penimbunan dalam islam (studi kritis penimbunan …

78
PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN BARANG DARURAT COVID-19 DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMIKIRAN YUSUF QARDHAWI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Jurusan Ekonomi Islam Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar Oleh: WARDATUL JANNAH 90100116039 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2020

Upload: others

Post on 27-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN

BARANG DARURAT COVID-19 DAN RELEVANSINYA

DENGAN PEMIKIRAN YUSUF QARDHAWI)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar

Sarjana Ekonomi (S.E) Jurusan Ekonomi Islam

Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

UIN Alauddin Makassar

Oleh:

WARDATUL JANNAH

90100116039

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2020

Page 2: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Wardatul Jannah

Nim : 90100116039

Tempat/Tgl. Lahir : Bulukumba, 25 September 1998

Jurusan : Ekonomi Islam

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Alamat : Pondok Annisa Jl. Mustafa DG Bunga VI No.30,

Romangpolong Kec. Somba Opu, Kab. Gowa

Judul : Penimbunan dalam Islam (Studi Kritis Penimbunan Barang

Darurat Covid-19 dan Relevansinya dengan Pemikiran Yusuf

Qardhawi)

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini

benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ini merupakan

duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka

skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Samata Gowa, November 2020

Penyusun,

Wardatul Jannah

NIM: 90100116039

Page 3: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Penimbunan dalam Islam (Studi Kritis Penimbunan

Barang Darurat Covid-19 dan Relevansinya dengan Pemikiran Yusuf Qardhawi)”

yang disusun oleh Wardatul Jannah, NIM: 90100116039, Mahasiswi Jurusan Ekonomi

Islam pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin

Makassar, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang Munaqasyah yang diselenggaran

pada hari Kamis tanggal 19 November 2020, bertepatan dengan 4 Rabi’ul Akhir 1442 H,

dan dinyatakan telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Islam pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Jurusan Ekonomi Islam.

Samata-Gowa, Februari 2021

DEWAN PENGUJI

Ketua : Prof. Dr. H. Abustani Ilyas, M.Ag. ( ......................... )

Sekertaris : Dr. Muh. Wahyuddin Abdullah, SE., M.Si., Ak. (.......................... )

Pembimbing I : Dr. Syaharuddin, M.Si. (.......................... )

Pembimbing II : Emily Nur Saidy, SE., ME. (.......................... )

Penguji I : Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. (.......................... )

Penguji II : Akramunnas, SE., M.M. (.......................... )

Diketahui Oleh :

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

UIN Alauddin Makassar

Prof. Dr. H. Abustani Ilyas, M.Ag

NIP. 1966130 199303 1 003

KEMENTERIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM Kampus I : Jl. Sultan Alauddin No. 63 Makassar (0411) 864924, Fax. 864923

Kampus II : Jl. H.M. Yasin Limpo Romangpolong – Gowa . 424835, Fax424836

Page 4: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

iii

KATA PENGANTAR

Assalaamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi

ini. Salam dan shalawat tak lupa penyusun curahkan kepada junjungan Nabi Besar

Muhammad saw, yang telah membawa umatnya dari alam yang berliku-liku menuju

jalan yang lurus yang aman dan sejahtera minadzulumati ilannur. Dengan izin dan

kehendak Allah SWT. skripsi sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan

Program Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Skripsi ini berjudul: ʺPenimbunan

dalam Islam (Studi Kritis Penimbunan Barang Darurat Covid-19 dan

Relevansinya dengan Pemikiran Yusuf Qardhawi)ʺ, yang telah diselesaikan dengan

waktu yang direncanakan.

Penyusun skripsi ini terselesaikan dengan adanya kerjasama, bantuan, arahan,

bimbingan, doa dan dukungan dari berbagai pihak yang terlibat secara langsung

maupun tidak langsung. Terutama kepada kedua orang tua penulis yaitu: Ayahanda

Ismail dan Ibunda Sabriana yang paling berjasa atas apa yang sampai saat ini saya

capai, telah mendidik saya, membesarkan saya dengan penuh kasih sayang,

menyekolahkan saya sampai pada tingkat ini dan terus memberikan doanya. Karena

itu, pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih atas

sumbangsih pemikiran, waktu, dan tenaga serta bantuan moril dan materi khususnya

kepada:

1. Prof. Drs. Hamdan Juhannis M.A, Ph.D Sebagai rektor UIN Alauddin Makassar

dan para wakil Rektor serta seluruh staf dan jajarannya.

Page 5: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

iv

2. Prof. Dr. H. Abustani Ilyas, M.Ag, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Islam UIN Alauddin Makassar.

3. Ahmad Efendi, SE.,MM. dan Akramunnas, SE.,M.M. selaku Ketua dan

Sekretaris Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam atas

segala bantuan, kontribusi dan bimbingannya.

4. Bapak Dr. Syaharuddin, M.Si selaku pembimbing I dan Ibu Emily Nur Saidy,

SE.,ME. selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu ditengah

kesibukannya untuk memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Penguji Skripsi Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. dan Akramunnas, SE.,MM.

yang telah mengajarkan kepada penyusun arti sebuah kesabaran, dan pelajaran

bahwa calon sarjana harus mempunyai senjata untuk bersaing di dunia kerja.

6. Penguji Komprehensip yang telah mengajarkan saya arti kesabaran dan teladan,

serta pelajaran bahwa calon sarjana harus mempunyai senjata untuk bersaing di

dunia kerja Prof. Dr. Mukhtar Lutfi, M.Pd., Dr. Amiruddin K, M.E.I. dan

Akramunnas, SE., M.M.

7. Seluruh staf Akademik, tata usaha, jurusan, dan perpustakaan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam. Penyusun mengucapkan terima kasih atas

bantuannya dalam pelayanan akademik dan administrasi.

8. Seluruh tenaga pengajar dan pendidik khususnya di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan ilmu dengan

ikhlas kepada penyusun selama proses perkuliahan, dan praktikum.

9. Untuk saudari Pipi Arviana, Westi A, Elma Tiana, Nurul Rahmania, S.E., Nurul

Irhamni Fajri, Atika Rizki, S.E., dan Ummu Qalsum terima kasih atas

dukungan, masukan dan bantuannya kepada penyusun dalam menyelesaikan

skripsi ini.

10. Teman-teman Ekonomi Islam A 2016 sebagai entitas keluarga tanpa ikatan

darah yang banyak memberikan saya pelajaran dan pengalaman selama di

bangku perkuliahan.

Page 6: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

v

11. Teman-teman seangkatan 2016, terkhusus jurusan Ekonomi Islam, semoga

tetap menjadi keluarga kecil yang solid, meskipun suatu saat kita akan berpisah

untuk mencapai kesuksesan masing-masing.

12. Terima kasih kepada teman-teman KKN Angkatan 62 Posko 9 Desa Benteng,

Kec. Malangke, Kab.Luwu Utara (Nur Ainun A, Wiwik Budiarti, Jaslan, Andi

Ramadhan dan Muammar Kadhafi) yang selalu memberikan support kepada

penyusun.

13. Semua keluarga penulis, teman-teman, dan berbagai pihak yang namanya tidak

dapat dituliskan satu per satu terima kasih telah membantu penulis dengan

ikhlas dalam banyak hal yang berhubungan dengan penyelesaian studi penulis.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penyusun berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan dapat di jadikan referensi bagi

penelitian-penelitian selanjutnya. Penyusun juga menyadari bahwa penyusunan skripsi

ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kelemahan, sehingga penyusun tidak

lupa mengharapkan saran dan kritik terhadap skripsi ini. Semoga skripsi ini

memberikan manfaat bagi pembaca. Aamiin.

Makassar, November 2020

Penyusun,

Wardatul Jannah

NIM.90100116039

Page 7: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

vi

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................................... i

PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1-17

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 8

C. Pengertian Judul ................................................................................ 8

D. Penelitian Terdahulu.......................................................................... 9

E. Metodologi Penelitian ....................................................................... 13

1. Jenis Penelitian ............................................................................ 13

2. Pendekatan Penelitian .................................................................. 13

3. Jenis dan Sumber Data................................................................. 13

4. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 14

5. Teknik Analisis Data ................................................................... 14

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................................... 15

G. Sistematika Penulisan ........................................................................ 16

BAB II PENIMBUNAN BARANG DALAM ISLAM ............................... 18-34

A. Pengertian Penimbunan Barang (Ihtikar) ........................................... 18

B. Dasar Hukum Penimbunan Barang (Ihtikar) ...................................... 20

C. Peran Serta Pemerintah ...................................................................... 32

BAB III PEMIKIRAN YUSUF QARDHAWI TENTANG PENIMBUNAN

BARANG..................................................................................................... 35-47

A. Riwayat Hidup Yusuf Qardhawi ........................................................ 35

B. Karya-Karya Yusuf Qardhawi ........................................................... 38

C. Pemikiran Yusuf Qardhawi tentang Penimbunan Barang ................... 40

BAB IV PENIMBUNAN BARANG DARURAT COVID-19 DAN

RELEVANSINYA DENGAN PEMIKIRAN YUSUF QARDHAWI ........ 48-61

A. Penimbunan Barang Darurat Covid-19 .............................................. 48

Page 8: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

vii

B. Penimbunan Barang Darurat Covid-19 dan Relevansinya dengan

Pemikiran Yusuf Qardhawi ............................................................... 50

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 62-64

A. Kesimpulan ....................................................................................... 62

B. Saran ................................................................................................. 63

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 65-67

LAMPIRAN ................................................................................................ 68

DAFTAR RIWAYAT HIDUP` ................................................................... 69

Page 9: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

viii

ABSTRAK

Nama : Wardatul Jannah

NIM : 90100116039

Judul Skripsi : Penimbunan dalam Islam (Studi Kritis Penimbunan

Barang Darurat Covid-19 dan Relevansinya dengan

Pemikiran Yusuf Qardhawi)

Pandemic virus Covid-19 yang sedang terjadi di Indonesia dan anjuran untuk

menggunakan masker tentunya berdampak pada penjualan masker. Namun

sekelompok orang justru menimbun masekr medis sehingga sulit ditemukan di pusat

perdagangan. Ulama berpendapat penimbunan barang pada prinsipnya haram karena

dapat merusak kestabilan harga. Namun ulama berbeda pendapat terkait barang yang

tidak boleh ditimbun.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) yang

menggunakan pendekatan deskriptif. Sumber data penelitian ini adalah data sekunder

yaitu Daurul Qiyam wa al-Iqtishad al-Islam yang ditulis oleh Yusuf al-Qardhawi.

Menurut Yusuf Qardhawi penimbunan barang ialah “menyimpan dan menahan barang

dari perputaran di pasar yang mengakibatkan harganya naik”. Yusuf Qardhawi

mengharamkan penimbunan pada segala jenis-jenis barang baik makanan, pakaian-

pakaian. maupun obat-obatan. Yusuf Qardhawi mengharamkan penimbunan disemua

waktu baik pada masa sulit maupun masa surplus bahan pangan. Pendapat Yusuf

Qardhawi tersebut mempertimbangkan bahwa seiring berkembangnya zaman, maka

semakin banyak kebutuhan manusia. Maka dari itu, apa yang disampaikan oleh Yusuf

Qardhawi bisa dijadikan landasan hukum untuk mencegah setiap orang melakukan

penimbunan. Oleh sebab itu seseorang tidak boleh terpengaruh pada jenis-jenis barang

yang dilarang ditimbun serta jenis barang yang boleh ditimbun,akan tetapi harus

diingat bahwa setiap praktik penimbunan barang yang tujuannya untuk berspekulasi

yang akan berdampak pada pasar serta sosialekonomi masyarakat, maka hal tersebut

dilarang/haram.

Kata Kunci: Penimbunan Barang, Covid-19, Yusuf al-Qardhawi

Page 10: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pandemi penyakit corona (Covid-19) adalah permasalahan yang sedang terjadi

dilebih dari 200 negara didunia.1 World Health Organization (WHO)

menginformasikan bahwa ditemukan sebuah pneumonia di Kota Wuhan, Provinsi

Hubei, Cina, hanya saja jenisnya tidak di ketahui. penemuan tersebut berkembang

dengancepat, pada tanggal 7 Januari 2020, telah ditetapkan bahwa pneumonia tersebut

mepjenis terbaru corona virus yang disebut covid-19. Tanda-tanda atau gejala umum

yang dialami ketika terinfeksi virus covid19 antara lain adalah pernapasan gangguan

akut yang disertai demam, batuk, dan sesak napas. Virus tersebut dapat menimbulkan

pneumonia, gangguan pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahayanya dapat

menyebabkan kematian. Namun tanda atau gejala yang dialami oleh kebanyakan

pasien covid-19 ialah demam, kesulitan bernapas, selain itu Xrays memperlihatkan

infiltratpneumonia yang banyak dikedua paru-parunya. Gejala-gejala tersebut sedikit

mirip dengan gejala SARS dan MERS.2 Pada tanggal 31 Maret 2020, telah

terkonfirmasi 719.758 kasus positif covid19 diseluruh dunia. Bahkan tercatat jumlah

kematian akibat Covid-19 33.673 di seluruh dunia.

1SitiSetiati dan Muhammad K.Azwar, “COVID-19 and Indonesia”, ActaMedIndones–Indones

J InternMed, Vol. 52, No. 1, (Januari, 2020), h. 85.

2RamadhanTosepu dkk, “CorrelationBetween Weather andCovid-19 Pandemic in

Jakarta,Indonesia”, Science ofthe TotalEnvironment, No. 725, (April, 2020), h. 2.

Page 11: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

2

Penyebaran virus Corona telah menyebar hingga keberbagai belahan dunia

termasuk Indonesia. Kasus Covid-19 yang pertama di Indonesia pemerintah umumkan

pada tanggal 2 Maret 2020. Pada tanggal 31 Maret 2020, kasus covid-19 yang

terkonfirmasi di Indonesia sebanyak 1.528 dan angka kasus kematian karena covid-19

ada 136. Peningkatan kasus positif covid-19 tersebut sangat cepat bahkan terjadi

penyebaranvirus antar negara.3 Maka dari itu, pemerintah memberikan kebijakan-

kebijakan agar dapat meminimalisir dan menghentikan penyebaran virus Covid 19.

Mengantisipasi penyebaran virus covid-19 diIndonesia telah diupayakan di

setiap daerah. Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi aktivitas di luar

rumah, sekolah-sekolah diliburkan, bekerja di rumah (work from home), serta

kegioatan-kegiatan beribadah dirumahkan. Kebijakan pemerintah tersebut tentunya

telah dipertimbangkan dan telah dianalisa dengan maksimal.4 Jika terpaksa untuk

keluar rumah karena sesuatu hal yang mendesak, masyarakat dihimbau untuk menjaga

jarak dan menggunakan masker.

Jumlah pasien positif Covid 19 diIndonesia yang meningkat secara terus

menerus dan himbauan untuk menggunakan masker tentunya berdampak terhadap

penjualan masker. Harga masker medis melonjak lebih dari enam kali lipat di

3Ramadhan Tosepu dkk, “Correlation Between Weatherand Covid-19 Pandemicin

Jakarta,Indonesia”, Science ofthe TotalEnvironment, No. 725, (April, 2020), h. 2.

4Nur Rohim Yunus dan AnnissaRezki, “KebijakanPemberlakuan Locdon Sebagai Antisipasi

Penyebaran CoronaVirus Covid-19”, SALAM;Jurnal Sosial dan BudayaSyar’I, Vol.7, No.3, (2020), h.

228.

Page 12: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

3

Indonesia, dengan harga eceran yang awalnya sekitar Rp 30.000 menjadi Rp 185.000

(beberapa sumber mengatakan lebih dari Rp 800.000) per kotak di beberapa pusat

perbelanjaan setelah 2 warga yang dikonfirmasi positif virus corona. Pembelian masker

medis karena panik telah terjadi sejak pertengahan Februari sebelum kasus pertama

covid-19 terkonfirmasi. Masker dan handsanitizer sulit diperoleh masyarakat dalam

beberapa saat setelah kasus pertama Covid-19 diumumkan oleh pemerintah.

Meningkatnya korban jiwa akibat Covid-19 menyebabkan penduduk

diIndonesia semakin berwaspada. Banyak masyarakat membeli barang-barang

kebutuhan pokok maupun barang-barang penting yang lain misalnya masker medis

menghindari penyebaran virus covid 19. Namun sekelompok orang justru

memanfaatkan kondisi tersebut. Mereka menimbun masker medis dan handsanitizer

dan menyebabkan barang tersebut sulit diperoleh di beberapa pusat perdagangan.

