pengujian kualitas bahan baku dalam pembuatan susu ...repository.unika.ac.id/644/1/12.70.0022 - kp...
TRANSCRIPT
i
PENGUJIAN KUALITAS BAHAN BAKU DALAM
PEMBUATAN SUSU PASTEURISASI DAN
HOMEGENISASI CV. CITA NASIONAL
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian
Oleh :
LINA HASTUTI
12.70.0022
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2015
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PENGUJIAN KUALITAS BAHAN BAKU DALAM
PEMBUATAN SUSU PASTEURISASI DAN
HOMEGENISASI CV. CITA NASIONAL
Oleh :
LINA HASTUTI
NIM : 12.70.0022
Program Studi : Teknologi Pangan
Laporan Kerja Praktek ini telah disetujui dan dipertahankan
dihadapan sidang penguji pada tanggal: 10 Juni 2015
Semarang, 10 Juni 2015
Fakultas Teknologi Pertanian
Program Studi Teknologi Pangan
Universitas Katolik Soegijapranata
Pembimbing Lapangan,
Moh. Nur Ali Muslim
Dekan,
Dr. V. Kristina Ananingsih, ST, MSc.
Pembimbing Kerja Praktek,
Dr. Ir. Ch. Retnaningsih, MP
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek yang berjudul ” Pengujian Kualitas Bahan Baku Dalam Pembuatan Susu Pasteurisasi Dan
Homegenisasi CV. Cita Nasional” laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian. Kerja praktek ini sangat bermanfaat
bagi penulis, karena dapat menambah wawasan dan menambah pengalaman kerja.
Seluruh kelancaran dan keberhasilan ini tidak terlepas dari bantuan, arahan,
bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, Penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. V. Kristina Ananingsih, ST, MSc. selaku Dekan Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
2. Ibu Dr. Ir. Ch. Retnaningsih, MP. selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek yang
bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan dengan sabar memberikan
pengarahan dan bimbingan selama penulis melaksanakan Kerja Praktek.
3. Bapak Enang Komara selaku Kepala Personalia CV. Cita Nasional yang telah
memberi kesempatan kepada Penulis untuk melaksanakan Kerja Praktek di CV.
Cita Nasional, Salatiga.
4. Bapak Moh. Nur Ali Muslim, S.Pt selaku Kepala Quality Control dan R&D CV.
Cita Nasional dan pembimbing lapangan yang telah mengarahkan, membimbing,
dan memberikan informasi kepada Penulis selama melakukan Kerja Praktek.
5. Tim Quality Control, tim Processing, dan tim Filling & Packaging yang tidak
dapat Penulis sebutkan satu per satu, yang menerima Penulis dengan penuh rasa
kekeluargaan dan selalu memberikan keceriaan selama berlangsungnya Kerja
Praktek serta telah memberikan informasi-informasi tambahan selama pengerjaan
laporan Kerja Praktek.
iv
6. Sutarno selaku ayah Penulis yang selalu memberikan izin, mendukung dan
berusaha mempersiapkan segala bantuan moral maupun material bagi Penulis
dalam melaksanakan Kerja Praktek di Salatiga.
7. Romdonah selaku ibu Penulis yang telah mendoakan Penulis supaya dapat
melaksanakan Kerja Praktek di Salatiga.
8. Myriam Therese Angen Pratiwi, Novita Indra Kusuma dan Melinda Gabriella
Huri sebagai teman seperjuangan selama melaksanakan Kerja Praktek di CV.
Cita Nasional Salatiga.
9. Johana Lanna Christabella, Cristina Sella Haryanti, Ega Diasita, Sheilla Sunindra
dan semua teman-teman Program Studi Teknologi Pertanian yang sudah
mendukung Penulis selama menyelesaikan laporan Kerja Praktek.
10. Semua pihak yang telah membantu Penulis yang tidak dapat disebutkan satu per
satu.
Penulis memohon maaf bila selama Kerja Praktek maupun dalam pembuatan laporan
Kerja Praktek masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Meskipun laporan ini kurang
sempurna, tetapi Penulis berharap agar laporan Kerja Praktek dapat bermanfaat bagi
para pembaca dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, 10 Juni 2015
Penulis
v
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ ii
KATA PENGANTAR............................................................................................ iii
DAFTAR ISI........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... ix
1. KONDISI UMUM PERUSAHAAN.................................................................. 1
1.1. Sejarah Perusahaan ...................................................................................... 1
1.2. Visi dan Misi Perusahaan............................................................................. 2
1.3. Lokasi Perusahaan........................................................................................ 2
1.4. Struktur Organisasi Perusahaan.................................................................... 3
1.5. Tanggungjawab Setiap Pekerja……………………………………………. 4
1.6. Ketenagakerjaan........................................................................................... 6
1.6.1. Jam Kerja Karyawan........................................................................... 8
1.6.2. Sistem Pembagian Gaji....................................................................... 8
1.6.3. Kesejahteraan Karyawan.................................................................... 8
1.7. Sistem Pemasaran......................................................................................... 9
2. TATA PELAKSANAAN MAGANG……………........................................... 10
2.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek............................................ 10
2.2. Pelaksana...................................................................................................... 10
2.3. Metode Kerja Praktek...………………………………………………….... 10
2.3.1. Terlibat Langsung………………………………………………...… 10
2.3.2. Studi Pustaka……………………………………………………..... 10
2.3.3. Wawancara………………………………………………………..... 11
2.3.4. Observasi………………………………………………………….... 11
2.4. Alat dan Bahan…………………………………………………………..... 11
2.5. Metode Pengujian.......…………..………………………………................ 12
2.5.1. Bahan baku (susu segar).....…………..……….…..………………... 12
2.5.2. Bahan tambahan......…………..………………………………......... 18
3. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………….......................................... 24
3.1 Bahan Baku (Susu Segar) dan Pengujian Kualitasnya.................................. 25
3.1.1. Uji Organoleptik…………………………………………………... 26
3.1.2. Pengukuran Suhu………………..………………………………… 27
vi
3.1.3. Pengukuran Derajat Keasaman (pH)..………………..….………... 27
3.1.4. Uji Alkohol…………………………………………..…………..... 28
3.1.5. Uji Berat Jenis……………………………………………..…….... 29
3.1.6. Uji Total Solid (TS) ………………………………………………. 30
3.1.7. Uji Kadar Lemak (Fat) ………………………………………….... 31
3.1.8. Pengukuran Solid non-fat (SNF) ……………..…………………... 32
3.1.9. Uji Methylene Blue Reduction Test (MBRT)..……………………. 33
3.1.10. Uji Penambahan Glukosa…………………..……………………... 33
3.1.11. Uji Penambahan Pati/Tepung…………………………..…………. 34
3.1.12. Uji Penambahan Lemak Nabati………………………………….... 34
3.1.13. Uji Penambahan Karbonat……………………………………….... 35
3.1.14. Uji Penambahan Antibiotik...……………………………………... 36
3.1.15. Uji Penambahan Peroksida…….……………………………..…… 37
3.1.16. Uji Penambahan Formalin……………………………………..….. 37
3.2. Bahan Tambahan dan Pengujiannya……..……………………………...… 38
3.2.1. Pengujian Gula Pasir…………....………………...…………..…... 39
3.2.2. Pengujian Susu Bubuk…………………………………………….. 40
3.2.3. Pengujian Perisa...…………………….…………………..……..... 40
3.2.4. Pengujian Pewarna……………………….………………..……… 41
3.2.5. Pengujian Pektin….…..……………………………………...….… 41
3.2.6. Pengujian Carboxy Methyl Cellulose (CMC)………………...…… 42
3.2.7. Pengujian Bubuk Coklat…………………………………………... 42
3.2.8. Pengujian Asam Sitrat dan Asam Laktat….…………………...….. 43
4. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................... 44
4.1. Kesimpulan................................................................................................... 44
4.2. Saran............................................................................................................. 44
5. DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 46
6. LAMPIRAN………..………………………………………………………..… 48
vii
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1. Struktur Organisasi CV. Cita Nasional. ................................................................... 3
Tabel 2. Jabatan dan Jumlah Karyawan CV. Cita Nasional. ................................................. 7
Tabel 3. Ketentuan Penerimaan atau Penolakan Susu Segar Berdasarkan Uji
MBRT. ................................................................................................................................. 15
Tabel 4. Standar Mutu Susu Segar yang ditetapkan CV. Cita Nasional. ............................. 38
3
7
15
38
viii
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1. Posisi strip pengujian yang benar dan yang salah. .................................... 16
Gambar 2. Testpack dengan 3 garis menandakan hasil negatif (tidak
mengandung antibiotik). ............................................................................................. 17
Gambar 3. Testpack dengan 2 garis menandakan hasil positif (mengandung
antibiotik). ................................................................................................................... 17
Gambar 4. Gula Kristal Putih I. .................................................................................. 39
Gambar 5. Gula Kristal Putih ptpn x. .......................................................................... 39
Gambar 6. Bahan tambahan (Susu Bubuk) yang ditambahkan pada susu dan
milk juice. .................................................................................................................... 40
Gambar 7. Carboxyl Methyl Celulose (CMC) yang digunakan untuk produksi
susu. ............................................................................................................................. 42
Gambar 8. Bahan tambahan (bubuk coklat) untuk susu rasa coklat. .......................... 43
16
17
17
39
39
40
42
43
ix
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1. Produk Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi. ........................................ 48
Lampiran 2. Pengujian Susu Segar. ............................................................................ 49
Lampiran 3. Standar Mutu Susu Segar SNI 01-3141-1998. ....................................... 51
Lampiran 4. Berita Acara Penolakan Susu Segar. ...................................................... 52
Lampiran 5. Kandungan Gizi Susu Sapi per 100 gram. .............................................. 53
Lampiran 6. Struktur Organisasi CV. Cita Nasional................................................... 54
Lampiran 7. Presensi Kerja Praktek ............................................................................ 55
Lampiran 8. Kartu Bimbingan kerja Praktek .............................................................. 55
Lampiran 9. Daftar Penilaian Kerja Praktek ............................................................... 55
48
49
51
52
53
54
55
55
55
1
1. KONDISI UMUM PERUSAHAAN
1.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
CV. Cita Nasional adalah perusahaan yang mengolah susu segar menjadi susu
pasteurisasi dan homogenisasi, lokasi pabrik ada di daerah salatiga. Cita Nasional
didirikan pada 10 November 2000 sesuai dengan surat izin No.
155/KWDPP.11/3.1/XI/2000 dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan No.
160/11.16/PK/VII/2000 dari SIUPP. CV. Cita Nasional diresmikan oleh Prof. Dr. Ir.
Bungaran Saragih, ME. Beliau adalah Menteri Pertanian dan Perkebunan Republik
Indonesia tahun 2000.
Dalam rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia
dengan menyiapkan pertumbuhan yang baik untuk generasi penerus bangsa dan turut
serta menyukseskan program pemerintah untuk mencerdaskan dan meningkatkan
kesehatan masyarakat. Mengingat hal tersebut maka pemilik perusahaan sekaligus
pendiri merasa tertantang untuk mendirikan suatu perusahaan yang dapat membuat
sesuatu produk guna memenuhi syarat-syarat seperti hal tersebut diatas dengan harga
yang relatih terjangkau oleh setiap lapisan masyarakat. Dilatarbelakangi jiwa sebagai
pengusaha serta dorongan dari pihak keluarga baik moral atau materi, akhirnya bapak
H. Rudi Kurnia Danuwijaya dapat mewujudkan cita-citanya yaitu mendirikan
perusahaan yang bergerak dalam bidang Industri Pengolahan Susu Pasteurisasi dan
Homogenisasi dengan nama “CV. CITA NASIONAL”
Perusahaan milik perseorangan ini bergerak dalam bidang pengolahan susu segar
menjadi susu pasteurisasi dan homogenisasi yang tersedia dalam kemasan cup,
minipack dan purepack dengan merk dagang “SUSU SEGAR NASIONAL”. Proses
pengolahan menggunakan teknologi modern yang didatangkan dari luar negeri untuk
menjamin produk yang dihasilkan dapat berkualitas baik. Pertama kali produksi
tanggal 10 Nopember 2000 dengan memproses 5.000 liter susu murni dalam kemasan
cup sebanyak 20.000 cup dan dipasarkan ke Surabaya dan sekitarnya.
2
Selanjutnya produk Susu Segar Nasional secara perlahan mulai dikenal dan
dikembangkan ke wilayah Yogyakarta, Solo, Semarang, Salatiga, Kendal, Pati,
Pekalongan, Purwokerto, Purworejo, Temanggung, Magelang, Bandung dan
Jabodetabek. Penjualannya dengan berkeliling menggunakan becak dan loper yang
langsung datang ke konsumen dan dipasarkan langsung ke pabrik/industri di Jakarta
dan sekitarnya. Pada Tahun 2006, depot pemasaran susu pasteurisasi mulai didirikan
di daerah Purwokerto, Purworejo, Magelang, dan Temanggung. Perluasan area
pemasaran ”SUSU SEGAR NASIONAL” yang terakhir dilakukan tahun 2007 di
kawasan Bandung dan daerah Banten. Bahan baku (susu segar) diperoleh dari
Koperasi Andini Luhur dan Koperasi Sidodadi yang kemudian dipasarkan ke
Surabaya dan sekitarnya. Bahan baku diperoleh dari Koperasi Andini Luhur dan
Koperasi Sidodadi, lokasi KUD masih satu kecamatan dengan CV. Cita Nasional.
1.2. Visi dan Misi Perusahaan
Visi dari CV. Cita Nasional adalah menjadi pelopor perusahaan susu pasteurisasi dan
homogenisasi yang berskala nasional untuk memenuhi kebutuhan susu dengan harga
yang terjangkau dan mudah didapatkan. Sedangkan misi dari CV. Cita Nasional
adalah menyukseskan program pemerintah dalam meningkatkan gizi rakyat Indonesia
agar generasi penerus bangsa kelak menjadi bangsa yang sehat, kuat dan cerdas.
