peningkatan kemampuan bahasa ekspresif melalui …

98
PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI METODE STORY TELLING DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BONEKA TANGAN PADA ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK PEMBINA NEGERI 1 PARIGI KECAMATAN PARIGI KABUPATEN GOWA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Melakukan Penelitian pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh : ST. AINUN SAKINAH GUNTUR NIM 105451104916 PRODI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR TAHUN AJARAN 2020

Upload: others

Post on 03-Nov-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

i

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI

METODE STORY TELLING DENGAN MENGGUNAKAN

MEDIA BONEKA TANGAN PADA ANAK DI TAMAN

KANAK-KANAK PEMBINA NEGERI 1 PARIGI

KECAMATAN PARIGI KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Melakukan Penelitian pada

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh :

ST. AINUN SAKINAH GUNTUR

NIM 105451104916

PRODI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TAHUN AJARAN

2020

Page 2: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

ii

Page 3: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

iii

Page 4: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN

“Tidak ada yang tidak mungkin jika kita selalu melibatkan Allah dalam setiap

rencana kita”.

“Tidak akan ada hal yang sia-sia dalam proses belajar karena ilmu yang kita

dapatkan akan bermanfaat pada waktunya”

(St. Ainun sakinah G)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk orang-orang terkasih

Untuk madrasah pertama yaitu orang tuaku dan saudaraku, terima kasih tak

terhingga atau kasih sayang yang tulus dan untaian doa yang tak pernah terputus

Untuk diriku sendiri terima kasih sudah berjuang dan bertahan

Untuk orang-orang terdekatku yang selalu mendukung

Untuk sahabat yang menemani masa tersulitku

Untuk orang-orang baik yang mengiringi suka duka perjalananku. Terima kasih

atas kesabarannya mendengar segala ke kesahku, terima kasih juga selalu

meyakinkan bahwa saya bisa sampai pada puncak tujuan. Terima kasih atas

ketulusan kalian dalam hal ini.

Page 5: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

v

KATA PENGANTAR

Allah maha penyayang dan pengasih, demikian kata untuk mewakili atas

segala karunia dan nikmatnya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah pada

detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa pada-mu sang khalik.

Skripsi ini adalah setitik dari banyaknya berkah yang telah engkau berikan.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi

terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan

bagaikan fatamorgana yang semakin dikejar akan semakin menghilang jika

didekati. Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan,

tetapi kemampuan penulis penuh keterbatasan. Segala daya dan upaya telah

penulis tuliskan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat

dalam dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan Dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Semangat dan motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam

penyelesaian tulisan ini. Dengan segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima

kasih kepada kedua orang tua Muh. Guntur dan Hj. Rosina yang telah

menyayangi, mengasihi, membesarkan, mendidik dan menyertai penulis dalam

proses pencarian ilmu. Demikian pula penulis ucapkan terima kasih kepada

saudara Saleha, Reski, Syarifa, Masitadan sahriani dan keluarga besar yang tak

hentinya memberikan motivasi dan bantuan untuk penulis. Kepada Ayahanda

Page 6: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

vi

Tasrif Akib, S.Pd.,M.Pd dan Ayahanda Nur Alim Amri, S.Pd.,M.Pd. Pembimbing

I dan pembimbing II, yang telah memberikan ilmu, arahan, dan motivasi sejak

awal hinnga selesainya skripsi ini.

Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda

Prof. Dr. H Abd.Rahman Rahim, SE,MM selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar. Ayahanda Erwin Akib, M.Pd., P.hD selaku Dekan

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Ayahanda Tasrif Akib, S.Pd.,M.Pd selaku Ketua Prodi Pendidikan Guru

Pendidikan Anak Usia Dini, serta seluruh dosen dan staf dalam lingkungan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Univeristas Muhammadiyah Makassar

yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat

bermanfaat bagi penulis.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Kepala Sekolah, Guru

dan staf TK Pembina Negeri 1 Parigi, dan Ibu Nurlina, S.Pd selaku guru kelas

kelompok B disekolah tersebut yang telah mendampingi penulis dalam proses

penelitian. yang dengan ikhlas dan sabar menemani penulis dalam suka dan duka,

Orang terdekat yang selalu mensupor, dan tak lupa untuk sahabat saya (Saleha)

yang tak pernah lelah mendorongku. Terima kasih juga kepada teman-teman

mahasiswa Jurusan PG PAUD angkatan 2016 serta adinda Mahasiswa PG PAUD

keseluruhan, atas kebersamaan, motivasi, saran dan bantuannya kepada penulis

sejak awal perkuliahan hingga penulis menyelesaikan studi.

Page 7: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

vii

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa

mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama kritikan dan saran

tersebut dapat membawa kebaikan dan membangun bagi pribadi penulis maupun

semua pihak. Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila selama

erkuliahan dan penyusunan tulisan ini terdapat pihak yang merasa dirugikan, dan

terima kasih sekali lagi bagi pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang

telah memberikan bantuan moral dan moril kepada penulis.

Akhir kata, penulis mengucapkan

Billahi Fii sabililhaq Fastabiqul Khaerat

Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Makassar, November 2020

Yang membuat pernyataan

ST AINUN SAKINAH GUNTUR

Page 8: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

viii

AFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................... iii

SURAT PENYATAAN ........................................................................... iv

SURAT PERJANJIAN ........................................................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ............................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................. 9

A. Kajian Pustaka ............................................................................... 9

B. Kerangka Pikir .............................................................................. 37

C. Hipotesis ........................................................................................ 40

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 41

A. Jenis Penelitian .............................................................................. 41

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ........................................................ 42

C. Prosedur Penelitian........................................................................ 43

Page 9: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

iii

D. Instrumen Penelitian...................................................................... 45

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 46

F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 47

G. Indikator Keberhasilan .................................................................. 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................... 53

A. Hasil Penelitian ............................................................................. 53

B. Pembahasan ................................................................................... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 84

A. Kesimpulan ................................................................................... 84

B. Saran .............................................................................................. 85

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 87

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 10: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha membudayakan manusia atau

memanusiakan manusia, pendidikan sangat strategis utnuk mencerdaskan

kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara

menyeluruh. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana utnuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaaan yang

ditujukan bagi anak sejak lahir hingga usia enam tahun yang dilakukan dengan

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan pada jalur forrmal, nonformal, dan

informal.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003

BAB 1 Pasal 1ayat 14 dikemukakan bahwa:

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang

ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar

anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Page 11: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

2

Masa Kanak-kanak adalah masa yang paling tepat untuk mengembangkan

dan meningkatkan bahasa. Masa ini sering disebut masa golden age dimana anak

sangat peka mendapatkan rangsangan-rangsangan baik yang berkaitan dengan

aspek fisik motorik, intelektual, sosial, emosi maupun bahasa. Menurut Hurlock

(1997). Perkembangan awal lebih penting dari pada selanjutnya, karena dasar

awal sangat dipengaruhi oleh belajar dan pengalaman.

Dalam perkembangannya, masyarakat telah menunjukkan kepedulian

terhadap masalah pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan anak usia dini untuk

usia 0 sampai dengan 6 tahun dengan berbagai jenis layanan sesuai dengan

kondisi dan kemampuan yang ada, baik dalam jalur pendidikan formal maupun

non formal. Penyelenggaraan PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman

Kanak-kanak Pembina Negeri 1 Parigi Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa dan

bentuk lain yang sederajat, yang menggunakan program untuk anak usia 5-6

tahun. Sedangkan penyelenggaraan PAUD jalur pendidikan nonformal berbentuk

Kelompok bermain dan bentuk lain yang sederajat.

Bahasa merupakan kebutuhan yang diperlukan oleh manusia sebagai

sarana berkomunikasi dengan orang lain. Bahasa berfungsi sebagai alat

komunikasi, hal ini dimaksudkan bahwa semua pernyataan pikiran, perasaan dan

kehendak seseorang kepada orang lain menggunakan bahasa. Menurut Dhieni,

(2005) menyatakan bahwa “bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi

antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan

pikiran, perasaan, dan keinginannya”. Berbahasa berarti menggunakan bahasa

berdasarkan pengetahuan individu tentang ada sopan santun.

Page 12: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

3

Adapun keterampilan berbahasa dengan media boneka tangan yaitu

sebagai alat bantu dalam proses kegiatan pembelajaran yang terbuat dari kain

yang berbentuk binatang atau karakter tokoh yang diperankan dengan cara

memasukkan kain yang berkarakter tokoh yang diperankan ke dalam tangan

kanan dan kiri tergantung beberapa tokoh yang diperankan misalnya ada 6 tokoh

maka menggunakan media boneka tangan di lakukan secara bergantian.

Dari observasi yang telah saya lakukan di Tk Pembina Negeri 1 Parigi

anak pra sekolah di Tk Pembina Negeri 1 Parigi rata-rata belum terampil

mengungkapkan pikiran atau perasaannya dalam bentuk kata-kata. Hal ini terlihat

dari komunikasi yang mereka gunakan sehari-hari disekolah. Terkadang ada anak

yang tidak mau berbicara jika ada pertanyaan dari guru dalam kegiatan lain hal ini

tentunya akan menghambat perkembangan bahasanya. Disinilah peran guru

sangat dibutuhkan dalam mengembangkan atau meningkatkan bahasa ekspresif

anak terutama disekolah. Kemampuan bahasa ekspresif penting dikembangkan

karena hal ini akan meningkatkan kemampuan anak dalam berkomunikasi serta

makin efektif dalam menyampaikan keinginan dan maksud kepada pihak lain.

Bahasa ekspresif merupakan suatu komunikasi individu dalam menyampaikan

ide, gagasan, atau perasaan kepada orang lain.

Untuk itu kemampuan bahasa ekspresif anak pada Taman Kanak-kanak

dapat dikembangkan dengan berbagai metode, salah satunya adalah metode story

telling atau Bercerita. Metode story telling merupakan salah satu metode yang

dapat memainkan peranan penting bukan saja dalam mengembangkan bahasa dan

pikiran anak, tetapi meningkatkan motivasi rasa ingin tahu dan mengembangkan

Page 13: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

4

imajinasi dalam bercerita. Dalam mengembangkan bahasa ekspresif anak bercerita

mempunyai makna penting bagi perkembangan taman kanak-kanak, karena

melalui bercerita kita dapat mengkomunikasikan nilai-nilai budaya, sosial,

keagamaan, membantu mengembangkan fantasi anak, dimensi kognitif dan

bahasa anak.

Menurut Ismoerdijahwati (2007:76), mengemukakan bahwa “bercerita atau

yang biasa disebut mendongeng, merupakan seni atau teknik budaya kuno untuk

menyampaikan suatu peristiwa yang dianggap penting, melalui kata-kata,

imajinasi dan suara-suara”. Dongeng atau cerita telah ada dalam kebudayaan dan

daerah sebagai hiburan, pendidikan, pelestarian kebudayaan dan menyimpan

pengetahuan serta nilai-nilai moral.

Bercerita bagi anak usia 5-6 tahun bertujuan agar anak mampu

mendengarkan dengan saksama terhadap apa yang disampaikan orang lain. Anak

dapat bertanya apabila tidak memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan,

selanjutnya anak dapat menceritakan dan mengekspresikan diri terhadap apa yang

didengarkan dan diceritakannya sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami

dan akhirnya didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan dan diceritakannya pada

orang lain.

Cerita yang bagus tidak hanya sekedar menghibur tapi juga sekaligus

mendidik dan merangsang berkembangnya komponen kecerdasan anak. Anak

akan belajar bagaimana bunyi-bunyian yang bermakna diajarkan dengan benar,

bagaimana kata-kata disusun secara logis dan mudah dipahami. Dengan kata lain

cerita dapat mendorong anak untuk senang bercerita atau berbicara.

Page 14: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

5

Pada dasarnya fenomena bagi anak didik dari hasil observasi di lapangan

TK Pembina Negeri 1 Parigi Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa. Kemampuan

bahasa ekspresif anak masih belum berkembang sesuai dengan kompetensi dasar

yang ada pada Permen 146 hal ini dapat dilihat masih ada anak didik yang belum

mampu menjawab pertanyaan guru seperti pada kegiatan pembukaan ketika guru

bercakap-cakap tentang kondisi anak pada hari itu terlihat mayoritas anak lebih

banyak yang diam ketika ditanya, mengungkapkan jawaban pikiran anak yang

sederhana dari bentuk pertanyaan apa, siapa, mengapa, dimana, dan sebagainya

maupun mengatakan pikiran dan perasaan anak yang diberikan pada kegiatan

spontan, kurangnya kemampuan anak untuk mengekspresikan atau

mengungkapkan dengan teknik gerak, mimik dan penghayatan tentang bahasa

yang disampaikannya dalam menyatakan kalimat yang sederhana dan belum bisa

menceritakan kembali isi cerita sederhana yang sudah diceritakan oleh guru. Jika

anak tidak mencapai ketuntasan belajarnya maka kita sebagai guru dapat melatih

anak dengan cara belajar sore dalam dua kali seminggu, atau meminta bantuan

kepada orang tua peserta didik agar lebih sering melatih atau menceritakan cerita

pendek kepada anak agar hasil belajarnya berkembang. Hal ini harus segera

diatasi mengingat pentingnya kemampuan berbahasa bagi anak.

Bahasa memegang peranan penting, ada yang bersifat reseptif (dimengerti

dan diterima) dan ekspresif (dinyatakan), dimana bahasa ekspresif anak dikatakan

mulai berkembang yaitu ketika anak telah mampu berkomunikasi dengan teman

atau orang-orang yang berada di sekitarnya dengan cara mengekspresikan pikiran

dan pengetahuan serta perasaannya melalui kata-kata yang mempunyai makna.

Page 15: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

6

Bahasa ekspresif anak juga akan meningkat ketika anak mampu berinteraksi

dengan lingkungan sekitar agar dapat membantu anak untuk memperluas kosa

katanya serta anak diberikan kesempatan untuk dapat mengungkapkan pikiran dan

perasaannya dengan cara mengekspresikan kemampuan bahasanya.

Dengan bahasa, anak dapat berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya.

Untuk itu, metode story telling diambil sebagai alternatif tindakan untuk

mengatasi permasalahan yang ada. Metode ini dipilih karena melalui cerita, anak

belajar memahami suatu kejadian atau peristiwa yang diceritakan. Kemudian anak

dimotivasi untuk mengungkapkan pikiran atau perasaannya terhadap cerita.

Dengan demikian, melalui metode ini, kemampuan bahasa ekspresif anak

diharapkan meningkat.

Berdasarkan dasar-dasar pemikiran dan kenyataan di lapangan yang

dikemukakan diatas, peneliti terdorong untuk melakukan suatu Penelitian

Tindakan Kelas yang berjudul “Peningkatan kemampuan bahasa ekspresif melalui

metode Story telling dengan menggunakan media boneka tangan pada anak di

Taman Kanak-kanak Pembina Negeri 1 Parigi Kecamatan Parigi Kabupaten

Gowa”.

Page 16: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana peningkatan kemampuan bahasa ekspresif

melalui metode story telling dengan menggunakan media boneka tangan pada

anak di Taman kanak-kanak Pembina Negeri 1 Parigi Kecamatan Parigi

Kabupaten Gowa?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah diatas, maka tujuan pelaksanaan penelitian

ini, yaitu: untuk meningkatkan kemampuan bahasa ekspresif melalui metode Story

Telling dengan menggunakan media boneka tangan pada anak di Taman Kanak-

kanak Pembina Negeri 1 Parigi Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.

