bab ii tinjauan dtw taman bali raja - sinta.unud.ac.id. bab ii.pdf · preservasi dan konservasi di...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN DTW TAMAN BALI RAJA
Pada bab ini akan diuraikan mengenai karakteristik, potensi dan
permasalahan, dan studi kelayakan atas permasalahan yang akan digunakan untuk
menentukan literatur terkait pada bab berikutnya.
2.1 Kondisi Fisik DTW Taman Bali Raja
Kondisi fisik DTW Taman Bali Raja menguraikan mengenai lokasi dan
letak geografis DTW Taman Bali Raja dan eksisting kawasan DTW Taman Bali
Raja. Berikut uraian kondisi fisik DTW Taman Bali Raja:
2.1.1 Lokasi DTW Taman Bali Raja
DTW Taman Bali Raja terletak di Desa Tamanbali yang merupakan
salah satu desa dari 9 desa di wilayah Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli
yang terletak 4 km kearah selatan dari kota Kecamatan Bangli. Untuk
mencapai DTW Taman Bali Raja di Desa Tamanbali dari Kota Bangli ke arah
selatan dengan menempuh jarak 5 km dan dari ibu kota propinsi dapat
ditempuh melalui jalan utama Gianyar –Bangli yang berjarak 35 km . DTW
9
Taman Bali Raja terletak di Dusun Sidawa Desa Tamanbali, Kecamatan
Bangli, Kabupaten Bangli, lihat Gambar 2.1 sampai dengan Gambar 2.3
Gambar 2.1 Peta Pulau Bali
Sumber : www.googlemaps.com
diakses 07/10/2015,
pukul 01.17
Gambar 2.2 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten
Bangli Sumber : RTRW Bangli,2013
Gambar 2.3 Lokasi DTW Taman Bali Raja
Sumber : Hasil Observasi,2015
10
Pencapaian DTW Taman Bali Raja dari pusat Desa Tamanbali dapat
melalui jalan setapak kearah barat yang jaraknya kurang lebih 500 meter.
Selain itu dapat ditempuh ke arah barat melalui jalan aspal sebelum memasuki
Dusun Sidawa belok ke arah selatan dengan jarak kurang lebih 300 meter.
Batas – batas dari Kawasan Pura Taman Narmada Bali Raja adalah disebelah
utara adalah Pura Subak Masceti, disebelah timur adalah pemukiman,
disebelah selatan adalah area persawahan, disebelah barat adalah area
persawahan
2.1.2 Eksisting Kawasan DTW Taman Bali Raja
Kondisi eksisting pada kawasan DTW Taman Bali Raja dapat menjadi
gambaran umum bagaimana kondisi dari DTW Taman Bali Raja sebelum
diadakan penataan, sehingga dapat dianalisis potensi dan permasalahan dari
Taman Bali Raja setelah meninjau kondisi eksisting dari DTW Taman Bali
Raja. Berikut uraian kondisi eksisting DTW Taman Bali Raja:
A. Tata Guna Lahan
Tata guna lahan pada DTW Taman Bali Raja terbagi menjadi dua fungsi
yaitu fungsi sakral yang terdapat Pura Taman Narmada Bali Raja dan fungsi
propan yang terdapat pada DTW Taman Bali Raja. Area sekitar DTW Taman
Bali Raja merupakan area persawahan milik Desa dan perkebunan milik
masyarakat sekitar, lihat Gambar 2.4.
11
Area pinggir Jalan Sidawa
Gambar 2.4 Tata Guna Lahan di DTW Taman Bali
Raja Sumber : Survey Lapangan, 08/10/2015
Tangga menuju pura
Pedestrian di tengah sawah menuju pura
Area timur dari pura
Area selatan dari pura
Area jalan di selatan pura
Jalan menuju pura
KETERANGAN :
: Fungsi Sakral
: Fungsi Propan
12
Fungsi sakral pada DTW Taman Bali Raja merupakan fungsi dari seluruh
kegiatan keagamaan berupa Piodalan pada Pura Taman Narmada Bali Raja.
Struktur Pura Taman Narmada Bali Raja tidak berbeda dengan pembagian area
pura secara umum di Bali yaitu terdiri atas Tri Mandala yaitu Utama Mandala,
Madya Mandala, dan Nista Mandala, Pura Taman Narmada Bali Raja juga
memiliki pembagian area pura berupa Tri Mandala yaitu Utama Mandala atau
Jeroan, Madya Mandala atau Jaba Tengah dan Nista Mandala atau Jaba Sisi
dari pura. Fungsi propan merupakan kegiatan yang mencakup pariwisata pada
DTW Taman Bali Raja.
