analisis kesehatan pohon di taman kota tebing tinggi

69
ANALISIS KESEHATAN POHON DI TAMAN KOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI DAVID PASARIBU 141201113 DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019 Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS KESEHATAN POHON DI TAMAN KOTA

TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

DAVID PASARIBU

141201113

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara

ANALISIS KESEHATAN POHON DI TAMAN KOTA TEBING

TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh:

DAVID PASARIBU

141201113

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara

i

23 Desember 2019

LEMBAR PENGESAHAN

Tanggal Lulus

:

Universitas Sumatera Utara

ii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : David Pasaribu

NIM : 141201113

Judul : Analisis Kesehatan Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi Provinsi

Sumatera Utara

menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Pengutipan-pengutipan

yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain

dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas

sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Medan, 23 Desember 2019

David Pasaribu

NIM 141201113

Universitas Sumatera Utara

iii

ABSTRACT

DAVID PASARIBU : Tree health analysis in City Park of Tebing Tinggi, North

Sumatra Province, supervised by ALFAN GUNAWAN AHMAD

Tebing Tinggi Urban Forest is one of green open space that has an important role

in supporting the realization of the city’s most beautiful, comfortable and healthy

for its inhabitants. Many trees species was grown at Tebing Tinggi City Park

area. The purpose of this research ere to get information of the number and

distribution of trees in Tebing Tinggi City Park, and to get information about the

health level of the trees in that area. In determining the tree health, this research

uses Scoring Method of Forest Health Monitoring with two indicators namely

damage indicator and crown indicator. The result observation of damage

indicator, there were ten types of damage found on the trees. The types of damage

is cancer (19,6%), fruiting bodies (18,2%), open wounds (27,05%), resinosis

(0,57%), brooms on roots or bole (4,62%), dead terminal (5,20%), broken and

dead branch (12,7%), brooms on a branches (2,89%), leaf damage (4,62%),

discoloration of leaves (3,46%). The result of tree health assessment showed that

there were 1 tree (1,26%) with very healthy classes, 12 trees (15,18%) with

healthy classes, 46 trees (55,22%) with unhealthy classes, 20 trees (22,78%) with

disease classes.

Keywords : Forest Health Monitoring, Damage Indicator, Crown Indicator,

Tebing Tinggi Urban Forest

Universitas Sumatera Utara

iv

ABSTRAK

DAVID PASARIBU : Analisis Kesehatan Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi

Provinsi Sumatera Utara, dibimbing oleh ALFAN GUNAWAN AHMAD

Taman Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu bentuk ruang terbuka hijau yang

memiliki peranan penting dalam mendukung terwujudnya perkotaan yang indah,

nyaman serta sehat bagi warga kotanya. Berbagai jenis pohon tumbuh di area

Taman Kota Tebing Tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan

data dan informasi jumlah dan sebaran pohon di Taman Kota Tebing Tinggi, serta

mendapatkan data dan informasi mengenai tingkat kesehatan pohon di Taman

Kota Tebing Tinggi. Penelitian ini menggunakan Metode Penilaian Kesehatan

Hutan dengan 2 indikator yaitu indikator kerusakan dan indikator tajuk. Hasil

pengamatan terhadap indikator kerusakan terdapat 10 tipe kerusakan yang

ditemnukan pada pohon. Tipe kerusakan tersebut adalah kanker (19,6%), busuk

hati (18,2%), luka terbuka (27,05%), resinosis (0,57%), brum pada akar atau

batang (4,62%), hilangnya pucuk dominan (5,20%), cabang patah atau mati

(12,7%), percabangan berlebihan (2,89%), kerusakan daun (4,62%), daun berubah

warna (3,46%). Berdasarkan hasil penilaian kesehatan pohon di Taman Kota

Tebing Tinggi, didapat sebanyak 1 pohon (1,26%) dengan kelas sangat sehat, 12

pohon (15,18%) dengan kelas sehat, 46 pohon (55,22%) dengan kelas kurang

sehat, 20 pohon (22,78%) dengan kelas sakit.

Kata kunci : Forest Health Monitoring, Indikator Kerusakan, Indikator Tajuk,

Taman Kota Tebing Tinggi

Universitas Sumatera Utara

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat

dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul

“Analisis Kesehatan Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatera

Utara”. Skripsi ini sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Program

Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Alfan Gunawan Ahmad, S.Hut., M.Si selaku dosen

pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis serta

memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dalam

penyelesaian skripsi ini.

2. Kepada kedua dosen penguji yang saya hormati, ibu Siti Latifah, S.Hut.,

M.Si., Ph.D, bapak Dr. Apri Heri Iswanto, S.Hut., M.Si yang telah

bersedia menguji skripsi dan membantu dalam mengarahkan skripsi ini

menjadi lebih baik.

3. Ketua dan sekretaris Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Dr.

Achmad Siddik Thoha, S.Hut., M.Si dan Dr. Nurdin Sulistiono, S.Hut.,

M.Si dan seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Kehutanan,

Fakultas Kehutanan.

4. Ibunda Christina Sirait, S.ST yang selalu memberikan dukungan materi

dan moral serta doa yang tak henti kepada penulis selama mengikuti

pendidikan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Kakak

perempuan penulis Gracella Arintanagabe Pasaribu, A.Md.A.K, Saudara

laki-laki penulis Daniel Haristona Pasaribu, S.AP, serta adik perempuan

penulis Nada Cynthia Pasaribu, S.E yang memberikan dukungan serta doa

kepada penulis.

5. Teman satu tim penelitian Nanda Iskandar S, S.Hut, Reza Akbar, S.Hut,

Khairul Amin, Eril Maribert Tambunan, S.Hut, Ibnu Sina, S.Hut, yang

memberikan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Sahabat - sahabat penulis Ricky Yacob Napitupulu, Erwin Sentosa, S.Hut,

Miftah Fahmi Purba, S.Hut, Ridwansyah Ginting yang memberikan

dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Tebing Tinggi yang telah

memberi ijin sebagai lokasi penelitian dan atas semua bantuan yang telah

diberikan kepada penulis.

Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat ke berbagai

pihak. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 23 Desember 2019

David Pasaribu

Universitas Sumatera Utara

vi

RIWAYAT HIDUP

David Pasaribu dilahirkan di Pasar Baru pada tanggal 9 Mei 1996,

merupakan anak ketiga dari empat bersaudara oleh pasangan Ayah (Alm) Juda

Pasaribu dan Ibu Christina Rosmawati Sirait, S.ST.

Tahun 2008 penulis menyelesaikan sekolah dasar di SD Swasta R.A.

Kartini Sei Rampah, pada tahun 2011 penulis menyelesaikan studi tingkat

pertama di SMP Negeri 1 Teluk Mengkudu, pada tahun 2014 penulis

menyelesaikan studi tingkat atas di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi. Pada tahun

2014 penulis diterima kuliah di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kehutanan

melalui jalur SBMPTN dan memilih minat studi Konservasi Sumberdaya Hutan.

Penulis mengikuti kegiatan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH)

di Ekosistem Hutan Mangrove di Desa Sei Nagalawan Kecamatan Perbaungan

Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Penulis melaksanakan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) di KPH Banyuwangi Selatan, Jawa Timur pada

tanggal 1 Februari 2018 sampai 4 Maret 2018.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif sebagai anggota

Himpunan Mahasiswa Sylva USU, GORGA, Kemangteer Medan, Biodiversity

Warriors Yayasan Kehati, MPMF Kehutanan USU, GMNI FP USU. Pada tahun

2018 penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Analisis Kesehatan Pohon di

Taman Kota Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara” di bawah bimbingan Dr.

Alfan Gunawan Ahmad S.Hut., M.Si.

Universitas Sumatera Utara

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i

PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................ ii

ABSTRAK ................................................................................................... iii

ABSTRACT ................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi

PENDAHULUAN

Latar Belakang .............................................................................................. 1

Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3

Manfaat Penelitian ........................................................................................ 3

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan Kota ................................................................................................... 4

Ruang Terbuka Hijau .................................................................................... 4

Fungsi Ruang Terbuka Hijau ........................................................................ 5

Tipe Ruang Terbuka Hijau ............................................................................ 6

Bentuk – Bentuk Ruang Terbuka Hijau ......................................................... 7

Kerusakan Pada Pohon.................................................................................. 8

Forest Health Monitoring ............................................................................. 9

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat ........................................................................................ 11

Alat dan Bahan ............................................................................................. 11

Prosedur Penelitian ....................................................................................... 11

Metode Pengambilan Data ................................................................. 11

Pengukuran Indikator Kerusakan ....................................................... 12

Pengukuran Indikator Tajuk .............................................................. 15

Penilaian dan Penentuan Status Kesehatan Pohon .............................. 18

Gambaran Lokasi Penelitian .............................................................. 18

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komposisi Jenis Struktur Diameter dan Sebaran Pohon ................................ 19

Komposisi Jenis ............................................................................................ 19

Struktur Diameter ......................................................................................... 20

Sebaran Pohon .............................................................................................. 23

Indikator Kerusakan Pohon ........................................................................... 24

Lokasi Kerusakan .............................................................................. 24

Tipe Kerusakan ................................................................................. 25

Kelas Keparahan ............................................................................... 31

Nilai Indeks Kerusakan Pohon ........................................................... 32

Indikator Tajuk ............................................................................................. 34

Penilaian Status Kesehatan Pohon ................................................................. 36

Universitas Sumatera Utara

viii

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ....................................................................................... 38

Saran ................................................................................................. 38

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 39

LAMPIRAN ................................................................................................. 43

Universitas Sumatera Utara

ix

DAFTAR TABEL

No Teks Hal

1. Tally Sheet Penilaian Kerusakan Pohon .............................................. 12

2. Bobot Indeks Kerusakan Pohon .......................................................... 14

3. Kode dan Lokasi Kerusakan ............................................................... 14

4. Kode dan Tipe Kerusakan .................................................................. 15

5. Kode dan Kelas Keparahan Kerusakan ................................................ 15

6. Kriteria Kondisi Tajuk ......................................................................... 18

7. Nilai Peringkat Visual Crown Rating (VCR) Individu Pohon ............. 18

8. Komposisi Jenis Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi ........................ 21

9. Kelas Diameter Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi ......................... 22

10. Nilai Luas Bidang Dasar Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi ............ 24

11. Kelas Luas Bidang Dasar Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi ........... 24

12. Skoring Kerusakan Pohon ................................................................... 35

13. Nilai Indeks Kerusakan Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi ............. 36

14. Nilai Visual Crown Rating di Taman Kota Tebing Tinggi ................... 37

15. Skoring VCR di Taman Kota Tebing Tinggi........................................ 38

16. Skoring Penilaian Kesehatan Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi ..... 39

Universitas Sumatera Utara

x

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Lokasi Kerusakan Pada Pohon ................................................................. 13

2. Pengukuran Rasio Tajuk Hidup ................................................................ 16

3. Kartu Skala Kerapatan Tajuk ................................................................... 16

4. Kartu SkalaTransparansi Tajuk ................................................................ 17

5. Penentuan Diameter Tajuk ....................................................................... 17

6. Gambaran Lokasi Penelitian ..................................................................... 20

7. Diagram Kelas Diameter Pohon ............................................................... 22

8. Kelas Luas Bidang Dasar Pohon .............................................................. 23

9. Peta Sebaran Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi................................... 25

10. Bagian Pohon Yang Mengalami Kerusakan.............................................. 27

11. Tipe Kerusakan Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi .............................. 28

12. Penyakit Kanker Pada Pohon ................................................................... 28

13. Busuk Hati Pada Pohon ............................................................................ 29

14. Luka Terbuka Pada Pohon ....................................................................... 29

15. Resinosis Pada Pohon .............................................................................. 30

16. Brum Pada Batang atau Akar Pohon ....................................................... 31

17. Hilangnya Pucuk Dominan....................................................................... 31

18. Penyakit Cabang Patah atau Mati ............................................................ 32

19. Percabangan / Brum Yang Berlebihan ..................................................... 32

20. Kerusakan Daun ...................................................................................... 33

21. Daun Yang Berubah Warna .................................................................... 33

22. Tingkat Keparahan Kerusakan Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi ...... 34

23. Grafik Nilai Indeks Kerusakan Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi ..... 35

24. Grafik Nilai Visual Crown Rating di Taman Kota Tebing Tinggi ............. 39

25. Status Kesehatan Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi ............................ 40

Universitas Sumatera Utara

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Inventarisasi Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi .................................46

2. Data Tinggi dan Diameter Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi .............46

3. Status Kesehatan Pohon Berdasarkan Indiakator Produktivitas Pohon di

Taman Kota Tebing Tinggi .....................................................................48

4. Status Kesehatan Pohon Berdasarkan Indikator Kerusakan Pohon di

Taman Kota Tebing Tinggi .....................................................................50

5. Skoring Indikator Tajuk di Semua Parameter Tajuk ................................51

6. Status Kesehatan Pohon Berdasarkan Indikator Tajuk di Taman Kota

Tebing Tinggi .........................................................................................53

7. Penilaian Status Kesehatan Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi ...........55

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu kota yang terletak di Sumatera

Utara yang berjarak ±80 km dari kota Medan. Kota Tebing Tinggi secara

geografis terletak pada 30°9̍3̎ – 30°4̍50̎ Lintang Utara (LU) dan 99°4̍1̎ – 99°0̍0̎

Bujur Timur (BT). Menurut data Badan Informasi dan Komunikasi Sumatera

Utara, Tebing Tinggi memiliki 5 (lima) kecamatan. Secara keseluruhan luas

wilayah Kota Tebing Tinggi adalah 38,438 km2. Tebing Tinggi memiliki taman

kota yang terletak di pusat kota yang menjadi salah satu ruang terbuka hijau di

kota Tebing Tinggi. Keberadaan taman memiliki kontribusi untuk mengurangi

polusi di kota Tebing Tinggi serta menjadi salah satu tempat rekreasi bagi

masyarakat. Taman kota juga memiliki fungsi dalam mengurangi polusi kota

karena memiliki banyak vegetasi pohon yang ditanam di dalamnya serta menjadi

habitat atau tempat hidup bagi satwa-satwa yang ada di Taman Kota Tebing

Tinggi (Badan Informasi dan Komunikasi Sumatera Utara, 2019).

Pembangunan fisik di perkotaan yang diharapkan dapat mensejahterakan

kehidupan manusia, dalam perkembangannya telah menimbulkan permasalahan

tersendiri akibat perencanaan yang kurang memadai. Pertumbuhan penduduk serta

pembangunan infrastruktur untuk mendukung kegiatan ekonomi diperkotaan

menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan seperti hilangnya ruang terbuka

hijau, rusaknya fungsi resapan air, polusi air dan udara (Balitbang KLHK, 2014).

