pengukuran biaya perolehan

5
Pengukuran Biaya Perolehan Biaya perolehan persediaan diukur dengan menggunakan salah satu dari formula biaya perolehan berikut: Metode identifikasi khusus Metode FIFO Metode biaya rata-rata tertimbang Metode identifikasi khusus dari pengukuran persediaan digunakan bilamana barang yang dibeli tidak biasanya dipertukarkan dan secara khusus seluruhnya atas suatu proyek tertentu. Dalam hal barang atau jasa, keduanya diproduksi dan dipisahkan untuk proyek tertentu. Contoh: PT Sinar Surya selama bulan Juli 2014 mempunyai data tentang persediaan sebagai berikut: 1 Juli, Persediaan 1750 unit @ Rp 6.000,00/unit 5 Juli, Pembelian 1000 unit @ Rp 6.200,00/unit 10 Juli, Pembelian 2000 unit @ Rp 6.250,00/unit 15 Juli, Pembelian 1500 unit @ Rp 6.400,00/unit 20 Juli, Pembelian 3000 unit @ Rp 6.250,00/unit 25 Juli, Pembelian 2500 unit @ Rp 6.500,00/unit 30 Juli, Pembelian 2000 unit @ Rp 6.400,00/unit Berdasarkan inventarisasi secara fisik, ternyata jumlah persediaan pada tanggal 31 Juli 2014 sebanyak 3000 unit terdiri dari : Pembelian tanggal 30 Juli 50%, pembelian tanggal 25 Juli 25%, dan selebihnya pembelian tanggal 5 Juli 2014. Nilai persediaan per 31 Juli 2014 adalah sebagai berikut: 50% x 3000 x Rp 6.400,00 = Rp 9.600.000,00 25% x 3000 x Rp 6.500,00 = Rp 4.875.000,00 25% x 3000 x Rp 6.200,00 = Rp 4.650.000,00 3000 unit Rp19.125.000,00

Upload: murdi7

Post on 28-Sep-2015

230 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Inventories

TRANSCRIPT

Pengukuran Biaya Perolehan Biaya perolehan persediaan diukur dengan menggunakan salah satu dari formula biaya perolehan berikut: Metode identifikasi khusus Metode FIFO Metode biaya rata-rata tertimbangMetode identifikasi khusus dari pengukuran persediaan digunakan bilamana barang yang dibeli tidak biasanya dipertukarkan dan secara khusus seluruhnya atas suatu proyek tertentu. Dalam hal barang atau jasa, keduanya diproduksi dan dipisahkan untuk proyek tertentu.Contoh:PT Sinar Surya selama bulan Juli 2014 mempunyai data tentang persediaan sebagai berikut:1 Juli, Persediaan 1750 unit @ Rp 6.000,00/unit5 Juli, Pembelian 1000 unit @ Rp 6.200,00/unit10 Juli, Pembelian 2000 unit @ Rp 6.250,00/unit15 Juli, Pembelian 1500 unit @ Rp 6.400,00/unit20 Juli, Pembelian 3000 unit @ Rp 6.250,00/unit25 Juli, Pembelian 2500 unit @ Rp 6.500,00/unit30 Juli, Pembelian 2000 unit @ Rp 6.400,00/unitBerdasarkan inventarisasi secara fisik, ternyata jumlah persediaan pada tanggal 31 Juli 2014 sebanyak 3000 unit terdiri dari : Pembelian tanggal 30 Juli 50%, pembelian tanggal 25 Juli 25%, dan selebihnya pembelian tanggal 5 Juli 2014. Nilai persediaan per 31 Juli 2014 adalah sebagai berikut: 50% x 3000 x Rp 6.400,00 = Rp 9.600.000,00 25% x 3000 x Rp 6.500,00 = Rp 4.875.000,00 25% x 3000 x Rp 6.200,00 = Rp 4.650.000,00 3000 unit Rp19.125.000,00Dalam hal lain biaya perolehan harus diukur dengan menggunakan metode FIFO dan metode biaya rata-rata tertimbang. FIFO mengasumsikan bahwa persediaan yang dibeli atau diproduksi pertama dijual pertama dengan demikian barang yang tersisa pada akhir pperiode pelaporan adalah persediaan barang yang paling baru dibeli atau diproduksi.