1) Kondisi Pura sebelum Renovasi
Pura Taman Narmada Bali Raja direnovasi pada tahun 2006. Renovasi
pada Pura berupa bentuk dari pelinggih dan beberapa perubahan dimensi dari
pelinggih dan penggunaan material yang baru yaitu batu padas hitam. Penataan
hardscape pada Utama Mandala dan Madya Mandala pura juga dilakukan
dengan pemasangan berupa paving. Layout Pura Taman Narmada Bali Raja
dapat dilihat pada Gambar 2.5 dan kondisi pura sebelum renovasi dapat dilihat
pada Gambar 2.6
Gambar 2.5 : Layout renovasi Pura Taman Narmada Bali Raja
Sumber: Panitia Renovasi Pura, 2006
13
2) Kondisi Pura setelah Renovasi
Kondisi Pura Taman Narmada Bali Raja setelah di renovasi dapat
dijelaskan dengan struktur dari pura, lihat lampiran 1
B. Tata Bangunan
Bangunan yang terdapat di DTW Taman Bali Raja hanyalah kawasan
Pura Taman Narmada Bali Raja. Bangunan pelinggih yang ada di Pura Taman
Narmada Bali Raja tersebar di area Utama Mandala, dan Madya Mandala.
Pelinggih yang terdapat di area Utama Mandala adalah Piyasan, Pelinggih
Dasar, Gedong Penyineban, Pelinggih Taksu Agung, Pelinggih Padmasana,
Pelinggih Gedong, Pelinggih Meru Tumpang Telu, Bale Paselang, Bale
Paruman, Bale Pawedan, dan Pelinggih Papanggungan. Pelinggih yang
terdapat di area Madya Mandala adalah Apit Lawang, Pelinggih Lebuh,
Pelinggih Pulo, Bale Gong, Bale Kul-kul.
Gambar 2.6 : Kondisi Pura Taman Narmada Bali Raja sebelum renovasi
Sumber: Panitia Renovasi Pura, 2006
14
Konsep yang digunakan pada bangunan pelinggih adalah konsep Tri
Angga berupa kepala, badan, dan kaki sesuai dengan Arsitektur Tradisional
Bali. Ketinggian dari setiap bangunan pelinggih pun berbeda-beda sesuai
dengan jenis pelinggihnya. Penggunaan bahan bangunan pada setiap pelinggih
di Pura Taman Narmada Bali Raja menggunakan bahan yang sama,
diantaranya bahan penutup atap berupa ijuk pada bangunan Gedong, Bale dan
Piyasan, pada meru Tumpang Telu berbahan dari batu, lihat Gambar 2.7.
C. Sirkulasi dan Parkir
Sirkulasi dari jalan menuju ke area Pura Taman Narmada Bali Raja dan
area Taman Bali Raja belum termasuk kedalam kriteria ideal dari sirkulasi hal
ini dikarenakan jalan yang ada tidak mendukung seluruh aktifitas sirkulasi
kendaraan Pengempon pada saat upacara Piodalan dilaksanakan sehingga
kepadatan pada jalur sirkulasi pun tidak terkendalikan.
Di kawasan Pura Taman Narmada Bali Raja penyediaan parkir masih
belum tersedia baik dari parkir kendaraan roda dua maupun kendaraan roda
empat, lihat Gambar 2.8. Sehingga pada saat upacara Piodalan dilaksanakan
Pengempon dan Pengempon pura memarkirkan kendaraan di pinggir jalan
sehingga hal ini berdampak pada kepadatan sirkulasi di jalan raya sehingga
kemacetan dan ketidak teraturan parkir pun terjadi. Selain itu Pengempon yang
Gambar 2.7 Pelinggih Lebuh di area Madya Mandala
Sumber : Survey Lapangan, 08/10/2015
15
tidak mendapatkan parkir akan memasuki area pura dari arah selatan sehingga
diharuskan memarkirkan kendaraannya jauh dari pura dan melewati
persawahan untuk akses menuju Pura Taman Narmada Bali Raja.
D. Ruang Terbuka
Ruang Terbuka di Kawasan Pura Taman Narmada mencakup seluruh
unsur landscape yang ada di area Taman Bali Raja. Pada area Utama Mandala
dan Madya Mandala ruang terbuka berupa landscape sudah tertata dengan baik
seperti penataan vegetasi berupa pohon jepun dan perkerasan berupa paving.
