peningkatan keterampilan menulis narasi · pdf fileberdasarkan hasil penelitian, kekurangan...

107
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI DENGAN MEDIA TEKS WACANA DIALOG: Penelitian Tindakan Pada Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta Tahun Pelajaran 2011-2012 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh Hilda Nurul Mawaddah NIM: 107013000687 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432H./2011M.

Upload: vomien

Post on 06-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI

DENGAN MEDIA TEKS WACANA DIALOG:

Penelitian Tindakan

Pada Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta

Tahun Pelajaran 2011-2012

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

(S.Pd.)

Oleh

Hilda Nurul Mawaddah

NIM: 107013000687

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432H./2011M.

Page 2: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

i

ABSTRAK

HILDA NURUL MAWADDAH (107013000687). Peningkatan

Keterampilan Menulis Narasi dengan Media Teks Wacana Dialog: Penelitian

Tindakan pada Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta

Tahun Pelajaran 2011-2012. Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta 2011.

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII-2 Madrasah Tsanawiyah Negeri

38 Jakarta. Materi yang disampaikan yaitu mengenai keterampilan menulis

karangan narasi dengan penggunaan media teks wacana dialog. Penelitian ini

dimulai dari tanggal 15 Juli 2011 sampai dengan 21 dan 22 Juli 2011. Instrumen

yang digunakan adalah tes berupa observasi guru, observasi siswa, jurnal siswa,

catatan lapangan, dan lembar tes kemampuan (wadah siswa untuk menulis

karangan narasi).

Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang memerlukan latihan

agar dapat dikuasai dengan baik. Banyak hal yang harus diperhatikan dalam

mempelajari keterampilan menulis, antara lain seperti pilihan kata, ejaan,

keterkaitan, gaya bahasa, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pembelajaran menulis

harus mendapatkan perhatian lebih, agar keterampilan menulis yang dianggap

rumit ini dapat dikuasai dengan mudah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

tindakan kelas, yaitu suatu penelitian yang dilakukan sebagai upaya untuk

mengatasi permasalahan yang hadir di dalam kelas. Metode yang dilakukan

peneliti terdiri dari empat tahap, antara lain: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,

dan refleksi. Keempat tahap tersebut merupakan kesatuan siklus yang akan

berlangsung secara berulang dan dilakukan dengan langkah yang sama, yang

kemudian difokuskan pada pembelajaran menulis karangan narasi sebagai aplikasi

dari keterampilan menulis, tentunya dengan menggunakan media teks wacana

dialog.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis

karangan narasi mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Peningkatan

tersebut dapat dilihat dari nilai karangan siswa mulai dari siklus ke-1 sampai ke-2.

Adapun nilai rata-rata siklus ke-1 adalah 75,18, dan siklus ke-2 mengalami

peningkatan dari siklus sebelumnya 80,99.

Berdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada

umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi karangan,

pengembangan penokohan, dan pengembangan latar atau setting. Namun dengan

pembelajaran menggunakan media teks wacana dialog, kekurangan dan kesalahan

siswa tersebut dapat dikurangi, serta mampu membuat siswa menjadi lebih mudah

dalam mengembangkan karangan narasi.

Kata kunci: Keterampilan menulis, karangan, narasi, dan wacana dialog.

Page 3: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji milik Allah Swt yang telah mengajarkan manusia dengan

qolam, yang mengajarkan manusia segala sesuatu yang belum diketahuinya.

Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Saw yang

dijadikan sebagai teladan terbaik bagi segenap manusia, juga kepada segenap

keluarga dan sahabatnya yang selalu menjaga kemurnian sunnah-nya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian

sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini

belumlah sempurna, karena dalam proses penulisannya, peneliti tidak luput dari

berbagai hambatan dan rintangan. Tanpa bantuan dan peran serta berbagai pihak,

karya ini tidak mungkin terwujud. Apresiasi dan terima kasih yang setinggi-

tingginya peneliti sampaikan kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam

penulisan skripsi ini. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih tersebut peneliti

sampaikan kepada:

1. Ibu Nurlena Rifai, MA,Ph.D., selaku Dekan FITK UIN Jakarta;

2. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., selaku Ketua Jurusan PBSI;

3. Bapak Drs. Ramlan Abdul Gani, M.A., selaku dosen pembimbing yang

sangat berpengaruh dalam penyelesaian skripsi ini, serta telah

mengenalkan kecintaan peneliti pada dunia kebahasaan. (Terima kasih

untuk arahan, bimbingan, dan semangatmu untukku bapak);

4. Seluruh dosen Jurusan PBSI yang tak hentinya memberikan asupan ilmu;

5. Ibunda tersayang Dra. Hj. Sohihah, yang kasih sayangnya tak terbatas

kepada peneliti, semoga Allah selalu menyayanginya sebagaimana ia

selalu menyayangi peneliti sejak dalam kandungan. Ayahanda terkasih

Drs. H. Basthomi Hasan, M.A., sebagai sumber kekuatan dalam

kelemahan yang selalu berusaha hadir tanpanya, semoga ia selalu dalam

lindungan Allah di surga-Nya;

6. ‘Ammi Drs. H. Bisri Soleh M.A., sebagai paman dan orang tua kedua bagi

peneliti yang selalu mendukung segala kebaikan bagi kemenakannya;

Page 4: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

iii

7. Adik tercinta, Himmah Rahmawati, tempat berkeluh kesah dan sumber

inspirasi, serta semangat, bagian kehidupan yang tak tergantikan;

8. Bapak Drs. Djahidin, selaku Kepala Sekolah MTs Negeri 38 Jakarta, dan

bapak Sopian Hariri, S.Ag., selaku guru mata pelajaran bahasa dan sastra

Indonesia yang telah memberi izin dan menjadi mitra peneliti terbaik

selama penelitian. Serta seluruh sivitas akademia MTs Negeri 38 Jakarta;

9. Kostan The Green Terrace (Mila, Dewi, Salmah, Kamel, Echi, Ochi, Kak

Fuah, Kak Silvi), tempat berbagi segala hal dalam kebaikan, terima kasih

untuk semangat yang selalu kalian hadirkan. Terkhusus Uyun KA yang

setia menemani sebagai saudara dan room mate peneliti selama tiga tahun

dan Fitri D sebagai teman berbagi segala hal yang baik dalam kehidupan;

10. Faisal Hadi, Amd., seseorang yang selalu ada di sisi peneliti dalam suka

dan duka, memberikan nasihat, serta kasih sayang dan do’a yang tiada

henti;

11. Kawan-kawan mahasiswa Jurusan PBSI angkatan 2007, yang berjuang

bersama dan saling menguatkan selama 4 tahun dalam perkuliahan;

12. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam, yang telah memberikan

asupan semangat, terutama Distrik PBSI yang menjadi keluarga kecil bagi

peneliti (Didah Nurhamidah, Istika Putri, Johan A Lesmana, Lutfi SF);

13. Kawan-kawan Paduan Suara Mahasiswa FITK (PST) dan UKM-PSM

yang selalu memberikan inspirasi yang indah melalui nada-nada yang

dinyanyikan;

14. Untuk berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Semoga bantuan, dukungan, dan partisipasi yang diberikan kepada peneliti

senantiasa menjadi amal baik yang kelak dianugerahkan Allah dengan balasan

yang lebih baik.

Akhirnya peneliti pun berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi

kemajuan pendidikan dan pembelajaran bahasa, khususnya pembelajaran bahasa

dan sastra Indonesia.

Jakarta, 23 November 2011

Peneliti,

Page 5: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR ............................................................................... ........... ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………….... iv

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………... vi

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………….. vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………...…...1

B. Identifikasi Masalah …………………………………………...….6

C. Pembatasan Masalah ………………………………………..……..6

D. Perumusan Masalah ……………………………………………….7

E. Tujuan Penulisan ……............................................................…….7

F. Manfaat Penelitian …………………………………………..…….8

G. Tinjauan Pustaka ….……………………………………………….9

BAB II LANDASAN TEORETIS

A. Konsep Dasar Keterampilan Menulis ………………………...… 12

B. Karangan……………………………………………………..….. 18

C. Menulis Karangan Narasi ..................................................... .….. 20

D. Konsep Dasar Media Pembelajaran ...………………………...… 27

E. Pembelajaran Menulis dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan ……………………………………………………… 32

BAB III METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian ……………………………………………...... 35

B. Metode Penelitian ………………………………………….….... 35

C. Prosedur Penelitian ……………………………………………... 40

D. Instrumen Penelitian ……………………………………………. 42

E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian................................... 47

F. Prosedur Pengelolaan Data .......................................................... 48

G. Kriteria Penilaian Menulis Karangan Narasi …………………... 50

Page 6: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

v

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pendeskripsian Hasil Analisis Kebutuhan dan Hambatan Belajar

Secara Umum …………………………………………………... 55

B. Perumusan Tujuan Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan

Menggunakan Media Teks Wacana Dialog pada Siswa Kelas VII

Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta …................................. 56

C. Tahap Kegiatan Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Siklus 1

…................................................................................................... 57

D. Tahap Kegiatan Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Siklus . 72

E. Analisis Hasil Penelitian ………………………………..………. 84

F. Pembahasan Hasil Penelitian ………………………..………….. 87

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ……………………………………………………....... 93

B. Saran ……...…………………………………………………...... 94

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 96

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 7: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Lembar Observasi Aktivitas Guru .....................................................43

Tabel 3.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ....................................................45

Tabel 3.3 Jurnal Siswa .......................................................................................46

Tabel 3.4 Penilaian PAP Skala Lima .................................................................49

Tabel 3.5 Penilaian Karangan Narasi .................................................................51

Tabel 4.1 Persentase Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus 1 ...................62

Tabel 4.2 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 24 ………………….….. 65

Tabel 4.3 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 19 …………..……….… 66

Tabel 4.4 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 3 …………………….… 67

Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai Karya Siswa Siklus 1 ...........................................68

Tabel 4.6 Persentase Komentar Siswa Siklus 1 .................................................70

Tabel 4.7 Perolehan Skor Siswa Siklus 1 ...........................................................71

Tabel 4.8 Perolehan Skor Siswa Berdasarkan Skala Lima pada Siklus 1 ..........71

Tabel 4.9 Persentase Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus 2 ...................76

Tabel 4.10 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 24 ………………...….. 78

Tabel 4.11 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 19 ………………….… 79

Tabel 4.12 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 3 …………………...… 80

Tabel 4.13 Rekapitulasi Nilai Karya Siswa Siklus 2 ......................................... 81

Tabel 4.14 Persentase Komentar Siswa Siklus 2 ...............................................82

Tabel 4.15 Perolehan Skor Siswa Siklus 2 .........................................................83

Tabel 4.16 Perolehan Skor Siswa Berdasarkan Skala Lima pada siklus 2 ........83

Tabel 4.17 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Narasi ........85

Tabel 4.18 Perolehan Nilai Siswa dalam Skala Lima ........................................86

Tabel 4.19 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Narasi Setiap

Siklus ..................................................................................................................86

Page 8: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 3 Silabus

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Lampiran 5 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Lampiran 6 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus 1

Lampiran 7 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1

Lampiran 8 Jurnal Siswa Siklus 1

Lampiran 9 Lembar Tes Kemampuan Siswa Siklus 1

Lampiran 10 Dokumentasi Proses Pembelajaran Siklus 1

Lampiran 11 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus 2

Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus 2

Lampiran 13 Jurnal Siswa siklus 2

Lampiran 14 Lembar Tes Kemampuan Siswa Siklus 2

Lampiran 15 Dokumentasi Proses Pembelajaran Siklus 2

Lampiran 16 Profil Sekolah

Lampiran 17 Lembar Uji Referensi

Lampiran 18 Biodata Peneliti

Page 9: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana

belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa, dan negara.1

Proses pendidikan yang diselenggarakan secara formal di sekolah dimulai

dari pendidikan formal yang paling dasar sampai perguruan tinggi tidak lepas dari

kegiatan belajar yang merupakan salah satu kegiatan pokok, dengan guru sebagai

pemegang peranan utama. Pendidikan sebagai kegiatan pembelajaran telah

dilakukan seusia manusia itu sendiri sebagai pelaku pendidikan.

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus ditunjang oleh

kemampuan pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu terapan maupun

ilmu pengetahuan dasar secara seimbang. Salah satu usaha untuk meningkatkan

penguasaan pengetahuan dasar adalah dengan meningkatkan keterampilan

berbahasa. Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia yaitu dari aspek

kemampuan berbahasa yang meliputi aspek mendengarkan/menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis.

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, “Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional,” diakses

pada 2 Mei 2011 pukul 14:07 dari http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf

Page 10: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

2

2

Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional atau bahasa negara. Standar

kompetensi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia berorientasi pada hakikat

pembelajaran bahasa, bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan

belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya.2

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik lisan

maupun tulis, serta menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia.

Secara umum tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: (1)

Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik

secara lisan maupun tulis, (2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa

Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, (3) Memahami bahasa

Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif, untuk berbagai tujuan,

(4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,

serta kematangan emosional dan sosial, (5) Menikmati dan memanfaatkan karya

sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, (6) Menghargai dan

membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual

manusia Indonesia.3

Melalui pembelajaran bahasa Indonesia siswa diharapkan memiliki

kemampuan untuk menangkap makna dari sebuah pesan atau informasi yang

disampaikan, serta memiliki kemampuan untuk menalar dan mengemukakan

2 Departemen Pendidikan Nasional, “Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia,” diakses pada 16 Juni 2011 pukul 10.35 dari http://www.puskur.net/download/kbk/smp/BahasaSastraIndonesia.pdf

3 Badan Standar Nasional Pendidikan, “Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs,”

diakses pada 16 Juni 2011 pukul 11:24 dari http://masdwijanto.files.wordpress.com/2011/03/buku-standar-isi-

smp.pdf

Page 11: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

3

3

kembali pesan atau informasi yang diterimanya. Siswa juga diharapkan memiliki

kemampuan untuk mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan

perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik. Kompetensi tersebut dapat

dicapai melalui proses pemahiran yang dilatih dan dialami dalam kegiatan

pembelajaran.

Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan

pengungkapan pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan tersebut adalah

keterampilan menulis. Menulis sebagai keterampilan berbahasa yang bersifat

produktif-aktif merupakan salah satu kompetensi dasar berbahasa yang harus

dimiliki siswa agar terampil berkomunikasi secara tertulis. Siswa akan terampil

mengorganisasikan gagasan dengan runtut, menggunakan kosakata yang tepat dan

sesuai, memperhatikan ejaan dan tanda baca yang benar, serta menggunakan

ragam kalimat yang variatif dalam menulis jika memiliki kompetensi dalam

menulis karangan dengan baik.

Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam

kegiatan menulis, seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi,

struktur bahasa, dan kosakata.4 Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat,

merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi

pembaca. Maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh

para pembelajar yang dapat menyusun dan merangkai jalan pikiran dan

mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif.

4 Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa,

2008), h. 3.

Page 12: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

4

4

Kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian dan pemilihan kata,

serta struktur kalimat.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan di kelas, ditemukan bahwa

menulis sering menjadi suatu hal yang kurang diminati dan kurang mendapat

respon yang baik dari siswa. Siswa tampak mengalami kesulitan ketika harus

menulis. Siswa tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika pembelajaran menulis

dimulai. Mereka terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama untuk

memulai atau mengawali paragraf. Siswa kerap menghadapi sindrom kertas

kosong (blank page syndrome) tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Mereka takut

salah, takut berbeda dengan apa yang diinstruksikan gurunya.

Keterampilan menulis terkadang hanya diajarkan pada saat pembelajaran

menulis di kelas, pahadal pembelajaran keterampilan menulis dapat dipadukan

atau diintegrasikan dalam setiap proses pembelajaran keterampilan yang lainnya

di kelas. Pengintegrasian ini dapat bersifat internal maupun eksternal.

Pengintegrasian internal berarti pembelajaran menulis diintegrasikan dengan

pembelajaran keterampilan berbahasa yang lain. Menulis dapat pula

diintegrasikan secara eksternal dengan mata pelajaran lain di luar mata pelajaran

bahasa Indonesia.

Menulis merupakan suatu keterampilan, dan keterampilan itu hanya akan

berkembang jika dilatihkan secara terus-menerus atau lebih sering. Memberikan

kesempatan lebih banyak bagi siswa untuk berlatih menulis dalam berbagai tujuan

merupakan sebuah cara yang dapat diterapkan agar keterampilan menulis

meningkat dan berkembang secara cepat.

Page 13: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

5

5

Pembelajaran menulis di sekolah-sekolah hendaknya diselenggarakan

dengan baik dan benar. Guru sebagai komunikator dan fasilitator yang akan

menyampaikan bahan ajar kepada siswa harus terampil dan mempunyai berbagai

cara ampuh untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa dengan memilih

bahan, teknik, metode, dan media yang sesuai dengan karakteristik dan tingkat

kebahasaan siswa. Salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan menulis

siswa adalah dengan menggunakan media yang tepat dan mampu merangsang

siswa untuk menulis. Dengan menggunakan media yang tepat, informasi atau

bahan ajar dapat diterima dan diserap oleh siswa dengan baik. Ini sesuai dengan

salah satu fungsi dari media pengajaran yaitu untuk meningkatkan kualitas proses

belajar mengajar. Proses belajar-mengajar meningkat dengan baik, hasil belajar-

mengajar pun akan meningkat.

Dalam penelitian ini, penulis memilih alternatif lain, yaitu penggunaan

media yang ada di lingkungan belajar siswa, berupa teks wacana dialog sebagai

bahan pertimbangan untuk dijadikan sebuah penelitian. Menurut penulis, dengan

menggunakan teks wacana dialog, siswa akan tergugah dan mudah memperoleh

gambaran cerita, serta mampu mengembangkannya ke dalam bentuk karangan

narasi. Adapun karangan narasi yang dipilih untuk dikembangkan oleh para siswa

adalah narasi ekspositoris sebagai narasi yang menyampaikan informasi mengenai

berlangsungnya suatu peristiwa atau kejadian.