D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai masukan bagi guru dan lembaga pendidikan khususnya

pendidikan anak usia dini dalam upaya meningkatkan kemampuan

bahasa ekspresif anak.

b. Bagi Peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam

meningkatkan pembelajaran bahasa ekspresif pada anak.

Page 17: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

8

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Taman Kanak-kanak, pembelajaran berjalan semakin efektif

melalui penerapan metode-metode pembelajaran.

b. Bagi guru Taman Kanak-kanak, sebagai pengalaman dalam pelaksanaan

pembelajaran khususnya untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak

melalui metode bercerita.

c. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini merupakan umpan balik dan hasil nyata

dari penerapan seluruh ilmu yang didapatkan selama kuliah.

d. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini sebagai bahan informasi bagi

peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian lanjutan tentang hal-hal

yang terkait dengan metode bercerita.

Page 18: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka

1. Kemampuan Bahasa Anak

a. Pengertian Bahasa

Walija (1996:18) mengungkapkan “bahasa merupakan komunikasi yang

paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan

pendapat kepada orang lain”. Pendapat lainnya tentang defenisi bahasa

diungkapkan oleh Syamsuddin (1986) yang memberi dua pengertian Bahasa

yaitu:

Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan

perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk

mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari

kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan

bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat dikatakan bahwa bahasa

merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi kepada orang lain dalam

bentuk simbol baik dalam bahasa tertulis ataupun isyarat. Tujuan utama dari

sebuah pembelajaran bahasa adalah untuk berkomunikasi. Penguasaan bahasa

sendiri dapat terjadi melalui dua proses, yaitu pemerolehan dan pembelajaran.

Pemerolehan bahasa terjadi secara tidak disadari karena sebagai akibat dari

komunikasi alami. Kegiatan bahasa ini dialami oleh anak-anak dan orang-orang

Page 19: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

10

yang cukup lama dalam interaksi sosial. Berbeda dengan pemerolehan bahasa,

pembelajaran bahasa mengacu pada pengumpulan pengetahuan bahasa melalui

sesuatu yang disadari, berupa kemampuan yang dipelajari, dan bukan kemampuan

yang diperoleh.

b. Fungsi Bahasa Bagi Anak

Kemampuan bahasa dipelajari dan diperoleh anak usia dini secara alamiah

untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Bromley (Dhieni, 2005: 76)

“menyebutkan empat macam bentuk bahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca

dan menulis”. Anak menerima dan mengekspresikan bahasa dengan berbagai cara.

cara anak dalam menggunakan bahasa akan berpengaruh pada perkembangan

sosial, emosional, fisik dan kognitif.

Bahasa digunakan untuk mengekspresikan keunikan individu. Bromley.

(Dhieni. 2005:1.21) menyebutkan lima macam fungsi bahasa sebagai berikut: “1)

Bahasa menjelaskan keinginan dan kebutuhan individu, 2) Bahasa dapat

mengubah dan mengontrol perilaku, 3) Bahasa dapat membantu perkembangan

kognitif, 4) Bahasa membantu mempererat interaksi dengan orang lain, 5) Bahasa

mengekspresikan keunikan individu”. Dari pendapat ini dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1) Bahasa menjelaskan keinginan dan kebutuhan individu. Anak usia dini

belajar kata-kata yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan utama

mereka.

Page 20: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

11

2) Bahasa dapat mengubah dan mengontrol perilaku. Anak belajar bahwa

mereka dapat mempengaruhi lingkungan dan mengarahkan perilaku

dewasa dengan menggunakan bahasa.

3) Bahasa dapat membantu perkembangan kognitif. Secara simbolik bahasa

menjelaskan hal yang nyata dan tidak nyata. Bahasa memudahkan kita

untuk mengingat suatu informasi dan menghubungkannya dengan

informasi yang baru diperoleh. Bahasa juga berperan dalam membuat

suatu kesimpulan tentang masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang.

Bahasa merupakan sistem dimana kita menambah pengetahuan yang kita

akumulasikan melalui pengalaman dan belajar. Bahasa memudahkan kita

untuk menyimpan dan meyeleksi informasi yang akan kita gunakan

untuk menganalisis dan memecahkan masalah. Bahasa membantu kita

untuk mengetahui informasi secara lebih mendalam.

4) Bahasa membantu mempererat interaksi dengan orang lain. Bahasa

berperan dalam memelihara hubungan anda dengan orang di sekitar anda.

Anda dapat menjelaskan pikiran, perasaan dan perilaku melalui bahasa.

Kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dalam kelompok dan

berpartisipasi dalam masyarakat. Bahasa berperan untuk kesuksesan

sosialisasi individu.

5) Bahasa mengekspresikan keunikan individu. Anda mengemukakan

pendapat dan perasaan pribadi dengan cara yang berbeda dari orang lain.

Hal ini dengan jelas dapat terlihat dari cara anak usia dini yang sering

kali mengkomunikasikan pengetahuan, pemahaman dan pendapatnya

Page 21: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

12

dengan cara mereka yang khas yang merupakan refleksi perkembangan

kepribadian mereka.

Secara garis besar fungsi bahasa bagi anak adalah untuk menjelaskan

keinginan dan kebutuhan individu anak. Untuk mengekspresikan keunikan

pendapat dengan cara yang khas yang merupakan perkembangan dari kepribadian

anak.

c. Perkembangan Bahasa Anak.

Depdikbud (1998: 1) Sesuai dengan Garis-garis Besar Program Kegiatan

Belajar (GBPKB) Taman Kanak-kanak, “pengembangan kemampuan berbahasa

di Taman Kanak-kanak bertujuan agar anak didik mampu berkomunikasi secara

lisan dengan lingkungannya”. Lingkungan yang dimaksudkan adalah lingkungan

di sekitar anak antara lain: lingkungan teman sebaya, teman bermain, orang

dewasa, baik yang ada di sekolah, di rumah, maupun dengan tetangga di sekitar

tempat tinggalnya.

Bahasa sebagai sarana kegiatan berkomunikasi memegang peranan yang

sangat penting dalam kehidupan manusia sebagai ungkapan hasil pemikiran

seseorang kepada orang lain agar dapat dipahami. Fungsi pengembangan

kemampuan berbahasa bagi anak Taman Kanak-kanak (Depdikbud, 1998) antara

lain : “ Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan, Sebagai alat untuk

mengembangkan kemampuan intelektual anak, Sebagai alat untuk

mengembangkan ekspresi anak dan Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan

buah pikiran kepada orang lain”.

Page 22: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

13

Menurut Piaget (Musfiroh, 2005: 76) perkembangan bahasa anak Taman

Kanak-kanak masih bersifat egosentrik dan self-expressive, yaitu segala sesuatu

masih berorientasi pada dirinya sendiri. Perkembangan bahasa dapat dipakai

sebagai tolak ukur kecerdasannya dikemudian hari. Pada masa itu anak menguasai

kemampuan berbicara, tetapi mereka harus lebih banyak belajar sebelum mereka

mencapai kemampuan bahasa orang dewasa. Kosa kata yang diperoleh anak pada

awal masuk Taman Kanak-kanak kira-kira berjumlah 2000 kata.

Menurut Dhieni (2005: 3) metode bercerita adalah cara penyampaian atau

penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada

anak didik taman kanak-kanak. Sedangkan menurut Madyawati (2017: 3)

Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada

orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam

bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang dikemas dalam bentuk

cerita yang dapat di dengarkan dengan rasa menyenangkan.

Anak-anak usia taman Kanak-kanak berada dalam fase perkembangan

bahasa secara ekspresif. Hal ini berarti bahwa anak telah dapat mengungkapkan

keinginannya, penolakannya maupun pendapatnya dengan menggunakan bahasa

lisan. Bahasa lisan sudah dapat digunakan anak sebagai alat komunikasi.

Kemampuan berbahasa berbeda dengan kemampuan berbicara. Bahasa

merupakan suatu sistem tata bahasa yang relatif rumit dan bersifat semantik,

sedangkan kemampuan berbicara merupakan suatu ungkapan dalam bentuk kata-

kata. Bahasa ada yang bersifat reseptif (dimengerti, diterima) maupun ekspresif

(dinyatakan). Contoh bahasa reseptif adalah mendengarkan dan membaca suatu

Page 23: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

14

informasi, sedangkan contoh bahasa ekspresif adalah berbicara dan menuliskan

informasi untuk dikomunikasikan kepada orang lain.

2. Bahasa Ekspresif

a. Pengertian Bahasa Ekspresif

Bahasa dan pengekspresian bahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa

berada di dalam otak kita, dan ia akan tetap ada walaupun diekspresikan atau

tidak. Seseorang yang tidak bisa bicara (bisu) bukan berarti tidak memiliki

bahasa. Ia tetap dapat mengetahui tentang kosa kata bahasa dan dapat menyimpan

pengetahuannya dalam bentuk bahasa. Bahasa dapat diekspresikan dalam bentuk

bicara, tulisan dan gerakan. Bicara adalah ekspresi dari bahasa. Organ manusia

yang berperan adalah mulut dan tenggorokan. Terkadang penggunaan istilah

“bahasa” dan “bicara” ini tertukar atau disamakan artinya. Pada kenyataannya

kedua istilah ini berbeda walaupun memiliki kaitan yang erat dalam komunikasi.

Bahasa ekspresif merupakan bahasa yang mengungkapkan pikiran dan

perasaan. Kalimat ekspresif adalah kalimat yang memiliki kata kerja menyatakan

makna batin (ekspresif). Sedangkan ekspresif dalam buku metode pengembangan

bahasa (Dhieni N, 2006: 136) Menyatakan bahwa “kemampuan berbicara

merupakan suatu ungkapam dalam bentuk kata-kata”. Ada yang bersifat reseptif

(dimengerti dan diterima) maupun ekspresif (dinyatakan). Contoh Bahasa

ekspresif adalah berbicara dan menuliskan informasi untuk dikomunikasikan

dengan orang lain.

Page 24: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

15

Menurut Widodo (2008) bahwa “bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk

mengeluarkan kata-kata yang berarti”. (Bromley 1992: 1.5) mendefinisikan

bahasa sebagai sistem simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun

informasi yang terdiri atas simbol-simbol visual maupun verbal. Simbol-simbol

visual tersebut dapat dilihat, ditulis, dan dibaca, sedangkan simbol-simbol verbal

dapat diucapkan dan didengar. Anak dapat memanipulasi simbol-simbol tersebut

dengan berbagai cara sesuai dengan kemampuan berfikirnya.

Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian

bahasa ekspresif adalah cara seorang anak dalam mengungkapkan perasaan serta

kata-katanya kepada orang lain yang berada di sekitarnya yang mempunyai arti

dan kadang dicampur dengan gerakan tubuh. Ketika anak berbicara dan menulis,

mereka menyusun bahasa dan anak menyusun konsep maknanya.

b. Tahap-Tahap Perkembangan Bahasa Ekspresif

Perkembangan kemampuan berbahasa pada anak Taman Kanak-kanak

adalah perubahan yang terjadi pada anak yang ditandai dengan perkembangan

bahasa anak menurut Mustakim Nur, (2002 : 24) bahwa perkembangan bahasa

yang dimaksud adalah: ”perkembangan bunyi, perkembangan kata, perkembangan

kalimat dan perkembangan makna”.

Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1) Perkembangan bunyi (Fonologi)

Bunyi yang dihasilkan organ artikulasi mengalami perubahan dan

penyempurnaan. Pada tahap permulaan anak mengeluarkan bunyi

konsonan/vokal.

Page 25: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

16

2) Perkembangan kata (Morfologi)

Perkembangan morfologi pada anak dari satu kata menjadi kata, kadang-

kadang anak mengucapkan dua kata menjadi kalimat, kadang-kadang kita

mendengar anak ”mama, Ali mencubit saya”, ”Koko memukul saya”.

Perkembangan morfologi anak semakin bertambah seiring dengan

pertambahan usianya atau dengan kata lain semakin bertambah usia

semakin bertambah pula jumlah kata yang diperoleh anak berkaitan

dengan nama-nama benda permainan atau kata-kata yang berhubungan

dengan kebutuhan anak sehari-hari.

3) Perkembangan kalimat (Sintaksis)

Anak menyusun kalimat dari kata yang diketahui dan dikenalnya.

Perkembangan kalimat pada anak diperoleh ketika anak berada dalam

lingkungan keluarga. Anak mulai menyusun kalimat dengan kata-kata

pertama berupa kata benda (subjek) kemudian kata kerja (predikat),

misalnya ”mama pergi”, ”kakak makan nasi”.

4) Perkembangan makna (Semantik)

Perkembangan semantik pada anak sudah nampak sejak anak itu

menggunakan kalimat yang terdiri dari dua kata. Perkembangan semantik

anak semakin lama semakin cepat. Anak mengucapkan kata-kata selalu

mengenai Taman Kanak-kanak dengan maknanya sehingga kata-kata yang

diucapkan dapat dipahami oleh teman bicaranya. Peran orang tua atau

orang yang dekat dengan anak itu akan menentukan perkembangan

Page 26: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

17

semantik anak dengan mengarahkan dan memberi perbaikan ucapan kata

akan memberi kesadaran makna kata dan pertumbuhan semantik anak.

Seorang anak kecil belajar berbicara mula-mula adalah dengan cara

menunjukkan berbagai benda-benda yang dilihatnya atau kata yang dapat

menunjukkan pada pengertian tempat ”di sini” atau ”sekarang”. Daftar kata-kata

ini akan segera meningkat tanpa batas. Namun bisa diperkirakan bahwa seorang

anak pada usia dua tahun setidaknya memerlukan 270 kata.

Beberapa aspek yang berkaitan dengan perkembangan bahasa lisan anak

(Dhieni, 2006:3.4) adalah sebagai berikut: kosakata, sintaks/tata bahasa,

semantika dan fonem atau bunyi”.

Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1) Kosa kata, seiring dengan perkembangan anak dan pengalamannya

berinteraksi dengan lingkungannya, kosa kata anak berkembang dengan

pesatnya.

2) Sintaks (tata bahasa), walaupun anak belum mempelajari tata bahasa, akan

tetapi melalui contoh-contoh berbahasa yang didengar dan dilihat anak di

lingkungannya, anak telah dapat menggunakan bahasa lisan dengan susunan

kalimat yang baik.

3) Semantika adalah penggunaan kata yang sesuai dengan tujuannya, anak

Taman Kanak-kanak sudah dapat mengekspresikan keinginannya,

penolakannya, pendapatnya dengan menggunakan kata-kata dan kalimat

yang tepat.

Page 27: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

18

4) Fonem (bunyi), anak Taman Kanak-kanak sudah memiliki kemampuan

untuk merangkaikan bunyi yang didengarnya menjadi satu kata yang

mengandung arti. Perkembangan bahasa yang terjadi pada anak usia Taman

Kanak-kanak yang pembelajarannya melalui metode bercerita dimana anak

dapat berkomentar antara apa yang ia dengar ketika guru menyelesaikan

ceritanya.

