pengujian mutu biodiesel

33
LAPORAN PRAKTIKUM Pengujian Mutu Biodiesel NAMA : RIZA JULIANTI NIM : K 4207244 BIDANG PEMINATAN : PMA (PENGENDALIAN MUTU AGROINDUSTRI) MATA KULIAH : PENGUJIAN MUTU 1 TRI SEMESTER : 4 (EMPAT) TANGGAL PRAKTIKUM : 07 APRIL 2009 TANGGAL LAPORAN : 14 APRIL 2009 DOSEN : Dr. Ir. SAHIRMAN, MP DIPLOMA 4 VEDCA JOINT PROGRAM POLITEKTIK NEGERI JEMBER Pengendalian Mutu Agroindustri D4 Vedca

Upload: chica-mayonnaise

Post on 19-Jun-2015

2.507 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

biodiesl, pengujia mutu, pengujian mutu biodiesel

TRANSCRIPT

Page 1: Pengujian Mutu Biodiesel

LAPORAN PRAKTIKUM

Pengujian Mutu Biodiesel

NAMA : RIZA JULIANTINIM : K 4207244BIDANG PEMINATAN : PMA (PENGENDALIAN MUTU

AGROINDUSTRI)MATA KULIAH : PENGUJIAN MUTU 1TRI SEMESTER : 4 (EMPAT)TANGGAL PRAKTIKUM : 07 APRIL 2009TANGGAL LAPORAN : 14 APRIL 2009DOSEN : Dr. Ir. SAHIRMAN, MP

DIPLOMA 4 VEDCA JOINT PROGRAM POLITEKTIK NEGERI JEMBER

BIDANG PEMINATAN PENGENDALIAN MUTU AGROINDUSTRIPUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK

DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PERTANIANJL. JANGARI KM.14 DS.SUKAJADI KEC.KARANG TENGAH

CIANJUR2009

Pengendalian Mutu AgroindustriD4 Vedca

Page 2: Pengujian Mutu Biodiesel

Pengujian Mutu Biodiesel Dengan Parameter

Bilangan Asam, Viskositas, Massa Jenis, Bilangan Iod, dan Kadar Abu.

A. ACARA

Praktikum Pengujian Mutu Pada Biodiesel dengan parameter Bilangan Asam,

Viskositas, Massa Jenis, Bilangan Iod, dan Kadar Abu.

B. PRINSIP

1. Analisis Bilangan Asam

Pelarutan contoh lemak/minyak dalam pelarut organik tertentu (alkohol

netral 96%) dilanjutkan dengan penitaran dengan basa (NaOH atau KOH)

2. Viskositas (Cst) kinematic biodiesel pada suhu 40C (ASTM D 445)

Viskositas kinematik diukur dengan alat viskosimeter yang telah dikalibrasi

sampai volume cairan tertentu mengalir dibawah pengaruh grafitasi pada

suhu yang ditentukan dimana contoh masih dapat mengalir dalam pipa

viskosimeter kering.

3. Massa Jenis (kg/m3) Pada Suhu 40C (ASTM D 1298)

Pada Suhu 40C adalah perbandingan antara massa jenis pada suhu tersebut

dengan massa jenis aquadest pada suhu yang sama yang dinyatakan dalam

gram/liter.

4. Bilangan Iod (SNI 01-3555-1998)

Penambahan larutan iodium monoklorida dalam campuran asam asetat dan

karbontetrakhlorida kedalam contoh. Setelah melewati waktu tertentu

dilakukan penetapan halogen yang dibebaskan dengan penambahan kalium

iodide (KI). Banyaknya iod yang dibebaskan dititrasi dengan larutan standar

natrium tiosulfat dan indikator kanji.

5. Kadar Abu Tersulfatkan (ASTM D 874)

Mengarangakan sampel kemudian mengabukan sampel tersebut pada sushu

775C dengan penambahan beberapa tetes asam sulfat pekat.

Pengendalian Mutu AgroindustriD4 Vedca

Page 3: Pengujian Mutu Biodiesel

C. TUJUAN

Menentukan Mutu Biodiesel dengan parameter Bilangan Asam,

Viskositas, Massa Jenis, Bilangan Iod, dan Kadar Abu. dengan SNI 04-

7182-2006

D. TEORI DASAR

1. Mutu Produk dan Jasa

Penilaian terhadap mutu suatu produk dan jasa telah ada sejak dahulu.

Manusia berusaha membedakan masing-masing mutu suatu produk dan jasa

karena terbukti suatu produk dan jasa dapat lebih diterima dibandingkan

dengan mutu produk dan jasa yang lain. Penentuan pilihan bahwa yang satu

lebih dapat diterima dari yang lain berdasarkan persyaratan sifat tertentu

yang dituntut dari produk yang dipilih. Persyaratan tersebut akan bersifat

khas untuk setiap produk dan jasa selain adanya persyaratan yang berlaku

umum. Persyaratan tersebut dinamakan dengan persyaratan standar mutu

suatu produk dan jasa.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka mutu suatu produk dan jasa dapat

didefinisikan sebagai gabungan sifat-sifat yang khas yang terdapat dalam

suatu produk dan jasa dan dapat membedakan setiap satuan produk dan jasa

serta mempengaruhi secara nyata penentuan derajat penerimaan konsumen

terhadap produk dan jasa tersebut.