1.3. Lokasi Perusahaan
Perusahaan CV Cita Nasional terletak di Jalan Raya Salatiga-Kopeng KM 5, Desa
Sumogawe, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Luas area dari perusahaan
adalah ini ± 5.000 m2, tetapi yang digunakan untuk bangunan pabrik dan lainnya
hanya sekitar ± 700 m2. Perusahaan ini terletak di daerah perbukitan yang
ketinggiannya mencapai 400-500 dpl, bersuhu mencapai 23-250C dengan kelembaban
udaranya sekitar 80-90%. Lokasi pabrik dinilai sangat strategis karena Kecamatan
Getasan terletak di daerah Kabupaten Semarang dan berdekatan dengan Kabupaten
Boyolali, yang merupakan sentral pemasok susu murni yang cukup besar bagi
Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) pusat di Jakarta maupun perusahaan-
3
perusahaan pengolahan susu, termasuk CV. Cita Nasional. Ada beberapa faktor
penunjang dalam pemilihan letak perusahaan:
1. Lokasi yang berdekatan dengan sumber penerimaan susu.
2. Tersedianya sumber air yang cukup.
3. Tersedianya alat transportasi yang memadai.
4. Sumber tenaga kerja mudah didapat.
5. Tersedia fasilitas listrik dan sarana komunikasi yang memadai.
1.4. Struktur Organisasi Perusahaan
CV. Cita Nasional merupakan badan usaha yang berbentuk CV, dengan nomor ijin
perusahaan (SIUP) No. 155/KWDPP.11/3.1/IX/2000. Struktur organisasi yang
diterapkan di CV. Cita Nasional yaitu dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang
berkedudukan di jakarta dan dalam pelaksanaan kegiatan diperusahaan dibantu oleh
Plant Manager beserta supervisor masing-masing. Personalia di CV. Cita Nasional
dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1. Struktur Organisasi CV. Cita Nasional.
No Nama Jabatan
1 Rudi Kurnia Danuwijaya Direktur Utama
2 Ir. Iskandar Mukhlas Plant Manager
3 Enang Komara Kepala Personalia
4 Moh. Nur Ali Muslim, S.Pt Kepala QC dan R&D
5 Supriyati Kepala Administrasi
6 Ade Herman Kepala Mekanik
7 Anjas Asmara Kepala Mekanik
8 Atang Suparman Kepala Gudang
9 Nur Haryanto Asisten Proses Produksi
10 Santosa Asisten Pengemasan
11 Agung Tri Kuncoro, S.Pt Asisten QC dan R&D
12 Haryono Kepala Satpam
13 Ir. Heri Hidayat Konsultan Industri
14 Arifin Konsultan Industri Sumber : Arsip CV. Cita Nasional, 2014.
4
1.5. Tanggung Jawab dari Tiap-tiap Jabatan
Tanggung jawab dan wewenang setiap jabatan di CV. Cita Nasional adalah sebagai
berikut:
1. Direktur Utama
Direktur utama merupakan pimpinan perusahaan yang memiliki tugas memimpin
jalannya perusahaan dan bertanggungjawab penuh terhadap segala sesuatu secara
keselur uhan di perusahaan. Direktur utama merupakan pemilik perusahaan di CV.
Cita Nasional namun pada praktek di lapangan perusahaan sepenuhnya dikendalikan
oleh plan manager.
2. Plant Manager
Plan manager merupakan orang yang bertugas membantu pimpinan perusahaan dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari. Plan manager perusahaan bertanggung jawab
terhadap semua kegitan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Tugas Plan
Manager yaitu memberikan pengarahan, pengawasan dan mengadakan control
terhadap semua pelaksanan pekerjaan.
3. Asisten Manajer
Asisten manajer merupakan orang yang bertugas membantu manajer dalam
mengawasi dan mengontrol kegiatan yang dilakukan oleh pekerja di perusahaan ini.
4. Bagian Umum
Bagian umum meliputi bagian administrasi dan bagian keuangan.
5. Kepala R&D atau QC
Dalam melaksanakan tugas QC dibantu oleh asisten QC dan bagian operator analisa.
Tugas supervisor R&D dan QC adalah bertanggung jawab dalam melaksanakan dan
mengevaluasi pekerjaan yang tercakup dalam persyaratan mutu yang ditetapkan;
memprakasai kegiatan untuk mencegah terjadinya ketidaksesuaian yang berkaitan
dengan produk, proses dan sistem mutu; mengidentifikasi dan mencatat setiap
masalah yang berkaitan dengan produk serta cara pemecahannya; mengadakan
percobaan-percobaan untuk inovasi produk baru, memberikan nasehat, petunjuk dan
bimbingan kepada bawahan ke setiap bagian; serta bertanggung jawab terhadap plan
manager. Operator analisa QC bertugas untuk melakukan pengujian terhadap bahan
5
baku dari KUD, bahan setengah jadi, bahan jadi dan saldo harian produk. Selain itu
juga bertugas untuk menyiapkan bahan-bahan tambahan yang digunakan sesuai
dengan formulasi yang ada.
6. Supervisor Produksi
Dalam melaksanakan tugas supervisor produksi dibantu oleh senior operator dan
operator. Tugas supervisor produksi adalah merencanakan dan melaksanakan proses
produksi dengan teknologi tepat guna; bertanggung jawab terhadap semua proses
produksi; memberikan pengarahan dan nasehat kepada bawahan;
mendokumentasikan pelaksanaan kegiatan proses produksi dalam pengolahan susu;
serta bertanggung jawab terhadap plan manager. Sedangkan operator produksi
bertanggung jawab terhadap supervisor produksi serta bertanggung jawab terhadap
semua kegiatan dalam penanganan proses pengolahan susu, mulai dari proses awal
(penerimaan bahan baku) sampai dengan proses akhir hasil olahan susu sampai siap
untuk dikemas.
7. Supervisor Filling & Sealing
Dalam melaksanakan tugas supervisor filling & sealing dibantu oleh asisten dan
operator filling & sealing. Tugas supervisor filling & sealing adalah bertanggung
jawab terhadap proses filling, sealing dan packaging; memberikan pengarahan dan
nasehat kepada bawahan; serta bertanggung jawab terhadap plan manager. Sedangkan
asisten filling & sealing bertugas membantu supervisor filling & sealing dalam
mengawasi dan mengontrol kegiatan yang dilakukan oleh operator filling & sealing.
Kemudian untuk operator filling & sealing bertugas untuk menjalankan atau
mengoperasikan jalannya mesin filling & sealing; memasang cup pada mesin;
mengganti tanggal kadaluarsa produk; memasang plastic penutup cup; serta menjaga
kebersihan ruang dan mengemas (packaging) produk yang sudah jadi.
8. Supervisor Mekanik dan Elektrik
Dalam melaksanakan tugas supervisor mekanik dan elektrik dibantu oleh operator.
Tugas supervisor mekanik dan elektrik adalah bertanggung jawab atas kesiapan
mesin-mesin untuk kelancaran aktifitas produksi; menjaga dan memelihara mesin,
6
peralatan dan ketersediaan bahan-bahan kimia dan bahan bakar; serta memonitor
pekerjaan operator mekanik dan elektrik.
9. Satpam
Tugas satpam adalah menjaga keamanan lingkungan pabrik, memeriksa tamu yang
dating, melapor pada bagian manajerial apabila ada tamu yang datang, serta
memeriksa absensi karyawan.
10. Bagian Bengkel
Tugas bagian bengkel adalah memperbaiki peralatan dan mesin yang rusak serta
menjaga dan memelihara mesin-mesin dan peralatan-peralatan.
11. Bagian Krat
Tugas bagian krat adalah membersihkan krat-krat yang rusak; menyiapkan krat-krat
yang akan digunakan; membereskan atau menata krat-krat yang telah digunakan;
serta menjaga dan memelihara krat-krat agar tidak mudah rusak.
12. Bagian Gudang
Tugas bagian gudang adalah bertanggung jawab atas barang-barang yang ada di
gudang, mengetahui jumlah barang-barang yang ada di gudang; menyiapkan barang-
barang yang akan digunakan untuk proses produksi; bertanggung jawab kepada plan
manager; serta mencatat keluar masuknya barang dari gudang.
13. Bagian Kebersihan
Tugas bagian kebersihan adalah bertanggung jawab atas kebersihan lingkungan
pabrik; menyiapkan minum untuk para karyawan; serta bertanggung jawab atas ruang
dapur.
1.6. Ketenagakerjaan
Kesuksesan dan kelancaran suatu poses produksi sangat dipengaruhi oleh sumber
daya manusia yang memenuhi syarat baik dari segi kualitas, kuantitas, tanggung
jawab dan juga loyalitas. Menurut undang-undang RI No. 25 tahun 1997, tenaga kerja
adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan atau akan melakukan
pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam melaksanakan kegiatan
7
sehari-hari yang meliputi proses produksi maupun administrasi CV. Cita Nasional
didukung oleh tenaga kerja sejumlah 101 orang yang terdiri 95 karyawan dan 6
karyawati. Karyawan dan karyawati CV. Cita Nasional berasal dari daerah sekitar
perusahaan dan sebagian berasal dari daerah Jawa Barat, umumnya Bandung dengan
tingkat pendidikan yang bervariasi. Pengambilan dan penempatan karyawan
disesuaikan dengan kebutuhan dalam proses produksi. Posisi karyawan atau
karyawati beserta jumlah di tiap bagiannya di CV. Cita Nasional dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Jabatan dan Jumlah Karyawan CV. Cita Nasional.
No Jenis Pekerjaan Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
Plant Manager
Asisten Manager
Kepala QC dan R&D
Kepala Mekanik I
Kepala Mekanik II
Bagian Administrasi
Bagian Keuangan
Konsultan Produksi
Konsultan Mekanik
Asisten QC dan R&D
Operator QC dan R&D
Asisten Proses
Operator Proses
Asisten Pengemasan
Senior Pengemasan Cup
Operator Pengemasan Cup
Senior Pengemasan Minipack
Operator Pengemasan Minipack
Operator Krat dan Es
Kepala Gudang
Operator Gudang
Operator Mesin
Agrooservice
Kebersihan
Kepala Satpam
Satpam
Kepala Bengkel
Operator Bengkel
1
1
1
1
1
2
2
1
1
1
7
1
7
1
2
19
2
15
6
1
6
6
2
4
1
5
1
3
Jumlah 101
Sumber : Arsip CV. Cita Nasional, 2014.
8
1.6.1. Jam Kerja Karyawan
Sistem pembagian kerja yang digunakan di CV. Cita Nasional adalah sistem 2 “shift”
dengan 2 kelompok kerja, dimana masing-masing shift bekerja 15 hari kerja sebulan
dengan waktu istirahat ± 60 menit dari jam 12.00-13.00 WIB sehingga dengan begitu
setiap shift sehari kerja sehari tidak. Waktu kerja staf kantor yaitu hari senin samapi
hari jumat pukul 08.00-16.00 WIB. Namun untuk kepentingan pengecekan sebelum
produksi dimulai, karyawan bagian produksi dan laboratorium yang hari tersebut
bertugas, umumnya datang lebih awal yaitu pukul 06.00-17.00 WIB. Karyawan
bagian filling mulai bertugas pukul 07.00-17.00 WIB. Selain itu untuk memenuhi
pemesanan, proses produksi dapat berlangsung hingga pukul 17.00 WIB.
1.6.2. Sistem Pembagian Gaji
Pihak manajemen meliputi pimpinan maupun staf di CV. Cita Nasional, sedangkan
pekerja adalah orang yang terkait dengan hubungan kerja dengan pihak manajemen
dan menerima upah (gaji) dari perusahaan. Sistem pembagian gaji karyawan yaitu
sesuai dengan UMR (Upah Minimum Rakyat) yang ditetapkan oleh Departemen
Tenaga Kerja di wilayah Jawa Tengah dan upah lembur karyawan diberikan bagi
karyawan yang mempunyai waktu lebih.
1.6.3. Kesejahteraan Karyawan
Setiap karyawan CV. Cita Nasional didaftarkan menjadi peserta JAMSOSTEK.
Pemberian JAMSOSTEK bertujuan untuk melindungi keselamatan kerja para
karyawannya. Dengan pertimbangan dan kesepakatan yang diajukan oleh pihak
personalia maka muncul kesepakatan bahwa pemberian gaji kepada karyawan
mengalami peningkatan tiap tahunnya. Setiap 13 bulan sekali, karyawan CV. Cita
Nasional mendapatkan bonus. Menjelang perayaan hari-hari besar seperti Lebaran
para karawan mendapatkan bonus berupa Tunjangan Hari Raya (THR). Perusahaan
menyediakan mess bagi karyawan yang rumahnya jauh dari perusahaan. Selain itu
juga karyawan diberikan uang makan, uang transport, uang lembur, sarana
peribadatan, pakaian seragam dan perlengkapan kerja.
9
1.7. Sistem Pemasaran
Dalam hal memasarkan produk “Susu Segar Nasional”, CV. Cita Nasional bekerja
sama dengan CV. Cita Karsa Bersama sebagai pihak pemasaran yang berkantor pusat
di Jakarta. Wilayah pemasaran meliputi kota-kota seperti Surabaya, Yogyakarta,
Solo, Jakarta dan Semarang. Berdasarkan potensi pasar, maka wilayah pemasaran
dibagi menjadi beberapa wilayah antara lain :
1. Wilayah Jakarta : meliputi wilayah Bekasi, Depok, Bogor, Bandung dan Jakarta
dengan total share sebesar 70 %.
2. Wilayah Surabaya : meliputi wilayah Surabaya, sidoarjo, malang, Blitar,
Tulungagung, Kediri, Jombang, Mojokerto dan Lamongan dengan market share 15%.
