pengukuran tinggi pohon

9
Pengukuran Tinggi Pohon di Departemen Hasil Hutan 1) (Trees Height Measurement in Department of Forest Product Technology) Dwi Setia Agusti Putri/E34130028 2) Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor 2015 ABSTRAK Dalam kegiatan pengelolaan hutan, data tinggi pohon diperlukan untuk penentuan volume pohon dan tegakan serta penentuan kualitas tempat tumbuh. Tinggi pohon adalah jarak tegak antara puncak pohon terhadap permukaan tanah. Pengukuran tinggi pohon dapat dilakukan terhadap berbagai hal, yaitu tinggi total (Tt), tinggi bebas cabang (Tbc) dan tinggi pada ketinggian tertentu. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran menggunakan 5 macam alat ukur tinggi pohon terhadap 10 individu pohon dan masing-masing dilakukan ulangan sebanyak dua kali dari setiap alat ukur. Kata kunci: alat ukur tinggi pohon, pengelolaan hutan, tinggi bebas cabang, tinggi pohon, tinggi total pohon Pendahuluan Salah satu bahan dasar bagi penyusunan rencana pengusahaan hutan ialah keterangan mengenai potensi masa tegakan dalam kawasan yang dikelola. Inventarisasi masa tegakan hutan pada dasarnya ditunjang oleh dua elemen, yaitu besarnya diameter dan tinggi pohon. Kesalahan pengukuran dari salah satu elemen dapat mengakibatkan dugaan masa tegakan yang dihasilkan cenderung akan bias. Pengukuran tinggi pohon dapat dilakukan terhadap pohon berdiri dan pohon yang telah rebah (Subrata 1978). Pengertian tinggi pohon berbeda dengan pengertian panjang pohon. Tinggi pohon adalah jarak tegak antara puncak pohon terhadap permukaan tanah. Sedangkan panjang pohon merupakan hasil pengukuran dari pangkal pohon menyusuri batang sampai ujung tajuk. Pengukuran tinggi pohon dapat dilakukan pada ketinggian tertentu dari batang. Pengukuran yang baik dilakukan pada pohon – pohon yang masih berdiri.

Upload: dwi-setya-agusti-putri

Post on 08-Nov-2015

790 views

Category:

Documents


79 download

DESCRIPTION

INVENTARISASI TUMBUHAN

TRANSCRIPT

Pengukuran Tinggi Pohon di Departemen Hasil Hutan1)(Trees Height Measurement in Department of Forest Product Technology)

Dwi Setia Agusti Putri/E341300282)Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas KehutananInstitut Pertanian Bogor2015