Presiden Indonesia Joko Widodo memerintahkan kepada Kapolri Pol

IdhamAzis untuk menindaklanjuti para oknum yang menimbun masker medis. Pelaku

penimbunan masker tersebut diancam Pasal107 UU No. 7 Tahun 2014 tentang

perdagangan dengan ancaman hukuman lima tahun penjara serta dikenakan denda

sebesar Rp 50 miliar. Dilansir dari Kompas.com, polisi masih menemukan beberapa

kasus penyalahgunaan masker seperti upaya penimbunan yang terjadi di Semarang,

Makassar, Tanjung Duren dan Tangerang.5

5Riska Farasonalia dkk, “4Kasus Penimbunan Masker diSejumlah Daerah yangDibongkar

Polisi, SemarangHingga Makassar”, Kompas.com, dikutipdarihttps://regional.compas.com/read/2020

Page 13: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

4

Masker medis merupakan kebutuhan sekunder bahkan dapat dikatakan

kebutuhan primer pada masa pandemi seperti saat ini. Penimbunan dilihat dari

definisinya, merupakan pengumpulan/penyimpanan barang dengan stok yang banyak,

menyebabkan barang tersebut langka, mereka kemudian menjual barang tersebut

dengan harga yang mahal, akhirnya masyarakat kesulitan untuk membelinya.6

Jual beli merupakan aktvitas sehari-hari yang dilakukan oleh setiap orang untuk

memenuhi kebutuhannya.7 Transaksi yang terjadi antara penjual dan pembeli terdapat

dua unsur yang diperoleh masing-masing yaitu keuntungan bagi penjual dan kepuasan

bagi pembeli. Islam membolehkan setiap orang mencari rezeki dengan jalan

berdagang, dalam mencari rezeki tidak bertentangan dengan hukum Islam, yakni

didasari suka sama suka, tidak melakukan penipuan, jujur, tidak merugikan masyarakat

umum, kebebasan dalam memilih. Namun dalam Islam setiap orang yang berdagang

dituntut terdapat aturan tertentu yang memberi aturan untuk orang muslim berdagang

untuk mendapat berkah maupun ridha Allah swt. baik didunia maupun diakhirat kelak.8

/03/05/06300021/4-kasus-penimbunanmaskerdisejumlahdaerahyangdibongkarpolisisemarang?a

mp=1&page=2 (Diakses pada Tanggal 26 September 2020)

6Imas Novita Juaningsih, “Penerapan SanksiPidana bagi PenimbunMasker diIndonesia Selama

Masa Pandemic Covid-19”, ‘ADALAH Buletin HukumdanKeadilan, Vol.4, No.1, (2020), h. 76.

7Putri Nuraini, “DampakEkonomi dari Ihtikar danSiyasah AlIghraq dalam Konsep JualBeli”,

AHikmah:Jurnal Agama dan IlmuPengetahuan, Vol.16, No.1, (April,2019), h. 37.

8Lalu Muh Shabiran dan Titiek Herwanti, “EtikaBisnis Pedagangg Pada JualBeli

TeleponGenggam Bekas DitinjauDari Perspektif EkonomiIslam”, Maqdis: JurnalKajian EkonomiIslam,

Vol.2, No.1, (Januari-Juni, 2017), h. 80.

Page 14: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

5

Islam melarang kegiatan ekonomi yang hanya menguntungkan salahsatu pihak,

termasuk Ihtikar (penimbunan). Ihtikar secara ekonomi memberi keuntungan untuk

orang yang melakukannya, akantetapi sangat merugikan masyarakat umum.9 Larangan

penimbunan barang (ihtikar) ditegaskan didalam Hadits shahih Muslim, dikatakan

bahwa:

قل كان عني ابن بلال عن يحي وهو ابن سعيدي حد ثنا عبد الله بن مسلمة بن قعنب حد ثنا سليما ن

ث؛ أن معمراقال : قال رسول الله خاطئ(( فقل قل: ))من احتكر فهو صلى الله عليه وسلم سعيد بن المسيب يحد

ن يحد ث هذا الحديث كان يحتكر.لسعيد: فإنك تحتكر؟ قال سعيد: إن معمرا الذي كا

Artinya:

“Abdullah bin Maslamah bin Qa’nab menyampaikan kepada kami dari Sulaiman

bin Bilal, dari Yahya bin Sa’id, dari Sa’id bin al-Musayyib, dari Ma’mar bahwa

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang menimbun barang,

dia telah berdosa.” Seseorang bertanya kepada Sa’id, “Mengapa engkau sendiri

menimbun barang?” Sa’id menjawab, “Sungguh, Ma’mar yang menyampaikan

hadits ini, dulu juga menimbun barang.” (HR. Shahih Muslim).10

Ibnu Abdil Barr dkk, mengatakan pada saat itu Sa’id dan Ma’mar hanya

melakukan penimbunan minyak, sedangkan dalam hadits tersebut ditafsirkan sebagai

menyimpan makanan pokok pada saat dibutuhkan, Imam Syafi’I, Abu Hanifah serta

ulama lainnya juga berpendapat demikian. Hadits tersebut juga menjelaskan,

penimbunan barang yang dilarang/haram tersebut adalah pada saat barang tersebut

9Moch. Bukhori Muslim, “Ihtikar danDampaknya Terhadap DuniaEkonomi”, Jurnal StudiAl-

Qur’an; Membangun TradisiBerfikir Qur’an, Vol.6, No.1, (2019), h. 1-2.

10Muslim bin alHajjaj alQusyairi anNaisaburi, terjMasyhari dan TatamWijaya, Ensiklopedia

HaditsShahihMuslim 2, (JakartaTimur: Almahira, Cet. I, Juli 2012), h. 54.

Page 15: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

6

ditimbun padahal masyarakat membutuhkannya dengan tujuan menjualnya dengan

harga yang tinggi.11

Rasulullah telah melarang praktek penimbunan barang dengan tujuan untuk

menaikkan harga dikemudian hari.12 Ulama-ulama mengatakan penimbunan barang

prinsipnya adalah haram, sebab dapat mengakibatkan kestabilan harga dipasar rusak.13

Namun ulama berselisih pendapat mengenai jenis barang yang haram/tidak boleh

ditimbun. Imam Hanafi, Sufyan ats-Tsauri dan Imam Malik mengatakan larangan

penimbunan barang mencakup semua barang yang dibutuhkan masyarakat sebab

pelarangan penimbunan bersifat umum. Sedangkan Imam Syafi’i dan Imam Ahmad

mengatakan bahwa penimbunan yang dilarang/diharamkan ialah penimbunan terhadap

bahan makanan pokok saja, dimana dibeberapa riwayat menyebutkan secara khusus

bahan makanan pokok.14 Imam Al-Ghazali juga berpendapat demikian, bahwa selain

bahan makananpokok dan tidak termasuk pengganti makanan pokok seperti

11A QadirHasan dkk, “Terjemahan NailulAuthar Himpunan HaditsHadits Hukum”,

(Surabaya:PTBinaIlmu, 2001), Jilid4, h. 1766.

12Muhammad Deni Putra dkk, “DampakIhtikar terhadap MekanismePasar dalam Pespektif

Islam”, JurnalImara, Vol.3, No.2, (Desember,2019), h. 184.

13Afidah Wahyuni, “PenimbunanBarang dalam Perpektif HukumIslam”, AlIqtishad, Vol.2,

No.2, (Juli,2010), h. 168.

14Fasiha dan Muh.Ruslan Abdullah, “AnalisisHukum Ekonomi slam terhadap PraktekIhtikar”,

AlAmwal: Journalof Islamic EconomicLaw, Vol.3, No.1, (September, 2018), h. 193.

Page 16: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

7

obatobatan, jamu serta za’faran, tak dilarang ditimbun meskipunbarang tersebut

termasuk bahan makanan.15

Yusuf Qardhawi seorang ulama kontemporer, mengatakan dengan tegas

larangan penimbunan berbeda dengan pendapat ulama lainnya. Menurut Yusuf al-

Qardhawi, penimbunan dilarang/diharamkan pada segala jenis-jenis barang yang

menjadi kebutuhan manusia, jika barang tersebut makanan, obatobatan, peralatan

sekolah, maupun perabotan rumah tangga.16 Sebagian ulama hanya membahas

penimbunan kepada jenis barang tertentu saja yakni haram melakukan penimbunan

terhadap makanan pokok. Pendapat ulama tersebut berbeda dengan yang pendapat

Yusuf al-Qardhawi yang mengatakan larangan penimbunan berlaku untuk semua

barang. Walaupun dalam Al-Qur’an dan hadits tidak mengkhususkan pelarangan

penimbunan terhadap barang-barang seperti pakaian, obat-obatan dan lain-lain, yang

disebutkan secara khusus adalah haram penimbunan pada makanan pokok saja. Hal

tersebut yang melatar belakangi penulis berkeinginan untuk membahas pemikiran

Yusuf Qardhawi tentang penimbunan dan relevansinya dengan penimbunan barang

darurat Covid-19 yang sekarang dipraktikkan oleh sekelompok orang yang tidak

bertanggungjawab seperti menimbun masker dan hand sanitizer.

15Imam Ghazali, Ihya Ulumiddin ImamGhazali, (Jakarta:Pustaka Nasional,2003), Jilid2, h. 38-

39.

16Yusuf Qardhawi, DaurulQiyam waal-Iqtishad alIslam, terj. ZainalArifin Lc. Dan Dra. Dahlia

Husin, (Jakarta: GemaInsaniPress, 1997, Cet.I), h. 191.

Page 17: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

8

Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis berkeinginan melakukan

penelitian yang berjudul “Penimbunan dalam Islam (Studi Kritis Penimbunan

Barang Darurat Covid-19 dan Relevansinya dengan Pemikiran Yusuf

Qardhawi)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan sebelumnya,

adapun rumusan masalah yang akan dibahas oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penimbunan barang dalam Islam?

2. Bagaimanakah pemikiran Yusuf Qardhawi tentang penimbunan barang

(ihtikar)?

3. Bagaimanakah relevansi penimbunan barang darurat Covid-19 dengan

pemikiran Yusuf Qardhawi?

C. Pengertian Judul

Judul penelitian adalah “Penimbunan dalam Islam (Studi Kritis

Penimbunan Barang Darurat Covid-19 dan Relevansinya dengan Pemikiran

Yusuf Qardhawi)”. Menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul skripsi ini,

maka dari itu penulis memberi beberapa definisi kata yang penting yaitu sebagai

berikut:

1. Penimbunan Barang (Ihtikar) adalah penyimpanan atau mengumpulkan barang

dalam stok yang banyak sehingga barang tersebut langka dipasar, kemudian

menjualnya dengan harga yang tinggi. Penimbunan barang sering dilakukan

Page 18: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

9

oleh orang yang tidak bertanggungjawab dengan tujuan memperoleh

keuntungan yang banyak ketika barang tersebut langka.

2. Covid 19 (Coronavirus Disease 2019) ialah suatu penyakit yang ditimbulkan

karena virus baru yaitu SarsCov2. Penyakit tersebut ditemukan pertama kali

pada akhir tahun 2019 di Kota Wuhan Tiongkok.

3. Relevansi merupakan hubungan atau kaitan terhadap sesuatu.

4. Yusuf al-Qardhawi adalah ulama kontemporeryang melahirkan pemikiran

social yang erat kaitannya dalam rutinitas manusia sehari-hari, salah satunya

adalah tentang ihtikar.

D. Penelitian Terdahulu

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan kajian pustaka terhadap

penelitian terdahulu. Saat ini kajian-kajian dan penelitian tentang ekonomi Islam

khususnya terkait penimbunan barang (ihtikar) telah banyak dilakukan dengan

berbagai metode penelitian yang digunakan untuk mengkajinya. Hal tersebut

merupakan upaya dalam menambahkan kajian ilmu serta memberi masukan kepada

setiap muslim tentang praktek bisnis yang dilarang dalam Islam. Maka dari itu penulis

akan menyajikan berbagai penelitian terdahulu yang terkait dengan tema penulis:

Fasiha dan Muh. Ruslan Abdullah dalam penelitiannya mengemukakan

Penimbunan barang (Ihtikar) ialah menahan/mencegah sebuah barang yang nantinya

diperjualbelikan ketika barang sudah langka sehingga harganya tinggi. Kelangkaan

barang menimbulkan harga yang berubah secara tidak wajar dan pastinya naik.

Terdapat empat factor yang menyebabkan harga suatu barang naik dan ihtikar

Page 19: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

10

merupakan salah satu factor penyebabnya. Paraahli fiqh dan ulama-ulama pada

umumnya sependapat pada pengharaman praktek ihtikar karena menyebabkan harga

pasar tidak normal. Pendapat ulama yang berbeda ialah pada objeknya saja.17

Lukman Hakim dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa penimbunan

barang (ihtikar) dalam perpektif hukum Islam termasuk bisnis yang tidak manusiawi

juga tidak bermoral, karena praktik bisnis tersebut meberikan mudarat pada masyarakat

secara umum. Ketika ulama berbeda pendapat tentang barang-barang yang

dilarang/haram ditimbun, Lukman Hakim mengatakan penimbunan yang dilakukan

terhadap jenis barang apa saja hukumnya adalah haram.18

Wening Purbatin Palupi dan Agus Mujiyono dalam penelitiannya

mengemukakan bahwa Scarcity dan panicbuying yang menjadi reaksi masyarakat

dalam mematuhi protokol kesehatan yang merupakan kebijakan bisa dikatakan wajar

pada masa pandemi covid-19. Munculnya masalah virus covid 19 tersebut memberi

hikmah, bukan saja pada bidang Kesehatan yang memunculkan beragam pengobatan

serta cara untuk mencegahnya akan tetapi juga memberi pelajaran dan hikmah bagi

masyarakat bahwa hidup yang boros atau berlebih lebihan bukan hanya tidak sesuai

dengan syariah maupun hadits Rasulullah namun juga termasuk sikap egoism dan

individualis. Virus covid 19 mengartikan kepada kita agar tidak boros agar kebutuhan

17Fasiha dan Muh.Ruslan Abdullah, “AnalisisHukum EkonomiIslam terhadap PraktekIhtikar”,

AlAmwal: Journalof Islamic EconomicLaw, Vol.3, No.1, (September,2018), h. 195.

18Lukman Hakim, “IhtikardanPermasalahannya dalam Perpektif HukumIslam”, Jurnal

Darussalam:Jurnal Pendidikan,Komunikasi danPemikiran HukumIslam, Vol.7, No.2, (April,2016), h.

329.

Page 20: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

11

yang sebelumnya terbatas menjadi tidak terbatas serta SDA jadi tidak terbatas

contohnya ekonomi Islam yang melarang scarcity.19

Imas Novita Juaningsih dalam penelitiannya mengemukakan bahwa Alat

Pelindung Diri dalam Kesehatan contohnya masker medis merupakan barang penting

bagi masyarakat dimasa pandemi. Namun masih banyak oknum yang menimbun

masker dimasa pandemi disaat wabah virus corona telah menyebar. Maka untuk

mengantisipasi tindakan penimbunan makser medis, diperlukan langkah preventif dan

represif untuk membuat pelakunya jera. Semestinya disosialisasikan kepada seberapa

penting asas kekeluargaan serta manfaatnya bagi kita semua untuk menekanan pada

masyarakat bahwa Tindakan penimbunan masker, akan memperoleh hukuman pidana

serta dikenakan denda.20

Muhammad Faisol Soleh dalam penelitiannya mengemukakan bahwa hukum

pidana bidang perlindungan konsumen dapat berperan penting dalam kasus

penimbunan APD dimasa pandemi sebab Tindakan tersebut dapat mengancam

kelangsungan hidup manusia. Dalam UU Perdagangan peraturan pidana yang dapat

dikenakan ialah memasukkan APD kedalam kategori barang penting sedangankan

dalam UU PersainganUsaha kententuan dalam pelanggaran praktek monopoly serta

19Wening PurbatinPalupi Soenjoto dan AgusMujiyono, “FenomenaPanic Buying danScarcity

diMasa PndemiCovid-19 Tahun 2020 (KajianSecara Ekonomi KonvensionaldanSyariah)”, Jurnal

Istiqro:Jurnal HukumIslam, Ekonomi danBisnis, Vol.6, No.2, (Juli,2020), h. 137-138.

20Imas Novita Juaningsih, “PenerapanSanksi Pidana bagiPenimbun Masker diIndonesia selama

MasaPandemi Covid-19”, ‘AdalahBuletin HukumdanKeadilan, Vol.4, No.1, (2020), h. 79-80.