Perkembangan kemampuan bahasa anak Taman Kanak-kanak ditandai oleh

usia dan karakteristik anak dalam bertindak, perkembangan bahasa tersebut

melalui beberapa tahapan.

Tahapan perkembangan bahasa tersebut (Mustakim, 2005:34) adalah

sebagai berikut:

1) Tahap Random dengan karakteristik bunyi lisan.

2) Tahap Unitary dengan karakteristik menggunakan kata sebagai kalimat.

3) Tahap Perluasan ditandai dengan karakteristik kata-kata.

4) Tahap Struktural ditandai dengan karakteristik penguasaan kosa kata yang

berkembang sesuai dengan pembentukan lingkungan kesehariannya.

5) Tahap Otomatik ditandai dengan karakteristik anak sudah mampu

menggunakan dua kalimat untuk mengemukakan maksud tertentu secara

otomatis.

6) Tahap Kreatif ditandai dengan karakteristik anak mampu menggunakan

kata-kata yang pengertiannya abstrak.

Page 28: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

19

c. Indikator Bahasa Ekspresif

Dalam kehidupan kita sehari-hari dapat dilihat langsung perkembangan

berbicara pada anak, kita dapat membedakan kemampuan anak dalam berbicara

terhadap orang yang dikenalinya. Perkembangan berbicara pada anak berbeda-

beda sehingga ada anak yang dapat cepat berbicara dan ada pula anak yang

berbicaranya lambat, mungkin karena ada beberapa faktor yang mendasari hal

tersebut, yang dapat kita ketahui dengan memperhatikan langsung sekitar kita.

Dalam dunia anak ada aspek yang perlu diperhatikan orang tua dalam

rangka mengamati perkembangan bicara anak, bila seorang anak akan

mengatakan atau memahami sesuatu, ia harus mempunyai daftar kata-kata atau

vocabulary yang cukup memadai, yang dengan kata lain kita bisa mengatakan

bahwa anak mempunyai cukup kata-kata agar bisa memproduksi dan memahami

bahasa aktif dan pasif, menemukan kata-kata yang tepat, memahami apa yang

diucapkan (pengertian kalimat).

Seorang anak kecil belajar berbicara, mula-mula adalah dengan cara

menunjukkan berbagai benda-benda yang dilihatnya (kursi, meja makan, boneka,

dsb), atau kata yang dapat menunjukkan pada pengertian tempat “di sini” atau

“sekarang”. Daftar kata-kata ini akan segera meningkat tanpa batas. Namun bisa

diperkirakan bahwa seorang anak pada usia dua tahun setidaknya memerlukan

270 kata. Pada usia 4 tahun kemampuan bahasa anak akan berkembang. Anak

pada usia ini sudah mampu mengucapkan sebagian besar kata dalam bahasa

Indonesia, kosa kata yang dikuasainyapun telah berkembang mencapai 1.500 kata.

Page 29: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

20

Dalam mengajarkan anak usia taman Kanak-kanak seorang guru harus

mempersiapkan indikator-indikator apa yang akan digunakan dalam mengajarkan

anak didiknya khususnya pada pengembangan bahasa ekspresif anak yang akan

menunjang pembelajaran pada anak didiknya. Berdasarkan kurikulum 2013,

Indikator kemampuan bahasa ekspresif pada anak usia 5 sampai 6 tahun adalah

sebagai berikut:

1. Dapat menjawab pertanyaan apa, siapa, mengapa, dimana, dan sebagainya.

2. Menceritakan kembali isi cerita sederhana yang sudah diceritakan oleh

guru.

3. Metode story telling

a. Pengertian Metode story telling

Metode story telling atau bercerita merupakan salah satu metode

pembelajaran kehidupan yang banyak dipergunakan di Taman Kanak-kanak.

Selain itu, metode bercerita juga memberikan pengalaman belajar bagi anak.

Dengan melihat dan mendengarkan cerita memungkinkan anak menambah

pengetahuan dan meningkatkan kemampuan bahasanya. Menurut Dhieni N, dkk

(2005:6.6) “metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi

pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik Taman

Kanak-kanak”.

Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan

kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan

dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk

Page 30: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

21

didengarkan dengan rasa menyenangkan, oleh karena orang yang menyajikan

cerita tersebut menyampaikannya dengan menarik.

Adapun bercerita menurut Mustakim (2005:20) yaitu: Story telling atau

bercerita adalah upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa

anak melalui pendengaran dan kemudian menuturkannya kembali dengan tujuan

melatih keterampilan anak dalam bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam

bentuk ekspresif.

Selanjutnya menurut Winda Gunardi (2008:53): Bercerita adalah

suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan suatu pesan,

informasi atau sebuah agenda belakang, yang biasa dilakukan secara

ekspresif atau tertulis, cara penuturan cerita tersebut dapat dilakukan dengan

menggunakan alat peraga atau tanpa alat peraga.

Sedangkan Depdiknas (2004:12) mendefenisikan “metode bercerita adalah

cara bertutur kata dalam penyampaian cerita atau memberikan penjelasan kepada

anak secara ekspresif dalam upaya memperkenalkan atau memberikan keterangan

hal baru kepada anak”.

Berdasarkan berbagai pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa

metode bercerita adalah metode komunikasi yang disampaikan oleh guru kepada

anak secara universal untuk menceritakan suatu kejadian atau peristiwa untuk

memberikan pengalaman pada anak.

b. Tujuan metode story telling

Tujuan bercerita bagi anak usia 4–6 tahun adalah agar anak mampu

mendengarkan dengan saksama terhadap apa yang disampaikan orang lain, anak

Page 31: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

22

dapat bertanya apabila tidak memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan,

selanjutnya anak dapat menceritakan dan mengekspresikan terhadap apa yang

didengarkan dan diceritakannya,sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami

dan akhirnya didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan dan diceritakannya pada

orang lain. Karena menurut (Dhieni N, 2005) “bahasa berpengaruh besar pada

perkembangan pikiran anak”.

c. Fungsi metode story telling

Bercerita kepada anak berperanan penting bukan saja dalam menumbuhkan

minat dan kebiasaan membaca, tetapi juga dalam mengembangkan bahasa dan

pikiran anak. Dengan demikian, fungsi kegiatan bercerita bagi anak usia 5–6

tahun adalah perkembangan bahasa anak. Dengan bercerita pendengaran anak

dapat difungsikan dengan baik, untuk membantu kemampuan berbicara, dengan

menambah perbendaharaan kosa kata, kemampuan mengucapkan kata-kata,

melatih merangkai kalimat sesuai dengan tahap perkembangannya, selanjutnya

anak dapat mengekspresikannya melalui bernyanyi, bersyair, menulis ataupun

menggambar sehingga pada akhirnya anak mampu membaca situasi, gambar,

tulisan atau bahasa isyarat. Kemampuan tersebut adalah hasil dari proses

menyimak dalam tahap perkembangan bahasa anak.

d. Jenis – jenis Cerita

Menurut Elyawati (2009) secara garis besar, cerita dapat dibagi dua, yaitu:

1). Cerita lama

Cerita lama pada umumnya mengisahkan kehidupan klasik yang

mencerminkan struktur kehidupan manusia di zaman lama. Adapun

jenis-jenis cerita lama, yaitu:

Page 32: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

23

a). Dongeng, yaitu cerita tentang sesuatu yang tidak masuk akal, tidak

benar terjadi, dan bersifat fantasia tau khayalan. Adapun jenis-jenis

dongeng: Mite, yaitu cerita atau dongeng yang berhubungan dengan

kepercayaan masyarakat setempat tentang adanya makhluk halus.

Legenda, yaitu dongeng tentang kejadian alam yang aneh dan ajaib.

Fable, yaitu dongeng tentang kehidupan binatang yang diceritakan seperti

kehidupan manusia.

Kisah lama yaitu dongeng yang berisi kegagah beranian seorang pahlawan

yang terdapat dalam sejarah tetapi cerita seperti khayal.

(1) Hikayat, yaitu cerita yang melukiskan raja atau dewa yang bersifat

khayal.

(2) Cerita berbingkai, cerita yang didalamnya terdapat berbagai cerita

sebagai sisipan.

(3) Cerita panji, yaitu bentuk cerita seperti hikayat tapi berasal dari

kesusastraan, seperti kesusastraan Jawa.

(4) Tambo, yaitu cerita mengenai asal usul keturunan, terutama

keturunan raja-raja yang dicampur dengan unsur khayal.

2). Cerita baru

Cerita baru adalah bentuk karangan bebas yang tidak berkaitan dengan

sistem sosial dan struktur kehidupan lama. Cerita baru dapat

dikembangkan dengan menceritakan kehidupan saat ini dengan

keanekaragaman bentuk dan jenisnya.

Page 33: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

24

e. Manfaat cerita

Menurut Bachri (2005: 7) manfaat bercerita adalah “memperluas wawasan

dan cara berfikir anak, sebab dalam bercerita anak mendapat tambahan

pengalaman yang bisa jadi hal baru baginya”. Sedangkan menurut Musfiroh

(Kasmawati, 2012) cerita memiliki manfaat sebagai berikut:

1) Membantu pembentukan pribadi dan moral anak

Cerita sangat efektif untuk mempengaruhi cara berfikir dan cara

berperilaku anak karena mereka senang mendengarkan cerita walaupun

dibacakan secara berulang-ulang. Pengulangan imajinasi anak, dan nilai

kedekatan guru dan orang tua membuat cerita menjadi efektif untuk

mempengaruhi cara berfikir mereka. Cerita mendorong perkembangan

moral anak karena beberapa sebab, yaitu sebagai berikut:

a). Menghadapkan siswa kepada situasi yang mengandung “pertimbangan”

yang sedapat mungkin mirip dengan yang dihadapi siswa dalam

kehidupan.

b). Cerita dapat memancing siswa menganalisis situasi, dengan melihat

bukan hanya yang Nampak tetapi juga sesuatu yang tersirat

didalamnya, untuk menemukan isyarat-isyarat halus yang tersembunyi

tentang perasaan, kebutuhan dan kepentingan orang lain.

c). Cerita mendorong siswa untuk menelaah perasaan sendiri sebelum ia

mendengar respon orang lain untuk dibandingkan.

Page 34: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

25

d). Cerita mengembangkan rasa konsiderasi yaitu pemahaman dan

penghayatan atas apa yang diucapkan/dirasakan tokoh hingga

akhirnya anak memiliki konsiderasi terhadap tokoh lain dalam alam

nyata.

2). Menyalurkan kebutuhan imajinasi dan fantasi

Anak-anak membutuhkan penyaluran imajinasi dan fantasi tentang

berbagai hal yang selalu muncul dalam pikirannya. Masa usia pra sekolah

merupakan masa-masa aktif anak berimajinasi. Tak jarang anak

“mengarang” suatu cerita sehingga oleh sebagian orang tua dianggap

sebagi kebohongan. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya, imajinasi

anak-anak sedang membutuhkan penyaluran. Salah satu tempat adalah

cerita.

3). Memacu kemampuan verbal anak

Cerita yang bagus tidak sekedar menghibur tetapi juga mendidik, sekaligus

merangsang perkembangan komponen kecerdasan linguistic yang paling

penting yakni kemampuan menggunakan bahasa untuk mencapai sasaran

praktis. Selama menyimak cerita, anak belajar bagaimana bunyi-bunyi yang

bermakna diajarkan dengan benar, bagaimana kata-kata disusun secara logis

dan mudah dipahami, bagaimana konteks berfungsi dalam makna.

4). Merangsang minat menulis anak

Cerita memancing rasa kebahasaan anak. Anak yang gemar mendengar dan

membaca cerita akan memiliki kemampuan berbicara, menulis dan

memahami gagasan rumit secara lebih baik.

Page 35: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

26

5). Merangsang minat baca anak

Bercerita dengan media buku, menjadi stimulasi yang efektif bagi anak

Taman Kanak-kanak, karena pada waktu itu minat baca pada anak mulai

tumbuh. Minat itulah yang harus diberi lahan yang tepat, antara lain melalui

kegiatan bercerita.

6). Membuka cakrawala pengetahuan anak

Setiap anak pada hakekatnya sangat tertarik untuk mengenal dunia, dan

karena dunia ini cenderung berkaitan dengan budaya dan ras lain. Cerita

kadang menyimpan daya rangsang tinggi untuk memicu pada eksplorasi

anak tentang lingkungan.

Kegiatan bercerita dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab

dalam kegiatan bercerita anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi hal

baru baginya, atau juga seandainya bukan merupakan hal baru tentu akan

mendapatkan kesempatan untuk mengulang kembali ingatan akan hal yang pernah

didapat atau dialaminya.

f. Penyajian cerita

Dalam menyajikan cerita, pendidik perlu menyadari bahwa cerita

disesuaikan dengan taraf perkembangan anak, meliputi anak dalam berbahasa,

berpikir, bersosial-emosi, motorik dan moral, tanpa pemahaman ini cerita akan

menjadi terlalu sulit (sehingga tidak dimengerti anak) atau terlalu mudah

(membosankan anak).

Cerita bagi anak-anak harus sesuai dengan tahap perkembangan anak.

Menurut Tampubolon (Dhieni, 2005:6) “isi cerita hendaknya sesuai dengan

Page 36: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

27

tingkatan pikiran dan pengalaman anak”. Bercerita sesuai dengan perkembangan

anak yaitu bercerita sesuai dengan perkembangan pedoman pendidikan anak

(Musfiroh, 2005: 10), yang mengandung beberapa persyaratan yang perlu

dipenuhi oleh para pendidik dalam menyajikan cerita, yakni:

1) Memahami pengertian dan permasalahan seputar cerita dan

bercerita, 2) memahami asumsi dasar anggapan perkembangan

anak, 3) memahami arti dan tugas perkembangan anak, 4)

memahami domain dan teori perkembangan yang dianut, 5)

memahami konsep belajar dan mengajar, dan 6) memahami konsep

“sesuai perkembangan” dalam praktik pembelajaran.

g. Bentuk-Bentuk Metode Stoty Telling

Menurut Dhieni N, (2005:6.12) bentuk-bentuk Metode bercerita tersebut

terbagi dua, yaitu :

1) Bercerita tanpa alat peraga.

2) Bercerita dengan alat peraga.

Bentuk bercerita dengan alat peraga terbagi dua yaitu :

1) Bercerita dengan alat peraga langsung.

Yaitu guru bercerita dengan menggunakan alat peraga langsung

apakah sebuah benda misalnya tas, atau makhluk hidup yang nyata

seperti binatang peliharaan atau tanaman dengan ketentuan sebagai

berikut :

a) Isi cerita sesuai dengan tahap perkembangan anak dan media

yang digunakan.

b) Menggunakan gaya bahasa anak.

c) Alat atau media yang digunakan tidak membahayakan bagi guru

maupun anak didik.

Page 37: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

28

d) Alat atau media yang digunakan dapat tersimpan dalam satu

tempat atau dapat dipegang langsung oleh guru dan anak

misalnya, benda, binatang dan tanaman.

2) Bercerita dengan alat peraga tak langsung / benda tiruan.

Yaitu kegiatan bercerita dengan menggunakan alat peraga tiruan misalnya,

binatang tiruan, buah tiruan, sayur tiruan dan sebagainya yang terbuat dari

berbagai bahan, misalnya kayu, plastic, fiber dan lain-lain.