Mutu suatu produk dan jasa tidak tergantung pada salah satu sifat khas yang

ada pada produk dan jasa tersebut tetapi juga tergantung pada beberapa sifat

yang merupakan satu kesatuan yang dituntut kesempurnaannya dari produk

yang bersangkutan. Sebagai contoh mutu tepung ikan tidak hanya ditentukan

oleh kadar proteinnya saja melainkan juga ditentukan oleh kadar air, abu,

lemak, serat kasar, Ca, P dan NaCl.

2. Biodiesel

Indonesia mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi terhadap minyak

bumi sebagai bahan bakar. Tahun 2005 Pemerintah Republik Indonesia

Pengendalian Mutu AgroindustriD4 Vedca

Page 4: Pengujian Mutu Biodiesel

mengeluarkan Instruksi Presiden No. 10 tahun 2005 mengenai penghematan

penggunaan energi termasuk dalam hal ini penggunaan bahan bakar dan

Instruksi Presiden No 1 Tahun 2006 serta Instruksi Presiden No. 5 tahun

2006 mengenai energi terbarukan. Berbagai kebijakan tersebut mendorong

pada penggunaan sumber energi alternatif termasuk dalam hal ini bahan

bakar biodiesel. Biodiesel dalam pengertian ilmiah berarti bahan bakar yang

digunakan untuk mesin diesel yang dibuat dari sumber daya hayati.

Penggunaan biodiesel mempunyai banyak keuntungan diantaranya adalah

Dapat mengurangi emisi/ pancaran gas yang menyebabkan pemanasan

global

Dapat mengurangi emisi udara beracun dari knalpot, bersifat

biodegradable, cocok untuk lingkungan sensitif dan mudah digunakan

(Tyson, 2004)

Karena biodiesel mempunyai efek pelumasan, penggunaaan biodiesel

akan menurunkan biaya pemeliharaan (penggantian filter oli,

penggantian filter bahan bakar, penggantian jumlah filter udara) dan

peningkatan kualitas udara emisi cerobong dilihat dari ammonia, free

chlorine, NO2 dan Hidrolic acid (Tribudiman, 2005)

Meningkatkan kualitas emisi udara dilihat dari parameter CO, NOx,

SOx, CO2 yang lebih rendah dari minyak petrodiesel. (Nakazono, 2001)

Indonesia mempunyai 30 spesies tanaman yang minyaknya dapat digunakan

untuk biodiesel diantaranya jarak dan kelapa sawit.

Menurut SNI 04-7182-2006 Biodiesel adalah ester alkil (metal, etil,

isopropil dan sejenisnya) dari asam-asam lemak. Standar ini digunakan

untuk bahan baker substitusi motor diesel yaitu sebagai campuran (blening)

dengan bahan baker diesel pada kendaraan bermotor atau motor diesel

lainnya. Bahan bakar diesel yang dicampurkan meliputi antara lain minyak

solar, minyak diesel dan minyak bakar yang memenuhi persyaratan

spesifikasi yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang.

Pengendalian Mutu AgroindustriD4 Vedca

Page 5: Pengujian Mutu Biodiesel

E. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

Erlenmeyer 250mL, 150mL

Neraca Analitik

Pipet tetes

Pipet volum

Pipet ukur

Pipet filler

Buret,

Hot plate

Statif

Piknometer

Penangas air

Pendinagin

Termometer

Oven

Viskosimeter Oswald

Tanur/muffle

Erlenmeyer 500mL

2. Bahan

a. Sampel ; Biosolar (B20)

b. Bahan Kimia;

NaOH

Alkohol Netral 95%

Aquadest

Indikator PP

Asam oksalat

Asam Sulfat Pekat

Kalium Iodida (KI)

Karbon Tetra Klorida

Indikator Kanji

Larutan Wij

Pengendalian Mutu AgroindustriD4 Vedca

Page 6: Pengujian Mutu Biodiesel

F. PROSEDUR

1. Analisis Bilangan Asam

a. Pereaksi:

1) Larutkan Alkohol 95% netral (alkohol 95% ditambah PP kemudian

ditambah NaOH 0,1N tetes demi tetes (titrasi) sampai terbentuk

warna merah muda).

2) Indikator PP 0,5% (larutan 0,5 gram PP dalam 100mL alcohol 95%)

3) Larutan Standar NaOH 0,1 N (membuat larutan NaOH 50% yaitu

NaOH 100 gram dilarutkan dalam 100mL aquadest, Ambil 5,26 mL

larutan NaOH 50% (19N) kedalam labu ukur 1000mL diencerkan

sampai tanda. Lakukan standarisasi Larutan NaOH 0,1 N).

b. Cara Kerja;

1) Lakukan standarisasi NaOH 0,1 N. Timbang dengan teliti 1,1 gram

asam oksalat (C2H2O42H2O) BM 126 dimasukkan kedalam

erlemneyer 250mL. ditambahkan 25mL Aquadest. Setelah larut

ditambahkan 2-3 tetes indicator PP dan dititrasi dengan NaOH yang

akan distandarisasi sampai warna merah jambu.

