della epilepsi

23
 MAKALAH FARMASI EPILEPSI OLEH : Della Kusumaning Putri G99122030 KEPANITERAAN KLINIK LAB/SMF ILMU FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2014

Upload: dekapee

Post on 02-Jun-2018

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Della Epilepsi

8/10/2019 Della Epilepsi

http://slidepdf.com/reader/full/della-epilepsi 1/23

MAKALAH FARMASI

EPILEPSI

OLEH :

Della Kusumaning Putri

G99122030

KEPANITERAAN KLINIK LAB/SMF ILMU FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

2014

Page 2: Della Epilepsi

8/10/2019 Della Epilepsi

http://slidepdf.com/reader/full/della-epilepsi 2/23

1

BAB I

PENDAHULUAN

Epilepsi merupakan salah satu masalah kesehatan yang menonjol di

masyarakat, karena permasalahan tidak hanya dari segi medik tetapi juga sosial

dan ekonomi yang menimpa penderita maupun keluarganya. Dalam kehidupan

sehari-hari, epilepsi merupakan stigma bagi masyarakat. Mereka cenderung untuk

menjauhi penderita epilepsi. Bagi orang awam, epilepsi dianggap sebagai penyakit

menular (melalui buih yang keluar dari mulut), penyakit keturunan, menakutkan

dan memalukan (Djoenaidi, 2000).

Epilepsi dapat terjadi pada laki-laki maupun wanita, tanpa memandang

umur dan ras. Jumlah penderita epilepsi meliputi 1 - 2 % populasi, secara umum

diperoleh gambaran bahwa insidens epilepsi menunjukkan pola bimodal, puncak

insiden terdapat pada golongan anak dan lanjut usia (Baker, 1999).

Penelitian insidensi dan prevalensi telah dilaporkan oleh berbagai negara,

tetapi di Indonesia belum diketahui secara pasti. Para peneliti umumnya

mendapatkan insidens 20 - 70 per 100.000 per tahun dan prevalensi sekitar 0,5 - 2

per 100.000 pada populasi umum. Sedangkan pada populasi anak diperkirakan 0,3

- 0,4 % di antaranya menderita epilepsi. Penderita laki-laki umumnya sedikit lebih

banyak dibandingkan dengan perempuan. Epilepsi merupakan masalah pediatrik

yang besar dan lebih sering terjadi pada usia dini dibandingkan usia selanjutnya

(Djoenaidi, 2000).

Page 3: Della Epilepsi

8/10/2019 Della Epilepsi

http://slidepdf.com/reader/full/della-epilepsi 3/23

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKAA. Definisi

Epilepsi yakni cetusan muatan neuron SSP abnormal, berlebihan,

sinkron, intermiten, paroksismal, unprovoked (Harsono, 2001).

B. Gejala klinis

Kejang parsial simplek dimulai dengan muatan listrik di bagian otak

tertentu dan muatan ini tetap terbatas di daerah tersebut. Penderitamengalami sensasi, gerakan atau kelainan psikis yang abnormal, tergantung

kepada daerah otak yang terkena. Jika terjadi di bagian otak yang

mengendalikan gerakan otot lengan kanan, maka lengan kanan akan

bergoyang dan mengalami sentakan; jika terjadi pada lobus temporalis

anterior sebelah dalam, maka penderita akan mencium bau yang sangat

menyenangkan atau sangat tidak menyenangkan.

Pada penderita yang mengalami kelainan psikis bisa mengalami déjà vu

(merasa pernah mengalami keadaan sekarang di masa yang lalu).

Kejang Jacksonian gejalanya dimulai pada satu bagian tubuh tertentu

(misalnya tangan atau kaki) dan kemudian menjalar ke anggota gerak, sejalan

dengan penyebaran aktivitas listrik di otak.

Kejang parsial ( psikomotor ) kompleks dimulai dengan hilangnya

kontak penderita dengan lingkungan sekitarnya selama 1-2 menit.Penderita

menjadi goyah, menggerakkan lengan dan tungkainya dengan cara yang aneh

dan tanpa tujuan, mengeluarkan suara-suara yang tak berarti, tidak mampu

memahami apa yang orang lain katakan dan menolak bantuan. Kebingungan

berlangsung selama beberapa menit, dan diikuti dengan penyembuhan total.

Kejang konvulsif (kejang tonik-klonik , grand mal ) biasanya dimulai

dengan kelainan muatan listrik pada daerah otak yang terbatas. Muatan listrik

ini segera menyebar ke daerah otak lainnya dan menyebabkan seluruh daerah

mengalami kelainan fungsi.