Bertolak dari pertimbangan-pertimbangan di atas, maka penulis

merumuskan sebuah penelitian dalam skripsi yang berjudul Peningkatan

Keterampilan Menulis Narasi dengan Media Teks Wacana Dialog: Penelitian

Page 14: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

6

6

Tindakan pada Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta Tahun

Pelajaran 2011-2012.

Melalui penelitian ini, peneliti mencoba memacu siswa untuk menuangkan

ide, gagasan, pikiran, dan pendapat berdasarkan teks dialog yang akan

dikembangkan siswa ke dalam bentuk karangan narasi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, dapat

diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Menulis merupakan keterampilan yang paling sulit dikuasai

dibandingkan keterampilan yang lainnya.

2. Pada umumnya, siswa kurang terampil dalam menulis.

3. Teknik, metode, dan media pembelajaran menulis di sekolah tidak

bervariasi.

4. Guru/pendidik kurang terampil dalam menyampaikan pembelajaran,

terutama pembelajaran menulis.

5. Pembelajaran menulis dengan menggunakan media yang tepat akan

meningkatkan minat siswa dalam belajar.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, untuk memfokuskan penelitian terhadap

objek yang akan diteliti, penulis mencoba membatasi permasalahan hanya pada

kemampuan menulis karangan narasi ekspositoris berdasarkan media teks dialog

berupa teks percakapan. Setelah proses kegiatan belajar mengajar menulis

Page 15: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

7

7

karangan narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog, siswa

diharapkan mampu mengasah keterampilannya dalam menulis.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah, maka dapat dirumuskan

berbagai masalah dalam penelitian ini, antara lain:

1. Bagaimana bentuk perencanaan pembelajaran menulis karangan narasi

dengan menggunakan media teks wacana dialog?

2. Bagaimana bentuk pelaksanaan pembelajaran menulis karangan narasi

dengan menggunakan media teks wacana dialog?

3. Apa kendala dan hasil yang diperoleh dari pembelajaran menulis

karangan narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog?

E. Tujuan Penulisan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang cara-cara

meningkatkan kemampuan dalam kegiatan berbahasa, khususnya menulis

karangan narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog dalam

pembelajaran. Kemudian, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru,

sekolah, dan peneliti. Sebagai pihak yang diteliti, siswa dapat mengetahui

bagaimana cara memanfaatkan dan meningkatkan kemampuan dan keterampilan

menulis sebagai bentuk mengungkapkan ide dan gagasan yang keluar dari

pemikiran siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Secara khusus, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Page 16: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

8

8

1. Memperoleh deskripsi perencanaan pembelajaran menulis karangan

narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog.

2. Memperoleh deskripsi pelaksanaan pembelajaran menulis karangan

narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog.

3. Memperoleh deskripsi mengenai kendala dan hasil dari pembelajaran

menulis karangan narasi dengan menggunakan media teks wacana

dialog.

F. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Siswa dapat memperoleh pengalaman dan wawasan baru dalam

menulis karangan narasi dengan menggunakan teknik dan media yang

tepat.

2. Guru dapat memilih berbagai alternatif pembelajaran menulis

karangan narasi.

3. Peneliti dapat memperoleh gambaran hasil pembelajaran menulis

karangan narasi dengan menggunakan wacana dialog.

4. Lembaga dapat memperoleh bahan masukan pengajaran bahasa dan

sastra Indonesia, khususnya model pembelajaran menulis dengan

menggunakan media teks wacana dialog.

Page 17: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

9

9

G. Tinjauan Pustaka

Menulis merupakan suatu keterampilan yang diurutkan paling akhir,

namun menulis mendapat perhatian paling utama di antara keterampilan-

keterampilan berbahasa yang lainnya.

Peneliti melihat skripsi Suharti, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2011 yang berjudul “Upaya

Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi dengan Teknik Parafrase Wacana

Dialog pada Siswa Kelas IV SD Negeri III Mungung Kecamatan Karangdowo

Kabupaten Klaten (Penelitian Tindakan Kelas)”. Penelitian ini dapat dikatakan

mencapai ketuntasan karena peningkatan kemampuan menulis narasi siswa dapat

dilihat dari nilai karangan siswa yang selalu meningkat pada setiap siklusnya. Siklus I

dicapai ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 38%, kemudian pada siklus II 64%, dan

siklus III 89%. Hal ini membuktikan bahwa dengan diterapkannya teknik parafrase

wacana dialog, mampu meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran

dan sekaligus mampu meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa.

Berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, peneliti

berusaha meneliti dengan objek yang tingkatan siswanya lebih tinggi daripada skripsi

Suharti di atas, yaitu siswa pada sekolah menengah pertama. Kemudian, skripsi

Suharti menjelaskan bahwa parafrase wacana dialog merupakan sebuah teknik,

sedangkan penulis memberi pencerahan bahwa teks wacana dialog merupakan sebuah

media pembelajaran berupa teks percakapan, yang kemudian dapat dikembangkan

siswa dalam membuat sebuah karangan narasi.

Page 18: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

10

10

Perbedaan teknik maupun media yang digunakan memungkinkan menambah

pengetahuan baru dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, dalam penelitian-

penelitian selanjutnya, diharapkan dapat dilakukan penelitian yang lebih luas lagi.

Kemudian, dalam skripsi Isroyati, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010 yang berjudul

“Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Narasi dengan Penggunaan Metode

Field Triep Pada Siswa Kelas IX di SMP Dwiguna Depok. Penelitian ini dapat

meningkatkan pembelajaran menulis narasi, hal ini ditandai dengan nilai hasil tulisan

siswa yang mengalami peningkatan dari segi teknik penulisan, isi gagasan yang

diungkapkan, penggunaan bahasa, pemilihan kata, dan penggunaan ejaan. Dalam

pretest hanya 17 siswa yang mencapai ketuntasan hasil belajar (memperoleh nilai 70

ke atas). Pada potest ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 100% atau sekitar

40 siswa.

Skripsi Siti Zulaikhoh dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Metode

Field Trip untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Narasi pada Siswa

Kelas X-1 SMA Negeri I Ngemplak”, hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

Metode field trip dapat meningkatkan pembelajaran menulis. Pada siklus 1 siswa

yang aktif sebesar 60%, sedangkan pada silkus 2 siswa yang aktif meningkat menjadi

70%.

Kedua skripsi di atas menunjukkan peningkatan dalam hasil penelitian

dengan menggunakan metode field trip. Walaupun ada kesamaan dalam menulis

narasi, namun terdapat perbedaan dengan skripsi ini. Peneliti menerapkan

alternatif yang ada acuannya di dalam silabus, yaitu dengan menggunakan media

Page 19: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

11

11

teks wacana dialog. Sehingga siswa mampu menulis narasi dengan acuan yang

sama.

Page 20: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

12

12

BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Konsep Dasar Keterampilan Menulis

1. Hakikat Keterampilan

Terdapat empat keterampilan dalam kegiatan berbahasa, yakni:

keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

keterampilan tersebut saling berkaitan. Bila menulis sesuatu, pada dasarnya kita

ingin agar tulisan itu dibaca orang lain. Paling tidak, tulisan tersebut dapat dibaca

pada waktu lain.

Aktivitas tersebut tentu melibatkan keterampilan berbahasa, yakni

keterampilan menulis dan keterampilan membaca. Keterampilan hanya dapat

diperoleh dan dikuasai melalui praktik dan latihan, misalnya kita harus berlatih

dalam menulis. Melalui keterampilan, seseorang dapat mengaplikasikan segala

kegiatan yang bersifat motorik yang kemudian diikuti fungsi mental yang bersifat

kognitif. Hal ini sesuai dengan pendapat Muhibbin yang menyatakan bahwa

keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-

otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti

menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik,

keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran tinggi.1

Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Reber yang dikutip pula oleh

Muhibbin yang menyatakan bahwa keterampilan adalah kemampuan melakukan

1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2010), h. 117

Page 21: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

13

13

pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai

dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.2

Setiap keterampilan itu erat sekali hubungannya dengan tiga keterampilan

lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan

berbahasa, kita biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula

pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu

kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum

memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan

suatu kesatuan.3

2. Hakikat Menulis

Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau

informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara. Menulis biasa

dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil.

Pada awal sejarahnya, menulis dilakukan dengan menggunakan gambar,

contohnya tulisan hieroglif (hieroglyph) pada zaman Mesir Kuno. Kegiatan

menulis berkembang pesat sejak diciptakannya teknik percetakan, yang

menyebabkan seseorang semakin giat menulis karena karya mereka mudah untuk

diterbitkan.

Menulis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah 1) membuat

huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dan sebagainya), 2)

2 Ibid 3 Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa,

2008), h. 1

Page 22: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

14

14

melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan

tulisan.4

Menulis adalah representasi bahasa di dalam sebuah teks media melalui

penggunaan satu set tanda-tanda atau simbol (dikenal sebagai sistem penulisan).5

Menulis atau mengarang pada hakikatnya adalah suatu proses yang menggunakan

lambang-lambang (huruf) untuk menyusun, mencatat, dan mengomunikasikan,

serta dapat menampung aspirasi atau makna yang ingin disalurkan kepada orang

lain. Pesan yang ingin disampaikan itu dapat berupa tulisan yang dapat

menghibur, memberi informasi, mempengaruhi, dan menambah pengetahuan.

Hasil kegiatan mengarang seperti ini disebut karangan yang dapat berwujud

sebagai sebuah wacana argumentasi, eksposisi, deskripsi, dan narasi.

Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan

(komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.6

Berdasarkan konsep tersebut, dapat dikatakan bahwa menulis merupakan

komunikasi tidak langsung yang berupa pemindahan pikiran atau perasaan dengan

memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata dengan menggunakan

simbol sehingga dapat dibaca seperti apa yang diwakili oleh simbol-simbol

tersebut.

Mengombinasikan dan menganalisis setiap unsur kebahasaan dalam

sebuah karangan merupakan suatu keharusan bagi penulis. Dari sinilah akan

terlihat sejauh mana pengetahuan yang dimiliki penulis dalam menciptakan

4 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007),

h. 1219 5 Wikipedia, “Writing,” diakses pada 22 Juni 2011 pukul 11.02 dari

http://en.wikipedia.org/wiki/Writing 6 Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis (Jakarta: Universitas Terbuka,

2009), h. 1.3

Page 23: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

15

15

sebuah karangan yang efektif. Kosakata dan kalimat yang digunakan dalam

kegiatan menulis harus jelas agar mudah dipahami oleh pembaca. Di samping itu,

jalan pikiran dan perasaan penulis sangat menentukan arah penulisan sebuah

karya tulis atau karangan yang berkualitas. Dengan kata lain, hasil sebuah

karangan yang berkualitas umumnya ditunjang oleh keterampilan kebahasaan

yang dimiliki seorang penulis.

3. Pengertian Keterampilan Menulis

Keterampilan seseorang menggunakan bahasa tulis sebagai alat, baik

wadah maupun media untuk memaparkan isi jiwanya, penghayatan, dan

pengalamannya secara teratur disebut kemampuan menulis/mengarang.

Kemampuan menulis sangat penting dimiliki untuk menunjang tugas-tugas

kesehariannya yang terkait dengan kegiatan tulis-menulis.

Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan berkomunikasi dengan

orang lain. Dalam proses berkomunikasi dapat melalui bahasa tulis maupun

bahasa lisan. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang

dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka

dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan

ekpresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan

grafolegi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan

datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan

teratur.7

7 Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, h. 3

Page 24: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

16

16

Oleh karena itu, keterampilan menulis merupakan suatu kegiatan

komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Aktivitas

menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan,

saluran atau media tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.

Sejalan dengan pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa menulis

merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, yakni

memiliki sebuah produk yang bernama tulisan. Dalam pembelajaran, menulis

merupakan sebuah pembelajaran yang kurang diminati. Menurut Tarigan,

keterampilan menulis walaupun sering berada pada posisi terakhir dalam urutan

keterampilan berbahasa, tetap mendapat posisi paling penting dalam kehidupan

ilmiah seseorang karena sifatnya yang produktif. Seseorang dapat dikatakan

akademisi yang baik jika ia telah teruji kemampuan menulisnya. Oleh karena itu,

dalam situasi pembelajaran, seorang guru hendaknya memiliki kepekaaan dalam

mewujudkan hasil pembelajaran yang efektif dan tepat sasaran. 8

Dalam kegiatan menulis, penulis selalu mencari jalan untuk menghidupkan

ekspresi dari ide-ide yang tertuang dari pikiran penulis itu sendiri. Mencoba

menuangkan kata-kata baru dan memanipulasi kalimat adalah dua hal yang sering

penulis lakukan dalam memberikan daya tarik dan kejelasan.9

4. Tujuan Menulis

Hugo Hartig dalam Tarigan berpendapat bahwa terdapat beberapa tujuan

penulisan antara lain adalah berikut:

8 Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa

(Bandung: Angkasa, 1987), h. 224 9 Lea Masiello, Writing in Action: A Collaborative Rhetoric for College Writers (New York: Mac

Millan, 1986), h. 2

Page 25: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

17

17

a. Tujuan penugasan

Maksud dari tujuan penugasan ini merupakan penulisan sesuatu karena

ditugaskan, bukan atas kemauan penulis sendiri;

b. Tujuan altruistik

Tujuan altruistik ini dimaksudkan untuk menyenangkan pembaca,

menghindarkan kedudukan para pembaca, ingin menolong para pembaca

untuk memahami, serta menghargai perasaan dan penalarannya;

c. Tujuan persuasif

Tujuan persuasif dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca akan kebenaran

gagasan yang diutarakan;

d. Tujuan informasional

Maksud dari tujuan informasional yaitu sebagai pemberi informasi atau

penerangan kepada para pembaca;

e. Tujuan pernyataan diri

Tujuan pernyataan diri ini yaitu tulisan yang bertujuan memperkenalkan

atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca;

f. Tujuan kreatif

Maksud dari tujuan kreatif ini yaitu tulisan yang bertujuan untuk mencapai

nilai-nilai artistik maupun nilai-nilai kesenian;

g. Tujuan pemecahan masalah

Tujuan pemecahan masalah adalah maksud penulis yang bertujuan ingin

memecahkan/menyelesaikan masalah yang dihadapi.10

Karena menulis

10 Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, h. 25-26

Page 26: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

18

18

mendorong proses integrasi informasi, maka menulis dapat membantu

menyelesaikan masalah-masalah yang rumit.11

B. Karangan

1. Pengertian Karangan

Menurut Mahsusi, karangan berarti rangkaian, susunan, atau komposisi.

Yang dirangkai adalah beberapa kesatuan pikiran yang diwujudkan dalam bentuk

kalimat-kalimat yang disusun sesuai dengan kaidah komposisi.12

Mengarang adalah bagian ekspresi secara tertulis. Segala kesan batin, baik

pikiran, perasaan, maupun kemauan dapat dinyatakan dengan bahasa tulis.

Dengan kata lain, apa yang dipikirkan, dirasakan atau diinginkan orang lain bisa

diwujudkan pada sehelai kertas.13

Dapat disimpulkan bahwa karangan merupakan

suatu bentuk pencurahan gagasan, ide, pendapat, pikiran, berita, khayalan,

kehendak, dan sebagainya yang didukung oleh penataan bahasa yang harmonis,

tersusun, dan teratur.

2. Jenis-jenis Karangan

Morris dalam Tarigan berpendapat bahwa karangan diklasifikasikan ke

dalam empat jenis, yakni narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi.14

Pendapat

tersebut sejalan dengan pendapat Parera yang membagi karangan ke dalam empat

jenis, kecuali persuasi. Adapun Brook dan Warren berpendapat bahwa karangan

terdiri dari empat jenis, yakni deskripsi, persuasi, argumentasi, dan eksposisi.15

11 Hernowo, QuantumWriting: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi

Menulis (Bandung: Mizan, 2003), h. 53 12 Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia (Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2004), h. 228 13 Sudarno dan Eman A. Rahman, Kemampuan Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi

(Jakarta: PT Hikmat Syahid Indah, 1986), h. 96 14 Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, h. 28 15 Ibid, h. 29

Page 27: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

19

19

Berikut ini akan dijelaskan satu per satu mengenai jenis-jenis karangan,

antara lain:

a. Karangan narasi, yaitu suatu bentuk wacana atau tulisan yang

menceritakan suatu kejadian atau peristiwa.

b. Karangan deskripsi, yaitu suatu karangan atau tulisan yang bertujuan

untuk menggambarkan atau melukiskan berbagai pengalaman,

pendengaran, perabaan, penciuman, dan situasi perasaan atau masalah.

c. Karangan eksposisi, yaitu paparan. Dengan paparan, penulis

menyampaikan suatu penjelasan dan informasi.16

Dengan kata lain,

karangan eksposisi berusaha menerangkan ide atau gagasan yang

dianggap perlu untuk disampaikan kepada pembaca.

d. Karangan argumentasi. Menurut Keraf, karangan argumentasi tidak

lain daripada usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan

kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat

mengenai suatu hal.17

e. Karangan persuasi, merupakan bentuk karangan yang bertujuan

mengajak atau meyakinkan pembaca agar melakukan sesuatu yang

dikehendaki penulis atau pembicara.