ABSTRAKDalam kegiatan pengelolaan hutan, data tinggi pohon diperlukan untuk penentuan volume pohon dan tegakan serta penentuan kualitas tempat tumbuh. Tinggi pohon adalah jarak tegak antara puncak pohon terhadap permukaan tanah. Pengukuran tinggi pohon dapat dilakukan terhadap berbagai hal, yaitu tinggi total (Tt), tinggi bebas cabang (Tbc) dan tinggi pada ketinggian tertentu. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran menggunakan 5 macam alat ukur tinggi pohon terhadap 10 individu pohon dan masing-masing dilakukan ulangan sebanyak dua kali dari setiap alat ukur.Kata kunci: alat ukur tinggi pohon, pengelolaan hutan, tinggi bebas cabang, tinggi pohon, tinggi total pohonPendahuluanSalah satu bahan dasar bagi penyusunan rencana pengusahaan hutan ialah keterangan mengenai potensi masa tegakan dalam kawasan yang dikelola. Inventarisasi masa tegakan hutan pada dasarnya ditunjang oleh dua elemen, yaitu besarnya diameter dan tinggi pohon. Kesalahan pengukuran dari salah satu elemen dapat mengakibatkan dugaan masa tegakan yang dihasilkan cenderung akan bias. Pengukuran tinggi pohon dapat dilakukan terhadap pohon berdiri dan pohon yang telah rebah (Subrata 1978).Pengertian tinggi pohon berbeda dengan pengertian panjang pohon. Tinggi pohon adalah jarak tegak antara puncak pohon terhadap permukaan tanah. Sedangkan panjang pohon merupakan hasil pengukuran dari pangkal pohon menyusuri batang sampai ujung tajuk. Pengukuran tinggi pohon dapat dilakukan pada ketinggian tertentu dari batang. Pengukuran yang baik dilakukan pada pohon pohon yang masih berdiri.Pengukuran tinggi pohon dapat dilakukan terhadap berbagai hal, yaitu tinggi total (Tt), tinggi bebas cabang (Tbc) dan tinggi pada ketinggian tertentu. Tinggi total merupakan tinggi yang diukur dari titik pucuk tajuk dengan titik proyeksinya pada permukaan tanah. Tinggi bebas cabang (lepas cabang atau batas tajuk) yakni tinggi yang diukur titik lepas cabang atau batas tajuk dengan titik proyeksinya pada permukaan tanah. Tinggi bebas cabang dalam prakteknya tidak mudah untuk ditentukan karena setiap orang mempunyai interpretasi yang berbeda. Tinggi pada ketinggian tertentu, yaitu tinggi yang diukur dengan tujuan dan kegunaan pengukuran tinggi tersebut.Karakteristik pada pohon yang diukur dapat mempengaruhi hasil pengukuran. Bentuk tajuk pohon dari jenis kayu daun lebar cenderung memperbesar kesalahan pengukuran dibandingkan dengan kesalahan yang disebabkan oleh kayu daun jarum (Subrata 1978). Pengukuran tinggi pohon dilakukan pada pohon yang masih berdiri dan menggunakan lima macam alat ukur tinggi pohon. Kemudian hasil pengukuran dibandingkan dari kelima macam alat ukur tersebut.Adapun alat ukur tinggi pohon yang dapat digunakan untuk pengukuran tinggi pohon berdasarakan cara kerjanya menurut Benyard (1973), yaitu:a. Berdasarkan geometri, yakni Walking stick, Christen meter, Weise Merrit, JAL (FAO).b. Berdasarkan trigonometri, yakni Haga Hypsometer, Blumeleiss, Suunto Clinometer, Abney level, dan Spiegel Relascop Bitterlich.Sedangkan alat ukur yang digunakan pada praktikum pengukuran tinggi pohon meliputi Walking Stick, SRB (Spiegel Relascop Bitterlich), Haga Hypsometer, Suunto Clinometer, Christen meter. Menurut Wolf (1928), Christen meter merupakan alat ukur tinggi pohon yang paling sering digunakan karena susunan alatnya sederhana, mudah dibawa kemana-mana, serta mudah dalam penggunaannya.. Menurut Banyard (1973), Haga Hypsometer merupakan alat ukur yang praktis, memiliki skala yang terperinci dengan tingkat ketelitian pembacaan mencapai 0,1 m, serta mudah dan cepat dalam penggunaannya. Haga hypsometer dan Suunto clinometer memiliki ketelitian yang lebih tinggi dari alat ukur tinggi pohon yang lain karena dua alat ukur tersebut menggunakan prinsip trigonometris (Rahlan 2004). Kelebihan Walking stick adalah penggunaannya mudah dan alatnya ringan. Namun, kelemahan Walking stick