Lingkungan kota berkembang secara ekonomis, namun menurun secara

ekologis. Perkembangan kota di Indonesia dewasa ini cenderung ke arah

perkembangan fisik yang lebih banyak ditentukan oleh banyaknya sarana dan

prasarana yang ada. Akibatnya, ruang terbuka hijau terabaikan, bahkan

menghilangkan wajah alam yang asri. Kawasan hijau sering kali disalahgunakan

atau dialihfungsikan menjadi kawasan perdagangan, permukiman, perindustrian,

serta untuk sarana dan prasarana kota lainnya. Kondisi tersebut sungguh

memprihatinkan. Situasi yang sangat terasa perubahan akibat terjadinya

pencemaran udara tersebut adalah terjadinya perubahan suhu, menurunnya

Universitas Sumatera Utara

2

permukaan air tanah dan permukaan tanah. Kondisi menurunnya akan

menyebabkan terganggunya ekosistem perkotaan (Sundari, 2010).

Ruang terbuka hijau (RTH) dalam lingkungan pembangunan secara global

saat ini diperlukan demi menjaga keseimbangan kualitas lingkungan hidup suatu

daerah khususnya di daerah perkotaan dengan berbagai permasalahan-

permasalahan yang berkaitan dengan masalah ruang yang sedemikian

kompleks(Imansari dan Khadiyanta, 2015). Kota adalah suatu pusat pemukiman

penduduk yang besar dan luas. Dalam kota terdapat berbagai ragam kegiatan

ekonomi dan budaya. Adakalanya kota didirikan sebagai tempat kedudukan resmi

pusat pemerintahan setempat. Manusia dapat mencatat dan menganalisanya dari

berbagai perspektif seperti moral, sejarah manusia, hubungan timbal balik anatara

manusia dengan habitatnya, pusat kegiatan ekonomi, pusat kegiatan politik dan

berbagai kenyataan dari kehidupan manusia (Zoer’aini, 2007).

Pohon sebagai bagian dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) memiliki fungsi

yang sangat penting. Pohon merupakan penetralisir sumber pencemar gas buangan

kendaraan bermotor, tajuknya yang rindang memberikan keteduhan, sistem

perakarannya dapat meningkatkan infiltrasi air permukaan dan mengurangi air

limpasan sehingga meningkatkan jumlah air di dalam tanah. Di samping itu,

arsitektur pohon yang beraneka macam juga memberikan nilai tambah keindahan.

Fungsi-fungsi tersebut dapat berjalan dengan baik apabila ditunjang oleh faktor-

faktor pendukung seperti faktor lingkungan dan tingkat adaptasi dari pohon itu

sendiri terhadap lingkungannya (Stalin, 2011).

Keberadaan taman kota penting untuk mengurangi polusi, menetralisir

udara, mengurangi kebisingan, menjadi tempat berteduh serta untuk fungsi

estetika, namun masih terdapat banyak pohon-pohon yang rusak dan berpenyakit

dan dapat membahayakan pengunjung serta masyarakat sekitar apabila pohon-

pohon tersebut tumbang. Untuk kepentingan tersebut maka diperlukan data-data

kerusakan pohon dan tingkat kerusakan pada pohon sebagai acuan untuk

pemeliharaan pohon-pohon di taman kota sesuai dengan kebutuhan yang

diperlukan.

Universitas Sumatera Utara

3

Tujuan Penelitian

Penelitian yang berjudul “Analisis Kesehatan Pohon di Taman Kota

Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara“ ini bertujuan untuk:

1. Mendapatkan data komposisi jenis dan struktur pohon yang tumbuh di Taman

Kota Tebing Tinggi.

2. Mendapatkan data dan informasi tentang status kesehatan pohon yang tumbuh

ditaman kota Tebing Tinggi.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan rujukan bagi pemerintah kota

Tebing Tinggi dalam mengelola dan pengembangan Taman Kota Tebing Tinggi.

Serta menjadi bahan referensi bagi mahasiswa dan peneliti yang akan melakukan

penelitian lebih lanjut tentang kesehatan pohon.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan Kota

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota,

Hutan Kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang

kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun

tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang.

Tujuan penyelenggaraan hutan kota adalah untuk kelestarian, keserasian dan

keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan

budaya.

Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

perencanaan tata ruang wilayah kota harus memuat rencana penyediaan dan

pemanfaatan ruang terbuka hijau yang luas minimalnya sebesar 30% dari luas

wilayah kota. Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin

keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan ekosistem hidrologi dan

keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat

meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat serta

sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota (Lussetyowati, 2011).

Hutan kota merupakan kawasan vegetasi berkayu yang luas serta jarak

tanamnya terbuka bagi umum, mudah dijangkau oleh penduduk kotadan dapat

memenuhi fungsi perlindungan dan regulatifnya, seperti kelestarian tanah,tata air,

ameliorasi iklim, penangkal polusi udara, kebisingan dan lain-lain (Nurlaili,

2010).

Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau sebagai infrastruktur hijau perkotaan adalah bagian

dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh

tumbuhan, tanaman dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat

langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut

yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan dan keindahan wilayah perkotaan

tersebut, sedangkan secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami yang

berupa habitat liar alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional serta RTH

Universitas Sumatera Utara

5

non alami atau binaan yang seperti taman, lapangan olah raga dan kebun bunga

merupakan salah satu komponen RTH (Direktorat Jenderal PU, 2006). Menurut

Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 fungsi hutan kota adalah untuk

memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika, meresapkan air,

menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota dan mendukung

pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.

Keberadaan ruang terbuka hijau atau vegetasi pohon mutlak dibutuhkan

oleh warga kota yang menginginkan lingkungan kerja dan hunian yang nyaman.

Sudah saatnya manusia memperkaya pandangan mengenai fungsi vegetasi pohon.

Sebelumnya vegetasi dibutuhkan karena fungsi estetika atau sebagai komponen

arsitektur. Namun sekarang lebih penting ditekankan pada fungsi ekologisnya.

Jika sebelumnya merupakan bersifat sekunder, kini sifat hutan kota menjadi

kebutuhan primer. Artinya keberadaan vegetasi pohonan di perkotaan sudah

menjadi kebutuhan mutlak. Kualitas lingkungan, termasuk iklim mikro sudah

merupakan kebutuhan pokok masyarakat kota (Tauhid, 2008).

Fungsi Ruang Terbuka Hijau

Berdasarkan Peraturan Menteri No. 5 Tahun 2008 ada dua fungsi Ruang

Terbuka Hijau pada kawasan perkotaan yaitu fungsi utama (intrinsik) yaitu untuk

memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara

(paru-paru kota), pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara

alami dapat berlangsung lancar, sebagai peneduh, produsen oksigen, penyerap air

hujan, penyedia habitat satwa, penyerap polutan media udara, air dan tanah serta

penahan angin dan fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitufungsi sosial dan budaya

(menggambarkan ekspresi budaya lokal, merupakan media komunikasi warga

kota, tempat rekreasi dan wadah dan objek pendidikan, penelitian dan pelatihan

dalam mempelajari alam), fungsi ekonomi (sumber produk yang bisa dijual,

seperti tanaman bunga, buah, daun, sayur mayur dan bisa menjadi bagian dari

usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lain-lain), fungsi estetika

(meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik dari skala mikro:

halaman rumah, lingkungan permukimam, maupun makro: lansekap kota secara

keseluruhan, menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota, pembentuk

Universitas Sumatera Utara

6

faktor keindahan arsitektural, menciptakan suasana serasi dan seimbang antara

area terbangun dan tidak terbangun).

Dalam suatu wilayah perkotaan, empat fungsi utama ini dapat

dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota

seperti perlindungan tata air, keseimbangan ekologi dan konservasi hayati.

Tipe Ruang Terbuka Hijau

Pembangunan hutan kota dan pengembangannya ditentukan berdasarkan

pada objek yang dilindungi, hasil yang dicapai dan letak dari hutan kota tersebut.

Berdasarkan letaknya, hutan kota dapat dibagi menjadi lima yaitu :

a. Tipe Pemukiman

Hutan kota di daerah pemukiman dapat berupa taman dengan komposisi

tanaman pepohonan yang tinggi dikombinasikan dengan semak dan rerumputan.

Taman adalah sebidang tanah terbuka dengan luasan tertentu di dalamnya ditanam

pepohonan, perdu, semak dan rerumputan yang dapat dikombinasikan dengan

kreasi dari bahan lainnya. Umumnya dipergunakan untuk olahraga, bersantai,

bermain dan sebagainya.

b. Tipe Kawasan Industri

Suatu wilayah perkotaan pada umumnya mempunyai satu atau beberapa

kawasan industri. Limbah dari industri dapat berupa partikel, aerosol, gas dan

cairan dapat mengganggu kesehatan manusia. Di samping itu juga dapat

menimbulkan masalah kebisingan dan bau yang dapat mengganggu kenyamanan.

Hutan kota dapat dibangun untuk menghindari dan memperkecil dampak akibat

adanya kawasan industri (Dahlan, 2006).

c. Tipe Rekreasi dan Keindahan

Rekreasi pada kawasan hutan kota bertujuan untuk menyegarkan kembali

kondisi badan yang sudah penat dan jenuh dengan kegiatan rutin, supaya siap

menghadapi tugas yang baru. Untuk mendapatkan kesegaran diperlukan suatu

masa istirahat yang terbebas dari proses berpikir yang rutin sambil menikmati

sajian alam yang indah, segar dan penuh ketenangan.

Universitas Sumatera Utara

7

d. Tipe Pelestarian Plasma Nutfah

Hutan konservasi mengandung tujuan untuk mencegah kerusakan

perlindungan dan pelestarian terhadap sumberdaya alam. Bentuk hutan kota yang

memenuhi kriteria ini antara lain: kebun raya, hutan raya dan kebun binatang. Ada

dua sasaran pembangunan hutan kota untuk pelestarian plasma nutfah yaitu

sebagai tempat koleksi plasma nutfah, khususnya vegetasi secara ex-situ dan

sebagai habitat, khususnya untuk satwa yang akan dilindungi atau dikembangkan.

e. Tipe Perlindungan

Selain dari tipe yang telah disebutkan di atas, areal kota dengan tipe ke

lima yaitu daerah dengan kemiringan yang cukup tinggi yang ditandai dengan

tebing-tebing yang curam ataupun daerah tepian sungai perlu dijaga dengan

membangun hutan kota agar terhindar dari bahaya erosi dan longsoran.

f. Tipe Pengamanan

Hutan kota tipe pengamanan adalah jalur hijau di sepanjang tepi jalan

bebas hambatan. Dengan menanam perdu yang liat dan dilengkapi dengan jalur

tanaman pisang dan tanaman yang merambat dari legum secara berlapis-lapis,

akan dapat menahan kendaraan yang keluar dari jalur jalan. Sehingga bahaya

kecelakaan karena pecah ban, patah setir ataupun karena pengendara mengantuk

dapat dikurangi (Miardini, 2006).

Bentuk-Bentuk Ruang Terbuka Hijau

Menurut Dahlan (1992) bentuk-bentuk ruang terbuka hijau terdiri dari:

Beberapa bentuk ruang terbuka hijau antara lain berupa :

1. Jalur Hijau.

Jalur Hijau berupa peneduh jalan raya, jalur hijau di bawah kawat listrik

tegangan tinggi, di kiri-kanan jalan kereta api, di tepi sungai dan di tepi jalan

tol.

2. Taman Kota.

Taman Kota adalah tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik

yang alami maupun buatan untuk menciptakan keindahan kota.

3. Kebun dan Halaman.

Universitas Sumatera Utara

8

Jenis pohon yang ditanam di kebun dan halaman terdiri atas jenis pohon yang

dapat menghasilkan buah.

4. Kebun Raya, Hutan Raya dan Kebun Binatang.

Kebun raya, hutan raya dan kebun binatang dapat dimasukkan ke dalam salah

satu bentuk Hutan Kota.

5. Hutan Lindung, daerah di dalam maupun di tepi kota dengan lereng yang

curam harus dijadikan kawasan Hutan Kota untuk mencegah longsor.

Demikian pula dengan daerah pantai yang rawan akan abrasi laut.

Kerusakan Pada Pohon

Banyak faktor yang diketahui dapat menyebabkan kerusakan bagi hutan

dan tanaman penyusunnya. Kerusakan itu baik dari lingkungan hutan yang ada

yang sangat berhubungan dengan faktor penyusunnya maupun berasal dari luar

hutan itu sendiri. Penyebab-penyebab kerusakan hutan dapat dikenali dan

dievaluasi kemudian ditekan sedini mungkin sebelum kerusakan yang besar

terjadi dan kondisi menjadi semakin parah. Menurut Winarni et al (2012) faktor-

faktor penyebab kerusakan itu sendiri terdiri atas organisme hidup atau faktor-

faktor lingkungan fisik seperti :

1. Patogen

2. Serangan hama, serangga dan penyakit

3. Faktor lingkungan abiotik.

4. Tumbuhan Pengganggu

5. Kebakaran

6. Satwa liar, penggembalaan ternak dan aktifitas manusia yang dapat merugikan

tanaman.

Menurut Djafarudin (1996), secara alamiah yang termasuk pengganggu

tanaman dapat dikelompokkan menjadi:

1. Pengganggu yang termasuk jasad hidup (organisme hidup-nonbiotis / abiotis)

Hama ialah jasad pengganggu yang merupakan sejenis makhluk hidup

yang termasuk kepada kelompok hewan atau binatang. Serangga dapat merusak

tanaman dengan cara: a) memakan bagian tanaman dengan cara menggerek

batang, ranting, buah atau biji; b) menghisap cairan sel-sel tanaman terutama

daun; c) menyebabkan bengkak/puru pada bagian tertentu; d) menyebabkan

Universitas Sumatera Utara

9

kanker pada batang/bagian berkayu; e) meletakkan telur pada bagian tanaman,

mengambil bagian tanaman untuk dijadikan sarang dan f) menularkan jasad

pengganggu.

2. Pengganggu yang bukan jasad hidup

Bencana alam lingkungan seperti banjir, erosi, kekeringan, longsor yang

disebabkan oleh faktor dan unsur iklim serta cuaca. Kekeliruan (yang bukan

secara alamiah) yang secara tak langsung sebagai akibat tindakan kurang hati-hati

atau kurang lengkapnya prasyarat tumbuh dan kesalahan budidaya.

Forest Health Monitoring (FHM)

Forest Health Monitoring (FHM) adalah metode pemantauan kondisi

kesehatan hutan yang diintroduksikan oleh USDA Forest Service untuk

memonitor Nation Forest Health yang dirancang untuk temperate region. FHM

diperkenalkan pertama kali pada tahun 1993 dan telah digunakan untuk

memonitor kesehatan hutan di seluruh negara bagian Amerika dan negara-negara

Eropa Timur pada tahun 1994 dan terus dilakukan hingga saat ini (Sitinjak, 2016).