16 Ramlan A Gani dan Mahmudah Fitriyah, Disiplin Berbahasa Indonesia (Jakarta: FITK Press,

2010), h. 93 17 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2010), h. 3

Page 28: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

20

20

C. Menulis Karangan Narasi

1. Pengertian Karangan Narasi

Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu

kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau

mengalami sendiri peristiwa itu. Sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang

dijalin dan dirangkai menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan

waktu. Dengan cara lain, narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha

menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang

telah terjadi.18

Menurut Mahsusi, Narasi adalah paragraf/karangan yang menceritakan

suatu benda, keadaan, atau peristiwa. Tokoh dalam cerita bisa manusia, bisa juga

binatang, dan peristiwa disampaikan menurut urutan kejadian (kronologis).19

Narasi merupakan satu bentuk pengembangan karangan dan tulisan yang

bersifat menyejarahkan sesuatu berdasarkan perkembangannya dari waktu ke

waktu. Narasi mementingkan urutan kronologis suatu peristiwa, kejadian dan

masalah. Pengarang bertindak sebagai sejarawan atau tukang cerita. akan tetapi ia

mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Ia tetap ingin meyakinkan para pembaca

atau pendengar dengan jalan menceritakan apa yang ia lihat dan ia ketahui.20

Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Donald Hall, sederhananya

narasi adalah mengungkapkan cerita. lebih luasnya narasi adalah sebuah

pengembangan dalam kalimat dan paragraf sesuai urutan waktu. Narasi dapat

18 Ibid, h. 135-136 19 Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia, h. 253 20 Jos Daniel Parera, Menulis Tertib dan Sistematik: Edisi Kedua (Jakarta: Erlangga, 1987), h. 5

Page 29: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

21

21

membantu kita dalam berargumen atau berpendapat, dan jelasnya kita

menggunakan narasi dalam autobiografi dan tulisan fiksi.21

Narasi (penceritaan atau pengisahan) adalah ragam wacana yang

menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Sasarannya adalah memberikan

gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan,

atau rangkaian terjadinya sesuatu hal. 22

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karangan narasi

adalah suatu bentuk karangan yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa

secara runtut yang terjalin dalam suatu kesatuan waktu. Memaparkan fase dan

urutan kejadian peristiwa-peristiwa yang terjadi.

2. Jenis-jenis Karangan Narasi

Secara garis besar, narasi terbagi atas dua jenis, yaitu narasi nonfiksi dan

narasi fiksi.23

Narasi nonfiksi biasa disebut juga dengan narasi ekspositoris,

sedangkan narasi fiksi dikenal dengan sebutan narasi sugestif.

Menurut Keraf, narasi yang hanya bertujuan untuk memberi informasi

kepada para pembaca agar pengetahuannya bertambah luas, disebut dengan narasi

ekspositoris. Di samping itu, ada pula narasi yang disusun dan disajikan dengan

berbagai macam, sehingga dapat menimbulkan daya khayal para pembaca. Ia

berusaha menyampaikan sebuah makna kepada para pembaca melalui daya khayal

yang dimilikinya. Narasi semacam ini adalah narasi sugestif.24

21 Donald Hall, Writing Well: Second Edition (Boston: Little Brown, 1976), h. 245 22 Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, h. 1.11 23 Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia, h. 253 24 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III, h. 136

Page 30: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

22

22

Narasi ekspositoris/nonfiksi bertujuan mengubah pikiran pembaca agar

memperoleh pengetahuan yang luas mengenai apa yang dibacanya. Narasi

ekspositoris terdiri dari dua sifat, yaitu umum dan khusus.

Narasi ekspositoris yang bersifat umum (generalisasi) adalah narasi yang

menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat dilakukan oleh siapa saja,

dan dapat pula dilakukan secara berulang-ulang.25

Contohnya wacana mengenai

cara membuat dan menyiapkan nasi goreng, dan lain-lain.

Narasi ekspositoris yang bersifat khusus adalah narasi yang berusaha

menceritakan suatu peristiwa yang khas, yang hanya terjadi satu kali. Peristiwa

yang khas adalah peristiwa yang tidak dapat diulang kembali, karena merupakan

pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu saja.26

Contohnya wacana

yang menceritakan peristiwa dari pengalaman seseorang yang baru pertama kali

naik haji, pengalaman jatuh cinta, dan lain-lain.

Adapun narasi sugestif merupakan narasi yang seluruh kejadiannya

berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Tetapi tujuan dan sasaran utamanya

yaitu berusaha memberi makna atas peristiwa atau kejadian itu sebagai suatu

pengalaman.27

Oleh karena itu, narasi sugestif membutuhkan dan melibatkan

imajinasi. Contoh narasi sugestif adalah novel, roman, cerpen, dongeng, dan

hikayat.

3. Ciri-ciri Karangan Narasi

Ciri-ciri karangan narasi adalah sebagai berikut:

a. Karangan narasi adalah karangan yang pada umumnya bersifat fiksi;

25 Ibid, h. 137 26 Ibid 27 Ibid, h. 138

Page 31: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

23

23

b. Isinya berupa cerita yang memaparkan suatu peristiwa, baik peristiwa rekaan

atau nyata;

c. Pengarang tidak mementingkan hubungan sebab akibat dari masalah yang ia

kemukakan.28

Oleh karena itu karangan narasi bersifat subjektif, artinya baik

isi maupun bahasa yang digunakan sangat dipengaruhi oleh jiwa

pengarangnya;

d. Timbulnya konflik atau terbina alur sering berhubungan erat dengan unsur

watak atau tema, bahkan juga latar.29

Maka dalam karangan narasi, adanya

penokohan, jalan cerita, dan konflik itu sangat penting;

e. Walaupun khayal atau berimajinasi, pengarang tidak boleh sesuka hati

menciptakan cerita.30

Dengan kata lain, karangan narasi yaitu karangan yang

bersifat fiksi (khayalan), namun harus bersifat wajar (logis);

f. Karangan narasi berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut

urutan terjadinya (kronologis), dengan maksud memberi arti kepada sebuah

kejadian atau serentetan kejadian, agar pembaca dapat memetik hikmah dari

cerita itu.31

Maka karangan narasi ini bersifat didaktis, karena pada umumnya

memiliki pesan yang tersembunyi untuk pembaca;

4. Unsur-unsur Karangan Narasi

Jika ingin menulis sebuah karangan narasi, perlu diperhatikan prinsip-

prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan narasi.

28 Jos Daniel Parera, Menulis Tertib dan Sistematik: Edisi Kedua, h. 5 29 Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, h. 4.40 30 Ibid, h. 4.32 31 E. Kusnadi dan Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia: Materi Pengayaan Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), h. 36

Page 32: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

24

24

Prinsip-prinsip tersebut antara lain: alur, penokohan, latar, titik pandang, dan

pemilihan detail peristiwa (tema).32

Menurut Keraf, struktur/unsur-unsur narasi dapat dilihat dari komponen-

komponen yang membentuknya: perbuatan, penokohan, latar, dan sudut

pandang.33

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur narasi

itu adalah setting, gaya penokohan, perwatakan, alur, titik pandang, tema, dan

pesan.

a. Tema

Tema adalah suatu gagasaan sentral yang menjadi dasar tulisan atau karya

fiksi.34

Dapat dikatakan, tema merupakan pokok pembicaraan atau ide yang

menjadi dasar sebuah cerita.

b. Latar

Sebuah cerita akan menarik dan kuat apabila didukung oleh latar yang

sesuai dan tidak gegabah dipilih oleh pengarang dalam ceritanya. Atar Semi

mengemukakan bahwa latar atau landas tumpu (setting) cerita adalah lingkungan

tempat peristiwa terjadi, baik tempat maupun waktu.35

Sejalan dengan pendapat

tersebut, latar merupakan tempat dan atau waktu terjadinya perbuatan tokoh atau

peristiwa yang dialami tokoh.36

Dari kedua pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa latar

dalam suatu cerita adalah tempat dan waktu terjadinya peristiwa. Tempat ini dapat

32 Suparno dan M. Yunus, Keterampilan Dasar Menulis. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h.

4.39 33 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III, h. 145 34 M. Atar Semi, Anatomi Sastra (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 42 35 Ibid., h. 46 36 Suparno dan M. Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, h. 4.42

Page 33: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

25

25

diartikan sebagai ruang atau hal-hal yang ada di sekitarnya. Dan waktu dapat

berupa hari, tahun, musim, bahkan periode sejarah.

c. Penokohan

Di dalam sebuah cerita tentunya terdapat tokoh-tokoh yang mengalami

peristiwa, baik tokoh yang berperan sebagai tokoh utama atau tokoh yang hanya

berperan sebagai pelengkap saja. Perbedaan antara tokoh utama dan tokoh

pelengkap dapat dilihat dari sering tidaknya kedua tokoh tersebut diceritakan.

Tentunya tokoh utama lebih sering diceritakan daripada tokoh pelengkap. Tokoh-

tokoh tersebut dapat berwujud manusia atau makhluk yang sifatnya menyerupai

manusia.

Selain dibedakan dari tokoh utama dan tokoh pelengkap, tokoh juga dapat

dibedakan dari tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Protagonis adalah tokoh

yang berperan sebagai tokoh kunci, sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang

berperan sebagai penentang tokoh protagonis.

Sebagaimana menurut Jones yang dikutip oleh Nurgiyantoro, bahwa

penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang

ditampilkan dalam sebuah cerita.37

d. Alur

Jalan cerita dan alur nampaknya tidak dapat dipisahkan, namun ternyata

keduanya berbeda. Jalan cerita hanya memuat kejadian cerita, sedangkan yang

menggerakkan cerita tersebut adalah alur.

37 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2007),

h. 165

Page 34: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

26

26

Atar Semi mengemukakan alur atau plot adalah struktur rangkaian

kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interrelasi fungsional yang

sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi. Alur mengatur

bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu dengan yang lainnya,

bagaimana peristiwa mempunyai hubungan dengan peristiwa yang lain,

bagaimana tokoh digambarkan dan berperan terikat dalam suatu kesatuan waktu.38

Alur agaknya lebih baik bila dibatasi sebagai sebuah interrelasi fungsional

antara unsur-unsur narasi yang timbul dari tindak-tanduk, karakter, suasana hati

(pikiran) dan sudut pandang, serta ditandai oleh klimaks-klimaks dalam rangkaian

tindak-tanduk itu, yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam

keseluruhan narasi.39

Dari kedua batasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa alur bukan

sekedar jalan cerita, namun dalam alur terdapat perkembangan cerita dengan

tahapan-tahapan peristiwa dan konflik.

e. Sudut Pandang

Sudut pandang sering disebut dengan istilah point of view. Sudut pandang

membicarakan dari mana sebuah cerita dilihat, apakah dari orang pertama dengan

aku sebagai pencerita atau orang lain yang berperan sebagai pencerita.

Menurut Booth dalam Nurgiantoro, sudut pandang merupakan teknik yang

dipergunakan pengarang untuk menemukan dan menyampaikan makna karya

artistiknya, untuk dapat sampai dan berhubungan dengan pembaca.40

38 M. Atar Semi, Anatomi Sastra, h. 43-44 39 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III, h. 147 40 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, h. 249

Page 35: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

27

27

Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Keraf sudut pandang dalam

narasi menyatakan bagaimana fungsi seorang pengisah (narrator) dalam sebuah

narasi, apakah ia mengambil bagian langsung dalam seluruh rangkaian kejadian

(yaitu sebagai participant), atau sebagai pengamat (observer) terhadap objek dari

seluruh aksi atau tindak-tanduk dalam narasi.41

Jadi, sudut pandang adalah siapa yang dipilih oleh pengarang untuk

bercerita atau cara pengarang menyampaikan para pelaku dalam cerita yang

dipaparkan.

f. Amanat

Seorang penulis atau pengarang tentu mempunyai maksud yang hendak

disampaikan baik dari pikiran atau perasaannya, hal ini biasa disebut dengan

penyampaian amanat. Amanat tersebut dapat berupa amanat yang hendak

disampaikan baik secara tersurat maupun tersirat.

D. Konsep Dasar Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Menurut Susanto dalam Subana, media pembelajaran merupakan media

yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran dan

dimaksudkan untuk mempertinggi mutu pengajaran dan belajar.42

Media pembelajaran menurut Yudhi Munadi dapat dipahami sebagai

segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber

41 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III, h. 191 42 M. Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia: Berbagai Pendekatan,

Metode, Teknik, dan Media Pengajaran (Bandung: Pustaka Setia, 1986), h. 287

Page 36: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

28

28

secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana

penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.43

Definisi di atas sejalan dengan definisi yang disampaikan oleh Asosiasi

Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and

Communication Technology/AECT) di Amerika yang dikutip oleh Sadiman, yakni

sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan

pesan/informasi.44

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran

adalah wahana atau alat bantu yang digunakan guru sebagai sumber pesan kepada

siswa sebagai penerima pesan. Pesan tersebut berupa materi pembelajaran.

Tujuannya adalah agar terjadi proses belajar yang efektif.

2. Jenis Media Pembelajaran

Gagne dalam Munadi membuat tujuh jenis pengelompokan media

berdasarkan fungsi pembelajaran, yaitu benda untuk didemonstrasikan,

komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan

mesin belajar. Ketujuh kelompok media ini kemudian dikaitkan dengan

kemampuan memenuhi fungsi menurut tingkatan hierarki belajar yang

dikembangkannya, contoh perilaku belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun

cara berpikir, memasukkan alih ilmu, menilai prestasi, dan pemberi umpan

balik.45

43 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru (Jakarta: Gaung Persada Press,

2008), h. 7-8 44 Arief S. Sadiman dkk, Media Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), h. 6 45 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, h. 51

Page 37: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

29

29

Berbeda dengan hal di atas, berikutnya Yudhi Munadi membagi media

berdasarkan indera yang terlibat. Menurut Aminudin Rasyad dalam Munadi,

Klasifikasi media berdasarkan indera ini lebih disebabkan pada pemahaman

bahwa pancaindra merupakan pintu gerbang ilmu pengetahuan (five golden gate

of knowledge).46

Bila dilihat dari intensitasnya, maka indera yang paling banyak membantu

manusia dalam perolehan pengetahuan dan pengalaman adalah indera

pendengaran dan indera penglihatan. Kedua inderawi ini adakalanya bekerja

sendiri-sendiri dan adakalanya bekerja bersama-sama. Media pembelajaran yang

melibatkan indera pendengaran (telinga) saja kita sebut sebagai media audio;

media yang melibatkan indera penglihatan (mata) saja kita sebut sebagai media

visual; dan media yang melibatkan keduanya dalam satu proses pembelajaran kita

sebut sebagai media audio-visual. Proses pembelajaran tersebut melibatkan

banyak indera dalam arti tidak telinga dan mata saja, yang demikian itu

dinamakan sebagai proses pembelajaran dengan multimedia.47

3. Ciri-ciri Media Pembelajaran

Oemar Hamalik mengemukakan ciri-ciri umum dari media

pendidikan/media pembelajaran sebagai berikut.

a. Media pendidikan identik dengan pengertian keperagaan yang berasal dari

kata “raga”, artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar, dan

dapat diamati melalui panca indera kita.

46 Ibid., h. 53-54 47 Ibid

Page 38: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

30

30

b. Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang bias dilihat dan

didengar.

c. Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam

pengajaran, antara guru dan siswa.

d. Media pendidikan adalah semacam alat bantu belajar mengajar baik dalam

kelas maupun di luar kelas.

e. Pada dasarnya media pendidikan merupakan suatu “perantara” (medium,

media) dan digunakan dalam rangka pendidikan.

f. Media pendidikan mengandung aspek-aspek sebagai alat dan sebagai teknik,

yang sangat erat pertaliannya dengan metode mengajar.48

4. Fungsi Media Pembelajaran

Fungsi media pembelajaran menurut Derek Rowntree dalam Rohani

adalah sebagai berikut:

a. Membangkitkan motivasi belajar;

b. Mengulang apa yang telah dipelajari;

c. Menyediakan stimulus belajar;

d. Mengaktifkan respon peserta didik;

e. Memberikan balikan dengan segera;

f. Menggalakkan latihan yang serasi.49

5. Wacana Dialog sebagai Media Pembelajaran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, wacana berarti komunikasi verbal;

percakapan.50

Sedangkan menurut Alwi yang dikutip oleh Okke, wacana adalah

48 Oemar Hamalik, Media Pendidikan (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1994), h. 11 49 Ahmad Rohani, Media Intruksional Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), h. 7-8

Page 39: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

31

31

rentetan kalimat yang bertautan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara

kalimat-kalimat itu.51

Sementara itu, Harimurti mengemukakan bahwa wacana

(discourse) adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal,

merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan

dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb.), paragraf,

kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap.52

Berdasarkan uraian di atas, maka wacana memiliki pengertian informasi

yang dituangkan dalam bentuk tulisan, gambar, dan ujaran yang biasanya berupa

buku, artikel, pidato, teks wawancara, dan teks percakapan (dialog).

Marrit dalam Syamsudin membagi wacana dari segi jenis pemakaiannya

ke dalam dua bentuk. Pertama, wacana monolog yaitu wacana yang tidak

melibatkan suatu bentuk tutur percakapan atau pembicaraan antara dua pihak yang

berkepentingan. Yang termasuk jenis wacana ini adalah semua bentuk teks, surat,

bacaan, cerita, dan lain-lain yang sejenis. Kedua, wacana dialog yaitu wacana

yang dibentuk oleh percakapan atau pembicaraan antara dua pihak seperti terdapat

dalam obrolan, pembicaraan, teks drama, film strip, dan sejenisnya.53

Sejalan dengan pendapat tersebut, Crystal dalam Wijana menyatakan

bahwa analisis wacana memfokuskan pada struktur yang secara alamiah terdapat

50 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1265. 51 Oke SZK dan Ayu Basuki H, Telaah Wacana. (Jakarta: The Intercultural Insitute, 2009), h. 11 52 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik: Edisi Keempat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2008), h. 259 53 Syamsudin AR, Studi Wacana. (Bandung: Mimbar Pendidikan Bahasa dan Seni FPBS IKIP

Bandung, 1992), h. 13

Page 40: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

32

32

pada bahasa lisan, sebagaimana banyak terdapat dalam wacana seperti

percakapan, wawancara, komentar, dan ucapan-ucapan.54

Wacana merupakan rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa

komunikasi. Komunikasi sendiri dapat melalui dua cara, yaitu dengan bahasa lisan

dan bahasa tulis. Apa pun bentuknya, wacana selalu memuat penyapa (pembicara)

dan pesapa (pendengar). Dalam wacana lisan, penyapa adalah pembicara,

sedangkan pesapa adalah pendengar.55

Bisa dikatakan, wacana lisan ini dapat

berbentuk teks percakapan/teks wawancara yang biasa disebut dengan teks

wacana dialog.