Dan pada area Nista Mandala yaitu Taman Bali Raja belum tertata dengan
baik. Taman Bali Raja di dominasi oleh semak belukar, di taman ini juga
terdapat pohon-pohon seperti pohon kamboja, pohon cempaka, pohon
mengkudu, pohon pisang, pohon puring, lihat Gambar 2.9. Di area taman ini
juga masih terlihat meja dan kursi taman yang kondisinya sudah tidak bagus
lagi, hal ini dikarenakan tidak terawatnya kursi taman yang ada, lihat Gambar
2.10.
Gambar 2.8 Area parkir sepeda motor pada saat piodalan Sumber : Survey Lapangan, 12/12/2015
Gambar 2.9 Pohon Kamboja dan puring di area pura
Sumber : Survey Lapangan, 08/10/2015
Gambar 2.10 Kondisi kursi taman
Sumber : Survey Lapangan, 08/10/2015
16
E. Jalur Pejalan Kaki
Dikawasan Pura Taman Narmada dan di area Taman Bali Raja jalur
pejalan kaki sudah disiapkan jika memasuki area pura dari arah utara, jalur
pejalan kaki ini berada diantara hamparan persawahan. Namun jika mengakses
pura dari arah selatan jalur pejalan kaki masih belum tersedia, sehingga
Pengempon mengakses jalan setapak yang dilalui kendaraan pada area selatan
pura dan area persawahan, lihat Gambar 2.11 dan Gambar 2.12.
F. Aktifitas Pendukung
Aktifitas pendukung di kawasan Pura Taman Narmada Bali Raja tidak
bersifat permanen. Aktifitas pendukung hanya ada pada saat upacara Piodalan
dilaksanakan seperti pedagang asongan dari penduduk sekitar yang membuka
barang dagangannya untuk dijual kepada Pengempon disekitar area Nista
Mandala pura. Namun dipinggir jalan Sidawa terdapat sebuah warung, lihat
Gambar 2.13.
Gambar 2.11 Jalan setapak menuju pura
Sumber : Survey Lapangan, 08/10/2015
Gambar 2.12 Tangga menuju pura
Sumber : Survey Lapangan, 12/12/2015
Gambar 2.13 Pedagang pada saat piodalan
Sumber : Survey Lapangan, 12/12/2015
17
G. Penandaan
Penandaan yang ada di area Taman Bali Raja tidak begitu banyak,
penandaan hanya terdapat di candi bentar menuju Utama Mandala Pura
Taman Narmada Bali Raja yang berfungsi sebagai penunjuk untuk arah masuk
dan keluar dari dan menuju Utama Mandala berupa tulisan Ngeranjing dan
Medal. Selain itu penandaan juga terdapat pada pinggir jalan yang
menunjukkan area pura dan tapal batas Dusun Sidawa, lihat Gambar 2.14 dan
Gambar 2.15.
H. Preservasi dan Konservasi
Preservasi dan konservasi di Taman Bali Raja adalah Pura Taman
Narmada Bali Raja, tempat pemujaan berupa pohon yang dipercayai sakral dan
tidak dapat dipindahkan, selain itu area Utama Mandala dan Madya Mandala
merupakan preservasi dikarenakan sangat sakral dan suci keberadaannya
sehingga harus tetap dilestarikan dan dijaga, lihat Gambar 2.16 dan Gambar
2.17.
Gambar 2.14 Penanda area pura
Sumber : Survey Lapangan, 08/10/2015
Gambar 2.16 Pohon beringin sebagai konservasi
dan preservasi
Sumber : Survey Lapangan, 08/10/2015
Gambar 2.15 Penanda berupa tapal batas Dusun Sidawa
dan rambu jalan tikungan
Sumber : Survey Lapangan, 08/10/2015
Gambar 2.17 Pura Taman Narmada Bali Raja sebagai
konservasi dan preservasi
Sumber : Survey Lapangan, 12/12/2015
18
I. Utilitas
Sistem utilitas yang telah tersedia di Kawasan Pura berupa utilitas seperti
penerangan dan air. Penerangan pada area menuju pura menggunakan lampu
jalan dan di area pura sudah tersedia penerangan diantaranya di area Utama
Mandala dan Mandya Mandala dan pinggir kolam sudah terdapat penerangan.
Selain itu saluran untuk penyediaan air bersih berupa kran pun sudah tersedia,
lihat Gambar 2.18 dan Gambar 2.19.