adalah hasil pengukurannya subyektif dan sulit digunakan dalam tegakan (Malamassam 2009).Suharian dan Sudiono (1975) dan juga Benyard (1973) menguraikan mengenai kesalahan pengukuran tinggi pohon berdasarkan sumber penyebabnya. Pertama, kesalahan yang diakibatkan oleh alat. Kesalahan alat disebabkan oleh pembagian skala yang kurang teliti dan kurang lengkap misalnya interval skala terlalu besar dan tingkat ketelitian alat. Kedua, kesalahan yang diakibatkan oleh keadaan pohonnya sendiri. Tajuk terlalu lebar dan lebat dapat menimbulkan kesalahan dalam menentukan puncak pohon, sehingga sering terjadi overestimate. Selain itu, kedudukan pohon yang miring juga mempengaruhi. Kesalahan yang terjadi dapat overestimate (hasil lebih besar daripada aslinya) dan underestimate (hasil lebih kecil daripada aslinya). Tinggi pohon juga dapat mempengaruhi hasil pengukuran. Wolff (1928) menjelaskan bahwa kesalahan pengukuran semakin rendah sebanding dengan bertambah rendahnya pohon yang diukur. Atau semakin tinggi pohon yang diukur, maka kesalahan pengukuran semakin besar pula. Ketiga, kesalahan pengukuran diakibatkan oleh faktor lingkungan yaitu kondisi fisik areal seperti kemiringan lapangan tempat pohon berdiri. Kesalahan diakibatkan karena terpengaruhnya kedudukan alat di saat pengukuran. Keempat, kemampuan pembaca alat. Kemampuan pembaca alat juga mempengaruhi hasil pengukuran yang didapatkan. Ada berbagai macam alat ukur yang digunakan untuk mengukur tinggi pohon. Alat ukur yang dapat digunakan adalah haga hypsometer, suunto clinometer, walking stick, spiegel relascop bitterlich, dan christeenmeter. Alat alat tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan dalam penggunaannya. MetodologiWaktu dan TempatPraktikum dilakukan pada hari Kamis tanggal 7 Mei 2015 di tegakan pohon Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Alat dan BahanAlat yang digunakan dalam praktikum adalah alat ukur dimensi tinggi pohon yaitu Walking Stick, SRB (Spiegel Relascop Bitterlich), Haga Hypsometer, Suunto Clinometer, Christen Meter, tally sheet dan alat tulis serta Pita Ukur untuk mengukur jarak titik pengukuran dari objek.. Sedangkan bahan yang digunakan berupa tegakan 10 pohon di tegakan pohon Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Metode Pengumpulan DataPengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran menggunakan alat ukur tinggi pohon. Penentuan pohon contoh dilakukan secara acak dengan ketentuan pengukuran tinggi pohon dilakukan terhadap 6 pohon daun lebar dan 4 pohon daun jarum. Data yang dikumpulkan meliputi data tinggi total dan data tinggi bebas cabang menggunakan alat ukur tinggi pohon dengan jarak antara alat dan pohon sebesar 20 meter. Pengukuran tinggi pohon dilakukan dengan cara mengukur masing-masing pohon sebanyak 2 kali dengan menggunakan kelima alat ukur secara bergantian.Semua data yang dikumpulkan diolah untuk membandingkan pengukuran tinggi pohon menggunakan alat ukur tinggi pohon. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam tabel dan grafik.Tujuan Praktikum pengukuran tinggi pohon bertujuan agar prsktikan dapat menggunakan alat ukur tinggi pohon dengan benar dan dapat memperoleh gambaran hasil pengukuran dengan menggunakan alat ukur tinggi pohon yang berbeda.HasilKegiatan pengukuran tinggi pohon menggunakan berbagai alat ukur dimensi tinggi dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan serta ketelitian masing-masing alat ukur. Data yang diambil dilapangan meliputi tinggi total pohon dan tinggi bebas cabang pohon (untuk pohon daun lebar) atau tinggi sampai kayu tebal (10 cm) untuk pohon daun jarum. Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan didapatkan hasil seperti berikut:Tabel 1. Hasil pengukuran tinggi pohon contoh dengan Christen meter, walking stick, suunto clinometer, SRB, dan haga hypsometer.No.Nama PohonChristen meterWalking stickSuunto clinometerSRBHaga hypsometer

