera Utara

  • he =Kehilangan energy akibat pusaran

    g =Percepatan gravitasi (m/s2)

    x = Jarak interval antara penampang pertama dan kedua (m)

    S0 =Kemiringan dasar saluran

    Sf =Kemiringan garis energi

    H1 =Tinggi tekanan total pada penampang pertama

    H2 =Tinggi tekanan total pada penampang kedua

    Langkah-Langkah menghitung Metode Tahapan Standard, Tahapan

    perhitungan disusun dalam bentuk daftar, nilai-nilai di setiap kolom dalam tabel

    tersebut dijelaskan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

    Kolom 1 (X) : Jarak lokasi titik dimana kedalaman airnya dihitung

    Kolom 2 (EDS) :Elevasi Dasar sungai

    Kolom 3 (EMA) : Elevasi Muka air Banjir

    Kolom 4 (z) : Tinggi muka air dari dasar saluran

    Kolom 5 ( ) : Luas penampang basah (A)

    Kolom 6 ( ) : Debit aliran yang diambil dari data Design Note

    Kolom 7 ( ) : Kecepatan aliran , dimana A luas penampang diambil

    dari kolom 5 dan Q dari kom 6

    Kolom8 ( ) : Tinggi kecepatan sesuai dengan kecepatan pada kolom 7.

    Universitas Sumatera Utara

  • Kolom9 ( ) : Total tinggi energi, merupakan penjumlahan ketinggian dasar

    saluran (z),pada kolom 4, dan tinggi energy kolom 8 atau

    .

    Kolom10 (P) : Keliling basah penampang

    Kolom 11 (R) : Jari-jari hidrolis untuk kedalaman air adalah , dimana A

    luas penampang basah dari kolom 6, dan P keliling basah

    pada kolom 10.

    Kolom 12 : Jari-jari hidrolis dipangkatkan empatpertiga

    Kolom 13 ( : Kemiringan garis energi yang dihitung berdasarkan

    persamaan

    Kolom 14 ( ) : Rata-rata pada kedalaman yang bersangkutan dan

    kedalaman sebelumnya untuk jarak yang ditentukan.

    Kolom 15 Jarak antara titik yang dihitung kedalaman airnya dan lokasi

    yang telah diihitung kedalaman air sebelumnya.

    Kolom 16 ( : Kehilangan tinggi energy akibat gesekan sepanjang ,

    dihitung dari persamaan, , dimana diambil dari

    kolom 14 dan dari kolom 15.

    Kolom 17 (he) : Kehilangan energi akibat pusaran

    Kolom 18 ( ) : merupakan tinggi energi total, yang dihitung dari penambahan

    kehilangan tinggi energi, dengan tinggi eneri Total (H di

    Universitas Sumatera Utara

  • kolom 9) pada perhitungan sebelumnya. Jika selisih pad

    kolom 9 dan pada kolom 18 berada pada kisaran yang

    dapat diterima, maka perkiraan kedalaman air (z) pada

    kolom 4 merupakan kedalaman air yang dicari pada titik

    tersebut, dan perhitungan dapat dilanjutkan pada titik

    berikutnnya. Sebaliknya, jika selisih masih jauh maka perlu

    diulang dengan harga (z) yang baru.(Sumber : Ven Te Chow)

    II.8. Erosi dan Sedimentasi

    Erosi dan sedimentasi merupakan suatu proses yang terkait. Erosi pada

    daerah hulu daerah pengaliran sungai terjadi bervariasi mulai erosi permukaan

    (sheet erosion), erosi alur, erosi jurang, dan erosi tebing.(Sumber: Suripin 2004).

    Menurut CD. Soemarto 1995, di alam kita ini erosi dan sedimentasi dapat

    disebabkan oleh angin, air atau aliran gletser (es).

    Erosi dan pengangkutan sedimen yang dilakukan oleh air merupakan suatu

    proses penting dalam pembentukan suatu daerah aliarn sungai dan mempunyai

    konsekuensi ekonomi serta lingkungan yang penting

    (Sumber: Ray K. Linsley,JR 1982)

    II.8.1 Erosi

    Erosi adalah pemindahan dan transportasi material permukaan bumi yang

    kebanyakan berupa tanah dan debris batuan (regolith), bahan-bahan yang tererosi

    secara alami.(Sumber: HR. Mulyanto)

    Universitas Sumatera Utara

  • Proses dari erosi yaitu tanah dapat tererosi yakni terlepas dari lokasinya,

    oleh aksi angin, air, gaya gravitasi (tanah longsor), dan aktivitas manusia. Erosi

    oleh air dapat dianggap dimulai oleh pelepasan partikel-partikel tanah oleh

    hempasan percikan air hujan. Proses-proses percikan dan aliran permukaan itulah

    yang menyebabkan erosi lapisan (sheet erosion), yakni degradasi permukaan

    tanah yang relatif merata (Sumber : Ray K. Linsley, JR 1982).

    Jenis-jenis erosi yang disebabkan oleh air dapat berupa (Sumber : CD.