2.1.3 Objek Wisata Sekitar DTW Taman Bali Raja
Data jumlah kunjungan wisata dibeberapa objek wisata yang melewati
jalur kawasan daya tarik wisata Taman Bali Raja, nantinya dapat sebagai acuan
dan studi banding dalam penentuan kapasitas dengan presentase, jumlah dari
pengunjung kawasan daya tarik wisata Taman Bali Raja yang akan
mengunjungi Taman Bali Raja. Berikut statistik pengunjung objek wisata
dibeberapa objek wisata yang melewati jalur kawasan daya tarik wisata Taman
Bali Raja, Tabel 2.1
Gambar 2.18 Penerangan di area pura
Sumber : Survey Lapangan,
08/10/2015
Gambar 2.19 Penyediaaan air bersih
Sumber : Survey Lapangan, 08/10/2015
19
Tabel 2.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan pada Objek-objek Wisata di Bali Tahun 2012-2014
Kabupaten Gianyar Objek 2012 2013 2014
WN WM JML WN WM JML WN WM JML
Goa
Gajah
62.739 190.002 252.741 52.559 200.896 253.455 43.920 242.498 286.418
Bukit
Jati
7.652 - 7.652 - - - - - -
Alam
Sidan
- 255 255 - 295 295 - 631 631
Taman
Nusa
- - - - - - 48.127 1.887 50.014
Kabupaten Bangli
Objek 2012 2013 2014
WN WM JML WN WM JML WN WM JML Pura
Kehen
- 12.669 - - 10.373 10.373 16.563 16.563
Panglipur
an
14.069 18.599 32.668 20.471 21.342 41.813 39.005 25.687 64.692
P3GB - 29.300 29.300 - 37.122 37.122 49.818 49.818
Desa
Trunyan
8.497 5.935 14.432 10.408 6.066 16.546 10.977 4.207 15.184
Penelokan
Batur
179.030 279.154 458.184 191.419 318.564 509.983 150.331 349.993 500.324
Penulisan 62 837 899 61 739 800 95 931 1026
Sumber : Dinas Pariwisata Pemerintah Provinsi Bali, 2014
Berikut perkiraan jalur menuju objek wisata yang melewati kawasan daya tarik
wisata Taman Bali Raja, lihat Gambar 2.20
Gambar 2.20 Jalur menuju objek wisata
Sumber : www.googlemaps.com diakses
10/11/2015, pukul 21.00
20
2.2 Kondisi Non Fisik
Kondisi non fisik akan diuraikan menjadi kondisi non fisik Desa Tamanbali
dan kondisi non fisik DTW Taman Bali Raja. Berikut uraian kondisi non fisik:
2.2.1 Kondisi Non Fisik Desa Tamanbali
Kondisi non fisik Desa Tamanbali akan menguraikan Desa Tamanbali
dari jumlah penduduk dan pekerjaan penduduk, berikut uraian kondisi fisik
Desa Tamanbali:
a. Jumlah Penduduk
Jumlah seluruh penduduk di Desa Tamanbali Bangli di seluruh dusun
berjumlah 7550 jiwa, lihat Tabel 2.2:
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Desa Tamanbali
NO DUSUN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 Dadia 302 298 600
2 Gaga 363 362 725
3 Guliang Kangin 488 485 973
4 Jelekungkang 500 495 995
5 Kuning 120 123 243
6 Pande 259 245 504
7 Sidawa 565 614 1179
8 Siladan 644 664 1308
9 Teruna 223 274 497
10 Umanyar 269 257 526
JUMLAH 3733 3817 7550
Sumber : Humas Desa Tamanbali , diakses 06-10-2015
Jumlah penduduk Desa Tamanbali setiap banjar dapat menjadi sumber
data dalam penentuan kapasitas dari Pengempon Pura Taman Narmada Bali
Raja. Pengempon dari Pura Taman Narmada Bali Raja meliputi Banjar Adat
Dadia dengan jumlah 87 Kepala Keluarga. Pengempon yang datang merupakan
warih Maha Gotra Tirta Harum dan seluruh masyarakat Desa Pakraman
Tamanbali.
b. Pekerjaan Penduduk
Berikut pekerjaan penduduk Desa Tamanbali, lihat Gambar 2.21:
21
Dari statistik Desa Tamanbali berdasarkan pekerjaan penduduk pada
Gambar 2.4, maka dapat dikaitkan dari jenis pekerjaan apa saja yang nantinya
dapat sebagai kegiatan pendukung pada kawasan daya tarik wisata Taman Bali
Raja, sehingga penduduk sekitar DTW mendapat dampak positif dari adanya
DTW Taman Bali Raja inikarena dapat membuka lapangan pekerjaan bagi
penduduk yang belum atau tidak bekerja, pedagang, dan pekerjaan lainnya.
