peningkatan hasil belajar pkn melalui pendekatan think...
TRANSCRIPT
-
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn
MELALUI PENDEKATAN THINK-PAIR-SHARE
(Penelitian Tindakan Pada Kelas IV MI Cibeureum Legok
Kabupaten Sukabumi)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat mencapai Gelar Sarjana (S. Pd)
Oleh
UNUY NURHASANAH
NIM: 809018300701
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
DUAL MODE SYSTEM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
-
ABSTRAK
Nurhasanah Unuy, 2014. Peningkatan Hasil Belajar PKn Melalui
Pendekatan Think-Pair-Share. Skripsi, Program Studi Kependidikan Islam,
Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Dual Mode System,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini dilaksanakan di MI Cibeureuem Legok Kabupaten Sukabumi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar PKn melalui
pendekatan Think-Pair-Share. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV Tahun
Pelajaran 2012-2013 dengan jumlah 36 siswa.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian
tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus yang terdiri atas empat
pertemuan dengan tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Berdasarkan data yang diperoleh, analisis data yang diperoleh, bahwa pada
siklus I peningkatan yang diraih siswa pada perolehan nilai pretes dan postes
untuk kategori rendah yaitu 72.22% sedangkan untuk kategori sedang meningkat
mencapai 27.78%. Sedangkan pada siklus II peningkatan yang diraih siswa untuk
kategori sedang yaitu sebesar 50% dan untuk kategori tinggi meningkat menjadi
50%.
Kata kunci: Hasil belajar, PKn, Think-pair-share
i
-
ABSTRACT
Nurhasanah Unuy, 2014. Improving Learning Result of Civics Education by
Approach Think-Pair-Share. The Thesis, Educational Studies Program,
Department of Teacher Education Elementary School Dual Mode System,
Faculty of Tarbiyah and Teaching, State Islamic University Syarif Hidayatullah
Jakarta.
The research was conducted in MI Cibeureuem Legok Sukabumi. This study
aims to determine the effect of efforts to Learning Result of Civics Education by
Approach Think-Pair-Share. The subjects of this study were fourth grade students
in academic year 2012-2013 with 36 students.
The method used in this research is a classroom action research (CAR),
which consisted of two cycles of four meetings with the stages of planning, action,
observation and reflection.
Based on the data obtained, analysis of the data obtained, that in the first
cycle of the rise coming students in grades pre-test and post-test for the low
category is 72.22% while for the category being increased to 27.78%. While in
the second cycle of the rise coming students for middle category that is equal to
50% and for the high category increased to 50%.
Keywords: Learning Result, Civics Educaion, Think-pair-share
ii
-
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur hanya bagi Allah Tuhan sekalian alam
yang menguasai semua makhluk dengan segala kebesaran-Nya yang senantiasa
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah serta karunia-Nya kepada kita semua,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar PKn Melalui Pendekatan Think-Pair-Share.
Sholawat serta salam semoga Allah selalu melimpahkan kepada beliau
Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang telah
membawa petunjuk kebenaran kepada umat manusia dan cahaya kebenaran yaitu
agama Islam.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi dari keseluruhan
kegiatan perkuliahan yang telah dicanangkan oleh Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta sebagai bentuk pertanggung jawaban penulis menjadi
mahasiswa serta untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah disini.
Skripsi ini disusun dengan bekal ilmu pengetahuan yang terbatas dan jauh
dari kesempurnaan, sehingga tanpa bantuan pembimbing, dorongan dan petunjuk
dari berbagai pihak, maka sulit untuk menyelesaikanya. Oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati dan penuh rasa syukur penulis ingin menyampaikan rasa
hormat serta ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Ibu Nurlena Rifai, MA, Ph.D, Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Moch. Noviadi Nugroho, M. Pd, selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan
bimbingan, nasehat, motivasi, dan arahan kepada penulis sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan.
3. Bapak/Ibu Dosen dan Staff di UIN Syarif Hidayatullah khususnya di
Jurusan PGMI (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah) yang telah
memberikan bantuan dan dukunganya.
iii
-
4. Bapak Jaya, S. Pd. I selaku Kepala Sekolah MI Cibeureuem Legok
Kabupaten Sukabumi.
5. Keluarga besar MI Cibeureuem Legok yang telah banyak membantu.
6. Kepada suami tercinta yang telah memberikan seluruh kepercayaan penuh
dalam proses penyusunan skripsi ini. Bantuan materil dan moril yang
selalu diberikan dengan ikhlas semoga menjadikannya Imam yang
senantiasa selalu membimbing keluarga penulis.
7. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Tiada kata yang patut penulis ucapkan selain ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya dan doa yang tulus semoga apapun yang telah disumbangkan
kepada penulis, sekecil apapun wujudnya tercatat sebagai amal yang diterima oleh
Allah SWT.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penulisan
skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya.
Sukabumi, Januari 2014
Penulis,
Unuy Nurhasanah
iv
-
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..... i
KATA PENGANTAR ...... iii
DAFTAR ISI .... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ...
C. Pembatasan Fokus Penelitian .
D. Perumusan Masalah Penelitian ...
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ..
1
1
5
5
6
6
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Hasil Belajar Siswa .
1. Pengertian Hasil Belajar ...
2. Ranah Hasil Belajar ..
3. Faktor-faktor Yang Mempengauhi Hasil Belajar .
B. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ..
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) .
2. Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) ..
C. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembalajaran Kooperatif
2. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif
3. Fungsi Metode Pembelajaran Kooperatif
4. Pengertian Metode Think-Pair-Share ..
5. Langkah-langkah Metode Think-Pair-Share ...
6. Kelebihan dan Kekuranga Metode Think-Pair-Share ..
D. Hasil Penelitian Yang Relevan ...
E. Kerangka Berfikir ..
8
8
8
9
15
17
17
17
19
19
20
30
30
31
32
35
37
v
-
F. Hipotesis Tindakan .
39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..
A. Tempat dan Waktu Penelitian .
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian .
C. Subjek Penelitian
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian .
E. Tahapan Intervensi Tindakan..
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ..
G. Data dan Sumber Data
H. Instrumen Pengumpulan Data ....
I. Teknik Pengumpulan Data .
J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan ..
K. Analisis Data dan Interpretasi Data
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ..
40
40
40
43
44
44
47
47
48
48
49
52
53
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ..
A. Deskripsi Data
1. MI Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi ...
a. Sejarah Singkat ....
b. Keadaan Siswa MI Cibeureum Legok .
c. Jumlah Rombongan Belajar di MI Cibeureum Legok
d. Data Pendidik Dan Tenaga Kependidikan ..
2. Deskripsi Data Penelitian .
a. Siklus I .
b. Siklus II ...
B. Analisis Data ...
1. Siklus I .
2. Siklus II
C. Pembahasan
54
54
54
54
54
54
55
55
55
61
67
67
75
84
vi
-
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .
A. Kesimpulan .
B. Saran ...
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
88
88
88
90
92
vii
-
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pembelajaran Think-Pair-Share . 32
Tabel 4.1 Data Siswa Kelas I-VI MI Cibeureum Legok 54
Tabel 4.2 Jumlah Rombel Tiga Tahun Terakhir 54
Tabel 4.3 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan . 55
Tabel 4.4 Lembar Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I ... 67
Tabel 4.5 Lembar Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan I . 68
Tabel 4.6 Nilai Pretes Siklus I Pertemuan I ... 69
Tabel 4.7 Frekuensi Perolehan Nilai Pretes Siswa Metode Think-
pair-share Siklus I Pertemuan I .
71
Tabel 4.8 Lembar Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II .. 71
Tabel 4.9 Lembar Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan II ... 72
Tabel 4.10 Nilai Postes Siklus I Pertemuan II . 74
Tabel 4.11 Frekuensi Perolehan Nilai Pretes Siswa Metode Think-
pair-share Siklus I Pertemuan II
75
Tabel 4.12 Lembar Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I .. 76
Tabel 4.13 Lembar Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan I ... 77
Tabel 4.14 Nilai Pretes Siklus I Pertemuan II .. 78
Tabel 4.15 Frekuensi Perolehan Nilai Pretes Siswa Metode Think-
pair-share Siklus II Pertemuan I
79
Tabel 4.16 Lembar Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan II . 80
Tabel 4.17 Lembar Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan II .. 81
Tabel 4.18 Nilai Postes Siklus II Pertemuan II 82
Tabel 4.19 Frekuensi Perolehan Nilai Pretes Siswa Metode Think-
pair-share Siklus II Pertemuan II .
82
Tabel 4.20 Penghitungan Nilai Pretest dan Postest Siklus I 84
Tabel 4.21 Penghitungan Nilai Pretest dan Postest Siklus II .. 86
viii
-
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 41
ix
-
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) . 92
Lampiran 2 Soal Tes 104
Lampiran 3 Kunci Jawaban . 107
Lampiran 4 Lembar Aktivitas Siswa .. 108
Lampiran 5 Lembar Aktivitas Guru 109
Lampiran 6 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif 110
Lampiran 7 Pembelajaran Think-Pair-Share .. 111
Lampiran 8 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) . 112
Lampiran 9 Teknik Penskoran Tiga Aspek Ranah Belajar . 112
Lampiran 10 Uji Validitas dan Reliabilitas .. 113
Lampiran 11 Rumus Normal Gain (N-Gain) 116
Lampiran 12 Data Siswa Kelas I-VI MI Cibeureum Legok . 116
Lampiran 13 Jumlah Rombel 3 Tahun Terkahir ... 116
Lampiran 14 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan 117
Lampiran 15 Lembar Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I 117
Lampiran 16 Lembar Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan I .. 118
Lampiran 17 Nilai Pretes Siklus I Pertemuan I . 119
Lampiran 18 Frekuensi Perolehan Nilai Pretes Siswa Metode Think-
pair-share Siklus I Pertemuan I ..