Page 4: Della Epilepsi

8/10/2019 Della Epilepsi

http://slidepdf.com/reader/full/della-epilepsi 4/23

3

Epilepsi primer generalisata ditandai dengan muatan listrik abnormal

di daerah otak yang luas, yang sejak awal menyebabkan penyebaran kelainan

fungsi. Pada kedua jenis epilepsi ini terjadi kejang sebagai reaksi tubuh

terhadap muatan yang abnormal. Pada kejang konvulsif, terjadi penurunan

kesadaran sementara, kejang otot yang hebat dan sentakan-sentakan di

seluruh tubuh, kepala berpaling ke satu sisi, gigi dikatupkan kuat-kuat dan

hilangnya pengendalian kandung kemih. Sesudahnya penderita bisa

mengalami sakit kepala, linglung sementara dan merasa sangat lelah.

Biasanya penderita tidak dapat mengingat apa yang terjadi selama kejang.

Kejang petit mal dimulai pada masa kanak-kanak, biasanya sebelum

usia 5 tahun. Tidak terjadi kejang dan gejala dramatis lainnya dari grand mal.

Penderita hanya menatap, kelopak matanya bergetar atau otot wajahnya

berkedut-kedut selama 10-30 detik. Penderita tidak memberikan respon

terhadap sekitarnya tetapi tidak terjatuh, pingsan maupun menyentak-nyentak.

Status epileptikus merupakan kejang yang paling serius, dimana

kejang terjadi terus menerus, tidak berhenti. Kontraksi otot sangat kuat, tidak

mampu bernafas sebagaimana mestinya dan muatan listrik di dalam otaknya

menyebar luas. Jika tidak segera ditangani, bisa terjadi kerusakan jantung dan

otak yang menetap dan penderita bisa meninggal.

(Mardjono, 2003)

C. Pengobatan

Jika penyebabnya adalah tumor, infeksi atau kadar gula maupun

natrium yang abnormal, maka keadaan tersebut harus diobati terlebih dahulu.

Jika keadaan tersebut sudah teratasi, maka kejangnya sendiri tidak

memerlukan pengobatan. Jika penyebabnya tidak dapat disembuhkan atau

dikendalikan secara total, maka diperlukan obat anti-kejang untuk mencegah

terjadinya kejang lanjutan. Sekitar sepertiga penderita mengalami kejang

kambuhan, sisanya biasanya hanya mengalami 1 kali serangan. Obat-obatan

biasanya diberikan kepada penderita yang mengalami kejang kambuhan.

Status epileptikus merupakan keadaan darurat, karena itu obat anti-

kejang diberikan dalam dosis tinggi secara intravena. Obat anti-kejang sangat

Page 5: Della Epilepsi

8/10/2019 Della Epilepsi

http://slidepdf.com/reader/full/della-epilepsi 5/23

4

efektif, tetapi juga bisa menimbulkan efek samping. Salah satu diantaranya

adalah menimbulkan kantuk, sedangkan pada anak-anak menyebabkan

hiperaktivitas . Dilakukan pemeriksaan darah secara rutin untuk memantau

fungsi ginjal, hati dan sel -sel darah. Obat anti-kejang diminum berdasarkan

resep dari dokter. Pemakaian obat lain bersamaan dengan obat anti-kejang

harus seizin dan sepengetahuan dokter, karena bisa merubah jumlah obat anti-

kejang di dalam darah (Harsono, 2001).

Drug of choice berdasarkan tipe kejang :

Jeni s Bangki tan Pil ih an Per tama Pil ih an Kedua

Parsial

Sederhana

Kompleks

Umum Sekunder

Fenitoin

Karbamazepin

Fenobarbital

Klobazam,Gabapentin,

Lamotrigin,Primidon,

Tiagabin,Topiramat,

Vigabatrin,Valproat

Serangan Umum

Tonik-klonik

Fenitoin

Fenobarbital

Valproat

Karbamazepin

Vigabatrin,Klobazam,

Gabapentin,Lamotrigin,

Primidon,Tiagabin,

Topiramat

Absans/Lena Valproat

Etosuksimid

Asetazolamid,

Klobazam,Felbamat,

Lamotrigin,Topiramat

Tonik,

atonik,klonik

Valproat Klobazam,Felbamat,

Lamotrigin,Topiramat.

Mioklonik Valproat Asetazolamid,

klobazam,klonazepam,

felbamat,lamotrigin,

topiramat.