    Soemarto1995):

    a. Erosi lempeng (Sheet erosion), yaitu butir-butir tanah diangkut lewat

    permukaan atas tanah oleh selapis tipis limpasan permukaan, yang

    dihasilkan oleh intensitas hujan yang merupakan kelebihan dari daya

    infiltrasi.

    b. Pembentukan polongan (gully), yaitu erosi lempeng terpusat pada

    polongan tersebut. Kecepatan airnya jauh lebih besar dibandingkan dengan

    kecepatan limpasan permukaan tersebut di atas. Polongan tersebut

    cenderung menjadi lebih dalam, yang menyebabkan terjadinya longsoran-

    longsoran. Polongan tersebut tumbuh ke arah hulu. Ini dinamakan erosi ke

    arah belakang (backward erosion).

    c. Longsoran massa tanah yang terletak di atas batuan keras atau lapisan

    tanah liat, longsoran ini terjadi setelah adanya curah hujan yang panjang

    yang lapisan tanahnya menjadi jenuh oleh air tanah.

    Universitas Sumatera Utara

  • d. Erosi tebing tanah, terutama yang terjadi pada saat banjir, yaitu tebing

    tersebut mengalami penggerusan air yang dapat menyebabkan longsornya

    tebing-tebing pada belokan-belokan sungai.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi yaitu antara lain (Sumber: Ray

    K.linsley,JR) :

    1. Curah hujan

    Hempasan tetesan air hujan sangat mempengaruhi terjadinya erosi, dengan

    begitu semakin besar curah hujan yang terjadi maka intensitas terjadinya

    erosi sangat besar pula.

    2. Tumbuh-tumbuhan yang menutupi tanah

    Tumbuh-tumbuhan memberikan perlindungan yang penting terhadap

    erosi, yaitu dengan menyerap energi jatuhnya air hujan dan biasanya

    mengurangi ukuran butir-butir air hujan yang mencapai tanah. Tumbuh-

    tumbuhan juga dapat memberikan perlindungan mekanis pada tanah

    terhadap erosi selokan, lagipula infiltrasi melalui penambahan bahan

    organik pada tanah. Kapasitas infiltrassi yang lebih tinggi berarti

    mengurangi aliran permukaan dan akibatnya memperkecil erosi.

    3. Jenis tanah

    Tanah kohesif lebih tahan terhadap erosi percikan daripada tanah berbutir

    lepas, umumnya erosi percikan meningkat dengan bertambahnya fraksi

    pasir dalam tanah akibat hilangnya kohesi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 4. Kemiringan tanah

    Laju erosi lebih besar pada lereng yang curam dibanding pada lereng yang

    datar. Semakin curam kemiringannya, semakin efektif kemampuan erosi

    percikan dalam menggerakkan tanah ke hilir lereng. Kecepatan aliran

    permukaan juga lebih besar pada lereng yang curam, dan gerakan tanah

    lebih mungkin terjadi pada daerah yang curam.

    Untuk menghitung perkiraan besarnya erosi yang terjadi pada daerah

    aliran sungai (DAS), digunakan metode USLE (Sumber: HR. Mulyanto) :

    ..2.19

    Dimana :

    E : Kehilangan tanah ( Erosi total) (ton/ha/tahun)

    R : faktor erosivitas curah hujan

    K : faktor eridibilitas lahan

    LS: faktor panjang-kemiringan lereng

    C : faktor tanaman penutup lahan atau pengelolaan tanaman

    P : faktor tindakan konservasi lahan

    II.8.2 Sedimentasi

    Sedimentasi didefenisikan sebagai penganngkutan, melayangnya

    (suspensi) atau mengendapnya material fragmental oleh air. Sedimentasi

    merupakan akibat adanya erosi, dan memberikan banyak dampak di sungai-

    Universitas Sumatera Utara

  • sungai, saluran-saluran, waduk-waduk, di bendungan atau pintu air dan di daerah

    di sepanjang sungai. (Sumber: CD. Soemarto)

    Faktor-faktor yang terpenting yang menentukan kuantitas produksi

    sedimen (sediment yield) suatu DAS: (Sumber: HR. Mulyanto)

    1. Tinggi curah hujan dan intensitasnya.

    2. Jenis tanah dan formasi geologi.

    3. Tetumbuhan penutup.

    4. Tata guna lahan.

    5. Topografi DAS.

    6. Erosi lahan tinggi, kemiringan lereng lahan, berat jenis dan trase alur

    patusan alam, bentuk dsn luas DAS.

    7. Run off: koefisien run off dari DAS

    Besar hasil perkiraan hasil sedimen dapat dihitung berdasarkan hasil dari

    persamaan sebagai berikut:

    .2.20

    Dimana:

    Y = hasil sedimen per luas

    E = Erosi jumlah

    Ws = Luas daerah aliran sungai

    SDR =Sediment Delivery Ratio (Nisbah pelepasan Ratio)

    Universitas Sumatera Utara

  • Besarnya nilai SDR dalam perhitungan hasil sedimen suatu daerah aliran

    sungai umumnya ditentukan dengan menggunakan tabel antara luas DAS dan

    besarnya SDR (Tabel 2.2)

    Tabel 2.2. Hubungan Luas DAS dan sediment Delivery Ratio (SDR)

    Luas

    SDR

    Km2 Ha

    0.1 10 0.520

    0.5 50 0.390

    1.0 100 0.350

    5.0 500 0.250

    10.0 1000 0.220

    50.0 5000 0.153

    100 10000 0.127

    500 50000 0.079

    Sumber : sucipto (Sitanala Arsyad,2000)

    Universitas Sumatera Utara