peningkatan hasil belajar ipa kompetensi dasar … · tujuan penelitian ini adalah untuk...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA KOMPETENSI DASAR
PERMUKAAN BUMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
QUANTUM PADA PESERTA DIDIK KELAS III
MIN MULUR SUKOHARJO
TAHUN 2010/2011
SKRIPSI
OLEH:
FITRI ANISA N. H.
K7107034
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA KOMPETENSI DASAR
PERMUKAAN BUMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
QUANTUM PADA PESERTA DIDIK KELAS III
MIN MULUR SUKOHARJO
TAHUN 2010/2011
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
OLEH:
FITRI ANISA NUR HIDAYATI
K7107034
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA
KOMPETENSI DASAR PERMUKAAN BUMI MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN QUANTUM PADA PESERTA DIDIK KELAS III
MIN MULUR SUKOHARJO TAHUN 2010/2011
NAMA : FITRI ANISA NUR HIDAYATI
NIM : K7107034
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Hari : Selasa
Tanggal : 15 November 2011
Persetujuan Pembimbing
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Drs. Amir, M. Pd Dra. Hadiyah, M.Pd
NIP. 19510706 197401 1 001 NIP. 19580727 198503 2 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA
KOMPETENSI DASAR PERMUKAAN BUMI MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN QUANTUM PADA PESERTA DIDIK KELAS III
MIN MULUR SUKOHARJO TAHUN 2010/2011
NAMA : FITRI ANISA NUR HIDAYATI
NIM : K7107034
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Selasa
Tanggal : 15 November 2011
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Kartono, M. Pd …………………
Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M. Pd …………………
Anggota I : Drs. Amir, M. Pd …………………
Anggota II : Drs. Hadi Mulyono, M. Pd ………………....
Disahkan oleh,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd
NIP.19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Fitri Anisa Nur Hidayati. PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA KOMPETENSI
DASAR PERMUKAAN BUMI MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM PADA
PESERTA DIDIK KELAS III MIN MULUR SUKOHARJO TAHUN 2010/2011.
Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Oktober, 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPA pada
siswa kelas III MIN Mulur Sukoharjo dengan menggunakan pembelajaran quantum
tahun pelajaran 2010/2011. Subyek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah
siswa kelas III MIN Mulur Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011 yang terdiri atas 25
siswa. Variabel Y yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas
ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPA. Sedangkan variabel X dalam
penelitian tindakan ini adalah pembelajaran quantum.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Pada penelitian ini berlangsung 2 siklus, tiap siklus terdiri atas 2 pertemuan
dengan langkah-langkah terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara, tes,
dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model interaktif.
Sedangkan validitas data yang digunakan berupa triangulasi metode dan triangulasi
data. Sumber data yang diperoleh yaitu berasal dari sumber data primer dan sumber
data sekunder.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan yaitu pada
pratindakan nilai rata-rata kelas 61,6 dengan ketuntasan klasikal 28%. Pada siklus I
menunjukkan nilai rata-rata kelas mencapai 70,42 dengan ketuntasan klasikal
meningkat menjadi 62%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi
73,78 dan ketuntasan klasikal menjadi 78%. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran quantum dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III
MIN Mulur tahun pelajaran 2010/2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Fitri Anisa Nur Hidayati. IMPROVING STUDENTS’S STUDY RESULT
EARTH SURFACE BASIC COMPETENCE THROUGH QUANTUM
LEARNING AT THE 3TH
GRADE STUDENTS OF MIN MULUR
ACADEMIC YEAR 2010/2011. Thesis, Surakarta : Teacher Training and
Education Faculty. Sebelas Maret University Surakarta, October, 2011. The purpose of this research is to improve student’s study achievement of
the 3th
grade students of MIN Mulur Sukoharjo by using quantum learning. The
subject of this classroom action research is 3th
grade students of MIN Mulur
Sukoharjo academic year 2010/2011 which consists of 25 students. Variable Y that
are targeted to change in the research is improvement of student’s study achievement
and the variable X is quantum learning.
In this research, researcher uses a classroom action research. In the research,
was conducted 2 cycles with each cycles consists of 2 meetings which each consist
of planning, acting, observing, and reflecting. In collecting data, the researcher uses
observing, interview, test and documentation. Technique of validity data that is used
are triangulation method and triangulation data. Source of the data is taken from
primer and secunder data.
The result of this research shows that there is an improvement in pre-
action’s average of classical score is 61,6 with 28% classical completeness. In the 1st
cycle, the average of classical score attains 70,42 and classical completeness
increases to 62%. In the 2nd
cycle, the average of classical score increase to 73,78
and classical completeness increase to 78%. Therefore, it can be concluded that The
quantum learning can improve student’s study achievement at the 3th
grade students
of MIN Mulur academic year 2010/201
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
“Laa haula wa laa quwwata illa billah”
“Alloh tidak melihat seberapa besar hasil yang kamu capai. Tetapi dia melihat
seberapa besar usaha yang kamu kerjakan.”
(hadits Riwayat Bukhori-Muslim)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini kepada :
Muhammad Waafiy dan Sunarsi
Orangtuaku tercinta
Atas do’a, dukungan, dan perhatian
Adikku Habib Abadi
Yang selalu menyemangatiku
Bapak dan Ibu Dosen PGSD FKIP UNS
Terima kasih atas ilmu dan bimbingannya
Almamater UNS Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................... vi
HALAMAN MOTTO .............................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xi
DAFTAR BAGAN ..................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR GRAFIK ................................................................................... xiv
KATA PENGANTAR .............................................................................. xv
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................ 7
C. Pembatasan Masalah ........................................................... 8
D. Perumusan Masalah ............................................................. 8
E. Tujuan Penelitian ................................................................ 8
F. Manfaat Penelitian .............................................................. 8
BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................... 10
A. Tinjauan Pustaka ................................................................ 10
B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................. 26
C. Kerangka Berpikir .............................................................. 27
D. Hipotesis Tindakan ............................................................. 29
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... 30
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
B. Subjek dan Objek Penelitian ............................................... 31
C. Bentuk dan Strategi Penelitian .......................................... 31
1. Bentuk Penelitian ............................................................ 31
2. Strategi Penelitian ........................................................... 32
D. Data dan Sumber Data ........................................................ 33
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 33
F. Validitas Data ..................................................................... 34
G. Teknik Analisis Data .......................................................... 35
H. Prosedur Penelitian .............................................................. 36
I. Indikator Pencapaian ........................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................... 41
A. Profil Tempat Penelitian ...................................................... 41
1. Profil Tempat Penelitian ................................................. 41
2. Deskripsi Kondisi Awal .................................................. 41
3. Deskripsi Permasalahan Penelitian ................................. 44
a. Siklus I ....................................................................... 44
b. Siklus II ...................................................................... 57
B. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................... 67
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .............................. 75
A. Simpulan .............................................................................. 75
B. Implikasi .............................................................................. 75
C. Saran .................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 78
LAMPIRAN-LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus Pelajaran IPA Kelas III .................................................... 80
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................... 82
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II .............................. 91
Lampiran 4. Data Wawancara Guru Kelas III .................................................. 98
Lampiran 5. Data Wawancara Siswa Kelas III (pratindakan) ......................... 100
Lampiran 6. Data Wawancara Siswa Kelas III (pascatindakan) ....................... 102
Lampiran 7. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 1 ................. 103
Lampiran 8. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 2 ................. 106
Lampiran 9. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 1 ................ 109
Lampiran 10. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 2 ................ 112
Lampiran 11. Penjelasan Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG II) ............ 115
Lampiran 12. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 ................ 126
Lampiran 13. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 ................ 128
Lampiran 14. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 .............. 130
Lampiran 15. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 ............... 132
Lampiran 16. Rekapitulasi Nilai Siswa praSiklus .............................................. 134
Lampiran 17. Rekapitulasi Nilai Siswa Siklus I dan II ....................................... 135
Lampiran 18. Dokumentasi Penelitian ................................................................ 136
Lampiran 19. Surat Permohonan Izin Menyusun Skripsi ................................... 138
Lampiran 20. Surat Keputusan Dekan FKIP ...................................................... 139
Lampiran 21. Surat Permohonan Izin Research Kepada Kepala Sekolah .......... 140
Lampiran 22. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ................................. 141
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 1. Alur Kerangka Berpikir Penelitian ........................................................ 28
Bagan 2. Strategi Penelitian Tindakan Kelas ........................................................ 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian .................................................................... 30
Tabel 2. Indikator Keberhasilan Tindakan Penelitian Aspek Kualitas Proses ..... 36
Tabel 3. Indikator Keberhasilan Tindakan Penelitian Aspek Kemampuan ......... 37
Tabel 4. Frekuensi Nilai IPA Pra-siklus .............................................................. 42
Tabel 5. Data Nilai IPA Pra-siklus ....................................................................... 43
Tabel 6. Frekuensi Data Nilai Siklus I Pertemuan 1 ............................................ 54
Tabel 7. Data Hasil Tes Siklus I Pertemuan 1 ..................................................... 55
Tabel 8. Frekuensi Data Hasil Tes Siklus I Pertemuan 2 ..................................... 55
Tabel 9. Data Hasil Tes Siklus I Pertemuan 2 ..................................................... 56
Tabel 10. Perbandingan Hasil Nilai praSiklus dan Siklus I .................................. 57
Tabel 11. Frekuensi Data Hasil Tes Siklus II Pertemuan 1 .................................. 63
Tabel 12. Data Hasil Tes Siklus II Pertemuan 1 ................................................... 64
Tabel 13. Frekuensi Data Nilai Siklus II Pertemuan 2.......................................... 65
Tabel 14. Data Hasil Tes Siklus II Pertemuan 2 ................................................... 66
Tabel 15. Perbandingan Prosentase Nilai IPA Siklus I dan Siklus II ................... 66
Tabel 16. Perbandingan Nilai IPA Pra-siklus, Siklus I, dan Siklus II .................. 67
Tabel 17. Perbandingan Persentase Ketuntasan Nilai IPA Pra-siklus, Siklus I,
Siklus II ................................................................................................ 70
Tabel 18. Rata-rata Nilai Aktivitas Siswa dan Guru Siklus I dan II ..................... 72
Tabel 19. Perbandingan Nilai Aktivitas Siswa dan Guru Siklus I dan II .............. 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1. Frekuensi Nilai IPA Siswa Pra-siklus.................................................... 43
Grafik 2. Nilai Tes Siklus I Pertemuan 1 .............................................................. 54
Grafik 3. Nilai Tes Siklus I Pertemuan 2 .............................................................. 56
Grafik 4. Nilai Tes Siklus II Pertemuan 1 ............................................................. 64
Grafik 5. Nilai Tes Siklus II Pertemuan 2 ............................................................. 65
Grafik 6. Perbandingan Nilai IPA Pra-siklus, Siklus I, Siklus II .......................... 71
Grafik 7. Perbandingan Skor Keaktifan Siswa dan Guru Siklus I dan II .............. 72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan ke hadirat Allah Ta’ala, yang telah melimpahkan
segala rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA KOMPETENSI
DASAR PERMUKAAN BUMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
QUANTUM PADA PESERTA DIDIK KELAS III MIN MULUR SUKOHARJO
TAHUN 2010/2011”.
Peneliti menyadari, selesainya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
bimbingan, arahan, petunjuk, dan saran-saran dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. selaku Dekan FKIP UNS.
2. Drs. H. Hadi Mulyono, M. Pd, selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP UNS.
3. Drs. Amir, M. Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan dan
bimbingan kepada peneliti.
4. Dra. Hadiyah, M. Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan arahan
dan bimbingan kepada peneliti.
5. Warsito, S.Ag, selaku Kepala Sekolah MIN Mulur yang telah memberikan izin
kepada peneliti untuk melakukan penelitian di MIN Mulur.
6. Sri Hartini, A.Ma. selaku guru kelas III MIN Mulur yang telah merelakan
waktunya untuk memberikan arahan kepada peneliti dalam penelitian.
7. Peserta didik kelas III MIN Mulur Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 yang
selalu semangat dalam belajar
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa masih banyak
terdapat kekurangan. Untuk itu peneliti berharap kepada pembaca guna memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun.
Surakarta, Oktober 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan tuntutan zaman agar manusia lebih berkembang
dan maju maka penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi harus
ditingkatkan. Sejalan dengan hal tersebut, usaha peningkatan kualitas
pendidikan juga diperhatikan. Upaya ini untuk membentuk sumber daya
manusia yang unggul. Pendidikan dapat membentuk manusia yang berakal
dan berhati nurani. Hal ini tercantum dalam GBHN yang berbunyi
“Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab,
mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.”(Tap MPR
No.11/MPR1993).
Menurut Ngalim Purwanto (2007:11), “Pendidikan ialah segala
usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin
perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan”. Namun
kenyataannya bangsa Indonesia menghadapi masalah dalam hal mutu pada
setiap jenjang dan satuan pendidikan. Tidak kurang berbagai usaha telah
dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional baik dengan
pengembangan kurikulum, peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku
dan alat peraga, sarana pendidikan serta perbaikan manajemen sekolah.
Partisipasi guru dalam pengambilan keputusan sering diabaikan walaupun
perubahan sekolah sangat bergantung bagaimana gurunya. Peningkatan
cara penyajian pembelajaran, pengelolaan kelas, interaksi antara guru
dengan siswa yang terencana dengan perbaikan dan perubahan dalam
metode, strategi, media, dan penelolaan kelas yang dilakukan secara terus-
menerus diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Pembelajaran merupakan proses yang membutuhkan peran serta
pendidik, peserta didik, dan lingkungan dalam upaya membentuk tingkah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
laku tertentu. Pendidik yang bertugas menciptakan kondisi tertentu adalah
guru. Sedangkan peserta didik bertugas menerima serta memproses
(belajar) dan memberikan tanggapan kepada pendidik. Menurut Welberg
& Grenberg, dalam DePorter (2001:19),”Proses belajar mengajar yang
baik didasari oleh adanya hubungan interpersonal yang baik antara siswa
dan guru”. Jadi sosioemosi atau suasana kelas memiliki peran dalam
menentukan psikologis utama yang memiliki pengaruh terhadap hasil
belajar akademis.
Tujuan pembelajaran bidang pendidikan sebagaimana tercantum
dalam SISDIKNAS 2003 yang menyebutkan bahwa tujuan pendidikan
nasional adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai,
demokratis, berakhlak, berkeahlian, berdaya saing, maju, dan sejahtera
dalam wadah Negara Republik Indonesia yang didukung oleh manusia
Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cinta
tanah air, berdasarkan hukum, dan lingkungannya, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta disiplin
(BSPN,2006:5)
Dengan adanya tuntutan yang sedemikian, maka manusia yang
dituntut berkualitas dalam segala hal dapat terpenuhi melalui dunia
pendidikan. Upaya memenuhi tuntutan tersebut bukan hal yang mudah
sehingga memerlukan proses yang panjang. Maka harus dilakukan secara
bertahap dan kontinyu serta adanya keseimbangan antara individu dengan
lingkungan sekitarnya. Hubungan individu dengan lingkungan sekitar
dalam pendidikan dapat dipelajari dengan Ilmu Pengetahuan Alam.
IPA adalah pilar dari IPTEK. Sehingga rendahnya pengetahuan
atau pemahaman tentang IPA dapat menyebabkan kesulitan dalam
mengikuti perkembangan teknologi.
Tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar seperti yang
diamanatkan dalam kurikulum KTSP tidaklah hanya sekadar siswa
memiliki pemahaman tentang alam semesta saja. Melainkan melalui
pendidikan IPA, siswa juga diharapkan memiliki kemampuan, (1)
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehdupan sehari-hari, (2)
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi keterampilan proses untuk
menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat
keputusan, (3) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam
memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. Oleh karena
itu, IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang penting bagi siswa
karena perannya sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. (Sri
Sulistyorini, 2007 : 42)
Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam(IPA) di Sekolah Dasar
meliputi beberapa bidang antara lain : makhluk hidup, proses kehidupan,
materi, perubahan energi, dan bumi antariksa berfungsi membantu untuk
memahami fenomena alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan
pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji
kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri objektif, metodik,
sistematis, universal, dan tentatif. Oleh karena itu, IPA hendaknya
membuka kesempatan kepada siswa untuk memupuk ingin tahu secara
ilmiah sejak dini. Hal ini akan membantu mereka dalam kemampuan
bertanya dan mencari jawaban atas fenomena alam berdasarkan bukti serta
mengembangkan cara berfikir ilmiah pada masa yang akan datang.
Pembelajaran IPA di SD dipusatkan untuk memupuk minat, motivasi, dan
perkembangan siswa terhadap sosioemosi anak didik. Pembelajaran IPA
hendaknya dilaksanakan secara efektif yaitu mencakup kesesuaian antara
situasi belajar siswa dengan situasi nyata di masyarakat serta memberikan
pengalaman langsung. Keberhasilan pengajaran IPA ditentukan antara lain
oleh kemampuan siswa dan kemampuan guru dalam proses pembelajaran
sesuai dengan tujuan pengajaran IPA. Dengan adanya pembelajaran yang
ramah, menyenangkan, dan menantang anak akan mampu berfikir secara
kritis, objektif, dan aktif. Sosioemosi siswa juga perlu diperhatikan agar
pembelajaran lebih berarti dan permanen. Berdasarkan penelitian, ada
hubungan antara keterlibatan emosi, jangka panjang, dan belajar.