Dalam kegiatan ini anak-anak yang bercerita yang dipimpin guru dengan

menggunakan buku gambar berseri. Isi gambar-gambar seri digunakan sebagai

pokok/bahan pembicaraan. Tujuan khusus bercerita berdasarkan gambar seri ialah

memupuk kesanggupan meletakkan hubungan antara tanggapan dan menarik

kesimpulan. Gambar seri yang digunakan hendaknya menarik dan merangsang

anak untuk bercerita sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan

didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan dan diceritakannya pada orang lain.

Karena menurut Brunner (Dhieni. N, 2005:6.7) “Bahasa berpengaruh besar pada

perkembangan pikiran anak”.

Dari beberapa bentuk bercerita diatas penulis melakukan penelitian dengan

alat peraga tak langsung/benda tiruan. Objek bercerita yang dipilih seputar tentang

tema rekreasi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan pengertian tentang

suatu pokok bahasan yang dapat membantu fantasi dan imajinasi anak karena

adanya media pendukung yang dapat dilihat secara langsung.

Page 38: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

29

h. Langkah-Langkah Metode Story Telling

Bercerita merupakan salah satu metode pembelajaran yang baik digunakan

pada anak usia Taman Kanak-kanak, karena bercerita dapat memberikan nilai

tambah untuk anak usia dini. Guru pilih cerita-cerita yang dipahami oleh peserta

didik. Seperti cerita-cerita yang disukai oleh anak usia dini pada umumnya, guru

menggunakan media pembelajaran saat bercerita supaya anak lebih antusias untuk

mendengar cerita, guru harus pandai mengelola vokal pada saat bercerita.

Misalnya setiap karakter punya intonasi dan suara yang berbeda. Adapun langkah-

langkah yang dilakukan oleh guru pada saat menggunakan metode story telling

atau bercerita kepada anak adalah :

1) Guru harus pandai mengelola vokal pada saat bercerita. Misalnya setiap

karakter punya intonasi dan suara yang berbeda.

2) Guru menyiapkan tempat dikelas yang membuat peserta didik nyaman

ketika mendengarkan cerita. Aturlah tempat duduk supaya setiap peserta

didik bisa mendapatkan informasi yang sama saat mendengarkan atau

menyimak cerita.

3) Setelah selesai bercerita guru bertanya tentang apa yang terkandung dalam

cerita tersebut. kemudian guru menegaskan kembali apa yang ada dalam isi

cerita tersebut.

Dengan menerapkan langkah-langkah kegiatan bercerita diharapkan mampu

menciptakan suasana belajar yang kondusif agar anak merasa nyaman dan

antusias dalam belajar. Dengan demikian, materi yang disampaikan melalui

kegiatan bercerita dapat dipahami oleh anak.

Page 39: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

30

i. Cerita Yang Sesuai Dengan Perkembangan Anak

Kegiatan bercerita memberikan nilai pembelajaran bagi proses belajar dan

berkembang anak serta dapat menumbuhkan minat dan kegemaran membaca

disamping dapat menciptakan suasana menyenangkan, bercerita dapat

mengundang dan merangsang proses kognisi, khususnya aktivitas berimajinasi,

dapat mengembangkan kesiapan dasar bagi perkembangan anak dalam konsep

Development Appropriate Practice (DAP) dari The National Association For the

Education Of Young Children (NAEYC), yaitu bercerita sesuai dengan pedoman

pendidikan anak (Musfiroh. 2005:3), cerita yang dimaksud mengandung beberapa

persyaratan yang perlu dipahami oleh pendidik, yakni :

1) Memahami pengertian dan permasalahan seputar cerita.

Pada konsep ini pendidik perlu memastikan apa pengertian bercerita, apa

perbedaannya mendongeng serta bagaimana konsep penyajian bercerita yang

mendukung perkembangan anak dalam berbagai aspeknya.

1) Memahami asumsi dasar anggapan perkembangan anak.

Pendidik perlu menyadari bahwa anak berkembang menurut fase-fase tertentu.

Anak usia 4-7 tahun berada pada fase operasional dengan cirri dan

perkembangan yang berbeda dengan anak-anak diatas usia itu.

2) Memahami arti dan tugas perkembangan anak.

Pada masa Taman Kanak-kanak, anak-anak perlu diperkenalkan konsep baik

buruk melalui contoh agar membantu mereka mencapai tugas perkembangan

moral usia tersebut.

Page 40: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

31

3) Memahami domain dan teori perkembangan yang dianut.

4) Guru perlu mengetahui dari perkembangan dan meyakini agar dalam praktek

bercerita dan pembelajaran tidak buta arah.

5) Memahami konsep belajar dan mengajar.

Cerita perlu memahami bahwa anak belajar bukan melalui ceramah, tetapi

melalui keaktifan dan interaksi aktif anak dengan materi belajar. Melalui cerita

anak melibatkan diri secara aktif, senang hati dan bermotivasi untuk

membangun konsep.

6) Memahami konsep “sesuai perkembangan” dalam pedoman praktek

pembelajaran.

Pendidik perlu menyadari bahwa cerita disesuaikan dengan taraf

perkembangan anak meliputi abilitas anak dalam bahasa, berpikir, bersosial-

emosi, motorik dan moral. tanpa pemahaman cerita akan menjadi sulit

sehingga tidak dimengerti anak atau terlalu membuat bosan anak.

Dengan demikian seorang pendidik harus memahami syarat dalam

mengembangkan bahasa ekspresif anak sehingga dapat membantu perkembangan

bahasa anak dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien sehingga proses

percakapan menjadi komunikatif.

j. Media Boneka Tangan

Di indonesia, beberapa jenis boneka tangan ada yang dijadikan sebagai

warisan budaya masyarakat (yang juga merupakan budaya bangsa), yaitu Wayang

Golek dari Jawa Barat yang membawakan cerita Ramayana dan Mahabarata.

Sementara itu, di Jawa Timur dan Jawa Tengah terkenal juga dengan boneka

Page 41: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

32

tongkat yang terbuat dari kayu yang disebut dengan nama Wayang Krucil atau

yang lebih dikenal dengan Wayang Kulit. Untuk keperluan media pembelajaran di

taman kanak-kanak, boneka tangan dapat disesuaikan dengan karakteristik

kebutuhan anak. Agar menarik dan bermakna karakter boneka yang digunakan

biasanya karakter boneka yang dekat dengan dunia anak.

Media boneka tangan adalah boneka yang dijadikan media atau alat bantu

yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Jenis boneka yang digunakan

adalah boneka tangan yang terbuat dari potongan kain. Boneka tangan ini

ukurannya lebih besar daripada boneka jari dan dapat dimasukkan ke dalam

tangan. Jari tangan dapat dijadikan pendukung gerakan tangan dan kepala boneka.

(Gunarti, 2013).

Boneka tangan ini berbentuk tiruan dari manusia dan binatang. Boneka

merupakan salah satu model perbandingan, tetapi boneka ini pada dasarnya

memiliki karakteristik khusus. Dalam penggunaanya dimanfaatkan sebagai media

pembelajaran. Boneka tangan adalah bentuk tiruan dari bentuk manusia atau

bentuk hewan yang khusus cara menggunakannya yaitu dengan cara

menggunakan tangan, seperti yang dipakai pada boneka tangan si Unyil.

(Gunawan, 2012).

Menurut Salsabila (2012) belajar dengan melihat (Visual) dan

mendengarkan (audio) memakai boneka tangan akan sangat membantu

perkembangan anak. Orangtua dapat membuat media ini sendiri dari bahan-bahan

yang mudah didapat dan harga murah. Berikut alat dan bahan yang diperlukan

serta prosedur pembuatan boneka tangan :

Page 42: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

33

1. Alat dan Bahan :

Kain lembut dan lunak warna-warni mencolok, benang dan jarum, gunting,

dakron, pola baju boneka dari kertas.

2. Cara membuat :

Gunting kain sesuai pola baju sebanyak dua buah, jahit kedua sisinya,

sambung bagian kepala boneka dengan bajunya. Boneka tangan dapat digunakan

sebagai media pembelajaran yang menarik bagi anak, karena sangat efektif untuk

membantu anak belajar berbahasa. Manfaat boneka tangan menurut Salsabila

(2012) :

1. Membantu anak membangun keterampilan sosial.

2. Melatih kemampuan menyimak.

3. Melatih bersabar dan menanti giliran.

4. Meningkatkan kerjasama.

5. Meningkatkan daya imajinasi anak.

6. Memotivasi anak agar mau tampil.

7. Meningkatkan keaktifan anak.

8. Menambah suasana gembira dalam kegiatan pembelajaran.

9. Tidak menuntut keterampilan yang rumit bagi yang memainkannya.

10. Tidk memerlukan waktu yang banyak, biaya, dan persiapan yang rumit.

Beberapa keuntungan penggunaan media boneka tangan untuk bercerita,

menurut Madyawati (2014) :

Page 43: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

34

1. Umunya anak menyukai boneka. Dengan menggunakan boneka tangan,

maka akan lebih menarik perhatian dan minat anak terhadap kegiatan

pembelajaran.

2. Membantu mengembangkan emosi anak. Anak dpat mengekspresikan

emosi dan kekhawatirannya melalui boneka tangan tanpa merasa takut

ditertawakan dan diolok-olok teman.

3. Membantu anak untuk membedakan fantasi dan realita.

4. Anak dituntut belajar memahami benda mati seolah-olah benda hidup dan

bersuara.

5. Bagi seorang guru, media bercerita boneka tangan merupakan media yang

sangat bermanfaat.

6. Membantu guru dalam memahami perbedaan individual anak didik.

7. Karena bentuk dan warnanya, boneka tangan mampu menarik perhatian

dan minat anak.

Metode bercerita merupakan salah satu cara yang paling mendasar untuk

berbagi pengetahuan, pengalaman, dan membina hubungan interaksi dengan anak-

anak. Kegiatan meningkatkan dan mengembangkan bahasa ekspresif anak dengan

metode bercerita di Taman Kanak-kanak, kemampuan bahasa ekspresif anak

sudah berkembang dalam hal mengungkapkan bahasa menurut pendapat, ide dan

gagasannya sesuai dengan cerita menggunakan boneka tangan yang diperlihatkan.

Pada usia anak-anak, kemampuan bahasa kata ekspresif belum cukup

dikuasainya, dan bahasa tulisan pun masih dalam proses, tetapi anak sudah

mempunyai kemampuan bahasa ekspresif (bahasa bicara). Melalui kemampuan

Page 44: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

35

yang dimilikinya, yaitu perpaduan secara bahasa bicara dan bahasa cerita, anak

jadi mengerti apa yang dikatakan orang lain kepadanya. Hal ini disebabkan, apa

yang dikatakan orang lain diimajinasikan oleh anak dengan apa yang diinginkan

orang tersebut. Depdiknas (2001: 18) mengungkapkan bahwa metode bercerita

dengan gambar merupakan.

Bentuk bercerita dengan alat peraga tak langsung yang menggunakan

gambar-gambar sebagai alat peraga dapat berupa gambar lepas, gambar dalam

buku atau gambar seri yang terdiri dari 2 sampai 6 gambar yang melukiskan

gambar ceritanya. Pada usia 5-6 tahun, anak-anak mulai tertarik untuk

memperhatikan gambar-gambar dalam buku, karena dengan gambar tersebut,

anak dapat mengekspresikan dan mengolah ide, pendapat, gagasan dan

perasaannya dalam bentuk kata-kata. Terkadang anak juga asik berbicara seolah-

olah sedang membaca gambar tersebut dengan kalimat sederhana namun masih

dapat dimengerti. Selain itu, anak-anak mulai dapat menikmati sebuah cerita pada

saat ia mengerti tentang peristiwa yang terjadi disekitarnya dan mampu mengingat

beberapa berita yang diterimanya. Disinilah peran seorang pendidik untuk

memberikan stimulus dalam meningkatkan kemampuan bahasa ekspresif sesuai

dengan kebutuhan dan karakteristik anak.

Adapun karakteristik bahasa ekspresif anak 5-6 tahun menurut Dhieni

(Zaizah Zizi, 2013) antara lain sebagai berikut:

1) Terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak ia

telah dapat menggunakan kalimat dengan baik dan benar.

Page 45: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

36

2) Telah menguasai 90% dari fonem dan sintaks dari bahasa yang

digunakannya.

3) Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan.

4) Sudah dapat mengucapkan lebih dari 2500 kata.

5) Lingkup kosakata yang diucapkan anak menyangkut: warna, rasa, bau,

kecantikan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan jarak, permukaan

(kasar atau halus).

6) Sudah dapat melakukan peran pendengar dengan baik.

7) Dapat berpartisipasi dalam sebuah percakapan dimana anak sudah dapat

mendengarkan orang lain, berbicara dan menanggapi pembicaraan

tersebut.

8) Percakapan yang dilakukan anak usia 5-6 tahun telah menyangkut

komentarnya terhadap apa yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan orang

lain serta apa yang dilihatnya.

Bercerita bagi anak usia dini bertujuan agar anak mampu mendengarkan

dengan berkonsentrasi dan mengekspresikan perasaannya terhadap apa yang

diceritakan. Adapun tujuan diberikannya metode bercerita menurut Depdiknas

(2001) yaitu :

a) Melatih daya tangkap anak, artinya anak usia Taman Kanak-kanak dapat

dirangsang untuk mampu memahami isi atau ide-ide pokok dalam cerita.

b) Melatih daya pikir anak, artinya untuk melatih bagaimana memahami

proses cerita, mempelajari hubungan bagian-bagian dalam cerita

termasuk hubungan sebab akibatnya.

Page 46: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

37

c) Melatih daya konsentrasi anak, artinya memusatkan, perhatiannya kepada

keseluruhan cerita.

d) Membantu perkembangan fantasi atau imajinasi anak, artinya dengan

bercerita anak dengan daya imajinasinya dapat membayangkan atau

menggambarkan suatu situasi yang berada diluar jangkauan inderanya

bahkan yang mungkin jauh dari lingkungan sekitarnya, ini berarti

mengembangkan wawasan anak.

e) Menciptakan suasana menyenangkan dan akrab didalam kelas, artinya

anak-anak bisa mengetahui sifat antara yang satu dengan yang lainnya.

B. Kerangka Pikir

Dalam menerapkan metode Story Telling maka kemampuan berbahasa pada

anak akan meningkat. Dalam hal ini bahasa ekspresif anak akan meningkat dapat

kita lihat dari anak yang belum mampu menjawab pertanyaan apa, siapa,

mengapa, dan dimana serta anak belum mampu menceritakan kembali isi cerita

sederhana yang sudah diceritakan oleh guru. Maka dari itu perkembangan

peningkatan bahasa ekspresif anak akan di tingkatkan melalui metode story telling

atau bercerita dengan cara melatih anak untuk percaya diri dahulu dan guru selalu

memancing pertanyaan kepada anak agar anak dapat menjawab pertanyaan yang

diberikan oleh guru dan memberikan kebebasan kepada anak untuk berekspresi

agar sikap percaya diri anak juga meningkat.