G asam oksalat x2N NaOH =

0.126 x mL NaOH

2) Ditimbang 2-5gram contoh dimasukkan kedalam erlenmeyer 250mL

3) Ditambahkan 50mL etanol netral 95% gojok hingga minyak larut.

4) Ditambahkan 3-5 tetes indikator PP

5) Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga warna merah muda tetap bertahan

selama 15 detik.

6) Dilakukan penetapan blanko.

c. Penetapan

V x T x 56,1Bilangan Asam (mg NaOH/gram minyak) =

M

Keterangan :V ; volume NaOH yang diperlukan dalam titrasi contoh (mL)T ; normalitasm ; bobot contoh (gram)M ; bobot molekul asam lemak yang dinyatakan sengai asam oleat 282

Page 7: Pengujian Mutu Biodiesel

2. Viskositas (Cst) kinematic biodiesel pada suhu 40C (ASTM D 445)

a. panaskan aquadest pada suhu 40 C

b. masukkan dalam tabung viskosimeter oswald

c. catat waktu yang diperlukan untuk mencapai tanda tera

d. panaskan biodiesel pada suhu 40C

e. Masukan dalam tabung viskosimeter oswald

f. Catat waktu yang diperlukan untuk mencapai tanda tera.

g. Hitung viskositas biodiesel dengan rumus berikut:

d2 . t2Viskositas = ŋ

d1 . t1

ŋ = viskositas aquadest suhu (40C)d2 = densitas aquades suhu 40C (gr/mL)t1 = waktu yang diperlukan untuk mengalir (detik)d2 = densitas biodiesel suhu 40C (gr/mL)t2 = waktu yang diperlukan untuk menalir biodiesel (detik)

3. Massa Jenis (kg/m3) Pada Suhu 40C (ASTM D 1298)

a. cuci dan bersihkan piknometer dengan aquades dilanjutkan dengan

etanol kemudian dikeringkan dalam oven.

b. Timbang bobot piknometer kosong (m0)

c. Isi piknometer dengan aquadest pada suhu 40C sampai penuh (tanda

tera). Hindari terbentuknya gelembung

d. Masukkan piknometer dalam penangas air pada suhu 40C selama 30

menit. Pastikan suhu penangas air 40C .keringkan air dipermukaan

piknometer.

e. Timbang piknometer berisi aquadest (m1)

f. Kosongkan piknometer kemudian cuci dengan Alkohol dan keringkan

g. Isi piknometer dengan biodiesel suhu 40C sampai tanda tera. Hindari

terbentuknya gelembung

h. Masukkan piknometer dalam penangas air suhu 40C selama 30 menit,

kemudian diangkat dan dibersihkan permukaannya dengan kertas tissue.

i. Timbang neraca analitik (m2)

j. Tentukan massa jenis dengan rumus berikut:

m2-m0

Page 8: Pengujian Mutu Biodiesel

= F x m1 – m0

F ; massa jenis aquadest pada ruang hampa. Massa jenis aquadest pada suhu 40C = 993 kg/m3

4. Bilangan Iod (SNI 01-3555-1998)

a. ditimbang dengan teliti sejumlah contoh berdasarkan bilangan iod dari

contoh tersebut kedalam erlenmeyer 500mL (tutup).

Nilai bilangan iod Contoh (gram) Nilai Bilangan iod Contoh (gram)<5 3,00 51-100 0,2

5-20 1,00 101-150 0,1321-50 0,4 151-200 0,1

b. Ditambahkan 15 mL karbon tetrakhlorida dengan menggunakan gelas

ukur untuk melarutkan lemak.

c. Ditambahkan dengan tepat 25mL larutan wijs dengan menggunakan

pipet gondok kemudian erlenmeyer ditutup.

d. Disimpan selama 1-2 jam dalam tempat ruang gelap. Untuk contoh yang

mempunyai bilangan iod diats 50 disimpan selama 2 jam.

e. Ditambahkan 10mL larutan KI 20% dan 100mL air suling. Erlenmeyer

ditutup dengan segera kemudian dikocok dan dititrasi dengan larutan

thiosulfat 0,1 N dan larutan kanji sebagai indikator. Bilangnan iod

contoh ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

12,69 x T x (V1-V2)Bilangan Iod =

mT ; normalitas larutan standar natrium thiosulfat 0,1 NV1 ; volume larutan tio 0,1 N yang diperlukan dalam titrasi blanko

(mL)V2 ; volume larutan tio 0,1 N yang diperlukan dalam titrasi contoh

(mL)m ; bobot contoh

5. Kadar Abu Tersulfatkan (ASTM D 874)

Page 9: Pengujian Mutu Biodiesel

a. krus dipanaskan pada suhu 775C selama 10menit, kemudian didinginkan

sampai mendekati suhu kamar selajutnya ditimbang dengan ketelitian 0,1

mg.

b. Contoh yang ditimbang ditentukan bobotnya mengikuti rumus ;

c. Contoh dibakar dengan api dan dijaga agar contoh terbaka merata.

d. Contoh didinginkan pada suhu rung kemudian ditambahkan asam sulfat

dengan hati-hati beberapa tetes sampaikelihatan basah kemudian

dilanjutkan pembakaran kembali.

e. Contoh dipanaskan pada furnance 775±25C dan diteruskan sampai

terjadi oksidasi sempurna.

f. Contoh didinginkan dan ditambahkan 3 tetes air dan 10 tetes asam sulfat.