2.2.2 Kondisi Non Fisik DTW Taman Bali Raja
Kondisi non fisik DTW Taman Bali Raja menguraikan mengenai upacara
keagamaan pada Pura Taman Narmada Bali Raja dan Pengelolaan Pura Taman
Narmada Bali Raja yang merupakan daya tarik yang ada, sehingga dapat
menjadi gambaran dari suasana Pura Taman Narmada Bali Raja pada saat
Piodalan berlangsung.
a. Upacara Keagamaan
Upacara Piodalan pada Pura Taman Narmada Bali Raja tidak hanya
saja dilaksanakan setiap enam bulan sekali tetapi setiap hari besar keagamaan
juga dilaksanakan Piodalan diantaranya :
1. Upacara Piodalan
Piodalan dilaksanakan setiap enam bulan sekali yaitu pada Sukra Wage
Wuku Landep. Pemedek yang datang untuk melakukan persembahyangan tidak
saja dari pengempon pura namun dari seluruh keturunan dari Ksatria
Tamanbali di seluruh Bali. Pelaksanaan Piodalan berlangsung selama 3 hari.
Gambar 2.21 Pekerjaan Penduduk Desa Tamanbali
Sumber : http://www.tamanbali.desa.id/web/c_statistik_pekerjaan , diakses 06-10-2015
22
Pada saat Piodalan pertunjukan berupa tari-tarian pun dilaksanakan seperti
Tari Rejang, dan Tari Pendet.
2. Upacara Hari Besar
Selain pada saat Piodalan yang dilaksanakan setiap enam bulan sekali,
pada saat perayaan hari besar seperti Galungan dan Kuningan banyak pemedek
yang melakukan persembahyangan di Pura Taman Narmada Bali Raja baik dari
Pemedek Desa Tamanbali maupun Pemedek dari kawitan Tirtha Harum.
b. Pengelola Pura
Menurut wawancara yang dilakukan dengan Pemangku Dewa Aji
Mangku Taman pada 08 Oktober 2015, Pura Taman Narmada Bali Raja belum
memiliki struktur organisasi kepengurusan yang tertulis, namun jika dilihat dari
saat piodalan dapat diuraikan sebagai berikut, lihat gambar 2.22
Pada saat upacara Piodalan dilaksanakan, penyangra piodalan Pura
Taman Narmada Bali Raja sudah mempersiapkan seluruh rentetan dalam
menyambut Piodalan yang jatuh setiap Sukra Wage Landep. Penyangra
piodalan telah mempersiapkan segala jenis upakara yang diperlukan, dengan
sistem gotong royong (ngayah) yang dilaksanakan di area Pura Taman
Narmada Bali Raja. Pemedek yang datang dari seluruh bali setiap harinya pada
saat Piodalan dilaksanakan berjumlah ribuan orang, sehingga pada saat
Piodalan pasti selalu ramai dan mengantri untuk melakukan persembahyangan,
melihat area Utama Mandala dan Madya Mandala dari pura tidak terlalu luas.
Pemangku Pura Taman Narmada Bali Raja
Penyangra piodalan :
1. Desa Pakraman Guliang Kangin
2. Desa Pakraman Tamanbali
Pemedek :
Ksatria Tamanbali Maha Gotra Tirta Harum
Gambar 2.22 Struktur Organisasi Pura Taman Narmada Bali Raja
Sumber : Wawancara Dewa Aji Mangku Taman, 08/10/2015
23
2.3 Sejarah Pura Taman Narmada Bali Raja
Informasi dari berdirinya Pura Taman Narmada Bali Raja dan sejarah
Ksatria Tamanbali diperoleh dari Babad Satria Tamanbali dan didukung dari hasil
wawancara dengan pemangku Pura Taman Narmada Bali Raja yaitu Dewa Aji
Mangku Taman pada Kamis, 08 Oktober 2015. Asal mula didirikannya Pura
Taman Narmada Bali Raja ini diceritakan bahwa Sanghyang Subali memiliki
ikatan darah dengan Sanghyang Aji Rembat. Sanghyang Aji Rembat berpesraman
di Kentel Gumi, Sanghyang Subali ini bertempat tinggal di Gunung Agung atau
Gunung Tohlangkir, Sanghyang Sekar Angsana bertempat tinggal di Gelgel. Ida
Mas Kuning bertempat di Pucak Tuluk Biu Gunung Abang, Kintamani. Begitu
juga dengan saudara-saudara yang lainnya memiliki tempat tinggal di lokasi yang
berbeda.