Page 21: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

12

persaingan usaha yang tidak baik dapat digunakan untuk memberi hukuman kepada

orang yang menimbun masker di tengah pandemic21

Beberapa penelitian tersebut memiliki persamaan dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh penulis. Seperti jurnal Lukman Hakim dan Fasiha membahas larangan

penimbunan barang secara umum. Penimbunan barang di masa pandemi covid-19 juga

telah dibahas oleh peneliti sebelumnya namun hanya membahas terkait dengan hukum

positif yang berlaku di Indonesia. Dari beberapa penelitian terdahulu yang telah

disebutkan belum terdapat penelitian yang membahas terkait penimbuan barang pada

masa pandemi dalam pandangan ekonomi Islam. Para Ulama sepakat mengharamkan

penimbunan barang namun ternyata masih terdapat perbedaan pendapat mengenai

barang yang boleh ditimbun dan yang boleh. Maka dari itu peneliti merasa perlu

dilakukan penelitian terkait penimbunan barang pada masa pandemi dan

mengaitkannya dengan pemikiran seorang Ulama kontemporer yaitu Yusuf al-

Qardhawi agar kita tidak lagi terkecoh dengan perbedaan pendapat sebagian ulama

yang mengharamkan penimbunan pada barang tertentu saja.

21Muhammad Faisol Soleh, “Penimbunan AlatPelindungDiri pada Masa Pandemic Covid-

19:Kajian HukumPidana Bidang PerlindunganKonsumen”, Undang:JurnalHukum, Vol.3, No.1, (2020),

h. 26.

Page 22: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

13

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan permasalahan serta rumusanmasalah tersebut diatas, penelitian ini

menggunakan studi pustaka (library research) yang termasuk dalam jenis penelitian

kualitatif dengan objek penelitiannya yaitu beberapa buku-buku dan literatur22

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah pendekatan

deskriptif digunakan dalam mendeskripsikan sebuah kondisi serta fenomena yang

terjadi. Menurut Creswell penelitian deskriptif adalah penedekatan penelitian dimana

objek digambarkan dan diinterpretasikan sesuai yang terjadi.

3. Jenis dan Sumber Data

Menurut Mamman sumber data penelitian dimana yang digunakan adalah

perilaku serta kata-kata manusia yang sifatnya ilmiah.23 Penelitian ini merupakan studi

Pustaka yang mengkaji pengetahuan, gagasan dan penemuan yang didakan didalam

literatur-literatur yang menginformasikan secara teoritis maupun ilmiah tentang

pemikiran Yusuf Qardhawi tentang penimbunan barang. Data-data yang telah

terkumpul dan akan di analisis dalam penelitian ini adalah data sekunder seperti hasil-

hasil penelitian contohnya buku dan jurnal yang ilmiah, serta berbagai laporan hasil

22Sutrisno Hadi, MetodeResearch, (Yogyakarta:Sandi Offset,1996), h. 3.

23Maman, dkk. MetodologiPenelitian Agama TeoridanPraktek, (Jakarta:RajaGrafindoPersada,

2006), h. 80.

Page 23: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

14

penelitian, serta sumber-sumber yang lain yang berkaitan dengan pemikiran Yusuf

Qardhawi tentang penimbunan barang.

4. Metode PengumpulanData

Penelitian ini menggunakan pengumpulan data dalam dua tahapan yakni

tahapan orientasi dan tahapan eksplorasi.

a. Tahapan orientasi merupakan tahapan dimana penulis mengelompokkan data yang

bersifat umum mengenai tokoh yang dibahas serta karya-karyanya dan hasil-hasil

pemikirtan tokoh tersebut dalam segala bidang.24.

b. Tahapan eksplorasi merupakan tahapan dimana seorang penulis mengumpulkan

data-data yang sesuai dengan penelitian atau bidang yang diteliti.

5. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metodee analisisdeskriptif dalam teknik analisis

data yaitu induktif serta deduktif. Metode deskriptif, adalah permasalahahan yang akan

diteliti tersebut digambarkan dengan tepat serta selaras dengan data yang didapatkan

lalu dianalisa25.

a. Induktif, dimana data-data yang dibahas sifatnya husus lalu dilakukan petarikan

kesimpulan yang bersifat general atau universal dari data yang diperoleh.

24Nursapia Harahap, “PenelitianKepustakaan”, Iqra 8, no.1 (2014):h. 70.

25Kazwaini, “EpistemologiPerpajakan dalam PemikiranAl-Mawardi”, An-nida41, no.1 (2017):

h. 86.

Page 24: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

15

b. Deduktif, adalah kebalikan dari metode induktif. Metode ini membahas data yang

sifatnya universal lalu dilakukan penarikan kesimpulan yang sifatnya husus dari

data tersebut.

F. TujuandanKegunaanPenelitian

1. TujuanPenelitian

Dari uraian permasalahan yang sudah dipaparkan tersebut, berikut adalah

tujuan penelitiannya adalah:

a. MengetahuipemikiranYusufQardhawi tentang penimbunan barang (lhtikar).

b. Mengetahui relevansi pemikiranYusufQardhawitentangihtikar terhadap

penimbunan barang darurat Covid-19.

2. KegunaanPenelitian

Hasilpenelitianinidiharapkan mampu memberikanmanfaat kepada orang

banyak dm hal teoritis dan dalam hal praktik.

a. Kegunaan SecaraTeoritis

Hasilpenelitian inidiharapkan mampu memperkaya khasanah ilmu pengetahuan

ekonomi Islam khususnya terkait pemikiran Yusuf Qardhawi tentang ihtikar dan

relevansinya dengan penimbunan barang dalam darurat Covid-19.

b. KegunaanSecara Praktis

1) PihakMasyarakat

Page 25: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

16

Hasil penelitianini diharapkanmampu memberikanpemahaman kepada

masyarakat dan penulis mengenai pemikiran Yusuf Qardhawi tentang ihtikar dan

relevansinya dengan penimbunan barang (ihtikar) dalam darurat Covid-19.

2) Peneliti Selanjutnya

Penelitianini diharapkanmampu memberikan sumbangsi bagi pengembangan

dan pemahaman untuk peneliti selanjutnya pada proses penelitian studiMahasiswa

diJurusan EkonomiIslam FakultasEkonomi dan BisnisIslam.

G. SistematikaPenulisan

Penelitianini disusunmenjadi 5 babyang pembahasannya menggunakan sistem

piramida terbalik. Maksudnya adalah penelitian ini ditulis dari pembahasan yang

sifatnya umum hingga pembahasan yang sifatnya lebih khusus sampat akhirnya tiba

pada sebuah kesimpulan dimana memuat jawaban dari permasalahan penelitian ini.

Bab 1 penelitian ini membahas tentang masalah yang melatar belakangi

penelitian ini, rumusan masalah, pengertian judul, penelitian terdahulu, metodologi

penelitian, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan. Sedangkan pada bab 2

dijelaskan tentang penimbunan dalam Islam.

Pada bab selanjutnya yaitu bab 3 akan dijelaskan tentang biografi Yusuf al-

Qardhawi serta karya-karyanya dan Pemikiran Yusuf Qardhawi tentang penimbunan

barang. Sedangkan pada bab 4 akan dibahas terkait penimbunan barang darurat Covid-

19 dan Relevansinya dengan pemikiran Yusuf Qardhawi. Dan terakhir bab 5 yang

Page 26: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

17

berisi kesimpulan dalam penelitian ini. Sesudah bab 5 hanya ada daftar pustaka yang

berisi beberapa sumber dari penelitian ini.

Page 27: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

BAB II

PENIMBUNAN BARANG DALAM ISLAM

A. Pengertian Penimbunan Barang (Ihtikar)

Penimbunan barang dalam bahasa Arab disebut ihtikar. Ihtikarberasal darikata

hakarayang berarti az-zulm(aniaya) serta ‘isaal-mu’asyarah (merusakperaulan).26

Penimbunan berdasarkan istilah artinya penyimpanan stok persediaan barang dagang

lalu menunggu harganya naik. Fiqh Islam mengartikan ihtikar sebagai kegiatan

pembelian barang dagangan dalam jumlah yang besar kemudian

menahan/menimbunnya sehingga barangtersebut menjadi sulit didapatkan di pasaran

dan harganya pun melonjak naik.27

Menurut ImamAsy-Syaukani seorang ahlihadits dan ushul fiqh, ihtikar ialah

menimbun barangdagangan dariperedaran. Imamal-Ghazali mengartikannya ihtikar

dimana pedagang/penjual makananyang menyimpanbarang dagangan danmenjualnya

setlah harga mahal karena banyak masyarakat yang menginginkan/membutuhkan.

Menurutulama madzhabMaliki, ihtikaradalah penyimpananbarang olehprodusen

berupamakanan, pakaian,dan setiap barangyang dapatmerusak kestabilan harga

dipasar.28 Sedangkan mzhab Syafii serta Hanbali mengatakan definisi ihtikar yaitu

Menimbun/menyimpan barangyang telahdibeli dan menjualnya dengan harga yang

26Nasrun Haroen, “FiqihMuamalah”, (Jakarta:GayaMediaPratama, 2007), h. 157.

27Ariska dkk, “Stockpiling of IslamicEconomic LawPerspektive”, MPRA (MunichPersonal

RePEcArchive), Paper No.88038, (Juli,2018), h. 97.)

28Veithzal Rivai Zainal, “EkonomiMikroIslam”, (Jakarta: PT.CahayaPrimaSentosa, Cet.I,

2018), h. 360.

Page 28: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

19

tinggi pada saat barang tersebut sangat dibutuhkan oleh penduduk setempat atau

lainnya.29 Dengan demikian, ihtikar ialah menimbun suatu barang supaya peredaran

barang tersebut berkurang di masyarakat, yang membuat harganya mahal. Pihak

yangmelakukan penimbunan barang akan memperoleh keuntungan besar, sedangkan

masyarakat luas sebagai pembeli sangat dirugikan.

Penimbunan barang (ihtikar) jelas di larang serta haram hukumnya dalam Islam

sebab praktik ini timbul karena hawa nafsu yang serakah, tamak, serta sikap egois yang

hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri yang sangat merugikan masyarakat

luas. Pelaku penimbunan barang memiliki moral dan mental yang buruk. Pendapat

ulama-ulama mengenai penimbunan barang yang artinya sama, yakni menahan suatu

barang yang merupakan kebutuhan masyarakat kemudian dijualnya saat harganya

mahal, akan tetapi ulama berbeda pendapat pada objek barang yangdisimpan

atauditimbun. Imamasy-Syaukani serta mazhabMaliki tidak menyebutkan secara rinci

objek barang apa yangdisimpan atau ditimbun, sedangkan Imam al-Ghazali

mengkhususkan pelarangan ihtikar (penimbunan barang) hanya pada makanan.

Memperhatikan pendapat tentang penimbunan barang yang dijelaskan

paraulama serta mengamati kondisi ekonomi secara umum, Fatih adDuraini yang

merupakan Guru Besar bidang fiqh diUniversitas Damascus FakultasSyariah,

mendefinisikan mengenai ihtikar. Menurut beliau, ihtikar yaitu perilaku penyimpanan

29Adiwarman A. Karim, “EkonomiMikroIslami”, (Jakarta:PT.RajaGrafindoPersada, Edisi

Kelima,2016), h. 200.

Page 29: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

20

harta,, manfaat maupun jasa, dan tidak ingin menjual harta atau jasa tersebut pada

masyarakat sehingga harganya melonjak secara drastic di pasar sebab persediaan

barang tersebut sedikit bahkan menghilang dari pasaran. Masyarakat membutuhkan

barang, manfaat maupun jasa tersebut sehingga harga meningkat tajam.

B. Dasar Hukum Penimbunan Barang (Ihtikar) dalam Islam

Ahli fikih berpendapat bahwa penimbunan barang (ihtikar) adalah praktek yang

dilarang hukum Islam. Sumber hukum dilarangnya penimbunan barang (ihtikar) ialah

segala perlakuan az-zulm (aniaya) termasuk juga praktik penimbunan barang

dilarang/haram dalam Islam. Dasar hukum ihtikar dalamal-Qur’an menurut Al-Ghazali

ialah firman Allah swt. dalam QS. al-Hajj/22: 25:

٢٥م ومن يرد فيه بإلحاد بظلم نذقه من عذاب ألي

Terjemahnya:

“dan siapa saja yang bermaksud melakukan kejahatan secara zalim didalamnya,

niscaya akan Kami Rasakan kepadanya siksa yang pedih.”30

Selain QS.al-Hajj/22:25 terdapat juga ayat-ayat didalam alQur’an yang

melarang perbuatan ihtikar yaitu sebagaiberikut:

a. QSal-Maidah/5: 2

ول تعاونوا على ٱل وتعاونوا على ٱلبر وٱلتقوى ن وٱتقوا ٱلل ثم وٱلعدو

Terjemahnya:

30Kementrian Agama RI, Al-Qur’andanTerjemahnya, (Jawa Barat:CV PenerbitDiponegoro,

2010), h. 335.

Page 30: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

21

“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan

jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.”31

Tafsir Quraish Shihab mengenai ayat tersebut yaitu tolong menolonglah kamu

dalam mengerjakan kebaikan serta ketakwan yakni menjauhi segala sesuatu

yangdilarang dalam Islam, danjanganlah kalian tolong menolong didalam berbuatdosa

maupun maksiat maupun hal-hal lainnya yang melewati Batasan yang diajarkan oleh

Allah swt.32

b. QS an-Nisa’/4: 29

ا أيها ٱلذين ءامنوا ل تأكلو لكم بينكم ي رة عن ت ب أمو أن تكون تج طل إل ا راض م ٱلب نكم ول تقتلو

كان بكم رحيما ٢٩أنفسكم إن ٱلل

Terjemahnya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlahkamusalingmemakanharta

sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan

yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu

membunuh dirimu. Sungguh AllahMahaPenyayangkepadamu.”33

Tafsir Quraish Shihab mengenai ayat tersebut adalah menyerukan kepada

orang-orang yang berimanuntuk tidak memakanharta sesamanya dalam cara yang batil

artinya cara yangharam atau menggunakan cara yang dilarang dalam agama seperti

31Kementrian AgamaRI, Al-Qur’andanTerjemahnya, (Jawa Barat:CV PenerbitDiponegoro,

2010), h.106.

32Wisnu Manupraba dkk, “TafsirQuraishShihab”, TafsirQ, dikutip dari https://tafsirq.com/5-al-

maidah/ayat-2#tafsir-quraish-shihab (Diakses Pada Tanggal 17 Juni 2020).

33Kementrian AgamaRI, Al-Qur’andanTerjemahnya, (Jawa Barat:CV PenerbitDiponegoro,

2010), h.83.

Page 31: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

22

contohnya riba dan merampas kecuali tetapi lakukanlah dengan cara jual beli yang

didasari atas sukasamasuka diantara keduanya penjual dan pembeli.34

Manusia diciptaklan oleh Allahswt. merupakan mahluk social yang

memerlukan bantuan satu dengan yang lainnya, supaya manusia bisa menolong

sesamaya dan saling bertukar keperluannya guna pemenuhan kebutuhan hidupnya

dengan cara berjual beli maupun dengan cara lainnya. Namun Islam melarang manusia

berbuat dosa dan pelanggaran seperti contohnya ihtikar. Manusia dilarang oleh Allah

swt. untuk makan harta sesama manusia menggunakan cara yang tidak dibenarkan

dalam Islam, dan hendaknya perdagangan/perniagaan yang terjadi di antara manusia

didasari atas sukasamasuka agar kedua pihak tidak ada yang dirugikan.

Selain ayat-ayat tersebut banyak hadits Rasulullah saw. yang tidak

membenarkan praktik ihtikar diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Hadits Ibnu Majah

: حد ثنا أبو أحمد: بن سالم ب ح حد ثنا نصر بن علي الخهضمي ن ثوبان، دثنا إسرائيل عن علي

: صلى الله عليه وسلمن عمر بن الخطاب، قل رسو ل الله بن المسيب، ع عن علي بن زيد بن خدعان، عن سعيد

))الجالب مرزوق والمحتكر ملعون((.

Artinya:

“Nashr bin Alial-Jahdhami menyampaikan kepadakami dari AbuAhmad, dari

Israil, dari AlibinSalim binTsauban, dari AlibinZaid binJud’an, dari Sa’id binAl-

Musayyib, dari UmarbinKhathab bahwa Rasulullahsaw. bersabda, “Pedagang

34Wisnu Manupraba dkk, “TafsirQuraishShihab” TafsirQ, dikutipdari https://tafsirq.com/4-an-

nisa’/ayat-29#tafsir-quraish-shihab (Diakses Pada Tanggal 17 Juni 2020).