Juvenile

Myoclonic

Valproat Topiramat,lamotrigin

Page 6: Della Epilepsi

8/10/2019 Della Epilepsi

http://slidepdf.com/reader/full/della-epilepsi 6/23

5

Sindrom

Lennox-Gestaut

Topiramat

FelbamatLamotrigin

Valproat,fenobarbital,

BZDs,ZNS

Sindrom West Hormonal

Valproat

Vigabatrin

Topiramat,lamotrigin,

ZNS,BZDs,piridoksin

a. Parsial

Sederhana karbamazepin 20 mg/kgbb/hari, fenobarbital (luminal) 5

mg/kgbb/hari

Kompleks karbamazepin 20 mg/kgbb/hari, fenobarbital 5

mg/kgbb/hari

Umum sekunder sama dengan atas

b. Umum

Tonik klonik (grandmal) : asam valproat, karbamazepin 20

mg/kgbb/hari, fenitoin

Mioklonik : asam valproat 60 mg/kgbb/hari

Lena/petit mal : asam valproat 60 mg/kgbb/hari

Pengobatan dihentikan setelah 2-5 tahun pasien bebas kejang, dilakukan

secara perlahan selama beberapa bulan.

1. Pengobatan Psikososial

Penjelasan bahwa dengan pengobatan yang optimal sebagian besar akan

bebas kejang. Penderita epilepsi juga dapat bermasyarakat secara normal.

Pasien juga harus taat dan patuh terhadap pengobatan

(Sudomo, 2004).

Page 7: Della Epilepsi

8/10/2019 Della Epilepsi

http://slidepdf.com/reader/full/della-epilepsi 7/23

6

D. Mekanisme Kerja Obat

Diazepam

1. Bentuk sediaan obat : ampul

2. Nama paten : valium 100 mg/cap; valdimex 5 mg/ml

3. Dosis :

Untuk mengatasi status epileptikus pada orang dewasa, disuntikkan 0,2

mg/kgBB dengan kecepatan 5 mg/menit secara lambat. Dosis ini dapat

diulang seperlunya dengan tenggang waktu 15-20 menit sampai beberapa

jam. Dosis maksimal 20-30 mg.sedangkan pada anak-anak dapat diberikan

diazepam IV dengan dosis 0,15-0,3 mg/kgBB selama 2 menit dan dosis

maksimal 5-10 mg.

4. Mekanisme kerja : peningkatan inhibisi GABA. Diazepam berikatan

dengan reseptor GABA menyebabkan pembukaan kanal klorida. Klorida

masuk ke dalam sel dalam jumlah yang banyak mengakibatkan

peningkatan potensiasi elektrik sepanjang membran. Hal ini berarti sel

sukar teraktivasi.

5. Indikasi : status epileptikus

6. Kontraindikasi : asma

7. Efek samping :

Efek samping berat dan berbahaya dan menyertai penggunaan diazepam

IV adalah obstrusi saluran napas oleh lidah akibat relaksasi otot. Di

samping itu dapat terjadi depresi napas sampai henti napas, hipotensi,

henti jantung, kantuk (Kustiowati, 2003).

Natrium fenitoin

1. Bentuk sediaan obat : capsul (100 mg) dan ampul (50 mg/ml)

2. Nama paten : dilantin cap

3. Dosis : dewasa 300 mg/hari; anak-anak 5 mg/kgBB/hari

4. Mekanisme kerja :

Berefek antikonvulsi tanpa menyebabkan depresi umum SSP dengan cara

inhibisi kanal Na+

pada membran sel akson. Fenitoin juga mempengaruhi

Page 8: Della Epilepsi

8/10/2019 Della Epilepsi

http://slidepdf.com/reader/full/della-epilepsi 8/23

7

perpindahan ion melintasi membran sel, dalam hal ini khususnya

menggiatkan pompa Na +, K +, Ca 2+ neuron dan mengubah neurotransmitor

NEPI, asetilkolin, GABA.

5. Metabolisme: absorbsi fenitoin diberikan secara peroral berlangsung

lambat, sesekali tidak lengkap; 10% dari dosis diekskresi bersama ginjal

dalam bentuk utuh. Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam 3-12 jam.