Goleman dalam Deporter, (2001 : 22), menjelaskan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Dalam tarian perasaan dan fikiran, kekuatan emosi menuntun keputusan
kita saat demi saat, bekerja bahu-membahu dengan pikiran dan rasional,
mengaktifkan dan menonaktifkan pikiran itu sendiri. Boleh dibilang
kita mempunyai dua otak, dua pikiran, dan dua kecerdasan yaitu
rasional dan emosional. Bagaimana kita berkiprah dalam hidup (dan
belajar) ditentukan oleh keduanya. Bukan hanya IQ melainkan
kecerdasan emosional juga berperan. Tentu saja, intelek tidak dapat
bekerja pada puncaknya tanpa kecerdasan emosional.
Dengan demikian dapat disimpulkan adanya korelasi langsung
antara keterlibatan emosi dan hasil belajar siswa. Jadi kondisi emosional di
kelas sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa juga perlu
menjadi perhatian. Keterlibatan siswa dalam pembuatan keputusan, jalinan
rasa simpati, dan rasa saling memiliki dalam pembelajaran yang ramah,
menyenangkan dan menantang akan meningkatkan ketertarikan siswa
dalam pelajaran tersebut.
Profesionalitas guru dalam menyukseskan pembelajaran
memegang peran sangat penting bahkan dapat dikatakan utama. Guru
hendaknya mampu menentukan dan membuat perencanaan pembelajaran
dengan baik serta dapat meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa dan
memperbaiki strategi mengajar IPA dengan pemilihan metode
pembelajaran yang tepat. Beberapa metode dapat diterapkan dalam dunia
pendidikan, misalnya menerapkan suatu metode untuk memotivasi siswa
agar mampu menggunakan pengetahuannya dalam pemecahan masalah
atau menjawab pertanyaan akan berbeda dengan metode yang digunakan
untuk tujuan agar siswa mampu berpikir dan mengemukakan pendapatnya
sendiri. Sarana dan prasarana yang ada di lingkungan sekolah juga
hendaknya dioptimalkan penggunaannya agar siswa lebih mudah dalam
memahami suatu konsep yang diberikan guru pada saat pembelajaran
berlangsung sehingga siswa dapat mengaplikasikan konsep dan
pemahaman dalam kehidupan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Fenomena guru lebih aktif daripada siswa dalam pembelajaran
adalah mayoritas kejadian di dunia pendidikan. Guru menginformasikan
pengetahuan yang diketahuinya kepada siswa sehingga siswa hanya
menerimanya. Hal ini mengakibatkan siswa menjadi bosan karena menjadi
pendengar saja. Dapat diumpamakan guru sebagai gelas yang berisi air dan
siswa adalah tempayan yang menerima isi dari gelas tersebut. Cara
pembelajaran semacam ini akan menghasilkan manusia yang pasif,
konsumtif, kurang kreatif, dan kurang mampu menghadapi tantangan
hidup di masa depan. Oleh karena itu, guru harus mengenal, mempelajari,
dan menguasai berbagai teknik pembelajaran agar pembelajaran lebih
variatif dan efektif sehingga proses belajar mengajar berhasil dan berdaya
guna baik.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di MI Negeri Mulur,
Sukoharjo, dalam proses pembelajaran IPA kompetensi dasar permukaan
bumi guru masih menggunakan metode pembelajaran ceramah.
Pembelajaran ceramah kurang efektif karena dalam materi permukaan
bumi siswa dituntut melakukan kegiatan percobaan atau pengamatan
secara langsung. Hal ini untuk mendapatkan pengetahuan yang tidak
hanya abstrak bagi siswa tapi siswa mampu membuktikan sendiri
kebenaran suatu pernyataan dalam permukaan bumi. Walau metode
ceramah dianggap efektif dalam penguasaan kelas namun pembelajaran
IPA kompetensi dasar permukaan bumi dengan menggunakan metode
ceramah akan mengakibatkan verbalisme, kebosanan, dan kepasifan siswa.
Oleh karena itu, siswa cenderung melakukan kegiatan yang bersifat
mengganggu dalam lingkungan kelas untuk mengatasi rasa bosan yang
dialami oleh siswa. Selain itu, pada saat guru selesai menerangkan
pelajaran dan memberikan pertanyaan, hanya sedikit siswa yang mau
menjawab dan yang lain diam saja yang disebabkan tidak paham atau
mungkin sebenarnya siswa paham namun malu untuk mengutarakan
jawabannya. Kepasifan tersebut disebabkan cara mengajar guru yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
kurang mengeksplor sehingga siswa tidak terbiasa mengungkapkan apa
yang ada dalam benaknya atau pikirannya. Selain itu, siswa menganggap
pelajaran IPA kompetensi dasar permukaan bumi sulit karena penjelasan
guru yang sulit dipahami siswa. Hal ini menjadikan proses pembelajaran
menjadi tidak efisien bahkan tujuan pembelajaran pun tidak tercapai secara
maksimal. Hal ini ditandai dengan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran IPA rendah yaitu rata-rata 61,6 dan ketuntasan klasikal 28%.
Siswa yang mendapat nilai di atas KKM adalah 7 dari 25 siswa (KKM
IPA adalah 65). Data nilai selengkapnya pada lampiran 16 halaman 140.
Kegiatan pembelajaran IPA kompetensi dasar permukaan bumi
memerlukan kegiatan pembelajaran yang menjadikan anak bersemangat,
memacu anak menghadapi persoalan, membantu anak memecahkan
masalah serta meningkatkan keaktifan anak. Untuk mencapai hal tersebut,
guru harus memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik kelas 1-3. Terdapat berbagai model
pembelajaran antara lain model kooperatif yaitu model pembelajaran yang
mengutamakan kesatuan struktur tugas, tujuan serta adanya pennghargaan
dalam proses pembelajaran. Selain itu, terdapat model pembelajaran TGT
(Teams Games Tournament), STAD (Student Teams Achievement
Division), CTL (Contextual Teaching Learning), jigsaw, quantum, dan
masih banyak model pembelajaran lainnya. Menurut Piaget dalam
S.Nasution (2000:7) anak umur 5-6 tahun berada dalam fase konkrit.
Tahap ini ditandai dengan adanya kemampuan untuk memperoleh data
tentang dunia dan mengubahnya dalam pikiran kita sehingga dapat disusun
atau diorganisasikan dan digunakan secara selektif dalam pemecahan
masalah. Namun dalam taraf ini hanya dapat memecahkan masalah yang
langsung dihadapinya secara nyata. Oleh karena itu diperlukan suatu
model pembelajaran yang menarik untuk meningkatkan mutu
pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran quantum. Karena
pembelajaran quantum dengan konsep TANDUR dapat menarik minat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
siswa. Selain itu, siswa mengalami pembelajaran, dan menjadikan isi
pelajaran nyata bagi mereka sehungga kesuksesan belajar dapat tercapai.
Pembelajaran quantum adalah mengorganisasikan berbagai
interaksi proses pembelajaran menjadi cahaya yang melejitkan prestasi
siswa serta menyingkirkan hambatan belajar melalui penggunaan cara dan
alat yang tepat. Seperti memanfaatkan ikon-ikon sugestif sehingga
semangat belajar siswa bangkit. Selain itu, penyajian yang prima akan
membuat siswa belajar dengan mudah dan alami. (Bobbi De Porter dan
Mark Reardon,2005:5). Pembelajaran quantum adalah refleksi bagaimana
guru dapat mengelola proses pembelajaran dengan adanya keterlibatan
siswa baik secara fisik maupun mental dan emosional. Dengan
pembelajaran quantum konsep TANDUR yang menyenangkan dalam
pembelajaran IPA kompetensi dasar permukaan bumi, diharapkan hasil
belajar siswa meningkat. Dalam pembelajaran quantum, guru berperan
sebagai penggerak dan pembimbing sehingga siswa lebih berperan aktif
dalam pembelajaran IPA kompetensi dasar permukaan bumi. Dengan
meningkatnya peran siswa maka pemahaman hasil belajar siswa terhadap
materi pelajaran juga meningkat.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti terdorong untuk
melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA
kompetensi Dasar Permukaan Bumi Melalui Model Pembelajaran
Quantum Siswa Kelas III MI Negeri Mulur Sukoharjo Tahun Ajaran
2010/2011”
B. Identifikasi Masalah
Setelah mengetahui latar belakang masalah dapat diidentifikasikan
masalah-masalah yang muncul antara lain:
1. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional sehingga
perlu digantikan dengan pembelajaran quantum konsep TANDUR.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Hasil belajar siswa pelajaran IPA kompetensi dasar permukaan bumi
masih rendah karena siswa menganggap mata pelajaran IPA sulit untuk
dipahami.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, untuk mengkaji secara
mendalam dan terarah permasalahan yang ada maka variabel penelitian
dibatasi pada:
1. Hasil belajar siswa kelas III pada mata pelajaran IPA masih rendah.
2. Model pembelajaran konvensional digantikan dengan model
pembelajaran quantum dalam mata pelajaran IPA yang menekankan
konsep TANDUR.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah ditentukan, maka
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut “Apakah
penggunaan pembelajaran quantum dapat meningkatkan hasil belajar IPA
kompetensi dasar permukaan bumi pada siswa kelas III MI Negeri Mulur
Sukoharjo tahun 2010/2011?”
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian
tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar dalam mata
pelajaran IPA kompetensi dasar permukaan bumi di kelas III MI Negeri
Mulur Sukoharjo tahun 2010/2011.
F. Manfaat Penelitian
1. Teoretis
a. Memberikan sumbangan dalam khasanah keilmuan penggunaan
model pembelajaran quantum konsep TANDUR untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
peningkatan hasil belajar IPA kompetensi dasar permukaan bumi
di Indonesia pada umumnya dan di SD pada khususnya.
b. Memotivasi guru dalam penggunaan metode pembelajaran
quantum konsep TANDUR pada mata pelajaran IPA kompetensi
dasar permukaan bumi.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dan masukan bagi penelitian sejenis.
2. Praktis
a. Bagi peneliti adalah bermanfaat untuk menemukan solusi demi
meningkatkan hasil belajar siswa kelas III dalam mata pelajaran
IPA.
b. Bagi guru
1) Memperoleh sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran
IPA.
2) Memperoleh informasi dalam menentukan model pembelajaran
quantum konsep TANDUR demi meningkatkan hasil belajar
siswa pelajaran IPA kompetensi dasar permukaan bumi.
3) Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif
sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran
sehingga meningkat pula hasil belajar siswa pelajaran IPA
kompetensi dasar permukaan bumi.
c. Bagi siswa adalah meningkatnya hasil pembelajaran IPA
kompetensi dasar permukaan bumi.
d. Bagi sekolah adalah meningkatnya hasil belajar siswa pelajaran
IPA kompetensi dasar perrmukaan bumi melalui model
pembelajaran quantum konsep TANDUR.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan tentang Hasil Belajar IPA
a. Pengertian Hasil
Hasil berarti merupakan sesuatu yang dicapai oleh seseorang setelah
melakukan kegiatan. Hasil di sini memiliki makna yang sama dengan
prestasi, sesuai dengan makna prestasi yang diungkapkan oleh beberapa
pendapat antara lain:
1) http://sunartombs.com.2011 menyatakan bahwa , “prestasi merupakan
kecakapan atau hasil konkret yang dapat dicapai pada saat periode
tertentu.”
2) http://google.com.2011 mengemukakan, “prestasi adalah hasil yang
dicapai siswa dalam proses pembelajaran”.
3) http://sunartombs.com.2011 menyatakan bahwa ,”prestasi dapat
diartikan hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah
dilakukan”.
Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia “prestasi” artinya
hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan lain sebagainya).
Seseorang akan mencapai hasil berupa prestasi dengan melakukan suatu
usaha. Menurut Buchori (1997:85) “Prestasi adalah hasil berupa angka, huruf
serta tindakan hasil belajar yang berupa angka atau hasil karya yang dicapai
juga dapat untuk memotivasi agar prestasinya lebih meningkat”. Angka atau
huruf yang dicapai siswa dalam suatu pembelajaran atau evaluasi disebut
prestasi.
Dari beberapa pendapat tersebut, hasil adalah sesuatu yang dicapai atau
didapatkan karena melakukan usaha (dalam hal ini adalah usaha belajar)
dengan kemampuan nyata yang dimiliki siswa diwujudkan dalam bentuk
angka, huruf, atau pernyataan verbal dan dapat memberikan motivasi untuk
melakukan usaha yang lebih baik lagi. Semakin tinggi usaha dalam mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
suatu hasil maka hasil yang dicapai akan semakin meningkat. Dalam ranah
pendidikan terutama di Sekolah Dasar, usaha dalam pencapaian hasil dengan
tingginya kualitas belajar harus berjalan beriringan dengan tingkah laku serta
kreativitas yang baik. Dalam kata lain kognitif, afektif, dan psikomotor
berjalan seimbang.
b. Pengertian Belajar
Learning is the development of new association as a result of experience.
(Belajar adalah perkembangan asosiasi baru sebagai hasil dari pengalaman).
Pernyataan yang diungkapkan oleh Good dan Broophy dalam Ngalim
Purwanto (2002:85) tersebut menunjukkan bahwa belajar adalah aktivitas
mental atau internal activity. Proses belajar terjadi dalam individu untuk
mendapatkan hubungan pengetahuan baru dengan yang sebelumnya pernah
diperoleh sebagai hasil dari pengalaman. Sejalan dengan pendapat tersebut,
menurut Winkel (1993:36) belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis
yang berlangsung kemudian menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat dinamis
dan membekas. Seseorang dikatakan telah belajar apabila pada dirinya terjadi
perubahan perilaku. Di mana perilaku tersebut bertahan dalam jangka waktu
yang lama.
Menurut Slameto (2003:2) “Belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan menurut Oemar Hamalik
(2003:21) “Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat
latihan dan pengalaman”.
Selain itu, belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku di dalam
diri manusia. Bila telah selesai suatu usaha belajar tetapi tidak terjadi
perubahan pada individu yang belajar, tidak dapat dikatakan bahwa individu
tersebut melakukan proses belajar. W. S. Winkel (1993 : 36) menyatakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
bahwa “Pengertian belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan
nilai-nilai sikap. Perubahan tersebut bersifat relatif konstan dan berbekas.”
Sedangkan menurut Sri Anitah dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar
(2005 : 2) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan mengemukakan
bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan
pada diri seseorang. Perubahan tingkah laku tersebut dipengaruhi oleh faktor
dari diri siswa. Misalnya: minat, perhatian, kebiasaan, sekolah, dan
masyarakat.
Dari uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa belajar adalah proses
perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan seperti membaca,
mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya yang melibatkan
aspek kognitif, afektif serta psikomotorik. Hal tersebut dilakukan secara
terus-menerus dan kontinyu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku
yang bertahan lama dan sebagai organisasi hidup sebagai keseluruhan yang
bulat dengan adanya interaksi dengan lingkungannya.
Perubahan tingkah laku dari proses belajar tersebut maksudnya adalah:
1) Perubahan terjadi secara sadar
Orang yang mengalami proses belajar akan menyadari dan mengetahui
perubahan yang terjadi pada dirinya berdasarkan pengalaman
belajarnya.
2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional
Proses belajar tidak hanya terjadi sekali tanpa ada kelanjutannya.
Kegiatan akan berkesinambungan antara satu dengan yang lainnya
sehingga anak akan melakukan kegiatan belajar secara terus menerus
hingga dapat mencapai suatu tujuan. Jika telah tercapai satu tujuan
maka akan tercipta tujuan baru untuk menyempurnakan pengalaman
sebelumnya. Hal ini akan membentuk kecakapan-kecakapan pada diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
anak sehingga memiliki daya guna yang semakin kompleks. Misalnya
anak yang belajar menulis dimulai dengan belajar cara menulis huruf
hingga dapat menulis karangan dan lain sebagainya.
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Perubahan sebagai hasil belajar hendaknya tidak menjadikan tingkah
laku anak semakin buruk namun sebaliknya. Belajar dapat dikatakan
berhasil jika anak memiliki tingkah laku yang dari hari ke hari semakin
baik. Upaya untuk mendapatkan perubahan yang baik tentu saja
diusahakan dengan sebaik-baiknya dan tidak boleh puas dengan hasil
yang telah dicapai. Dengan demikian keaktifan belajar dan semangat
untuk mendapatkan yang lebih, dan harus selalu tertanam sehingga
usaha tidak akan mudah terhenti.
Menurut Sumadi Suryobroto (2002:1-2), ada tiga ciri khas pada aktivitas
manusia sehingga disebut sebagai kegiatan belajar :
1) Aktivitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri pelajar
(individu yang belajar) atau behavioral changes baik aktual maupun
potensial.
2) Perubahan mendapatkan kemampuan baru yang berlaku dalam waktu
yang relatif lama.
3) Perubahan terjadi karena usaha.
Banyak hal atau faktor dalam proses belajar, beberapa di antaranya
dikemukakan oleh Wasti Sumanto (2003:113) yang menggolongkan
faktor tersebut antara lain:
1) Faktor stimuli belajar
Maksudnya adalah segala hal di luar individu yang merangsang individu
untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar.
2) Faktor metode belajar
Metode yang digunakan oleh guru memiliki pengaruh yang besar
terhadap belajar individu atau siswa. Perbedaan metode mengajar guru
akan berdampak pada proses belajar mengajar.