Page 32: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

23

(yang mendatangkan barang dari luar daerah) mendapatkan rezeki, sedangkan

penimbun barang mendapatkan laknat.”35 (HR. Ibnu Majah No. 2153)

:حدثنا الهي ، عن الهيثم بن رافع: حد ثني أبو يحيى احدثنا ثم بن حكيم: حدثنا أبو بكر الحنفي ي لمك

وخ مولى عثما ن بن عفا ن، عن عمر بن اخطاب قا يقو ل: ))من صلى الله عليه وسلم ل: سمعت رسول الله فر

فلاس((.احتكر على المسلمين طعا ما ضربه الله بالجذام والل

Artinya:

“Yahya bin Hakim menyampaikan kepada kami dari Abu Bakar al-Hanafi, dari

al-Haitsam bin Rafi’, dari Abu Yahya al-Makki, dari Farrukh maula Utman bin

Affan, dari Umar bin Khattab yang mengatakan, aku mendengar Rasulullah saw.

bersabda, “Siapa yang menimbun makanan kaum Muslimin, niscaya Allah

menimpakan penyakit kusta dan kebangkrutan kepadanya.”36 (HR. Ibnu Majah

No. 2155)

b. HR. At-Tirmidzi

د بن منصور: حدثنا يزيد بن ها رون: ح حدثنا إسحا ق د بن إسحا ق عن محم بن دثنا محم

يقو صلى الله عليه وسلم بن ]نضلة[، قال: سمعت رسو ل الله إبراهيم، عن سعيد بن المسيب، عن معمر بن عبد الله

ن يحتكر. د إنك تحتكر، قال: ومعمر قد كاتكر إل خاطئ((، فقلت لسعيد: يا أبا محم ل: ))ل يح

Artinya:

“IshaqbinManshur menyampaikan kepadakami dari YazidbinHarun, dari

MuhammadbinIshaq, dari MuhammadbinIbrahim, dari Sa’idbinAl-Musayyib,

dari Ma’marbinAbdullah binNadhlah yang mengatakan, akumendengar

Rasulullahsaw. bersabda, “Tidaklahmenimbun barang, kecuali orang-orang yang

berbuatdosa.” Akubertanya kepada Sa’id,, “Wahai AbuMuhammad,

sesungguhnyaengkaumenimbun?” Dia berkata, “Ma’mar juga telahmenimbun

barang.”37 (HR. At-Tirmidzi No. 1257)

35AbuAbdullah Muhammad binYazidalQazwini IbnuMajah, terj. Saifuddin Zuhri,

Ensiklopedia Hadits8: SunanIbnuMajah, (Jakarta:Almahira, Cet. I,2013), h. 383.

36Abu AbdullahMuhammad bin YazidalQazwini IbnuMajah, terj. SaifuddinZuhri,

Ensiklopedia Hadits8: SunanIbnuMajah, h. 383.

37Abu Isa Muhammad binIsa atTirmidzi, terj.TimDarussunnah, MisbakhulKhaer dan Solihin,

EnsiklopediaHadits6; Jami’ atTirmidzi, (Jakarta:Almahira, Cet.I,2013), h.449.

Page 33: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

24

Berdasarkan ayat Al-Qur’an serta hadits Nabi Muhammadsaw. tersebut,

paraulama fiqih mengatakan bahwasanya penimbunan barang (ihtikar) digolongkan

perbuatanyang haram (dillarang).38 Meskipundemikian, masih timbul perbedan

pemikiran di antara ulama mengenai penempatan hukumnya yang didasarkan dengan

cara memahami hukumnya masing-masing.

Pendapat mayoritas ulama diantaranya ulama madzabMaliki, Syafi’i,Hambali

Zaiidiyah,dan Imamal-Kasani (ahlifikih madzabHanafi), penimbunan barang (ihtikar)

haram hukumnya. Ayat dan hadits tersebut merupakan alasan mereka berpendapat

demikian. Ulama madzabSyafi’i mengatakan haditsRasulullah tersebut memiliki

definisi yangdalam. Seseorang yang membuat salah al-khata’dengan senggaja maka

dia ingkar terhadap pelajaran syara’ (hukumIslam) dansyariat. Kalanganmazhab

Hanbali pun mengemukakan ihtikar ialah pratik dilarang didalam ajaran Islam karena

bisa mendatangkan mudharat pada masyarakat dan negara.39

Landasan hukum yangdigunakan paraulamafiqhyang menyatakan penimbunan

barang haram ialah kandungan nilai-nilai universal dalam AlQur’an dimana

mengatakan bahwa segala tindakan aniaya termasuk perbuatan penimbunan barang

diharamkan dalam ajaran Islam. Semua ulamaSyafi’iyah menyatakan setiap praktik

ihtikar yang di haramkan ialah penimbunan barang pokoktertentu, yakni membeli

ketika harganya mahal, lalu menjualnya Kembali. Barang-barang tersebut tidak dijual

38NanangQosim, “Transaksi JualBeli dalam BentukKhusus (JualBeli Pesanan, Bai’al-Wafa’

danIhtikar)”, Jurnal AsySyariah, Vol 4, No.2, (Juni,2018), h.88.

39VeithzalRivaiZainal, “Ekonomi MikroIslam”, h. 365.

Page 34: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

25

secara langsung oleh pelaku, tetapi dia menyimpannya hingga harga barang tersebut

menjadi mahal. Jika seandainya barang tersebut mereka bawa dari kampung

halamannya ataupun mereka membeli barang tersebut diwaktu harga barang tersebut

murah membelinya pada saat harga murah, kemudian mereka simpan untuk kebutuhan

pribadi maupun mereka jual segera, maka hal tersebut tidak termasuk penimbunan

barang serta tidak termasuk perbuatan yang dilarang. Penimbunan tidak diharamkan

selain dari bahan makanan pada keadaan bagaimanapun.

Pada masa kekhalifahannya, Umar binKhattab menghimbau kepada seluruh

pedagang agar melakukan impor barang supaya keperluan umat Islam dapat terpenuhi

di pasar. Sikap Umar bin Khattab yang keras kepada pelaku penimbunan barang yang

terburu-buru membeli suatu barang, lalu menahannya dari UmatIslam. Umar memberi

perintah pelarangan kepada elaku penimbunan barang agar tidak melakukan transaksi

jualbeli dipasar umatIslam. Sebagaimana yang Umar katakan “siapa saja yang datang

ke daerah tempat tinggal kami membawa barang dagangannya, silahkan mereka jual

sesuai dengan keinginannya, mereka merupakan tamu saya.hingga mereka pulang,

mereka merupakan panutan bagi kita semua serta di;arang bagi pelaku penimbunan

barang berdagang di pasar umat Islam.”

Umar pun mengatakan: “jangan sampai terdapat penimbunan barang dalam

pasar umat Islam, janganlah percaya kepada manusia yang memiliki harta berlebih di

tangannya dari rezeki Allahswt. yang diturunkan di daerah kita, jika mereka

menahannya dari umat Islam. Sebaliknya tamu Umar adalah orang-orang impor barang

dipersilahkan menjualnya sesuai dengan kehendak Allahswt.”

Page 35: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

26

Hukum penimbunan barang menurut pemikiran para ulama didasarkan kepada

ayat alQur’an serta hadits Nabi Muhammadsaw. Para ulama fikih menyepakati dan

mengatakan bahwa penimbunan barang digolongkan kedalam perbuatan terlarang dan

diharamkan dalam Islam.. semua Ulama telah menyepakati bahwa serta menyatakan

haram hukumnya penimbunan barang, walau masih terdapat pendapat yang berbeda

mengeni cara penetapan hukum ulama yang disesuaikan menurut system pemahaman

hukum masing-masing.

Pertama, ulamaSyafi’iyah, Hanbilah, Malikiyyah, Zaidiyah serta Zahiriyyah

menyatakan bahwa praktk penimbunan barang haram hukumnya. Mereka

mengemukakan alasannya berdasarkan pada ayat serta hadits yang telah diuraikan

sebelumnya. Pendapat Malikiyah, penimbunan barang haram hukumnya dan sudah

seharusnya pemerintah mencegahnya dengan melakukan berbagai cara sebab praktik

penimbunan barang tersebut menimbulkan mudarat pada keseharian masyarakat serta

mengganggu kestabilitan perekonomian masyarakat maupun negara.

Hak konsumen merupakan hal yang paling utama yang seharusnya di

perhatikan dalam permasalahan penimbunan barang sebab memuat hak banyak orang.

sedang hak pelaku penimbunan barang hanyalah menyangkut hak pribadi. Apabila

bertentangan antara hak pribadi dengan hak banyak orang, sudah seharusnya hak yang

dipentingkan dan diperhatikan adalah hak orang banyak. Pendapat MazhabSyafiiyah

hadist Rasulullahsaw. yang mengatakan penimbunan barang ialah termasuk perbuatan

yang salah itu terkandung definisi yang mendalam. Apabila seseorang dengan sengaja

melakukan suatu kesalahan maka dia melakukan perbuatan ingkar pada ajaran Islam

Page 36: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

27

sehingga hal tersebut di haramkan. Adapun ancaman untuk pelaku penimbunan barang

pada hadits tersebut ialah menjadi penghunineraka.

UlamaHanabilah berkata penimbunan barang adalah sesuatu yangdiharamkan

dalam Islam sebab mendatangkan mudharat yangbesar bagi masyarakat. Praktik

penimbunan barang tersebut diharamkan jika tiga unsur berikut terkandung

didalamnya, yaitu:

1. Barangyangditimbundibeliterlebihdahulu.

2. Barangyangdibeli adalah bahanmakanan yang dibutuhkanmasyarakat.

3. Masyarakat menjadi kesusahan membeli dan mengonsumsi bahanmakanan

yang mereka butuhkan.

Kedua, ulamaHanafiyah mengatakan praktik penimbunan barang

makruhtahrim hukumnya (diistilahkan oleh kalangan fiqih Hanafi hukumnya

haramdan berdasarkan pada dalll zani). Pada permasalahan penimbunan barang,

menurutnya pelarangan dengan tegas Cuma timbul dari hadisahad. Selain itu kehujahan

hadisahad ialah zani. Selain itu, disesuaikan pada kaidahyang sifatnyaqath’I setiap

orang memiliki kebebasan untuk membelidan menjual barang daganganya tanpa

adanya bantuan tangan oranglain. Menjualnya maupun tidak merupakan permasalahan

pribadi orang tersebut.

UlamaHanafiyah dalam penetapan hukum penimbunan barang tidak secara

langsung mengatakan hukumnya haram sebab didapati 2 dalil bertolak belakang dalam

permasalahan penimbunan barang, yakni: (1) berdasarkanhak millk yang pedagang

milikisetiap pedagang diberi kebebasan bertransaksi jual beli yang mereka sesuaikan

Page 37: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

28

dengan keinginannya. (2) terdapat pelarangan menimbulkan mudharat pada sesama

manusia dengan berbagai cara. Pelarangan ini tak secara langsung ditujukan pada

praktik penimbunan barang akan tetapi pelarangan tersebut ada dikarenakan mudharat

yang timbul dari perbuatan tersebut.

Dalam fikih sunah Sayyid Sabiq mengatakan pengharaman penimbunan barang

menurut para ulama jika terpenuhi 3 persyaratan yaitu:

1. Penimbunan barang berlaku syaratnya ialah keberadannya menjadikan

penduduk suatu daerah kesusahan jika ingin membeli barang tersebut yang di

timbun. Jika Seandainya orang-orang di tempat tersebut belum disulitkan jika

ingin melakukan pembelian pada barang tersebut maka tidakakan

terjadidominasi terhadapna supayabisa dijualdengan hargatinggi.

2. Penimbunan Barang tersebut melewati batas dari yang mereka butuhkan serta

stok barang-barang tersebut telah melebihi kebutuhannya selama satu tahun

full.

3. pelaku itu menungu waktu memuncakna hargayang tinggikarena masyarakat

ingin membutukan barangtersebut.

SayidSabiq mengemukakan bahwa persayaratan tersebut bukan saja berfokus

kepada barang-barang yang dibelinya. Namun, mengumpulkan sambil menunggu

harga mahalnya lalu kemudian mereka dapat menjual barang tersebut denganharga

yangmahal dapat dikategorikan perbuatan penimbunan barang, baik penimbunan

barang mereka lakukan dengancara membeli maupun mengumpuIkannya daritanah

pertanianyang Iuas. Melakukan monopoli kepemiIikan areal producsi jenis tersebut

Page 38: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

29

atau keIangkaan pertanian, mengumpulkan daripabrik sebab monopoIi kepemiIikan

industry barang tersebut maupun keIangkaan industry termasuk kategori penimbunan

barang.

Akad membeIi barang yang akan ditimbun secara bentuknya ialah sah sebab

rukun dan syarat dari jual beli telah terpenuhi. Hal tersebut sama halnya dengan

berdagang ketika adzan sholat Jum’at, transaksi tersebut secara formalnya tetap sah,

tapi hukumnya haram karena terdapat Iarangan yang tegas. BabiIi mengatakan praktik

penimbunan barang tidak saja mengorupsi komoditas barang yangditimbun, tetapi

termasuk kekayaannya mereka timbun. Korupsikekayaan, bagi BabiIi ialah

menhentikan atau mencegah untung daribarang serta sirkuIasinya menyebabkan

distribusi harta atau kekayaan tersendat.

Penimbunanbarang merupakan penghalang terbesar penghalang yang besar

terhadap persainganpasar dalam Islam. Perihal itu disebabkan adanya pengaruh pada

persediaan barangyang ada daribarang yangditimbun. Sebagian orang berdagang

memilah buat menahan benda dagangan serta tidak menjualnya sebab menunggun

menaiknya harga. Sikap ini memiliki pengaruh yang tidak baik pada pluktuasi keahlian

persediaanserta peminatan benda. Penumpukan bisa menimbulkan perpindahan kurva

penawaran serta permintaan benda, ialah merupakan pelanggaran hukum penjual.

Page 39: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

30

Pendapat di kalangan ulama berbeda mengenai hukumnya penimbunan barang

karena hukum penimbunan yang rinci yaitu:40

1. secara mutlak diharamkan (tidak mengkhususkan pada bahanmakanansaja)

didasarkan pada hadits Nabisaw.:

من احتكر فهو خا طئ

“Barang siapa menimbun,maka diatelah berdosa.” (HR. ShahihMuslim)

2. Makruh secara mutlak dengan alasan adanya larangan Nabi Muhammad saw.

berkaitan dengan ihtikar terbatas pada hukum makruh saja, lantaran hanya

sebatas peringatan bagi umatnya.

3. Haram apabila bahan makanan saja yang ditimbun, selain bahan makanan

dibolehkan dengan alasan hadist riwayat Muslim yang membolehkan ihtikar

selain bahan makanan. Riwayat lengkapnya dari sabda Nabi Muhammad saw.:

“Barang siapa yang menimbun maka dia telah berbuat dosa. Lalu Sa’id ditanya,

“Kenapa engkau lakukan ihtikar?” Said menjawab, “Sesungguhnya Ma’mar

yang meriwayatkan hadis ini telah melakukan ihtikar!” (HR. Shahih Muslim).

4. Imam Ibnu Abdil Bar mengatakan: “Kedua orang ini (Said bin Musayyab dan

Ma’mar (perawi hadis) hanya menyimpan minyak karena keduanya memahami

bahwa hal yang dilarang khusus bahan makanan ketika sangat dibutuhkan saja.

Tidak mungkin bagi seorang sahabat mulia yang merawikan hadis dari Nabi

Muhammad saw. dan seorang tabi’in (mulia) yang bernama Said bin Musayyab,

40Veithzal RivaiZainal dkk, “EkonomiMikro Islam”, h.371-373.

Page 40: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

31

setelah meriwayatkan hadis larangan penimbunan barang kemudian mereka

menyelisihnya (hal tersebut menunjukkan bahwa sesuatu yang terlarang hanya

terhadap bahan makanan).

5. Penimbunan barang haram ketika dilakukan di Sebagian daerah saja contohnya

di kota Mekkah dan Madinah, sedangkan di daerah-daerah yang lain

diperbolehkan penimbunan barang didalamnya, sebab Mekkan dan Madinah

merupakan 2 kota yang lingkupnya terbatas. Seandainya terdapat seseorang

yang melakukan penimbunan barang terhadap salah satu barang yang

dibutuhkan masyarakat, maka akan mengganggu perekonomian dan

masyarakat sulit untuk memperoleh barang yang mereka butuhkan. Sedangkan

daerah-daerah lainnya yang luas, jika terdapat seseorang yang menimbun

barang, biasanya tidak mempengaruhi perekonomian manusia, maka dari itu

penimbunan barang tidak dilarang di daerah tersebut.

6. Secara mutlak penimbunan barang diperbolehkan. Berdasarkan hadits nabi

Muhammad saw. yang memberi perintah agar manusia membeli bahan

makanan untuk dibawa ke tempat tinggal mereka lebih dulu sebelum dijual

Kembali, maka dari itu ulama menjadikan hadits tersebut sebagai dalil

dibolehkannya penimbunan barang.

