pengujian viabilitas 15 lot benih kedelai (glycine max l ...digilib.unila.ac.id/58923/3/skripsi...
TRANSCRIPT
Della Arisan
PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L)
SETELAH DISIMPAN SELAMA 12 BULAN
(Skripsi)
Oleh
DELLA ARISANDI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
Della Arisan
ABSTRAK
Pengujian Viabilitas 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max L) Setelah Disimpan
Selama 12 Bulan
Oleh
Della Arisandi
Lima belas lot benih yang diuji adalah kombinasi varietas (Anjasmoro Grobogan
dan Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 (tanpa pemupukan dosis
rekomendasi 100 dan 150 kgha dan dosis di atas rekomendasi 200 dan 250
kgha) yang telah disimpan 12 bulan pada suhu (suhu 180C plusmn 158
0C dengan RH
60 plusmn 92) Lima belas lot benih diuji viabilitas benihnya pada lingkungan yang
optimum dengan variabel pengamatan daya berkecambah kecepatan
perkecambahan indeks vigor potensi tumbuh maksimum bobot kering kecambah
normal kadar air dan daya hantar listrik Rancangan perlakuan disusun secara
tunggal yaitu 15 lot benih yang menggunakan Rancangan Acak Kelompok dan
pemisahan nilai tengah menggunakan Uji perbandingan kelas pada taraf α 5
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Varietas kedelai yang memiliki bobot
gt16 gram menghasilkan viabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas
kedelai yang memiliki bobot lt16 gram setelah disimpan 12 bulan pada
penyimpanan optimum Hal tersebut didukung oleh variabel persentase
Della Arisan
perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum dan bobot kering kecambah
normal (2) Pemberian pupuk SP-36 menghasilkan viabilitas yang lebih tinggi
dibandingkan tanpa pemupukan berdasarkan variabel kecepatan perkecambahan
(3) Pemberian pupuk SP-36 200 ndash 250 kgha (di atas rekomendasi) pada varietas
Burangrang mampu mempertahankan viabilitas benih tetap tinggi pascasimpan 12
bulan berdasarkan variabel daya berkecambah indeks vigor potensi tumbuh
maksimum dan kadar air benih
Kata kunci kedelai penyimpanan pupuk SP-36 viabilitas
Della Arisan
PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L)
SETELAH DISIMPAN SELAMA 12 BULAN
Oleh
Della Arisandi
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
Della Arisan
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pekon Pugung Penengahan Kecamatan Lemong Kabupaten
Pesisir Barat pada 19 Mei 1997 sebagai anak dari pasangan Bapak Mukhlazim
Arief SPd MM dan Ibu Desvi Wirna Penulis memiliki dua saudara kandung
yaitu kakak perempuan dan kakak laki-laki Penulis mengawali pendidikan
formal di Taman Kanak-Kanak (TK) PGRI Pekon Pugung Penengahan
Kecamatan Lemong Kabupaten Pesisir Barat tahun 2001 Pendidikan Sekolah
Dasar di SDN 1 Pugung Penengahan Lemong Pesisir Barat pada tahun 2009
Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Lemong Pesisir Barat pada tahun 2012
dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 5 Bandar Lampung pada tahun 2015
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Agroteknologi pada tahun
2015 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan akademik dan organisasi
adapun organisasi yang pernah ditekuni yaitu PERMA AGT bidang
Pengembangan minat dan bakat periode 20152016 dan periode 20162017 Selain
itu penulis juga pernah menjadi asisten dosen Mata Kuliah Teknologi Benih
Tahun Ajaran 20182019 Biologi Tahun Ajaran 20182019
Della Arisan
Penulis melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) di Desa Negara Sakti
Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan pada Januari ndash Februari 2019
Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Penelitian Tanaman Sayuran
pada Juli ndash Agustus 2018 dengan judul ldquo Proses Produksi Benih Mentimun
(Cucumis sativus L) Hibridardquo di Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang
Bandung Barat Jawa Barat Penulis melaksanakan penelitian pada bulan
November sampai dengan Desember 2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan
Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Della Arisan
Persembahan
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT
Kupersembahkan karya sederhana ini
Kepada
Kedua orang tua tercinta
Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna
yang senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan
pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti
Kakak-kakakku tersayang
Betty Yulia Sari SE dan Devinsa Marwindo SH
yang selalu memberikan motivasi doa dan kebersamaan dengan penulis
Dosen pembimbing dan penguji
Keluarga Besar Agroteknologi
Almamater Tercinta Universitas Lampung
Della Arisan
ldquoYou have brain in your head and feet in your shoes you can steer yourself in any
direction you chooserdquo
(Dr Seuss)
ldquoKenapa harus berbuat baik
Karena semua penulis akan meninggal yang dikenang adalah tulisannya
Begitulah sebaliknya berbuat baiklah semasa hidup maka mati mu akan dikenang
dengan perbuatan baikrdquo
(Ali Bin Abi Thalib)
ldquoKegagalan hanya terjadi bila kita menyerahrdquo
(BJ Habibie)
Della Arisan
SANWACANA
Puji dan syukur penulis kepada Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan dari
berbagai pihak Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
1 Bapak Prof Dr Ir Irwan Sukri Banuwa MSi selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung
2 Ibu Prof Dr Ir Sri Yusnaini MSi selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
3 Bapak Prof Dr Ir Setyo Dwi Utomo MSc selaku Ketua Bidang
Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas
saran koreksi dan persetujuan dalam menyelesaikan skripsi ini
4 Ibu Prof Dr Ir Dermiyati M Agr Sc selaku Pembimbing Akademik
yang telah memberikan motivasi selama masa perkuliahan
5 Ibu Ir Yayuk Nurmiaty MS selaku pembimbing utama yang senantiasa
mencurahkan waktu tenaga ilmu pengetahuan motivasi nasihat arahan
dan kritikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
6 Ibu Ir Niar Nurmauli MS selaku pembimbing kedua yang tiada hentinya
mencurahkan waktu tenaga bimbingan arahan dan kritikan kepada
penulis hingga terwujudnya skripsi ini
Della Arisan
7 Ibu Ir Ermawati MS selaku pembahas dalam seluruh proses penelitian
dan penulisan skripsi atas bimbingan dan saran-saran yang telah diberikan
8 Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna yang
senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan
pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti
9 Kakak-kakak penulis Betty Yulia Sari SE Devinsa Marwindo SH
serta kakak ipar Choirus Sholeh Hasan ST yang selalu memberikan
motivasi doa dukungan moril dan materil kepada penulis
10 Sahabat-sahabat tersayang yang telah mewarnai dan menemani masa
perkuliahan penulis dari awal hingga akhir Puspa Indah Pera Novalinda
Okvi Hilleri AN Tari Yati Fiya Atmadita Leni Purnama Sari Hamida
Muliana Sari Fitriyani Gangga Prastita Sari Eno Loriani Nini Ristiana
dan Berti Kurnia
11 Mohammad Rizki Alam ST yang telah memberikan doa serta motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
12 Sahabat-sahabat gabut yang selalu ada Desi Rizki Amelia Bobo Amanda
Handoko Zenni Mardhatillah Ghina Putri Fadhilah dan Aprian Sinaga
Semoga tulisan ini bermanfaat
Bandar Lampung 09 Agustus 2019
Penulis
Della Arisandi
Della Arisan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR v
I PENDAHULUAN 1
11 Latar Belakang 1
12 Tujuan Penelitian 3
13 Kerangka Pemikiran 3
14 Hipotesis 7
II TINJAUAN PUSTAKA 8
21 Pengujian viabilitas benih 8
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas 11
23 Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama periode
simpan 12
III BAHAN DAN METODE 15
31 Tempat dan Waktu Penelitian 15
32 Alat dan Bahan 15
33 Metode Penelitian 16
33 Pelaksanaan Penelitian 20
34 Variabel Pengamatan 20
Della Arisan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25
41 Hasil Penelitian 25
42 Pembahasan 35
V SIMPULAN DAN SARAN 40
51 Simpulan 40
52 Saran 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 46
Tabel 9 - 32 47
Della Arisan
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Perbandingan kelas 18
2 Hasil uji perbandingan kelas daya berkecambah pada 15 lot
benih kedelai 25
3 Hasil uji perbandingan kelas kecepatan perkecambahan
pada 15 lot benih kedelai 26
4 Hasil uji perbandingan kelas indeks vigor pada 15 lot benih
kedelai 27
5 Hasil uji perbandingan kelas potensi tumbuh maksimum pada
15 lot benih kedelai 28
6 Hasil uji perbandingan kelas kadar air pada 15 lot benih
kedelai 29
7 Hasil uji perbandingan kelas bobot kering kecambah normal
pada 15 lot benih kedelai 30
8 Hasil uji perbandingan kelas daya hantar listrik pada 15 lot
benih kedelai 31
9 Data pengamatan daya berkecambah 15 lot benih kedelai 42
10 Uji Bartlet daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43
11 Analisis ragam daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43
12 Data kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 44
13 Uji Bartlet kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 45
Della Arisan
14 Analisis ragam kecepatan perkecambahan 15 lot benih
kedelai 43
15 Data indeks vigor 15 lot benih kedelai 46
16 Uji Barlet indeks vigor 15 lot benih kedelai 47
17 Analisis ragam indeks vigor 15 lot benih kedelai 47
18 Data potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 48
19 Uji Barlet potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 49
20 Analisis ragam potensi tumbuh maksimum 15 lot benih
kedelai 49
21 Data bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 50
22 Uji Barlet bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 51
23 Analisis ragam bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 51
24 Data kadar air15 lot benih kedelai 52
25 Uji Barlet kadar air15 lot benih kedelai 53
26 Analisis ragam kadar air15 lot benih kedelai 53
27 Data daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 54
28 Uji Barlet daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55
29 Analisis ragam daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55
30 Deskripsi Varietas Anjasmoro 56
31 Deskripsi Varietas Grobogan 57
32 Deskripsi Varietas Burangrang 58
Della Arisan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9
2 Tata letak percobaan 16
3 Benih normal dan abnormal 21
1
I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan
yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga
fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang
berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat
Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta
tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China
dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau
hanya sekitar 8
Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia
jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan
sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau
periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih
bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari
produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat
Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai
penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah
benih melalui periode simpan
2
Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk
budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu
upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui
periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari
kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang
di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk
rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)
sehingga diperoleh 15 lot benih
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang
menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih
memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan
kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9
Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan
selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158
0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)
Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)
yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -
75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam
mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah
respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas
benih dapat dipertahankan lebih lama
3
12 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah
disimpan selama 12 bulan
2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
13 Kerangka Pemikiran
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan
prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga
varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-
umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai
berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh
konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap
pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas
Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir
yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan
Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot
4
100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih
tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam
plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak
penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu
optimum
Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12
bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu
lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada
suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat
Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga
respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara
cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama
penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan
meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan
bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih
mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut
kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa
ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya
kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai
dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2
tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya
berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada
suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun
5
Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang
berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan
daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)
varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan
varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap
hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi
kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh
seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi
penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan
dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena
varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan
tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas
(mutu benih)
Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama
unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat
dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)
Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting
(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk
meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar
6
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting
untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas
dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan
pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel
tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis
karbohidrat (Rahmawati 2003)
Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai
Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih
Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama
fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi
dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan
energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol
heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti
nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama
perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis
senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan
potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya
bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium
bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)
7
Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai
sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan
meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan
meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan
Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan
meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan
komponen mutu benih lainnya
14 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan
Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan
2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis
pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan
3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
8
II TINJAUAN PUSTAKA
21 Pengujian Viabilitas Benih
Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi
tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam
rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang
sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama
periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih
(deteriorasi) (Sutopo 2012)
Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan
melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah
juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)
Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan
jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks
viabilitas benih
Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)
benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III
Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini
9
merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih
yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah
periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai
viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)
adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih
setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga
kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III
merupakan periode pelepasan energi (energy release)
Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)
Keterangan
D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg
Vp = viabilitas potensial
Vg = vigor
Vp
Vg
Periode viabilitas
Vp
D
I II
III
10
Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan
tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah
muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah
tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal
pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya
berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan
membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga
storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah
benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)
Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya
hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat
kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran
benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki
viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih
berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan
tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh
penyimpanan benih
Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya
hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya
semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat
yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih
pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)
11
Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang
tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan
Powell 2006)
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk
tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan
kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan
polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam
ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel
mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan
koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu
penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi
banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan
ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih
(Timotiwu dan Nurmauli 1996)
Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil
dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat
pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan
12
tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)
Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan
cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer
energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya
serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji
Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa
ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor
benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan
tinggi (Bewley dan Black 1978)
23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode
Simpan
Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama
penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang
tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan
sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum
untuk panen dapat dimulai
13
Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal
Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan
kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis
pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda
seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban
nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu
tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama
Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)
Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)
menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75
dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut
Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu
rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan
kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan
Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami
penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik
14
meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan
asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab
kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic
2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek
ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan
gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa
dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan
konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion
inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan
Vieira 2007)
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih
yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih
kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu
rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan
juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan
habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga
viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
Della Arisan
ABSTRAK
Pengujian Viabilitas 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max L) Setelah Disimpan
Selama 12 Bulan
Oleh
Della Arisandi
Lima belas lot benih yang diuji adalah kombinasi varietas (Anjasmoro Grobogan
dan Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 (tanpa pemupukan dosis
rekomendasi 100 dan 150 kgha dan dosis di atas rekomendasi 200 dan 250
kgha) yang telah disimpan 12 bulan pada suhu (suhu 180C plusmn 158
0C dengan RH
60 plusmn 92) Lima belas lot benih diuji viabilitas benihnya pada lingkungan yang
optimum dengan variabel pengamatan daya berkecambah kecepatan
perkecambahan indeks vigor potensi tumbuh maksimum bobot kering kecambah
normal kadar air dan daya hantar listrik Rancangan perlakuan disusun secara
tunggal yaitu 15 lot benih yang menggunakan Rancangan Acak Kelompok dan
pemisahan nilai tengah menggunakan Uji perbandingan kelas pada taraf α 5
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Varietas kedelai yang memiliki bobot
gt16 gram menghasilkan viabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas
kedelai yang memiliki bobot lt16 gram setelah disimpan 12 bulan pada
penyimpanan optimum Hal tersebut didukung oleh variabel persentase
Della Arisan
perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum dan bobot kering kecambah
normal (2) Pemberian pupuk SP-36 menghasilkan viabilitas yang lebih tinggi
dibandingkan tanpa pemupukan berdasarkan variabel kecepatan perkecambahan
(3) Pemberian pupuk SP-36 200 ndash 250 kgha (di atas rekomendasi) pada varietas
Burangrang mampu mempertahankan viabilitas benih tetap tinggi pascasimpan 12
bulan berdasarkan variabel daya berkecambah indeks vigor potensi tumbuh
maksimum dan kadar air benih
Kata kunci kedelai penyimpanan pupuk SP-36 viabilitas
Della Arisan
PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L)
SETELAH DISIMPAN SELAMA 12 BULAN
Oleh
Della Arisandi
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
Della Arisan
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pekon Pugung Penengahan Kecamatan Lemong Kabupaten
Pesisir Barat pada 19 Mei 1997 sebagai anak dari pasangan Bapak Mukhlazim
Arief SPd MM dan Ibu Desvi Wirna Penulis memiliki dua saudara kandung
yaitu kakak perempuan dan kakak laki-laki Penulis mengawali pendidikan
formal di Taman Kanak-Kanak (TK) PGRI Pekon Pugung Penengahan
Kecamatan Lemong Kabupaten Pesisir Barat tahun 2001 Pendidikan Sekolah
Dasar di SDN 1 Pugung Penengahan Lemong Pesisir Barat pada tahun 2009
Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Lemong Pesisir Barat pada tahun 2012
dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 5 Bandar Lampung pada tahun 2015
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Agroteknologi pada tahun
2015 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan akademik dan organisasi
adapun organisasi yang pernah ditekuni yaitu PERMA AGT bidang
Pengembangan minat dan bakat periode 20152016 dan periode 20162017 Selain
itu penulis juga pernah menjadi asisten dosen Mata Kuliah Teknologi Benih
Tahun Ajaran 20182019 Biologi Tahun Ajaran 20182019
Della Arisan
Penulis melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) di Desa Negara Sakti
Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan pada Januari ndash Februari 2019
Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Penelitian Tanaman Sayuran
pada Juli ndash Agustus 2018 dengan judul ldquo Proses Produksi Benih Mentimun
(Cucumis sativus L) Hibridardquo di Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang
Bandung Barat Jawa Barat Penulis melaksanakan penelitian pada bulan
November sampai dengan Desember 2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan
Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Della Arisan
Persembahan
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT
Kupersembahkan karya sederhana ini
Kepada
Kedua orang tua tercinta
Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna
yang senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan
pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti
Kakak-kakakku tersayang
Betty Yulia Sari SE dan Devinsa Marwindo SH
yang selalu memberikan motivasi doa dan kebersamaan dengan penulis
Dosen pembimbing dan penguji
Keluarga Besar Agroteknologi
Almamater Tercinta Universitas Lampung
Della Arisan
ldquoYou have brain in your head and feet in your shoes you can steer yourself in any
direction you chooserdquo
(Dr Seuss)
ldquoKenapa harus berbuat baik
Karena semua penulis akan meninggal yang dikenang adalah tulisannya
Begitulah sebaliknya berbuat baiklah semasa hidup maka mati mu akan dikenang
dengan perbuatan baikrdquo
(Ali Bin Abi Thalib)
ldquoKegagalan hanya terjadi bila kita menyerahrdquo
(BJ Habibie)
Della Arisan
SANWACANA
Puji dan syukur penulis kepada Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan dari
berbagai pihak Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
1 Bapak Prof Dr Ir Irwan Sukri Banuwa MSi selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung
2 Ibu Prof Dr Ir Sri Yusnaini MSi selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
3 Bapak Prof Dr Ir Setyo Dwi Utomo MSc selaku Ketua Bidang
Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas
saran koreksi dan persetujuan dalam menyelesaikan skripsi ini
4 Ibu Prof Dr Ir Dermiyati M Agr Sc selaku Pembimbing Akademik
yang telah memberikan motivasi selama masa perkuliahan
5 Ibu Ir Yayuk Nurmiaty MS selaku pembimbing utama yang senantiasa
mencurahkan waktu tenaga ilmu pengetahuan motivasi nasihat arahan
dan kritikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
6 Ibu Ir Niar Nurmauli MS selaku pembimbing kedua yang tiada hentinya
mencurahkan waktu tenaga bimbingan arahan dan kritikan kepada
penulis hingga terwujudnya skripsi ini
Della Arisan
7 Ibu Ir Ermawati MS selaku pembahas dalam seluruh proses penelitian
dan penulisan skripsi atas bimbingan dan saran-saran yang telah diberikan
8 Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna yang
senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan
pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti
9 Kakak-kakak penulis Betty Yulia Sari SE Devinsa Marwindo SH
serta kakak ipar Choirus Sholeh Hasan ST yang selalu memberikan
motivasi doa dukungan moril dan materil kepada penulis
10 Sahabat-sahabat tersayang yang telah mewarnai dan menemani masa
perkuliahan penulis dari awal hingga akhir Puspa Indah Pera Novalinda
Okvi Hilleri AN Tari Yati Fiya Atmadita Leni Purnama Sari Hamida
Muliana Sari Fitriyani Gangga Prastita Sari Eno Loriani Nini Ristiana
dan Berti Kurnia
11 Mohammad Rizki Alam ST yang telah memberikan doa serta motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
12 Sahabat-sahabat gabut yang selalu ada Desi Rizki Amelia Bobo Amanda
Handoko Zenni Mardhatillah Ghina Putri Fadhilah dan Aprian Sinaga
Semoga tulisan ini bermanfaat
Bandar Lampung 09 Agustus 2019
Penulis
Della Arisandi
Della Arisan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR v
I PENDAHULUAN 1
11 Latar Belakang 1
12 Tujuan Penelitian 3
13 Kerangka Pemikiran 3
14 Hipotesis 7
II TINJAUAN PUSTAKA 8
21 Pengujian viabilitas benih 8
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas 11
23 Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama periode
simpan 12
III BAHAN DAN METODE 15
31 Tempat dan Waktu Penelitian 15
32 Alat dan Bahan 15
33 Metode Penelitian 16
33 Pelaksanaan Penelitian 20
34 Variabel Pengamatan 20
Della Arisan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25
41 Hasil Penelitian 25
42 Pembahasan 35
V SIMPULAN DAN SARAN 40
51 Simpulan 40
52 Saran 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 46
Tabel 9 - 32 47
Della Arisan
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Perbandingan kelas 18
2 Hasil uji perbandingan kelas daya berkecambah pada 15 lot
benih kedelai 25
3 Hasil uji perbandingan kelas kecepatan perkecambahan
pada 15 lot benih kedelai 26
4 Hasil uji perbandingan kelas indeks vigor pada 15 lot benih
kedelai 27
5 Hasil uji perbandingan kelas potensi tumbuh maksimum pada
15 lot benih kedelai 28
6 Hasil uji perbandingan kelas kadar air pada 15 lot benih
kedelai 29
7 Hasil uji perbandingan kelas bobot kering kecambah normal
pada 15 lot benih kedelai 30
8 Hasil uji perbandingan kelas daya hantar listrik pada 15 lot
benih kedelai 31
9 Data pengamatan daya berkecambah 15 lot benih kedelai 42
10 Uji Bartlet daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43
11 Analisis ragam daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43
12 Data kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 44
13 Uji Bartlet kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 45
Della Arisan
14 Analisis ragam kecepatan perkecambahan 15 lot benih
kedelai 43
15 Data indeks vigor 15 lot benih kedelai 46
16 Uji Barlet indeks vigor 15 lot benih kedelai 47
17 Analisis ragam indeks vigor 15 lot benih kedelai 47
18 Data potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 48
19 Uji Barlet potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 49
20 Analisis ragam potensi tumbuh maksimum 15 lot benih
kedelai 49
21 Data bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 50
22 Uji Barlet bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 51
23 Analisis ragam bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 51
24 Data kadar air15 lot benih kedelai 52
25 Uji Barlet kadar air15 lot benih kedelai 53
26 Analisis ragam kadar air15 lot benih kedelai 53
27 Data daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 54
28 Uji Barlet daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55
29 Analisis ragam daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55
30 Deskripsi Varietas Anjasmoro 56
31 Deskripsi Varietas Grobogan 57
32 Deskripsi Varietas Burangrang 58
Della Arisan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9
2 Tata letak percobaan 16
3 Benih normal dan abnormal 21
1
I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan
yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga
fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang
berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat
Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta
tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China
dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau
hanya sekitar 8
Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia
jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan
sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau
periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih
bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari
produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat
Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai
penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah
benih melalui periode simpan
2
Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk
budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu
upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui
periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari
kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang
di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk
rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)
sehingga diperoleh 15 lot benih
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang
menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih
memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan
kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9
Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan
selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158
0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)
Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)
yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -
75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam
mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah
respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas
benih dapat dipertahankan lebih lama
3
12 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah
disimpan selama 12 bulan
2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
13 Kerangka Pemikiran
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan
prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga
varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-
umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai
berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh
konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap
pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas
Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir
yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan
Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot
4
100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih
tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam
plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak
penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu
optimum
Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12
bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu
lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada
suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat
Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga
respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara
cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama
penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan
meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan
bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih
mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut
kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa
ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya
kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai
dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2
tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya
berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada
suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun
5
Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang
berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan
daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)
varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan
varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap
hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi
kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh
seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi
penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan
dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena
varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan
tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas
(mutu benih)
Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama
unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat
dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)
Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting
(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk
meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar
6
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting
untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas
dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan
pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel
tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis
karbohidrat (Rahmawati 2003)
Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai
Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih
Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama
fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi
dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan
energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol
heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti
nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama
perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis
senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan
potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya
bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium
bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)
7
Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai
sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan
meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan
meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan
Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan
meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan
komponen mutu benih lainnya
14 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan
Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan
2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis
pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan
3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
8
II TINJAUAN PUSTAKA
21 Pengujian Viabilitas Benih
Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi
tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam
rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang
sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama
periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih
(deteriorasi) (Sutopo 2012)
Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan
melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah
juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)
Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan
jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks
viabilitas benih
Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)
benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III
Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini
9
merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih
yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah
periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai
viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)
adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih
setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga
kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III
merupakan periode pelepasan energi (energy release)
Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)
Keterangan
D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg
Vp = viabilitas potensial
Vg = vigor
Vp
Vg
Periode viabilitas
Vp
D
I II
III
10
Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan
tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah
muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah
tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal
pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya
berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan
membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga
storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah
benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)
Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya
hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat
kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran
benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki
viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih
berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan
tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh
penyimpanan benih
Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya
hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya
semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat
yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih
pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)
11
Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang
tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan
Powell 2006)
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk
tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan
kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan
polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam
ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel
mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan
koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu
penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi
banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan
ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih
(Timotiwu dan Nurmauli 1996)
Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil
dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat
pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan
12
tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)
Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan
cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer
energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya
serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji
Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa
ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor
benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan
tinggi (Bewley dan Black 1978)
23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode
Simpan
Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama
penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang
tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan
sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum
untuk panen dapat dimulai
13
Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal
Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan
kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis
pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda
seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban
nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu
tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama
Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)
Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)
menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75
dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut
Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu
rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan
kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan
Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami
penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik
14
meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan
asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab
kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic
2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek
ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan
gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa
dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan
konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion
inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan
Vieira 2007)
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih
yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih
kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu
rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan
juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan
habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga
viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
Della Arisan
perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum dan bobot kering kecambah
normal (2) Pemberian pupuk SP-36 menghasilkan viabilitas yang lebih tinggi
dibandingkan tanpa pemupukan berdasarkan variabel kecepatan perkecambahan
(3) Pemberian pupuk SP-36 200 ndash 250 kgha (di atas rekomendasi) pada varietas
Burangrang mampu mempertahankan viabilitas benih tetap tinggi pascasimpan 12
bulan berdasarkan variabel daya berkecambah indeks vigor potensi tumbuh
maksimum dan kadar air benih
Kata kunci kedelai penyimpanan pupuk SP-36 viabilitas
Della Arisan
PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L)
SETELAH DISIMPAN SELAMA 12 BULAN
Oleh
Della Arisandi
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
Della Arisan
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pekon Pugung Penengahan Kecamatan Lemong Kabupaten
Pesisir Barat pada 19 Mei 1997 sebagai anak dari pasangan Bapak Mukhlazim
Arief SPd MM dan Ibu Desvi Wirna Penulis memiliki dua saudara kandung
yaitu kakak perempuan dan kakak laki-laki Penulis mengawali pendidikan
formal di Taman Kanak-Kanak (TK) PGRI Pekon Pugung Penengahan
Kecamatan Lemong Kabupaten Pesisir Barat tahun 2001 Pendidikan Sekolah
Dasar di SDN 1 Pugung Penengahan Lemong Pesisir Barat pada tahun 2009
Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Lemong Pesisir Barat pada tahun 2012
dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 5 Bandar Lampung pada tahun 2015
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Agroteknologi pada tahun
2015 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan akademik dan organisasi
adapun organisasi yang pernah ditekuni yaitu PERMA AGT bidang
Pengembangan minat dan bakat periode 20152016 dan periode 20162017 Selain
itu penulis juga pernah menjadi asisten dosen Mata Kuliah Teknologi Benih
Tahun Ajaran 20182019 Biologi Tahun Ajaran 20182019
Della Arisan
Penulis melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) di Desa Negara Sakti
Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan pada Januari ndash Februari 2019
Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Penelitian Tanaman Sayuran
pada Juli ndash Agustus 2018 dengan judul ldquo Proses Produksi Benih Mentimun
(Cucumis sativus L) Hibridardquo di Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang
Bandung Barat Jawa Barat Penulis melaksanakan penelitian pada bulan
November sampai dengan Desember 2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan
Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Della Arisan
Persembahan
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT
Kupersembahkan karya sederhana ini
Kepada
Kedua orang tua tercinta
Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna
yang senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan
pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti
Kakak-kakakku tersayang
Betty Yulia Sari SE dan Devinsa Marwindo SH
yang selalu memberikan motivasi doa dan kebersamaan dengan penulis
Dosen pembimbing dan penguji
Keluarga Besar Agroteknologi
Almamater Tercinta Universitas Lampung
Della Arisan
ldquoYou have brain in your head and feet in your shoes you can steer yourself in any
direction you chooserdquo
(Dr Seuss)
ldquoKenapa harus berbuat baik
Karena semua penulis akan meninggal yang dikenang adalah tulisannya