Untuk keperluan penelitian ini, peneliti memilih media cetak atau media

tulis berupa teks wacana dialog. Peneliti menganggap media teks wacana dialog

berupa teks percakapan adalah media yang dapat membantu pengajaran menulis

di sekolah, terutama menulis karangan narasi. Hal ini disebabkan karena wacana

dialog merupakan media yang mudah diperoleh, murah, dan tidak perlu peralatan

khusus yang harus dibawa ke ruang kelas. Setiap orang akan mudah memperoleh

wacana tersebut. Melalui media ini para siswa dituntut untuk bisa menceritakan

kembali isi dialog ke dalam bentuk karangan narasi.

E. Pembelajaran Menulis dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Sebuah kebijakan baru yang dilakukan oleh pemerintah Republik

Indonesia dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan

diubahnya kurikulum yang lama dan digantikan dengan kurikulum yang baru

54 I Dewa PW dan M. Rohmadi, Analisis Wacana Pragmatik: Kajian Teori dan Analisis (Surakarta:

Yuma Pustaka, 2010), h. 68 55 Ibid, h. 70

Page 41: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

33

33

yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan merupakan kurikulum operasional yang disusun oleh dan

dilaksanakan pada masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan

pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur, dan muatan kurikulum tingkat

satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.56

Secara umum, pembelajaran menulis dalam pembelajaran bahasa dan

sastra Indonesia bertujuan untuk:

a. Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa menggunakan dan

sastra Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,

kematangan emosional, dan kematangan sosial;

b. Siswa memiliki disiplin dan ketertiban dalam berpikir dan berbahasa

(berbicara dan menulis);

c. Siswa mampu menyalurkan potensi intelektual, gagasan, dan imajinasi

secara kreatif dan konstruktif.57

Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang

seharusnya dimiliki oleh setiap siswa. Pembelajaran menulis di sekolah

diharapkan dapat menghasilkan individu yang berkemampuan baik dalam

menulis.

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, standar kompetensi

yang diharapkan dimiliki oleh siswa kelas VII semester 2 setelah mengikuti

pembelajaran menulis adalah siswa mampu mengekspresikan berbagai pikiran,

56 Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tahun

Pelajaran 2009-2010 (Jakarta: Tidak diterbitkan, 2009), h. 1 57 Didin Widyartono, “Pembelajaran Bahasa Indonesia,” diakses pada 16 Juni 2011 pukul 11:46

dari http://endonesa.wordpress.com/ajaran-pembelajaran/pembelajaran-bahasa-indonesia/

Page 42: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

34

34

gagasan, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan, antara lain yaitu menulis

narasi melalui teks wawancara, menulis pesan singkat, menulis puisi yang

berkenaan dengan keindahan alam, dan menulis puisi yang berkenaan dengan

peristiwa yang dialami.

Page 43: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

35

35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Sasaran dan penilaian pada penelitian ini adalah siswa Madrasah

Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta pada kelas VII-2 tahun ajaran 2011-2012 di

semester genap. Jumlah siswa sebanyak 25 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-

laki dan 14 siswa perempuan. Subjek tersebut dipilih berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan dengan guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas

VII-2 Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta. Penelitian ini menitikberatkan

pada kemampuan menulis karangan narasi siswa yang dikembangkan melalui

media teks wacana dialog.

B. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan

Kelas. Penelitian Tindakan Kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action

Research. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

pendekatan kuantitatif, karena peneliti berupaya mengkaji lebih dalam mengenai

peningkatan dari hasil belajar keterampilan menulis narasi dengan menggunakan

media teks wacana dialog dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yang bertujuan

untuk membantu siswa menuangkan ide dan gagasan dengan baik.

Penelitian Tindakan Kelas menurut Ghony adalah salah satu strategi

pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses

pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Bisa

Page 44: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

36

36

juga dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu bentuk

kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukannya itu,

serta untuk memperbaiki kondisi nyata di mana praktik pelaksanaan pembelajaran

tersebut dilakukan di dalam kelas.1

Pendapat lain dikemukakan oleh Suhardjono, yang mendefinisikan

penelitian tindakan (action reseach) sebagai suatu penelitian yang dilakukan

dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK

berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan

pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar).

PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.2

Sejalan dengan pendapat di atas, Hopkins dalam Wiriaatmadja

mengemukakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang

mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan

yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk

memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses

perbaikan dan perubahan.3

Kemudian menurut Kusumah, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah

penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1)

merencanakan, (2) melaksanakan, (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif

1 Djunaidi Ghoni, Penelitian Tindakan Kelas (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h. 10 2 Suharsimi A dkk, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 58 3 Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Meningkatkan Kinerja Guru

dan Dosen (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) , h. 11

Page 45: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

37

37

dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga

hasil belajar siswa dapat meningkat.4

Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

penelitian tindakan kelas merupakan proses pengkajian dan pemecahan masalah

yang bersifat reflektif dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan

kondisi, serta kinerja guru dan siswa dalam melakukan praktik-praktik atau suatu

kegiatan yang dilakukan.

Dalam konteks penelitian tindakan kelas ini peneliti bertindak sebagai

pelaku utama yaitu pelaksana penelitian, karena peneliti ikut dan terlibat langsung

dalam penggunaan media teks wacana dialog kepada siswa dan evaluasi

peningkatan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar matapelajaran

bahasa Indonesia.

Menurut Hopkins dalam Kusumah penelitian tindakan kelas memiliki

beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru di sekolah:5

1. Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar

2. Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang berlebihan

sehingga mengganggu proses pembelajaran

3. Metodologi yang digunakan harus cukup reliabel sehingga hipotesis

yang dirumuskan cukup meyakinkan

4. Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang

cukup merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari

solusinya

4 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas: Edisi Kedua

(Jakarta: PT Indeks, 2011), h. 9 5 Ibid, h. 17

Page 46: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

38

38

5. Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan

tata krama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh

pimpinan sekolah atau guru sejawat sehingga hasilnya cepat

tersosialisasi

6. Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam

pespektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerja sama antara

guru dan dosen)

Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki

atau meningkatkan praktik pembelajaran secara berkesinambungan yang pada

dasarnya melekat pada penuaian misi profesional kependidikan yang diemban

oleh guru. Selain itu penelitian tindakan kelas dapat mengembangkan

keterampilan guru yang bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi berbagai

permasalahan pembelajaran aktual yang sedang dihadapi di kelasnya.

Lewin dalam Suharsimi mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas

merupakan sesuatu proses yang menunjukkan sebuah siklus kegiatan

berkelanjutan berulang. Proses penelitian tindakan kelas ini menggunakan sistem

spiral refleksi diri yang terddiri atas 4 tahapan dimulai dengan perencanaan

(planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).6

a. Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan analisis masalah dan membuat rancangan

yang strategis berdasarkan analisis masalah yang telah didapatkan. Peneliti

secara kolaboratif menetapkan dan menyusun rancangan program.

6 Suharsimi A dkk, h. 58

Page 47: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

39

39

Rancangan dilakukan pada setiap awal siklus oleh peneliti utama dan guru.

Hal yang terulang dalam rancangan berkaitan dengan pembuatan rencana

pengajaran dan satuan pelajaran yang akan dilaksanakan, serta tindakan-

tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran dan pengamatannya.

b. Tindakan

Kegiatan tindakan adalah pelaksanaan dari rencana yang telah

ditetapkan. Kegiatan pelaksanaan tindakan merupakan tindakan pokok

dalam siklus PTK. Kegiatan ini dilaksanakan secara bersamaan dengan

kegiatan observasi. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah

melaksanakan proses belajar mengajar sebagaimana yang telah

direncanakan dalam satuan pelajaran. Kegiatan belajar mengajar yang

dilakukan menggunakan metode dan teknik yang sesuai dan cocok dengan

situasi kelas.

c. Pengamatan

Pengamatan adalah upaya untuk merekam segala peristiwa dan

kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung, dengan

atau tanpa alat bantu. Pada penelitian ini, dilaksanakan pengamatan

terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi

yang telah disediakan mengenai keaktifan dan reaksi siswa dalam

mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan format kegiatan belajar

mengajar secara keseluruhan dengan menampilkan kegiatan guru dan

kegiatan siswa. Pengamatan dalam penelitian ini dibantu oleh kolaborator.

Pengamatan yang dilaksanakan oleh peneliti utama berkaitan dengan

Page 48: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

40

40

keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Sedangkan

pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator adalah mengamati kegiatan

guru dan siswa dalam format KBM yang telah disediakan dan mengamati

keaktifan siswa dalam PMB.

Hasil dari observasi ini kemudian didiskusikan dengan guru untuk

melihat tindakan apa yang telah dilaksanakan atau apa yang belum

dilaksanakan. Hasil diskusi dalam tim peneliti kemudian akan menjadi

bahan perenungan guru dan peneliti pada tahap refleksi.

d. Refleksi

Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk memahami,

memakai proses, dan hasil perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya

tindakan. Hasil refleksi ini digunakan untuk menetapkan langkah-langkah

lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan. Pada penelitian ini, yang

dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah melakukan pengkajian terhadap

seluruh proses pembelajaran menulis dalam satu siklus. Pada tahap ini

peneliti dan guru berusaha menemukan apa yang seharusnya dilakukan

dan apa yang tidak perlu dilakukan dalam upaya perbaikan. Berdasarkan

masukan dari hasil refleksi, maka peneliti dan guru melakukan apa yang

harus diperbaiki pada siklus berikutnya. Hasil dari refleksi ini

memungkinkan munculnya tindakan baru pada siklus berikutnya.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian pada penelitian tindakan kelas ini terdiri atas beberapa

siklus. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang telah dicapai.

Page 49: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

41

41

Jumlah siklus dalam penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Dalam penelitian

ini prosedur yang ditempuh adalah sebagai berikut, antara lain:

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui gambaran umum

pelaksanaan pembelajaran di sekolah yang menjadi objek penelitian dan

untuk mengetahui gambaran pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru

dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

2. Perencanaan Pelaksanaan Tindakan

Sebelum penelitian ini dilaksanakan, peneliti berkolaborasi dengan

guru untuk melakukan perencanaan pelaksanaan tindakan. Perencanaan-

perencanaan tersebut antara lain adalah:

a. Menentukan kelas penelitian dan waktu penelitian;

b. Menentukan jenis dan tema teks wacana dialog yang akan

digunakan sebagai media pembelajaran menulis karangan narasi;

c. Menyusun satuan pelajaran, menentukan metode dan langkah-

langkah dalam proses belajar mengajar;

d. Menyusun alat observasi yang digunakan untuk mengamati

aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung;

e. Menyusun jurnal siswa yang akan diberikan kepada siswa pada

setiap akhir pembelajaran, dan menentukan alat evaluasi untuk

melihat kemampuan menulis siswa; dan

f. Merencanakan dan melaksanakan diskusi antara peneliti

dengan para observer (guru matapelajaran) untuk melihat

Page 50: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

42

42

perkembangan aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar

mengajar berlangsung.

3. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian merupakan rencana yang telah ditetapkan

peneliti dengan guru sebelumnya. Pada pelaksanaan penelitian, hal-hal

yang dilakukan adalah:

a. Melaksanakan perencanaan pada setiap awal siklus

b. Melaksanakan tindakan yang telah ditetapkan dalam

perencanaan

c. Melaksanakan pengamatan terhadap tindakan yang

dilaksanakan

d. Melaksanakan refleksi untuk kegiatan selanjutnya

Keempat kegiatan tersebut merupakan satu siklus. Bila dalam satu

siklus penelitian belum berhasil, maka dilaksanakan siklus selanjutnya

dengan melaksanakan kembali keempat kegiatan tersebut. Demikian

seterusnya sampai penelitian ini mencapai nilai atau hasil yang diharapkan.

D. Instrumen Penelitian

Untuk mengumpulkan data-data dalam penelitian ini, ada beberapa

instrumen yang digunakan oleh peneliti, instrumen tersebut yaitu lembar

observasi, jurnal siswa, catatan lapangan, dan lembar tes kemampuan.

1. Observasi

Observasi dilaksanakan untuk mengamati kegiatan belajar mengajar secara

keseluruhan dan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Pengamatan ini

Page 51: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

43

43

dilakukan dengan bantuan dua mitra peneliti. Alat yang digunakan adalah lembar

observasi sebagai alat bantu dalam menganalisis dan merefleksi setiap siklus guna

perbaikan dalam siklus berikutnya.

Hal-hal yang diamati dari aktivitas guru selama proses pembelajaran,

yaitu:

a. Kemampuan membuka pelajaran;

b. Sikap guru dalam proses pembelajaran;

c. Proses pembelajaran;

d. Kemampuan menggunakan media;

e. Evaluasi; dan

f. Kemampuan menutup pelajaran.

Berikut adalah lembar observasi aktivitas guru:

Tabel 3.1

Lembar Observasi Aktivitas Guru

NO. HAL YANG DIAMATI YA TIDAK

1. Kemampuan membuka pelajaran

a. Menarik perhatian siswa

b. Menghadirkan motivasi

c. Memberi acuan bahan belajar yang akan disajikan

d. Mengadakan apersepsi

2. Sikap peneliti dalam proses pembelajaran

a. Kejelasan suara

b. Gerakan badan tidak mengganggu perhatian siswa

c. Antusiasme penampilan/mimik

d. Mobilitas posisi tempat yang tidak mengganggu

siswa

Page 52: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

44

44

3. Penguasaan bahan pembelajaran

a. Penyajian bahan relevan dengan indikator

b. Bahan-bahan pembelajaran disajikan dengan

pengalaman belajar yang direncanakan

c. Menampakkan kedalaman pokok bahasan

d. Mencerminkan keluasan wawasan

4. Proses pembelajaran

a. Kesesuaian penggunaan strategi atau metode

dengan pokok bahasan

b. Kejelasan dalam menerangkan materi dan

memberikan contoh

c. Antusiasme dalam menanggapi dan menggunakan

respons

d. Kecermatan dalam pemanfaatan waktu

5. Kemampuan menggunakan media

a. Memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan media

b. Ketepatan saat penggunaan media

c. Keterampilan dalam mengoprasikan

d. Membantu meningkatkan proses pembelajaran

6. Evaluasi

a. Menggunakan penilaian lisan

b. Menggunakan penilaian tulisan

c. Relevansi jenis-jenis penilaian dengan indicator

d. Penilaian sesuai dengan apa yang direncanakan

7. Kemampuan menutup pelajaran

a. Meninjau kembali

b. Memberikan kesempatan bertanya

c. Menugaskan ko-kurikuler

d. Menginformasikan bahan berikutnya

Keterangan:

Observer mengisi lembar observasi dengan memberikan tanda ceklis (√)

Page 53: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

45

45

Komentar mengenai aktivitas guru

Adapun hal-hal yang diamati dari aktivitas siswa selama proses

pembelajaran, yaitu:

a. Aktivitas siswa;

b. Keseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran;

c. Perilaku siswa yang tidak sesuai;

d. Keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.

Berikut ini adalah lembar observasi aktivitas siswa:

Tabel 3.2

Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Berilah tanda (√) pada kolom yang sudah disediakan

NO. HAL YANG DIAMATI OPSI

KURANG CUKUP BAIK

1. Siswa menunjukkan sikap senang

2. Siswa aktif dalam pembelajaran

3. Siswa memperhatikan penjelasan

guru

4. Siswa mengajuka pertanyaan

5. Siswa menjawab pertanyaan guru

6. Siswa mengerjakan tugas yang

diberikan guru dengan serius

7. Siswa mengikuti pelajaran sampai

akhir

Komentar mengenai aktivitas siswa

Page 54: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

46

46

Dalam melaksanakan observasi ini, peneliti dibantu atau bekerjasama

dengan beberapa orang guru pada sekolah yang menjadi tempat penelitian sebagai

kolaborator atau peneliti mitra.

2. Jurnal Siswa

Jurnal siswa diberikan kepada siswa setiap akhir dari proses pembelajaran.

Jurnal ini diberikan dengan tujuan untuk memperoleh data mengenai respon siswa

terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Data tersebut digunakan sebagai

masukan untuk pembelajaran berikutnya. Jurnal yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Jurnal Siswa

Siklus ke- :

PETUNJUK

1. Tulislah terlebih dahulu nama, kelas, nomor absen, serta hari dan tanggal

pada lembar jawaban yang telah disediakan.

2. Bacalah dengan cermat setiap soal sebelum menjawab.

3. Soal di bawah ini tidak mempengaruhi penilaian, dan jawablah soal dengan

jujur.

IDENTITAS

Nama :

Kelas :

No. Absen :

Hari/Tanggal :

PERTANYAAN

1. Apa yang kamu pelajari hari ini?

2. Kesan apa yang kamu dapatkan dengan pembelajaran seperti ini?

Page 55: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

47

47

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan ini merupakan catatan harian guru. Catatan ini dibuat

guru segera setelah proses pembelajaran berakhir. Dengan catatan lapangan ini,

guru dapat mencatat peristiwa-peristiwa yang terjadi di kelas selama pembelajaran

berlangsung.

4. Lembar Tes Kemampuan

Lember tes kemampuan ini diberikan kepada siswa pada setiap siklus. Hal

ini dilakukan sebagai upaya untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis

karangan narasi dengan mengguanakan media teks wacana dialog. Lembar tes ini

berupa kertas folio bergaris.

Setiap tes mulai dari siklus pertama sampai siklus terakhir dikumpulkan

dalam sebuah map sehingga dari kumpulan ini terlihat proses pembelajaran

menulis siswa, apakah ada peningkatan atau tidak. Selain itu, dengan kumpulan

ini guru bisa melihat letak kesalahan siswa dalam menulis karangan narasi, baik

dari segi ejaan, diksi, dan lain-lain.

E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti berperan sebagai pelaksana penelitian.

Sedangkan guru matapelajaran bahasa Indonesia berperan sebagai pengamat atau

observer. Peneliti yang merancang kegiatan pembelajaran, termasuk membuat

observasi aktivitas guru, observasi aktivitas siswa, jurnal siswa, catatan lapangan,

tes kemampuan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta melaporkan hasil

penelitian. Dalam hal ini, guru matapelajaran bahasa Indonesia yang akan

Page 56: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

48

48

membentu peneliti dalam melakukan pengamatan langsung pada saat proses

pembelajaran.