Dari Ibnu Umar ra. berkata: “Aku melihat orang-orang yang membeli bahan

makanan tanpa ditimbang pada zaman Rasulullah saw., mereka dilarang

menjualnya kecuali harus mengangkatnya ke tempat tinggal mereka terlebih

dahulu.” (HR. Bukhori 2131 dan Muslim5/8)

Page 41: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

32

Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolani berkata: “Imam Bukhori juga berdalil atas

dibolehkannya penimbunan barang berdasarkan hadits tersebut, sebab Nabi

Muhammad saw. memberi perintah kepada pembeli bahan makanan agar barang

tersebut terlebih dahulu diangkut ke tempat tinggalnya sebelum dijual Kembali.

Seandainya penimbunan barang tersebut dilarang, maka Rasulullah saw. tidak akan

memerintahkan hal tersebut.” Demikian pula pendapat tentang waktu diharamkannya

ihtikar. Ada ulama yang mengharamkan ihtikar setiap waktu secara mutlak tanpa

membedakan masa paceklik dengan masa surplus pangan berdasarkan sifat umum.

C. Peran Serta Pemerintah

Apabila penimbunan suatu barang telah terjadi di pasr, maka pemerintah berhak

memaksa pedgang untuk menjualnya dengan harga normal pada saat itu. Bahkan

menurut ulama fikih, para pedagang menjual barang tersebut dengan harga modal

sebagai hukumanya karena mereka tidak berhak mengambil untng. Disamping

bertindak tegas, pemerintah sejak semuIa seharusnya dapat mengantisipasi agar tidak

terjadi penimbunan dalam setiap comodity dan manfaat atau jasa yang sangat

dibutuhkan masyarakat.41 Selanjutnya, pemerinntah memperingati para penimbun agar

tidak menguIangi perbuatannya. Apabila mereka tidak memperdulikan peringatan

41Veithzal RivaiZainal dkk, “EkonomiMikro Islam”, h.366.

Page 42: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

33

tersebut, pemerintah berhk menghukum mereka dengan memukul, mengeliIingi kota

dan memenjarakanya.42

Mekanisme pasar yang sesuai dengan syariah memang tidak mengedepankan

intrvensi pemerintah pada kondisi pasar berjalan normal. Namun ketika pasar

mengalami distrsi yang disebabkan oleh ulah para pelakunya, maka pemerintah tentu

perlu membenahi harga untuk mewujudkan kemaslahatan umat. Masyaarakat selaku

konsumen menginginkan adnya keadilan dalam transaksi jual beli, pemerintah selaku

pelaksana tugas pengawasan terhadap pasar mengiginkan adanya kepatuhan pedagang

dalam melaksanakan ketentuan dan peraturan yang berkaitan dengan takaran serta

timbangan, tata kelola pasar dan sebagainya. Sehingga tugas pemerintah dalam

melakukan pengawasan pada pasar dapat tercapai.43

Di Indonesia sendiri penimbunan barang diatur dalam Pasal 29 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan menyatakan bahwa:

“Pelaku usaha dilarang menyimpan barang kebutuhan pokok dan/atau barang

penting dalam jumlah dan waktu tertentu pada saat terjadi kelangkaan barang,

gejolak harga, dan/atau hambatan lalu lintas perdagangan barang.”

Secara garis besar Undang-Undang tersebut mengisyaratakan bahwa setiap

individu maupun kelompok seharusnya lebih mengutamakan prinsip kebersamaan,

efisiensi berkeadilan guna mewujudkan kesejahteraan dan keadilan pada masyarakat

42Putri Nuraini, “DampakEkonomi dari Ihtikardan Siyasah AlIghraq dalamKonsep JualBeli”,

A-Hikmah:Jurnal Agamadan IlmuPengetahuan, Vol.16, No.1, (April,2019), h.46.

43Muhammad DeniPutra dkk, “DampakIhtikar Terhadap MekanismePasar Dalam Perpektif

Islam”, JurnalImara, Vol.3, No.2, (Desember,2019), h.188.

Page 43: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

34

Indonesia, tanpa menderogasi atau menimbun barang/menahan barang dalam keadaan

yang mendesak.44 Peran pemerintah apabila difungsikan secara maksimal akan

memberi dampak yang positif dalam stabilitas perekonomian masyarakat, sebab para

spekulan pelaku ikhtikar dapat diminimalisir.45

44Imas NovitaJuaningsih, “PenerapanSanksi Pidana bagiPenimbun Masker diIndonesia Selama

MasaPandemi Covid19”, ‘AdalahBuletin HukumdanKeadilan, Vol.4, No.1, (2020), h.77.

45Hilman Taqiyudin, “Al-Ihtikar (PenimbunanBarangDagangan) dan Peran Pemerintahdalam

MenanganinyaGuna Mewujudkan StabilitasEkonomi”, MuamalatunaJurnal Hukum EkonomiSyariah,

Vol.10, No.1, (Januari-Juni,2018), h.29.

Page 44: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

BAB III

PEMIKIRAN YUSUF QARDHAWI TENTANG PENIMBUNAN BARANG

A. Riwayat Hidup Yusuf Qardhawi

Yusuf al-Qardhawi lahir pada tanggal 09 September 1926 di Desa Shafat Turab

Mesir. Yusuf Qardhawi lahir dari keluarga yang tekun dalam beragama dan hidup

sederhana,beliau dibesarkan oleh pamannya sejak berumur 2 tahun sebab ayahnya

meninggal dunia dan telah menganggap pamannya seperti ayahnya sendiri.46

Yusuf Qardhawi mendapatkan Pendidikan awal di Kuttab (Pendidikan agama)

ketika ia berumur 5 tahun kemudian Madrasah Ilzamiyyah saat berumur 7 tahun. Pada

umur 10 tahun Yusuf al-Qardhawi sudah menghafal al-Qur’an secara keseluruhan serta

menghafal kitab al-Tuhfat sekaligus khatam ilmu tajwid maka dari itu ia dilantik untuk

menjadi imam masjid. Yusuf Qardhawi kemudian melanjutkan pendidikannya di

Maahad Rendah Thantha (Madrasah Ibtid’aiyyah) selama 4 tahun kemudian di

Madrasah Tsanawiyyah selama 5 tahun.47

Beliau kemudian melanjutkan Pendidikan di Universitas al-Ahzar Fakultas

Ushuluddin dan menyelesaikannya pada tahun 1952/1953 M dan memperoleh predikat

terbaik. Kemudian, ia belajar bahasa Arab di Universitas al- Azhar Fakultas Bahasa

Arab selama dua tahun serta memperoleh ijazah internasional dan sertifikat pengajar.

Pada tahun 1957, ia melanjutkan pendidikannya di “Ma’had al-Buhus wa al- Dirasat

46Abdillah F.Hasan, “Tokohtokoh Mashur DuniaIslam”, (Surabaya:Jawara,2004), Cet.II, h.321-

322.

47Zulkifli Hasan, “Yusuf al-Qaradawi danSumbanganPemikirannya”, GlobalJournal Al-

Thaqafah, Vol.3, No.1, (Juni,2013), h.53.

Page 45: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

36

al-Arabiyah al-Aliyah” (Lembaga Tinggi Riset dan Kajian Kearaban). Pada tahun yang

sama pula, beliau melanjutkan pendidikannya di Universitas al-Azhar Fakultas

Ushuluddin program Pascasarjana dan mengambil konsentrasi Tafsir-Hadits, beliau

tamat pada tahun 1960. Setelah memperoleh gelar Magister, beliau kemudian

melanjutkan studinya pada program Doktor dengan disertasinya “Al-Zakat fi al-Islam

wa Atsaruha fi Hall al-Masyakil al-Ijtima’iyah”. Disertasi tersebut direncanakan akan

selesai dalam kurun waktu 2 tahun, namun akibat terjadinya krisis politik di Mesir,

proses penyelesaiannya ditunda selama 13 tahun. Pada tahun 1972, beliau berhasil

mendapatkan gelar Doktor dengan memperoleh predikat cumlaude.48

Sejak muda Yusuf Qardhawi telah menjadi pengikut gerakan Ikhwanul

Muslimin pimpinan Hasan al-Banna.49 Dalam pengembaran ilmiahnya, al-Qardhawi

banyak menelah pendapat para ulama yang terdahulu seperti al-Ghazali, Ibn Taimiyah,

Ibnu Qayyim, Syaikh al-Bakhi al- Khauli, Muhammad Abdullah Darraz serta Syaikh

Mahmud Syaltut. beliau sangat menghormati pengajaran dan perjuangan gurunya

Hasan al-Banna (Pendiri Gerakan Islam Ikhwan al-Muslimun tahun 1928 di Provinsi

Ismailiyah Mesir). Berdasarkan informasi yang telah diterima, al-Qardhawi sering

mendengarkan ceramah Hasan al-Banna ketika ia datang ke Thahta, tempat beliau

bersekolah di Madarasah I’dadiyah, bahkan al-Qardhawi pun sering mengikuti

kunjungan al-Banna ke berbagai daerah untuk mendengar ceramahnya. beliau juga

48Ali Akbar, “MetodeIjtihad YusufAl-Qardhawi dalam FatwaMu’ashirah”, JurnalUshuluddin,

Vol.18, No,1, (Januari,2012), h.2.

49Abdillah F.Hasan, Tokohtokoh Mashur dalamIslam, (Surabaya:Jawara,2004, Cet.I), h.321.

Page 46: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

37

telah membaca tulisan al-Banna hampir seluruhnya, baik yang bentuk buku maupun

dalam bentuk artikel yang biasa dimuat dalam majalah “al-Syabab”. Menurut Yusuf

Qardhawi, karya-karya al-Banna bahasanya sederhana, sangat menyenangkan,

menyentuh akal dan hati, dan mudah dipahami oleh setiap lapisan masyarakat.50

Pada tahun 1977 beliau mendirikan fakultas Syariah di Universitas Qatar dan

pusat kajian sejarah serta sunah Nabi. Sebagai seorang ulama yang memiliki ilmu

tinggi, Yusuf al-Qaradhawi sangat memahami arti penting dari kemajuan yang

menuntut pemahaman agama yang sesuai dengan perkembangan zaman. Seperti yang

kita ketahui bahwasanya perkembangan peradaban tersebut banyak memberi

pergeseran nilai-nilai religiusitas pada paradigma yang keliru. Dalam berbagai

gagasannya, Yusuf al-Qaradhawi juga termasuk tokoh yang berkontribusi besar dalam

pembangunan kembali citra Islam yang sesuai dengan al-Quran dan hadis. Hal tersebut

tidak hanya terdapat dalam beberapa ceramahnya, tetapi juga terdapat dalam buku hasil

karya tulisannya yang banyak diminati umat Islam.51

Yusuf Qardhawi sangat dikenal sebagai ulama dan pemikir Islam yang unik

sekaligus istimewa, keunikan dan keistimewanya itu karena beliau memiliki cara dan

metodologi khusus ketika menyampaikan risalah Islam, sebab metodologinya tersebut

beliau dapat diterima pada kalangan dunia barat sebagai seorang pemikir yang selalu

50Ali Akbar, “MetodeIjtihad YusufAl-Qardhawi dalamFatwa Mu’ashirah,Jurnal Ushuluddin,

Vol.18, No.1, (Januari,2012), h.2-3.

51Risna Mosiba, “SunnahSebagai SumberIptek dan Peradaban(Studi atas PemikiranYusuf Al-

Qardhawi)”, JurnalInspiratifPendidikan, Vol.6, No.2, (Juli-Desember,2017), h.369.

Page 47: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

38

memperlihatkan Islam secara ramah, santun, dan moderat, kapasitasnya tersebut yang

membuat Qardhawi sering kali menghadiri pertemuan-pertemuan internasional para

pemuka agama di Eropa dan di Amerika sebagai perwakilan dari Agama Islam. Dalam

pemikiran dan dakwah Islam, Yusuf Qardhawi menempati posisi vital dalam

pergerakan Islam kontemporer, waktu yang dihabiskan oleh beliau untuk belajar Islam,

berceramah, serta menyampaikan masalah-masalah aktual dan keislaman pada

berbagai tempat dan negara menjadikan pengaruh sosok sederhana yang sebelumnya

pernah dipenjara oleh pemerintah mesir sangat besar di berbagai belahan dunia,

khususnya pada pergerakan Islam kontemporer melalui karya-karyanya yang

mengilhami kebangkitan Islam modern.52

B. Karya-karya Yusuf Qardhawi

Yusuf al-Qardhawi merupakan seseorang intelektual muslim, Yusuf al-

Qardhawi memiIiki karya-karya dengan jumlah yang banyak dalam beberapa segi-segi

keIslaman serta hasil karangannya dengan kualitas yang baik, seperti permasalahan;

fiqih dan ushul fiqih, ekonomi Islam, ulum al-Quran dan al-Sunnah, aqidah dan filsafat,

fiqih prilaku, dakwah dan tarbiyah, gerakan dan kebangkitan Islam, penyatuan

pemikiran Islam, pengetahuan Islam secara umum, tokoh-tokoh Islam, sastra dan lain

sebagainya. beberapa dari karyanya tersebut sudah diterjemahkan dalam bermacam-

macam bahasa salah satunya yaitu bahasa Indonesia, dicatat terdapat sekitar 55 judul

52Risna Mosiba, “SunnahSebagai Sumber IptekdanPeradaban (Studiatas Pemikiran YusufAl-

Qardhawi)”, JurnalInspiratifPendidikan, Vol.6, No.2, (Juli-Desember,2017), h.369.

Page 48: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

39

buku karya Yusuf al-Qardhawi yang sudah diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia

antara lain:53

1. Al-Halal waal-Haram fi al-Islam (HalaldanHaramdalamIslam).

2. Fiqhal-Zakat, Disertasi beliau yang judulnya “Al-Zakat fial-Islam wa

Atsaruhafi Hall al-Masyakilal-Ijtima’iyah” (ZakatdalamIslam dan

Pengaruhnyabagi SolusiProblematikaSosial).

3. Al-Ijtihadfi al-Syari’at al-Islamiahma’a NazharatTahliliyah fi al-Ijtihadial-

Mu’ashir (Ijtihaddalam Syari’atIslam dan BeberapaIjtihadKontemporer).

4. Al-SunnahMashdaran li al-Ma’rifahwa al-Hadharah (SunnahsebagaiSumber

PengetahuandanPeradaban).

5. Musykilat al-Faqrwa Kaifa ‘Alajahaal-Islam (ProblemaKemiskinan dan

BagaimanaSolusinyaMenurutIslam).

6. Hadyal-IslamFatawa Mu’ashirah (PetunjukIslam, Fatwa-Fatwa

Kontemporer).

7. Madkhalli Dirasat al-Syari’atal-Islamiyah (PengantarStudi Syari’atIslam).

8. Dirasahfi fiqh maqashidal-Syari’ah bainaal-Maqashid al-Kulliyahwa al-

Nushushal-Juz’iyah (Fiqih MaqashidSyari’ah: ModerasiIslam antara Aliran

Tekstual dan AliranLiberal).

53Ali Akbar, “MetodeIjtihad YusufAl-Qardhawi dalam FatwaMu’ashirah”, JurnalUshuluddin,

Vol.18, No,1, (Januari,2012), h.3-4.

Page 49: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

40

9. Fawa’idal-Bunuk Hiyaal-Riba al-Haram (ManfaatDiharamkannya Bunga

Bank).

10. Dawr al-Qiyam wa al-Akhlaq fi al-Iqtisad al-Islami (Peranan Nilai dan Akhlak

dalam Ekonomi Islam).

11. Dur al-Zakatfi alajal-Musykilat al-Iqtisadiyyah (Perananzakat dalamMengatasi

MasalahEkonomi).

12. Kayfa Nata’amalma’a al-Sunnahal-Nabawiyyah (BagaimanaBerinteraksi

denganSunnah).

13. Al-Tarbiyahal-Islamiyah waMadrasah Hasanal-Bana (PendidikanIslam dan

PembinaanHasanal-Bana).

Selain karya tersebut, al-Qardhawi banyak menulis buku yang membahas

tokoh-tokoh Islam seperti al-Ghazali, Para Wanita Beriman dan Abu Hasan al-Nadwi.

Al- Qardhawi juga menulis buku Akhlak yang berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah,

Kebangkitan Islam, Sastra dan Sya’ir dan masih banyak lagi yang lainnya.54

C. Pemikiran Yusuf Qardhawi tentang Penimbunan Barang

1. Pengertian Penimbunan Barang

Yusuf Qardhawi membahas tentang penimbunan barang dalam salah satu

karyanya Daurul Qiyam wal Akhlaq fil Iqtishadil Islam (Norma dan Etika Ekonomi

Islam). Yusuf Qardhawi mendefinisikan penimbunan barang yaitu “menahan barang

54Ali Akbar, “MetodeIjtihad YusufAl-Qardhawi dalamFatwa Muashirah”, JurnaUshuluddin,

Vol.18, No,1, (Januari,2012), h. 4.