Tt (m)Tbc (m)Tt (m)Tbc (m)Tt (m)Tbc (m)Tt (m)Tbc (m)Tt (m)Tbc (m)

1.Schima wallichii23,3418,65241618,22,8021,51,5273,75

2.Pinus caribaea21,3210,12161216,0013,6215,259,517,513

3.Swietenia macrophylla14,016,1315713,095,13135132

4.Gaharu23,549,7516341,473,0015,52,2516,52

5.Pinus caribaea27,511,2515,213,642,5915,071912,7516,59

6.Gmelina arborea18,6717,2315616,328,28165,7524,515,5

7.Flamboyan20,9116,073714,818,685,85166,516,56

8.Cemara aru19,764,47121016,709,39127,7513,510

9.Pinus caribaea21,5410,6216,36,326,4815,111812,51913

10.Sterculia foetida17,1410,812,6411,064,2010,1216,253,2516,52

Gambar 1. Perbandingan relatif hasil pengukuran tinggi total pohon contoh

Gambar 2. Perbandingan relatif hasil pengukuran tinggi bebas cabang pohon contoh

Pembahasan Hasil pengukuran tinggi total pohon menunjukkan bahwa pengukuran tertinggi dimiliki oleh alat ukur Suunto clinometer dan Christen meter, sedangkan hasil pengukuran terendah dimiliki oleh alat ukur walking stick. Sesuai dengan pernyataan (Rahlan 2004), Suunto clinometer memiliki ketelitian yang lebih tinggi dari alat ukur tinggi pohon yang lain. Christen meter memiliki hasil pengukuran lebih tinggi karena penggunaan alat yang mudah Wulfing (1928). Walking stick memiliki hasil pengukuran terkecil karena alat ini sulit digunakan dalam tegakan, sehingga hasil pengukurannya subyektif (Malamassam 2009).Hasil pengukuran tinggi bebas cabang menunjukkan bahwa hasil pengukuran tertinggi dan terendah dimililiki oleh Christen meter dan Haga hypsometer. Namun hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa Haga hypsometer dan Suunto clinometer memiliki ketelitian yang lebih tinggi dari alat ukur tinggi pohon yang lain karena dua alat ukur tersebut menggunakan prinsip trigonometris (Rahlan 2004). Seharusnya Haga hypsometer memiliki hasil lebih tinggi dibandingkan dengan christen meter. Hal ini berarti terdapat kesalahan pengukuran saat praktikum. Christen meter memiliki hasil pengukuran lebih tinggi karena alat ini mudah dalam penggunaannya. Haga hypsometer memiliki hasil pengukuran terkecil karena kepekaannya terhadap cuaca. Cuaca yang tidak baik, yaitu pencahayaan yang kurang dapat mempengaruhi penglihatan praktikan saat membaca hasil pengukuran.Sesuai dengan literatur, hal yang perlu dipertimbangkan ketika melakukan pengukuran tinggi yaitu kesalahan alat, keadaan pohon, kedudukan pohon, tinggi pohon, dan tempat pohon berdiri. Kesalahan alat disebabkan oleh skala yang kurang teliti dan kurang lengkap, sehingga mempengaruhi pengukuran tinggi pohon. Keadaan pohon maksudnya apabila suatu pohon memiliki tajuk yang terlalu besar dan lebat menimbulkan kesalahan dalam menentukan puncak pohon sehingga menyebabkan overestimate. Kedudukan pohon yang miring juga menyebabkan overestimate dan underestimate. Tinggi pohon juga mempengaruhi, artinya semakin tinggi pohon yang diukur, maka kesalahan pengukuran semakin besar pula.Pada pengukuran tinggi total pohon, alat ukur yang memiliki hasil pengukuran tertinggi dan terendah dimiliki oleh Suunto clinometer. Pada pengukuran tinggi bebas cabang, hasil pengukuran tertinggi dimiliki oleh Cristen meter dibandingankan dengan alat ukur lainnya, sedangkan hasil pengukuran terendah dimiliki oleh SRB. Pada pengukuran tinggi pohon menggunakan Haga hypsometer, Suunto clinometer, Walking stick, Spiegel Relascop Bitterlich (SRB), dan Cristen meter sering terjadi kesalahan pengukuran. Kesalahan dapat berasal dari kelelahan alat dan kemampuan praktikan dalam menggunakan alat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wolf (1928) bahwa kemampuan pembaca alat juga mempengaruhi hasil pengukuran yang didapatkan. Alat ukur tinggi pohon yang digunakan dalam praktikum adalah Christen meter, walking stick, suunto clinometer, SRB, dan haga hypsometer. Alat ukur tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Pertama, kelebihan Spiegel Relascop Bitterlich (SRB) yaitu penggunaan alatnya mudah dan memiliki akurasi yang tinggi, sedangkan kekurangannya adalah hrganya yang relatif mahal. Kedua, kelebihan dari Cristen meter yaitu harganya murah, dapat dibuat sendiri, penggunaannya yang mudah dan alatnya yang ringan serta mudah dibawa. Kekurangannya adalah kurang akurat dalam pengukuran tinggi pohon serta sulit digunakan dalam tegakan. Ketiga yaitu Suunto clinometer. Kelebihan Suunto clinometer yaitu memiliki ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan dengan alat ukur tinggi pohon lainnya serta praktis. Kelemahannya yaitu peka terhadap cuaca, harganya relati mahal, memerlukan waktu yang lama saat pengukuran dan penggunaannya membutuhkan keahlian. Keempat yaitu Haga hypsometer. Alat ukur tinggi Haga merupakan alat ukur sudut yang menggunakan prinsip segitiga siku-siku, dan untuk penggunannya diperlukan informasi tentang jarak antara pengukur dengan pohon yang diukur. Kelebihannya adalah penggunaannya mudah, cukup teliti, dan praktis. Kelemahannya adalah peka terhadap cuaca, memerlukan waktu yang lama saat pengukuran dan harganya yang relatif mahal (Rahlan 2004). Kelima yaitu walking stick. Kelebihan walking stick yaitu penggunaanya mudah serta alatnya ringan. Kekurangannya yaitu hasil pengukurannya subyektif dan sulit digunakan dalam tegakan (Sutrisno 2011).