3) Faktor individual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Faktor kematangan, usia kronologis, jenis kelamin, pengalaman,
kapasitas mental, kondisi kesehatan baik jasmani maupun rohani serta
motivasi juga sangat berperan penting dalam belajar seseorang.
c. Pengertian Hasil Belajar
Dalam tujuan dari setiap kegiatan manusia akan disertai dengan
penilaian dan pengukuran yang menjadi tolok ukur pencapaian tujuan
tersebut. Begitu pula dengan belajar. Roeslan Abdul Gani dalam Nur
Ichwan Muttaqin (2004:23) berpendapat bahwa hasil belajar adalah nilai
belajar seseorang. Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang
mencakup paling sedikit tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dengan demikian prestasi ini harus mencerminkan sekurang-kurangnya tiga
aspek tersebut.
Sedangkan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:895) arti dari
hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang
dikembangkan di mata pelajaran. Lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes
atau angket yang diberikan oleh guru.
Dari penjelasan di atas, hasil belajar dapat diartikan suatu bukti
keberhasilan yang dicapai seseorang dalam berpikir, merasa, dan berbuat
untuk mencapai tujuan yang umumnya ditunjukkan dalam bentuk huruf atau
angka juga merupakan hasil pencerminan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik yang diberikan kepada individu.
d. Hakekat IPA
1) Pengertian IPA
Definisi IPA menurut Usman Samatowa (2006:1) adalah “Suatu
deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain
dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta
berguna untuk diamatai dan dieksperimentasikan lebih lanjut”. Ilmu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Pengetahuan Alam dalam arti sempit merupakan suatu ilmu yang terdiri
dari ilmu fisika dan ilmu biologi.
Sedangkan menurut Suyoso dalam Sri Sulistyorini (2007:23) IPA
merupakan pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif
secara dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode
tertentu yang teratur, sistematis, berobjek, bermetode, dan berlaku secara
universal.
Menurut Srini M. Iskandar (2001:15) IPA merupakan ilmu
pengetahuan tentang kejadian bersifat kebendaan dan pada umumnya
berdasar hasil observasi, eksperimen, dan induksi. Dalam pelaksanaan
pembelajaran IPA, mencakup empat komponen : (1) IPA sebagai
produk, (2) IPA sebagai proses, (3) IPA sebagai sikap, (4) IPA sebagai
teknologi.
IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik
untuk menguasai pengetahuan, fakta, kosep, prinsip, proses penemuan,
dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan IPA di SD bermanfaat bagi siswa
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA
menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan kegiatan praktis
untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk
mencari tahu dan bertindak sehingga dapat membantu siswa untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar
(Depdiknas 2004 : 33)
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa IPA
adalah kegiatan manusia yang bersifat aktif untuk mencari tahu tentang
alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta, konsep,
prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Jadi, IPA berdasar
pada observasi, eksperimen, dan induksi.
2) Tujuan Pembelajaran IPA
Sri Sulistyorini (2007:40) mengemukakan tujuan pembelajaran IPA
yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan ciptaan-Nya.
b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran
tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
d) Mengembangkan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
e) Meningkatkan kesadaran dalam berperan serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan.
f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dengan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g) Memperoleh banyak pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA
sebagai dasar melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.
Agar tujuan dari pembelajaran IPA tercapai maka guru harus
mengetahui ruang lingkup IPA antara lain adalah:
a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu menusia, hewan,
tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.
b) Benda materi, sifat, dan kegunaannya meliputi : kalor, padat, gas.
c) Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet,
listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.
d) Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan
benda-benda langit lainnya.
3) Fungsi Pembelajaran IPA
Mata pelajaran IPA memiliki beberapa fungsi yaitu :
a) Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis perangai
lingkungan alam dan buatan dalam kaitannya dengan pemanfaatan
bagi kehidupan sehari-hari.
b) Mengembangkan keterampilan proses baik fisik maupun mental
yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan di bidang IPA
maupun pengembangannya. Dengan keterampilan ini diharapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
siswa akan dapat mengembangkan pengetahuannya sesuai dengan
karakter IPA.
c) Mengembangkan wawasan, sikap, dan nilai yang berguna bagi
siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
d) Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan
yang saling mempengaruhi antara IPA dan teknologi dengan
keadaan lingkungan dan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
e. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Menurut Piaget dalam Usman Samatowa (2006:12) pembelajaran
langsung adalah pengalaman langsung memegang peranan penting sebagai
pedorong lajunya perkembangan kognitif anak. Selain memperkuat daya
ingat anak, pembelajaran langsung tidak memekan biaya yang banyak. Hal
ini karena dalam pembelajaran dapat menggunakan sarana prasarana yang
ada dalam lingkungan anak sendiri. Pembelajaran IPA dilaksanakan dengan
mempertimbangkan tahap perkembangan kognitif anak agar lebih efektif.
Menurut Paolo dan Marten dalam Usman Samatowa, (2006:12),
keterampilan proses IPA untuk anak adalah : (a) mengamati, (b) mencoba
memahami apa yang diamati, (c) mempergunakan pengetahuan baru utuk
meramalkan apa yang terjadi, (d) menguji ramalan-ramalan di bawah
kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar.
Dapat ditarik kesimpulan dari beberapa pendapat di atas bahwa IPA di
Sekolah Dasar dilaksanakan dengan melibatkan siswa secara langsung
dalam setiap materi pembelajaran sehingga konsep yang disampaikan lebih
berkesan dan tertanam dengan baik pada anak.
f. Ruang Lingkup Pelajaran IPA
Ruang lingkup mata pelajaran IPA meliputi dua aspek yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
a) Kerja ilmiah yang mencakup penyelidiksn atau penelitian,
berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas, dan pemecahan
masalah, sikap serta nilai ilmiah.
b) Pemahaman konsep dan penerapannya : (1) Makhluk hidup dan proses
kehidupannya yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya. (2)
Benda atau materi, sifat and kegunaannya meliputi : cair, padat, dan gas.
(3) energi dan perubahannya meliputi : gaya bunyi, magnet, listrik,
cahaya, dan pesawat sederhana. (4) Bumi dan alam semesta meliputi
tanah, bumi, tatasurya, dan benda-benda langit lainnya. (5) Sains,
lingkungan teknologi, dan masyarakat merupakan konsep sains dan
saliang keterkaitannya dengan lingkungannya, teknologi, dan masyarakat
melalui pembuatan suatu karya teknologi sederhana termasuk merancang
dan membuat.
g. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA
Standar kompetensi mata pelajaran IPA adalah
a) Mampu bersikap ilmiah dengan penekanan pada sikap ingin tahu,
bertanya, bekerja sama, dan peka terhadap makhluk hidup dan
lingkungannya.
b) Mampu menerjemahkan perilaku alam tentang diri dan lingkungan di
sekitar rumah dan sekolah.
c) Mampu memahami proses pembentukan ilmu dan melakukan penemuan
melalui pengamatan dan sesekali melakukan penelitian sederhana dalam
lingkup pengalamannya.
d) Mampu memanfaatkan IPA dan merancang atau membuat produk
teknologi sederhana dengan menerapkan prinsip dan mampu mengelola
lingkungan di sekitar rumah dan sekolah serta memiliki saran dan usul
untuk mengatasi dampak negatif teknologi di sekitar rumah dan sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Dalam standar kompetensinya aspek kerja ilmiah bukanlah bahan ajar
melainkan cara untuk menyampaikan bahan pembelajaran. Oleh karena itu,
aspek kerja ilmiah terintregasi dalam kegiatan pembelajaran. Pemilihan
kegiatan dalam aspek ini diseuaikan dengan tingkat perkembangan anak.
Artinya adalah perlu mengikuti seluruh aspek pada setiap kegiatan. Aspek
kerja ilmiah tersebut disusun bergradasi untuk kelas I dan II, III dan IV, da V
dan VI.
h. Perlunya IPA Diajarkan di Sekolah Dasar
IPA dapat melatih anak untuk berpikir kritis dan objektif. Karena IPA
sangat berdasar pada teknologi dan hal tersebut menjadi tulang punggung
pembangunan suatu negara, sehingga IPA perlu diajarkan pada anak sejak
dini karena :
1) IPA bermanfaat bagi suatu bangsa.
2) IPA adalah mata pelajaran yang up to date namun melatih berpikir
kritis.
3) IPA dapat diterapkan langsung dalam kehidupan sehari-hari.
4) IPA mempunyai nilai pendidikan yang dapat membentuk kepribadian
anak secara keseluruhan.
Oleh karena hal tersebut, setiap guru hendaknya memahami perlunya
IPA diajarkan di Sekolah Dasar agar dapat mempersiapkan anak didiknya
menjadi tonggak serta tulang punggung bagi pembangunan bangsa.
i. Problematika Pembelajaran IPA di SD
Tak ada langit yang tak berawan yang memiliki arti tidak ada yang
sempurna dan berjalan mulus tanpa hambatan atau penghalang. Ungkapan
tersebut senada dengan adanya problematika atau masalah dalam setiap hal
tak terkecuali pembelajaran IPA. Seiring dengan berkembangnya zaman
maka masalah yang ada akan semakin variatif. Namun hendaknya guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
mampu menjadikan setiap masalah yang ada sebagai pengalaman sehingga
guru dapat meningkat profesionalitasnya. Guru yang semakin profesional
diharapkan dapat membentuk karakter siswa yang jauh lebih meningkat
kualitasnya.
Menurut Khoiri (http://www.indopos.co.id/index.php/act=detail&id=
325101 29 Maret 2010) banyak masalah yang dialami guru dalam
pembelajaran IPA berdasarkan hasil monitoring kelas antara lain sebagai
berikut:
1) Guru tidak siap mengajar
Maksudnya adalah guru belum menguasai konsep materi yang akan
disampaikan
2) Kesulitan memaknai pembelajaran
Guru sering mengalami kesulitan memunculkan minat belajar siswa
atau memberikan motivasi dalam belajar.
3) Kurang optimal dalam menerapkan metode pembelajaran yang ada.
4) Kesulitan memilih dan menentukan alat peraga sesuai dengan materi
yang akan dipelajari.
5) Kesulitan menanamkan konsep yang benar pada siswa(miskonsepsi)
karena sering verbalisme.
6) Siswa merasa bosan atau kurang bersemangat dalam pembelajaran.
Berdasarkan beberapa alasan tersebut maka peneliti akan
menggunakan model pembelajaran quantum dengan menekankan konsep
TANDUR yaitu tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan
rayakan untuk meningkatkan kualitas belajar. Sehingga hasil belajar
semakin meningkat.
2. Tinjauan tentang Permukaan Bumi
Kenampakan permukaan bumi
Menurut Mulyati Arifin, dkk (2008:89) bumi merupakan planet yang
dapat dihuni makhluk hidup. Kehidupan di bumi terjadi karena terdapat air
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
dan udara. Di permukaan bumi terhampar daratan dan lautan yang
menyebabkan permukaan bumi tidak rata.
Daratan merupakan permukaan bumi yang tidak digenangi air.
Daratan terdiri atas pegunungan, perbukuitan, dataran, dan lembah.
Pegunungan adalah daerah yang banyak terdapat gunung atau kumpulan
gunung. Daerah yang tinggi tidak selalu pegunungan. Ada daerah yang
lebih rendah daripada gunung. Daerah ini disebut bukit. Kumpulan dari
beberapa bukit disebut perbukitan. Daratan yang rendah disebut lembah.
Lembah biasanya terdapat di kaki gunung dan terdapat sungai. Lembah
yang dalam, sempit, serta mempunyai dinding yang curam disebut jurang.
Sedangkan lembah yang dalam dan luas di antara dua dindingnya disebut
ngrai.
Di daratan juga terdapat sungai. Sungai adalah aliran air yang
membawa air dalam debit yang relatif besar. Air sungai mengalir dari hulu
menuju ke laut. Selain sungai, di daratan terdapat danau. Danau adalah
genangan air yang luas yang terdapat di tengah daratan.
Ada bagian permukaan bumi yang berupa sebaran air. Tempat ini
disebut lautan. Wilayah lautan terdiri atas laut, teluk, selat, dan samudra.
Laut merupakan cekungan dalam yang terisi air. Lautan yang menjorok
masuk ke daratan disebut teluk. Lautan sempit di antara dua pulau disebut
selat. Sedangkan laut yang sangat luas dan dalam disebut samudra.
Bentuk permukaan bumi dapat digambarkan pada sebuah peta dan
globe. Globe adalah bola tiruan bumi. Jika diamati dan diperhatikan maka
akan tampak bahwa sebagian besar permukaan bumi terdiri atas air. Atau
tepatnya dua pertiga dari permukaan bumi adalah air. Sedangkan bagian
lainnya adalah daratan.
3. Tinjauan tentang Model Pembelajaran Quantum
a. Pengertian Quantum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Seiring dengan perkembangan zaman, dunia pendidikan juga
mengalami banyak kemajuan. Salah satunya adalah dalam hal inovasi
untuk semakin memajukan kualitas pendidikan bangsa. Dalam kancah
pendidikan Indonesia, banyak hal telah ditempuh untuk mengikuti laju
zaman. Antara lain sering terjadi perubahan kurikulum, penemuan inovasi
belajar mengajar, otonomi sekolah, ketentuan-ketentuan baru untuk
meningkatkan profesionalitas guru, dan lain sebagainya.
Salah satu inovasi yang digunakan adalah metode pembelajaran
quantum. Quantum berawal dari upaya Georgi Lozanov, pendidik asal
Bulgaria yang melakukan percobaan dengan suggestohgy. Artinya adalah
sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar. Beberapa teknik yang
digunakan untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukkan atau
menempatkan siswa secara nyaman, memasang musik latar atau
mengawali dengan menyanyi lagu ringan sebagai penyemangat,
meningkatkan partisipasi individu, menggunakan media pembelajaran
untuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan
menyediakan guru-guru yang terlatih.
Selanjutnya DePorter, murid dari Georgi Lozanov, dan Hernacki
mengembangkan konsep Georgi Lozanov menjadi quantum learning. Kata
quantum memiliki arti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.
Semua kehidupan adalah energi . seperti dalam rumus fisika oleh Einsteins
yaitu E=mc2 dengan E adalah energi quantum didapatkan dari massa (m)
kali kecepatan cahaya kuadrat (c2). Dalam konteks pembelajaran, quantum
dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif dengan menggunakan
unsur yang terdapat pada diri siswa sendiri dan lingkungan yang terjadi di
dalam kelas. Dalam kata lain, mendayagunakan serta mengoptimalkan
kompetensi yang ada. Metode ini mengadopsi beberapa teori antara lain
sugesti teori otak kanan dan kiri, teori otak triune (3 in 1), pilihan
modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik) serta pendidikan holistik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Pengajaran quantum tidak hanya memudahkan siswa dalam
memahami suatu materi pembelajaran tetapi juga menciptakan hubungan
secara emosi dalam belajar. Metode ini mendayagunakan otak kanan dan
kiri. Hal ini akan menjadikan pembelajaran menjadi efektif dan bermakna.
Terlebih lagi dengan dukungan interaksi antar siswa dan sumber belajar
materi, kondisi ruangan, fasilitas, penciptaan suasana dan kegiatan belajar
yang tidak monoton di antaranya melalui penggunaan musik pengiring.
Interaksi ini berupa keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar.
b. Prinsip Quantum
Menurut DePorter (2001:7-8) beberapa prinsip quantum yaitu:
1) Segalanya berbicara
Lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan bahan pelajaran semuanya
menyampaikan pesan tentang belajar.
2) Segalanya bertujuan
Siswa diberi tahu apa tujuan mereka mempelajari materi yang akan
diberikan.
3) Pengalaman sebelum konsep
Melakukan suatu eksperimen atau observasi terlebih dahulu sebelum
mendapatkan suatu konsep.
4) Akui setiap usaha
Menghargai sekecil apapun usaha yang dilakukan siswa.
5) Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan
Memberikan reward pada semua peserta didik agar kesan yang
didapatkan lebih mendalam.
c. Faktor Pendukung Penerapan Model Pembelajaran Quantum
Menurut DePorter (2001:9) beberapa faktor pendukung penerapan
model pembelajaran quantum adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
1) Lingkungan
Lingkungan yang mendukung seperti lingkungan yang aman,
mendukung, santai, penjelajah, dan menggembirakan.
2) Fisik
Terdiri dari gerakan, terobosan, perubahan keadaan, permainan
fisiologi, estafet serta partisipasi.
3) Suasana yang nyaman, cukup penerangan, dan hening.
4) Nilai-nilai dan keyakinan :
a) sumber-sumber, pengetahuan, pengalaman, hubungan, inspirasi.
b) Belajar untuk mempelajari keterampilan menghafal, membaca,
menulis, mencatat, kreatifitas, cara belajar komunikasi, dan
hubungan.
c) Metode yang digunakan, misalnya :mencontoh atau permainan
simulasi simbol.
d. TANDUR sebagai Kerangka Perencanaan Model Pembelajaran Quantum
Menurut DePorter, Mark Reardon, dan Sarah Singer (2005:89)
untuk memudahkan mengingat dan konstruksional pembelajaran quantum
dikenal dengan konsep TANDUR yaitu akronim dari Tumbuhkan, Alami,
Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Kerangka tersebut dapat
menumbuhkan rasa tertarik siswa pada mata pelajaran yang diberikan jika
guru benar-benar mampu menggunakan dan mengelola dengan baik.