6. Indikasi :

a. Bangkitan tonik-klonik atau epilepsi grand mal

b. Epilepsi psikomotor

c. Bangkitan parsial sederhana atau epilepsi fokal

d. Status epileptikus

7. Efek samping :

a. Pada susunan saraf pusat : diplopia, ataksia, vertigo, nistagmus,

tremor

b. Pada saluran cerna dan gusi : nyeri ulu hati, anoreksia, mual

muntah, edema gusi

c. Pada kulit : ruam morbiliform

d. Lain-lain : hepatotoksisitas (ikterus, hepatitis), anemia

megaloblastik.

Karbamazepin

1. Bentuk sediaan obat : tablet 200 mg

2. Nama paten :

3. Dosis :

a. Usia < 6 tahun : 100 mg/ hari

b. Usia 6-12 tahun : 2 x 100 mg/ hari

c. Dewasa : 2 x 200 mg/hari

d. Dosis pemeliharaan : dewasa 800-1200mg/kgBB; anak 20-30

mg/kgBB

4. Mekanisme kerja : obat ini bekerja dengan mekanisme yang kurang dapat

dimengerti

Page 9: Della Epilepsi

8/10/2019 Della Epilepsi

http://slidepdf.com/reader/full/della-epilepsi 9/23

8

5. Metabolisme :

6. Indikasi : bangkitan parsial kompleks, bangkitan tonik klonik

7. Kontraindikasi :

8. Efek samping : rasa ngantuk, mual, anemia, neutropenia, pusing, vertigo.

Algoritma penatalaksanaan

Page 10: Della Epilepsi

8/10/2019 Della Epilepsi

http://slidepdf.com/reader/full/della-epilepsi 10/23

9

BAB III

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. RM

Usia : 28 tahun

Alamat : Colomadu Karanganyar

Agama : Islam

Status : Belum menikahPekerjaan : Penjaga warung

No. RM : 01546XXX

B. ANAMNESIS

Keluhan Utama: Kejang

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang dengan kondisi tidak sadarkan diri setelah mengalami

mengalami bangkitan kejang 20 menit yang lalu. Menurut keluarga kejang

berlangsung kurang dari 5 menit, bentuk kejang kelojotan pada kedua lengan

dan tungkai dengan mata mendelik ke atas dan mulut berbusa, setelah kejang

pasien langsung tidak sadarkan diri dan keluarga segera membawa pasien ke

RS. Menurut keluarga pasien mengalami kejang setelah menonton TV cukup

lama. Pasien memang ada riwayat epilepsi sejak kelas 1 SMP, namun

sudah cukup lama tidak ada bangkitan. Saat ini pasien lebih sering tidur dan

enggan berbicara dengan orang di sekitarnya. Pasien masih bekerja sebagai

penjaga warung di rumahnya.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:

Riwayat serupa : pasien punya riwayat epilepsi sejak kelas 1 SMP

Riwayat trauma : disangkal

Riwayat DM : disangkal

Page 11: Della Epilepsi

8/10/2019 Della Epilepsi

http://slidepdf.com/reader/full/della-epilepsi 11/23

10

Riwayat hipertensi : disangkal

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Riwayat serupa : tidak ada yang mengalami keluhan serupa

RIWAYAT PENGOBATAN

Pasien sebelumnya mendapatkan pengobatan kejang selama dua tahun dengan

dua jenis obat.

RIWAYAT PSIKOSOSIAL

Merokok (-), minum alkohol (-), obat-obatan terlarang (-), pasien masih

bekerja sebagai penjaga warung di rumahnya, namun satu bulan terakhir lebih

banyak menghabiskan waktu di rumah dengan menonton TV.

C. ANAMNESIS SISTEM

a. Sistem saraf pusat : nyeri kepala (-), kejang (-)

b. Sistem Indera

- Mata : berkunang - kunang (-), pandangan dobel (-),

penglihatan kabur (-), pandangan berputar (-)

- Hidung : mimisan (-), pilek (-)

- Telinga : pendengaran berkurang (-), telinga berdenging (-

), keluar cairan (-), darah (-), nyeri (-)

c. Mulut : sariawan (-), gusi berdarah (-), mulut kering (-),

gigi tanggal (-), gigi goyang (-), bicara pelo (-)

d. Tenggorokan : sakit menelan (-), suara serak (-), gatal (-)

e. Sistem respirasi : sesak nafas (-), batuk (-), batuk darah (-), mengi

(-) tidur mendengkur (-)

f. Sistem kardiovaskuler : sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri dada (-),

berdebar-debar (-)

g. Sistem gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), susah

BAB (-), perut sebah (-), mbeseseg (-), kembung

Page 12: Della Epilepsi

8/10/2019 Della Epilepsi

http://slidepdf.com/reader/full/della-epilepsi 12/23

11

(-), nafsu makan berkurang (-), ampek (-), tinja

lunak, warna kuning.