120
Lampiran 19 Lembar Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II 120
Lampiran 20 Lembar Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan II . 121
Lampiran 21 Nilai Postes Siklus I Pertemuan II ... 123
Lampiran 22 Frekuensi Perolehan Nilai Pretes Siswa Metode Think-
pair-share Siklus I Pertemuan II .
124
Lampiran 23 Lembar Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I 124
Lampiran 24 Lembar Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan I . 125
Lampiran 25 Nilai Pretes Siklus I Pertemuan II 126
Lampiran 26 Frekuensi Perolehan Nilai Pretes Siswa Metode Think-
pair-share Siklus II Pertemuan I
127
x
-
Lampiran 27 Lembar Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan II .. 128
Lampiran 28 Lembar Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan II 128
Lampiran 29 Nilai Postes Siklus II Pertemuan II . 130
Lampiran 30 Frekuensi Perolehan Nilai Pretes Siswa Metode Think-
pair-share Siklus II Pertemuan II
131
Lampiran 31 Penghitungan Nilai Pretest dan Postest Siklus I .. 131
Lampiran 32 Penghitungan Nilai Pretest dan Postest Siklus II . 133
Lampiran 33 Media Pembelajaran 135
Lampiran 34 Foto-foto Kegiatan .. 136
xi
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Laju transformasi dunia karena revolusi teknologi, telekomunikasi dan
komputer menjadi agenda utama perubahan dunia saat ini. Dunia tidak lagi dapat
dipandang sebagai benua-benua yang terpisah atau kumpulan negara yang
terpisah, melainkan dunia menjadi sarat global telekomunikasi dan komputer.
Kepesatan perkembangan teknologi telekomunikasi dan komputer telah
mengantarkan masyarakat memasuki era global.
Globalisasi ditandai oleh kompleksitas keragaman kehidupan masyarakat.
Aktivitas hidup lebih banyak bermula dan berlangsung pada interaksi-interaksi
antar individu yang diprakarsai individu itu sendiri. Setiap individu di era global
dituntut mengembangkan kapasitasnya secara optimal, kreatif dan
mengadaptasikan diri kedalam situasi global yang amat bervariasi dan cepat
berubah. Setiap individu dituntut melakukan daya nalar kreatif dan kepribadian
yang tidak sederhana, melainkan kompleks. Untuk itu ketrampilan yang harus
dimiliki individu adalah keterampilan intelektual, sosial, dan personal.
Pendidikan sebagai bagian integral kehidupan masyarakat di era global
harus dapat memberi dan memfasilitasi bagi tumbuh kembangnya keterampilan
intelektual, sosial dan personal. Keterampilan-keterampilan tersebut dibangun
tidak hanya dengan landasan rasio dan logika saja, tetapi juga inspirasi,
kreativitas, moral, intuisi (emosi) dan spiritual.
Sekolah sebagai institusi pendidikan dan miniatur masyarakat perlu
mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan era global.
Karena Proses pembelajaran yang baik akan dapat menciptakan prestasi yang
berkualitas. Oleh karena itu guru sebagai salah satu komponen penting
keberhasilan pembelajaran, harus mampu menempatkan dirinya sebagai sosok
yang mampu membangkitkan hasrat siswa untuk terus belajar.
1
-
2
MI Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi adalah salah satu lembaga
pendidikan yang sangat menjunjung keberhasilan pembelajaran, sehingga siswa
yang dihasilkan mampu berperan dalam persaingan global. Usaha ke arah tersebut
sudah banyak dilakukan oleh pihak sekolah terkait, seperti pemenuhan sarana
prasarana, media pembelajaran, guru yang profesional serta komponen lain yang
mampu meningkatkan kualitas pendidikan yang dijalankan, dengan harapan akan
mampu menciptakan manajemen pembelajaran dengan baik, yang pada ujungnya
akan menjadikan sekolah yang berkualitas.
Namun ternyata saat ini masih banyak permasalahan-permasalahan yang
muncul di sekolah ini, di antaranya yaitu salah satu metode yang digunakan dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah ceramah, tanya jawab, dan
diskusi. Metode ceramah masih menjadi pilihan dalam penyampaian materi,
sehingga siswa cenderung bosan, dan kurang bersemangat untuk belajar. Hal ini
akan membuat kualitas pembelajaran menjadi rendah, dan memungkinkan
penguasaan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa akan menurun.
Metode tanya jawab kurang efektif karena hanya siswa yang pintar dan
aktif yang mau menjawab pertanyaan yang diberikan, sehingga terjadi
kesenjangan antara siswa yang pintar dan siswa yang kurang pintar. Sedangkan
dalam metode diskusi tidak semua topik dapat disajikan dengan metode diskusi.
Hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.
Diskusi yang mendalam memerlukan banyak waktu, sulit untuk
menentukan batas luas atau kedalaman suatu uraian diskusi. Biasanya tidak semua
siswa berani menyatakan pendapat, sehingga waktu akan terbuang karena
menunggu siswa mengemukakan pendapat. Pembicaraan dalam diskusi mungkin
didominasi oleh siswa yang berani dan telah terbiasa berbicara. Siswa pemalu dan
pendiam tidak akan menggunakan kesempatan untuk berbicara, dan
memungkinkan timbulnya rasa permusuhan antar kelompok atau menganggap
kelompoknya sendiri lebih pandai dan serba tahu dari pada kelompok lain atau
-
3
menganggap kelompok lain sebagai saingan, lebih rendah, remeh, atau lebih
bodoh.
MI Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi belum pernah menerapkan
metode kooperatif Think-Pair-Share; dimana penerapan metode kooperatif Think-
Pair-Share ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam kelas
melalui diskusi. Baik dengan pasangannya maupun dengan seluruh kelas. Siswa
akan terbiasa menemukan jawaban dari pertanyaan yang diajukan, memahami
konsep serta terlatih untuk bisa belajar secara mandiri, secara berpasangan,
maupun berbagi dengan teman sekelas.
Dari permasalahan yang dijelaskan di atas, maka dibutuhkan tindakan
yang mampu menjadi jalan keluarnya. Salah satu solusinya adalah penggunaan
metode yang tepat, yaitu metode yang mampu membuat seluruh siswa terlibat
dalam suasana pembelajaran. Metode mengajar merupakan salah satu cara yang
dipergunakan guru dalam membelajarkan siswa. Oleh karena itu, peranan metode
mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.1
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh seorang guru guna
menjawab dari permasalahan-permasalan pembelajaran tersebut serta untuk lebih
mengaktifkan pembelajaran di kelas adalah dengan menerapkan pembelajaran
kooperatif dengan metode ThinkPairShare. Pembelajaran kooperatif dengan
metode Think-Pair-Share terdiri dari tiga tahap kegiatan siswa yang menekankan
pada apa yang dikerjakan siswa pada setiap tahapannya. Tahap yang pertama
adalah berfikir (Think). Pada tahap ini guru mengajukan pertanyaan yang terkait
dengan pelajaran dan siswa berfikir sendiri mengenai jawaban tersebut. Waktu
berfikir ditentukan oleh guru. Pada tahap selanjutnya siswa berpasangan (pair)
dengan temannya dan mendiskusikan mengenai jawaban masing-masing.
Sedangkan pada tahap terakhir, siswa berbagi (share) yaitu guru meminta
pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara
keseluruhan untuk mengungkapkan mengenai apa yang telah mereka diskusikan.
1 Suryasubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta,1997), hal: 43
-
4
Dengan berdiskusi dan berfikir sendiri dengan teman, diharapkan siswa lebih bisa
memahami konsep, menambah pengetahuannya serta dapat menemukan
kemungkinan solusi dari permasalahan.2
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran
yang memfokuskan pada pembentukan warga Negara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara
Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila
dan Undang-undang Dasar 1945.3
Dari pengertian di atas, maka Mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut:
1) Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu.
2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta anti-
korupsi.
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lain.
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknilogi informasi
dan komunikasi.4
Upaya untuk mewujudkan sosok manusia seperti yang tertuang dalam
definisi dan tujuan pendidikan diatas tidaklah terwujud secara tiba-tiba. Upaya itu
harus melalui proses pendidikan dan kehidupan, khususnya pendidikan bernegara
dan kehidupan bernegara. Proses itu berlangsung seumur hidup, di lingkungan
keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat.
2 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar 2009), hal: 58 3 Tim Penyusun KTSP MI Cibeureum Legok, KTSP MI CIbeureum Legok Kabupaten
Sukabumi Tahun Pelajaran 2012-2013. (Sukabumi: 2012). Hal. 78 4 Ibid. hal. 78-79.