Dalam pelaksanaannya FHM terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:

1. Detection monitoring (penentuan jenis gangguan terhadap kondisi ekosistem

udara dan tanah untuk digunakan sebagai dasar evaluasi status dan perubahan

dalam eksosistem hutan,

2. Evaluating Monitoring (menentukan luas, keparahan dan penyebab perubahan

yang tidak diinginkan dalam kesehatan hutan yang telah diidentifikasi pada

langkah sebelumnya),

3. Intensive Site Monitoring (ditentukan status faktor-faktor biotik),

4. Research on Monitoring Techniques (penelitian tentang indikator kesehatan

dan metode deteksi) dan

5. Analysis and Reporting (data yang diperoleh perlu disajikan dalam format yang

mudah dipahami oleh semua pemangku kepentingan serta dilaporkan secara

baik).

Tujuan keseluruhan dari FHM adalah untuk memantau, menilai dan

melaporkan tentang status saat ini, perubahan dan kecenderungan jangka panjang

dalam kesehatan ekosistem hutan, memantau jenis-jenis utama yang

mengindikasikan kondisi hutan dan mengidentifikasi hubungan antara gangguan-

Universitas Sumatera Utara

10

gangguan alami dan gangguan akibat aktivitas manusia dikaitkan dengan kondisi

ekologis hutan (Duryat, 2014).

Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitan ini dilakukan di Taman Kota Tebing Tinggi. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2018.

Alat dan Bahan

Alat yang diperlukan pada penelitian ini adalah kamera, tallysheet,

phiband, hagameter, GPS, meteran, alat tulis dan buku pengenalan identifikasi

kerusakan pohon.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah pohon–pohon yang

terdapat di Taman Kota Tebing Tinggi.

Prosedur Penelitian

Metode Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode sensus. Metode

sensus digunakan untuk menilai kesehatan pohon yang berada di Taman Kota

Tebing Tinggi. Indentifikasi status kesehatan dilakukan dengan metode pemantau

kesehatan hutan atau Forest Health Monitoring (FHM) yaitu metode penilaian

kesehatan pohon dengan mengelompokkan jenis dan tingkat kerusakan per

individu tanaman. Dalam menilai kesehatan pohon digunakan dua indikator yaitu

kerusakan pohon dan kondisi tajuk pohon. Metode pengambilan data dilakukan

secara sensus dengan kriteria diameter pohon minimal 20 cm. Metode analisis

data yaitu deskriptif dan skoring berdasarkan pembobotan.

Pengukuran LBDS

Pertumbuhan pohon dapat diketahui dengan mengukur diameter pohon

yakni penambahan diameter pohon dari waktu ke waktu. Diameter pohon diukur

pada ketinggian 1,3m diatas permukaan tanah (dbh). Tegakan yang memiliki

diameter 20 cm atau lebih dikategorikan sebagai pohon. Dari data diameter dapat

digunakan untuk menentukan nilai LBDS (Luas Bidang Dasar). LBDS dapat

menggambarkan tingkat pertumbuhan atau produktivitas pohon dari waktu ke

waktu. LBDS dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Universitas Sumatera Utara

12

LBDS = 1

4 x π x D2

Keterangan:

LBDS : Luas Bidang Dasar per Pohon

Π : Konstanta (3,14)

D : Diameter Setinggi Dada (dbh)

Pengukuran Indikator Kerusakan

Kerusakan yang dicatat pada masing-masing pohon yaitu maksimal tiga

kerusakan. Ketika ada kerusakan yang berganda terjadi di tempat yang sama maka

hanya kerusakan paling parah yang ditulis. Data kerusakan pohon yang digunakan

untuk mengetahui indikator kerusakan pohon adalah lokasi, tipe kerusakan dan

nilai ambang batas keparahan (Tabel 1).

Tabel 1. Tally Sheet Penilaian Kerusakan Pohon menurut metode FHM

No Nama

Pohon

Diameter

( cm )

Tinggi

( m )

Kerusakan 1 Kerusakan 2 Kerusakan 3

Xi Yi Zi Xi Yi Zi Xi Yi Zi

Keterangan :

Xi : Lokasi Kerusakan.

Yi : Tipe Kerusakan.

Zi : Kelas Keparahan Kerusakan.

Pengamatan pohon dilakukan pada seluruh sisi dimulai dari pangkal

batang. Kerusakan yang dicatat pada masing-masing pohon yaitu maksimal tiga

kerusakan. Dicatat data tipe kerusakan, lokasi kerusakan dan nilai ambang batas

keparahan untuk mengetahui indikator kerusakan pohon. Pengkodean dan

penilaian kerusakan pohon. Data kerusakan pohon kemudian dimasukkan ke

dalam tally sheet.

Untuk mempermudah pengamatan, lokasi kerusakan yang terdapat pada

pohon dapat dikodekan sehingga dapat mempermudah proses pengamatan

kesehatan pohon. Kode kerusakan bagian-bagian pohon menggunakan kodefikasi

menurut standar Environmental Monitoring and Assessment Program (EMAP)

seperti pada Gambar 1.

Universitas Sumatera Utara

13

Gambar 1. Lokasi Kerusakan Pada Pohon (Mangold R, 1997)

Keterangan :

01 : Akar 06 : Batang Tajuk

02 : Akar dengan Batang Bawah 07 : Cabang

03 : Batang Bawah 08 : Tunas dan Pucuk

04 : Batang Atas dan Bawah 09 : Dedaunan

05 : Batang Atas

Penilaian kerusakan digunakan kriteria – kriteria berdasarkan metode

FHM. Data yang diperoleh dari penilaian kerusakan dihitung nilai indeks

kerusakannya dengan kode dan bobot nilai indeks kerusakan (NIK). Hasil

perhitungan akhir dapat diketahui NIK (Kelas sehat, kelas ringan, kelas sedang

dan kelas berat) (Noviady dan Rivai, 2015).

IK = ∑(xi. yi. zi)

𝑛

𝑖=1

IK = xlokasi x ytipe kerusakan x zkeparahan

Menilai Indeks Kerusakan tingkat pohon ( Tree Level Index-TLI ) pada masing-

masing klaster dengan menggunakan rumus :

TLI/NIK = (IK1) + (IK2) + (IK3)

Keterangan:

NIK : Nilai Indeks Kerusakan pada level pohon

Xi : Nilai bobot pada tipe kerusakan

Yi : Nilai bobot pada bagian/lokasi pohon yang mengalami kerusakan

Zi : Nilai bobot pada keparahan kerusakan

Selanjutnya dapat diketahui kelas kerusakan pohon berdasarkan bobot

nilai indeks sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

14

1. Kelas sangat sehat

2. Kelas sehat

3. Kelas kurang sehat

4. Kelas sakit

5. Kelas sangat sakit

Kode tipe kerusakan, bagian/lokasi kerusakan dan bobot pada keparahan

kerusakan dan bobot indeks kerusakan dapat dilihat pada Tabel 2, Tabel 3,Tabel 4

dan Tabel 5.

Tabel 2. Bobot Indeks Kerusakan Pohon

Lokasi Kerusakan Tipe Kerusakan Kelas Keparahan

Kode Bobot Kode Bobot Kode Bobot

0 0 1 1,9 0 1,5

1 2 2 1,7 1 1,1

2 2 3 1,5 2 1,2

3 1,8 4 1,5 3 1,3

4 1,8 11 1,6 4 1,4

5 1,6 12 1,6 5 1,5

6 1,2 13 1,5 6 1,6

7 1 21 1 7 1,7

8 1 22 1 8 1,8

9 1 23 1 9 1,9

24 1

25 1 Sumber : Mangold R. (1997)

Tabel 3. Kode dan Lokasi Kerusakan

Kode Keterangan Bobot

0 Sehat (Tidak ada kerusakan) 0

1 Akar (terbuka) dan tunggak (dengan tinggi 30 cm di

atas permukaan tanah)

2

2 Akar dan batang bagian bawah 2

3 Bagian bawah batang (setengah bagian bawah dari

batang antara tunggak dan dasar tajuk hidup)

1,8

4 Bagian bawah dan bagian atas batang 1,8

5 Bagian atas batang (setengah bagian atas dari batang

antara tunggak dan dasar tajuk hidup)

1,6

6 Batang tajuk (batang utama di dalam daerah tajuk

hidup di atas dasar tajuk hidup)

1,2

7 Cabang (lebih besar 2.54 cm pada titik percabangan

terhadap batang utama atau batang tajuk didalam

daerah tajuk hidup)

1

8 Kuncup dan tunas (pertumbuhan tahun terakhir) 1

9 Daun 1 Sumber: Mangold R. (1997)

Universitas Sumatera Utara

15

Tabel 4. Kode dan Tipe Kerusakan

Kode Tipe

Kerusakan Tipe Kerusakan Bobot

1 Kanker, gol (puru) 1,9

2 Busuk Hati, Tubuh Buah (Badan Buah),

dan Indikator Lain Lapuk Lanjut

1,7

3 Luka Terbuka 1,5

4 Eksudasi (Resinosis dan Gumosis) 1,5

11 Batang Patah Kurang dari 0.91 m 1,6

12 Brum pada Akar atau Batang 1,6

13

21

Akar Patah atau Mati kurang dari 0.91 m

Hilangnya Ujung Dominan (Mati Ujung)

1,5

1

22 Cabang Patah atau Mati 1

23 Brum pada Cabang atau Daerah dalam

Tajuk

1

24 Kerusakan Daun 1

25 Daun Berubah Warna (Tidak Hijau) 1 Sumber: Mangold R. (1997)

Tabel 5. Kode dan Kelas Keparahan Kerusakan

Kode Kelas Keparahan (%) Bobot

0 01-09 1,5

1 10-19 1,1

2 20-29 1,2

3 30-39 1,3

4 40-49 1,4

5 50-59 1,5

6 60-69 1,6

7 70-79 1,7

8 80-89 1,8

9 90-99 1,9

Sumber: Mangold R. (1997)

Pencatatan kerusakan pohon dilakukan sebanyak jumlah kerusakan pohon

yang terjadi dan dimulai dari lokasi dengan kode terendah. Kerusakan yang tidak

memenuhi nilai ambang akan diberi nilai “0” pada tingkat keparahannya. Apabila

terdapat kerusakan ganda pada lokasi yang sama, maka semua kerusakan tetap

dicatat supaya tingkat keparahannya dapat diperkirakan secara tepat.

Pengukuran Indikator Tajuk

Parameter-parameter kondisi tajuk pohon yang diukur berdasarkan metode

FHM yaitu sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

16

- Rasio tajuk hidup (Live Crown Ratio-LCR), yaitu tinggi tajuk yang tertutup

terhadap tinggi total pohon. Mengukur tinggi pohon pada batas pucuk ranting

yang berdaun sebagai ‘TT’ menggunakan hagameter. Mengukur TTBC sebagai

‘Ttj’ menggunakan hagameter dan menghitung rasio tajuk hidup dengan rumus

LCR =𝑇𝑡𝑗

𝑇𝑇 × 100%.

Gambar 2.Pengukuran Rasio Tajuk Hidup ( Mangold R, 1997)

- Kerapatan tajuk (Crown density-Cden), yaitu persentasi cahaya matahari yang

tertahan oleh tajuk untuk tidak mencapai permukaan tanah. Cden dihitung

dengan menggunakan kartu skala kerapatan tajuk.

Gambar 3. Kartu Skala Kerapatan Tajuk (Mangold R, 1997)

- Tranparansi tajuk (Foliage Transparancy-FT), yaitu persentasi cahaya

matahari yang dapat melewati tajuk dan mencapai permukaan tanah. FT

dihitung dengan menggunakan kartu skala transparansi tajuk.

Universitas Sumatera Utara

17

Gambar 4. Kartu Skala Transparansi Tajuk (Mangold R, 1997)

- Diameter tajuk (Crown Diameter Width dan Crown Diameterat 90o), yaitu

nilai rata-rata dari pengukuran panjang dan lebar tajuk pohon yang

bersangkutan. CDW dihitung berdasarkan pengukuran panjang dan lebar tajuk

terluar menggunakan meteran. Estimasi posisi tajuk terluar dengan dengan

cara memproyeksikan tajuk terluar secara vertikal pada titik diameter terlebar.

Gambar 5. Penentuan Diameter Tajuk (Mangold R, 1997)

- Crown Dieback (CDB), yaitu cabang dan ranting yang baru saja mati dimana

bagian yang mati dimulai dari bagian ujung kemudian merambat ke bagian

pangkal.

Universitas Sumatera Utara

18

Pengukuran tinggi tajuk harus dilakukan dengan hati – hati terutama pada

tegakan dengan kerapatan tinggi karena sulit membedakan antara tajuk pohon

yang diamati dengan pohon yang tidak. Penilaian parameter kondisi tajuk

didasarkan pada tiga kategori kondisi tajuk, yaitu nilai 3 untuk kondisi tajuk yang

bagus, 2 untuk kondisi parameter tajuk sedang dan 1 untuk kondisi parameter

tajuk yang jelek.

Tabel 6. Kriteria Kondisi Tajuk (Anderson et al., 1992, dalam Putra, 2004)

Parameter Klasifikasi

Baik (Nilai=3) Sedang (Nilai=2) Jelek (Nilai=1)

Nisbah Tajuk

Hidup ≥ 40% 20 – 35% 5 – 15%

Kerapatan Tajuk ≥ 55% 25 – 50% 25 – 50%

Tranparansi Tajuk 0 - 45% 50 – 70% ≥ 75 %

Dieback 0 - 5% 10 – 25% ≥ 30 %

Diameter Tajuk ≥ 10,1 m 2,5 – 10 m ≥ 2,4 m

Semua parameter pengukuran kondisi tajuk pohon digabungkan kedalam

peringkat penilaian penampakan tajuk (Visual Crown Rating) untuk masing-

masing pohon. VCR memiliki nilai 1,2,3 dan 4 tergantung kepada besaran nilai

pengamatan setiap parameter kondisi tajuk.

Tabel 7.Nilai peringkat Visual Crown Rating (VCR) individu pohon (Anderson

et al., 1992, dalam Putra, 2004)

Nilai VCR Kriteria

4 Seluruh parameter bernilai 3, atau hanya 1 parameter memiliki

nilai 2, tidak ada parameter bernilai 1.

3 Lebih banyak kombinasi antara nilai 3 dan 2 pada parameter tajuk,

atau semua bernilai 2, tetapi tidak ada parameter bernilai 1.

2 Setidaknya 1 parameter bernilai 1, tetapi tidak semua parameter.

1 Semua parameter kondisi tajuk bernilai 1.

Penilaian dan Penentuan Status Kesehatan Pohon

Penentuan Status Kesehatan Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi

didapatkan berdasarkan nilai skor yang diperoleh dari penentuan nilai selang

(interval) terhadap nilai setiap parameter pengamatan yakni produktivitas,

Universitas Sumatera Utara

19

kerusakan pohon dan kondisi tajuk yang mewakili indikator kesehatan pohon.