Contoh:Diketahui:Data diberikan: Tanggal Pembelian Biaya12 Mei 100 unit @ $10$1.00014 Aug 200 unit @ $11$2.20018 Sep 120 unit @ $15$1.800 420$5.000Terjual 400Ditanya: Metode FIFO?Jawab:Terjual 400 dengan rincian HPP (FIFO)$1.000 (100 terjual)$2.200 (200 terjual)$1.500 (100 terjual; 20 sisa)$4.700

Biaya Barang Siap JualHPP$4.700

$5.000Persediaan Akhir20*$15 = $300

Metode Biaya Rata-rata tertimbang, biaya perolehan setiap barang ditentukan dengan rata-rata tertimbang dari biaya perolehan dari barang yang sejenis pada awal suatu periode dan biaya perolehan barang tersebut dibeli atau diproduksi selama periode yang bersangkutan.Contoh:Diketahui:Data tersedia:Tanggal PembelianBiayaMei 12100 unit$1.000Aug 14200 unit$2.200Sep 18120 unit$1.800420 unit$5.000Ditanya: Metode biaya rata-rata tertimbang?Jawab:Langkah:1. Hitung biaya rata-rata per unit : $5.000/420 = $11.9052. Aplikasikan biaya rata-rata per unit pada jumlah yang terjual untuk memperoleh HPP: (420-20) x $11.905 = $4.7623. Aplikasikan biaya rata-rata per unit pada jumlah yang tersisa di persediaan untuk menentukan Persediaan Akhir: 20 x $11,91 = $238Mengapa LIFO Tidak digunakan?1. Metode LIFO mengurangi kualitas laporan posisi keuangan. Metode LIFO menyebabkan nilai inventory yang disajikan dalam laporan posisi keuangan (balance sheet) tidak merepresentasikanrecent cost level of inventory (IAS 2.BC13).Inventory disajikan pada kos yang tidak merefleksikan kos inventori terkini, atau yang paling up-to-date, tetapi pada kos yang sudah tidak merefleksikan kos inventory kini , atau sudah tidak up-to-date. Hal ini mengurangi kualitas posisi keuangan entitas.2. Signifikansi perbedaan laba menurut metode FIFO dan average dengan metode LIFO Metode FIFO dan metode LIFOmenghasilkan perbedaan laba yang cukup signifikan (berbeda jauh) dibandingkan antara FIFO dan Average.

Nilai Realisasi Neto (NRV)Nilai realisasi neto (Net Realization Value/NRV) menunjukkan estimasi harga jual dalam rangkaian bisnis yang normal, dikurang dengan estimasi biaya perolehan penyelesaian dan estimasi biaya perolehan yang diperlukan untuk mencapai penjualan. Nilai realisasi neto (NRV) diestimasi atas dasar bukti yang paling handal pada waktu penilaian dan memperhitungkan tujuan dari persediaan yang dimiliki. Estimasi nilai realisasi neto harus dilakukan per tanggal laporan posisi keuangan. Nilai persediaan yang diturunkan dari biaya perolehan yang dibalikan apabila kondisi sebelumnya menyebabkan persediaan diturunkan di bawah biaya perolehan tidak ada lagi atau terdapat bukti jelas dari suatu kenaikan di dalam nilai realisasi neto dikarenakan perubahan dalam kondisi ekonomi.

Pengukuran Nilai Realisasi NetoNilai realisasi neto untuk digunakan di dalam produksi barang jadi diestimasi dengan cara:Apabila produk jadi di mana bahan baku dan perlengkapan yang digunakan dijual pada harga perolehan atau di atas harga perolehan, kemudian estimasi nilai realisasi bahan baku dan perlengkapan dianggap menjadi lebih besar dibandingkan harga perolehannya.Apabila bahan baku dan perlengkapan yang digunakan dijual di bawah harga perolehan, kemudian harga pengganti (replacement price) bahan baku atau perlengkapan mungkin menjadi ukuran terbaik yang ada mengenai nilai realisasi neto.