-
5
Salah satu masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan kewarganegaraan
saat ini, adalah bagaimana cara penyampaian materi pelajaran pada mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan tersebut kepada peserta didik sehingga memperoleh
hasil semaksimal mungkin.
Berpijak pada uraian latar belakang di atas, maka perlu kiranya diadakan
suatu tindakan melalui penelitian pendidikan. Dalam hal ini, penulis mengangkat
satu topik yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi saat ini, yaitu: Peningkatan
Hasil Belajar PKn Melalui Pendekatan Think-Pair-Share
B. Identifikasi Masalah
Berdasar pada latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
peneliti dapat mengidentifikasi masalah penelitian, sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran yang sering digunakan oleh guru adalah metode
konvensional berupa ceramah, tanya jawab, diskusi.
2. Di MI Ciberureum Legok belum pernah menggunakan metode Think-Pair-
Share dalam penyampaian materi pelajaran kepada siswa.
3. Metode konvensional yang selalu digunakan oleh guru tidak mampu untuk
meningkatkan hasil belajar PKn siswa di kelas IV MI Cibeureum Legok
Kapbupaten Sukabumi.
4. Apa yang telah dipelajari siswa tidak diaplikasikan ke dalam
kehidupannya sehari-hari, baik itu di sekolah, rumah, keluarga, maupun
lingkungan masyarakat tempat ia tinggal.
5. Nilai rata-rata hasil belajar PKn siswa kelas IV belum memenuhi nilai
KKM yang telah ditentukan sekolah.
C. Pembatasan Masalah
Berdasar pada identifikasi masalah yang telah disampaikan di atas, maka
kali ini peneliti dapat membatasi fokus penelitian, sebagai berikut:
1. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan Think-Pair-Share.
-
6
2. Pokok bahasan yang akan disampaikan pada penelitian ini adalah Materi
Pengaruh Globalisasi pada mata pelajaran PKn Kelas IV semester II.
3. Penelitian akan dilaksanakan di MI Cibeureum Legok Kabupaten
Sukabumi.
4. Hasil belajar siswa dibatasi pada hasil belajar kognitif C1 (hapalan), C2
(pemahaman) dan C3 (penerapan).
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada pembatasan masalah yang telah disampaikan diatas,
maka diperoleh rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif melalui pendekatan TPS
(Think-Pair-Share) dalam meningkatkan hasil belajar PKn kelas IV MI
Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi?
2. Seberapa efektifkah pembelajaran kooperatif melalui pendekatan TPS
(Think-Pair-Share) dalam meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas IV
MI Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran kooperatif melalui
pendekatan TPS (Think-Pair-Share) dalam meningkatkan hasil belajar
PKn kelas IV MI Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi.
b. Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran kooperatif melalui
pendekatan TPS (Think-Pair-Share) dalam meningkatkan hasil belajar
PKN kelas IV MI Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1) Bagi Peneliti
Memberikan tambahan pengetahuan dan keilmuan dalam
melaksanakan pembelajaran di sekolah. Selain itu dapat
-
7
memberikan informasi terhadap penggunaan metode pembelajaran
yang digunakan dalam penelitian.
2) Bagi Pembaca
Menambah wawasan dan keilmuan dalam proses pembelajaran
yang akan dilaksanakannya.
3) Bagi Siswa
Dapat meningkatkan keaktifan belajar pada Mata Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Guru
a) Memberi wawasan bagi guru pentingnya penerapan metode
TPS (Think-Pair-Share) dalam proses pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan khususnya pada Materi
Pengaruh Globalisasi.
b) Dapat menemukan solusi untuk meningkatkan hasil belajar
PKn siswa kelas IV.
2) Bagi Sekolah
Menemukan solusi untuk meningkatkan penguasaan mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan dengan menerapkan metode
pembelajaran TPS (Think-Pair-Share).
3) Bagi UIN Syarif Hidayatullah
a) Dapat menjalin kerjasama yang baik dengan beberapa lembaga
yang dapat menunjang dalam kemajuan pendidikan.
b) Untuk memenuhi program kurikulum yang telah ditentukan.
-
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar Siswa
1. Pengertian Hasil Belajar
Belajar adalah satu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan
masyarakat lingkungan akademik seperti di lingkungann sekolah, pelajar, siswa
dan siswi serta mahasiswa yang mempunyai tugas untuk belajar. Karena kegiatan
belajar merupakan kegiatan yang tak mungkin dapat dipisahkan dari mereka.
Beberapa para ahli telah mengungkapkan arti dari belajar itu sendiri,
salah satunya adalah seperti yang diungkapkan oleh Gagne bahwa belajar adalah
suatu proses di mana satu organism berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman.1
Sedangkan hasil dapat dikatakan kemampuan yang dimiliki soswa
setelah menerima pelajaran. Menurut Oemar Hamalik, bahwa hasil belajar tampak
sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan
diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan.2
Belajar merupakan suatu proses yang benar-benar bersifat internal.
Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu
terjadi didalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Menurut Good dan
Brophy bukan tingkah laku yang nampak, tetapi terutama adalah prosesnya yang
terjadi secara internal di dalam diri individu dalam usahanya memperoleh
hubungan-hubungan baru.3
Hubungan-hubungan baru itu dapat berupa: antara perangsang-
perangsang, antara reaksi-reaksi, atau antara perangsang dan reaksi. Faktor-faktor
penting yang sangat erat hubungannya dengan proses belajar ialah: kematangan,
penyesuaian diri/adaptasi, menghafal/mengingat, pengertian, berpikir dan latihan.
1 Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: 2009), h. 3.
2 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), h. 155. 3 M. Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2000), h. 85.
8
-
9
Para ahli mencoba membuat kategori jenis-jenis belajar yang dikenal
dengan taksonomi belajar salah satu yang terkenal adalah taksonomi yang disusun
oleh Benyamin S. Bloom.4 Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada tiga
tingkatan, pertama, tujuan umum pendidikan yang menentukan perlu tidaknya
suatu program diadakan. Kedua, tujuan yang di dasarkan atas tingkah laku, yang
dimaksud berhasilnya pendidikan dalam bentuk tingkah laku yang dimaksud
dengan taksonomi. Ketiga, tujuan yang lebih jelas yang dirumuskan secara
operasional. Kaum behavioris berpendapat bahwa taksonomi yang dikemukakan
oleh Bloom dan kawan-kawan adalah bersifat mental.5 Taksonomi ini merupakan
kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasikan mutu tujuannya.
Salah satu manfaat taksonomi adalah bahwa guru didorong untuk bertanya adakah
dia menekankan segi tertentu atau tidak.
2. Ranah Hasil Belajar
Taksonomi Bloom terdiri dari tiga kategori yaitu yang dikenal sebagai
domain atau ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Yang dimaksud
dengan ranah-ranah ini oleh Bloom adalah perilaku-perilaku yang memang
diniatkan untuk ditunjukkan oleh peserta didik atau pelajar dalam cara-cara
tertentu, misalnya bagaimana mereka berpikir (kognitif), bagaimana mereka
bersikap dan mereka merasakan sesuatu (afektif), dan bagaimana mereka berbuat
(psikomotorik).6 Dalam mengukur kemampuan seorang siswa maka para guru
harus memperhatikan ketiga ranah tersebut.
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif memiliki enam taraf mulai pengetahuan sampai
evaluasi.
1) Menghapal mencakup ingatan dan pengenalan,
2) Pemahaman mencakup interpretasi, pemberian contoh, klasifikasi,
meringkas, menyimpulkan, membandingkan, menjelaskan,
4 A. Suhaenah Suparno. Membangun Kompetensi Belajar, (Jakarta: Dirjen
PendidikanTinggi Depdiknas, 2001), h. 6. 5Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: Bumi Aksara,
2002), h. 115. 6A. Suhaenah Suparno. loc. cit.
-
10
3) Aplikasi mencakup melakukan, implementasi,
4) Analisis mencakup membedakan, mengorganisasikan dan
memberikan atribut,
5) Mengevaluasi mencakup pengecekan, memberi kritik,
6) Mencipta mencakup membangkitkan, merencanakan, memproduksi.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif dibagi menjadi lima taraf, yaitu:
1) Memperhatikan, taraf ini mengenai kepekaan siswa terhadap
fenomena-fenomena dan perangsang-perangsang tertentu, yaitu
menyangkut kesediaan siswa untuk memperhatikannya.
2) Merespon, Pada taraf ini siswa memiliki motivasi yang cukup untuk
merespon.
3) Menghayati nilai, siswa sudah menghayati nilai tertentu.
4) Mengorganisasikan, siswa menghadapi situasi yang mengandung
lebih dari satu nilai.
5) Memperhatikan nilai atau seperangkat nilai, siswa sudah dapat
digolongkan sebagai orang yang memegang nilai atau seperangkat
nilai tertentu.
c. Ranah Psikomotorik
Ranah Psikomotorik, meliputi hal-hal:
1) Persepsi, langkahnya melakukan kegiatan yang bersifat motoris ialah
menyadari objek, sifat atau hubungan-hubungan melalui indera,
2) Persiapan, kesiapan untuk melakukan suatu tindakan atau bereaksi
terhadap suatu kejadian menurut
3) Respon terbimbing, pada tahap ini penekanan pada kemampuan-
kemampuan yang merupakan bagian dari keterampilan yang lebih
kompleks.