Skoring untuk setiap indikator diberikan interval 0-10. Nilai akhir kesehatan

pohon didapat dari jumlah skoring dari seluruh indikator dengan interval 0-20.

Semakin tinggi nilai skor menunjukkan tingkat kesehatan yang semakin tinggi.

Adapun pembagian nilai skoring adalah sangat sakit (1-4), sakit (5-8), kurang

sehat (9-12), sehat (13-16) dan sangat sehat (17-20).

Universitas Sumatera Utara

20

Gambaran Lokasi Penelitian

Peta lokasi penelitian taman kota dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian Taman Kota Tebing Tinggi

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komposisi Jenis, Struktur Diameter dan Sebaran Pohon di Taman Kota

Tebing Tinggi

Komposisi Jenis

Inventarisasi pohon di Taman Kota Tebing Tinggi berdasarkan hasil

pengamatan penelitian yang dilakukan terdapat 79 pohon yang terdiri dari 15

jenis pohon yang tersebar di berbagai titik, dengan jumlah individu yang tidak

merata yaitu : Angsana (Pterocarpus indicus), Tanjung (Mimusops elengi),

Mahoni daun lebar (Swietenia macrophylla), Lamtoro (Leucaena leucocephala),

Pulai (Alstonia scholaris), Kerai Payung (Filicium decipiens), Jati (Tectona

grandis), Kapuk (Ceiba pentandra), Beringin (Ficus benjamina), Karet Kebo

(Ficus elastica), Ketapang (Terminalia catappa ), Melinjo (Gnetum gnemon),

Mangga (Mangifera indica), Glodokan (Polyalthia longifolia) dan Trembesi

(Samanea saman) dimana pohon yang paling banyak ditemukan adalah jenis

Mahoni dengan jumlah inidividu sebanyak 20 (25,31%) dan pohon yang paling

sedikit ditemukan terdapat 7 jenis pohon yaitu, Kerai Payung, Kapuk, Karet Kebo,

Ketapang, Melinjo, Mangga dan Glodokan dengan jumlah masing – masing

individu berjumlah 1 . Adapun komposisi jenis pohon yang ditemukan di lokasi

penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Komposisi Jenis Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi

No Jenis Pohon Nama Latin Jumlah Pohon

1 Angsana Pterocarpus indicus 9

2 Tanjung Mimusops elengi 12

3 Mahoni Swietenia macrophylla 20

4 Lamtoro Leucaena leucocephala 13

5 Pulai Alstonia scholaris 12

6 Kerai Payung Filicium decipiens 1

7 Jati Tectona grandis 2

8 Kapuk Ceiba pentandra 1

9 Beringin Ficus benjamina 2

10 Karet Kebo Ficus elastica 1

11 Ketapang Terminalia catappa 1

12 Melinjo Gnetum gnemon 1

13 Mangga Mangifera indica 1

14 Glodokan Polyalthia longifolia 1

15 Trembesi Samanea saman 2

Jumlah 79

Universitas Sumatera Utara

22

2321

12

75 6

2 1 1 10

5

10

15

20

25

A

KELAS DIAMETER (cm)

JU

ML

AH

PO

HO

N

B C D E F G H I J

Struktur Diameter

Struktur Diameter dan Luas Bidang Dasar pohon dapat dijadikan

parameter penentu pertumbuhan suatu pohon dan sebagai dasar dalam tingkat

persaingan individu pohon dalam suatu area. Dari hasil penilitian, struktur

diameter dan luas bidang dasar pohon yang didapat sangat bervariasi. Diameter

terbesar pada Taman Kota Tebing Tinggi didapat dengan nilai 96 cm yaitu pada

pohon jenis Mahoni (Swietenia macrophylla) dan diameter yang terkecil yang

didapatkan pada 4 jenis pohon yaitu Pulai (Alstonia scholarism), Ketapang

(Terminalia catappa), Tanjung (Mimusops elengi), dan Melinjo (Gnetum

gnemon) dengan nilai diameter 21 cm pada setiap individu pohon tersebut.

Tabel 9. Kelas Diameter Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi

Simbol Kelas Diameter (cm) Jumlah Individu

A 21,0 – 28,5 23

B 28,6 – 36,0 21

C 36,1 – 43,5 12

D 43,6 – 51,0 7

E 51,1 – 58,5 5

F 58,6 – 66,0 6

G 66,1 – 73,5 2

H 73,6 – 81,0 1

I 81,1 – 88,5 1

J 88,6 – 96,0 1

Gambar 7. Diagram Kelas Diameter Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi

Universitas Sumatera Utara

23

Jika dilihat dari individu pohonnya, produktivitas dapat diartikan sebagai

perubahan luas bidang dasar (LBDS) individu pohon dalam dua waktu

pengukuran yang berurutan yang juga menunjukkan pertumbuhan pohon (growth)

(Cline, 1995). Pada Gambar 8. dapat dilihat luas bidang dasar pohon berdasarkan

kelasnya. Produktivitas pohon tertinggi terdapat pada kelas 6545,727-7234,56

sebanyak 1 pohon sedangkan produktivitas pohon terendah terdapat pada kelas

346,185-1035,023 sebanyak 44 pohon.Adapun nilai produktivitas tertinggi

terdapat pada pohon Mahoni (Swietenia macrophylla) dengan nilai sebesar

7234,56 cm² dan nilai produktivitas terendah terdapat pada pohon Melinjo

(Gnetum gnemon) dengan nilai sebesar 346,185 cm²

Gambar 8. Kelas Luas Bidang Dasar pohon di Taman Hutan Kota Tebing Tinggi

Berdasarkan Tabel 10 diatas diketahui nilai produktivitas pohon yang

tertinggi dari ke 15 jenis pohon yang ada di Taman Hutan Kota Tebing Tinggi

adalah jenis pohon Mahoni (Swietenia macrophylla) dengan nilai produktivitas

sebesar 7234,56 cm2. Dari data pengukuran diameter yang didapatkan dilapangan

dapat ditentukan nilai Luas Bidang Dasar ( LBDS ) suatu pohon yang digunakan

untuk menentukan besar atau kecilnya produktivitas suatu tegakan. Setiap tegakan

memiliki produkvitas yang berbeda–beda yang secara garis besar dipengaruhi

oleh dua faktor, yaitu faktor internal (fisiologis) dan faktor eksternal

(lingkungan).

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

44

17

3

8

3 2 0 1 0 1

JU

ML

AH

PO

HO

N

KELAS LBDS ( cm2 )

A B C D E F G H I J

Universitas Sumatera Utara

24

Tabel 10. Nilai Luas Bidang Dasar Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi

No Jenis Pohon Nama Latin Nilai

Terbesar

Rata -

rata

Nilai

Terkecil

1 Angsana Pterocarpus indicus 4298,6 1279,8 379,9

2 Tanjung Mimusops elengi 2205,0 845,2 346,1

3 Mahoni Swietenia

macrophylla 7234,5 2217,8 706,5

4 Lamtoro Leucaena

leucocephala 3419,4 1686 530,6

5 Pulai Alstonia scholaris 2550,4 813,7 346,1

6 Kerai

Payung Filicium decipiens 660,1 660,1 660,1

7 Jati Tectona grandis 452,1 433,7 415,2

8 Kapuk Ceiba pentandra 706,5 706,5 706,5

9 Beringin Ficus benjamina 1808,6 1413 1017,3

10 Karet Kebo Ficus elastica 2550,4 2550,4 2550,4

11 Ketapang Terminalia catappa 346,1 346,1 346,1

12 Melinjo Gnetum gnemon 346,1 346,1 346,1

13 Mangga Mangifera indica 660,1 660,1 660,1

14 Glodokan Polyalthia longifolia 572,2 572,2 572,2

15 Trembesi Samanea saman 961,6 746,2 530,6

Tabel 11. Kelas Luas Bidang Dasar Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi

Kelas LBDS ( cm2 ) Jumlah

6545,727-7234,56 1

5856,890-6545,727 0

5168,052-5856,889 1

4479,214-5168,051 0

3790,376-4479,213 2

3101,538-3790,375 3

2412,700-3101,537 8

1723,862-2412,699 3

1035,024-1723,861 17

346,185-1035,023 44 Sumber :Diolah dari Data Riset Lapangan

Dalam penentuan kelas LBDS dibutuhkan data pengukuran diameter

dilapangan, pengkelasan kesehatan pohon berdasarkan LBDS tergantung kepada

pengkategorian kesehatan pohon. Pengkategorian beberapa kelas kesehatan pohon

disesuaikan dengan nilai yang diperoleh dilapangan. Kategori kesehatan pohon

tersebut diperoleh dari nilai ambang batas. Nilai ambang batas diperoleh

berdasarkan nilai tertinggi dan terendah dari nilai akhir dari semua pengukuran

LBDS (Safe’i, 2015). Adapun interval nilai ambang batas setiap kategori

diperoleh menggunakan rumus :

Universitas Sumatera Utara

25

Interval Nilai =Nilai Tertinggi − Nilai Terendah

Jumlah Kelas

=7234,56 − 346,185

10

= 6888,375

10= 688,8375 𝑐𝑚²

Setelah didapatkan interval nilai lalu bisa ditentukan setiap kelas LBDS

nya dengan menggunakan selisih nilai interval yang dimulai dari nilai terendah

hingga ke nilai tertinggi untuk masing-masing kelas.

Sebaran Pohon

Berdasarkan hasil penelitian di Taman Kota Tebing Tinggi didapatkan

sebaran pohon di Taman Kota Tebing Tinggi membentuk pola yang

mengelompok. Berdasarkan Undang – Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang , bahwa Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang, jalur atau

mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh

tumbuhan, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Pola

sebaran tersebut dapat dilihat dari peta sebaran di bawah ini.

Gambar 9. Peta sebaran pohon Taman Kota Tebing Tinggi

Universitas Sumatera Utara

26

Indikator Kerusakan Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi

Penilaian kerusakan pohon dilakukan dengan mengamati setiap pohon

yang ada di lingkungan Taman Kota Tebing Tinggi. Kerusakan pohon terjadi bila

organ–organ dalam tubuh pohon tidak dapat berfungsi dengan baik dan tercermin

pada penampakan fisiknya. Kondisi kerusakan fisik yang dapat dilihat secara

langsung, misalnya pohon layu, daun menguning, batang patah dan berbagai

macam luka-luka pada tubuh pohon. Dalam penilaian kerusakan pohon ini

dilakukan dengan menggunakan tiga variabel pengamatan yaitu: lokasi kerusakan,

tipe kerusakan dan tingkat keparahan kerusakan dan disetiap parameter dilakukan

penilaian (scoring) terhadap hasil pengamatan dan kemudian dirangkum dalam

satu indeks kerusakan untuk menentukan kondisi kerusakan pohonnya.

Kerusakan yang terjadi pada pohon dapat disebabkan oleh faktor biotik

dan faktor abiotik seperti patogen, polusi udara, aktivitas manusia, serangga dan

aktivitas alami lainnya yang mempengaruhi pertumbuhan pohon. Diagnosa

kesehatan pohon meruapakan suatu proses pengamatan berdasarkan gejala dan

tanda secara alami yang disebabkan oleh penyebab apapun dalam hubungannya

dengan perkembangan kesehatan hutan (Ebbels, 2003).

Lokasi Kerusakan

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa kerusakan

pada pohon umumnya ditemukan pada batang pohon yaitu pada bagian batang

bawah dan batang atas pohon. Dari gambar 10 menunjukkan lokasi kerusakan

pohon di Taman Hutan Kota Tebing Tinggi, lokasi kerusakan pohon yang

ditemukan masing-masing adalah bagian bawah batang yaitu sebesar 33,72% (58

kerusakan) kerusakan yang dijumpai pada lokasi ini adalah kanker dan busuk hati,

bagian batang atas yaitu sebesar 27,33% (47 kerusakan) dengan kerusakan yang

dijumpai pada lokasi ini pada umumnya adalah luka terbuka, bagian akar dengan

batang bawah sebesar 11,6% (20 kerusakan), bagian cabang 11,05% (19

kerusakan) pada lokasi ini dijumpai kerusakan cabang yang patah dan mati yang

terjadi oleh beberapa faktor seperti angin pada saat hujan turun dan rusaknya

cabang karena terinfeksi oleh jamur yang mengakibatkan cabang cenderung lemah

dan mudah patah, bagian batang tajuk sebesar 6,98% (12 kerusakan) dan bagian

dedaunan sebesar 3,49% (6 kerusakan) dari total 173 kerusakan.

Universitas Sumatera Utara

27

Gambar 10. Bagian Pohon Yang Mengalami Kerusakan yang ditemukan di Taman

Kota Tebing Tinggi

Batang mempunyai peran yang besar dalam proses kelangsungan hidup

pohon yaitu menempati urutan ketiga setelah akar dan daun sebab infeksi oleh

fungi dapat membahayakan pohon. Kerusakan yang terjadi di lokasi batang

disebabkan karena batang dijadikan sebagai tempat pemasangan spanduk, tempat

duduk menggunakan paku ataupun kawat besi kemudian kerusakan diperparah

dengan masuknya agen penyebab kerusakan seperti jamur yang melakukan

penetrasi hingga dalam kayu, yang dapat menyebabkan penyakit kanker pada

batang (Sumardi et al., 1998).

Tipe Kerusakan Pohon

Kerusakan pohon akan berpengaruh terhadap fungsi fisiologis pohon,

menurunkan laju pertumbuhan pohon dan dapat menyebabkan kematian pada

pohon. Kerusakan yang diamati timbul akibat terganggunya proses fisiologis

pohon baik akibat penyakit, serangga dan penyebab abiotik lainnya. Beberapa

gejala yang dapat diamati akibat terganggunya pertumbuhan tanaman yaitu

terjadinya perubahan pada tanaman dalam bentuk, ukuran, warna, tekstur dan

lain–lain (Putra, 2004).

Kerusakan pohon yang terdapat di Taman Kota Tebing Tinggi memiliki

tipe yang beraneka ragam. Dari penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa

tipe kerusakan pohon yang dominan adalah tipe kerusakan berupa luka terbuka

dengan jumlah 47 pohon.

0.0%

11.0%

33.5%

0.0%

27.2%

6.9%

11.6%

6.4%3.5%

Bagian Pohon Yang Mengalami KerusakanAkar

Akar dengan Batang

BawahBatang Bawah

Batang Atas dan Bawah

Batang Atas

Batang Tajuk

Cabang

Tunas dan Pucuk

Dedaunan

Universitas Sumatera Utara

28

Gambar 11. Tipe Kerusakan Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Taman Kota Tebing

Tinggi terdapat 10 tipe kerusakan pada pohon diantaranya :

1. Tipe Kerusakan Kanker

Gambar 12. Penyakit Kanker pada Pohon Tanjung

Tipe kerusakan ini ditemukan sebesar 20% pada Taman Kota Tebing

Tinggi. Kerusakan ini terjadi karena agen penyebab kerusakan melakukan

penetrasi hingga ke dalam kayu yang menyebabkan matinya kulit kambium

kemudian diikuti oleh matinya kayu dibawah kulit. Kanker biasanya disebabkan

oleh patogen yang menyebabkan penyakit pada tanaman dan patogen yang

biasanya mengakibatkan kerusakan disebabkan oleh jamur(Safe’i, 2005).