F. Prosedur Pengolahan Data

1. Pengumpulan Data

Pada tahap ini, semua data-data yang sudah diperoleh dari penelitian

dikumpulkan yang kemudian diolah dan diinterpretasikan. Secara garis besar hasil

pengumpulan data dapat diuraikan sebagai berikut.

a. studi pendahuluan untuk mengenali dan mengetahui kondisi awal yang

akan dijadikan sebagai bahan untuk merencanakan tindakan;

b. pelaksanaan, analisis, dan refleksi terhadap siklus I;

c. pelaksanaan, analisis, dan refleksi terhadap siklus II;

d. pelaksanaan, analisis, dan refleksi sampai siklus yang benar-benar stabil

dan berhasil;

e. observasi aktivitas siswa berdasarkan kategori pengamatan yang telah

ditetapkan selama siklus I sampai siklus yang benar-benar dianggap

berhasil.

2. Analisis Data

Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari

berbagai sumber, yaitu observasi, jurnal siswa, pengamatan dalam bentuk catatan

lapangan, dan lembar tes siswa yang kemudian diadakan reduksi data untuk

mengkategorisasikan data. Analisis data, baik data kuantitatif maupun kualitatif

terlebih dahulu dianalisis kemudian dideskripsikan dengan menampilkan hasil

data yang digambarkan dengan bagan atau tabel untuk selanjutnya

Page 57: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

49

49

dipersentasikan. Setelah data dianalisis dan dideskripsikan, maka langkah

selanjutnya yaitu direfleksikan untuk menarik kesimpulan.

3. Kategorisasi Data dan Interpretasi Data

Semua data yang diperoleh terlebih dahulu dikategorisasikan berdasarkan

fokus penelitian. Kemudian peneliti menginterpretasikan data yang telah

dikumpulkan, ada beberapa hal yang dilakukan peneliti, yaitu:

a. Mendeskripsikan perencanaan pelaksanaan tindakan;

b. Mendeskripsikan pelaksaan tindakan setiap siklus;

c. Menganalisis data berupa hasil belajar siswa dari setiap tindakan

untuk mengetahui keberhasilan penelitian yang telah dilakukan.

Untuk mengukur daya serap siswa, Burhan Nurgiantoro

mengemukakan penilaian sistem PAP skala lima, yaitu:

Tabel 3.4

Penilaian Acuan Patokan Skala Lima

Tingkat Penguasaan Kategori Nilai Kriteria Penilaian

85 – 100 A Baik sekali

75 – 84 B Baik

60 – 74 C Cukup

40 – 59 D Kurang

0 – 39 E Kurang sekali

Page 58: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

50

50

d. Menganalisis hasil observasi aktivitas guru dan siswa dengan cara

menghitung persentase tiap kategori untuk setiap tindakan yang

dilakukan oleh setiap observer dan menghitung rata-rata persentase

dari tiga pengamat sebagai berikut:

Rata-rata

Persentase aktivitas siswa = x 100

Jumlah siswa

e. Menganalisis jurnal kesan dengan mengelompokkan kesan pendapat

siswa ke dalam kelompok komentar positif, negatif, biasa, dan tidak

berkomentar. Kemudian dihitung jumlah frekuensinya dan langkah

selanjutnya dipersentasikan.

Jumlah komentar

Persentase = x 100

Jumlah siswa

G. Kriteria Penilaian Menulis Karangan Narasi

Untuk melihat kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi, peneliti

menemukan beberapa kriteria penilaian. Kriteria ini merupakan acuan peneliti

dalam menganalisis hasil karangan siswa sehingga kemempuan siswa tersebut

terukur atau terlihat kemajuannya. Berikut format penilaian hasil karangan siswa:

Page 59: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

51

51

Tabel 3.5

Penilaian Karangan Narasi

Komponen yang

Dinilai

Skor Kualifikasi

Bobot Skor

Siswa SB B C K

4 3 2 1

Diksi

Ejaan

1

1

Judul

Tokoh

Latar

Alur

1

1

1

2

Jumlah

Jumlah Skor Siswa

Nilai = x 100

Total Skor Kualifikasi

Keterangan:

Skor Siswa = Skor Kualifikasi x bobot

Skor Total Kualifikasi = 28

Deskripsi Skala Penilaian

Ejaan

4 = Sangat baik – sempurna : hanya terdapat tiga kesalahan, menguasai aturan

penulisan

3 = Cukup – baik : kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan tetapi tidak

mengaburkan makna

2 = Sedang – cukup : sering terjadi kesalahan ejaan, makna membeingungkan atau

kabur

Page 60: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

52

52

1 = Sangat kurang : terdapat banyak kesalahan ejaan, tidak menguasai aturan

penulisan, tulisan tidak terbaca

Diksi

4 = Sangat baik – sempurna : pilihan kata dan ungkapan tepat, menguasai

pembentukan kata

3 = Cukup – baik : pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat, tetapi

tidak mengganggu

2 = Sedang – cukup : sering terjadi kesalahan penggunaan kosa kata dan dapat

merusak makna

1 = Sangat kurang : pengetahuan tentang penulisan kosa kata rendah

Judul

4 = Sangat baik – sempurna : judul sesuai dengan tema dan isi karangan, dibuat

menarik dan menggigit

3 = Cukup – baik : judul sesuai dengan tema dan isi karangan, tetapi tidak

menarik

2 = Sedang – cukup : judul kurang sesuai dengan tema dan isi karangan, tetapi

menarik

1 = Sangat kurang : judul tidak sesuai dengan tema dan isi karangan serta tidak

menarik

Tokoh

4 = Sangat baik – sempurna : terdapat tokoh yang digambarkan secara jelas dan

lengkap sesuai dengan teks percakapan

3 = Cukup – baik : tokoh tidak lengkap tetapi sesuai dengan teks percakapan

Page 61: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

53

53

2 = Sedang – cukup : terdapat tokoh, tetapi tidak lengkap dan tidak sesuai dengan

teks percakapan

1 = Sangat kurang : tidak ada tokoh

Latar

4 = Sangat baik – sempurna : latar digambarkan secara jelas dan rinci sesuai

dengan teks percakapan

3 = Cukup – baik : latar digambarkan secara jelas tetapi tidak rinci/tidak lengkap

tetapi sesuai dengan teks percakapan

2 = Sedang – cukup : latar digambarkan secara tidak jelas dan tidak rinci serta

tidak sesuai dengan teks percakapan

1 = Sangat kurang : latar tidak digambarkan sama sekali

Alur

4 = Sangat baik – sempurna : alur disusun secara rapi memuat awal, tengah/isi,

dan akhir cerita sesuai dengan teks percakapan

3 = Cukup – baik : alur disusun sesuai dengan teks percakapan tetapi tidak

lengkap

2 = Sedang – cukup : alur disusun kurang sesuai dengan teks percakapan

1 = Sangat kurang : alur disusun secara kacau dan tidak sesuai dengan teks

Page 62: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

54

54

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tanggal 15, 21, 22 Juli 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu teknik yang dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran keterampilan menulis di Madrasah

Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta. Teknik pembelajaran keterampilan menulis ini

dikembangkan melalui prosedur sebagai berikut:

1. Analisis kebutuhan belajar melalui keinginan dan kesenjangan yang

dirasakan dan dinyatakan guru maupun siswa.

2. Perumusan tujuan pembelajaran menulis.

3. Penyusunan komponen program pembelajaran menulis berupa

rumusan hipotesis teknik pembelajaran menulis.

4. Pengujian teknik pembelajaran menulis dengan menggunakan media

teks wacana dialog secara empiris pada siklus 1.

5. Perbaikan-perbaikan yang diharapkan dalam kegiatan pembelajaran

selama proses siklus 1.

6. Pengujian teknik pembelajaran menulis dengan menggunakan media

teks wacana dialog secara empiris pada siklus 2.

7. Perbaikan-perbaikan yang diharapkan dalam kegiatan pembelajaran

selama proses siklus 2.

Page 63: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

55

55

A. Pendeskripsian Hasil Analisis Kebutuhan dan Hambatan Belajar Secara

Umum

1. Penugasan Membaca Teks Dialog

Kompetensi yang seharusnya dicapai siswa yaitu mampu membaca teks

wacana dialog dengan intonasi yang tepat.

a. Kebutuhan siswa berupa sumber belajar

Melalui penelitian ini terlihat bahwa siswa memerlukan sumber

pembelajaran berupa teks dialog yang bervariasi, sehingga siswa tidak

bosan dengan teks dialog yang selalu dibacakan.

b. Hambatan siswa

Hambatan siswa dalam kegiatan ini yaitu para siswa jarang sekali

membaca bacaan berupa teks dialog/teks percakapan, sehingga mereka

sangat kurang dalam menguasai intonasi yang tepat.

c. Kebutuhan guru

Guru memerlukan instrumen untuk mengetahui kemampuan siswa

dalam membaca teks dialog berupa teks percakapan yang sesuai dengan

tingkat kemampuan membaca siswa.

d. Hambatan guru

Dalam penelitian ini terlihat bahwa pada awalnya guru kurang

memotivasi siswa untuk tampil di depan kelas membaca teks percakapan

secara berpasangan. Selain itu guru kurang mengidentifikasi kebutuhan

siswa dalam penugasan membaca teks dialog yang sesuai dengan minat

siswa.

Page 64: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

56

56

2. Penugasan Mengubah Teks Dialog ke dalam Bentuk Narasi

Kompetensi yang harus dimiliki siswa yaitu mampu mengubah teks dialog

yang sudah dibacakan sebelumnya ke dalam bentuk narasi.

a. Kebutuhan Siswa dan Guru

Dalam penelitian ini terlihat bahwa sebagian siswa sudah

memahami isi yang terkandung dalam teks dialog yang mencakup tema,

isi, alur, cerita, setting. Akan tetapi bagi siswa yang belum paham, guru

memerlukan suatu cara yang dapat membantu siswa yaitu dengan

menjelaskan secara rinci isi teks dialog.

b. Hambatan Siswa dan Guru

Dalam penelitian ini terlihat siswa masih ragu mengacungkan

tangannya untuk sekedar bertanya. Hal ini terlihat jelas dalam proses

belajar mengajar, siswa cenderung pasif, mungkin karena sebelumnya

kurang motivasi untuk sekedar berani bertanya atau maju ke depan sebagai

pendukung berjalannya proses belajar mengajar.

B. Perumusan Tujuan Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan

Menggunakan Media Teks Wacana Dialog pada Siswa Kelas VII

Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti pembelajaran menulis karangan narasi dengan

menggunakan media teks wacana dialog, para siswa diharapkan mampu menulis

secara efektif dan efisien berbagai jenis karangan dalam berbagai konteks dan

tujuan.

Page 65: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

57

57

2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran menulis karangan narasi dengan

menggunakan media teks wacana dialog ini para siswa diharapkan memiliki

kemampuan menarasikan teks dialog/teks percakapan dengan memperhatikan

penulisan kalimat langsung dan kalimat tak langsung.

Adapun tahap-tahap kegiatan pembelajaran menulis karangan narasi

dengan menggunakan media teks wacana dialog sebagai berikut.

C. Tahap Kegiatan Pembelajaran Menulis Narasi Siklus 1

1. Tahap Pembinaan Keakraban

Untuk pertama kalinya, perkenalan dilangsungkan di dalam kelas dengan

menyebutkan satu per satu nama siswa dan hobinya, agar para siswa merasa

bahwa hobinya dipentingkan. Setelah itu, untuk memancing agar para siswa

Tahap 1

Pembinaan Keakraban

Tahap 2

Perumusan Tujuan

Tahap 3

Penyusunan Program

Tahap 5

Penilaian Proses dan Hasil

Tahap 4

Pelaksanaan Program

Page 66: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

58

58

antusias dalam belajar, guru melakukan kegiatan pembinaan keakraban dengan

cara mengajak siswa untuk mengikuti permainan kecil dan sederhana secara

bersama-sama.

2. Tahap Perumusan Tujuan

Metode yang digunakan dalam pembelajaran menulis ini adalah metode

tanya jawab, ceramah, penugasan. Adapun fokus pembelajaran yang akan

disampaikan pada pertemuan ini yaitu mengenai pengertian karangan narasi,

unsur intrinsik karangan narasi, dan langkah-langkah menulis karangan narasi

berdasarkan media teks dialog.

3. Tahap Penyusunan Program

Pembelajaran dilaksanakan selama 4x40 menit, selama 2 hari. Adapun

langkah-langkah teknik rancangan program kegiatan pembelajaran menulis

sebagai berikut.

a. Guru menyampaikan indikator penyampaian dan menuliskannya di

papan tulis.

b. Selama 15 menit pertama guru menjelaskan materi menulis karangan

narasi.

c. Selama 15 menit guru meminta siswa membaca teks dialog dan

meminta beberapa siswa untuk membacakannya di depan kelas secara

berpasangan.

d. Selama 40 menit siswa menulis karangan narasi dengan cara

menarasikan teks dialog yang sudah dibacakan.

Page 67: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

59

59

e. Selama 10 menit terakhir guru mengevaluasi siswa dengan

memberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan

pembelajaran.

4. Tahap Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

Pada awal pembelajaran, seperti biasa guru memeriksa kehadiran siswa,

kemudian mengkondisikan kelas. Sebelum guru memberikan materi, guru

mengadakan tanya jawab kepada siswa dengan mengajukan pertanyaan tentang

karangan narasi dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal

siswa terhadap karangan narasi. Ada beberapa siswa yang menjawab pertanyaan

guru terhadap pertanyaan mengenai pengertian narasi dengan sebelumnya guru

yang memberi kata kunci. Setelah itu guru meminta siswa untuk menyimpulkan

jawaban yang telah diberikan siswa, dan ada pula siswa yang mau menyimpulkan

meskipun setengah-setengah, kemudian oleh guru dijelaskan dalam kegiatan

pemberian materi. Kegiatan ini dilakukan selama 5 menit.

Guru memberikan materi tentang pengertian karangan narasi, teks dialog,

dan langkah-langkah menulis karangan narasi dengan menggunakan media teks

dialog. Hal ini sesuai dengan metode yang digunakan yaitu metode ceramah dan

sesekali diskusi. Materi disampaikan selama kurang lebih 10 menit. Setelah itu,

guru melakukan tanya jawab mengenai materi yang telah disampaikan. Untuk

kegiatan ini berlangsung 5 menit, karena hanya beberapa siswa saja yang

mengajukan pertanyaan, hal ini disebabkan karena para siswa terbiasa dengan

pembelajaran yang monoton, akibatnya ada rasa kurang percaya diri untuk

Page 68: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

60

60

sekedar mengacungkan tangan untuk bertanya atau menjawab pertanyaan yang

disampaikan oleh guru.

Setelah itu guru membagikan teks dialog kepada siswa untuk dibaca dan

meminta beberapa siswa untuk membacakannya di depan secara berpasangan.

Dan hanya ada beberapa siswa saja yang mau membacakan teks dialog di depan,

yang lainnya memperhatikan dengan baik. Langkah selanjutnya siswa diminta

pendapatnya mengenai tema yang terkandung dari teks dialog tersebut. Hampir

seluruh siswa berpendapat bahwa tema teks dialog tersebut adalah kemacetan lalu

lintas di pagi hari. Langkah selanjutnya guru meminta siswa untuk membuat

karangan narasi. Siswa dapat mengambil peristiwa yang ada dalam teks dialog

dan mengubahnya menjadi karangan narasi dan mengembangkan imajinasinya

dengan memadukan pengalamannya dengan peristiwa yang ada dalam teks dialog.

Untuk kegiatan menulis karangan, siswa mempunyai alokasi waktu 40 menit.

Berikut adalah teks dialog yang dijadikan media pada siklus 1.

Wartawan : “Bagaimana keadaan lalu lintas saat ini, Pak?”

Polisi : “Keadaan lalu lintas cukup padat, terutama ketika pagi hari, saat

berangkat kerja.”

Wartawan : “Biasanya, tempat kemacetan tersebut di daerah mana?”

Polisi : “Kemacetan biasanya terjadi di sekitar pasar dan tempat umum

lainnya.”

Wartawan : “Jadi, di tempat seperti itulah polisi mengatur lalu lintas?”

Polisi : “Bukan di tempat itu saja, tempat lain pun dijaga. Cuma tempat

seperti pasar dan tempat umum lainnya sangat rawan kemacetan.

Page 69: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

61

61

Bila ini tidak ditanggulangi, akan menyebabkan kemacetan

sehingga masyarakat terganggu perjalanannya.”

Wartawan : “Bagaimana kedisiplinan para pengendara kendaraan bermotor?”

Polisi : “Para pengendara kendaraan bermotor ada yang disiplin, yang

tidak juga ada. Kebanyakan pelanggaran lalu lintas adalah tidak

mematuhi rambu-rambu lalu lintas.”

Selama siswa membuat karangan, guru berkeliling memantau berjalannya

aktivitas siswa dalam menulis karangan narasi. Siswa terlihat antusias dalam

mengerjakan karangan mereka. Banyak yang bertanya langsung pula ketika guru

menjumpai meja belajar mereka. Ada siswa yang bertanya tentang apakah

karangan ini harus diberi judul, dan apakah boleh karangan yang dibuatnya itu

benar-benar pengalaman yang sangat menyedihkan. Guru mendiskusikan

pertanyaan tersebut kepada siswa lainnya, kemudian guru memberikan penjelasan

pada saat itu juga sampai siswa yang bersangkutan dan siswa yang lainnya

mengerti.

Setelah waktu yang ditentukan selesai, siswa mengumpulkan karangannya.

Sekilas guru memeriksa hasil pekerjaan siswa dan menemukan kesalahan pada

hasil karangannya terutama dalam penulisan nama dan tempat. Walaupun

demikian, pada pertemuan pertama ini siswa sebagian belum dapat menulis

karangan narasi dengan baik.