Contoh dipanaskan pada furnance 775±25C selama 30 menit kemudian

didinginkan sampai pada suhu ruang kemudian ditimbang dengan

ketelitian timbangan 0,1mg.

g. Pekerjaan tersebut diulangi sampai perbedaan bobot 1 mg = 0,001 gram.

h. Untuk contoh yang diprediksi mengandung abu sulfat 0,02% b/b atau

kurang maka perlu blanko.

i. Penentuan abu sulfat blanko dilakukan dengan cara penambahan 1mL

asam sulfat pada krus yang sudah diketahui bobotnya kemudian

panaskan sampai terbakar dan selanjutnya diabukan dalam furnance

775±25C selama 30 menit.

j. Kemudian dinginkan sampai dengan suhu ruang. Selanjutnya dilakukan

pekerjaan seperti diatas. Bobot abu sulfat contoh dikoreksi dengan

blanko.

Perhitungan kadar abu sulfat = (w/W x 100%)

W ; bobot contoh

w ; bobot abu sulfat

G. DATA HASIL PENGAMATAN

Sampel: Biosolar B20

Page 10: Pengujian Mutu Biodiesel

Tabel data Pengamatan

No. Jenis PengujianJenis Sampel

B 20 (Biosolar) B 100 (Biodiesel)

1 Bilangan Asam 1,026 2,1

2 Viskositas (Cst) kinematic biodiesel

pada suhu 40C (ASTM D 445)1,5954 2,44 Cst

3 Massa Jenis (kg/m3) Pada Suhu 40C

(ASTM D 1298)836,6246 869,4901

4 Bilangan Iod (SNI 01-3555-1998) 8,9719 27,055

5 Kadar Abu Tersulfatkan (ASTM D

874)0,26

H. PERHITUNGAN

1. Analisis Bilangan Asam

Page 11: Pengujian Mutu Biodiesel

a. Standarisasi larutan NaOH

gram asam oksalat = 0,1014 gram

mL titar NaOH = 18,8 mL

Normalitas NaOH =

g Asam Oksalat x 2=

0,126 x mL NaOH

0,1014 x 2=

0,126 x 18,8

= 0,0856 N

b. Bilangan Asam

1) mL sample = 3,5135

V sample = 1,2mL

V blanko = 0,15 mL

N NaOH = 0,0856 N

V x T x 56,1Bilangan Asam (mg NaOH/gram minyak) =

m

((1,2 – 0,15)x 0,0856 x 40)=

3,5135

= 1,02325

2) m = 3,1612

V sample = 1,1 mL

V blanko = 0,15 mL

Bil. Asam = V x N x 40

M

(1,1 – 0,15) x 0,0856 x 40) =

3,1612 = 1,02897

Page 12: Pengujian Mutu Biodiesel

1,02325 + 1,02897Rata-rata =

2

2. Viskositas

d2 . t2Viskositas = ŋ

d1 . t1

ŋ = viskositas aquadest suhu (40C)d2 = densitas aquades suhu 40C (gr/mL)t1 = waktu yang diperlukan untuk mengalir (detik)d2 = densitas biodiesel suhu 40C (gr/mL)t2 = waktu yang diperlukan untuk menalir biodiesel (detik)

d2 . t2Viskositas = ŋ

d1 . t1

0,82888 . 57 = 0,658 .