4) Respons mekanis, siswa sudah yakin akan kemampuannya dan
sedikit banyak terampil melakukan suatu perbuatan,
-
11
5) Respons kompleks, taraf ini individu dapat melakukan perbuatan
motoris yang dianggap kompleks, karena pola gerakan yang dituntut
sudah kompleks.
Dalam kehidupan sehari-hari tak ada seseorang berbuat tanpa
melibatkan pikiran dan perasaan walaupun kecil porsinya. Setiap orang
merespon dalam berbagai bentuk aktivitas sebagai makhluk yang utuh.
Kategori jenis belajar ini disusun untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan pembelajaran yang mereka lakukan.
Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi
secara operasional dari kompetensi dasar dan standar kompetensi. Ada
tiga aspek kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa
besar capaian kompetensi tersebut, yaitu penilaian terhadap:7
a. Hasil Belajar Penguasaan Materi Akademik (Kognitif)
Domain kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep
atau prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan-kemampuan
intelektual, seperti mengaplikasikan prinsip atau konsep, menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi. Sebagian besar tujuan-tujuan
instruksional berada dalam domain kognitif. Pada ranah kognitif terdapat
enam jenjang proses berfikir, mulai dari yang tingkatan rendah sampai
tinggi, yakni: Pengetahuan/ingatan (knowledge), Pemahaman
(comprehension), Penerapan (aplication), Analisis (analysis), Sintesis
(synthesis) dan Evaluasi (evaluation).
Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh
Bloom dkk. Dikategorikan lebih rinci ke dalam enam jenjang
kemampuan, yaitu:
1) Hafalan (C1)
Jenjang hafalan meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta,
konsep, prinsip dan prosedur yang telah dipelajarinya.
2) Pemahaman (C2)
7Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA
BerbasisKompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h.13-24.
-
12
Jenjang pemahaman meliputi kemampuan menangkap arti dari
informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram
atau grafik.
3) Penerapan (C3)
Yang termasuk jenjang penerapan adalah kemampuan menggunakan
prinsip, aturan, metode yang dipelajarinya pada situasi baru atau situasi
konkrit.
4) Analisis (C4)
Jenjang analisis meliputi kemampuan menguraikan suatu informasi
yang dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga struktur
informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi
jelas.
5) Sintesis (C5)
Yang termasuk jenjang sintesis ialah kemampuan untuk
mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu
keseluruhan yang terpadu. Termasuk di dalamnya kemampuan
merencanakan eksperimen, menyusun cara baru untuk
mengklasifikasikan obyek-obyek, peristiwa dan informasi lainnya.
6) Evaluasi (C6)
Kemampuan pada jenjang evaluasi ialah kemampuan untuk
mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjan, berdasarkan
kriteria tertentu yang ditetapkan.
b. Hasil Belajar Yang Bersifat Proses Normatif (Afektif)
Domain afektif mencakup pemilikan minat, sikap, dan nilai yang
ditanamkan melalui proses belajar mengajar. Hasil belajar proses
berkaitan dengan sikap dan nilai, berorientasi pada penguasaan dan
pemilikan kecakapan proses atau metode. Ciri-ciri hasil belajar ini akan
tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti: perhatian
terhadap pelajaran, kedisiplinan, motivasi belajar, rasa hormat kepada
guru dan sebagainya. Ranah afektif dirinci menjadi lima jenjang, yakni:
Perhatian, Tanggapan, Penilaian, Pengorganisasian, dan Karakterisasi
-
13
terhadap suatu atau beberapa nilai. Untuk menilai hasil belajar dapat
digunakan instrumen evaluasi yang bersifat non tes, misalnya kuesioner
dan observasi.
c. Hasil Belajar Aplikatif (Psikomotor)
Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkatian dengan
keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor
merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, akan tampak
setelah siswa menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai
dengan makna yang terkandung pada kedua ranah tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Ranah ini diklasifikasikan kedalam tujuh kategori
yakni: Persepsi (perception), Kesiapan (set), Gerakan terbimbing (guided
response), Gerakan terbiasa (mechanism), Gerakan kompleks (complex
overt response), Penyesuaian pola gerakan (adaptation),
Kreatifitas/keaslian (Creativity/origination).
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada
diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan
pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan
terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan
dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang
sopan menjadi sopan, dan sebagainya.8
Menurut Sudjana perbedaan hasil belajar di kalangan para siswa
disebabkan oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa terutama
kemampuan yang dimilikinya dan faktor yang datang dari luar diri siswa
atau faktor lingkungan. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki
siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat, dan perhatian,
sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial PKn, faktor fisik dan
psikis.9
8Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,
(Jakarta:Bumi Aksara, 2001), h. 155 9Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo,2002), Cet. Ke-VI. h. 39.
-
14
Sedangkan menurut Oemar Hamalik hasil belajar dikalangan siswa
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor kematangan akibat
dari kemajuan umur kronologis, latar belakang pribadi masing-masing,
sikap, dan bakat terhadap suatu bidang pelajaran yang diberikan.10
Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan belajar
peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah
dipelajarinya sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
a. Sasaran Penilaian
Sasaran atau objek evaluasi hasil belajar adalah perubahan tingkah
laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor secara
seimbang. Masing-masing bidang terdiri dari sejumlah aspek. Aspek-
aspek tersebut sebaiknya dapat diungkapkan melalui penilaian tersebut.
Dengan demikian dapat diketahui tingkah laku mana yang sudah
dikuasainya oleh peserta didik dan mana yang belum sebagai bahan bagi
perbaikan dan penyempurnaan program pengajaran selanjutnya.
b. Alat Penilaian
Penggunaan alat penilaian hendaknya komprehensif meliputi tes dan
bukan tes sehingga diperoleh gambaran hasil belajar yang objektif.
Penilaian hasil belajar sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan
agar diperoleh hasil yang menggambarkan kemampuan peserta didik
yang sebenarnya.
c. Prosedur Pelaksanaan Tes
Penilaian hasil belajar dilaksanakan dalam bentuk formatif dan
sumatif. Penilaian formatif dilakukan pada setiap pengajaran
berlangsung, yakni pada akhir pengajaran. Hasilnya dicatat untuk bahan
penilaian dan untuk menentukan derajat keberhasilan peserta didik
seperti untuk kenaikan tingkat. Penilaian sumatif biasanya dilakukan
pada akhir suatu program atau pertengahan program. Hasilnya digunakan
10
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 183.
-
15
untuk mengetahui program mana yang belum dikuasai oleh peserta
didik.11
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar peserta didik sesuai
dengan tujuan pengajaran (ends are being attained).12
Hasil belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya dipengaruhi oleh
berbagai faktor tersebut. Adapun faktor-faktor yang dimaksud meliputi hal-hal
sebagai berikut:
a. Faktor Internal
Adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu, meliputi:
1) Faktor Fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap
kemampuan belajar seseorang. Menurut Noehi, kondisi pancaindra
(mata, hidung, pengecap, telinga, dan tubuh) sangat penting, terutama
mata sebagai alat untuk melihat dan telinga untuk mendengar.13
Karena
sebagian besar peserta didik belajar dengan membaca, melihat contoh
atau model, melakukan observasi, dan mendengarkan keterangan guru.
2) Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologi yang utama mempengaruhi proses dan hasil
belajar peserta didik adalah sebagai berikut:
(a) Kecerdasan Peserta Didik
M. Dalyono secara tegas mengatakan bahwa seseorang yang
memiliki intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar
dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya, orang yang
intelegensinya rendah cenderung mengalami kesukaran dalam
belajar, lambat berpikir, sehingga prestasi belajarnya pun rendah.
Karenanya Walter B. Kolesnik dalam buku Syaiful Bahri Djamarah
mengatakan bahwa: In most cases there is a fairy high correlation
11
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), Cet. Ke-
II. h.179. 12
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 45. 13
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011), h. 189.
-
16
between ones IQ, and his scholastics success. Usually, the higher a
persons IQ, the higher the grades he receives.14
(b) Motivasi
Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang
turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Bahkan menurut Slameto,
sering kali anak didik yang tergolong cerdas tampak bodoh karena
tidak memiliki motivasi untuk mencapai prestasi sebaik mungkin.15
(c) Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka pada suatu hal atau aktivitas,
tanpa ada yang menyuruh.16
Peserta didik yang mempunyai
keinginan yang kuat di dalam usaha belajarnya akan lebih baik
dibanding dengan peserta didik yang tidak punya atau kurang minat
dalam belajar.
(d) Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif yaitu persepsi, mengingat, dan berpikir.
Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau
informasi ke dalam otak manusia. Guru harus menanamkan
pengertian sejelas-jelasnya, sehingga tidak terjadi kesalahan persepsi
pada peserta didik. Mengingat adalah suatu aktivitas kognitif,
dimana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa
lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh di masa
lampau.17
Sedangkan berpikir adalah kelangsungan tanggapan-
tanggapan yang disertai dengan sikap pasif dari subjek yang berpikir.