3. Wilayah Yogya meliputi wilayah Solo, Yogya, Purwokweto, Purworejo,
Temanggung dam Magelang dengan total share 8 %.
4. Wilayah Semarang meliputi Semarang, Ungaran, Kendal, Pati, Pekalongan dan
Tegal dengan total share 7 %.
10
2. TATA PELAKSANAAN MAGANG
2.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek
Kerja praktek dilaksanakan pada tanggal 2 Februari 2015 sampai dengan 28 Februari
2015 di CV. Cita Nasional yang beralamat di Jl. Raya Salatiga – Kopeng Km. 5,
Sumogawe, Getasan, Salatiga, Semarang 50774, Jawa Tengah. Kerja praktek
dilaksanakan pada hari kerja yaitu hari senin sampai sabtu. Untuk hari senin sampai
jumat masuk pukul 08.00 WIB dan pulang pada pukul 16.00 WIB, sedangkan pada
hari sabtu masuk pada pukul 08.00 WIB dan pulang pada pukul 12.00 WIB.
2.2. Pelaksana
Nama : Lina Hastuti
NIM : 12.70.0022
Prodi : Teknologi Pangan
Fakultas : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang
2.3. Metode Pelaksanan Kerja Praktek
Dalam memperoleh data yang bersifat objektif maka digunakan suatu metode yang
bertujuan agar didapat data-data yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Metode
yang digunakan meliputi :
2.3.1. Terlibat langsung.
Yaitu dengan mempraktekkan secara langsung atau ikut serta didalam proses
pengujian kualitas bahan baku (susu segar) yang berguna untuk menambahkan
pengetahuan. Berdasarkan kerja praktek yang dilaksanakan di CV. Cita Nasional
prosentase penulis terlibat secara langsung pada proses pengujian susu segar sekitar
63%.
2.3.2. Studi pustaka.
Mencari dan mempelajari pustaka mengenai laporan-laporan milik mahasiswa dari
Universitas lain yang pernah kerja praktek di CV. Cita Nasional. Dan data-data yang
11
diperoleh berasal dari hasil pengujian secara langsung dan dari dokumen CV. Cita
Nasional. Berdasarkan kerja praktek yang dilaksanakan di CV. Cita Nasional
prosentase penulis mencari dan mempelajari pustaka mengenai laporan-laporan milik
mahasiswa dari berbagai Universitas sekitar 4%.
2.3.3. Wawancara.
Data yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan evaluasi yang dilaksanakan
pada hari sabtu dengan Kepala QC dan R&D CV. Cita Nasional dan juga diperoleh
dari wawancara dengan Asisten Supervisor Proses Produksi, Asisten Supervisor
Pengemasan, serta petugas yang ada dibagian laboratorium QC yang bertugas
menguji kualitas bahan baku (susu segar) dan produk jadi. Berdasarkan kerja praktek
yang dilaksanakan di CV. Cita Nasional prosentase penulis melakukan wawancara
pada pembimbing lapangan (evaluasi) dan juga karyawan sekitar 18%.
2.3.4. Observasi.
Observasi dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan dan pengujian secara
langsung pada bahan baku yang digunakan untuk memperoleh data yang akurat
supaya susu segar dapat dilakukan pemrosesan lebih lanjut dan untuk menghindari
kegagalan selama proses produksi. Berdasarkan kerja praktek yang dilaksanakan di
CV. Cita Nasional prosentase penulis melakukan pengamatan dan pengujian secara
langsung pada bahan utama adalah sekitar 15%.
2.4. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kualitas susu segar dan bahan
tambahannya untuk menghindari terjadinya kerugian adalah pipet ukur 10 ml, pipet
tetes, dispensette ukuran 1-10 ml, dispensette ukuran 2,5-25 ml, dispensette ukuran 2
ml, tabung reaksi, tabung reaksi dan tutup steril, gelas beker, gelas ukur 1000 ml,
erlenmeyer, petridish, cawan logam, plastic cup/gelas plastik, termometer, timbangan
analitik, kompor gas, kertas saring, corong kaca, pH meter digital, laktodensimeter
Funke Gerber, moisture analyzer, Funke Gerber butyrometer, Funke Gurber
centrifuge, pipet gondok Funke Gurber, kit uji antibiotik merk MILK DOCTOR
12
BETA, magnetic stirrer, waterbath, inkubator, refraktometer, lemari pendingin
(dengan suhu 5-60C), dan sendok.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah susu segar dari KUD, alkohol 73%, asam
sulfat (H2SO4) 91%, asam sulfat (H2SO4) pekat, Amyl alcohol, Rosolic acid 1%,
Ammonium molibdate, asam klorida (HCl) 3%, asam klorida (HCl) pekat, resorsinol,
methylen blue, Hac (asam asetat glacial), lugol, Ammonium vanadate, FeCl3, gula
pasir, susu skim bubuk, susu bubuk, flavouring agent, pewarna, pektin, CMC, asam
sitrat, asam laktat, coklat powder, dan air.
2.5. Metode Pengujian
Bahan yang digunakan untuk membuat susu pasteurisasi dan homogenasi meliputi
bahan baku dan bahan tambahan. Bahan baku utamanya adalah susu segar, sedangkan
bahan tambahan yang digunakan adalah gula pasir, susu skim bubuk, susu bubuk,
flavouring agent (perisa), pewarna, pektin, CMC, asam sitrat, asam laktat, dan bubuk
coklat. Metode yang dilakukan untuk menguji bahan-bahan tersebut adalah sebagai
berikut :
2.5.1. Bahan Baku Utama (susu segar)
Metode pengujian untuk bahan baku utamanya adalah :
a. Uji Organoleptik.
Susu segar diminum (hingga ditelan) atau hanya dicicipi dan merasakan rasa susu
tersebut, dibau dan diperhatikan warnanya. Juga diamati ada atau tidaknya dan
banyak atau sedikitnya kotoran pada susu segar. Hasilnya dicatat.
b. Pengukuran Suhu.
Susu segar dari dalam tangki susu yang baru datang dari KUD diambil sampai
memenuhi literan atau ± 2,5 liter. Kemudian termometer dicelupkan kedalam wadah
tersebut dan ditunggu hingga suhu pada termometer tersebut konstan. Hasilnya
dicatat.
13
c. Pengukuran Derajat Keasaman (pH).
Susu segar dari dalam tangki susu yang baru datang dari KUD diambil sampai
memenuhi literan atau ± 2,5 liter. Kemudian pH meter digital dicelupkan kedalam
wadah tersebut, diaduk-aduk sebentar dan ditunggu hingga angka pada pH meter
digital tersebut konstan. Hasilnya dicatat.
d. Uji Alkohol.
Alkohol 73% diambil sebanyak 2 ml dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
Kemudian ditambahkan dengan 2 ml susu segar, mulut tabung reaksi ditutup dengan
ibu jari dan tabung reaksi tersebut dikocok dengan membolak-balikkan tabung reaksi
tersebut secara perlahan-lahan. Setelah itu larutan tersebut diamati dan diterawang
dengan bantuan cahaya. Apabila terdapat adanya gumpalan atau pecahan susu berarti
susu positif mengandung alkohol.
e. Uji Berat Jenis.
Susu segar dimasukkan kedalam gelas ukur 1000 ml (1 liter) hingga penuh
(permukaan susu rata dengan bibir gelas ukur). Buih yang terbentuk dibuang
kemudian laktodensimeter dicelupkan sambil diputar kedalam gelas ukur tersebut dan
ditunggu hingga laktodensimeter tersebut muncul ke permukaan dan dalam keadaan
diam & stabil. Suhu dan berat jenis yang terbaca pada skala laktodensimeter dicatat.
Kemudian berat jenis susu dihitung dengan menggunakan rumus :
Berat jenis susu = Berat jenis yang tertera – {0,0002 x (20 - suhu yang tertera)}
f. Uji Total Solid (TS).
Pertama-tama moisture analyzer dinyalakan terlebih dahulu kemudian petridish atau
cawan logam yang sudah bersih dan kering diletakkan didalam moisture analyzer.
Susu segar diambil dengan menggunakan pipet ukur dan diteteskan pada petridish
atau cawan logam tersebut hingga pada layar moisture analyzer muncul angka 5
gram. Moisture analyzer ditutup dan tombol start ditekan. Ditunggu selama 30 menit,
14
setelah itu kadar air teruapkan (%) yang ditunjukkan pada layar moisture analyzer
dicatat dan dilakukan perhitungan Total Solid dengan rumus :
Total Solid (%) = 100% - kadar air susu yang teruapkan (%)
g. Uji Kadar Lemak (Fat).
Pertama-tama dilakukan pengenceran H2SO4 97% menjadi 91% dengan cara setiap 1
liter H2SO4 ditambahkan aquades dengan tepat sebanyak 55 ml. Selanjutnya diambil
10 ml H2SO4 91% dan dimasukkan kedalam butirometer. Kemudian ditambahkan
susu segar yang dipipet menggunakan pipet gondok (standar Funce Gerber) dan
dimasukkan kedalam butirometer. Dan juga ditambahkan dengan Amyl alcohol
sebanyak 1 ml. Lalu butirometer tersebut ditutup serapat mungkin dan dikocok.
Setelah itu, dimasukkan kedalam centrifuge (pemutar) dan disentrifuge selama 5
menit dengan kecepatan 1200 rpm. Setelah proses sentrifugasi selesai butirometer
diambil dan skala lapisan yang berwarna lebih terang yang dihasilkan dibaca (dari
miniskus dasar hingga ujung) dan dicatat. Hasil kadar lemak ditunjukkan oleh lapisan
yang berwarna lebih terang tersebut.
h. Pengukuran Solid non-fat (SNF).
Kadar padatan non-lemak dihitung dengan pengurangan antara total solid (%) dan
kadar lemak yang tadi sudah diuji. Rumus perhitungan SNF adalah :
SNF (%) = total solid (%) – fat (%)
i. Uji Methylene Blue Reduction Test (MBRT).
Pertama-tama susu segar dipipet sebanyak 10 ml dan dimasukkan kedalam tabung
reaksi steril dan ditutup rapat. Kemudian ditambahkan dengan 1 ml larutan methylen
blue, ditutup dan tabung tersebut dibolak-balik perlahan-lahan sampai susu berwarna
biru merata. Lalu dimasukkan ke dalam penangas air yang bersuhu 37-380C selama
15 menit. Setelah itu diangkat dan dipindahkan kedalam inkubator suhu 37-380C.
Setiap 15 menit diamati sampai warna biru hilang sama sekali. Perubahan warna
15
tersebut dicatat pada menit keberapa. Ketentuan penerimaan atau penolakan dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Ketentuan Penerimaan atau Penolakan Susu Segar Berdasarkan Uji MBRT.
No. Waktu Total Bakteri Kesimpulan
1. > 8 jam < 500 rb/ml Terima
2. 4 – 6 jam 2 – 4 jt/ml Terima
3. 2 – 4 jam 4 – 6 jt/ml Terima
4. 1 - 2 jam 6 – 8 jt/ml Tolak
5. < 1 jam > 8 jt/ml Tolak Sumber : Dept. R&D dan QC CV. Cita Nasional, 2013.
j. Uji Penambahan Gula/Glukosa (Uji Pemalsuan).
Pertama-tama susu segar diambil sebanyak 10 ml kemudian dicampur baik-baik
dengan 0,5 gr Ammonium molibdate dan 10 ml larutan HCL 3% dalam tabung reaksi
besar. Setelah itu tabung reaksi tersebut ditempatkan dalam penangas air yang
bersuhu 800C. Dan perubahan yang terjadi diamati. Apabila tidak ada perubahan
warna berarti hasilnya susu masih dalam kondisi yang baik dan apabila berwarna biru
berarti susu tersebut positif adanya penambahan gula.
k. Uji Penambahan Pati/Tepung (Uji Pemalsuan).
Pertama-tama 10 ml sampel susu segar dimasukkan kedalam erlenmeyer dan
ditambahkan dengan 0,5 ml Hac (Asam asetat glacial). Kemudian erlenmeyer
tersebut dipanaskan diatas kompor, setelah itu larutan tersebut disaring dengan kertas
saring yang sudah diletakkan didalam corong kaca dan filtratnya ditampung dalam
erlenmeyer yang lain. Lalu filtrat tersebut ditetesi dengan 4 tetes lugol dan diamati
warna yang terjadi. Apabila menghasilkan warna biru berarti susu segar tersebut
positif adanya penambahan pati (amylopectin).
l. Uji Penambahan Lemak Nabati (Uji Pemalsuan).
Pertama-tama 0,1 gr resorsinol dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan 25 ml sampel susu segar dan 2,5 ml HCl pekat. Campuran tersebut
16
dipanaskan sampai mendidih sambil terus diaduk. Setelah itu diangkat dan ditunggu
selama 5 menit. Lalu diamati terbentuknya warna merah jambu. Terbentuknya warna
merah jambu menunjukkan hasil positif penambahan lemak nabati.
m. Uji Penambahan Karbonat (Uji Pemalsuan).
Pertama-tama 2 ml susu segar dimasukkan kedalam tabung reaksi. Kemudian
ditambahkan dengan alkohol 73% sebanyak 2 ml dan ditambahkan dengan Rosolic
acid 1 % (Pembuatan Rosolic acid 1% yaitu 1 gr Rosolic acid dicampurkan kedalam
100 ml alkohol 70%) sebanyak 2 tetes. Lalu dicampur dengan baik-baik. Dan diamati
perubahan warnanya. Apabila timbul warna merah berarti susu positif ditambah
dengan karbonat.
n. Uji Penambahan Antibiotik (Uji Pemalsuan-Insidental).