Page 50: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

41

dari peredaran dipasar yang menyebabkan harga barang mahal.” Yusuf Qardhawi juga

menambahkan bahwa risiko penimbunan barang semakin fatal jika dilakukan secara

berkelompok, atau disebut dengan “transnasional” atau penimbunan barang dari sektor

hulu ke sektor hilir.55

Definisi penimbunan barang menurut Yusuf Qardhawi memiliki arti yang sama

dengan yang disebutkan para fuqaha lainnya bahwa penimbunan barang (ihtikar)

adalah menahan suatu barang dan menunggu harganya naik. Adapun yang dimaksud

Yusuf Qardhawi “transnasional” atau penimbunan barang yang dilakukan secara

berkelompok ialah penimbunan barang yang keluar dari batas-batas negara (lintas

negara). Hal tersebut membuat bahaya besar pada keadilan distribusi kekayaan dan

pendapatan dalam tingkat dunia. Disini penulis hendak memperkuat argumentasi

dengan mencantumkan pendapat Veithzal Rival Zainal dkk yang menyatakan:

“Dalam tingkat internasional, menimbun barang adalah penyebab terbesar dari

krisis ekonomi yang dialami oleh manusia sekarang di mana beberapa negara

kaya dan maju secara ekonomi memonopoli produksi dan perdagangan beberapa

kebutuhan makanan dan industri dunia. Bahkan negara-negara tersebut

memonopoli pembelian bahan-bahan baku dari negara yang terbelakang

ekonominya dan memonopoli penjualan barang-barang industri yang dibutuhkan

oleh negara-negara tersebut.”56

Penimbunan barang mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian

masyarakat, karena dapat mengganggu kelancaran transaksi di pasar dimana

produsen/penjual memperoleh keuntungan yang sangat besar sehingga

55YusufQardhawi, Normadan Etika EkonomiIslam, (Depok:GemaInsani,1997), h.173.

56Veithzal RivalZainal dkk, EkonomiMikroIslam, h.371.

Page 51: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

42

konsumen/masyarakat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan mereka diakibatkan

produsen mengambil keuntungan diatas harga pasar seharusnya. Jadi akibat dari

penimbunan barang ini masyarakat luas dirugikan oleh sekelompok kecil yang lain.

Dampak dari penimbunan barang tentunya akan semakin fatal jika dilakukan dalam

tingkat internasional (antar negara) dimana akan semakin banyak orang-orang yang

dirugikan.

2. Jenis Barang yang Dilarang Ditimbun

Para fuqaha berbeda pendapat mengenai jenis barang yang dilarang ditimbun.

Sebagian fuqaha meIarang penimbunan barang hanya pada bahan makanan. Pnedapat

Al-Ghazali, jenis barang yang tidak termasuk bahan makanan serta tidak termasuk

pelengkap bahan makanan contohnya obat, ramuan obat-obaatan, kunyit dan lainnya

tidak dilarang. Sedangkan bahan pelengkap bahan makanan contohnya daging, buah-

buhan masih dipertimbangkan. Sebagian ulama terdapat juga yang menolah

pengharaman penimbunan terhadap samin, madu, keju, dan minyak.57 Sedangkan

Yusuf al-Qardhawi sendiri berpendapat yang berbeda mengenai jenis-jenis barang

yang dilarang ditimbun. Menurut beliau dilarang melakukan penimbunan barang

terhdap semua jenis barang, sebagaimana beliau menyatakan:

“Dilarang melakukan penimbunan terhadap semua jenis barang yang dibutuhkan

oleh manusia, baik itu makanan, obat-obatan, pakaian, perlengkapan sekolah,

perabot rumah tangga, atau perabot kantor.”

57YusufQardhawi, DaurulQiyam wa al-Iqtishadal-Islam, terj.ZainalArifin Lc. Dan Dra.Dahlia

Husin, h.174.

Page 52: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

43

Yusuf Qardhawi juga menambahkan segala bentuk penimbunan barang sama,

baik menimbulkan mudharat atau tidak hukumnya tetap haram. Pendapat beliau

tersebut selaras dengan pemikiran Abu Dzar Al-Ghifari yang merupakan sahabat

Rasulullah saw. yang mengatakan bahwa hukum penimbunan barang adalah haram

meskipun telah menunaikan zakat barang-barang yang menjadi objek penimbunan

barang.

Zaman sekarang tidaklah sama dengan zaman dulu misalnya saja obat-obatan,

pada masa sekarang obat-obatan sudah menjadi bagian dari kebutuhan pokok pada

kehidupan manusia. seperti halnya dengan pakaian, transportasi dan lain sebagainya.

Maka dari itu, selain manusia memerlukan makanan, manusia juga memerlukan

pakaian, transportasi dan lainnya.

Kebutuhan manusia terus berkembang dari zaman ke zaman. sudah banyak

yang kita lihat barang-barang yang dulunya termasuk sebagai kebutuhan sekunder atau

pelengkap kemudian menjadi kebutuhan pokok pada zaman sekarang.

3. Waktu Diharamkannya Penimbunan Barang

Jika penimbunan barang yang dilakukan adalah untuk kebutuhan hidupya

sendri dan keluargannya maka hal tersebut tidak mempunnyai tempo waktu

penimbunan. Hal tersebut tidaklah dipermasalahkan, terserah dari individunya sebab ia

tidak merugikan orang banyak. Namun yang menjadi titik permasalahan adalah ketika

penimbunan barang dilakukan untuk dijual kepada masyarakaat banyak sehingga

Page 53: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

44

barang langka di pasar. Akhirnya harga di pasaran tinggi yang mengakibatkan

masyarakat/konsumen kesulitan untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Berdasakan permasalahan tersebut, Yusuf al-Qardhawi menyebutkan hadits

dari Said bin Musayyab, dari Ma’mar bin Abdullah bahwa Rasulullahsaw. bersabda

yang artinya:

Artinya:

“Abdullah bin Maslamah bin Qa’nab menyampaikan kepada kami dari Sulaiman

bin Bilal, dari Yahya bin Sa’id, dari Sa’id bin al-Musayyib, dari Ma’mar bahwa

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang menimbun barang,

maka dia telah berdosa.”

Lafadz hadits “barang siapa yang menimbun, maka dia telah berdosa” bersifat

umum, tidak menyebutkan jangka waktu agar bisa dikategorikan sebagai penimbunan

barang. Akan tetapi Rasulullah saw. menyebutkan jangka waktu yang dilarangnya

penimbunan barang terkhusus hanya terhadap bahan makann pokok saja, yaitu

maksimal 40 hari.

Permasalahan waktu yang diharamkan melakukan penimbunan barang juga

terjadi perbedaan diantara para ulama. Menurut Yusuf Qardhawi sendiri, beliau berkata

penimbunan barang digharamkan pada segala waktu, dan tidak tergantung pada masa

kesulitan maupun pada masa kelebihan pangan. Hal tersebut didasarkan pada sifat

umum larangan penimbunan barang dalam hadis Rasulullah saw. “Barang siapa

menimbun, maka dia telah berdosa.” (HR. ShahihMuslim). Tetapi pendapat Imam Al-

Ghazali larangn terhadap penimbunan barang berlaku pada masa kekurangan bahan

makanan. Pada saat itu, manusia sangatlah membutuhklan makanan dan apabila

Page 54: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

45

manusia tidak mendapatkannya secepat mungkin, maka dapat menimbulkan mudharat.

Namun jika saat kelebihan, pada saat bahan makanan banyak serta barang tersebut

dibutuhkan masyarakat membutuhkannya hanya sedikit, jadi penimbunan barang

(ihtikar) tidak mendatangkan mudharat.58

Penulis sendiri setuju dengan apa yang disampaikan oleh Yusuf Qardhawi

mengenai masa diharamkannya praktik penimbunan barang adalah pada segala masa

baik pada masa paceklik, atau pada masa surplus bahan makanan. Alasannya adalah

bahwa kebutuhan manusia pada zaman sekarag bukan saja pada bahan makanan pokok

saja namun banyak sekali kebutuhan pokok lainnya seperti obat-obatan, pakaian dan

masih banyak lagi.

4. LandasanHukum Pemikiran Yusuf Qardhawi

Pemikiran Yusuf Qardhawi mengenai penimbunan barang adaIah haram

hukumnya praktik penimbunan terhadap segala jenis-jenis barang yang masyarakat

butuhkan seperti itu makanan, obat-obatan, pakaian, perlengkapannya untuk sekolah,

perabotan rumah tangga, maupun perabotan kantor. Penimbunan barang harm

dilakukan pada segala waktu, baik pada masa surplus maupun pada masa paceklik.

Adapun yang menjadi alasan atau landasan pendapat Yusuf Qardhawi adalah lafadz

atau redaksi hadits dari Sa’id bin Musayyab, dari Ma’mar bin Abdullah, yang berbunyi:

58YusufQardhawi, DaurulQiyam wa al-Iqtishadal-Islam, terj.Zainal Arifin Lc. Dan Dra.Dahlia

Husin, h.175.

Page 55: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

46

من احتكر فهو خا طئ

“Barang siapa menimbun, maka dia telah berdosa.” (HR. ShahihMuslim)

Jadi barangsiapa yang menimbun barang maka dia berdosa. Redaksi hadits

tersebut bersift umum, sedangkn ayat tentang dilarangnya penimbunan barang yang

mengkhususkan pada makanan sifatnya husus. Redaksi yang husus tidak dapat

mengalahkan redaksi yang bersifat umum. Yusuf al-Qardhawi menyebutkan perkataan

khatiun (orang yang berbuat dosa) bukan kata yang ringan. Perkataan ini yang

disebutkan dalam Al-Qur’an untuk mensifati orang-orang yang sombong dan angkuh

seperti Fir’aun, Haman dan Koleganya.59 Sebagaimana Firman Allah dalam QS. Al-

Qashash/28:8

ط ن وجنودهما كانوا خ م ٨ين إن فرعون وه

Terjemahnya:

“Sungguh,Fir’aun dan Haman bersama balatentaranya adalah orang-orangyang

bersalah.”60

Pendapat Yusuf Qardhawi juga condong untuk mengikuti jejak Abi Yusuf yang

berkata:

“Setiap benda yang apabila ditahan (ditimbun) menyebabkan gangguan bagi

manusia adalah ihtikar. Dan setiap bertambah butuhnya manusia kepada sesuatu

59Yusufal-Qardhawi, terj.TimPenerbitJabal, Halal walHaram filIslam, (Bandung:Penerbit

Jabal, Cet.12,2014), h.231.

60Kementrian AgamaRI, Al-Qur’andanTerjemahnya, (Bandung:CV PenerbitDiponegoro,

2010), h.386.

Page 56: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

47

barang yang ditimbun maka dosanya semakin besar terutama makanan yang

merupakan kebutuhan yang sangat pokok.”61

Illat (alasan) dilarangnya penimbunan barang ialah praktik ihtikar bisa

menyebabkan gangguan-gangguan social ekonomi. Mudharat tersebut ditimbulkan

dari penyimpanan suatu barang. Kebutuhanmanusia sekarang tidak saja terhadap

makanan pokok, namun juga minuman, pakaian, tempat tinggal, Pendidikan, fasilitas

Kesehatan seperti pengobatan, transportasi, serta masih banyak lagi.

61YusufQardhawi, DaurulQiyam wa al-Iqtishadal-Islam, terj.ZainalArifin Lc. Dan Dra.Dahlia

Husin, h.175.

Page 57: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

BAB IV

PENIMBUNAN BARANG DARURAT COVID-19 DAN RELEVANSINYA

DENGAN PEMIKIRAN YUSUF QARDHAWI

A. Penimbunan Barang Darurat Covid-19

Sekarang dunia sedang mengalami masalah yang sangat serius yang

diakibatkan munculnya virus baru yang pertama kali ditemukan pada akhir tahun 2019

di Kota Wuhan, Tiongkok. Virus tersebut diberi nama Coronavirus Deseas (Covid-19)

oleh WHO (World Health Organization). Virus tersebut menyebar luas sangat cepat

hamper ke seluruh belahan dunia, sehingga virus ini pun ditetapkan sebagai pandemi

global.

Indonesia termasuk negara yang terdampak virus covid-19. Virus covid-19

menyebar sangat cepat antar manusia. Pengingkatan jumlah kasus tentunya membuat

masyarakat waspada. Kementerian Kesehatan menginstruksikan langkah-langkah yang

dapat dilakukan guna mencegah penularan virus covid-19 diantaranya adalah sebagai

berikut.

1. Membersihkan tangan dengan menggunakan hand sanitizer ataupun cuci

tangan dengan menggunakan sabun.

2. Menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut.

3. Menerapkan etika bersin atau batuk dengan mulut dan hidung menggunakan

tisu atau lengan bagian atas.

4. Memakai masker medis.

5. Menjaga jarak minimal 1 meter.

Page 58: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

49

Dari langkah-langkah pencegahan penularan virus covid-19 tersebut, terdapat

anjuran untuk menggunakan hand sanitizer dan masker. Hal tersebut tentu berdampak

pada penjualan masker dan hand sanitizer. Penulis memperoleh informasi bahwa

terjadi kelangkaan barang-barang tersebut setelah kasus pertama covid-19 di Indonesia

terkonfirmasi. Masker sangat sulit ditemukan baik di apotek maupun pusat

perdagangan lainnya. Beberapa toko lainnya menjual masker medis dengan harga yang

tinggi. Selain masker yang sulit ditemukan, hand sanitizer yang juga berperan penting

menjaga tangan tetap steril juga menjadi problema, disamping berangnya langka juga

terdapat beberapa pelaku usaha yang sengaja melipatgandakan harga untuk

memperoleh keuntungan yang banyak.

Presiden Joko Widodo pun menghimbau untuk tidak menimbun masker dan

menginstruksikan kepada Kapolri Jenderal Pol Idham untuk menindak para penimbun

masker. Dalam UU No. 7 Tahun 2014 Pasal 107 tentang perdagangan telah diatur

sanksi bagi oknum-oknum yang kedapatan menimbun masker dengan ancaman

hukuman lima tahun penjara serta pelaku dikenakan denda sebesar Rp 50 miliar.

Meskipun begitu, polisi masih menemukan kasus penimbunan masker dan hand

sanitizer di beberapa daerah salah satunya di Makassar. Pelaku tersebut memulai

tindakannya dengan membeli masker di seluruh apotek kota Makassar, Gowa dan

Takalar kemudian pelaku mengirim 200box berisi ribuan masker ke Selandia Baru.62

62Imas Novita Juaningsih, “PenerapanSanksi Pidana bagiPenimbun Masker diIndonesia Selama

MasaPandemi Covid-19”, ‘ADALAH BuletinHukumdanKeadilan, Vol.4, No.1 (2020), h.78.

Page 59: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

50

Dilansir dari wartakotalive.com kasus penimbunan barang darurat covid-19

juga terjadi di Jakarta Barat. Polisi meringkus seorang mahasiswa yang menimbun

masker 350 dus. Masker tersebut disimpan selama 1 bulan sejak isu virus corona mulai

merebah di Indonesia. polisi menangkap pelaku setelah menerima laporan dari sosial

media yang menyebutkan terdapat kepemiIikan masker ratusan dus pada saat barang

tersebut langka. Mahasiswa tersebut menjual masker di media sosial seperti whatsapp

dan Instagram dengan kisaran harga Rp 300.000–Rp 350.000. padahal biasanya harga

masker medis di pasaran hanya Rp 35.000 – Rp 50.000.63

Ditengah wabah covid-19 yang melanda, tentunya masyarakat sangat khawatir

dan membutuhkan barang darurat covid-19 seperti masker dan handsanitizer guna

melindungi diri dari virus covid-19. Panic buying (pembelian karna panik) sudah dapat

membuat barang langka di pasaran. Namun sangat disayangkan keadaan ini justru

dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggungjawab yang menimbun masker dan

menjualnya dengan hara mahal.

B. Penimbunan Barang Darurat Covid-19 dan Relevansinya dengan Pemikiran

Yusuf Qardhawi

Islam sebagai agama yang komprehensif mengatur aktivitas manusia dalam

segala aspek, baik yang bersifat individu maupun kelompok dalam masyarakat sosial.