Kerangka ini juga dapat membuat siswa mengalami pembelajaran,
pelatihan, dan isi pelajaran menjadi nyata bagi mereka sehingga akhirnya
dapat mencapai kesuksesan belajar.
Menurut DePorter (2008:88) rancangan model pembelajaran quantum
dikenal dengan TANDUR. TANDUR adalah sebuah makna dari kerangka
rancangan belajar quantum lingkungan yang merupakan penjabaran dari
T (Tanamkan), A (Alami), N (Namai), D (Demonstrasikan), U (Ulangi),
R (Rayakan). Kerangka rancangan tersebut diterapkan setiap kali
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas secara terperinci dapat
diterapkan sebagai berikut:
a) T (Tumbuhkan)
Untuk menumbuhkan minat belajar siswa di awal pelajaran siswa
diberikan beberpa hal yang menarik dan berkaitan dengan materi
yang akan dibahas, sehingga siswa benar-benar mengalami yang akan
dipelajari. Guru berusaha memuaskan “AMBAK”(Apakah Manfaat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
BAgiKu) dan manfaat bagi kehidupan siswa. Cara menumbuhkan
minat tersebut antara lain:
(1) Menuliskan semua tujuan atau kompetensi yang harus dicapai
siswa.
(2) Menuliskan alur pelajaran yang akan dilalui.
(3) Mengajukan pertanyaan pancingan mengarah ke pelajaran.
(4) Membacakan cerita atau dongeng lakon pendek yang mengarah
ke pembelajaran.
(5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bercerita
pengalaman yang dialami terutama pengalaman-pengalaman
lucu.
b) A (Alami)
Dalam setiap kegiatan belajar mengajar diupayakan dapat diciptakan
pengalaman umum yang dimengerti semua siswa. Menciptakan
pengalaman abstrak menjadi konkret , unsur ini akan memberikan
pengalaman kepada siswa dan memanfaatkan hasrat dalam otak
untuk menjelajah. Cara melakukan kegiatan ini adalah sebagai
berikut :
(1) Memberikan tugas kelompok melalui kegiatan diskusi
(2) Mengaktifkan kegiatan individu melalui kegiatan presentasi
(3) Mengadakan permainan
(4) Menggunakan jembatan keledai
(5) Memutar musik saat siswa terlihat jenuh dalam pembelajaran.
c) N (Namai)
Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas
mengurutkan. Mengidentifikasikan penamaan adalah saatnya
mengajarkan konsep, keterampilan berpikir, dan strategi belajar.
Bentuk penamaan beberapa informasi, fakta, rumus, pemikiran,
tempat, dan sebagainya. Cara melakukan kegiatan ini adalah :
(1) Memberikan nama pada kelompok yang sudah dibentuk nama
dengan pelajaran yang bersangkutan. Dalam pelajaran ini adalah
permukaan bumi dan cuaca.
(2) Siswa diminta membuat catatan kelompok dari pengetahuan,
konsep, prinsip, rumus, tentang materi IPA yang sedang
dipelajari.
d) D ( Demonstrasikan)
Memberikan peluang kepada siswa untuk menerjemahkan dan
menerapkan pengetahuan mereka ke dalam kehidupan nyata.
Demonstrasi ini merupakan kegiatan yang mengaitkan pengalaman
(alami) dan penamaan (namai) dengan cara menunjukkan dan
melakukannya. Diharapkan dengan demonstrasi ini siswa
menemukan keasyikan belajar sehingga menimbulkan rasa senang.
Cara melakukan kegiatan ini antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
(1) Guru memberikan contoh model presentasi yang akan dilakukan
siswa.
(2) Siswa melakukan secara individu atau kelompok untuk
mendemonstrasikan pengetahuannya yang baru dipelajari.
e) U (Ulangi)
Pengulangan memperkuat koneksi syaraf dan menumbuhkan rasa
“Aku Tahu bahwa Aku Tahu”. Pengulangan harus dilakukan secara
multimodelitas (berbagai jenis) kecerdasan, lebih baik dalam konteks
yang berbeda dengan aslinya. Latihan merupakan kegiatan pokok
dalam mengulangi pelajaran IPA. Tanpa mengulang, maka apa yang
telah didapat akan cepat hilang dan tidak membekas dalam otak.
Kegiatan yang dilakukan pada bagian ini antara lain :
(1) Siswa mengulang kembali catatan kecil yang telah dibuat
(2) Menyebutkan kembali pengetahuan yang dimiliki
(3) Membuat kesimpulan
(4) Guru mengulang kembali materi yang telah dipelajari kepada
siswa. Hal ini untuk menghindari salah konsep (miskonsepsi)
yang timbul atau menghilangkan keraguan atas materi yang
dipresentasikan.
(5) Mengerjakan soal-soal tes.
f) R (Rayakan)
Perayaan rasa gembira akan menyenangkan bagi setiap orang.
Perayaan memberi rasa telah menyelesaikan atau finish dengan
menghormati usaha ketekunan dan konsekuensi. Suatu keberhasilan
akan menjadikan lebih membanggakan bila dirayakan. Kegiatan
dilakukan pada bagian ini:
(1) Memberikan pujian setiap hasil yang diperoleh siswa.
(2) Mengajak bertepuk tangan di setiap akhir pelajaran.
(3) Memamerkan kepada siswa lain dengan cara dipajang.
(4) Memberikan simbol penghargaan dengan cara memajang hasil
kerja.
(5) Memutarkan musik kesayangan mereka
(6) Kegiatan lain yang membuat siswa menjadi gembira.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang disampaikan oleh peneliti mengacu pada penelitian
sebelumnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Aprilina Sri Windayani (2010) dalam
penelitian berjudul “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar IPA melalui
Penerapan Metode Demonstrasi-Eksperimen Siswa Kelas III SDN 3 Jenengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Sawit Boyolali Tahun 2009/2010”, mengemukakan upaya peningkatan
prestasi belajar IPA pada kelas III SDN 3 Jenengan Sawit Boyolali Tahun
2009/2010 yang dapat berhasil dengan baik karena penerapan metode
demonstrasi-eksperimen. Persamaaan dengan penelitian adalah variabel
terikat atau Y yaitu prestasi belajar IPA yang sejalan dengan hasil belajar.
Perbedaan terletak pada variabel bebas atau X yaitu penerapan metode
demonstrasi-eksperimen sedangkan penelitian ini menggunakan model
pembelajaran quantum dengan konsep TANDUR.
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Setiawan (2010) dengan judul
“Peningkatan Pemahaman Konsep Gaya Gesek melalui Pembelajaran
Quantum pada Siswa Kelas V SDN 03 Koripan Matesih Karanganyar Tahun
Pelajaran 2009/2010”, mengemukakan bahwa pembelajaran quantum dapat
meningkatkan pemahaman konsep gaya gesek siswa kelas V SDN 03 Koripan
Matesih Karanganyar tahun 2009/2010. Persamaan dengan penelitian tersebut
terletak pada variabel bebas atau X yaitu penggunaan model pembelajaran
quantum. Sedangkan perbedaan terletak pada variabel Y atau variabel terikat
yaitu peningkatan pemahaman dan peningkatan hasil belajar.
C. Kerangka berfikir
Kesulitan belajar karena penggunaan model pembelajaran
konvensional yaitu ceramah menyebabkan siswa kelas III MIN Mulur tahun
2010/2011 kesulitan memahami pembelajaran sehingga hasil belajar IPA
kompetensi dasar permukaan bumi menjadi rendah.
Dari kondisi yang telah dipaparkan di atas, cara memperbaiki atau
mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran
yang tepat. Pemilihan model belajar yang tepat dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran quantum
konsep TANDUR karena model pembelajaran quantum konsep TANDUR
memiliki keunggulan anak dapat mengalami pembelajaran dan menjadikan isi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
pelajaran nyata bagi anak. Pada penelitian ini terdiri atas 2 siklus dengan
penggunaan media gambar pada siklus I dan media peta timbul pada siklus II.
Dengan penggunaan model pembelajaran quantum konsep TANDUR
dapat meningkatkan hasil belajar IPA kompetensi dasar permukaan bumi
siswa kelas III MIN Mulur tahun pelajaran 2010/2011.
Berikut adalah bagan 1 sebagai kerangka berfikir :
Bagan 1. Kerangka Berfikir
Kondisi
akhir
Guru menggunakan
model pembelajaran
konvensional/ ceramah
Guru menggunakan model
pembelajaran quantum konsep
TANDUR
- Anak mengalami pembelajaran
- Isi pelajaran nyata bagi anak
Hasil belajar IPA kompetensi
dasar permukaan bumi
meningkat
Hasil belajar IPA
kompetensi dasar
permukaan bumi
rendah
Siklus 1
Media gambar
Siklus 2
Media peta timbul
Kondisi
awal
Tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan
di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : “Penggunaan
model pembelajaran quantum dapat meningkatkan hasil belajar IPA
kompetensi dasar permukaan bumi siswa kelas III MIN Mulur Sukoharjo
tahun pelajaran 2010/2011”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MI Negeri Mulur, Sukoharjo. Tempat
tersebut dipilih mengingat letak yang tidak terlalu jauh dari rumah peneliti. Selain
itu, di tempat tersebut belum pernah dilaksanakan penelitian serupa sehingga
hasilnya akan lebih bermanfaat.
Kasihani Kasbolah (2001:26) mengemukakan bahwa ”Penelitian kelas
atau tindakan kelas apapun tidak boleh mengganggu tugas mengajar. Guru
melakukan tindakan kelas untuk memperbaiki kegiatan mengajar, bukan untuk
mengganggu kelancaran pembelajaran di kelas”. Peneliti melaksanakan penelitian
pada saat materi pelajaran sesuai dengan kurikulum telah terpenuhi namun nilai
atau prestasi belum memuaskan.
Pelaksanaan penelitian dari tahap persiapan hingga pelaporan hasil
pengembangan direncanakan selama tujuh bulan yaitu bulan April sampai
Oktober 2011. (Lihat Tabel 1)
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
NO KEGIATAN BULAN TAHUN 2011
April Mei Juni Juli Agustus Sep Okt
1. Proposal
2. Penelitian
3. Siklus I
4. Siklus II
5. Laporan
6. Revisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III MI Negeri Mulur,
Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo. Jumlah siswa adalah 25 siswa
dengan 15 perempuan dan 10 siswa laki-laki. Sedangkan sebagai objek adalah
peningkatan hasil belajar IPA kompetensi dasar permukaan bumi.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
a. Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi (2007: 58) PTK adalah
penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu
praktik pembelajaran di kelas. Lebih jelas, Sarwiji Suwandi (2008: 15-16)
menyatakan bahwa PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan
belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh
guru atau dengan arahan guru yang dilakukan oleh siswa.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat diketahui bahwa penelitian
ini berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu
atau pemecahan masalah pada sekelompok subjek yang diteliti dan diamati
tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan
tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian
dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik (Nizar
Alam Hamdani dan Dody Hermana, 2008: 43).
Adapun karakteristik PTK menurut Suharsimi Arikunto, Suhardjono,
dan Supardi (2007: 62) antara lain: (1) adanya tindakan yang nyata yang
dilakukan dalam situasi yang dialami dan ditujukan untuk menyelesaikan
masalah; (2) menambah wawasan keilmiahan dan keilmuan; (3) sumber
permasalahan berasal dari masalah yang dialami guru dalam pembelajaran;
(4) permasalahan yang diangkat bersifat sederhana, nyata, jelas, dan
penting; (5) adanya kolaborasi antara praktikan dan peneliti; (6) ada tujuan
penting dalam pelaksanaan PTK, yaitu meningkatkan profesionalisme
guru, ada keputusan kelompok, bertujuan untuk meningkatkan dan
menambah pengetahuan
b. Lebih jelas, Sulipan dalam Nizar Alam Hamdani dan Dody Hermana
(2008: 43) menyatakan bahwa karakteristik tindakan kelas meliputi: (1)
didasarkan atas masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran; (2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
dilakukan secara kolaboratif melalui kerja sama dengan pihak lain; (3)
peneliti sekaligus sebagai praktikan yang melakukan refleksi; (4) bertujuan
memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran; (5)
dilaksanakan dalam rangkaian langkah yang terdiri dari beberapa siklus;
(6) yang diteliti adalah tindakan yang dilakukan, meliputi efektivitas
metode, teknik, atau proses pembelajaran (termasuk perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian); dan (7) tindakan yang dilakukan adalah
tindakan yang diberikan oleh guru kepada peserta didik.
c. Prinsip utama dalam PTK adalah adanya pemberian tindakan yang
diaplikasikan dalam siklus-siklus yang berkelanjutan. Dalam siklus
tersebut, penelitian tindakan diawali dengan perencanaan tindakan
(planning). Tahap berikutnya adalah tindakan (acting), pengamatan
(observing) dan refleksi (reflecting) (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan
Supardi, 2007: 104). Keempat aspek tersebut berjalan secara dinamis. PTK
merupakan penelitian yang bersiklus. Artinya, penelitian ini dilakukan
secara berulang dan berkelanjutan sampai tujuan penelitian dapat tercapai.
2. Strategi Penelitian
Strategi Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan dalam 4 tahap yaitu : 1)
perencanaan, 2) tindakan, 3) pengamatan, 4) analisis dan refleksi. Secara jelas
langkah-langkah tersebut dapat digambarkan bagan 2 sebagai berikut :
Perencanaan
Refleksi Siklus I Tindakan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi Siklus II Tindakan
Pengamatan
Bagan 2. Strategi Penelitian Tindakan Kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
D. Data dan Sumber Data
Data atau informasi yang dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini berupa
informasi tentang hasil kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik pada
pembelajaran IPA.
Menurut Suharsimi Arikunto (2008:38) adapun sumber data yang didapatkan
untuk memperlancar penelitian antara lain:
1. Tempat dan peristiwa, meliputi berbagai tempat dan kejadian dalam proses
kegiatan belajar mengajar IPA dengan metode pembelajaran quantum.
2. Narasumber, meliputi siswa kelas III MI Negeri Mulur dan Ibu Sri Hartini,A.
Ma selaku wali kelas III.
3. Dokumen, meliputi catatan hasil observasi selama proses pembelajaran, hasil
tes siswa, daftar nilai, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), silabus,
catatan hasil wawancara yang ditranskrip, dan foto kegiatan pembelajaran.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Pengamatan (observasi)
Pengamatan dilaksanakan oleh wali kelas III secara langsung kepada
siswa kelas III MI Negeri Mulur tahun 2010/2011 dan peneliti. Fokus dari
pengamatan ini adalah pada proses pembelajaran, hasil belajar serta
keaktifan siswa dan peneliti selama pelaksanaan pembelajaran quantum
dalam pelajaran IPA kompetensi dasar permukaan bumi.
2. Wawancara
Wawancara dilaksanakan setelah pembelajaran di kelas selesai dengan
wali kelas III MI Negeri Mulur yaitu Ibu Sri Hartini, A. Ma untuk
mendapatkan data siswa tentang keaktifan maupun hasil belajar pelajaran IPA
kompetensi dasar permukaan bumi.
3. Tes
Tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh
siswa atau seberapa besar tingkat pemahaman siswa terhadap permukaan
bumi dan cuaca sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran quantum.
Tes yang digunakan adalah tes prestasi berupa tes tertulis pelajaran IPA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
kompetensi dasar permukaan bumi. Hal ini agar terlihat peningkatan sebelum
dan sesudah penggunaan pembelajaran quantum pada siswa kelas III MI
Negeri Mulur.
F. Validitas Data
Validitas data adalah kebenaran dari proses penelitian. Suatu informasi
yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data
tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang
kuat dalam menarik kesimpulan. Menurut Lexy J. Moelong (1995 : 178)
triangulasi data adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan
sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu.
Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data dalam penelitian ini
adalah triangulasi data dan triangulasi metode. Penjelasannya adalah sebagai
berikut :
1. Triangulasi data
Triangulasi juga disebut triangulasi sumber. Teknik ini fungsinya adalah
mengarahkan sehingga dalam mengumpulkan data menggunakan beragam
sumber yang tersedia. Selain itu fungsinya yaitu untuk membandingkan dan
mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang telah diperoleh
sesuai waktu dan alat yang berbeda. Informasi dari narasumber (manusia),
kondisi lokasi, sumber berupa catatan atau arsip yang memuat catatan yang
berkaitan dengan data yang satu dibandingkan dengan informasi lainnya.
Dengan cara ini maka data yang sejenis dapat teruji kemantapan dan
kebenarannya dari sumber data yang berbeda-beda. Pada penelitian ini,
sumber data yang digunakan antara lain arsip daftar nilai, dokumen portofolio
siswa, dan hasil diskusi dengan guru kelas pada tahun pelajaran sebelumnya
(2009/2010).
2. Triangulasi metode adalah mengumpulkan data yang sejenis tetapi dengan
menggunakan teknik atau pengumpulan data yang berbeda. Misalnya
wawancara dan observasi. Penggunaan metode pengumpulan data yang
berbeda fungsinya adalah untuk menguji kemantapan informasinya. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
penelitian ini adalah data tentang hasil belajar, keaktifan siswa, keaktifan
peneliti dalam pembelajaran IPA kompetensi dasar permukaan bumi.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses menyeleksi, menyederhanakan, memfokuskan,
mengabstraksikan, mengorganisasikan data secara sistematis dan rasional sesuai
dengan tujuan penelitian serta mendeskripsikan data hasil penelitian itu dengan
tabel sebagai alat bantu. Hal tersebut untuk memudahkan dalam
menginterpretasikan data hasil penelitian dalam bentuk uraian dan melakukan
penyimpulan.