Pengujian ini dilakukan dengan bantuan kit bermerk Milk Doctor Beta. Pertama-tama
susu segar diambil dengan menggunakan pipet tetes dari kit hingga garis yang sudah
ditentukan, lalu diteteskan seluruhnya kedalam gelas plastik dari kit. Langkah
tersebut dilakukan sebanyak dua kali. Kemudian gelas plastik digoncangkan secara
perlahan sampai sampel menyebar pada bagian dasar gelas plastik. Setelah itu strip
pengujian dicelupkan pada sample didalam gelas plastik (Gambar 1) dan hasilnya
ditunggu beberapa saat. Hasil dikatakan negatif apabila pada pada strip pengujian
muncul 3 garis berwarna merah muda dapat dilihat pada Gambar 2, yang berarti susu
tersebut diterima karena memiliki hasil negatif pada pengujian antibiotik. Apabila
garis yang muncul kurang dari 3 maka susu tersebut positif mengandung antibiotik
dapat dilihat pada Gambar 3, yang berarti susu tersebut ditolak karena positif
mengandung antibiotic.
Gambar 1. Posisi strip pengujian yang benar dan yang salah.
17
Negatif (tidak
mengandung
antibiotik).
Gambar 2. Testpack dengan 3 garis menandakan hasil negatif (tidak mengandung
antibiotik).
Positif
(mengandung
antibiotik).
Gambar 3. Testpack dengan 2 garis menandakan hasil positif (mengandung
antibiotik).
o. Uji Penambahan Peroksida (Uji Pemalsuan-Insidental).
Pertama-tama 10 ml susu segar dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan
dengan Ammonium vanadate sebanyak 10 tetes. Lalu dicampur dengan baik-baik.
Dan diamati timbulnya warna merah atau kemerahan. Apabila terbentuk warna merah
atau kemerahan berarti susu positif ditambah dengan peroksida.
p. Uji Penambahan Formalin (Uji Pemalsuan-Insidental).
Pertama-tama 5 ml susu segar dimasukkan kedalam tabung reaksi. Kemudian
ditambahkan dengan FeCl3 sebanyak 5 ml dan ditambahkan dengan H2SO4 sebanyak
5 ml. Lalu dicampur dengan baik-baik. Dan diamati timbulnya cincin warna hijau
muda di tengah-tengah. Apabila terbentuk cincin warna hijau muda berarti susu
positif ditambah dengan formalin.
18
2.5.2. Bahan Tambahan
Metode pengujian untuk bahan tambahannya adalah :
a. Pengujian untuk Gula Pasir.
Pertama-tama pembuatan larutan gula dan air dengan perbandingan 1:1 (gula pasir
100 gram dilarutkan dalam 100 ml air yang bersuhu 600C, diaduk hingga larut)
didalam erlenmeyer kemudian larutan tersebut diaduk dengan magnetic strirrer
dengan speed level 9 dan heat level 3 (x 400C). Setelah itu dilakukan pengujian kadar
gula, pengendapan, kekentalan, serta uji organoleptik (warna, aroma, rasa, serta ada
atau tidak adanya kotoran).
Kadar gula diuji dengan menggunakan alat refraktometer. Mula-mula bagian sensor
refraktometer dibersihkan dengan kain lap atau dibilas dengan air dan kemudian
dikeringkan dengan kain lap. Selanjutnya larutan gula diteteskan pada bagian sensor
refraktometer hingga menutupi permukaan sensor, kemudian sensor tersebut ditutup
dengan penutupnya. Kadar gula dapat dilihat pada lensa yang terletak dibagian
belakang refrektometer. Angka yang ditunjukan oleh garis batas biru adalah kadar
gula dalam satuan persen.
Untuk uji kekentalan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut; pertama-tama
larutan gula tersebut diaduk-aduk, kemudian dilihat dan dirasakan kekentalannya.
Sedangkan untuk uji ada atau tidak adanya pengendapan dilakukan dengan cara
menyimpan larutan gula pada bekerglass dalam kulkas yang bersuhu 40C selama 12
jam. Setelah itu diamati ada atau tidak adanya pengendapan tersebut. Dan untuk uji
organoleptik pengujiannya sama dengan uji organoleptik pada susu segar yaitu
larutan gula diminum (hingga ditelan) sedikit atau hanya dirasakan dilidah saja, dibau
dan diperhatikan warnanya. Setelah seluruh pengujian dilakukan maka gula pasir siap
diuji cobakan pada produknya dan dilakukan uji organoleptik oleh panelis.
19
b. Pengujian Susu Bubuk.
Pertama-tama pembuatan larutan susu bubuk dan air dengan perbandingan 1:10 (susu
bubuk 10 gram dilarutkan dalam 100 ml air yang bersuhu 600C, diaduk hingga larut)
didalam bekerglass. Setelah itu dilakukan pengujian total padatan, kadar lemak,
pengendapan, serta uji organoleptik (warna, aroma, rasa).
Untuk uji organoleptik pengujiannya sama dengan uji organoleptik pada susu segar
yaitu larutan susu bubuk diminum (hingga ditelan) sedikit atau hanya dirasakan
dilidah saja, dibau dan diperhatikan warnanya. Untuk uji total padatan susu bubuk
pengujiannya sama dengan uji total padatan susu segar yaitu moisture analyzer
dinyalakan terlebih dahulu kemudian petridish atau cawan logam yang sudah bersih
dan kering diletakkan didalam moisture analyzer. Larutan susu bubuk diambil dengan
menggunakan pipet ukur dan diteteskan pada petridish atau cawan logam tersebut
hingga pada layar moisture analyzer muncul angka 5 gram. Moisture analyzer ditutup
dan tombol start ditekan. Ditunggu selama 30 menit, setelah itu kadar air teruapkan
(%) yang ditunjukkan pada layar moisture analyzer dicatat dan dilakukan perhitungan
Total Solid dengan rumus :
Total Solid (%) = 100% - kadar air susu yang teruapkan (%)
Untuk uji kadar lemak susu bubuk pengujiannya sama dengan uji kadar lemak susu
segar yaitu pertama-tama dilakukan pengenceran H2SO4 97% menjadi 91% dengan
cara setiap 1 liter H2SO4 ditambahkan aquades dengan tepat sebanyak 55 ml.
Selanjutnya diambil 10 ml H2SO4 91% dan dimasukkan kedalam butirometer.
Kemudian ditambahkan larutan susu bubuk yang dipipet menggunakan pipet gondok
(standar Funce Gerber) dan dimasukkan kedalam butirometer. Dan juga ditambahkan
dengan Amyl alcohol sebanyak 1 ml. Lalu butirometer tersebut ditutup serapat
mungkin dan dikocok. Setelah itu, dimasukkan kedalam centrifuge (pemutar) dan
disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 1200 rpm. Setelah proses sentrifugasi
selesai butirometer diambil dan skala lapisan yang berwarna lebih terang yang
20
dihasilkan dibaca (dari miniskus dasar hingga ujung) dan dicatat. Hasil kadar lemak
ditunjukkan oleh lapisan yang berwarna lebih terang tersebut.
Dan untuk ada atau tidak adanya pengendapan dapat dilakukan dengan cara yang
sama saat menguji ada atau tidak adanya pengendapan pada gula pasir yaitu
menyimpan larutan susu skim pada bekerglass dalam kulkas yang bersuhu 40C
selama 12 jam. Setelah itu diamati ada atau tidak adanya pengendapan tersebut.
Setelah seluruh pengujian dilakukan maka susu bubuk siap diuji cobakan pada
produknya dan dilakukan uji organoleptik oleh panelis.
c. Pengujian Flavouring Agent (Perisa).
Pengujian untuk perisa dilakukan dengan 2 cara, yang pertama pengujian perisa
secara organoleptik sebelum dan sesudah ditambahkan kedalam produk. Uji
organoleptik meliputi aroma dan kenampakannya sebelum ditambahkan kedalam
formula produknya. Pada umumnya kualitas perisa yang baik apabila memiliki aroma
yang sesuai dengan labelnya, penampakannya normal, berbentuk cair, agak jernih dan
tidak kotor. Perisa yang digunakan dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik
apabila saat perisa ditambahkan kedalam produk dapat menghasilkan produk dengan
aroma yang diinginkan. Pengujian untuk mengetahui kualitas perisa yang kedua
adalah dengan uji pH. Pengujian pH pada perisa dapat dilakukan dengan cara;
pertama-tama perisa diukur sebanyak 30 ml dan dituang ke bekerglass, kemudian pH
meter digital dicelupkan kedalam wadah tersebut, diaduk-aduk sebentar dan ditunggu
hingga angka pada pH meter digital tersebut konstan. Hasilnya dicatat.
d. Pengujian Pewarna.
Pengujian pada zat pewarna juga melalui uji organoleptik sama dengan pengujian
pada perisa yaitu uji organoleptik sebelum dan sesudah ditambahkan kedalam produk.
Uji organoleptik meliputi uji warna yang dihasilkan dan kenampakannya sebelum
ditambahkan kedalam formula produknya. Pada umumna kualitas pewarna yang baik
adalah memiliki warna yang sesuai dengan labelnya, penampakannya normal,
21
berbentuk bubuk yang halus dan tidak menggumpal. Pewarna yang digunakan dapat
dikatakan memiliki kualitas yang baik apabila saat pewarna ditambahkan kedalam
produk dapat menghasilkan produk dengan warna yang diinginkan.
e. Pengujian Pektin.
Pengujian pada pektin dilakukan dengn cara; pertama-tama gula pasir ditimbang
sebanyak 36 gram dan pektin ditimbang sebanyak 1,25 gram, kemudain kedua bahan
tersebut dicampur hingga rata. Lalu air dengan suhu 600C diukur sebanyak 500 ml
dan dituang kedalam bekerglass. Campuran gula dan pektin dituang kedalam air
tersebut sedikit demi sedikit sambil diaduk, dilihat dan dirasakan kekentalannya.
Selain pengujian diatas pektin juga diuji ada atau tidak adanya pengendapan dan
kekentalannya. Cara pengujian ada atau tidak adanya pengendapan sama dengan
pengujian ada atau tidak adanya pengendapan pada gula pasir, yaitu dengan
menyimpan larutan pektin tersebut pada bekerglass dalam kulkas yang bersuhu 40C
selama 12 jam. Setelah itu diamati ada atau tidak adanya pengendapan. Sedangkan
cara pengujian kekentalan juga sama seperti pengujian kekentalan pada gula pasir
yaitu dengan cara membuat larutan pektin dan diaduk-aduk, kemudian dilihat dan
dirasakan kekentalannya. Setelah seluruh pengujian dilakukan maka pektin siap diuji
cobakan pada produknya dan dilakukan uji organoleptik oleh panelis.
f. Pengujian Carboxy Methyl Cellulose (CMC)
Pertama-tama pembuatan larutan CMC yaitu dengan cara menimbang gula pasir
sebanyak 23,7 gram dan CMC sebanyak 0,5 gram, kemudian kedua campuran
tersebut diaduk hingga rata. Lalu air dengan suhu 600C diukur sebanyak 500 ml dan
dituang kedalam bekerglass. Campuran gula dan CMC dituang kedalam air tersebut
sedikit demi sedikit sambil diaduk, dilihat dan dirasakan kekentalannya.
Selain pengujian diatas CMC juga diuji ada atau tidak adanya pengendapan dan
kekentalannya. Cara pengujian ada atau tidak adanya pengendapan sama dengan
pengujian ada atau tidak adanya pengendapan pada gula pasir, yaitu dengan
22
menyimpan larutan CMC tersebut pada bekerglass dalam kulkas yang bersuhu 40C
selama 12 jam. Setelah itu diamati ada atau tidak adanya pengendapan. Sedangkan
cara pengujian kekentalan juga sama seperti pengujian kekentalan pada gula pasir
yaitu dengan cara membuat larutan CMC dan diaduk-aduk, kemudian dilihat dan
dirasakan kekentalannya. Setelah seluruh pengujian dilakukan maka CMC siap diuji
cobakan pada produknya dan dilakukan uji organoleptik oleh panelis.
g. Pengujian Bubuk Coklat.
Beberapa pengujian untuk menentukan kualitas pada bubuk coklat adalah uji
organoleptik yang meliputi warna, aroma rasa dan kenampakannya, kemudian ada uji
pengendapannya, pengujian pada total padatannya dan kadar lemak pada bubuk
coklat. Pada pengujian organoleptik, pada umumnya kualitas bubuk coklat yang baik
berwarna coklat tua, memiliki aroma khas coklat, rasa normal (tidak terlalu pahit)
serta kenampakan bubuknya halus dan tidak menggumpal. Bubuk coklat yang
digunakan dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik apabila saat ditambahkan
kedalam formula menyebabkan produk memiliki warna, aroma, rasa yang
baik/normal, beraroma coklat, tidak menimbulkan rasa yang menyimpang dan sesuai
dengan rasa yang diinginkan.
Untuk pengujian yang selanjutnya perlu tahapan pembuatan larutan bubuk coklat
terlebih dahulu. Pertama-tama bubuk coklat ditimbang sebanyak 1,5 gram dan
dilarutkan dalam 300 ml air yang bersuhu 600C dengan menggunakan bekerglass.
Pada pengujian ada atau tidak adanya pengendapan di bubuk coklat sama seperti
pengujian ada atau tidaknya pengendapan pada gula pasir, yaitu dengan cara
menyimpan larutan bubuk coklat pada bekerglass dalam kulkas yang bersuhu 40C
selama 12 jam. Setelah itu diamati ada atau tidak adanya pengendapan tersebut.
Untuk pengujian total padatan bubuk coklat sama seperti pengujian total padatan pasa
susu segar, yaitu moisture analyzer dinyalakan terlebih dahulu kemudian petridish
atau cawan logam yang sudah bersih dan kering diletakkan didalam moisture
23
analyzer. Larutan bubuk coklat diambil dengan menggunakan pipet ukur dan
diteteskan pada petridish atau cawan logam tersebut hingga pada layar moisture
analyzer muncul angka 5 gram. Moisture analyzer ditutup dan tombol start ditekan.