Kesimpulan Alat ukur tinggi pohon yang digunakan dalam praktikum adalah Haga hypsometer, Suunto clinometer, Walking stick, Spiegel Relascop Bitterlich (SRB), dan Cristen meter. Kelima alat ukur tinggi pohon tersebut memiliki kelemahan dan kelebihannya masing-masing. Berdasarkan hasil, pengukuran tinggi total pohon tertinggi dimiliki oleh Suunto clinometer dan Christen meter, sedangkan hasil pengukuran terendah dimiliki oleh Walking stick. Hasil pengukuran tinggi bebas cabang menunjukkan pengukuran tertinggi dan terendah dimililiki oleh Christen meter dan Haga hypsometer. Berdasarkan literatur, hasil tertinggi seharusnya dimiliki oleh Haga hypsometer dan Suunto clinometer. Ketidaksesuaian tersebut karena terdapat kesalahan pada saat praktikum. Hal yang perlu dipertimbangkan ketika melakukan pengukuran tinggi yaitu kesalahan alat, keadaan pohon, kedudukan pohon, tinggi pohon, dan tempat pohon berdiri.

Daftar Pustaka

Banyard S. 1973. Forest Mensuration: Fundamentals International Institute For Aerial and Earth Science Ensohede. Ensohede.Malamassam D. 2009. Inventarisasi Hutan. Makassar (ID) : Universitas Hasanuddin.Rahlan EN. 2004. Membangun Kota Kebun Bernuansa Hutan Kota. Bogor (ID): IPB Press.Subrata J. 1978. Koreksi pengukuran tinggi pohon untuk alat ukur christen dan haga pada jarak bidik yang berbeda di Hutan Tropika Basah Pasir Putih Bakaro Manokwari Irian Jaya [skripsi]. Manokwari (ID) : Universitas Negeri Cenderawasih.Suharlan A dan Sudiono Y. 1975. Ilmu Ukur Kayu. Lembaga Penelitian Hutan Bogor.Sutrisno L. 2011. Alat Ukur Dimensi Pohon. Riau (ID): Universitas Riau.Wolff V W. 1928. Beberapa pemerikasaan tentang ketelitian pengukuran tinggi pohon dengan alat ukur tinggi Christen. Tectona Jilid XXI.