Data hasil pengamatan atau observasi sebagai data kualitatif. Data ini
diinterpretasikan selanjutnya dihubungkan dengan data kuantitatif (tes) sebagai
dasar untuk mendeskripsikan keberhasilan atau pelaksanaan pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
Hasil tes dianalisis secara deskriptif untuk pembanding hasil tes
antarsiklus. Hal ini agar terlihat perubahan kemampuan kognitif sebelum dan
sesudah mengalami tindakan tergantung dari banyaknya siklus yang digunakan.
Selanjutnya data hasil antarsiklus dibandingkan sehingga dapat mencapai batas
ketercapaian atau ketuntasan yang diharapkan.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data model interaktif seperti
yang diungkapkan oleh Milles dan Hubberman (1984 : 15-21) yang terdiri dari
tiga komponen analisis yaitu reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan atau
verifikasi. Aktivitas ketiga komponen tersebut dilakukan dalam bentuk interaktif
dengan proses pengumpulan data sebagai siklus. Penjelasan dari ketiga komponen
tersebut adalah:
1. Reduksi data
Reduksi data adalah proses penyederhanaan data hasil penelitian yang
dilakukan melalui proses seleksi, pengelompokan data sesuai dengan tujuan
penelitian dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang
bermakna.
2. Penyajian data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Penyajian data adalah proses penampilan atau penyajian data secara lebih
sederhana dalam bentuk tabel untuk diinterpretasikan dalam bentuk naratif.
3. Penyimpulan
Penyimpulan adalah proses pengambilan intisari dari keseluruhan paparan
atau penyajian data yang telah dideskripsikan untuk diubah menjadi kalimat
yang singkat, padat serta jelas sebagai jawaban atas tujuan penelitian
H. Indikator Pencapaian
Indikator pencapaian dalam penelitian ini adalah keberhasilan
dalam proses belajar mengajar yang ditandai dari : (Lihat Tabel 2 dan 3)
1. Keaktifan siswa selama kegiatan apersepsi, ditandai dengan antusias siswa
dalam mengikuti kegiatan apersepsi.
2. Keaktifan siswa bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan pada saat
pelajaran IPA berlangsung.
3. Keaktifan siswa dalam memuat catatan pada buku catatan.
4. Siswa berani mempresentasikan hasil belajarnya di depan kelas.
Tabel 2. Indikator Keberhasilan Tindakan Penelitian untuk Aspek
Kualitas Proses
Aspek yang
diukur
(Aspek Proses)
Target Capaian Cara Mengukur
Kualitas
Proses
1) Siswa menunjukkan
kesungguhan dalam mengikuti
pembelajaran IPA, khususnya
pada pokok bahasan Permukaan
Bumi.
2) Siswa bersemangat dalam
pembelajaran dengan ditunjukkan
melalui sikap antusiasme siswa.
3) Siswa berani mengemukakan
pendapat dan pertanyaan yang
berhubungan dengan Permukaan
Bumi.
Diamati saat
pembelajaran dengan
menggunakan lembar
observasi oleh guru dan
dihitung dari jumlah
siswa yang aktif dalam
mengikuti pembelajaran
IPA pada pokok bahasan
Permukaan Bumi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Tabel 3. Indikator Keberhasilan Tindakan Penelitian untuk Aspek Kemampuan
Tentang Permukaan Bumi dan Cuaca
Aspek yang diukur
(pemahaman konsep
permukaan bumi dan
cuaca)
Target Capaian
(dihitung dari jumlah
siswa yang mencapai
target tertentu) Cara Mengukur
Siklus
I
Siklus
II
Kemampuan
memahami konsep
permukaan bumi dan
cuaca
52% 65% Diamati dari pekerjaan siswa
berupa uraian penjelasan dari
masing-masing bentuk
permukaan bumi (daratan
dan sebaran air)
Kemampuan
menjelaskan melalui
pengamatan model
bahwa sebagian besar
permukaan bumi
terdiri atas air
50% 67% Diamati dari pekerjaan siswa
berupa uraian penjelasan dari
masing-masing bentuk
permukaan bumi (daratan
dan sebaran air)
Kemampuan
menyebutkan melalui
pengamatan model
bahwa bentuk bumi
tidak rata melainkan
bulat pepat
49% 60% Diamati dari pekerjaan siswa
berupa laporan pengamatan
bentuk bumi melalui globe
Kemampuan
menjelaskan hubungan
keadaan awan dan
cuaca
49% 60% Diamati dari pekerjaan siswa
berupa uraian penjelasan dari
hubungan keadaan awan dan
cuaca
Kemampuan
mendeskripsikan
pengaruh cuaca bagi
kegiatan manusia
52% 65% Diamati dari pekerjaan siswa
berupa uraian penjelasan dari
kegiatan manusia pada cuaca
tertentu
I. Prosedur Penelitian
1. Rancangan Siklus I
a. Tahap perencanaan :
Pada tahap ini guru menyusun :
1) Skenario pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran
quantum konsep TANDUR.
2) Lembar Observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3) Instrumen penelitian (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, atlas,
globe, media gambar)
4) Instrumen untuk evaluasi
5) Menetapkan indikator ketercapaian tujuan
b. Tahap pelaksanaan
Tahap ini dilakukan dengan mengadakan pembelajaran IPA dengan
menggunakan metode quantum sesuai dengan rancangan pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya oleh peneliti.
Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dan masing-masing
pertemuan 2 x 30 menit. Pelaksanaan tindakan sesuai skenario
pembelajaran yang terdapat dalam tahap perencanaan tindakan.
c. Tahap observasi
Tahap ini dilakukan dan diinterpretasikan oleh peneliti dengan
aktivitas penerapan metode pembelajaran quantum pada proses
pembelajaran IPA (aktivitas guru maupun siswa) maupun pada hasil
pembelajaran IPA yang disebabkan kemampuan mengingat siswa
terhadap materi pelajaran yang telah dilaksanakan untuk mendapatkan
data berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan penerapan penelitian
pertama.
d. Tahap Refleksi ( Analisis dan refleksi )
Pada tahap ini dilakukan analisis dan refleksi terhadap
pelaksanaan tindakan yang diperoleh melalui observasi. Pada tahap ini
diketahui bahwa hasil skor aktivitas siswa 2,99 dan guru 2,93.
Sedangkan persentase ketuntasan klasikal adalah 62%. Dari hasil
tersebut dapat diketahui bahwa target pembelajran belum memenuhi
indikator pencapaian yang ditetapkan. Sehingga direncanakan
pelaksanaan siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
2. Rancangan Siklus II
Siklus II dilaksanakan dengan tahap-tahap yang serupa seperti pada
siklus I tetapi didahului perencanaan ulang berdasarkan hasil yang telah
diperoleh pada siklus I ( tahap analisis dan refleksi ) sehingga kelemahan
atau kekurangan yang terjadi pada siklus I tidak akan terulang pada siklus
II. Perbaikan yang dilaksanakan pada pelaksanaan siklus I yakni
menerapkan metode pembelajaran quantum konsep TANDUR sesempurna
mungkin untuk meningkatkan hasil belajar IPA kompetensi dasar
permukaan bumi.
a. Tahap perencanaan :
Pada tahap ini guru menyusun :
1) Skenario pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran quantum konsep TANDUR.
2) Lembar Observasi
3) Instrumen penelitian (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, atlas,
globe, peta timbul)
4) Instrumen untuk evaluasi
5) Menetapkan indikator ketercapaian tujuan
b. Tahap pelaksanaan
Tahap ini tetap dilakukan dengan mengadakan pembelajaran IPA
kompetensi dasar permukaan bumi menggunakan metode quantum
konsep TANDUR sesuai Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang telah disusun sebelumnya oleh peneliti. Siklus II dilaksanakan
dalam dua kali pertemuan dan masing-masing pertemuan berdurasi 2
x 30 menit. Pelaksanaan sesuai skenario pembelajaran yang terdapat
dalam tahap perencanaan tindakan.
c. Tahap observasi
Tahap ini dilakukan dan diinterpretasikan oleh peneliti dengan
aktivitas penerapan metode pembelajaran quantum konsep TANDUR
pada proses (aktivitas peneliti dan siswa) serta hasil pembelajaran
IPA kompetensi dasar permukaan bumi yang telah dilaksanakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
mendapatkan data berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan
penerapan penelitian pertama.
d. Tahap Refleksi ( Analisis dan refleksi )
Pada tahap ini dilakukan analisis dan refleksi terhadap pelaksanaan
tindakan yang diperoleh melalui observasi. Pada tahap ini diketahui
bahwa hasil skor aktivitas siswa 3,63 dan guru 3,70. Sedangkan
persentase ketuntasan klasikal adalah 78%. Dari hasil tersebut dapat
diketahui adanya peningkatan hasil belajar IPA kompetensi dasar
permukaan bumi dan hasil skor keaktifan siswa serta guru. Sehingga
tidak direncanakan siklus selanjutnya dan penelitian dinyatakan
selesai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Profil Tempat Penelitian
Tempat penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah lembaga pendidikan
Negeri MIN Mulur yang terletak di Desa Jati Kembaran Rt 03/VII, kelurahan
Mulur, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo. MIN (Madrasah Ibtidaiyah
Negeri) Mulur merupakan sekolah yang menyediakan pendidikan jenjang dasar.
MIN Mulur adalah satu-satunya madrasah yang berstatus “Negeri” di Kecamatan
Bendosari. Sehingga siswa-siswinya berasal dari wilayah kecamatan Bendosari
dan sekitarnya. MIN Mulur merupakan salah satu lembaga pendidikan dasar yang
berusaha mendidik generasi bangsa agar menjadi generasi yang cerdas, baik
cerdas secara intelektual, spiritual, dan sosial. MIN Mulur adalah sekolah
madrasah yang berbasis agama sehingga tidak hanya mengajarkan materi
pelajaran umum, tetapi juga materi-materi tentang pembelajaran agama secara
lebih luas cakupannyya. Jumlah seluruh mata pelajaran di MIN Mulur adalah 16
mata pelajaran, 10 mata pelajaran umum dan 6 mata pelajaran agama, seperti: Al
Qur’an Hadits, BTA (Baca Tulis Al Qur’an), Fikih, Akidah Akhlak, SKI (Sejarah
Kebudayaan Islam), dan Bahasa Arab. Setiap 1 jam pelajaran berlangsung selama
30 menit. Seluruh mata pelajaran tersebut diajarkan mulai dari jenjang kelas I
sampai kelas VI.
Penelitian diadakan di kelas III yang diampu oleh Ibu Sri Hartini, A. Ma.
Kelas III merupakan kelas dengan jumlah 25 siswa, terdiri dari 14 siswa putri dan
11 siswa putra.
2. Deskripsi Kondisi Awal
Berikut adalah hal-hal yang menjadi dasar diadakannya penelitian:
Rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas III MIN Mulur khususnya
dalam materi permukaan bumi dan cuaca, hal ini didasarkan pada data nilai siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Sebagai gambaran awal pembelajaran yang dilaksanakan guru kelas bahwa
pembelajaran IPA yang selama ini berlangsung masih mengalami banyak kendala
dan kekurangan, antara lain: kurangnya keaktifan siswa selama proses
pembelajaran, kurangnya perhatian siswa terhadap penyampaian guru, dan adanya
beberapa siswa yang enggan mengerjakan tugas dari guru selama pembelajaran
IPA berlangsung. Kendala-kendala ini disebabkan oleh beberapa faktor di
antaranya pembelajaran yang diterapkan oleh guru belum inovatif dan tidak
menarik minat belajar siswa. Hal ini menyebabkan hasil pembelajaran yang
diperoleh kurang maksimal terutama pada mata pelajaran IPA.
Tabel 4 adalah tabel data nilai siswa dalam bentuk data interval sebelum
dilakukan tindakan atau pra-siklus. Lebih lengkap terdapat dalam lampiran 16
halaman 140.
Tabel 4. Frekuensi Data Nilai IPA Kelas III MIN Mulur Sebelum Tindakan (pra-
siklus)
No Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(xi)
Fixi Prosentase
(%) Keterangan
1 46-52 3 49 147 12 Di bawah KKM
2 53-59 10 56 560 40 Di bawah KKM
3 60-66 5 63 315 20 Di bawah KKM
4 67-73 4 70 280 16 Di atas KKM
5 74-80 2 77 154 8 Di atas KKM
6 81-87 1 84 84 4 Di atas KKM
Jumlah 25 1540 100%
Nilai rata-rata = 1540: 25 = 61.6
Ketuntasan klasikal = 7: 25 X 100 % = 28%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Berdasarkan tabel 4 yaitu tentang frekuensi data nilai kemampuan awal
siswa dalam IPA kompetensi dasar permukaan bumi dan cuaca sebelum diberikan
tindakan pada gambar di atas, maka dapat disajikan grafik 1 sebagai berikut:
Grafik 1. Data Nilai IPA Kelas III MIN Mulur Sebelum Tindakan (pra-siklus)
Sedangkan nilai terendah, nilai tertinggi, rata-rata yang diperoleh, dan
persentase ketuntasan pada waktu pra-siklus dapat dilihat pada tabel 5 berikut:
Tabel 5. Data Nilai IPA Kelas III MIN Mulur Sebelum Tindakan (pra-siklus)
Keterangan Hasil Nilai
Nilai terendah 50
Nilai tertinggi 82
Rata-rata 61,6
Prosentase ketuntasan 28 %
Dari tabel frekuensi dan gambar grafik di atas, dapat diketahui nilai awal
atau pra-siklus siswa kelas III MIN Mulur dengan 6 interval dan 6 kelas, nilai
tertinggi siswa adalah 82 dan nilai terendahnya 50.
Menurut analisis hasil evaluasi pra-siklus atau tes awal sebelum diadakan
tindakan, diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 61,6 atau dapat dikatakan bahwa
nilai rata-rata kelas belum mencapai batas KKM yaitu 65. Bila dianalisis lebih
jauh lagi, masih ada siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM yaitu sebanyak
3
10
54
21
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
46-52 53-59 60-66 67-73 74-80 81-87
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Skor Prestasi Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
18 siswa. Sedangkan bila dibandingkan dengan harapan yang diinginkan peneliti
dan sekolah masih cukup jauh yaitu peningkatan hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran IPA sebesar 80 % atau 20 anak dari total siswa 25 anak. Dari hasil tes
awal dapat diambil kesimpulan sementara bahwa hasil belajar IPA kompetensi
dasar permukaan bumi siswa kelas III MIN Mulur masih rendah.
3. Deskripsi Permasalahan Penelitian
a. Tindakan siklus I
Pelaksanaan siklus 1 selama 1 minggu mulai dari tanggal 4 April sampai
dengan tanggal 6 April 2011 (2 kali pertemuan).
Adapun tahapan yang dilaksanakan selama siklus 1 adalah sebagai
berikut:
1) Perencanaan
Berdasarkan Kurikulum Pendidikan Dasar kelas III (silabus SD) pada
kompetensi dasar Kompetensi Dasar mendeskripsikan kenampakan permukaan
bumi di lingkungan, peneliti melakukan langkah-langkah pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran quantum. Langkah-langkah tersebut, antara
lain:
a) Memilih kompetensi dasar permukaan bumi dan cuaca. Alasan memilih
kompetensi dasar terkait adalah:
(1) Pada kompetensi dasar permukaan bumi, guru belum menerapkan
model pembelajaran inovatif yang dapat menarik perhatian siswa
sehingga hasil belajar siswa belum baik.
(2) Materi permukaan bumi merupakan kompetensi mata pelajaran IPA
yang melibatkan pelaksanaan pembelajaran di dalam maupun di luar
pembelajaran. Sehingga hasil belajar yang dimiliki dapat
dikembangkan dan dipelajari meskipun di luar konteks pembelajaran.
b) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPA
kompetensi dasar permukaan bumi. RPP tersebut direncanakan selama 2
kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 x 30 menit di setiap pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
RPP yang disusun meliputi aspek: standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring, materi pembelajaran,
metode dan model, langkah-langkah pembelajaran, sumber dan media
pembelajaran, penilaian (RPP ada pada lampiran 2 halaman 85)
c) Mempersiapkan fasilitas dan media pembelajaran
Fasilitas yang dipersiapkan yaitu penataan ruang kelas yang
dikondisikan sesuai dengan model pembelajaran quantum, yaitu jumlah
meja dan kursi disesuaikan dengan jumlah siswa kemudian ditata menurut
jumlah kelompok.
Sedangkan media yang digunakan berupa:
a) Peta
b) Globe
c) Gambar bagian permukaan bumi
d) Menyiapkan lembar pengamatan dan penilaian
Lembar pengamatan berfungsi untuk merekam seluruh kegiatan
pembelajaran berlangsung. Lembar pengamatan berupa lembar
pengamatan kinerja guru saat mengajar dan lembar observasi keaktifan
siswa selama kegiatan pembelajaran. Lembar pengamatan kerja dinilai
oleh guru kelas sebagai pihak observer (peneliti sebagai guru yang
bertindak melaksanakan penelitian), sedangkan lembar pengamatan
keaktifan siswa dinilai oleh peneliti sebagai pihak pelaksana penelitian.