(e) Bakat
Setiap peserta didik memiliki bakat yang berbeda, menurut
Sunarto dan Hartono bakat memungkinkan seseorang untuk
mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan tetapi diperlukan
14
Ibid, h. 194. 15
Ibid, h. 200. 16
Ibid, h. 191. 17
Ibid, h. 202-203.
-
17
latihan, pengetahuan, pengalaman, dan dorongan atau motivasi agar
bakat itu dapat terwujud.18
B. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran
yang memfokuskan pada pembentukan warga Negara yang memahami dan mapu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara Indonesia
yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945.19
Selain itu istilah PKn yang menggunakan dengan N atau huruf kapital
merupakan singkatan dari singkatan dari pendidikan kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan (PKn ) merupakan pendidikan yang menyangkut
status formal warganegara yang di atur dalam UU NO 2 tahun 1949, UU NO 62
Tahun 1958, UU NO 12 tahun 2006 tentang status kewarganegara yang telah
berlaku mulai tanggal 1 Agustus 2006.20
2. Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran PKn
a. Tujuan Pembelajaran PKn
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut:21
1) Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu.
2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta
anti-korupsi.
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lain.
18
Ibid, h. 197. 19
KTSP MI Cibeureum Legok, hal: 78. 20
Paket 1 hakekat pembelajaran Pkn MI 21
Ibid, hal: 78-79.
-
18
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknilogi informasi
dan komunikasi.
b. Ruang Lingkup PKn
Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi
aspek-aspek sebagai berikut:
1) Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan,
cinta lingkungan, Kebanganggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah
Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan republik Indonesia, Partisipasi
dalam pembelaan Negara, Sikap Positif terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.
2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan
keluarga, Tata tertib Sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat,
Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, Sistem Hukum dan peradilan Nasional, Hukum dan
peradilan Internasional.
3) Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan
Kewajiban anggota Masyarakat, Instrumen nasional dan internasional
HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.
4) Kebutuhan Warga Negara meluputi: Hidup Gotong Royong, Harga Diri
sebagai warga masyarakat, Kebebasan Berorganisasi, Kemerdekaan
mrngeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri,
Persamaan kedudukan warga Negara.
5) Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi dan konstitusi yang pertama,
Konstitusi-konstitusi yang pernah dugunakan di Indonesia, Hubungan
dasar Negara dengan Konstitusi.
6) Kekuasaan dan Politik, meliputi: Pemerintahan Desa dan Kecamatan,
Pemerintah daerah dan Otonomi, Pemerintah Pusat, Demokrasi dan
system politik, Budaya Politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat
Madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat Demokrasi.
-
19
7) Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara dan
ideology Negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar Negara,
Pengamalan Nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila
sebagai ideology terbuka.
8) Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, Dampak Glabalisasi, Hubungan
Internasional dan Organisasi Internasional, dan Mengevaluasi
Globalisasi.
C. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan strataegi
pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.22
Istilah cooperative learning dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal
dengan nama pembelajaran kooperatif. Menurut Johnson pembelajaran kooperatif
adalah pemanfaatan kelompok kecil (2-5 orang) dalam pembelajaran yang
memungkinkan siswa bekerjasama untuk memaksimalkan belajar mereka dan
belajar anggota lainnya dalam kelompok.23
Selain itu pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai system
kerja/belajar kelompok yang terstruktur.24
Dari uraian-uraian di atas dapat diketahui tentang pengertian pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) adalah pembelajaran yang mengutamakan
adanya kelompok-kelompok kecil atau tim yang di dalamnya terdiri dari 2-5
orang. Dalam proses pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk bekerjasama
dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru,
dengan memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.
22
Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2011), Cet. II, h. 62. 23
Ibid. 24
Masitoh, op.cit, h. 232.
-
20
Dalam hubungannya dengan pembelajaran, teori yang ada mengacu pada
kegiatan pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi peserta didik. Sebagai
realisasi maka dalam pembelajaran siswa haruslah bersifat aktif. Pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang aktif dan partisipatif.
2. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif sungguh banyak macam dan ragamnya. Beberapa
ahli pendidikan terdahulu telah memberikan sumbangsihnya dalam
menyampaikan macam-macam metode pembelajaran tersebut, yaitu sebagai
berikut:
a. TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction)
Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini sebenarnya adalah
penggabungan dari pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran
individual.25
Pada model pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa
mengikuti tingkatan yang bersifat individual berdasarkan tes penempatan,
dan kemudian dapat maju ke tahapan selanjutnya berdasarkan tingkat
kecepatannya belajar. Jadi, setiap anggota kelompok sebenarnya belajar
unit-unit materi pelajaran yang berbeda. Rekan sekelompok akan
memeriksa hasil pekerjaan rekan sekelompok lainnya dan memberikan
bantuan jika diperlukan. Tes kemudian diberikan diakhir unit tanpa
bantuan teman sekelompoknya dan diberikan skor. Lalu setiap minggu
guru akan menjumlahkan total unit materi yang diselesaikan suatu
kelompok dan memberikan sertifikat atau penghargaan bila mereka
berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan, dan beberapa poin
tambahan untuk kelompok yang anggotanya mendapat nilai sempurna.
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini adalah karena siswa
bertanggungjawab untuk memeriksa pekerjaan rekannya yang lain, maka
guru mempunyai waktu yang lebih banyak untuk membantu kelompok-
kelompok kecil yang menemui banyak hambatan dalam belajar yang
merupakan kumpulan dari anggota-anggota kelompok yang berada pada
25
Muhammad Faiq, Jenis-jenis Model Pembelajaran Kooperatif untuk Diterapkan di
Kelas Anda, http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/02/tipe-model-pembelajaran-
kooperatif.html, h. 1.
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/02/tipe-model-pembelajaran-kooperatif.htmlhttp://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/02/tipe-model-pembelajaran-kooperatif.html
-
21
tingkatan unit materi pelajaran yang sama. Banyak penelitian melaporkan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini sangat efektif untuk
digunakan dalam pembelajaran.
b. STAD (Student Teams Achievement Division)
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran
yang mengelompokkan siswa secara heterogen, kemudian siswa yang
pandai menjelaskan pada anggota lain sampai mengerti.26
Dengan diterapkannya pembelajaran koopertaif tipe Student Team
Achievement ini peneliti berharap keaktifan dan prestasi belajar siswa
dapat meningkat karena gagasan utama STAD adalah memicu siswa agar
saling mendorong dan membantu satu sama lain.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa
dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang disebut tim. Kemudian
seluruh kelas diberikan presentasi materi pelajaran. Siswa kemudian
diberikan tes. Nilai-nilai individu digabungkan menjadi nilai tim. Pada
model pembelajaran kooperatif tipe ini walaupun siswa dites secara
individual, siswa tetap dipacu untuk bekerja sama untuk meningkatkan
kinerja dan prestasi timnya. Bila pertama kali digunakan di kelas anda,
maka ada baiknya guru terlebih dahulu memperkenalkan model
pembelajaran kooperatif STAD ini kepada siswa.
c. Round Table atau Rally Table
Untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Round table
atau Rally Table ini guru dapat menyampaikan tujuan, menjelaskan tugas
yang akan didiskusikan, membagikan kertas kerja, siswa mengerjakan
tugas dengan menuangkan idenya di atas kertas kerja secara bergilir searah
jarum jam, kesimpulan, penyajian hasil, feed back oleh guru dan
evaluasi.27
d. Jigsaw
26
Komalasari, op.cit, h. 63. 27
I Wayan Kasub Abadi, Kegiatan Belajar Mengajar: Model Pembelajaran,
http://guru-kbm.blogspot.com/2008/05/model-pembelajaran.html, (Bali: 2008), h. 17.
http://guru-kbm.blogspot.com/2008/05/model-pembelajaran.html
-
22
Yaitu sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan
dengan teknik pertukaran dari kelompok ke kelompok (group-to-group
exchange) dengan suatu perbedaan penting: setiap peserta didik
megajarkan sesuatu.28
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini ketergantungan
antara siswa sangat tinggi. Setiap siswa dalam model pembelajaran
kooperatif ini adalah anggota dari dua kelompok, yaitu (1) kelompok asal
(home group) dan (2) kelompok ahli (expert group). Kelompok asal
dibentuk dengan anggota yang heterogen. Di kelompok asal ini mereka
akan membagi tugas untuk mempelajari suatu topik. Setelah semua
anggota kelompok asal memperoleh tugas masing-masing, mereka akan
meninggalkan kelompok asal untuk membentuk kelompok ahli. Kelompok
ahli adalah kelompok yang terbentuk dari anggota-anggota kelompok yang
mempunyai tugas mempelajari sebuah topik yang sama (berdasarkan
kesepakatan mereka di kelompok asal). Setelah mempelajari topik tersebut
di kelompok ahli, mereka akan kembali ke kelompok asal mereka masing-
masing dan saling mengajarkan topik yang menjadi tanggungjawab
mereka ke anggota kelompok lainnya secara bergantian.
e. NHT (Numbered Heads Together)-Kepala Bernomor Bersama
Pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT, minta siswa untuk
menomori diri mereka masing-masing dalam kelompoknya mulai dari 1
hingga 4. Metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)
dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992 dimana setiap siswa
diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru
memanggil nomor dari siswa.29
Ajukan sebuah pertanyaan dan beri batasan waktu tertentu untuk
menjawabnya. Siswa yang mengangkat tangan jika bisa menjawab
pertanyaan guru tersebut. Guru menyebut suatu angka (antara 1 sampai 4)
dan meminta seluruh siswa dari semua kelompok dengan nomor tersebut
28
Mel Silberman, Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani, 2009), cet-9, h. 168.