Ditunggu selama 30 menit, setelah itu kadar air teruapkan (%) yang ditunjukkan pada
layar moisture analyzer dicatat dan dilakukan perhitungan Total Solid dengan rumus :
Total Solid (%) = 100% - kadar air larutan bubuk coklat yang teruapkan (%)
Sedangkan untuk pengujian kadar lemak bubuk coklat juga sama seperti pengujian
kadar lemak pada susu segar, yaitu pertama-tama dilakukan pengenceran H2SO4 97%
menjadi 91% dengan cara setiap 1 liter H2SO4 ditambahkan aquades dengan tepat
sebanyak 55 ml. Selanjutnya diambil 10 ml H2SO4 91% dan dimasukkan kedalam
butirometer. Kemudian ditambahkan larutan bubuk coklat yang dipipet menggunakan
pipet gondok (standar Funce Gerber) dan dimasukkan kedalam butirometer. Dan juga
ditambahkan dengan Amyl alcohol sebanyak 1 ml. Lalu butirometer tersebut ditutup
serapat mungkin dan dikocok. Setelah itu, dimasukkan kedalam centrifuge (pemutar)
dan disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 1200 rpm. Setelah proses
sentrifugasi selesai butirometer diambil dan skala lapisan yang berwarna lebih terang
yang dihasilkan dibaca (dari miniskus dasar hingga ujung) dan dicatat. Hasil kadar
lemak ditunjukkan oleh lapisan yang berwarna lebih terang tersebut. Setelah seluruh
pengujian dilakukan maka bubuk coklat siap diuji cobakan pada produknya dan
dilakukan uji organoleptik oleh panelis.
h. Pengujian Asam Sitrat dan Asam Laktat.
Pengujian asam sitrat dan asam laktat adalah dengan uji pH. Pengujian pH sama
seperti pengujian pH pada susu segar, yaitu pertama-tama asam sitrat ataupun asam
laktat diukur sebanyak 30 ml dan dituang ke bekerglass, kemudian pH meter digital
dicelupkan kedalam wadah tersebut, diaduk-aduk sebentar dan ditunggu hingga
angka pada pH meter digital tersebut konstan. Hasilnya dicatat. Setelah selesai
peengujian pH dan hasilnya sesuai maka asam sitrat ataupun asam laktat siap diuji
cobakan pada produknya dan dilakukan uji organoleptik oleh panelis.
24
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Susu merupakan salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan untuk kesehatan
dan pertumbuhan manusia, karena susu mengandung nilai gizi berkualitas tinggi.
Hampir semua zat yang dibutuhkan manusia ada di dalamnya yaitu protein, lemak,
karbohidrat, mineral dan vitamin. Kandungan gizi pada susu dapat dilihat pada
Lampiran 5. Menurut Ressang & Nasution (1982 cit. Diastari & Kadek, 2013).
Semua zat-zat tersebut dapat dicerna dan diabsorbsi secara sempurna oleh tubuh.
Menurut Hadiwiyoto (1994 cit. Diastari & Kadek, 2013) susu adalah cairan berwarna
putih yang dihasilkan mamalia (hewan ternak) yang diperoleh dengan cara
pemerahan. Dihasilkan dari sekresi kelenjar ambing hewan, digunakan untuk
memenuhi kebutuhan gizi anak yang dilahirkan oleh hewan tersebut, namun demikian
manusia melihat adanya kemungkinan untuk memanfaatkan susu sebagai bahan
pangan yang dapat dikonsumsi oleh manusia berbagai usia (Idris, 1992 cit. Diastari &
Kadek, 2013). Seiring dengan peningkatan ekonomi yang ditunjang oleh kesadaran
masyarakat yang semakin meningkat khususnya di Indonesia, kebutuhan akan susu
pun semakin meningkat. Menurut keputusan Menteri Pertanian tentang petunjuk
teknis pengawasan dan pengujian kualitas susu, susu ternak sapi perah yang beredar
dipasaran antara lain meliputi susu segar, susu pasteurisasi dan susu Ultra High
Temperature (UHT).
Susu merupakan bahan makanan yang memiliki kualitas protein yang dibutuhkan
oleh tubuh, oleh karena itu masyarakat menjadikan susu sebagai bahan pangan yang
dapat diandalkan. Namun dalam kehidupan sehari-hari tidak semua orang Indonesia
meminum susu yang belum diolah. Hal ini karena tidak terbiasa mencium aroma susu
segar atau mentah, atau sama sekali tidak suka rasa susu segar atau mentah. Susu
hasil olahan sangat diminati oleh masyarakat umum, karena rasa dan baunya lebih
dapat diterima oleh masyarakat (Sudono et al, 2003). Agar masyarakat dapat dengan
mudah menerima hasil susu olahan tersebut, dan rasanya dapat disenangi, maka
penggunaan teknologi dalam memproduksinya akan sangat membantu. Dalam hal ini
25
termasuk mensosialisasikan susu ke masyarakat yang tidak suka dengan rasa atau bau
yang dimiliki oleh susu murni. Menurut Dirkeswan (1983 cit. Sutrisna et al, 2014)
susu merupakan alternatif untuk pemenuhan gizi segala umur karena susu adalah
makanan yang sempurna. Susu yang diperoleh dari hasil pemerahan dan belum
mendapat perlakuan disebut susu murni. Susu murni yang belum mengalami proses
pemanasan disebut susu segar. Proses yang akan dilalui susu murni menjadi susu
olahan harus sangat diperhatikan dengan baik, karena susu merupakan bahan higienis
yang bernilai gizi tinggi dan apabila berada di luar dalam jangka waktu yang lama
akan menjadikan kualitas susu menurun. Susu dapat tercemar oleh bakteri karena
susu mengandung bahan-bahan yang diperlukan bakteri untuk hidup seperti protein,
mineral, karbohidrat, lemak, dan vitamin dan apabila telah tercemar oleh bakteri
maka secara otomatis susunan serta keadaan susu tersebut dapat berubah (Saleh,
2004). Susu dimasyarakat dipakai sebagai bahan pangan untuk pemenuhan gizi,
sehingga jaminan atas kualitas susu harus lebih diperhatikan, seperti halnya dalam
proses pemerahan sapi sampai pengolahan susu yang pada akhirnya menjadi produk
siap konsumsi.
3.1.Bahan Baku dan Pengujiannya.
Bahan baku yang digunakan untuk produksi susu pasteurisasi dan homogenisasi CV.
Cita Nasional adalah susu segar yang diperoleh dari Koperasi Unit Desa (KUD)
Andini Luhur, Cepogo, Wahyu Agung, dan Sidodadi. Kapasitas susu murni dari
KUD Andini sekitar 10.000 liter/hari, KUD Cepogo sekitar 4.000 liter/hari, KUD
Wahyu Agung sekitar 2.500 liter/hari, dan KUD Sidodadi sekitar 4.000 liter/hari.
Dengan demikian, kapasitas tersebut dapat mencukupi kebutuhan untuk produksi,
karena pada saat ini kebutuhan akan susu murni untuk produksi CV. Cita Nasional
membutuhkan total sekitar 20.000 liter/hari. Bahan baku susu segar yang didatangkan
dari KUD Andini, Cepogo, Wahyu Agung, dan Sidodadi terlebih dahulu diuji di
laboratorium CV. Cita Nasional. Pengujian susu dilakukan secara kimia dan fisik. Uji
kimia terhadap susu segar yang dilakukan antara lain uji akohol, uji lemak, pH, dan
total padatan pada susu. Hasil pengujian yang dilakukan oleh CV. Cita Nasional pada
26
susu segar yang dikirim KUD dapat dilihat pada Lampiran 4. Uji fisik yang dilakukan
pada bahan baku susu tersebut antara lain uji organoleptik (bau, rasa, dan warna),
suhu, serta berat jenis susu. Pengujian terhadap bahan baku susu bertujuan untuk
menjaga kualitas produk yang akan dihasilkan. Apabila bahan baku susu yang telah
diuji secara kimia dan fisik tidak memenuhi standar kualitas yang ditetapkan CV Cita
Nasional, maka susu segar tersebut akan ditolak. Pengujian-pengujian yang dilakukan
untuk menentukan kualitas susu segar akan dibahas satu per satu.
3.1.1. Uji Organoleptik
Sifat organoleptik merupakan sifat yang subyektif, tetapi merupakan sifat yang sangat
penting. Pengujian ini terdiri dari rasa, aroma, dan warna. Rasa dan aroma dapat
bersinergi membentuk citarasa. Citarasa susu sapi dipengaruhi beberapa faktor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi citarasa susu antara lain: penyerapan bau, bahan
pakan ternak, kondisi ternak, pengaruh sinar matahari, dan penambahan bahan asing.
Uji organoleptik merupakan cara untuk mengetahui mutu dari bahan pangan tersebut.
Pengujian ini menggunakan bantuan panca indera untuk mengetahui mutu bahan
tersebut. Standar mutu yang ditetapkan Dept. QC dan R&D untuk pengujian
organoleptik pada susu segar adalah sebagai berikut; untuk warna susu yang normal
adalah putih kekuningan, untuk rasa susu yang normal adalah gurih dan manis khas
susu, dan untuk aroma yang normal adalah memiliki aroma khas susu. Sandar mutu
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
Penampakan warna susu yang normal yaitu putih kekuningan. Warna putih
disebabkan oleh refleksi sinar matahari dari butiran-butiran lemak, protein dan
garam-garam yang ada didalam susu. Sedangkan warna kekuningan disebabkan oleh
cerminan warna karoten susu. (Maheswari, 2004). Pengamatan dengan menggunakan
indra penciuman dilakukan dengan membau susu tersebut, apabila baunya normal
maka susu berkualitas baik. Bau khas tersebut ditimbulkan karena adanya asam-asam
lemak. Bau susu bisa berubah apabila ada pertumbuhan mikroba didalam susu (susu
jadi asam) atau bau lainnya (bukan bau susu) akibat senyawa bau ini diserap oleh
27
lemak susu (Lukman, 2009). Bau pakan dan kotoran didekat wadah susu juga mudah
mempengaruhi bau susu. Rasa manis dari susu diakibatkan karena kandungan
karbohidrat (laktosa) yang cukup tinggi.
3.1.2. Pengukuran Suhu
Pengukuran suhu susu segar bertujuan untuk mengetahui suhu susu segar, sehingga
kualitas susu tersebut dapat ditentukan. Susu dari KUD yang barusan datang langsung
diukur suhunya menggunakan termometer batang alkohol. Dept. QC dan R&D
mempunai syarat suhu maksimal 70C yang masih bisa diterima. Sandar mutu tersebut
dapat dilihat pada Tabel 4. Maka dapat disimpulkan apabila susu mempunyai suhu
kurang atau sama dengan 70C berarti susu tersebut mempunyai kualitas yang baik.
Sedangkan susu tersebut mempunai susu yang lebih besar dari 70C maka susu
tersebut memiliki kualitas yang rendah dan akan ditolak oleh perusahaan. Dept. QC
dan R&D menetapkan suhu 70C sebagai suhu maksimal karena suhu awal susu segar
sangat menentukan proses produksi, suhu akhir produk ang siap kemas, dan biaya
produksi. Apabila suhu susu dari KUD kurang dari 70C membutuhkan energy listrik
yang lebih besar untuk menurunkan suhu susu menjadi 40C (cooler). Pengunaan suhu
yang lebih besar akan membuat perusahaan mengeluarkan biaya yang lebih besar
juga, kejadian seperti ini dapat diminimalisasi jika ada pengujian terlebih dahulu
sebelum susu segar diolah.
3.1.3. Pengukuran Derajat Keasaman (pH)
Pengukuran kadar pH bertujuan untuk mengetahui pH dari susu segar. Hasil yang
diperoleh dari pengukuran pH setelah susu segar diletakkan dalam droplet dan diuji
kadar pHnya. Susu segar mempunyai sifat ampoter (dapat bersifat asam dan basa).
Hal tersebut akan merubah warna kertas lakmus biru menjadi merah dan sebaliknya
(kertas lakmus merah akan jadi biru) (Saleh, 2004). Sebagian besar asam yang ada
dalam susu adalah asam laktat. Keasaman dalam susu dapat disebabkan oleh
senyawa-senyawa yang bersifat asam seperti senawa pospat komplek, asam sitrat,
asam-asam amino dan karbondioksida yang larut dalam susu. Bila nilai pH susu lebih
28
rendah dari 6,6 maka susu segar tersebut mengalami kerusakan karena adanya
aktivitas bakteri yang memfermentasi susu seehingga rasanya menjadi asam.
Menurut Dept. QC dan R&D susu segar yang baik memiliki pH 6,6-6,8. Sandar mutu
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Apabila susu yang diterima memiliki pH yang
lebih dari itu maka akan ditolak. Standar mutu perlu ditetapkan karena jika susu
memiliki pH yang lebih rendah dari standar (asam) maka susu tersebut mengalami
kerusakan. Menurut Buckle dkk (2010) aktivitas bakteri dalam susu akan
menurunkan pH secara nyata. Menurunya pH susu menyebabkan protein susu seperti
kasein berada pada titik isoelektrinya sehingga protein tersebut mengalami
penggumpalan. Titik isoelektrik kasein pada pH 4,6. pH susu yang lebih besar dari
standar pH (basa) juga menandakan susu berkualitas rendah karena adanya
kecurangan ang dilakukan KUD dengan menambahkan air yang betujuan untuk
menambah volumenya. Penambahan air kedalam susu segar menyebabkan pH naik
menjadi 7 (normal). Selain penambahan volume susu menggunakan air, kenaikan pH
susu juga menjadi tanda adanya mastitis sapi karena penyakit mastitis ini akan
menyebabkan perubahan keseimbangan mineral dalam susu (Buckle dkk, 2010).