Sanghyang Subali sekembalinya dari Gunung Agung merasa lelah dan
kehausan karena menempuh perjalanan jauh. Sesampainya di Sungai Melangit
Sanghyang Subali menancapkan tongkat yang dibawa beliau di sebuah batu besar
di tebing sungai. Setelah beliau menancapkan tongkat tersebut keluarlah air dari
batu besar tersebut yang berbau harum yang keharumannya tercium hingga ke
Tegalwangi dan seorang gadis cantik yang bernama Dewi Njung Asti, karena
keharuman dari air tersebut kemudian air itu diberi nama Tirta Harum. Dewi
Njung Asti ditugaskan untuk menjaga air yang berbau wangi tersebut. Tidak saja
tercium didaratan, keharuman dari Tirtha Harum pun tercium hingga ke Wisnu
Loka, sehingga Hyang Wisnu mencium keharuman air tersebut. Lalu Hyang
Wisnu memutuskan untuk turun ke dunia dan mandi disana. Pada saat Hyang
Wisnu mandi beliau melihat Dewi Njung Asti. Dewi Njung Asti melihat air mani
Hyang Wisnu dan memakannya dan akhirnya Dewi Njung Asti hamil. Pada saat
Dewi Njung Asti hamil Hyang Wisnu menemui Dewi Njung Asti dan bertanya
mengenai asal usul dari dirinya. Lalu Dewi Njung Asti diajak ke Wisnu Loka.
Sanghyang Aji Rembat memiliki putra Sira Dukuh Suladri. Ida Mas Kuning
memiliki dua orang putra yaitu Ida Tapadhana dan Ida Nagapuspa. Sanghyang
Sekar Angsana berputrikan Ni Dewi Ayu Mas. Pada saat itu Sanghyang Subali
emmohon kepada Hyang Wisnu untuk diberikan putra, dan permohonannya pun
terkabul. Hyang Wisnu memberikan Sanghyang Subali seorang putra yang
24
merupakan putra dari Dewi Njung Asti dengan Hyang Wisnu yaitu Sang Gangga
Tirta. Sang Gangga Tirta dibawa oleh Sanghyang Subali ke Tirta Harum.
Sesampainya di Tirta Harum Sang Gangga Tirta dirawat oleh Sanghyang Aji
Rembat dan Sanghyang Subali kembali ke Tolangkir. Nama Sang Gangga Tirta
lalu diganti menjadi Sang Anom. Sang Anom tumbuh menjadi remaja putra yang
rupawan dan pindah ke Rewataka Singasara (Jero Puri).
Hubunganpun terjalin antara Sang Anom dengan Ni Dewi Ayu Mas,
dikarenakan Ni Dewi Ayu Mas terus tinggal di Tamanbali, dikarenakan Ni Dewi
Ayu Mas sakit jika tinggal di Gelgel. Ni Dewi Ayu Mas pun hamil anak dari Sang
Anom. Sanghyang Sekar Angsana amat marah mendengar berita tersebut dan
memerintahkan prajurit untuk membunuh Sanghyang Aji Rembat dan Sang Anom
di Tamanbali. Sang Anom tertangkap dan dibawa ke Gelgel. Sesampainya di
Gelgel, Sanghyang Sekar Angsana memerintahkan untuk menangkap Sanghyang
Aji Rembat. Sanghyang Subali turun dari Tolangkir menuju Gelgel dan
menceritakan asal usul dari Sang Anom kepada Sanghyang Sekar Angsana dan
meminta agar Sang Anom memperistri Dewi Ayu Mas.Sanghyang Sekar Angsana
sangat menyayangi Sang Anom dan membuatkan Sang Anom Puri disebelah utara
pasar Gelgel yang bernama Puri Denpasar atau Puri Kilian. Namun karena merasa
tidak nyaman Sang Anom dan Dewi Ayu Mas kembali ke Tamanbali.
Sang Anom meninggalkan Dewi Ayu Mas pada saat hamil untuk bertapa,
dengan pesan jika kelak anaknya lahir di beri nama I Dewa Garba Jata. Pada saat I
Dewa Garba Jata lahir beliau mempertanyakan keberadaan ayahnya kepada Dewi
Ayu Mas. Dewi Ayu Mas menceritakan ciri-ciri khas dari Sang Anom. Dari Jero
Puri I Dewa Garba Jata berjalan ke barat dengan keadaan menangis di sebuah
pohon cempaka. Sanghyang Aji Rembat menyematkan cempaka yang terjatuh di
telinga I Dewa Garba Jata, tangis I Dewa Garba Jata pun terhenti sehingga dia
berpesan jika nanti dibangun Pelinggih ditempat itu diberi nama Pura Tingaling.
Perjalanan pun dilanjutkan ke barat karena kelelahan I Dewa Garba Jata
beristirahat (mesanekan) dan tempat itu diberinama Senetan atau Pura Senetan.