h. Sistem muskuloskeletal : nyeri (-), nyeri sendi (-), kaku (-)

i. Sistem genitourinaria : mengompol (-), sulit mengontrol kencing (-),

j. Ekstremitas atas : luka (-), tremor (-), ujung jari terasa dingin (-),

kesemutan (-/-), bengkak (-), kelemahan (-/-),

sakit sendi (-), panas (-) berkeringat (-)

k. Ekstremitas bawah : luka (-), tremor (-), ujung jari terasa dingin (-),

kesemutan (-/-), sakit sendi lutut kiri (-),

kelemahan (-/-)

l. Sistem neuropsikiatri : kejang (-), gelisah (-), mengigau (-), emosi tidak

stabil (-)

m. Sistem Integumentum : kulit sawo matang, pucat (-), kering (-).

D. PEMERIKSAAN FISIK

Status GeneralisKeadaan umum : sakit sedang, gizi kesan cukup

Vital sign

TD : 100/70 mmHg

Nadi : 90x/menit

RR : 18x/menit

Suhu : 37,7º C

VAS : 4

Status Neurologis

a. Kesadaran : apatis, GCS E 2V3M5

b. Fungsi luhur : dalam batas normal

c. Fungsi vegetatif : IV line

Page 13: Della Epilepsi

8/10/2019 Della Epilepsi

http://slidepdf.com/reader/full/della-epilepsi 13/23

12

d. Fungsi sensorik : sulit dievaluasi

e. Fungsi motorik dan reflek :

Kekuatan Tonus R.fisiologis R.patologissde sde N N +2 +2 - -

sde sde N N +2 +2 - -

f. Nervus Cranialis

1. N. I : dalam batas normal

2. N. II : dalam batas normal3. N. III, IV, VI : refleks cahaya (+/+), pupil isokor (3mm/3mm),

4. N. V : refleks kornea (+/+)

5. N.VII : dalam batas normal

6. N. VIII : dalam batas normal

7. N. IX : gag refleks (+)

8. N. X : gag refleks (+)

9. N.XI : dalam batas normal10. N. XII : dalam batas normal

i. Meningeal Sign

- Kaku kuduk : (-)

- Tanda Brudzinski I : (-)

- Tanda Brudzinski II : (-)

- Tanda Brudzinski III : (-)- Tanda Brudzinski IV : (-)

- Tanda Kernig : (-/-)

j. Provokasi test

- Laseque : (-/-)

- Patrick : (-/-)

Page 14: Della Epilepsi

8/10/2019 Della Epilepsi

http://slidepdf.com/reader/full/della-epilepsi 14/23

13

- Contra Patrick : (-/-)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium Darah

Pemeriksaan Satuan Nilai normal

Hematologi RutinHb 14.8 g/dl 12.0 – 15.6

Hct 44 33 – 45

AL 9.9 103/ l 4.5 - 11.0

AT 305 103/ l 150 - 450

AE 4.98 106/ l 4.10 – 5.10

HemostatisPT 12 detik 10-15APTT 30.7 detik 20-40Kimia Klinik GD2PP 139 Mg/dl 80-140

GDP 130 mg/dl 70-110

SGOT 18 u/l 0-35

SGPT 13 u/l 0-45

Kreatinin 0.6 mg/dl 0.6 -1.1

Ureum 23mg/dl < 50

Asam urat 2.6 mg/dl 24-61

Protein total 5 mg/dl 6.2-8.1

Albumin 4.1 mg/dl 1.2-4.6

Globulin 0.9 mg/dl

Kolesterol total 176 Mg/dl 50-200

Serologi Hepatitis

Page 15: Della Epilepsi

8/10/2019 Della Epilepsi

http://slidepdf.com/reader/full/della-epilepsi 15/23

14

F. RESUME

Pasien wanita, berusia 28 tahun datang dengan kejang sejak 20 menit SMRS

kejang berlangsung kurang dari 5 menit, bentuk kejang kelojotan pada kedua

lengan dan tungkai dengan mata mendelik ke atas dan mulut berbusa, setelah

kejang pasien langsung tidak sadarkan diri, menurut keluarga pasien

mengalami kejang setelah menonton TV cukup lama, riwayat epilepsi sejak

kelas 1 SMP. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan hasil-hasil dalam batasnormal, dan pada pemeriksaan neurologis GCS 10 (E2V3M5)

G. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG)

Pemeriksaan CT-Scan

H. DIAGNOSISK : Bangkitan tonik klonik

T : neuron SSP

E : ketidakseimbangan gamma glutamate dan GABA

I. TATALAKSANA

1. Tujuan

a. Mencegah kejang berulang

b. Memperbaiki psikis pasien

c. Meningkatkan kualitas hidup pasien

2. Terapi

a. nonmedikamentosa

Edukasi: memberikan penjelasan kepada pasien mengenai

penyakit yang dialaminya dan memberikan anjuran meminum

HbsAg Nonreaktif

non reaktif

Page 16: Della Epilepsi

8/10/2019 Della Epilepsi

http://slidepdf.com/reader/full/della-epilepsi 16/23

15

obat secara teratur dan kemungkinan bangkitan berulang.

Setelah obat habis pasien harap kontrol kembali.

b. medikamentosa

Na phenitoin cap mg 100 3x1

Fenobarbital tab mg 30 2x1

J. RESEP

R/ Diazepam inj No.I

cum disposable syringe cc 3

∫ imm

R/ Fenitoin Na cap mg 100 No.XXI

∫ 3 dd tab I

Pro : Ny. RM (28 th)

Page 17: Della Epilepsi

8/10/2019 Della Epilepsi

http://slidepdf.com/reader/full/della-epilepsi 17/23

16

BAB IV

PEMBAHASAN

1. Diazepam

Diazepam digunakan untuk terapi konvulsi rekuren, misalnya status

epileptikus. Untuk mengatasi bangkitan status epileptikus pada orang

dewasa disuntikkan 0,2 mg/kgBB dengan kecepatan 5 mg/menit diazepam

IV secara lambat. Dosis ini dapat diulang seperlunya dengan tenggang

waktu 15-20 menit sampai beberapa jam. Dosis maksimal 20-30 mg.

Efek samping berat dan berbahaya yang menyertai penggunakan diazepam

IV ialah obstruksi saluran napas oleh lidah akibat relaksasi otot. Disamping

itu dapat terjadi depresi napas sampai henti napas, hipotensi, henti jantung,

dan kantuk. (Utama dan Gan, 2007)

Pada kasus Ny. RM diatas, Ny. S didiagnosis general seizure tonik klonik

dan masuk dalam kriteria status epileptikus karena kejang berlangsung selama

lebih dari 5 menit dan diantara dua serangan tidak disertai recovery atau

pemulihan kesadaran. Status epileptikus tonik klonik umum merupakan suatu

keadaan yang membahayakan jiwa.

Diazepam merupakan obat yang paling efektif pada beberapa pasien

untuk menghentikan serangan dan diberikan secara langsung dengan dosis

intravena total 20-30 mg pada orang dewasa. Efek diazepam tidak lama, tetapi

30-40 menit pada interval bebas kejang memberikan suatu awal terapi yang

lebih berarti. Pasien yang tidak dalam keadaan kejang, terapi diazepam dapat

dihilangkan dan segera diobati dengan obat berjangka panjang seperti fenitoin.

Pengobatan status epileptikus yang paling tepat adalah fenitoin intravena,

efektif, dan nonsedatif. Diberikan dengan dosis tunggal intravena 13-18

mg/kgBB pada orang dewasa. Untuk pasien yang tidak responsif pada fenitoin,

fenobarbital dapat diberikan dalam dosis besar, 100-200 mg IV sampai jumlah

total 400-800 mg (Katzung, 2002).

Page 18: Della Epilepsi

8/10/2019 Della Epilepsi

http://slidepdf.com/reader/full/della-epilepsi 18/23

17

Obat pilihan utama terdiri dari fenobarbital atau fenitoin. Dua-duanya

baik sekali dan murah harganya. Fenitoin mempunyai sifat-sifat yang unggul,

yaitu tidak membuat orang mengantuk, tidak akan menimbulkan manifestasi

overdose yang fatal dan bila dihentikan tidak akan membangkitkan status

epileptikus. Efek samping yang kurang enak ialah sakit epigastrik, dermatitis,

anemia, hipertrofi gusi, hirsutismus, nistagmus, dan ataksia (Sidharta, 2009).

Jika pasien tidak mau dirawat di RS dan diberikan fenitoin maka terapi

dimulai dengan dosis tinggi yaitu 10-15 mg/kgBB/hari untuk orang dewasa

atau 200-400 mg/hari dan 5-8 mg/kgBB/hari untuk anak-anak di bawah 6 tahun

(Sidharta, 2009).