0,983368 . 20

= 1,58

3. Massa Jenis

Kode Piknometer M0 M1 M2 Massa Jenis

1 33,9725 58,5567 54,6947 836,6246

(Kg/m3)2 33,1739 57,7541 53,8738

4. Bilangan Iod

a. Standarisai Larutan Thiosulfat

g KIO3 = 0,1472 gram

mL titar Thio = 42,25 mL

g KIO3

Normalitas Thiosulfat =0,03567 x mL thio

Page 13: Pengujian Mutu Biodiesel

= 0,1472

0,03567 x 42,25

= 0,0977 N

b. Perhitungan

1). T ; 0,0977 N

V1 ; 21,5 mL

V2 ; 18,55 mL

m ; 0,4042 gram

12,69 x T x (V1 – V2)Bilangan Iod =

m

12,69 x 0,0977 x (21,5 – 18,55) =

0,4042

= 9,0486

2). T ; 0,0977 N

V1 ; 21,5 mL

V2 ; 18,6 mL

m ; 0,4082 gram

12,69 x T x (V1 – V2)Bilangan Iod =

m

12,69 x 0,0977 x (21,5 – 18,6) =

0,4082

= 8,8952

9,0486 + 8,8952Rata-rata = = 8,9719

2

5. Kadar abu tersulfatkana. W sampel ; 0,5099 gram W cawan ; 20,3521 gram

Page 14: Pengujian Mutu Biodiesel

W cawan + abu ; 20,3534 gram

W cawan abu – W cawanKadar Abu Tersulfatkan = 100%

W sampel

20,3534 – 20,3521=

0,5099

= 0,255 %

b. W sampel ; 0,5286 gram W cawan ; 30,1677 gram

W cawan + abu ; 30,1691 gram

W cawan abu – W cawanKadar Abu Tersulfatkan = 100%

W sampel

30,1691 – 30,1677=

0,5286

= 0,265 %

0,255 + 0,265Rata-Rata = = 0,26 %

2

I. PEMBAHASAN

Pengujian bertujuan untuk menguraikan suatu kesatuan bahan menjadi unsur-

unsurnya atau untuk menentukan komposisi kesatuan bahan tersebut. Dalam memilih

prosedur yang tepat tentunya tidak lepas dari tujuan pengujian. Misalnya dalam

Page 15: Pengujian Mutu Biodiesel

pengawasan proses, selayaknya dipilih prosedur pengujian yang cepat dan hemat

sehingga dapat diperoleh data dengan segera meskipun mungkin ketepatan dan

kecermatan prosedur tersebut rendah

Contoh yang dianalisis mutunya pada praktik penguian

mutu Biodiesel (Biodiesel dalam pengertian ilmiah

berarti bahan bakar yang digunakan untuk mesin diesel

yang dibuat dari sumber daya hayati) adalah contoh

Biosolar, Biosolar adalah biodiesel yang mengalami

penambahan solar dan tentu saja kualtasnya berada

dibawah biodiesel. Hal ini dapat dilihat dengan jelas

dari perbandingan warna antara keduanya, dimana

biosolar memiliki warna yang relatif lebih keruh

(oranye) dibandingan biosolar yang bening (kuning). Dalam melakukan pengujian ini

Contoh atau cuplikan yang diambil untuk diuji harus bersifat representatif artinya

mewakili sifat keseluruhan bahan. Yang paling ideal tentunya apabila keseluruhan

bahan diuji. Akan tetapi hal ini tidak praktis, boros dan tidak perlu.

Selama menunggu saat pengujian, kemungkinan besar contoh yang telah diambil akan

mengalami perubahan-perubahan. Oleh karena itu untuk bahan (atau komponen) yang

mudah mengalami perubahan harus diusahakan untuk segera dipengujian atau

didahulukan dari bahan lain yang lebih stabil. Perubahan-perubahan yang mungkin

terjadi selama menunggu saat pengujian misalnya Perubahan kimiawi, Perubahan

biokimiawi atau enzimatis, Perubahan yang disebabkan karena adanya kontaminasi

mikrobiologis, Perubahan fisis dan Perubahan mekanis.

Namun demikian tidak selalu contoh harus diperlakukan menurut cara-cara tersebut

diatas, tergantung dari sifat bahannya sendiri. Bagi contoh yang cukup stabil, tanpa

adanya perlakuan apapun (mungkin sekedar menjaga dari kontaminasi atau

pengotoran) telah memadai, termasuk dengan sample yang diuji yaitu

biodiesel/biosolar, sample ini merupakan sample yang awet, terutama apabila tempat

pemyimpanannya berada di tempat yang aman dan jauh dari sumber kontaminasi.

Setelah mendapatkan contoh yang representatif, bahan contoh tersebut umumnya

perlu dipersiapkan sebelum diuji. Dalam hal ini untuk mencegah kontaminasi maka

Page 16: Pengujian Mutu Biodiesel

pengambilan contoh biosolar tidak langsung diambil dari tempatnya kan tetapi

diambil dengan cara memindahkan sebagian isi yang diperlukn (tidak berlebihan)

kedalam wadah lainnya misalnya beaker glass untuk kemudian baru dapat diambil

sampelnya dengan menggunakan pipet Volum, pipet ukur ataupun pipet tetes.

1. Pengujian Bilangan Asam

Pada pengujian bilangan asam bertujuan untuk mengetahui nilai asam pada

sampel. Dalam pengujian ini dilakukan terlebih dahulu standarisasi terhadap

NaOH, hal ini dilakukan untuk mendapatkan nilai Normalitas dari NaOH yang

akan digunakan untuk penitaran (titrasi) dengan cara menimbang dengan teliti 1,1

gram asam oksalat (C2H2O42H2O) dengan BM 126 dimasukkan kedalam

erlemneyer 250mL. ditambahkan 25mL Aquadest. Setelah larut ditambahkan 2-3

tetes indicator PP yang berfungsi sebagai penujuk akhir titrasi, setelah itu

Ditimbang 2-5gram contoh dimasukkan kedalam erlenmeyer 250mL,

Ditambahkan 50mL etanol netral 95% gojok hingga minyak larut. Ditambahkan

3-5 tetes indikator PP dan Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga warna

merah muda tetap bertahan selama 15 detik. Setelah itu Dilakukan penetapan

blankonya

2. Pengujian Viskositas

Pengujian Viskositas Viskositas (Kekentalan) adalah salah satu sifat reologi yang

amat penting pada banyak produk pangan. Sifat kental penting perananya baik

dalam uji mutu dan standarisasi mutu maupun juga dalam pengendalian proses

selama pengolahan.