Perencanaan sumber belajar yang dilakukan oleh guru yaitu guru pilih cerita

yang bahasanya bisa dipahami oleh anak seperti cerita-cerita yang disukai anak

usia dini, guru menggunakan media pembelajaran saat bercerita supaya anak lebih

Page 47: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

38

antusias dalam mendengar cerita, guru harus pandai mengelola vokal pada saat

bercerita misalnya, disetiap karakter mempunyai intonasi dan suara yang berbeda.

Adapun langkah-langkah yang digunakan oleh guru untuk meningkatkan

kemampuan berbahasa pada anak yaitu: guru menyiapkan tempat di kelas yang

membuat peserta didik nyaman ketika mendengarkan cerita. Guru mengatur

tempat duduk supaya setiap peserta didik bisa mendapatkan informasi yang sama

saat mendengarkan atau menyimak cerita, dan setelah selesai bercerita guru

bertanya tentang apa saja yang terkandung dalam cerita tersebut. kemudian guru

menjelaskan kembali tentang isi dari cerita tersebut. setelah melalui langkah-

langkah tersebut maka diharapkan bahasa ekspresif anak meningkat dengan anak

sudah mammpu menjawab pertanyaan, apa, siapa, mengapa, dimana dan anak

sudah mampu menceritakan kembali isi cerita yang telah diceritakan oleh guru.

Berdasarkan konsep di atas maka perlu disadari pentingnya pengembangan

media pembelajaran Boneka tangan dalam mengembangkan pembelajaran yang

menarik dengan perkembangan aspek bahasa yang dimiliki anak usia dini. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka pikir sebagai berikut:

Page 48: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

39

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pikir Penelitian

Pembelajaran di Taman Kanak-kanak

Pembina Negeri 1 Parigi Kecamatan Parigi

Kabupaten Gowa

Guru :

Guru kurang mampu

dalam menerapkan

pembelajaran Story

Telling atau Bercerita

Anak :

Perkembangan bahasa anak belum

berkembang serta pemanfaatan media

boneka tangan belum diterapkan

secara maksimal.

Indikator ketercapaian:

Meningkatnya kemampuan bahasa

ekspresif anak dengan penggunaan

media boneka tangan

1. Anak sudah mampu menjawab

pertanyaan apa, siapa, mengapa,

dimana, dsb.

2. Anak sudah mampu

menceritakan kembali isi cerita

yang sudah diceritakan oleh

guru.

Langkah-langkah Pembelajaran Story

Telling:

1. guru menyiapkan tempat di kelas

yang membuat peserta didik nyaman

ketika mendengarkan cerita.

2. Guru mengatur tempat duduk supaya

setiap peserta didik bisa

mendapatkan informasi yang sama

saat mendengarkan atau menyimak

cerita.

3. Setelah selesai bercerita guru

bertanya tentang apa saja yang

terkandung dalam cerita tersebut.

4. Guru menjelaskan kembali tentang

isi dari cerita tersebut

Page 49: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

40

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika metode story telling

diterapkan, maka kemampuan bahasa ekspresif anak di TK Pembina Negeri 1

Parigi Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa akan meningkat.

Page 50: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action Research. Dari

namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah

kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Ada tiga kata yang membentuk

pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan.

1. Penelitian, menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati suatu objek

dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk

memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan

mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan, menunjukkan pada suatu gerakan kegiatan yang sengaja

dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian yang berbentuk

rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

3. Kelas, dakam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi

dalam pengertian yang lebih spesifik, yaitu sekelompok peserta didik

yang sedang belajar.

Menurut pengertian pembelajaran kelas bukan wujud ruangan, tetapi

sekelompok peserta didik yang sedang belajar. Dengan demikian,

penelitian tindakan dapat dilakukan tidak hanya di ruang kelas, tetapi

dimana saja tempatnya, yang penting ada sekelompok anak yang sedang

belajar. Hal ini dapat terjadi di laboratorium, perpustakaan, di lapangan

olahraga, di tempat kunjungan, atau di tempat lain, yaitu tempat dimana

Page 51: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

42

para siswa sedang belajar tentang hal yang sama, dari seorang guru atau

fasilitator yang sama. ciri bahwa anak sedang dalam keadaan belajar

adalah otaknya aktif berpikir, mencerna bahan yang sedang di pelajari.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Pada Penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah anak-anak di

kelompok B Tk Pembina Negeri 1 Parigi dengan jumlah anak didik sebanyak 20

anak yang terdiri dari 5 orang anak laki-laki dan 15 orang anak perempuan yang

berada pada rentang usia 5-6 tahun. Objek penelitiannya adalah kemampuan

bahasa anak Kelompok B. Lokasi penelitian bertempat di Tk Pembina Negeri 1

Parigi Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.

Beberapa hal yang mendasari peneliti mengambil subjek penelitian tersebut

karena guru-guru di lembaga tersebut bersikap terbuka dan sangat ramah sehingga

nantinya akan memudahkan peneliti dalam pelaksanaan penelitian ini. dari

observasi awal peneliti menemukan kemampuan bahasa anak belum sesuai

dengan yang diharapkan. Melalui penelitian ini, peneliti berharap agar

kemampuan bahasa anak didik dapat meningkat.

Page 52: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

43

C. Prosedur Penelitian

Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian

D.

PELAKSANAAN

PERENCANAAN PENGAMATAN SIKLUS I

REFLEKSI

PELAKSANAAN

PENGAMATAN PERENCANAAN SIKLUS II

REFLEKSI

Page 53: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

44

1. Perencanaan

Persiapan yang akan dilakukan dalam tahap perencanaan penelitian ini

adalah :

a. Membuat dan menyusun Rencana Kegiatan Harian sesuai dengan tema

pada hari itu di Tk Pembina Negeri 1 Parigi.

b. Mempersiapkan kelas yang akan digunakan untuk pembelajaran.

c. Menyiapkan media pembelajaran serta yang dibutuhkan dalam proses

pembelajaran yaitu media bahan alam.

d. Menyiapkan instrumen penilaian berupa lembar observasi yang akan

digunakan dalam penggunaan media bahan alam.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan rancangan yaitu

melakukan tindakan di kelas. Pada tahap ini guru harus ingat dan taat pada

rencana yang sudah disepakati dan dirumuskan oleh guru dan peneliti. Pada tahap

ini guru melaksanakan kegiatan sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian dan

prosedur penelitian yang telah disusun bersama. Guru sebagai pelaksana tindakan

dan peneliti sebagai pengamat jalannya proses tindakan.

3. Observasi atau Pengamatan

Pelaksanaan observasi oleh peneliti dilakukan pada saat tindakan sedang

berlangsung. Jadi keduanya berlansung dalam waktu yang sama. Pada penelitian

ini peneliti bertindak sebagai observer. Selama proses pembelajaran berlansung

peneliti mengamati proses pembelajaran dengan menggunakan media boneka

tangan. Peneliti mengamati anak didik serta guru ketika kegiatan pembelajaran

Page 54: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

45

dengan menggunakan media boneka tangan dilakukan. Pengamatan dalam proses

penggunaan media boneka tangan berlangsung dilakukan oleh peneliti untuk

mengamati aspek kemampuan bahasa anak yang ada pada diri peserta didik.

Kegiatan tersebut dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang akan diolah

untuk menentukan tindakan yang akan dilaksanakan selanjutnya.

4. Refleksi

Refleksi kegiatan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi. Istilah refleksi dilaksanakan

ketika guru sebagai pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian

berhadapan dengan peneliti dan subjek peneliti, untuk bersama-sama

mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Guru dan peneliti

melaksanakan analisis terhadap hasil pengamatan yang dilakukan. Dari hasil

pengamatan tersebut peneliti melakukan refleksi sekiranya terdapat kekurangan

atau kelebihan. Kemudian guru dan peneliti mencari solusi terhadap kekurangan

tersebut untuk perbaikan pada siklus selanjutnya.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yakni

sebagai berikut:

1. Lembar Observasi (checklist)

Lembar observasi digunakan agar peneliti lebih terarah dalam melakukan

observasi. Sehingga hasil data yang didapatkan mudah diolah. Lembar observasi

tersebut digunakan untuk mengetahui kemampuan bahasa anak didik melalui

penggunaan media boneka tangan.

Page 55: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

46

2. Tes Perlakuan

Tes yaitu pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan bakat yang

dimiliki individu atau kelompok. Adapun bentuk dari tes yang akan diberikan

kepada subjek dalam penelitian ini yakni berupa kegiatan unjuk kerja berdasarkan

tugas yang di berikan oleh pendidik.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

observasi dan wawancara serta dokumentasi.

1. Observasi

Metode observasi dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat semua

aktivitas anak didik pada proses penggunaan media boneka tangan. Observasi

dilakukan pada anak didik kelompok B untuk memperoleh data anak yang

berkaitan dengan kemampuan bahasa anak.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan sebuah cara yang dilakukan untuk menyediakan

dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan

sumber-sumber informasi khusus dari karangan/tulisan, buku, undang-undang dan

sebagainya.

G. Teknik Analisis Data

Data adalah catatan penilaian, baik yang berupa fakta maupun angka-

angka, Arikunto (Kustilawati, 2000:19). Data yang diperoleh dan dikumpulkan

dianalisis terlebih dahulu dengan maksud untuk membuktikan ada tidaknya

Page 56: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

47

perbaikan yang dihasilkan setelah dilakukan tindakan. Dengan adanya analisis

data ini, maka dapat diketahui seberapa besar peningkatan kemampuan bahasa

setelah diberikan tindakan melalui penerapan media boneka tangan. Dalam

pelaksanaan penelitian tindakan kelas, ada dua jenis data yang dapat digunakan

yaitu :

1. Data Kualitatif

Data kualitatif yaitu informasi yang berbentuk kalimat yang memberi

gambaran tentang tingkat pemahaman terhadap sesuatu, pandangan atau sikap

anak terhadap metode belajar yang baru yang dapat dianalisis secara kualitatif.

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu data yang dapat dianalisis secara deskriptif

menggunakan analisis statistik deskriptif (menghitung rata-rata perkembangan

anak berdasarkan skor yang diperoleh dari lembar observasi). Penelitian ini

menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu mencoba menggambarkan

keadaan yang sebenarnya dan dideskripsikan dalam bentuk narasi sesuai hasil

pengamatan. Data juga dianalisis menggunakan deskriptif kuantitatif yang

bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dari perlakuan yang

diberikan guru. Tujuannya yaitu untuk mengetahui peningkatan kemampuan

bahasa anak setelah diberikan tindakan melalui metode story telling rumus yang

digunakan dalam analisis data deskriptif kuantitatif sederhana untuk mencari

persentase, mengacu pada pendapat Anas Sujiono (2006: 43), yaitu sebagai

berikut:

Page 57: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

48

P = Angka Presentase.

f= frekuensi yang sedang dicari persentesenya.

n = jumlah persentase/ banyaknya individu/ indikator.

H. Indikator Keberhasilan

Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas, dalam penelitian ini

dinyatakan berhasil apabila ada perubahan atau peningkatan terhadap hasil belajar

yang diperoleh anak setelah diberikan tindakan. Penelitian ini dikatakan berhasil

apabila 80 % anak berada pada tingkat kemampuan berkembang sesuai harapan.

Anak mampu menguasai indikator kemampuan bahasa dalam penggunaan media

boneka tangan.

Page 58: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Objek Penelitian

a. Profil TK Pembina Negeri 1 Parigi

PROFIL SEKOLAH

1. Nama Sekolah : TK Pembina Negeri 1 Parigi

Alamat Sekolah : Jl. Kr. Longka Desa Majannang Kec. Parigi

Desa : Majanang

Kecamatan : Parigi

Kabupaten : Gowa

Propinsi : Sulawesi Selatan

2. Kepala Sekolah

Nama : SRI WAHYUNI S. Pd

Pend. Terakhir : S.1

Tabel 4.1 Data Murid

3. Data Murid

Tahun

Pelajaran

Jumlah

pendaftar

calon

siswa baru

Kelompok

A

Kelompok

B

Jumlah

L P L P L P Jumlah

Siswa

Jumlah

Rombel

2009-2010 27 6 9 5 8 11 17 28 2

2010-2011 15 5 7 6 9 11 16 27 2

2011-2012 13 6 4 5 15 11 19 30 3

Page 59: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

50

2012-2013 27 6 9 5 8 11 17 28 2

2013-2014 15 5 7 6 9 11 16 27 2

2014-2015 13 6 4 5 15 11 19 30 3

2015-2016 27 6 9 5 8 11 17 28 2

2016-2017 15 5 7 6 9 11 16 27 2

2017-2018 26 5 7 6 8 11 15 26 2

2018-2019 27 7 3 7 10 14 13 27 2

2019-2020 25 8 4 8 5 16 9 25 2

2020-2021 27 8 4 10 5 18 9 27 2

Tabel 4.2 Data Keadaan Murid Tahun Pelajaran 2020/2021

4. Keadaan Murid Tahun Pelajaran 2020/2021

Nomo

r

Nama Bulan L P Jumlah

1 Juli 19 8 27

2 Agustus 19 8 27

3 September 19 8 27

4 Oktober 19 8 27

5 Nopember 19 8 27

6 Desember 19 8 27

7 Januari 19 8 27

8 Februari 19 8 27

9 Maret 19 8 27

10 April 19 8 27

11 Mei 19 8 27

12 Juni 19 8 27

Page 60: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

51

Tabel 4.3 Data Guru Menurut Tingkat Pendidikan

5. Data Guru Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat

Pendidikan

STATUS TOTAL

PNS GTY DPK

SMA

D.II

S.1 2 2 4

JUMLAH 4 4

Tabel 4.4 Data Daftar Nama Guru

6. Daftar Nama Guru

N

o. Nama/NIP JK Pendidikan Jabatan Status Alamat

1 SRI WAHYUNI S,Pd

198503202011012010

P S-1 GURU KAWIN MAJANNAN

G

2 NURLINA S,Pd

198512312011012020

P S-1 GURU

KAWIN

MAJANNAN

G

3 HASNAH S,Pd P S-1 GURU KAWIN MAJANNAN

G

4 KARTINI S,Pd P S-1 GURU KAWIN MAJANNANG

Tabel 4.5 Data Jumlah dan Kondisi Ruangan

7. Jumlah dan Kondisi Ruangan

No. Jenis

Ruangan

Jumlah

Ruangan

Kondisi Ket

Baik Cukup Kurang

1 Kantor 1

2 Ruang Belajar 3

Page 61: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

52

3 Ruang Bermain 1

4 Halaman Bermain 1

5 Kamar Mandi 6

6 Ruang uks 1

7 Ruang Aula 1

8 Ruang Guru 1

9 Raung tunggu 1

10 Ruang dapur 1

11 Ruang gudang 1

Tabel 4.6 Data Mobiler

8. Mobiler

No. Nama Barang Banyaknya Kondisi

Keterangan Baik Cukup Kurang

1. Meja Guru 4

2. Lemari Buku 5

3. Papan Tulis 4

4. Rak Permainan 3

5. Kursi Murid 40

6. Meja Murid 40

7. Tempat Sampah 2

8. Tempat Cuci Tangan 3

9. Kursi guru 7

10. Rak buku 3

11 Rak sepatu 2

12 Loker 1

Page 62: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

53

13 Ember 3

14 Sapu dan selaber 2

Parigi 12 Oktober 2020

Kepala TK Pembina Negeri 1 Parigi

SRI WAHYUNI S,Pd

NIP. 198503202011012010

Tabel 4.7 Data Jumlah dan Kondisi Ruangan

9. Jumlah dan Kondisi Ruangan

No. Jenis

Ruangan

Jumlah

Ruangan

Kondisi Ket

Baik Cukup Kurang

1 Kantor 1

2 Ruang Belajar 3

3 Ruang Bermain 1

4 Halaman Bermain 1

5 Kamar Mandi 6

6 Aula 1

7 Gudang 1

8 Ruang guru 1

9 Ruang uks 1

10 Ruang dapur 1

Page 63: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

54

Tabel 4.8 Data Mobiler

10. Mobiler

No. Nama Barang Banyaknya Kondisi

Ket Baik Cukup Kurang

1. Meja Guru 2

2. Lemari Buku 1

3. Papan Tulis 1

4. Rak Permainan 1

5. Kursi Murid 25

6. Meja Murid 25

7. Tempat Sampah 1

8. Ember Cuci Tangan 2

9. Ayunan Ganda -

10. Kursi Ganda -

Gowa , 16 September 2014

Kepala TK Pembina Negeri 1 Parigi

SRI WAHYUNI S,Pd

NIP. 198503202011012010

Page 64: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

55

B. Struktur Kepengurusan Satuan Lembaga

TK pembina parigi adalah di bawah naungan Pemerintah kab,gowa.