Sebelum pembelajaran berakhir, guru memberikan jurnal kepada siswa

untuk diisi sebagai respon mengenai pembelajaran. Menjelang akhir pembelajaran

guru meminta siswa untuk membaca karangan narasi yang lebih banyak lagi di

Page 70: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

62

62

rumah masing-masing sebagai penambah daya imajinasi mereka untuk

pembelajaran berikutnya.

5. Evaluasi Hasil Pembelajaran dan Analisis Karangan

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti mitra terhadap

aktivitas siswa selama pembelajaran diperoleh beberapa data sebagai berikut:

a. Siswa serius dalam mengerjakan tugasnya, yaitu menulis karangan

narasi.

b. Beberapa orang siswa kurang memperhatikan penjelasan guru.

c. Ada beberapa orang siswa yang mengajukan pertanyaan dan

menjawab pertanyaan guru.

Gambaran lengkap mengenai aktivitas siswa dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 4.1

Persentase Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus 1

No. Hal yang diamati Persentase

1. Siswa aktif dalam pembelajaran 5%

2. Siswa memperhatikan penjelasan guru 80%

3. Siswa mengajukan pertanyaan atau pendapat 5%

4. Siswa menjawab pertanyaan guru 65%

5. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan serius 85%

6. Siswa mengikuti pelajaran sampai akhir 100%

Adapun hasil observasi peneliti mitra terhadap aktivitas guru diperoleh beberapa

data sebagai berikut:

1. Pengkondisian kelas pada awal pembelajaran kurang

2. Sudah sesuai dengan rencana pemanfaatan media teks wacana dialog

Page 71: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

63

63

Berdasarkan kriteria penilaian karangan yang telah ditentukan, peneliti

menganalisis hasil karangan setiap siswa untuk mendapatkan skor karangan narasi

siswa. Setelah itu, peneliti mengambil tiga karangan siswa untuk dipaparkan pada

bab empat dengan catatan masing-masing satu orang yaitu skor tertinggi, sedang,

dan terendah. Analisis karangan ini dilakukan setiap siklus dengan tujuan untuk

mengetahui perkembangan kemampuan menulis siswa dan untuk mengetahui

letak kesalahan atau kekurangan siswa dalam menulis karangan narasi.

Kesalahan yang dilakukan pada pembelajaran siklus pertama, yaitu siswa

masih banyak yang kurang dalam pengembangan isi karangan. Isi karangan siswa

sebenarnya sudah sesuai dengan teks percakapan, namun ada beberapa siswa yang

mengembangkan ceritanya masih terbatas, sehingga jalan cerita terasa terlalu

ringan dibaca. Hal tersebut karena masih lemahnya siswa dalam menceritakan

karangan dengan alur yang baik. Latar yang disajikan sudah sesuai dengan teks

percakapan, tetapi penguasaan penciptaan tokoh masih lemah.

Berkaitan dengan masalah ejaan masih banyak siswa yang melakukan

kesalahan. Kesalahan tersebut meliputi tanda baca, penulisan huruf, dan

penyingkatan kata, sedangkan mengenai unsur yang lainnya pada umumnya sudah

cukup bagus, namun tinggal pengembangannya harus ditingkatkan. Berikut

dipaparkan tiga karangan siswa siklus 1 dengan kriteria tertinggi, sedang, dan

terendah:

Page 72: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

64

64

Nomor Subjek: 24

Analisis

Ejaan yang terdapat dalam karangan di atas masih banyak terdapat

kesalahan dan masih banyak yang harus diperbaiki lagi. Dalam pemilihan kata

sudah baik, meski ada sedikit kesalahan, kesalahan tersebut tidak sampai

mengaburkan makna. Kesalahan tanda baca, penggunaan huruf kapital,

penggunaan partikel, dan penggunaan kalimat yang rancu ditampilkan pada

karangan di atas.

Pengembangan isi karangan cukup dan relevan dengan teks percakapan,

meskipun harus lebih dikembangkan. Judul yang diangkat pun relevan dengan

cerita yang terdapat dalam teks percakapan, tetapi kurang menarik minat pembaca

karena ada kalimat yang diulangi dalam satu paragraf. Karangan di atas berjudul

Keadaan Lalu Lintas.

Alur dalam karangan ini cukup logis, ada awal, tengah, dan akhir cerita.

Akan tetapi pengaluran yang ditampilkan kurang dikembangkan. Dalam

penokohan, seluruh tokoh yang ada di dalam teks percakapan, disebutkan di

dalam karangan.

Latar atau setting yang ditampilkan dalam karangan terlihat cukup jelas

sesuai dengan teks percakapan. Seperti menyebutkan suatu tempat, misalnya pasar

dan tempat umum lainnya. secara lebih rinci, penilaian karangan narasi subjek 24

akan dijabarkan dalam tabel di bawah ini:

Page 73: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

65

65

Tabel 4.2

Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 24

Komponen yang

Dinilai

Skor Kualifikasi

Bobot Skor

Siswa SB B C K

4 3 2 1

Diksi

Ejaan

3

2

1

1

3

2

Judul

Tokoh

Latar

Alur

4

4

4

4

1

1

1

2

4

4

4

8

Jumlah

25

25

Nilai = x 100 = 89,28

28

Nomor Subjek: 19

Analisis

Karangan pada subjek 19 banyak terdapat kesalahan dalam ejaan.

Kesalahan tanda baca, penyingkatan yang tidak sesuai, dan penulisan huruf

kapital di berbagai kata banyak dimunculkan dalam karangan di atas. Pemilihan

kata sudah cukup baik.

Karangan tersebut terdiri dari dua paragraf. Pengembangan isi karangan

cukup relevan dengan tema. Isi karangan sudah sesuai dengan teks percakapan.

Judul yang diangkat terlihat lebih khusus dan cukup menarik, sehingga membuat

orang lain penasaran dan ingin membacanya.

Page 74: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

66

66

Alur dalam karangan ini cukup baik, logis dan sesuai dengan teks

percakapan, yaitu ada awal, tengah, dan akhir cerita. Alur terlihat membungkus

karangan, sehingga karangan terlihat lebih padat. Namun tetap kurang dalam

pengembangannya.

Dalam penokohan tampak sangat baik, karena seluruh tokoh disebutkan

sesuai dengan teks percakapan yang menjadi acuannya. Pelataran atau setting pun

tampak disebutkan dengan rinci dan jelas. Secara lehih rinci, penilaian karangan

narasi akan dijabarkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.3

Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 19

Komponen yang

Dinilai

Skor Kualifikasi

Bobot Skor

Siswa SB B C K

4 3 2 1

Diksi

Ejaan

2

1

1

1

2

1

Judul

Tokoh

Latar

Alur

4

4

4

3

1

1

1

2

4

4

4

6

Jumlah

21

21

Nilai = x 100 = 75

28

Nomor Subjek: 3

Analisis

Page 75: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

67

67

Karangan subjek 3 terdiri dari dua paragraf. Terdapat banyak kesalahan

ejaan dalam karangan ini, seperti tanda baca, penggunaan huruf kapital yang tidak

sesuai, dan penyingkatan kata yang tidak seharusnya.

Isi karangan ada yang pengembangannya sudah cukup baik, dan ada pula

yang belum dikembangkan. Judul yang diangkat sangat relevan dengan isi

karangan.

Pengaluran karangan tidak tersusun secara baik, karena hanya ada tahap

awal dan tengah. Dalam penyusunan kalimat pun ada sesuatu yang rancu.

Kemudian, latar atau setting yang ditampilkan sudah sesuai dengan teks

percakapan, tetapi masih kurang tepat dalam penempatannya. Begitu pula dalam

penokohan, tokoh polisi tidak tampak sesuai dengan yang ada dalam teks

percakapan. Secara lebih rinci, penilaian karangan narasi subjek 3 akan dijabarkan

dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.4

Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 3

Komponen yang

Dinilai

Skor Kualifikasi

Bobot Skor

Siswa SB B C K

4 3 2 1

Diksi

Ejaan

2

1

1

1

2

1

Judul

Tokoh

Latar

Alur

4

3

2

2

1

1

1

2

4

2

3

4

Jumlah

16

Page 76: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

68

68

16

Nilai = x 100 = 57,14

28

Tabel 4.5

Rekapitulasi Nilai Karya Siswa Siklus 1

SISWA KOMPONEN PENILAIAN

Skor Nilai Diksi Ejaan Judul Tokoh Latar Alur

1 C C SB C B C 17 60,71

2 C K SB B C SB 20 71,42

3 C K SB C B C 16 57,14

4 C C SB SB SB B 22 78,57

5 B C C SB SB B 21 75

6 B C SB B SB SB 24 85,71

7 B C C SB SB C 21 75

8 B C SB C SB C 19 67,85

9 C C SB SB SB C 20 71,42

10 C B SB C SB B 21 75

11 SB C SB C SB SB 24 85,71

12 B C SB C SB B 21 75

13 C C SB C SB B 20 71,42

14 K K SB SB SB SB 18 64,85

15 C C SB C SB C 18 64,85

16 B B SB SB SB C 22 78,57

17 B C SB SB SB SB 25 89,28

18 B K SB B B B 20 71,42

19 B B SB C SB C 20 71,42

20 B B SB SB SB B 24 85,71

21 C C SB SB SB B 22 78,57

22 C C SB C SB B 20 71,42

23 B C SB SB SB SB 25 89,28

24 SB C SB SB SB B 24 85,71

25 B C SB SB SB C 21 75

Nilai rata-rata 21 75,18

Page 77: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

69

69

6. Refleksi

Refleksi dilakukan setelah peneliti mengidentifikasi data yang diperoleh

dari hasil observasi peneliti mitra (observer), catatan lapangan yang dilakukan

peneliti dan mitra peneliti selama pembelajaran berlangsung, dan jurnal siswa.

Dari hasil observasi pada siklus 1 diperoleh data bahwa guru/peneliti

sudah cukup baik dalam mengajar dan menerangkan materi. Guru mengontrol

siswa yang duduk di posisinya, dengan mengatur posisinya, guru berdiri. Jadi,

guru tidak hanya berdiri di satu posisi ketika sedang memberikan penjelasan,

tetapi juga berpindah-pindah tempat dan memberikan perhatian kepada siswa

sehingga siswa lebih merasa diperhatikan.

Namun, ada beberapa hal yang kurang diperhatikan oleh guru, yaitu

kurang mengkondisikan kelas pada awal pembelajaran, sehingga daya simak

siswa cukup rendah. Hal ini menunjukkan bahwa guru kurang tegas dalam

menghadapi siswa yang sedang mengobrol dengan teman sebangkunya. Selain itu

pengelolaan waktu yang kurang optimal membuat beberapa siswa mengeluh

karena waktu yang diberikan terlalu sedikit untuk menulis karangan narasi. Guru

sudah cukup memotivasi siswa, namun karena siswa sedang mengalami

penyesuaian yang baru dengan diajar oleh guru yang baru sebagai peneliti, siswa

masih enggan dalam bertanya atau menjawab pertanyaan yang diberikan oleh

guru.

Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas, guru berusaha untuk

memberikan tindakan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan

berikutnya. Pada awal pembelajaran guru akan berusaha untuk lebih

Page 78: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

70

70

mengkondisikan siswa agar dapat berkonsentrasi dalam pembelajaran dengan

memberikan motivasi awal yang lebih menarik. Kemudian, untuk

mengkondisikan siswa yang hobi mengobrol ketika proses belajar mengajar

berlangsung, guru akan lebih banyak berkeliling dan memberikan perhatian lebih.

Pada pertemuan berikutnya guru akan lebih banyak mengalokasikan waktu

untuk kegiatan menulis narasi. Sedangakan untuk mengaktifkan siswa dalam hal

bertanya atau menjawab pertanyaan, guru akan mencoba metode inquiri dengan

memberi contoh karangan narasi yang mempunyai banyak kesalahan. Dengan

metode ini diharapkan siswa dapat lebih aktif dan lebih kritis dalam pembelajaran.

Jurnal siswa yang diberikan kepada siswa sebagai respon pembelajaran

menunjukkan pada umumnya siswa memberikan respon positif terhadap

pembelajaran yang telah dilakukan dan hanya beberapa orang saja yang

memberikan respon negatif atau tidak berkomentar. Hal ini dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4.6

Persentase Komentar Siswa Siklus 1

Respon Frekuensi Persentase

Positif 24 95%

Negatif 1 5%

Tidak berkomentar - -

Jumlah 25 100%

Page 79: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

71

71

Berdasarkan tabel persentase komentar siswa di atas diperoleh data siswa

yang merespon positif sebanyak 24 orang dengan persentase 95 persen, dan

respon negatif 1 orang dengan persentase sebesar 5 persen.

Sedangkan tes hasil kemampuan siswa dalam membuat karangan narasi

menunjukkan bahwa skor kemampuan siswa masih kurang. Hal ini dapat dilihat

dari perolehan skor siswa dan nilai rata-rata siswa.

Tabel 4.7

Perolehan Skor Siswa Siklus 1

Tingkat Penguasaan Skor Nilai

Skor tertinggi 25 89,28

Skor sedang 21 75

Skor terendah 16 57,14

Rata-rata 21 75,18

Dari tabel di atas diperoleh data bahwa nilai tertinggi kemampuan siswa

siklus ke-1 adalah 89,28, sedang 75, dan terendah 57,14. Rata-rata nilai

keseluruhan adalah 75,18. Berikut jumlah siswa yang memperoleh skor

berdasarkan skala lima.

Tabel 4.8

Perolehan Skor Siswa Berdasarkan Skala Lima pada Siklus 1

Interval

Tingkat Penguasaan Kriteria Penilaian Jumlah Siswa

85 – 100 Baik sekali 6

75 – 84 Baik 9

60 – 74 Cukup 9

40 – 59 Kurang 1

0 – 39 Kurang sekali -

Page 80: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

72

72

Dari tabel di atas diperoleh data nilai siswa yang memenuhi kriteria kurang

sebanyak 1 orang, kriteria cukup 9 orang, kriteria baik 9, dan kriteria baik sekali 6

orang.

D. Tahap Kegiatan Pembelajaran Menulis Narasi Siklus 2

1. Tahap Pembinaan Keakraban

Pada siklus kedua ini, guru juga melakukan pembinaan keakraban.

Pembinaan keakraban dilakukan dengan cara melakukan senam kecil bersama di

dalam kelas, hal ini bertujuan agar siswa dapat merasa lebih rileks dan nantinya

dapat berkonsentrasi dengan lebih pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

2. Tahap Perumusan Tujuan

Berdasarkan refleksi pada siklus pertama, peneliti menyusun perencanaan

untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus selanjutnya. Hasil observasi pada

siklus pertama menunjukkan beberapa cacatan penting mengenai aktivitas guru

dan siswa di kelas. Namun, secara keseluruhan tercatat bahwa pembelajaran

menulis karangan narasi dengan menggunakan media teks dialog sudah cukup

berhasil meningkatkan kemampuan menulis siswa. Namun demikian, masih

terdapat beberapa kelemahan pada hasil karangan siswa dalam pengembangan isi

dan ejaan.

Seperti pada pertemuan pertama, peneliti kembali menyusun rencana

pembelajaran. Pada pertemuan kedua guru akan mencoba untuk meningkatkan

keaktifan siswa dengan mencoba metode yang lain, yaitu metode inquiri. Selain

metode inquiri, metode ceramah, metode tanya jawab dan metode penugasan akan

Page 81: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

73

73

tetap digunakan. Materi difokuskan pada bagaimana mengembangkan daya

imajinasi siswa dan penggunaan ejaan.

Pada pembelajaran siklus 2 ini pengelolaan waktu di kelas akan lebih

diperhatikan. Khusus untuk kegiatan menulis karangan narasi akan disediakan

alokasi waktu yang lebih banyak daripada pembelajaran siklus pertama. Ketika

sedang mengajar, guru berusaha dengan suara yang nyaring agar siswa yang

duduknya di belakang dapat dengan jelas mendengar apa yang disampaikan oleh

guru. Tidak hanya itu, guru pun tetap melakukan yang dilakukan pada siklus 1,

yaitu berkeliling memperhatikan siswa, agar siswa yang ingin bertanya dengan

mudah dan tanpa malu-malu dapat bertanya. Dan tentunya agar siswa dapat lebih

merasa diperhatikan oleh guru. Selanjutnya guru memotivasi dan memberikan

berbagai pengakuan terhadap siswa seperti dengan ucapan cerdas, jenius, pintar,

hebat, bagus bagi siswa yang aktif dalam pembelajaran.

Hasil karangan siswa pada siklus pertama menunjukkan masih lemahnya

siswa dalam penulisan ejaan dan pengembangan isi karangan, sehingga

pembelajaran siklus 2 ini ditekankan pada pencapaian penguasaan yang kurang

tersebut.

Evaluasi yang digunakan pada pembelajaran siklus 2 ini masih sama

dengan evaluasi pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran siklus 1, yaitu

evaluasi proses dan evaluasi hasil. Seperti pada siklus sebelumnya guru juga

sudah mempersiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi, lembar

jurnal siswa, dan catatan lapangan.

3. Tahap Penyusunan Program

Page 82: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

74

74

Pembelajaran siklus 2 dilaksanakan selama 2x40 menit. Adapun langkah-

langkah-langkah teknik rancangan program kegiatan pembelajaran menulis

sebagai berikut.

a. Guru menyampaikan indikator penyampaian dan menuliskannya di

papan tulis.

b. Selama 10 menit pertama guru mengulangi materi menulis karangan

narasi.

c. Selama 10 menit guru meminta siswa membaca teks dialog dan

meminta beberapa siswa yang belum tampil pada pertemuan

sebelumnya untuk membacakannya di depan kelas secara berpasangan.

d. Selama 50 menit siswa menulis karangan narasi dengan cara

memperbaiki karangan narasi sebelumnya dan disesuaikan dengan teks

dialog yang sudah dibacakan.

e. Selama 10 menit terakhir guru mengevaluasi pemahaman siswa

dengan memberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan

pembelajaran.