19.7%

19.1%

27.2%

0.6%

0.0%

0.0%

0.0%

4.6%

0.0%

0.0% 5.2%

12.7%

2.9%

4.6% 3.5%

0.0%

0.0%

Kerusakan PohonKanker

Konk, Busuk Hati

Luka Terbuka

Resinosis

Batang Pecah

Sarang Rayap

Batang / akar patah < kaki dari batang

Brum pada akar / batang

Akar patah / mati > 3 kaki dari batang

Liana

Hilangnya pucuk dominan / mati

Cabang patah / mati

Percabangan / brum yang berlebihan

Daun , pucuk , tunas rusak

Daun berubah warna

Karat Puru / Tumor

Lain - lain

Universitas Sumatera Utara

29

2. Tipe Kerusakan Busuk Hati

Gambar 13. Penyakit Busuk Hati pada Pohon

Karet Hutan

Tipe kerusakan ini yang paling banyak dijumpai setelah luka terbuka dan

kanker yaitu sebesar 18,2% dari total seluruh kasus di Taman Kota Tebing Tinggi.

Tipe kerusakan ini terjadi karena pohon yang mengalami luka terserang

mikroorganisme dan menyebabkan terjadinya pelapukan. Berdasarkan tinjauan

pernyataan Widyastuti dan Sumardi (2004), proses pelapukan kayu oleh

mikroorganisme dengan kisaran yang luas bergantung pada mikroorganisme

penyebab pelapukan, jenis tumbuhan dan habitat dalam sumber makanan. Jamur

busuk hati umumnya adalah jamur pelapuk kayu atau parasit luka. Serangan

busuk hati pada tegakn pohon menyebabkan kehilangan volume pada kayu

(Rimbawanto, 2005).

3. Tipe Kerusakan Luka Terbuka

Luka terbuka merupakan suatu luka atau serangkaian luka di mana kulit

telah mengelupas atau kayu bagian dalam telah terbuka dan tidak ada lapuk lanjut

(Mangold, 1997).

Gambar 14. Penyakit Luka Terbuka

Universitas Sumatera Utara

30

Luka terbuka dijumpai terjadi karena campur tangan manusia seperti

pemotongan atau pemangkasan yang dilakukan secara tidak baik, vandalisme.

Batubara (2012) menyatakan bahwa paku atau benda tajam yang berfungsi

menyandarkan baliho atau iklan mengakibatkan luka mekanis pada batang pohon.

Tipe kerusakan ini merupakan yang paling banyak ditemui di Taman Kota Tebing

Tinggi yaitu sebesar 27,05%. Luka yang terjadi itu akan menjadi media masuknya

patogen ke dalam tubuh pohon sehingga menurunkan kondisi kesehatan pohon

(Stalin et al., 2011).

4. Tipe Kerusakan Resinosis/gummosis

Eksudasi yaitu keluarnya cairan dari bagian tanaman yang sakit,

berdasarkan cairan yang keluar dapat dibedakan menjadi a) Gummosis apabila

dikeluarkan gum atau belendok, sedangkan b) resinosis apabila yang dikeluarkan

adalah resin (Martoredjo, 1989). Penyakit ini mengakibatkan kondisi daerah resin

atau gum (cairan) eksudasi keluar pada cabang atau batang. Berdasarkan hasil

pengamatan di lapangan tipe penyakit ini hanya ditemukan satu kasus saja dengan

rata-rata 0,57% saja dari total seluruh kasus kerusakan yang ada di Taman Kota

Tebing Tinggi.

Gambar 15. Penyakit Resinosis pada Karet Hutan

5. Tipe Kerusakan Brum Pada Akar atau Batang

Brum ditandai dengan adanya tunas-tunas baru baik pada batang atau akar

secara tidak normal yang dapat menghambat proses pertumbuhan pohon sehingga

pohon menjadi tidak sehat. Tipe kerusakan brum dijumpai 8 kasus dengan rata-

rata sebesar 4,62% dari total seluruh penyakit yang ditemukan. Kondisi

percabangan yang berlebihan merupakan salah satu penyebab tumbangnya pohon

Universitas Sumatera Utara

31

karena angin (Huntingford et al., 2004). Tipe kerusakan ini dapat dilihat pada

Gambar 16.

Gambar 16. Penyakit Brum pada Batang atau Akar

6. Tipe Kerusakan Hilangnya Pucuk Dominan

Pohon yang mengalami hilangnya pucuk dominan terlihat dari bagian

ujung pohon yang mengalami kematian dan mengalami perubahan warna daun

yang signifikan pada daerah ujung pohon (Rahayu, 1999). Kematian pada bagian

pucuk pohon umumnya disebabkan oleh hama, penyakit, salju, kering, dll. Tipe

kerusakan ini dijumpai ada 9 kasus dengan rata-rata 5,20% dari total seluruh

kerusakan.

Gambar 17. Penyakit Hilangnya Pucuk Dominan Pada Pohon

7. Tipe Kerusakan Cabang Patah atau Mati

Berdasarkan pengamatan yang sudah dilakukan, penyakit cabang patah

atau mati pada pohon di Taman Kota Tebing Tinggi sebanyak 22 kasus atau

12,7% dari total keseluruhan penyakit yang dijumpai. Pada penyakit ini, gejala

yang ditemukan adalah cabang yang mati dan daunnya berguguran.

Universitas Sumatera Utara

32

Gambar 18. Penyakit Cabang Patah atau Mati

Hal ini umunya terjadi karena penyakit parasit, non parasit atau hama

(Pracaya, 2003). Batang patah yang dijumpai terjadi akibat bekas penebangan

pemeliharaan dan bekas patahan dari batang yang lapuk.

8. Percabangan/Brum yang Berlebihan

Penyakit percabangan/brum yang berlebihan teridentifikasi juga di Taman

Kota Tebing Tinggi. Tipe kerusakan brum dijumpai sebanyak 5 kasus atau 2,89%.

Brum terjadi akibat pemangkasan pemeliharaan. Cabang yang telah dipangkas

mengakibatkan tumbuh cabang baru yang bergerombolan. Jika dibiarkan maka

akan terjadi persaingan cahaya matahari untuk fotosintesis

Gambar 19. Percabangan/Brum yang berlebihan

9. Tipe Kerusakan Daun

Tipe kerusakan daun dijumpai sebanyak 8 kasus atau sebesar

4,62%. Gejala serangan bercak daun ini adalah gejala neokrotik yaitu gejala

kerusakan berupa kematian sel jaringan tumbuhan yang semula berwarna hijau

Universitas Sumatera Utara

33

menjadi kuning kemudian menjadi coklat atau kemerah-merahan atau

menunjukkan gejala gosong/mati. Kerusakan daun yang paling sering ditemukan

adalah banyaknya daun yang dimakan oleh hama seperti ulat dan serangga kecil

lainnya.

Gambar 20. Kerusakan Pada Daun

10. Tipe Kerusakan Daun Berubah Warna

Pada kasus tipe kerusakan ini terdapat 6 kasus atau sebesar 3,46% tipe

kerusakan yang terjadi pada daun. Gejala yang terlihat adalah gejala klorosis.

Klorosis yaitu proses menguningnya jaringan tanaman yang disebabkan degradasi

klorofil dan gagalnya pembentukan klorofil. Gejala klorosis disebabkan karena

terbatasnya sintesa klorofil akibat defisiensi Nitrogen (N). Nitrogen bersifat

mobile dan ditranslokasikan dari jaringan tua ke jaringan yang lebih muda

(Widyastuti dan Sumardi, 2004).

Gambar 21. Tipe Penyakit Daun Berubah Warna

Kondisi daun yang rusak akan menyebabkan proses fotosintesis terganggu,

sehingga akan mengganggu juga proses fisologis lainnya seperti aktivitas

Universitas Sumatera Utara

34

penganggkutan air dan hara dari tanah ke daun terganggu, meskipun nantinya

akan terbentuk jaringan daun baru (Pribadi, 2010).

Kelas Keparahan

Kelas keparahan mengganbarkan besarnya dampak kerusakan yang

diderita oleh pohon. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan

didapat beberapa kelas keparahan yang terdapat di Taman Hutan Kota Tebing

Tinggi, yaitu kelas keparahan dengan kode 0 (1-9%) ditemukan sebanyak 18

kasus atau rata-rata 10,4% , kelas keparahan dengan kode 1 (10-19%) ditemukan

sebanyak 55 kasus atau rata-rata 31,79%, kelas keparahan dengan kode 2 (20-

29%) ditemukan sebanyak 62 kasus atau rata-rata 35,84% dan kelas keparahan

dengan kode 3 (30-39%) ditemukan sebanyak 38 kasus atau rata-rata 21,97% dari

total keparahan kerusakan yang ditemukan di lapangan.

Berdasarkan data tingkat keparahan kerusakan yang didapat dilapangan,

dapat dikategorikan tingkat keparahan kerusakan yang diderita pohon di Taman

Hutan Kota Tebing Tinggi masih tergolong rendah tetapi, jika kerusakan pada

pohon dibiarkan begitu saja, maka akan sangat berpengaruh pada kesehatan pohon

tersebut. Oleh karena itu diperlukan tindakan pemeliharaan yang bertujuan untuk

menanggulangi atau mencegah terjadinya penyebab kerusakan dan merawat

pohon yang rusak sehingga pohon dapat menjalankan fungsi fisiologisnya secara

normal.

Gambar 22. Tingkat Keparahan Kerusakan Pohon Di Taman Kota Tebing Tinggi

Nilai Indeks Kerusakan Pohon

Kerusakan pohon di Taman Hutan Kota Tebing Tinggi dianalisis

menggunakan perhitungan indeks kerusakan (IK) yang merupakan hasil kali dari

Kode 0Keparahan

= 1-9%

10,40%

Kode1Keparahan

=10-19%

31,79%

Kode 2Keparahan =

20-29%

35,84%

Kode 3Keparahan

=30-39%

21,97%

Tingkat Keparahan Kerusakan

Universitas Sumatera Utara

35

setiap nilai lokasi, tipe dan nilai keparahan yang telah dinilai dari data lapangan.

Berdasarkan Gambar 22. dapat diketahui bahwa indeks kerusakan sangat sakit

sebesar 15,19% (12 pohon), sakit sebesar 27,85% (22 pohon), kurang sehat

sebesar 24,05% (19 pohon), sehat sebesar 26,58% (21 pohon), dan sangat sehat

sebesar 6,33% (5 pohon).

Tabel 12. Skoring Kerusakan Pohon

Kelas NIK Skor Jumlah Individu

0 – 1,235 10 8

1,236 – 2,47 9 4

2,48 – 3,705 8 9

3,706 – 4,94 7 13

4,95 – 6,175 6 10

6,176 – 7,41 5 9

7,42 – 8,645 4 11

8,646 – 9,88 3 10

9,89 – 11,15 2 2

11,16 – 12,35 1 3

Gambar 23. Grafik Nilai Indeks Kerusakan Pohon Di Taman Hutan Kota Tebing

Tinggi

Berdasarkan Tabel 12. diatas dapat dilihat bahwa kelas NIK 0-1,235

sebanyak 8 pohon, NIK 1,236-2,47 sebanyak 4 pohon, NIK 2,48-3,705 sebanyak

9 pohon, NIK 3,706-4,94 sebanyak 13 pohon, NIK 4,95-6,175 sebanyak 10

pohon, NIK 6,176-7,41 sebanyak 9 pohon, NIK 7,42-8,645 sebanyak 11 pohon,

NIK 8,646-9,88 sebanyak 10 pohon, NIK 9,89-11,115 sebanyak 2 pohon, NIK

11,116-12,35 sebanyak 3 pohon. Nilai 1-2 dikategorikan kedalam kelas sangat

0

5

10

15

20

25

30

Sangat Sakit SakitKurang Sehat Sehat

Sangat Sehat

15.19%

27.85%

24.05% 26.58%

6.33%

Universitas Sumatera Utara

36

sakit, skor dengan nilai 3-4 dikategorikan kedalam kelas sakit, skor dengan nilai

5-6 dikategorikan kedalam kelas kurang shat, skor dengan nilai 7-8 dikategorikan

kedalam kelas sehat, dan skor dengan nilai 9-10 dikategorikan kedalam kelas

sangat sehat.

Tabel 13. Nilai Indeks Kerusakan Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi

No Jenis Pohon Nama Latin Nilai

Terbesar

Rata –

Rata Nilai Terkecil

1 Angsana Pterocarpus indicus 11,26 7,01 3,42

2 Tanjung Mimusops elengi 9,2 5,66 1,3

3 Mahoni Swietenia macrophylla 12,35 6,81 2,2

4 Lamtoro Leucaena leucocephala 8,92 6,41 3,64

5 Pulai Alstonia scholaris 11,73 7,06 2,97

6 Kerai Payung Filicium decipiens 0 0 0

7 Jati Tectona grandis 9,53 7,56 5,60

8 Kapuk Ceiba pentandra 0 0 0

9 Beringin Ficus benjamina 6,62 5,66 4,7

10 Karet Kebo Ficus elastica 9,52 9,52 9,52

11 Ketapang Terminalia catappa 3,95 3,95 3,95

12 Melinjo Gnetum gnemon 1,1 1,1 1,1

13 Mangga Mangifera indica 2,7 2,7 2,7

14 Glodokan Polyalthia longifolia 3,24 3,24 3,24

15 Trembesi Samanea saman 8,08 7,38 6,68

Berdasarkan uraian diatas, jika nilai ketiga parameter yaitu lokasi

kerusakan, tipe kerusakan dan kelas keparahan semakin besar, maka dampak

terhadap indikator kerusakan yang dilihat dari nilai NIK akan semakin besar.

Kerusakan individu pohon tidak akan memberikan dampak yang berarti jika

kerusakan yang ditimbulkan hanya dalam skala yang kecil. (Safe’I, 2016).

Indikator Tajuk di Taman Kota Tebing Tinggi

Tajuk pohon merupakan bagian dari suatu pohon mulai dari tinggi batang

bebas cabang hingga ujung pohon. Tajuk digunakan sebagai salah satu indikator

penilaian kesehatan hutan melalui berbagai manfaatnya. Kondisi tajuk pohon

tersebut diukur berdasarkan parameter-parameter sebagai berikut Rasio Tajuk

Hidup (LCR), Kerapatan Tajuk (Cden), Transparansi Tajuk (FT), Diameter Tajuk

(CDW) dan Dieback (CDB). Setalah nilai parameter tersebut didapat, kemudian

dilakukan pengklasifikasian terhadapa parameter – parameter tersebut yang

dikodekan dengan nilai 3 = baik, 2 = sedang, 1 = jelek. Parameter-parameter

Universitas Sumatera Utara

37

kondisi tajuk tersebut dikumpulkan dalam sebuah peringkat penampakan tajuk

(Visual Crown Rating/VCR) dengan nilai VCR pada masing-masing pohon

(Nuhamara dan Kasno, 2001).