29 Komalasari, op.cit, h. 62.
-
23
menjawab pertanyaan tadi. Guru menandai siswa-siswa yang menjawab
benar dan memperkaya pemahaman siswa tentang jawaban pertanyaan itu
melalui diskusi.
f. TGT (Team Game Tournament)
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT mirip dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD, tetapi bedanya hanya pada kuis yang
digantikan dengan turnamen mingguan (Slavin, 1994).30
Pada model
pembelajaran kooperatif ini, siswa-siswa saling berkompetisi dengan siswa
dari kelompok lain agar dapat memberikan kontribusi poin bagi
kelompoknya. Suatu prosedur tertentu digunakan untuk membuat
permainan atau turnamen berjalan secara adil. Penelitian menunjukkan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT terbukti efektif
meningkatkan hasil belajar siswa.
g. Three-Step Interview (Wawancara Tiga Langkah)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe three-step interview (disebut
juga three problem-solving) dilakukan 3 langkah untuk memecahkan
masalah.31
Pada langkah pertama guru menyampaikan isu yang dapat
memunculkan beragam opini, kemudian mengajukan beberapa pertanyaan-
pertanyaan kepada seluruh siswa di kelas. Langkah kedua, siswa secara
berpasangan bermain peran sebagai pewawancara dan orang yang
diwawancarai. Kemudian, di langkah yang ketiga, setelah wawancara
pertama dilakukan maka pasangan bertukar peran: pewawancara berperan
sebagai orang yang diwawancarai dan sebaliknya orang yang tadi
mewawancarai menjadi orang yang diwawancarai. Setelah semua
pasangan telah bertukar peran, selanjutnya setiap pasangan dapat
membagikan atau mempresentasikan hasil wawancara mereka kepada
seluruh kelas secara bergiliran. Tipe model pembelajaran kooperatif ini
(three-step interview) ini efektif untuk mengajarkan siswa problem solving
(pemecahan masalah).
30
Muhammad Faiq, op.cit, h. 2. 31
Ibid.
-
24
h. Three-Minute Review (Reviu Tiga Langkah)
Model pembelajaran kooperatif tipe three-step review efektif untuk
digunakan saat guru berhenti pada saat-saat tertentu selama sebuah diskusi
atau presentasi berlangsung, dan mengajak siswa mereviu apa yang telah
mereka ungkapkan saat diskusi di dalam kelompok mereka.32
Siswa-siswa
dalam kelompok-kelompok itu dapat bertanya untuk mengklarifikasi
kepada anggota lainnya atau menjawab pertanyaan-pertanyaan dari
anggota lain. Misalnya setelah diskusi tentang proses-proses kompleks
yang terjadi di dalam tubuh manusia misalnya pencernaan makanan, siswa
dapat membentuk kelompok-kelompok dan mereviu proses diskusi dan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengklarifikasi.
i. GI (Group Investigasi)
Model Group investigation seringkali disebut sebagai metode
pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Hal ini disebabkan oleh
metode ini memadukan beberapa landasan pemikiran, yaitu berdasarkan
pandangan konstruktivistik, democratic teaching dan kelompok belajar
kooperatif.33
Berdasarkan pandangan konstruktivistik, proses pembelajaran dengan
model group investigation memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
siswa untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran
mulai dari perencanaan sampai cara mempelajari suatu topik melalui
investigasi. Democratic teaching adalah proses pembelajaran yang
dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap
kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan,
dan memperhatikan keberagaman peserta didik.
j. Reciprocal Teaching (Pengajaran Timbal Balik)
Model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching (pengajaran
timbal balik) dikembangkan oleh Brown & Paliscar (1982). Pengajaran
timbal balik atau reciprocal teaching ini juga merupakan sebuah model
32
Ibid. 33
Ibid.
-
25
pembelajaran kooperatif yang meminta siswa untuk membentuk pasangan-
pasangan saat berpartisipasi dalam sebuah dialog (percakapan atau diskusi)
mengenai sebuah teks (bahan bacaan).34
Setiap anggota pasangan akan
bergantian membaca teks dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
menerima dan memperoleh umpan balik (feedback). Model pembelajaran
tipe reciprocal teaching ini memungkinkan siswa untuk melatih dan
menggunakan teknik-teknik metakognitif seperti mengklarifikasi,
bertanya, memprediksi, dan menyimpulkan. Model pembelajaran
kooperatif tipe reciprocal teaching ini dikembangkan atas dasar bahwa
siswa dapat belajar secara efektif dari siswa lainnya.
k. Snowball Throwing
Snowball throwing yaitu metode pembelajaran yang didalamnya
terdapat unsur-unsur pembelajaran kooperatif sebagai upaya dalam rangka
mengarahkan perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan oleh
guru.
Hal yang pertama kali dilakukan adalah dengan meminta siswa untuk
menuliskan pertanyaan dalam kertas kemudian diremas sehingga
membentuk bola seperti bola salju. Langkah selanjutnya adalah
menyerahkan setiap pertanyaan yang ditulis siswa kepada guru, kemudian
guru akan melemparkannya kepada anggota kelas secara acak.
l. CIRC (Cooperative Integrated Reading Composition)
Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperative integrated
reading composition) adalah sebuah model pembelajaran yang sengaja
dirancang untuk mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan
keterampilan-keterampilan berbahasa lainnya baik pada jenjang
pendidikan tinggi maupun jenjang dasar.35
Pada tipe model pembelajaran
kooperatif yang satu ini siswa tidak hanya mendapat kesempatan belajar
melalui presentasi langsung oleh guru tentang keterampilan membaca dan
34
Bungs Education, Metode Pembelajaran,
http://wbungs.blogspot.com/2012/07/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_16.html, (Jawa
Timur, 2009), h. 1. 35
Muhammad Faiq, op.cit. h. 3.
http://wbungs.blogspot.com/2012/07/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_16.html
-
26
menulis, tetapi juga teknik menulis sebuah komposisi (naskah). CIRC
dikembangkan untuk menyokong pendekatan pembelajaran tradisional
pada mata pelajaran bahasa yang disebut kelompok membaca berbasis
keterampilan. Pada model pembelajaran CIRC ini siswa berpasang-
pasangan di dalam kelompoknya. Ketika guru sedang membantu sebuah
kelompok-membaca (reading group), pasangan-pasangan saling mengajari
satu sama lain bagaimana membaca-bermakna dan keterampilan menulis
melalui teknik reciprocal (timbal balik). Mereka diminta untuk saling
bantu untuk menunjukkan aktivitas pengembangan keterampilan dasar
berbahasa (misalnya membaca bersuara (oral reading), menebak konteks
bacaan, mengemukakan pertanyaan terkait bacaan, menyimpulkan,
meringkas, menulis sebuah komposisi berdasarkan sebuah cerita, hingga
merevisi sebuah komposisi). Setelah itu, buku kumpulan komposisi hasil
kelompok dipublikasikan pada akhir proses pembelajaran. Semua
kelompok (tim) kemudian diberikan penghargaan atas upaya mereka
dalam belajar dan menyelesaikan tugas membaca dan menulis.
m. The Williams
Tipe model pembelajaran kooperatif The Williams mengajak siswa
melakukan kolaborasi untuk menjawab sebuah pertanyaan besar yang
merupakan sebuah tujuan pembelajaran.36
Pada model pembelajaran ini
siswa dikelompok-kelompoknya secara heterogen seperti pada tipe STAD.
Kemudian setiap kelompok diberikan pertanyaan yang berbeda-beda
dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif yang
memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
n. TPS (Think Pairs Share)
Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (think pairs share) mulanya
dikembangkan oleh Frank T. Lyman. Tipe model pembelajaran kooperatif
ini memungkinkan setiap anggota pasangan siswa untuk berkontemplasi
terhadap sebuah pertanyaan yang diajukan. Setelah diberikan waktu yang
cukup mereka selanjutnya diminta untuk mendiskusikan apa yang telah
36
Ibid, h. 4.