Anak-anak, bayi, dan wanita lebih baik diobati dengan fenobarbital,

mengingat efek buruk kosmetik dari fenitoin. Sedangkan efek samping

fenobarbital hanya mengantuk saja. Dosis fenobarbital untuk anak-anak di

bawah 6 tahun ialah 3-5mg/kgBB/hari atau 60-120 mg/hari (Sidharta, 2009).

Bila serangan grand mal masih belum dapat diberantas dengan obat-obat

tersebut di atas baik secara kombinasi maupun obat tunggal, dapat digunakan

primidone (Sidharta, 2009). Primidone efektif untuk semua bangkitan kecuali

bangkitan lena. Efeknya baik untuk bangkitan tonik klonik yang telah refrakter

terhadap terapi yang lazim, dan lebih efektif lagi dalam kombinasi dengan

fenitoin (Utama dan Gan, 2007). Dosis untuk anak dibawah umur 6 tahun ialah

10-25 mg/kgBB/hari. Sedangkan orang dewasa 300-600 mg/hari. Dosis

permulaan harus rendah misalnya 100-150 mg/hari. Efek samping primidone

dapat berupa ngantuk, vertigo, ataksia, dermatitis, dan anemia (Sidharta, 2009).

Di bawah ini merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai fenobarbital dan

fenitoin:

1. Fenobarbital

Fenobarbital sebagai antiepilepsi bekerja dengan membatasi penjalaran

aktivitas dan bangkitan dan menaikkan ambang rangsang. Fenobarbital

merupakan obat antikonvulsi pilihan karena cukup efektif dan murah. Dosis

efektifnya relatif rendah. Efek samping yang terjadi adalah efek sedatif.

Page 19: Della Epilepsi

8/10/2019 Della Epilepsi

http://slidepdf.com/reader/full/della-epilepsi 19/23

18

Fenobarbital merupakan obat pilihan utama untuk terapi kejang dan kejang

demam pada anak. Dosis anak ialah 100-300 mg/hari sedangkan dewasa dua

kali 120-250 mg/hari. (Utama dan Gan, 2007)

2. Fenitoin

Obat yang dipilih sebagai antiepilepsi pada kasus diatas adalah fenitoin.

Fenitoin merupakan golongan hidantoin yang merupakan obat utama untuk

hampir semua jenis epilepsi, kecuali bangkitan lena. Fenitoin diindikasikan

terutama untuk bangkitan tonik klonik dan bangkitan parsial.

Farmakodinamik

Sifat antikonvulsi fenitoin didasarkan pada penghambatan penjalaran

rangsang dari fokus ke bagian lain di otak. Fenitoin juga mempengaruhi

perpindahan ion melintasi membran sel, dalam hal ini, khususnya

menggiatkan pompa Na +, K +, Ca 2+ neuron dan mengubah neurotranmitor

NEPI, asetilkolin, dan GABA.

Farmakokinetik

Pemberian secara per oral mengalami absorpsi secara lambat dan sesekali

tidak lengkap. Pemberian secara IM menyebabkan fenitoin mengendap

ditempat suntikan kira-kira 5 hari dan absorpsi berlangsung lambat.

Fenitoin terikat kuat pada jaringan saraf sehingga kerjanya bertahan lebih

lama, tetapi mula kerjanya lebih lambat daripada fenobarbital.

Metabolit fenitoin akan di ekskresi melalui ginjal.

Interaksi obat

Interaksi fenitroin dengan fenobarbital atau karbamazepin akan

menyebabkan fenitoin menurun kadarnya karena fenobarbital atau

karbamazepin menginduksi enzim mikrosom hati, tetapi kadang-kadang

kadar fenitoin dapat meningkat akibat inhibisi kompetitif dalam

metabolisme.

Efek samping

Page 20: Della Epilepsi

8/10/2019 Della Epilepsi

http://slidepdf.com/reader/full/della-epilepsi 20/23

19

Efek samping yang dapat ditimbulkan dari fenitoin adalah keracunan pada

SSP, saluran cerna, gusi dan kulit, sedangkan yang lebih berat

mempengaruhi kulit, hati, dan sumsum tulang.

Dosis

Kadar plasma untuk terapi fenitoin terdapat antara 10-20µg/ml. Ketika

terapi oral sudah dimulai, dosis dewasa biasanya 300 mg/hari tanpa

memperlihatkan berat badan. Jika kejang berlanjut, dosis yang lebih tinggi

biasanya diperlukan untuk mendapatkan kadar plasma dalam batas-batas

terapi yang lebih tinggi.