Tabel 14. Nilai Visual Crown Rating di Taman Kota Tebing Tinggi

No Jenis Pohon Nama Latin Nilai

Terbesar

Rata –

Rata

Nilai

Terkecil

1 Angsana Pterocarpus indicus 4 3,77 3

2 Tanjung Mimusops elengi 4 3,45 2

3 Mahoni Swietenia macrophylla 4 3,3 2

4 Lamtoro Leucaena

leucocephala 4 2,92 2

5 Pulai Alstonia scholaris 4 3,08 2

6 Kerai Payung Filicium decipiens 3 3 3

7

8

Jati

Kapuk

Tectona grandis

Ceiba pentandra

3

3

3

3

3

3

9 Beringin Ficus benjamina 4 4 4

10 Karet Kebo Ficus elastica 4 4 4

11 Ketapang Terminalia catappa 3 3 3

12 Melinjo Gnetum gnemon 4 4 4

13 Mangga Mangifera indica 4 4 4

14 Glodokan Polyalthia longifolia 3 3 3

15 Trembesi Samanea saman 4 4 4

Berdasarkan rata – rata nilai VCR yang telah didapat, diketahui konidsi

tajuk pohon yang berada di Taman Kota Tebing Tinggi tergolong sedang. Kondisi

tajuk pohon akan sangat berpengaruh terhadap proses fotosintesis sehingga

apabila tajuk pohon mengalami kerusakan, maka unsur hara yang diperlukan

untuk proses fotosintesis akan terhambat atau hanya sedikit yang diangkut ke

bagian daun dan bagian pohon lainnya (Nuhamara dan Kasno, 2001).

Nilai tajuk hidup (LCR) menggambarkan perbandingan panjang batang

pohon yang tertutup daun dengan tinggi total pohon. Secara umum LCR berubah

perlahan dan berkurang dengan pertambahan umur pohon, walaupun ada juga

yang meningkat. Kerapatan tajuk (Cden) menggambarkan besarnya persentase

cahaya matahari yang tertahan oleh tajuk sehingga tidak mencapai lantai hutan,

sedangkan transparansi tajuk (FT) menggambarkan banyaknya persentase cahaya

matahari yang dapat melewati tajuk dan mencapai permukaan tanah. Nilai

kerapatan tajuk yang didapat dari hasil pengamatan di lokasi penelitian yaitu rata

–rata 74% termasuk dalam kriteria bagus dengan nilai 3. Sementara nilai

Universitas Sumatera Utara

38

transparansi tajuknya rata – rata 53% dengan kriteria bagus dengan nilai 3. Dalam

keadaan normal persentase kerapatan tajuk berbanding terbalik dengan persentase

transparansi tajuk. Persentase kerapatan tajuk ditambah persentase transparansi

tajuk adalah 100%.

Diameter tajuk (CDW) yang lebar akan lebih banyak menangkap cahaya

matahari, sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung dengan baik. Nilai rata –

rata diameter tajuk yang berada di lokasi pengamatan adalah 11,11 m dengan

kriteria bagus dengan nilai 3. Hal ini dikarenakan pohon yang terdapat pada lokasi

ini adalah jenis yang mempunyai tajuk lebar serta diikuti juga dengan jarak tanam

yang lebar.

Kematian pucuk (dieback) merupakan salah satu parameter kondisi tajuk

yang berpengaruh terhadap kondisi kesehatan pohon. Nilai dieback pada lokasi

pengamatan rata – rata bernilai bagus dengan nilai 3.

Nilai VCR suatu pohon bernilai anatara 1-4 bergantung kepada besaran

nilai pengamatan tiap parameter kondisi tajuk, empat kriteria kondisi tajuk pohon

yaitu : 4 (tinggi), 3 (sedang), 2 (rendah) dan 1 (sangat rendah). Skoring VCR

disajikan di Tabel 15.

Tabel 15. Skoring VCR di Taman Kota Tebing Tinggi

Kelas VCR Skor Jumlah Keterangan

3,71 - 4,00 10

37 Sangat Sehat 3,41 - 3,70 9

3,11 - 3,40 8

2,81 - 3,10 7

31 Sehat 2,51 - 2,80 6

2,21 - 2,50 5

1,91 - 2,20 4 11 Sakit

1,61 - 1,90 3

1,31 - 1,60 2 0 Sangat Sakit

1,00 - 1,30 1

Berdasarkan Tabel 14. skor dengan nilai 1-2 menunjukkan kondisi tajuk

yang sangat sakit tidak ada ditemukan, skor dengan nilai 3-4 menunjukkan

kondisi tajuk yang sakit sebanyak 11 pohon, skor dengan nilai 5-7 menunjukkan

kondisi tajuk yang sehat sebanyak 31 pohon dan skor dengan nilai 8-10

menunjukkan kondisi tajuk yang sangat sehat sebanyak 37 pohon.

Universitas Sumatera Utara

39

46.84

39.24

13.92

0.000

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

VC

R

Gambar 24. Grafik Nilai VCR di Taman Kota Tebing Tinggi

Berdasarkan data yang diolah dari lapangan didapat nilai VCR di Taman

Kota Tebing Tinggi menunjukkan 46,84% atau 37 pohon memiliki kondisi tajuk

yang sangat sehat, 39,24% atau 31 pohon memiliki kondisi tajuk yang sehat,

13,92% atau 11 pohon memiliki kondisi tajuk yang sakit sedangkan kondisi tajuk

yang sangat sakit tidak ditemukan dilapangan. Kerusakan pada pohon dan kondisi

tajuk akan berpengaruh pada pertumbuhan pohon sehingga akan berdampak pada

kesehatan ekosistem hutan secara keseluruhan (Kasno et al., 2007).

Penilaian Status Kesehatan Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi

Penilaian Kesehatan Pohon dilakukan dengan mengakumulasikan nilai

yang didapat dari setiap indikator kerusakan pohon dan indikator tajuk. Nilai akhir

kondisi kesehatan hutan merupakan hasil perkalian antara nilai tertimbang dengan

nilai skor parameter dari masing-masing indikator kesehatan pohon

Tabel 16. Skoring Penilaian Kesehatan Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi

NIK VCR ∑ Skor Keterangan Jumlah Pohon

10 10 20 Sangat Sehat 12

9 9 18

8 8 16 Sehat 34

7 7 14

6 6 12 Kurang Sehat 25

5 5 10

4 4 8 Sakit 8

3 3 6

2 2 4 Sangat Sakit 0

1 1 2

Universitas Sumatera Utara

40

Gambar 25. Status Kesehatan Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi

Berdasarkan Tabel 16. terdapat 12 pohon dengan satatus sangat sehat, 34

pohon dengan status sehat, 25 pohon dengan status kurang sehat, 8 pohon dengan

status sakit dan tidak ada pohon dengan status sangat sakit. Hutan dikatakan sehat

apabila hutan tersebut masih dapat memenuhi fungsinya sebagaimana fungsi

utamanya. Safe’I (2016) menyebutkan bahwa kualitas kesehatan hutan saat ini

dirasa sangat penting khususnya didunia kehutanan. Kualitas kesehatan hutan

akan mempengaruhi berjalannya fungsi hutan. Fungsi suatu hutan dapat berjalan

secara optimal apabila pohon-pohon penyusunnya dalam keadaan baik.

Sangat Sehat15%

Sehat43%

Kurang Sehat32%

Sakit10%

Sangat Sakit0%

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Jumlah pohon di Taman Kota Tebing Tinggi sebanyak 15 jenis pohon

dengan total individu sebanyak 79 pohon. Mahoni (Swietenia macrophylla)

merupakan jenis pohon yang paling banyak ditemukan dengan jumlah

individu sebanyak 20 pohon.

2. Status kesehatan pohon di Taman Kota Tebing Tinggi terdapat 12 pohon

dengan status sangat sehat, 34 pohon dengan status sehat, 25 pohon dengan

status kurang sehat, 8 pohon dengan status sakit, dan tidak satupun

ditemukan pohon dengan status sangat sakit.

Saran

Perlunya dilakukan pengelolaan dan perawatan Taman Kota Tebing

Tinggi yang dilakukan oleh Pemerintah dan partisipasi masyarakat sekitar serta

kesadaran untuk tidak merusak, untuk menjaga dan melastirakan ekosistem

tanaman di Taman Kota Tebing Tinggi.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Anderson RL, Burkman WG, Millers I, Hoffard WH. 1992. Visual Crown Rating

Model for Canopy Trees in The Eastern United States.

Badan Informasi dan Komunikasi Sumatera Utara. 2019. Sumatera Utara.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 2014. Sintesis Penelitian

Integratif Pengembangan Hutan Kota Pada Lanskap Perkotaan. Buku.

Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Bogor

Batubara HN. 2012. Kerusakan Pohon Peneduh Di Wilayah Jakarta Selatan.

Skripsi. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Cline SP. 1995. FHM: Environmental Monitoring and Assessment Program.

Washington DC : U.S. Environmental Protection Agency, Office of

Research and Developmenet.

Dahlan EN. 1992. Hutan Kota Untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas

Lingkungan. Buku. APHI. Jakarta.

Dahlan EN. 2006. Studi Kemampuan Tanaman dalam Menyerap Timbal Emisi

dari Kendaraan Bermotor. Fakultas Pasca Sarjana. IPB. Bogor.

Departemen Kehutanan. 2002. Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2002.

Departemen Kehutanan. Jakarta.

Direktorat Jenderal Pekerjaan Umum. 2006. Ruang Terbuka Hijau Sebagai Unsur

Utama Tata Ruang Kota. Hal: 6. Jakarta.

Djafaruddin. 1996. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman . PT Bumi Aksara.

Jakarta

Duryat, GitosaputroS, Riniarti M. 2014. Analisis Status Dan Pemetaan Kondisi

Kesehatan Pohon Penghijauan Di Kota Bandar Lampung. Universitas

Lampung. Bandar Lampung.

Ebbels DL. 2003. Principles of Plant Health and Quarantine. CABI Publishing.

USA.

Huntingford C, Harris PP, Gedney N, Cox PM, Betts RA, Marengo JA, Gash

JHC. 2004. Using a GCM Analogue Model to Investigate The Potential for

Amazonian Forest Dieback. Theoretical and Applied Climatology 78.(1-

3):177-185.

Universitas Sumatera Utara

43

Imansari N, Khadiyanta P. 2015 . Provision of Urban Forests and Urban Park as

Public Green Open Space According to People’s Preference in Downtown

Area of Tangerang City. Ruang 1(3):101-110.

Kasno, Haneda NF, Syaufina L, Putra EI. 2007. Pengembangan Metode Penilaian

Kesehatan Hutan Lindung dan Hutan Tanaman. IPB. Bogor.

Lussetyowati. 2011. Analisa Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Studi,

Kasus Kota Martapura. Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Martapura

Mangold R. 1997. Forest Health Monitoring: Field Methods Guide. Buku.

USDA Forest Service General Technical Report. USA.

Martoredjo T. 1989. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan Bagian dari

Perlindungan Tanaman. Yogyakarta.

Miardini, Arina. 2006. Analisis Kesehatan Pohon Di Kebun Raya Bogor.

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas

Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor

Noviady I, Rivai RR. 2015. Identifikasi Kondisi Kesehatan Pohon Peneduh di

Kawasan Ecopark, Cibinong Science Center-Botanic Gardens. Jurnal

Penelitian Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 1 (6), September 2015.

Nuhamara, ST, Kasno. 2001. Present Status of Crown Indicator. Technical report

No 6. Dalam Forest Health Monitoring To Monitor the Sustainability of

Indonesian Tropical Rain Forest Volume 1. Japan: ITTO dan Bogor:

SEAMEO-BIOTROP.

Nurlaili. 2010. Peranan Hutan Kota Dalam Peningkatan Kualitas Lingkungan

Hidup. Fakultas Teknik Mesin. Politeknik Negeri Lhoksumawe. Aceh.

Peraturan Menteri No. 5 Tahun 2008 Hal : 5-6 . Fungsi Ruang Terbuka Hijau

Pada Kawasan Perkotaan.

Peraturan Perundang-Undang. 2007. Lampiran Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia nomor 26 tahun 2007. Biro Peraturan Perundang-Undangan.

Jakarta.

Pracaya. 2003. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pribadi, A. (2010). Serangan hama dan tingkat kerusakan daun akibat hama

Defoliator pada tegakan Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.). Jurnal

Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 7(4):451-458.

Putra E I. 2004. Pengembangan Metode Penilaian Kesehatan Hutan Alam

Produksi. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Universitas Sumatera Utara

44

Rahayu S. 1999. Penyakit Tanaman Hutan di Indonesia : Gejala, Penyebab, dan

Teknik Pengendaliannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Rimbawanto A. 2005. Busuk Hati di Hutan Tanaman: Latar Belakang Dari

Proyek. Lokakarya Busuk Hati dan Busuk Akar Pada Hutan Tanaman

Akasia. Yogyakarta.

Safe’I R. 2005. Penilaian Areal Hutan Bekas Terbakar Berdasarkan Metode Fire

Severity dan Forest Health Monitoring. Tesis. Program Pasca Sarjana.

IPB. Bogor.

Safe’I R., Hardjanto, Supriyanto, Sundawati L. 2015. Pengembangan Metode

Penilaian Kesehatan Hutan Rakyat Sengon. Jurnal Penelitian Hutan

Tanaman 12(3):175-187.

Safe’I R. Tsani MK. 2016. Kesehatan Hutan : Penilaian Kesehatan Hutan

Menggunakan Teknik Forest Health Monitoring. Lembaga Penelitian dan

Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Lampung. Bandar Lampung.

SitinjakE. 2016. Status Kesehatan Pohon Pada Jalur Hijau Dan Halaman Parkir

Universitas Lampung. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung.

Stalin.2011. Analisis Kerusakan Pohon Di Jalan Ahmad Yani Kota Pontianak.

Jurnal Hutan Lestari 1.2.

Sumardi. Widyastuti, S. M. 1998. Pengendalian Hayati Penyakit Akar Merah

Pada Akasia dan Trichoderma. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia

4(2) : 65-72.

Sundari, E. S. 2010. Studi Untuk Menentukan Fungsi Hutan Kota Dalam Masalah

Lingkungan Perkotaan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 6.2.

UNISBA.