Dalam pengujian mutu kekentalan dapat diukur secara fisis dengan instrument

atau secara organoleptik oleh penguji mutu atau panelis. Instrument fisik yang

digunakan untu mengukur kekentalan secara umum disebut viskosimeter. Dikenal

banyak jenis viskosimeter yang sagnat spesifik untuk jenis produk pangan

tertentu.

Penetapan kekentalan larutan atau cairan digunakan viskosimeter dan ada

beberapa viskosimeter yaitu;

1. viskosimeter Oswald

2. viskosimeter stromer

3. viskosimeter PVF Brookfield

4. viskosimeter “Ubbelhde”

Page 17: Pengujian Mutu Biodiesel

Dalam hal ni digunakan alat viskosimeter Oswald yang menggunakan prinsipada

kecepatan aliran bahan pada suatu pipa kapiler. Satuan dari viskosimeter ini

adalah sentipoise.

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memanaskan aquadest pada suhu

40 C kemudian masukkan dalam tabung viskosimeter oswald dan catat waktu

yang diperlukan untuk mencapai tanda tera. Setelah itu panaskan sampel biosolar

pada suhu 40C dan Masukan dalam tabung viskosimeter oswald lalu Catat waktu

yang diperlukan untuk mencapai tanda tera. Baru setelah itu didapatkan nilainya

dengan cara Hitung viskositas biosolar.

Untuk produk tertentu termasuk biosolar/biodiesel kekentalan juga penting

sebagai petunjuk zat-zat tertentu. Kekentalan juga penting sebagai petunjuk untuk

menyatakan kemurnian cairan minyak biosolar. Kekentalan juga dapat digunakan

sebagai petunjuk adanya kerusakan penyimpangan atau penurunan mutu pada

beberapa produk, suatu Produk jika kekentalannya menurun atau disebut menjadi

encer maka memberikan petunjuk adanya kerusakan atau penyimpangan mutu.

Lawan dari kental adalah encer yaitu sifat mudah mengalir. Mengalir adalah suatu

prosses dimana tiap-tiap partikel atau molekul dalam benda itu bergerak pada arah

yang sama. Produk dinyatakan kental apabila nilai kekentalannya tinggi,

sebaliknya jika nilai kekentalannya rendah disebut encer. Jadi pengertian kental

dan encer ditentuksn oleh nilai atau tingkat kekentalnnya.

3. Pengujian Massa Jenis

Pada pengujian ini dilakukan dengan cara mencuci dan membersihkan piknometer

dengan aquades agar tidak terkontaminasi sumber pengotor dari alat dilanjutkan

dengan etanol kemudian dikeringkan dalam oven (air akan mempengaruhi

pengujian massa jenis karena masa jenis air relatif lebih kecil dibanding sampel

bosolar). Timbang bobot piknometer kosong (m0) setelah itu Isi piknometer

dengan aquadest pada suhu 40C sampai penuh (tanda tera). Hindari terbentuknya

gelembung karena gelembung akan membuat pengujian tidak valid. Masukkan

piknometer dalam penangas air pada suhu 40C selama 30 menit. Pastikan suhu

penangas air 40C dan keringkan air dipermukaan piknometer. Lalu Timbang

piknometer berisi aquadest (m1) Kosongkan piknometer kemudian cuci dengan

Page 18: Pengujian Mutu Biodiesel

Alkohol dan keringkan Isi piknometer dengan sampel biosolar suhu 40C sampai

tanda tera. Hindari terbentuknya gelembung Masukkan piknometer dalam

penangas air suhu 40C selama 30 menit, kemudian diangkat dan dibersihkan

permukaannya dengan kertas tissue. Dan meimbang pada neraca analitik (m2)

baru setelah itu ditentukan massa jenisnya.

4. Bilangan Iod

Penentuan bilangan iod dilakukan dengan cara menambahkan dengan tepat 25mL

larutan wijs dengan menggunakan pipet gondok kemudian erlenmeyer ditutup.

Erlenmeyer tersebut Disimpan selama 1-2 jam dalam tempat ruang gelap. Untuk

contoh yang mempunyai bilangan iod diatas 50 disimpan selama 2 jam. Setelah

itu ditambahkan 10mL larutan KI 20% dan 100mL air suling. Erlenmeyer ditutup

dengan segera kemudian dikocok dan dititrasi dengan larutan thiosulfat 0,1 N dan

larutan kanji sebagai indikator. Setelah itu Bilangan iod contoh ditentukan dengan

rumus yang ditentukan sesuai prosedur. Setelah itu dilakukan Penambahan larutan

iodium monoklorida dalam campuran asam asetat dan karbontetrakhlorida

kedalam contoh. Setelah melewati waktu tertentu dilakukan penetapan halogen

yang dibebaskan dengan penambahan kalium iodide (KI). Banyaknya iod yang

dibebaskan dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat dan indikator kanji.

Ditambahkan 15 mL karbon tetrakhlorida dengan menggunakan gelas ukur untuk

melarutkan lemak.