-
27
mereka pikirkan tadi (hasil kontemplasi) dengan pasangannya masing-
masing. Setelah diskusi dengan pasangan selesai, guru kemudian
mengumpulkan tanggapan atau jawaban atas pertanyaan yang telah
diajukan tersebut dari seluruh kelas.
o. TPC (Think Pairs Check)
Model pembelajaran kooperatif tipe think pairs-check adalah
modifikasi dari tipe think pairs share, di mana penekanan pembelajaran
ada pada saat mereka diminta untuk saling cek jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaan guru saat berada dalam pasangan.
p. TPW (Think Pairs Write)
Tipe model pembelajaran kooperatif TPW (Think Pairs Write) juga
merupakan variasi dari model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think
Pairs Share). Penekanan model pembelajaran kooperatif tipe ini adalah
setelah mereka berpasangan, mereka diminta untuk menuliskan jawaban
atau tanggapan terhadap pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Model
pembelajaran kooperatif tipe TPW ini sangat cocok untuk pelajaran
menulis.
q. Tea Party (Pesta Minum Teh)
Pada model pembelajaran kooperatif tipe tea party, siswa membentuk
dua lingkaran konsentris atau dua barisan di mana siswa saling berhadapan
satu sama lain. Guru mengajukan sebuah pertanyaan (pada bidang mata
pelajaran apa saja) dan kemudian siswa mendiskusikan jawabannya
dengan siswa yang berhadapan dengannya. Setelah satu menit, baris
terluar atau lingkaran terluar bergerak searah jarum jam sehingga akan
berhadapan dengan pasangan yang baru. Guru kemudian mengajukan
pertanyaan kedua untuk mereka diskusikan. Langkah-langkah seperti ini
terus dilanjutkan hingga guru selesai mengajukan 5 atau lebih pertanyaan
untuk didiskusikan. Untuk sedikit variasi dapat pula siswa diminta
menuliskan pertanyaan-pertanyaan pada kartu-kartu untuk catatan nanti
bila diadakan tes.
r. Write Around (Menulis Berputar)
-
28
Model pembelajaran kooperatif tipe write around ini cocok digunakan
untuk menulis kreatif atau untuk menulis kesimpulan. Pertama-tama guru
memberikan sebuah kalimat pembuka (contohnya: Bila kamu akan
berulang tahun, maka kamu akan meminta hadiah berupa...). Mintalah
semua siswa dalam setiap kelompok untuk menyelesaikan kalimat
tersebut. Selanjutnya mereka ia menyerahkan kertas berisi tulisannya
tersebut ke sebelah kanan, dan membaca kertas lain yang mereka terima
setelah diserahkan oleh kelompok lain, kemudian menambahkan satu
kalimat lagi. Setelah beberapa kali putaran, maka akan diperoleh 4 buah
cerita atau tulisan (bila di kelas dibentuk 4 kelompok). Selanjutnya beri
waktu bagi mereka untuk membuat sebuah kesimpulan dan atau mengedit
bagian-bagian tertentu, kemudian membagi cerita atau kesimpulan itu
dengan seluruh kelas. Write around adalah modifikasi dari model
pembelajaran kooperatif go around.
s. Round Robin Brainstorming atau Rally Robin
Contoh pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Round Robin
Brainstorming misalnya: berikan sebuah kategori (misalnya nama-nama
sungai di Indonesia) untuk didiskusikan. Mintalah siswa bergantian untuk
menyebutkan item-item yang termasuk ke dalam kategori tersebut.
t. LT (Learnig Together)
Orang yang pertama kali mengembangkan jenis model pembelajaran
kooperatif tipe Learning Together (Belajar Bersama) ini adalah David
Johnson dan Roger Johnson di Universitas Minnesota pada tahun 1999.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together, siswa
dibentuk oleh 4-5 orang siswa yang heterogen untuk mengerjakan sebuah
lembar tugas. Setiap kelompok hanya diberikan satu lembar kerja. Mereka
kemudian diberikan pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja
kelompok. Pada model pembelajaran Kooperatif dengan variasi seperti
Learning Together ini, setiap kelompok diarahkan untuk melakukan
kegiatan-kegiatan untuk membangun kekompakan kelompok terlebih
-
29
dahulu dan diskusi tentang bagaimana sebaiknya mereka bekerjasama
dalam kelompok.
u. Student Team Learning (STL-Kelompok Belajar Siswa)
Model pembelajaran kooperatif tipe student team learning ini
dikembangkan di John Hopkins University-Amerika Serikat. Lebih dari
separuh penelitian tentang pembelajaran kooperatif di sana menggunakan
student team learning. Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif yang
satu ini sama saja dengan model pembelajaran kooperatif yang lain yaitu
adanya ide dasar bahwa siswa harus bekerjasama dan turut
bertanggungjawab terhadap pembelajaran siswa lainnya yang merupakan
anggota kelompoknya. Pada tipe STL ini penekanannya adalah bahwa
setiap kelompok harus belajar sebagai sebuah tim. Ada 3 konsep sentral
pada model pembelajaran kooperatif tipe STL ini, yaitu: (1) penghargaan
terhadap kelompok; (2) akuntabilitas individual; (3) kesempatan yang
sama untuk memperoleh kesuksesan. Pada sebuah kelas yang menerapkan
model pembelajaran ini, setiap kelompok dapat memperoleh penghargaan
apabila mereka berhasil melampaui ktiteria yang telah ditetapkan
sebelumnya. Akuntabilitas individual bermakna bahwa kesuksesan sebuah
kelompok bergantung pada pembelajaran yang dilakukan oleh setiap
individu anggotanya. Pada model pembelajaran tipe STL, setiap siswa baik
dari kelompok atas, menengah, atau bawah dapat memberikan kontribusi
yang sama bagi kesuksesan kelompoknya, karena skor mereka dihitung
berdasarkan skor peningkatan dari pembelajaran mereka sebelumnya.
v. Two Stay Two Stray
Model pembelajaran kooperatif two stay two stray ini sebenarnya
dapat dibuat variasinya, yaitu berkaitan dengan jumlah siswa yang tinggal
di kelompoknya dan yang berpencar ke kelompok lain. Misalnya: (1) one
stay three stray (satu tinggal tiga berpencar); dan (2) three stay one stray
(tiga tinggal satu berpencar). Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay
Two Stray dikembangkan pertama kali oleh Spencer Kagan (1990).
Dengan struktur kelompok kooperatif seperti tipe two stay two stray ini
-
30
dapat memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk saling berbagi
informasi dengan kelompok-kelompok lain.37
3. Fungsi Metode Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya pembelajaran kooperatif dikembangkan setidak-tidaknya
memiliki fungsi dalam pembelajaran, yaitu: hasil belajar akademik, penerimaan
terhadap individu, penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda
berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuan, serta
pengembangan keterampilan sosial. 38
a. Hasil belajar akademik
Beberapa ahli berpendapat bahwa metode ini unggul dalam membantu
siswa memahami konsep-kosep yang sulit. Model struktur penghargaan
kooperatif dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan
perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan
ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuan. Dari hal ini
siswa akan belajar untuk saling menghargai.
c. Pengembangan keterampilan individu
Fungsi penting dari pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan
kepada siswa keterampilan bekerjasama dan kolaborasi.
4. Pengertian Metode Think-Pair-Share
Think-pair-share adalah suatu metode pembelajaran kooperatif yang
memberi siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling bantu satu sama
lain. Metode ini memperkenalkan ide waktu berfikir atau waktu tunggu yang
menjadi faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespon
pertanyaan. Pembelajaran Kooperatif model Think-pair-share ini relatif lebih
sederhana karena tidak menyita waktu yang lama untuk mangatur tempat duduk
37
Ibid. 38
Ujang Nurdin, Tekinik dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif, http://style-
lecture.blogspot.com/2012/09/teknik-dan-tujuan-pembelajaran.html, Juni 2013.
http://style-lecture.blogspot.com/2012/09/teknik-dan-tujuan-pembelajaran.htmlhttp://style-lecture.blogspot.com/2012/09/teknik-dan-tujuan-pembelajaran.html
-
31
ataupun mengelompokkan siswa. Pembelajaran ini melatih siswa untuk berani
berpendapat dan menghargai pendapat teman.39
Think-pair-share (TPS) adalah strategi diskusi kooperatif yang
dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawannya dari Universitas
Maryland pada tahun 1981. TPS mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi
dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara
keseluruhan. Think-pair-share memberikan kepada siswa waktu untuk berpikir
dan merespon serta saling bantu satu sama lain.
Think-pair-share memiliki prosedur yang secara eksplisit untuk member
siswa waktu untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain. Dengan
demikian diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan, dan saling
bergantung pada kelompok kecil secara kooperatif.
5. Langkah-langkah Metode Think-Pair-Share
Setiap metode pembelajaran kooperatif tentunya memiliki langkah-
langkah tertentu sesuai dengan model tersendiri. Begitu pula dengan metode TPS
ini memiliki langkah-langkah penerapannya, yaitu sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Susilo, bahwa TPS memiliki tahapan demi tahapan yang
dilakukan pada pelaksanaan Think-pair-share, antara lain:
a. Tahap satu, think (berpikir).
Pada tahap ini guru memberikan pertanyaan yang terkait dengan
materi pelajaran. Proses TPS dimulai pada saat ini, yaitu guru
mengemukakan pertanyaan yang menggalakkan berpikir ke seluruh kelas.
Pertanyaan ini hendaknya berupa pertanyaan terbuka yang memungkinkan
dijawab dengan berbagai macam jawaban.
b. Tahap dua, pair (berpasangan).
Pada tahap ini siswa berpikir secara individu. Guru meminta kepada
siswa untuk berpasangan dan mulai memikirkan pertanyaan atau masalah
yang diberikan guru tadi dalam waktu tertentu. Lamanya waktu ditetapkan
oleh guru berdasarkan pemahaman guru terhadap siswanya, sifat
39
Sadijah, Cholis. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share TPS (Malang: Lembaga Penelitian UM 2006 ) hal: 12
-
32
pertanyaanya, dan skedul pembelajaran. Siswa disarankan untuk menulis
jawaban atau pemecahan masalah hasil pemikirannya.
c. Tahap 3, share (berbagi).