Adapun struktur organisasi TK pembina parigi adalah sebagai berikut:

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Tk Pembina Parigi

STRUKTUR ORGANISASI TK PEMBINA PARIGI

PENGAWAS TK

Hj.NURSIA.SPd AUD

PENASEHAT

-BASRI.B.SPd Msi

(korwil Parigi)

-H.M.YUSUF TALLI

(Tokoh Masyarakat)

,

KEPALA TK PEMBINA

PARIGI

SRI WAHYUNI,S.Pd

TENAGA

ADMINISTRASI

BENDAHARA

Operator SEKRETARIS

NURLINA,S.Pd

NURHIDAYAT,S.KOM

HASNAH,S.Pd

PENDIDIK

NURLINA,S.Pd

HASNAH,S.Pd

KARTINI,S.Pd

PESERTA DIDIK

Page 65: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

56

Pembina TK Pembina Negeri 1 Parigi

Memberikan arahan dan nasehat tentang pengembangan Mutu , SDM

Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Penasehat TK Pembina Negeri 1 Parigi

Bekerjasama dengan berbagai pihak dalam rangka optimalisasi sarana dan

prasarana.

Kepala sekolah TK Pembina Parigi

Pengembangan program TK Pembina Parigi.

Mengkoordinasikan guru-guru TK Pembina Parigi.

Mengelola administrasi TK.

Mengadakan supervisi kelas.

Melakukan evaluasi dan pembinaan terhadap kinerja guru.

Melakukan evaluasi terhadap program pembelajaran.

Sekretaris TK Pembina Negeri 1 Parigi

Memberikan pelayanan administratif kepada guru, orangtua dan peserta

didik.

Memperlancar administrasi penerimaan peserta didik.

Bendahara TK Pembina Negeri 1 Parigi

Mengelola sarana dan prasarana TK.

Mengelola keuangan.

Guru TK Pembina Negeri 1 Parigi

Menyusun rencana pembelajaran.

Page 66: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

57

Mengelola pembelajaran sesuai dengan kelompoknya.

Mencatat perkembangan anak.

Menyusun pelaporan perkembangan anak.

Melakukan kerjasama dengan orangtua dalam program penting.

C. Alamat Satuan Lembaga PAUD

Taman Kanak-Kanak Pembina parigi terletak di RW Padang Malullu

Desa Majannang Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi

Selatan.

D. Status Satuan PAUD

Taman Kanak-Kanak pembina parigi telah memiliki Izin Operasional

dari Dinas Pendidikan Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan Nomor

2517/106.3/DS/1997 dan izin operasional ini telah diperbaharui pada Tahun

2020 di Dinas Pendidikan Kab. Gowa dengan Nomor 800/052/II/2020.

Hasil observasi dan evaluasi anak didik peningkatan Kemampuan bahasa anak

pada pra tindakan disajikan dalam Tabel di bawah ini:

Tabel 4.9. Data Hasil Observasi dan Evaluasi Peningkatan Kemampuan

Bahasa Ekpresif Melalui Metode Story Telling dalam

Meningkatkan Kemampuan Bahasa Ekpresif Anak pada Pra

Tindakan

No

Nama Anak

Didik

Kemampuan Berbicara

Skor

Presen

tase

Kriteria

K 1 K2 K3 K4 K5

1 Abdul 1 1 1 1 1 5 25% BB

2 Aditya 1 2 1 1 1 6 30% BB

Page 67: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

58

3 Adrian 1 1 1 1 1 5 25% BB

4 Ahlam 1 1 1 1 1 5 25% BB

5 Alfian 1 1 1 1 1 5 25% BB

6 Andi 1 2 1 1 1 6 30% BB

7 Aqila 1 1 1 1 1 5 25% BB

8 Aufa 1 1 1 1 1 5 25% BB

9 Aisyah 1 1 1 1 1 5 25% BB

10 Fathir 1 1 1 1 1 5 25% BB

11 Inayah 1 1 1 1 1 5 25% BB

12 Muh Arfa 1 2 1 1 1 6 30% BB

13 Muh Rayhan 1 1 1 1 1 1 25% BB

14 Muhammad

Gibran 1 1 1 1 1 1 25% BB

15 Siti Rania 1 1 1 1 1 1 25% BB

Rata-rata Persentase Aktivitas Anak Didik Peningkatan

Kemampuan Bahasa Ekpresif Pada Anak Tk Pembina Negeri 1

Parigi

26%

BB

Keterangan:

Kegiatan 1 (K.1) : Kemampuan yang mengungkapkan bahasa anak secara

verbal.

Kegiatan 2 (K.2) : Kemampuan yang mengungkapkan bahasa anak secara non

verbal.

Kegiatan 3 (K.3) : Kemampuan yang mengungkapkan keinginan anak.

Kegiatan 4 (K.4) : Kemampuan yang mengungkapkan perasaan anak.

Kegiatan 5 (K.5) : Kemampuan yang mengungkapkan pendapat dengan

Page 68: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

59

kalimat sederhana dalam berkomunikasi dengan teman sebaya dan orang

dewasa.

Paparan Data Siklus I

Penelitian tindakan kelas pada siklus I diadakan dua kali pertemuan

pembelajaran yaitu hari pertama dilaksanakan pada hari Rabu 14 Oktober 2020

dan hari Sabtu 17 Oktober 2020. Dengan menggunakan 4 Tahap yaitu yaitu

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Dengan uraian sebagai

berikut:

a. Perencanaan

Mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang berkaitan dengan

peningkatan kemampuan Bahasa Ekspresif anak melalui metode Story Telling

dengan menggunakan media boneka tangan kemudian menyusunnya kedalam

bentuk RPPH.

b. Pelaksanaan

1) Pelaksanaan Siklus I Pertemuan Pertama

Pelaksanaan siklus I pertemuan pertama adalah pada hari Rabu,

tanggal 14 Oktober 2020 dari waktu pukul 08.00 – 09.30 Wita dengan

langkah-langkah pelaksanaan tindakan dilakukan sebagai berikut:

kegiatan awal ± 30 menit, kegiatan inti ± 45 menit serta kegiatan akhir ±

15 menit. Dengan uraian sebagai berikut:

a) Kegiatan awal

Merupakan kegiatan pembukaan dimana guru memberikan

kegiatan berbaris dengan memperkenalkan lagu berbaris yang akan

Page 69: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

60

dinyanyikan bersama-sama. Pada tahap ini juga dijelaskan aturan-

aturan dalam menyanyikan lagu, seperti nada cepat lambatnya lagu.

Kemudian dalam ruangan sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan

guru mengawali dengan nyanyian sesuai dengan tema agar anak

lebih siap untuk memulai kegiatan. Setelah itu anak diminta untuk

mempraktekkan cara berjalan maju pada garis lurus sejauh 2 meter.

Kegiatan ini dilakukan secara beraturan kemudian dilakukan Tanya

jawab tentang apa saja ciptaan Allah. Lalu kegiatan dilanjutkan

bercerita tentang “Ciptaan Allah”.

b) Kegiatan Inti

Pada kegiatan ini guru memberikan tugas membedakan dua

kumpulan benda yang jumlahnya sama, menggambar bebas

tentang hewan kesukaan, kemudian membuat bentuk matahari

dan bulan dengan menggunakan plastisin.

c) Istirahat

Mencuci dan melap tangan sebelum dan sesudah makan,

berdo’a, makan bersama dan bermain.

d) Kegiatan Akhir

2) Pelaksanaan Siklus I Pertemuan Kedua.

Pelaksanaan siklus I pertemuan Kedua adalah hari Sabtu,

Tanggal 17 Oktober 2020 dari waktu pukul 08.00 – 09.30 Wita dengan

langkah –langkah pelaksanaan tindakan dilakukan sebagai berikut:

Page 70: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

61

Kegiatan awal ± 30 menit kegiatan inti ± 45 menit serta kegiatan akhir ±

15 menit dengan uraian sebagai berikut:

a) Kegiatan awal

Merupakan kegiatan pembukaan dimana guru memberikan

kegiatan berbaris dengan memperkenalkan lagu berbaris yang akan

dinyanyikan bersama-sama. Pada tahap ini juga di jelaskan aturan-

aturan dalam menyanyikan lagu, seperti jumlah cepat lambatnya

ketukan. Kemudian dalam ruangan sebelum kegiatan pembelajaran

dilakukan guru mengawali dengan nyanyian sesuai dengan tema

lebih siap untuk memulai kegiatan yang diberikan melalui teknik

percakapan dan penugasan. Setelah itu anak disuruh duduk dengan

tenang kemudian mendengarkan cerita ibu guru tapi karena sekolah

ini belum pernah melakukan pembelajaran melalui metode Story

Telling maka yang bercerita adalah peneliti, setelah peneliti bercerita

tentang “Aku Tidak Malas Makan” maka anak didik kemudian di

suruh menceritakan kembali isi cerita sederhana yang sudah

diceritakan oleh peneliti. Dalam kegiatan menceritakan anak diminta

untuk menjawab pertanyaan dari peneliti.

b) Kegiatan inti

Pada kegiatan ini guru memberi contoh kepada anak cara

melipat Kertas origami bekas membentuk perahu setelah itu

menggambar bebas menggunakan krayon kemudian

Page 71: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

62

mengelompokkan macam-macam gambar menurut warna dan

bentuk.

c) Istirahat

Mencuci dan melap tangan sebelum dan sesudah makan,

berdoa, makan bersama dan bermain.

d) Kegiatan akhir

Guru melakukan Tanya jawab tentang kegiatan yang

dilakukan hari ini dan ditutup dengan menyanyi, berdoa dan

salam sebelum pulang.

3) Observasi

Setelah tahap tindakan dilakukan selanjutnya adalah tahap

observasi. Pada saat proses pembelajaran berlangsung peneliti yang

bertindak sebagai observer melakukan pengamatan dan mencatat

perkembangan yang mulai berkembang pada anak didik maupun dari

guru yang menyampaikan isi cerita.

1) Hasil Observasi Guru Siklus I Pertemuan Pertama

a) Hasil Observasi aktivitas guru

(1) Guru mengkomunikasikan tujuan dan tema cerita

Guru telah mengkomunikasikan tujuan dan tema cerita

dengan jelas sehingga anak mengerti cerita yang disajikan

Alam Ciptaan Allah. Dengan demikian, hasil observasi

pertemuan I dikategorikan baik.

Page 72: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

63

(2) Guru mengatur tempat duduk

Guru mengatur tempat duduk anak secara melingkar agar

setiap anak dapat menyimak cerita dengan jelas sehingga

anak mampu memahami isi cerita dengan baik dengan

demikian hasil observasi pertemuan I dikategorikan baik.

(3) Guru melakukan kegiatan pembukaan

Guru melakukan kegiatan pembukaan tentang hal lain

diluar cerita yang akan disajikan. Guru menjelaskan

tentang kegunaan matahari, bulan, bintang dan bumi bagi

manusia dan makhluk lainnya. Meski demikian, hal yang

diceritakan guru masih berhubungan dengan tema cerita

karenanya hasil observasi pertemuan I.

(4) Guru mengembangkan isi cerita

Guru mengembangkan isi cerita dengan menghubungkan

cerita dengan gambar sehingga anak antusias dalam

menyimak cerita yang disampaikan. Dengan demikian,

hasil observasi pertemuan I dikategorikan baik.

(5) Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan

dengan isi cerita.

Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada isi cerita

yaitu apa judul cerita?, apa kegunaan matahari?, apa

kegunaan bulan, bintang dan bumi?, siapa yang

menciptakan semua itu dan sebagainya.

Page 73: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

64

b) Hasil observasi aktifitas anak

Pada pertemuan I, indikator yang ingin dicapai adalah

dapat menjawab pertanyaan apa, siapa, mengapa, dimana dan

sebagainya. Dalam pelaksanaan kegiatan anak ada 4 anak yang

sudah dapat tanpa bantuan guru, 6 anak yang dapat tapi

dengan bantuan guru dan 5 anak yang belum dapat sama sekali

walaupun dengan bantuan guru dari total 15 responden yang

ada. Sedangkan untuk indikator menceritakan kembali isi

cerita sederhana yang sudah diceritakan oleh guru terdapat 3

anak yang sudah dapat tanpa bantuan guru, 7 anak yang dapat

tapi dengan bantuan guru dan 5 anak yang belum dapat sama

sekali walaupun dengan bantuan guru dari total 15 responden

yang ada.

2) Hasil observasi dan evaluasi siklus I pertemuan kedua

a) Hasil observasi aktifitas guru

(1) Guru mengkomunikasikan bersama peneliti tujuan dan

tema cerita

Guru mengkomunikasikan bersama peneliti tujuan dan

tema cerita dengan jelas sehingga anak mengerti cerita

yang akan disajikan oleh peneliti yaitu bercerita tentang

Page 74: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

65

“Aku Tidak Malas Makan”. Dengan demikian, hasil

observasi pertemuan II dikategorikan baik.

(2) Guru mengatur tempat duduk

Guru mengatur tempat duduk anak secara teratur agar

setiap anak dapat menyimak cerita dengan jelas sehingga

anak mampu memahami isi cerita dengan baik. Dengan

demikian hasil observasi pertemuan kedua dikategorikan

baik.

(3) Guru melakukan kegiatan pembukaan

Guru melakukan kegiatan pembukaan tentang hal lain

diluar cerita yang akan disajikan. Guru bercerita tentang

“Aku Anak Sehat” bukan bercerita tentang “Aku Tidak

Malas Makan”. Guru bercerita bahwa kita harus tahu

pentingnya tubuh yang sehat dan kuat. Meski demikian hal

yang diceritakan guru masih berhubungan dengan tema

cerita karenanya hasil observasi pertemuan II

dikategorikan cukup.