Selain itu peneliti juga mempersiapkan lembar penilaian dan lembar kerja
siswa baik itu kelompok maupun individu. Lembar penilaian disusun
berdasarkan indikator dan tujuan pembelajaran. Sedangkan penilaian
terhadap hasil belajar siswa didasarkan pada pedoman penilaian hasil
belajar IPA.
2) Pelaksanaan tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus I, peneliti bekerja sama
dengan guru kelas. Peneliti bertindak sebagai pelaksana tindakan sedangkan
guru bertindak sebagai observer yang mengamati jalannya proses
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
a) Pertemuan ke – 1
Pada pertemuan ke-1 kompetensi dasar permukaan bumi
mempelajari tentang mendeskripsikan kenampakan permukaan bumi di
lingkungan. Sedangkan aspek pembelajaran yang ditekankan pada
pertemuan ke-1 ini adalah mendeskripsikan berbagai bentuk permukaan
bumi. Adapun langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran sebagai
berikut:
(1) Kegiatan awal
(a) Guru mengkondisikan siswa
(b) Guru melaksanakan apersepsi yaitu membimbing siswa menyanyikan
lagu “kapal laut”
(c) Guru memberikan pertanyaan tentang kenampakan permukaan bumi
yang ada di lingkungan sekitar siswa.
(d) Guru menuliskan indikator pembelajaran yaitu mendeskripsikan
berbagai bentuk permukaan bumi sebagian besar permukaan bumi
terdiri atas air di papan tulis.
a) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(a) Siswa memperhatikan gambar yang ditampilkan guru tentang
berbagai bentuk permukaan bumi terdiri atas daratan dan
sebaran air dari peta (Tanamkan).
(b) Siswa dibimbing untuk mendeskripsikan tentang bagian-bagian
daratan dalam gambar dan klasifikasi warna berdasarkan
ketinggian letak suatu tempat (Tanamkan).
(c) Secara individu, siswa mencatat hasil deskripsi dan membuat
laporan pembelajaran yang diberikan oleh guru (Namai).
(2) Elaborasi
(a) Guru memberi tugas kelompok untuk mengidentifikasi
permukaan bumi terdiri dari daratan (Alami).
(b) Guru memberikan tugas mengklasifikasikan warna pada peta
dengan gambar jenis permukaan daratan (Alami).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
(c) Secara berkelompok, siswa mempresentasikan hasil diskusi dan
tugas kelompok di depan kelas. (Demonstrasikan)
(3) Konfirmasi
(a) Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan kepada
siswa yang mampu mempresentasikan hasil diskusinya dengan
baik. (Ulangi)
(b) Guru melakukan koreksi atas kesalahan siswa.
b) Kegiatan akhir
(1) Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran permukaan bumi yang
telah dilaksanakan. (Rayakan)
(2) Guru memberikan tugas kepada siswa.
(3) Guru memberikan penilaian atas tugas yang telah selesai dikerjakan
oleh siswa.
(4) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan
selanjutnya yaitu sebagian permukaan bumi terdiri atas air.
2) Pertemuan ke-2
Pada pertemuan ke-2, siswa akan mendapat materi sebagian
permukaan bumi terdiri atas air.
Adapun langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan awal
(1) Guru mengkondisikan siswa
(2) Guru melaksanakan apersepsi yaitu membimbing siswa menyanyikan
lagu “lautku” dan “kapal laut”.
(3) Guru memberikan pertanyaan tentang kenampakan permukaan bumi
yang berupa sebaran air yang pernah dikunjungi atau diketahui siswa.
(1) Guru menuliskan indikator pembelajaran di papan tulis yaitu
sebagian besar permukaan bumi terdiri atas air dan bentuk bumi tidak
rata dan mendatar melainkan bulat pepat.
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
(a) Siswa memperhatikan gambar yang ditampilkan guru tentang
bagian dan wilayah laut. (Tanamkan)
(b) Secara individu, siswa dibimbing untuk mendeskripsikan
gambar yang diberikan oleh guru. (Namai)
(c) Siswa dibimbing untuk mendeskripsikan tentang bentuk
permukaan bumi tidak rata atau mendatar melainkan bulat pepat.
(Tanamkan)
(d) Secara individu, siswa mencatat hasil deskripsi dan membuat
laporan pembelajaran yang diberikan oleh guru (Namai).
(2) Elaborasi
(a) Guru memberi instruksi kepada siswa untuk mengidentifikasi
bagian laut berdasarkan warna dan gambar bagian dan wilayah
laut. (Alami)
(b) Salah satu kelompok mempresentasikan tugas diskusi di depan
kelas. (Demonstrasikan)
(c) Guru memberi instruksi kepada siswa untuk mempersiapkan alat
dan bahan yang diperlukan untuk percobaan membuktikan
bentuk bumi tidak rata melainkan bulat pepat.
(d) Siswa melakukan percobaan untuk membuktikan bentuk bumi
tidak datar melainkan bulat pepat secara berkelompok dengan
pengarahan dari guru. (Alami)
(e) Salah satu kelompok mempresentasikan percobaan untuk
membuktikan bentuk bumi tidak rata atau mendatar melainkan
bulat pepat di depan kelas. (Demonstrasikan)
(3) Konfirmasi
(a) Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan kepada
siswa dengan mengulangi kembali percobaan untuk
membuktikan bentuk bumi tidak rata atau mendatar melainkan
bulat pepat. (Ulangi)
(b) Guru melakukan koreksi atas kesalahan siswa saat melakukan
percobaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
c) Kegiatan akhir
(1) Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran permukaan bumi yang
telah dilaksanakan (Rayakan).
(2) Guru memberikan tugas kepada siswa.
(3) Guru memberikan penilaian atas tugas yang telah selesai dikerjakan
oleh siswa.
(4) Guru memberikan penilaian atas percobaan yang dilakukan tiap
kelompok.
b) Observasi
Observasi atau pemantauan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran quantum dengan menggunakan lembar
pengamatan, baik lembar pengamatan kinerja guru saat mengajar (lampiran 7
halaman 107) ataupun lembar keaktifan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung (lampiran 13 halaman 130). Selain itu untuk merekam kegiatan
selama proses pembelajaran dalam bentuk gambar dengan menggunakan
kamera.
Tujuan diadakannya observasi adalah untuk mengetahui kesesuaian
jalannya pembelajaran terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang telah dirancang sebelumnya. Selain itu untuk mengetahui seberapa jauh
tingkat keberhasilan penggunaan model pembelajaran quantum dalam
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA materi permukaan
bumi. Oleh karena itu, observasi tidak hanya dilakukan terhadap proses
pembelajaran yang dilaksanakan saja tetapi juga menyangkut aktivitas guru
selama melaksanakan pembelajaran terutama mengenai pengorganisasian
kelas.
Berikut merupakan uraian observasi terhadap pembelajaran pada
siklus I:
Pertemuan ke-1
Indikator :
6.1.1 Mendeskripsikan permukaan bumi di lingkungan sekitar
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
6.1.2 Mengidentifikasikan berbagai wilayah daratan berdasarkan
gambar.
6.1.1 Mengklasifikasikan wilayah daratan berdasarkan warna.
Pertemuan ke-2
Indikator :
6.1.4 Mendeskripsikan sebagian permukaan bumi adalah air.
6.1.5 Mengidentifikasikan bagian dan wilayah laut berdasarkan
gambar dan peta timbul.
6.1.6 Mengklasifikasikan kedalaman wilayah laut berdasarkan
warna.
6.1.7 Mendeskripsikan bentuk bumi tidak rata atau mendatar
melainkan bulat pepat.
6.1.8 Melakukan percobaan bahwa bentuk bumi tidak rata atau
mendatar melainkan bulat pepat.
Media:
1. Peta dan atlas
2. Globe
3. Gambar permukaan daratan
Berikut merupakan hasil observasi selama siklus I berdasarkan
Lampiran 11:
1) Kegiatan siswa
Hasil pengamatan terhadap kemampuan dan keaktifan siswa
selama proses pembelajaran dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Kemampuan dan keaktifan personal:
(1) Siswa tidak antusias dalam merespon setiap apersepsi guru.
(2) Siswa tidak aktif dan memperhatikan penjelasan dan demonstrasi
guru.
(3) Siswa tidak menyimak setiap instruksi dari guru dengan baik.
(4) Siswa tidak aktif dalam kegiatan diskusi.
(5) Siswa belum terampil dalam membuat catatan sederhana/konsep
awal dari penjelasan dan demonstrasi guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
b) Kemampuan dan keaktifan kelompok
(1) Siswa belum bisa bekerja secara kooperatif
(2) Tanggung jawab individu terhadap kelompok kurang baik.
(3) Keterampilan sosial yaitu membantu teman yang kesulitan kurang
baik.
(4) Kedisiplinan kelompok dalam menjalankan tugas kurang baik.
2) Kegiatan guru (Lihat Lampiran 7 dan 8)
a) Guru belum melaksanakan pra pembelajaran dengan baik.
b) Guru dapat membuka pelajaran dengan baik.
c) Guru kurang menguasai materi pembelajaran.
d) Guru dapat memanfaatkan sumber belajar /media pembelajaran
dengan baik.
e) Guru belum melaksanakan pembelajaran yang memicu dan
memelihara keterlibatan siswa.
f) Guru dapat melaksanakan penilaian proses dan hasil dengan baik
g) Guru telah menggunakan bahasa lisan dan tulis dengan baik.
h) Guru telah melaksanakan penutupan pembelajaran dengan baik.
i) Secara keseluruhan siklus I rata-rata aktivitas guru adalah 2,93 atau
kurang.
3) Hasil belajar IPA kompetensi dasar permukaan bumi
a) Sebagian siswa mampu mendeskripsikan permukaan bumi di
lingkungan sekitar dengan baik.
b) Siswa mampu mengidentifikasikan berbagai wilayah daratan
berdasarkan gambar dan peta timbul dengan baik.
c) Siswa dapat mengklasifikasikan wilayah daratan berdasarkan warna
namun kurang baik.
d) Siswa dapat mendeskripsikan sebagian permukaan bumi adalah air
dengan baik.
e) Siswa dapat mengidentifikasikan bagian dan wilayah laut
berdasarkan gambar dan peta timbul dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
f) Sebagian siswa mampu mengklasifikasikan kedalaman wilayah laut
berdasarkan warna dengan baik.
g) Siswa mampu mendeskripsikan bentuk bumi tidak rata atau
mendatar melainkan bulat pepat dengan baik.
h) Siswa dapat melakukan percobaan bahwa bentuk bumi tidak rata
atau mendatar melainkan bulat pepat dengan baik.
c) Refleksi
Data yang diperoleh selama pembelajaran IPA seluruhnya
dikumpulkan, baik itu pada pertemuan 1 maupun pada pertemuan 2.
Berdasarkan hasil observasi selama proses pelaksanaan tindakan, pembelajaran
IPA telah mengalami peningkatan pada hasil belajar dibandingkan hasil pra-
siklus. Hasil yang dicapai cukup signifikan, meskipun belum mencapai batas
ketuntasan yang diharapkan yaitu 80 % siswa mencapai nilai lebih dari nilai
KKM (65).
Peningkatan yang cukup signifikan itu salah satunya adalah
disebabkan penggunaan model pembelajaran quantum konsep TANDUR.
Penerapan model tersebut menjadikan siswa lebih tertarik dan antusias dalam
mengikuti proses pembelajaran dari guru. Siswa merasa mendapatkan
pengetahuan baru dan pengalaman yang berbeda selama proses pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran quantum konsep TANDUR.
Namun masih ada beberapa kekurangan pada pembelajaran yang
diadakan pada siklus I, diantaranya yaitu: 1) penerapan model pembelajaran
quantum belum sepenuhnya terlaksana secara maksimal. 2) pada saat
penerapan model pembelajaran quantum siswa-siswa belum terlihat antusias,
dan beberapa siswa yang belum mengerti makna pembelajaran yang
sebenarnya. 3) ada beberapa siswa yang enggan untuk memperhatikan materi
dengan serius meskipun beberapa di antaranya telah menunjukkan
keantusiasannya. 4) kerja sama siswa dalam kelompok belum terjalin dengan
baik, karena masih ada beberapa siswa yang individulisme.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Berdasarkan refleksi yang dilakukan pada tahap siklus I masih
didapati beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran, oleh karena itu
peneliti berusaha untuk mencari solusi dari kekurangan tersebut, di antaranya
peneliti menerapkan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan selama
proses pembelajaran berlangsung agar siswa semakin tertarik dan semangat
dalam mengikuti pelajaran, peneliti juga memberikan variasi tugas kepada
siswa dengan tujuan agar siswa-siswa tidak merasa bosan dalam melaksanakan
pembelajaran. Peneliti juga memberikan motivasi di sela-sela pembelajaran
baik itu berupa penghargaan verbal maupun non-verbal dengan tujuan agar
siswa semakin antusias dalam belajar. Sehubungan dengan hal itu, maka
peneliti merencanakan untuk mengadakan siklus berikutnya, yaitu siklus II.
Berikut ini adalah data nilai yang diperoleh pada pembelajaran siklus
I, baik pertemuan ke-1 maupun ke-2 :
1) Hasil Nilai Siklus I Pertemuan ke-1
Indikator:
a) Mendeskripsikan permukaan bumi di lingkungan sekitar siswa.
b) Mengidentifikasikan berbagai wilayah daratan berdasarkan gambar
dan peta timbul.
c) Mengklasifikasikan wilayah daratan berdasarkan warna.
Berikut adalah gambar tabel 6 dan 7 serta grafik 2 siklus I pertemuan I :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tabel 6. Frekuensi Data Nilai IPA Siklus I pertemuan I
Dari Tabel 3 di atas maka dapat digambarkan grafik 2 sebagai berikut:
Grafik 2. Frekuensi Nilai IPA Siklus I Pertemuan ke-1
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
53-59 60-66 67-73 74-80 81-87 88-94
frek
uen
si
Interval Nilai
N
o
Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(xi)
Fixi Prosentase
(%) Keterangan
1 53-59 2 56 112 8 Di bawah KKM
2 60-66 8 63 504 32 Di bawah KKM
3 67-73 7 70 490 28 Di atas KKM
4 74-80 5 77 385 20 Di atas KKM
5 81-87 2 84 168 8 Di atas KKM
6 88-94 1 91 91 4 Di atas KKM
Jumlah 25
1750 100%
Nilai rata-rata = 1750: 25 = 70
Ketuntasan klasikal = 15: 25 X 100 % = 60%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Tabel 7. Data Nilai IPA Siklus I pertemuan I
Keterangan Hasil Nilai
Nilai terendah 58
Nilai tertinggi 90
Rata-rata 70
Prosentase Ketuntasan 60 %
d) Hasil Nilai Siklus I Pertemuan ke-2
Indikator: (Lihat Tabel 8)
a) Mendeskripsikan sebagian permukaan bumi adalah air.
b) Mengidentifikasikan bagian dan wilayah laut berdasarkan gambar dan
peta timbul.
c) Mengklasifikasikan kedalaman wilayah laut berdasarkan warna.
Tabel 8. Frekuensi Data Nilai IPA Siklus I Pertemuan ke-2
N
o
Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah
(xi)
Fixi Prosentase
(%) Keterangan
1 53-59 0 56 0 0 Di bawah KKM
2 60-66 9 63 567 36 Di bawah KKM
3 67-73 8 70 560 32 Di atas KKM
4 74-80 6 77 462 24 Di atas KKM
5 81-87 0 84 0 0 Di atas KKM
6 88-94 2 91 182 8 Di atas KKM
Jumlah 25 1771 100%
Nilai rata-rata = 1771: 25 = 70.84
Ketuntasan klasikal =16: 25 X 100 % = 64%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Berdasarkan tabel frekuensi nilai pada siklus I pertemuan ke-2 di atas, maka dapat
digambarkan pada grafik 3 sebagai berikut:
Grafik 3. Frekuensi Data Nilai IPA Siklus I Pertemuan ke-2
Tabel 9. Data Hasil Tes Siklus I Pertemuan ke-2
Keterangan Hasil Nilai
Nilai terendah 60
Nilai tertinggi 90
Rata-rata 70.84
Persentase 64 %
Dari kedua data di atas (hasil siklus I pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2) maka
dapat dibuat tabel 10 yaitu perbandingan rata-rata hasil nilai pada pra-siklus dan
siklus I sebagai berikut:
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
60-66 67-73 74-80 81-87 88-94
Fre
ku
ensi
Interval Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tabel 10. Perbandingan Rata-rata Nilai siklus I dan pra-Siklus
No Keterangan Siklus I Rata-rata
Siklus I
Nilai Hasil
pra-siklus Pertemuan 1 Pertemuan 2
1 Nilai Terendah 58 60 59 50
2 Niali Tertinggi 90 90 90 82
3 Rata-rata Kelas 70 70.84 70.42 61.6
4 Prosentase 60% 64% 32% 28%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran pada pertemuan ke-2 siklus
I mengalami peningkatan bila dibandingkan pada pertemuan ke-1. Dilihat dari
nilai terendah pada pertemuan ke-1 yaitu 58 telah meningkat menjadi 60, nilai
tertinggi masih seperti semula yaitu 90, rata-rata kelas pada pertemuan ke-1
sebesar 70 telah mengalami peningkatan sebesar 0.84 menjadi 70.84. Sedangkan
peningkatan pada prosentase ketuntasan belajar siswa, yaitu pada pertemuan ke-1
hanya 60% telah meningkat cukup baik menjadi 64%.