Pada tahap ini siswa secara individu mewakili kelompok atau berdua
maju bersama untuk melaporkan hasil diskusinya ke seluruh kelas. Pada
tahap terakhir ini siswa seluruh kelas akan memperoleh keuntungan dalam
bentuk mendengarkan berbagai ungkapan mengenai konsep yang sama
dinyatakan dengan cara yang berbeda oleh individu yang berbeda.
Tabel pembelajaran Think-pair-share adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Pembelajaran Think-Pair-Share
Tahapan Guru Siswa
1. Thinking Guru memberikan waktu
kepada siswa untuk berpikir
tentang pertanyaan atau
masalah yang diberikan
Siswa berpikir sendiri untuk
menemukan jawaban atas
pertanyaan atau masalah yang
diajukan
2. Pairing Guru memberikan tanda
kepada siswa untuk mulai
berpasangan dengan siswa
lain
Siswa mulai mencari pasangan
untuk mendiskusikan dan
mencapai kesepakatan atas
jawaban pertanyaan yang
diajukan guru
3. Sharing Guru meminta
pasanganpasangan tersebut
untuk berbagi jawaban atas
pertanyaan atau
permasalahan yang diajukan
guru
Siswa berbagi jawaban atas
pertanyaan atau permasalahan
yang diajukan guru
6. Kelebihan dan Kelemahan Metode Think-Pair-Share
a. Kelebihan Think -Pair-Share
Kelebihan think-pair-share sebagai berikut:40
40
Anonim. Think pair share. http://www.eazhull.org.uk/nlc/think,_pair,_share.htm.
diakses pada 12 Desember 2013 Pukul: 14.45WIB.
http://www.eazhull.org.uk/nlc/think,_pair,_share.htm
-
33
1) Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan
saling membantu satu sama lain.
2) Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota
kelompok.
3) Setiap siswa dapat saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan
sebelum disampaikan di depan kelas.
4) Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi
kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.
5) Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab
dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling
membantu dalam kelompok kecil.
6) Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu
materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan
yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan
di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
7) Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara
tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh
guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang
diajarkan.
8) Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan
pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam
memecahkan masalah.
9) Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya
dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari dua orang.
10) Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil
diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.
11) Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam
proses pembelajaran.
12) Memperbaiki kehadiran.
-
34
13) Sikap apatis berkurang.
14) Penerimaan terhadap individu lebih besar.
15) Hasil belajar lebih mendalam.
16) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
b. Kekurangan Think-Pair-Share
Kekurangan think-pair-share sebagai berikut:
1) Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas.
2) Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas.
3) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
4) Lebih sedikit ide yang muncul.
5) Jika ada perselisihan, tidak ada penengah.
6) Menggantungkan pada pasangan.
7) Ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan
pelaksanaannya.
8) Metode pembelajaran think-pair-share belum banyak diterapkan di
sekolah.
9) Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu
pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara
maksimal.
10) Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang
sesuai dengan taraf berfikir anak.
11) Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara
mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan
masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi
siswa.
12) Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya
rendah dan waktu yang terbatas.
13) Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.
14) Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling
mengganggu antar siswa karena siswa baru tahu metode TPS.
-
35
D. Penelitian Yang Relevan
Berbagai penelitian telah dilakukan guna membuktikan keefektifan
pendekatan pembelajaran kooperatif metode think-pair-share dalam
meningkatkan pemahaman, motivasi, prestasi maupun hasil belajar siswa di
sekolah. Salah satunya adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Muhammad
Adib yang mengangkat judul: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Dengan
Metode Think-pair-share Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas IV SDN Manggis I Ngancar Kab.
Kediri. Kesimpulan yang didapat dari penelitian tersebut bahwa Adanya
peningkatan prestasi belajar siswa dapat di ketahui dengan meningkatnya aspek
afektif, kognitif dan psikomotorik masing-masing siswa. Dari hasil kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan seluruh
pembahasan serta analisa yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan metode think-pair-share
memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
Ditunjukkan dengan meningkatnya aspek kognitif masing-masing siswa.
2. Penerapan Pembelajaran koperatif dengan metode think-pair-share sangat
efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini ditunjukkan dengan
adanya peningkatan hasil belajar siswa serta meningkatnya aspek afektif dan
psikomotorik siswa pada setiap siklus.41
Selain itu penelitian yang dilaksanakan oleh Meylany Pemugari yang
mengangkat judul: Penerapan Metode Think-pair-share Untuk Meningkatkan
Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Teori PKK Di SMP Negeri 3
Margasari-Tegal. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakannya maka dapat
diambil kesimpulan bahwa berdasarkan data hasil pengamatan dengan lembar
observasi didapatkan hasil sebelum dan sesudah penerapan metode think-pair-
share keaktifan siswa sebesar 32% dengan kategori rendah, pada siklus I
meningkat sebesar 31% dimana pada siklus I keaktifan belajar siswa menjadi
41
Muhammad Adib, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Dengan metode Think-Pair-
Share dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam Kelas IV SDN Manggis I Ngancar Kab. Kediri, Skripsi S1 UIN Malang. (Malang: 2010), h.
106, tidak dipublikasikan.
-
36
63%, dan pada siklus II terjdi peningkatan sebesar 19 % sehingga keaktifan
belajar siswa menjadi 82%. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan dengan
penerapan metode think-pair-share keaktifan belajar siswa meningkat.42
Penelitian lain yang dilakukan oleh Richard Hamonangan Saragih, yang
berjudul Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share Dalam Meningkatkan
Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Di Kelas X SMA Negeri 1 Raya
Kahean Tahun Pelajaran 2011/2012. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, maka dapat disimpulkan:
1. Model pembelajaran Think Pair Share merupakan model pembelajaran yang
bersifat diskusi kelompok, dimana siswa diberi waktu untuk berfikir sehingga
strategi ini punya potensi kuat untuk memberdayakan kemampuan berpikir
siswa. Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk menjawab dengan
asumsi pemikirannya sendiri, kemudian berpasangan untuk mendiskusikan
hasil jawabannya kepada teman sekelas untuk dapat di diskusikan dan dicari
pemecahannya bersama-sama sehingga terbentuk satu konsep.
2. Penerapan model pembelajaran think pair share dapat meningkatkan minat
belajar pada mata pelajaran PKn kelas X-I di SMA Negeri 1 RayaKahean
Kabupaten Simalungun Tahun Pelajaraan 2011/2012, hal ini dapat dilihat
pada siklus I hasil belajar yang diperoleh (tuntas) sebesar 22 siswa atau
62,29% (lampiran 7), sedangkan pada siklus terdapat peningkatan yang cukup
signifikan yaitu hasil belajar siswa yang diperoleh sebesar 30 siswa atau
83,33% (lampiran 9). Jadi peningkatan dari siklus I ke siklus II adalah sebesar
23,28%
3. Disamping dapat meningkatkan minat belajar siswa, penerapan model
pembelajaran Think Pair Share ini juga dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa. Hal ini terlihat dari tingkat kerjasama siswa dan kreatifitas siswa dalam
42
Meylany Pemugari, Penerapan Metode Think-Pair-Share Untuk Meningkatkan
Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Teori PKK Di SMP Negeri 3 Margasari Tegal,
Skripsi S1 Universitas Yogyakarta. (Yogyakarta: 2012), h. 65, tidak dipublikasikan.
-
37
menyampaikan pendapat dan bertanya berdiskusi dalam kelas mencapai 30
siswa atau 83% (kriteria sangat baik dan baik).43
E. Kerangka Berfikir
Belajar merupakan sebuah proses pengembangan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang terjadi manakala seseorang melakukan interaksi
secara intensif dengan sumber-sumber belajar. Sumber belajar tersebut bisa dari
buku ataupun sumber lainnya. Proses belajar yang baik senantiasa menghasilkan
hasil belajar yang baik pula. Hasil belajar yang didapat oleh siswa berupa
kemampuan-kemampuan tertentu yang diperoleh dari proses belajar. Penelitian ini
lebih fokus menyoroti hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn. Mata
pelajaran PKn merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia dalam
upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi hasil belajar mata pelajaran PKn yaitu
hasil belajar PKn merupakan hasil yang dicapai siswa berupa kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar PKn.
Hasil belajar tersebut tak luput dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Faktor tersebut bisa bersifat dari diri siswa itu sendiri atau dari luar seperti halnya
lingkungan, sekolah, kelengkapan sarana, bahan ajar, kualitas pengajaran, dan
lain-lain.
Untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal maka kualitas pengajaran
harus dilakukan secara matang. Mengacu pada tujuan KTSP bahwa pengajaran
yang berbasis KTSP harus lebih mengutamakan peran aktif siswa. Peran aktif
siswa tersebut bisa digali dengan menggunakan model-model pengajaran yang
bervariatif. Sering kali guru melakukan pengajaran secara konvensional. Hal itu
akan membuat siswa merasa jenuh, selain itu siswa tidak bisa berperan aktif
karena yang lebih berperan aktif di sini yaitu guru (teacher oriented).
43
Richard Hamonangan Saragih, Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share