Supriyanto, Soektjo, Justianto , A. 2001. Asessment of Production Indicator in

Forest Health Monitoring to Monitor the Sustainability of Indonesian

Tropical Rain Forest. Dalam : Forest Health Monitoring to Monitor The

Sustainability of Indonesian Tropical Rain Forest. Volume II. Bogor:

ITTO, Japan and SEAMEO-BIOTROP.

Tauhid. 2008. Kajian Jarak Jangkau Efek Vegetasi Pohon Terhadap Suhu Udara

Pada Siang Hari Di Perkotaan (Studi Kasus: Kawasan Simpang Lima

Kota Semarang). Tesis. Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca

Sarjana. Universitas Diponegoro. Semarang.

Widyastuti SM. Sumardi. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Hutan. Gadjahmada

University Press. Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara

45

Winarni E, Payung D, Naemah D. 2012. Monitoring Kesehatan Tiga Jenis

Tanaman Pada Areal Hutan Tanaman Rakyat. Fakultas Kehutanan

Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.

Zoer’aini JI. 2007. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Bumi

Aksara. Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN

Lampiran 1. Inventarisasi Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi

No Jenis Pohon Jumlah

1 Angsana 9 2 Tanjung 12

3 Mahoni 20

4 Lamtoro 13 5 Pulai 12

6 Kerai Payung 1

7 Jati 2

8 Kapuk 1 9 Beringin 2

10 Karet Kebo 1

11 Ketapang 1 12 Melinjo 1

13 Mangga 1

14 Glodokan 1

15 Trembesi 2

Lampiran 2. Data Tinggi dan Diameter Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi

No Jenis Pohon Tinggi

( m )

Diameter Pohon

( cm )

1 Angsana ( Pterocarpus indicus ) 9 22

2 Angsana ( Pterocarpus indicus ) 13 34

3 Angsana ( Pterocarpus indicus ) 14 29

4 Angsana ( Pterocarpus indicus ) 20 38

5 Angsana ( Pterocarpus indicus ) 14 24

6 Tanjung ( Mimusops elengi ) 14 53

7 Karet Kebo ( Ficus elastica ) 11 57

8 Angsana ( Pterocarpus indicus ) 17 74

9 Tanjung ( Mimusops elengi ) 11 44

10 Tanjung ( Mimusops elengi ) 8 23

11 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 17 40

12 Tanjung ( Mimusops elengi ) 9 40

13 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 20 96

14 Tanjung ( Mimusops elengi ) 8 34

15 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 16 64

16 Kerai Payung ( Filicium decipiens ) 14 29

17 Tanjung ( Mimusops elengi ) 14 33

18 Tanjung ( Mimusops elengi ) 13 28

19 Pulai ( Alstonia scholaris ) 21 39

20 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 18 44

21 Angsana ( Pterocarpus indicus ) 16 30

Universitas Sumatera Utara

47

22 Tanjung ( Mimusops elengi ) 11 24

23 Tanjung ( Mimusops elengi ) 11 29

24 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 17 34

25 Tanjung ( Mimusops elengi ) 12 26

26 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 18 73

27 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 16 26

28 Pulai ( Alstonia scholaris ) 9 25

29 Tanjung ( Mimusops elengi ) 8 22

30 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 17 82

31 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 10 36

32 Kapuk ( Ceiba pentandra ) 14 30

33 Jati ( Tectona grandis ) 11 23

34 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 14 57

35 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 19 39

36 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 18 37

37 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 16 33

38 Jati ( Tectona grandis ) 10 24

39 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 19 42

40 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 16 62

41 Angsana ( Pterocarpus indicus ) 19 46

42 Pulai ( Alstonia scholaris ) 12 23

43 Pulai ( Alstonia scholaris ) 13 26

44 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 9 33

45 Angsana ( Pterocarpus indicus ) 15 41

46 Trembesi ( Samanea saman ) 15 35

47 Trembesi ( Samanea saman ) 9 26

48 Glodokan ( Polyalthia longifolia ) 10 27

49 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 12 36

50 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 11 30

51 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 12 38

52 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 12 45

53 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 11 38

54 Mangga ( Mangifera indica ) 9 29

55 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 12 49

56 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 17 46

57 Pulai ( Alstonia scholaris ) 12 23

58 Pulai ( Alstonia scholaris ) 14 28

59 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 11 34

60 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 14 62

61 Pulai ( Alstonia scholaris ) 9 36

62 Pulai ( Alstonia scholaris ) 12 39

63 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 10 37

Universitas Sumatera Utara

48

64 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 9 33

65 Pulai ( Alstonia scholaris ) 9 21

66 Ketapang ( Terminalia catappa ) 8 21

67 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 17 56

68 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 18 61

69 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 16 66

70 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 16 59

71 Pulai ( Alstonia scholaris ) 17 57

72 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 11 35

73 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 15 67

74 Tanjung ( Mimusops elengi ) 7 21

75 Pulai ( Alstonia scholaris ) 8 22

76 Pulai ( Alstonia scholaris ) 9 28

77 Beringin ( Ficus benjamina ) 14 48

78 Melinjo ( Gnetum gnemon ) 8 21

79 Beringin ( Ficus benjamina ) 11 36

Lampiran 3. Luas Bidang Dasar Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi No Jenis Pohon LBDS

1 Angsana ( Pterocarpus indicus ) 379.94

2 Angsana ( Pterocarpus indicus ) 907.46

3 Angsana ( Pterocarpus indicus ) 660.185 4 Angsana ( Pterocarpus indicus ) 1133.54

5 Angsana ( Pterocarpus indicus ) 452.16

6 Tanjung ( Mimusops elengi ) 2205.065 7 Karet Kebo ( Ficus elastica ) 2550.465

8 Angsana ( Pterocarpus indicus ) 4298.66

9 Tanjung ( Mimusops elengi ) 1519.76

10 Tanjung ( Mimusops elengi ) 415.265 11 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 1256

12 Tanjung ( Mimusops elengi ) 1256

13 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 7234.56 14 Tanjung ( Mimusops elengi ) 907.46

15 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 3215.36

16 Kerai Payung ( Filicium decipiens ) 660.185 17 Tanjung ( Mimusops elengi ) 854.865

18 Tanjung ( Mimusops elengi ) 615.44

19 Pulai ( Alstonia scholaris ) 1193.985

20 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 1519.76 21 Angsana ( Pterocarpus indicus ) 706.5

22 Tanjung ( Mimusops elengi ) 452.16

23 Tanjung ( Mimusops elengi ) 660.185 24 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 907.46

25 Tanjung ( Mimusops elengi ) 530.66

26 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 4183.265

27 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 530.66 28 Pulai ( Alstonia scholaris ) 490.625

29 Tanjung ( Mimusops elengi ) 379.94

Universitas Sumatera Utara

49

30 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 5278.34

31 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 1017.36

32 Kapuk ( Ceiba pentandra ) 706.5 33 Jati ( Tectona grandis ) 415.265

34 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 2550.465

35 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 1193.985 36 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 1074.665

37 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 854.865

38 Jati ( Tectona grandis ) 452.16 39 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 1384.74

40 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 3017.54

41 Angsana ( Pterocarpus indicus ) 1661.06

42 Pulai ( Alstonia scholaris ) 415.265 43 Pulai ( Alstonia scholaris ) 530.66

44 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 854.865

45 Angsana ( Pterocarpus indicus ) 1319.585 46 Trembesi ( Samanea saman ) 961.625

47 Trembesi ( Samanea saman ) 530.66

48 Glodokan ( Polyalthia longifolia ) 572.265

49 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 1017.36 50 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 706.5

51 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 1133.54

52 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 1589.625 53 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 1133.54

54 Mangga ( Mangifera indica ) 660.185

55 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 1884.785 56 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 1661.06

57 Pulai ( Alstonia scholaris ) 415.265

58 Pulai ( Alstonia scholaris ) 615.44

59 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 907.46 60 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 3017.54

61 Pulai ( Alstonia scholaris ) 1017.36

62 Pulai ( Alstonia scholaris ) 1193.985 63 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 1074.665

64 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 854.865

65 Pulai ( Alstonia scholaris ) 346.185

66 Ketapang ( Terminalia catappa ) 346.185 67 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 2461.76

68 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 2920.985

69 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 3419.46 70 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 2732.585

71 Pulai ( Alstonia scholaris ) 2550.465

72 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 961.625 73 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 3523.865