Begitulah sebaliknya berbuat baiklah semasa hidup maka mati mu akan dikenang
dengan perbuatan baikrdquo
(Ali Bin Abi Thalib)
ldquoKegagalan hanya terjadi bila kita menyerahrdquo
(BJ Habibie)
Della Arisan
SANWACANA
Puji dan syukur penulis kepada Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan dari
berbagai pihak Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
1 Bapak Prof Dr Ir Irwan Sukri Banuwa MSi selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung
2 Ibu Prof Dr Ir Sri Yusnaini MSi selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
3 Bapak Prof Dr Ir Setyo Dwi Utomo MSc selaku Ketua Bidang
Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas
saran koreksi dan persetujuan dalam menyelesaikan skripsi ini
4 Ibu Prof Dr Ir Dermiyati M Agr Sc selaku Pembimbing Akademik
yang telah memberikan motivasi selama masa perkuliahan
5 Ibu Ir Yayuk Nurmiaty MS selaku pembimbing utama yang senantiasa
mencurahkan waktu tenaga ilmu pengetahuan motivasi nasihat arahan
dan kritikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
6 Ibu Ir Niar Nurmauli MS selaku pembimbing kedua yang tiada hentinya
mencurahkan waktu tenaga bimbingan arahan dan kritikan kepada
penulis hingga terwujudnya skripsi ini
Della Arisan
7 Ibu Ir Ermawati MS selaku pembahas dalam seluruh proses penelitian
dan penulisan skripsi atas bimbingan dan saran-saran yang telah diberikan
8 Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna yang
senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan
pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti
9 Kakak-kakak penulis Betty Yulia Sari SE Devinsa Marwindo SH
serta kakak ipar Choirus Sholeh Hasan ST yang selalu memberikan
motivasi doa dukungan moril dan materil kepada penulis
10 Sahabat-sahabat tersayang yang telah mewarnai dan menemani masa
perkuliahan penulis dari awal hingga akhir Puspa Indah Pera Novalinda
Okvi Hilleri AN Tari Yati Fiya Atmadita Leni Purnama Sari Hamida
Muliana Sari Fitriyani Gangga Prastita Sari Eno Loriani Nini Ristiana
dan Berti Kurnia
11 Mohammad Rizki Alam ST yang telah memberikan doa serta motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
12 Sahabat-sahabat gabut yang selalu ada Desi Rizki Amelia Bobo Amanda
Handoko Zenni Mardhatillah Ghina Putri Fadhilah dan Aprian Sinaga
Semoga tulisan ini bermanfaat
Bandar Lampung 09 Agustus 2019
Penulis
Della Arisandi
Della Arisan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR v
I PENDAHULUAN 1
11 Latar Belakang 1
12 Tujuan Penelitian 3
13 Kerangka Pemikiran 3
14 Hipotesis 7
II TINJAUAN PUSTAKA 8
21 Pengujian viabilitas benih 8
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas 11
23 Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama periode
simpan 12
III BAHAN DAN METODE 15
31 Tempat dan Waktu Penelitian 15
32 Alat dan Bahan 15
33 Metode Penelitian 16
33 Pelaksanaan Penelitian 20
34 Variabel Pengamatan 20
Della Arisan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25
41 Hasil Penelitian 25
42 Pembahasan 35
V SIMPULAN DAN SARAN 40
51 Simpulan 40
52 Saran 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 46
Tabel 9 - 32 47
Della Arisan
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Perbandingan kelas 18
2 Hasil uji perbandingan kelas daya berkecambah pada 15 lot
benih kedelai 25
3 Hasil uji perbandingan kelas kecepatan perkecambahan
pada 15 lot benih kedelai 26
4 Hasil uji perbandingan kelas indeks vigor pada 15 lot benih
kedelai 27
5 Hasil uji perbandingan kelas potensi tumbuh maksimum pada
15 lot benih kedelai 28
6 Hasil uji perbandingan kelas kadar air pada 15 lot benih
kedelai 29
7 Hasil uji perbandingan kelas bobot kering kecambah normal
pada 15 lot benih kedelai 30
8 Hasil uji perbandingan kelas daya hantar listrik pada 15 lot
benih kedelai 31
9 Data pengamatan daya berkecambah 15 lot benih kedelai 42
10 Uji Bartlet daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43
11 Analisis ragam daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43
12 Data kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 44
13 Uji Bartlet kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 45
Della Arisan
14 Analisis ragam kecepatan perkecambahan 15 lot benih
kedelai 43
15 Data indeks vigor 15 lot benih kedelai 46
16 Uji Barlet indeks vigor 15 lot benih kedelai 47
17 Analisis ragam indeks vigor 15 lot benih kedelai 47
18 Data potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 48
19 Uji Barlet potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 49
20 Analisis ragam potensi tumbuh maksimum 15 lot benih
kedelai 49
21 Data bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 50
22 Uji Barlet bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 51
23 Analisis ragam bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 51
24 Data kadar air15 lot benih kedelai 52
25 Uji Barlet kadar air15 lot benih kedelai 53
26 Analisis ragam kadar air15 lot benih kedelai 53
27 Data daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 54
28 Uji Barlet daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55
29 Analisis ragam daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55
30 Deskripsi Varietas Anjasmoro 56
31 Deskripsi Varietas Grobogan 57
32 Deskripsi Varietas Burangrang 58
Della Arisan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9
2 Tata letak percobaan 16
3 Benih normal dan abnormal 21
1
I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan
yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga
fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang
berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat
Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta
tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China
dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau
hanya sekitar 8
Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia
jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan
sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau
periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih
bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari
produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat
Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai
penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah
benih melalui periode simpan
2
Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk
budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu
upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui
periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari
kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang
di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk
rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)
sehingga diperoleh 15 lot benih
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang
menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih
memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan
kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9
Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan
selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158
0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)
Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)
yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -
75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam
mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah
respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas
benih dapat dipertahankan lebih lama
3
12 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah
disimpan selama 12 bulan
2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
13 Kerangka Pemikiran
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan
prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga
varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-
umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai
berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh
konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap
pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas
Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir
yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan
Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot
4
100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih
tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam
plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak
penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu
optimum
Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12
bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu
lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada
suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat
Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga
respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara
cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama
penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan
meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan
bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih
mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut
kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa
ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya
kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai
dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2
tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya
berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada
suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun
5
Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang
berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan
daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)
varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan
varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap
hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi
kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh
seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi
penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan
dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena
varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan
tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas
(mutu benih)
Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama
unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat
dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)
Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting
(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk
meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar
6
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting
untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas
dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan
pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel
tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis
karbohidrat (Rahmawati 2003)
Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai
Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih
Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama
fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi
dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan
energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol
heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti
nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama
perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis
senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan
potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya
bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium
bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)
7
Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai
sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan
meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan
meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan
Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan
meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan
komponen mutu benih lainnya
14 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan
Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan
2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis
pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan
3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
8
II TINJAUAN PUSTAKA
21 Pengujian Viabilitas Benih
Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi
tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam
rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang
sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama
periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih
(deteriorasi) (Sutopo 2012)
Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan
melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah
juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)
Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan
jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks
viabilitas benih
Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)
benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III
Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini
9
merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih
yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah
periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai
viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)
adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih
setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga
kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III
merupakan periode pelepasan energi (energy release)
Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)
Keterangan
D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg
Vp = viabilitas potensial
Vg = vigor
Vp
Vg
Periode viabilitas
Vp
D
I II
III
10
Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan
tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah
muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah
tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal
pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya
berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan
membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga
storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah
benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)
Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya
hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat
kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran
benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki
viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih
berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan
tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh
penyimpanan benih
Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya
hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya
semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat
yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih
pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)
11
Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang
tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan
Powell 2006)
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk
tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan
kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan
polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam
ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel
mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan
koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu
penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi
banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan
ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih
(Timotiwu dan Nurmauli 1996)
Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil
dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat
pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan
12
tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)
Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan
cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer
energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya
serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji
Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa
ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor
benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan
tinggi (Bewley dan Black 1978)
23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode
Simpan
Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama
penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang
tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan
sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum
untuk panen dapat dimulai
13
Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal
Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan
kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis
pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda
seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban
nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu
tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama
Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)
Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)
menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75
dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut
Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu
rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan
kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan
Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami
penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik
14
meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan
asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab
kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic
2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek
ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan
gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa
dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan
konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion
inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan
Vieira 2007)
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih
yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih
kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu
rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan
juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan
habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga
viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
Della Arisan
PENGUJIAN VIABILITAS 15 LOT BENIH KEDELAI (Glycine max L)
SETELAH DISIMPAN SELAMA 12 BULAN
Oleh
Della Arisandi
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
Della Arisan
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pekon Pugung Penengahan Kecamatan Lemong Kabupaten
Pesisir Barat pada 19 Mei 1997 sebagai anak dari pasangan Bapak Mukhlazim
Arief SPd MM dan Ibu Desvi Wirna Penulis memiliki dua saudara kandung
yaitu kakak perempuan dan kakak laki-laki Penulis mengawali pendidikan
formal di Taman Kanak-Kanak (TK) PGRI Pekon Pugung Penengahan
Kecamatan Lemong Kabupaten Pesisir Barat tahun 2001 Pendidikan Sekolah
Dasar di SDN 1 Pugung Penengahan Lemong Pesisir Barat pada tahun 2009
Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Lemong Pesisir Barat pada tahun 2012
dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 5 Bandar Lampung pada tahun 2015
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Agroteknologi pada tahun
2015 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan akademik dan organisasi
adapun organisasi yang pernah ditekuni yaitu PERMA AGT bidang
Pengembangan minat dan bakat periode 20152016 dan periode 20162017 Selain
itu penulis juga pernah menjadi asisten dosen Mata Kuliah Teknologi Benih
Tahun Ajaran 20182019 Biologi Tahun Ajaran 20182019
Della Arisan
Penulis melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) di Desa Negara Sakti
Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan pada Januari ndash Februari 2019
Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Penelitian Tanaman Sayuran
pada Juli ndash Agustus 2018 dengan judul ldquo Proses Produksi Benih Mentimun
(Cucumis sativus L) Hibridardquo di Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang
Bandung Barat Jawa Barat Penulis melaksanakan penelitian pada bulan
November sampai dengan Desember 2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan
Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Della Arisan
Persembahan
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT
Kupersembahkan karya sederhana ini
Kepada
Kedua orang tua tercinta
Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna
yang senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan
pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti
Kakak-kakakku tersayang
Betty Yulia Sari SE dan Devinsa Marwindo SH
yang selalu memberikan motivasi doa dan kebersamaan dengan penulis
Dosen pembimbing dan penguji
Keluarga Besar Agroteknologi
Almamater Tercinta Universitas Lampung
Della Arisan
ldquoYou have brain in your head and feet in your shoes you can steer yourself in any
direction you chooserdquo
(Dr Seuss)
ldquoKenapa harus berbuat baik
Karena semua penulis akan meninggal yang dikenang adalah tulisannya
Begitulah sebaliknya berbuat baiklah semasa hidup maka mati mu akan dikenang
dengan perbuatan baikrdquo
(Ali Bin Abi Thalib)
ldquoKegagalan hanya terjadi bila kita menyerahrdquo
(BJ Habibie)
Della Arisan
SANWACANA
Puji dan syukur penulis kepada Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan dari
berbagai pihak Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
1 Bapak Prof Dr Ir Irwan Sukri Banuwa MSi selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung
2 Ibu Prof Dr Ir Sri Yusnaini MSi selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
3 Bapak Prof Dr Ir Setyo Dwi Utomo MSc selaku Ketua Bidang
Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas
saran koreksi dan persetujuan dalam menyelesaikan skripsi ini
4 Ibu Prof Dr Ir Dermiyati M Agr Sc selaku Pembimbing Akademik
yang telah memberikan motivasi selama masa perkuliahan
5 Ibu Ir Yayuk Nurmiaty MS selaku pembimbing utama yang senantiasa
mencurahkan waktu tenaga ilmu pengetahuan motivasi nasihat arahan
dan kritikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
6 Ibu Ir Niar Nurmauli MS selaku pembimbing kedua yang tiada hentinya
mencurahkan waktu tenaga bimbingan arahan dan kritikan kepada
penulis hingga terwujudnya skripsi ini
Della Arisan
7 Ibu Ir Ermawati MS selaku pembahas dalam seluruh proses penelitian
dan penulisan skripsi atas bimbingan dan saran-saran yang telah diberikan
8 Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna yang
senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan
pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti
9 Kakak-kakak penulis Betty Yulia Sari SE Devinsa Marwindo SH
serta kakak ipar Choirus Sholeh Hasan ST yang selalu memberikan
motivasi doa dukungan moril dan materil kepada penulis
10 Sahabat-sahabat tersayang yang telah mewarnai dan menemani masa
perkuliahan penulis dari awal hingga akhir Puspa Indah Pera Novalinda
Okvi Hilleri AN Tari Yati Fiya Atmadita Leni Purnama Sari Hamida
Muliana Sari Fitriyani Gangga Prastita Sari Eno Loriani Nini Ristiana
dan Berti Kurnia
11 Mohammad Rizki Alam ST yang telah memberikan doa serta motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
12 Sahabat-sahabat gabut yang selalu ada Desi Rizki Amelia Bobo Amanda
Handoko Zenni Mardhatillah Ghina Putri Fadhilah dan Aprian Sinaga
Semoga tulisan ini bermanfaat
Bandar Lampung 09 Agustus 2019
Penulis
Della Arisandi
Della Arisan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR v
I PENDAHULUAN 1
11 Latar Belakang 1
12 Tujuan Penelitian 3
13 Kerangka Pemikiran 3
14 Hipotesis 7
II TINJAUAN PUSTAKA 8
21 Pengujian viabilitas benih 8
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas 11
23 Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama periode
simpan 12
III BAHAN DAN METODE 15
31 Tempat dan Waktu Penelitian 15
32 Alat dan Bahan 15
33 Metode Penelitian 16
33 Pelaksanaan Penelitian 20
34 Variabel Pengamatan 20
Della Arisan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25
41 Hasil Penelitian 25
42 Pembahasan 35
V SIMPULAN DAN SARAN 40
51 Simpulan 40
52 Saran 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 46
Tabel 9 - 32 47
Della Arisan
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Perbandingan kelas 18
2 Hasil uji perbandingan kelas daya berkecambah pada 15 lot
benih kedelai 25
3 Hasil uji perbandingan kelas kecepatan perkecambahan
pada 15 lot benih kedelai 26
4 Hasil uji perbandingan kelas indeks vigor pada 15 lot benih
kedelai 27
5 Hasil uji perbandingan kelas potensi tumbuh maksimum pada
15 lot benih kedelai 28
6 Hasil uji perbandingan kelas kadar air pada 15 lot benih
kedelai 29
7 Hasil uji perbandingan kelas bobot kering kecambah normal
pada 15 lot benih kedelai 30
8 Hasil uji perbandingan kelas daya hantar listrik pada 15 lot
benih kedelai 31
9 Data pengamatan daya berkecambah 15 lot benih kedelai 42
10 Uji Bartlet daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43
11 Analisis ragam daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43
12 Data kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 44
13 Uji Bartlet kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 45
Della Arisan
14 Analisis ragam kecepatan perkecambahan 15 lot benih
kedelai 43
15 Data indeks vigor 15 lot benih kedelai 46
16 Uji Barlet indeks vigor 15 lot benih kedelai 47
17 Analisis ragam indeks vigor 15 lot benih kedelai 47
18 Data potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 48
19 Uji Barlet potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 49
20 Analisis ragam potensi tumbuh maksimum 15 lot benih
kedelai 49
21 Data bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 50
22 Uji Barlet bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 51
23 Analisis ragam bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 51
24 Data kadar air15 lot benih kedelai 52
25 Uji Barlet kadar air15 lot benih kedelai 53
26 Analisis ragam kadar air15 lot benih kedelai 53
27 Data daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 54
28 Uji Barlet daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55
29 Analisis ragam daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55
30 Deskripsi Varietas Anjasmoro 56
31 Deskripsi Varietas Grobogan 57
32 Deskripsi Varietas Burangrang 58
Della Arisan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9
2 Tata letak percobaan 16
3 Benih normal dan abnormal 21
1
I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan
yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga
fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang
berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat
Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta
tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China
dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau
hanya sekitar 8
Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia
jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan
sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau
periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih
bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari
produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat
Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai
penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah
benih melalui periode simpan
2
Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk
budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu
upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui
periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari
kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang
di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk
rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)
sehingga diperoleh 15 lot benih
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang
menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih
memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan
kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9
Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan
selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158
0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)
Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)
yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -
75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam
mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah
respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas
benih dapat dipertahankan lebih lama
3
12 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah
disimpan selama 12 bulan
2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
13 Kerangka Pemikiran
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan
prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga
varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-
umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai
berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh
konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap
pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas
Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir
yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan
Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot
4
100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih
tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam
plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak
penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu
optimum
Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12
bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu
lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada
suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat
Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga
respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara
cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama
penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan
meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan
bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih
mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut
kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa
ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya
kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai
dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2
tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya
berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada
suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun
5
Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang
berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan
daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)
varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan
varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap
hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi
kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh
seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi
penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan
dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena
varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan
tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas
(mutu benih)
Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama
unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat
dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)
Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting
(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk
meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar
6
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting
untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas
dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan
pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel
tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis
karbohidrat (Rahmawati 2003)
Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai
Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih
Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama
fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi
dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan
energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol
heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti
nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama
perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis
senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan
potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya
bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium
bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)
7
Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai
sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan
meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan
meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan
Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan
meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan
komponen mutu benih lainnya
14 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan
Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan
2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis
pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan
3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
8
II TINJAUAN PUSTAKA
21 Pengujian Viabilitas Benih
Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi
tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam
rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang
sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama
periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih
(deteriorasi) (Sutopo 2012)
Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan
melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah
juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)
Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan
jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks
viabilitas benih
Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)
benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III
Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini
9
merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih
yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah
periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai
viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)
adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih
setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga
kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III
merupakan periode pelepasan energi (energy release)
Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)
Keterangan
D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg
Vp = viabilitas potensial
Vg = vigor
Vp
Vg
Periode viabilitas
Vp
D
I II
III
10
Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan
tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah
muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah
tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal
pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya
berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan
membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga
storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah
benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)
Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya
hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat
kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran
benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki
viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih
berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan
tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh
penyimpanan benih
Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya
hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya
semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat
yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih
pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)
11
Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang
tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan
Powell 2006)
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk
tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan
kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan
polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam
ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel
mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan
koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu
penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi
banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan
ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih
(Timotiwu dan Nurmauli 1996)
Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil
dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat
pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan
12
tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)
Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan
cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer
energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya
serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji
Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa
ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor
benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan
tinggi (Bewley dan Black 1978)
23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode
Simpan
Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama
penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang
tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan
sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum
untuk panen dapat dimulai
13
Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal
Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan
kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis
pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda
seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban
nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu
tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama
Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)
Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)
menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75
dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut
Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu
rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan
kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan
Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami
penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik
14
meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan
asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab
kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic
2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek
ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan
gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa
dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan
konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion
inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan
Vieira 2007)
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih
yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih
kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu
rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan
juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan
habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga
viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
Della Arisan
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pekon Pugung Penengahan Kecamatan Lemong Kabupaten
Pesisir Barat pada 19 Mei 1997 sebagai anak dari pasangan Bapak Mukhlazim
Arief SPd MM dan Ibu Desvi Wirna Penulis memiliki dua saudara kandung
yaitu kakak perempuan dan kakak laki-laki Penulis mengawali pendidikan
formal di Taman Kanak-Kanak (TK) PGRI Pekon Pugung Penengahan
Kecamatan Lemong Kabupaten Pesisir Barat tahun 2001 Pendidikan Sekolah
Dasar di SDN 1 Pugung Penengahan Lemong Pesisir Barat pada tahun 2009
Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Lemong Pesisir Barat pada tahun 2012
dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 5 Bandar Lampung pada tahun 2015
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Agroteknologi pada tahun
2015 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan akademik dan organisasi
adapun organisasi yang pernah ditekuni yaitu PERMA AGT bidang
Pengembangan minat dan bakat periode 20152016 dan periode 20162017 Selain
itu penulis juga pernah menjadi asisten dosen Mata Kuliah Teknologi Benih
Tahun Ajaran 20182019 Biologi Tahun Ajaran 20182019
Della Arisan
Penulis melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) di Desa Negara Sakti
Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan pada Januari ndash Februari 2019
Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Penelitian Tanaman Sayuran
pada Juli ndash Agustus 2018 dengan judul ldquo Proses Produksi Benih Mentimun
(Cucumis sativus L) Hibridardquo di Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang
Bandung Barat Jawa Barat Penulis melaksanakan penelitian pada bulan
November sampai dengan Desember 2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan
Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Della Arisan
Persembahan
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT
Kupersembahkan karya sederhana ini
Kepada
Kedua orang tua tercinta
Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna
yang senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan
pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti
Kakak-kakakku tersayang
Betty Yulia Sari SE dan Devinsa Marwindo SH
yang selalu memberikan motivasi doa dan kebersamaan dengan penulis
Dosen pembimbing dan penguji
Keluarga Besar Agroteknologi
Almamater Tercinta Universitas Lampung
Della Arisan
ldquoYou have brain in your head and feet in your shoes you can steer yourself in any
direction you chooserdquo
(Dr Seuss)
ldquoKenapa harus berbuat baik
Karena semua penulis akan meninggal yang dikenang adalah tulisannya
Begitulah sebaliknya berbuat baiklah semasa hidup maka mati mu akan dikenang
dengan perbuatan baikrdquo
(Ali Bin Abi Thalib)
ldquoKegagalan hanya terjadi bila kita menyerahrdquo
(BJ Habibie)
Della Arisan
SANWACANA
Puji dan syukur penulis kepada Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan dari
berbagai pihak Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
1 Bapak Prof Dr Ir Irwan Sukri Banuwa MSi selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung
2 Ibu Prof Dr Ir Sri Yusnaini MSi selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
3 Bapak Prof Dr Ir Setyo Dwi Utomo MSc selaku Ketua Bidang
Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas
saran koreksi dan persetujuan dalam menyelesaikan skripsi ini
4 Ibu Prof Dr Ir Dermiyati M Agr Sc selaku Pembimbing Akademik
yang telah memberikan motivasi selama masa perkuliahan
5 Ibu Ir Yayuk Nurmiaty MS selaku pembimbing utama yang senantiasa
mencurahkan waktu tenaga ilmu pengetahuan motivasi nasihat arahan
dan kritikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
6 Ibu Ir Niar Nurmauli MS selaku pembimbing kedua yang tiada hentinya
mencurahkan waktu tenaga bimbingan arahan dan kritikan kepada
penulis hingga terwujudnya skripsi ini
Della Arisan
7 Ibu Ir Ermawati MS selaku pembahas dalam seluruh proses penelitian
dan penulisan skripsi atas bimbingan dan saran-saran yang telah diberikan
8 Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna yang
senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan
pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti
9 Kakak-kakak penulis Betty Yulia Sari SE Devinsa Marwindo SH
serta kakak ipar Choirus Sholeh Hasan ST yang selalu memberikan
motivasi doa dukungan moril dan materil kepada penulis
10 Sahabat-sahabat tersayang yang telah mewarnai dan menemani masa
perkuliahan penulis dari awal hingga akhir Puspa Indah Pera Novalinda
Okvi Hilleri AN Tari Yati Fiya Atmadita Leni Purnama Sari Hamida
Muliana Sari Fitriyani Gangga Prastita Sari Eno Loriani Nini Ristiana
dan Berti Kurnia
11 Mohammad Rizki Alam ST yang telah memberikan doa serta motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
12 Sahabat-sahabat gabut yang selalu ada Desi Rizki Amelia Bobo Amanda
Handoko Zenni Mardhatillah Ghina Putri Fadhilah dan Aprian Sinaga
Semoga tulisan ini bermanfaat
Bandar Lampung 09 Agustus 2019
Penulis
Della Arisandi
Della Arisan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR v
I PENDAHULUAN 1
11 Latar Belakang 1
12 Tujuan Penelitian 3
13 Kerangka Pemikiran 3
14 Hipotesis 7
II TINJAUAN PUSTAKA 8
21 Pengujian viabilitas benih 8
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas 11
23 Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama periode
simpan 12
III BAHAN DAN METODE 15
31 Tempat dan Waktu Penelitian 15
32 Alat dan Bahan 15
33 Metode Penelitian 16
33 Pelaksanaan Penelitian 20
34 Variabel Pengamatan 20
Della Arisan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25
41 Hasil Penelitian 25
42 Pembahasan 35
V SIMPULAN DAN SARAN 40
51 Simpulan 40
52 Saran 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 46
Tabel 9 - 32 47
Della Arisan
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Perbandingan kelas 18
2 Hasil uji perbandingan kelas daya berkecambah pada 15 lot
benih kedelai 25
3 Hasil uji perbandingan kelas kecepatan perkecambahan
pada 15 lot benih kedelai 26
4 Hasil uji perbandingan kelas indeks vigor pada 15 lot benih
kedelai 27
5 Hasil uji perbandingan kelas potensi tumbuh maksimum pada
15 lot benih kedelai 28
6 Hasil uji perbandingan kelas kadar air pada 15 lot benih
kedelai 29
7 Hasil uji perbandingan kelas bobot kering kecambah normal
pada 15 lot benih kedelai 30
8 Hasil uji perbandingan kelas daya hantar listrik pada 15 lot
benih kedelai 31
9 Data pengamatan daya berkecambah 15 lot benih kedelai 42
10 Uji Bartlet daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43
11 Analisis ragam daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43
12 Data kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 44
13 Uji Bartlet kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 45
Della Arisan
14 Analisis ragam kecepatan perkecambahan 15 lot benih
kedelai 43
15 Data indeks vigor 15 lot benih kedelai 46
16 Uji Barlet indeks vigor 15 lot benih kedelai 47
17 Analisis ragam indeks vigor 15 lot benih kedelai 47
18 Data potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 48
19 Uji Barlet potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 49
20 Analisis ragam potensi tumbuh maksimum 15 lot benih
kedelai 49
21 Data bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 50
22 Uji Barlet bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 51
23 Analisis ragam bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 51
24 Data kadar air15 lot benih kedelai 52
25 Uji Barlet kadar air15 lot benih kedelai 53
26 Analisis ragam kadar air15 lot benih kedelai 53
27 Data daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 54
28 Uji Barlet daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55
29 Analisis ragam daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55
30 Deskripsi Varietas Anjasmoro 56
31 Deskripsi Varietas Grobogan 57
32 Deskripsi Varietas Burangrang 58
Della Arisan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9
2 Tata letak percobaan 16
3 Benih normal dan abnormal 21
1
I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan
yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga
fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang
berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat
Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta
tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China
dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau
hanya sekitar 8
Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia
jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan
sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau
periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih
bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari
produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat
Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai
penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah
benih melalui periode simpan
2
Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk
budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu
upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui
periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari
kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang
di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk
rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)
sehingga diperoleh 15 lot benih
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang
menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih
memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan
kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9
Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan
selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158
0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)
Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)
yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -
75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam
mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah
respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas
benih dapat dipertahankan lebih lama
3
12 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah
disimpan selama 12 bulan
2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
13 Kerangka Pemikiran
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan
prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga
varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-
umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai
berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh
konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap
pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas
Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir
yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan
Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot
4
100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih
tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam
plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak
penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu
optimum
Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12
bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu
lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada
suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat
Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga
respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara
cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama
penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan
meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan
bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih
mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut
kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa
ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya
kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai
dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2
tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya
berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada
suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun
5
Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang
berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan
daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)
varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan
varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap
hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi
kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh
seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi
penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan
dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena
varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan
tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas
(mutu benih)
Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama
unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat
dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)
Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting
(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk
meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar
6
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting
untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas
dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan
pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel
tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis
karbohidrat (Rahmawati 2003)
Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai
Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih
Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama
fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi
dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan
energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol
heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti
nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama
perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis
senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan
potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya
bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium
bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)
7
Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai
sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan
meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan
meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan
Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan
meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan
komponen mutu benih lainnya
14 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan
Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan
2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis
pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan
3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
8
II TINJAUAN PUSTAKA
21 Pengujian Viabilitas Benih
Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi
tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam
rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang
sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama
periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih
(deteriorasi) (Sutopo 2012)
Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan
melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah
juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)
Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan
jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks
viabilitas benih
Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)
benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III
Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini
9
merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih
yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah
periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai
viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)
adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih
setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga
kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III
merupakan periode pelepasan energi (energy release)
Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)
Keterangan
D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg
Vp = viabilitas potensial
Vg = vigor
Vp
Vg
Periode viabilitas
Vp
D
I II
III
10
Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan
tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah
muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah
tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal
pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya
berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan
membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga
storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah
benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)
Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya
hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat
kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran
benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki
viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih
berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan
tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh
penyimpanan benih
Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya
hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya
semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat
yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih
pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)
11
Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang
tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan
Powell 2006)
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk
tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan
kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan
polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam
ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel
mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan
koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu
penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi
banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan
ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih
(Timotiwu dan Nurmauli 1996)
Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil
dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat
pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan
12
tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)
Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan
cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer
energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya
serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji
Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa
ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor
benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan
tinggi (Bewley dan Black 1978)
23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode
Simpan
Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama
penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang
tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan
sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum
untuk panen dapat dimulai
13
Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal
Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan
kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis
pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda
seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban
nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu
tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama
Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)
Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)
menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75
dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut
Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu
rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan
kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan
Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami
penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik
14
meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan
asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab
kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic
2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek
ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan
gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa
dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan
konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion
inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan
Vieira 2007)
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih
yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih
kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu
rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan
juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan
habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga
viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
Della Arisan
Penulis melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) di Desa Negara Sakti
Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan pada Januari ndash Februari 2019
Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Penelitian Tanaman Sayuran
pada Juli ndash Agustus 2018 dengan judul ldquo Proses Produksi Benih Mentimun
(Cucumis sativus L) Hibridardquo di Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang
Bandung Barat Jawa Barat Penulis melaksanakan penelitian pada bulan
November sampai dengan Desember 2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan
Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Della Arisan
Persembahan
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT
Kupersembahkan karya sederhana ini
Kepada
Kedua orang tua tercinta
Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna
yang senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan
pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti
Kakak-kakakku tersayang
Betty Yulia Sari SE dan Devinsa Marwindo SH
yang selalu memberikan motivasi doa dan kebersamaan dengan penulis
Dosen pembimbing dan penguji
Keluarga Besar Agroteknologi
Almamater Tercinta Universitas Lampung
Della Arisan
ldquoYou have brain in your head and feet in your shoes you can steer yourself in any
direction you chooserdquo
(Dr Seuss)
ldquoKenapa harus berbuat baik
Karena semua penulis akan meninggal yang dikenang adalah tulisannya
Begitulah sebaliknya berbuat baiklah semasa hidup maka mati mu akan dikenang
dengan perbuatan baikrdquo
(Ali Bin Abi Thalib)
ldquoKegagalan hanya terjadi bila kita menyerahrdquo
(BJ Habibie)
Della Arisan
SANWACANA
Puji dan syukur penulis kepada Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan dari
berbagai pihak Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
1 Bapak Prof Dr Ir Irwan Sukri Banuwa MSi selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung
2 Ibu Prof Dr Ir Sri Yusnaini MSi selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
3 Bapak Prof Dr Ir Setyo Dwi Utomo MSc selaku Ketua Bidang
Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas
saran koreksi dan persetujuan dalam menyelesaikan skripsi ini
4 Ibu Prof Dr Ir Dermiyati M Agr Sc selaku Pembimbing Akademik
yang telah memberikan motivasi selama masa perkuliahan
5 Ibu Ir Yayuk Nurmiaty MS selaku pembimbing utama yang senantiasa
mencurahkan waktu tenaga ilmu pengetahuan motivasi nasihat arahan
dan kritikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
6 Ibu Ir Niar Nurmauli MS selaku pembimbing kedua yang tiada hentinya
mencurahkan waktu tenaga bimbingan arahan dan kritikan kepada
penulis hingga terwujudnya skripsi ini
Della Arisan
7 Ibu Ir Ermawati MS selaku pembahas dalam seluruh proses penelitian
dan penulisan skripsi atas bimbingan dan saran-saran yang telah diberikan
8 Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna yang
senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan
pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti
9 Kakak-kakak penulis Betty Yulia Sari SE Devinsa Marwindo SH
serta kakak ipar Choirus Sholeh Hasan ST yang selalu memberikan
motivasi doa dukungan moril dan materil kepada penulis
10 Sahabat-sahabat tersayang yang telah mewarnai dan menemani masa
perkuliahan penulis dari awal hingga akhir Puspa Indah Pera Novalinda
Okvi Hilleri AN Tari Yati Fiya Atmadita Leni Purnama Sari Hamida
Muliana Sari Fitriyani Gangga Prastita Sari Eno Loriani Nini Ristiana
dan Berti Kurnia
11 Mohammad Rizki Alam ST yang telah memberikan doa serta motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
12 Sahabat-sahabat gabut yang selalu ada Desi Rizki Amelia Bobo Amanda
Handoko Zenni Mardhatillah Ghina Putri Fadhilah dan Aprian Sinaga
Semoga tulisan ini bermanfaat
Bandar Lampung 09 Agustus 2019
Penulis
Della Arisandi
Della Arisan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR v
I PENDAHULUAN 1
11 Latar Belakang 1
12 Tujuan Penelitian 3
13 Kerangka Pemikiran 3
14 Hipotesis 7
II TINJAUAN PUSTAKA 8
21 Pengujian viabilitas benih 8
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas 11
23 Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama periode
simpan 12
III BAHAN DAN METODE 15
31 Tempat dan Waktu Penelitian 15
32 Alat dan Bahan 15
33 Metode Penelitian 16
33 Pelaksanaan Penelitian 20
34 Variabel Pengamatan 20
Della Arisan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25
41 Hasil Penelitian 25
42 Pembahasan 35
V SIMPULAN DAN SARAN 40
51 Simpulan 40
52 Saran 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 46
Tabel 9 - 32 47
Della Arisan
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Perbandingan kelas 18
2 Hasil uji perbandingan kelas daya berkecambah pada 15 lot
benih kedelai 25
3 Hasil uji perbandingan kelas kecepatan perkecambahan
pada 15 lot benih kedelai 26
4 Hasil uji perbandingan kelas indeks vigor pada 15 lot benih
kedelai 27
5 Hasil uji perbandingan kelas potensi tumbuh maksimum pada
15 lot benih kedelai 28
6 Hasil uji perbandingan kelas kadar air pada 15 lot benih
kedelai 29
7 Hasil uji perbandingan kelas bobot kering kecambah normal
pada 15 lot benih kedelai 30
8 Hasil uji perbandingan kelas daya hantar listrik pada 15 lot
benih kedelai 31
9 Data pengamatan daya berkecambah 15 lot benih kedelai 42
10 Uji Bartlet daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43
11 Analisis ragam daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43
12 Data kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 44
13 Uji Bartlet kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 45
Della Arisan
14 Analisis ragam kecepatan perkecambahan 15 lot benih
kedelai 43
15 Data indeks vigor 15 lot benih kedelai 46
16 Uji Barlet indeks vigor 15 lot benih kedelai 47
17 Analisis ragam indeks vigor 15 lot benih kedelai 47
18 Data potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 48
19 Uji Barlet potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 49
20 Analisis ragam potensi tumbuh maksimum 15 lot benih
kedelai 49
21 Data bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 50
22 Uji Barlet bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 51
23 Analisis ragam bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 51
24 Data kadar air15 lot benih kedelai 52
25 Uji Barlet kadar air15 lot benih kedelai 53
26 Analisis ragam kadar air15 lot benih kedelai 53
27 Data daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 54
28 Uji Barlet daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55
29 Analisis ragam daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55
30 Deskripsi Varietas Anjasmoro 56
31 Deskripsi Varietas Grobogan 57
32 Deskripsi Varietas Burangrang 58
Della Arisan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9
2 Tata letak percobaan 16
3 Benih normal dan abnormal 21
1
I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan
yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga
fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang
berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat
Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta
tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China
dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau
hanya sekitar 8
Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia
jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan
sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau
periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih
bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari
produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat
Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai
penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah
benih melalui periode simpan
2
Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk
budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu
upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui
periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari
kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang
di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk
rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)
sehingga diperoleh 15 lot benih
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang
menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih
memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan
kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9
Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan
selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158
0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)
Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)
yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -
75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam
mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah
respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas
benih dapat dipertahankan lebih lama
3
12 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah
disimpan selama 12 bulan
2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
13 Kerangka Pemikiran
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan
prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga
varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-
umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai
berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh
konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap
pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas
Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir
yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan
Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot
4
100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih
tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam
plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak
penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu
optimum
Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12
bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu
lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada
suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat
Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga
respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara
cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama
penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan
meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan
bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih
mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut
kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa
ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya
kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai
dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2
tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya
berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada
suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun
5
Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang
berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan
daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)
varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan
varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap
hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi
kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh
seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi
penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan
dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena
varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan
tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas
(mutu benih)
Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama
unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat
dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)
Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting
(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk
meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar
6
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting
untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas
dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan
pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel
tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis
karbohidrat (Rahmawati 2003)
Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai
Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih
Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama
fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi
dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan
energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol
heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti
nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama
perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis
senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan
potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya
bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium
bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)
7
Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai
sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan
meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan
meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan
Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan
meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan
komponen mutu benih lainnya
14 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan
Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan
2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis
pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan
3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
8
II TINJAUAN PUSTAKA
21 Pengujian Viabilitas Benih
Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi
tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam
rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang
sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama
periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih
(deteriorasi) (Sutopo 2012)
Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan
melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah
juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)
Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan
jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks
viabilitas benih
Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)
benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III
Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini
9
merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih
yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah
periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai
viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)
adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih
setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga
kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III
merupakan periode pelepasan energi (energy release)
Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)
Keterangan
D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg
Vp = viabilitas potensial
Vg = vigor
Vp
Vg
Periode viabilitas
Vp
D
I II
III
10
Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan
tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah
muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah
tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal
pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya
berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan
membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga
storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah
benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)
Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya
hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat
kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran
benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki
viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih
berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan
tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh
penyimpanan benih
Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya
hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya
semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat
yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih
pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)
11
Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang
tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan
Powell 2006)
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk
tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan
kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan
polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam
ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel
mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan
koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu
penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi
banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan
ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih
(Timotiwu dan Nurmauli 1996)
Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil
dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat
pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan
12
tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)
Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan
cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer
energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya
serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji
Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa
ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor
benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan
tinggi (Bewley dan Black 1978)
23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode
Simpan
Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama
penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang
tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan
sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum
untuk panen dapat dimulai
13
Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal
Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan
kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis
pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda
seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban
nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu
tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama
Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)
Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)
menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75
dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut
Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu
rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan
kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan
Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami
penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik
14
meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan
asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab
kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic
2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek
ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan
gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa
dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan
konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion
inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan
Vieira 2007)
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih
yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih
kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu
rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan
juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan
habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga
viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
Della Arisan
Persembahan
Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT
Kupersembahkan karya sederhana ini
Kepada
Kedua orang tua tercinta
Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna
yang senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan
pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti
Kakak-kakakku tersayang
Betty Yulia Sari SE dan Devinsa Marwindo SH
yang selalu memberikan motivasi doa dan kebersamaan dengan penulis
Dosen pembimbing dan penguji
Keluarga Besar Agroteknologi
Almamater Tercinta Universitas Lampung
Della Arisan
ldquoYou have brain in your head and feet in your shoes you can steer yourself in any
direction you chooserdquo
(Dr Seuss)
ldquoKenapa harus berbuat baik
Karena semua penulis akan meninggal yang dikenang adalah tulisannya
Begitulah sebaliknya berbuat baiklah semasa hidup maka mati mu akan dikenang
dengan perbuatan baikrdquo
(Ali Bin Abi Thalib)
ldquoKegagalan hanya terjadi bila kita menyerahrdquo
(BJ Habibie)
Della Arisan
SANWACANA
Puji dan syukur penulis kepada Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan dari
berbagai pihak Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
1 Bapak Prof Dr Ir Irwan Sukri Banuwa MSi selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung
2 Ibu Prof Dr Ir Sri Yusnaini MSi selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
3 Bapak Prof Dr Ir Setyo Dwi Utomo MSc selaku Ketua Bidang
Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas
saran koreksi dan persetujuan dalam menyelesaikan skripsi ini
4 Ibu Prof Dr Ir Dermiyati M Agr Sc selaku Pembimbing Akademik
yang telah memberikan motivasi selama masa perkuliahan
5 Ibu Ir Yayuk Nurmiaty MS selaku pembimbing utama yang senantiasa
mencurahkan waktu tenaga ilmu pengetahuan motivasi nasihat arahan
dan kritikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
6 Ibu Ir Niar Nurmauli MS selaku pembimbing kedua yang tiada hentinya
mencurahkan waktu tenaga bimbingan arahan dan kritikan kepada
penulis hingga terwujudnya skripsi ini
Della Arisan
7 Ibu Ir Ermawati MS selaku pembahas dalam seluruh proses penelitian
dan penulisan skripsi atas bimbingan dan saran-saran yang telah diberikan
8 Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna yang
senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan
pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti
9 Kakak-kakak penulis Betty Yulia Sari SE Devinsa Marwindo SH
serta kakak ipar Choirus Sholeh Hasan ST yang selalu memberikan
motivasi doa dukungan moril dan materil kepada penulis
10 Sahabat-sahabat tersayang yang telah mewarnai dan menemani masa
perkuliahan penulis dari awal hingga akhir Puspa Indah Pera Novalinda
Okvi Hilleri AN Tari Yati Fiya Atmadita Leni Purnama Sari Hamida
Muliana Sari Fitriyani Gangga Prastita Sari Eno Loriani Nini Ristiana
dan Berti Kurnia
11 Mohammad Rizki Alam ST yang telah memberikan doa serta motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
12 Sahabat-sahabat gabut yang selalu ada Desi Rizki Amelia Bobo Amanda
Handoko Zenni Mardhatillah Ghina Putri Fadhilah dan Aprian Sinaga
Semoga tulisan ini bermanfaat
Bandar Lampung 09 Agustus 2019
Penulis
Della Arisandi
Della Arisan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR v
I PENDAHULUAN 1
11 Latar Belakang 1
12 Tujuan Penelitian 3
13 Kerangka Pemikiran 3
14 Hipotesis 7
II TINJAUAN PUSTAKA 8
21 Pengujian viabilitas benih 8
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas 11
23 Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama periode
simpan 12
III BAHAN DAN METODE 15
31 Tempat dan Waktu Penelitian 15
32 Alat dan Bahan 15
33 Metode Penelitian 16
33 Pelaksanaan Penelitian 20
34 Variabel Pengamatan 20
Della Arisan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25
41 Hasil Penelitian 25
42 Pembahasan 35
V SIMPULAN DAN SARAN 40
51 Simpulan 40
52 Saran 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 46
Tabel 9 - 32 47
Della Arisan
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Perbandingan kelas 18
2 Hasil uji perbandingan kelas daya berkecambah pada 15 lot
benih kedelai 25
3 Hasil uji perbandingan kelas kecepatan perkecambahan
pada 15 lot benih kedelai 26
4 Hasil uji perbandingan kelas indeks vigor pada 15 lot benih
kedelai 27
5 Hasil uji perbandingan kelas potensi tumbuh maksimum pada
15 lot benih kedelai 28
6 Hasil uji perbandingan kelas kadar air pada 15 lot benih
kedelai 29
7 Hasil uji perbandingan kelas bobot kering kecambah normal
pada 15 lot benih kedelai 30
8 Hasil uji perbandingan kelas daya hantar listrik pada 15 lot
benih kedelai 31
9 Data pengamatan daya berkecambah 15 lot benih kedelai 42
10 Uji Bartlet daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43
11 Analisis ragam daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43
12 Data kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 44
13 Uji Bartlet kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 45
Della Arisan
14 Analisis ragam kecepatan perkecambahan 15 lot benih
kedelai 43
15 Data indeks vigor 15 lot benih kedelai 46
16 Uji Barlet indeks vigor 15 lot benih kedelai 47
17 Analisis ragam indeks vigor 15 lot benih kedelai 47
18 Data potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 48
19 Uji Barlet potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 49
20 Analisis ragam potensi tumbuh maksimum 15 lot benih
kedelai 49
21 Data bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 50
22 Uji Barlet bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 51
23 Analisis ragam bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 51
24 Data kadar air15 lot benih kedelai 52
25 Uji Barlet kadar air15 lot benih kedelai 53
26 Analisis ragam kadar air15 lot benih kedelai 53
27 Data daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 54
28 Uji Barlet daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55
29 Analisis ragam daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55
30 Deskripsi Varietas Anjasmoro 56
31 Deskripsi Varietas Grobogan 57
32 Deskripsi Varietas Burangrang 58
Della Arisan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9
2 Tata letak percobaan 16
3 Benih normal dan abnormal 21
1
I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan
yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga
fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang
berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat
Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta
tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China
dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau
hanya sekitar 8
Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia
jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan
sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau
periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih
bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari
produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat
Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai
penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah
benih melalui periode simpan
2
Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk
budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu
upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui
periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari
kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang
di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk
rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)
sehingga diperoleh 15 lot benih
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang
menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih
memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan
kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9
Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan
selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158
0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)
Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)
yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -
75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam
mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah
respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas
benih dapat dipertahankan lebih lama
3
12 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah
disimpan selama 12 bulan
2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
13 Kerangka Pemikiran
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan
prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga
varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-
umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai
berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh
konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap
pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas
Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir
yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan
Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot
4
100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih
tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam
plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak
penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu
optimum
Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12
bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu
lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada
suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat
Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga
respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara
cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama
penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan
meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan
bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih
mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut
kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa
ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya
kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai
dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2
tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya
berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada
suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun
5
Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang
berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan
daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)
varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan
varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap
hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi
kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh
seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi
penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan
dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena
varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan
tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas
(mutu benih)
Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama
unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat
dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)
Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting
(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk
meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar
6
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting
untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas
dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan
pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel
tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis
karbohidrat (Rahmawati 2003)
Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai
Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih
Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama
fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi
dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan
energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol
heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti
nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama
perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis
senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan
potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya
bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium
bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)
7
Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai
sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan
meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan
meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan
Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan
meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan
komponen mutu benih lainnya
14 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan
Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan
2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis
pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan
3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
8
II TINJAUAN PUSTAKA
21 Pengujian Viabilitas Benih
Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi
tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam
rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang
sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama
periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih
(deteriorasi) (Sutopo 2012)
Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan
melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah
juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)
Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan
jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks
viabilitas benih
Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)
benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III
Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini
9
merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih
yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah
periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai
viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)
adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih
setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga
kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III
merupakan periode pelepasan energi (energy release)
Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)
Keterangan
D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg
Vp = viabilitas potensial
Vg = vigor
Vp
Vg
Periode viabilitas
Vp
D
I II
III
10
Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan
tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah
muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah
tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal
pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya
berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan
membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga
storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah
benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)
Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya
hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat
kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran
benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki
viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih
berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan
tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh
penyimpanan benih
Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya
hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya
semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat
yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih
pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)
11
Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang
tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan
Powell 2006)
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk
tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan
kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan
polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam
ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel
mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan
koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu
penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi
banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan
ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih
(Timotiwu dan Nurmauli 1996)
Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil
dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat
pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan
12
tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)
Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan
cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer
energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya
serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji
Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa
ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor
benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan
tinggi (Bewley dan Black 1978)
23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode
Simpan
Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama
penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang
tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan
sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum
untuk panen dapat dimulai
13
Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal
Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan
kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis
pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda
seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban
nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu
tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama
Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)
Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)
menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75
dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut
Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu
rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan
kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan
Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami
penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik
14
meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan
asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab
kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic
2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek
ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan
gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa
dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan
konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion
inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan
Vieira 2007)
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih
yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih
kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu
rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan
juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan
habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga
viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
Della Arisan
ldquoYou have brain in your head and feet in your shoes you can steer yourself in any
direction you chooserdquo
(Dr Seuss)
ldquoKenapa harus berbuat baik
Karena semua penulis akan meninggal yang dikenang adalah tulisannya
Begitulah sebaliknya berbuat baiklah semasa hidup maka mati mu akan dikenang
dengan perbuatan baikrdquo
(Ali Bin Abi Thalib)
ldquoKegagalan hanya terjadi bila kita menyerahrdquo
(BJ Habibie)
Della Arisan
SANWACANA
Puji dan syukur penulis kepada Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan dari
berbagai pihak Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
1 Bapak Prof Dr Ir Irwan Sukri Banuwa MSi selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung
2 Ibu Prof Dr Ir Sri Yusnaini MSi selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
3 Bapak Prof Dr Ir Setyo Dwi Utomo MSc selaku Ketua Bidang
Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas
saran koreksi dan persetujuan dalam menyelesaikan skripsi ini
4 Ibu Prof Dr Ir Dermiyati M Agr Sc selaku Pembimbing Akademik
yang telah memberikan motivasi selama masa perkuliahan
5 Ibu Ir Yayuk Nurmiaty MS selaku pembimbing utama yang senantiasa
mencurahkan waktu tenaga ilmu pengetahuan motivasi nasihat arahan
dan kritikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
6 Ibu Ir Niar Nurmauli MS selaku pembimbing kedua yang tiada hentinya
mencurahkan waktu tenaga bimbingan arahan dan kritikan kepada
penulis hingga terwujudnya skripsi ini
Della Arisan
7 Ibu Ir Ermawati MS selaku pembahas dalam seluruh proses penelitian
dan penulisan skripsi atas bimbingan dan saran-saran yang telah diberikan
8 Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna yang
senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan
pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti
9 Kakak-kakak penulis Betty Yulia Sari SE Devinsa Marwindo SH
serta kakak ipar Choirus Sholeh Hasan ST yang selalu memberikan
motivasi doa dukungan moril dan materil kepada penulis
10 Sahabat-sahabat tersayang yang telah mewarnai dan menemani masa
perkuliahan penulis dari awal hingga akhir Puspa Indah Pera Novalinda
Okvi Hilleri AN Tari Yati Fiya Atmadita Leni Purnama Sari Hamida
Muliana Sari Fitriyani Gangga Prastita Sari Eno Loriani Nini Ristiana
dan Berti Kurnia
11 Mohammad Rizki Alam ST yang telah memberikan doa serta motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
12 Sahabat-sahabat gabut yang selalu ada Desi Rizki Amelia Bobo Amanda
Handoko Zenni Mardhatillah Ghina Putri Fadhilah dan Aprian Sinaga
Semoga tulisan ini bermanfaat
Bandar Lampung 09 Agustus 2019
Penulis
Della Arisandi
Della Arisan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR v
I PENDAHULUAN 1
11 Latar Belakang 1
12 Tujuan Penelitian 3
13 Kerangka Pemikiran 3
14 Hipotesis 7
II TINJAUAN PUSTAKA 8
21 Pengujian viabilitas benih 8
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas 11
23 Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama periode
simpan 12
III BAHAN DAN METODE 15
31 Tempat dan Waktu Penelitian 15
32 Alat dan Bahan 15
33 Metode Penelitian 16
33 Pelaksanaan Penelitian 20
34 Variabel Pengamatan 20
Della Arisan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25
41 Hasil Penelitian 25
42 Pembahasan 35
V SIMPULAN DAN SARAN 40
51 Simpulan 40
52 Saran 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 46
Tabel 9 - 32 47
Della Arisan
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Perbandingan kelas 18
2 Hasil uji perbandingan kelas daya berkecambah pada 15 lot
benih kedelai 25
3 Hasil uji perbandingan kelas kecepatan perkecambahan
pada 15 lot benih kedelai 26
4 Hasil uji perbandingan kelas indeks vigor pada 15 lot benih
kedelai 27
5 Hasil uji perbandingan kelas potensi tumbuh maksimum pada
15 lot benih kedelai 28
6 Hasil uji perbandingan kelas kadar air pada 15 lot benih
kedelai 29
7 Hasil uji perbandingan kelas bobot kering kecambah normal
pada 15 lot benih kedelai 30
8 Hasil uji perbandingan kelas daya hantar listrik pada 15 lot
benih kedelai 31
9 Data pengamatan daya berkecambah 15 lot benih kedelai 42
10 Uji Bartlet daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43
11 Analisis ragam daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43
12 Data kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 44
13 Uji Bartlet kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 45
Della Arisan
14 Analisis ragam kecepatan perkecambahan 15 lot benih
kedelai 43
15 Data indeks vigor 15 lot benih kedelai 46
16 Uji Barlet indeks vigor 15 lot benih kedelai 47
17 Analisis ragam indeks vigor 15 lot benih kedelai 47
18 Data potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 48
19 Uji Barlet potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 49
20 Analisis ragam potensi tumbuh maksimum 15 lot benih
kedelai 49
21 Data bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 50
22 Uji Barlet bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 51
23 Analisis ragam bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 51
24 Data kadar air15 lot benih kedelai 52
25 Uji Barlet kadar air15 lot benih kedelai 53
26 Analisis ragam kadar air15 lot benih kedelai 53
27 Data daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 54
28 Uji Barlet daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55
29 Analisis ragam daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55
30 Deskripsi Varietas Anjasmoro 56
31 Deskripsi Varietas Grobogan 57
32 Deskripsi Varietas Burangrang 58
Della Arisan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9
2 Tata letak percobaan 16
3 Benih normal dan abnormal 21
1
I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan
yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga
fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang
berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat
Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta
tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China
dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau
hanya sekitar 8
Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia
jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan
sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau
periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih
bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari
produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat
Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai
penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah
benih melalui periode simpan
2
Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk
budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu
upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui
periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari
kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang
di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk
rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)
sehingga diperoleh 15 lot benih
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang
menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih
memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan
kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9
Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan
selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158
0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)
Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)
yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -
75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam
mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah
respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas
benih dapat dipertahankan lebih lama
3
12 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah
disimpan selama 12 bulan
2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
13 Kerangka Pemikiran
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan
prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga
varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-
umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai
berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh
konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap
pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas
Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir
yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan
Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot
4
100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih
tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam
plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak
penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu
optimum
Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12
bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu
lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada
suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat
Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga
respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara
cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama
penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan
meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan
bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih
mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut
kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa
ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya
kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai
dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2
tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya
berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada
suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun
5
Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang
berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan
daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)
varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan
varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap
hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi
kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh
seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi
penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan
dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena
varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan
tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas
(mutu benih)
Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama
unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat
dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)
Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting
(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk
meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar
6
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting
untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas
dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan
pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel
tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis
karbohidrat (Rahmawati 2003)
Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai
Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih
Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama
fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi
dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan
energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol
heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti
nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama
perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis
senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan
potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya
bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium
bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)
7
Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai
sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan
meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan
meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan
Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan
meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan
komponen mutu benih lainnya
14 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan
Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan
2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis
pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan
3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
8
II TINJAUAN PUSTAKA
21 Pengujian Viabilitas Benih
Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi
tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam
rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang
sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama
periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih
(deteriorasi) (Sutopo 2012)
Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan
melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah
juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)
Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan
jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks
viabilitas benih
Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)
benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III
Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini
9
merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih
yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah
periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai
viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)
adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih
setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga
kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III
merupakan periode pelepasan energi (energy release)
Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)
Keterangan
D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg
Vp = viabilitas potensial
Vg = vigor
Vp
Vg
Periode viabilitas
Vp
D
I II
III
10
Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan
tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah
muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah
tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal
pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya
berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan
membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga
storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah
benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)
Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya
hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat
kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran
benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki
viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih
berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan
tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh
penyimpanan benih
Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya
hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya
semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat
yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih
pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)
11
Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang
tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan
Powell 2006)
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk
tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan
kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan
polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam
ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel
mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan
koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu
penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi
banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan
ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih
(Timotiwu dan Nurmauli 1996)
Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil
dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat
pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan
12
tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)
Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan
cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer
energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya
serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji
Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa
ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor
benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan
tinggi (Bewley dan Black 1978)
23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode
Simpan
Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama
penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang
tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan
sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum
untuk panen dapat dimulai
13
Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal
Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan
kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis
pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda
seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban
nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu
tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama
Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)
Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)
menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75
dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut
Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu
rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan
kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan
Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami
penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik
14
meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan
asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab
kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic
2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek
ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan
gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa
dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan
konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion
inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan
Vieira 2007)
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih
yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih
kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu
rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan
juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan
habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga
viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
Della Arisan
SANWACANA
Puji dan syukur penulis kepada Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan dari
berbagai pihak Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
1 Bapak Prof Dr Ir Irwan Sukri Banuwa MSi selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung
2 Ibu Prof Dr Ir Sri Yusnaini MSi selaku Ketua Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
3 Bapak Prof Dr Ir Setyo Dwi Utomo MSc selaku Ketua Bidang
Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas
saran koreksi dan persetujuan dalam menyelesaikan skripsi ini
4 Ibu Prof Dr Ir Dermiyati M Agr Sc selaku Pembimbing Akademik
yang telah memberikan motivasi selama masa perkuliahan
5 Ibu Ir Yayuk Nurmiaty MS selaku pembimbing utama yang senantiasa
mencurahkan waktu tenaga ilmu pengetahuan motivasi nasihat arahan
dan kritikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
6 Ibu Ir Niar Nurmauli MS selaku pembimbing kedua yang tiada hentinya
mencurahkan waktu tenaga bimbingan arahan dan kritikan kepada
penulis hingga terwujudnya skripsi ini
Della Arisan
7 Ibu Ir Ermawati MS selaku pembahas dalam seluruh proses penelitian
dan penulisan skripsi atas bimbingan dan saran-saran yang telah diberikan
8 Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna yang
senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan
pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti
9 Kakak-kakak penulis Betty Yulia Sari SE Devinsa Marwindo SH
serta kakak ipar Choirus Sholeh Hasan ST yang selalu memberikan
motivasi doa dukungan moril dan materil kepada penulis
10 Sahabat-sahabat tersayang yang telah mewarnai dan menemani masa
perkuliahan penulis dari awal hingga akhir Puspa Indah Pera Novalinda
Okvi Hilleri AN Tari Yati Fiya Atmadita Leni Purnama Sari Hamida
Muliana Sari Fitriyani Gangga Prastita Sari Eno Loriani Nini Ristiana
dan Berti Kurnia
11 Mohammad Rizki Alam ST yang telah memberikan doa serta motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
12 Sahabat-sahabat gabut yang selalu ada Desi Rizki Amelia Bobo Amanda
Handoko Zenni Mardhatillah Ghina Putri Fadhilah dan Aprian Sinaga
Semoga tulisan ini bermanfaat
Bandar Lampung 09 Agustus 2019
Penulis
Della Arisandi
Della Arisan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR v
I PENDAHULUAN 1
11 Latar Belakang 1
12 Tujuan Penelitian 3
13 Kerangka Pemikiran 3
14 Hipotesis 7
II TINJAUAN PUSTAKA 8
21 Pengujian viabilitas benih 8
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas 11
23 Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama periode
simpan 12
III BAHAN DAN METODE 15
31 Tempat dan Waktu Penelitian 15
32 Alat dan Bahan 15
33 Metode Penelitian 16
33 Pelaksanaan Penelitian 20
34 Variabel Pengamatan 20
Della Arisan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25
41 Hasil Penelitian 25
42 Pembahasan 35
V SIMPULAN DAN SARAN 40
51 Simpulan 40
52 Saran 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 46
Tabel 9 - 32 47
Della Arisan
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Perbandingan kelas 18
2 Hasil uji perbandingan kelas daya berkecambah pada 15 lot
benih kedelai 25
3 Hasil uji perbandingan kelas kecepatan perkecambahan
pada 15 lot benih kedelai 26
4 Hasil uji perbandingan kelas indeks vigor pada 15 lot benih
kedelai 27
5 Hasil uji perbandingan kelas potensi tumbuh maksimum pada
15 lot benih kedelai 28
6 Hasil uji perbandingan kelas kadar air pada 15 lot benih
kedelai 29
7 Hasil uji perbandingan kelas bobot kering kecambah normal
pada 15 lot benih kedelai 30
8 Hasil uji perbandingan kelas daya hantar listrik pada 15 lot
benih kedelai 31
9 Data pengamatan daya berkecambah 15 lot benih kedelai 42
10 Uji Bartlet daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43
11 Analisis ragam daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43
12 Data kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 44
13 Uji Bartlet kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 45
Della Arisan
14 Analisis ragam kecepatan perkecambahan 15 lot benih
kedelai 43
15 Data indeks vigor 15 lot benih kedelai 46
16 Uji Barlet indeks vigor 15 lot benih kedelai 47
17 Analisis ragam indeks vigor 15 lot benih kedelai 47
18 Data potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 48
19 Uji Barlet potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 49
20 Analisis ragam potensi tumbuh maksimum 15 lot benih
kedelai 49
21 Data bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 50
22 Uji Barlet bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 51
23 Analisis ragam bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 51
24 Data kadar air15 lot benih kedelai 52
25 Uji Barlet kadar air15 lot benih kedelai 53
26 Analisis ragam kadar air15 lot benih kedelai 53
27 Data daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 54
28 Uji Barlet daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55
29 Analisis ragam daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55
30 Deskripsi Varietas Anjasmoro 56
31 Deskripsi Varietas Grobogan 57
32 Deskripsi Varietas Burangrang 58
Della Arisan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9
2 Tata letak percobaan 16
3 Benih normal dan abnormal 21
1
I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan
yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga
fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang
berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat
Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta
tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China
dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau
hanya sekitar 8
Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia
jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan
sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau
periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih
bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari
produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat
Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai
penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah
benih melalui periode simpan
2
Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk
budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu
upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui
periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari
kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang
di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk
rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)
sehingga diperoleh 15 lot benih
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang
menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih
memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan
kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9
Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan
selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158
0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)
Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)
yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -
75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam
mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah
respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas
benih dapat dipertahankan lebih lama
3
12 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah
disimpan selama 12 bulan
2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
13 Kerangka Pemikiran
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan
prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga
varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-
umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai
berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh
konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap
pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas
Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir
yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan
Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot
4
100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih
tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam
plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak
penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu
optimum
Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12
bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu
lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada
suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat
Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga
respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara
cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama
penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan
meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan
bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih
mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut
kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa
ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya
kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai
dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2
tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya
berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada
suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun
5
Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang
berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan
daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)
varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan
varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap
hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi
kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh
seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi
penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan
dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena
varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan
tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas
(mutu benih)
Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama
unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat
dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)
Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting
(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk
meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar
6
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting
untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas
dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan
pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel
tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis
karbohidrat (Rahmawati 2003)
Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai
Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih
Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama
fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi
dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan
energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol
heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti
nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama
perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis
senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan
potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya
bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium
bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)
7
Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai
sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan
meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan
meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan
Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan
meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan
komponen mutu benih lainnya
14 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan
Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan
2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis
pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan
3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
8
II TINJAUAN PUSTAKA
21 Pengujian Viabilitas Benih
Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi
tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam
rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang
sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama
periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih
(deteriorasi) (Sutopo 2012)
Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan
melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah
juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)
Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan
jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks
viabilitas benih
Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)
benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III
Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini
9
merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih
yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah
periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai
viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)
adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih
setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga
kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III
merupakan periode pelepasan energi (energy release)
Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)
Keterangan
D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg
Vp = viabilitas potensial
Vg = vigor
Vp
Vg
Periode viabilitas
Vp
D
I II
III
10
Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan
tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah
muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah
tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal
pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya
berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan
membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga
storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah
benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)
Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya
hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat
kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran
benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki
viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih
berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan
tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh
penyimpanan benih
Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya
hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya
semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat
yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih
pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)
11
Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang
tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan
Powell 2006)
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk
tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan
kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan
polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam
ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel
mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan
koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu
penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi
banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan
ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih
(Timotiwu dan Nurmauli 1996)
Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil
dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat
pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan
12
tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)
Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan
cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer
energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya
serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji
Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa
ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor
benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan
tinggi (Bewley dan Black 1978)
23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode
Simpan
Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama
penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang
tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan
sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum
untuk panen dapat dimulai
13
Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal
Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan
kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis
pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda
seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban
nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu
tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama
Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)
Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)
menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75
dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut
Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu
rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan
kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan
Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami
penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik
14
meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan
asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab
kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic
2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek
ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan
gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa
dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan
konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion
inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan
Vieira 2007)
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih
yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih
kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu
rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan
juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan
habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga
viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
Della Arisan
7 Ibu Ir Ermawati MS selaku pembahas dalam seluruh proses penelitian
dan penulisan skripsi atas bimbingan dan saran-saran yang telah diberikan
8 Ayahanda Mukhlazim Arief SPd MM dan Ibunda Desvi Wirna yang
senantiasa selalu memberikan kasih sayang motivasi semangat dan
pengorbanan serta iringan doa yang tiada henti
9 Kakak-kakak penulis Betty Yulia Sari SE Devinsa Marwindo SH
serta kakak ipar Choirus Sholeh Hasan ST yang selalu memberikan
motivasi doa dukungan moril dan materil kepada penulis
10 Sahabat-sahabat tersayang yang telah mewarnai dan menemani masa
perkuliahan penulis dari awal hingga akhir Puspa Indah Pera Novalinda
Okvi Hilleri AN Tari Yati Fiya Atmadita Leni Purnama Sari Hamida
Muliana Sari Fitriyani Gangga Prastita Sari Eno Loriani Nini Ristiana
dan Berti Kurnia
11 Mohammad Rizki Alam ST yang telah memberikan doa serta motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
12 Sahabat-sahabat gabut yang selalu ada Desi Rizki Amelia Bobo Amanda
Handoko Zenni Mardhatillah Ghina Putri Fadhilah dan Aprian Sinaga
Semoga tulisan ini bermanfaat
Bandar Lampung 09 Agustus 2019
Penulis
Della Arisandi
Della Arisan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR v
I PENDAHULUAN 1
11 Latar Belakang 1
12 Tujuan Penelitian 3
13 Kerangka Pemikiran 3
14 Hipotesis 7
II TINJAUAN PUSTAKA 8
21 Pengujian viabilitas benih 8
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas 11
23 Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama periode
simpan 12
III BAHAN DAN METODE 15
31 Tempat dan Waktu Penelitian 15
32 Alat dan Bahan 15
33 Metode Penelitian 16
33 Pelaksanaan Penelitian 20
34 Variabel Pengamatan 20
Della Arisan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25
41 Hasil Penelitian 25
42 Pembahasan 35
V SIMPULAN DAN SARAN 40
51 Simpulan 40
52 Saran 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 46
Tabel 9 - 32 47
Della Arisan
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Perbandingan kelas 18
2 Hasil uji perbandingan kelas daya berkecambah pada 15 lot
benih kedelai 25
3 Hasil uji perbandingan kelas kecepatan perkecambahan
pada 15 lot benih kedelai 26
4 Hasil uji perbandingan kelas indeks vigor pada 15 lot benih
kedelai 27
5 Hasil uji perbandingan kelas potensi tumbuh maksimum pada
15 lot benih kedelai 28
6 Hasil uji perbandingan kelas kadar air pada 15 lot benih
kedelai 29
7 Hasil uji perbandingan kelas bobot kering kecambah normal
pada 15 lot benih kedelai 30
8 Hasil uji perbandingan kelas daya hantar listrik pada 15 lot
benih kedelai 31
9 Data pengamatan daya berkecambah 15 lot benih kedelai 42
10 Uji Bartlet daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43
11 Analisis ragam daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43
12 Data kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 44
13 Uji Bartlet kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 45
Della Arisan
14 Analisis ragam kecepatan perkecambahan 15 lot benih
kedelai 43
15 Data indeks vigor 15 lot benih kedelai 46
16 Uji Barlet indeks vigor 15 lot benih kedelai 47
17 Analisis ragam indeks vigor 15 lot benih kedelai 47
18 Data potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 48
19 Uji Barlet potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 49
20 Analisis ragam potensi tumbuh maksimum 15 lot benih
kedelai 49
21 Data bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 50
22 Uji Barlet bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 51
23 Analisis ragam bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 51
24 Data kadar air15 lot benih kedelai 52
25 Uji Barlet kadar air15 lot benih kedelai 53
26 Analisis ragam kadar air15 lot benih kedelai 53
27 Data daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 54
28 Uji Barlet daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55
29 Analisis ragam daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55
30 Deskripsi Varietas Anjasmoro 56
31 Deskripsi Varietas Grobogan 57
32 Deskripsi Varietas Burangrang 58
Della Arisan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9
2 Tata letak percobaan 16
3 Benih normal dan abnormal 21
1
I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan
yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga
fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang
berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat
Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta
tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China
dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau
hanya sekitar 8
Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia
jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan
sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau
periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih
bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari
produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat
Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai
penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah
benih melalui periode simpan
2
Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk
budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu
upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui
periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari
kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang
di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk
rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)
sehingga diperoleh 15 lot benih
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang
menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih
memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan
kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9
Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan
selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158
0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)
Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)
yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -
75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam
mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah
respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas
benih dapat dipertahankan lebih lama
3
12 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah
disimpan selama 12 bulan
2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
13 Kerangka Pemikiran
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan
prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga
varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-
umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai
berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh
konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap
pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas
Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir
yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan
Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot
4
100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih
tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam
plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak
penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu
optimum
Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12
bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu
lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada
suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat
Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga
respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara
cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama
penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan
meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan
bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih
mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut
kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa
ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya
kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai
dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2
tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya
berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada
suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun
5
Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang
berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan
daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)
varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan
varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap
hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi
kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh
seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi
penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan
dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena
varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan
tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas
(mutu benih)
Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama
unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat
dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)
Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting
(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk
meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar
6
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting
untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas
dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan
pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel
tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis
karbohidrat (Rahmawati 2003)
Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai
Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih
Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama
fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi
dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan
energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol
heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti
nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama
perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis
senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan
potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya
bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium
bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)
7
Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai
sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan
meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan
meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan
Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan
meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan
komponen mutu benih lainnya
14 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan
Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan
2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis
pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan
3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
8
II TINJAUAN PUSTAKA
21 Pengujian Viabilitas Benih
Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi
tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam
rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang
sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama
periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih
(deteriorasi) (Sutopo 2012)
Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan
melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah
juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)
Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan
jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks
viabilitas benih
Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)
benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III
Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini
9
merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih
yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah
periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai
viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)
adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih
setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga
kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III
merupakan periode pelepasan energi (energy release)
Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)
Keterangan
D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg
Vp = viabilitas potensial
Vg = vigor
Vp
Vg
Periode viabilitas
Vp
D
I II
III
10
Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan
tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah
muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah
tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal
pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya
berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan
membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga
storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah
benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)
Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya
hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat
kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran
benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki
viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih
berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan
tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh
penyimpanan benih
Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya
hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya
semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat
yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih
pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)
11
Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang
tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan
Powell 2006)
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk
tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan
kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan
polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam
ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel
mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan
koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu
penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi
banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan
ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih
(Timotiwu dan Nurmauli 1996)
Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil
dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat
pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan
12
tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)
Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan
cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer
energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya
serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji
Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa
ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor
benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan
tinggi (Bewley dan Black 1978)
23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode
Simpan
Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama
penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang
tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan
sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum
untuk panen dapat dimulai
13
Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal
Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan
kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis
pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda
seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban
nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu
tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama
Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)
Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)
menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75
dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut
Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu
rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan
kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan
Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami
penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik
14
meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan
asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab
kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic
2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek
ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan
gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa
dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan
konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion
inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan
Vieira 2007)
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih
yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih
kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu
rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan
juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan
habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga
viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
Della Arisan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR v
I PENDAHULUAN 1
11 Latar Belakang 1
12 Tujuan Penelitian 3
13 Kerangka Pemikiran 3
14 Hipotesis 7
II TINJAUAN PUSTAKA 8
21 Pengujian viabilitas benih 8
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas 11
23 Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama periode
simpan 12
III BAHAN DAN METODE 15
31 Tempat dan Waktu Penelitian 15
32 Alat dan Bahan 15
33 Metode Penelitian 16
33 Pelaksanaan Penelitian 20
34 Variabel Pengamatan 20
Della Arisan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25
41 Hasil Penelitian 25
42 Pembahasan 35
V SIMPULAN DAN SARAN 40
51 Simpulan 40
52 Saran 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 46
Tabel 9 - 32 47
Della Arisan
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Perbandingan kelas 18
2 Hasil uji perbandingan kelas daya berkecambah pada 15 lot
benih kedelai 25
3 Hasil uji perbandingan kelas kecepatan perkecambahan
pada 15 lot benih kedelai 26
4 Hasil uji perbandingan kelas indeks vigor pada 15 lot benih
kedelai 27
5 Hasil uji perbandingan kelas potensi tumbuh maksimum pada
15 lot benih kedelai 28
6 Hasil uji perbandingan kelas kadar air pada 15 lot benih
kedelai 29
7 Hasil uji perbandingan kelas bobot kering kecambah normal
pada 15 lot benih kedelai 30
8 Hasil uji perbandingan kelas daya hantar listrik pada 15 lot
benih kedelai 31
9 Data pengamatan daya berkecambah 15 lot benih kedelai 42
10 Uji Bartlet daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43
11 Analisis ragam daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43
12 Data kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 44
13 Uji Bartlet kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 45
Della Arisan
14 Analisis ragam kecepatan perkecambahan 15 lot benih
kedelai 43
15 Data indeks vigor 15 lot benih kedelai 46
16 Uji Barlet indeks vigor 15 lot benih kedelai 47
17 Analisis ragam indeks vigor 15 lot benih kedelai 47
18 Data potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 48
19 Uji Barlet potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 49
20 Analisis ragam potensi tumbuh maksimum 15 lot benih
kedelai 49
21 Data bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 50
22 Uji Barlet bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 51
23 Analisis ragam bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 51
24 Data kadar air15 lot benih kedelai 52
25 Uji Barlet kadar air15 lot benih kedelai 53
26 Analisis ragam kadar air15 lot benih kedelai 53
27 Data daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 54
28 Uji Barlet daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55
29 Analisis ragam daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55
30 Deskripsi Varietas Anjasmoro 56
31 Deskripsi Varietas Grobogan 57
32 Deskripsi Varietas Burangrang 58
Della Arisan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9
2 Tata letak percobaan 16
3 Benih normal dan abnormal 21
1
I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan
yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga
fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang
berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat
Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta
tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China
dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau
hanya sekitar 8
Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia
jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan
sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau
periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih
bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari
produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat
Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai
penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah
benih melalui periode simpan
2
Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk
budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu
upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui
periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari
kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang
di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk
rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)
sehingga diperoleh 15 lot benih
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang
menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih
memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan
kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9
Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan
selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158
0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)
Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)
yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -
75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam
mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah
respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas
benih dapat dipertahankan lebih lama
3
12 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah
disimpan selama 12 bulan
2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
13 Kerangka Pemikiran
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan
prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga
varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-
umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai
berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh
konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap
pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas
Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir
yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan
Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot
4
100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih
tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam
plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak
penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu
optimum
Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12
bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu
lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada
suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat
Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga
respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara
cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama
penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan
meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan
bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih
mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut
kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa
ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya
kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai
dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2
tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya
berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada
suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun
5
Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang
berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan
daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)
varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan
varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap
hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi
kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh
seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi
penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan
dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena
varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan
tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas
(mutu benih)
Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama
unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat
dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)
Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting
(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk
meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar
6
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting
untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas
dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan
pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel
tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis
karbohidrat (Rahmawati 2003)
Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai
Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih
Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama
fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi
dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan
energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol
heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti
nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama
perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis
senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan
potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya
bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium
bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)
7
Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai
sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan
meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan
meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan
Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan
meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan
komponen mutu benih lainnya
14 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan
Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan
2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis
pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan
3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
8
II TINJAUAN PUSTAKA
21 Pengujian Viabilitas Benih
Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi
tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam
rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang
sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama
periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih
(deteriorasi) (Sutopo 2012)
Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan
melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah
juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)
Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan
jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks
viabilitas benih
Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)
benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III
Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini
9
merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih
yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah
periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai
viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)
adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih
setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga
kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III
merupakan periode pelepasan energi (energy release)
Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)
Keterangan
D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg
Vp = viabilitas potensial
Vg = vigor
Vp
Vg
Periode viabilitas
Vp
D
I II
III
10
Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan
tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah
muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah
tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal
pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya
berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan
membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga
storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah
benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)
Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya
hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat
kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran
benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki
viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih
berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan
tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh
penyimpanan benih
Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya
hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya
semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat
yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih
pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)
11
Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang
tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan
Powell 2006)
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk
tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan
kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan
polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam
ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel
mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan
koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu
penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi
banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan
ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih
(Timotiwu dan Nurmauli 1996)
Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil
dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat
pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan
12
tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)
Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan
cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer
energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya
serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji
Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa
ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor
benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan
tinggi (Bewley dan Black 1978)
23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode
Simpan
Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama
penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang
tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan
sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum
untuk panen dapat dimulai
13
Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal
Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan
kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis
pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda
seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban
nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu
tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama
Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)
Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)
menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75
dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut
Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu
rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan
kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan
Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami
penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik
14
meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan
asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab
kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic
2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek
ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan
gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa
dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan
konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion
inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan
Vieira 2007)
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih
yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih
kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu
rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan
juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan
habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga
viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
Della Arisan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 25
41 Hasil Penelitian 25
42 Pembahasan 35
V SIMPULAN DAN SARAN 40
51 Simpulan 40
52 Saran 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN 46
Tabel 9 - 32 47
Della Arisan
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Perbandingan kelas 18
2 Hasil uji perbandingan kelas daya berkecambah pada 15 lot
benih kedelai 25
3 Hasil uji perbandingan kelas kecepatan perkecambahan
pada 15 lot benih kedelai 26
4 Hasil uji perbandingan kelas indeks vigor pada 15 lot benih
kedelai 27
5 Hasil uji perbandingan kelas potensi tumbuh maksimum pada
15 lot benih kedelai 28
6 Hasil uji perbandingan kelas kadar air pada 15 lot benih
kedelai 29
7 Hasil uji perbandingan kelas bobot kering kecambah normal
pada 15 lot benih kedelai 30
8 Hasil uji perbandingan kelas daya hantar listrik pada 15 lot
benih kedelai 31
9 Data pengamatan daya berkecambah 15 lot benih kedelai 42
10 Uji Bartlet daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43
11 Analisis ragam daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43
12 Data kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 44
13 Uji Bartlet kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 45
Della Arisan
14 Analisis ragam kecepatan perkecambahan 15 lot benih
kedelai 43
15 Data indeks vigor 15 lot benih kedelai 46
16 Uji Barlet indeks vigor 15 lot benih kedelai 47
17 Analisis ragam indeks vigor 15 lot benih kedelai 47
18 Data potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 48
19 Uji Barlet potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 49
20 Analisis ragam potensi tumbuh maksimum 15 lot benih
kedelai 49
21 Data bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 50
22 Uji Barlet bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 51
23 Analisis ragam bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 51
24 Data kadar air15 lot benih kedelai 52
25 Uji Barlet kadar air15 lot benih kedelai 53
26 Analisis ragam kadar air15 lot benih kedelai 53
27 Data daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 54
28 Uji Barlet daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55
29 Analisis ragam daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55
30 Deskripsi Varietas Anjasmoro 56
31 Deskripsi Varietas Grobogan 57
32 Deskripsi Varietas Burangrang 58
Della Arisan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9
2 Tata letak percobaan 16
3 Benih normal dan abnormal 21
1
I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan
yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga
fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang
berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat
Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta
tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China
dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau
hanya sekitar 8
Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia
jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan
sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau
periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih
bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari
produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat
Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai
penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah
benih melalui periode simpan
2
Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk
budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu
upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui
periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari
kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang
di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk
rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)
sehingga diperoleh 15 lot benih
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang
menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih
memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan
kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9
Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan
selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158
0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)
Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)
yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -
75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam
mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah
respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas
benih dapat dipertahankan lebih lama
3
12 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah
disimpan selama 12 bulan
2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
13 Kerangka Pemikiran
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan
prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga
varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-
umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai
berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh
konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap
pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas
Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir
yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan
Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot
4
100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih
tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam
plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak
penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu
optimum
Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12
bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu
lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada
suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat
Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga
respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara
cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama
penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan
meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan
bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih
mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut
kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa
ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya
kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai
dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2
tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya
berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada
suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun
5
Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang
berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan
daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)
varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan
varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap
hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi
kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh
seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi
penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan
dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena
varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan
tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas
(mutu benih)
Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama
unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat
dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)
Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting
(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk
meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar
6
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting
untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas
dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan
pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel
tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis
karbohidrat (Rahmawati 2003)
Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai
Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih
Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama
fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi
dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan
energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol
heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti
nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama
perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis
senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan
potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya
bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium
bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)
7
Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai
sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan
meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan
meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan
Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan
meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan
komponen mutu benih lainnya
14 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan
Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan
2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis
pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan
3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
8
II TINJAUAN PUSTAKA
21 Pengujian Viabilitas Benih
Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi
tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam
rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang
sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama
periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih
(deteriorasi) (Sutopo 2012)
Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan
melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah
juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)
Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan
jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks
viabilitas benih
Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)
benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III
Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini
9
merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih
yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah
periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai
viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)
adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih
setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga
kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III
merupakan periode pelepasan energi (energy release)
Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)
Keterangan
D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg
Vp = viabilitas potensial
Vg = vigor
Vp
Vg
Periode viabilitas
Vp
D
I II
III
10
Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan
tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah
muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah
tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal
pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya
berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan
membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga
storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah
benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)
Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya
hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat
kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran
benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki
viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih
berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan
tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh
penyimpanan benih
Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya
hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya
semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat
yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih
pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)
11
Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang
tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan
Powell 2006)
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk
tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan
kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan
polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam
ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel
mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan
koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu
penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi
banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan
ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih
(Timotiwu dan Nurmauli 1996)
Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil
dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat
pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan
12
tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)
Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan
cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer
energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya
serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji
Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa
ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor
benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan
tinggi (Bewley dan Black 1978)
23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode
Simpan
Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama
penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang
tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan
sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum
untuk panen dapat dimulai
13
Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal
Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan
kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis
pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda
seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban
nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu
tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama
Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)
Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)
menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75
dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut
Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu
rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan
kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan
Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami
penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik
14
meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan
asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab
kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic
2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek
ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan
gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa
dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan
konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion
inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan
Vieira 2007)
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih
yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih
kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu
rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan
juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan
habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga
viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
Della Arisan
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Perbandingan kelas 18
2 Hasil uji perbandingan kelas daya berkecambah pada 15 lot
benih kedelai 25
3 Hasil uji perbandingan kelas kecepatan perkecambahan
pada 15 lot benih kedelai 26
4 Hasil uji perbandingan kelas indeks vigor pada 15 lot benih
kedelai 27
5 Hasil uji perbandingan kelas potensi tumbuh maksimum pada
15 lot benih kedelai 28
6 Hasil uji perbandingan kelas kadar air pada 15 lot benih
kedelai 29
7 Hasil uji perbandingan kelas bobot kering kecambah normal
pada 15 lot benih kedelai 30
8 Hasil uji perbandingan kelas daya hantar listrik pada 15 lot
benih kedelai 31
9 Data pengamatan daya berkecambah 15 lot benih kedelai 42
10 Uji Bartlet daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43
11 Analisis ragam daya berkecambah 15 lot benih kedelai 43
12 Data kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 44
13 Uji Bartlet kecepatan perkecambahan 15 lot benih kedelai 45
Della Arisan
14 Analisis ragam kecepatan perkecambahan 15 lot benih
kedelai 43
15 Data indeks vigor 15 lot benih kedelai 46
16 Uji Barlet indeks vigor 15 lot benih kedelai 47
17 Analisis ragam indeks vigor 15 lot benih kedelai 47
18 Data potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 48
19 Uji Barlet potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 49
20 Analisis ragam potensi tumbuh maksimum 15 lot benih
kedelai 49
21 Data bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 50
22 Uji Barlet bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 51
23 Analisis ragam bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 51
24 Data kadar air15 lot benih kedelai 52
25 Uji Barlet kadar air15 lot benih kedelai 53
26 Analisis ragam kadar air15 lot benih kedelai 53
27 Data daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 54
28 Uji Barlet daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55
29 Analisis ragam daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55
30 Deskripsi Varietas Anjasmoro 56
31 Deskripsi Varietas Grobogan 57
32 Deskripsi Varietas Burangrang 58
Della Arisan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9
2 Tata letak percobaan 16
3 Benih normal dan abnormal 21
1
I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan
yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga
fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang
berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat
Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta
tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China
dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau
hanya sekitar 8
Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia
jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan
sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau
periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih
bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari
produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat
Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai
penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah
benih melalui periode simpan
2
Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk
budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu
upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui
periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari
kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang
di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk
rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)
sehingga diperoleh 15 lot benih
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang
menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih
memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan
kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9
Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan
selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158
0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)
Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)
yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -
75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam
mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah
respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas
benih dapat dipertahankan lebih lama
3
12 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah
disimpan selama 12 bulan
2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
13 Kerangka Pemikiran
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan
prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga
varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-
umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai
berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh
konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap
pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas
Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir
yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan
Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot
4
100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih
tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam
plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak
penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu
optimum
Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12
bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu
lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada
suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat
Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga
respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara
cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama
penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan
meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan
bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih
mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut
kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa
ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya
kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai
dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2
tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya
berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada
suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun
5
Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang
berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan
daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)
varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan
varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap
hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi
kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh
seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi
penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan
dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena
varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan
tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas
(mutu benih)
Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama
unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat
dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)
Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting
(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk
meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar
6
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting
untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas
dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan
pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel
tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis
karbohidrat (Rahmawati 2003)
Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai
Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih
Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama
fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi
dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan
energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol
heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti
nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama
perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis
senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan
potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya
bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium
bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)
7
Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai
sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan
meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan
meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan
Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan
meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan
komponen mutu benih lainnya
14 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan
Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan
2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis
pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan
3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
8
II TINJAUAN PUSTAKA
21 Pengujian Viabilitas Benih
Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi
tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam
rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang
sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama
periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih
(deteriorasi) (Sutopo 2012)
Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan
melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah
juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)
Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan
jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks
viabilitas benih
Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)
benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III
Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini
9
merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih
yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah
periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai
viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)
adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih
setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga
kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III
merupakan periode pelepasan energi (energy release)
Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)
Keterangan
D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg
Vp = viabilitas potensial
Vg = vigor
Vp
Vg
Periode viabilitas
Vp
D
I II
III
10
Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan
tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah
muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah
tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal
pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya
berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan
membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga
storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah
benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)
Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya
hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat
kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran
benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki
viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih
berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan
tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh
penyimpanan benih
Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya
hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya
semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat
yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih
pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)
11
Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang
tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan
Powell 2006)
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk
tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan
kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan
polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam
ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel
mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan
koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu
penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi
banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan
ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih
(Timotiwu dan Nurmauli 1996)
Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil
dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat
pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan
12
tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)
Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan
cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer
energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya
serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji
Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa
ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor
benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan
tinggi (Bewley dan Black 1978)
23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode
Simpan
Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama
penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang
tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan
sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum
untuk panen dapat dimulai
13
Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal
Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan
kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis
pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda
seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban
nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu
tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama
Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)
Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)
menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75
dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut
Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu
rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan
kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan
Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami
penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik
14
meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan
asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab
kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic
2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek
ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan
gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa
dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan
konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion
inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan
Vieira 2007)
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih
yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih
kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu
rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan
juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan
habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga
viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
Della Arisan
14 Analisis ragam kecepatan perkecambahan 15 lot benih
kedelai 43
15 Data indeks vigor 15 lot benih kedelai 46
16 Uji Barlet indeks vigor 15 lot benih kedelai 47
17 Analisis ragam indeks vigor 15 lot benih kedelai 47
18 Data potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 48
19 Uji Barlet potensi tumbuh maksimum 15 lot benih kedelai 49
20 Analisis ragam potensi tumbuh maksimum 15 lot benih
kedelai 49
21 Data bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 50
22 Uji Barlet bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 51
23 Analisis ragam bobot kering kecambah normal 15 lot benih
kedelai 51
24 Data kadar air15 lot benih kedelai 52
25 Uji Barlet kadar air15 lot benih kedelai 53
26 Analisis ragam kadar air15 lot benih kedelai 53
27 Data daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 54
28 Uji Barlet daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55
29 Analisis ragam daya hantar listrik 15 lot benih kedelai 55
30 Deskripsi Varietas Anjasmoro 56
31 Deskripsi Varietas Grobogan 57
32 Deskripsi Varietas Burangrang 58
Della Arisan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9
2 Tata letak percobaan 16
3 Benih normal dan abnormal 21
1
I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan
yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga
fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang
berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat
Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta
tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China
dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau
hanya sekitar 8
Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia
jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan
sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau
periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih
bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari
produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat
Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai
penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah
benih melalui periode simpan
2
Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk
budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu
upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui
periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari
kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang
di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk
rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)
sehingga diperoleh 15 lot benih
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang
menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih
memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan
kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9
Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan
selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158
0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)
Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)
yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -
75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam
mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah
respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas
benih dapat dipertahankan lebih lama
3
12 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah
disimpan selama 12 bulan
2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
13 Kerangka Pemikiran
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan
prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga
varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-
umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai
berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh
konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap
pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas
Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir
yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan
Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot
4
100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih
tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam
plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak
penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu
optimum
Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12
bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu
lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada
suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat
Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga
respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara
cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama
penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan
meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan
bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih
mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut
kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa
ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya
kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai
dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2
tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya
berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada
suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun
5
Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang
berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan
daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)
varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan
varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap
hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi
kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh
seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi
penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan
dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena
varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan
tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas
(mutu benih)
Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama
unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat
dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)
Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting
(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk
meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar
6
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting
untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas
dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan
pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel
tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis
karbohidrat (Rahmawati 2003)
Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai
Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih
Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama
fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi
dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan
energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol
heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti
nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama
perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis
senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan
potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya
bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium
bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)
7
Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai
sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan
meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan
meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan
Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan
meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan
komponen mutu benih lainnya
14 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan
Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan
2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis
pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan
3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
8
II TINJAUAN PUSTAKA
21 Pengujian Viabilitas Benih
Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi
tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam
rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang
sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama
periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih
(deteriorasi) (Sutopo 2012)
Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan
melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah
juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)
Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan
jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks
viabilitas benih
Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)
benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III
Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini
9
merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih
yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah
periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai
viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)
adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih
setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga
kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III
merupakan periode pelepasan energi (energy release)
Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)
Keterangan
D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg
Vp = viabilitas potensial
Vg = vigor
Vp
Vg
Periode viabilitas
Vp
D
I II
III
10
Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan
tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah
muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah
tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal
pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya
berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan
membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga
storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah
benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)
Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya
hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat
kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran
benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki
viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih
berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan
tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh
penyimpanan benih
Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya
hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya
semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat
yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih
pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)
11
Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang
tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan
Powell 2006)
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk
tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan
kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan
polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam
ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel
mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan
koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu
penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi
banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan
ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih
(Timotiwu dan Nurmauli 1996)
Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil
dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat
pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan
12
tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)
Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan
cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer
energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya
serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji
Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa
ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor
benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan
tinggi (Bewley dan Black 1978)
23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode
Simpan
Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama
penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang
tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan
sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum
untuk panen dapat dimulai
13
Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal
Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan
kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis
pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda
seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban
nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu
tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama
Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)
Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)
menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75
dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut
Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu
rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan
kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan
Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami
penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik
14
meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan
asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab
kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic
2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek
ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan
gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa
dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan
konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion
inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan
Vieira 2007)
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih
yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih
kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu
rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan
juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan
habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga
viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
Della Arisan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad 9
2 Tata letak percobaan 16
3 Benih normal dan abnormal 21
1
I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan
yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga
fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang
berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat
Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta
tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China
dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau
hanya sekitar 8
Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia
jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan
sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau
periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih
bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari
produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat
Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai
penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah
benih melalui periode simpan
2
Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk
budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu
upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui
periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari
kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang
di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk
rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)
sehingga diperoleh 15 lot benih
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang
menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih
memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan
kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9
Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan
selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158
0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)
Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)
yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -
75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam
mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah
respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas
benih dapat dipertahankan lebih lama
3
12 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah
disimpan selama 12 bulan
2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
13 Kerangka Pemikiran
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan
prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga
varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-
umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai
berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh
konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap
pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas
Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir
yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan
Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot
4
100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih
tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam
plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak
penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu
optimum
Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12
bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu
lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada
suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat
Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga
respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara
cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama
penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan
meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan
bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih
mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut
kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa
ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya
kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai
dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2
tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya
berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada
suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun
5
Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang
berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan
daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)
varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan
varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap
hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi
kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh
seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi
penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan
dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena
varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan
tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas
(mutu benih)
Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama
unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat
dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)
Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting
(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk
meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar
6
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting
untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas
dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan
pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel
tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis
karbohidrat (Rahmawati 2003)
Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai
Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih
Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama
fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi
dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan
energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol
heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti
nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama
perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis
senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan
potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya
bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium
bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)
7
Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai
sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan
meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan
meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan
Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan
meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan
komponen mutu benih lainnya
14 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan
Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan
2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis
pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan
3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
8
II TINJAUAN PUSTAKA
21 Pengujian Viabilitas Benih
Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi
tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam
rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang
sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama
periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih
(deteriorasi) (Sutopo 2012)
Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan
melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah
juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)
Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan
jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks
viabilitas benih
Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)
benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III
Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini
9
merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih
yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah
periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai
viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)
adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih
setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga
kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III
merupakan periode pelepasan energi (energy release)
Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)
Keterangan
D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg
Vp = viabilitas potensial
Vg = vigor
Vp
Vg
Periode viabilitas
Vp
D
I II
III
10
Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan
tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah
muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah
tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal
pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya
berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan
membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga
storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah
benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)
Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya
hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat
kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran
benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki
viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih
berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan
tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh
penyimpanan benih
Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya
hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya
semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat
yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih
pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)
11
Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang
tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan
Powell 2006)
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk
tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan
kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan
polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam
ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel
mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan
koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu
penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi
banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan
ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih
(Timotiwu dan Nurmauli 1996)
Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil
dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat
pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan
12
tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)
Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan
cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer
energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya
serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji
Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa
ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor
benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan
tinggi (Bewley dan Black 1978)
23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode
Simpan
Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama
penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang
tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan
sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum
untuk panen dapat dimulai
13
Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal
Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan
kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis
pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda
seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban
nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu
tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama
Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)
Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)
menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75
dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut
Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu
rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan
kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan
Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami
penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik
14
meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan
asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab
kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic
2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek
ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan
gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa
dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan
konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion
inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan
Vieira 2007)
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih
yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih
kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu
rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan
juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan
habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga
viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
1
I PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu jenis tanaman polong-polongan
yang kaya nutrisi penting Mulai dari protein serat asam lemak omega 6 hingga
fitoestrogen Selain itu kedelai juga menjadi bahan dasar banyak makanan yang
berasal dari Asia Timur seperti kecap tahu dan tempe Menurut Badan Pusat
Statistik (2018) kebutuhan kedelai di Indonesia rata-rata sebesar 196 juta
tontahun yang diimpor dari negara Amerika Serikat Kanada Malaysia China
dan Uruguay sedangkan produksi kedelai di Indonesia hanya 148918 ribuha atau
hanya sekitar 8
Benih merupakan salah satu sarana produksi tanaman sehingga harus tersedia
jumlah dan kualitas yang baik Jumlah dan kualitas yang maksimum diupayakan
sejak periode I atau periode pembangunan benih sampai dengan periode II atau
periode simpan benih Periode I (pembangunan benih) yaitu penggunaan benih
bermutu dan pemupukan yang tepat seperti penggunaan benih yang berasal dari
produksi varietas unggul yang disertai dengan pemupukan yang tepat
Khususnya penggunaan pupuk P dengan dosis yang tepat berfungsi sebagai
penyedia energi pada saat perkecambahan atau pada saat awal tanam setelah
benih melalui periode simpan
2
Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk
budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu
upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui
periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari
kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang
di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk
rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)
sehingga diperoleh 15 lot benih
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang
menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih
memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan
kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9
Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan
selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158
0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)
Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)
yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -
75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam
mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah
respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas
benih dapat dipertahankan lebih lama
3
12 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah
disimpan selama 12 bulan
2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
13 Kerangka Pemikiran
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan
prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga
varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-
umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai
berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh
konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap
pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas
Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir
yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan
Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot
4
100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih
tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam
plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak
penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu
optimum
Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12
bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu
lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada
suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat
Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga
respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara
cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama
penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan
meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan
bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih
mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut
kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa
ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya
kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai
dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2
tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya
berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada
suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun
5
Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang
berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan
daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)
varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan
varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap
hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi
kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh
seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi
penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan
dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena
varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan
tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas
(mutu benih)
Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama
unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat
dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)
Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting
(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk
meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar
6
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting
untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas
dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan
pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel
tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis
karbohidrat (Rahmawati 2003)
Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai
Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih
Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama
fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi
dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan
energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol
heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti
nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama
perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis
senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan
potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya
bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium
bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)
7
Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai
sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan
meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan
meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan
Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan
meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan
komponen mutu benih lainnya
14 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan
Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan
2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis
pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan
3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
8
II TINJAUAN PUSTAKA
21 Pengujian Viabilitas Benih
Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi
tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam
rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang
sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama
periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih
(deteriorasi) (Sutopo 2012)
Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan
melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah
juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)
Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan
jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks
viabilitas benih
Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)
benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III
Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini
9
merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih
yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah
periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai
viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)
adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih
setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga
kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III
merupakan periode pelepasan energi (energy release)
Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)
Keterangan
D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg
Vp = viabilitas potensial
Vg = vigor
Vp
Vg
Periode viabilitas
Vp
D
I II
III
10
Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan
tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah
muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah
tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal
pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya
berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan
membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga
storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah
benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)
Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya
hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat
kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran
benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki
viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih
berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan
tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh
penyimpanan benih
Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya
hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya
semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat
yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih
pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)
11
Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang
tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan
Powell 2006)
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk
tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan
kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan
polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam
ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel
mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan
koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu
penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi
banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan
ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih
(Timotiwu dan Nurmauli 1996)
Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil
dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat
pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan
12
tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)
Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan
cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer
energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya
serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji
Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa
ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor
benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan
tinggi (Bewley dan Black 1978)
23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode
Simpan
Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama
penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang
tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan
sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum
untuk panen dapat dimulai
13
Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal
Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan
kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis
pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda
seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban
nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu
tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama
Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)
Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)
menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75
dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut
Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu
rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan
kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan
Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami
penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik
14
meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan
asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab
kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic
2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek
ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan
gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa
dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan
konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion
inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan
Vieira 2007)
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih
yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih
kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu
rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan
juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan
habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga
viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
2
Menurut Pusat Penelitian Tanah (1993) pemberian pupuk rekomendasi untuk
budidaya kedelai pada lahan sawah yaitu dosis 100 ndash 150 kgha Benih perlu
upaya pemupukan yang optimal terkait viabilitas dan vigor benih yang melalui
periode penyimpanan Viabilitas benih kedelai diuji pada penelitian ini bersal dari
kombinasi tiga varietas unggul yaitu Anjasmoro Grobogan dan Burangrang yang
di kombinasikan dengan dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa pemupukan pupuk
rekomendasi (100 dan 150 kgha) dan di atas rekomendasi (200 dan 250 kgha)
sehingga diperoleh 15 lot benih
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari Putri (2018) yang
menyimpulkan bahwa 15 lot benih yang disimpan selama 6 bulan masih
memiliki viabilitas yang tinggi yaitu daya berkecambah sebesar 94 dan
kecepatan perkecambahan 38 per etmal dengan kadar air benih 9
Selanjutnya penelitian ini menguji viabilitas benih kedelai yang telah disimpan
selama 12 bulan pada suhu 180C plusmn 158
0C dan RH 60 plusmn 92 (Maharani 2018)
Kondisi penyimpanan yang aman menurut Copeland and Mc Donald (1936)
yaitu kadar air benih mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 -
75 Menurut Purwanti (2004) suhu ruang simpan berperan dalam
mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan Pada suhu rendah
respirasi berjalan lambat dibandingkan dengan suhu tinggi sehingga viabilitas
benih dapat dipertahankan lebih lama
3
12 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah
disimpan selama 12 bulan
2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
13 Kerangka Pemikiran
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan
prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga
varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-
umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai
berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh
konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap
pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas
Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir
yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan
Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot
4
100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih
tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam
plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak
penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu
optimum
Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12
bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu
lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada
suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat
Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga
respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara
cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama
penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan
meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan
bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih
mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut
kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa
ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya
kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai
dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2
tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya
berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada
suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun
5
Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang
berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan
daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)
varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan
varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap
hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi
kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh
seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi
penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan
dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena
varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan
tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas
(mutu benih)
Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama
unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat
dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)
Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting
(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk
meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar
6
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting
untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas
dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan
pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel
tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis
karbohidrat (Rahmawati 2003)
Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai
Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih
Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama
fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi
dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan
energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol
heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti
nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama
perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis
senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan
potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya
bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium
bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)
7
Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai
sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan
meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan
meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan
Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan
meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan
komponen mutu benih lainnya
14 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan
Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan
2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis
pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan
3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
8
II TINJAUAN PUSTAKA
21 Pengujian Viabilitas Benih
Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi
tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam
rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang
sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama
periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih
(deteriorasi) (Sutopo 2012)
Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan
melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah
juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)
Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan
jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks
viabilitas benih
Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)
benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III
Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini
9
merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih
yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah
periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai
viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)
adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih
setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga
kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III
merupakan periode pelepasan energi (energy release)
Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)
Keterangan
D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg
Vp = viabilitas potensial
Vg = vigor
Vp
Vg
Periode viabilitas
Vp
D
I II
III
10
Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan
tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah
muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah
tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal
pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya
berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan
membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga
storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah
benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)
Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya
hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat
kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran
benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki
viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih
berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan
tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh
penyimpanan benih
Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya
hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya
semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat
yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih
pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)
11
Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang
tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan
Powell 2006)
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk
tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan
kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan
polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam
ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel
mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan
koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu
penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi
banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan
ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih
(Timotiwu dan Nurmauli 1996)
Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil
dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat
pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan
12
tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)
Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan
cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer
energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya
serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji
Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa
ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor
benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan
tinggi (Bewley dan Black 1978)
23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode
Simpan
Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama
penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang
tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan
sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum
untuk panen dapat dimulai
13
Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal
Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan
kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis
pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda
seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban
nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu
tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama
Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)
Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)
menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75
dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut
Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu
rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan
kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan
Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami
penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik
14
meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan
asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab
kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic
2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek
ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan
gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa
dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan
konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion
inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan
Vieira 2007)
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih
yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih
kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu
rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan
juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan
habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga
viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
3
12 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
1 Mengetahui viabilitas benih kedelai kombinasi Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah
disimpan selama 12 bulan
2 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
3 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
4 Mengetahui viabilitas benih kombinasi Varietas Burangrang dan tiga
kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan selama 12 bulan
13 Kerangka Pemikiran
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari hasil periode I yaitu menerapkan
prinsip agronomik yaitu penggunaan dosis pupuk SP-36 yang berbeda pada tiga
varietas unggul nasional Menurut Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-
umbian (2012) varietas unggul diantaranya Varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang karena varietas-varietas tersebut merupakan varietas benih kedelai
berbiji besar dengan produksi yang cukup tinggi yang banyak disukai oleh
konsumen Varietas unggul memiliki salah satu sifat yaitu resposif terhadap
pemupukan terutama pemupukan SP-36 Peneliti menggelompokkan Varietas
Grobogan dan Burangrang varietas yang sama karena memiliki bobot 100 butir
yang relatif sama yaitu gt16 gram (Varietas Grobogan 18 gram sedangkan
Burangrang 17 gram) Berbeda dengan Varietas Anjasmoro yang memiliki bobot
4
100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih
tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam
plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak
penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu
optimum
Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12
bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu
lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada
suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat
Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga
respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara
cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama
penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan
meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan
bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih
mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut
kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa
ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya
kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai
dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2
tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya
berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada
suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun
5
Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang
berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan
daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)
varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan
varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap
hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi
kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh
seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi
penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan
dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena
varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan
tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas
(mutu benih)
Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama
unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat
dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)
Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting
(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk
meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar
6
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting
untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas
dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan
pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel
tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis
karbohidrat (Rahmawati 2003)
Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai
Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih
Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama
fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi
dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan
energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol
heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti
nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama
perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis
senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan
potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya
bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium
bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)
7
Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai
sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan
meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan
meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan
Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan
meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan
komponen mutu benih lainnya
14 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan
Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan
2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis
pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan
3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
8
II TINJAUAN PUSTAKA
21 Pengujian Viabilitas Benih
Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi
tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam
rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang
sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama
periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih
(deteriorasi) (Sutopo 2012)
Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan
melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah
juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)
Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan
jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks
viabilitas benih
Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)
benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III
Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini
9
merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih
yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah
periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai
viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)
adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih
setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga
kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III
merupakan periode pelepasan energi (energy release)
Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)
Keterangan
D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg
Vp = viabilitas potensial
Vg = vigor
Vp
Vg
Periode viabilitas
Vp
D
I II
III
10
Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan
tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah
muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah
tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal
pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya
berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan
membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga
storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah
benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)
Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya
hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat
kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran
benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki
viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih
berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan
tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh
penyimpanan benih
Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya
hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya
semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat
yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih
pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)
11
Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang
tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan
Powell 2006)
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk
tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan
kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan
polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam
ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel
mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan
koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu
penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi
banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan
ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih
(Timotiwu dan Nurmauli 1996)
Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil
dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat
pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan
12
tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)
Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan
cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer
energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya
serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji
Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa
ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor
benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan
tinggi (Bewley dan Black 1978)
23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode
Simpan
Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama
penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang
tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan
sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum
untuk panen dapat dimulai
13
Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal
Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan
kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis
pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda
seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban
nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu
tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama
Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)
Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)
menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75
dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut
Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu
rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan
kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan
Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami
penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik
14
meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan
asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab
kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic
2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek
ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan
gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa
dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan
konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion
inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan
Vieira 2007)
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih
yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih
kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu
rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan
juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan
habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga
viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
4
100 butir lt16 gram yaitu 148 ndash 153 gram Setelah melewati periode I benih
tersebut selanjutnya masuk periode II atau periode simpan Benih dikemas dalam
plastik ziplock yang berukuran 20 x 12 cm dan disimpan pada kotak
penyimpanan benih yang terbuat dari kayu berukuran 50x50x50 cm pada suhu
optimum
Viabilitas 15 lot benih setelah melalui periode simpan (periode II) selama 12
bulan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Faktor eksternal yaitu
lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan kemasan benih Pada
suhu rendah aktivitas enzim dapat ditekan sehingga respirasi akan diperlambat
Sebaliknya pada suhu tinggi aktivitas enzim berlangsung lebih aktif sehingga
respirasi lebih cepat yang mengakibatkan perombakan cadangan makanan secara
cepat Perombakan cadangan makanan yang berlangsung terus menerus selama
penyimpanan akan mengakibatkan habisnya cadangan makanan pada jaringan
meristem (Harrington 1994) Copeland and Mc Donald (1936) menyatakan
bahwa kondisi penyimpanan yang aman untuk benih ortodok yaitu kadar air benih
mulai dari 2 - 15 dengan kelembaban mulai dari 10 - 75 Hal tersebut
kemudian didukung oleh penelitian Kartono (2004) yang mengatakan bahwa
ruang berpendingn (suhu 18 ndash 20 0C RH 50 ndash 60) dapat mempertahankan daya
kecambah benih gt85 selama 1 tahun Pada suhu ruangan 15 0C benih kedelai
dengan kadar air 12 dapat dipertahankan daya kecambahnya gt85 selama 2
tahun Bila benih kedelai disimpan pada suhu ruangan 10 0C maka daya
berkecambahnya dapat dipertahankan di atas 85 selama 3 tahun sedangkan pada
suhu ruangan 5 0C daya kecambahnya dapat dipertahankan gt85 selama 5 tahun
5
Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang
berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan
daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)
varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan
varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap
hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi
kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh
seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi
penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan
dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena
varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan
tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas
(mutu benih)
Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama
unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat
dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)
Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting
(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk
meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar
6
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting
untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas
dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan
pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel
tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis
karbohidrat (Rahmawati 2003)
Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai
Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih
Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama
fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi
dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan
energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol
heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti
nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama
perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis
senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan
potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya
bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium
bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)
7
Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai
sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan
meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan
meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan
Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan
meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan
komponen mutu benih lainnya
14 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan
Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan
2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis
pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan
3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
8
II TINJAUAN PUSTAKA
21 Pengujian Viabilitas Benih
Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi
tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam
rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang
sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama
periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih
(deteriorasi) (Sutopo 2012)
Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan
melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah
juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)
Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan
jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks
viabilitas benih
Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)
benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III
Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini
9
merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih
yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah
periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai
viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)
adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih
setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga
kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III
merupakan periode pelepasan energi (energy release)
Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)
Keterangan
D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg
Vp = viabilitas potensial
Vg = vigor
Vp
Vg
Periode viabilitas
Vp
D
I II
III
10
Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan
tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah
muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah
tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal
pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya
berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan
membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga
storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah
benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)
Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya
hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat
kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran
benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki
viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih
berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan
tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh
penyimpanan benih
Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya
hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya
semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat
yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih
pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)
11
Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang
tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan
Powell 2006)
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk
tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan
kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan
polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam
ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel
mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan
koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu
penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi
banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan
ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih
(Timotiwu dan Nurmauli 1996)
Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil
dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat
pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan
12
tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)
Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan
cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer
energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya
serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji
Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa
ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor
benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan
tinggi (Bewley dan Black 1978)
23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode
Simpan
Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama
penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang
tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan
sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum
untuk panen dapat dimulai
13
Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal
Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan
kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis
pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda
seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban
nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu
tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama
Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)
Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)
menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75
dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut
Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu
rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan
kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan
Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami
penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik
14
meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan
asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab
kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic
2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek
ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan
gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa
dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan
konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion
inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan
Vieira 2007)
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih
yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih
kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu
rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan
juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan
habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga
viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
5
Faktor internal yaitu kombinasi antara varietas dan kandungan dosis pupuk yang
berbeda Ketiga varietas unggul yaitu varietas Anjasmoro Grobogan dan
Burangrang tentunya memiliki faktor genetik yang berbeda seperti kemampuan
daya hidup benih dan respons terhadap pemupukan Menurut Suhartina (2005)
varietas unggul kedelai memiliki sifat unggul tertentu dibandingkan dengan
varietas lokal Sifat unggul tersebut antara lain potensi hasil tinggi tahan terhadap
hama dan penyakit berumur pendek respons terhadap pemupukan dan toleransi
kekeringan Penggunaan varietas unggul juga dapat mendorong tanaman tumbuh
seragam masak serempak produksi tinggi dan meningkatkan efisiensi
penggunaan benih Penggunaan varietas unggul yang dikombinasikan dengan
dosis pupuk SP-36 yang berbeda akan mempengaruhi viabilitas benih karena
varietas unggul memiliki respon terhadap pemupukan dan menghasilkan
tanggapan yang berbeda pula oleh tanaman baik secara kuantitas maupun kualitas
(mutu benih)
Unsur hara N P dan K merupakan unsur hara esensial yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan unsur hara makro dan mikro pada tanaman Terutama
unsur P yang yang berperan dalam proses fotosintesis metabolisme karbohidrat
dan transportasi asimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman (Supadma 2007)
Menurut Pasaribu dan Suprapto (1993) bahwa di antara tiga unsur hara penting
(N P dan K) pemberian unsur fosfor memberikan pengaruh yang nyata untuk
meningkatkan hasil pada tanaman kedelai per hektar
6
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting
untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas
dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan
pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel
tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis
karbohidrat (Rahmawati 2003)
Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai
Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih
Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama
fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi
dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan
energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol
heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti
nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama
perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis
senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan
potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya
bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium
bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)
7
Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai
sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan
meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan
meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan
Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan
meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan
komponen mutu benih lainnya
14 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan
Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan
2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis
pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan
3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
8
II TINJAUAN PUSTAKA
21 Pengujian Viabilitas Benih
Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi
tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam
rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang
sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama
periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih
(deteriorasi) (Sutopo 2012)
Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan
melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah
juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)
Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan
jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks
viabilitas benih
Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)
benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III
Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini
9
merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih
yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah
periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai
viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)
adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih
setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga
kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III
merupakan periode pelepasan energi (energy release)
Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)
Keterangan
D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg
Vp = viabilitas potensial
Vg = vigor
Vp
Vg
Periode viabilitas
Vp
D
I II
III
10
Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan
tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah
muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah
tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal
pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya
berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan
membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga
storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah
benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)
Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya
hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat
kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran
benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki
viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih
berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan
tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh
penyimpanan benih
Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya
hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya
semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat
yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih
pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)
11
Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang
tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan
Powell 2006)
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk
tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan
kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan
polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam
ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel
mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan
koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu
penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi
banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan
ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih
(Timotiwu dan Nurmauli 1996)
Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil
dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat
pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan
12
tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)
Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan
cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer
energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya
serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji
Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa
ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor
benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan
tinggi (Bewley dan Black 1978)
23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode
Simpan
Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama
penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang
tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan
sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum
untuk panen dapat dimulai
13
Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal
Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan
kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis
pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda
seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban
nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu
tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama
Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)
Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)
menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75
dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut
Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu
rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan
kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan
Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami
penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik
14
meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan
asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab
kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic
2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek
ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan
gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa
dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan
konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion
inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan
Vieira 2007)
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih
yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih
kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu
rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan
juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan
habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga
viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
6
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting
untuk tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas
dan kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan karena dapat meningkatkan
pembentukan polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Selain itu unsur fosfor juga merupakan komponen penyusun membran sel
tanaman penyusun enzim-enzim penyusun co-enzim dan nukleotida sintesis
karbohidrat (Rahmawati 2003)
Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai
Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih
Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama
fase perkecambahan (Tisdale et al 1985) Kandungan P total yang tinggi
dalam biji berhubungan dengan senyawa fitin yang berperan dalam pemeliharaan
energi Sekitar 80 fosfor dalam biji disimpan sebagai garam mangan inositol
heksaphosphat atau fitin 20 lainnya sebagai senyawa organik seperti
nukleotida asam nukleat fosfolipid gula terfosforilasi dan fosfoprotein Selama
perkecambahan fitin dipecah melepaskan fosfor anorganik untuk sintesis
senyawa lain yang mengandung fosfor Sebagian besar fosfat magnesium dan
potasium benih ada di fitin sebagian besar metabolisme benih berikutnya
bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion magnesium dan kalium
bersamaan (Copeland dan Mc Donald 2001)
7
Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai
sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan
meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan
meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan
Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan
meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan
komponen mutu benih lainnya
14 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan
Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan
2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis
pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan
3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
8
II TINJAUAN PUSTAKA
21 Pengujian Viabilitas Benih
Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi
tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam
rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang
sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama
periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih
(deteriorasi) (Sutopo 2012)
Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan
melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah
juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)
Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan
jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks
viabilitas benih
Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)
benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III
Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini
9
merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih
yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah
periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai
viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)
adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih
setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga
kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III
merupakan periode pelepasan energi (energy release)
Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)
Keterangan
D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg
Vp = viabilitas potensial
Vg = vigor
Vp
Vg
Periode viabilitas
Vp
D
I II
III
10
Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan
tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah
muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah
tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal
pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya
berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan
membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga
storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah
benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)
Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya
hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat
kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran
benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki
viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih
berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan
tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh
penyimpanan benih
Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya
hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya
semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat
yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih
pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)
11
Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang
tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan
Powell 2006)
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk
tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan
kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan
polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam
ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel
mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan
koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu
penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi
banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan
ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih
(Timotiwu dan Nurmauli 1996)
Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil
dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat
pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan
12
tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)
Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan
cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer
energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya
serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji
Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa
ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor
benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan
tinggi (Bewley dan Black 1978)
23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode
Simpan
Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama
penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang
tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan
sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum
untuk panen dapat dimulai
13
Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal
Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan
kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis
pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda
seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban
nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu
tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama
Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)
Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)
menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75
dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut
Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu
rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan
kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan
Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami
penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik
14
meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan
asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab
kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic
2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek
ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan
gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa
dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan
konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion
inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan
Vieira 2007)
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih
yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih
kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu
rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan
juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan
habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga
viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
7
Bewley dan Black (1986) menyatakan bahwa senyawa fitin berfungsi sebagai
sumber energi yang digunakan selama perkecambahan Seiring dengan
meningkatnya jumlah penyerapan fosfor oleh tanaman kedelai maka akan
meningkatkan bobot benih dan bertambahnya kandungan cadangan makanan
Dengan bertambahnya kandungan cadangan makanan benih nantinya akan
meningkatkan indeks vigor kecepatan perkecambahan daya berkecambah dan
komponen mutu benih lainnya
14 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
1 Viabilitas benih berbeda antar kombinasi Varietas (Anjasmoro Grobogan
Burangrang) dan tiga kategori dosis pupuk SP-36 setelah disimpan 12 bulan
2 Viabilitas benih antar kombinasi Varietas Anjasmoro dan tiga kategori dosis
pupuk SP-36 berbeda setelah disimpan 12 bulan
3 Viabilitas benih Varietas Grobogan dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang dan tiga kategori dosis pupuk SP-36
berbeda setelah disimpan 12 bulan
8
II TINJAUAN PUSTAKA
21 Pengujian Viabilitas Benih
Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi
tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam
rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang
sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama
periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih
(deteriorasi) (Sutopo 2012)
Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan
melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah
juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)
Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan
jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks
viabilitas benih
Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)
benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III
Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini
9
merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih
yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah
periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai
viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)
adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih
setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga
kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III
merupakan periode pelepasan energi (energy release)
Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)
Keterangan
D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg
Vp = viabilitas potensial
Vg = vigor
Vp
Vg
Periode viabilitas
Vp
D
I II
III
10
Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan
tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah
muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah
tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal
pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya
berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan
membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga
storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah
benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)
Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya
hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat
kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran
benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki
viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih
berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan
tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh
penyimpanan benih
Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya
hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya
semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat
yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih
pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)
11
Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang
tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan
Powell 2006)
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk
tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan
kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan
polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam
ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel
mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan
koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu
penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi
banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan
ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih
(Timotiwu dan Nurmauli 1996)
Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil
dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat
pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan
12
tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)
Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan
cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer
energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya
serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji
Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa
ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor
benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan
tinggi (Bewley dan Black 1978)
23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode
Simpan
Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama
penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang
tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan
sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum
untuk panen dapat dimulai
13
Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal
Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan
kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis
pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda
seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban
nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu
tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama
Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)
Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)
menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75
dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut
Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu
rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan
kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan
Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami
penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik
14
meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan
asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab
kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic
2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek
ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan
gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa
dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan
konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion
inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan
Vieira 2007)
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih
yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih
kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu
rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan
juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan
habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga
viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
8
II TINJAUAN PUSTAKA
21 Pengujian Viabilitas Benih
Viabilitas merupakan kemampuan benih yang tumbuh normal dalam kondisi
tumbuh optimum penyimpanan adalah salah satu mata rantai terpenting dalam
rangkaian kegiatan teknologi benih Viabilitas benih dalam periode simpan yang
sepanjang mungkin dan untuk mempertahankan mutu fisiologi benih selama
periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih
(deteriorasi) (Sutopo 2012)
Viabilitas benih merupakan daya kecambah benih yang dapat ditunjukkan
melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan selain itu daya kecambah
juga merupakan tolok ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad 1994)
Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan
jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih yang merupakan indeks
viabilitas benih
Berdasarkan konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Gambar 1)
benih mengalami tiga fase kehidupan yaitu periode I periode II dan periode III
Periode I adalah periode penumpukan energi (energy deposit) Periode ini
9
merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih
yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah
periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai
viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)
adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih
setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga
kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III
merupakan periode pelepasan energi (energy release)
Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)
Keterangan
D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg
Vp = viabilitas potensial
Vg = vigor
Vp
Vg
Periode viabilitas
Vp
D
I II
III
10
Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan
tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah
muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah
tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal
pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya
berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan
membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga
storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah
benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)
Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya
hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat
kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran
benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki
viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih
berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan
tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh
penyimpanan benih
Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya
hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya
semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat
yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih
pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)
11
Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang
tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan
Powell 2006)
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk
tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan
kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan
polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam
ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel
mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan
koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu
penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi
banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan
ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih
(Timotiwu dan Nurmauli 1996)
Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil
dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat
pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan
12
tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)
Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan
cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer
energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya
serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji
Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa
ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor
benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan
tinggi (Bewley dan Black 1978)
23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode
Simpan
Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama
penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang
tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan
sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum
untuk panen dapat dimulai
13
Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal
Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan
kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis
pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda
seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban
nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu
tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama
Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)
Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)
menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75
dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut
Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu
rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan
kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan
Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami
penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik
14
meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan
asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab
kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic
2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek
ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan
gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa
dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan
konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion
inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan
Vieira 2007)
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih
yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih
kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu
rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan
juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan
habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga
viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
9
merupakan periode pembangunan atau pertumbuhan dan perkembangan benih
yang diawali dari antesis sampai benih masak fisiologis Periode II adalah
periode penyimpanan benih atau penambatan energi (energy transit) nilai
viabilitas dipertahankan pada periode ini Periode kritikal (akhir periode II)
adalah kritikal periode dua (KP-2) yang merupakan batas periode simpan benih
setelah KP-2 nilai vigor dan viabilitas potensial mulai menurun sehingga
kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang menurun Periode III
merupakan periode pelepasan energi (energy release)
Gambar 1 Konsep periodisasi viabilitas benih Steinbauer-Sadjad (Sadjad 1993)
Keterangan
D = delta atau selisih antara nilai Vp dan Vg
Vp = viabilitas potensial
Vg = vigor
Vp
Vg
Periode viabilitas
Vp
D
I II
III
10
Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan
tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah
muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah
tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal
pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya
berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan
membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga
storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah
benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)
Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya
hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat
kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran
benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki
viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih
berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan
tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh
penyimpanan benih
Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya
hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya
semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat
yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih
pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)
11
Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang
tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan
Powell 2006)
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk
tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan
kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan
polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam
ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel
mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan
koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu
penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi
banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan
ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih
(Timotiwu dan Nurmauli 1996)
Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil
dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat
pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan
12
tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)
Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan
cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer
energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya
serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji
Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa
ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor
benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan
tinggi (Bewley dan Black 1978)
23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode
Simpan
Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama
penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang
tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan
sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum
untuk panen dapat dimulai
13
Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal
Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan
kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis
pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda
seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban
nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu
tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama
Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)
Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)
menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75
dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut
Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu
rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan
kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan
Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami
penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik
14
meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan
asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab
kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic
2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek
ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan
gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa
dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan
konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion
inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan
Vieira 2007)
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih
yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih
kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu
rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan
juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan
habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga
viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
10
Menurut Copeland dan McDonald (2001) viabilitas benih dapat diukur dengan
tolok ukur daya berkecambah (germination capacity) Daya berkecambah adalah
muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah
tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal
pada kondisi lingkungan optimum (menguntungkan) Tujuan dari pengujian daya
berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan
membandingkan kualitas benih antar seedlot (kelompok benih) menduga
storabilitas (daya simpan) benih dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah
benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami 2004)
Viabilitas benih dapat juga diukur dengan daya hantar listrik (DHL) Daya
hantar listrik merupakan pengujian benih secara fisik yang mencerminkan tingkat
kebocoran membran sel yang dapat diukur melalui konduktivitas kebocoran
benih Benih yang memiliki kebocoran elektrolit tinggi dianggap memiliki
viabilitas rendah sedangkan yang kebocoran elektrolitnya rendah adalah benih
berviabilitas tinggi (ISTA 2007) Kebocoran membran sel juga merupakan
tempat kerusakan yang utama peristiwa deteriorasi benih yang disebabkan oleh
penyimpanan benih
Penyimpanan benih memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya
hantar listrik benih Semakin lama benih disimpan nilai daya hantar listriknya
semakin meningkat Semakin meningkat DHL berarti bertambah banyak zat-zat
yang terlarut dalam cairan rendaman benih Bahan-bahan yang dikeluarkan benih
pada peristiwa tersebut adalah K Cl gula dan asam amino (Ismattullah 2003)
11
Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang
tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan
Powell 2006)
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk
tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan
kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan
polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam
ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel
mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan
koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu
penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi
banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan
ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih
(Timotiwu dan Nurmauli 1996)
Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil
dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat
pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan
12
tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)
Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan
cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer
energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya
serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji
Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa
ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor
benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan
tinggi (Bewley dan Black 1978)
23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode
Simpan
Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama
penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang
tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan
sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum
untuk panen dapat dimulai
13
Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal
Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan
kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis
pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda
seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban
nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu
tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama
Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)
Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)
menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75
dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut
Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu
rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan
kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan
Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami
penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik
14
meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan
asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab
kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic
2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek
ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan
gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa
dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan
konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion
inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan
Vieira 2007)
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih
yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih
kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu
rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan
juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan
habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga
viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
11
Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang
tinggi berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun (Mattews dan
Powell 2006)
22 Peranan pupuk P untuk meningkatkan viabilitas benih
Pupuk fosfat merupakan salah satu pupuk yang mempunyai peranan penting untuk
tanaman yang menghasilkan biji seperti kedelai guna mencapai kuantitas dan
kualitas benih yang maksimal Pupuk fosfat sangat diperlukan dalam
pertumbuhan tanaman terutama awal pertumbuhan meningkatkan pembentukan
polong dan mempercepat matangnya polong (Cahyono 2007)
Ion fosfor berperan penting dalam metabolisme energi yang tergabung dalam
ATP yang merupakan bagian dari sekumpulan potensial energi kehidupan sel
mahluk hidup Fosfor terdapat dalam membran gula fosfat nukleotida dan
koenzim sebagai fosfolipid Fosfor merupakan penyusun sel hidup selain itu
penyusun fosfolipid nukleoprotein dan fitin yang selanjutnya akan menjadi
banyak tersimpan dalam biji (benih) Benih tersebut mampu meningkatkan
ukurannya yang berkaitan dengan penimbunan cadangan makanan dalam benih
(Timotiwu dan Nurmauli 1996)
Menurut Sediyarso dan Suharto (1984) pemupukan P berpengaruh terhadap hasil
dan kadar hara P Fungsi dari fosfor dalam tanaman yaitu dapat mempercepat
pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan
12
tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)
Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan
cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer
energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya
serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji
Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa
ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor
benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan
tinggi (Bewley dan Black 1978)
23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode
Simpan
Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama
penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang
tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan
sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum
untuk panen dapat dimulai
13
Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal
Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan
kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis
pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda
seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban
nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu
tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama
Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)
Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)
menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75
dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut
Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu
rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan
kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan
Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami
penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik
14
meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan
asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab
kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic
2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek
ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan
gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa
dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan
konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion
inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan
Vieira 2007)
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih
yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih
kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu
rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan
juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan
habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga
viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
12
tanaman muda menjadi tanaman dewasa mempercepat pembungaan dan
pemasakan buah dan biji serta meningkatkan produksi biji-bijian (Sutedjo 2002)
Fosfor berfungsi dalam penyusunan komponen setiap sel kehidupan dan
cenderung lebih banyak pada biji dan titik tumbuh fosfor penting untuk transfer
energi yang sangat menentukan pertumbuhan dan proses kehidupan lainnya
serta merangsang perkembangan akar sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan mempercepat masa panen dan menambah nilai nutrisi biji
Di dalam benih unsur P diperlukan untuk menyusun senyawa phytin Senyawa
ini berfungsi sebagai sumber energi yang dipergunakan selama perkecambahan
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa phytin berpengaruh terhadap vigor
benih dengan tersedianya phytin dalam benih maka daya kecambah benih akan
tinggi (Bewley dan Black 1978)
23 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Viabilitas Benih Selama Periode
Simpan
Menurut Sutopo (2002) penyimpanan bertujuan untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin Selama
penyimpanan yang dipertahankan adalah viabilitas maksimum benih yang
tercapai pada saat benih masak fisiologis Kemasakan fisiologis diartikan
sebagai suatu keadaan yang harus dicapai oleh benih sebelum keadaan optimum
untuk panen dapat dimulai
13
Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal
Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan
kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis
pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda
seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban
nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu
tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama
Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)
Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)
menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75
dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut
Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu
rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan
kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan
Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami
penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik
14
meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan
asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab
kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic
2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek
ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan
gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa
dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan
konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion
inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan
Vieira 2007)
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih
yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih
kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu
rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan
juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan
habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga
viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
13
Viabilitas benih setelah melalui periode simpan (periode II) dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi viabilitas benih yaitu faktor eksternal dan faktor internal
Faktor eksternal yaitu lingkungan penyimpanan seperti suhu kelembaban dan
kemasan benih Faktor internal yaitu kombinasi varietas dan kandungan dosis
pupuk yang berbeda Setiap varietas memiliki faktor genetik yang berbeda-beda
seperti kemampuan daya hidup benih dan daya simpan
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama
penyimpanan yang dipengaruhi oleh kadar air benih suhu dan kelembaban
nisbi ruangan Pada suhu rendah respirasi berjalan lambat dibanding suhu
tinggi Dalam kondisi tersebut viabilitas benih dapat dipertahankan lebih lama
Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11 (Indartono 2011)
Benih kedelai mudah mengalami kemunduran (deteriorasi) Kartono (2004)
menyatakan bahwa benih kedelai mengalami penurunan mutu sebesar 75
dalam waktu kurang dari tiga bulan pada penyimpanan secara terbuka Menurut
Purwanti (2004) benih kedelai yang disimpan pada kondisi penyimpanan suhu
rendah (20oC) dengan kadar air sembilan persen mampu mempertahankan
kualitasnya tetap tinggi selama enam bulan penyimpanan
Selama penyimpanan kandungan karbohidrat protein dan lipid mengalami
penurunan sedangkan free amino acid free fatty acid dan daya hantar listrik
14
meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan
asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab
kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic
2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek
ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan
gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa
dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan
konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion
inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan
Vieira 2007)
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih
yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih
kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu
rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan
juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan
habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga
viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
14
meningkat (Begum et al 2013) Autooksidasi lipid dan meningkatnya kandungan
asam lemak bebas (free fatty acid) selama penyimpanan merupakan penyebab
kerusakan pada benih yang mengandung kadar minyak tinggi (oily seed) (Tatic
2007) Menurunnya substrat karbohidrat akibat respirasi akan menurunkan efek
ketahanan integritas membran sel Perubahan integritas membran sel merupakan
gejala awal dari proses deteriorasi benih yang mengakibatkan keluarnya senyawa
dari dalam benih yang bisa diamati berdasarkan pada daya hantar listrik dan
konsentrasi senyawa metabolit (gula asam amino asam lemak enzim ion-ion
inorganik seperti K+ Na+ Ca++ Mg++) (Vieira et al 2008 Panobianco dan
Vieira 2007)
Penyimpanan benih kedelai hitam maupun kuning dalam kantong plastik maupun
kaleng pada suhu rendah selama enam bulan masih menunjukkan kualitas benih
yang lebih baik dibandingkan dengan suhu tinggi Laju kenaikan kadar air benih
kedelai pada suhu rendah berlangsung lebih lambat daripada suhu tinggi yaitu
rata-rata 03 per bulannya Oleh karena itu pada suhu rendah aktivitas enzim
terutama enzim respirasi dapat ditekan sehingga perombakan cadangan makanan
juga ditekan proses deteriorasi dapat ditekan Matinya sel-sel meristematis dan
habisnya cadangan makanan dan degradasi enzim dapat diperlambat sehingga
viabilitas dan vigor masih tinggi (Purwanti 2004)
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
15
III BAHAN DAN METODE
31 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Desember
2018 di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Lampung
32 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 lot benih yang berasal dari
kombinasi antara 3 varietas kedelai unggul Nasional yaitu Varietas Anjasmoro
Grobogan dan Burangrang dengan tiga kategori dosis pupuk SP-36 yaitu tanpa
pemupukan SP-36 (0 kgha) pupuk rekomendasi (100 ndash 150 kgha) dan pupuk
diatas rekomendasi (200 - 250 kgha) plastik kedap udara (ziplock) berukuran 12
cm x 20 cm sebagai kemasan simpan karet gelang aquades kertas label dan
kertas CD
Alat yang digunakan adalah alat penghitung benih (seed counter tipe 801 Count-
A-Pak) germinator tipe IPB 73 2A2B gelas plastik penggaris gunting
nampan timbangan digital grain moisture tester Conductivity meter TDS amp EC
oven tipe Memmert alat pengempa kertas merang kamera dan alat tulis
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
16
Lot
2
Lot
6
Lot
12
Lot
4
Lot
15
Lot
3
Lot
13
Lot
10
Lot
11
Lot
14
Lot
9
Lot
5
Lot
1
Lot
8
Lot
7
Lot
10
Lot
14
Lot
1
Lot
7
Lot
15
Lot
3
Lot
6
Lot
12
Lot
2
Lot
11
V PLot
5
Lot
13
Lot
4
Lot
8
Lot
9
33 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu lot benih yang
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Satuan percobaan terdiri dari
15 kombinasi lot benih yang diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 45 satuan
percobaan untuk setiap percobaan Homogenitas ragam antar perlakuan diuji
menggunakan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey sebagai
asumsi analisis ragam untuk Rancangan Acak Kelompok Jika asumsi analisis
ragam terpenuhi maka pemisahan nilai tengah dilanjutkan menggunakan Uji
perbandingan kelas pada taraf α 5
Tata letak percobaan yang dilakukan sebagai berikut
Kelompok I
Kelompok II
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
17
Lot
12
Lot
9
2
Lot
11
Lot
6
Lot
14
Lot
10
Lot
2
Lot
8
Lot
3
Lot
13
Lot
4
Lot
7
Lot
15
Lot
1
Lot
5
Kelompok III
Gambar 2 Tata letak percobaan
Keterangan
Lot 1 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 2 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 3 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 4 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 5 = Varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 6 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 0 kgha
Lot 7 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 8 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 9 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 10 = Varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
Lot 11 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 0 kgh
Lot 12 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 100 kgha
Lot 13 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 150 kgha
Lot 14 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 200 kgha
Lot 15 = Varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36 250 kgha
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
18
Tabel 1 Perbandingan kelas 15 lot benih
Perbandingan
Perbandingan tiga varietas kedelai pada tiga kategori dosis pupuk SP-36
P1 Anjasmoro +SP-36 VS Grobogan +SP-36 dan Burangrang +SP-36
P2 Grobogan +SP-36 VS Burangrang +SP-36
Pengaruh kombinasi varietas Anjasmoro dan dosis pupuk SP-36
P3 Anjasmoro tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P4 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P5 Anjasmoro+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P6 Anjasmoro+SP-36 di atas rekomendasi (200kgha) VS di atas rekomendasi (250kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Grobogan dan dosis pupuk SP-36
P7 Grobogan tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P8 Grobogan+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P9 Grobogan+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P10 Grobogan+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
Pengaruh kombinasi varietas Burangrang dan dosis pupuk SP-36
P11 Burangrang tanpa pemupukan VS Rekomendasi dan di atas rekomendasi
P12 Burangrang+SP-36 rekomendasi VS di atas rekomendasi
P13 Burangrang+SP-36 rekomendasi (100kgha) VS rekomendasi (150 kgha)
P14 Burangrang+SP-36 di atas rekomendasi (200 kgha) VS di atas rekomendasi (250 kgha)
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
19
Lanjutan
0 100 150 200 250 0 100 150 200 250 0 100 150 200 250
-2 -2 -2 -2 -2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 -1 -1 -1 -1 -1 1 1 1 1 1
-4 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -4 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 -1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1
Anjasmoro Grobogan Burangrang
SP-36 SP-36 SP-36
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
20
34 Pelaksanaan Penelitian
1 Persiapan Benih
Lima belas lot benih yang diuji berasal dari benih yang sudah disimpan selama 12
bulan dengan jumlah yang berbeda-beda antara lain untuk pengujian daya
berkecambah benih kecepatan perkecambahan benih potensi tumbuh maksimum
indeks vigor bobot kering kecambah normal masing-masing 50 butir sedangkan
kadar air 8 butir dan daya hantar listrik 25 butir sehingga total benih yang
digunakan yaitu 4245 butir benih kedelai
35 Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah
1 Persentase Daya Berkecambah (DB)
Benih yang disimpan diuji viabilitas benihnya dengan uji perkecambahan
Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung
didirikan dalam Plastik (UKDdP) dan diamati pada hari ke-5 dan ke-8 (ISTA
2010) Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (Germinator)
tipe IPB 73-2AB Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan
atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah Dua lembar kertas merang yang sudah
lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 25 butir pergulungan yang
disusun secara zigzag lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan
Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik lalu diberi label sesuai
dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat
pengecambah benih Uji daya berkecambah diukur berdasarkan persentase
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
21
kecambah normal kecambah abnormal dan kecambah mati (Mugnisjah etal
1994)
Kriteria kecambah normal yaitu seluruh bagiannya lengkap dan berkembang
dengan baik Benih abnormal yaitu kecambah yang salah satu struktur
pentingnya (radikula epikotil dan kotiledon) tidak adarusak bentuk
memutartidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland dan Mc Donald 2001) sedangkan ciri benih mati yaitu
tidak menunjukkan adanya gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian
dan bukan termasuk benih keras (ISTA 2007)
Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus
sum sum
sum
Keterangan
DB = Daya Berkecambah
KN I = Kecambah normal hari ke-5
KN II = Kecambah normal hari ke-8
Gambar 3 Kecambah normal dan abnormal
Kecambah
Normal
Kecambah
Abnormal
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
22
2 Kecepatan Perkecambahan
Kecepatan perkecambahan merupakan kecepatan benih untuk berkecambah
normal Pengamatan dilakukan pada 1 ndash 7 HST (Widajati 2013) Penilaian
kecepatan perkecambahan dihitung berdasarkan pertambahan persentase
kecambah normal per hari dengan rumus Maguire dalam Copeland dan
McDonald (2001)
Perhitungan kecepatan perkecambahan dapat menggunakan rumus sebagai
berikut
sum
Keterangan
KCT = Kecepatan perkecambahan benih
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
3 Indeks Vigor
Indeks vigor merupakan keseragaman dan kecepatan benih untuk berkecambah
dalam waktu tertentu Indeks vigor dapat diketahui dengan rumus
sum
sum
Keterangan
IV = Indeks vigor
KN I = Pengamatan hari ke-5 setelah perkecambahan
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
23
4 Potensi tumbuh maksimum
Potensi Tumbuh Maksimum adalah total benih hidup atau gejala hidup (Sadjad
1994) Potensi tumbuh maksimum dihitung berdasarkan jumlah kecambah
normal dan abnormal yang tumbuh sampai akhir pengamatan Nilai potensi
tumbuh maksimm dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut
sum sum sum
sum
Keterangan
PTM = Potensi tumbuh maksimum ()
Σ KN = jumlah kecambah normal
Σ KAN = jumlah kecambah abnormal
5 Kadar Air Benih
Pengujian ini dilakukan dengan metode tidak lansung yaitu dengan alat grain
moisture tester dengan satu sampelulangan menggunakan 8 butir benih kedelai
yang dimasukkan ke dalam alat dan tuas diputar hingga benih hancur dan ditekan
tombol measure sehingga nilai kadar air tertera pada alat
6 Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)
Kecambah yang tumbuh normal dari hasil perkecambahan pada variabel daya
berkecambah benih dipisahkan dari kotiledon dimasukkan ke dalam amplop
kertas dioven pada suhu 80 0C selama 3 X 24 jam dan setelah itu ditimbang bobot
kering kecambah menggunakan timbangan ohaus Satuan pengamatan pada bobot
kering kecambah normal adalah milligram (mg)
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
24
7 Daya Hantar Listrik (DHL)
Pengujian daya hantar listrik menggunakan 25 butir benih kedelai Benih
kedelai dimasukkan ke dalam gelas plastik yang berisi 110 ml air aquadest
kemudian ditutup rapat dengan alluminium foil dan disimpan selama 24 jam
Daya hantar listrik dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari
jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih dengan
menggunakan alat conductivity meter TDS dan EC Penggunaan alat tersebut
yaitu dengan cara memasukkan dip cell ke dalam air rendaman benih Nilai
konduktivitasnya akan terbaca dengan satuan μScm Nilai konduktivitas
larutan blanko diperoleh dari pengukuran terhadap larutan yang telah didiamkan
selama 24 jam tanpa benih kedelai Nilai blanko tersebut sebagai nilai kontrol
konduktivitas listrik
Perhitungan nilai daya hantar listrik dapat dilakukan dengan rumus sebagai
berikut
DHL (microscm g) =
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
40
V SIMPULAN DAN SARAN
51 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut
1 Viabilitas benih kombinasi varietas unggul dan dosis pupuk SP-36
menghasilkan bahwa Varietas Grobogan dan Burangrang memiliki viabilitas
yang lebih tinggi perbedaan daya berkecambahnya yaitu 429 potensi
tumbuh maksimum 774 dan bobot kering kecambah normal 2599 mg
dibandingkan dengan Varietas Anjasmoro
2 Viabilitas benih kombinasi Varietas Anjasmoro yang diberi pupuk SP-36
memiliki kecepatan perkecambahan lebih tinggi 701 daripada tanpa
pemupukan
3 Viabilitas benih kombinasi Varietas Grobogan yang diberi pupuk SP-36
kecepatan perkecambahan lebih tinggi 363 daripada tanpa pemupukan
4 Viabilitas benih Varietas Burangrang yang diberi pupuk SP-36 dosis 250
kgha lebih tinggi daya berkecambahnya yaitu 1093 indeks vigor yaitu
909 dan kadar air 084 daripada dosis 100 kgha dan 150 kgha
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
41
52 Saran
Dari hasil penelitian dan pembahasan disarankan menggunakan lot benih yang
berasal dari kombinasi varietas unggul (Anjasmoro Grobogan dan Burangrang)
dengan dosis pupuk P rekomendasi (200 ndash 250 kgha) untuk penyimpanan benih
sampai dua belas bulan yang disimpan pada suhu rendah yaitu (180C plusmn 158
0C)
dengan RH (60 plusmn 92) karena memiliki kategori benih bermutu tinggi dan
melakukan pengukuran kadar air benih setiap bulan selama penyimpanan
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
42
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal R L 1980 Seed Technology Oxford and IBH Publishing New Delhi
Bombay Calcuta
Badan Pusat Statistik 2018 Produksi kedelai httpbpsgoidpress-
releases2018produksi-kedelaihtml Tanggal akses 20 Februari 2019
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi 2016 Deskripsi
Varietas Unggul Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Balitkabi Malang 185 hlm
Begum AJ Jerlin R Jayanthi M 2013 Seed quality changes during storage of
oil seeds- A Review International Journal of Scientific Research 21-
2
Bewley SD dan M Black 1978 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Bewley SD dan M Black 1986 Phisiology And Biochemistry of Seed
Springerverlag Heidelberg New York 302 p
Cahyono B 2007 Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai CV Aneka
Ilmu Semarang
Calero E SH West amp K Hinson 1981 Water absorption of soybean seed ad
associated causal factors Crop Sci 21 926-933
Copeland LO dan MB Mc Donald 1976 Principles of Seed Science and
Technology Jurnal Burgess Publishing Company New York 369 p
Copeland LO and MB Mc Donald 2001 Principles of Seed and
Technology United States of America London 467 p
Danapriatna 2010 Pengaruh Penyimpanan Terhadap Viabilitas dan Benih
Kedelai Hasil Penelitian Penyimpanan Benih Bandung 8 178-187
Harrington JF 1994 Seed Storage and Longevity Seed Biology In Ed TT
Kozlowsky Academic Press New York 795 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
43
Hong TD 2005 A Protocol to Determinate Seed Storage Behaviour IPGRI
Technical Bulletin University of Reading United Kingdom 386 hlm
Indartono 2011 Pengkajian Suhu Ruang Penyimpanan dan Teknik
Pengemasan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Gema Teknologi 16(3)
158-163
Ismatullah 2003 Studi penciri mutu benih kedalai (Glycine max (L) Merrill)
varietas wilis selama penyimpanan [skripsi] Institut Pertanian Bogor
Bogor 39 hlm
ISTA 2007 Seed Science and Technology International Rules of Seed Testing
International Seed Testing Association Zurich Switzerland125 p
International Seed Testing Association (ISTA) 2010 Seed Science and
Technology International Rules for Seed Testing International Seed
Testing Association Zurich 125 p
Kamil J 1979 Teknologi Benih Angkasa Raya Padang 227 hlm
Kartono 2004 Teknik penyimpanan benih kedelai varietas Wilis pada kadar
air dan suhu penyimpanan yang berbeda Buletin Teknik Pertanian
Teknisi Litkayasa Pelaksanaan Lanjutan pada Balai Besar Penelitian
Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor
9(2) 79-82
Kuswanto H 2003 Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan
Benih Kanisius Yogyakarta
Maharani 2018 Pengaruh Kadar Air Awal pada Vigor Benih Empat Genotipe
Sorgum (Sorghum bicholor (L) Moench) Pascasimpan 12 Bulan
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Mugnisjah W Q A Setiawan Suwarto dan C Santiwa 1994 Panduan
Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih PT
Grafindo Persada Jakarta 263 hlm
Pasaribu D dan Suprapto 1993 Pemupukan NPK pada kedelai Dalam S
Simoatmadja Ismunadji Sumarmo M Syam SO Manurung dan
Yuswandi Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
Bogor159 ndash 170 hlm
Panobianco M Vieira RD 2007 Electrical conductivity and deterioration of
soybean seeds exposed to different storage conditions Revista
Brasileira de Sementes 29(2) 97-105
Purwanti 2004 Kajian Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam
dan Kedelai Kuning Jurnal Ilmu Pertanian 11(1) 22-31
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
44
Pusat Pengembangan Unggulan Kedelai Lokal 2016 Sejarah Kedelai Indonesia
httpsPekakekalOrg diakses pada tanggal 26 Maret 2019 Pukul 0033
WIB
Pusat Penelitian Tanah 1993 Penilaian Angka-angka Hasil Analisa Tanah
Bogor
Putri AS 2018 Pengujian Mutu 15 Lot Benih Kedelai (Glycine max [L] Merr)
yang disimpan Sampai 6 Bulan pada Suhu Ruang Berbeda
[skripsi]Universitas Lampung Lampung
Sadjad S E Murniati dan SIllyas 1976 Parameter Pengujian Vigor Benih
Dari Komparatif ke Simulatif PT Gramedia Widiasarana Jakarta 184
hlm
Sadjad S 1993 Dari Benih kepada Benih PT Gramedia Widiasaran Jakarta 145
hlm
Sadjad S 1994 Kuantifikasi Metabolisme Benih PT Gramedia Widiasarana
Jakarta 145 hlm
Sutopo L 2002 Teknologi Benih PT Raja Grafindo Persada Jakarta 237
hlm
Sutopo L 2012 Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNBRAW Jakarta
237 hlm
Supadma 2007 Pengaruh Pemberian Beberapa Dosis Pupuk (NPK) dan
Jenis Pupuk Alternatif terhadap Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa)
dan Kadar PT Gramedia Jakarta
Tampubolon BOP 1991 Kedelai dan Bercocok Tanamnya Universitas
Sumatera Utara Medan 129 hlm
Tatic M 2007 Effect of endogenous and exogenous factors on aging process and
soybean seed viability [PhD Thesis] University of Novi Sad Novi Sad
Timotiwu PB dan N Nurmauli 1996 Kombinasi Pupuk TSP dan ZnSO4 untuk
Meningkatkan Produksi Kedelai Lampung Jurnal Agrotropika Fakultas
Pertanian Universitas Lampung Bandar Lampung I (1) 11-15
Tisdale S L Nelson W L and Beaton J L 1985 Soil Fertility and
Fertlizer 4th
Edition The Mac Millan Publ Co New York 754 p
Toyyibah S Sumadi dan A Nuraini 2014 Pengaruh dosis pupuk fosfat
terhadap pertumbuhan komponen hasil hasil dan kualitas benih dua
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm
45
varietas kedalai (Glycine max (L) Merr) pada iceptisol Jatinangor Jurnal
Agric Sci J 1 (4) 111 ndash 121
Viera RD TeKrony DM Egli DB Bruenning WP Panobianco M 2008
Temperature during soybean seed storage and the amount of
electrolytes of soaked seeds solution Sci Jurnal Agric (Piracicaba
Braz) 65(5) 496-501
Winarsi H 2010 Protein Kedelai dan Kecambah Manfaat Bagi Kesehatan
Kanisius Yogyakarta 228 hlm