(4) Peneliti mengembangkan isi cerita

Peneliti mengembangkan isi cerita dengan

menghubungkan dalam kehidupan nyata yang dialami di

lingkungan sekitar sehingga anak-anak antusias dalam

Page 75: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

66

menyimak cerita yang disampaikan. Dengan demikian,

hasil observasi pertemuan II dikategorikan baik.

(5) Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan

dengan isi cerita

Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada anak.

Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan isi cerita yaitu

ketika anak ingin sehat dan kuat anak-anak tidak boleh

malas makan. Dengan demikian, hasil observasi pertemuan

II dikategorikan baik.

3) Hasil observasi aktivitas anak

Dalam pelaksanaan kegiatan diterangkan bahwa indikator

Menceritakan kembali isi cerita sederhana yang sudah diceritakan

oleh peneliti ada 6 anak yang sudah dapat tanpa bantuan guru, 6

anak yang dapat tapi dengan bantuan guru dan 3 anak yang belum

dapat sama sekali walaupun dengan bantuan guru dari total 15

responden yang ada. Sedangkan untuk indikator bercerita tentang

media yang disediakan peneliti atau di buat sendiri terdapat 4 anak

yg sudah dapat tanpa bantuan guru, 7 anak yang dapat tapi dengan

bantuan guru dan 4 anak yg belum dapat sama sekali walaupun

dengan bantuan guru dari total 15 responden yang ada.

(1) Refleksi

Page 76: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

67

Berdasarkan hasil observasi kegiatan belajar mengajar pada

siklus I, dapat disimpulkan bahwa indikator pembelajaran belum

sepenuhnya tercapai dengan baik dimana masih banyak anak yang

kurang dalam pencapaian indikator. Hal ini menunjukkan bahwa anak

belum dapat menjawab pertanyaan apa, siapa, mengapa, dimana, dan

sebagainya. Anak masih cenderung butuh bimbingan guru dalam

mengungkapkan hal-hal yang ada dalam fikirnya. Disamping itu guru

belum melaksanakan langkah-langkah bercerita dengan baik.pada

kegiatan membuka cerita guru bercerita tentang hal di luar cerita.

Namun demikian, kegiatan membuka cerita tersebut masih

berhubungan dengan tema yang di angkat, sehingga aktivitas guru

dalam membuka cerita dikategorikan cukup. Disamping itu, guru juga

kurang memotivasi anak untuk berani menjawab pertanyaan ibu guru.

Dimana ketika ada anak yang tidak dapat bercerita guru langsung

mempersilahkan duduk, yang semestinya guru memberi dorongan

agar anak mau bercerita dari hasil obsevasi tersebut, peneliti dan guru

berkesimpulan bahwa pembelajaran pada siklus I belum berhasil dan

harus di lanjutkan ke siklus II dengan memperbaiki kekurangan pada

siklus I. Adapun hal yang perlu dilakukan oleh guru untuk

memperbaiki hal tersebut, sebagai berikut:

(1) Melaksanakan langkah-langkah bercerita dengan baik,

khususnya pada kegiatan membuka cerita. Pada kegiatan

Page 77: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

68

membuka cerita, guru hendaknya memberi gambaran jelas

tentang hal yang di ceritakan agar anak memiliki gambaran

dasar tentang tujuan dan tema cerita sehingga anak lebih mudah

memahami isi cerita.

(2) Memotivasi anak untuk berani menjawab pertanyaan apa, siapa,

mengapa, dimana dan sebagainya dari isi cerita kemudian

berani bercerita di depan temannya.

2. Paparan Data Siklus II

Penelitian tindakan kelas pada siklus II dilakukan dengan dua kali

pertemuan pembelajaran yaitu hari pertama dilaksanakan pada hari Senin,

2 November 2020 dan hari Sabtu, 7 November 2020. Dengan

menggunakan 4 Tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan

refleksi. Pada siklus II peneliti memperbaiki semua kekurangan yang

terdapat pada siklus I kemudian menyusun rencana yang lebih baik agar

kemampuan bahasa ekspresif anak dapat ditingkatkan sesuai dengan

target yang ingin dicapai. Dengan uraian sebagai berikut:

a. Perencanaan

Mengidentifikasi dan memperbaiki semua kelemahan-

kelemahan yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan bahasa

ekspresif anak melalui metode Story Telling dengan menggunakan

boneka tangan yang merupakan kendala-kendala yang dihadapi pada

siklus I kemudian disusun menjadi sebuah rencana pelaksanaaan

Page 78: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

69

pembelajaran harian (RPPH) yang nantinya merupakan acuan dalam

pelaksanaan pembelajaran.

Page 79: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

70

4.10 Data Hasil Observasi dan Evaluasi Aktivitas Anak Didik Peningkatan

Kemampuan Bahasa Ekpresif Pada Pertemuan 1, dan 2 Pada

Siklus I

No Nama Anak

Didik

Skor

P.1

Presentase Skor

P.2

Presentase Kriteria

1 Abdul 8 40% 10 50% MB

2 Aditya 8 40% 10 50% MB

3 Adrian 5 25% 5 25% BB

4 Ahlam 8 40% 10 50% MB

5 Alfian 7 35% 10 50% MB

6 Andi 7 35% 10 50% MB

7 Aqila 10 50% 10 50% MB

8 Aufa 5 25% 6 30% BB

9 Aisyah 5 25% 8 40% BB

10 Fathir 9 45% 10 50% MB

11 Inayah 10 50% 10 50% MB

12 Muh Arfa 5 25% 8 40% BB

13 Muh Rayhan 6 30% 5 25% BB

14 Muhammad

Gibran 7 35% 8 40% BB

15 Siti Rania 5 25% 7 35% BB

Rata-Rata Persentase Aktivitas Anak

Didik Peningkatan Kemampuan Bahasa Ekspresif

Anak Pada Siklus I

43,66%

MB

Keteranga:

Skor pertemuan 1 (Skor P.1)

Skor Pertemuan 2 (Skor P.2)

Page 80: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

71

b. Pelaksanaan

1) Pelaksanaan Siklus II Pertemuan Pertama

Pelaksanaan siklus II pertemuan pertama adalah pada hari

Senin, tanggal 2 November 2020 dari waktu pukul 08.00 – 10.30

wita dengan langkah-langkah pelaksanaan tindakan dilakukan

sebagai berikut: kegiatan awal ± 30 menit, kegiatan inti ± 60 menit

serta kegiatan akhir ± 30 menit. Dengan uraian sebagai berikut:

a) Kegiatan awal

Merupakan kegiatan pembukaan dimana guru

memberikan kegiatan berbaris dengan memperkenalkan lagu

berbaris lonceng berbunyi yang akan dinyanyikan bersama-

sama. Pada tahap ini juga dijelaskan aturan-aturan dalam

menyanyikan lagu, seperti jumlah cepat lambatnya ketukan.

Kemudian dalam ruangan sebelum kegiatan pembelajaran

dilakukan guru mengawali dengan nyanyian sesuai dengan

tema agar anak lebih siap untuk memulai kegiatan yang

diberikan melalui teknik percakapan dan penugasan. Setelah

itu anak diminta untuk duduk tenang mendengarkan cerita

guru kemudian anak dapat menjawab pertanyaan yang

diceritakan oleh guru yaitu bercerita tentang “Jangan

berbohong”.

Page 81: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

72

b) Kegiatan Inti

Pada kegiatan ini guru mengarahkan anak melipat kertas

origami membentuk kupu-kupu, mewarnai gambar ikan dan

menebalkan huruf ikan, setelah itu mengurutkan gambar

bintang dari yang terkecil sampai terbesar.

c) Istirahat

Mencuci dan melap tangan sebelum dan sesudah makan,

berdo’a, makan bersama dan bermain.

d) Kegiatan Akhir

Guru mengarahkan anak untuk melakukan kegiatan

Tanya jawab tentang anak pintar misalnya mau berbagi

makanan kesukaannya kepada teman. Kemudian anak

melakukan Tanya jawab tentang hari ini dan ditutup dengan

bernyanyi, berdoa dan salam sebelum pulang.

2) Siklus II Pertemuan Kedua

Pelaksanaan siklus II pertemuan kedua adalah pada hari

Sabtu, tanggal 7 November 2020 dari waktu pukul 08.00 – 10.30

wita dengan langkah-langkah pelaksanaan tindakan dilakukan

sebagai berikut: kegiatan awal ± 30 menit, kegiatan inti ± 60 menit

serta kegiatan akhir ± 30 menit. Dengan uraian sebagai berikut:

Page 82: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

73

a) Kegiatan awal

Merupakan kegiatan pembukaan dimana guru

memberikan kegiatan berbaris dengan memperkenalkan lagu

berbaris yang akan dinyanyikan bersama-sama. Pada tahap ini

juga dijelaskan aturan-aturan dalam menyanyikan lagu, seperti

jumlah cepat lambatnya ketukan. Kemudian dalam ruangan

sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan guru mengawali

dengan nyanyian sesuai dengan tema agar anak lebih siap

untuk memulai kegiatan yang diberikan. Kemudian guru

mengarahkan anak untuk duduk dengan tenang. Setelah anak

duduk dengan tenang,guru menjelaskan kegiatan yang akan

dilakukan yaitu bercerita tentang banjir sesuai isi buku cerita.

b) Kegiatan inti

Pada kegiatan ini anak diminta untuk mengetahui

jumlah Hari dalam seminggu setelah itu di beri tugas

mewarnai gambar anggur kemudian ditugaskan menyanyi

secara bergantian.

c) Istirahat

Mencuci dan melap tangan sebelum dan sesudah makan,

Berdoa,makan bersama dan bermain.

d) Kegiatan Akhir

Guru mengarahkan anak untuk bercakap-cakap tentang

Page 83: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

74

Sekolah mereka. Kemudian anak melakukan Tanya jawab

tentang kegiatan hari ini dan ditutup dengan menyanyi, berdoa

dan salam sebelum pulang.

c. Observasi

Setelah tahap tindakan dilakukan selanjutnya adalah tahap

observasi. Pada saat proses pembelajaran berlangsung peneliti yang

bertindak sebagai observer melakukan pengamatan dan mencatat

perkembangan kegiatan baik pada pihak anak didik maupun dari guru

yang menyampaikan materi.

1) Hasil observasi siklus II pertemuan pertama

a) Hasil observasi aktivitas guru

(1) Guru mengkomunikasikan tujuan dan tema cerita

Guru telah mengkomunikasikan tujuan dan tema cerita

dengan jelas sehingga mudah dipahami oleh anak yaitu

bercerita tentang “Jangan Berbohong”. Dengan demikian,

hasil observasi pertemuan pertama dikategorikan baik.

(2) Guru mengatur tempat duduk

Guru mengatur tempat duduk anak secara melingkar agar

setiap anak dapat menyimak cerita dengan jelas sehingga

anak mampu memahami isi cerita dengan baik. Dengan

demikian hasil observasi pertemuan pertama dikategorikan

baik.

Page 84: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

75

(3) Guru melakukan kegiatan pembukaan

Guru melakukan kegiatan pembukaan tentang cerita yang

akan disajikan. Guru menjelaskan tentang “Jangan

Berbohong” karena bohong itu tidak baik. Walaupun tidak

ada yang tau atau yang melihat, tapi Allah maha melihat.

Dengan demikian, hasil pertemuan pertama dikategorikan

baik.

(4) Guru mengembangkan isi cerita

Guru mengembangkan isi cerita dengan kategori baik

dimana guru telah menyajikan cerita kepada anak dengan

sangat baik dan mengandung pesan dan moral serta

menyajikan cerita tersebut dengan penuh peresapan dan

penjiwaan.

(5) Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan

dengan isi cerita Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan

yang berkaitan dengan isi cerita. Guru bertanya tentang

siapakah yang termasuk golongan orang yang tidak baik,

apa yang terjadi ketika anak-anak berbohong, dan

sebagainya. Dengan demikian, hasil observasi pada

pertemuan I dikategorikan baik.

b) Hasil observasi aktifitas anak

Pada pertemuan I indikator yang ingin dicapai adalah

dapat menjawab pertanyaan apa, siapa, mengapa, dimana, dan

Page 85: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

76

sebagainya. Dalam pelaksanaan kegiatan ini, ada 7 anak yang

sudah dapat tanpa bantuan guru, 6 anak yang dapat tapi

dengan bantuan guru dan 2 anak yang belum dapat sama sekali

walaupun dengan bantuan guru dari total 15 responden yang

ada. Sedangkan indikator yang menceritakan kembali isi cerita

sederhana yang sudah diceritakan oleh guru terdapat 8 anak

yang sudah mampu tanpa bantuan guru, 5 anak yang mampu

tapi dengan bantuan guru dan 2 anak yang belum mampu sama

sekali walaupun dengan bantuan guru dari total 15 responden

yang ada. Selanjutnya dilakukan lagi observasi pada

pertemuan kedua.

2) Hasil observasi siklus II Pertemuan Kedua

a) Hasil observasi aktifitas guru

(1) Guru mengkomunikasikan tujuan dan tema cerita

Guru mengkomunikasikan tujuan dan tema cerita dengan

jelas sesuai dengan indikator yang ingin dicapai. Dengan

demikian, hasil observasi pertemuan II dikategorikan baik.

(2) Guru mengatur tempat duduk

Guru mengatur tempat duduk anak secara melingkar agar

setiap anak dapat menyimak dengan jelas sehingga anak

mampu memahami isi cerita dengan baik. Dengan

demikian, hasil observasi pertemuan II dikategorikan baik.

Page 86: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

77

(3) Guru melakukan kegiatan pembukaan

Guru melakukan kegiatan pembukaan dengan memberi

gambar tentang anak-anak tidak boleh berbohong sehingga

anak mengerti tentang berbohong adalah salah satu

perbuatan yang tidak baik. Dengan demikian, hasil

observasi pertemuan II dikategorikan baik.

(4) Guru mengembangkan isi cerita

Guru mengembangkan isi cerita dengan menghubungkan

cerita tentang jangan berbohong dan bahayanya jika anak

suka berbohong maka anak-anak tidak mempunyai teman

karena berbohong adalah sifat yang tidak baik. Dengan

demikian, hasil observasi pertemuan II dikategorikan baik.

(5) Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan

dengan isi cerita.Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan

yang berkaitan dengan isi cerita tentang bahayanya jika

anak suka berbohong, apa saja yang terjadi jika anak suka

berbohong, dan sebagainya. Dengan demikian, hasil

observasi pertemuan II dikategorikan baik.

b) Hasil observasi aktivitas anak

Pada pertemuan II indikator yang ingin dicapai adalah

Menceritakan kembali isi cerita sederhana yang sudah

diceritakan oleh guru ada 13 anak yang sudah mampu tanpa

bantuan guru, 2 anak yang mampu tapi dengan bantuan guru,

Page 87: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

78

dan tidak ada lagi anak yang belum mampu sama sekali

walaupun dengan bantuan guru dari total 15 responden yang

ada.