4. Tahap Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

Pada awal pembelajaran guru terlebih dahulu memeriksa kehadiran siswa

dan mengkondisiskan siswa untuk siap memulai pembelajaran. Guru juga

memberikan motivasi kepada siswa. Motivasi yang diberikan kepada siswa adalah

dengan memberikan berbagai pujian sebagai pengakuan terhadap segala sesuatu

yang dilakukan siswa. Selanjutnya guru melakukan apersepsi mengenai materi

yang telah mereka dapatkan pada pertemuan sebelumnya.

Page 83: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

75

75

Sebelum guru memberikan materi, terlebih dahulu guru menyuruh siswa

untuk menukar hasil karangan mereka dengan teman sebangku untuk saling

mengoreksi hasil karangan mereka yang ditulis pada pertemuan sebelumnya.

Kegiatan ini dilakukan selama sepuluh menit. Setelah melakukan silang baca,

guru dan siswa membahas kesalahan dan kekurangan dalam menulis karangan

yang umum dilakukan pada pembelajaran sebelumnya dengan menampilkan satu

karangan siswa, kemudian dibahas bersama-sama. Langkah selanjutnya guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hasil evaluasi.

Ada beberapa siswa yang bertanya dan mengajukan pendapat dalam kegiatan ini,

kemudian guru memberikan ucapan pujian-pujian yang membangun kepada siswa

yang bersangkutan.

Kemudian, untuk menambah penguasaan siswa terhadap materi, guru

kembali menerangkan materi tentang karangan narasi dan penggunaan ejaan yang

baik dan benar. Setelah memberikan materi, guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk bertanya.

Setelah menganggap siswa menguasai materi, maka langkah selanjutnya

guru membagikan teks dialog kepada siswa untuk dibaca. Teks dialog yang

digunakan sebagai media pembelajaran masih sama dengan teks dialog yang

digunakan pada siklus pertama. Setelah itu guru meminta beberapa siswa untuk

membacakan teks dialog tersebut di depan kelas secara berpasangan. Selanjutnya

siswa diminta untuk membuat karangan narasi. Selama kurang lebih 45 siswa

mengerjakan tugas yang diberikan guru yaitu memperbaiki karangan narasi yang

ditulis pada pertemuan sebelumnya. Pada saat kegiatan itu berlangsung, guru

Page 84: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

76

76

memantau aktivitas siswa dengan cara berkeliling. Sebagian siswa ada yang tidak

mencantumkan judul karangannya sehingga guru harus mengingatkan siswa.

Pada akhir pembelajaran, guru membagikan jurnal siswa untuk diisi oleh

siswa sebagai respon terhadap pembelajaran yang sudah dilakukan. Guru juga

tidak lupa untuk mengulas kembali materi yang sudah dipelajari dan memberi

kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

5. Evaluasi Hasil Pembelajaran dan Analisis Karangan

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh mitra peneliti terhadap aktivitas

guru dan siswa, diperoleh data bahwa pada pembelajaran siklus 2 ini siswa sudah

aktif dalam pembelajaran, baik dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan

guru, siswa juga serius dalam mengerjakan tugas dan lebih memperhatikan

penjelasan yang diberikan oleh guru.

Adapun gambaran proses belajar mengajar dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9

Persentase Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus 2

No. Hal yang diamati Persentase

1. Siswa aktif dalam pembelajaran 95%

2. Siswa memperhatikan penjelasan guru 100%

3. Siswa mengajukan pertanyaan atau pendapat 85%

4. Siswa menjawab pertanyaan guru 65%

5. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan serius 100%

6. Siswa mengikuti pelajaran sampai akhir 100%

Adapun hasil observasi peneliti mitra terhadap aktivitas guru ditentukan

beberapa data sebagai berikut:

1. Guru sudah cukup baik dalam mengelola waktu

Page 85: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

77

77

2. Guru sudah baik dalam memotivasi siswa sehingga siswa mulai aktif

dalam pembelajaran.

Nomor Subjek: 24

Analisis

Pilihan kata yang digunakan di atas tidak mengalami kemajuan, karena

karangan yang ditulis diatas sama persis dengan karangan sebelumnya di

siklus pertama. Ejaan dalam karangan ini pun sudah mengalami banyak

kemajuan, hal ini dapat dilihat dari penulisan tanda baca dan huruf kapital

yang semakin baik digunakan dalam karangan ini.

Isi karangan masih sama dengan karangan sebelumnya, namun sudah

cukup berkembang dalam penyampaiannya. Judul karangan yang digunakan

masih sama, namun penulisannya yang belum benar sudah terlihat lebih baik.

Pengaluran dalam karangan ini tetap sama (awal, tengah dan akhir

cerita disusun secara logis dan sangat baik) karena cerita dan jalan ceritanya

tidak ada yang diubah sama sekali. Hal ini terjadi mungkin karena siswa sudah

yakin dan merasa benar dengan karangan yang dibuatnya.

Tokoh dan latar yang ditampilkan pun sudah cukup jelas dan relevan

dengan isi teks percakapan. Secara lebih rinci, penilaian karangan narasi di

atas akan dijabarkan dalam tabel di bawah ini.

Page 86: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

78

78

Tabel 4.10

Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 24

Komponen yang

Dinilai

Skor Kualifikasi

Bobot Skor

Siswa SB B C K

4 3 2 1

Diksi

Ejaan

4

3

1

1

3

4

Judul

Tokoh

Latar

Alur

4

4

4

4

1

1

1

2

4

4

4

8

Jumlah

27

27

Nilai = x 100 = 96,42

28

Nomor Subjek: 19

Analisis

Karangan di atas tidak mengalami kemajuan yang berarti dengan karangan

sebelumnya, artinya dalam karangan pada subjek 19 ini masih terdapat banyak

kesalahan ejaan. Kesalahan tanda baca, penyingkatan yang tidak sesuai, dan

penulisan huruf kapital di berbagai kata banyak dimunculkan dalam karangan di

atas. Namun, kesalahan dalam penyingkatan yang tidak sesuai tidak terlalu

banyak seperti pada karangan sebelumnya. Pemilihaan kata yang digunakan

terlihat lebih baik lagi dalam penggunaannya.

Pengembangan isi karangan yang digunakan menjadi lebih baik lagi.

Karangan yang disampaikan sudah cukup mewakili dan relevan dengan tema dan

isi teks. Isi karangan sudah sesuai dengan teks percakapan. Judul yang digunakan

Page 87: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

79

79

dalam karangan ini terlihat lebih umum dari judul pada karangan sebelumnya.

Namun, judul yang digunakan tetap baik dan sesuai dengan pengembangan isi

karangan yang ditulis. Alur yang digunakan pun masih tetap baik.

Penokohan tampak baik, karena seluruh tokoh yang disebutkan berkurang

dari isi teks percakapan yang menjadi acuannya. Latar atau setting dalam

karangan di atas sudah cukup jelas dan disebutkan dengan rinci. Secara lebih

rinci, penilaian karangan narasi akan dijabarkan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.11

Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 19

Komponen yang Dinilai

Skor Kualifikasi

Bobot Skor

Siswa SB B C K

4 3 2 1

Diksi

Ejaan

3

2

1

1

3

2

Judul

Tokoh

Latar

Alur

4

3

3

3

1

1

1

2

4

3

3

6

Jumlah

22

22

Nilai = x 100 = 78,57

28

Nomor Subjek: 3

Analisis

Karangan ini mengalami banyak kemajuan dibandingkan karangan

sebelumnya di siklus pertama. Ejaan dalam karangan ini sudah lebih baik. Dalam

penulisan tanda baca, penggunaan huruf kapital yang tidak sesuai, dan

Page 88: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

80

80

penyingkatan kata yang tidak seharusnya, walaupun masih terdapat beberapa

kesalahan. Pemilihan kata yang digunakan pun menjadi lebih menarik jika dibaca.

Pengembangan yang digunakan dalam karangan sudah lebih baik. Judul

yang diangkat sama dengan karangan sebelumnya, sangat relevan dengan isi

karangan.

Alur dalam karangan sudah tersusun secara baik, karena adanya tahap

awal, tengah, dan akhir. Kemudian, latar atau setting yang ditampilkan sudah

sesuai dengan teks percakapan, dan sudah terlihat tepat dalam penempatannya.

Begitu pula dalam penokohan, tokoh polisi sudah tampak, sesuai dengan isi dalam

teks percakapan. Secara lebih rinci, penilaian karangan narasi subjek 3 akan

dijabarkan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.12

Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 3

Komponen yang

Dinilai

Skor Kualifikasi

Bobot Skor

Siswa SB B C K

4 3 2 1

Diksi

Ejaan

3

3

1

1

3

3

Judul

Tokoh

Latar

Alur

4

4

4

3

1

1

1

2

4

4

4

6

Jumlah

25

25

Nilai = x 100 = 89,28

28

Page 89: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

81

81

Tabel 4.13

Rekapitulasi Nilai Karya Siswa Siklus 2

SISWA KOMPONEN PENILAIAN

Skor Nilai Diksi Ejaan Judul Tokoh Latar Alur

1 C SB SB SB C C 20 71,42

2 C SB SB SB C C 20 71,42

3 B B SB SB SB B 25 89,28

4 C SB SB SB SB B 24 85,71

5 B B C SB SB SB 22 78,57

6 B SB SB B SB SB 26 92,85

7 B SB C SB SB B 23 82,14

8 C SB SB C SB B 22 78,57

9 C SB SB SB SB C 22 78,57

10 C B SB C SB B 21 75

11 SB SB SB C SB SB 26 92,85

12 B B SB C SB B 22 78,57

13 C B SB C SB B 21 75

14 K C SB SB SB C 19 67,85

15 C SB SB C SB C 20 71,42

16 B SB SB SB SB C 23 82,14

17 B SB SB SB SB SB 27 96,42

18 B C SB B B B 22 78,57

19 B SB SB C SB C 21 75

20 B B SB SB SB B 24 85,71

21 C B SB SB SB B 23 82,14

22 C B SB C SB C 19 67,85

23 B SB SB SB SB SB 27 96,42

24 SB B SB SB SB B 25 89,28

25 B C SB SB SB B 23 82,14

Nilai rata-rata 22,68 80,99

6. Refleksi

Dari hasil identifikasi data yang diperoleh dari observer, catatan lapangan

dan jurnal siswa selama pembelajaran siklus 2. Peneliti kembalai melakukan

refleksi terhadap pembelajaran siklus 2.

Page 90: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

82

82

Diperoleh data dari hasil observasi bahwa guru sudah jelas dalam

menyampaikan materi kepada siswa, kecermatan pengelolaan waktu sudah cukup

baik, dan guru sudah baik dalam mengkondisikan dan memberikan motivasi

kepada siswa.

Berdasarkan hasil catatan lapangan, penulis mencatat bahwa pembelajaran

siklus 2 sudah mengalami peningkatan yang lumayan signifikan, hal ini dapat

dibuktikan dengan meningkatnya keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab

pertanyaan. Tidak ada lagi siswa yang mengeluh kurangnya waktu untuk menulis

karangan narasi. Siswa yang melakukan kegiatan di luar kegiatan belajar mengajar

sudah mulai berkurang, hal ini karena guru lebih memperhatikan kegiatan belajar

mengajar mereka.

Berdasarkan hasil observasi dan catatan lapangan, dapat disimpulkan

bahwa pembelajarn pada siklus 2 mengalami banyak peningkatan.

Jurnal siswa yang diberikan kepada siswa sebagai bahan pemerhati respon

pembelajaran pada siklus 2, umumnya respon positif lebih banyak daripada

respon negatif atau tidak berkomentar. Hal ini dapat dilihat dari angka persentase

berikut ini.

Tabel 4.14

Persentase Komentar Siswa Siklus 2

Respon Frekuensi Persentase

Positif 23 90%

Negatif 1 5%

Tidak berkomentar 1 5%

Jumlah 25 100%

Page 91: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

83

83

Berdasarkan tabel persentase komentar siswa di atas diperoleh data siswa

yang merespon positif sebanyak 23 orang dengan persentase 90% persen, respon

negatif 1 orang dengan persentase sebesar 5% persen, dan tidak berkomentar 1

orang dengan persentase 5%.

Selanjutnya, untuk hasil kemampuan siswa dalam membuat karangan

narasi menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Berikut perolehan skor

siswa dan nilai rata-rata siswa.

Tabel 4.15

Perolehan Skor Siswa Siklus 2

Tingkat Penguasaan Skor Nilai

Skor tertinggi 27 96,42

Skor sedang 22 78,57

Skor terendah 19 67,85

Rata-rata 22,68 80,99

Dari tabel di atas diperoleh data bahwa nilai tertinggi kemampuan siswa

siklus 2 adalah 96,42, terendah 67,85, dan rata-rata nilai adalah 80,99. Berikut

jumlah siswa yang memperoleh skor berdasarkan skala lima.

Tabel 4.16

Perolehan Skor Siswa Berdasarkan Skala Lima pada Siklus 2

Interval

Tingkat Penguasaan Kriteria Penilaian Jumlah Siswa

85 – 100 Baik sekali 7

75 – 84 Baik 13

60 – 74 Cukup 5

40 – 59 Kurang -

0 – 39 Kurang sekali -

Page 92: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

84

84

Dari tabel di atas diperoleh data nilai siswa yang memenuhi kriteria baik

sekali sebanyak 7 orang, kriteria baik 13 orang, dan kriteria cukup 5 orang. Dari

satu siswa yang memperoleh nilai kurang di siklus 1, ia tidak lagi memperoleh

nilai kurang dari 60.

E. Analisis Hasil Penelitian

1. Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Narasi dengan

Penggunaan Media Teks Dialog

Dari hasil analisis karangan yang dilakukan pada setiap siklus, pada

dasarnya siswa sudah mengalami peningkatan dalam menulis karangan narasi

dengan menggunakan media teks dialog. Hal ini dapat dibuktikan dengan

meningkatnya perolehan skor dan nilai yang diraih siswa pada setiap siklus,

walaupun ada beberapa orang yang sedikit sekali mengalami peningkatan ataupun

tidak mengalami peningkatan dari siklus satu ke siklus berikutnya.

Adapun letak kesalahan dan kekurangan siswa dalam menulis karangan

narasi sebagian besar terletak pada penggunaan ejaan, diksi, penokohan,

penguasaan latar/setting, penguasaan pengaluran. Sedangkan pengembangan isi

karangan sudah cukup baik. Untuk mengetahui perkembangan kemampuan siswa

dalam menulis karangan narasi dijabarkan pada tabel berikut:

Page 93: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

85

85

Tabel 4.17

Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Narasi

Siswa Nilai Tiap Siklus

1 2

1 60,71 71,42

2 71,42 71,42

3 57,14 89,28

4 78,57 85,71

5 75 78,57

6 85,71 92,85

7 75 82,14

8 67,85 78,57

9 71,42 78,57

10 75 75

11 85,71 92,85

12 75 78,57

13 71,42 75

14 64,85 67,85

15 64,85 71,42

16 78,57 82,14

17 89,28 96,42

18 71,42 78,57

19 71,42 75

20 85,71 85,71

21 78,57 82,14

22 71,42 67,85

23 89,28 96,42

24 85,71 89,28

25 75 82,14

Nilai Rata-rata 75,18 80,99

Page 94: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

86

86

Berdasarkan tabel di atas, tampak jelas perolehan skor kemampuan setiap

siswa dari siklus satu ke siklus berikutnya mengalami peningkatan, meskipun ada

beberapa siswa yang sedikit sekali mengalami peningkatan. Berikut jumlah siswa

yang memperoleh skor berdasarkan skala lima dari siklus pertama sampai siklus

kedua.

Tabel 4.18

Perolehan Nilai Siswa dalam Skala Lima

Kategori Nilai Siklus

1 2

A 6 7

B 9 13

C 9 5

D 1 -

E - -

Dari data di atas diperoleh data tingkat penguasaan tertinggi, terendah, dan

rata-rata. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.19

Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Narasi Setiap Siklus

Tingkat Penguasaan Perolehan Nilai Setiap Siklus

1 2

Tingkat kemampuan tertinggi 89,28 96,42

Tingkat kemampuan terendah 57,14 67,85

Tingkat kemampuan rata-rata 75,18 80,99

Dari tabel di atas menunjukkan tingkat kemampuan siswa dari siklus

pertama sampai siklus kedua mengalami peningkatan. Tingkat kemampuan

tertinggi siklus 1 memperoleh nilai 89,28 dan siklus kedua memperoleh nilai

Page 95: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

87

87

96,42. Tingkat kemampuan terendah siswa siklus pertama memperoleh skor 57,14

dan siklus kedua memperoleh nilai 67,85. Tingkat kemampuan rata-rata nilai

siswa siklus pertama adalah 75,18 dan rata-rata nilai siswa siklus kedua adalah

80,99.

F. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembelajaran menulis di sekolah yang menjadi subjek penelitian ini

dilakukan dengan perencanaan dan pelaksanaan yang matang. Guru mempunyai

peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Guru tidak hanya

tepat dalam menggunakan teknik pembelajaran, tetapi juga mampu menggunakan

media yang mendukung kegiatan belajar. Karena dengan menggunakan media/alat

peraga, minat dan perhatian siswa pula dapat ditingkatkan.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa pembelajaran menulis

dengan menggunakan media teks wacana dialog dapat meningkatkan

keterampilan menulis siswa. Setelah menganalisis hasil karangan siswa secara

keseluruhan, mulai dari siklus ke-1 dan siklus ke-2, diperoleh data bahwa

kemampuan siswa dalam menulis cerpen terus meningkat. Hal ini ditunjukkan

oleh peningkatan nilai 89,28 (A) baik sekali dan terendah 57,14 (D) kurang.

Siklus kedua menunjukkan peningkatan dari siklus sebelumnya, nilai tertinggi

96,42 (A) baik sekali dan terendah 67,85 (C) cukup.

Pada siklus pertama, siswa yang mendapat nilai kurang (D) hanya 1 orang,

nilai cukup (C) mencapai 9 orang, nilai baik (B) 9 orang, dan baik sekali (A) 6

orang. Siklus kedua, siswa yang mendapat nilai kurang (D) tidak ada, ini berarti

mengalami peningkatan kemampuan menulis, sedangkan nilai cukup (C)

Page 96: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

88

88

sebanyak 5 orang, nilai baik (B) sebanyak 13 orang, dan nilai baik sekali (A)

terdapat 7 orang.