5. Kada Abu Tersulfatkan

Kadar abu tersulfatkan merupakan pengujian yang menujukan bahwa sample

kotor atau tidak yang terlarut dalam sulfat. Pengujian ini dilakukan dengan cara

pada krus dipanaskan pada suhu 775C selama 10menit, kemudian didinginkan

sampai mendekati suhu kamar selajutnya ditimbang dengan ketelitian 0,1 mg.

Contoh biosolar yang ditimbang ditentukan bobotnya mengikuti rumus yang yang

telah ditentukan sesuai prosedur. Contoh dibakar dengan api dan dijaga agar

contoh terbakar merata bila tidak terbakar mrata maka pembakaran tidak akan

sempurna. Contoh biosolar didinginkan pada suhu ruang kemudian ditambahkan

asam sulfat dengan hati-hati beberapa tetes sampai kelihatan basah kemudian

dilanjutkan pembakaran kembali. Contoh dipanaskan pada furnance 775±25C

untuk mendapatkan abunya sehingga diteruskan sampai terjadi oksidasi sempurna.

Page 19: Pengujian Mutu Biodiesel

Contoh biosolar yang menjadi abu didinginkan dan ditambahkan 3 tetes air dan 10

tetes asam sulfat. Contoh dipanaskan pada furnance 775±25C selama 30 menit

kemudian didinginkan sampai pada suhu ruang kemudian ditimbang dengan

ketelitian timbangan 0,1mg. Pekerjaan tersebut diulangi sampai perbedaan bobot 1

mg = 0,001 gram. Untuk contoh yang diprediksi mengandung abu sulfat 0,02%

b/b atau kurang maka perlu blanko. Penentuan abu sulfat blanko dilakukan dengan

cara penambahan 1mL asam sulfat pada krus yang sudah diketahui bobotnya

kemudian panaskan sampai terbakar dan selanjutnya diabukan dalam furnance

775±25C selama 30 menit. Kemudian dinginkan sampai dengan suhu ruang.

Selanjutnya dilakukan pekerjaan seperti diatas. Bobot abu sulfat contoh dikoreksi

dengan blanko yang dibuat.

No. Jenis PengujianJenis Sampel

B 20 (Biosolar)

1 Bilangan Asam 1,026

2 Viskositas (Cst) kinematic biodiesel

pada suhu 40C (ASTM D 445)1,5954

3 Massa Jenis (kg/m3) Pada Suhu 40C

(ASTM D 1298)836,6246

4 Bilangan Iod (SNI 01-3555-1998) 8,9719

5 Kadar Abu Tersulfatkan (ASTM D

874)0,26

Dari data dapat dibandingkan dengan syarat mutu SNI Biodisel yaitu pada bilangan

asam pada sampel memiliki nilai 1,026 mg/KOH/g, viskositas 1,5954 cSt, Massa

Jenis 836,6246 kg/m3 , Bilangan Iod 8,9719 %, dan kadar Abu tersulfatkan 0,26 %.

Keseluruhan nilai ini dibandingkan dengan persyaratan mutu SNI (Standar

Nasional Indonesia merupakan standar mutu yang diterapkan di Indonesia) yang

berlaku di Indonesia, berikut inia dalah daftar persyaratan mutu bagi biodiesel

Persyaratan Mutu

Syarat mutu biodiesel ester alkil menurut SNI 04-7182-2006.

Parameter Satuan Nilai1 Massa jenis pada 40C kg/m3 850 – 890

2 Viskositas kinematik pada 40C mm2/s (cSt) 2,3 – 6,0

Page 20: Pengujian Mutu Biodiesel

Parameter Satuan Nilai.3 Angka setana Min 51

4. TiTitik nyala (mangkok tertutup) C Min 1005 TiTitik kabut C Min 18

6 Korosi lempeng tembaga (3 jam pada 50C)

Maks no 3

7 Residu karbon Dalam contoh asli, atau Dalam 10% ampas distilasi

%-massaMaks 0,05Maks 0,30

8 Air dan sedimen %-vol Maks 0,05*

9 Temperatur distilasi 90% C Maks 360

1 Abu tersulfatkan %-massa Maks 0,02

1 Belerang ppm-m (mg/kg)

Maks 100

1 Fosfor ppm-m (mg/kg)

Maks 10

1 Angka asam mg-NaOH/g Maks 0,8

1 Gliserol bebas %-massa Maks 0,02

1 Gliserol total %-massa Maks 0,24

1 Kadar ester alkil %-massa Min 96,5

1 Angka iodium %-massa Maks 0,02

1 Uji Halphen Negatif

Setelah dibandingkan maka dapat diketahui bahwa sample Biosolar B20 yang

dianalisis beberapa parameter tersebut belum memenuhi persyaratan mutu untuk

biodiesel. Hal ini mungkijn dikarenakan sample yang diuji merupakan sample

niodiesel yang ditambahkan solar sehingga kualitasnya kurang susuai dengan

persyatan mutu yang ditentukan

Berdasarkan sifat-sifat bahan atau komponen bahan yang spesifik, meskipun suatu

bahan mungkin bersifat sangat spesifik (khusus) terhadap suatu perlakuan tertentu,

namun bahan tersebut pada umumnya masih akan terpengaruh dan berperilaku

lain terhadap perlakuan yang lain. Dengan demikian untuk penentuan suatu bahan

tertentu yang bagaimana spesifiknya-pun masih dapat ditempuh beberapa

prosedur. Dan karena setiap prosedur pengujian memiliki kekhasan tertentu

beserta kelemahan dan kekuatannya sendiri-sendiri maka demi untuk

Page 21: Pengujian Mutu Biodiesel

keseragaman (konsistensi) maka untuk keperluan tertentu harus dipilih satu

prosedur yang sama. Dalam laporan, cara pengujian yang dipakai dicantumkan

atau bahkan disertakan prosedur kerjanya.