3.1.4. Uji Alkohol
Prinsip dasar pada uji alkohol merupakan kestabilan sifat koloidal protein susu
tergantung pada selubung atau mantel air yang menyelimuti butir-butir protein
terutama kasein. Menurut Sudarwanto (2005) susu yang positif pada uji alkohol ini
menandakan susu mulai masam, terdapat kolustrum dan kemungkinan ada penyakit
(mastitis). Uji alkohol bertujuan memeriksa dengan cepat derajat keasaman susu. Bila
alkohol (bersifat dehidrasi) dicampurkan dengan susu, maka akan terjadi koagulasi
protein sehingga pecahan-pecahan susu akan tampak. Semakin tinggi derajat asam
susu semakin berkurang jumlah alkohol, dengan kepekatan yang dibutuhkan (70%),
memecahkan susu yang sama banyaknya.
29
Uji alkohol di CV. Cita Nasional menggunakan alkohol 73% untuk mengetahui ada
atau tidak adanya kerusakan pada protein susu, apabila susu segar dari KUD yang
diuji hasilnya negatif maka susu tersebut diterima. Apabila susu tersebut hasilnya
positif pada uji alkohol maka susu tersebut sudah rusak dan ditolak. Sandar mutu
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Kerusakan susu segar biasanya disebabkan oleh
aktivitas bakteri, suhu penyimpanan yang tidak tepat dan adanya penambahan bahan
kimia tertentu. Bakteri yang selalu terdapat pada susu adalah bakteri penghasil asam
susu, terutama Streptococcus lactis. Bakteri ini terdapat dalam jumlah besar,
berkembangbiak dengan cepat dan mudah mengurai laktosa menjadi asam sehingga
susu cepat mengalami koagulasi karena protein susu menggumpal (Dwidjoseputro,
2003).
3.1.5. Uji Berat Jenis
Berat jenis susu dipengaruhi oleh padatan total dan padatan non lemak. Berat jenis
susu biasanya ditentukan dengan menggunakan lactometer atau laktodensimeter.
Prinsip kerjanya mengikuti hukum Archimedes “jika suatu benda dicelupkan ke
dalam cairan maka benda tersebut akan mendapatkan tekanan keatas sesuai dengan
berat volume cairan yang dipindahkan”. Jika susu segar mempunyai berat jenis yang
rendah maka laktodensimeter akan tenggelam dan berlaku sebaliknya jika susu segar
punya berat jenis yang tinggi maka laktodensimeter tidak akan tenggelam.
Laktodensimeter dimasukkan kedalam gelas ukur, diputar-putar sepanjang dinding
gelas ukur agar suhunya merata, dan dicatat berat jenis dan suhu dari susu tersebut.
Berat jenis susu segar yang ditetapkan oleh CV. Cita Nasional adalah minimal 1,0240
g/ml pada suhu 200C. Susu yang memiliki berat jenis dibawah itu akan ditolak
sedangkan berat jenis yang diatas itu akan diterima. Sandar mutu tersebut dapat
dilihat pada Tabel 4. Apabila susu segar mempunyai berat jenis yang lebih kecil dari
batas minimum tersebut maka akan ditolak, ketidaksesuaian tersebut disebabkan oleh
perubahan kondisi lemak dan adanya gas yang timbul didalam air susu atau bisa juga
karena susu sudah terlalu lama disimpan dalam freezer dan dibiarkan dalam keadaan
30
yang terbuka (tanpa penutup) sehingga uap air akan masuk ke susu. Berat jenis harus
ditetapkan 3 jam setelah air susu diperah. Batasan nilai berat jenis yang ditetapkan
perusahaan masih di bawah standar yang ditetapkan SNI yaitu minimal 1,0280 g/ml
pada suhu 27,50C dapat dilihat pada Lampiran 3. Hal ini terkait dengan kondisi
pemasok bahan baku dimana berat jenis susu segar yang diproduksi rata – rata tidak
mencapai nilai tersebut.Perhitungan rumus berat jenis adalah :
Berat jenis susu = Berat jenis yang tertera – {0,0002 x (20 - suhu yang tertera)}
Angka 20 merupakan variabel suhu penguran dari peraturan baku untuk penyamaan
suhu wilayah dan angka 0,0002 merupakan koefisien pemuaian susu setiiap satu
derajat Celcius (Rachmawan, 2001).
3.1.6. Uji Total Solid (TS)
Pengujian total solid bertujuan untuk mengetahui kadar total padatan yang terdapat
pada susu segar, sehingga kualitas dari susu segar tersebut dapat ditentukan.
Pengukuran total solid menggunakan alat moisture analyzer. Total padatan yang
ditetapkan CV. Cita Nasional adalah 10,8%, sehingga total padatan yang ada dibawah
itu akan ditolak dan yang lebih besar dari itu akan diterima. Sandar mutu tersebut
dapat dilihat pada Tabel 4. Apabila dilihat dari batas minimal total padatan, maka
batas maksimal kadar air yang ada pada susu segar hanya sebesar 89,2%. Standar
mutu yang ditetapkan untuk mengantisipasi adanya kecurangan KUD dengan
menambahkan air ke dalam susu untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Susu segar dengan total padatan minimal 10,8% diharapkan mengandung karbohidrat
(laktosa), lemak, protein, dan padatan lainnya yang cukup banyak sehingga dapat
mencerminkan susu segar yang memiliki kandingan gizi yang tinggi. Pada umumnya
susu sapi perah memiliki kandungan air sekitar 87,1%; laktosa 4,8%; lemak 3,9%;
protein 3,4%; abu (mineral) 0,72% serta bahan-bahan lain dalam jumalh kecil
(Buckle, 2010). Berdasarkan kandungan laktosa, lemak, protein, abu (mineral) dan
bahan-bahan lain yang merupakan padatan sehingga dapat disimpilkan bahwa total
padatan susu sapi perah adalah 12,9%.
31
3.1.7. Uji Kadar Lemak (Fat)
Lemak merupakan sumber utama yang ada didalam susu. Pada umumnya komposisi
susu sapi terdiri atas air dan bahan kering (lemak). Lemak susu merupakan komponen
yang sama pentingnya seperti protein. Lemak dapat memberikan energi yang lebih
besar daripada protein maupun karbohidrat. Pengujian kadar lemak dapat dilakukan
dengan metode Gerber dan menggunakan pereaksi asam sulfat 91-92 % serta amil
alkohol. Jenis pakan yang diberikan pada sapi juga berpengaruh terhadap tinggi
rendahnya kandungan lemak dalam susu yang dihasilkan.
Penambahan asam sulfat pekat berfungsi utuk merusak atau mendenaturasi kasein
dan protein susu lainnya sehingga protein tersebut tidak ikut terukur dalam pengujian
ini. Asam sulfat pekat akan mencairkan lemak yang terkandung dalam susu. Amil
alcohol berfungsi untuk melarutkan lemak yang terkandung dalam susu, sehingga
lemak dapat tercampur dan terpisahkan setelah proses sentrifugasi. Amil alcohol
memiliki sifat spesifik, ketika amil alcohol ditambahkan ke dalam campuran asam
sulfat pekat dan susu, amil alcohol tersebut dapat menurunkan tegangan permukaan
lemak, sehingga lemak dapat terangkat seluruhnya ke lapisan atas setelah proses
sentrifugasi dan akhirnya kadar lemak dalam sampel susu dapat diketahui (Weber
Scientific, 2008).
Kadar lemak yang ditetapkan oleh CV. Cita Nasional adalah 3,35% susu segar yang
memiliki kadar lemak diatas itu akan diterima dan sebaliknya apabila susu memiliki
kadar lemak yang dibawah ketentuan akan ditolak. Sandar mutu tersebut dapat dilihat
pada Tabel 4. Penetapan kadar lemak susu segar masih ada hubungannya dengan
berat jenis dan total padatan, apabila susu memiliki berat jenis yang lebih dari 1,0240
g/ml pasti memiliki total padatan yang leih dari 10,8% dan kadar lemak yang lebih
besar dari 3,35%.
32
3.1.8. Pengukuran Solid non-fat (SNF)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar total padatan yang bukan lemak pada
susu, sehingga kualitas susu segar dapat ditentukan. Total padatan non lemak dapat
diketahui dengan cara mengurani total solid dan kadar lemaknya. Total padatan non
lemak yang ditentukan oleh CV. Cita Nasional adalah 7,5%. Apabila nilai total
padatan non lemak tidak memenuhi syarat pasti nilai dari pengujikan total solid dan
kadar lemak juga tidak memenuhi syarat dan otomatis susu tersebut akan ditolak.
Sandar mutu tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Sebaliknya, apabila nilai SNF
memenuhi (diterima) maka nilai dari total solid dan kadar lemak pasti memenuhi juga
dan otomatis akan diterima. Padatan non lemak dalam susu yang terukur dalam
pengujian ini adalah padatan berupa laktosa, protein, vitamin, mineral dan padatan-
padatan lain.
Laktosa merupakan salah satu padatan yang termasuk golongan karbihidrat dalam
susu segar. Secara kimia, laktosa merupakan disakarida yang terdiri dari satu
monosakarida glukosa adan monosakarida galaktosa. Laktosa merupakan gula
pereduksi yang terdapat pada susu dalam dua bentuk, yaitu α-laktosa hidrat dan β-
laktosa hidrat. Kelarutan laktosa pada suhu kamar adalah sekitar 20% dan laktosa
sangat mudah larut dalam air, serta dapat terhidrolisis oleh asam dan enzim laktase.
Laktosa dalam susu sangat mudah difermentasikan menjadi asam laktat oleh bakteri
asam laktat (Nurwantoro dan Mulyani, 2003). Susu juga mengandung padatan berupa
protein, protein pada susu adalah kasein (sekitar 80%), laktalbumin (sekitar 18%),
laktoglobulin (0,05-0,07%), fibrin dan protein yang larut alcohol. Padatan lain disusu
adalah vitamin dan mineral, susu mengandung vitamin A, vitamin B1, B2, B6, vitamin
C, vitamin D, vitamin E, vitamin K dan asam pantotenat. Susu mengandung mineral
kalsium, kalium, klorin, fosfor, natrium, magnesium, sulfur dan beberapa mineral
dalam jumlah kecil seperti zink, ferum, kobalt dan lain-lain (Nurwantoro & Mulyani,
2003).
33
3.1.9. Uji Methylene Blue Reduction Test (MBRT)
Prinsip dari uji reduktase adalah kerja enzim reduktase dalam mereduksi zat warna
biru dari methylene blue menjadi larutan berwarna putih jernih. Pengujian MBRT
bertujuan untuk mengidentifikasi adanya mikroba didalam susu, sehingga kualitas
susu dapat ditentukan. Mikroba yang ada pada susu akan menghasilkan enzim
reduktase yang dapat mereduksi warna biru dari methylene blue menjadi tak berwarna
(bening), pada saat susu diberikan methylene blue maka susu tersebut berwarna biru
dan akan berubah warna pada saat terdapat mikroba dalam susu. Semakin banyak
mikroba berarti semakin banyak pula enzim reduktase yang dapat mereduksi warna
biru.
Standar mutu yang ditetapkan CV. Cita Nasional adalah perubahan warna biru hilang
minimal saat 2 jam inkubasi. Artinya apabila warna biru hilang sebelum 2 jam
inkubasi berarti susu tersebut tidak memenuhi pengujian yang berarti susu tersebut
ditolak. Dan berlaku sebaliknya apabila warna biru hilang setelah 2 jam inkubasi atau
selama 2 jam inkubasi warna birunya masih ada berarti susu tersebut memenuhi
pengujian yang berarti susu tersebut diterima. Sandar mutu tersebut dapat dilihat pada
Tabel 4. Standar mutu yang ditetapkan oleh CV. Cita Nasional merupakan jalan
tengah bagi perusahaan dan KUD. Bagi pihak perusahaan, susu segar yang masih
memuhi standar mutu memiliki kualitas mikrobiologi yang masih bagus dan biasanya
masih berada pada kondisi yang baik dan layak sebagai bahan baku untuk produksi
sementara bagi pihak KUD merasa tidak terlalu sulit untuk menjual susu kepada CV.
Cita Nasional. Apabila perusahaan menaikan standar mutunya maka akan membuat
hasil olahannya bermutu baik pula namun kelemahannya adalah stock susu yang
diterima oleh perusahaan akan lebih sedikit, karena sebagian besar susu dari KUD
tidak memenuhi persyaratan karena banyak kecurangan disitu.
3.1.10. Uji Penambahan Glukosa
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah susu segar mengalami penambahan
glukosa secara sengaja. Pengujian dilakukan setiap kali saat adanya susu segar yang
34
datang ke CV. Cita Nasional, terutama untuk susu segar yang memiliki berat jenis
dan total padatan yang tinggi. Susu yang memiliki hasil negatif pada pengujian ini
akan diterima sedangkan susu yang memiliki hasil positif pada pengujian ini akan
ditolak. Sandar mutu tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Penambahan glukosa
merupakan suatu tindakan pemalsuan dengan tujuan untuk meningkatkan berat jenis
dan total padatan susu segar. Sehingga setelah pengujian maka susu diterima karena
hasil pengujian total padatan dan berat jenis memenuhi persyaratan dan harga susu
tersebut akan semakin mahal karena hasil pengujiannya tinggi.
3.1.11. Uji Penambahan Pati/Tepung
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah susu segar mengalami penambahan
pati/tepung secara sengaja. Pengujian juga dilakukan setiap kali saat adanya susu
segar yang datang ke CV. Cita Nasional, terutama untuk susu segar yang memiliki
berat jenis dan total padatan yang tinggi pula. Susu yang memiliki hasil negatif pada
pengujian ini akan diterima sedangkan susu yang memiliki hasil positif pada
pengujian ini akan ditolak. Sandar mutu tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
Penambahan pati merupakan suatu tindakan pemalsuan dengan tujuan untuk
meningkatkan berat jenis dan total padatan susu segar. Sehingga setelah pengujian
maka susu diterima karena hasil pengujian total padatan dan berat jenis memenuhi
persyaratan. KUD menggunakan tepung/pati sebagai bahan untuk menambah berat
jenis dan total padatan karena pati/tepung merupakan bahan yang murah dan mudah
didapat.