1. Tindakan siklus II
Pelaksanaan siklus II diadakan selama lebih kurang 1 minggu, yaitu
dimulai tanggal 11 April 2011 dan berakhir tanggal 17 April 2011. Siklus II
terdiri atas 2 pertemuan, dengan alokasi waktu tiap pertemuan adalah 3x30 menit.
Adapun tahapan yang dilaksanakan pada siklus II, sebagai berikut:
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil observasi dan refleksi terhadap tindakan pada
siklus 1, didapat kesimpulan bahwa hasil pembelajaran selama siklus I telah
mengalami peningkatan dan capaian keberhasilan yang diinginkan yaitu 80 %
siswa mendapat nilai di atas KKM (65). Namun, hasil belajar siswa dalam
mata pelajaran IPA kompetensi dasar permukaan bumi belum dikatakan baik
meskipun telah mengalami peningkatan dibandingkan dengan pra-siklus.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, peneliti dengan bantuan guru
mengadakan perencanaan untuk melaksanakan tahap siklus II. Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
menyusun kembali Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan lebih
cermat dan teliti.
Sebagaimana halnya pada perencanaan tahap siklus I, langkah-
langkah perencanaan pada siklus II juga terdiri atas: a) pemilihan kompetensi
dasar materi pembelajaran (penentuan Kompetensi Dasar dan Indikator); b)
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); c) persiapan fasilitas
dan media pembelajaran; d) persiapan lembar pengamatan dan penilaian
b. Pelaksanaan tindakan
Pembelajaran pada siklus II dilaksanakan selama 2 kali pertemuan,
deskripsi pelaksanaannya sebagai berikut:
1) Pertemuan ke – 1
Pada pertemuan ke-1 kompetensi dasar permukaan bumi dan cuaca
mempelajari tentang mendeskripsikan kenampakan permukaan bumi di
lingkungan. Sedangkan aspek pembelajaran yang ditekankan pada
pertemuan ke-1 ini adalah mendeskripsikan berbagai bentuk permukaan
bumi. Adapun langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran sebagai
berikut:
a) Kegiatan awal
(1) Guru mengkondisikan siswa
(2) Guru melaksanakan apersepsi yaitu membimbing siswa menyanyikan
lagu “kapal laut”
(3) Guru memberikan pertanyaan tentang kenampakan permukaan bumi
yang ada di lingkungan sekitar siswa.
(4) Guru menuliskan indikator pembelajaran yaitu mendeskripsikan
berbagai bentuk permukaan bumi di papan tulis.
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(a) Siswa memperhatikan peta timbul yang ditampilkan guru
tentang berbagai bentuk permukaan bumi terdiri atas daratan
dan sebaran air dari peta (Tanamkan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
(b) Siswa dibimbing untuk mendeskripsikan tentang bagian-bagian
daratan dalam peta timbul dan klasifikasi warna berdasarkan
ketinggian letak suatu tempat (Tanamkan).
(c) Secara individu, siswa mencatat hasil deskripsi dan membuat
laporan pembelajaran yang diberikan oleh guru (Namai).
(2) Elaborasi
(a) Guru memberikan tugas kelompok untuk mengidentifikasi
permukaan bumi terdiri dari daratan (Alami).
(b) Guru memberikan tugas mengklasifikasikan warna pada peta
timbul dengan jenis permukaan daratan (Alami).
(c) Secara berkelompok, siswa mempresentasikan hasil diskusi dan
tugas kelompok di depan kelas. (Demonstrasikan)
(3) Konfirmasi
(a) Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan kepada
siswa yang mampu mempresentasikan hasil diskusinya dengan
baik. (Ulangi)
(b) Guru melakukan koreksi atas kesalahan siswa.
c) Kegiatan akhir
(1) Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran permukaan bumi yang
telah dilaksanakan. (Rayakan)
(2) Guru memberikan tugas kepada siswa.
(3) Guru memberikan penilaian atas tugas yang telah selesai dikerjakan
oleh siswa.
(4) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan
selanjutnya yaitu sebagian permukaan bumi terdiri atas air.
3) Pertemuan ke-2
Pada pertemuan ke-2, siswa akan mendapat materi sebagian
permukaan bumi terdiri atas air.
Adapun langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan awal
(1) Guru mengkondisikan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
(2) Guru melaksanakan apersepsi yaitu membimbing siswa menyanyikan
lagu “lautku”
(3) Guru memberikan pertanyaan tentang kenampakan permukaan bumi
yang berupa sebaran air yang pernah dikunjungi atau diketahui siswa.
(1) Guru menuliskan indikator pembelajaran di papan tulis yaitu
sebagian besar permukaan bumi terdiri atas air dan menyebutkan
bentuk bumi tidak rata dan mendatar melainkan bulat pepat.
b) Kegiatan Inti
(1) Eksplorasi
(a) Siswa memperhatikan peta timbul yang ditampilkan guru
tentang bagian dan wilayah laut. (Tanamkan)
(b) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang bentuk
permukaan bumi tidak rata atau mendatar melainkan bulat pepat.
(Tanamkan)
(c) Secara individu, siswa mencatat hasil deskripsi dan membuat
laporan pembelajaran yang diberikan oleh guru (Namai).
(2) Elaborasi
(a) Guru memberi instruksi kepada siswa untuk mengidentifikasi
bagian laut berdasarkan warna dan gambar bagian dan wilayah
laut. (Alami)
(b) Salah satu kelompok mempresentasikan tugas diskusi di depan
kelas. (Demonstrasikan)
(c) Guru memberi instruksi kepada siswa untuk mempersiapkan
alat dan bahan yang diperlukan untuk percobaan membuktikan
bentuk bumi tidak rata melainkan bulat pepat.
(d) Siswa melakukan percobaan untuk membuktikan bentuk bumi
tidak datar melainkan bulat pepat secara berkelompok dengan
pengarahan dari guru. (Alami)
(e) Salah satu kelompok mempresentasikan percobaan untuk
membuktikan bentuk bumi tidak rata atau mendatar melainkan
bulat pepat di depan kelas. (Demonstrasikan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
(3) Konfirmasi
(a) Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan kepada
siswa dengan mengulangi kembali penjelasan bagian dan
wilayah laut. (Ulangi)
(b) Guru melakukan koreksi atas kesalahan siswa dalam
percobaan maupun presentasi kelompok.
c) Kegiatan akhir
(1) Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran permukaan bumi yang
telah dilaksanakan (Rayakan).
(2) Guru memberikan tugas kepada siswa.
(3) Guru memberikan penilaian atas tugas serta percobaan yang telah
selesai dikerjakan oleh siswa.
c. Observasi
Observasi atau pemantauan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran quantum dengan menggunakan lembar
pengamatan, baik itu lembar pengamatan kinerja guru saat mengajar
(lampiran 9 halaman 114)ataupun lembar keaktifan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung (lampiran 14 halaman 136). Selain itu untuk
merekam kegiatan selama proses pembelajaran dalam bentuk gambar dengan
menggunakan kamera.
Tujuan diadakannya observasi adalah untuk mengetahui kesesuaian
jalannya pembelajaran terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang telah dirancang sebelumnya. Selain itu untuk mengetahui seberapa jauh
tingkat keberhasilan penggunaan model pembelajaran quantum dalam
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA kompetensi dasar
permukaan bumi. Oleh karena itu, observasi tidak hanya dilakukan terhadap
proses pembelajaran yang dilaksanakan saja tetapi juga menyangkut aktivitas
guru selama melaksanakan pembelajaran terutama mengenai
pengorganisasian kelas.
Berikut merupakan hasil observasi selama siklus II :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
1) Kegiatan siswa
Hasil pengamatan terhadap kemampuan dan keaktifan siswa
selama proses pembelajaran dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Kemampuan dan keaktifan personal:
(1) Siswa antusias dalam merespon setiap apersepsi yang diberikan
guru.
(2) Siswa aktif dan memperhatikan penjelasan dan demonstrasi guru.
(3) Siswa menyimak setiap instruksi dari guru dengan baik.
(4) Siswa aktif dalam kegiatan diskusi.
(5) Siswa sudah terampil dalam membuat catatan sederhana/konsep
awal dari penjelasan dan demonstrasi guru.
b) Kemampuan dan keaktifan kelompok
(1) Siswa bisa bekerja secara kooperatif
(2) Tanggung jawab individu terhadap kelompok baik.
(3) Keterampilan sosial yaitu membantu teman yang kesulitan sudah
baik.
(4) Kedisiplinan kelompok dalam menjalankan tugas sudah baik.
4) Kegiatan guru (Lihat Lampiran 9 dan 10)
a) Guru melaksanakan pra pembelajaran dengan baik.
b) Guru dapat membuka pelajaran dengan baik.
c) Guru menguasai materi pembelajaran dengan baik.
d) Guru dapat memanfaatkan sumber belajar /media pembelajaran
dengan baik.
e) Guru melaksanakan pembelajaran yang memicu dan memelihara
keterlibatan siswa dengan baik.
f) Guru dapat melaksanakan penilaian proses dan hasil dengan baik
g) Guru telah menggunakan bahasa lisan dan tulis dengan baik.
h) Guru telah melaksanakan penutupan pembelajaran dengan baik.
i) Secara keseluruhan siklus I rata-rata aktivitas guru adalah 3,7 atau
baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
d. Refleksi
Dari hasil pembelajaran siklus II, baik data yang diperoleh dari
pembelajaran pada pertemuan 1 maupun pertemuan 2 dikumpulkan lalu
dianalisis.
Menurut observasi dan evaluasi yang dilaksanakan setelah
diadakannya tindakan siklus II, didapati kesimpulan bahwa hasil
pembelajaran pada siklus II mengalami peningkatan dibanding dengan
hasil pembelajaran pada siklus I. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
belajar melebihi nilai KKM (65) sejumlah 80%. Hal ini sesuai batas/target
yang diinginkan yaitu minimal sebanyak 20 siswa dari total keseluruhan
25 siswa. Meskipun ada beberapa anak yang masih memiliki hasil belajar
IPA kompetensi dasar permukaan bumi yang masih rendah. Hal ini
disebabkan oleh faktor intern dari diri siswa, yaitu kurang adanya motivasi
lebih dari dalam diri siswa dan siswa tertentu memiliki kemampuan
berfikir yang agak lambat dibanding kemampuan rata-rata siswa.
Berikut merupakan hasil nilai tes pada pembelajaran siklus II, yang
meliputi pertemuan 1 dan 2:
1) Hasil Nilai Siklus II Pertemuan ke-1
Indikator :
Indikator:
a) Mendeskripsikan permukaan bumi di lingkungan sekitar siswa.
b) Mengidentifikasikan berbagai wilayah daratan berdasarkan gambar
dan peta timbul.
c) Mengklasifikasikan wilayah daratan berdasarkan warna.
Tabel 11. Frekuensi Data Nilai Siklus II Pertemuan ke-1
No Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi)
fixi Prosentase
(%)
Keterangan
1 60-66 8 63 504 32 Di bawah KKM
2 67-73 6 70 420 24 Di atas KKM
3 74-80 9 77 693 36 Di atas KKM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
4 81-87 1 84 84 4 Di atas KKM
5 88-94 1 91 91 4 Di atas KKM
Jumlah 25 1792 100%
Nilai rata-rata= 1792:25=71.68
Ketuntasan klasikal=17:25x100%=68%
Dari tabel 11 di atas maka dapat digambarkan grafik 4 sebagai berikut:
Grafik 4. Data Nilai Siklus II Pertemuan ke-1
Tabel 12. Data Nilai IPA Siklus II pertemuan ke-1
Keterangan Hasil Nilai
Nilai Terendah 60
Nilai Tertinggi 90
Rata-rata 71.68
Prosentase Ketuntasan 68 %
02468
101214161820
60-66 67-73 74-80 81-87
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Skor Hasil Belajar
Persentase Ketuntasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
2) Hasil Nilai Siklus II Pertemuan ke-2
Tabel 13. Frekuensi Data Nilai IPA Siklus II Pertemuan ke-2
No Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi)
fixi Prosentase
(%)
Keterangan
1 60-66 3 63 189 12 Di bawah KKM
2 67-73 5 70 350 20 Di atas KKM
3 74-80 13 77 1001 52 Di atas KKM
4 81-87 2 84 168 8 Di atas KKM
5 88-94 1 91 91 4 Di atas KKM
6 94-100 1 98 98 4 Di atas KKM
Jumlah 25 1897 100%
Nilai rata-rata= 1897:25=75.88
Ketuntasan klasikal=22:25x100%=88%
Dari tabel 13 nilai siklus II pertemuan ke-2 di atas maka dapat disajikan grafik 5
sebagai berikut:
Grafik 5. Data Nilai IPA Siklus II Pertemuan ke-2
02468
101214161820
60-66 67-73 74-80 81-87
F
r
e
k
u
e
n
s
i
Skor Prestasi Belajar
Persentase Ketuntasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tabel 14. Data Nilai IPA Siklus II Pertemuan 2:
Keterangan Hasil Nilai
Nilai Terendah 60
Nilai Tertinggi 95
Rata-rata 75.88
Prosentase Ketuntasan 88 %
Dari paparan nilai di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran
pada siklus II mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibanding dengan
hasil pembelajaran pada siklus I. Rata-rata hasil belajar terus meningkat dari
pertemuan 1 sebesar 71.68 menjadi 75,68. Dilihat dari nilai tertinggi yang
diperoleh siswa juga meningkat dari 90 menjadi 95. Selain itu ketuntasan hasil
belajar pada siklus II, baik itu pertemuan ke-1 maupun ke-2 telah menunjukkan
peningkatan yang cukup tajam dan sejalan dengan target yang ingin dicapai yaitu
ketuntasan belajar mencapai 88 % atau sebanyak 22 anak dari total siswa 25 anak.
Sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran quantum dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dalam mata pelajaran IPA kompetensi dasar permukaan bumi . Untuk lebih
jelasnya disediakan tabel 15 tentang perbandingan nilai rata-rata siklus I dan
siklus II
Tabel 15. Perbandingan Nilai IPA pada Siklus I dan Siklus II
No Keterangan Siklus I
Rata-rata Siklus II
Rata-rata Pert 1 Pert 2 Pert 1 Pert 2
1 Nilai Tertinggi 90 90 90 90 95 92.5
2 Nilai Terendah 58 60 90 60 60 60
3 Rata-rata 70 70,84 70.42 71.68 75.88 73,78
4 Prosentase 60 % 64% 62% 68% 88% 78%
Dari tabel di atas, terlihat peningkatan rata-rata nilai yang cukup berarti
yaitu sebesar 3,36. Sedangkan secara keseluruhan, baik itu pada pra-siklus, siklus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
I, maupun siklus II peningkatan rata-rata IPA kompetensi dasar permukaan bumi
siswa dapat dilihat pada tabel 16 sebagai berikut:
Tabel 16. Perbandingan Nilai IPA pra-Siklus, Siklus I, dan Siklus II
No Keterangan Pra-Siklus Siklus I Siklus II
1 Nilai Tertinggi 82 90 92.5
2 Nilai Terendah 50 59 60
3 Rata-rata 61.6 7,42 73,78
4 Prosentase Ketuntasan 28 % 62 % 78 %
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Setelah melaksanakan tindakan sebanyak 2 siklus yaitu berupa
pembelajaran selama 4 kali pertemuan, diperoleh hasil peningkatan keterampilan
IPA kompetensi dasar permukaan bumi siswa. Hal ini ditandai dengan
meningkatnya hasil tes belajar pada kompetensi IPA kompetensi dasar permukaan
bumi. Selain itu adanya peningkatan hasil pekerjaan siswa yang semakin
membaik. Pada siklus I dan II telah dilaksanakan pembelajaran materi IPA
kompetensi dasar permukaan bumi dengan indikator sebagai berikut:
1. Siswa mampu mendeskripsikan permukaan bumi di lingkungan sekitar
dengan baik.
2. Siswa mampu mengidentifikasikan berbagai wilayah daratan berdasarkan
gambar dan peta timbul dengan baik.
3. Siswa dapat mengklasifikasikan wilayah daratan berdasarkan warna dengan
baik.
4. Siswa dapat mendeskripsikan sebagian permukaan bumi adalah air dengan
baik.
5. Siswa dapat mengidentifikasikan bagian dan wilayah laut berdasarkan
gambar dan peta timbul dengan baik.
6. Siswa mampu mengklasifikasikan kedalaman wilayah laut berdasarkan warna
dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
7. Siswa mampu mendeskripsikan bentuk bumi tidak rata atau mendatar
melainkan bulat pepat dengan baik.
8. Siswa dapat melakukan percobaan bahwa bentuk bumi tidak rata atau
mendatar melainkan bulat pepat dengan baik.
Hasil penelitian selengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Hasil wawancara terhadap guru
Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan sebelum dan sesudah
dilaksanakannya pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
quantum, maka didapat kesimpulan sebagai berikut:
a. Sebelum dilakukan tindakan
Guru belum menggunakan model pembelajaran quantum yang inovatif
sehingga gaya mengajar monoton, akibatnya siswa kurang antusias dan
tertarik dalam melaksanakan pembelajaran, selain itu hasil belajar siswa
belum mencapai hasil yang memuaskan.
b. Sesudah dilakukan tindakan
Penggunaan model pembelajaran quantum dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dalam mata pelajaran IPA kompetensi dasar permukaan bumi. Hal ini
dapat dilihat dari hasil tes siswa.