Dari referensi prosedur pengujian yang ideal sebaiknya memenuhi syarat-syarat

penting berikut ini: sahih, tepat, cermat, cepat, hemat, selamat, dapat diulang,

khusus, andal dan mantap.

1. Prosedur pengujian yang ideal harus sahih (valid) untuk mengukur besaran

tertentu. Prosedur pengujian tersebut sahih apabila dalam perancangannya

didasari oleh dasar-dasar ilmiah yang menurut logika sesuai untuk pengukuran

yang dimaksud oleh prosedur.

2. Prosedur pengujian harus memiliki nilai ketepatan yang tinggi. Ketepatan

(akurasi) menunjukkan tingkat kebenaran angka-angka yang dihasilkan oleh

prosedur tersebut. Ketepatan suatu prosedur dapat juga diartikan bahwa

tingkat kesalahannya sekecil mungkin.

3. Prosedur pengujian yang baik juga memiliki nilai kecermatan yang tinggi.

Kecermatan (presisi) ini berhubungan dengan daya ukur suatu cara pengujian.

4. Sebaiknya suatu prosedur juga cepat, artinya dapat menghasilkan suatu angka

akhir dalam waktu yang pendek atau relatif hemat dalam penggunaan waktu.

5. Prosedur juga sebaiknya hemat, tanpa harus menggunakan bahan, alat, biaya

atau keterampilan yang rumit, sulit dan mahal untuk mendapatkannya.

6. Suatu prosedur juga sebaiknya memiliki tingkat keselamatan yang tinggi

sehingga tidak menyebabkan cedera atau gangguan kesehatan bagi

pelaksananya, baik dalam waktu pendek maupun dalam waktu jangka panjang.

7. Prosedur pengujian seharusnya memiliki nilai keterulangan (reprodusibilitas),

yaitu cara pengujian tersebut harus dapat dipakai untuk menentukan satu hal

yang sama berulang-ulang dengan hasil yang secara statistik tidak berbeda.

8. Memiliki sifat khusus (spesifik), artinya prosedur tersebut khusus berlaku

untuk pengukuran hal yang lain.

9. Dapat diandalkan (reliabilitas) sehingga prosedur tersebut dapat dilaksanakan

dalam kondisi yang tidak terlalu menuntut kondisi yang sangat tepat.

Page 22: Pengujian Mutu Biodiesel

10. Prosedur sebaiknya juga mantap (stabil) sehingga dapat dilaksanakan dalam

tahapan waktu yang wajar (cukup santai) sehingga tidak harus dituntut tahapan

waktu yang eksak dan kalau keadaan memaksa, penyelenggaraan prosedur

tersebut dapat dilanjutkan pada waktu lain (ditunda).

Persyaratan prosedur tersebut di atas apabila dipenuhi semua akan menghasilkan

suatu prosedur pengujian yang dapat dikatakan sempurna. Namun demikian jarang

sekali ada prosedur yang sempurna. Semua prosedur tertentu yang memang sulit

dirancang, karena sifat bahan yang akan dipengujian memang tidak

memungkinkan, dapat hanya mampu memenuhi beberapa persyaratan di atas.

Prosedur tersebut terpaksa diterima dan dipergunakan karena tidak ada pilihan

lain. Namun demikian, syarat pertama yaitu kesahihan atau validitas harus tetap

terpenuhi.

J. KESIMPULAN

Setelah melakukan analisis terhadap Sampel biosolar dengan parameter tertentu

didapat data yang akan dibandingkan dengan syarat mutu SNI Biodisel SNI 04-

7182-2006. yaitu bilangan asam pada sampel memiliki nilai 1,026 mg/KOH/g,

viskositas 1,5954 cSt, Massa Jenis 836,6246 kg/m3 , Bilangan Iod 8,9719 %, dan

kadar Abu tersulfatkan 0,26 %. Setelah dibandingakan maka disimpukan bahwa

sample biodiesel yang dianalisis memiliki mutu yang tidak sesuai demngan

persyaratan mutu yang berlaku, sehingga kualitasnya dikatakan kurang baik. Hal

tersebut dapat dikarenakan kontaminasi tinggi pada sample, prosedur pengujian

yang belum sempurna, penguji yang kurang kompeten ataupun dapat disebabkan

karena sample telah mengalami penambahan solar.

K. DAFTAR PUSTAKA

Page 23: Pengujian Mutu Biodiesel

Sahirman. Modul PJJ Pengujian Mutu 1. 2008 . Diploma IV PPPPTK

VEDCA Cianjur.

SNI 04-7182-2006 : Biodiesel

http:// id.wikipedia.org/wiki/biodiesel