74 Tanjung ( Mimusops elengi ) 346.185

75 Pulai ( Alstonia scholaris ) 379.94

76 Pulai ( Alstonia scholaris ) 615.44 77 Beringin ( Ficus benjamina ) 1808.64

78 Melinjo ( Gnetum gnemon ) 346.185

79 Beringin ( Ficus benjamina ) 1017.36

Universitas Sumatera Utara

50

Lampiran 4. Nilai Indeks Kerusakan Berdasarkan Indikator Kerusakan Pohon di

Taman Kota Tebing Tinggi

No Jenis Pohon

Hasil Kerusakan

NIK Skor Ket Kerusakan

1

Kerusakan

2

Kerusakan

3

1 Angsana 4,446 3,672 2,64 10,758 2 Sangat Sakit

2 Angsana 3,072 2,64 1,1 6,812 5 Kurang Sehat

3 Angsana 4,446 3,6 1,1 9,146 2 Sangat Sakit

4 Angsana 4,446 3,52 3,3 11,266 1 Sangat Sakit

5 Angsana 3,24 2,112 1,2 6,552 5 Kurang Sehat 6 Tanjung 4,08 3,042 1,76 8,882 3 Sakit

7 Karet Kebo 3,672 2,97 2,88 9,522 2 Sangat Sakit

8 Angsana 4,104 2,97 1,1 8,174 3 Sakit

9 Tanjung 1,3 0 0 1,3 2 Sangat Sakit

10 Tanjung 3,536 1,43 1,3 6,266 5 Kurang Sehat

11 Lamtoro 3,12 1,2 0 4,32 7 Sehat

12 Tanjung 3,74 3,24 1,1 8,08 4 Sakit

13 Mahoni 3,536 1,44 0 4,976 6 Kurang Sehat

14 Tanjung 3,24 1,1 1,1 5,44 6 Kurang Sehat

15 Mahoni 3,648 2,97 1,1 7,718 4 Sakit

16 Kerai Payung 0 0 0 0 10 Sangat Sehat

17 Tanjung 3,51 0 0 3,51 8 Sehat 18 Tanjung 3,24 2,288 0 5,528 6 Kurang Sehat

19 Pulai 4,94 3,536 3,24 11,716 1 Sangat Sakit

20 Lamtoro 3,536 1,32 1,1 5,956 6 Kurang Sehat

21 Angsana 4,446 3,24 0 7,686 4 Sakit

22 Tanjung 3,978 2,496 0 6,474 5 Kurang Sehat

23 Tanjung 3,952 1,32 1,1 6,372 5 Kurang Sehat

24 Lamtoro 4,94 2,88 1,1 8,92 3 Sakit

25 Tanjung 3,672 3,24 2,288 9,2 3 Sakit

26 Mahoni 4,94 3,978 2,88 11,798 1 Sangat Sakit

27 Lamtoro 4,104 0 0 4,104 7 Sehat

28 Pulai 4,94 3,672 3,12 11,732 1 Sangat Sakit 29 Tanjung 3,672 1,716 0 5,388 6 Kurang Sehat

30 Mahoni 3,3 1,76 0 5,06 6 Kurang Sehat

31 Mahoni 2,97 0 0 2,97 8 Sehat

32 Kapuk 0 0 0 0 10 Sangat Sehat

33 Jati 4,94 2,64 1,95 9,53 3 Sakit

34 Mahoni 3,264 1,32 0 4,584 7 Sehat

35 Lamtoro 3,648 0 0 3,648 8 Sehat

36 Lamtoro 3,366 2,64 1,8 7,806 4 Sakit

37 Lamtoro 3,762 2,97 0 6,732 5 Kurang Sehat

38 Jati 4,104 1,5 0 5,604 6 Kurang Sehat

39 Lamtoro 3,74 3,24 1,8 8,78 3 Sakit

40 Mahoni 3,24 2,88 1,5 7,62 4 Sakit 41 Angsana 3,264 1,1 0 4,364 7 Sehat

42 Pulai 3,12 1,5 0 4,62 7 Sehat

43 Pulai 4,446 0 0 4,446 7 Sehat

44 Mahoni 4,104 3,978 3,6 11,682 1 Sangat Sakit

45 Angsana 2,97 1,5 0 3,42 8 Sehat

46 Trembesi 3,978 3,24 0 8,082 4 Sakit

47 Trembesi 4,56 1,95 1,76 6,68 5 Kurang Sehat

48 Glodokan 2,97 0 0 3,24 8 Sehat

49 Mahoni 3,264 1,1 0 7,824 4 Sakit

50 Mahoni 4,446 0 0 2,97 8 Sehat

51 Mahoni 3,952 1,1 0 2,2 9 Sangat Sehat 52 Mahoni 3,264 2,7 1,8 9,51 3 Sakit

Universitas Sumatera Utara

51

53 Mahoni 4,94 2,64 1,1 7,692 4 Sakit

54 Mangga 3,24 0 0 2,7 8 Sehat

55 Mahoni 3,978 2,97 2,64 11,558 1 Sangat Sakit

56 Lamtoro 3,952 1,5 0 4,74 7 Sehat

57 Pulai 4,56 0 0 2,97 8 Sehat

58 Pulai 3,672 3,264 1,5 8,716 3 Sakit

59 Mahoni 4,446 4,05 3,74 12,35 1 Sangat Sakit

60 Mahoni 3,672 2,64 1,5 7,812 4 Sakit

61 Pulai 4,56 2,992 0 7,438 4 Sakit

62 Pulai 3,24 2,88 0 6,552 5 Kurang Sehat 63 Mahoni 4,56 3,672 3,24 11,472 1 Sangat Sakit

64 Mahoni 3,24 0 0 3,24 8 Sehat

65 Pulai 4,56 3,536 0 8,096 4 Sakit

66 Ketapang 3,952 0 0 3,952 7 Sehat

67 Lamtoro 4,104 2,304 1,95 8,358 4 Sakit

68 Lamtoro 4,104 3,536 0 7,64 4 Sakit

69 Lamtoro 3,366 2,88 0 6,246 5 Kurang Sehat

70 Lamtoro 2,64 2,304 1,1 6,044 6 Kurang Sehat

71 Pulai 3,952 0 0 3,952 7 Sehat

72 Mahoni 3,264 0 0 3,264 8 Sehat

73 Mahoni 3,264 1,5 0 4,764 7 Sehat

74 Tanjung 1,5 0 0 1,5 9 Sangat Sehat 75 Pulai 3,648 1,8 0 5,448 6 Kurang Sehat

76 Pulai 4,446 3,24 1,43 9,116 3 Sakit

77 Beringin 3,744 2,88 0 6,624 5 Kurang Sehat

78 Melinjo 1,1 0 0 1,1 10 Sangat Sehat

79 Beringin 3,6 1,1 0 4,7 7 Sehat

Lampiran 5. Skoring Indikator Tajuk di Semua Parameter Tajuk

No Jenis Pohon LCR C.den FT CDW CDB VCR

1 Angsana ( Pterocarpus indicus ) 3 3 3 2 3 4

2 Angsana ( Pterocarpus indicus ) 3 3 3 3 3 4

3 Angsana ( Pterocarpus indicus ) 3 3 3 3 3 4

4 Angsana ( Pterocarpus indicus ) 3 3 3 3 3 4

5 Angsana ( Pterocarpus indicus ) 3 2 2 3 3 3

6 Tanjung ( Mimusops elengi ) 3 3 3 3 3 4

7 Karet Kebo ( Ficus elastica ) 3 3 3 3 3 4

8 Angsana ( Pterocarpus indicus ) 3 3 3 3 2 4

9 Tanjung ( Mimusops elengi ) 3 2 2 2 3 3

10 Tanjung ( Mimusops elengi ) 3 3 3 2 3 4

11 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 3 1 2 3 2 2

12 Tanjung ( Mimusops elengi ) 3 1 2 2 2 2

13 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 3 3 3 3 3 4

14 Tanjung ( Mimusops elengi ) 3 3 3 2 3 4

15 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 3 3 3 3 2 4

16 Kerai Payung ( Filicium decipiens ) 3 2 2 3 3 3

Universitas Sumatera Utara

52

17 Tanjung ( Mimusops elengi ) 3 2 2 2 2 3

18 Tanjung ( Mimusops elengi ) 3 3 3 2 2 3

19 Pulai ( Alstonia scholaris ) 3 2 2 3 3 3

20 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 3 1 2 3 3 2

21 Angsana ( Pterocarpus indicus ) 3 2 2 3 3 3

22 Tanjung ( Mimusops elengi ) 3 3 3 2 3 4

23 Tanjung ( Mimusops elengi ) 3 3 3 2 2 3

24 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 3 2 2 3 2 3

25 Tanjung ( Mimusops elengi ) 3 3 3 2 3 4

26 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 3 3 3 3 3 4

27 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 3 1 2 3 3 2

28 Pulai ( Alstonia scholaris ) 3 2 2 2 2 3

29 Tanjung ( Mimusops elengi ) 3 3 3 2 3 4

30 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 3 2 2 3 2 3

31 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 3 1 1 2 3 2

32 Kapuk ( Ceiba pentandra ) 3 2 2 3 3 3

33 Jati ( Tectona grandis ) 3 3 3 2 2 3

34 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 3 3 3 3 2 4

35 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 3 2 2 3 2 3

36 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 3 2 2 3 3 3

37 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 3 2 2 3 3 3

38 Jati ( Tectona grandis ) 3 2 2 2 2 3

39 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 3 3 3 3 3 4

40 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 3 3 3 3 3 4

41 Angsana ( Pterocarpus indicus ) 3 3 3 3 3 4

42 Pulai ( Alstonia scholaris ) 3 2 2 2 3 3

43 Pulai ( Alstonia scholaris ) 3 3 3 3 2 4

44 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 3 2 2 2 2 3

45 Angsana ( Pterocarpus indicus ) 3 3 3 3 3 4

46 Trembesi ( Samanea saman ) 3 3 3 3 3 4

47 Trembesi ( Samanea saman ) 3 3 3 2 3 4

48 Glodokan ( Polyalthia longifolia ) 3 3 3 2 2 3

49 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 3 3 3 3 3 4

50 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 3 3 3 2 3 4

51 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 3 2 2 2 3 3

52 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 3 2 2 3 2 3

53 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 3 2 2 3 2 3

54 Mangga ( Mangifera indica ) 3 3 3 2 3 4

Universitas Sumatera Utara

53

Lampiran 6. Status Kesehatan Pohon Berdasarkan Indikator Tajuk di Taman Kota

Tebing Tinggi

No Nama Pohon Nama Latin VCR Skor Keterangan

1 Angsana Pterocarpus indicus 4 10 Sangat Sehat

2 Angsana Pterocarpus indicus 4 10 Sangat Sehat

3 Angsana Pterocarpus indicus 4 10 Sangat Sehat 4 Angsana Pterocarpus indicus 4 10 Sangat Sehat

5 Angsana Pterocarpus indicus 3 7 Sehat

6 Tanjung Mimusops elengi 4 10 Sangat Sehat

7 Karet Kebo Ficus elastic 4 10 Sangat Sehat 8 Angsana Pterocarpus indicus 4 10 Sangat Sehat

9 Tanjung Mimusops elengi 3 7 Sehat

10 Tanjung Mimusops elengi 4 10 Sangat Sehat 11 Lamtoro Leucaena leucocephala 2 4 Sakit

12 Tanjung Mimusops elengi 2 4 Sakit

13 Mahoni Swietenia macrophylla 4 10 Sangat Sehat 14 Tanjung Mimusops elengi 4 10 Sangat Sehat

55 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 3 2 2 3 2 3

56 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 2 2 1 3 3 2

57 Pulai ( Alstonia scholaris ) 3 2 2 2 3 3

58 Pulai ( Alstonia scholaris ) 3 3 3 3 3 4

59 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 3 2 2 2 3 3

60 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 3 3 3 3 3 4

61 Pulai ( Alstonia scholaris ) 2 1 1 2 1 2

62 Pulai ( Alstonia scholaris ) 3 3 3 3 3 4

63 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 2 2 1 2 1 2

64 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 2 2 1 2 1 2

65 Pulai ( Alstonia scholaris ) 3 2 2 2 3 3

66 Ketapang ( Terminalia catappa ) 3 2 2 2 3 3

67 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 3 3 3 3 2 4

68 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 3 3 3 3 3 4

69 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 3 2 2 3 1 2

70 Lamtoro ( Leucaena leucocephala ) 3 3 3 3 2 4

71 Pulai ( Alstonia scholaris ) 2 2 2 3 2 3

72 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 3 2 2 2 3 3

73 Mahoni ( Swietenia macrophylla ) 3 3 3 3 2 4

74 Tanjung ( Mimusops elengi ) 3 3 3 2 3 4

75 Pulai ( Alstonia scholaris ) 3 2 2 2 1 2

76 Pulai ( Alstonia scholaris ) 3 3 3 2 2 3

77 Beringin ( Ficus benjamina ) 3 3 3 3 3 4

78 Melinjo ( Gnetum gnemon ) 3 3 3 2 3 4

79 Beringin ( Ficus benjamina ) 3 3 3 3 3 4

Universitas Sumatera Utara

54

15 Mahoni Swietenia macrophylla 4 10 Sangat Sehat

16 Kerai

Payung

Filicium decipiens 3 7 Sehat

17 Tanjung Mimusops elengi 3 7 Sehat

18 Tanjung Mimusops elengi 3 7 Sehat

19 Pulai Alstonia scholaris 3 7 Sehat 20 Lamtoro Leucaena leucocephala 2 4 Sakit

21 Angsana Pterocarpus indicus 3 7 Sehat

22 Tanjung Mimusops elengi 4 10 Sangat Sehat 23 Tanjung Mimusops elengi 3 7 Sehat

24 Lamtoro Leucaena leucocephala 3 7 Sehat

25 Tanjung Mimusops elengi 4 10 Sangat Sehat

26 Mahoni Swietenia macrophylla 4 10 Sangat Sehat 27 Lamtoro Leucaena leucocephala 2 4 Sakit

28 Pulai Alstonia scholaris 3 7 Sehat

29 Tanjung Mimusops elengi 4 10 Sangat Sehat 30 Mahoni Swietenia macrophylla 3 7 Sehat

31 Mahoni Swietenia macrophylla 2 4 Sakit

32 Kapuk Ceiba pentandra 3 7 Sehat

33 Jati Tectona grandis 3 7 Sehat 34 Mahoni Swietenia macrophylla 4 10 Sangat Sehat

35 Lamtoro Leucaena leucocephala 3 7 Sehat

36 Lamtoro Leucaena leucocephala 3 7 Sehat 37 Lamtoro Leucaena leucocephala 3 7 Sehat

38 Jati Tectona grandis 3 7 Sehat

39 Lamtoro Leucaena leucocephala 4 10 Sangat Sehat

40 Mahoni Swietenia macrophylla 4 10 Sangat Sehat

41 Angsana Pterocarpus indicus 4 10 Sangat Sehat

42 Pulai Alstonia scholaris 3 7 Sehat 43 Pulai Alstonia scholaris 4 10 Sangat Sehat

44 Mahoni Swietenia macrophylla 3 7 Sehat

45 Angsana Pterocarpus indicus 4 10 Sangat Sehat 46 Trembesi Samanea saman 4 10 Sangat Sehat

47 Trembesi Samanea saman 4 10 Sangat Sehat

48 Glodokan Polyalthia longifolia 3 7 Sehat 49 Mahoni Swietenia macrophylla 4 10 Sangat Sehat

50 Mahoni Swietenia macrophylla 4 10 Sangat Sehat

51 Mahoni Swietenia macrophylla 3 7 Sehat 52 Mahoni Swietenia macrophylla 3 7 Sehat

53 Mahoni Swietenia macrophylla 3 7 Sehat

54 Mangga Mangifera indica 4 10 Sangat Sehat 55 Mahoni Swietenia macrophylla 3 7 Sehat

56 Lamtoro Leucaena leucocephala 2 4 Sakit

57 Pulai Alstonia scholaris 3 7 Sehat 58 Pulai Alstonia scholaris 4 10 Sangat Sehat

59 Mahoni Swietenia macrophylla 3 7 Sehat

60 Mahoni Swietenia macrophylla 4 10 Sangat Sehat

61 Pulai Alstonia scholaris 2 4 Sakit

62 Pulai Alstonia scholaris 4 10 Sangat Sehat

63 Mahoni Swietenia macrophylla 2 4 Sakit 64 Mahoni Swietenia macrophylla 2 4 Sakit

65 Pulai Alstonia scholaris 3 7 Sehat

Universitas Sumatera Utara

55

66 Ketapang Terminalia catappa 3 7 Sehat

67 Lamtoro Leucaena leucocephala 4 10 Sangat Sehat

68 Lamtoro Leucaena leucocephala 4 10 Sangat Sehat 69 Lamtoro Leucaena leucocephala 2 4 Sakit

70 Lamtoro Leucaena leucocephala 4 10 Sangat Sehat

71 Pulai Alstonia scholaris 3 7 Sehat

72 Mahoni Swietenia macrophylla 3 7 Sehat

73 Mahoni Swietenia macrophylla 4 10 Sangat Sehat 74 Tanjung Mimusops elengi 4 10 Sangat Sehat

75 Pulai Alstonia scholaris 2 4 Sakit

76 Pulai Alstonia scholaris 3 7 Sehat

77 Beringin Ficus benjamina 4 10 Sangat Sehat 78 Melinjo Gnetum gnemon 4 10 Sangat Sehat

79 Beringin Ficus benjamina 4 10 Sangat Sehat

Lampiran 7. Penilaian Status Kesehatan Pohon di Taman Kota Tebing Tinggi Nama Pohon Kerusakan Tajuk ∑ Skoring Status Kesehatan

Angsana 2 10 12 Kurang Sehat

Angsana 5 10 15 Sehat Angsana 2 10 12 Kurang Sehat

Angsana 1 10 11 Kurang Sehat

Angsana 5 7 12 Kurang Sehat Tanjung 3 10 13 Sehat

Karet Kebo 2 10 12 Kurang Sehat

Angsana 3 10 13 Sehat

Tanjung 2 7 9 Kurang Sehat Tanjung 5 10 15 Sehat

Lamtoro 7 4 11 Kurang Sehat

Tanjung 4 4 8 Sakit Mahoni 6 10 16 Sehat

Tanjung 6 10 16 Sehat

Mahoni 4 10 14 Sehat

Kerai Payung 10 7 17 Sangat Sehat Tanjung 8 7 15 Sehat

Tanjung 6 7 13 Sehat

Pulai 1 7 8 Sakit Lamtoro 6 4 10 Kurang Sehat

Angsana 4 7 11 Kurang Sehat

Tanjung 5 10 15 Sehat Tanjung 5 7 12 Kurang Sehat

Lamtoro 3 7 10 Kurang Sehat

Tanjung 3 10 13 Sehat

Mahoni 1 10 11 Kurang Sehat Lamtoro 7 4 11 Kurang Sehat

Pulai 1 7 8 Sakit

Tanjung 6 10 16 Sehat Mahoni 6 7 13 Sehat

Mahoni 8 4 12 Kurang Sehat

Kapuk 10 7 17 Sangat Sehat Jati 3 7 10 Kurang Sehat

Mahoni 7 10 17 Sangat Sehat

Lamtoro 8 7 15 Sehat

Universitas Sumatera Utara

56

Lamtoro 4 7 11 Kurang Sehat

Lamtoro 5 7 12 Kurang Sehat

Jati 6 7 13 Sehat Lamtoro 3 10 13 Sehat

Mahoni 4 10 14 Sehat

Angsana 7 10 17 Sangat Sehat Pulai 7 7 14 Sehat

Pulai 7 10 17 Sangat Sehat

Mahoni 1 7 8 Sakit Angsana 8 10 18 Sangat Sehat

Trembesi 4 10 14 Sehat

Trembesi 5 10 15 Sehat

Glodokan 8 7 15 Sehat

Mahoni 4 10 14 Sehat

Mahoni 8 10 18 Sangat Sehat

Mahoni 9 7 16 Sehat

Mahoni 3 7 10 Kurang Sehat

Mahoni 4 7 11 Kurang Sehat

Mangga 8 10 18 Sangat Sehat

Mahoni 1 7 8 Sakit

Lamtoro 7 4 11 Kurang Sehat

Pulai 8 7 15 Sehat

Pulai 3 10 13 Sehat

Mahoni 1 7 8 Sakit

Mahoni 4 10 14 Sehat

Pulai 4 4 8 Sakit

Pulai 5 10 15 Sehat

Mahoni 1 4 5 Sakit

Mahoni 8 4 12 Kurang Sehat

Pulai 4 7 11 Kurang Sehat

Ketapang 7 7 14 Sehat

Lamtoro 4 10 14 Sehat

Lamtoro 4 10 14 Sehat

Lamtoro 5 4 9 Kurang Sehat

Lamtoro 6 10 16 Sehat

Pulai 7 7 14 Sehat

Mahoni 8 7 15 Sehat

Mahoni 7 10 17 Sangat Sehat

Tanjung 9 10 19 Sangat Sehat

Pulai 6 4 10 Kurang Sehat

Pulai 3 7 10 Kurang Sehat

Beringin 5 10 15 Sehat

Melinjo 10 10 20 Sangat Sehat

Beringin 7 10 17 Sangat Sehat

Universitas Sumatera Utara