Diantara kesempurnaan Islam yang mengatur tentang hubungan masyarakat yang

63Desy Selviany, “Timbun350 DusMasker, Mahasiswi diTanjung DurenDicidukPolisi”,

Wartakotalive.com, Dikutip dari https://wartakota.trivunnews.com/amp/2020/03/04/

videotimbun350dusmaskermahasiswiditanjungdurendicidukpolisi?espv=1 (Diakses Pada Tanggal 09

Oktober 2020)

Page 60: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

51

disebutkan oleh Yusuf Qardhawi salah satunya adalah masalah perdagangan (bisnis)

yang berhubungan dengan tukar menukar harta dan manfaat. Dalam Islam manusia

diperintahkan untuk bekerja keras mencari rezeki yang haial untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya serta keluarganya. Namun, Islam tidak membolehkan umat-Nya

bekerja sesuka hatinya agar mendapatkan tujuan dan keinginannya dengan perbuatan

yang dilarang/diharamkan seperti melakukan penimbunan barang, riba, penipuan,

menyuap, sumpah yang palsu dan perbuatan batil lainya.64

Islam menlarang setiap orang menimbun dan menahan harta dari peredaran.

Islam mengancam orang-orang yang menimbun harta dengan siksaan yang pedih pada

hari kiamat. Sebagaimana firman Allah swt. dalam QS. At-Taubah/9:34-35:

ن ٱلحبار وٱل ا إن كثيرا م أيها ٱلذين ءامنو هبان ليأكلو۞ي ط ر ل ٱلناس بٱلب ل ويصدون عن ن أمو

ة ول ينف وٱلذين يكنزون ٱلذهب وٱلفض رهم بعذاب قونها ف سبيل ٱلل فبش ٣٤أليم ي سبيل ٱلل

ذا ما كنيوم يحمى عليها في نار جهنم فتكوى بها جباه زتم هم وجنوبهم وظهورهم ه

٣٥لنفسكم فذوقوا ما كنتم تكنزون

Terjemahnya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya banyak dari orang-orang alim

dan rahib-rahib mereka benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang

batil, dan (mereka) menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-

orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di Jalan

Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan

mendapat) azab yang pedih. (ingatlah) pada hari ketika emas dan perak

dipanaskan dalam neraka Jahannam, lalu dengan itu disetrika dahi, lambung dan

punggung mereka, “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk diri sendiri,

64Desi Efilianti, “EtikaBisnis dalam PandanganIslam: Konsep danImplementasi pada

PelakuUsahaKecil”, ESA JurnalEkonomiSyariah, Vol.1, No.2, (Desember,2018), h.171.

Page 61: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

52

maka rasakanlah (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.”65 (QS. At-Taubah/9:

34-35)

Menimbun harta yang dimaksud adalah membekukan, menahan, dan

menjauhkan dari peredaran. Padahal apabila harta tersebut disertakan dalam usaha-

usaha yang produktif misalnya dalam perencanaan produksi yang akan membuka

banyak kesempatan kerja yang baru serta dapat mengurangi angka pengangguran.

Kesempatan kerja tersebut dapat menambah pendapatan dan meningkatkan daya beli

masyarakat sehingga produksi meningkat, baik dengan membuat rencana produksi

baru maupun memperluas rencana yang telah ada. Maka akan tercipta pertumbuhan

serta perkembangan ekonomi dalam kehidupan masyarakat.

Pada dasarnya Islam memberikan kebebasan bagi umat muslim untuk

menentukan jenis usaha maupun pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan keahlian

masing-masing, baik pekerjaan tersebut memberi penghasilan yang besar maupun

penghasilan yang kecil asalkan penghasilan tersebut diperoleh secara sah dan halal,

bersih dari unsur penipuan, pemerasan, paksaan, kecurangan, menggunakan

kesempatan dalam kesempitan serta tidak membahayakan dirinya sendiri maupun

masyarakat. Namun di masa pandemi covid-19 yang terjadi saat ini, banyak pihak

tertentu yang mengambil kesempatan dalam kesempitan dengan menimbun masker dan

handsanitizer, padahal di masa pandemi barang-barang tersebut sangat dibutuhkan

oleh masyarakat guna menghindari penularan virus covid-19. Islam memang

65Kementerian AgamaRI, Al-QurandanTerjemahannya, (Bandung:CV PenerbitDiponegoro,

2010), h.192.

Page 62: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

53

memerintahkan bagi setiap individu muslim untuk mengembangkan harta dan

menginvestasikannya namun tetap saja Islam melarang mengembangkan harta dengan

cara menimbun barang (ihtikar). Penimbunan masker dan handsanitizer dimasa

pandemi menyebabkan barang-barang tersebut langka dan harganya mahal di pasaran.

Sehingga menimbulkan kemudharatan bagi masyarakat luas karena kesulitan

memperoleh barang-barang tersebut.

Rasulullah saw. melarang penimbunan barang dengan ucapan yang sangat keras

sebagaimana hadits Rasulullah saw. yang berbunyi:

“Barangsiapa menimbun bahan makanan selama empat puluh malam, maka

sungguh Allah tidak lagi perlu kepadanya.” (Riwayat Ahmad, Hakim, Ibnu Abu

Syaibah dan Bazzar.”

Rasulullah saw. menegaskan tentang kepribadian dan ananiyah orang yang

suka menimbun itu sebagai berikut:

“Sejelek-jelek manusia ialah yang suka menimbun. Jika dia mendengar harga

murah, merasa kecewa; dan jika mendengar harga naik, merasa gembira.”

(Hadits ini dibawakan oleh Razin dalam Jami’nya)

Dan sabdanya pula yang berbunyi:

Artinya:

“Nashr bin Ali al-Jahdhami menyampaikan kepada kami dari Abu Ahmad, dari

Israil, dari Ali bin Salim bin Tsauban, dari Ali bin Zaid bin Jud’an, dari Sa’id bin

Al-Musayyib, dari Umar bin Khathab bahwa Rasulullah saw. bersabda,

“Pedagang (yang mendatangkan barang dari luar daerah) mendapatkan rezeki,

sedangkan penimbun barang mendapatkan laknat.”66 (HR. Ibnu Majah No. 2153)

66Abu AbdullahMuhammad binYazid al-Qazwini IbnuMajah, terj.SaifuddinZuhri,

EnsiklopediaHadits8: Sunan IbnuMajah, (Jakarta:Almahira, Cet.I,2013), h.383.

Page 63: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

54

Pada Hadits tersebut Rasulullah mengatakan bahwa penimbunan barang

merupakan perbuatan tercela dan peIakunya dikategorikan sebagai seseorang yang

tidak baik budi pekertinya. karena praktik penimbunan barang hanya menguntungkan

diri sendiri tanpa memikirkan bahaya yang akan menimpa masyarakat. Menurut Yusuf

Qardhawi praktek penimbunan barang bersumber dari sifat egois dan keras hati terhadp

manusia. Pelaku penimbunan barang tersebut memperbanyak kekayaannya dengan

mempersempit kehidupn orang lain.

Para fuqaha berbeda pendapat tentang penimbunan barang yaitu pada masalah

jenis barang yang haram ditimbun. Sebagian ahli fiqih melarang penimbunan barang

hanya terhadaap bahan makanan. Menurut Al Ghazali barang-barang yang tidak

termasuk bahan makanan pokok seperti obat-obaan, kunyit dan lain-lain tidak haram.

Menurut Wahbah Zuhaili larangan penimbunan hanya untuk makanan pokok saja

contohnya beras, jagug, anggur serta kurma. Alasan Wahbah Zuhaili adalah karena jika

menimbun selain dari bahan makanan pokok tidak menimbulkan bahaya bagi manusia

lain. Selain itu, Imam Nawawi mengatakan dengan tegas bahwa penimbunan barang

terhadap makanan pokok dilarang atau diharamkan. Pemikiran Imam Nawawi tersebut

sangatlah rasional, sebab makanan pokok merupakan kebutuhan pokok banyak orang.

Berbeda denga napa yang disampaikan oleh Yusuf Qardhawi bahwa penimbunan

terhadap segala jenis barang baik itu makanan, obat-obatan, pakaian dan sebagainya

diharamkan. Imam Malik juga berpendapat demikian bahwa diharamkan melakukan

penimbunan barang yang dibutuhkan manusia sebab dapat menimbulkan

Page 64: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

55

kemudharatan dalam hidup masyarakat.67 Walaupun terjadi perbedaan pendapat di

kalangan ulama mengenai barang yang dilarang ditimbun, tidak bisa dijadikan alasan

maupun pembenaran seseorang melakukan penimbunan masker dan handsanitizer di

masa pandemi.

Adapun syarat/kriteria diharamkannya penimbunan barang menurut Yusuf

Qardhawi adalah sebagai berikut:68

1. Melakukan penimbunan barang di sebuah daerah yang masyarakat di tempat

tersebut dapat kesusahan jika ada penimbunan pada barang itu.

2. Melakukan Penimbunan barang guna menaikkkan harganya kemudian

masyarakat umum akan kesusahan sehingga penimbun mendapat keuntungan

yang berlipat ganda.

Apabila diperhatikan secara seksama inti dari penimbunan barang ialah

menahan/mencegah barang dari peredaran dipasar yang ada unsur kesengajaan agar

barang tersebut menjadi langka di pasaran padahal masyarakat sangat membutuhkan

barang tersebut. Sementara hanya dia yang mempunyai stock persediaan barag

tersebut, kemudian ia bisa menjual barang tersebut degan harga yang sangat mahal

guna mendapatkan margin berkali-lipat.

67RahmatFirdaus, “KonsepIhtikar dalam PerspektifFuqaha dan Perbandingannyadengan

KonsepMonopoli Persaingan UshaaTidakSehat dalam UndangUndang No. 5 Tahun 1999”, Vol. 3, No.

2, (Juli-Desember,2019), h.141.

68Yusuf al-Qardhawi, Halal walHaram filIslam, terj.TimPenerbitJabal, h.232-233.

Page 65: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

56

Menurut penulis sendiri, penimbunan barang seperti masker dan handsanitizer

yang dilakukan oleh pihak tertentu pada masa pandemi telah memenuhi syarat/kriteria

yang disebutkan oleh Yusuf Qardhawi. Penimbunan masker dan handsanitizer

dilakukan di Indonesia dimana Indonesia merupakan salah satu negara yang terjangkit

virus covid-19. Masyarakat sangat memerlukan masker dan handsanitizer untuk

menghindari penularan virus covid-19. Namun kelompok-kelompok tertentu justru

menjadikan kondisi tersebut sebagai peluang untuk memperoleh keuntungan yang

besar. Ketika kasus pertama covid-19 di Indonesia terkonfirmasi, pelaku penimbunan

masker kemudian membeli masker dari beberapa toko kemudian menyimpannya. Saat

barang tersebut telah langka dan sulit ditemukan di pasaran, kemudian pelaku tersebut

menjualnya dengan harga yang mahal. Tak tanggung-tanggung harganya meningkat

hingga 300% dari harga biasanya. Perilaku penimbunan masker dan handsanitizer di

masa pandemi sangatlah tidak bermoral dan tidak manusiawi karena menimbulkan

mudharat bagi orang banyak. Tentunya masyarakat yang berpenghasilan rendah

kesulitan untuk membelinya padahal barang-barang tersebut sangatlah penting

ditengah wabah virus corona. Selain masyarakat luas yang terdampak, tenaga medis

pun terkena imbas dari mahalnya masker dan handsanitizer akibat penimbunan yang

dilakukan pihak tertentu. Hal tersebut jelas berdampak serius bagi tenaga medis karena

masker dan handsanitizer termasuk dalam kategori Alat Pelindung Diri (APD) yang

sangat dibutuhkan bagi tenaga medis yang bertugas langsung dalam penanggulangan

pasien covid-19 sebagai orang yang paling rentan terinfeksi.

Page 66: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

57

Yusuf al-Qardhawi dalam menjawab aktivitas ekonomi yang terus mengikuti

tren serta perkembengan zaman. Termasuk tindakan-tindakan yang melibatkan

instabilitas masyaraakat dalam aktivitas ekonominya menyatakan bahwa penimbunan

barang diharamkan pada segala jenis barang dan tidak menyebutkan terhadap bhan

makanaan pokoksaja. Penimbunan diharamkan pada segala jenis barang sebab seiring

berkembangnya zaman yang seba canggih seperti sekarang ini, semakin banyak pula

kebutuhan manusia.banyak kita jumpai barang yang dulunya termasuk kebutuhan

sekunder telah menjadi kebutuhan primer. Seiring perkembangan zaman kebutuhan

manusia yang harus dipenuhi semakin banyak guna kehidupan yang lebih baik, tidak

saja pada bahan makanan pokok yang menjadi kebutuhan keberlansungan kehidupan

manusia seperti yang disebutkan para ulama ulama lainnya.

Seperti halnya dengan masker medis dan handsanitizer di masa pandemi yang

telah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat. Pandemic covid-19 yang telah

menjadi pandemic global merupakan fenomena yang tidak pernah disangka

sebelumnya. Penggunan masker medis merupakan salah satu langkah pencegahan

untuk menghindari penularan virus covid-19. Maka dari itu, penulis berpendapat yang

sama dengan Yusuf al-Qardhawi yang melarang/mengharamkan penimbunan terhadap

segala jenis barang dan tidak saja terhadap bahan makanaan pokok saja, sebab

kebutuhan manusia semakin beragam seiring perkembangan zaman.

Pemerintah harus mencegah penimbunan barang dengan berbagai cara, sebab

perbuatan tersebut menimbulkan mudarat dalam kehidupan manusia maupun

Page 67: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

58

kestabilitan perekonomian maupun negara. Jika penimbunan barang sudah terjadi,

pemerintah berhak memaksa pedagang tersebut untuk menjual barang tersebut sesuai

dengan harga yang berlaku di pasar. Seharusnya pemerintah telah mencegah dan

mengantisipasi dari awal agar tidak terjadi penimbunan dalam setiap komoditi, manfaat

maupun jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Menurut Yusuf al-Qardhawi pemerintah harus mewujudkan keadilan didalam

hidup masyarakat. Apabila keadaan dipasar sedang tidak baik, contohnya terjadi

penimbunan yang dilakukan oleh penjual, kemudian pedagang memainkan harganya,

jadi pada saat tersebut kepentingannya masyarakat umu harusnya lebih dipdahulukan

daripada keuntungan pribadi, pemerintah dibolehkan menetapkan harga demi

kpentingan masyarakat umum agar masyarakat terhindar dari perbuatan-perbuatan

ananiya serta ke sewenag-wenanagan, dan keserakahan mereka harus dikurangi.

Menurut ImamA-Ghazali “Apabila ketidakadiIan dan penindasan terjadi,

masyarakat tidak mempunyai tempat tinggal; kabupaten maupun daerah menjadii

kacaubalau, orang-orang mengungsi dan berpindah-pindah ke tempat lain, sawah dan

ladang ditinggal, kerajaan sedikit mengalami kehancuran, pendapatannegara turun

drastis, kosongnya kas negara, kebahagiaan dan kemakmuran pada masyarakat hilang.

masyarakat tidak menyukai pemimpin yang adil, kemudian mereka seriing berdoak

agar ditimpa kemalangan”.

Sangat jelas pentingnya peran pemerintah dalam menjaaga keharmonisan dan

kestabilitan perekonomian rakyat. Bahkan, ulama-ulama mengatakan bahwa barang-

Page 68: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

59

barang yang ditimbun/ditahan oleh para pedagang dijual dengan harga modal dan

sebagai hukumannya pedagang dilarang mengambil untung/margin. Di Indonesia

sendiri, Presiden Joko Widodo sejak awal telah menghimbau kepada masyarakat untuk

tidak menimbun masker dan handsanitizer. Pihak berwajib dalam hal ini polisi telah

melakukan berbagai upaya untuk menindak oknum-oknum yang sengaja menimbun

masker dan handsanitizer. Polisi juga akan memilih masker medis yang disita unntuk

memastikan kelayakanya. Masker medis tidak layak lagi akan dihancurkan agar tidak

disalah gunakan. Selain itu masker medis yang masih bisa dipakai akan didistribusikan

kembali dengan harga yang berlaku dipasar.

Islammewajibkan sikapkasih saying pada sesamamanusia, sebab setiap

manusia juga ingin memiliki kehidupan yang layak. Oleh sebab itu pedagang-pedagang

dilarang menjadiikan obsesi terbesarnya serta tujuan usahanya untuk memperoleh

keuntungan yang sangat besar. Hikmah yang dapat dipetik dalan larangan penimbunan

barang ialah untuk menhindari setiap hal yang merugikan masyarakat

umum.penimbunan barang memiliki dampak negative perekonomian sebuah negara,

maka dari itu aktivitas penimbunan barang merupakan kezaliman dan kejahatan yang

sudah semestinya kita perangi. Jika pemerintah mendapatkan rakyatnya melakukan

praktik penimbunan barang, maka pihak berwajib harus memberikan sanksi serta

hukuman pada orang tersebut agar tidak mengulangi perbuatannya lagi.

berdasarkan paparan yang telah diuraikan oleh penulis, maka penulis

berkesimnpulan serta setuju dengan pemikiran Yusuf al-Qardhawi yang melarang

penimbunan pada segala jenis-jenis barang sudah wajar dan sudah sesuai dengan

Page 69: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

60

perkembangan zaman serta perkembangan ekonomi yang canggih dan modern. Pada

zaman seperti sekarang ini, kebutuhan primer/pokok manusia tidak hanya untuk

makanan atau barang saja tapi juga pada jasa seperti jasa perobatan,

sekolah/pendidikan dan lainnnya agar kehidupannya lebih sempurna dan sejahtera.