3.1.12. Uji Penambahan Lemak Nabati
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah susu segar mengalami penambahan
lemak nabati secara sengaja. Pengujian juga dilakukan setiap kali saat adanya susu
segar yang datang ke CV. Cita Nasional, terutama untuk susu segar yang memiliki
kadar lemak yang tinggi namun berat jenis dan total padatannya minimal. Susu yang
memiliki hasil negatif pada pengujian ini akan diterima sedangkan susu yang
memiliki hasil positif pada pengujian ini akan ditolak. Sandar mutu tersebut dapat
35
dilihat pada Tabel 4. Penambahan lemak nabati merupakan suatu tindakan pemalsuan
dengan tujuan untuk meningkatkan kadar lemak susu segar. Sehingga setelah
ditambahkannya lemak nabati ke susu tersebut maka susu akan memenuhi
persyaratan dan secara otomatis harga beli akan semakin tinggi. Apabila susu segar
yang telah ditambah dengan lemak nabati bila tetap diproses akan menghasilkan
produk yang berkualitas rendah atau merusak produk karena produk yang dihasilkan
akan menjadi tengik.
3.1.13. Uji Penambahan Karbonat
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah susu ditambah dengna karbonat
dengan sengaja. Pengujian juga dilakukan setiap kali saat adanya susu segar yang
datang ke CV. Cita Nasional, terutama untuk susu segar yang rasanya sedikit asin
dibanding rasa normalnya, karena karbonat merupakan garam yang ditambahkan ke
susu akan mengingkatkan rasa asin. Susu yang memiliki hasil positif pada pengujian
ini dengan batasan maksimal +3 akan diterima, sedangkan susu yang melebihi batas
maksimal (+4) akan ditolak. Hasil positif dapat dikategorikan menjadi 4 kategori
banyaknya penambahan karbonat, yaitu :
+1 warna yang ditimbulkan adalah putih kemerahan yang berarti adanya penambahan
karbonat dalam jumlah yang sangat sedikit kesimpulan diterima.
+2 warna yang ditimbulkan adalah merah keputihan yang berarti adanya penambahan
karbonat dalam jumlah yang sedikit kesimpulan diterima.
+3 warna yang ditimbulkan adalah merah yang berarti adanya penambahan karbonat
dalam jumlah sedang kesimpulan diterima.
+4 warna yang ditimbulkan adalah merah tua yang berarti adaya penambahan
karbonat dalam jumlah yang banyak kesimpulan ditolak.
Perusahaan memberi toleransi karena sebagian besar KUD di Jawa Tengah
menambahkan karbonat ke dalam susu segar. Biasanya KUD memerah susu sapi
disore hari yang berarti susu tidak dapat disetorkan langsung ke perusahaan dan
mengharuskan untuk disimpan terlebih dahulu di KUD. Apabila proses
36
penyimpanannya salah atau tidak tepat maka akan menurunkan kualitas susu tersebut.
Penggunaan karbonat (bersifat basa) akan menutupi rasa asam yang ditimbulkan
karena adanya fermentasi dari bakteri yang akan mengurai laktosa susu menjadi asam
laktat. Penambahan sampai +3 masih diterima oleh perusahaan karena penambahan
karbonat di Jawa Tengah sulit dihindari. Apabila penambahan sampai +4 akan ditolak
karena akan mempengaruhi rasa produk akhirnya. Pemalsuan dengan penambahan
karbonat lebih sering daripada penambahan peroksida. Sandar mutu yang ditetapkan
oleh CV. Cita Nasional dapat dilihat pada Tabel 4.
3.1.14. Uji Penambahan Antibiotik
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah susu segar mengandung antibiotic.
Pengujian ini dilakukan secara insidental (hanya diujikan pada susu segar yang waktu
MBRT nya lama ± 8 jam). Keberadaan antibiotik didalam susu segar disebabkan oleh
2 hal, yang pertama antibiotik memang sengaja ditambahkan dan yang kedua
antibiotik dicampur pada pakan sapi. Pengujian juga dilakukan setiap kali saat adanya
susu segar yang datang ke CV. Cita Nasional. Pengujian ini dilakukan dengan
bantuan kit Milk Doctor Beta, kit ini mendeteksi antibiotik dengan cepat, mudah,
praktis dan akurat. Menurut Ar Brown (2013) prinsip dasar uji antibiotik dengan kit
adalah competitive immunoassay. Dept. QC dan R&D CV. Cita Nasional memberi
toleransi terhadap penambahan antibiotik karena penambahan antibiotik pada susu
untuk wilayah Jawa Tengah memang sulit dihindari dan juga pemberiaan antibiotik
pada susu segar tidak akan mempengaruhi proses pembuatan maupun kualitas produk
jadi. Penambahan antibiotik juga bertujuan untuk mematikan dan mencegah
pertumbuhan bakteri pada susu, sehingga akan memperbaiki kualitas mikrobiologi
susu tersebut yang secara otomatis memenuhi standar perusaan dan akan dibeli
perusahaan. Sandar mutu yang ditetapkan oleh CV. Cita Nasional untuk pengujian
antibiotik dapat dilihat pada Tabel 4.
37
3.1.15. Uji Penambahan Peroksida
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah susu segar mengalami penambahan
peroksida secara sengaja, hanya diujikan pada susu segar yang dicurigai mengandung
peroksida, yaitu susu yang lolos dari uji penambahan karbonat tapi menimbulkan rasa
“cekit-cekit” dilidah sehingga tidak diuji setiap kali susu datang ke perusahaan. Susu
yang hasilnya negatif terhadap penambahan peroksida akan diterima namun apabila
susu tersebut positif mengandung peroksida akan ditolak. Sandar mutu tersebut dapat
dilihat pada Tabel 4. Penambahan peroksida bertujuan untuk memperbaiki susu yang
telah menjadi asam karena adanya aktivitas bakteri. Perusahaan tidak memberi
toleransi sama sekali apabila susu segar tersebut positif mengandung peroksida
karena menandakan bahwa susu tersebut kualitasnya sudah banyak mengalami
penurunan dan berbahaya bagi kesehatan apabila terkonsumsi oleh manusia.
3.1.16. Uji Penambahan Formalin
Pengujijan ini hanya dilakukan apabila susu segar mempunai waktu reduksi pada uji
MBRT yang sangat lama (± 8 jam) tetapi hasilnya negatif dari uji penambahan
antibiotik. Standar mutu perusahaan adalah susu segar yang hasilnya negatif pada uji
ini. Sedangkan yang hasilnya positif secara otomatis akan ditolak. Sandar mutu
tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Penambahan formalin bertujuan untuk membunuh
bakteri yang terdapat pada susu sehingga dapat memperbaiki kualitas mikrobiologi
susu tersebut dan dapat memenuhi standar mutu yang ditetapkan. Perusahaan tidak
memberi toleransi sama sekali apabila susu segar tersebut positif mengandung
formalin karena menandakan bahwa susu tersebut kualitasnya mengalami penurunan
ang sangat parah dan berbahaya bagi kesehatan apabila terkonsumsi oleh manusia.
Formalin merupakan bahan kimia yang biasa dipakai untuk membasmi bakteri atau
berfungsi sebagai disinfektan. Zat ini termasuk dalam golongan kelompok
desinfektan kuat, dapat membasmi berbagai jenis bakteri pembusuk, penyakit,
cendawan atau kapang. Disamping itu, juga dapat mengeraskan jaringan tubuh
(Winarno, 2004). Formalin merupakan zat beracun yang bersifat karsinogenik,
38
korosif dan iritatif bagi tubuh manusia. Apabila formalin terminum minimal 30 ml
saja, dapat menyebabkan kematian.
Tabel 4. Standar Mutu Susu Segar yang ditetapkan CV. Cita Nasional.
PARAMETER ANALISIS
FISIKA & KIMIA Persyaratan
Warna (organoleptik) Normal, putih kekuningan
Rasa (organoleptik) Normal, gurih-manis khas susu
Aroma (organoleptik) Normal, aroma khas susu segar
Suhu Maksimal 70C
Derajat Keasaman (pH) 6,60 – 6,80
Alkohol Negatif
Berat Jenis /200C Minimal 1,0240 g/ml
Total Solid (TS) Minimal 10,8 %
Kadar Lemak Minimal 3,35 %
Solid Non-Fat (SNF) Minimal 7,5%
Methylene Blue Reduction Test (MBRT) Minimal 2 jam
UJI PEMALSUAN
Penambahan Gula Negatif
Penambahan Pati/Tepung Negatif
Penambahan Lamak Nabati Negatif
Penambahan Karbonat Maksimal +3
Penambahan Antibiotik Negatif
Penambahan Peroksida Negatif
Penambahan Formalin Negatif Sumber : Dept. QC dan R&D CV. Cita Nasional 2014.
3.2.Bahan Tambahan dan Pengujiannya.
Selain bahan baku berupa susu segar juga diperlukan bahan tambahan untuk
memproduksi susu pasteurisasi dan homogenisasi, dan milk juice di CV. Cita
Nasional. Bahan tambahan yang digunakan adalah gula pasir, susu bubuk, perisa,
pewarna, pektin, CMC, asam sitrat, asam laktat dan bubuk coklat. Bahan-bahan
tersebut berperan penting dalam memberikan karakteristik serta menunjang kualitas
produk yang dihasilkan. Produk susu pasteurisasi dan homogenisasi serta milk juice
yang diproduksi oleh CV. Cita Nasional dapat dilihat pada lampiran.
39
3.2.1. Pengujian Gula Pasir (pemanis)
Gula pasir merupakan bahan tambahan yang digunakan sebagai pemanis, pengental
dan pengawet pada produk susu pasteurisasi dan homogenisasi maupun milk juice.
Gula sebagai pengental karena memiliki berat jenis yang cukup tinggi. Ada 2 jenis
gula pasir yang digunakan untuk produksi susu pasteurisasi dan homogenisasi serta
milk juice yaitu gula kristal putih I produksi PT. Kebon Agung dari Pati (Gambar 4)
dan gula kristal putih ptpn x produksi PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) Pabrik
Gula ‘Meritjan’ (Gambar 5).
Gambar 4. Gula Kristal Putih I.
Gambar 5. Gula Kristal Putih ptpn x.
Gula memiliki efek sebagai pengawet karena gula akan mengikat air bebas dan air
terikat lemah yang terkandung dalam bahan pangan tersebut, sehingga akan
40
menurunkan water activity-nya (Aw). Ketidaktersedianya kebutuhan air untuk
pertumbuhan mikrobia (khususnya bakteri) sehingga pertumbuhannya terhambat
karena air terikat oleh gula. Penambahan gula juga menaikan tekanan osmosis
menyebabkan plasmolisis pada sel-sel bakteri, sehingga bakteri tidak dapat tumbuh
optimal. Gula pasir yang digunakan oleh CV. Cita Nasional sudah memenuhi standar
mutu yang diinginkan, sehingga dipercaya oleh perusahaan untuk digunakan dalam
proses produksi.
3.2.2. Pengujian Susu Bubuk
Susu bubuk merupakan bahan tambahan yang digunakan untuk menaikakan nilai total
padatan pada produk susu pasteurisasi dan homogenisasi maupun milk juice, sehingga
susu bubuk juga berfungsi sebagai pengental. Susu bubuk yang digunakan oleh CV.
Cita Nasional adalah susu bubuk “Warmia” yang diimpor dari Polandia dengan kode
PL 28091601 WE (Gambar 6). Susu bubuk yang digunakan oleh CV. Cita Nasional
sudah memenuhi standar mutu yang diinginkan, sehingga dipercaya oleh perusahaan
untuk digunakan dalam proses produksi.
Gambar 6. Bahan tambahan (Susu Bubuk) yang ditambahkan pada susu dan milk
juice.
3.2.3. Pengujian Perisa
Perisa berfungsi untuk member aroma khas tertentu pada produk yang sesuai dengan
varian rasa yang ada, sehingga dapat meningkatkan minat konsumen terhadap produk
41
tersebut. Perisa juga digunakan sebagai bahan tambahan dalam proses pembuatan
susu pasteurisasi dan homogenisasi maupun milk juice. Perisa yang ditambahkan
untuk susu pasteurisasi dan homogenisasi adalah perisa coklat, stroberi, moka, jeruk,
dan vanilla. Perisa yang digunakan oleh CV. Cita Nasional sudah memenuhi standar
mutu yang diinginkan, sehingga dipercaya oleh perusahaan untuk digunakan dalam
proses produksi.
3.2.4. Pengujian Pewarna
Pewarna berfungsi untuk memberikan warna tertentu yang sesuai dengan varian rasa
yang ditawarkan, sehingga dapat meningkatkan minat konsumen terhadap produk
tersebut. Pewarna juga digunakan sebagai bahan tambahan dalam proses pembuatan
susu pasteurisasi dan homogenisasi maupun milk juice. Pewarna yang digunakan
Idacol Ponceau 4R untuk pewarna susu rasa stroberi dan pewarna Sunset Yellow
2163 sebagai pewarna milk juice (jeruk). Pewarna yang digunakan oleh CV. Cita
Nasional sudah memenuhi standar mutu yang diinginkan, sehingga dipercaya oleh
perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi.