2. Observasi terhadap guru
Berdasarkan hasil observasi, aktivitas guru mengalami peningkatan. Pada
pembelajaran siklus I, rata-rata skor hasil observasi terhadap guru pada pertemuan
pertama 3,11 dan pada pertemuan kedua 3,41. Jadi rata-rata skor aktivitas guru
dalam pembelajaran siklus I adalah 3,32 (baik). Sedangkan hasil observasi terhadap
guru pada siklus II ( lampiran 9 dan 11 ), rata-rata hasil observasi pada pertemuan
pertama 3,21 dan pada pertemuan kedua 3,74. Jadi rata-rata aktivitas guru dalam
pembelajaran siklus II adalah 3,66 (baik).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
3. Hasil Nilai Tes IPA Kompetensi Dasar Permukaan Bumi
a. Data nilai siswa kelas III sebelum diterapkannya model pembelajaran
quantum
Pada waktu diadakannya tes pra-siklus diketahui nilai rata-rata
diperoleh sebesar 58,6. Dari hasil ini masih didapati banyak siswa yang
mendapat nilai kurang dari KKM (70), yaitu sebanyak 10 siswa. Siswa yang
memperoleh nilai antara 71 – 80 sebanyak 5 anak, nilai antara 61 – 70 ada 3
anak, nilai antara 51 – 60 ada 2 anak, nilai antara 41 – 50 ada 1 anak, nilai
antara 31 – 40 ada 2 anak, nilai antara 21-30 sebanyak 1 anak, dan yang
mendapat nilai antara 11-20 ada 1 anak. Dari data tersebut dapat diketahui
bahwa siswa yang memperoleh nilai > 70 (pada interval 71 – 80) ada 5
siswa atau 40% dari jumlah keseluruhan siswa.
b. Data nilai siswa siklus I
Berdasarkan daftar nilai yang terdapat pada lampiran. dapat
diketahui nilai hasil evaluasi IPA kompetensi dasar permukaan bumi dan
cuaca siswa pada siklus I yang terdiri atas 2 pertemuan, sebagai berikut:
1) Pada pertemuan ke-1 siswa yang memperoleh nilai antara rentang 53-59
ada 2siswa, 60-66 sebanyak 9 siswa, 67-73 ada 7 siswa, 74-80 ada
5siswa, nilai 81-87 sebanyak 2 siswa dan yang mendapat nilai antara
88-94 sebanyak 1 siswa. Dari data tersebut dapat diketahui rata-rata
nilai sebesar 70 dan prosentase ketuntasan belajar siswa mencapai 60
%.
2) Pada pertemuan ke-2 siswa yang memperoleh nilai 60-66 sebanyak 9
siswa, 67-73 ada 8siswa, 74-80 ada 6siswa, dan yang mendapat nilai
antara 88-94 sebanyak 2 siswa. Dari data tersebut dapat diketahui rata-
rata nilai sebesar 70,84 dan prosentase ketuntasan belajar siswa
mencapai 64 %.
3) Siswa mengalami peningkatan menjadi 62 %, artinya terjadi kenaikan
sebesar 4%. Dilihat dari nilai rata-rata juga meningkat dari pertemuan
ke-1 sebesar 70menjadi 70,84.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Sedangkan bila dibandingkan dengan pra-siklus, pembelajaran pada
siklus I mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Bila dilihat dari nilai
rata-rata yang semula 61,6 meningkat menjadi 70,42 (lihat tabel 12), begitu
juga dengan prosentase ketuntasan belajar juga meningkat, yang semula 28
% telah meningkat menjadi 62%.
c. Data nilai siswa siklus II
1) Pada pertemuan ke-1 siswa yang mendapat nilai antara rentang 60-66
sebanyak 8 siswa, nilai 67-73sebanyak 6 siswa, nilai 74-80 ada 9
siswa, nilai 81-87 sebanyak 1 siswa, dan nilai 88-94 sebanyak 1 siswa.
Sedangkan rata-rata keseluruhan siswa sebesar 71,68.
2) Pada pertemuan ke-2 siswa yang mendapata nilai antara 60-66
sebanyak 1 siswa, nilai 67-73 ada 1 siswa, nilai 74-80 ada 1 siswa,
nilai 81-87 ada 1 siswa, nilai 88-94 ada 1 siswa, nilai 95-100 ada 1
siswa,. Rata-rata kelas sebesar 75,88. Bila dibandingkan dengan nilai
pada pertemuan 1 terdapat peningkatan sebesar 4,20.
Bila dibandingkan dengan pra-siklus, pembelajaran pada siklus II
mengalami peningkatan yang cukup baik, yaitu rata-rata yang semula
sebesar 61,6 meningkat tajam menjadi 75,88.
Dengan melihat temuan hasil penelitian yang berupa data-data nilai di
atas maka dapat diketahui adanya peningkatan proses maupun hasil belajar IPA
kompetensi dasar permukaan bumi melalui penerapan model pembelajaran
quantum. Peningkatan dapat dilihat dari perhitungan rata-rata nilai ketika
diadakannya pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Hal ini dapat dilihat pada
tabel 17 sebagai berikut:
Tabel 17. Perbandingan Nilai IPA Siswa pada pra-Siklus, Siklus I, dan Siklus
II
No
Pembelajaran IPA
kompetensi dasar
permukaan bumi
Pra-siklus
Sesudah dilaksanakan tindakan
Siklus I Siklus II
1 Nilai rata-rata 61,6 70,42 73,78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
2 Nilai tertinggi 82 90 92,5
3 Nilai terendah 50 59 60
4 Persentase Ketuntasan 28 % 62 % 78 %
Dari tabel 17 dapat dibuat grafik 6 sebagai berikut :
Grafik 6. Perbandingan Nilai IPA Siswa pada pra-Siklus, Siklus I, dan
Siklus II
Dari data perbandingan antara pra-siklus, siklus I, dan siklus II dapat
dianalisis sebagai berikut:
Nilai rata-rata dari pembelajaran pra-siklus hingga siklus II terus
mengalami peningkatan yaitu rata-rata yang semula 61,6 menjadi 70,42 terus
meningkat hingga 73,78. Sedangkan nilai tertinggi yang semula pada waktu pra-
siklus sebesar 82 setelah diadakan siklus I meningkat menjadi 90, dan setelah
dilaksanakan siklus II meningkat lagi menjadi 92,5. Untuk nilai terendah pada
masa pra-siklus terdapat siswa yang mendapat nilai 50, pada siklus I telah
mengalami peningkatan menjadi 59, hingga pada siklus II meningkat menjadi 60.
Sedangkan persentase pra-siklus 28% pada siklus I menjadi 62% dan di akhir
pembelajaran siklus II mengalami peningkatan menjadi 78% yaitu sejumlah 22
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Nilai Rata-rata Nilai Tertinggi Nilai Terendah Persentase Ketuntasan
Pra-Siklus
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
anak memiliki hasil belajar IPA kompetensi dasar permukaan bumi yang baik,
artinya bahwa target penelitian dapat tercapai.
Sedangkan penilaian terhadap aktivitas baik guru maupun siswa dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 18. Nilai Aktivitas Siswa dan Guru
No Jenis Aktivitas Siklus I Siklus II
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2
1 Aktivitas siswa 2,85(kurang) 3,14(cukup) 3,42(cukup) 3,85(baik)
2 Aktivitas Guru 2,78(kurang) 3,09(cukup) 3,59(baik) 3,81(baik)
Dari tabel di atas maka dapat dibuat tabel rata-rata penilaian sebagai berikut:
Tabel 19. Perbandingan Nilai Aktivitas Siswa dan Guru pada Siklus I dan Siklus
II
Skor rata-rata Siklus I Siklus II
Aktivitas Siswa 2,99 (kurang) 3,63 (baik)
Aktivitas Guru 2,93 (kurang) 3,70 (baik)
Dari Tabel 19 dapat dibuat grafik 7 sebagai berikut :
Grafik 7. Perbandingan skor keaktifan siswa dan guru siklus I dan II
0
2
4
Aktivitas Siswa
Aktivitas Guru
Fre
ku
ensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat diketahui aktivitas siswa pada
siklus I pertemuan 1 memiliki skor rata-rata 2,85 (kurang), hal ini mencerminkan
bahwa pada pembelajaran siklus I pertemuan 1 peaerta didik belum melaksanakan
proses pembelajaran secara aktif. Sedangkan pada pertemuan 2 aktivitas siswa
mulai menunjukkan peningkatan menjadi 3,14 (cukup), bila dibuat rata-rata maka
skor aktivitas siswa siklus I sebesar 2,99 (kurang). Dengan kata lain peserta didik
belum berperan aktif selama proses pembelajaran. Keadaan ini menjadi meningkat
pada pertemuan 1 siklus II, skor aktivitas siswa menjadi 3,42 (cukup) sampai pada
akhir siklus II aktivitas siswa semakin meningkat menjadi 3,85 (baik), bila dibuat
rata-rata maka didapati skor sebesar 3,63 (baik), artinya telah terjadi peningkatan
aktivitas siswa dibanding siklus I.
Aktivitas guru pada pertemuan 1 siklus I memiliki skor 2,78 (kurang),
sdengkan pada pertemiuan 2 telah terjadi peningkatan menjadi 3,09 (cukup), rata-
rata aktivitas guru pada siklus I sebesar 2,93 (kurang). Namun terjadi peningkatan
pada siklus II pertemuan 1 yaitu sebesar 3,59 (baik) dan meningkat menjadi 3,81
(baik) di pertemuan akhir siklus II, dan didapati rata-rata skor akhir siklus II
sebesar 3,70 (baik). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa baik siswa
maupun guru keduanya mengalami peningkatan aktivitas pada setiap siklusnya.
Peneliti sebagai guru selalu berusaha meningkatkan aktivitas di setiap pertemuan.
Guru selalu mengadakan evaluasi di setiap akhir pertemuan yang bermanfaat
untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan pengajaran pada pembelajaran yang
usai dilaksanakan sehingga dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan
aktivitasnya pada pertemuan berikutnya. Selain itu guru juga mengadakan
evaluasi pada aktivitas siswa selama proses pembelajaran baik. Dari beberapa
pertemuan terdapat aktivitas yang kurang pada siswa. Hal ini karena masih adanya
beberapa kendala dan kekurangan yang terjadi selama pembelajaran berlangsung,
baik itu siklus I maupun siklus II. Kendala-kendala tersebut antara lain: 1)
kurangnya partisipasi siswa, mereka masih terlihat malu-malu dan belum begitu
antusias selama proses pembelajaran, hal ini dimungkinkan karena mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
berhadapan dengan guru baru; 2) sebagian siswa masih belum mengerti makna
pembelajaran quantum; 3) beberapa dari siswa masih bersikap individual,
sehingga pembelajaran belum berjalan sesuai harapan; 4) ada siswa yang masih
enggan memperhatikan apalagi mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru,
mereka bersikap malas dan acuh tak acuh, bahkan ada 1 anak yang tidak
mengerjakan tugas sama sekali.
Dari kendala-kendala tersebut peneliti mengadakan upaya perbaikan
yaitu dengan menciptakan pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan, dalam
hal ini peneliti berusaha mengadakan pendekatan personal terhadap tiap-tiap
siswa. Peneliti memberikan arahan dan bimbingan pada siswa bagaimana
melakasanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model quantum.
Selain itu peneliti memberikan bimbingan pada masing-masing kelompok
bagaimana mereka seharusnya bekerja sama dalam melaksanakan tugas. Peneliti
juga tidak lupa untuk memberikan motivasi dan penghargaan baik itu
penghargaan verbal maupun nonverbal yang dimaksudkan agar siswa-siswa lebih
termotivasi selama proses pembelajaran dilaksanakan.
Dari analisis data dan pembahasan di atas, maka dapat dibuat suatu
kesimpulan yaitu adanya peningkatan hasil belajar IPA kompetensi dasar
permukaan bumi siswa kelas III MIN Mulur tahun pelajaran 2010/2011.
Peningkatan tersebut tejadi pada hasil pembelajaran IPA kompetensi dasar
permukaan bumi dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Siswa menjadi
lebih aktif dan tertarik untuk belajar khususnya mata pelajaran IPA kompetensi
dasar permukaan bumi. Siswa juga belajar bagaimana bekerja sama,
bersosialisasi, dan bertukar pikiran dengan teman sebayanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk meningkatkan
hasil belajar IPA kompetensi dasar permukaan bumi siswa kelas III MIN Mulur
Sukoharjo dengan melaksanakan 2 siklus pembelajaran yang terdiri atas 4 kali
pertemuan. Maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut penggunaan model
pembelajaran quantum konsep TANDUR dapat meningkatkan hasil belajar IPA
kompetensi dasar permukaan bumi siswa kelas III MIN Mulur tahun 2010/2011.
Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan hasil pembelajaran pratindakan nilai
rata-rata kelas 61,6 dengan ketuntasan klasikal 28%. Pada siklus I menunjukkan
nilai rata-rata kelas mencapai 70,84 dengan ketuntasan klasikal meningkat
menjadi 62%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 73,78 dan
ketuntasan kalsikal menjadi 78%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran quantumdapat meningkatkan prestasi belajar IPA kelas III
MIN Mulur tahun pelajaran 2010/2011
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan selama 2 siklus
yang terdiri atas 4 kali pertemuan, maka dapat diberikan suatu implikasi
penelitian, sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran quantum untuk
meningkatkan hasil belajar IPA kompetensi dasar permukaan bumi siswa
kelas III MIN Mulur Sukoharjo tahun 2010/2011 telah mengalami
peningkatan hasil belajar siswa, hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Dalam menerapkan pembelajaran hendaknya guru dapat memilih tipe
pembelajaran yang bervariatif. Pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran quantum merupakan salah satu variasi/tipe dalam cakupan
model pembelajaran yang ada. Selama proses pembelajaran guru harus selalu
memperhatikan keadaan dan perilaku siswanya. Guru harus mengadakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
pendekatan secara klasikal lebih-lebih pendekatan personal. Guru sebagai
fasilitator sekaligus motivator harus memahami siswa mana saja yang
membutuhkan bimbingan dan pengarahan lebih. Hal tersebut dikarenakan
mengingat tiap-tiap siswa memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda
antara satu dengan yang lain, sehingga perlu adanya tindakan khusus untuk
mengatasinya.
Hasil rata-rata nilai siswa setelah menerapkan model pembelajaran
quantum meningkat. Hal ini menunjukkan adanya keberhasilan pembelajaran
baik itu pada hasil maupun proses.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan oleh guru maupun calon
guru meningkatkan kualitas pembelajaran atau mengatasi kendala-kendala
yang ada selama kegiatan pembelajaran IPA kompetensi dasar permukaan
bumi berlangsung dengan menggunakan pembelajaran quantum. Berdasarkan
temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab IV,
maka hasil dari penelitian ini dapat dijadikan acuan atau lebih dikembangkan
oleh guru yang menghadapi permasalahan sama atau sejenis. Dengan
memperhatikan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran,
guru dapat memilih model pembelajaran quantum konsep TANDUR dan
tepat guna meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA kompetensi dasar
permukaan bumi
.
C. Saran
Sehubungan dengan kesimpulan dan implikasi yang telah disajikan, ada
beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan, di antaranya:
1. Bagi Sekolah
Dalam rangka menambah wawasan guru dalam dunia kependidikan,
hendaknya kepala sekolah secara aktif mengirimkan guru dalam setiap
diskusi, seminar maupun kegiatan ilmiah lainnya. Sehingga dalam
pembelajaran, guru dapat lebih inovatif, kreatif dan efektif menggunakan
model pembelajaran untuk materi pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
2. Bagi Guru
a) Guru mengupayakan suatu rancangan atau persiapan pembelajaran yang
sistematis dan terarah pada pembelajaran IPA kompetensi dasar
permukaan bumi, baik itu berupa persiapan Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), media pembelajaran, Lembar Kerja Siswa (LKS)
dan evaluasi. Dengan begitu diharapkan proses maupun hasil
pembelajaran dapat dicapai.
b) Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam
melaksanakan pembelajaran terutama pada pembelajaran IPA
kompetensi dasar permukaan bumi, sehingga siswa dapat
mengkonstruksikan sendiri pengetahuan mereka, lebih dapat berpikir luas
dan pembelajaran berpusat pada siswa (student center), sedangkan guru
berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam pembelajaran.
c) Dalam melaksanakan setiap pembelajaran guru berusaha pembelajaran
yang inovatif dan menantang bagi siswa. Agar siswa memiliki
pengalaman yang bermakna di setiap kegiatan belajarnya. Selain itu
siswa merasa tertarik dan termotivasi untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
maksimal.
3. Bagi Siswa
Siswa hendaknya selalu meningkatkan kreativitas, cara berpikir kritis,
dan luas dalam setiap pembelajaran yang dilaksanakan. Siswa harus
meningkatkan kemampuan diri dengan berani berpendapat dan
menyampaikan gagasan. Selain itu siswa harus berperan aktif di setiap
pembelajaran baik itu secara individu lebih-lebih pada pembelajaran yang
bersifat kooperatif atau kelompok.
4. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian pada permasalahan
dan pokok pembahasan yang sama hendaknya lebih memperhatikan
kekurangan dan kelemahan pada penelitian ini sehingga dapat ditingkatkan
dan menghasilkan temuan penelitian yang lebih baik lagi.