Peningkatan tersebut dapat terjadi karena kendala yang terjadi pada setiap

siklus dapat diatasi pada siklus-siklus berikutnya. Misalnya pada siklus ke-1 siswa

tampak kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Kendala tersebut tidak

terjadi lagi pada siklus ke-2 karena adanya perbaikan. Selain itu, adanya

peningkatan skor dan nilai terjadi karena pada setiap siklus hasil karya siswa

hanya tinggal direvisi beberapa kesalahan saja. Kesalahan yang umum dilakukan

oleh siswa mengenai aspek menulis terdapat dalam hal ejaan, pilihan kata,

penataan paragraf dan isi karangan. Dalam hal ejaan kesalahannya dalam dijumpai

dalam penulisan huruf, penggunaan tanda baca, penulisan kata dan sebagainya.

Dalam hal pilihan kata, kesalahan yang dilakukan pada umumnya terdapat pada

ketidaktepatan pemilihan kata yang sesuai dengan konteks kalimat. Sedangkan

kesalahan dalam hal penataan paragraf dan isi karangan terdapat pada penyusunan

paragraf yang tidak sesuai dengan kesatuan isi maupun bentuk dan

ketidakpahaman siswa mengenai organisasi karangan. Kesalahan-kesalahan

tersebut dapat diatasi pada setiap siklusnya dengan memberikan pengarahan yang

tepat kepada siswa.

Siswa yang mengalami peningkatan tertinggi pada setiap pembelajaran

bukan berarti adalah siswa yang memiliki nilai tertinggi. Begitu pun bagi siswa

yang mengalami peningkatan terendah dalam setiap pembelajaran bukan berarti

siswa yang memiliki nilai terendah.

Page 97: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

89

89

Dari pembahasan di atas, ada beberapa temuan yang diperoleh dari

penelitian ini. Adapun hasil temuan pada penelitian ini dikelompokkan atas dua

hal yang menyangkut pelaksanaan proses belajar mengajar menulis dengan

menggunakan media teks wacana dialog dan hasil dari kegiatan belajar

mengajarnya. Kedua segi ini sangat berhubungan erat dalam proses

pengajarannya.

Temuan mengenai proses pelaksanaan proses belajar mengajar menulis

dengan menggunakan media teks wacana dialog adalah keterlibatan siswa dalam

mengikuti pelajaran ditentukan oleh motivasi yang diberikan oleh guru. Dalam hal

ini guru mempunyai peran yang sangat menentukan tercapainya suatu proses

pembelajaran. Keberhasilan proses belajar mengajar dan pencapaian hasil belajar

siswa sebagian besar ditentukan oleh peran dan kompetensi guru. Hal ini dapat

diartikan bahwa guru sebagai tenaga pengajar yang telah memiliki kemampuan

tertentu harus mampu berperan sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator,

dan sebagai fasilitator. Siswa pun akan antusias dalam belajar apabila ada hal-hal

baru yang disajikan oleh guru, baik berupa teknik pembelajaran yang menarik dan

baru maupun media yang berbeda dengan media-media sebelumnya. Tentunya

media tersebut harus menunjang kegiatan belajar. Hal tersebut senada dengan

Munadi yang berpendapat bahwa penggunaan media atau alat bantu disadari oleh

banyak praktisi pendidikan sangat membantu aktivitas proses pembelajaran baik

di dalam maupun di luar kelas, terutama membantu peningkatan prestasi belajar

siswa.1

1 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru (Jakarta: Gaung Persada Press,

2008), h. 2.

Page 98: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

90

90

Dalam menyajikan bahan pembelajaran menulis, guru harus mampu

memperhatikan keterlibatan, partisipasi, inisiatif, dan pemahaman siswa terhadap

apa yang diajarkan. Jangan sampai siswa mampu menguasai segala hal tentang

menulis secara teori, tetapi kurang mampu dalam kegiatan menulis yang

sebenarnya.

Penggunaan media teks wacana dialog cukup efektif meningkatkan

keterampilan menulis siswa. Tujuan penggunaan media teks wacana dialog

sebagai upaya meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis dapat dikatakan

sudah tercapai.

Berdasarkan hasil temuan di atas, penelitian ini mempunyai beberapa

implikasi, baik implikasi teoritis maupun implikasi praktis.

1. Implikasi Teoritis

Pembelajaran menulis karangan narasi dengan penggunaan media

teks wacana dialog pada siswa kelas VII-2 Madrasah Tsanawiyah Negeri

38 Jakarta cukup efektif dalam meningkatkan keterampilan menulis siswa.

Meskipun ada hal yang menjadi catatan penting, yaitu dalam pemilihan

media diperlukan teks dialog (teks percakapan) yang sesuai dengan tingkat

kemampuan siswa untuk dikembangkan lagi menjadi karangan narasi.

Secara umum pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah tersebut

sedah sesuai dengan apa yang diharapkan. Sebagai implikasi teoritisnya

diperlukan adanya beberapa perbaikan dalam hal perencanaan dan

pelaksanaan. Perbaikan tersebut meliputi pemilihan media teks dialog

yang benar-benar sesuai dengan tingkat kemampuan siswa dan bentuk

Page 99: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

91

91

serta cara pengembangan teks dialog tersebut menjadi narasi harus

disesuaikan pula dengan tingkat kemampuan siswa.

2. Implikasi Praktis

Selama pelaksanaan penelitian pada sekolah tersebut, siswa kurang

aktif dalam hal bertanya dan mengajukan pendapat. Kalau pun ada yang

bertanya atau mengajukan pendapat, itu pun harus dipancing oleh guru.

Guru sempat melakukan berbagai teknik dan cara untuk memotivasi siswa

dalam bertanya. Keadaaan ini cukup efektif, tetapi tidak dilakukan secara

berkelanjutan. Implikasi praktisnya adalah perlu adanya perbaikan dalam

teknik dan metode dalam pembelajaran. Perbaikan itu berupa penempatan

guru dan siswa sebagai pihak yang sama-sama aktif dalam proses belajar

mengajar.

Menulis sebagai salah satu aspek pembelajaran bahasa Indonesia di

sekolah merupakan kegiatan yang memerlukan keterampilan. Metode yang

lebih cocok agar siswa terampil adalah banyak latihan. Latihan tersebut

harus terus menerus dipantau oleh guru.

Pembelajaran menulis karangan narasi dengan penggunaan media teks

wacana dialog ini cukup efektif dalam meningkatkan keterampilan menulis. Ada

beberapa hal yang menjadi catatan penting dalam penelitian ini, menyangkut pada

proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut.

1. Teknik pembelajaran menulis dengan menggunakan media teks wacana

dialog dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi. Hal ini

dapat dibuktikan dengan:

Page 100: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

92

92

a. Meningkatnya penguasaan sebagian besar siswa terhadap menulis

karangan narasi;

b. Meningkatnya minat sebagian besar siswa terhadap menulis karangan

narasi;

c. Meningkatnya gairah sebagian besar siswa dalam proses pembelajaran

menulis.

2. Teknik pembelajaran yang dilakukan belum mampu secara optimal

mengembangkan siswa dalam pembelajaran menulis karangan narasi. Hal ini

ditandai dengan:

a. Masih ada siswa yang enggan membaca teks dialog di depan kelas;

b. Masih ada siswa yang belum optimal dalam menulis karangan narasi;

c. Masih ada keengganan guru dalam menilai ranah afektif siswa.

Page 101: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

93

93

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil pembahasan yang telah

dipaparkan pada bab sebelumnya yang berkaitan dengan perencanaan,

pelaksanaan, dan hasil pembelajaran menulis karangan narasi dengan

menggunakan media teks dialog di Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta

diperoleh simpulan sebagai berikut.

1. Bentuk perencanaan pembelajaran menulis karangan narasi dengan

menggunakan media teks wacana dialog ditempuh dengan beberapa prosedur.

Prosedur utama yaitu studi pendahuluan atau observasi awal yang dilakukan

untuk mengetahui gambaran umum pelaksanaan pembelajaran di sekolah

yang menjadi objek penelitian. Kemudian menyusun perencanaan

pelaksanaan tindakan yang mencakup kegiatan penentuan kelas dan waktu

penelitian, menentukan jenis dan tema teks wacana dialog yang akan

digunakan sebagai media pembelajaran menulis karangan narasi, menyusun

satuan pelajaran, menyusun alat observasi aktivitas guru dan siswa, dan

menyusun jurnal siswa.

2. Bentuk pelaksanaan pembelajaran menulis karangan narasi dengan

menggunakan media teks wacana dialog dilaksanakan dengan beberapa

langkah. Pada mulanya siswa membaca sebuah teks dialog secara

berpasangan dengan temannya sambil menghayati dan memahami isi cerita

Page 102: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

94

94

yang terkandung di dalam teks dialog. Kemudian, siswa dan guru membahas

isi cerita yang terkandung dalam teks dialog dengan metode tanya jawab.

Lalu siswa menulis karangan narasi dengan acuan teks dialog yang sudah

dibaca.

3. Berdasarkan hasil pembelajaran menulis karangan narasi dari tiap siklusnya,

siswa mengalami peningkatan. Hal ini dapat dibuktikan dengan

meningkatnya nilai yang diperoleh siswa dari setiap siklus. Pada siklus

pertama, siswa yang mendapatkan nilai kurang (D) terdapat 1 orang, nilai

cukup (C) mencapai 9 orang, nilai baik (B) sebanyak 9 orang, dan baik sekali

(A) mencapai 6. Siklus kedua, siswa yang mendapat nilai kurang (D) sudah

tidak ada, ini berarti mengalami peningkatan kemampuan menulis, sedangkan

nilai cukup (C) mencapai 5 orang, nilai baik (B) sebanyak 13 orang, dan nilai

baik sekali (A) sebanyak 7 orang. Adapun nilai rata-rata setiap siklus yaitu

siklus pertama 75,18 dan kedua 80,99.

Adapun kendala yang dihadapi pada kegiatan pembelajaran

menulis karangan narasi, yaitu dalam kesehariannya siswa jarang sekali

menulis atau mengarang, sehingga para siswa sedikit kesulitan dalam

mengembangkan karangan narasi yang ditugaskan. Waktu yang kurang dalam

pembelajaran setiap siklus membuat guru harus benar-benar kreatif dalam

mengefektifkan waktu.

B. Saran

Setelah menganalisis hasil penelitian, peneliti ingin menyampaikan saran

sebagai berikut.

Page 103: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

95

95

1. Siswa akan merasa jenuh jika pembelajaran dilakukan hanya pada satu

keterampilan saja. Misalnya keterampilan menyimak atau menulis.

Maka penting bagi guru untuk lebih mengintergasikan model

pembelajaran yang mencakup empat keterampilan berbahasa, yaitu

menyimak, berbicara, membaca, dan menulis sehingga dalam

mengikuti pembelajaran siswa akan lebih aktif dan kreatif.

2. Saat pembelajaran dimulai, minat siswa tidak sama. Oleh karena itu,

disarankan kepada guru untuk memberikan motivasi kepada siswa

sebelum pembelajaran berlangsung.

3. Minat siswa terhadap keterampilan menulis pada umumnya kurang

karena mereka terbiasa menjadi penyimak. Selain itu, menulis

merupakan keterampian yang sangat komplek. Oleh karena itu,

disarankan agar pada pembelajaran keterampilan menulis guru lebih

banyak memberikan praktik menulis kepada siswa daripada teori.

4. Penggunaan media teks wacana dialog cukup afektif untuk digunakan

dalam pembelajaran menulis karangan narasi. Oleh karena itu, peneliti

menyarankan untuk menggunakan media ini dalam pembelajaran

menulis lainnya.

Page 104: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

96

96

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Gani, Ramlan dan Fitriyah, Mahmudah. Disiplin Berbahasa Indonesia. Jakarta:

FITK Press. 2010

Arikunto, Suharsimi. dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi aksara. 2007

AR, Syamsudin. Studi Wacana. Bandung: Mimbar Pendidikan Bahasa dan Seni FPBS

IKIP Bandung. 1992

Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2007

Ghony, M. Djunaidi. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: UIN-Malang Press. 2008

Hall, Donald. Writing Well. Boston: Little Brown. 1976

Hamalik, Oemar. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti. 1994

Hernowo. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang

Munculnya Potensi Menulis. Bandung: MLC. 2003

Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama. 2010

Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

2008

Kusnadi, E dan Mahsusi. Mahir Berbahasa Indonesia: Materi Pengayaan Bahasa

Indonesia. Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. 2006

Kusumah, Wijaya dan Dwitagama, Dedi. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: PT Indeks. 2011

Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Tahun Pelajaran 2009-2010. Jakarta: Tidak diterbitkan. 2009

Mahsusi. Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK UIN Jakarta. 2004

Masiello, Lea. Writing in Action: A Collaborative Rhetoric for College Writers. New

York: Mac Millan. 1986

Munadi, Yudhi. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan baru. Jakarta: Gaung

Persada Press. 2008

Page 105: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

97

97

Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press. 2007

Parera, Jos Daniel. Menulis Tertib dan Sistematik: Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

1987

Rohani, Ahmad. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta. 1997

Sadiman, Arief S. dkk. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 1996

Semi, M. Atar. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. 1988

Subana, M dan Sunarti. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia: Berbagi

Pendekatan, Metode Teknik, dan Media Pengajaran. Bandung: Pustaka Setia.

Tanpa tahun

Sudarno dan Rahman, Eman A. 1986. Kemampuan Berbahasa Indonesia untuk

Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Hikmat Syahid Indah

Suparno dan Yunus, Mohamad. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas

Terbuka. 2009

Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT

Remaja Rosda Karya. 2010

Tarigan, Djago dan Tarigan, HG. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa. 1987

Tarigan, Henry Guntur. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:

Angkasa. 2008

Wijana, I Dewa Putu dan Rohmadi, Muhammad. Analisis Wacana Pragmatik: Kajian

Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka. 2010

Wiriaatmadja, Rochiati. Metode Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Meningkatkan

Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2009

Zaimar, Okke Kusuma Sumantri dan Harahap, Ayu Basoeki. Telaah Wacana. Jakarta:

The Intercultural Institute. 2009

Page 106: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

98

98

Badan Standar Nasional Pendidikan. “Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

SMP/MTs.” Diakses pada 16 Juni 2011 pukul 11:24 dari

http://masdwijanto.files.wordpress.com/2011/03/buku-standar-isi-smp.pdf

Depdikbud. “Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional.” Diakses pada 2 Mei 2011

pukul 14:07 dari http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf

Depdiknas. “Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.”

Diakses pada 16 Juni 2011 pukul 10.35 dari

http://www.puskur.net/download/kbk/smp/BahasaSastraIndonesia.pdf

Didin Widyartono. “Pembelajaran Bahasa Indonesia.” Diakses pada 16 Juni 2011

pukul 11:46 dari http://endonesa.wordpress.com/ajaran-

pembelajaran/pembelajaran-bahasa-indonesia/

Wikipedia. “Writing.” Diakses pada 22 Juni 2011 pukul 11.02 dari

http://en.wikipedia.org/wiki/Writing

Page 107: PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI · PDF fileBerdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi

Lampiran 18

BIODATA PENELITI

Hilda Nurul Mawaddah dilahirkan di Jakarta pada

tanggal 18 September 1989. Peneliti merupakan putri sulung dari

dua bersaudara, buah pernikahan bapak Drs. H. Basthomi Hasan,

M.A. (Alm) dan ibu Dra. Hj. Sohihah.

Peneliti menempuh pendidikan pertama di Taman

Kanak-kanak Nurul Falah Jakarta, tamat pada tahun 1994.

Kemudian ia menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SDIT

Nurul Falah Jakarta, pindah pada kelas 3 SD tahun 1997 ke SDN

Rorotan 05 Pagi Jakarta, dan tamat tahun 2001. Selanjutnya

peneliti menjajaki Sekolah Lanjutan Tingkat Pertamanya di

Pondok Pesantren Madrasah Tsanawiyah Husnul Khotimah

Kuningan Jawa Barat, tamat tahun 2004 dan meneruskan

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMA Sekar Kemuning Islamic Boarding School Cirebon

Jawa Barat, tamat tahun 2007. Kemudian peneliti tercatat sebagai mahasiswi Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tahun 2007 dan tamat pada tahun 2011.

Motto hidup peneliti adalah “Luruskan niat, dan lakukan yang terbaik.” Sepanjang

penjalanan hidupnya, ia pernah dipercaya sebagai Motivator Arabic Language SMA. Sekar

Kemuning Islamic Boarding School Cirebon, periode 2004-2007. Pada tahun yang sama, ia

menjadi Koor. Sie. Bidang Apresiasi dan Kreasi Seni Siswa OSIS, dipercaya sebagai

penanggung jawab mading, sekaligus dipilih sebagai sutradara Teater Dot Id SMA. Sekar

Kemuning Islamic Boarding School Cirebon, periode 2006-2007. Pada tahun 2007 peneliti

mulai duduk dalam dunia kampus dan ia merupakan salah satu anggota Ikatan Remaja Masjid

Fathullah. Selanjutnya, ia diamanahkan untuk menjadi divisi pengkaderan Paduan Suara

FITK (PST) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, periode 2007-2009. Peneliti juga mencoba

pengalaman baru dengan menjadi anggota UKM Paduan Suara Mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, tahun 2009 dan dipercaya menjadi asisten conductor lagu Babendi-

bendi pada recital Averrose UKM PSM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti mendapat

kepercayaan pula dalam Badan Eksekutif Mahasiswa FITK, yaitu dengan untuk aktif dalam

Departemen Kemahasiswaan periode 2010-2011 dan Departemen LSO. Bahasa periode 2010-

2011. Ia pernah menjadi sekretaris Dewan Pimpinan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Partai Reformasi Mahasiswa pada Pemilihan Rakyat kampus di tahun 2010. Tak

hanya itu, selain aktif dalam organisasi intra kampus, peneliti pun aktif dalam organisasi

ekstra kampus yaitu dengan menjadi kader Himpunan Mahasiswa Islam pada tahun 2008

sampai dengan saat ini.