Perjalanan dilanjutkan kembali ke selatan menuju sebuah bukit karena I Dewa
Garba Jata masih kecil maka beliau naik ke batu besar dan bukit itu diberi nama
Batu Madeg atau Pura Batu Madeg. Perjalanan dilanjutkan ke utara menuju Alas
25
Dawa yang sekarang disebut Sidawa sampai diutara beliau menjumpai tanah yang
menyerupai sebuah bukit, dilihatnya tanah tersebut bergerak naik sedikit demi
sedikit, karena I Dewa Garba Jata terus memperhatikan tanah tersebut pun
berhenti bergerak sehingga diberi nama Bukit Buwung. Dari atas Bukit Buwung I
Dewa Garba Jata melihat asap di selatan dan kemudian beliau kembali ke selatan
dan bertemulah I Dewa Garba Jata dengan ayahnya di Pura Taman di Pelinggih
Pulo. Dari pelinggih inilah I Dewa Garba Jata melihat kepulan asap, sehingga
pelinggih ini diberi nama Pelinggih Pulo.
Sang Anom lalu memberi pesan kepada I Dewa Garba Jata untuk kembali
pulang dan menjaga ibunya, maka I Dewa Garba Jata kembali pulang ke Jero Puri
dan menceritakan semuanya kepada ibunya. Sang Anom Bagus memiliki
kesaktian yang luar biasa maka kemudian Sang Anom Bagus mendirikan
Kerajaan Tamanbali. Dalam amsa pemerintahannya inilah kemudian Sang Anom
mendirikan suatu tempat pemujaan yakni Pura Kawitan Mahagotra Tirta Harum
dan juga Taman Narmada Bali Raja (Dwijendra, 2010).
Berdasarkan wawancara dengan Pemangku Pura Taman Narmada Bali Raja
pada 08 Oktober 2015, pada tahun 1970 muncul seekor ular berkepala tiga dari
tengah taman, pengelingsir Maha Gotra Tirta Harum meyakini hal tersebut
merupakan petunjuk dari leluhur untuk tetap memperhatikan Pura Taman
Narmada Bali Raja, sehingga pada tahun 1972 Pura Taman Narmada
dikembangkan dan dilengkapi dengan natar yang difungsikan untuk tempat
persembahyangan yang tepat berada di sebelah timur Pelinggih Pulo. Pada tahun
1974 Karya Agung pertama kali dilaksanakan di Pura Taman Narmada Bali Raja.
Dan pada tahun 2006 pemugaran terhadap pelinggih dilakukan melihat kondisi
Pelinggih pura yang telah rusak, dan ditambahkan bale gong serta penataan layout
pada area pura , sehingga sirkulasi yang nyaman pun tercipta saat Piodalan
dilaksanakan.
2.4 Potensi dan Permasalahan Kawasan DTW Taman Bali Raja
Potensi dan permasalahan di Kawasan DTW Taman Bali Raja dapat ditinjau
dari aspek fisik dan non fisik diantaranya :
26
A. Tata Guna Lahan
1. Potensi
DTW Taman Bali Raja memiliki potensi tata guna lahan dengan
pengelompokan berupa aktifitas, fungsi dan karakter dari lahan. Fungsi yang
mendukung aktifitas pada DTW Taman Bali Raja, seperti fungsi komersial, fungsi
rekreasi, fungsi service. Dengan adanya pengelompokan dari setiap aktifitas,
fungsi, dan karakter lahan akan memudahkan penataan dan perencanaan baik
secara makro ataupun mikro. Lahan yang ada akan disesuaikan dengan
pengelompokan sesuai aktifitas, fungsi dan karakter lahan, lihat Gambar 2.23
2. Permasalahan
Tidak adanya pengelompokan sesuai aktifitas, fungsi, dan karakter lahan
sehingga potensi lahan yang ada pada DTW Taman Bali Raja belum secara
optimal.
B. Tata Bangunan
1. Potensi
Penggunaan material dari batu padas hitam yang mendominasi pada
pelinggih-pelinggih di area pura, dengan ukiran Arsitektur Tradisional Bali, lihat
Gambar 2.24.
Gambar 2.23 Potensi lahan kosong disesuaikan dengan pengelompokan
Sumber : Survey Lapangan, 08/10/2015
27
2. Permasalahan
Bale Pesandekan sebagai bangunan pendukung yang terdapat di Nista
Mandala tidak selaras dalam penggunaan material seperti pelinggih-pelinggih
utama yang ada di area Utama Mandala dan Madya Mandala, lihat Gambar 2.25.