Menurut penulis, pada kondisi modern seperti sekarang, penimbunan barang yang

diharamkan tidak memerlukan lagi syarat-syarat seperti apa yang dikatakan oleh

Sebagian ulama.. Sebab penimbunan barang padsa zaman sekarang sangat banyak dan

kebutuhannya tidak terbatas pada makanan pokok saja.

Maka dari itu, apa yang disampaikan oleh Yusuf Qardhawi dapat dijadikan

sebagai sandaran hukum agar orang-orang tidak melakukann penimbunan barang

dalam setiap aktivitas ekonomi. Seperti halnya penimbunan masker dan handsanitizer

di masa pandemi yang dilakukan oleh pihak tertentu. Dulu mungkin masker medis dan

handsanitizer tidak begitu dibutuhkan oleh masyarakat umum, tetapi di masa pandemi

barang-barang tersebut mungkin menjadi kebutuhan utama. Oleh sebab itu masyarakat

jangan terpengaruh kepada jenis-jenis barang yang tidak boleh ditimbun/ditahan dan

jenis barang yang boleh, akan tetapi harus diingat bahwa setiap penimbunan barang

yang dilakukan hanya untuk berspekulasi yang berdampak pada gangguan pasar dan

sosialekonomi, hal tersebut haram/dilarang.

Maka dari itu setiap aktivitas penimbunan barang dalam bentuk apapun dan

penimbunan pada barang apapun yang dibutuhkn oleh masyarakat hukumnya adalah

haram/dilarangn sehingga dapat menjaga kestabilitan sosialekonomi dalam kehidupan

masyarakat dan menghindari kerusakan-kerusakan yang akan merugikan masyarakat

Page 70: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

61

umum dari pada mengambil keuntungan/margin yang bersifat pribadi, serta

menghindarkan kemudharatan bagi masyarakat.

Page 71: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

dapat diambil kesimpulah sebagai berikut:

1. Penimbunan barang dalam Islam hukumnya haram, para ahli fiqih mengatakan

penimbunan barang adalah perbuatan yang dilarang dalam agama Islam.

Penimbunan barang dalam bahasa Arab disebut Ihtikar yang berarti menimpan

barang dagangan kemudian menunggu naiknya harga. Para ahli fikih sepakat

mengharamkan perbuatan penimbunan barang namun masih terdapat

perbedaan pendapat mengenai barang yang dilarang ditimbun dan yang boleh.

2. Pemikiran Yusuf Qardhawi tentang penimbunan barang ialah “menahan barang

dari peredaran dipasar lalu kemudian harganya mahal”. Yusuf Qardhawi

mengharamkan penimbunan pada segala jenis barang baik itu makanan,

pakaian. maupun obat-obatan. Landasan hukum pemikiran Yusuf Qardhawi

yaitu hadits yang menjelaskan penimbunan barang haram secara umum yaitu

“tidaklah orang yang melakukan ihtikar kecuali ia berdosa”. Terkait masa

dilarangnya penimbunan barang, Yusuf al-Qardhawi menjelaskan penimbunan

haram dilakukann disetiap waktu baik pada masa sulit maupun masa kelebihan

bahan pangan, yang didasarkan pada sifat umum larangan penimbunan dalam

hadits tersebut.

Page 72: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

63

3. Penimbunan barang darurat covid-19 dan relevansinya dengan pemikiran Yusuf

Qardhawi adalah haram hukumnya. Yusuf Qardhawi mengharamkan

penimbunan pada semua jenis barang sebab kebutuhan manusia bukan hanya

pada bahan makanan pokok tetapi banyak sekali seperti pakaian, obat-obatan,

transportasi dan sebagainya. Seperti halnya di masa pandemi sekarang, masker

medis dan handsanitizer yang dulunya tidak begitu dibutuhkan oleh masyarakat

umum namun dimasa pandemi barang-barang tersebut bisa dikatakan sebagai

kebutuhan primer. Maka dari itu, kita tidak boleh terjebak dalam klasifikasi

barang yang tidak boleh ditimbun dan yang boleh seperti yang disebutkan oleh

Sebagian ulama. Tetapi yang perlu diingat adalah setiap penimbunan barang

yang mendatangkan mudharat bagi orang lain dilarang/haram hukumnya, agar

setiap bisnis yang kita jalankan terhindar dari hal-hal yang dilarang.

B. Saran

1. Bagi pedagang-pedagang, terkhusus umatIslam menghindari praktik-praktik

ekonomi yang berlawanan pada hukum Islam yang dapat merugikann

masyarakat luas, dan tetap menjalankan usahanya sesuai dengan ajaran Islam.

2. Untuk pihak berwajib negara, hendaknya melakukan tugasnya dengan sebaik-

baiknya untuk menciptakan keadilan dalam kehidupan masyarakat. Penegak

umum seharusnya menghukum dengan keras pelaku penimbunan terhadap

barang-barang yang dibutuhka oleh masyarakat pada masa pandemic seperti

masker medis dan handsanitizer. Agar masyarakat tidak mengalami kesulitan

mendapatkan masker untuk melindungi dirinya dari penyebaran virus.

Page 73: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

64

3. Bagi masyarakat Indonesia tetaplah mematuhi protokol Kesehatan 3M di masa

pandemic covid-19, dengan memakai masker, menjaga jarak serta rajin

mencuci tangan.

Page 74: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

65

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Ali, “MetodeIjtihad YusufAl-Qardhawi dalam FatwaMu’ashirah”,

JurnalUshuluddin, Vol.18, No,1, (Januari,2012).

An-Naisaburi, Muslimbin alHajjaj alQusyairi, terj.Masyhari dan TatamWijaya,

EnsiklopediaHaditsShahihMuslim 2, JakartaTimur: Almahira,Cet. I, Juli2012.

Ariska dkk, “Stockpiling of Islamic Economic Law Perspektive”, MPRA

(MunichPersonalRePEcArchive), Paper No.88038, (Juli,2018).

at-Tirmidzi, AbuIsa Muhammadbin Isa, terj.Tim Darussunnah, MisbakhulKhaer dan

Solihin, EnsiklopediaHadits6; Jami’atTirmidzi, Jakarta:Almahira, Cet.I, 2013.

Bungin, Burhan, AnalisisData PenelitianKualitatif, Jakarta:RajawaliPers, 2015.

Bungin, M Burhan, PenelitianKualitatif (Komunikasi, Ekonomi, KebijakanPublik),

Jakarta:Kencana, 2007.

Efilianti, Desi, “EtikaBisnis dalam PandanganIslam: Konsep danImplementasi pada

PelakuUsahaKecil”, ESA JurnalEkonomiSyariah, Vol.1, No.2,

(Desember,2018).

Farasonalia, Riska dkk, “4Kasus PenimbunanMasker diSejumlah Daerah yang

DibongkarPolisi, Semarang HinggaMakassar”, Kompascom. (Diakses pada

Tanggal 26 September 2020)

Fasiha dan Muh.Ruslan Abdullah, “AnalisisHukum EkonomiIslam terhadap

PraktekIhtikar”, AlAmwal:Journal of IslamicEconomicLaw, Vol.3, No.1,

(September,2018).

Firdaus, Rahmat, “KonsepIhtikar dalam Perspektif Fuqaha danPerbandingannya

denganKonsep MonopoliPersaingan Ushaa TidakSehat dalam UndangUndang

No. 5 Tahun1999”, Vol.3, No.2, Juli-Desember,2019.

Hadi, Sutrisno, MetodeResearch, Yogyakarta:SandiOffset, 1996.

Hakim, Lukman, “Ihtikardan Permasalahannya dalam Perpektif HukumIslam”,

JurnalDarussalam: JurnalPendidikan, KomunikasidanPemikiran

HukumIslam, Vol.7, No.2, (April,2016).

Harahap, Nursapia, “Penelitian Kepustakaan”, Iqra, Vol. 8, No. 1, (2014).

Haroen, Nasrun, FiqihMuamalah, Jakarta: GayaMediaPratama, 2007.

Hasan, A Qadir dkk, Terjemahan NailulAuthar Himpunnan HaditsHadits Hukum,

Surabaya: PTBinaIlmu, 2001.

Hasan, Abdillah F., Tokohtokoh Mashur dalamIslam, Surabaya:Jawara, Cet.I, 2004.

Hasan, Zulkifli, “Yusufal-Qaradawi dan SumbanganPemikirannya”, GlobalJournal

Al-Thaqafah, Vol.3, No.1, (Juni,2013).

Page 75: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

66

Juaningsih, Imas Novita, “PenerapanSanksi Pidana bagi PenimbunMasker diIndonesia

Selama MasaPandemi Covid-19”, ‘ADALAH Buletin HukumdanKeadilan,

Vol.4, No.1 (2020).

Karim, Adiwarman A., “EkonomiMikroIslami”, Jakarta: PT.RajaGrafindoPersada,

EdisiKelima, 2016.

Karim, Adiwarman A., EkonomiMikroIslam, Jakarta:III-Indonesia, EdisiII, 2003.

Kementrian AgamaRI, Al-Qur’andanTerjemahnya, Bandung:CV PenerbitDiponegoro,

2010.

Majah, Abu Abdullah Muhammadbin Yazid alQazwini Ibnu, terj.SaifuddinZuhri,

EnsiklopediaHadits8: Sunan IbnuMajah, Jakarta:Almahira, Cet.I, 2013.

Maman, dkk. MetodologiPenelitian Agama TeoridanPraktek, Jakarta:RajaGrafindo

Persada, 2006.

Manupraba, Wisnu, “TafsirQuraishShihab”, TafsirQ, dikutip dari https://tafsirq.com/5-

al-maidah/ayat-2#tafsir-quraish-shihab (Diakses Pada Tanggal 17 Juni 2020).

Maulidizen, Ahmad dkk, “ContemporaryStudy of IhtikarAccording to Scholarsandthe

Effect ofIhtikar Practicesin the Economy”, JurnalIlmiahEkonomiIslam, Vol.5,

No.2, (2019).

Mosiba, Risna, “SunnahSebagai Sumber IptekdanPeradaban (StudiatasPemikiran

YusufAl-Qardhawi)”, JurnalInspiratifPendidikan, Vol.6, No.2, (Juli-

Desember,2017).

Muslim, Moch. Bukhori, “Ihtikardan Dampaknya Terhadap DuniaEkonomi”,

JurnalStudiAl-Qur’an; MembangunTradisiBerfikir Qur’ani, Vol.6, No.1,

(2019).

Nuraini, Putri, “DampakEkonomi dari IhtikardanSiyasah AlIghraq dalam

KonsepJualBeli”, AHikmah: JurnalAgamadanIlmuPengetahuan, Vol.16, No.1,

(April, 2019).

Putra, Muhammad Deni dkk, “DampakIhtikar terhadap MekanismePasar dalam

PerspektifIslam”, JurnalImara, Vol.3, No.2, (Desember,2019).

Qardhawi, Yusuf, DaurulQiyam wa alIqtishad alIslam, terj.ZainalArifin, Lc dan

Dra.Dahlia Husin, Jakarta: GemaInsaniPress, Cet.I, 1997.

Qardhawi, Yusuf, Halalwal Haramfil Islam, terj.TimPenerbitJabal, Bandung:Penerbit

Jabal, Cet.12, 2014.

Qosim, Nanang, “Transaksi JualBeli dalam BentukKhusus (JualBeli Pesanan, Bai

alWafa’ danIhtikar)”, JurnalAsySyariah, Vol.4, No.2, (Juni,2018).

Selviany, Desy, “Timbun350 DusMasker, Mahasiswi diTanjung DurenDiciduk

Polisi”, Wartakotalivecom, Dikutip dari https://wartakota.tribunnews.com/am

Page 76: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

67

p/2020/03/04/videotimbun350dusmaskermahasiswiditanjungdurendici duk-

polisi?espv=1 (Diakses Pada Tanggal 09 Oktober 2020)

Setiati, Siti dan Muhammad K. Azwar, “COVID19 andIndonesia”, ActaMedIndones–

Indones JInternMed, Vol.52, No.1, (Januari,2020).

Shabiran, Lalu Muh dan TitiekHerwanti, “EtikaBisnis Pedagang Pada JualBeli Telepon

GenggamBekas DitinjauDari Perpektif EkonomiIslam”, Maqdis: JurnalKajian

EkonomiIslam, Vol.2, No.1, (Januari-Juni,2017).

Soenjoto, Wening PurbatinPalupi dan AgusMujiyono, “Fenomena PanicBuying dan

Scarcity diMasa Pndemi Covid19 Tahun2020 (KajianSecara Ekonomi

KonvensionaldanSyariah)”, JurnalIstiqro: JurnalHukumIslam,

EkonomidanBisnis, Vol.6, No.2, (Juli,2020).

Soleh, MuhammadFaisol, “Penimbunan AlatPelindungDiri pada MasaPandemi

Covid19: KajianHukum Pidana BidangPerlindunganKonsumen”,

Undang:JurnalHukum, Vol.3, No.1, (2020).

Sudaryono, MetodologiPenelitian, Depok:RajawaliPers, 2018.

Sutrisno Hadi, MetodeResearch, Yogyakarta:SandiOffset, 1996.

Syahputra, Angga, “EtikaBisnis dalamIslam: SuatuJalanKeseimbangan

DalamBerbisnis”, Jurnal AtTanmiyah, Vol.1, No.1, (2018).

Taqiyudin, Hilman, “AlIhtikar (PenimbunanBarangDagangan) dan PeranPemerintah

dalam MenanganinyaGuna MewujudkanStabilitasEkonomi”, Muamalatuna

JurnalHukumEkonomiSyariah, Vol.10, No.1, (Januari-Juni,2018).

Tosepu, Ramadhan dkk, “CorrelationBetween Weatherand Covid-19 Pandemicin

Jakarta,Indonesia”, Scienceof the TotalEnvironment, No.725, (April,2020).

Wahyuni, Afidah, “PenimbunanBarang dalam Perpektif HukumIslam”, AlIqtishad,

Vol.2, No.2, (Juli,2010).

Yunus, NurRohim dan AnnissaRezki, “KebijakanPemberlakuan LockdownSebagai

Antisipasi Pennyebaran CoronaVirus Covid19”, SALAM;

JurnalSosialdanBudayaSyar’I, Vol.7, No.3, (2020).

Zainal, VeithzalRivai, “EkonomiMikroIslam”, Jakarta:PT. CahayaPrimaSentosa,

Cet.I, 2018.

Page 77: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

68

LAMPIRAN

Gambar 1: Daurul Qiyam wa al-Iqtishad al-Islam yang diterjemahkan oleh Zainal

Arifin, Lc dan Dra. Dahlia Husin dengan Judul Norma dan Etika Ekonomi Islam dan

diterbitkan oleh Gema Insani Press.

Gambar 2: Halal wal Haram fil Islam yang diterjemahkan oleh tim penerbit Jabal

dengan judul Halal dan Haram dalam Islam dan diterbitkan oleh Penerbit Jabal

Page 78: PENIMBUNAN DALAM ISLAM (STUDI KRITIS PENIMBUNAN …

69

Riwayat Hidup

Wardatul Jannah lahir di Bonto Macinna Kabupaten Bulukumba pada tanggal

25 September 1998. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Ismail dan

Sabriana.

Penulis memulai Pendidikan di SD Negeri 28 Bonto Macinna pada tahun 2004

hingga tahun 2010. Setelah menyelesaikan Pendidikan di Sekolah Dasar penulis

melanjutkan Pendidikan di SMP Negeri 4 Bulukumba hingga tahun 2013. Pada tahun

2013 penulis kemudian melanjutkan Pendidikan di SMK Negeri 1 Bulukumba jurusan

Akuntansi. Setelah itu pada tahun 2016 penulis melanjutkan studi di Universitas Islam

Negeri Alauddin Makassar jurusan Ekonomi Islam di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam. Selama menempuh Pendidikan di UIN Alauddin Makassar penulis ikut terlibat

dalam kegiatan kemahasiswaan diantaranya adalah Forum Kajian Ekonomi Syariah

(FORKEIS) dan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Al-Jami’.