Page 88: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

79

4.11 Hasil Observasi dan Evaluasi Aktivitas Anak Didik Peningkatan

Kemampuan Bahasa Ekpresif Pada Pertemuan 1, dan 2 Pada

Siklus II

No Nama Anak

Didik

Skor

P.1

Presentase Skor

P.2

Presentase Kriteria

1 Abdul 14 70% 17 85% BSB

2 Aditya 14 70% 17 85% BSB

3 Adrian 10 50% 13 65% BSH

4 Ahlam 13 65% 16 80% BSH

5 Alfian 13 65% 16 80% BSH

6 Andi 12 60% 14 70% BSH

7 Aqila 15 75% 19 95% BSB

8 Aufa 11 55% 14 70% BSH

9 Aisyah 11 55% 15 75% BSH

10 Fathir 16 80% 19 95% BSB

11 Inayah 16 80% 19 95% BSB

12 Muh Arfa 10 50% 14 70% BSH

13 Muh Rayhan 12 60% 17 85% BSB

14 Muhammad

Gibran

15 75% 19 95% BSB

15 Siti Rania 11 55% 16 80% BSH

Rata-Rata Persentase Aktivitas Anak

Didik Peningkatan Kemampuan Bahasa Ekspresif

Anak Pada Siklus II

81,41%

BSB

Keterangan:

Skor pertemuan 1 (Skor P.1)

Skor Pertemuan 2 (Skor P.2)

Page 89: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

80

d. Refleksi

Dari hasil observasi pada siklus II pertemuan pertama dan

kedua telah menunjukkan hasil yang memuaskan dimana sudah tidak

ada lagi anak yang belum dapat menjawab pertanyaan apa, siapa,

mengapa, dimana, dan sebagainya dan menceritakan kembali isi cerita

sederhana yang sudah diceritakan oleh guru. Kemampuan bahasa

ekspresif anak sudah meningkat dengan baik. Ini menunjukkan bahwa

peningkatan kemampuan bahasa ekspresif melalui metode Story

Telling dengan menggunakan boneka tangan yang dilakukan

memberikan dampak yang baik terhadap kemampuan bahasa ekspresif

anak. Dengan melihat hasil yang sudah diperoleh pada siklus I dan II

maka peneliti mengambil keputusan untuk tidak melanjutkan lagi

penelitian siklus selanjutnya karena hasil pada siklus II telah

memenuhi target dari peneliti yang dimana menunjukkan bahwa

dengan metode bercerita jika disajikan dengan baik dan benar dapat

meningkatkan kemampuan bahasa ekspresif anak di Taman Kanak-

kanak Pembina Negeri 1 Parigi Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.

B. Pembahasan

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melaksanakan observasi

pada tanggal 27 Januari 2020 di Taman Kanak-kanak Pembina Negeri 1

Parigi Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa. Dari hasil observasi diketahui

bahwa kemampuan anak dalam menggunakan bahasa ekspresif masih kurang

karena peneliti berinisiatif melakukan penelitian untuk meningkatkan

Page 90: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

81

kemampuan bahasa ekspresif melalui Story Telling dengan menggunakan

boneka tangan pada anak di Taman Kanak-kanak Pembina Negeri 1 Parigi,

khususnya pada kelompok B dengan menerapkan metode Story Telling

dengan menggunakan boneka tangan.

Pada siklus I masih terdapat kekurangan dalam menerapkan langkah-

langkah bercerita dimana dalam melakukan pembukaan, guru tidak

memfokuskan pada judul dan tema cerita. Hal ini menyebabkan anak-anak

kurang mendapat gambaran tentang cerita. Disamping itu, kurangnya

motivasi guru membuat anak tidak berani menjawab dan bercerita. Hal ini

terlihat pada hasil observasi dimana pada indikator pertama, 3 anak yang

sudah dapat bantuan guru, 7 anak yang dapat tapi dengan bantuan guru dan

5 anak yang belum dapat sama sekali walaupun dengan bantuan guru. Untuk

indikator kedua pertemuan pertama 6 anak yang sudah dapat tanpa bantuan

guru, 6 anak yang dapat tapi dengan bantuan guru dan 3 anak yang belum

dapat sama sekali walaupun dengan bantuan guru. Pada siklus kedua

pertemuan pertama untuk indikator pertama ada 8 anak yang sudah dapat

tanpa bantuan guru, 5 anak yang dapat tapi dengan bantuan guru dan 2 anak

yang belum dapat sama sekali walaupun dengan bantuan guru.Sedangkan

untuk indikator kedua pertemuan kedua 13 anak yang sudah dapat tanpa

bantuan guru dan tidak ada lagi anak yang belum dapat sama sekali

walaupun dengan bantuan guru dari total 15 responden yang ada.

Berdasarkan hasil penelitian diatas terdapat perbedaan hasil belajar

pada setiap siklus, pada siklus I untuk indikator dapat menjawab pertanyaan

Page 91: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

82

apa, siapa, mengapa, dimana dan sebagainya. Pada pertemuan pertama hanya

ada 4 anak yang dapat tanpa bantuan guru, sedangkan pada pertemuan kedua

sudah meningkat menjadi 6 anak. Untuk indikator menceritakan kembali isi

cerita sederhana yang diceritakan oleh guru, pada pertemuan pertama ada 3

anak yang dapat tanpa bantuan guru, sedangkan pada pertemuan kedua sudah

meningkat menjadi 5 anak dari total 15 anak. Kemudian setelah dilakukan

revisi dan perbaikan tindakan yang dilakukan pada siklus II hasil yang

didapatkan mengalami peningkatan yang sangat membahagiakan yaitu untuk

indikator dapat menjawab pertanyaan apa, siapa, mengapa, dimana dan

sebagainya pada pertemuan pertama hanya ada 7 anak yang dapat tanpa

bantuan guru sedangkan pada pertemuan kedua sudah meningkat menjadi 13

anak. Sedangkan untuk indikator menceritakan kembali isi cerita sederhana

yang sudah diceritakan oleh guru pada pertemuan pertama hanya ada 8 anak

yang dapat tanpa bantuan guru sedangkan untuk indikator menceritakan

kembali isi cerita sederhana yang sudah diceritakan oleh guru sedangkan

pada pertemuan kedua sudah meningkat menjadi 13 anak dari total 15 anak.

Dengan kegiatan bercerita untuk meningkatkan bahasa ekspresif, anak

dapat dibimbing untuk meningkatkan bahasa eksfresif dengan lebih praktis.

Efisien dan efektif. Hal ini disebabkan karena disamping memudahkan guru

dalam proses pembelajaran, guru juga di mudahkan karena motivasi anak

terhadap pelajaran meningkat. Motivasi anak meningkat disebabkan karena

anak dapat belajar sambil bermain dengan menggunakan metode Story

Telling dengan menggunakan boneka tangan.

Page 92: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

83

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa melalui penerapan

metode Story Telling dengan menggunakan media boneka tangan dapat

meningkatkan bahasa ekspresif anak di Taman Kanak-kanak Pembina Negeri

1 Parigi Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa. Hal ini terlihat dari peningkatan

bahasa ekspresif anak pada siklus I tidak semua anak dapat melaksanakan

semua jenis kegiatan. sehingga dapat dilihat bahwa kemampuan anak belum

meningkat dan berada pada kategori kurang karena guru belum dapat

melibatkan anak pada kegiatan bercerita dengan maksimal yaitu kegiatan

tersebut adalah dapat menjawab pertanyaan apa, siapa, mengapa, dimana, dan

sebagainya dan menceritakan kembali isi cerita secara sederhana yang sudah

diceritakan oleh guru. Pada siklus II berada pada kategori baik dan cukup

karena guru telah dapat melibatkan anak pada kegiatan bercerita dengan

maksimal, kegiatan tersebut adalah dapat menjawab pertanyaan apa, siapa,

mengapa, dimana, dan sebagainya dan menceritakan kembali isi cerita secara

sederhana yang sudah diceritakan oleh guru, maka dapat dikemukakan

kesimpulan bahwa metode Story Telling dengan menggunakan media boneka

tangan dapat meningkatkan kemampuan bahasa ekspresif anak di Taman

Kanak-kanak Pembina Negeri 1 Parigi Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.

Peningkatannya dapat dilihat pada anak yaitu anak sudah dapat menjawab

Page 93: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

84

pertanyaan apa, siapa, mengapa, dimana, dan sebagainya dan anak sudah

mampu menceritakan kembali isi cerita sederhana yang sudah diceritakan

oleh guru.

B. Saran.

Saran yang diajukan pada penelitian ini yaitu:

1. Bagi anak TK diharapkan memfasilitasi proses pembelajaran agar

berjalan efektif dan efesien sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai

dengan maksimal.

2. Bagi guru TK diharapkan mampu meningkatkan wawasan dan

pengalaman dalam menerapkan berbagai metode pembelajaran khususnya

untuk meningkatkan kemampuan bahasa ekspresif anak .

3. Bagi peneliti diharapkan menjadikan hasil penelitian ini sebagai tolak

ukur diri sebagai hasil nyata dari penerapan seluruh ilmu yang didapatkan

selama kuliah.

Page 94: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

85

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2000. Manajemen Penelitian, Cetakan Kelima. Jakarta: Rineka Cipta

Bachri. 200. Pengembangan Kegiatan Bercerita di Taman Kanak-kanak, teknik

dan prosedurnya. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Bromley. 1992. Teori Belajar Bahasa. (Asih Riyanti, M.Pd) sengo, trasan,

bandongan, magelang. RT03/RW05. 56151

Bromley, Dheni. 2005. Mutmainnah. Pengaruh Permainan beberan terhadap

kemampuan bahasa pada kelompok B Di Tk Intan Permata Aisyiyah

Makamhaji tahun ajaran 2018/2019. PhD Thesis. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Depdikbud. 1998. Metodik Khusus Pengembangan Kemampuan Berbahasa

diTaman Kanak-kanak. Jakarta:Depdikbud

Depdiknas. 2001. Didaktik Metodik di Taman Kanak-kanak. Jakarta : Depdiknas

Dirjen Pendidikan Dasar & Menengah Dirjen TK & SD.

Depdiknas. 2004. Rusniah. Meningkatkan Perkembangan Bahasa Indonesia Anak

Usia Dini Melalui Penggunaan Metode Bercerita Di Tk Malahayati

Neuhen. JURNAL EDUKASI : Jurnal Bimbingan Konseling, 3(1),114-130

Dhieni, Nurbiana dkk. 2005. Metode Pengembanga Bahasa.. Jakarta : Universitas

Terbuka.

Dheni, Nur, E. S., Indarto. 2006. Pengaruh Prnerapan Metode Bermain Peran

Terhadap Kemampuan Berbicara pada anak Usia 4-5 tahun di Tk

Aisyiyah 09 Kecamatan Tenayan Raya Pekanbaru (Doctoral dissertation,

Riau University)

Elyawati, Desi. 2009. Peningkatan Keterampilan Berbicara pada Anak usia Dini

melalui Teknik Membaca Nyaring Menggunakan Buku Cerita. Skripsi

tidak dipublikasikan. UPI Bandung.

Gunardi, Winda. Dkk. 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan

Dasar anak Usia Dini.Jakarta:Universitas Terbuka.

Gunarti. Riza, S.D.H. 2013. Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Dengan

Metode Bercerita Menggunakan Boneka Tangan Di TK B Pertiwi Kunti.

Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2014

Gunawan, H. (2012). Pendidikan Karakter. Bandung: Alfabeta, 2

Page 95: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

86

Hurlock, Elizabeth B. 1997. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta:Erlangga.

Ismoerdijahwati. 2006. Pengantar Metode Penelitian. Malang

Ismoerdijahwati K. 2007. Metode Bercerita. Surakarta: Panitian serifikasi Guru

Rayon 13 FKIP UNS

Kasmawati, 2012. Peningkatan Kemampuan Bahasa Ekspresif Anak Melalui

Metode Cerita Bergambar pada Anak di Taman Kanak-kanak Andiya

Makassar. Skripsi. Universitas Negeri Makassar.

Madyawati (2014). Pengembangan Model Kegiatan Bermain Berbasis

Kecerdasan Jamak Sebagai Implementasi Sekolah Ramah Anak di Daerah

Rawan Bencana Jawa Tengah. Laporan Penelitian (Hibah DIKTI). 2014

Madyawati, Lilis. 2017. Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak. Kencana:

Jakarta.

Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Bercerita Untuk Anak Usia Dini.

Jakarta:Depdiknas.

Mustakim Nur dkk. 2002. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta : Universitas

Terbuka

Mustakim. 2005. Metode Pengembangan Kemampuan berbahasa. Jakarta :

Depdiknas.

Syamsuddin, A.R. 1986. Sanggar Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Sujiono Anas, 2006. Pemetaan Kreativitas Anak Usia 4-6 Tahun Di Tk

Laboratorium Pg-Paud Universitas Riau. Jurnal Educhild: Pendidikan

dan Sosial 4.1: 50-55

Tampubolon, Khasinah, Siti. Interaksi Ekstratekstual dalam Proses Bercerita

Kepada Anak Usia Dini. Gender Equality: International Journal of Child

and Gender Studies 1.1 (2015) : 99-110

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

Walija. 1996. Bahasa Indonesia dalam Perbincangan. Jakarta: IKIP

Muhammadiyah Jakarta Press.

Widodo Judarwanto. 2008. Perkembangan bicara dan Bahasa : Perkembangan

Bahasa Anak Pra Sekolah.. (on line)

Page 96: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

87

Zaizah, Zizi. 2013. Penerapan Metode Cerita Bergambar Dalam

Mengembangkan Bahasa Ekspresif Pada Anak Kelompok A di Taman

Kanak-kanak. Makalah. FIP Universitas Negeri Makassar.

Page 97: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

88

RIWAYAT HIDUP

ST AINUN SAKINAH GUNTUR. Lahir di Gowa, pada

tanggal 26 Juni 1998. Penulis biasanya disapa dengan

panggilan Iin. Anak pertama dari pasangan orang tua

ayahanda Muh Guntur dan Ibunda Hj Rosina. Memiliki 2

saudara kandung St Alfatiha W.G dan Muhammad Ikhlas

Guntur. Agama Islam. Penulis memasuki jenjang pendidikan di TK Aisyiyah

Busthanul Athfal Mariso pada tahun 2003 dan tamat pada tahun 2004. Penulis

melanjutkan pendidikan di SD Negeri Patompo II pada tahun 2004 dan tamat pada

tahun 2010. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 24

Makassar pada tahun 2010. Dan tamat tahun 2013. Ditahun yang sama penulis

melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Parigi pada tahun 2013 dan berhasil

menyelesaikan studi pada tahun 2016. Di tahun yang sama tahun 2016 penulis

melanjutkan pendidikan di jenjang perguruan tinggi di Swasta dan penulis di

terima pada program studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Strata 1 (S1), Universitas

Muhammadiyah Makassar (UNISMUH).

Page 98: PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA EKSPRESIF MELALUI …

24%SIMILARITY INDEX

24%INTERNET SOURCES

7%PUBLICATIONS

18%STUDENT PAPERS

1 5%

2 3%

3 2%

4 2%

5 1%

6 1%

7 1%

8 1%

9 1%

ST. AINUN SAKINAH GUNTUR 105451104916ORIGINALITY REPORT

PRIMARY SOURCES

paudstaialgazalibone.blogspot.comInternet Source

es.scribd.comInternet Source

malpalenisatriana.wordpress.comInternet Source

pt.scribd.comInternet Source

ejournal.upi.eduInternet Source

eprints.uny.ac.idInternet Source

Submitted to Universitas Pendidikan IndonesiaStudent Paper

tkinsancita.blogspot.comInternet Source

vdocuments.siteInternet Source