3.2.5. Pengujian Pektin
Pektin yang digunakan untuk proses produksi milk juice CV. Cita Nasional adalah
pektin yang diimpor dari Yantai, Cina dengan merk dagang Pectiner. Pektin
merupakan bahan tambahan yang berfungsi sebagai stabilizer yang dapat
memperpanjang masa simpan milk juice. Pektin yang digunakan oleh CV. Cita
Nasional sudah memenuhi standar mutu yang diinginkan, sehingga dipercaya oleh
perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi. Ketika susu diasamkan (menjadi
milk juice), misel pada kasein akan kehilangan kemampuannya untuk menyebar,
sehingga akhirnya akan bergabung satu sama lain (sangat mudah tergumpalkan),
sehingga menghasilkan rasa dan tekstur yang tidak enak. Penambahan pektin ke
dalam milk juice dapat menstabilkan protein susu ini, karena pektin merupakan
molekul polimer larut dalam air yang memiliki gugus karboksil yang dapat mencegah
penggumpalan protein kasein.
42
3.2.6. Pengujian Carboxy Methyl Cellulose (CMC)
CMC yang digunakan oleh CV. Cita Nasional adalah CMC yang di produksi oleh
Wealthy Chemical Industry (SuZhou) co. Ltd., diimpor dari Cina (Gambar 7). CMC
merupakan bahan tambahan yang digunakan untuk proses produksi susu pasteurisasi
dan homogenisasi, yang berfungsi sebagai pengelmusi agar semua bahan dapat
bercampur dengan rata dan sebagai pengental juga. CMC yang digunakan oleh CV.
Cita Nasional sudah memenuhi standar mutu yang diinginkan, sehingga dipercaya
oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi.
Gambar 7. Carboxyl Methyl Celulose (CMC) yang digunakan untuk produksi susu.
3.2.7. Pengujian Bubuk Coklat
Bubuk coklat yang digunakan oleh CV. Cita Nasional adalah bubuk coklat bermerk
BT yang di produksi oleh PT. Bumi Tangerang Mesindotama, Cibodas, Indonesia
(Gambar 8). Bubuk coklat merupakan bahan tambahan yang digunakan untuk proses
produksi susu pasteurisasi dan homogenisasi dengan varian rasa coklat, yang
berfungsi untuk memberi warna dan aroma coklat, sehingga dapat menarik dan
meningkatkan minat konsumen. Bubuk coklat yang digunakan oleh CV. Cita
Nasional sudah memenuhi standar mutu yang diinginkan, sehingga dipercaya oleh
perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi.
43
Gambar 8. Bahan tambahan (bubuk coklat) untuk susu rasa coklat.
3.2.8. Pengujian Asam Sitrat dan Asam Laktat
Asam sitarat yang digunakan oleh CV. Cita Nasional diproduksi oleh Ensign yang
telah memiliki sertifikat ISO 9001, ISO 14001, GMP, dan HACCP. Asam laktat yang
digunakan diproduksi oleh Anhui COFCO Biochemical & Galactic Lactic Acid Co,
Ltd., yang diimpor dari Cina. Asam sitrat dan asam laktat merupakan bahan tambahan
yang digunakan dalam pembuatan milk juice (rasa jeruk). Asam sitrat dan asam laktat
berfungsi untuk menurunkan pH (mengasamkan) susu, sehingga diperoleh citarasa
asam. pH asam sitrat yang baik adalah ± 1,49 sedangkan pH asam laktat adalah 0,00-
0,06. Asam sitrat dan asam laktat yang digunakan oleh CV. Cita Nasional sudah
memenuhi standar mutu yang diinginkan, sehingga dipercaya oleh perusahaan untuk
digunakan dalam proses produksi.
44
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.Kesimpulan
Berdasarkan laporan diatas dapat disimpulkan bahwa bahan baku yang digunakan
untuk memproduksi susu pasteurisasi dan homogenisasi maupun milk juice adalah
susu segar dari KUD. Sedangkan bahan-bahan tambahan yang digunakan untuk
pembuatan susu pasteurisasi dan homogenisasi dengan varian rasa coklat, moka,
stroberi, vanilla adalah gula pasir, susu bubuk, perisa, pewarna, CMC, bubuk coklat
(untuk rasa coklat saja). Sedangkan bahan tambahan pembuatan milk juice (rasa
jeruk) adalah gula pasir, susu bubuk, perisa, pewarna, pektin, asam sitrat dan asam
laktat.
Pengujian kualitas susu segar meliputi uji organoleptik, pengukuran suhu,pengukuran
pH, uji alkohol, uji berat jenis, uji total solid (TS), pengukuran solid non-fat (SNF),
uji kadar lemak (fat), uji MBRT (Methylene Blue Reduction Test), uji penambahan,
glukosa, uji penambnahan pati/tepung, uji penambahan lemak nabati, uji penambahan
karbonat, uji penambahan antibiotik, uji penambahan peroksida, uji penambahan
formalin. Sehingga semua susu segar dari KUD yang dikirimkan tiap harinya telah
memenuhi syarat yang ditetapkan CV. Cita Nasional. Untuk standar mutu
penambahan karbonat dan antibiotik menggunakan kebijakan/batas toleransi
tersendiri dari perusahaan. Sedangkan untuk bahan tambahannya CV. Cita Nasional
menetapkan standar mutu berdasarkan pengalaman dan uji coba langsung ke
produknya (uji organoleptik pada panelis). Semua bahan yang digunakan sudah
sesuai dengan standar. Standar mutu yang ditetapkan oleh CV. Cita Nasional (Tabel
4) sudah sesuai dengan standar mutu susu segar SNI 01-3141-1998 (Lampiran 3).
4.2. Saran
CV. Cita Nasional merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan susu
sapi sehingga produk yang dihasilkan harus higienis dan aman untuk dikonsumsi. Hal
tersebut dapat dimulai dari penertiban karyawan untuk senantiasa menggunakan alat
45
pelindung diri (masker, penutup rambut, dan sarung tangan) apalagi pada bagian
produksi dan filling. Metode filling yoghurt masih menggunakan cara penuangan
manual dan tidak menggunakan alat pelindung diri, sehingga kontaminan masih
mungkin terjadi. Penanganan menggunakan mesin akan lebih mudah dalam
pemantauan produk. Alat-alat laboratorium yang telah rusak untuk dapat segera
diganti sehingga pengujian yang dilakukan hasilnya akurat. Dan juga perlunya
tindakan kalibrasi untuk alat-alat laboratorium. Supaya hasil pengujian, penimbangan,
dan lain-lain juga lebih akurat. Persediaan obat-obatan yang lengkap di laboratorium
untuk mengobati adanya kecelakaan kerja yang ringan.
46
5. DAFTAR PUSTAKA
Ar Brown. 2013. Milk Doctor Beta, Screening Test Kits for Beta Lactam Test in
Bovine Milk. http://arbrown.com/english/products/milk_doctor/.
Buckle, K. A ., R. A. Edwards, G. H Fleet, dan M. Wooton. 2010. Ilmu Pangan. U.I
Press. Jakarta (Diterjemahkan: H. Purnomo dan Adiono).
Diastari, I. G. A. F., dan Kadek K.A. 2013. Uji Organoleptik dan Tingkat Keasaman
Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar. Indonesia
Medicus Veterinus 2013 2 (4) : 453 – 460, ISSN : 2301-7848.
Dirkeswan, 1983. Manual Kesmavet. No. 28/II/1983. Direktorat Kesehatan Hewan,
Direktorat Jendral Peternakan, Departemen Pertanian. Jakarta. Hal; 35-43.
Dwidjoseputro, D. 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta.
Hadiwiyoto, S. 1994. Teori dan Prosedur Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya.
Edisi ke-2. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
Idris, S. 1992. Pengantar Teknologi Pengolahan Susu. Program Studi teknologi Hasil
Ternak. LUW-Universitas Brawijaya. Malang.
Lukman, D. W., Sudarwanto, M., Sanjaya A. W., Purnawarman, T., Latif, H.,
Soejoedono, R. R. 2009. Pemerahan dan Penanganan. Bogor: Fakultas Kedokteran
Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Maheswari, R. R. A. 2004. Penanganan dan Pengolahan Hasil Ternak Perah. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Nurwantoro dan Mulyani, S. 2003. Buku Ajar Dasar Teknologi Hasil Ternak.
Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang.
Rachmawan, O. 2001. Penanganan Susu Segar. Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan Jakarta, Jakarta.
47
Ressang, A. A, dan A. M. Nasution. 1982. Ilmu Kesehatan Susu (Milk Hygiene).
Edisi ke-2 Institut Pertanian Bogor.
Saleh, E. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Program Studi
Produksi Ternak. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
SNI 01-3141-1998. Susu Segar. Badan Standardisasi Nasional.
Sudarwanto, M. 2005. Bahan Kuliah Hygiene Makanan (tidak diterbitkan). Bagian
Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat. Veteriner FKH IPB, Bogor.
Sudono. A., R. D. Rosdiana, dan B. S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara
Intensif. Cetakan I. Penerbit PT. Agromedia Pustaka. Bogor.
Sutrisna, D. Y.; I. K. Suada, dan I. P. Sampurna. 2014. Kualitas Susu Kambing
Selama Penyimpanan pada Suhu Ruang Berdasarkan Berat Jenis, Uji Didih, dan
Kekentalan. Indonesia Medicus Veterinus 3 (1) : 60-67. ISSN : 2301-7848.
Weber Scientific. 2008. The Gerber Test for Fresh Milk.
http://weberscientific.com/product-resources/instructions/gerberprocedure.pdf
Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
48
6. LAMPIRAN
6.1. Lampiran 1. Produk Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi.
Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi Rasa
Stroberi.
Milk Juice (Rasa Jeruk).
Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi Rasa
Coklat.
Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi Rasa
Vanila.
Susu Pasteurisasi dan Homogenisasi Rasa Moka.
49
6.2. Lampiran 2. Pengujian Susu Segar.
Uji Organoleptik
Pengukuran Suhu
Pengukuran pH
Uji Alkohol
Uji Berat Jenis
Uji Total Solid (TS)
50
Uji Kadar Lemak (fat)
Uji Penambahan Antibiotik
Uji Methylene Blue Reduction Test
(MBRT)
Uji Penambahan Glukosa
Uji Penambahan Karbonat
Uji Penambahan Lemak Nabati
51
6.3. Lampiran 3. Standar Mutu Susu Segar SNI 01-3141-1998.
Sifat Susu Nilai
Berat Jenis (pada suhu 27,5 ºC)
Kadar lemak
Kadar BKTL
Kadar protein
Warna, bau, rasa dan kekentalan
Derajat asam
Uji alkohol (70%)
Uji katalase
Angka refraksi
Angka reduktase
Cemaran mikroba maksimum
Total kuman
Salmonella
E. coli
Coliform
Streptococcus group B
Streptococcus aureus
Jumlah sel radang
Cemaran logam berbahaya maksimal :
Timbal (Pb)
Seng (Zn)
Merkuri (Hg)
Arsen (As)
Kotoran dan benda-benda asing
Residu :
Antibiotika
Pestisida/insektisida
Uji pemalsuan
Titik beku
Uji peroksidase
Minimal 1,0280
Minimal 3,0%
Minimal 8,05
Minimal 2,75
Tidak ada perubahan
6-7 ºSH
negatif
maksimum 3 ml
36-38
2-5 jam
1 x 106 CFU/ml
negatif
negatif
20 CFU/ml
Negatif
1 x 102 CFU/ ml
maksimum 4 x 105 /ml
0,3 ppm
0,5 ppm
0,5 ppm
0,5 ppm
negatif
Sesuai dengan peraturan
keputusan bersama Menteri
Kesehatan dan Menteri Pertanian
yang berlaku
negatif
-0,5 s/d -5,6 ºC
Positif
52
6.4. Lampiran 4. Berita Acara Penolakan Susu Segar.
Lab.Dept
CV. Cita Nasional
Menerangkan bahwa hari ini :
Hari/Tanggal :
No. Kendaraan :
Nama KUD : Andini 2
Jumlah Susu segar :
KETERANGAN
FISIKA & KIMIA Standar
Fat (%) 3.20% Std min 3.35 %
Protein (%) .-
TS 10.62% Std min 10.85 %
Alkohol Test (73%) ( - ) Negatif Negatif
pH 6.97 Std min- max. 6.65- 6.85
Temperature 6 Std max. 7 0C
Organoleptik Standar
Berat Jenis /20 C 1.0274
UJI PEMALSUAN
Penambahan Karbonat .+3 Std max.+3
Penambahan Glukosa ( - ) Negatif Negatif
Penambahan Pati ( - ) Negatif Negatif
Penambahan Lemak Nabati ( - ) Negatif Negatif
Penambahan H2O2 / Peroksida ( - ) Negatif Negatif
Penambahan Formalin
Kadar Asam Laktat Std max. 0.14 - 0.18 %
ANTIBIOTIK .- MBRT 1.5 JAM
Demikian berita acara ini di buat untuk diperhatikan, atas kerjasamanya kami
ucapkan terima kasih.
PARAMETER ANALISIS
BERITA ACARA PENOLAKAN
Selasa, 04 Maret 2014
Mengetahui,
Moh. Nur Ali Muslim, S.Pt
( Kepala R&D/Quality Control)
Laboratorium
CV. Cita Nasional
(Petugas Laboratorium)
53
6.5. Lampiran 5. Kandungan Gizi Susu Sapi per 100 gram.
Kandungan Zat Gizi Kompisisi
Energi (kkal) 61
Protein (g) 3,2
Lemak (g) 3,5
Karbohidrat (g) 4,3
Kalsium (mg) 143
Fosfor (mg) 60
Besi (mg) 1,7
Vitamin A (µg) 39
Vitamin B1 (mg) 0,03
Vitamin C (mg) 1
Air 88,3 Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan, (Depkes RI, 2005)
54
6.6. Lampiran 6. Struktur Organisasi CV. Cita Nasional.
55
6.7. Lampiran 7. Presensi Kerja Praktek
6.8. Lampiran 8. Kartu Bimbingan kerja Praktek
6.9. Lampiran 9. Daftar Penilaian Kerja Praktek