(Utama dan Gan, 2007)

Sedangkan di bawah ini adalah alternatif obat yang digunakan untuk epilepsi

tonik klonik

2. Karbamazepin

Karbamazepin efektif terhadap bangkitan parsial kompleks dan bangkitan

tonik klonik. Efek samping karbamazepin cukup sering terjadi. Efek

samping yang terjadi setelah pemberian obat jangka lama berupa pusing,

vertigo, ataksia, diplopia, dan penglihatan kabur. Frekuensi bangkitan dapat

meningkat akibat dosis berlebih.

Dosis anak di bawah 6 tahun 100 mg/hari, 6-12 tahun 2x 100 mg/hari,

dewasa: dosis awal 2x 200 mg sehari pertama, selanjutnya dosis ditinggkat

secara bertahap. Dosis pemeliharaan 800-1200 mg.hari. (Utama dan Gan,

2007)

3. Asam valproat

Asam valproat terutama untuk terapi epilepsi umum dan kurang efektif

terhdap epilepsi fokal. Efek antikonvulsi valproat didasarkan meningkatnya

kadar GABA di dalam otak. Valproat efektif terhadap epilepsi umum yakni

bangkitan lena yang disertai oleh bangkitan tonik klonik. Sedangkan

terhadap epilepsi fokal lain efektivitasnya kurang memuaskan. Terapi

dimulai dengan dosis awal 3x 200 mg/hari dengan dosis harian berkisar 0,8-

1,4 g.

Page 21: Della Epilepsi

8/10/2019 Della Epilepsi

http://slidepdf.com/reader/full/della-epilepsi 21/23

20

Valproat telah diakui efektivitasnya sebagai obat untuk bangkitan lena,

tetapi bukan merupakan obat terpilih karena efek toksiknya terhadap hati.

(Utama dan Gan, 2007)

Page 22: Della Epilepsi

8/10/2019 Della Epilepsi

http://slidepdf.com/reader/full/della-epilepsi 22/23

21

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

1. Epilepsi merupakan suatu manifestasi klinis akibat lepasnya muatan listrik

abnormal, berlebihan, dan sinkron dari SSP, terutama korteks serebri, yang

berupa serangan paroksismal berulang dan timbul tanpa provokasi.

2. Pengobatan epilepsi terdiri atas pengobatan kausatif (terapi penyebab primer) dan antikonvulsi. Pengobatan dilakukan dalam jangka panjang

(tergantung kondisi dan kepatuhan pasien) dan dihentikan setelah 2-5 tahun

pasien bebas kejang. Terapi farmaka harus dipantau karena efek samping

dan reaksi hipersensitivitas obat yand dapat terjadi pada pasien yang

sensitif.

B. Saran1. Melakukan pemeriksaan laboratorium darah dan CT scan kepala untuk

mengetahui penyebab kejang (menyingkirkan penyebab sekunder karena

penyakit lain, misalnya neoplasma, perdarahan intrakranial, metabolik)

2. Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai penyakit, terapi, dan prognosis

3. Edukasi untuk rutin kontrol dan minum obat secara teratur

4. Melakukan pemeriksaan laboratorium darah dan tes fungsi hepar karena

efek samping pengobatan dapat menyebabkan gangguan hepar dan kelainan

darah.

Page 23: Della Epilepsi

8/10/2019 Della Epilepsi

http://slidepdf.com/reader/full/della-epilepsi 23/23

22

DAFTAR PUSTAKA

Baker GA, Brooks J, Buck D, Jacoby A. The Stigma of Epilepsy a European

Perspective. Epilepsia 1999; 41(1): 98-104.

Djoenaidi, Benyamin. Diagnosis of Seizure and Epilepsy Syndromes. Epilepsia.

2000; 5(1):1-17 .

Harsono. Epilepsi. Edisi pertama. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

2001

Kustiowati E, Hartono B, Bintoro A, Agoes A (editors) (2003) : Pedoman

Tatalaksana Epilepsi, Kelompok Studi Epilepsi Perdossi.

Mardjono M (2003) : Pandangan Umum Tentang Epilepsi dan

Penatalaksanaannya dalam Dasar-Dasar Pelayangan Epilepsi & Neurologi, Agoes A (editor); 129-148.

Sudomo A. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Saraf . Surakarta: BEM FK UNS Press