C. Sirkulasi dan Parkir
1. Potensi
Komponen sirkulasi (pejalan kaki, kendaraan bermotor, street furniture)
dapat dipisahkan sehingga sirkulasi dan parkir akan menjadi efisien. Sirkulasi
untuk civitas kegiatan sakral dan kegiatan propan dapat dipisahkan. Penggunaan
Gambar 2.24 Penggunaan material batu padas dan ukiran
Sumber : Survey Lapangan, 08/10/2015
Gambar 2.25 Bale Pesandekan yang belum menggunakan batu padas dan ukiran
Sumber : Survey Lapangan, 08/10/2015
28
jenis parkir dapat berupa parkir di luar jalan (off street parking) yang dalam
bentuk parkir terbuka, lihat Gambar 2.26
2. Permasalahan
Komponen sirkulasi (pejalan kaki, kendaraan bermotor, street furniture)
masih menjadi satu sehingga efisiensi dalam sirkulasi tidak tercipta, parkir masih
pada badan jalan (on street parkir)
D. Ruang Terbuka
1. Potensi
Ruang terbuka pada DTW Taman Bali Raja menurut penggolongan ruang
terbuka menurut kegiatannya dapat dijadikan sebagai ruang terbuka aktif, karena
kegiatan didalamnya terkesan mengundang, sehingga akan dijadikan sebagai
tempat bermain, tempat rekreasi dan bersantai, lihat Gambar 2.27
Gambar 2.26 Lahan kosong untuk parkir
Sumber : Survey Lapangan, 08/10/2015
Gambar 2.27 Ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan
Sumber : Survey Lapangan, 08/10/2015
29
2. Permasalahan
Belum dimanfaatkannya ruang terbuka yang ada pada Taman Bali Raja dari
aspek aktifitas yang pernah ada, sehingga fungsi yang ada tidak menjadi optimal,
lihat Gambar 2.28.
E. Jalur Pejalan Kaki
1. Potensi
Jalur pejalan kaki pada DTW Taman Bali Raja dapat menggunakan tipe
jalur pejalan kaki yaitu jalur pedestrian penuh yang dirancang sepenuhnya untuk
pejalan kaki tanpa adanya kendaraan yang melintas, yang nantinya dirancang di
dalam kawasan taman. Jalur semi pedestrian pada area parkir dengan kecepatan
kendaraan 10 km/jam, lihat gambar 2.29
Gambar 2.28 pemanfaatan yang belum optimal pada ruang terbuka hijau
Sumber : Survey Lapangan, 08/10/2015
Gambar 2.29 Jalur pedestrian penuh pinggir area persawahan
Sumber : Survey Lapangan, 12/12/2015
30
2. Permasalahan
Tidak adanya keseimbangan antara penggunaan jalur pejalan kaki dengan
jalur kendaraan, masyarakat sekitar yang mengakses persawahan melalui DTW
Taman Bali Raja mengendarai kendaraannya pada jelur pejalan kaki sehingga
elemen yang digunakan pada jalur pejalan kaki tersebut mengalami kerusakan dan
kesan menarik dan nyaman pun tidak ada, lihat Gambar 2.30
F. Aktifitas Pendukung
1. Potensi
Aktifitas pendukung perlu diadakan di kawasan Pura Taman Narmada Bali
Raja,dan untuk menunjang kegiatan komersial di DTW Taman Bali Raja
nantinya, sehingga pada saat Piodalan Pengempon ,Pemedek dan pengunjung
dapat memanfaatkan semua aktifitas pendukung berupa fasilitas komersial yang
ada seperti warung, restoran, art shop. Aktifitas pendukung ini nantinya akan
dekat dengan jalur pejalan kaki dan ruang terbuka.
2. Permasalahan
Belum adanya aktifitas pendukung di kawasan pura seperti toilet, warung,
bale bengong. Sehingga pengadaan aktifitas pendukung tersebut nantinya akan
sangat bermanfaat bagi Pemedek Pura, Pengempon, dan pengunjung DTW Taman
Bali Raja.
Gambar 2.30 Kondisi jalur pejalan kaki yang sering dilalui kendaraan
Sumber : Survey Lapangan, 08/10/2015
31
G. Penandaan
1. Potensi
Penandaan pada DTW Taman Bali Raja sesuai kriteria perancangan sistem
petanda, penampilan petanda memiliki elemen dekoratif, penyajian lebih dari satu
bahasa, penempatan petanda pada dinding bangunan yang telah ada ataupun
dengan sendirinya.
2. Permasalahan
Petanda yang penempatannya tidak sesuai dengan faktor lingkungan sekitar
dan visual yang terkesan kurang, sehingga tidak terlihat dengan jelas penadaan
yang telah ada, lihat Gambar 2.31
Gambar 2.31Kondisi penandaan tapal batas Dusun Sidawa
Sumber : Survey Lapangan, 08/10/2015